plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · 2018. 2. 9. · kajian : keamanan pengobatan skripsi...

166
EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JULI DESEMBER 2012 KAJIAN : KEAMANAN PENGOBATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Ventaria Paska Pradibta NIM : 108114068 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART

    FAILURE (CHF) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI

    RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JULI – DESEMBER 2012

    KAJIAN : KEAMANAN PENGOBATAN

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Ventaria Paska Pradibta

    NIM : 108114068

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART

    FAILURE (CHF) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI

    RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JULI – DESEMBER 2012

    KAJIAN : KEAMANAN PENGOBATAN

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Ventaria Paska Pradibta

    NIM : 108114068

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan,

    Tetapi dengan ketekunan dan kegigihan. –Samuel Jhonson-

    Allah memberikan kepada kita buak roh ketakutan,

    melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertibatn

    -Timotius 1:7-

    Karya kecil ini ku persembahkan untuk :

    Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

    Bapak dan Ibu

    Adiku

    Ajeng, Yulia, Cips

    Tyas, Ndanda, Agnes, Ciptaning, Elvira

    Petrus Kiki

    Teman-teman FKK A 2010

    Teman-teman angkatan 2010

    Serta

    Almamaterku……

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

    segala limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan lancar sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

    Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih

    kepada pihak-pihak yang turut membantu penulisan skipsi ini, antara lain :

    1. Bapak Antonius Sudibya, S.Pd dan Ibu Veronicha Tri Hartatik, M.Pd atas

    kasih sayang, doa, dukungan berupa dukungan moral dan moril, serta

    pengertiannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

    2. Dra. Th.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt selaku Dosen

    Pembimbing atas bimbingan, kesabaran, perhatian, dukungan, serta saran-

    saran yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

    3. Dra. A.M. Wara Kusharwanti, M.Si., Apt. Apt selaku Dosen Pembimbing

    atas bimbingan, kesabaran, perhatian, dukungan, serta saran-saran yang telah

    diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

    4. Direktur Rumah Sakit, Unit Personalia, Unit Rekam Medik serta seluruh staff

    Rumah Sakit Panti Rapih yang telah memberikan ijin penelitian.

    5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji atas

    bimbingan dan saran-saran dalam penulisan skripsi.

    6. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji atas bimbingan dan

    saran-saran dalam penulisan skripsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    7. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

    8. Adikku, Vera Paska Pradibta atas doa dan dukunganya dalam penyusunan

    skripsi ini.

    9. Teman-teman seperjuangan dalam tim Tyas, Ciptaning, Giovana, Agnes, dan

    Elvira yang selalu berbagi semangat dalam penulisan skripsi ini.

    10. Semua pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

    dalam penulisan skripsi ini.

    Semoga Tuhan yang Maha Kuasa memberikan berkat-Nya kepada

    seluruh pihak yang berperan dalam penyelesaian sripsi ini. Dengan segala rendah

    hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

    itu peulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk

    menjadikan skripsi ini lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini

    berguna bagi banyak pihak.

    Yogyakarta, 7 Agustus 2014

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... v

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... vi

    PRAKATA.................................................................................................. vii

    DAFTAR ISI............................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xix

    INTISARI.................................................................................................... xx

    ABSTRACT .................................................................................................. xxi

    BAB I. PENGANTAR................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ................................................................................ 1

    1. Perumusan Masalah ............................................................ 3

    2. Keaslian Penelitian.............................................................. 3

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    3. Manfaat Penelitian .............................................................. 5

    B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

    1. Tujuan Umum ..................................................................... 6

    2. Tujuan Khusus .................................................................... 6

    BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................... 7

    A. Congestive Heart Failure (CHF) .................................................... 7

    1. Epidemiologi ....................................................................... 7

    2. Etiologi ................................................................................ 8

    3. Patofisiologi......................................................................... 9

    4. Manifestasi Klinis................................................................ 12

    5. Klasifikasi............................................................................ 13

    B. Terapi Congestive Heart Failure (CHF)......................................... 14

    C. Keamanan Penggunaan Obat .......................................................... 26

    D. Keterangan Empiris......................................................................... 28

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 29

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................... 29

    B. Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 29

    C. Subjek Penelitian............................................................................. 31

    D. Bahan dan Instrumen Penelitian...................................................... 32

    E. Lokasi Penelitian............................................................................. 33

    F. Tata Cara Penelitian ........................................................................ 33

    1. Tahap Perijinan Penelitian................................................... 33

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    2. Tahap Pengumpulan Data.................................................... 33

    3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Hasil......................... 33

    G. Keterbatasan Penelitian................................................................... 35

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 36

    A. Karakteristik Demografi Pasien ...................................................... 36

    1. Jenis Kelamin ...................................................................... 36

    2. Usia...................................................................................... 37

    3. Lama Perawatan .................................................................. 38

    4. Penyakit Penyerta ................................................................ 39

    B. Profil Pengobatan ............................................................................ 41

    1. Penggunaan Obat pada Pasien CHF.................................... 41

    2. Penggunaan Obat Kardiovaskuler ....................................... 43

    3. Penggunaan Obat Lain ........................................................ 49

    C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) terkait Aspek Keamanan

    Pengobatan ...................................................................................... 55

    1. Kajian Interaksi Obat........................................................... 55

    2. Kajian Kontraindikasi.......................................................... 59

    3. Kajian Adverse Drug Reaction ............................................ 60

    4. Kajian Dosis ........................................................................ 61

    D. Rangkuman Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)................... 62

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 64

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 64

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    B. Saran................................................................................................ 65

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 66

    LAMPIRAN................................................................................................ 96

    BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 144

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Kelas Fungsional Congestive Heart Failure menurut

    NYHA.................................................................................. 13

    Tabel II. Penggolongan American College of Cardiology-

    American Heart Association (ACC/AHA) dan

    Klasifikasi New York Association (NYHA).......................... 13

    Tabel III. Terapi Obat Gagal Jantung Menurut NYHA....................... 14

    Tabel IV. Obat yang Digunakan Untuk Terapi Congestive Heart

    Failure ................................................................................. 22

    Tabel V. Obat yang Golongan Diuretika yang Digunakan Untuk

    Terapi Congestive Heart Failure......................................... 26

    Tabel VI. Penggolongan Drug Theraphy Problems ............................ 27

    Tabel VII. Kategori dan Penyebab Utama Drug Therapy Problems

    Terkait Aspek Keamanan .................................................... 28

    Tabel VIII. Distribusi Jumlah Kasus Penyakit Penyerta pada Pasien

    CHF di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

    Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012............................ 41

    Tabel IX. Distribusi Kelas Terapi Obat pada Pengobatan CHF di

    Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

    Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012............................ 42

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    Tabel X. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Diuretika pada

    Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

    Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 ................. 44

    Tabel XI. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Antihipertensi

    pada Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

    Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 ........ 45

    Tabel XII. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Antikoagulan,

    Antiplatelet, dan Antifibrinolitik pada Pasien CHF di

    Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

    Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012............................ 46

    Tabel XIII. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Anti Angina pada

    Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

    Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 ................. 47

    Tabel XIV. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat Inotropik

    Positif dan Obat Aritmia pada Pasien CHF di Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

    Periode Juli-Desember 2012................................................ 47

    Tabel XV. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat

    Hipolipidemik, Obat Syok dan Hipotensi, dan Obat

    Gangguan Sirkulasi Darah pada Pasien CHF di Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

    Periode Juli-Desember 2012................................................ 48

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    Tabel XVI. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat Sistem

    Saraf Pusat pada Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012.................................................................... 50

    Tabel XVII. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat Saluran

    Pernapasan pada Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012.................................................................... 51

    Tabel XVIII. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat Saluran

    Pencernaan pada Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012.................................................................... 52

    Tabel XIX. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Anti Infeksi pada

    Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

    Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 ................. 52

    Tabel XX. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Analgesika dan

    Antigout pada Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012.................................................................... 53

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Tabel XXI. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat Sistem

    Endokrin pada Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012.................................................................... 54

    Tabel XXII. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat Gizi pada

    Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

    Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 ................. 54

    Tabel XXIII. Distribusi Jumlah Kasus DRPs Potensial Interaksi Obat

    pada Pengobatan CHF di Instalasi Rawat Inap Rumah

    Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember

    2012 Berdasarkan Drug Interaction Facts 2007 ................. 59

    Tabel XXIV. Distribusi Jumlah Kasus DRPs Dosis Kurang pada

    Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti

    Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 ................. 61

    Tabel XXV. Rangkuman DRPs yang Terjadi pada Pasien CHF di

    Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

    Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012............................ 63

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Algoritma Terapi Menurut ACCF/AHA untuk Stage C...... 15

    Gambar 2. Skema Pemilihan Subjek Penelitian.................................... 32

    Gambar 3. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 37

    Gambar 4. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012 Berdasarkan Usia Menurut WHO ............. 38

    Gambar 5. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012 Berdasarkan Lama Rawat.......................... 39

    Gambar 6. Perbandingan Jumlah Pasien yang Terdapat DRPs

    dengan yang Tidak Terdapat DRPs..................................... 62

    Gambar 7. Bagan Jumlah Rekomendasi Terhadap DRPs Potensial

    atau Aktual yang Terjadi pada Pasien CHF di Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

    Periode Juli-Desember 2012................................................ 63

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 1 ....................... 70

    Lampiran 2. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 2 ....................... 73

    Lampiran 3. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 3 ....................... 76

    Lampiran 4. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 4 ....................... 78

    Lampiran 5. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 5 ....................... 81

    Lampiran 6. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 6 ....................... 84

    Lampiran 7. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 7 ....................... 87

