plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam...

128
OPTIMASI SUHU DAN VOLUME ETANOL DALAM PROSES DIGESTI RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Elisa Aster Nugroho NIM : 088114172 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: phungnhan

Post on 17-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

OPTIMASI SUHU DAN VOLUME ETANOL DALAM PROSES DIGESTI RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) DENGAN

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Elisa Aster Nugroho

NIM : 088114172

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

i

OPTIMASI SUHU DAN VOLUME ETANOL DALAM PROSES DIGESTI RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) DENGAN

APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Elisa Aster Nugroho

NIM : 088114172

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan (Yesaya 41:10).

Nothing is impossible in God

As long as me want to try, there is a way in front of us…

Dengan penuh rasa syukur Kupersembahkan buah pikir dan kerja keras ini

Untuk mereka yang kukasihi Papa dan mamaku

Adik-adikku Semua saudara dan saudariku

Para sahabat, dan Almamaterku tercinta…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

vii

PRAKATA

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, penyertaan dan

hikmat yang luar biasa melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul “Optimasi Suhu dan Volume Etanol dalam Proses Digesti Rumput

Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) dengan Aplikasi Desain Faktorial”

sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini,tentunya banyak kesulitan

yang dihadapi. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari

banyak pihak,. Dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa

terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan saran selama pembuatan tugas akhir ini, selalu

sabar dan bijaksana dalam memberikan pengarahan kepada penulis.

3. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

kritik dalam penyusunan skripsi ini, serta selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing serta memberikan saran dalam

pengambilan mata kuliah setiap semester.

4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt selaku dosen penguji dan atas kesediaannya

meluangkan waktu untuk menjadi penguji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

viii

5. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. S., Apt selaku Dosen pengajar yang bersedia

menyediakan waktu untuk berdiskusi terkait dengan penelitian, yang

memberikan banyak masukkan serta sangat mendukung penelitian ini dengan

nasihat-nasihat yang bermanfaat bagi penulis.

6. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt selaku dosen pengajar yang bersedia

memberikan baku asam ursolat yang sangat penting bagi penelitian ini,

bersedia share pengetahuan dan bersedia share jurnal-jurnal terkait penelitian

ini yang sangat berguna bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.

7. Mas Bimo, Mas Kunto, Pak Parlan, Pak Mus, Mas Agung, Pak Iswandi, Mas

Wagiran, Mas Sigit, Mas Andri, Mas Ottok selaku staf laboran yang sangat

membantu penulis selama penelitian.

8. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan bimbingan selama menimba ilmu

di bangku kuliah.

9. Seluruh karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah menyediakan

sarana untuk terselesainya semua kegiatan akademik dengan lancar.

10. Lilia Cresensia Yuniarty Rogan, sahabat penulis yang berjuang bersama dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kebersamaan, doa, dukungan,

bantuan, kerja sama, perhatian dan semangat yang selalu saling melengkapi.

11. Teman-teman seperjuangan skripsi lantai empat : Usie, Sasa, Satya, Paul,

Kimpul, Heppy, Velly, Vica, Rosita, Dimas, Lia, Franky, Cynthia, Melly,

Novie, Ike yang sama-sama saling mendukung, saling menguatkan dan care

satu sama lain sehingga penulis bertahan dan mampu untuk melewati semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

ix

halangan, rintangan dan persoalan yang kerap kali dihadapi. Terima kasih buat

pustaka-pustaka yang saling melengkapi, alat-alat yang saling meminjamkan,

dan canda tawa yang menghilangkan galau dan stress yang mulai datang di

laboratorium.

12. Papa dan mama yang telah memberikan kehidupan yang indah yang selalu

memberikan doanya bagiku, semangat dan dukungan kepadaku.

13. Denny Andreas Purnomo yang selalu mendengarkan curhat, pikiran, tempat

menghilangkan stress, member semangat, dan selalu mendoakan ku.

14. Semua teman-teman kelas FST A dan B 2008, terimakasi untuk happy

moment , kenangan-kenangan seru, dan kebersamaannya.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak dapat disebutkan satu per

satu, terima kasih atas bantuan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .................... vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi

INTISARI .............................................................................................................. xvii

ABSTRACT ............................................................................................................ xviii

BAB I PENGANTAR ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

1. Perumusan masalahan ............................................................................... 3

2. Keaslian penelitian ..................................................................................... 3

3. Manfaat penelitian ...................................................................................... 4

B. Tujuan penelitian ............................................................................................. 4

1. Tujuan umum ............................................................................................. 4

2. Tujuan khusus ............................................................................................ 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

xi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................... 6

A. Rumput mutiara ........................................................................................... 6

1. Keterangan botani ................................................................................ 6

2. Morfologi ............................................................................................. 6

3. Nama daerah ........................................................................................ 7

4. Kandungan kimia ................................................................................. 7

B. Triterpenoid ................................................................................................. 7

1. Asam ursolat dan asam oleanolat .......................................................... 8

C. Penyarian..................................................................................................... 9

1. Digesti .................................................................................................. 10

2. Ekstrak ................................................................................................. 11

3. Cairan penyari ...................................................................................... 12

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .................................................................. 12

E. KLT- Densitometri ...................................................................................... 14

F. Desain Faktorial .......................................................................................... 15

G. Landasan teori ............................................................................................. 17

H. Hipotesis ..................................................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 19

A. Jenis dan rancangan penelitian ..................................................................... 19

B. Variabel penelitian....................................................................................... 19

C. Definisi operasional ..................................................................................... 20

D. Bahan-bahan penelitian................................................................................ 21

E. Alat-alat penelitian ...................................................................................... 21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

xii

F. Tata cara penelitian ...................................................................................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 29

A. Pengumpulan bahan ..................................................................................... 29

B. Determinasi tanaman rumput mutiara .......................................................... 30

C. Pembuatan simplisia herba rumput mutiara .................................................. 30

D. Pembuatan serbuk herba rumput mutiara ..................................................... 33

E. Defatisasi..................................................................................................... 35

F. Pembuatan ekstrak etanolik herba rumput mutiara secara digeti ................... 36

G. Analisis kualitatif kandungan asam ursolat dengan metode KLT.................. 47

H. Analisis kuantitatif triterpen total dengan metode KLT Densitometri ........... 55

I. Analisis hasil ............................................................................................... 67

BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 72

A. Kesimpulan ................................................................................................. 72

B. Saran ........................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73

LAMPIRAN .................................................................................................... 76

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ......... 16

Tabel II. Variasi kondisi suhu dan volume etanol ........................................ 23

Tabel III. Hasil ekstraksi serbuk herba rumput mutiara pada

masing-masing kondisi .................................................................. 46

Tabel IV. Rf antara baku asam ursolat dan analit dalam sampel serta

nilai resolusi .................................................................................. 54

Tabel V. Data % recovery baku asam ursolat ............................................... 57

Tabel VI. Data % Coefficient of Variation (CV) baku asam ursolat ............... 58

Tabel VII. Akurasi dan presisi baku asam ursolat dalam matriks

sampel........................................................................................... 62

Tabel VIII. Kadar asam ursolat dalam sampel ekstrak herba rumput

mutiara .......................................................................................... 65

Tabel IX. Kandungan asam ursolat dalam ekstrak etanolik herba rumput

mutiara .......................................................................................... 66

Tabel X. Kondisi desain faktorial dan respon yang dihasilkan ...................... 67

Tabel XI. Nilai efek dari faktor suhu, volume etanol dan interaksinya

terhadap respon ............................................................................. 68

Tabel XII. Hasil F value, F tabel dan p value pada respon kadar triterpen

total ............................................................................................... 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tumbuhan Rumput mutiara ...................................................... 6

Gambar 2. Struktur asam oleanolat dan asam ursolat .................................. 8

Gambar 3. Grafik orientasi waktu............................................................... 37

Gambar 4. Sistem ekstraksi digesti ............................................................. 40

Gambar 5. Cara penyaringan ...................................................................... 45

Gambar 6. Profil KLT baku asam ursolat dan sampel ekstrak dilihat

secara visual dengan cahaya tampak ......................................... 50

Gambar 7. Perbandingan spektra baku asam ursolat dan sampel ekstrak

etanolik herba rumput mutiara .................................................. 51

Gambar 8. Interaksi asam ursolat dengan fase diam.................................... 52

Gambar 9. Interaksi asam ursolat dengan fase gerak ................................... 53

Gambar 10. Spektra baku asam ursolat konsentrasi 100 ppm, 300 ppm,

500 ppm ( maks = 537 nm) ..................................................... 56

Gambar 11. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku asam

ursolat ....................................................................................... 61

Gambar 12. Kromatogram sampel dengan penambahan baku

asam ursolat .............................................................................. 61

Gambar 13. Profil KLT penetapan kadar triterpen total dalam ekstrak herba

rumput mutiara dilihat secara visual dengan cahaya tampak ...... 64

Gambar 14. Kurva baku asam ursolat ........................................................... 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

xv

Gambar 15. Grafik hubungan efek suhu dan volume etanol terhadap

respon kadar triterpen total (%b/b) ............................................ 67

Gambar 16. Contour plot kadar triterpen total(% b/b) .................................. 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan determinasi ................................................. 77

Lampiran 2. Certificate of analysis Baku asam ursolat ............................... 78

Lampiran 3. Data penimbangan bahan ....................................................... 79

Lampiran 4. Sistem kromatografi lapis tipis densitometri yang

digunakan .............................................................................. 80

Lampiran 5. Spektrum baku asam ursolat pada 200- 700 nm ................... 81

Lampiran 6. Validasi metode ..................................................................... 82

Lampiran 7. Perhitungan kadar triterpen total ............................................ 85

Lampiran 8. Data rendemen ekstrak ........................................................... 88

Lampiran 9. Data desain faktorial .............................................................. 89

Lampiran 10. Kromatogram ......................................................................... 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

xvii

INTISARI

Tumbuhan rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) merupakan tumbuhan liar yang memiliki kandungan utama asam ursolat. Asam ursolat merupakan senyawa golongan triterpen yang memiliki banyak aktivitas farmakologi, diantaranya sebagai antiinflamasi, hepatoprotektif, antihiperlipidemia, dan antitumor. Asam ursolat diekstraksi dengan metode digesti, menggunakan beberapa variasi suhu dan penyari etanol. Asam ursolat larut dalam etanol. Kelarutan dipengaruhi oleh suhu, maka dapat dicari kondisi optimal penyarian asam ursolat. Di dalam herba rumput mutiara juga terdapat triterpen lain yaitu asam oleanolat yang sangat sulit dipisahkan dari asam ursolat, sehingga penetapan dilakukan terhadap kadar triterpen total. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan desain faktorial dengan dua faktor yaitu suhu dan volume etanol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efek suhu dan volume etanol tehadap kadar triterpen total yang diperoleh dari proses digesti rumput mutiara serta menemukan area optimum dimana diperoleh asam ursolat dengan kadar optimal. Penentuan kadar sebagai triterpen total yang dihitung sebagai asam ursolat dilakukan dengan metode KLT densitometri dimana dengan instrumen ini akan didapat AUC dari bercak sampel yang dihasilkan. Analisis hasil dilakukan dengan menggunakan metode desain faktorial dengan menggunakan software ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org). Dari pengolahan data, didapat bahwa efek yang paling dominan dan paling signifikan dalam mempengaruhi kadar triterpen total adalah faktor volume etanol. Didapat persamaan desain faktorial y = 0.08712 + 0.004262xa + 0.006875xb - 0.00004427xaxb. Dalam penelitian ini telah ditemukan area optimum kondisi ekstraksi yang menghasilkan ekstrak dengan kadar triterpen total yang optimal. Kata kunci : rumput mutiara, asam ursolat, digesti, KLT densitometri, desain

faktorial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

xviii

ABTRACT

Pearl grass is plant that has ursolic acid as the main content. Ursolat acid is a triterpene compound classes that have many pharmacological activities, such as anti-inflammatory, hepatoprotective, antihiperlipidemia, and antitumor. Ursolic acid was extracted by digestion method, using some variation of temperature and the volume of ethanol.

Ursolic acid dissolved in ethanol. The solubility is influenced by temperature, optimal extraction conditions of ursolat acid it can be searched. In the pearl grass herb also has other triterpene acids, thas is oleanolic acid. Ursolic acid and oleanolic acid is very difficult to separated, so the determination made on levels of total triterpenes.

This study is an experimental study using a factorial design using two factors: temperature and volume of ethanol. The purpose is to determine how the effects of temperature and volume of ethanol to the total of triterpene content obtained from the digestion process of pearl grass and found the optimum area which contain optimal ursolic acid. Determination of the total triterpene acid, calculated as ursolic acid using (TLC) densitometry method in which this instrument would be obtained with an AUC of the samples.

Analysis of the results is done using a factorial design method by using ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org) software.Found that volume of ethanol is the most dominant effect and significantly influencing the amount of total triterpenes. The factorial design equation is y=0,08712 + 0,004262xa+0,006875xb – 0,00004427xaxb. In this research, optimum extraction area has been found that produce an extract which contain optimal total triterpenes.

Keywords: pearl grass, ursolic acid, digestion, TLC densitometry, factorial design

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Telah dilakukan penelitian bahwa triterpen asam ursolat diketahui

memiliki aktivitas antiinflamasi, antikarsinogenik terhadap beberapa tipe sel

kanker, meningkatkan jumlah ceramid di keratinosit (Lee, Nam, Kim, dan Lee,

2006), hepatoprotektif, antihiperlipidemia, dan antitumor (Liu, 1995).

Melihat besarnya potensi asam ursolat sebagai agen pengobatan yang

penting, maka perlu penyediaan asam ursolat dalam jumlah yang cukup. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.)

Lamk.) sebagai sumber asam ursolat. Disamping karena mudah ditemukan dan

cepat tumbuh, tumbuhan ini belum populer secara umum sebagai tanaman obat,

bahkan rumput mutiara lebih dikenal sebagai tumbuhan liar. Oleh karena itu,

peneliti melihat rumput mutiara berpotensi menjadi tanaman obat yang bagus.

Rumput mutiara yang diteliti didapatkan dari lingkungan kampus III

Universitas Sanata Dharma. Tumbuhan ini banyak tumbuh di daerah yang lembab

namun cukup mendapatkan sinar matahari. Bagian tanaman yang digunakan

adalah herba, yaitu seluruh bagian tanaman yang ada di atas tanah.

Menurut Haryanti, Junedi, dan Meiyanto (2009), asam ursolat merupakan

senyawa utama dalam rumput mutiara. Karena kandungan asam ursolat dalam

rumput mutiara cukup banyak, maka penyarian dengan digesti lebih sesuai. Di

samping itu, metode digesti memiliki kelebihan yaitu cara pengerjaan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

2

peralatan sederhana dan mudah dilakukan (Pramesti, 2008). Digesti memiliki

kelebihan dibanding dengan maserasi yaitu adanya penambahan panas. Adanya

pemanasan akan meningkatkan efektifitas penyarian. Suhu dan volume pelarut

merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas penyarian secara digesti.

Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kecepatan difusi

(Depkes RI, 1986). Adanya peningkatan volume cairan pengekstraksi maka

konsentrasi akan menurun sedangkan massa dapat tetap atau meningkat (Alupului

dan Lavric, 2008). Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Dari beberapa

pelarut yang dapat melarutkan asam ursolat, etanol merupakan pelarut yang paling

aman digunakan untuk dibuat sediaan.

Menurut Liang, Jiang, Fong, dan Zhao (2008), selain asam ursolat, rumput

mutiara memiliki kandungan asam oleanolat merupakan isomer asam ursolat.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk memisahkan asam ursolat dengan

asam oleanolat. Namun, belum ada penelitian yang berhasil memisahkan isomer

ini secara sempurna. Oleh karena itu, respon penelitian ini adalah kadar triterpen

total yang dihitung sebagai asam ursolat. Penetapan kadar triterpen total dilakukan

dengan metode KLT-densitometri karena pengerjaannya relatif sederhana. Desain

faktorial dapat digunakan sebagai rancangan percobaan untuk mendapatkan

kondisi optimum suatu proses digesti pada penelitian sebelumnya (Pramesthi,

2008; Permatasari, 2008).

Dalam penelitian ini akan dicari area optimum kondisi proses digesti

dengan variasi suhu dan volume etanol 96% yang digunakan sehingga dapat

memberi alternatif dalam pengadaan ekstrak yang memiliki kandungan asam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

3

ursolat yang optimum bagi industri farmasi, peneliti-peneliti maupun masyarakat

pada umumnya.

