plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk filei optimasi suhu dan volume etanol dalam...
TRANSCRIPT
OPTIMASI SUHU DAN VOLUME ETANOL DALAM PROSES DIGESTI RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) DENGAN
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Elisa Aster Nugroho
NIM : 088114172
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
OPTIMASI SUHU DAN VOLUME ETANOL DALAM PROSES DIGESTI RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) DENGAN
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Elisa Aster Nugroho
NIM : 088114172
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan (Yesaya 41:10).
Nothing is impossible in God
As long as me want to try, there is a way in front of us…
Dengan penuh rasa syukur Kupersembahkan buah pikir dan kerja keras ini
Untuk mereka yang kukasihi Papa dan mamaku
Adik-adikku Semua saudara dan saudariku
Para sahabat, dan Almamaterku tercinta…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, penyertaan dan
hikmat yang luar biasa melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul “Optimasi Suhu dan Volume Etanol dalam Proses Digesti Rumput
Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) dengan Aplikasi Desain Faktorial”
sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini,tentunya banyak kesulitan
yang dihadapi. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
banyak pihak,. Dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan saran selama pembuatan tugas akhir ini, selalu
sabar dan bijaksana dalam memberikan pengarahan kepada penulis.
3. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
kritik dalam penyusunan skripsi ini, serta selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing serta memberikan saran dalam
pengambilan mata kuliah setiap semester.
4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt selaku dosen penguji dan atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi penguji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. S., Apt selaku Dosen pengajar yang bersedia
menyediakan waktu untuk berdiskusi terkait dengan penelitian, yang
memberikan banyak masukkan serta sangat mendukung penelitian ini dengan
nasihat-nasihat yang bermanfaat bagi penulis.
6. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt selaku dosen pengajar yang bersedia
memberikan baku asam ursolat yang sangat penting bagi penelitian ini,
bersedia share pengetahuan dan bersedia share jurnal-jurnal terkait penelitian
ini yang sangat berguna bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.
7. Mas Bimo, Mas Kunto, Pak Parlan, Pak Mus, Mas Agung, Pak Iswandi, Mas
Wagiran, Mas Sigit, Mas Andri, Mas Ottok selaku staf laboran yang sangat
membantu penulis selama penelitian.
8. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan bimbingan selama menimba ilmu
di bangku kuliah.
9. Seluruh karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah menyediakan
sarana untuk terselesainya semua kegiatan akademik dengan lancar.
10. Lilia Cresensia Yuniarty Rogan, sahabat penulis yang berjuang bersama dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kebersamaan, doa, dukungan,
bantuan, kerja sama, perhatian dan semangat yang selalu saling melengkapi.
11. Teman-teman seperjuangan skripsi lantai empat : Usie, Sasa, Satya, Paul,
Kimpul, Heppy, Velly, Vica, Rosita, Dimas, Lia, Franky, Cynthia, Melly,
Novie, Ike yang sama-sama saling mendukung, saling menguatkan dan care
satu sama lain sehingga penulis bertahan dan mampu untuk melewati semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
halangan, rintangan dan persoalan yang kerap kali dihadapi. Terima kasih buat
pustaka-pustaka yang saling melengkapi, alat-alat yang saling meminjamkan,
dan canda tawa yang menghilangkan galau dan stress yang mulai datang di
laboratorium.
12. Papa dan mama yang telah memberikan kehidupan yang indah yang selalu
memberikan doanya bagiku, semangat dan dukungan kepadaku.
13. Denny Andreas Purnomo yang selalu mendengarkan curhat, pikiran, tempat
menghilangkan stress, member semangat, dan selalu mendoakan ku.
14. Semua teman-teman kelas FST A dan B 2008, terimakasi untuk happy
moment , kenangan-kenangan seru, dan kebersamaannya.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak dapat disebutkan satu per
satu, terima kasih atas bantuan yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .................... vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi
INTISARI .............................................................................................................. xvii
ABSTRACT ............................................................................................................ xviii
BAB I PENGANTAR ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1. Perumusan masalahan ............................................................................... 3
2. Keaslian penelitian ..................................................................................... 3
3. Manfaat penelitian ...................................................................................... 4
B. Tujuan penelitian ............................................................................................. 4
1. Tujuan umum ............................................................................................. 4
2. Tujuan khusus ............................................................................................ 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................... 6
A. Rumput mutiara ........................................................................................... 6
1. Keterangan botani ................................................................................ 6
2. Morfologi ............................................................................................. 6
3. Nama daerah ........................................................................................ 7
4. Kandungan kimia ................................................................................. 7
B. Triterpenoid ................................................................................................. 7
1. Asam ursolat dan asam oleanolat .......................................................... 8
C. Penyarian..................................................................................................... 9
1. Digesti .................................................................................................. 10
2. Ekstrak ................................................................................................. 11
3. Cairan penyari ...................................................................................... 12
D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .................................................................. 12
E. KLT- Densitometri ...................................................................................... 14
F. Desain Faktorial .......................................................................................... 15
G. Landasan teori ............................................................................................. 17
H. Hipotesis ..................................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 19
A. Jenis dan rancangan penelitian ..................................................................... 19
B. Variabel penelitian....................................................................................... 19
C. Definisi operasional ..................................................................................... 20
D. Bahan-bahan penelitian................................................................................ 21
E. Alat-alat penelitian ...................................................................................... 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
F. Tata cara penelitian ...................................................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 29
A. Pengumpulan bahan ..................................................................................... 29
B. Determinasi tanaman rumput mutiara .......................................................... 30
C. Pembuatan simplisia herba rumput mutiara .................................................. 30
D. Pembuatan serbuk herba rumput mutiara ..................................................... 33
E. Defatisasi..................................................................................................... 35
F. Pembuatan ekstrak etanolik herba rumput mutiara secara digeti ................... 36
G. Analisis kualitatif kandungan asam ursolat dengan metode KLT.................. 47
H. Analisis kuantitatif triterpen total dengan metode KLT Densitometri ........... 55
I. Analisis hasil ............................................................................................... 67
BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 72
A. Kesimpulan ................................................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73
LAMPIRAN .................................................................................................... 76
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ......... 16
Tabel II. Variasi kondisi suhu dan volume etanol ........................................ 23
Tabel III. Hasil ekstraksi serbuk herba rumput mutiara pada
masing-masing kondisi .................................................................. 46
Tabel IV. Rf antara baku asam ursolat dan analit dalam sampel serta
nilai resolusi .................................................................................. 54
Tabel V. Data % recovery baku asam ursolat ............................................... 57
Tabel VI. Data % Coefficient of Variation (CV) baku asam ursolat ............... 58
Tabel VII. Akurasi dan presisi baku asam ursolat dalam matriks
sampel........................................................................................... 62
Tabel VIII. Kadar asam ursolat dalam sampel ekstrak herba rumput
mutiara .......................................................................................... 65
Tabel IX. Kandungan asam ursolat dalam ekstrak etanolik herba rumput
mutiara .......................................................................................... 66
Tabel X. Kondisi desain faktorial dan respon yang dihasilkan ...................... 67
Tabel XI. Nilai efek dari faktor suhu, volume etanol dan interaksinya
terhadap respon ............................................................................. 68
Tabel XII. Hasil F value, F tabel dan p value pada respon kadar triterpen
total ............................................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tumbuhan Rumput mutiara ...................................................... 6
Gambar 2. Struktur asam oleanolat dan asam ursolat .................................. 8
Gambar 3. Grafik orientasi waktu............................................................... 37
Gambar 4. Sistem ekstraksi digesti ............................................................. 40
Gambar 5. Cara penyaringan ...................................................................... 45
Gambar 6. Profil KLT baku asam ursolat dan sampel ekstrak dilihat
secara visual dengan cahaya tampak ......................................... 50
Gambar 7. Perbandingan spektra baku asam ursolat dan sampel ekstrak
etanolik herba rumput mutiara .................................................. 51
Gambar 8. Interaksi asam ursolat dengan fase diam.................................... 52
Gambar 9. Interaksi asam ursolat dengan fase gerak ................................... 53
Gambar 10. Spektra baku asam ursolat konsentrasi 100 ppm, 300 ppm,
500 ppm ( maks = 537 nm) ..................................................... 56
Gambar 11. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku asam
ursolat ....................................................................................... 61
Gambar 12. Kromatogram sampel dengan penambahan baku
asam ursolat .............................................................................. 61
Gambar 13. Profil KLT penetapan kadar triterpen total dalam ekstrak herba
rumput mutiara dilihat secara visual dengan cahaya tampak ...... 64
Gambar 14. Kurva baku asam ursolat ........................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 15. Grafik hubungan efek suhu dan volume etanol terhadap
respon kadar triterpen total (%b/b) ............................................ 67
Gambar 16. Contour plot kadar triterpen total(% b/b) .................................. 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan determinasi ................................................. 77
Lampiran 2. Certificate of analysis Baku asam ursolat ............................... 78
Lampiran 3. Data penimbangan bahan ....................................................... 79
Lampiran 4. Sistem kromatografi lapis tipis densitometri yang
digunakan .............................................................................. 80
Lampiran 5. Spektrum baku asam ursolat pada 200- 700 nm ................... 81
Lampiran 6. Validasi metode ..................................................................... 82
Lampiran 7. Perhitungan kadar triterpen total ............................................ 85
Lampiran 8. Data rendemen ekstrak ........................................................... 88
Lampiran 9. Data desain faktorial .............................................................. 89
Lampiran 10. Kromatogram ......................................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Tumbuhan rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk) merupakan tumbuhan liar yang memiliki kandungan utama asam ursolat. Asam ursolat merupakan senyawa golongan triterpen yang memiliki banyak aktivitas farmakologi, diantaranya sebagai antiinflamasi, hepatoprotektif, antihiperlipidemia, dan antitumor. Asam ursolat diekstraksi dengan metode digesti, menggunakan beberapa variasi suhu dan penyari etanol. Asam ursolat larut dalam etanol. Kelarutan dipengaruhi oleh suhu, maka dapat dicari kondisi optimal penyarian asam ursolat. Di dalam herba rumput mutiara juga terdapat triterpen lain yaitu asam oleanolat yang sangat sulit dipisahkan dari asam ursolat, sehingga penetapan dilakukan terhadap kadar triterpen total. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan desain faktorial dengan dua faktor yaitu suhu dan volume etanol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efek suhu dan volume etanol tehadap kadar triterpen total yang diperoleh dari proses digesti rumput mutiara serta menemukan area optimum dimana diperoleh asam ursolat dengan kadar optimal. Penentuan kadar sebagai triterpen total yang dihitung sebagai asam ursolat dilakukan dengan metode KLT densitometri dimana dengan instrumen ini akan didapat AUC dari bercak sampel yang dihasilkan. Analisis hasil dilakukan dengan menggunakan metode desain faktorial dengan menggunakan software ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org). Dari pengolahan data, didapat bahwa efek yang paling dominan dan paling signifikan dalam mempengaruhi kadar triterpen total adalah faktor volume etanol. Didapat persamaan desain faktorial y = 0.08712 + 0.004262xa + 0.006875xb - 0.00004427xaxb. Dalam penelitian ini telah ditemukan area optimum kondisi ekstraksi yang menghasilkan ekstrak dengan kadar triterpen total yang optimal. Kata kunci : rumput mutiara, asam ursolat, digesti, KLT densitometri, desain
faktorial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABTRACT
Pearl grass is plant that has ursolic acid as the main content. Ursolat acid is a triterpene compound classes that have many pharmacological activities, such as anti-inflammatory, hepatoprotective, antihiperlipidemia, and antitumor. Ursolic acid was extracted by digestion method, using some variation of temperature and the volume of ethanol.
Ursolic acid dissolved in ethanol. The solubility is influenced by temperature, optimal extraction conditions of ursolat acid it can be searched. In the pearl grass herb also has other triterpene acids, thas is oleanolic acid. Ursolic acid and oleanolic acid is very difficult to separated, so the determination made on levels of total triterpenes.
This study is an experimental study using a factorial design using two factors: temperature and volume of ethanol. The purpose is to determine how the effects of temperature and volume of ethanol to the total of triterpene content obtained from the digestion process of pearl grass and found the optimum area which contain optimal ursolic acid. Determination of the total triterpene acid, calculated as ursolic acid using (TLC) densitometry method in which this instrument would be obtained with an AUC of the samples.
Analysis of the results is done using a factorial design method by using ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org) software.Found that volume of ethanol is the most dominant effect and significantly influencing the amount of total triterpenes. The factorial design equation is y=0,08712 + 0,004262xa+0,006875xb – 0,00004427xaxb. In this research, optimum extraction area has been found that produce an extract which contain optimal total triterpenes.
Keywords: pearl grass, ursolic acid, digestion, TLC densitometry, factorial design
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Telah dilakukan penelitian bahwa triterpen asam ursolat diketahui
memiliki aktivitas antiinflamasi, antikarsinogenik terhadap beberapa tipe sel
kanker, meningkatkan jumlah ceramid di keratinosit (Lee, Nam, Kim, dan Lee,
2006), hepatoprotektif, antihiperlipidemia, dan antitumor (Liu, 1995).
Melihat besarnya potensi asam ursolat sebagai agen pengobatan yang
penting, maka perlu penyediaan asam ursolat dalam jumlah yang cukup. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.)
Lamk.) sebagai sumber asam ursolat. Disamping karena mudah ditemukan dan
cepat tumbuh, tumbuhan ini belum populer secara umum sebagai tanaman obat,
bahkan rumput mutiara lebih dikenal sebagai tumbuhan liar. Oleh karena itu,
peneliti melihat rumput mutiara berpotensi menjadi tanaman obat yang bagus.
Rumput mutiara yang diteliti didapatkan dari lingkungan kampus III
Universitas Sanata Dharma. Tumbuhan ini banyak tumbuh di daerah yang lembab
namun cukup mendapatkan sinar matahari. Bagian tanaman yang digunakan
adalah herba, yaitu seluruh bagian tanaman yang ada di atas tanah.
Menurut Haryanti, Junedi, dan Meiyanto (2009), asam ursolat merupakan
senyawa utama dalam rumput mutiara. Karena kandungan asam ursolat dalam
rumput mutiara cukup banyak, maka penyarian dengan digesti lebih sesuai. Di
samping itu, metode digesti memiliki kelebihan yaitu cara pengerjaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
peralatan sederhana dan mudah dilakukan (Pramesti, 2008). Digesti memiliki
kelebihan dibanding dengan maserasi yaitu adanya penambahan panas. Adanya
pemanasan akan meningkatkan efektifitas penyarian. Suhu dan volume pelarut
merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas penyarian secara digesti.
Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kecepatan difusi
(Depkes RI, 1986). Adanya peningkatan volume cairan pengekstraksi maka
konsentrasi akan menurun sedangkan massa dapat tetap atau meningkat (Alupului
dan Lavric, 2008). Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Dari beberapa
pelarut yang dapat melarutkan asam ursolat, etanol merupakan pelarut yang paling
aman digunakan untuk dibuat sediaan.
Menurut Liang, Jiang, Fong, dan Zhao (2008), selain asam ursolat, rumput
mutiara memiliki kandungan asam oleanolat merupakan isomer asam ursolat.
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk memisahkan asam ursolat dengan
asam oleanolat. Namun, belum ada penelitian yang berhasil memisahkan isomer
ini secara sempurna. Oleh karena itu, respon penelitian ini adalah kadar triterpen
total yang dihitung sebagai asam ursolat. Penetapan kadar triterpen total dilakukan
dengan metode KLT-densitometri karena pengerjaannya relatif sederhana. Desain
faktorial dapat digunakan sebagai rancangan percobaan untuk mendapatkan
kondisi optimum suatu proses digesti pada penelitian sebelumnya (Pramesthi,
2008; Permatasari, 2008).
Dalam penelitian ini akan dicari area optimum kondisi proses digesti
dengan variasi suhu dan volume etanol 96% yang digunakan sehingga dapat
memberi alternatif dalam pengadaan ekstrak yang memiliki kandungan asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
ursolat yang optimum bagi industri farmasi, peneliti-peneliti maupun masyarakat
pada umumnya.
1. Perumusan masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah perbedaan suhu dan volume etanol berpengaruh signifikan
terhadap kadar triterpen total yang diperoleh pada proses digesti serbuk
herba rumput mutiara?
b. Faktor manakah antara suhu dan volume etanol yang paling dominan
berpengaruh terhadap kadar triterpen total yang diperoleh pada proses
digesti serbuk herba rumput mutiara?
c. Apakah ditemukan area kondisi optimum antara suhu dan volume etanol
dalam proses ekstraksi herba rumput mutiara secara digesti terbatas pada
level yang diteliti?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian yang
berkaitan dengan optimasi ekstraksi tumbuhan rumput mutiara adalah optimasi
ekstraksi tumbuhan rumput mutiara menggunakan pelarut aseton dan kloroform
secara soxhletasi yang dilakukan oleh Liang dkk (2008). Sejauh yang diketahui
peneliti, penelitian tentang optimasi proses digesti dengan melihat pengaruh suhu
dan volume etanol 96 % terhadap kadar triterpen total dengan aplikasi desain
faktorial belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
3. Manfaat penelitian
a) Manfaat Teoritis. Menambah informasi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang farmasi sains teknologi khususnya mengenai
pengaruh perbedaan suhu dan volume etanol terhadap kadar triterpen
yang dihasilkan pada proses digesti serbuk herba rumput mutiara.
b) Manfaat Metodologis. Menambah informasi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan mengenai aplikasi desain faktorial dalam bidang kefarmasian
untuk menghasilkan suatu kondisi optimum proses digesti terbatas pada
level yang diteliti.
c) Manfaat Praktis. Menambah informasi bagi industri farmasi mengenai
proses ekstraksi asam ursolat dari serbuk herba rumput mutiara.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana efek suhu dan
volume etanol terhadap kadar triterpen total yang diperoleh dari proses digesti
rumput mutiara dengan menggunakan aplikasi desain faktorial.
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui apakah suhu dan volume etanol berpengaruh signifikan pada
kadar triterpen total yang dihasilkan pada proses digesti serbuk herba
rumput mutiara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b) Mengetahui faktor yang dominan antara suhu dan volume etanol terhadap
kadar triterpen total yang diperoleh pada proses digesti serbuk herba
rumput mutiara.
c) Memperoleh kondisi optimum dari suhu dan volume etanol dalam proses
ekstraksi rumput mutiara secara digesti terbatas pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Rumput Mutiara
1. Keterangan botani
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) termasuk dalam famili
Rubiaceae (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965). Tanaman ini memiliki
sinonim Oldenlandia corymbosa (L.) Lamk.
Gambar 1. Tumbuhan rumput mutiara
2. Morfologi
Tumbuhan ini merupakan rumput yang tumbuh rindang berserak, agak lemah,
tinggi 15-5 cm, tumbuh subur pada tanah yang lembab, mempunyai banyak
peracangan. Batang bersegi, daun berhadapan silang, tangkai daun pendek hampir
duduk, panjang daun 2-3,5 cm, ujung runcing, tulang daun ditengah. Ujung daun
mempunyai rambut yang pendek. Bunga keluar dari ketiak daun, bentuknya
seperti payung berwarna putih, berupa bunga majemuk 2-5, tangkai bunga (induk)
keras, panjang 5-10 mm, buah bulat, ujungnya pecah-pecah (Wijayakesuma,
1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Nama daerah
Rumput mutiara memiliki nama lokal yaitu rumput siku-siku, bunga telor
belungkas (Indonesia); daun mutiara (Jakarta); katepan, urek-urek polo (Jawa);
pengka (Makasar); shui xian cao (China) (Haryanto, 2009).
4. Kandungan kimia
Rumput mutiara mengandung: ursolic acid, oleanolic acid, hentriacontane,
stigmasterol, Beta-sitosterol, sitisterol-D-glucoside, p-coumaric acid, flavonoid
glycosides, baihuasheshescaosu (kemungkinan analog coumarin) (Haryanto,
2009).
B. Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu squalena, senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan
berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat (Harbone, 1987).
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen
minyak atsiri, yaitu monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap (C10
dan C15). Diterpena dan yang lebih sukar menguap (C20), sampai ke senyawa yang
tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40).
Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik pada pertumbuhan dan
metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan (Harbone, 1987).
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan
senyawa: triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat
sebagai glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala
senyawa baru ditemukan dan dicirikan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang
diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut ialah triterpena pentasiklik α-amirin dan
β-amirin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat (Harbone,
1987).
1. Asam ursolat dan asam oleanolat
2a. Asam oleanolat 2b. Asam ursolat Gambar 2. Struktur asam oleanolat dan asam ursolat (Wojciak-Kosior, 2007)
Asam ursolat merupakan suatu asam triterpen pentasiklik yang tidak hanya
ditemukan di tumbuhan rumput mutiara. Asam ursolat dapat ditemukan di daun,
bunga, buah dan tanaman obat seperti Calluna vulgaris, Eriobotrya japonica,
Eugenia jumbolana, Glechoma hederaceae, Ocimum sanctum, dan Rosemarinus
officinalis dalam bentuk asam bebas ataupun bentuk aglikon triterpenoid saponin.
Asam ursolat diketahui berperan sebagai antiinflamasi, hepatoprotektif, antiulcer,
antiateroskerosis, hipolipidemi, dan antitumor (Yamaguchi, Noshita, Kidachi,
Umetsu, Hayashi, Komiyama dkk 2008).
Asam ursolat disebut juga 3β-hydroxyurs-12-en-28-oic acid; urson;
pronol; micomerol; malol, memiliki rumus molekul C30H48O3, berat molekul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
456,68 dan memiliki titik leleh 285-288oC. Pada suhu 15oC, satu bagian asam
ursolat larut dalam 178 bagian dalam alkohol, 140 bagian dalam eter, 388 bagian
dalam kloroform, 1675 bagian dalam karbon disulfida. Asam ursolat cukup larut
dalam aseton. Asam ursolat larut dalam asam glasial panas dan 2% NaOH dalam
etanol. Asam ursolat tidak larut dalam air dan petroleum eter (Budavari, Neil,
Smith, dan Heckelman, 1989).
Asam oleanolat disebut juga 3-hydroxyolean-12-en-28-oic acid; oleanol;
caryophyllin memiliki rumus molekul C30H48O3 dengan berat molekul 456,71,
dan titik leleh 310oC. Asam oleanolat larut dalam 65 bagian eter, 106 bagian 95%
alkohol, 35 bagian 95% alkohol mendidih, 118 bagian kloroform, 180 bagian
aseton, 235 bagian metanol (Budavari dkk, 1989).
Metode yang paling banyak diselidiki dalam mendeterminasi senyawa-
senyawa triterpen adalah KCKT tetapi KLT masih merupakan metode yang
penting dalam pemeriksaan fitokimia (Wojciak-Kosior, 2007).
C. Penyarian
Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari
bahan yang tidak dapat larut dengan cairan penyari. Pada proses penyarian terjadi
perpindahan masa zat aktif yang semula berada di dalam sel akan ditarik oleh
adanya cairan penyari (Depkes RI, 1986).
Jika penyarian dilakukan dengan mencelupkan sejumlah serbuk simplisia
begitu saja pada cairan penyari maka penyarian tersebut tak akan dapat sempurna
karena suatu keseimbangan akan terjadi antara larutan zat aktif yang terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dalam sel dengan larutan zat aktif yang terdapat di luar butir sel (Depkes RI,
1986).
Faktor yang mempengaruhi penyarian adalah kecepatan difusi zat yang
larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang
mengandung zat tersebut (Depkes RI, 1986).
Secara umum penyarian dapat dibedakan menjadi : Infundasi, Maserasi,
Perkolasi dan Destilasi uap. Dari ketiga macam penyarian tersebut sering terdapat
modifikasi, seperti misalnya maserasi dapat disempurnakan dengan digesti
(Depkes RI, 1986).
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 40o-50oC . Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan (Depkes RI, 1986).
Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kecepatan
difusi (Depkes RI, 1986). Adanya peningkatan volume cairan pengekstraksi maka
konsentrasi akan menurun sedangkan massa dapat tetap atau meningkat (Alupului
dan Lavric, 2008).
Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain:
a) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan
berkurangnya lapisan-lapisan batas.
b) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga
pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan
pengadukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan
berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan
berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif
akan meningkat bila suhu dinaikkan (Depkes RI, 1986).
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka
perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan penyari yang menguap
akan kembali dalam bejana.
2. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
tanaman atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari
langsung. Penyarian simplisia dengan air dapat dilakukan dengan cara maserasi,
perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih (Depkes RI, 1979).
Menurut Voigt (1994), ekstrak dikelompokkan menurut sifat-sifatnya
menjadi:
a) Ekstrak encer (extractum tenue). Sediaan ekstrak encer ini memiliki
konsistensi madu dan mudah dituang.
b) Ekstrak kental (extractum spissum). Sediaan ekstrak kental ini memiliki
konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang serta
kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
c) Ekstrak kering (extractum siccum). Sediaan ekstrak kering ini memiliki
konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak
lebih dari 5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
d) Ekstrak cair (extractum fluidum). Pada ekstrak cair memiliki konsistensi cair
dan mudah dituang.
3. Cairan penyari
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau
pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air, maka untuk mencegah timbulnya
kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian
(Depkes RI, 1986).
D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan migrasi, karena adanya perbedaan koefisien distribusi
masing-masing senyawa diantara dua fase yang saling bersinggungan dan tidak
saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang berupa zat
cair atau zat gas dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair atau zat
padat (Puspita, 2010).
Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan untuk pemisahan senyawa
secara cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang
dilapiskan rata pada lempeng kaca (Depkes RI, 1979).
Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, aluminium oksida,
selulosa dan turunannya, poliamida dan lain-lain. Silika gel paling banyak
digunakan. Silika gel GF254 artinya silika tersebut mengandung gipsum (CaSO4 .
H2O) yang merupakan pengikat, dengan cara meningkatkan gaya adhesi antara
partikel senyawa dengan silika dan juga meningkatkan gaya adhesi antar partikel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
silika. (Puspita, 2010). Fase gerak terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase
gerak tersebut bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Laju
rambat tergantung kepada viskositas pelarut dan tentu juga kepada struktur lapisan
(Stahl, 1983).
Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana
dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap
saat secara cepat (Gandjar, 2007).
Beberapa keuntungan lain kromatografi planar adalah:
1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet
3. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending),
atau dengan cara 2 dimensi
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak (Gandjar, 2007).
Untuk identifikasi senyawa yang dipisahkan menggunakan perbandingan
rambatan senyawa dibandingkan dengn rambatan zat pelarut nya dikenal dengan
harga Rf.
R = Jarak titik pusat bercak dari penotolan
jarak rambat fase gerak
Angka Rf berjarak antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
desimal, sedangkan hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 dan menghasilkan
nilai berjarak 0-100 (Stahl 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak
berwarna. Untuk penentuannya dapat digunakan secara kimia, fisika maupun
biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan suatu pereaksi melalui
cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat
digunakan untuk menampakan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan
dengan fluoresensi di bawah sinar ultraviolet (Rohman, 2009).
Asam oleanolat dan asam ursolat memiliki struktur molekul yang mirip
sehingga membuat pemisahan dengan KLT sangat sulit dilakukan. Banyak sistem
kromatografi digunakan dalam analisis triterpen tetapi belum ada yang dapat
memisahkan asam oleanolat dan asam ursolat (Wojciak-Kosior, 2007).
E. KLT-Densitometri
KLT Densitometri merupakan salah satu dari metode analisis KLT
kuantitatif. Penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan dengan
mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan cara KLT. Pada
umumnya pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan dengan kerapatan
bercak standar yang dielusi bersama-sama (Sastrohamidjojo, 1985).
Alat densitometri mempunyai sumber sinar yang bergerak di atas bercak
pemisahan pada lempeng kromatografi yang akan ditetapkan kadar komponennya.
Lazimnya lempeng itu digerakan menyusuri berkas sinar tersebut. Penelusuran
bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang
gelombang maksimum, karena perubahan konsentrasi pada bercak sedikit saja
sudah dapat terdeteksi. Pengukuran dilakukan dengan menelusuri bercak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
akan ditetapkan kadarnya pada kisaran panjang gelombang zat tersebut (Wibowo,
2010).
Bercak yang kecil dan intensif akan menghasilkan suatu puncak kurva
absorbs yang sempit dan tajam, sebaliknya bercak yang lebar akan menghasilkan
puncak kurva absorbs yang melebar dan tumpul (Wibowo, 2010).
Ada dua cara penetapan kadar dengan alat densitometer. Pertama, setiap
kali penetapan ditotolan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan dielusi
bersama dalam satu lempeng, kemudian AUC (luas daerah di bawah kurva)
sampel dibandingkan dengan harga AUC zat baku. Yang kedua, dengan membuat
kurva baku hubungan antara jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku diperoleh
dengan membuat totolan zat baku pada pelat KLT dengan bermacam-macam
konsentrasi (minimal 3 macam konsentrasi). Bercak yang diperoleh dicari AUC
nya dengan alat densitometer. Dari kurva baku diperoleh persamaan y = bx + a,
dimana x adalah banyak zat yang ditotolkan dan y adalah AUC (Wibowo, 2010).
F. Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi, yaitu teknik untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan
matematika.
Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang
masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan
level tinggi Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan (Bolton and
Bon, 2004).
Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB
dengan :
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
XA,XB = level bagian A dan B
b0 = rata-rata dari semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien (dapat dihitung dari percobaan)
Rancangan percobaan desain faktorial sebagai berikut:
Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level (Bolton and Bon, 2004).
Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi (1) - - + (a) + - - (b) - + - (ab) + + +
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan
(2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).
Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk
percobaan I, formula (a) untuk percobaan II, formula (b) untuk percobaan III, dan
formula (ab) untuk percobaan IV. Respon yang ingin diukur harus dapat
dikuantitatifkan. Selain faktor dominan yang berpengaruh, yang dapat diketahui
dari metode ini, dapat juga diketahui komposisi optimum melalui superimposed
contour plot pada level yang diteliti (Bolton and Bon, 2004).
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menentukan respon, keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksi antar faktor metode ini ekonomis dan dapat mengurangi jumlah
penelitian jika dibandingkan dengan meneliti metode secara terpisah (Muth,
1999).
G. Landasan Teori
Asam ursolat merupakan senyawa utama dalam rumput mutiara. Ekstraksi
asam ursolat dilakukan secara digesti menggunakan penyari etanol pada suhu
tertentu. Kelarutan asam ursolat dalam etanol yaitu 1 bagian asam ursolat larut
dalam 178 bagian etanol pada suhu 15oC. Asam ursolat tidak larut dalam air. Oleh
karena itu, digunakan etanol 96% sebagai penyari, dimana etanol ini aman untuk
pembuatan sediaan tetapi dapat menarik asam ursolat dari simplisia rumput
mutiara.
Adanya peningkatan volume cairan pengekstraksi maka konsentrasi akan
menurun sedangkan massa dapat tetap atau meningkat (Alupului dan Lavric,
2008). Semakin banyak penyari, larutan penyari akan tidak cepat jenuh akan zat
aktif, akibatnya, massa yang tersari dapat semakin banyak.
Suhu merupakan salah satu bentuk energi panas yang dapat meningkatkan
energi kinetik sehingga efektifitas proses digesti meningkat. Suhu merupakan
salah satu faktor yang dapat meningkatkan kecepatan difusi (Depkes RI, 1986).
Asam ursolat terukur sebagai triterpen total karena kesulitannya
dipisahkan dengan isomernya, yaitu asam oleanolat. Penentuan kadar triterpen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
total dilakukan dengan metode KLT densitometri. Penentuan area optimum
kondisi ekstraksi dilakukan dengan metode desain faktorial.
H. Hipotesis
1. Faktor suhu dan volume etanol merupakan faktor yang signifikan terhadap
kadar triterpen total yang diperoleh pada proses digesti serbuk rumput mutiara.
2. Faktor volume etanol merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh
terhadap kadar triterpen total yang diperoleh ada proses digesti serbuk rumput
mutiara.
3. Ditemukan area kondisi optimum antara suhu dan volume etanol dalam proses
ekstraksi herba rumput mutiara secara digesti terbatas pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental ganda
karena ada intervensi terhadap subyek uji dengan dua faktor yaitu suhu dan
volume etanol, menggunakan aplikasi desain faktorial.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Suhu dan volume etanol, masing-masing dengan 2 level. Suhu yang digunakan
untuk level rendah adalah 30oC sedangkan untuk level tinggi adalah 60oC. Level
rendah volume etanol adalah 25 mL sedangkan untuk level tinggi adalah 100 mL.
2. Variabel tergantung
Kadar triterpen total dalam ekstrak.
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali : varietas tumbuhan, lingkungan tempat
tumbuh , kecepatan pengadukan dan
waktu panen
b. Variabel pengacau tak terkendali : umur tumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
C. Definisi Operasional
1. Serbuk simplisia rumput mutiara yang dimaksud adalah serbuk simplisia
herba rumput mutiara yang telah mengalami pencucian, sortasi basah,
pengeringan selama hari pada suhu 60oC, sortasi kering, penyerbukan, serta
pengayakan dengan ayakan nomer mesh 12 dan 50.
2. Digesti yang dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu teknik ekstraksi
dengan cara merendam dan mengaduk (dengan stirrer) serbuk simplisia
rumput mutiara dalam cairan penyari etanol selama 4 jam, dengan
menggunakan variasi suhu dan volume etanol.
3. Ekstrak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekstrak kering yang
didapat dari proses digesti simplisia rumput mutiara yang telah disaring
dengan kertas saring dan dibantu dengan vacuum dan diuapkan cairan
penyarinya, pertama-tama dengan waterbath hingga kental lalu dilanjutkan
dengan oven hingga bobot tetap.
4. Cairan penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol teknis 96%.
5. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini
digunakan 2 faktor, yaitu suhu (faktor A) dan volume etanol (faktor B).
6. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini ada 2 level,
yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah dan tinggi suhu adalah 30oC
dan 60oC. Level rendah dan tinggi volume etanol adalah 25 mL dan 100 mL.
7. Respon adalah besaran yang diamati perubahan efeknya. Dalam penelitian ini,
respon yang diamati adalah kadar triterpen total dalam ekstrak herba rumput
mutiara yang ditetapkan secara KLT densitometri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
D. Bahan-bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : herba rumput
mutiara yang dikumpulkan di lingkungan Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada bulan Juni-Agustus 2011, baku asam ursolat (Sigma-Aldrich,No.
Lot BCBD0299V, kemurnian 99,0%), etanol 96% teknis (Brataco chemica),
metanol p.a (E. Merck), kloroform p.a (E. Merck), toluen p.a (E. Merck), aseton
p.a (E. Merck), asam asetat glasial (E. Merck), petroleum eter p.a (t.d 40-60oC)
(E. Merck), asam sulfat p.a (E. Merck), plat KLT silika gel 60 F254 (E. Merck).
E. Alat-alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: seperangkat alat KLT-
densitometer (Camag TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No. 160602),
autosampler (Linomat 5 No 170610), mikropipet (Socorex), almari pengering,
blender, ayakan dengan nomer mesh 12 dan 50 (Retsch), neraca analitik (Metter
Toledo AB204), waterbath (Gerhardt), Hotplate Magnetic Stirer (Cenco
Instrumenten b.v), vacuum pump, termometer, kertas saring, oven dan alat-alat
gelas (Pyrex).
F. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi rumput mutiara
Determinasi rumput mutiara dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri
tumbuhan rumput mutiara dengan kunci determinasi menurut Backer dan van den
Brink (1965).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Pembuatan simplisia rumput mutiara
a. Pengumpulan bahan
Herba rumput mutiara dikumpulkan di lingkungan Kampus III Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Juni - Agustus 2011.
b. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan herba rumput mutiara dari
benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan (akar, ranting
kering, dan daun kering) serta dari pengotor lain.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan air bersih mengalir hingga bersih.
d. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan diangin-anginkan hingga tidak ada lagi air
sisa pencucian. Pengeringan dilanjutkan dalam lemari pengering dengan
suhu 60oC selama 5 hari.
e. Pembuatan serbuk
Pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan blender kemudian
diayak dengan ayakan nomer mesh 12 dan 50.
3. Pembuatan ekstrak rumput mutiara
a. Defatisasi serbuk simplisia
Serbuk simplisia rumput mutiara dimaserasi dengan petroleum eter selama
1 jam, pada suhu kamar, dilakukan pengadukan dengan stirrer
berkecepatan 250 rpm dan perbandingan serbuk dan penyari 1 :10. Residu
dipisahkan dengan penyaringan yang dibantu dengan vacuum. Residu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang didapat dioven pada suhu 60oC untuk menguapkan petroleum eter.
Residu yang telah kering siap untuk diekstraksi.
b. Ekstraksi serbuk simplisia secara digesti dengan adanya variasi suhu dan
volume etanol
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia rumput mutiara ditimbang dan
dimasukkan masing-masing dalam 4 Erlenmeyer bertutup. Simplisia
rumput mutiara diekstraksi dengan variasi suhu dan volume etanol sebagai
berikut:
Tabel II. Variasi kondisi suhu dan volume etanol Notasi Suhu (oC) Volume etanol (mL)
1 30 25 a 60 25 b 30 100 ab 60 100
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode digesti selama 4 jam di
atas waterbath yang diletakkan di atas hotplate magnetic stirrer.
Perputaran strirrer diatur 250 rpm. Hasil digesti disaring dengan kertas
saring dan dibantu dengan vacuum. Hasil penyaringan ditambah dengan
etanol hingga volume awal dengan cara dimasukkan ke labu ukur yang
sesuai lalu ditambah etanol hingga tanda. Dari tiap ekstrak diambil 5 mL
ekstrak lalu diuapkan di atas waterbath dengan suhu 70oC hingga didapat
ekstrak kental. Penguapan penyari dilanjutkan dengan penguapan dalam
oven dengan suhu 80oC hingga bobot tetap. Replikasi dilakukan sebanyak
tiga kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
4. Penetapan kadar triterpen total dalam ekstrak rumput mutiara
a. Pembuatan fase gerak
Fase gerak yang digunakan adalah campuran toluen - aseton - asam asetat
dengan perbandingan 90:10:0,07 v/v. Fase gerak dibuat dalam labu takar
100 mL kemudian digojog.
b. Pembuatan pelarut
Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan kloroform dengan
perbandingan 4:1.
c. Pembuatan reagen pendeteksi
Reagen pendeteksi yang digunakan adalah 10% H2SO4 dalam etanol.
d. Pembuatan larutan baku asam ursolat
1) Pembuatan larutan baku asam ursolat 1000 ppm. Sejumlah lebih
kurang 10,0 mg baku asam ursolat ditimbang seksama kemudian
dilarutkan dalam pelarut hingga volume tepat 10,0 mL.
2) Pembuatan seri larutan baku. Sebanyak 0,5 ml; 1,0 mL; 1,5 mL; 2
mL; 2,5 mL larutan stok asam ursolat diambil dan dimasukkan dalam
labu takar 5 mL kemudian diencerkan dengan pelarut hingga tanda,
sehingga didapat konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm,
dan 500 ppm.
e. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum
Seri larutan baku konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, dan 500 ppm masing-
masing ditotolkan dengan volume penotolan 2 µL pada plat KLT dengan
fase diam silika gel 60 F254 dan setelah kering dielusi berulang sebanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
3 kali dengan jarak rambat 10 cm tiap elusi. Plat hasil pengembangan
kemudian disemprot dengan reagen pendeteksi dan di oven dengan suhu
110oC selama 3 menit lalu dilakuan scanning panjang gelombang dengan
densitometer.
f. Pembuatan kurva baku dan pengamatan nilai Retardation Factor (Rf)
Seri larutan baku kensentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500
ppm, masing-masing ditotolkan dengan volume penotoloan 2µL pada plat
KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 dan setelah kering dielusi
berulang sebanyak 3 kali dengan jarak rambat 10 cm tiap elusi Plat hasil
pengembangan kemudian disemprot dengan reagen pendeteksi dan di
oven dengan suhu 110oC selama 3 menit lalu diukur AUC dan tinggi
peaknya dengan densitometer. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali dan
dipilih persamaan kurva baku yang paling baik. Selain itu dilihat pula
nilai Rf dari masing-masing seri baku asam ursolat.
g. Penentuan recovery, kesalahan sistemik dan kesalahan acak (CV) baku
Seri larutan baku konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, 500 ppm diberi
perlakuan seperti poin 4.f. replikasi sebanyak 3 kali. Selanjutnya dihitung
kadar terukur dengan menggunakan persamaan kurva baku yang telah
dibuat. Berdasarkan data ini dapat ditentukan recovery dan CV nya.
h. Penentuan recovery dan Coefficient of Variations (CV) baku dalam
matriks sampel
1) Pembuatan larutan sampel (Ls). Ekstrak kering dilarutkan dengan
pelarut hingga 10 mL. Sebanyak 3,5 mL larutan sampel diambil dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL kemudian diencerkan dengan
pelarut hingga tanda.
2) Pembuatan larutan sampel dengan penambahan baku asam ursolat
(Lsau). Sebanyak 3,5 mL larutan sampel diambil dan dimasukkan ke
dalam labu takar 5 mL. Larutan tersebut ditambah dengan 0,5 mL
larutan stok asam ursolat (konsentrasi 1000 ppm) dan diencerkan
dengan pelarut hingga tanda, sehingga diperoleh kadar kurang lebih
375 ppm. Replikasi dilakukan sebanyak lima kali.
3) Pengembangan dan pengukuran. Ls dan Lsau diberi perlakuan seperti
pada poin 4.f lalu dihitung kadar baku asam ursolat dalam sampel
menggunakan persamaan kurva baku yang telah dibuat. Kadar baku
asam ursolat dalam sampel adalah selisih kadar Lsau dengan kadar Ls
selanjutnya dihitung recovery dan CV nya.
i. Analisis kualitatif triterpen dalam ekstrak
Ekstrak kering dilarutkan dengan pelarut. Larutan ini dan baku asam
ursolat (300 ppm) diberi perlakuan seperti pada poin 4.f. Setelah itu,
bercak diamati secara visual dengan sinar tampak. Analisis kualitatif juga
dilakukan dengan menghitung Rf tiap bercak dibandingkan dengan nilai
Rf baku asam ursolat.
j. Analisis kuantitatif triterpen total dalam ekstrak
Ekstrak kering dilarutkan dalam pelarut hingga 10 mL. Larutan ini
kemudian diberi perlakuan seperti pada poin 4.f dan dihitung kadar baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
asam ursolat dalam sampel menggunakan persamaan kurva baku yang
telah dibuat.
5. Analisis hasil
a. Selektivitas
Selektivitas ditentukan dengan membandingkan nilai Rf baku dan Rf
sampel. Selain itu selektivitas juga ditunjukkan dengan nilai resolusi
≥ 1,5.
Resolusi (Rs) = ( )( ) ( )
b. Linearitas
Linearitas dilihat dari harga r (koefisien korelasi) hasil pengukuran seri
baku asam ursolat. Suatu metode memiliki linearitas yang baik jika r ≥
0,99.
c. Akurasi
Akurasi metode analisis dinyatakan dengan recovery yang dapat dihitung
dengan cara berikut: % perolehan kembali =
푥 100%
d. Presisi
Presisi metode analisis dinyatakan dengan CV (koefisien variasi) yang
dapat dihitung dengan cara berikut : CV =
푥 100%
e. Rentang
Rentang merupakan interval konsentrasi analit yang memenuhi
persyaratan linearitas, akurasi, dan presisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
f. Akurasi pengukuran baku dalam matriks sampel
Recovery = ( )
x 100%
g. Analisis hasil dengan menggunakan desain faktorial
Kadar triterpen total yang diperoleh dari persamaan kurva baku kemudian
dianalisis menggunakan desain faktorial. Kadar triterpen total dianalisis
menggunakan metode desain faktorial dengan menggunakan software
ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org
(www.molmod.org). Dari pengolahan data, dapat dihitung efek suhu dan
volume etanol beserta interaksi keduanya, sehingga dapat diketahui efek
yang dominan dalam menentukan kadar triterpen total. Persamaan desain
faktorial adalah y = bo +b1(x1) + b2(x2) + b12(x1)(x2). Dari persamaan ini
dapat dibuat contour plot yang menggambarkan daerah optimal untuk
kadar triterpen total yang dihasilkan dalam ekstrak dengan adanya variasi
suhu dan volume etanol pada proses digesti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Bahan
Herba rumput mutiara yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
tumbuhan rumput mutiara yang tumbuh liar di lingkungan kampus III Universitas
Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta. Waktu pengambilan herba rumput mutiara
dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2011. Bagian tanaman yang digunakan
dalam penelitian ini adalah herba, yaitu seluruh bagian tanaman. Dalam penelitian
ini, bagian akar tidak diikut sertakan. Hal ini dikarenakan banyak pengotor berupa
tanah, pasir dan kerikil yang menempel pada akar sehingga jumlah pengotor
seperti tanah, pasir dan kerikil dapat diminimalkan. Pengambilan herba rumput
mutiara dilakukan pada pagi hari karena adanya sinar matahari. Sinar matahari
akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis sehingga
diharapkan kandungan kimia dalam rumput mutiara dapat dihasilkan dengan
optimal.
Tumbuhan rumput mutiara adalah tanaman yang masih liar dan belum
dibudidayakan. Oleh karena itu, sangat sulit mengontrol umur tumbuhan rumput
mutiara yang diambil. Jadi, faktor umur tumbuhan menjadi salah satu faktor
pengacau tidak terkendali dalam penelitian ini. Rumput mutiara sangat mirip
dengan tumbuhan lidah ular (Hedyotis diffusa (Willd.) Roxb.). Perbedaan yang
secara fisik dapat dilihat terdapat pada jumlah bunga yang dapat tumbuh pada
setiap tangkai. Pada rumput mutiara, satu tangkai dapat menghasilkan lebih dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
satu bunga. Pada tumbuhan lidah ular, satu tangkai hanya akan ada satu bunga
saja. Untuk menghindari kesalahan pengambilan tumbuhan ini, herba yang
diambil hanyalah herba rumput mutiara yang tampak memiliki bunga lebih dari
satu pada satu tangkai. Jadi, simplisia yang dikumpulkan benar-benar hanya
rumput mutiara saja.
B. Determinasi Tanaman Rumput Mutiara
Determinasi tanaman bertujuan untuk memastikan apakah tumbuhan yang
digunakan sesuai dengan yang dimaksud dalam penelitian. Determinasi tumbuhan
rumput mutiara ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan mencocokkan ciri-ciri
tumbuhan rumput mutiara dengan kunci determinasi (Backer dan van den Brink,
1965). Berdasarkan hasil determinasi, tumbuhan yang digunakan benar-benar
tumbuhan rumput mutiara dengan nama ilmiah Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.
(Lampiran 1).
C. Pembuatan Simplisia Herba Rumput Mutiara
1. Sortasi basah
Sebelum melewati tahap pencucian, herba rumput mutiara harus melewati
tahap sortasi basah. Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran
yang melekat atau bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, serangga dan akar
sehingga hanya didapatkan simplisia yang tidak tercemar dari pengotor yang
dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar asam ursolat. Sortasi basah ini pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
bertujuan untuk memisahkan herba yang masih baik dengan herba yang kurang
baik akibat dimakan oleh serangga ataupun herba yang sudah tidak segar, rusak,
layu atau kering.
2. Pencucian
Herba rumput mutiara dicuci dengan air bersih mengalir dari kran air. Jika
pencucian hanya dilakukan dengan merendam daun di dalam wadah berisi air
maka mikroba dan kotoran yang menempel pada daun akan tetap menempel pada
daun. Cemaran mikroba dapar mempengaruhi kandungan kimia yang dihasilkan.
Menurut Anonim (1985), pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari
mata air, air sumur atau air PAM. Tujuan tahap pencucian ini adalah untuk
menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba yang melekat pada
herba. Pencucian herba rumput mutiara dilakukan dengan menggunakan air
mengalir dari kran. Pencucian dilakukan sampai air cucian/bilasan terlihat bersih
dan dalam waktu sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam herba.
3. Pengeringan
Tujuan pengeringan ini adalah untuk meminimalkan kandungan air herba
rumput mutiara sehingga dapat mengurangi resiko pertumbuhan jamur, bakteri
dan mikroorganisme lainnya selama penyimpanan. Pertumbuhan jamur, bakteri
dan mikroorganisme lain ini menyebabkan kerusakan simplisia dan penurunan
mutu simplisia. Proses pengeringan juga berfungsi untuk meningkatkan difusi
cairan penyari ke dalam serbuk saat proses ekstraksi. Hal ini disebabkan karena
pada proses pengeringan, membran sel sebagai perlindungan sel telah dirusak oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
adanya pengeringan dengan panas sehingga cairan penyari dapat masuk dengan
mudah ke dalam serbuk.
Proses pengeringan dilakukan dengan mengangin-anginkan herba rumput
mutiara sehingga tidak ada lagi air sisa pencucian. Pengeringan dilanjutkan dalam
lemari pengering dengan suhu 60oC selama 5 hari. Menurut Anonim (1985),
bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30-90oC, tetapi suhu yang terbaik
adalah tidak melebihi 60oC. Suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat merusak
kandungan kimia yang tidak tahan terhadap pemanasan. Suhu yang terlalu tinggi
juga dapat mengakibatkan terjadinya face hardening, yaitu bagian luar herba
sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah. Herba rumput mutiara
ditata sedemikian rupa sehingga permukaan herba menerima panas yang sama dan
kering secara merata. Selama 5 hari pengeringan ini, herba rumput mutiara sudah
kering yaitu bila herba sudah dapat dipatahkan dengan mudah dan menimbulkan
bunyi gemerisik apabila diremas.
Cara pengeringan yang lain adalah dengan menjemur herba di bawah sinar
matahari hingga kering. Namun cara ini membutuhkan waktu yang lebih lama
sehingga pengeringan dengan lemari pengering lebih dipilih. Suhu pengeringan
dalam lemari pengering juga dapat dikendalikan.
4. Sortasi kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih
tertinggal pada simplisia kering. Benda asing yang mungkin ditemukan adalah
pengotor dari simplisia lain yang ikut dikeringkan dalam lemari pengering yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
jatuh dan tercampur di simplisia herba rumput mutiara. Sortasi kering perlu
dilakukan agar tidak mengacau pada saat proses ekstraksi dan pengukuran
kandungan asam ursolat karena kandungan kimia yang diambil menjadi tidak
murni berasal dari herba rumput mutiara.
D. Pembuatan Serbuk Herba Rumput Mutiara
Semua herba yang telah kering diserbuk dengan menggunakan blender
hingga didapatkan serbuk yang halus. Pembuatan serbuk bertujuan untuk
memperkecil ukuran partikel herba rumput mutiara sehingga luas permukaan
partikel herba menjadi lebih besar dan kontak partikel serbuk dengan cairan
penyari semakin besar. Luas permukaan partikel serbuk yang besar akan sangat
berpengaruh pada proses digesti herba rumput mutiara karena kontak cairan
penyari dengan partikel akan semakin besar sehingga asam ursolat dapat
terekstraksi secara maksimal. Namun, keberhasilan penyarian juga dipengaruhi
oleh sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan. Serbuk kering selanjutnya
diayak. Tujuan dari pengayakan adalah untuk memperoleh serbuk yang kecil dan
seragam sehingga luas permukaan kontak dengan pelarut semakin besar dan
diharapkan kandungan zat aktif pada herba tersari lebih banyak. Serbuk herba
rumput mutiara yang telah diayak selanjutnya di masukkan ke dalam plastik,
diberi silika gel dan dimasukkan dalam toples dan ditutup rapat. Penyimpanan
seperti ini bertujuan untuk menjaga agar mutu serbuk herba rumput mutiara tetap
baik selama penyimpanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Menurut Depkes RI (1977), kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia
harus dihaluskan menjadi serbuk dengan derajat halus (4/18). Derajat halus
dinyatakan dengan nomor pengayak, yang dinyatakan dengan 2 nomor. Nomor
pengayak 4/18 (cm) memiliki pengertian semua serbuk dapat melewati pengayak
dengan nomor 4 dan tidak lebih dari 40% melewati pengayak dengan nomor 18.
Penentuan jenis ayakan dinyatakan dengan nomor mesh, dilakukan melalui
konversi angka derajat halus yaitu mengalikan 4/18 dengan 2,54 (1 inchi). Hasil
konversi menunjukkan nomor mesh yang digunakan adalah 10/45 (inchi). Namun
karena keterbatasan alat maka digunakan pengayak dengan nomor mesh 12/50
(inchi).
Pada proses pengayakan terdapat pembatasan derajat halus untuk simplisia
tertentu. Hal ini dikarenakan serbuk yang terlalu halus memiliki ruang antar sel
yang sempit. Ruang antar sel ini merupakan jalan yang mudah ditembus oleh
cairan (Depkes RI, 1986) sehingga proses penyarian menjadi lebih sulit. Selain
itu, serbuk yang terlalu halus akan mempersulit proses penyaringan karena butir-
butir halus serbuk akan membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil
penyarian. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil penyarian tidak murni lagi
karena tercampur dengan partikel-partikel halus tadi. Selain itu, penyerbukan yang
terlalu halus dapat menyebabkan banyak dinding sel yang pecah sehingga zat
yang tidak diinginkanpun ikut ke dalam hasil penyarian (Anonim, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
E. Defatisasi
Setelah serbuk diayak, serbuk didefatisasi dengan metode maserasi. Proses
defatisasi ini bertujuan untuk mengurangi senyawa-senyawa yang bersifat
nonpolar yang dapat mengganggu proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan dalam
proses defatisasi ini adalah petroleum eter yang memiliki sifat nonpolar sehingga
berlaku prinsip “like dissolve like”. Senyawa nonpolar yang terdefatisasi adalah
senyawa lipid, klorofil, beta-sitosterol dan senyawa nonpolar lainnya. Pelarut
nonpolar lain yang biasa digunakan untuk proses defatisasi adalah heksan. Dalam
penelitian ini petroleum eter lebih dipilih karena telah diketahui bahwa asam
ursolat praktis tidak larut dalam petroleum eter (Budavari dkk, 1989) sedangkan
kelarutan asam ursolat dalam heksan belum diketahui.
Proses defatisasi dilakukan dengan metode maserasi karena maserasi
merupakan metode ekstraksi yang dapat dilakukan dengan peralatan yang
sederhana pula. Selain itu, maserasi merupakan metode yang paling sering
digunakan oleh industri obat tradisional. Serbuk simplisia rumput mutiara
dimaserasi dengan petroleum eter (40-60oC) selama 1 jam, pada suhu kamar dan
dilakukan pengadukan dengan stirrer berkecepatan 250 rpm. Residu dipisahkan
dengan penyaringan yang dibantu dengan vacuum. Residu serbuk herba rumput
mutiara yang telah didefatisasi dikeringkan di dalam oven pada suhu 60oC untuk
menghilangkan sisa petroleum eter sehingga ketika melakukan penimbangan
untuk digesti, yang terukur adalah massa dari serbuk kering yang sudah tidak
mengandung pelarut. Selain itu, petroleum eter harus dihilangkan karena pada
proses digesti, digunakan pelarut yang berbeda yaitu etanol. Adanya petroleum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
eter dapat mengganggu proses digesti. Penggunaan suhu 60oC untuk menguapkan
petroleum eter didasarkan pada titik didih petroleum eter yang digunakan. Titik
didih petroleum eter yang digunakan memiliki titik didih 40-60oC. Digunakan
60oC agar mempercepat proses penghilangan petroleum eter.
Setelah didefatisasi, jumlah senyawa nonpolar dalam serbuk akan
berkurang tetapi jumlah asam ursolat tidak berkurang karena asam ursolat praktis
tidak larut dalam petroleum eter. Serbuk yang telah kering ini lah yang akan
ditimbang dan selanjutnya diekstraksi untuk mendapatkan ekstrak etanolik herba
rumput mutiara.
F. Pembuatan Ekstrak Etanolik Herba Rumput Mutiara secara Digesti
Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstraksi herba rumput
mutiara adalah digesti. Digunakan digesti karena kandungan asam ursolat dalam
rumput mutiara cukup banyak, maka penyarian dengan digesti lebih sesuai. Di
samping itu, menurut Pramesti (2008), metode digesti memiliki kelebihan yaitu
cara pengerjaan dan peralatan sederhana dan mudah dilakukan. Digesti yang
digunakan adalah digesti yang telah dimodifikasi dengan pengadukan. Digesti
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu teknik ekstraksi dengan cara
merendam dan mengaduk (dengan stirrer) serbuk simplisia rumput mutiara dalam
cairan penyari etanol selama 4 jam, dengan menggunakan variasi suhu dan
volume etanol. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk menghasilkan hasil
yang cukup representatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Penggunaan waktu digesti selama 4 jam karena waktu 4 jam ini
merupakan waktu hasil orientasi waktu ekstraksi tumbuhan rumput mutiara.
Prinsip digesti mirip dengan maserasi. Maserasi biasa dilakukan selama 5 hari.
Namun, menurut Depkes RI (1986), pada maserasi yang menggunakan mesin
pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat
menjadi 6 sampai 12 jam. Hasil orientasi yang dilakukan dengan melakukan
digesti selama 1, 2, 4, 6 dan 8 jam tertera pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik orientasi waktu
Terdapat kenaikan bobot rendemen pada digesti selama 1, 2 dan 4 jam,
sedangkan untuk digesti selama 6 dan 8 jam tidak ada kenaikan bobot rendemen
bila dibandingkan dengan rendemen digesti selama 4 jam. Adanya kenaikan bobot
rendemen ini menandakan bahwa kandungan kimia yang tersari semakin banyak.
Jika tidak ada penambahan bobot rendemen pada digesti selama 4 jam dan 6 jam,
maka dapat dikatakan bahwa jumlah kandungan kimia yang terekstraksi oleh
etanol tidak meningkat. Jadi, dapat diasumsikan asam ursolat dalam ekstrak pun
sudah terekstraksi secara maksimal. Jadi, waktu 4 jam ini cukup untuk
0.1986
0.2362
0.2801
0.27890.2791
0.00000.05000.10000.15000.20000.25000.3000
0 2 4 6 8 10
rend
emen
eks
trak
(g)
waktu (jam)
orientasi waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
memberikan waktu bagi penyari etanol untuk menarik asam ursolat dalam herba
rumput mutiara secara maksimum.
Penyari yang digunakan dalam proses digesti ini adalah etanol teknis 96%.
Menurut Depkes (1986), penyarian pada perusahaan obat tradisional masih
terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol air. Menurut
(Budavari dkk, 1989), asam ursolat memiliki sifat praktis tidak larut dalam air.
Oleh karena itu, penyari yang dipakai adalah etanol. Etanol dipertimbangan
sebagai penyari karena
1. lebih selektif
2. kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas
3. tidak beracun
4. netral
5. absorbsinya baik
6. etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan
7. panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Depkes RI, 1986).
8. kelarutan asam ursolat dalam etanol adalah 1 bagian larut dalam 178
bagian alkohol (Budavari dkk, 1989).
Oleh karena pertimbangan di atas, maka etanol dipilih sebagai penyari untuk
mengekstraksi asam ursolat dari herba rumput mutiara. Etanol yang digunakan
adalah etanol teknis 96%.
Pada penyarian dengan cara digesti, perlu dilakukan pengadukan.
Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk
simpisia. Pengadukan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan stirrer dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
hot plate magnetic stirrer sehingga strirrer berputar terus-menerus selama proses
ekstraksi. Pengadukan tersebut berfungsi untuk menjaga adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan larutan di dalam sel agar proses
difusi zat aktif dari dalam ke luar sel terus terjadi. Adanya pengadukan juga
memberikan energi kinetik bagi serbuk dan cairan penyari untuk bertumbukan.
Semakin sering dilakukan pengadukan, maka makin banyak jumlah tumbukan
yang terjadi antara serbuk dengan cairan penyari. Semakin banyak tumbukan
berarti semakin banyak pula kontak penyari dengan serbuk herba rumput mutiara.
Dengan demikian, adanya pengadukan dari pergerakan stirrer ini sangat
membantu cairan penyari etanol untuk mengekstraksi asam ursolat sebanyak-
banyaknya dari dalam sel. Namun, perputaran stirrer ini perlu dikendalikan.
Makin cepat perputaran stirrer, makin banyak pula tumbukan yang terjadi antara
serbuk dan penyari. Perbedaan kecepatan perputaran stirrer akan berpengaruh
pada hasil digesti yang diperoleh dan kandungan asam ursolat yang diperoleh.
Oleh karena itu, kecepatan perputaran strirrer perlu dikendalikan agar tidak
terjadi bias oleh karena kecepatan stirrer yang tidak seragam. Kecepatan stirrer
yang digunakan untuk semua kondisi percobaan adalah 250 rpm.
Proses digesti ini dioptimasi secara desain faktorial dengan 2 faktor yaitu
faktor suhu dan volume etanol masing-masing dengan 2 level yaitu level tinggi
dan level rendah. Beberapa kondisi ekstraksi yang dikendalikan adalah kecepatan
perputaran stirrer 250 rpm, jumlah serbuk yang digunakan 5 g, dan penyari yang
digunakan adalah etanol teknis 96%. Digesti dilakukan dengan sistem seperti pada
gambar 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 4. Sistem ekstraksi digesti
Pada umumnya, maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia pada suhu kamar, tanpa adanya pemanasan yang diberikan dari luar.
Cara maserasi seperti biasa kurang efektif dalam mengekstraksi zat aktif dari
simplisia sehingga perlu dilakukan pemanasan untuk meningkatkan efektifitas
penyarian namun tidak merusak simplisia. Maserasi dengan pemanasan disebut
digesti. Pemberian panas dari luar akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
d) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
e) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
f) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, hinga kenaikan suhu akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikan (Depkes RI, 1986).
Oleh karena keuntungan di atas, maka suhu ekstraksi menjadi cukup penting
untuk diperhatikan agar dapat mengekstraksi zat aktif secara optimum. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
semakin tinggi suhu tidak menjamin bahwa zat aktif yang terekstraksi akan
semakin banyak. Suhu yang tinggi dapat mendegradasi struktur zat aktif sehingga
menurunkan kadar zat aktif yang diperoleh. Oleh karena itu, optimasi suhu
ekstraksi perlu dilakukan untuk mendapatkan kondisi optimum dimana kadar
asam ursolat dapat terambil sebanyak-banyaknya dari serbuk herba rumput
mutiara.
Dalam penelitian ini, suhu yang digunakan adalah 30oC untuk level rendah
dan 60oC untuk level tinggi. Penggunaan suhu 30oC disesuaikan untuk suhu
ruangan sedangkan suhu 60oC didasarkan pada hasil orientasi. Asam ursolat
memiliki titik leleh 289-290oC (Du dan Chen, 2008). Jadi, asam ursolat tidak
rusak jika diekstraksi dengan suhu tinggi. Orientasi dilakukan dengan
mengekstraksi serbuk herba rumput mutiara pada suhu 50oC, 60oC dan 70oC.
Hasil dari orientasi adalah digesti pada suhu 50oC dan 60oC menghasilkan ekstrak
berwarna hijau baik dan bagus. Namun digesti yang dilakukan pada suhu 70oC
menghasilkan ekstrak yang berwarna coklat serta jumlah penyari etanol yang
hilang sangat banyak. Etanol ini hilang akibat sistem yang digunakan tidak dapat
menahan tekanan uap yang ditimbulkan oleh etanol yang menguap. Titik didih
etanol yang cukup rendah (78,4oC) ini yang menyebabkan etanol banyak hilang.
Ekstrak yang berwarna coklat menandakan bahwa ekstrak rusak karena tidak
tahan suhu 70oC ini. Rusaknya ekstrak mungkin dikarenakan banyak senyawa
yang telah terdegradasi karena tidak tahan terhadap panas. Jadi, level tinggi faktor
suhu yang digunakan untuk mengekstraksi herba rumput mutiara secara digesti
adalah 60oC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pengendalian suhu dilakukan dengan menjaga suhu waterbath seperti yang
ada di gambar 4. Pengendalian suhu tidak dilakukan dengan kontak langsung
dengan hotplate karena pelarut yang digunakan merupakan pelarut organik yang
sifatnya mudah terbakar. Sangat berbahaya jika memanaskan pelarut oganik
langsung dengan sumber panas. Oleh karena itu diperlukan tangas air agar panas
tidak kontak langsung dengan pelarut organik. Selain itu, panas yang diterima
oleh serbuk simplisia di dalam Erlenmeyer akan tidak merata. Serbuk yang berada
di bagian bawah akan mendapat panas yang lebih besar daripada simplisia yang
ada ditengah maupun di bagian atas Erlenmeyer. Dengan menggunakan sistem
yang ada pada gambar 4. Seluruh isi Erlemeyer memperoleh panas yang merata.
Suhu air dalam waterbath pun dapat terkontrol dengan baik dengan menggunakan
sistem ini dengan mencelupkan termometer ke dalam air.
Suhu air dalam waterbath diatur 5oC lebih tinggi dari suhu percobaan.
Pada penggunaan suhu ekstraksi 30oC, maka suhu air dalam waterbath diatur
35oC. Begitu pula pada suhu 60oC. Penambahan 5oC ini, didasarkan pada hasil
orientasi bahwa, suhu ekstrak dalam Erlemeyer lebih rendah 5oC dari suhu air
dalam waterbath. Jadi, diperlukan air dengan suhu 35oC dalam waterbath untuk
mendapatkan suhu ekstrak 30oC dan diperlukan air dengan suhu 65oC dalam
waterbath untuk mendapatkan suhu ekstrak 60oC.
Seharusnya jika digesti dilakukan dengan pemanasan, sistem dilengkapi
dengan pendingin sehingga penyari yang menguap bisa diembunkan kembali
sehingga penyari tidak hilang banyak. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan
untuk mencegah hilangnya etanol adalah menggunakaan Erlemeyer bertutup dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mengikat tutup Erlenmeyer dengan karet dan plastik sehingga Erlenmeyer tertutup
dengan rapat seperti yang tampak pada gambar 4. Dengan cara ini, uap etanol juga
dapat ditahan untuk penggunaan suhu 30oC maupun 60oC .
Volume penyari sangat berpengaruh terhadap jumlah zat aktif yang dapat
tersari. Secara umum, semakin banyak penyari akan semakin banyak pula
kandungan zat aktif yang akan tersari oleh karena penyari tidak cepat jenuh. Oleh
karena itu, faktor volume penyari menjadi salah satu faktor penting dalam
keberhasilan mengekstraksi asam ursolat dari herba rumput mutiara ini. Namun,
penggunaan penyari yang banyak, belum tentu jumlah zat aktif yang terambil
berbeda signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi volume etanol yang
optimum untuk mengekstraksi asam ursolat sebanyak-banyaknya dari serbuk
herba rumput mutiara.
Pada umumnya, digesti dilakukan menggunakan 10 bagian cairan penyari
untuk 1 bagian serbuk. Serbuk herba rumput mutiara yang digunakan dalam setiap
percobaan adalah 5g. Dalam percobaan ini, level rendah untuk faktor volume
adalah 25 mL, yang berarti digesti dilakukan dengan 5 bagian penyari untuk
menyari 1 bagian serbuk. Level tinggi untuk faktor volume adalah 100 mL, yang
berarti digesti dilakukan dengan 20 bagian penyari untuk menyari 1 bagian
serbuk. Penggunaan 25 mL etanol pada level rendah didasarkan bahwa ada
kemungkinan asam ursolat bisa terekstraksi cukup banyak tanpa harus
menggunakan pelarut yang berlebih. Mungkin saja ekstraksi dengan 25 mL etanol
saja memberikan hasil yang tidak berbeda signifikan dengan ekstraksi dengan 100
mL etanol. Dengan demikian, efisiensi pelarut dapat dilakukan. Penggunaan 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mL sebagai level tinggi volume etanol didasarkan pada kelarutan dari asam
ursolat dalam etanol. Kelarutan asam ursolat dalam etanol adalah 1 bagian larut
dalam 178 bagian etanol. Menurut Liang dkk (2008), kandungan asam ursolat
yang terkandung dalam herba rumput mutiara adalah 7,544 ± 1,251 mg/g serbuk
rumput mutiara (Liang dkk, 2008). Dengan demikian diperlukan 78,4 mL etanol
untuk mengambil seluruh asam ursolat yang terkandung dalam 5 g serbuk herba
rumput mutiara. Penggunaan 100 mL etanol sebagai level tinggi didasarkan pada
perhitungan tersebut. Diperkirakan dengan menggunakan 100 mL etanol, seluruh
asam ursolat dapat terekstraksi sebanyak-banyaknya.
Prinsip digesti adalah terjadinya perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dan di luar sel. Pelarut akan masuk ke dalam sel dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara di dalam dan di luar sel, kandungan kimia di dalam
sel akan tersari oleh pelarut dan keluar dari dalam sel.
Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang
dindingnya pecah dan ada sel yang dindingnya masih utuh. Sel yang dindingnya
telah pecah, proses pembebasan sari tidak ada yang menghalangi. Proses
penyarian pada sel yang dindingnya masih utuh, zat aktif yang terlarut pada cairan
penyari untuk keluar dari sel, harus melewati dinding sel. Peristiwa osmosa dan
difusa berperan pada proses penyarian tersebut. Peristiwa difusi jauh lebih
berpengaruh, bila dibanding dengan peristiwa osmosa (Depkes RI, 1986).
Setelah selesai di ekstraksi, hasil digesti di saring dengan menggunakan
bantuan pompa vacuum. Penyaringan yang dilakukan setelah digesti biasanya
dilakukan dengan diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
secukupnya diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100
bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2
hari. Kemudian dipisahkan (Depkes RI, 1986). Namun, pada penelitian ini, tidak
menggunakan cara tersebut. Cara tersebut lebih banyak memerlukan waktu dan
pengerjaannya rumit. Cara penyaringan yang dipakai adalah dengan bantuan
pompa vacuum dengan tujuan untuk mempercepat proses penyaringan serta dapat
meminimalkan tertinggalnya penyari di kertas saring (Gambar 5).
Gambar 5. Cara penyaringan
Fitrat hasil proses penyaringan ini selanjutnya ditambah hingga volume
awal dengan penyari yang digunakan. Tujuan penambahan penyari hingga volume
awal ini adalah untuk kepentingan analisis kuantitatif selanjutnya.
Maserat selanjutnya diambil 5 ml untuk dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif kandungan asam ursolat yang terkandung dalam tiap-tiap ekstrak. 5 mL
ekstrak yang diambil dari masing-masing ini selanjutnya dikeringkan dengan
waterbath dengan suhu 70oC disertai kipas angin. Fungsi kipas angin ini untuk
mengurangi tekanan uap di atas ekstrak sehingga mengurangi kejenuhan etanol di
atas ekstrak. Jadi, etanol menjadi lebih cepat menguap. Setelah itu, akan
didapatkan ekstrak kental herba rumput mutiara. Pemilihan suhu waterbath ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
didasarkan pada suhu yang diterima oleh ekstrak saat dipanaskan. Saat suhu
waterbath diatur pada angka 70oC, suhu ekstrak yang berada di atas waterbath
adalah 55oC sehingga ekstrak tidak akan rusak. Semakin tinggi suhu, makin cepat
pula etanol menguap sehingga pengerjaan bisa dilakukan lebih cepat. Namun,
semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengeringan dapat merusak ekstrak
sama seperti yang terjadi saat orientasi suhu digesti di awal pembahasan tadi.
Ekstrak bisa menjadi berubah warna menjadi cokelat ataupun gosong setelah di
uapkan penyarinya. Oleh karena itu, suhu waterbath diatur 70oC dimana suhu ini
cukup tinggi untuk menguapkan etanol namun tidak merusak ekstrak.
Selanjutnya ekstrak kental ini dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
80oC hingga bobot tetap dan didapat ekstrak kering. Suhu 80oC ini didasarkan
pada titik didih etanol yaitu 78,4oC. Ekstrak berhenti dipanaskan dalam oven
hingga bobot tetap. Dapat diasumsikan penyari dalam ekstrak ini sudah hilang.
Selanjutnya ditentukan bobot ekstrak (Tabel III).
Tabel III. Hasil ekstraksi serbuk herba rumput mutiara pada masing-masing kondisi
Kondisi ekstraksi Replikasi Berat serbuk yang diekstraksi (g)
Berat rendemen (%b/b)
berat rendemen rata-rata (%b/b)
(1) Suhu 30oC,
volume etanol 25 mL
1 5,0002 2,66 2,37±0,27 2 5,0000 2,12 3 4,9996 2,34
(a) Suhu 60oC,
volume etanol 25 mL
1 5,0000 3,37 2,9±0,41 2 5,0000 2,59 3 5,0000 2,74
(b) Suhu 30oC,
volume etanol 100 mL
1 4,9996 7,88 7,64±0,22 2 5,0000 7,44 3 4,9999 7,60
(ab) Suhu 60oC,
volume etanol 100 mL
1 4,9998 9,48 10,01±0,48 2 5,0002 10,16 3 5,9996 10,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
G. Analisis Kualitatif Kandungan Asam Ursolat dengan metode KLT
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui dan memastikan apakah
ekstrak yang diperoleh dari digesti herba rumput mutiara mengandung asam
ursolat. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode KLT melalui
perbandingan nilai Rf yang dihasilkan antara bercak sampel dan baku asam ursolat
serta dari persamaan warna bercak yang dihasikan.
Sistem KLT yang digunakan adalah sistem KLT fase normal, yaitu fase
diam bersifat lebih polar dibandingkan dengan fase geraknya. Fase gerak yang
digunakan adalah campuran toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan
90:10:0,07 v/v. Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F254. Pemilihan
sistem KLT fase normal dikarenakan sifat dari analit, yaitu asam ursolat yang
memiliki sifat cenderung nonpolar. Fase gerak yang dipakaipun bersifat nonpolar.
Dengan demikian asam ursolat dapat terelusi oleh fase gerak karena sama-sama
bersifat nonpolar.
Pemilihan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan
90:10:0,07 v/v ini merupakan fase gerak hasil optimasi dimana fase gerak ini
dapat memisahkan bercak asam ursolat paling baik dengan bentuk bercak yang
baik (tidak berekor) dan terpisah sempurna dengan bercak lainnya (Rs lebih dari
1,5).
Pemilihan fase diam silika gel 60 F254 didasarkan sifat asam ursolat yang
sama-sama bersifat asam sehingga struktur asam ursolat tidak berubah saat
dielusi. Jika asam ursolat dielusi dengan fase diam yang bersifat basa (seperti
alumina) maka asam ursolat akan terikat kuat pada permukaan oleh interaksi ionik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sehingga sulit elusi dan terbawa oleh fase gerak. Selain itu, penggunaan diam
silika gel 60 F254 dikarenakan diam silika gel 60 F254 ini dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa yang termasuk golongan terpen, gula (Stock, 1974). Plat
yang digunakan untuk KLT pada densitometri sebaiknya digunakan plat buatan
pabrik, karena pada pelat buatan sendiri fase diamnya kurang rata, sehingga akan
mempengaruhi hasil penelusuran dengan densitometri.
Silika gel 60 F254 ini harus diaktifkan dahulu dengan cara dipanaskan
dalam oven selama 1 jam pada suhu 110oC sebelum digunakan. Menurut Gritter
(1985), biasanya pengaktifan dilakukan pada suhu 100-110oC paling sedikit 1
jam. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lembab. Hal ini dikarenakan air atau
lembab dapat menempati semua titik penyerapan sehingga sampel tidak terelusi
dengan baik dan mengakibatkan pemisahan yang kurang efektif. Air dapat
berikatan hidrogen dengan lempeng silika. Molekul air ini harus dihilangkan
dengan pemanasan. Perbedaan jumlah air atau lembab yang tersisa dalam plat
silika gel 60 F254 ini akan berpengaruh pada Rf dan resolusi yang dihasilkan.
Penjenuhan chamber dengan fase gerak toluen : aseton : asam asetat
(90:10:0,07 v/v) harus dilakukan lebih dahulu agar fase gerak dapat mengelusi
fase diam secara bersamaan. Kecepatan menguap dari masing-masing komponen
fase gerak berbeda. Uap dalam chamber yang telah jenuh akan memberikan
pengelusian bercak yang lebih baik serta waktu elusi yang lebih cepat.
Ekstrak kering dilarutkan dengan pelarut. Larutan sampel dan baku asam
ursolat (300 ppm) masing-masing ditotolkan pada plat KLT dan setelah kering
dielusi berulang sebanyak 3 kali dengan jarak rambat 10 cm tiap elusi. Jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
rambat 10 cm ini sudah cukup untuk memisahan bercak asam asam ursolat dari
bercak lainnya. Namun, pengembangan harus dilakukan berulang sebanyak tiga
kali. Karena jika hanya 1 kali, bercak ursolat masih mengekor serta belum
terpisah sempurna dengan zat lain.
Asam ursolat merupakan senyawa yang tidak berwarna. Di bawah sinar
UV 254, asam ursolat juga tidak terdeteksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
derivatisasi untuk membuat senyawa asam ursolat menjadi berwarna. Plat hasil
pengembangan kemudian disemprot dengan reagen pendeteksi. Reagen
pendeteksi yang digunakan adalah 10% H2SO4 dalam etanol. Kemudian di oven
dengan suhu 110oC selama 3 menit lalu diukur AUC dan tinggi peaknya dengan
densitometer. Asam ursolat merupakan golongan triterpen, yaitu senyawa yang
kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis
diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik. Reaksi antara triterpen dan H2SO4 yang
dibantu dengan pemanasan akan menghasilkan warna merah muda. Oleh karena
itu, asam ursolat yang merupakan senyawa golongan triterpen akan bereaksi
dengan H2SO4 dan menghasilkan warna merah muda. Suhu oven 110oC
digunakan untuk mempercepat proses reaksi derivatisasi. Waktu 3 menit
merupakan waktu yang optimum untuk proses derivatisasi ini. Jika terlalu
sebentar, warna merah muda tidak maksimum, artinya belum semua asam ursolat
bereaksi dengan H2SO4. Jika terlalu lama, plat silika akan gosong dan berwarna
coklat. Silika yang berwarna coklat ini akan menghasilkan respon AUC pada saat
di scan dengan densitometer sehingga akan mengganggu serapan dari analit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Setelah itu, bercak diamati visual dengan sinar tampak. Bercak baku asam
ursolat berwarna merah muda. Begitu juga bercak asam ursolat pada ekstrak.
Terdapat bercak berwarna merah muda pula pada Rf sekitar bercak asam ursolat
baku. Dengan demikian, dimungkinkan bahwa bercak merah muda pada ekstrak
tersebut adalah bercak asam ursolat.
Gambar 6. Profil KLT baku asam ursolat dan sampel ekstrak dilihat secara visual dengan cahaya tampak
Keterangan: Bercak 1 : baku asam ursolat (300 ppm) Bercak 2 : sampel ekstrak Bercak 3 : sampel ekstrak Bercak 4 : sampel ekstrak Bercak 5 : sampel ekstrak
Secara visual, warna keempat bercak tersebut sama, yaitu merah muda.
Untuk memastikan lagi kesamaan warna antara bercak pada baku dan pada
sampel, dilakukan scanning lamda maksimum ke 5 bercak ini. Scanning
1 2 3 4 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dilakukan dari lamba 200 – 700 nm. Berikut hasil scanning lamda maksimum
antara bercak pada baku asam ursolat dan bercak sampel.
Gambar 7. Perbandingan spektra baku asam ursolat dan sampel ekstrak etanolik herba rumput mutiara
Keterangan: Bercak 1 : baku asam ursolat (300 ppm) Bercak 2 : sampel ekstrak Bercak 3 : sampel ekstrak Bercak 4 : sampel ekstrak Bercak 5 : sampel ekstrak Gambar 7. menunjukkan bahwa sampel dan baku asam ursolat memiliki
pola spektra dan lambda maksimum yang mirip. Jadi, secara kualitatif dapat
dikatakan bahwa senyawa ada pada sampel ekstrak etanolik herba rumput mutiara
adalah sama dengan baku asam ursolat. Dari hasil scanning lambda maksimum
ini, diperoleh lamba maksimum untuk baku dan sampel adalah 537 nm.
AU
(nm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Analisis kualitatif juga dilakukan dengan menghitung Rf tiap bercak
dibandingkan dengan harga Rf baku asam ursolat. Rf (Retardation factor)
merupakan parameter kualitatif yang nantinya digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya analit dalam sampel. Rf dipengaruhi oleh interaksi asam ursolat dengan
fase diam dan fase gerak.
O
Si
O
Si
O
Si
O
Si
OO
OO
OO H
H
H
O
Si
OHO
O
OHO
O
H
O
O
H
ursolic acid
H
fase diam silika gel
H
Gambar 8. Interaksi asam ursolat dengan fase diam
Keterangan : --------- = interaksi hidrogen
Interaksi yang terjadi antara asam ursolat dengan fase diam silika gel 60 F254
adalah interaksi hidrogen. Terdapat 4 interaksi hidrogen yang terjadi. Adanya
interaksi ini akan menyebabkan asam ursolat cukup terikat ada fase diam.
Asam ursolat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
toluene
O
acetone
O
O acetic acidH
O
H
O
O
Hursolic acid
H
OO H
O
H
O
O
H
O
OO
HO
Gambar 9. Interaksi asam ursolat dengan fase gerak
Keterangan: ------- = interaksi hidrogen, interaksi van der waals
Interaksi yang terjadi antara asam ursolat dan fase gerak adalah interaksi
hidrogen dan van der waals. Terdapat 1 interaksi hidrogen dan banyak interaksi
van der waals. Banyaknya interaksi ini menyebabkan asam ursolat dapat terbawa
oleh fase gerak sehingga pemisahan asam ursolat dengan senyawa lain dapat
terjadi.
toluen
aseton
Asam asetat
Asam ursolat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel IV. Rf antara baku asam ursolat dan analit dalam sampel serta nilai resolusi
Konsentrasi baku (ppm) Rf baku Sampel Rf sampel Resolusi 99,99 0,41 (1) replikasi 1 0,38 1,5
199,98 0,39 (1) replikasi 2 0,38 1,5 299,97 0,38 (1) replikasi 3 0,38 1,5 399,96 0,38 (a) replikasi 1 0,38 1,8 499,95 0,38 (a) replikasi 2 0,38 1,5
(a) replikasi 3 0,38 1,6364
(b) replikasi 1 0,38 1,6364
(b) replikasi 2 0,38 1,6667
(b) replikasi 3 0,38 1,6364
(ab) replikasi 1 0,38 4
(ab) replikasi 2 0,38 1,8182
(ab) replikasi 3 0,39 1,5385
Rata-rata 0,39
0,38
Nilai Rf didapat dengan membagi jarak dari penotolan sampai bercak
analit dengan jarak dari penotolan sampai batas pengembangan. Pada tabel IV.
dapat dilihat bahwa Rf baku asam ursolat dan sampel identik, dimana nilai Rf rata-
rata dari baku adalah 0,39 dan Rf rata-rata analit dalam sampel adalah 0,38.
Rf yang mirip dan warna bercak yang sama antar baku asam ursolat dan
bercak pada sampel menunjukkan bahwa ada terdapat kandungan asam ursolat
dalam ekstrak.
Menurut Liang dkk (2008) terdapat 2 jenis triterpen yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Struktur
kedua senyawa ini sangat mirip, sehingga memiliki sifat-sifat fisika kimia yang
mirip pula. Asam olenolat juga dapat bereaksi dengan reagen pendeteksi H2SO4
karena sama-sama merupakan golongan triterpen. Hasil warna yang muncul
setelah proses derivatisasi tersebut juga menghasilkan warna merah muda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kemiripan struktur asam oleanolat dan asam ursolat dapat dilihat dari
strukturnya pada gambar 2. Oleh karena kemiripan struktur ini , asam ursolat dan
asam oleanolat susah untuk dipisahkan. Banyak penelitian yang berusaha untuk
memisahkan kedua triterpen ini, namun, sejauh yang peneliti ketahui, belum ada
penelitian yang berhasil memisahkan kedua triterpen ini secara sempurna. Dalam
penelitian Liang dkk (2008) juga disebutkan bahwa jumlah asam ursolat dan asam
oleanolat dalam rumput mutiara berturut-turut adalah 7,544 ± 1,251 mg/g dan
1,691 ± 0,333 mg/g. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kandungan
asam ursolat jauh lebih dominan dibandingkan asam oleanolat. Jadi, pengukuran
kadar asam ursolat dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam kadar triterpen
total yang dihitung sebagai asam ursolat.
H. Analisis Kuantitatif Triterpen Total dengan Metode KLT Densitometri
1. Penetapan panjang gelombang maksimum
Penetapan panjang gelombang maksimum asam ursolat dilakukan agar
didapatkan panjang gelombang di mana asam ursolat memberikan respon yang
maksimum, sehingga sensitivitas pengukurannya tinggi, serta memberikan hasil
yang reprodusibel pada pengulangan pengukuran. Oleh karena itu, dengan
pengukuran pada panjang gelombang maksimum, diharapkan dapat
meminimalkan kesalahan pada pengukuran. Penelusuran bercak akan
mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang gelombang
maksimum, karena perubahan konsentrasi pada bercak sedikit saja sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
terdeteksi. Pengukuran dilakukan dengan menelusuri bercak yang akan ditetapkan
kadarnya pada kisaran panjang gelombang zat tersebut.
Penetapan lamda maksimum dilakukan dengan menggunakan 3 seri
konsentrasi, yaitu konsentrasi 100, 300, 500 ppm. Penggunaan 3 seri ini bertujuan
untuk melihat apakah pada konsentrasi yang dianggap mewakili seluruh
konsentrasi pada seri baku ini dihasilkan spektrum serapan yang sama. Scanning
panjang gelombang maksimum teoritis asam ursolat adalah 530 nm (Anandjiwala,
Kalola, dan Rajani, 2006) sedangkan panjang gelombang maksimum yang
diperoleh pada penelitian ini adalah 537 nm.
Gambar 10. Spektra baku asam ursolat konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, 500 ppm (maks = 537 nm)
Hasil penetapan panjang gelombang maksimum cukup jauh dari teori. Hal
ini dikarenakan warna yang terbentuk bukan merupakan warna asli dari senyawa
analit, melainkan warna hasil derivatisasi, dimana analit direaksikan dengan suatu
reagen sehingga ia berwarna dan dapat dideteksi dengan densitometer. Perbedaan
AU
(nm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
panjang gelombang yang cukup jauh ini dapat saja terjadi karena banyak faktor
yang dapat mempengaruhi lamda maksimum, diantaranya, lama pemanasan,
kondisi oven, kerataan penyemprotan reagen, dan berapa lama ia dibiarkan di
suhu ruangan sebelum dideteksi yang bisa saja berbeda dengan kondisi yang
dilakukan dalam penelitian Anandjiwala, Kalola, dan Rajani (2006). Oleh karena
alasan ini, lamda maksimum yang digunakan untuk mengukur kadar triterpen total
adalah 537 nm.
2. Validasi metode
Validasi metode dilakukan untuk membuktikan bahwa metode analisis
yang digunakan memenuhi persyaratan validitas sehinga memberikan hasil
analisis yang dapat dipercaya. Parameter yang digunakan dalam penentuan
validitas metode ini adalah akurasi, presisi, linearitas, rentang, dan selektivitas
serta akurasi dan presisi dalam matriks sampel.
a. Akurasi
Akurasi metode dalam suatu penelitian dinyatakan dengan nilai
recovery. Recovery merupakan persen perolehan kembali kadar terukur
terhadap kadar sebenarnya. Suatu metode dikatakan memiliki akurasi yang
baik apabila nilai % recoverynya antara 90-107% (United States
Pharmacopeial Convention, 2007).
Tabel V. Data % recovery baku asam ursolat Kadar asam
ursolat Replikasi 1 (%) Replikasi 2 (%) Replikasi 3 (%) Rata-rata
(%) 100 ppm 90,97 94,26 109,42 98,22 300 ppm 97,88 96,36 111,78 102,01 500 ppm 100,76 102,40 98,56 100,54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai recovery pada konsentrasi level
rendah hingga tinggi memiliki nilai recovery antara 98,22- 102,01%, nilai
recovery yang diperoleh memenuhi persyaratan akurasi yang baik yaitu
90-107% (United States Pharmacopeial Convention, 2007).
Oleh karena itu, metode ini dikatakan memiliki akurasi yang baik pada
kadar 100 ppm sampai 500 ppm, sehingga dapat digunakan untuk
menetapkan kadar triterpen total pada level tersebut.
b. Presisi
Presisi merupakan parameter yang menggambarkan kedekatan hasil
pengukuran satu dengan lainnya dalam kondisi analisis yang sama. Presisi
dinyatakan dengan nilai Coefficient of Variation (CV) atau Relative
Standar Deviation (RSD). Kriteria presisi yang baik yaitu nilai CV ≤
10,5% (United States Pharmacopeial Convention, 2007).
Tabel VI. Data % Coefficient of Variation (CV) baku asam ursolat Kadar asam
ursolat Rata-rata (ppm) SD CV (%)
100 ppm 100,329 3023,26 3,01 300 ppm 320,550 1811,57 0,57 500 ppm 505,324 5338,94 1,06
Dari hasil perhitungan data yang diperoleh, nilai CV pada konsentrasi
100 ppm, 300 ppm, dan 500 ppm kurang dari 10,5 %. Oleh karena itu,
metode penetapan kadar asam ursolat ini dikatakan memiliki presisi yang
baik, sehingga penetapan triterpen total pada level konsentrasi tersebut
menggunakan metode ini akan memberikan kedekatan hasil pengukuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
c. Linearitas
Linearitas suatu metode ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r)
dari kurva baku, dimana nilai r ini menunjukkan korelasi hubungan antara
konsentrasi dengan respon pengukuran, dalam hal ini AUC. Suatu metode
dikatakan memiliki linearitas yang baik apabila nilai r > 0,99 (Chan, Lam,
Lee, dan Zhang, 2004).
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pembuatan kurva baku
diperoleh nilai r untuk replikasi 1 = 0,9816, replikasi 2 = 0,9893 dan
replikasi 3 = 0,9933. Nilai r yang kurva baku replikasi 3 tersebut
memenuhi persyaratan, sehingga dapat dikatakan metode KLT-
densitometri ini memiliki linearitas yang baik dalam menetapkan kadar
triterpen total. Untuk penetapan kadar triterpen total selanjutnya, seri baku
yang digunakan adalah seri baku replikasi 3 ini karena memiliki linearitas
yang memenuhi syarat.
d. Rentang
Rentang adalah interval antara konsentrasi (jumlah) analit pada level
atas dan pada level bawah dalam suatu sampel, yang mana dapat
ditunjukkan bahwa prosedur analisis mempunyai level akurasi, presisi dan
linearitas yang sesuai. Konsentrasi 100 ppm – 500 ppm pada metode ini
telah memenuhi parameter akurasi, presisi dan linearitas. Jadi, rentang
konsentrasi untuk metode ini adalah 100 ppm – 500 ppm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
e. Selektivitas
Selektivitas atau spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode
yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan
adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel.
Selektivitas pada metode kromatografi ditunjukkan melalui nilai resolusi.
(Garfield, 1991). Menurut (Swartz and Krull, 1997), dalam teknik
pemisahan, daya pisah (resolusi) antara analit yang dituju dengan
pengganggu lainnya harus 1,5.
Penentuan selektivitas dari metode KLT-densitometri ini dapat dilihat
dengan membandingkan nilai Rf baku dan Rf analit sampel. Nilai Rf
merupakan parameter analisis kualitatif suatu senyawa dalam campuran
pada metode KLT, sehingga dapat digunakan sebagai parameter
selektivitas. Parameter lain dari selektifitas adalah resolusi, dimana suatu
metode dikatakan memiliki selektivitas yang baik apabila memiliki nilai
resolusi 1,5 (Swartz and Krull, 1997). Perbandingan nilai Rf antara baku
dan analit dalam sampel serta nilai resolusi dapat dilihat pada tabel IV.
f. Akurasi dan presisi dalam matriks sampel
Penentuan akurasi dan presisi asam ursolat dalam matriks sampel
dilakukan dengan menambahkan baku asam ursolat yang telah diketahui
jumlah dan konsentrasinya ke dalam sampel. Adisi baku asam ursolat ke
dalam matriks sampel ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa peak
dengan nilai Rf yang identik terhadap baku asam ursolat memang
merupakan peak senyawa triterpen yang dominan asam ursolat. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dapat diketahui dengan melihat apakah terjadi penambahan luas area pada
peak yang dimaksud ketika dilakukan penamabahan baku ke dalam
sampel. Apabila luas area pada peak tersebut bertambah ketika baku asam
ursolat ditambahkan maka dapat dipastikan bahwa peak tersebut
merupakan peak asam ursolat. Berikut kromatogram dari sampel tanpa
penambahan baku dan sampel dengan penambahan baku asam ursolat
ditunjukkanpada gambar 11 dan 12.
Gambar 11. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku asam ursolat
Gambar 12. Kromatogram sampel dengan penambahan baku asam ursolat
Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi penambahan luas area
pada peak yang memiliki nilai Rf identik terhadap baku asam ursolat. Jadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dapat disimpulkan bahwa peak tersebut merupakan triterpen dominan
asam ursolat.
Setelah dipastikan bahwa peak dengan nilai Rf yang identik
tersebut merupakan asam ursolat maka dilakukan penentuan akurasi dan
presisi baku asam ursolat dalam matriks sampel. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah metode ini masih dapat mengukur respon baku asam
ursolat dalam matriks sampel secara akurat dan seksama.
Tabel VII. Akurasi dan presisi baku asam ursolat dalam matriks sampel Replikasi Recovery (%) CV (%)
1 100,6165 2,4256 2 99,0671
3 103,8755
Kadar baku asam ursolat yang ditambahkan ada sampel adalah 100
ppm, maka menurut USP, nilai recovery yang dapat diterima yaitu 90-
107% dan nilai CV 10,5%. Oleh karena itu, dari tabel VII. dapat
disimpulkan bahwa metode KLT-densitometri ini dapat digunakan untuk
mengukur analit dalam matriks sampel secara akurat dan seksama.
3. Penetapan kadar triterpen triterpen total yang terhitung sebagai asam
ursolat dalam ekstrak etanolik herba rumput mutiara
Analisis kuantitatif ekstrak herba rumput mutiara dimulai dengan preparasi
sampel. Ekstrak kering hasil digesti dilarutkan dalam pelarut yang digunakan,
yaitu campuran metanol-kloroform dengan perbandingan 4:1. Ekstrak dilarutkan
dengan pelarut kemudian dimasukan dalam labu takar 10 mL lalu add dengan
pelarut hingga 10 mL. Setelah itu, ekstrak dimasukkan dalam flakon dan siap
untuk ditotol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Penotolan dimulai dengan mentotolkan sederet seri baku asam ursolat pada
plat silika gel 60 F254 kemudian dilanjutkan penotolan sampel ekstrak etanol yang
akan ditetapkan kadarnya. Sederet seri baku ini akan menghasilkan kurva baku
yang akan digunakan untuk penetapan konsentrasi asam ursolat yang terkadung di
dalam masing-masing ekstrak. Seri baku perlu ditotolkan pada plat yang sama
dengan ekstrak pada setiap kali penetapan kadar secara KLT-densitometri.
Persamaan regresi linier baku yang digunakan tidak bisa menggunakan persamaan
regresi linier yang didapat pada hasil analisis linearitas. Hal ini disebabkan karena
kondisi yang terjadi tiap-tiap analisis berbeda-beda, misalnya perbedaan suhu
ruangan, kelembaban ruangan, kelembaban yang terkandung dalam fase diam.
Hal-hal kecil ini dapat menyebabkan perbedaan AUC untuk larutan yang sama
dengan perlakuan yang sama. Oleh karena itu, perlu ditotolkan seri baku untuk
setiap penetapan kadar untuk mendapatkan kurva baku yang mengalami
perlakukan yang sama dengan sampel.
Seri baku yang digunakan adalah 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm.
Volume baku asam ursolat dan sampel yang ditotolkan adalah 2 µL. Dengan jarak
masing-masing totolan 1 cm. Penotolan dilakukan dengan alat autosampler
(Linomat 5 No 170610) sehingga penotolan dapat seragam. Penotolan secara
manual tidak disarankan pada penotolan sampel yang cukup banyak seperti pada
penetapan kadar ini karena membutuhkan waktu yang lama dan
reprodusibilitasnya kurang bagus.
Penetapan kadar ekstrak etanolik herba rumput mutiara selanjutnya
dilakukan dengan elusi plat. Dengan kondisi KLT yang sama dengan kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
analisis kualitatif sebelumnya. Pengembangan dilakukan sepanjang 10 cm dan
elusi berulang 3 kali dengan fase gerak yang sama. Proses derivatisasi dilakukan
dengan menyemprotkan reagen 10% H2SO4 dalam etanol. Lalu di oven selama 3
menit pada suhu 110oC. Analisis kadar asam ursolat dilakukan dengan
menggunakan Camag Densitometer dengan panjang gelombang maksimum 537
nm sehingga didapatkan data berupa Area Under Curve atau AUC. Berikut profil
KLT setelah keluar dari oven.
Gambar 13. Profil KLT penetapan kadar triterpen total dalam ekstrak etanolik
herba rumput mutiara dilihat secara visual dengan cahaya tampak
Dalam analisis kadar dengan menggunakan persamaan kurva baku asam
ursolat yang diperoleh. Persamaan kurva baku yang diperoleh adalah y = 19,9149
x + 2994,83 dengan r = 0,9921. Nilai r yang didapat telah memenuhi syarat
linearitas yang baik, yaitu r > 0,99 (Chan dkk,2004).
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Keterangan: 1.baku 100 ppm 2. baku 200 ppm 3. baku 300 ppm 4. baku 400 ppm 5. baku 500 ppm 6.ekstrak kondisi (1) R 1 7. ekstrak kondisi (1) R 2 8. ekstrak kondisi (1) R 3 9. ekstrak kondisi (a) R 1 10. ekstrak kondisi (a) R 2 11. ekstrak kondisi (a) R 3 12. ekstrak kondisi (b) R 1 13. ekstrak kondisi (b) R 2 14. ekstrak kondisi (b) R 3 15. ekstrak kondisi (ab) R 1 16. ekstrak kondisi (ab) R 2 17. ekstrak kondisi (ab) R 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gambar 14. Kurva baku asam ursolat
Dari persamaan regresi liner yang diperoleh, dapat dihitung berapa
konsentrasi triterpen total yang ada di dalam sampel. Seluruh kadar triterpen total
dalam sampel rumput mutiara masuk dalam rentang seri baku asam ursolat yang
digunakan yaitu 100 ppm - 500 ppm. Jadi penetapan kadar triterpen total ini
bukan merupakan hasil ekstrapolasi.
Tabel VIII. Kadar asam ursolat dalam sampel ekstrak herba rumput mutiara
Kondisi ekstraksi Replikasi AUC Konsentrasi triterpen total dalam sampel (ppm)
(1) Suhu 30oC,
volume etanol 25 mL
1 10322.7 381.089 2 10239.5 376.332 3 9551.3 336.978
(a) Suhu 60oC,
volume etanol 25 mL
1 11856.5 468.798 2 11890.4 470.736 3 12021.5 478.233
(b) Suhu 30oC,
volume etanol 100 mL
1 6898.9 185.304 2 6652.2 171.197 3 6929.2 187.036
(ab) Suhu 60oC,
volume etanol 100 mL
1 7045.3 193.675 2 6476.3 161.138 3 6885.5 184.538
Hasil perhitungan kadar asam ursolat dalam sampel ini kemudian dihitung
lagi berapa jumlah asam ursolat yang didapatkan dibandingkan dengan bobot
y = 19,9149x + 2994,83r = 0,9921
02000400060008000
100001200014000
0 100 200 300 400 500 600
AU
C
konsentrasi (ppm)
kurva baku asam ursolat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
serbuk herba rumput mutiara yang telah ditimbang sehingga diperoleh berat asam
ursolat tiap 100 gram serbuk (% b/b).
Tabel IX Kandungan asam ursolat dalam ekstrak etanolik herba rumput mutiara
Kondisi ekstraksi Replikasi Kadar triterpen total (% b/b)
Rata-rata kadar triterpen total (% b/b)
(1) Suhu 30oC,
volume etanol 25 mL
1 0,368 0,354±0,02 (CV = 6,63%) 2 0,364
3 0,329 (a)
Suhu 60oC, volume etanol 25 mL
1 0,445 0,448±0,01 (CV = 1,05%) 2 0,447
3 0,453 (b)
Suhu 30oC, volume etanol 100 mL
1 0,784 0,770±0,13 (CV = 4,80%) 2 0,735
3 0.790 (ab)
Suhu 60oC, volume etanol 100 mL
1 0,814 0,765±0,12 (CV = 9,34%) 2 0,699
3 0,782
Dilihat dari %CV yang diperoleh, ada beberapa kondisi yang memiliki
variasi yang cukup besar. Variasi yang cukup besar ini belum diketahui apa
penyebabnya. Beberapa kondisi yang sekiranya dapat memperbesar variasi sudah
dikendalikan, diantaranya adalah suhu ekstraksi yang dijaga terus-menerus, lama
pemanasan dalam oven, suhu dalam oven, volume yang ditotolkan, dan
penyemprotan reagen H2SO4 yang selalu dijaga sampai seluruh permukaan silika
tampak tidak berpendar pada seluruh bagian. Belum ditemukan apa yang
menyebabkan vaiasi tiap kondisi nya cukup besar. Hal ini menjadi salah satu
kesulitan yang ditemukan dalam penelitian ini.
Kadar triterpen total yang diperoleh ini kemudian dianalisis dengan
faktorial desain untuk melihat pengaruh dari faktor suhu dan volume etanol
terhadap kadar triterpen total yang dihasilkan dalam ekstrak dan untuk membuat
persamaan desain faktorial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
I. Analisis hasil
Data yang diperoleh dari penetapan kadar selanjutnya dianalisis
menggunakan metode desain faktorial dengan software ubuntu-10.04-DesFaktor-
0,9® by ubuntu R OpenOffice.org (www.molmod.org). Dari pengolahan data, dapat
dihitung efek suhu dan volume etanol beserta interaksi keduanya, sehingga dapat
diketahui efek yang dominan dalam menentukan kadar asam ursolat yang didapat.
Hasil perhitungan nilai efek faktor suhu dan volume penyari dalam mempengaruhi
respon kadar asam ursolat dapat diihat pada tabel X.
Tabel X. Kondisi desain faktorial dan respon yang dihasilkan
Notasi Suhu (oC) Volume etanol (mL) Respon kadar (% b/b) 1 30 25 0,354±0,02 a 60 25 0,448±0,45 b 30 100 0,770±0,13
Ab 60 100 0,765±0,12 Data kuantitatif ini kemudian dianalisis hubungan efek suhu dan volume
etanol terhadap respon kadar triterpen total.
Gambar 15a Gambar 15b
Gambar 15. Grafik hubungan efek suhu (a) dan volume etanol (b) terhadap respon kadar triterpen total (% b/b)
00.10.20.30.40.50.60.70.80.9
0 50 100
Kada
r tri
terp
en to
tal (
%b/
b)
Suhu (oC)
volume etanol level tinggi
volume etanol level rendah
00.10.20.30.40.50.60.70.80.9
0 50 100 150
Kada
r tri
terp
en to
tal (
%b/
b)
Volume (mL)
suhu level tinggisuhu level rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dari gambar 15. dapat dilihat bahwa peningkatan suhu akan meningkatkan
respon pada penggunaan volume etanol level rendah maupun level tinggi.
Peningkatan volume penyari juga akan meningkatkan respon kadar asam ursolat
pada penggunaan suhu level rendah dan level tinggi. Semakin curam garis yang
terbentuk, maka faktor tersebut makin berpengaruh pada respon. Tampak bahwa
faktor volume etanol lebih berpengaruh terhadap respon triterpen total.
Dari grafik hubungan ini hanya dapat dilihat bagaimana efek suhu dan
volume etanol dalam mempengaruhi nilai respon. Berdasarkan grafik hubungan
ini hanya didapat apakah faktor suhu dan volume menaikkan atau menurunkan
nilai respon. untuk melihat faktor mana yang dominan perlu dilakukan
perhitungan nilai efek.
Data kuantitatif yang didapat kemudian dianalisis nilai efek dari kedua
faktor maupun interaksinya terhadap respon kadar untuk melihat faktor mana
yang dominan dalam mempengaruhi respon. Semakin besar nominal angka yang
muncul berarti faktor tersebut semakin berpengaruh dominan terhadap respon.
Jika efek bernilai positif, berarti peningkatan faktor tersebut akan meningkatkan
nilai respon. Jika efek bernilai negatif, berarti peningkatan faktor tersebut akan
menurunkan respon.
Tabel XI. Nilai efek dari faktor suhu, volume etanol dan interaksinya terhadap respon Efek Nilai efek pada respon kadar triterpen total Suhu 0,04485
Volume etanol 0,36625 Interaksi -0,04975
Keterangan: (+) = peningatan efek akan meningkatkan respon (-) = peningkatan efek akan menurunkan respon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dari tabel XI. dapat dilihat bahwa peningkatan suhu dan volume etanol
akan meningkatkan respon kadar triterpen total. Hasil perhitungan efek ini sesuai
dengan teori, yaitu semakin tinggi suhu akan semakin tinggi kadar triterpen total
yang didapat. Suhu berpengaruh dalam meningkatan solubilitas senyawa dalam
suatu larutan, akibatnya asam ursolat yang terambil oleh penyari pada digesti suhu
tinggi menjadi lebih banyak bila dibandingkan dengan digesti suhu rendah.
Dari tabel XI. pula dapat ditentukan faktor mana yang dominan
mempengaruhi respon. Faktor yang dominan adalah faktor yang memiliki nilai
efek yang paling besar nominalnya, tanpa memperhatikan nilai negatif maupun
positif. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi respon kadar triterpen total
adalah volume etanol. Berarti, jumlah etanol yang digunakan sebagai penyari
memberikan efek paling besar dalam mengekstraksi triterpen total yang
terkandung di dalam serbuk herba rumput mutiara.
Data analisis kuantitatif dianalisis juga dengan metode desain faktorial
dengan software ubuntu-10.04-DesFaktor-0,9® by ubuntu R OpenOffice.org
(www.molmod.org). Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut adalah persamaan
desain faktorial, F value, dan p value.
Diperoleh persamaan desain faktorial yaitu y = 0.08712 + 0.004262Xa +
0.006875Xb - 0.00004427XaXb. Berikut hasil F value dan F tabel.
Tabel XII. Hasil F value, F tabel pada respon kadar triterpen total Faktor dan interaksi
Respon kadar asam ursolat F value F tabel
Suhu 4,9432 5,32 Volume 174,3338 Interaksi 6,0939
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Nilai F value yang diperoleh dibandingkan dengan F tabel. Jika f value
lebih besar dari F tabel, berarti faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap
respon. Jadi, hanya faktor volume etanol dan faktor interaksi yang berpengaruh
signifikan terhadap kadar triterpen total yang didapatkan. Melihat hasil ini,
artinya, penggunaan volume etanol akan signifikan mempengaruhi kadar triterpen
tota yang diperoleh. Dalam hal ini, semakin tinggi volume etanol, maka akan
meningkatkan respon karena volume berefek meningkatkan respon kadar triterpen
total. Faktor interaksi berpengaruh signifikan terhadap kadar artinya, ada interaksi
antara suhu dan volume etanol yang berpengaruh signifikan yang berefek
menurunkan nilai respon. Adanya pengaruh signifikan interaksi yang menurunkan
respon ini harus dipertimbangkan agar mendapatkan kadar yang tinggi. Interaksi
antara suhu dan volume etanol yang berefek menurunkan respon ini artinya
semakin tinggi suhu dan semakin tinggi volume akan menimbulkan semakin
banyak interaksi yang berefek menurukan respon kadar triterpen total. Faktor suhu
yang tidak signifikan dalam mempengaruhi respon ini (F value < F tabel) berarti
adanya peningkatan suhu, tidak memberikan kenaikan respon yang signifikan.
p value yang didapat dilihat apakah p value lebih kecil dari 0,05. Jika p
value kedua respon lebih kecil dari 0,05 memiliki arti respon dapat dibuat
superimposed nya. p value yang diperoleh adalah 7,089 . 10-6. Namun, dalam
penelitian ini, hanya ada satu respon, yaitu kadar triterpen total. Jadi,
superimposed pun tidak dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 16. Contour plot kadar triterpen total (%b/b)
Gambar 16. menunjukkan bahwa daerah yang memenuhi batas kadar yang
baik hanya di bagian atas saja, yaitu di atas 0,75%. Batas kadar triterpen total
yang diterima adalah 0,75%. Angka ini diperoleh dari hasil penelitian Liang dkk
(2008). Daerah optimum yang diterima adalah bagian yang diarsir abu-abu, yaitu
di bagian atas. Seluruh titik di area abu-abu ini diprediksikan akan memenuhi
syarat ekstrak herba rumput mutiara yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor yang diprediksi berpengaruh signifikan terhadap kadar triterpen
total yang diperoleh pada proses digesti serbuk herba rumput mutiara
adalah volume etanol dan interaksi antara volume etanol dan suhu.
2. Faktor yang diprediksi paling dominan berpengaruh terhadap kadar
triterpen total yang diperoleh pada proses digesti serbuk herba rumput
mutiara adalah volume etanol.
3. Ditemukan area kondisi optimum antara suhu dan volume etanol dalam
proses ekstraksi herba rumput mutiara secara digesti terbatas pada level
yang diteliti.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai cara pemisahan asam ursolat dan asam
oleanolat, sehingga penetapan kadar asam ursolat dapat dilakukan secara murni,
yang terukur hanya asam ursolat saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
DAFTAR PUSTAKA
Alupului, A., dan Lavric, V., 2008, Ultrasound Extraction of Avtive Principles with Hypoglicaemic Activity from Medicinal Plants, http://www.aidic/it/IBIC2008/webpapers/86Alupului.pdf, diakses tanggal 20 Agustus 2011
Backer dan van den Brink, B., 1965, Flora of Java, Volume II, N. V. P Noordhoof-Groningen-The Netherlands Published under The Auspices of The Rijksher Barium, Leyden
Bolton, S., And Bon, C., 2004, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Applications, 4th ed, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 265-285, 506-520
Budavari, S., Neil, M.J.O., Smith, A., Heckelman, P. Z., 1989, The Merck Index an Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals, eleventh edition, penerbit Merck & Co. Inc. Rahway, H. J., USA, pp 1079, 1556
Depkes RI, 1977, Materia Medika, Jilid I, Departemen Kesehatan Repblik Indonesia, Jakarta, pp. 29-33
Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp. 1-15
Dekes RI, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 2-25
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Ed III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp. 4
De Voogd, C.N.A., Ir., Tanaman Apakah Ini Gerangan, diterjemahkan oleh Soetan Sanif, (9150), hal. 22, penerbit N.V. Uitgeverij W. Van Hoeve, Bandung
Du, H., dan Chen, X. Q., 2008, A Comparative Study of the Separation of Oleanolic Acid and Oleanolic Acid in Prunelle Vulgaris by High-Performance Liquid Chromatography and Cyclodextrin-Modified Micellar Electrokinetic Chromatography, Journal of the Iranian Chemical Society, Vol 6, No. 2, June 2009, 334-340
Gandjar, I. G. dan Rohman, A. , 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 353, 354
Garfield, F.M. 1991, Quality Assurance Principles for Analytical Laboratories AOAC International, USA, p. 71
Gbaguidi, F., Accrombessi, G., Moudachiron, M., Quetin-Leclercq, J., 2005, HPLC Quantification of Two Isomeric Triterpenic Acids Isolated From
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Mitracarpus scaber and Antimicrobial Activity on Dermatophilus congolensis, Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis 39 (2005) 990-995
Gritter, R. J., Bobbitt, J. M., dan Schwarting, A. E., 1985, Introduction to Chromatography, 2nd ed, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Hoyden-day inc, USA, pp. 84-85
Handayani, S., 2003, Efek Antiinflamasi Air Rebusan Herba Katepan (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) pada Mencit Betina, skripsi, xiii,1, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia, Penentuan Cara Modern Menganalisis Tanaman, Terbitan 2,Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung, pp 123-153
Haryanti, S., Junedi, S., Meiyanto, E., 2009, Ethanolic Extract of Hedyotis corymbosa L. Increases Cytotoxic Activity of Doxorubicin on MCF-7 Breast Cancer Cell, Indonesian Journal of Biotechnology vol 14, No. 1, 1146-1154
Haryanto, S., 2009, Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia, Penerbit Palmall, Yogyakarta, pp 427, 429
Lee, H.K., Nam, G.W., Kim, S. H., dan Lee S.H, 2006, Phytocomponents of triterpenoids,oleanolic acid and ursolic acid, regulated differently the processing of epidermal keratinocytes via PPAR-a pathway, Experimental Dermatology, Blackwell Munsgoard, Singapore
Liang Z., Jiang Z., Fong, D. W., dan Zhao Z., 2008, Determination of Oleanolic Acid and Ursolic Acid in Oldenlandia diffusa and Its Subtitute Using High Performance Liquid Chromatography, Journal of Food and Drug Analysis, Vol. 17, No 2, 2009,69-77
Liu, J., 1995, Review Article Pharmacology of Oleanolic and Ursolic Acid, Departement of Pharmacology and Toxicology and Therapeutics, University of Kansas Medical Center,Kansa City, USA
Muth, J. E, 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Application, Marcel Dekker Inc., Allright Revised, Mdnison Avenue, New York, pp. 265-280
Nasution, A. R., 2008, Isolasi senyawa Triterpenoid/Steroid dari Daun Tumbuhan Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa Wight.), Skripsi, 5,6, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Permatasari, V., 2008, Optimasi Volume Air dan Suhu dalam Proses Maserasi Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii M.) dengan Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, 1, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Pramesti, D. E, 2008, Optimasi Suhu dan Volume Etanol dalam Proses Maserasi Daun Stevia (Stevia rebaudiana Beronii. M.) dengan Aplikasi Desain Faktorial,Skripsi, 2, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Puspita, M. D, 2010, Identifikasi Kandungan Tanin dalam Ekstrak Etanolik Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dari Kebun Tanaman Obat Universitas Sanata Dharma dengan Metode KLT-Densitometri, Skripsi, 21,22, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rohman, A., 2009, Kromatorafi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 47-54
Sastrohamidjojo, H., 1985, Kromatografi, Ed I, Penerbit Liberty, Yogyakarta, pp. 26-30
Skrzypek, Z. dan Wysokinska, H., 2003, Sterols and Triterpenes in Cell Culture of Hyssopus officinalis L., Laboratory of Biology and Pharmaceutical Botny, Medical University, Muszynkiego 1, 308-312
Stahl, E., 1983, Analisis Obat secara Kromatorafi dan Mikroskopi, Penerbit ITB, Bandung, pp. 3-18
Stock, R., dan C. B. F. Rice, 1974, Chromatographic Methods, Thrird Edition, 283, Chapman and Hall and Scuence Paper Backs, Great, Britain, pp. 58
Wibowo, I. M, 2010, Identifikasi Kandungan Kafein dalam Ekstrak Etanolik Daun Teh (Camellia sinensis L.) dari Daerah Boyolali dengan Metode KLT-Densitometri, Skripsi, 19-20, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Wijayakesuma, H., H. M., 1992, Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia, Penerbit Pustaka Kartini, Jakarta, pp 11-12
Wulansari, Y. D., 2011, Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri pada Penetapan Kadar Kurkumin dala Sediaan Cair Obat Herbal Terstandar (OHT) Kiranti ®, Skripsi, 38-40, Universitas Sanatha Dharma, Yogyakarta
Wojciak-Kosior, M., 2007, Application of High Performance Thin-layer-chromatography to Separation of Oleanoic, Ursolic and Betulinic Acids, Journal of Pre-Clinical and Clinical Research, Vol 1, No 2, 176-178
Yamaguchi, H., Noshita, T., Kidachi, Y., Umetsu, H., Hayashi, M., Komiyama, K. dkk, 2008, Isolation of Ursoluic Acid from Apple Peels and Its Specific Efficacy as a Potent Antotimor Agent, Journal of Health Science, 54(6), 654-660
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 2.Certificate of Analysis Baku Asam Ursolat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 3. Data Penimbangan Bahan
1. Baku Asam Ursolat
Penimbangan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Berat kertas (g) 0,2427 0,2547 0,2401 Berat kertas + zat (g) 0,2533 0,2650 0,2503 Berat kertas + sisa (g) 0,2433 0,2548 0,2402 Berat zat (g) 0,0100 0,0102 0,0101
2. Serbuk Rumput Mutiara Hasil Defatisasi
Kondisi Ekstraksi Replikasi Berat kertas
(g) Berat kertas
+ zat (g) Berat kertas
+ sisa (g) Berat zat
(g)
1 (30oC, 25 mL)
1 0,4140 5,4142 0,4140 5,0002 2 0,4186 5,4187 0,4187 5,0000 3 0,4201 5,4205 0,4209 4,9996
a (60oC, 25 mL)
1 0,4135 5,4138 0,4138 5,0000 2 0,4214 5,4214 0,4214 5,0000 3 0,4099 5,4100 0,4100 5,0000
b (30oC, 100
mL)
1 0,4143 5,4145 0,4149 4,9996 2 0,4100 5,4100 0,4100 5,0000 3 0,4193 5,4197 0,4198 4,9999
ab (60oC, 100
mL)
1 0,4251 5,4251 0,4253 4,9998 2 0,4186 5,4190 0,4188 5,0002 3 0,2494 5,2494 0,2498 4,9996
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 4. Sistem Kromatografi Lapis Tipis Densitometri yang Digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 5. Spektrum Baku Asam Ursolat pada 200-700 nm
Track Baku Λmaks 1 Seri rendah 538 nm 2 Seri tengah 537 nm 3 Seri tinggi 537 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 6. Validasi Metode
1. Pembuatan Larutan Stok dan Seri Larutan Baku Asam Ursolat (AU)
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Hasil penimbangan (g) 0,0100 0,0102 0,0101 Faktor koreksi 99% 99% 99% Konsentrasi stok (ppm) 990 1009,8 999,9
Konsentrasi seri 1 (ppm) C1 V1 = C2 V2
990x0,5 = C2x5 C2 = 99
C1 V1 = C2 V2 1009,8x0,5 = C2x5
C2 = 100,98
C1 V1 = C2 V2 999,9x0,5 = C2x5
C2 = 99,99
Konsentrasi seri 2 (ppm) C1 V1 = C2 V2 990x1 = C2x5
C2 = 198
C1 V1 = C2 V2 1009,8x1 = C2x5
C2 = 201,96
C1 V1 = C2 V2 999,9x1 = C2x5
C2 = 199,98
Konsentrasi seri 3 (ppm) C1 V1 = C2 V2
990x1,5 = C2x5 C2 = 297
C1 V1 = C2 V2 1009,8x1,5 = C2x5
C2 = 302,94
C1 V1 = C2 V2 999,9x1,5 = C2x5
C2 = 299,97
Konsentrasi seri 4 (ppm) C1 V1 = C2 V2 990x2 = C2x5
C2 = 396
C1 V1 = C2 V2 1009,8x2 = C2x5
C2 = 403,92
C1 V1 = C2 V2 999,9x2 = C2x5
C2 = 399,96
Konsentrasi seri 5 (ppm) C1 V1 = C2 V2
990x2,5 = C2x5 C2 = 495
C1 V1 = C2 V2 1009,8x2,5 = C2x5
C2 = 504,9
C1 V1 = C2 V2 999,9x2,5 = C2x5
C2 = 499,95
2. Linearitas
Baku asam ursolat Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Seri baku (ppm) AUC Seri baku
(ppm) AUC Seri baku (ppm) AUC
99 5372,3 100,98 3799,9 99,99 4827,6 198 8513,7 201,96 6414 199,98 7929,2 297 10876,4 302,94 8375,7 299,97 10252,4 396 11673 403,92 9301,5 399,96 11668,8 495 13860,3 504,9 11491,7 499,95 14614,9
A 4018,55 A 2395,23 A 2864,32 B 20,3387 B 18,0938 B 23,3165 r 0,9816 r 0,9893 r 0,9933
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
3. Akurasi dan Presisi
Seri baku (ppm) AUC 99,99 4225,8 A = 2666,87
B = 19,3136 r = 0,9952
y = 19,3136x + 2666,87
199,98 6906,2 299,97 8596 399,96 10478,3 499,95 12095,6
Kadar
sebenarnya (ppm)
AUC Kadar terukur (ppm)
Recovery
(%)
Rendah 99
100,98 99,99
4406,2 4505,3 4779,9
90,06 95,19
109,41
90,97 94,26 109,42
SD = 3023,26 CV = 3,01
Rata-rata 100,33 98,22
Tengah 297
302,94 299,97
8281,3 8304,8 9142,7
290,70 291,92 335,30
97,89 96,36 111,78
SD = 1811,57 CV = 0,57
Rata-rata 320,55 102,01
Tinggi 495
504,9 499,95
12300,1 12652,4 12172,7
498,78 517,02 492,18
100,76 102,40 98,45
SD = 5338,94 CV = 1,06
Rata-rata 505,32 100,54
y = 19.314x + 2666.9R² = 0.9905
02000400060008000
100001200014000
0 100 200 300 400 500 600
AU
C
Konsentrasi (ppm)
Grafik Kurva Baku untuk Akurasi dan Presisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
4. Selektivitas
Replikasi sampel
Rf1 Rf2 Resolusi
2(max 푅푓2 − max 푅푓1)(푒푛푑 푅푓1 − 푠푡푎푟푡 푅푓1) + (푒푛푑 푅푓2 − 푠푡푎푟푡 푅푓2)
Max Start End Max Start End
1 0,38 0,35 0,42 0,47 0,46 0,51 1,50 2 0,38 0,36 0,42 0,47 0,44 0,50 1,50 3 0,38 0,36 0,42 0,47 0,44 0,50 1,80 4 0,38 0,36 0,41 0,47 0,46 0,51 1,50 5 0,38 0,35 0,42 0,47 0,45 0,50 1,50
Keterangan Rf1 : retardation factor untuk bercak asam ursolat Rf2 : retardation factor untuk bercak yang paling dekat dengan bercak asam ursolat
5. Akurasi dan Presisi dalam Matriks Sampel
Seri baku (ppm) AUC 99,99 5087,9 A = 3265,75
B = 21,8803 r = 0,9932
y = 21,8803x + 3265,75
199,98 7789,7 299,97 10468,7 399,96 11755,6 499,95 14044
Sampel AUC Kadar (ppm) Ekstrak replikasi 1 9265 274,18 Ekstrak replikasi 2 9226,3 272,42 Ekstrak replikasi 3 9219,2 272,09
Ekstrak adisi replikasi 1 11466,3 374,79 Ekstrak adisi replikasi 2 11393,7 371,47 Ekstrak adisi replikasi 3 11491,8 375,96
y = 21.88x + 3265.7R² = 0.9864
0
5000
10000
15000
0 100 200 300 400 500 600
AU
C
Konsentrasi (ppm)
Grafik Kurva Baku untuk Akurasi dan Presisi dalam Matriks Sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Sampel Recovery baku (%) Rata-rata SD CV (%)
Ekstrak adisi replikasi 1 100,62 101,19 2,45 2,43 Ekstrak adisi replikasi 2 99,07
Ekstrak adisi replikasi 3 103,88
Lampiran 7. Perhitungan Kadar Triterpen Total
1. Kurva Baku Penetapan Kadar Triterpen Total
Seri baku (ppm) AUC 99,99 4662,6 A = 2994,83
B = 19,91489 r = 0,9921
y = 19,91489x + 2994,83
199,98 7237,2 299,97 9459,8 399,96 10492,5 499,95 12991,4
Contoh perhitungan kadar triterpen total
Persamaan regresi linear yang diperoleh: y = 19,91489x + 2994,83
AUC sampel = 10322.7 (kondisi (1) replikasi 1)
Kadar analit dalam sampel : y = 19,91489x + 2994,83
10322.7 = 19,91489x + 2994,83
x = 381.089ppm = 381.089 mg/1000 mL
= 3,811mg/10mL
y = 19,9149x + 2994,83r = 0,9921
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
0 200 400 600
AU
C
Konsentrasi (ppm)
Grafik Kurva Baku Penetapan Kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Jadi, kadar triterpen total dalam 10 mL larutan ekstrak atau dalam 5 mL ekstrak = 3,811mg
Jadi, kadar titerpen total dalam 1 mL ekstrak = 3,811mg / 5 = 0.762 mg
Untuk mendapatkan bobot triterpen total yang didapat dalam seluruh hasil digesti (triterpen total yang tersari), jumlah kadar triterpen total dalam 1 mL ekstrak perlu dikali dengan volume ekstrak awal, yaitu 25 ml untuk kondisi (1) dan (a), 100 ml untuk kondisi (b) dan (ab).
Bobot triterpen total yang diperoleh dari proses ekstrasi 5g serbuk herb rumput mutiara : 0.762 mg x 25 = 19.055mg = 0,019055 g
% b/b triterpen total terhadap berat serbuk = , ,
푥 100% = 0.381 % b/b
Setelah itu, dicari rata-rata, SD dan %CV dari 3 replikasi pada masing-masing kondisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
2. Hasil Perhitungan Kadar Triterpen Total
Kondisi Replikasi AUC Konsentrasi (ppm)
TT dalam
lar. sampel (mg)
TT dalam 1mL
ekstrak (mg)
volume etanol (mL)
TT dalam 5 g serbuk
(mg)
% b/b TT terhadap
berat serbuk
rata-rata kadar TT (% b/b)
SD %CV
1 1 10322.7 381.089 3.811 0.762 25 19.055 0.381 0.365 0.0242 6.631
2 10239.5 376.332 3.763 0.753 25 18.817 0.376
3 9551.3 336.978 3.370 0.674 25 16.849 0.337
a 1 11856.5 468.798 4.688 0.938 25 23.440 0.469 0.473 0.0050 1.054
2 11890.4 470.736 4.707 0.942 25 23.537 0.471
3 12021.5 478.233 4.782 0.957 25 23.912 0.478
b 1 6898.9 185.304 1.853 0.371 100 37.061 0.741 0.725 0.0348 4.798
2 6652.2 171.197 1.712 0.342 100 34.239 0.685
3 6929.2 187.037 1.870 0.374 100 37.407 0.748
ab 1 7045.3 193.676 1.937 0.387 100 38.735 0.775 0.719 0.0672 9.339
2 6476.3 161.138 1.611 0.322 100 32.228 0.645
3 6885.5 184.538 1.845 0.369 100 36.908 0.738
Keterangan : TT = triterpen total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 8. Data Rendemen Ekstrak
1 a b ab R 1 (g) R 2(g) R 3(g) R 1(g) R 2(g) R 3(g) R 1(g) R 2(g) R 3(g) R 1(g) R 2(g) R 3(g) Berat botol timbang
18,2527 13,0387 13,3128 19,4491 11,5325 18,9530 17,8187 18,8836 19,3096 14,0625 14,5781 16,7073
bt + ekstrak kental
18,2795 13,0611 13,3370 19,4835 115593 18,9857 17,8391 18,9037 19,3289 14,0870 14,6042 16,7336
Berat ekstrak kental
0,0268 0,0224 0,0242 0,0344 0,0268 0,0327 0,0204 0,0201 0,0193 0,0245 0,0261 0,0263
bt + ekstrak kering
18,2793 13,0599 13,3362 19,4828 11,5584 18,9804 17,8384 18,9022 19,3286 14,0862 14,6035 16,7333
berat ekstrak kering
0,0266 0,0212 0,0234 0,0337 0,0259 0,0274 0,0197 0,0186 0,019 0,0237 0,0254 0,026
% rendemen ekstrak kering (%) % rendemen ekstrak kering
2,660 2,120 2,340 3,370 2,590 2,740 7,881 7,440 7,600 9,480 10,160 10,401
Rata-rata % rendemen ekstrak kering
2,373
2,900
7,640
10,014
Ket: bt = berat botol timbang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 9. Data Desain Faktorial
1. Persamaan Desain Faktorial
Call: lm(formula = respon ~ a + b + a * b, data = data) Coefficients: (Intercept) a b a:b 8.712e-02 4.262e-03 6.875e-03 -4.427e-05 y = 0.08712 + 0.004262xa + 0.006875xb - 0.00004427xaxb
2. Perhitungan Nilai Efek
formula suhu waktu interaksi respon 1 -1 -1 1 0,3648
a 1 -1 -1 0,4726 b -1 1 -1 0,7247 ab 1 1 1 0,7192 efek suhu 0,05115 efek volume 0,30325
efek interaksi -
0,05665 perhitungan:
efek suhu = , , , , = 0,05115
efek volume = , , , , = 030325
efek interaksi = , , , , = 0,05665
faktor dominan yang berpengaruh pada respon adalah fakor volume etanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3. Signifikansi
Residual standard error: 0.03494 on 8 degrees of freedom Multiple R-squared: 0.9771, Adjusted R-squared: 0.9684 F-statistic: 113.5 on 3 and 8 DF, p-value: 6.763e-07 Analysis of Variance Table Response: respon Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) a 1 0.00604 0.00604 4.9461 0.05683 . b 1 0.40238 0.40238 329.5581 8.71e-08 *** a:b 1 0.00744 0.00744 6.0936 0.03880 * Residuals 8 0.00977 0.00122 --- Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
Jika F value lebih besar dari F table maka faktor tersebut signifikan berpengaruhi respon kadar.
Lampiran 10. Kromatogram
A. Kromatogram optimasi fase gerak
1. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 100:3:0,07 v/v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
2. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 95:5:0,07 v/v
3. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 96:4:0,07 v/v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
4. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 97:3:0,07 v/v
5. Kromatogram elusi dengan fase gerak toluen - aseton - asam asetat dengan perbandingan 90:10:0,07 v/v
B.Kromatogram seri baku asam ursolat replikasi 3
1. Seri 1 (99,99 ppm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
2. Seri 2 (199,98 ppm)
3. Seri 3 (299,97 ppm)
4. Seri 4 (399,96 ppm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
5. Seri 5 (499,95 ppm)
C. Kromatogram akurasi dan presisi metode
1. Baku 1
2. Baku 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
3. Baku 3
4. Baku 4
5. Baku 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
6. Rendah replikasi 1
7. Tengah replikasi 1
8. Tinggi replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
9. Rendah replikasi 2
10. Tengah replikasi 2
11. Tinggi replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
12. Rendah replikasi 3
13. Tengah replikasi 3
14. Tinggi replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
D.Kromatogram akurasi dan presisi dalam matriks sampel
1. Baku 1
2. Baku 2
3. Baku 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4. Baku 4
5. Baku 5
6. Sampel tanpa adisi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
7. Sampel tanpa adisi 2
8. Sampel tanpa adisi 3
9. Sampel dengan adisi baku 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
10. Sampel dengan adisi baku 2
11. Sampel dengan adisi baku 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
F.Kromatogram penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak etanolik herba rumput mutiara
1. Baku 1
2. Baku 2
3. Baku 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
4. Baku 4
5. Baku 5
6. Ekstrak kondisi (1) (suhu 30oC, volume etanol 25 mL) replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
7. Ekstrak kondisi (1) (suhu 30oC, volume etanol 25 mL) replikasi 2
8. Ekstrak kondisi (1) (suhu 30oC, volume etanol 25 mL) replikasi 3
9. Ekstrak kondisi (a) (suhu 60oC, volume etanol 25 mL) replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
10. Ekstrak kondisi (a) (suhu 60oC, volume etanol 25 mL) replikasi 2
11. Ekstrak kondisi (a) (suhu 60oC, volume etanol 25 mL) replikasi 3
12. Ekstrak kondisi (b) (suhu 30oC, volume etanol 100 mL) replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
13. Ekstrak kondisi (b) (suhu 30oC, volume etanol 100 mL) replikasi 2
14. Ekstrak kondisi (b) (suhu 30oC, volume etanol 100 mL) replikasi 3
15. Ekstrak kondisi (ab) (suhu 60oC, volume etanol 100 mL) replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
16. Ekstrak kondisi (ab) (suhu 60oC, volume etanol 100 mL) replikasi 2
17. Ekstrak kondisi (ab) (suhu 60oC, volume etanol 100 mL) replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
BIOGRAFI PENULIS
Penulis lahir pada tanggal 1 Juli 1990 di Sleman. Lahir
dari ayah bernama Bambang Nugroho dan Ibu bernama
Lo Lie Ing, memiliki satu saudara laki-laki dan dua
saudara perempuan. Penulis telah menyelesaikan masa
studi di TK Mutiara Persada Yogyakarta pada tahun
1994 sampai tahun 1996, SD Tarakanita Bumijo
Yogyakarta pada tahun 1996
sampai tahun 2002, SMP Stella Duce 1 Yogyakarta pada tahun 2002 sampai
dengan 2005, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta pada tahun 2005 sampai dengan
2008, dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada
tahun 2008 sampai dngan tahun 2011. Mempunyai pengalaman kerja sebagai
asisten praktikum Kimia Dasar (2009), Spektroskopi (2010), Farmasi Fisika II
(2010 dan 2011), Formulasi dan Teknologi Sediaan Semi Solid (2011). Penulis
pernah tergabung dalam event Organizer Miracle (2007-2008), dan sampai saat
ini, penulis tergabung dalam tim tamborin di Gereja Kristus Penebus. Penulis aktif
dalam organisasi dan kegiatan Kemahasiswaan di Fakultas Farmasi USD, antara
lain Panitia Talkshow AIB-kah AIDS?, Panitia Pengobatan Gratis JMKI (2008),
Panitia Farmasi Untuk Sakolah Dasar (2009), Panitia KIO 2009, Panitia titrasi
2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI