pola komnunikasi

127
POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Sos.I) Disusun Oleh: ARMILATUSSHOLIHAH NIM : 107051003695 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: supriatin123456

Post on 28-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Komnunikasi

POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM

PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Sos.I)

Disusun Oleh:

ARMILATUSSHOLIHAH

NIM : 107051003695

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: Pola Komnunikasi

POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM

PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh:

ARMILATUS SHALIHAH

NIM: 107051003283

Pembimbing:

Dra. Nurul Hidayati, MA

Nip: 196903 22 199603 2 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 3: Pola Komnunikasi

ABSTRAK

Armilatus Shalihah

Pola Komunikasi Perawat Dan Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Medis

Di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hdayatullah Jakarta

Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik fisik maupun

psikis adalah kebutuhan akan kesehatan. Kesehatan memang sudah menjadi

kebutuhan yang essensial untuk berbagai tujuan. Dengan kesehatan manusia dapat

melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya hambatan. Rumah sakit sebagai

wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi merupakan wadah masyarakat,

tempat hidup dan berkembang dengan hubungannya yang bersifat timbal balik.

artinya bahwa rumah sakit dan masyarakat terdapat hubungan yang tak

terpisahkan. Keduanya terdapat hubungan saling memberi dan saling menerima.

Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi yang

biasa terjadi antara perawat dengan pasien. Unsur yang paling penting dalam

hubungan antara perawat dengan pasien dalam pelayanan medis adalah

komunikasi. Dengan komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran,

pendapat, sikap dan informasi kepada secara timbal balik.

Adapun Rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: bagaimana bentuk pola

komunikasi Perawat dan pasien rawat inap dalam pelayanan medis di rumah sakit

UIN Syarif jakarta dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat

dalam membangun sebuah komunikasi yang tepat guna dan efektif antara Perawat

dan Pasien rawat inap? Dan adapun tujuan dalam penelitian ini skripsi ini adalah

untuk memahami bentuk komunikasi yang terbangun antara perawat dan pasien

dan memahami bentuk komunikasi dalam pelayann medis yang diberikan perawat

di ruang rawat Rumah Sakit Syarif jakarta.

Metodologi dalam pembahasan skripsi ini menggunakan kualitatif yaitu

melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan take gambar terhadap

data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti masalah yang

berkaitan dengan pola komunikasi perawat dan pasien dan pendekatannya,

kemudian mengumpulkan, menyusun dan mengklasifikasikan data-data tersebut.

Sedangkan analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan

menjelaskan bagaimana pola komunikasi antara Perawat dan Pasien rawat inap

tersebut berlangsung. Dan pendekatan apa yang dilakukan seorang Perawat dalam

melakukan pendekatan terhadap pasiennya agar komunikasi antara Perawat dan

pasien dapat berlangsung secara efektif.

Setelah melakukan penelitian mengenai pola komunikasi Perawat dan

pasien rawat inap di ruang perawatan Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah dan

bentuk-bentuk pola komunikasi yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa

dalam penyembuhan penyakit pasien menggunakan pola Komunikasi Antar

Pribadi, dalam pelayanan kesehatan dari perawat dan pasien yang baik maka akan

menghasilkan efek yang positif pada diri sang pasien.

Page 4: Pola Komnunikasi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan telah

memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat

tersusun dengan baik. Shalawat dan salam semoga seantiasa tercurah kepada

junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW.

Dalam persiapan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu dan

membrikan dukungan, baik moril maupun materil, serta doa yang penuh ketulusan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Peyiaran Islam. Oleh karena itu, dalam ksempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. M. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku pembantu Dekan I, Drs. Mahmud Jalal, MA

selaku Pembantu Dekan II, Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan

III, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarrofah, MA sebagai Ketua dan Sekretaris

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah banyak membantu dan mendukung penulis.

Page 5: Pola Komnunikasi

4. Ibu Dra. Nurul Hidayati, MA, selaku pembimbing yang banyak mengarahkan

dan memberikan petunjuk dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Ibu Eni Evanti, selaku manager keperawatan yang telah mengizinkan penulis

untuk mengadakan penelitian di Rumah sakit tersebut. Dan Mbak Sugi Astuti,

selaku kepala ruang keperawatan lantai 03 Rumah sakit Syarif Hidayatullah

jakarta, Para Perawat dan Pasien rawat inap yang telah membantu dan dengan

sabar dan selalu mendampingi di lapangan dalam mengambil data, sehingga

apa yang dibutuhkan dapat tercapai sesuai kebutuhan dalam skripsi ini.

6. Terkhusus untuk kedua orang tuaku Abahku yang tersayang H. Ardani dan

Ibuku yang tercinta Hj. Khairiyah, adik-adikku tercinta dan terkasih Nadhira

Rizki Amalia dan Gurrotul Muazzalah yang telah memberikan motivasi,

dukungan, semangat, do‟a serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Staf UIN yang telah membantu penulis dalam pembuatan surat untuk

mendukung penelitian ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah ikhlas

memberikan ilmunya sebagai modal utama bagi penulis dalam menyusun

skripsi ini.

9. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpustakaan Utama yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan

bahan-bahan sebagai rujukan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh Mahasiswa KPI angkatan 2007 khususnya kelas KPI A (KPI Yoyoi)

terima kasih kalian sudah hadir dalam hidupku, banyak warna dan keceriaan

yang didapatkan sehingga peneliti selalu bersemangat untuk mengerjakan

Page 6: Pola Komnunikasi

semua tugas yang berhubungan dengan akademik. Dan untuk sahabat-

sahabatku Undurs : Farhah Khairiyah, Faizah Adhiyah Ali, Rizki Amelia,

Nuri Rahmah Fajria, Maria Ulfah, Fitroliah, Miranda Selvi Nasari, Rosyi

Nurrosyidah, Ayu, Fiqih Wulandari, Fitrah Qalbina, Agia Khumaisi, Hilda

Nurul Mawaddah, Uyun Khurul „Ain, Salmah, Camelia, Marfu‟ah, dan KKN

Crew 21 terima kasih untuk kebersamaan ini, banyak cerita, banyak kisah

yang manis yang tak mungkin dengan mudah dilupakan. Semoga persahabatan

kita akan abadi selamanya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang terbaik kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini Amiin, Jazakallahu khoiron katsiron.

Jakarta, 19 September 2011

Armilatus Shalihah

Page 7: Pola Komnunikasi

DAFTAR ISI

Abstrak...................................................................................................................i

Kata Pengantar.....................................................................................................ii

Daftar isi.................................................................................................................v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1

B. Pembatasan dan PerumusanMasalah...........................................................5

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6

E. Tinjauan Pustaka .........................................................................................6

F. MetodologiPenelitian...................................................................................8

G. SistematikaPenulisan..................................................................................16

BAB II : POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP

DENGAN TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pola Komunikasi......................................................................18

B. Hubungan Perawat dengan Pasien Rawat Inap Sebagai Bentuk

Komunikasi Antar pribadi..........................................................................32

BAB III : GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UIN SYARIF

HIDAYAULLAH JAKARTA

A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta..................................................................................39

Page 8: Pola Komnunikasi

B. Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta ..................................................................................41

C. Visi dan Misi Bidang Keperawatan Rumah Sakit Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ............................................................42

D. Fasilitas Rawat Inap Rumah sakit Syarif Jakarta .....................................43

BAB IV : ANALISIS POLA KOMUNIKASI PERAWAT TERHADAP

PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UINIVERSITAS

ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

A. Komunikasi Dalam Keperawatan (Hubungan Perawat-Pasien).....................50

B. Perawat-Pasien Rawat Inap Dalam Membangun Komunikasi Efektif...........68

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan...........................................................................................................72

B. Saran.................................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................76

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 9: Pola Komnunikasi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 19 September 2011

Armilatus Shalihah

Page 10: Pola Komnunikasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah sakit sebagai wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi

merupakan wadah masyarakat, tempat hidup dan berkembang dengan

hubungannya yang bersifat timbal balik. Artinya bahwa rumah sakit dan

masyarakat terdapat hubungan yang tak terpisahkan. Keduanya terdapat hubungan

saling memberi dan saling menerima. Dalam proses hubungan timbal balik

tersebut muncul sebuah komunikasi yang biasa terjadi antara dokter dan

paramedis dengan pasien.1

Perawat adalah orang yang dididik menjadi tenaga paramedis untuk

menyelenggarakan perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami

bidang perawatan tertentu. Perawat merupakan salah satu komponen penting dan

strategis dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Profesi perawat diakui sebagai

bagian integrasi dari pelayanan kesehatan.

Ini artinya dalam pelayanan kesehatan, bahwa peran dan fungsi perawat

merupakan satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dan tidak bisa diabaikan

oleh tenaga kesehatan yang lainnya. Bahkan bila dilihat dari segi intensitas

interaksi dengan pasien, kelompok profesional perawat merupakan tenaga

kesehatan yang paling tinggi interaksinya.

1 Erik P. Eckholm, Masalah Kesehatan (Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit,

(Jakarta:Gramedia, 1981), h.2

Page 11: Pola Komnunikasi

Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi

yang bisa terjadi antara perawat dan pasien. Dalam hubungan ini perawat

memberikan pelayanan medis pada pasien dan pasien diharapkan aktif ketika

dalam hubungan demi kesembuhan dan kebaikan diri sendiri, yang juga dapat

diistilahkan dengan konseling.

Unsur yang paling penting dalam hubungan antara dokter dan para medis

(perawat) dengan pasien dalam pelayanan medis adalah komunikasi. Komunikasi

itu sendiri merupakan kebutuhan kodrati manusia merupakan persyaratan mutlak

bagi perkembangan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Dengan

komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan

informasi kepada secara timbal balik.

Komunikasi merupakan kegiatan kehidupan manusia yang dengan cara ini

membentuk kegiatan bersama dengan lainnya dimana-mana yang mempunyai

predikat zoon politicon (makhluk yang selalu hidup bersama).2 Pada dasarnya

komunikasi yang terbentuk dalam pelayanan medis adalah komunikasi antar

pribadi, tetapi kadang dokter dan perawat tidak menyadari bahwa pesan yang

mereka sampaikan pada saat memberikan pelayanan medis tidak dapat diterima

dengan baik oleh pasien karena aspek psikologis paling jadi pertimbangan,

dikarenakan cara berkomunikasi yag mereka gunakan kurang efektif.

Menerima pelayanan yang layak dan semestinya sesuai berdasarkan kode

etik dan norma-norma yang berlaku merupakan salah satu hak pasien sebagai

konsumen dari pengguna pelayanan jasa dari rumah sakit. Yakni pasien berhak

2 Komaruddin, Yooke Tjupamah S, Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah,

(Jakarta:Bumi Aksara, 2000), h.301.

Page 12: Pola Komnunikasi

mendapatkan pelayanan yang disertai dengan keramahtamahan petugas kesehatan

salah satunya perawat. Perawat mempunyai peranan yang sangat besar, baik

dilihat dari interaksinya dengan pasien dan keluarganya maupun dilihat dari

keterlibatan pelayanan secara langsung kepada pasien. Meskipun dokter dan

paramedis (perawat) menganggap dirinya mengetahui aspek medis yang menjadi

spesialisasinya, tetapi kebanyak pasien, apalagi yang sangat percaya kepada

keahliannya, menganggap dokternya sebagai orang yang tahu tentang semuanya

dan dapat menjawab segala pertanyaan dan menyembuhkan segala penyakit.

Terlebih di negara-negara yang berkembang, dimana tingkat pendidikan dan

pengetahuan masyarakat tentang penyakit sangat terbatas.

Pasien yang sangat berterima kasih kepada dokternya akan menganggap

dokter tidak lagi sebatas sebagai hubungan profesional, melainkan menjadi

hubungan pribadi yang membaur. Dalam tugasnya dilapangan, seorang dokter dan

paramedis seperti perawat tidak hanya menghadapi masalah yang dihadapinya di

bangku kuliah, melainkan juga memecahkan segala masalah sosial dan

kemanusiaan. Masyarakat membedakan apakah keluhan yang dideritanya

merupakan masalah medis atau fisik ataukah karena masalah sosial. Tugas-tugas

dokter dan paramedis pun kadang-kadang memaksa mereka memperlakukan

pasiennya secara berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien.3

Sukses dokter dan paramedis dalam menangani keluhan-keluhan

pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahiran dalam bidang

kedokteranyya melainkan oleh unsur-unsur pribadi dan dokter serta paramedis itu

sendiri (seperti kecakapan empatik dan kemampuan berkomunikasi secara aktif

3 F. Rahmadi, Perbandingan Sistem Pers, Analisis Deskriptif Sistem Pers di Berbagai

Negara, (Jakarta: Gramedia, 1990), h. 2

Page 13: Pola Komnunikasi

terhadap para pasiennya) dan harapan atau pandangan atau masyarakat yang

dilayaninya. 4

Dalam pengobatan terhadap pasiennya seorang dokter dibantu paramedis

(perawat). Perawat yang bertugas sebagai mitra kerja dalam melaksanakan

prakteknya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh dokter. Selain dari yang disebutkan

diatas, pelayanan yang diberikan oleh paramedis terhadap pasien sebelum

berkonsultasi dengan dokter haruslah dapat memberikan sugesti terhadap sang

pasien untuk mempercepat proses kesembuhan. Karena pelayanan yang baik

sangat mempengaruhi psikologis pasien. Karena sebagian besar rumah sakit di

negara kita belum lah memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien.

Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki bentuk pelayanan medis

yang berupa pelayanan yang meliputi perawatan dan pengobatan medis. Bentuk

pelayanan tersebut dikerjakan secara terpadu agar diperoleh hasil yang baik yaitu

menolong dan membina manusia seutuhnya dengan fitrahnya, baik secara fisik

maupun psikis.

Jadi, yang dilakukan oleh seorang perawat ketika memberikan pelayanan

kepada pasiennya disamping melalui diagnosa obat yang disarankan oleh dokter,

perawat juga melakukan pendekatan-pendekatan yang mendukung proses

kesembuhan penyakit pasien secara pribadi dengan melakukan komunikasi secara

pribadi baik secara verbal maupun non verbal. 5

4 Solita Sarwono, Sosiologi Kesehatan, ( Beberapa Konsep Dan Aplikasinya),

Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1997, h.42 5 A. Watik Praktiknya, Islam Etika dan Kesehatan ( Jakarta: Rajawali Press, 1986), h.257.

Page 14: Pola Komnunikasi

Berdasarkan latar belakang di atas maka Penulis tertarik ingin membahas

masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi

Perawat Dengan Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Medis di Rumah Sakit

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Terbentuknya komunikasi yang baik dalam pelayanan kesehatan dari

perawat dan pasien rawat inap maka akan menghasilkan efek yang positif pada

diri sang pasien. Dalam hal ini Peneliti membatasi penelitian ini pada komunikasi

perawat atau paramedis dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien rawat inap di

ruang keperawatan kamar rawat rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: bagaimana bentuk pola

komunikasi Perawat dan pasien rawat inap di ruang perawatan lantai 03 Rumah

Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta? Dan

bagaimana upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat dalam membangun sebuah

komunikasi yang efektif antara Perawat dan Pasien?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini skripsi ini adalah untuk memahami

bentuk pola komunikasi yang terbangun antara perawat dan pasien rawat inap dan

memahami bentuk komunikasi dalam pelayanan medis yang diberikan seorang

perawat dalam pelayanan terhadap pasien rawat inap untuk proses penyembuhan

penyakit di rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 15: Pola Komnunikasi

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan di bidang

komunikasi.

2. Secara Praktis, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka merealisasikan Tri

Darma Perguruan tinggi.

3. Dapat menjadi acuan bagi para pembaca pada umumnya dan peneliti pada

khususnya untuk menjadi komunikator dan komunikan yang baik dalam sebuah

komunikasi terapeutik serta bisa menjadi bahan referensi tambahan dalam

penelitian selanjutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah Penulis melakukan peninjauan dan menelusuri ada berapa

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan fakultas

dakwah dan komunikasi. Penulis mendapat inspirasi dari berbagai judul yang

sudah ada yang membahas seputar komunikasi kesehatan, diantaranya yaitu dari

saudari Susanti Annisa6, penelitiannya berisi tentang pola komunikasi dilihat dari

aspek-aspek komunikator dan komunikan yang dibatasi pada dokter klinik

Yasmin Medika Kampung Utan Ciputat dan enam orang pasien klinik

berdasarkan intensitas dalam melakukan kunjungan kembali ke klinik tersebut.

6 Susanti Annisa. Komunikasi Dokter Dan Pasien Dalam Pelayanan Medis Di Rumah

Sakit UIN Syarif Hidayatullah (RSSH) ,” Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, Ciputat, 2010.

Page 16: Pola Komnunikasi

Penulis juga menemukan dari saudari Amelia7, ia meneliti tentang komunikasi

dokter dan pasien dalam proses penyembuhan pasien rehabilitasi napza di Rumah

Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dan pendekatannya. Selain itu penelitian ini

penulis mendapati skripsi juga dari saudara Musrih Khaerudin8, ia meneliti

tentang pola komunikasi yang dilakukan seorang pimpinan FKUB Kabupaten

Banyumas dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama.

Dikarenakan belum ada yang meneliti dan menganalisa tentang pola

komunikasi perawat dan pasien pada saat berinteraksi dalam pelayanan medis

dalam hal penyembuhan penyakit dan apa saja pendekatan-pendekatan yang

dilakukan seorang perawat dalam memberi pelayanan medis kepada pasiennya.

Maka penulis tertarik untuk meneliti judul tersebut, karena dalam dunia kesehatan

dan dunia komunikasi sangat berkaitan dan penting untuk di teliti agar dalam

proses penyembuhan yang diberikan oleh seorang dokter yang dibantu oleh

paramedis seperti perawat kepada pasiennya berjalan dengan baik.

7 Amelia,” Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napza Di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (RSKO), Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam, Cibubur Jakarta Timur, 2010. 8 Musrih Khaerudin. Pola Komunikasi Pimpinan Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) Kabupaten Banyumas Dalam Meningkatkan Kerukunan Antar Umat Beragama, Skripsi.

Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Ciputat, 2010.

Page 17: Pola Komnunikasi

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Bagdan dan Taylor, pendekatan kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari oranr-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar

individu tersebut secara utuh.9

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai

rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya

dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah,

baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai

dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk

dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat

manusia.10

Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin mendeskripsikan,

memperoleh gambaran nyata dan menggali informasi yang jelas mengenai Pola

komunikasi Perawat dan Pasien dalam pelayanan medis di Rumah sakit

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

1991).,h,3. 10

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 1992) h. 209

Page 18: Pola Komnunikasi

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu

metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan

nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama menggunakan jenis

penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu

gejala tertentu.11

Metode deskriptif dapat diartikan pula sebagai upaya untuk melukiskan

variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek

penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya

penelitian analisis deskriptif adalah penelitian non hipotesa sehingga dalam

langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.12

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara

rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa

kondisi atau praktek-praktek yang berlaku, juga menentukan apa yang dilakukan

orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman

mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.13

11

Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengntar Metode Penelitian, (Jakarta; Penerbit Universitas

Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1, hal. 71 12

Dr. Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (jakarta; PT. Bina Aksara, 1985), cet. 2,

hal. 139 13

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya,

2006), cet. 12, hal. 25

Page 19: Pola Komnunikasi

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah untuk menguraikan,

memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin program pelayanan medis bagi

pasien rawat inap di Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kamar Rawat Inap Rumah Sakit

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Djuanda

No.95 Ciputat – Tangerang Indonesia 15412 Phone (021) 7402718 (Hunting)

Mobile 0817-9125-960 Fax (021) 7493532 Email

[email protected] Facebook [email protected] Twitter

@rssyahid.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan, mulai bulan Mei hingga bulan Juni 2011, kurang

lebih satu bulan lamanya peneliti melakukan penelitian, sebelumnya penulis telah

melakukan survei izin penelitian yang dilakukan pada tanggal 7 februari 2011.

