pola komnunikasi
TRANSCRIPT
![Page 1: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/1.jpg)
POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM
PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Sos.I)
Disusun Oleh:
ARMILATUSSHOLIHAH
NIM : 107051003695
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
![Page 2: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/2.jpg)
POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM
PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun Oleh:
ARMILATUS SHALIHAH
NIM: 107051003283
Pembimbing:
Dra. Nurul Hidayati, MA
Nip: 196903 22 199603 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
![Page 3: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/3.jpg)
ABSTRAK
Armilatus Shalihah
Pola Komunikasi Perawat Dan Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Medis
Di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hdayatullah Jakarta
Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik fisik maupun
psikis adalah kebutuhan akan kesehatan. Kesehatan memang sudah menjadi
kebutuhan yang essensial untuk berbagai tujuan. Dengan kesehatan manusia dapat
melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya hambatan. Rumah sakit sebagai
wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi merupakan wadah masyarakat,
tempat hidup dan berkembang dengan hubungannya yang bersifat timbal balik.
artinya bahwa rumah sakit dan masyarakat terdapat hubungan yang tak
terpisahkan. Keduanya terdapat hubungan saling memberi dan saling menerima.
Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi yang
biasa terjadi antara perawat dengan pasien. Unsur yang paling penting dalam
hubungan antara perawat dengan pasien dalam pelayanan medis adalah
komunikasi. Dengan komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran,
pendapat, sikap dan informasi kepada secara timbal balik.
Adapun Rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: bagaimana bentuk pola
komunikasi Perawat dan pasien rawat inap dalam pelayanan medis di rumah sakit
UIN Syarif jakarta dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat
dalam membangun sebuah komunikasi yang tepat guna dan efektif antara Perawat
dan Pasien rawat inap? Dan adapun tujuan dalam penelitian ini skripsi ini adalah
untuk memahami bentuk komunikasi yang terbangun antara perawat dan pasien
dan memahami bentuk komunikasi dalam pelayann medis yang diberikan perawat
di ruang rawat Rumah Sakit Syarif jakarta.
Metodologi dalam pembahasan skripsi ini menggunakan kualitatif yaitu
melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan take gambar terhadap
data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti masalah yang
berkaitan dengan pola komunikasi perawat dan pasien dan pendekatannya,
kemudian mengumpulkan, menyusun dan mengklasifikasikan data-data tersebut.
Sedangkan analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan
menjelaskan bagaimana pola komunikasi antara Perawat dan Pasien rawat inap
tersebut berlangsung. Dan pendekatan apa yang dilakukan seorang Perawat dalam
melakukan pendekatan terhadap pasiennya agar komunikasi antara Perawat dan
pasien dapat berlangsung secara efektif.
Setelah melakukan penelitian mengenai pola komunikasi Perawat dan
pasien rawat inap di ruang perawatan Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah dan
bentuk-bentuk pola komunikasi yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam penyembuhan penyakit pasien menggunakan pola Komunikasi Antar
Pribadi, dalam pelayanan kesehatan dari perawat dan pasien yang baik maka akan
menghasilkan efek yang positif pada diri sang pasien.
![Page 4: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/4.jpg)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat
tersusun dengan baik. Shalawat dan salam semoga seantiasa tercurah kepada
junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam persiapan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu dan
membrikan dukungan, baik moril maupun materil, serta doa yang penuh ketulusan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar
Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Peyiaran Islam. Oleh karena itu, dalam ksempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. M. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku pembantu Dekan I, Drs. Mahmud Jalal, MA
selaku Pembantu Dekan II, Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan
III, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarrofah, MA sebagai Ketua dan Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah banyak membantu dan mendukung penulis.
![Page 5: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/5.jpg)
4. Ibu Dra. Nurul Hidayati, MA, selaku pembimbing yang banyak mengarahkan
dan memberikan petunjuk dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
5. Ibu Eni Evanti, selaku manager keperawatan yang telah mengizinkan penulis
untuk mengadakan penelitian di Rumah sakit tersebut. Dan Mbak Sugi Astuti,
selaku kepala ruang keperawatan lantai 03 Rumah sakit Syarif Hidayatullah
jakarta, Para Perawat dan Pasien rawat inap yang telah membantu dan dengan
sabar dan selalu mendampingi di lapangan dalam mengambil data, sehingga
apa yang dibutuhkan dapat tercapai sesuai kebutuhan dalam skripsi ini.
6. Terkhusus untuk kedua orang tuaku Abahku yang tersayang H. Ardani dan
Ibuku yang tercinta Hj. Khairiyah, adik-adikku tercinta dan terkasih Nadhira
Rizki Amalia dan Gurrotul Muazzalah yang telah memberikan motivasi,
dukungan, semangat, do‟a serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Staf UIN yang telah membantu penulis dalam pembuatan surat untuk
mendukung penelitian ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah ikhlas
memberikan ilmunya sebagai modal utama bagi penulis dalam menyusun
skripsi ini.
9. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan
bahan-bahan sebagai rujukan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh Mahasiswa KPI angkatan 2007 khususnya kelas KPI A (KPI Yoyoi)
terima kasih kalian sudah hadir dalam hidupku, banyak warna dan keceriaan
yang didapatkan sehingga peneliti selalu bersemangat untuk mengerjakan
![Page 6: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/6.jpg)
semua tugas yang berhubungan dengan akademik. Dan untuk sahabat-
sahabatku Undurs : Farhah Khairiyah, Faizah Adhiyah Ali, Rizki Amelia,
Nuri Rahmah Fajria, Maria Ulfah, Fitroliah, Miranda Selvi Nasari, Rosyi
Nurrosyidah, Ayu, Fiqih Wulandari, Fitrah Qalbina, Agia Khumaisi, Hilda
Nurul Mawaddah, Uyun Khurul „Ain, Salmah, Camelia, Marfu‟ah, dan KKN
Crew 21 terima kasih untuk kebersamaan ini, banyak cerita, banyak kisah
yang manis yang tak mungkin dengan mudah dilupakan. Semoga persahabatan
kita akan abadi selamanya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang terbaik kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini Amiin, Jazakallahu khoiron katsiron.
Jakarta, 19 September 2011
Armilatus Shalihah
![Page 7: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/7.jpg)
DAFTAR ISI
Abstrak...................................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar isi.................................................................................................................v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Pembatasan dan PerumusanMasalah...........................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
E. Tinjauan Pustaka .........................................................................................6
F. MetodologiPenelitian...................................................................................8
G. SistematikaPenulisan..................................................................................16
BAB II : POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP
DENGAN TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Pola Komunikasi......................................................................18
B. Hubungan Perawat dengan Pasien Rawat Inap Sebagai Bentuk
Komunikasi Antar pribadi..........................................................................32
BAB III : GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UIN SYARIF
HIDAYAULLAH JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta..................................................................................39
![Page 8: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/8.jpg)
B. Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta ..................................................................................41
C. Visi dan Misi Bidang Keperawatan Rumah Sakit Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ............................................................42
D. Fasilitas Rawat Inap Rumah sakit Syarif Jakarta .....................................43
BAB IV : ANALISIS POLA KOMUNIKASI PERAWAT TERHADAP
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UINIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
A. Komunikasi Dalam Keperawatan (Hubungan Perawat-Pasien).....................50
B. Perawat-Pasien Rawat Inap Dalam Membangun Komunikasi Efektif...........68
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan...........................................................................................................72
B. Saran.................................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................76
LAMPIRAN – LAMPIRAN
![Page 9: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/9.jpg)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 19 September 2011
Armilatus Shalihah
![Page 10: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah sakit sebagai wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi
merupakan wadah masyarakat, tempat hidup dan berkembang dengan
hubungannya yang bersifat timbal balik. Artinya bahwa rumah sakit dan
masyarakat terdapat hubungan yang tak terpisahkan. Keduanya terdapat hubungan
saling memberi dan saling menerima. Dalam proses hubungan timbal balik
tersebut muncul sebuah komunikasi yang biasa terjadi antara dokter dan
paramedis dengan pasien.1
Perawat adalah orang yang dididik menjadi tenaga paramedis untuk
menyelenggarakan perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami
bidang perawatan tertentu. Perawat merupakan salah satu komponen penting dan
strategis dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Profesi perawat diakui sebagai
bagian integrasi dari pelayanan kesehatan.
Ini artinya dalam pelayanan kesehatan, bahwa peran dan fungsi perawat
merupakan satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dan tidak bisa diabaikan
oleh tenaga kesehatan yang lainnya. Bahkan bila dilihat dari segi intensitas
interaksi dengan pasien, kelompok profesional perawat merupakan tenaga
kesehatan yang paling tinggi interaksinya.
1 Erik P. Eckholm, Masalah Kesehatan (Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit,
(Jakarta:Gramedia, 1981), h.2
![Page 11: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/11.jpg)
Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi
yang bisa terjadi antara perawat dan pasien. Dalam hubungan ini perawat
memberikan pelayanan medis pada pasien dan pasien diharapkan aktif ketika
dalam hubungan demi kesembuhan dan kebaikan diri sendiri, yang juga dapat
diistilahkan dengan konseling.
Unsur yang paling penting dalam hubungan antara dokter dan para medis
(perawat) dengan pasien dalam pelayanan medis adalah komunikasi. Komunikasi
itu sendiri merupakan kebutuhan kodrati manusia merupakan persyaratan mutlak
bagi perkembangan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Dengan
komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan
informasi kepada secara timbal balik.
Komunikasi merupakan kegiatan kehidupan manusia yang dengan cara ini
membentuk kegiatan bersama dengan lainnya dimana-mana yang mempunyai
predikat zoon politicon (makhluk yang selalu hidup bersama).2 Pada dasarnya
komunikasi yang terbentuk dalam pelayanan medis adalah komunikasi antar
pribadi, tetapi kadang dokter dan perawat tidak menyadari bahwa pesan yang
mereka sampaikan pada saat memberikan pelayanan medis tidak dapat diterima
dengan baik oleh pasien karena aspek psikologis paling jadi pertimbangan,
dikarenakan cara berkomunikasi yag mereka gunakan kurang efektif.
Menerima pelayanan yang layak dan semestinya sesuai berdasarkan kode
etik dan norma-norma yang berlaku merupakan salah satu hak pasien sebagai
konsumen dari pengguna pelayanan jasa dari rumah sakit. Yakni pasien berhak
2 Komaruddin, Yooke Tjupamah S, Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2000), h.301.
![Page 12: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/12.jpg)
mendapatkan pelayanan yang disertai dengan keramahtamahan petugas kesehatan
salah satunya perawat. Perawat mempunyai peranan yang sangat besar, baik
dilihat dari interaksinya dengan pasien dan keluarganya maupun dilihat dari
keterlibatan pelayanan secara langsung kepada pasien. Meskipun dokter dan
paramedis (perawat) menganggap dirinya mengetahui aspek medis yang menjadi
spesialisasinya, tetapi kebanyak pasien, apalagi yang sangat percaya kepada
keahliannya, menganggap dokternya sebagai orang yang tahu tentang semuanya
dan dapat menjawab segala pertanyaan dan menyembuhkan segala penyakit.
Terlebih di negara-negara yang berkembang, dimana tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit sangat terbatas.
Pasien yang sangat berterima kasih kepada dokternya akan menganggap
dokter tidak lagi sebatas sebagai hubungan profesional, melainkan menjadi
hubungan pribadi yang membaur. Dalam tugasnya dilapangan, seorang dokter dan
paramedis seperti perawat tidak hanya menghadapi masalah yang dihadapinya di
bangku kuliah, melainkan juga memecahkan segala masalah sosial dan
kemanusiaan. Masyarakat membedakan apakah keluhan yang dideritanya
merupakan masalah medis atau fisik ataukah karena masalah sosial. Tugas-tugas
dokter dan paramedis pun kadang-kadang memaksa mereka memperlakukan
pasiennya secara berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien.3
Sukses dokter dan paramedis dalam menangani keluhan-keluhan
pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahiran dalam bidang
kedokteranyya melainkan oleh unsur-unsur pribadi dan dokter serta paramedis itu
sendiri (seperti kecakapan empatik dan kemampuan berkomunikasi secara aktif
3 F. Rahmadi, Perbandingan Sistem Pers, Analisis Deskriptif Sistem Pers di Berbagai
Negara, (Jakarta: Gramedia, 1990), h. 2
![Page 13: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/13.jpg)
terhadap para pasiennya) dan harapan atau pandangan atau masyarakat yang
dilayaninya. 4
Dalam pengobatan terhadap pasiennya seorang dokter dibantu paramedis
(perawat). Perawat yang bertugas sebagai mitra kerja dalam melaksanakan
prakteknya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh dokter. Selain dari yang disebutkan
diatas, pelayanan yang diberikan oleh paramedis terhadap pasien sebelum
berkonsultasi dengan dokter haruslah dapat memberikan sugesti terhadap sang
pasien untuk mempercepat proses kesembuhan. Karena pelayanan yang baik
sangat mempengaruhi psikologis pasien. Karena sebagian besar rumah sakit di
negara kita belum lah memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien.
Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki bentuk pelayanan medis
yang berupa pelayanan yang meliputi perawatan dan pengobatan medis. Bentuk
pelayanan tersebut dikerjakan secara terpadu agar diperoleh hasil yang baik yaitu
menolong dan membina manusia seutuhnya dengan fitrahnya, baik secara fisik
maupun psikis.
Jadi, yang dilakukan oleh seorang perawat ketika memberikan pelayanan
kepada pasiennya disamping melalui diagnosa obat yang disarankan oleh dokter,
perawat juga melakukan pendekatan-pendekatan yang mendukung proses
kesembuhan penyakit pasien secara pribadi dengan melakukan komunikasi secara
pribadi baik secara verbal maupun non verbal. 5
4 Solita Sarwono, Sosiologi Kesehatan, ( Beberapa Konsep Dan Aplikasinya),
Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1997, h.42 5 A. Watik Praktiknya, Islam Etika dan Kesehatan ( Jakarta: Rajawali Press, 1986), h.257.
![Page 14: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/14.jpg)
Berdasarkan latar belakang di atas maka Penulis tertarik ingin membahas
masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi
Perawat Dengan Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Medis di Rumah Sakit
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Terbentuknya komunikasi yang baik dalam pelayanan kesehatan dari
perawat dan pasien rawat inap maka akan menghasilkan efek yang positif pada
diri sang pasien. Dalam hal ini Peneliti membatasi penelitian ini pada komunikasi
perawat atau paramedis dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien rawat inap di
ruang keperawatan kamar rawat rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: bagaimana bentuk pola
komunikasi Perawat dan pasien rawat inap di ruang perawatan lantai 03 Rumah
Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta? Dan
bagaimana upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat dalam membangun sebuah
komunikasi yang efektif antara Perawat dan Pasien?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini skripsi ini adalah untuk memahami
bentuk pola komunikasi yang terbangun antara perawat dan pasien rawat inap dan
memahami bentuk komunikasi dalam pelayanan medis yang diberikan seorang
perawat dalam pelayanan terhadap pasien rawat inap untuk proses penyembuhan
penyakit di rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
![Page 15: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/15.jpg)
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan di bidang
komunikasi.
2. Secara Praktis, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka merealisasikan Tri
Darma Perguruan tinggi.
3. Dapat menjadi acuan bagi para pembaca pada umumnya dan peneliti pada
khususnya untuk menjadi komunikator dan komunikan yang baik dalam sebuah
komunikasi terapeutik serta bisa menjadi bahan referensi tambahan dalam
penelitian selanjutnya.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah Penulis melakukan peninjauan dan menelusuri ada berapa
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan fakultas
dakwah dan komunikasi. Penulis mendapat inspirasi dari berbagai judul yang
sudah ada yang membahas seputar komunikasi kesehatan, diantaranya yaitu dari
saudari Susanti Annisa6, penelitiannya berisi tentang pola komunikasi dilihat dari
aspek-aspek komunikator dan komunikan yang dibatasi pada dokter klinik
Yasmin Medika Kampung Utan Ciputat dan enam orang pasien klinik
berdasarkan intensitas dalam melakukan kunjungan kembali ke klinik tersebut.
6 Susanti Annisa. Komunikasi Dokter Dan Pasien Dalam Pelayanan Medis Di Rumah
Sakit UIN Syarif Hidayatullah (RSSH) ,” Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Ciputat, 2010.
![Page 16: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/16.jpg)
Penulis juga menemukan dari saudari Amelia7, ia meneliti tentang komunikasi
dokter dan pasien dalam proses penyembuhan pasien rehabilitasi napza di Rumah
Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dan pendekatannya. Selain itu penelitian ini
penulis mendapati skripsi juga dari saudara Musrih Khaerudin8, ia meneliti
tentang pola komunikasi yang dilakukan seorang pimpinan FKUB Kabupaten
Banyumas dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama.
Dikarenakan belum ada yang meneliti dan menganalisa tentang pola
komunikasi perawat dan pasien pada saat berinteraksi dalam pelayanan medis
dalam hal penyembuhan penyakit dan apa saja pendekatan-pendekatan yang
dilakukan seorang perawat dalam memberi pelayanan medis kepada pasiennya.
Maka penulis tertarik untuk meneliti judul tersebut, karena dalam dunia kesehatan
dan dunia komunikasi sangat berkaitan dan penting untuk di teliti agar dalam
proses penyembuhan yang diberikan oleh seorang dokter yang dibantu oleh
paramedis seperti perawat kepada pasiennya berjalan dengan baik.
7 Amelia,” Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napza Di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat (RSKO), Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, Cibubur Jakarta Timur, 2010. 8 Musrih Khaerudin. Pola Komunikasi Pimpinan Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) Kabupaten Banyumas Dalam Meningkatkan Kerukunan Antar Umat Beragama, Skripsi.
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Ciputat, 2010.
![Page 17: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/17.jpg)
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Bagdan dan Taylor, pendekatan kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari oranr-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar
individu tersebut secara utuh.9
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai
rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya
dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah,
baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai
dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk
dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat
manusia.10
Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin mendeskripsikan,
memperoleh gambaran nyata dan menggali informasi yang jelas mengenai Pola
komunikasi Perawat dan Pasien dalam pelayanan medis di Rumah sakit
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
9 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1991).,h,3. 10
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 1992) h. 209
![Page 18: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/18.jpg)
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu
metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan
nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama menggunakan jenis
penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara
berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu.11
Metode deskriptif dapat diartikan pula sebagai upaya untuk melukiskan
variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya
penelitian analisis deskriptif adalah penelitian non hipotesa sehingga dalam
langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.12
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara
rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa
kondisi atau praktek-praktek yang berlaku, juga menentukan apa yang dilakukan
orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman
mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.13
11
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengntar Metode Penelitian, (Jakarta; Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1, hal. 71 12
Dr. Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (jakarta; PT. Bina Aksara, 1985), cet. 2,
hal. 139 13
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya,
2006), cet. 12, hal. 25
![Page 19: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/19.jpg)
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah untuk menguraikan,
memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin program pelayanan medis bagi
pasien rawat inap di Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kamar Rawat Inap Rumah Sakit
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Djuanda
No.95 Ciputat – Tangerang Indonesia 15412 Phone (021) 7402718 (Hunting)
Mobile 0817-9125-960 Fax (021) 7493532 Email
[email protected] Facebook [email protected] Twitter
@rssyahid.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan, mulai bulan Mei hingga bulan Juni 2011, kurang
lebih satu bulan lamanya peneliti melakukan penelitian, sebelumnya penulis telah
melakukan survei izin penelitian yang dilakukan pada tanggal 7 februari 2011.