1. Perumusan masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah perbedaan suhu dan volume etanol berpengaruh signifikan

terhadap kadar triterpen total yang diperoleh pada proses digesti serbuk

herba rumput mutiara?

b. Faktor manakah antara suhu dan volume etanol yang paling dominan

berpengaruh terhadap kadar triterpen total yang diperoleh pada proses

digesti serbuk herba rumput mutiara?

c. Apakah ditemukan area kondisi optimum antara suhu dan volume etanol

dalam proses ekstraksi herba rumput mutiara secara digesti terbatas pada

level yang diteliti?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian yang

berkaitan dengan optimasi ekstraksi tumbuhan rumput mutiara adalah optimasi

ekstraksi tumbuhan rumput mutiara menggunakan pelarut aseton dan kloroform

secara soxhletasi yang dilakukan oleh Liang dkk (2008). Sejauh yang diketahui

peneliti, penelitian tentang optimasi proses digesti dengan melihat pengaruh suhu

dan volume etanol 96 % terhadap kadar triterpen total dengan aplikasi desain

faktorial belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

4

3. Manfaat penelitian

a) Manfaat Teoritis. Menambah informasi bagi perkembangan ilmu

pengetahuan di bidang farmasi sains teknologi khususnya mengenai

pengaruh perbedaan suhu dan volume etanol terhadap kadar triterpen

yang dihasilkan pada proses digesti serbuk herba rumput mutiara.

b) Manfaat Metodologis. Menambah informasi bagi perkembangan ilmu

pengetahuan mengenai aplikasi desain faktorial dalam bidang kefarmasian

untuk menghasilkan suatu kondisi optimum proses digesti terbatas pada

level yang diteliti.

c) Manfaat Praktis. Menambah informasi bagi industri farmasi mengenai

proses ekstraksi asam ursolat dari serbuk herba rumput mutiara.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana efek suhu dan

volume etanol terhadap kadar triterpen total yang diperoleh dari proses digesti

rumput mutiara dengan menggunakan aplikasi desain faktorial.

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui apakah suhu dan volume etanol berpengaruh signifikan pada

kadar triterpen total yang dihasilkan pada proses digesti serbuk herba

rumput mutiara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

5

b) Mengetahui faktor yang dominan antara suhu dan volume etanol terhadap

kadar triterpen total yang diperoleh pada proses digesti serbuk herba

rumput mutiara.

c) Memperoleh kondisi optimum dari suhu dan volume etanol dalam proses

ekstraksi rumput mutiara secara digesti terbatas pada level yang diteliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Rumput Mutiara

1. Keterangan botani

Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) termasuk dalam famili

Rubiaceae (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965). Tanaman ini memiliki

sinonim Oldenlandia corymbosa (L.) Lamk.

Gambar 1. Tumbuhan rumput mutiara

2. Morfologi

Tumbuhan ini merupakan rumput yang tumbuh rindang berserak, agak lemah,

tinggi 15-5 cm, tumbuh subur pada tanah yang lembab, mempunyai banyak

peracangan. Batang bersegi, daun berhadapan silang, tangkai daun pendek hampir

duduk, panjang daun 2-3,5 cm, ujung runcing, tulang daun ditengah. Ujung daun

mempunyai rambut yang pendek. Bunga keluar dari ketiak daun, bentuknya

seperti payung berwarna putih, berupa bunga majemuk 2-5, tangkai bunga (induk)

keras, panjang 5-10 mm, buah bulat, ujungnya pecah-pecah (Wijayakesuma,

1992).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

7

3. Nama daerah

Rumput mutiara memiliki nama lokal yaitu rumput siku-siku, bunga telor

belungkas (Indonesia); daun mutiara (Jakarta); katepan, urek-urek polo (Jawa);

pengka (Makasar); shui xian cao (China) (Haryanto, 2009).

4. Kandungan kimia

Rumput mutiara mengandung: ursolic acid, oleanolic acid, hentriacontane,

stigmasterol, Beta-sitosterol, sitisterol-D-glucoside, p-coumaric acid, flavonoid

glycosides, baihuasheshescaosu (kemungkinan analog coumarin) (Haryanto,

2009).

B. Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,

yaitu squalena, senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan

berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat (Harbone, 1987).

Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen

minyak atsiri, yaitu monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap (C10

dan C15). Diterpena dan yang lebih sukar menguap (C20), sampai ke senyawa yang

tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40).

Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik pada pertumbuhan dan

metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan (Harbone, 1987).

Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan

senyawa: triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

8

golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat

sebagai glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala

senyawa baru ditemukan dan dicirikan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang

diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut ialah triterpena pentasiklik α-amirin dan

β-amirin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat (Harbone,

1987).

1. Asam ursolat dan asam oleanolat

2a. Asam oleanolat 2b. Asam ursolat Gambar 2. Struktur asam oleanolat dan asam ursolat (Wojciak-Kosior, 2007)

Asam ursolat merupakan suatu asam triterpen pentasiklik yang tidak hanya

ditemukan di tumbuhan rumput mutiara. Asam ursolat dapat ditemukan di daun,

bunga, buah dan tanaman obat seperti Calluna vulgaris, Eriobotrya japonica,

Eugenia jumbolana, Glechoma hederaceae, Ocimum sanctum, dan Rosemarinus

officinalis dalam bentuk asam bebas ataupun bentuk aglikon triterpenoid saponin.

Asam ursolat diketahui berperan sebagai antiinflamasi, hepatoprotektif, antiulcer,

antiateroskerosis, hipolipidemi, dan antitumor (Yamaguchi, Noshita, Kidachi,

Umetsu, Hayashi, Komiyama dkk 2008).

Asam ursolat disebut juga 3β-hydroxyurs-12-en-28-oic acid; urson;

pronol; micomerol; malol, memiliki rumus molekul C30H48O3, berat molekul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

9

456,68 dan memiliki titik leleh 285-288oC. Pada suhu 15oC, satu bagian asam

ursolat larut dalam 178 bagian dalam alkohol, 140 bagian dalam eter, 388 bagian

dalam kloroform, 1675 bagian dalam karbon disulfida. Asam ursolat cukup larut

dalam aseton. Asam ursolat larut dalam asam glasial panas dan 2% NaOH dalam

etanol. Asam ursolat tidak larut dalam air dan petroleum eter (Budavari, Neil,

Smith, dan Heckelman, 1989).

Asam oleanolat disebut juga 3-hydroxyolean-12-en-28-oic acid; oleanol;

caryophyllin memiliki rumus molekul C30H48O3 dengan berat molekul 456,71,

dan titik leleh 310oC. Asam oleanolat larut dalam 65 bagian eter, 106 bagian 95%

alkohol, 35 bagian 95% alkohol mendidih, 118 bagian kloroform, 180 bagian

aseton, 235 bagian metanol (Budavari dkk, 1989).

Metode yang paling banyak diselidiki dalam mendeterminasi senyawa-

senyawa triterpen adalah KCKT tetapi KLT masih merupakan metode yang

penting dalam pemeriksaan fitokimia (Wojciak-Kosior, 2007).

C. Penyarian

Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari

bahan yang tidak dapat larut dengan cairan penyari. Pada proses penyarian terjadi

perpindahan masa zat aktif yang semula berada di dalam sel akan ditarik oleh

adanya cairan penyari (Depkes RI, 1986).

Jika penyarian dilakukan dengan mencelupkan sejumlah serbuk simplisia

begitu saja pada cairan penyari maka penyarian tersebut tak akan dapat sempurna

karena suatu keseimbangan akan terjadi antara larutan zat aktif yang terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

10

dalam sel dengan larutan zat aktif yang terdapat di luar butir sel (Depkes RI,

1986).

Faktor yang mempengaruhi penyarian adalah kecepatan difusi zat yang

larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang

mengandung zat tersebut (Depkes RI, 1986).

Secara umum penyarian dapat dibedakan menjadi : Infundasi, Maserasi,

Perkolasi dan Destilasi uap. Dari ketiga macam penyarian tersebut sering terdapat

modifikasi, seperti misalnya maserasi dapat disempurnakan dengan digesti

(Depkes RI, 1986).

1. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,

yaitu pada suhu 40o-50oC . Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk

simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan (Depkes RI, 1986).

Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kecepatan

difusi (Depkes RI, 1986). Adanya peningkatan volume cairan pengekstraksi maka

konsentrasi akan menurun sedangkan massa dapat tetap atau meningkat (Alupului

dan Lavric, 2008).

Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain:

a) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan

berkurangnya lapisan-lapisan batas.

b) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga

pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan

pengadukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

11

c) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan

berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan

berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif

akan meningkat bila suhu dinaikkan (Depkes RI, 1986).

Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka

perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan penyari yang menguap

akan kembali dalam bejana.

2. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari

tanaman atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari

langsung. Penyarian simplisia dengan air dapat dilakukan dengan cara maserasi,

perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih (Depkes RI, 1979).

Menurut Voigt (1994), ekstrak dikelompokkan menurut sifat-sifatnya

menjadi:

a) Ekstrak encer (extractum tenue). Sediaan ekstrak encer ini memiliki

konsistensi madu dan mudah dituang.

b) Ekstrak kental (extractum spissum). Sediaan ekstrak kental ini memiliki

konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang serta

kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

c) Ekstrak kering (extractum siccum). Sediaan ekstrak kering ini memiliki

konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak

lebih dari 5%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

12

d) Ekstrak cair (extractum fluidum). Pada ekstrak cair memiliki konsistensi cair

dan mudah dituang.

3. Cairan penyari

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau

pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air, maka untuk mencegah timbulnya

kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian

(Depkes RI, 1986).

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran berdasarkan

perbedaan kecepatan migrasi, karena adanya perbedaan koefisien distribusi

masing-masing senyawa diantara dua fase yang saling bersinggungan dan tidak

saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang berupa zat

cair atau zat gas dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair atau zat

padat (Puspita, 2010).

Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan untuk pemisahan senyawa

secara cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang

dilapiskan rata pada lempeng kaca (Depkes RI, 1979).

Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, aluminium oksida,

selulosa dan turunannya, poliamida dan lain-lain. Silika gel paling banyak

digunakan. Silika gel GF254 artinya silika tersebut mengandung gipsum (CaSO4 .

H2O) yang merupakan pengikat, dengan cara meningkatkan gaya adhesi antara

partikel senyawa dengan silika dan juga meningkatkan gaya adhesi antar partikel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

13

silika. (Puspita, 2010). Fase gerak terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase

gerak tersebut bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Laju

rambat tergantung kepada viskositas pelarut dan tentu juga kepada struktur lapisan

(Stahl, 1983).

Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana

dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap

saat secara cepat (Gandjar, 2007).

Beberapa keuntungan lain kromatografi planar adalah:

1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis

2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,

fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet

3. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending),

atau dengan cara 2 dimensi

4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan

ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak (Gandjar, 2007).

Untuk identifikasi senyawa yang dipisahkan menggunakan perbandingan

rambatan senyawa dibandingkan dengn rambatan zat pelarut nya dikenal dengan

harga Rf.

R = Jarak titik pusat bercak dari penotolan

jarak rambat fase gerak

Angka Rf berjarak antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua

desimal, sedangkan hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 dan menghasilkan

nilai berjarak 0-100 (Stahl 1985).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

14

Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak

berwarna. Untuk penentuannya dapat digunakan secara kimia, fisika maupun

biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan suatu pereaksi melalui

cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat

digunakan untuk menampakan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan

dengan fluoresensi di bawah sinar ultraviolet (Rohman, 2009).

Asam oleanolat dan asam ursolat memiliki struktur molekul yang mirip

sehingga membuat pemisahan dengan KLT sangat sulit dilakukan. Banyak sistem

kromatografi digunakan dalam analisis triterpen tetapi belum ada yang dapat

memisahkan asam oleanolat dan asam ursolat (Wojciak-Kosior, 2007).

E. KLT-Densitometri

KLT Densitometri merupakan salah satu dari metode analisis KLT

kuantitatif. Penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan dengan

mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan cara KLT. Pada

umumnya pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan dengan kerapatan

bercak standar yang dielusi bersama-sama (Sastrohamidjojo, 1985).

Alat densitometri mempunyai sumber sinar yang bergerak di atas bercak

pemisahan pada lempeng kromatografi yang akan ditetapkan kadar komponennya.

Lazimnya lempeng itu digerakan menyusuri berkas sinar tersebut. Penelusuran

bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang

gelombang maksimum, karena perubahan konsentrasi pada bercak sedikit saja

sudah dapat terdeteksi. Pengukuran dilakukan dengan menelusuri bercak yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

15

akan ditetapkan kadarnya pada kisaran panjang gelombang zat tersebut (Wibowo,

2010).

Bercak yang kecil dan intensif akan menghasilkan suatu puncak kurva

absorbs yang sempit dan tajam, sebaliknya bercak yang lebar akan menghasilkan

puncak kurva absorbs yang melebar dan tumpul (Wibowo, 2010).

Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometer. Pertama, setiap

kali penetapan ditotolan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan dielusi

bersama dalam satu lempeng, kemudian AUC (luas daerah di bawah kurva)

sampel dibandingkan dengan harga AUC zat baku. Yang kedua, dengan membuat

kurva baku hubungan antara jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku diperoleh

dengan membuat totolan zat baku pada pelat KLT dengan bermacam-macam

konsentrasi (minimal 3 macam konsentrasi). Bercak yang diperoleh dicari AUC

nya dengan alat densitometer. Dari kurva baku diperoleh persamaan y = bx + a,

dimana x adalah banyak zat yang ditotolkan dan y adalah AUC (Wibowo, 2010).

F. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi, yaitu teknik untuk

memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih

variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan

matematika.

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang

masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan

level tinggi Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

16

simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan (Bolton and

Bon, 2004).

Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut :

Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB

dengan :

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

XA,XB = level bagian A dan B

b0 = rata-rata dari semua percobaan

b1, b2, b12 = koefisien (dapat dihitung dari percobaan)

Rancangan percobaan desain faktorial sebagai berikut:

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level (Bolton and Bon, 2004).

Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi (1) - - + (a) + - - (b) - + - (ab) + + +

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan

(2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).

Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk

percobaan I, formula (a) untuk percobaan II, formula (b) untuk percobaan III, dan

formula (ab) untuk percobaan IV. Respon yang ingin diukur harus dapat

dikuantitatifkan. Selain faktor dominan yang berpengaruh, yang dapat diketahui

dari metode ini, dapat juga diketahui komposisi optimum melalui superimposed

contour plot pada level yang diteliti (Bolton and Bon, 2004).

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki

efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

17

menentukan respon, keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini

memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek

interaksi antar faktor metode ini ekonomis dan dapat mengurangi jumlah

penelitian jika dibandingkan dengan meneliti metode secara terpisah (Muth,

1999).

G. Landasan Teori

Asam ursolat merupakan senyawa utama dalam rumput mutiara. Ekstraksi

asam ursolat dilakukan secara digesti menggunakan penyari etanol pada suhu

tertentu. Kelarutan asam ursolat dalam etanol yaitu 1 bagian asam ursolat larut

dalam 178 bagian etanol pada suhu 15oC. Asam ursolat tidak larut dalam air. Oleh

karena itu, digunakan etanol 96% sebagai penyari, dimana etanol ini aman untuk

pembuatan sediaan tetapi dapat menarik asam ursolat dari simplisia rumput

mutiara.

Adanya peningkatan volume cairan pengekstraksi maka konsentrasi akan

menurun sedangkan massa dapat tetap atau meningkat (Alupului dan Lavric,

2008). Semakin banyak penyari, larutan penyari akan tidak cepat jenuh akan zat

aktif, akibatnya, massa yang tersari dapat semakin banyak.

Suhu merupakan salah satu bentuk energi panas yang dapat meningkatkan

energi kinetik sehingga efektifitas proses digesti meningkat. Suhu merupakan

salah satu faktor yang dapat meningkatkan kecepatan difusi (Depkes RI, 1986).

Asam ursolat terukur sebagai triterpen total karena kesulitannya

dipisahkan dengan isomernya, yaitu asam oleanolat. Penentuan kadar triterpen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

18

total dilakukan dengan metode KLT densitometri. Penentuan area optimum

kondisi ekstraksi dilakukan dengan metode desain faktorial.

H. Hipotesis

1. Faktor suhu dan volume etanol merupakan faktor yang signifikan terhadap

kadar triterpen total yang diperoleh pada proses digesti serbuk rumput mutiara.

2. Faktor volume etanol merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh

terhadap kadar triterpen total yang diperoleh ada proses digesti serbuk rumput

mutiara.

3. Ditemukan area kondisi optimum antara suhu dan volume etanol dalam proses

ekstraksi herba rumput mutiara secara digesti terbatas pada level yang diteliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental ganda

karena ada intervensi terhadap subyek uji dengan dua faktor yaitu suhu dan

volume etanol, menggunakan aplikasi desain faktorial.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Suhu dan volume etanol, masing-masing dengan 2 level. Suhu yang digunakan

untuk level rendah adalah 30oC sedangkan untuk level tinggi adalah 60oC. Level

rendah volume etanol adalah 25 mL sedangkan untuk level tinggi adalah 100 mL.

2. Variabel tergantung

Kadar triterpen total dalam ekstrak.

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : varietas tumbuhan, lingkungan tempat

tumbuh , kecepatan pengadukan dan

waktu panen

b. Variabel pengacau tak terkendali : umur tumbuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

20

C. Definisi Operasional

1. Serbuk simplisia rumput mutiara yang dimaksud adalah serbuk simplisia

herba rumput mutiara yang telah mengalami pencucian, sortasi basah,

pengeringan selama hari pada suhu 60oC, sortasi kering, penyerbukan, serta

pengayakan dengan ayakan nomer mesh 12 dan 50.

