plan survey edit

42
BAB II HASIL KUNJUNGAN (SANITASI INDUSTRI PERUSAHAAN) II.2. SANITASI INDUSTRI PERUSAHAAN 1. Penyediaan air bersih Air bersih berasal dari PAM 2. Pemeriksaan udara ruangan Suhu dan Kelembaban. Di perusahaaan tersebut tinggi antara langit- langit dari lantai sekitar 2m, dengan kelelmbaban yang tinggi. Debu Sistem ventilasi dari perusahaan tersebut kurang, sehingga untuk terjadinya pertukaran udara yang terjadi juga kurang, serta banyaknya bahan-bahan yang tertumpuk menjadi tempat terkumpulnya debu karena jarang dibersihkannya. 3. pengelolaan limbah limbah yang sudah ada biasanya ditumpuk saja dipojok-pojok suatu tempat, dan tidak langsung dibuang ditunggu sampai 3 bulan baru dibuang karena perusahaan bekerja sama dengan pihak pengelolaan limbah

Upload: asiah-abdillah

Post on 07-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

plan survey

TRANSCRIPT

BAB IIHASIL KUNJUNGAN

(SANITASI INDUSTRI PERUSAHAAN)II.2. SANITASI INDUSTRI PERUSAHAAN

1. Penyediaan air bersihAir bersih berasal dari PAM2. Pemeriksaan udara ruangan Suhu dan Kelembaban. Di perusahaaan tersebut tinggi antara langit-langit dari lantai sekitar 2m, dengan kelelmbaban yang tinggi.

DebuSistem ventilasi dari perusahaan tersebut kurang, sehingga untuk terjadinya pertukaran udara yang terjadi juga kurang, serta banyaknya bahan-bahan yang tertumpuk menjadi tempat terkumpulnya debu karena jarang dibersihkannya.

3. pengelolaan limbahlimbah yang sudah ada biasanya ditumpuk saja dipojok-pojok suatu tempat, dan tidak langsung dibuang ditunggu sampai 3 bulan baru dibuang karena perusahaan bekerja sama dengan pihak pengelolaan limbah

4. Pengukuran pencahayaanPencahayaan dirasakan cukup dari masing masing tempat produksi karena tersedianya lampu yang optimum dan dapat masuknya cahaya matahari5. Vector penyakitKurangnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar perusahaan sehingga memudahkan berkembang biaknya vektor penyakit seperti serangga dan tikus6. Ruang dan bangunanBangunan kuat namun kurang terpelihara dengan baik dan tata letak yang kurang rapih karena banyak barang barang yang sudah tidak terpakai menumpuk pada sudut ruangan, tangga terbuat dari kayu yang curam , jarak langit langit pada ruangan cutting kurang tinggi7. ToiletKetersediaan toilet yang kurang strategis dan kebersihan toilet yang dianggap kurang layak karena kotor dan bau

(10. PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA, SERTA 11. DATA-DATA PROGRAM KESEHATAN KERJA)Program kesehatan dan keselamatan kerjaProgram kesehatan kerjaProgram kesehatan yang terdapat pada pabrik PT. Imam Jaya Colletion ini adalah program rohani dan jasmani, dimana program rohani yang terdapat pada pabrik adalah adanya tempat beristirahat dan beribadah. Sedangkan untuk program kesehatan jasmani tersedianya kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Perusahaan ini tidak memiliki jaminan kesehatan untuk karyawannya, pemilik sudah menyarankan untuk didaftarkan BPJS namun karyawan menolaknya. Apabila terdapat karyawan yang sakit biasanya hanya membeli obat disekitar perusahaan tersebut, jika terjadi kecelakaan kerja karyawan akan dibawa ke klinik atau rumah sakit terdekat.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

(15. TINJAUAN PUSTAKA HANYA UNTUK HAL YANG BERKAITAN DGN POTENSI HAZARD YANG DITEMUKAN DI PERUSAHAAN TRSBT)III.2. Penyakit Akibat Kerja (PAK)/ Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) Penyakit akibat kerja (PAK)/occupational diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No.Per. 01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total. Cacat sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya. Sedangkancacat total adalah keadaan tenaga kerja tidak mampu bekerja sama sekali untuk selamanya.Penyakit akibat hubungan kerja (PAHK)/work related diseases yaitu penyakit yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak langsung oleh pekerjaan.

1. Muskuloskeletal Disorders (MSDs)0. DefinisiMuskuloskeletal disorderadalah gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon(Widyastuti, 2009).Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:0. Keluhan sementara (reversible)Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang bila pembebanan dihentikan.0. Keluhan menetap (persistent)Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industry telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.Muskuloskeletal disordermempengaruhi semua kelompok usia dan sering menyebabkan cacat, gangguan, dan merugikan. Terdiri dari berbagai penyakit yang berbeda yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tulang, sendi, otot, atau struktur di sekitarnya, dan mereka dapat akut atau kronis, fokal, atau meluas (Rahmaniyah, 2007)

0. Faktor Penyebab Menurut Peter Vi (2001), faktor penyebab musculoskeletal disorders antara lain:0. Peregangan otot yang berlebihan (over-exertion)Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan yang besar, seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, menahan beban yang berat.0. Aktivitas berulangPekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Seperti mencangkul, membelah kayu, angkat-angkut dan sebagainya.0. Sikap kerja tidak alamiahSikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi ilmiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk dan sebagainya.0. Faktor penyebab sekunder Tekanan: Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak Getaran: Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. Mikroklimat: Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga pergerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak disertai dengan menurunnya kekuatan otot.0. Penyebab kombinasi1. Umur: Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dengan usia.1. Jenis kelamin: Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dan lebih menonjol pada wanita dibandingkan pria (3:1)1. Kebiasaan merokok: Semakin lama dan semakin tinggi tingkat frekuensi merokok, semakin tinggi pula keluhan otot yang dirasakan.1. Kesegaran jasmani: Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot.1. Kekuatan fisik1. Ukuran tubuh (antropometri)

0. Langkah-Langkah MengatasiMusculoskeletal Disorders0. Rekayasa Teknik1. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada.1. Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan1. Partisi, yaitu pemisahan sumber bahaya dengan pekerja1. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurasi resiko sakit.0. Rekayasa Manajemen1. Pendidikan dan pelatihan.1. Pengaturan waktu kerja dan istirahat seimbang.1. Pengawasan yang intensif.

1. LBP (Low Back Pain)1. DefinisiLow back pain adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah dan merupakan work related musculoskeletal disorders (Widyastuti, 2009).

1. EpidemiologiLebih dari 70% manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP, dengan rata-rata puncak kejadian berusia 35-55 tahun (Rahmaniyah, 2007)

1. EtiologiPenyebab yang paling umum adalah regangan otot atau postur tubuh yang tidak tepat

1. Faktor resiko:1. Faktor resiko internal1. Usia: keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-55 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.1. Riwayat penyakit: sebelum bekerja pekerja tersebut sudah mempunyai penyakit yang berhubungan dengan keluhan otot-otot skeletal sehingga penyakit tersebut timbul bukan karena pekerjaannya. Riwayat penyakit degeneratif, dsb.1. Tulang belakang yang tidak normal (Widyastuti R, 2009)1. Riwayat keluarga dengan musculoskeletal disorder1. Obesitas: berat badan yang berlebihan akan menyebabkan tumpukan lemak yang lebih banyak sehingga tekanan pada tulang belakang menjadi lebih besar yang dapat meningkatkan resiko terjadinya keluhan otot-otot skeletal.1. Perokok1. Faktor resiko eksternal 1. Ergonomi: Kebiasaan duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut beban dengan sikap yang tidak ergonomis.1. Kesegaran jasmani: Bagi yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadinya keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktifitas fisik.1. Status gizi: Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Rahmaniyah, 2007)1. Aktivitas di luar kerja: aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja sebelum atau sesudah mereka bekerja. Dapat dimungkinkan keluhan otot-otot tersebut akibat dari aktivitas di luar kerja bukan dari pekerjaannya (Risyanto, 2008).1. Masa kerja: lama waktu seseorang bekerja sejak diterima di perusahaan sampai dilakukan pengamatan. Masa kerja sekitar 5-10 tahun (Rahmaniyah, 2007).1. Lama kerja: tekanan melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan (Risyanto, 2008).1. Monotoni: pekerjaan sama yang dilakukan terus menerus tanpa ada variasi lain.1. Shift kerja: merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.1. Lingkungan kerja (Kusiono, 2004).1. Perjalanan penyakitPosisi duduk yang tidak ergonomis akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan. Akibatnya beban kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang atau punggung bawah (Risyanto, 2008). Gangguan otot akan diperberat oleh situasi tertentu misalnya posisi duduk yang tidak benar, usia, postur tubuh serta kursi yang tidak ergonomis (Kusiono, 2004).Bentuk aktivitas dengan posisi kerja yang berbeda, jumlah otot yang dilibatkan dan tenaga yang diperlukan juga berbeda. Bekerja posisi berdiri dan posisi duduk melibatkan jumlah kontraksi otot yang berbeda. Bekerja posisi berdiri statis dan lama lebih banyak melibatkan intensitas kontraksi otot dibandingkan posisi duduk atau berdiri setengah duduk dan relaksasi (Rogers, 2006). Bekerja yang lebih banyak melibatkan intensitas kontraksi otot dan dalam keadaan anaerob akan lebih cepat melelahkan, karena konsentrasi asam laktat meningkat dan glokogen sebagai salah satu sumber energi tubuh cepat berkurang. Dalam bekerja, harus dicari posisi alamiah atau posisi fisiologis agar tidak banyak melibatkan intensitas kontraksi otot, tidak mudah lelah dan produktivitas kerja dapat meningkat. Ketegangan otot akan beradaptasi dari kondisi yang tidak tenang (tidak baik) setelah 12 hari. Misalnya tenaga kerja di pabrik, mereka bekerja di ruangan terbuka dengan perlengkapan tidak standar, mereka bekerja tidak ada kekuatan menuntut (pasrah), tidak ada ventilasi, panas, tertekan, bising dan iklim lingkungan kerja di bawah standar. Mereka dapat berdapatasi pada kondisi buruk seperti itu, tetapi konsekuensinya, kondisi tubuh menjadi kurang optimal, tidak efesien, kualitas rendah, dan seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan seperti pusing, nyeri pinggang (low back pain), gangguan otot rangka (skeletal muscle), dan penurunan daya dengar yang tidak bisa dihindari. Walau tenaga kerja tersebut belum sampai sakit parah (celaka) dan masih dapat masuk kerja, suatu pertimbangan yang tepat, cerdas dan dapat mencapai kesuksesan seharusnya mempertimbangkan kaidah ergonomis, agar terjadi keserasian yang baik antara kemampuan dan batasan manusia dengan mesin dan lingkungannya (Rogers, 2006).Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Meliala, 2003).Sikap kerja tidak alamiah, yaitu sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

1. Klasifikasi1. LBP akut: terjadi dalam waktu kurang dari 2 minggu1. LBP kronik: terjadi dalam waktu 3 bulan (Rogers, 2006)

1. Diagnosis1. Anamnesis: awitan, lama dan frekuensi serangan, lokasi dan penyebaran, kuantitas/intensitas, dan faktor yang memperingan/memperberat.1. Pemeriksaan fisik1. Inspeksi dan palpasi: keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah, back extension, forward flexion, lokasi (pasien diminta membungkuk ke depan, lateral kanan dan kiri).1. Pemeriksaan neurologis1. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan radiologis (Meliala, 2003)

1. Penatalaksanaan1. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. 1. Tirah baring: pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.1. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.1. Olahraga: harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.1. Diatermi/kompres panas/dingin: untuk mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada keadaan akut biasanya digunakan kompres dingin, termasuk bila ada edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin. 1. Latihan: direkomendasikan melakukan latihan dengan stress minimal pada punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan bertujuan memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak (Hills, 2004)

1. PrognosisBiasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai episode nyeri berulang. Sebanyak 80% pasien mengalami keterbatasan dalam derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami disabilitas berat (Bogduk, 2009).

1. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)1. DefinisiCarpal Tunnel Syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan.

1. EpidemiologiCTS lebih sering pada wanita, puncaknya pada usia 42 tahun (40-60 tahun). Risiko untuk menderita CTS sekitar 10% pada populasi dewasa.

1. EtiologiSebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi berbagai kondisi dapat berkontribusi sebagai penyebab, yaitu:0. Kondisi kesehatan lain seperti artritis reumatoid0. Karakteristik Fisik, carpal tunnel seseorang dapat lebih sempit daripada populasi umum0. Proses penuaan normal dengan peningkatan massa di tenosinovium.0. Tekanan langsung atau lesi desak-ruang di dalam carpal tunnel dapat meningkatkan tekanan pada nervus medianus dan menyebabkan CTS.0. Tenosinovitis, yaitu peradangan membran musin tipis yang menyelimuti tendon.0. Sindrom Double-crush, yaitu terjadi kompresi atau iritasi nervus medianus di atas pergelangan tangan.0. Aktivitas yang membutuhkan penggunaan tangan dengan kombinasi gerakan berulang pergelangan tangan atau jari dan pekerjaan yang menggunakan alat yang menimbulkan getaran.0. Faktor keturunan.

1. Gambaran Klinis

7. Rasa baal dan kesemutan yang hilang timbul di daerah yang dipersarafi nervus medianus.7. Nyeri yang menjalar atau meluas dari pergelangan tangan ke bahu atau turun ke telapak tangan.7. Kelemahan di tangan dan cenderung menjatuhkan barang yang dipegang.7. Gejala biasanya timbul bilateral, perlahan-lahan dan makin progresif. CTS lebih sering mengenai tangan yang dominan.

1. Pemeriksaan Fisik3. Tes Provokatif Manuver Phalen: siku pasien diletakkan diatas meja, lengan bawah tegak lurus terhadap meja dan pergelangan tangan difleksikan. Posisi ini ditahan selama 60 detik. Tes dikatakan positif bila rasa baal atau kesemutan muncul pada jari-jari sisi radial. Tanda Tinel: Dilakukan dengan cara perkusi ringan dipergelangan tangan bagian volar diatas nervus medianus untuk membangkitkan sensasi kesemutan. Tanda Flick: Menggoyang atau menjentikkan tangan untuk meredakan gejala yang timbul.

0. Pemeriksaan Sensorik Sensibilitas Getar: Garpu tala 256Hz digetarkan, lalu diletakkan diujung jari pasien. Tes dianggap positif bila sensasi getar berkurang. Diskriminasi 2 titik: Gagal mengidentifikasi adanya 2 benda yang menyentuh kulit dengan jarak lebih dari 6mm.

1. Pemeriksaan Penunjang0. Elektrofisiologi Diagnostik Electromyography (EMG): dapat ditemukan gelombang tajam, potensial fibrilasi dan aktivitas insrsional yang meningkat. Kecepatan hantar saraf: sinyal akan tertangkap lebih lambat dan lemah.0. Pencitraan MRI USG : terdapat peningkatan area cross-sectional dari nervus medianus di carpal tunnel dibandingkan dengan control (Ropper, 2005).

1. Penatalaksanaan1. Bidai pergelangan tangan: biasanya digunakan pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari 1 tahun. Digunakan untuk mereposisi tangan supaya tidak fleksi dan ekstensi tangan.1. Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Berfungsi untuk menghilangkan nyeri jika terdapat peradangan. Contoh: ibuprofen, ketoprofen, dan naproxen.1. Kortikosteroid. Disuntikan langsung ke carpal tunnel untuk menghilangkan nyeri. Digunakan untuk menghilangkan nyeri dan mengurangi peradangan, sehingga mengurangi tekanan.1. Operasi. Jika gejala CTS menetap disarankan untuk melakukan operasi carpal tunnel. Bertujuan untuk mengurangi tekanan di carpal tunnel yaitu dengan cara membelah lapisan transcutaneus (TCL/Transcutaneus layer) (Samuels, 2004).

1. Varises6. DefinisiVarises terdiri atas vena yang mengembang dan berkelok, telangiektasia, atau vena retikuler yang halus.

6. KlasifikasiVarises dapat dibagikan kepada dua, yaitu primer atau sekunder. Varises primer disebabkan oleh kelainan intrinsik dinding vena pada sistem vena superfisial, sedangkan varises sekunder berhubungan dengan insufisiensi vena pada sistem vena profunda.

6. EtiologiVarises sekunder disebabkan oleh insufisiensi vena profunda, vena perforantes yang tidak kompeten, atau oklusi vena profunda.

6. Gejala KlinisPasien dengan varises dapat mengeluh nyeri pada tungkai bawah, terutama di daerah betis. Nyeri tersebut bersifat tumpul, seperti dipukul; rasa nyeri itu tidak berhubungan dengan besarnya varises, malah lebih berat sewaktu stadium awal. Nyeri yang dirasakan bertambah setelah pasien berdiri untuk jangka waktu yang panjang dan berkurang bila berbaring sambil tungkai ditinggikan. Selain itu, pasien juga mengadu tungkai terasa berat, pegal atau gatal. Namun begitu, pasien mungkin tidak bergejala tetapi mengeluh penampilan kosmetik yang buruk, terutama di kalangan wanita.Sering kali terdapatnya edema ringan pada pergelangan kaki pada pasien dengan varises. Bila varises tidak segera diatasi, maka penyulit akan terjadi berupa tromboflebitis, hiperpigmentasi, lipodermatosklerosis, ulserasi dan perdarahan, yaitu tanda-tanda varises yang berat (Price, 2006).

6. PenatalaksanaanPenatalaksanaan varises terdiri atas 4 cara yang dapat dilakukan secara tersendiri atau bersamaan tergantung pada besar dan derajat varises serta gejala-gejala yang disebabkannya, yaitu:1. Penjaminan (reassurance)1. Pemakaian kaos kaki kompresi elastikGejala-gejala yang disebabkan oleh varises dapat dikurangi dengan pemakaian kaos kaki elastik. Kaos kaki tersebut bisa didapatkan dalam 3 derajat penekanan, yaitu kelas 13. Pemakaian kaos kaki elastik dapat membantu dalam mengurangi gejala pada stadium awal varises tetapi tidak mencegah munculnya lebih banyak varises atau mengakibatkan hilangnya varises. Kaos kaki tersebut bertujuan untuk memberikan penekanan yang merata dalam membantu aliran balik vena. Bila pasien juga banyak berjalan, maka hasil akan bertambah baik.1. Pemberian suntikan skleroterapiPemberian suntikan skleroterapi melibatkan administrasi larutan iritan berupa natrium tetradesil (sodium tetradecyl, STD). Skleroterapi dilakukan bila varises masih sedikit dan berdiameter