pola kemitraan antara pemerintah daerah dan non- …digilib.unila.ac.id/59396/8/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
POLA KEMITRAAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAN NON-GOVERNMENT ORGANIZATION (NGO)
(Studi antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan StichingNederlandse Vrijwiligers (SNV) Nederland Development Organisation dalam
Implementasi program ODF untuk Mewujudkan SDG’s)
(SKRIPSI)
Oleh
TYAS AJENG MARTHA PALUPI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
POLA KEMITRAAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAN NON-GOVERNANCE ORGANIZATION (NGO)
(Studi Kemitraan Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan StichingNederlandse Vrijwilligers (SNV) Nederland Development Organisation dalam
Implementasi Program ODF untuk Mewujudkan SDG’s)
Oleh :
Tyas Ajeng Martha Palupi
Program ODF merupakan salah satu program yang berlandaskan pada KeputusanMenteri No 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yangterfokus pada kesehatan lingkungan. Kabupaten Pringsewu kemudian merespondengan mengeluarkan Peraturan Bupati Pringsewu No. 37/2016 tentangPercepatan Pencapaian Akses Universal Sanitasi Kabupaten Pringsewu.Kabupaten Pringsewu merupakan Kabupaten Pertama yang telah mendeklarasikandiri menjadi Kabupaten ODF di Provinsi Lampung dan di Pulau Sumatra.Suksesnya implementasi Program ODF di Kabupaten Pringsewu tidak terlepasdari kemitraan yang terjalin dengan salah satu NGO yang bergerak dibidanglingkungan khususnya Pertanian, Air dan Sanitasi dan Energi Terbarukan yaituNGO Stiching Nederlandse Vrijwilligers (SNV).
Untuk itu, Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola dan tingkat kemitraan antarPemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dengan SNV dalam ImplementasiProgram ODF untuk mewujudkan SDG’s dan melihat faktor pendukung dalampelaksanaan kemitraan tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptifdengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah 1. Pola Kemitraan antara Pemerintah DaerahKabupaten Pringsewu dan SNV termasuk kedalam pola kemitraan konjugasi,karena kemitraan kedua belah pihak berakhir setelah kedua belah pihak mencapaitujuan masing-masing. 2. Kemitraan yang terjalin antara Pemerintah DaerahKabupaten Pringsewu dengan SNV termasuk kedalam tingkat partnership, karenakemitraan ini memenuhi : a) Kesepakatan bersama, b) Terdapat sumberdaya baru,c) Adanya pembagian resiko dan penghargaan. 3. Faktor pendukung dalamkemitraan ini memenuhi prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan dan belummemenuhi prinsip keterbukaan.
Kata kunci : Kemitraan, Good Governance, Non Governance Organisation(NGO), Program Open Defection Free (ODF).
ABSTRACT
PATTERNS OF PARTNERSHIP BETWEEN GOVERNMENT AND NON-GOVERNANCE ORGANIZATION (NGO)
(District Government Partnership Studies Pringsewu and stitchingNederlandse Vrijwilligers (SNV) Netherlands Development Organization in
the Implementation Program for Achieving ODF SDG's)
by:
Tyas Ajeng Martha Palupi
ODF Program is one program that is based on Decree No. 3 of 2014 onCommunity-Led Total Sanitation focused on environmental health. DistrictPringsewu then responds by issuing a decree Pringsewu No. 37/2016 onAccelerating Achievement of Universal Access Sanitation District Pringsewu.District Pringsewu the First District who have declared themselves into ODFdistrict in Lampung province and on the island of Sumatra. Successfulimplementation of ODF in the District Program Pringsewu not be separated frompartnership that exists with one of the NGOs engaged in the environment,especially of Agriculture, Water and Sanitation and Renewable Energy namelyNederlandse Vrijwilligers STICHING NGO (SNV).
Therefore, this study aimed to look at the pattern and level of partnership betweenthe District Government Pringsewu by SNV in ODF Program Implementation torealize SDG's and saw a contributing factor in the implementation of thepartnership. This type of research is descriptive research with a qualitativeapproach.
The results of this study are: 1. Partnership between the District Government andSNV Pringsewu including conjugation into the partnership, as both sides endedthe partnership after the two sides achieve their respective goals. 2. Thepartnership that exists between the District Government Pringsewu with SNVincluded into the partnership level, because this partnership meets: a) A collectiveagreement, b) There is a new resource, c) The sharing of risks and rewards. 3. Thesupporting factors in this partnership meets the principle of equality and mutualbenefit and do not meet the principle of openness.
Keywords: Partnership, Good Governance, Non-Governance Organization(NGO), Open defection Free (ODF) Program.
POLA KEMITRAAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAN NON
GOVERNMENT ORGANIZATION (NGO)
(Studi antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan Stiching Nederlandse
Vrijwilligers (SNV) Nederland Development Organisation dalam Implementasi
Program ODF untuk Mewujudkan SDG’s)
Oleh
Tyas Ajeng Martha Palupi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Tyas Ajeng Martha Palupi,
lahir di Kabupaten Pringsewu, Lampung, pada tanggal
25 April 1997. Penulis merupakan anak ke 4 dari 5
bersaudara pasangan Bapak Nur Eddy Utama (Alm)
dan Ibu Asnida. Memulai jenjang pendidikan dari
Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiyah ABA 1 Pringsewu
pada tahun 2001-2003. Setelah itu penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar (SD) pertama di SD Muhammadyah Pringsewu
kemudian ketika kelas III pindah ke SDN 01 Podomoro, yang diselesaikan pada
tahun 2009, pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
SMPN 01 Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2012, kemudian penulis
menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 02 Gadingrejo
yang diselesaikan pada tahun 2015.
Tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu social dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung
melalui jalur mandiri. Selama menjadi mahasiswa penulis memulai organisasi
sebagai anggota Himpunan Ilmu Administrasi Negara (HIMAGARA) bidang
Hubungan Luar dan anggota Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung. Pada
tingkat selanjutnya peulis menjadi anggota Kajian Pengembangan Keilmuan
(KPK) Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara dan staff Bidang Usaha
Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung. Pada tahun 2017 di pertengahan bulan
januari, penulis melaksankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa
Sumberhadi, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur selama 40 hari.
MOTTO
“Kedua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak
diperhatikan), yaitu kesehatan dan waktu luang”
[HR. Al-Bukhari]
“Tim yang bagus bukanlah tim yang memiliki kemampuan yang sejenis, namun
tim yang saling melengkapi”
[Jaya Setiabudi]
“Kunci dari sebuah kesuksesan adalah rasa saling percaya, saling menegur dan
saling membantu”
[ Tyas Ajeng Martha Palupi]
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati mengucap syukur atas segala karunia dan kasihsaying Allah SWT.
Saya mempersempbahkan skripsi ini kepada :
Kedua orang tuaku tercinta,
Ayahanda Nur Eddy Utama (Alm) dan Ibunda Asnida
Sumber doa, kasih sayang yang tak terhingga dan semangat hidup saya
Serta untuk kakak dan adikku yang tersayang,
Yang senantiasa memberikan dukungan semangat sehingga karya ini dapatterselesaikan
Seluruh Keluarga Besarku Tanpa Terkecuali, Sahabat dan Teman-temanku
Para Pendidik serta Almamater Tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “ Pola Kemitraan antara Pemerintah Daerah dan Non-
Goverment Organization (NGO) (Studi antara Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu dan Stiching Nederlandse Vrijwilligers (SNV) Nederland Development
Organisation dalam Implementasi Program ODF untuk Mewujudkan SDG’s)”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik
(SAP) pada Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan Skripsi ini
karena keterbatasan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Melalui kesempatan
ini, Penulis hendak mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril, materil, saran dan bimbingan
yang bermanfaat bagi penulis. Dengan teriring salam dan doa serta ucapan
terimakasih yang tak terhingga Penulis sampaikan kepada :
1. Kedua Orangtuaku, Ayahanda Nur Eddy Utama (Alm) dan Ibunda Asnida
terimakasih telah melahirkanku ke dunia, aku merasa bangga terlahir dari
kedua orang tua yang hebat seperti kalian. Untuk ayahandaku tercinta,
skripsi ini aku persembahkan untuk mu yang telah tenang disana,
terimakasih telah menjadi inspirasiku dan maaf jika belum bisa
membuatmu bahagia, aku berharap ayah bangga kepadaku, semoga kelak
kita dipertemukan di surga-Nya. Terkhusus untuk Ibundaku tercinta,
terimakasih telah menjadi Ibu yang hebat, kuat, dan tangguh. Terimakasih
atas segala kasih dan sayang yang kau berikan, tetaplah menjadi sahabat,
orang tua dan pengganti ayah dihidupku. Aku sangat mencintaimu lebih
dari apapun. Maaf jika aku belum bisa membahagiakanmu, aku belum bisa
membanggakanmu, dan maaf jika aku selalu merepotkanmu hingga saat
ini. Tolong tetaplah di sampingku, tetaplah menjadi kuat dan hebat bu.
Terlalu naïf jika aku meminta dirimu selalu sehat, tapi tetaplah sehat
hingga aku bisa membahagiakanmu. Semoga Allah memberikanmu umur
yang panjang bu, semoga Allah dapat memberikan aku kesempatan untuk
membahagiakanmu.
2. Untuk ke-3 kakak perempuanku, Githa Widya Pramitha, Rifka Tiara
Ramadhona, dan Kinanti Larasati. Terimakasih telah menjadi kakak
terbaik, terhebat dan terkuat. Untuk kakak pertamaku Githa Widya
Pramitha terimakasih telah menjaga kami adik-adik mu, terimakasih telah
menjadi kuat dan tangguh. Tetaplah menjadi sahabat, kakak dan tempatku
berkeluh kesah. Darimu aku belajar bahwa kunci hidup adalah sabar dan
ikhlas. Untuk kakak keduaku, Rifka Tiara Ramadhona terimakasih atas
canda tawa yang selalu kau berikan dan terimakasih tidak pernah
menuntutku berlebihan. Tetaplah menjadi orang terlucu dikeluarga kita.
Darimu aku belajar bahwa hidup itu pilihan dengan segala resikonya.
Untuk kakak ketigaku, Kinanti Amalia Larasati terimakasih telah menjadi
kakak sekaligus sahabatku, walaupun kita sering bertengkar namun yang
harus kau tau aku sangat menyayangimu. Tetaplah menjadi kakak terunik
di keluarga kita, darimu aku belajar bahwa hidup itu harus hemat dan tidak
boros. Aku sangat menyayangi kalian, walaupun banyak hal yang sering
kita perdebatkan namun saudara kandung tetaplah saudara kandung. Aku
berharap kita selalu rukun dan damai, saling mengasihi dan menguatkan
satu sama lain.
3. Untuk adik laki-laki ku, Kresana Al-Diaz Panca Utama yang sangat cuek.
Terimakasih sudah menjadi pelita dikeluarga kita. Maaf jika aku terlihat
galak padamu, aku belum bisa memberikan yang kau mau. Mungkin aku
bukan kakak terbaik dihidupmu tapi percayalah aku selalu mengusahakan
yang terbaik untukmu, terkadanng di banyak hal aku lebih mencintai
dirimu dari pada diriku sendiri. Semoga kamu selalu diberikan kesehatan,
aku berharap kamu akan tumbuh menjadi pria dewasa yang
bertanggungjawab, mengerti ilmu agama dan tangguh agar kamu dapat
menjadi pengganti ayah untuk melindungi keluarga kita. Semoga cita-cita
mu tercapai, apapun cita-cita yang kamu inginkan tetaplah minta kepada
Allah, karena Dialah yang dapat mengabulkan permintaanmu. Dibalik
semua ketegasan yang kami berikan padamu, kami mencintaimu.
4. Ibu Intan Fitri Meutia, Ph.D selaku pembimbing utama yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta selalu memberi semangat dan
dukungan untuk tidak pernah putus asa. Terimakasih atas bimbingan,
arahan, saran serta masukan yang sangat membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu
berada dalam lindungan-Nya.
5. Ibu Devi Yulianti, S.A.N., M.A selaku pembimbing kedua dan dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan semangat
kepada penulis untuk tidak putus asa. Terimakasih atas bimbingan,
arahan, saran, serta masukan yang sangat membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu
berada dalam lindungan-Nya.
6. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik, saran dan masukan yang sangat membantu penulis
dalam memperbaiki skripsi ini. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan
dan selalu berada dalam lindungan-Nya.
7. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
8. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung.
9. Untuk Bapak Suparlan, Bapak Jarwo, Bapak Supriono, Bapak Sadiman,
Ibu Saripah, Ibu Marsinah, Ibu Tati dan seluruh masyarakat Pagelaran
khususnya Desa Pujiharjo dan Desa Karangsari, terimakasih telah
membantu dalam memberikan informasi terkait skripsi ini. Semoga Ibu
dan Bapak sekalian selalu dalam lindungan-Nya
10. Seluruh Dosen pengajar yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama
perkuliahan.
11. Keluarga besar tanpa terkecuali yang telah membantu dalam berbagai hal
dan selalu memberikan semangat untukku agar menjadi orang yang
sukses dunia akhirat kelak.
12. Sahabatku Diantika Arum Legawati, terimakasih telah menjadi sahabat
dari awal MABA sampai sekarang, my human diary, yang paham bener
kebiasaan aku, hal-hal yang bisa bikin aku ngeluh dan kesukaan-
kesukaan aku. Banyak hal yang tidak dapat diungkapkan, walaupun
sering berselisih paham dan kamu tau semua kurang-kurangku tapi kamu
tidak pernah berubah dan tolong jangan pernah berubah, yang tidak
pernah terlewat dari persahabatan kami yaitu saling mendengarkan, dari
hal receh, percintaan, dan keluarga. Selayaknya sahabat yang benar
bukan cuma bisa menjadi pendengar dan memuji tapi negur saat ada
kelakuan yang salah. Semoga kamu diberikan kesehatan dan selalu dalam
lindungan-Nya, kadang dibeberapa hal aku lebih mencintaimu dari pada
diriku sendiri. Tetaplah menjadi sahabatku, terlalu naïf jika aku
memintamu selalu sehat dan terlalu berlebihan jika ak memintamu selalu
ada, yang pasti pundakku ada saat kamu sakit dan aku akan ada untuk
menegur salah salahnya kamu.
13. Untuk teman baikku, Nisa Wiji Wati, Nila Arsita, Onisa Nainggolan,
Maulidya Agustina dan Intan Purnama Sari terimakasih telah menjadi
teman baikku selama diperkuliahan dan semoga seterusnya. Untuk mb
Nisa darimu aku belajar bahwa hidup harus ikhlas dan harus menjadi baik
untuk siapa pun. Untuk Nila yang cantik, yang dingin tapi perhatian
darimu aku belajar bahwa hidup harus mandiri dan juga kuat. Untuk
Onisa yang selalu telat dan ngantuk, darimu aku belajar bahwa hidup itu
ada kalanya harus santai tapi jangan santai terus ya on. Untuk Maul, terus
berjuang ya. Tidak ada hasil yang mengkhianati proses. Untuk Intan yang
peres, jangan mager lagi tetap semangat inget mamak sama abah di
rumah tan. Semoga kalian selalu bahagia, diberikan kesehatan dan selalu
dalam lindungan-Nya dan aku menyayangi kalian.
14. Untuk teman baikku, Sinta Arista Lamsi, Galuh Triwahyuningtyas, dan
Farida Rahmawati terimakasih telah menjadi teman baik selama masa
perkuliahan, dari kalian aku belajar bahwa persahabatan yang baik ialah
persahabatan yang menerima kekurangan satu sama lain. Semoga kalian
selalu bahagia dan selalu dalam lindungan-Nya
15. Untuk Koko Darmawan yang sangat menjengkelkan. Terimakasih sudah
menemani aku penelitian dan mengantarku mencari jamban dan turun ke
warga desa. Terimakasih untuk semangat yang selalu kamu berikan, yang
paham tentang apa yang aku mau dan aku gak suka, yang selalu
mengusahakan apa yang aku mau. Mengenalmu dari aku dibangku
Sekolah Dasar sampai sekarang menjadikan kamu salah satu manusia
yang banyak mengukir cerita di hidupku. Aku selalu berdoa yang terbaik
untukmu, tetaplah sehat dan tetaplah menjadi koko yang sabar tapi
ngeyel. Semoga kamu menjadi laki laki yang baik, yang
bertanggungjawab dan setia, jangan pernah lupa solat. Dibalik marah dan
keselnya aku ke kamu, aku menyayangimu.
16. Untuk sahabatku S.S.Indriyani dan S.S.Wati, terimakasih telah ada
hingga saat ini, walaupun sekarang jarang ketemu tapi kalian masih tetap
sahabat terbaik ku. Untuk Indri yang cantik maaf jika aku belum bisa
menjadi sahabat terbaikmu, walaupun banyak masalah yang kita lewati
aku akan tetap menjadi sahabatmu. Tetaplah manjadi kuat untuk mama
dan adik-adik, darimu aku belajar bahwa hidup bukan hanya tentang
berjuang tapi tentang mengasihi dan memaafkan orang lain. Kalau ada
hal yang ingin aku sampaikan padamu aku hanya ingin bilang bahwa
sesungguhnya kamu masih menjadi sala satu manusia terbaik yang ada
dihidupku. Untuk wati gendut yang sekarang udah gak gendut, yang akan
jadi mama muda terimakasih atas canda tawa yang selalu kamu berikan,
untuk semangat, dukungan dan untuk pelukan yang hangat, darimu aku
belajar bahwa hidup harus menjadi diri sendiri dan berani mengambil
keputusan beserta dengan resikonya. Semoga kalian selalu sehat dan
bahagia, tercapai segala cita-cita kalian. Dibalik jarang kumpulnya kita
aku mencintai kalian selalu.
17. Untuk sahabat baikku, Khathia Putriyana yang baik. Terimakasih selalu
memberikan semangat dan dukungan, yang selalu ceria walaupun punya
banyak masalah yang selalu baik walaupun kadang dijahatin, dan yang
jago masak. Semoga lancar kuliahnya, cepet wisuda dan jadi guru BK
yang galak. Tetap jadi sahabat baik ya put, walaupun jarang ketemu tapi
kamu harus tau aku sayang kamu.
18. Untuk keluarga besar HIMAGARA dan temen-temen Atlantik makasih
udah jadi temen-temen yang baik selama kuliah, semoga kalian selalu
diberikan kesehatan dan berada dalam lindungan-Nya.
19. Semua pihak yang telah berjasa dan membantu yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala kontribusinya terhadap
penulis
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun Penulis berharap semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.
Bandar lampung, 5 September 2019
Penulis
Tyas Ajeng Martha Palupi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemitraan ......................................................................................... 14
1. Konsep Kemitraan ......................................................................... 14
2. Tingkat/Jenjang Kemitraan ............................................................ 15
3. Prinsip Kemitraan ......................................................................... 17
4. Tujuan Kemitraan ........................................................................ 18
5. Pola kemitraan .............................................................................. 19
B. Tinjauan tentang Good Governance ................................................. 24
1. Governance .................................................................................. 24
2. Good Governance ........................................................................ 25
3. Pemerintahan sebagai Kemitraan, Kolaborasi dan Jaringan ......... 29
4. Sustainable Development Goals (SDG’s) ................................... 32
C. Non Government Organization (NGO) .............................................. 36
D. Tinjauan tentang Program Open Defection Free .............................. 39
E. Kerangka Pikir .................................................................................. 40
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Tipe Penelitian ..................................................... 43
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 44
C. Lokasi Penelitian ............................................................................. 48
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 48
E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 50
iii
F. Teknik Keabsahan Data .................................................................. 52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 55
1.Stiching Nederlandse Vrijwiligers (SNV) Nederland Development
Organisation ..................................................................................... 55
2. Kabupaten Pringsewu ................................................................... 57
3. Dinas Kesehatan ........................................................................... 61
4. Kecamatan Pagelaran ................................................................... 64
B. Hasil Penelitian
1. Pola Kemitraan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu
dan SNV dalam Implementasi Program ODF .................................. 74
a. Pola Kemitraan Menurut Sulistyani ........................................... 74
1) Kemitraan Semu.................................................................... 75
2) Kemitraan Mutualistik .......................................................... 78
3) Kemitraan Konjugasi ............................................................ 80
b. Jenjang/ Tingkat Kemitraan menurut Heidenim ........................ 84
1) Full Collaboration ................................................................ 84
2) Coallition .............................................................................. 85
3) Partnership ........................................................................... 87
4) Aliance .................................................................................. 89
5) Network ................................................................................. 90
2. Faktor pendukung kemitraan antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dan SNV ....................................................... 92
a. Kesetaraan ............................................................................. 92
b. Keterbukaan .......................................................................... 93
c. Saling Menguntungkan .......................................................... 97
C. Pembahasan
1. Good Governance ....................................................................... 98
2. Kemitraan .................................................................................. 102
3. Pola Kemitraan antara Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu dan SNV dalam Implementasi Program ODF .............. 104
a. Pola Kemitraan Menurut Sulistyani ....................................... 104
1) Pola Kemitraan Semu ....................................................... 104
2) Pola Kemitraan Mutualistik .............................................. 109
3) Pola Kemitraan Konjugasi ................................................ 111
b. Jenjang/Tingkat Kemitraan menurut Heidenim .................... 113
1) Full Collaboration ............................................................ 114
2) Coallition ......................................................................... 116
3) Partnership ....................................................................... 118
4) Alliance ............................................................................. 120
5) Network ............................................................................. 122
4. Faktor pendukung kemitraan antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dan SNV ..................................................... 124
a. Kesetaraan ........................................................................... 124
b. Keterbukaan ........................................................................ 126
c. Saling Menguntungkan ........................................................ 127
iv
5. Terwujudnya SDG’s point ke 6 di Kabupaten Pringsewu ......... 129
6. Pemerintah sebagai Kemitraan, Kolaborasi dan Jaringan .......... 131
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... 132
B. Saran ................................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Penyebab kematian anak balita ........................................................... 5
2. Grafik Kemajuan ODF Provinsi Lampung Tahun 2014 ...................... 6
3. Grafik Kemajuan ODF Provinsi Lampung Tahun 2017...................... 7
4. Tingkat atau jenjang Kemitraan ........................................................... 16
5. Bagan Kerangka Pikir ......................................................................... 42
6. Analisis Data dan Interaksi antar Komponen ..................................... 52
7. Struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu ................................ 63
8. Struktur Pemerintahan Desa Pujiharjo ................................................. 68
9. Struktur Pemerintahan Desa Karang Sari ........................................... 73
10. Piala penghargaan inovasi STBM berkelanjutan terbaik II
nasional ............................................................................................... 77
11. Deklarasi Kecamatan Pagelaran Stop BABS....................................... 80
12. Struktur Kepengurusan Paguyuban Jamban Sewu............................... 82
13. Pembuatan Jamban .............................................................................. 83
14. Pemicuan Warga Mayarakat ................................................................ 93
15. Jamban Ramah Anak............................................................................ 95
16. Jamban Disabilitas ............................................................................... 96
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Laporan kemajuan ODF Nasional tahun 2014 .................................. 4
2. Laporan Kemajuan ODF Kabupaten Pringsewu 2017....................... 8
3. Produksi dan Luas Lahan Perikanan Ikan Air Tawar Kabupaten
Pringsewu Perkecamatan Tahun 2012 ............................................. 8
4. Daftar Informan ............................................................................. 49
5. Tabel Dokumentasi ......................................................................... 50
6. Pembagian Wilayah Administasi Kabupaten Pringsewu................. 58
7. Data Penduduk Desa Pujiharjo Berdasarkan Usia ......................... 66
8. Data Penduduk Desa Pujiharjo Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 66
9. Data Penduduk Desa Pujiharjo Berdasarkan Mata Pencaharian...... 67
10. Perangkat Desa Karang Sari............................................................. 69
11. Riwayat Pendidikan Masyarakat Desa Karang Sari........................ 71
12. Lembaga Pendidikan Desa Karang Sari.......................................... 71
13. Daftar Pekerjaan Penduduk Desa Karang Sari................................. 72
14. Peran Aktor ...................................................................................... 74
15. Matriks Pembahasan Pola Kemitraan Semu .................................. 108
16. Matriks Pembahasan Pola Kemitraan Mutualistik ........................ 111
17. Pembahasan Pola Kemitraan Konjugasi ........................................ 113
vii
18. Matriks Pembahasan Full Collaboration ....................................... 116
19. Matriks Pembahasan Coalition .................................................... 118
20. Matriks Pembahasan Partnership ................................................ 120
21. Matriks Pembahasan Alliance ....................................................... 122
22. Matriks Pembahasan Network....................................................... 123
23. Matriks Pembahasan Kesetaraan .................................................. 125
24. Matriks Pembahasan Keterbukaan................................................ 127
25. Matriks Pembahasan Saling Menguntungkan............................... 128
viii
DAFTAR ISTILAH
Istilah Definisi1. SNV : Stiching Nederlandse Vrijwilligers (SNV)
Nederland Development Organisation) adalahsebuah Organisasi Nirlaba yang berpusat diNegara Belanda, bergerak pada bidanglingkungan khususnya Pertanian, Air danSantasi, serta Energi yang terbarukan
2. ODF : (Open Defection Free) adalah Terbebas dariBuang Air Besar Sembarangan (BABS)
3. SDG’s : (Sustainable Development Goals) : TujuanPembangunan Berkelanjutan
4. NGO : (Non Government Organization) adalahOrganisasi non pemerintah, yang tidakberorientasi pada keuntungan
5. STBM : (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalahpendekatan untuk merubah perilaku higine dansanitasi melalui pemberdayaan masyarakatdengan metode pemicuan.
6. Civil Society : Masyarakat madani yang terbentuk darisebuah tatanan masyarakat sipil yang memilikiciri masyarakat yang mandiri dan demokratis.
7. Disabilitas : Serapan dari kata disability yang memilikiarti ketidakmampuan/adanya kekurangan baikfisik maupun mental.
8. Paguyuban : Perkumpulan yang bersifat kekeluargaan,didirikan orang-orang yang sepaham (sedarah)untuk membina persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya.
9. Sanitasi : Sebuah usaha untuk membina danmenciptakan suatu keadaan yang baik di
ix
bidang kesehatan, terutama kesehatanmasyarakat dan lingkungan.
10. Jamban : Sebuah tempat untuk buang air (baik air kecilmaupun besar) atau kata lainnya yaitu kakus,tandas dan peturasan.
11. JAPLUNG : Jamban Cemplung merupakan sebuah tempatuntuk buang air kecil dan buang air besar yangtidak memiliki septic tank (tangki kotoran).
12. MoU : Memorandum of Understanding merupakandokumen legal dimana isinya menjelaskanmengenai perjanjian pendahuluan antara duabelah pihak dan merupakan dasar dalammenyusun kontrak di masa mendatang.
13. OPD : Organisasi Perangkat Daerah merupakanorganisasi/lembaga pada Pemerintah Daerahyang bertanggung jawab kepada KepalaDaerah dalam rangka penyelenggaraanpemerintahan di daerah.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting bagi semua orang. Kesehatan juga
merupakan hak asasi manusia serta investasi bagi keberhasilan suatu
pembangunan bangsa, untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk membangun dan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan layanan
kesehatan, agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan
kesehatan merupakan salah satu jenis layanan publik yang menjadi ujung tombak
dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2010:17-18),
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni yang bertujuan untuk mencegah
penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk
(masyarakat), melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat .
Salah satu penyebab rendahnya kesehatan masyarakat adalah kurangnya
pembangunan kesehatan bidang sanitasi yang ada di Indonesia. Sanitasi
merupakan salah satu aspek kesehatan yang masih sangat memprihatinkan.
Keadaan buruk tentang sanitasi tersebut akhirnya menjadi perhatian dunia yang
2
mengantarkan aspek sanitasi menjadi salah satu agenda dalam Sustainable
Development Goals (SDG’s), pada tujuan ke 6 yaitu “Menjamin Ketersediaan dan
Manajemen Air dan Sanitasi Yang Berkelanjutan Untuk Semua”, tujuan ini
berbicara tentang memastikan semua orang memiliki akses terhadap air bersih dan
sanitasi.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang
Brodjonegoro dalam Faiq, H (2017). Indonesia Peringkat 2 Sanitasi Terburuk di
Dunia.(http://dinkes.sumutprov.go.id/v2/berita-206-buang-air--besar
sembarangan-babs.html. Diakses pada 16 juli 2018, pukul 18.45 WIB),
mengatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-2 di dunia sebagai Negara
dengan sanitasi terburuk. Sebab, sebagian besar masyarakat melakukan BAB
sembarangan di berbagai tempat. Kebiasaan perilaku BAB sembarangan tersebut
memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan masyarakat Indonesia.
Menurut data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF 2014 dalam Setyanti
(2015). 51 Juta Orang Indonesia Buang Air Besar Sembarangan.
(https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151125110417-255-93907/51-juta-
orang-indonesia-buang-air-besar-sembarangan. Diakses pada 16 juli 2018 pukul
20.00 WIB), setiap tahun penduduk Indonesia sebanyak 51 juta masih berperilaku
BAB sembarangan. World Health Organization (WHO) juga mencatat 88 persen
angka kematian akibat diare disebabkan kesulitan mengakses air bersih dan
keterbatasan sistem sanitasi. Selain penyakit, perilaku BAB sembarangan juga
memperbesar risiko yang menghambat pertumbuhan fisik anak-anak.
Untuk mengatasi masalah sanitasi pemerintah terus melakukan upaya-upaya, salah
satunya yaitu pada tahun 2008 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan
3
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang kemudian diperkuat dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) nomor 3 tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut
maka masyarakat diharapkan dapat berhenti melakukan Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) yang kemudian akan mewujudkan suatu daerah atau
lingkungan yang Open Defection Free (ODF) atau lingkungan yang terbebas dari
buang air besar sembarangan.
Open Defection Free (ODF) merupakan pilar pertama dalam Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM), STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku
higine dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Terdapat lima pilar STBM, yaitu : 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan ( Stop
BABS), 2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), 3. Pengelolaan Makanan dan
Minuman Rumah Tangga (PAMM RT), 4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
(PSRT), dan 5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT). Dalam
Peraturan Bupati No. 37 Tahun 2016 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
menyatakan bahwa satu komunitas dinyatakan ODF apabila :
1) Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang
tinja/ kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah),
2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar,
3) Ada penerapan sanksi atau peraturan atau upaya lain oleh masyarakat
untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat,
4
4) Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat,
5) Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total Sanitasi.
Tahun 2015 akses sanitasi Nasional Indonesia tercatat sebesar 47% serta terdapat
penurunan jumlah penduduk pedesaan yang melakukan praktik BABS tiga kali
lipat dari rata-rata 0,6% pertahun (2000-2008) menjadi 1,6% pertahun sepanjang
2008-2015 (Menuju 100% pada tahun 2016:1). Berikut data nasional tentang
verified ODF pada tahun 2014.
Tabel 1. Laporan Kemajuan ODF Nasional Tahun 2014
No
Nama Provinsi
Pemicuan
(Data aktual ter-entry / Data di
BPS)
Verified
ODF
Jumlah
Kab/Kota
Jumlah
Kec
Jumlah
Desa/Kel
Jumlah
Desa/Kel
1 DI Yogyakarta 5/5 46/78 117/438 117
2 Kepulauan Bangka Belitung 7/7 33/47 114/391 56
3 Sulawesi Selatan 22/24 155/306 423/3.047 210
4 Bali 9/9 38/57 137/716 45
5 Kalimantan Tengah 11/14 55/136 177/1.565 85
6 Jawa Tengah 30/35 289/573 804/8.578 442
7 Nusa Tenggara Timur 19/22 105/306 417/3.296 152
8 Jawa Timur 36/38 301/666 868/8.498 372
9 Nusa Tenggara Barat 9/10 42/116 124/1.137 45
10 Lampung 11/15 100/228 272/2.643 65
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018
Berdasarkan tabel 1 di atas Provinsi Lampung menduduki peringkat ke 10 secara
nasional pada tahun 2014 dengan jumlah kabupaten/kota yang telah dipicu di
Provinsi Lampung sebanyak 11 kabupaten atau kota dari 15 kabupaten atau kota
yang ada, sehingga Provinsi Lampung berupaya untuk terus meningkatkan jumlah
kabupaten dan kota yang dipicu dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2015-2019 pada aspek layanan umum,
5
dan menjadi urusan wajib pada poin sarana dan akses terhadap sanitasi dasar bagi
Provinsi Lampung.
Salah satu dampak terbesar dari Buang Air Besar Sembarangan adalah banyaknya
penyakit yang menyebar, antara lain diare dan pneumonia. Beberapa penyakit
tersebut dapat menyebabkan kematian pada bayi, di Provinsi Lampung Angka
Kematian Anak Balita disebablan antara lain oleh diare, infeksi dan pneumonia
(Profil kesehatan Provinsi Lampung, 2014), seperti pada gambar dibawah ini :
Sumber : Diolah Peneliti, 2019
Provinsi Lampung terus meningkatkan target perkembangan Program Sanitasi
yaitu pada tahun 2015 mencapai 50,11%, tahun 2016 mencapai 62,24% dan tahun
2017 direncanakan sebesar 79,07% . Di 2018 ditargetkan menjadi 96,49% dan
2019 mencapai 100%. Dari 15 kabupaten atau kota yang ada di Provinsi
Lampung, tidak semua kabupaten atau kota melakukan pemicuan salah satunya
yaitu Kabupaten Pringsewu, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 1. Penyebab Kematian Anak Balita
(>1 tahun-< 5 tahun) di Provinsi Lampung
Tahun 2014.
diare
infeksi
pneumonia
lain lain
6
Gambar 2. Grafik ODF Provinsi Lampung Tahun 2014.
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018
Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat bahwa dari 15 kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Lampung, pada tahun 2014 Kabupaten Pringsewu masih belum
optimal dalam melakukan pemicuan ODF serta desa yang sudah ODF Verified
hanya 15 desa dari 131 desa atau kelurahan. Untuk meningkakan implementasi
program ODF tersebut maka Pemerintah Kabuaten Pringsewu mengeluarkan
Peraturan Bupati Pringsewu No.37/2016 tentang Percepatan Pencapaian Akses
Universal Sanitasi Kabupaten Pringsewu. Hal ini sesuai dengan salah satu misi
Bupati Kabupaten Pringsewu yaitu peningkatan kualitas SDM yang sehat. Strategi
yang digunakan dalam upaya percepatan tersebut yaitu dengan merubah pola pikir
masyarakat dari program menjadi gerakan sehingga dikeluarkannya kebijakan
tentang Gerakan Bersama Rakyat Kabupaten Pringsewu ODF atau Gebrak ODF
dalam Sigit, P. (2018). Pringsewu Deklarasikan ODF dan Germas.
(https://www.kupastuntas.co/2018/05/pringsewu-deklarasikan-odf-dan-germas-
satu-satunya-di-lampung-bahkan-sumatera/. Diakses pada 17 Juli 2018 pukul
21.00 WIB).
7
Dengan adanya program Gebrak ODF tersebut mengantarkan Kabupaten
Pringsewu yang merupakan salah satu kabupaten baru yang berusia 11 tahun
didirikan pada tahun 2008 dari pemekaran Kabupaten Tanggamus yang terdiri 9
Kecamatan menjadi kabupaten yang telah melakukan pemicuan tertinggi di
Provinsi Lampung, seperti pada gambar berikut :
Gambar 3. Grafik ODF di Provinsi Lampung Tahun 2017.
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa kabupaten yang telah melakukan
pemicuan diseluruh kecamatan yang ada adalah Kabupaten Pringsewu dengan
capaian ODF Verified tertinggi di Provinsi Lampung disusul oleh Kabupaten Way
Kanan dan Lampung Selatan, pada tahun 2017. Kabupaten Pringsewu telah
membuktikan dengan kerja nyata dapat melakukan pemicuan di seluruh
kecamatan dengan waktu yang cukup singkat. Kabupaten Pringsewu juga
merupakan kabupaten pertama di Pulau Sumatera yang mendeklarasikan diri
menjadi kabupaten ODF atau kabupaten yang terbebas dari buang air besar
sembarangan. Kabupaten Pringsewu terdiri dari 9 kecamatan dengan 131
8
desa/kelurahan dan dari semua desa/kelurahan yang ada jumlah desa/kelurahan
yang terverified ODF sebanyak 121 desa/kelurahan, seperti pada tabel berikut :
Tabel 2. Laporan Kemajuan ODF Kabupaten Pringsewu 2017
No
Nama Kecamatan
Pemicuan ( Data actual ter-
entry/ Data di BPS
Verified ODF
Jumlah Desa/Kel Jmlh Desa/Kel
1 PAGELARAN 14/22 14
2 PAGELARAN UTARA 10/10 10
3 PARDASUKA 13/13 13
4 AMBARAWA 7/8 7
5 PRINGSEWU 15/15 15
6 BANYUMAS 11/11 11
7 SUKOHARJO 15/16 16
8 G ADINGREJO 21/23 22
9 ADI LUWIH 13/13 13
TOTAL 119/131 121
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Pagelaran berada pada urutan
pertama dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pringsewu dengan jumlah
desa/kelurahan yang terverified ODF sebanyak 14 desa/kelurahan dari 22
desa/kelurahan, sehingga Kecamatan Pagelaran menjadi pusat program ODF
dikarenakan Kecamatan Pagelaran merupakan kecamatan yang memiliki
desa/kelurahan yang verified ODF paling sedikit dari kecamatan lain di
Kabupaten Pringsewu dalam Oktaviana (2013:3), mayoritas masyarakat
Kecamatan Pagelaran memiliki lahan kolam ikan terluas di Kabupaten Pringsewu
yang menjadikan hal tersebut sebagai tantangan dalam program ODF, seperti pada
tabel berikut :
9
Table 3. Produksi dan luas lahan perikanan ikan air tawar Kabupaten
Pringsewu per kecamatan, tahun 2012 No Kecamatan Luas Lahan
(ha)
Produksi (Ton) Produktivitas
1. Pagelaran 324.00 3,147.20 68.20
2. Pringsewu 46.00 351.80 7.63
3. Sukoharjo 12.0 97.15 2.11
4. Parda Suka 15.50 97.10 2.11
5. Gading Rejo 41.50 218.55 4.73
6. Adiluwih 6.35 21.56 0.48
7. Ambarawa 29.00 268.60 5.83
8. Banyumas 29.00 413.25 8.91
Jumlah 503.60 4,615.21 100.00
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Pagelaran merupakan
kecamatan yang memiliki luas lahan dan produksi ikan air tawar paling besar di
Kabupaten Pringsewu dengan luas lahan sebesar 324.000 ha disusul dengan
Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan Sukoharjo, mata pencaharian mayoritas
masyarakat Kecamatan Pagelaran juga berasal dari hasil kolam ikan tersebut.
Berdasarkan hasil prariset, peneliti menemukan fakta bahwa 90% masyarakat
Kecamatan Pagelaran membuang air besar di kolam ikan mereka atau lebih
dikenal dengan istilah JAPLUNG (Jamban Cemplung). Hal tersebut tidak terlepas
dari budaya turun temurun yang dipraktikkan oleh masyarakat Kecamatan
Pagelaran. Tujuan masyarakat Kecamatan Pagelaran melakukan JAPLUNG
adalah untuk menekan biaya pakan ikan, mereka berasumsi bahwa apabila ikan
diberi makan kotoran manusia maka ikan akan menjadi cepat besar dan pemilik
kolam akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memberi makan ikan
menggunakan pelet.
Dengan adanya tantangan tersebut maka untuk mewujudkan lingkungan yang
ODF Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu khususnya dalam hal ini Dinas
Kesehaan Kabupaten Pringsewu membutuhkan suatu kerja sama dari aktor-aktor
10
dalam Good Governance. Seperti yang disampaikan Bob Sugeng Hadiwinata
dalam Kamil (2016:2) kemitraan tidak hanya diterjemahkan sebagai sebuah
kerjasama, akan tetapi kemitraan memiliki pola, memiliki nilai strategis dalam
mewujudkan keberhasilan suatu lembaga. Menurut Notoatmodjo (2010:240)
kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam
mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan
masing-masing.
Kemitraan yang terjadi tersebut diharapkan mampu mewujudkan good
governance. Kabupaten Pringsewu dalam rangka mewujudkan kabupaten ODF
kemudian melakukan kerjasama dengan salah satu Non-Governmental
Organization (NGO). Berdasarkan hasil prariset peneliti pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Pringsewu Divisi Kesehatan Lingkungan, alasan utama Pemerintah
Daerah Kabupaten Pringsewu dalam hal ini Dinas Kesehatan melakukan
kerjasama dengan NGO karena Pemerintah Daerah Pringsewu membutuhkan
bantuan berupa dana untuk mewujudkan program ODF dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Pringsewu tidak memiliki cukup Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
mengimplementasikan program tersebut dengan baik.
Kabupaten Pringsewu melakukan kerjasama dengan salah satu NGO yang
bergerak pada bidang air dan sanitasi yaitu Stiching Nederlandse Vrijwiligers
(SNV) Nederland Development Organisation sejak tahun 2015. Dengan
melakukan kerjasama dengan SNV tersebut Kabupaten Pringsewu berhasil
mendeklarasikan diri menjadi Kabupaten ODF pertama di Pulau Sumatera pada
11
tahun 2017. Berdasarkan hasil prariset, kontrak kerjasama antar SNV dan Pemda
Pringsewu seharusnya berakhir pada tahun 2019 namun dikarenakan pada tahun
2017 Kabupaten Pringsewu telah mencapai 100% ODF maka SNV akhirnya
melepaskan atau memandirikan Kabupaten Pringsewu tetapi SNV masih
melakukan pengawasan di Kabupaten Pringsewu.
SNV Didirikan di Belanda pada tahun 1965 yang bergerak di bidang Pertanian,
Energi dan Air, Sanitasi & Kebersihan. Inti dari pekerjaan SNV dalam bidang
sanitasi dan kebersihan adalah pemahaman bahwa air dan sanitasi merupakan hak
asasi manusia, dan bahwa pemerintah adalah pengemban tugas yang bertanggung
jawab atas realisasi progresif dari hak ini. SNV bekerja dengan pemerintah
nasional dan lokal untuk mengembangkan kapasitas dan sistem di dalam negara
untuk memenuhi tantangan air, sanitasi dan kebersihan untuk mewujudkan
komitmen SDG’s tujuan ke 6 (Water, Sanitation, 2018).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis meneliti tentang Pola Kemitraan
antara Pemerintah Daerah dan Non-Government Organization (NGO) (Studi
Kemitraan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan Stiching
Nederlandse Vrijwiligers (SNV) Nederland Development Organisation dalam
Implementasi program ODF untuk SDG’S)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang rumusan masalah penelitian ini
adalah :
12
1. Bagaimana pola dan jenjang kemitraan antara pemerintah daerah
Kabupaten Pringsewu dan SNV dalam implementasi program ODF ?
2. Apa saja faktor pendukung kemitraan yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV dalam implementasi program
ODF ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis pola kemitraan dan jenjang kemitraan antara pemerintah
daerah dan SNV dalam implementasi program ODF di Kabupaten
Pringsewu
2. Menganalisis faktor pendukung dalam proses kerjasama antara Pemerintah
Daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV dalam Implementasi program
ODF.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara akademis hasil penelitian ini dijadikan suatu bahan studi
perbandingan selanjutnya dan dapat menjadi sumbangan kajian tentang
kemitraan pemerintah dan swasta.
2. Secara praktis hasil penelitian ini menjadi masukan dan informasi bagi
Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, dan pemerintah daerah kabupaten
13
lain di Provinsi Lampung dalam usaha mensukseskan implementasi
program ODF. Serta bagi masyarakat tentang pentingnya hidup sehat dan
bebas dari buang air besar sembarangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Kemitraan
1. Konsep Kemitraan
Kemitraan dilakukan untuk mensukseskan implementasi suatu program yang telah
diagendakan oleh pemerintah, kemitraan memiliki arti lain kerjasama yang dijalin
oleh lebih dari satu aktor di dalamnya. Bermitra berarti saling membantu antar
aktor yang berperan, dan juga saling melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh salah satu aktor tersebut. Aktor-aktor yang bermitra memiliki
tujuan atau pendapat yang sama tentang suatu fenomena.
Kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah untuk bekerjasama dalam
mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan
masing-masing (Notoatmodjo,2010:240). Sedangkan Mc Gregor & Palmer dalam
Kamil (2006:3) mengatakan bahwa untuk mencari definisi yang tepat tentang
kemitraan adalah hal yang sangat sulit, karena kemitraan memiliki beragam
makna bagi banyak orang bagi banyak organisasi/lembaga.
Menurut Bresnen & Marshal dalam Kamil (2006:4) Konsep kemitraan memiliki
cakupan yang sangat luas meliputi perilaku, sikap, nilai-nilai dan teknik.
15
Kemitraan secara mendasar dapat didefinisikan menurut dua cara yaitu : Pertama,
melalui atribut yang sangat melekat pada kemitraan seperti kepercayaan, saling
berbagai visi dan komitmen jangka panjang. Kedua, melalui proses dimana
kemitraan dilihat sebagai suatu kata kerja, seperti membangun pernyataan misi,
kesepakatan terhadap sasaran dan tujuan bersama serta pengorganisasian
lokakarya.
Kuncoro dalam Herliani (2016:14) memaparkan bahwa organisasi yang
berkolaborasi dituntut untuk saling memberikan kontribusi, saling berbagi dan
saling mendukung. Sedangkan, Lendrum memaparkan bahwa lingkungan, proses
dan sumber daya manusia merupakan tiga elemen penting yang dapat menentukan
keberhasilan dan efektivitas kerjasama kemitraan. Dilanjutkan oleh Linton
mengemukakan bahwa sebuah hubungan kemitraaan harus didasari atas
kepercayaan dan kerjasama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang kemitraan, penulis menyimpulkan
bahwa kemitraan adalah kegiatan yang melibatkan berbagai aktor baik pemerintah
maupun bukan pemerintah, yang memiliki suatu tujuan bersama serta berpegang
teguh pada prinsip saling percaya dan berkomitmen sesuai dengan peran dan
prinsip masing-masing aktor untuk mewujudkan keberhasilan suatu program.
2. Tingkat/ Jenjang Kemitraan
Menurut Heideneim dalam Kuswidanti (2008:17), ada lima tingkat atau jenjang
dalam suatu kemitraan yaitu: full collaboration, coalition, partnership, alliance,
dan network. Kelimanya digambarkan sebagai berikut:
16
Gambar 4. Tingkat Atau Jenjang Kemitraan.
Sumber : Kuswidanti, 2008 (SKRIPSI)
Dari gambar di atas setiap tingkatan memiliki kriteria atau ciri tersendiri yaitu :
1) Full Collaboration
Full Collaboration merupakan tingkat atau jenjang tertinggi dimana terdapat a)
Kesepakatan tertulis, b) Adanya pembagian visi, dan c) Adanya pembagian
tugas yang tertulis (formal).
2) Koalisi (Coalition)
Ciri jenjang Koalisi yaitu terdapat a) Kesepakatan formal, b) Semua anggota turut
terlibat di dalamnya, c) Adanya sumber daya baru, dan d) ada anggaran bersama.
3) Partnership
Pada tingkat Partnership terdapat ciri seperti a) Kontrak formal, b) Ada sumber
daya baru, dan c) adanya pembagian risiko dan penghargaan.
4) Alliance
Ciri dari Alliance yaitu a) Bentuk semi formal, b) Ada beberapa sumber daya
baru, dan c) Adanya koordinasi tugas,
COALITON
PARTNERSHIP
ALLIANCE
NETWORK
FULL
COLLABORATIO
N
17
5) Network
Pada tingkat terakhir yaitu Network yang memiliki ciri a) Hubungan yang tidak
terikat dan b) Tidak ada manfaat/ keuntungan yang didapat secara signifikan.
3. Prinsip Kemitraan
Menurut Notoatmodjo (2010: 244-245) terdapat tiga prinsip utama dalam sebuah
kemitraan, yaitu :
a) Kesetaraan (equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus
merasa “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi” dengan yang lain.
Bagaimana besarnya suatu institusi atau organisasi, dan bagaimana kecilnya suatu
institusi atau organisasi, apabila sudah bersedia untuk menjalin kemitraan harus
merasa setara atau sama tingkatnya. Oleh sebab itu, di dalam forum kemitraan
asas demokrasi harus dijunjung, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak
kepada yang lain karena merasa lebih tinggi, dan tidak ada dominasi terhadap
yang lain. Dalam menggambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan bersama,
masing-masing anggota atau mitra mempunyai hak dan suara yang sama.
b) Keterbukaan (transparency)
Keterbukaan dalam arti : apa yang menjadi kekuatan dan kelebihan dan apa yang
menjadi kekurangan dan kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh
anggota yang lain. Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
anggota yang satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Maksudnya bukan
untuk menyombongkan yang satu terhadap yang lain atau merendahkan satu sama
18
lain, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain, sehingga tidak
ada rasa saling mencurigai.
Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling
membantu diantara anggota yang bermitra. Hal ini bukan berarti untuk
menentukan besarnya kontribusi masing-masing mitra, tetapi untuk lebih
memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing mitra. Sehingga seandainya
ada mitra yang akan berkontribusi lebih besar atau lebih kecil dalam rangka
mencapai tujuan bersama, akan saling memahaminya.
c) Saling menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan bukan selalu diartikan sebagai materi namun lebih kepada
nonmateri. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari unsur kebersamaan atau
kesinergian para stakeholder dalam mencapai tujuan bersama.
Menurut Hermawan (2015:107), kemitraan pada dasarnya dapat dilakukan jika
pihak-pihak yang bermitra memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Ada dua pihak atau lebih organisasi;
b) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi;
c) Ada kesepahaman dan kesepakatan;
d) Saling percaya dan membutuhkan; dan
e) Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
4. Tujuan Kemitraan
Menurut Sulistiyani (2004:130) tujuan terjadinya suatu kemitraan adalah untuk
mencapai hasil yang lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak
19
yang bermitra. Dengan demikian kemitraan hendaknya memberikan keuntungan
kepada pihak-pihak yang bermitra, dan bukan sebaliknya ada suatu pihak yang
dirugikan atau merugikan. Untuk terjadinya sebuah kemitraan yang kuat dan
saling menguntungkan serta memperbesar manfaat memerlukan komitmen yang
seimbang antara satu dengan lainnya.
Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah “win-win solution
partnership”. Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para
partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan
yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar menawar
yang setara berdasarkan peran masing-masing. Kemitraan dapat dilakukan oleh
pihak-pihak baik perseorangan maupun badan hukum, atau kelompok-kelompok.
Pihak-pihak yang bermitra dapat memiliki status yang setara satu sama lain,
memiliki kesamaan visi atau misi berbeda tetapi saling melengkapi secara
fungsional.
5. Pola Kemitraan
Adapun pola kemitraan menurut Sulistiyani (2004:130) diilhami dari fenomena
biologis kehidupan organisme dan mencoba mengangkat ke dalam pemahaman
yang kemudian dibedakan menjadi berikut :
1) Pseudo partnership atau kemitraan semu
Kemitraan semu adalah merupakan sebuah persekutuan yang terjadi antara dua
pihak atau lebih, namun tidak sesungguhnya melakukan kerjasama secara
seimbang satu dengan lainnya. Bahkan pada suatu pihak belum tentu memahami
secara benar akan makna sebuah persekutuan yang dilakukan, dan untuk tujuan
yang dilakukan serta yang disepakati. Ada suatu yang unik dalam kemitraan
20
semacam ini, bahwa kedua belah pihak atau lebih sama-sama merasa penting
untuk melakukan kerjasama, akan tetapi pihak-pihak yang bermitra belum tentu
memahami substansi yang diperjuangkan dan manfaatnya.
2) Kemitraan mutualistik
Kemitraan mutualistik merupakan persekutuan dua pihak atau lebih yang sama-
sama menyadari aspek pentingnya melakukan kemitraan, yaitu untuk saling
memberikan manfaat dan mendapatkan manfaat lebih, sehingga akan dapat
mencapai tujuan secara lebih optimal. Berangkat dari pemahaman tentang
pentingnya melakukan kemitraan, dua agen/organisasi atau lebih yang memiliki
status sama atau berbeda, melakukan kerjasama. Manfaat saling silang antara
pihak-pihak yang bekerjasama dapat diperoleh, sehingga memudahkan masing-
masing dalam mewujudkan visi dan misinya, dan sekaligus saling menunjang satu
sama lain.
3) Kemitraan Konjugasi
Kemitraan Konjugasi adalah kemitraan yang dianalogikan dari kehidupan
“paramecium”. Dua paramecium melakukan konjugasi untuk mendapatkan energi
dan kemudian terpisah satu sama lain, dan selanjutnya dapat melakukan
pembelahan diri. Bertolak dari analogi tersebut maka organisasi, agen-agen,
kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan di dalam
melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat melakukan kemitraan
dengan model ini. Dua pihak atau lebih dapat melakukan konjugasi dalam rangka
meningkatkan kemampuan masing-masing.
Sedangkan kemitraan yang lain dikembangkan berdasar atas azas kehidupan
organisasi pada umumnya menurut Sulistyani (2017:131) adalah
21
1) Subordinate union of partnership
Yaitu kemitraan atas dasar penggabungan dua pihak atau lebih yang berhubungan
secara subordinatif. Kemitraan semacam ini terjadi antara dua pihak atau lebih
yang memiliki status, kemampuan atau kekuatan yang tidak seimbang satu sama
lain. Dengan demikian hubungan yang tercipta tidak berada dalam suatu garis
lurus yang seimbang satu dengan lainnya, melainkan berada pada hubungan atas
bawah, kuat-lemah. Oleh karena kondisi demikian ini mengakibatkan tidak ada
sharing dan peran atau fungsi yang seimbang.
2) Linear union of partnership
Kemitraan dengan melalui penggabungan pihak-pihak secara linear atau garis
lurus. Dengan demikian pihak-pihak yang bergabung untuk melakukan kerjasama
adalah organisasi atau para pihak yang memiliki persamaan secara relatif.
Kesamaan tersebut dapat berupa tujuan, atau misi, besaran/volume usaha atau
organisasi, status atau legalitas.
3) Linear collaborative of partnership
Konteks kemitraan ini tidak membedakan besaran atau volume, status/legalitas,
atau kekuatan para pihak yang bermitra. Tekanan utamanya adalah visi-misi yang
saling mengisi satu dengan lainnya. Hubungan kemitraan ini terjalin secara linear,
yaitu berada pada garis lurus, tidak saling tersubordinasi.
Menurut Notoatmodjo (2010:253), secara umum model kemitraan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja
(networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja.
22
Masing-masing mitra memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya,
pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya
persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya.
2. Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan kokoh dibandingkan model I. Hal ini karena
setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program
bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama. Dari beberapa model
kemitraan yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model
kemitraan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni model yang hanya berbentuk
jaringan kerja saja dan model kemitraan yang di dalamnya sudah ada kerjasama
yang kokoh, bukan hanya satu pihak saja yang bekerja.
Menurut Wibisono (2007:104), Kemitraan yang dilakukan antara perusahaan
dengan pemerintah maupun komunitas/masyarakat dapat mengarah pada tiga pola,
diantaranya:
1. Pola kemitraan kontra produktif
Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola konvensional yang
hanya mengutamakan kepentingan shareholder yaitu mengejar profit sebesar-
besarnya. Fokus perhatian perusahaan memang lebih bertumpu pada bagaimana
perusahaan bisa meraup keuntungan secara maksimal, sementara hubungan
dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya sekedar pemanis
belaka. Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri, pemerintah juga tidak ambil
peduli, sedangkan masyarakat tidak memiliki akses apapun kepada perusahaan.
23
Hubungan ini hanya menguntungkan beberapa oknum saja, misalnya oknum
aparat pemerintah atau preman di tengah masyarakat. Biasanya, biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan hanyalah digunakan untuk memelihara orang-orang
tertentu saja. Hal ini dipahami, bahwa bagi perusahaan yang penting adalah
keamanan dalam jangka pendek.
2. Pola Kemitraan Semiproduktif
Dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat dianggap sebagai
obyek dan masalah di luar perusahaan. Perusahaan tidak tahu program-program
pemerintah, pemerintah juga tidak memberikan iklim yang kondusif kepada dunia
usaha dan masyarakat bersifat pasif. Pola kemitraan ini masih mengacu pada
kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak menimbulkan sense of belonging
di pihak masyarakat dan low benefit dipihak pemerintah. Kerjasama lebih
mengedepankan aspek karitatif atau public relation, dimana pemerintah dan
komunitas atau masyarakat masih lebih dianggap sebagai objek. Dengan kata lain,
kemitraan masih belum strategis dan masih mengedepankan kepentingan sendiri
(self interest) perusahaan, bukan kepentingan bersama (commont interest) antara
perusahaan dengan mitranya.
3. Pola Kemitraan Produktif
Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subyek dan dalam paradigma
commont interest. Prinsip simbiosis mutualisme sangat kental pada pola ini.
Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, pemerintah
memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan
dukungan positif kepada perusahaan. Bahkan bisa jadi mitra dilibatkan pada pola
24
hubungan resourced based patnership, dimana mitra diberi kesempatan menjadi
bagian dari shareholders. Sebagai contoh, mitra memperoleh saham melalui stock
ownership Program.
Penelitian ini menggunakan pola kemitraan menurut Sulistyani, yang terdiri dari 3
aspek yaitu 1) Pola kemitraan semu, 2) Pola kemitraan mutualistik dan 3) Pola
kemitraan konjugasi, karena pola kemitraan yang dikemukakan oleh sulistyani
secara umum dapat diterapkan dan dapat menjabarkan pola kemitraan yang dijalin
oleh Pemerintah Daerah Pringsewu dan SNV dalam menjalankan program ODF.
B. Tinjauan tentang Good Governance
1. Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata cara pemerintahan dan
warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah publik. Dalam
konsep governance, pemerintah hanya menjadi salah satu aktor dan tidak selalu
menjadi aktor yang menentukan. Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi
pihak lain di komunitas. Governance menuntut redefinisi peran negara, dan itu
berarti adanya redefinisi pada peran warga. Adanya tuntutan yang lebih besar
pada warga, antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
(Sumarto, 2003: 119).
Menurut Duadji (2012:206) definisi governance adalah mekanisme pengelolaan
sumber daya ekonomi dan sosial untuk tujuan pembangunan, sehingga good
25
governance, dengan demikian, adalah mekanisme pengelolaan sumber daya
ekonomi dan sosial yang substansial dan penerapannya untuk menunjang
pembangunan yang stabil dengan syarat utama efisien dan relatif merata.
Menurut UNDP dalam dokumen kebijakan yang berjudul “Governance For
Sustainable Human Development” (1997) mendefinikan good governance sebagai
hubungan yang sinergis dan kontruktif dianatara Negara, swasta dan society.
Sedangkan Ganie-Rochman mengemukakan bahwa konsep “government”
menunjuk pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi
(negara dan pemerintah). Konsep “governance” melibatkan tidak sektor
pemerintah dan negara, tetapi juga peran berbagai aktor di luar pemerintah dan
negara, sehingga pihak-pihak yang terlibat juga sangat luas (Dwiyanto, 2005:97).
Berdasarkan beberapa pengertian governance di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa governance merupakan tata cara pemerintah dan aktor di
luar pemerintah dan juga negara untuk memecahkan suatu masalah-masalah
publik dan juga mengatur sumber daya yang ada.
2. Good Governance
Robert Charlick mengatakan bahwa, Good Governance sebagai pengelolaan
segala macam urusan publik secara efektif melalui pembuatan peraturan dan/atau
kebijakan yang absah demi untuk mempromosikan nilai–nilai kemasyarakatan.
Seperti yang disampaikan Bob Sugeng Hadiwinata bahwa asumsi dasar good
governance haruslah menciptakan sinergi antara sektor pemerintah (menyediakan
perangkat aturan dan kebijakan), sektor bisnis (menggerakkan roda
26
perekonomian), dan sektor civil society (aktivitas swadaya guna mengembangkan
produktivitas ekonomi, efektivitas dan efisiensi) (Santosa:2008:131).
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas tentang good governance, maka penulis
menyimpulkan bahwa good governance adalah proses penyelenggaraan negara
dalam melaksanakan segala bentuk kebutuhan publik, dan aktor aktor yang
berperan di dalamnya mampu menciptakan suatu pemerintahan yang efektif dan
efisien.
Syarat bagi terciptanya good governance, yang merupakan prinsip dasar menurut
UNDP dalam Istianto meliputi (Istianto, 2011:96).
a. Partisipasi; setiap warga negara mempunyai suara dalam
pembuatan baik secara langsung maupun melalui intermediasi
institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi ini
dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dalam berbicara serta
berpartisipasi secara konstruktif.
b. Aturan Hukum; kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan
tanpa perbedaan, terutama hukum hak azasi manusia.
c. Transparansi; transparansi dibangun atas dasar kebebasam arus
informasi. Proses lembaga dan informal secara langsung dapat
diterima oleh mereka yang membutuhkan informasi dapat
dipahami dan dapat dipantau.
d. Daya Tanggap; lembaga dan proses harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholder.
27
e. Berorientasi pada Konsensus; “Good Governance” menjadi
perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan
terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan
maupun prosedur.
f. Efektivitas dan efisiensi; proses dan lembaga menghasilkan sesuai
dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber
yang tersedia sebaik mungkin.
g. Akuntabilitas; para pembuat keputusan dalam pemerintahan
sektor swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab
kepada pihak publik dan lembaga stakeholder.
h. Stategi visi; para pemimpin dan publik harus mempunyai
perspektif “Good Governance” dan pengembangan manusia yang
luas serta jatuh ke depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk
pembangunan semacam ini.
Dalam menjalankan sebuah pemerintahan yang baik maka akan terlibat lebih dari
satu aktor yang saling bekerjasama satu sama lain, aktor-aktor yang berperan
dalam Good Governance tersebut antara lain:
a. Negara/pemerintah
Konsep kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kegiatan kenegaraan,
Pemerintah merupakan suatu bentuk organisasi dasar dalam suatu negara. Tujuan
dari pemerintah oleh Syafrudin dalam Istianto (2011:22) pemerintah harus
bersikap mendidik dan memimpin yang diperintah, ia harus serempak dijiwai oleh
semangat yang diperintah, menjadi pendukung dari segala sesuatu yang hidup
28
diantara mereka bersama, menciptakan perwujudan segala sesuatu yang diingini
secara samar–samar oleh semua orang, yang dilukiskan secara nyata dan
dituangkan dalam kata–kata oleh orang–orang yang terbaik dan terbesar.
David dalam Kagungan dan Yulianti (2019:19) mengungkapkan bahwa tanggung
jawab pemerintah adalah menciptakan rencana atau strategi yang ditetapkan, serta
merupakan penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang yang mendasar bagi
semua organisasi yang diikuti oleh penentuan rencana kegiatan dan alokasi
sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b. Sektor Swasta
Peran sektor swasta lebih besar bila dipahami bahwa dalam persaingan yang
menuntut keunggulan dan juga daya saing global yang menjadi pemeran utama
adalah dunia usaha. Dengan peran dan posisinya yang semakin kuat menyebabkan
swasta menjadi salah satu power center. Maju dan mundurnya suatu negara sangat
berkolerasi dengan maju dan mundurnya dunia usaha hal ini disebabkan karena
semakin besar dan kuatnya sektor swasta maka akan berpengaruh dalam
pengambil atau penetapan kebijakan–kebijakan publik. Sektor swasta menjadi
aktor pendukung atas kuat atau lemahnya situasi mutu dan produktivitas usaha
dalam pengembangan dan penguasaan teknologi dan manajemen produksi,
pemasaran, serta informasi.
c. Masyarakat Madani (civil society)
Menurut Hadiwijoyo dalam Silalahi (2017:22), akar kata civil adalah civilization,
yang berarti beradab sehingga civil society dapat diterjemahkan menjadi
masyarakat beradab. Civil society dapat juga dimaknai sebagai sebuah masyarakat
29
yang memiliki peradaban yang dibedakan dari masyarakat yang tidak beradab
atau barbarian atau masyarakat jahilliyah
Civil society merupakan sistem masyarakat yang hidup dalam pemerintahan
demokratis yang hidupnya terorganisir dan memiliki posisi dan peran potensial
sebagai paradigma dalam pengembangan sistem penyelenggaraan negara serta
memiliki konsistensi sehingga mewujudkan nilai – nilai kemanusiaan di setiap
kehidupan individu dan bersama sesama manusia.
Demikianlah kemitraan kepemerintahan antara pemerintah sebagai penyedia
kebutuhan masyarakat dengan civil society sebagai pihak–pihak pemerhati yang
tergerak akan segala aspirasi masyarakat tanpa terikat dengan segala pelayanan
privat dan dengan sektor swasta sebagai pendukung kuat lemah nya situasi mutu
serta produktivitas usaha, pemasaran dan informasi yang mampu menentukan
penetapan kebijakan publik. Oleh karena itu menjaga keseimbangan antara ketiga
aktor good governance menjadi sangat penting dan mendesak untuk mewujudkan
suatu kepemerintahan yang transparan dan partisipatif dalam sebuah good
governance.
3. Pemerintahan sebagai Kemitraan, Kolaborasi dan Jaringan
Model tata kelola baru mengacu pada penekanan pada penggunaan jaringan,
kemitraan, kolaborasi dan sangat banyak istilah lain yang menggaris bawahi tata
kelola sebagai keterlibatan eksternal daripada proses internal organisasi. Model ini
melibatkan organisasi publik yang terlibat dengan para pemangku kepentingan
dalam proses pengambilan keputusan kolektif dengan cara formal, berorientasi
konsensus, dan deliberatif (Berkett, Challenger, Sinner, dan Tadaki (Para, 2013).
30
Model ini didefinisikan oleh Ansell dan Gash (2008 hal 2) sebagai “pengaturan di
mana satu atau semakin banyak lembaga publik yang secara langsung melibatkan
pemangku kepentingan non-negara dalam proses pengambilan keputusan kolektif
yang bersifat formal, berorientasi pada konsensus, dan deliberatif dan yang
bertujuan untuk membuat atau mengimplementasikan kebijakan publik atau
mengelola program atau aset”.
Prinsip utamanya adalah bahwa pekerjaan pemerintah, baik dalam hal perumusan
kebijakan, implementasi, pemberian layanan, di berbagai tingkatan global,
nasional atau lokal harus menjadi produk kemitraan pemerintah yang inklusif,
invate sektor dan masyarakat sipil. Berbagai aplikasi merupakan nuansa
penggunaan yang umumnya tidak menyimpang banyak dari prinsip inti ini.
Pemerintahan modern digambarkan sebagai hakikat sosial politik, dan
didefinisikan sebagai “proses interaksi yang terus menerus antara aktor sosial,
kelompok dan kekuatan organisasi, lembaga atau otoritas publik atau semi publik
". Interaksi adalah kunci, dan diidentifikasi sebagai serangkaian pengaturan
"bersama" antara aktor negara dan non-negara, yang lebih berorientasi pada
pendekatan kolaboratif dalam penyelesaian masalah. Dalam model seperti itu,
transmisi informasi dan pengetahuan serta penilaiannya oleh mereka yang terlibat
memainkan peran sentral; dan musyawarah daripada arahan telah menjadi
mekanisme alternatif untuk menangani kompleksitas dan ambiguitas masalah
politik dan sosial. Sorotan penting meliputi:
1) Forum tata kelola kolaboratif diprakarsai oleh lembaga atau lembaga
publik,
31
2) Peserta dalam forum tata kelola termasuk aktor non-pemerintah,
3) Peserta terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan, bukan
hanya dikonsultasikan,
4) Forum tata kelola secara formal diselenggarakan dan bertemu secara
kolektif,
5) Forum tata kelola bertujuan untuk membuat keputusan berdasarkan
konsensus, dan
6) Fokus kolaborasi adalah pada kebijakan publik atau manajemen publik.
Laporan Umum Tata Pemerintahan Kemitraan dan Akuntabilitas (Akuntabilitas,
2006: 7) menunjukkan bahwa alasan penggunaan kemitraan atau jaringan tata
kelola meliputi:
1) Peningkatan efisiensi, seperti: mengoptimalkan pembagian kerja atau
memberikan pembangunan dampak dari skala;
2) Peningkatan efektivitas, seperti: meningkatkan keterampilan dan sumber
daya dan berinovasi pada metode dan cara pengiriman barang publik;
3) Peningkatan pemerataan dalam proses dan hasil seperti: membangun
kelembagaan tingkat masyarakat struktur, jaringan dan kapasitas untuk
memungkinkan kontrol lokal.
Dengan demikian, kemitraan, menawarkan potensi untuk memberikan hasil yang
tidak dapat dilakukan oleh satu organisasi. Seperti model tata kelola lainnya,
tujuan kemitraan tata kelola adalah untuk mencapai tata kelola yang baik atau
administrasi publik yang efektif dan efisien. Proses bertujuan untuk
mengamankan misi yang ditentukan dengan pengambilan keputusan partisipatif
32
dari semua pemangku kepentingan, pertanggungjawaban yang terkait langsung
dengan standar kinerja dan penilaian, akuntabilitas mitra kepada pemangku
kepentingan mereka sendiri; bermitra dengan akuntabilitas mitra dan akuntabilitas
kemitraan kepada para pemangku kepentingan dan penerima manfaatnya
(Laporan Umum Tata Kelola Kemitraan dan Akuntabilitas, 2006).
Model ini secara fundamental menekankan fakta bahwa administrasi publik tidak
cukup fleksibel, inovatif dan kreatif. Dan tautan yang hilang ini dapat
direalisasikan melalui penggunaan jaringan, kolaborasi dan kemitraan. Perspektif
mencerminkan persepsi bahwa model pengorganisasian sebelumnya dari sektor
publik mengabaikan masyarakat sipil dan posisi publik sebagai penerima pasif
barang publik atau sebagai konsumen sederhana di pasar yang besar (Todorut &
Tselentis, 2015).
4. Sustainable Development Goals (SDG’s)
Pada 25 September 2015 bertempat di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), para pemimpin dunia secara resmi mengesahkan Agenda Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) sebagai
kesepakatan pembangunan global. Kurang lebih 193 kepala negara hadir,
termasuk Indonesia turut mengesahkan agenda SDG’s.
Mengusung tema utama "Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk
Pembangunan Berkelanjutan", SDG’s yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target
merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan (berlaku sejak 2016
hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan
33
melindungi lingkungan. SDG’s berlaku bagi seluruh negara (universal), sehingga
seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk
mencapai tujuan dan target SDG’s. Berikut target dari Ke-17 (tujuh belas) Tujuan
Global (Global Goals) dari SDGs :
1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh
penjuru dunia.
2) Tanpa Kelaparan. Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan,
perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang sehat
serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala
umur.
4) Pendidikan Berkualitas. Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas
dan meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin
pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang.
5) Kesetaraan Gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum
ibu dan perempuan.
6) Air Bersih dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang.
7) Energi Bersih dan Terjangkau. Menjamin akses terhadap sumber energi yang
terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung
perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang
penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
34
9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur. Membangun infrastruktur yang
berkualitas, mendorong peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan
serta mendorong inovasi.
10) Mengurangi Kesenjangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah
negara maupun di antara negara-negara di dunia.
11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas. Membangun kota-kota serta pemukiman
yang inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12) Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin keberlangsungan
konsumsi dan pola produksi.
13) Aksi Terhadap Iklim. Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
14) Kehidupan Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan
kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang
berkelanjutan.
15) Kehidupan di Darat. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara
berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi
penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16) Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian. Meningkatkan perdamaian
termasuk masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses
untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab
untuk seluruh kalangan, serta membangun institusi yang efektif, akuntabel
dan inklusif di seluruh tingkatan.
35
17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Memperkuat implementasi dan
menghidupkan kembali kemitraan global untuk pembangunan yang
berkelanjutan.
Dari 17 tujuan SDG’s di atas, peneleti memfokuskan penelitian ini pada Tujuan ke
6 yaitu Air Bersih dan Sanitasi untuk Semua. Pada tujuan ke 6 berfokus pada
Sanitasi, begitu juga air bersih, secara khusus dibahas pada tujuan ke enam SDGs,
walaupun tetap perlu menjadi catatan bahwa tujuan-tujuan yang ada ini
sesungguhnya merupakan suatu kesatuan. Berikut penjelasan mengenai tujuan ke
enam dari 17 tujuan SDG’s dalam Sanitasi dan Sustainable, 2015.
(http://www.sanitasi.or.id/?p=709. Diakses pada 15 Oktober 2018 pukul 13.22
WIB), ditetapkan target atau sasaran capaian sebagai berikut:
1) Pada tahun 2030, mencapai akses air minum universal dan layak yang aman
dan terjangkau bagi semua,
2) Pada tahun 2030, mencapai akses sanitasi dan kebersihan yang memadai dan
layak untuk semua, dan mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS),
memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak
perempuan dan orang-orang dalam situasi rentan,
3) Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan timbulan sampah serta mengurangi pembuangan bahan kimia
berbahaya, dan mengurangi hingga separuh proporsi air limbah yang tidak
ditangani serta meningkatkan guna ulang dan daur ulang aman secara global,
4) Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi penggunaan air di
semua sektor dan memastikan keberlangsungan pengambilan dan pasokan air
36
tawar untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial menurunkan
jumlah masyarakat yang menderita kelangkaan air,
5) Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumberdaya air terpadu di semua
tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang sesuai,
6) Pada tahun 2020, melindungi dan memperbaiki ekosistem yang terkait air,
termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, akuifer dan danau,
7) Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan pengembangan kapasitas
dukungan internasional untuk negara-negara berkembang dalam kegiatan
ataupun program yang berhubungan dengan air bersih dan sanitasi, termasuk
pemeliharaan sumber air, desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah,
teknologi daur ulang dan guna ulang,
8) Pada tahun 2030, mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal
dalam meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi.
C. Tinjauan Tentang Non Government Organization (NGO)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan salah satu bentuk organisasi
kemasyarakatan. Pada umumnya Lembaga Swadaya Masyarakat adalah sebuah
organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara
sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan
untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Sebutan LSM sendiri merupakan
pengembangan dari istilah Ornop (organisasi non pemerintah) yang merupakan
terjemahan langsung dari istilah bahasa Inggris Non Government Organization
(NGO).
37
Menurut Yaziji dan Doh dalam Puspitasari (2017,16-17) , mengatakan bahwa
NGO berorientasi pada tugas dan didorong oleh orang-orang dengan kepentingan
bersama, melakukan masyarakat, serta memantau kebijakan. Welch, seorang
peneliti yang berfokus pada dampak NGO, menyatakan bahwa NGO berfungsi
sebagai penghubung antara ranah pemerintahan yang kompleks dan asing dengan
ranah kelompok sosial dan ekonomi yang dekat dengan dan dikenal oleh
masyarakat.
Definisi NGO atau lebih dikenal ddengan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam
Kuswidanti (2008:21), bahwa LSM yaitu:
a) LSM adalah organisasi/ lembaga yang dibentuk secara sukarela atas kehendak
sendiri, mempunyai akte pendirian, susunan pengurus dan anggota,
b) LSM merupakan wahana partisipasi masyarakat, organisasi yang mandiri dan
swadaya, anggotanya mempunyai hobi, minat serta orientasi yang sama,
c) Kegiatannya ditujukan kepada masyarakat, LSM tidak mencari laba tetapi
nirlaba (non profit),
d) Sumber dana yang dimiliki berasal dari swadaya, pihak ketiga serta luar
negeri bila memungkinkan/dengan sepengatahuan pemerintah,
e) LSM bergerak di organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat
dalam upaya meningkakan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang
menitik beratkan kepada pengabdian secara swadaya.
Menurut Rafei dalam Kuswidanti (2008:22), kemitraan antara pemerintah dengan
LSM dapat berjalan dengan baik, namun kemitraan tersebut dapat berlanjut
menjadi semakin baik atau menjadi permusuhan dikarenakan adanya
38
ketergantungan dan kecurigaan diantara keduanya. Setiap bagian harus menyadari
bahwa keduanya saling melengkapi dan dengan kerja bersama akan mendapat
banyak manfaat lebih dibandingkan kerja sendiri.
NGO dalam penelitian ini yaitu NGO yang berasal dari Belanda yang bernama
Stiching Nederlandse Vrijwiligers (SNV) Nederland Development Organisation.
SNV didirikan di Belanda pada tahun 1965 yang bergerak dibidang Pertanian,
Energi dan Air, Sanitasi & Kebersihan. Inti dari pekerjaan SNV dalam bidang
sanitasi dan kebersihan adalah pemahaman bahwa air dan sanitasi merupakan hak
asasi manusia, dan bahwa pemerintah adalah pengemban tugas yang bertanggung
jawab atas realisasi progresif dari hak ini.
Misi utama SNV adalah membuat perbedaan abadi dalam kehidupan jutaan orang
yang hidup dalam kemiskinan. Dengan berbagi keahlian spesialis SNV di bidang
Pertanian, Energi dan Air, Sanitasi & Kebersihan, SNV berkontribusi untuk
memecahkan beberapa masalah utama yang dihadapi dunia saat ini serta
membantu menemukan solusi lokal untuk tantangan global dan menabur benih
perubahan yang langgeng.
SNV menyadari bahwa pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan
mengharuskan orang yang hidup dalam kemiskinan untuk berkontribusi sehingga
mendapat manfaat dari pertumbuhan seperti memiliki akses ke layanan dasar yang
berkualitas. kantor SNV berada di Asia, Afrika dan Amerika Latin, selain itu
SNV juga memiliki kantor afiliasi di Washington DC SNV USA tujuan utamanya
adalah untuk menghubungkan mitra dan donor Amerika Utara ke jaringan global
39
penasihat teknis yang menerapkan solusi inovatif untuk mengurangi kemiskinan
melalui keberlanjutan dan pembangunan yang dipimpin secara lokal
SNV dalam penelitian ini melakukan kemitraan dengan Pemerintah Daerah
Pringsewu dalam bidang Sanitasi dan Kebersihan. Berdasarkan hasil prariset
peneliti SNV memberikan dana bantuan kepada Pemerintah Daerah Pringsewu
sebesar 2,7M/tahun serta SNV melakukan bimbingan dan pemicuan di daerah
daerah yang ada di Kabupaten Pringsewu.
D. Tinjauan tentang Program Open Defecation Free (ODF)
ODF adalah salah satu program yang sedang berjalan di Indonesia untuk menuju
Desa ODF (Open Defecation Free) atau desa yang terbebas dari SBS (Stop
BABS). Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk menuntaskan
target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN)
yang salah satunya menetapkan tarcapainya 100% stop bebas buang air besar
sembarangan (SBS).
Melalui keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 yang kemudian diperkuat menjadi Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 3 tahun 2014, Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) dikukuhkan sebagai strategi nasional
pembangunan sanitasi di Indonesia. STBM merupakan sebuah pendekatan untuk
mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan. Peraturan Bupati Pringsewu No 37 tahun 20016
40
tentang Percepatan Pencapaian Akses Universal Sanitasi Kabupaten Pringsewu,
BAB V Pasal 20 Point B, satu komunitas dinyatakan ODF apabila :
1. Semua anggota masyarakat telah menggunakan jamban sehat sebagai
sarana BAB dan membuang tinja/kotoran bayi ke jamban sehat
2. Tidak terlihat tinja manusia di sekitar lingkungan
3. Adanya peraturan setempat yang mengatur pemanfaatan jamban sehat
4. Adanya mekanisme monitoring oleh masyarakat dalam rangka Stop
BABS (SBS)
E. Kerangka Pemikiran
Permasalahan sanitasi dan BABS yang ada di Indonesia sudah cukup
mengkhawatirkan, sehingga pemerintah mengeluarkan Permenkes RI nomor 3
tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Untuk merespon hal
tersebut Provinsi Lampung menyusun RPJMD tahun 2015-2019 pada aspek
layanan umum, dan menjadi urusan wajib pada point sarana dan akses terhadap
sanitasi dasar bagi Provinsi Lampung. Kemudian Kabupaten Pringsewu juga
mengeluarkan Peraturan Bupati Pringsewu No.37/2016 tentang Percepatan
pencapaian akses universal sanitasi Kabupaten Pringsewu.
Berdasarkan regulasi yang telah di rancang oleh pemerintah lahirlah sebuah
program yaitu ODF. Lingkungan dinyatakan ODF apabila : 1) Semua anggota
masyarakat telah menggunakan jamban sehat sebagai sarana BAB dan membuang
tinja/kotoran bayi ke jamban sehat, 2) Tidak terlihat tinja manusia di sekitar
lingkungan, 3) Adanya peraturan setempat yang mengatur pemanfaatan jamban
41
sehat, dan 4) Adanya mekanisme monitoring oleh masyarakat dalam rangka Stop
BABS (SBS)
Berjalannya suatu program tidak terlepas dari kerjasama yang dilakukan antara
Pemerintah Daerah Pringsewu dengan NGO (dalam hal ini yaitu SNV). Dengan
adanya sebuah kerjasama tersebut maka implementasi program ODF dapat
dilaksanakan dengan sukses untuk mewujudkan SDG’s di Kabupaten Pringsewu.
Untuk mengetahui pola kerjasama tersebut peneliti menggunakan prinsip-prinsip
kemitraan menururt Notoatmojo, yaitu 1.) Kesetaraan (equity) bagaimana besar
atau kecilnya suatu organisasi yang bermitra harus merasa sama. 2) Keterbukaan
(transparency), sumber daya yang dimiliki, harus diketahui oleh anggota yang
lain. 3) Saling menguntungkan (mutual benefit) dapat dilihat dari unsur
kebersamaan atau kesinergian para aktor dalam mencapai tujuan bersama.
42
Gambar 5. Bagan Kerangka Pikir.
Sumber : diolah oleh peneliti , 2018
Terwijudnya point ke 6 SDG’s (Menjamin Ketersediaan dan
Manajemen Air dan Sanitasi yang Berkelanjutan untuk Semua ) di
Kabupaten Pringsewu
Terwijudnya point ke 6 SDG’s (Menjamin Ketersediaan dan
Manajemen Air dan Sanitasi yang Berkelanjutan untuk Semua ) di
Kabupaten Pringsewu
Deklarasi Kabupaten ODF
Faktor Pendukung
Kemitraan menurut Prinsip
Kemitraan Notoatmojo
1. Kesetaraan
2. Keterbukaan
3. Saling menguntungkan
Pola Kemitraan Menurut
Sulistyani
1. Kemitraan Semu
2. Kemitraan Mutualistik
3. Kemitraan Konjugasi
Jenjang Kemitraan
Menurut Heidenim
1. Full Collaboration
2. Koalisi
3. Partnership
4. Aliansi
5. Network
Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu (Dinas Kesehatan) SNV
Program Open Defection Free
(ODF)
Kesehatan
lingkungan rendah
terutama dibidang
sanitasi
Permenkes RI nomor 3 tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
Peraturan Bupati Pringsewu no 37/2016 tentang
Percepatan Pencapaian Akses Universal Sanitasi
Kabupaten Pringsewu
43
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis.
Metode penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metodologi
penelitian akan lebih baik jika disesuaikan dengan subjek/objek penelitian.
Metodologi yang tidak tepat dalam melakukan penelitian akan menimbulkan
kerancuan yang pada akhirnya menyebabkan hasil penelitian tidak valid dan tidak
bisa dipertanggungjawabkan. Dalam Metodelogi Penelitian terdapat beberapa
pokok yang akan dibahas yaitu Pendekatan dan Tipe Penelitian, Fokus Penelitian,
Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Teknik
Keabsahan Data.
A. Pendekatan dan Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2017:4) mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Lebih lanjut Moleong (2017:11) mengemukakan bahwa data yang dikumpulkan
44
dalam penelitian deskriptif adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka.
Penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana pola kemitraan/kerjasama yang
terjadi antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV dalam
implementasi program ODF serta mengetahui apa saja faktor pendukung dalam
implementasi program tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut maka peneliti
membutuhkan narasumber untuk kemudian dilakukan wawancara mendalam dan
juga observasi untuk mendapatkan data data yang valid dan sesuai dengan fakta-
fakta yang terjadi di lokasi penelitian.
Hasil dari penelitian ini hanya mendeskripsikan dan menganalisis wawancara-
wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai Pola Kemitraan antara Pemeirntah Daerah
Kabupaten Pringsewu dengan SNV dalam Implementasi Program ODF.
B. Fokus Penelitian
Untuk mempertajam penelitian maka dalam penelitian kualitatif perlu menetapkan
fokus. Fokus penelitian merupakan batasan-batasan masalah yang diteliti dan
mengarahkan peneliti agar tidak terjebak dengan banyaknya data yang diperoleh
dalam penelitian kualitatif. Fokus dalam penelitian ini yaitu :
1. Menganalisis dan mendeskripsikan pola dan jenjang kemitraan antara
Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dengan SNV dalam
implementasi program ODF di Kabupaten Pringsewu, sebagai berikut :
a) Menurut Sulistyani (2017:131), terdapat 3 pola kemitraan yaitu :
45
1) Kemitraan Semu
Kemitraan semu adalah kemitraan yang yang terjalin antara dua pihak atau lebih,
namun tidak melakukan kerjasama secara seimbang satu dengan lainnya.
Penelitian ini akan menganalisis dan mendeskripsikan apakah kemitraan yang
terjalin antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV termasuk
kedalam kemitraan semu atau tidak.
2) Kemitraan Mutualistik
Kemitraan mutualistik adalah kemitraan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan kerjasama yaitu untuk
saling memberikan manfaat dan mendapatkan manfaat lebih sehingga akan
mencapai tujuan secara lebih optimal. Penelitian ini akan menganalisis dan
mendeskripsikan apakah kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dan SNV termasuk kedalam kemitraan mutualistik atau
tidak.
3) Kemitraan Konjugasi
Kemitraan konjugasi merupakan kemitraan yang didasarkan pada ketidak
mampuan organisasi untuk mewujudkan sebuah program yang akhirnya harus
menggandeng organisasi lain untuk mencapai tujuan organisasi tersbut, setelah
kedua belah pihak berhasil mencapai tujuan organisasi maka kedua belah pihak
akan berpisah dan memutuskan kerjasama. Penelitian ini akan menganalisis dan
mendeskripsikan apakah kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dan SNV termasuk kedalam kemitraan konjugasi atai tidak.
b) Jenjang Kemitraan menurut Heidenim dalam Kuswidanti (2008:7),
sebagai berikut :
46
1) Full Collaboration
Peneliti ingin meiluhat apakah kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dengan SNV termasuk kedalam jenjang tertinggi kemitraan
yaitu Full Collaboration dengan memenuhi beberapa cirri, sebagai berikut a)
Kesepakatan tertulis, b) Adanya pembagian visi, dan c) Adanya pembagian
tugas yang tertulis (formal).
2) Koalisi (Coalition)
Peneliti ingin meiluhat apakah kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dengan SNV termasuk kedalam jenjang Koalisi dengan ciri
terdapat a) Kesepakatan formal, b) Semua anggota turut terlibat di dalamnya, c)
Adanya sumber daya baru, dan d) ada anggaran bersama.
3) Partnership
Peneliti ingin meiluhat apakah kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dengan SNV termasuk pada tingkat Partnership terdapat
ciri seperti a) Kontrak formal, b) Ada sumber daya baru, dan c) adanya
pembagian risiko dan penghargaan.
4) Alliance
Peneliti ingin meiluhat apakah kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dengan SNV termasuk dalam jenjang Alliance dengan ciri
yaitu a) Bentuk semi formal, b) Ada beberapa sumber daya baru, dan c) Adanya
koordinasi tugas,
5) Network
Peneliti ingin meiluhat apakah kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dengan SNV termasuk pada tingkat terakhir jenjang
47
kemitraan yaitu Network yang memiliki ciri a) Hubungan yang tidak terikat
dan b) Tidak ada manfaat/ keuntungan yang didapat secara signifikan.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor pendukung dalam proses
kerjasama antara pemerintah daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV
dalam implementasi program ODF di Kabupaten Pringsewu berdasarkan
prinsip kemitraan menurut Notoatmodjo, terdapat tiga prinsip utama dalam
sebuah kemitraan, yaitu (Notoatmodjo,2010:244-245)
a) Kesetaraan (equity)
Kesetetaraan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana Pemerintah
Daerah Daerah Kabupaten Pringsewu dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten
Pringsewu dan SNV merasa bahwa mereka suatu organisasi yang sama atau setara
dalam mengimplementasikan program ODF tersebut.
b) Keterbukaan (transparency)
Keterbukaan dalam penelitian ini adalah bagaimana Pemerintah Kabupaten
Pringsewu dan SNV saling terbuka satu sama lain tentang sumber daya yang
dimiliki, kekurangan organisasi, dan kelebihan masing masing pihak.
c) Saling menguntungkan (mutual benefit)
Menguntungkan bukan selalu diartikan sebagai materi namun lebih kepada non
materi. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari unsure kebersamaan
anatara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV dalam implementasi
program ODF.
48
C. Lokasi Penelitian
Menurut Moleong (2017:128) cara terbaik yang perlu ditempuh dalam
menentukan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori
substantive dengan mempelajari serta mendalami focus serta rumusan masalah
penelitian; untuk itu pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah
terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Sementara itu,
geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga dipertimbangkan
dalam menentukan lokasi penelitian. Lokasi penelitian adalah tempat dimana
penelitian akan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di
Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, Kecamatan Pagelaran, yaitu pada Desa
Pujiharjo, dimana telah terjadi perubahan perilaku masyarakat setelah dipicu,
Desa Karangsari, meskipun telah dipicu namun belum terjadi perubahan perilaku
masyarakat secara keseluruhan, dan Non-Government Organization SNV.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan
data, yaitu:
1. Wawancara (interview)
Menurut Moleong (2017:186) Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Menurut Tresiana (2013:97) dalam wawancara kita
dihadapkan kepada dua hal : pertama, kita harus secara nyata mengadakan
49
interaksi dengan informan, kedua, kita menghadapai kenyataan, adanya
pandangan orang lain yang mungkin berbeda dengan pandangan kita sendiri.
Karenanya masalah yang kita hadapi ialah, “bagaimana cara berinteraksi dengan
orang lain, dan bagaimana kita mengolah pandangan yang mungkin berbeda itu”.
Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten Pringsewu, Pemerintah Kecamatan Pagelaran, masyarakat pagelaran di
2 desa yaitu Desa Pujiharjo dan Desa Karangsari, serta Non-Governmental
Organization (NGO) SNV. Berikut penulis sajikan tabel informan di bawah ini
Tabel 4. Daftar Informan No.
Nama Jabatan Tanggal
Wawancara
Substansi
Wawancara
1. Jarwo
Sutikno,MM
Sekretaris Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Pringsewu
8 Maret 2019
Pelaksanaan Kemitraan antara
Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu (Dinas Kesehatan)
dengan SNV
2. Tati Zarsmi,
SE, MM
Kepala Seksi
Kesehatan
Lingkungan,
Kesehatan Kerja
dan Olahraga
25 Februari
2019
Pelaksanaan Kemitraan antara
Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu (Dinas Kesehatan)
dengan SNV
3. Suparlan
Ketua Paguyuban
Penggiat dan
Pengusaha
Sanitasi Jamban
Sewu
-5 April 2019
-25 April 2019
Pelaksanaan Kemitraan antara
Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu (Dinas Kesehatan)
dengan SNV
4. Supriono
Kepala Desa
Karang Sari 9 Maret 2019
Pelaksanaan Kemitraan antara
Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu (Dinas Kesehatan)
dengan SNV
5. Sadiman
Sekretaris Desa
Pujiharjo
-7 Januari
- 4 Maret 2019
Pelaksanaan Kemitraan antara
Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu (Dinas Kesehatan)
dengan SNV
6. Saripah, Spd
Warga Desa
Pujiharjo 4 Maret 2019
Manfaat Kerjasama antara
Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu dengan SNV
7. Marsinah
Warga Desa
Karangsari
9 Maret 2019 Manfaat Kerjasama antara
Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu dengan SNV
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2019
50
2. Dokumentasi
Menurut Tresiana (2013:207) Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan
diperoleh daru sumber manusia, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada
sumber bukan manusia diantaranya dokumen, foto, dan bahan statistik. Dokumen
terdiri dari tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat dan dokumen resmi.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data yang bersumber pada
UU/Peraturan Pemerintah, artikel jurnal, litelatur, data-data tertulis, arsip
maupun gambar yang berkaitan dengan program ODF di Kabupaten Pringsewu
dan Kecamatan Pagelaran. Berikut peneliti sajikan dalam bentuk tabel :
Tabel 5. Tabel Dokumentasi No Nama Dokumen
1. Peraturan BupatiPringsewu No 37 Tahun 2016 tentang Percepatan Pencapaian
Akses Universal Sanitasi Kabupaten Pringsewu
2. Nota Kesepakatan antara Kementerian Dalam Negeri RI dengan Stiching
Nederlandse Vrijwiligers (SNV) Nederland Development Organisation
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat
4. Jurnal, Skripsi, Laporan Kesehatan dan Berita Online
5. Buku ajar, Buku ISBN
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2018
E. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Tresiana (2013:115) merupakan proses
penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Kegiatannya meliputi mulai dari
penyusunan data, menafsirkan dan menginterpertasikan data. Menyusun data,
bearti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori. Menafsirkan data,
bearti memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori,
mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi menggambarkan
51
perspektif atau pandangan peneliti.
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
data menurut Miles dan Huberman teknik analisis data tersebut meliputi langkah-
langkah sebagai berikut: (Tresiana, 2013:119)
1. Tahap Analisis Pertama
Tahap pertama yaitu pengumpulan data, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengumpulkan data/informasi.
2. Tahap analisi kedua
Tahap kedua yaitu reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemilahan, fokus,
penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data mentah yang ada dalam semua
bentuk catatan dan dokumen lapangan. Dalam tahapan ini peneliti memilah-milah
mana data yang dibutuhkan dalam penelitian pola kemitraan yang terjalin antara
pemerintah Kabupaten Pringsewu dan NGO dalam implementasi pogram ODF.
Kemudian peneliti akan memisahkan data yang tidak perlu dan memfokuskan data
yang benar-benar berhubungan dengan pola kemitraan yang terjalin antara
pemerintah Kabupaten Pringsewu dan NGO.
3. Tahap analisis ketiga
Tahap selanjutnya yaitu tampilan data (data display), yaitu kegiatan penyajian
data/informasi dalam bentuk yang terorganisasi dengan baik sehingga kegiatan
pembuatan kesimpulan dalam bentuk narasi atas kategori dan pla tertentu menurut
pandangan informan dapat dilakukan.
4. Tahap analsis keempat
Tahap terakhir yaitu membuat kesimpulan, kegiatan pembuatan kesimpulan dalam
bentuk narasi atau kategori dan pola tertentu menurut pandangan informan. Pada
52
penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan inti sari dari
rangkaian hasil penelitian berdasarkan wawancara dan dokumentasi hasil
penelitian. Kesimpulan akhir dalam penelitian ini berupa teks naratif yang
mendeskripsikan pola kemitraan yang terjalin antara pemerintah daerah
Kabupaten Pringsewu dengan Non-Government Organization (NGO). Berikut ini
merupakan gambaran model interaktif yang diajukan Miles dan Huberman dalam
Tresiana (2013:119) :
Gambar 6. Analisis Data dan Interaksi antar Komponen.
sumber : Tresiana, 2013:119
F. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan validitas dari data yang diperoleh. Menurut Moleong
untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu dalam pemeriksaan data dan menggunakan kriteria
(Moleong,2017:324)
1. Derajat kepercayaan (credibility)
Pengumpulan
Data
Kesimpulan
(Verifikasi)
Reduksi Data
Tampilan Data
53
a) Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Mathinson mengatakan nilai
dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data
yang diperoleh meluas, tidak konsisten atau kontradiksi.
Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data,
maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan
triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu
pendekatan.
2. Keteralihan (transferability)
Pengujian keteralihan dalam penelitian kualitatif digunakan supaya orang lain
dapat memahami hasil penelitian sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan
hasil penelitian tersebut maka peneliti harus membuat laporan yang rinci, jelas,
sistematis dan dapat dipercaya. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan uraian
rinci, yaitu dengan melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin
yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Derajat
keteralihan dapat dicapai lewat uraian yang cermat, rinci, tebal, atau mendalam
serta adanya kesamaan konteks antara pengirim dan penerima.
3. Kebergantungan (dependability)
Menurut Sugiyono pengujian kebergantungan dilakukan dengan melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan
54
proses penelitian tapi dapat memberikan data maka dari itu diperlukannya uji
kebergantungan. Apabila proses penelitian tidak ada tetapi datanya ada, maka
penelitian itu tidak reliabel atau dependable. Peneliti seperti ini perlu diuji
dependability nya, dan untuk mengecek apakah hasil penelitian ini benar atau
tidak, maka peneliti selalu mendiskusikannya dengan pembimbing.
4. Kepastian (confirmability)
Kepastian data (comfirmability) berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang ada dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya
ada. Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan yang cermat
terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil penelitiannya.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh pembimbing menyangkut kepastian asal usul
data, logika penarikan kesimpulan dari data dan penilaian derajat ketelitian serta
telaah terhadap kegiatan peneliti tentang keabsahan data. Dalam hal ini yang
melakukan pengujian hasil penelitian adalah pembimbing skripsi.
Peneliti melakukan derajat kepercayaan dengan menggunakan metode triangulasi,
yaitu dengan membandingkan hasil teknik pengumpulan data berupa wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Informan tersebut berasal dari berbagai pihak yang
terlibat dalam implementasi program ODF. Serta keteralihan, peneliti
melakukannya melalui tabel data yang disajikan oleh peneliti dalam hasil dan
pembahasan.
133
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan dari analisa Pola Kemitraan dan Jenjang Kemitraan antara
Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV serta faktor pendukung
kemitraan sebagai berikut :
1. Pola Kemitraan yang terbentuk dalam kemitraan yang terjalin antara
Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV termasuk kedalam pola
Kemitraan Konjugasi, karena kemitraan yang terjalin akan berakhir apabila kedua
belah aktor telah mencapai tujuan masing-masing. Dengan Jenjang kemitraan
berada pada jenjang ke 3 yaitu Partnership. Karena kemitraan yang terjalin
memenuhi ciri-ciri partnership yaitu 1) Kesepakatan tertulis, 2) Terdapat
sumberdaya baru, 3) Adanya pembagian resiko dan penghargaan.
2. Faktor pendukung kemitraan yang terjalin anatar Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dan SNV hanya memenuhi 2 prinsip dari 3 prinsip yaitu
prinsip Kesetaraan dan Saling menguntungkan. Sedangkan untuk prinsip
Keterbukaan belum terpenuhi dengan baik, karena masing-masing aktor hanya
terbuka secara umum tidak spesifik terutama dalam hal pengelolaan dana.
134
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka peneliti memberikan beberapa saran,
sebagai berikut :
1. Kerjasama yang terjalin antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu
dan SNV hanya berlangsung selama 2 tahun, sebaiknya Pemerintah Daerah
Kabupaten Pringsewu dan SNV melanjutkan kerjasama untuk mewujudkan 4 pilar
STBM yang belum terwujud di Kabupaten Pringsewu,
2. Kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu
dan SNV belum memiliki pembagian tugas secara tertulis (formal), sehingga
disarankan agar kemitraan selanjutnya Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu
membuat pembagian tugas secara formal berupa SOP (Standar Operasional
Prosedur) agar kemitraan yang terjalin selanjutnya dapat lebih baik dan memenuhi
jenjang kemitraan Full Collaboration.
3. Kerjasama yang terjalin antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu
dengan SNV tidak memenuhi salah satu prinsip kemitraan yaitu Prinsip
Keterbukan khususnya dalam hal pendanaan, untuk itu disarankan dalam
kemitraan selanjutnya agar Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dan SNV
melakukan transparansi dana agar tidak menimbulkan kecurigaan antar aktor yang
bermitra dan terpenuhinya prinsip-prinsip kemitraan,
4. Aktor dalam Good Governance terdiri dari Pemerintah, Swasta dan Civil
Society, dalam kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu dengan SNV belum melibatkan aktor Swasta, agar terwujudnya Good
Governance di Kabupaten Pringsewu maka Pemerintah Daerah Kabupaten
Pringsewu sebaiknya melibatkan aktor Swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui PelayananPublik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hermawan, Dedy. 2015. Buku Ajar Governance dan Kemitraan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Istianto,Bambang. 2011. Manajemen Pemerintah dalam Perspektif PelayananPublik. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Moleong,Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.RemajaRosdakarya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan teori & aplikasi. Jakarta:Rineka Cipta
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2017. Kemitraan dan Model-ModelPemberdayaan.Yogyakarta: Gava Media
Santosa, Pandji. 2008. Teori dan Aplikasi Good Governance. Bandung: RefikaAditama.
Sumarto, Hetifa Sj. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance.Bandung:Yayasan Obor Indonesia.
Tresiana, Novita. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandar Lampung: LembagaPenelitian Universitas Lampung
Yusuf Wibisono. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing.Gresik. 2007.
Jurnal, Skripsi dan Karya ilmiah
Duadji. 2012. Good Governance dalam Pemerintah Daerah. Jurnal. Vol. 28. Hal206. (https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/356/27)
Herliani, Anggi. 2016. Kemitraan antara lembaga pemerhati anak danmasyarakat (LPAMAS) dan pemerintah desa dalam upaya pemberdayaandan perlindungan anak. Skripsi. Universitas Lampung
Kagungan dan Yulianti.2019. The synergy among stakeholders to develop PisangIsland as marine tourism: The case of underdeveloped area. Jurnal. Vol.32. (https://e-journal.unair.ac.id/MKP/article/view/8265/7202)
Kamil, Mustofa.2006.Stategi Kemitraan dalam Membangun PNF melalulipemberdayaan Masyarakat (Model,keungggulan dan kelemahan).Bandung: Seminar dan lokakarya Penyelenggeraan PendidikanNonFormaldalam Era Otonomi Daerah
Kuswidanti. 2008. Gambaran Kemitraan Lintas Sektor dan Organisasi di BidangKesehatan dalam Upaya Penanganan Flu Burung di Bidang KomunikasiKomite Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI).Skripsi. FKMUI.
Oktaviana, Risha. 2013. Analisis Pendapatan, Risiko, dan Efisiensi SistemPemasaran Ikan Gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.Skripsi. Universitas Lampung
Puspitasari, Dara. 2017. Peran Stiching Nederlandse Vrijwilligers (SNV) dalamPenerapatan Sustainable Sanitation and Hygiene For All (SSH4A) inSmall Towns Programme di Kabupaten Pringsewu. Skripsi. UniversitasLampung
Zulfiherwindo. 2016. Analisis Pelaksanaan SanitasiI Total Berbasis Masyarakatdi Puskesmas Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman Tahun2016. Skripsi Universitas Andalas. (http://scholar.unand.ac.id/). Diaksespada 16 juli 2018 pukul 20.10 WIB
Silalahi, Vania. 2017. Kemitraan Civil Society dengan Pemerintah dalam ProgramSekolah Ramah Anak untuk Mewujudkan Kabupaten Layak Anak diPringsewu. Skripsi. Universitas Lampung
Dokumen
Permenkes RI nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Nota Kesepakatan anatara Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia denganStiching Nederlandse Vrijwiligers (SNV) Nederland Development Organisation,2013
Peraturan Bupati Pringsewu No.37/2016 tentang Percepatan pencapaian aksesuniversal sanitasi Kabupaten Pringsewu.
Sumber lain
Hidayat, Faiq. 2017. Kepala Bappenas : Indonesia Peringkat 2 Sanitasi Terburukdi Dunia. https://news.detik.com/berita/d-3671789/kepala-bappenas-
indonesia-peringkat-2-sanitasi-terburuk-di-dunia . Diakses pada 12Desember 2018. Pukul 11.14 WIB
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Sekilas STBM.(http://stbm.kemkes.go.id/app/about/1/about). Diakses pada 8 Oktober2018 pukul 19.23 WIB
Lokakarya pertukaran pembelajaran sanitasi total berbasis masyarakat di ProvinsiLampung (2017). http://www.ampl.or.id/read_article/lokakarya-pertukaran-pembelajaran-sanitasi-total-berbasis-masyarakat-di-provinsi-lampung/38183. Diakses pada 17 juli 2018 pukul 19.50 WIB
Pamungkas, sigit. 2018. Pringsewu Deklarasikan ODF dan Germas. Satu-satunyadi Lampung dan Sumatra.(https://www.kupastuntas.co/2018/05/pringsewu-deklarasikan-odf-dan-germas-satu-satunya-di-lampung-bahkan-sumatera/) Diakses pada 17 juli2018 pukul 20.05 WIB
Pemerintah Kabupaten Pringsewu. 2017. Loka Karya Pembelajaran STBMKabupaten Pringsewu 2017. https://www.pringsewukab.go.id/lokakarya-pembelajaran-stbm-kabupaten-pringsewu-2017/. Diakses pada 23 juli2018 pukul 19.40 WIB
Setyanti. 2015. 51 Juta Orang Indonesia Buang Air Besar Sembarangan.https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151125110417-155-93907/51-juta-orang-indonesia-buang-air-besar-sembarangan. Diakses pada 16 Juli2018 pukul 20.00 WIB
Suistainable Development Goals. 2017. (https://www.sdg2030indonesia.org).Diakses pada 8 agustus 2018 pukul 21.15 WIB
Sanitasi dan Sustainable Development Goals (SDGs). 2015.(http://www.sanitasi.or.id/?p=709). Diakses pada 15 Oktober 2018 pukul13.23 WIB
Water, Sanitation and Hygiene. 2018. ( http://www.snv.org/sector/water-sanitation-hygiene). Diakses pada 10 Desember 2018 pukul 20.35 WIB
Widiyanto. 2015. Kajian Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam PerspektifMasyarakat Sipil di Indonesia. (http://thesis-hukum.blogspot.com/2015/02/kajian-peran-lembaga-swadaya-masyarakat_26.html). Diakses pada 8 Desember 2018 pukul 10.00 WIB