polimer

Upload: arbhy-indera-i

Post on 20-Jul-2015

2.854 views

Category:

Documents


76 download

TRANSCRIPT

BAHAN KONSTRUKSI TEKNIK KIMIA Struktur Sifat Polimer Dan Aplikasinya

OLEH

Arbhy Indera Ikhwansyah 1007113576 Kelas A

JURUSAN SARJANA TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2011

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT. Polimer dan Aplikasinya.

Karena berkat

Rahmat dan Hidayat serta petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Struktur Sifat

Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas pada semester II mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia. Makalah ini disusun berdasarkan referensi-referensi yang telah kami baca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran-saran yang sifatnya membangun sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan makalah di masa yang akan datang. Semoga Makalah Struktur Sifat Polimer dan Aplikasinya ini dapat berguna bagi perkembangan pendidikan.

Pekanbaru, Mei 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... ................ 1 Daftar Isi.................................................................................................... ................ 2 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... ................ 3 A. B. Latar Belakang................................................................................ ................ 3 Tujuan ............................................................................................. ................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. ................ 4 A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. Pengertian Polimer dan Monomer .................................................. ................ 4 Struktur Sifat Polimer ..................................................................... ................ 6 Konsep Stress dan Strain.................................................................................. 8 Deformasi Polimer.......................................................................... ................. 9 Polimer Termoplastik.......................................................................................18 Polimer Termosetting.......................................................................................29 Proses Pembuatan Polimer...............................................................................30 Penggolongan Polimer......................................................................................31 Manfaat Polimer...............................................................................................32 Aplikasi dan Dampak Polimer..........................................................................32

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 35 A. Kesimpulan..................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Meskipun sebagian besar senyawa organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer anorganik. Saat ini polimer banyak dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biasanya polimer banyak dihasilkan di negara-negara berkembang dan harganya murah. Contoh kegunaan polimer adalah untuk membuat botol, drum, pipa, perabotan rumah dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang polimer dan aplikasinya agar kita lebih memahami mengenai polimer serta perkembangannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. merupakan

1.2. Tujuan Tujuan pembuatan makalah Struktur Sifat Polimer dan Aplikasinya adalah sebagai berikut 1. Untuk memahami konsep polimer 2. Mengetahui sifat-sifat polimer 3. Mengetahui konsep stress dan strain 4. Membahas tentang deformasi polimer 5. Membahas tentang polimer termoplastik dan termosetting 6. Membahas proses pembuatan polimer 7. Mengetahui klasifikasi polimer 8. Membahas tentang manfaat dan aplikasi polimer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Polimer dan Monomer 2.1.a. Polimer Polimer merupakan molekul besar (makromolekul) yang terdiri atas susunan unit kimia berulang yang kecil, sederhana, dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit berulang ini biasanya setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.

2.1.b. Monomer Monomer merupakan sebarang zat yang dapat dikonversi menjadi suatu polimer. Sebagai contoh, etilen adalah monomer yang dapat dipolimerisasi menjadi polietilen (lihat reaksi di bawah ini). Asam amino termasuk polipeptida dengan pelepasan air. monomer juga, yang dapat dipolimerisasi menjadi

monomermonomer

polimerisasi

polimerUnit Ulangan terikat secara kovaken dengan unit ulangan lainnya

n H2C etilena

CH2

CH2

CH2

n

Polimer polietilenaR O C OH - H2O N C H polipeptida C n H R O

n H2N

C H

asam amino

Gambar 2.1. Pembentukan polimer dari monomernya

Tabel 2.1. Polimer, monomer, dan unit ulangannya

Polimer

Monomer

Unit perulangan - CH2CH2 - CH2CHCl

Polietilena

CH2 = CH2

poli(vinil klorida)

CH2 = CHCl

CH3Poliisobutilena

CH3 CH2 C CH3

CH2

C CH3

CH2

CH

CH2

CH

Polistirena

Polikaprolaktam (nylon-6)

H - N(CH2)5C - OH H O

- N(CH2)5C H O

Poliisoprena (karet alam)

CH2 = CH - C = CH2 CH3

- CH2CH = C - CH2 CH3

2.2. Struktur Sifat Polimer 2.2.1. Struktur Sifat Polimer Perulangan unit polimer dipengaruhi oleh sifat polimer. Sifat-sifat polimer tersebut antara lain: 1. Pertumbuhan rantai polimer bersifat acak. Pengaruh penyusunan molekul polimer mengakibatkan sifat struktur yang berbeda, dikarenakan massa atom relatif polimer merupakan nilai rata-rata dari monomer-monomer penyusunnya, sehingga

mengakibatkan pertumbuhan rantai menjadi acak. 2. Dalam satu bahan polimer dimungkinkan terdapat 2 daerah yaitu: - Daerah teratur - Daerah tidak teratur Kalau rantai teratur disebut: kristal. Kalau rantai tidak teratur disebut: amorf. Salah satu cara untuk mengetahui kristal dan amorf yaitu (secara visual): kristal: keras dan amorf tak keras 3. Rantai polimer yang keras dapat saling mendekati dengan jarak yang lebih pendek dibandingkan dengan rantai polimer yang bercabang. 4. Polimer dengan kesatuan yang teratur dengan gaya antaraksi yang tinggi akan memiliki kekristalan dan gaya tegang.

Berdasarkan strukturnya polimer dibedakan atas : 1. Polimer linear Polimer linear terdiri dari rantai panjang atom-atom kerangka yang dapat mengikat gugus substituen. Polimer ini biasanya dapat larut dalam beberapa pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur normal. Polimer ini terdapat sebagai elastomer, bahan yang fleksibel (lentur) atau termoplastik seperti gelas). Rantai utama linear

Gambar 2.2. Polimer linear

Contoh : Polietilena, polivinil klorida (PVC), polimetil metakrilat (PMMA), Lucite, Plexiglas, atau perspex), poliakrilonitril (orlon atau creslan) dan nylon 66.

2. Polimer bercabang Polimer bercabang dapat divisualisasi sebagai polimer linear dengan percabangan pada struktur dasar yang sama sebagai rantai utama. Rantai utama (terdiri dari atom-atom kerangka)

Gambar 2.3. Polimer bercabang

3. Polimer jaringan tiga dimensi (three-dimension network) Polimer jaringan tiga dimensi adalah polimer dengan ikatan kimianya terdapat antara rantai. Bahan ini biasanya di-swell (digembungkan) oleh pelarut tetapi tidak sampai larut. Ketidaklarutan ini dapat digunakan sebagai kriteria dari struktur jaringan. Makin besar persen sambung-silang (cross-links) makin kecil jumlah penggembungannya (swelling). Jika derajat sambung-silang cukup tinggi, polimer dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi, padat yang tak dapat digembungkan, misalnya intan (diamond). Ikatan kimia

Gambar 2.4. Polimer jaringan tiga dimensi

2.2.2. Sifat Polimer Sifat polimer terhadap panas ada yang menjadi lunak jika dipanaskan dan keras jika didinginkan, polimer seperti ini disebut termoplastik. Contohnya: plastik yang digunakan untuk kantong dan botol plastik. Sedangkan polimer yang menjadi keras jika dipanaskan disebut termosetting, contohnya melamin. Polimer alam akan mempunyai kelenturan yang berbeda dengan polimer sintetis. Umumnya polimer alam agak sukar untuk dicetak sesuai keinginan, sedangkan polimer sintetis lebih mudah dicetak untuk menghasilkan bentuk tertentu.

