pnbb -celoteh anak rumput 2012 seri 2

63
PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2 0 Haderi Idmukha CELOTEH ANAK RUMPUT (Kumpulan Artikel dan Esai) Haderi Idmukha

Upload: others

Post on 06-Jul-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

0 Haderi Idmukha

CELOTEH ANAK RUMPUT

(Kumpulan Artikel dan Esai)

Haderi Idmukha

Page 2: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

1 Haderi Idmukha

Celoteh Anak Rumput - Seri 2 (Kumpulan Esai)

Penulis Haderi Idmukha

PNBB E-Book #7 www.proyeknulisbukubareng.com

[email protected]

Tata Letak dan Desain Tim Pustaka Hanan

Penerbit Digital Pustaka Hanan

Publikasi

Pustaka E-Book

Informasi: www.pustaka-ebook.com [email protected]

©2012

Lisensi Dokumen E-book ini dapat disebarkan secara bebas untuk tujuan non-komersial

(nonprofit) dan tidak untuk diperjualbelikan, dengan syarat tidak menghapus atau merubah sedikitpun isi, atribut penulis dan pernyataan

lisensi yang disertakan.

Page 3: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

2 Haderi Idmukha

Pengantar

Segala puji bagi Allah yang mengajarkan manusia dengan qalam.

Shalawat dan salam saya sanjungkan kepada Nabi akhir zaman,

Muhammad Shallallaahu 'alaihi wasallam.

Kumpulan tulisan ini saya beri judul “Celoteh Anak Rumput”, dan

e-book ini merupakan seri ke 2 dari 3 seri Celoteh Anak Rumput. Berupa

kumpulan artikel dan esai yang pernah dipublikasikan di harian

Banjarmasin Post dan Facebook.

Ada apa dengan anak rumput? Saya menggunakan istilah ini,

karena menyadari bahwa saya hanyalah rakyat jelata, orang pinggiran

yang coba berceloteh lewat tulisan. Lagi pula, saya hanyalah seorang

pembelajar menulis (penulis pemula), ibarat pohon, saya hanyalah anak

rumput yang baru tumbuh. Namun, walau begitu, saya berharap ada

hikmah yang bisa diambil dan ada manfaat yang bisa dipetik dari celotehan

saya ini.

Kepada Pak Heri Cahyo, saya ucapkan terima kasih karena sudah

membukakan jalan bagi member PNBB (Proyek Nulis Buku Bareng) untuk

mengaktualisasikan diri melalui komunitas ini dan menjalin kerja sama

dengan Pustaka Ebook (www.pustaka-ebook.com). Begitu pula ucapan

terima kasih kepada Mbak Evyta Ar yang berkenan bekerja sama dengan

PNBB sekaligus memfasilitasi penerbitan karya member PNBB dalam

bentuk E-book, sehingga bakat kami yang tergabung di PNBB bisa

tersalurkan. Tak lupa juga kepada teman-teman yang tergabung di PNBB

saya mengucapkan terima kasih, karena dari teman-teman lah saya

terinspirasi dan termotivasi menulis. Semoga PNBB semakin Berjaya, dan

semoga semangat kita terus terpacu untuk menghasilkan karya terbaik.

Karena saya ini anak rumput yang baru belajar tumbuh, maka

tegur sapa teman, sahabat dan para guru selalu saya harapkan.

Amuntai, Kalimantan Selatan, Januari 2012 Haderi Idmukha

Page 4: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

3 Haderi Idmukha

Daftar Isi

Pengantar 2

Daftar Isi 3

3. Celoteh tentang Pendidikan

4

Ambil Positifnya 5

Menyoal Peringatan Maulid dan Pendidikan 7

Prestasi Semu 11

Ujian Nasional, Adilkah? 14

Jadilah Murid Kebanggaan 18

Pendidikan Karakter 21

Nilai Kedisiplinan 24

Generasi Dambaan 26

4. Celoteh tentang Negeri Kita

29

Air Mata Ibu Pertiwi 30

Aman dan Damailah Indonesiaku 33

Indahnya Perbedaan 37

Ingat dan Contohlah Perjuangan Kami 40

Jenderal, Turunkan Tanganmu 44

Merdeka, Tapi Terjajah 46

Jangan Jadikan Lahan Politik 49

Spirit Kepemimpianan Rasulullah 50

Pantauan terhadap Jejaring Sosial, Perlukah? 53

Suatu Kezaliman 55

Tentang Penulis

57

Tentang PNBB 58

Page 5: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

4 Haderi Idmukha

~ 3 ~

Celoteh tentang Pendidikan

Page 6: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

5 Haderi Idmukha

Ambil Positifnya

Sebagaimana tahun sebelumnya, Ramadhan tahun ini sekolah-

sekolah kembali dianjurkan oleh pihak terkait untuk melaksanakan

kegiatan Ramadhan minimal enam hari, yang diisi dengan beragam

kegiatan mulai dari tadarus Al-Qur‘an, bimbingan shalat dhuha, dan

bimbingan ibadah lainnya, serta tambahan pengetahuan agama.

Kegiatan Ramadhan di sekolah menuai pro dan kontra. Yang pro

tentu saja melihat dari sisi positif kegiatan tersebut. Yang kontra juga

punya alasan, mungkin melihat sisi negatifnya.

Kalau kita menanyakan kepada siswa, kebanyakan mereka

menginginkan libur total, dengan alasan hadir ke sekolah dan mengikuti

kegiatan sangat melelahkan, apalagi bagi mereka yang rumahnya jauh dari

sekolah.

Kegiatan itu dimaksudkan melatih siswa mengisi Ramadhan

dengan berbagai macam ibadah. Dalam seminggu itu mereka dijejali

dengan berbagai kegiatan dengan harapan iman dan keyakinan mereka

bertambah.

Memang kita tidak bisa berharap banyak dari kegiatan tersebut.

Namun, paling tidak sedikit memberikan pencerahan pada siswa. Untuk

memaksimalkan perlu ditindaklanjuti dengan memberikan tugas

tambahan selama libur Ramadhan.

Melihat sisi negatif kegiatan Ramadhan di sekolah, memang kita

akui ketika kegiatan berakhir, ternyata ada saja siswa yang tidak langsung

pulang ke rumah, justru ia manfaatkan untuk pacaran, bahkan

disempatkan mampir ke tempat orang jualan sate, yang memang dibuka di

pasar Ramadhan yang sudah mulai beroperasi setelah waktu zuhur.

Bisakah kita menyalahkan mereka? Tidak. Sungguh iman dan

keyakinan mereka tidaklah semantap gurunya, iman dan keyakinan

mereka tidaklah semantap ustadz yang memberikan tausiyah kepada

Page 7: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

6 Haderi Idmukha

mereka saat kegiatan Ramadhan. Mereka tidak sanggup menahan godaan

lapar dan haus setelah mengikuti berbagai kegiatan di sekolah. Ditambah

sarana untuk berbuka tersedia di depan mata.

Sebenarnya kasus semacam itu hanya terjadi pada segelintir

siswa. Masih banyak siswa yang memang benar-benar mampu menjaga

puasanya dalam berbagai situasi.

Jawabannya, semestinya para pedagang kue, dan makanan

lainnya jangan menggelar dagangannya terlalu dini. Hal ini sangat

menggoda orang-orang yang lemah dan belum mantap keyakinannya

dalam menjalankan ibadah puasa. Lebih-lebih bagi pelajar.

Artinya, lingkungan masyarakat hendaknya menciptakan

lingkungan yang mendukung khidmatnya pelaksanaan ibadah puasa,

bukan sebaliknya menodainya.

Fenomena penodaan bulan puasa setiap tahun terus saja

berlangsung. Mulai dari padagang yang sengaja menggelar dagangan

terlalu dini, bahkan ada saja pedagang yang memang sengaja membuka

rumah makan (sakadup) untuk mereka yang tidak berpuasa.

Hal itu sangat kita sayangkan. Orang non-muslim saja mau dan

mampu menghormati orang Islam dalam menjalankan ibadah puasa,

mengapa justru orang Islam sendiri yang melecehkan dan tidak mau dan

tidak mampu menghormati orang-orang yang berpuasa.

Menyikapi masalah yang dikemukakan di atas, pemerintah

harus turun tangan menertibkan para pedagang tersebut, dan menindak

tegas bagi yang melanggar ketentuan yang diberlakukan agar kesucian

Ramadhan terpelihara dengan baik.

Menanggapi anjuran pelaksanaan kegiatan Ramadhan di sekolah,

ada pihak sekolah yang melaksanakannya, ada juga yang tidak

melaksanakannya, namun ada kiat-kiat yang dilakukan pihak sekolah yang

digunakan selama waktu libur.

Seperti Ponpes Rakha Amuntai yang mengambil kebijakan

meliburkan muridnya sebulan penuh, bahkan ditambah enam hari untuk

Page 8: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

7 Haderi Idmukha

memberikan kesempatan melaksanakan puasa Syawal. Namun, selama

libur itu siswanya diberi tugas, seperti membuat laporan membaca Al-

qur’an, laporan shalat berjamaah, shalat tarawih, dan laporan mengikuti

kuliah (ceramah) subuh, dengan format tertentu yang harus diketahui

oleh orang tua siswa.

Disamping itu Rakha juga memberikan tugas kepada siswanya

untuk menghafal surat-surat pendek yang dibaca waktu shalat tarawih,

serta menugaskan siswanya untuk menghafal bacaan-bacaan shalat

fardhu kifayah. Rangkaian kegiatan itu akan dituntut laporannya,

sedangkan untuk hafalan surat-surat pendek dan shalat kifayah akan

dipraktikkan setelah mereka turun kembali ke sekolah.

Ada juga sebagian sekolah yang menggabungkan keduanya,

disamping mengadakan kegiatan di sekolah juga memberikan tambahan

tugas ketika libur.

Tambahan tugas semacam itu memberikan kesempatan pada

orang tua memberikan bimbingan dan arahan pada anaknya dengan

berpedoman pada format yang diberikan pihak sekolah.

Menyoal masalah libur atau tidak libur, ada atau tidak adanya

kegiatan Ramadhan di sekolah, yang terpenting adalah kita ambil sisi

positifnya saja. Semoga niat baik dalam mengisi bulan Ramadhan ini

mendapat ridha dari Allah, amin.

Wallahua`lam.

Menyoal Peringatan Maulid dan Pendidikan

Setiap tahun kita merayakan peringatan Maulid Nabi Besar

Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagai bukti kecintaan kita

kepada Allah dan RasulNya. Namun, yang masih menimbulkan tanda tanya

Page 9: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

8 Haderi Idmukha

besar, mengapa setelah peringatan dilaksanakan, sikap dan perbuatan kita

seolah tidak mencerminkan orang yang mencintai Allah dan RasulNya?

Kalau memang kita benar mencintai Allah dan Rasul, mengapa

sunnah-sunnah Nabi kita abaikan, padahal kita semua sudah tahu dan

sering mendengar firman Allah, ”Katakan jika kamu benar-benar mencintai

Allah, ikuti aku niscaya kamu akan dicintai Allah dan segala dosamu

diampuni, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali

Imran :31).

Bahkan diperkuat lagi dengan Sabda Nabi: Siapa yang

menghidupkan sunnahku berarti ia mencintai aku, dan siapa yang

mencintai aku, berserta aku di dalam surga”.

Jangan-jangan ungkapan cinta hanya sebatas di bibir. Tidak

terhujam dalam jiwa, dan belum terwujud dalam tindakan nyata. Buktinya

jamaah shalat berjamaah tetap tidak mengalami peningkatan, apalagi

ketika shalat subuh, jamaahnya bisa dihitung dengan jari. Padahal shalat

berjamaah adalah sunnah nabi yang sangat beliau anjurkan, sampai-

sampai menjelang wafat beliau terus mengingatkan jangan sampai umat

beliau meninggalkan shalat.

Selain itu, coba kita tanya siapa yang kebanyakan melakukan

tindakan mubadzir ketika merayakan tahun baru Masehi. Siapa yang paling

banyak mendatangi tempat-tempat hiburan malam yang berbau maksiat?

Siapa yang sering mabuk? Siapa yang menggunakan dan mengedarkan

narkoba? Jawabnya ternyata saudara kita sendiri.

Hal ini bukan lantas kita menyalahkan peringatan maulidnya.

Peringatan maulid sangat baik sebagai sarana mengingatkan umat.

Namun, perlu pula diingat barangkali kita mengadakan peringatan maulid

masih sebatas seremonial saja, belum menyentuh aspek yang mendasar.

Peringatan maulid hendaknya kita maknai sebagai sarana, bukan

tujuan akhir, tujuan sebenarnya adalah upaya kita untuk menghidupkan

kembali sunnah-sunnah nabi yang kini mulai luntur. Itu yang terpenting,

tidak hanya terbatas pada bulan dan waktu tertentu saja.

Page 10: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

9 Haderi Idmukha

Sunnah-sunnah Nabi itu sudahkah kita wariskan pada anak, pada

murid dan masyarakat sekitar kita? Saya sangat miris mendengar cerita

guru agama pada salah satu sekolah. Ketika dia menyampaikan nasihat

agama, dari peserta didik yang berjumlah 86 orang, hanya tiga orang yang

mengacungkan tangan, ketika ditanya siapa yang shalatnya lengkap

sampai lima waktu kemaren.

Di kesempatan lain, pertanyaan itu diajukan lagi. Masyaallah,

tidak ada yang mengangkat tangan. Empat waktu? tidak ada juga yang

mengangkat tangan, bahkan tiga dan dua tidak ada yang mengangkat

tangan. Hanya satu waktu yang mereka kerjakan yaitu shalat zuhur

berjamaah yang memang diprogramkan sekolah.

Semua itu terjadi bukan berarti gurunya yang tidak memberikan

nasihat dan bimbingan. Belum cukup memberikan pembiasaan pada

peserta didik hanya sekali waktu zuhur. Perlu dukungan orang tua peserta

didik itu sendiri untuk menyuruh anaknya melakukan shalat di waktu-

waktu yang lain. Tanpa itu, sulit mengharapkan anak memiliki kesadaran

sendiri. Hal ini sudah ditegaskan oleh Rasulullah: “Suruh anakmu shalat

ketika berumur tujuh tahun, dan pukul anakmu ketika sudah berumur

sepuluh tahun, jika ia meninggalkannya”.

Banyak orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya

kepada sekolah atau guru. Apabila akhlaknya kurang baik, yang

disalahkan gurunya. Padahal keluargalah madrasah pertama yang

bertanggungjawab terhadap pendidikan anak. Firman Allah: “ Pelihara

dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”. Sungguh kata Nabi, Setiap

anak lahir dalam keadaan fitrah (suci), orangtuanyalah yang menyebabkan

menjadi Yahudi, Nashrani atau pun Majusi”.

Hal ini bukan berarti guru melepas tanggungjawabnya sebagai

pendidik dan pembimbing peserta didiknya. Bukan, sekali lagi bukan. Kita

hanya mengingatkan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab kita

bersama. Tidak hanya guru agama, tidak hanya guru BP, semua komponen

sekolah bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang

mulia. Semua itu perlu didukung oleh orang tuanya sendiri. Dukungan

lingkungan masyarakatnya, begitu pula pemerintah sebagai pengambil

Page 11: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

10 Haderi Idmukha

kebijakan.

Kalau kita mau jujur, kebijakan yang diambil pemerintah dalam

bidang pendidikan seolah masih dianaktirikan. Diperparah lagi dengan

pandangan pragmatisme yang melihat keberhasilan pendidikan hanya dari

angka-angka. Begitu juga orientasi orang tua yang menyekolahkan

anaknya hanya terfokus pada dunia kerja, bukan pada akhlaknya. Soal

anaknya mau tidak melaksanakan perintah agama tidak dipersoalkan.

Kita akui angka bisa direkayasa. Bukan angka dan dunia kerja

penentu suksesnya pendidikan. Bbuat apa nilai angka yang tinggi, kalau di

masyarakat tidak berakhlak. Kalau jadi pejabat, pejabat yang korup. Jadi

pemimpin, pemimpin yang zhalim. Kalau demikian boleh dikata pendidikan

kita gagal mencapai tujuan.

Saya terkadang merasa geli sendiri, ketika sekolah mau

menerapkan disiplin pada siswanya, sementara gurunya banyak yang

datang terlambat. Begitu pula ketika melaksanakan shalat zuhur

berjamaah, hanya satu dua orang guru yang ikut berjamaah, padahal

semua guru yang ada beragama Islam. Apa pasal?

Kalau di sekolah dan di rumah tidak ada yang memberikan

teladan, wajar kalau anak-anak kita jauh dari sunnah Nabi. Ini barangkali

kelemahan pendidikan formal dibandingkan pendidikan dengan sistem

pondok yang menerapkan bimbingan dan pengawasan 24 jam penuh dan

terus menerus selama pendidikan.

Oleh karena itu mari kita renungkan pertanyaan-pertanyaan ini.

Sebagai umat Islam, sudahkah kita mau mengajak diri kita sendiri, keluarga

dan masyarakat sekitar kita untuk menghidupkan sunnah Nabi, tidak

terbatas pada bulan Maulid saja? Sudahkah kita sebagai orang tua

senantiasa menyuruh dan membimbing anak untuk menghidupkan sunnah

nabi terutama shalat? Sudahkah kita sebagai pemerintah, guru, dan orang

tua memberikan contoh teladan yang baik kepada masyarakat dan anak-

anak kita? Mari kita semua terus-menerus dan tidak bosan-bosannya

menyerukan kebaikan dan kebajikan. Agar negara kita yang tercinta ini

senantiasa mendapat curahan rahmat ilahi. Semoga.

Page 12: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

11 Haderi Idmukha

Prestasi Semu

Standar kelulusan siswa yang ditargetkan pemerintah dari tahun

ke tahun semakin meningkat, dan ini menjadi momok bagi siswa. Tidak

hanya siswa, guru yang memegang pelajaran yang diujikan pun dibuat

cemas. Orang tua juga ikut terbebani.

Mengingat standar yang ditentukan semakin meningkat. Berbagai

upaya dilakukan, dari menambah jam belajar tatap muka di sekolah,

sampai pada tambahan jam pelajaran di sore hari. Melakukan shalat hajat

dan doa bersama.

Upaya-upaya seperti itu sangat positif dan perlu kita dukung.

Namun, barangkali ada sebagian sekolah yang takut prestisenya jatuh,

melakukan upaya-upaya curang, dengan memanfaatkan fasilitas teknologi

(HP) memberikan bocoran jawaban UN.

Terlepas dari benar tidaknya berita yang beredar, hal ini sangat

membuat miris hati kita sebagai pendidik. Di saat kita dituntut mendidik

anak untuk berlaku jujur, sementara ada yang memberikan bocoran

jawaban, berarti sudah menyalahi hati nurani kita sebagai pendidik. Bila

hal ini tetap berlanjut, mau dikemanakan bangsa ini, bangsa ini akan

hancur seiring hancurnya akhlak anak negeri.

Prestasi tanpa kejujuran tidaklah bisa dibanggakan, bahkan

memalukan. Buat apa kita mengejar ketertinggalan pendidikan dibanding

negara tetangga, hanya dengan standar nilai, melalui pelaksanaan UN,

sementara banyak standar yang belum terpenuhi dan belum dipenuhi oleh

pemerintah.

Kemungkinan terpenuhinya semua standar itu hanya milik

sekolah yang ada di perkotaan yang berstatus negeri. Sementara sekolah

yang berada di pedesaan kondisinya sangat memprihatinkan, apalagi yang

berstatus swasta.

Standar yang perlu dipenuhi ada delapan, yaitu standar isi,

Page 13: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

12 Haderi Idmukha

standar proses, standar kelulusan (Skl), pendidikan dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan

penilaian pendidikan.

Walaupun delapan standar itu sudah terpenuhi, tetap tidak bisa

disamakan antara perkotaan dan perdesaan, antara negeri dan swasta,

karena banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan, diantaranya faktor

ekonomi, latar balakang lingkungan siswa, serta tingkat kecerdasan anak.

Kalau persentasi kelulusan hasil UN yang diperoleh sekolah yang

belum memenuhi delapan standar yang ada lebih tinggi dari sekolah yang

sudah memenuhi delapan standar yang ada, tentu ada apa-apanya. Boleh

jadi kecurangan yang diberitakan itu benar adanya.

Dampak jangka panjang perlu kita pikirkan. Mungkin kita akan

tercengang mendengar celoteh sebagian siswa; “buat apa belajar, nanti

akan dibantu juga, dan lulus”.

Di mana letak kewibawaan sekolah dan guru. Sukses dan lulus

dalam Ujian Nasional, namun gagal dalam mencapai hakikat pendidikan

itu sendiri. Sukses dalam jangka pendek dan gagal dalam jangka penjang.

Sisi buruk pendidikan di negara kita ini, tidak terlepas dari

berbagai kepentingan, terutama kepentingan ekonomi. Berapa biaya yang

dihabiskan dalam penyelenggaraan UN tiap tahun, siapa yang menikmati

semua itu? Apakah siswa? Tentu tidak, siswa dan guru adalah korban dari

kepentingan ekonomi pihak tertentu. Kalau UN ditiadakan sama

dengannya adalah hilangnya pendapatan.

Kalau memang kita konsisten untuk mengejar ketertinggalan

kualitas pendidikan di negara kita, dana untuk penyelenggaraan UN bisa

digunakan untuk memfasilitasi sarana pendidikan yang masih kurang.

Ingat, pendidikan tidak hanya mengejar Prestasi kognitif, tapi masih ada

prestasi psikomotorik dan afektif.

Mengamati keadaan yang ada, nampaknya kita terjebak pada

aspek kognitif semata, sementara dua aspek yang lainnya terabaikan.

Padahal dengan terpenuhinya ketiga aspek tersebut baru bisa dikatakan

Page 14: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

13 Haderi Idmukha

pendidikan di Indonesia berhasil. Kalau tidak, maka kegagalan yang kita

rasakan.

Rangking pertama terkorupsi se-Asia Pasifik adalah bukti

kegagalan pendidikan di Indonesia. Bukankah yang korupsi itu orang yang

berpendidikan, orang-orang yang cerdas, tapi tidak memiliki kecerdasan

emosional dan kecerdasan seperitual.

Sudah saatnya kita memikirkan bagaimana kita bisa keluar dari

permasalahan negeri ini. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk

memberikan sumbangan perbaikan akhlak di negeri ini.

Pertama, mantapkan kembali pelajaran akhlak. Kalaupun belum

ada kurikulum yang memuat materi akhlak, guru pelajaran yang lainnya

harus bisa mengintegrasikan pelajaran yang ia pegang dengan pelajaran

akhlak.

Kedua, memaksimalkan dana pendidikan untuk memajukan dunia

pendidikan. Setinggi apapun mimpi yang kita inginkan, tanpa dukungan

dana, percuma. Masih banyak sekolah yang belum memenuhi standar

sarana dan prasarana, ini yang perlu dipenuhi oleh pemerintah.

Ketiga, perlu adanya keteladanan yang baik dari semua pihak.

Berawal dari strata yang terkecil yaitu keluarga, kemudian masyarakat,

sekolah dan pemerintah.

Kalau kita mengamati sebagian sekolah yang bermain curang

dalam pelaksanaan UN, tentu sangat bertolak belakang dengan tujuan

luhur pendidikan itu sendiri. Kalau guru kencing berdiri, tentu murid

kencing berlari, bahkan terkesan memang harus dikondisikan seperti itu.

Slogan guru; orang yang digugu dan ditiru (dalam hal kebaikan dan

kebajikan) tercoreng hanya dengan alasan prestise sekolah dan kasihan

kepada siswa kalau-kalau tidak lulus ujian.

Keempat, perlu adanya sanksi terhadap kecurangan dalam proses

pelaksanaan UN, dan penghargaan kepada penyelenggara yang

menjunjung tinggi kejujuran.

Kelima, perlu adanya kesadaran dari siswa, guru dan pihak

Page 15: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

14 Haderi Idmukha

sekolah terhadap dampak buruk dari kecurangan yang dilakukan. Di

antara dampak buruk itu adalah kewibawaan sekolah dan guru akan turun

dimata siswa. Terjadinya kemalasan belajar bagi siswa yang datang

belakangan, karena ia tahu saat Ujian Nasional nanti akan dibantu, belajar

dalam pertemuan tatap muka hanya formalitas saja. Percuma kita

melaksanakan remedial dengan biaya yang besar kalau kondisinya seperti

ini, prestasi apa yang kita harapkan dari siswa hanya prestasi semu, tidak

bisa kita banggakan dan tak perlu kita banggakan.

Namun, kita juga percaya, masih banyak sekolah yang

menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan akhlak mulia. Mmasih banyak

siswa yang memang berprestasi yang patut kita banggakan. Semoga.

Ujian Nasional, Adilkah?

Ketentuan kelulusan siswa ada sedikit perubahan. Dulu hanya

terfokus pada nilai Ujian Nasional, tetapi sekarang ditambah nilai rata-rata

Ujian Sekolah dan nilai raport mata pelajaran yang diujinasionalkan. Empat

puluh persen diambil dari nilai sekolah ditambah enam puluh persen nilai

Ujian Nasional. Nilai Ujian Nasional boleh saja kurang dari 4, namun nilai

rata-rata keseluruhan harus mencapai nilai minimal 5,50.

Penyajian soalnya pun mengalami perubahan, dari dua paket soal

menjadi lima paket soal (paket a, b, c, d, dan e). Hal ini dimaksudkan untuk

memperkecil tindak kecurangan dari siswa ataupun dari sekolah.

Mencermati perubahan tersebut, kita sedikit lega, karena nilai

sekolah yang diperoleh siswa selama belajar mendapatkan perhatian,

walau hanya menduduki porsi 40%. Hal ini sedikit banyaknya akan

membantu mendongkrak nilai UN yang rendah. Namun, kita akui ada

sedikit kelemahan, yaitu objektifitas nilai sekolah masih kita pertanyakan,

tentu sebagai guru atau sekolah tidak ingin melihat anak didiknya tidak

Page 16: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

15 Haderi Idmukha

lulus, dilakukanlah upaya memberikan syafa’at nilai oleh guru yang

bersangkutan.

Pelaksanaan Ujian Nasional yang mematok target nilai rata-rata

minimal 5,50 secara nasional menurut hemat saya bertentangan dengan

sistem pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

digaungkan saat ini. Kalau memang kita konsisten dengan sistem KTSP,

serahkan saja pada sekolah masing-masing untuk mematok target minimal

kelulusan siswanya, karena masing-masing sekolah memiliki karakteristik

yang berbeda, lebih-lebih sekolah swasta yang berada di luar pulau Jawa.

Menyamakan standar minimal kelulusan secara nasional sungguh

tidak masuk di nalar. Untuk menentukan Standar Ketuntasan Belajar

Minimal (SKBM) masing-masing mata pelajaran saja tidak bisa disamakan.

Kita harus memperhatikan input siswanya, kadar kesulitan kompetensi

yang dicapai, serta ketersediaan sarana. Dari kategori itu baru bisa

ditentukan SKBM mata pelajaran masing-masing. Tentu saja antara

sekolah yang satu dengan yang lainnya SKBM tidak bisa disamakan.

Sulit dipercaya kalau sekolah yang berada di kota, yang siswanya

diambil dari seleksi dengan mengambil siswa yang pintar, berkualitas,

ditambah dengan guru yang kompeten, plus sarana dan fasilitas belajar

yang serba lengkap, bisa disamakan standar nilainya dengan sekolah yang

berada jauh di pelosok desa, yang menampung siswa yang kalah seleksi

dengan mereka yang pintar, ditambah guru yang pengalaman

mengajarnya minim karena baru menjadi honorer lantaran menggantikan

posisi guru yang diangkat menjadi PNS lalu pindah ke sekolah negeri.

Diperparah dengan sarana seadanya, manajemen dan administrasi yang

juga seadanya.

Saya tidak habis pikir, mengapa kita ngotot menstandarkan nilai

kelulusan secara nasional, sementara standar pendidikan yang lain belum

bisa dipenuhi. Standar kelulusan kalau ditentukan oleh sekolah dan

sekolah yang berhak meluluskan siswanya dengan melihat aspek afektif

dan psikimotornya, ini baru adil.

Tidak adil kalau kelulusan hanya ditentukan berdasarkan mata

Page 17: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

16 Haderi Idmukha

pelajaran yang diujinasionalkan saja, karena masing-masing siswa memiliki

karakter yang berbeda. Boleh jadi siswa berprestasi di bidang olah raga,

tapi lemah pada bidang yang lain. Atau berprestasi pada bidang eksakta

tapi lemah dalam bidang sosial. Hanya sedikit siswa yang memiliki prestasi

di semua bidang. Prestasi masing-masing individu siswa ini yang perlu

menjadi pertimbangan dalam kelulusan, walau nilai Ujian Nasionalnya

masih rendah. Ujian Nasional yang ada sekarang sangat jelas mengabaikan

prestasi dan potensi serta akhlak siswa secara individual.

Mencermati Ujian Nasional yang kini masih dipertahankan sama

halnya memantapkan dan mengutamakan tujuan pendidikan yang

bersifat materialistik. Terbukti kita masih berkutat pada nilai angka-

angka, sehingga menggiring kita semua ke arah berpikir pragmatis.

Padahal, pendidikan tidak terbatas pada aspek kognitif saja, aspek

psikomotorik dan aspek afektif (akhlak) masih terabaikan.

Untuk mengetahui prestasi siswa, kita sepakat ujian diperlukan.

Namun, kalau Ujian Nasional yang hanya berkutat pada aspek kognitif

dijadikan tolak ukur kelulusan, sungguh tidak adil, sementara aspek akhlak

dianaktirikan.

Prestasi kognitif semata tidak menjamin kesuksesan seseorang di

masa mendatang. Banyak orang pintar gagal dalam bermasyarakat.

Sementara orang yang kepintarannya dari segi kognitif pas-pasan justru

berhasil dan sukses dalam kehidupan. Tidak bisa dipungkiri, siswa yang

kepintarannya di bawah rata-rata lantaran akhlak baik, adab terhadap

guru dijaganya dengan baik, akhirnya ia menjadi orang alim dan

bermanfaat di masyarakatnya. Mensinergikan aspek kognitif, psikomotorik

dan afektif (akhlak) adalah tugas sekolah. Sekolah lah yang lebih tahu dan

berhak meluluskan siswanya. Saya lebih cenderung suka pada pola lama

yang menerapkan sistem Nilai Ebtanas murni. Berapapun nilai yang

didapat siswa, itulah nilai kemampuan kognitif siswa secara nasional.

Namun sekolah berhak meluluskan dan tidak meluluskan siswanya dengan

melihat prestasi siswa di bidang lain, serta memperhatikan akhlak siswa.

Sekolah bisa saja tidak meluluskan siswa yang tinggi nilai UN-nya,

kalau yang bersangkutan berprilaku sangat buruk. Begitu pula siswa yang

Page 18: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

17 Haderi Idmukha

nilai kognitif UN rendah bisa saja diluluskan sekolah karena melihat

prestasi di bidang yang lain dan melihat akhlaknya bagus.

Kembali pada pola pendidikan yang islami yang menitikberatkan

pada pembinaan akhlak adalah jalan terbaik untuk mengembalikan citra

pendidikan Indonesia. Karena hal ini sangat sesuai dengan karakter

bangsa ini, bukan mengagungkan pendidikan yang berazas sekulerisme,

yang mengesampingkan urusan akhlak dan ukhrawi.

Pendidikan bisa dikatakan berhasil bukan terletak pada nilai

kognitif Ujian Nasional, tapi pendidikan dapat dikatakan berhasil kalau

alumninya berhasil berkiprah di masyarakat dan berakhlak mulia, minimal

tidak menjadi perusak dan beban bagi orang lain.

Kebijakan pemerintah tentang Ujian Nasional ini perlu ditinjau

ulang. Begitu pula kebijakan-kebijakan mengenai bantuan fasilitas dan

pendanaan yang memfokuskan pada sekolah yang berprestasi saja adalah

kebijakan yang sangat memihak, sementara yang tidak berprestasi

diabaikan. Padahal sekolah seperti ini yang perlu mendapat pembinaan

dan sangat memerlukan uluran tangan pemerintah untuk ketersediaan

sarana dan prasarana yang memadai.

Kalau semua sekolah dari kota sampai desa, dari pulau ke pulau

terstandarisasi sarana dan prasarananya, gurunya, dan sarana penunjang

lainnya, tentu akan sedikit mendekati keadilan kalau nilai kelulusan

distandarkan secara nasional. Namun, saya tetap berpendirian walaupun

terpenuhi semua standar yang ditargetkan, tentu tidak akan bisa

disamakan Stantar Nilai Kelulusan antara sekolah di kota dan di desa,

karena input siswanya yang berbeda.

Saya sepakat dalam pendidikan harus punya target pencapaian.

Saya memahami tujuan pemerintah menentukan standar kelulusan siswa

itu untuk memotivasi kita semua untuk berlomba mengejar dan mencapai

target bahkan melampaui target yang ditentukan. Persoalannya bagi

sekolah yang memang siswanya pilihan, sarananya serba lengkap tentu

tidak menjadi masalah. Tetapi bagi sekolah yang siswanya pilihan yang

paling uncit, paling akhir dan tak berduit tentu sangat bermasalah. Oleh

Page 19: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

18 Haderi Idmukha

karena itu jangan salahkan mereka yang merasa kasihan dengan siswanya

membantu dengan jalan negatif agar siswanya bisa lulus.

Kalau demikian halnya, kelulusan yang ditentukan dari nilai Ujian

Nasional tidak tepat sasaran. Bahkan secara tidak langsung memberikan

peluang memperburuk akhlak bangsa ini.

Oleh karena itu bangsa ini akan lebih baik, berawal dari

membaiknya sistem pendidikan. Semoga saja kebijakan-kebijakan

pemerintah dalam bidang pendidikan lebih memperhatikan aspek

pembinaan mental spiritual dan akhlak mulia ketimbang aspek yang

berbau sekularisme yang mengagungkan materialistis dan melahirkan

generasi yang berpikir pragmatis. Amin.

Jadilah Murid Kebanggaan

Ujian Nasional untuk tingkat SMA sudah berakhir. Para siswa

merasa lega karena sudah melalui proses yang menegangkan. Ada

sebagian siswa yang melampiaskan kegembiraan mereka dengan

melakukan konvoi dan mencoret-coret pakaian mereka. Warga pun marah

akibat ulah mereka, hampir saja terjadi hal yang tidak diinginkan.

Begitulah ekspresi siswa. Mereka tidak lagi berpikir apakah yang

mereka lakukan itu mengganggu orang lain atau tidak, dan mereka tidak

memikirkan apa manfaatnya. Yang terpenting bagi mereka adalah

melampiaskan kegembiraan dengan cara mereka sendiri.

Mengapa hal negatif tersebut bisa terjadi? Apakah pihak sekolah

atau guru tidak mengarahkan dan tidak memperingatkan mereka agar

tidak melakukan hal-hal yang negatif dan tidak bermanfaat itu?

Kita yakin seyakin-yakinnya, pihak sekolah sudah memberikan

peringatan dan nasihat kepada siswanya. Namun, hal itu kembali kepada

Page 20: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

19 Haderi Idmukha

siswanya yang memang tidak mengindahkan nasihat guru mereka.

Apa gerangan yang terjadi, apakah guru tidak berwibawa lagi di

mata siswa, sehingga nasihat-nasihat guru tidak meresap dan tidak lagi

mampu memberikan pencerahan pada jiwa-jiwa siswa yang sakit? Ataukah

jiwa-jiwa guru kita sudah pada sakit dan perlu pengobatan, supaya mampu

memberikan bimbingan dan arahan yang membekas dan terpatri ke dalam

hati sanubari siswa?

Sebagai seorang guru, mengajar sebenarnya mudah, tetapi

mendidik cukup berat karena mendidik perlu keteladanan, dan lingkup

pembahasannya adalah pada hati dan jiwa. Barangkali kita sebagai guru

yang mengajar materi Matematika atau Ekonomi mudah, tetapi mendidik

siswa supaya mereka dapat menggunakan matematika dalam berdagang

secara jujur, sulit. Bahkan mengajarkan materi tentang akhlak juga mudah,

tetapi mendidik agar siswa berakhlak itu pun terasa sulit.

Letak kesulitannya adalah pada proses. Dalam proses transfer

ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif tentu terjadi proses saling

mempengaruhi. Sebagai contoh, seorang guru yang mengajarkan tentang

shalat dengan berbagai syarat dan rukun lengkap dengan praktiknya,

sehingga siswa menguasai ilmu tentang shalat dan benar dalam

praktiknya.

Persoalan berikutnya adalah bagaimana upaya guru agar siswa itu

bisa menerapkan shalat dalam kehidupan sehari-hari. Upaya-upaya itulah

yang disebut dengan mendidik. Dalam proses inilah guru dituntut memiliki

keteladanan, memiliki jiwa yang bersih dan ketulusan hati dalam mendidik

siswanya.

Guru yang memiliki keteladanan yang baik, berjiwa bersih dan

tulus akan sangat berpengaruh pada jiwa siswa, karena jiwa yang bersih

akan mampu memberikan pencerahan dan membersihkan jiwa siswa yang

kotor, sehingga apa yang dikatakan guru akan sangat membekas pada jiwa

siswa sebab memang bersumber pada jiwa yang bersih, tulus dan sarat

dengan keteladanan.

Guru seperti inilah yang akan melahirkan siswa yang

Page 21: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

20 Haderi Idmukha

berpengetahuan dan berakhlak serta mengamalkan ilmu yang ia pelajari.

Hal seperti inilah yang kita harapkan, dan disinilah letak keberhasilan

pendidikan, karena komponen pendidikan kognitif, psikomotorik dan

afektif terpenuhi dengan baik.

Kita sebagai guru dituntut untuk terus berusaha mendidik anak

bangsa ini dengan baik. Persoalan berhasil tidaknya itu perkara nanti, yang

terpenting kita sudah berusaha, karena memang keberhasilan pendidikan

tidak hanya terbatas pada tanggung jawab guru semata. Namun, masih

banyak komponen yang juga dituntut bertanggung jawab terhadap

keberhasilan pendidikan, yaitu orang tua, masyarakat, termasuk juga

pemerintah sebagai penanggung jawab utama.

Kembali pada fenomena akhlak siswa yang akhir-akhir ini sudah

berada pada tingkat mengkhawatirkan. Tidakkah mengkhawatirkan akhlak

siswa yang kini sudah mengabaikan aspek kejujuran dalam pelaksanaan

Ujian Nasional? Selain itu kita dikejutkan juga dengan berita siswa yang

pesta sabu dan seks, di saat teman-teman yang lain melaksanakan Ujian

Nasional, dan berita usai ujian dengan melakukan pesta minum-minuman

yang memabukkan.

Tugas guru memang semakin berat di tengah arus globalisasi dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.

Duhai anak-anakku, janganlah anda dilindas oleh teknologi dan

membiarkan dirimu dalam kehancuran. Ingatlah masa depan bangsa ini

ada di tanganmu. Bangkitkan semangatmu untuk terus berjuang meraih

masa depan yang cemerlang dengan menjunjung tinggi kejujuran.

Prestasi yang anda peroleh tanpa kejujuran tidak akan

memberikan kepuasan pada batin anda. Tidak akan ada kebanggaan dan

memang tak pantas untuk dibanggakan. Dan hendaknya proses

perjuangan yang sudah baik dengan belajar dan doa, jangan anda kotori

dengan ketidakjujuran dan diakhiri pula dengan hal kesia-siaan yang

negatif. Artinya awal yang baik harus anda akhiri pula dengan hal yang

baik.

Sebagai guru, kami akan sangat berbangga melihat muridnya

Page 22: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

21 Haderi Idmukha

berhasil dengan baik dan berakhlak mulia. Inilah kepuasan sebagai seorang

guru ketika melihat anak didiknya berhasil, yang tidak mungkin bisa

ditukar dengan harta benda apapun.

Wahai murid-muridku, janganlah kalian iris hati guru dan orang

tua kalian dengan hal-hal yang tidak pantas dilakukan oleh orang yang

terpelajar. Bahagiakanlah guru dan orang tua kalian dengan melakukan

hal-hal yang pantas dan positif. Bertekadlah untuk menjadi murid

kebanggan semua orang.

Wallahu a`lam.

Pendidikan Karakter

Berkarakter. Mengikuti sosialisasi pendidikan karakter, sebelum

berangkat timbul pertanyaan, makhluk apa gerangan? Ternyata

makhluknya sama saja dengan yang dulu, agar lebih keren kira-kira, hehe.

Kalau dulu akhlakul karimah atau bisa juga disebut budi pekerti.

Saya lebih senang menyebut akhlak. Rupanya sekarang baru sadar

bahwa negara ini akhlaknya sudah terpuruk begitu jauh. Untuk itu

pendidikan lah yang diharapkan mampu mengembalikan akhlak bangsa ini

kepada akhlak yang mulia.

Kalau saya tidak perlu jauh-jauh kalau mau memulainya, ya mulai

dari diri sendiri saja dulu. Taruhlah kita mau menanamkan nilai religius

pada siswa atau anak.

Namun, terasa sangat kontras ketika membahas tentang

pendidikan berkarakter. Saat adzan Zuhur berkumandang, ada saja yang

mengatakan kita diam dulu nih karena ada lagu wajib. Begitukah karakter?

Kalau memang berkarakter, mestinya sebelum adzan materi

sudah dihentikan untuk istirahat dan melaksanakan shalat. Namun,

Page 23: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

22 Haderi Idmukha

kenyataannya materi pun tetap berlanjut. Maaf, bukannya sok

berkarakter, hanya beberapa orang saja yang meninggalkan ruangan

menuju mushalla untuk shalat berjamaah.

Mentahlah hatiku mengikuti sosialisasi itu. Berbicara tentang

karakter tapi tidak dibuktikan dalam tindakan nyata. Berteori perlu tapi

yang lebih perlu adalah tindakan nyata. Begitulah kiranya kalau kita mau

menanamkan karakter pada peserta didik. Pepatah guru kencing berdiri,

murid kencing berlari saya kira masih relevan sampai kapan pun.

Di kesempatan lain, teman saya namanya Ahmad Fakhri, ia

mengeluhkan peserta didik yang selalu ribut. Ketika menjelang shalat

Zuhur berjamaah selalu ribut, ada saja yang diomongin, ada saja yang

dikerjakan, bermain. Setelah salam, tidak lama mereka juga ribut, hanya

sebagian saja yang mengikuti wiridan. Apa pasal?

Saya hanya tersenyum dan berkata: Jangan salahkan mereka,

bagaimana mereka bisa tenang, tidak ribut kalau mereka yang disuruh

shalat berjamaah, sementara guru-guru yang lain, entah apa alasannya

tidak mau shalat berjamaah. Coba saja kalau semua guru berada di sekitar

peserta didiknya ketika shalat berjamaah, mereka akan malu dan sungkan

sendiri berbicara. Paling tidak gurunya bisa memberikan isyarat agar

mereka diam atau menegur mereka. Saya yakin mereka akan tenang.

Shalat adalah penentu akhlak yang lain. Oleh sebab itu sebagai

guru perlu lebih intens lagi memberikan arahan, bimbingan, dan teladan

pada murid agar mereka punya kesadaran diri dalam melaksanakan

kewajiban mereka.

Keteladan sangat diperlukan dalam pendidikan. Guru dituntut

tidak hanya bisa mengajar di depan kelas dengan berbagai model

pembelajaran yang menyenangkan, tatapi guru juga dituntut memberikan

didikan pada mereka agar mereka bersopan-santun, berakhlak mulia dan

memiliki keimanan yang mantap. Hal itu hanya bisa dicapai dengan

mengoptimalkan semua komponen pendidikan, yaitu sekolah, dalam hal

ini kepala sekolah dan gurunya, orang tua dan masyarakat serta dukungan

kebijakan pemerintah.

Page 24: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

23 Haderi Idmukha

Kita menyambut baik kebijakan pemerintah tentang pendidikan

karakter, mengingat begitu terpuruknya akhlak anak bangsa dewasa ini.

Harapan besar tentu ditujukan pada pendidikan, dan yang menjadi ujung

tombaknya adalah guru. Benarkah?

Ketika peserta didik berlaku nakal, yang disalahkan gurunya.

Nanti dulu, Sobat! Sebagaimana saya kemukakan sebelumnya bahwa guru

hanyalah di antara komponen pendidikan saja. Masih ada orang tua,

masyarakat dan pemerintah.

Taruhlah kita ingin mengembangkan karakter religius tadi seperti

shalat berjamaah, namun kalau tidak ada dukungan dari orang tua dalam

memperhatikan empat waktu shalat yang lain tentu kurang afdhol.

Ditambah seolah kewajiban mendidik anak shalat berjamaah hanya

kewajiban guru agama saja, atau wakamad bidang keagamaan saja.

Padahal kita semua tahu bahwa tugas guru tidak hanya mengajar pelajaran

yang diempunya saja, tetapi lebih dari itu, memberikan didikan pada

mereka termasuk memberikan contoh teladan pada peserta didiknya, dan

mestinya ada kesadaran ke arah itu karena kita juga beragama Islam.

Sekali kita mengaku muslim, berarti kita menanggung amanah

agama ini. Dan kita semua memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang

sama dalam mengemban amanah agama ini. Tidak urusan Kiyai saja, tidak

urusan guru agama saja, tetapi urusan kita semua yang sudah

mengikrarkan diri sebagai muslim. Sampeyan Muslim? hehe, ah jadi ingat

sinetron. Kita berkewajiban menjalankan amanah itu untuk diri kita dan

bertanggung jawab menyampaikan amanah itu pada orang lain yang ada di

sekitar kita, terutama orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita

seperti anak dan istri serta murid-murid kita.

Page 25: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

24 Haderi Idmukha

Nilai Kedisiplinan

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Pepatah ini tentu ada

benarnya, jika kita pasang pada keteladanan seorang guru dalam proses

pendidikan. Kalau mau mendisiplinkan anak, gurunya dulu harus disiplin,

atau kalau mau mendisiplinkan guru, kepala sekolahnya dulu yang harus

disiplin, tidak datang terlambat ke sekolah.

Lain halnya jika murid atau gurunya sudah memiliki kesadaran

yang tinggi, boleh jadi bisa berkata, biarlah guru kencing berdiri, aku

tetap kencing dengan duduk, biarlah guru datang terlambat, asal saya

tidak datang terlambat, kata murid yang punya kesadaran tadi. Begitu pula

kata guru, biarlah kepala sekolah datang terlambat asal aku tidak

terlambat. Itu tanggung jawab pribadi masing-masing di hadapan Allah.

Namun, walau demikian, kesadaran pribadi seperti itu tidak serta merta

didapat, tentu saja sudah melalui proses kedisiplinan yang diajarkan dan

dicontohkan oleh guru dan orang tua sebelumnya.

Untuk mencapai kesadaran seperti itulah diperlukan pula

keteladanan tadi. Dan memang prosesnya harus demikian. Misalnya

kepala sekolahnya datang lebih awal, guru yang datang terlambat, walau

tidak ditegur akan malu sendiri, begitu pula murid yang terlambat akan

merasa sendiri ketika ditertawakan teman yang lain.

Kalau prosesnya sudah benar seperti itu, kepala sekolah dan

gurunya sudah disiplin, tentu akan lebih mudah memberikan bimbingan,

arahan, teguran, bahkan sanksi pada siswa jika mereka melanggar tata-

tertib. Jika kepala sekolahnya sudah disiplin, namun masih ada guru yang

belum bisa disiplin, berarti faktor hidayah belum berpihak padanya, begitu

pula murid, berarti faktor hidayah belum sampai padanya.

Hal demikian bisa kita lihat bagaimana keteladanan Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wasallam, seorang teladan yang sempurna, namun

masih ada saja yang tidak mau mengikuti beliau, apakah keteladan beliau

masih kurang? Tidak, hal itu lantaran tidak adanya faktor hidayah tadi.

Page 26: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

25 Haderi Idmukha

Walau bagaimanapun keteladanan seorang pimpinan tetap

diperlukan jika ingin anak buahnya berdisiplin. Begitu pula jika kita

menginginkan peserta didik berdisiplin, mau tidak mau gurunya dulu kudu

disiplin.

Jangan kaget kalau kita tertampar dengan kata-kata siswa, “Pak,

kami terlambat dapat sanksi, padahal guru yang mengajar jam pertama

juga belum masuk, Pak. Ini tidak adil.” Anak yang berpikir kritis dan berani

mengemukakan pendapatnya tentu akan protes seperti itu. “Kami saja

yang disuruh berdisiplin, gurunya bagaimana?” Ya, begitulah kalau mau

membiasakan anak didik berdisiplin, harus dimulai dari gurunya dulu yang

memberikan keteladanan

Walau satu dua orang guru yang terlambat tentu menjadi sorotan

peserta didik. Ini sedikit banyaknya akan berpengaruh pada proses

pembinaan nilai kedisiplinan dalam jiwa anak didik. Hal ini pun dipengaruhi

juga oleh kepemimpinan kepala sekolahnya.

Kalau peserta didik melihat dan mencontoh gurunya, sedang guru

mencontoh kepala sekolahnya, ya walaupun analisis ini tidak bisa

memvonis seperti itu, namun paling tidak ada pengaruh dari

kepemimpinan kepala sekolah dan guru dalam pembinaan kedisiplinan

peserta didik ini. Kalau kita pikir sepintas, mana mungkin orang mau

mencontoh yang kurang baik. Namun kenyataannya, hal ini berpengaruh

dalam proses pendidikan, karena kesadaran masing-masing siswa dan guru

tentu berbeda.

Kalau kita amati lagi dalam forum rapat, undangan pembukaan

acara pada suatu kegiatan, masih ada saja yang menggunakan jam karet.

Ini juga terkait dengan kedisiplinan dan etos kerja kita yang masih rendah.

Belum bisa menghargai waktu dengan baik. Padahal dalam Islam sudah

diajarkan hal demikian, lihat firman Allah dalam surah Al-‘Ashr, Allah

bersumpah, “Demi masa (waktu),” namun mengapa justru orang-orang

yang non-muslim yang disiplin dan etos kerja mereka yang tinggi? Sekali

lagi mengapa?

Ahh, merenung dulu. Nah kata kuncinya sudah dapat, mulai dari

Page 27: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

26 Haderi Idmukha

diri sendiri dan berbuat, lakukan, kerjakan, intinya praktiknya bukan hanya

teori. Teori sudah banyak, prakatiknya yang masih minim.

Generasi Dambaan

Sudah dua hari saya mengikuti Bintek Pelajaran Bahasa Indonesia

yang direncanakan selama sepuluh hari, dari tanggal 8 sampai 17

September 2011, di SMP 1 Amuntai Tengah. Ketika memasuki materi

pertama tentang Pendidikan karakter, saya menanggapi tentang nilai

karakter kejujuran.

Begini, kita berusaha membina kejujuran selama dua tahun,

namun hancur di tahun ketiga gara-gara UN. Diskusi pun berkembang.

Menurut pembaca bagaimana?

Saya sepakat dengan instruktur untuk kembali pada pola lama

saja, Ujian tetap bisa dilaksanakan, cuma kelulusan ditentukan oleh

sekolah, seberapapun nilainya. Ujian Nasional lebih ditekankan hanya

sekadar tolak ukur saja, bukan penentu kelulusan. Kelulusan diserahkan

pada sekolah, dengan cara sidang kelulusan dengan memperhatikan aspek

akhlaknya dan prestasi di bidang lainnya oleh pihak sekolah.

Ada juga yang menanggapi bahwa UN sekarang sudah masuk

pada ranah politik pendidikan, jadi ada kaitannya dengan prestasi dan

prestise daerah. Untuk prestise itulah daerah secara tersirat menitipkan

pesan pada pihak terkait, yang ujung tombaknya pada guru untuk

melakukan apa saja agar tingkat kelulusan di daerahnya tidak kalah

dengan daerah lain. Kalau pimpinannya berlaku seperti itu, bagaimana bisa

memperbaiki karakter bangsa, wong pemimpin saja seperti itu. Begitulah

kalau kita sudah takut pada pandangan manusia saja, tanpa takut pada

pandangan Allah.

Barangkali, kepala sekolah takut pada kepala kantor. Kalau

Page 28: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

27 Haderi Idmukha

kelulusannya rendah, sekolahnya bakal tidak diperhatikan. Guru takut

dengan kepala sekolah. Guru malu kalau siswanya banyak yang tidak lulus.

Lalu kalau sudah demikian, mau kemana lagi mencari kejujuran?

Itu kalau kita tinjau dari pola pikir manusianya. Lalu kalau kita

lihat dari kebijakannya, bagaimana? Adilkah menyamakan nilai kelulusan

peserta didik yang fasilitasnya serba lengkap, memiliki media

pembelajaran yang serba canggih, bahkan memiliki akses internet, dengan

sekolah yang listriknya saja belum sampai ke ruang kelas, buru-buru punya

akses internet?

Adilkah, menyamakan sekolah yang inputnya memang dipilih dari

anak-anak yang berprestasi, kepintarannya memang sudah terjamin,

dengan sekolah yang memungut anak didiknya dari sisa-sisa sekolah

favorit?

Maunya pemerintah memperhatikan hal demikian, bukan

memaksakan kebijakan yang dirasakan tidak bijak. Saya heran, dulu MK

memenangkan tuntutan penghapusan Ujian Nasional, tapi justru Ujian

Nasional masih berlangsung. Ada apa gerangan?

Jangan-jangan kita sudah dibutakan oleh prestasi dan prestise

semu, yang hanya berorientasi pada pandangan materialistis dan pujian

manusia. Malu dan bangga hanya ditujukan pada atasan, bukan malu pada

pandangan Tuhan.

Kalau kita membaca sejarah bagaimana ulama-ulama dulu yang

ahli di bidang kedokteran seperti Ibnu Sina, yang dibina pertama kali

adalah karakter, akhlak keilahiyahan, sehingga gerak dan prilaku harus

sesuai dengan karakter yang baik berlandaskan pada pijakan agama yang

mantap. Sehingga jadi apapun, apakah sebagai dokter, ekonom, pejabat,

dan lainnya akan berorientasi pada tuntunan agama.

Kita ambil satu kutipan yang dinyatakan Ibnu Sina, begini: “Jika

ada persoalan yang terlalu sulit bagiku, aku pergi ke masjid dan berdoa,

memohon kepada Yang Maha Pencipta agar pintu yang tertutup bagiku

dibukakan dan apa yang tampaknya sulit menjadi sederhana. Biasanya,

saat malam tiba, aku kembali ke rumah, menghidupkan lampu dan

Page 29: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

28 Haderi Idmukha

menenggelamkan diri dalam bacaan dan tulisan.” (Ibnu Sina, dikutip dari

Hoodbhoy, 1996: 193 )

Generasi hebat seperti ini yang menjadi dambaan kita semua.

Ekonom, dokter, DPR, Pemerintah, dan apapun profesinya, hanya takut

dan malu pada Allah karena karakter keagamaan yang kuat. Semoga.

Page 30: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

29 Haderi Idmukha

~ 4 ~

Celoteh tentang Negeri Kita

Page 31: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

30 Haderi Idmukha

Air Mata Ibu Pertiwi

Air mata ibu pertiwi seolah tak hentinya mengalir. Masih

terngiang sampai saat ini, peristiwa tsunami di Aceh, gempa bumi di Yogja,

jebolnya bendungan di Situ Gintung, tanah longsor, banjir, sampai pada

kasus Bank Century, bentrok antara HMI dan kepolisian, serta teroris di

Aceh. Peristiwa apa lagi yang bakal menimpa negeri ini? Kapankah negeri

ini akan damai, aman, tanpa harus mencucurkan air mata lagi?

Bayangkan, seandainya kita berada di posisi mereka yang

mendapat bencana. Kita sebagai seorang ayah akan menangis karena

kehilangan anak dan istri tercinta. Bagaimana tidak hancur hati kalau

sebagai seorang ayah melihat anak yang berumur satu tahun yang masih

menyusu kepada ibunya, ditinggal mati ibunya. Bagaimana bisa air mata

ditahan kalau melihat harta benda, tempat tinggal hancur berantakan,

musnah dalam sekejap.

Apa gerangan penyebab peristiwa tersebut, sehingga musibah

datang bertubi? Apakah ini sebagai ujian bagi anak negeri yang beriman,

ataukah sebagai teguran kasih sayang Allah agar anak negeri ini berbenah

dan mau kembali ke jalan yang diridhai Allah? Atau apakah sebagai azab

dari Allah, karena terlalu banyak perbuatan yang mengundang

kemurkaanNya, sehingga tidak lagi diberi kesempatan untuk kembali

kepadaNya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita cermati cerita

dalam Al-qur’an yang menceritakan kehancuran suatu negeri, seperti

negeri Saba. Penduduk Saba terkenal dengan pertaniannya yang maju,

sawah yang subur karena pengairannya dikelola dengan baik, yang

dialirkan melalui sebuah bendungan besar. Perkebunan menghasilkan

buah yang manis-manis dan lezat. Rezeki mengalir dari berbagai penjuru,

sehinga negeri Saba dikenal sebagai negeri yang aman, damai dan

sejahtera.

Dalam waktu sekejap, negeri yang tadinya aman, damai dan

Page 32: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

31 Haderi Idmukha

sejahtera berubah. Bendungan yang mereka banggakan jebol, akibat

digerogoti pasukan tikus kecil yang dikirim oleh Allah. Terjadilah banjir

besar yang memporak-porandakan penduduk dan fasilitas yang ada.

Tanah yang subur berubah menjadi gersang, pohon yang berbuah

manis diganti oleh Allah dengan pohon yang berduri dan pahit sehingga

tidak bisa dimakan.

Penyebabnya tidak lain adalah karena penduduknya telah ingkar

dengan nikmat yang diberikan Allah, dan mendustakan RasulNya,

sebagaimana firman Allah:

“Dan Allah membuat suatu perumpamaan, suatu negeri yang

aman dan tentram yang datang kepadanya rezekinya yang luas dari tiap

penjuru, maka mereka pun kufur (tidak mensyukuri) nikmat Allah, karena

itu Allah timpakan kepada mereka kelaparan dan ketakutan disebabkan

apa yang mereka perbuat. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka

seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, lalu mereka mendustakannya,

maka ditimpakanlah azab kepada mereka, dan mereka itulah orang-orang

yang zalim.” (QS. An Nahal : 112-113)

Pemicu utama terjadinya bencana kalau kita perhatikan ayat di

atas adalah kufur nikmat dan mendustakan peringatan Rasul, atau kalau

sekarang mengabaikan peringatan para ulama.

Apabila orang tidak menghiraukan lagi seruan para Rasul atau

ulama, kemaksiatan merajalela, nikmat yang diberikan Allah digunakan

untuk hal-hal yang dilarang agama, maka sunnatullah akan berlaku,

bencana atau azab yang dijanjikan akan datang menimpa mereka.

Banyak ayat Al-qur’an yang menerangkan bahwa dosa yang

dikerjakan adalah pengundang datangnya bencana, seperti dalam surah Al

Anfal ayat 52, Surah Al Isra ayat 16 dan ayat 58.

Hukum kausalitas secara fisik adalah rusaknya tatanan kehidupan

alam sekitar. Mulai dari membuang sampah sembarangan, sampai pada

perusakan hutan dan mengambil hasil tambang tanpa memperhatikan

kelestariannya, serta perusahaan yang tidak berwawasan lingkungan.

Semua itu juga memicu terjadinya bencana, seperti banjir dan tanah

Page 33: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

32 Haderi Idmukha

longsor. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur`an; “Telah nampak

kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, agar

mereka merasakan akibat dari yang mereka kerjakan, supaya mereka

kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar Ruum: 14)

Sebenarnya antara hukum kausalitas secara fisik dan non fisik

(dosa) tidak bisa dipisahkan, karena keduanya saling mendukung. Orang

yang sering berbuat maksiat, ia berani melanggar larangan Allah, lebih lagi

kalau cuma larangan manusia.

Pemerintah membuat peratuaran tentang pelarangan

penebangan hutan secara liar, atau pemerintah memberikan peraturan

kepada perusahaan agar berwawasan lingkungan, ternyata tidak

diindahkan. Mengapa? Karena sudah biasa melanggar larangan Allah, dan

larangan manusia dianggap enteng. Padahal, taat kepada pemimpin adalah

kewajiban, dan melanggar kewajiban berarti dosa.

Kalau kita kaji lebih jauh, ternyata ada lagi pemicu terjadinya

pelanggaran, yaitu lemahnya iman dan kecenderungan manusia

mengagungkan dunia, lebih mencintai dunia ketimbang Allah dan

Rasulnya.

Menurut Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, terlalu

mengagungkan dunia atau terlalu mencintai dunia adalah sumber

kejelekan (dosa). Kalau orang sudah terlalu mengagungkan dunia, apapun

ia lakukan. Tak peduli peraturan, tak peduli hukum Allah, yang penting

senang. Orang rela membunuh, rela menipu, berbuat kerusakan, demi

memenuhi kesenangan dunia. Apabila sudah demikian, tunggulah azab

Allah. Simaklah Firman Allah berikut:

“Katakanlah (hai Muhammad), jika ayahmu, anakmu, saudaramu,

isterimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan

yang kamu takuti kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang

kamu senangi lebih engkau cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari

berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan

keputusan Nya (azab). Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada

orang-orang yang fasik” (QS. At-Taubah : 24)

Page 34: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

33 Haderi Idmukha

Untuk meredakan tangisan ibu pertiwi, tidak ada jalan lain kecuali

kembali kepada Allah, pengatur alam semesta ini. Mari kita rujuk,

sebagaimana yang dianjurkan Allah untuk senantiasa bersyukur

kepadaNya, meningkatkan iman dan taqwa dan kembali dengan

memperbanyak istighfar, karena Allah tidak akan menimpakan azab kalau

kita senantiasa bersyukur dan beristighfar.

Firman Allah: “Allah tidak akan mengazab kamu, jika kamu

senantiasa bersyukur dan beriman, dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha

Mengetahui” (QS.An Nisa:147)

“Dan Allah tidak akan mengazab mereka kalau engkau

(Muhammad) masih ada di tengah mereka, dan Allah tidak akan mengazab

mereka kalau mereka senantiasa beristighfar” (QS. Al Anfal : 33).

“Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah

Kami akan melimpahkan kepada mereka berkat dari langit dan bumi,

tetapi mereka mendustakan, maka Kami siksa mereka disebabkan

perbuatan mereka” (QS. Al A`raf: 96).

Semoga air mata anak negeri tidak lagi tertumpah karena

bencana, tetapi mengalir karena khusyu’ mengingat Allah, merenung dan

mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, air mata taubat dan istighfar.

Oleh karena itu menangislah karena Allah. Wallahu a`lam.

Aman dan Damailah Indonesiaku

Akhir-akhir ini, Indonesia mengalami berbagai macam persoalan.

Mulai dari persoalan bencana alam, krisis ekonomi, krisis akhlak, sampai

kepada krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Semua itu

tidaklah menyurutkan umat Islam untuk senantiasa memperingati

kelahiran Nabi Besar Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam di bulan

Page 35: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

34 Haderi Idmukha

Rabi`ul awal ini.

Rabi`ul awal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad shallallaahu

‘alaihi wasallam, hijrah dan wafatnya, atau yang lebih dikenal dengan

Bulan Maulid. Umat Islam menyambut dan memperigatinya baik di

rumah, langgar maupun masjid. Semua itu dilakukan sebagai bukti rasa

syukur dan kecintaan umat Islam kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi

wasallam.

Tujuan dari peringatan adalah untuk mengingat kembali dan

menggali sejarah perjuangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Ddengan begitu akan timbul kecintaan yang berbuah kepada ketaatan.

Pepatah lama mengatakan, tak kenal maka tak cinta.

Tentu saja peringatan itu tidak sebatas peringatan seremonial

semata, tapi harus lebih dari itu. Hendaknya kita manfaatkan untuk

menggali sedalam-dalamnya hikmah perayaan maulid Nabi itu sendiri.

Melalui peringatan Maulid, kita akan lebih mengenal siapa

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dengan mengenal Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wasallam timbullah kesyukuran kepada Allah dan

RasulNya. Karena taufik dan hidayah Allah, kita beriman dan memeluk

agama Islam. Semua itu tidak lain berkat perjuangan Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wasallam, sehingga agama Islam sampai kepada kita.

Bukankah sangat pantas kita bersyukur dan berterima kasih kepada

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam?

Rasul bersabda tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang tidak

bersyukur kepada manusia. Dengan rasa syukur tadi, terwujudlah

kecintaan yang mendalam kepada Allah dan RasulNya karena sangat

banyak karunia yang diberikan kepada kita. Bukankah sangat pantas orang

yang banyak memberikan manfaat, yang lebih kita cintai, ketimbang yang

lainnya? Manusia mana yang lebih banyak memberikan manfaat kepada

kita selain Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam? Adakah yang lebih

besar dan manfaat di dunia selain iman dan islam? Sungguh sangat pantas

dan wajar kalau kita mencintai Allah dan RasulNya. Bahkan, mencintai

Allah dan RasulNya adalah suatu kewajiban.

Page 36: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

35 Haderi Idmukha

Kecintaan akan melahirkan ketaatan. Hal ini tergambar dari

firman Allah: “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah,

ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”

Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Katakanlah (Muhammad).

Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak

menyukai orang-orang kafir (Q.S. Ali`Imran : 31 – 32)

Konsekuensi logis dari cinta kepada Allah dan rasulNya adalah

ketaatan dan kepatuhan terhadap perintah dan mau meninggalkan hal

yang dilarang oleh yang dicintai. Apabila mulut berkata cinta dan tidak

diiringi ketaatan berarti cinta yang ia ucapkan palsu. Berarti ia berpaling

dari ketaatan dan mengingkari perkataannya sendiri.

Bukti kecintaan yang lainnya adalah banyak menyebut orang yang

dicintai, memuji Allah, dzikrullah, selalu ingat kepada Allah, tidak hanya di

mulut, tapi hati dan pikirannya selalu tertuju kepada yang ia cintai.

Kalau ia mencintai Rasulullah, tentu saja lidahnya akan selalu

basah dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah. Karena dzikir dan

shalawat adalah bagian dari perintah Allah dan RasulNya. Hikmah dan

manfaatnya tentu saja terpulang kepada si pencinta itu sendiri. Firman

Allah: Ingatlah kepadaku, niscaya aku akan ingat kepadamu, dan

bersyukurlah kepadaku, dan janganlah kamu ingkar.

Rela berkorban demi orang yang dicintai adalah bagian dari cinta

itu sendiri. Kalau orang mengatakan cinta tapi tidak berani berkorban

maka cintanya masih diragukan atau cintanya belum sepenuhnya.

Alangkah indahnya jika para pejabat dengan jabatannya

berkorban demi Allah dan Rasul yang ia cintai. Alangkah indahnya jika

pemimpin rela mengorbankan sebagian yang dimilikinya demi kemajuan

agama ini. Alangkah indahnya jika semua umat islam rela mengorbankan

sebagian hartanya demi agama yang dibawa orang yang dicintainya.

Orang yang memiliki kecintaan kepada Allah dan RasulNya akan

terpancar dari jiwanya kasih sayang terhadap sesama. Ia akan peduli

dengan orang miskin dan tergetar hatinya ketika melihat penderitaan

orang lain, karena ia tahu bahwa kasih sayang dan kecintan kepada

Page 37: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

36 Haderi Idmukha

sesama bahkan kepada semua makhluk di muka bumi ini, termasuk alam

sekitar, akan mendapatkan kasih sayang Allah dan malaikat Allah. Ia

mengerti apa yang disabdakan Nabi:

“Orang yang memiliki kasih sayang dikasih sayangi oleh Yang

Maha Pengasih dan Penyayang (ALLAH), maka kasih sayangilah orang yang

ada di bumi, niscaya mengasih sayangi orang yang ada di langit (al Hadits)

Sumber kecintaan dan kasih sayang terhadap sesama tidak lain

bersumber dari Allah, yaitu sebagai pengejawantahan sifat Rahman

Rahimnya Allah, dan sifat rahmatan lil`alaminnya Rasulullah. Kasih sayang

dalam Islam janganlah disalahtafsirkan, sehingga terjebak pada budaya

Barat yang menganut kebebasan tanpa memperhatikan batasan

hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum diikat oleh

pernikahan.

Relevansi kasih sayang yang sebenarnya adalah bagaimana kita

bisa menata jiwa ini untuk bisa berempati terhadap orang yang memang

pantas diberikan kasih sayang. Dengan memberikan harta kepada mereka,

menyantuni anak yatim dan fakir miskin, dan melakukan amar ma’ruf nahi

mungkar berdasarkan kasih sayang dan kecintaan kepada umat Rasulullah.

Dari sumber kecintaan tersebut juga akan timbul akhlakul

karimah, akhlak terpuji, Jujur, amanah tablih, fatanah dan sebagainya.

Alangkah indahnya jika pemimpin dan elit politik di Indonesia

yang tercinta ini memiliki sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah. Dengan

momen peringatan Maulid, mari kita berusaha sedikit demi sedikit

menghidupkan kembali sunnah-sunnah Rasul yang kini mulai luntur,

terutama shalat berjamaah. Hal ini yang terpenting sebagai bukti cinta

kita kepada Rasulullah.

Ingat Sabda Nabi: Barang siapa menghidupkan sunnahku,

sungguh ia telah mencintai aku, dan siapa yang mencintai aku, nanti

beserta aku di dalam surga.

Mari kita katakan: Aku mencintaimu Ya Rasulallah. Semoga

negara dan bangsa ini maju dengan berlandaskan kecintaan kepada Allah

Page 38: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

37 Haderi Idmukha

dan Rasulullah. Sungguh siapa yang cinta kepada Rasul berarti ia mencintai

Allah dan siapa yang taat kepada Rasul berarti ia mentaati Allah. Aman dan

damailah Indonesiaku, berkat kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah

(Rahmatan lil`alamin)

Indahnya Perbedaan

Tak mungkin ada asap kalau tidak ada api, ini pepatah lama yang

bisa kita gunakan untuk memaknai berbagai peristiwa yang terjadi akhir-

akhir ini di negara tercinta kita. Setiap sesuatu yang terjadi mesti ada

pemicunya. Siapa yang tidak merasa miris melihat kejadian-kejadian yang

menimpa negara ini. Bagaimana mungkin hati nurani kita tidak tergugah,

melihat sosok kemanusiaan terkoyak dan terabaikan.

Bagaimana tidak, rasa kemanusiaan kita terenyuh menyaksikan

bagaimana orang dengan mudah dan gampangnya membrondongkan

senjata menyudahi hidup manusia yang lain, dengan alasan mengambil

harta orang lain dengan cara merampok, bahkan mereka menganggap

tindakan itu halal.

Perampokan Bank yang ujung-ujungnya beralasan untuk biaya

latihan militer para teroris, yang mereka anggap jihad dan halal

menumpahkan darah yang mereka anggap sebagai musuh. Tidak sampai di

situ saja, solusi yang diambil pihak Densus 88 pun tidak lepas dari

pandangan segala ganjalan atau rintangan pengacau negara harus

ditembak dan dilenyapkan, tidak adakah jalan lain secara damai yang

sedikit menyentuh aspek prikemanusian?

Barangkali saja adanya teroris itu pemicunya justru berawal dari

rasa ketikadilan yang selama ini dirasakan oleh warga negara ini. Masih

teringat di benak kita bagaimana seorang pencuri semangka, bagaimana

pencuri jambu, pencuri-pencuri kelas teri lainnya, divonis tanpa

Page 39: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

38 Haderi Idmukha

memandang aspek kemanusiaan. Sementara para koruptor walaupun

dipenjarakan, namun tetap mendapat fasilitas mewah.

Pemicu semacam ini akan mudah terpantik dengan bumbu-

bumbu atau doktrin jihad yang salah yang selama ini didengungkan oleh

para pejuang yang mengaku dirinya sebagai pejuang mujahidin, yang

walaupun doktrin ini tidak selamanya bisa dibenarkan.

Yang terpenting adalah bukan menyalahkan doktrin yang mereka

anut, tetapi bagaimana menekan dan meminimalisir pemicu terjadi

ketikadilan itu. Ketidakadilan adalah kezhaliman. Apabila kezhaliman

sudah berakar dan berkembang di jiwa-jiwa para pemimpin negeri ini,

maka jangan heran kalau hal-hal yang selama ini kita saksikan akan terus

bermunculan.

Bagaimana negeri ini bisa aman kalau hati-hati kita dipenuhi nafsu

berkuasa yang tidak diimbangi dengan rasa tanggung jawab sebagai

amanah Allah, sehingga jalan dan kondisi pemerintahan akan terwujud

pada sebuah pemerintahan yang menomorsatukan kepentingan nafsu itu

sendiri, dan aspek kemanusiaan akan terkesampingkan. Jadi wajar hal

semacam ini terus terjadi. Ibarat semut, walau sekecil-kecil semut, kalau

diinjak tentu akan menggigit.

Nafsu berkuasa dan ingin menang sendiri adalah pemicu utama

terjadi berbagai kerusuhan. Menganggap orang yang tidak sejalan dengan

pendapat kita adalah sebagai musuh yang harus dilenyapkan, lalu dimana

letak prikemanusiaan yang selama ini kita junjung tinggi sesuai dengan

amanat UUD 1945.

Bukan doktrin jihad yang perlu dipersalahkan, tetapi doktrin

penguasa lalim dan ketidakadilan itu yang perlu diluruskan. Tentu saja

dengan memperhatikan keadilan ini akan terwujud negara yang damai

terbebas dari teror.

Oleh karena itu bukan sikap arogansi pemerintah yang kita

harapkan untuk mengamankan negeri ini, tetapi sikap arif dan bijaksana

dengan penuh rasa kemanusiaan yang kita harapkan.

Page 40: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

39 Haderi Idmukha

Memang dalam satu sisi, sikap tegas diperlukan, namun bukan

untuk berbuat ketikadilan. Selama itu dalam batas penegakan keadilan,

sikap tegas diperlukan. Jangan sampai tegas terhadap rakyat kecil tapi

lembek dan bersahabat terhadap pejabat yang nyata-nyata bersalah,

ibarat pisau tajam ke bawah dan tumpul kalau ke atas. Kalau hal ini terus

saja dipertontonkan pada warga, jangan heran rasa muak dari semut-

semut kecil akan terus bermunculan.

Kalau kita mau mengambil hikmah dan pelajaran sikap dan

tegasnya Sayyidina Umar ra dan lemah lembutnya dalam menghadapi

kritikan masyarakat, tentu negara kita akan terwujud negara yang kita

harapkan, tanpa harus menumpahkan darah warga kita sendiri. Lihat

bagaimana ketika Sayyidina Umar ra mengambil kebijakan secara sepihak

dengan menetapkan target maksimal Mahar yang harus dibayar oleh pihak

laki-laki ketika ingin mempersunting seorang perempuan, ternyata

kebijakan itu dikritik dan diprotes di saat itu juga oleh seorang wanita:

Wahai khalifah, jangan mentang-mentang anda sebagai khalifah, lalu

seenaknya saja mengambil kebijakan seperti itu, padahal soal mahar

adalah hak kami sebagai seorang perempuan. Mendengar ucapan

perempuan itu Sayyidina Umar ra turun dari mimbar dan berkata, benar

dia, aku yang salah.

Pertumpahan darah antar suku tidak perlu terjadi, perkelahian

antar pelajar dan antar simpatisan partai politik dan antar pendukung

kesebelasan sepak bola pun tidak perlu ada, kalau kita semua berjiwa

legowo.

Persoalan yang mendasar adalah bagaimana kita mengembalikan

pada pemahaman agama secara kaffah, dan bagaimana pemerintah dan

pemuka agama dalam mengaplikasikan ajaran agama masing-masing yang

pada intinya adalah cinta damai.

Agama tidaklah salah, yang keliru adalah dalam memahami dan

menerapkan ajaran agama itu sendiri, sehinga tak heran dalam setiap

keadaan akan terjadi perbedaan. Dan parahnya setiap perbedaan justru

menjadi pemicu terjadinya konflik, padahal mestinya dengan perbedaan

itu kita mesti lebih dewasa dalam bersikap dan bertindak, menghargai dan

Page 41: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

40 Haderi Idmukha

menghormati orang yang berbeda agama dan beda pendapat dengan kita,

bukan sebaliknya menganggap sebagai musuh.

Sudah saatnya kita introspeksi diri masing-masing, dan coba

mengubah cara pandang kita terhadap orang yang berbeda keyakinan dan

pendapat, berbeda suku dan partai, berbeda ras keturuan, dengan

mengembalikan pemahaman dan penyadaran bahwa kita adalah manusia

yang unik dengan berbagai perbedaan, namun esensinya adalah memiliki

persamaan yaitu sebagai makhluk Tuhan, yaitu manusia yang diberi akal

dan budi. Apalagi semenjak didirikannya negara kita ini, kita semua sudah

mengetahui bahwa negara kita dibangun atas dasar kebhinekaan yang

mampu dijalin dan dipersatukan dengan nama Bangsa Indonesia.

Mestinya kita bangga dengan bangsa yang besar ini, bangga

dengan berbagai suku, bangga dengan berbagai etnis dan budaya, bukan

menghina satu dengan yang lain dan memaksakan budaya dan keyakinan

kita pada orang lain. Hendaknya kita saling menghargai dan saling

menghormati.

Kita adalah bangsa yang besar. Bangsa yang besar adalah bangsa

yang mampu menghargai perbedaan, bukan memaksakan dan

menganggap orang yang berbeda adalah musuh. Andai saja manusia sama

dalam bentuk fisik, tentu sulit membedakan si A dan si B. Kalau kita

menyadari hal yang demikian, justru dengan perbedaan lah hidup kita

penuh warna dan indah.

Ingat dan Contohlah Perjuangan Kami

Cita-cita luhur para pemuda yang dicetuskan dalam bentuk

Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, perlu dijadikan penyemangat di saat

nilai-nilai luhur persatuan dan kesatuan negara mulai bergeser dan

memudar. Pergeseran orientasi kepentingan bangsa berubah ke orientasi

Page 42: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

41 Haderi Idmukha

pribadi dan partai. Sejarah mulai terlupakan, atau bahkan sengaja

dilupakan. Rasa cinta tanah air mulai pudar. Kita lebih bangga memakai

pakaian produk luar negeri ketimbang produk sendiri, seolah

ketergantungan pada luar negeri yang dimahatinggikan. Kalau rakyatnya

sendiri sudah tidak bisa menghargai dan membanggakan negaranya,

bagaimana mungkin negara lain bisa menghargai negara kita?

Kita baru mencak-mencak dan berbondong-bondong

menggalakkan untuk memakai pakaian batik, setelah negara lain

mengakuinya sebagai hasil karya dan budaya mereka. Kita baru tersadar

setelah Reog Ponorogo atau lagu Rasa Sayange diakui oleh negara

tetangga. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena kita memang kurang peduli

dengan budaya dan produk negeri kita sendiri.

Lain lagi soal mahasiswa kita dalam menyampaikan aspirasi

penolakan kedatangan Presiden SBY, di Makassar, saling serang dan saling

sandera. Begitu pula warga lainnya dalam menyelesaikan masalah

mengedepankan sikap permusuhan dan cenderung anarkis.

Perhatian dan keseriusan pemerintah dalam menjaga dan

membangun daerah perbatasan pun masih dipertanyakan. Terbukti Pulau

Sipadan dan Ligitan diembat Malaysia, Timor Timur membebaskan diri,

ancaman RSM yang mendapat suaka politik dari Belanda membuat SBY

membatalkan kunjungannya sebagai penambah persoalan. Begitu pula

kebijakan-kebijakan yang diambil belum banyak memihak pada

kepentingan publik. Semua itu mengundang protes masyarakat yang kini

mulai kritis.

Pergesaran-pergeseran semacam ini, tentu tidak datang dengan

sendirinya. Mengamati hal tersebut, ada dua hal yang penting yang

menjadi pemicu pergeseran ini. Pertama yang datang dari luar, dan yang

kedua pemicu yang datang dari dalam.

Kita memaklumi dan tidak bisa menafikkan budaya luar sangat

mempengaruhi pergeseran tersebut. Apalagi dengan sudah terbukanya

ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang bisa diakses kapan dan di

manapun. Yang sangat disayangkan justru hal yang bersifat negatif yang

Page 43: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

42 Haderi Idmukha

menjadi acuan dalam berbuat dan bertindak oleh sebagian pemuda kita.

Bagaimana kita tidak merasa miris, melihat generasi harapan

masa depan terjebak dalam dunia dugem. Narkoba menjadi teman

akbrab, hura-hura menjadi lakon keseharian, seolah hidup ini adalah

miliknya. Hal ini pun tidak lepas dari rongrongan dari luar untuk

melemahkan dan menghacurkan negara ini.

Sejarah sudah membuktikan, dengan peran pemuda, negara ini

bisa berdiri dan gagah menatap masa depan, hidup dengan bangga

berdampingan dengan negara lain. Namun, apabila pemudanya sudah

larut dan semakin larut dalam hal kesia-siaan, tunggu saja negara kita akan

tinggal namanya. Negara kita akan kembali terjajah oleh tangan-tangan

yang sengaja melemahkan dan mengahancurkan negara ini melalui politik

lemahkan dan kancurkan pemuda Indonesia dengan narkoba.

Bagaimana para pemuda bisa berkarya, kalau hidup dan

kehidupannya hanya memikirkan kesenangan sesaat dan semu. Sekarang

saja bisa kita rasakan bagaimana negara-negara asing mengaruk hasil

kekayakan negara ini. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena kita belum

memiliki pemuda-pemuda tangguh yang mampu mengolah hasil alam dan

energi kita sendiri. Walaupun ada, hanya sedikit, dan itu pun kalau tidak

didepak dan ditendang karena dianggap merugikan politik pemerintahan

yang berkuasa.

Itu hanya secuil dari pengaruh luar, namun yang sangat mendasar

adalah pengaruh yang disebabkan dari dalam sendiri. Sebagai contoh, kita

lebih senang membeli ketimbang mengolah, padahal kita ini negera kaya

dengan sumber energi. Tetapi, mengapa justru kita kekurangan BBM? Ya

itu tadi, karena kita lebih mengutamakan enaknya saja.

Disamping itu, kita memang tidak memiliki banyak ahli. Ditambah

semangat berkarya dan berdiri di kaki sendiri tanpa bantuan orang lain

hampir tidak ada. Kita kagum dengan prinsip Mahatma Ghandi, ketika

penjajah menahan pasokan garam. Beliau mengajak rakyat untuk berjalan

menuju laut untuk berupaya membuat garam sendiri tanpa harus

tergantung dengan penjajah.

Page 44: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

43 Haderi Idmukha

Kalau kita justru lebih senang dan bangga dengan utang-utang

luar negeri untuk membangun negeri ini. Padahal semua itu apakah akan

mensejahterakan rakyat banyak? Tentu saja tidak, justru yang menikmati

adalah segelintir orang, dan yang menanggung utang adalah kita semua.

Seandainya hasil alam dan energi kita ini dikelola dan diolah oleh

tangan-tangan Indonesia sendiri, saya yakin negara kita akan bangkit dan

menjadi penguasa dunia. Namun sayang, kita hanya bisa berandai.

Kemudian, kita berandai lagi. Seandainya negara kita ini tidak

digerogoti oleh para koruptor, negara kita akan bisa berjaya dan mampu

mengalahkan negara Amerika. Inilah pergeseran yang sangat ironis yang

melanda negara kita. Kita seharusnya malu dengan pemuda yang

mencetuskan sumpah pemuda.

Wahai para pemuda pencetus sumpah pemuda! Inilah potret

bangsa yang kalian perjuangkan dulu, sekarang dalam keadaan sakit dan

sekarat.

Mereka menjawab: Kasihan kalian, kami hanya bisa memandang

tanpa bisa berbuat lagi. Cuma ada satu hal, hai para pemuda, negara yang

sakit dan sekarat ini akan bisa bangkit kalau kalian mau melihat dan

mencontoh spirit perjuangan kami.

Hai para Pemuda bangkitlah, tinggalkan dugem, tinggalkan

narkoba, tinggalkan kemaksiatan, berkaryalah untuk negeri ini. Ingat dan

contohlah perjuangan kami. Sungguh, sukses dan berjayanya negara ini

ada di tangan kalian.

Itulah barangkali harapan mereka yang sudah lama berkalang

tanah.

Page 45: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

44 Haderi Idmukha

Jenderal, Turunkan Tanganmu

Membaca berita utama yang diturunkan Banjarmasin Post, 28

Maret 2011, dengan judul “Jenderal, Turunkan Tanganmu”, saya teringat

film Nagabonar jadi 2, yang menceritakan tokoh mantan pejuang

kemerdekaan yang diperankan oleh Dedi Mizwar, ketika menyusul

anaknya yang sukses di Jakarta. Ketika ia sampai pada patung Jenderal

Soedirman dalam posisi memberikan penghormatan, sang tokoh berteriak,

“Jederal Turunkan Tanganmu.”

Saya sebagai cucu pensiunan Veteran, ketika menonton film dan

membaca berita itu, saya sangat terharu sampai meneteskan air mata.

Saya larut dalam kenangan, mengingat cerita kakek yang ikut berjuang

menghadapi Belanda. Walau ketika itu beliau hanya sebagai juru mudi

perahu yang ditumpangi para prajurit pejuang, jasa beliau walau

sedemikian adanya patut saya amini. Karena betapapun kecilnya jasa

beliau, tentu sangat berarti bagi kita yang menikmati kemerdekaan

sekarang ini. Sungguh kita bisa merasakan betapa susahnya hidup di

zaman perjuangan kemerdekaan.

Lebih-lebih lagi jasa Pak Ilyas sebagai pelaku sejarah, mantan

anak buah Jenderal Soedirman, bahkan sebagai pengibar bendera saat

proklamasi kemerdekaan yang dibacakan Bapak Soekarno. Jasa beliau ini

tidak bisa kita anggap remeh. Kini, apa yang terjadi pada Bapak Letkol

(Purnawirawan) Ilyas Karim dan rekan-rekan beliau? Rumah mereka akan

digusur.

Untuk mengetuk hati para pejabat pemerintah, beliau melakukan

aksi dialog dengan patung Jenderal Soedirman, persis seperti latar dan

suasana yang digambarkan dalam film Nagabonar jadi 2. Itulah yang

menjadi realitas yang menimpa beliau. Di depan patung Janderal

Soedirman ia melaporkan ketidakadilan yang menimpa dirinya, rumahnya

akan digusur, untuk pembangunan apertemen.

Tanah yang ditempati Pak Ilyas adalah tanah hak pakai karena

Page 46: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

45 Haderi Idmukha

dipinjami oleh PT. Kereta Api Indonesia. Secara hukum jelas, kapanpun

pemiliknya mau mengambil, harus diserahkan. Namun, dari sisi keadilan

dan hati nurani, tidakkah ada pertimbangan terhadap jasa mereka yang

memperjuangkan kemerdekaan negeri ini? Sudahkah dilakukan negosiasi

terhadap mereka? Jangan mentang-mentang berkuasa, seenaknya saja

main gusur dan main usir.

Buat apa gelar kehormatan Bintang Pejuang Kemerdekaan?

Sebenarnya mereka tidak membutuhkan itu. Mereka sudah ikhlas

memperjuangkan negeri ini. Yang mereka butuhkan sekarang adalah

sedikit rasa kasihan, sedikit rasa keadilan, sedikit pengertian dan

penghargaan terhadap perubahan nasib mereka yang kurang beruntung,

belum bisa menikmati kesejahteraan yang layak di alam kemerdekaan

yang mereka perjuangkan dulu.

Sudah tertutupkah mata hati para pemimpin kita? Andai saja

rencana pembangunan gedung DPR yang baru itu dibatalkan, biaya

keseluruhan yang diperkirakan akan mencapai Rp. 1,164 triliun itu tentu

bisa digunakan untuk membangun rumah-rumah para purnawirawan

pejuang kemerdekaan. Bisa juga digunakan untuk mensejahterakan rakyat

yang benar-benar membutuhkan. Bisa digunakan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan yang kini sudah tertinggal jauh dari negara-negara

tetangga. Ini yang mesti dipikirkan oleh anggota Dewan yang terhormat.

Gedung yang ada masih layak digunakan. Memangnya gedung

yang ada tidak membuat betah para anggota DPR? Memangnya kalau

tanpa gedung baru tidak bisa meningkatkan kinerja?

Bukan, sekali lagi bukan karena gedung. Gedung baru pun tidak

akan menyelesaikan masalah kinerja anggota DPR, karena akar

permasalahannya bukan pada baru tidaknya gedung DPR yang digunakan.

Akar permasalahannya justru ada pada mental anggota DPR dan pejabat

pemerintah itu sendiri.

Untuk apa gedung baru dan mewah, sementara mereka yang

berjasa memeperjuangkan kemerdekaan negeri ini terlantar dan

terabaikan. Kesejahteraan masyarakat yang mesti diperjuangkan oleh

Page 47: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

46 Haderi Idmukha

anggota DPR masih terbatas pada retorika kampanye lantaran

menghajatkan dukungan. Saat sudah duduk dan menikmati fasilitas yang

serba enak, mereka lupa dengan janjinya. Kesejahteraan yang dijanjikan

untuk rakyat kecil hanya tinggal angan dan kenangan manis. Manis dalam

kenangan, pahit dalam kenyataan.

Penggusuran pun terjadi di mana-mana. Hal yang sangat

menohok perasaan kita. Sangat disayangkan dan sangat mengiris hati kita

semua. Pelaku sejarah yang semestinya kita perhatikan dan kita hargai

jasanya tak tahan lagi memendam perasaan kecewa dengan menghormat

kepada patung Jenderal Soedirman dan berkata: “Rumah saya akan

digusur dan dibangun apartemen. Maksud saya datang kesini ingin

melaporkan kepada Jenderal Soedirman agar menegur pejabat yang

main gusur seenaknya.”

Sungguh realitas yang sangat menyakitkan. Kita berharap nurani

kita terketuk. Semoga realitas, Jenderal, Turunkan Tanganmu, tidak

terulang lagi. Amin.

Merdeka, Tapi Terjajah

Setiap tahun kita memperingati kemerdekaan Negara yang kita

cintai ini. Lalu apa yang menjadi pertimbangan sehingga kemerdekaan ini

perlu kita peringati setiap tahun? Tentu saja tidak lain sebagai rasa syukur

kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat kemerdekaan ini kepada

kita. Karena berkat rahmat Allah Tuhan yang Mahakuasa lah Negara ini

merdeka. Hal ini sungguh diakui oleh para pendahulu yang mereka

cantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Kemerdekaan yang kita rasakan sekarang adalah karunia yang

diberikan Allah kepada kita melalui usaha keras para pendahulu. Mereka

berjuang merebut kemerdekaan dengan mengorbankan harta, jiwa dan

Page 48: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

47 Haderi Idmukha

raga. Cucuran keringat dan tetesan darah, adalah tinta emas mereka untuk

negeri ini. Semua pengorbanan itu tidak lain demi kemerdekaan bangsa

ini. Pengorbanan yang dilakukan bukan untuk kepentingan sesaat, tapi

kepentingan yang berlanjut untuk bangsa dan generasi penerus.

Jasa para pejuang kemerdekaan tidak ternilai harganya. Tanpa

mereka tak mungkin kita merasakan udara bebas seperti sekarang ini. Lalu

apa yang perlu kita lakukan untuk menyampaikan rasa syukur dan

terimakasih kita kepada mereka?

Mengingat jasa pendahulu dan rasa syukur kepada Allah tidak

cukup hanya dengan melakukan upacara seremonial tiap tanggal 17

Agustus. Yang terpenting adalah upaya mengisi kemerdekaan ini dengan

hal-hal yang bermanfaat demi kemajuan bangsa dan Negara ini. Bukan

sebaliknya, kita mengkhianati dan menginjak-nginjak kehormatan para

pahlawan dengan mengeruk keuntungan untuk kepentingan pribadi dan

kolega.

Tidakkah kita pernah membayangkan, walaupun jasad para

pejuang kemerdekaan sudah hancur menjadi tanah, namun, jiwa mereka

terus menyaksikan tingkah pola para penerus mereka. Mereka sedih tanpa

bisa berbuat apa-apa lagi melihat Negara yang mereka perjuangkan, kini

rela digadaikan dengan pihak asing. Yang semestinya untuk kesejahteraan

umum (rakyat), tapi justru untuk kesejahteraan (orang lain), pribadi dan

kolega.

Kalau seperti ini keadaannya, berarti secara hakiki tidaklah

merdeka. Merdeka secara fisik, terjajah secara mental, terjajah secara

ekonomi, terjajah secara politik, karena terlalu berkiblat kepada dunia

Barat, khususnya Amerika.

Mengapa Koruptor merajalela? Karena sesungguhnya mereka

terjajah oleh nafsu duniawi; terlalu mencintai dunia, kekuasaan dan

jabatan. Mereka yang seperti itu dikatakan oleh Muhammad Irfan (2000:

2) dikategorikan sebagai pencemar peradaban yang kejiwaannya terjajah

oleh orientasi dan tuntutan materialistik yang dimahatinggikan, yang

menempatkan kehidupan sesama hanya sebagai objek perburuan hasrat-

Page 49: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

48 Haderi Idmukha

hasrat bebasnya.

Kesejahteraan umum yang diamanatkan Undang-Undang Dasar

hanya sebatas wacana. Nyatanya hasil alam diangkut oleh orang asing.

Kesejahteraan hanya dirasakan sekelompok kecil warga negara. Moral

anak Bangsa mulai tergerus zaman, luntur dan memudar sebagai jati diri

bangsa.

Dulu kita dikenal dengan bangsa yang berbudaya dan bermoral,

sekarang kita lihat pejabatnya banyak yang korupsi, pintar memutar

balikkan fakta, berkilah dan beralasan; dengan alasan konversi dari minyak

tanah ke kompor gas yang minim sosialisasi membuat rakyat

bergelimpangan meregang nyawa, rumah hancur karena ledakan tabung

gas yang katanya untuk penghematan.

Anarkisme selalu mewarnai berita TV. Bencana alam yang

ditanggapi dengan kata-kata yang jauh dari pendekatan agama; katanya

pergeseran lempengan bumi dan sebagainya, padahal kalau mau

menanggapi dengan pendekatan agama, semua itu terjadi karena memang

kita yang mengundang dengan berbagai kemaksiatan. Hukum-hukum

agama dilanggar seakan tanpa dosa. Nikmat yang diberikan Allah

digunakan untuk hal-hal yang dilarang agama. Yang kuat menindas yang

lemah, kezhaliman terjadi di mana-mana. Apabila semua itu sudah

merata, sunnatullah pasti akan berlaku, bencana atau azab yang dijanjikan

akan datang mendera negeri ini.

Kalau demikian yang menghancurkan negeri ini bukanlah para

penjajah asing, namun warga Negaranya sendiri yang menghacurkannya

dengan minimnya rasa syukur. Padahal sudah terang-benderang Allah

mengingatkan pada kita bahwa; Sungguh jika kamu bersyukur niscaya

nikmat itu akan kami tambah untukmu, jika kamu kufur sungguh azabku

sangat pedih.

Indonesiaku, selamat berulang tahun. Semoga kamu mampu

berkaca pada kejadian alam yang menerpamu, untuk kembali ke pangkuan

Sang Pencipta demi raih damai dan sejahtera. Amin.

Page 50: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

49 Haderi Idmukha

Jangan Jadikan Lahan Politik

Gejolak tidak hanya terjadi di tubuh partai politik dan

pemerintahan. Gejolak persaingan yang sehat sampai pada persaingan

menghalalkan segala cara nampaknya juga terjadi di tubuh PSSI.

Suguhan menegangkan dan mengecewakan. Pecinta

persepakbolaan Indonesia merasa kecewa dengan prestasi Indonesia.

Persepakbolaan Indonesia belum mampu menjawab dan berbicara di

kancah internasional. Wong di tanah air sendiri, pemain dan suporternya

gontok-gontokan sampai pada tubuh kepengurusan PSSI sendiri.

Mengingat prestasi persepakbolaan di Indonesia belum mampu

berbicara di kancah Internasional, sungguh tantangan pengurus PSSI

sangatlah berat. Belum lagi mengatur bagaimana mewujudkan keinginan

meraih prestasi di kancah Internasional, tantangan pun pasti datang dari

dalam maupun dari luar, dari pesaing yang juga memiliki kepentingan

tertentu.

Kalau dikatakan terlalu muluk menginginkan persepakbolaan bisa

berbicara di livel dunia, barangkali ada benarnya. Namun, tidak salahnya

kalau kita bermimpi persepakbolaan Indonesia dapat diperhitungkan

dunia. Sudah saatnya persepakbolaan di Indonesia bangkit, bangun dan

mengaum sebagai macan Asia. Untuk mewujudkan itu semua, tentu harus

mendapat dukungan semua pihak.

Kepengurusan PSSI yang baru sangat diharapkan mampu

menjawab semua tantangan itu, baik tantangan dari dalam maupun dari

luar. Sudah saatnya kita berbenah, jangan jadikan PSSI sebagai lahan

politik untuk meraih kesenangan sepihak. Perhatikan dan wujudkanlah

mimpi persepakbolaan Indonesia.

Sukses untuk kepengurusan PSSI yang baru.

Page 51: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

50 Haderi Idmukha

Spirit Kepemimpinan Rasulullah

Terjadinya berbagai unjuk rasa di negara kita dan negara-negara

lain merupakan indikasi terjadinya krisis kepemimpinan. Kita sudah

kehilangan figur pemimpin yang bisa memberikan kedamaian dan

kenyamanan pada jiwa rakyatnya.

Meneladani Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah

kewajiban. Sebagai pemimpin, baik skala kecil sampai skala yang besar,

sudahkah kita menjadi pemimpin yang bijak sebagaimana Rasulullah

shallallaahu ‘alaihi wasallam? Sebagai umat beliau, sudahkah kita

berupaya mencontoh dan menghidupkan sunnah-sunnah beliau?

Merenungkan pertanyaan tersebut, agaknya kita akan sedikit

kecewa. Kecewa terhadap gaya hidup pemimpin kita. Karena

kekecewaanlah reformasi di Indonesia terjadi. Begitu pula rakyat Mesir

yang kecewa terhadap pemimpinnya, meminta Presiden Husni Mubarak

mundur dari jabatannya.

Massa anti pemerintah Mesir pun histeris ketika mendengar

pidato Wakil Priseden Omar Sulaeman yang menyatakan Presiden Husni

Mubarak telah mengundurkan diri, Jumat (11/2) tengah malam.

Sebelumnya massa kecewa dan marah karena Mubarak menolak mundur

meski telah berkuasa selama 30 tahun. (B. Post, 12 Februari 2011)

Mengapa kekecewaan itu bisa terjadi? Jawabnya tidak lain, para

pemimpin kita sudah jauh menyimpang dari jiwa kepemimpinan

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Silakan tengok para pemimpin itu,

apa saja yang mereka pertontonkan kepada rakyatnya? Kemewahan.

Sementara masih banyak rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan.

Kebijakan banyak memihak kelas ekonomi mapan. Rakyat kecil cuma bisa

gigit jari, karena kebijakan pemerintah belum sepenuhnya berpihak

kepada mereka. Ibarat Panggang jauh dari api.

Kekecewaan rakyat itu tidak perlu terjadi seandainya pemimpin

kita berjiwa kepemimpinan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Beliau

Page 52: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

51 Haderi Idmukha

sangat memperhatikan kepentingan umatnya. Setiap saat yang beliau

pikirkan adalah umatnya. Walau sebagai pimpinan tertinggi, beliau

tidaklah menampakkan hidup yang glamor penuh kemewahan.

Kebahagiaan beliau adalah jika melihat umatnya sejahtera, sejahtera di

dunia dan sejahtera di akhirat.

Memang, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah

pemimpin besar dan berjiwa besar. Ini diakui oleh kawan maupun lawan.

Tidak ada pemimpin lain yang bisa menyamai beliau. Namun, bukan

berarti kepemimpinan beliau tidak bisa diteladani. Justru itulah kehadiran

Rasullullah shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai contoh teladan

yang baik. Sebagaimana Firman Allah “Sungguh apa yang ada pada diri

Rasulullah itu menjadi contoh teladan yang baik bagi kamu”.

Spirit kepemimpinan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam

adalah melayani, mengayomi, merangkul, dan membimbing. Bukan gila

hormat, bukan bertangan besi, bukan pula untuk dilayani. Benar juga apa

yang dikatakan Irfan (2000:22) bahwa pemimpin adalah pamong (pelayan)

masyarakat, bukan pangreh (minta dilayani masyarakat).

Kalau semua pemimpin menyadari hal yang demikian, tentu

negara dan masyarakat akan berjalan dengan damai dan sejahtera tanpa

pergolakan. Rakyatnya pun akan suka rela memberikan dukungan

terhadap kebijakan-kebijakan pemimpinnya, karena memang berpihak

kepada kepentingan rakyatnya. Rakyat akan senang hati berkorban apa

saja demi kemajuan bangsa dan negaranya, kKarena pemimpinnya lah

yang berada di garis terdepan dalam memberikan contoh teladan yang

baik.

Kepemimpinan atau suatu jabatan adalah suatu amanah yang

harus dijalankan dengan benar. Benar dalam memperolehnya dan benar

pula dalam mengembannya.

Sabda Nabi, “Sesungguhnya jabatan itu adalah beban di dunia dan

penyesalan di akhirat nanti, kecuali bagi orang-orang yang

memperolehnya dengan cara yang benar dan melaksanakan kebijakan

sebaik-baiknya.”

Page 53: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

52 Haderi Idmukha

Ketika seseorang memperoleh jabatan dengan cara yang tidak

benar, besar kemungkinan jabatan itu akan dia gunakan untuk mengeruk

keuntungan pribadi. Tujuannya bukan untuk melayani masyarakat, tetapi

ia selalu berpikir bagaimana masyarakat melayaninya. Ia selalu pasang aksi

ketika masyarakat membutuhkan pelayanannya, bertingkah seolah tugas

pelayanan itu menjadi beban baginya. Setiap melaksanakan tugasnya, ia

akan selalu mempertimbangkan untung ruginya terhadap dirinya. Ketika

ada yang memberikan keuntungkan bagi dirinya, cepat-cepat ia

melaksanakan tugas itu.

Pejabat atau pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang berjiwa

kerdil dan bukan pula pemimpin yang berwibawa. Pemimpin yang berjiwa

kerdil tidak akan mendapatkan simpati dari bawahan atau rakyatnya.

Bawahan patuh karena rasa takut saja, bukan karena kerelaan.

Pertanyaan besar yang perlu kita ajukan adalah, “Mengapa

banyak pemimpin yang berlaku seperti itu?”

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sudah mengingatkan kita

14 abad yang silam, bahwa hal itu akan terjadi karena kita jauh dari ulama.

Kita sudah mengabaikan anjuran dan larangan para ulama. Artinya kita

sudah banyak meninggalkan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi

wasallam, dan sedikit demi sedikit kita sudah menjauh dari agama.

Sebagaimana Sabda beliau: “Nanti akan datang suatu masa terhadap

umatku, mereka berlari dari para ulama (yang hak). Kalau sudah demikian,

mereka akan mendapatkan tiga macam bala, yaitu Allah angkat berkah

dari usaha mereka, Allah berikan kepada mereka pemimpin yang zhalim

dan keluar dari negeri dunia ini tanpa iman.”

Oleh karena itu, solusi terbaik adalah bahwa kita semua harus

kembali ke jalan Allah dan kembali menghidupkan sunnah-sunnah Rasul,

sehingga negara kita akan senantiasa mendapatkan curahan rahmat Allah.

Semoga dengan diperingatinya kelahiran junjungan kita Nabi Besar

Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Hati dan jiwa kita tergugah

untuk kembali menghidupkan syiar dan sunnah-sunnah beliau. Amin.

Page 54: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

53 Haderi Idmukha

Pantauan terhadap Jejaring Sosial, Perlukah?

Mulai dari teror bom sampai isu penggulingan pemerintah, semua

itu mewarnai media belakangan ini. Biasanya hal seperti ini langsung

dibantah oleh pihak yang bersangkutan (media, red). Selanjutnya ada lagi

isu kekhawatiran pemerintah terhadap jejaring sosial, sehingga

pemerintah berinisiatif melakukan pemantauan terhadap jejaring sosial

dengan menugaskan Badan Intelejen Nasional.

Masyarakat diingatkan agar berhati-hati dalam mengumbar kritik

terhadap pemerintah melalui jejaring sosial, baik Facebook maupun

Twitter. Jika dilanggar, ujung-ujungnya bisa berakhir di penjara.

Sebagian pengamat mengatakan bahwa hal ini akan merenggut

kebebasan berpendapat masyarakat di negara yang menganut paham

demokrasi ini. Ada benarnya juga apa yang dikatakan pengamat tersebut.

Pemerintah tak perlu sejauh itu mengkhawatirkan jejaring sosial yang ada

di Indonesia. Justru dengan jejaring sosial itu, harusnya pemerintah dapat

menggali potensi positif untuk lebih memperbaiki kinerjanya.

Alasan pemerintah memantau jejaring sosial ini adalah karena

belajar dari pengalaman negara-negara Timur Tengah, yang notabene kini

sedang bergejolak. Husni Mubarak turun dari tahta karena gerak massa

yang lewat jejaring sosial.

Kalau kita mencermati negara Timur Tengah dan Indonesia, yang

sekarang karakteristiknya tentu berbeda, justru mereka sebaliknya, belajar

dari Indonesia ketika Presiden Soeharto lengser di era reformasi. Karakter

pemerintahan sekarang sudah dibatasai hanya dua periode oleh Undang-

Undang.

Di era kebebasan seperti sekarang ini, tidak elok mengekang

ekspresi masyarakat dalam berinteraksi terhadap sesamanya. Sebenarnya

kekhawatiran semacam itu tidak perlu dibesar-besarkan kalau saja

pemerintah benar-benar mengakomodir masukan dan kritikan dari

bawahan maupun masyarakat, baik kritikan langsung yang disampaikan

Page 55: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

54 Haderi Idmukha

masyarakat melalui wakilnya di DPR, maupun kritikan dan saran

masyarakat melalui media massa dan jejaring sosial.

Kewaspadaan pemerintah terhadap desakan, baik dari luar

maupun dari dalam, memang sangat diperlukan. Namun, kewaspadaan

yang berlebihan justru memperparah keadaan, karena menganggap orang

yang berseberangan pendapat sebagai musuh yang harus dilenyapkan,

atau paling tidak dipenjarakan. Kalau penyakit paranoid pemerintah ini

terjadi, negara ini bukan lagi negara yang menjunjung tinggi demokrasi.

Kita akui bahwa hidup dalam negara demokrasi dan memimpin

negara demokrasi sangat sulit, karena setiap orang memiliki pola pikir dan

tujuan hidup yang berbeda. Tanggung jawab pemerintah memang sangat

berat. Namun, kita juga berkeyakinan bahwa bagaimanapun beratnya

memimpin negeri ini, tentu akan ringan kalau memang semua komponen

bangsa saling bekerja sama. Bisakah semua komponen bangsa ini saling

mendukung? Ini yang menjadi tantangan terberat.

Menurut Bambang Cipto (2000:158), “Tantangan terbesar bangsa

ini adalah meyakinkan persoalan negara akan bisa diatasi dengan

membangkitkan kekuatan seluruh bangsa.”

Untuk membangkitkan kekuatan seluruh bangsa ini, apa salahnya

kalau pemerintah menjadikan jejaring sosial sebagai alat mempererat

hubungan pemerintah dengan rakyatnya? Menggali potensi dan kekuatan

negara melalui media teknologi, termasuk jejaring sosial.

Selain itu, menarik juga apa yang ditawarkan Muhammad Irfan

dan Abdul Wahab, dalam buku Membangun Visi Baru Bernegara, yaitu

dengan sufisme bernegara. Sufisme bernegara niscaya akan menuai

bangunan kehidupan kenegaraan yang kokoh dan mendamaikan segenap

warga bangsa, sebab tampilan dan agregasi prilaku politik ekonominya

menyemaikan kultur sejarah amanat kebangsaan dan tidak terseret

egoisme berbingkai primodial, ambisi dan arogansi yang meminggirkan

keberpihakan pada hak-hak rakyat. (hal 89)

Saya khawatir, kalau hak-hak rakyat terabaikan, isu

penyejahteraan masyarakat, penegakkan hukum yang lemah dan korupsi

Page 56: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

55 Haderi Idmukha

yang masih mengemuka, akan memicu kejengkelan rakyat pada

pemerintah. Jadi bukan terfokus pada jejaring sosialnya, tetapi lebih

kepada upaya bagaimana mensukseskan program-program pemerintah

yang berpihak pada rakyatnya yang harus menjadi perhatian utama.

Dengan demikian isu kudeta dan penggalangan massa lewat

jejaring sosial tak perlu dikhawatirkan, karena memang pemerintah berada

di jalur yang benar. Kalau sudah berada di jalur yang benar sesuai aturan

yang ada, masih juga terjadi apa yang dikhawatirkan, tentu ini lain lagi

persoalannya. Berarti memang ada unsur kesengajaan yang merongrong

pemerintah yang sudah berjalan baik. Namun, kalau ada masukan dan

kritikan yang sifatnya untuk kebaikan bersama, saya kira tidak salahnya

pemerintah urun rembuk memperhatikan saran dan kritikan tersebut

dalam mengambil kebijakan dan tindakan yang menggembirakan semua

pihak.

Sudah saatnya semua komponen negara bersatu menggalang

kekuatan demi tercapainya Negara Indonesia yang sejahtera, aman dan

damai, di bawah naungan ridha Tuhan.

Suatu Kezhaliman

Ada rasa kesal, geram, marah dan takut yang menggejala di

tengah masyarakat akibat teror bom, yang belakangan ini semakin marak.

Setiap bingkisan atau kiriman paket datang, masyarakat harus bersikap

waspada dan curiga kalau-kalau berisi bom.

Kewaspadaan memang diperlukan. Kalau memang ada sesuatu

yang mencurigakan, lebih baik secepatnya melaporkan ke pihak yang

terkait (kepolisian), agar segala sesuatu yang tidak kita inginkan dapat

diantisipasi dengan cepat dan baik.

Menanggapi hal tersebut, Abu Bakar Ba`asyir justru berkomentar

Page 57: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

56 Haderi Idmukha

bahwa teror bom itu dilakukan oleh pihak pemerintah sendiri. Ada dua

alasan menurut beliau yang mendasari tuduhannya itu. Pertama, sebagai

bagian dari pengalihan isu untuk menutupi kebobrokan pemerintah. Yang

kedua, untuk menunjukkan bahwa di Indonesia memang masih ada

teroris, dengan demikian dolar dari Amerika akan terus mengucur ke

Indonesia.

Benar tidaknya tuduhan itu, sejarah dan waktu yang akan

membuktikan, karena belum ada yang mengaku bertanggungjawab

terhadap aksi teror tersebut. Kalau memang benar faktanya seperti itu,

sungguh sangat naïf negeri ini. Sudah begitu parahkah ketergantungan

bangsa ini kepada Amerika? Ataukah memang Indonesia sudah tergadai di

tangan Amerika?

Kalau ditanya dari pihak pemerintah, lain lagi komentarnya. Teror

bom itu jelas dituduhkan pada jama’ah Islamiyah pimpinan Abu Bakar

Ba`asyir. Dua kubu yang berseberangan ini memang sulit dipertemukan

dan dipersatukan.

Apapun alasannya, siapapun pelakunya, sungguh teror bom tidak

bisa diamini. Menurut hemat saya, itu termasuk tindakan yang tidak

bertanggungjawab dan tidak manusiawi. Tindakan yang membuat orang

lain resah, takut, merasa tidak aman, bahkan membuat orang yang tak

bersalah celaka, merupakan suatu kezhaliman.

Sebagai masyarakat awam, kita hanya bisa berharap semoga teror

bom akan cepat berlalu. Semoga negara ini diberikan keamanan,

kesejahteraan dan kedamaian oleh Allah, amin.

*** Berlanjut ke Seri 3 ***

Page 58: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

57 Haderi Idmukha

Tentang Penulis

Haderi Idmukha adalah anak pertama dari pasangan

suami istri Ideris dan Hamdanah. Lahir di Amuntai, 15

Agustus 1973.

Sarjana Fakultas Tarbiyah, IAIN Antasari Banjarmasin, ini

memulai pendidikan dasarnya di SDN Karya Sejati (SDN

Garunggang), melanjutkan ke MTsN Amuntai dan MAN 1 Amuntai.

Aktivitas sehari-harinya adalah Guru pada Ponpes Darul Ulum Amuntai

Kalimantan Selatan.

Dua hari menjelang ulang tahunnya yang ke-38, alhamdulillah ia bisa

mewujudkan mimpinya, menerbitkan buku perdananya dengan judul

“Mudah Menulis Cerpen” (2011) terbitan LeutikaPrio. Tidak berselang

lama, ia kembali menerbitkan buku dengan judul “Sekarang Saatnya,

Belajar Menulis dengan Menulis” (2011).

Ayah dari tiga orang anak ini berdomisili di Jalan Amuntai-Tanjung, Desa

Panangkalaan RT 4 nomor 46, kec. Amuntai Utara, Kab. Hulu Sungai Utara,

Kalimantan Selatan. Kode Pos 71471.

Suami dari Lailawati, S.Ag ini dalam mengembangkan kemampuan

menulisnya, ia juga aktif di PNBB (Proyek Nulis Buku Bareng), sebuah

komunitas menulis dan menerbitkan buku.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca terkait tulisan-

tulisannya. Untuk menghubungi penulis, anda bisa menggunakan sarana

berikut:

Facebook: Haderi Idmukha

http://www.facebook.com/profile.php?id=100000718449566

Email: [email protected]

HP: 085248787982

Page 59: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

58 Haderi Idmukha

Tentang PNBB

PNBB Bagiku

- Mamane Kirana -

Akhir Juni 2011 yang lalu, saya menepati janji dengan seorang teman di

Malang (Mbak Asriana Kibtiyah) yang saya temukan dalam FB, sambil

menyelam minum air, sekalian saya coba hubungi teman-

teman yang suka menulis, yang berada di Malang. Gayung bersambut,

bertemulah saya pada waktu itu dengan beberapa teman baru di dunia

maya secara riil. Bersama Pakde Cahyo, Ust. Halimi, Mas Erryk sekeluarga,

Mbak Ira, Mbak Henu, Mbak Choirun Nisa, Mbak Osya, Mbak Faricha, dll.

Mbak Ana tampil sebagai tuan rumah, membuka kopdar tersebut,

kemudian masing-masing memperkenalkan diri.

Masukan dari ust. Halimi sangat mengesankan saya. Dari survey yang

dilakukan oleh teman beliau di Madinah, andil umat muslim dalam tulis-

menulis masih dalam persentase yang memprihatinkan bila dibanding

penduduk dunia. “Mengapa kita tak mengambil peluang tersebut untuk

syiar?” tanya beliau saat itu, yang langsung saya setujui dalam hati dan

menyimpannya dalam memori.

Walau saya pribadi rada canggung dalam kopdar tersebut, tetapi

keramahan teman-teman baru sungguh mengesankan, penuh

persahabatan dan senyuman.

Kalau tak salah, saya menemukan teman-teman baru di jejaring maya ini

ketika sepulang dari Jakarta untuk suatu keperluan. Sepulang dari

pertemuan tersebut, saya mulai add teman-teman yang menurut

anggapan saya sudah mumpuni dalam menulis. Dimulai dari add Pak Heri

Cahyo dan setengah memaksa untuk senantiasa ditag tulisan-tulisan beliau

ke note saya, dengan alasan ingin belajar menulis dan istilahnya pengen

meguru. Semula niatan saya ingin menulis sebagai persiapan andaikata

Page 60: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

59 Haderi Idmukha

suatu saat saya tak lagi diizinkan berkegiatan di luar rumah, saya masih

mampu mengerjakan sesuatu yang diharapkan masih berbau manfaat,

minimal bagi diri saya, keluarga, mudah-mudahan orang lain juga

merasakan manfaatnya, insyaAllah. Aamiin.

Lantas saya add juga teman-temannya Pakde Cahyo dan teman-

teman baru waktu ke Jakarta yang memiliki hobi sama. Berselang

beberapa bulan kemudian, ketika membuka lapak saya di FB, tiba-tiba

muncul grup PNBB dengan sendirinya. Semula saya tak mengerti mengapa

bisa ada di lapak saya dan dengan maksud apa.

Maklum perkara teknologi memang saya akui jauh dari yang disebut

pinter. Tetapi dengan mempelajari sejenak, pahamlah saya yang membuat

adalah Bapak Kepsek di sekolah menulis maya, dan beliau memasukkan

saya sebagai salah satu murid di kelas maya tersebut.

Merasa tak keberatan dan senang mendapatkan banyak teman dengan

canda dan rusuhnya yang khas, akhirnya saya keterusan setiap buka FB,

didahulukan buka lapak sekolah PNBB dan ikut menyimak dan menikmati

candaan teman-teman, sesekali saya ikut nimbrung ngasih komen.

Dari pertemanan maya, sedikit demi sedikit saya mempelajari karakter

teman-teman yang rata-rata tanggap dan ringan tangan, suka menolong,

terutama membantu kerepotan kepsek seperti mengedit dll, dengan

senang hati, seperti mas Erryk, Ugan Abrar, Mbak Ratu Marfu’ah, Mbak Siti

Zumaroh, Uda Hazil, Mas Aditya, Mas Bambang Ikbal, Mbak Evyta, Mas

Akung dan yang lainnya yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu

dengan jumlah peserta ratusan. Belum lagi jika ada yang curhat, selalu saja

beramai-ramai berusaha memberi masukan. Juga jika ada yang tak

dimengerti dan ditanyakan di lapak PNBB, umumnya si penanya

mendapatkan berbagai masukan yang menggembirakan, termasuk saya.

Beragam daerah, beragam pulau, beragam agama, beragam suku bangsa

tak menghalangi minat dalam belajar menulis, layaknya Bhinneka Tunggal

Ika hehe. Bahkan bukan hanya menulis, saya juga bisa mendapatkan

manfaat yang lain, terutama masalah teknologi dalam level sederhana

mulai saya dapatkan sedikit demi sedikit.

Page 61: PNBB -Celoteh Anak Rumput 2012 Seri 2

PNBB - 2012 Celoteh Anak Rumput – Seri 2

60 Haderi Idmukha

Hanya saja dalam membuka lapak PNBB, kalau tak hati-hati bisa lupa

daratan tak ingat lautan, heboh sangat kata orang Melayu. Apalagi jika Om

Akung Krisna yang gaul mulai menulis yang gokil, alamat deh kaya orang

gimana gitu yang membaca komen-komen tulisan beliau hehe. Nah

sebagai akibatnya, agenda saya yang sudah dijadwalkan seringkali kocar-

kacir hehehe.

Karena itu saya termasuk murid yang sering membolos dengan terpaksa

dan tak diniatkan membolos, hanya masalah ketidakberdayaan untuk tak

merasa asyik. Dan saya tidak menyarankan teman-teman lain mengikuti

jejak saya yang kurang terpuji. Sekalipun sering membolos, saya adalah

murid yang patuh dan rajin ngerjain PR (:P), sekalipun jarang dapat

pertamax. Untuk itu saya pribadi sangat berterima kasih kepada Pakde

Heri Cahyo yang memprakarsai adanya PNBB dan telah memasukkan saya

sebagai salah satu anggota sekaligus murid. Mudah-mudahan hal tersebut

dihitung sebagai amal beliau kelak. Aamiin wa Jazakallah.