4. Subjek, Informan dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pekerja sosial medis selaku pelaksana
pelayanan sosial medis (perawat) dan pasien rawat inap selaku penerima
pelayanan sosial medis di ruang rawat di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri
![Page 20: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/20.jpg)
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berupaya melakukan penelitian ini
dengan menggunakan sudut pandang orang-orang yang menjadi sumber data
primer penelitian ini, melalui interaksi dengan subjek penelitian terjadi secara
alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang subjek tidak
berubah.14
Oleh karenanya, peneliti menggambarkan tabel yang menjelaskan tentang
subjek penelitian.
Tabel 1.
Subjek Penelitian
No Subjek Penelitian Posisi
1 Gambaran Pelayanan Sosial Medis, hasil
yang telah dicapai serta faktor penghambat
dan pendukung
Pekerja Sosial Medis
(Perawat)
2 Gambaran Pelaksanaan pelayanan sosial
medis dan hasil dari pelayanan tersebut
Pasien Rawat Inap
Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi mengenai
situasi dan latar penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen dalam buku Metodologi
Penelitian Kualitatif karangan Moloeng, pemanfaatan Informan dalam penelitian
adalah agar dalam waktu yang singkat banyak informasi yang didapatkan.
Sedangkan menurut Neuman konsep sample dalam penelitian kualitatif berkaitan
erat dengan bagaimana memiliki informan atau situasi sosial yang dapat
14
Ibid, h. 112
![Page 21: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/21.jpg)
memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai informasi-informasi
yang ada. Untuk memilih sampel informan lebih tepat dilakukan dengan sengaja
(purpose sampling). Dalam penelitian ini penulis memilih informan yang
berhubungan dengan pelayanan sosial medis, yaitu tiga orang pekerja sosial medis
dan lima orang pasien rawat inap. Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel
sebagai berikut:
Tabel 2
Theorythical Sampling
Informasi yang dicari Informan Jumlah
Gambaran pelayanan
sosial medis, hasil
yang telah dicapai
serta faktor
pendukung dan
penghambat
Pekerja sosial medis
(Perawat)
3 orang
Gambaran
Pelaksanaan
pelayanan sosial
medis dan hasil dari
pelayanan tersebut
Pasien Rawat Inap 5 orang
Sedangkan objek penelitian ini adalah pelayanan sosial medis pasien rawat
inap di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
![Page 22: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/22.jpg)
5. Sumber data
Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh melalui hasil
observasi dan wawancara.
b. Data Sekunder
Data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah dan berbagai literatur
lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.
6. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah tekhnik
pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa pengumpulan
data dalam bentuk kalimat, kata dan gambar.
Pelaksanaan tekhnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan :
a. Observasi atau pengamatan, yaitu pengamatan langsung kepada suatu obyek yang
diteliti.15
Peneliti menggunakan instrumen observasi dalam mengamati proses
pelayanan sosial medis yang dilakukan oleh pekerja sosial medis di ruang rawat
inap kamar pasien rawat inap lantai 03 Rumah sakit Syarif Jakarta.
b. Interview atau wawancara merupakan salah satu bentuk alat pengumpulan
informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.16
Peneliti melakukan
15
Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, h. 162. 16
Sutrisno hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offiset, 1989) h. 49.
![Page 23: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/23.jpg)
wawancara untuk memperoleh data yang diperlukan dan berhubungan dengan
tema yang peneliti ajukan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara
dengan berbagai sumber. Diantaranya dengan Pekerja medis seperti perawat
Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
sebanyak tiga orang dan pengambilan gambar pasien rawat inap ketika tindakan
berlangsung sebanyak lima orang.
c. Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat
diperoleh dengan cara wawancara atau observasi. Tekhnik dokumentasi penulis
lakukan dengan cara menelaah buku-buku, majalah, artikel maupun sumber-
sumber yang berkaitan dengan pelayanan sosial medis di Rumah sakit Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap pasien rawat inap.
7. Tekhnik Analisa Data
Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan
mengurutkannya kedalam pola dan pengelompokkan data. Burhan Bungin dalam
bukunya Analisis Data Penelitian Kualitatif mengemukakan analisis data
merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam
analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan
masalah penelitian.17
Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber data yang
tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa pihak seperti
pekerja sosial medis (perawat) dan pasien rawat inap. Pada tahap akhir dari
analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada, agar menghasilkan
17
Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2003).h.131
![Page 24: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/24.jpg)
data-data yang konkrit tentang pelayanan sosial medis yang dilakukan oleh
pekerja sosial medis (perawat) terhadap pasien rawat inap rumah Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Tekhnik Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan tekhnik
triangulasi. Tekhnik tringulasi merupakan tekhnik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan
atau pembanding terhadap pemeriksaan terhadap sumber lain.18
Dalam hal ini
penulis menggunakan pasien rawat inap yang dirawat di ruang rawat Rumah
sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai sumber
pengecekan keabsahan data yang penulis terima dari pekerja sosial medis
mengenai pelayanan sosial medis bagi pasien rawat inap.
9. Instrumen Dan Alat bantu
Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak
bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrumen penelitian, peneliti dapat
senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.
18
Prof. Dr. Lexy. J. Moloeng, M.A. Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2007). h.330-332
![Page 25: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/25.jpg)
G. Sistematika Penulisan
Bagian ini menjelaskan pembagian bab secara keseluruhan, disertai uraian
singkat tentang isi masing-masing bab tersebut. Agar dapat dipahami lebih
mudah, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab 1: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II : TINJAUAN TEORITIS
Adapun dalam bab ini dibahas tentang pengertian pola, macam-macam
pola komunikasi, lingkup komunikasi, pola komunikasi antar pribadi, dan
hubungan perawat dengan pasien sebagai bentuk komunikasi antar pribadi.
Bab III : GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dalam bab ini akan dibahas tentang sejarah berdirinya Rumah Sakit
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, visi dan misi, jumlah
SDM yang mendukung berjalannya Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, perawat dan pasien dalam proses interaksi
penyembuhan penyakit di Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
![Page 26: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/26.jpg)
Bab IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini mengemukakan bagaimana bentuk pola komunikasi Perawat dan
pasien rawat inap Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dan upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat dalam membangun
sebuah komunikasi yang efektif antara Perawat dan Pasien.
Bab V : PENUTUP
Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang berisi
kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir dari penulisan skripsi, penulis
menyajikan daftar pustaka yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini
lampiran-lampiran yang terkait.
![Page 27: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/27.jpg)
BAB II
POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN: TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian pola komunikasi
1. Pengertian Pola
Kata pola lomunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan
komunikasi. Pola dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki beberapa makna yakni
sistem, cara atau bentuk yang tetap19
. Akan akan tetapi dalam pembahasan ini
pola yang dimaksud ialah bentuk komunikasi yang terjadi dalam suatu
masyarakat.
Menurut Sereno dan Mortenson, yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam
bukunya Ilmu komunikasi Suatu Pengantar, suatu model komunikasi merupakan
deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi.
Simbol model mempersentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan
menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia “nyata”.20
Sedangkan B. Aubrey Fisher, seperti yang dilansir oleh Mulyana
menurutnya model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian
dari keseluruhan unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang
dijadikan model. Sedangkan model artinya ialah gambaran informal untuk
menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain model adalah teori yang
lebih disederhanakan. Model berguna untuk mengidentifikasi unsur-unsur
komunikasi dan bagaimana unrus-unsur tersebut berhubungan.
19
DEPDIKNAS, Kamus Besar bahasa Indonesia. h.778 20
Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (bandung :Remaja Risdakarya, 2004).
![Page 28: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/28.jpg)
Stewart L Tubbs dan Sylvia maoss dalam buku Human Communication
menguraikan adanya tiga model dalam komunikasi. Pertama model komunikasi
linear, yaitu adanya pandangan komunikasi satu arah (one way communication).
Dalam model ini komunikator memberikan stimulus dan komunikate memberikan
respon atau tanggapan yang diharapkan. Tanpa mengadakan interaksi seleksi dan
interpretasi. Model ini juga biasa disebut sebagai teori jarum hipodermik. Kedua
adalah interaksional, dalam model ini diperkenalkan adanya umpan balik (feed
back). Penerima melakukan seleksi, interpretasi, dan memberikan respon terhadap
pesan dari pengirim. Komunikasi dalam model ini dipertimbangkan sebagai
proses dua arah. Komunikator maupun komunikate memiliki peran ganda, dalam
arti waktu mereka menjadi sender, pada waktu lain mereka sebagai receiver.
Model yang ketiga adalah transaksional, komunikasi dipahami dalam konteks
hubungan diantara dua orang atau lebih.
Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif,
tidak ada satu pun yang tidak bisa dikomunikasikan. Satu komponen komunikasi
dengan komponen yang lainnya. Adapun yang dimaksud dengan model
komunikasi adalah gambaran sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kata antara satu komponen komunikasi dengan komponen
lainnya. Adapun penyajian model dalam hal ini bertujuan untuk mempermudah
memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam
suatu proses komunikasi.21
21
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.2.
![Page 29: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/29.jpg)
2. Macam-Macam Pola Komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi
ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau
sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar, berdasarkan situasi
komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai
berikut. Yaitu komunikasi pribadi (personal communication), komunikasi
kelompok (group communication), dan komunikasi massa (mass
communication).22
a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)
Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi seputar
diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan. Komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yakni :
1. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication), Komunikasi
intrapersonal menurut Sasa Djuarsa adalah proses komunikasi yang terjadi dalam
diri seseorang. Yang jadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses
pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan
inderanya.23
2. Komunikasi Antar pribadi (interpersonal Communication), Menurut Effendy,
yang dikutip oleh Alo Liliweri bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis
22
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Toeri dan Filsafat Komunikasi, (Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 57. 23
Sasa Djuarsa, teori Komunikasi, (jakarta:Universitas terbuka, 2005), Cet. Ke-9, h. 125.
![Page 30: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/30.jpg)
komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.24
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
antar pribadi paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini
dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya
berlangsung secara tatap muka (face to face). Asumsi dasar komunikasi antar
pribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi
tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima
pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi
komunikan menyenangkan atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi
komunikator bahwa komunikasinya berhasil. Menurut Gerald R. Miller dan Mark
Steinberg, ada tiga tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi,
yaitu tingkat kultural, tingkat sosiologis dan tingkat psikologis.25
3. Komunikasi kelompok (group communication)
Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang
jumlahnya lebih dari dua orang. Dikatakan komunikasi kelompok karena :
a. Proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang
pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.
24
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), cet.ke-2,
h. 12. 25
Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi, h.61.
![Page 31: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/31.jpg)
b. Komunikasi berlangsung kontinu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana
penerima. Hal ini menyebabkan komunikasi sangat terbatas sehingga umpan
baliknya juga tidak leluasa karena waktu terbatas dan khalayak relatif besar.
c. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk
segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar,
diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan dan
ceramah dengan khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi sosial antara
tempat, situasi dam sasarannya jelas.26
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulakn bahwa komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang terjadi pada saat jumlah komunikannya lebih
banyak daripada komunikasi pribadi, dan komunikasi tidak terjadi begitu saja,
semua telah terencana sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi terarah.
4. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass Communication) ialah
komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah)
atau elektronik (radio dan televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang
yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di
banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesannya bersifat umum, disampaikan
secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi
26
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2005). Cet.
Ke-2, h. 33-34.
![Page 32: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/32.jpg)
antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga
dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampikan media massa ini.27
Menurut Zulkarnaen Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi
Komunikasi Massa mengatakan bahwa komunikasi massa adalah proses
penyampaian pesan atau informasi yang ditujukan kepada khalayak massa dengan
karakteristik tertentu. Sedangkan media massa hanya sebagai salah satu
komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang
dimaksud.28
Definisi yang paling sederhana tetang komunikasi massa dirumuskan
Bitter yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat bahwa Komunikasi massa adalah
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Untuk memahami komunikasi massa lebih jauh, dan yang membedakannya
dengan komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi, ada beberapa ciri
komuikasi massa yaitu :
a. Orang-orang yang ikut berkomunikasi atau menjadi komunikan (publik, khalayak,
audience) sangat banyak jumlahnya.
b. Audience/khalayak/publik yang terlibat komunikasi itu tersebar dimana-mana
(diberbagai wilayah/daerah). Seandainya pun berada disatu tempat, maka publik
atau audience ini sangat beraneka ragam.
c. Hal-hal yang disampaikan (topik yang dibicarakan) bersifat umum dan
menyangkut kepentingan orang banyak.
27
Jalaludin rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2005), Cet.
Ke-23, h. 188. 28
Zulkarnaen nasution, Sosiologi Komunkikasi Massa, (Jakarta:Universitas terbuka)
![Page 33: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/33.jpg)
d. Besar kemungkinan tidak terdapat minat dan kepentingan yang sama diantara
masing-masing orang dikalangan publik atau audience.
e. Sebagian besar atau bahkan keseluruhan dari publik atau audience tidak saling
kenal.
Dengan demikian Penulis dapat menyimpulakn bahwa komunikasi massa
adalah komunikasi yang terjadi pada orang yang jumlahnya sangat banyak dengan
menggunakan media sebagai alat untuk mendukung proses komunikasinya.
1. Lingkup Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari. Menelaah dan
meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkupnya dan
banyak dimensinya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan
konteksnya.
a. Sifat komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:
komunikasi verbal (verbal communication), meliputi komunikasi isan (oral
communication), dan komunikasi tulisan (written communication), komunikasi
nonverbal (nonverbal communication) antara lain komunikasi gial (gestural /body
communication) dan komunikasi gambar (pictorial communication), komunikasi
tatap muka (face to face communication) dan komunikasi bermedia (mediated
communication).
![Page 34: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/34.jpg)
b. Tujuan komunikasi
Ditinjau dari tujuannya, komunikasi terbagi empat yaitu : social change,
yakni perubahan sosial. Seseorang mengadakan komunikasi dengan orang lain,
diharapkan adanya perubahan sosial dalam kehidupannya, seperti halnya
kehidupannya akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi, attitude change,
perubahan sikap. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan perubahan
sikap yaitu opinion change, perubahan pendapat. Seseorang dalam berkomunikasi
mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat dan behavior change
yaitu perubahan perilaku. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan
perubahan perilaku.
c. Tekhnik Komunikasi
Istilah tekhnik berasal dari bahasa Yunani : “technikos” yang berarti
keterampilan atau keperigelan.29
Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang
dilakukan komunikator tekhnik komunikasi diklasifikasikan yaitu : komunikasi
informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian
komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu
pesan informatif justru lebih berhasil dari pada persuasif, misalnya jika audiensi
adalah kalangan cendekiawan.
Komunikasi persuasif, yaitu berisikan bujukan. Yakni membangkitkan
pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan
memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri
29
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar: (Bandung: Rosdakarya, 2007), h
.55.
![Page 35: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/35.jpg)
(bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri.
Komunikasi instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang bersifat memaksa
dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila terlaksanakan. Bentuk yang terkenal
dari penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang
menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik (khalayak).
Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, intruksi dan sebagainya.
Hubungan manusiawi, yaitu bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubugnan
manusiawi itu termasuk kedalam komunikasi antar personal (interpersonal
communication), sebab berlangsung pada umumnya antara lain dua orang secara
dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena action
oriented, mengandung kegiatan mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
seseorang.
d. Fungsi komunikasi
Fungsi komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut yaitu: mass
information, yaitu memberi dan menerima informasi kepada khalayak. Tanpa
komunikasi informasi tidak dapat disampaikan dan diterima, mass education,
yaitu untuk memberi pedidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada
muridnya untuk menigkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai
keinginan untuk memberi pendidikan, mass persuasion, yaitu untuk
memnengaruhi.
Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari
dukungan dan mass entertainment, yaitu untuk menghibur, biasanya dilakukan
![Page 36: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/36.jpg)
oleh amatir radio, televisi ataupun orang yang mempunyai profesional
menghibur.30
3. Ruang Lingkup Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa
Inggris berasal dari bahasa latin “communicasio” dan bersumber dari kata
communis yang berarti “sama”, maksudnya orang yang menyampaikan dan yang
menerina mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan.31
Sedang secara terminologi, para pakar komunikasi mengungkapkan
beberapa pengertian komunikasi, yaitu antara lain :
a. Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
b. Wilbur Schrame menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses saling berbagi atau
menggunakan informasi secara bersama dan pertalian para peserta dalam proses
informasi.
c. Sementara Harold Lasswell seorang profesor di Univeresitas Yale Amerika
Serikat yang dikutip oleh Djamaludin Abidin dalam buku “ Komunikasi dan
Bahasa Dakwah ”merumuskan bahwa komunikasi itu merupakan jawaban
terhadap Who says what to whom in which chanbel to whom with what effect
(siapa berkata apa dalam media apa kepada siapa dengan dampak apa). Jadi,
30
Rhoudhonah, Ilmu Komunikasi, h.52. 31
Djamaludin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta:Gema Insani Press,
(1966), h.16, dan Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 1990) h. 9.
![Page 37: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/37.jpg)
menurut Dr. Lassewll, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi ini
berjalan, yakni: Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender
(pengirim komunikasi), what (apa) yang kemudian disebut massege atau pesan
komunikasi, whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau receiver
(khalayak), channel (media) apa yang kemudian disebut sarana atau media dan
effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau efek komunikasi
yang diimplikasikan dalam umpan balik.
Dari pengertian komunikasi secara terminologi tersebut memperlihatkan
bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang. Dimana orang menyatakan
sesuatu kepada orang lain. Adapun yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut
adalah manusia. Oleh karena itu komunikasi yang dimaksudkan pada umumnya
adalah “komunikasi manusia” atau human communication, yang sering pula
disitilahkan dengan komunikasi sosial, komunikasi antar pribadi atau komunikasi
kemasyarakatan.
Adapun unsur-unsur dari komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Komunikator
Komunikator adalah sebagai orang yang menyampaikan pesan kepada
komunikan yang memiliki fungsi sebagai encoding, yaitu orang memformulasikan
pesan-pesan atau informasi kepada orang lain. Kominikator juga dapat berupa
individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi
seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain sebagainya. Dalam proses
komunikasi ini, arus pesan tidak hanya datang dari satu arah saja, yaitu dari
sumber ke sasaran, melainkan merupakan suatu proses informatif dan konvergen.
![Page 38: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/38.jpg)
Ini berarti komunikator dan komunikan bisa berganti pesan, yaitu yang tadinya
sebagai komunikator kemudian berperan sebagai komunikan karena komunikan
menyampaikan feedback kepada komunikator.
b. Pesan
Adapun yang dimaksud dengan pesan dalam proses komunikasi adalah
suatu informasi yang akan dikirim kepada si penerima pesan. Pesan ini dapat
berupa verbal maupun non verbal. Pesan dapat secara tertulis seperti surat, buku,
majalah, memo, sedangkan proses secara lisan dapat berupa percakapan tatap
muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang non verbal
dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai
kemampuan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan,
keyakinan, imbauan inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar,
tetapi perlu diperhatikan dan diartikan kepada tujuan akhir dari komunikasi.
Adapun pesan dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus
memenuhi syarat yaitu : pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik
sesuai dengan kebutuhan pembaca, pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat
dimengerti kedua belah pihak, dan pesan harus menraik minat dan kebutuhan
pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan. 32
32
Ami Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta:Bani Aksara, 1995) h. 12.
![Page 39: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/39.jpg)
c. Komunikan
Komunikan atau penerima pesan adalah orang uang menjadi sasaran dari
kegiatan komunikasi. Komunikan atau penerima pesan dapat bertindak sebagai
pribadi atau orang banyak.
Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal, group atau kelompok,
ditujukan pada group atau kelompok tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan
manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang nyata dan memperlihatkan
struktur yang nyata pula. Dalam hal ini group atau kelompok dibedakan menjadi
dua jenis yaitu : kelompok kecil (small group dan micro group) yaitu sejumlah
orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang
bersifat tatap muka (face to face meeting) dimana setiap anggota mendapat kesan
atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup terlihat sehingga baik pada
saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan lepada
masing-masing perorangan, kelompok besar (large group dan macro group)
misalkan sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang sedang
mendengarkan radio atau ceramah dan organisasi yaitu suatu kumpulan (sistem)
individu yang bersama-sama melalui pembagian kerja yang berusaha mencapai
tujuan tertentu.33
d. Media
Yang dimaksud media disini adalah saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam hal ini menyangkut
33
Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 72.
![Page 40: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/40.jpg)
semua perlatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan
komunikasi. Tanpa saluran atau media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara
cepat dan luas.34
Dengan demikian media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media massa
dan media personal. Media massa digunakan dalam komunikasi apabila
komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, majalah,
radio, dan televisi. Sedangkan media personal yaitu seperti surat, telepon dan
telegram. Meskipun intensitas media personal kurang bila dibandingkan dengan
media massa, tetapi untuk kepentingan tertentu media personal tetap efektif,
karena itu banyak digunakan.
e. Efek
Efek atau hasil adalah akhir dari proses komunikasi. Yaitu sikap atau
tingkah laku orang sebagai komunikan sesuai atau tidak dengan yang diinginkan
oleh komunikator. Efek yang timbul dapat dikalsifikasikam menurut keadaannya,
yaitu : dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkam
dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya, dampak afektif adalah dampak
ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif. Pesan yang disampaikan oleh
komunikator ditujukan bukan sekedar komunikan tahu tapi bergerak hatinya,
menimbulkan perasaan tertentu dan dampak behavioral adalah dampak yang
timbul pada komunikan dalam perubahan perilaku, tindakan atau kegiatan.
34
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta:PT Grasindo, 2000), h.7.
![Page 41: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/41.jpg)
f. Umpan Balik
Umpan balik (feed back) adalah tanggapan atau reaksi dari penerima
kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan atau reaksi kembali dari
pengirim kepada penerima. Maka terjadilah komunikasi timbal balik. Dengan
adanya umpan balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.
Umpan balik memainkan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia
menentukan kelanjutan atau berkentinya komunikasi yang dilancarkan. Oleh
karena itu, umpan balik bisa bersifat positif dann dapat pula bersifat negatif.
Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon serta reaksi komunikan yang
menyenangkan komunikatornya sehingga berjalan lancar. Sebaliknya umpan balik
negatif adalah tanggapan komunikator yang tidak meyenangkan komunikatornya
sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.
B. Hubungan Perawat Dengan Pasien Rawat Inap sebagai Pola Komunikasi
Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial di mana orang-
orang yang terlihat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan
oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku Komunikasi Antar
Pribadi, bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan
umpan balik yang langsung.
Berdasarkan definisi diatas, komunikasi antar pribadi dapat beralangsung
antara dua orang, misalnya antara penyaji makalah dengan seorang peserta
makalah suatu seminar. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal
![Page 42: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/42.jpg)
supaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogism berupa percakapan. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan
ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti
apakah komunikasinya itu positif atau negatif komunikan untuk bertanya seluas-
seluasnya. Asumsi dasar komunikasi antar pribadi adalah bahwa setiap orang
yang berkomunikasi akan membuat perilaku tetang efek atau perilaku
komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan
reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan
atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa
komunikasinya berhasil. Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg ada tiga
analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu analisis tingkat kultural,
tingkat sosiologis dan tingkat psikologis.
Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian tindakan kejadian, dan
kegiatan yang terjadi secara terus menerus, tidak statis tapi bersifat dinamis. Hal
ini berarti segala yang tercakup dalam komunikasi interpersonal selalu dalam
keadaan berubah baik pada pelaku komunikasi, pesan, situasi, mupun
lingkungannya. Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan
dan hubungan antarpribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan
bagaimana hubungan dengan partner.
Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan
hubungan ini terpersonal karena dalam komunikasi interpersonal individu
mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, orang lain
dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dan kultural dapat berpengaruh pada
![Page 43: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/43.jpg)
komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu menggunakan
sebagai pedoman dan bahan informasi untuk bertindak dan berperilaku.35
Suasana yang menggambarkan komunikasi perawat dengan pasien
(komunikasi terapeutik) adalah apabila dalam berkomunikasi dengan klien
(pasien) perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi pasien yang
sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilakn serta keluhan yang
dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah
keperawatan dan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan keluhan dan
masalah keperawatan yang sedang dialami klien (pasien) atau bisa dikatakan
bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga membantu mempercepat
proses kesembuhan.
Menurut As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjanah 1 (2001)
mengatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang
menggambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi ini, seorang perawat
melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan,
menetukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
maksimal apabila terjadi proses evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan
maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif. Hubungan
take and give antara perawat dan pasien menggambarkan hubungan memberi dan
menerima.36
35
Zulkarnaen Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan
(Jakarta:Ekonomi UI, 1990) h. 28 36
Nasir dkk, Komunikasi Dalam Keperawatan, Teori Dan Aplikasi, (Jakarta:Salemba
Medika, 2009) h. 142.
![Page 44: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/44.jpg)
Hubungan antara perawat dengan pasien dapat dikategorikan menurut
intensitas harmoni atau adanya konflik antara kedua pihak. Menurut Persons yang
dikutip oleh Solita Sarwono dalam buku Sosiologi Kesehatan, meskipun keduanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu kesembuhan si pasien, hubungan antara
perawat dengan pasien bersifat simetris (seimbang).
Dalam melakukan perannya perawat sebagai seorang yang memiliki
kompetensi untuk membantu seorang dokter dalam mengobati orang yang sakit,
dokter dibantu seorang perawat melaksanakan beberapa fungsi utama yaitu
menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien, membina
interaksi dengan pasien luas dan membaur, atau terbatas pada fungsinya sebagai
dokter, melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya
dengan pasien. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama,
dan memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya.
Dalam hal ini, dokter yang dibantu seorang perawat mempunyai
kedudukan yang lebih kuat atau tinggi pengetahuannya di bidang medis,
sedangkan si pasien biasanya awam dalam bidang itu serta sangat membutuhkan
pertolongan dokter. Akan tetapi semua itu tidak akan berhasil pula tanpa dibantu
tenaga medis lainnya seperti perawat rumah sakit. Pada dasarnya ada tiga dasar
hubungan perawat dengan pasien yaitu:
a. Pola dasar hubungan aktif-pasif
Secara historis, hubungan ini paling dikenal dan merupakan pola klasik
sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik yaitu sejak zaman Hipokrates,
abad 25 tahun yang lalu. Hubungan aktif-pasif terjadi bilamana pasien berada
![Page 45: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/45.jpg)
dalam kondisi yang bereaksi atau turut berperan serta dalam relasi itu. Dalam hal
ini pasien benar-benar merupakan obyek yang hanya menerima apa saja yang
diberikan kepadanya.
Secara sosial, hubungan ini bukanlah hubungan yang sempurna, karena
hubungan satu arah yaitu perawat kepada pasien, sehingga pihak yang lain tidak
dapat melakukan fungsi dan peran yang aktif. Dalam keadaan tertentu, memang
pasien tidak dapat berbuat sesuatu, hanya berlaku sebagai recipient atau penerima
belaka, seperti pada waktu pasien diberi amnesti atau narkose ketika pasien dalam
keadaan tidak sadar atau koma pada waktu pasien diberi pertolongan darurat
setelah kecelakaan.
b. Pola dasar hubungan membimbing-kerja sama
Pola dasar ini ditemukan pada sebagian besar hubungan pasien dengan
perawat, yakni bila keadaan penyakit pasien tidak terlalu berat, misalnya penyakit
infeksi dan berbagai penyakit akut lainnya. Dalam hal ini walaupun pasien sakit,
ia tetap sadar dan tetap memiliki perasaan dan kemauan sendiri.
c. Pola dasar hubungan saling berperan serta
Secara filosofis, pola ini berdasarkan pada pendapat bahwa semua manusia
memiliki hak dan martabat yang sama. Hubungan ini lebih berdasar pada struktur
sosial yang demokratis dan yang merupakan perjuangan hidup bagi sebagian besar
umat manusia sepanjang masa.
Pola hubungan ini terjadi antar perawat dengan pasien yang ingin
memelihara kesehatannya, yakni pada waktu pemeriksaan medis (medical check
![Page 46: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/46.jpg)
up). Dalam hubungan semacam ini, pasien dapat menceritakan pengalamannya
sendiri berkaitan dengan penyakitnya dan pengobatan yang tepat.
Pada hakekatnya, hubungan antara perawat dengan pasien tidak dapat
terjadi tanpa melalui komunikasi, termasuk dalam pelayanan medis. Komunikasi
merupakan proses timbal balik yang berkesinambungan yang menyangkut dua
pihak.
Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan menjadi
informasi (pembicara) dan penerima informasi (penerima). Secara umum, dalam
berkomunikasi orang berusaha menyampaikan pandangan, perasaan dan
harapannya kepada orang lain. Komunikasi ini terjadi antara dua individu, antar
kelompok atau antar individu dan kelompok. Hal-hal seperti ini dapat
menimbulkan kerancuan dalam proses komunikasi, sehingga pesan yang ingin
disampaikan oleh kedua belah pihak tidak dapat mencapai sasaran seperti yang
diharapkan.
Menurut Persons yang dikutip oleh Solita Sarwono dalam buku Sosiologi
Kesehatan, bahwa antara Perawat dengan pasien sukar terjalin komunikasi, sebab
biasanya pasien berada dalam situasi emoisonal seperti sakit, bingung, takut,
depresi, atau bahkan pasien itu sudah tidak dapat berkomunikasi lagi karena
dalam keadaan tidak sadar.
Berdasarkan keterangan tersebut, jelas terlihat bahwa hubungan perawat
dengan pasien dapat berbeda-beda sifatnya dan untuk setiap model diperlukan
tekhnik komunikasi yang berbeda pula. Jika dokter dan paramedis tidak
![Page 47: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/47.jpg)
memperhitungkan hal ini, maka komunikasi dengan pasien tentu tidak efektif dan
tidak optimal.
Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara dokter dan paramedis
(perawat) dengan pasien, antara lain adalah:
a. Penggunaan simbol (istilah-sitilah medis atau ilmiah yang diartikan secara
berbeda atau sama sekali tidak dimengerti oleh pasien).
b. Pseudo-Komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal sebenarnya
pasien tidak sepenuhnya mengerti atau mempunyai persepsi yang berbeda tentang
apa yang dibicarakan).
Karakter-karakter tenaga medis yang tidak tepat sehingga dapat
menghambat komunikasinya dengan masyarakat (pasien), antara lain perbedaan
status sosial, harapan masyarakat terhadap kemampuan dokter serta kecendrungan
sikap otoriter, terutama dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit akut. Selain
itu, di Indonesia sering kali perawat ditempatkan di daerah yang keadaan sosial,
budayanya, tidak sama dengan latar belakang sosial budaya dokter dan perawat
itu.
Dengan demikian kesulitan berkomunikasi bertambah, sebab tenaga medis
tidak menguasai bahasa setempat dan tidak mengenal budaya disana. Untuk itu
diperlukan kamauan untuk memperlajari bahasa dan budaya setempat, agar
perawat dan dokter tidak dianggap orang asing oleh penduduk asli dan supaya
komunikasinya dengan masyarakat (pasien) dapat menjadi lebih lancar.
![Page 48: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/48.jpg)
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta
Bagaimanapun juga adanya Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta tidak
terlepas dari perjuangan mahasiswa IAIN yang sadar akan pentingnya kesehatan
dalam mewujudkan cita-citanya yang implementasikan dengan mendirikan sebuah
balai pengobatan, corp kesehatan mahasiswa. Perubahan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) menjadi sebuah Universitas Islam Negeri Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. Adanya tuntutan masyarakat serta tingginya persaingan dalam
jasa kesehatan merupakan energi yang mendorong pengembangan institusi
kesehatan yang sebelumnya berbentuk poliklinik menjadi sebuah rumah sakit
yang saat ini bernama Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hal ini dimungkinkan mengingat kinerja manajemen yang terus meningkat
sejak tahun 1990. Rumah sakit Syarif Hidayatullah dibawahi oleh Yayasan Syarif
Hidayatullah Jakarta yang memiliki fugsi sosial namun tetap menjaga kualitas.37
Dalam rangka menunjang keberhasilan pelayanan medis yang ditangani
oleh para dokter dan spesialis serta para perawat maka kelengkapan fasilitas
merupakan salah satu faktor penting yang harus disediakan, rumah sakit kini hadir
dengan fasilitas yang semakin baik dan lengkap. Sumber daya manusia
merupakan aset yang sangat berharga, oleh karenanya Rumah sakit Syarif
37 Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010
39
![Page 49: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/49.jpg)
Hidayatullah Jakarta senantiasa meningkatkan mutu SDM memalui peningkatan
Ilmu Pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam memberikan pelayanan. Saat
ini Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta didukung oleh tim dokter, dokter gigi,
dokter spesialis fultimer maupun partimer dan perawat yang berpengalaman di
bidangnya masing-masing yang senantiasa siap menjadi mitra pasien dalam
membantu proses penyembuhan.
Selain itu rumah sakit Syarif juga dilengkapi dengan paramedis (perawat)
yang terampil dan berpengalaman serta berperilaku islami yang akan merawat
pasien dengan sabar, senyum dan penuh kehangatan. Saat ini rumah sakit Syarif
Hidayatullah Jakarta didukung oleh 11 orang dokter umum, 7 orang dokter gigi,
41 orang dokter spesialis, 44 orang bidan dan perawat, 26 paramedis non perawat,
dan 91 orang non medis.
Kepuasan pelanggan adalah salah satu barometer keberhasilan organisasi.
Saat ini Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralokasi di Jl. Ir. H.
Juanda no.95, Ciputat, tangerang telah memiliki pelanggan dari berbagai lapisan
masyarakat, diantaranya adalah mahasisiwa, karyawan UIN, perusahaan serta
peserta asuransi. Ada beberapa perusahaan asuransi yang menjadi mitra kerja
Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta diantaranya Sinar Mas, Bumi Putra,
JPKM Takaful yang diperuntukkan bagi mahasiswa UIN, dan lain-lain. Sejak
diperkenalkan kepada masyarakat umum secara luas pada tahun 1990 tren
kunjungan pasien terus meningkat, pertumbuhan ini terus menigkat pada tahun
kedua beroperasinya layanan rumah sakit.
![Page 50: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/50.jpg)
Maknanya institusi ini sudah memiliki “image positif” di hati masyarakat
jauh sebelum terbangunnya rumah sakit. Hal ini sesuai dengan visi dan misi yang
merupakan panduan dasar yang sangat penting dalam penentuan arah sebuah
organisasi tak terkecuali rumah sakit.
B. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi Rumah sakit Syarif Hidayatullah adalah menjadi
rumah sakit bernuansan islam yang memiliki citra positif dan mampu memberikan
pelayanan secara paripurna kepada masyarakat. Adapun Misi yang merupakan
alasan yang sangat mendasar tentang keberadaan sebuah organisasi yang dapat
memotivasi individu yang berada didalamnya, misi mencerminkan peran fungsi
dan kewenangan dokter dan perawat serta paramedis yang bertanggung jawab
terhadap perwujudan visi Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :
1. Melaksanakan integralisasi nilai islam ke seluruh aspek manajemen pelayanan.
2. Mengembangkan sumber daya manusia islami yang tangguh, handal dan
berakhlak mulia.
3. Mengupayakan kepauasan dan kesan mendalam kepada pelanggan secara
berkelanjutan.
4. Memberikan dukungan dalam pelayanan fasilitas pendidikan dan pelatihan
dibidang medis/kesehatan kepada masyarakat.
5. Menjadi bagian integral dari jaringan pelayanan kesehatan nasional.38
38
Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010
![Page 51: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/51.jpg)
C. Visi dan Misi Bidang Keperawatan
Visi dan misi bidang keperawatan Rumah sakit Syarif Hidayatullah antara lain :39
1) Menjadi Rumah sakit bernuansa islam yang di miliki citra positif dan mampu
memberikan pelayanan secara paripurna kepada masyarakat.
2) Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh dan optimal mencakup
aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual tanpa membedakan suku, agama,
jenis, aliran, politik maupun kedudukan sosial.
3) Meningatkan kualitas SDM keperawatan untuk mencapai pelayanan keperawatan
yang proesional, islami dan berkualitas.
4) Memfasilitasi lingkungan untuk dapat melakukan pendidikan internal yan
berkelanjutan serta riset keperawatan dan memanfaatkannya untuk meningkatkan
mutu asuhan keparawatan.
5) Menciptakan iklim erja yang mendog pertumbuhan dan profesioalisme dan
kepuasan kerja yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan berorientasi
pada kesembuhan pasien.
6) Memelihara dan membina image keperawatan yang positif dn profesional kepada
masyarakat melalui pengembangan hubungan perwat-pasien yang baik dan
komunikatif dan terlibat pada kegiatan-kegiatan peningkatankesehatan
masyarakat.
7) Menciptaka kerja sama yang baik dengan seluruh elemen rumah sakit.
39 Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010
![Page 52: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/52.jpg)
D. Fasilitas Rawat Inap Rumah sakit Syarif Jakarta
Ada empat kelas kamar rawat inap yang terdapat di Rumah sakit Syarif
Jakarta diantaranya adalah : kelas utama meliputi 1 ( satu ) buah tempat tidur, bed
side cabinet, ruang ber-AC, central oxygen & nurse call, televisi dan 1 (satu ) set
sofa, lemari es dan kamar mandi dengan water heater, kelas satu meliputi 2 ( dua )
buah tempat tidur, bed side cabinet, ruang ber-AC, central oxygen & nurse call,
televisi dan kamar mandi dengan water heater, kelas dua meliputi 3 ( tiga ) buah
tempat tidur, bed side cabinet, ruang berac, central oxygen & nurse call, televisi dan
kamar mandi dan kelas tiga meliputi 4 ( empat ) buah tempat tidur, bed side
cabinet, ruang ber-AC dan central xygen & nurse call, televisi dan kamar mandi.40
Selain itu juga fasilitas rawat jalan, fasilitas rawat jalan yang terdapat di
rumah sakit Syarif Jakarta diantaranya adalah : poliklinik gigi dan mulut, poliklinik
umum, poliklinik anak, poliklinik kandungan, poliklinik penyakit dalam, poliklinik
THT, poliklinik kulit & kelamin, poliklinik bedah umum, poliklinik jantung,
poliklinik paru, poliklinik orthodontic, poliklinik mata, poliklinik orthopedi &
traumatologi, poliklinik gizi klinis, poliklinik syaraf, psikologi, psikiater dan
poliklinik rehab medik. Selain itu juga di Rumah sakit Syarif Jakarta terdapat
Fasilitas 24 Jam meliputi : unit gawat darurat (UGD), persalinan, apotek,
laboratorium, pelayanan ambulance dan perawatan. Tindakan Medis meliputi :
kamar tindakan, kamar bersalin, kamar operasi dan kamar bayi.
40 Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010
![Page 53: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/53.jpg)
E. Medical Check-Up (MCU)
Medical Ckeck – Up ( MCU ) merupakan paket pemeriksaan kesehatan
menyeluruh yang dapat digunakan untuk mendeteksi gejala penyakit lebih dini.
Pemeriksaan dini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui penyakit hipertensi,
diabetes, kelainan liver ( hati ) dan penyakit jantung koroner, dan sebagainya .
Selain itu juga USG yang Meliputi diantaranya USG Abdomen, Pelayanan USG
Abdomen dengan perjanjian, USG Kandungan, Pelayanan USG Kandungan
sesuai dengan jadwal praktek dokter kandungan, Laboratorium, Radiologi yakni
Pelayanan Radiologi dibuka setiap hari Senin s/d Minggu (07.30-22.00 WIB) ,
Fisioterapi, Pelayanan Fisioterapi dibuka setiap hari: Sabtu s/d Sabtu (07.30-21.00
WIB) Minggu (08.00-15.00 WIB, Apotek Optik, Pelayanan Optik dibuka setiap
hari Senin s/d Sabtu (10.00-20.00 WIB) , Treadmill test, Pelayanan Ambulance,
EKG, Pelayanan EKG (Rekam Jantung) dibuka setiap hari Senin s/d Sabtu
(08.00-21.00 WIB).41
41 Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010
![Page 54: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/54.jpg)
BAB IV
ANALISIS POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT
INAP DALAM PELAYANAN MEDIS
Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individual. Sehingga
makhluk sosial, manusia memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup
dengan orang lain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dasar yang disebut
dengan dorongan sosial.
Di tempat pelayanan kesehatan dimana perawat bekerja, ada beberapa
macam jenis manusia. Ada klien, keluarga klien, dokter, fisioterapis, petugas
laboratorium, ahli gizi maupun petugas kesehatan lainnya, serta seluruh
perangkat yang ada dalam mendukung pelayanan kesehatan di tempat itu. Dalam
hidup bersama terjadi hubungan antar perawat-klien, perawat-perawat, perawat-
dokter, perawat-keluarga pasien, perawat-petugas kesehatan lain serta perawat-
lingkungan lainnya. 42
Hubungan tersebut mewujudkan dan dilaksanakan dalam rangka untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan yaitu pelayanan keperawatan yang prima
untuk mempercepat kesembuhan klien, sedangkan untuk mencapai keinginan itu
perlu diwujudkan dalam bentuk tindakan melalui hubungan timbal balik.
Hubungan timbal balik ini diperlukan dalam upaya kerja sama dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Perawat tidak akan mampu melaksanakan pelayanan
42
Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307
Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011
![Page 55: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/55.jpg)
keperawatan yang baik tanpa dukungan dari stakeholder yang ada, demikian juga
dukungan klien dan keluarga.43
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pasien dan perawat sebagai
penunjang keberhasilan dalam penelitian namun, di dalam penelitian ini tidak
semua pasien dapat penulis jadikan sebagai responden hal ini disebabkan karena
kondisi pasien yang belum stabil dan mampu berkomunikasi dengan baik serta
dalam masa perawatan dan perhatian penuh dari para perawat maupun dokter.
Maka penulis mendapatkan izin baik wawancara maupun pengambilan data-data
pasien melalui take gambar dengan jumlah responden lima orang pasien dan
perawat sebanyak tiga orang yang diharapkan mampu memberikan data konkrit.44
Dengan latar belakang diatas penulis mendapatkan lima orang pasien
rawat inap untuk dijadikan responden melalui take gambar yang diharapkan
mampu mewakili pasien yang lain dan memberikan informasi yang diinginkan
namun, dalam hal ini penulis tidak dapat menyebutkan secara rinci biodata
maupun latar belakang kehidupan pasien di karenakan peraturan rumah sakit yang
memberi izin untuk mengambil data-data pasien terinci dengan jelas demi
menjaga nama baik pasien maupun keluarga pasien.
Wawancara ini dilakukan secara personal yakni antara perawat dan pasien
rawat inap. Hal ini dilakukan agar pasien dalam memberikan data mengenai
keadaan dirinya dapat lebih terbuka dan hubungan antara pasien dengan perawat
43
Nasir dkk, Komunikasi Dalam Keperawatan, Teori Dan Aplikasi, (Jakarta:Salemba
Medika, 2009) h. 90.
44 Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar
307 Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011
![Page 56: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/56.jpg)
semakin akrab. Sehingga sebagai perawat dapat memberikan pelayanan secara
maksimal dan sesuai dengan kebutuhan pasien rawat inap.45
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang besar.
Menurut Jhonson yang dikutip dari buku menurut Achir Yani dan jhonson
yang dikutip dari buku Komunikasi Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul
Nasir, Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnikal dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku “caring” atau kasih sayang serta cinta dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal (antar pribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan
pasien dengan titik kualitas hubungan interpersonal.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit
menurut Achir Yani dan Jhonson yang dikutip dari buku Komunikasi
Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul Nasir, tetapi yang paling penting
45 Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307
Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011
![Page 57: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/57.jpg)
adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama
manusia.46
Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah suatu alat yang penting
untuk membina hubungan terapeutik dan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan
keperawatan. Lebih jauh, komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal
(antarpribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan
titik kualitas hubungan interpersonal. Tenaga medis spesialis jiwa menyampaikan
semua informasi yang diperlukan mengenai manfaat dan risiko pengobatan.
Sementara itu, pasien sendiri yang mempertimbangkan dan memutuskan apa yang
terbaik bagi dirinya. Dalam sikap kesetaraan, tenaga medis tidak mempertegas
perbedaan. Status boleh jadi berbedat,tetapi komunikasi tenaga medis dengan
pasien tidak vertikal. Tenaga medis tidak menggurui, tetapi berbincang pada
tingkat yang sama. Dengan kesetaraan, tenaga medis mengkomunikasikan
penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan.
Hubungan perawat dengan pasien harus dianggap sebagai hubungan antara mitra
medis yang saling membutuhkan untuk memerangi keadaan sakit pasien.
Komunikasi terapeutik ini akan efektif hanya melalui penggunaan dan
latihan yang sering. Melatih diri menggunakan komunikasi interpersonal yang
terapeutik akan ,meningkatkan kepekaan tenaga medis terhadap perasaan pasien.
Saat pasien mengungkapkan keluhanya pada saat itulah pengobatan dalam proses
46
Ibid. h. 142.
![Page 58: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/58.jpg)
terapeutik sudah dimulai. Keterampilan komunikasi terapeutik bukan bawaan,
melainkan dipelajari.
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk
menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal
kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam
memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang
peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komponen penting
yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien. 47
Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup.
Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam
melakukan interaksi. Kadangkala individu merasakan komunikasi menjadi tidak
efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini
disebabkan karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah
komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa
disebabkan karena persepsi yang berbeda-beda.
Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya
pasien sering komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan
47
Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307
Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011
![Page 59: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/59.jpg)
yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak
datang lagi mengunjungi pelayanan kesehatan tersebut. Atau contoh lain adalah
selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena salah mempersepsikan
informasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga kesehatan
tersebut.
A. POLA KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN (HUBUNGAN
PERAWAT-PASIEN)
Ada tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal, tertulis, dan non-
verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.48
1. KOMUNIKASI VERBAL
Pola komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama
pembicaraan dengan tatap muka. Didalam lapangan, peneliti mengamati bahwa
dalam pelayanan medis di ruang rawat inap Rumah sakit Syarif jakarta
menggunakan Pola Komunikasi secara verbal antara perawat dan pasien sifatnya
biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Penggunaan Kata-kata secara oral adalah alat atau simbol yang dipakai
sifatnya untuk mengekspresikan ide atau perasaan perawat dan pasien rawat inap,
48
Ibid h.149-150.
![Page 60: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/60.jpg)
yang membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan
ingatan.49
Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Ihdal Husnayain, perawat Rumah sakit
Syarif Jakarta dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
“Kalau disini sih, kan komunikasi itu ada dua jenis ya verbal dan
non verbal. Komunikasi verbal kita langsung nanya kepada pasien kalau
komunikasi non verbal komunikasi kaya ada isyarat. Misalnya pasien yang
kesulitan berbicara kita kasih satu selebaran kertas biar bisa dikasi pulpen
setelah itu permintaan pasien ditulis.”50
Pola Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu, tidak
hanya komunikasi verbal, komunikasi non verbal juga efektif. Kata-kata adalah
alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan
ingatan. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Ihdal Husnayain, perawat Rumah sakit
Syarif Jakarta dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
“....... Cukup efektif, kan biasanya juga di ruangan itu ada bel, jadi tinggal pencet aja,
setiap pasien yang baru masuk kita ada penjelasan misalnya visit dokter, rapihin tempat
tidur dan sebagainya. 51
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji
minat seseorang. Keuntungan pola komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
49 Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307
Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011 50
Wawancara Pribadi Dengan Ihdal Husnayain, Perawat Rumah sakit Syarif jakarta.
Ciputat 05 Mei 2011. 51
Wawancara Pribadi Dengan Ihdal Husnayain, Perawat Rumah sakit Syarif jakarta.
Ciputat 05 Mei 2011.
![Page 61: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/61.jpg)
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Hal ini sesuai
dengan Take Gambar yang diambil antara perawat dan pasien dalam melakukan
tindakan dan yang dikatakan oleh pasien Ibu Rubi berikut hasil dari Take
Gambar dengan beliau:
“ ..... Perawat melakukan tanya jawab sambil menggerakkan anggota tubuhnya seperti
jali telunjuk yang menunjukkan ke arah pasien tersebut tentang keadaan yang terjadi terhadap
pasien terlihat juga pasien merasa senang dengan perawat tersbut dan terlihat komunikatif
(komunikasi verbal dengan kata-kata) dan terbuka dengan perawat misalnya “Bagaimana keadaan
ibu sekarang sambil senyum ? Pasien menjawab “sudah baikan suster, udah enak makan
walaupun enggak nafsu banget, sekarang aja masih mual, kalo sakitnya masih suster tapi udah
baikan juga sekarang.” Sambil melakukan injeksi perawat terus berdialog dengan pasien, dengan
tatapan penuh perhatian, sikap fokus, diantara keduanya. “52
Pola Komunikasi Verbal yang efektif diantaranya harus jelas dan ringkas,
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas.
“Kemudian perawat memegang tangan pasien dan memriksa dneyut nadi yang dihitung
melalui jam yang ada di tangan kanan perawat. Dalam beberapa menit pasien merasa ada efek
yang terjadi dan dari diri pasien sesekali juga melihat kerawah tangan perawat. Kemudian perawat
mengambil termometer yang diletakkan didalam baju pasien (ketiaknya). Dan memberitahukan
hasil dari pengukuran suhu memalui termometer itu dan kata perawat “suhunya normal ya Pak “,
kemudian perawat melakukan interaksi dengan pasien menjelaskan tentang keadaan diri pasien
untuk saat ini sambil meletakkan alat-alat medis atau pengobatan ke arah meja dekat ranjang
pasien. Perawat menjelaskan secara detail tentang kondisi pasien. Saat ini dari hasil pemerikasaan
tadi, kemudian perawat bergerak mengarahkan apa saja obat-obat yang harus di minum dan
aturan-aturannya apa saja dan bagaimana, dari kapan obat itu di minum, beberapa kali, sesudah
atau sebelum makan, pasien langsung memperhatikan dengan mengambil sikap menghadap ke
arah perawat yang mengambil semua obat tersebut kemudian diletakkan didepannya. Perawat
mengambil obat sirup, kemudian menjelaskan aturan obat sirup tersebut kapan saja harus
diminumnya, “ini obat sirup, harus diminum sesudah makan ya Pak, “misalnya seperti itu.
perawat mengambil 3 jenis obat yang harus diminum pada hari itu juga, perawat membukakan satu
persatu dari ktiga obat itu untuk diminum sesuai anjuran dokter, kemudian setelah itu perawat
meletakkan tempat obat itu ke tempatnya seperti semula dengan penuh kehati-hatian dan pada
52
Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307
Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011 h. 7-8
![Page 62: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/62.jpg)
akhirnya perawat meninggalkan ruang perawat pasien dengan menyentuh pasien karena proses
tindakan sudah selesai. “53
Penggunaan contoh pada take gambar diatas pada saat perawat
memberikan tindakan kepada pasien dari proses pemeriksaan hingga pemberian
obat dan penjelasan akan aturan-aturannya bisa membuat penjelasan lebih mudah
untuk dipahami, banyak sentuhan dan kata-kata verbal yang terjadi. Seperti ulang
bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu
mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan
menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
Waktu dan relevansi, waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap
pesan. Misalnya bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk
menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat,
tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh
karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
Begitu pula pola komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang
disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji
minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Pola Komunikasi
verbal yang efektif harus diantaranya: 54
a. Jelas dan ringkas
53
Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Sugiarto, Pasien Kamar
3074Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 218 Juni 2011 h. 10-11 54
Ibid. 150-151
![Page 63: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/63.jpg)
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana.
b. Perbendaharaan kata
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran,
dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak
mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan
dengan istilah yang dimengerti klien.
c. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang
terdapat dalam suatu kata. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus
hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
d. Selaan dan kesempatan bicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
![Page 64: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/64.jpg)
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata.. Perawat juga bisa menanyakan kepada
pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
e. Waktu dan relevansi
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak
tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan
dengan minat dan kebutuhan klien.
f. Humor
Menurut Dugan (1989) yang dikutip dari buku yang dikutip dari buku
Komunikasi Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul Nasir, mengatakan
bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan
oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) yang dikutip dari buku yang
dikutip pula dari buku Komunikasi Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul
Nasir, mengatakan melaporkan bahwa humor merangsang produksi hormon yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa
![Page 65: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/65.jpg)
takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi
dengan klien.
2. KOMUNIKASI NON-VERBAL
Pola Komunikasi nonverbal merupakan penyampaian kode pemindahan
pesan tanpa menggunakan kata-kata. Menurut Cangara, H, (2006) yang dikutip
dari buku Komunikasi Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul Nasir,
mendefinisikan bahwa penyampaian kode nonverbal biasa disebut juga bahasa
isyarat atau bahasa diam (silent language). Penyampaian kode nonverbal tersebut
merupakan cara yang paling efektif dan sifatnya menyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain.
Apabila terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan dan apa yang
diperbuat, seseorang akan cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat kode
nonverbal dari pada kode verbal. Oleh karena itu, perawat perlu menyadari kode
atau pesan nonverbal yang ditampakkan oleh klien sebagai upaya untuk
menjustifikasikan apa yang diungkapkan dan di permasalahkan klien merupakan
masalah utama atau prioritas utama yang harus segera ditangani.55
Penggunaan pola komunikasi nonverbal dalam keperawatan merupakan
cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain
seperti tindakan yang sifatnya dengan menggunakan dengan banyak sentuhan
dengan halus. Hal ini sesuai dengan Take Gambar yang diambil antara perawat
dan pasien dalam melakukan tindakan dan apa yang dikatakan oleh pasien bayi
Ibu Aisyah Amini berikut hasil dari Take Gambar dengan bayi beliau tersebut :
55
Ibid, h.151-154.
![Page 66: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/66.jpg)
“Kehati-hatian tampak selalu terlihat dikarenakan bayi sangat sensitif
disini istirahatnya. Kemudian perawat menyentuh tangan dan mengangkat
tangannya dengan perlahan-lahan lalu memasukkan termometer tersebut ke dalam
ketiak bayi itu. pengukuran suhu tubuh pasien bayi ini dilakukan dengan
menjepitkan dengan posisi ujung termometer yang lancip itu berada atau
bersentuhan langsung dengan ketiak bayi tersebut. Pengukura terjadi dalam
beberapa menit dalam menggunakan pengukur suhu tersebut perawat melakukan
interaksi dengan keluarga pasien sambil perawat memegangi alat termometer
tersebut mengucapkan “maaf karena sudah membelakangi ibu, tinggal dimana
bu? sambil memperhatikan alat ukur termometer tersebut kepada pasien itu
perawat juga memperhatikan infuset pasien, dan beganti pegangan tangan
kanannya memegang termometer dan tangan kiri memegang atau mengecek
infuset Pasien tersebut. Perawat terlihat sangat sabar dalam melakukan tindakan
ini, perawat juga melihat termometer yang ada diketiak bayi itu dan juga perawat
memperhatikan keadaan pasien tersebut dan sesekali juga perawat berkomunikasi
kembali dengan keluarga pasien. Dengan mengajak ngobrol dan berbincang-
bincang seputar asal pasien, kemudian perawat terus memperhatikan kepada
pasien itu kemudian mengecek kemabli termometer dan menyentuh kepada pasien
itu apakah demamnya sudah turun atau belum. Kemudian perawat berinteraksi
kembali dengan keluarga pasien dengan seperti sudah mau pulang ya bu ? ia
sudah mau pulang kan udah udah baikan anak saya, jawab ibu pasien. dan
akhirnya proses tindakan pun sudah selesai dan perawat mencabut dan mengambil
kembali alat termometer itu kembali. Dan perawat menjelaskan kepada keluarga
pasien sambil berkata” panasnya sudah turun ya bu, dan cukup pemeriksaan hari
ini”. dan perawat meninggalkan kamar pasien dengan senyum dan salam, dan
akhirnya tindakan pun telah selesai dilakukan.”56
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan
klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena
isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi
suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Ada tiga hal
mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu pertama, Ikhlas
(Genuiness), yaitu Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa
diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan
memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara
tepat. Kedua, Empati (Empathy) yaitu Merupakan sikap jujur dalam menerima
kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan
56
Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Sugiarto, Pasien Kamar
301 Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 218 Juni 2011 h. 12-13
![Page 67: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/67.jpg)
tidak berlebihan. Dan yang ketiga, Hangat (Warmth) yaitu Kehangatan dan sikap
permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan
ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya
lebih mendalam.
Fase-fase dalam komunikasi terapeutik diantaranya Orientasi
(Orientation), Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi
yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Perawat
dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada
fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-
masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan
pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan
membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan. Penyelesaian
(Termination), Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan
penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang
saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian
pencapaian tujuan dan perpisahan.57
Sifat Komunikasi non-verbal teramati pada hal-hal berikut: 58
1. Metakomunikasi.
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan
antara Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu
komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara,
57
Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan beberapa Pasien di
Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 218 Juni 2011 h. 1-14 58
Ibid, h. 152-154.
![Page 68: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/68.jpg)
yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim
terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal.
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20
detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap
seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry,
1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status
sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit
bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak
memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara).
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi
nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi
![Page 69: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/69.jpg)
dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap
klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah.
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang
tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan
pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan
diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk
menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah
ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya
duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah.
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan
mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor
fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan (touching)
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian dapat disampaikan
melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan
![Page 70: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/70.jpg)
perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial. Sentuhan dilakukan
dalam rangka untuk menciptakan sebuah keakraban atau persahabatan yang intim.
Sentuhan yang akrab akan nenberi garansi akan kualitas pelayanan keperawatan,
hal ini dikarenakan dengan sentuhan yang akrab klien sudah merasa terlindungi
oleh perawat.
Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada
perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindari
sentuhan. Sentuhan dengan berjabat tangan ketika berkenalan dapat mendekatkan
diri kita kepada pasien. Konsep sentuhan yang terapeutik adalah dengan
menggunakan sikap terbuka dalam membatu pasien yang mengalami sakit atau
memerlukan bantuan.
Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh
beberapa hal terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:
Pertama, perkembangan. Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu
diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi
isi pesan dan sikap menyampaikan pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak
bicara adalah anak-anak, remaja, dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda
dalam berkomunikasi.
Kedua, Persepsi. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu
kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi
merupakan suatu hambatan kita dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita
persepsikan belum tentu sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.Nilai.
![Page 71: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/71.jpg)
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.
Ketiga, Latar belakang budaya. Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi
oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi. Keempat, Emosi. Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu
peristiwa. Dalam berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita
ajak berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan
tidak sampai. Kelima, Pengetahuan. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang
yang kitan ajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan tingkat
pengetahuan yang kita ajak bicara. Keenam, Peran. Gaya komunikasi harus di
sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan. Misalnya ketika kita berperan
membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan yang lain. Dan terakhir adalah Tatanan interaksi. Komunikasi
interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang.
Kalau tempatnya bising, ruangan sempit, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat
mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.
Faktor yang mempengaruhi hubungan perawat-pasien yang berkualitas :59
1. Kehangatan dan ketulusan
Bersikap hangat dan tulus bukanlah suatu keterampilan praktis tetapi suatu
kerangka pikiran yang di dalamnya terdapat penerimaan dan penghargaan pada
59
Ibid, h. 146-148.
![Page 72: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/72.jpg)
keunikan setiap pribadi. Untuk mencapainya, diperlukan penciptaan suatu kondisi
dimana pasien merasa aman, terjadi saling pemahaman dalam pendapat serta
pikiran. Penerimaan pada pasien dapat dilakukan dengan mendengarkan keluh
kesahnya secara penuh. Ini adalah karakteristik dari situasi pasien yang datang
untuk meminta tolong, menjadi sadar bahwa perawat memahami perasaannya dan
siap untuk membantunya.
2. Pemahaman yang empatik
Empati adalah merasakan perasaan orang lain, tetapi tidak sama dengan
mengalami pengalaman itu sendiri. Dalam keperawatan, empati dapat berarti
mempersepsikan dunia sebagaimana pasien mempersepsikannya. Empati
bukanlah simpati untuk situasi atau dilemma seseorang tetapi sebuah kemampuan
untuk merefleksikan sebuah objektif perasaan dari pasien, yang tidak diungkapkan
secara lisan.
3. Perhatian positif yang tak bersyarat
Perawat harus berfokus pada pemahaman mereka tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi perawatan pasien, bukan hanya pada persepsi dari dirinya
sendiri atau dari orang lain. Memiliki perhatian positif yang tidak bersyarat
terhadap pasien, termasuk di dalamnya mengakui suatu kebaikan pada diri pasien
tersebut
![Page 73: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/73.jpg)
4. Sifat konkrit
Konsep tentang sifat konkrit berhubungan dengan pengertian yang saling
menguntungkan dan akurat tentang perbendaharaan kata yang digunakan oleh
pasien, terutama dalam menggambarkan emosinya. Misal : Kata „sedih‟ dan
„senang‟ bersifat subjektif. Perawat perlu memperjelas arti kata itu secara
perseorangan dengan si pasien untuk dapat menangkap isi pembicaraan.
5. Kesegeraan
Sifat segera mengacu pada situasi yang sedang terjadi, bukan pada masa
lalu atau masa datang. Misal : ketika pasien mengungkapkan perasaan tentang
pemeriksaan terakhir, kita perlu menanggapinya tentang hasil pemeriksaan saat
itu, bukan pada perasaannya sebelum pemeriksaan dilakukan.
6. Konfrontasi
Konfrontasi berarti perlawanan/pertentangan terhadap suatu hal.
Terkadang orang membuat generalisasi tentang kejadian, orang, dan perasaan.
Untuk membantu pasien, mungkin kita perlu meng-konfrontasi mereka, mengajak
mereka untuk menemukan kebenaran. Misal : Kasus dimana lansia yang sakit
dibawa ke Rumah sakit, beliau berpendapat bahwa Rumah sakit adalah tempat
dimana orang meninggal dan bukan untuk membaik. Untuk meningkatkan
motivasi pasien, perawat memberikan ke-optimisan pada pasien bahwa mereka
akan sembuh. Hal itu melalui konfrontasi.
![Page 74: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/74.jpg)
Oleh Karena hubungan antara Perawat dengan Pasien merupakan
hubungan antar pribadi, maka ada komunikasi atau yang lebih dikenal dengan
istilah wawancara pengobatan itu sangat penting.Hasil penelitian yang penulis
lakukan di rumah sakit syarif jakarta menunjukkan bahwa esensi dari hubungan
antara Perawat dan Pasien terletak dalam wawancara pengobatan.Pasien yang
diperiksa oleh dokter bukan makhluk pasif, bukan pula mesin yang bagiannya
gagal berfungsi atau aus.Pasien adalah makhluk yang aktif, dengan siapa dan
untuk siapa dokter bekerja mengatasi penyakit.
Untuk mencapai tujuan akhir dari proses pelayanan kesehatan terutama
dalam pelayanan keperawatan adalah dengan memperpendek lama hari rawat.
Perawat dan klien akan terlibat dalam hubungan yang intensif. Untuk itu perawat
harus melakukan eksplorasi diri atas kemampuan yang dimiliki dalam
berkomunikasi dengan klien. Dalam melaksanakan komunikasi yang terapeutik,
perawat harus memiliki kekampuan-kemampuan antara lain pengetahuan yang
cukup, keterampilan yang mumpuni dan memadai, serta tekhnik dan etika
komunikasi yang baik. Dengan demikian, kehadiran perawat di sisi klien
merupakan kehadiran yang bermakna dan membawa dampak yang positif bagi
klien.
Perawat harus mengerti dan menyadari bahwa klien datang ke rumah sakit
dalam rangka meminta pertolongan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan,
dan hal itu diterima sebagai tanggung jawab pribadi serta tanggung jawab profesi
bagi perawat. Perawat saat menangani klien merupakan suatu penghormatan bagi
dirinya karena dipercaya oleh klien untuk merawat tanpa ada perasaan khawatir,
ragu, maupun kecemasan. Dan hal yang paling penting adalah perawat dipercaya
![Page 75: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/75.jpg)
mampu menangani klien dengan benar, penuh kesabaran, supel, ramah, dan sangat
responsif.
Perawat harus sadar dan menrima bahwa kehadirannya sangat dibutuhkan
oleh klien untuk menringankan atau bahkan menghilangkan keluhannya sehingga
harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh sebelum bertemu dengan
klien. Integritas yang tinggi dari perawat akan mampu menyakinkan klien
sehingga meningkatkan kehormatan perawat dimata klien. Klien menjadi sangat
percaya dengan perawat, klien menjadi sadar bahwa perawat butuh data yang
orisinal sesuai dengan keluhan yang dihadapinya dan mengutarakan dengan
sungguh-sungguh keluhannya. Klien menjadi sadar bahwa hari ini dia menjadi
pasien di rumah sakit, dimana untuk proses kesembuhannya diawali dengan
memberikan keterangan yang sesuai dengan keluhan atau penyakit yang
dihadapi.60
Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan
meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang
atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi
dan mempengaruhi orang lain.
Interaksi perawat dan pasien akan menghasilkan informasi untuk perawat
tentang keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan perawat dapat
memberikan informasi tentang cara-cara menyelesaikan masalah dengan strategi
tertentu sehingga pasien terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian
masalah pasien. Jika pasien menerima dan melakukan informasi yang diberikan
60
Ibid, h. 144.
![Page 76: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/76.jpg)
oleh perawat maka perilaku pasien berubah ke arah adaptif yang merupakan hasil
utama tindakan keperawatan. 61
Komunikasi yang terjadi antara perawat dan pasien rawat inap adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi perawat-pasien rawat inap
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in
adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan.
Komunikasi perawat-pasien (terapeutik) bukan pekerjaan yang bisa
dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan
profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian
melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan
masalahnya.
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat
dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan
evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu
61
Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Asmani, Pasien Kamar
302 Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011h. 1-3
![Page 77: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/77.jpg)
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas
hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan
perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik
yang mempe Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku
dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya.
B. PERAWAT- PASIEN RAWAT INAP DALAM MEMBANGUN
KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi keperawatan merupakan wahana utama dalam praktek
keperawatan yang dilakukan antar perawat dan klien (pasien), perawat dan
keluarga klien (pasien), perawat dan perawat, perawat dan dokter, dan perawat
dengan petugas lain yang terkait. Berdasarkan petikan wawancara bersama
Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta dan berikut hasil kutipan
dari wawancara dengan beliau, orientasi dari komunikasi efektif adalah sebagai
berikut:
“Memberikan tindakan segera setiap ada keluhan, biasanya kita disini melakukan secara
komunikatif, kami banyak berbicara dengan pasien dan memberi perhatian secara khusus dan
optimal dalam pelayanan keperawatan kami, sehingga pasien tidak merasa canggung atau kaku
untuk berbicara kepada kami seputar keluhan penyakitnya dan keadaannya.”62
Dalam melaksanakan teknikal keperawatan, perawat perlu melihat dulu
acuan tindakan keperawatan yang telah ada di ruangan. Biasanya di setiap
ruangan mempunyai Standar Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan petikan
62
Wawancara Pribadi Dengan Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta. ,
Ciputat 28 Juni 2011
![Page 78: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/78.jpg)
wawancara bersama Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta dan
berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
“Dalam melakukan Strategi khusus dalam menghadapi pasien rawat inap Sesuai SOP,
kita ada standar nya, jadi strategi-strategi yang harus digunakan sudah ada pada SOP itu, dan kita
sebagai perawat hanya menjalankannya.”63
Agar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan benar dan tepat
dengan tingkat penerimaan yang tinggi dari klien, dalam melaksanakan tindakan
perawat selalui berkomunikasi dan berkoordinasi dengan klien.
Ini berdasarkan petikan wawancara bersama Jazilatur Rahmah Perawat
Rumah sakit Syarif jakarta dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan
beliau:
“..... biasanya kita sebagai perawat lebih aktif mengajak pasien untuk berinteraksi dalam
berkomunikasi, diantaranya kami banyak bertanya seputar keadaan tentang diri pasien, misalnya
bagaimana Bapak/Ibu sudah enakan belum badannya, panasnya sudah hilang belum, jangan lupa
minum obatnya ya Bu/Pak. Itu dilakukan supaya pasien merasa nyaman dan membuka diri untuk
berkomunikasi. “ 64
Prinsip pada tahap ini adalah perawat menggunakan diri secara terapeutik
yang tampak dari tekhnik komunikasi terapeutik dan sikap yang terapeutik dalam
pelaksanaan langkah-langkah tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.
Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia persis sama, meskipun
mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi
makanan yang sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam
hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau
tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada
63
Wawancara Pribadi Dengan Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta.
Ciputat 28 Juni 2011.
64 Wawancara Pribadi Dengan Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta.
Ciputat 28 Juni 2011.
![Page 79: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/79.jpg)
gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
Kesamaan bahasa khususnya akan membuat pengertian bersama dibandingkan
dengan orang-orang yang tidak berbicara atau memahami bahasa yang sama.
Oleh karena itu Strategi Berbicara Sebagai Jalan Menciptakan
Pemahaman, Kita bisa mengatasi indeksikalitas dan refleksivitas bahasa dengan
cara menjalankan tugas kita dengan baik sebagai pembicara dan pendengar.
Disinilah letak pentingnya kemampuan mengembangkan komunikasi
efektif karena merupakan salah satu keterampilan yang amat diperlukan dalam
rangka pegembangan diri kita baik secara personal maupun profesional. Unsur
yang paling penting dalan komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau
kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan
kepada penerima pesan. Jadi sayarat utama dalam komunikasi efektif adalah
karakter yang kukuh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat.
Jika kita mendepositokan kepercayaan (trust) kepada petugas kesehatan,
maka akan tergambar dalam perasaan aman yang dimiliki klien ketika kita
berhubungan dengan petugas kesehatan. Coba kita lihat seorang penderita
penyakit jantung yang berobat ke dokter yang sudah terkenal kemahirannya. Klien
dengan setia menunggui dokter ahli jantung tersebut, karena dokter tersebut
dipercayai mampu mengatasi permasalahan penyakit jantungnya.
Jika kita meletakkan deposit kepercayaan di dalam rekening bank emosi
melalui integritas, yaitu sopan santun, kebaikan hati, kejujuran, dan memenuhi
setiap komitmen, berarti akan menambah cadangan kepercayaan kepada orang
lain. Kepercayaan kita menjadi lebih tinggi, dan dalam kondisi tertentu, jika kita
![Page 80: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/80.jpg)
melakukan kesalahanm maka masih dapat memahami dan memaafkannya. Karena
masih ada saling mempercayai. Ketika kepercayaan semakin tinggi, komunikasi
pun mudah, cepat dan efektif. 65
65
Ibid, h. 192-193.
![Page 81: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/81.jpg)
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan selama kurang lebih satu bulan
lamanya terhitung sejak tanggal 7 Mei 2011 hingga tanggal 28 Juni 201,
khususnya pada proses pelayanan rawat inap yang dilakukan di kamar rawat lantai
03 Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
kepada pasien dan Perawat, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
Berdasarkan penjabaran peneliti mengenai hubungan pola komunikasi perawat
dan pasien rawat inap di ruang perawatan lantai 03 Rumah sakit Syarif Jakarta,
dan melihat dari hasil penelitian di lapangan yang berupa pengamatan dan
wawancara mendalam maka dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut :
Proses komunikasi yang berlangsung di ruang perawatan proses komunikasi yang
berlangsung merupakan komunikasi yang bersifat antarpribadi, hal ini disebabkan
karena masing-masing komunikasi antara perawat dan pasien rawat inap
menggunakan komunikasi yang bersifat langsung (tatap muka) secara verbal dan
non verbal dan menggunakan pendekatan komunikasi antar pribadi baik secara
sosilogis, psikologis dan kultural.
Proses komunikasi dalam pelayanan medis sangat penting, karena adanya
komunikasi pesan dapat tersampaikan. Komunikasi antar pribadi yang diterapkan
di pelayanan medis Rumah saki Syarif Jakarta yakni adanya metode yang
diterapkan yakni menggunakan komunikasi verbal dan komunikasi non verbal
secara face-to-face dalam proses penyampaiannya. Untuk mengefektifkan proses
![Page 82: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/82.jpg)
pelayanan medis perawat dalam meyampaikan pesan menggunakan kelompok,
dalam prosesnya komunikasi dengan menggunakan pendekatan komunikasi
antarpribadi. Sebelum menyampaikan pesan pesan perawat juga menentukan
strategi dalam menghadapi pasien baik yang labil/sensitif yany dapat mengganggu
keefektifan komunikasi dalam pelayanan medis, oleh karena itu perawat harus
menguasai komunikasi dengan baik supaya memahami karakter-karakter dari
pasiennya.
a. Melalui wawancara, take gambar dan observasi diketahui bahwa pelaksanaan
proses pelayanan rawat inap di Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta kepada pasien dan Perawat dengan menggunakan
komunikasi antar pribadi dilakukan denagan direktif secara personal.
b. Adapun yang menjadi kelebihan dari proses pelaksanaan proses pelayanan rawat
inap ini terlihat bahwa proses pelaksanaannya dalam tindakan bersifat pribadi
perawat harus melakukan pendekatan yang afektif agar proses tindakan medis
dapat berjalan lancar.
c. Selain itu yang menjadi kelemahan dari proses pelaksanaan pelayanan rawat inap
ini terletak pada kondisi pasien yang cenderung labil, hal ini disebabkan adanya
efek yang timbul dari penyakit yang diderita oleh pasien rawat inap sendiri.
d. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif terjadi dalam
praktik perawat sehari-hari di Rumah Sakit Syarif Jakarta. Mayoritas pasien
merasa puas terhadap percakapan yang mereka lakukan dengan perawat dan
memberikan respon yang positif dalam berkomunikasi dengan perawat.
![Page 83: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/83.jpg)
2. Saran
Dari beberapa kesimpulan tersebut diatas, penulis memberikan masukan
atau saran kepada lembaga kesehatan Rumah sakit Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, agar lebih baik lagi dalam pelayanannya sesuai
dengan visi dan misi yang tertera di lembaga kesehatan Rumah sakit Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian tujuan yang
diharapkan lembaga dapat tercapai dengan baik. Sebagai kesatuan masyarakat dan
kelompok kecil, komunikasi dalam keperawatan harus dapat dijaga dengan baik.
Karena jika tidak maka proses pelayanan medis dalam rawat inap tidak akan
berjalan dengan lancar, perawat dan pasien harus saling terbuka dan saling
memberi informasi secara verbal dan non verbal agar proses pelayanan yang
diinginkan dapat berjalan dengan baik.
Dengan terlaksananya pembahasan skripsi ini yang berjudul pola
komunikasi perawat dan pasien rawat inap dalam pelayanan medis di Rumah sakit
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Jakarta, maka penulis akan memberikan
beberapa saran demi tetap terlaksananya komunikasi yang efektif, antara lain
dalam berkomunikasi pasien dan perawat hendaklah membiasakan menggunakan
kata yang baik dan benar, serta bahasa yang digunakan haruslah bahasa indonesia
pada pasien agar dapat membiasakan dan melancarkan berbahasa Indonesia, pada
pasien serta mudah dipahami sehingga pesan dapat disampaikan dengan baik serta
mendapat feedback dari pasien sehingga pelayanan medis yang diberikan dapat
disampaikan dengan baik dalam proses pelayanan medis tersebut.
Khusus bagi pasien rawat inap dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya agar lebih memaksimalkan kinerja dan kualitas dirinya. Lebih peka
dengan masalah-masalah yang dihadapi pasien dan bisa menjadi tempat curahan
terbaik bagi para pasien.
![Page 84: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/84.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napza Di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat (RSKO). Jakarta: Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,
2009.
A. Goldberg, Alvin dkk, Komunikasi Kelompok, Proses-Proses diskusi Dan
Penerapannya, Jakarta :UI-Press 2006.
Abidin Ass, Djamaludin, Komunikasi dan Bahasa Dakwah Jakarta:Gema Insani
Press, 1966.
Arikunto, Suhasimi, Prosedur Penelitian, jakarta; PT. Bina Aksara cet. 2, 1985.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2003.
DEPDIKNAS, Kamus Besar bahasa Indonesia.
Djamaludin, Abidin Ass , Komunikasi dan Bahasa Dakwah , Jakarta:Gema Insani
Press, 1966.
Djuarsa, Sasa, Teori Komunikasi Cet. Ke-9 , jakarta:Universitas terbuka, 2005.
F. Rahmadi, Perbandingan Sistem Pers, Analisis Deskriptif Sistem Pers di
Berbagai Negara, (akarta: Gramedia, 1990.
G. Sevilla, Consuelo dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta:Penerbit
Universitas Indonesia UI Press cet 1, 2006.
Hadari, Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 1992.
Hadi, Sutrisno Metodologi Research, Yogyakarta : Andi Offiset, 1989.
I.B. Mantra, MPH, Komunikasi Jakarta:Dep Kes RI , Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat, 1994.
![Page 85: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/85.jpg)
Jean, E. Esposito, Seni Komunikasi, Membangun Pengertian Di tempat Kerja,
Jakarta : Prestasi Pustaka 2003.
J Moloeng, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja :
Rosdakarya, 1991.
Khaerudin, Musrih. Pola Komunikasi Pimpinan Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) Kabupaten Banyumas Dalam Meningkatkan
Kerukunan Antar Umat Beragama, Ciputat: Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah, 2010.
Liliweri, Alo, Komunikasi Antarpribadi cet.ke-2 , Bandung: Citra Aditya Bakti,
1997.
L. Tubbs, Stewart dkk, Human Communicatioan : Konteks-SKonteks Komunikasi
Antar Budaya Bandung : remaja Rosdakarya, 2001.
Lumentu, Benyamin, Pasien Citra, Peran dan Perilaku, Tinjauan Fenomena
Sosial yogyakarta:Kanisius,1989.
Muhammad, Ami Komunikasi Organisasi Jakarta:Bani Aksara, 1995.
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar: Bandung: Rosdakarya,
2007.
,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya, cet. 12, 2006.
2004.
2005.
Nasir, Abdul, dkk, Komunikasi Dalam Keperawatan, Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Salemba Medika, 2009.
Nasir, D. Moh, Metode Penelitian Jakarta : Ghalia Indonesia 1993
![Page 86: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/86.jpg)
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia Cet Ke-2, Jakarta: Raja Garfindo Persada,
2005.
Nasution, Zulkarnaen Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan
(Jakarta:Ekonomi UI), 1990.
,Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan
(Jakarta:Ekonomi UI), 1990.
Susanti, Annisa, Komunikasi Dokter Dan Pasien Dalam Pelayanan Medis Di
Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah (RSSH). Jakarta: Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah, 2010.
P. Eckholm, Erik, Masalah Kesehatan Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit,
Jakarta:Gramedia, 1981.
Praktiknya, A. Watik Islam Etika dan Kesehatan Jakarta: Rajawali Press, 1986.
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi Cet. Ke-23, Bandung: Remaja
rosdakarya, 2005.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta:UIN Press, 2007.
Uchjana Effendi, Onong, Komunikasi Dan Modernisasi, Bandung :Mandar Maju
2005.
, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, Bandung:Remaja Rosda
Karya, 1990.
, Ilmu, Toeri dan Filsafat Komunikasi, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti, 2003.
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta:PT Grasindo), 2000.
![Page 87: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/87.jpg)
Yooke Tjupamah S, Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah,
Jakarta:Bumi Aksara, 2000.
![Page 88: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/88.jpg)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pertanyaan Penelitian : Perawat
POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM
PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1. WAKTU DAN TEMPAT
Hari dan Tanggal : Selasa, 05 Mei 2011
Waktu : 11.26 – 12.00 WIB
Tempat : Lantai 03 Ruang Keperawatan RS Syarif Jakarta
2. IDENTITAS DAN SUBJEK
Nama : Ihdal Husnayain
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Keperawatan
1. Jenis Komunikasi apa yang digunakan dalam pelayanan medis
keperawatan di Rumah sakit Syarif Jakarta ?
Jawaban :
Kalau disini sih, kan komunikasi itu ada dua jenis ya verbal dan
non verbal. Komunikasi verbal kita langsung nanya kepada pasien
kalau komunikasi non verbal komunikasi kaya ada isyarat. Misalnya
pasien yang kesulitan berbicara kita kasih satu selebaran kertas biar
bisa dikasi pulpen setelah itu permintaan pasien ditulis.
![Page 89: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/89.jpg)
2. Apakah cukup efektif ?
Jawaban :
Cukup efektif, kan biasanya juga di ruangan itu ada el, jadi tinggal
pencer aja, setiap pasien yang baru masuk kita ada penjelasan misalnya
visit dokter, rapihin tempat tidur dan sebagainya.
3. pendekatan bagaimanakah yang digunakan dalam menghadapi
pasien ?
Jawaban :
Kita berusaha mancari tahu keluhan pasien dengan bertanya
kepada pasien atau keluarga pasien apa sih keluhannya untuk tindak
selanjutnya kebutuhan pasien atau apa setelah membutuhkan mereka
ketika dirawat. Kan kalau kita baik pasien juga baik dengan
perawatnya.
4. bagaimana membangun komunikasi yang efektif dengan pasien ?
Jawaban :
Sebelumnya kita juga menjaga image kita juga, trust, kalo masalah
trust itu sudah terciptakan
![Page 90: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/90.jpg)
5. Dimana kita bisa menciptakan rasa trust itu ?
Jawaban :
Ya pada saat proses pelayanan rawat inap terjadi
6. Bagaimana menghadapi pasien yang cemas dengan penyakitnya ?
Jawaban :
Ya pastikan disini orang sakit ya, pasti merasakan cemas kita
sebagai tenaga medis hanya menyakinkan saja bahwa kita disini
sebagai tenaga medis berusaha keras untuk kesembuhan pasiennya,
dengan keyakinan dan bimbingan yang kita punya.
7. Bagaimana cara bimbingan dilakukan ?
Jawaban :
Yakin kan pasien bahwa pasti ada positifnya kita yang terlalu
menjudge harus sembuh karena kan penyakitkan mempunyai fase
8. komunikasi apa yang digunakan dengan pasien yang berbeda
budaya ?
Jawaban :
Kan sebelumnya juga ada pengkajian, jadi sedikit tahu. Tapi disini
kan menggunakan bahasa Indonesia jadi pasti mengerti dan lebih
efektif
9. Siapakah yang mementukan penyakit pasien ?
Jawaban :
Anamesa dari dokter, kita sebagai perawat hanya partner saja, jadi
untuk diagnosis itu dokter
![Page 91: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/91.jpg)
10. Kapan tindakan keperawatan dilakukan perawat kepada pasien ?
Jawaban :
Tergantung diagnosa misal pengambilan darag yang mesti
dilakukan pasti kita lakukan, kan udah ada standar operasionalnya juga
SOP, disini kan sebelum mengajukan tindakan kita kan mengajukan
SOP dulu ke atasan.
![Page 92: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/92.jpg)
Pertanyaan Penelitian : Perawat
POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM
PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1. WAKTU DAN TEMPAT
Hari dan Tanggal : Selasa, 05 Mei 2011
Waktu : 11.26 – 12.00 WIB
Tempat : Lantai 03 Ruang Keperawatan RS Syarif Jakarta
2. IDENTITAS DAN SUBJEK
Nama : Jazil
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Keperawatan
1. Apa pendapat Anda tentang Rumah sakit Syarif Hidayatullah ini ?
Jawaban :
Pendapat rumah sakit lumayan lengkap, walaupun masih ada
permintaan yang kita rujuk keluar ya seperti itu.
. Bagaimana dengan fasilitas di Rumah sakit Syarif Hidayatullah ini ?
Jawaban :
Fasilitas disini untuk pasien cukup intensif, lengkap jadi cukup
memadai perawatan untuk penyakit-penyakit.
3. Dimana proses rawat inap dilakukan ?
Jawaban :
![Page 93: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/93.jpg)
Untuk ketika pasien mau dirawat, biasanya ada regstrasi rawat inap
di CP (Customer service), lalu persiapan kamar, jika sudah kita ada
penyembuhan melalui pengkajian sampai evaluasi dan tujuan kita apa.
4. Seperti apa kajian tersebut ?
Jawaban :
Meliputi keluhan, alergi, riwayan pasien juga untuk tindakan
selanjutnya.
5. Komunikasi apa yang digunakan dalam proses pengkajian tresebut
?
Jawaban:
Kita berharap komunikasi kita terbuka sehingga apa yang
dirasakan pasien kita tahu/implementasikan tindakan yang dilakukan
tepat sasaran sama tujuan.
5. apakah ada hambatan ?
Jawaban :
Tingkat pengetahuan pasien , karena tingkat pengetahuan yang
tidak mengetahui tentang kesehatan harus kita lebih sering
menginformasikan tindakan-tindakan kita supaya tindakan kita
tercapai. Dan pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6. Apakah ada pendekatan khusus ?
Jawaban:
Kalo pendekataan kita terhadap sama pasien pertama kita adakan
pengkajian berbicara mengenai keluhan pasien yang dirasakan
![Page 94: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/94.jpg)
sehingga kita di dalam melakukan perencanaan tindakan kepada pasien
itu tepat sehingga tujuan itu tercapai.
7. Bagaimana menghadapi pasien yang merasa cemas dengan penyakit
nya ?
Jawaban :
Saat pasien memasuki ruangan pasien, kita adakan penjelasan
tentang kondisi ruangannya, sehingga pasien merasa bahwa itu bukan
suatu tempat yang mengerikan tapi tempat yang nyaman karena
fasilitasnya sudah ada. Dengan kamar mandi ada didalam, televisi,
dengan fasilitas bel yang ada, sehingga kalo ada perlu bantuan
langsung bisa minta bantuan dengan menekan bel seperti itu. trus
waktu itu pun kita ajak ngobrol-ngobrol itu istilahnya berbincang-
bincang mengenai kondisi pasien apa yang dirasakan Bpk atau Ibu ,
keluhan-keluhan yang dirasakan sekarang gtu. Apa yang pelru dibantu,
sebelum kita pergi pun akan memberikan pertanyaan atau menawarkan
suatu bantuan sehingga sebelum kita pergi tidak ada ganjalan pasien
tersebut untuk memberikansemua keluhan kepada kita, perawat
maksudnya.
8. Kapan tindakan diberikan dan biasanya berapa kali tindakan
diberikan kepada pasien ? apakah ada waktu-waktu tertentu ?
Jawaban :
Ya ada. Kita ada waktu untuk memberikan pelayanan , kalo yang
rutin kita dari pagi, operan dinas yah pergantian shift itu dengan
menanyakan keluhan pasien setelah itu dalam waktu operan itu kita
![Page 95: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/95.jpg)
ada pengecekan juga, kondisi pasien. Setelah itu kita kembalikan ke
station untuk mengecek status, istilahnya interogasi-interogasi dokter
yang tertulis untuk mengecek kembali kebutuhan pasien, sudah
direncanakan dari shift sebelumnya. Kita secepatnya mengadakan
pemeriksaan vital, maksudnya untuk mengetahui kondisi pasien
terutama yah untuk melakukan tindakan selanjutnya pekerja terapi
injeksi (pagi), vital oral (umum) sambil bertujuan.
9. Bagaimana menghadapi pasien yang pasif ?
Jawaban :
Makanya inti secara mengecek paien, walaupun gag sering tapi
mungkin kita ada evaluasi, evaluasi-evaluasi itu dari mulai keluhan
masuk, siapa saat dirawat, saat ini kita kroscek pasien lagi untuk
menanyakan pasien.
![Page 96: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/96.jpg)
Gambar (Take Gambar Melalui Video) Perawat Dan Pasien Dalam Tindakan
Medis Di Kamar Ranap (Ruang Inap) Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta
1.
Gambar I. Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan Tindakan
Kepada Pasien
![Page 97: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/97.jpg)
2.
Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan
Tindakan Kepada Pasien
![Page 98: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/98.jpg)
3.
Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan
Tindakan Kepada Pasien
![Page 99: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/99.jpg)
4.
Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan
Tindakan Kepada Pasien
![Page 100: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/100.jpg)
5.
Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan
Tindakan Kepada Pasien
![Page 101: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/101.jpg)
6.
Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan
Tindakan Kepada Pasien
![Page 102: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/102.jpg)
TRANSKIP OBSERVASI
Observasi ke-3
1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah
2. Observer : Armilatus Shalihah
3. Tanggal Pengamatan : 21 Mei 2011
4. Waktu : 14 : 58 WIB
5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap
6. Jumlah Anggota : Dua Orang
7. Nama : Ibu Asmani
8. Jenis kelamin : Perempuan
9. Usia : 51 tahun
10. Penyakit : Darah Tinggi (Hipertensi )
11. Tempat : Kamar 302 lantai 03 Ruang Keperawatan
Rumah
Syarif Hidayatullah Jakarta
12. Objek Pengamatan :
Pola Komunikasi antara Perawat dan
Pasien dalam tindakan medis rawat inap
melalui Take Gambar (merekam melalui
Video)
Cacatan Lapangan :
Dalam memulai pemberian tindakan, pertama-tama sebelum memasuki
kamar pasien, perawat memasuki kamar pasien dengan cara mengetuk pintu
![Page 103: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/103.jpg)
sambil mengucapkan salam, perawat melakukan komunikasi dengan cara
menggunakan komunikasi verbal yang halus dan sopan kemudian perawat
memberi tahu kepada pasien bahwa akan ada tindakan berupa injeksi (suntik )
yang akan dilakukan. Pertama-tama dua orang perawat Mbak Sugi (Memakai baju
perawat berwarna biru) dan Mbak Pri (memakai baju perawat putih) memasuki
ruangan kamar pasien, perawat megambil jarum suntik dengan mempercikkan
suntikannya sambil memasukkan obat ke dalam alat suntik tersebut. Sangat
terlihat sekali kedua perawat tersebut sangat fokus dan terlihat serius sekali,
perawat yang memakai baju biru (Mbak Sugi) menggerakkan alat suntik itu
dengan memercikkan suntikan itu agar keluar air yang mengandung obat yang
terkadung didalam suntik tersebut didalamnya. Perawat terlihat berkali-kali
menggerak-gerakkan dengan membolak-balikkan suntikan itu secara berkali-kali,
kemudian perawat mengambil dengan tangan kanannya secara penuh kseriusan
terlihat dari mimik wajah mereka masing-masing. Kemudian
memercikkan/menyentil alat suntik itu kembali kemudian mengangkatkan alat
suntik itu kebawah dengan meneteskannya lalu memutar alat suntik itu supaya
kuat dan tidak bocor/menetes lalu perawat mengambil alat penutup suntik dan
meletakkannya di antara berbagai obat-obatan yang dibawa, kemudian perawat
memasukkan alat suntik itu kepada sebuah pelastik. Komunikasi secara oral pada
saat itu belum terjadi karena masing-masing perawat sibuk dengan kegiatannya
yaitu mempersiapkan berbagai alat-alat medis untuk kemudian mengambil
tindakan injeksi kepada pasien.
Kemudian tindakan yang diambil perawat yang berbaju putih ( Mbak Pri )
dalam tindakannya perawat mengambil alat suntik dan memegangnya dengan
![Page 104: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/104.jpg)
penuh konsentrasi dan perhatian penuh dengan terus memandang ke arah alat
suntik itu yang terdiri dari satu buah alat suntik dan penutupnya. Kemudian
dengan sikap yang fokus, perawat mengambil alat suntik untuk kedua kalinya
dengan menyentuh satu tangan kanan memegang dua alat suntik itu, dan tangan
yang kiri melepaskannya, pada saat itu terlihat pasien yang lewat dan berjalan
sambil membawa infusnya dengan posisi infus dibawa keatas, terlihat perawat
masih sangat fokus dan serius dalam tindakan injeksi.
Ketika persiapan injeksi sudah selesai, maka tindakan pun di lakukan oleh
perawat dengan posisi pasien dalam keadaan duduk di tempat tidurnya. Menurut
kepala keperawatan di rumah sakit tersebut dalam perawat mengambil
tindakan medis di kamar rawat, pasien harus berposisi tidur dan pasien dalam
memberi tindakan sikapnya berdiri. Perawat dengan posisi membungkuk sedikit
menusukkan jarum suntik kepada infus pasien yang berada di tangan sebelah
kanannya pasien pun terlihat memperhatikan perawat dalam melakukannya injeksi
infus perlahan-lahan sambil pasien itu berkata Bismillahirrahnirrahim, pelan-
pelan ya Bu, permisi ya Bu. Perawat memasukkan jarum suntik itu ke infus tangan
pasien sambil membawa alat penadah ( berupa papan) untuk menempatkan kapas
yang diperlukan dalam injeksi. Pada saat itu perawat memakai sarung tangan
berwarna putih perawat menekankan/mendorong alat suntik agar masuk ke dalam
infus pasien, tangan kanan memegang bekas suntikan itu sedangkan tangan kiri
mengambil kapas yang sudah disiapkan yang berisi alkohol, kemudian
memasukkan kapas itu kepada ujung jarum suntik dengan cara memutar-mutarkan
kapas tersebut.
![Page 105: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/105.jpg)
Kemudian perawat memasukkan alat suntik itu dengan pertama-tama
perawat menyentuh tangan pasien dengan halus dan secara perlahan-lahan dan
mengusapkannya, perawat memasukkan alat suntik itu (injeksi) kepada pasien,
kondisi pasien pada saat itu terlihat juga sangat memperhatikan dengan apa yang
dilakukan oleh perawat dalam menyuntikkan jarum kepada pasien dan akhirnya
proses injeksi pun selesai dilakukan, kemudian setelah itu perawat melakukan
komunikasi dengan cara menggunakan komunikasi verbal yaitu mengucapkan
permisi kepada pasien sambil memegang/menyentuh kaki pasien dalam posisi
tidur sambil berkata terima kasih ya ibu, semoga cepat sembuh.
Interpretasi Peneliti :
Menurut Peneliti, pada take gambar ini dapat dianalisis bahwa seorang
perawat dalam melakukan tindakan kepada pasien, harus dengan persiapan yang
baik terlebih dahulu seperti alat-alat untuk tindakan harus sudah tersedia. Tidak
hanya sikap dengan memberikan senyum dan selalu menunjukkan mimik wajah
yang bagus, sikap konsentrasi dan serius sangat diperlukan karena perawat dalam
memberi tindakan, pasien harus merasa nyaman dan tidak ada gangguan sama
sekali, apalagi terkait dengan alat-alat medis yang merupakan alat yang sangat
pokok dalam memberi tindakan kepada pasien. Tidak hanya alat-alat penunjang
medis sebagai faktor pendukung, sikap perawat juga menjadi tolok ukur dalam
pemberian tindakan ini, apakah tindakannya berhasil apa tidak diantaranya
komunikasi verbal yang dilakukan yang perawat dengan cara memberikan
pertanyaan kepada pasien dengan jelas dan sopan. Ini juga sangat penting karena
![Page 106: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/106.jpg)
merupakan faktor pendukung untuk tindakan medis selanjutnya dengan baik dan
sukses.
Kesimpulan :
Sikap perawat yang meliputi komunikasi dan gesture perawat menjadi
tolok ukur keberhasilan dalam pemberian tindakan kepada pasien salah satu
penunjang sikap tersebut adalah komunikasi yang baik dengan pasien guna
tindakan yang akan dilakukan nanti berjalan dengan lancar.
![Page 107: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/107.jpg)
Observasi ke-3
1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Observer : Armilatus Shalihah
3. Tanggal Pengamatan : 21 Mei 2011
4. Waktu : 15 : 00 WIB
5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap
6. Jumlah Anggota : Dua Orang
7. Nama : Ibu Nurlaila
8. Jenis kelamin : Perempuan
9. Usia : 50 tahun
10. Penyakit : Anemia
11. Tempat : Kamar 308 lantai 03 Ruang Keperawatan
Rumah sakit Syarif jakarta.
12. Objek Pengamatan : Pola Komunikasi antara Perawat dan Pasien
dalam tindakan medis rawat inap melalui
take gambar (merekam melalui video).
Cacatan Lapangan :
Pada take gambar selanjutnya, masih berlanjut tindakan perawat kepada
pasien berupa injeksi (pemberian suntikan ). Setelah alat-alat untuk injeksi sudah
siap, Mbak Sugi seorang perawat dengan pasien yang berbeda melakukan
tindakan injeksi pula. Perawat sangat memperhatikan alat suntik itu dengan
melihat secara seksama penuh perhatian dan fokus kemudian perawat menurunkan
![Page 108: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/108.jpg)
alat suntik itu ke dalam meja dorong obat dan mengambil tatakan yang ada
didalamnya terdapat dua alat suntik, perawat juga pada saat itu sambil memegang
selimut pasien dengan penuh hangat dan perhatian lalu perawat mengambil alat
suntik itu, satu tangan kanan memegang tutup alat suntik itu, satu tangan kiri
memegang alat suntik juga. Kemudian memasukkan tutup dan alat suntik tersebut
sambil mengoperasikan alat suntik itu perawat melakukan komunikasi dengan
pasien dengan cara komunikasi secara verbal dengan menggunakan pendekatan
secara pribadi dengan menanyakan keluhan pasien seputar penyakitnya misalnya
dengan suara pelan dan halus bertanya kepada pasien “sudah baikan bu?
Sekarang apa yang dirasakan? Sudah baikan apa belum?” secara terus menerus
sambil masih mengoperasikan alat suntik tersebut. Perawat melakukan interaksi
kepada pasien masih berbicara menanyakan sekitar keluhan penyakit
pasienkemudian perawat memberi suntikan dan mendorongkan alat suntik itu
kepada tali infus tersebut dengan menggunakan tangan kanannya sambil
menenakn alat suntik itu perawat bertanya lagi kepada pasiennya “sudah enakan
Bu”, pasien dengan suara pelannya menjawab sudah suster.”
Pasien juga terlihat enjoy dengan pelayanan tindakan tersebut. Karena
perawat sering terus melakukan pembicaraan kepada pasien tersebut perawat terus
menekan memasukkan cairarn yang ada di alat suntik tersebut, masih dengan
penuh perhatian. Kemudian dengan tangan kanannya perawat memegang
kabel/tali infus itu dan kemudian meletakkan alat suntik itu persis disamping kaki
pasien yang sedang dalam posisi tiduran, posisi seperti adalah benar menurut
pihak medis yakni ketika tindakan perawatan dilakukan posisi pasien baiknya
tiduran.
![Page 109: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/109.jpg)
Kemudian perawat mengambil alat suntik yang kedua yang bentuk jarum
suntik yang panjang, kemudian memercikkan/menyentilkan alat suntik itu keatas,
dan membolak-balikkan alat suntik itu dari posisi membolak-balikan sebanyak
dua kali. Kemudian perawat memegang ujung alat suntik itu dan meletakkan
kembali di tempat obat-oabatan. Kemudian mengambil kembali alat suntik itu dan
sambil memegang tali infus tersebut pada saat itu pasien terlihat diam saja dan
posisi tidur memperhatikan perawat yang sedang memberi tindakan itu. perawat
terus menekan/mendorong alat suntik itu ke dalam tali infus tersebut. Perawat
menatap tempat turun air infus yang menetes sekali dua kali dilakukan secara
berkali-kali secara perlahan-lahan. Pasien terlihat juga ke arah proses suntik
tersebut dengan serius dengan mata menatap ke arah jarum suntik tersebut dan
akhirnya proses injeksi pun telah selesai dilakukan perawat meletakkan bekas alat
suntik tersebut, pasien juga peduli dengan memperhatikan semua gerak-gerik
yang dilakukan oleh perawat, sebelum meninggalkan pasien , perawat dengan cara
menyentuh dan memegang tubuh pasien sambil berkata cepat sembuh ya. Dan
akhirnya tindakan pun telah selesai dilakukan.
Interpretasi Peneliti :
Pada take gambar selanjutnya peneliti dapat menganalisis bahwa ketika
perawat melakukan tindakan harus sangat sabar dan penuh konsentrasi walaupun
kadang-kadang menghadapi pasien yang sedikit sensitif. Walaupun harus selalu
konsentrasi dalam tindakannya tetapi perawat tidak lupa untuk selalu mengajak
berinteraksi dengan cara berkomunikasi dengan pasien gunanya adalah lebih
mendekatkan diri kepada pasien sebagai perawat. Ini dilakukan agar pasien juga
![Page 110: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/110.jpg)
tidak merasa kaku dengan perawat itu sendiri ketika dalam mengambil tindakan
kepadanya. Terlihat sekali perawat sangat peduli dengan menanyakan keluhan-
keluhan pasien, saking intens nya dan seringnya komunikasi yang diberikan
pasien sangat enjoy dan nyaman dengan tindakan yang diberikan oleh perawat
tersebut karena dari komunikasi yang efektif itu proses pelayanan tindakan yang
dilakukan berjalan lancar karena perawat mendapatkan banyak informasi
mengenai apa yang dialami oleh pasien itu sendiri ketika selama dirawat.
Kesimpulan
Komunikasi yang efektif yang dilakukan dengan tingkat intens dan
seringnya dalam berinteraksi dengan pasien, maka akan menimbulkan komunikasi
yang baik dan efektif berupa kata-kata yang menunjukkan sikap perhatian dan
peduli dengan keadaan pasien, sehingga efeknya dalam tindakan medis pun yang
diberikan akan berjalan lancar.
![Page 111: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/111.jpg)
Observasi ke-3
1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Observer : Armilatus Shalihah
3. Tanggal Pengamatan : 21 Mei 2011
4. Waktu : 15 : 05 WIB
5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap
6. Jumlah Anggota : Dua Orang
7. Nama : Ibu Rubi
8. Jenis kelamin : Perempuan
9. Usia : 51 tahun
10. Penyakit : Diare, Trombosit Menurun
11. Tempat : Kamar 307 lantai 03 Ruang Keperawatan
Rumah sakit Syarif jakarta
12. Objek Pengamatan : Pola Komunikasi antara Perawat dan Pasien
dalam tindakan medis rawat inap melalui take gambar (merekam
melalui video).
Cacatan Lapangan :
Pada tindakan kali ini dalam memberikan tindakan medis kepada pasien,
menunjukkan sikap yang ceria, happy, kesannya ramah hangat dan aktif. Penuh
senyum pada tindakan kali ini, terlihat perawat memegang alat suntik itu dan
menyuntikkannya ke tali infus pasien sambil perawat melakukan interaksi dengan
![Page 112: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/112.jpg)
cara melakukan komunikasi verbal face to face dengan pendekatan komunikasi
antar pribadi yaitu seputar keadaan penyakit pasien.
Perawat melakukan tanya jawab sambil menggerakkan anggota tubuhnya
seperti jari telunjuk yang menunjukkan ke arah pasien tersebut tentang keadaan
yang terjadi terhadap pasien terlihat juga pasien merasa senang dengan perawat
tersbut dan terlihat komunikatif (komunikasi verbal dengan kata-kata) dan terbuka
dengan perawat misalnya “Bagaimana keadaan ibu sekarang sambil senyum ?
Pasien menjawab “sudah baikan suster, udah enak makan walaupun enggak
nafsu banget, sekarang aja masih mual, kalo sakitnya masih suster tapi udah
baikan juga sekarang.” Sambil melakukan injeksi perawat terus berdialog dengan
pasien, dengan tatapan penuh perhatian, sikap fokus, diantara keduanya. Pasien
terlihat menggerak-gerakkan tangannya sembari menjelaskan keadaan penyakit
yang dialaminya. Sebelum perawat bertanya terlebih dahulu seputar kesehatan
pasien tersebut sekali dua kali pasien menggerakkan tangannya masih dalam hal
menjelaskan dan membicarakan keadaan penyakitnya apa yang pasien rasakan
saat itu. dalam tindakan pasien melihat kearah jarum suntik yang perawat
masukkan suntikan kepadanya dan pasien juga sesekali menggerakkan tangannya
ke arah matanya yang menunjukkan keadaan yang dialami oleh dirinya berkaitan
dengan penyakitnya juga. Perawat pun senyum ketika mendengarkan keluhan
pasien tersbebut. Komunikasi terus berlanjut terlihat perawat-pasien dua-duanya
sangat komunikatif. Proses injeksi pun telah selesai dilakukan dan perawat
megeluarkan/mencabut suntik itu dari pasien.
Perawat mengambil infus yang baru, sambil melakukan komunikasi terus
perawat terus berjalan menuju tiang infus, kemudian mengangkat tangannya
![Page 113: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/113.jpg)
keatas tiang infus tersebut sebelumnya perawat membenarkan selang infus itu
tersebut, kemudian mengambil infus tersebut yang sudah habis, lalu
menggantinya dengan cairan infus yang baru dan menyambungkannya dengan
infus tersebut. Kemudian meletakkannya ke atas tiang infus seperti semua
kemudian mengecek tempat jalan keluarnya cairan infus tersebut dengan penuh
perhatian pandangan ke arah infus dan tempat alirnya infus tersebut secara dua
kali dan akhirnya proses tindakan pun selesai di lakukan kemudian perawat
menatap pasien dan mengucapkan permisi untuk keluar kamar.
Interpretasi Peneliti
Pada take gambar ini, menurut peneliti komunikasi yang dibangun antara
perawat dan pasien sangat bagus dan lancar. Terlihat senang sekali pasien dengan
cara tindakan yang diberikan perawat, penuh saling senyum dan cenderung
komunikatif. Perawat banyak bertanya tentang penyakit dan keadaan pasien dan
feedbacknya pasien pun menjawab pertanyaan itu dengan ekspresif pula.
Kesimpulan
Sikap, pelayanan yang diberikan meliputi komunikasi, gesture,
keterbukaan, yang diberikan oleh perawat pada saat tindakan medis yang
diberikan kepada pasien, makan akan memberikan efek yang positif akan
mempercepat proses kesembuhan penyakit pasien.
![Page 114: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/114.jpg)
Observasi ke-5
1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Observer : Armilatus Shalihah
3. Tanggal Pengamatan : 28 Juni 2011
4. Waktu : 16 : 00 WIB
5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap
6. Jumlah Anggota : Dua Orang
7. Nama : Bapak Sugiarto
8. Jenis kelamin : Laki-Laki
9. Usia : 24 tahun
10. Penyakit : Paru-Paru
11. Tempat : Kamar 304 lantai 03 Ruang Keperawatan
Rumah sakit Syarif jakarta
12. Objek Pengamatan : Pola Komunikasi antara Perawat dan Pasien
dalam tindakan medis rawat inap melalui take gambar (merekam
melalui video).
Cacatan Lapangan :
Pada tindakan kali ini adalah Perawat datang ke kamar pasien dengan
mengucapkan salam ke kamar pasien, dan memberikan informasi kepada keluarga
pasien bahwa akan ada tindakan medis yang dilakukan oleh perawat. Perawat pun
langsung melakukan tindakannya, pertama-tama perawat menyentuh tangan kanan
pasien untuk mengukur tensi darah pasien, tindakan pertama adalah perawat
![Page 115: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/115.jpg)
memakaikan stetoskop kepada pasien untuk diperiksa lebih lanjut, sebelumnya
perawat memberi tahu terlebih dahulu dengan melakukan sentuhan kepada pasien,
sambil mengucapkan “maaf ya pak “ kepada pasien dengan sopan dengan nada
yang halus pula. Setelah selesai stetoskop terpasang pada tubuh pasien, dan cara
memadangnya pun dilakukan dengan hati-hati dan sangat pelan-pelan sekali.
Kemudian perawat memegangi tangan pasien dengan posisi tangan kanan
dibawah dan posisi tangan kiri memegangi lengan si pasien. Sambil tangan kiri
memegang tangan pasien tangan kanan perawat beroperasi memompa dengan
berkali-kali alat stetoskop itu dengan berkali-kali melakukan pemeriksaan darah.
Proses pemeriksaan darah pun terus dilakukan secara terus menerus, pada saat itu
pasien juga sangat memperhatikan apa-apa yang dilakukan oleh perawat tersebut
dalam mengambil tindakan. Perawat melakukan komunikasi yang aktif dengan
pasien sambil memberi tahukan hasil pemeriksaan pasien pada saat itu sambil
berkata “tekanan darahnya normal ya Pak, uda bagus”. perawat memberi
sentuhan dengan memegang lengan pasien sambil memperhatikan dan mengukur
tensinya melalui stetoskop tersebut. Perawat juga memegang dan menyentuh
lengan pasien kemudian perawat mengambil alat stetoskop itu dan memasangkan
alat itu pada kedua telinganya, kemudian posisi perawat menghadap ke arah
pasien persis saling berhadapan, sesekali perawat membenarkan alat-alat
stetoskop tersebut dan memasukkannya ke telinga perawat tersebut.
Perawat memegangi tangan pasien, kemudian dengan posisi tangan pasien
yang lurus kebawah perawat meletakkan stetoskop tersebut ke lengan tangan
pasien. Kemudian perawat secara serius serta fokus dengan penuh perehatian
menghitung denyut nadi pasien tersebut. Dalam beberapa menit kemudian
![Page 116: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/116.jpg)
perawat melepaskan alat stetoskop tersebut dan melepaskan alat-alat tensi darah
yang terpasang dari pasien secara perlahan-lahan sambil melakukan komunikasi
verbal dengan cara memberitahukan hasil yang telah di periksa barusan, “ya Pak
tekanan darahnya normal ya pak, sudah bagus.” Kemudian perawat menyentuh
tangan pasien sambil merapihkan baju pasien hingga rapih seperti semula.
Kemudian perawat memegang tangan pasien dan memriksa denyut nadi
yang dihitung melalui jam yang ada di tangan kanan perawat. Dalam beberapa
menit pasien merasa ada efek yang terjadi dan dari diri pasien sesekali juga
melihat kebawah tangan perawat. Kemudian perawat mengambil termometer yang
diletakkan didalam baju pasien (ketiaknya). Dan memberitahukan hasil dari
pengukuran suhu memalui termometer itu dan kata perawat “suhunya normal ya
Pak “, kemudian perawat melakukan interaksi dengan pasien menjelaskan tentang
keadaan diri pasien untuk saat ini sambil meletakkan alat-alat medis atau
pengobatan ke arah meja dekat ranjang pasien.
Perawat menjelaskan secara detail tentang kondisi pasien. Saat ini dari
hasil pemerikasaan tadi, kemudian perawat bergerak mengarahkan apa saja obat-
obat yang harus di minum dan aturan-aturannya apa saja dan bagaimana, dari
kapan obat itu di minum, beberapa kali, sesudah atau sebelum makan, pasien
langsung memperhatikan dengan mengambil sikap menghadap ke arah perawat
yang mengambil semua obat tersebut kemudian diletakkan didepannya. Perawat
mengambil obat sirup, kemudian menjelaskan aturan obat sirup tersebut kapan
saja harus diminumnya, “ini obat sirup, harus diminum sesudah makan ya Pak,
“misalnya seperti itu. perawat mengambil 3 jenis obat yang harus diminum pada
hari itu juga, perawat membukakan satu persatu dari ketiga obat itu untuk
![Page 117: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/117.jpg)
diminum sesuai anjuran dokter, kemudian setelah itu perawat meletakkan tempat
obat itu ke tempatnya seperti semula dengan penuh kehati-hatian dan pada
akhirnya perawat meninggalkan ruang perawat pasien dengan menyentuh pasien
karena proses tindakan sudah selesai.
