pneumotoraks

10

Click here to load reader

Upload: amuramove1305

Post on 04-Jul-2015

872 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PNEUMOTORAKS

ASKEP PNEUMOTHORAX OLEH: AHMAD MUFTI S,KEP

PNEUMOTORAKS

Batasan

Pneumotoraks ialah didapatkannya uudara didalam kavum pleura.

EPIDEMIOLOGI

Pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40

tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita . pneumotoraks sering dijumpai

pada musim penyakit batuk.

Pembagian pheumotoraks bermacam-macam tergantung dari sisi pembuatan

klasifikasi tertentu. Dibawah ini beberapa pembagian pheumotoraks.

1. Berdasarkan terjadinya

a. Artifisial

Pheumotoraks yang disebabkan tindakan tertentu atau memang disengaja

untuk tujuan tertentu.

b. Traumatik

Pheumotoraks yang disebabkan oleh jejas mengenai dada.

c. Spontan

Pheumotoraks yang terjadi secara spontan tanpa didahului oleh kecelakaan

atau trauma seringkali didapatkan pada penyekit dasar misalnya :

Tuberkulosis paru yang prosesnya sudah lama, dengan multiple cavety,

fibrosis, emfisema, TB milier.

2. Berdasarkan lokalisasi

a. Pheumotoraks parietalis

b. Pheumotoraks medialis

c. Pheumotoraks basalis

3. Perbedaan derajat kolaps

a. Pheumotoraks totalis

b. Pheumotoraks parsialis

4. Berdasarkan jenis fistel

a. Pheumotoraks terbuka → pada saat inspirasi tekanan menjadi

negatif dan waktu ekspirasi tekanan

menjadi positif

Pertama Kedua

Ekspirasi +2 - +2

Inspirasi -2 -2

b. Pheumotoraks tertutup → pada waktu terjadi gerakan pernapasan

tekanan udara di kavum pleura tetap

negatif

Pertama Kedua

Akspirasi - 4 → - 4

Inspirasi -12 -12

Page 2: PNEUMOTORAKS

c. Pheumotoraks ventil → waktu ekspirasi di rongga pleura tidak

dapat keluar. Akibatnya tekanan dalam

rongga pleura makin lama makin tinggi

Pertama Kedua

Ketiga

Ekspirasi +12 → +7 →

+10

Inspirasi -3 +3 +6

Etiologi dan Patogenesis Pheumotoraks Spontan

Keadaan fisiologi tekanan-tekanan dirongga dada dalam keadaan normal sebagai

berikut :

a. Tekanan intrapleural inspirasi sekitar - 11 → - 12 cm H2 O

b. Tekanan intrapleural ekspirasi sekitar - 4 → -9 cm H2 O

c. Tekanan intra bronchial inspirasi sekitar - 1,5 → -7 cm H2 O

d. Tekanan intra bronchial ekspirasi sekitar - 1,5 → - 4 cm H2 O

e. Tekanan intra bronchial waktu bicara → +30 cm H2 O

f. Tekanan intra bronchial waktu batuk → +90 cm H2 O

Patofisiologi pneumothoraks menurut Macklio

Alveol disangga oleh kapiler yang mempunyai dinding lemah dan mudah robek,

apabila alveoli tersebut melebar dan tekanan didalam alveoli meningkat maka

udara masuk dengan mudah menuju kejaringan peribronkovarkuler gerakan nafas

yang kuat, infeksi dan obstruksi endrobronkial merupakan beberapa factor

presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas

dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular gerakan nafas

yang kuat, infeksi dan obstruksi endobronkial merupakan beberapa factor

presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan selanjutnya udara yang terbebas

dari alveoli dapat mengoyak jaringan fibrotik peri bronco vascular robekan pleura

kearah yang berlawanan dengan tilus akan menimbulan pneumothoraks

sedangkan robekan yang mengarah ke tilus dapat menimbulakan

pneumomediastinum dari medrastinum udara mencari jalan menuju atas, ke arah

leher. Diantara organ – organ di mediastinum terdapat jaringan ikat yang longgar

sehingga mudah di tembus oleh udara. Dari leher udara menyebar merata di

bawah kulit leher dan dada yang akhirnya menimbulkan emfisema sub kutis.

Emfisema sub kutis dapat meluas kearah perut hingga mencapai skretum.

Gejala klinis

Nyeri dada yang mendadak

Sesak napas yang mendadak

Kegagalan pernapasan dan mungkin pula disertai sianosis.

Pemeriksaan fisik

Page 3: PNEUMOTORAKS

Seringg terjadi “circulatory collapseoleh karena “Tenston pneumothoraks”

Pada perkusi didapatkan suara hipersonar.

Pada auskultasi di dapatkan suara napas melemah sampai menghilang pada

sisi yang sakit.

Foto Dada

- Pada foto dada PA, terlihat pinggir paru yang kollaps berupa garis pada

pneumothoraks parsialis yang lokalisasinya di anterior atau porterior batas

pinggir paru ini mungkin tidak terlihat.

- Mediastinal ships” dapat dilihat pada foto PA atau fluoroskopi pada saat

penderita inspirasi atau ekspirasi, terutama dapat terjadi pada “tension

pneumothoraks”

Diagnosis banding

1. Pleurisi dan perikarditis

2. Miokard infark dan emboli paru

3. Bronkitis kronis dan emfisema

4. “Diaphragmatic Herniae”

5. Dissecting aneurysmae aortae”

Penyulit

1. timbul cairan intra pleura, misalnya.

- Pneumothoraks disertai efusi pleura : eksudat, pus.

- Pneumothoraks disertai darah : hematho toraks.

2. Emfisema subkutis dan emfisema mediartinum.

3. Syok kardiogenik.

4. Gagal nafas

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks, derajat

kolaps berat ringan gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi untuk

melaksanakan pengobatan tersebut dapat dilakukan tindakan medis atau tindakan

bedah.

1. Tindakan medis

Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleural menghisap

udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama di tujukan pada

penderta pneumothoraks tertutup atau terbuka sedangkan untuk

pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus dilakukan dekompresi

terhadap tekanan intra plura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat

hubungan dengan udara luar.

2. Tindakan dekompresi

Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk kerongga pleura

dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan

berubah menjadi negatif karena udara yang positif di rongga pleura akan

berubah menjadi negatif karena udara keluar melalui jarum tersebut.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :

Page 4: PNEUMOTORAKS

1. Dapat memakai infus set

2. Jarum abbocath

3. pipa water sealed drainage (WSD)

Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura

dengan perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pean)

pemasukan pipa plastik (thoraks kateter) dapat juga dilakukan

me;lalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari sela

iga ke 4 pada garis aksila tengah atau pada garis aksila belakang.

Selain itu dapat pula melalui sela iga ke 2 dari garis klavikula tengah.

Selanjutnya ujung selang plastik didada dan pipa kaca WSD

dihubungkan melalui pipa plastik di dada dan pipa kaca WSD di

hubungkan melalui pipa plastik lainnya posisi ujung pipa kaca yang

berada di botol sebaiknya berada 2 cm dibawah permukkaan air

supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui

perbedaan tekanan tersebut.

Penghisapan terus – menerus (continous suction).

Penghisapan dilakukan terus menerus apabila tekanan intra pleura tetap positif

penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar sebesar 10

– 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan segera terjadi

perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.

Pencabutan drain.

Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah

negatif kembali, drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain di tutup

dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap

mengembang penuh, maka drain dicabut.

3. Tindakan bedah

1. Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi duicari lubang yang

menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.

2. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang

menyebakan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan

atau dekortisasi.

3. dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila

ada fistel dari paru yang rusak. Sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan

tidak dapat dipertahankan kembali.

4. pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura

ditempat fistel.

Pengobatan tambahan

1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan

terhadap penyebanya

- Tehadap proses tuber kulosis paru, diberi obat anti tuberculosis .

- Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita

diberi laksan ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita

tidak perlu mengejan terlalu keras.

2. Istirahat total

Page 5: PNEUMOTORAKS

- Penderita dilarang melakukan kerja keras (mengangkat barang) batuk,

bersin terlalu keras, mengejan.

Pencegahan pneumothorik

1. Pada penderia PPOM, berikanlah pengobatan dengan sebaik – baiknya,

terutama bila penderita batuk, pemberian bronkodilator anti tusif ringan

sering sering dilakukan dan penderita dianjurkan kalau batuk jangan keras

– keras. Juga penderita tidak boleh mengangkat barang berat, atau

mengejan terlalu kuat.

2. Penderita TB paru, harus diobatai dengan baik sampai tuntas. Lebih baik

lagi. Bila penderita TB masih dalam tahap lesi minimal, sehingga

penyembuhan dapat sempurna tanpa meninggalkan cacat yang berarti.

Rehabilitasi

1. Penderita yang telah sembuh dari pneumothoraks harus dilakukan

pengobatan secara baik untuk penyakit dasar.

2. untuk sementara waktu (dalam beberapa minggu), penderita dilarang

mengejan, mengangkat barang berat, batuk / bersin terlalu keras.

3. bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian anti tusif, berilah

laksan ringan.

4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk

sesak nafas.1

Sumber

1. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. 1995.

2. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Penyakit Paru. 1994

Page 6: PNEUMOTORAKS

Riwayat Perawatan

Tanggal MRS : 27 – April 2001 jam 17.08 WIB

Ruangan : Paru laki

Kelas : III. No. Bed : 38

Diagnosa : Pneumothorax parsial + TB Paru

No Register : 10039293

Tanggal pengkajian : 3 Mei 2001, jam 08.00 WIB

I. Identitas penderita.

Nama : Tn H.S.

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

Alamat : Gundi 2/9 Surabaya

Agama : Kristen

Bangsa/Suku : Indonesia

Bahasa yang dipakai : Indonesia Jawa

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Bengkel

Penanggung Jawab : Ny. H. (Istri)

II. Riwayat penyakit sekarang

Keluahan utama : Klien mengatakan dada kanan terasa nyeri /kemeng sekitar

pemasangan WSD.

Riwayat penyakit sekarang : klien mengatakan sesak nafas terutama bila

berjalan ± 20 m atau untuk kerja berat, sesak dirasakan seja satu minggu

sebelum masuk rumah sakit. Batuk sejak ± 8 tahun dengan riak putih encer.

Panas badan summer – summer nyeri dada sebelah kanan, nafsu makan

menurun, keringat malam, BAB menurun, BAK biasa.

Dalam pengkajian klien mengatakan mengatakan sesaknya sudah berkurang

panas sumer – sumer dan juga nyeri di dada sebelah kanan klie terpasang

WSD selasa, 1 MEI 2001.

III. Riwayat penyakit dahulu.

Klienn mengatakan tidak pernah menndrita penyakit hipertensi, diabetus

militus.

Klien mengatakan pernah MRS tahun 1994 dDr. Soetomo ± 7 hari oleh

karena pneumothoraks dan diterpi obat selama 6 bulan dan ttelah

dinyatakan sembuh.

Merokok ± 1paks / hari dan berhenti 10 tahun yang lalu .

Page 7: PNEUMOTORAKS

Klien mengatakan tidak alergi terhadap makanan.

IV. Riwayat Keluarga

Klien mengatakan dalam keluarganya ada yang menderita penyakit

sepertinya yaitu ayah klien dan meninggal dunia setelah 3 tahun di ketahui

mengidap penyakit TB

Tidak ada riwayat hipertensi, DM, atau asma.

Upaya yang dilakukan keluarga dalam menghadapi anggota keluarganya

yang sakit dibawah ke instansi kesehatan.

V. Riwayat Psikososial

Intrapersonal : klien mengatakan sedih dan cemas dengan keadaan

penyakitnya apabila dulu sudah dinyatakan sembuh (tahun 1994, MRS)

tapi kambuh lagi.

Interpersonal : klioen adalah seorang kepala keluarga dan sebagai pencari

nafkah bagi istri dan seorang anak yang masih berumur 7 tahun klien juga

merupakan anggota masyarakat dalam lingkungannya.

VI. Pola – pola fungsi kesehatan.

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

a. Kebiasaan :

Klien mengatakan pernah merokok ± 1paks/hari tapi

berhenti ± 10 tahun yang lalu sekarang klien tidak

merokok lagi.

Klien tidak minum – minuman keras maupun

menggunakan obat penenang.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

a. Kebiasaan :

Sebelum MRS :

Klien makan teratur 3 x sehari dengan nasi biasa lauk

dan sayur semenjak sakit – sakitan nafsu makan

menurun

Sesudah MRS :

Klien selalu tidak menghabiskan porsi makanannya

hanya klien mendapat Dnt TKTP

BB : 39 kg TB :162 Cm.

b. Minum

Sebelum MRS : klien mengatakan minum ± 6 –8 gelas sehari

Selama MRS : Klien mengatakan tidak ada perubahan ± 5 – 8

gelas sehari, minum air putih.

3. Pola Eliminasi

a. Kebiasaan BAB dan BAK

Page 8: PNEUMOTORAKS

Sebelum MRS : Klien mengatakan BAB biasanya 1 x dalam sehari

dengan konsistensi padat dan bau khas BAK ± 3 – 4

sehari (setiap mandi)

Sesudah MRS : Klien mengatakan baru dapat BAB setiap 3 hari

sekali, konsistensi padat bau khas, klien mengatakan

tidak pernah dibuat untuk mengejan karena takut

selang WSD nya lepas.

BAK tidak terjadi perubahan ± 3 – 4 x sehari

dengan bantuan pispot.

4. Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum MRS : Klien mengatakan tidur biasanya mulai jam 23.00–

5.00 WIB ± 6 – 8 jam sehari tidak ada gangguan

tidur tapi kadang II juga terganggu dengan sesak.

Sebelum MRS : Klien mengatakan bias tidur kalau mmalam karena

selain sudah beradaptasi dengan lingkungan RS.

Juga karena sesaknya sudah berkurang.

Klien tidur ± 5 – 8 jam sehari klien bed rest.

5. Pola Aktivitas

Sebelum MRS : Klien mengatakan bekerja disebuah bengkel,

sebagai sumber pencari nafkah.

Sesudah MRS : Klien bed rest, terpasang WSD di dada kanan,

infus di lengan kiri aktivitas yang memerlukan

banyak energi (BAB + BAK) dibantu keluarga.

6. Pola Hubungan dan Peran

Klien mengatakanhhubungan dengan keluarga, orang lain perawat, dokter

dan tim kesehatan lain baik.

7. Pola persepsi dan konsep diri

a. Body Image

Klien mengatakann sangat berhharap untuk segera sembuh sehingga

sering bertanya tentang penyakitnya.

b. Self Sistem

Klien mengatakan kadang minta bantuan dalam memenuhi

kebutuhannya (BAB, BAK, Mandi / seka dll)

8. Pola Sensori dan Kognitif

a. Sensori

Daya penciuman, rasa, raba, daya lihat, dan pendengaran baik

b. Kognitif

Proses berfikir klien lancar, isi pikiran mudah dimengerti, dan tidak

menganut waham.

Page 9: PNEUMOTORAKS

9. Pola Reproduksi social

Klien mengatakan hubungan hubungan dengan istri baik dan tidak ada

masalah. Selama menikah klien dianugerahi seorang putra yang masih

berumur 7 tahun kelas 2 SD.

10. Pola penanggulangan stress

Klien mengatakan sedih dan cemas akan penyakitnya, tetapi klien

memasrahkan pada tim kesehatan yang menanganinya, karena dulu juga

pernah MRS dengan kasus yang sama di tempat yang sama.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan.

Klien seorang kristiani, selama sakit klien menjalankan ibadah tidak

optimal, hanya menurut kemampuannya (berdo’a).

VII. Pemeriksaan Fisik

A. Status Kesehatan umum

Keadaan / kesadaran : Composmentis

Suara : bicara jelas

Tensi : 110 /70 mmHg

Suhu : 36,8oC

Nadi : 88x/menit

RR : 24 x/menit

B. Sistem integumen

Kulit tidak pucat, tidak ada pigmentasi, tidak ada lesi.

Rambut hitam, lurus, tidak botak (alopecia) kuku tidak pucat turgor

sedang.

C. Kepala

Letak simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada trauma kepala.

D. Muka

Letak simetris, tidak ada oedema, kulit muka tidak keriput.

E. Mata

Alis mata tidak rontok, kelopak mata tidak oedema, cenjungtiva

kemerahan, selera tidak icterus.

F. Telinga

Letak simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi.

G. Hidung

Letak simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi.

H. Mulut dan faring

Page 10: PNEUMOTORAKS

Letak simetris tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan gusi tidak

ada pembesaran tonsil.

I. Leher

Letak simetris, tidak kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,

trakea, berada disebelah kiri (tidak simetris)

VIII. Pemeriksaan penunjang

Tanggal : 27 – 4 – 2001

Hemoglobin : 14,7 9/41 (11,4 – 15,1)

Lekosit : 7,0 x 109/1 (4,3 –11,3)

Trombosit : 394 x 10 9/1 (150 – 350)

PCV : 0,41

Glukosa darah acak 142

SGOT : 23h/1 40

BUN : P/habis

Kreatinin serum 1,32 mg/d <1,5

Elektrlit

Kalium : 3,92 3.5 5.5 meq/dl

Natrium : 140 135 – 145 meq/dl

Analisa gas darah

DH : 7,415 (7,35 – 7,45) O2 sat +95,1

PO2 : 73,9 mmHg

IX. Therapi