Polimer alam seperti wol, sutra, atau selulosa tidak tahan terhadap mikroorganisme atau ulat (rayap). Sedangkan polimer sintetis lebih tahan terhadap mikroorganisme atau ulat. Sifat polimer yang lain bergantung pada pemakaiannnya untuk kemasan atau alat-alat industri. Untuk tujuan pengemasan harus memperhatikan:

Toksisitasnya Daya tahan terhadap air, minyak atau panas Daya tembus udara (oksigen) Kelenturan Transparansi

2.3. Konsep Stress dan Strain Sifat mekanik polimer ditandai dengan menggunakan parameter yang sama dengan logam, yaitu modulus elastisitas yield dan tensile strength. Kebanyakan material polimer diuji dengan tes sederhana untuk mengetahui karakteristik stress-strain untuk beberapa parameter yang sama. Sifat mekanik polimer sebagian besar memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap

deformasi (laju strain), suhu, dan sifat alami lingkungan (kesediaan unsur air oksigen dan pelarut organik). Beberapa modifikasi untuk pengujian dan spesimen yang biasa digunakan untuk logam juga digunakan untuk polimer khususnya untuk material yang memiliki elastisitas tinggi seperti karet.

Gambar 2.5. grafik stress vs strain

Ada tiga jenis stressstrain yang biasa ditemukan pada polimer, seperti ditampilkan pada gambar di atas. Kurva A mengilustrasikan karakteristik stress-strain untuk polimer rapuh. Kurva B mengilustrasikan karakteristik stressstrain untuk plastik. Kurva C mengilustrasikan karakteristik stress-strain untuk material karet.

Modulus elastisitas (tensile modulus) dan persen elongasi ditentukan oleh kesamaan sifat antara polimer dan logam. Untuk polimer plastik, titik yield diambil dari nilai maksimal kurva yang terjadi diluar wilayah linear elastis. Stress pada nilai maksimal ini disebut dengan yield strength (y). Selain itu tensile strain (TS) menerangkan tegangan yang terjadi di fraktura. Tensile stress nilainya mungkin lebih besar atau lebih kecil dari y. Strength untuk polimer plastik biasanya diambil dari nilai tensile stress.

Gambar 2.6. Kurva sistematik stressstrain untuk polimer plastik

Polimer secara mekanis berbeda dengan logam. Sebagai contoh modulus untuk polimer yang memiliki elastisitas tinggi nilainya dibawah 7 Mpa ( 103 psi) tetapi juga dapat bernilai diatas 4 GPa. Tensile stress maksimal untuk polimer bernilai sekitar 100 MPa. Sebagaimana logam yang memiliki sifat elongasi diatas 100%, beberapa polimer juga memiliki sifat yang sama diatas 1000%. Untuk tambahan, sifat mesin polimer secara umum lebih sensitif terhadap perubahan suhu. Penambahan suhu mengakibatkan penurunan elastisitas, pengurangan tegangan tensile stress dan peningkatan ductility pada 4oC, material sangat rapuh ketika memperhatikan defomasi plastik pada suhu 50-60oC. Pengaruh deformasi pada sifat mekanik sangat penting. Umumnya, pengurangan deformasi memiliki pengaruh yang sama dengan sifat stressstrain seiring penambahan suhu dimana material akan menjadi lebih lunak dan dapat dibentuk.

2.4. Deformasi Polimer Dalam ilmu material, deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek yang terjadi karena adanya gaya pada material tersebut. Deformasi dapat berupa hasil dari gaya tarik, tekan, geser, atau torsi (memutar). Deformasi sering digambarkan sebagai strain.

Deformasi terjadi akibat internal antar-molekul yang muncul dari kekuatan-kekuatan yang menentang gaya diterapkan pada material. Jika gaya yang diberikan tidak terlalu besar, kekuatan-kekuatan ini mungkin cukup untuk menolak kekuatan, tetapi jika gaya diterapkan yang lebih besar dapat menyebabkan deformasi permanen dari objek atau bahkan kegagalan struktural. Dari gambar berikut dapat dilihat bahwa beban kompresi (ditandai dengan tanda panah) telah menyebabkan deformasi dalam silinder sehingga bentuk asli (garis putus-putus) telah diubah menjadi satu dengan sisi menonjol. Tonjolan sisi terjadi karena walaupun materi cukup kuat untuk tidak retak atau gagal tetapi tidak cukup kuat untuk mendukung beban tanpa perubahan, sehingga material dipaksa keluar lateral.

Gambar 2.7. Diagram stress-regangan kurva, yang menunjukkan hubungan antara stress (gaya yang diberikan) dan regangan (deformasi) dari logam yang ulet. Konsep benda tegar dapat diterapkan jika deformasi diabaikan. Pengaruh terjadinya strain pada kerja alat adalah penting. Umumnya, mengurangi kecepatan terjadinya deformasi memiliki pengaruh yang sama pada karakteristik stress-strain dengan menaikkan suhu sehingga bahan menjadi lebih lunak dan bisa dibentuk. Makroskopik Deformasi Beberapa aspek makroskopik deformasi polimer semikristal patut kita perhatikan. Kurva tarik antara tegangan dan regangan untuk bahan semikristal yang awalnya tidak mengalami deformasi. Diatas titik luluh, bentuk leher kecil di dalam bagian alat ukur. Rantai mengalami orientasi yaitu rantai sumbu menjadi sejajar dengan arah pemanjangan yang mengarah pada penguatan lokal. Akibatnya, ada perlawanan untuk mengalami deformasi pada titik ini dan hasil pemanjangan spesimen oleh propagasi daerah leher ini sepanjang panjang ukur, orientasi rantai fenomena menyertai ekstensi pada leher.

Viskoelastisitas Viskoelastisitas adalah karakteristik mekanis gabungan antara liquid dan polimer pada temperatur yang tinggi. Contoh ekstrem viskoelastisitas dapat ditemukan pada sebuah silikon polimer. Perilaku elastisitas stress-strain yang diikuti regangan bergantung waktu suatu bentuk tidak elastis. Ketika meluncur ke bola dan jatuh ke permukaan horizontal, memantul elastis dan laju deformasi selama bounce yang sangat cepat. Di sisi lain, jika ditarik dalam ketegangan dengan menerapkannya secara bertahap untuk meningkatkan stress, materi berelongasi atau mengalir seperti cairan yang sangat kental. Untuk bahan-bahan viskoelastisitas lain, laju regangan menentukan apakah deformasi tersebut merupakan deformasi elastik atau kental.

Fraktur Polimer Kekuatan retak bahan polimer relatif rendah jika dibandingkan dengan logam maupun keramik. Pada umumnya, sifat polimer termosetting rapuh. Dalam istilah sederhana, selama proses fraktur, bentuk retakan di konsentrasi local stress misalnya goresan, takik. Seperti logam stress diperkuat di ujung retakan ini menuju perambatan retak dan patah. Struktur crosslinked putus selama fraktur. Untuk polimer termoplastik,memiliki sifat yang dapat dibentuk dan rapuh. Faktor yang mengakibatkan terjadinya fracture adalah penurunan suhu, peningkatan laju regangan, kehadiran takik tajam, peningkatan ketebalan spesimen dan setiap modifikasi struktur polimer yang meningkatkan suhu transisi gelas (Tg). Kaca termoplastik rapuh dibawah temperatur gelas. Namun ketika suhu dinaikkan akan dapat dibentuk. Suatu fenomena yang sering mendahului fracture di beberapa polimer termoplastik adalah crazing. Crazes merupakan daerah deformasi plastik.

Karakteristik Mekanik Lainnya

Dampak Kekuatan Tingkat ketahanan bahan polimer terhadap beban tekan perlu diperhatikan. Metode yang dipakai untuk mengukur beban tekan adalah Izod atau tes Charpy. Seperti logam, polimer bisa dibentuk atau patahan yang rapuh merupakan dampak di bawah kondisi beban tekan tergantung pada suhu, spesimen ukuran, laju regangan dan cara pemuatan. Semikristal dan polimer amorf rapuh pada temperatur rendah dan memiliki kekuatan pengaruh yang relatif rendah. Namun bisa dibentuk untuk rapuh.

Fatigue Polimer mungkin mengalami kegagalan dalam kondisi fatigue siklik saat terjadinya loading. Seperti logam, fatigue terjadi pada tingkat stres yang rendah relatif terhadap kekuatan luluh. Pengujian fatigue dalam polimer belum ekstensif hampir sama seperti logam, namun fatigue diplot dengan cara yang sama untuk kedua jenis bahan dan hasil kurva memiliki bentuk umum yang sama. Fatigue kurva untuk beberapa polimer umum seperti stress versus jumlah siklus kegagalan. Beberapa polimer memiliki batas fatigue. Seperti yang diharapkan kekuatan fatigue dan batas fatigue untuk bahan polimer jauh lebih rendah dibandingkan dengan logam. Perilaku fatigue polimer jauh lebih peka terhadap frekuensi daripada pada logam. Polimer pada frekuensi tinggi atau relatif besar tegangan dapat menyebabkan daerah pemanasan mengalami kegagalan disebabkan oleh pelunakan dari bahan yang bukan sebagai proses fatigue. .

Tear Strength and hardness Sifat mekanik lain yang kadang-kadang berpengaruh pada kesesuaian suatu polimer untuk beberapa aplikasi adalah strength dan hardness. Tear strength, parameter mekanis yang diukur adalah energi yang dibutuhkan untuk memecah belah pemotongan spesimen yang memiliki standar geometri. Besarnya strength tarik saling berhubungan. Seperti logam, kekerasan merupakan bahan perlawanan terhadap menggaruk, penetrasi, maan seterusnya. Polimer lebih lembut dari logam dan keramik dan sebagian besar tes kekerasan dilakukan oleh teknik penetrasi. Untuk polimer digunakan tes rockwell.

Deformasi dan Mekanisme untuk Memperkuat Polimer Sangat penting memahami mekanisme deformasi polimer dalam mengelola karakteristik bahan-bahan. Deformasi untuk dua jenis polimer-semikristal dan elastomerik patut kita perhatikan. Kekakuan dan kekuatan semycristalline penting untuk diperhatikan, mekanisme terjadinya deformasi plastis dan elastis akan dibahas dibawah ini.

Deformasi Polimer Semikristal Banyak polimer semikristal dalam bentuk bulk memiliki struktur spherulitic yang terdiri dari banyak rantai-pita dilipat atau lamel yang memancar ke luar dari pusat. Mekanisme

deformasi elastis polimer yang relatif rendah terjadi pada tingkat stress pada kurva tegangan dan regangan. Terjadinya deformasi elastis untuk semikristal merupakan hasil dari rantai polimer molekul dalam daerah amorf. Sedangkan mekanisme deformasi plastik transisi dari elastis ke deformasi plastis terjadi pada tahap tiga. Deformasi semikristal tarik polimer menghasilkan struktur yang sangat berorientasi. Proses orientasi ini disebut sebagai menggambar dan umumnya yang digunakan untuk memperbaiki sifat mekanik polimer serat dan film. Selama deformasi yang spherulites perubahan bentuk untuk tingkat moderat dari elongasi. Namun untuk deformasi besar maka struktur spherulitic hampirhancur. Jika deformasi dihentikan pada suatu tahap dan spesimen dipanaskan ke suhu tinggi titik lelehnya dekat.

Deformasi Elastomer Salah satu yang menarik dari sifat elastomerik bahan karet adalah memiliki kemampun untuk menjadi cacat deformasi yang cukup besar dan kemudian kembali ke bentuk semula. Ini hasil dari silang dalam polimer yang memberikan kekuatan untuk mengembalikan rantai yang undeformed konformasi. Elastomeric perilaku mungkin pertama kali diamati pada karet alam, telah membawa sintesis sejumlah besar elastomer dengan berbagai sifat.

Kristalisasi Kristalisasi kimia juga merupakan pemisahan padat-cair teknik, di mana transfer massa zat terlarut dari larutan cair murni fase kristalin padat terjadi.

Proses Kristalisasi Proses kristalisasi terdiri dari dua peristiwa besar, nucleasi dan pertumbuhan kristal. Nucleasi adalah langkah di mana terlarut molekul terdispersi dalam pelarut mulai mengumpul di dalam cluster, pada skala nanometer yang stabil di kondisi operasi tertentu. Kelompok yang stabil ini merupakan inti. Ukuran kritis ditentukan oleh kondisi operasi (suhu, jenuh, dll). Ini merupakan tahap nukleasi yang mengatur atom dan periodik dengan cara yang mendefinisikan struktur kristal. Struktur kristal adalah istilah khusus yang mengacu pada susunan relatif atom, bukan sifat-sifat makroskopik kristal (ukuran dan bentuk), meskipun mereka adalah hasil dari internal struktur kristal. Pertumbuhan kristal berikutnya adalah pertumbuhan inti yang berhasil mencapai ukuran cluster kritis. Nucleasi dan pertumbuhan terus terjadi secara simultan sementara tersedia secara jenuh. Jenuh adalah kekuatan pendorong dari kristalisasi, maka laju pertumbuhan

nukleasi dan didorong oleh jenuh yang ada dalam larutan. Tergantung pada kondisi, baik nukleasi maupun pertumbuhan dominan lain ialah kristal dengan berbagai ukuran dan bentuk yang diperoleh (kontrol ukuran dan bentuk kristal merupakan salah satu tantangan utama di industri manufaktur, seperti untuk obat-obatan ). Setelah fasa jenuh selesai, padat-cair sistem mencapai keseimbangan dan kristalisasi selesai, kecuali kondisi operasi yang dimodifikasi dari kesetimbangan sehingga larutan jenuh lagi. Banyak senyawa memiliki kemampuan untuk mengkristal dengan berbagai struktur kristal yang disebut polymorphism. Setiap polymorph sebenarnya adalah termodinamik yang berbeda dan keadaan padat polymorph kristal senyawa yang sama menunjukkan sifat-sifat fisik yang berbeda, seperti pembubaran menilai, bentuk (sudut antara aspek dan segi tingkat pertumbuhan), titik lebur, dll Untuk alasan ini, polimorfisme adalah sangat penting dalam industri pembuatan produk kristal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekristalan: 1. Larutan polimer Jika larutan polimer encer maka jarak antara satu molekul dengan molekul yang lain dalam rantai polimer saling berjauhan. Akibatnya ruang rantai tidak bersifat kristal. Jika polimer pekat, maka jarak antara molekulnya saling berdekatan sehingga mengakibatkan keteraturan ruang yang lebih bersifat kristal.

2. Gaya antar rantai - Efek induksi Antara dua atom yang saling berikatan satu sama lain akan tertarik ke atom yang memiliki keelektronegativan yang lebih tinggi.

Contoh:

- Gaya London Gaya yang terjadi akibat tidak tersebar meratanya elektron di seputar intinya karena lebih banyak elektron pada satu sisi daripada sisi lainnya sehingga terjadi tarikan antar rantai. - Ikatan Hidrogen Ikatan yang terjadi antara atom O dan atom H.

-

Ikatan intra molekul dan antar molekul adalah ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus - gugus pada rantai yang sama. 3. Derajat kekristalan Derajat kekristalan dapat ditentukan dengan cara hamburan sinar-X. 4. Keteraturan struktur molekul 5. Taksisitas

Ada dua golongan susunan geometris rantai yang perlu diperhatikan dalam mempelajari sifat dan struktur molekul polimer: - Geometri yang timbul dari rotasi gugus terhadap ikatan tunggal atau disebut juga perubahan konformasi. Konformasi ini tidak menimbulkan perubahan struktur kimia rantai polimer karena perubahan konformasi adalah reversibel (bolak - balik). Konformasi hanya menyebabkan perubahan sifat fisik dari bahan polimer seperti perbedaan derajat kristalinitas dan sebagainya. Bila bahan polimer dipanaskan melampaui suhu transisi kaca, gugus - gugus dalam rantai polimer akan membentuk konformasi tertentu (bertindihan atau bergiliran). Bila kemudian didinginkan, rantai polimer dengan konformasi tersebut dapat tersusun lebih rapi untuk membentuk struktur kristalin. Bahan polimer berstruktur kristal bersifat lebih keras, liat dan tahan terhadap bahan kimia dibandingkan dengan struktur bukan kristal (amorf).

. Gambar 2.8. Konformasi Polimer

- Geometri kedua dari rantai polimer adalah susunanan yang dapat berubah hanya dengan jalan pemutusan ikatan kimia, ini disebut dengan konfigurasi. Perubahan konfigurasi rantai polimer akan menyebabkan perubahan struktur kimia, dan karena itu menyebabkan perubahan sifat kimia dan sifat fisika dari bahan polimer yang bersangkutan. Misalnya perubahan konfigurasi cis dan trans pada poliisoprena,

menimbulkan dua macam struktur polimer karet alam (isomer cis) dan getah perca (isomer trans).

Konfigurasi lain adalah yang disebabkan oleh atom C* (C asimetri, >CC 0,94 g/cm3). Perbedaan dalam massa jenis ini timbul dari strukturnya yakni: polietilena massa jenis tinggi secara esensial merupakan polimer linier dan polietilena massa jenis rendah bercabang. Plastik - plastik komoditi mewakili sekitar 90% dari seluruh produksi termoplastik dan sisanya terbagi diantara kopolimer stirena butadiena, kopolimer akrilonitril butadiena stirena (ABS), poliamida dan poliester. Contoh plastik-plastik komoditi dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel 4.

Polimer teknik, yaitu polimer yang memiliki sifat unggul tetapi harganya mahal. Konsumsi plastik teknik kimia hingga akhir tahun 1980-an mencapai kira - kira 1,5 x 109 kg/tahun diantaranya poliamida, polikarbonat, asetal, poli(fenilena oksida) dan poliester mewakili sekitar 99% dari pemasaran. Yang tidak diperhatikan adalah bahan - bahan berkualitas teknik dari kopolimer akrilonitril butadiena stirena, berbagai polimer terfluorinasi dan sejumlah kopolimer serta bahan paduan polimer yang meningkat jumlahnya. Ada banyak kesamaan dalam pasaran plastik - plastik teknik tetapi plastik plastik ini dipakai terutama dalam bidang transportasi seperti (mobil, truk, pesawat udara), konstruksi (perumahan, instalasi pipa ledeng, perangkat keras), barang - barang listrik dan elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin - mesin industri dan barang- barang konsumsi. Selain polimer - polimer yang telah diperlihatkan, kopolimer dan paduan polimer teristimewa yang disesuaikan untuk memperbaiki sifat (mutu) semakin bertambah jumlahnya. Pemasaran plastik - plastik teknik tumbuh dengan cepat dengan proyeksi pemakaian yang meningkat hingga 10% per tahun.

Contoh Polimer teknik yang utama dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut:

-

Polimer dengan tujuan khusus, yaitu polimer yang memiliki sifat spesifik yang unggul dan dibuat untuk keperluan khusus. Contoh: alat-alat kesehatan seperti termometer/timbangan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Polimer merupakan molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia yang kecil, sederhana, dan terikat oleh ikatan kovalen.

Penggunaan suatu polimer tergantung pada sifat polimer, sedangkan sifat polimer ditentukan oleh struktur polimer itu sendiri, maka sangat penting untuk mempelajari hubungan antara struktur dan sifat polimer.

Sifat polimer yaitu sifat termal, sifat kelenturan, ketahanan terhadap mikroorganime, dan sifat lainnya.

Stress merupakan tegangan, dan strain merupakan regangan. Berdasarkan jenis bahan, ukuran dan geometri objek, dan kekuatan yang diterapkan, deformasi terdiri atas 2 jenis yaitu deformasi elastis dan deformasi plastik.

Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Polimer termosetting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas.

DAFTAR PUSTAKA Callister, William. 2007. Materials Science and Engineering. New York: Wiley & sons http://www.matter.org.uk/matscicdrom/manual/pm.html Konsep polimer, tanggal akses: 28 April 2011 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/polimertermoplastik-dan-termosetting/ tanggal akses: 27 April 2011 2010. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/polimerberdasarkan-sifat-thermalnya/ tanggal akses: 27 April 2011