pola penanganan air limbah permukiman

69
Subdit Air Limbah Direktorat Pengembangan PLP POLA PENANGANAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Upload: infosanitasi

Post on 15-May-2015

5.236 views

Category:

Business


14 download

DESCRIPTION

Pola Penanganan Air Limbah Permukiman menjelaskan aspek-aspek peraturan dan perundangan yang mendasari, strategi dan kebijakan pengelolaan air llimbah permukiman, berbagai opsi teknologi penanganan air limbah. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Subdit Air Limbah

Direktorat Pengembangan PLP

POLA PENANGANAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Page 2: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

1. Jakstra Penanganan Air Limbah Permukiman

2. Opsi Teknologi Bidang Air Limbah 3. Readiness Criteria Bidang Air

Limbah

Page 3: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

1. KEBIJAKAN & STRATEGI PENANGANAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN

Page 4: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

BABS DI KEBUN, EMPANG, & KALI

Potret Sanitasi di Indonesia

Page 5: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

BABS DI SUNGAI, SALURAN, & LAUT

Potret Sanitasi di Indonesia

Page 6: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Mengapa Air Limbah perlu Dikelola?

50 dari 1000 bayi meninggal karena

diare

14.000 ton per hari tinja mencemari

badan air

75% sungai di Indonesia sudah

tercemar

Masyarakat membayar 25% lebih mahal untuk air minum

perpipaan

70% air tanah di Indonesia tercemar

Potensi kerugian dapat

mencapai 56 Triliun

Rupiah per tahun

Page 7: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Tantangan dan Permasalahan Sanitasi

PERMASALAHAN Minimnya peran serta masyarakat

Belum efisiennya tata kelola dan kelembagaan

Peraturan yang belum memadai

Terbatasnya pendanaan

Minimnya akses terhadap

sanitasi layak

Page 8: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

1. UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

2. UU Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

3. PP Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air

4. PP Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

5. PP Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai

6. PP nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

7. PP nomor 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan

8. Kepmen LH nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air

Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan

9. Kepmen LH nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya

Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air

10.Kepmen LH nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata

Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuagan Air Limbah ke Air atau

Sumber Air.

LANDASAN PERATURAN (1)

Page 9: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

LANDASAN PERATURAN (2)

11. Kepmen LH nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

12. Kepmen LH nomor 52 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Hotel

13. Kepmen LH nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi

Kegiatan Rumah Sakit

14. PP nomor 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan

15. Permen LH nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau

Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup

16. Kepmen LH nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

17. PP nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

18. Permen PU nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan Strategis Air Limbah

Page 10: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

UU Nomor 32 tahun 2009 Pasal 20 ayat 3

Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan:

a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan

b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Page 11: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

• Pasal 21

(2) Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud pd Ayat (1)

dilakukan melalui :

d. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi

• Pasal 23 :

(1) Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ditujukan

untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yg masuk dan yang

ada pada sumber 2 air.

(2) Pengelolaan kualitas air sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dilakukan

dg cara memperbaiki kualitas air pd sumber air dan prasarana sumber

daya air.

(3) Pengendalian pencemaran air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dg cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber

air dan prasarana sumber daya air.

(4) Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut

dengan peraturan pemerintah

UU NO.7/2004 tentang Sumber Daya Air

Page 12: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

PP Nomor 38/2011 tentang Sungai

1. Pencegahan pencemaran air sungai sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b

dilakukan melalui :

a. Penetapan daya tampung beban cemaran;

b. Identifikasi dan investarisasi sumber air limbah yang masuk ke

sungai

c. Penetapan persyaratan dan tata cara pembuangan air limbah;

d. Pelarangan pembuangan sampah ke sungai ;

e. Pemantauan kualitas air pada sungai; dan

f. Pengawasan air limbah yang masuk ke sungai.

2. Pencegahan pencemaran air sungai dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-

undangan

Page 13: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

PP NO.16/2005 Tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum

• (Pasal-14, ayat-3) mengisaratkan tentang

Pengembangan sistem AM & Sanitasi didasarkan

atas pertimbangan :

• Keberpihakan pada masyarakat miskin dan daerah

rawan air;

• Peningkatan derajat kesehatan Mayarakat;

• Pemenuhan standar pelayanan ;

• Tidak menimbulkan dampak sosial

Page 14: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Pelayanan Minimal Pembuangan

Air Limbah (1)

PP 16/2005 (PASAL 16 ):

1. Pelayanan minimal Sistem Pembuangan air limbah

berupa unit pengolahan kotoran manusia/ tinja di

lakukan dengan menggunakan sistem setempat

atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah

tangkapan air/ resapan air baku.

2. Sistem pembuangan AL terpusat diperuntukkan

bagi kawasan padat penduduk dengan

memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan

SPAM serta mempertimbangkan kondisi sosio

ekonomi masyarakat.

Page 15: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Pelayanan Minimal Pembuangan

Air Limbah (2)

PP 16/2005 (PASAL 17 ):

HASIL PENGOLAHAN AIR LIMBAH :

• Berupa cairan, harus memenuhi standar baku mutu

air buangan & baku mutu sumber air baku (Fisik,

kimia & Bakteriologi)

• Berupa Padatan, yg tidak dapat dimanfaatkan

kembali wajib diolah sehingga tidak membahayakan

manusia dan lingkungan

• Kedua-duanya hrs dimonitor baik kualitas maupun

kuantitas

Page 16: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

BAKU MUTU AIR LIMBAH

(Kepmen LH nomor 112 tahun 2003)

• Dalam Pasal 8 ditegaskan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan dan apartemen wajib :

a. melakukan pengolahan air limbah domestik sehingga mutu air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan

b. membuat saluran pembuangan air limbah domestik tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan.

c. membuat sarana pengambilan sample pada outlet unit pengolahan air limbah

Parameter Satuan KadarMaksimum

pH 6-10

BOD mg/L 100

TSS mg/L 100

Lemakdanminyak mg/L 10

Page 17: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

TARGET MDG’S

Akses Penduduk terhadap Sanitasi Layak

2000 2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2015

Perkotaan 53,73 56,56 57,29 56,73 59,20 54,13 64,67 66,70 69,51 72,78 72,54 72,70 76,82

Perdesaan 31,31 40,39 40,29 40,98 42,93 42,68 43,93 42,95 45,72 45,85 44,96 43,89 55,55

Nasional 32,72 34,30 35,64 35,61 38,13 35,03 44,20 48,56 51,19 55,54 55,60 57,35 62,41

53,73

72,70 76,82

31,31

43,89 55,55

32,72

57,35

62,41

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

Pen

cap

aia

n (

%)

GAP

4,12

13,25

5,06

* : Data BPS Triwulan 3 Tahun 2012

Page 18: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

20

Perubahan Paradigma Pengelolaan Air Limbah

Pioneer : World Bank, Borda NGO and AMPL Working Group

Paradigma Lama

(sebelum 2005)

Paradigma baru

TARGET ORIENTED

• Rendahnya kesadaran

masyarakat

• Sistem sanitasi tidak

berkelanjutan

PUBLIC NEEDS ORIENTED

• Masyarakat berperan

langsung sebagai komponen

pembangunan

• Sistem sanitasi menjadi

berkelanjutan

Page 19: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional

(2010 – 2014)

• Stop Buang Air Besar sembarangan (BABs) • Pengembangan Sistem Air Limbah Terpusat di 16 Kota • Pengembangan Sistem Air Limbah Komunal di 226 Kota

Page 20: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Kebijakan dan Strategi Nasional

Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman

22

Peningkatan pola

investasi & pembiayaan

Peningkatan peran serta

masyarakat

Pengembangan

kelembagaan

Peningkatan akses

layanan

Pengembangan legalitas

•Peningkatan aspek kesadaran masyarakat

•Peningkatan peran dunia usaha & swasta

•Peningkatan akses di perdesaan untuk sistem

komunal (on site)

•Peningkatan akses di perkotaan untuksistem

terpusat (off site)

