plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan...

157
KAJIAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004 DI APOTEK-APOTEK KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Henricus Bangun Purwono NIM : 038114021 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: doankhanh

Post on 21-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

KAJIAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004

DI APOTEK-APOTEK KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Henricus Bangun Purwono

NIM : 038114021

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

Persetujuan Skripsi

KAJIAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004

DI APOTEK-APOTEK KABUPATEN BANTUL

Oleh : Henricus Bangun Purwono

NIM : 038114021

Skripsi ini telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sulasmono, Apt. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt.

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

Pengesahan Skripsi

KAJIAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004

DI APOTEK-APOTEK KABUPATEN BANTUL

Oleh : HENRICUS BANGUN PURWONO

NIM : 038114021

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Pada tanggal : 21 Januari 2008

Mengetahui. Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Dekan

Rita Suhadi, M.Si., Apt

Tanda tangan

Pembimbing I : Drs. Sulasmono, Apt. ………………….. Pembimbing II : Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. ………………….. Panitia Penguji : Tanda tangan 1. Drs. Sulasmono, Apt. ………………….. 2. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. …………………..

3. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. .…………………. 4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. …………………..

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

“Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah

jalan pengertian.”

(Amsal 9:6)

“Di bibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung

tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal-budi. Orang

bijak menyimpan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh

adalah kebinasaan yang mengancam.”

(Amsal 10:13-14)

ku persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus,

kepada keluargaku, kepada teman-temanku

dan kepada almamaterku.

“Aku akan bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati. Aku akan

bersyukur kepadaMu dengan hati jujur.”

(Mazmur 111:1a, 110:7a)

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

PRAKATA

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Apotek-Apotek

Kabupaten Bantul”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Sanata

Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan kritik dan

saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku pembimbing II yang juga telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan

kritik dan saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku pencetus ide awal penelitian ini dan

selaku dosen penguji. Terimakasih atas kritik dan saran yang telah diberikan.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

5. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji. Terima kasih atas

kritik dan saran yang telah diberikan.

6. Pemerintah Kabupaten Bantul yang telah memberikan izin sehingga penelitian

ini dapat terlaksana.

7. Bapak dan Ibu Apoteker di Kabupaten Bantul yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

8. Keluarga, terutama kedua orang tua, Bapak A. Isdiarto dan Ibu C. Siti Zuriati

atas segala dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan. Adik Arya &

Kharisma atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

9. Teman-teman seperjuangan : Adi, Totok, Bambang dan Monica atas

kerjasama, bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

10. Teman-teman Fakultas Farmasi Sanata Dharma angkatan 2003 kelas A atas

kebersamaan dan keceriaan selama empat setengah tahun ini.

11. Teman-teman Mudika Stasi Tambran, terima kasih atas doanya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam kesempatan ini, penulis juga memohon maaf kepada semua pihak

atas kekurangan dan kesalahan yang mungkin dilakukan penulis. Oleh karena itu

dengan rendah hati penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang

membangun.

Yogyakarta, 13 Januari 2008

Penulis

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

INTISARI

Pelayanan kefarmasiaan pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek bertujuan sebagai pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi serta melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan yang digunakan adalah deskriptif. Responden dalam penelitian ini adalah Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang merupakan instrumen penelitian ini. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 belum dilaksanakan secara menyeluruh oleh Apoteker di apotek-apotek Kabupaten Bantul

Kata kunci : Standar Pelayanan Kefarmasian, Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Apotek.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

ABSTRACT

Pharmaceutical care orientation has changed from drug oriented to patient

oriented which refers to pharmaceutical care. The Pharmaceutical care activities has, which previously only focused on the drugs management as a commodity, become more focused in to a comprehensive care that aimed at increasing the quality of patient’s life. Kepmenkes RI Number 1027/MENKES/SK/IX/2004 about Pharmaceutical Care Standards in Dispensary aims at as guidance of pharmacist practice in performing the profession and also protects society of service which is not professional and protects profession in pharmacy practice.

This research aimed at knowing the description of the implementation of Pharmaceutical Care Standards based on the Kepmenkes RI Number 1027/MENKES/SK/IX/2004 in dispensaries in Bantul. This research was non eksperimental research type in which the device used was descriptive. This respondents of this research were Administrator Pharmacist or Co-Pharmacist that willingly filled in the questionnaire which was the instrument of the research. The analysis performed was descriptive statistic.

The result of the study showed that the Pharmaceutical Care Standards in Dispensary based on the Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 in Bantul was not well performed yet by pharmacists in dispensaries in Bantul. Key words : Pharmaceutical Care Standard, Kepmenkes RI Number 1027/MENKES/SK/IX/2004, Dispensary.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Januari 2008

Penulis,

Henricus Bangun Purwono

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………… iv

PRAKATA………………………………………………………………… v

INTISARI………………………………………………………………….. vii

ABSTRACT……………………………………………………………….. viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………... ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xiv

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xvii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xx

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1

1. Perumusan masalah………………………………………………… 3

2. Keaslian penelitian…………………………………………………. 4

3. Manfaat penelitian………………………………………………….. 6

B. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Apoteker ………………………………………………………………. 7

1. Pengertian Apoteker ………………………………………………. 7

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

2. Apoteker sebagai suatu profesi…………………………………….. 10

3. Peran apoteker……………………………………………………… 14

B. Apotek ………………………….…………………………………….. 16

C. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek…………………………….. 18

1. Asuhan kefarmasian………………………………………………... 18

2. Akuntabilitas praktek farmasi……………………………………… 18

3. Manajemen praktis farmasi………………………………………… 19

4. Komunikasi farmasi……………………………………………….. 19

5. Pendidikan dan pelatihan farmasi…………………………………. 20

6. Penelitian dan pengembangan kefarmasian……………………….. 20

7. Peraturan perundang-undangan…………………………………… 20

D. Sumpah Apoteker………………………………………………………. 24

E. Kode Etik Apoteker……………………………………………………. 25

F. Keterangan Empiris……………………………………………………. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………… 29

B. Batasan Operasional Penelitian………………………………………… 29

C. Instrumen Penelitian…………………………………………………….. 30

D. Populasi dan Sampel……………………………………………………. 30

1. Populasi…………………………………………………………….. 30

2. Sampel……………………………………………………………… 31

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

E. Tata Cara Pengumpulan Data ………...……………………………….. 32

1. Pembuatan kuesioner………………………………………………. 32

2. Pengujian kuesioner………………..………………………………. 32

3. Penyebaran kuesioner……………………………………………… 34

4. Pengumpulan kuesioner……………………………………………. 34

5. Wawancara ………………………………………………………… 35

F. Tata Cara Menampilkan Data…………………………………………. 35

G. Kesulitan Penelitian……………………………………………………. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Responden…………………………………………….................. 38

1. Posisi responden…………………………………………………… 38

2. Usia responden…………………………………………………….. 39

3. Pengalaman kerja responden sebagai apoteker di apotek………….. 39

4. Adanya pekerjaan lain dari responden selain sebagai apoteker …… 40

5. Waktu kerja responden di apotek dalam seminggu………………… 40

6. Waktu kerja responden di apotek dalam sehari……………………. 41

B. Pengelolaan Sumber Daya…………………………………………….. 42

1. Sumber daya manusia……………………………………………… 42

2. Sarana dan prasarana………………………………………………. 43

3. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya….. 51

4. Administrasi……………………………………………………….. 61

C. Pelayanan………………………………………………………………. 67

1. Pelayanan resep…………………………………………………… 67

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

2. Promosi dan edukasi …………………………………………….. 81

3. Pelayanan residensial (Home Care)……………………………….. 82

D. Evaluasi Mutu Pelayanan………………………………………………. 83

1. Tingkat kepuasan konsumen……………………………………….. 83

2. Dimensi waktu……………………………………………………... 84

3. Prosedur tetap……………………………………………………… 85

E. Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Kabupaten Bantul …………………………………………………….. 87

F. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul

Berdasarkan Karakteristik Responden ……………………………….. 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 110

B. Saran…………………………………………………………………… 110

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 112

LAMPIRAN……………………………………………………………… 116

BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………… 136

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel I Data apotek yang mengembalikan kuisioner ……….. 37

Tabel II Data posisi responden di apotek…………………….. 38

Tabel III Data adanya pekerjaan lain dari responden……......... 40

Tabel IV Waktu kerja responden di apotek dalam seminggu…. 41

Tabel V Pengambilan keputusan di apotek berdasarkan

persetujuan APA…………………………………….. 43

Tabel VI Ketersediaan papan yang tertulis kata apotek pada

muka apotek …………………………………........... 44

Tabel VII Pemisahan produk kefarmasian dengan produk

lainnya.……………………........................................ 45

Tabel VIII Ketersediaan ruang tunggu bagi pasien ……………. 46

Tabel IX Ketersediaan brosur/informasi mengenai kesehatan … 46

Tabel X Ketersediaan tempat khusus untuk mendisplai informasi. 47

Tabel XI Ketersediaan ruang tertutup untuk konseling ……… 48

Tabel XII Ketersediaan ruang racikan di apotek ……………… 49

Tabel XIII Ketersediaan keranjang sampah untuk staf dan pasien 50

Tabel XIV Latar Belakang Perencanaan Pengadaan Sediaan

Farmasi di Apotek……………………………………. 53

Tabel XV Sumber Perolehan Obat di Apotek…………………… 56

Tabel XVI Pemindahan isi obat ke wadah lain ………………… 57

Tabel XVII Informasi yang disertakan pada wadah baru ………… 58

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

Tabel XVIII Ketersediaan tempat penyimpanan khusus ………….. 59

Tabel XIX Penyertaan bukti/faktur pembelian dan mencatat

setiap obat yang dibeli ………………………………. 62

Tabel XX Penyertaan Faktur/Nota Penjualan ………………….. 62

Tabel XXI Pencatatan setiap penjualan dalam buku penjualan … 63

Tabel XXII Pencatatan setiap pengeluaran narkotika dan psikotropika 64

Tabel XXIII Penyimpanan resep secara berurutan ………………. 65

Tabel XXIV Pengisian medication record ……………………….. 65

Tabel XXV Skrining resep mengenai persyaratan administratif… 68 Tabel XXVI Skrining resep mengenai kesesuaian farmasetik …… 69

Tabel XXVII Skrining resep mengenai pertimbangan klinis ……… 71

Tabel XXVIII Konsultasi dengan dokter apabila ada ketidakjelasan

dalam penulisan resep ………………………………. 72

Tabel XXIX Keluhan tentang etiket oleh pasien ………………… 74

Tabel XXX Pengecekan resep sebelum diserahkan ke pasien…… 75

Tabel XXXI Apoteker selalu terlibat langsung dalam penyerahan

obat ke pasien………………….................................. 76

Tabel XXXII Informasi obat yang diberikan apoteker……………. 77

Tabel XXXIII Ketersediaan jam konseling setiap hari di apotek ….. 79

Tabel XXXIV Konseling secara berkelanjutan ……………………. 79

Tabel XXXV Diseminasi informasi kesehatan…............................. 81

Tabel XXXVI Tindak lanjut terapi………………………………… 82

Tabel XXXVII Survey tingkat kepuasan konsumen ……………….. 83

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

Tabel XXXVIII Bentuk survey……………………………………… 84

Tabel XXXIX Penetapan lama pelayanan ………………………… 85

Tabel XXXX Ketersediaan prosedur tetap ……………………… 85

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Diagram usia responden………………………………….. 39

Gambar 2. Diagram pengalaman responden bekerja sebagai apoteker

di apotek…………………………………………………… 39

Gambar 3. Diagram waktu kerja responden di apotek dalam sehari ….. 41

Gambar 4. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bidang sarana

dan prasarana ……………………………………………… 50

Gambar 5. Standar Pelayanan Kefarmasian bagian pengelolaan

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya ……….. 60

Gambar 6. Standar Pelayanan Kefarmasian bagian administrasi……… 66

Gambar 7. Standar Pelayanan Kefarmasian bidang pelayanan resep

bagian skrining resep ……………………………………… 73

Gambar 8. Standar Pelayanan Kefarmasian bidang pelayanan resep

bagian penyiapan obat …………………………………….. 80

Gambar 9. Standar Pelayanan Kefarmasian bidang evaluasi mutu

pelayanan ………………………………………………….. 86

Gambar 10. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul 87 Gambar 11. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan posisi responden….. 89

Gambar 12. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul

berdasarkan posisi responden………………………………. 90

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

Gambar 13. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan usia responden …... 92

Gambar 14. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten

Bantul berdasarkan usia respoden …………………………. 93

Gambar 15. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan pengalaman respoden 95

Gambar 16. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten

Bantul berdasarkan pengalaman responden……………….. 96

Gambar 17. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan adanya pekerjaan

lain respoden ………………………………………………. 99

Gambar 18. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten

Bantul berdasarkan adanya pekerjaan lain respoden ……… 100

Gambar 19. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan waktu kerja

respoden dalam seminggu…………………………………. 102

Gambar 20. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten

Bantul berdasarkan waktu kerja respoden dalam seminggu 103

Gambar 21. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten

Bantul berdasarkan waktu kerja respoden di apotek dalam

sehari………………………………………………………. 106

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

Gambar 22. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan waktu kerja

respoden dalam seminggu…………………………………. 107

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Surat Pengantar Kuisioner Penelitian………………………. 116

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian……………………………………….. 117

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian……………………………………….. 123

Lampiran 4. Sumpah/Janji Apoteker……………………………………. 124

Lampiran 5. Kode Etik Apoteker Indonesia…………………………….. 126

Lampiran 6. Contoh Alur Pelayanan Resep…………………………….. 129

Lampiran 7. Jalur Distribusi Obat……………………............................. 130

Lampiran 8. Tabulasi Data ……..……………………............................. 131

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

BAB I

PENGANTAR

1

A. Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat

ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan

obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Anonim, 2004a).

Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbatas hanya pada

penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan interaksi

dengan pasien dan profesional kesehatan lainnya, dengan melaksanakan

pelayanan kefarmasian secara menyeluruh oleh tenaga farmasi (Muliawan, 2004).

Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan

tanggung jawab langsung profesi Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker dalam menjalankan prakteknya

harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya kesalahan pengobatan

(medication error) dalam proses pelayanan. Selain itu Apoteker harus mampu

berkomunikasi dengan tenaga medis dalam menetapkan terapi untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional (Anonim, 2004a).

Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan

kefarmasian dengan baik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia (ISFI) menyusun Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

2

menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat seperti yang tertuang

dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004. Standar tersebut

diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman praktik Apoteker dalam

menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak

profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian

(Anonim, 2004a).

Apoteker di apotek dalam menjalankan profesinya harus berpedoman pada

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Menurut Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia tahun 2004, salah satu standar prosedur operasional Apoteker

di apotek hal manajemen praktis farmasi adalah merancang, membuat,

mengetahui, memahami dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi. Penjabaran

dari kompetensi tersebut adalah dengan menampilkan semua kegiatan operasional

kefarmasian di apotek berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku

dari tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional. Berdasarkan

keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu kewajiban Apoteker di

apotek adalah melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada

semua kegiatan operasional kefarmasian di apotek, termasuk di dalamnya

melaksanakan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 sebagai

pedoman praktek Apoteker di apotek.

Apotek di Kabupaten Bantul menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantul tahun 2006 berjumlah 55 apotek yang tersebar 10 kecamatan. Persebaran

lokasi apotek ini dinilai kurang merata dikarenakan Kabupaten Bantul terdiri dari

17 kecamatan. Oleh karena itu, pelayanan kefarmasian di apotek harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

3

dilaksanakan dengan baik sehingga dapat menjamin mutu pelayanan kefarmasian

dan mencakup seluruh masyarakat di Kabupaten Bantul.

Berdasarkan kenyataan di atas maka dilakukan penelitian mengenai

KepMenKes RI nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 untuk melihat seberapa jauh

pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian berdasarkan KepMenKes RI nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

a. Apakah Standar Pelayanan Kefarmasian berdasarkan KepMenKes RI

Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 telah dilaksanakan secara

menyeluruh oleh apoteker di apotek-apotek Kabupaten Bantul ?

b. Parameter manakah dari Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 yang telah dilaksanakan dengan baik, cukup

dan kurang dengan masing-masing persentase ?

c. Apakah karakteristik responden memberikan perbedaan dalam

pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di apotek-apotek

Kabupaten Bantul?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

4

2. Keaslian Penelitian

Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai Kajian

Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian berdasarkan KepMenKes RI

nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul.

Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu :

a. Pemahaman Apoteker Tentang Pelayanan Apoteker dalam Praktek

Kefarmasian Sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan Apotek di

Apotek-Apotek Kota Yogyakarta (Tobondo, 2000).

Penelitian dari Tobondo ini menekankan pada pemahaman

apoteker tentang pelayanan apoteker dalam praktek kefarmasian sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan

apoteker di apotek. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada

penelitian Tobondo tidak mengkhususkan diri atau berpedoman pada suatu

undang-undang tertentu, sedangkan pada penelitian ini berpedoman pada

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.

b. Pendapat Dokter Umum di Rumah Sakit Umum Daerah di Daerah

Istimewa Yogyakarta Terhadap Peran Apoteker (Berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit) (Regziana, 2007).

Penelitian dari Regziana ini menekankan pada penerimaan dokter

umum terhadap peran apoteker berdasarkan Kepmenkes Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 dan harapan dokter umum terhadap peran

apoteker di masa mendatang. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

5

pada penelitian Regziana subyek penelitian merupakan dokter umum,

sedangkan pada penelitian ini subyek penelitian adalah apoteker di apotek.

Penelitian Regziana meneliti mengenai peran apoteker di Rumah Sakit

berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, sedangkan penelitian ini

meneliti mengenai pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.

c. Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kota

Yogyakarta (Sukmajati, 2007).

Penelitian dari Sukmajati memberi gambaran pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek-apotek Kota Yogyakarta, sedangkan

penelitian ini memberi gambaran pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek-apotek Kabupaten Bantul. Perbedaannya hanya

terletak pada lokasi penelitian dan adanya hubungan karakteristik

responden dengan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasia di Apotek.

d. Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di

Kabupaten Sleman (Soedarsono, 2007).

Penelitian dari Soedarsono memberi gambaran pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek-apotek Kabupaten Sleman,

sedangkan penelitian ini memberi gambaran pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek-apotek Kabupaten Bantul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

6

Perbedaannya hanya terletak pada lokasi penelitian dan adanya hubungan

karakteristik responden dengan pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Memberi gambaran mengenai Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian berdasarkan KepMenKes RI nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai :

1) bahan evaluasi bagi Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam

pengelolaan apotek;

2) bahan acuan bagi mahasiswa farmasi atau para calon apoteker yang

tertarik dalam pelayanan perapotekkan; dan

3) bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang terkait berkenaan dengan

pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek.

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 telah

dilaksanakan secara menyeluruh oleh apoteker di apotek-apotek Kabupaten

Bantul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Apoteker

1. Pengertian Apoteker

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, Apoteker adalah sarjana

farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

Kepmenkes RI nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 mencantumkan

bahwa :

Sesuai perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek atau SIA. Surat Izin Apotek adalah surat izin yang diberikan

oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik

sarana apotek untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu.

Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada

jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk Apoteker

Pendamping. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

8

samping apoteker pengelola apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam

tertentu pada hari buka apotek. Apabila APA dan Apoteker Pendamping

karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, maka APA harus

menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker pengganti adalah apoteker yang

menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga

bulan secara terus-menerus dan telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) serta

tidak bertindak sebagai APA di apotek lain (Anonim, 2002).

Adapun persyaratan untuk menjadi seorang Apoteker Pengelola

Apotek diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922 tahun 1993 (pasal 5) yaitu :

a. ijazahnya telah terdaftar pada Departemen kesehatan b. telah mengucapkan Sumpah/Janji sebagai Apoteker c. memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri d. memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksakan

tugasnya, sebagai Apoteker e. tidak bekerja di suatu Perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker

Pengelola Apotik di Apotik lain.

Menurut Kepmenkes RI Nomor 922 tahun 1993, maka Apoteker

berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi

yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. Obat dan perbekalan

farmasi lainnya yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau

dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau

dengan cara lain yang ditetapkan Direktur Jenderal. Pemusnahan dilakukan

Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti dibantu oleh sekurang-

kurangnya seorang karyawan apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

9

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922 tahun 1993 pasal 15 ayat 4,

menyebutkan bahwa Apoteker wajib memberikan informasi :

a. yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien b. penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

Pasal 53 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk

dalam menjalankan profesi secara baik. Hal ini juga ditegaskan pada Peraturan

Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 pasal 22 ayat 1 (c) yang menyebutkan

bahwa bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas

profesinya berkewajiban untuk :

a. menghormati hak pasien b. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang

akan dilakukan.

Kode Etik apoteker Indonesia pasal 7 juga menyatakan bahwa seorang

Apoteker hendaknya menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya bagi

masyarakat dalam rangka pelayanan dan pendidikan kesehatan.

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen menyatakan bahwa kewajiban pelaku usaha adalah memberikan

informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan

pemeliharaan. Permenkes Nomor 922 tahun 1993 menyebutkan bahwa

apoteker wajib memberikan informasi :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

10

a. yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. b. penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat.

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 apoteker

harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,

tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-

kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka

waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari

selama terapi.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu

tugas apoteker adalah memberikan informasi kepada pasien yang datang ke

apotek, sehingga kewajiban apoteker, baik apoteker pengelola apotek atau

apoteker pendamping atau apoteker pengganti adalah berada di apotek selama

jam buka apotek dan memberikan informasi kepada pasien yang datang ke

apotek. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 menyatakan berdasarkan

ketentuan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pada

pasal 86 yaitu barang siapa dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1, telah diuraikan sebelumnya,

dipidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

2. Apoteker Sebagai Suatu Profesi

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut suatu pengetahuan

dan keterampilan yang sangat khusus yang diperoleh melalui pelajaran yang

bersifat teoritis dan praktek serta diuji oleh lembaga perguruan tinggi dan

kepada yang bersangkutan diberi kewenangan guna pemberian layanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

11

konsumen atau kliennya (Harding, 1993). Banyak kriteria untuk menentukan

suatu pekerjaan adalah suatu profesi, menurut Sulasmono (1997) antara lain :

a. unusual learning, yaitu dididik dan menerima pengetahuan yang khas dan

merupakan lulusan dari perguruan tinggi, sehingga tidak diperoleh di

tempat lain atau bidang yang berbeda

b. pelayanannya bersifat altruistik (tidak mementingkan diri sendiri dan

mementingkan kepentingan orang lain)

c. telah mengucapkan sumpah

d. memiliki kode etik

e. memiliki standar profesi, yaitu pedoman yang harus digunakan sebagai

petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik (Anonim, 1992)

f. memiliki pengakuan hukum (adanya undang-undang maupun ketentuan

peraturan perundang-undangan lain)

g. memiliki perijinan (Surat Ijin Praktek atau Surat Ijin Kerja)

h. memiliki wadah profesi yang menunjukkan jati diri profesional

i. bersifat otonomi dan independensi

j. bertemu dan berinteraksi dengan klien atau penderita

k. confidental relationship dalam pelayanannya

Menurut ISFI, profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. memiliki tubuh pengetahuan yang berbatas jelas

b. pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi

c. memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang keprofesian

d. memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

12

e. memberlakukan kode etik keprofesian

f. memiliki motivasi altruistik dalam memberikan pelayanan

g. proses pembelajaran seumur hidup

h. mendapat jasa profesi (Anonim, 2004b)

Menurut Trait Theory, Apoteker dapat digolongkan sebagai suatu

profesi karena menunjukkan beberapa ciri khusus, yaitu :

a. memiliki ilmu pengetahuan khusus yang berasal dari pelatihan

jangka panjang (specialized knowledge and lengthy training). Agar

dapat diterima menjadi salah satu anggota profesi, seseorang harus

menjalani pendidikan intensif yang bervariasi dengan spesialisasi tinggi.

Untuk menjadi seorang apoteker, seseorang harus menempuh pendidikan

di perguruan tinggi farmasi baik di jenjang S-1 maupun jenjang

pendidikan profesi. Pada saat menempuh masa pendidikan, apoteker

dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan khusus yang disesuaikan

dengan tugasnya dalam mempersiapkan dan menerapkan penggunaan obat

secara klinis (Harding, dkk, 1993). Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi

mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada

masa-masa selanjutnya (Sirait, 2001).

b. monopoli dalam praktek (monopoly of practice). Monopoli pekerjaan

yang dilakukan profesi dijamin dan dilindungi oleh Negara (Harding,

1993). Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

13

telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang

berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai

apoteker. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa

pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi

obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Pada pasal 63 ayat (1) disebutkan bahwa pekerjaan kefarmasian dalam

pengadaan, produksi, distribusi dan pelayanan sediaan farmasi harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan

bahwa profesi farmasi dan pekerjaan kefarmasian memiliki pengakuan

secara hukum di Indonesia, dan bahwa pekerjaan kefarmasian tersebut

hanya apoteker yang memiliki kewenangan untuk menjalankannya.

c. pengaturan diri (self regulation). Organisasi profesi diperbolehkan untuk

mengatur sistem pendidikan, memutuskan seseorang yang memenuhi

persyaratan untuk menjadi anggota profesi dan memperkirakan seseorang

yang berkompeten dalam menjalankan pekerjaannya (Harding, 1993).

Organisasi profesi farmasi adalah Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI).

Surat Kepmenkes Nomor 41846/KB/121 tanggal 16 September 1965

menyatakan bahwa Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia disingkat ISFI

sebagai organisasi tunggal/satu-satunya organisasi sarjana apoteker

Indonesia yang menghimpun seluruh tenaga kesehatan sarjana di bidang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

14

farmasi yakni sarjana apoteker. Wujud pengaturan diri tersebut antara lain

dengan adanya Sumpah/Janji Apoteker, Kode Etik Apoteker Indonesia dan

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia.

d. orientasi pelayanan (service orientation). Pernyataan ini menandakan

bahwa anggota profesi harus bekerja sebaik-baiknya untuk memenuhi

keinginan klien dan tidak diperbolehkan memaksa klien hanya demi

keuntungan pribadi semata. Hal ini ditegaskan pada pasal 53 Undang-

Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang menyebutkan

bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

3. Peran Apoteker

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyatakan

bahwa sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh

seorang Apoteker yang profesional dan dalam pengelolaan apotek tersebut,

apoteker harus senantiasa memiliki kemampuan menyediakan dan

memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat,

kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan

dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif,

selalu belajar sepanjang karier, membantu memberi pendidikan dan memberi

peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

Peran Apoteker yang digariskan oleh WHO yang dikenal dengan

istilah “Seven Stars of Pharmacist” meliputi :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

15

a. Care Giver. Apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan

klinis, analitis, teknis, sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam

memberikan pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara

individu maupun kelompok, apoteker harus mengintegrasikan

pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan

dan pelayanan apoteker yang dihasilkan harus bermutu tinggi.

b. Decision-maker. Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan,

keefikasian dan biaya yang efektif dan efisien terhadap seluruh

penggunaan sumber daya misalnya sumber daya manusia, obat, bahan

kimia, peralatan, prosedur, pelayanan dan lain-lain. Untuk mencapai

tujuan tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur untuk

kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan

pelatihan yang diperlukan.

c. Communicator. Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam

berhubungan dengan pasien maupun profesi kesehatan yang lain, oleh

karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik.

Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, non verbal, mendengar

dan kemampuan menulis, dengan menggunakan bahasa sesuai dengan

kebutuhan.

d. Leader. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi

pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian

mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan

mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

16

e. Manager. Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia,

fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin

orang lain dalam tim kesehatan. Lebih jauh lagi apoteker mendatang harus

tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi

informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

f. Life-long learner. Apoteker harus senang belajar sejak dari kuliah dan

semangat belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk

menjamin bahwa keahlian dan keterampilannya selalu baru (up-date)

dalam melakukan praktek profesi. Apoteker juga harus mempelajari cara

belajar yang efektif.

g. Teacher. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan

melatih apoteker generasi mendatang. Partisipasinya tidak hanya dalam

berbagai ilmu pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan

memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan.

(Anonim, 2004b)

B. Apotek

Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 pasal 1 menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan apotek ialah suatu tempat dimana dilakukan usaha-usaha

dalam bidang farmasi dan pekerjaan kefarmasian. Pasal 2 menyebutkan bahwa

tugas dan fungsi apotek, ialah :

1. pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

2. penyaluran perbekalan kesehatan di bidang farmasi yang meliputi : obat, obat asli Indonesia, kosmetika, alat-alat kesehatan dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

17

Pasal 3 menyebutkan bahwa apotek dapat diusahakan oleh :

1. Lembaga atau Instansi Pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di Pusat dan di Daerah;

2. Perusahaan milik Negara yang ditunjuk oleh Pemerintah; 3. Apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin kerja

dari Menteri Kesehatan.

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Pasal 2 mengatur

tugas dan fungsi apotek yaitu :

a. tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.

b. sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Kepmenkes RI nomor 1332 tahun 2002 pasal 4,menyebutkan bahwa izin

apotek diberikan oleh Menteri. Menteri melimpahkaan wewenang pemberian izin

apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin,

pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada

kepada menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Propinsi.

Persyaratan apotek menurut Kepmenkes RI nomor 922 tahun 1993 adalah

(pasal 6) :

1. untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

18

perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain

2. sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi

3. apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

C. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Sistem praktek kefarmasian dapat diartikan sebagai bagian integral dari

sistem pelayanan kesehatan yang utuh dan terpadu, terdiri dari struktur dan fungsi

jaringan pelayanan kefarmasian. Praktek kefarmasian adalah upaya

penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian dalam rangka pemeliharaan kesehatan

dan pencegahan penyakit bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan atau

masyarakat. Sistem pelayanan kefarmasian meliputi struktur sistem pelayanan

kefarmasian dan fungsi sistem pelayanan kefarmasian (Anonim, 2004b).

1. Menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia hal asuhan

kefarmasian, standar prosedur operasional apoteker di apotek adalah :

a. memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal;

b. memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri;

c. memberikan pelayanan informasi obat; d. memberikan konsultasi obat; e. melakukan monitoring efek samping obat; f. pelayanan klinik berbasis farmakokinetik.

(Anonim, 2004b)

2. Menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia hal akuntabilitas

praktek farmasi, standar prosedur operasional apoteker di apotek adalah :

a. menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi; b. merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan mengembangkan

standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku; c. bertanggung jawab terhadap setiap keputusan profesional yang diambil; d. melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak

mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat; dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

19

e. melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan “stakeholder”.

(Anonim, 2004b)

3. Menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia hal manajemen

praktis farmasi, standar prosedur operasional apoteker di apotek adalah :

a. merancang, membuat, mengetahui, memahami dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan menampilkan semua kegiatan operasional kefarmasian di apotek berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku dari tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional;

b. merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan efisien. Penjabaran kompetensi di atas adalah dengan mendefinisikan falsafah asuhan kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan strategi, kebijakan, program dan menerjemahkannya ke dalam rencana kerja (Plan of Action);

c. merancang, membuat ,melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan efisien. Penjabaran dari kompetensi di atas adalah dengan melakukan seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan persediaan, perancangan dan melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelayanan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan sistem jaminan mutu pelayanan;

d. merancang organisasi kerja yang meliputi : arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen;

e. merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian; dan

f. memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek manajemen maupun asuhan kefarmasian yang mengarah kepada kepuasan konsumen.

(Anonim, 2004b)

4. Menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia hal komunikasi

farmasi, standar prosedur operasional apoteker di apotek adalah :

a. memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien;

b. memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat;

c. memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat kefarmasian; dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

20

d. memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi.

(Anonim, 2004b)

5. Menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia hal pendidikan dan

pelatihan farmasi, standar prosedur operasional apoteker di apotek adalah :

a. memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian;

b. merencanakan dan melakukan aktifitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekarya dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan;

c. berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian; dan

e. mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.

(Anonim, 2004b)

6. Menurut Standar Kompetensi Farmasis Indonesia hal penelitian dan

pengembangan kefarmasian, standar prosedur operasional apoteker di

apotek adalah:

a. melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain; dan

b. menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian.

(Anonim, 2004b)

7. Menurut peraturan perundang-undangan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, pelayanan kefarmasian di apotek meliputi :

a. Pengelolaan sumber daya

1) Sumber daya manusia Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku Apotek harus

dikelola oleh seorang apoteker yang profesional . Dalam pengelolaan Apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

21

SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

2) Sarana dan prasarana Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga/pest. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.

Apotek harus memiliki : 1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. 2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk

penempatan brosur/materi informasi. 3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi

dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien

4. Ruang racikan. 5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

3) Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi : perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out) 3.1 Perencanaan.

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan : a. Pola penyakit. b. Kemampuan masyarakat. c. Budaya masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

22

3.2 Pengadaan. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi.

3.3 Penyimpanan. 1.Obat / bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang–kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

2.Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan.

4) Administrasi.

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : 4.1. Administrasi umum.

Pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.2. Administrasi pelayanan. Pengarsipan resep, pengarsipan cacatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

b. Pelayanan 1) Pelayanan resep.

1.1. Skrining resep. Apoteker melakukan skrining resep meliputi : 1.1.1. Persyaratan administratif :

- Nama,SIP dan alamat dokter. - Tanggal penulisan resep. - Tanda tangan/paraf dokter penulis resep. - Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. - Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta. - Cara pemakaian yang jelas. - Informasi lainnya.

1.1.2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

1.1.3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

23

1.2. Penyiapan obat. 1.2.1. Peracikan.

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

1.2.2. Etiket. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

1.2.3. Kemasan obat yang diserahkan. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.

1.2.4. Penyerahan obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

1.2.5. Informasi obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

1.2.6. Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

1.2.7. Monitoring penggunaan obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular, diabetes ,TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.

2) Promosi dan edukasi.

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi . Apoteker ikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

24

membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/ brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

3) Pelayanan residensial (Home Care).

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

c. Evaluasi mutu pelayanan

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah : 1) Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survey berupa angket

atau wawancara langsung. 2) Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah

ditetapkan). 3) Prosedur tetap : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang

telah ditetapkan. Disamping itu prosedur tetap bermanfaat untuk : • Memastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat; • Adanya pembagian tugas dan wewenang; • Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga .kesehatan

lain yang bekerja di apotek; • Dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru; • Membantu proses audit. Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut: • Tujuan : merupakan tujuan protap. • Ruang lingkup : berisi pernyataan tentang pelayanan yang

dilakukan dengan kompetensi yang diharapkan. • Hasil : hal yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan

dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur. • Persyaratan : hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan. • Proses : berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk

penerapan standar. • Sifat protap adalah spesifik mengenai kefarmasian.

(Anonim, 2004a)

D. Sumpah Apoteker

Sumpah adalah ikrar yang diucapkan dengan sungguh-sungguh dan akan

melaksanakannya sesuai dengan yang telah diucapkan (Salim, 1991). Menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

25

Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1962 pasal 1 sumpah apoteker harus

diucapkan sebelum apoteker melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker

dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan

keahliannya hendaknya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji apoteker

(Anonim, 2004b).

