pneumonia

14

Click here to load reader

Upload: nisatriana

Post on 11-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pneumonia dan klasifikasi

TRANSCRIPT

Page 1: Pneumonia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) yang disebabkan oleh mkiroorganisme. Pneumonia ditandai oleh gejala

klinis batuk, demam tinggi dan disertai nafas cepat ataupun tarikan otot-otot bantu

pernafasan. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2-ISPA) semua

bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut

pneumonia.

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas

cepat. Nafas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam,

sedangkan nafas cepat diketahui dengan menghitung tarikan nafas dalam satu

menit. Kriteria nafas cepat menurut WHO (World Health Organization), yaitu:

Untuk balita umur 1 sampai 5 tahun frekuensi nafas 40 kali atau lebih dalam satu

menit; balita umur 2 bulan sampai 1 tahun frekuensi nafasnya 50 kali atau lebih

per menit; dan umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafasnya 60 kali atau lebih per

menit.

2.2 Etiologi Pneumonia

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada

perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi,

gambaran klinis dan strategi pengobatan. Mikroorganisme sebagai penyebab pada

pneumonia neonatus dan bayi kecil (< 20 hari) meliputi Streptococcusgrup Group

B dan bakteri gram negatif seperti Eschericia coli, Pseudomonas spp, atau

Klebsiella spp. Pada bayi yang lebih besar (3 minggu-3 bulan) dan anak balita (4

bulan-5 tahun), pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus

pneumoniae, Haemophillus influenza type B, dan Staphylococcus aureus,

sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, menduduki tempat kedua

Page 2: Pneumonia

sebagai penyebab kematian bayi dan balita setelah diare dan menduduki tempat

ketiga sebagai penyebab kematian pada neonatus.

2.3 Klasifikasi

2.3.1 Klasifikasi pneumonia berdasarkan umur

1. Kelompok umur < 2 bulan

a. Pneumonia berat

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika

sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau

sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau

suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5ºC), pernafasan cepat 60 kali atau lebih per

menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apneu,

distensi abdomen dan abdomen tegang..

b. Bukan pneumonia

Jika anak bernafas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan

tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

2. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

a. Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak

dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.

b. Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak

disertai sianosis sentral dan dapat minum.

c. Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernafas dan pernafasan cepat tanpa penarikan

dinding dada.

d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Batuk atau kesulitan bernafas tanpa pernafasan cepat atau penarikan

dinding dada.

Page 3: Pneumonia

e. Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati

selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang

sesuai,biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernafasan yang

tinggi, dan demam ringan.

2.3.2 Klasifikasi pneumonia berdasarkan etiologi

Tabel 2.1 Klasifikasi pneumonia berdasarkan etiologi

Grup Penyebab Tipe Pneumonia

Bakteri Streptococcus pneumoniaeStreptococcus piogenesStaphylococcus aureusKlebsiella pneumoniaeEschericia coliYersinia pestisLegionnaires bacillus

Pneumonia bakterial

Legionnaires disease

Actinomycetes Actinomycetes IsraeliNocardia asteriodes

Actinomycetes pulmonal

Nocrdia pulmonal

Fungi Coccidioides imitisHistoplasma capsulatumBlastomyces dermatitidisAspergillusFikomycetes

Coccidiodomikosis

Histoplasmosis

Blastomikosis

Aspergilosis

Mukormikosis

Riketsia Cocciella burneti Q fever

Chlamydia Chlamydia trachomatis Chlamidial pneumonia

Mikoplasma Mycoplasma pneumonia Pneumonia mikoplasmal

Virus Influenza virusAdenovirus respiratory syncitial

Pneumonia virus

Protozoa Pneumonsitis carini Pneumonia pneumosistis(Pneumonia plasma sel)

2.4 Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia

2.4.1 Gejala

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran

nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu

tubuh meningkat dapat mencapai 40oC, sesak nafas, nyeri dada dan batuk dengan

dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian

Page 4: Pneumonia

penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan

sakit kepala

2.4.2 Tanda

Tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain: sesak nafas,

batuk non-produktif, mengeluarkan cairan dari hidung (nasal discharge), suara

nafas lemah, penggunaan otot bantu pernafasan, demam, sianosis, sakit kepala,

kekauan dan nyeri otot, menggigil, berkeringat, mudah lelah, terkadang kulit

menjadi lembab, mual dan muntah dan thoraks foto menunjukkan infiltrasi

melebar.

2.5 Diagnosis Pneumonia

Dalam pelaksanaan program P2 ISPA, penentuan klasifikasi pneumonia

berat dan pneumonia adalah sekaligus merupakan penegakan diagnosis,

sedangkan penentuan klasifikasi bukan pneumonia tidak dianggap sebagai

penegakan diagnosis. Jika keadaan penyakit seorang balita termasuk dalam

klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosis penyakitnya kemungkinan adalah

batuk pilek biasa, faringitis, tonsillitis, otitis atau penyakit ISPA non-pneumonia

lainnya. Dalam penegakkan diagnosis pneumonia, yaitu:

1. Pemeriksaan Fisik

Dalam pola tatalaksana penderita pneumonia yang digunakan oleh

program P2 ISPA, diagnosis pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk

atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat) sesuai

umur. Diagnosis pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk atau kesukaran

bernafas disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam

pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang

dari 2 bulan diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu

frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit, atau adanya penarikan yang kuat

pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.

2. Laboratorium

Page 5: Pneumonia

Pemeriksaan kultur darah seringkali positif terutama pada pneumonia

pneumococcus dan merupakan cara yang lebih pasti untuk mengidentifikasi

organisme dibandingkan dengan kultur yang potensial terkontaminasi.

3. Radiologis

Gambaran radiologis pada foto toraks PA yang khas ialah terdapat

konsolidasi pada lobus, lobulus atau segmen dari satu atau lebih lobus paru.

Terlihat patchy infiltrat pada parenkim paru dengan gambaran infiltrasi kasar pada

beberapa tempat di paru sehingga menyerupai bronchopneumonia. Pada foto

toraks mungkin disertai gambaran yang menunjukkan ada cairan di pleura atau

fisura interlobuler. Pneumonia biasanya menyebabkan suatu daerah

persebulungan yang berbatas tegas yang di dalamnya terdapat daerah yang masih

terisi udara dan/atau bronkhi yang berisi udara (air bronchogram). Biasanya

pneumonia menyebabkan adanya opasitas yang tidak jelas dan tersebar pada

beberapa bagian paru. Hilangnya sebagian volume pada lobus yang sakit (seperti

yang ditunjukkan oleh letak fisura, diafragma dan hilus) dan adanya air-

bronchogram merupakan petunjuk adanya obstruksi bronkhus proksimal dari

konsolidasi (oleh tumor atau benda asing).

2.6 Cara Penularan Penyakit Pneumonia

Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang

ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang

menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet.

Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia ke

dalam saluran pernafasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu

terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang

dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di

sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan

menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernafasan penderita.

Page 6: Pneumonia

2.7 Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Pneumonia

Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada

balita, diantaranya:

2.7.1 Faktor risiko yang terjadi pada balita

Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat

ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut

dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

1. Status gizi

Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia.

Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat

dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan

meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia.

2. Status imunisasi

Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada

balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit.

Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan

imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada balita.Salah satu

strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat pneumonia

adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi.

3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

ASI yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan

makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena

dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang

buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian

pneumonia pada balita.

4. Umur Anak

Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah

Page 7: Pneumonia

2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di

bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran nafas yang masih sempit.

2.7.2 Faktor lingkungan

Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan

resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak

mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan

berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang

berasal dari tempat yang kotor tersebut, yang berpengaruh diantaranya:

1. Ventilasi

Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara

kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan

penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya

ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi

merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen.

2. Polusi udara

Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh

polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko

terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat

disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga

akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor.

3. Kepadatan hunian rumah

Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan factorpolusi

dalam rumah yang telah ada. Tingkat kepadatan hunian yang tidak memenuhi

syarat disebabkan oleh luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah keluarga

yang menempati rumah. Luas rumah yang sempit dengan jumlah anggota

keluarga yang banyak menyebabkan rasio penghuni dengan luas rumah tidak

seimbang. Kepadatan hunian ini memungkinkan bahteri maupun virus dapat

menular melalui pernafasan dari penghuni rumah yang satu ke penghuni rumah

lainnya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

289/Menkes/S/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, kepadatan

Page 8: Pneumonia

penghuni dikategorikan menjadi memenuhi standar adalah 2 orang per 8m² dan

kepadatan tinggi yaitu lebih dari 2 orang per 8m².

2.8 Pencegahan

Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau

keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh

kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk

menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya

untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia:

1. Perawatan selama masa kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi

ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi

kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap

hal-hal yangmemungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.

2. Perbaikan gizi balita

Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena

malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai

umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta

mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan

ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang

mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak

mendapatkannya.

3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak

Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi

yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi

DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan

dan 4 bulan.

4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai

untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai

dengan nafas cepat/sesak nafas.

Page 9: Pneumonia

5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap

diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita

ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok,

lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan

masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit

pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran

pernafasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk.

Udara nafas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada

orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan

menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya

penyakit saluran nafas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita

salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka

menjadi pneumonia karena malnutrisi.

2.9 Penatalaksanaan

2.9.1 Penatalaksanaan di Puskesmas

2.9.2 Penatalaksanaan di Rumah Sakit