Interpretasi Peneliti
Dalam take gambar kali ini, peneliti megambil sample berbeda dengan
pengambilan take gambar sebelumnya. Peneliti pada kesempatan ini mengambil
pasien berjenis kelamin laki-laki. Walaupun berbeda jenis kelamin, tindakan yang
diberikan terlihat tidak ada perbedaan dengan pasien-pasien yang lain yang
sebelumnya berjenis kelamin perempuan, banyak tindakan berupa sentuhan-
sentuhan yang diberikan perawat. Bagi perawat sendiri terlihat tidak merasa kaku
dengan tindakannya sekalipun berbeda jenis kelaminnya. Tindakan dari awal
dampai akhir berjalan lancar karena pasien pada saat itu sudah merasa baikan juga
dan akhirnya tindakan pun selesai diberikan.
Kesimpulan
Dalam pemberian tindakan kepada pasien sekalipun berbeda jenis
kelaminnya perawat menunjukkan sikap yag sama dengan pasien-pasien yang
sebelumnya, perawat harus komunikatif seperti pasien yang lainnya, akan tetapi
sebagai seorang perawat harus tahu pula batasan seperti perbedaan jenis kelamin
atau jenis usia dan etika apa saja yang harus dilakukan guna menjaga hubungan
yang nyaman dan baik antara perawat dan pasien.
![Page 118: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/118.jpg)
Observasi ke-5
1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Observer : Armilatus Shalihah
3. Tanggal Pengamatan : 28 Juni 2011
4. Waktu : 16: 13 WIB
5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap
6. Jumlah Anggota : Dua Orang
7. Nama : Aisyah Amini
8. Jenis kelamin : Laki-Laki
9. Usia : 4 Bulan
10. Penyakit : Panas
11. Tempat : Kamar 301 lantai 03 Ruang Keperawatan
Rumah sakit Syarif jakarta
12. Objek Pengamatan : Pola Komunikasi antara Perawat dan Pasien
dalam tindakan medis rawat inap melalui take gambar (merekam
melalui video).
Cacatan Lapangan :
Awal mula perawat mengetuk pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan
salam dan memberitahukan kepada keluarga pasien bahwa akan ada pemberian
tindakan pengukuran suhu tubuh dengan alat termometer. Pada saat itu pasien
yang berjenis bayi ini sedang dalam keadaan tidur yang sangat nyenyak sekali.
Pertama-tama perawat memegang termometer dan dengan pelan-pelan
![Page 119: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/119.jpg)
meletakkannya pada ketiak bayi tersebut dengan menggunakan kedua tangan
perawat. Tindakan sangat dilakukan dengan hati-hati karena posisi pasien pada
waktu itu sedang tertidur. Takut pasien bangun, oleh karea itu tindakan dilakukan
dengan sangat hati-hati dan pelan-pelan sekali.
Kehati-hatian tampak selalu terlihat dikarenakan bayi sangat sensitif disini
istirahatnya. Kemudian perawat menyentuh tangan dan mengangkat tangannya
dengan perlahan-lahan lalu memasukkan termometer tersebut ke dalam ketiak
bayi itu. pengukuran suhu tubuh pasien bayi ini dilakukan dengan menjepitkan
dengan posisi ujung termometer yang lancip itu berada atau bersentuhan langsung
dengan ketiak bayi tersebut. Pengukuran terjadi dalam beberapa menit dalam
menggunakan pengukur suhu tersebut perawat melakukan interaksi dengan
keluarga pasien sambil perawat memegangi alat termometer tersebut dengan cara
mengucapkan “maaf karena sudah membelakangi ibu, tinggal dimana bu? sambil
memperhatikan alat ukur termometer tersebut kepada pasien itu perawat juga
memperhatikan infuset pasien, dan berganti pegangan tangan kanannya
memegang termometer dan tangan kiri memegang atau mengecek infuset Pasien
tersebut. Perawat terlihat sangat sabar dalam melakukan tindakan ini, perawat
juga melihat termometer yang ada diketiak bayi itu dan juga perawat
memperhatikan keadaan pasien tersebut dan sesekali juga perawat berkomunikasi
kembali dengan keluarga pasien. Dengan mengajak ngobrol dan berbincang-
bincang seputar asal pasien, kemudian perawat terus memperhatikan kepada
pasien itu kemudian mengecek kembali termometer dan menyentuh kepada pasien
itu apakah demamnya sudah turun atau belum. Kemudian perawat berinteraksi
kembali dengan keluarga pasien dengan seperti sudah mau pulang ya bu ? ia
![Page 120: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/120.jpg)
sudah mau pulang kan udah udah baikan anak saya, jawab ibu pasien. dan
akhirnya proses tindakan pun sudah selesai dan perawat mencabut dan mengambil
kembali alat termometer itu kembali. Dan perawat menjelaskan kepada keluarga
pasien sambil berkata” panasnya sudah turun ya bu, dan cukup pemeriksaan hari
ini”. dan perawat meninggalkan kamar pasien dengan senyum dan salam, dan
akhirnya tindakan pun telah selesai dilakukan.
Interpretasi Peneliti
Pada take gambar kali ini adalah peneliti mengambil jenis pasien bayi
yang berusia 4 bulan. Analisis yang dapat diambil adalah ketika dalam tindakan
jelas sekali sangat hati-hati dan sangat berbeda dengan pemberian tindakan yang
diberikan pasien yang lainnya dalam kategori pasien dewasa. Disini perawat
memberi tindakan dengan hati-hati dan pelan-pelan sekali karena pasien bayi itu
pada saat itu dalam keadaan tidur pulas. Takut mengganggu kenyamanan bayi
tersebut pada saat pemberian tindakan kepada bayi itu dengan pelan-pelan dan
tidak berisik. Perawat hanya mengajak komunikasi dengan keluarga pasien
menanyakan asal keluarga itu dan seputar keluhan yang dialami oleh pasien.
Kesimpulan
Perawat harus tanggap dan harus pintar menyesuaikan tentang keadaan
pasien pada saat itu, perawat harus bisa menyesuaikan diri dengan pasien yang
berbeda meliputi seperti usia, jenis kelamin dan sebagainya agar kenyamanan
pasien tidak terganggu saat pemberian tindakan, sehingga perawat mengetahui
batasan-batasan apa saja yang akan dilakukan pada saat tindakan dilakukan.
![Page 121: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/121.jpg)
BH9l
$:
fiI
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
,, - SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTAi FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jr rr. H Juantra No. e5 Cipu ra t 75472rndonesia l,1rtrJlTl ,lt-1tili::1i: l,t':::,:l.o.o**,on.u,* *-,ak,,rt,, ac i,r
Nomor : Un.0 l /F5/KM.01.3/Lamp : l ( sa tu )bunde lHal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.Nurul Hidayati, M.pdDosen Fakultas I lmu Dakr.vah dan Ihnu KomunikasiUIN Syarif Hidal,atul lal i Jakarta
/201| Jakarta, Maret 20 | |
Wb
sanrpaikan sebuah out l ine skr ipsi yan-t c l ia. iukan oleh nrahasisrvadan Ihru Korrrunikasi ulN sy,ar i f t { idayatul lah Jakarta sebaeai
A,s.s tr lo nru' alu i ku m IYr.
Bersama ini kanriFakultas I lnru Dakwahber iku t .
N a m aNoruor PokokJ urLr si l r : , /SenresterJudu i S l ; r ips i
: Arrni latus Sholihah:107051003695: Komunikasi dan Pen1,j212' ' t ' ISlam (KPI) / VIII:Pola KornLrnikasi Perarvat dan pasien Rau'at Irrap clalarrr
Pelayanan Medis di Rurrralr Sakit Annisa Cikaranq.
Kanl i r lo l t t l l i kesediaattnya Lrntuk mernbirnbing malrasisrva tersebut dalarnpenylrsr.rnan dan penyelesaian skr ipsinya pada rvaktu yan_c t ic lak ter lalu larna.
Atas perhat ian cJan kesediaannya karrr i sanrpaikan ter i r 'a kasih.
ll'ussa I am u' a I ai ku trt l,l'r. lltb.
an. Dekarr.n Bidang Akadern ik
Drs.fnw.
Wat97
Saputra, I l fAF199603 I 001
Ternbusa r r :I . Dekan2. KetLra . lurus;r ' Ko'ru' ikasi crarr peryiaran Islarn (Kpr)Fakul tas I l rnu Dakrvah dan I Iu tu KolnLrn ikasr
w w w w "
![Page 122: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/122.jpg)
& w a wwww w
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7 432728 / 74703580
Jl' Ir. H. Juanda No. 95 Ciputatl'5472 indonesia website:ws,w.Idkuiniakarra.ac.id. E-mail:[email protected]
Nomor : Un.0l /FS/KM .013/7t \L nOttLamp :1 (Sa tu )bunde lHal : Penelit ian/lVawancara
Jakarta, b Juni 201 I
Kepada Yth.ManajemenRS UIN Syari f Hidayatut lahJakarta
A s s al ant u' al a i kurn Wr. IItb.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahlva mahasiswa Fakultas llmuDaku'ah dan lhnu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,
NamaNomor PokokJurusan /Semester
: Armilatus Sholihah: 10705 I 003695: Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPi) / VIII
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yangbe{udul Pola Kontunikasi Peravvat dan Pasien Rmt,at Inap dalant Pelayanan Med,is diRuntah Sakit UIN $,arif HidayatullahJakarta.
Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/lbu/Sdr. kiranya berkenannteneritna traliasisrva kami tersebut dalarn pelaksanaan penelitian/wawancara dimaksud.
Atas perhatian dan perkenannya kami ucapkan terima kasih.
Il/as s alantu' al aikunt l4/r. Wb.
Dekan,
ubhan, MAPr l 0 r99303 I 004
Ternbusan :L Pembantu Dekan Bidang Akadernik2. Ketua Jumsan Korr . runikasi darr Peuyiaran Is lam (Kpl)FakLrltas IlrnLr Daku,ah dan Ilmr,r Konir-rrrikas
,y'k\eP'tetv;.3{K*%
![Page 123: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/123.jpg)
RumahSakitSyarif Hidayatullah
ST]RAT KNTERANGAN*o, ?\ / RSSH / VItr | 2011
Yang bertandatangan di bawah ini, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :
NamaNIMFakultasProgram Studi
: Arrnilatus Sholihah: i07051003695: Dakwah dan Komunikasi: Komunikasi Penviaran Islam
Adalah benar Mahasiswi yang telah mengadakan penelitianHidayatullah 07 Juni 201 I sampai dengan 7 luli 2011
Surat keterangan ini dibuat sebagai surat keterangan telahtersebut di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.
di Rumah Sakit Syarif
mengadakan Penelitian
Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat dan untuk dipergunakan sesuai denganperuntukkannya.
Agustus 201 I
l l + ! "3 I € I I
Yunita Andalia" S.Fos giManajer SDM dan Femasar"an
Tembusan1. Arsip
9
![Page 124: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/124.jpg)
SURAT KESEDIAAN N{ENGIKUTI PENELITIAN
Saya Mahasisiwi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta denganini menyatakan sedang melakukan penelitian di Rumah sakit Universitas Islam Negeri UIN)Syarif Hidayatullah_jakarta tentang Pola komunikasi Perawat dan pasien Rawat Inap dalamPelayanan Medis di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta, untuk memenuhi tugas akhir dari perkuliahan yaitu skripsi untuk memenuhipersyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I).
Dalam penelitian ini Penulis akan memfokuskan pada proses interaksi antara perawatdan Pasien rawat inap Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UlN) Syarif HidayatullahJakarta, dan penulis akan mengobservasi perarvat <lan pasien rawat inap clalarn beberapa kalipertemuan, apabila dalam waktu yang ditentukan tidak dapat menyelesaikan subjek dan objekpenelitian, maka penulis akan menambah penelitian. Dalam mengobservasi penulis akanmencatat dan akan menggunakan alat perekam data (Take Ganzbarj, diharapkan Bapak/lbudapat menerima alat-alat bantu yang digunakan.
Sehubungan dengan tema yang saya arnbil saya mohon kesediaan Bdpak/Ibu untuksaya observasi dengan cara wawancara. Data yang saya arnbil akan dapat dijagakerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : f t r h4"h Amrn i
Us ia : 2z
Jenis Kelamin : P(f€u,r?rntN
Pekerjaan :
No. Telp/HP :
Alamat ' VrN{ raru
Dengan ini menyatakan bersedia/tidak bersedia x) diwawancarai untuk melengkapi datapenelitian skripsi.
Jakarta, 22 Juni20ll
Yang bersangkutan
;l: 4*4.: \ )
E) Coret salah satu
![Page 125: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/125.jpg)
SURAT KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIANSaya Mahasisiwi universitas*lT: Nrq.l orN) syarif Hidayatullah Jakarta denganini menyatakan sedang melakukan fenelitian a"i nu*arr sakit universitas Islam Negeri uIN)syarif Hidayafullah jakarta tentaniPola komu"it^li p*rwat dan pasien Rawat Inap dalamPelayanan Medis di Rumah saklt universitas rrtu-
-N"geri
@rg Syarif HidayatullahJakarta' untuk memenuhi tugas akhir ou.i p.rr.rriaiun yuitu skripsi untuk memenuhipersyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I).Dalam penelitian ini Penulis akS
lnemfokuskan pada proses interaksi antara perawatdan Pasien rawat inap Rumart sar<lt universitas rslam Negeri orN) Syanf HidayatullahJakarta' dan penulis ukun ttngobservasi peralvat oun fasi.n rai.vat inap dalarn beberapa kalipertemuan' apabila dalam r'vaktu yang ditentukan tidakiapat menyelesaika, subjek dan objekpenelitian' maka penulis akan menlmbah penelitian. -ddu-
mengobservasi penuris akanmencatat dan akan menggunakan alat perekam data (Take Gantbar), dihar-apkan Bapavlbudapat menerima alat-alat banfu yang digunakan.
Sehubungan dengan tema yang saya arnbii saya rnohon kesecliaan Bapak/Ibu unt'ksaya observasi dengan cara *urunoru. Data ying saya arnbir akan crapat dijagakerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya ,uyu u.?ptan terima kas'r.Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama: ( r , t g ia l f o
I Js i a : ) 1
Jenis Kelamin : lraKi _ \afi
Pekerjaan :
No. Telp/HP :
Alamat : D .u ( lWlolr-
i.:l"ii?#:,T,Trrtto"n bersedia/tidak bersedia *) diwaw ancaraiuntuk n.relengkapi data
Jakafta, 22 Juni20llYang bersangkutan
.,/( ,1. 1 \ , i : ! /1t / ' -L( . . . . - . 1 . . 1 . . . . . . , * . . . . . . . . . . . . . . )
*) Coret salah satu
![Page 126: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/126.jpg)
SURAT KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN
saya Mahasisiwi universitas Islam Negeri On*D Syarif Hidayatullah 1akartadenganini menyatakan sedang melakukan penelitian d-i Rumah sakit universitas Islam Negeri urN)syarif Hidayatullah-jakarta tentang Pola komunikasi Perawat dan pasien Rawat Inap dalamPelayanan Medis di Rumah sakit universitas Islam Negeri rur$ Syarif HidayatullahIakarta, untuk memenuhi tugas akhir dari perkuliahan yaitu skripsi untuk memenuhipersyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I).
Dalam penelitian ini Penuiis akan memfokuskan pada proses interaksi antara perawatdan Pasien rawat inap Rumah Sakit universitas Islam Negeri runD Syarif HidayatullahJakarta, dan penulis akan mengobservasi perawat dan pasien rar,vat inap clalam beberapa kalipertemuan, apabila dalam waktu yang ditentukan tidak dapat menyelesaikan subjek dan objekpenelitian, maka penulis akan menambah penelitian. oalam mengobservasi penulis akanmencatat dan akan menggunakan alat perekam data (Talce Gantbar), diharapkan Bapak/Ibudapat menerima alat-alat bantu yang digunakan.
//' e'L'slqv
Sehubungan dengan terna yang saya ambil saya mohon kesediaan Eapak/Ibu untuksaya observasi dengan cata wawancara. Data ying saya ambil akan dapat dijagakerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhati annya*yu u"-upr.an terima kasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama' t ly . A snornrhUs ia : S l . fh
Jenis Kelamin : bYarw ?uat,tPekerjaan :
No. Telp/HP :
Alamat : Ctgaulung
Dengan ini menyatakan bersediaitidakbersedia *) diwawancarai untuk melengkapi datapenelitian skripsi.
Jakafta, 22 Juni20lIYang bersangkutan
t / iL, t- / .L
( . . . . . , . . . . . )
/ / ' l
*) Coret salah satu
![Page 127: Pola Komnunikasi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022102614/55cf9769550346d033917df9/html5/thumbnails/127.jpg)
SURAT KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIANsaya Mahasisiwi universitas Islam Nrg"l (Ur$ syarif Hidayatullah Jakartadenganini menyatakan sedang melakukanlenelitian d-i Rumah saki u'iur.rii;; I;;* Negeri UIN)syarif Hidayatullah-jakarta tentang'Pola komuniku.i p.ru*ut dan pasien Rawat Inap dalamPelayanan Medis di Rumah safit universitas Islam Negeri (uIN) Syarif HidayatullahJakarta' untuk memenuhi tugas akhi-r dari t..krli;l* yaitu skripsi untuk memenuhipersyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I).
Dalam penelitian ini Penulis uk:l T"rPkuskan pada proses interaksi antara perawatdan Pasien rawat inap Rumar, sttii universitas Islarn-Negeri (urN) Syarif HidayatullahJakarta' dan penulis akan rnengobservasi perawat aunlu.i.n rawat i'ap dalam beberapa kalipertemuan' apabila dalarn rvaktu yang dituit"kr;i;;ki;;at menyereruikun subjek dan objekpenelitia'' maka penulis akan menimbah penelitian. Duru' mengobservasi penulis akanmencatat dan akan menggunakan alat perekam data (Take Gambar),diliarapkan Bapak/Ibudapat menerima arat_arat bantu yang digunaka'.
( \:ruftIuur), otnaratr
sehubungan dengan tema yang saya arnbil saya mohon kesediaan Bapak/Ibu u'tuksaya observasi dengan cata *i*u.r"uru. Data ying saya amb' akan dapat dijagakerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya ,uyu u"?ptan terima kasih.Yang bertanda tangan cli bawah ini :
Nama ' IJU K, bU , fl/r
Us ia : 01 Og BOJenis Kelamin :
flrr tnf gpaylPekerjaan :
No, Telp/Hp :
Alamat: BuKit furtrde u
i""i-,ff#:#,"011""utn bersedia/tidak bersedia *) diwawancarai untuk melengkapi data
Iakarta,22 Juni 20IlYang bersangkutan
x) Coret salah satu