4. Subjek, Informan dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pekerja sosial medis selaku pelaksana

pelayanan sosial medis (perawat) dan pasien rawat inap selaku penerima

pelayanan sosial medis di ruang rawat di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri

Page 20: Pola Komnunikasi

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berupaya melakukan penelitian ini

dengan menggunakan sudut pandang orang-orang yang menjadi sumber data

primer penelitian ini, melalui interaksi dengan subjek penelitian terjadi secara

alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang subjek tidak

berubah.14

Oleh karenanya, peneliti menggambarkan tabel yang menjelaskan tentang

subjek penelitian.

Tabel 1.

Subjek Penelitian

No Subjek Penelitian Posisi

1 Gambaran Pelayanan Sosial Medis, hasil

yang telah dicapai serta faktor penghambat

dan pendukung

Pekerja Sosial Medis

(Perawat)

2 Gambaran Pelaksanaan pelayanan sosial

medis dan hasil dari pelayanan tersebut

Pasien Rawat Inap

Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi mengenai

situasi dan latar penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen dalam buku Metodologi

Penelitian Kualitatif karangan Moloeng, pemanfaatan Informan dalam penelitian

adalah agar dalam waktu yang singkat banyak informasi yang didapatkan.

Sedangkan menurut Neuman konsep sample dalam penelitian kualitatif berkaitan

erat dengan bagaimana memiliki informan atau situasi sosial yang dapat

14

Ibid, h. 112

Page 21: Pola Komnunikasi

memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai informasi-informasi

yang ada. Untuk memilih sampel informan lebih tepat dilakukan dengan sengaja

(purpose sampling). Dalam penelitian ini penulis memilih informan yang

berhubungan dengan pelayanan sosial medis, yaitu tiga orang pekerja sosial medis

dan lima orang pasien rawat inap. Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel

sebagai berikut:

Tabel 2

Theorythical Sampling

Informasi yang dicari Informan Jumlah

Gambaran pelayanan

sosial medis, hasil

yang telah dicapai

serta faktor

pendukung dan

penghambat

Pekerja sosial medis

(Perawat)

3 orang

Gambaran

Pelaksanaan

pelayanan sosial

medis dan hasil dari

pelayanan tersebut

Pasien Rawat Inap 5 orang

Sedangkan objek penelitian ini adalah pelayanan sosial medis pasien rawat

inap di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 22: Pola Komnunikasi

5. Sumber data

Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh melalui hasil

observasi dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah dan berbagai literatur

lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

6. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah tekhnik

pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa pengumpulan

data dalam bentuk kalimat, kata dan gambar.

Pelaksanaan tekhnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan :

a. Observasi atau pengamatan, yaitu pengamatan langsung kepada suatu obyek yang

diteliti.15

Peneliti menggunakan instrumen observasi dalam mengamati proses

pelayanan sosial medis yang dilakukan oleh pekerja sosial medis di ruang rawat

inap kamar pasien rawat inap lantai 03 Rumah sakit Syarif Jakarta.

b. Interview atau wawancara merupakan salah satu bentuk alat pengumpulan

informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.16

Peneliti melakukan

15

Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, h. 162. 16

Sutrisno hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offiset, 1989) h. 49.

Page 23: Pola Komnunikasi

wawancara untuk memperoleh data yang diperlukan dan berhubungan dengan

tema yang peneliti ajukan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara

dengan berbagai sumber. Diantaranya dengan Pekerja medis seperti perawat

Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

sebanyak tiga orang dan pengambilan gambar pasien rawat inap ketika tindakan

berlangsung sebanyak lima orang.

c. Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat

diperoleh dengan cara wawancara atau observasi. Tekhnik dokumentasi penulis

lakukan dengan cara menelaah buku-buku, majalah, artikel maupun sumber-

sumber yang berkaitan dengan pelayanan sosial medis di Rumah sakit Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap pasien rawat inap.

7. Tekhnik Analisa Data

Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan

mengurutkannya kedalam pola dan pengelompokkan data. Burhan Bungin dalam

bukunya Analisis Data Penelitian Kualitatif mengemukakan analisis data

merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam

analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan

masalah penelitian.17

Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber data yang

tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa pihak seperti

pekerja sosial medis (perawat) dan pasien rawat inap. Pada tahap akhir dari

analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada, agar menghasilkan

17

Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,

2003).h.131

Page 24: Pola Komnunikasi

data-data yang konkrit tentang pelayanan sosial medis yang dilakukan oleh

pekerja sosial medis (perawat) terhadap pasien rawat inap rumah Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Tekhnik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan tekhnik

triangulasi. Tekhnik tringulasi merupakan tekhnik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan

atau pembanding terhadap pemeriksaan terhadap sumber lain.18

Dalam hal ini

penulis menggunakan pasien rawat inap yang dirawat di ruang rawat Rumah

sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai sumber

pengecekan keabsahan data yang penulis terima dari pekerja sosial medis

mengenai pelayanan sosial medis bagi pasien rawat inap.

9. Instrumen Dan Alat bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak

bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrumen penelitian, peneliti dapat

senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.

18

Prof. Dr. Lexy. J. Moloeng, M.A. Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2007). h.330-332

Page 25: Pola Komnunikasi

G. Sistematika Penulisan

Bagian ini menjelaskan pembagian bab secara keseluruhan, disertai uraian

singkat tentang isi masing-masing bab tersebut. Agar dapat dipahami lebih

mudah, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab 1: PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II : TINJAUAN TEORITIS

Adapun dalam bab ini dibahas tentang pengertian pola, macam-macam

pola komunikasi, lingkup komunikasi, pola komunikasi antar pribadi, dan

hubungan perawat dengan pasien sebagai bentuk komunikasi antar pribadi.

Bab III : GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Dalam bab ini akan dibahas tentang sejarah berdirinya Rumah Sakit

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, visi dan misi, jumlah

SDM yang mendukung berjalannya Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, perawat dan pasien dalam proses interaksi

penyembuhan penyakit di Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 26: Pola Komnunikasi

Bab IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini mengemukakan bagaimana bentuk pola komunikasi Perawat dan

pasien rawat inap Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dan upaya yang dilakukan oleh seorang Perawat dalam membangun

sebuah komunikasi yang efektif antara Perawat dan Pasien.

Bab V : PENUTUP

Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang berisi

kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir dari penulisan skripsi, penulis

menyajikan daftar pustaka yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini

lampiran-lampiran yang terkait.

Page 27: Pola Komnunikasi

BAB II

POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN: TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian pola komunikasi

1. Pengertian Pola

Kata pola lomunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan

komunikasi. Pola dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki beberapa makna yakni

sistem, cara atau bentuk yang tetap19

. Akan akan tetapi dalam pembahasan ini

pola yang dimaksud ialah bentuk komunikasi yang terjadi dalam suatu

masyarakat.

Menurut Sereno dan Mortenson, yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam

bukunya Ilmu komunikasi Suatu Pengantar, suatu model komunikasi merupakan

deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi.

Simbol model mempersentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan

menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia “nyata”.20

Sedangkan B. Aubrey Fisher, seperti yang dilansir oleh Mulyana

menurutnya model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian

dari keseluruhan unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang

dijadikan model. Sedangkan model artinya ialah gambaran informal untuk

menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain model adalah teori yang

lebih disederhanakan. Model berguna untuk mengidentifikasi unsur-unsur

komunikasi dan bagaimana unrus-unsur tersebut berhubungan.

19

DEPDIKNAS, Kamus Besar bahasa Indonesia. h.778 20

Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (bandung :Remaja Risdakarya, 2004).

Page 28: Pola Komnunikasi

Stewart L Tubbs dan Sylvia maoss dalam buku Human Communication

menguraikan adanya tiga model dalam komunikasi. Pertama model komunikasi

linear, yaitu adanya pandangan komunikasi satu arah (one way communication).

Dalam model ini komunikator memberikan stimulus dan komunikate memberikan

respon atau tanggapan yang diharapkan. Tanpa mengadakan interaksi seleksi dan

interpretasi. Model ini juga biasa disebut sebagai teori jarum hipodermik. Kedua

adalah interaksional, dalam model ini diperkenalkan adanya umpan balik (feed

back). Penerima melakukan seleksi, interpretasi, dan memberikan respon terhadap

pesan dari pengirim. Komunikasi dalam model ini dipertimbangkan sebagai

proses dua arah. Komunikator maupun komunikate memiliki peran ganda, dalam

arti waktu mereka menjadi sender, pada waktu lain mereka sebagai receiver.

Model yang ketiga adalah transaksional, komunikasi dipahami dalam konteks

hubungan diantara dua orang atau lebih.

Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif,

tidak ada satu pun yang tidak bisa dikomunikasikan. Satu komponen komunikasi

dengan komponen yang lainnya. Adapun yang dimaksud dengan model

komunikasi adalah gambaran sederhana dari proses komunikasi yang

memperlihatkan kata antara satu komponen komunikasi dengan komponen

lainnya. Adapun penyajian model dalam hal ini bertujuan untuk mempermudah

memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam

suatu proses komunikasi.21

21

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.2.

Page 29: Pola Komnunikasi

2. Macam-Macam Pola Komunikasi

Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi

ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau

sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar, berdasarkan situasi

komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai

berikut. Yaitu komunikasi pribadi (personal communication), komunikasi

kelompok (group communication), dan komunikasi massa (mass

communication).22

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi seputar

diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai

komunikan. Komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yakni :

1. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication), Komunikasi

intrapersonal menurut Sasa Djuarsa adalah proses komunikasi yang terjadi dalam

diri seseorang. Yang jadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses

pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syaraf dan

inderanya.23

2. Komunikasi Antar pribadi (interpersonal Communication), Menurut Effendy,

yang dikutip oleh Alo Liliweri bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi

adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis

22

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Toeri dan Filsafat Komunikasi, (Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), h. 57. 23

Sasa Djuarsa, teori Komunikasi, (jakarta:Universitas terbuka, 2005), Cet. Ke-9, h. 125.

Page 30: Pola Komnunikasi

komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat,

atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.24

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi

antar pribadi paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini

dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya

berlangsung secara tatap muka (face to face). Asumsi dasar komunikasi antar

pribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi

tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima

pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi

komunikan menyenangkan atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi

komunikator bahwa komunikasinya berhasil. Menurut Gerald R. Miller dan Mark

Steinberg, ada tiga tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi,

yaitu tingkat kultural, tingkat sosiologis dan tingkat psikologis.25

3. Komunikasi kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang

berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang

jumlahnya lebih dari dua orang. Dikatakan komunikasi kelompok karena :

a. Proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang

pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.

24

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), cet.ke-2,

h. 12. 25

Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan filsafat Komunikasi, h.61.

Page 31: Pola Komnunikasi

b. Komunikasi berlangsung kontinu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana

penerima. Hal ini menyebabkan komunikasi sangat terbatas sehingga umpan

baliknya juga tidak leluasa karena waktu terbatas dan khalayak relatif besar.

c. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk

segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar,

diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan dan

ceramah dengan khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi sosial antara

tempat, situasi dam sasarannya jelas.26

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulakn bahwa komunikasi

kelompok adalah komunikasi yang terjadi pada saat jumlah komunikannya lebih

banyak daripada komunikasi pribadi, dan komunikasi tidak terjadi begitu saja,

semua telah terencana sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi terarah.

4. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass Communication) ialah

komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah)

atau elektronik (radio dan televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang

yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di

banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesannya bersifat umum, disampaikan

secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi

26

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2005). Cet.

Ke-2, h. 33-34.

Page 32: Pola Komnunikasi

antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga

dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampikan media massa ini.27

Menurut Zulkarnaen Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi

Komunikasi Massa mengatakan bahwa komunikasi massa adalah proses

penyampaian pesan atau informasi yang ditujukan kepada khalayak massa dengan

karakteristik tertentu. Sedangkan media massa hanya sebagai salah satu

komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang

dimaksud.28

Definisi yang paling sederhana tetang komunikasi massa dirumuskan

Bitter yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat bahwa Komunikasi massa adalah

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

Untuk memahami komunikasi massa lebih jauh, dan yang membedakannya

dengan komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi, ada beberapa ciri

komuikasi massa yaitu :

a. Orang-orang yang ikut berkomunikasi atau menjadi komunikan (publik, khalayak,

audience) sangat banyak jumlahnya.

b. Audience/khalayak/publik yang terlibat komunikasi itu tersebar dimana-mana

(diberbagai wilayah/daerah). Seandainya pun berada disatu tempat, maka publik

atau audience ini sangat beraneka ragam.

c. Hal-hal yang disampaikan (topik yang dibicarakan) bersifat umum dan

menyangkut kepentingan orang banyak.

27

Jalaludin rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2005), Cet.

Ke-23, h. 188. 28

Zulkarnaen nasution, Sosiologi Komunkikasi Massa, (Jakarta:Universitas terbuka)

Page 33: Pola Komnunikasi

d. Besar kemungkinan tidak terdapat minat dan kepentingan yang sama diantara

masing-masing orang dikalangan publik atau audience.

e. Sebagian besar atau bahkan keseluruhan dari publik atau audience tidak saling

kenal.

Dengan demikian Penulis dapat menyimpulakn bahwa komunikasi massa

adalah komunikasi yang terjadi pada orang yang jumlahnya sangat banyak dengan

menggunakan media sebagai alat untuk mendukung proses komunikasinya.

1. Lingkup Komunikasi

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari. Menelaah dan

meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkupnya dan

banyak dimensinya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan

konteksnya.

a. Sifat komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

komunikasi verbal (verbal communication), meliputi komunikasi isan (oral

communication), dan komunikasi tulisan (written communication), komunikasi

nonverbal (nonverbal communication) antara lain komunikasi gial (gestural /body

communication) dan komunikasi gambar (pictorial communication), komunikasi

tatap muka (face to face communication) dan komunikasi bermedia (mediated

communication).

Page 34: Pola Komnunikasi

b. Tujuan komunikasi

Ditinjau dari tujuannya, komunikasi terbagi empat yaitu : social change,

yakni perubahan sosial. Seseorang mengadakan komunikasi dengan orang lain,

diharapkan adanya perubahan sosial dalam kehidupannya, seperti halnya

kehidupannya akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi, attitude change,

perubahan sikap. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan perubahan

sikap yaitu opinion change, perubahan pendapat. Seseorang dalam berkomunikasi

mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat dan behavior change

yaitu perubahan perilaku. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan

perubahan perilaku.

c. Tekhnik Komunikasi

Istilah tekhnik berasal dari bahasa Yunani : “technikos” yang berarti

keterampilan atau keperigelan.29

Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang

dilakukan komunikator tekhnik komunikasi diklasifikasikan yaitu : komunikasi

informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian

komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu

pesan informatif justru lebih berhasil dari pada persuasif, misalnya jika audiensi

adalah kalangan cendekiawan.

Komunikasi persuasif, yaitu berisikan bujukan. Yakni membangkitkan

pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan

memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri

29

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar: (Bandung: Rosdakarya, 2007), h

.55.

Page 35: Pola Komnunikasi

(bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri.

Komunikasi instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang bersifat memaksa

dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila terlaksanakan. Bentuk yang terkenal

dari penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang

menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik (khalayak).

Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, intruksi dan sebagainya.

Hubungan manusiawi, yaitu bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubugnan

manusiawi itu termasuk kedalam komunikasi antar personal (interpersonal

communication), sebab berlangsung pada umumnya antara lain dua orang secara

dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena action

oriented, mengandung kegiatan mengubah sikap, pendapat, atau perilaku

seseorang.

d. Fungsi komunikasi

Fungsi komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut yaitu: mass

information, yaitu memberi dan menerima informasi kepada khalayak. Tanpa

komunikasi informasi tidak dapat disampaikan dan diterima, mass education,

yaitu untuk memberi pedidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada

muridnya untuk menigkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai

keinginan untuk memberi pendidikan, mass persuasion, yaitu untuk

memnengaruhi.

Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari

dukungan dan mass entertainment, yaitu untuk menghibur, biasanya dilakukan

Page 36: Pola Komnunikasi

oleh amatir radio, televisi ataupun orang yang mempunyai profesional

menghibur.30

3. Ruang Lingkup Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa

Inggris berasal dari bahasa latin “communicasio” dan bersumber dari kata

communis yang berarti “sama”, maksudnya orang yang menyampaikan dan yang

menerina mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan.31

Sedang secara terminologi, para pakar komunikasi mengungkapkan

beberapa pengertian komunikasi, yaitu antara lain :

a. Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.

b. Wilbur Schrame menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses saling berbagi atau

menggunakan informasi secara bersama dan pertalian para peserta dalam proses

informasi.

c. Sementara Harold Lasswell seorang profesor di Univeresitas Yale Amerika

Serikat yang dikutip oleh Djamaludin Abidin dalam buku “ Komunikasi dan

Bahasa Dakwah ”merumuskan bahwa komunikasi itu merupakan jawaban

terhadap Who says what to whom in which chanbel to whom with what effect

(siapa berkata apa dalam media apa kepada siapa dengan dampak apa). Jadi,

30

Rhoudhonah, Ilmu Komunikasi, h.52. 31

Djamaludin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta:Gema Insani Press,

(1966), h.16, dan Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek

(Bandung:Remaja Rosdakarya, 1990) h. 9.

Page 37: Pola Komnunikasi

menurut Dr. Lassewll, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi ini

berjalan, yakni: Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender

(pengirim komunikasi), what (apa) yang kemudian disebut massege atau pesan

komunikasi, whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau receiver

(khalayak), channel (media) apa yang kemudian disebut sarana atau media dan

effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau efek komunikasi

yang diimplikasikan dalam umpan balik.

Dari pengertian komunikasi secara terminologi tersebut memperlihatkan

bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang. Dimana orang menyatakan

sesuatu kepada orang lain. Adapun yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut

adalah manusia. Oleh karena itu komunikasi yang dimaksudkan pada umumnya

adalah “komunikasi manusia” atau human communication, yang sering pula

disitilahkan dengan komunikasi sosial, komunikasi antar pribadi atau komunikasi

kemasyarakatan.

Adapun unsur-unsur dari komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Komunikator

Komunikator adalah sebagai orang yang menyampaikan pesan kepada

komunikan yang memiliki fungsi sebagai encoding, yaitu orang memformulasikan

pesan-pesan atau informasi kepada orang lain. Kominikator juga dapat berupa

individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi

seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain sebagainya. Dalam proses

komunikasi ini, arus pesan tidak hanya datang dari satu arah saja, yaitu dari

sumber ke sasaran, melainkan merupakan suatu proses informatif dan konvergen.

Page 38: Pola Komnunikasi

Ini berarti komunikator dan komunikan bisa berganti pesan, yaitu yang tadinya

sebagai komunikator kemudian berperan sebagai komunikan karena komunikan

menyampaikan feedback kepada komunikator.

b. Pesan

Adapun yang dimaksud dengan pesan dalam proses komunikasi adalah

suatu informasi yang akan dikirim kepada si penerima pesan. Pesan ini dapat

berupa verbal maupun non verbal. Pesan dapat secara tertulis seperti surat, buku,

majalah, memo, sedangkan proses secara lisan dapat berupa percakapan tatap

muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang non verbal

dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.

Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai

kemampuan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan,

keyakinan, imbauan inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mengubah

sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar,

tetapi perlu diperhatikan dan diartikan kepada tujuan akhir dari komunikasi.

Adapun pesan dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus

memenuhi syarat yaitu : pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik

sesuai dengan kebutuhan pembaca, pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat

dimengerti kedua belah pihak, dan pesan harus menraik minat dan kebutuhan

pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan. 32

32

Ami Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta:Bani Aksara, 1995) h. 12.

Page 39: Pola Komnunikasi

c. Komunikan

Komunikan atau penerima pesan adalah orang uang menjadi sasaran dari

kegiatan komunikasi. Komunikan atau penerima pesan dapat bertindak sebagai

pribadi atau orang banyak.

Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal, group atau kelompok,

ditujukan pada group atau kelompok tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan

manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang nyata dan memperlihatkan

struktur yang nyata pula. Dalam hal ini group atau kelompok dibedakan menjadi

dua jenis yaitu : kelompok kecil (small group dan micro group) yaitu sejumlah

orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang

bersifat tatap muka (face to face meeting) dimana setiap anggota mendapat kesan

atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup terlihat sehingga baik pada

saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan lepada

masing-masing perorangan, kelompok besar (large group dan macro group)

misalkan sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang sedang

mendengarkan radio atau ceramah dan organisasi yaitu suatu kumpulan (sistem)

individu yang bersama-sama melalui pembagian kerja yang berusaha mencapai

tujuan tertentu.33

d. Media

Yang dimaksud media disini adalah saluran yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam hal ini menyangkut

33

Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 72.

Page 40: Pola Komnunikasi

semua perlatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan

komunikasi. Tanpa saluran atau media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara

cepat dan luas.34

Dengan demikian media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media massa

dan media personal. Media massa digunakan dalam komunikasi apabila

komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, majalah,

radio, dan televisi. Sedangkan media personal yaitu seperti surat, telepon dan

telegram. Meskipun intensitas media personal kurang bila dibandingkan dengan

media massa, tetapi untuk kepentingan tertentu media personal tetap efektif,

karena itu banyak digunakan.

e. Efek

Efek atau hasil adalah akhir dari proses komunikasi. Yaitu sikap atau

tingkah laku orang sebagai komunikan sesuai atau tidak dengan yang diinginkan

oleh komunikator. Efek yang timbul dapat dikalsifikasikam menurut keadaannya,

yaitu : dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkam

dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya, dampak afektif adalah dampak

ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif. Pesan yang disampaikan oleh

komunikator ditujukan bukan sekedar komunikan tahu tapi bergerak hatinya,

menimbulkan perasaan tertentu dan dampak behavioral adalah dampak yang

timbul pada komunikan dalam perubahan perilaku, tindakan atau kegiatan.

34

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta:PT Grasindo, 2000), h.7.

Page 41: Pola Komnunikasi

f. Umpan Balik

Umpan balik (feed back) adalah tanggapan atau reaksi dari penerima

kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan atau reaksi kembali dari

pengirim kepada penerima. Maka terjadilah komunikasi timbal balik. Dengan

adanya umpan balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.

Umpan balik memainkan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia

menentukan kelanjutan atau berkentinya komunikasi yang dilancarkan. Oleh

karena itu, umpan balik bisa bersifat positif dann dapat pula bersifat negatif.

Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon serta reaksi komunikan yang

menyenangkan komunikatornya sehingga berjalan lancar. Sebaliknya umpan balik

negatif adalah tanggapan komunikator yang tidak meyenangkan komunikatornya

sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.

B. Hubungan Perawat Dengan Pasien Rawat Inap sebagai Pola Komunikasi

Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial di mana orang-

orang yang terlihat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan

oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku Komunikasi Antar

Pribadi, bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari

seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan

umpan balik yang langsung.

Berdasarkan definisi diatas, komunikasi antar pribadi dapat beralangsung

antara dua orang, misalnya antara penyaji makalah dengan seorang peserta

makalah suatu seminar. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal

Page 42: Pola Komnunikasi

supaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang

dialogism berupa percakapan. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan

ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti

apakah komunikasinya itu positif atau negatif komunikan untuk bertanya seluas-

seluasnya. Asumsi dasar komunikasi antar pribadi adalah bahwa setiap orang

yang berkomunikasi akan membuat perilaku tetang efek atau perilaku

komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan

reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan

atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi komunikator bahwa

komunikasinya berhasil. Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg ada tiga

analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi, yaitu analisis tingkat kultural,

tingkat sosiologis dan tingkat psikologis.

Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian tindakan kejadian, dan

kegiatan yang terjadi secara terus menerus, tidak statis tapi bersifat dinamis. Hal

ini berarti segala yang tercakup dalam komunikasi interpersonal selalu dalam

keadaan berubah baik pada pelaku komunikasi, pesan, situasi, mupun

lingkungannya. Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan

dan hubungan antarpribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan

bagaimana hubungan dengan partner.

Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan

hubungan ini terpersonal karena dalam komunikasi interpersonal individu

mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, orang lain

dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dan kultural dapat berpengaruh pada

Page 43: Pola Komnunikasi

komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu menggunakan

sebagai pedoman dan bahan informasi untuk bertindak dan berperilaku.35

Suasana yang menggambarkan komunikasi perawat dengan pasien

(komunikasi terapeutik) adalah apabila dalam berkomunikasi dengan klien

(pasien) perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi pasien yang

sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilakn serta keluhan yang

dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah

keperawatan dan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan keluhan dan

masalah keperawatan yang sedang dialami klien (pasien) atau bisa dikatakan

bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga membantu mempercepat

proses kesembuhan.

Menurut As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjanah 1 (2001)

mengatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang

menggambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi ini, seorang perawat

melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan,

menetukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

maksimal apabila terjadi proses evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan

maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif. Hubungan

take and give antara perawat dan pasien menggambarkan hubungan memberi dan

menerima.36

35

Zulkarnaen Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan

(Jakarta:Ekonomi UI, 1990) h. 28 36

Nasir dkk, Komunikasi Dalam Keperawatan, Teori Dan Aplikasi, (Jakarta:Salemba

Medika, 2009) h. 142.

Page 44: Pola Komnunikasi

Hubungan antara perawat dengan pasien dapat dikategorikan menurut

intensitas harmoni atau adanya konflik antara kedua pihak. Menurut Persons yang

dikutip oleh Solita Sarwono dalam buku Sosiologi Kesehatan, meskipun keduanya

mempunyai tujuan yang sama, yaitu kesembuhan si pasien, hubungan antara

perawat dengan pasien bersifat simetris (seimbang).

Dalam melakukan perannya perawat sebagai seorang yang memiliki

kompetensi untuk membantu seorang dokter dalam mengobati orang yang sakit,

dokter dibantu seorang perawat melaksanakan beberapa fungsi utama yaitu

menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien, membina

interaksi dengan pasien luas dan membaur, atau terbatas pada fungsinya sebagai

dokter, melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya

dengan pasien. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama,

dan memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya.

Dalam hal ini, dokter yang dibantu seorang perawat mempunyai

kedudukan yang lebih kuat atau tinggi pengetahuannya di bidang medis,

sedangkan si pasien biasanya awam dalam bidang itu serta sangat membutuhkan

pertolongan dokter. Akan tetapi semua itu tidak akan berhasil pula tanpa dibantu

tenaga medis lainnya seperti perawat rumah sakit. Pada dasarnya ada tiga dasar

hubungan perawat dengan pasien yaitu:

a. Pola dasar hubungan aktif-pasif

Secara historis, hubungan ini paling dikenal dan merupakan pola klasik

sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik yaitu sejak zaman Hipokrates,

abad 25 tahun yang lalu. Hubungan aktif-pasif terjadi bilamana pasien berada

Page 45: Pola Komnunikasi

dalam kondisi yang bereaksi atau turut berperan serta dalam relasi itu. Dalam hal

ini pasien benar-benar merupakan obyek yang hanya menerima apa saja yang

diberikan kepadanya.

Secara sosial, hubungan ini bukanlah hubungan yang sempurna, karena

hubungan satu arah yaitu perawat kepada pasien, sehingga pihak yang lain tidak

dapat melakukan fungsi dan peran yang aktif. Dalam keadaan tertentu, memang

pasien tidak dapat berbuat sesuatu, hanya berlaku sebagai recipient atau penerima

belaka, seperti pada waktu pasien diberi amnesti atau narkose ketika pasien dalam

keadaan tidak sadar atau koma pada waktu pasien diberi pertolongan darurat

setelah kecelakaan.

b. Pola dasar hubungan membimbing-kerja sama

Pola dasar ini ditemukan pada sebagian besar hubungan pasien dengan

perawat, yakni bila keadaan penyakit pasien tidak terlalu berat, misalnya penyakit

infeksi dan berbagai penyakit akut lainnya. Dalam hal ini walaupun pasien sakit,

ia tetap sadar dan tetap memiliki perasaan dan kemauan sendiri.

c. Pola dasar hubungan saling berperan serta

Secara filosofis, pola ini berdasarkan pada pendapat bahwa semua manusia

memiliki hak dan martabat yang sama. Hubungan ini lebih berdasar pada struktur

sosial yang demokratis dan yang merupakan perjuangan hidup bagi sebagian besar

umat manusia sepanjang masa.

Pola hubungan ini terjadi antar perawat dengan pasien yang ingin

memelihara kesehatannya, yakni pada waktu pemeriksaan medis (medical check

Page 46: Pola Komnunikasi

up). Dalam hubungan semacam ini, pasien dapat menceritakan pengalamannya

sendiri berkaitan dengan penyakitnya dan pengobatan yang tepat.

Pada hakekatnya, hubungan antara perawat dengan pasien tidak dapat

terjadi tanpa melalui komunikasi, termasuk dalam pelayanan medis. Komunikasi

merupakan proses timbal balik yang berkesinambungan yang menyangkut dua

pihak.

Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan menjadi

informasi (pembicara) dan penerima informasi (penerima). Secara umum, dalam

berkomunikasi orang berusaha menyampaikan pandangan, perasaan dan

harapannya kepada orang lain. Komunikasi ini terjadi antara dua individu, antar

kelompok atau antar individu dan kelompok. Hal-hal seperti ini dapat

menimbulkan kerancuan dalam proses komunikasi, sehingga pesan yang ingin

disampaikan oleh kedua belah pihak tidak dapat mencapai sasaran seperti yang

diharapkan.

Menurut Persons yang dikutip oleh Solita Sarwono dalam buku Sosiologi

Kesehatan, bahwa antara Perawat dengan pasien sukar terjalin komunikasi, sebab

biasanya pasien berada dalam situasi emoisonal seperti sakit, bingung, takut,

depresi, atau bahkan pasien itu sudah tidak dapat berkomunikasi lagi karena

dalam keadaan tidak sadar.

Berdasarkan keterangan tersebut, jelas terlihat bahwa hubungan perawat

dengan pasien dapat berbeda-beda sifatnya dan untuk setiap model diperlukan

tekhnik komunikasi yang berbeda pula. Jika dokter dan paramedis tidak

Page 47: Pola Komnunikasi

memperhitungkan hal ini, maka komunikasi dengan pasien tentu tidak efektif dan

tidak optimal.

Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara dokter dan paramedis

(perawat) dengan pasien, antara lain adalah:

a. Penggunaan simbol (istilah-sitilah medis atau ilmiah yang diartikan secara

berbeda atau sama sekali tidak dimengerti oleh pasien).

b. Pseudo-Komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal sebenarnya

pasien tidak sepenuhnya mengerti atau mempunyai persepsi yang berbeda tentang

apa yang dibicarakan).

Karakter-karakter tenaga medis yang tidak tepat sehingga dapat

menghambat komunikasinya dengan masyarakat (pasien), antara lain perbedaan

status sosial, harapan masyarakat terhadap kemampuan dokter serta kecendrungan

sikap otoriter, terutama dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit akut. Selain

itu, di Indonesia sering kali perawat ditempatkan di daerah yang keadaan sosial,

budayanya, tidak sama dengan latar belakang sosial budaya dokter dan perawat

itu.

Dengan demikian kesulitan berkomunikasi bertambah, sebab tenaga medis

tidak menguasai bahasa setempat dan tidak mengenal budaya disana. Untuk itu

diperlukan kamauan untuk memperlajari bahasa dan budaya setempat, agar

perawat dan dokter tidak dianggap orang asing oleh penduduk asli dan supaya

komunikasinya dengan masyarakat (pasien) dapat menjadi lebih lancar.

Page 48: Pola Komnunikasi

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta

Bagaimanapun juga adanya Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta tidak

terlepas dari perjuangan mahasiswa IAIN yang sadar akan pentingnya kesehatan

dalam mewujudkan cita-citanya yang implementasikan dengan mendirikan sebuah

balai pengobatan, corp kesehatan mahasiswa. Perubahan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) menjadi sebuah Universitas Islam Negeri Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan. Adanya tuntutan masyarakat serta tingginya persaingan dalam

jasa kesehatan merupakan energi yang mendorong pengembangan institusi

kesehatan yang sebelumnya berbentuk poliklinik menjadi sebuah rumah sakit

yang saat ini bernama Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hal ini dimungkinkan mengingat kinerja manajemen yang terus meningkat

sejak tahun 1990. Rumah sakit Syarif Hidayatullah dibawahi oleh Yayasan Syarif

Hidayatullah Jakarta yang memiliki fugsi sosial namun tetap menjaga kualitas.37

Dalam rangka menunjang keberhasilan pelayanan medis yang ditangani

oleh para dokter dan spesialis serta para perawat maka kelengkapan fasilitas

merupakan salah satu faktor penting yang harus disediakan, rumah sakit kini hadir

dengan fasilitas yang semakin baik dan lengkap. Sumber daya manusia

merupakan aset yang sangat berharga, oleh karenanya Rumah sakit Syarif

37 Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010

39

Page 49: Pola Komnunikasi

Hidayatullah Jakarta senantiasa meningkatkan mutu SDM memalui peningkatan

Ilmu Pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam memberikan pelayanan. Saat

ini Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta didukung oleh tim dokter, dokter gigi,

dokter spesialis fultimer maupun partimer dan perawat yang berpengalaman di

bidangnya masing-masing yang senantiasa siap menjadi mitra pasien dalam

membantu proses penyembuhan.

Selain itu rumah sakit Syarif juga dilengkapi dengan paramedis (perawat)

yang terampil dan berpengalaman serta berperilaku islami yang akan merawat

pasien dengan sabar, senyum dan penuh kehangatan. Saat ini rumah sakit Syarif

Hidayatullah Jakarta didukung oleh 11 orang dokter umum, 7 orang dokter gigi,

41 orang dokter spesialis, 44 orang bidan dan perawat, 26 paramedis non perawat,

dan 91 orang non medis.

Kepuasan pelanggan adalah salah satu barometer keberhasilan organisasi.

Saat ini Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralokasi di Jl. Ir. H.

Juanda no.95, Ciputat, tangerang telah memiliki pelanggan dari berbagai lapisan

masyarakat, diantaranya adalah mahasisiwa, karyawan UIN, perusahaan serta

peserta asuransi. Ada beberapa perusahaan asuransi yang menjadi mitra kerja

Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta diantaranya Sinar Mas, Bumi Putra,

JPKM Takaful yang diperuntukkan bagi mahasiswa UIN, dan lain-lain. Sejak

diperkenalkan kepada masyarakat umum secara luas pada tahun 1990 tren

kunjungan pasien terus meningkat, pertumbuhan ini terus menigkat pada tahun

kedua beroperasinya layanan rumah sakit.

Page 50: Pola Komnunikasi

Maknanya institusi ini sudah memiliki “image positif” di hati masyarakat

jauh sebelum terbangunnya rumah sakit. Hal ini sesuai dengan visi dan misi yang

merupakan panduan dasar yang sangat penting dalam penentuan arah sebuah

organisasi tak terkecuali rumah sakit.

B. Visi dan Misi

Adapun Visi dan Misi Rumah sakit Syarif Hidayatullah adalah menjadi

rumah sakit bernuansan islam yang memiliki citra positif dan mampu memberikan

pelayanan secara paripurna kepada masyarakat. Adapun Misi yang merupakan

alasan yang sangat mendasar tentang keberadaan sebuah organisasi yang dapat

memotivasi individu yang berada didalamnya, misi mencerminkan peran fungsi

dan kewenangan dokter dan perawat serta paramedis yang bertanggung jawab

terhadap perwujudan visi Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :

1. Melaksanakan integralisasi nilai islam ke seluruh aspek manajemen pelayanan.

2. Mengembangkan sumber daya manusia islami yang tangguh, handal dan

berakhlak mulia.

3. Mengupayakan kepauasan dan kesan mendalam kepada pelanggan secara

berkelanjutan.

4. Memberikan dukungan dalam pelayanan fasilitas pendidikan dan pelatihan

dibidang medis/kesehatan kepada masyarakat.

5. Menjadi bagian integral dari jaringan pelayanan kesehatan nasional.38

38

Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010

Page 51: Pola Komnunikasi

C. Visi dan Misi Bidang Keperawatan

Visi dan misi bidang keperawatan Rumah sakit Syarif Hidayatullah antara lain :39

1) Menjadi Rumah sakit bernuansa islam yang di miliki citra positif dan mampu

memberikan pelayanan secara paripurna kepada masyarakat.

2) Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh dan optimal mencakup

aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual tanpa membedakan suku, agama,

jenis, aliran, politik maupun kedudukan sosial.

3) Meningatkan kualitas SDM keperawatan untuk mencapai pelayanan keperawatan

yang proesional, islami dan berkualitas.

4) Memfasilitasi lingkungan untuk dapat melakukan pendidikan internal yan

berkelanjutan serta riset keperawatan dan memanfaatkannya untuk meningkatkan

mutu asuhan keparawatan.

5) Menciptakan iklim erja yang mendog pertumbuhan dan profesioalisme dan

kepuasan kerja yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan berorientasi

pada kesembuhan pasien.

6) Memelihara dan membina image keperawatan yang positif dn profesional kepada

masyarakat melalui pengembangan hubungan perwat-pasien yang baik dan

komunikatif dan terlibat pada kegiatan-kegiatan peningkatankesehatan

masyarakat.

7) Menciptaka kerja sama yang baik dengan seluruh elemen rumah sakit.

39 Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010

Page 52: Pola Komnunikasi

D. Fasilitas Rawat Inap Rumah sakit Syarif Jakarta

Ada empat kelas kamar rawat inap yang terdapat di Rumah sakit Syarif

Jakarta diantaranya adalah : kelas utama meliputi 1 ( satu ) buah tempat tidur, bed

side cabinet, ruang ber-AC, central oxygen & nurse call, televisi dan 1 (satu ) set

sofa, lemari es dan kamar mandi dengan water heater, kelas satu meliputi 2 ( dua )

buah tempat tidur, bed side cabinet, ruang ber-AC, central oxygen & nurse call,

televisi dan kamar mandi dengan water heater, kelas dua meliputi 3 ( tiga ) buah

tempat tidur, bed side cabinet, ruang berac, central oxygen & nurse call, televisi dan

kamar mandi dan kelas tiga meliputi 4 ( empat ) buah tempat tidur, bed side

cabinet, ruang ber-AC dan central xygen & nurse call, televisi dan kamar mandi.40

Selain itu juga fasilitas rawat jalan, fasilitas rawat jalan yang terdapat di

rumah sakit Syarif Jakarta diantaranya adalah : poliklinik gigi dan mulut, poliklinik

umum, poliklinik anak, poliklinik kandungan, poliklinik penyakit dalam, poliklinik

THT, poliklinik kulit & kelamin, poliklinik bedah umum, poliklinik jantung,

poliklinik paru, poliklinik orthodontic, poliklinik mata, poliklinik orthopedi &

traumatologi, poliklinik gizi klinis, poliklinik syaraf, psikologi, psikiater dan

poliklinik rehab medik. Selain itu juga di Rumah sakit Syarif Jakarta terdapat

Fasilitas 24 Jam meliputi : unit gawat darurat (UGD), persalinan, apotek,

laboratorium, pelayanan ambulance dan perawatan. Tindakan Medis meliputi :

kamar tindakan, kamar bersalin, kamar operasi dan kamar bayi.

40 Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010

Page 53: Pola Komnunikasi

E. Medical Check-Up (MCU)

Medical Ckeck – Up ( MCU ) merupakan paket pemeriksaan kesehatan

menyeluruh yang dapat digunakan untuk mendeteksi gejala penyakit lebih dini.

Pemeriksaan dini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui penyakit hipertensi,

diabetes, kelainan liver ( hati ) dan penyakit jantung koroner, dan sebagainya .

Selain itu juga USG yang Meliputi diantaranya USG Abdomen, Pelayanan USG

Abdomen dengan perjanjian, USG Kandungan, Pelayanan USG Kandungan

sesuai dengan jadwal praktek dokter kandungan, Laboratorium, Radiologi yakni

Pelayanan Radiologi dibuka setiap hari Senin s/d Minggu (07.30-22.00 WIB) ,

Fisioterapi, Pelayanan Fisioterapi dibuka setiap hari: Sabtu s/d Sabtu (07.30-21.00

WIB) Minggu (08.00-15.00 WIB, Apotek Optik, Pelayanan Optik dibuka setiap

hari Senin s/d Sabtu (10.00-20.00 WIB) , Treadmill test, Pelayanan Ambulance,

EKG, Pelayanan EKG (Rekam Jantung) dibuka setiap hari Senin s/d Sabtu

(08.00-21.00 WIB).41

41 Company Profile, RS.Syariif Hidayatullah Jakarta, 2010

Page 54: Pola Komnunikasi

BAB IV

ANALISIS POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT

INAP DALAM PELAYANAN MEDIS

Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individual. Sehingga

makhluk sosial, manusia memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup

dengan orang lain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dasar yang disebut

dengan dorongan sosial.

Di tempat pelayanan kesehatan dimana perawat bekerja, ada beberapa

macam jenis manusia. Ada klien, keluarga klien, dokter, fisioterapis, petugas

laboratorium, ahli gizi maupun petugas kesehatan lainnya, serta seluruh

perangkat yang ada dalam mendukung pelayanan kesehatan di tempat itu. Dalam

hidup bersama terjadi hubungan antar perawat-klien, perawat-perawat, perawat-

dokter, perawat-keluarga pasien, perawat-petugas kesehatan lain serta perawat-

lingkungan lainnya. 42

Hubungan tersebut mewujudkan dan dilaksanakan dalam rangka untuk

mencapai tujuan pelayanan keperawatan yaitu pelayanan keperawatan yang prima

untuk mempercepat kesembuhan klien, sedangkan untuk mencapai keinginan itu

perlu diwujudkan dalam bentuk tindakan melalui hubungan timbal balik.

Hubungan timbal balik ini diperlukan dalam upaya kerja sama dalam pelaksanaan

pelayanan keperawatan. Perawat tidak akan mampu melaksanakan pelayanan

42

Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307

Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011

Page 55: Pola Komnunikasi

keperawatan yang baik tanpa dukungan dari stakeholder yang ada, demikian juga

dukungan klien dan keluarga.43

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pasien dan perawat sebagai

penunjang keberhasilan dalam penelitian namun, di dalam penelitian ini tidak

semua pasien dapat penulis jadikan sebagai responden hal ini disebabkan karena

kondisi pasien yang belum stabil dan mampu berkomunikasi dengan baik serta

dalam masa perawatan dan perhatian penuh dari para perawat maupun dokter.

Maka penulis mendapatkan izin baik wawancara maupun pengambilan data-data

pasien melalui take gambar dengan jumlah responden lima orang pasien dan

perawat sebanyak tiga orang yang diharapkan mampu memberikan data konkrit.44

Dengan latar belakang diatas penulis mendapatkan lima orang pasien

rawat inap untuk dijadikan responden melalui take gambar yang diharapkan

mampu mewakili pasien yang lain dan memberikan informasi yang diinginkan

namun, dalam hal ini penulis tidak dapat menyebutkan secara rinci biodata

maupun latar belakang kehidupan pasien di karenakan peraturan rumah sakit yang

memberi izin untuk mengambil data-data pasien terinci dengan jelas demi

menjaga nama baik pasien maupun keluarga pasien.

Wawancara ini dilakukan secara personal yakni antara perawat dan pasien

rawat inap. Hal ini dilakukan agar pasien dalam memberikan data mengenai

keadaan dirinya dapat lebih terbuka dan hubungan antara pasien dengan perawat

43

Nasir dkk, Komunikasi Dalam Keperawatan, Teori Dan Aplikasi, (Jakarta:Salemba

Medika, 2009) h. 90.

44 Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar

307 Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011

Page 56: Pola Komnunikasi

semakin akrab. Sehingga sebagai perawat dapat memberikan pelayanan secara

maksimal dan sesuai dengan kebutuhan pasien rawat inap.45

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam

hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih

bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses

keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan

khusus dan kepedulian sosial yang besar.

Menurut Jhonson yang dikutip dari buku menurut Achir Yani dan jhonson

yang dikutip dari buku Komunikasi Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul

Nasir, Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial

yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnikal dan interpersonal yang tercermin

dalam perilaku “caring” atau kasih sayang serta cinta dalam berkomunikasi

dengan orang lain. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi

interpersonal (antar pribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan

pasien dengan titik kualitas hubungan interpersonal.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak

saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah

terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan

keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit

menurut Achir Yani dan Jhonson yang dikutip dari buku Komunikasi

Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul Nasir, tetapi yang paling penting

45 Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307

Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011

Page 57: Pola Komnunikasi

adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama

manusia.46

Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah suatu alat yang penting

untuk membina hubungan terapeutik dan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan

keperawatan. Lebih jauh, komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi

tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal

(antarpribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan

titik kualitas hubungan interpersonal. Tenaga medis spesialis jiwa menyampaikan

semua informasi yang diperlukan mengenai manfaat dan risiko pengobatan.

Sementara itu, pasien sendiri yang mempertimbangkan dan memutuskan apa yang

terbaik bagi dirinya. Dalam sikap kesetaraan, tenaga medis tidak mempertegas

perbedaan. Status boleh jadi berbedat,tetapi komunikasi tenaga medis dengan

pasien tidak vertikal. Tenaga medis tidak menggurui, tetapi berbincang pada

tingkat yang sama. Dengan kesetaraan, tenaga medis mengkomunikasikan

penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan.

Hubungan perawat dengan pasien harus dianggap sebagai hubungan antara mitra

medis yang saling membutuhkan untuk memerangi keadaan sakit pasien.

Komunikasi terapeutik ini akan efektif hanya melalui penggunaan dan

latihan yang sering. Melatih diri menggunakan komunikasi interpersonal yang

terapeutik akan ,meningkatkan kepekaan tenaga medis terhadap perasaan pasien.

Saat pasien mengungkapkan keluhanya pada saat itulah pengobatan dalam proses

46

Ibid. h. 142.

Page 58: Pola Komnunikasi

terapeutik sudah dimulai. Keterampilan komunikasi terapeutik bukan bawaan,

melainkan dipelajari.

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk

menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal

kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam

memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang

peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi

terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu

penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komponen penting

yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Komunikasi terapeutik

termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan

pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien. 47

Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup.

Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam

melakukan interaksi. Kadangkala individu merasakan komunikasi menjadi tidak

efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini

disebabkan karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah

komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa

disebabkan karena persepsi yang berbeda-beda.

Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya

pasien sering komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan

47

Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307

Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011

Page 59: Pola Komnunikasi

yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak

datang lagi mengunjungi pelayanan kesehatan tersebut. Atau contoh lain adalah

selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena salah mempersepsikan

informasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga kesehatan

tersebut.

A. POLA KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN (HUBUNGAN

PERAWAT-PASIEN)

Ada tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal, tertulis, dan non-

verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.48

1. KOMUNIKASI VERBAL

Pola komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan

keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama

pembicaraan dengan tatap muka. Didalam lapangan, peneliti mengamati bahwa

dalam pelayanan medis di ruang rawat inap Rumah sakit Syarif jakarta

menggunakan Pola Komunikasi secara verbal antara perawat dan pasien sifatnya

biasanya lebih akurat dan tepat waktu.

Penggunaan Kata-kata secara oral adalah alat atau simbol yang dipakai

sifatnya untuk mengekspresikan ide atau perasaan perawat dan pasien rawat inap,

48

Ibid h.149-150.

Page 60: Pola Komnunikasi

yang membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan

ingatan.49

Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Ihdal Husnayain, perawat Rumah sakit

Syarif Jakarta dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

“Kalau disini sih, kan komunikasi itu ada dua jenis ya verbal dan

non verbal. Komunikasi verbal kita langsung nanya kepada pasien kalau

komunikasi non verbal komunikasi kaya ada isyarat. Misalnya pasien yang

kesulitan berbicara kita kasih satu selebaran kertas biar bisa dikasi pulpen

setelah itu permintaan pasien ditulis.”50

Pola Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu, tidak

hanya komunikasi verbal, komunikasi non verbal juga efektif. Kata-kata adalah

alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,

membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan

ingatan. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Ihdal Husnayain, perawat Rumah sakit

Syarif Jakarta dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

“....... Cukup efektif, kan biasanya juga di ruangan itu ada bel, jadi tinggal pencet aja,

setiap pasien yang baru masuk kita ada penjelasan misalnya visit dokter, rapihin tempat

tidur dan sebagainya. 51

Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji

minat seseorang. Keuntungan pola komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu

49 Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307

Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011 50

Wawancara Pribadi Dengan Ihdal Husnayain, Perawat Rumah sakit Syarif jakarta.

Ciputat 05 Mei 2011. 51

Wawancara Pribadi Dengan Ihdal Husnayain, Perawat Rumah sakit Syarif jakarta.

Ciputat 05 Mei 2011.

Page 61: Pola Komnunikasi

memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Hal ini sesuai

dengan Take Gambar yang diambil antara perawat dan pasien dalam melakukan

tindakan dan yang dikatakan oleh pasien Ibu Rubi berikut hasil dari Take

Gambar dengan beliau:

“ ..... Perawat melakukan tanya jawab sambil menggerakkan anggota tubuhnya seperti

jali telunjuk yang menunjukkan ke arah pasien tersebut tentang keadaan yang terjadi terhadap

pasien terlihat juga pasien merasa senang dengan perawat tersbut dan terlihat komunikatif

(komunikasi verbal dengan kata-kata) dan terbuka dengan perawat misalnya “Bagaimana keadaan

ibu sekarang sambil senyum ? Pasien menjawab “sudah baikan suster, udah enak makan

walaupun enggak nafsu banget, sekarang aja masih mual, kalo sakitnya masih suster tapi udah

baikan juga sekarang.” Sambil melakukan injeksi perawat terus berdialog dengan pasien, dengan

tatapan penuh perhatian, sikap fokus, diantara keduanya. “52

Pola Komunikasi Verbal yang efektif diantaranya harus jelas dan ringkas,

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit

kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.

Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya

dengan jelas.

“Kemudian perawat memegang tangan pasien dan memriksa dneyut nadi yang dihitung

melalui jam yang ada di tangan kanan perawat. Dalam beberapa menit pasien merasa ada efek

yang terjadi dan dari diri pasien sesekali juga melihat kerawah tangan perawat. Kemudian perawat

mengambil termometer yang diletakkan didalam baju pasien (ketiaknya). Dan memberitahukan

hasil dari pengukuran suhu memalui termometer itu dan kata perawat “suhunya normal ya Pak “,

kemudian perawat melakukan interaksi dengan pasien menjelaskan tentang keadaan diri pasien

untuk saat ini sambil meletakkan alat-alat medis atau pengobatan ke arah meja dekat ranjang

pasien. Perawat menjelaskan secara detail tentang kondisi pasien. Saat ini dari hasil pemerikasaan

tadi, kemudian perawat bergerak mengarahkan apa saja obat-obat yang harus di minum dan

aturan-aturannya apa saja dan bagaimana, dari kapan obat itu di minum, beberapa kali, sesudah

atau sebelum makan, pasien langsung memperhatikan dengan mengambil sikap menghadap ke

arah perawat yang mengambil semua obat tersebut kemudian diletakkan didepannya. Perawat

mengambil obat sirup, kemudian menjelaskan aturan obat sirup tersebut kapan saja harus

diminumnya, “ini obat sirup, harus diminum sesudah makan ya Pak, “misalnya seperti itu.

perawat mengambil 3 jenis obat yang harus diminum pada hari itu juga, perawat membukakan satu

persatu dari ktiga obat itu untuk diminum sesuai anjuran dokter, kemudian setelah itu perawat

meletakkan tempat obat itu ke tempatnya seperti semula dengan penuh kehati-hatian dan pada

52

Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Rubi, Pasien Kamar 307

Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011 h. 7-8

Page 62: Pola Komnunikasi

akhirnya perawat meninggalkan ruang perawat pasien dengan menyentuh pasien karena proses

tindakan sudah selesai. “53

Penggunaan contoh pada take gambar diatas pada saat perawat

memberikan tindakan kepada pasien dari proses pemeriksaan hingga pemberian

obat dan penjelasan akan aturan-aturannya bisa membuat penjelasan lebih mudah

untuk dipahami, banyak sentuhan dan kata-kata verbal yang terjadi. Seperti ulang

bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu

mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan

menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

Waktu dan relevansi, waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap

pesan. Misalnya bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk

menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat,

tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh

karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.

Begitu pula pola komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang

disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji

minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu

memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Pola Komunikasi

verbal yang efektif harus diantaranya: 54

a. Jelas dan ringkas

53

Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Sugiarto, Pasien Kamar

3074Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 218 Juni 2011 h. 10-11 54

Ibid. 150-151

Page 63: Pola Komnunikasi

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung.

Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya

dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk

dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan

pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.

Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara

sederhana.

b. Perbendaharaan kata

Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran,

dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak

mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan

dengan istilah yang dimengerti klien.

c. Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang

digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang

terdapat dalam suatu kata. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus

hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,

terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

d. Selaan dan kesempatan bicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan

komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok

Page 64: Pola Komnunikasi

pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang

menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu digunakan untuk

menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk

mendengarkan dan memahami arti kata.. Perawat juga bisa menanyakan kepada

pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk

diulang.

e. Waktu dan relevansi

Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak

tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat

harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula

komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan

dengan minat dan kebutuhan klien.

f. Humor

Menurut Dugan (1989) yang dikutip dari buku yang dikutip dari buku

Komunikasi Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul Nasir, mengatakan

bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan

oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan

emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) yang dikutip dari buku yang

dikutip pula dari buku Komunikasi Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul

Nasir, mengatakan melaporkan bahwa humor merangsang produksi hormon yang

menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,

memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa

Page 65: Pola Komnunikasi

takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi

dengan klien.

2. KOMUNIKASI NON-VERBAL

Pola Komunikasi nonverbal merupakan penyampaian kode pemindahan

pesan tanpa menggunakan kata-kata. Menurut Cangara, H, (2006) yang dikutip

dari buku Komunikasi Keperawatan, Teori dan Aplikasi karya Abdul Nasir,

mendefinisikan bahwa penyampaian kode nonverbal biasa disebut juga bahasa

isyarat atau bahasa diam (silent language). Penyampaian kode nonverbal tersebut

merupakan cara yang paling efektif dan sifatnya menyakinkan untuk

menyampaikan pesan kepada orang lain.

Apabila terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan dan apa yang

diperbuat, seseorang akan cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat kode

nonverbal dari pada kode verbal. Oleh karena itu, perawat perlu menyadari kode

atau pesan nonverbal yang ditampakkan oleh klien sebagai upaya untuk

menjustifikasikan apa yang diungkapkan dan di permasalahkan klien merupakan

masalah utama atau prioritas utama yang harus segera ditangani.55

Penggunaan pola komunikasi nonverbal dalam keperawatan merupakan

cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain

seperti tindakan yang sifatnya dengan menggunakan dengan banyak sentuhan

dengan halus. Hal ini sesuai dengan Take Gambar yang diambil antara perawat

dan pasien dalam melakukan tindakan dan apa yang dikatakan oleh pasien bayi

Ibu Aisyah Amini berikut hasil dari Take Gambar dengan bayi beliau tersebut :

55

Ibid, h.151-154.

Page 66: Pola Komnunikasi

“Kehati-hatian tampak selalu terlihat dikarenakan bayi sangat sensitif

disini istirahatnya. Kemudian perawat menyentuh tangan dan mengangkat

tangannya dengan perlahan-lahan lalu memasukkan termometer tersebut ke dalam

ketiak bayi itu. pengukuran suhu tubuh pasien bayi ini dilakukan dengan

menjepitkan dengan posisi ujung termometer yang lancip itu berada atau

bersentuhan langsung dengan ketiak bayi tersebut. Pengukura terjadi dalam

beberapa menit dalam menggunakan pengukur suhu tersebut perawat melakukan

interaksi dengan keluarga pasien sambil perawat memegangi alat termometer

tersebut mengucapkan “maaf karena sudah membelakangi ibu, tinggal dimana

bu? sambil memperhatikan alat ukur termometer tersebut kepada pasien itu

perawat juga memperhatikan infuset pasien, dan beganti pegangan tangan

kanannya memegang termometer dan tangan kiri memegang atau mengecek

infuset Pasien tersebut. Perawat terlihat sangat sabar dalam melakukan tindakan

ini, perawat juga melihat termometer yang ada diketiak bayi itu dan juga perawat

memperhatikan keadaan pasien tersebut dan sesekali juga perawat berkomunikasi

kembali dengan keluarga pasien. Dengan mengajak ngobrol dan berbincang-

bincang seputar asal pasien, kemudian perawat terus memperhatikan kepada

pasien itu kemudian mengecek kemabli termometer dan menyentuh kepada pasien

itu apakah demamnya sudah turun atau belum. Kemudian perawat berinteraksi

kembali dengan keluarga pasien dengan seperti sudah mau pulang ya bu ? ia

sudah mau pulang kan udah udah baikan anak saya, jawab ibu pasien. dan

akhirnya proses tindakan pun sudah selesai dan perawat mencabut dan mengambil

kembali alat termometer itu kembali. Dan perawat menjelaskan kepada keluarga

pasien sambil berkata” panasnya sudah turun ya bu, dan cukup pemeriksaan hari

ini”. dan perawat meninggalkan kamar pasien dengan senyum dan salam, dan

akhirnya tindakan pun telah selesai dilakukan.”56

Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan

klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena

isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi

suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Ada tiga hal

mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu pertama, Ikhlas

(Genuiness), yaitu Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa

diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan

memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara

tepat. Kedua, Empati (Empathy) yaitu Merupakan sikap jujur dalam menerima

kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan

56

Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Sugiarto, Pasien Kamar

301 Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 218 Juni 2011 h. 12-13

Page 67: Pola Komnunikasi

tidak berlebihan. Dan yang ketiga, Hangat (Warmth) yaitu Kehangatan dan sikap

permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan

ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya

lebih mendalam.

Fase-fase dalam komunikasi terapeutik diantaranya Orientasi

(Orientation), Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi

yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Perawat

dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada

fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-

masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan

pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan

membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan. Penyelesaian

(Termination), Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan

penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang

saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian

pencapaian tujuan dan perpisahan.57

Sifat Komunikasi non-verbal teramati pada hal-hal berikut: 58

1. Metakomunikasi.

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan

antara Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu

komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara,

57

Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan beberapa Pasien di

Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 218 Juni 2011 h. 1-14 58

Ibid, h. 152-154.

Page 68: Pola Komnunikasi

yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim

terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

2. Penampilan Personal.

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang

diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20

detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap

seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry,

1993).

Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status

sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan

penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.

Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap

pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra

bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak

sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit

bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak

memenuhi citra klien.

3. Intonasi (Nada Suara).

Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan

yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi

nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi

Page 69: Pola Komnunikasi

dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap

klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.

4. Ekspresi wajah.

Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang

tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.

Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan

pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi

interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan

diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk

menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah

ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya

duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien

dilakukan dalam keadaan sejajar.

5. Sikap tubuh dan langkah.

Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan

keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan

mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor

fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

6. Sentuhan (touching)

Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian dapat disampaikan

melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan

Page 70: Pola Komnunikasi

perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial. Sentuhan dilakukan

dalam rangka untuk menciptakan sebuah keakraban atau persahabatan yang intim.

Sentuhan yang akrab akan nenberi garansi akan kualitas pelayanan keperawatan,

hal ini dikarenakan dengan sentuhan yang akrab klien sudah merasa terlindungi

oleh perawat.

Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada

perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindari

sentuhan. Sentuhan dengan berjabat tangan ketika berkenalan dapat mendekatkan

diri kita kepada pasien. Konsep sentuhan yang terapeutik adalah dengan

menggunakan sikap terbuka dalam membatu pasien yang mengalami sakit atau

memerlukan bantuan.

Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh

beberapa hal terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:

Pertama, perkembangan. Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu

diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi

isi pesan dan sikap menyampaikan pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak

bicara adalah anak-anak, remaja, dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda

dalam berkomunikasi.

Kedua, Persepsi. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu

kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi

merupakan suatu hambatan kita dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita

persepsikan belum tentu sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.Nilai.

Page 71: Pola Komnunikasi

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi

pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.

Ketiga, Latar belakang budaya. Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi

oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan

berkomunikasi. Keempat, Emosi. Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu

peristiwa. Dalam berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita

ajak berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan

tidak sampai. Kelima, Pengetahuan. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang

yang kitan ajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.

Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan tingkat

pengetahuan yang kita ajak bicara. Keenam, Peran. Gaya komunikasi harus di

sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan. Misalnya ketika kita berperan

membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau berkomunikasi dengan

tenaga kesehatan yang lain. Dan terakhir adalah Tatanan interaksi. Komunikasi

interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang.

Kalau tempatnya bising, ruangan sempit, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat

mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.

Faktor yang mempengaruhi hubungan perawat-pasien yang berkualitas :59

1. Kehangatan dan ketulusan

Bersikap hangat dan tulus bukanlah suatu keterampilan praktis tetapi suatu

kerangka pikiran yang di dalamnya terdapat penerimaan dan penghargaan pada

59

Ibid, h. 146-148.

Page 72: Pola Komnunikasi

keunikan setiap pribadi. Untuk mencapainya, diperlukan penciptaan suatu kondisi

dimana pasien merasa aman, terjadi saling pemahaman dalam pendapat serta

pikiran. Penerimaan pada pasien dapat dilakukan dengan mendengarkan keluh

kesahnya secara penuh. Ini adalah karakteristik dari situasi pasien yang datang

untuk meminta tolong, menjadi sadar bahwa perawat memahami perasaannya dan

siap untuk membantunya.

2. Pemahaman yang empatik

Empati adalah merasakan perasaan orang lain, tetapi tidak sama dengan

mengalami pengalaman itu sendiri. Dalam keperawatan, empati dapat berarti

mempersepsikan dunia sebagaimana pasien mempersepsikannya. Empati

bukanlah simpati untuk situasi atau dilemma seseorang tetapi sebuah kemampuan

untuk merefleksikan sebuah objektif perasaan dari pasien, yang tidak diungkapkan

secara lisan.

3. Perhatian positif yang tak bersyarat

Perawat harus berfokus pada pemahaman mereka tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi perawatan pasien, bukan hanya pada persepsi dari dirinya

sendiri atau dari orang lain. Memiliki perhatian positif yang tidak bersyarat

terhadap pasien, termasuk di dalamnya mengakui suatu kebaikan pada diri pasien

tersebut

Page 73: Pola Komnunikasi

4. Sifat konkrit

Konsep tentang sifat konkrit berhubungan dengan pengertian yang saling

menguntungkan dan akurat tentang perbendaharaan kata yang digunakan oleh

pasien, terutama dalam menggambarkan emosinya. Misal : Kata „sedih‟ dan

„senang‟ bersifat subjektif. Perawat perlu memperjelas arti kata itu secara

perseorangan dengan si pasien untuk dapat menangkap isi pembicaraan.

5. Kesegeraan

Sifat segera mengacu pada situasi yang sedang terjadi, bukan pada masa

lalu atau masa datang. Misal : ketika pasien mengungkapkan perasaan tentang

pemeriksaan terakhir, kita perlu menanggapinya tentang hasil pemeriksaan saat

itu, bukan pada perasaannya sebelum pemeriksaan dilakukan.

6. Konfrontasi

Konfrontasi berarti perlawanan/pertentangan terhadap suatu hal.

Terkadang orang membuat generalisasi tentang kejadian, orang, dan perasaan.

Untuk membantu pasien, mungkin kita perlu meng-konfrontasi mereka, mengajak

mereka untuk menemukan kebenaran. Misal : Kasus dimana lansia yang sakit

dibawa ke Rumah sakit, beliau berpendapat bahwa Rumah sakit adalah tempat

dimana orang meninggal dan bukan untuk membaik. Untuk meningkatkan

motivasi pasien, perawat memberikan ke-optimisan pada pasien bahwa mereka

akan sembuh. Hal itu melalui konfrontasi.

Page 74: Pola Komnunikasi

Oleh Karena hubungan antara Perawat dengan Pasien merupakan

hubungan antar pribadi, maka ada komunikasi atau yang lebih dikenal dengan

istilah wawancara pengobatan itu sangat penting.Hasil penelitian yang penulis

lakukan di rumah sakit syarif jakarta menunjukkan bahwa esensi dari hubungan

antara Perawat dan Pasien terletak dalam wawancara pengobatan.Pasien yang

diperiksa oleh dokter bukan makhluk pasif, bukan pula mesin yang bagiannya

gagal berfungsi atau aus.Pasien adalah makhluk yang aktif, dengan siapa dan

untuk siapa dokter bekerja mengatasi penyakit.

Untuk mencapai tujuan akhir dari proses pelayanan kesehatan terutama

dalam pelayanan keperawatan adalah dengan memperpendek lama hari rawat.

Perawat dan klien akan terlibat dalam hubungan yang intensif. Untuk itu perawat

harus melakukan eksplorasi diri atas kemampuan yang dimiliki dalam

berkomunikasi dengan klien. Dalam melaksanakan komunikasi yang terapeutik,

perawat harus memiliki kekampuan-kemampuan antara lain pengetahuan yang

cukup, keterampilan yang mumpuni dan memadai, serta tekhnik dan etika

komunikasi yang baik. Dengan demikian, kehadiran perawat di sisi klien

merupakan kehadiran yang bermakna dan membawa dampak yang positif bagi

klien.

Perawat harus mengerti dan menyadari bahwa klien datang ke rumah sakit

dalam rangka meminta pertolongan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan,

dan hal itu diterima sebagai tanggung jawab pribadi serta tanggung jawab profesi

bagi perawat. Perawat saat menangani klien merupakan suatu penghormatan bagi

dirinya karena dipercaya oleh klien untuk merawat tanpa ada perasaan khawatir,

ragu, maupun kecemasan. Dan hal yang paling penting adalah perawat dipercaya

Page 75: Pola Komnunikasi

mampu menangani klien dengan benar, penuh kesabaran, supel, ramah, dan sangat

responsif.

Perawat harus sadar dan menrima bahwa kehadirannya sangat dibutuhkan

oleh klien untuk menringankan atau bahkan menghilangkan keluhannya sehingga

harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh sebelum bertemu dengan

klien. Integritas yang tinggi dari perawat akan mampu menyakinkan klien

sehingga meningkatkan kehormatan perawat dimata klien. Klien menjadi sangat

percaya dengan perawat, klien menjadi sadar bahwa perawat butuh data yang

orisinal sesuai dengan keluhan yang dihadapinya dan mengutarakan dengan

sungguh-sungguh keluhannya. Klien menjadi sadar bahwa hari ini dia menjadi

pasien di rumah sakit, dimana untuk proses kesembuhannya diawali dengan

memberikan keterangan yang sesuai dengan keluhan atau penyakit yang

dihadapi.60

Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan

meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang

atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi

dan mempengaruhi orang lain.

Interaksi perawat dan pasien akan menghasilkan informasi untuk perawat

tentang keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan perawat dapat

memberikan informasi tentang cara-cara menyelesaikan masalah dengan strategi

tertentu sehingga pasien terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian

masalah pasien. Jika pasien menerima dan melakukan informasi yang diberikan

60

Ibid, h. 144.

Page 76: Pola Komnunikasi

oleh perawat maka perilaku pasien berubah ke arah adaptif yang merupakan hasil

utama tindakan keperawatan. 61

Komunikasi yang terjadi antara perawat dan pasien rawat inap adalah

komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya

dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi perawat-pasien rawat inap

termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan

pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in

adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat

dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat

membantu dan pasien menerima bantuan.

Komunikasi perawat-pasien (terapeutik) bukan pekerjaan yang bisa

dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan

profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian

melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan

masalahnya.

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan

menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat

dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan

evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan

pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu

61

Transkip Observasi. Observasi Melalui Take Gambar Dengan Asmani, Pasien Kamar

302 Rumah Sakit Syarif Jakarta. Ciputat 21 Mei 2011h. 1-3

Page 77: Pola Komnunikasi

mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas

hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan

perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik

yang mempe Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku

dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia

sekitarnya.

B. PERAWAT- PASIEN RAWAT INAP DALAM MEMBANGUN

KOMUNIKASI EFEKTIF

Komunikasi keperawatan merupakan wahana utama dalam praktek

keperawatan yang dilakukan antar perawat dan klien (pasien), perawat dan

keluarga klien (pasien), perawat dan perawat, perawat dan dokter, dan perawat

dengan petugas lain yang terkait. Berdasarkan petikan wawancara bersama

Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta dan berikut hasil kutipan

dari wawancara dengan beliau, orientasi dari komunikasi efektif adalah sebagai

berikut:

“Memberikan tindakan segera setiap ada keluhan, biasanya kita disini melakukan secara

komunikatif, kami banyak berbicara dengan pasien dan memberi perhatian secara khusus dan

optimal dalam pelayanan keperawatan kami, sehingga pasien tidak merasa canggung atau kaku

untuk berbicara kepada kami seputar keluhan penyakitnya dan keadaannya.”62

Dalam melaksanakan teknikal keperawatan, perawat perlu melihat dulu

acuan tindakan keperawatan yang telah ada di ruangan. Biasanya di setiap

ruangan mempunyai Standar Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan petikan

62

Wawancara Pribadi Dengan Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta. ,

Ciputat 28 Juni 2011

Page 78: Pola Komnunikasi

wawancara bersama Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta dan

berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:

“Dalam melakukan Strategi khusus dalam menghadapi pasien rawat inap Sesuai SOP,

kita ada standar nya, jadi strategi-strategi yang harus digunakan sudah ada pada SOP itu, dan kita

sebagai perawat hanya menjalankannya.”63

Agar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan benar dan tepat

dengan tingkat penerimaan yang tinggi dari klien, dalam melaksanakan tindakan

perawat selalui berkomunikasi dan berkoordinasi dengan klien.

Ini berdasarkan petikan wawancara bersama Jazilatur Rahmah Perawat

Rumah sakit Syarif jakarta dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan

beliau:

“..... biasanya kita sebagai perawat lebih aktif mengajak pasien untuk berinteraksi dalam

berkomunikasi, diantaranya kami banyak bertanya seputar keadaan tentang diri pasien, misalnya

bagaimana Bapak/Ibu sudah enakan belum badannya, panasnya sudah hilang belum, jangan lupa

minum obatnya ya Bu/Pak. Itu dilakukan supaya pasien merasa nyaman dan membuka diri untuk

berkomunikasi. “ 64

Prinsip pada tahap ini adalah perawat menggunakan diri secara terapeutik

yang tampak dari tekhnik komunikasi terapeutik dan sikap yang terapeutik dalam

pelaksanaan langkah-langkah tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia persis sama, meskipun

mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi

makanan yang sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam

hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau

tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada

63

Wawancara Pribadi Dengan Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta.

Ciputat 28 Juni 2011.

64 Wawancara Pribadi Dengan Jazilatur Rahmah Perawat Rumah sakit Syarif jakarta.

Ciputat 28 Juni 2011.

Page 79: Pola Komnunikasi

gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif.

Kesamaan bahasa khususnya akan membuat pengertian bersama dibandingkan

dengan orang-orang yang tidak berbicara atau memahami bahasa yang sama.

Oleh karena itu Strategi Berbicara Sebagai Jalan Menciptakan

Pemahaman, Kita bisa mengatasi indeksikalitas dan refleksivitas bahasa dengan

cara menjalankan tugas kita dengan baik sebagai pembicara dan pendengar.

Disinilah letak pentingnya kemampuan mengembangkan komunikasi

efektif karena merupakan salah satu keterampilan yang amat diperlukan dalam

rangka pegembangan diri kita baik secara personal maupun profesional. Unsur

yang paling penting dalan komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau

kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan

kepada penerima pesan. Jadi sayarat utama dalam komunikasi efektif adalah

karakter yang kukuh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat.

Jika kita mendepositokan kepercayaan (trust) kepada petugas kesehatan,

maka akan tergambar dalam perasaan aman yang dimiliki klien ketika kita

berhubungan dengan petugas kesehatan. Coba kita lihat seorang penderita

penyakit jantung yang berobat ke dokter yang sudah terkenal kemahirannya. Klien

dengan setia menunggui dokter ahli jantung tersebut, karena dokter tersebut

dipercayai mampu mengatasi permasalahan penyakit jantungnya.

Jika kita meletakkan deposit kepercayaan di dalam rekening bank emosi

melalui integritas, yaitu sopan santun, kebaikan hati, kejujuran, dan memenuhi

setiap komitmen, berarti akan menambah cadangan kepercayaan kepada orang

lain. Kepercayaan kita menjadi lebih tinggi, dan dalam kondisi tertentu, jika kita

Page 80: Pola Komnunikasi

melakukan kesalahanm maka masih dapat memahami dan memaafkannya. Karena

masih ada saling mempercayai. Ketika kepercayaan semakin tinggi, komunikasi

pun mudah, cepat dan efektif. 65

65

Ibid, h. 192-193.

Page 81: Pola Komnunikasi

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan selama kurang lebih satu bulan

lamanya terhitung sejak tanggal 7 Mei 2011 hingga tanggal 28 Juni 201,

khususnya pada proses pelayanan rawat inap yang dilakukan di kamar rawat lantai

03 Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

kepada pasien dan Perawat, penulis menyimpulkan sebagai berikut:

Berdasarkan penjabaran peneliti mengenai hubungan pola komunikasi perawat

dan pasien rawat inap di ruang perawatan lantai 03 Rumah sakit Syarif Jakarta,

dan melihat dari hasil penelitian di lapangan yang berupa pengamatan dan

wawancara mendalam maka dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut :

Proses komunikasi yang berlangsung di ruang perawatan proses komunikasi yang

berlangsung merupakan komunikasi yang bersifat antarpribadi, hal ini disebabkan

karena masing-masing komunikasi antara perawat dan pasien rawat inap

menggunakan komunikasi yang bersifat langsung (tatap muka) secara verbal dan

non verbal dan menggunakan pendekatan komunikasi antar pribadi baik secara

sosilogis, psikologis dan kultural.

Proses komunikasi dalam pelayanan medis sangat penting, karena adanya

komunikasi pesan dapat tersampaikan. Komunikasi antar pribadi yang diterapkan

di pelayanan medis Rumah saki Syarif Jakarta yakni adanya metode yang

diterapkan yakni menggunakan komunikasi verbal dan komunikasi non verbal

secara face-to-face dalam proses penyampaiannya. Untuk mengefektifkan proses

Page 82: Pola Komnunikasi

pelayanan medis perawat dalam meyampaikan pesan menggunakan kelompok,

dalam prosesnya komunikasi dengan menggunakan pendekatan komunikasi

antarpribadi. Sebelum menyampaikan pesan pesan perawat juga menentukan

strategi dalam menghadapi pasien baik yang labil/sensitif yany dapat mengganggu

keefektifan komunikasi dalam pelayanan medis, oleh karena itu perawat harus

menguasai komunikasi dengan baik supaya memahami karakter-karakter dari

pasiennya.

a. Melalui wawancara, take gambar dan observasi diketahui bahwa pelaksanaan

proses pelayanan rawat inap di Rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta kepada pasien dan Perawat dengan menggunakan

komunikasi antar pribadi dilakukan denagan direktif secara personal.

b. Adapun yang menjadi kelebihan dari proses pelaksanaan proses pelayanan rawat

inap ini terlihat bahwa proses pelaksanaannya dalam tindakan bersifat pribadi

perawat harus melakukan pendekatan yang afektif agar proses tindakan medis

dapat berjalan lancar.

c. Selain itu yang menjadi kelemahan dari proses pelaksanaan pelayanan rawat inap

ini terletak pada kondisi pasien yang cenderung labil, hal ini disebabkan adanya

efek yang timbul dari penyakit yang diderita oleh pasien rawat inap sendiri.

d. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif terjadi dalam

praktik perawat sehari-hari di Rumah Sakit Syarif Jakarta. Mayoritas pasien

merasa puas terhadap percakapan yang mereka lakukan dengan perawat dan

memberikan respon yang positif dalam berkomunikasi dengan perawat.

Page 83: Pola Komnunikasi

2. Saran

Dari beberapa kesimpulan tersebut diatas, penulis memberikan masukan

atau saran kepada lembaga kesehatan Rumah sakit Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, agar lebih baik lagi dalam pelayanannya sesuai

dengan visi dan misi yang tertera di lembaga kesehatan Rumah sakit Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian tujuan yang

diharapkan lembaga dapat tercapai dengan baik. Sebagai kesatuan masyarakat dan

kelompok kecil, komunikasi dalam keperawatan harus dapat dijaga dengan baik.

Karena jika tidak maka proses pelayanan medis dalam rawat inap tidak akan

berjalan dengan lancar, perawat dan pasien harus saling terbuka dan saling

memberi informasi secara verbal dan non verbal agar proses pelayanan yang

diinginkan dapat berjalan dengan baik.

Dengan terlaksananya pembahasan skripsi ini yang berjudul pola

komunikasi perawat dan pasien rawat inap dalam pelayanan medis di Rumah sakit

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Jakarta, maka penulis akan memberikan

beberapa saran demi tetap terlaksananya komunikasi yang efektif, antara lain

dalam berkomunikasi pasien dan perawat hendaklah membiasakan menggunakan

kata yang baik dan benar, serta bahasa yang digunakan haruslah bahasa indonesia

pada pasien agar dapat membiasakan dan melancarkan berbahasa Indonesia, pada

pasien serta mudah dipahami sehingga pesan dapat disampaikan dengan baik serta

mendapat feedback dari pasien sehingga pelayanan medis yang diberikan dapat

disampaikan dengan baik dalam proses pelayanan medis tersebut.

Khusus bagi pasien rawat inap dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya agar lebih memaksimalkan kinerja dan kualitas dirinya. Lebih peka

dengan masalah-masalah yang dihadapi pasien dan bisa menjadi tempat curahan

terbaik bagi para pasien.

Page 84: Pola Komnunikasi

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napza Di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (RSKO). Jakarta: Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,

2009.

A. Goldberg, Alvin dkk, Komunikasi Kelompok, Proses-Proses diskusi Dan

Penerapannya, Jakarta :UI-Press 2006.

Abidin Ass, Djamaludin, Komunikasi dan Bahasa Dakwah Jakarta:Gema Insani

Press, 1966.

Arikunto, Suhasimi, Prosedur Penelitian, jakarta; PT. Bina Aksara cet. 2, 1985.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2003.

DEPDIKNAS, Kamus Besar bahasa Indonesia.

Djamaludin, Abidin Ass , Komunikasi dan Bahasa Dakwah , Jakarta:Gema Insani

Press, 1966.

Djuarsa, Sasa, Teori Komunikasi Cet. Ke-9 , jakarta:Universitas terbuka, 2005.

F. Rahmadi, Perbandingan Sistem Pers, Analisis Deskriptif Sistem Pers di

Berbagai Negara, (akarta: Gramedia, 1990.

G. Sevilla, Consuelo dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta:Penerbit

Universitas Indonesia UI Press cet 1, 2006.

Hadari, Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 1992.

Hadi, Sutrisno Metodologi Research, Yogyakarta : Andi Offiset, 1989.

I.B. Mantra, MPH, Komunikasi Jakarta:Dep Kes RI , Pusat Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat, 1994.

Page 85: Pola Komnunikasi

Jean, E. Esposito, Seni Komunikasi, Membangun Pengertian Di tempat Kerja,

Jakarta : Prestasi Pustaka 2003.

J Moloeng, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja :

Rosdakarya, 1991.

Khaerudin, Musrih. Pola Komunikasi Pimpinan Forum Kerukunan Umat

Beragama (FKUB) Kabupaten Banyumas Dalam Meningkatkan

Kerukunan Antar Umat Beragama, Ciputat: Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah, 2010.

Liliweri, Alo, Komunikasi Antarpribadi cet.ke-2 , Bandung: Citra Aditya Bakti,

1997.

L. Tubbs, Stewart dkk, Human Communicatioan : Konteks-SKonteks Komunikasi

Antar Budaya Bandung : remaja Rosdakarya, 2001.

Lumentu, Benyamin, Pasien Citra, Peran dan Perilaku, Tinjauan Fenomena

Sosial yogyakarta:Kanisius,1989.

Muhammad, Ami Komunikasi Organisasi Jakarta:Bani Aksara, 1995.

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar: Bandung: Rosdakarya,

2007.

,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya, cet. 12, 2006.

2004.

2005.

Nasir, Abdul, dkk, Komunikasi Dalam Keperawatan, Teori dan Aplikasi, Jakarta:

Salemba Medika, 2009.

Nasir, D. Moh, Metode Penelitian Jakarta : Ghalia Indonesia 1993

Page 86: Pola Komnunikasi

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia Cet Ke-2, Jakarta: Raja Garfindo Persada,

2005.

Nasution, Zulkarnaen Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan

(Jakarta:Ekonomi UI), 1990.

,Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan

(Jakarta:Ekonomi UI), 1990.

Susanti, Annisa, Komunikasi Dokter Dan Pasien Dalam Pelayanan Medis Di

Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah (RSSH). Jakarta: Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah, 2010.

P. Eckholm, Erik, Masalah Kesehatan Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit,

Jakarta:Gramedia, 1981.

Praktiknya, A. Watik Islam Etika dan Kesehatan Jakarta: Rajawali Press, 1986.

Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi Cet. Ke-23, Bandung: Remaja

rosdakarya, 2005.

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta:UIN Press, 2007.

Uchjana Effendi, Onong, Komunikasi Dan Modernisasi, Bandung :Mandar Maju

2005.

, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, Bandung:Remaja Rosda

Karya, 1990.

, Ilmu, Toeri dan Filsafat Komunikasi, Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti, 2003.

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa (Jakarta:PT Grasindo), 2000.

Page 87: Pola Komnunikasi

Yooke Tjupamah S, Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah,

Jakarta:Bumi Aksara, 2000.

Page 88: Pola Komnunikasi

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pertanyaan Penelitian : Perawat

POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM

PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1. WAKTU DAN TEMPAT

Hari dan Tanggal : Selasa, 05 Mei 2011

Waktu : 11.26 – 12.00 WIB

Tempat : Lantai 03 Ruang Keperawatan RS Syarif Jakarta

2. IDENTITAS DAN SUBJEK

Nama : Ihdal Husnayain

Agama : Islam

Pendidikan : D3 Keperawatan

1. Jenis Komunikasi apa yang digunakan dalam pelayanan medis

keperawatan di Rumah sakit Syarif Jakarta ?

Jawaban :

Kalau disini sih, kan komunikasi itu ada dua jenis ya verbal dan

non verbal. Komunikasi verbal kita langsung nanya kepada pasien

kalau komunikasi non verbal komunikasi kaya ada isyarat. Misalnya

pasien yang kesulitan berbicara kita kasih satu selebaran kertas biar

bisa dikasi pulpen setelah itu permintaan pasien ditulis.

Page 89: Pola Komnunikasi

2. Apakah cukup efektif ?

Jawaban :

Cukup efektif, kan biasanya juga di ruangan itu ada el, jadi tinggal

pencer aja, setiap pasien yang baru masuk kita ada penjelasan misalnya

visit dokter, rapihin tempat tidur dan sebagainya.

3. pendekatan bagaimanakah yang digunakan dalam menghadapi

pasien ?

Jawaban :

Kita berusaha mancari tahu keluhan pasien dengan bertanya

kepada pasien atau keluarga pasien apa sih keluhannya untuk tindak

selanjutnya kebutuhan pasien atau apa setelah membutuhkan mereka

ketika dirawat. Kan kalau kita baik pasien juga baik dengan

perawatnya.

4. bagaimana membangun komunikasi yang efektif dengan pasien ?

Jawaban :

Sebelumnya kita juga menjaga image kita juga, trust, kalo masalah

trust itu sudah terciptakan

Page 90: Pola Komnunikasi

5. Dimana kita bisa menciptakan rasa trust itu ?

Jawaban :

Ya pada saat proses pelayanan rawat inap terjadi

6. Bagaimana menghadapi pasien yang cemas dengan penyakitnya ?

Jawaban :

Ya pastikan disini orang sakit ya, pasti merasakan cemas kita

sebagai tenaga medis hanya menyakinkan saja bahwa kita disini

sebagai tenaga medis berusaha keras untuk kesembuhan pasiennya,

dengan keyakinan dan bimbingan yang kita punya.

7. Bagaimana cara bimbingan dilakukan ?

Jawaban :

Yakin kan pasien bahwa pasti ada positifnya kita yang terlalu

menjudge harus sembuh karena kan penyakitkan mempunyai fase

8. komunikasi apa yang digunakan dengan pasien yang berbeda

budaya ?

Jawaban :

Kan sebelumnya juga ada pengkajian, jadi sedikit tahu. Tapi disini

kan menggunakan bahasa Indonesia jadi pasti mengerti dan lebih

efektif

9. Siapakah yang mementukan penyakit pasien ?

Jawaban :

Anamesa dari dokter, kita sebagai perawat hanya partner saja, jadi

untuk diagnosis itu dokter

Page 91: Pola Komnunikasi

10. Kapan tindakan keperawatan dilakukan perawat kepada pasien ?

Jawaban :

Tergantung diagnosa misal pengambilan darag yang mesti

dilakukan pasti kita lakukan, kan udah ada standar operasionalnya juga

SOP, disini kan sebelum mengajukan tindakan kita kan mengajukan

SOP dulu ke atasan.

Page 92: Pola Komnunikasi

Pertanyaan Penelitian : Perawat

POLA KOMUNIKASI PERAWAT DAN PASIEN RAWAT INAP DALAM

PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1. WAKTU DAN TEMPAT

Hari dan Tanggal : Selasa, 05 Mei 2011

Waktu : 11.26 – 12.00 WIB

Tempat : Lantai 03 Ruang Keperawatan RS Syarif Jakarta

2. IDENTITAS DAN SUBJEK

Nama : Jazil

Agama : Islam

Pendidikan : D3 Keperawatan

1. Apa pendapat Anda tentang Rumah sakit Syarif Hidayatullah ini ?

Jawaban :

Pendapat rumah sakit lumayan lengkap, walaupun masih ada

permintaan yang kita rujuk keluar ya seperti itu.

. Bagaimana dengan fasilitas di Rumah sakit Syarif Hidayatullah ini ?

Jawaban :

Fasilitas disini untuk pasien cukup intensif, lengkap jadi cukup

memadai perawatan untuk penyakit-penyakit.

3. Dimana proses rawat inap dilakukan ?

Jawaban :

Page 93: Pola Komnunikasi

Untuk ketika pasien mau dirawat, biasanya ada regstrasi rawat inap

di CP (Customer service), lalu persiapan kamar, jika sudah kita ada

penyembuhan melalui pengkajian sampai evaluasi dan tujuan kita apa.

4. Seperti apa kajian tersebut ?

Jawaban :

Meliputi keluhan, alergi, riwayan pasien juga untuk tindakan

selanjutnya.

5. Komunikasi apa yang digunakan dalam proses pengkajian tresebut

?

Jawaban:

Kita berharap komunikasi kita terbuka sehingga apa yang

dirasakan pasien kita tahu/implementasikan tindakan yang dilakukan

tepat sasaran sama tujuan.

5. apakah ada hambatan ?

Jawaban :

Tingkat pengetahuan pasien , karena tingkat pengetahuan yang

tidak mengetahui tentang kesehatan harus kita lebih sering

menginformasikan tindakan-tindakan kita supaya tindakan kita

tercapai. Dan pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

6. Apakah ada pendekatan khusus ?

Jawaban:

Kalo pendekataan kita terhadap sama pasien pertama kita adakan

pengkajian berbicara mengenai keluhan pasien yang dirasakan

Page 94: Pola Komnunikasi

sehingga kita di dalam melakukan perencanaan tindakan kepada pasien

itu tepat sehingga tujuan itu tercapai.

7. Bagaimana menghadapi pasien yang merasa cemas dengan penyakit

nya ?

Jawaban :

Saat pasien memasuki ruangan pasien, kita adakan penjelasan

tentang kondisi ruangannya, sehingga pasien merasa bahwa itu bukan

suatu tempat yang mengerikan tapi tempat yang nyaman karena

fasilitasnya sudah ada. Dengan kamar mandi ada didalam, televisi,

dengan fasilitas bel yang ada, sehingga kalo ada perlu bantuan

langsung bisa minta bantuan dengan menekan bel seperti itu. trus

waktu itu pun kita ajak ngobrol-ngobrol itu istilahnya berbincang-

bincang mengenai kondisi pasien apa yang dirasakan Bpk atau Ibu ,

keluhan-keluhan yang dirasakan sekarang gtu. Apa yang pelru dibantu,

sebelum kita pergi pun akan memberikan pertanyaan atau menawarkan

suatu bantuan sehingga sebelum kita pergi tidak ada ganjalan pasien

tersebut untuk memberikansemua keluhan kepada kita, perawat

maksudnya.

8. Kapan tindakan diberikan dan biasanya berapa kali tindakan

diberikan kepada pasien ? apakah ada waktu-waktu tertentu ?

Jawaban :

Ya ada. Kita ada waktu untuk memberikan pelayanan , kalo yang

rutin kita dari pagi, operan dinas yah pergantian shift itu dengan

menanyakan keluhan pasien setelah itu dalam waktu operan itu kita

Page 95: Pola Komnunikasi

ada pengecekan juga, kondisi pasien. Setelah itu kita kembalikan ke

station untuk mengecek status, istilahnya interogasi-interogasi dokter

yang tertulis untuk mengecek kembali kebutuhan pasien, sudah

direncanakan dari shift sebelumnya. Kita secepatnya mengadakan

pemeriksaan vital, maksudnya untuk mengetahui kondisi pasien

terutama yah untuk melakukan tindakan selanjutnya pekerja terapi

injeksi (pagi), vital oral (umum) sambil bertujuan.

9. Bagaimana menghadapi pasien yang pasif ?

Jawaban :

Makanya inti secara mengecek paien, walaupun gag sering tapi

mungkin kita ada evaluasi, evaluasi-evaluasi itu dari mulai keluhan

masuk, siapa saat dirawat, saat ini kita kroscek pasien lagi untuk

menanyakan pasien.

Page 96: Pola Komnunikasi

Gambar (Take Gambar Melalui Video) Perawat Dan Pasien Dalam Tindakan

Medis Di Kamar Ranap (Ruang Inap) Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta

1.

Gambar I. Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan Tindakan

Kepada Pasien

Page 97: Pola Komnunikasi

2.

Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan

Tindakan Kepada Pasien

Page 98: Pola Komnunikasi

3.

Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan

Tindakan Kepada Pasien

Page 99: Pola Komnunikasi

4.

Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan

Tindakan Kepada Pasien

Page 100: Pola Komnunikasi

5.

Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan

Tindakan Kepada Pasien

Page 101: Pola Komnunikasi

6.

Gambar II . Perawat Dan Pasien Rawat Inap Pada Saat Melakukan

Tindakan Kepada Pasien

Page 102: Pola Komnunikasi

TRANSKIP OBSERVASI

Observasi ke-3

1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah

2. Observer : Armilatus Shalihah

3. Tanggal Pengamatan : 21 Mei 2011

4. Waktu : 14 : 58 WIB

5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap

6. Jumlah Anggota : Dua Orang

7. Nama : Ibu Asmani

8. Jenis kelamin : Perempuan

9. Usia : 51 tahun

10. Penyakit : Darah Tinggi (Hipertensi )

11. Tempat : Kamar 302 lantai 03 Ruang Keperawatan

Rumah

Syarif Hidayatullah Jakarta

12. Objek Pengamatan :

Pola Komunikasi antara Perawat dan

Pasien dalam tindakan medis rawat inap

melalui Take Gambar (merekam melalui

Video)

Cacatan Lapangan :

Dalam memulai pemberian tindakan, pertama-tama sebelum memasuki

kamar pasien, perawat memasuki kamar pasien dengan cara mengetuk pintu

Page 103: Pola Komnunikasi

sambil mengucapkan salam, perawat melakukan komunikasi dengan cara

menggunakan komunikasi verbal yang halus dan sopan kemudian perawat

memberi tahu kepada pasien bahwa akan ada tindakan berupa injeksi (suntik )

yang akan dilakukan. Pertama-tama dua orang perawat Mbak Sugi (Memakai baju

perawat berwarna biru) dan Mbak Pri (memakai baju perawat putih) memasuki

ruangan kamar pasien, perawat megambil jarum suntik dengan mempercikkan

suntikannya sambil memasukkan obat ke dalam alat suntik tersebut. Sangat

terlihat sekali kedua perawat tersebut sangat fokus dan terlihat serius sekali,

perawat yang memakai baju biru (Mbak Sugi) menggerakkan alat suntik itu

dengan memercikkan suntikan itu agar keluar air yang mengandung obat yang

terkadung didalam suntik tersebut didalamnya. Perawat terlihat berkali-kali

menggerak-gerakkan dengan membolak-balikkan suntikan itu secara berkali-kali,

kemudian perawat mengambil dengan tangan kanannya secara penuh kseriusan

terlihat dari mimik wajah mereka masing-masing. Kemudian

memercikkan/menyentil alat suntik itu kembali kemudian mengangkatkan alat

suntik itu kebawah dengan meneteskannya lalu memutar alat suntik itu supaya

kuat dan tidak bocor/menetes lalu perawat mengambil alat penutup suntik dan

meletakkannya di antara berbagai obat-obatan yang dibawa, kemudian perawat

memasukkan alat suntik itu kepada sebuah pelastik. Komunikasi secara oral pada

saat itu belum terjadi karena masing-masing perawat sibuk dengan kegiatannya

yaitu mempersiapkan berbagai alat-alat medis untuk kemudian mengambil

tindakan injeksi kepada pasien.

Kemudian tindakan yang diambil perawat yang berbaju putih ( Mbak Pri )

dalam tindakannya perawat mengambil alat suntik dan memegangnya dengan

Page 104: Pola Komnunikasi

penuh konsentrasi dan perhatian penuh dengan terus memandang ke arah alat

suntik itu yang terdiri dari satu buah alat suntik dan penutupnya. Kemudian

dengan sikap yang fokus, perawat mengambil alat suntik untuk kedua kalinya

dengan menyentuh satu tangan kanan memegang dua alat suntik itu, dan tangan

yang kiri melepaskannya, pada saat itu terlihat pasien yang lewat dan berjalan

sambil membawa infusnya dengan posisi infus dibawa keatas, terlihat perawat

masih sangat fokus dan serius dalam tindakan injeksi.

Ketika persiapan injeksi sudah selesai, maka tindakan pun di lakukan oleh

perawat dengan posisi pasien dalam keadaan duduk di tempat tidurnya. Menurut

kepala keperawatan di rumah sakit tersebut dalam perawat mengambil

tindakan medis di kamar rawat, pasien harus berposisi tidur dan pasien dalam

memberi tindakan sikapnya berdiri. Perawat dengan posisi membungkuk sedikit

menusukkan jarum suntik kepada infus pasien yang berada di tangan sebelah

kanannya pasien pun terlihat memperhatikan perawat dalam melakukannya injeksi

infus perlahan-lahan sambil pasien itu berkata Bismillahirrahnirrahim, pelan-

pelan ya Bu, permisi ya Bu. Perawat memasukkan jarum suntik itu ke infus tangan

pasien sambil membawa alat penadah ( berupa papan) untuk menempatkan kapas

yang diperlukan dalam injeksi. Pada saat itu perawat memakai sarung tangan

berwarna putih perawat menekankan/mendorong alat suntik agar masuk ke dalam

infus pasien, tangan kanan memegang bekas suntikan itu sedangkan tangan kiri

mengambil kapas yang sudah disiapkan yang berisi alkohol, kemudian

memasukkan kapas itu kepada ujung jarum suntik dengan cara memutar-mutarkan

kapas tersebut.

Page 105: Pola Komnunikasi

Kemudian perawat memasukkan alat suntik itu dengan pertama-tama

perawat menyentuh tangan pasien dengan halus dan secara perlahan-lahan dan

mengusapkannya, perawat memasukkan alat suntik itu (injeksi) kepada pasien,

kondisi pasien pada saat itu terlihat juga sangat memperhatikan dengan apa yang

dilakukan oleh perawat dalam menyuntikkan jarum kepada pasien dan akhirnya

proses injeksi pun selesai dilakukan, kemudian setelah itu perawat melakukan

komunikasi dengan cara menggunakan komunikasi verbal yaitu mengucapkan

permisi kepada pasien sambil memegang/menyentuh kaki pasien dalam posisi

tidur sambil berkata terima kasih ya ibu, semoga cepat sembuh.

Interpretasi Peneliti :

Menurut Peneliti, pada take gambar ini dapat dianalisis bahwa seorang

perawat dalam melakukan tindakan kepada pasien, harus dengan persiapan yang

baik terlebih dahulu seperti alat-alat untuk tindakan harus sudah tersedia. Tidak

hanya sikap dengan memberikan senyum dan selalu menunjukkan mimik wajah

yang bagus, sikap konsentrasi dan serius sangat diperlukan karena perawat dalam

memberi tindakan, pasien harus merasa nyaman dan tidak ada gangguan sama

sekali, apalagi terkait dengan alat-alat medis yang merupakan alat yang sangat

pokok dalam memberi tindakan kepada pasien. Tidak hanya alat-alat penunjang

medis sebagai faktor pendukung, sikap perawat juga menjadi tolok ukur dalam

pemberian tindakan ini, apakah tindakannya berhasil apa tidak diantaranya

komunikasi verbal yang dilakukan yang perawat dengan cara memberikan

pertanyaan kepada pasien dengan jelas dan sopan. Ini juga sangat penting karena

Page 106: Pola Komnunikasi

merupakan faktor pendukung untuk tindakan medis selanjutnya dengan baik dan

sukses.

Kesimpulan :

Sikap perawat yang meliputi komunikasi dan gesture perawat menjadi

tolok ukur keberhasilan dalam pemberian tindakan kepada pasien salah satu

penunjang sikap tersebut adalah komunikasi yang baik dengan pasien guna

tindakan yang akan dilakukan nanti berjalan dengan lancar.

Page 107: Pola Komnunikasi

Observasi ke-3

1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Observer : Armilatus Shalihah

3. Tanggal Pengamatan : 21 Mei 2011

4. Waktu : 15 : 00 WIB

5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap

6. Jumlah Anggota : Dua Orang

7. Nama : Ibu Nurlaila

8. Jenis kelamin : Perempuan

9. Usia : 50 tahun

10. Penyakit : Anemia

11. Tempat : Kamar 308 lantai 03 Ruang Keperawatan

Rumah sakit Syarif jakarta.

12. Objek Pengamatan : Pola Komunikasi antara Perawat dan Pasien

dalam tindakan medis rawat inap melalui

take gambar (merekam melalui video).

Cacatan Lapangan :

Pada take gambar selanjutnya, masih berlanjut tindakan perawat kepada

pasien berupa injeksi (pemberian suntikan ). Setelah alat-alat untuk injeksi sudah

siap, Mbak Sugi seorang perawat dengan pasien yang berbeda melakukan

tindakan injeksi pula. Perawat sangat memperhatikan alat suntik itu dengan

melihat secara seksama penuh perhatian dan fokus kemudian perawat menurunkan

Page 108: Pola Komnunikasi

alat suntik itu ke dalam meja dorong obat dan mengambil tatakan yang ada

didalamnya terdapat dua alat suntik, perawat juga pada saat itu sambil memegang

selimut pasien dengan penuh hangat dan perhatian lalu perawat mengambil alat

suntik itu, satu tangan kanan memegang tutup alat suntik itu, satu tangan kiri

memegang alat suntik juga. Kemudian memasukkan tutup dan alat suntik tersebut

sambil mengoperasikan alat suntik itu perawat melakukan komunikasi dengan

pasien dengan cara komunikasi secara verbal dengan menggunakan pendekatan

secara pribadi dengan menanyakan keluhan pasien seputar penyakitnya misalnya

dengan suara pelan dan halus bertanya kepada pasien “sudah baikan bu?

Sekarang apa yang dirasakan? Sudah baikan apa belum?” secara terus menerus

sambil masih mengoperasikan alat suntik tersebut. Perawat melakukan interaksi

kepada pasien masih berbicara menanyakan sekitar keluhan penyakit

pasienkemudian perawat memberi suntikan dan mendorongkan alat suntik itu

kepada tali infus tersebut dengan menggunakan tangan kanannya sambil

menenakn alat suntik itu perawat bertanya lagi kepada pasiennya “sudah enakan

Bu”, pasien dengan suara pelannya menjawab sudah suster.”

Pasien juga terlihat enjoy dengan pelayanan tindakan tersebut. Karena

perawat sering terus melakukan pembicaraan kepada pasien tersebut perawat terus

menekan memasukkan cairarn yang ada di alat suntik tersebut, masih dengan

penuh perhatian. Kemudian dengan tangan kanannya perawat memegang

kabel/tali infus itu dan kemudian meletakkan alat suntik itu persis disamping kaki

pasien yang sedang dalam posisi tiduran, posisi seperti adalah benar menurut

pihak medis yakni ketika tindakan perawatan dilakukan posisi pasien baiknya

tiduran.

Page 109: Pola Komnunikasi

Kemudian perawat mengambil alat suntik yang kedua yang bentuk jarum

suntik yang panjang, kemudian memercikkan/menyentilkan alat suntik itu keatas,

dan membolak-balikkan alat suntik itu dari posisi membolak-balikan sebanyak

dua kali. Kemudian perawat memegang ujung alat suntik itu dan meletakkan

kembali di tempat obat-oabatan. Kemudian mengambil kembali alat suntik itu dan

sambil memegang tali infus tersebut pada saat itu pasien terlihat diam saja dan

posisi tidur memperhatikan perawat yang sedang memberi tindakan itu. perawat

terus menekan/mendorong alat suntik itu ke dalam tali infus tersebut. Perawat

menatap tempat turun air infus yang menetes sekali dua kali dilakukan secara

berkali-kali secara perlahan-lahan. Pasien terlihat juga ke arah proses suntik

tersebut dengan serius dengan mata menatap ke arah jarum suntik tersebut dan

akhirnya proses injeksi pun telah selesai dilakukan perawat meletakkan bekas alat

suntik tersebut, pasien juga peduli dengan memperhatikan semua gerak-gerik

yang dilakukan oleh perawat, sebelum meninggalkan pasien , perawat dengan cara

menyentuh dan memegang tubuh pasien sambil berkata cepat sembuh ya. Dan

akhirnya tindakan pun telah selesai dilakukan.

Interpretasi Peneliti :

Pada take gambar selanjutnya peneliti dapat menganalisis bahwa ketika

perawat melakukan tindakan harus sangat sabar dan penuh konsentrasi walaupun

kadang-kadang menghadapi pasien yang sedikit sensitif. Walaupun harus selalu

konsentrasi dalam tindakannya tetapi perawat tidak lupa untuk selalu mengajak

berinteraksi dengan cara berkomunikasi dengan pasien gunanya adalah lebih

mendekatkan diri kepada pasien sebagai perawat. Ini dilakukan agar pasien juga

Page 110: Pola Komnunikasi

tidak merasa kaku dengan perawat itu sendiri ketika dalam mengambil tindakan

kepadanya. Terlihat sekali perawat sangat peduli dengan menanyakan keluhan-

keluhan pasien, saking intens nya dan seringnya komunikasi yang diberikan

pasien sangat enjoy dan nyaman dengan tindakan yang diberikan oleh perawat

tersebut karena dari komunikasi yang efektif itu proses pelayanan tindakan yang

dilakukan berjalan lancar karena perawat mendapatkan banyak informasi

mengenai apa yang dialami oleh pasien itu sendiri ketika selama dirawat.

Kesimpulan

Komunikasi yang efektif yang dilakukan dengan tingkat intens dan

seringnya dalam berinteraksi dengan pasien, maka akan menimbulkan komunikasi

yang baik dan efektif berupa kata-kata yang menunjukkan sikap perhatian dan

peduli dengan keadaan pasien, sehingga efeknya dalam tindakan medis pun yang

diberikan akan berjalan lancar.

Page 111: Pola Komnunikasi

Observasi ke-3

1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Observer : Armilatus Shalihah

3. Tanggal Pengamatan : 21 Mei 2011

4. Waktu : 15 : 05 WIB

5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap

6. Jumlah Anggota : Dua Orang

7. Nama : Ibu Rubi

8. Jenis kelamin : Perempuan

9. Usia : 51 tahun

10. Penyakit : Diare, Trombosit Menurun

11. Tempat : Kamar 307 lantai 03 Ruang Keperawatan

Rumah sakit Syarif jakarta

12. Objek Pengamatan : Pola Komunikasi antara Perawat dan Pasien

dalam tindakan medis rawat inap melalui take gambar (merekam

melalui video).

Cacatan Lapangan :

Pada tindakan kali ini dalam memberikan tindakan medis kepada pasien,

menunjukkan sikap yang ceria, happy, kesannya ramah hangat dan aktif. Penuh

senyum pada tindakan kali ini, terlihat perawat memegang alat suntik itu dan

menyuntikkannya ke tali infus pasien sambil perawat melakukan interaksi dengan

Page 112: Pola Komnunikasi

cara melakukan komunikasi verbal face to face dengan pendekatan komunikasi

antar pribadi yaitu seputar keadaan penyakit pasien.

Perawat melakukan tanya jawab sambil menggerakkan anggota tubuhnya

seperti jari telunjuk yang menunjukkan ke arah pasien tersebut tentang keadaan

yang terjadi terhadap pasien terlihat juga pasien merasa senang dengan perawat

tersbut dan terlihat komunikatif (komunikasi verbal dengan kata-kata) dan terbuka

dengan perawat misalnya “Bagaimana keadaan ibu sekarang sambil senyum ?

Pasien menjawab “sudah baikan suster, udah enak makan walaupun enggak

nafsu banget, sekarang aja masih mual, kalo sakitnya masih suster tapi udah

baikan juga sekarang.” Sambil melakukan injeksi perawat terus berdialog dengan

pasien, dengan tatapan penuh perhatian, sikap fokus, diantara keduanya. Pasien

terlihat menggerak-gerakkan tangannya sembari menjelaskan keadaan penyakit

yang dialaminya. Sebelum perawat bertanya terlebih dahulu seputar kesehatan

pasien tersebut sekali dua kali pasien menggerakkan tangannya masih dalam hal

menjelaskan dan membicarakan keadaan penyakitnya apa yang pasien rasakan

saat itu. dalam tindakan pasien melihat kearah jarum suntik yang perawat

masukkan suntikan kepadanya dan pasien juga sesekali menggerakkan tangannya

ke arah matanya yang menunjukkan keadaan yang dialami oleh dirinya berkaitan

dengan penyakitnya juga. Perawat pun senyum ketika mendengarkan keluhan

pasien tersbebut. Komunikasi terus berlanjut terlihat perawat-pasien dua-duanya

sangat komunikatif. Proses injeksi pun telah selesai dilakukan dan perawat

megeluarkan/mencabut suntik itu dari pasien.

Perawat mengambil infus yang baru, sambil melakukan komunikasi terus

perawat terus berjalan menuju tiang infus, kemudian mengangkat tangannya

Page 113: Pola Komnunikasi

keatas tiang infus tersebut sebelumnya perawat membenarkan selang infus itu

tersebut, kemudian mengambil infus tersebut yang sudah habis, lalu

menggantinya dengan cairan infus yang baru dan menyambungkannya dengan

infus tersebut. Kemudian meletakkannya ke atas tiang infus seperti semua

kemudian mengecek tempat jalan keluarnya cairan infus tersebut dengan penuh

perhatian pandangan ke arah infus dan tempat alirnya infus tersebut secara dua

kali dan akhirnya proses tindakan pun selesai di lakukan kemudian perawat

menatap pasien dan mengucapkan permisi untuk keluar kamar.

Interpretasi Peneliti

Pada take gambar ini, menurut peneliti komunikasi yang dibangun antara

perawat dan pasien sangat bagus dan lancar. Terlihat senang sekali pasien dengan

cara tindakan yang diberikan perawat, penuh saling senyum dan cenderung

komunikatif. Perawat banyak bertanya tentang penyakit dan keadaan pasien dan

feedbacknya pasien pun menjawab pertanyaan itu dengan ekspresif pula.

Kesimpulan

Sikap, pelayanan yang diberikan meliputi komunikasi, gesture,

keterbukaan, yang diberikan oleh perawat pada saat tindakan medis yang

diberikan kepada pasien, makan akan memberikan efek yang positif akan

mempercepat proses kesembuhan penyakit pasien.

Page 114: Pola Komnunikasi

Observasi ke-5

1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Observer : Armilatus Shalihah

3. Tanggal Pengamatan : 28 Juni 2011

4. Waktu : 16 : 00 WIB

5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap

6. Jumlah Anggota : Dua Orang

7. Nama : Bapak Sugiarto

8. Jenis kelamin : Laki-Laki

9. Usia : 24 tahun

10. Penyakit : Paru-Paru

11. Tempat : Kamar 304 lantai 03 Ruang Keperawatan

Rumah sakit Syarif jakarta

12. Objek Pengamatan : Pola Komunikasi antara Perawat dan Pasien

dalam tindakan medis rawat inap melalui take gambar (merekam

melalui video).

Cacatan Lapangan :

Pada tindakan kali ini adalah Perawat datang ke kamar pasien dengan

mengucapkan salam ke kamar pasien, dan memberikan informasi kepada keluarga

pasien bahwa akan ada tindakan medis yang dilakukan oleh perawat. Perawat pun

langsung melakukan tindakannya, pertama-tama perawat menyentuh tangan kanan

pasien untuk mengukur tensi darah pasien, tindakan pertama adalah perawat

Page 115: Pola Komnunikasi

memakaikan stetoskop kepada pasien untuk diperiksa lebih lanjut, sebelumnya

perawat memberi tahu terlebih dahulu dengan melakukan sentuhan kepada pasien,

sambil mengucapkan “maaf ya pak “ kepada pasien dengan sopan dengan nada

yang halus pula. Setelah selesai stetoskop terpasang pada tubuh pasien, dan cara

memadangnya pun dilakukan dengan hati-hati dan sangat pelan-pelan sekali.

Kemudian perawat memegangi tangan pasien dengan posisi tangan kanan

dibawah dan posisi tangan kiri memegangi lengan si pasien. Sambil tangan kiri

memegang tangan pasien tangan kanan perawat beroperasi memompa dengan

berkali-kali alat stetoskop itu dengan berkali-kali melakukan pemeriksaan darah.

Proses pemeriksaan darah pun terus dilakukan secara terus menerus, pada saat itu

pasien juga sangat memperhatikan apa-apa yang dilakukan oleh perawat tersebut

dalam mengambil tindakan. Perawat melakukan komunikasi yang aktif dengan

pasien sambil memberi tahukan hasil pemeriksaan pasien pada saat itu sambil

berkata “tekanan darahnya normal ya Pak, uda bagus”. perawat memberi

sentuhan dengan memegang lengan pasien sambil memperhatikan dan mengukur

tensinya melalui stetoskop tersebut. Perawat juga memegang dan menyentuh

lengan pasien kemudian perawat mengambil alat stetoskop itu dan memasangkan

alat itu pada kedua telinganya, kemudian posisi perawat menghadap ke arah

pasien persis saling berhadapan, sesekali perawat membenarkan alat-alat

stetoskop tersebut dan memasukkannya ke telinga perawat tersebut.

Perawat memegangi tangan pasien, kemudian dengan posisi tangan pasien

yang lurus kebawah perawat meletakkan stetoskop tersebut ke lengan tangan

pasien. Kemudian perawat secara serius serta fokus dengan penuh perehatian

menghitung denyut nadi pasien tersebut. Dalam beberapa menit kemudian

Page 116: Pola Komnunikasi

perawat melepaskan alat stetoskop tersebut dan melepaskan alat-alat tensi darah

yang terpasang dari pasien secara perlahan-lahan sambil melakukan komunikasi

verbal dengan cara memberitahukan hasil yang telah di periksa barusan, “ya Pak

tekanan darahnya normal ya pak, sudah bagus.” Kemudian perawat menyentuh

tangan pasien sambil merapihkan baju pasien hingga rapih seperti semula.

Kemudian perawat memegang tangan pasien dan memriksa denyut nadi

yang dihitung melalui jam yang ada di tangan kanan perawat. Dalam beberapa

menit pasien merasa ada efek yang terjadi dan dari diri pasien sesekali juga

melihat kebawah tangan perawat. Kemudian perawat mengambil termometer yang

diletakkan didalam baju pasien (ketiaknya). Dan memberitahukan hasil dari

pengukuran suhu memalui termometer itu dan kata perawat “suhunya normal ya

Pak “, kemudian perawat melakukan interaksi dengan pasien menjelaskan tentang

keadaan diri pasien untuk saat ini sambil meletakkan alat-alat medis atau

pengobatan ke arah meja dekat ranjang pasien.

Perawat menjelaskan secara detail tentang kondisi pasien. Saat ini dari

hasil pemerikasaan tadi, kemudian perawat bergerak mengarahkan apa saja obat-

obat yang harus di minum dan aturan-aturannya apa saja dan bagaimana, dari

kapan obat itu di minum, beberapa kali, sesudah atau sebelum makan, pasien

langsung memperhatikan dengan mengambil sikap menghadap ke arah perawat

yang mengambil semua obat tersebut kemudian diletakkan didepannya. Perawat

mengambil obat sirup, kemudian menjelaskan aturan obat sirup tersebut kapan

saja harus diminumnya, “ini obat sirup, harus diminum sesudah makan ya Pak,

“misalnya seperti itu. perawat mengambil 3 jenis obat yang harus diminum pada

hari itu juga, perawat membukakan satu persatu dari ketiga obat itu untuk

Page 117: Pola Komnunikasi

diminum sesuai anjuran dokter, kemudian setelah itu perawat meletakkan tempat

obat itu ke tempatnya seperti semula dengan penuh kehati-hatian dan pada

akhirnya perawat meninggalkan ruang perawat pasien dengan menyentuh pasien

karena proses tindakan sudah selesai.

Interpretasi Peneliti

Dalam take gambar kali ini, peneliti megambil sample berbeda dengan

pengambilan take gambar sebelumnya. Peneliti pada kesempatan ini mengambil

pasien berjenis kelamin laki-laki. Walaupun berbeda jenis kelamin, tindakan yang

diberikan terlihat tidak ada perbedaan dengan pasien-pasien yang lain yang

sebelumnya berjenis kelamin perempuan, banyak tindakan berupa sentuhan-

sentuhan yang diberikan perawat. Bagi perawat sendiri terlihat tidak merasa kaku

dengan tindakannya sekalipun berbeda jenis kelaminnya. Tindakan dari awal

dampai akhir berjalan lancar karena pasien pada saat itu sudah merasa baikan juga

dan akhirnya tindakan pun selesai diberikan.

Kesimpulan

Dalam pemberian tindakan kepada pasien sekalipun berbeda jenis

kelaminnya perawat menunjukkan sikap yag sama dengan pasien-pasien yang

sebelumnya, perawat harus komunikatif seperti pasien yang lainnya, akan tetapi

sebagai seorang perawat harus tahu pula batasan seperti perbedaan jenis kelamin

atau jenis usia dan etika apa saja yang harus dilakukan guna menjaga hubungan

yang nyaman dan baik antara perawat dan pasien.

Page 118: Pola Komnunikasi

Observasi ke-5

1. Observasi Ke : Rumah sakit UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Observer : Armilatus Shalihah

3. Tanggal Pengamatan : 28 Juni 2011

4. Waktu : 16: 13 WIB

5. Nama Kelompok : Perawat dan Pasien rawat inap

6. Jumlah Anggota : Dua Orang

7. Nama : Aisyah Amini

8. Jenis kelamin : Laki-Laki

9. Usia : 4 Bulan

10. Penyakit : Panas

11. Tempat : Kamar 301 lantai 03 Ruang Keperawatan

Rumah sakit Syarif jakarta

12. Objek Pengamatan : Pola Komunikasi antara Perawat dan Pasien

dalam tindakan medis rawat inap melalui take gambar (merekam

melalui video).

Cacatan Lapangan :

Awal mula perawat mengetuk pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan

salam dan memberitahukan kepada keluarga pasien bahwa akan ada pemberian

tindakan pengukuran suhu tubuh dengan alat termometer. Pada saat itu pasien

yang berjenis bayi ini sedang dalam keadaan tidur yang sangat nyenyak sekali.

Pertama-tama perawat memegang termometer dan dengan pelan-pelan

Page 119: Pola Komnunikasi

meletakkannya pada ketiak bayi tersebut dengan menggunakan kedua tangan

perawat. Tindakan sangat dilakukan dengan hati-hati karena posisi pasien pada

waktu itu sedang tertidur. Takut pasien bangun, oleh karea itu tindakan dilakukan

dengan sangat hati-hati dan pelan-pelan sekali.

Kehati-hatian tampak selalu terlihat dikarenakan bayi sangat sensitif disini

istirahatnya. Kemudian perawat menyentuh tangan dan mengangkat tangannya

dengan perlahan-lahan lalu memasukkan termometer tersebut ke dalam ketiak

bayi itu. pengukuran suhu tubuh pasien bayi ini dilakukan dengan menjepitkan

dengan posisi ujung termometer yang lancip itu berada atau bersentuhan langsung

dengan ketiak bayi tersebut. Pengukuran terjadi dalam beberapa menit dalam

menggunakan pengukur suhu tersebut perawat melakukan interaksi dengan

keluarga pasien sambil perawat memegangi alat termometer tersebut dengan cara

mengucapkan “maaf karena sudah membelakangi ibu, tinggal dimana bu? sambil

memperhatikan alat ukur termometer tersebut kepada pasien itu perawat juga

memperhatikan infuset pasien, dan berganti pegangan tangan kanannya

memegang termometer dan tangan kiri memegang atau mengecek infuset Pasien

tersebut. Perawat terlihat sangat sabar dalam melakukan tindakan ini, perawat

juga melihat termometer yang ada diketiak bayi itu dan juga perawat

memperhatikan keadaan pasien tersebut dan sesekali juga perawat berkomunikasi

kembali dengan keluarga pasien. Dengan mengajak ngobrol dan berbincang-

bincang seputar asal pasien, kemudian perawat terus memperhatikan kepada

pasien itu kemudian mengecek kembali termometer dan menyentuh kepada pasien

itu apakah demamnya sudah turun atau belum. Kemudian perawat berinteraksi

kembali dengan keluarga pasien dengan seperti sudah mau pulang ya bu ? ia

Page 120: Pola Komnunikasi

sudah mau pulang kan udah udah baikan anak saya, jawab ibu pasien. dan

akhirnya proses tindakan pun sudah selesai dan perawat mencabut dan mengambil

kembali alat termometer itu kembali. Dan perawat menjelaskan kepada keluarga

pasien sambil berkata” panasnya sudah turun ya bu, dan cukup pemeriksaan hari

ini”. dan perawat meninggalkan kamar pasien dengan senyum dan salam, dan

akhirnya tindakan pun telah selesai dilakukan.

Interpretasi Peneliti

Pada take gambar kali ini adalah peneliti mengambil jenis pasien bayi

yang berusia 4 bulan. Analisis yang dapat diambil adalah ketika dalam tindakan

jelas sekali sangat hati-hati dan sangat berbeda dengan pemberian tindakan yang

diberikan pasien yang lainnya dalam kategori pasien dewasa. Disini perawat

memberi tindakan dengan hati-hati dan pelan-pelan sekali karena pasien bayi itu

pada saat itu dalam keadaan tidur pulas. Takut mengganggu kenyamanan bayi

tersebut pada saat pemberian tindakan kepada bayi itu dengan pelan-pelan dan

tidak berisik. Perawat hanya mengajak komunikasi dengan keluarga pasien

menanyakan asal keluarga itu dan seputar keluhan yang dialami oleh pasien.

Kesimpulan

Perawat harus tanggap dan harus pintar menyesuaikan tentang keadaan

pasien pada saat itu, perawat harus bisa menyesuaikan diri dengan pasien yang

berbeda meliputi seperti usia, jenis kelamin dan sebagainya agar kenyamanan

pasien tidak terganggu saat pemberian tindakan, sehingga perawat mengetahui

batasan-batasan apa saja yang akan dilakukan pada saat tindakan dilakukan.

Page 121: Pola Komnunikasi

BH9l

$:

fiI

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

,, - SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTAi FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

Jr rr. H Juantra No. e5 Cipu ra t 75472rndonesia l,1rtrJlTl ,lt-1tili::1i: l,t':::,:l.o.o**,on.u,* *-,ak,,rt,, ac i,r

Nomor : Un.0 l /F5/KM.01.3/Lamp : l ( sa tu )bunde lHal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.Nurul Hidayati, M.pdDosen Fakultas I lmu Dakr.vah dan Ihnu KomunikasiUIN Syarif Hidal,atul lal i Jakarta

/201| Jakarta, Maret 20 | |

Wb

sanrpaikan sebuah out l ine skr ipsi yan-t c l ia. iukan oleh nrahasisrvadan Ihru Korrrunikasi ulN sy,ar i f t { idayatul lah Jakarta sebaeai

A,s.s tr lo nru' alu i ku m IYr.

Bersama ini kanriFakultas I lnru Dakwahber iku t .

N a m aNoruor PokokJ urLr si l r : , /SenresterJudu i S l ; r ips i

: Arrni latus Sholihah:107051003695: Komunikasi dan Pen1,j212' ' t ' ISlam (KPI) / VIII:Pola KornLrnikasi Perarvat dan pasien Rau'at Irrap clalarrr

Pelayanan Medis di Rurrralr Sakit Annisa Cikaranq.

Kanl i r lo l t t l l i kesediaattnya Lrntuk mernbirnbing malrasisrva tersebut dalarnpenylrsr.rnan dan penyelesaian skr ipsinya pada rvaktu yan_c t ic lak ter lalu larna.

Atas perhat ian cJan kesediaannya karrr i sanrpaikan ter i r 'a kasih.

ll'ussa I am u' a I ai ku trt l,l'r. lltb.

an. Dekarr.n Bidang Akadern ik

Drs.fnw.

Wat97

Saputra, I l fAF199603 I 001

Ternbusa r r :I . Dekan2. KetLra . lurus;r ' Ko'ru' ikasi crarr peryiaran Islarn (Kpr)Fakul tas I l rnu Dakrvah dan I Iu tu KolnLrn ikasr

w w w w "

Page 122: Pola Komnunikasi

& w a wwww w

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7 432728 / 74703580

Jl' Ir. H. Juanda No. 95 Ciputatl'5472 indonesia website:ws,w.Idkuiniakarra.ac.id. E-mail:[email protected]

Nomor : Un.0l /FS/KM .013/7t \L nOttLamp :1 (Sa tu )bunde lHal : Penelit ian/lVawancara

Jakarta, b Juni 201 I

Kepada Yth.ManajemenRS UIN Syari f Hidayatut lahJakarta

A s s al ant u' al a i kurn Wr. IItb.

Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahlva mahasiswa Fakultas llmuDaku'ah dan lhnu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,

NamaNomor PokokJurusan /Semester

: Armilatus Sholihah: 10705 I 003695: Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPi) / VIII

bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yangbe{udul Pola Kontunikasi Peravvat dan Pasien Rmt,at Inap dalant Pelayanan Med,is diRuntah Sakit UIN $,arif HidayatullahJakarta.

Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/lbu/Sdr. kiranya berkenannteneritna traliasisrva kami tersebut dalarn pelaksanaan penelitian/wawancara dimaksud.

Atas perhatian dan perkenannya kami ucapkan terima kasih.

Il/as s alantu' al aikunt l4/r. Wb.

Dekan,

ubhan, MAPr l 0 r99303 I 004

Ternbusan :L Pembantu Dekan Bidang Akadernik2. Ketua Jumsan Korr . runikasi darr Peuyiaran Is lam (Kpl)FakLrltas IlrnLr Daku,ah dan Ilmr,r Konir-rrrikas

,y'k\eP'tetv;.3{K*%

Page 123: Pola Komnunikasi

RumahSakitSyarif Hidayatullah

ST]RAT KNTERANGAN*o, ?\ / RSSH / VItr | 2011

Yang bertandatangan di bawah ini, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :

NamaNIMFakultasProgram Studi

: Arrnilatus Sholihah: i07051003695: Dakwah dan Komunikasi: Komunikasi Penviaran Islam

Adalah benar Mahasiswi yang telah mengadakan penelitianHidayatullah 07 Juni 201 I sampai dengan 7 luli 2011

Surat keterangan ini dibuat sebagai surat keterangan telahtersebut di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

di Rumah Sakit Syarif

mengadakan Penelitian

Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat dan untuk dipergunakan sesuai denganperuntukkannya.

Agustus 201 I

l l + ! "3 I € I I

Yunita Andalia" S.Fos giManajer SDM dan Femasar"an

Tembusan1. Arsip

9

Page 124: Pola Komnunikasi

SURAT KESEDIAAN N{ENGIKUTI PENELITIAN

Saya Mahasisiwi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta denganini menyatakan sedang melakukan penelitian di Rumah sakit Universitas Islam Negeri UIN)Syarif Hidayatullah_jakarta tentang Pola komunikasi Perawat dan pasien Rawat Inap dalamPelayanan Medis di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HidayatullahJakarta, untuk memenuhi tugas akhir dari perkuliahan yaitu skripsi untuk memenuhipersyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I).

Dalam penelitian ini Penulis akan memfokuskan pada proses interaksi antara perawatdan Pasien rawat inap Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UlN) Syarif HidayatullahJakarta, dan penulis akan mengobservasi perarvat <lan pasien rawat inap clalarn beberapa kalipertemuan, apabila dalam waktu yang ditentukan tidak dapat menyelesaikan subjek dan objekpenelitian, maka penulis akan menambah penelitian. Dalam mengobservasi penulis akanmencatat dan akan menggunakan alat perekam data (Take Ganzbarj, diharapkan Bapak/lbudapat menerima alat-alat bantu yang digunakan.

Sehubungan dengan tema yang saya arnbil saya mohon kesediaan Bdpak/Ibu untuksaya observasi dengan cara wawancara. Data yang saya arnbil akan dapat dijagakerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : f t r h4"h Amrn i

Us ia : 2z

Jenis Kelamin : P(f€u,r?rntN

Pekerjaan :

No. Telp/HP :

Alamat ' VrN{ raru

Dengan ini menyatakan bersedia/tidak bersedia x) diwawancarai untuk melengkapi datapenelitian skripsi.

Jakarta, 22 Juni20ll

Yang bersangkutan

;l: 4*4.: \ )

E) Coret salah satu

Page 125: Pola Komnunikasi

SURAT KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIANSaya Mahasisiwi universitas*lT: Nrq.l orN) syarif Hidayatullah Jakarta denganini menyatakan sedang melakukan fenelitian a"i nu*arr sakit universitas Islam Negeri uIN)syarif Hidayafullah jakarta tentaniPola komu"it^li p*rwat dan pasien Rawat Inap dalamPelayanan Medis di Rumah saklt universitas rrtu-

-N"geri

@rg Syarif HidayatullahJakarta' untuk memenuhi tugas akhir ou.i p.rr.rriaiun yuitu skripsi untuk memenuhipersyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I).Dalam penelitian ini Penulis akS

lnemfokuskan pada proses interaksi antara perawatdan Pasien rawat inap Rumart sar<lt universitas rslam Negeri orN) Syanf HidayatullahJakarta' dan penulis ukun ttngobservasi peralvat oun fasi.n rai.vat inap dalarn beberapa kalipertemuan' apabila dalam r'vaktu yang ditentukan tidakiapat menyelesaika, subjek dan objekpenelitian' maka penulis akan menlmbah penelitian. -ddu-

mengobservasi penuris akanmencatat dan akan menggunakan alat perekam data (Take Gantbar), dihar-apkan Bapavlbudapat menerima alat-alat banfu yang digunakan.

Sehubungan dengan tema yang saya arnbii saya rnohon kesecliaan Bapak/Ibu unt'ksaya observasi dengan cara *urunoru. Data ying saya arnbir akan crapat dijagakerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya ,uyu u.?ptan terima kas'r.Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama: ( r , t g ia l f o

I Js i a : ) 1

Jenis Kelamin : lraKi _ \afi

Pekerjaan :

No. Telp/HP :

Alamat : D .u ( lWlolr-

i.:l"ii?#:,T,Trrtto"n bersedia/tidak bersedia *) diwaw ancaraiuntuk n.relengkapi data

Jakafta, 22 Juni20llYang bersangkutan

.,/( ,1. 1 \ , i : ! /1t / ' -L( . . . . - . 1 . . 1 . . . . . . , * . . . . . . . . . . . . . . )

*) Coret salah satu

Page 126: Pola Komnunikasi

SURAT KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

saya Mahasisiwi universitas Islam Negeri On*D Syarif Hidayatullah 1akartadenganini menyatakan sedang melakukan penelitian d-i Rumah sakit universitas Islam Negeri urN)syarif Hidayatullah-jakarta tentang Pola komunikasi Perawat dan pasien Rawat Inap dalamPelayanan Medis di Rumah sakit universitas Islam Negeri rur$ Syarif HidayatullahIakarta, untuk memenuhi tugas akhir dari perkuliahan yaitu skripsi untuk memenuhipersyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I).

Dalam penelitian ini Penuiis akan memfokuskan pada proses interaksi antara perawatdan Pasien rawat inap Rumah Sakit universitas Islam Negeri runD Syarif HidayatullahJakarta, dan penulis akan mengobservasi perawat dan pasien rar,vat inap clalam beberapa kalipertemuan, apabila dalam waktu yang ditentukan tidak dapat menyelesaikan subjek dan objekpenelitian, maka penulis akan menambah penelitian. oalam mengobservasi penulis akanmencatat dan akan menggunakan alat perekam data (Talce Gantbar), diharapkan Bapak/Ibudapat menerima alat-alat bantu yang digunakan.

//' e'L'slqv

Sehubungan dengan terna yang saya ambil saya mohon kesediaan Eapak/Ibu untuksaya observasi dengan cata wawancara. Data ying saya ambil akan dapat dijagakerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhati annya*yu u"-upr.an terima kasih.

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama' t ly . A snornrhUs ia : S l . fh

Jenis Kelamin : bYarw ?uat,tPekerjaan :

No. Telp/HP :

Alamat : Ctgaulung

Dengan ini menyatakan bersediaitidakbersedia *) diwawancarai untuk melengkapi datapenelitian skripsi.

Jakafta, 22 Juni20lIYang bersangkutan

t / iL, t- / .L

( . . . . . , . . . . . )

/ / ' l

*) Coret salah satu

Page 127: Pola Komnunikasi

SURAT KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIANsaya Mahasisiwi universitas Islam Nrg"l (Ur$ syarif Hidayatullah Jakartadenganini menyatakan sedang melakukanlenelitian d-i Rumah saki u'iur.rii;; I;;* Negeri UIN)syarif Hidayatullah-jakarta tentang'Pola komuniku.i p.ru*ut dan pasien Rawat Inap dalamPelayanan Medis di Rumah safit universitas Islam Negeri (uIN) Syarif HidayatullahJakarta' untuk memenuhi tugas akhi-r dari t..krli;l* yaitu skripsi untuk memenuhipersyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I).

Dalam penelitian ini Penulis uk:l T"rPkuskan pada proses interaksi antara perawatdan Pasien rawat inap Rumar, sttii universitas Islarn-Negeri (urN) Syarif HidayatullahJakarta' dan penulis akan rnengobservasi perawat aunlu.i.n rawat i'ap dalam beberapa kalipertemuan' apabila dalarn rvaktu yang dituit"kr;i;;ki;;at menyereruikun subjek dan objekpenelitia'' maka penulis akan menimbah penelitian. Duru' mengobservasi penulis akanmencatat dan akan menggunakan alat perekam data (Take Gambar),diliarapkan Bapak/Ibudapat menerima arat_arat bantu yang digunaka'.

( \:ruftIuur), otnaratr

sehubungan dengan tema yang saya arnbil saya mohon kesediaan Bapak/Ibu u'tuksaya observasi dengan cata *i*u.r"uru. Data ying saya amb' akan dapat dijagakerahasiaannya. Atas kesediaan dan perhatiannya ,uyu u"?ptan terima kasih.Yang bertanda tangan cli bawah ini :

Nama ' IJU K, bU , fl/r

Us ia : 01 Og BOJenis Kelamin :

flrr tnf gpaylPekerjaan :

No, Telp/Hp :

Alamat: BuKit furtrde u

i""i-,ff#:#,"011""utn bersedia/tidak bersedia *) diwawancarai untuk melengkapi data

Iakarta,22 Juni 20IlYang bersangkutan

x) Coret salah satu