2. Digesti yang dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu teknik ekstraksi

dengan cara merendam dan mengaduk (dengan stirrer) serbuk simplisia

rumput mutiara dalam cairan penyari etanol selama 4 jam, dengan

menggunakan variasi suhu dan volume etanol.

3. Ekstrak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekstrak kering yang

didapat dari proses digesti simplisia rumput mutiara yang telah disaring

dengan kertas saring dan dibantu dengan vacuum dan diuapkan cairan

penyarinya, pertama-tama dengan waterbath hingga kental lalu dilanjutkan

dengan oven hingga bobot tetap.

4. Cairan penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol teknis 96%.

5. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini

digunakan 2 faktor, yaitu suhu (faktor A) dan volume etanol (faktor B).

6. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini ada 2 level,

yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah dan tinggi suhu adalah 30oC

dan 60oC. Level rendah dan tinggi volume etanol adalah 25 mL dan 100 mL.

7. Respon adalah besaran yang diamati perubahan efeknya. Dalam penelitian ini,

respon yang diamati adalah kadar triterpen total dalam ekstrak herba rumput

mutiara yang ditetapkan secara KLT densitometri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

21

D. Bahan-bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : herba rumput

mutiara yang dikumpulkan di lingkungan Kampus III Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada bulan Juni-Agustus 2011, baku asam ursolat (Sigma-Aldrich,No.

Lot BCBD0299V, kemurnian 99,0%), etanol 96% teknis (Brataco chemica),

metanol p.a (E. Merck), kloroform p.a (E. Merck), toluen p.a (E. Merck), aseton

p.a (E. Merck), asam asetat glasial (E. Merck), petroleum eter p.a (t.d 40-60oC)

(E. Merck), asam sulfat p.a (E. Merck), plat KLT silika gel 60 F254 (E. Merck).

E. Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: seperangkat alat KLT-

densitometer (Camag TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No. 160602),

autosampler (Linomat 5 No 170610), mikropipet (Socorex), almari pengering,

blender, ayakan dengan nomer mesh 12 dan 50 (Retsch), neraca analitik (Metter

Toledo AB204), waterbath (Gerhardt), Hotplate Magnetic Stirer (Cenco

Instrumenten b.v), vacuum pump, termometer, kertas saring, oven dan alat-alat

gelas (Pyrex).

F. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi rumput mutiara

Determinasi rumput mutiara dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri

tumbuhan rumput mutiara dengan kunci determinasi menurut Backer dan van den

Brink (1965).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

22

2. Pembuatan simplisia rumput mutiara

a. Pengumpulan bahan

Herba rumput mutiara dikumpulkan di lingkungan Kampus III Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Juni - Agustus 2011.

b. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan herba rumput mutiara dari

benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan (akar, ranting

kering, dan daun kering) serta dari pengotor lain.

c. Pencucian

Pencucian dilakukan dengan air bersih mengalir hingga bersih.

d. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan diangin-anginkan hingga tidak ada lagi air

sisa pencucian. Pengeringan dilanjutkan dalam lemari pengering dengan

suhu 60oC selama 5 hari.

e. Pembuatan serbuk

Pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan blender kemudian

diayak dengan ayakan nomer mesh 12 dan 50.

3. Pembuatan ekstrak rumput mutiara

a. Defatisasi serbuk simplisia

Serbuk simplisia rumput mutiara dimaserasi dengan petroleum eter selama

1 jam, pada suhu kamar, dilakukan pengadukan dengan stirrer

berkecepatan 250 rpm dan perbandingan serbuk dan penyari 1 :10. Residu

dipisahkan dengan penyaringan yang dibantu dengan vacuum. Residu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

23

yang didapat dioven pada suhu 60oC untuk menguapkan petroleum eter.

Residu yang telah kering siap untuk diekstraksi.

b. Ekstraksi serbuk simplisia secara digesti dengan adanya variasi suhu dan

volume etanol

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia rumput mutiara ditimbang dan

dimasukkan masing-masing dalam 4 Erlenmeyer bertutup. Simplisia

rumput mutiara diekstraksi dengan variasi suhu dan volume etanol sebagai

berikut:

Tabel II. Variasi kondisi suhu dan volume etanol Notasi Suhu (oC) Volume etanol (mL)

1 30 25 a 60 25 b 30 100 ab 60 100

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode digesti selama 4 jam di

atas waterbath yang diletakkan di atas hotplate magnetic stirrer.

Perputaran strirrer diatur 250 rpm. Hasil digesti disaring dengan kertas

saring dan dibantu dengan vacuum. Hasil penyaringan ditambah dengan

etanol hingga volume awal dengan cara dimasukkan ke labu ukur yang

sesuai lalu ditambah etanol hingga tanda. Dari tiap ekstrak diambil 5 mL

ekstrak lalu diuapkan di atas waterbath dengan suhu 70oC hingga didapat

ekstrak kental. Penguapan penyari dilanjutkan dengan penguapan dalam

oven dengan suhu 80oC hingga bobot tetap. Replikasi dilakukan sebanyak

tiga kali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

24

4. Penetapan kadar triterpen total dalam ekstrak rumput mutiara

a. Pembuatan fase gerak

Fase gerak yang digunakan adalah campuran toluen - aseton - asam asetat

dengan perbandingan 90:10:0,07 v/v. Fase gerak dibuat dalam labu takar

100 mL kemudian digojog.

b. Pembuatan pelarut

Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan kloroform dengan

perbandingan 4:1.

c. Pembuatan reagen pendeteksi

Reagen pendeteksi yang digunakan adalah 10% H2SO4 dalam etanol.

d. Pembuatan larutan baku asam ursolat

1) Pembuatan larutan baku asam ursolat 1000 ppm. Sejumlah lebih

kurang 10,0 mg baku asam ursolat ditimbang seksama kemudian

dilarutkan dalam pelarut hingga volume tepat 10,0 mL.

2) Pembuatan seri larutan baku. Sebanyak 0,5 ml; 1,0 mL; 1,5 mL; 2

mL; 2,5 mL larutan stok asam ursolat diambil dan dimasukkan dalam

labu takar 5 mL kemudian diencerkan dengan pelarut hingga tanda,

sehingga didapat konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm,

dan 500 ppm.

e. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum

Seri larutan baku konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, dan 500 ppm masing-

masing ditotolkan dengan volume penotolan 2 µL pada plat KLT dengan

fase diam silika gel 60 F254 dan setelah kering dielusi berulang sebanyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

25

3 kali dengan jarak rambat 10 cm tiap elusi. Plat hasil pengembangan

kemudian disemprot dengan reagen pendeteksi dan di oven dengan suhu

110oC selama 3 menit lalu dilakuan scanning panjang gelombang dengan

densitometer.

f. Pembuatan kurva baku dan pengamatan nilai Retardation Factor (Rf)

Seri larutan baku kensentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500

ppm, masing-masing ditotolkan dengan volume penotoloan 2µL pada plat

KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 dan setelah kering dielusi

berulang sebanyak 3 kali dengan jarak rambat 10 cm tiap elusi Plat hasil

pengembangan kemudian disemprot dengan reagen pendeteksi dan di

oven dengan suhu 110oC selama 3 menit lalu diukur AUC dan tinggi

peaknya dengan densitometer. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali dan

dipilih persamaan kurva baku yang paling baik. Selain itu dilihat pula

nilai Rf dari masing-masing seri baku asam ursolat.

g. Penentuan recovery, kesalahan sistemik dan kesalahan acak (CV) baku

Seri larutan baku konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, 500 ppm diberi

perlakuan seperti poin 4.f. replikasi sebanyak 3 kali. Selanjutnya dihitung

kadar terukur dengan menggunakan persamaan kurva baku yang telah

dibuat. Berdasarkan data ini dapat ditentukan recovery dan CV nya.

h. Penentuan recovery dan Coefficient of Variations (CV) baku dalam

matriks sampel

1) Pembuatan larutan sampel (Ls). Ekstrak kering dilarutkan dengan

pelarut hingga 10 mL. Sebanyak 3,5 mL larutan sampel diambil dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

26

dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL kemudian diencerkan dengan

pelarut hingga tanda.

2) Pembuatan larutan sampel dengan penambahan baku asam ursolat

(Lsau). Sebanyak 3,5 mL larutan sampel diambil dan dimasukkan ke

dalam labu takar 5 mL. Larutan tersebut ditambah dengan 0,5 mL

larutan stok asam ursolat (konsentrasi 1000 ppm) dan diencerkan

dengan pelarut hingga tanda, sehingga diperoleh kadar kurang lebih

375 ppm. Replikasi dilakukan sebanyak lima kali.

3) Pengembangan dan pengukuran. Ls dan Lsau diberi perlakuan seperti

pada poin 4.f lalu dihitung kadar baku asam ursolat dalam sampel

menggunakan persamaan kurva baku yang telah dibuat. Kadar baku

asam ursolat dalam sampel adalah selisih kadar Lsau dengan kadar Ls

selanjutnya dihitung recovery dan CV nya.

i. Analisis kualitatif triterpen dalam ekstrak

Ekstrak kering dilarutkan dengan pelarut. Larutan ini dan baku asam

ursolat (300 ppm) diberi perlakuan seperti pada poin 4.f. Setelah itu,

bercak diamati secara visual dengan sinar tampak. Analisis kualitatif juga

dilakukan dengan menghitung Rf tiap bercak dibandingkan dengan nilai

Rf baku asam ursolat.

j. Analisis kuantitatif triterpen total dalam ekstrak

Ekstrak kering dilarutkan dalam pelarut hingga 10 mL. Larutan ini

kemudian diberi perlakuan seperti pada poin 4.f dan dihitung kadar baku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

27

asam ursolat dalam sampel menggunakan persamaan kurva baku yang

telah dibuat.

5. Analisis hasil

a. Selektivitas

Selektivitas ditentukan dengan membandingkan nilai Rf baku dan Rf

sampel. Selain itu selektivitas juga ditunjukkan dengan nilai resolusi

≥ 1,5.

Resolusi (Rs) = ( )( ) ( )

b. Linearitas

Linearitas dilihat dari harga r (koefisien korelasi) hasil pengukuran seri

baku asam ursolat. Suatu metode memiliki linearitas yang baik jika r ≥

0,99.

c. Akurasi

Akurasi metode analisis dinyatakan dengan recovery yang dapat dihitung

dengan cara berikut: % perolehan kembali =

푥 100%

d. Presisi

Presisi metode analisis dinyatakan dengan CV (koefisien variasi) yang

dapat dihitung dengan cara berikut : CV =

푥 100%

e. Rentang

Rentang merupakan interval konsentrasi analit yang memenuhi

persyaratan linearitas, akurasi, dan presisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

28

f. Akurasi pengukuran baku dalam matriks sampel

Recovery = ( )

x 100%

g. Analisis hasil dengan menggunakan desain faktorial

Kadar triterpen total yang diperoleh dari persamaan kurva baku kemudian

dianalisis menggunakan desain faktorial. Kadar triterpen total dianalisis

menggunakan metode desain faktorial dengan menggunakan software

ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org

(www.molmod.org). Dari pengolahan data, dapat dihitung efek suhu dan

volume etanol beserta interaksi keduanya, sehingga dapat diketahui efek

yang dominan dalam menentukan kadar triterpen total. Persamaan desain

faktorial adalah y = bo +b1(x1) + b2(x2) + b12(x1)(x2). Dari persamaan ini

dapat dibuat contour plot yang menggambarkan daerah optimal untuk

kadar triterpen total yang dihasilkan dalam ekstrak dengan adanya variasi

suhu dan volume etanol pada proses digesti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Bahan

Herba rumput mutiara yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

tumbuhan rumput mutiara yang tumbuh liar di lingkungan kampus III Universitas

Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta. Waktu pengambilan herba rumput mutiara

dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2011. Bagian tanaman yang digunakan

dalam penelitian ini adalah herba, yaitu seluruh bagian tanaman. Dalam penelitian

ini, bagian akar tidak diikut sertakan. Hal ini dikarenakan banyak pengotor berupa

tanah, pasir dan kerikil yang menempel pada akar sehingga jumlah pengotor

seperti tanah, pasir dan kerikil dapat diminimalkan. Pengambilan herba rumput

mutiara dilakukan pada pagi hari karena adanya sinar matahari. Sinar matahari

akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis sehingga

diharapkan kandungan kimia dalam rumput mutiara dapat dihasilkan dengan

optimal.

Tumbuhan rumput mutiara adalah tanaman yang masih liar dan belum

dibudidayakan. Oleh karena itu, sangat sulit mengontrol umur tumbuhan rumput

mutiara yang diambil. Jadi, faktor umur tumbuhan menjadi salah satu faktor

pengacau tidak terkendali dalam penelitian ini. Rumput mutiara sangat mirip

dengan tumbuhan lidah ular (Hedyotis diffusa (Willd.) Roxb.). Perbedaan yang

secara fisik dapat dilihat terdapat pada jumlah bunga yang dapat tumbuh pada

setiap tangkai. Pada rumput mutiara, satu tangkai dapat menghasilkan lebih dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

30

satu bunga. Pada tumbuhan lidah ular, satu tangkai hanya akan ada satu bunga

saja. Untuk menghindari kesalahan pengambilan tumbuhan ini, herba yang

diambil hanyalah herba rumput mutiara yang tampak memiliki bunga lebih dari

satu pada satu tangkai. Jadi, simplisia yang dikumpulkan benar-benar hanya

rumput mutiara saja.

B. Determinasi Tanaman Rumput Mutiara

Determinasi tanaman bertujuan untuk memastikan apakah tumbuhan yang

digunakan sesuai dengan yang dimaksud dalam penelitian. Determinasi tumbuhan

rumput mutiara ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas

Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan mencocokkan ciri-ciri

tumbuhan rumput mutiara dengan kunci determinasi (Backer dan van den Brink,

1965). Berdasarkan hasil determinasi, tumbuhan yang digunakan benar-benar

tumbuhan rumput mutiara dengan nama ilmiah Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.

(Lampiran 1).

C. Pembuatan Simplisia Herba Rumput Mutiara

1. Sortasi basah

Sebelum melewati tahap pencucian, herba rumput mutiara harus melewati

tahap sortasi basah. Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran

yang melekat atau bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, serangga dan akar

sehingga hanya didapatkan simplisia yang tidak tercemar dari pengotor yang

dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar asam ursolat. Sortasi basah ini pun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

31

bertujuan untuk memisahkan herba yang masih baik dengan herba yang kurang

baik akibat dimakan oleh serangga ataupun herba yang sudah tidak segar, rusak,

layu atau kering.

2. Pencucian

Herba rumput mutiara dicuci dengan air bersih mengalir dari kran air. Jika

pencucian hanya dilakukan dengan merendam daun di dalam wadah berisi air

maka mikroba dan kotoran yang menempel pada daun akan tetap menempel pada

daun. Cemaran mikroba dapar mempengaruhi kandungan kimia yang dihasilkan.

Menurut Anonim (1985), pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari

mata air, air sumur atau air PAM. Tujuan tahap pencucian ini adalah untuk

menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba yang melekat pada

herba. Pencucian herba rumput mutiara dilakukan dengan menggunakan air

mengalir dari kran. Pencucian dilakukan sampai air cucian/bilasan terlihat bersih

dan dalam waktu sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat

yang terkandung dalam herba.

3. Pengeringan

Tujuan pengeringan ini adalah untuk meminimalkan kandungan air herba

rumput mutiara sehingga dapat mengurangi resiko pertumbuhan jamur, bakteri

dan mikroorganisme lainnya selama penyimpanan. Pertumbuhan jamur, bakteri

dan mikroorganisme lain ini menyebabkan kerusakan simplisia dan penurunan

mutu simplisia. Proses pengeringan juga berfungsi untuk meningkatkan difusi

cairan penyari ke dalam serbuk saat proses ekstraksi. Hal ini disebabkan karena

pada proses pengeringan, membran sel sebagai perlindungan sel telah dirusak oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

32

adanya pengeringan dengan panas sehingga cairan penyari dapat masuk dengan

mudah ke dalam serbuk.

Proses pengeringan dilakukan dengan mengangin-anginkan herba rumput

mutiara sehingga tidak ada lagi air sisa pencucian. Pengeringan dilanjutkan dalam

lemari pengering dengan suhu 60oC selama 5 hari. Menurut Anonim (1985),

bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30-90oC, tetapi suhu yang terbaik

adalah tidak melebihi 60oC. Suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat merusak

kandungan kimia yang tidak tahan terhadap pemanasan. Suhu yang terlalu tinggi

juga dapat mengakibatkan terjadinya face hardening, yaitu bagian luar herba

sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah. Herba rumput mutiara

ditata sedemikian rupa sehingga permukaan herba menerima panas yang sama dan

kering secara merata. Selama 5 hari pengeringan ini, herba rumput mutiara sudah

kering yaitu bila herba sudah dapat dipatahkan dengan mudah dan menimbulkan

bunyi gemerisik apabila diremas.

Cara pengeringan yang lain adalah dengan menjemur herba di bawah sinar

matahari hingga kering. Namun cara ini membutuhkan waktu yang lebih lama

sehingga pengeringan dengan lemari pengering lebih dipilih. Suhu pengeringan

dalam lemari pengering juga dapat dikendalikan.