Tujuan mengucapkan suatu sumpah atau janji adalah untuk menyadarkan

bagi yang disumpah bahwa dalam menjalankan tugas dan kewajiban atau

pekerjaannya mengharapkan tanggung jawab yang besar terutama tanggung jawab

kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena apoteker di dalam mengamalkan

keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan-Nya,

sehingga bilamana menyalahgunakan jabatan dari pekerjaannya itu akan

membawa bahaya bagi keselamatan masyarakat yang dilayaninya dan harus

dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa baik dunia maupun

akhirat (Budiharjo, 1981). Lafal sumpah atau janji apoteker dapat dilihat pada

lampiran 4.

E. Kode Etik Apoteker

Kode Etik Apoteker Indonesia adalah suatu aturan moral sebagai rambu-

rambu yang membatasi seorang apoteker dalam menjalankan pekerjaan

keprofesiannya dari perbuatan tercela dan merugikan martabat profesi apoteker

dan organisasi profesi (Sulasmono, 1997). Berdasarkan Permenkes Nomor 184

tahun 1995 pasal 18 disebutkan bahwa apoteker dilarang melakukan perbuatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

26

yang melanggar Kode Etik Apoteker oleh sebab itu seorang apoteker perlu

memahami isi dari Kode Etik Apoteker (Hartini dan Sulasmono, 2006).

Kode Etik Apoteker Indonesia disusun oleh Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia (ISFI). Kode Etik Apoteker Indonesia menurut ISFI hasil Keputusan

Kongres Nasional XVII ISFI tahun 2005 nomor 007/2005 tanggal 18 Juni 2005

dapat dilihat pada lampiran 5.

Apotek mempunyai dua fungsi, yaitu :

1. sebagai unit sarana kesehatan (non profit/social oriented)

Apoteker di apotek wajib memberikan pelayanan kefarmasian sesuai

dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi kepentingan

masyarakat dalam pelayanan sosial (social oriented). Apoteker dalam

menjalankan fungsi apotek ini harus patuh terhadap etika kefarmasian sebagai

penjabaran Kode Etik Apoteker dan sebagai apoteker yang telah mengucapkan

sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku serta berhak

melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker. Apoteker juga harus

mengutamakan kepuasan konsumen (customer satisfaction) antara lain dengan

memperhatikan harga, kelengkapan sediaan farmasi dan alat kesehatan lainnya

yang dijual di apotek agar tidak ada resep atau permintaan konsumen yang

ditolak karena ketidaklengkapan sediaan farmasi maupun alat kesehatan

lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

27

2. sebagai sarana bisnis (profit/business oriented)

Apotek berfungsi sebagai sarana bisnis yang diharapkan dapat

memberi keuntungan. Dalam hal ini apoteker harus mampu bertindak sebagai

manajer untuk mampu mengembangkan modal dan keuntungan yang

diperoleh dengan bekal ilmu manajerial demi kelangsungan “hidup” apotek itu

sendiri. (Anief, 1995)

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa apotek

melakukan bisnis yang beretika.

Menurut J.W. Weiss, etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam

menerapkan prinsip etika dalam mengkaji dan memecahkan berbagai masalah

moral yang kompleks. Meski belum ada definisi terbaik dari etika bisnis, namun

telah muncul konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan

penalaran dan penilaian, baik berdasarkan atas prinsip maupun kepercayaan

dalam proses pengambilan keputusan dalam menyeimbangkan kepentingan

ekonomi terhadap tuntutan sosial dan kesejahteraan (Isdaryadi, 2005).

Bisnis mempunyai etika, dan lima prinsip yang berlaku dalam kegiatan

bisnis adalah :

1. prinsip otonomi. Yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak

berdasarkan kesadarannya sendiri, disertai kebebasan untuk mengambil

keputusan dan bertindak menurut keputusan itu dan juga harus disertai dengan

tanggung jawab, baik kepada diri sendiri/hati nuraninya, kepada pemilik

perusahaan, pihak yang dilayaninya dan kepada pemerintah dan mayarakat

yang langsung menerima dampak keputusan bisnisnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

28

2. prinsip kejujuran. Yaitu pemenuhan syarat dalam perjanjian dan kontrak,

mutu produk yang ditawarkan, hubungan kerja dalam perusahaan.

3. prinsip tidak berbuat jahat (non-maleficence) dan berbuat baik (beneficence).

Hal ini mengarahkan tindakan bisnis yang baik secara aktif dan maksimal,

minimal tidak merugikan orang lain.

4. prinsip keadilan. Prinsip ini mengharuskan pelaku bisnis untuk memberikan

sesuatu yang menjadi hak orang lain/mitra.

5. prinsip hormat kepada diri sendiri. Artinya memperlakukan diri sendiri dan

orang lain sebagai pribadi yang memiliki nilai yang sama dengan pribadi lain.

(Isdaryadi, 2005)

Etika biasanya dirumuskan oleh asosiasi atau organisasi yang

bersangkutan dan dilaksanakan secara sukarela oleh para anggotanya. Jika ada

anggota yang melanggar etika, sanksi paling berat yang diterima adalah

dikeluarkan dari keanggotaan asosiasi tersebut (Wahyuni, 2005).

F. Keterangan Empiris

Standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan KepMenKes RI

nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 mempunyai tiga parameter utama yaitu :

pengelolaan sumber daya, pelayanan dan evaluasi mutu pelayanan. Dari hasil

penelitian diharapkan dapat diperleh gambaran mengenai pelaksanaan standar

pelayanan kefarmasian berdasarkan KepMenKes RI nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan

rancangan penelitian deskriptif. Penelitian non eksperimental adalah penelitian

yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri subyek menurut keadaan apa

adanya, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti (Praktiknya, 2001).

Sedangkan rancangan penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang

memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada

perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kontour, 2003).

Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau

keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk

mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada penggambaran secara

obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki (Nawawi, 1998).

B. Batasan Operasional Penelitian

1. Kajian adalah studi yang dilaksanakan untuk memperdalam atau mengetahui

dengan lebih jelas suatu hal.

2. Pelaksanaan adalah proses melaksanakan.

3. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah ukuran tertentu yang digunakan

sebagai patokan, dalam hal ini berdasarkan pada KepMenKes Nomor

1027/MENKES/SK/X/2004 dikatakan telah dilaksanakan dengan baik apabila

29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

30

persentasenya lebih dari 50%. Bila persentasenya kurang dari 50% maka

dikatakan belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik.

4. Apotek adalah 55 apotek yang berada di wilayah Kabupaten Bantul.

5. Responden adalah Apoteker baik Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker

Pendamping yang bersedia mengisi kuisioner.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisi tentang :

1. karakteristik responden.

2. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam

suatu penelitian (Nawawi, 1998). Populasi dari penelitian ini adalah semua

apotek yang ada di Kabupaten Bantul.

Menurut data terakhir yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Bantul, diketahui bahwa jumlah apotek di Kabupaten Bantul tahun 2006

adalah sebanyak 55 apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

31

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data

sebenarnya dalam penelitian. Ada dua pertimbangan pokok untuk penetapan

besar sampel, yaitu pertimbangan representativitas dan pertimbangan analisis.

Pertimbangan representativitas ialah pertimbangan yang menyangkut jumlah

minimum sampel yang masih menjamin representativitasnya terhadap

populasi. Pertimbangan analisis ialah pertimbangan yang menyangkut jumlah

minimum sampel sehingga dapat dilakukan analisis kuantitatif terhadap data

(hasil penelitian) secara adekuat (Pratiknya, 2001).

Menurut Notoatmodjo, sampel dapat diperoleh dengan rumus :

n = )(1 2dN

N+

dimana :

n = besar sampel yang diambil

N = besar populasi

d = tingkat signifikansi (10%) (Notoatmodjo, 2002).

Penelitian ini tidak digunakan teknik sampling dikarenakan penelitian

dapat mencakup seluruh populasi, dikarenakan populasi berjumlah kurang dari

seratus responden yaitu 55 responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

32

E. Tata Cara Pengumpulan Data

1. Penyusunan Kuisioner

Kuesioner merupakan suatu instrumen pengumpulan data dalam

penelitian sosial. Dengan kuesioner tersebut peneliti menggali informasi dari

responden (orang yang menjadi subyek penelitian) (Adi, 2004).

Kuisioner yang digunakan memuat sejumlah pertanyaan yang harus

dijawab secara tertulis oleh responden. Kuisioner disusun dengan mengacu

KepMenKes RI Nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004 dan terbagi menjadi empat

bagian yaitu : deskripsi responden, pengelolaan sumber daya, pelayanan dan

evaluasi mutu pelayanan.

2. Pengujian kuesioner

a. Uji pemahaman bahasa

Uji pemahaman bahasa berfungsi untuk mengetahui sejauh mana

bahasa penyusun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner

dapat dipahami oleh responden, termasuk di dalamnya kesalahan

pengetikan, pengejaan kata-kata dan susunan kalimat. Uji pemahaman

bahasa dilakukan dengan cara menyebar kuesioner tersebut kepada lima

apotek di luar populasi penelitian.

b. Uji validitas isi

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

33

pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2003).

Suatu alat ukur dikatakan valid (benar/sahih) jika alat ukur tersebut jitu

untuk mengukur konsep/variabel yang diukur (Adi, 2004).

Validitas yang diukur dalam kuesioner ini adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan tingkat representativitas isi atau substansi

pengukuran terhadap konsep (pengertian) variabel sebagaimana

dirumuskan (Praktiknya, 1991). Validitas isi kuesioner ini diuji dengan

analisis rasional atau lewat Professional Judgement, yaitu bahwa estimasi

validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik apapun, melainkan

hanya dengan analisis teoritik. Maka tidaklah diharapkan setiap orang

akan sama atau sependapat mengenai sejauh mana validitas isi kuesioner

akan tercapai.

c. Uji reliabilitas

Suatu alat ukur dikatakan reliable (dapat dipercaya) jika alat ukur

tersebut mantap, tepat dan homogen. Suatu alat ukur dikatakan mantap

apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, alat ukur tersebut

memberikan hasil yang sama, dengan syarat kondisi pengukuran tidak

berubah. Suatu pertanyaan (alat ukur) dikatakan tepat apabila pertanyaan

tersebut mudah dimengerti dan terperinci. Suatu alat ukur dikatakan

homogen apabila pertanyaan-pertanyaan yang dibuat untuk mengukur

suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat satu sama lain (Adi, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

34

Reliabilitas kuesioner penelitian ini tidak perlu diuji lagi karena

pertanyaan dalam angket/kuesioner berupa pertanyaan yang langsung

terarah pada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Reliabilitas

data yang diperoleh terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden

menjawab dengan jujur seperti apa adanya. Hal ini berkaitan dengan

asumsi dasar penggunaan kuesioner yaitu subyek merupakan orang yang

mengetahui tentang dirinya, sehingga data hasil tidak perlu diuji lagi

reliabilitas secara statistik (Azwar, 1999).

3. Penyebaran Kuisioner

Penyebaran kuisioner langsung kepada responden dan peneliti akan

mendampingi dalam pengisian kuisioner agar dapat menjelaskan kepada

responden maksud dari kuisioner dan pertanyaan-pertanyaan yang ada di

dalamnya serta apabila responden mengalami kesulitan dalam mengisi

kuesioner tersebut. Jika responden berhalangan mengisi saat itu juga, maka

kuesioner tersebut akan ditinggal selama beberapa waktu untuk kemudian

diambil kembali setelah diisi oleh responden. Periode penyebaran kuisioner

dilakukan pada bulan Februari-Maret 2007.

4. Pengumpulan Kuisioner

Kuisioner langsung dikumpulkan saat itu juga, sehingga kuisioner

yang dikembalikan jumlahnya sama dengan jumlah kuisioner yang

disebarkan. Kuesioner langsung dikumpulkan saat itu juga dan ada yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

35

diambil setelah ditinggal selama beberapa waktu. Jumlah kuesioner yang

dikembalikan yaitu sebanyak 35 buah.

5. Wawancara

Menurut Nawawi (1998), wawancara adalah usaha mengumpulkan

informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan lisan, untuk dijawab

secara lisan pula. Wawancara dapat dipakai untuk melengkapi data yang

diperoleh (Mardalis, 2006). Wawancara ini dilakukan dengan dititikberatkan

pada tiga hal, yaitu ketersediaan ruang tertutup untuk konseling, medication

record dan tindak lanjut terapi melalui home care.

F. Tata Cara Menampilkan Data

Menampilkan data dilakukan menggunakan metode deskrptif non analisis,

yaitu dengan cara dengan mengelompokkan data berdasarkan tiga parameter

utama Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 kemudian menghitung

jumlah total untuk tiap alternatif jawaban. Hasil perhitungan data ditampilkan

dalam bentuk tabel dan diagram. Dikatakan telah melaksanakan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 secara menyeluruh apabila persentasenya lebih dari

50% dan jika kurang dari 50% maka dikatakan belum melaksanakan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2007 secara menyeluruh..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

36

G. Kesulitan Penelitian

Terdapat beberapa kesulitan dalam penelitian ini, yaitu :

1. sulit untuk meminta kesediaan apoteker menjadi responden

2. tidak dilakukannya wawancara secara mendalam kepada responden berkaitan

dengan alasan responden terhadap tiap jawaban yang diberikan

3. sulit untuk mengetahui perbandingan tingkat pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek dari setiap responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Apotek yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Bantul pada tahun 2006

berjumlah 55 Apotek. Jumlah tersebut merupakan populasi apotek yang akan

diteliti mengenai “Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

berdasarkan KepMenKes RI No 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten

Bantul”. Dari 55 kuisioner yang disebarkan untuk penelitian hanya dikembalikan

oleh 35 responden.

Tabel I. Data apotek yang mengembalikan kuisioner

No Kecamatan Jumlah apotek

1 Bantul 9

2 Sewon 3

3 Banguntapan 6

4 Imogiri 1

5 Piyungan 4

6 Sedayu 1

7 Bambanglipuro 1

8 Kasihan 6

9 Plered 1

10 Srandakan 3

Total 35

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

38

Hasil yang diperoleh dari 35 responden tersebut kemudian ditampilkan dengan

metode deskriptif non analisis dimana jawaban yang sama dikelompokkan dan

dihitung persentasenya. Data tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel

atau diagram (gambar). Berikut hasil tampilan data :

A. Data Responden

1. Posisi Responden

Gambaran mengenai posisi responden di apotek dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel II. Data posisi responden di apotek

No Posisi responden di apotek Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Apoteker Pengelola Apotek 32 91

2 Apoteker Pendamping 3 9 Total 35 100

Menurut Permenkes 922 tahun 1993, Apoteker di apotek ada yang

disebut dengan Apoteker Pengelola Apotek (APA), Apoteker Pendamping dan

Apoteker Pengganti. Hasil penelitian didapatkan bahwa 91% responden

sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan sembilan persen responden sebagai

Apoteker Pendamping.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

39

2. Usia Responden

Gambaran mengenai usia responden dapat dilihat pada gambar berikut:

Usia Responden

80%

17% 3%

21-35 tahun36-50 tahun>50 tahun

Gambar 1. Diagram Usia Respoden

Hasil penelitian mengenai usia responden diatas menunjukkan bahwa

delapan puluh persen responden berusia 21-35 tahun, tujuh belas persen

responden berusia 36-50 tahun dan tiga persen responden berusia di atas 50

tahun.

3. Pengalaman responden bekerja sebagai apoteker di apotek

Gambaran mengenai pengalaman responden bekerja sebagai apoteker

di apotek dapat dilihat pada gambar berikut:

Pengalaman bekerja sebagai Apoteker di apotek

17%23%

3%

57%

< 1 tahun

1-5 tahun

6-10 tahun

> 10 tahun

Gambar 2. Diagram pengalaman responden bekerja sebagai apoteker di

apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

40

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengalaman kerja sebagai Apoteker di apotek selama kurang dari satu tahun

sebesar tujuh belas persen, satu sampai lima tahun sebesar 57%, enam sampai

sepuluh tahun sebesar 23% dan yang bekerja lebih dari sepuluh tahun sebesar

tiga persen.

4. Adanya pekerjaan lain dari responden selain sebagai apoteker

Gambaran mengenai jumlah responden yang memiliki pekerjaan lain

selain apoteker di apotek yang bersangkutan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III. Data adanya Pekerjaan Lain dari Responden

No Adanya pekerjaan lain selain sebagai apoteker Jumlah Persentase (%)

n = 35 1 Ya 11 31

2 Tidak 24 69 Total 35 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 31% responden memiliki

pekerjaan lain selain sebagai Apoteker di apotek, sedangkan 69% responden

tidak memiliki pekerjaan lain selain sebagai Apoteker di apotek.

5. Waktu kerja responden di apotek dalam seminggu

Gambaran mengenai waktu kerja responden di apotek dalam seminggu

dapat dilihat pada tabel berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

41

Tabel IV. Data waktu kerja responden dalam seminggu

No Waktu kerja responden di apotek dalam seminggu Jumlah Persentase (%)

n = 35 1 3 - 5 hari 5 14

2 6 - 7 hari 30 86 Total 35 100

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa empat belas persen responden

bekerja sebagai apoteker di apotek selama tiga sampai lima hari dalam

seminggu dan 86% responden bekerja selama enam sampai tujuh hari dalam

seminggu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang

bekerja sebagai apoteker di apotek telah memenuhi ketentuan yang berlaku.

6. Waktu kerja responden di apotek dalam sehari

Gambaran mengenai waktu kerja responden di apotek dalam sehari

dapat dilihat pada gambar berikut:

Rata-rata Apoteker berada di apotek dalam satu hari

12%

34%54%

< 4 jam 4-6 jam > 6 jam

Gambar 3. Diagram waktu kerja responden di apotek dalam sehari

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa 54% apoteker berada di apotek

selama lebih dari enam jam. Menurut pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Nomor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

42

13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu waktu kerja dalam sehari adalah

7 (tujuh) jam. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan apoteker sebagian besar

telah memenuhi ketentuan yang berlaku.

B. Pengelolaan Sumber Daya

1. Sumber daya manusia

Dalam Permenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, sesuai dengan

ketentuan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang

profesional. Dalam mengelola apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki

kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, kemampuan

berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam

situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu

belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi

peluang untuk meningkatkan pengetahuan. WHO sebagai badan kesehatan

dunia menyatakan dalam seven stars pharmacist, yaitu Apoteker atau farmasis

sebagai leader. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi

pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil

keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan

mengelola hasil keputusan.

Permenkes Nomor 922 tahun 1993 pasal 20 menyebutkan bahwa

Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan

yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam

pengelolaan apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

43

dalam menjalankan tugasnya di apotek serta mengawasi kinerja asisten

apoteker dan karyawan lain (Hartini dan Sulasmono, 2006).

Tabel V. Pengambilan keputusan di apotek berdasarkan persetujuan APA

No Pengambilan keputusan berdasarkan persetujuan APA Jumlah Persentase(%)

n = 35 1 Ya 29 83

2 Tidak 5 17

Total 35 100

Hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 83% pengambilan

keputusan di apotek selalu berdasarkan persetujuan APA dan tujuh belas

persen tidak selalu berdasarkan keputusan APA. Keputusan yang diambil

berdasarkan persetujuan APA dalam penelitian ini mencakup perencanaan,

pengadaan dan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

lainnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian sumber daya manusia telah dilaksanakan dengan baik karena

memiliki persentase lebih dari 50 %, yaitu sebanyak 83 %.

2. Sarana dan prasarana

a. Papan petunjuk apotek

Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian menyebutkan bahwa “Apotek berlokasi pada

daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman

terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.” Dalam

lampiran Form Apt-3 Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 disebutkan papan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

44

nama berukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam

di atas dasar putih; tinggi huruf minimal 5 cm, tebal 5 cm. Pada pasal 6

ayat 3 Kepmenkes No. 278 tahun 1981 tentang persyaratan apotek

disebutkan bahwa “Papan nama harus memuat : Nama apotek, nama

Apoteker Pengelola Apoteker, Nomor Surat Izin Apotek, Alamat apotek

dan nomor telepon, kalau ada.”

Tabel VI. Ketersediaan papan yang tertulis kata apotek pada muka apotek

No Ketersediaan papan apotek Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 35 100

2 Tidak 0 0

Total 35 100

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa 100% apotek yang terdapat di

Kabupaten Bantul sudah terpasang papan bertuliskan apotek yang sesuai

dengan ketentuan pada Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 dan Kepmenkes

No. 278 tahun 1981. Data tersebut menunjukkan bahwa lokasi apotek

dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.

b. Tempat yang terpisah antara produk kefarmasian dengan produk lainnya

Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 6 tentang “Persyaratan

Apotek” : ayat 2 “Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama

dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi” dan

ayat 3 “Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

45

luar sediaan farmasi”. Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

diberi batasan antara produk kefarmasian dengan produk lainya dengan

menyebutkan bahwa pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat

yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal

ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta

mengurangi resiko kesalahan penyerahan.

Tabel VII. Pemisahan produk kefarmasian dengan produk lainnya

No Tempat yang terpisah dari produk lain

Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 24 69

2 Tidak 11 31

Total 35 100

Hasil penelitian diatas, dapat dilihat bahwa 69% responden

melakukan pemisahkan produk kefarmasian dengan produk lainnya sesuai

dengan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, sedangkan 31% responden tidak

melakukan pemisahkan produk kefarmasian dengan produk lainnya.

Produk lain yang dimaksud antara lain pembalut wanita, alat kontrasepsi,

peralatan bayi, dan lain-lain.

c. Ruang tunggu bagi pasien

Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus memiliki ruang tunggu yang nyaman bagi pasien,

yaitu yang bersih dan bebas dari hewan pengerat, serangga/pest. Hal ini

juga diatur dalam Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 4 ayat 2 yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

46

pada salah satu syaratnya menyebutkan bahwa apotek harus memiliki

ruang tunggu.

Tabel VIII. Ketersediaan ruang tunggu bagi pasien

No Ketersediaan ruang tunggu bagi pasien Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 35 100

2 Tidak 0 0

Total 35 100

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa semua apotek telah memiliki

ruang tunggu. Hal ini telah sesuai dengan yang tertera dalam Kepmenkes

No. 1027 tahun 2004.

d. Tempat untuk mendisplai informasi kesehatan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus memiliki tempat untuk mendisplai informasi bagi

pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi. Informasi disini

mungkin obat-obatan baru atau isu-isu kesehatan yang beredar di

masyarakat.

Tabel IX. Ketersediaan brosur/informasi mengenai kesehatan

No Ketersediaan brosur / informasi mengenai kesehatan Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 34 97

2 Tidak 1 3

Total 35 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

47

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 97% responden menyediakan

brosur/informasi bagi pasien dan tiga persen tidak menyediakan informasi

bagi pasien.

Tabel X. Ketersediaan tempat khusus untuk mendisplai informasi

No Ketersediaan tempat khusus untuk mendisplai informasi Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 32 91

2 Tidak 3 9

Total 35 100

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa 91% apotek mempunyai

tempat khusus untuk mendisplai brosur/informasi bagi pasien dan

sembilan persen apotek tidak mempunyai tempat khusus untuk mendisplai

brosur/informasi bagi pasien.

e. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien

Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh

apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Kepmenkes Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan ruang tertutup untuk konseling

bagi pasien dilengkapi dengan meja dan kursi untuk menyimpan catatan

medikasi pasien. Konseling yang dilakukan dapat mengenai sediaan

farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau

perbekalan kesehatan lainnya (Hartini dan Sulasmono, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

48

Tabel XI. Ketersediaan ruang tertutup untuk konseling

No Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 6 17

2 Tidak 29 83

Total 35 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya tujuh belas persen

apotek yang mempunyai ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien,

sedangkan 83% apotek tidak mempunyai ruangan tertutup untuk konseling

bagi pasien dikarenakan keterbatasan bangunan yang dipakai untuk

apotek, sehingga tidak memungkinkan membuat ruang khusus untuk

konseling. Selain itu ada juga Apoteker yang belum mengetahui adanya

peraturan mengenai ketersediaan ruang tertutup untuk konseling. Hal ini

jelas tidak sesuai dengan Kode Etik Apoteker Indonesia pasal 8 yang

menyatakan bahwa seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan

peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di

bidang farmasi pada khususnya.

f. Ruang racikan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus memiliki ruang racikan. Hal ini juga diatur pada

Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 4 dan pada lampiran Form Apt-3

Kepmenkes Nomor 1332 tahun 2002 yang menyebutkan bahwa apotek

harus memiliki ruang peracikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

49

Tabel XII. Ketersediaan ruang racikan di apotek

No Ruang racikan Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Kering dan basah 21 60

2 Kering saja 10 29

3 Tidak ada ruang racikan 4 11

Total 35 100

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa 60% apotek memiliki ruang

racikan kering dan basah; 29% hanya memiliki ruang racikan kering; dan

sebanyak 11% tidak mempunyai ruang racikan. Alasannya dikarenakan

keterbatasan bangunan sehingga ruang racikan kering dan basah dijadikan

satu dalam suatu ruangan.

g. Keranjang sampah untuk staf maupun pasien

Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya dan apotek harus

bebas dari hewan pengerat, serangga / pest. Sehingga apotek harus

memiliki keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien. Pada

lampiran Form Apt-3 Kepmenkes Nomor 1332 tahun 2002 disebutkan

bahwa bangunan apotek sekurang-kurangnya harus memiliki sanitasi yang

baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya. Keranjang sampah

merupakan salah satu fasilitas untuk menjaga sanitasi di apotek agar dapat

terjaga dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

50

Tabel XIII. Ketersediaan keranjang sampah untuk staf dan pasien

No Keranjang sampah Jumlah Persentase (%) n = 35

1 staf dan pasien 30 86

2 staf saja 5 14

Total 35 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa apotek yang memiliki

keranjang sampah untuk staf dan pasien sebanyak 86%. Sedangkan

sebanyak empat belas persen apotek hanya memiliki keranjang sampah

untuk staf, karena dianggap waktu yang diperlukan untuk antri atau

menunggu pelayanan obat hanya sebentar sehingga keranjang sampah

untuk pasien dianggap kurang perlu.

h. Rangkuman hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

bagian sarana dan prasarana

100% 100%

60%

86%

17%

91%69%

0%

50%

100%

Papan petunjuk apotekTempat yang terpisah antara produk kefarmasian dengan produk lainnyaRuang tunggu bagi pasienTempat untuk mendisplai informasi kesehatanRuangan tertutup untuk konseling bagi pasienRuang racikanKeranjang sampah untuk staf maupun pasien

Gambar 4. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bidang sarana dan prasarana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

51

Berdasarkan keterangan di atas, sarana dan prasarana yang telah ada

atau dilaksanakan, yaitu dengan persentase pelaksanaan di atas 50%,

meliputi ketersediaan papan petunjuk apotek (100%), tempat yang terpisah

antara produk kefarmasian dengan produk lainnya (69%), tersedianya

ruang tunggu bagi pasien (100%), tersedianya tempat untuk mendisplai

informasi kesehatan (91%), tersedianya ruang racikan (60%) dan

tersedianya keranjang sampah untuk staf dan pasien (86%). Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian pengelolaan sarana dan prasarana sebagian besar telah

dilaksanakan dengan baik kecuali ketersediaan ruangan tertutup untuk

konseling (17%). Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian perlu

ditingkatkan lagi terutama dalam penyediaan ruangan tertutup untuk

konseling.

3. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, yang

meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan.

a. Perencanaan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan pola

penyakit, tingkat perekonomian masyarakat dan budaya masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

52

1) Pola penyakit

Perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang

timbul di masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tertentu.

2) Kemampuan masyarakat

Tingkat ekonomi masyarakat di sekitar apotek juga akan

mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. Jika masyarakat sekitar

memiliki tingkat perekonomian menengah ke bawah, maka apotek

perlu menyediakan obat-obat yang harganya terjangkau seperti obat

generic berlogo. Demikian pula sebaliknya, jika masyarakat sekitar

memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas yang cenderung

memilih obat paten, maka apotek juga harus menyediakan obat-obat

paten yang sering diresepkan.

3) Budaya masyarakat

Pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan

obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-obatan khususnya

obat-obat tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat uang

lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan

obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.

(Hartini dan Sulasmono, 2006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

53

Tabel XIV. Latar Belakang Perencanaan Pengadaan Sediaan

Farmasi di Apotek

No Perencanaan pengadaan sediaan farmasi Jumlah Persentase (%)

n = 35 1 Pola penyakit, kemampuan

masyarakat dan budaya masyarakat

29 83

2 Pola penyakit dan kemampuan masyarakat

5 14

3 Kemampuan dan budaya masyarakat

1 3

Total 35 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pengadaan

sediaan farmasi sebanyak 83% responden telah memperhatikan pola

penyakit, kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat; empat belas

persen hanya memperhatikan pola penyakit dan kemampuan masyarakat;

sedangkan tiga persen hanya memperhatikan kemampuan dan budaya

masyarakat.

Selain itu ada juga metode yang sering digunakan dalam

perencanaan pengadaan sediaan farmasi yaitu metode epidemiologi,

metode konsumsi, metode kombinasi dan metode just in time.

1) Metode epidemiologi

Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan pola penyebaran

penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi daloam

masyarakat.

2) Metode konsumsi

Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan data pengeluaran

barang periode lalu. Selanjutnya data tersebut dapat dikelompokkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

54

dalam kelompok fast moving (cepat beredar) maupun yang slow

moving (lambat beredar).

3) Metode kombinasi

Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan metode

konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola

penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan sediaan farmasi periode

sebelumnya

4) Metode just in time

Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada di

apotek dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini untuk obat-obat yang

jarang dipakai atau diresepkan dan harganya mahal serta memiliki

waktu kadaluwarsa yang pendek.

b. Pengadaan

Permenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan

sediaan farmasi harus melalui jalur resmi.

Pengadaan barang berdasarkan perencanaan yang telah di buat dan

disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadaan barang

meliputi proses pemesanan, pembelian, dan penerimaan barang. Ada 3

macam pengadaan yang biasa dilakukan di apotek, yaitu pengadaan

pengadaan dalam jumlah terbatas, pengadaan secara berencana, dan

pengadaan spekulatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

55

1) Pengadaan dalam jumlah terbatas

Pengadaan dalam jumlah yang terbatas dimaksudkan apabila

persediaan barang dalam hal ini adalah obat-obatan sudah menipis.

Barang-barang yang dibeli hanyalah obat-obatan yang dibutuhkan saja,

dalam waktu satu sampai dua minggu.Hal tersebut dilakukan untuk

mengurangi stok obat dalam jumlah besardan pertimbangan masalah

biaya yang minimal. Namun perlu pula adanya pertimbangan

pengadaan obat dalam jumlah terbatas ini dilakukan apabila PBF

tersebut ada di dalam kota dan selalu siap mengirimkan obat dalam

waktu cepat.

2) Pengadaan secara berencana

Pengadaan secara berencana adalah perencanaan pembelian

obat berdasarkan penjualan perminggu atau perbulan. Sistem ini

dilakukan pendataan obat-obat mana yang laku banyak dan tergantung

pula pada kondisi cuaca, misalnya saat pergantian musim banyak

orang yang menderita penyakit batuk dan pilek. Hasil pendataan

tersebut diharapkan dapat memaksimalkan prioritas pengadaan obat.

Cara ini biasa dilakukan apabila supplier atau PBF berada di luar kota.

3) Pengadaan secara spekulatif

Cara ini dilakukan apabila akan ada kenaikan harga serta bonus

yang ditawarkan jika mengingat kebutuhan, namun resiko ini

terkadang tidak sesuai dengan rencana, karena obat dapat rusak,

apabila stok obat di gudang melapaui kebutuhan. Di sisi lain obat-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

56

obatan yang mempunyai ED akan menyebabkan kerugian yang besar,

namun apabila spekulasinya benar dapat mendatangkan keuntungan

yang besar.

Menurut Hartini dan Sulasmono (2006), pengadaan sediaan

farmasi apotek termasuk di dalamnya golongan obat bebas, obat bebas

terbatas, obat keras, psikotropika dan narkotika dapat berasal langsung dari

pabrik farmasi, Pedagang Besar Farmasi (pasal 3 Permenkes 918 Nomor

918 tahun 1993 tentang Pedagang Besar Farmasi) maupun ke apotek lain.

Sediaan farmasi berupa golongan obat bebas dapat pula dibeli dari toko

obat berijin/pedagang eceran obat. Semua pembelian harus dengan faktur

pembelian resmi. Bagan jalur distribusi obat dapat dilihat pada lampiran 6.

Tabel XV. Sumber Perolehan Obat di Apotek

No Sumber perolehan obat Jumlah Persentase (%) n = 35

1 PBF, pabrik, apotek lain, toko obat, swalayan 2 6

2 PBF, pabrik, apotek lain, toko obat 3 9

3 PBF, pabrik, toko obat 1 3

4 PBF, pabrik 2 6

5 PBF, apotek lain, toko obat, swalayan 6 16

6 PBF, apotek lain, toko obat 9 26

7 PBF, apotek lain, swalayan 2 6

8 PBF, apotek lain 8 22

9 PBF saja 2 6

Total 35 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

57

Hasil penelitian didapatkan bahwa responden memperoleh obat-

obatan melalui jalur resmi sesuai Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 sebesar 72%, sedangkan responden yang lain

memperoleh obat-obatan dari jalur resmi dan jalur tidak resmi, misalnya

swalayan.

c. Penyimpanan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

Tabel XVI. Pemindahan isi obat ke wadah lain

No Pemindahan isi obat ke wadah lain Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 20 57

2 Tidak 15 4

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 43% responden selalu

menyimpan obat dalam wadah asli dari pabrik, sedangkan 57% responden

pernah memindahkan isi obat ke wadah lain.

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada

wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis

informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang–kurangnya

memuat nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Pemindahan obat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

58

wadah aslinya bertujuan untuk meningkatkan waktu pelayanan sehingga

lebih efisien. Gambaran mengenai informasi yang disertakan apoteker

pada wadah baru dapat dilihat pada Tabel XVII berikut.

Tabel XVII. Informasi yang disertakan pada wadah baru

No Informasi yang disertakan Jumlah Persentase (%) n = 20

1 Produsen, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, aturan pakai, cara penyimpanan

5 25

2 Produsen, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, aturan pakai 2 10

3 Produsen, nomor batch, tanggal kadaluwarsa 4 20

4 Nomor batch, tanggal kadaluwarsa 2 10

5 Tanggal kadaluwarsa, aturan pakai, cara penyimpanan 2 10

6 Tanggal kadaluwarsa 1 5

7 Aturan pakai, cara penyimpanan 2 10

8 Tidak ada informasi 2 10

Total 20 100

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, informasi yang harus

dicantumkan pada wadah baru sekurang-kurangnya memuat nomor batch

dan tanggal kadaluwarsa. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa

responden yang mencantumkan nomor batch dan tanggal kadaluwarsa

sesuai yang tertera dalam Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 sebesar 55%, sedangkan 45% responden

tidak mencantumkan nomor batch dan tanggal kadaluwarsa seperti yang

telah ditentukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

59

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 juga

menyebutkan bahwa semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang

sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. Kepmenkes Nomor 278

tahun 1981 pasal 4 menyebutkan bahwa apotek harus mempunyai ruang

penyimpan obat.

Tabel XVIII. Ketersediaan tempat penyimpanan khusus

No Ketersediaan tempat penyimpanan khusus Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 34 97

2 Tidak 1 3

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 97% apotek mempunyai tempat

penyimpanan khusus untuk obat-obat tertentu. Dalam Kepmenkes Nomor

278 tahun 1981 pasal 7, tempat penyimpanan khusus yang dimaksud

dalam penelitian ini contohnya adalah tempat penyimpanan khusus untuk

narkotika dan pasal 9, lemari pendingin yang digunakan untuk menyimpan

obat-obat tertentu yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar seperti

serum dan vaksin. Adanya tempat penyimpanan khusus di apotek tersebut

secara tidak langsung dapat menggambarkan kesesuaian dan kelayakan

tempat dengan kestabilan obat pada saat penyimpanan.

Menurut Kepmenkes Nomor 1332 tahun 2002 pasal 25, izin apotek

dicabut apabila Apoteker tidak memenuhi kewajiban seperti yang

dimaksud pasal 12 ayat 1 : “Apoteker berkewajiban menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

60

yang keabsahannya terjamin” dan pasal 12 ayat 2 : ”Sediaan farmasi yang

karena sesuatu hal tidak dapat dipergunakan lagi atau dilarang

dipergunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam, atau

dengan cara lain yang ditetapkan oleh menteri”.

d. Rangkuman hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

bagian pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

83%72%

43%

97%

0%

50%

100%

Perencanaan, meliputi : pola penyakit, tingkat perekonomian masyarakatdan budaya masyarakatPengadaan melalui jalur resmi

Penyimpanan dalam wadah asli dari pabrik

Informasi yang disertakan pada wadah baru, meliputi : nomor batch dantanggal kadaluwarsa

Gambar 5. Standar Pelayanan Kefarmasian bagian pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian pengelolaan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan lainnya sebagian telah dilaksanakan dengan baik.

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

61

dilaksanakan, yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di atas 50%,

meliputi perencanaan sebesar 83%, pengadaan melalui jalur resmi sebesar

72% dan penyertaan informasi pada wadah baru sebesar 97%. Namun

demikian masih terdapat pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan lainnya yang belum dilaksanakan, yaitu yang memiliki

persentase pelaksanaan di bawah 50%, meliputi penyimpanan dalam

wadah asli pabrik sebesar 43% sehingga perlu ditingkatkan lagi

pelaksanaannya.

4. Administrasi

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu

dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan

administrasi pelayanan.

a. Administrasi umum

Administrasi umum ini meliputi pencacatan, pengarsipan, pelaporan

narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

1) Pencatatan dan pengarsipan transaksi pembelian

Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 13 (e) menyebutkan

bahwa dalam apotek harus tersedia buku pembelian dan penerimaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

62

Tabel XIX. Penyertaan bukti/faktur pembelian dan mencatat setiap obat yang dibeli

No Selalu disertai bukti atau

faktur pembelian dan dicatat

Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 35 100

2 Tidak 0 -

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa semua responden (100%)

selalu menyertakan bukti/faktur pembelian untuk setiap obat yang

mereka pesan/beli dan selalu dicatat dalam buku penerimaan

2) Pencatatan dan pengarsipan transaksi penjualan

Pasal 12 Kepmenkes RI Nomor 280 tahun 1981 menyebutkan

bahwa setiap penjualan harus disertai dengan nota penjualan. Pasal 13

(d) menyebutkan bahwa dalam apotek harus tersedia blangko faktur

dan blangko nota penjualan.

Tabel XX. Penyertaan Faktur/Nota Penjualan

No Dilengkapi faktur/nota penjualan Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 20 57

2 Tidak 15 43

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 57% responden selalu

menyertakan faktur atau nota penjualan pada setiap transaksi penjualan

yang mereka lakukan, sedangkan 43% responden tidak selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

63

menyertakan faktur atau nota penjualan pada setiap transaksi penjualan

yang mereka lakukan.

Tabel XXI. Pencatatan setiap penjualan dalam buku penjualan

No Pencatatan dalam buku penjualan Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 33 94

2 Tidak 2 6

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat 94% responden selalu

mencatat setiap transaksi penjualan dalam buku penjualan, sedangkan

enam persen responden tidak selalu mencatat setiap transaksi

penjualan yang terjadi.

3) Pengeluaran narkotika dan psikotropika

Kepmenkes Nomor 278 tahun 1981 pasal 13 (g) menyebutkan

bahwa dalam apotek harus tersedia buku pencatatan obat narkotika dan

psikotropika. Pasal 33 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997

menyebutkan bahwa apotek wajib membuat dan menyimpan catatan

mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan pada

pasal 11 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 disebutkan bahwa

apotek wajib membuat laporan berkala mengenai pengeluaran

narkotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

64

Tabel XXII. Pencatatan setiap pengeluaran narkotika dan psikotropika

No Dicatat dalam buku pencatatan Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 33 94

2 Tidak 2 6

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 94% responden selalu

melakukan pencatatan setiap pengeluaran narkotika dan psikotropika

dalam buku pencatatan narkotika dan psikotropika. Sedangkan enam

persen responden tidak selalu melakukan pencatatan setiap

pengeluaran narkotika dan psikotropika dalam buku pencatatan

narkotika dan psikotropika.

b. Administrasi pelayanan

Administrasi pelayanan ini meliputi pengarsipan resep,

pengarsipan cacatan pengobatan pasien dan pengarsipan hasil monitoring

penggunaan obat.

1) Pengarsipan resep

Kepmenkes Nomor 280 tahun 1981 pasal 7 menyebutkan bahwa

Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telah dikerjakan

menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus

disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

65

Tabel XXIII. Penyimpanan resep secara berurutan

No Selalu menyimpan resep secara berurutan Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 35 100

2 Tidak 0 0

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa semua responden (100%)

selalu menyimpan resep menurut urutan tanggal dan nomor resep.

2) Medication record

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004,

medication record adalah pengarsipan catatan pengobatan pasien.

Medication record berisi tentang data pribadi pasien (nama, usia, jenis

kelamin, alamat), nomor resep, nama dokter, riwayat obat yang pernah

digunakan pasien dan riwayat penyakit pasien. Catatan pengobatan

setiap pasien ini bertujuan apabila sewaktu-waktu dibutuhkan

informasi mengenai riwayat pengobatannya dan sumber bagi apoteker

untuk melaksanakan pelayanan residensial (home care)

Tabel XXIV. Pengisian medication record

No Pengisian medication record Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 16 46

2 Tidak 19 54

Total 35 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

66

Hasil penelitian didapatkan bahwa 46% responden selalu

melakukan pengisian medication record dan 54% responden tidak

selalu melakukan pengisian medication record. Berdasarkan hasil

wawancara diketahui bahwa pelaksanaan pengisian medication record

hanya dilakukan pada pasien tertentu, yaitu pasien yang lansia dan

pasien dengan penyakit tertentu seperti cardiovascular, TBC, diabetes,

asma dan penyakit kronis lainnya. Selain itu juga dikarenakan

keterbatasan waktu dan sumber daya manusia untuk melakukan

pencatatan pengobatan setiap pasien.

3) Rangkuman hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

bagian administrasi

100% 100%

57%

94% 94%

46%

0%

50%

100%

Pencatatan dan pengarsipan pembelian Penyertaan bukti/faktur penjualanPencatatan penjualanPencatatan narkotika dan psikotropikaPengarsipan resepPelaksanaan pengisian medication record

Gambar 6. Standar Pelayanan Kefarmasian bagian administrasi

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian administrasi, meliputi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

67

administrasi umum dan administrasi pelayanan sebagian besar telah

dilaksanakan dengan baik. Kegiatan administrasi yang telah dilaksanakan,

yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di atas 50%, meliputi

pencatatan dan pengarsipan pembelian (100%), penyertaan bukti/faktur

penjualan (57%), pencatatan penjualan (94%), pencatatan narkotika dan

psikotropika (94%), pengarsipan resep (100%), Namun demikian, masih

terdapat kegiatan administrasi yang belum sepenuhnya dilaksanakan, yaitu

yang memiliki persentase pelaksanaan di bawah 50%, meliputi pengisian

medication record (46%) sehingga perlu ditingkatkan lagi pelaksanaannya.

C. Pelayanan

1. Pelayanan resep

Pelayanan resep meliputi skrining resep dan penyiapan obat.

a. Skrining resep

Skrining resep dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisasi

terjadinya medication error. Menurut Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 medication error adalah kejadian yang

merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga

kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error yang

berusaha diminimalisir melalui skrining resep ini adalah dispensing error

yang merupakan lingkup tanggung jawab farmasis. Kepmenkes RI Nomor

1027 tahun 2004 apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan

administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

68

1) Persyaratan administratif

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

menyebutkan bahwa skrining resep mengenai persyaratan administrasi

meliputi :

a) nama,SIP dan alamat dokter

b) tanggal penulisan resep

c) tanda tangan/paraf dokter penulis resep

d) nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien

e) nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta

f) cara pemakaian yang jelas

g) informasi lainnya.

Tabel XXV. Skrining resep mengenai persyaratan administratif

No Persyaratan administrasi Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 33 94

2 Tidak 2 6

Total 35 100

Hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 94%

responden selalu melakukan skrining resep mengenai persyaratan

administrasi dan sebanyak 6% responden tidak selalu melakukan

skrining resep mengenai persyaratan administrasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

69

2) Kesesuaian farmasetik

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

menyebutkan bahwa skrining resep mengenai kesesuaian farmasetik

meliputi : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,

cara dan lama pemberian.

Tabel XXVI. Skrining resep mengenai kesesuaian farmasetik

No Kesesuaian farmasetik Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

21 60

2 Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara pemberian.

1 3

3 Bentuk sediaan, dosis,potensi, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

1 3

4 Bentuk sediaan, dosis,potensi, cara dan lama pemberian.

3 8

5 Bentuk sediaan, dosis, stabilitas, cara pemberian. 1 3

6 Bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

1 3

7 Bentuk sediaan, dosis, cara dan lama pemberian. 3 8

8 Bentuk sediaan, potensi, cara dan lama pemberian. 1 3

9 Dosis,potensi, cara dan lama pemberian. 2 6

10 Tidak melakukan 1 3

Total 35 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

70

Hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa enam puluh persen

responden telah melakukan skrining resep mengenai kesesuaian

farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara pemberian dan lama pemberian sesuai dengan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, sedangkan 37%

responden belum melakukan skrining resep kesesuaian farmasetik

secara menyeluruh, termasuk tiga persen sama sekali tidak melakukan

skrining resep kesesuaian farmasetik sehingga kemungkinan terjadinya

medication error masih relatif besar.

3) Pertimbangan klinis

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

menyebutkan bahwa skrining resep mengenai pertimbangan klinis

meliputi : alergi, efek samping, interaksi, dosis, durasi dan jumlah

obat.

Hasil penelitian didapatkan bahwa enam puluh persen responden

telah melakukan skrining resep tentang pertimbangan klinis yang

meliputi alergi, efek samping, interaksi, durasi dan jumlah obat sesuai

dengan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004,

sedangkan sebanyak empat puluh persen responden hanya melakukan

sebagian skrining resep sehingga kemungkinan terjadinya medication

error relatif besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

71

Tabel XXVII. Skrining resep mengenai pertimbangan klinis

No Pertimbangan klinis Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Alergi, efek samping, interaksi, dosis, durasi dan jumlah obat

21 60

2 Alergi, efek samping, interaksi, dosis dan jumlah obat

4 11

3 Alergi, efek samping, interaksi, dosis dan durasi obat

1

3

4 Alergi, efek samping, interaksi, durasi dan jumlah obat

1

3

5 Alergi, efek samping, dosis, durasi dan jumlah obat

3 8

6 Alergi, interaksi, durasi dan jumlah obat 1

3

7 Alergi, efek samping, interaksi, dosis dan jumlah obat

1

3

8 Efek samping, interaksi, dosis dan jumlah obat 1

3

9 Efek samping, dosis, durasi dan jumlah obat 1

3

10 Efek samping, dosis dan jumlah obat 1

3

Total 35 100

4) Konsultasi dengan dokter penulis resep

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

menyebutkan bahwa jika ada keraguan terhadap resep hendaknya

dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

72

pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan

persetujuan setelah pemberitahuan. Hal ini bertujuan untuk

meminimalisasi terjadinya medication error. Menurut Kode Etik

Apoteker Indonesia pasal 13, dinyatakan bahwa setiap Apoteker harus

mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan

meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai, dan

menghormati sejawat petugas kesehatan. Sehingga konsultasi dengan

dokter penulis resep juga dapat dimanfaatkan untuk membangun dan

meningkatkan hubungan dengan rekan sejawat petugas kesehatan.

Tabel XXVIII. Konsultasi dengan dokter apabila ada ketidakjelasan dalam penulisan resep

No Konsultasi dengan dokter penulis resep Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 29 83

2 Tidak 6 17

Total 35 100

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 83% responden

selalu melakukan konsultasi dengan dokter penulis resep apabila ada

ketidakjelasan dalam penulisan resep dan sebanyak 17% responden

tidak selalu melakukan konsultasi dengan dokter penulis resep apabila

ada ketidakjelasan dalam penulisan resep.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

73

5) Rangkuman hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian skrining resep

60% 60%

94%83%

0.00%

50.00%

100.00%

Persyaratan administratif Kesesuaian farmasetikPertimbangan klinisKonsultasi dengan dokter penulis resep

Gambar 7. Standar Pelayanan Kefarmasian bidang pelayanan resep bagian skrining resep

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bidang pelayanan bagian

skrining resep telah dilaksanakan dengan baik. Pelayanan skrining

resep yang telah dilaksanakan, yaitu yang memiliki persentase

pelaksanaan di atas 50%, meliputi skrining resep persyaratan

administratif (94%), skrining resep kesesuaian farmasetik (60%),

skrining resep pertimbangan klinis (60%) dan konsultasi dengan dokter

penulis resep (83%).

b. Penyiapan obat

1) Etiket

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menebutkan

bahwa etiket harus jelas dan dapat dibaca. Etiket yang tidak jelas dapat

menyebabkan terjadinya medication error karena pasien salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

74

membaca/mengartikan apa yang tertulis di etiket, karena itulah maka

etiket harus jelas dan dapat dibaca

Kepmenkes No. 280 tahun 1981 pasal 11 menyatakan bahwa

obat yang diserahkan atas dasar resep,. harus dilengkapi dengan etiket

berwarna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar.

Pada etiket, harus dicantumkan :

a) nama dan alamat apotek

b) nama dan nomor Surat Izin Pengelolaan Apotek Apoteker

Pengelola Apotek

c) nomor dan tanggal pembuatan

d) nama pasien

e) aturan pemakaian

f) tanda lain yang diperlukan, misalnya : “Kocok dulu…”, “ tidak

boleh diulang tanpa resep dokter” dan sebagainya.

Tabel XXIX. Keluhan tentang etiket oleh pasien

No Keluhan dari pasien mengenai etiket Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 6 17

2 Tidak 29 83

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 83% responden

belum pernah mendapatkan keluhan mengenai etiket dan 17%

responden pernah mendapatkan keluhan mengenai etiket.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

75

2) Penyerahan Obat.

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

menyebutkan bahwa sebelum obat diserahkan pada pasien harus

dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan

resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian

informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

Hal ini juga tertera pada Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

hal asuhan kefarmasian yang menyebutkan bahwa salah satu standar

prosedur operasional apoteker di apotek adalah memberikan pelayanan

informasi obat dan memberikan konsultasi obat. Pasal 7 Kode Etik

Apoteker Indonesia menyebutkan bahwa seorang Apoteker harus

menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Berdasarkan

keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu kewajiban

apoteker adalah memberikan informasi mengenai obat kepada pasien

sehingga apoteker sebaiknya selalu terlibat langsung dalam penyerahan

obat kepada pasien agar dapat menjalankan kewajiban tersebut.

Tabel XXX. Pengecekan resep sebelum diserahkan ke pasien

No Pengecekan sebelum diserahkan ke pasien Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 35 100

2 Tidak 0 0

Total 35 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

76

Hasil penelitian didapatkan bahwa semua responden (100%)

selalu melakukan pengecekan terhadap kesesuaian obat dan etiket

terhadap resep sebelum diserahkan kepada pasien. Pemeriksaan akhir

(medication review) dilakukan dengan tujuan untuk menghindari

terjadinya medication error terutama dispensing error yang

merupakan tanggung jawab pihak farmasis.

Tabel XXXI. Apoteker selalu terlibat langsung dalam penyerahan obat ke pasien

No Apoteker selalu terlibat dalam penyerahan obat Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 20 57.

2 Tidak 15 43

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 57% responden selalu terlibat

langsung dalam penyerahan obat ke pasien dan 43% responden tidak

selalu terlibat langsung dalam penyerahan obat kepada pasien sehingga

tidak bisa menjalankan kewajibannya untuk memberikan informasi

kepada pasien.

3) Informasi obat

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004,

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi

obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

77

cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta

makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

Tabel XXXII. Informasi obat yang diberikan apoteker

No Informasi obat yang diberikan Jumlah Persentase (%)

n = 35

1

cara pemakaian, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan, minuman dan aktivitas yang harus dihindari.

20

57

2

cara pemakaian, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman yang harus dihindari.

4

11

3

cara pemakaian, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan dan aktivitas yang harus dihindari.

2

5

4

cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat dan jangka waktu pengobatan

3

8

5

cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, dan aktivitas yang harus dihindari.

1

3

6

cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman yang harus dihindari

1

3

7 cara pemakaian obat dan jangka waktu pengobatan 3 8

8 Tidak ada informasi 1 3

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 57% responden telah

memberikan informasi kepada pasien sesuai Kepmenkes RI Nomor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

78

1027/MENKES/SK/IX/2004 yaitu meliputi cara pemakaian obat, cara

penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman

yang harus dihindari dan aktivitas yang harus dihindari. Sedangkan

43% responden belum memberikan informasi secara menyeluruh

kepada pasien sesuai Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004.

Pemberian informasi ini seharusnya lebih diperhatikan oleh

apoteker karena melalui pemberian informasi apoteker dapat

meminimalisasi terjadinya medication error yang mungkin dilakukan

oleh pasien pada saat pasien mengkonsumsi obat.

4) Konseling

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

menyebutkan bahwa konseling adalah suatu proses komunikasi dua

arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk

mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan

obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling,

mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan

lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang

bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan

salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

79

Tabel XXXIII. Ketersediaan jam konseling setiap hari di apotek

No Jam konseling bagi pasien Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 32 91

2 Tidak 3 9

Total 35 100

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa sebanyak 91%

responden telah menyediakan jam konseling bagi pasien setiap hari

dan sembilan persen responden tidak menyediakan jam konseling bagi

pasien setiap hari.

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

menyebutkan bahwa untuk penderita penyakit tertentu seperti

cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya,

apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

Tabel XXXIV. Konseling secara berkelanjutan

No Konseling secara berkelanjutan Jumlah Persentase (%)

n = 35

1 Ya 21 60

2 Tidak 14 40

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa enam puluh persen responden

memberikan konseling secara berkelanjutan untuk penderita penyakit

tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma dan penyakit

kronis lainnya. Sedangkan empat puluh persen rersponden tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

80

memberikan konseling secara berkelanjutan. Konseling berkelanjutan

sangat penting bagi proses penyembuhan, dikarenakan penyakit yang

disebutkan di atas membutuhkan jangka waktu pengobatan yang lama

untuk dapat sembuh. Selain itu juga meningkatkan kepatuhan pasien

untuk meminum obat yang telah diberikan.

5) Rangkuman hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bagian penyiapan obat

100%

60%

83%

57% 57%

91%

0.00%

50.00%

100.00%

Etiket jelas dan dapat dibaca

Pengecekan resep sebelum diserahkan

Keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat

Informasi obat, meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangkawaktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindariJam konseling setiap hari

Konseling secara berkelanjutan

Gambar 8. Standar Pelayanan Kefarmasian bidang pelayanan resep bagian penyiapan obat

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pelayanan penyiapan obat telah dilaksanakan dengan baik karena memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

81

persentase pelaksanaan di atas 50%, meliputi penulisan etiket yang jelas

dan dapat dibaca (83%), pengecekan resep sebelum diserahkan kepada

pasien (100%), keterlibatan apoteker secara langsung dalam penyerahan

obat (57%), pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien (57%),

adanya jam konseling setiap hari (91%), dan adanya konseling secara

berkelanjutan (60%).

2. Promosi dan edukasi

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan

dan lain-lainnya.

Tabel XXXV. Diseminasi informasi kesehatan

No Diseminasi informasi kesehatan Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 9 26

2 Tidak 26 74

Total 35 100

Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa 26% responden pernah

melakukan diseminasi (penyebaran) informasi kesehatan dan 74% responden

tidak pernah melakukan diseminasi (penyebaran) informasi kesehatan.

Promosi dan edukasi yang berupa diseminasi informasi kesehatan belum

sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, yaitu yang memiliki persentase

pelaksanaan di bawah 50%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

82

3. Pelayanan residensial (Home Care)

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan

pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah (pelayanan

residensial), khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan

penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan

berupa catatan pengobatan (medication record)

Tindak lanjut terapi merupakan salah satu bentuk perhatian yang

seharusnya dilakukan oleh seorang apoteker. Tindak lanjut terapi dengan

kunjungan rumah atau komunikasi dengan telepon akan sangat banyak

membantu pasien, terutama bagi pasien lansia atau pasien yang karena

penyakit yang dideritanya tidak memungkinkan untuk datang dan melakukan

konseling secara langsung ke apotek.

Tabel XXXVI. Tindak lanjut terapi

No Melakukan tindak lanjut terapi Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 12 34.

2 Tidak 23 66

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 34% responden melakukan tindak

lanjut terapi, misalnya dengan mengunjungi pasien atau komunikasi melalui

telepon untuk memantau keadaan pasien. Sedangkan 66% responden tidak

melakukan tindak lanjut terapi. Pelayanan residensial yang dilakukan dengan

tindak lanjut terapi belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, yaitu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

83

memiliki persentase pelaksanaan di bawah 50%. Berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa responden merasa kesulitan dalam melakukan tindak lanjut

terapi dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber daya manusia. Selain itu

pasien juga tidak selalu menggunakan jasa apotek yang bersangkutan.

D. Evaluasi Mutu Pelayanan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan ada tiga

indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan yaitu tingkat

kepuasan konsumen, dimensi waktu dan prosedur tetap

1. Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survey berupa angket atau

wawancara langsung.

Tabel XXXVII. Survey tingkat kepuasan konsumen

No Survey tingkat kepuasan konsumen Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 9 26

2 Tidak 26 74

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 26% responden pernah melakukan

survey tentang tingkat kepuasan konsumen. Sedangkan 74% responden belum

pernah melakukan survey tentang kepuasan konsumen.

Survey ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat pasien/pengunjung

apotek mengenai kinerja di apotek dan dapat digunakan sebagai bahan

evaluasi oleh APA agar dapat meningkatkan mutu pelayanan di apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

84

mereka. Survey yang dimaksud dalam Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 dapat berupa angket atau wawancara langsung.

Tabel XXXVIII. Bentuk survey

No Bentuk survey Jumlah Persentase (%) n = 9

1 Angket dan wawancara 2 22

2 Angket 1 11

3 Wawancara 6 67

Total 9 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden yang pernah

melakukan survey tersebut, 22% responden diantaranya melakukan survey

dengan angket dan wawancara, 11% responden melakukan survey dengan

angket dan 67% responden melakukan survey dengan wawancara.

2. Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan).

Penetapan lama pelayanan (waktu pelayanan maksimal per pasien)

bertujuan agar apoteker cepat tanggap dalam melayani pasien sehingga pasien

tidak menunggu terlalu lama untuk mendapatkan obat. Salah satu caranya

adalah dengan menetapkan lama waktu untuk tiap pembuatan dan

pengambilan setiap sediaan, misalnya salep, puyer, kapsul, sirup, baik dalam

sediaan tunggal maupun campuran sehingga pasien mendapatkan kepastian

waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

85

Tabel XXXIX. Penetapan lama pelayanan

No Penetapan lama pelayanan Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 9 26

2 Tidak 26 74

Total 35 100

Hasil penelitian didapatkan bahwa 26% responden menetapkan lama

pelayanan (waktu pelayanan maksimal per pasien) sedangkan 74% responden

tidak menetapkan lama pelayanan per pasien.

3. Prosedur tetap : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah

ditetapkan.

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa prosedur tetap ini antara lain bermanfaat untuk memastikan bahwa

praktek yang baik dapat tercapai setiap saat, adanya pembagian tugas dan

wewenang, memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan

lain yang bekerja di apotek, dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf

baru dan membantu proses audit.

Tabel XXXX. Ketersediaan prosedur tetap

No Prosedur tetap Jumlah Persentase (%) n = 35

1 Ya 8 23

2 Tidak 27 77

Total 35 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

86

Hasil penelitian didapatkan bahwa 23% apotek yang mempunyai

prosedur tertulis dan tetap dalam pelayanan pasien dan 77% sisanya tidak

mempunyai prosedur tertulis dan tetap dalam pelayanan pasien.

4. Rangkuman hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bidang evaluasi mutu pelayanan

26% 26% 23%

0.00%

50.00%

100.00%

Survey ingkat kepuasan konsumen Waktu pelayanan per pasien

Prosedur tetap

Gambar 9. Standar Pelayanan Kefarmasian bidang evaluasi mutu pelayanan

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek bidang evaluasi mutu pelayanan belum

sepenuhnya dilaksanakan dengan baik karena memiliki persentase

pelaksanaan di bawah 50%, yaitu untuk pelaksanaan survey tingkat kepuasan

konsumen sebesar 26%, penetapan waktu pelayanan per pasien sebesar 26%

dan penetapan prosedur tetap sebesar 23%, sehingga perlu ditingkatkan

pelaksanaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

87

E. Rangkuman Hasil Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul

0.00%

50.00%

100.00%

1 2 3

Pengelolaan sumber daya pengambilan keputusan di apotek (83%)Pengelolaan sumber daya papan petunjuk apotek (100%)Pengelolaan sumber daya penempatan produk yg terpisah (69%)Pengelolaan sumber daya ruang tunggu (100%)Pengelolaan sumber daya tempat display informasi (97%)Pengelolaan sumber daya ruang konseling tertutup (17%)Pengelolaan sumber daya ruang racikan (60%)Pengelolaan sumber daya keranjang sampah (86%)Pengelolaan sumber daya perencanaan (83%)Pengelolaan sumber daya pengadaan (72%)Pengelolaan sumber daya penyimpanan (43%)Pengelolaan sumber daya informasi pada wadah baru (97%)Pengelolaan sumber daya pencatatan&pengarsipan pembelian (100%)Pengelolaan sumber daya penyertaan bukti/faktur penjualan (57%)Pengelolaan sumber daya pencatatan penjualan (94%)Pengelolaan sumber daya pencatatan narkotika&psikotropika (94%)Pengelolaan sumber daya pengarsipan resep (100%)Pengelolaan sumber daya pengisian medication record (46%)Pelayanan persyaratan administratif (94%)Pelayanan kesesuaian farmasetik (60%)Pelayanan pertimbangan klinis (60%)Pelayanan konsultasi dengan dokter (83%)Pelayanan etiket jelas&dapat dibaca (83%)Pelayanan pengecekan resep sebelum diserahkan (100%)Pelayanan keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat (57%)Pelayanan informasi yg diberikan pada pasien (57%)Pelayanan jam konseling setiap hari (91%)Pelayanan konseling secara berkelanjutan (60%)Pelayanan diseminasi informasi kesehatan (26%)Pelayanan tindak lanjut terapi (34%)Evaluasi mutu pelayanan survey tingkat kepuasan konsumen (26%)Evaluasi mutu pelayanan waktu pelayanan per pasien (26%)Evaluasi mutu pelayanan prosedur tetap (23%)

Gambar 10. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

88

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 belum dilaksanakan secara menyeluruh oleh

apoteker di apotek-apotek Kabupaten Bantul karena masih terdapat persentase

pelaksanaan yang di bawah 50% pada tiga parameter utama Kepmenkes RI

Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004. Persentase pelaksanaan dibawah 50% pada

bidang pengelolaan sumber daya meliputi ketersediaan ruang tertutup untuk

konseling (17%), penyimpanan dalam wadah asli dari pabrik (43%) dan pengisian

medication record (46%). Persentase pelaksanaan dibawah 50% pada bidang

pelayanan meliputi diseminasi informasi kesehatan (26%) dan tindak lanjut terapi

(34%). Persentase pelaksanaan di bawah 50% pada bidang evaluasi mutu

pelayanan meliputi semua bagian yaitu survey tingkat kepuasan konsumen (26%),

penetapan waktu pelayanan per pasien (26%) dan penetapan prosedur tetap

(23%). Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang paling

rendah tingkat pelaksanaannya berdasarkan tiga parameter utama Kepmenkes RI

Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tersebut adalah bagian evaluasi mutu

pelayanan, karena semua persentase pelaksanaannya masih di bawah 50%

sehingga perlu perhatian yang lebih agar dapat ditingkatkan lagi pelaksanaannya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dan BPOM diharapkan melakukan

pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 dengan melibatkan ISFI

sebagai organisasi profesi, untuk menghindari terjadinya kesalahan pengobatan

(medication error) dalam proses pelayanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

89

F. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul

Berdasarkan Karakteristik Responden

1. Posisi Responden

Di apotek, apoteker dapat bertugas sebagai :

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek (SIA). Setiap apotek harus ada satu APA dan seorang

Apoteker hanya bisa menjadi APA di satu apotek saja.

b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek disamping

APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka

apotek. Menurut Kepmenkes No. 1332 tahun 2002, “Apabila APA

berhalangan hadir pada jam buka apotek, maka harus harus menunjuk

apoteker pendamping”. Apabila APA tidak bisa selalu ada di apotek

selama jam buka apotek, maka apoteker pendamping ini dapat

menggantikannya.

POSISI RESPONDEN

75.5%83.3%

66.0%53.0%

27.0%

0.0%0.00%

50.00%

100.00%

ApotekerPengelola

Apotek (n=32)

ApotekerPendamping

(n=3)

ApotekerPengelola

Apotek (n=32)

ApotekerPendamping

(n=3)

ApotekerPengelola

Apotek (n=32)

ApotekerPendamping

(n=3)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 11. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan posisi responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

POSISI RESPONDEN

0.00%

50.00%

100.00%

ApotekerPengelola Apotek

(n=32)

ApotekerPendamping (n=3)

ApotekerPengelola Apotek

(n=32)

ApotekerPendamping (n=3)

ApotekerPengelola Apotek

(n=32)

ApotekerPendamping (n=3)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek papan petunjuk apotek penempatan produk yg terpisah ruang tunggutempat display informasiruang konseling tertutup ruang racikan keranjang sampah perencanaan pengadaan penyimpanan informasi pada wadah baru pencatatan&pengarsipan pembelian penyertaan bukti/faktur penjualan pencatatan penjualan pencatatan narkotika&psikotropika pengarsipan reseppengisian medication recordpersyaratan administratif kesesuaian farmasetik pertimbangan klinis konsultasi dengan dokter etiket jelas&dapat dibaca pengecekan resep sebelum diserahkan keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat informasi yg diberikan pada pasien jam konseling setiap hari konseling secara berkelanjutan diseminasi informasi kesehatan tindak lanjut terapi survey tingkat kepuasan konsumen waktu pelayanan per pasienprosedur tetap

Gambar 12. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan posisi responden

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

91

Gambaran di atas, dapat kita lihat adanya hubungan antara posisi

responden dengan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian menurut

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004. Perbandingan yang

terlihat pada gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping lebih

baik dibandingkan Apoteker Pengelola Apotek pada bidang pengelolaan

sumber daya karena mempunyai persentase rata-rata yang lebih tinggi. Namun

Apoteker Pendamping mempunyai kekurangan dalam hal ketersediaan ruang

konseling tertutup (0%), sedangkan Apoteker Pengelola Apoteker juga

mempunyai kekurangan dalam hal adanya ruang konseling tertutup (16%) dan

pengisian medication record (44%).

Bidang pelayanan dan evaluasi mutu pelayanan, pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 yang dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek

lebih baik dibandingkan Apoteker Pendamping karena mempunyai persentase

rata-rata yang lebih tinggi. Bidang pelayanan, Apoteker Pengelola Apotek

masih mempunyai kekurangan dalam hal diseminasi informasi kesehatan

(25%) dan tindak lanjut terapi (35%) Sedangkan Apoteker Pendamping

mempunyai kekurangan dalam hal informasi yang diberikan kepada pasien

(0%), diseminasi informasi kesehatan (0%) dan tindak lanjut terapi (0%).

Bidang evaluasi mutu pelayanan, Apoteker Pengelola Apotek mempunyai

kekurangan dalam hal survey tingkat kepuasan konsumen (28%), penetapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

92

waktu pelayanan per pasien (28%) dan penetapan prosedur tetap (25%).

Sedangkan pelaksanaan evaluasi mutu pelayanan oleh Apoteker Pendamping

sebesar 0%.

1. Usia Responden

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Havard Growth Study, proses

pertumbuhan dan perkembangan intelegensi diawali pada usia remaja dan

mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Pada usia tersebut seseorang mampu

berfikir hipotetik dan dapat menguji secara sistematik mengenai kejadian-

kejadian tertentu dan dapat memahami prinsip abstrak yang berlaku (Azwar,

1999).

USIA RESPONDEN

77.4% 79.6% 77.8%

67.0% 67.0%

58.0%

28.7%

11.0%

0.0%0.00%

50.00%

100.00%

21 s.d. 35(n=28)

35 sd 50(n=6)

> 50 (n=1) 21 s.d. 35(n=28)

35 sd 50(n=6)

> 50 (n=1) 21 s.d. 35(n=28)

35 sd 50(n=6)

> 50 (n=1)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 13. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan usia responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

USIA RESPONDEN

0.00%

50.00%

100.00%

21 s.d. 35(n=28)

35 sd 50 (n=6) > 50 (n=1) 21 s.d. 35(n=28)

35 sd 50 (n=6) > 50 (n=1) 21 s.d. 35(n=28)

35 sd 50 (n=6) > 50 (n=1)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek

papan petunjuk apotek

penempatan produk yg terpisah

ruang tunggu

tempat display informasi

ruang konseling tertutup

ruang racikan

keranjang sampah

perencanaan

pengadaan

penyimpanan

informasi pada w adah baru

pencatatan&pengarsipan pembelian

penyertaan bukti/faktur penjualan

pencatatan penjualan

pencatatan narkotika&psikotropika

pengarsipan resep

pengisian medication record

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik

pertimbangan klinis

konsultasi dengan dokter

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelum diserahkan

keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat

informasi yg diberikan pada pasien

jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

diseminasi informasi kesehatan

tindak lanjut terapi

survey tingkat kepuasan konsumen

w aktu pelayanan per pasien

prosedur tetap Gambar 14. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan usia respoden

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

94

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian bidang pengelolaan sumber daya, responden yang

berusia 35-50 tahun mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di

bandingkan responden yang berusia 21-35 tahun dan lebih dari 50 tahun.

Namun responden dengan usia 36-50 tahun mempunyai kekurangan dalam hal

ketersediaan ruang konseling tertutup (17%), informasi pada wadah baru

(33%), dan pengisian medication record (33%). Sedangkan responden yang

berusia 21-35 tahun mempunyai kekurangan dalam hal ruang konseling

tertutup (18%). Responden dengan usia lebih dari 50 tahun mempunyai

persentase 0% dalam hal ketersediaan ruang konseling tertutup, ruang

racikan, perencanaan, pengadaan dan pengisian medication record.

Bidang pelayanan, pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian yang

dilaksanakan oleh responden yang berusia 21-35 tahun dan 36-50 tahun lebih

baik dibandingkan oleh responden yang berusia di atas 50 tahun, dikarenakan

mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi. Responden yang berusia

21-35 tahun mempunyai kekurangan dalam hal diseminasi informasi

kesehatan (25%) dan tindak lanjut terapi (38%), sedangkan responden yang

berusia 36-50 tahun mempunyai kekurangan dalam hal informasi yang

diberikan pada pasien (33%) diseminasi informasi kesehatan (17%) dan tindak

lanjut terapi (33%). Responden dengan usia lebih dari 50 tahun mempunyai

persentase 0% dalam hal kesesuaian farmasetik, pertimbangan klinis,

keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat, konseling secara berkelanjutan,

tindak lanjut terapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

95

Bidang evaluasi mutu pelayanan, responden yang berusia 21-35 tahun

mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di bandingkan responden

yang berusia 36-50 tahun dan lebih dari 50 tahun, walaupun persentase

pelaksanaannya kurang dari 50%. Responden yang berusia 21-35 tahun

mempunyai kekurangan dalam hal survey tingkat kepuasan konsumen (32%),

penetapan waktu pelayanan per pasien (25%) dan penetapan prosedur tetap

(29%). Sedangkan pada responden dengan usia 36-50 tahun mempunyai

kekurangan dalam hal survey tingkat kepuasan konsumen (0%), penetapan

waktu pelayanan per pasien (33%) dan penetapan prosedur tetap (0%).

Responden dengan usia di atas 50% mempunyai persentase 0% pada bidang

evaluasi mutu pelayanan.

1. Pengalaman bekerja sebagai apoteker di apotek

PENGALAMAN KERJA

76.8% 74.4% 77.1%

100.0%

65.0%69.0% 68.0%

58.0%

17.0%

31.7%

12.5%

33.3%

0.00%

50.00%

100.00%

< 1 th(n=6)

1~5 th(n=20)

6~10 th(n=8)

>10 th(n=1)

< 1 th(n=6)

1~5 th(n=20)

6~10 th(n=8)

>10 th(n=1)

< 1 th(n=6)

1~5 th(n=20)

6~10 th(n=8)

>10 th(n=1)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 15. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan pengalaman respoden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

PENGALAMAN RESPONDEN

0%

50%

100%

< 1 th (n=6) 1~5 th (n=20) 6~10 th (n=8) >10 th (n=1) < 1 th (n=6) 1~5 th (n=20) 6~10 th (n=8) >10 th (n=1) < 1 th (n=6) 1~5 th (n=20) 6~10 th (n=8) >10 th (n=1)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek papan petunjuk apotek penempatan produk yg terpisah ruang tunggutempat display informasiruang konseling tertutup ruang racikan keranjang sampah perencanaan pengadaan penyimpanan informasi pada wadah baru pencatatan&pengarsipan pembelian penyertaan bukti/faktur penjualan pencatatan penjualan pencatatan narkotika&psikotropika pengarsipan reseppengisian medication recordpersyaratan administratif kesesuaian farmasetik pertimbangan klinis konsultasi dengan dokter etiket jelas&dapat dibaca pengecekan resep sebelum diserahkan keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat informasi yg diberikan pada pasien jam konseling setiap hari konseling secara berkelanjutan diseminasi informasi kesehatan tindak lanjut terapi survey tingkat kepuasan konsumen waktu pelayanan per pasienprosedur tetap

Gambar 16. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan pengalaman respoden

96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

97

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian bidang pengelolaan sumber daya, responden yang

mempunyai pengalaman lebih dari 10 tahun mempunyai rata-rata persentase

yang lebih tinggi di bandingkan responden yang mempunyai pengalaman

kurang dari 1 tahun, 1-5 tahun dan 6-10 tahun. Responden dengan pengalaman

kurang dari 1 tahun mempunyai kekurangan dalam hal ketersediaan ruang

konseling tertutup (17%), informasi pada wadah baru (33%), dan penyertaan

bukti atau faktur penjualan (33%). Responden dengan pengalaman 1-5 tahun

mempunyai kekurangan dalam hal ruang konseling tertutup (15%), informasi

pada wadah baru (35%) dan pengisian medication record (45%). Sedangkan

responden dengan pengalaman 6-10 tahun mempunyai kekurangan dalam hal

ketersediaan ruang konseling tertutup (12,5%), informasi pada wadah baru

(0%) dan pengisian medication record (25%).

Bidang pelayanan, pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian yang

dilaksanakan oleh responden yang mempunyai pengalaman lebih dari 1-5

tahun mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di bandingkan

responden yang mempunyai pengalaman kurang dari 1 tahun, 6-10 tahun dan

lebih dari 10 tahun. Namun responden dengan pengalaman 1-5 tahun

mempunyai kekurangan dalam hal diseminasi informasi kesehatan (25%) dan

tindak lanjut terapi (40%). Responden dengan pengalaman kurang dari 1 tahun

mempunyai kekurangan dalam hal diseminasi informasi kesehatan (17%) dan

tindak lanjut terapi (0%). Responden dengan pengalaman 6-10 tahun

mempunyai kekurangan dalam hal skrining resep bagian kesesuaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

98

farmasetik (37,5%) dan pertimbangan klinis (25%), serta diseminasi informasi

kesehatan (37,5%). Sedangkan responden dengan pengalaman lebih dari 10

tahun mempunyai persentase 0% dalam hal etiket yang jelas dan dapat dibaca,

keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat, informasi yang diberikan pada

pasien, diseminasi informasi kesehatan dan tindak lanjut terapi.

Bidang evaluasi mutu pelayanan, pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian yang dilaksanakan oleh responden yang mempunyai pengalaman

lebih dari 10 tahun mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di

bandingkan responden yang mempunyai pengalaman kurang dari 1 tahun, 1-5

tahun dan 6-10 tahun. Namun responden dengan pengalaman lebih dari 10

tahun mempunyai persentase 0% dalam hal survey tingkat kepuasan konsumen

dan prosedur tetap. Responden dengan pengalaman kurang dari 1 tahun

mempunyai persentase 17% pada semua bidang evaluasi mutu pelayanan.

Responden dengan pengalaman 1-5 tahun mempunyai kekurangan dalam hal

survey tingkat kepuasan konsumen (40%), waktu pelayanan per pasien (25%)

dan prosedur tetap (30%). Sedangkan responden dengan pengalaman dari 6-

10 tahun mempunyai persentase 0% dalam hal survey tingkat kepuasan

konsumen, serta waktu pelayanan per pasien (25%) dan prosedur tetap

(12,5%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

99

1. Adanya pekerjaan lain dari responden selain sebagai apoteker

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan

bahwa apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Menurut

Surat Kepmenkes RI Nomor 831/Ph/64/b apotek-apotek yang didirikan

berdasarkan ijin Departemen Kesehatan yang dikeluarkan sesudah tanggal 1

September 1964 harus dipimpin oleh seorang apoteker yang bekerja penuh

(full-time).

ADANYA PEKERJAAN LAIN

78.3% 78.5%68.0% 67.0%

21.0%26.3%

0.00%

50.00%

100.00%

ya (n=11) tidak (n=24) ya (n=11) tidak (n=24) ya (n=11) tidak (n=24)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 17. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan adanya pekerjaan lain respoden

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang besar

dalam pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian antara responden yang

mempunyai pekerjaan lain selain sebagai apoteker dan responden yang tidak

mempunyai pekerjaan lain. Ada ataupun tidak suatu pekerjaan lain seharusnya

tidak mengganggu pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian, dikarenakan

responden sebagai apoteker harus profesional dalam mengelola suatu apotek

sesuai yang tertera dalam Permenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

PEKERJAAN LAIN

0.00%

50.00%

100.00%

ya (n=11) tidak (n=24) ya (n=112) tidak (n=24) ya (n=11) tidak (n=24)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek

papan petunjuk apotek

penempatan produk yg terpisah

ruang tunggu

tempat display informasi

ruang konseling tertutup

ruang racikan

keranjang sampah

perencanaan

pengadaan

penyimpanan

informasi pada w adah baru

pencatatan&pengarsipan pembelian

penyertaan bukti/faktur penjualan

pencatatan penjualan

pencatatan narkotika&psikotropika

pengarsipan resep

pengisian medication record

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik

pertimbangan klinis

konsultasi dengan dokter

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelum diserahkan

keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat

informasi yg diberikan pada pasien

jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

diseminasi informasi kesehatan

tindak lanjut terapi

survey tingkat kepuasan konsumen

w aktu pelayanan per pasien

prosedur tetap Gambar 18. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan adanya pekerjaan

lain respoden

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

101

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian bidang pengelolaan sumber daya, responden yang

tidak mempunyai pekerjaan lain mempunyai rata-rata persentase yang lebih

tinggi di bandingkan responden yang mempunyai pekerjaan lain. Namun

respondenyang tidak mempunyai pekerjaan lain mempunyai kekurangan

dalam hal ketersediaan ruang konseling tertutup (25%) dan pengisian

medication record (46%). Sedangkan responden mempunyai pekerjaan lain

mempunyai persentase 0% dalam hal ruang konseling tertutup.

Bidang pelayanan, pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian yang

dilaksanakan oleh responden yang mempunyai pekerjaan lain mempunyai

rata-rata persentase yang lebih tinggi di bandingkan responden yang tidak

mempunyai pekerjaan lain. Responden yang mempunyai pekerjaan lain

mempunyai kekurangan dalam hal keterlibatan apoteker dalam penyerahan

obat (45%), diseminasi informasi kesehatan (45%) dan tindak lanjut terapi

(45%). Sedangkan responden yang berusia tidak mempunyai pekerjaan lain

mempunyai kekurangan dalam hal diseminasi informasi kesehatan (17%) dan

tindak lanjut terapi (29%).

Bidang evaluasi mutu pelayanan, responden yang tidak mempunyai

pekerjaan lain mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di bandingkan

responden yang mempunyai pekerjaan lain, walaupun persentase

pelaksanaannya kurang dari 50%. Responden yang tidak mempunyai

pekerjaan lain mempunyai kekurangan dalam hal survey tingkat kepuasan

konsumen (17%), penetapan waktu pelayanan per pasien (33%) dan penetapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

102

prosedur tetap (29%). Sedangkan pada responden yang mempunyai

kekurangan dalam hal survey tingkat kepuasan konsumen (45%), penetapan

waktu pelayanan per pasien (9%) dan prosedur tetap (9%).

1. Waktu kerja responden di apotek dalam seminggu

Menurut pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan, waktu kerja dalam seminggu adalah 40 (empat

puluh) jam untuk 6 (enam) hari kerja.

Responden yang bekerja enam sampai tujuh hari setiap minggu secara

keseluruhan mempunyai rata-rata persentase pelaksanaan yang lebih tinggi di

bandingkan responden yang bekerja hanya tiga sampai lima hari, seperti yang

terlihat pada gambar berikut.

WAKTU KERJA DALAM SATU MINGGU

76.7% 78.9%

53.3%

69.7%

0.0%

29.0%

0.00%

50.00%

100.00%

3 sd 5 hari(n=5)

6 sd 7 hari(n=30)

3 sd 5 hari(n=5)

6 sd 7 hari(n=30)

3 sd 5 hari(n=5)

6 sd 7 hari(n=30)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 19. Rata-rata Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan waktu kerja respoden dalam

seminggu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

WAKTU KERJA DALAM SATU MINGGU

0%

50%

100%

3 sd 5 hari(n=5)

6 sd 7 hari(n=30)

3 sd 5 hari(n=5)

6 sd 7 hari(n=30)

3 sd 5 hari(n=5)

6 sd 7 hari(n=30)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek

papan petunjuk apotek

penempatan produk yg terpisah

ruang tunggu

tempat display informasi

ruang konseling tertutup

ruang racikan

keranjang sampah

perencanaan

pengadaan

penyimpanan

informasi pada w adah baru

pencatatan&pengarsipan pembelian

penyertaan bukti/faktur penjualan

pencatatan penjualan

pencatatan narkotika&psikotropika

pengarsipan resep

pengisian medication record

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik

pertimbangan klinis

konsultasi dengan dokter

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelumdiserahkan keterlibatan apoteker dalampenyerahan obat informasi yg diberikan pada pasien

jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

diseminasi informasi kesehatan

tindak lanjut terapi

survey tingkat kepuasan konsumen

w aktu pelayanan per pasien

prosedur tetap

Gambar 20. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan waktu kerja respoden dalam

seminggu

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

104

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian bidang pengelolaan sumber daya, responden yang

bekerja 6-7 hari seminggu mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di

bandingkan responden yang bekerja 3-5 hari seminggu. Namun responden

yang bekerja 6-7 hari seminggu mempunyai kekurangan dalam hal ruang

konseling tertutup (20%) dan pengisian medication record (47%). Sedangkan

responden yang bekerja 3-5 hari seminggu mempunyai kekurangan dalam hal

ketersediaan ruang konseling tertutup (0%), ruang racikan (20%) dan

pengisian medication record (40%).

Bidang pelayanan, pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian yang

dilaksanakan oleh responden yang bekerja 6-7 hari seminggu mempunyai rata-

rata persentase yang lebih tinggi di bandingkan responden yang bekerja 3-5

hari seminggu. Namun responden yang bekerja 6-7 hari seminggu mempunyai

kekurangan dalam hal diseminasi informasi kesehatan (27%) dan tindak lanjut

terapi (40%). Sedangkan responden yang yang bekerja 3-5 hari seminggu

mempunyai kekurangan dalam hal skrining resep bagian kesesuaian

farmasetik (40%) keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat (0%),

informasi yang diberikan pada pasien (40%), diseminasi informasi kesehatan

(20%) dan tindak lanjut terapi (0%).

Bidang evaluasi mutu pelayanan, responden yang bekerja 6-7 hari

seminggu mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di bandingkan

responden yang bekerja 3-5 hari seminggu, walaupun persentase

pelaksanaannya kurang dari 50%. Responden yang bekerja 6-7 hari seminggu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

105

mempunyai kekurangan dalam hal survey tingkat kepuasan konsumen (30%),

penetapan waktu pelayanan per pasien (30%) dan prosedur tetap (27%).

Sedangkan responden yang bekerja 3-5 hari seminggu mempunyai persentase

0% dalam semua bagian evaluasi mutu pelayanan.

1. Waktu kerja responden di apotek dalam sehari

Menurut pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan, waktu kerja dalam sehari adalah 7 (tujuh) jam.

Ketentuan tentang jam buka minimal suatu apotek diatur dalam Permenkes

Nomor 244 tahun 1990 tentang Ketentuan dan Tatacara Perizinan Apotek

‘Apotek wajib melayani masyarakat minimal dari jam 08.00 s,d. 22.00’ Pada

Permenkes No. 922 yang mencabut Permenkes tersebut tidak diatur lagi

tentang ketentuan jam buka apotek, demikian juga di Kepmenkes No. 1332

tahun 2002 maupun di Kepmenkes No. 1027 tahun 2004. Dalam Bab Penutup

dari Permenkes dari Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 33 yang mencabut

Permenkes tersebut di atas disebutkan bahwa “Semua ketentuan menteri

tentang apotek lainnya yang telah dikeluarkan sebelum ditetapkan peraturan

ini masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dengan peraturan ini.”

Oleh karena itu ketentuan tentang jam buka apotek minimal antara jam 08.00-

22.00 mestinya masih berlaku (Hartini dan Sulasmono, 2006). Jam buka

apotek selama 14 jam tersebut setidaknya membutuhkan dua apoteker setiap

harinya sesuai pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu

waktu kerja dalam sehari adalah 7 (tujuh) jam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

WAKTU KERJA DALAM SATU HARI

0%

50%

100%

< 4 jam (n=4) 4-6 jam (n=12) > 6 jam (n=19) < 4 jam (n=4) 4-6 jam (n=12) > 6 jam (n=19) < 4 jam (n=4) 4-6 jam (n=12) > 6 jam (n=19)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

pengambilan keputusan di apotek

papan petunjuk apotek

penempatan produk yg terpisah

ruang tunggu

tempat display informasi

ruang konseling tertutup

ruang racikan

keranjang sampah

perencanaan

pengadaan

penyimpanan

informasi pada w adah baru

pencatatan&pengarsipan pembelian

penyertaan bukti/faktur penjualan

pencatatan penjualan

pencatatan narkotika&psikotropika

pengarsipan resep

pengisian medication record

persyaratan administratif

kesesuaian farmasetik

pertimbangan klinis

konsultasi dengan dokter

etiket jelas&dapat dibaca

pengecekan resep sebelum diserahkan

keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat

informasi yg diberikan pada pasien

jam konseling setiap hari

konseling secara berkelanjutan

diseminasi informasi kesehatan

tindak lanjut terapi

survey tingkat kepuasan konsumen

w aktu pelayanan per pasien

prosedur tetap

Gambar 21. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan waktu kerja respoden di apotek dalam sehari

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

107

Responden yang bekerja lebih dari enam jam setiap hari secara

keseluruhan mempunyai rata-rata persentase pelaksanaan yang lebih tinggi di

bandingkan responden yang kurang dari empat jam dan 4-6 setiap hari, seperti

yang terlihat pada gambar berikut.

WAKTU KERJA DALAM SATU HARI

69.4% 71.6%

81.8%

58.0%64.0%

71.0%

16.7% 16.7%

31.7%

0.00%

50.00%

100.00%

< 4 jam(n=4)

4-6 jam(n=12)

> 6 jam (n=19)

< 4 jam(n=4)

4-6 jam(n=12)

> 6 jam (n=19)

< 4 jam(n=4)

4-6 jam(n=12)

> 6 jam (n=19)

Pengelolaan Sumber Daya Pelayanan Evaluasi Mutu Pelayanan

Gambar 22. Rata-rata Pelaksanan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Bantul berdasarkan waktu kerja respoden di apotek

dalam sehari

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian bidang pengelolaan sumber daya, responden yang

yang bekerja lebih dari 6 jam setiap hari mempunyai rata-rata persentase yang

lebih tinggi di bandingkan responden yang bekerja kurang dari 4 jam dan 4-6

jam setiap hari. Namun responden yang bekerja lebih dari 6 jam setiap hari

mempunyai kekurangan dalam hal ketersediaan ruang konseling tertutup

(21%). Responden yang bekerja kurang dari 4 jam setiap hari mempunyai

persentase 0% dalam hal ruang konseling tertutup, informasi pada wadah baru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

108

dan pengisian medication record. Sedangkan responden yang bekerja 4-6 jam

setiap hari mempunyai kekurangan dalam hal ketersediaan ruang konseling

tertutup (17%), ruang racikan (42%), informasi pada wadah baru (14%) dan

penyertaan bukti atau faktur penjualan (42%).

Bidang pelayanan, pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian yang

dilaksanakan oleh responden yang yang bekerja lebih dari 6 jam setiap hari

mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di bandingkan responden

yang bekerja kurang dari 4 jam dan 4-6 jam setiap hari. Namun responden

yang bekerja lebih dari 6 jam setiap hari mempunyai kekurangan dalam hal

mempunyai kekurangan dalam hal diseminasi informasi kesehatan (21%) dan

tindak lanjut terapi (37%). Responden yang bekerja kurang dari 4 jam setiap

hari mempunyai persentase 25 % dalam hal skrining resep bagian kesesuaian

farmasetik dan pertimbangan klinis, serta keterlibatan apoteker dalam

penyerahan obat, konseling secara berkelanjutan dan tindak lanjut terapi.

Responden yang bekerja 4-6 jam setiap hari mempunyai kekurangan dalam

hal keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat (42%), informasi yang

diberikan pada pasien (42%) diseminasi informasi kesehatan (17%) dan tindak

lanjut terapi (37%).

Bidang evaluasi mutu pelayanan, pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian yang dilaksanakan oleh responden yang yang bekerja lebih dari 6

jam setiap hari mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi di

bandingkan responden yang bekerja kurang dari 4 jam dan 4-6 jam setiap hari.

Namun responden yang yang bekerja lebih dari 6 jam setiap hari mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

109

kekurangan dalam hal survey tingkat kepuasan konsumen (26%), waktu

pelayananan per pasien (37%) dan prosedur tetap (32%). Responden yang

bekerja kurang dari 4 jam setiap hari mempunyai kekurangan dalam hal survey

tingkat kepuasan konsumen (25%), waktu pelayananan per pasien (0%) dan

prosedur tetap (25%). Sedangkan responden yang bekerja 4-6 jam setiap hari

mempunyai kekurangan dalam hal survey tingkat kepuasan konsumen (25%),

waktu pelayanan per pasien (17%) dan prosedur tetap (8%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Apoteker di apotek-apotek di Kabupaten Bantul belum sepenuhnya

melaksanakan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004. Namun pada bagian

tertentu telah dilaksanakan sepenuhnya (100%) meliputi ketersediaan papan

petunjuk apotek, ruang tunggu, pencatatan dan pengarsipan pembelian,

pengarsipan resep dan pengecekan kesesuaian resep sebelum diserahkan.

2. Parameter dari Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 yang telah

dilaksanakan dengan baik, cukup dan kurang secara berurutan adalah

pengelolaan sumber daya (78%), pelayanan (67%) dan evaluasi mutu

pelayanan (25%).

3. Karakteristik responden memberikan perbedaan dalam pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul, terletak

pada pengelolaan sumber daya dan pelayanan.

B. Saran

1. Dalam rangka menindak lanjuti hasil penelitian ini, diharapkan adanya respon

positif dari pihak Departemen Kesehatan, ISFI dan Dinas Kesehatan

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

111

Kabupaten Bantul untuk mensosialisasikan pelaksanaan Kepmenkes RI

Nomor 1027/MENKES/IX/2004 dengan mengadakan bimbingan dan

pelatihan sehingga Apoteker di Kabupaten Bantul dapat mendapatkan persepsi

dan pemahaman yang sama tentang Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/IX/2004.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dan BPOM melakukan pembinaan dan

pengawasan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 dengan melibatkan ISFI

sebagai organisasi profesi.

3. Universitas sebagai lembaga pendidikan harus berperan aktif dalam

mempersiapkan calon apoteker mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian,

terutama dalam hal ketersediaan ruang konseling tertutup, penyimpanan,

diseminasi informasi kesehatan, tindak lanjut terapi dan evaluasi mutu

pelayanan.

4. Apoteker di apotek-apotek Kabupaten Bantul perlu meningkatan kesadaran

akan pentingnya pemahaman perundang-undangan terutama Keputusan

Menteri Kesehatan mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

5. Perlu dilakukan penelitian sejenis pada tingkat populasi yang lebih besar

seperti penelitian pada tingkat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan

dengan responden karyawan apotek maupun pengguna jasa apotek.

6. Perlu diadakannya wawancara pada penelitian selanjutnya, mengenai alasan

responden untuk tiap jawaban yang diberikan sehingga dapat diketahui latar

belakang pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

112

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R., 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, 79-82, Granit, Jakarta

Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta

Anonim, 1962, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 Tentang Lafal Sumpah/Janji Apoteker, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1965, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1981, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 278/MENKES/SK/V/1981 Tentang Persyaratan Apotik, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1981, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 280/MENKES/SK/V/1981 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotik, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1981, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26/MENKES/ PER/I/1981, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1992, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 918/MENKES/PER/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1995, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 184/MENKES/PER/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti da Izin Kerja Apoteker, Depkes RI, Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

113

Anonim, 1996, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 1999, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Depkes RI, Jakarta

Anonim , 2001, Draft Hasil Rapat Kerja Nasional I, Badan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Semarang

Anonim, 2002, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Depkes RI, Jakarta

Anonim, 2004b, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Badan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta

Azwar, S., 1999, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Azwar, S., 2003, Reliabilitas dan Validitas, 4-8, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Budiharjo, 1981, Kode Etik Kefarmasian, Pembinaan Profesi Apoteker Pengelola Apotek, Jilid B, 4-5, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Pelaksanaan Departemen Kesehatan Republik Indonesua, Jakarta

Harding, 1993, Sociology for Pharmacists; an Introduction, The Macmillan, London

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

114

Hartini, Y.S. dan Sulasmono, 2006, Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-Undangan Terkait Apotek, Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Isdaryadi, F. Wisnu., 2005, Bisnis Berwawasan Etika, Ombudsman, No.II, 10-11

Kontour, R., 2003, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, 105, PPM, Yogyakarta

Nawawi, H., 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, 92, Rhieka Cipto,

Jakarta

Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 67-68, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Regziana, 2007, Pendapat Dokter Umum di Rumah Sakit Umum Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Peran Apoteker (Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit), Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

Salim, P. dan Yenny Salim, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi III, Modern English Press, Jakarta

Sirait, M., 2001, Tiga Dimensi Farmasi: Ilmu-Teknologi, Pelayanan Kesehatan dan Potensi Ekonomi, Institut Darma Mahardika, Jakarta

Soedarsono, A.K., 2007, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten Sleman Periode Oktober-Desember 2006, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

Sukmajati, M.A., 2007, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

Sulasmono, 1997, Profesi di Apotek Sekarang dan Masa Depan dengan Analisis

SWOT, Diskusi Kuliah Pengantar Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

115

Tobondo, 2000, Pemahaman Apoteker Tentang Pelayanan Apoteker dalam Praktek Kefarmasian Sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan Apotek di Apotek-Apotek Kota Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta

Wahyuni, B., 2005, Publik Tidak Boleh Ditipu Lagi, Ombudsman, No.II, 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

116

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Kuesioner Penelitian

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Kepada Yth

Apoteker Pengelola Apotek

Kabupaten Bantul

Dengan hormat,

Dalam rangka menyelesaikan jenjang studi S-1, saya bermaksud

mengadakan penelitian dengan judul “Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kabupaten Bantul”.

Sehubungan dengan hal itu, saya mohon kerelaan Bapak/Ibu untuk

menjawab pertanyaan berikut dengan lengkap dan sesuai dengan kondisi

yang sebenarnya. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga

kerahasiannya demi kepentingan ilmiah.

Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Henricus Bangun Purwono

NIM: 038114021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

117

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

KAJIAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK BERDASARKAN KEPMENKES RI NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004

DI KABUPATEN BANTUL

I. Data Responden Petunjuk Pengisian : Lingkarilah jawaban yang benar

No Pertanyaan Jawaban

1. Berapakah umur Anda? a. 21-35 tahun

b. 36-50 tahun

c. >50 tahun

2. Apakah posisi Anda di apotek ? a. APA

b. Apoteker Pendamping

c. Apoteker Pengganti

3. Berapa lama pengalaman Anda bekerja sebagai

Apoteker di apotek yang sekarang?

a. <1 tahun

b. 1-5 tahun

c. 6-10 tahun

d. >10 tahun

4. Apakah Anda memiliki pekerjaan yang lain? a. Ya

b. Tidak

5. Berapa hari rata-rata Anda bekerja di apotek

dalam seminggu?

a. <3 hari

b. 3-5 hari

c. 6-7 hari

6. Berapa lama rata-rata Anda bekerja di apotek

dalam satu hari?

a. <4 jam

b. 4-6 jam

c. >6 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

118

II. Kuesioner Tentang Pengelolaan Sumber Daya

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda ╳ pada jawaban yang sesuai

No Pertanyaan YA TIDAK

1 Apakah pada halaman depan apotek Anda terdapat

papan yang tertulis kata apotek?

2 Apakah apotek Anda memiliki ruang tunggu bagi pasien?

a. Apakah di apotek Anda tersedia informasi berupa

brosur, leaflet atau poster mengenai kesehatan

(misalnya obat-obat baru)?

3 b. Jika ya, apakah ada tempat khusus untuk

mendisplay informasi tersebut (misalnya

penempatan brosur dalam suatu wadah)?

4 Apakah apotek Anda memiliki ruangan tertutup untuk

konseling bagi pasien?

Apakah apotek Anda memiliki :

a. ruang racikan kering? 5

b. ruang racikan basah?

6 Apakah apotek Anda memiliki keranjang sampah yang

tersedia untuk staf?

7 Apakah apotek Anda memiliki keranjang sampah yang

tersedia untuk pasien?

Apakah dalam perencanaan pengadaan sediaan

farmasi Anda memperhatikan :

a. pola penyakit?

b. kemampuan masyarakat?

8

c. budaya masyarakat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

119

1. Dari manakah Anda memperoleh obat-obatan?

a. PBF

b. Pabrik farmasi

c. Apotek lain

d. Toko obat

e. Swalayan

2. Apakah setiap obat yang dipesan/dibeli, selalu

disertai bukti/faktur pembelian?

9

3. Apakah setiap obat yang dipesan/dibeli, selalu

dicatat dalam buku penerimaan?

10

Adakah tempat penyimpanan khusus (misalnya lemari

pendingin atau tempat penyimpanan narkotika dan

psikotropika) untuk obat tertentu (misalnya serum,

vaksin)?

1. Apakah apotek Anda pernah memindahkan isi obat

dari wadah asli ke wadah lain?

2. Jika ya, apakah informasi di bawah ini Anda sertakan

pada wadah baru tersebut?

a.Produsen (pabrik)

b.Nomor batch

c.Tanggal kadaluarsa

d.Aturan pakai

11

e.Cara penyimpanan

12

Apakah pelayanan produk kefarmasian (misalnya obat,

kosmetik, makanan) diberikan pada tempat yang terpisah

dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya

(misalnya pembalut wanita, alat kontrasepsi, popok bayi)?

13 Apakah setiap penjualan selalu dilengkapi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

120

faktur atau nota penjualan?

14 Apakah setiap penjualan selalu dicatat dalam buku

penjualan?

15

Apakah setiap pengeluaran narkotika dan psikotropika

selalu dicatat dalam buku pencatatan narkotika dan

psikotropika?

16 Apakah setiap resep selalu disimpan menurut urutan

tanggal dan nomor urut resep?

17 Apakah Anda selalu melakukan medication record?

IV. Kuesioner Tentang Pelayanan

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda ╳ pada jawaban yang sesuai

No Pertanyaan YA TIDAK

Apakah Anda selalu melakukan skrining resep, meliputi :

1. PERSYARATAN ADMINISTRATIF

2. KESESUAIAN FARMASETIK :

a. Bentuk sediaan

b. Dosis

c. Potensi

d. Stabilitas

e. Inkompatibilitas

f. Cara pemberian

g. Lama pemberian

3. PERTIMBANGAN KLINIS :

a. Alergi

b. Efek samping

18

c. Interaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

121

e. Durasi

f. Jumlah obat

19

Apakah Anda selalu melakukan konsultasi dengan

dokter penulis resep apabila ada ketidakjelasan dalam

penulisan resep?

20

Apakah anda selalu melakukan pengecekan

kesesuaian antara obat dan etiket terhadap resep

sebelum diserahkan kepada pasien?

21 Apakah apoteker selalu terlibat langsung dalam

penyerahan obat kepada pasien?

Apakah Anda selalu memberikan infomasi mengenai:

a. Cara pemakaian obat

b. Cara penyimpanan obat

c. Jangka waktu pengobatan

d. Makanan dan minuman yang harus dihindari

22

e. Aktivitas yang harus dihindari

23 Apakah pernah terjadi keluhan dari pasien mengenai

etiket (tidak jelas/sulit dibaca)?

24

Apakah keputusan yang diambil di apotek (mencakup

perencanaan, pegadaan dan penyimpanan sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya) selalu

berdasarkan persetujuan APA ?

25 Apakah Anda menyediakan jam konseling setiap hari

bagi pasien?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

122

26

Apakah Anda juga menyediakan jam konseling secara

berkelanjutan, terutama untuk penderita penyakit

tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC,

asthma, dan penyakit kronis lainnya?

27

Apakah Anda melakukan tindak lanjut terapi (misalnya

melalui komunikasi telepon dengan pasien atau

mengunjungi pasien)?

28

Apakah Anda pernah melakukan diseminasi

(penyebaran) informasi kesehatan (misalnya

penyebaran brosur dan poster, melakukan

penyuluhan)?

V. Kuesioner Tentang Evaluasi Mutu Pelayanan

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda ╳ pada jawaban yang sesuai

No Pertanyaan YA TIDAK

29 1. Apakah pernah dilakukan survey mengenai tingkat

kepuasan konsumen?

2. Jika ya, apakah survey tersebut berupa:

a.Angket

b.Wawancara

30 Apakah Anda menetapkan lama pelayanan (waktu

pelayanan maksimal per pasien)?

31 Apakah ada prosedur yang tertulis dan tetap dalam

pelayanan pasien?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

123

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

124

Lampiran 4. Sumpah/Janji Apoteker

LAFAL SUMPAH/JANJI APOTEKER

PERATURAN PEMERINTAH NO.20 TAHUN 1962 TANGGAL 20

SEPTEMBER 1962

Pasal 1

(1) Sebelum seorang apoteker melakukan jabatannya, maka ia harus

mengucapkan sumpah menurut cara agama yang dipeluknya, atau

mengucapkan janji. Ucapan sumpah dimulai dengan, kata-kata “Demi Allah”

bagi mereka yang beragama Islam, dan sumpah untuk agama lain, pemakaian

kata-kata “Demi Allah”…..disesuaikan dengan kebiasaan agama masing-

masing.

(2) Sumpah/Janji itu berbunyi sebagai berikut :

1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,

terutama dalam bidang kesehatan;

2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan

saya dan keilmuan saya sebagai apoteker;

3. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan

kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum

perikemanusiaan;

4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

125

5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-

sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,

kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial;

6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh

keinsyafan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

126

Lampiran 5. Kode Etik Apoteker Indonesia

KODE ETIK APOTEKER/FARMASIS INDONESIA

KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL XVII ISFI NO.007/KONGRES

XVII/ISFI/2005 TANGGAL 18 JUNI 2005

Mukadimah

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.

Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu :

BAB I

Kewajiban Umum

Pasal 1 : sumpah/janji Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker.

Pasal 2 Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.

Pasal 3 Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Pasal 4 Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Pasal 5 Didalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

127

Pasal 6 Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Pasal 7 Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

Pasal 8 Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi khususnya.

BAB II Kewajiban Apoteker Terhadap Penderita

Pasal 9

Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarkat dan menghormati hak azasi penderita dan melindungi mahluk hidup insani.

BAB III Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat

Pasal 10

Setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 11 Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.

Pasal 12 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

BAB IV Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat Petugas Kesehatan

Lainnya

Pasal 13 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

128

Pasal 14 Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.

BAB V Penutup

Pasal 15

Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasian sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (ISFI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

130

Lampiran 7. Jalur Distribusi Obat

JALUR DISTRIBUSI OBATJALUR DISTRIBUSI OBAT

INDUSTRI FARMASI

PBF/DISTRIBUTOR

SUB-DISTRIBUTOR

RS TANPA INSTALASI FARMASI

APOTEK INSTALASIFARMASI RS

TOKO OBAT BERIJIN

OBAT KERAS OBAT BEBAS VAKSIN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian ... Apotek atau Apoteker Pendamping yang bersedia mengisi kuesioner yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI