plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · mengalami kesulitan dalam mengikuti proses...
TRANSCRIPT
KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA
DALAM MENDAMPINGI ANAK-ANAK HIPERAKTIF Studi Kasus Pendidikan Anak Hiperaktif di TK Pius X Magelang
Tahun Ajaran 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
A.M.Witantri
NIM : 101114065
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA
DALAM MENDAMPINGI ANAK-ANAK HIPERAKTIF Studi Kasus Pendidikan Anak Hiperaktif di TK Pius X Magelang
Tahun Ajaran 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
A.M.Witantri
NIM : 101114065
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
YANG BENAR-BENAR SUKSES
ADALAH
IA YANG TELAH MELEWATI
PARADIGMA SUKSES DAN GAGAL
(Gobind Vasdev)
Skripsi ini saya persembahan kepada:
Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus
Yayasan Tarakanita
Bapak dan Ibu tercinta
Program Studi Bimbingan dan Konseling USD
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA
DALAM MENDAMPINGI ANAK-ANAK HIPERAKTIF Studi Kasus Pendidikan Anak Hiperaktif di TK Pius X Magelang
Tahun Ajaran 2014/2015
A.M. Witantri
Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini merupakan studi kasus tentang Pendidikan Anak Hiperaktif di TK Pius X Magelang Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kerjasama antara guru dan orang tua dalam mendampingi anak hiperaktif. Pola kerjasama tersebut nampak dalam proses mengenali, memahami dan mendampingi anak hiperaktif sehingga mereka terbantu mengembangkan potensinya secara optimal.
Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini, sedangkan untuk menelusuri peristiwa-peristiwa kontemporer (yang terjadi pada masa kini) peneliti menggunakan studi kasus dengan mengamati pola kerjasama guru dan orang tua dalam pendampingan aktivitas, proses belajar dan bersosialisasi anak hiperaktif baik di dalam maupun di luar kelas berdasarkan aspek emosional, intelektual dan sosial. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama guru dan orang tua di TK Pius X Magelang diwujudkan dengan saling memberikan informasi tentang perkembangan yang dialami anak, mengadakan pertemuan bersama untuk evaluasi tentang perkembangan anak, serta mengadakan homevisit sebagai tindak lanjut dalam proses pendampingan. Selain kerjasama tersebut pemberian penghargaan dalam bentuk token disadari sebagai salah satu metode yang sangat membantu anak yang memiliki kecenderungan hiperaktif. Metode ini sebagai motivasi agar anak semakin bertekun dan disiplin, sedangkan puzzle diberikan sebagai sarana untuk membuat mereka menjadi lebih fokus.
Studi kasus ini menghasilkan temuan bahwa kerjasama guru dan orang tua, perhatian (afeksi) dan kesempatan bersosialisasi merupakan hal yang masih perlu dikembangkan dalam pendampingan anak dengan kecenderungan hiperaktif. Perhatian (afeksi) dimulai dari rumah, oleh karenanya Orang tua perlu memberikan perhatian, mendampingi belajar dan memberikan kesempatan bagi anak dengan kecenderungan hiperaktif untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Mengingat bahwa anak seusia taman kanak-kanak berada pada masa atau tahapan bermain, bersosialisasi dengan teman sebaya lewat permainan akan membantu mereka mampu mencapai tahap perkembangannya.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
COOPERATION OF TEACHERS AND PARENTS
IN ACCOMPANYING HYPERACTIVE CHILDREN
Case Study of Hyperactive Children Education
in Kindergarten of Pius X Magelang
Academic Year 2014/2015
A.M. Witantri Sanata Dharma
2015
This research is a case study of hyperactive children education in kindergarten Pius X Magelang in Academic Year of 2014/2015. The purpose of this study is to determine the pattern of cooperation between teachers and parents in assisting hyperactive children. The cooperation pattern appears in the process of recognizing, understanding and assisting hyperactive children so they can be helped to develop their potential optimally.
Qualitative methods is used in this study, while to explore contemporary events (which occur at present) researcher use a case study examining the pattern of cooperation with teachers and parents in mentoring activities, learning and socializing hyperactive children both inside and outside the classroom based aspects of emotional, intellectual and social. To obtain the necessary data, researcher used the method of observation and interviews.
The results showed that the cooperation of teachers and parents in kindergarten of Pius X Magelang in mentoring hyperactive children has been running well. Cooperation exists between principals, teachers and parents with the help of a psychologist by means of sharing information about the development of hyperactive children both at home and at school.
The award is recognized as one of the methods that very helpfull to the children who have a tendency to hyperactivity while attending the learning process. Giving token is also a method that can be taken to give motivation they can be diligent and discipline, while the puzzle is given as a means to make them become more focused.
This case study produced the finding that attention (affection) and the opportunity to socialize are things that still need to be developed in assisting children with hyperactive tendencies. Attention (affection) starts at home, therefore the parents need to pay attention, accompanying learningand give opportunities to the children with hyperactive tendency to socialize with their environment. Concern that the children of kindergarten age are in a phase of playing, therefore to be socialized with their friends through playing will help them to reach the stage of development
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang telah menganugerahkan rahmat
kesehatan dan penyertaan-Nya selama proses menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan limpah terimakasih kepada Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo
Carolus Borromeus melalui Yayasan Tarakanita yang telah memberi saya kesempatan
untuk belajar.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skrisi ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih secara tulus kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. CB Mulyatno Pr selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan total telah
memberikan waktu, masukan, koreksi, serta motivasi kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Budi Sarwono yang telah membantu untuk menyelesaikan revisian
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai
ilmu pengetahuan yang sungguh sangat berguna bagi penulis.
5. Kepala Sekolah dan staf di TK Pius X Magelang.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………….iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………….iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………………..v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA …………......vi
ABSTRAK ………………………………………...……………………………......vii
ABSTRACK ………………………………………….…………………..……...…viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….ix
DAFTAR ISI ……………………………………..………………...………………..xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...………..xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah …………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...6
C. Tujuan Penelitian ……………………………...……………………….…7
D. Manfaat Hasil Penelitian ……………………………………………….....7
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak …………………………………………………...11
B. Pengertian Taman Kanak-kanak ………………………………….…....16
C. Pengertian Hiperaktif …………………………………………………..16
D. Kerjasama Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan ……………………23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………………25
B. Subjek Penelitian ………………………………………………………26
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………………….29
D. Instrumen Penelitian ……………………………………………………33
E. Tahap-tahap Penelitian …………………………………………………33
F. Sumber Data ………………………………………………………........35
G. Teknik Analisis Data …………………………………………………..35
H. Studi Kasus ............................................................................................................. 36
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ……………………………… .......................................... 39
B. Observasi ..................................................................................................................... 41
C. Wawancara ................................................................................................................. 46
D. Analisis Masalah ...................................................................................................... 61
1. Sintesis ...................................................................................................................61
2. Diagnosis dan prognosis ................................................................................... 64
3. Treatment ..............................................................................................................69
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………...71
B. Saran …………………………………………………………………….74
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….75
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Hari dan tanggal observasi
Lampiran II : Hasil observasi
Lampiran III : Hasil wawancara
Lampiran IV: Biodata subjek
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah yang mendeskripsikan mengenai
kejadian yang terjadi di lapangan. Selain itu pada bab ini juga dideskripsikan
mengenai perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat hasil penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Masa kanak-kanak merupakan fase yang sangat penting dan berharga,
karena merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Oleh
sebab itu masa anak sering disebut sebagai usia emas (golden age), karena pada
masa ini fisik dan otak anak sedang berada di dalam masa pertumbuhan
terbaiknya. Masa ini menjadi suatu peluang atau kesempatan besar dalam
pertumbuhan dan pembentukan pribadi seseorang.
Dalam perkembangan anak usia dini, usia 4-6 tahun adalah masa yang
sangat baik dalam pembentukan karakter dan kepribadian sesuai dengan keunikan
yang dimiliki masing-masing anak. Sebagian besar waktu anak dihabiskan
bersama keluarga, maka pendidikan di dalam keluarga menjadi sangat penting
serta mendasari proses pendidikan selanjutnya. Hal-hal positif dalam keluarga
akan membawa perkembangan yang positif bagi anak. Peran orang tua sangat
penting dalam pendidikan anak usia dini karena dari orang tua mereka
menemukan contoh nyata yang bisa ditiru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Menurut Andria Charles M.Psi, Psikolog anak dari Lembaga Psikologi
Terapan Universitas Indonesia orang tua perlu memberikan pendidikan dan contoh
yang baik bagi anak-anak mereka. Salah satu contoh yang perlu diberikan oleh
orang tua kepada anak adalah sopan santun yang ditampakkan dari tutur kata dan
perbuatan. Contoh konkret yang dapat diterapkan orang tua dalam mengajarkan
sopan santun antara lain: 1) mengajari anak meminjam barang teman dengan
permintaan yang baik, seperti: “bolehkah aku meminjam bukumu?”, 2)
mengucapkan terimakasih setelah menerima pertolongan atau menerima sesuatu,
3) mengucapkan maaf ketika menyadari telah melakukan kesalahan, 4) meminta
tolong ketika membutuhkan bantuan (Tjahjo, 2014: 48-50). Teladan perilaku baik
yang diperkenalkan kepada anak sejak usia di bawah tiga tahun akan berdampak
positif karena pada masa itu anak mudah sekali menyerap dan meniru perilaku dan
perkataan orang tuanya. Dalam hal ini orang tua mengambil peran sebagai role
model atau contoh nyata bagi anak usia dini melalui perilaku, tindakan dan
perkataan mereka.
Selain keluarga, pendidikan prasekolah yang sering disebut sebagai masa
taman kanak-kanak juga merupakan wadah pendampingan anak usia dini.
Pendidikan prasekolah merupakan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum
memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan luar
sekolah. Kegiatan pendampingan anak pada masa Taman Kanak-kanak mencakup
kegiatan pendidikan, penanaman nilai, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan prasekolah ini dimaksudkan untuk membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
anak-anak mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya melalui berbagai
bentuk permainan karena metode bermain sesuai dengan situasi anak dalam
rentang usia empat sampai enam tahun.
Pada usia taman kanak-kanak, anak pada umumnya sangat aktif. Mereka
seolah tidak memiliki rasa lelah ketika bermain serta mampu mengekspresikan
emosi secara terbuka. Seorang anak yang aktif umumnya menunjukkan sikap
tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Muncul anggapan para pembimbing anak usia dini bahwa anak-anak
yang sangat aktif memiliki konsentrasi belajar yang rendah sehingga cenderung
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.
Menurut teori bimbingan dan konseling, upaya untuk mewujudkan
perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individual,
harus sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan,
dan kekurangan, kelemahan serta permasalahannya (Erman Amti dan Prayitno.
1994: 1). Para pembimbing anak usia dini perlu memahami situasi dan kebutuhan
setiap anak agar proses pendampingan berjalan secara efektif.
Kerjasama orang tua dan guru sangat penting dalam proses pendampingan
anak. Kerjasama tersebut penting agar orang tua dan guru bisa saling berbagi
pemahaman terhadap situasi dan perkembangan anak baik di rumah maupun di
sekolah, serta menemukan model bimbingan yang sesuai dengan situasi dan
kebutuhan anak.
Perilaku siswa-siswi usia prasekolah saat ini beragam, salah satu
perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya
mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang
secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif. Hiperaktif sebagai salah
satu bagian dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dikategorikan
pada gangguan yang memiliki ciri-ciri keaktifan yang berlebihan. Terhadap
kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan
mendidiknya.
Anak hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
(innatention) pada suatu obyek tertentu, tidak tenang, tidak bisa mengontrol diri,
banyak bicara tetapi ada juga yang pasif (diam), mengikuti kehendak sendiri
(impulsif) dan terlalu banyak beraktivitas fisik. Mereka membutuhkan rangsangan
khusus supaya perkembangan kognitif, sosial, emosi, perilaku dan motoriknya
dapat berjalan dengan baik (Anisa Renang Yulianti, dr. 2011:2). Untuk itulah
dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut
supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya.
Dewasa ini jumlah anak usia 4-6 tahun yang tergolong hiperaktif di
Indonesia cukup banyak. Menurut psikolog anak fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, MG Adiyanti, jumlah anak usia 4-6 tahun yang
tergolong hiperaktif mencapai 10% dari jumlah anak usia tersebut di Indonesia
(www.kesekolah.com diakses dari internet 9 Agustus 2014, pukul 21.15 WIB).
Di Asia jumlah anak hiperaktif berkisar antara 3-10%. Di Amerika,
penyandang hiperaktif berjumlah sekitar 5-10%. Di Belanda, jumlah anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
hiperaktif di usia tersebut berkisar antara 2-8%. Di antara anak-anak usia tersebut,
sekitar 2% merupakan ADHD (Attention Defecit Hyperaktif Disorder) dengan
gejala sangat parah. Banyaknya anak yang tergolong hiperaktif menunjukkan
bahwa ada kemendesakan penelitian terhadap mereka demi pendampingan yang
lebih baik. Problem pendampingan kepada anak hiperaktif juga terkait dengan
banyaknya orang tua yang belum bisa menerima keadaan anak hiperaktif (Arga
Paternotte & Jan Buitelaar,2010: 9-10).
Pada tahun ajaran 2014/2015 terdapat dua anak hiperaktif di TK Pius X
Magelang. Anak hiperaktif merupakan anak yang memiliki kebutuhan khusus
sehingga keberadaan mereka menjadi perhatian kepala sekolah dan para guru
dalam upaya mereka membantu dan mendampingi anak dengan kecenderungan
ini. Bagi para pendidik di sekolah ini, anak hiperaktif juga memiliki hak yang
sama dengan anak lainnya dalam mendapatkan pendidikan dan pendampingan.
Selain itu anak hiperaktif juga memiliki banyak potensi yang dapat
dikembangkan. Oleh karena itulah para guru dan orang tua mengupayakan pola
kerjasama dalam mengupayakan pendampingan sesuai dengan situasi dan
kebutuhan anak berkebutuhan khusus ini. Anak-anak ini perlu diarahkan agar
dengan kekhususan yang dimiliki, mereka mampu meraih harapan dan cita-
citanya ke depan. Oleh sebab itu, diperlukan kerjasama dan komunikasi intensif
antara pihak sekolah dan orang tua untuk melihat perkembangan anak-anak
mereka.
Kerjasama pendampingan yang diupayakan bersama tersebut tidak terlepas
dari berbagai kendala, kadang kala baik orang tua maupun guru mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kesulitan ketika pemikiran dan pendapat kedua belah pihak tidak sejalan, sehingga
dibutuhkan waktu dan upaya dialog untuk menyelaraskannya. Salah satu contoh
kendala yang berpotensi menghambat kerjasama pendampingan adalah ketika
orang tua kurang konsekuen dengan kesepakatan yang dibuat dengan alasan
bahwa mereka tidak sabar menunggu hasil. Orang tua lebih senang melakukan
eksperimen dengan membawa anak dari satu psikolog ke psikolog yang lainnya
tanpa mau memahami bahwa perubahan atau perkembangan anak membutuhkan
proses. Situasi inilah yang membuat kepala sekolah dan para guru menyerahkan
semua keputusan kepada orang tua dengan resiko terjadi stagnasi dan
inkonsistensi dalam pendampingan anak.
Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut kerjasama orang tua dan guru di
TK Pius Magelang sebab hal ini dirasa sangat penting dalam pendampingan anak
hiperaktif. Berdasarkan prinsip bimbingan, dalam diri tiap anak terkandung
kebaikan-kebaikan. Setiap pribadi mempunyai potensi. Pendidikan adalah sarana
untuk membantu anak-anak untuk mengembangkan potensinya (Prayitno,
2004:218).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menyusun rumusan
masalah berdasarkan prinsip pelaksanaan layanan (Prayitno, 2004:221-222)
sebagai berikut:
1. Apa bentuk kerjasama guru dan orang tua di TK Pius X Magelang dalam
memahami dan mengenali anak-anak hiperaktif?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Pendampingan di sekolah dan di rumah seperti apa yang sesuai untuk
membantu perkembangan anak hiperaktif agar mereka berkembang secara
utuh?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Memahami kerjasama guru dan orang tua dalam rangka mengenali dan
mendampingi anak-anak hiperaktif di TK Pius X Magelang.
2. Menemukan model pendampingan yang sesuai bagi anak-anak hiperaktif di
TK Pius X Magelang dengan mempertimbangkan situasi dan serta kebutuhan
mereka.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, dengan meneliti kerjasama guru dan orang tua dalam upaya
memahami dan memberikan bimbingan khusus kepada anak hiperaktif,
penelitian ini semakin membuka wawasan dan memberi sumbangan agar
program studi bimbingan dan konseling semakin mampu memberikan
bimbingan khusus kepada anak hiperaktif. Dengan demikian anak–anak
berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan dan pendampingan yang
sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mencapai perkembangan yang utuh
dan optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Setelah memahami anak hiperaktif dan pentingnya kerjasama guru dan
orang tua dalam poses pendampingan anak, penulis memiliki pengalaman
baru untuk mendampingi dan memberikan bimbingan bagi anak
hiperaktif, orang tua dan guru mereka.
b. Bagi orang tua
Membantu orang tua membuka hati supaya terjalin komunikasi dan
kerjasama dengan guru sebagai pembimbing di sekolah agar orang tua
semakin mampu menerima kelebihan dan kekurangan anak mereka.
Dengan demikian orang tua semakin mampu mendampingi anak-anak
mereka demi perkembangan yang optimal sesuai bakat dan potensi yang
dimiliki.
c. Bagi guru (para pendidik dan pendamping)
Memberikan wawasan dan pengetahuan bahwa kerjasama antara guru dan
orang tua sangat penting dalam pendampingan khusus bagi anak-anak
hiperaktif.
d. Bagi anak hiperaktif
Dengan adanya penelitian ini, anak hiperaktif di TK Pius X Magelang
mendapatkan bimbingan yang lebih intensif dan komprehensif baik dari
sekolah maupun keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Definisi Operasional
a . Masa perkembangan anak merupakan masa perubahan dan tumbuh
kembang seorang anak. Masa anak-anak mulai belajar untuk meraih,
mencengkeram dan memegang. Mereka juga belajar untuk merangkak,
berdiri dan berjalan. Dalam periode ini anak belajar untuk mengekplorasi
dan mengerti dunia mereka melalui perasaan dan juga aktivitas motorik..
Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri, belajar
menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya, Serta mulai belajar
membaca, menulis dan berhitung. Pada masa ini anak-anak memiliki
kebutuhan untuk mulai meniru apa yang mereka lihat serta yang terjadi
disekeliling mereka. Oleh sebab itu orang perlu memberikan contoh yang
baik dalam mendampingi anak-anak karena apapun yang mereka dengar
dan lihat akan mereka tiru.
b. Taman kanak-kanak merupakan pendidikan formal yang didalamnya
memberikan bimbingan dan pendampingan bagi anak usia 4-6 tahun. Di
masa ini anak-anak mulai belajar untuk berinteraksi, membentuk karakter
dan kepribadian anak sesuai dengan keunikan yang dimiliki masing-
masing anak melalui proses bermain. Oleh karena itu perlu proses
pembelajarannya perlu disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan mereka.
c. Anak hiperaktif menurut psikolog adalah anak yang tidak fokus, suka
berpindah-pindah tempat, impulsif (sibuk dengan urusannya sendiri),
sukar untuk diarahkan. Ada juga anak hiperaktif dengan down syndroma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yaitu anak hiperaktif dengan daya ingat rendah dan biasanya anak dengan
keadaan demikian cenderung pasif.
d. Kerjasama antara orang tua dan guru merupakan upaya untuk membantu
anak dalam mencapai tahapan perkembangan anak-anak hiperaktif.
Kerjasama ini dilakukan dengan cara berkomunikasi, berbagi informasi,
dan ikut serta dalam mendiskudikan masalah klinis yang sedang dialami
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memuat landasan teori yang berkaitan dengan penelitian. Topik–
topik dalam bab ini adalah perkembangan anak, pengertian anak taman kanak-
kanak, pengertian anak hiperaktif, dan kerjasama orang tua dan guru dalam
pendidikan.
A. Perkembangan anak
Dunia anak merupakan dunia yang paling menyenangkan dan sungguh
memberikan suasana yang menggembirakan. Kalau kita mengamati anak–anak,
kita akan dapat melihat bahwa mereka adalah pribadi yang unik dan istimewa.
Masa kanak–kanak adalah suatu masa bagi mereka untuk belajar melihat dan
mengamati dunia sekitar mereka, selain itu di masa ini mereka juga belajar untuk
bersosialisasi dengan lingkungan dan teman–teman sebaya. Masa kanak-kanak
juga merupakan masa mereka bermain, berimajinasi, mengeksplorasi,
membangun rasa percaya serta rasa aman terhadap lingkungan sekitar mereka.
Di masa perkembangan anak, orang tua dituntut untuk sungguh–sungguh
memberikan dasar dan teladan hidup yang baik bagi mereka, karena di usia ini
anak akan dengan mudah menangkap dan merekam apa yang dikerjakan dan
diucapkan orang tua mereka. Dengan memupuk hubungan antara orang tua dan
anak serta mengasuh secara positif akan menciptakan suatu keseimbangan antara
kebebasan dan pengendalian. Anak menikmati kebebasan untuk belajar berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dan unik, tetapi juga merasakan kebutuhan untuk meniru dan belajar dari orang
tua (Djiwandono, 2005: 3).
Anak-anak berusia 3 sampai 6 tahun mengalami perkembangan sangat
cepat dalam semua bidang. Badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya
dari pada bagian bawah. Anggota–anggota badan masih relatif pendek, kepala
relatif besar, perutnya masih besar dan ada gigi susu. Dalam usia prasekolah umur
3 sampai 6 tahun, anak-anak mulai menggunakan ketrampilan mereka untuk
berinteraksi dan mengerti dunia orang dan benda-benda. Mereka menemukan
siapa mereka, menentukan apa yang dapat mereka lakukan dan membentuk
perasaan tentang diri mereka sendiri (a sense of self). Ketrampilannya terus
bertambah, anak-anak prasekolah dapat ditarik keluar ke dalam dunia, pertama
bertujuan untuk otonomi dan mengontrol diri mereka sendiri dan yang lain, dan
kemudian menggunakan bahasa kognitif, motor, dan ketrampilan sosial untuk
mengumpulkan informasi tentang dunia. Jika sukses, anak-anak prasekolah
menggunakan informasi ini untuk menemukan cara baru dalam berpikir yang
lebih sehat, membuat keputusan dan memecahkan masalah (Djiwandono, 2005:
25).
Para ahli psikologi menggunakan sejumlah sebutan yang berbeda untuk
menguraikan ciri-ciri yang menonjol dari perkembangan anak selama tahun-tahun
awal masa kanak-kanak. Salah satu sebutan yang paling banyak digunakan adalah
usia kelompok, masa dimana anak-anak mempelajari dasar–dasar perilaku sosial
sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk
penyesuaian diri pada waktu mereka masuk ke kelas satu sekolah dasar. Hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
paling menonjol dalam periode ini adalah kecenderungan anak untuk meniru
pembicaraan dan tindakan orang lain. Oleh karena itu, periode ini juga dikenal
sebagai usia meniru. Meskipun kecenderungan ini tampak kuat, anak lebih
menunjukkan kreatifitas dalam bermain selama kanak-kanak dibanding masa-
masa lain dalam kehidupannya. Dengan alasan ini ahli psikologi juga menamakan
periode ini sebagai usia kreatif (Hurlock, 1980: 109).
Santrock (2012:18) dalam bukunya menjelaskan bahwa proses biologis,
kognitif dan sosioemosi yang saling mempengaruhi satu sama lain tersebut
menghasilkan periode-periode dalam masa hidup manusia. Periode perkembangan
merujuk pada suatu kerangka waktu dalam kehidupan seseorang yang ditandai
ciri-ciri tertentu. Agar gagasan–gagasan perkembangan dapat dijabarkan dengan
lebih teratur dan lebih mudah dimengerti, periode-periode perkembangan dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Periode prakelahiran (prenatal period) adalah masa dari pembuahan hingga
kelahiran. Dalam periode ini terjadi pertumbuhan yang hebat sekali dari
sebuah sel tunggal hingga menjadi sebuah organisme lengkap yang memiliki
otak dan kapasitas untuk berperilaku. Periode ini berlangsung selama kurang
lebih sembilan bulan.
b. Masa bayi (infancy) adalah periode perkembangan yang dimulai sejak lahir
hingga usia 18 atau 24 bulan. Pada masa bayi, individu sangat bergantung
pada orang dewasa. Selama periode ini, banyak aktivitas psikologis yang
memasuki tahap awal misalnya bahasa, pikiran simbolis, koordinasi
sensorimotor dan pembelajaran sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
c. Masa kanak-kanak (early childhood) adalah periode perkembangan yang
dimulai dari akhir masa bayi hingga usia sekitar 5 sampai 6 tahun. Periode ini
kadang kala disebut sebagai “tahun–tahun prasekolah.” Selama masa ini,
anak-anak kecil belajar untuk lebih mandiri dan merawat dirinya sendiri,
mengembangkan sejumlah ketrampilan kesiapan sekolah (mengikuti
instruksi, mengenali huruf) dan meluangkan banyak waktu untuk bermain
dengan kawan-kawan sebaya. Di sekolah, kelas satu sekolah dasar biasanya
menandai berakhirnya masa kanak–kanak awal.
d. Masa kanak-kanak pertengahan dan akhir (midlle and latechildhood) adalah
periode perkembangan yang berlangsung antara usia 6 sampai 11 tahun,
kurang lebih bersamaan dengan masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak–
anak belajar menguasai ketrampilan–ketrampilan dasar seperti membaca,
menulis dan aritmatika. Secara formal, anak dihadapkan pada dunia yang
lebih luas beserta kebudayaannya. Prestasi menjadi sebuah tema yag lebih
sentral dalam dunia anak, bersamaan dengan ini kendali diri juga meningkat.
e. Masa remaja (adolesence) adalah periode transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai sekitar usia 10 sampai 12 tahun
dan berakhir pada usia 18 sampai 22 tahun. Remaja mulai mengalami
perubahan fisik yang cepat, terjadi peningkatan yang drastis dalam hal tinggi
dan berat tubuh, perubahan bentuk tubuh, serta perubahan karakteristik
seksual seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan
wajah serta suara yang lebih dalam. Pada saat ini upaya untuk mencapai
kemandirian dan menemukan identitas menjadi isu yang menonjol. Pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mereka menjadi lebih logis, abstrak dan idealis. Mereka juga meluangkan
lebih banyak waktu di luar rumah.
f. Masa dewasa awal (early aduldhood) adalah periode perkembangan yang
dimulai pada awal usia 20-an sampai usia 30-an. Masa ini merupakan saat
untuk mencapai kemandirian pribadi dan ekonomi, perkembangan karier,
serta bagi sebagian besar orang adalah masa untuk memilih pasangan, belajar
untuk mengenal seseorang secara lebih dekat, mulai dari keluarga sendiri, dan
pengasuh anak.
g. Masa dewasa menengah (midlle adulthood) adalah periode perkembangan
yang berlangsung kurang lebih pada usia 40-an hingga usia 60. Ini
merupakan masa yang memperluas keterlibatan pribadi, sosial dan tanggung
jawab; untuk membantu generasi selanjutnya agar menjadi individu yang
kompeten dan matang; serta untuk meraih dan membina kepuasan karier.
h. Masa dewasa akhir (late adulthood) adalah periode perkembangan yang
dimulai pada usia 60-an atau 70-an hingga saat kematian. Masa ini
merupakan masa untuk meninjau hidup yang sudah dijalani, pensiun dan
menyesuaikan diri terhadap peran–peran sosial yang baru sesuai menurunnya
kekuatan dan kesehatan.
i. Masa dewasa akhir merupakan rentang terpanjang diseluruh periode
perkembangan dan sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya jumlah orang
yang hidup diusia ini meningkat secara dramatis. Akibatnya para ahli
peekembangan masa hidup lebih memberikan perhatian pada perbedaan –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
perbedaan yang muncul dimasa dewasa akhir (Scheibe, Feund, & Baltes,
2007).
B. Pengertian Anak Taman Kanak-Kanak
Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan
anak usia dini (PAUD) yang memilki peran penting dalam membentuk
kepribadian anak usia 4-6 tahun serta membantu mereka untuk mempersiapkan
diri memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Pendidikan Taman Kanak-kanak ini bertujuan untuk membantu meletakkan
dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang
sangat diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan tingkat penalaran anak didik serta
perkembangan selanjutnya.
Pendidikan Taman Kanak-kanak juga merupakan wadah untuk membantu
pertumbuhan jasmani dan rohani anak-anak didik sesuai sifat-sifat alami yang
dimiliki oleh anak, oleh karena itu maka pendidikan taman kanak-kanak harus
memberikan peluang agar anak-anak dapat berkembang seluruh aspek
kepribadiannya melalui proses bermain, karena bermain merupakan prinsip yang
melekat pada kodrat anak.
C. Pengertian Hiperaktif
Menurut Hermawan dalam tulisannya di tabloid Nakita mengungkapkan
“Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian. Hiperaktif merupakan turunan dari Attention Deficit
Hiperactifity Disorder atau ADHD (Nakita.2010)
Psikolog dari Klinik Empati Development Center Jakarta ini berpendapat
bahwa gangguan ini disebabkan oleh kerusakan kecil pada sistem saraf pusat otak
sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi pendek dan sulit dikendalikan.
Penyebab lain adalah: temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak,
serta epilepsi. Bisa juga kondisi gangguan di kepala, seperti gegar otak, trauma
kepala karena persalinan atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk dan
alegi makanan. Adapun ciri–ciri hiperaktif menurut Sani Budiantini Hermawan
(2010) adalah sebagai berikut:
1. Tidak Fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa berkonsentrasi lebih dari lima
menit. Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah
teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Dia berbicara semaunya berdasarkan
apa yang ingin diutarakan tanpa ada maksud jelas sehingga kalimatnya sering
kali sulit dipahami. Demikian pula pola interaksinya dengan orang lain.
Biasanya yang bersangkutan selalu cuek (tidak peduli) saat dipanggil sehingga
orang tua sering mengeluh bahwa anaknya pura-pura tidak mendengar.
Dengan perilaku seperti ini, anak cenderung tidak mampu melakukan
sosialisasi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap menentang/
pembangkang atau tidak mau dinasihati. Penolakannya juga bisa
ditunjukannya dengan sikap cuek.
3. Destruktif
Perilakunya anak dengan gangguan hiperaktivitas bersifat destruktif atau
merusak, misalnya ketika menyusun lego anak aktif akan menyelesaikannya
dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperktif pada
umumnya tidak menyelesaikannya bahkan menghancurkan mainan lego yang
sudah tersusun rapi. Kecenderungan anak untuk menghancurkan barang-
barang yang ada di rumah, seperti: vas atau pajangan lainnya juga sangat
besar. Oleh sebab itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang yang
mudah dipegang dan mudah rusak.
4. Tak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah.
Sepanjang hari dia akan selalu bergerak kesana kemari, lompat, lari, guling
dan sebagainya. Hal ini sering membuat orang tua tidak sanggup meladeni
perilakunya.
5. Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Seorang anak yang aktif
mempunyai tujuan yang jelas ketika melakukan sesuatu, misalnya: naik ke
atas kursi untuk mengambil mainan di atas meja, bermain peran sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
manusia super, dan sebagainya. Sedangkan anak hiperaktif melakukannya
tanpa tujuan. Dia hanya naik turun kursi saja.
6. Tidak sabar dan usil
Anak dengan gangguan hiperaktivitas juga tidak memiliki sifat sabar. Tidak
mau menunggu giliran saat bermain bersama menjadi salah satu cirinya, maka
ketika dirinya ingin memainkan permainan yang sedang digunakan oleh
temannya seorang anak hiperaktif akan langsung merebut mainan itu. Anak
hiperaktif juga mempunyai kecenderungan bersikap usil terhadap teman–
temannya tanpa alasan yang jelas, seperti: memukul, mendorong dan lain
sebagainya, meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan
hal seperti itu.
7. Intelektualitasnya rendah
Intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas pada umumnya berada
dibawah rata–rata anak normal. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor
psikologis mental anak dengan kecenderungan hiperaktif yang sudah
terganggu sehingga berdampak pada ketidakmampuan anak untuk
menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Pengertian anak hiperaktif menurut Seto Mulyadi dalam bukunya
“Mengatasi Problem Anak Sehari–hari” menjelaskan bahwa hiperaktif sebagai
suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan
sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya
atau impulsif (Seto Mulyadi. 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Menurut Robb Flanagen (ADHD KIDS, 2005:1-2) dalam The Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder (fourth edition), anak ADHD memiliki
gejala berikut:
1. Kurang perhatian (Inattention)
a. Tidak bisa memusatkan perhatian atau membuat kesalahan ceroboh dalam
kegiatan
b. Kesulitan mempertahankan perhatian pada tugas-tugas atau kegiatan
bermain
c. Tampak tidak mendengarkan ketika diajak bicara secara langsung
d. Tidak menyelesaikan tugas
e. Kesulitan dalam mengatur tugas dan kegiatan
f. Mudah terganggu oleh kebisingan
2. Hiperaktifitas
a. Suka memainkan tangan atau kaki atau mengeliat-geliat di tempat
duduknya
b. Tidak bisa duduk diam dan sering meninggalkan kursinya
c. Berjalan kemana-mana
d. Mengalami kesulitan untuk bermain dan terlibat dalam kegiatan dengan
tenang
e. Penuh energi dan bergerak secara konstan
f. Banyak berbicara
3. Impulsivitas
a. Menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Kesulitan dalam menunggu giliran
c. Kalau mereka menginginkan sesuatu mereka akan menginginkannya saat
itu juga dan jika keinginannya terhalangi dia akan menangis serta
berteriak-teriak (Robb Flanagen. 2005:1-2).
Dalam buku Diagnostic And Statistical Manual of Mental disorders fifth
Edition (DSM-5) dijelaskan bahwa Attention-deficit disorder / hyperactivity
disorder (ADHD) adalah kurangnya perhatian dan / atau hiperaktif-impulsif yang
mengganggu fungsi atau pengembangan. kurangnya perhatian perilaku terwujud
dalam ADHD dalam bentuk suka berjalan keliling, kurang ketekunan, mengalami
kesulitan mempertahankan fokus, dan bersikap acuh tak acuh. Hiperaktif mengacu
aktivitas motorik yang berlebihan (seperti anak suka berjalan keliling) jika tidak
sesuai, atau gelisah berlebihan, pasif atau banyak bicara. Pada orang dewasa,
hiperaktif dapat bermanifestasi sebagai kegelisahan ekstrim dan orang lain
menjadi sasaran mereka.
Impulsif mengacu pada tindakan tergesa-gesa dan yang terjadi pada saat
itu tanpa pemikiran dan yang memiliki potensi untuk membahayakan individu.
Impulsif mencerminkan keinginan untuk mendapatkan perhatian khusus dan
ketidakmampuan untuk menahan diri ketika menginginkan sesuatu. Perilaku
impulsif dapat bermanifestasi membuat keputusan penting tanpa pertimbangan
konsekuensi jangka panjang.
ADHD dimulai di masa kanak-kanak. Beberapa gejala hadir sebelum usia
12 tahun menyampaikan pentingnya presentasi klinis substansial selama masa
kanak-kanak. Pada saat yang sama, usia dini di awal tidak ditentukan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kesulitan dalam membangun kerjasama masa kanak-kanak yang tepat secara
retrospektif (American Psychiatric Assosiation, 2013:61).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai gangguan pemusatan perhatian dengan atau tanpa
hiperaktif (GPP/H) adalah gangguan mental yang mencakup tiga aspek, yaitu sulit
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsivitas. Seseorang yang didiagnosis
ADHD memiliki ketidakseimbangan aktivitas neurotransmitter di daerah otak
yang mengenalikan perhatian. ADHD bukanlah suatu penyakit, melainkan
sekumpulan gejala yang dapat disebabkan oleh beragam penyakit dan gangguan
(Dayu, 2013: 11).
Berkenaan dengan ADHD ada juga gangguan kecerdasan yang berkaitan
dengannya yaitu down syndroma. Sri Rejeki Ekasari ketua Potads Yogya
menjelaskan down syndroma bukanlah penyakit, melainkan gangguan tumbuh
kembang anak karena hormonal. Pembelahan sel yang tidak sempurna menjadikan
anak penyandang down syndroma mengalami gangguan dalam pertumbuhan
kecerdasannya. Kecerdasan dan kemampuan anak dengan down syndroma yang
diterapi serta distimulasi secara baik dan benar tidak kalah dengan anak normal
pada umumnya (Koran Kedaulatan Rakyat).
Gambaran tentang anak hiperaktif dan down syndroma sebagaimana
diuraikan di atas memberikan pemahaman bersama untuk tidak memberikan label
negatif pada anak dengan dua kecenderungan tersebut. Pemahaman yang benar
atas kedua kondisi tersebut membantu orang tua dan para pendidik supaya
memiliki persepsi yang benar, mengenali ciri-ciri dan gejala kedua kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tersebut sejak dini sehingga mampu memberikan pendampingan yang tepat bagi
anak-anak hiperaktif dan down syndroma. Dengan demikian baik orang tua
maupun para pendidik di sekolah dapat membantu mereka untuk semakin
berkembang baik dalam perilaku maupun bidang–bidang lain baik di rumah
maupun di sekolah. Pendampingan yang tepat diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan mereka akan masa–masa bermain dan belajar secara seimbang.
D. Kerjasama Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan proses untuk memaksimalkan potensi yang terdapat
dalam diri siswa. Selain itu, pendidikan memiliki fungsi untuk mengembangkan
berbagai aspek kecerdasan dalam diri siswa, antara lain kecerdasan intelektual,
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan
berbagai kecerdasan lainnya. Dalam proses siswa untuk memeroleh pendidikan
yang memadai bagi dirinya, banyak hal yang berpengaruh terhadap proses
berpendidikan tersebut, antara lain dipengaruhi oleh faktor guru dan faktor
keluarga.
Guru merupakan panutan, teladan, dan pemberi contoh terbaik yang
merupakan orang tua utama bagi siswa di lingkungan pendidikan. Secara formal,
guru membimbing dan memberikan transformasi keilmuan yang luas bagi siswa
untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan segala potensinya. Sedangkan
keluarga, merupakan lingkungan utama yang memengaruhi tumbuh kembangnya
siswa dalam proses pendidikan siswa, ke mana siswa itu akan berpijak di dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga merupakan tempat
curhat utama bagi siswa untuk bertanya tentang pendidikan dan kehidupan.
Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan antara orang tua dan pihak sekolah
adalah dengan saling memberikan informasi tentang perkembangan baik dari segi
akademik (rapor), kepribadian, dan cara bersosialisasi anak. Selain itu bentuk
kerjasama lain yang dilakukan orang tua dan pihak sekolah adalah dengan
mengadakan kunjungan ke rumah siswa (home visit), saling berdialog tentang hal-
hal yang berkaitan dengan anak sampai menemukan jalan keluar yang pasti.
(Panduan guru.com 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi paparan tentang jenis penelitian, subjek penelitian, metode
pengumpulan data, instrumen penelitian, tahap–tahap penelitian, sumber data,
teknik analisis data, dan studi kasus.
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode
studi kasus. Moleong (2013: 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
Penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai motode alamiah.
Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu
hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Dalam penelitian kulaitatif ini
metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan menelaah
dokumen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dimana
peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana kerjasama guru dan orang tua di
TK Pius X Magelang dalam memahami dan mengenali anak-anak hiperaktif serta
model pendampingan di sekolah dan di rumah seperti apa yang sesuai untuk
membantu perkembangan anak hiperaktif agar mereka berkembang secara utuh.
Studi kasus lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pertanyaan “how” (bagaimana) dan “why” (mengapa), serta pada tingkatan
tertentu juga menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah), dalam kegiatan
penelitian.
Peneliti mengumpulkan data dan mendeskripsikan pola kerjasama guru dan
orang tua di TK Pius X Magelang dalam memahami dan mengenali anak-anak
hiperaktif serta model pendampingan di sekolah dan di rumah yang sesuai untuk
membantu perkembangan anak hiperaktif agar mereka berkembang secara utuh
sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi si lokasi penelitian tersebut.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 1) orang tua, 2) kepala sekolah/guru di TK
Pius X Magelang dan 3) anak-anak hiperaktif (di sekolah ini terdapat 2 anak
hiperaktif). Selain orang tua kedua anak ini, kepala sekolah/ guru juga menjadi
subyek penelitian, karena mereka memiliki peran yang sangat penting dalam
mendampingi dan juga memberikan perhatian khusus bagi anak-anak hiperaktif.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, dan trianggulasi.
1. Observasi
Melalui metode observasi peneliti terlibat secara langsung dan mengamati
subjek yang dijadikan sumber penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
peneliti ikut ambil bagian dalam mendampingi anak hiperaktif (Sugiyono,
2010: 310).
Menurut Patton dalam Nasution (1988), manfaat observasi adalah sebagai
berikut:
a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu mamahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh
pandangan yang holistik atau menyeluruh subyek yang diteliti.
b. Dengan observasi, akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif. Dengan
demikian, peneliti tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan
sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan
penemuan atau discovery.
c. Dengan observasi, peneliti melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena
telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapakan dalam
wawancara.
d. Dengan observasi, peneliti menemukan hal- hal yang sedianya tida akan
terungkap olehresponden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau
ingin ditutup – tutupi karena dapat merugikan mana lembaga.
e. Dalam obeservasi, peneliti menemukan hal – hal yang di luar persepsi
responden, sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih
komprehensif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
f. Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya menemukan data
yang kaya, tetapi jua memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan
suasana situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2010: 313-314).
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut
Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu
place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas)
a. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung. Dalam pendidikan, salah satu tempat yang dimaksud adalah
ruang kelas
b. Actor, pelaku atau orang–orang yang sedang memainkan peran tertentu,
seperti guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua murid dan murid.
c. Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung, seperti kegiatan belajar mengajar (Sugiyono, 2010:
314).
Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain
panca indra yang lainnya yaitu telinga, penciuman, mulut, dan kulit (Yin,
2009). Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan
pengumpulan data penelitian apabila memilki kriteria sebagai berikut :
a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan lebih
dengan serius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan.
c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi
umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.
d. Pengamatan dapat diteliti dan dikontrol keabsahannya (Bungin, i.
2008:115).
Guba dan Lincoln (dalam Moleong 1981: 191-193) mengemukakan
observasi sebagai berikut:
a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.
Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik atau setelah melihat guru
baru percaya? Tampaknya pengalaman langsung merupakan alat yang
ampuh untuk mengetes suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh
kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin menanyakannya kepada
subyek. Karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data
tersebut, jalan yang ditempuhnya adalah mengamati sendiri yang berarti
mengalami secara langsung peristiwanya
b. Teknik pengamatan memungkinkan melihat dengan cermat dan mencatat
perilaku serta kejadian sebagaimana terjadi pada keadaan sebenarnya.
c. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jalan yang terbaik untuk
mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan
pengamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
d. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-
situasi yang rumit. Terutama dalam pengamatan perilaku.
e. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang bermanfaat
(Moleong. 2013: 174-175).
Tabel 1
Pertanyaan yang digunakan untuk observasi (digunakan dalam pengamatan terhadap anak hiperaktif)
(menggunakan metode Moleong, 2003)
Aspek Pertanyaan – pertanyaan
1. Emosional a. Perilaku seperti apakah yang sering dilakukan
oleh anak-anak yang mengalami hiperaktif?
b. Apakah yang mereka lakukan ketika sedang
berada bersama dengan teman–temannya?
c. Apakah mereka sering mengganggu teman-
temannya di kelas dan seberapa sering mereka
melakukannya?
d. Apakah mereka sering marah-marah, mudah
tersinggung dengan teman atau lingkungannya?
2. Intelektual Apakah mereka bisa mengikuti proses pembelajaran
dengan baik?
3. Sosial a. Di lingkungan sekolah apakah anak-anak
hiperaktif bersikap ramah dan bersahabat dengan
teman bermain, guru, pendamping dan teman di
sekolah?
b. Apakah mereka memilki teman dekat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Wawancara
Selain melakukan observasi peneliti juga menggunakan metode
wawancara sebagai cara untuk mendapatkan data dan keterangan yang
diperlukan dalam penelitian ini subyek yang diwawancarai adalah orang tua,
kepala sekolah, guru pendamping dan psikolog yang mendampingi kedua
anak hiperaktif di TK Pius X Magelang.
Pada saat melakukan wawancara peneliti menggunakan buku catatan
untuk mencatat hal–hal yang penting dan recorder untuk merekam
pembicaraan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2013: 186).
Wawancara menggunakan pedoman wawancara tidak berstruktur.
Pedoman wawancara tidak berstruktur adalah pedoman wawancara yang
hanya membuat garis besar hal yang akan ditanyakan. Dalam hal ini
kreatifitas pewawancara sangat diperlukan. Oleh karena itu pewawancara
perlu menciptakan suasana rileks agar data yang diperoleh obyektif dan dapat
dipercaya. Wawancara dapat dilaksanakan secara efektif, jika dalam kurun
waktu yang singkat dapat diperoleh data sebanyak–banyaknya (Arikunto,
2002: 202-203)
Susan Stainback (1988) mengemukakan bahwa: Inreviwing provides
the reseacher a means to gain a deeper understanding of how participant
interpret a situation or phenomenon than can be gained through obsevation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
alone. Jadi dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal–hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui obervasi
(Sugiyono, 2010: 318).
Tabel 2
Pedoman untuk wawancara (orang tua, guru, dan psikolog) (Menggunakan metode Moleong, 2003)
No Aspek – aspek Pertanyaan panduan
1 Emosional a. Perasaan apakah yang orang tua/guru alami setelah
mengetahui anak (didik)-nya mengalami hiperaktif ?
b. Perilaku seperti apakah yang mereka lihat dominan
pada anak-anak itu?
c. Bagaimanakah cara untuk mengurangi perilaku yang
dominan itu?
d. Bimbingan dan usaha seperti apakah yang
dilakukan orang tua dan guru dalam rangka
pendampingan kepada anak yang mengalami
hiperaktif?
e. Apakah orang tua dan guru sudah bekerjasama
dengan baik selama mendampingi anak hiperaktif ini
dan bentuk-bentuk kerjasama seperti apa yang sudah
dibuat?
2. Intelektual a. Apakah yang mereka lakukan ketika mengetahui ada
gejala hiperaktif pada anak-anak tersebut?
b. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh pihak sekolah
dan orang tua agar anak-anak hiperaktif ini dapat
mencapai tugas perkembangannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
No Aspek – aspek Pertanyaan panduan
3. Sosial a. Bagaimana perilaku anak hiperaktif ketika sedang
bersama dengan banyak orang?
b. Apakah mereka memiliki teman dekat?
c. Usaha seperti apa yang akan orang tua dan guru
lakukan supaya anak hiperaktif mampu
bersosialisasi?
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan observasi dan
wawancara. Observasi dilakukan untuk melihat, mengamati, mengenal dan
mengetahui secara langsung perilaku apa saja yang dilakukan oleh anak yang
mengalami hiperaktif serta mengamati apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk melakukan observasi dan wawancara
dirumuskan dalam tabel.
E. Tahap Tahap Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pra lapangan dan tahap
pekerjaan lapangan (Moleong, 2013: 127-148).
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan ini meliputi:
a. Menyusun rancangan penelitian dan melakukan pendekatan pada subyek
yang akan diteliti maupun sumber lain, menginformasikan topik
penelitian, membuat daftar pertanyaan, menentukan waktu dan wawancara
untuk penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Memilih lapangan penelitian, yaitu bahwa peneliti akan meneliti orang tua,
anak-anak hiperaktif dan guru-guru di TK Pius X Magelang.
c. Mengurus perizinan
Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah dan psikolog yang pernah
menangani kedua anak yang mengalami hiperaktif, baik melalui telepon
dan juga secara langsung untuk melakukan observasi dan wawancara.
d. Menjajaki dan menilai lapangan, yaitu peneliti tinggal di komunitas
terdekat untuk memudahkan observasi dan wawancara
e. Memilih dan memanfaatkan informan.
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi mengenai situasi
dan kondisi subyek penelitian. Mereka adalah kepala sekolah, orang tua
dan psikolog yang pernah menangani anak-anak kedua subyek ini.
f. Penyiapkan perlengkapan penelitian
Peneliti menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses
penelitian antara lain: alat untuk merekam saat wawancara, buku catatan
dan alat tulis.
g. Persoalan etika penelitian.
Peneliti tetap menjaga rahasia berkenaan dengan hasil wawancara, menjalin
relasi dengan baik, menghargai dan menghormati sebagai pribadi.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini dilakukan saat peneliti mengumpulkan data penelitian secara
langsung di lapangan. Peneliti mewawancarai kepala sekolah, guru, orang tua
dan psikolog yang pernah mendampingi. Proses observasi dan wawancara ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dilakukan sebanyak tiga kali menyesuaikan dengan waktu yang diberikan
oleh pihak sekolah dan psikolog.
F. Sumber Data
Sumber data berasal dari:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumen
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010: 333-335), dalam penelitian kualitatif data
diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data
yang bermacam-macam (trianggulasi) dan dilakukan secara terus menerus. Belum
ada panduan alam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan
analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori, maka Nasution
megatakan bahwa:
Melakukan analisis merupakan pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Badan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (dalam Sugiyono:2010)
menyatakan bahwa “Analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bahan lain, sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang yang lain”.
Berdasaran hal tersebut di atas dapat dikemukakan di sini bahwa analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengoganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan
data yang diperoleh, selajutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau
menjadi hipotesis. Selanjutnya berdasar hipotesis tersebut dicarikan data lagi
secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis
tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan
data yang terkumpul secara berulang-ulang dengan teknik trianggulasi ternyata
hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
H. Studi Kasus
Studi kasus biasanya digunakan untuk melacak peristiwa-peristiwa
kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tidak dapat dimanipulasi.
Studi kasus juga menjadi suatu metode penelitian ilmu-ilmu sosial serta
merupakan metode yang lebih sesuai untuk digunakan bila: (1) pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, (2) bila peneliti hanya memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan (3)
bilamana fokus penelitian terletak pada pola kontemporer (masa kini) dalam
konteks kehidupan nyata. Karena itu studi kasus mendasarkan diri pada teknik-
teknik yang sama dengan kelasiman yang ada pada strategi historis, tetapi dengan
menambahkan dua sumber bukti yang biasanya tak termasuk dalam pilihan
sejarahwan, yaitu observasi dan wawancara sistematik. (Robert K, Yin.
2002:1:12)
Langkah-langkah Pelaksanaan Studi Kasus
Pokok-pokok keterampilan dalam melakukan studi kasus menurut Robert K. Yin
(2002:70) dijelaskan sebagai berikut:
1. Seseorang harus mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang baik dan
menginterpretasikan jawaban-jawabannya.
2. Seseorang harus menjadi ”pendengar” yang baik dan tak terperangkap oleh
ideologi atau prakonsepsinya sendiri.
3. Seseorang hendaknya mampu menyesuaikan diri dan fleksibel agar situasi
yang baru dialami dapat dipandang sebagai peluang dan bukan ancaman.
4. Seseorang harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap isu-isu yang akan
diteliti, apakah hal ini berupa orientasi teoritis atau kebijakan, ataupun bahkan
berbentuk eksploratoris. Daya tangkap seperti itu mengurangi peristiwa-
peristiwa yang relevan dan informasi yang harus dipilih ke arah proporsi yang
bisa dikelola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
5. Seseorang harus tidak bias oleh anggapan-anggapan yang sudah ada
sebelumnya; termasuk anggapan-anggapan yang diturunkan dari teori. Karena
itu, seseorang harus peka dan responsif terhadap bukti-bukti yang kontradiktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi hasil observasi dan wawancara yang disusun berdasarkan
poin-poin panduan penelitian. Berdasarkan kode etik, nama subjek dalam studi
kasus ini disamarkan dan diberi kode inisial.
A. Subjek Penelitian
1. Subjek Observasi
1.1. Data Anak Subjek I (MJ)
Nama : MJ
Tempat/tanggal lahir : Magelang, 28 Juni 2008
Usia : 6 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Anak ke : 1 (satu)
Penampilan fisik : Kulit putih, rambut lurus, mata sipit, tinggi 83
cm, berat badan 30 kg.
Penampilan psikis : Tenang, murah senyum
1.2. Data Anak Subjek II (KA)
Nama : KA
Tempat/tanggal lahir : Magelang, 12 Juli 2007
Usia : 7 Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Anak ke : 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara
Penampilan fisik : Kulit putih, rambut ikal, mata lebar, tinggi 95
cm, berat badan 36 kg.
Penampilan psikis : Pemalu, tampak seperti anak idiot
2. Subjek Wawancara
a. Data Kepala Sekolah
Nama : V. M. Sri Junarti S.Pd. AUD
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Ambarawa, 28 April 1961
Alamat sekolah : Jl. Tentara Pelajar 25 Magelang
Alamat rumah : Pandan Sari Barat Rt 03/ Rw 009 Mertoyudan -
Kabupaten Magelang
b. Data Orang Tua
b.1. Identitas orang tua MJ
Nama ayah : I
Tempat tanggal lahir : Magelang, 15 April 58
Nama ibu : T
Tempat tanggal lahir : Lampung, 27 Oktober 1975
Pekerjaan orang tua : Wiraswasta
Alamat rumah : Jl. Sunan Bonang No. II Magelang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b.2. Identitas orang tua KA
Nama ayah : J
Tempat tanggal lahir : Magelang, 25 Juli 1977
Nama ibu : S
Tempat tanggal lahir : Magelang, 1 April 1978
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat rumah : Jl. Mangga II Kalinegoro
c. Data Psikolog
Nama : Theresia Arum Widinugraheni, M.Psi
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Semarang, 29 April 1979
Pekerjaan : Psikolog
NIP : 20070520021979
Alamat instansi : RSJ Prof. Dr. Soeroyo Jl. A. Yani Magelang
Alamat rumah : Jl. Watuwila VI G III/ 19 Ngalian Semarang
B. Observasi
1. Pelaksanaan Observasi
Observasi terhadap anak hiperaktif dilaksanakan pada Senin,
tanggal 16 Juni 2014 sampai dengan Kamis, tanggal 19 Juni 2014 di TK
Pius X Magelang. Peneliti menyiapkan beberapa catatan untuk
memperoleh data, kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
hiperaktif baik di dalam maupun di luar kelas. Selain melakukan observasi
peneliti juga bertemu dengan orang tua anak hiperaktif dan mencari
informasi tentang aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak mereka.
2. Hasil Observasi
1.1. Aspek emosional
a. Subjek 1 (MJ)
Sepintas orang tidak akan mengetahui kalau MJ adalah
anak hiperaktif karena perilaku MJ yang sama seperti anak-anak
lainnya. Ciri hiperaktif dalam diri MJ nampak ketika dirinya
merasa nyaman dengan orang tertentu, baik itu kepala sekolah,
guru ataupun tamu yang berkunjung ke sekolah. MJ akan
memeluk, menggandeng dan tidak akan melepaskan pegangannya
sampai dirinya merasa bosan. Dari pengamatan ini peneliti melihat
bahwa MJ memiliki kebutuhan untuk diperhatikan.
MJ kelihatan tenang dan tidak suka mengganggu temannya
namun jika marah dia memukul dan mendorong temannya. Dia
selalu sibuk dengan urusan atau kegiatannya sendiri dan tidak
mau mendengarkan guru yang berada di depan kelas.
Jika diminta untuk berbaris MJ tidak pernah mau
mengikuti, dia pasti keluar dari barisan dan berjalan sendiri di
samping barisan atau berjalan sendiri paling depan dengan
gayanya yang acuh tak acuh. Ketika berada dalam kebersamaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
MJ lebih suka memisahkan diri dari teman-temannya dan
melakukan aktivitasnya sendiri.
b. Subjek 2 (KA)
KA tampak sangat pendiam namun sangat mudah
tersinggung dan bisa berubah menjadi sangat agresif. KA akan
bersikap agresif dengan mengejar teman yang menyinggung
perasaannya lalu memukulnya sampai menangis. Oleh karena itu
banyak orang tua yang was-was jika anak mereka bermain dekat
KA.
Jika sedang berbicara atau berhadapan dengan orang lain,
KA tidak pernah mau melihat wajah orang yang ada dihadapannya.
Perilakunya cenderung pasif namun jika tersinggung akan
membuat temannya takut untuk mendekat. Karena sikap yang pasif
itu KA sering ditinggalkan teman-temannya.
Secara umum KA tidak pernah mengganggu teman-
temannya. Namun jika apa yang dinginkan tidak terpenuhi, KA
akan cepat terbawa emosi dan tidak segan-segan memukul serta
melempar temannya dengan barang yang ada di dekatnya.
1.2. Aspek Intelektual
a. Subjek 1 (MJ)
Sesuai dengan hasil observasi MJ memiliki potensi
intelektual yang bagus. Sekalipun tidak mau mendengarkan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
di dalam kelas tetapi MJ selalu bisa menjawab saat ditanya oleh
kepala sekolah atau guru. Selain itu MJ mampu menyelesaikan
tugas lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya. Pada
umumnya MJ mampu memberikan jawaban yang benar serta
penyelesaian tugas yang bersih dan rapi.
MJ tidak pernah mau sampai selesai dalam mengerjakan
tugasnya. Dia akan berhenti setengah jalan, meninggalkan tempat
duduk dan berjalan-jalan di kelas. Jika diminta untuk duduk lagi
dia akan marah dan pindah ke tempat duduk teman lain. MJ suka
berpindah-pindah tempat duduk di kelas, kurang bisa
berkonsentrasi dengan baik karena sibuk dengan dirinya dan lebih
senang bermain dengan menggunakan alat seperti balok-balok kayu
yang disusun.
b. Subjek 2 (KA)
KA memiliki daya tangkap rendah. Selain hiperaktif dia
juga mengalami down syndrom sehingga tampak seperti anak idiot.
KA cenderung menundukkan kepala dan mengintip dari matanya
saat berbicara atau ditanya sesuatu. KA terlihat takut bertatap muka
dan selalu mengulangi kalimat yang diucapkan guru. Dia juga
hanya mengerjakan tugas jika diminta oleh kepala sekolah. Jika
sudah selesai mengerjakan tugas dia akan diam lagi (pasif)
menunggu perintah berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
1.3. Aspek Sosial
a. Subjek 1 (MJ)
MJ dikenal teman-temannya sebagai anak yang baik dan
ramah. Dia suka berbagi makanan dengan teman-temannya. MJ
sangat tidak suka kalau melihat teman perempuan yang diganggu
teman laki-laki.
Sepulang sekolah MJ mau memberikan salam kepada
kepala sekolah dan guru-guru, walaupun terbatas pada pribadi-
pribadi yang disukainya. MJ suka berbicara dengan jujur, misalnya
ketika tidak suka dengan temannya, MJ akan mengatakan tidak
suka. Sebaliknya jika MJ mengatakan temannya cantik atau baik
maka dia pasti akan dekat dengan teman tersebut.
b. Subjek 2 (KA)
KA nampak sebagai pribadi yang kurang akrab dengan
teman-temannya karena sikapnya yang terlalu pasif. Peneliti
melihat KA sebagai anak yang minder. KA selalu memalingkan
wajahnya ketika berhadapan dengan teman atau siapa saja yang
dijumpainya. Setelah pelajaran selesai dia pasti langsung berlari ke
arah orang tuanya dan dengan segera mereka pulang. KA tidak
memiliki teman dekat dan suka menyendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
C. Wawancara
1. Pelaksanaan Wawancara
Wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Agustus 2014 dan
selesai pada hari Senin, 24 November 2014 di TK Pius X Magelang.
Peneliti menyiapkan beberapa catatan untuk memperoleh data kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan oleh anak hiperaktif baik di dalam maupun di
luar kelas.
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait
yaitu: kepala sekolah, orang tua dan psikolog yang pernah menangani
anak-anak hiperaktif ini.
2. Hasil Wawancara
1.1. Wawancara dengan Kepala Sekolah
a. Aspek Emosional
Kepala sekolah menyatakan bahwa dirinya sangat senang
karena ada orang tua yang bersedia menyekolahkan anaknya yang
memiliki kecenderungan hiperaktif di sekolah ini. Hal itu
menunjukkan bahwa mereka percaya terhadap pendidikan di
sekolah ini. Kepala sekolah sangat terbuka terhadap kedatangan
anak-anak hiperaktif dan tidak menutup kemungkinan akan
menerima anak berkebutuhan khusus lainnya jika memang sangat
dibutuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Komitmen sekolah untuk berperan serta dalam
mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus tumbuh dipicu oleh
pengalaman masa lalu. Sekitar dua tahun lalu pernah ada anak
hiperaktif yang dipercayakan oleh orang tuanya untuk dididik di
TK Pius ini, tetapi tidak berlangsung lama karena harus mengikuti
orang tuanya yang dipindahtugaskan. Semenjak itu kepala sekolah
bersama dengan guru-guru mulai belajar untuk membantu anak-
anak berkebutuhan khusus supaya bisa mendapatkan pendidikan
seperti anak-anak pada umumnya.
Kepala sekolah berpendapat bahwa sikap dan perilaku
dominan anak-anak hiperaktif adalah acuh tak acuh, sibuk dengan
dirinya sendiri, suka berjalan berkeliling dan berpindah pindah
tempat, kadang agresif sehingga membuat tidak nyaman anak-anak
yang lain, pada kasus yang berbeda juga ditemukan kecenderungan
yang sangat pasif, sulit berkonsentrasi, tidak mau memperhatikan
ketika guru memberikan penjelasan di depan kelas dan saat mereka
berada diantara banyak orang.
Untuk mengatasi hal itu kepala sekolah mengambil inisiatif
untuk selalu mengajak anak-anak hiperaktif ini untuk menatap
matanya ketika berbicara. Metode tersebut dimaksudkan agar
pandangan anak-anak ini tidak akan terbagi ke tempat lain. Berikut
kutipan dialog antara kepala sekolah dengan MJ ketika berada di
dalam kelas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
MJ coba lihat mata Bu Sri, kalau kamu tidak mau melihat, ibu tidak akan menaikkan kamu kekelas satu. Bu Sri hitung sampai tiga kalau tidak mau MJ tidak akan naik kelas.
Dengan mengatakan hal ini kepada MJ, kepala sekolah
ingin membuatnya memfokuskan perhatian, karena jika tidak
demikian MJ akan mengalihkan pandangan ke tempat lain dan
mulai sibuk dengan dirinya sendiri. Menurut kepala sekolah, hal ini
merupakan salah satu cara paling efektif untuk mengajak anak-anak
hiperaktif semakin mampu berkonsentrasi atau memperhatikan.
Kepala sekolah mengungkapkan bahwa selama ini sudah
terbangun kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru, orang
tua dan psikolog. Bentuk kerjasama yang selama ini sudah dibuat
dan dilakukan adalah mengadakan home visit dan saling
memberikan informasi tentang perkembangan anak-anak baik
ketika di sekolah maupun di rumah. Cara ini sangat efektif karena
dengan adanya informasi tersebut segala sesuatu yang berkaitan
dengan anak-anak segera dapat ditindak lanjuti.
b. Aspek Intelektual
Kepala sekolah mengungkapkan bahwa memang ada dua
anak hiperaktif di TK Pius. Diantara kedua anak hiperaktif
tersebut, menurutnya MJ termasuk anak yang cerdas. Meskipun
MJ tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang diajarkan namun dia
mampu menjawab dan mengerjakan tugas yang ditanyakan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
diberikan secara baik dan cepat. Berbeda dengan KA yang
menurutnya memiliki kelainan dan memiliki daya tangkap rendah
sehingga mengalami kesulitan dalam belajar serta perlu
pendampingan khusus.
Usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah supaya anak-
anak hiperaktif dapat mencapai tahap perkembangannya adalah
dengan memberikan pendampingan personal yaitu: mengenali,
memahami, memberikan perhatian dalam belajar dan
bersosialisasi dengan teman-teman serta lingkungannya.
c. Aspek Sosial
Ketika berada di antara banyak orang, MJ terlihat seperti
anak normal lainnya. Ia bermain, tertawa dan kadangkala bergurau
dengan teman-temannnya. Namun hal itu tidak bertahan lama
karena kemudian ia memisahkan diri dari teman-temannya dan
mulai sibuk dengan urusannya sendiri. MJ memiliki satu teman
dekat yang akrab serta sering bermain dengannya yaitu Adam.
Sedangkan KA terlihat lebih pasif dan suka menyendiri.
Teman-temannya pun tidak begitu akrab dengannya. Dia tidak
memiliki teman dekat. Pihak sekolah menggunakan cara
pendampingan personal bagi mereka. Pendampingan ini dianggap
baik dan sesuai karena melalui pendampingan personal MJ dan
KA diharapkan semakin mampu mengembangkan potensinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan semakin
mampu menyesuaikan diri dengan teman-teman serta
lingkungannya.
Dalam pendampingan personal yang diupayakan pihak
sekolah, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para
pendamping. Jika guru atau pendamping terlalu dekat dengan
anak-anak hiperaktif yang mereka dampingi, kedua anak akan
tersebut bisa jadi justru mengalami ketergantungan kepada mereka
sehingga proses pendampingan justru menjadi tidak optimal dan
tidak sehat. Model pendampingan personal yang diterapkan oleh
pihak sekolah ini sudah diketahui dan didukung oleh orang tua
anak-anak yang didampingi.
Selain pendampingan personal pihak sekolah juga
memberikan penghargaan (reward) kepada anak-anak dalam
bentuk buku kecil yang akan ditempeli stiker (token) ketika anak-
anak bisa melakukan tugasnya dengan baik (Fahrudin, 2010).
Pemberian penghargaan dengan metode ini baik karena anak-
anak, secara khusus anak hiperaktif akan semakin terpacu serta
terbantu dalam proses belajar dan disiplin. Selain sisi positif
metode ini juga memiliki sisi negatif, yaitu anak tidak melakukan
tugasnya secara optimal. Mereka bisa saja melakukan tugas hanya
karena ingin mendapatkan penghargaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Metode penghargaan dengan stiker (token) ini mampu
menarik perhatian anak-anak. Mereka berlomba-lomba
mendapatkan stiker. Mekanisme pemberian stiker diatur oleh
pihak sekolah dan hanya diberikan dua kali seminggu yaitu pada
hari Senin dan Rabu.
Metode penghargaan ini diterapkan bagi semua anak di TK
Pius sehingga MJ dan KA juga mendapatkannya. Seperti anak-
anak lainnya MJ dan KA antusias untuk mendapatkan stiker
bahkan mereka paling sering mendapatkan stiker karena disiplin.
Bentuk kegiatan yang diupayakan sekolah untuk membantu anak
hiperaktif ini selalu dikomunikasikan pada orang tua sehingga
mereka dapat mengetahui perkembangan yang dialami oleh MJ
dan KA.
1.2. Wawancara dengan Orang Tua
a. Aspek Emosional
Perasaan dominan yang dialami baik orang tua MJ
ataupun KA adalah bingung, sedih dan khawatir ketika ditanya
tentang anak-anak mereka. Pada umumnya mereka merasa
khawatir akan masa depan anak-anak mereka dan tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Perasaan lain yang juga dirasakan adalah
merasa sangat direpotkan dengan perilaku anak-anak mereka.
Seringkali orang tua merasa tidak sabar, kesal, serta merasa malu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pada para tetangga/keluarga besar lain akibat perilaku anak-anak
mereka.
Selain perasaan-perasaan di atas, orang tua MJ
memandang anak mereka sebagai anugerah sekalipun dilahirkan
dengan kecenderungan hiperaktif. Mereka menyadari dan
menerima hal itu karena ibu MJ menikah dan melahirkan MJ
pada usia di atas 40 tahun. Kedua orang tua MJ sungguh-sungguh
memperhatikan kebutuhan anak mereka. Segala upaya dilakukan
agar dia MJ bisa bersekolah. Menurut orang tuanya, MJ adalah
anak yang cerdas, tenang, mudah diatur akan tetapi jika ada yang
tidak sesuai dengan keiginannya biasanya dia akan membuang
barang-barang yang ada didekatnya.
Orang tua KA mengungkapkan bahwa anak mereka
bukanlah anak hiperaktif. Hal ini mereka katakan karena merasa
malu dan ingin melindungi anak mereka supaya tidak diejek.
Oleh karenanya mereka menjadi sangat sensitif jika mendengar
suara-suara yang menyebut nama anaknya. Orang tua KA juga
mengungkapkan bahwa anak mereka memang pendiam. Karena
orang tua KA sering memarahi anak mereka dan menuntutnya
menjadi sama dengan teman-temannya yang lain, maka KA
menjadi minder dan takut berhadapan dengan orang lain.
Upaya lain yang dilakukan oleh orang tua MJ adalah
memberikan perhatian ekstra dengan memanggil guru piano
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
supaya dapat memberikan les piano bagi MJ. Dengan demikian
MJ bisa menyalurkan bakat yang dimilikinya dan yang pasti MJ
juga belajar untuk dapat duduk dengan tenang. Sedangkan upaya
yang dilakukan oleh orang tua KA yaitu mendampinginya secara
intensif ketika belajar di rumah. Hal ini diupayakan oleh orang
tua MJ dan KA karena mereka memiliki keinginan untuk bisa
lebih menghargai anak-anak dalam berproses, mengurangi marah,
dan memberikan pujian.
Mereka mengungkapkan bahwa sejauh ini kerjasama yang
terjalin dengan pihak sekolah semakin mengalami peningkatan.
Adanya komunikasi, pertukaran-pertukaran informasi, homevisit-
pun dilakukan. Pertukaran informasi antara pihak sekolah dengan
orang tua ini selain dengan mengadakan pertemuan, biasanya
juga dilakukan dengan menggunakan sarana sms (short message
servise).
b. Aspek Intelektual
Menurut orang tuanya, MJ adalah anak yang pintar.
Orang tuanya mengenali bakat yang dimiliki anaknya dalam
bidang musik. Bakat ini dikenali oleh orang tuanya saat MJ suka
menekan bel pintu. Setiap kali pulang ke rumah atau berkunjung
ke rumah orang lain MJ selalu mencari bel dan menekannya
berkali-kali. Dari pengalaman itu orang tua MJ mencoba
membelikannya piano dan ternyata dia menyukainya. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
orang tuanya mencarikan guru les piano untuk mengajari MJ
bermain piano.
Orang tua KA masih enggan mengatakan bahwa anaknya
hiperaktif. Menurut mereka KA memang mengalami kesulitan
dalam belajar karena daya tangkapnya yang rendah. Mereka setia
menemani belajar karena dengan cara itulah KA dapat
mengerjakan tugas dan tampak lebih percaya diri.
c. Aspek Sosial
Menurut orang tuanya, MJ adalah anak yang ramah. Dia
memiliki banyak teman dan setiap kali pulang sekolah dia selalu
datang ke tempat Bu Sri (Kepala Sekolah) untuk berpamitan.
Begitulah kebiasaan yang dilakukan MJ jika dia sudah merasa
nyaman dengan seseorang. Dia tidak pernah mengganggu
temannya, meski suka berpindah-pindah tempat. Teman-
temannya, khususnya teman-teman perempuan sering memberi
dia makanan.
Di tempat MJ tinggal, dia jarang bermain dengan teman-
teman sebayanya karena ibunya melarang dia untuk bermain
dengan mereka. Ibu MJ takut jika MJ terpengaruh oleh teman-
temannya yang nakal. Demikian dikutip seperti yang diungkapkan
oleh Ibu MJ:
Di rumah, saya tidak mengijinkan anak saya bermain dengan teman-teman di luar rumah, karena saya takut kalau dia nanti jadi nakal atau tidak bisa diatur. Di rumah dia tidak punya teman dekat tidak apa-apa, saya sudah merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
lega karena kepala sekolah mengatakan di sekolah dia punya banyak teman dan ada satu temannya yang biasa bermain dengan dia. Saya belum siap jika anak saya bermain dengan teman di dekat rumah.
Hal ini berbeda dengan KA, sebaliknya orang tua KA
mengatakan kalau di rumah anak mereka memiliki banyak teman.
Orang tua KA mengakui kalau mereka terlalu mengawasi anak
mereka. Namun itu dilakukan supaya orang tidak terus menghina
anak mereka. Mereka juga tahu bahwa di sekolah anak mereka
tidak mempunyai banyak teman sehingga mereka tidak mau
mengekang anak mereka untuk tidak berteman dengan anak-anak
sebayanya di sekitar rumah. Hal ini dilakukan agar anak mereka
tidak semakin minder. Berikut kutipan wawancara dengan orang
tua KA:
Kami merasa perlu untuk melindungi dan menjaga anak kami. Apalagi banyak yang mengatakan kalau anak kami hiperaktif meski saya tidak suka dengan kata itu. Jadi tidak apa-apa jika anak saya tidak punya teman di sekolah, namun saya akan tetap men-support dia agar semakin percaya diri. Saya yakin anak saya mampu seperti anak yang lain, meski daya tangkapnya rendah. Karenanya saya tidak akan melarang anak saya untuk bermain dengan teman-temannya di rumah.
Demikian ungkapan orang tua MJ dan KA sebagai bentuk
atau usaha mereka dalam mendampingi anak mereka secara khusus
dalam kehidupan sosial.
1.3. Wawancara dengan Psikolog
a. Aspek Emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Menurut psikolog yang menangani kedua anak hiperaktif
ini, orang tua MJ sebelumnya pernah datang ke psikolog pertama-
tama karena mereka memang ingin tahu tentang kondisi anak
mereka yang dilahirkan dari orang tua yang sudah tua (berumur
sekitar 40-an). Mereka khawatir kalau terdapat kelainan pada anak
mereka Alasan berikutnya adalah karena orang tua MJ melihat
bahwa anaknya sering sibuk dengan diri sendiri sehingga kurang
memperhatikan jika diajak berbicara.
Psikolog juga menyampaikan bahwa dia telah mengenal
KA sebelum anak tersebut bersekolah di TK Pius, tepatnya di
sekolah Kristen yang berada di dekat tempat tinggal KA. Namun
karena KA pernah memiliki masalah di TK tersebut maka dia
dipindahkan ke TK Pius. Di sekolahnya yang lama, KA suka
mengejar teman yang tidak mau bermain dengannya. Ia akan
mengejar teman tersebut sampai dapat kemudian memukulnya.
Hal tersebut sering terjadi sehingga orang tua anak-anak yang lain
merasa cemas dengan sikap KA. Karena alasan itu, orang tuanya
sangat tersinggung dan memutuskan untuk memindahkan anaknya
ke TK Pius X Magelang.
Psikolog ini memperhatikan bahwa ciri utama hiperaktif
adalah berkurangnya perhatian dan adanya aktivitas berlebihan.
Kedua ciri tersebut menjadi syarat mutlak diagnosis. Kedua ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tersebut juga harus muncul lebih dari satu situasi (misal: di rumah,
sekolah, atau tempat yang lain).
Menurut psikolog, untuk mengurangi sifat yang dominan
tergantung pada derajat gangguan yang dimiliki anak. Bila anak
didiagnosa bahwa gangguan perilaku hiperaktif menyulitkannya
dalam hal perencanaan, mengatur perilakunya, memori,
komunikasi, emosi serta ketrampilan sosial maka dibutuhkan
pengobatan medis dengan minum obat secara kontinyu. Namun,
bila derajat gangguan yang diderita tergolong ringan maka
dibutuhkan modifikasi perilaku pada setting lingkungan baik di
sekolah maupun di rumah.
Oleh karena itu, Psikolog memberikan saran untuk orang
tua agar membuat jadwal harian yang teratur. Jadwal harian
tersebut akan membantu anak sehingga dapat mengatur
kegiatannya sendiri. Selain itu proses belajar perlu dilakukan di
ruangan yang tenang, tidak banyak suara dan tidak banyak
barang/benda yang dapat mengganggu konsentrasi belajar mereka.
Psikolog juga mengajak orang tua untuk mengkondisikan
suasana belajar yang menyenangkan tanpa tekanan. Jadi anak bisa
belajar sambil bermain. Dalam proses belajar anak diperlukan
kehadiran pendamping agar kegiatan bisa berlangsung secara
terarah. Suasana rumah harus dalam keadaan tenang, televisi
dimatikan dan seluruh anggota keluarga menekuni pekerjaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
merupakan tanggung jawab masing-masing. Tempat tidak terlalu
banyak barang atau menimbulkan suara.
Psikolog telah menyampaikan masukkan kepada kepala
sekolah dan guru tentang beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
membantu anak-anak hiperaktif agar dapat memperhatikan dengan
baik. Anak-anak hiperaktif perlu diberi tempat duduk di depan,
dekat dengan meja guru agar guru dapat “membantunya”
berkonsentrasi, bukan untuk mencela, menegur, atau memarahi.
Bila hal tersebut tidak memungkinkan, anak dapat diberi tempat
duduk dalam jangkauan yang mudah, seperti di bagian depan
tetapi di pinggir agar tidak menghalangi pandangan teman-
temannya karena tubuhnya yang besar. Selain itu, anak dapat juga
ditempatkan di sekitar teman-temannya yang tenang dan bisa
berkonsentrasi selama pelajaran.
Selain penempatan posisi duduk anak, guru dapat menepuk
lembut pundaknya, mengetuk mejanya dengan pelan, mengusap
kepalanya dan meminta anak untuk melihat ke depan kembali
ketika perhatiannya teralihkan. Guru juga perlu mengingatkan
anak untuk menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan
dari mejanya saat mengerjakan tugas. Apabila guru memberikan
10 soal, anak diminta untuk mengerjakan 2 atau 3 soal dulu,
sedang yang lain ditutup. Setelah 2 atau 3 soal awal selesai
dikerjakan baru mereka diminta untuk melanjutkannya. Setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
lembar baru pada buku anak perlu diberi tanda yang mengingatkan
anak bahwa mereka harus berkonsentrasi, misalnya tulisan: “Lihat
ke depan ya”, “Perhatikan Bu Guru”, gambar anak yang sedang
memperhatikan pelajaran (ditempel/digambar), dll. Alat tulis yang
dimiliki anak sebaiknya polos, tidak dengan gambar yang
berwarna-warni.
Di sekolah, peran guru juga penting untuk mendorong anak
agar tidak terlalu sering asyik dengan dirinya sendiri. Pelajaran
tentang keterampilan bergaul seperti kontak mata dan senyum
juga sangat dibutuhkan anak. Sebagai upaya untuk membantu
anak-anak hiperaktif ini, psikolog sudah melakukan kerjasama
melalui komunikasi secara intensif dengan orang tua dan guru.
b. Aspek Intelektual
Menurut psikolog yang menangani kedua anak hiperaktif
ini, ada perbedaan yang mencolok antara MJ dan KA dari banyak
aspek. Salah satunya adalah aspek intelektual. Psikolog
menyampaikan bahwa MJ memang anak yang cerdas. Dia bisa
mengerjakan tugas dengan baik dan sangat rapi dibandingkan
dengan teman-temannya. Ketika berkegiatan di dalam kelas,
biasanya dia sibuk dengan dirinya dan berjalan kesana-kemari.
Ketika diberi pertanyaan oleh kepala sekolah atau guru dia selalu
bisa menjawabnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
KA memiliki daya tangkap yang rendah serta kurang
percaya diri. Dia sering mendapatkan tekanan dari ibunya supaya
bisa menjadi seperti anak yang lain. KA memiliki down syndrom
sehingga wajahnya tampak seperti anak idiot. Dia juga takut
bertemu orang lain dan cenderung menyembunyikan wajahnya.
Jika diberi pertanyaan, dia hanya menjawab secara singkat dengan
satu kata saja.
Selama menangani kedua anak ini, baik psikolog maupun
orang tua sudah bekerjasama dengan baik. Meskipun kadang
muncul ketidaksabaran orang tua terhadap proses yang harus
diupayakan bersama dan mencari terapis lain untuk segera
menyembuhkan anak mereka. Namun hal itu pun bukan sesuatu
yang mudah karena anak hiperaktif tidak akan dengan begitu saja
sembuh. Pendampingan bagi anak hiperaktif membutuhkan proses
dan kesabaran. Setelah mengalami kesulitan akhirnya orang tua
akan datang kembali. Proses yang terhambat tersebut
mengakibatkan baik orang tua maupun psikolog perlu mengulang
dan memulai terapi dari tahap awal.
c. Aspek sosial
Menurut psikolog, anak hiperaktif biasanya suka
melakukan apa yang dia suka tanpa memperhatikan bahwa disitu
ada banyak orang. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sehingga tidak memperhatikan dengan baik ketika diajak
berbicara.
Bila dibandingkan dengan teman‐temannya, anak
hiperaktif biasanya sulit bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Banyak anak hiperaktif tidak mempunyai teman dekat karena sikap mereka yang berbeda dari yang lain.
D. Analisis Masalah
1. Sintesis
1.1. Subjek 1 (MJ)
MJ adalah seorang anak hiperaktif. Hal ini diketahui oleh
orang tuanya ketika dia berusia dua tahun. MJ tampak sibuk dengan
dirinya sendiri, suka berjalan-jalan, acuh tak acuh, sehingga semula
orang tuanya mengira bahwa dia tuli. Ketika MJ merasa nyaman
dengan orang yang berada di dekatnya, dia akan menggandeng dan
memeluk orang tersebut dan baru melepaskannya jika dia sudah
merasa bosan. Ketika menginjak usia empat tahun MJ baru mulai
bisa berbicara sepatah dua patah kata. Sekitar usia 5 tahun dia suka
sekali berkeliling dari sudut rumah yang satu ke sudut yang lain dan
suka menekan bel. Hal ini sering dilakukannya kalau sedang berada
di rumah orang lain.
Karena cemas dengan keadaan anak mereka, orang tuanya
membawa MJ ke dokter THT. Dokter THT tidak menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
kelainan apapun sehingga dokter menyarankan agar MJ dibawa ke
psikolog. Dari hasil konsultasi dengan psikolog itulah orang tua MJ
akhirnya harus menerima bahwa anak mereka mengalami hiperaktif.
Menurut kepala sekolah dan guru pendamping, MJ
merupakan anak yang pintar. Pernyataan ini didukung oleh hasil
wawancara bahwa MJ mampu menjawab pertanyaan kepala sekolah
ataupun guru yang mendampinginya meskipun dia tampak tidak
memperhatikan. MJ juga memiliki potensi dalam hal menggambar
dan menempel puzzle. Kedua keterampilan tersebut mampu
diselesaikan MJ dengan rapi dan bersih. Orang tua MJ menyatakan
bahwa anaknya suka memainkan piano. Minat MJ ini ditangkap oleh
orang tuanya sehingga orang tuanya memfasilitasi minat MJ dengan
memanggil guru les piano untuk mendampinginya.
Permasalahan yang dialami MJ adalah keinginan untuk
diperhatikan dan disayangi (afeksi). Kecenderungan ini nampak
dalam diri MJ misalnya ketika dia dengan sengaja mencoba mencari
perhatian dengan menekan bel di rumah orang lain. Pernyataan-
pernyataan ini disusun oleh penulis sebagaimana telah diungkapkan
oleh orang tua MJ dan sesuai dengan keterangan psikolog.
1.2. Subjek 2 (KA)
KA adalah seorang anak hiperaktif. Selain itu dia juga
memiliki down syndroma, yaitu suatu gangguan pertumbuhan
kecerdasan. Down Syndroma yang dialami KA juga bisa diamati dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
wajahnya yang tampak seperti anak idiot. Dalam proses belajar-
mengajar, KA memiliki daya tangkap rendah Kelainan dalam diri
KA diketahui oleh orang tuanya ketika dia mengalami panas tinggi,
kejang-kejang (step) dan kemudian dibawa ke rumah sakit.
KA adalah seorang pendiam, sibuk dengan dunianya sendiri,
suka menyembunyikan wajahnya jika bertemu dengan orang lain,
agresif, mudah tersinggung dan agresif. Sikap agresif KA nampak
ketika KA suka pada seseorang, dia akan mengejarnya sampai dapat.
Hal tersebut menyebabkan orang tua KA memindahkannya ke TK
Pius X Magelang atas permintaan sekolah lama karena teman-
temannya merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.
KA memiliki kelebihan dalam ketelitian. Dia mampu
memotong kertas sesuai dengan bentuknya dan menempelkannya
dibuku. Persoalan yang dihadapi KA adalah masalah bersosialisasi
dengan teman dan lingkungannya. Hal ini dapat dilihat
Kecenderungan ini nampak dalam diri KA pada saat bertemu dengan
orang lain. KA tidak pernah mau memandang wajah lawan bicaranya
dan selalu memalingkan wajahnya ketika berbicara.
2. Diagnosis
2.1. Subjek 1 (MJ)
MJ adalah seorang anak yang mengalami hiperaktif, dia
sangat acuh tak acuh dan suka berjalan-jalan di kelas. Ketika guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menjelaskan di kelas pun MJ tidak mau mendengarkan. Kelebihan
dalam diri MJ adalah dia memiliki potensi dalam hal menggambar
dan menempel gambar. MJ pun cukup cerdas jika dibandingkan
dengan teman-temannya. Meskipun tampak tidak memperhatikan
instruksi, namun MJ mampu mengerjakan tugas dengan hasil yang
jauh lebih rapi dari dibandingkan hasil teman-temannya.
Sepintas orang tidak akan mengetahui bahwa MJ adalah anak
hiperaktif karena dia berperilaku sama seperti anak-anak lainnya.
Ciri hiperaktif MJ dapat diamati ketika dia merasa nyaman dengan
orang tertentu, baik itu kepala sekolah, guru ataupun tamu yang
berkunjung ke sekolah. MJ akan memeluk, menggandeng, dan tidak
akan melepaskan pegangannya sampai dia merasa bosan. Dari
pengamatan tersebut peneliti melihat bahwa anak ini memiliki
kebutuhan untuk diperhatikan (kurangnya afeksi).
Persoalan yang kini dihadapi oleh MJ termasuk dalam ragam
bimbingan belajar khususnya konsentrasi dan perhatian (afeksi).
Melalui pendampingan secara intensif dari guru, orang tua, dan
psikolog MJ akan dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya
secara optimal. Hal ini sangat dimungkinkan karena didukung juga
oleh kemauan belajar MJ. Kecenderungan dalam diri MJ untuk
mengikuti kehendaknya sendiri, jika diarahkan dengan benar akan
menjadi potensi yang baik sebab dia bisa semakin banyak menyerap
pengetahuan melalui eksplorasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Orang tua perlu memberikan perhatian kepada MJ serta
semakin mempererat kerjasama dengan kepala sekolah dan psikolog
sebagai upaya untuk mengenali perkembangan anak-anak mereka
dari aspek emosional, intelektual dan afeksi.
2.2. Subjek 2 (KA)
KA adalah seorang anak hiperaktif dan sekaligus mengalami
down syndroma. KA memiliki sikap pasif, pendiam, namun jika
tersinggung dia bisa menjadi sangat agresif. Dia tidak segan untuk
memukul temannya jika apa yang dikehendakinya tidak diberikan.
Selain itu karena down syndroma, yaitu gangguan pertumbuhan pada
kecerdasannya,
KA memiliki daya tangkap yang rendah. Wajahnya KA
tampak seperti anak idiot. Ia menyembunyikan wajahnya ketika
berbicara atau berhadapan dengan orang lain. Ketika ditanya oleh
orang lain, pada umumnya ia hanya menjawab dengan satu kata
“ya”.
KA dapat menyelesaikan tugasnya jika didampingi secara
intensif karena kemampuan kognitifnya kurang memadai. Selain itu
anak ini juga mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman-
temannya karena rasa rendah diri (minder) yang dimilikinya.
Rasa minder KA lebih banyak dipengaruhi oleh orang
tuanya yang mempunyai kebiasaan mengurung anaknya di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
ruangan kaca ketika mereka pergi. KA juga kurang bisa bersosialisasi
dengan teman-temannya karena sikapnya yang pasif. Selain itu KA
juga mengalami kurangnya perhatian serta tuntutan orang tua agar
anaknya bisa menjadi seperti anak yang lain.
Persoalan yang saat ini dihadapi oleh KA termasuk dalam
ragam bimbingan belajar dan sosial untuk meningkatkan daya
ingatnya dan agar dia semakin mampu bersosialisasi dengan teman-
teman dan lingkungannya.
Maka perlu bagi orang tua untuk memberikan perhatian,
dukungan, dan bimbingan kepada KA dalam belajar supaya dia tidak
merasa minder serta tidak terus menerus hidup dalam ketergantungan
pada guru, teman, dan orang tua. Oleh karena itu perlu bagi orang tua
untuk semakin mempererat kerjasama dengan kepala sekolah dan
psikolog sebagai upaya untuk mengenali perkembangan anak-anak
mereka dari aspek emosional, intelektual dan sosial.
3. Prognosis
Berdasarkan diagnosis di atas penulis melihat bahwa MJ dan KA
memiliki potensi yang baik. Potensi tersebut masing-masing nampak
dalam: Dalam diri MJ, ketika dia mampu mengerjakan tugas dengan baik
dan rapi. Sedangkan pada diri KA ketika ia mampu mengerjakan tugas
dalam pendampingan intensif maka dia pun mampu menyelesaikan tugas
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Mereka berdua memiliki kekhasan dalam berperilaku. MJ adalah
anak yang cerdas dengan gayanya yang cuek, suka berjalan-jalan
sekehendak hatinya, berpindah-pindah tempat dan jika ada bel dia akan
menekan bel itu berkali-kali. Ketika merasa nyaman dengan teman atau
guru dia akan bersikap baik kepada mereka. Penulis menyimpulkan
bahwa yang dibutuhkan MJ adalah perhatian (afektif).
KA adalah anak yang pasif, agresif, suka menyendiri, pendiam,
dan daya tangkapnya pun kurang. Dari beberapa segi yang telah
diungkapkan di atas penulis menyimpulkan bahwa KA adalah seorang
anak yang rendah diri (minder) dan kurang percaya diri. Disamping itu
KA juga mengalami kesulitan dalam bersosialisasi.
Orang tua MJ dan KA sudah mengupayakan berbagai cara untuk
memberikan bantuan dan bimbingan kepada anak-anak mereka dengan
membangun kerjasama antara kepala sekolah, guru, orang tua, dan
psikolog. Kerjasama tersebut diupayakan bersama dengan saling
memberikan informasi atas perkembangan MJ dan KA. Berbagai bentuk
terapi, pemberian penghargaan (reward) dalam bentuk token, homevisit
yang dilakukan oleh pihak sekolah dan pendampingan dalam belajar pun
sudah dilakukan secara intensif.
Setelah mencermati hal-hal yang terungkap melalui observasi
dan wawancara penulis mengusulkan beberapa langkah pendampingan
yang perlu dikembangkan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
1. Orang tua dan guru terbuka dan menerima anak (didik) mereka yang
mengalami hiperaktif.
2. Kerjasama, komunikasi, dan saling memberikan informasi secara
berkesinambungan antara kepala sekolah, guru, orang tua, dan
psikolog dalam memberi pendampingan.
3. Orang tua mulai menumbuhkan dan mengembangkan perhatian
(afeksi) kepada MJ, dan mulai mengupayakan untuk membantu KA
dalam menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga KA semakin mampu
untuk bersosialisasi dengan teman-temannya.
4. Permainan puzzle sebagai salah satu terapi yang dapat membantu MJ
dan KA supaya dapat berkonsentrasi dan melatih daya ingat. Setelah
proses belajar selesai puzzle bisa diberikan kepada MJ dan KA
sebagai hadiah karena mereka dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik (bentuk penghargaan).
5. Semakin ditingkatkannya home visit supaya baik orang tua maupun
guru semakin terbuka akan perkembangan ataupun kemundururan
yang dialami anak.
6. Pemberian pujian kepada anak.
4. Treatment
Anak-anak adalah pribadi yang unik dan istimewa. Dunia anak
merupakan dunia yang paling menyenangkan dan sungguh memberikan
suasana yang menggembirakan. Di masa ini mereka belajar untuk melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dan mengamati dunia sekitar dan belajar untuk menyesuaikan diri serta
bersosialisasi dengan teman sebaya mereka. Selain itu masa anak-anak ini
merupakan masa bermain, berimajinasi, membangun rasa percaya diri
serta rasa aman terhadap lingkungan sekitar mereka.
Orang tua mendampingi dan memperhatikan perkembangan MJ
dan KA dengan memberikan dasar yang baik bagi anak-anak mereka.
Memberikan kepercayaan, dan juga kebebasan dalam belajar serta
bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dan lingkungannya.
Berdasarkan diagnosa, penulis mengusulkan treatment bagi anak-
anak yang ditujukan kepada kepala sekolah dan orang tua, dengan
harapan mereka akan semakin terbuka dan mau berupaya untuk
memberikan motivasi kepada anak-anak (didik) mereka sesuai dengan
tahap perkembangannya. Treatment yang peneliti usulkan adalah sebagai
berikut:
1. Menerima anak-anak hiperaktif sebagai pribadi yang istimewa dan
unik, karena mereka memiliki potensi dan bakat terpendam yang perlu
digali dan dikembangkan.
2. MJ mengalami persoalan dalam hal afeksi/perhatian. Oleh sebab itu,
orang tua dan guru perlu mengajarinya mengucapkan terimakasih
sebagai bentuk perhatian dan juga dukungan.
3. KA mengalami masalah bersosialisasi karena dia cenderung pasif,
maka orang tua dan guru harus memberi tempat supaya KA dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
bermain dengan teman-temannya sampai rasa percaya dirinya
berkembang.
4. Memberikan dukungan, motivasi, dan pujian kepada MJ dan KA
ketika mereka bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
5. MJ dan KA memiliki kelemahan dalam berkonsentrasi (memusatkan
perhatian). Maka sebagai latihan dapat diberikan puzzle sebagai
sarana supaya mereka bisa lebih fokus dan setelah mereka bisa
menyelesaikan dengan baik, puzzle bisa diberikan kepada anak
sebagai bentuk penghargaan. Oleh karena itu diperlukan
pendampingan belajar secara intensif oleh orang tua dan guru.
6. Membawa anak ke terapis atau psikolog untuk mendapatkan
pengobatan dan terapi sesuai dengan kebutuhan anak. Oleh karena itu
perlu adanya komunikasi dan saling memberikan informasi antara
orang tua, guru, dan psikolog.
7. Peningkatan kerjasama antara orang tua dan pihak sekolah dapat
diwujudkan dengan melaksanakan home visit sesuai dengan
kebutuhan anak, pemberian informasi yang berkanjang, dan adanya
keterbukaan dari kedua pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan
memuat kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian. Bagian saran memuat saran
untuk semua pihak yang terkait kerjasama guru dan orang tua dalam membantu
dan mendampingi anak-anak hiperaktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.
A. Kesimpulan
MJ dan KA mengalami hiperaktif. MJ memiliki sikap acuh tak acuh
(cuek), suka berjalan-jalan sekehendak hati, berpindah-pindah tempat duduk,
menyukai permainan yang menggunakan alat, seperti menyusun balok-balok
kayu. Jika sudah merasa nyaman dengan seseorang dia akan memeluk,
menggandeng dan tidak akan melepaskannya sampai dia merasa bosan. MJ
juga tampak tenang namun acuh tak acuh. MJ adalah anak yang cerdas, hal ini
bisa dilihat dari interaksinya di dalam kelas. Meskipun tampaknya tidak
memperhatikan karena sibuk dengan urusannya sendiri, tetapi MJ mampu
menjawab dengan baik ketika ditanya.
KA memiliki sikap lebih pasif, pendiam, agresif, dan mudah
tersinggung. Jika keinginannya tidak terpenuhi baik oleh orang tuanya
maupun oleh teman-temannya ia akan marah. KA mengalami down syndroma,
yaitu gangguan dalam kecerdasan sehingga dia memiliki daya tangkap yang
rendah. Oleh karenanya KA sering ketinggalan pelajaran. Dia juga selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
menyembunyikan wajahnya ketika berhadapan dengan orang lain. Teman-
temannya jarang ada yang mau bermain dengannya.
Baik MJ maupun KA, memiliki persoalan dalam dirinya. MJ
memiliki persoalan dalam hal afeksi (kebutuhan akan perhatian), sedangkan
KA dalam hal bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungannya.
Kepala sekolah/guru, orang tua, dan psikolog berkerjasama dalam
memberikan perhatian ketika anak-anak hiperaktif berada di dalam ruangan.
Hal ini diupayakan untuk membantu supaya anak-anak hiperaktif mau
berkontak mata dengan pembimbing sehingga pandangannya tidak beralih ke
tempat lain. Selanjutnya perlu bagi kepala sekolah, guru, dan orang tua untuk
memberikan pujian dan penghargaan jika anak dapat melakukan tugas dengan
baik.
Orang tua perlu memberikan waktu luang untuk anak mereka yang
hiperaktif. Orang tua KA juga perlu mulai memberikan kesempatan kepada
anaknya untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebaya mereka karena
dengan demikian orang tua semakin mampu untuk mengenali potensi serta
perkembangan yang dimiliki anaknya yang mempunyai kecenderungan
hiperaktif.
Di sekolah, kepala sekolah bekerjasama dengan guru atau wali kelas
memberi penghargaan pada anak dengan menggunakan sarana yang disebut
token. Token yang dimaksud berbentuk buku kecil yang bagian depannya
diberi nama masing-masing anak dengan gambar yang menarik dan warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
cerah. Bagian dalamnya ada garis kotak-kotak kecil yang nantinya di dalam
kotak itu akan ditempeli stiker.
Model bimbingan lain yang diupayakan adalah dengan cara
menyusun puzzle, permainan ini dapat membantu MJ dan KA agar dapat
berkonsentrasi/lebih fokus. dan puzzle sudah selesai dikerjakan, maka sebagai
bentuk penghargaan puzzle tersebut dihadiahkan kepada mereka sebagai
reward atau penghargaan atas usaha yang telah mereka buat. Selain model
bimbingan di atas kepala sekolah, guru, orang tua bekerjasama dengan saling
memberikan informasi dan mengadakan home visit sebagai upaya untuk
mengetahui perkembangan anak-anak baik itu di sekolah maupun di rumah.
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan
situasi yang dialami MJ dan KA yaitu semakin ditingkatkannya kerjasama
antara guru dan orang tua sebagai upaya untuk membantu anak
mengembangkan afeksinya serta membantu anak agar semakin mampu
bersosialisasi dengan teman-temannya. Kerjasama ini diupayakan agar anak-
anak hiperaktif semakin mampu untuk mencapai tahap perkembangannya.
Kepala sekolah, guru, orang tua dengan bantuan psikolog pun diajak
untuk semakin proaktif dalam berkomunikasi, saling memberikan informasi.
Kehadiran anak-anak hiperaktif perlu diperhitungkan karena kondisi yang
mereka alami merupakan tantangan dalam dunia pendidikan saat ini pada
umumnya dan secara khusus di TK Pius X Magelang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
B. Saran
Berikut ini dikemukakan saran bagi Program Studi Bimbingan dan
Konseling, orang tua, dan peneliti lain agar semakin memahami dan
mengenali anak-anak hiperaktif serta memperoleh hasil penelitian yang lebih
baik:
1. Bagi program Bimbingan dan Konseling, penelitian tentang anak
hiperaktif belum banyak diminati. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan
agar Program Studi Bimbingan dan Konseling memikirkan untuk meneliti
lebih dalam lagi tentang anak hiperaktif melalui pendekatan yang berbeda.
2. Bagi orang tua, setelah membaca tulisan ini peneliti mengharapkan agar
orang tua tergerak hatinya untuk lebih intensif dalam memberikan
pendampingan dan perhatian bagi anak hiperaktif.
3. Bagi peneliti (mahasiswa) lainnya, peneliti berharap agar para mahasiswa
memiliki ketergerakan untuk meneliti anak-anak hiperaktif (berkebutuhan
khusus). Dengan demikian, kajian tentang topik ini menjadi semakin kaya
sebab anak-anak berkebutuhan khusus memiliki potensi yang besar yang
dapat digali dengan cara memberikan perhatian secara optimal.
4. Penelitian ini masih menggunakan metode studi kasus yang digunakan
dalam proses bimbingan dan konseling secara umum, maka peneliti
mengharapkan bahwa mahasiswa lain yang berniat untuk melakukan
penelitian studi kasus sangat diharapkan untuk menggunakan pendekatan
studi kasus untuk yang digunakan untuk karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
American Psychiatric Assosiation. 2013. Diagnostic And Statistical Manual
Of Mental Disorders fifth Edition (DSM-5). Washington DC London, England
Astrid Louisia. Trihandayani Dewi.2012. Berinteraksi dengan Kami yang Attention Deficit/Hyperactive disorder. Jakarta: Pelangi Mitra Printing
Arga Paternotte & Jan Buitelaar.2010. ADHD Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas). Jakarta: Prenada media Group
Anisa Renang Yulianti, dr. 2011. Apa dan Bagaimana Gangguan Hiperkinetik
Pada Anak.Yogyakarta: Jejak Kata Kita
Anak Down Syndroma Bisa Berprestasi (Hari Sindroma Down Sedunia).
Koran Kedaulatan rakyat. Hal 9. Jumat, 20 Maret 2015
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Pt. Raja
Grafindo Persada
Dayu. 2013. Mendidik anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Hal – hal yang Tidak Bisa Dilakukan Obat. Jogjakarta: Javalitera
Erman Amti, Prayitno.1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rhineka Cipta
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan (suatu perndekatan
sepanjang rentang kehidupan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Sri Rejeki Ekasasi. 2015. Anak Down Syndroma Bisa Berprestasi. Koran
Kedaulatan Rakyat, tanggal 20 Maret 2015 hal 9.
Robb Flanagen.2005. ADHD KIDS (attention deficit hyperactivity disorder).
Jakarta: Prestasi Pustakaraya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Moleong, Lexy J. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sri Esti Wuryanti Djiwandono.2005. Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo
Santrock, John W. 2012. Life – Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Penerbit Erlangga
Tin Suharmini. 2004. Penanganan Anak Hiperatif Melalui Metode Sensory Integrative Therapy. Surakarta. Pusat Penelitian dan Remediasi(PPRR) Lembaga Penelitian UNS (DIKTAT)
Charles Andrea.2014. Keluarga adalah Fondasi Bangsa, majalah Intisari Extra halaman 48-50, bulan November 2014.
Yin, Robert, K. 2009. STUDI KASUS desain dan metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ferdinand Zaviera. 2012. Anak Hiperaktif (Cara Cerdas Menghadapi Anak Hiperaktif dan Gangguan Konsentrasi). Jogjakarta: Kata Hati
2. Sumber Internet
Sani Budiantini Hermawan (2010). Anak Hiperaktif. [Online]. Tersedia: http:www.tabloid-nakita.com. Html [14 Agustus 2014]
Psikologi Zone (2009). Fase-fase Perkembangan Manusia. [Online]. Tersedia:
www.psikologizone.com. Html [12 Juni 2014]
Adiyanti MG (2014). Sepuluh Persen Anak Usia Dini di Indonesia Hiperaktif .
[Online]. Tersedia: www.kesekolah.com/tag/fakultas-psikologi. Html [9 Agustus2014]
Pondok Ibu (2011). Kerjasama orang tua dan guru dalam pendidikan.
[Online]. Tersedia: www.Pondokibu.com. Html [2 Desember 2014]
Fahrudin, A. (2010). Teknik Token Ekonomi dalam Pengubahan Perilaku.
[Online]. Tersedia: www.academia.edu.com. Html [11 November 2014]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Seto Mulyadi (2010). Pengertian Anak Hiperaktif. [Online]. Tersedia: http// balita-anda.com. Html [2 Desember 2014]
Panduanguru. (2013). Pentingnya kerjasama guru dan keluarga dalam pendidikan. [Online]. Tersedia: http//Panduan Guru. Html [11 Juli 2015]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Tanggal dan hari observasi
No Hari/ Tanggal Kegiatan Keterangan
1. Senin, 16 Juni 2014 Observasi Peneliti melakukan observasi di dalam
kelas dan ikut serta dalam proses
belajar mengajar mereka.
2. Selasa, 17 Juni 2014 Observasi Peneliti kembali melakukan observasi
di dalam kelas namun secara khusus
mengobservasi anak-anak hiperaktif
3. Rabu, 18 Juni 2014 Observasi Peneliti melakukan obsevasi terhadap
anak hiperaktif ketika anak-anak TK
Pius sedang belajar di alam.
4. Kamis, 19 Juni 2014 Observasi Peneliti melakukan observasi ketika
anak-anak hiperaktif sedang bermain.
2. Tanggal dan hari wawancara
No Hari/ tanggal Kegiatan Keterangan
1. Sabtu, 9 Agustus 2014 Menggali Penulis menggali informasi tentang
informasi anak hiperaktif melalui kepala
sekolah
2. Senin, 15 September 2014 Menggali Penulis menggali informasi tentang
informasi anak hiperaktif melalui psikolog
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Hari/ tanggal Kegiatan Keterangan
yang pernah menangani ke dua
anak hiperaktif ini
3. Senin, 6 Oktober 2014 Wawancara Penulis melakukan wawancara
dengan orang tua anak yang
mengalami hiperaktif yang
berinisial MJ
4. Selasa, 7 Oktober 2014 Wawancara Penulis melakukan wawancara
dengan orang tua anak yang
mengalami hiperaktif yang
berinisial KA
5. Senin, 24 November 2014 Wawancara Penulis melakukan wawancara
dengan kepala sekolah di TK Pius
X Magelang dan Psikolog di
Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Soeroyo
Magelang
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Observasi
HARI DAN
HASIL OBSERVASI TANGGAL
Senin, 16 Juni Peneliti melakukan observasi di dalam kelas dan ikut serta dalam
2014 proses belajar mengajar mereka. Sebelum masuk lebih jauh
untuk mengenal dan memahami anak-anak hiperaktif, peneliti
memperhatikan sikap, tingkah laku dan berbagai macam
kegiatan yang dilakukan semua anak, termasuk yang mengalami
hiperaktif.
Ketika hanya sekilas memperhatikan, peneliti hampir tidak bisa
membedakan antara anak yang normal dengan anak yang
mengalami hiperaktif. Maka memang perlu adanya kerjasama
antara orang tua dan guru dalam menyampaikan kondisi anak-
anak mereka, sehingga yang memiliki kebutuhan khusus pun
dapat dibantu.
Selasa,17 Juni Peneliti melakukan observasi bagi anak-anak hiperaktif. Mulai
2014 dari tingkah laku, sikap, dan kegiatan yang di lakukan di dalam
kelas. dari hasil observasi peneliti melihat bahwa:
1. Subyek I (MJ)
- MJ seorang anak hiperaktif yang cukup aktif
- Dia suka jalan-jalan di dalam kelas
- Berpindah tempat duduk dari satu tempat ke tempat
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HARI DAN HASIL OBSERVASI
TANGGAL
yang lain
- MJ cukup rapi dan teliti dalam mengerjakan tugas/
permainannya walaupun cepat bosan dan
meninggalkannya.
- Memiliki daya tangkap yang baik (meski tampak
tidak mendengarkan namun ketika ditanya pasti bisa
mengerjakan sesuai apa yang dijelaskan oleh guru/
pendamping
2. Subyek 2 (KA)
- KA seorang anak hiperaktif yang pasif
- Ketika berhadapan dengan orang lain, baik itu
guru/pendamping maupun teman-temannya KA
selalu memalingkan wajahnya ke samping (tidak mau
menatap)
- KA selalu duduk di tempat yang sama kecuali
diminta pindah oleh guru/pendamping
- KA mengerjakan tugas hanya kalau ditemani dan
diarahkan, namun jika guru/pendapingnya pergi KA
tidak melanjutkan mengerjakan. Begitu juga ketika
mengerjakan sesuatu dan sudah selesai KA hanya
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HARI DAN
HASIL OBSERVASI TANGGAL
akan diam saja sampai KA diminta untuk
mengerjakannya lagi
- KA seorang anak hiperaktif yang cukup ekpresif, dia
tidak segan-segan mengejar teman dan memukulnya
jika temannya tidak mau dekat atau jika dia tidak
suka dengan temannya tersebut.
- KA memiliki daya tangkap rendah, dan wajahnya
pun terlihat seperti anak idiot (down syndrom)
Rabu, 18 Juni Peneliti melakukan obsevasi terhadap anak hiperaktif ketika
2014 anak-anak TK Pius sedang belajar di alam.
1. Subyek 1 (MJ)
- Ketika belajar di alam MJ cukup bisa membaur
dengan teman-temannya.
- Kadang-kadang sibuk dengan diri sendiri dan
permainannya, bahkan tampak juga MJ bicara dan
tersenyum-senyum sendiri
- Ketika diminta untuk berbaris MJ selalu berada
disamping barisan dan tidak mau baris diantara
teman-temannya
- Ketika teman-temannya sedang ada dalam kelompok
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HARI DAN HASIL OBSERVASI
TANGGAL
MJ memilih untuk berjalan kemanapun dia mau
2. Subyek 2 (KA)
- KA tampak duduk pasif menunggu guru/pendamping
memberikan arahan
- Ketika mengerjakan tugas KA menyelesaikannya
dengan baik, namun akan segera berhenti dan diam
ketika selesai dan tampak pasif lagi.
- Ketika diajak bicara KA hanya menjawab “Hah”
seperti orang kaget
- Segala sesuatu yang dilakukan KA akan dikerjakan
jika mendapat perintah saja
Kamis,19 Juni Peneliti melakukan observasi ketika anak-anak hiperaktif sedang
2014 bermain.
1. Subyek 1 (MJ)
- Ketika jam bermain (istrahat) MJ membaur diantara
teman-temannya meski kadang kala tetap sibuk
dengan dunianya sendiri. MJ lebih senang bermain
dengan menggunakan alat-alat seperti balok-balok
kayu yang disusun.
- Kadang-kadang MJ berjalan keliling sambil
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HARI DAN
HASIL OBSERVASI TANGGAL
tersenyum-senyum tanpa ada temannya.
- Bila membawa makanan MJ mau berbagi dengan
teman yang saat itu ada didekatnya
2. Subyek 2 (KA)
- Ketika jam bermain (istirahat) KA kurang bisa
bergabung dengan temannya. dia cenderung memilih
untuk mencari orang tuanya (Mamanya).
- Jika ada teman yang mendekatinya ketika KA sedang
sendirian, KA tidak terlalu menanggapinya dengan
memalingkan muka seolah tidak mau melihatnya.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Subyek Wawancara
Tantri Sebagai kepala sekolah, bagaimana perasaan Ibu ketika mengetahui ada
anak didik (calon anak didik) yang mengalami hiperaktif?
KS Hmmm, saya sangat senang karena ada anak hiperaktif yang mau sekolah
di sini karena itu artinya orang tua mereka percaya kepada kami. Dan lagi
sekolahan ini sangat terbuka dengan kedatangan mereka. Sekitar dua
tahun lalu juga pernah ada anak hiperaktif di sini, tapi kemudian pindah
karena orang tuanya pindah tugas. Nah…semenjak itu saya bersama
dengan guru-guru di sini mulai belajar juga untuk bisa membantu anak-
anak yang demikian supaya bisa mendapatkan pendidikan seperti anak
normal lainnya.
Tantri Apakah para pendamping di sini tidak mengalami kesulitan dalam
menangani anak-anak hiperaktif?
KS Awalnya kami juga mengalami kesulitan dalam menertipkan anak-anak
hiperaktif ini, namun kemudian kami mulai berkonsultasi dengan seorang
psikolog yang ternyata menangani kedua anak kami ini. Dan saya merasa
tertantang untuk dapat membantu mereka
Tantri Lalu bagaimana jika ada yang tahu kalau di sekolah ini ada yang
hiperaktif, apakah ibu tidak takut kalau nanti orang berpikiran lain tentang
sekolah ini?
KS Yahh…(menghela napas panjang), dulu pernah ada yang mencoba untuk
berbuat begitu tapi kami tetap terbuka dan justru kami malahan semakin
berani dan tertantang dengan tetap menerima anak-anak hiperaktif, bahkan
seandainya suatu saat nanti ada anak yang berkebutuhan khusus lainnya
kami akan merangkul mereka, karena sekarang juga sudah mulai
bermunculan sekolah inklusi yang menerima anak-anak demikian. Saya
rasa semua kembali pada motivasi awal saja, jika diniati semua bisa
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
dijalani.
Tantri Menurut Ibu, bagaimana sikap dan perasaan orang tua setelah tahu bahwa
anak mereka mengalami hiperaktif ?
KS Saya kira siapapun menghendaki anak mereka terlahir normal seperti
anak-anak lainnya, namun kita jugakan tidak tahu apa rencana Tuhan.
Nah…. Dari pengalaman perjumpaan dengan orang tua anak hiperaktif hal
yang biasanya saya atau kami temui adalah bahwa orang tua tampak
kebingungan, sedih, khawatir akan masa depan dan tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Bahkan orang tua dengan cara ini lebih sering bertindak
sendiri dan keluar dari komitmen awal untuk saling komunikasi dalam
membantu anak. Hal lain juga yang sering kami alami yaitu guru
terkadang menjadi sasaran kemarahan orangtua.
Tantri Dengan keadaan yang tadi Ibu sampaikan, maka upaya apa yang pihak
sekolah lakukan sebagai bentuk kerjasama dengan dengan orang tua?
KS Kami mengupayakan untuk tetap menjalin komunikasi secara intensif
setiap hari, bahkan terkadang ada guru yang bersedia diberitahu
perkembangan lewat sms. Demikian juga dengan orang tua, dengan
pembicaraan yang sudah kami sepakati biasanya orang tua juga
memberikan informasi berkaitan dengan perkembangan anak-anak
mereka.
Tantri Setelah dengan orang tua, apa yang dilakukan oleh Ibu maupun para
pendamping disini sebagai upaya membantu anak-anak hiperaktif ketika
sedang dalam proses belajar ataupun dalam kegiatan lain sehingga mereka
tetap memperhatikan?
KS Kami dalam mendampingi, mengupayakan segala sesuatunya secara
maksimal termasuk harus meluangkan waktu sendiri bersama anak-anak
hiperaktif untuk mengajari mereka berkomunikasi dengan menatap mata
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
Contohnya “ MJ coba lihat mata Bu Sri, nah sekarang lihat Bu Sri pegang
apa?” begitu akan saya lakukan dengan mengajak mereka untuk berani
kontak mata, maka mereka tidak akan sibuk mengerjakan yang lainnya
Tantri Baik ibu, sekarang saya semakin memahami bagaimana membantu
mengenali dan belajar memahami anak hiperaktif, semoga sekolah ini
semakin mampu menjadi uluran tangan untuk membantu anak-anak lain
yang berkebutuhan khusus, dan semakin dikenal juga dalam kebaikannya
menerima yang berkekurangan.
KS Amin, saya juga sangat senang bila ada orang tua yang peduli dengan
tumbuh kembang anak-anak mereka. Orang tua yang tidak malu mengakui
bahwa anak mereka berkebutuhan khusus, sehingga saya dan para
pendamping di sini akan dengan senang hati mencoba membantu
mengurangi beban mereka dan memberikan pendidikan yang selayaknya
bagi anak berkebutuhan khusus, karena mereka memilki hak yang sama
dalam pendidikan seperti anak yang lainnya. Dan saya sangat senang
kalau orang tua percaya dan juga terbuka akan kesulitan yang dihadapi,
karena dengan demikian kamipun terbantu dalam mendampingi anak-anak
ini di sekolah.
Tantri Usaha seperti apa yang akan guru lakukan supaya anak hiperaktif mampu
bersosialisasi?
KS Kami menempatkan teman dan guru pendamping yang tepat untuk duduk
dekat posisi anak cenderung hiperaktif supaya mereka mampu
berkomunikasi
Tantri Usaha seperti apakah yang dilakukan pihak sekolah dan orang tua dalam
mendampingi anak hiperaktif?
KS Kami mengadakan pengamatan sikap dan tingkah laku baik di dalam
maupun di luar kelas. kami juga mencari solusi pendampingan secara
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
personal sesuai kebutuhan anak. Selain hal ini kami juga mengundang
orang tua untuk diajak “bicara” permasalahan anak di sekolah. Kemudian
menyarankan kepada orang tua untuk membawa anak mereka ke psikolog.
Setelah mendapatkan titik temu kami mengadakan koordinasi dengan
orang tua, guru pendamping, dan psikolog yang menangani anak tersebut.
Hasil Wawancara dengan Orang Tua
Subyek Wawancara
Tantri Bagaimana perasaan orang tua (Ibu) alami setelah mengetahui anak
(Ibu)/nya mengalami hiperaktif ?
Orang tua Orang tua MJ dan KA
Awalnya saya merasa bingung, sedih, khawatir akan masa depan dan
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan pernah saya
menyalahkan pasangan sehingga terjadi perselisihan antara kami. Dan
jujur sebagai orang tua kami sempat merasa frustrasi dan jengkel pada
perilaku hiperaktif anak, biasanya akan berlaku kasar, sering
menghukum bahkan memukul serta melampiaskan kekesalan kepada
anak lainnya.
Perasaan lain yang saya rasakan terkait perilaku anak saya yang
mengalami hiperaktif kadang-kadang saya merasa direpotkan, merasa
tidak sabar dan kesal dengan perilaku anak serta merasa malu dengan
tetangga/ keluarga besar lain akibat perilaku anak.
Tantri Upaya apa yang orang tua lakukan setelah mengetahui bahwa anaknya
mengalami hiperaktif
Orang tua Kami sebagai orang tua berusaha memberikan yang terbaik untuk
xxv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
anak, dengan mengupayakan komunikasi dengan kepala sekolah dan
juga psikolog yang membantu menangani anak kami. Kami tidak ragu
membawa anak kami ke terapis dan juga pihak-pihak yang mau
membantu kami.
Orang tua MJ:
- Di rumah kami mengundang guru les/pendamping yang
membantu MJ untuk
- kursus piano, karena kami melihat bahwa MJ menyukai
piano.
- Kami juga mendampingi dalam belajar meski pada
awalnya kami kesal dan juga jenuh menghadapi MJ namun
sebagai orang tua kami sadar bahwa kesalahan bukan pada
MJ sehingga kami berusaha tetap memperhatikan MJ
dengan baik.
- Kami tidak mengijinkan MJ untuk bermain dengan
temannya di lingkungan rumah karena kami tidak ingin MJ
terkontaminasi oleh teman-temannya.
Orang tua KA:
- Kami lebih menangani anak kami sendiri, karena kami
tidak mau orang menghina anak kami seperti yang pernah
dan sering lakukan dulu pada anak kami.
- Di rumah kami membiarkan KA untuk bermain dengan
teman-temannya
- Kami membawa KA ke berbagai macam terapis supaya
anak kami dapat dibantu untuk bisa menjadi seperti anak
yang lain. Intinya kami ingin anak kami tidak tinggal kelas
apapun kesulitan yang dihadapi
xxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
Tantri Sampai sejauh ini bagaimana kerjasama orang tua dengan guru?
Orang tua Orang tua MJ:
- Saya percayakan anak saya pada kepala sekolah dan guru
yang mendampingi anak saya di sekolah, karena saya yakin
para pendamping disini lebih mengetahui apa yang
dibutuhkan anak saya.
- Saya juga sering konsultasi tentang anak saya kepada
mereka dan biasanya kepala sekolah memberikan saran dan
masukan pada kami untuk kebaikan anak kami
- Saya selalu memberikan informasi berkaitan dengan
perkembangan anak saya di rumah
Orang tua KA
- Saya membangun komunikasi dengan guru-guru di TK
Pius dan kadang kala meminta saran kepada kepala sekolah
- Saya memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang
perkembangan KA
Hasil Wawancara dengan Psikolog
Subyek Wawancara
Tantri Menurut Ibu yang menangani MJ dan KA, bagaimanakah perasaan
orang tua mereka ketika mengetahui bahwa anak mereka mengalami
hiperaktif dan bagaimana sikap orang tua terhadap anak mereka setelah
mengetahui anak mereka mengalami hiperaktif?
Psikolog Baik orang tua MJ maupun KA mereka memilki permasalahan yang
berbeda. Kalau MJ dulu datang ke tempat saya karena mereka memang
xxvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
ingin tahu tentang kondisi anak mereka yang dilahirkan dari orang tua
yang sudah tua (berumur sekitar 40-an). Mereka takut kalau ada
kelainan dengan anak mereka, itu yang pertama. Kemudian orang
tuanya memang melihat bahwa MJ sering sibuk dengan dirinya sendiri,
Kurang memperhatikan jika diajak bicara, itulah awal saya mengenal
MJ. Sedangkan kalau KA, saya mengenal dia justru sebelum dia masuk
di TK Pius, tepatnya di sekolah Kristen yang ada di dekat tempat
tinggal KA. Namun karena KA memilki masalah di TK ini maka KA
pindah di TK Pius. Di sekolahnya yang lama KA suka mengejar
temannya yang tidak mau dengan dia sampai dapat dan kemudian
memukulnya. Hal itu sering terjadi sehingga orang tua anak-anak yang
lain merasa cemas dengan sikap KA, dan karena hal itu orang tua KA
sangat tersinggung dan memutuskan pindah sekolah.
Awal mendampingi orang tua MJ dan KA saya melihat adanya
Kebingungan, rasa sedih, khawatir, dan ketidakpercayaan bahwa anak
mereka (KA) mengalami hiperaktif. Lain dengan orang tua MJ yang
mengakui dan bisa menerima anak mereka karena memang MJ lahir
ketika orang tuanya sudah berumur.
Orangtua KA misalnya, Ibunya merasa frustrasi, sehingga sering
melanggar kesepakatan yang dibuat baik dengan saya maupun dengan
kepala sekolah/guru berkaitan dengan pengobatan atau terapi untuk
KA. Orang tua KA sering memaksakan kehendak mereka yang
menuntut KA sama seperti anak yang lain. Sehingga KA sendiri
kemudian menjadi anak yang bisa dikatakan penakut, itu dialaminya
karena sejak kecil KA harus menuruti apa yang orang tua (Ibunya)
xxviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
kehendaki, meski sebenarnya KA tidak mampu melakukannya. Jadi
orang tua tidak terima anak mereka dikatakan hiperaktif, ini menjadi
sangat sensitif bagi orang tua KA.
Sangat jauh berbeda dengan orang tua MJ, kedua orang tua MJ sangat
memperhatikan dan mengikuti perkembangan MJ dengan penuh
kesabaran. Karena mereka menyadari bahwa MJ merupakan anak
istimewa yang lahir dari orang tua yang sudah berumur, maka ketika
MJ lahir dan di usia 3 tahun orang tua MJ yang melihat ada yang lain
dari MJ segera membawa MJ ke psikolog, dan berusaha untuk menaati
kesepakatan yang kami buat. Hal inilah yang membuat MJ kelihatan
gembira, sehingga jika orang tidak memperhatikan sungguh, orang
akan mengira MJ anak normal seperti teman-temannya yang lain,
karena memang orang tua berperan dalam pembentukan sikap anak.
Tantri Menurut Ibu Perilaku seperti apakah yang dominan yang sering
dilakukan oleh anak-anak hiperaktif?
Psikolog Dari yang saya perhatikan bahwa perilaku hiperaktif memiliki ciri
utama yaitu berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua
ciri ini menjadi syarat mutlak diagnosis dan kedua ciri tersebut harus
muncul lebih dari satu situasi (misal, di rumah, sekolah, atau tempat
yang lain).
Tantri Bagaimanakah cara untuk mengurangi perilaku yang dominan itu?
Psikolog Tergantung derajat gangguan yang dimiliki anak. Bila didiagnosa
gangguan perilaku hiperaktif menyulitkan anak dalam hal perencanaan,
mengatur perilakunya, memori, komunikasi, emosi serta keterampilan
sosial maka dibutuhkan pengobatan medis dengan minum obat secara
xxix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
kontinyu. Namun, bila derajat tergolong ringan maka dibutuhkan
modifikasi perilaku pada setting lingkungan sekolah maupun di rumah.
Tantri Bimbingan dan usaha seperti apakah yang perlu dilakukan orang tua
dan guru dalam rangka pendampingan kepada anak yang mengalami
hiperaktif?
Psikolog Saya memberikan saran untuk orangtua yaitu, baik bagi orang tua jika
membuat jadwal yang teratur setiap hari sehingga membuat anak dapat
mengatur kegiatannya sendiri. Dilakukan di ruangan yang tenang, tidak
banyak suara dan tidak banyak barang/benda yang dapat mengganggu
konsentrasi belajar. Mengkondisikan suasana supaya menyenangkan
tanpa tekanan jadi “belajar sambal bermain”. Adanya pendamping
sehingga kegiatan bisa berlangsung secara terarah. Rumah dalam
keadaan tenang, televisi dimatikan dan seluruh anggota keluarga
menekuni pekerjaan yang merupakan tanggung jawab masing-masing
(termasuk orang tua). Tempat tidak terlalu banyak barang atau
menimbulkan suara. Bertahap dalam memberikan bimbingan yaitu
waktu tidak perlu lama tetapi sebentar-sebentar tetapi sering, mebuat
suasana yang nyaman sehingga tidak membosankan.
Nah.. ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk membantunya
agar dapat memperhatikan dengan baik dengan memberikan tempat
duduk di depan dekat meja guru, agar guru dapat “membantunya”
berkonsentrasi bukan mencela, menegur, atau memarahi. Bila tidak
memungkinkan, anak duduk dalam jangkauan yang mudah, seperti di
bagian depan tapi di pinggir agar tidak menghalangi pandangan teman-
temannya karena tubuhnya yang besar. Selain itu, anak dapat juga
ditempatkan di sekitar teman-temannya yang tenang dan bisa
xxx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
berkonsentrasi selama pelajaran. Selain itu guru dapat menepuk lembut
pundaknya, mengetuk mejanya dengan pelan atau mengusap kepalanya
dan meminta anak untuk melihat ke depan kembali ketika perhatiannya
teralih. Guru juga mengingatkan anak untuk menyingkirkan benda-
benda yang tidak diperlukan dari mejanya saat mengerjakan tugas.
Apabila guru memberikan 10 soal, anak diminta untuk mengerjakan 2
atau 3 soal dulu, yang lain ditutup, setelah selesai baru diminta untuk
melanjutkan. Setiap lembar baru pada buku anak diberi tanda yang
mengingatkan anak harus berkonsentrasi misalnya tulisan: “Lihat ke
depan ya”, “Perhatikan Bu guru”. Gambar anak yang sedang
memperhatikan pelajaran (ditempel/digambar), dll. Alat tulis yang
dimiliki anak sebaiknya yang polos, tidak dengan gambar yang
berwarna-warni.
Selain itu di sekolah, peran guru juga penting di mana mendorong anak
untuk tidak terlalu sering asyik dengan dirinya. Pemberian ketrampilan
bergaul juga sangat dibutuhkan anak, seperti kontak mata, senyum,
menahan keinginan untuk berbagi.
Tantri Sejauh Ibu ketahui apakah orang tua dan guru sudah bekerjasama
dengan baik selama mendampingi anak hiperaktif ini dan bentuk-
bentuk kerjasama seperti apa yang sudah dibuat?
Psikolog Sudah. Bentuk bekerjasama dengan saling berkomunikasi secara
intensif setiap hari, bahkan terkadang ada guru dan orang tua pasti
yang bersedia diberitahu perkembangan lewat sms.
Tantri Bagaimana perilaku anak hiperaktif ketika sedang bersama dengan
banyak orang?
Psikolog Anak hiperaktif biasanya suka melakukan apa yang dia suka tanpa
xxxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Wawancara
mempehatikan bahwa disitu ada banyak orang, mereka sibuk dengan
urusannya sendiri Dan ketika diajak bicara anak hiperaktif tidak
memperhatikan dengan baik.
Tantri Apakah anak-anak hiperaktif memiliki teman dekat?
Psikolog Dibandingkan dengan teman‐teman sebayanya,anak hiperaktif
biasanya sulit untuk bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman-
teman seusianya sehingga meskipun ada yang memilki teman dekat
seperti MJ namun banyak yang tidak mempunyai teman dekat karena
sikap mereka yang berbeda dari yang lain.
xxxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI