pneumonia kedokteran gigi
DESCRIPTION
pnemonia dengan kedokteran gigiTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya lah lapora ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya laporan ini.
Kami sengaja menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas kuliah
dengan sistem PBL. Dan tentunya kami selaku penyusun juga mengharapkan agar laporan ini
dapat berguna baik bagi penyusun sendiri maupun bagi pembaca di kemudian hari.
Laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil
diskusi ini.
Samarinda, November 2015
Hormat kami,
Tim penyusun
1
I. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan
terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, dan benda – benda yang asing. Pneumonia dikelompokkan berdasarkan
agen penyebabnya.
Pneumonia juga mungkin disebabkan oleh terapi radiasi, bahan kimia, dan aspirasi.
Pneumonia radiasi dapat menyertai terapi radiasi untuk kanker payudara atau paru,
biasanya terjadi 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai. Pneumonia kimiawi
adalah pneumonia yang terjadi setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang
mengiritasi. Pneumonia Bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara.
Aspirasi organisme dari nasofaring (penyebab pneumonia bakterialis yang paling sering)
atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru
melalui saluran pernafasan, masuk ke bronkhiolus dan alveoli lalu menimbulkan
reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam
alveoli dan jaringan interstitial.
II. ETIOLOGI PNEUMONIA
Beberapa studi epidemiologis menunjukkan bahwa infeksi rongga mulut, khususnya
periodontitis dapat menjadi faktor risiko penyakit sistemik (fokal infeksi). Salah satunya
adalah pneumonia. Pneumonia merupakan peradangan pada saluran nafas bawah yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat.
Penyakit saluran nafas ini menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi di seluruh dunia. Di Amerika, ada 200.000 kasus pneumonia dengan angka
kematian 15.000 per tahunnya. Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas
bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
mikroorganisme. Mikroorganisme dapat masuk ke saluran nafas bawah dengan cara
2
inhalasi langsung dari udara, penyebaran secara hematogen, dan aspirasi bahan-bahan
yang terdapat di nasofaring dan orofaring. Bakteri rongga mulut dari plak gigi masuk ke
saliva dan kemudian akan masuk ke saluran nafas bawah, terjadi kegagalan mekanisme
pertahanan pejamu (host) untuk mengeliminasi benda asing yang masuk. Hal ini
menyebabkan terjadinya multiplikasi mikroorganisme dan menyebabkan kerusakan
jaringan paru. Bakteri penyebab pneumonia adalah bakteri anaerob. Plak dental menjadi
sumber utama mikroorganisme ini, khususnya pada pasien dengan penyakit periodontal.
Pada penyakit periodontal dijumpai sekitar 500 spesies mikroorganisme yang didominasi
oleh bakteri anaerob gram negatif.
Beberapa bakteri periodontal yang dapat menyebabkan pneumonia antara lain
Actinomyces actinomycetemcomitans, Actinomyces israelii, Capnocytophaga sp,
Eikenella Universitas Sumatera Utara corrodens, Prevotella intermedia, Porphyromonas
gingivalis dan Streptococcus
Menurut Paju dan Scannapieco, ada hubungan oral higiene dengan pneumonia,
seseorang dengan oral higiene yang buruk memiliki risiko mengalami infeksi paru-paru
seperti pneumonia.
Selain bakteri yang terdapat pada rongga mulut, kita juga perlu mengetahui bakteri
patogen pernafasan yang mungkin terdapat pada saluran pernafasan. Umumnya bakteri
yang diisolasi pada pneumonia nosokomial adalah Streptococcus pneumoniae, Moraxella
catarrhalis, Haemophilus influenzae, Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophila,
dan Mycoplasma pneumonia.
3
III.PATOMEKANISME PNEUMONIA
Bakteri pneumokokus dapat meluas melalui porus kolni dari alveoli ke alveoli di
seluruh segmen / lobus. Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit
dan beberapa leukosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli
menjadi melebar. Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal, dan berwarna merah. Pada
tingkat lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit, dan relative sedikit
eritrosit.
Bakteri pneumokokus difagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi
berlangsung, makrofag masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit bersama bakteri
pneumokokus di dalamnya. Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu – abu dan tampak
berwarna abu – abu kekuningan. Secara perlahan – lahan sel darah merah yang mati
dan eksudat – fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi
normal kembali tanpa kehilangan kemampuannya dalam mekakukan pertukaran gas.
IV. DIAGNOSIS PNEUMONIA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang menunjukkan adanya
kemungkinan aspirasi yaitu pasien yang mendadak batuk dan sesak nafas sesudah makan
4
atau minum. Umumnya pasien datang 1-2 minggu setelah aspirasi dengan keluhan
demam menggigil, batuk, nyeri pleuritik, dan dahak purulen berbau (pada 50% kasus).
Dapat juga ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan. Dengan
pewarnaan gram terhadap bahan sputum saluran napas dijumpai banyak neutrofil dan
kuman campuran. Terdapat leukositosis dan Laju Endap Darah (LED) meningkat. Pada
foto toraks, terlihat gambaran infiltrat pada segmen paru unilateral yang dependen.
Lokasi tersering adalah lobus kanan tengah dan atau lobus atas, dimana lokasi ini
tergantung pada jumlah aspirat dan posisi badan pada saat aspirasi.Pada beberapa kasus,
perlu dilakukan pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin, analisis gas
darah, dan kultur darah.
A. Pengaruh usia terhadap penyakit periodontal dan penyakit saluran pernafasan
Penyakit periodontal pada umumnya dapat menurunkan kualitas hidup pada orang
tua. Salah satu penyakit pernafasan seperti pneumonia, umumnya dapat menyebabkan
kematian pada orang tua. Tingginya prevalensi penyakit periodontal pada orang tua
mendapat perhatian karena penyakit periodontal pada pasien secara langsung dapat
meningkatkan risiko terbentuknya karies akar, sama halnya dengan kehilangan gigi
yang akan menghasilkan defisiensi asupan nutrisi, penurunan kemampuan
pengunyahan dan berbicara yang dapat memperburuk kualitas hidup pasien. Pada
umumnya, orang-orang yang mengalami permasalahan yang berhubungan dengan
pernapasan kronis memiliki imunitas rendah.
Sehingga menyebabkan bakteri rongga mulut dengan mudah melekatkan diri pada
permukaan dan tepi gingiva yang tidak memiliki sistem pertahanan. Keadaan ini tidak
hanya mempercepat perkembangan penyakit periodontal, tetapi juga dapat
memperparah penyakit saluran pernafasan, seperti penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK), pneumonia dan emfisema Mekanisme mukosiliari sebagai pembersihan
saluran udara dan refleks batuk yang lebih lemah pada orang tua disertai dengan
menurunnya aktivitas kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan kuman pada mulut
dan faring teraspirasi dan masuk ke paru-paru.
P. mirabilis atau S. pneumoniae tidak terdeteksi pada plak gigi tiruan, namun
dapat dijumpai pada plak gigi, meskipun dengan frekuensi yang rendah. Dalam hal
5
ini, alasan yang mungkin adalah gigi tiruan dapat dilepas dari rongga mulut untuk
dibersihkan, sedangkan gigi yang tetap berada dalam rongga mulut mereka mungkin
memiliki karies gigi dan saku periodontal, di mana mikroorganisme mudah
berkembang biak. Meskipun kesehatan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup
seperti mengunyah, menelan, berbicara, estetika wajah, dan interaksi sosial,
masyarakat kelompok usia tua sering mengabaikan perawatan kesehatan mulutnya
dalam waktu yang lama.Oleh karena itu, pada orang tua dengan sejumlah gigi dapat
dihubungkan dengan prevalensi bakteri periodontal dalam rongga mulut, dan mungkin
dapat menjadi faktor risiko terjadinya aspirasi pneumonia.
B. Merokok sebagai faktor modifikasi penyakit periodontal dan penyakit saluran
pernafasan
Merokok merupakan faktor risiko utama yang dapat memperparah penyakit
periodontal. Merokok dianggap sebagai penyebab utama penyakit paru obstruksi
kronis dan kondisi pernafasan kronis lainnya. Penggunaan tembakau dapat merusak
gingiva dan kesehatan rongga mulut secara keseluruhan. Selain itu, juga dapat
memperlambat proses penyembuhan, sehingga kedalaman saku gusi bertambah dan
kehilangan perlekatan terjadi secara cepat. Meskipun merokok bukan satu-satunya
penyebab penyakit periodontal, namun faktor ini jelas dapat dihindari. Beberapa studi
cross-sectional menunjukkan bahwa efek merokok pada kesehatan periodontal
tergantung pada frekuensi merokok. Adapun toksik yang terpapar pada jaringan
selama merokok dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tersebut. Selain itu,
merokok dapat menyebabkan komposisi mikroba pada plak jadi berubah. Merokok
dapat juga mengganggu aliran darah, mengurangi respon imun, sehingga proses
penyembuhan menjadi terganggu.
6
C. Manfiestasi pada rongga mulut
Terjadinya gingivitis, dan kehilangan perlekatan pada pocket periodontal
dengan Indeks Penyakit Periodontal Untuk dapat mengukur prevalensi penyakit
periodontal, keparahannya serta kaitannya dengan berbagai faktor yang
mempengaruhi diperlukan suatu alat ukur yang disebut dengan indeks. Ada beberapa
indeks penyakit periodontal yang dapat digunakan seperti Indeks Periodontal oleh
Russel, Indeks Penyakit Periodontal oleh Ramfjord, dan CPITN.
Indeks Periodontal oleh Russel menunjukkan keadaan gingivitis, saku
periodontal, dan mobiliti gigi. Pengukuran dilakukan pada seluruh gigi dalam rongga
mulut sehingga membutuhkan waktu dalam melakukan pengukuran. Selain itu,
gambaran radiografi diperlukan untuk melakukan penilaian. Indeks Penyakit
Periodontal oleh Ramfjord merupakan modifikasi Indeks Periodontal oleh Russel.
Indeks ini digunakan sebagai ukuran keadaan serta keparahan penyakit
periodontal. Indeks ini mengukur derajat inflamasi gingiva dan pembentukan saku
periodontal akibat adanya kerusakan pada jaringan periodontal. Pengukuran hanya
dilakukan pada enam gigi indeks yaitu 16, 21, 24, 36, 41, dan 44. . Apabila salah satu
gigi hilang maka gigi disampingnya dapat dipakai sebagai pengganti yakni gigi 17,
11, 25, 37, 42, dan 45. Indeks ini dipilih karena:
1. Dapat digunakan sebagai ukuran keadaan serta keparahan penyakit periodontal.
2. Pengukuran hanya dilakukan pada 6 gigi indeks saja sehingga waktu yang
dibutuhkan lebih sedikit.
3. Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk merumuskan penilaian terhadap
status periodontal secara umum.
7
V. PENATALAKSANAAN
Karena penyakit ini sering menyebabkan kematian pada penderita yang mempunyai
resiko tinggi, dan juga menimbulkan biaya tinggi dalam ekonomi kesehatan, pendekatan
terhadap penyakit ini adalah dengan pencegahan menggunakan vaksin dan
kemoprofilaksis.
Pemberian obat atibiotik tidak mengeradikasi kuman, dan mikroorganisme masih ada
pada sekret sistem pernapasan sampai beberapa bulan setelah pengobatan.Pemberian
amantadine sebagai pengobatan untuk mengurangi gejala (simtomatik) pada pneumonia
yang disebabkan oleh virus hasilnya sangat efektif.
A. Untuk bagian rongga mulut
Tujuan tindakan perawatan periodontitis adalah untuk benar-benar
membersihkan bakteri dan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pengobatan akan
berhasil jika pasien memperbaiki pola menjaga kesehatan mulut setiap hari.
1. Perawatan non bedah
Perawatan non bedah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi
periodontitis, antara lain:
- Scaling, merupakan tindakan untuk menghilangkan kalkulus dan bakteri dari
permukaan gigi dan di bawah gusi.
- Root planing, merupakan tindakan menghaluskan permukaan akar, dan
mengecilkan penumpukan kalkulus lebih lanjut.
- Antibiotik, penggunaan antibiotik topikal atau oral membantu pengendalian
infeksi bakteri mencakup larutan kumur antibiotik atau penyisipan benang dan
gel yang mengandung antibiotik dalam kantong di antara gigi dan gusi.
2. Perawatan Bedah
Jika pasien memiliki periodontitis yang mungkin tidak merespon atau tidak
membaik dengan perawatan non bedah dan kebersihan mulut yang baik, maka:
8
- Pembedahan dengan flap (operasi pengurangan kantong gusi), pada prosedur
ini akan dibuat sayatan kecil pada gusi sehingga bagian jaringan gusi dapat
diangkat kembali, memperlihatkan akar untuk skala yang lebih efektif dan
planing (penghalusan). Karena periodontitis sering menyebabkan kerusakan
tulang, tulang pendukung gigi mungkin akan dibentuk ulang sebelum jaringan
gusi dijahit kembali pada tempatnya. Prosedur tersebut umumnya
membutuhkan 1-3 jam dan dilakukan dengan anestesi lokal.
- Cangkok jaringan lunak (Soft tissue grafts), ketika kehilangan jaringan gusi
oleh penyakit periodontal, garis gusi akan turun sehingga membuat gigi
tampak lebih panjang. Oleh karena hal tersebut biasanya dilakukan dengan
mengambil sejumlah kecil jaringan dari langit-langit mulut. Prosedur ini dapat
membantu mengurangi resesi gusi lebih lanjut, tutup akar gigi yang terbuka
dapat memungkinkan penampilan yang lebih baik secara estetik.
B. Pencegahan
1. Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum
tidur.
2. Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan
yang tersangkut di antara celah gigi geligi.
3. Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan bakteri dalam
mulut, misalnya obat kumur yang mengandung chlorhexidine..
4. Kurangi atau menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok.
5. Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk
kontrol rutin dan pembersihan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10