•Penyusunan peraturan perundangan

•Penerapan peraturan perundangan

•Penyebarluasan/sosialisasi peraturan perundangan

•Penguatan instansi daerah terkait pengelolaan AL

•Pengembangan kerjasama antar instansi

•Peningkatan kesadaran akan pentingnya bidang air

limbah

•Pengembangan alternatif pembiayaan

•Penyepakatan pembagian pembiayaan (pusat dan

daerah)

PermenPU no. 16/PRT/M/2008

Page 21: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

2. OPSI TEKNOLOGI BIDANG AIR LIMBAH

Page 22: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Skala Kaasan/Kota

Skala Regional/Nasional

Berbasis Institusi Berbasis Masyarakat

Skala Penanganan

Pendekatan

Pengembangan PS pelayanan kota berdasarkan demand responsive

Pembangunan prasarana dan

sarana air limbah mendukung

kerjasama antar kota/daerah

dalam melindungi pencemaran

badan air

Kota metropolitan & besar sewerage sistem

Kota sedang/kecil: off site sistem terpadu – fokus pada pelayanan IPLT (peningkatan on site management)

Kota/kawasan lama: Shallow/small bore sewer atau sewerage skala kawasan, terpadu dengan PS pelayanan kota mendukung revitalisasi kota lama

Kota/kawasan baru: Pembangunan sistem sewerage

untuk kawasan Rumah Sederhana Sehat (RSH)

Mendorong pembangunan sistem sewerage untuk kota baru melalui investasi

Prokasih dan sejenisnya

(one river one management)

1.Pro poor

2.Kawasan kumuh & rawan sanitasi

1. Desa : Model CLTS On-site 2. Kumuh perkotaan Model SANIMAS Off-site skala kecil

Skala Lingkungan

Pendekatan dalam Pengelolaan Air Limbah Permukiman

Page 23: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

PENGEMBANGAN AIR LIMBAH

BERDASARKAN ARAS SPATIAL

ARAS SPASIAL TUJUAN

PENDEKATAN

RUANG LINGKUP KEGIATAN

KETERPADUAN

PROGRAM

1. REGIONAL Pengendalian pencemaran

dan perlindungan air baku

One river, one management Identifikasi sumber-2 pencemaran

Station monitoring

IPAL regional

Program kali bersih

Integrated Water

Resources Managemt

2. KOTA Peningkatan akses

pelayanan publik dan kualitas

pelayanan sanitasi dengan

minimum mencapai standar

minimal dalam rangka

meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat dan

perlindungan lingkungan

Pengelolaan air

limbah/sanitasi skala kota

(city wide) dengan

pembangunan secara

bertahap

Fasilitasi pembangunan system

sewerage

Fasilitasi peningkatan atau

pembangunan IPLT

Peningkatan pelayanan air

limbah perpipaan skala

kota

Peningkatan akses dan

kualitas pelayanan

sanitasi/air limbah skala

kota (IPLT)

3. KAWASAN Dukungan terhadap kws

permukiman yang layak huni

dan sehat

Mewajibkan setiap

pengembang untuk

menyediakan sewerage

pada kws real estate

Memberikan subsidi

kepada pengembang RSH

Penyusunan aturan perundangan

dan NSPM

Fasilitasi pembangunan sewerage

bertahap

Dukungan prasarana dan

sarana kawasan

pembangunan Rumah

Sehat Sederhana (RSH)

dan MBR

4. LINGKUNGAN

Meningkatkan kondisi

sanitasi lingkungan pada

masyarakat perkotaan /

perdesaan berdasarkan

kebutuhan dan kesesuaian

masyarakat itu sendiri.