4. Sortasi kering

Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih

tertinggal pada simplisia kering. Benda asing yang mungkin ditemukan adalah

pengotor dari simplisia lain yang ikut dikeringkan dalam lemari pengering yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

33

jatuh dan tercampur di simplisia herba rumput mutiara. Sortasi kering perlu

dilakukan agar tidak mengacau pada saat proses ekstraksi dan pengukuran

kandungan asam ursolat karena kandungan kimia yang diambil menjadi tidak

murni berasal dari herba rumput mutiara.

D. Pembuatan Serbuk Herba Rumput Mutiara

Semua herba yang telah kering diserbuk dengan menggunakan blender

hingga didapatkan serbuk yang halus. Pembuatan serbuk bertujuan untuk

memperkecil ukuran partikel herba rumput mutiara sehingga luas permukaan

partikel herba menjadi lebih besar dan kontak partikel serbuk dengan cairan

penyari semakin besar. Luas permukaan partikel serbuk yang besar akan sangat

berpengaruh pada proses digesti herba rumput mutiara karena kontak cairan

penyari dengan partikel akan semakin besar sehingga asam ursolat dapat

terekstraksi secara maksimal. Namun, keberhasilan penyarian juga dipengaruhi

oleh sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan. Serbuk kering selanjutnya

diayak. Tujuan dari pengayakan adalah untuk memperoleh serbuk yang kecil dan

seragam sehingga luas permukaan kontak dengan pelarut semakin besar dan

diharapkan kandungan zat aktif pada herba tersari lebih banyak. Serbuk herba

rumput mutiara yang telah diayak selanjutnya di masukkan ke dalam plastik,

diberi silika gel dan dimasukkan dalam toples dan ditutup rapat. Penyimpanan

seperti ini bertujuan untuk menjaga agar mutu serbuk herba rumput mutiara tetap

baik selama penyimpanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

34

Menurut Depkes RI (1977), kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia

harus dihaluskan menjadi serbuk dengan derajat halus (4/18). Derajat halus

dinyatakan dengan nomor pengayak, yang dinyatakan dengan 2 nomor. Nomor

pengayak 4/18 (cm) memiliki pengertian semua serbuk dapat melewati pengayak

dengan nomor 4 dan tidak lebih dari 40% melewati pengayak dengan nomor 18.

Penentuan jenis ayakan dinyatakan dengan nomor mesh, dilakukan melalui

konversi angka derajat halus yaitu mengalikan 4/18 dengan 2,54 (1 inchi). Hasil

konversi menunjukkan nomor mesh yang digunakan adalah 10/45 (inchi). Namun

karena keterbatasan alat maka digunakan pengayak dengan nomor mesh 12/50

(inchi).

Pada proses pengayakan terdapat pembatasan derajat halus untuk simplisia

tertentu. Hal ini dikarenakan serbuk yang terlalu halus memiliki ruang antar sel

yang sempit. Ruang antar sel ini merupakan jalan yang mudah ditembus oleh

cairan (Depkes RI, 1986) sehingga proses penyarian menjadi lebih sulit. Selain

itu, serbuk yang terlalu halus akan mempersulit proses penyaringan karena butir-

butir halus serbuk akan membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil

penyarian. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil penyarian tidak murni lagi

karena tercampur dengan partikel-partikel halus tadi. Selain itu, penyerbukan yang

terlalu halus dapat menyebabkan banyak dinding sel yang pecah sehingga zat

yang tidak diinginkanpun ikut ke dalam hasil penyarian (Anonim, 1986).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

35

E. Defatisasi

Setelah serbuk diayak, serbuk didefatisasi dengan metode maserasi. Proses

defatisasi ini bertujuan untuk mengurangi senyawa-senyawa yang bersifat

nonpolar yang dapat mengganggu proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan dalam

proses defatisasi ini adalah petroleum eter yang memiliki sifat nonpolar sehingga

berlaku prinsip “like dissolve like”. Senyawa nonpolar yang terdefatisasi adalah

senyawa lipid, klorofil, beta-sitosterol dan senyawa nonpolar lainnya. Pelarut

nonpolar lain yang biasa digunakan untuk proses defatisasi adalah heksan. Dalam

penelitian ini petroleum eter lebih dipilih karena telah diketahui bahwa asam

ursolat praktis tidak larut dalam petroleum eter (Budavari dkk, 1989) sedangkan

kelarutan asam ursolat dalam heksan belum diketahui.

Proses defatisasi dilakukan dengan metode maserasi karena maserasi

merupakan metode ekstraksi yang dapat dilakukan dengan peralatan yang

sederhana pula. Selain itu, maserasi merupakan metode yang paling sering

digunakan oleh industri obat tradisional. Serbuk simplisia rumput mutiara

dimaserasi dengan petroleum eter (40-60oC) selama 1 jam, pada suhu kamar dan

dilakukan pengadukan dengan stirrer berkecepatan 250 rpm. Residu dipisahkan

dengan penyaringan yang dibantu dengan vacuum. Residu serbuk herba rumput

mutiara yang telah didefatisasi dikeringkan di dalam oven pada suhu 60oC untuk

menghilangkan sisa petroleum eter sehingga ketika melakukan penimbangan

untuk digesti, yang terukur adalah massa dari serbuk kering yang sudah tidak

mengandung pelarut. Selain itu, petroleum eter harus dihilangkan karena pada

proses digesti, digunakan pelarut yang berbeda yaitu etanol. Adanya petroleum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

36

eter dapat mengganggu proses digesti. Penggunaan suhu 60oC untuk menguapkan

petroleum eter didasarkan pada titik didih petroleum eter yang digunakan. Titik

didih petroleum eter yang digunakan memiliki titik didih 40-60oC. Digunakan

60oC agar mempercepat proses penghilangan petroleum eter.

Setelah didefatisasi, jumlah senyawa nonpolar dalam serbuk akan

berkurang tetapi jumlah asam ursolat tidak berkurang karena asam ursolat praktis

tidak larut dalam petroleum eter. Serbuk yang telah kering ini lah yang akan

ditimbang dan selanjutnya diekstraksi untuk mendapatkan ekstrak etanolik herba

rumput mutiara.

F. Pembuatan Ekstrak Etanolik Herba Rumput Mutiara secara Digesti

Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstraksi herba rumput

mutiara adalah digesti. Digunakan digesti karena kandungan asam ursolat dalam

rumput mutiara cukup banyak, maka penyarian dengan digesti lebih sesuai. Di

samping itu, menurut Pramesti (2008), metode digesti memiliki kelebihan yaitu

cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan mudah dilakukan. Digesti yang

digunakan adalah digesti yang telah dimodifikasi dengan pengadukan. Digesti

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu teknik ekstraksi dengan cara

merendam dan mengaduk (dengan stirrer) serbuk simplisia rumput mutiara dalam

cairan penyari etanol selama 4 jam, dengan menggunakan variasi suhu dan

volume etanol. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk menghasilkan hasil

yang cukup representatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

37

Penggunaan waktu digesti selama 4 jam karena waktu 4 jam ini

merupakan waktu hasil orientasi waktu ekstraksi tumbuhan rumput mutiara.

Prinsip digesti mirip dengan maserasi. Maserasi biasa dilakukan selama 5 hari.

Namun, menurut Depkes RI (1986), pada maserasi yang menggunakan mesin

pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat

menjadi 6 sampai 12 jam. Hasil orientasi yang dilakukan dengan melakukan

digesti selama 1, 2, 4, 6 dan 8 jam tertera pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik orientasi waktu

Terdapat kenaikan bobot rendemen pada digesti selama 1, 2 dan 4 jam,

sedangkan untuk digesti selama 6 dan 8 jam tidak ada kenaikan bobot rendemen

bila dibandingkan dengan rendemen digesti selama 4 jam. Adanya kenaikan bobot

rendemen ini menandakan bahwa kandungan kimia yang tersari semakin banyak.

Jika tidak ada penambahan bobot rendemen pada digesti selama 4 jam dan 6 jam,

maka dapat dikatakan bahwa jumlah kandungan kimia yang terekstraksi oleh

etanol tidak meningkat. Jadi, dapat diasumsikan asam ursolat dalam ekstrak pun

sudah terekstraksi secara maksimal. Jadi, waktu 4 jam ini cukup untuk

0.1986

0.2362

0.2801

0.27890.2791

0.00000.05000.10000.15000.20000.25000.3000

0 2 4 6 8 10

rend

emen

eks

trak

(g)

waktu (jam)

orientasi waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

38

memberikan waktu bagi penyari etanol untuk menarik asam ursolat dalam herba

rumput mutiara secara maksimum.

Penyari yang digunakan dalam proses digesti ini adalah etanol teknis 96%.

Menurut Depkes (1986), penyarian pada perusahaan obat tradisional masih

terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol air. Menurut

(Budavari dkk, 1989), asam ursolat memiliki sifat praktis tidak larut dalam air.

Oleh karena itu, penyari yang dipakai adalah etanol. Etanol dipertimbangan

sebagai penyari karena

1. lebih selektif

2. kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas

3. tidak beracun

4. netral

5. absorbsinya baik

6. etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan

7. panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Depkes RI, 1986).

8. kelarutan asam ursolat dalam etanol adalah 1 bagian larut dalam 178

bagian alkohol (Budavari dkk, 1989).

Oleh karena pertimbangan di atas, maka etanol dipilih sebagai penyari untuk

mengekstraksi asam ursolat dari herba rumput mutiara. Etanol yang digunakan

adalah etanol teknis 96%.

Pada penyarian dengan cara digesti, perlu dilakukan pengadukan.

Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk

simpisia. Pengadukan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan stirrer dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

39

hot plate magnetic stirrer sehingga strirrer berputar terus-menerus selama proses

ekstraksi. Pengadukan tersebut berfungsi untuk menjaga adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan larutan di dalam sel agar proses

difusi zat aktif dari dalam ke luar sel terus terjadi. Adanya pengadukan juga

memberikan energi kinetik bagi serbuk dan cairan penyari untuk bertumbukan.

Semakin sering dilakukan pengadukan, maka makin banyak jumlah tumbukan

yang terjadi antara serbuk dengan cairan penyari. Semakin banyak tumbukan

berarti semakin banyak pula kontak penyari dengan serbuk herba rumput mutiara.

Dengan demikian, adanya pengadukan dari pergerakan stirrer ini sangat

membantu cairan penyari etanol untuk mengekstraksi asam ursolat sebanyak-

banyaknya dari dalam sel. Namun, perputaran stirrer ini perlu dikendalikan.

Makin cepat perputaran stirrer, makin banyak pula tumbukan yang terjadi antara

serbuk dan penyari. Perbedaan kecepatan perputaran stirrer akan berpengaruh

pada hasil digesti yang diperoleh dan kandungan asam ursolat yang diperoleh.

Oleh karena itu, kecepatan perputaran strirrer perlu dikendalikan agar tidak

terjadi bias oleh karena kecepatan stirrer yang tidak seragam. Kecepatan stirrer

yang digunakan untuk semua kondisi percobaan adalah 250 rpm.

Proses digesti ini dioptimasi secara desain faktorial dengan 2 faktor yaitu

faktor suhu dan volume etanol masing-masing dengan 2 level yaitu level tinggi

dan level rendah. Beberapa kondisi ekstraksi yang dikendalikan adalah kecepatan

perputaran stirrer 250 rpm, jumlah serbuk yang digunakan 5 g, dan penyari yang

digunakan adalah etanol teknis 96%. Digesti dilakukan dengan sistem seperti pada

gambar 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

40

Gambar 4. Sistem ekstraksi digesti

Pada umumnya, maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia pada suhu kamar, tanpa adanya pemanasan yang diberikan dari luar.

Cara maserasi seperti biasa kurang efektif dalam mengekstraksi zat aktif dari

simplisia sehingga perlu dilakukan pemanasan untuk meningkatkan efektifitas

penyarian namun tidak merusak simplisia. Maserasi dengan pemanasan disebut

digesti. Pemberian panas dari luar akan memberikan keuntungan sebagai berikut:

d) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya

lapisan-lapisan batas.

e) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan

tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.

f) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding

terbalik dengan kekentalan, hinga kenaikan suhu akan berpengaruh pada

kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu

dinaikan (Depkes RI, 1986).

Oleh karena keuntungan di atas, maka suhu ekstraksi menjadi cukup penting

untuk diperhatikan agar dapat mengekstraksi zat aktif secara optimum. Namun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

41

semakin tinggi suhu tidak menjamin bahwa zat aktif yang terekstraksi akan

semakin banyak. Suhu yang tinggi dapat mendegradasi struktur zat aktif sehingga

menurunkan kadar zat aktif yang diperoleh. Oleh karena itu, optimasi suhu

ekstraksi perlu dilakukan untuk mendapatkan kondisi optimum dimana kadar

asam ursolat dapat terambil sebanyak-banyaknya dari serbuk herba rumput

mutiara.

Dalam penelitian ini, suhu yang digunakan adalah 30oC untuk level rendah

dan 60oC untuk level tinggi. Penggunaan suhu 30oC disesuaikan untuk suhu

ruangan sedangkan suhu 60oC didasarkan pada hasil orientasi. Asam ursolat

memiliki titik leleh 289-290oC (Du dan Chen, 2008). Jadi, asam ursolat tidak

rusak jika diekstraksi dengan suhu tinggi. Orientasi dilakukan dengan

mengekstraksi serbuk herba rumput mutiara pada suhu 50oC, 60oC dan 70oC.

Hasil dari orientasi adalah digesti pada suhu 50oC dan 60oC menghasilkan ekstrak

berwarna hijau baik dan bagus. Namun digesti yang dilakukan pada suhu 70oC

menghasilkan ekstrak yang berwarna coklat serta jumlah penyari etanol yang

hilang sangat banyak. Etanol ini hilang akibat sistem yang digunakan tidak dapat

menahan tekanan uap yang ditimbulkan oleh etanol yang menguap. Titik didih

etanol yang cukup rendah (78,4oC) ini yang menyebabkan etanol banyak hilang.

Ekstrak yang berwarna coklat menandakan bahwa ekstrak rusak karena tidak

tahan suhu 70oC ini. Rusaknya ekstrak mungkin dikarenakan banyak senyawa

yang telah terdegradasi karena tidak tahan terhadap panas. Jadi, level tinggi faktor

suhu yang digunakan untuk mengekstraksi herba rumput mutiara secara digesti

adalah 60oC.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

42

Pengendalian suhu dilakukan dengan menjaga suhu waterbath seperti yang

ada di gambar 4. Pengendalian suhu tidak dilakukan dengan kontak langsung

dengan hotplate karena pelarut yang digunakan merupakan pelarut organik yang

sifatnya mudah terbakar. Sangat berbahaya jika memanaskan pelarut oganik

langsung dengan sumber panas. Oleh karena itu diperlukan tangas air agar panas

tidak kontak langsung dengan pelarut organik. Selain itu, panas yang diterima

oleh serbuk simplisia di dalam Erlenmeyer akan tidak merata. Serbuk yang berada

di bagian bawah akan mendapat panas yang lebih besar daripada simplisia yang

ada ditengah maupun di bagian atas Erlenmeyer. Dengan menggunakan sistem

yang ada pada gambar 4. Seluruh isi Erlemeyer memperoleh panas yang merata.

Suhu air dalam waterbath pun dapat terkontrol dengan baik dengan menggunakan

sistem ini dengan mencelupkan termometer ke dalam air.

Suhu air dalam waterbath diatur 5oC lebih tinggi dari suhu percobaan.

Pada penggunaan suhu ekstraksi 30oC, maka suhu air dalam waterbath diatur

35oC. Begitu pula pada suhu 60oC. Penambahan 5oC ini, didasarkan pada hasil

orientasi bahwa, suhu ekstrak dalam Erlemeyer lebih rendah 5oC dari suhu air

dalam waterbath. Jadi, diperlukan air dengan suhu 35oC dalam waterbath untuk

mendapatkan suhu ekstrak 30oC dan diperlukan air dengan suhu 65oC dalam

waterbath untuk mendapatkan suhu ekstrak 60oC.

Seharusnya jika digesti dilakukan dengan pemanasan, sistem dilengkapi

dengan pendingin sehingga penyari yang menguap bisa diembunkan kembali

sehingga penyari tidak hilang banyak. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan

untuk mencegah hilangnya etanol adalah menggunakaan Erlemeyer bertutup dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

43

mengikat tutup Erlenmeyer dengan karet dan plastik sehingga Erlenmeyer tertutup

dengan rapat seperti yang tampak pada gambar 4. Dengan cara ini, uap etanol juga

dapat ditahan untuk penggunaan suhu 30oC maupun 60oC .

Volume penyari sangat berpengaruh terhadap jumlah zat aktif yang dapat

tersari. Secara umum, semakin banyak penyari akan semakin banyak pula

kandungan zat aktif yang akan tersari oleh karena penyari tidak cepat jenuh. Oleh

karena itu, faktor volume penyari menjadi salah satu faktor penting dalam

keberhasilan mengekstraksi asam ursolat dari herba rumput mutiara ini. Namun,

penggunaan penyari yang banyak, belum tentu jumlah zat aktif yang terambil

berbeda signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi volume etanol yang

optimum untuk mengekstraksi asam ursolat sebanyak-banyaknya dari serbuk

herba rumput mutiara.

Pada umumnya, digesti dilakukan menggunakan 10 bagian cairan penyari

untuk 1 bagian serbuk. Serbuk herba rumput mutiara yang digunakan dalam setiap

percobaan adalah 5g. Dalam percobaan ini, level rendah untuk faktor volume

adalah 25 mL, yang berarti digesti dilakukan dengan 5 bagian penyari untuk

menyari 1 bagian serbuk. Level tinggi untuk faktor volume adalah 100 mL, yang

berarti digesti dilakukan dengan 20 bagian penyari untuk menyari 1 bagian

serbuk. Penggunaan 25 mL etanol pada level rendah didasarkan bahwa ada

kemungkinan asam ursolat bisa terekstraksi cukup banyak tanpa harus

menggunakan pelarut yang berlebih. Mungkin saja ekstraksi dengan 25 mL etanol

saja memberikan hasil yang tidak berbeda signifikan dengan ekstraksi dengan 100

mL etanol. Dengan demikian, efisiensi pelarut dapat dilakukan. Penggunaan 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

44

mL sebagai level tinggi volume etanol didasarkan pada kelarutan dari asam

ursolat dalam etanol. Kelarutan asam ursolat dalam etanol adalah 1 bagian larut

dalam 178 bagian etanol. Menurut Liang dkk (2008), kandungan asam ursolat

yang terkandung dalam herba rumput mutiara adalah 7,544 ± 1,251 mg/g serbuk

rumput mutiara (Liang dkk, 2008). Dengan demikian diperlukan 78,4 mL etanol

untuk mengambil seluruh asam ursolat yang terkandung dalam 5 g serbuk herba

rumput mutiara. Penggunaan 100 mL etanol sebagai level tinggi didasarkan pada

perhitungan tersebut. Diperkirakan dengan menggunakan 100 mL etanol, seluruh

asam ursolat dapat terekstraksi sebanyak-banyaknya.

Prinsip digesti adalah terjadinya perbedaan konsentrasi antara larutan di

dalam sel dan di luar sel. Pelarut akan masuk ke dalam sel dan karena ada

perbedaan konsentrasi antara di dalam dan di luar sel, kandungan kimia di dalam

sel akan tersari oleh pelarut dan keluar dari dalam sel.

Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang

dindingnya pecah dan ada sel yang dindingnya masih utuh. Sel yang dindingnya

telah pecah, proses pembebasan sari tidak ada yang menghalangi. Proses

penyarian pada sel yang dindingnya masih utuh, zat aktif yang terlarut pada cairan

penyari untuk keluar dari sel, harus melewati dinding sel. Peristiwa osmosa dan

difusa berperan pada proses penyarian tersebut. Peristiwa difusi jauh lebih

berpengaruh, bila dibanding dengan peristiwa osmosa (Depkes RI, 1986).

Setelah selesai di ekstraksi, hasil digesti di saring dengan menggunakan

bantuan pompa vacuum. Penyaringan yang dilakukan setelah digesti biasanya

dilakukan dengan diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

45

secukupnya diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100

bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2

hari. Kemudian dipisahkan (Depkes RI, 1986). Namun, pada penelitian ini, tidak

menggunakan cara tersebut. Cara tersebut lebih banyak memerlukan waktu dan

pengerjaannya rumit. Cara penyaringan yang dipakai adalah dengan bantuan

pompa vacuum dengan tujuan untuk mempercepat proses penyaringan serta dapat

meminimalkan tertinggalnya penyari di kertas saring (Gambar 5).

Gambar 5. Cara penyaringan

Fitrat hasil proses penyaringan ini selanjutnya ditambah hingga volume

awal dengan penyari yang digunakan. Tujuan penambahan penyari hingga volume

awal ini adalah untuk kepentingan analisis kuantitatif selanjutnya.

Maserat selanjutnya diambil 5 ml untuk dianalisis secara kualitatif dan

kuantitatif kandungan asam ursolat yang terkandung dalam tiap-tiap ekstrak. 5 mL

ekstrak yang diambil dari masing-masing ini selanjutnya dikeringkan dengan

waterbath dengan suhu 70oC disertai kipas angin. Fungsi kipas angin ini untuk

mengurangi tekanan uap di atas ekstrak sehingga mengurangi kejenuhan etanol di

atas ekstrak. Jadi, etanol menjadi lebih cepat menguap. Setelah itu, akan

didapatkan ekstrak kental herba rumput mutiara. Pemilihan suhu waterbath ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

46

didasarkan pada suhu yang diterima oleh ekstrak saat dipanaskan. Saat suhu

waterbath diatur pada angka 70oC, suhu ekstrak yang berada di atas waterbath

adalah 55oC sehingga ekstrak tidak akan rusak. Semakin tinggi suhu, makin cepat

pula etanol menguap sehingga pengerjaan bisa dilakukan lebih cepat. Namun,

semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengeringan dapat merusak ekstrak

sama seperti yang terjadi saat orientasi suhu digesti di awal pembahasan tadi.

Ekstrak bisa menjadi berubah warna menjadi cokelat ataupun gosong setelah di

uapkan penyarinya. Oleh karena itu, suhu waterbath diatur 70oC dimana suhu ini

cukup tinggi untuk menguapkan etanol namun tidak merusak ekstrak.

Selanjutnya ekstrak kental ini dimasukkan ke dalam oven dengan suhu

80oC hingga bobot tetap dan didapat ekstrak kering. Suhu 80oC ini didasarkan

pada titik didih etanol yaitu 78,4oC. Ekstrak berhenti dipanaskan dalam oven

hingga bobot tetap. Dapat diasumsikan penyari dalam ekstrak ini sudah hilang.

Selanjutnya ditentukan bobot ekstrak (Tabel III).

Tabel III. Hasil ekstraksi serbuk herba rumput mutiara pada masing-masing kondisi

Kondisi ekstraksi Replikasi Berat serbuk yang diekstraksi (g)

Berat rendemen (%b/b)

berat rendemen rata-rata (%b/b)

(1) Suhu 30oC,

volume etanol 25 mL

1 5,0002 2,66 2,37±0,27 2 5,0000 2,12 3 4,9996 2,34

(a) Suhu 60oC,

volume etanol 25 mL

1 5,0000 3,37 2,9±0,41 2 5,0000 2,59 3 5,0000 2,74

(b) Suhu 30oC,

volume etanol 100 mL

1 4,9996 7,88 7,64±0,22 2 5,0000 7,44 3 4,9999 7,60

(ab) Suhu 60oC,

volume etanol 100 mL

1 4,9998 9,48 10,01±0,48 2 5,0002 10,16 3 5,9996 10,40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

47

G. Analisis Kualitatif Kandungan Asam Ursolat dengan metode KLT

Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui dan memastikan apakah

ekstrak yang diperoleh dari digesti herba rumput mutiara mengandung asam

ursolat. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode KLT melalui

perbandingan nilai Rf yang dihasilkan antara bercak sampel dan baku asam ursolat

serta dari persamaan warna bercak yang dihasikan.

Sistem KLT yang digunakan adalah sistem KLT fase normal, yaitu fase

diam bersifat lebih polar dibandingkan dengan fase geraknya. Fase gerak yang

digunakan adalah campuran toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan

90:10:0,07 v/v. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F254. Pemilihan

sistem KLT fase normal dikarenakan sifat dari analit, yaitu asam ursolat yang

memiliki sifat cenderung nonpolar. Fase gerak yang dipakaipun bersifat nonpolar.

Dengan demikian asam ursolat dapat terelusi oleh fase gerak karena sama-sama

bersifat nonpolar.

Pemilihan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan

90:10:0,07 v/v ini merupakan fase gerak hasil optimasi dimana fase gerak ini

dapat memisahkan bercak asam ursolat paling baik dengan bentuk bercak yang

baik (tidak berekor) dan terpisah sempurna dengan bercak lainnya (Rs lebih dari

1,5).

Pemilihan fase diam silika gel 60 F254 didasarkan sifat asam ursolat yang

sama-sama bersifat asam sehingga struktur asam ursolat tidak berubah saat

dielusi. Jika asam ursolat dielusi dengan fase diam yang bersifat basa (seperti

alumina) maka asam ursolat akan terikat kuat pada permukaan oleh interaksi ionik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

48

sehingga sulit elusi dan terbawa oleh fase gerak. Selain itu, penggunaan diam

silika gel 60 F254 dikarenakan diam silika gel 60 F254 ini dapat digunakan untuk

memisahkan senyawa yang termasuk golongan terpen, gula (Stock, 1974). Plat

yang digunakan untuk KLT pada densitometri sebaiknya digunakan plat buatan

pabrik, karena pada pelat buatan sendiri fase diamnya kurang rata, sehingga akan

mempengaruhi hasil penelusuran dengan densitometri.

Silika gel 60 F254 ini harus diaktifkan dahulu dengan cara dipanaskan

dalam oven selama 1 jam pada suhu 110oC sebelum digunakan. Menurut Gritter

(1985), biasanya pengaktifan dilakukan pada suhu 100-110oC paling sedikit 1

jam. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lembab. Hal ini dikarenakan air atau

lembab dapat menempati semua titik penyerapan sehingga sampel tidak terelusi

dengan baik dan mengakibatkan pemisahan yang kurang efektif. Air dapat

berikatan hidrogen dengan lempeng silika. Molekul air ini harus dihilangkan

dengan pemanasan. Perbedaan jumlah air atau lembab yang tersisa dalam plat

silika gel 60 F254 ini akan berpengaruh pada Rf dan resolusi yang dihasilkan.

Penjenuhan chamber dengan fase gerak toluen : aseton : asam asetat

(90:10:0,07 v/v) harus dilakukan lebih dahulu agar fase gerak dapat mengelusi

fase diam secara bersamaan. Kecepatan menguap dari masing-masing komponen

fase gerak berbeda. Uap dalam chamber yang telah jenuh akan memberikan

pengelusian bercak yang lebih baik serta waktu elusi yang lebih cepat.

Ekstrak kering dilarutkan dengan pelarut. Larutan sampel dan baku asam

ursolat (300 ppm) masing-masing ditotolkan pada plat KLT dan setelah kering

dielusi berulang sebanyak 3 kali dengan jarak rambat 10 cm tiap elusi. Jarak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

49

rambat 10 cm ini sudah cukup untuk memisahan bercak asam asam ursolat dari

bercak lainnya. Namun, pengembangan harus dilakukan berulang sebanyak tiga

kali. Karena jika hanya 1 kali, bercak ursolat masih mengekor serta belum

terpisah sempurna dengan zat lain.

Asam ursolat merupakan senyawa yang tidak berwarna. Di bawah sinar

UV 254, asam ursolat juga tidak terdeteksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan

derivatisasi untuk membuat senyawa asam ursolat menjadi berwarna. Plat hasil

pengembangan kemudian disemprot dengan reagen pendeteksi. Reagen

pendeteksi yang digunakan adalah 10% H2SO4 dalam etanol. Kemudian di oven

dengan suhu 110oC selama 3 menit lalu diukur AUC dan tinggi peaknya dengan

densitometer. Asam ursolat merupakan golongan triterpen, yaitu senyawa yang

kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik. Reaksi antara triterpen dan H2SO4 yang

dibantu dengan pemanasan akan menghasilkan warna merah muda. Oleh karena

itu, asam ursolat yang merupakan senyawa golongan triterpen akan bereaksi

dengan H2SO4 dan menghasilkan warna merah muda. Suhu oven 110oC

digunakan untuk mempercepat proses reaksi derivatisasi. Waktu 3 menit

merupakan waktu yang optimum untuk proses derivatisasi ini. Jika terlalu

sebentar, warna merah muda tidak maksimum, artinya belum semua asam ursolat

bereaksi dengan H2SO4. Jika terlalu lama, plat silika akan gosong dan berwarna

coklat. Silika yang berwarna coklat ini akan menghasilkan respon AUC pada saat

di scan dengan densitometer sehingga akan mengganggu serapan dari analit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

50

Setelah itu, bercak diamati visual dengan sinar tampak. Bercak baku asam

ursolat berwarna merah muda. Begitu juga bercak asam ursolat pada ekstrak.

Terdapat bercak berwarna merah muda pula pada Rf sekitar bercak asam ursolat

baku. Dengan demikian, dimungkinkan bahwa bercak merah muda pada ekstrak

tersebut adalah bercak asam ursolat.

Gambar 6. Profil KLT baku asam ursolat dan sampel ekstrak dilihat secara visual dengan cahaya tampak

Keterangan: Bercak 1 : baku asam ursolat (300 ppm) Bercak 2 : sampel ekstrak Bercak 3 : sampel ekstrak Bercak 4 : sampel ekstrak Bercak 5 : sampel ekstrak

Secara visual, warna keempat bercak tersebut sama, yaitu merah muda.

Untuk memastikan lagi kesamaan warna antara bercak pada baku dan pada

sampel, dilakukan scanning lamda maksimum ke 5 bercak ini. Scanning

1 2 3 4 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

51

dilakukan dari lamba 200 – 700 nm. Berikut hasil scanning lamda maksimum

antara bercak pada baku asam ursolat dan bercak sampel.

Gambar 7. Perbandingan spektra baku asam ursolat dan sampel ekstrak etanolik herba rumput mutiara

Keterangan: Bercak 1 : baku asam ursolat (300 ppm) Bercak 2 : sampel ekstrak Bercak 3 : sampel ekstrak Bercak 4 : sampel ekstrak Bercak 5 : sampel ekstrak Gambar 7. menunjukkan bahwa sampel dan baku asam ursolat memiliki

pola spektra dan lambda maksimum yang mirip. Jadi, secara kualitatif dapat

dikatakan bahwa senyawa ada pada sampel ekstrak etanolik herba rumput mutiara

adalah sama dengan baku asam ursolat. Dari hasil scanning lambda maksimum

ini, diperoleh lamba maksimum untuk baku dan sampel adalah 537 nm.

AU

(nm)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

52

Analisis kualitatif juga dilakukan dengan menghitung Rf tiap bercak

dibandingkan dengan harga Rf baku asam ursolat. Rf (Retardation factor)

merupakan parameter kualitatif yang nantinya digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya analit dalam sampel. Rf dipengaruhi oleh interaksi asam ursolat dengan

fase diam dan fase gerak.

O

Si

O

Si

O

Si

O

Si

OO

OO

OO H

H

H

O

Si

OHO

O

OHO

O

H

O

O

H

ursolic acid

H

fase diam silika gel

H

Gambar 8. Interaksi asam ursolat dengan fase diam

Keterangan : --------- = interaksi hidrogen

Interaksi yang terjadi antara asam ursolat dengan fase diam silika gel 60 F254

adalah interaksi hidrogen. Terdapat 4 interaksi hidrogen yang terjadi. Adanya

interaksi ini akan menyebabkan asam ursolat cukup terikat ada fase diam.

Asam ursolat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

53

toluene

O

acetone

O

O acetic acidH

O

H

O

O

Hursolic acid

H

OO H

O

H

O

O

H

O

OO

HO

Gambar 9. Interaksi asam ursolat dengan fase gerak

Keterangan: ------- = interaksi hidrogen, interaksi van der waals

Interaksi yang terjadi antara asam ursolat dan fase gerak adalah interaksi

hidrogen dan van der waals. Terdapat 1 interaksi hidrogen dan banyak interaksi

van der waals. Banyaknya interaksi ini menyebabkan asam ursolat dapat terbawa

oleh fase gerak sehingga pemisahan asam ursolat dengan senyawa lain dapat

terjadi.

toluen

aseton

Asam asetat

Asam ursolat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

54

Tabel IV. Rf antara baku asam ursolat dan analit dalam sampel serta nilai resolusi

Konsentrasi baku (ppm) Rf baku Sampel Rf sampel Resolusi 99,99 0,41 (1) replikasi 1 0,38 1,5

199,98 0,39 (1) replikasi 2 0,38 1,5 299,97 0,38 (1) replikasi 3 0,38 1,5 399,96 0,38 (a) replikasi 1 0,38 1,8 499,95 0,38 (a) replikasi 2 0,38 1,5

(a) replikasi 3 0,38 1,6364

(b) replikasi 1 0,38 1,6364

(b) replikasi 2 0,38 1,6667

(b) replikasi 3 0,38 1,6364

(ab) replikasi 1 0,38 4

(ab) replikasi 2 0,38 1,8182

(ab) replikasi 3 0,39 1,5385

Rata-rata 0,39

0,38

Nilai Rf didapat dengan membagi jarak dari penotolan sampai bercak

analit dengan jarak dari penotolan sampai batas pengembangan. Pada tabel IV.

dapat dilihat bahwa Rf baku asam ursolat dan sampel identik, dimana nilai Rf rata-

rata dari baku adalah 0,39 dan Rf rata-rata analit dalam sampel adalah 0,38.

Rf yang mirip dan warna bercak yang sama antar baku asam ursolat dan

bercak pada sampel menunjukkan bahwa ada terdapat kandungan asam ursolat

dalam ekstrak.

Menurut Liang dkk (2008) terdapat 2 jenis triterpen yang terkandung

dalam tanaman rumput mutiara, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Struktur

kedua senyawa ini sangat mirip, sehingga memiliki sifat-sifat fisika kimia yang

mirip pula. Asam olenolat juga dapat bereaksi dengan reagen pendeteksi H2SO4

karena sama-sama merupakan golongan triterpen. Hasil warna yang muncul

setelah proses derivatisasi tersebut juga menghasilkan warna merah muda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

55

Kemiripan struktur asam oleanolat dan asam ursolat dapat dilihat dari

strukturnya pada gambar 2. Oleh karena kemiripan struktur ini , asam ursolat dan

asam oleanolat susah untuk dipisahkan. Banyak penelitian yang berusaha untuk

memisahkan kedua triterpen ini, namun, sejauh yang peneliti ketahui, belum ada

penelitian yang berhasil memisahkan kedua triterpen ini secara sempurna. Dalam

penelitian Liang dkk (2008) juga disebutkan bahwa jumlah asam ursolat dan asam

oleanolat dalam rumput mutiara berturut-turut adalah 7,544 ± 1,251 mg/g dan

1,691 ± 0,333 mg/g. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kandungan

asam ursolat jauh lebih dominan dibandingkan asam oleanolat. Jadi, pengukuran

kadar asam ursolat dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam kadar triterpen

total yang dihitung sebagai asam ursolat.

H. Analisis Kuantitatif Triterpen Total dengan Metode KLT Densitometri

1. Penetapan panjang gelombang maksimum

Penetapan panjang gelombang maksimum asam ursolat dilakukan agar

didapatkan panjang gelombang di mana asam ursolat memberikan respon yang

maksimum, sehingga sensitivitas pengukurannya tinggi, serta memberikan hasil

yang reprodusibel pada pengulangan pengukuran. Oleh karena itu, dengan

pengukuran pada panjang gelombang maksimum, diharapkan dapat

meminimalkan kesalahan pada pengukuran. Penelusuran bercak akan

mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang gelombang

maksimum, karena perubahan konsentrasi pada bercak sedikit saja sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

56

terdeteksi. Pengukuran dilakukan dengan menelusuri bercak yang akan ditetapkan

kadarnya pada kisaran panjang gelombang zat tersebut.

Penetapan lamda maksimum dilakukan dengan menggunakan 3 seri

konsentrasi, yaitu konsentrasi 100, 300, 500 ppm. Penggunaan 3 seri ini bertujuan

untuk melihat apakah pada konsentrasi yang dianggap mewakili seluruh

konsentrasi pada seri baku ini dihasilkan spektrum serapan yang sama. Scanning

panjang gelombang maksimum teoritis asam ursolat adalah 530 nm (Anandjiwala,

Kalola, dan Rajani, 2006) sedangkan panjang gelombang maksimum yang

diperoleh pada penelitian ini adalah 537 nm.

Gambar 10. Spektra baku asam ursolat konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, 500 ppm (maks = 537 nm)

Hasil penetapan panjang gelombang maksimum cukup jauh dari teori. Hal

ini dikarenakan warna yang terbentuk bukan merupakan warna asli dari senyawa

analit, melainkan warna hasil derivatisasi, dimana analit direaksikan dengan suatu

reagen sehingga ia berwarna dan dapat dideteksi dengan densitometer. Perbedaan

AU

(nm)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

57

panjang gelombang yang cukup jauh ini dapat saja terjadi karena banyak faktor

yang dapat mempengaruhi lamda maksimum, diantaranya, lama pemanasan,

kondisi oven, kerataan penyemprotan reagen, dan berapa lama ia dibiarkan di

suhu ruangan sebelum dideteksi yang bisa saja berbeda dengan kondisi yang

dilakukan dalam penelitian Anandjiwala, Kalola, dan Rajani (2006). Oleh karena

alasan ini, lamda maksimum yang digunakan untuk mengukur kadar triterpen total

adalah 537 nm.

2. Validasi metode

Validasi metode dilakukan untuk membuktikan bahwa metode analisis

yang digunakan memenuhi persyaratan validitas sehinga memberikan hasil

analisis yang dapat dipercaya. Parameter yang digunakan dalam penentuan

validitas metode ini adalah akurasi, presisi, linearitas, rentang, dan selektivitas

serta akurasi dan presisi dalam matriks sampel.

a. Akurasi

Akurasi metode dalam suatu penelitian dinyatakan dengan nilai

recovery. Recovery merupakan persen perolehan kembali kadar terukur

terhadap kadar sebenarnya. Suatu metode dikatakan memiliki akurasi yang

baik apabila nilai % recoverynya antara 90-107% (United States

Pharmacopeial Convention, 2007).

Tabel V. Data % recovery baku asam ursolat Kadar asam

ursolat Replikasi 1 (%) Replikasi 2 (%) Replikasi 3 (%) Rata-rata

(%) 100 ppm 90,97 94,26 109,42 98,22 300 ppm 97,88 96,36 111,78 102,01 500 ppm 100,76 102,40 98,56 100,54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

58

Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai recovery pada konsentrasi level

rendah hingga tinggi memiliki nilai recovery antara 98,22- 102,01%, nilai

recovery yang diperoleh memenuhi persyaratan akurasi yang baik yaitu

90-107% (United States Pharmacopeial Convention, 2007).

Oleh karena itu, metode ini dikatakan memiliki akurasi yang baik pada

kadar 100 ppm sampai 500 ppm, sehingga dapat digunakan untuk

menetapkan kadar triterpen total pada level tersebut.

b. Presisi

Presisi merupakan parameter yang menggambarkan kedekatan hasil

pengukuran satu dengan lainnya dalam kondisi analisis yang sama. Presisi

dinyatakan dengan nilai Coefficient of Variation (CV) atau Relative

Standar Deviation (RSD). Kriteria presisi yang baik yaitu nilai CV ≤

10,5% (United States Pharmacopeial Convention, 2007).

Tabel VI. Data % Coefficient of Variation (CV) baku asam ursolat Kadar asam

ursolat Rata-rata (ppm) SD CV (%)

100 ppm 100,329 3023,26 3,01 300 ppm 320,550 1811,57 0,57 500 ppm 505,324 5338,94 1,06

Dari hasil perhitungan data yang diperoleh, nilai CV pada konsentrasi

100 ppm, 300 ppm, dan 500 ppm kurang dari 10,5 %. Oleh karena itu,

metode penetapan kadar asam ursolat ini dikatakan memiliki presisi yang

baik, sehingga penetapan triterpen total pada level konsentrasi tersebut

menggunakan metode ini akan memberikan kedekatan hasil pengukuran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

59

c. Linearitas

Linearitas suatu metode ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r)

dari kurva baku, dimana nilai r ini menunjukkan korelasi hubungan antara

konsentrasi dengan respon pengukuran, dalam hal ini AUC. Suatu metode

dikatakan memiliki linearitas yang baik apabila nilai r > 0,99 (Chan, Lam,

Lee, dan Zhang, 2004).

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pembuatan kurva baku

diperoleh nilai r untuk replikasi 1 = 0,9816, replikasi 2 = 0,9893 dan

replikasi 3 = 0,9933. Nilai r yang kurva baku replikasi 3 tersebut

memenuhi persyaratan, sehingga dapat dikatakan metode KLT-

densitometri ini memiliki linearitas yang baik dalam menetapkan kadar

triterpen total. Untuk penetapan kadar triterpen total selanjutnya, seri baku

yang digunakan adalah seri baku replikasi 3 ini karena memiliki linearitas

yang memenuhi syarat.

d. Rentang

Rentang adalah interval antara konsentrasi (jumlah) analit pada level

atas dan pada level bawah dalam suatu sampel, yang mana dapat

ditunjukkan bahwa prosedur analisis mempunyai level akurasi, presisi dan

linearitas yang sesuai. Konsentrasi 100 ppm – 500 ppm pada metode ini

telah memenuhi parameter akurasi, presisi dan linearitas. Jadi, rentang

konsentrasi untuk metode ini adalah 100 ppm – 500 ppm.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

60

e. Selektivitas

Selektivitas atau spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode

yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan

adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel.

Selektivitas pada metode kromatografi ditunjukkan melalui nilai resolusi.

(Garfield, 1991). Menurut (Swartz and Krull, 1997), dalam teknik

pemisahan, daya pisah (resolusi) antara analit yang dituju dengan

pengganggu lainnya harus 1,5.

Penentuan selektivitas dari metode KLT-densitometri ini dapat dilihat

dengan membandingkan nilai Rf baku dan Rf analit sampel. Nilai Rf

merupakan parameter analisis kualitatif suatu senyawa dalam campuran

pada metode KLT, sehingga dapat digunakan sebagai parameter

selektivitas. Parameter lain dari selektifitas adalah resolusi, dimana suatu

metode dikatakan memiliki selektivitas yang baik apabila memiliki nilai

resolusi 1,5 (Swartz and Krull, 1997). Perbandingan nilai Rf antara baku

dan analit dalam sampel serta nilai resolusi dapat dilihat pada tabel IV.

f. Akurasi dan presisi dalam matriks sampel

Penentuan akurasi dan presisi asam ursolat dalam matriks sampel

dilakukan dengan menambahkan baku asam ursolat yang telah diketahui

jumlah dan konsentrasinya ke dalam sampel. Adisi baku asam ursolat ke

dalam matriks sampel ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa peak

dengan nilai Rf yang identik terhadap baku asam ursolat memang

merupakan peak senyawa triterpen yang dominan asam ursolat. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

61

dapat diketahui dengan melihat apakah terjadi penambahan luas area pada

peak yang dimaksud ketika dilakukan penamabahan baku ke dalam

sampel. Apabila luas area pada peak tersebut bertambah ketika baku asam

ursolat ditambahkan maka dapat dipastikan bahwa peak tersebut

merupakan peak asam ursolat. Berikut kromatogram dari sampel tanpa

penambahan baku dan sampel dengan penambahan baku asam ursolat

ditunjukkanpada gambar 11 dan 12.

Gambar 11. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku asam ursolat

Gambar 12. Kromatogram sampel dengan penambahan baku asam ursolat

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi penambahan luas area

pada peak yang memiliki nilai Rf identik terhadap baku asam ursolat. Jadi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

62

dapat disimpulkan bahwa peak tersebut merupakan triterpen dominan

asam ursolat.

Setelah dipastikan bahwa peak dengan nilai Rf yang identik

tersebut merupakan asam ursolat maka dilakukan penentuan akurasi dan

presisi baku asam ursolat dalam matriks sampel. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui apakah metode ini masih dapat mengukur respon baku asam

ursolat dalam matriks sampel secara akurat dan seksama.

Tabel VII. Akurasi dan presisi baku asam ursolat dalam matriks sampel Replikasi Recovery (%) CV (%)

1 100,6165 2,4256 2 99,0671

3 103,8755

Kadar baku asam ursolat yang ditambahkan ada sampel adalah 100

ppm, maka menurut USP, nilai recovery yang dapat diterima yaitu 90-

107% dan nilai CV 10,5%. Oleh karena itu, dari tabel VII. dapat

disimpulkan bahwa metode KLT-densitometri ini dapat digunakan untuk

mengukur analit dalam matriks sampel secara akurat dan seksama.

3. Penetapan kadar triterpen triterpen total yang terhitung sebagai asam

ursolat dalam ekstrak etanolik herba rumput mutiara

Analisis kuantitatif ekstrak herba rumput mutiara dimulai dengan preparasi

sampel. Ekstrak kering hasil digesti dilarutkan dalam pelarut yang digunakan,

yaitu campuran metanol-kloroform dengan perbandingan 4:1. Ekstrak dilarutkan

dengan pelarut kemudian dimasukan dalam labu takar 10 mL lalu add dengan

pelarut hingga 10 mL. Setelah itu, ekstrak dimasukkan dalam flakon dan siap

untuk ditotol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

63

Penotolan dimulai dengan mentotolkan sederet seri baku asam ursolat pada

plat silika gel 60 F254 kemudian dilanjutkan penotolan sampel ekstrak etanol yang

akan ditetapkan kadarnya. Sederet seri baku ini akan menghasilkan kurva baku

yang akan digunakan untuk penetapan konsentrasi asam ursolat yang terkadung di

dalam masing-masing ekstrak. Seri baku perlu ditotolkan pada plat yang sama

dengan ekstrak pada setiap kali penetapan kadar secara KLT-densitometri.

Persamaan regresi linier baku yang digunakan tidak bisa menggunakan persamaan

regresi linier yang didapat pada hasil analisis linearitas. Hal ini disebabkan karena

kondisi yang terjadi tiap-tiap analisis berbeda-beda, misalnya perbedaan suhu

ruangan, kelembaban ruangan, kelembaban yang terkandung dalam fase diam.

Hal-hal kecil ini dapat menyebabkan perbedaan AUC untuk larutan yang sama

dengan perlakuan yang sama. Oleh karena itu, perlu ditotolkan seri baku untuk

setiap penetapan kadar untuk mendapatkan kurva baku yang mengalami

perlakukan yang sama dengan sampel.

Seri baku yang digunakan adalah 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm.

Volume baku asam ursolat dan sampel yang ditotolkan adalah 2 µL. Dengan jarak

masing-masing totolan 1 cm. Penotolan dilakukan dengan alat autosampler

(Linomat 5 No 170610) sehingga penotolan dapat seragam. Penotolan secara

manual tidak disarankan pada penotolan sampel yang cukup banyak seperti pada

penetapan kadar ini karena membutuhkan waktu yang lama dan

reprodusibilitasnya kurang bagus.

Penetapan kadar ekstrak etanolik herba rumput mutiara selanjutnya

dilakukan dengan elusi plat. Dengan kondisi KLT yang sama dengan kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

64

analisis kualitatif sebelumnya. Pengembangan dilakukan sepanjang 10 cm dan

elusi berulang 3 kali dengan fase gerak yang sama. Proses derivatisasi dilakukan

dengan menyemprotkan reagen 10% H2SO4 dalam etanol. Lalu di oven selama 3

menit pada suhu 110oC. Analisis kadar asam ursolat dilakukan dengan

menggunakan Camag Densitometer dengan panjang gelombang maksimum 537

nm sehingga didapatkan data berupa Area Under Curve atau AUC. Berikut profil

KLT setelah keluar dari oven.

Gambar 13. Profil KLT penetapan kadar triterpen total dalam ekstrak etanolik

herba rumput mutiara dilihat secara visual dengan cahaya tampak

Dalam analisis kadar dengan menggunakan persamaan kurva baku asam

ursolat yang diperoleh. Persamaan kurva baku yang diperoleh adalah y = 19,9149

x + 2994,83 dengan r = 0,9921. Nilai r yang didapat telah memenuhi syarat

linearitas yang baik, yaitu r > 0,99 (Chan dkk,2004).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Keterangan: 1.baku 100 ppm 2. baku 200 ppm 3. baku 300 ppm 4. baku 400 ppm 5. baku 500 ppm 6.ekstrak kondisi (1) R 1 7. ekstrak kondisi (1) R 2 8. ekstrak kondisi (1) R 3 9. ekstrak kondisi (a) R 1 10. ekstrak kondisi (a) R 2 11. ekstrak kondisi (a) R 3 12. ekstrak kondisi (b) R 1 13. ekstrak kondisi (b) R 2 14. ekstrak kondisi (b) R 3 15. ekstrak kondisi (ab) R 1 16. ekstrak kondisi (ab) R 2 17. ekstrak kondisi (ab) R 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

65

Gambar 14. Kurva baku asam ursolat

Dari persamaan regresi liner yang diperoleh, dapat dihitung berapa

konsentrasi triterpen total yang ada di dalam sampel. Seluruh kadar triterpen total

dalam sampel rumput mutiara masuk dalam rentang seri baku asam ursolat yang

digunakan yaitu 100 ppm - 500 ppm. Jadi penetapan kadar triterpen total ini

bukan merupakan hasil ekstrapolasi.

Tabel VIII. Kadar asam ursolat dalam sampel ekstrak herba rumput mutiara

Kondisi ekstraksi Replikasi AUC Konsentrasi triterpen total dalam sampel (ppm)

(1) Suhu 30oC,

volume etanol 25 mL

1 10322.7 381.089 2 10239.5 376.332 3 9551.3 336.978

(a) Suhu 60oC,

volume etanol 25 mL

1 11856.5 468.798 2 11890.4 470.736 3 12021.5 478.233

(b) Suhu 30oC,

volume etanol 100 mL

1 6898.9 185.304 2 6652.2 171.197 3 6929.2 187.036

(ab) Suhu 60oC,

volume etanol 100 mL

1 7045.3 193.675 2 6476.3 161.138 3 6885.5 184.538

Hasil perhitungan kadar asam ursolat dalam sampel ini kemudian dihitung

lagi berapa jumlah asam ursolat yang didapatkan dibandingkan dengan bobot

y = 19,9149x + 2994,83r = 0,9921

02000400060008000

100001200014000

0 100 200 300 400 500 600

AU

C

konsentrasi (ppm)

kurva baku asam ursolat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

66

serbuk herba rumput mutiara yang telah ditimbang sehingga diperoleh berat asam

ursolat tiap 100 gram serbuk (% b/b).

Tabel IX Kandungan asam ursolat dalam ekstrak etanolik herba rumput mutiara

Kondisi ekstraksi Replikasi Kadar triterpen total (% b/b)

Rata-rata kadar triterpen total (% b/b)

(1) Suhu 30oC,

volume etanol 25 mL

1 0,368 0,354±0,02 (CV = 6,63%) 2 0,364

3 0,329 (a)

Suhu 60oC, volume etanol 25 mL

1 0,445 0,448±0,01 (CV = 1,05%) 2 0,447

3 0,453 (b)

Suhu 30oC, volume etanol 100 mL

1 0,784 0,770±0,13 (CV = 4,80%) 2 0,735

3 0.790 (ab)

Suhu 60oC, volume etanol 100 mL

1 0,814 0,765±0,12 (CV = 9,34%) 2 0,699

3 0,782

Dilihat dari %CV yang diperoleh, ada beberapa kondisi yang memiliki

variasi yang cukup besar. Variasi yang cukup besar ini belum diketahui apa

penyebabnya. Beberapa kondisi yang sekiranya dapat memperbesar variasi sudah

dikendalikan, diantaranya adalah suhu ekstraksi yang dijaga terus-menerus, lama

pemanasan dalam oven, suhu dalam oven, volume yang ditotolkan, dan

penyemprotan reagen H2SO4 yang selalu dijaga sampai seluruh permukaan silika

tampak tidak berpendar pada seluruh bagian. Belum ditemukan apa yang

menyebabkan vaiasi tiap kondisi nya cukup besar. Hal ini menjadi salah satu

kesulitan yang ditemukan dalam penelitian ini.

Kadar triterpen total yang diperoleh ini kemudian dianalisis dengan

faktorial desain untuk melihat pengaruh dari faktor suhu dan volume etanol

terhadap kadar triterpen total yang dihasilkan dalam ekstrak dan untuk membuat

persamaan desain faktorial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

67

I. Analisis hasil

Data yang diperoleh dari penetapan kadar selanjutnya dianalisis

menggunakan metode desain faktorial dengan software ubuntu-10.04-DesFaktor-

0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org). Dari pengolahan data, dapat

dihitung efek suhu dan volume etanol beserta interaksi keduanya, sehingga dapat

diketahui efek yang dominan dalam menentukan kadar asam ursolat yang didapat.

Hasil perhitungan nilai efek faktor suhu dan volume penyari dalam mempengaruhi

respon kadar asam ursolat dapat diihat pada tabel X.

Tabel X. Kondisi desain faktorial dan respon yang dihasilkan

Notasi Suhu (oC) Volume etanol (mL) Respon kadar (% b/b) 1 30 25 0,354±0,02 a 60 25 0,448±0,45 b 30 100 0,770±0,13

Ab 60 100 0,765±0,12 Data kuantitatif ini kemudian dianalisis hubungan efek suhu dan volume

etanol terhadap respon kadar triterpen total.

Gambar 15a Gambar 15b

Gambar 15. Grafik hubungan efek suhu (a) dan volume etanol (b) terhadap respon kadar triterpen total (% b/b)

00.10.20.30.40.50.60.70.80.9

0 50 100

Kada

r tri

terp

en to

tal (

%b/

b)

Suhu (oC)

volume etanol level tinggi

volume etanol level rendah

00.10.20.30.40.50.60.70.80.9

0 50 100 150

Kada

r tri

terp

en to

tal (

%b/

b)

Volume (mL)

suhu level tinggisuhu level rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

68

Dari gambar 15. dapat dilihat bahwa peningkatan suhu akan meningkatkan

respon pada penggunaan volume etanol level rendah maupun level tinggi.

Peningkatan volume penyari juga akan meningkatkan respon kadar asam ursolat

pada penggunaan suhu level rendah dan level tinggi. Semakin curam garis yang

terbentuk, maka faktor tersebut makin berpengaruh pada respon. Tampak bahwa

faktor volume etanol lebih berpengaruh terhadap respon triterpen total.

Dari grafik hubungan ini hanya dapat dilihat bagaimana efek suhu dan

volume etanol dalam mempengaruhi nilai respon. Berdasarkan grafik hubungan

ini hanya didapat apakah faktor suhu dan volume menaikkan atau menurunkan

nilai respon. untuk melihat faktor mana yang dominan perlu dilakukan

perhitungan nilai efek.

Data kuantitatif yang didapat kemudian dianalisis nilai efek dari kedua

faktor maupun interaksinya terhadap respon kadar untuk melihat faktor mana

yang dominan dalam mempengaruhi respon. Semakin besar nominal angka yang

muncul berarti faktor tersebut semakin berpengaruh dominan terhadap respon.

Jika efek bernilai positif, berarti peningkatan faktor tersebut akan meningkatkan

nilai respon. Jika efek bernilai negatif, berarti peningkatan faktor tersebut akan

menurunkan respon.

Tabel XI. Nilai efek dari faktor suhu, volume etanol dan interaksinya terhadap respon Efek Nilai efek pada respon kadar triterpen total Suhu 0,04485

Volume etanol 0,36625 Interaksi -0,04975

Keterangan: (+) = peningatan efek akan meningkatkan respon (-) = peningkatan efek akan menurunkan respon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

69

Dari tabel XI. dapat dilihat bahwa peningkatan suhu dan volume etanol

akan meningkatkan respon kadar triterpen total. Hasil perhitungan efek ini sesuai

dengan teori, yaitu semakin tinggi suhu akan semakin tinggi kadar triterpen total

yang didapat. Suhu berpengaruh dalam meningkatan solubilitas senyawa dalam

suatu larutan, akibatnya asam ursolat yang terambil oleh penyari pada digesti suhu

tinggi menjadi lebih banyak bila dibandingkan dengan digesti suhu rendah.

Dari tabel XI. pula dapat ditentukan faktor mana yang dominan

mempengaruhi respon. Faktor yang dominan adalah faktor yang memiliki nilai

efek yang paling besar nominalnya, tanpa memperhatikan nilai negatif maupun

positif. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi respon kadar triterpen total

adalah volume etanol. Berarti, jumlah etanol yang digunakan sebagai penyari

memberikan efek paling besar dalam mengekstraksi triterpen total yang

terkandung di dalam serbuk herba rumput mutiara.

Data analisis kuantitatif dianalisis juga dengan metode desain faktorial

dengan software ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org

(www.molmod.org). Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut adalah persamaan

desain faktorial, F value, dan p value.

Diperoleh persamaan desain faktorial yaitu y = 0.08712 + 0.004262Xa +

0.006875Xb - 0.00004427XaXb. Berikut hasil F value dan F tabel.

Tabel XII. Hasil F value, F tabel pada respon kadar triterpen total Faktor dan interaksi

Respon kadar asam ursolat F value F tabel

Suhu 4,9432 5,32 Volume 174,3338 Interaksi 6,0939

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

70

Nilai F value yang diperoleh dibandingkan dengan F tabel. Jika f value

lebih besar dari F tabel, berarti faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap

respon. Jadi, hanya faktor volume etanol dan faktor interaksi yang berpengaruh

signifikan terhadap kadar triterpen total yang didapatkan. Melihat hasil ini,

artinya, penggunaan volume etanol akan signifikan mempengaruhi kadar triterpen

tota yang diperoleh. Dalam hal ini, semakin tinggi volume etanol, maka akan

meningkatkan respon karena volume berefek meningkatkan respon kadar triterpen

total. Faktor interaksi berpengaruh signifikan terhadap kadar artinya, ada interaksi

antara suhu dan volume etanol yang berpengaruh signifikan yang berefek

menurunkan nilai respon. Adanya pengaruh signifikan interaksi yang menurunkan

respon ini harus dipertimbangkan agar mendapatkan kadar yang tinggi. Interaksi

antara suhu dan volume etanol yang berefek menurunkan respon ini artinya

semakin tinggi suhu dan semakin tinggi volume akan menimbulkan semakin

banyak interaksi yang berefek menurukan respon kadar triterpen total. Faktor suhu

yang tidak signifikan dalam mempengaruhi respon ini (F value < F tabel) berarti

adanya peningkatan suhu, tidak memberikan kenaikan respon yang signifikan.

p value yang didapat dilihat apakah p value lebih kecil dari 0,05. Jika p

value kedua respon lebih kecil dari 0,05 memiliki arti respon dapat dibuat

superimposed nya. p value yang diperoleh adalah 7,089 . 10-6. Namun, dalam

penelitian ini, hanya ada satu respon, yaitu kadar triterpen total. Jadi,

superimposed pun tidak dibuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

71

Gambar 16. Contour plot kadar triterpen total (%b/b)

Gambar 16. menunjukkan bahwa daerah yang memenuhi batas kadar yang

baik hanya di bagian atas saja, yaitu di atas 0,75%. Batas kadar triterpen total

yang diterima adalah 0,75%. Angka ini diperoleh dari hasil penelitian Liang dkk

(2008). Daerah optimum yang diterima adalah bagian yang diarsir abu-abu, yaitu

di bagian atas. Seluruh titik di area abu-abu ini diprediksikan akan memenuhi

syarat ekstrak herba rumput mutiara yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Faktor yang diprediksi berpengaruh signifikan terhadap kadar triterpen

total yang diperoleh pada proses digesti serbuk herba rumput mutiara

adalah volume etanol dan interaksi antara volume etanol dan suhu.

2. Faktor yang diprediksi paling dominan berpengaruh terhadap kadar

triterpen total yang diperoleh pada proses digesti serbuk herba rumput

mutiara adalah volume etanol.

3. Ditemukan area kondisi optimum antara suhu dan volume etanol dalam

proses ekstraksi herba rumput mutiara secara digesti terbatas pada level

yang diteliti.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai cara pemisahan asam ursolat dan asam

oleanolat, sehingga penetapan kadar asam ursolat dapat dilakukan secara murni,

yang terukur hanya asam ursolat saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

73

DAFTAR PUSTAKA

Alupului, A., dan Lavric, V., 2008, Ultrasound Extraction of Avtive Principles with Hypoglicaemic Activity from Medicinal Plants, http://www.aidic/it/IBIC2008/webpapers/86Alupului.pdf, diakses tanggal 20 Agustus 2011

Backer dan van den Brink, B., 1965, Flora of Java, Volume II, N. V. P Noordhoof-Groningen-The Netherlands Published under The Auspices of The Rijksher Barium, Leyden

Bolton, S., And Bon, C., 2004, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Applications, 4th ed, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 265-285, 506-520

Budavari, S., Neil, M.J.O., Smith, A., Heckelman, P. Z., 1989, The Merck Index an Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals, eleventh edition, penerbit Merck & Co. Inc. Rahway, H. J., USA, pp 1079, 1556

Depkes RI, 1977, Materia Medika, Jilid I, Departemen Kesehatan Repblik Indonesia, Jakarta, pp. 29-33

Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp. 1-15

Dekes RI, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 2-25

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Ed III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp. 4

De Voogd, C.N.A., Ir., Tanaman Apakah Ini Gerangan, diterjemahkan oleh Soetan Sanif, (9150), hal. 22, penerbit N.V. Uitgeverij W. Van Hoeve, Bandung

Du, H., dan Chen, X. Q., 2008, A Comparative Study of the Separation of Oleanolic Acid and Oleanolic Acid in Prunelle Vulgaris by High-Performance Liquid Chromatography and Cyclodextrin-Modified Micellar Electrokinetic Chromatography, Journal of the Iranian Chemical Society, Vol 6, No. 2, June 2009, 334-340

Gandjar, I. G. dan Rohman, A. , 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 353, 354

Garfield, F.M. 1991, Quality Assurance Principles for Analytical Laboratories AOAC International, USA, p. 71

Gbaguidi, F., Accrombessi, G., Moudachiron, M., Quetin-Leclercq, J., 2005, HPLC Quantification of Two Isomeric Triterpenic Acids Isolated From

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

74

Mitracarpus scaber and Antimicrobial Activity on Dermatophilus congolensis, Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis 39 (2005) 990-995

Gritter, R. J., Bobbitt, J. M., dan Schwarting, A. E., 1985, Introduction to Chromatography, 2nd ed, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Hoyden-day inc, USA, pp. 84-85

Handayani, S., 2003, Efek Antiinflamasi Air Rebusan Herba Katepan (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) pada Mencit Betina, skripsi, xiii,1, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia, Penentuan Cara Modern Menganalisis Tanaman, Terbitan 2,Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung, pp 123-153

Haryanti, S., Junedi, S., Meiyanto, E., 2009, Ethanolic Extract of Hedyotis corymbosa L. Increases Cytotoxic Activity of Doxorubicin on MCF-7 Breast Cancer Cell, Indonesian Journal of Biotechnology vol 14, No. 1, 1146-1154

Haryanto, S., 2009, Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia, Penerbit Palmall, Yogyakarta, pp 427, 429

Lee, H.K., Nam, G.W., Kim, S. H., dan Lee S.H, 2006, Phytocomponents of triterpenoids,oleanolic acid and ursolic acid, regulated differently the processing of epidermal keratinocytes via PPAR-a pathway, Experimental Dermatology, Blackwell Munsgoard, Singapore

Liang Z., Jiang Z., Fong, D. W., dan Zhao Z., 2008, Determination of Oleanolic Acid and Ursolic Acid in Oldenlandia diffusa and Its Subtitute Using High Performance Liquid Chromatography, Journal of Food and Drug Analysis, Vol. 17, No 2, 2009,69-77

Liu, J., 1995, Review Article Pharmacology of Oleanolic and Ursolic Acid, Departement of Pharmacology and Toxicology and Therapeutics, University of Kansas Medical Center,Kansa City, USA

Muth, J. E, 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Application, Marcel Dekker Inc., Allright Revised, Mdnison Avenue, New York, pp. 265-280

Nasution, A. R., 2008, Isolasi senyawa Triterpenoid/Steroid dari Daun Tumbuhan Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa Wight.), Skripsi, 5,6, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Permatasari, V., 2008, Optimasi Volume Air dan Suhu dalam Proses Maserasi Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii M.) dengan Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, 1, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

75

Pramesti, D. E, 2008, Optimasi Suhu dan Volume Etanol dalam Proses Maserasi Daun Stevia (Stevia rebaudiana Beronii. M.) dengan Aplikasi Desain Faktorial,Skripsi, 2, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Puspita, M. D, 2010, Identifikasi Kandungan Tanin dalam Ekstrak Etanolik Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dari Kebun Tanaman Obat Universitas Sanata Dharma dengan Metode KLT-Densitometri, Skripsi, 21,22, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Rohman, A., 2009, Kromatorafi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 47-54

Sastrohamidjojo, H., 1985, Kromatografi, Ed I, Penerbit Liberty, Yogyakarta, pp. 26-30

Skrzypek, Z. dan Wysokinska, H., 2003, Sterols and Triterpenes in Cell Culture of Hyssopus officinalis L., Laboratory of Biology and Pharmaceutical Botny, Medical University, Muszynkiego 1, 308-312

Stahl, E., 1983, Analisis Obat secara Kromatorafi dan Mikroskopi, Penerbit ITB, Bandung, pp. 3-18

Stock, R., dan C. B. F. Rice, 1974, Chromatographic Methods, Thrird Edition, 283, Chapman and Hall and Scuence Paper Backs, Great, Britain, pp. 58

Wibowo, I. M, 2010, Identifikasi Kandungan Kafein dalam Ekstrak Etanolik Daun Teh (Camellia sinensis L.) dari Daerah Boyolali dengan Metode KLT-Densitometri, Skripsi, 19-20, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Wijayakesuma, H., H. M., 1992, Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia, Penerbit Pustaka Kartini, Jakarta, pp 11-12

Wulansari, Y. D., 2011, Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri pada Penetapan Kadar Kurkumin dala Sediaan Cair Obat Herbal Terstandar (OHT) Kiranti ®, Skripsi, 38-40, Universitas Sanatha Dharma, Yogyakarta

Wojciak-Kosior, M., 2007, Application of High Performance Thin-layer-chromatography to Separation of Oleanoic, Ursolic and Betulinic Acids, Journal of Pre-Clinical and Clinical Research, Vol 1, No 2, 176-178

Yamaguchi, H., Noshita, T., Kidachi, Y., Umetsu, H., Hayashi, M., Komiyama, K. dkk, 2008, Isolation of Ursoluic Acid from Apple Peels and Its Specific Efficacy as a Potent Antotimor Agent, Journal of Health Science, 54(6), 654-660

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

76

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

77

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

78

Lampiran 2.Certificate of Analysis Baku Asam Ursolat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

79

Lampiran 3. Data Penimbangan Bahan

1. Baku Asam Ursolat

Penimbangan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Berat kertas (g) 0,2427 0,2547 0,2401 Berat kertas + zat (g) 0,2533 0,2650 0,2503 Berat kertas + sisa (g) 0,2433 0,2548 0,2402 Berat zat (g) 0,0100 0,0102 0,0101

2. Serbuk Rumput Mutiara Hasil Defatisasi

Kondisi Ekstraksi Replikasi Berat kertas

(g) Berat kertas

+ zat (g) Berat kertas

+ sisa (g) Berat zat

(g)

1 (30oC, 25 mL)

1 0,4140 5,4142 0,4140 5,0002 2 0,4186 5,4187 0,4187 5,0000 3 0,4201 5,4205 0,4209 4,9996

a (60oC, 25 mL)

1 0,4135 5,4138 0,4138 5,0000 2 0,4214 5,4214 0,4214 5,0000 3 0,4099 5,4100 0,4100 5,0000

b (30oC, 100

mL)

1 0,4143 5,4145 0,4149 4,9996 2 0,4100 5,4100 0,4100 5,0000 3 0,4193 5,4197 0,4198 4,9999

ab (60oC, 100

mL)

1 0,4251 5,4251 0,4253 4,9998 2 0,4186 5,4190 0,4188 5,0002 3 0,2494 5,2494 0,2498 4,9996

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

80

Lampiran 4. Sistem Kromatografi Lapis Tipis Densitometri yang Digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

81

Lampiran 5. Spektrum Baku Asam Ursolat pada 200-700 nm

Track Baku Λmaks 1 Seri rendah 538 nm 2 Seri tengah 537 nm 3 Seri tinggi 537 nm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

82

Lampiran 6. Validasi Metode

1. Pembuatan Larutan Stok dan Seri Larutan Baku Asam Ursolat (AU)

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Hasil penimbangan (g) 0,0100 0,0102 0,0101 Faktor koreksi 99% 99% 99% Konsentrasi stok (ppm) 990 1009,8 999,9

Konsentrasi seri 1 (ppm) C1 V1 = C2 V2

990x0,5 = C2x5 C2 = 99

C1 V1 = C2 V2 1009,8x0,5 = C2x5

C2 = 100,98

C1 V1 = C2 V2 999,9x0,5 = C2x5

C2 = 99,99

Konsentrasi seri 2 (ppm) C1 V1 = C2 V2 990x1 = C2x5

C2 = 198

C1 V1 = C2 V2 1009,8x1 = C2x5

C2 = 201,96

C1 V1 = C2 V2 999,9x1 = C2x5

C2 = 199,98

Konsentrasi seri 3 (ppm) C1 V1 = C2 V2

990x1,5 = C2x5 C2 = 297

C1 V1 = C2 V2 1009,8x1,5 = C2x5

C2 = 302,94

C1 V1 = C2 V2 999,9x1,5 = C2x5

C2 = 299,97

Konsentrasi seri 4 (ppm) C1 V1 = C2 V2 990x2 = C2x5

C2 = 396

C1 V1 = C2 V2 1009,8x2 = C2x5

C2 = 403,92

C1 V1 = C2 V2 999,9x2 = C2x5

C2 = 399,96

Konsentrasi seri 5 (ppm) C1 V1 = C2 V2

990x2,5 = C2x5 C2 = 495

C1 V1 = C2 V2 1009,8x2,5 = C2x5

C2 = 504,9

C1 V1 = C2 V2 999,9x2,5 = C2x5

C2 = 499,95

2. Linearitas

Baku asam ursolat Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Seri baku (ppm) AUC Seri baku

(ppm) AUC Seri baku (ppm) AUC

99 5372,3 100,98 3799,9 99,99 4827,6 198 8513,7 201,96 6414 199,98 7929,2 297 10876,4 302,94 8375,7 299,97 10252,4 396 11673 403,92 9301,5 399,96 11668,8 495 13860,3 504,9 11491,7 499,95 14614,9

A 4018,55 A 2395,23 A 2864,32 B 20,3387 B 18,0938 B 23,3165 r 0,9816 r 0,9893 r 0,9933

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

83

3. Akurasi dan Presisi

Seri baku (ppm) AUC 99,99 4225,8 A = 2666,87

B = 19,3136 r = 0,9952

y = 19,3136x + 2666,87

199,98 6906,2 299,97 8596 399,96 10478,3 499,95 12095,6

Kadar

sebenarnya (ppm)

AUC Kadar terukur (ppm)

Recovery

(%)

Rendah 99

100,98 99,99

4406,2 4505,3 4779,9

90,06 95,19

109,41

90,97 94,26 109,42

SD = 3023,26 CV = 3,01

Rata-rata 100,33 98,22

Tengah 297

302,94 299,97

8281,3 8304,8 9142,7

290,70 291,92 335,30

97,89 96,36 111,78

SD = 1811,57 CV = 0,57

Rata-rata 320,55 102,01

Tinggi 495

504,9 499,95

12300,1 12652,4 12172,7

498,78 517,02 492,18

100,76 102,40 98,45

SD = 5338,94 CV = 1,06

Rata-rata 505,32 100,54

y = 19.314x + 2666.9R² = 0.9905

02000400060008000

100001200014000

0 100 200 300 400 500 600

AU

C

Konsentrasi (ppm)

Grafik Kurva Baku untuk Akurasi dan Presisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

84

4. Selektivitas

Replikasi sampel

Rf1 Rf2 Resolusi

2(max 푅푓2 − max 푅푓1)(푒푛푑 푅푓1 − 푠푡푎푟푡 푅푓1) + (푒푛푑 푅푓2 − 푠푡푎푟푡 푅푓2)

Max Start End Max Start End

1 0,38 0,35 0,42 0,47 0,46 0,51 1,50 2 0,38 0,36 0,42 0,47 0,44 0,50 1,50 3 0,38 0,36 0,42 0,47 0,44 0,50 1,80 4 0,38 0,36 0,41 0,47 0,46 0,51 1,50 5 0,38 0,35 0,42 0,47 0,45 0,50 1,50

Keterangan Rf1 : retardation factor untuk bercak asam ursolat Rf2 : retardation factor untuk bercak yang paling dekat dengan bercak asam ursolat

5. Akurasi dan Presisi dalam Matriks Sampel

Seri baku (ppm) AUC 99,99 5087,9 A = 3265,75

B = 21,8803 r = 0,9932

y = 21,8803x + 3265,75

199,98 7789,7 299,97 10468,7 399,96 11755,6 499,95 14044

Sampel AUC Kadar (ppm) Ekstrak replikasi 1 9265 274,18 Ekstrak replikasi 2 9226,3 272,42 Ekstrak replikasi 3 9219,2 272,09

Ekstrak adisi replikasi 1 11466,3 374,79 Ekstrak adisi replikasi 2 11393,7 371,47 Ekstrak adisi replikasi 3 11491,8 375,96

y = 21.88x + 3265.7R² = 0.9864

0

5000

10000

15000

0 100 200 300 400 500 600

AU

C

Konsentrasi (ppm)

Grafik Kurva Baku untuk Akurasi dan Presisi dalam Matriks Sampel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

85

Sampel Recovery baku (%) Rata-rata SD CV (%)

Ekstrak adisi replikasi 1 100,62 101,19 2,45 2,43 Ekstrak adisi replikasi 2 99,07

Ekstrak adisi replikasi 3 103,88

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Triterpen Total

1. Kurva Baku Penetapan Kadar Triterpen Total

Seri baku (ppm) AUC 99,99 4662,6 A = 2994,83

B = 19,91489 r = 0,9921

y = 19,91489x + 2994,83

199,98 7237,2 299,97 9459,8 399,96 10492,5 499,95 12991,4

Contoh perhitungan kadar triterpen total

Persamaan regresi linear yang diperoleh: y = 19,91489x + 2994,83

AUC sampel = 10322.7 (kondisi (1) replikasi 1)

Kadar analit dalam sampel : y = 19,91489x + 2994,83

10322.7 = 19,91489x + 2994,83

x = 381.089ppm = 381.089 mg/1000 mL

= 3,811mg/10mL

y = 19,9149x + 2994,83r = 0,9921

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

0 200 400 600

AU

C

Konsentrasi (ppm)

Grafik Kurva Baku Penetapan Kadar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

86

Jadi, kadar triterpen total dalam 10 mL larutan ekstrak atau dalam 5 mL ekstrak = 3,811mg

Jadi, kadar titerpen total dalam 1 mL ekstrak = 3,811mg / 5 = 0.762 mg

Untuk mendapatkan bobot triterpen total yang didapat dalam seluruh hasil digesti (triterpen total yang tersari), jumlah kadar triterpen total dalam 1 mL ekstrak perlu dikali dengan volume ekstrak awal, yaitu 25 ml untuk kondisi (1) dan (a), 100 ml untuk kondisi (b) dan (ab).

Bobot triterpen total yang diperoleh dari proses ekstrasi 5g serbuk herb rumput mutiara : 0.762 mg x 25 = 19.055mg = 0,019055 g

% b/b triterpen total terhadap berat serbuk = , ,

푥 100% = 0.381 % b/b

Setelah itu, dicari rata-rata, SD dan %CV dari 3 replikasi pada masing-masing kondisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

87

2. Hasil Perhitungan Kadar Triterpen Total

Kondisi Replikasi AUC Konsentrasi (ppm)

TT dalam

lar. sampel (mg)

TT dalam 1mL

ekstrak (mg)

volume etanol (mL)

TT dalam 5 g serbuk

(mg)

% b/b TT terhadap

berat serbuk

rata-rata kadar TT (% b/b)

SD %CV

1 1 10322.7 381.089 3.811 0.762 25 19.055 0.381 0.365 0.0242 6.631

2 10239.5 376.332 3.763 0.753 25 18.817 0.376

3 9551.3 336.978 3.370 0.674 25 16.849 0.337

a 1 11856.5 468.798 4.688 0.938 25 23.440 0.469 0.473 0.0050 1.054

2 11890.4 470.736 4.707 0.942 25 23.537 0.471

3 12021.5 478.233 4.782 0.957 25 23.912 0.478

b 1 6898.9 185.304 1.853 0.371 100 37.061 0.741 0.725 0.0348 4.798

2 6652.2 171.197 1.712 0.342 100 34.239 0.685

3 6929.2 187.037 1.870 0.374 100 37.407 0.748

ab 1 7045.3 193.676 1.937 0.387 100 38.735 0.775 0.719 0.0672 9.339

2 6476.3 161.138 1.611 0.322 100 32.228 0.645

3 6885.5 184.538 1.845 0.369 100 36.908 0.738

Keterangan : TT = triterpen total

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

88

Lampiran 8. Data Rendemen Ekstrak

1 a b ab R 1 (g) R 2(g) R 3(g) R 1(g) R 2(g) R 3(g) R 1(g) R 2(g) R 3(g) R 1(g) R 2(g) R 3(g) Berat botol timbang

18,2527 13,0387 13,3128 19,4491 11,5325 18,9530 17,8187 18,8836 19,3096 14,0625 14,5781 16,7073

bt + ekstrak kental

18,2795 13,0611 13,3370 19,4835 115593 18,9857 17,8391 18,9037 19,3289 14,0870 14,6042 16,7336

Berat ekstrak kental

0,0268 0,0224 0,0242 0,0344 0,0268 0,0327 0,0204 0,0201 0,0193 0,0245 0,0261 0,0263

bt + ekstrak kering

18,2793 13,0599 13,3362 19,4828 11,5584 18,9804 17,8384 18,9022 19,3286 14,0862 14,6035 16,7333

berat ekstrak kering

0,0266 0,0212 0,0234 0,0337 0,0259 0,0274 0,0197 0,0186 0,019 0,0237 0,0254 0,026

% rendemen ekstrak kering (%) % rendemen ekstrak kering

2,660 2,120 2,340 3,370 2,590 2,740 7,881 7,440 7,600 9,480 10,160 10,401

Rata-rata % rendemen ekstrak kering

2,373

2,900

7,640

10,014

Ket: bt = berat botol timbang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

89

Lampiran 9. Data Desain Faktorial

1. Persamaan Desain Faktorial

Call: lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data) Coefficients: (Intercept) a b a:b 8.712e-02 4.262e-03 6.875e-03 -4.427e-05 y = 0.08712 + 0.004262xa + 0.006875xb - 0.00004427xaxb

2. Perhitungan Nilai Efek

formula suhu waktu interaksi respon 1 -1 -1 1 0,3648

a 1 -1 -1 0,4726 b -1 1 -1 0,7247 ab 1 1 1 0,7192 efek suhu 0,05115 efek volume 0,30325

efek interaksi -

0,05665 perhitungan:

efek suhu = , , , , = 0,05115

efek volume = , , , , = 030325

efek interaksi = , , , , = 0,05665

faktor dominan yang berpengaruh pada respon adalah fakor volume etanol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

90

3. Signifikansi

Residual standard error: 0.03494 on 8 degrees of freedom Multiple R-squared: 0.9771, Adjusted R-squared: 0.9684 F-statistic: 113.5 on 3 and 8 DF, p-value: 6.763e-07 Analysis of Variance Table Response: respon Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) a 1 0.00604 0.00604 4.9461 0.05683 . b 1 0.40238 0.40238 329.5581 8.71e-08 *** a:b 1 0.00744 0.00744 6.0936 0.03880 * Residuals 8 0.00977 0.00122 --- Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1

Jika F value lebih besar dari F table maka faktor tersebut signifikan berpengaruhi respon kadar.

Lampiran 10. Kromatogram

A. Kromatogram optimasi fase gerak

1. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 100:3:0,07 v/v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

91

2. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 95:5:0,07 v/v

3. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 96:4:0,07 v/v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

92

4. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 97:3:0,07 v/v

5. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 90:10:0,07 v/v

B.Kromatogram seri baku asam ursolat replikasi 3

1. Seri 1 (99,99 ppm)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

93

2. Seri 2 (199,98 ppm)

3. Seri 3 (299,97 ppm)

4. Seri 4 (399,96 ppm)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

94

5. Seri 5 (499,95 ppm)

C. Kromatogram akurasi dan presisi metode

1. Baku 1

2. Baku 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

95

3. Baku 3

4. Baku 4

5. Baku 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

96

6. Rendah replikasi 1

7. Tengah replikasi 1

8. Tinggi replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

97

9. Rendah replikasi 2

10. Tengah replikasi 2

11. Tinggi replikasi 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

98

12. Rendah replikasi 3

13. Tengah replikasi 3

14. Tinggi replikasi 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

99

D.Kromatogram akurasi dan presisi dalam matriks sampel

1. Baku 1

2. Baku 2

3. Baku 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

100

4. Baku 4

5. Baku 5

6. Sampel tanpa adisi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

101

7. Sampel tanpa adisi 2

8. Sampel tanpa adisi 3

9. Sampel dengan adisi baku 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

102

10. Sampel dengan adisi baku 2

11. Sampel dengan adisi baku 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

103

F.Kromatogram penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak etanolik herba rumput mutiara

1. Baku 1

2. Baku 2

3. Baku 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

104

4. Baku 4

5. Baku 5

6. Ekstrak kondisi (1) (suhu 30oC, volume etanol 25 mL) replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

105

7. Ekstrak kondisi (1) (suhu 30oC, volume etanol 25 mL) replikasi 2

8. Ekstrak kondisi (1) (suhu 30oC, volume etanol 25 mL) replikasi 3

9. Ekstrak kondisi (a) (suhu 60oC, volume etanol 25 mL) replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

106

10. Ekstrak kondisi (a) (suhu 60oC, volume etanol 25 mL) replikasi 2

11. Ekstrak kondisi (a) (suhu 60oC, volume etanol 25 mL) replikasi 3

12. Ekstrak kondisi (b) (suhu 30oC, volume etanol 100 mL) replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

107

13. Ekstrak kondisi (b) (suhu 30oC, volume etanol 100 mL) replikasi 2

14. Ekstrak kondisi (b) (suhu 30oC, volume etanol 100 mL) replikasi 3

15. Ekstrak kondisi (ab) (suhu 60oC, volume etanol 100 mL) replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

108

16. Ekstrak kondisi (ab) (suhu 60oC, volume etanol 100 mL) replikasi 2

17. Ekstrak kondisi (ab) (suhu 60oC, volume etanol 100 mL) replikasi 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam proses digesti rumput mutiara (hedyotis corymbosa (l.) lamk.) dengan aplikasi desain

109

BIOGRAFI PENULIS

Penulis lahir pada tanggal 1 Juli 1990 di Sleman. Lahir

dari ayah bernama Bambang Nugroho dan Ibu bernama

Lo Lie Ing, memiliki satu saudara laki-laki dan dua

saudara perempuan. Penulis telah menyelesaikan masa

studi di TK Mutiara Persada Yogyakarta pada tahun

1994 sampai tahun 1996, SD Tarakanita Bumijo

Yogyakarta pada tahun 1996

sampai tahun 2002, SMP Stella Duce 1 Yogyakarta pada tahun 2002 sampai

dengan 2005, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta pada tahun 2005 sampai dengan

2008, dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada

tahun 2008 sampai dngan tahun 2011. Mempunyai pengalaman kerja sebagai

asisten praktikum Kimia Dasar (2009), Spektroskopi (2010), Farmasi Fisika II

(2010 dan 2011), Formulasi dan Teknologi Sediaan Semi Solid (2011). Penulis

pernah tergabung dalam event Organizer Miracle (2007-2008), dan sampai saat

ini, penulis tergabung dalam tim tamborin di Gereja Kristus Penebus. Penulis aktif

dalam organisasi dan kegiatan Kemahasiswaan di Fakultas Farmasi USD, antara

lain Panitia Talkshow AIB-kah AIDS?, Panitia Pengobatan Gratis JMKI (2008),

Panitia Farmasi Untuk Sakolah Dasar (2009), Panitia KIO 2009, Panitia titrasi

2009.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI