polio miel it is

8
POLIOMIELITIS Definisi Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksinya merusak sel anterior substansia nigra sumsum tulang belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak (brain stem), dengan akibat kelumpuhan otot-otot dengan distribusi dan tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen. Klasifikasi Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Poliomielitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 6- 20 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. 2. Poliomielitis abortif : timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen. 3. Poliomielitis non paralitik : gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.

Upload: ikakusumawardhani

Post on 11-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

POLIOMIELITIS

Definisi Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksinya merusak sel anterior substansia nigra sumsum tulang belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak (brain stem), dengan akibat kelumpuhan otot-otot dengan distribusi dan tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen.

Klasifikasi Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Poliomielitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 6-20 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. 2. Poliomielitis abortif : timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen. 3. Poliomielitis non paralitik : gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. 4. Poliomielitis paralitik : Dibagi menjadi 2 yaitu paralisis spinal dan paralisis bulbar. Polio paralisis spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembulu darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan memengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas, kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia. 5. Polio bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Yang terkena bagian atas nervus cranial (N.III N.VII) dan biasanya dapat sembuh. Lalu bagian bawah (N.IX N.XIII ) sehingga terjadi pasase ludah di faring terganggu sehingga terjadi pengumpulan air liur,mucus dan dapat menyebabkan penyumbatan saluran nafas sehingga penderita memerlukan ventilator. Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 2-5% pada anak dan 15-30 % pada dewasa (tergantung usia penderita).

Etiologi Penyebab polio adalah virus polio. Virus polio merupakan RNA virus dan termasuk famili Picornavirus dari genus Enterovirus. Virus polio tahan terhadap Ph asam tetapi mati terhadap bahan panas, formalin, klorin dan sinar ultraviolet. Selain itu, penyakit ini mudah berjangkit di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, melalui peralatan makan, bahkan melalui ludah. Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: Tipe I Brunhilde Tipe II Lansing dan Tipe III Leoninya Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas. Penularan virus terjadi melalui: 1. Secara langsung dari orang ke orang 2. Melalui tinja penderita 3. Melalui percikan ludah penderita Resiko terjadinya Polio : a) Belum mendapatkan imunisasi b) Berpergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio c) Malnutrisi d) Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stress emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh). e) Defisiensi imun f) Patofisiologi Poliomielitis Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam tenggorokkan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah medula spinalis terutama kornu anterior, batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital, serebelum terutama inti-inti vermis, otak tengah midbrain terutama gray matter substansi nigra dan kadang-kadang nukleus rubra.

Gambar 1. Patogenesis poliomielitisManifestasi Klinis Gejala klinis poliomielitis terdiri dari: a) Poliomyelitis asimtomatis Gejala klinis : setelah masa inkubasi 9-12 hari, tidak terdapat gejala. Kejadian ini sulit untuk dideteksi tapi biasanya cukup tinggi terutama di daerah-daerah yang standar higienenya jelek. Penyakit ini hanya diketahui dengan menemukan virus di tinja atau meningginya titer antibodi. b) Poliomyelitis abortif Kejadiannya diperkirakan 4-8 % dari jumlah penduduk pada suatu epidemi. Timbul mendadak dan berlangsung 1-3 hari dan gejala klinisnya berupa panas dan jarang melebihi 39,5 oC, sakit tenggorokkan, sakit kepala, mual, muntah, malaise, dan nyeri perut. Diagnosis pasti hanya dengan menemukan virus pada biakan jaringan. c) Poliomyelitis non paralitik Penyakit ini terjadi 1 % dari seluruh infeksi. Gejala klinis hampir sama dengan poliomyelitis abortif yang berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal, tetapi lalu naik kembali (dromedary chart) disertai dengan gejala nyeri kepala, mual dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot belakang leher, punggung dan tungkai, dengan tanda Kernig dan Brudzinsky yang positif. Tanda-tanda lain adalah Tripod yaitu bila anak berusaha duduk dari sikap tidur, maka ia akan menekuk kedua lututnya ke atas, sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang pada tempat tidur.

d) Poliomyelitis paralitik Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik disertai dengan kelemahan satu atau beberapa kelumpuhan otot skelet atau kranial. Gejala ini dapat menghilang selama beberapa hari dan kemudian timbul kembali disertai dengan kelumpuhan (paralitik) yaitu berupa paralisis flaksid yang biasanya unilateral dan simetris. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain: * Bentuk spinal : Gejala kelemahan / paralisis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thoraks dan terbanyak ekstremitas bawah. * Bentuk bulbar : Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi. * Bentuk bulbospinal : Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar. Kadang ensepalitik dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.

Penatalaksanaan dan Prognosis Tidak ada pengobatan spesifik terhadap poliomyelitis. Penatalalaksaan bersifat simptomatis dan suportif: Infeksi abortif : Istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur normal. Kalau perlu dapat diberikan analgetik, sedatif. Jangan melakukan aktifitas selama 2 minggu. 2 bulan kemudian dilakukan pemeriksaan neuro-muskulosketal untuk mengetahui adanya kelainan. Non paralitik Sama dengan tipe abortif. Pemberian analgetik 15-30 menit setiap 2-4 jam. Fisioterapi dilakukan 3-4 hari setelah demam hilang. Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang timbul tapi dapat mengurangi deformitas yang ada. Paralitik Harus dirawat di rumah sakit karena sewaktu-waktu dapat terjadi paralisis pernapasan, dan untuk ini harus diberikan pernapasan mekanis. Bila rasa sakit telah hilang dapat dilakukan fisioterapi pasif dengan menggerakkan kaki/tangan. Prognosis Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Prognosis jelek pada bentuk bulbar, kematian biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder pada jalan napas.