pneumonia
TRANSCRIPT
PNEUMONIA
I. PENDAHULUAN
Laporan WHO menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah ISPA, termasuk pneumonia dan influenza.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
kardiovaskuler dan tuberculosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian.
II. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang megenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), bahan kimia,
radiasi, aspirasi, obat - obatan,dll.
III.KLASIFIKASI PNEUMONIA
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia pada penderita immunocompromised
d. Pneumonia aspirasi
2. Berdasarkan kuman penyebab
a. Pneumonia bacterial/tipikal
Gram-Positive Bacteria :
Streptococcus pneumoniae (disebut juga pneumococcal pneumonia ).
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes atau Group A Streptococcus
1
Gram-Negative Bacteria :
Haemophilus influenzae → umumnya pada pasien penyakit paru kronik,
pasien umur tua dan alkoholik
Klebsiella pneumoniae → pneumonia pada alkoholik dan orang yang
debil
Pseudomonas aeruginosa → penyebab paling banyak nosocomial
pneumonia dan penyakit paru kronik.
Moraxella catarrhalis → ditemukan pada nasal and oral passages. Juga
sebagai penyebab pneumonias tertentu, contohnya pada pasien asthma
atau emphysema.
Neisseria meningitides → salah satu penyebab terbanyak meningitis
Bakteri gram-negatif lain : E. coli , Proteus dan Enterobacter.
b. Pneumonia atipikal
Disebabkan oleh Micoplasma pneumoniae, Legionella pneumophila,
Chlamydia psittaki dan Coxiella burnetti.
c. Pneumonia virus
Disebabkan oleh virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV), herpes
simplex virus, varicella-zoster virus dan adenovirus.
d. Pneumonia jamur
Mycobacterium avium.
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris
Sering pada pneumonia bacterial, jarang pada bayi dan orang tua.
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder, disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus, misal pada aspirasi
benda asing atau adanya proses keganasan.
b. Bronchopneumonia
2
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapang paru. Disebabkan
oleh bakteri maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus.
c. Pneumonia interstitial
Interstitial pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakeri
atipikal.
PNEUMONIA KOMUNITAS
Adalah pneumonia yang didapat di masyarakat.
Faktor perubah yang meningkatkan risiko infeksi oleh patogen tertentu pada
Pneumonia Komunitas :
Pneumokokus yang resisten penisilin dan obat lain :
- usia > 65 tahun
- pengobatan β-lactam dalam 3 bulan terakhir
- alkoholisme
- penyakit imunosupresif (termasuk terapi menggunakan kortikosteroid)
- penyakit penyerta yang multiple
- kontak pada klinik lansia
Patogen gram negative :
- tinggal di rumah jompo
- penyakit kardiopulmonal penyerta
- penyakit penyerta yang jamak
- baru selesai mendapatkan antibiotik
Pseudomonas aeruginosa :
- penyakit paru struktural (bronchiektasis)
- terapi kortikosteroid (>10 mg prednisone/hari)
- terapi antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan sebelumnya
- malnutrisi
Etiologi :
3
- Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
- Haemophilus influenzae
- Legionella pneumophila
- Chlamydia pneumoniae
- Anaerob oral (aspirasi)
- Influenza tipe A dan B
- Adenovirus
Diagnosis
Pada foto toraks terdapat infiltrat paru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2
atau lebih gejala di bawah ini :
- batuk-batuk bertambah berat
- perubahan karakteristik dahak / purulen
- suhu tubuh >37,5oC(oral) / riwayat demam
- pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi
- leukosit >10.000 atau <4500
