pola permukiman ribo
TRANSCRIPT
Pola Permukiman
Komang Suta Widyarta/ 1014031004
Permukiman merupakan kumpulan tempat tinggal manusia di suatu kawasan tertentu.
Manusia biasa membangun perumahan-perumahan yang berdekatan satu sama lain, karena pola
interaksi manusia sebagai makhluk sosial. Permukiman-permukiman yang dibangun oleh
penduduk di suatu kawasan akan sangat tergantung kepada kondisi lingkungan di kawasan
tersebut. Oleh karena itu, pola-pola pemukiman di setiap wilayah memiliki ciri tersendiri.
Namun secara umum, terdapat tiga pola permukiman yang banyak dijumpai di Indonesia, yaitu
pola memanjang (linier), pola terpusat (nucleated), dan pola tersebar (dispersed).
1. Pola Memanjang (Linier)
Pola memanjang permukiman penduduk dikatakan linier bila rumah-rumah yang
dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan
pada kawasan permukiman yang berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai. Pola ini
dapat terbentuk karena kondisi lahan di kawasan tersebut memang menuntut adanya pola ini.
Seperti kita ketahui, sungai, jalan, maupun garis pantai memanjang dari satu titik tertentu ke titik
lainnya, sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut pun membangun rumah-rumah
mereka dengan menyesuaikan diri pada keadaan tersebut.
a. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Alur Sungai
Pola ini terbentuk karena sungai merupakan sumber air yang melimpah dan sangat
dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, misalnya sumber air dan sarana transportasi.
Permukiman penduduk di sepanjang alur sungai biasanya terbentuk di sisi kanan dan kiri sungai
dan memanjang dari hulu hingga ke hilir. Di Indonesia, pola permukiman ini banyak ditemukan
di sepanjang sungaisungai besar, seperti Sungai Musi di Sumatra dan Sungai Mahakam di
Kalimantan.
b. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Jalan Raya
Perkembangan kemajuan zaman memicu munculnya banyak jalan raya sebagai sarana
transportasi yang lebih cepat dan praktis. Jalan raya yang ramai membantu pertumbuhan
ekonomi peduduk yang tinggal di sekitarnya untuk membangun permukiman di sepanjang jalan
raya. Pola permukiman linier di sepanjang jalan raya dapat ditemukan di hampir seluruh kota di
Indonesia.
c. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Rel Kereta Api
Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api biasanya hanya terkonsentrasi di sekitar
stasiun kereta api yang ramai dikunjungi orang. Rel kereta api dan stasiun kereta api merupakan
sarana vital yang mampu menghubungkan berbagai tempat yang berjauhan, sehingga sangat
banyak dikunjungi dan menarik untuk ditinggali. Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta
api lazim ditemukan di Pulau Jawa saja.
d. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Pantai
Pola permukiman ini biasanya dibangun oleh penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan. Pola permukiman linier di sepanjang pantai dapat ditemukan di berbagai kawasan
pantai dan desa-desa nelayan di Indonesia.
2. Pola Terpusat (Nucleated)
Pola terpusat merupakan pola permukiman penduduk di mana rumah-rumah yang
dibangun memusat pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan pada kawasan permukiman
di desa-desa yang terletak di kawasan pegunungan. Pola ini biasanya dibangun oleh penduduk
yang masih satu keturunan. Pola pemukiman ini mengelompok membentuk unit-unit yang kecil
dan menyebar, umumnya terdapat di daerah pegunungan atau daerah dataran tinggi yang berelief
kasar, dan terkadang daerahnya terisolir. Di daerah pegunungan pola pemukiman memusat
mengitari mata air dan tanah yang subur. Sedangkan daerah pertambangan di pedalaman
pemukiman memusat mendekati lokasi pertambangan. Penduduk yang tinggal di pemukiman
terpusat biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan dan hubungan dalam pekerjaan. Pola
pemukiman ini sengaja dibuat untuk mempermudah komunikasi antarkeluarga atau antarteman
bekerja.
3. Pola Tersebar (Dispersed)
Pada pola tersebar, rumah-rumah penduduk dibangun di kawasan luas dan bertanah
kering yang menyebar dan agak renggang satu sama lain. Pola tersebar umumnya ditemukan
pada kawasan luas yang bertanah kering. Pola ini dapat terbentuk karena penduduk mencoba
untuk bermukim di dekat suatu sumber air, terutama air tanah, sehingga rumah dibangun pada
titik-titik yang memiliki sumber air bagus.
Sebagaimana kamu ketahui, bahwa dalam persebarannya biasanya penduduk membangun rumah
di kawasan-kawasan yang dapat menunjang kegiatan kesehariannya, terutama kegiatan yang
menunjang ekonomi mereka. Oleh karena beragamnya pencaharian masyarakat, maka
permukiman-permukiman penduduk di Indonesia pun tersebar pada kawasan-kawasan tertentu.
Salah satu penyebab tidak meratanya persebaran permukiman penduduk adalah perekonomian
masyarakat. Sejak zaman dahulu, Jawa telah menjadi pusat pemerataan perdagangan di kawasan
Asia Tenggara. Akibatnya, penduduk banyak berdatangan ke Pulau Jawa untuk mencari barang
dan pekerjaan karena mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Padahal, kawasan-kawasan lain
di Indonesia pun memiliki potensi yang besar untuk pengembangan ekonomi. Pola pemukiman
tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau daerah gunung api dan daerah-daerah yang kurang
subur. Pada daerah dataran tinggi atau daerah gunung api penduduk akan mendirikan
pemukiman secara tersebar karena mencari daerah yang tidak terjal, morfologinya rata dan relatif
aman. Sedangkan pada daerah kapur pemukiman penduduk akan tersebar mencari daerah yang
memiliki kondisi air yang baik. Mata pencaharian penduduk pada pola pemukiman ini sebagian
besar dalam bidang pertanian, ladang, perkebunan dan peternakan
Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerahnya.
Kondisi fisik yang dimaksud antara lain meliputi iklim, kesuburan tanah, dan topografi wilayah.
Pengaruh kondisi fisik ini sangat terlihat pada pola pemukiman di daerah pedesaan, sedangkan di
daerah perkotaan kurang begitu jelas, mengingat penduduk kota sangat padat, kecuali yang
bertempat tinggal sepanjang aliran sungai, biasanya membentuk pola linear mengikuti aliran
sungai.
Menurut Alvin L. Bertrand, berdasarkan pemusatan masyarakatnya, pola pemukiman penduduk
desa dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Nucleated village, yaitu penduduk desa hidup bergerombol membentuk suatu kelompok
yang disebut dengan nucleus.
2. Line village, yaitu pemukiman penduduk yang menyusun tempat tinggalnya mengikuti
jalur sungai atau jalur jalan dan membentuk deretan perumahan.
3. Open country village, yaitu di mana penduduk desa memilih atau membangun tempat-
tempat kediamannya tersebar di suatu daerah pertanian, sehingga dimungkinkan adanya
hubungan dagang, karena adanya perbedaan produksi dan kebutuhan. Pola ini disebut
juga trade centre community.
Sedangkan menurut Bintarto, terdapat enam pola pemukiman penduduk desa, yaitu:
1. Memanjang jalan. Di daerah plain (datar) susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan
sungai. Contoh desa ini dapat dilihat di daerah Bantul-Yogyakarta, dan merupakan Line
Village atau pola desa yang memanjang.
2. Memanjang sungai.
3. Radial. Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang sepanjang sungai
di lereng gunung.
4. Tersebar, pola desa di daerah karst gunung adalah tersebar atau scattered, merupakan
nukleus yang berdiri sendiri.
5. Memanjang pantai. Di daerah pantai susunan desa nelayan berbentuk memanjang
sepanjang pantai. Contoh ini terdapat di daerah Rengasdengklok Jawa Barat dan di
daerah Tegal.
6. Memanjang pantai dan sejajar dengan kereta api.
Line village atau pola desa memanjang mengikuti alur
jalan. (Sumber: Indonesian Heritage)
Contoh pola desa radial. (Sumber: Indonesian Heritage)
Contoh pola desa memanjang mengikuti pantai.
(Sumber: Indonesian Heritage)
Jika kita perhatikan, ternyata ada keterkaitan antara pola pemukiman penduduk dengan pola
pemukiman dengan iklim, pola pemukiman dengan kesuburan tanah, dan pola pemukiman
dengan topografi wilayah.
1. Kaitan Pola Pemukiman dan Iklim
Pada umumnya penduduk terpusat di daerah-daerah dengan kondisi iklim yang
mendukung kehidupannya. Banyaknya penduduk di suatu daerah dengan curah hujan yang
cukup banyak menyebabkan sumber air banyak ditemukan di mana-mana. Hal ini dapat
menyebabkan pola pemukiman penduduknya juga tersebar. Kurangnya curah hujan
menyebabkan sumber air sedikit. Dengan demikian, penduduk akan mencari tempat tinggal yang
memiliki sumber air untuk menunjang kehidupannya. Hal ini dapat menyebabkan pemukiman
penduduk membentuk pola terpusat yang melingkari sumber air tersebut.
2. Pola Pemukiman dan Kesuburan Tanah
Daerah yang memiliki tanah-tanah yang subur dapat mengikat tempat tinggal penduduk
dalam satu kelompok (memusat). Sebaliknya, di daerah-daerah dengan tingkat kesuburan
tanahnya sangat rendah (misalnya di daerah kapur), penduduk akan mencari tempat-tempat yang
agak subur untuk tempat tinggalnya. Dengan demikian, pola pemukiman penduduknya akan
membentuk pola tersebar (scattered).
Contoh pola pemukiman berdasarkan kesuburan tanah
(tersebar) (Sumber: Indonesian Heritage)
3. Pola Pemukiman dan Topografi Wilayah
Topografi merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya perbedaan pola
pemukiman penduduk di daerah-daerah. Pola pemukiman penduduk di daerah pantai akan
membentuk pola "line" atau memanjang mengikuti garis pantai. Pola line juga akan terbentuk di
sepanjang jalan, jalan kereta, atau sepanjang aliran sungai. Begitu juga di daerah dengan
topografi relatif datar biasanya membentuk pola mengelompok.
Pada daerah dengan topografi kasar atau bergelombang menyebabkan pola pemukiman
penduduknya tersebar, karena mereka mencari tempat yang agak datar untuk membangun tempat
tinggalnya. Di daerah ini tidak jarang jarak antara satu desa dengan desa lainnya sangat
berjauhan, dan hanya dihubungkan oleh jalan setapak.