pneumonia

23
1. DEFINISI Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut pneumonia. (Sylvia) Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli.Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.Trakhabrnkialis, adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain.Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernapasan 1

Upload: farida-agustiningrum

Post on 23-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

essay

TRANSCRIPT

1. DEFINISIPneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoliPeradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut pneumonia. (Sylvia)Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli.Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.Trakhabrnkialis, adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain.Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernapasan2. ETIOLOGIPneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.3. Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia. 4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

3. KLASIFIKASISecara garis besar pneumonia dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:1. Aspirasi pneumoniaTerjadi bila bayi tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru-paru.Pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau ASI.2. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamurUmumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti streptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akan muncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.3. Pneumonia akibat faktor lingkunganPolusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi. Bila tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.

4. PATOFISIOLOGISebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti menghirup bibit penyakit di udara.Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial.Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Pohon MasalahjamurMicoplasma (mirip bakteri)Bakterivirus

Masuk sasaluran pernafasan

Paru-paru

Reseptor peradanganBronkus & alveoli

hipothalamusMengganggu krj makrofag

Kringat berlebihHipertermiResiko penyebaran infeksiinfeksi

Risti kekurangan cairan &elektrolitReseptor nyeri: Histamine Prostaglandin bradikininPeradangan/ inflamasi

Difusi gas antara O2 & CO2 di alveoli tergangguproduksi sekret mngkat

odema

Kapasitas transportasi O2 menurunbatukdispneaNyeri

Gangguan pertukaran gasGangguan pola napaskelelahan

Bersihan jln napas tdk efektifPnekanan diafragmaNadi lemah

Pe tekanan Intra abdomen

AnureksiaSaraf pusat

Nutrisi berkurang

Risti terhadap gangguan nutrisiPeningkatan Metabolisme

5 MANIFESTASI KLINIK Menggigil, demam Nyeri dada Takipnea Bibir dan kuku sianosis Sesak nafas Batuk Kelelahan6 KOMPLIKASI Efusi pleura Hipoksemia Pneumonia kronik Bronkaltasis Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Komplikasi sistemik (meningitis)7 FAKTOR RESIKO Usia diatas 65 tahun Aspirasi secret orofaringeal Infeksi pernapasan oleh virus Penyakit pernapasan kronik Kanker Trakeostomi Bedah abdominal Riwayat merokok Alkoholisme Malnurisi

8 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses)2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

9 PENATALAKSANAANPengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi hipoksemia.Beberapa contoh pemberian antibiotic seperti : Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.

ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN1. Data dasar pengkajian pasien2. Aktivitas/istirahatGejala : kelemahan, kelelahan, insomniaTanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas. 3. SirkulasiGejala : riwayat adanyaTanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat 4. Makanan/cairanGejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitusTanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia(malnutrisi) 5. NeurosensoriGejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)Tanda : perusakan mental (bingung) 6. Nyeri/kenyamananGejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan) 7. PernafasanGejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.Tanda :sputum:merah muda, berkaratperpusi: pekak datar area yang konsolidasipremikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasiBunyi nafas menurunWarna: pucat/sianosis bibir dan kuku 8. KeamananGejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar 9. Penyuluhan/pembelajaranGejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronisTanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hariRencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan sianosis.3. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhanb.d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi5. Gangguan pola napas b.d peradangan ditandai dengan dispnea

3. RENCANA KEPERAWATANDx 1 :Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum ditandai dengan: Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan Bunyi nafas tak normal Dispnea, sianosis Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.Jalan nafas efektif dengan kriteria: Batuk efektif Nafas normal Bunyi nafas bersis SianosisNo.IntervensiRasional

1Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dadatakipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan.

2Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafaspenurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

3Biarkan teknik batuk efektif

batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten.

4Penghisapan (suction) sesuai indikasi.

merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

5Berikan cairan

cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret

6Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasialat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.

Dx 2 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:Dispnea, sianosis, takikardia, gelisah/perubahan mental, hipoksia, sianosis, sesak, gelisah.No.IntervensiRasional

1Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas

manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

2Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.

sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.

Kaji status mental.

gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.

Kolaborasi: berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.

: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi.

Dx 3: Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan:nyeri dada, sakit kepala, gelisahNo.Intervensi Rasional

1Tentukan karakteristik nyeri, misal kejang, konstan ditusuk.

: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

2Pantau tanda vitalPerubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alasan lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.

3Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang / berbincangan.

tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.

5Kolaborasi: Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasiobat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.

Dx 4 :Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan: Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan Pasien mempertahankan meningkat BB

No. IntervensiRasional

1identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

3Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang) makanan yang menarik oleh pasien.tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

4Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.

Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral. Kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

No.IntervensiRasiona

1Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan kehilangan cairan untuk evaporasi.

2Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)

indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.

3Catat laporan mual/muntahgejala ini menurunkan masukan oral

4Kolaborasi: beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.

pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

5Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual

pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.

a. IMPLEMENTASIDx 1: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.Implementasi keperawatan:a. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dadab. Melakukan pemeriksaan pada daerah paru, dengan cara auskultasi pada lapang paru. c. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif.d. Melakukan penghisapan (suction) 2 kali sehari.e. Memberi pasien air minum yang hangatf. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat sesuai indikasiDx 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.Implementasi keperawatan:a. Mengkaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas pasienb. mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kukuc. Mengkaji status mentald. Kolaborasi: berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.Dx 3: Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.Imlementasi Keperawatan :a. Menentukan karakteristik nyeri: anamneses kepada pasienb. Memantau tanda-tanda vital terutama TDc. Memberikan rasa nyaman dengan cara memijat punggung pasien, merubah posisi pasien, memutarkan musik tenang.d. Melakukan kolaborasi dengan dokter yaitu diberikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi.Dx 4: Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.Implementasi Keperawatan :a. Jika psien mual/muntah, mengkaji faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.b. Memberikan makanan yang disukai/embalikan nafsu makan pasien.c. mengevaluasi status nutrisi umum, serta mengukur berat badan dasar.Dx 5: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral. Implementasi Keperawatan :a. Mengkaji perubahan TTV seperti peningkatan suhu demamb. mengkaji turgor kulit normalnya kulit akan kembali dalam 2detik, serta menginspeksi pada bibir dan lidah untuk mengetahui kelembapan membran mukosa.c. Mencatat berapa kali pasien mual/muntah dalam 1harid. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan diberikan obat indikasi seperti: antipiretik, antimitik.

DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC , Jakarta

Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta

Doengoes, Marilyn (1989), Nursing Care Plans Second Edition, FA Davis Company, Philadelphia

Long, Barbara C (1989), Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung

Luckmanns Sorensen (1996), Medical Surgical Nursing, WB Saunders, Philadelphia

Soeparman (1996), Ilmu Penyakit Dalam jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Sjamsuhidajat, R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC, JakartaBaughman C Diane.2000, Keperawatan medical bedah, EGC, JakrtaDoenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta Hudak,Carolyn M.1997,Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, EGC,JakartaPurnawan J. Dkk.1982,Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI

1