pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1383/1/imania...

205
POLA ASUH ORANG TUA PENGRAJIN BAMBU DALAM MENDIDIK ANAK DI DUSUN NGABLAK PULUTAN SIDOREJO SALATIGA SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Oleh: IMANIA NAJMUNA NIM: 11112193 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 01-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • POLA ASUH ORANG TUA PENGRAJIN

    BAMBU DALAM MENDIDIK ANAK

    DI DUSUN NGABLAK PULUTAN SIDOREJO

    SALATIGA

    SKRIPSI

    Disusun Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

    Oleh:

    IMANIA NAJMUNA

    NIM: 11112193

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2016

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

    neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-

    malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

    diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

    diperintahkan.” (QS. At Tahriim/66 : 6)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

    1. Kedua orang tuaku, ayahanda tercinta Muhsinun (almarhum) dan ibunda

    Murtafiah atas perjuangannya banting tulang, kalimah do`a dan seluruh

    pengorbanannya telah mengukir segala asa, cita dan harapan membimbing

    dan mendidik dengan penuh kesabaran serta memberikan segalanya baik

    moral maupun spiritual bagi kelancaran studyku, semoga Allah senantiasa

    meridhoinya.

    2. Kakak-kakakku tersayang (Agus Indriyatno, Aini Nur Faizah, Muhammad

    Wahab Habibi, Dewi Mufidah, Ernawati, Sujoro, Tri Handayani, Andreas

    Susanto) yang selalu memberikan dorongan semangat untuk selalu optimis

    dan dukungan serta pengertian kepada penulis.

    3. Kepada bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku pembimbing dan sekaligus

    sebagai motivator serta pengarah sampai selesainya penulisan skripsi ini

    4. Kepada seluruh sahabat-sahabatku Intan, Nindy, Silvi, Milkha, Kumi, dan

    Royyan yang selalu memberikan semangat dan bantuan untuk segera

    menyelesaikan skripsi ini.

    5. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2012 khususnya kelas PAI F,

    Teman-teman PPL MTs Al-Islam Bringin, dan Kelompok KKN posko 36

    yang telah memberikan motivasi dan pengalaman hidup yang luar biasa

    6. Warga dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga khususnya pengrajin

    bambu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

    Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

    Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

    hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

    hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “POLA ASUH ORANG TUA

    PENGRAJIN BAMBU DALAM MENDIDIK ANAK DI DUSUN NGABLAK

    PULUTAN SIDOREJO SALATIGA”

    Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

    Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

    Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

    bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

    tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

    ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

    mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

    2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

    4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

    mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

    membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  • ix

    5. Bapak Sutrisna, S.Ag., M.Pd. selaku pembimbing akademik.

    6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

    selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

    7. Warga dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga khususnya pengrajin bambu

    yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan

    penelitian.

    8. Ibu, keluarga, sahabat dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

    memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

    Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

    khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang

    membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

    Salatiga, 25 Agustus 2016

    Penulis

    Imania Najmuna

    NIM. 111-12-193

  • x

    ABSTRAK

    Najmuna, Imania. 2016. “Pola Asuh Orang Tua Pengrajin Bambu dalam

    Mendidik Anak di Dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga”

    Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.

    Kata kunci: Pola Asuh Orang Tua, Pengrajin Bambu, Pendidikan Anak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua pengrajin

    bambu dalam mendidik anak di dusun Ngablak, Pulutan, Sidorejo, Salatiga.

    Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pola

    asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik anak di dusun Ngablak Pulutan

    Sidorejo Salatiga. 2) Faktor yang menentukan pola asuh orang tua pengrajin

    bambu dalam mendidik anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga 3)

    Upaya orang tua pengrajin bambu dalam meningkatkan pendidikan anak di dusun

    Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Peneliti masuk ke

    lapangan dan bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data dalam upaya

    mengumpulkan data-data di lapangan. Prosedur pengumpulan data adalah dengan

    metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Subyek

    penelitian adalah orang tua pengrajin bambu.

    Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) Pola asuh orang tua pengrajin

    bambu di dusun Ngablak dalam mendidik anak yaitu dengan tipe pola asuh

    Authoritative atau demokratis. Orang tua memberikan bimbingan yang tegas

    dalam mendidik anak agar anak tetap belajar dan berkembang dalam

    pendidikannya sehingga dapat menjalankan kewajibannya sebagai anak dan

    peserta didik serta dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat

    menggali potensi yang dimiliki dan mendapatkan haknya sebagai seorang anak. 2)

    Faktor yang menentukan pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik

    anak di dusun Ngablak yaitu dipengaruhi oleh karakteristik struktur keluarga,

    profesi orang tua, kompetensi orang tua, karakteristik struktur anak dan interaksi

    orang tua-anak. Faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor penghambat

    antara lain kondisi keluarga, faktor pendidikan, faktor ekonomi, faktor lingkungan

    dan profesi orang tua. Serta faktor pendukung antara lain berasal dari perhatian

    dan rasa kasih sayang orang tua terhadap anaknya yaitu berupa perhatian orang

    tua terhadap perkembangan pendidikan anak, potensi yang dimiliki anak dan

    karakter dari masing-masing anak serta hubungan interaksi antara orang tua

    dengan anak. 3) Upaya orang tua pengrajin bambu dalam meningkatkan

    pendidikan anak di dusun Ngablak yaitu dengan tetap berada disamping anak

    seperti membantu dan memberikan bimbingan kepada anak dalam mengerjakan

    tugas ketika anak mendapatkan pekerjaan rumah dari sekolah, mendampingi anak

    ketika belajar dan memberikan simpati kepada anaknya. Selain itu juga dengan

    memberikan kasih sayang kepada anak dengan memberikan reward kepada anak

    jika anak berhasil membuat orang tua bangga dan membesarkan anak dengan

    penuh tanggung jawab, tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii

    HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v

    MOTTO............................................................................................................ vi

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

    ABSTRAK ....................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang .............................................................................. 1

    B. Fokus Penelitian ............................................................................ 7

    C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7

    D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 8

    E. Penegasan Istilah ........................................................................... 8

    F. Metode Penelitian .......................................................................... 11

    G. Sistematika Penulisan .................................................................... 20

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 23

    A. Pola Asuh Orang Tua ..................................................................... 23

    B. Pengrajin Bambu ............................................................................ 36

  • xii

    C. Pendidikan ...................................................................................... 36

    BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 50

    A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................ 50

    B. Temuan Penelitian ......................................................................... 56

    1. Pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik

    anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga .................. 63

    2. Faktor yang menentukan pola asuh orang tua pengrajin

    bambu dalam mendidik anak di dusun Ngablak

    Pulutan Sidorejo Salatiga ........................................................ 68

    3. Upaya orang tua pengrajin bambu dalam meningkatkan

    pendidikan anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo

    Salatiga ................................................................................... 79

    BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 93

    A. Pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik

    anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga ........................ 93

    B. Faktor yang menentukan pola asuh orang tua pengrajin

    bambu dalam mendidik anak di dusun Ngablak Pulutan

    Sidorejo Salatiga ........................................................................... 97

    C. Upaya orang tua pengrajin bambu dalam meningkatkan

    pendidikan anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga...... 106

    BAB V PENUTUP ........................................................................................... 112

    A. Kesimpulan.................................................................................... 112

    B. Saran .............................................................................................. 114

  • xiii

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 115

    RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 117

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 ........................................................................................................... 51

    Tabel 3.2 ........................................................................................................... 51

    Tabel 3.3 ........................................................................................................... 52

    Tabel 3.4 ........................................................................................................... 53

    Tabel 3.5 ........................................................................................................... 54

    Tabel 3.6 ........................................................................................................... 55

    Tabel 3.7 ........................................................................................................... 56

    Tabel 3.8 ........................................................................................................... 57

    Tabel 3.9 ........................................................................................................... 59

    Tabel 3.10 ......................................................................................................... 60

    Tabel 3.11 ......................................................................................................... 61

    Tabel 3.12 ......................................................................................................... 62

    Tabel 3.13 ......................................................................................................... 72

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Daftar SKK

    2. Surat Tugas Pembimbing Skripsi

    3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

    4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

    5. Lembar Konsultasi

    6. Instrumen Pengumpulan Data

    7. Hasil Wawancara

    8. Dokumentasi

  • 1

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Menurut Moh. Sochib (2010:2) dalam bukunya Pola Asuh Orang Tua,

    pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan

    masyarakat. Dengan demikian, keluarga merupakan salah satu lembaga yang

    mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan.

    Pendidikan dalam lingkungan keluarga berlangsung di dalam rumah

    tempat di mana anggota keluarga tinggal. Baik anggota keluarga seperti

    Bapak, Ibu, maupun anak memiliki peran masing-masing dalam

    berlangsungnya pendidikan di lingkungan keluarga hingga tercapai tujuan

    pendidikan. Peran tersebut yaitu peran sebagai pendidik dan peran sebagai

    peserta didik.

    Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang

    menempatkan bapak dan ibu (orang tua) sebagai pendidik kodrati

    (Fatchurrahman, 2006:7). Jadi, sudah menjadi kodrat bahwa orang tua

    merupakan pendidik yang utama dan berperan penting bagi pertumbuhan dan

    perkembangan anak-anaknya.

    Jika pendidikan dilakukan oleh orang dewasa yang memberikan

    bantuan berupa pengajaran dan didikan kepada peserta didik, maka

    pendidikan di lingkungan keluarga dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.

    Orang tua berperan sebagai pendidik, sedangkan anak berperan sebagai

    peserta didik. Namun, peran tersebut tidak hanya menjadikan anak sebagai

  • 3

    objek pendidikan saja, akan tetapi memerankan anak sebagai subjek

    pendidikan agar anak senantiasa berperan aktif dalam kegiatan pendidikan

    yang dilakukan oleh orang tua.

    Pendidikan di dalam rumah merupakan pendidikan awal dan utama

    yang diterima oleh seorang anak sejak dilahirkan. Karena anak mulai belajar

    berbagai macam hal terutama nilai-nilai, keyakinan, akhlak, dan

    bersosialisasi. Anak belajar dari kedua orang tuanya, dan mereka menirukan

    seperti apa yang dilakukan oleh orang tuanya (Helmawati, 2014:48). Jadi,

    pendidikan di dalam rumah bertujuan untuk membentuk karakter dalam diri

    anak itu sendiri, karena perilaku anak dapat terbentuk oleh perilaku yang

    diajarkan orang tuanya dan selain itu, pendidikan di dalam rumah juga

    memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pendidikan anak di

    sekolah. Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan

    pendidikan bagi anaknya karena dari proses mendidik orang tua, seorang anak

    dapat tertanam sebuah perilaku dan mendapatkan pendidikan serta ajaran

    yang berasal dari orang tuanya. Selain itu, sudah menjadi tanggung jawab

    bagi orang tua baik bapak dan ibu untuk memberikan pendidikan bagi

    anaknya demi proses pendewasan sang anak.

    Orang tua juga sangat memberikan peran dalam proses pendidikan

    anak baik dalam keluarga maupun sekolah, karena hal ini mencerminkan

    keterlibatan orang tua sebagai pendidik terhadap anak didik, sehingga

    pendidikan anak berada di tangan kedua orang tuanya (Conny, 2002:8).

    Maka dari itu, orang tua selalu dituntut untuk melakukan yang terbaik bagi

  • 4

    anaknya, terlebih dalam hal pendidikan. Dari pendidikan orang tua yang

    diberikan kepada anaknya dapat menjadikan penentu keberhasilan pendidikan

    anak.

    Orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan di dalam rumah,

    dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anak terhadap berlangsungnya

    pendidikan di sekolah sehingga anak memiliki semangat yang lebih dalam

    melaksanakan pendidikan di sekolah dibandingkan dengan orang tua yang

    tidak sadar akan pentingnya pendidikan di dalam rumah, maka akan

    menghambat berlangsungnya pendidikan anak di sekolah dan anak merasa

    tidak peduli akan pentingnya pendidikan. Orang tua yang tidak sadar akan

    pentingnya pendidikan di dalam rumah biasanya orang tua yang beranggapan

    bahwa pendidikan merupakan hanya urusan guru di sekolah, jadi hanya guru

    yang bertanggung jawab atas proses pendidikan anak dan orang tua

    melimpahkan tanggung jawab penuh dalam mendidik anaknya kepada para

    pendidik formal (guru) (Helmawati, 2014:50).

    Ada beberapa masalah yang dialami oleh seorang anak yang tidak

    mendapatkan pendidikan secara penuh di dalam rumah dikarenakan kondisi

    orang tua yang memiliki kesibukan terutama dipengaruhi oleh pekerjaan atau

    profesi dari orang tua dan cara mengasuh orang tua yang tidak sesuai dengan

    kebutuhan anak. Pekerjaan yang menuntut banyak waktu, banyak tenaga,

    sehingga kebanyakan dari orang tua lalai akan pentingnya pendidikan anak di

    dalam rumah. Banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya

    sehingga tidak dapat memberikan pendidikan yang penuh untuk anak-

  • 5

    anaknya. Selain itu, pengerahuan yang kurang serta tingkat pendidikan yang

    rendah menjadi kendala bagi orang tua untuk memberikan pola asuhnya

    kepada anak dalam mendidik anak.

    Dari sekian banyak pekerjaan atau profesi, ada beberapa pekerjaan

    atau profesi orang tua yang menyita waktu, namun hal tersebut tergantung

    dari manajemen waktu yang dikelola oleh orang tua. Apabila orang tua dapat

    membagi waktu dengan mencurahkan perhatian terhadap anak terutama

    dalam hal pendidikan, maka orang tua tersebut dapat secara penuh

    melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai orang tua dan pendidik.

    Seperti halnya, pekerjaan pengrajin bambu yang sama dengan

    pekerjaan yang lain juga membutuhkan waktu kerja yang tidak sedikit. Tidak

    hanya Guru, Dosen, Pegawai Pabrik, Wiraswasta, Pegawai kantor, Nelayan,

    Petani, Tukang Becak dan berbagai jenis pekerjaan yang lain, yang memiliki

    kesibukan di dunia pekerjaan tersebut. Pengrajin bambu juga merupakan

    salah satu pekerjaan yang menyita banyak waktu karena dituntut untuk giat

    dan teliti merajinkan bambu agar kerajinan bambu yang dihasilkan sesuai

    dengan pesanan konsumen.

    Tidak menjadi masalah bagi orang tua pengrajin bambu yang bekerja

    namun tetap memperhatikan pendidikan anaknya. Dengan pola asuh yang

    diberikan kepada anaknya, nilai pendidikan seorang anak dapat tertanam dan

    menjadi bagian yang membentuk pendidikan anak baik di dalam rumah,

    masyarakat dan terlebih di sekolah, meskipun kesibukan yang dimiliki oleh

    orang tua pengrajin bambu.

  • 6

    Setiap pengrajin bambu memiliki karakter masing-masing dalam hal

    mendidik anak. Ada sebagian pengrajin bambu yang memprioritaskan

    pendidikan anak sehingga dapat membagi waktunya untuk mendidik anak dan

    ada sebagian pengrajin bambu lain yang lebih memprioritaskan pekerjaannya

    merajinkan bambu sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk

    mendidik anak.

    Keberhasilan pendidikan anak baik di lingkungan keluarga, sekolah

    dan masyarakat tergantung dari pola asuh orang tua yang diberikan terhadap

    anak dalam rangka memberikan pendidikan anak khususnya di lingkungan

    keluarga atau di dalam rumah. Dengan pola asuh orang tua pengrajin bambu

    yang memiliki karakteristik berbeda-beda dapat diketahui faktor yang

    menentukan pola asuh dari orang tua sehingga hasil pendidikan anak dapat

    terlihat dari cara mendidik orang tua terhadap anak dan upaya orang tua yang

    diberikan bagi anak dalam rangka meningkatkan pendidikan anak baik di

    dalam keluarga, masyarakat dan sekolah.

    Terdapat satu wilayah di Kelurahan Pulutan yaitu dusun Ngablak,

    yang kurang lebih 38,75 % penduduknya bekerja sebagai pengrajin bambu

    (Hasil wawancara dengan Ketua Paguyuban Pengrajin Bambu, 29 Juni 2016

    jam 15.20). Pekerjaan tersebut muncul sebagai mata pencaharian warga dusun

    Ngablak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka memilih profesi

    tersebut sebagai pr0fesi sehari-hari disebabkan sulitnya mencari lapangan

    pekerjaan karena tingkat pendidikan yang dimiliki tergolong rendah. Dengan

    peluang kreativitas yang dimiliki oleh warga dan hasil bambu yang cukup

  • 7

    melimpah di lingkungan sekitar dusun Ngablak, warga dusun Ngablak

    memilih pekerjaan pengrajin bambu sebagai mata pencaharian sehari-hari.

    Selain itu, pekerjaan tersebut juga dilakukan secara turun temurun dari zaman

    dahulu hingga sekarang.

    Berbeda dengan daerah yang lain, dusun Ngablak merupakan dusun

    yang sebagian besar warganya memilih pekerjaan yang dilakukan di rumah.

    Meskipun tidak hanya merajinkan bambu yang menjadi pekerjaan oleh semua

    warga dusun Ngablak, mereka memilih pekerjaan pengrajin bambu untuk

    digunakan sebagai kegiatan sehari-hari yang dapat mengahasilkan uang. Dan

    hal itu menjadi sebuah karakter dari dusun tersebut bahwa dusun Ngablak

    merupakan kawasan pengrajin bambu.

    Faktor tingkat pendidikan yang rendah menjadi alasan bagi warga

    dusun Ngablak untuk memilih profesi sebagai pengrajin bambu, karena

    profesi tersebut tidak menuntut tingkat pendidikan yang tinggi. Dari tingkat

    pendidikan yang rendah dan profesi sebagai pengrajin bambu, menjadi daya

    tarik peneliti untuk mengetahui lebih dalam mengenai pola asuh orang tua

    pengrajin bambu dalam mendidik anak

    Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkatnya

    sebagai bahan untuk menyusun skripsi dengan judul “POLA ASUH

    ORANG TUA PENGRAJIN BAMBU DALAM MENDIDIK ANAK DI

    DUSUN NGABLAK PULUTAN SIDOREJO SALATIGA”.

  • 8

    B. Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

    dikemukakan suatu fokus penelitian dalam penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimana pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik anak di

    dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga?

    2. Apa faktor yang menentukan pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam

    mendidik anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga?

    3. Bagaimana upaya orang tua pengrajin bambu dalam meningkatkan

    pendidikan anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga?

