pneumoni.docx
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
1/10
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru ( Mansjoer, 2000).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dar
bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsilidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Anonim, 2008). Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi
inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi (Sylvia,
2006).
B. Etiologi
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini
berdampak kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang
tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah
dengan daerah yang lain pada suatu Negara, diluar RS dan didalam RS. Karena itu
perlu diketahui dengan baik pola kuman di suatu tempat. Pneumonia yangdisebabkan oleh infeksi antara lain :
a. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-
negatif seperti Steptococcus pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus piogenes,
Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae
b. Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-
pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinialpernapasan, hantavirus.
c. Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-bahan
lain/noninfeksi :
Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral
Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap
kimia seperti berillium
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
2/10
Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen
seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di
pabrik gula
Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
Pneumonia karena radiasi
Pneumonia dengan penyebab tak jelas, (Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru,
2006).
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
3/10
C. Pathway
Pathway
Jamur, bakteri protozoa
Reaksi Inflamasi
Masuk alveoli
Kongestif (4-12 jam )
eksudat dan seruos masuk alveoli
Hepatisasi merah (48 jam)
paru-paru tampak merah dan
berganulasi karena SDM dan
leukosit DMN mengisi alveoli
Hepatisasi kelabu (3-8 hari)
paru-paru tampak kelabu karena
leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi didalam alvoeli
Konsolidasi jaringan paru
Complianve paru menurun
Peningkatan
suhu tubuh Resiko
infeksi
Nyeri akut
Resiko
kekurangan
volume cairan
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Pola napas
tidak efektif
Penumpukan
cairan dalam
aveoli
Resolusi 7-11 hari
Gangguan
pertukaran
gas
Suplai O2 menurun
Mual, muntah
Sputum kental
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
Hipertermi
Sekresi sputum oleh
bronkus
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
4/10
D. Klasifikasi
Berdasarkan bakteri penyebab, pneumoni dibagi atas:
a. Pneumonia bakteri/tipikal
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari
bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang
terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit
pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan
tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh
lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan,
dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi
dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut. Gejala pneumonia bakteri itu didahului dengan
infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena
infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan
pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus
dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tendensi
menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik,
staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal,
disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
b. Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan
bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa
menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibatvirus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala,
nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak,
batuk lebih parah, dan berlendir sedikit.
Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa
ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut
dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial
adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
5/10
c. Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan
daya tahan lemah (immunocompromised).
d. Berdasarkan predileksi infeksi
Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar
dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri. Pneumonia bronkopneumonia,
pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru.
Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi
pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru
penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru,
yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi
terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super
infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka
macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
E. Manifestasi klinis
1. Hipoksemia
2. Peningkatan suhu tubuh
3. Gemetar
4. Dingin yang menusuk
5. Batuk-batuk
6. Sputum yang purulen
7. Nyeri dada pleuristik
8. Jumlah sel darah putih meningkat
9. Pada sinar x tampak infiltrate
10. Sakit kepala11. Radang tenggorokan
12. Otot kaku
F. Komplikasi
1. Efusi pleura
2. Bronkiktasis
3. Otitis media akut
4. Sinusitis
5. Meningitis purulenta
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
6/10
6. Perikarditis
7. Abses jaringan lunak
G. Pemeriksaan fisik terfokus
1. Awitan akut biasanya oleh kuman pathogen seperti Steptococcus pneumoniae,
Streptoccus spp, Staphylococcus. Pneumonia virus di tandai dengan mialgia,
malaise, batuk kering dan non productive
2. Awitan lebih insidious dan ringan pada orang tua/imunitas menurun akibat kuman
yang kurang pathogen/oportunistik
3. Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berupa demam,
sesak nafas, tanda-tanda konsolidasi paru
4. Warna, konsistensi dan jumlah sputum penting untuk di perhatikan.
H. PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan darah
Menunjukkan leukositosis dengan predominan atau dapat ditemukan leucopenia
yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau
sedang
b. Pemeriksaan radiologi.
1. bercak konsulidasi merata pada bronkopnemonia
2. bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
3. gambaran bronkopnemonia difus atau infiltrate intertsisialis pada pneumonia
stafilokok
c. Pemeriksaan cairan pleura
d. Pemeriksaan mikrobiologi, specimen usap tenggorok, sekresinnosofaring,
bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi
paru. ( Mansjoer, 2000; 467 )
I. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L/menit2. IVFD dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1,+KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan enteral bertahap, melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip
4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan normalsalin dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
6. Antibiotic sesuai hasil biakan
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
7/10
J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas klien
Mencakup nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status
perkawinan dan alamat.
2. Data riwayat kesehatan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit. Penyakit yang berpengaruh
terhadap penyakit sekarang
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mempunyai keluhan sebagai alasan ke rumah sakit
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan keluarga menderita penyakit pnemonia
d. Pengkajian data dasar pasien
1. aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. sirkulasi
Gejala: riwayat adanya GJK kronis
Tanda: takikardi, penampilan kemerahan atau pucat
3. Integritas ego
Gejala : banyaknya stressor, masalah financial
4. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan napsu makan, mula, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,malnutrisi
5. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal
Tanda : perubahan mental (bingung, samnolen)
6. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada
Tanda : melindungi area yang sakit ( pasien umumnya tidur pada posisi yang
sakit untuk membatasi gerakan )
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
8/10
Tanda : sputum merah muda, perkusi pekak diatas area yang konsolidasi,
fremitus taktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi
pleural, bunyi nafas menurun, nafas bronchial, warna pucat atau sianosis bibir/
kuku.
7. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan system imun, mis AIDS, penggunaan steroid atau
kemoterapi, ketidakmampuan umum.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin pada
kasus varisela
8. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alcohol kronis
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukan lam dirawat 6-8 hari.
Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, oksigen mungkin
diperlukan (Doenges, Marilynn E, 2000; 164 )
e. Diagnosa keperawatan
1. Inefektif bersihan jalan nafas b/d peningkatan produksi sputum
2. Kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar-kapiler
3. Resikotinggi terhadap infeksi b/d tidak adequate pertahanan sekunder
4. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan umum
5. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
6. Risiko tinggi terhadap kekurangan nutrisi b/d anorexia
7. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan
berlebihan
8. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi( Doenges, Marilynn E, 2000; 166 )
f. Intervensi
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasitrakheobroncial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Jalan napas bersih dan efektif
KH :
Tidak mengalami aspirasi
Suara napas normal
Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam
paru paru.
Intervensi :
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
9/10
1. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
R : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.
2. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis., krekels, megi.
R : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas
bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels,
ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap
pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
3. Bantu pasien dalam melakukan napas dalam, tunjukkan/bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi.
R : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih
kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia
untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam
dan lebih kuat.
4. Penghisapan sesuai indikasi.
R : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
5. Berikan cairan lebih kurang 2500 ml/hari dan air hangat
R : cairan air hangat membantu memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler, gangguan kapasitas pengangkutan oksigen dalam darah
Tujuan : pertukaran gas dapat teratasi
KH : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan.
Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.
Intervensi:
1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.
R : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru
dan status kesehatan umum.
2. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk
efektif.
-
7/28/2019 Pneumoni.docx
10/10
R : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi.
3. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas
senggang.
R : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi.
4. Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi banyaknya jumlah sputum
merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea
berat, gelisah.
R : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan
membutuhkan intervensi medik segera.
2. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhungan dengan tidak adekuatan
pertahanan tubuh primer dan sekunder.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
KH :
Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Intervensi:
1. Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi.R : Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat
terjadi.
2. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan
pengeluaran daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah
dan bau sekret.
R : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau
menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman.
3. Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang baik.R : Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi.
4. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
R : Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
5. Lakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan indivudual
R : isilasi mungkin dapat mencergah penyebaran/memproteksi pasien dari proses
infeksi lain.