polarimetri jadi
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI
Penentuan Kadar Sukrosa dengan Polarimetri
Pembimbing : Dra. Ari Marlina, M.Si
Disusun oleh :
2 Analis Kimia
LitaAyuListiani NIM 111431016
M Syarif Hidayatullah NIM 111431017
Nadia Luthfi Nuran NIM 111431018
Neng Teti Komala NIM 111431019
Tanggal Praktikum : 16 Oktober 2012
Tanggal Penyerahan Laporan :30 Oktober 2012
Analis Kimia
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2012
I. TUJUAN
1. Mengenal Metoda penentuan sudut putar untuk penentuan konsentrasi suatu senyawa
yang bersifat optic aktif
2. Mengukur sudut putar bidang polarisasi larutan gula
3. Menentukan kadar gula dalam larutan cuplikan
II. DASAR TEORI
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir.
Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa
organik.
Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran sudut putaran (optical
rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa
tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa cahaya alam (cahaya putih) mempunyai macam-macam panjang gelombang
(polikromatis) yang bervariasi pada bidang yang berbeda, supaya cahaya tersebut menjalar pada
satu bidang dengan satu panjang gelombang saja, maka sinar tersebut harus dirambatkan pada
polarisator yang berupa prisma nikol yang terdiri dari hablur CaCO3. Alat untuk mengukur sudut
putar ini disebut polarimetri.
(gambar polarimeter)
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan
terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh
senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum jam.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai berikut :
1. Jenis zat, masing–masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap bidang getar
sinar terpolarisir.
2. Panjang lajur larutan dan panjang tabung, Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga
makin besar.
3. Suhu, makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan karena zat
akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang berada dalam tabung akan berkurang.
4. Konsentrasi zat, konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi dinaikkan
maka putarannya semakin besar.
5. Jenis sinar (panjang gelombang), pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama
mempunyai nilai putaran yang berbeda.
6. Pelarut, zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang
berbeda. Contoh : Calciferol dalam kloroform α = +52,0o sedangkan Calciferol dalam aseton
α = + 82,6o
Komponen-komponen alat polarimeter adalah :
1. Sumber cahaya monokromatis
Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan
biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm. Selain itu juga
dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm.
2. Polarisator dan analisator
Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan analisator berfungsi
untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan sebagai polarisator dan
analisator adalah prisma nikol.
3. Prisma setengah nikol
Merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang gelap dan
gelap terang.
4. Skala lingkar
Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya dilakukan jika telah
didapatkan pengamatan tepat baur-baur.
5. Wadah sampel ( tabung polarimeter )
Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya
berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ;
1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung
udara yang terperangkap didalamnya.
6. Detektor
Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata, sedangkan
polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.
Skema alat :
III.ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan BanyaknyaBotol semprot 1 buahAlat polarimeter lengkap dengan tabungnya
1 buah
Botol timbang 1 buahLabu takar 50 mL 7 buahPipet tetes 3 buahPipet ukur 2 buahGelas kimia 250 mL 1 buahBatang Pengaduk 3 buahCorong gelas 1 buahNeraca analitik 1 buah
Sukrosaaquades
IV. LANGKAH KERJA
Melakukan kalibrasi alat
Menimbang x gr padatan sukrosa murni dan melarutkan hingga 1 L
Membuat Larutan Standar 2 % ; 4 % ; 6 % ; 8% ; 10 % ke dalam masing- masing labu takar 50 mL
Mengencerkan hingga tanda batas
Mengukur sudut putar optik aktifnya pada larutan standar dan sampel
Membuat kurva kalibrasi dan mengukur konsentrasi sampel
V. DATA PERCOBAAN
No Konsentrasi larutan gula murni (% v/v)Sudut Putar optic aktif (°)
1 2 3 Rata-rata1 2 1.75 1.55 1.45 1.582 4 2.70 2.70 2.70 2.73 6 4.05 4.05 4.05 4.054 8 5.30 5.25 5.20 5.255 10 6.60 6.60 6.65 6.626 cuplikan 3.95 4.15 4.15 4.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1101234567
f(x) = 0.6315 x + 0.251R² = 0.998991094577838
Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Optis Aktif
Konsentrasi %Linear (Konsentrasi %)
Konsentrasi %
sudu
t put
ar
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Pembuatan larutan standar
Diketahui : mL yang dibuat = 250 mL
Berat sukrosa = 37,5234 gram
Kadar sukrosa pada larutan standar = 37,5234
250× 100 %
¿15,009%
Kadar larutan standar yang akan digunakan = 2%, 4 %, 6 %, 8 %, 10%
1. Volume sukrosa yang harus dipipet untuk konsentrasi 2%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 15% = 50 mL x 2%
V1 = 50 mL×2 %
15 % = 6,67 mL
2. Volume sukrosa yang harus dipipet untuk konsentrasi 4%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 15% = 50 mL x 4%
V1 = 50 mL× 4 %
15 % = 13,33 mL
3. Volume sukrosa yang harus dipipet untuk konsentrasi 6%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 15% = 50 mL x 6%
V1 = 50 mL×6 %
15 % = 20 mL
4. Volume sukrosa yang harus dipipet untuk konsentrasi 8%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 15% = 50 mL x 8%
V1 = 50 mL×8 %
15 % = 26,67 mL
5. Volume sukrosa yang harus dipipet untuk konsentrasi 10%
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 15% = 50 mL x 10%
V1 = 50 mL×10 %
15 % = 33,33 mL
B. Konsentrasi sampel berdasarkan kurva kalibrasi
Y = 0.631x + 0.251
X = Y−0.251
0.631
= 6.07 %
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini konsentrasi sampel yaitu campuran yang mengandung larutan sukrosa
ditentukan dengan mengukur sudut putarnya menggunakan polarimeter. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu membuat larutan standar sukrosa dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%
dengan melakukan pengenceran dari larutan baku standar sukrosa dengan konsentrasi 15%.
Kemudian sebelum dilakukan pengukuran sudut putar terhadap larutan standar yang dibuat,
sebelumnya dilakukan kalibrasi terhadap polarimeter. Kalibrasi ini dilakukan dengan cara
mengukur sudut putar aquades, hasil pengukuran sudut putar aquades tersebut dibuat menjadi
nol, sehingga aquades dijadikan sebagai acuan dengan sudut putarnya sama dengan nol. Aquades
digunakan pada saat kalibrasi karena aquades tidak dapat memutar bidang polarisasi.
Pengukuran sudut putar suatu senyawa dilakukan dengan cara memasukan larutan yang akan
diukur sudut putarnya dalam tabung polarimeter yang bagian atas dan bawahnya tembus
pandang, sehingga zat yang memiliki sifat optis dalam tabung dapat diketahui sudut putarnya
dengan cara menyimpan tabung dengan posisi horizontal pada polarimeter. Pada saat pengukuran
diharapkan pada tabung polarimetri tidak terdapat gelembung, sebab gelembung udara tersebut
membentuk cekungan pada larutan sehingga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang
terpolarisasi, akibatnya berpengaruh pada besarnya sudut putar suatu sampel, oleh karena itu
gelembung diatur sedemikian rupa dan ditempatkan pada bagian gondok pada tabung uji
sehingga gelembung tidak mengganggu pengukuran.
Prinsip kerja polarimeter yaitu berdasarkan pada pengukuran daya putar optis dari suatu senyawa
optis aktif terhadap sinar yang terpolalisir. Pertama sinar monokromatis dari sumber cahaya
(lampu natrium) akan melewati lensa kolimator sehingga berkas sinar yang dihasilkan akan
disejajarkan arah rambatnya. Kemudian dari lensa kolimator berkas sinar tersebut diteruskan ke
polarisator untuk mendapatkan berkas cahaya yang terpolarisasi, cahaya yang terpolarisasi ini
kemudian akan diteruskan ke prisma ½ nicol untuk mendapatkan bayangan gelap dan terang,
kemudian melewati larutan senyawa optik aktif yang berada dalam tabung polarimeter.
Bayangan gelap dan terang inilah yang kemudian digunakan dalam pengukuran sudut putar suatu
senyawa optis aktif, kedua sisi lingkaran yang asalnya memiliki keterangan berbeda dibuat
memiliki keterangan yang sama dengan cara menekan tombol R+ (dextro-rotary[+]) pada
polarimeter apabila daerah terang berada disebelah kanan, sedangkan apabila daerah terang
berada disebelah kiri maka tombol yang ditekan adalah tombol L- (levo-rotary[-]) , atur hingga
kedua sisi sama terangnya.
Senyawa optic aktif ialah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisator. Zat
optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom c kiral dalam senyawa organik
Pada percobaan ini senyawa optis aktif yang diukur sudut putarnya yaitu larutan sukrosa yang
memiliki C kiral dengan struktur :
(Gambar struktur sukrosa)
Pengukuran larutan standar sukrosa dilakukan pada berbagai konsentrasi dan didapatkan
kesimpulan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka besarnya sudut putar juga semakin tinggi,
hal ini bersesuaian dengan teori yang menyatakan bahwa Konsentrasi sebanding dengan sudut
putaran, jika konsentrasi dinaikkan maka sudut putarannya semakin besar.
Setelah dilakukan pengukuran terhadap larutan standar dilakukan pengukuran terhadap larutan
sampel yang akan diukur konsentrasinya, larutan sampel sukrosa berasal dari campuran larutan
standar sukrosa dengan volume dan konsentrasi yang tidak diketahui. Dari larutan sampel
didapatkan sudut putarnya yaitu sebesar 4,08 dan konsentrasi sampel ditentukan dengan cara
membuat kurva kalibrasi dari konsentrasi larutan standar sukrosa terhadap sudut putarnya.
Konsentrasi sampel yang didapatkan yaitu sebesar 6,07%.
VIII. KESIMPULAN
1. Semakin tinggi konsentrasi glukosa maka akan mengakibatkan akan semakin besar daya
putar senyawa.
2. Glukosa merupakan suatu senyawa optis aktif karena dpat memutar bidang getar yang
terpolarisir
3. Konsentrasi sampel ditentukan dari kurva kalibrasi konsentrasi larutan standar terhadap
sudut putarnya, Konsentrasi sampel yang di dapat adalah 6,07 %
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Saccharose2.svg&page=1 (diunduh pada
tanggal
Anonim. 2012. “Penentuan Sudut Putaran Jenis Zat Optik Dengan
Polarimeter”.online.
http://landasanteori.blogspot.com/2012/04/penentuan-sudut-putaran-jenis-
zat-optik.html
Brink O.C. et. Al. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Instrument. Bandung : Bina Cipta
Kopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisa. Jakarta : UI Press
Ismono. 1983. Cara-Cara Optik dalam Analisa Kimia. Bandung : Departemen Kimia ITB