    C. Tujuan Penelitian

    Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arahan yang jelas

    dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin

    dicapai yaitu:

    1. Untuk mengetahui pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik

    anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga.

    2. Untuk mengetahui faktor yang menentukan pola asuh orang tua pengrajin

    bambu dalam mendidik anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo

    Salatiga.

    3. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam meningkatkan pendidikan anak

    di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga.

  • 9

    D. Kegunaan Penelitian

    Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memiliki 2 kegunaan, yaitu:

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu sebagai

    sarana memperluas khazanah pengetahuan tentang pendidikan pada

    umumnya dan pola asuh orang tua terhadap anak pada khususnya.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Orang tua, untuk dapat memberikan gambaran, pemahaman

    dan masukan bagi orang tua dalam mengasuh anak sesuai dengan

    karakteristik dan kebutuhan anak serta dapat meningkatkan

    pengajaran dan pendidikan bagi anak.

    b. Bagi Peneliti, untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan

    tentang pola asuh orang tua terhadap anak dan untuk bekal peneliti di

    dunia pendidikan dan kemasyarakatan.

    E. Penegasan Istilah

    Untuk menghindari salah persepsi dalam penggunaan kata pada judul

    penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah pokok antara lain

    adalah:

    1. Pola Asuh

    Pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Pola artinya sistem atau

    cara kerja (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:271). Sedangkan

    asuh artinya menjaga atau merawat dan mendidik anak kecil (Tim

    Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:73). Jadi, dapat disimpulkan

  • 10

    bahawa pengertian dari pola asuh adalah sistem atau cara kerja dalam

    menjaga dan mendidik anak.

    2. Orang Tua

    Orang tua dapat diartikan sebagai orang dalam usaha

    mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Tim

    Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005: 802).

    Menurut penulis sendiri, orang tua adalah orang yang

    bertanggung jawab atas perkembangan anak dan mengemban tugas

    terhadap keberhasilan anaka dengan segala upaya, usaha, didikan, dan

    bimbingan yang dilakukan agar nantinya dapat tercapai keinganan dan

    cita-cita orang tua terhadap anak dimasa depan.

    3. Pengrajin Bambu

    Pengrajin bambu terdiri dari kata pengrajin dan bambu. Pengrajin

    artinya orang yang pekerjaannya (profesinya) membuat kerajinan (Tim

    Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:922). Dan bambu artinya

    tumbuhan yang tumbuh berumpun, berakar serabut yang batangnya bulat

    berongga, beruas-ruas, keras dan tinggi, dipakai sebagai bahan bangunan

    rumah dan perabot rumah tangga (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,

    2005:98).

    Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian

    dari pengrajin bambu yaitu orang yang pekerjaannya membuat kerajinan

    yang berbahan dasar tumbuhan yaitu bambu yang hasil olahan kerajinan

    tersebut dapat digunakan sebagai perabot rumah tangga.

  • 11

    4. Pendidikan

    Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS

    No. 20 tahun 2003 adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa

    supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif

    supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam

    bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak

    mulia.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:263) Pendidikan

    diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

    kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

    pengajaran dan pelatihan.

    Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia

    untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan

    yang ada dalam masyarakat (Roqib, 2009:15-16).

    Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan

    pengertian pendidikan yaitu usaha seseorang untuk melakukan

    pembelajaran dan pengajaran dengan mengembangkan potensi yang ada

    pada diri seseorang sekaligus pembinaan kepribadian seseorang agar

    memiliki pengetahuan yang lebih serta kemampuannya dalam

    menghadapi lingkungan sekitarnya.

    5. Anak

  • 12

    Anak adalah manusia yang masih kecil (Tim Penyusun Kamus

    Pusat Bahasa, 2005:41). Individu yang membutuhkan bimbingan,

    didikan, ajaran dan asuhan oleh orang tua agar dapat membentuk pribadi

    seutuhnya dan dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang

    dimiliki.

    Dari beberapa uraian pengertian-pengertian di atas dapat ditarik

    kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan Pola Asuh Orang Tua

    Pengrajin Bambu dalam Mendidik Anak di Dusun Ngablak, Pulutan,

    Sidorejo, Salatiga adalah cara orang tua yang berprofesi membuat

    kerajinan yang berasal dari bambu dalam mendidik dan mengasuh

    anaknya sehingga anak dapat memiliki pengetahuan yang lebih serta

    kemampuannya dalam menghadapi lingkungan sekitarnya dari orang

    tuanya.

    F. Metode Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Pendekatan yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini

    adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif ini dilakukan secara

    intensif, peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat secara hati-hati

    apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai

    dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian

    secara mendetail (Sugiyono, 2011:14). Oleh karena itu, penulis akan

    mengambil penelitian lapangan yaitu dengan cara memperoleh data

    melalui penyelidikan berdasarkan obyek lapangan, daerah atau lokasi di

  • 13

    dusun Ngablak guna memperoleh data yang valid dan dapat

    dipertanggung jawabkan.

    Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi kualitatif”

    sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa

    kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

    diamati (Moloeng, 2011:3). Maka dari itu, selain melalui penyelidikan

    berdasarkan obyek lapangan, daerah atau lokasi, peneliti juga melakukan

    wawancara dan mengamati hal-hal yang diteliti dalam lapangan

    khususnya pola asuh orang tua pengrajin bambu terhadap pendidikan

    anak.

    Penelitian kualitatif menyituasikan aktifitas pengamatan di lokasi

    tempat berbagai fakta, data, bukti, atau hal-hal lain yang berkaitan

    dengan penelitian, dan hal-hal yang terjadi (Sentana, 2010:5). Jadi,

    penelitian juga dilakukan berdasarkan fakta dan bukti yang berkaitan

    dengan hal-hal yang terjadi dalam pengamatan di lapangan.

    2. Kehadiran Peneliti

    Peneliti Kualitatif akan masuk ke lapangan untuk memunculkan

    sekumpulan representasi, yang didapat dari catatan lapangan, wawancara,

    pembicaraan, fotografi, rekaman dan catatan pribadi (Sentana, 2010:5).

    Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen

    sekaligus pengumpul data dalam upaya mengumpulkan data-data di

    lapangan. Karena kehadiran peneliti secara langsung di lapangan untuk

    penelitian kualitatif mutlak diperlukan, sebagai tolak ukur keberhasilan

  • 14

    untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara

    langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya.

    3. Lokasi Penelitian

    Peneliti akan memilih lokasi penelitian di Dusun Ngablak,

    Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Alasan peneliti

    memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut memiliki karakteristik

    yang berbeda dari dusun lain yaitu sebagian dari penduduk lokasi

    tersebut bermata pencaharian atau berprofesi sebagai pengrajin bambu.

    Maka dari itu, peneliti akan melakukan penelitian tentang pengrajin

    bambu yang berhubungan dengan pola asuh orang tua pengrajin bambu

    terhadap pendidikan anak.

    4. Sumber Data

    Adapun sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

    yaitu:

    a. Data Primer

    Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau

    kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku

    yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto,

    2010:22). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari

    informan-informan yang ada di Dusun Ngablak Pulutan, diantaranya

    orang tua yang berprofesi sebagai pengrajin bambu.

    b. Data Sekunder

  • 15

    Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

    dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan

    lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang

    dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti

    menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi

    informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Adapun

    sumber data sekunder yang digunakan adalah data dari foto, data dari

    paguyuban pengrajin bambu dusun Ngablak dan data dari kelurahan.

    5. Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling

    strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah

    mendapatkan data. Tanpa adanya prosedur pengumpulan data, maka

    peneliti tidak akan mendapatkan data yang diinginkan.

    Pengumpulan data melibatkan terutama melalui pengamatan dan

    wawancara (Moleong, 2011:237). Oleh karena itu, untuk mendapatkan

    data yang valid maka peneliti mengumpulkan data melalui pengamatan

    dengan menggunakan metode sebagai berikut:

    a. Metode observasi

    Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

    yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

    wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu

  • 16

    berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada

    orang, tetapi juga obyek-obyek alam lainnya (Sugiyono, 2011:145).

    Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi

    dan kondisi pengrajin bambu dalam memberikan pendidikan bagi

    anak serta hal-hal yang ada hubungannya dengan data yang penulis

    butuhkan, karena itu penulis kemukakan bahwa pelaksanan dari

    metode ini juga didukung oleh metode lain.

    b. Metode interview atau wawancara

    Interview digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang

    mana peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

    permasalahan yang akan diteliti, atau bahkan juga untuk mengetahui

    hal-hal yang lebih mendalam mengenai Pola Asuh Orang Tua

    Pengrajin Bambu terhadap Pendidikan Anak atau juga faktor-faktor

    yang menentukan pola asuh orang tua.

    Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau

    informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk

    dijawab secara lisan pula (Margono, 2000:165). Adapun metode ini

    penulis gunakan untuk mencari data tentang Pola Asuh Orang Tua

    Pengrajin Bambu terhadap Pendidikan Anak.

    c. Metode dokumentasi

    Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

    Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

    monumental (Sugiyono, 2011:240).

  • 17

    Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai

    sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data

    yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan meramalkan

    (Moleong, 2011:217). Dokumen-dokumen bisa diperoleh melalui

    gambar-gambar dalam penelitian.

    6. Analisis Data

    Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

    dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

    kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

    dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

    membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

    orang lain (Sugiyono, 2011:244).

    Menurut Moleong (2011:248) analisis data kualitatif adalah upaya

    yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

    data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

    mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

    penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

    diceritakan kepada orang lain.

    Menurut pemahaman analisis data diatas dapat dikemukakan

    tahapan analisis data antara lain:

    a. Mempelajari data dengan merumuskan masalah yang akan diteliti

  • 18

    b. Menyusun temuan-temuan data kata kunci berdasarkan data yang

    telah terkumpul

    c. Menuliskan model perencanaan selanjutnya berdasarkan temuan-

    temuan data sebelumnya

    d. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik guna

    mengumpulkan data selanjutnya

    e. Perencanaan pengumpulan data berikutnya

    Setelah semua data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap

    menganalisis data. Agar mudah ditarik kesimpulan maka diolah dalam

    bentuk analisis deskriptif yaitu suatu upayamenggambarkan atau

    melukiskan keadaan atau obyek penelitian dengan mengemukakan

    gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas

    keadaan atau kondisinya pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

    yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1995:63).

    7. Pengecekan Keabsahan Data

    Ada empat kriteria yang digunakan untuk menetapkan keabsahan

    data yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),

    ketergantungan (dependability), kepastian (confirmability) (Moleong,

    2011:324).

    Keabsahan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan

    menggunakan kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan

    berfungsi untuk melakukan penelaahan data seara akurat agar tingkat

    kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti melakukan pengamatan

  • 19

    secara detail mengenai orang tua pengrajin bambu dalam melakukan

    observasi sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti

    menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data dengan

    memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam menerapkan teknik pemeriksaan

    data peneliti melakukan dengan cara sebagai berikut:

    a. Ketekunan/keajegan pengamatan

    Dalam hal ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan

    unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau

    isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

    tersebut secara rinci. Dalam teknik ini menuntut peneliti agar mampu

    menguraikan secara rinci bagaimana dapat melakukan pengamatan

    secara detail dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan (.

    b. Trianggulasi

    Teknik adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sesuatu yang lain. Pada penelitian ini peneliti

    melakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Trianggulasi

    dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

    kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

    yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Sedangkan triangulasi

    dengan metode berarti dengan mengecek derajat kepercayaan

    penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan

    mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

    yang sama (Moloeng, 2011:331). Dengan triangulasi sumber,

  • 20

    peneliti membandingkan data hasil wawancara antar narasumber

    pengrajin bambu dan membandingkan data hasil dokumentasi antar

    dokumen. Dengan triangulasi metode, peneliti membandingkan data

    hasil pengamatan di lapangan dengan data hasil wawancara dengan

    pengrajin bambu di dusun Ngablak.

    8. Tahap-tahap Penelitian

    Pelaksanaan penelitian yang akan penulis lakukan ada empat

    tahap yaitu: tahap sebelum pelaksanaan penelitian lapangan, tahap

    pelaksanaan penelitian lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan

    laporan.

    Tahap-tahap pelaksanaan penelitian yang akan peneliti lakukan

    adalah sebagai berikut:

    a. Tahap Sebelum pelaksanaan penelitian

    Tahap ini meliputi kegiatan:

    1) Mengajukan judul penelitian

    2) Menyusun proposal penelitian

    3) Konsultasi kepada pembimbing

    b. Tahap pelaksanaan penelitian

    Tahap ini meliputi kegiatan:

    1) Melaksanakan penelitian di tempat yang telah ditentukan

    2) Mengumpulkan data yang sesuai dengan fokus penelitian

    3) Pencatatan data yang sudah terkumpul

    4) Mengembangkan data yang terkumpul

  • 21

    c. Tahap analisis data

    Tahap ini meliputi kegiatan:

    1) Mencoding data

    2) Menganalisis dengan analisis diskriptif

    3) Penemuan hal-hal penting dalam penelitian

    4) Mengecek keabsahan data

    d. Tahap penulisan laporan

    Tahap ini meliputi kegiatan:

    1) Melaporkan hasil penelitian

    2) Konsultasi kepada pembimbing

    G. Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan skripsi ini, peneliti akan membagi dalam beberapa

    bab. Dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun

    dengan baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.

    Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut:

    1. Bab I Pendahuluan

    Bab Pendahuluan menjelaskan secara umum tentang arah dan

    maksud penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pola asuh

    orang tua pengrajin bambu terhadap pendidikan anak, sehingga pembaca

    dapat mengetahui mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian,

    tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode

    penelitian, dan sistematika penulisan.

  • 22

    2. Bab II Kajian Pustaka

    Bab Kajian pustaka menjelaskan mengenai teori-teori yang

    relevan dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan di lapangan

    mengenai pola asuh orang tua pengrajin bambu terhadap pendidikan

    anak, yaitu teori tentang pola asuh orang tua, macam-macam pola asuh

    orang tua, faktor yang menentukan pola asuh, upaya pola asuh orang tua,

    penjelasan tentang pengrajin bambu, pengertian pendidikan, komponen-

    komponen pendidikan, dan tanggung jawab orang tua terhadap

    pendidikan anak. Dengan teori tersebut pembaca dapat mengetahui

    pengertian yang berkaitan dengan pola asuh orang tua pengrajin bambu

    dalam mendidik anak.

    3. Bab III Pembahasan

    Pembahasan menjelaskan tentang uraian data dan temuan yang

    diperolah dari hasil dalam penelitian yang dilakukan di lapangan melalui

    observasi, wawancara atau interview, dan dokumen berupa gambar

    tentang pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik anak di

    dusun Ngablak, Pulutan, Sidorejo, Salatiga.

    4. Bab IV Analisis Data

    Bab ini memuat tentang gagasan peneliti, posisi temuan/teori

    terhadap teori dan temuan-temuan yang dilakukan sebelumnya, serta

    penjelasan dari temuan/teori yang diungkap dari lapangan mengenai pola

    asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik anak di dusun

    Ngablak, Pulutan, Sidorejo, Salatiga.

  • 23

    5. Bab V Penutup

    Bab penutup memuat temuan pokok atau kesimpulan dari

    beberapa bab terdahulu beradasarkan penelitian yang telah dilakukan

    oleh peneliti. Selain itu peneliti juga akan memberikan tindak lanjut serta

    mengemukakan saran-saran yang berkaitan dengan pola asuh orang tua

    pengrajin bambu dalam mendidik anak.

  • 24

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Pola Asuh Orang Tua

    1. Pengertian Pola Asuh

    Menurut Baumrind dalam Muallifah (2009:42), pola asuh orang

    tua pada prinsipnya merupakan parental control, yaitu bagaimana orang

    tua mengontrol, membimbing dan mendampingi anak-anaknya untuk

    melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses

    pendewasaan.

    Sedangkan menurut Kohn dalam Muallifah (2009:42-43), pola

    asuh merupakan cara orang tua berinteraksi dengan anak yang meliputi

    pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian serta

    tanggapan orang tua terhadap setiap perilaku anak.

    Lebih jelasnya, pola asuh menurut Kohn merupakan sikap orang

    tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari

    berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan

    kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua

    memberikan perhatian atau tanggapan terhadap kenginan anak. Maka

    dari itu, pada intinya pola asuh orang tua adalah bagaimana cara

    mendidik orang tua terhadap anak baik secara langsung maupun tidak

    langsung (Thoha, 1996:110).

    Pola asuh adalah suatu cara yang ditempuh orang tua dalam

    mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada

  • 25

    anak. Dimana tanggung jawab mendidik untuk mendidik anak adalah

    merupakan tanggung jawab primer (Thoha, 1996:109).

    Sedangkan menurut Theresia Indria Shanti, P.Si, M.Si dalam

    Mualifah (2009:43) pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua

    dan anak. Lebih jelasnya yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua

    saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan,

    mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang,

    serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dapat

    dijadikan sebagai contoh atau panutan bagi anaknya.

    Gunarsa Singgih dalam bukunya Psikologi Remaja (2007:109),

    berpendapat bahwa pola asuh orang tua adalah sikap dan cara orang tua

    dalam mempersiapkan anggota keluarga yang lebih muda termasuk anak

    supaya dapat mengambil keputusan sendiri dan bertindak sendiri

    sehingga mengalami perubahan dari keadaan bergantung kepada orang

    tua menjadi berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.

    Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak. Pola

    asuh orang tua penting dalam upaya menyediakan suatu model perilaku

    yang lebih lengkap bagi anak. Pola asuh adalah suatu sikap yang

    dilakukan orang tua, yaitu ayah dan ibu dalam berinteraksi dengan

    anaknya. (Illahi, 2013:133).

    Orang tua sebagai individu-individu yang mengasuh, melindungi

    dan membimbing anak dari bayi hingga tahap dewasa dan memberikan

  • 26

    tanggung jawab dan perhatian yang mencakup pendidikan intelektual dan

    moral (Fajar, 2011:10).

    Menurut Hurlock dalam Muallifah (2009:44) pengasuhan orang

    tua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan emosional atau

    kasih sayang antara orang tua dan anaknya, juga penerimaan dan

    tuntunan dari orang tua.

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola

    asuh orang tua adalah pola interaksi antara orang tua dan anaknya, yaitu

    cara orang tua berinteraksi dengan mengontrol, membimbing dan

    mendampingi anaknya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

    anak sebagai bentuk tanggung jawab peran orang tua terhadap anaknya

    sehingga anak dapat menuju pada kedewasaan. Cara orang tua dalam

    mengasuh anak termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai

    atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan

    sikap dan perilaku yang baik, sehingga dapat dijadikan sebagai contoh

    atau panutan bagi anaknya.

    2. Macam-macam Pola Asuh

    Pola asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi

    faktor utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak (Illahi,

    2013:135). Terdapat beberapa macam teori pola asuh yang dapat

    dijadikan acuan bagi orang tua. Kajian pendekatan tentang pola asuh

    orang tua sering menggunakan teori yang dikemukakan oleh Baumrind.

    Berdasarkan hasil penelitian Diana Baumrind dalam tulisan Jane Brooks

  • 27

    (2011:112) terdapat 3 macam pola asuh yaitu: authoritarian,

    authoritative dan permissive.

    a. Authoritarian (otoriter)

    Yaitu jenis pola asuh orang tua yang bersifat otoriter juga

    menerapkan kontrol yang tegas, tetapi secara sewenang-wenang,

    berkuasa penuh tanpa memperhatikan individualitas anak. Mereka

    menekankan kontrol tanpa pengasuhan atau dukungan untuk

    mencapainya. Anak yang memiliki orang tua otoriter, ketika

    berhubungan dengan anak lain, menjadi tidak bahagia, menarik diri,

    malu-malu, dan tidak bisa dipercaya.

    Pola asuh otoriter mencerminkan sikap orang tua yang

    bertindak keras dan cenderung diskriminatif. Selain itu juga

    mencerminkan ketidakdewasaan orang tua dalam merawat anak

    tanpa mempertimbangkan hak-hak yang melekat pada anak (Illahi,

    2013:136).

    Ciri-ciri pola asuh otoriter:

    1) Memperlakukan anaknya dengan tegas

    2) Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan

    keinginan orang tua

    3) Kurang memiliki kasih sayang

    4) Kurang memiliki rasa simpati terhadap anak

    5) Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika anak

    ingin berlaku kreatif (Muallifah, 2009:45-46).

  • 28

    Persoalan yang terjadi dalam pola asuh otoriter yaitu ditandai

    dengan hubungan orang tua dengan anak tidak hangat (Illahi,

    2013:136).

    b. Authoritative/demokratis (berwenang)

    Yaitu jenis pola asuh orang tua yang berwenang menerapkan

    kontrol tegas atas perilaku anak, tetapi juga menekankan

    kemandirian dan individualitas anak. Meski orang tua memiliki

    standar yang jelas saat ini dan dimasa depan atas perilaku anak,

    orang tua bersifat rasional, fleksibel dan memerhatikan kebutuhan

    serta kesukaan anak. Anak menjadi mandiri dan percaya diri dan

    mengeksplorasi dunia mereka dengan senang dan puas.

    Ciri-ciri pola asuh berwenang yaitu:

    1) Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan secara

    seimbang

    2) Saling melengkapi satu sama lain, orang tua yang menerima dan

    melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang terkait

    dengan keluarga

    3) Memiliki tingkat pengendalian tinggi dan mengharuskan anak-

    anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai usia

    dan kemampuan mereka, tetapi mereka tetap memberikan

    kehangatan, bimbingan, dan komunikasi

    4) Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan

    yang diberikan oleh orang tua kepada anak

  • 29

    5) Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak tanpa

    membatasi potensi yang dimiliki, namun tetap membimbing dan

    mengarahkan anak-anaknya (Muallifah, 2009:47).

    c. Permissive (permisif)

    Yaitu jenis pola asuh orang tua yang permisif yang membuat

    sedikit batasan bagi anak. Mereka menerima sifat impulsif anak,

    memberikan kebebasan sebesar-besarnya meski masih menjaga

    keamanan. Mereka terlihat dingin dan tidak terlibat. Orang tua

    permisif kadang membiarkan perilaku yang membuat mereka marah,

    tetapi mereka tidak merasa nyaman untuk mengekspresikan

    kemarahannya. Kemudian mereka melepaskan amarah itu dengan

    tiba-tiba dan cenderung melukai anak lebih dari yang mereka kira.

    Anak mereka cenderung tidak mandiri dan tidak memiliki kontrol

    diri dan digolongkan sebagai sosok yang tidak dewasa.

    Ciri-ciri pola asuh permisif yaitu:

    1) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin

    2) Tidak menuntut anak untuk belajar bertanggung jawab

    3) Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, dan diberi

    kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur diri sendiri

    4) Tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga anak tidak

    diberi kesempatan untuk mandiri dan mengatur diri sendiri dan

    diberikan kewenangan untuk mengontrol dirinya sendiri

    (Muallifah, 2009:48).

  • 30

    Selain dari ke tiga macam pola asuh di atas, ada satu macam pola

    asuh yaitu tipe laisses faire (Djamarah, 2004:26). Kata laissez faire

    berasal dari Bahasa Perancis yang berarti membiarkan. Dalam istilah

    pendidikan, laissez faire adalah suatu sistem dimana si pendidik

    menganut kebijaksanaan non interference (tidak ikut campur). Yang

    dimaksud dengan pola asuh laisses fire (penelantaran) adalahPola asuh

    orang tua yang mendidik anak secara bebas, bebas melakukan apa saja

    yang dikehendakinya (Mansur, 2005:354-356). Orang tua menelantarkan

    anak secara psikis, kurang memperhatikan perkembangan si anak, anak

    dibiarkan berkembang sendiri tanpa megawasi perkembangan anak, dan

    orangtua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena

    kesibukannya (pekerjaan). Orang tua seperti ini cenderung kurang

    perhatian dan acuh-tak acuh terhadap anaknya. Anak dengan pola asuh

    ini paling potensial terlibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan

    narkoba, merokok disusia dini dan tindak kriminal lainnya. Selain itu

    juga bersifat impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi

    pada suatu aktivitas atau kegiatan tertentu.

    Dari uraian di atas tentang macam-macam pola asuh dapat

    disimpulkan bahwa ada empat macam pola asuh, yaitu pola asuh

    authoritarian (otoriter), pola asuh authoritative (demokratis), pola asuh

    permissive (permisif) dan pola asuh laissez faire (penelantar).

  • 31

    Menurut Baumrind dalam Muallifah (2009:49-50), ada beberapa

    cap untuk orang tua, yaitu:

    a. Indulgent (sangat sabar) Yaitu orang tua yang sangat menerima namun tidak

    pernah ada tuntutan terhadap anaknya. Anak akan lebih

    cenderung kurang matang, tidak bertanggung jawab, lebih

    merasa cocok dengan teman sebaya, dan kurang mampu

    menduduki posisi pimpinan.

    b. Otoritatif (pemberi wewenang) Yaitu tipe orang tua yang sifat penerimaan dan

    tuntutannya sama tingginya. Anak akan lebih bertanggung

    jawab, memiliki ketenangan diri, adaptif, kreatif, penuh

    perhatian, terampil secara sosial, dan berhasil di sekolah.

    c. Otoriter Yaitu orang tua yang sangat menuntut perilaku anaknya.

    Anak akan lebih bergantung pada orang lain, lebih pasif,

    kurang dapat menyesuaikan diri secara sosial, kurang

    ketenangan diri, dan kurang perhatian secara intelektual.

    d. Indifferent (tidak acuh/penelantar) Yaitu orang tua yang tidak pernah menuntut sama sekali.

    Anak akan sering impulsif, cenderung berlaku agresif, dan

    lebih sering terlibat dengan pergaulan kenakalan remaja.

    Dalam perilakunya, mereka lebih sering memakai kebebasan

    tanpa melihat norma-norma yang sudah berlaku, baik norma

    agama maupun norma sosial.

    3. Faktor yang Menentukan Pola Asuh

    Menurut Casmini, faktor yang mendukung terlaksananya pola

    asuh dengan baik bukan hanya tergantung dengan jenis pola asuh yang

    ditetapkan oleh orang tua, tetapi juga tergantung pada karakteristik

    keluarga, anak dan jenis pola asuh yang diterapkan (Muallifah, 2009: 64).

    Adapun beberapa karakteristiknya adalah sebagai berikut

    (Mualllifah, 2009:64-67) :

  • 32

    a. Karakteristik Keluarga dan Anak Dalam keluarga dan anak, ada beberapa karakteristik, yaitu:

    1) Karakteristik Struktur Keluarga Hal-hal yang berkaitan dengan struktur keluarga adalah

    etnis keluarga dan pendidikan (lingkungan pergaulan

    sosial dan etnis). Pola asuh tidak hanya dipengaruhi oleh

    situasi keluarga, tetapi juga lingkungan di sekitar, situasi

    perawatan anak, situasi sekolah, juga konflik yang terjadi

    di lingkungan sekitar.

    2) Karakteristik Struktur Anak Ketika ingin memperlakukan jenis pola asuh, yang harus

    dilakukan oleh orang tua yaitu memperhatikan

    karakteristik anak, diantaranya adalah karakter anak,

    bagaimana perilaku sosial dan keterampilan kognitif anak.

    Karena, ketiga hal tersebut dalam diri anak berbeda antara

    anak laki-laki dan perempuan, dan berbeda pada masing-

    masing anak. Menurut hasil penelitian, anak perempuan

    lebih menunjukkan kemampuan sosial dan kemampuan

    bahasanya daripada laki-laki, karena laki-laki lebih

    menguasai dibidang hitung atau matematika.

    3) Karakteristik Budaya Keluarga Karakteristik kultur keluarga didefinisikan pada

    kemampuan berbahasa, sedangkan indikator dalam

    karakteristik kultur keluarga adalah reading behavior,

    home language, dutch anguage, mastery, and culture

    participation.

    4) Karakteristik Situasi Keluarga Penelitian tentang “komposisi keluarga” menunjukkan

    anak dalam keluarga satu orang tua (single parent) akan

    mengalami problem perilaku dan emosional yang

    frekuensinya lebih daripada anak dalam keluarga yang

    orang tuanya lengkap, karena keluarga yang hanya satu

    orang tua akan mengalami ketegangan, disebabkankan

    akan mengalami kesulitan keuangan, problem kesehatan,

    serta perubahan karena perceraian yang berpengaruh

    terhadap orang tua dalam pengasuhan anak dan interaksi

    keluarga.

    b. Karakteristik Pola Asuh Dalam karakteristik pola asuh, beberapa hal yang perlu

    diketahui yaitu:

    1) Perilaku Pola Asuh Anak Perilaku pola asuh orang tua sangatlah variatif, tergantung

    pada ideologi dan keinginan orang tua. Namun, tidak

    seharusnya orang tua menerapkan tipe pengasuhan

    ekstrem pada satu model. Bagaimana cara orang tua

    berkomunikasi terhadap anak dengan yang lain, monitor

  • 33

    orang tua, penerapan disiplin terhadap anak, kepercayaan

    orang tua, dukungan, dan pemberian kebebasan pada anak

    tidak ekstrem. Misalnya, orang tua selalu menerapkan

    anak harus patuh terhadap semua peraturan yang

    diinginkan oleh orang tua. Perilaku pola asuh yang

    disosialisasikan dalam keluarga dan sekolah akan

    menentukan kompetensi perkembangan anak (sosial,

    kognitif, emosi, religius, dsb)

    2) Interaksi orang tua-anak Interaksi orang tua-anak tidak hanya ditentukan oleh

    kuantitas pertemuan antara orang tua dan anak, tetapi juga

    sangat ditentukan oeh kuaitas dalam interaksi tersebut.

    Dapat menyangkut tentang bagaimana orang tua mampu

    memahami karakteristik anak, tipe pola asuh yang

    diterapkan sesuai dengan anak-anaknya. Sehingga dalam

    interaksi, anak tidak merasa tertekan dan tersiksa karena

    mengeluh bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua

    tidak sesuai dengan dirinya.

    3) Kompetensi Orang Tua dalam Pola Asuh Anak Kompetensi pengasuhan anak bukan merupakan faktor

    yang statis, namun dinamis. Karena, tergantung dengan

    kemampuan orang tua untuk dapat mengkoneksikan dengan

    perkembangan dan pertumbuhan anak. Kompetensi tersebut

    meliputi kompetensi dalam tugas orang tua untuk

    memajukan kerja sama, terpenuhinya kelekatan, dan

    lingkungan dalam pelaksanaan tugas anak. Kompetensi

    pengasuhan sangat dipengaruhi oleh karakteristik orang tua.

    Selain beberapa karakteristik di atas yang dapat menentukan pola

    asuh, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua

    terhadap anak. Berdasarkan penelitian yang peneliti temukan di

    lapangan, faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap

    anak yaitu:

    a. Faktor Ekonomi

    Faktor ekonomi dapat mempengaruhi pola asuh orang tua

    terhadap anak, terlebih ekonomi orang tua yang rendah. Hal tersebut

    dapat terjadi karena dapat menghambat orang tua dalam memberikan

  • 34

    asuhan terhadap anak dan tentunya akan berpengaruh terhadap

    emosional orang tua dalam mengasuh anak

    b. Faktor Profesi Orang Tua

    Profesi orang tua juga memberikan pengaruh yang besar

    dalam menentukan pola asuhnya. Orang tua yang disibukkan dengan

    profesinya dan tidak dapat membagi waktu untuk mengasuh anaknya

    akan lebih cenderung bersifat indifferent (penelantar). Sedangkan

    orang tua yang memiliki kesibukan dengan profesinya namun dapat

    membagi waktu untuk dapat mengasuh anaknya akan bersifat

    otoritatif dan otoriter.

    4. Upaya Pola Asuh Orang Tua

    Yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam menerapkan pola

    asuh yang diberikan terhadap anak yaitu (Muallifah, 2009:67-68):

    a. Mampu menyesuaikan dan memahami kondisi anak. Karena setiap anak berbeda-beda, antara anak yang pertama, kedua dan

    yang terakhir pasti memiliki karakter yang berbeda. Oleh karena

    itu, dalam penerapan model pola asuh dapat berbeda sesuai

    dengan kondisi anak.

    b. Dalam sisi lai, orang tua menyamaratakan penerapan model pola asuh kepada semua anaknya. Agar anak tidak menuai

    pertentangan, keluh kesah dan kekecewaan dikarenakan

    mendapatkan perlakuan model pola asuh yang berbeda.

    c. Jangan membedakan masing-masing anak dalam perlakuan, serta jangan terlalu menunjukkan kelebihan salah satu anak di depan

    anak yang lainnya yang dimaksudkan untuk meremehkan anak

    yang lain. Hal tersebut dapat membuat anak menjadi putus asa

    dan down dengan potensi yang dimilikinya.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Satyah Tati Imam Sayono

    (1983) sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha (1996:113)

    menyebutkan.

  • 35

    Bahwa sikap orang tua yang melindungi anak secara berlebihan

    menyebabkan sikap anak tidak ada motivasi untuk belajar, pasif

    dan seringkali menjurus ke sikap neuritik, kurang rasa harga diri,

    dan tidak ada kesanggupan untuk merencanakan sesuatu. Dengan

    demikian, pola asuh yang bersifat permisif dan otoriter tidak

    menguntungkan bagi perkembangan kepribadian anak maupun

    terhadap kemajuan belajarnya. Selain itu, juga dipengaruhi karena

    kesibukan sebagai akibat orang tua bekerja. Maka dari itu, upaya

    pola asuh sebagai cara mendidik anak yang baik adalah dengan

    menggunakan pola asuh demokratis, tetapi tetap mempertahankan

    prinsip-prinsip yang universal dan absolut.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumadi Suryabrata (1984)

    sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha (1996:114) memberikan

    beberapa petunjuk dalam menghadapi anak antara lain:

    a. Jangan berdiri di depan anak, tetapi berdirilah di samping anak

    b. Jangan menunjukkan otoritas, tetapi tunjukkan simpati

    c. Usahakan mendapatkan kepercayaan dari anak dan berikan

    bimbingan

    d. Hadapi anak dengan bijaksana.

    Menurut Muhammad Takdir Illahi dalam bukunya yang berjudul

    Quantum Parenting, dijelaskan mengenai pola asuh dan kunci sukses

    merawat anak, yaitu dibagi menjadi beberapa cara sebagai berikut

    (2013:148-195):

    a. Merawat Anak dengan Pelukan Kasih Sayang Hubungan orang tua dengan anak harus dilandasi oleh rasa

    kasih sayang yang mendalam. Biasanya, anak yang tumbuh

    dengan mendapatkan kasih sayang dari orang tua dengan penuh

    perhatian tanpa harus ada tekanan, akan senantiasa tumbuh

    dengan perasaan yang benar dalam diri anak.

    Kasih sayang merupakan fondasi terbentuknya hubungan

    yang erat antara orang tua dengan anak-anak. Sebagai sebuah

    fondasi utama dalam memelihara hubungan, sedapat mungkin

  • 36

    orang tua tidak melepaskan ikatan emosional dengan anak

    walaupun sudah menginjak dewasa.

    Terkadang, orang tua cenderung melepaskan secara

    perlahan tanggung jawab untuk memberikan kasih sayang ketika

    anak sudah memasuki dalam dunia pendidikan. Karena orang tua

    merasa anak sudah dapat mandiri ketika sudah memasuki dunia

    pendidikan. Banyak hubungan antara orang tua dan anak menjadi

    terbengkalai dan terkadang memicu ketidakharmonisan dalam

    keluarga. Salah satu penyebabnya yaitu tuntutan ekonomi dan

    pekerjaan yang membuat orang tua kehilangan waktu untuk dapat

    bersama dengan anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan orang

    tua untuk dapat mendekatkan hubungan kasih sayang dengan

    anak meski memiliki waktu sedikit adalah dengan cara memeluk

    anak. Karena hal tersebut dapat memperkuat ikatan batin dan

    kasih sayang antara anak dan orang tua.

    b. Membesarkan Anak dengan Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah masalah pola asuh yang sangat

    penting untuk mencetak generasi yang taat pada orang tua. Orang

    tua perlu mendidik anak untuk dapat memiliki sikap tanggung

    jawab yang bermanfaat sangat besar di kemudian hari.orang tua

    berperan penting dalam mengajarkan sikap tanggung jawab yang

    tidak menyalahi kepentingan orang lain. Berani bertanggung

    jawab atas apa yang dilakukan, berarti menunjukkan sikap tidak

    lari dari kesalahan yang lalu. Setiap orang tua perlu menanamkan

    keberanian untuk tidak lari dari tanggung jawab yang telah

    diberikan. Sedapat mungkin orang tua tetap memantau apa yang

    menjadi tugas anak tanpa terlalu ikut campur secara berlebihan.

    c. Menanamkan Moral pada Anak Di lingkungan keluarga, pengajaran moral penting

    dilakukan karena dari situlah anak mendapatkan bimbingan

    langsung dari orang tua. Sebagai orang tua, perlu menanamkan

    nilai-nilai moral dengan penuh kesungguhan agar dapat

    menentukan tahap perkembangan mental anak.

    Peran keluarga terutama orang tua dalam menanamkan

    nilai-nilai moralitas sangat penting untuk mendorong anak

    menjadi pribadi yang berperilaku sesuai dengan norma di dalam

    masyarakat.

    d. Menanamkan Pendidikan Kesehatan Mental Pola asuh orang tua dalam mendidik anak tidak hanya

    terbatas pada keterampilan dalam memelihara secara fisik semata,

    tetapi juga diperhatikan mengenai masalah pendidikan kesehatan

    mental. Pendidikan orang tua juga tidak hanya mementingkan

    pengembangan kecerdasan anak, tetapi juga menyangkut potensi

    jiwa secara keseluruhan.

  • 37

    e. Menumbuhkan Perilaku Spiritual Tugas orang tua tidak hanya bertanggung jawab atas

    kecerdasan anak, tetapi juga harus mengajarkan nilai-nilai

    spiritual yang terefleksi dalam keterampilan kehidupan lainnya.

    Merawat pertumbuhan spiritual anak sama halnya dengan

    berupaya mempersiapkan anak agar memiliki keyakinan secara

    mendalam kepada tuhan, karena anak juga memiliki kepercayaan

    diri untuk meningkatkan spiritualnya. Orang tua harus

    menciptakan dan menerapkan kebiasaan spiritual dalam sehari-

    hari.

    B. Pengrajin Bambu

    Pengrajinan bambu adalah sebuah pekerjaan yang memanfaatkan

    bahan dari alam yang ada di sekitar rumah yaitu bambu. Dengan proses

    olahan yang menghasilkan kerajinan bambu. Kerajinan bambu ini

    digunakan sebagai mata pencaharian utama oleh pengrajin bambu.

    Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa batangan-batangan pohon

    bambu hanya berfungsi sebagai tanaman di kebun saja. Namun, ditangan-

    tangan pengrajin bambu, sebatang bambu dapat diolah menjadi sebuah

    kerajinan bambu seperti korden pintu (kere), penjemur pakaian dan

    kerajinan bambu yang lain sehingga bambu dapat memiliki nilai seni

    tinggi (http://www.amikom.ac.id/peluang-bisnis-kerajinan-bambu).

    C. Pendidikan

    1. Pengertian Pendidikan

    Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educare

    yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa

    Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti meperbaiki moral

    dan melatih intelektual (Suwarno, 2006:19).

    http://www.amikom.ac.id/peluang-bisnis-kerajinan-bambu

  • 38

    Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan

    Nasional, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

    secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

    mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat,

    bangsa dan negara (Suwarno, 2006:21-22).

    Esensi pendidikan menurut Phoenix adalah proses menghadirkan

    situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik

    memperluas dan memperdalam makna esensial untuk mencapai

    kehidupan yang manusiawai (Thoha, 2010:1).

    Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh

    kembangkan potensi kemanusiaan. Potensi kemanusiaan merupakan

    benih kemungkinan untuk menjadi manusia (Tirtarahardja, 2008:1).

    Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan tuntutan

    bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala

    kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai

    manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

    keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Suwarno, 2006:21).

    Pendidikan mengandung pembinaan kepribadian, pengembangan

    kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan, peningkatan

    pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana

  • 39

    peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin

    (Suwarno, 2006:22).

    Pendidikan yang benar menggunakan pengalaman-pengalaman

    untuk membuat seseorang berkembang dengan melalui bimbingan dan

    pengenalan gagasan-gagasan baru (Anggawidjaja, 2010:101).

    Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan

    dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

    rohaninya ke arah kedewasaan (Purwanto, 2000:11).

    Pendidik harus dilakukan oleh orang dewasa karena pendidik

    akan membawa anak-anak kepada kedewasaannya. Tidak mungkin

    pendidik membawa anak-anak kepada kedewasaannya jika pendidik

    sendiri tidak dewasa (Purwanto, 2000:13).

    Dari beberapa pendapat di atas mengenai makna tentang

    pendidikan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang

    dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) untuk mengembangkan potensi

    yang dimiliki anak (peserta didik) melalui proses pembelajaran dan

    bimbingan, sehingga anak dapat mengembangkan kemampuannya,

    meningkatkan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu,dan anak

    dapat menuju pada kedewasaan.

    2. Komponen Pendidikan

    Komponen pendidikan menentukan berhasil tidaknya dari proses

    pendidikan. Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya

    proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik yaitu:

  • 40

    a. Tujuan Pendidikan

    Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai

    oleh kegiatan pendidikan (Suwarno,2006: 33). Menurut Bloom,

    tujuan pendidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu cognitive domain,

    affective domain, dan psychomotor domain.

    1) Cognitive Domain

    Meliputi kemampuan-kemampuan yang diharapkan

    dapat tercapai setelah dilakukannya proses belajar mengajar.

    Kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, pengertian,

    penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Untuk mencapai

    semuanya harus sudah memiliki kemampuan sebelumnya.

    2) Affective Domain

    Berupa kemampuan untuk menerima, menjawab,

    menilai, membentuk, dan mengarakterisasi.

    3) Psychomotor Domain

    Terdiri dari kemampuan persepsi, kesiapan dan respons

    terpimpin (Suwarno, 2006:35-36).

    b. Peserta Didik

    Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

    mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yng

    tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

    Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Karena, peserta

    didik adalah subjek atau pribadi yang ingin diakui keberadaannya

  • 41

    dan ingin mengembangkan diri secara terus menerus guna

    memecahkan masalah dalam hidupnya (Tirtarahardja, 2008:52).

    Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik

    yaitu bahwa peserta didik memiliki potensi fisik dan psikis yang

    khas, mengalami perkembangan, membutuhkan bimbingan dan

    perlakuan manusiawi, serta memiliki kemampuan untuk mandiri.

    c. Pendidik

    Pendidik adalah orang yang dengan sengaja memengaruhi

    orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.

    Dengan kata lain, pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang

    membawa peserta didik ke arah kedewasaan (Tirtarahardja,

    2008:54).

    Pendidik juga merupakan orang yang bertanggung jawab

    terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik.

    Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungaan

    yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

    masyarakat. Maka dari itu, yang bertanggung jawab terhadap

    pendidikan ialah orang tua, guru, dan masyarakat.

    d. Alat Pendidikan

    Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-

    kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik,

    tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang

  • 42

    membantu tujuan pencapaian tujuan pendidikan. Alat pendidikan

    dikategorikan dalam beberapa kategori yaitu alat pendidikan positif

    dan negatif, alat pendidikan preventif dan korektif, serta alat

    pendidikan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.

    1) Alat Pendidikan Positif dan Negatif

    Alat pendidikan positif dimaksudkan sebagai alat

    yang ditujukan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik.

    Misalnya, pujian agar anak mengulang pekerjaan yang

    menurut ukuran adalah baik. Sedangkan alat pendidikan

    negatif dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu

    yang buruk. Misalnya, larangan atau hukuman agar anak

    tidak mengulangi perbuatan yang menurut ukuran norma

    adalah buruk.

    2) Alat Pendidikan Preventif dan Korektif

    Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk

    mencegah anak mengerjakan sesuatu yang tidak baik.

    Misalnya peringatan atau larangan. Sedangkan alat

    pendidikan korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan

    atau kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik. Misalnya

    hukuman.

  • 43

    3) Alat Pendidikan yang Menyenangkan dan Tidak

    Menyenangkan

    Alat pendidikan yang menyenangkan merupakan aat

    yang digunakan agar peserta didik menjadi senang. Misalnya

    dengan hadiah atau ganjaran. Sedangkan alat pendidikan

    yang tidak menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang

    dapat membuat peserta didik merasa tidak senang. Misalnya

    dengan hukuman atau celaan.

    e. Lingkungan Pendidikan

    Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang

    melingkupi terjadinya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan

    meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

    1) Lingkungan Keluarga

    Lingkungan keluarga merupakan lingkungan

    pendidikan yang pertama dan utama, karena keluarga

    memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap

    perkembangan kepribadian anak. Untuk mengoptimalkan

    kemampuan dan kepribadian anak, orang tua harus

    menumbuhkan suasana edukatif di lingkungan keluarganya

    sedini mungkin. Suasana edukatif yang dimaksud adalah

    orang tua yang mampu menciptakan pola hidup dan tata

    pergaulan dalam keluarga dengan baik.

    2) Lingkungan Sekolah

  • 44

    Lingkungan sekolah merupakan lingkungan

    pendidikan ke dua bagi anak setelah lingkungan keluarga.

    Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi

    menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis,

    berencana, sengaja dan terarah, yang dilakukan oleh

    pendidik yang profesional dan diikuti oleh peserta didik

    pada setiap jenjang tertentu.

    Sekolah melakukan pembinaan pendidikan kepada

    peserta didik yang didasarkan pada kepercayaan yang

    diberikan oleh keluarga dan masyarakat. Kondisi tersebut

    muncul karena keluarag dan masyarakat memiliki

    keterbatasan dalam melaksanakan pendidikan. Padahal,

    tanggung jawab pendidikan anak seutuhnya menjadi

    tanggung jawab orang tua. Sekolah hanya meneruskan dan

    mengembangkan pendidikan yang telah diperoleh di

    lungkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan

    informal yang telah dikenal anak sebelumnya (Suwarno,

    2006:42).

    3) Lingkungan masyarakat

    Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan

    pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara

    sengaja dan berencana kepada seuruh anggotanya, tetapi

    tidak sistematis. Masyarakat menerima semua anggota

  • 45

    yang beragam untuk diarahkan menjadi anggota yang

    sejalan dengan tujuan masyarakat itu sendiri.

    3. Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Anak

    Tanggung jawab berasal dari akar kata response. Seseorang

    yang bertanggung jawab adalah seseorang yang dapat dimintai

    tanggung jawab, yang dapat dipercaya, dan melakukan apa yang

    diharapkan (Illahi, 2013:167).

    Orang tua harus menyadari tanggung jawabnya terhadap

    pendidikan anak. Tanggung jawab yang harus dilakukan orang tua

    antara lain memelihara dan membesarkannya, melindungi dan

    menjamin kesehatannya, mendidik dengan berbagai ilmu serta

    membahagiakan kehidupan anaknya.

    Dalam tanggung jawab mendidik, orang tua memiliki tanggung

    jawab yang besar terhadap pendidikan anak. Orang tua perlu

    membekali anaknya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

    berguna bagi kehidupan anaknya kelak, sehingga pada masa

    dewasanya mampu mandiri dan bermanfaat bagi kehidupan sosial,

    bangsa dan agamanya (Suwarno, 2006:40-41).

    Dalam teori Lev Vygotsky, dia meyakini bahwa pengetahuan,

    pemikiran dan proses seperti ingatan pada anak, semuanya bergantung

    pada interaksi sosial dengan orang tua yang berpengetahuan. Apa pun

    yang dipelajari anak, yang pertama adalah pengalaman dalam

    interaksi sosial dengan orang tua, guru dan teman sebayanya. Interaksi

  • 46

    sosial yang paling berpengaruh besar adalah interaksi sosial dengan

    orang tua (Fajar, 2011:86).

    Menurut Freud, orang tua adalah pembimbing dan pendukung

    yang berwenang untuk menuju kedewasaan anak (Fajar, 2011:93).

    Orang tua adalah guru utama bagi anak. Karena memiliki

    tanggung jawab untuk mengajarkan apa yang dianggap penting dan

    anak tidak mengetahuinya. Dengan mengenal anak dengan baik dan

    mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anak, orang tua akan

    menjalankan perannya dengan baik sebagai guru utama

    (Anggawidjaja, 2010:103).

    Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah

    pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-

    anak. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya.

    Oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah

    kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti pendidik atau orang tua

    mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan

    mengesampingkan keinginan dan kesenangangan sendiri (Purwanto,

    2000:80).

    Pendidikan merupakan target yang paling utama agar anak

    berkembang menjadi lebih baik. Hal tersebut bertujuan agar pendidik

    mampu memahami kewajiban-kewajiban yang harus diberikan kepada

    anaknya, sehingga tidak ada lagi pendidik yang melalaikan dan tidak

    memberikan hak pada anaknya (Ulwan, 2009:124).

  • 47

    Jika anak dibesarkan dan dididik oleh orang tua atau

    lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan

    berdasarkan kasih sayang kepadanya, ia akan tumbuh menjadi anak

    yang tenang dan mudah menyesuaikan diri terhadap orang tua dan

    anggota-anggota keluarga lainnya, serta terhadap teman-temannya.

    Karakter pribadinya akan berkembang dengan tidak mengalami

    kesulitan-kesulitan yang besar (Purwanto, 2000:85).

    Menjadi tanggung jawab yang diemban oleh orang tua bahwa

    tugas orang tua adalah sebagai pendidik bagi anaknya di dalam rumah.

    Tugas dan tanggung jawab tersebut meliputi membentuk pemikiran

    anak dengan sesuatu yang bermanfaat sehingga anak memiliki

    kedewasaan dan kematangan dalam pemikiran. Selain itu juga

    tanggung jawab berupa pendidikan baik berupa pendidikan moral

    maupun pendidikan fisik (Ulwan, 1996:54).

    Dalam pandangan Islam orang tua memiliki tanggung jawab

    yang penting dalam mendidik anaknya. Oleh karena itu, Islam

    membebani orang tua sebagai pendidik dengan tanggung jawab yang

    besar dalam mengajar anak-anak, menumbuhkan sikap terlibat dalam

    mengembangkan kebudayaan dan ilmu serta memusatkan otak mereka

    untuk memahami konsep secara maksimal dan pengetahuan yang

    kritis. Sehingga potensi anak akan terbuka dan kecedasan anak akan

    tampak. Sebagaimana ayat yang pertama diturunkan kepada

  • 48

    Rasulullah adalah ayat Al-Quran Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang

    berbunyi:

    Artinya:

    “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia

    telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

    Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan

    perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

    diketahuinya”

    Pesan ayat tersebut tidak lain sebagai pengagungan hakikat baca tulis

    dan ilmu pengetahuan, pemikiran dan akal, serta membuka pintu

    kebudayaan dari berbagai segi (Ulwan, 1996:55). Sehingga

    pentingnya pendidikan untuk diajarkan bagi anak, karena hal tersebut

    sudah diperintahkan oleh Allah melalui firman-Nya. Dan dapat

    dijadikan sebagai dasar bagi orang tua untuk memberikan pendidikan

    bagi anak.

    Mendidik dan membimbing anak merupakan suatu kewajiban

    bagi seorang muslim karena anak merupakan amanat yang harus

    dipertanggung jawabkan oleh orang tua (Muallifah, 2009:57).

  • 49

    Seperti yang telah diperjelas dalam sabda Rasulullah SAW

    yang artinya:

    “Sesungguhnya setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci),

    orang tuanya lah yang akan menjadikan anak tersebut Yahudi,

    Nasrani, ataupun Majusi.”

    Hadis tersebut mengandung makna bahwa sesungguhnya

    kesuksesan atau bahkan masa depan anak adalah tergantung

    bagaimana orang tua mendidik dan membimbingnya. Hadis tersebut

    juga bermakna bhwa setiap anak yang lahir sesunguhnya sudah

    memiliki potensi, namun potensi itulah yang kemudian dapat

    menghasilkan sesuatu yang maksima, jika diasah oleh lingkungan

    (keluarga) dengan baik. Hal tersebut juga dipertegas lagi dalam firman

    Allah SWT:

    Yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

    keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

  • 50

    batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

    mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

    mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At

    Tahriim/66 : 6)

    Maksud dari ayat tersebut adalah perintah memelihara

    keluarga, termasuk anak, bagaimana orangtua dapat mengarahkan,

    mendidik, dan mengajarkan anak agar dapat terhindar dari siksa api

    neraka. Selain itu juga memberikan arahan bagaimana orang tua harus

    mampu menerapkan pendidikan yang dapat membuat anak

    mempunyai prinsip untuk menjalankan hidupnya dengan positif serta

    menunjukkan kepada mereka hal-hal yang bermanfaat (Muallifah,

    2009:57-58).

    Orang tua menginvestasikan waktu, emosi, energi, dan uang

    dalam membesarkan anak. Mereka ingin apa yang mereka lakukan

    akan bermanfaat bagi anak untuk tumbuh. Perilaku dan usaha orang

    tua adalah yang terpenting, meskipun bukan satu-satunya yang

    mempengaruhi perkembangan dan kompetensi anak (Fajar, 2011:32).

    Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan, orang tua adalah

    model yang harus ditiru dan diteladani karena merupakan pendidik

    pertama dan utama bagi anak. Sebagai model, orang tua seharusnya

    memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Oleh

    karena itu, Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu

    mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. dalam

  • 51

    salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq Sa’id bin

    Mansur, Rasulullah SAW bersabda:

    ُبْوُهمْ َعلُِّمْوا أَْوالََدُكم َوأَْهلِْيُكُم اْلَخْيَر َوأَدِّ

    Nabi shallallualaihiwasallam bersabda: “Ajarkanlah kebaikan kepada

    kepada anak-anak kamu dan didiklah mereka dengan budi pekerti

    yang baik.”

    Mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua dalam

    keluarga. Sesibuk apa pun pekerjaan yang harus diselesaikan,

    meluangkan waktu demi pendidikan anak adalah lebih baik. Karena

    orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang lebih mendahulukan

    pendidikan anak daripada mengurusi pekerjaan siang dan malam

    (Djamarah, 2004: 29-31).

  • 52

    BAB III

    PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

    A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

    1. Letak Geografis

    Dusun Ngablak terletak di wilayah kelurahan Pulutan, kecamatan

    Sidorejo, kota Salatiga. Berada pada kilometer 50 jalan Semarang-Solo,

    dengan ketinggian ± 540 m dari permukaan laut, beriklim tropis dengan

    hawa yang sejuk, musim hujan terjadi dalam kurun waktu 130-160

    hari/tahun dengan curah hujan rata-rata 2.4583 mm/tahun. Suhu udara

    terendah rata-rata 23 derajat celcius pada bulan September-Oktober dan

    suhu udara tertinggi rata-rata 32