Pemberdayaan masyarakat

Sharingi dana antara

pemerintah pusat , prop,

kab/kota, LSM dan

masyarakat

Stimulasi sistem pengolahan air

limbah skala komunitas

Fasilitasi pengelolaan /manajemen

pembangunan

Decentralized wastewater treattment

Pengembangan Sanitasi

Lingkungan oleh

Masyarakat (SANIMAS)

Kampung Improvement

5. TAPAK

BANGUNAN /

PERSIL

Mengubah perilaku

masyarakat untuk tidak

membuang tinja di tempat

terbuka tetapi membangun

serta menggunakan jamban +

septic tank/cubluk kembar

Pemberdayaan masyarakat

untuk membangun jamban

dengan dana sendiri atau

sumber lain non-pemerintah

Percontohan

Penyediaan fasilitator

pemberdayaan masyarakat

Pengembangan program CLTS

(Community Lead Total Sanitation)

Penerbitan IMB

Bebas BAB sembarangan

Page 24: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

• suatu konsep penyelenggaraan sanitasi / air limbah

domestik,

• berdasarkan kebutuhan dan kesesuaian masyarakat itu

sendiri,

• melalui perencanaan, pemilihan teknologi,

pembangunan, operasi dan pemeliharaan oleh

masyarakat sendiri,

• pendampingan fasilitator.

26

Sanimas = Sanitasi oleh Masyarakat

APA ITU SANIMAS ?

Page 25: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Prinsip SANIMAS

• Pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat

• Masyarakat diberi kesempatan untuk menyeleksi sendiri calon lokasi

• Masyarakat memilih sendiri sarana sanitasinya berdasarkan Informasi Pilihan Teknologi Sanitasi

• Pemberdayaan Masyarakat (Pelatihan-pelatihan)

• Peran serta atau partisipasi masyarakat sejak Perencanaan, Pelaksanaan pembangunan, hingga Pemanfaatan dan Perawatan

• Pengelolaan kegiatan dapat memberikan memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan

Page 26: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

28

C

O

N

V

E

N

I

E

N

C

E

COST

Common on-site Sanitation

Systems

Common CBS-options

Conventional centralized & high costs

systems

SANIMAS MENGISI GAP: Teknologi Vs Pelayanan

Page 27: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Pendekatan Berbasis Institusi

• Kota metropolitan & besar : off site /sewerage sistem

• Kota sedang/kecil: off site sistem terpadu – fokus pada pelayanan IPLT

(peningkatan on site management)

• Kota/kawasan lama: Shallow/small bore sewer atau sewerage skala

kawasan, terpadu dengan PS pelayanan kota mendukung revitalisasi kota

lama

• Kota/kawasan baru:

• Pembangunan sistem sewerage untuk kawasan Rumah Sederhana

Sehat (RSH)

• Mendorong pembangunan sistem sewerage untuk kota baru

Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat

Page 28: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

30

SANIMAS

PERUBAHAN PERILAKU

HIDUP MASYARAKAT

Page 29: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Terdapat dua macam sistem pengolahan air limbah domestik/permukiman yaitu:

a. Sanitasi sistem setempat (on-site system), yaitu sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam persil atau batas tanah yang dimiliki, fasilitas ini merupakan fasilitas sanitasi individual seperti septik tank atau cubluk

b. Sanitasi sistem terpusat (off-site system) atau sistem sewerage, yaitu sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada diluar persil atau dipisahkan dengan batas jarak atau tanah yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL.

Page 30: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Pertimbangan pemilihan Sistem Pengelolaan Air:

1. kepadatan penduduk;

2. ketersediaan air bersih;

3. kedalaman muka air tanah;

4. permeabilitas tanah;

5. kemiringan tanah;

6. kebutuhan dan ketersediaan lahan;

7. kemudahan operasi;

8. ketersediaan sumber daya manusia, dan

9. kemampuan pembiayaan.

Page 31: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

SKEMA PEMILIHAN SISTEM PENGELOLAAN

AIR LIMBAH

Page 32: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

- Pengolahan air limbah dilakukan secara setempat

- Mayoritas penduduk Indonesia masih menggunakan

pengolahan air limbah sistem individual berupa tangki

septik atau biofilter

- Perlu penyedotan lumpur tinja 2-3 tahun sekali ke Instalasi

Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

1. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat Individual

Biofilter

IPLT

Page 33: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Tangki Septik (Septic Tank)

• SNI 03-2398-2002

• Harus kedap air

• Efisiensi pengolahan 60-70%

Page 34: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Contoh Dimensi Tangki Septik

Page 35: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

TANGKI SEPTIK DENGAN FILTER ANAEROBIK

Kriteria perencanaan filter anaerobik adalah sebagai berikut (Bintek, 2011): •Media yang digunakan berukuran (2-6) cm dan bersifat porous dengan gravitasi spesifik (specific gravity) mendekati 1 (satu) •Kedalaman filter (100-120) cm •Waktu detensi ≥ 1 (satu) hari •Angka pori berkisar antara (40-60)%

Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Page 36: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Teknologi pengolahan air limbah domestik komunal merupakan sistem pengolahan air limbah yang digunakan tidak hanya untuk 1 (satu) rumah tangga tetapi digunakan secara bersama

IPAL Komunal

2. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat Komunal

Page 37: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Sistem komunal untuk pengolahan air limbah terpisah hanya dari lumpur tinja dapat menggunakan sistem pengolahan yang dikenal dengan MCK++.

Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

Page 38: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

40

IPAL Sistem

Komunal dengan

Pemipaan

Septictank

Bersama

MCK Plus ++

Pilihan Teknologi SANIMAS

Page 39: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

TANGKI SEPTIK KOMUNAL

Perencanaan tangki septik yang lebih detil dapat mengacu pada pembahasan Tangki septik dan SNI 03-2398-2002 Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan

Pada sistem ini, WC/kakus dibangun pada masing-masing rumah dan selanjutnya air limbah dialirkan melalui pipa ke tangki septik yang dibangun di bawah tanah. Tangki septik ini digunakan bersama untuk beberapa rumah

Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

Page 40: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

SISTEM MCK PLUS

Tiang Pancang Kayu Ulin 10 x 10 cm

100

±0.97

Pasir Urug 10 cm

Lantai Kerja 10 cm

Plat Lantai 25 cm

Manhole

Balok Penyangga

Plat Penyaring

Filter Material

Buis Beton Ø60 cm

Plat Penutup 15 cm

200

MT ±0.00

±1.00±0.97

200

150

300

133

12

445

DEF

20

200150500 100

POTONGAN 1 - 1"

45

118

24

8797

2470

10

1010

10

50

10

PVC D Ø 6"

11080 1515

Pasir Urug 10 cmLantai Kerja 1:3:5 10cm

Plat Lantai 1:2:3 10 cm

A

201010

73

107

C

B

R150 286

15 170 24 170 24 80 15 80 15 80 24 90 24 170 15 150 15

1512

15

40

40

95

525

35

25

20

300

248

145

393

Dak Beton

Ring Balk 25/30

15 266 15

Page 41: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Tangki Septik Bersekat (Baffled Reactor)

Tangki septik bersekat (Baffled reactor) adalah pengolahan air limbah dengan menggunakan beberapa bak/kompartemen yang fungsinya berbeda-beda. Air limbah yang masuk pada tangki akan diolah secara bertahan

Page 42: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

TANGKI SEPTIK BERSUSUN DENGAN FILTER

Tangki septik bersusun dengan filter merupakan modifikasi dari tangki septik yang menambahkan filter di dalam tangkinya. Air limbah yang telah melalui proses anaerobik akan masuk pada tahap filtrasi.

Page 43: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

BIODIGESTER

Bio-digester adalah pengolahan air limbah dengan melalui proses biologis secara anaerobik atau tanpa kehadiran oksigen. Proses penguraian materi organik dari air limbah yang diolah akan menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai energi alternatif

Page 44: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

BEBERAPA KENDALA PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS DI DAERAH PERKOTAAN

Teknologi biogas memerlukan Waktu Tinggal Di dalam reaktor cukup lama (10 – 30 hari).

Memerlukan lahan yang cukup besar.

Biaya konstruksi relatif lebih besar.

Jika pengoperasiannya kurang baik terjadi kebocoran gas yang terjadi sehingga resiko bahaya lebih besar.

Jika digunakan untuk mengolah kotoran manusia, terdapat kendala mengenai pengumpulan limbah (tinja), Kendala psikologis dan bau tidak sedap.

Efluent hasil olahan masih mengandung organik dan amoniak yang cukup tinggi sehingga jika langsung dibuang masih belum memenuhi baku mutu lingkungan, memerlukan pengolahan lanjutan.