    Lampiran 8. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 8 ....................... 89

    Lampiran 9. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 9 ....................... 91

    Lampiran 10. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 10 ..................... 93

    Lampiran 11. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 11 ..................... 95

    Lampiran 12. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 12 ..................... 97

    Lampiran 13. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 13 ..................... 99

    Lampiran 14. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 14 ..................... 102

    Lampiran 15. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 15 ..................... 104

    Lampiran 16. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 16 ..................... 106

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    Lampiran 17. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 17 ..................... 108

    Lampiran 18. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 18 ..................... 111

    Lampiran 19. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 19 ..................... 113

    Lampiran 20. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 20 ..................... 115

    Lampiran 21. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 21 ..................... 117

    Lampiran 22. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 22 ..................... 119

    Lampiran 23. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 23 ..................... 122

    Lampiran 24. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 24 ..................... 124

    Lampiran 25. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 25 ..................... 127

    Lampiran 26. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 26 ..................... 129

    Lampiran 27. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 27 ..................... 132

    Lampiran 28. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 28 ..................... 134

    Lampiran 29. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 29 ..................... 136

    Lampiran 30. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 30 ..................... 138

    Lampiran 31. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 31 ..................... 140

    Lampiran 32. Analisis SOAP Rekam Medik Subjek No. 32 ..................... 142

    Lampiran 33. Surat Izin Penelitian ............................................................ 143

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    INTISARI

    Pada penderita Congestive Heart Faliure (CHF) secara fisiologis diikutidengan penyakit penyerta lain baik itu sebagai penyakit komplikasi maupunpenyakit penyebab, misalnya hipertensi sehingga dalam terapinya membutuhkanbeberapa macam obat. Pemberian bermacam-macam obat tanpa memperhitungkandengan baik terapi justru akan merugikan pasien karena dapat mengakibatkanDrug Related Problems (DRPs) sehingga peran farmasi sangatlah penting.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil penggunaan obat danmengevaluasi DRPs dari sisi keamanan yang terjadi pada pasien CHF.

    Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancanganpenelitian deskripstif cross-sectional, pengambilan data secara retrospektif denganmenggunakkan lembar rekam medik. Data yang diperoleh dianalisis denganmetode Subjective, Objective, Assesment, Plan dan dibandingkan dengan standaryang sesuai.

    Kasus yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 32 pasien. Golonganobat kardiovaskuler yang paling banyak digunakan adalah diuretika. Hasilevaluasi menunjukkan adanya DRPs meliputi potensial interaksi obat sebanyak 14kasus, Adverse Drug Reaction sebanyak 1 kasus, dosis kurang sebanyak 2 kasus,tidak ditemukan kasus DRPs dosis berlebih, dan tidak ditemukan kasus DRPskontraindikasi. Dari DRPs yang terjadi dilakukan pemantauan sebanyak 14 kasusdan penyesuaian dosis sebanyak 3 kasus. Pada penelitian ini masih ditemukanDrug Related Problems terkait aspek keamanan pengobatan.

    Kata kunci : Congestive Heart Faliure (CHF), keamanan, Drug RelatedProblems (DRPs), kardiovaskuler

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xxi

    ABSTRACT

    Patient with Congestive Heart Failure (CHF) are physiologically oftenaccompanied by a range of co morbidities either complication or cause disease.For example in hypertension disease, it requires some kinds of medicine in itstherapy process. The provision of various medicines which does not consider thetherapy well may harm the patients since it can cause Drug Related Problems(DRPs). Therefore, the role of pharmacist is very important here. This study aimsto identify the profile of medicines usage and evaluate DRPs from the safetyaspects of the CHF patients.

    This research was an observational research in the form of a cross-sectional descriptive research. The data were obtained retrospectively usingmedical records. The data were analyzed using Subjective, Objective, Assessment,Plan methods and compared to the appropriate standards.

    There were 32 patients who belonged to the inclusion criteria was thecardiovascular drug which was mostly used. The evaluation result indicated thatthere were DRPs in 14 cases of potential drug interactions, one case of AdverseDrug Reaction, 2 cases of dose too low, no cases of dose too high, and no case ofcontraindication. Based on the DRPs there were monitoring toward 14 cases anddose adjustment toward 3 cases. It was found that there were Drug RelatedProblems in safety aspect for medical treatment.

    Keywords: Congestive Heart Failure (CHF), safety, Drug Related Problems(DRPs), cardiovascular

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Congestive Heart Faliure (CHF) merupakan suatu sindrom klinik

    yang dicirikan oleh kegagalan ventrikel kiri dan/atau kanan jantung dalam

    mempertahankan aliran darah yang memadahi di dalam sistem sirkulasi sehingga

    proses penyaluran oksigen, serta zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh ke

    jaringan terganggu (SIGN, 2007). Sesuai data Acute Decompensated Heart

    Failure Registry (ADHERE) dari 5 rumah sakit di Indonesia tahun 2006,

    menunjukkan angka mortalitas pasien dengan gagal jantung mencapai 6,7%.

    Sedangkan data dari RS Jantung Harapan Kita (2008) menunjukkan peningkatan

    rawat inap dan mortalitas akibat gagal jantung sekitar 12%. Follow up jangka

    panjang dari pasien ADHERE di RS Jantung Harapan Kita Jakarta, mortalitas

    mencapai 50% dalam 4 tahun follow up (Arivianti, 2012).

    Congestive Heart Faliure sering diikuti dengan penyakit penyerta lain

    seperti hipertensi, sehingga membutuhkan beberapa macam obat dalam terapinya.

    Terapi antara satu pasien dengan pasien lain mungkin akan berbeda sesuai dengan

    kondisi pasien dan penyakit penyerta lainnya. Kebutuhan pasien akan terapi obat

    meliputi ketepatan indikasi, keefektifan, keamanan, dan kesesuaian. Pemberian

    obat yang bermacam-macam tanpa memperhitungkan dengan baik terapi justru

    akan merugikan pasien karena dapat mengakibatkan interaksi yang tidak

    diinginkan berupa efek toksisitas meningkat dan efek terapetik obat yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    berinteraksi menurun, sehingga efek farmakologi dari obat yang berinteraksi

    tersebut malah justru tidak tercapai.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2008) DRPs

    pada pasien gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode Juni

    2007 hingga November 2007 menemukan 19 kasus dari 29 pasien yang diteliti

    dengan 31 kejadian meliputi indikasi yang tidak diterapi 3 kejadian (9,68%), obat

    dengan indikasi yang tidak sesuai 3 kejadian (9,68%), obat salah 6 kejadian

    (19,35%), dosis terlalu rendah tidak ada (0%), reaksi obat yang tidak diinginkan

    14 kejadian (45,16%), dosis terlalu tinggi 2 kejadian (6,45%), serta gagal

    menerima obat 3 kejadian (9,68%). Hal tersebut menuntut pemerintah dan praktisi

    kesehatan yang lain, terutama farmasis untuk terus meningkatkan pelayanan

    dibidang kesehatan, salah satunya dengan mengadakan pengobatan yang aman.

    Pengobatan yang tepat, aman, dan efektif sangat penting untuk mencapai tujuan

    terapi sehingga dapat mengurangi gejala, tanda, serta dampak negatif yang

    ditimbulkan oleh penyakit Congestive Heart Faliure yang dapat berujung pada

    kematian (Depkes RI, 2008).

    Penggunaan obat yang rasional dapat dilihat dari sisi efektivitas,

    ketepatan, serta keamanan terapi. Salah satu dampak dari penggunaan obat yang

    tidak rasional adalah menurunnya kualitas pelayanan kesehatan, misalnya

    meningkatnya efek samping obat, meningkatnya kegagalan pengobatan,

    meningkatnya kekambuhan penyakit, serta meningkatnya keparahan dari suatu

    penyakit. Untuk mewujudkan pengobatan yang rasional, analisis pengobatan

    pasien Congestive Heart Faliure (CHF) terkait dengan keamanan obat menjadi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    penting dilakukan. Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih

    Yogyakarta karena Rumah Sakit ini termasuk salah satu Rumah Sakit Swasta

    terkenal di Yogyakarta dan Rumah Sakit ini memiliki tenaga ahli, sarana, dan

    prasarana kesehatan yang baik, sehingga dinilai dapat memberikan pelayanan

    medis bagi kasus-kasus berat, termasuk Congestive Heart Faliure.

    1. Perumusan Masalah

    Dari uraian di atas, masalah yang muncul diuraikan sebagai berikut :

    a. Seperti apakah profil penggunaan obat pada pasien Congestive Heart

    Failure ?

    b. Drug Related Problems apa saja yang mungkin timbul terkait aspek

    keamanan pengobatan pada pasien Congestive Heart Failure meliputi :

    1) Interaksi obat

    2) Kontraindikasi

    3) Adverese Drug Reaction

    4) Dosis Obat

    c. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan terkait Drug Related

    Problems potensial atau aktual yang terjadi ?

