referat pneumotoraks e.c tb

28
REFERAT PNEUMOTORAKS ET CAUSA TUBERKULOSIS Oleh: Billy Tjoanatan (0210145) Pembimbing: dr. Andre Suhendra, Sp.P 1

Upload: billy-tjoanatan

Post on 10-Aug-2015

1.068 views

Category:

Documents


130 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Pneumotoraks e.c TB

REFERAT

PNEUMOTORAKS ET CAUSA TUBERKULOSIS

Oleh:Billy Tjoanatan (0210145)

Pembimbing:dr. Andre Suhendra, Sp.P

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAMSUBBAGIAN PULMONOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

RUMAH SAKIT IMMANUEL

1

Page 2: Referat Pneumotoraks e.c TB

BANDUNG2012

2

Page 3: Referat Pneumotoraks e.c TB

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga

pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru

leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pnumotoraks dapat terjadi spontan

atau traumatik. Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder.

Primer jika penyebab tidak diketahui, sedangkan sekunder jika terdapat latar

belakang penyakit paru sebelumnya. Pneumotoraks traumatik dibagi dua yaitu

yang iatrogenik dan bukan iatrogenik.

Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak dan

tidak diketahui. Perbandingan pria dan wanita 5:1. Pneumotoraks spontan primer

sering dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat paru sebelumnya., dan lebih

sering pada pria dengan usia dekade 3 dan 4. Salah satu penelitian menyebutkan

sekitar 81% kasus pneumotoraks spontan primer berusia kurang dari 45 tahun.

Pada referat ini akan dibahas terutama tentang pneumotoraks spontan

sekunder yang terjadi pada pasien tuberkulosis.

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan

oleh Mycobacteria. Pada manusia kebanyakan yang menginfeksi adalah

Mycobacterium tuberculosis. Biasanya tuberkulosis menyerang paru, namun

dapat juga menyerang Central Nervus System, sistem limfatikus, sistem urinaria,

sistem pencernaan, tulang, sendi dan lainnya.

Karena penyakit TB bersifat kronis dan resistensi kuman terhadap obat

cukup tinggi, maka tidak jarang menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi

yang bisa ditimbulkan adalah pneumotoraks. Di mana pnumotoraks yang terjadi

adalah pneumotoraks spontan sekunder.

Seaton dkk. Melaporkan bahwa pasien tuberkulosis aktif mengalami

komplikasi pneumotoraks sekitar 1,4% dan jika terdapat kavitas paru, komplikasi

meningkat lebih dari 90%.

3

Page 4: Referat Pneumotoraks e.c TB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan

oleh Mycobacteria. Pada manusia kebanyakan yang menginfeksi adalah

Mycobacterium tuberculosis. Selain itu terdapat juga Mycobacterium bovis,

Mycobacterium africanum, Mycobacterium canetti, dan Mycobacterium microti.

Biasanya tuberkulosis menyerang paru, namun dapat juga menyerang Central

Nervus System, sistem limfatikus, sistem urinaria, sistem pencernaan, tulang,

sendi dan lainnya.

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang

pleomorfik gram positif, berukuran 0,4 – 3 μ, mempunyai sifat tahan asam, dapat

hidup selama berminggu-minggu dalam keadaan kering, serta lambat

bermultiplikasi (setiap 15 sampai 20 jam). Bakteri ini merupakan salah satu jenis

bakteri yang bersifat intracellular pathogen pada hewan dan manusia.

Selain Mycobacterium tuberculosis, spesies lainnya yang juga dapat

menimbulkan tuberkulosis adalah Mycobacterium bovis, Mycobacterium

africanum, dan Mycobacterium microti (en.wikipedia.org,

www.microbiologybytes.com).

4

Page 5: Referat Pneumotoraks e.c TB

2.2 Patogenesis

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah

perkotaan mempermudah proses penularan dan berperan sekali dalam peningkatan

jumlah kasus TB

Penularan TB biasanya melalui udara, yaitu dengan inhalasi droplet

nukleus yang mengandung basil TB. Hanya droplet nukleus ukuran 1-5 mikron

yang dapat melewati atau menembus sistem mukosilier saluran napas sehingga

dapat mencapai dan bersarang di bronkiolus maupun alveolus.

Gambar 2. Tuberkulosis menyebar lewat udara

Di bronkiolus dan alveolus inilah basil tuberkulosis berkembang biak dan

menyebar melalui saluran limfe dan aliran darah tanpa perlawanan yang berarti

dari pejamu karena belum ada kekebalan awal. Di dalam alveolus makrofag akan

memfagositosis sebagian basil tuberkulosis tetapi belum mampu membunuhnya.

Sebagian basil TB dalam makrofag umumnya dapat tetap hidup dan berkembang

biak dan menyebar melalui saluran limfe regional maupun melalui aliran darah

sehingga dapat mencapai berbagai organ tubuh. Di dalam organ tersebut akan

terjadi transfer antigen ke limfosit.

Basil TB hampir selalu dapat bersarang di sumsum tulang, hepar dan limfe

tetapi tidak selalu dapat berkembang biak secara luas. Basil TB di lapangan atas

paru, ginjal, tulang, dan otak lebih mudah berkembang biak terutama sebelum

imunitas spesifik terbentuk.

5

Page 6: Referat Pneumotoraks e.c TB

Imunitas spesifik yang terbentuk biasanya cukup kuat untuk menghambat

perkembangbiakan basil TB lebih lanjut. Dengan demikian lesi TB akan sembuh

dan tidak ada tanda dan gejala klinis. Pada sebagian kasus imunitas spesifik yang

terbentuk tidak cukup kuat sehingga terjadi penyakit TB dalam 12 bulan setelah

infeksi dan pada sebagian penderita TB terjadi setelah lebih dari 12 bulan setelah

infeksi.

Kurang lebih 10% individu yang terkena infeksi TB akan menderita

penyakit TB dalam beberapa bulan atau beberapa tahun setelah infeksi.

Kemungkinan menjadi sakit TB lebih besar pada balita, pubertas dan akil balik.

Keadaan yang menyebabkan turunnya imunitas memperbesar kemungkinan sakit

TB, misalnya karena infeksi HIV dan pemakaian kortikosteroid atau obat

imunosupresif lainnya yang lama, demikian juga pada diabetes melitus.

Hipersensitivitas terhadap beberapa komponen basil TB dapat dilihat pada

uji kulit dengan tuberkulin yang biasanya terjadi 2-10 minggu setelah infeksi.

Dalam waktu 2-10 minggu ini juga terjadi cell-mediated immune response.

Setelah terjadi infeksi pertama, basil TB yang menyebar ke seluruh badan suatu

saat di kemudian hari dapat berkembang biak dan menyebabkan penyakit.

Penyakit TB dapat timbul dalam 12 bulan setelah infeksi, tapi dapat juga setelah 1

tahun atau lebih. Lesi TB paling sering terjadi di lapangan atas paru.

Tuberkulosis post primer dimulai dengan serangan dini, yang umumnya

terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun anterior. Sarang dini mula-

mula berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan

mengikuti salah satu jalan berikut :

1. Direabsorbsi kembali dan sembuh dengan tidak meninggalkan cacat.

2. Sarang tadi mula-mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan

dengan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri, menjadi

lebih keras, terjadi perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.

Sebaliknya dapat juga terjadi bahwa sarang tadi menjadi aktif kembali,

membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas, bila jaringan keju

dibatukan keluar.

6

Page 7: Referat Pneumotoraks e.c TB

3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).

Kavitas mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya akan menjadi

tebal (kavitas sklerotik). Yang kemudian akan terjadi :

- Mungkin belum kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru,

sarang ini akan mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan di atas.

- Dapat memadati dan membungkus diri (encapsulated) dan disebut

tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi

mungkin juga aktif kembali mencair lagi dan menjadi kavitas lagi.

- Kavitas bisa juga menjadi bersih dan menyembuh dengan

membungkus diri dan akhirnya mengecil. Mungkin berakhir sebagai

kavitas yang terbungkus, dan menciut kelihatan seperti bintang

(stellate shaped).

- Sarang-sarang aktif, eksudatif.

- Sarang-sarang yang terletak antara aktif dan sembuh.

Gambar 3. Tuberkel

Apabila kavitas yang terbentuk ini pecah maka akan terjadi pneumotoraks

di mana udara dari dalam paru akan masuk ke dalam rongga pleura sehingga paru

menjadi kolaps.

7

Page 8: Referat Pneumotoraks e.c TB

Efusi pleura dapat terjadi setiap saat setelah infeksi primer. Efusi biasanya

terjadi karena tuberkuloprotein dari paru masuk ke rongga pleura sehingga terjadi

reaksi inflamasi dan terjadi pengumpulan cairan jernih di dalamnya.

TB milier dapat terjadi pada masa dini, tetapi dapat juga terjadi setelah

beberapa waktu kemudian akibat erosi fokus di dinding pembuluh darah. TB

milier dapat mengenai banyak organ misalnya selaput otak, sehingga terjadi

meningitis TB, dapat juga mengenai tulang, ginjal dan organ lain.

Pada individu normal, respons imunologik terhadap infeksi tuberkulosis

cukup memberi perlindungan terhadap infeksi tambahan berikutnya. Risiko

terjadinya reinfeksi tergantung pada intensitas terpaparnya dan sistem imun

individu yang bersangkutan.

Pada pasien dengan infeksi HIV terjadi penekanan pada imun respons.

Jadi kalau terkena TB sering terjadi TB yang berat dan sering gambaran klinik TB

dengan HIV berbeda dengan TB biasa.

2.3 Klasifikasi Tuberkulosis

2.3.1 Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

1. Tuberkulosis paru BTA (+) :

a. sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak hasilnya BTA(+)

b. satu spesimen dahak BTA(+) dan radiologis menunjukkan

gambaran tuberkulosis aktif

c. satu spesimen dahak BTA (+) dan biakan (+)

2. Tuberkulosis paru BTA (-)

a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA (-),

gambaran klinis dan kelainan radiologis menunjukkan

tuberkulosis aktif

b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA (-) dan

biakan M. Tuberculosis (+)

8

Page 9: Referat Pneumotoraks e.c TB

2.3.2 Berdasarkan tipe pasien

a. Kasus baru

Pasien belum pernah mendapat pengobatan OAT atau pernah

mendapat OAT kurang dari 1 bulan.

b. Kasus relaps

Pasien sebelumnya sudah mendapat pengobatan tuberkulosis

kemudian dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat karena BTA

(+) atau biakan (+)

c. Kasus drop out

Pasien menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak mengambil obat

dalam 2 bulan berturut-turut sebelum pengobatan selesai.

d. Kasus gagal pengobatan

Pasien BTA (+) yang masih (+) atau kembali menjadi (+) lagi pada

akhir bulan ke-5 atau pada akhir pengobatan.

e. Kasus kronik

Pasien dengan BTA (+) setelai selesai pengobatan ulang dengan

pengobatan kategori 2 dan dengan pengawasan yang baik

f. Kasus Bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA (-), biakan (-), gambaran radiologis TB

tidak aktif atau foto serial menunjukan gambaran menetap.

Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

- Pada kasus dengan gambaran radiologis meragukan atau telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang

tidak ada perubahan gambaran radiologis.

9

Page 10: Referat Pneumotoraks e.c TB

2.3.3 Berdasarkan Patogenesis

2.4 Gejala-gejala Tuberkulosis

Keluhan yang dirasakan oleh pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam.

Bahkan tidak jarang, pasien TB paru tidak mengeluhkan apapun.

Keluhan yang banyak dijumpai:

a. Demam

Biasanya demam subfebris yang menyerupai demam influenza. Tapi

kadang-kadang demam dapat mencapai suhu 40-41 0C. Demam dapat

hilang timbul. Keadaan ini dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien

dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk, batuk berdarah

Gejala ini sering ditemukan. Batuk terjadi karena iritasi bronkus.

Batuk diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Karena

terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, maka munculnya

10

Page 11: Referat Pneumotoraks e.c TB

batuk maupun sifat batuk bisa bermacam-macam. Batuk umumnya

lebih dari 3 minggu.

Keadaan lanjut adalah berupa batuk berdarah. Hal itu disebabkan

karena adanya pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk

berdarah terjadi pada kavitas, maupun ulkus dinding bronkus.

c. Berkeringat malam, nafsu makan menurun, kehilangan berat badan

dan mudah menjadi lelah.

2.5 Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura.

Pneumotoraks diklasifikasikan menjadi :

1. Pneumotoraks spontan

a. Pneumotoraks spontan primer

Umumnya disebabkan oleh pecahnya suatu bleb subpleura yang

biasanya terdapat di daerah apeks paru. Factor resiko utama adalah

merokok. Pada beberapa kasus faktor herediter juga memegang

peranan, umumnya penderita berpostur tinggi dan kurus.

b. Pneumothoraks spontan sekunder

Terjadi sebagai komplikasi penyakit paru dasarnya (underlying

lung disease). Beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab

pneumothoraks antara lain PPOK tipe emfisema dan tuberkulosis

paru.

2. Pneumothoraks Traumatika

Terjadi sebagai akibat trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tajam

di dinding dada.

3. Pneumothoraks iatrogenik

Terjadi sebagai akibat tindakan medis yang dilakukan, misalnya akibat

punksi pleura, biopsy pleura, trans thoracal biopsy, dll

11

Page 12: Referat Pneumotoraks e.c TB

Pneumotoraks dibagi menjadi tension dan non tension pneumotoraks.

Tension pneumotoraks merupakan kondisi bahaya dimana terjadi akumulasi dari

udara di ruangan pleura ketika setiap bernafas. Peningkatan tekanan intratorakal

menghasilkan pergeseran yang masif dari mediastinum ke arah paru yang sehat

dan menekan ke pembuluh darah. Sebaliknya nontension pneumothoraks tidak

begitu berbahaya karena tidak ada penumpukan udara dan penekanan organ dalam

paru.

Paru terdapat dalam rongga dada, dengan rongga yang sempit. Udara

masuk ke dalam rongga paru melewati diafragma. Rongga paru antara dinding

dada dengan paru, jika udara masuk ke dalam rongga ini, mau itu dari dalam paru

(closed pneumothorax) ataupun dari luar rongga dada (open pneumothorax) akan

terjadi kolaps dari paru yang menyebabkan orang tersebut menjadi tidak bisa

bernafas, walaupun dengan saluran pernafasan yang terbuka. Jika jaringan

membentuk saluran satu arah yang dapat membuat udara masuk ke dalam rongga

dada namun tidak bisa kabur, maka tekanan yang terlalu tinggi terbentuk setiap

kali bernafas, hal ini diketahui sebagai tension pneumotoraks. Hal ini dapat

menyebabkan kolaps dari system pernafasan, kedua kondisi tersebut memerlukan

tindakan yang cepat karena mengancam jiwa.

Pneumotoraks biasanya dimanifestasikan dengan nafas yang pendek-

pendek yang timbul tiba-tiba, batuk berdahak, sianosis dan rasa sakit pada dada,

pundak dan tangan. Pada penetrasi luka di dada akan terdengar suara udara

melewati lubang pungtur yang berarti mengindikasikan pneumotoraks . jika tidak

dilakukan tindakan maka akan terjadi hipoksia yang kemudian akan berujung

pada kehilangan kesadaran dan koma. Selain itu terjadi pendorongan mediastinum

ke arah paru yang sehat yang dapat berakibat juga penekanan pada vena cava

superior dan inferior yang berakibat pada berkurangnya cardiac preload dan

menurunnya cardiac output.

Pada kasus yang berat, pneumothoraks dapat berujung kematian dalam

hitungan waktu yang cepat. Pneumotoraks dapat juga terjadi pada suatu prosedur

kesehatan seperti pemasangan kateter intravena, pada vena subclavia atau vena

jugularis.

12

Page 13: Referat Pneumotoraks e.c TB

2.6 Patogenesis

Pleura secara anatomis merupakan satu lapis sel mesothelial, ditunjang

oleh jaringan ikat, pembuluh darah dan kapiler serta saluran limfatikus. Rongga

pleura dibatasi oleh dua lapisan tipis mesothelial, terdiri dari pleura parietalis

yang melapisi otot-otot, dinding dada, tulang dan kartilago, diafragma dan

mediastinum. Dan pleura viseralis yang melapisi paru, dan menyusup ke semua

fisura. Rongga pleura yang normal terisi cairan (10-20 mL) dan berfungsi sebagai

pelumas di antara kedua lapisan pleura.

2.6.1 Pneumotoraks Spontan Primer

Pneumotoraks spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara

dekat pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien

pneumotoraks spontan yang parunya direseksi tampak adanya satu atau dua ruang

berisi udara dalam bentuk bulla yang dibatasi pleura fibrotik yang menebal,

sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri sebagian lagi oleh jaringan paru

emphiematous.

Proses terbentuknya bulla belum diketahui, banyak pendapat menyatakan

terjadinya kerusakan bagian apeks paru berhubungan dengan iskemia atau

peningkatan distensi pada alveoli di daerah apeks patu akibat tekanan pleura yang

lebih negatif.

Pecahnya alveoli berhubungan dengan obstruksi check-valve pada saluran

nafas kecil sehingga timbul distensi tuang udara bagian distalnya.

2.6.2 Pneumotoraks Spontan Sekunder

Pneumotoraks Spontan Sekunder terjadi karena pecahnya bulla viseralis

dan sering berhubungan dengan penyakit paru yang mendahului.

Patogenesis pneumotoraks Spontan Sekunder multifaktorial, umumnya

terjadi akibat komplikasi PPOK, tuberkulosis, asma, penyakit paru infiltratif lain

(pneumonia supuratif, pneumocystis Carinii).

13

Page 14: Referat Pneumotoraks e.c TB

Pneumotoraks spontan Sekunder umumnya lebih berat daripada

pneumotoraks spontan primer, karena pada pneumotoraks spontan sekunder

terdapat penyakit paru yang sebelumnya mendahuluinya.

2.7 Diagnosis

Anamnesis :

Sesak nafas (didapatkan pada 80-100% kasus)

Nyeri dada ( didapatkan pada 75-90% kasus)

Batuk-batuk (didapatkan pada 25-35% kasus)

Pemerikasaan fisik :

Pada pneumotoraks yang kecil, biasanya hanya menimbulkan takikardia ringan

dan gejala yang tidak khas. Pada pneumotoraks yang besar, biasanya didapatkan

takikardia berat, hipotensi serta:

Inspeksi : dinding dada yang terkena tertinggal pada pergerakan, pergeseran

mediastinum atau trakea

Palpasi : taktil fremitus menurun

Perkusi : bisa normal atau meningkat (hipersonor)

Auskultasi : VBS menurun, Vocal resonan menurun sampai menghilang

Pemeriksaan penunjang :

Analisis gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia meskipun

pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan.

Pada pemeriksaan foto toraks bisa didapatkan daerah hiperlusen, corkan

vaskular paru menghilang, dengan garis paru pada sisi medial

Hilangnya suara pernafasan dalam stetoskop dapat mengindikasikan

bahwa paru tidak memenuhi rongga dada. Tanda ini disertai oleh hipersonor pada

pemeriksaan perkusi di dinding dada menambah dugaan pneumotoraks.

Pemeriksaan koin test dapat positif. Jika tanda-tanda pneumotoraks meragukan

maka dilakukan foto rontgen, namun pada hipoksia berat atau ada tanda-tanda

14

Page 15: Referat Pneumotoraks e.c TB

tension pneumotoraks maka penanganan terhadap pneumotoraks tersebut

dilakukan pertama kali. Pada posisi supine rongent akan didapatkan deep sulcus

sign, yang dikarakteristikan sebagai sudut rendah lateral dari costophrenicus pada

sisi yang terinfeksi. Tempat di mana rusuk dan diafragma bertemu terlihat lebih

rendah pada rontgen dengan deep sulcus sign memberikan diagnostik

pneumotoraks.

2.8 Diagnosis Banding

- Miokardium infark akut:

nafas yang pendek dan sakit dada, namun sakit dada pada MI biasanya

spesifik seperti di hancurkan, sentral dan menyebar ke daerah rahang, tangan

kiri atau perut. Namun pasien dengan MI bisa juga superinfeksi dengan

penyakit paru.

- Emphysema :

kehilangan fungsi jaringan paru dan digantikan dengan rongga berudara yang

juga menyebabkan nafas yang pendek-pendek, berkurangnya asupan udara

dan meningkatnya resonansi pada pemeriksaa. Emphysema merupakan

penyakit kronik, bedanya emphysema difus sedangkan pneumothorax local,

anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto rontgen harus dilakukan dan dinilai

teliti sehingga dapat didapatkan hasil yang akurat.

2.9 Penatalaksanaan

Setelah diagnosis yang tepat ditegakan maka observasi yang cermat perlu

dilaksanakan. Bila pasien sesak nafas sekali maka dilakukan pemasangan WSD

(water sealed drainage). Pada pasien yang gawat sekali maka pemasangan WSD

harus segera dilakukan dengan menusukan jarum ke rongga pleura yang berfungsi

sebagai penyelamat.

Tujuan dari penatalaksanaan pneumotoraks adalah mengeluarkan udara

dari rongga toraks dan mencegah pneumotoraks yang berulang. Pada simple

pneumothorax minimal (<15% hemithorax) biasanya dilakukan pengobatan

konservatif, karena akan sembuh sendiri dengan sendirinya, tidak perlu invasive

15

Page 16: Referat Pneumotoraks e.c TB

kemudian penderita harus istirahat di tempat tidur selama beberapa hari dan

observasi keluhan sesak dan tanda-tanda vital. Kemudian berikan oksigen 2-4 L

dan obati penyakit dasar yang menyebabkan pneumotoraks. Untuk memeriksanya

apakah ada perbaikan atau tidak maka dilakukan foto rontgen berulang kemudian

dibandingkan antara yang lama dan baru. Pneumotoraks yang terlalu kecil

membutuhkan thoracostomy tabung dan terlalu besar untuk tidak dilakukan

tindakan maka dilakukan aspirasi dengan kateter kecil.

Pada tensional pneumotoraks atau simple pneumothorax > 15%

hemithoraks dengan dispnea berat, gangguan respirasi, hipoksia arteri yang nyata

(PO2 <55 mmHg), kolaps total total pada satu paru, pembesaran pneumothorax

bilateral, harus segera dilakukan pemasangan pipa torakostomi (chest tube).

Teknik pengeluaran (drainage) udara keluar dari rongga pleura dapat dilakukan

dengan :

- Simple aspirasi

- Pemasangan WSD (water sealed drainage)

16

Page 17: Referat Pneumotoraks e.c TB

Panduan pengobatan TB

Kasus paru BTA + , kasus BTA -,

lesi luas kasus berat, tiba di luar paru 2RHZE/4RH 2RHZE/4R3H3

Kambuh, gagal Sesuai uji 2RHZES/1RHZE

5R3H3E3

TB paru pengobatan berulang Sesuai lamanya

pengobatan

sebelumy. Lama

berhenti obat dan

keadaan klinis

bakteriologis &

radiologis saat ini

2RHZES/1RHZE

5R3H3E3

TB paru BTA - 2RHZ/4RH 2RHZ/4R3H3

kronik Sesuai uji resistensi H seumur hidup

MDR TB Sesuai uji resistensi

+ quinolon

H seumur hidup

Pendekatan DOTS

DOTS adalah strategi yang telah direkomendasi oleh WHO dalam

pelaksanaan program penanggulangan TB. Penanggulangan dengan strategi

DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Sesuai dengan

rekomendasi WHO, maka strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu sebagai

berikut.

- komitmen politis dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana.

- Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis

17

Page 18: Referat Pneumotoraks e.c TB

- Pengobatan dengan panduan OTA jangka pendek dengan pengawasan

langsung oleh pengawas menelan obat (PMO)

- Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

- Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan

dan evaluasi program penganggulangan TBC

Sumber penularan dan case finding

Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan

melakukan kontak erat dengan anak tersebut. Pelacakan dilakukan dengan cara

pemeriksaan radiologis dan BTA sputum (pelacakan sentripetal). Pelacakan

tersebut dilakukan dengan cara anamnestik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang, yaitu uji tuberkulin.

Aspek sosial ekonomi

Pengobatan tuberkulosis tidak terlepas dari masalah sosio ekonomi, karena

pengobatan TB memerlukan kesinambungan pengobatan dalam jangka waktu

yang cukup lama, maka memerlukan biaya yang cukup besar. Edukasi ditujukan

kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui tentang tuberkulosis. Pasien TB

anak tidak perlu diisolasi.

18

Page 19: Referat Pneumotoraks e.c TB

BAB III

KESIMPULAN

Pneumotoraks merupakan suatu kondisi paru yang mengancam jiwa,

pneumotoraks dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Salah satunya akibat

penyakit tuberkulosa.

Gejala pneumotoraks akibat tuberkulosa tidak berbeda dengan gejala

pneumotoraks karena penyebab lainnya. Gejala yang muncul tergantung dari

seberapa luas pneumotoraks yang terjadi.

Penatalaksanaannya pun tidak jauh berbeda. Apabila pasien datang dengan

pneumotoraks et causa tuberculosa maka dilakukan tindakan untuk

menyelamakan jiwa yaitu menangani pneumotoraks terlebih dahulu baru

kemudian tuberkulosanya diobati.

19

Page 20: Referat Pneumotoraks e.c TB

DAFTAR PUSTAKA

FK UI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Jilid II. Jakarta: 2006, Hal 988-

1000, 1063-1068

Loddenkemper, R dan Frank, W, 2003, Pleural Disease in Respiratory Medicine,

3rd Edition, Vol. 2, Hal 1184-1937

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Jakarta: 2006, Hal 8-32

WHO Guidelines for The Management of Drug-Resistant Tuberculosis, 2nd

Edition. Geneva: 1997

http://en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis

http://www.mayoclinic.com/health/pneumothorax

20