Page 45: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

TANGKI SEPTIK BERSEKAT DENGAN FILTER DAN TANAMAN

• Tangki septik bersekat dengan filter dan tanaman merupakan kombinasi tangki septik dengan bak yang diberi tanaman.

• Tanaman akan menyerap air limbah melalui akar tanaman • Media penanaman terdiri dari tanah dan kerikil dengan kemiringan antara (0-

0,5)%. • Air limbah berasal dari tangki septik yang berada di bagian ujung bak

dialirkan pada media filter. • Permukaan air berada 5 (lima) cm di bawah permukaan filter. • Kebutuhan lahan untuk 50 KK adalah seluas 120 m2

Page 46: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Page 47: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

SISTEM KOMUNAL-PERPIPAAN

Jembatan Serangan

12

7Kal

i Win

ongo

LOKASI IPAL DEWATS

IPA

L S

IST

EM

DE

WA

TS

50

U

8

20m10 15

7

9

611

RT 05

3

5

4

2

13

1

1112

10

8

69

4

3

2

1

2829

KETERANGAN

12

15

10

7614

85

49

1613

Tem

bok

SD S

eran

gan

2425 23

2120 22

2617x

15

14

16

3

RT 042

18

17

1920

2423

111

10

30

2221

RT 031

2

19

183

411

12

13 14

7

26

25

1 6

85

27 2

17

16

9

10

18

15

Lokasi IPAL

Bak Kontrol

Rumah Penduduk

Pipa Utama

Batas RT

5

RT 01

RT 02

Jln.Wirobrajan

Jln.

KH

. Wac

hid

Has

yim

Jln.

Let

jend

Sup

rapt

o

Jln. KHA Dahlan

220 CA

B

Outlet

D

Inlet

Page 48: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

50 50

MCK++ DENGAN

BIOGAS DI KOTA

KEDIRI

PERPIPAAN KOMUNAL DI KOTA

BLITAR/PASURUAN

SISTEM

SETEMPAT

Page 49: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Small bore sewerage (SBR) adalah salah satu alternatif pengolahan lanjutan untuk effluent dari tangki septik yang didisain untuk menerima hanya limbah rumah tangga dalam wujud cair (liquid) yang selanjutnya dialirkan melalui jaringan pengumpur air limbah dengan sistem terpusat (Otis & Mara, 1985).

TANGKI SEPTIK DENGAN SMALL BORE SEWER

Page 50: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Contoh Skema Sistem Pengolahan Air

Limbah dengan RBC

Page 51: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

SANIMAS SISTEM MIX (GABUNG) antara

KOMUNAL- PERPIPAAN DAN MCK PLUS

Page 52: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT)

IPLT Banda Aceh

Unit Pengolahan

Setempat

IPLT

o Tangkiseptik paling banyak digunakan di Indonesia

o Biofilter

o Truk tinja o Motor tinja o Pengolahan primer: Tangki

Imhoff, bak sedimentasi o Pengolahan sekunder: sistem

kolam/lagoon, oxidation ditch

o Pengering Lumpur

Unit Pengangkut

Page 53: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Tahapan Perencanaan IPLT

Page 54: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Alternatif Tahapan IPLT < 50,000 jiwa

Page 55: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat

Sistem terpusat adalah sistem dimana air limbah dari

seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam riol

pengumpul, yang kemudian dialirkan kedalam riol kota

menuju tempat pengolahan dan effluen dibuang ke badan air

penerima.

Page 56: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Sambungan Rumah ke Pipa Sewer

Page 57: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Sistem Air Limbah Terpusat di 13 Kota

IPAL Suwung, Bali

IPAL Sewon, Yogyakarta

IPAL Cirebon

Bandung: IPAL Bojongsoang

Cirebon: IPAL Ade Irma,

Kesenden, Perumnas,and

Perumnas Utara

Yogyakarta: IPAL Sewon

Surakarta: IPAL Mojosongo and

Semanggi

Bali: IPAL Suwung

Medan: IPAL Pulo Brayan

Prapat: IPAL Aji Bata

Balikpapan: IPAL Margasari

Banjarmasin: IPAL HKSN,

Lambung Mangkurat, Pekapuran

Raya, Basiri

Jakarta: IPAL Setiabudi &

Malaka Sari

Tangerang: IPAL Sukasari

Manado: IPAL Boulevard

Batam: IPAL Batam Center

Page 58: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

SR (unit)

Penerima

Manfaat

(Jiwa)

1 Medan 1994 Pulo Brayan UASB 10.000 10.000 - 16.400 82.000

2 Parapat - Ajibata Kolam Aerasi 2.000 115 94,3 253 1.265

3 Batam 1990 Batam Center Kolam Oksidasi 2.852 75 97,4 300 1.500

1986 Aerasi 38.880 24.883 36,0 1.852 209.260

2012 MBBR 21.600 - - - -

5 Tangerang - Sukasari Kolam Oksidasi 2.852 150 94,7 300 1.500

6 Bandung 1979 Bojongsoang Kolam Anaerob Fakultatif 80.835 73.103 9,6 101.403 507.015

1987 Kesenden Kolam Anaerob Fakultatif 7.033 6.892 98,0 171 855

1987 Ade Irma Kolam Anaerob Fakultatif 5.626 4.782 85,0 1.808 9.040

1977 Gelatik Kolam Anaerob Fakultatif 3.944 907 23,0 1.419 7.095

1977 Rinjani Kolam Anaerob Fakultatif 3.944 3.116 79,0 4.738 23.690

1995 Semanggi Biofilter 5.184 3.761 27,4 8.435 42.175

1995 Mojosongo Kolam Aerob Fakultatif 4.320 2.169 49,8 4.940 24.700

2012 Pucang Sawit Biofilter 3.456 - 100,0 - -

9 Yogya, Sleman, Bantul 1994 Sewon Kolam Aerasi Fakultatif 15.500 12.500 19,4 16.197 80.985

10 Denpasar 2004 Suwung Kolam Aerasi 51.000 31.185 38,9 16.688 83.440

11 Balikpapan 2001 Margasari Extended Aeration 800 320 60,0 1.385 6.925

2008 HKSN RBC 5.000 448 91,0 1.379 6.895

2007 Pekapuran Raya RBC 2.500 529 78,8 1.627 8.135

2000 Lambung Mangkurat RBC 1.000 476 52,4 1.464 7.320

2010 Basirih RBC 2.000 140 93,0 431 2.115

2011 Tata Banua RBC 2.000 151 92,5 465 2.325

2011 Sungai Andai RBC 3.000 178 94,1 547 2.735

2013 Sultan Adam RBC 2.000 - 100,0 - -

13 Manado 2010 Boulevard RBC 2.000 100 95,0 100 500

TOTAL 13 24 257.726 175.981 31,7 182.302 1.111.470

12 Banjarmasin

8 Surakarta

7 Cirebon

4 Jakarta Zona 0 Setiabudhi

Jumlah

No KotaTahun

PembangunanNama IPAL Sistem IPAL

Kapasitas

Pengolahan

Terpasang

(M3/hari)

Kapasitas

Pengolahan

terpakai

(M3/hari)

Kapasitas

Idle (%)

IPAL

Page 59: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH TERPUSAT / OFF – SITE (SKALA KOTA)

IPAL Skala Kota

(Terpusat/ offsite)

Effluent APBN APBD Lahan, SR,

OM sistem lengkap

Stasiun pompa

Sambungan Rumah

Sambungan Rumah

Sambungan Rumah

Page 60: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

Pembangunan IPAL Kawasan di RSH (Rumah

Sederhana Sehat), di Indonesia

membutuhkan biaya hingga Rp 6 Juta/KK

Untuk 100 KK = Rp 600 Juta

Readiness Criteria:

• Ketersediaan lahan dari

Masyarakat/Pemda sebesar ± 100 m2

• Masyarakat bersedia untuk mengelola

sarana pendukung perpipaan disekitar

rumahnya (mengecek manhole,

membersihkan grease trap)

• Masyarakat bersedia untuk membayar

iuran untuk pemeliharaan IPAL

KAWASAN RSH DI PERUM

GRIYA PALEM INDAH

IPAL KOMUNAL DI RSH

Page 61: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

PEMBANGUNAN IPAL TERPUSAT DI RSH ABDI

PERSADA 2

PEMBANGUNAN IPAL DI KAWASAN RSH

KAWASAN RSH DI PERUM GRIYA PALEM INDAH

LOKASI IPAL TERPUSAT DI PERUM GRIYA

PALEM INDAH

KAWASAN PESANTREN OEMAR DIAN TANGKI SEPTIK KOMUNAL UNTUK SISWA PUTRA

TANGKI SEPTIK KOMUNAL UNTUK SISWA PUTRI

Page 62: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH SETEMPAT

IPLT

SANIMAS

RSH

IPAL Kawasan

APBD

• Sambungan Rumah (SR)

• O & M

• MOBIL TINJA

APBN

PERPIPAAN, SANIMAS, RSH, IPAL KOMUNAL, IPLT

Sambungan Rumah

RSH

Page 63: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

3. READINESS CRITERIA

Page 64: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

READINESS CRITERIA

NO CRITERIA PELAKSANA

1 Surat Minat Pemerintah Daerah Pemda / Kepala Daerah

2 Kawasan Rawan Sanitasi dalam Buku

Putih

Pemda / Pokja

3 Pelaksanaan Kegiatan

Pemicuan/Penyadaran Masyarakat

Pemda / Pokja

4 Kesediaan Master Plan/DED Pemda/Pokja

5 Ketersediaan Lahan Pemda / Pokja

6 Institusi Pengelola Pasca Konstruksi

(KSM, UPTD, BLUD, dll)

Pemda / Pokja

7 Surat Kesediaan Menerima Aset Pemda/Kepala Daerah

Page 65: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

1. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)

a. Adanya surat minat permohonan dari Pemerintah Kota

b. Kabupaten/Kota peserta Program PPSP

c. Tercantum dalam dokumen RPIJM

d. Tersedia Master Plan/FS/DED/Amdal sektor/UKL/UPL

e. Sasaran kota besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta jiwa

f. Tersedia lahan untuk IPAL dari Pemda

g. Tersedia institusi yang akan mengelola prasarana yang akan dibangun

h. Tersedia dana yang cukup untuk sosialisasi SR, pembangunan SR dan operasional sistem yang dibangun

Page 66: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

2. Pembangunan Prasarana Air Limbah Setempat (on-site) berbasis

masyarakat

a. Adanya surat minat/permohonan dari Pemerintah Kabupaten/Kota

b. Kriteria lokasi :

– Padat

– Kumuh

– Miskin

c. Tersedia lahan dari masyarakat

d. Tersedia dukungan/pembinaan dari Pemda pasca konstruksi (SKPD tersedia)

Page 67: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

3. Pembangunan IPAL Kawasan/RSH

a. Adanya surat minat permohonan dari Pemerintah Kota

b. Kabupaten/Kota peserta Program PPSP

c. Tercantum dalam dokumen RPIJM

d. Tersedia Master Plan/FS/DED/Amdal sektor/UKL/UPL

e. Sasaran skala kawasan/permukiman/kompleks perumahan

f. Tersedia lahan untuk IPAL dari Pemda

g. Tersedia institusi yang akan mengelola prasarana yang akan dibangun

h. Tersedia dana yang cukup untuk sosialisasi SR, pembangunan SR dan operasional sistem yang dibangun

Page 68: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

4. Pembangunan IPLT

a. Adanya surat minat permohonan dari Pemerintah Kota

b. Kabupaten/Kota peserta Program PPSP

c. Tercantum dalam dokumen RPIJM

d. Tersedia Master Plan/FS/DED/Amdal sektor/UKL/UPL

e. Tersedia lahan untuk IPLT dari Pemda

f. Tersedia kelembagaan pengelola IPLT

g. Tersedia kendaraan angkut tinja

h. Manajemen pengumpulan lumpur tinja dari rumah tangga

i. Pengawasan kualitas septic tank

Page 69: Pola Penanganan Air Limbah Permukiman

TERIMA KASIH