    2. Keaslian penelitian

    Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, beberapa penelitian yang

    terkait dengan “Evaluasi Pengobatan pada Pasien Congestive Heart Faliure

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    (CHF) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-

    Desember 2012 (Kajian : Keamana Pengobatan)” antara lain :

    a. Gambaran Kepatuhan dan Kualitas Hidup Pasien Congestive Heart

    Failure (CHF) Rawat Jalan RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta Periode

    April-Juni 2011 oleh Widhi (2011). Penelitian yang dilakukan oleh

    Widhi merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif dengan

    pengambilan data bersifat prospektif dan menggunakan metode

    kuesioner.

    b. Identifikasi Drug Related Problem’s (DRP’s) pada Pasien dengan

    Diagnosis Congestive Heart Failure di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

    Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang (Hadiatussalamah,

    2013). Penelitian ini dilakukan dengan rancangan studi non-

    eksperimental, serta pengambilan data secara retrospektif. Evaluasi

    pengobatan menggunakan Guideline American College of

    Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) dan identifikasi

    Drug Related Problem’s meliputi faktor indikasi yang tidak diterapi, obat

    dengan indikasi yang tidak sesuai, obat salah, dosis terlalu rendah, reaksi

    obat yang tidak diinginkan, dosis terlalu tinggi, serta kepatuhan.

    c. Identifikasi Problem Keamanan Terapi dan Compliance pada Pasien

    Geriatri dengan Diagnosis CHF di Bangsal Bougenville IRNA I RSUP

    Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juli-Desember 2008 (Ananda, 2009).

    Penelitian ini dilakukan pengambilan data secara prospektif. Evaluasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    keamanan dilihat dari Adverse Drug Reaction dan dose too high yang

    dikaitkan dengan aspek compliance.

    Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian tentang “Evaluasi

    Pengobatan pada Pasien Congestive Heart Faliure (CHF) di Instalasi Rawat Inap

    Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 (Kajian :

    Keamana Pengobatan)” belum pernah dilakukan.

    Perbedaan penelitian ini dibandingan dengan penelitian di atas adalah

    terletak pada subjek penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, variabel

    penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

    penelitian deskriptif cross-sectional yang menggunakan data retrospektif. Pada

    penelitian ini dilakukan evaluasi DRPs terkait keamanan serta memberikan

    rekomendasi terhadap DRPs potensial atau aktual yang terjadi.

    3. Manfaat penelitian

    Manfaat Praktis

    a. Bagi Rumah Sakit

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan

    pemilihan terapi Congestive Heart Failure yang mendukung kerasionalan

    pengobatan.

    b. Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait

    pengobatan pada Congestive Heart Failure.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    B. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum:

    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Drug Related Problems

    (DRPs) berdasarkan aspek keamanan pengobatan pada pasien Congestive Heart

    Failure.

    2. Tujuan Khusus:

    a. Memberi gambaran profil penggunaan obat pada pasien Congestive

    Heart Failure.

    b. Evaluasi DRPs terkait aspek keamanan pada pasien Congestive Heart

    Failure, meliputi :

    1) Identifikasi jumlah dan jenis kasus interaksi obat

    2) Identifikasi jumlah dan jenis kasus kontraindikasi

    3) Identifikasi jumlah dan jenis kasus Adverese Drug Reaction

    4) Identifikasi jumlah dan jenis kasus dosis obat

    c. Memberikan rekomendasi terhadap DRPs potensial atau aktual yang

    terjadi terkait aspek keamanan pengobatan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Congestive Heart Failure (CHF)

    1. Epidemiologi

    Jantung merupakan organ utama dan terpenting dalam sistem sirkulasi.

    Fungsi jantung dalam sistem sirkulasi adalah memompa darah ke seluruh tubuh

    untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, baik pada saat istirahat maupun

    melakukan aktivitas. Congestive Heart Failure merupakan sindrom klinis yang

    kompleks yang dapat mengakibatkan gangguan jantung struktural maupun

    fungsional sehingga mengganggu kemampuan ventrikel menerima atau memompa

    darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Manifestasi

    klinis dari Congestive Heart Failure antara lain dyspnea (sesak napas) dan fatique

    (kelelahan) yang dapat membatasi aktivitas, serta retensi cairan yang dapat

    menyebabkan kongesti paru dan edema perifer (Kimble et al, 2009).

    Congestive Heart Faliure (CHF) adalah suatu sindrom klinik yang

    dicirikan oleh kegagalan ventrikel kiri dan/atau kanan jantung dalam

    mempertahankan aliran darah yang memadahi di dalam sistem sirkulasi sehingga

    proses penyaluran oksigen, serta zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh ke

    jaringan terganggu (SIGN, 2007). CHF merupakan bagian spesifik dari Heart

    Failure yang ditandai dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri dan adanya

    kelebihan volume cairan. Karena luasnya variabilitas penyebab dan presentasi

    klinis Heart Failure maka istilah Congestive Heart Faliure ditinggalkan dan

    sekarang lebih dikenal dengan Heart Failure (Kimble et al, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Diperkirakan terdapat 5 juta orang di Amerika Serikat (1,5% sampai

    2% dari populasi) mengidap Congestive Heart Failure. Prevalensi terus

    meningkat dengan 550.000 kasus baru setiap tahunnya. Kejadian Congestive

    Heart Failure kira-kira sebesar 10 per 1000 pada populasi dengan usia diatas 65

    tahun sehingga merupakan penyebab umum hospitalisasi pada pasien usia tua

    (Kimble et al, 2009).

    2. Etiologi

    Penyebab Congestive Heart Faliure dapat diklasifikasikan dalam

    enam kategori utama, yaitu :

    a. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan

    oleh hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak terkoordinasi

    (left bundle branch block), dan berkurangnya kontraktilitas (kardiomiopati).

    b. Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi).

    c. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup.

    d. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi).

    e. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikardium atau efusi perikardium

    (tamponade).

    f. Kelainan kongenital jantung (Parker et al, 2008).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    3. Patofisiologi

    a. Mekanisme Dasar

    Disfungsi miokardial dan berkuranganya curah jantung akibat disfungsi

    menyebabkan adanya pembesaran volume intravaskular dan mengaktivasi sitem

    neurohormonal, terutama pada sistem saraf simpatik dan sistem renin-angiotensin.

    Kemudian terjadi respon kompensasi untuk mempertahankan perfusi ke organ-

    organ vital melalui mekanisme peningkatan preload ventrikel kiri, menstimulasi

    kontraktilitas miokardial, dan peningkatan tonus arteri. Secara akut, respon

    kompensasi ini berfungsi untuk menjaga curah jantung dengan membiarkan

    jantung bekerja pada volume diastolik akhir yang lebih tinggi, yang

    mengakibatkan peningkatan volume sekuncup. Vasokonstriksi perifer yang terjadi

    memungkinkan terjadinya redistribusi regional curah jantung ke organ-organ

    vital. Tetapi, respon kompensasi yang terjadi akan mendorong berlangsungnya

    penyakit (Brunton et al, 2011).

    Tekanan dinding diastolik dan sistolik meningkat yang disebabkan oleh

    pengembangan volume intravaskular dan volume ruang ventrikel yang tinggi.

    Perubahan tersebut dapat mengganggu energitika miokardial dan menyebabkan

    perubahan bentuk hipertrofi. Kemudian terjadi pula konstriksi arteri dan vena

    yang dikerenakan aktivasi neurohormonal. Konstriksi arteri dapat menyebabkan

    meningkatnya afterload ventrikel kiri, sedangkan konstriksi vena dapat

    menyebabkan meningkatnya preload yang dapat memperburuk tekanan dinding

    diastolik dan sistolik. Selain itu, terjadi pula apoptosis miosit, ekspresi gen

    abnormal, dan perubahan matriks ekstraseluler akibat dari efektor neurohormonal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    (seperti norepinefrin (NE) dan angiotensin II) dapat bekerja langsung pada

    miokardium (Brunton et al, 2011).

    Beberapa menit setelah serangan jantung akut, usaha tubuh akan

    berlanjut ke stadium berikutnya. Pada stadium lanjutan ini, secara khas akan

    ditdanai oleh dua peristiwa, yaitu :

    1) Retensi air oleh ginjal sehingga volume darah meningkat.

    2) Pemulihan fungsi jantung secara progresif yang dapat berlansung dalam

    beberapa minggu sampai beberapa bulan (Herman, 2011).

    Pada Congestif Heart Failure, curah jantung berkurang dibdaningkan

    normal yang menyebabkan aliran darah ke ginjal juga akan berkurang sehingga

    fungsi ginjal akan mengalami gangguan. Akibatnya, pembentukan urin juga akan

    berkurang. Apabila curah jantung berkurang sampai setengah atau dua-pertiga

    curah jantung normal, akan mengakibatkan anuria yang dikarenakan produksi urin

    terhenti. Gangguan produksi urin akan menetap selama curah jantung masih

    kurang dari normal (Herman, 2011).

    b. Mekanisme Kompensasi

    Setelah mengalami kegagalan, jantung mempunyai mekanisme

    kompensasi untuk mempertahan curahnya, antar lain :

    1) Mekanisme Frank-Starling

    Pada mekanisme ini terjadi peningkatan stroke volume yang berarti

    terjadi peningkatan volume ventricular end-diastolik. Apabila pengisian disatolik

    meningkat, terjadi pula peningkatan peregangan filamen jantung, lebih optimal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    pada filament aktin dan miosin sehingga dapat meningkatkan tekanan pada

    kontraksi berikutnya. Mekanisme ini mendukung cardiac output jantung. Pada

    Congestive Heart Failure, cardiac output mungkin akan normal pada kondisi

    istirahat. Mekanisme ini tidak efektif ketika jantung mengalami pengisisn yang

    berlebihan dan filament otot jantung mengalami peregangan yang berlebihan

    (Herman, 2011).

    2) Aktivitas Neurohormonal yang Mempengaruhi Sistem Saraf Simpatetik

    Stimulasi sistem saraf simpatetik berperan dalam penurunan cardiac

    output dan patogenesis Congestive Heart Failure. Sistem saraf simpatetik

    menstimulasi langsung irama jantung dan kontraktilitas otot jantung oleh

    pengaturan vascular tone sehingga dapat membatu memelihara perfusi berbagai

    organ, terutama otak dan jantung. Tetapi stimulasi sistem saraf simpatetik yang

    berlebihan justru akan mengakibatkan penurunan aliran darah ke kulit, otot,

    ginjal, dan organ abdominal, serta dapat meningkatkan sistem tahanan vaskuler

    dan stress berlebihan pada jantug (Herman, 2011).

    3) Mekanisme Renin-Angiotensisn-Aldosteron

    Penurunan cardiac output jantung dapat dicapai dengan mereduksi

    aliran darah pada ginjal dan kecepatan filtrasi glomelorus. Adanya penurunan

    aliran darah ke ginjal akan memicu peningkatan sekresi renin oleh ginjal yang

    kemudian secara pararel akan memicu peningkatan angiotensin II. Peningkatan

    angiotensisn II berperan pada keadaan vasokonstriksi serta dapat menstimulus

    produksi aldosteron dari adrenal korteks yang selanjutnya aldosteron

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    meningkatkan reabsorbsi natrium dengan meningkatkan retensi air (Herman,

    2011).

    4) Hipertrofi Otot Jantung dan Remodeling

    Peningkatan kerja jantung yang berlebih akan mengakibatkan

    mekanisme perkembangan hiprtrofi otot jantung dan remodeling yang dapat

    menyebabkan perubahan struktur (massa otot, dilatasi camber) dan fungsi

    (gangguan fungsi sitolik dan diastolik) (Herman, 2011).

    4. Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinik pada Congestive Heart Failure antara lain :

    1) Gejala yang dirasakan pasien bervariasi dari asimptomatis (tak

    bergejala) hingga syok kardiogenik.

    2) Gejala utama yang timbul adalah sesak nafas (terutama ketika

    bekerja) dan kelelahan yang dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas

    fisik. Gejala pulmonari lain termasuk diantaranya orthopnea, dyspnea, dan batuk.

    3) Tingginya produksi cairan menyebabkan kongesti pulmonari dan

    oedema perifer.

    4) Gejala nonspesifik yang dapat timbul diantaranya termasuk

    nocturia, sakit pada bagian abdominal, anoreksia, mual, kembung, dan acites

    (Sukdanar, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    5. Klasifikasi

    Berdasarkan New York Heart Association (NYHA), pasien dengan

    penyakit jantung diklasifikasikan menjadi :

    Tabel I. Kelas Fungsional Congestive Heart Failure Menurut NYHAKelas

    FungsionalPenilaian Objektif

    I

    Pasien dengan penyakit jantung tanpa pembatasan aktivitas fisik.Aktivitas fisik biasa tidak menimbulkan keluhan berupa kelelahan yangsangat, sesak napas, palpitasi, maupun nyeri dada angina.

    II

    Pasien dengan gagal jantung disertai dengan pembatasan aktivitas fisikminimal atau ringan, nyaman saat istirahat. Aktivitas fisik biasa sudahmenimbulkan keluhan lelah yang sangat, sesak napas, palpitasi, maupunnyeri dada angina.

    III

    Pasien dengan penyakit jantung disertai pembatasan aktivitas fisik yangnyata, nyaman dengan istirahat. Aktivitas fisik lebih ringan dari biasasudah menimbulkan keluhan lelah yang sangat, sesak nafas, palpitasi,maupun nyeri dada angina.

    IVPasien dengan penyakit jantung yang tidak mampu melakukan aktivitasfisik sama sekali. Keluhan lelah yang sangat, sesak nafas, palpitasi,maupun nyeri dada angina bahkan dapat timbul saat istirahat.

    (Irnizarifka, 2011)

    Tabel II. Penggolongan American College of Cardiology-American HeartAssociation (ACC/AHA) dan Klasifikasi New York Association (NYHA)

    ACC/AHA Kelas FungsionalNYHA

    A.Resiko tinggi Heart Failure, tanpa penyakit jantungstructural (kerja jantung normal) atau symptom HeartFaliure (hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes,alcoholism)

    Tidak ada kategori

    B. Adanya penyakit jantung structural (contoh: LV, hipertropi,dilatasi, fibrosis, infark miokard), tanpa symptom HeartFailure.

    I

    C.Penyakit jantung sruktural dengan symptom Heart Failure II dan IIID.Gagal jantung refrakter yang membutuhkan spesialisasi

    intervensiIV

    (Kimble et al,2009)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    B. Terapi Congestive Heart Failure (CHF)

    Tujuan pengobatan gagal jantung adalah untuk menghilangkan gejala,

    memperlambat progresivitas penyakit, serta mengurangi hospitalisasi dan

    mortalitas. Pada dasarnya, tatalaksana terapi bertujuan untuk mengembalikan

    fungsi jantung untuk menyalurkan darah ke seluruh tubuh. Selain itu, terapi juga

    ditujukan kepada faktor-faktor penyebab atau komplikasinya (Ritter, 2008).

    Terapi CHF juga bertujuan untuk pengurangan preload dan afterload, serta

    peningkatan keadaan inotropik (Brunton et al, 2011).

    1. Terapi Heart Failure menurut New York Heart Association (NYHA) dan

    Algotitma Terapi Menurut American College of Cardiology

    Foundation/American Heart Association (ACCF/AHA)

    Terapi Heart Failure menurut NYHA dibagi berdasarkan kelas

    fungsional pasien yang terdiri dari kelas I, kelas II, kelas III dan kelas IV, yaitu :

    Tabel III. Terapi Obat Gagal Jantung Menurut NYHA

    Status FungsionalPasien

    Kelas Terapi Obat

    Asimptomatik

    IACE Inhibitor (Jika dikontraindikasikan atau toleransirendah, digunakan ARB, digoksin atau hidralazin +isosorbit dinitrat).

    IIDitambah dengan diuretik (umumnya loop diuretic),jika cocok diberikan karvedilol atau bisoprolol.

    Simptomatik III/IV

    Jika cocok, diberikan tambahan lain

    - Carvedilol atau bisoprolol- Spironolakton- Digoksin- Metolazone- Hidralazin + Isosorbit dinitrat

    (Ritter, 2008)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Gambar 1. Algoritma Terapi Menurut ACCF/AHA untuk Stage C(ACCF/AHA, 2013)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    2. Terapi Farmakologi

    Secara umum golongan obat yang digunakan untuk terapi Congestive

    Heart Failure adalah sebagai berikut:

    a. Golongan Penghambat SRAA (Sistem Renin Angiotensin Aldosteron)

    Golongan obat ini antara lain Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors

    (ACEIs) dan Angiotensin II Reseptor Blockers (ARBs) (BNF, 2011).

    1) Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACEIs)

    Penghambat ACE dapat mengurangi resiko kematian dan mengurangi

    hospitalisasi pada pasien Congestive Heart Failure dengan penurunan EF

    (Ejection Fraction). Penghambat ACE diberikan pada seluruh pasien dengan

    penurunan EF. Kecuali ada kontraindikasi, Pemberian terapi penghambat ACE

    dapat dikombinasikan dengan beta bloker. Penghambat ACE diberikan pada

    pasien dengan tekanan darah sistemik yang sangat rendah (3 mg/dL), dengan stenosis arteri renal

    bilateral, atau peningkatan kadar serum potassium (>5,0 mEq/L) (ACCF/AHA,

    2013).

    Pengobatan dengan menggunakan penghambat ACE sebaiknya dimulai

    dengan dosis awal yang rendah yang telah direkomendasikan, diikuti dengan

    peningkatan dosis bertahap apabila dosis awal tersebut sudah dapat ditoleransi

    dengan baik. Fungsi renal dan kadar kalium dalam serum harus dimonitoring

    selama 1 hingga 2 minggu setelah pemberian pertama terapi terutama pada pasien

    dengan hipotensi, hiponatremia, diabetes mellitus, azotemia, atau pasien yang

    menggunakan suplemen kalium (ACCF/AHA, 2013).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Penghambat ACE mempunyai mekanisme aksi penghambatan secara

    kompetitif aktivitas ACE/kinase II sehingga mencegah terbentuknya angiotensin

    II dari angiotensin I. Mekanisme ini terjadi dalam darah dan jaringan termasuk

    ginjal, jantung, pembuluh darah, kelenjar adrenal, dan otak. Angiotensin II

    merupakan vasokonstriktor yang poten, memicu pelepasan aldosteron,

    memfasilitasi aktivitas simpatik dan memiliki efek berbahaya lain pada sistem

    kardiovaskular. Penghambatan aktivitas ACE (kinase II) menyebabkan akumulasi

    kinin termasuk bradikinin yang mengakibatkan aktivitas vasodilatasi (BNF,

    2011).

    Penghambat ACE berinteraksi dengan obat yang mengdanung garam

    kalium, diuretik kalium, NSAIDs dan ARBs karena risiko hiperkalemia, terutama

    apabila ada faktor risiko gangguan ginjal (BNF, 2011). Penghambat ACE juga

    dapat berinteraksi dengan furosemid sehingga dapat mengakibatkan hipokalemia,

    allopurinol, dan digoxin (Tatro, 2007).

    Efek samping yang mungkin terjadi adalah batuk kering sekitar 15%

    (10% laki-laki dan 20% wanita) dengan mekanisme akibat akumulasi bradikinin,

    efek samping ini tak tidak berkaitan dengan dosis, angioedema berkaitan dengan

    potensiasi kinin, hiperkalemia disebabkan karena retensi kalium akibat penurunan

    aldosteron yang sering terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal, hipotensi

    sebagai akibat aktivasi sistem renin-angiotensin, jarang terjadi pada hipertensi

    esensial, leukopenia, serta gangguan pengecapan dan alergi kulit. Penghambat

    ACE juga dikontraindikasikan pada penderita stenosis arteri ginjal bilateral (BNF,

    2011).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    2) Angiotensin II Reseptor Blockers (ARBs)

    Angiotensin II Reseptor Blockers (ARBs) digunakan pada pasien

    Congestive Heart Failure dengan penurunan EF yang intoleran terhadap

    penghambat ACE. Angiodema terjadi pada

  • 19

    penghambat ACE, beta bloker juga dapat mengurangi risiko kematian dan

    hospitalisasi pasien. Beta bloker direkomendasikan untuk digunakan pada pasien

    Heart Failure dengan penurunan EF yang stabil kecuali pasien yang intoleran

    terhadap beta bloker (ACCF/AHA, 2013).

    Beta bloker merupakan antagonis stimulasi adrenergik yang dihasilkan

    oleh beta adrenoreseptor melalui jalur kompetitif karena memiliki struktur yang

    sama dengan katekolamin. Katekolamin berperan dalam sistem kardiovaskular

    dengan mempengaruhi sistem saraf pusat, ganglia simpatetik, jantung, arteri

    periperial dan ginjal. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu

    penglepasan neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis.

    Stimulasi reseptor beta‐1 pada nodus sino‐atrial dan miokardiak meningkatkan

    curah jantung dan kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal akan

    menyebabkan penglepasan renin, meningkatkan aktivitas sistem RAA. Efek

    akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan

    peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan retensi air. Terapi

    menggunakan beta bloker akan mengantagonis semua efek tersebut sehingga

    terjadi penurunan tekanan darah ( Gorre dan Vdanekerckhove, 2010).

    Beta bloker yang selektif (dikenal juga sebagai cardioselective

    beta‐blockers), misalnya bisoprolol, bekerja pada reseptor beta‐1, tetapi tidak

    spesifik untuk reseptor beta‐1 saja. Oleh karena itu penggunaannya pada pasien

    dengan riwayat asma dan bronkhospasma harus hati-hati. Beta bloker yang

    non‐selektif (misalnya propanolol) memblok reseptor beta‐1 dan beta‐ 2. Beta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    bloker yang mempunyai aktivitas agonis parsial (dikenal sebagai aktivitas

    simpatomimetik intrinsik), misalnya acebutolol, bekerja sebagai stimulan‐beta

    pada saat aktivitas adrenergik minimal (misalnya saat tidur) tetapi akan memblok

    aktivitas beta pada saat aktivitas adrenergik meningkat (misalnya saat berolah

    raga). Hal ini menguntungkan karena mengurangi bradikardi pada siang hari.

    Beberapa beta bloker, misalnya labetolol, dan carvedilol, juga memblok efek

    adrenoreseptor alfa perifer. Obat lain, misalnya celiprolol, mempunyai efek agonis

    beta‐2 atau vasodilator ( Gorre dan Vdanekerckhove, 2010).

    Beta bloker tidak boleh dihentikan mendadak melainkan harus secara

    bertahap, terutama pada pasien dengan angina, karena dapat terjadi fenomena

    rebound (naiknya tekanan darah secara mendadak). Blokade reseptor beta‐2 pada

    bronkus dapat mengakibatkan bronkhospasme, bahkan jika digunakan beta‐bloker

    kardioselektif. Efek samping lain adalah bradikardia, gangguan kontraktil

    miokard, dan tangan kaki terasa dingin karena vasokonstriksi akibat blokade

    reseptor beta‐2 pada otot polos pembuluh darah perifer. Kesadaran terhadap gejala

    hipoglikemia pada beberapa pasien DM tipe 1 dapat berkurang. Hal ini karena

    beta bloker memblok sistem saraf simpatis yang bertanggung jawab untuk

    “memberi peringatan” jika terjadi hipoglikemia. Berkurangnya aliran darah

    simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada pasien. Mimpi buruk kadang

    dialami, terutama pada penggunaan beta bloker yang larut lipid seperti

    propanolol. Impotensi juga dapat terjadi. Beta bloker non‐selektif juga

    menyebabkan peningkatan kadar trigilserida serum dan penurunan HDL. Obat ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    dikontraindikasikan bagi wanita hamil sebelum trimester ketiga, ibu menyusui,

    dan penderita hiperlipidemia (Gorre dan Vdanekerckhove, 2010).

    c. Golongan Vasodilator Langsung

    Antihipertensi vasodilator (misalnya hidralazin, minoksidil) menurunkan

    tekanan darah dengan cara merelaksasi otot polos pembuluh darah, terutama

    arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi

    tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi oedema

    perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja

    langsung untuk mengurangi edema. Refleks takikardia disebabkan oleh

    vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah. Penghambat beta seringkali

    diberikan bersama-sama dengan vasodilator arteriola untuk menurunkan denyut

    jantung, hal ini melawan refleks takikardia (WHO, 2003).

    Antihipertensi vasodilator dapat menyebabkan retensi cairan. Hidralazin

    mempuyai banyak efek samping termasuk takikardia, palpitasi, oedema, kongesti

    hidung, sakit kepala, pusing, perdarahan saluran cerna, gejala-gejala seperti lupus,

    dan gejala-gejala neurologik (kesemutan, baal). Minoksidil memiliki efek

    samping yang serupa, takikardia, edema dan pertumbuhan rambut yang

    berlebihan, serta serangan angina. Nitropruzid dan diazoksid dapat menyebabkan

    refleks takikardia, palpitasi, kegelisahan, agitasi, mual dan bingung.

    Hiperglikemia dan timbul dengan diazoksid karena obat ini menghambat

    pelepasan insulin dari sel-sel beta pankreas (WHO, 2003).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Tabel IV. Obat yang Digunakan untuk Terapi Congestive Heart Failure(ACCF/AHA, 2013)

    Obat Dosis Inisial Harian Dosis MaksimalPenghambat ACE

    Captopril 6,25 mg 3 kali 50 mg 3 kaliEnalapril 2,5 mg 2 kali 10-20 mg 2 kaliFisionopril 5-10 mg sekali 40 mg sekaliLisionopril 2,5-5 mg sekali 20-40 mg sekaliPerindopril 2 mg sekali 8-16 mg sekaliQuinapril 5 mg 3 kali 20 mg 2 kaliRamipril 1,25-2,5 mg sekali 10 mg sekaliTrdanolapril 1 mg sekali 4 mg sekali

    ARBsCdanesartan 4-8 mg sekali 32 mg sekaliLosartan 25-50 mg sekali 50-150 mg sekaliValsartan 20-40 mg 2 kali 160 mg 2 kali

    Antagonis AldosteronSpironolakton 12,5-25,0 mg sekali 25 mg 1 atau 2 kaliEplerenone 25 mg sekali 50 mg sekali

    Beta BlokerBisoprolol 1,25 mg sekali 10 mg sekaliCarvedilol 3,125 mg 2 kali 50 mg 2 kaliCarvedilol CR 10 mg sekali 80 mg sekaliMetoprolol CR 12,5-25 mg sekali 200 mg sekali

    Hidralazin danIsorsobid Dinitrat

    Kombinasi 37,5 mg hidralazin/20 mgisorsobid dinitrat 3 kali

    75 mg hidralazin/40 mgisorsobid dinitrat 3 kali

    sehariHidralazin danIsorsobid Dinitrat

    Hidralazin : 25-50 mg, 3atau 4 kali sehari dan

    Isorsobid dinitrat : 20-30mg 3 atau 4 kali sehari

    Hidralazin : 300 mg seharidalam dosis terbagi dan

    isosorbid dinitrat 120 mgsehari dalam dosis terbagi

    d. Golongan Diuretika

    Diuretika adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan

    urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya

    penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah

    pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk

    memobilisasi cairan edema yang berarti mengubah keseimbangan cairan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal. Diuretika kuat

    lebih direkomendasikan untuk pengobatan Heart Failure untuk mengurangi retensi

    cairan dalam tubuh. Pada pasien Heart Failure dengan hipertensi dan pasien

    dengan retensi cairan yang ringan, pemberian diuretika tiazid lebih karena diuretik

    tiazid memiliki efek antihipertensi yang lebih lama. Diuretika biasanya digunakan

    bersama dengan penghambat ACE, beta bloker, dan aldosteron antagonis.

    (ACCF/AHA, 2013).

    Diuretika yang digunakan pada terapi Congestive Heart Hailure dibagi

    menjadi 3 golongan yaitu :

    1) Diuretika Kuat (bumetanide, furosemide, dan torsemide)

    Obat ini bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan

    kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi

    pembawa klorida. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama

    menggunakan obat ini. Secara umum dapat dikatakan bahwa diuretik kuat

    mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat

    terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal

    dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars

    ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun (NICE, 2011).

    Efek samping yang paling sering dijumpai adalah ketidakseimbangan

    elektrolit dan cairan, seperti hipokalsemia dan hipokloremia. Hipotensi ortostatik

    dapat timbul. Trombositopenia, gangguan kulit, dan tuli sementara jarang terlihat.

    Diuretika kuat juga dikontraindikasi untuk dipakai pada penderita gagal ginjal.

    Gejala-Gejala gangguan fungsi ginjal yang berat meliputi oligouria (penurunan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    jumlah urin yang sangat jelas), peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan

    kreatinin darah (NICE, 2011).

    Interaksi obat yang paling utama adalah dengan preparat digitalis, Jika

    pasien menggunakan digoksin dengan diuretik kuat, bisa terjadi keracunan

    digitalis, pasien ini memerlukan kalium tambahan melalui makanan atau obat.

    Hipokalemia memperkuat kerja digoksin dan meningkatkan risiko keracunan

    digitalis (NICE, 2011). Diuretika kuat juga dapat menimbulkan interaksi obat

    apabila digunakan bersama dengan captopril atau ramipril (Tatro, 2007).

    2) Diuretika Thiazid (chlortiazid, hidrochlortiazid, indapamid, dan

    metolazone)

    Diuretika tiazid bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini

    menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida dengan menghambat kotransporter

    Na+/Cl- pada membran lumen, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan

    klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam

    pengobatan hipertensi, gagal jantung, edema, dan pada diabetes insipidus

    nefrogenik. Efek samping dan reaksi yang merugikan dari tiazid mencakup

    ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, dan

    kehilangan bikarbonat), hiperglikemia (gula darah meningkat), hiperurisemia

    (kadar asam urat serum meningkat), dan hiperlipidemia (kadar lemak darah

    meningkat). Efek samping lain mencakup pusing, sakit kepala, mual, muntah,

    konstipasi, urtikaria, dan diskrasia darah (jarang) (NICE, 2011).

    Tiazid dikontraindikasi pada penderita gagal ginjal. Gejala-Gejala

    gangguan fungsi ginjal yang berat meliputi oligouria (penurunan jumlah urin yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    sangat jelas), peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin darah.

    Dari berbagai interaksi obat, yang paling serius adalah interaksi diuretika tiazid

    jika digunakan bersama digoksin. Tiazid dapat menyebabkan hipokalemia, yang

    menguatkan kerja digoksin, sehingga bisa menyebabkan keracunan digitalis.

    Tdana dan gejala keracunan digitalis (bradikardia, mual, muntah, perubahan

    penglihatan) harus dilaporkan. Tiazid memperkuat kerja obat obat antihipertensi

    lainnya, yang mungkin dipakai secara kombinasi (NICE, 2011).

    3) Diuretika Hemat Kalium (amilorid, spironolakton, dan triamterene)

    Amilorid dan triamteren pada pengobatan tunggal merupakan diuretika

    dengan kerja lemah. Kedua obat tersebut menyebabkan retensi kalium sehingga

    sering digunakan sebagai alternatife suplementasi kalium pada penggunaan

    diuretika kuat maupun diuretika tiazid. Pemberian diuretika hemat kalium ini

    dapat menyebabkan hiperkalemia berat pada pasien yang menerima terapi

    penghambat ACE atau ARBs (IONI, 2008).

    Sedangkan spironolakton merupakan antagonis aldosteron dengan

    mekanisme meningkatkan retensi kalium dan ekskresi natrium di tubulus distal.

    Biasanya penggunaan spironolakton dikombinasikan dengan diuretika lain untuk

    mencegah kemungkinan hilangnya kalium secara berlebihan (IONI, 2008).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Tabel V. Obat Golongan Diuretika yang Digunakan untuk Terapi CongestiveHeart Failure (ACCF/AHA, 2013)

    Obat Dosis Inisial Harian Dosis MaksimalDiuretik Kuat

    Bumetanid 0,5-1,0 mg 1 atau 2 kali 10 mgFurosemid 20-40 1 atau 2 kali 600 mgToresemid 10-20 mg sekali 200 mg

    Diuretik TiazidChlorthiazid 250-500 mg 1 atau 2 kali 1.000 mgchlorthalidon 12,5-25,0 sekali 100 mgHidrochlorthiazid 25 mg 1 atau 2 kali 200 mgIndapamid 2,5 mg sekali 5 mgMetolazone 2,5 mg sekali 20 mg

    Diuretik HematKalium

    Amilorid 5 mg sekali 20 mgSpironolakton 12,5-25,0 mg sekali 50 mgTriamterene 50-75 mg 2 kali 200 mg

    C. Keamanan Penggunaan Obat

    Penggunaan obat yang rasional dapat dilihat dari sisi efektivitas,

    ketepatan, serta keamanan terapi. Terjadi ketika pasien mendapatkan obat dan

    dosis yang sesuai dengan kebutuhan klinik pasien dalam periode waktu yang

    cukup lama dengan harga terjangkau untuk pasien dan komunitasnya. Peresepan

    yang rasional memiliki kriteria antara lain : indikasi yang tepat, obat yang tepat,

    pasien yang tepat, dosis dan cara penggunaaan yang tepat, informasi yang tepat,

    evaluas dan tindak lanjut yang tepat (Joenoes,2001).

    Keamanan penggunaan obat juga dapat diketahui salah satunya terkait

    dengan ada tidaknya Drug Related Problem’s (DRPs). DRPs merupakan kejadian

    atau pengalaman yang tidak diinginkan yang melibatkan atau diduga berkaitan

    dengan terapi obat dan secara aktual maupun potensial mempengaruhi outcome

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    terapi pasien (Cipolle et al, 2008). Drug Related Problems mempunyai dua

    komponen utama :

    a. Pasien mengalami keadaan yang tidak dikehendaki atau kecendrungan

    menghadapi resiko. Dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosa penyakit

    kerusakan, cacat atau sindrom dan dapat berakibat psikologis, fisiologis,

    sosial, bahkan kondisi ekonomi.

    b. Ada hubungan antara keadaan yang tidak dikehendaki dengan terapi obat.

    Hubungan yang biasanya terjadi antara keadaan yang tidak dikehendaki

    dengan terapi obat adalah kejadian itu akibat dari terapi obat atau kejadian itu

    membutuhkan terapi obat (Cipolle et al, 2008).

    Tabel VI. Penggolongan Drug Related Problems

    Drug Related Kategori DTP

    INDIKASI1. Mendapatkan terapi obat yang tidak penting2. Membutuhkan tambahan terapi obat

    EFEKTIVITAS3. Obat yang tidak efektif4. Dosis yang digunakan terlalu rendah

    KEAMANAN 5. Reaksi obat yang merugikan6. Dosis yang digunakan terlalu tinggi

    KEPATUHAN 7. Ketidakpatuhan pasien

    Berdasarkan Tabel VI. keamanan pengobatan dikategorikan menjadi

    reaksi obat yang merugikan dan dosis yang digunakan terlalu tinggi dengan

    rincian sebagai berikut :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Tabel VII. Kategori dan Penyebab Utama Drug Related Problems TerkaitAspek Keamaman Pengobatan

    Drug TherapyProblem

    Penyebab Utama DTPs

    Reaksi obat yangmerugikan

    1. Produk obat dapat menyebabkan reaksi yang tidakdiinginkan (tidak tergantung dosis)

    2. Diperlukan produk obat yang lebih aman terkatitfaktor resiko

    3. Interaksi obat dapat menyebabkan reaksi yangtidak diinginkan (tidak tergantung dosis)

    4. Pemberian atau penggantian regimen dosis yangterlalu cepat

    5. Produk obat menyebabkan reaksi alergi6. Produk obat yang digunakan mempunyai

    kontraindikasi terkait faktor resiko

    Dosis obat terlalutinggi

    1. Dosis yang digunakan terlalu tinggi2. Frekuensi dosis obat terlalu pendek3. Durasi terapi obat terlalu lama4. Interaksi obat yang terjadi menyebabkan reaksi

    toksik5. Dosis obat yang diberikan terlalu cepat

    (Cipolle et al, 2008).

    D. Keterangan Empiris

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifkasi Drug Related

    Problems terkait aspek keamanan pengobatan pada pasien Congestive Heart

    Faliure (CHF) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

    Periode Juli-Desember 2012.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan

    rancangan deskriptif cross-sectional. Penelitian observasional karena dalam

    penelitian ini hanya dilakukan pengamatan pada subyek penelitian tanpa

    dilakukan intervensi. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah cross-sectional karena penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran

    kejadian tertentu dalam satu waktu, yaitu periode Juli-Desember 2012.

    Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

    penelusuran dokumen terdahulu, yaitu rekam medis pasien Congestive Heart

    Faliure di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-

    Desember 2012.

    B. Variabel dan Definisi Operasional

    1. Variabel

    Variabel penelitian meliputi kelas terapi obat, golongan obat, jenis

    obat, dosis obat, interaksi obat, kontraindikasi obat, dan Adverse Drug Reaction.

    2. Definisi operasional

    a. Pasien Congestive Heart Failure adalah pasien yang mendapat diagnosis

    akhir Congestive Heart Failure yang menjalani pengobatan di Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama periode Juli-

    Desember 2012.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    b. Profil pengobatan meliputi penggunaan obat pada pasien CHF,

    penggunaan obat kardiovaskuler, dan penggunaan obat lain.

    c. Penggolongan obat didasarkan pada Informatorium Obat Nasional

    Indonesia 2008, Formularium Rumah Sakit 2014, dan Drug Information

    Handbook 2008.

    d. Interaksi obat pada penelitian ini adalah interaksi obat yang bersifat toksik

    dan dievaluasi berdasarkan acuan pustaka Drug Interaction Facts 2007.

    e. Kontraindikasi dievaluasi berdasarkan kondisi patofisiologis pasien CHF

    yang dilihat dari hasil laboratorium, ACC/AHA Guideline for the

    Management of Heart Failure 2013, Drug Information Handbook 2008,

    serta Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008.

    f. Adverese Drug Reaction dievaluasi berdasarkan kondisi patofisiologis

    pasien CHF yang dilihat dari hasil laboratorium, ACC/AHA Guideline for

    the Management of Heart Failure 2013, serta Informatorium Obat

    Nasional Indonesia 2008.

    g. Dosis obat pada penelitian ini terkait dengan dosis kurang dan dosis

    berlebih.

    h. Dosis obat dievaluasi berdasarkan ACC/AHA Guideline for the

    Management of Heart Failure 2013 dan Drug Information Handbook

    2008.

    i. Hasil laboratorium digunakan sebagai data pendukung untuk

    mengevaluasi DRPs.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    j. Evaluasi DRPs pada penelitian ini dilihat dari aspek keamanan pengobatan

    yang meliputi dosis kurang dan berlebih, interaksi obat, kontraindikasi

    obat, serta Adverese Drug Reaction yang terjadi selama proses terapi.

    C. Subyek Penelitian

    Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien yang mendapat diagnosis

    Congestive Heart Faliure (CHF) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode

    Juli-Desember 2012.

    1. Kriteria inklusi subyek :

    a. Pasien rawat inap dengan diagnosis akhir utama Congestive Heart Failure

    dengan atau tanpa diagnosis sekunder yang mendapatkan terapi obat

    kardiovaskuler selama periode Juli-Desember 2012.

    b. Pasien rawat inap yang mempunyai catatan rekam medik lengkap yang

    mencakup usia, jenis kelamin, diagnosis, catatan keperawatan, catatan

    penggunaan obat, dan hasil laboratorium.

    2. Kriteria eksklusi subyek :

    a. Pasien rawat inap dengan catatan rekam medik yang tidak lengkap.

    b. Pasien rawat inap yang meninggal dunia selama periode penelitian.

    Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi sampel. Selama

    periode Juli-Desember 2012, populasi pasien yang mendapatkan diagnosis akhir

    CHF sebanyak 73 pasien. Dari populasi tersebut 16 pasien meninggal, 25 pasien

    data Rekam Mediknya tidak lengkap (21 pasien data catatan keperawatannya

    tidak lengkap (Medication Administration Record) dan 4 pasien tidak ditemukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    data laboratorium), 2 pasien tidak menerima terapi obat kardiovaskuler sehingga

    didapatkan 32 pasien yang memenuhi kriteria inklusi subyek penelitian.

    Gambar 2. Skema Pemilihan Subjek Penelitian

    D. Bahan dan Instrumen Penelitian

    Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

    rekam medis pasien Congestive Heart Faliure (CHF) yang dirawat di Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-Desember 2012.

    Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    ACC/AHA Guideline for the Management of Heart Failure 2013, Drug

    Information Handbook 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008,

    Formularium Rumah Sakit 2014 dan Drug Interaction Facts 2007.

    Inklusi : 32pasien

    16 pasienmeninggal

    32

    data laboratorium), 2 pasien tidak menerima terapi obat kardiovaskuler sehingga

    didapatkan 32 pasien yang memenuhi kriteria inklusi subyek penelitian.

    Gambar 2. Skema Pemilihan Subjek Penelitian

    D. Bahan dan Instrumen Penelitian

    Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

    rekam medis pasien Congestive Heart Faliure (CHF) yang dirawat di Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-Desember 2012.

    Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    ACC/AHA Guideline for the Management of Heart Failure 2013, Drug

    Information Handbook 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008,

    Formularium Rumah Sakit 2014 dan Drug Interaction Facts 2007.

    73 populasipasien CHF

    Inklusi : 32pasien Eksklusi : 41

    16 pasienmeninggal

    25 pasien dataRM tidak lengkap

    2 pasien tidakmenerima terapi

    obatkardiovaskuler

    32

    data laboratorium), 2 pasien tidak menerima terapi obat kardiovaskuler sehingga

    didapatkan 32 pasien yang memenuhi kriteria inklusi subyek penelitian.

    Gambar 2. Skema Pemilihan Subjek Penelitian

    D. Bahan dan Instrumen Penelitian

    Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

    rekam medis pasien Congestive Heart Faliure (CHF) yang dirawat di Instalasi

    Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-Desember 2012.

    Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    ACC/AHA Guideline for the Management of Heart Failure 2013, Drug

    Information Handbook 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008,

    Formularium Rumah Sakit 2014 dan Drug Interaction Facts 2007.

    2 pasien tidakmenerima terapi

    obatkardiovaskuler

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    E. Lokasi Penelitian

    Pengambilan data dilakukan di Unit Rekam Medis Rumah Sakit Panti

    Rapih Yogyakarta.

    F. Tata Cara Penelitian

    1. Tahap perijinan penelitian

    Surat ijin penelitian diajukan kepada Direktur Pelayanan Kesehatan

    dan Infrastruktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta untuk mendapat ijin

    penelitian dengan tembusan kepada Kepala Bidang Pengelola Pelayanan

    Kesehatan sebagaimana prosedur resmi untuk melakukan penelitian di Rumah

    Sakit.

    2. Tahap pengumpulan data

    Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat dara dari lembar

    Rekam Medik. Data yang diambil berupa nomor Rekam Medik, nama inisial,

    jenis kelamin, umur, lama rawat inap, riwayat sakit, anamneses, riwayat

    pengobatan, diagnosis akhir utama, diagnosis sekunder, tanda-tanda vital

    (tekanan darah, suhu, nadi, Respiration Rate), catatan perawat, terapi yang

    diberikan, serta hasil laboratorium.

    3. Tahap pengolahan data dan analisis hasil

    Data yang telah diperoleh diolah secara deskriptif evaluatif sebagai berikut :

    a. Karakteristik pasien CHF

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Karekteristik pasien CHF dianalisis dengan mengelompokkan data yang

    telah diperoleh berdasarkan jenis kelamin, umur, lama perawatan, serta

    penyakit penyerta. Kelompok umur dibagi berdasarkan Kriteria WHO.

    b. Profil pengobatan

    Profil pengobatan dianalisis berdasarkan Informatorium Obat Nasional

    Indonesia 2008 dan Formularium Rumah Sakit 2014 dengan

    mengelompokkan data yang telah diperoleh kedalam beberapa

    kelompok pembahasan meliputi: penggunaan obat pada pasien CHF

    berdasarkan kelas terapi, penggunaan obat kardiovaskuler, serta

    penggunaan obat lain.

    c. Evaluasi pengobatan Congestive Heart Failure (CHF)

    Evaluasi Pengobatan CHF terkait aspek keamanan yang meliputi

    interaksi obat, kontraindikasi, dan Adverse Drug Reaction dievaluasi

    dengan metode Subjective, Objective, Assessment, dan Plan (SOAP).

    Pada Subjektif berisi nama inisial, jenis kelamin, umur, keluhan

    pasien, riwayat sakit, riwayat pengobatan, diagnosis akhir utama,

    diagnosis sekunder, dan lama perawatan. Objektif berisi tanda vital

    (tekanan darah, suhu, nadi, dan RR), terapi yang didapat, dan hasil

    laboratorium. Assessment berisi evaluasi pengobatan terkait aspek

    keamanan yang meliputi interaksi obat, kontraindikasi, Adverse Drug

    Reaction, dosis kurang, serta dosis berlebih berdasarkan acuan. Acuan

    yang digunakan adalah ACCF/AHA Guideline for the Management of

    Heart Failure 2013, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Drug Interaction Fact 2007, serta Formularium Rumah Sakit 2014.

    Pada Plan berisi rekomendasi saran untuk pengatasan DRPs yang

    muncul terkait dengan aspek keamana berdasarkan acuan.

    d. Penyajian hasil penelitian

    Hasil penelitian berupa karakteristik demografi pasien CHF, profil

    pengobatan, dan evaluasi pengobatan Congestive Heart Failure

    diuraikan secara deskriptif yang kemudian disajikan dalam bentuk

    gambar diagram dan tabel.

    G. Keterbatasan Penelitian

    Pada penelitian ini digunakan data retrospektif yaitu lembar rekam

    medik. Kekurangannya adalah tidak semua data yang diperlukan untuk

    menunjang penelitian tersedia. Misalnya, untuk mengevaluasi dosis penggunaan

    suatu obat dibutuhkan adanya catatan riwayat pengobatan, tetapi pada penelitian

    ini tidak semua rekam medik mempunyai catatan riwayat pengobatan sehingga

    evaluasi dosis obat tidak dapat terkaji dengan tepat.

    Pada analisis profil penggunaan obat dan analisis DRPs dosis kurang atau

    berlebih, penulis tidak dapat mengkaji keseluruhan obat yang diterima pasien,

    dikarenakan ada data pemberian obat yang tidak dicantumkan dengan jelas dosis

    pemberiannya atau tulisan catatan pemberian terapi farmakologi tidak dapat

    terbaca dengan jelas sehingga analisis profil penggunaan obat dan analisis analisis

    DRPs dosis kurang atau berlebih tidak dapat maksimal.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitian akan disajikan secara sistematis, mulai dari

    karakteristik demografi pasien hingga kajian dosis obat sekaligus dengan

    pembahasannya.

    A. Karakteristik Demografi Pasien

    Karakteristik demografi pasien yang akan dibahas meliputi jenis

    kelamin, usia, lama perawatan, serta penyakit penyerta. Hasil penelitian adalah

    sebagai berikut :

    1. Jenis Kelamin

    Jumlah pasien yang terdiagnosa menderita CHF adalah sebanyak 32

    pasien, yang terdiri dari pasien laki-laki sebesar 34,38 % (11 pasien) dan

    perempuan sebesar 65,62 % (21 pasien). Dari hasil penelitian didapatkan

    persentase pasien perempuan lebih besar daripada pasien laki-laki. Hasil

    penelitian ini sama dengan penelitian Anggraini (2007) hal ini kemungkinan

    disebabkan karena perempuan mempunyai faktor risiko Congestive Heart Failure

    yang lebih besar dari pada laki-laki, yaitu pengaruh hormon (menopause),

    penggunaan kontrasepsi oral, serta perempuan memiliki aktivitas yang lebih

    sedikit daripada laki-laki (Anggraini, 2007).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Rangkuman hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 3 sebagai

    berikut :

    Gambar 3. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawai Inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli – Desember 2012 Berdasarkan

    Jenis Kelamin

    2. Usia

    Usia pasien CHF yang paling tua adalah 82 tahun sedangkan usia

    pasien CHF yang paling muda adalah 24 tahun dengan persentase jumlah pasien

    paling tinggi berada pada kelompok pasien lanjut usia (rentang usia 60 sampai 75

    tahun) yaitu sebesar 43,75 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ananda

    (2009) yang menyebutkan bahwa jumlah pasien yang mendapatkan diagnosis

    CHF paling banyak pada kelompok usia 65-75 tahun.

    Prevalensi Congestive Heart Failure meningkat tajam setelah

    memasuki usia 70 tahun sampai 80 tahun yaitu sekitar 10% sampai 20%. Di

    Negara berkembang, usia rata-rata pasien Congestive Heart Failure adalah 75

    tahun (Dickstein et al., 2008). Pada usia sangat tua (>90 tahun) tidak ditemukan

    65.62%

    37

    Rangkuman hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 3 sebagai

    berikut :

    Gambar 3. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawai Inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli – Desember 2012 Berdasarkan

    Jenis Kelamin

    2. Usia

    Usia pasien CHF yang paling tua adalah 82 tahun sedangkan usia

    pasien CHF yang paling muda adalah 24 tahun dengan persentase jumlah pasien

    paling tinggi berada pada kelompok pasien lanjut usia (rentang usia 60 sampai 75

    tahun) yaitu sebesar 43,75 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ananda

    (2009) yang menyebutkan bahwa jumlah pasien yang mendapatkan diagnosis

    CHF paling banyak pada kelompok usia 65-75 tahun.

    Prevalensi Congestive Heart Failure meningkat tajam setelah

    memasuki usia 70 tahun sampai 80 tahun yaitu sekitar 10% sampai 20%. Di

    Negara berkembang, usia rata-rata pasien Congestive Heart Failure adalah 75

    tahun (Dickstein et al., 2008). Pada usia sangat tua (>90 tahun) tidak ditemukan

    34.38%Laki-Laki

    Perempuan

    37

    Rangkuman hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 3 sebagai

    berikut :

    Gambar 3. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawai Inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli – Desember 2012 Berdasarkan

    Jenis Kelamin

    2. Usia

    Usia pasien CHF yang paling tua adalah 82 tahun sedangkan usia

    pasien CHF yang paling muda adalah 24 tahun dengan persentase jumlah pasien

    paling tinggi berada pada kelompok pasien lanjut usia (rentang usia 60 sampai 75

    tahun) yaitu sebesar 43,75 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ananda

    (2009) yang menyebutkan bahwa jumlah pasien yang mendapatkan diagnosis

    CHF paling banyak pada kelompok usia 65-75 tahun.

    Prevalensi Congestive Heart Failure meningkat tajam setelah

    memasuki usia 70 tahun sampai 80 tahun yaitu sekitar 10% sampai 20%. Di

    Negara berkembang, usia rata-rata pasien Congestive Heart Failure adalah 75

    tahun (Dickstein et al., 2008). Pada usia sangat tua (>90 tahun) tidak ditemukan

    Laki-Laki

    Perempuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    adanya pasien CHF, hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa angka

    harapan hidup di Indonesia belum mencapai usia >90 tahun. American College of

    Cardiology Founder and American Heart Association (2013) menyebutkan bahwa

    kemungkinan kejadian Congestive Heart Failure akan meningkat seiring dengan

    pertambahan usia. Kejadian Congestive Heart Failure mencapai 20 individu

    untuk setiap 1000 populasi dengan usia 65 sampai 69 tahun serta lebih dari 80

    individu untuk setiap 1000 populasi dengan usia lebih dari 85 tahun.

    Rangkuman hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 4 berikut :

    Gambar 4. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawai Inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 Berdasarkan

    Usia Menurut WHO

    3. Lama Perawatan

    Dari penelitian yang telah dilakukan, durasi lama rawat inap pasien CHF

    adalah berkisar antara 4 sampai 11 hari dengan persentase jumlah pasien

    terbanyak dirawat selama lebih dari 6 hari yaitu sebesar 62,50 %. Hasil tersebut

    43.75%

    15.62%

    0.00%

    38

    adanya pasien CHF, hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa angka

    harapan hidup di Indonesia belum mencapai usia >90 tahun. American College of

    Cardiology Founder and American Heart Association (2013) menyebutkan bahwa

    kemungkinan kejadian Congestive Heart Failure akan meningkat seiring dengan

    pertambahan usia. Kejadian Congestive Heart Failure mencapai 20 individu

    untuk setiap 1000 populasi dengan usia 65 sampai 69 tahun serta lebih dari 80

    individu untuk setiap 1000 populasi dengan usia lebih dari 85 tahun.

    Rangkuman hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 4 berikut :

    Gambar 4. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawai Inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 Berdasarkan

    Usia Menurut WHO

    3. Lama Perawatan

    Dari penelitian yang telah dilakukan, durasi lama rawat inap pasien CHF

    adalah berkisar antara 4 sampai 11 hari dengan persentase jumlah pasien

    terbanyak dirawat selama lebih dari 6 hari yaitu sebesar 62,50 %. Hasil tersebut

    18.75%

    21.88%

    15.62%

    0.00%

    Dewasa (18 - 45 tahun)

    Usia pertengahan (46 - 59 tahun)

    Lanjut usia (60 - 74 tahun)

    Lansia tua (75 - 90 tahun)

    Sangat tua (> 90 tahun)

    38

    adanya pasien CHF, hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa angka

    harapan hidup di Indonesia belum mencapai usia >90 tahun. American College of

    Cardiology Founder and American Heart Association (2013) menyebutkan bahwa

    kemungkinan kejadian Congestive Heart Failure akan meningkat seiring dengan

    pertambahan usia. Kejadian Congestive Heart Failure mencapai 20 individu

    untuk setiap 1000 populasi dengan usia 65 sampai 69 tahun serta lebih dari 80

    individu untuk setiap 1000 populasi dengan usia lebih dari 85 tahun.

    Rangkuman hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 4 berikut :

    Gambar 4. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawai Inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 Berdasarkan

    Usia Menurut WHO

    3. Lama Perawatan

    Dari penelitian yang telah dilakukan, durasi lama rawat inap pasien CHF

    adalah berkisar antara 4 sampai 11 hari dengan persentase jumlah pasien

    terbanyak dirawat selama lebih dari 6 hari yaitu sebesar 62,50 %. Hasil tersebut

    Dewasa (18 - 45 tahun)

    Usia pertengahan (46 - 59 tahun)

    Lanjut usia (60 - 74 tahun)

    Lansia tua (75 - 90 tahun)

    Sangat tua (> 90 tahun)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    sesuai dengan Amanda (2009), pada penelitian tersebut dapat diketahui bahwa

    jumlah pasien paling banyak menjalani rawat inap selama 3 sampai 10 hari. Pada

    pasien Heart Failure, durasi rata-rata lama lawat inap adalah sekitar 6 hari dengan

    angka mortalitas 5-20% (Anonim, 2006).

    Gambar 5. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawai Inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 Berdasarkan

    Lama Rawat

    4. Penyakit Penyerta

    Pada penelitian ini, pasien tidak hanya mendapatkan diagnosis utama

    CHF tetapi ada beberapa pasien yang mendapatkan diagnosis sekunder. Diagnosis

    sekunder tersebut dalam penelitian ini disebut sebagai penyakit penyerta. Penyakit

    penyerta merupakan manifestasi klinik CHF maupun merupakan faktor risiko

    yang dapat memperparah perkembangan penyakit CHF. Dari hasil penelitian

    ditemukan beberapa penyakit penyerta pada pasien CHF yaitu hipertensi (2

    kasus), atrial fibrilasi (5 kasus), gastritis (1 kasus), hiperurikemia (8 kasus),

    diabetes mellitus (1 kasus), renal failure (1 kasus), dyspepsia (1 kasus), edema

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    1 - 3 hari

    Jmla

    h Pa

    sien

    39

    sesuai dengan Amanda (2009), pada penelitian tersebut dapat diketahui bahwa

    jumlah pasien paling banyak menjalani rawat inap selama 3 sampai 10 hari. Pada

    pasien Heart Failure, durasi rata-rata lama lawat inap adalah sekitar 6 hari dengan

    angka mortalitas 5-20% (Anonim, 2006).

    Gambar 5. Distribusi Jumlah Pasien CHF di Instalasi Rawai Inap RumahSakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-Desember 2012 Berdasarkan

    Lama Rawat

    4. Penyakit Penyerta

    Pada penelitian ini, pasien tidak hanya mendapatkan diagnosis utama

    CHF tetapi ada beberapa pasien yang mendapatkan diagnosis sekunder. Diagnosis

    sekunder tersebut dalam penelitian ini disebut sebagai penyakit penyerta. Penyakit

    penyerta merupakan manifestasi klinik CHF maupun merupakan faktor risiko

    yang dapat memperparah perkembangan penyakit CHF. Dari hasil penelitian

    ditemukan beberapa penyakit penyerta pada pasien CHF yaitu hipertensi (2

    kasus), atrial fibrilasi (5 kasus), gastritis (1 kasus), hiperur