Perbedaan gambaran klinik Pneumonia Tipikal dan Atipikal
Tanda dan Gejala Pneumonia Tipikal Pneumonia Atipikal
Onset Akut Gradual
Suhu Tinggi, menggigil Kurang tinggi
Batuk Produktif Non produktif
Dahak Purulen Mukoid
Gejala lain Jarang Nyeri kepala,mialgia, sakit tenggorokan
Gejala di luar paru Lebih jarang Sering
Pewarnaan gram Kokus gram (+) atau (-) Flora normal atau spesifik
Radiologik Konsolidasi lobar Patchy
Laboratorium Lebih tinggi Leukosit normal kadang rendah
Gangguan fungsi hati Jarang Sering meningkat
Penatalaksanaan
4
1. Penderita rawat jalan
- Tirah baring
- Antibiotik
- Bila demam beri antipiretik
- Bila perlu diberikan mukolitik atau ekspektoran
2. Penderita rawat inap
- O2
- Pemasangan infus untuk mencegah dehidrasi dan iv line
- Antibiotik
- Antipiretik
- Mukolitik
3. Penderita rawat inap di ruang rawat intensif
Indikasi di rawat di ICU (menurut American Thoracic Society) : bila terdapat
1 dari 2 kriteria mayor atau 2 dari kriteria minor
Kriteria mayor : - Kebutuhan akan ventilator
- Syok septik
Kriteria minor : - tensi sisitolik < 90 mHg
- mengenai multilobar
- PaO2/FI O2 ratio > 250
Penatalaksanaan :
- O2
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Antipiretik
- Mukolitik
- Antibiotik harus diberikan kurang dari 8 jam
- Bila ada indikasi dipasang ventilator mekanik
PNEUMONIA NOSOKOMIAL
Adalah pneumonia yang terjadi pada waktu penderita di rawat di RS yang
infeksinya tidak timbul atau tidak sedang dalam masa inkubasi pada waktu masuk RS,
dan biasanya terjadi setelah 72 jam pertama masuk RS.
Etiologi
5
- Streptococcus pneumonia → melalui droplet
- Staphylococcus aureus → melalui selang infus
- P.aeruginosa dan Enterobacter → pemakaian ventilator
- Klebsiella pneumoniae
Diagnosis
Kriteria menurut centers for Disease Control (CDC) :
1. Ronkhi atau dullness pada perkusi torak. Ditambah salah satu :
a. onset baru sputum purulen atau perubahan karakteristiknya
b. isolasi kuman dari bahan yang didapat dari aspirasi transtrakeal, biopsi
atau sapuan bronkus
2. Gambaran radiologist berupa infiltrat baru yang progresif, konsolodasi,
kavitasi atau efusi pleura, dan salah satu dari a,b,atau c di bawah :
a. isolasi virus atau deteksi antigen virus dari sekret respirasi
b. titer antibodi tunggal yang diagnostik (Ig M), atau peningkatan 4x titer
Ig G dari kuman
c. bukti histopatologis pneumonia
3. Pasien sama atau < 12 tahun dengan 2 dari gejala-gejala berikut : apnea,
takipnea, bradikardia, wheezing, ronki, atau batuk disertai salah satu dari :
Peningkatan produksi sekresi respirasi atau salah satu dari kriteria no.2 diatas.
4. Pasien sama atau < 12 tahun yang menunjukkan infiltrat baru yang progresif,
konsolidasi, kavitasi atau efusi pleura pada foto torak. Ditambah salah satu
dari kriteria no.3 diatas.
PROGNOSIS
Angka kematian pneumonia nosokomial lebih tinggi dibandingkan
dengan pneumonia komunitas yaitu sebesar 20-25%. Angka kematian ini akan
meningkat apabila patogen penyebabnya adalah P.aeruginosa atau Acinobacter
spp. Pada penderita pneumonia yang dirawat di ruang intensif, angka kematian
meningkat 3-10x dibandingkan dengan penderita tanpa pneumonia.
PENCEGAHAN
6
- Vaksinasi
- Pencegahan proses transmisi patogen
- Mencegah faktor-faktor yang dapat menimbulkan aspirasi
- Mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak perlu
- Mempertahankan keasaman lambung
- Sterilisasi yang optimal terutama perawatan pra dan post operasi
IV. GEJALA KLINIS PNEUMONIA
- Batuk-batuk dengan sputum produktif, kadang-kadang disertai darah
- Demam, menggigil (dapat sampai >40oC)
- Sesak nafas
- Nyeri dada
- Mialgia
V. PEMERIKSAAN FISIK
Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru.
Inspeksi : dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas.
Pernapasan
dapat normal atau cepat.
Palpasi : fremitus dapat mengeras.
Perkusi : redup.
Auskultasi : dapat terdengar suara nafas bronkovesikular sampai bronchial,
dapat
disertai ronki basah halus yang kemudian dapat menjadi ronki
basah
kasar pada stadium resolusi.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto torak
Gambaran radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram misalnya oleh S.pneumoniae, bronkopneumonia (segmental
disease) oleh staphylococcus, virus atau mikoplasma, dan pneumonia
interstitial oleh virus dan mikoplasma.
7
b. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis → infeksi bakteri
Leukosit normal atau rendah → infeksi virus/mikoplasma atau pada
infeksi berat sehingga tidak terjadi respon leukosit, orang tua atau lemah.
Leukopenia → depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi
kuman gram negative atau S.aureus pada pasien dengan keganasan dan
gangguan kekebalan.
c.Pemeriksaan bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal / transtrakeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi.
d. Pemeriksaan khusus
Titer antibody terhadap virus, legionella dan mikoplasma. Nilai diagnostic
bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisa gas darah dilakukan
untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
VII. PENGOBATAN
Community Acquired Pneumonia
1. Rawat jalan :
Amoksisilin
Trimetropim/sulfametoksazol
Makrolid : zithromycin (Zithromax)
2. Rawat inap
Ampicillin – Sulbactam
Amoksisilin
Sefalosporin generasi II
Hospital Acquired Pneumonia
1. Sefalosporin generasi III : ceftriaxone atau cefotaxime IV
2. Piperacillin/tazobactam (Zosyn) dengan atau tanpa aminoglycoside (seperti
tobramycin)
3. Anti Pseudomonas : seftazidim
sefoperazon
8
imipenem
sefpirom
sefepim
ciprofloxacin
Penisilin Sensitive Streptococcus pneumonia (PSSP)
- Golongan penisilin
- TMP-SMZ
- Makrolid
Penisilin Resisten Streptococcus pneumonia (PRSP)
- Betalaktam oral dosis tinggi
- Sefotaksim dan seftriakson dosis tinggi
- Makrolid baru dosis tinggi
- Fuorokuinolon dosis tinggi
Levofloxacin (Levaquin)
Gatifloxacin (Tequin) and moxifloxacin (Avelox), kuinolon baru yang lain
→ 1x sehari
Pseudomonas aeruginosa
- Aminoglikosid
- Seftadzin, sefoperazon, sefepim
- Tiraksiklin, piperasiklin
- Karbapenem : meropenem, imipenem
- Ciprofloxacin,levofloxacin
Methisilin Resisten Staphylococcus aureus (MRSA)
- Vankomisin
- Teikoplanin
- Linezolid
Haemophilus influenzae
- TMP-SMZ
9
- Azitromisisn
- Sefalosporin generasi ke 2 atau 3
- Florokuinolon respirasi
Mycoplasma or Chlamydia pneumoniae
- Makrolid
- Doksisiklin
- Florokuinolon
Respiratory Synctyal Virus (RSV) Pneumonia pada anak-anak
Pencegahan :
- Palizumab (Synagis)
- RSV immune globulin (RespiGam)
Pengobatan :
- Ribavirin
Kombinasi ribavirin dengan RSV Ig lebih efektif dibandingkan jika
tidak dikombinasikan
- Bronchodilator : epinefrin
Common pathogens Erythromycin 500mg orally four times daily or
10
Azithromycin 250 to 500mg orally once daily for 7-10 days or
Clarithromycin 500mg orally twice daily
Doxycycline 100mg orally twice daily or
Levofloxacin 500mg once daily or
Augmentin 875 mg orally twice daily.
Community acquired. Adult (any age) Common pathogens Hospitalized patient:
*Erythromycin 500mg to 1 gram IV every 6 hours + Cefuroxime 750 mg IV every 8 hours (may substitute Azithromycin 500mg IV once daily for erythromycin) or
*Erythromycin 500mg to 1 gram IV every 6 hours + [Ceftriaxone 1 gram IV q12h or Cefotaxime 2 grams IV every 4 to 8 hours] or
If mild (monotherapy):
Azithromycin 500mg IV once daily x 2-5 days, then 500mg orally once daily or
Levofloxacin 500mg IV once daily.
Outpatient therapy:
Azithromycin 500mg once daily or
Clarithromycin 500mg twice daily or
Levofloxacin 500mg once daily or
Augmentin 875mg orally twice daily
Hospital acquired (nosocomial) Common pathogens
[Piperacillin 3-4 grams IV every 6 hours + tobramycin] or
[Ceftazidime 1-2 grams IV every 8 hours or Cefepime 1-2 grams q 12h ] + tobramycin or
Ticarcillin-clavulanic acid 3.1g IV every 6 hours + Tobra/gent or
Imipenem 500mg IV every 6 hours.
Special considerations:
Add Erythromycin 500mg to 1 gram IV every 6 hours or Azithromycin 500mg IV once daily if legionella suspected.
Substitute: Aztreonam for piperacillin, timentin or cephalosporin if allergic to penicillin.
Aspiration pneumonia Common pathogens Community acquired:
Clindamycin 600mg ivpb every 6 to 8 hours or
Augmentin 875mg PO bid or 500mg tid x 10 days
Hospital acquired:
Piperacillin-tazobactam 3.375g ivpb q6h or
Ticarcillin-clavulanic acid 3.1g ivpb q6h or
Ampicillin-sulbactam (Unasyn) 1.5-3.0 grams ivpb q6h.
Cefoxitin 2 grams ivpb q6-8h or Cefotetan 1-2 grams IV q12h.
[Cefotaxime 2g ivpb q8h or Ceftriaxone 2 grams ivpb q24h] + Clindamycin 600mg IV q6-8h.
Clindamycin 600mg IV q6-8h + [Ciprofloxacin 400mg IV q12h or Levofloxacin 500mg IV qd. ]
Hospital acquired: (Cover most common pathogens + possibility of aspiration) Common pathogens
Piperacillin-tazobactam 3.375 grams IV every 6 hours + Ciprofloxacin 400mg IV q12h or
Cefepime 2 grams IV every 12 hours + Clindamycin 600mg IV every 6 hours.
11
VIII. KOMPLIKASI
- Efusi pleura
- Empiema
- Abses paru
- Pneumothorak
- Gagal napas
- Sepsis
12
STATUS PASIEN
No. Registrasi : 93.47.22
Tgl. Masuk : 12 – 12 – 2006
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Kelamin : Wanita
Alamat : Dusun Cita Laksana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Lampung
Status : Sudah menikah
II. ANAMNESA
Autoanamnesa tanggal 13 – 12 - 2006 jam 07:00 WIB
KELUHAN UTAMA : Sesak nafas
KELUHAN TAMBAHAN : Demam dan menggigil, batuk berdahak, nyeri dada,
tidak nafsu makan
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan sering sesak nafas sejak empat
bulan yang lalu tetapi sesak napas dirasakan memberat sejak dua minggu yang lalu.
Pasien merasa sesak baik ketika sedang berbaring maupun duduk. Sesak tidak
berkurang ketika duduk. Pasien juga sering terbangun pada malam hari karena
sesak. Sesak datang tiba-tiba dan pasien tidak tahu penyebab sesak. Sejak dua
minggu yang lalu pasien merasa sesak setiap hari. Selain itu pasien juga mengeluh
batuk berdahak tidak disertai darah sejak 3 minggu yang lalu. Pasien juga sering
batuk-batuk pada malam hari. Pasien juga mengeluh sering demam. Dan apabila
demam disertai menggigil. Demam biasanya naik turun. Keringat malam disangkal
13
pasien. Pasien juga mengeluh dada terasa nyeri apabila sesak datang. Nyeri dada
tidak menjalar kepunggung atau lengan. Nyeri dada seperti ditekan-tekan. Pasien
juga mengeluh tidak nafsu makan. Riwayat merokok disangkal pasien. Pasien
mengaku rumahnya baru selesai direnovasi tetapi lantai rumahnya belum dipasang
keramik. Pasien mengaku sejak rumahnya direnovasi sejak setengah tahun yang
lalu, pasien sering merasa sesak napas dikarenakan rumahnya banyak debu. Dan
hampir tiap hari pasien mengaku membersihkan rumahnya tanpa menggunakan
penutup mulut dan hidung. Dan setelah selesai membersihkan rumah, pasien
mengaku sering bersin-bersin kemudian lama-lama pasien merasa sesak napas.
