pneumonia
DESCRIPTION
lp pneumoniaTRANSCRIPT
KONSEP PNEUMONIA
A. DEFINISI
Pnemunonia didefinisikan sebagai penyakit infeksi saluran
pernapasan bawah, yang melibatkan parenkim paru-paru, termasuk alveoli
dan struktur pendukungnya. Pneumonia merupakan penyebab kematian
rangking keempat di kalangan pasien usia di atas 65.
B. KLASIFIKASI
Mengingat adanya perubahan pathogen yang menyebabkan
pneumonia dan pola resistensi antimikrobal, maka perawat harus ingat
akan klasifikasi berikut ini:
1. Community-acquired pneumonia
Dimulai sebagai penyakit pernapasan umum dan bisa berkembang
menjadi pneumonia. Pneumonia streptococcal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-
anak atau kalangan orang tua.
2. Hospital-acquired pneumonia
Dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti aeruginosa
pseudomonas, klebsiella, atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri
umum penyebab hospital-acquired pnemumonia.
3. Lobar dan bronchopneumonia
Dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini,
pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut
lokasi anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial, dan fungal
Dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya. Kultur sputum dan
sensitivitas dilakukan untuk mengidentifikasi organisme perusak.
C. ETIOLOGI
Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk ke dalam
tubuh melalui aspirasi, inhalasi, atau penyebaran sirkulasi. Pneumonia
1
terutama disebabkan oleh bakteri. Pneumonia inhalasi disebarkan melalui
droplet batuk dan bersin. Agen penyebabnya biasanya adalah virus.
Pneumonia bisa disebabkan oleh penyebaran hematogenous dalam diri
pasien yang mengidap septisemia. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh
agen bakterial atau agen fungal. Pasien yang berusia lanjut dan sakit
kronis, pasien dengan terapi steroid yang sangat panjang; pasien yang
mengidap AIDS, kekurangan gizi, atau masalah penyalahgunaan alkohol
dan obat-obatan terlarang dan pasien penderita immunosupresi, mereka itu
lebih rentan terhadap penyakit pneumonia.
1. Pneumonia Bakterial
Di antara semua jenis pneumonia, kejadian pneumonia bakteri
hanya kurang dari setengahnya dan biasanya diderita oleh kalangan
orang tua. Namun demikian, 80% pasien pneumonia yang diopname di
rumah sakit memiliki infeksi bakteri, dan kerap kali diiringi dengan
perkembangan penyakit yang semakin parah dan usia yang semakin
menua (Phipps, et. Al., 1995). Organisme gram-positif yang
menyebabkan pneumonia bakteri adalah Streptococcus pneumonia, S.
Aureus, dan Streptococcus pyogenes. Insidensi penyakit pneumonia ini
paling tinggi terjadi di musim dingin, dan biasanya merupakan lanjutan
dari penyakit infeksi saluran atas. Pneumonia mikroplasma menyerang
berbagai kalangan usia dan penyebarannya melalui tranmisi droplet.
Haemophilus influenza merupakan organisme gram-negatif yang paling
umum. Penyebaran penyakit ini dipercepat melalui tranmisi droplet dan
biasanya menimpa pasien yang sebelumnya pernah mengidap penyakit
pernapasan seperti PPOM. Klepsiella pneumonia dan P. Aeruginosa
biasanya didapat melalui aspirasi sekret oral melalui udara atau organ
pernapasan. Upaya penanggulangannya, atau setidaknya upaya
mengurangi tingginya korban pengidap pneumonia, serta penghematan
biaya rumah sakit dan perawatan adalah dengan mengusahakan
pengobatan infeksi pernapasan sejak dini, memberikan terapi antibiotik
di rumah dan membawa pasien ke unit perawatan sub akut. Strategi ini
2
digunakan untuk menangani pasien pengidap pneumonia bakteri yang
tidak menderita gangguan pernapasan.
Pneumonia dulunya pernah dikenal sebagai ‘teman akrab
kalangan tua’, dikarenakan penyakit ini banyak menyebabkan pasien
usia lanjut meninggal dengan tenang. Namun begitu, penyakit
pneumonia bakteri ini mempunyai prevalensi dan angka kematian di RS
mencapai kira-kira 15-20%. Pada pasien dengan usia di atas 70 tahun,
angka kematiannya mencapai 50-70%.
2. Pneumonia Virus
Pneumonia virus yang merupakan tipe pneumonia yang paling
umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui
tranmisi droplet. Cytomegalovius dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus. Bagi pasien penderita immunosupressi
(gangguan sistem imun), maka penyakit ini menyebabkan rata-rata
kematian yang tinggi. Pasien dengan pneumonia virus harus diberi
pengobatan secara simptomatis. Ada kemungkinan pasien mengalami
pneumonia bakterial sekunder, dan harus dimonitor secara menyeluruh
terkait dengan infeksi pernapasan yang dideritanya.
3. Pneumonia Fungal
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis, menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora, dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. Infeksi
histoplasma terkadang hilang dengan sendirinya sehingga tidak
memerlukan perawatan. Namun jika membutuhkan perawatan, pasien
akan diberi agen antifungal (amphotericin B) secara intravena. Untuk
kalangan wanita hamil, histoplasma harus dicegah karena jamur bisa
merusak fetus yang sedang tumbuh berkembang. Coccidiomikosis
umumnya lebih dikenal dengan demam lembah, juga menyebar melalui
spora yang dihirup yang berasal dari tanah yang terkontaminasi.
Penyakit ini pernah menjadi wabah menular di daerah Amerika Serikat
bagian tenggara dan sebagian Argentina. Untuk ancaman penyakit
3
menular ini, alternatif perawatannya bisa berupa pemberian amphotecirin
B melalui intravena (intravenous).
4. Pneumocystis carinii pneumonia (PCP)
Organisme penyebabnya yang telah diidentifikasi, yakni protozoa
dan jamur. Penyakit ini menjangkiti pasien yang menderita
immunosupresi, seperti pengidap AIDS misalnya. Studi morphologi baru-
baru ini mengenai organisme di atas, menunjukkan bahwa penyakit ini
lebih disebabkan oleh jamur. PCP merupakan salah satu penyakit infeksi
dengan penyebarannya mendunia dan menjadi salah satu yang paling
dikuatirkan di kalangan pasien penderita AIDS. Infeksi pada pasien
normal biasanya asimptomatik apabila terjadi dengan agen yang
menguntungkan. Penanganan profilaksis untuk penyakit Pneumocystis
carinii pneumonia bagi pasien mengidap virus HIV, telah bisa
menurunkan insidensi dari penyakit pneumonia ini.
D. PATHOFISIOLOGI
Pada penyakit ini, alveoli, bronkiola, dan bronkia dipenuhi dengan
suppurative exudate yang bisa menghambat terjadinya ventilasi pada paru-
paru. Hal ini menyebabkan shunting arterivenous dan hipoksemia.
E. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya penderita pneumonia mengalami serangan berupa
demam, gemetar, dingin yang menusuk, batuk-batuk, sputum yang purulen,
dan nyeri dada pleuristik. Manifestasi pneumonia yang paling utama adalah
hipoksemia. Kemudian komplikasinya meliputi asidosis metabolisme,
penyakit multilobar, dehidrasi, dan gagal nafas. Organisme utama
penyebabnya adalah S. pneumoniae, H. influenza, dan K. pneumonia.
Organisme ini menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat dan dengan
sinar X dada maka akan nampak adanya infiltrat. Pneumonia biasanya
menimbulkan serangan yang bertahap dan tidak jelas serta kurang
dramatis dalam penampakan klinisnya. Pasien yang mengidap penyakit ini
akan mengalami sakit kepala, radang tenggorokan, otot kaku dan resah.
4
Selain itu, juga disertai dengan batuk-batuk dan suhunya tidak panas serta
sel leukositnya tidak akan bertambah. Tipe penyakit pneumonia yang paling
umum, meliputi M. pneumoniae, pneumonia virus, dan Legionella
pneumonia. Kadang-kadang pasien yang memiliki kebiasaan merokok
jangka panjang atau yang mengidap PPOM, kemungkinan besar akan
mengidap pneumonia atipikal, dan perubahan kesehatan yang
ditimbulkannya sangat sulit untuk dideteksi, karena status pernapasannya
sudah melemah dan kronis.
F. MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen pengobatan untuk pneumonia bakterial meliputi
pemberian antibiotik yang disesuaikan dengan agen penyebabnya. Adapun
kerugiannya adalah reaksi alergi, dan penyakit pernapasan yang telah ada
sebelumnya. Terapi oksigen digunakan untuk menangani timbulnya
hipoksemia. Penanganan terapi pernapasan dengan menggunakan perkusi
dada dan drainage postural membantu menghilangkan exudasi suppuratif.
Setiap dua jam sekali, pasien disuruh berbalik, batuk, dan bernapas secara
mendalam, ini penting dilakukan, khususnya bagi pasien berusia lanjut
yang memiliki keterbatasan mobilitas. Bagian kepala tempat tidur harus
dinaikkan untuk membantu ventilasi dan bronkodilator.sedangkan
pemberian ransum bergizi sangatlah perlu untuk memenuhi kebutuhan
kalori pasien berusia lanjut dan penderita gangguang sistem imun. Saturasi
dimonitor terus dengan menggunakan oksimeter denyut nadi. Level yang
diperoleh harus di atas 90%. Pneumonia virus diberi penanganan secara
supportive. Asuhan perawatan difokuskan pada penormalan/pemulihan
tanda dan gejala penyakit yang ada. Pasien perlu diberi kenyamanan
berupa pemberian minuman (teh hangat), mandi uap, penyediaan bantal,
perawatan gigi, dan pemberian obat mukolitik.
5
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala:
kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda:
letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala:
riwayat adanya GJK kronis
Tanda:
takikardia, penampilan kemerahan atau pucat
c. Intergritas Ego
Gejala:
banyaknya stresor, masalah finansial
d. Makanan/Cairan
Gejala:
kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus
Tanda:
distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan kakesia (malnutrisi)
e. Neurosensori
Gejala:
Sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda:
Perubahan mental (bingung, somnolen)
f. Nyeri/Keamanan
Gejala:
Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri
dada substernal (influenza), mialgia, artralgia
6
Tanda:
Melindungi are yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang
sakit untuk membatasi pergerakan)
g. Pernapasan
Gejala:
Riwayat adanya ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takipnea,
dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori,
pelebaran nasal
Tanda:
Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen; perkusi: pekak di
atas area yang konsolidasi; gesekan friksi pleural; bunyi napas:
menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas
bronkial; warna: pucat atau sianosis bibir/kuku
h. Keamanan
Gejala:
Riwayat gangguan sistem imun, mis, SLE, AIDS, penggunaan
steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum;
demam (mis. 38,5-39,6˚C)
Tanda:
Berkeringat; menggigil berulang, gemetar; kemerahan mungkin ada
pada kasus rubeola atau varisela
i. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis
Pertimbangan:
DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari
Rencana Pemulangan:
Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah,
oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
7
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X:
Mengidentifikasi distribusi struktural (mis., lobar, bronkial); dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokasisasi (bakterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA/nadi oksimetri:
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah:
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,
bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada;
bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia, Stapilococcus
aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus influenza; CMV.
Catatan: Kultur sputum tak dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukkan bakteremia
sementara.
d. JDL:
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi, mis., titer virus atau Legionella, aglutinin
dingin:
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f. LED:
Meningkat.
g. Pemeriksaan fungsi paru:
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan
jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin
terjadi perembesan (hipoksemia).
8
h. Elektrolit:
Natrium dan klorida mungkin rendah.
i. Bilirubin:
Mungkin meningkat.
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka:
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasma
(CMV); karakteristik sel raksasa (rubeolla).
B. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Kerusakan pertukaran gas
3. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi
4. Intoleransi aktivitas
5. Nyeri akut
6. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan:
Inflamasi trakeabronkial, pembentukan demea, peningkatan produksi
sputum; nyeri pleuritik; penurunan energi, kelemahan
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan; bunyi nafas tak normal,
penggunaan otot aksesori; dispnea, sianosis; batuk, efektif atau tak
efektif, dengan/tanpa produksi sputum.
Kriteria evaluasi:
Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas;
menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada
dispnea, sianosis.
Tindakan/Intervensi Rasional
9
Mandiri Kaji frekuensi/kedalaman
pernapasan dan gerakan dada
Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis., krekels, mengi
Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi
Penghisapan sesuai indikasi
Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin.
Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru
Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.
Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
Kolaborasi Bantu mengawasi efek
pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain, mis., spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, drainase postural.
Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Drainase postural tidak efektif pada pneumonia interstisial atau menyebabkan eksudat
10
Lakukan tindakan di antara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.
Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.
Berikan cairan tambahan, mis., IV, oksigen humidifikasi, dan ruangan humidifikasi.
Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.
Bantu bronkoskopi/torakosentesis bila diindikasikan.
alveolar/kerusakan. Koordinasi pengobatan /jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum.
Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.
Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tak tampak) dan memobilisasikan sekret.
Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.
Kadang-kadang diperlukan untuk membuangh perlengketan mukosa, mengeluarkan sekresi purulen, dan/atau mencegah atelektasis.
2. Kerusakan pertukaran gas
Dapat dihubungkan dengan:
Perubahan membran alveolar-kapiler (efek inflamasi); gangguan
kapasitas pembawa oksigen darah (demam, perpindahan kurva
oksihemoglobin); gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi).
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Dispnea, sianosis; takikardia; gelisah/perubahan mental; hipoksia.
Kriteria evaluasi:
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan;
berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
11
Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.
Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).
Kaji status mental.
Awasi frekuensi jantung/irama.
Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil, mis., selimut tambahan/menghilangkannya, suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin.
Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang.
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif.
Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/perasaan. Jawab pertanyaan dengan jujur. Kunjungi dengan sering, atur pertemuan/kunjungan oleh orang terdekat/pengunjung sesuai
Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respons tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut (‘membran hangat’) menunjukkan hipoksemia sistemik.
Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen dapat menunjukkan hipoksemia/ penurunan oksigenasi serebral.
Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia.
Demam tinggi (umum pada pnemumonia bakterial dan influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.
Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.
Ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai dengan respons fisiologi terhadap hipoksia. Pemberian keyakinan dan meningkatkan rasa aman dapat menurunkan komponen psikologis,
12
indikasi.
Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah.
Siapkan untuk/pemindahan ke unit perawatan kritis bila diindikasikan.
sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek merugikan dari respons fisiologis.
Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan intervensi medik segera.
Intubasi dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan pada kejadian kegagalan pernapasan.
Kolaborasi Berikan terapi oksigen dengan
benar, mis., dengan nasal prong, masker, masker Venturi.
Awasi GDA, nadi oksimetri
Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO₂ di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.
3. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi
Dapat dihubungkan dengan:
Ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia,
perlengketan sekret pernapasan); tidak adekuat pertahanan sekunder
(adanya infeksi, penekanan imun) penyakit kronis, malnutrisi.
Kriteria evaluasi:
Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi;
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Pantau tanda vital dengan ketat,
khususnya selama awal terapi.
Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan
Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (hipotensi/syok) dapat terjadi.
Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya, penting bahwa
13
melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.
Tunjukkan/dorong teknik mencuci tangan yang baik.
Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik.
Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual.
Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Awasi keefektifan terapi antimikrobial.
Selidiki perubahan tiba-tiba/penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam, perubahan karakteristik sputum.
sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder.
Efektif berarti menurunkan penyebaran/tambahan infeksi.
Meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
Tergantung pada tipe infeksi, respons terhadap anitibiotik, kesehatan umum pasien, dan terjadinya komplikasi, teknik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran/melindungi pasien dari proses infeksi lain.
Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah.
Tanda perbaikan kondisi haus terjadi dalam 24-48 jam.
Penyembuhan melambat atau peningkatan beratnya gejala diduga tahanan terhadap antibiotik atau infeksi sekunder. Komplikasi memperngaruhi beberapa/semua sistem organ termasuk abses paru/empiema, bakteremia, perikarditis/endokarditis, meningitis/ensefalitis, dan superinfeksi.
Kolaborasi Berikan antimikrobial sesuai
indikasi dengan hasil kultur sputum/darah, mis., penisillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain,
Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia. Kombinasi antiviral dan antijamur mungkin digunakan bila
14
sefalosporin; amantadin pnemonia diakibatkan oleh organisme campuran.
4. Intoleransi aktivitas
Dapat dihubungkan dengan:
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen; kelemahan
umum; kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan, batuk berlebihan, dan dispnea.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Laporan verbal kelemahan, kelelahan, keletihan; dispnea karena kerja,
takipnea; takikardia sebagai respons terhadap aktivitas;
terjadinya/memburuknya pucat/sianosis.
Kriteria evaluasi:
Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan
tanda vital dalam rentang normal.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Evaluasi respons pasien terhadap
aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah beraktivitas.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau
Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
15
tidur.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
menunduk ke depan meja atau bantal.
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Nyeri akut
Dapat dihubungkan dengan:
Inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin, batyk
menetap.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Nyeri dada pleuritik; sakit kepala, otot/nyeri sendi; melindungi area yang
sakit; perilaku distraksi, gelisah.
Kriteria evaluasi:
Menyatakan nyeri hilang/terkontrol; menunjukkan rileks, istirahat/tidur,
dan peningkatan aktivitas dengan tepat.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Tentukan karakteristik nyeri, mis.,
tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri.
Pantau tanda vital.
Berikan tindakan nyaman, mis., pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/ perbincangan, relaksasi/ latihan napas.
Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pnemonia seperti perikarditis dan endokarditis.
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa,
16
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
potensial ketidaknyamanan umum.
Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
Kolaborasi Berikan analgesik dan antitusif
sesuai indikasi Obat ini dapat digunakan untuk
menekan batuk produktif/ paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/ istirahat umum.
6. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dapat dihubungkan dengan:
Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi; anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri, bau
dan rasa sputum, dan pengobatan aerosol; distensi abdomen/gas yang
berhubungan dengan menelan udara selama episode dispnea.
Kriteria evaluasi:
Menunjukkan peningkatan napsu makan; mempertahankan/
meningkatkan berat badan.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Identifikasi faktor yang
menimbulkan mual/muntah, mis., sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan/bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
Jadwalkan pengobatan pernapadan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.
Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
17
Auskultasi bunyi usus. Observasi/ palpasi distensi abdomen.
Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang, krekers) dan/atau makanan yang menarik untuk pasien.
Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/ memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun napsu makan mungkin lambat untuk kembali.
Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan/atau lambatnya respons terhadap nyeri.
7. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
Dapat dihubungkan dengan:
Kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas
mulut/hiperventilasi, muntah); penurunan masukan oral.
Kriteria evaluasi:
Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat, mis., membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Kaji perubahan tanda vital, contoh
peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen
18
Catat laporan mual/muntah.
Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Wapadai kehilangan yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi individual.
tambahan.
Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.
Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.
Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.
Kolaborasi Beri obat sesuai indikasi, mis.,
antipiretik, antiemetik.
Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.
Berguna menurunkan kehilangan cairan.
Pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat memperbaiki/ mencegah kekurangan.
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
Dapat dihubungkan dengan:
Kurang terpajan; kesalahan interpretasi; kurang mengingat.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Permintaan informasi; pernyataan kesalahan konsep; kegagalan
memperbaiki/berulang.
Kriteria evaluasi:
Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan pengobatan;
melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Kaji fungsi normal paru, patologi
kondisi.
Diskusikan aspek
Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghubungkannya dengan program pengobatan.
Informasi dapat meningkatkan
19
ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan. Identifikasi perawatan diri dan kebutuhan/ seumber pemeliharaan rumah.
Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/latihan pernapasan.
Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan.
Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, mis., istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik, menghindari kerumunan selama musim pilek/flu dan orang yang mengalami infeksi saluran napas atas.
Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi mediak dan vaksin/ imunisasi dengan tepat.
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan, mis., peningkatan dispnea, nyeri dada, kelemahan memanjang, kehilangan berat badan, demam/ menggigil, menetapnya batuk produktif, perubahan mental.
koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. Gejala pernapasan mungkin lambat untuk membaik, dan kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama periode yang panjang. Faktor ini dapat berhubungan dengan depresi dan kebutuhan untuk berbagai bentuk dukungan dan bantuan.
Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi/mengikuti program medik.
Selama awal 6-8 minggi setelah pulang, pasien berisiko besar untuk kambuh dari pneumonia.
Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus, dan menghambat makrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi.
Meningkatkan pertahanan alamiah/ imunitas, membatasi terpajan pada patogen.
Dapat mencegah kambuhnya pneumonia dan/atau komplikasi yang berhubungan.
Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/ meminimalkan komplikasi.
20
21