Pasien pernah berobat ke puskesmas dan diberi beberapa macam obat, salah satunya
obat penurun panas dan obat asma tetapi pasien tidak tahu namanya. Pasien
mengaku belum pernah sakit dengan keluhan yang sama.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat asma, darah tinggi, dan kencing manis disangkal pasien
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Anak perempuan pasien mempunyai sakit darah tinggi.
Pasien mengatakan tidak ada keluarga sedarah yang menderita sakit kuning, kencing
manis, ashma, maupun sakit yang lainnya.
III. PEMERIKSAAN FISIK (13 Desember 2006)
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 130/70 mmhg
Nadi : 90 x/mnt, reguler
Frekuensi nafas : 28 x/mnt
Suhu : 35,2 ºC
STATUS GENERALIS
KEPALA
Rambut : Hitam, sedikit beruban, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva ananemis
Sklera anikterik
Lensa jernih, pupil isokor
14
Reflek cahaya langsung +/+
Telinga : Liang lapang, membran timpani intak, serumen –
Hidung : Tidak ada deviasi septum, sekret -, mukosa tidak
hiperemis
Mulut : lidah kotor -, bibir kering -
LEHER
Bentuk : Simetris
Trakea : tidak ada deviasi, tidak teraba pembesaran kelenjar
tiroid
KGB : Tidak teraba pembesaran
JVP : tidak meningkat
THORAX
ANTERIOR
Inspeksi : Pergerakan nafas hemitorak kiri dan kanan sama
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Fremitus vokal hemitorak kiri meningkat
Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Sonor pada hemitorak kanan , redup pada hemithorak
kiri
Batas jantung atas : sela iga 3 linea parasternalis kiri
Batas jantung kiri : sela iga 6 linea axillaris anterior
kiri
Batas jantung kanan : sela iga 4 linea sternalis kanan
Auskultasi : Vesikuler hemitorak kiri meningkat, ronki basah
basal -/+ , wheezing ekspirasi +/+
POSTERIOR
Inspeksi : Pergerakan nafas hemitorak kiri dan kanan sama
Palpasi : Fremitus vokal hemitorak kiri meningkat
Perkusi : Sonor pada hemitorak kanan, redup pada hemithorak
kiri
15
Auskultasi : Vesikuler hemitorak kanan melemah, ronki basah
basal +/- , wheezing ekspirasi +/+
ABDOMEN
Inspeksi : Perut datar, simetris
Palpasi : Supel, nyeri tekan -, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada empat quadran
Auskultasi : Bising usus + normal
GENITALIA EKSTERNA
Kelamin wanita, tidak ada kelainan
EKSTREMITAS
Superior : Oedem -/-
Cyanosis -/-
Akral dingin -/-
Turgor kulit : normal
Inferior : Oedem -/-
Cyanosis -/-
Akral dingin -/-
Turgor kulit : normal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN (13 Desember 2006)
HB : 14,1 gr% (13.5-18 gr%)
Leukosit : 15.000/ul (4500-10.700/ul)
Diff.count : 0/0/0/84/12/4
LED : 56 mm/jam (0-10 mm/jam)
DARAH RUTIN (14 Desember 2006)
Hb : 9,5 gr% (13.5-18 gr%)
Leukosit : 11.900/ul (4500-10.700/ul)
Diff.count : 0/0/0/81/14/4
LED : 48 mm/jam (0-10 mm/jam)
16
KIMIA DARAH (14 Desember 2006)
SGOT : 42 u/l (6-25 u/l)
SGPT : 32 u/l (6-35u/l)
Total protein : 6,6 g/dl (6,0-8,5)
Albumin : 3,8 g/dl (3,5-5,0)
Globulin : 2,6 g/dl (2,3-3,5)
Ureum : 16 mg/dl (10-40mg/dl)
Kreatinin : 0.7 mg/dl (0.9-1.5 mg/dl)
GDS : 127 mg/dl (70-200 mg/dl)
V. DIAGNOSA KERJA
Bronchopneumonia + Asma Bronchiale
VI. DIAGNOSA BANDING
Bronkiektasis
Abses paru
VII. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. O2 4 liter/menit
3. Diet
Intake cairan harus cukup, apalagi pada pasien ini tidak nafsu makan
4. Medikamentosa : Infus RL + 2 amp aminofilin 20tts/mnt
Ciprofloksasin 2 x 500 mg
Parasetamol 3 x 500 mg jika demam
GG 3x1
OBH 3 x CI
Salbutamol 3x1
Prednison 2x1
FOLLOW UP
17
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI DOKTER
13-12-2006
Vital signTD: 130/90 mmHgND : 90x/mntSH : 35,3ºCRR : 28x/mnt
Keluhan :Sesak nafasNyeri dada Batuk berdahak
Pemeriksaan fisikMata : konjungtiva an anemis, sklera anikterik Mulut : lidah tidak kotor, bibir tidak kering
ToraxI : pergerakan nafas kanan dan kiri simetrisP : fremitus taktil kiri meningkatP : sonor pada hemithorak kanan, redup pada hemithorak kiriA : vesikuler hemitorak kiri meningkat, ronki basah basal -/+ , wheezing ekspirasi +/+
AbdomenI : datar simetrisP : Hepar-lien tidak terabaP : Timpani A : Bising usus + normal
Extremitas Sup Inf Oedem -/- -/-Sianosis -/- -/-Turgor kulit normal normalAkral dingin -/- -/-
TerapiO2 4 liter/menit IVFD RL 20 tts/mntAmpisilin 2 amp dripInj Cefotaksim 1 gr/12jam/IVOBH 3xCIGG 3xCIIAminofilin 3x1/2 Salbutamol 3x1Prednison 2x1
Hasil lab tgl 13-12-2006
Hematologi Hb : 14,1 gr% (13.5-18 gr%) Leukosit : 15.000/ul (4500-10.700/ul) Diff.count : 0/0/0/84/12/4 LED : 56 mm/jam (0-10 mm/jam)14-12-2006 Keluhan :
Sesak nafas TerapiIVFD RL 20 tts/mnt
18
Vital signTD: 140/90 mmHgND : 880x/mntSH : 35,8ºCRR : 32x/mnt
Nyeri dada Batuk berdahak
Pemeriksaan Fisik ToraxI : pergerakan nafas kanan dan kiri simetrisP : fremitus taktil kiri meningkatP : sonor pada hemithorak kanan, redup pada hemithorak kiriA : vesikuler hemitorak kiri meningkat, ronki basah basal -/+ , wheezing ekspirasi +/+
Ampisilin 2 amp dripInj Cefotaksim 1 gr/12jam/IVOBH 3xCIGG 3xCIIAminofilin 3x1/2 Salbutamol 3x1Prednison 2x1Venturi nebulizer /8 jam
Laboratorium tgl 14-12-2006
Hematologi Hb : 9,5 gr% (13.5-18 gr%) Leukosit : 11.900/ul (4500-10.700/ul) Diff.count : 0/0/0/81/14/4 LED : 48 mm/jam (0-10 mm/jam)
Kimia darah SGOT : 42 u/l (6-25 u/l) SGPT : 32 u/l (6-35u/l) Total protein : 6,6 g/dl (6,0-8,5) Albumin : 3,8 g/dl (3,5-5,0) Globulin : 2,6 g/dl (2,3-3,5) Ureum : 16 mg/dl (10-40mg/dl) Kreatinin : 0.7 mg/dl (0.9-1.5 mg/dl) GDS : 127 mg/dl (70-200 mg/dl)
15-12-2006
Vital signTD : 120/70 mmhgND : 84x/mntSH : 36ºCRR : 24x/mnt
Keluhan :Sesak nafas berkurangNyeri dada berkurangBatuk berdahak
Pemeriksaan Fisik ToraxI : pergerakan nafas kanan dan kiri simetrisP : fremitus taktil kiri meningkatP : sonor pada hemithorak kanan, redup pada hemithorak kiriA : vesikuler hemitorak kiri meningkat , ronki basah basal -/+ ,
TerapiIVFD RL 20 tts/mntAmpisilin 2 amp dripInj Cefotaksim 1 gr/12jam/IVOBH 3xCIGG 3xCIIAminofilin 3x1/2 Salbutamol 3x1
19
wheezing ekspirasi +/+16-12-2006
Vital signTD : 130/70 mmhgND : 76x/mntSH : 36ºCRR : 24x/mnt
Keluhan :Sesak nafas (-)Nyeri dada (-)Batuk berdahak
Pemeriksaan Fisik ToraxI : pergerakan nafas kanan dan kiri simetrisP : fremitus taktil kiri meningkatP : sonor pada hemithorak kanan, redup pada hemithorak kiriA : vesikuler hemitorakkiri meningkat, ronki basah basal -/+ , wheezing ekspirasi +/+
TerapiIVFD RL 20 tts/mntAmpisilin 2 amp dripInj Cefotaksim 1 gr/12jam/IVOBH 3xCIGG 3xCIIAminofilin 3x1/2 Salbutamol 3x1
18-12-2006
Vital signTD : 110/70 mmhgND : 76x/mntSH : 35,8ºCRR : 24x/mnt
Keluhan :Sesak nafas (-)Nyeri dada (-)Batuk berdahak
Pemeriksaan Fisik ToraxI : pergerakan nafas kanan dan kiri simetrisP : fremitus taktil kiri meningkatP : sonor pada hemithorak kanan, redup pada hemithorak kiriA : vesikuler hemitorak kiri meningkat, ronki basah basal -/+ , wheezing ekspirasi +/+
TerapiOBH 3xCIGG 3xCIIAminofilin 3x1/2 Salbutamol 3x1Prednison 2x1 KEADAAN UMUM PASIEN BAIKPASIEN BOLEH PULANGKONTROL KE POLI
DISKUSI
20
Pada pasien ini diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan foto torak. Pasien ini kami diagnosis pneumonia
karena pada pemeriksaan fisik ditemukan batuk berdahak,demam disertai menggigil,
sesak nafas dan nyeri dada.
Pada foto thorak ditemukan adanya densitas berupa bercak-bercak yang difus di
seluruh paru. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan jumlah leukosit
dan LED yang meningkat.
Pada pasien ini terapi O2 diperlukan oleh karena sesak nafas yang dirasakan pasien
agak berat karena asma bronchiale yang dideritanya.
Terapi yang diberikan pada pasien ini bisa dikatakan berhasil,oleh karena selama 7
hari dirawat inap di ruang melati, pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan, antara
lain : frekuensi batuk semakin berkurang, dahak yang dikeluarkan semakin berkurang,
sesak nafas berkurang, demam sudah tidak ada dan nyeri dada tidak lagi dirasakan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Dahlan zul ; Pneumonia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi I, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2006 ; 974-984.
2. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR-RSU
Dr.Soetomo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit FK UNAIR : Surabaya
2004. hal 130-140.
3. Price A.Sylvia. Infeksi pada Parenkim Paru :
Pneumonia, Patofisiologi. Edisi I, EGC, Jakarta, 2006; 804-810.
4. http://www.reutershealth.com/wellconnected/
doc64.html
5. http://en.wikipedia.org/wiki/Pneumonia
6. http://www.globalrph.com/antibiotic/pneumonia.htm
22