plagiat merupakan tindakan tidak terpujilibrary.usd.ac.id/data pdf/f. keguruan dan ilmu...
TRANSCRIPT
MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN
MEREKA BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Paulina Sukmana Puti
091224056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN
MEREKA BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU
Disusun oleh:
Paulina Sukmana Puti
NIM: 09 1224 056
Telah disetujui oleh:
Tanggal, 23 Juli 2013
Pembimbing
Prof. Dr. Pranowo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN
MEREKA BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU
Oleh:
Paulina Sukmana Puti
NIM: 09 1224 056
Telah dipertahankan di depan panitia pengujipada tanggal 14 Agustus 2013
dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih
Sekretaris : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Anggota : Prof. Dr. Pranowo
Anggota : Dr. Y. Karmin, M.Pd.
Anggota : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus, kedua orang tuaku, kedua kakakku, dan Antoniusyang selalu menyertai perjalanan hidup saya sejak awal hingga saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Teruslah berjuang meskipun banyak orang yang meremehkanmu karena Tuhan selalu mendampingi walau terkadang jalan yang Dia
berikan tidak mulus.
(Paulina S.P)
Keluarga adalah kompas yang memandu (arah) kita. Ia adalah inspirasi untuk mencapai puncak, yang menghibur saat kita
goyah.
(Brad Henry)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Paulina Sukmana Puti
NIM : 09 1224 056
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN MEREKA
BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya .
Yogyakarta, 14 Agustus 2013
Penulis
,
Paulina Sukmana Puti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 Agustus 2013
Penulis,
Paulina Sukmana Puti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Puti, Paulina Sukmana. 2013. Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini menganalisis majas perbandingan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaanyang bertujuan menjawab majas perbandingan yang digunakan dan maknanya dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu teknik baca-catat.
Analisis data dilakukan dengan tahapan: (1) peneliti menginventarisasi data yang sudah berhasil dikumpulkan, (2) peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan kriteria tertentu, (3) peneliti mengidentifikasi data berdasarkan ciri khas yang ditemukan dari data yang sudah terkumpul, dan (4) peneliti menginterpretasi atau memaknai hasil analisis data, dan (5) peneliti mendeskripsikan hasil analisis data tersebut
Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan penelitimaka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: pertama, majas perbandingan terdiri atas empat jenis, yakni gaya bahasa metafora, gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa alegori. Jumlah gaya bahasa secara keseluruhan ada 36. Jumlah masing-masing keempat macam gaya bahasa tersebut terdapat empat gaya bahasa metafora, 11 gaya bahasa perumpamaan, 20 gaya bahasa personifikasi, dan satu gaya bahasa alegori. Kedua, makna yang n disampaikan melalui majas perbandingan sangat beragam karena tergantung konteksnya. Namun, pengarang menggunakan gaya bahasa personifikasi agar ceritanya lebih hidup dan berwarna sehingga pembaca lebih tertarik membaca ceritanya.
Penggunaan gaya bahasa perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya. Penggunaan majas metafora merupakan upaya pengarang untuk menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang dimaksud tidak merasa tersinggung, tidak merasa dipermalukan atau direndahkan di depan umum. Penggunaan gaya bahasa alegori berujuan agar tidak menimbulkan kesan monoton bagi cerpen itu sendiri karena pembaca diajak untuk berimajinasi dan mengaitkan satu sama lain dari metafora-metafora yang berkelanjutan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Puti, Paulina Sukmana. 2013. Comparison Figur of Speech in Short story collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet! by Djenar Maesa Ayu. A thesis. Language Education Study Program, Indonesian and Local Letters, Faculty of Education and Teacher Training, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research analyzes comparison figure of speech in the short story collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet!. The research is a library research in nature with the aim to describe the comparison figure of speech and its meanings in the short story collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet!. Write reading is techniques used in collecting the data.
There are some steps which are applied by the researcher in analyzing the data: (1) the data collected are listed by the researcher, (2) the data are classified based on certain criteria by the researcher, (3) the data are identified based on specific characteristics found from the collection of data, and (4) the result of the analyzed data is interpreted by the researcher, and (5) the result of the analyzed data is described by the researcher.
Based on the result of data and the interpretation done the researcher, there are two conclusions which are found: First, comparison figure of speech in “Mereka Bilang, Saya Monyet!” consists of four types: the metaphor figurative language, parable figurative language, personification figurative language, and allegory figurative language. The total amount of figurative languages as a whole is 36. In addition, the total amount for each figurative language is four metaphor figurative language, 11 parable figurative language, 20 personification figurative language, and one allegory. Second, the messages conveyed by the author by using comparison figure of speech are various depending on the contexts. However, the author used mostly the personification figurative language in order to make the story alive so that the readers will be willing to read the stories.
The use of parable is the author’s effort to create strong affection between two things compared in order to make the readers can be able to catch the intended meanings of the author. Next, the use of metaphor figurative language is the author’s effort to disguise the purpose of consideration for that person - the person in question did not feel offended, do not feel embarrassed or humiliated in public.The use of allegory is aimed to make the story more dynamics because the readers are guided to use their imaginations and to correlate each other based on the sustained metaphors.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya
Monyet Karya Djenar Maesa Ayu dengan lancar. Penyusunan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan (Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah) pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa selama penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bantuan semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat,
motivasi, doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal sampai akhir
penulisan skripsi ini.
Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSID yang telah memberikan
motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
3. Prof. Dr. Pranowo selaku dosen pembimbing yang banyak membantu,
mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama
membimbing penulis.
4. Seluruh dosen PBSID yang sudah memberikan banyak ilmu pengetahuan
dan wawasan kepada penulis selama menuntut ilmu di PBSID.
5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-
buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.
6. Orang tuaku tersayang Agustinus Andang dan Agustina Sri, terima kasih
atas segala doa, motivasi dan dukungan.
7. Kedua kakakku tersayang Klementina Maria Siska Puti dan Hadrian
Priangga Puti yang banyak memberikan motivasi, doa, dan bantuan kepada
saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Antonius Afrianto Budi Purnomo yang telah memberi motivasi, perhatian,
dan doa.
9. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Yogyakarta, 23 Juli 2013
Penulis,
Paulina Sukmana Puti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
MOTTO ................................................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vii
ABSTRAK.............................................................................................. viii
ABSTRACT............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR............................................................................ x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
E. Batasan Istilah ................................................................................ 7
F. Sistematika Penyajian ..................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI................................................................. 8
A. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 8
B. Kajian Pustaka................................................................................ 10
1. Cerpen ..................................................................................... 10
2. Definisi Gaya Bahasa atau Majas ............................................. 13
3. Jenis-jenis Gaya Bahasa........................................................... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4. Interpretasi .............................................................................. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 48
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 48
B. Sumber Data dan Data .................................................................... 48
C. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 48
D. Teknik Analisis Data ...................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................. 50
A. Deskripsi Data ................................................................................ 50
B. Hasil Analisis Data ........................................................................ 53
1. Gaya Bahasa Metafora ............................................................ 54
2. Gaya Bahasa Perumpamaan .................................................... 56
3. Gaya Bahasa Personifikasi ....................................................... 59
4. Gaya Bahasa Alegori .............................................................. 61
C. Pembahasan.................................................................................... 62
1. Gaya Bahasa Personifikasi ....................................................... 63
2. Gaya Bahasa Perumpamaan ..................................................... 64
3. Gaya Bahasa Metafora ............................................................. 65
4. Gaya Bahasa Alegori ............................................................... 66
BAB V PENUTUP .............................................................................. 70
A. Kesimpulan..................................................................................... 70
B. Saran .............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 72
LAMPIRAN ........................................................................................... 75
BIODATA PENULIS............................................................................. 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengkodean Jenis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan . 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Analisis Jenis Gaya Bahasa dan Analisis Maknanya............. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia
untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Bahasa yang digunakan dapat
berupa bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Dalam karya sastra, manusia mewariskan, menerima, dan menyampaikan
segala pengalaman dan pengetahuan lahir batin kepada sesamanya. Dalam karya
sastra, hubungan antara pengarang dan pembaca harus dipahami sebagai
hubungan yang bermakna. Pengarang menciptakan bentuk-bentuk yang
memungkinkan untuk mengadakan komunikasi timbal balik. Karya sastra
merupakan hasil dialog kontemplasi dan reaksi pengarang terhadap lingkungan
dan kehidupan (Nurgiyantoro, 1998:4).
Secara sederhana karya sastra dapat dikatakan sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Karya sastra berisi makna dan nilai-nilai bahkan pendapat-
pendapat yang dikemukakan oleh pengarang, dan berisi suatu misi tertentu. Misi
ini menjadi sebuah nyawa dalam karya sastra yang membuat karya sastra terasa
hidup setelah dibaca dan dinikmati ceritanya. Nilai-nilai ini akan memberi
pencerahan kepada pembaca dan suatu pemahaman baru tentang konflik yang ada
dalam karya sastra. Dari situ pembaca akan menentukan sikap sesuai dengan
pemahamannya terhadap karya sastra yang ia baca setelah ia memahami nilai-
nilai yang terkandung dalam karya sastra. Nilai-nilai ini berisi banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kemungkinan, baik itu sosial, politik, hukum-hukum, ekonomi, agama, filsafat
dan sebagainya (Sunardi, 2004:14).
Sastra mempunyai fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus
bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur dengan cara menyajikan
keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan,
maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi
(Zulfahnur, dkk, 1996:9). Bagi banyak orang, karya sastra menjadi saran untuk
menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan buruk. Ada
pesan yang sangat jelas disampaikan, ada pula yang bersifat tersirat secara halus
(Budianta, 2002). Dengan demikian, pemahaman tentang teks sastra sebagai
proses komunikasi massa mengarah pada proses penyampaian ide dan gagasan
sastrawan melalui media yang berupa karya sastra.
Cerita pendek dan atau kumpulan cerita pendek menjadi sarana yang
dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan fungsi dari karya sastra dalam
menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian,
kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia
imajinasi dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai mediumnya. Untuk
menyampaikan makna tersebut, pengarang sering menggunakan gaya bahasa atau
majas untuk memberikan efek tertentu bagi pembacanya.
Secara teoretis, gaya bahasa atau disebut juga dengan majas merupakan
pemanfaatan dari kekayaan bahasa, terutama bahasa yang dipakai pada umumnya
dalam masyarakat di tanah air. Caranya dengan memakai ragam tertentu sehingga
menimbulkan efek lain dari bahasa yang disampaikan. Selain itu, majas juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
merupakan ciri khas dari sekelompok sastrawan saat menuliskan ide atau gagasan
serta perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, akhirnya
menjadi identitas penting dari sastrawan tersebut dilihat dari karya yang
dihasilkannya.
Gaya bahasa merupakan salah satu unsur estetis yang memperindah
sebuah bacaan. Setiap penulis cerpen mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam
menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya
mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat
dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya
yang ditulisnya.
Kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet! adalah salah satu
karya terbaik dari seorang penulis muda berbakat di Indonesia, Djenar Maesa
Ayu, yang karyanya sudah diangkat ke layar lebar. Cerpen-cerpennya telah
tersebar di berbagai media massa Indonesia seperti Kompas, The Jakarta Post,
Republika, Koran Tempo, Majalah Cosmopolitan, Lampung Post, dan majalah
Djakarta. Yang menarik dari Djenar Maesa Ayu adalah kemampuannya yang luar
biasa dalam mengungkapkan pesan-pesan kehidupan di setiap karyanya melalui
gaya bahasa atau majas.
Tema yang berani dan cara bercerita yang lugas serta eksploratif membuat
karya ini menuai banyak pujian serta kritik ketika awal diluncurkan. Di cerpen
“SMS”, Djenar menggunakan format SMS untuk bercerita. Sementara cerpen
“Wong Asu” hanya menampilkan dialog saja. Penggunaan metafora yang unik
bisa dibaca pada cerpen “Durian”. Cerpen “Waktu Nayla” bahkan menjadi cerpen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
terbaik Kompas 2003. Dalam perjalanannya, dua dari cerpen dalam buku ini pun
menjadi inspirasi bagi Djenar untuk pembuatan film Mereka Bilang, Saya
Monyet! yang disutradarainya sendiri. Film ini menyabet beberapa penghargaan
pada festival bergengsi di dunia. Sutardji menyatakan bahwa dalam berbahasa,
Djenar menunjukkan kepiawaiannya yang kuat pada kelugasan berucap.
Bahasanya kuat dan padat. Itulah kecenderungannya. Ia tidak menyia-nyiakan
kata-kata untuk segera secara jitu menyampaikan ikhwal yang ingin ditampilkan.
Kumpulan cerita pendek yang juga diangkat ke layar lebar ini
menceritakan tentang realitas yang memprihatinkan mengenai tingginya angka
kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, disertai minimnya edukasi
masyarakat terhadap hak asasi manusia yang sebenarnya dimiliki secara individu.
Dalam menyampaikan pesan itu, Djenar Maesa Ayu menggunakan gaya bahasa
yang indah dan memikat pembaca. Penggunaan gaya bahasa dalam buku itu
nyaris muncul di setiap halamannya dan membuat kumpulan cerpen ini sangat
menarik untuk dinikmati.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk
menganalisis kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!. Dalam
analisis terhadap kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!, peneliti
membatasi pada segi penggunaan gaya bahasa. Berdasarkan segi gaya bahasa
karena setelah membaca kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!,
peneliti menemukan ada banyak gaya yang digunakan pengarang dalam
menyampaikan pesannya dan banyak pengamat sastra yang mengakui kehebatan
Djenar Maesa Ayu dalam menggunakan gaya bahasa. Oleh karena itu peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
mengambil judul penelitian Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen
Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka untuk
mengarahkan penelitian kepada sasaran yang ingin dicapai, peneliti menetapkan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Majas perbandingan apa saja yang digunakan dalam kumpulan cerpen Mereka
Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu?
2. Makna apa sajakah yang ingin disampaikan melalui majas perbandingan
dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa
Ayu?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan majas perbandingan yang digunakan dalam kumpulan
cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.
2. Mendeskripsikan makna yang disampaikan melalui majas perbandingan dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan
dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra, khususnya tentang gaya bahasa
perbandingan dan pembelajaran sastra.
2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,
antara lain.
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru untuk dijadikan salah
satu alternatif dalam pembelajaran sastra untuk mendorong dan
menumbuhkan budaya membaca pada anak didiknya.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan.
Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi
motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya
ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan.
c. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi
kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet! dan mengambil manfaat
darinya.
d. Bagi Peneliti yang Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan
pijakan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
E. Batasan Istilah
1. Cerpen adalah cerita rekaan atau cerita yang berbentuk prosa yang di
dalamnya terdapat gejolak jiwa penulis yang dituangkan dalam karyanya.
2. Majas merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan
ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu dalam karyanya
sehingga memberi kesan pada pembacanya.
3. Majas perbandingan adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain.
F. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian skripsi dijabarkan menjadi 5 (lima) hal, yaitu
pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan, dan penutup.
Bab I adalah pendahuluan, yang meliputi: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian. Bab II adalah landasan teori yang terdiri atas penelitian terdahulu dan
kajian pustaka. Bab III adalah metodologi penelitian yang terdiri atas jenis
penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data. Bab IV adalah hasil dan pembahasan yang meliputi: deskripsi data, hasil
analisis data, dan pembahasan. Bab V adalah penutup yang terdiri atas
kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB IILANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga referensi penelitian.
Penelitian pertama dilakukan oleh Suryadi pada tahun 2005 dengan judul
Struktur dan Gaya Bahasa dalam Wacana Personality Feature pada harian
Kompas terbitan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan 20 gaya bahasa yang
dikelompokkan menjadi empat yaitu (1) gaya bahasa perbandingan yang meliputi
perumpamaan atau simile, personifikasi, antithesis, periphrasis, dan koreksio, (2)
gaya bahasa pertentangan meliputi hiperbola, litotes, klimaks, dan anti klimaks,
(3) gaya bahasa pertautan meliputi sinekdoke, alusio, eufemisme, antonomasio,
ellipsis, dan asindenton, (4) gaya bahasa perulangan yang meliputi epizuksis,
tautotes, anaphora, epistrofa, epistroto, dan anadilopsis.
Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitri Dwi Jayanti
pada tahun 2009 dengan judul Diksi dan Gaya Bahasa pada Wacana Iklan
Majalah Kawanku Edisi Januari-Maret 2009. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan pemakaian diksi dan bentuk pemakaian gaya bahasa. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
yang pertama, pemakaian kata tutur; pemakaian indra peraba, indra penglihatan,
dan indra penciuman; pemakaian istilah asing; dan pemakaian makna kata berupa
makna konotasi. Kedua, penemuan gaya bahasa berdasarkan nada berupa gaya
mulia dan gaya menengah; berdasarkan struktur kalimat berupa paralel, antitesis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dan repetisi yang terdiri atas repetisi epizeuksis, epistrofa, dan mesodiplosis;
berdasarkan langsung tidaknya makna berupa gaya retoris dengan jenis hiperbola.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Repinus pada tahun 2010 dengan judul
Gaya Bahasa dalam Iklan Obat-obatan di Televisi. Tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan gaya bahasa yang digunakan dalam iklan obat-obatan di
televisi dan mengetahui tujuan penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam
iklan obat-obatan di televisi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-
kualitatif. Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan teknik simak
dan catat, sedangkan analisisnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap
inventarisasi, identifikasi, klasifikasi, dan pemaparan. Hasil penelitian ini
menemukan dua hal. Pertama, ada 10 tipe gaya bahasa yang terdapat dalam iklan
obat-obatan di televisi. Kedua, peneliti mengetahui tujuan dari penggunaan gaya-
gaya bahasa tersebut untuk menarik perhatian dan minat penonton untuk
mengenal produk yang diiklankan serta mempersuasi agar membeli dan
menggunakan produk yang diiklankan.
Peneliti memiliki anggapan bahwa penelitian ini relevan dengan ketiga
penelitian tersebut karena memiliki kesamaan yaitu sama-sama meneliti gaya
bahasa. Perbedaannya, penelitian yang terdahulu membahas gaya bahasa pada
iklan baik di surat kabar maupun di televisi, sedangkan penelitian ini membahas
tentang gaya bahasa yang terdapat dalam majas perbandingan pada kumpulan
cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Kajian Pustaka
1. Definisi Cerpen
Cerita pendek atau sering disingkat menjadi cerpen adalah suatu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella
(dalam pengertian modern) dan novel.
Cerpen adalah kependekan dari cerita pendek. Kependekan sebuah
cerita pendek bukan hanya karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari
novel, tetapi karena aspek masalahnya yang sangat dibatasi. Pada cerpen
aspek masalah yang diceritakan sangat dibatasi. Dengan adanya pembatasan
ini, masalah yang diceritakan akan tergambar lebih jelas dan mengesankan
bagi pembaca. Oleh karena itu, sebuah cerita prosa yang disebut dengan cerita
pendek memang pengembangan plotnya sangat dibatasi.
Cerpen adalah cerita yang pendek. Namun ukuran berapa pendeknya
tidak ada aturan yang pasti dan tidak ada kesepakatan diantara pengarang dan
para ahli (Nurgiyantoro, 1998: 10). Cerita pendek merupakan salah satu karya
sastra yang habis dibaca sekali duduk. Menurut Soeharianto (1982), cerpen
adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan
sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian
pengarang. Sementara itu Panuti Sudjiman (1990: 15-16) dalam bukunya
Kamus Istilah Sastra mendefinisikan cerpen sebagai berikut: cerpen adalah
kisahan pendek (kurang dari 10000 kata) yang dimaksudkan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kesan tunggal yang dominan; cerpen memusatkan diri pada suatu tokoh dalam
satu situasi pada suatu ketika.
Sedwick (dalam Tarigan, 1984:176) menyatakan bahwa cerita pendek
adalah cerita yang menyajikan suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok
keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca.
Notosusanto (dalam Tarigan, 1984:176) menyatakan bahwa “cerita pendek
adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman
kuarto spasi rangkap yang berpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Wijaya (dalam Efendi, 1999:73), menyatakan bahwa sebuah cerita
pendek adalah bagaikan mimpi baik dan mimpi buruk, tidak terlalu penting
urutan jalinan karena kadang-kadang ada dan kadang tidak, yang utamanya
adalah pekabaran yang diperbarunya, daya pukau magis, tamsil, ibarat,
tikaman jiwa, firasat dan berbagai efek yang diberi analoginya menyerang
siapa yang secara mendetail dan persis melukiskan apa yang akan terjadi,
tetapi ia juga bisa kebalikan atau buram sama sekali sebagai sebuah ramalan
yang memerlukan tafsir. Cerita pendek adalah teror mental kepada pembaca.
Suharso (2009:703) mengemukakan cerpen sebagai semacam cerita
rekaan yang sering kita jumpai pada media cetak. Dalam novel kritis
(pergolakan) jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tapi dalam cerpen
tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya. Edgar (dalam
Suryanto, 2007:175) menyatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang
selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai
dua jam, suatu hak yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Sumardjo (1999:19) mengemukakan bahwa cerpen adalah cerita yang
membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fisiknya dalam obyek
terkecil. Untuk menggambarkan suatu masalah secara jelas dan memberikan
kesan yang kuat kepada pembaca, seorang penulis mesti selektif.
Suryanto (2007:161) mengemukakan bahwa cerpen dapat
mengungkapkan realitas sosial, budaya, sekaligus menjadi sarana
merefleksikan kehidupan manusia, sebagai bahan renungan. Sementara
Sumardjo (1994:132) mengemukakan bahwa semua bagian dari sebuah cerpen
harus terikat pada kesatuan jiwa: pendek, padat, lengkap, tak ada bagian-
bagian yang boleh dikatakan lebih dan bisa dibuang. Dalam bukunya yang
berjudul Anatomi Sastra (1993: 34), Semi mengemukakan cerpen ialah karya
sastra yang memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok
saja. Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah cerpen, tanpa
kecuali ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok.
Masih menurut Semi, dalam kesingkatannya itu cerpen akan dapat
menampakkan pertumbuhan psikologis para tokoh ceritanya. Hal ini berkat
perkembangan alur ceritanya sendiri. Ini berarti cerpen merupakan bentuk
ekspresi yang dipilih dengan sadar oleh para sastrawan penulisnya.
Esten (2002: 12) berpendapat bahwa cerpen adalah pengungkapan
suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia. Di dalamnya tidak
dituntut terjadinya perubahan nasib dari pelaku-pelakunya. Hanya suatu
lintasan dari secercah kehidupan manusia yang terjadi pada satu kesatuan
waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Poe (dalam Nurgiyantoro, 2007: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah
sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira antara
setengah jam sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan
untuk sebuah novel. Sumardjo (2007: 202) mengatakan bahwa cerpen adalah
fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”. Cerita pendek
mempunyai satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya.
Merujuk beberapa definisi di atas, peneliti mendefinisikan cerpen
adalah cerita rekaan atau cerita yang berbentuk prosa yang di dalamnya
terdapat gejolak jiwa penulis yang dituangkan dalam karyanya.
2. Definisi Gaya Bahasa atau Majas
Sebelum menjelaskan gaya bahasa, terlebih dahulu perlu dijelaskan
pengertian istilah gaya. Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari
bahasa Latin stilus dan mengandung arti leksikal “alat untuk menulis”
(Aminuddin, 2009: 72). Aminuddin juga menjelaskan bahwa dalam karya
sastra, gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan
gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis
serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya
intelektual dan emosi pembaca. Sejalan dengan pengertian tersebut Scharbach
(dalam Aminuddin 2009:72) menyebut gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu
yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai serta sebagai
perwujudan manusia itu sendiri. Bagaimana seorang pengarang
mengungkapkan gagasannya dalam wacana ilmiah dengan cara pengarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dalam kreasi cipta sastra, dengan demikian akan menunjukkan adanya
perbedaan meskipun dua pengarang itu berangkat dari satu ide yang sama.
Tarigan (1989: 179-197) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran
Kosakata menyatakan gaya bahasa sebagai bahasa kias atau majas. Majas,
kiasan, atau figure of speech adalah bahasa kias, bahasa yang indah
dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang
lebih umum.
Tarigan (1985: 8-203) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Gaya
Bahasa menyatakan gaya bahasa yaitu bahasa yang indah yang dipergunakan
untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang
lebih umum. Dengan kata lain, gaya bahasa adalah penggunaan bahasa
tertentu yang dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.
Keraf (2004: 113) dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya
Bahasa menyatakan gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
(pemakai bahasa). Menurut Keraf, gaya bahasa dapat dibatasi dengan cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Menurut Kridalaksana (1983: 49), gaya bahasa adalah suatu
pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau
menulis. Menurut Kosasih (2004: 40), gaya bahasa merupakan bahasa kias,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bahasa yang digunakan untuk menciptakan efek tertentu. Menurut Wiyanto
(dalam Komara, 2010) mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara
menyampaikan pikiran dan perasaan.
Merujuk dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
gaya adalah tatanan yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan unsur-unsur
gaya bahasa yang mengandung makna konotatif. Sedangkan pengarang dalam
karya sastra justru akan menggunakan pilihan kata yang mengandung makna
padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif. Selain itu, tatanan kalimat-
kalimatnya juga menunjukkkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu
menuansakan keindahan dan bukan hanya nuansa makna tertentu saja. Oleh
sebab itulah masalah gaya dalam sastra akhirnya juga berkaitan erat dengan
masalah gaya dalam bahasa itu sendiri.
Sudjiman (1998: 13) menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa
dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra,
dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam
konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara
tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks
sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur
kalimat, citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang
terdapat dalam sebuah karya sastra.
Pradopo (dalan Endraswara, 2003: 72) menyatakan bahwa nilai seni
sastra ditentukan oleh gaya bahasa. Gaya bahasa dapat dikatakan sebagai
keahlian seorang pengarang dalam mengolah kata-kata. Jangkauan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bahasa sangat luas, tidak hanya menyangkut masalah kata tetapi juga
rangkaian dari kata-kata tersebut yang meliputi frasa, klausa, kalimat, dan
wacana secara keseluruhan (Keraf, 2004: 112) termasuk kemahiran pengarang
dalam memilih ungkapan yang menentukan keberhasilan, keindahan, dan
kemasuk akalan suatu karya yang merupakan hasil ekspresi diri (Sayuti, 2000:
110). Sejalan dengan Sayuti, Endraswara (2003: 73) juga menyatakan bahwa
gaya bahasa merupakan seni yang dipengaruhi oleh nurani. Melalui gaya
bahasa sastrawan menuangkan idenya. Bagaimanapun perasaan saat menulis,
jika menggunakan gaya bahasa, karya yang dihasilkan akan semakin indah.
Jadi, dapat dikatakan gaya bahasa adalah pembungkus ide yang akan
menghaluskan teks sastra.
Gaya bahasa atau majas adalah bahasa kias, bahasa indah yang
dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1990:112, sebagaimana
dalam Dale,dkk (1971: 220). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas
adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu
yg lain atau kiasan. Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya
tarik akan bertambah (Sumarjo dan Saini, 1984:127).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan ragam
bahasa tertentu dalam karyanya sehingga memberi kesan pada pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3. Jenis-jenis Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan kemampuan pengarang dalam menggunakan
ragam bahasa tertentu dalam karyanya sehingga memberi kesan pada
pembacanya. Pemilihan dan penggunaan berbentuk kiasan bisa saja
berhubungan dengan selera, kebiasaan, kebutuhan dan kreativitas pengarang.
Penelitian gaya bahasa terutama dalam karya sastra yang diteliti adalah wujud
(bagaimana bentuk) gaya bahasa itu dan efek apa yang ditimbulkan oleh
penggunaannya atau apa fungsi penggunaan gaya bahasa tersebut dalam karya
sastra.
Hendy (1985:100) membagi gaya bahasa dalam empat kelompok,
antara lain:
a. Gaya Bahasa Penegasan
Gaya bahasa penegasan ini ada 16 macam, antara lain :
1) Pleonasme , yaitu penegasan dengan menggunakan kata yang
sama maksud dengan kata mendahuluinya. Misalnya:
a) Majulah ke depan (ke depan sudah berarti maju)b) Mundur segera ke belakang (mundur sudah berarti ke
belakang)c) Capek mulut saya berbicara (yang digunakan untuk
berbicara memang mulut, bukan yang lain)
2) Repetisi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang kata yang
dipakai dalam pidato atau karangan prosa. Misalnya:
a) Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang dan terus berjuang.
b) Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3) Tautologi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang sebuah kata
beberapa kali dalam sebuah kalimat. Misalnya:
a) Kejar, kejarlah impianmu.b) Lepas, lepaskanlah semua kegelisahanmu.c) Biar, biarkan semuanya berjalan seperti air mengalir.
4) Paralelisme, yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi.
Paralelisme dibagi 2 macam, yaitu:
a) Anafora, pengulangan awal baris kalimat:
Kucari kau dalam toko-tokoKucari kau karena cemas karena sayangKucari kau karena sayang karena bimbangKucari kau karena kaya mesti di ganyang.
b) Epifora, pengulangan kata pada akhir baris atau kalimat
berurutan. Misalnya:
Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidurAku mencercah daging ketika kau tidur
5) Klimaks, melukiskan keadaan yang menaik. Misalnya:
a) Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil berjajer di halaman.
b) Baik itu RT, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, maupun Presiden memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan.
6) Antiklimaks, melukiskan keadaan yang makin menurun. Misalnya: Orang tua, dewasa, remaja, dan anak-anak semuanya hadir dalam kegiatan bakti sosial itu.
7) Retorik, pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban,karena
telah sama-sama dimaklumi jawabannya. Biasanya dipakai
dalam pidato, untuk menandaskan maksud atau untuk mengejek.
Misalnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a) Menegaskan: Siapa yang tidak ingin hidup bahagia dunia akhirat?
b) Mengejek: Apa ini hasil dari pekerjaanmu selama bertahun-tahun?
8) Inversi, susunan kalimat yang predikatnya mendahului subjek,
untuk menghidupkan pernyataan. Misalnya:
a) Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya.
b) Merantaulah mereka ke negeri seberang.
9) Elipsis, pemakaian kalimat elipsis, yaitu menyebutkan salah
satu bagian kalimat saja,mungkin subjeknya saja, atau objeknya
saja, karena sudah dalam suasana yang sama-sama dimaklumi.
Misalnya:
a) Dia dan ibunya ke Tasikmalaya (penghilangan predikat pergi).
b) Lari! (penghilangan predikat kamu).
10)Koreksio, penggunaan kata lain yang lebih tepat sebagi koreksi
terhadap kata yang dipakai terdahulu. Misalnya:
a) Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!b) Tadi malam… oh bukan, tadi pagi maksud saya,
tetangga sebelah mencuri mangga tetangga sebelahnya.
11)Interupsi, yaitu penyisipan kata atau kelompok kata pada
kalimat. Misalnya:
a) Pak Karto, lurah desaku, orangnya sangat baik.b) Yogyakarta, kota pelajar itu, mulai hari ini menjadi
tuan rumah AFTA.
12)Asindenton, yaitu menyebutkan sesuatu berturut-berturut tanpa
menggunakan kata penghubung, agar pembaca mengalihkan
perhatianya kepada hal-hal yang disebutkan itu. Misalnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Bus, truk, motor, semuanya ditahan dan penumpangnya diperiksa satu persatu.
13)Polisendenton yaitu melukiskan rangkaian kejadian dengan
menggunakan kata penghubung, lebih-lebih dalam sastra lama.
Misalnya:
Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang, apabila orang empunya kampung itu melihat akan dia, maka diusirnyalah dengan kayu, maka si miskin itupun larilah ia ke pasar.
14) Preterito, yaitu menyembunyikan maksud yang sebenarnya
supaya pendengar berpikir dan turut menyelidiki. Misalnya:
Hal ini tak usah saya ceritakan lagi, umum sudah tahu.
15) Enumersi, yaitu uraian secara satu persatu dengan kalimat singkat agar bagian-bagian itu jelas dalam keseluruhannya. Misalnya:
Saling jaga tata susilaSaling bina martabat bersamaAgar semua hidup bahagia
16) Esklamasi, Pemakaian kata-kata seru untuk mempertegas
seruan. Misalnya:
Subhanallah, indah benar pemandangan ini!
b. Gaya Bahasa Perbandingan
1) Metafora, yaitu membandingkan dua hal secara langsung,tetapi
dalam bentuk yang singkat. Misalnya:
a) Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur. (ratu malam=bulan)
b) Aku sangat mencintai buku karena buku adalah jendela dunia. (jendela dunia=sumber ilmu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2) Personifikasi, yaitu kiasan yang menggambarkan benda-benda
mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki
sifat kemanusiaan. Misalnya:
a) Nyiur melambai memanggil beta ke pantai.b) Awan hitam menebal diiringi halilintar bersahut-sahutan.
3) Litotes, yaitu gaya bahasa untuk merendahkan diri dengan
menyebutkan keadaan yang berlawanan. Misalnya:
a) Terimalah hadiah ini ala kadarnya ! (padahal hadiahnya mahal-mahal )
b) Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.(padahal pemberiannya sangat berharga)
4) Metonimia, yaitu melukiskan arti yang mengkhusus karena telah
merupakan istilah yang tertentu dan telah bergeser dari arti yang
semula. Misalnya:
Ayah baru saja membeli zebra, padahal saya ingin kijang
(mobil)
5) Simbolik atau pelambang, yaitu melukiskan suatu benda dengan
simbol atau lambang. Misalnya:
a) Bunga kemboja adalah lambang kematianb) Bunga adalah lambang wanita dan keindahan
6) Eufimisme, yaitu pemakaian kata-kata halus sebagai ganti kata-
kata dianggap kasar ,kurang sopan atau tabu. Misalnya:
a) Penjahat perang Bosnia telah diamankan PBB. (penjahat perang=teroris)
b) Karyawan Adam Air telah dirumahkan sejak tiga bulan yang lalu. (di rumahkan= di penjarakan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
7) Hiperbola, gaya bahasa yang dipakai untuk melebih-lebihkan
sesuatu. Misalnya:
a) Ayah bekerja membanting tulang demi kami. (membanting tulang = kerja keras)
b) Pekik merdeka berkumandang di angkasa.
8) Alusio, pemakaian karmina atau penting, kilat yang tidak
diselesaikan, untuk menyampaikan suatu maksud yang
tersembunyi. Misalnya:
a) Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakri?b) Kartini kecil itu memperjuangkan haknya.
9) Parabel, maksud yang samar-samar yang terdapat dalam uraian
sebuah cerita, pembaca harus menelaah sedalam-dalamnya agar
mengerti maksud karangan tersebut. Misalnya:
Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar.
10) Asosiasi, perbandingan yang menimbulkan asosiasi terhadap
keadaan yang sebenarnya. Misalnya:
Mukanya pucat bagaikan mayat.
11) Tropen, kilasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan
yang dilakukan seseorang. Misalnya:
Wawa duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya.
12) Pars pro toto, menyebut sebagian, tapi yang dimaksudkan
seluruh bagian. Misalnya:
Sampai sore ini, Ita belum kelihatan batang hidungnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
13) Totem proparte, menyebutkan seluruh bagian, tapi yang
dimaksudkan sebagian saja. Misalnya:
a) Sekolah kami memenangkan pertandingan itu. (yang menang sesungguhnya tim yang main saja)
b) Indonesia meraih medali perunggu dalam kejuaraan Uber Cup 2008. (Yang meraih medali perunggu sesungguhnya hanya semua regu Uber Cup)
14) Ferifrasi, gaya bahasa perbandingan dengan jalan mengganti
sebuah kata dengan gabungan (frase) yang sama arti dengan
kata yang diganti tersebut. Misalnya:
Mila telah menyelesaikan kuliahnya tahun 2008.
15) Antonomasia, gelaran atau julukan kepada seseorang. Misalnya:
Si gendut suka sekali melucu.
16) Alegori, suatu cerita singkat yang mengandung kilasan makna.
Misalnya:
Pasangan suami istri itu menjalani bahtera rumah tangganya dengan tenang.
c. Gaya Bahasa Sindiran
Gaya bahasa sindiran ada 3 macam yaitu :
1) Ironi, gaya bahasa sindiran halus. Misalnya:
a) Rajin benar, jam 9 baru bangun.b) Bagus benar tulisanmu, seperti cakar ayam.
2) Sinis, gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk
kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan
ketulusan hati. Misalnya:
Kelakuanmu seperti anjing kepanasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3) Sarkasme, cemooh yang kasar, bahkan kadang-kadang merupakan
kutukan. Misalnya:
a) Kamu bodoh.b) Aku muak melihat wajahmu.
d. Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan ada 4 macam,antara lain:
1) Kontradiksi, yaitu gaya bahasa pertentangan dengan jalan
menggunakan sebuah kata yang dipakai terdahulu. Misalnya:
a) Semua kelas telah diperiksa, hanya kelas satu yang belum.(kalau masih ada yang belum diperiksa, mengapa dikatakan ‘semua’ telah diperiksa?)
b) Semua penduduk telah mengungsi, kecuali perempuan tua itu.(kalau masih ada yang belum mengungsi, mengapa dikatakan ‘semua’ telah mengungsi?)
2) Paradoks, yaitu melukiskan sesuatu yang seolah-olah berlawanan
tetapi logikanya ada. Misalnya:
Dia itu kaya harta tapi miskin hati.
3) Antitesis, yaitu pemakaian kata-kata yang berlawanan arti, untuk
lebih menghidupkan pernyataan. Misalnya:
a) Tua-muda, besar-kecil, pria-wanita, berduyun-duyun pergi ke lapangan.
b) Hujan-panas, siang-malam, pagi-sore, tak henti-hentinya dia mencari anaknya yang hilang itu.
4) Okupasi, yaitu gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau
keberatan terhadap sesuatu yang oleh umum (orang banyak
dianggap benar). Misalnya:
Merokok memang mempercepat proses kematian tetapi si perokok tak mau menghentikannya. Akibatnya bermunculan pabrik-pabrik rokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Moeliono (1989: 175) membedakan gaya bahasa menjadi tiga. Gaya
bahasa tersebut antara lain: (1) perbandingan yang meliputi perumpamaan
metafora, dan penginsanan; (2) pertentangan yang meliputi hiperbola, litotes,
dan ironi; (3) pertautan yang meliputi metonomia, sinekdoke, kilatan, dan
eufemisme. Sementara itu dalam bukunya Bimbingan Pemantapan Bahasa
Indonesia, Kosasih (2004) menjabarkan macam-macam majas atau gaya
bahasa menjadi empat jenis antara lain:
1. majas perbandingan yang meliputi: personifikasi, perumpamaan,
metafora, dan alegori;
2. majas pertentangan yang meliputi: hiperbola, litotes, ironi, paradox, dan
antithesis;
3. majas pertautan yang meliputi: metonimia, sinekdoke, alusi, dan
ellipsis;
4. majas perulangan yang meliputi: aliterasi, antanaklasis, repetisi, dan
paralelisme.
Menurut Gorys Keraf (2009:115), gaya bahasa terbagi menjadi dua
bagian yaitu dari segi nonbahasa dan segi bahasa. Dilihat dari segi nonbahasa,
gaya bahasa terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu: (1) gaya bahasa berdasarkan
pengarang, (2) gaya bahasa berdasarkan masa, (3) gaya bahasa berdasarkan
medium, (4) gaya bahasa berdasarkan subjek, (5) gaya bahasa berdasarkan
tempat, (6) gaya bahasa berdasarkan hadirin, (7) gaya bahasa berdasarkan
tujuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dilihat dari segi bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan,
maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang
dipergunakan, antara lain:
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa ini mempersoalkan kata
mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam
kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan
pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini
mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian pemakaian bahasa dalam situasi-
situasi tertentu. Gaya bahasa ini dapat dibedakan menjadi gaya bahasa
resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan.
a. Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa yang bentuknya lengkap dan
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, seperti dalam
pidato presiden, berita Negara, dan pidato-pidato penting lainnya.
b. Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipergunakan
dalam bahasa standar atau kesempatan yang kurang formal. Gaya
bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, artikel-
artikel, dan sebagainya. Gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa
yang umum dan normal bagi pelajar.
c. Gaya bahasa percakapan adalah gaya bahasa yang ada sejalan dengan
kata-kata percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah
kata-kata popular dan kata-kata percakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Gaya bahasa berdasarkan nada
Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang
dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana.
Sering kali sugesti ini akan lebih nyata di dalam bahasa lisan.
3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Gaya bahasa ini diciptakan berdasarkan struktur kalimat. Struktur
kalimat disini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang
dipentingkan dalam kalimat tersebut. Keraf membagi gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat menjadi:
a. Klimaks, gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang
bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang
dimulai dari gagasan yang kurang penting kepada hala-hal yang
lebih penting.
b. Antiklimaks, gaya bahasa yang yang gagasannya diurutkan dari
yang paling penting ke gagasan yang kurang penting.
c. Paralelisme adalah gaya bahasa yang bersifat sejajar dalam
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang
sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Namun bila terlalu
banyak digunakan, maka kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan
mati.
d. Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan
yang bertentangan, dengan menggunakan kata-kata atau kelompok
kata yang berlawanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
e. Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian
kalimat yang dianggap penting untuk member tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai. Jenis-jenis repetisi diantaranya adalah
epizeuksis, tautotes, anaphora, epistrofa, symploche, mesodiplosis,
epanalepsis, dan anadiplosis.
4. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya
disebut sebagai trope atau figure of speech. Dalam gaya bahasa ini, terjadi
suatu penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif dari bahasa
biasa dalam ejaan, pembentukkan kata, konstruksi kalimat, klausa, frasa,
ataupun aplikasi sebuah istilah untuk memperoleh kejelasan, penekanan,
hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain. Fungsi dari figure of speech ini
adalah menjelaskan, memperkuat, menghidupkan obyek mati,
menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak ketawa atau untuk hiasan. Gaya
bahasa ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa yang mengalami
penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu.
Macam-macam gaya bahasa retoris adalah sebagai berikut:
1) Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud
perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan
dalam puisi atau kadang dalam prosa.
2) Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud
perulangan bunyi vokal yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3) Anastrof atau inverse adalah semacam gaya retoris yang
diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam
kalimat.
4) Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa yang mana penulis
atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi seperti
menyangkalnya.
5) Apostrof adalah semacam gaya bahasa yang berbentuk
pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak
hadir. Cara ini biasanya digunakan oleh orator klasik.
6) Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat
padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa
yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
7) Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari
asyndeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan
dihubungkan oleh kata sambung.
8) Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri atas dua bagian, baik
frasa maupun klausa, yang sifatnya berimbang dan
dipertentangkan satu sama lain.
9) Elipsis adalah suatu gaya bahasa yang menghilangkan suatu
unsur kalimat agar ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal kalimatnya memenuhi
pola yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
10) Eufemisme adalah gaya bahasa yang semacam acuan berupa
ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang,
atau ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata yang
mungkin dirasakan menghina.
11) Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk
menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
Unggapan yang menyatakan suatu gagasan yang berlawanan.
12) Histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan
kebalikan dari sesuatu yang logis atau sesuatu yang wajar.
13) Pleonasme dan tautology adalah gaya bahasa yang
mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang
diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan.
14) Perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme,
namun kata-kata yang berlebihan dalam gaya bahasa perifrasis
ini sebenarnya dapat digantikan dengan satu kata saja.
15) Prolepsis atau Antisipasi adalah gaya bahasa di mana orang
mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata
sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
16) Erotesis adalah gaya bahasa yang dipergunakan dalam pidato
atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih
mendalam dan penekanan yang wajar.
17) Silepsis dan Zeugma adalah gaya di mana orang
mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang
sebenarnya hanya salah satunya yang berhubungan dengan
kata pertama.
18) Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud,
mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memperbaikinya.
19) Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan
sesuatu.
20) Paradoks adalah gaya bahasa pertentanggan yang nyata
dengan fakta-fakta yang ada.
21) Oksimoron adalah gaya bahasa yang berusaha
menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang
bertentangan. Gaya bahasa ini mengandung pertentangan
denga mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa
yang sama.
b. Gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang mengalami
penyimpangan lebih jauh, khususnya dalam bidang makna.
1) Persamaan/simile
Persamaan / simile adalah perbandingan yang bersifat
eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan eksplisit ialah
bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal
yang lain. Untuk itu ia memerlukan upaya yang secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti,
sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
a) Kikirnya seperti kepiting batub) Bibirnya seperti delima merekah
2) Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun
todak menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan
dilakukan secara langsung tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat,
laksana, dan semacamnya. Misalnya:
a) Kesabaran adalah bumib) Kesadaran adalah mataharic) Keberanian menjelma kata-kata
3) Alegori
Alegori adalah kata kiasan berbentuk lukisan/cerita kiasan,
merupakan metafora yang dikembangkan. Misalnya:
Sanjak “Menuju Ke Laut” karya Sutan Takdir Alisyahbana.
Biasanya bersifat simbolis.
4) Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang mempersamakan
benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan,
pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh
manusia. Misalnya:
a) Angin bercakap-cakap dengan daun-daun, bunga-bunga, kabut dan titik embun.
b) Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk erat sanubari bangsaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
5) Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan
kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Misalnya:
Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya.
6) Eponim
Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya
begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga
nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Misalnya:
Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan; Hellen dari
Troya untuk menyatakan kecantikan.
7) Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat
atau cirri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.
Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang
menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu
barang.
a) Lonceng pagi untuk ayam jantanb) Puteri malam untuk bulanc) Raja rimba untuk singa
8) Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata
Yunani synekdechesthai yang berarti menerima bersama-
sama. Sinekdoke adalah semacam bahasa figurative yang
mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan
untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Misalnya:
a) Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,-b) Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia
melawan Malaysia di Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita kekalahan 3 - 4.
9) Metonimia
Kata Metonomia diturunkan dari kata Yunani meta yang
berarti menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti
nama. Dengan demikian, metonomia adalah suatu gaya
bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan
suatu hal yang lain karena mempunyai pertalian yang sangat
dekat. Misalnya:
Ia membeli sebuah Chevrolet.
10) Antomonasia
Antonomasia merupakan sebuah bentuk khusus dari
sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk
menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau jabatan untuk
menggantikan nama diri. Misalnya:
Yang Mulia tidak dapat menghadiri pertemuan ini.
11) Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata
tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang
seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Atau
secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen
gagasan. Misalnya:
Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah ( yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya)
12) Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan
menggunakan hal lain yang berlawanan dengan tujuan agar
orang yang dituju tersindir secara halus. Misalnya:
Untuk apa susah-susah belajar, kau kan sudah pintar.
13) Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak
sesuatu. Bentuk ini tidak harus bersifat ironis. Satire
mengandung kritik tentang kelemahan manusia.
Misalnya:
Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah seperti ini pun kau sudah kewalahan.
14) Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan
kenyataan yang sebenarnya. Misalnya:
Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan
minum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
15) Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan
sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja
dianggap sebagai ironi sendiri. Misalnya:
Lihatlah sang raksasa telah datang (maksudnya si cebol).
16) Paronomasia
Paronamasia adalah kiasan dengan mempergunakan
kemiripan bunyi yang berupa permainan kata, tetapi terdapat
perbedaan besar dalam maknanya. Misalnya:
“Engkau orang kaya!” “Ya, kaya monyet!”.
Menurut Tarigan (1985) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran
Semantik, gaya bahasa dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu:
(1) Majas Perbandingan, (2) Majas Pertentangan, (3) Majas Pertautan, dan (4)
Majas Perulangan. Adapun penjelasan masing-masing gaya bahasa di atas
adalah sebagai berikut:
1. Majas perbandingan
Majas perbandingan adalah jenis majas bahasa Indonesia yang
memperbandingkan sesuatu dengan yang lain. Majas perbandingan dapat
dikelompokan sebagai berikut:
a. Metafora adalah gaya pengungkapan berupa perbandingan analogis
menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan, antara dua hal yang
berbeda.
Contohnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
1) Aku adalah angin yang kembara2) Dia adalah anak emas pamanku 3) Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar
b. Alegori adalah suatu cara yang menyatakan sesuatu dengan sesuatu
yang lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori merupakan
metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah
obyek atau gagasan yang diperlambangkan.
Contohnya:
1) Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman2) Hidup kita diumpamakan dengan biduk atau bahtera yang
terkatung-katung di tengah lautan3) Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera hidup
keluargamu sebab lautan kehidupan ini penuh badai, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang yang setiap saat dapat menghancurkan. Oleh karena itu, nahkoda dan para awaknya harus selalu seia sekata dan satu tujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan selamat.
c. Simile adalah sejenis majas yang membandingkan antara dua hal yang
pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama antara satu
dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata depan dan
penghubung seperti : layaknya, bagaikan, dan lain-lain.
Contohnya:
1) Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam2) Seperti langit dan bumi3) Ibarat mengejar bayangan di siang hari
d. Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan kepada
barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Majas ini dapat pula
diartikan sebagai penggambaran benda-benda yang tak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Contohnya:
1) Mentari mengintip wajahku lewat jendela; 2) Hujan memandikan tanaman disiang hari; 3) Badai menderu-deru, lautan mengamuk; 4) Hatinya berkata bahwa perbuatan itu tak boleh dilakukannya.
e. Antitesis adalah sejenis majas yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim (yaitu salah satu yang mengandung
ciri-ciri semantik yang bertentangan).
1) Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu.2) Aneh, gadis secantik si Ida diperisteri pemuda sejelek si Deni.
2. Majas Pertautan
a. Majas Metonemia
Majas yang menggunakan sebuah nama yang nama tersebut bertaut
dengan benda/orang sehingga dapat menggantikan benda yang
dimaksudkan.
Contohnya:
1) Ibu ke pasar naik bebek2) Adik memakai bata3) Adik menulis dengan pilot4) Khairil Anwar banyak dibaca masyarakat
b. Majas Sinekdoke
Majas yang menyebutkan sebagian/seluruhnya mengenai suatu benda.
1) Sinekdoke Pars Prototo
Majas yang menyebutkan sebagian suatu benda tetapi yang
dimaksudkan keseluruhan/seluruhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Contohnya:
a) Ayah membeli dua ekor kambingb) Ia tidak mau menginjakkan kakinya di sini
2) Sinekdoke Totem Pro Parte
Majas yang menyebutkan keseluruhan suatu benda tetapi yang
dimaksudkan sebagian.
Contohnya:
a) Kaum putri pada tanggal 21 April memperingati Hari Kartini
b) Perang Dunia II berakhir pada tahun 1498
c. Majas Eufimisme
Majas yang menggunakan kata-kata yang dianggap lebih sopan, lebih
halus, untuk menggantikan kata-kata yang dianggap kasar/tabu.
Contohnya:
1) Ia baru saja keluar dari LP
2) Karena ditinggal suaminya, ia agak kurang waras
d. Majas Alusio
Majas yang menggunakan kata ungkapan/peribahasa yang ditulis
sebagian saja karena secara umum orang sudah mengetahui maksud
dan kelanjutan peribahasa tersebut.
Contohnya:
1) Hendaknya kita sedia payung dalam berbagai kegiatan2) Setiap usaha umumnya berakit-rakit ke hulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3. Majas Perulangan
a. Majas Aliterasi
Majas perulangan (repetisi) yang mengulang pada huruf konsonan
yang terjadi dalam baris atau kalimat.
Contohnya:
1) Kuda kami kian kemari2) Bagai batu membesi benar
b. Majas Asonansi
Majas yang mengulang pada huruf vokal terjadi pada baris puisi atau
kalimat.
Contohnya:
Mati api di dalam hati
c. Majas Anafora
Majas yang mengulang pada kata awal dalam kalimat.
Contohnya:
Kamu bilang hidup ini berengsek, kamu bilang hidup ini tak berarti
d. Majas Epifora
Majas yang mengulang kata akhir dalam baris kalimat.
Contohnya:
Selusin gelas ditumpuk tak pecah, selusin piring ditumpuk tak pecah.
4. Majas pertentangan
Majas pertentangan dapat dikelompokkan ke dalam delapan bagian
antara lain:
a. Majas Hiperbola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Majas yang melukiskan keadaan/peristiwa secara berlebih-lebihan
tujuannya untuk menegaskan arti.
Contohnya:
1) Badannya kurus, kulit membalut tulangnya2) Ia bekerja membanting tulang, memeras keringat, dan
memutar otak
b. Litotes
Majas yang mengungkapkan keadaan yang berlawanan artinya dengan
keadaan yang sebenarnya tujuannya untuk merendahkan diri.
Contohnya:
1) Makanlah dengan garam saja2) Mampirlah ke gubuk saya
c. Ironi
Majas yang mengungkapkan keadaan yang berlawanan artinya dengan
keadaan yang sebenarnya tujuannya untuk menyindir secara halus.
Contohnya:
1) Bagus benar tulisanmu sehingga sulit dibaca2) Kopi ini manis sekali, gula mahal, iya?
d. Sarkasme
Majas yang mengungkapkan sindiran secara kasar.
Contohnya:
Muak aku melihat tampangmu
e. Antitesis
Majas pertentangan yang pertentangan itu dinyatakan langsung dalam
kalimatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Contohnya:
1) Besar kecil, tua muda, semua berbondong-bondong ke lapangan
2) Kaya miskin seseorang tidak mempengaruhi sifatnya
f. Paradoks
Majas pertentangan/perlawanan yang pertentangan itu bertentangan
dengan keadaan yang sebenarnya.
Contohnya:
1) Ia merasa kesepian di tengah keramaian kota2) Ia merasa terhimpit di antara harta yang melimpah
g. Klimaks
Majas yang menunjukkan keadaan semakin lama semakin
meningkat/tinggi.
Contohnya:
PKn diajarkan sejak SD, SMP, SMA, dan di Perguruan Tinggi
h. Anti Klimaks
Majas yang mengungkapkan keadaan/pernyataan dari yang tinggi ke
yang rendah.
Contohnya:
Jangankan seribu, seratus, bahkan serupiah pun aku tak punya
Sementara Tarigan (1985) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran
Gaya Bahasa, membagi gaya bahasa dalam empat kelompok besar. Pertama,
gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas: perumpamaan, metafora,
personifikasi, depersonifikasi, alegori, antithesis,pleonasme, perifrasis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
prolepsis, dan koreksio. Kedua, gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas:
hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paranomasia, paralipsis, zeugma, satire,
innuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, anti klimaks, apostrof, anastrof,
apofasis, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme. Ketiga, gaya
bahasa pertautan yang terdiri atas: metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme,
eponim, epitet, antonomasia, erotesis paralelisme, ellipsis, gradasi, asindenton,
dan polisindenton. Terakhir, gaya bahasa perulangan yang terdiri atas:
aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anaphora,
epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis.
Menurut Agni (2009:107), majas terdiri atas empat kategori yaitu:
majas perbandingan, majas sindiran majas penegasan, dan majas pertentangan.
Majas perbandingan terdiri atas alegori, alusio, simile, metafora,
antroposfimisme, sintesia, antonomasia, apronim, metonimia, litotes,
hiperbola, personifikasi, depersonifikasi, pars pro toto, totum pro parte,
eufemisme, hipokorisme, disfemisme, fable, dan parabel. Majas sindiran
terdiri atas sinisme, sarkasme, ironi, satire, dan innuendo. Majas penegasan
terdiri atas apofasiasi, pleonasme, repetisis, parairama, aliterasi, paralelisme,
tautology, sigmantisme, antanaklasis, klimaks, antiklimaks, inverse, retoris,
ellipsis, koreksio, polisindenton, asidenton, dan zeugma. Majas pertentangan
terdiri atas paradox, oksimoron,dan anakroisme.
Dari beberapa pendapat di atas, ada perbedaan mengenai istilah majas
dan gaya bahasa. Ada ahli yang menggunakan istilah majas, ada ahli yang
menggunakan istilah gaya bahasa dan ada juga ahli yang menyamakan kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
istilah tersebut. Dari berbagai pendapat tersebut, peneliti mencoba untuk
mengerucutkan istilah majas dan gaya bahasa. Peneliti menyimpulkan bahwa
gaya bahasa merupakan bagian dari majas. Hal ini karena majas merupakan
bahasa yang dipergunakan secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang
sebenarnya. Dalam menyampaikan maksudnya, pengarang tentu
memanfaatkan kekayaan bahasa untuk mengungkapkan makna dari apa yang
ditulisnya. Pemanfaatan bahasa itu diwujudkan pengarangnya dengan
penggunaan kata-kata yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat
mempengaruhi pembacanya. Penggunaan kata-kata itu ada berbagai macam
cara atau gaya pengungkapan, tergantung dari kepribadian penulis. Dari
situlah pengarang dapat menggunakan berbagai macam gaya bahasa dalam
menyampaikan tulisannya. Dari situlah maka dapat disimpulkan bahwa majas
terbagi dalam empat kategori yaitu majas perbandingan, majas pertentangan,
majas pertautan, dan majas perulangan. Dalam setiap majas itulah terdapat
berbagai jenis gaya bahasa.
Dari ulasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa majas perbandingan
terdiri atas empat jenis yaitu: gaya bahasa perumpamaan/ simile, gaya bahasa
personifikasi, gaya bahasa metafora, dan gaya bahasa alegori.
4. Interpretasi
Widi (2010: 74) menyatakan bahwa interpretasi merupakan
penafsiran makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain.
Penafsiran atas kata harus dilandasi oleh sikap obyektif. Interpretasi
dilakukan supaya data sejarah yang telah terkumpul dapat dipahami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
orang lain sehingga menjadi fakta sejarah. Dalam tahapan ini seringkali
subyektivitas peneliti mulai muncul. Oleh karena itu agar hal itu tidak
terjadi atau paling tidak diminimalkan, maka diperlukan analisis dan
sintesis.
Ada beberapa jenis interpretasi, antara lain:
a. Interpretasi verbal: interpretasi ini berkaitan dengan beberapa factor,
antara lain:
a) Bahasa
Kebanyakan pendekatan terhadap arti sebuah dokumen terletak
pada kata dan kalimat. Interpretasi verbal berfungsi
menjelaskan arti kata-kata atau kalimat tersebut. Penjelasan ini
tidak bias diperoleh tanpa mengetahui bahasa yang
dipergunakan dalam menuliskan suatu dokumen.
b) Perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata selayaknya dikuasai peneliti secara
kompleks sehingga dapat menginterpretasi suatu sumber
sehingga mengetahui ungkapan-ungkapan yang dipergunakan
dalam dokumen.
c) Tata bahasa dan konteks
Tata bahasa dan konteks berfungsi untuk mengetahui arti kata,
kalimat, maupun wacana. Oleh karena itu peneliti harus
memahami tata bahasa dalam sebuah sumber yang dikaji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
d) Terjemahan atau tafsiran
Sumber yang digunakan adalah sumber yang belum
diterjemahkan karena jika sumber yang digunakan telah
diterjemahkan akan dikhawatirkan hasilnya kurang akurat.
b. Interpretasi teknis
Interpretasi teknis dari sebuah dokumen pada dua pertimbangan. Pertama
tujuan penyusunan dokumen, yang kedua bentuk tulisan aslinya. Tujuan
interpretasi teks tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga untuk
penikmatan intelektual, emosional, dan seni.
c. Interpretasi logis
Interpretasi logis didasarkan pada pola berpikir, artinya pola pikir
berdasarkan cara berpikir yang benar. Jadi dalam menafsirkan sebuah
dokumen harus dipandang secara keseluruhan serta memuat gagasan yang
logis.
d. Interpretasi psikologis
Interpretasi psikologis adalah interpretasi yang berusaha untuk membaca
dengan tinjauan (kaca mata) pembuat dokumen yang menyangkut dua
aspek yaitu general dan individual. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi reaksi psikologis dalam diri seorang pengarang, antara lain:
a) Asal-usul, lingkungan, tempat hidup, dan pengalaman pribadi
b) Pembentukan cultural
c) Karakter pengarang
d) Tujuan penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
e. Interpretasi faktual
Interpretasi faktual adalah interpretasi yang tidak didasarkan atas kata-kata
tetapi pada fakta. Dalam hal ini yang menjadi titik pertimbangan adalah
membiarkan fakta “berbicara” sendiri tanpa perlu membuat penafsiran
yang macam-macam sehingga interpretasi factual dapat dikatakan
menyempurnakan interpretasi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau sering juga disebut
studi pustaka. Zed (2004:3) menjelaskan bahwa studi pustaka adalah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Sangadji (2010:28) menjelaskan
bahwa penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan
menggunakan literasi (kepustakaan) baik berupa buku, catatan, maupun laporan
hasil penelitian dari peneliti terdahulu.
B. Sumber Data dan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen yang terdapat
dalam buku Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu. Data
penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik baca-catat. Teknik baca mempunyai maksud pembacaan dilakukan secara
cermat dan berulang-ulang. Teknik catat adalah pencatatan dari hasil
pengamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
D. Teknik analisis data
Dengan teknik tersebut, peneliti melakukan analisis data melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut: (1) peneliti menginventarisasi data yang sudah berhasil
dikumpulkan, (2) peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan kriteria tertentu,
(3) peneliti mengidentifikasi data berdasarkan ciri khas yang ditemukan dari data
yang sudah terkumpul, dan (4) peneliti menginterpretasi atau memaknai hasil
analisis data, dan (5) peneliti mendeskripsikan hasil analisis data tersebut.
Tabel 1Pengkodean Jenis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan
Klasifikasi KodeJenis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan
1. Gaya Bahasa Metafora M2. Gaya Bahasa Simile/ Perumpamaan S3. Gaya Bahasa Personifikasi P4. Gaya Bahasa Alegori A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, akan dibahas tentang: deskripsi data, hasil analisis data yang
meliputi analisis gaya bahasa dan analisis makna, dan pembahasan.
A. Deskripsi Data
1. Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!
No. Kalimat Kode1. “Sepanjang hidup saya melihat manusia berkaki empat.
Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” (hal 1)
M.1
2. “Hati saya terasa ngilu bagai disayat-sayat sembilu” (hal 2) S.13. “Atau akal merekakah yang sedang memerintah hati untuk
membohongi perasaannya sendiri?” (hal 6)P.1
4. “Di depan umum ia hanyalah wanita berkepala anjing dan berbuntut babi yang kerap menyembunyikan buntutnya di kedua belah paha singanya” (hal 8)
M.2
5. “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” (hal 8) P.2
2. Cerpen Lintah
No. Kalimat Kode6. “Keingintahuan saya mendesak kuat” (hal 12) P.37. “Dan mata lintah kelihatan benar-benar tertawa” (hal 14) P.48. “Saya pernah membaca di surat kabar bahwa Ibu sudah diberi
julukan penyanyi Medusa” (hal 14)M.3
9. “Bau wangi menyergap hidung saya” (hal 16) P.510. “Angin membuka tirai jendela” (hal 18) P.6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3. Cerpen Durian
No. Kalimat Kode11. “Ia ingin menjilati tangannya yang sedikit berdarah tergores
duri dan terkena daging buah durian yang sedikit menyeruak ketika ia membukanya” (hal 22)
P.7
12. “Bau durian keemasan telah mengepung seisi rumah besar itu” (hal 23)
P.8
4. Cerpen Melukis Jendela
No. Kalimat Kode13. “Luka bekas sayatan di pipinya mulai memudar dan ternyata
tidak juga dapat menyembunyikan kecantikan Mayra” (hal 36)
P.9
14. “Tiba-tiba ia diserang rasa perasaan cemas jika mimpinya menjadi kenyataan” (hal 37)
P.10
15. “Ia sering masuk ke dalam jendela itu lalu menemukan dirinya terbaring di hamparan hangat pasir putih dan riak ombak menggelitik pucuk jari kakinya” (hal 38)
P.11
16. “Bayangan rambut hitam laki-laki yang tergerai hingga dada menari-nari tertiup angin di atas kuda putih tak berpelana” (hal 38)
P.12
17. “Udara pagi menusuk kulitnya namun hatinya hangat oleh rasa suka cita” (hal 39)
P.13
18. “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah Mayra menuju kantin” (hal 39)
S.2
5. Cerpen SMS
No. Kalimat KodeTidak Ada Data yang Ditemukan
6. Cerpen Menepis Harapan
No. Kalimat Kode19. “Suara gong selalu menyambut kedatangan tamu di lobby
hotel ini” (hal 56)P.14
20. “Gelak tawa dan derap kaki anak-anak kecil berlari menyapa hangat telinganya” (hal 56)
P.15
21. “Rintik hujan mulai jatuh bagai jutaan jarum emas S.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menghujam bumi” (hal 58)22. “Dan ia merasa sangat jauh terasing dari pengunjung hotel
yang sekedar datang untuk makan, minum, dan bermalam. Merasa tidak menjadi bagian dari kemewahan dan kebahagiaan itu. Merasa dirinya cuma serpihan debu yang menyelinap secara sembunyi-sembunyi di antara denting gelas kristal, gemerlap mutiara dan berlian” (hal 61)
M.4
23. Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar (hal. 62)
A
24. “Di atas tempat duduk bar yang tinggi ia harus berusaha duduk dengan sikap yang benar atau belahan tinggi pada pahanya akan memancing kerlingan mata-mata nakal” (hal 63)
P.16
25. “Semua berdesing-desing bagai letusan senapan di sekelilingnya ketika ia melihat sesosok laki-laki berdiri menatapnya” (hal 64)
S.4
7. Cerpen Nayla
No. Kalimat Kode26. “Ia menjadi muram seperti cahaya bulan yang bersinar suram”
(hal 65)S.5
27. “Waktu bagaikan seorang pembunuh yang selalu membuntuti dan mengintai dalam kegelapan” (hal 66)
S.6
28. “Nayla ingin menghantamkan palu ke arah jam sehingga suara alarmnya bungkam” (hal 72)
P.17
29. “Mungkin hidup adalah ibarat mobil berisikan satu tangki penuh bahan bakar”(hal 75)
S.7
8. Cerpen Wong Asu
No. Kalimat Kode30. “Jasad anjing itu terbawa makin ke tengah. Gelap malam
menelan tubuhnya yang pasrah terombang-ambing hingga punah dari penglihatan” (hal 83)
P.18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
9. Cerpen Namanya, …
No. Kalimat Kode31. “Cara ibu merunduk rendah ketika menyuguhkan minuman
hingga buah dadanya bagai akan meloncat keluar” (Hal 98)S.8
10. Cerpen Asmoro
No. Kalimat Kode32. “Dari sinar kemerahan itu, burung-burung senja berkepakan
terbang dan sebagian yang tertinggal di belakang mau tidak mau tertelan air laut yang siap luluh bagai pohon tumbang”(hal 107)
S.9
33. “Ketika Adjani hampir sampai di bibir pantai, angkasa sudah menyulap senja menjadi malam” (hal 108)
P.19
34. “Aktivitas di kota itu lumpuh” (hal 109) P.2035. “Keinginannya meledak-ledak untuk segera berjumpa dan
keinginan untuk lebih lama bersama, bagai satu mata koin dengan dua sisi yang berbeda” (hal 111)
S.10
11. Cerpen Manusya dan Dia
No. Kalimat Kode36. “Hatinya menciut bagai seorang gadis kecil yang
bersembunyi di sudut kegelapan” (hal 116).S.11
B. Hasil Analisis Data
Majas merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan
ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu dalam karyanya
sehingga memberi kesan pada pembacanya. Pemajasan merupakan suatu teknik
pengungkapan bahasa yang maknanya tidak menunjuk pada makna harafiah, tetapi
menuju pada makna tersirat. Tujuan digunakan majas dalam satu karya sastra
dimaksudkan untuk memperoleh efek keindahan, kepuitisan dan tujuan-tujuan
lainnya sesuai dengan pengertian masing-masing majas tersebut. Untuk itu, penulis
akan menganalisis majas yang dipakai pengarang dalam kumpulan cerpen Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Majas yang dianalisis hanya
majas perbandingan karena fokus penelitian hanya meneliti penggunaan majas
perbandingan, tidak seluruh kategori majas.
Majas perbandingan terdiri atas gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa
metafora, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa alegori. Ada beberapa majas
yang digunakan oleh Djenar Maesa Ayu dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang,
Saya Monyet!. Dalam uraian ini, penulis akan menjabarkan analisis data dari majas
perbandingan yang ditemukan. Mengingat jumlah kalimat yang sudah ditemukan
cukup besar, maka dalam sajian ini masing-masing gaya bahasa hanya akan
ditampilkan sebanyak tiga sampai empat kalimat sebagai contoh, namun untuk gaya
bahasa alegori hanya ada satu karena hanya ditemukan satu gaya bahasa saja.
Uraian yang lebih lengkap pada seluruh kalimat dapat dilihat pada lampiran.
1. Gaya Bahasa Metafora
Gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan
secara singkat dan padat. Bedanya dengan simile, metafora tidak menggunakan
kata-kata pembanding. Dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!
ditemukan berbagai majas metafora sebagai berikut:
a. “Sepanjang hidup saya melihat manusia berkaki empat. Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” (hal 1) M.1
b. “Di depan umum ia hanyalah wanita berkepala anjing dan berbuntut babi yang kerap menyembunyikan buntutnya di kedua belah paha singanya” (hal 8) M.2
c. “Saya pernah membaca di surat kabar bahwa Ibu sudah diberi julukan penyanyi Medusa” (hal 14) M.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gaya bahasa metafora pada kalimat (a) mempunyai dua gagasan, yang
pertama “manusia” sesuatu yang dipikirkan yang menjadi objek sedangkan yang
satunya “berkaki empat. Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala,
landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” merupakan
perbandingan dari pernyataan pertama. Gaya bahasa metafora adalah sejenis gaya
bahasa perbandingan yang singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua
gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi
objek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi. Majas
perbandingan diungkapkan secara singkat dan padat.
Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat nomor (a) memberi
makna bahwa sepanjang hidup tokoh saya melihat manusia-manusia yang
mengaku memiliki akal budi dan berkelakuan baik namun sebenarnya itu hanya
semacam tameng untuk menutupi kelakuan mereka yang liar seperti binatang.
Analisis metafora pada kalimat (b) nampak pada cara pengarang
membandingkan wanita dengan bagian-bagian tubuh dari anjing, babi, dan singa.
Atau dengan kata lain, majas metafora di atas mempunyai dua gagasan, yang
pertama “wanita” sesuatu yang dipikirkan yang menjadi objek sedangkan yang
satunya “berkepala anjing, berbuntut babi, dan paha singa” merupakan
perbandingan dari pernyataan pertama. Hal ini dilakukan pengarang tanpa
menggunakan kata-kata seperti, bagai, bagaikan, layaknya seperti dalam majas
perumpamaan yang menggunakan kata-kata pembanding tersebut.
Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat (b) memberi makna
bahwa sebenarnya wanita tersebut memiliki perilaku yang buruk namun dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pandai menyembunyikannya dengan bersikap layaknya orang baik-baik di depan
orang banyak.
Gaya bahasa metafora pada kalimat (c) terdapat pada “Ibu” yang menjadi
objek dan yang menjadi pembanding adalah “medusa”. Dalam mitologi Yunani,
Medusa (berarti "penjaga" atau "pelindung") adalah seorang wanita cantik dengan
ular sebagai rambutnya. Medusa pada awalnya adalah seorang perawan cantik dan
merupakan pendeta wanita di kuil milik Athena. Namun suatu ketika ia diperkosa
oleh Poseidon di dalam kuil Athena. Hal ini membuat Athena marah, ia pun
mengubah rambut Medusa menjadi ular dan mengutuk Medusa sehingga siapapun
yang melihat matanya, akan menjadi batu.
Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat nomor (c) memberi
makna bahwa Ibu dari tokoh saya adalah seorang penyanyi terkenal yang sering
diundang ke luar kota. Surat kabar menuliskan bahwa ibu tersebut dijuluki
penyanyi Medusa karena kecantikan yang memikat mata orang-orang, terutama
mata laki-laki. Mungkin, kecantikan tersebut dianggap menjadi kutukan bagi laki-
laki yang tertarik tidak hanya terhadap suara, tetapi juga dengan paras cantiknya.
2. Gaya Bahasa Perumpamaan
Gaya bahasa perumpamaan/simile adalah gaya bahasa yang
membandingkan dua hal yang berbeda tetapi sengaja dianggap sama. Gaya bahasa
ini ditandai dengan kata pembanding seperti, bagaikan, bagai, bak, serupa, dan
kata pembanding lainnya. Dalam kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya
Monyet!” ditemukan berbagai gaya bahasa perumpamaan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
a. “Hati saya terasa ngilu bagai disayat-sayat sembilu” (hal 2) S.1b. “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah Mayra
menuju kantin” (hal 39) S.2c. “Rintik hujan mulai jatuh bagai jutaan jarum emas menghujam bumi”
(hal 58) S.3d. “Semua berdesing-desing bagai letusan senapan di sekelilingnya
ketika ia melihat sesosok laki-laki berdiri menatapnya” (hal 64) S.4
Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (a) yakni pengarang
menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata
pembanding seperti, bagai, ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut
menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Namun, kalimat tersebut menggunakan
kata bagai untuk menandakan adanya gaya bahasa perumpamaan. Pengarang
mengibaratkan rasa sakit hati manusia dengan sayatan sembilu.
Kalimat (a) menunjukan bahwa sembilu adalah sebilah pisau yang terbuat
dari bambu yang tipis, kecil, dan tajam. Sembilu ini biasa digunakan oleh orang
zaman dahulu untuk mengiris usus atau bagian-bagian tubuh ayam yang
disembelih. Benda ini tidak dapat digunakan untuk memotong, tetapi khusus
untuk mengiris atau menyayat. Dengan ketajamannya, usus ayam dengan mudah
dapat diiris dan dibersihkan bagian dalamnya. Dengan memperhatikan keampuhan
sembilu dalam menyayat itulah sembilu digunakan untuk menyatakan betapa
pedih dan sakitnya perasaan tokoh saya karena ditertawakan dan merasa tidak
dipedulikan. Pengarang ingin menunjukkan bahwa sakit hati yang dirasakan tokoh
saya begitu besar sehingga tidak cukup disebut dengan kata “ngilu”.
Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (b) yakni pengarang
menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata
seperti, bagai, bagaikan, dan ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Namun, kalimat tersebut menggunakan
kata seperti untuk menandakan adanya gaya bahasa perumpamaan. Pengarang
mengibaratkan mereka (teman-teman Mayra) dengan hewan kerbau.
Kalimat (b) menunjukkan bahwa sebagaimana dengan kuda dan gajah,
kerbau juga menjadi binatang yang dapat digunakan untuk membantu aktivitas
manusia. Karena kekuatannya, kerbau dapat dikendalikan untuk membajak sawah
atau pun mendorong pedati. Untuk mengendalikan kerbau, seseorang tidak cukup
menggunakan cambuk tetapi juga menggunakan semacam cincin yang dipasang di
antara rongga hidung kerbau. Untuk memasukkan cincin tersebut, hidung kerbau
harus dicucuk dan dilubangi. Selanjutnya, cincin tersebut dimasuki dengan tali
yang dapat digunakan untuk mengendalikan kerbau. Tindakan mereka mengikuti
Langkah Mayra menuju kantin diibaratkan seperti kerbau yang dicucuk
hidungnya. Artinya, mereka mengikuti Mayra begitu saja seperti ada tarikan kuat
yang berasal dari Mayra. Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang seolah-
olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut membuat laki-
laki tak berdaya.
Pada kalimat (c), pengarang membandingkan “rintik hujan” dengan
“jutaan jarum emas”. Kalimat di atas menggunakan gaya bahasa perumpamaan
karena perbandingannya ditandai dengan kata bagai.
Kalimat (c) menunjukan bahwa jarum melambangkan ketajaman. Emas
dapat menunjukkan suatu benda yang berharga yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Maknanya, pengarang hendak menggambarkan betapa
mengerikannya rintik hujan tersebut. Rintik hujan tersebut sangat deras sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
orang-orang berusaha menghindarinya agar tidak sakit walaupun di sisi lain hujan
juga sangat berharga karena manusia membutuhkannya untuk berbagai keperluan.
Pada kalimat (d), gaya bahasa perumpamaan terdapat pada cara pengarang
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam kalimat di atas yang
dibandingkan yaitu kata “semua berdesing-desing” dan “letusan senapan” yang
ditandai dengan kata pembanding bagai.
Kalimat (d) menunjukkan bahwa senapan bila ditembakkan akan
mengeluarkan suara yang bising, menyakitkan, dan tidak karuan. Makna dari
kalimat itu bahwa dengan kalimat itu, pengarang ingin menggambarkan suasana
hati tokoh ia yang perasaannya tidak karuan ketika melihat sesosok laki-laki yang
berdiri menatapnya. Sosok itu adalah laki-laki yang selama ini mengisi hatinya
namun juga melukai perasaannya.
3. Gaya Bahasa Personifikasi
Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang membandingkan
benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia atau
denagn pengertian lain, majas personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan
sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Dalam
kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! ditemukan berbagai gaya bahasa
personifikasi sebagai berikut.
a. “Atau akal merekakah yang sedang memerintah hati untuk membohongi perasaannya sendiri?” (hal 6) P.1
b. “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” (hal 8)P.2
c. “Keingintahuan saya mendesak kuat” (hal 12) P.3d. “Dan mata lintah kelihatan benar-benar tertawa” (hal 14) P.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Analisis gaya bahasa personifikasi pada kalimat (a) terbukti pada usaha
penginsanan terhadap benda mati atau ide yang abstrak yang seolah-olah memiliki
sifat seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada kata “memerintah”.
Memerintah merupakan suatu kegiatan manusia untuk menyuruh orang lain
melakukan sesuatu yang dia inginkan. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya
bahasa personifikasi dimana gaya bahasa personifikasi adalah jenis gaya bahasa
yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang
abstrak. Dalam hal ini, “akal” digambarkan memiliki sifat seperti manusia yang
dapat memberi perintah.
Makna dari kalimat (a) yaitu walaupun perasaan manusia tahu mana yang
benar dan mana yang salah, tetapi pikiran mendorong perasaan untuk melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran yang diyakini oleh perasaan
tersebut.
Analisis gaya bahasa personifikasi pada kalimat (b) terdapat pada kata
”bertubrukan”. Bertubrukan merupakan suatu kegiatan manusia dimana manusia
yang satu dengan yang lain tidak sengaja saling beradu. ”Mata” diibaratkan
seperti manusia yang bisa bergerak dan dapat bertubrukan dengan orang lain. Hal
ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa personifikasi dimana gaya bahasa
personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat insan kepada barang
yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Makna dari kalimat (b) bahwa mata dari tokoh saya tidak sengaja
bertatapan dengan mata seseorang yang dijuluki Si Kepala Buaya karena sifatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
yang seperti buaya darat (orang yang suka berganti-ganti pasangan walaupun
orang itu sudah memiliki pasangan tetap).
Pada kalimat (c), kata “keingintahuan” merupakan sesuatu yang sifatnya
abstrak. Kata “mendesak” mengacu pada perbuatan manusia untuk segera
melakukan sesuatu. Pengarang membuat seolah-olah rasa ingin tahu dapat
melakukan sesuatu layaknya manusia. Kalimat (c) menunjukkan bahwa
“mendesak” yaitu memaksa untuk segera dilakukan sesuatu. Hal ini biasa
dilakukan manusia ketika mereka ada dalam keadaan yang sangat genting
sehingga harus memutuskan sesuatu dengan cepat. Makna dari kalimat di atas
yaitu keingintahuan tokoh saya seolah-olah memaksanya untuk segera melakukan
sesuatu agar ia dapat menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan yang
berkecamuk dalam pikirannya.
Pada kalimat (d), ”mata” merupakan sesuatu yang tidak bernyawa. Kata
“tertawa” mengacu pada indera penglihatan yang dimiliki makhluk hidup untuk
melihat sesuatu. Pengarang mengibaratkan mata dapat tertawa layaknya manusia.
Hal ini sejalan dengan pengertian dari gaya bahasa personifikasi. Kalimat (d)
menggambarkan mata orang yang diberi julukan lintah itu seolah-olah tertawa
layaknya manusia yang sedang tertawa. Manusia tertawa di saat mereka merasa
bahagia. Dalam cerpen, tokoh lintah terlihat sangat senang, rasa senang itu
terpancar dari sorot matanya yang memancarkan kebahagiaan.
4. Gaya Bahasa Alegori
Gaya bahasa alegori adalah gaya bahasa yang menyatakan dengan cara
lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori merupakan metafora yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek atau gagasan yang
diperlambangkan.
Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar (hal. 62) A
Analisis gaya bahasa alegori pada pada kalimat di atas dapat dilihat dari
cara pengarang menyatakan perbandingan antara hal yang satu dengan hal yang
lain secara implisit dan saling berkesinambungan.
Kalimat di atas bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen tersebut tidak
dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang dicintainya. Walaupun
mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan namun mereka tidak bisa
bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut lebih memilih meninggalkan
wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan anak-anaknya.
C. Pembahasan
Hasil penelitian memperlihatkan terdapat sebanyak 36 gaya bahasa yang
terdapat dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!. Jumlah masing-
masing keempat macam gaya bahasa tersebut dalam kumpulan cerpen Mereka
Bilang, Saya Monyet!, yakni: gaya bahasa metafora sebanyak empat buah, gaya
bahasa perumpamaan sebanyak 11 buah, gaya bahasa personifikasi sebanyak 20
buah, dan gaya bahasa alegori sebanyak satu buah. Hasil penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
memperlihatkan bahwa dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!
lebih dominan menggunakan gaya bahasa personifikasi.
1. Gaya bahasa personifikasi
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam kumpulan cerpen
“Mereka Bilang, Saya Monyet!”, pengarang lebih menyukai gaya
penceritaan dengan memanfaatkan gaya bahasa personifikasi. Dalam
kumpulan cerpen tersebut, banyak hal yang tidak bernyawa atau ide yang
abstrak digambarkan seolah-olah bernyawa.
Contoh: “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” (hal 8)
Kalimat di atas merupakan kalimat yang menggunakan gaya
bahasa personifikasi. Penggunaan gaya bahasa personifikasi ditunjukkan
pada kata ”bertubrukan”. Bertubrukan merupakan suatu kegiatan manusia
dimana manusia yang satu dengan yang lain tidak sengaja saling beradu.
Pada kalimat di atas, ”mata” diibaratkan seperti manusia yang bisa
bergerak dan dapat bertubrukan dengan orang lain.
Makna dari kalimat di atas bahwa mata dari tokoh saya tidak
sengaja bertatapan dengan mata seseorang yang dijuluki Si Kepala Buaya
karena sifatnya yang seperti buaya darat (orang yang suka berganti-ganti
pasangan walaupun orang itu sudah memiliki pasangan tetap).
Pengarang menggunakan gaya bahasa personifikasi agar ceritanya
lebih hidup dan berwarna sehingga pembaca lebih tertarik membaca
ceritanya. Tentu saja hal ini sejalan dengan pengertian dari gaya bahasa
personifikasi yang dikemukakan Tarigan (1985) bahwa gaya bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan kepada
barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak atau dapat pula diartikan
sebagai penggambaran benda-benda yang tak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat seperti manusia. Hal ini didukung pendapat Hendy
(1985:100) yang mengatakan bahwa personifikasi adalah kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang yang tidak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
2. Gaya bahasa perumpamaan
Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! banyak
ditemukan kalimat yang menggunakan gaya bahasa yang membandingkan
antara dua hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama
antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata pembanding.
Contoh: “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah
Mayra menuju kantin” (hal 39)
Kalimat di atas merupakan kalimat yang menggunakan gaya
bahasa perumpamaan karena menggunakan kata “seperti” untuk
menyamakan tokoh “mereka” dengan “kerbau”. Makna dari kalimat di
atas bahwa mereka mengikuti Mayra begitu saja seperti ada tarikan kuat
yang berasal dari Mayra. Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang
seolah-olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut
membuat laki-laki tak berdaya.Hal ini sejalan dengan pengertian gaya
bahasa perumpamaan menurut Tarigan (1985) yang menyatakan bahwa
gaya bahasa perumpamaan adalah sejenis majas yang membandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
antara dua hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama
antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata depan dan
penghubung seperti: layaknya, bagaikan, bagai, dan lain-lain. Hal ini juga
didukung pendapat Gorys Keraf (2009:115) yang menyatakan bahwa gaya
bahasa perumpamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang
dimaksud dengan perbandingan eksplisit ialah bahwa ia langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu ia memerlukan
upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata:
seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Penggunaan
majas perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan
kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat
menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya.
3. Gaya bahasa metafora
Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! ditemukan
beberapa kalimat yang membandingkan dua hal yang berlainan yang
sengaja dianggap sama namun tidak menggunakan kata-kata pembanding
seperti gaya bahasa perumpamaan. Hal ini sudah dapat terlihat dari
beberapa judul cerpen dalam buku kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya
Monyet!. Judul-judul yang mengandung metafora yaitu: Mereka Bilang,
Saya Monyet!, Lintah, dan Wong Asu. Selain dapat dilihat jelas dari
beberapa judul tersebut, penggunaan gaya bahasa metafora juga dapat
dilihat dari cara pengarang mendayagunakan bahasanya dalam hampir
seluruh isi cerpen. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Tarigan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(1985) bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya pengungkapan berupa
perbandingan analogis menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan,
antara dua hal yang berbeda.
Penggunaan majas metafora merupakan upaya pengarang untuk
menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang
dimaksud tidak merasa tersinggung, tidak merasa dipermalukan atau
direndahkan di depan umum.
4. Gaya bahasa alegori
Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! ditemukan
satu kalimat yang menyatakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, melalui
kiasan atau penggambaran. Gaya bahasa ini mirip metafora namun
berkelanjutan.
Contoh: Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar (hal. 62)
Kalimat di atas merupakan gaya bahasa alegori karena setiap
kalimatnya merupakan gaya bahasa metafora yang dilanjutkan. Hal ini
dapat dilihat karena kalimat yang satu dengan kalimat selanjutnya
berkelanjutan dan merupakan satu kesatuan.
Kalimat di atas bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen
tersebut tidak dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dicintainya. Walaupun mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan
namun mereka tidak bisa bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut
lebih memilih meninggalkan wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan
anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Tarigan
(1985) bahwa gaya bahasa alegori adalah suatu cara yang menyatakan
sesuatu dengan sesuatu yang lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alegori merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan,
tempat atau wadah obyek atau gagasan yang diperlambangkan.
Penggunaan gaya bahasa alegori tersebut tujuannya agar tidak
menimbulkan kesan monoton bagi cerpen itu sendiri karena pembaca
diajak untuk berimajinasi dan mengaitkan satu sama lain dari metafora-
metafora yang berkelanjutan tersebut.
Jadi, seluruh penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen ini
bertujuan untuk membuat cerita lebih hidup dan berwarna, untuk memberikan
kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat
menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya, untuk menyamarkan
maksud atas dasar pertimbangan agar tidak menyinggung perasaan orang yang
dimaksud, dan mengembangkan imajinasi dan melatih pembaca untuk dapat
mengaitkan metafora-metafora yang berkesinambungan. Jadi pengarang
menggunakan gaya bahasa dalam karyanya tujuannya untuk menciptakan efek
tertentu. Kemunculan efek-efek itulah yang tentunya diharapkan pengarang untuk
membuat para pembaca lebih tertarik membaca karyanya. Namun setiap
pengarang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menggunakan gaya bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dalam karyanya karena hal itu disesuaikan dengan kepribadian pengarangnya.
Hal ini didukung pendapat Gorys Keraf (1984: 113) yang mengatakan bahwa gaya
bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Hal senada
dikemukakan oleh Tarigan (1990:112) bahwa gaya bahasa adalah bahasa kias,
bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek
dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Hal senada juga
dikemukakan oleh Sumarjo dan Saini (1984:127) bahwa gaya bahasa adalah cara
menggunakan bahasa agar daya tarik akan bertambah. Demikian juga menurut
Kridalaksana (1983: 49) bahwa gaya bahasa adalah suatu pemanfaatan atas
kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau menulis.
Pada penelitian ini, peneliti membahas tentang penggunaan berbagai
macam gaya bahasa, dan juga menganalisis makna yang terkandung dalam
penggunaan gaya bahasa tersebut. Hal ini dilakukan karena dalam membaca suatu
karya sastra diperlukan pemahaman maknanya, bukan hanya sekedar tahu bahwa
pengarangnya menggunakan berbagai gaya bahasa untuk memperindah
tulisannya. Jika pengetahuan pembaca hanya sebatas tahu apa saja gaya bahasa
yang ada dalam cerita pendek tersebut tentu pembaca juga akan kesulitan
memahami makna gaya bahasa yang beraneka ragam itu sehingga diperlukan
penjelasan mengenai makna dari gaya bahasa tersebut sesuai konteksnya. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjiman (1998: 13) yang
menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat digunakan dalam segala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya
bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang
tertentu untuk maksud tertentu.
Makna tersirat dari berbagai penggunaan gaya bahasa sangat beragam.
Peneliti hanya mencoba membantu dalam memahami makna penggunaan gaya
bahasa yang sudah ditemukan agar pembaca yang belum begitu memahami makna
dari berbagai gaya bahasa tersebut mengerti sehingga mereka tidak kesulitan
dalam mengetahui isi keseluruhan cerita pendek tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa setiap pengarang mempunyai gaya
penulisan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kepribadian penulisnya
sehingga dapat dikatakan bahwa watak seorang penulis sangat mempengaruhi
sebuah karya yang ditulisnya. Hal yang menarik dari seorang Djenar Maesa Ayu
adalah kemampuannya yang luar biasa dalam mengungkapkan pesan-pesan
kehidupan di setiap karyanya melalui berbagai gaya bahasa yang dikemas dengan
menarik sehingga peneliti tertarik untuk selalu membaca karya-karyanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
peneliti dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!, majas perbandingan yang
ditemukan meliputi empat jenis, yakni gaya bahasa metafora, gaya bahasa
perumpamaan, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa alegori. Jumlah
gaya bahasa secara keseluruhan ada 36. Jumlah masing-masing keempat
macam gaya bahasa tersebut terdapat empat gaya bahasa metafora, 11
gaya bahasa perumpamaan, 20 gaya bahasa personifikasi, dan satu gaya
bahasa alegori.
2. Makna yang ingin disampaikan melalui majas perbandingan sangat
beragam karena tergantung konteksnya. Namun, pengarang menggunakan
gaya bahasa personifikasi agar ceritanya lebih hidup dan berwarna
sehingga pembaca lebih tertarik membaca ceritanya. Penggunaan gaya
bahasa perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan
kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat
menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya. Penggunaan
gaya bahasa metafora merupakan upaya pengarang untuk menyamarkan
maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang dimaksud tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
merasa tersinggung, tidak merasa dipermalukan atau direndahkan di depan
umum. Penggunaan gaya bahasa alegori tersebut tujuannya agar tidak
menimbulkan kesan monoton bagi cerpen itu sendiri karena pembaca
diajak untuk berimajinasi dan mengaitkan satu sama lain dari metafora-
metafora yang berkelanjutan tersebut.
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengajukan beberapa saran bagi para
peneliti selanjutnya terutama yang melakukan penelitian yang sejenis. Saran dari
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya membahas majas perbandingan dan makna yang
disampaikan dari penggunaan gaya bahasa tersebut pada kumpulan cerpen
Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu. Peneliti berharap
apabila ada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis,
peneliti lain sebaiknya meneliti seluruh majas, tidak hanya terbatas pada
satu atau dua majas sehingga akan lebih banyak gaya bahasa yang
ditemukan dalam suatu objek penelitian.
2. Objek yang diteliti sebaiknya tidak hanya kumpulan cerpen tetapi bisa
juga novel, karya sastra yang lainnya, atau pun film.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Agni, Bingar. 2008. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta:H-Fet.
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.
Ayu, Djenar Maesa. 2002. Mereka Bilang, Saya Monyet!. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Budianta, Melani. 2002. Membaca Sastra. Jakarta: Indonesiatera.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco.
Efendi, Haris Thahar. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.
Endraswara, Suwardi.2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widiyatama.
Esten, Mursal. 2000. Kesusatraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.
Jayanti, Fitri Dwi. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa Pada Wacana Iklan Majalah Kawanku Edisi Januari-Maret 2009. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Keraf, Gorys. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, A. 2004. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Moeliono, Anton. M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Repinus. 2010. Gaya Bahasa dalam Iklan Obat-obatan di Televisi. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Sangadji, Etta Mamang.2010. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Sayuti, Suminto. A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Semi, M. Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: FBSS IKIP Padang.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI.
______________. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suryadi. 2005. Struktur dan Gaya Bahasa dalam Wacana Personality Feature pada harian Kompas terbitan 2003. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Suryanto, Alex dan Agus Hariyanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dalam Sastra Indonesia. Tangerang: ESIS.
Suharso dan Ana Retnoningsih. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.
Sumardjo, Jakob. 1994. Menulis Cerpen. Bandung: Pustaka Pelajar.
______________. 2007. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sunardi, St. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
______________. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
______________. 1989. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.
______________. 1990. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Wellek dan Warren. 1989. Teori Kesusastraan (diIndonesiakan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zaidan, Hendy. 1985. Kesusastraan Indonesia. Bandung: Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Zulfahnur, dkk. 1996. Sastra Bandingan. Jakarta: Depdikbud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran: Analisis Jenis Gaya Bahasa dan Analisis Maknanya
1. Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna1 “Sepanjang hidup saya
melihat manusia berkaki empat. Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” (hal 1)
M.1 Gaya bahasa metafora pada kalimat (1) mempunyai dua gagasan, yang pertama “manusia” sesuatu yang dipikirkan yang menjadi objek sedangkan yang satunya “berkaki empat. Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” merupakan perbandingan dari pernyataan pertama. Gaya bahasa metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi. Majas perbandingan diungkapkan secara singkat dan padat.
Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat (1) memberi makna bahwa sepanjang hidup tokoh saya melihat manusia-manusia yang mengaku memiliki akal budi dan berkelakuan baik namun sebenarnya itu hanya semacam tameng untuk menutupi kelakuan mereka yang liar seperti binatang.
2 “Hati saya terasa ngilu bagai disayat-sayat sembilu” (hal 2)
S.1 Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (2) yakni pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata pembanding seperti, bagai, ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Namun,
Kalimat (2) menunjukan bahwa sembilu adalah sebilah pisau yang terbuat dari bambu yang tipis, kecil, dan tajam. Sembilu ini biasa digunakan oleh orang zaman dahulu untuk mengiris usus atau bagian-bagian tubuh ayam yang disembelih. Benda ini tidak dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kalimat tersebut menggunakan kata bagai untuk menandakan adanya gaya bahasa perumpamaan. Pengarang mengibaratkan rasa sakit hati manusia dengan sayatan sembilu.
untuk memotong, tetapi khusus untuk mengiris atau menyayat. Dengan ketajamannya, usus ayam dengan mudah dapat diiris dan dibersihkan bagian dalamnya. Dengan memperhatikan keampuhan sembilu dalam menyayat itulah sembilu digunakan untuk menyatakan betapa pedih dan sakitnya perasaan tokoh saya karena ditertawakan dan merasa tidak dipedulikan. Pengarang ingin menunjukkan bahwa sakit hati yang dirasakan tokoh saya begitu besar sehingga tidak cukup disebut dengan kata “ngilu”.
3 “Atau akal merekakah yang sedang memerintah hati untuk membohongi perasaannya sendiri?” (hal 6)
P.1 Analisis gaya bahasa personifikasi pada kalimat (3) terbukti pada usaha penginsanan terhadap benda mati atau ide yang abstrak yang seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada kata “memerintah”. Memerintah merupakan suatu kegiatan manusia untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang dia inginkan. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa personifikasi dimana gaya bahasa personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Dalam hal ini, “akal” digambarkan memiliki sifat seperti manusia yang dapat memberi perintah.
Makna dari kalimat (3) yaitu walaupun perasaan manusia tahu mana yang benar dan mana yangsalah, tetapi pikiran mendorong perasaan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran yang diyakini oleh perasaan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4 “Di depan umum ia hanyalah wanita berkepala anjing dan berbuntut babi yang kerap menyembunyikan buntutnya di kedua belah paha singanya” (hal 8)
M.2 Analisis metafora pada kalimat (4) nampak pada cara pengarang membandingkan wanita dengan bagian-bagian tubuh dari anjing, babi, dan singa. Atau dengan kata lain, majas metafora di atas mempunyai dua gagasan, yang pertama “wanita” sesuatu yang dipikirkan yang menjadi objek sedangkan yang satunya “berkepala anjing, berbuntut babi, dan paha singa” merupakan perbandingan dari pernyataan pertama. Hal ini dilakukan pengarang tanpa menggunakan kata-kata seperti, bagai, bagaikan,layaknya seperti dalam majas perumpamaan yang menggunakan kata-kata pembanding tersebut.
Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat (4) memberi makna bahwa sebenarnya wanita tersebut memiliki perilaku yang buruk namun dia pandai menyembunyikannya dengan bersikap layaknya orang baik-baik di depan orang banyak.
5 “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” (hal 8)
P.2 Analisis gaya bahasa personifikasi pada kalimat (5) terdapat pada kata ”bertubrukan”. Bertubrukan merupakan suatu kegiatan manusia dimana manusia yang satu dengan yang lain tidak sengaja saling beradu. ”Mata” diibaratkan seperti manusia yang bisa bergerak dan dapat bertubrukan dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa personifikasi dimana gaya bahasa personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Makna dari kalimat (5) bahwa mata dari tokoh saya tidak sengaja bertatapan dengan mata seseorang yang dijuluki Si Kepala Buaya karena sifatnya yang seperti buaya darat (orang yang suka berganti-ganti pasangan walaupun orang itu sudah memiliki pasangan tetap).
2. Cerpen Lintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna6 “Keingintahuan saya
mendesak kuat” (hal 12)
P.3 Kalimat (6) merupakan gaya bahasa personifikasi. Hal ini terlihat jelas pada usaha penginsanan ide yang abstrak. Pada kalimat tersebut, kata “keingintahuan” merupakan sesuatu yang sifatnya abstrak. Kata “mendesak” mengacu pada perbuatan manusia untuk segera melakukan sesuatu. Pengarang membuat seolah-olah rasa ingin tahu dapat melakukan sesuatu layaknya manusia. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa “mendesak” yaitu memaksa untuk segera dilakukan sesuatu. Hal ini biasa dilakukan manusia ketika mereka ada dalam keadaan yang sangat genting sehingga harus memutuskan sesuatu dengan cepat.
Makna dari kalimat di atas yaitu keingintahuan tokoh saya seolah-olah memaksanya untuk segera melakukan sesuatu agar ia dapat menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya
7 “Dan mata lintah kelihatan benar-benar tertawa” (hal 14)
P.4 Kalimat (7) merupakan gaya bahasa personifikasi. Hal ini terlihat jelas pada usaha penginsanan pada benda atau ide yang abstrak. Pada kalimat (7), ”mata” merupakan sesuatu yang tidak bernyawa. Kata “tertawa” mengacu pada indera penglihatan yang dimiliki makhluk hidup untuk melihat sesuatu. Pengarang mengibaratkan mata dapat tertawa layaknya manusia. Hal ini sejalan dengan pengertian dari gaya bahasa personifikasi.
Kalimat (7) menggambarkan mata orang yang diberi julukan lintah itu seolah-olah tertawa layaknya manusia yang sedang tertawa. Manusia tertawa di saat mereka merasa bahagia. Dalam cerpen, tokoh lintah terlihat sangat senang, rasa senang itu terpancar dari sorot matanya yang memancarkan kebahagiaan.
8 “Saya pernah membaca di surat kabar bahwa Ibu sudah diberi julukan penyanyi Medusa” (hal 14)
M.3 Gaya bahasa metafora pada kalimat (8) terdapat pada “Ibu” yang menjadi objek dan yang menjadi pembanding adalah “medusa”. Dalam mitologi Yunani, Medusa
Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat nomor (8) memberi makna bahwa Ibu dari tokoh saya adalah seorang penyanyi terkenal yang sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
(berarti "penjaga" atau "pelindung") adalah seorang wanita cantik dengan ular sebagai rambutnya. Medusa pada awalnya adalah seorang perawan cantik dan merupakan pendeta wanita di kuil milik Athena. Namun suatu ketika ia diperkosa oleh Poseidon di dalam kuil Athena. Hal ini membuat Athena marah, ia pun mengubah rambut Medusa menjadi ular dan mengutuk Medusa sehingga siapapun yang melihat matanya, akan menjadi batu.
diundang ke luar kota. Surat kabar menuliskan bahwa ibu tersebut dijuluki penyanyi Medusa karena kecantikan yang memikat mata orang-orang, terutama mata laki-laki. Mungkin, kecantikan tersebut dianggap menjadi kutukan bagi laki-laki yang tertarik tidak hanya terhadap suara, tetapi juga dengan paras cantiknya.
9 “Bau wangi menyergap hidung saya” (hal 16)
P.5 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata ”menyergap”. Kata menyergap mengacu pada suatu kegiatan manusia untuk menangkap sesuatu. Sedangkan bau wangidiandaikan seperti manusia yang bisa bergerak dan menangkap sesuatu. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa personifikasi dimana gaya bahasapersonifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Makna dari kalimat di atas, bau wangi yang dirasakan oleh hidung tokoh saya sangat pekat sehingga seolah-olah tidak bisa lepas dari bau tersebut karena bau tersebut seolah mengelilingi dirinya.
10 “Angin membuka tirai jendela” (hal 18)
P.6 Kalimat (10) menggunakan gaya bahasa personifikasi dimana angin seolah-olah seperti menyingkap tirai jendela yang tadinya tertutup menjadi tidak tertutup (terbuka). Hal ini membuat seolah-olah angin dapat membuka jendela layaknya manusia membuka jendela.
Makna kalimat (10) yaitu tirai jendela yang tadinya menutupi jendela tiba-tiba tersibak (terbuka) karena tertiup angin sehingga cahaya dari luar jendela dapat masuk. Hal ini membuat seolah-olahangin dapat membuka jendela layaknya manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3. Cerpen DurianNo. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna
11 “Ia ingin menjilati tangannya yang sedikit berdarah tergores duri dan terkena daging buah durian yang sedikit menyeruak ketika ia membukanya” (hal 22)
P.7 Kalimat (11) merupakan gaya bahasa personifikasi. Hal ini ditunjukkan pada kata “menyeruak”. Kata “menyeruak” mengacu pada suatu cara manusia untuk keluar dari suatu kerumunan atau sesuatu yang menghalangi jalannya. Pengarang menggunakan kata “menyeruak” untuk daging buah durian itu layaknya manusia yang menerobos sesuatu yang menghalanginya.
Makna dari kalimat (11) yaitu buah durian itu seolah-olah berusaha untuk keluar dari sesuatu yang menghalanginya (kulit buah durian).
12 “Bau durian keemasan telah mengepung seisi rumah besar itu” (hal 23)
P.8 Pada kalimat (12), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“mengepung”. Kata “mengepung” mengacu pada suatu kegiatan manusia mengelilingi sesuatu. Sedangkan bau durian diandaikan seperti manusia yang dapat mengelilingi sesuatu.
Makna kalimat (12) yaitu bau durian itu seolah-olah mengelilingi atau memenuhi ruangan yg ada di dalam rumah besar itu sehingga penghuninya tidak dapat meloloskan diri dari bau tersebut.
4. Cerpen Melukis Jendela
13 “Luka bekas sayatan di pipinya mulai memudar dan ternyata tidak juga dapat menyembunyikan kecantikan Mayra” (hal 36)
P.9 Pada kalimat (13), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyembunyikan”. Menyembunyikan mengacu pada suatu kegiatan manusia untuk menutupi sesuatu supaya jangan (tidak) terlihat. Hal itu biasa dilakukan manusia bila manusia memiliki sesuatu yang
Pengarang menggunakan kalimat itu untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa Mayra memiliki luka bekas sayatan di pipinya. Namun meskipun demikian, bekas sayatan di pipi Mayra tetap tidak mampu menutupi wajah Mayra yang cantik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
berharga atau bahkan sesuatu yang jelek (perbuatan, cacat, aib, dan lain-lain). Sedangkan luka bekas sayatan diandaikan dapat menutupi sesuatu layaknya manusia.
14 “Tiba-tiba ia diserang rasa perasaan cemas jika mimpinya menjadi kenyataan” (hal 37)
P.10 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“diserang”. Kata diserang mengacu pada kegiatan manusia menyerbu sesuatu. Sedangkan perasaandiandaikan sebagai manusia yang dapat menyerang sesuatu.
Makna kalimat (14) yaitu bahwa rasa cemas seolah-olah menyerbu perasaan tokoh ia. Tokoh ia dilanda kecemasan karena takut mimpinya menjadi kenyataan.
15 “Ia sering masuk ke dalam jendela itu lalu menemukan dirinya terbaring di hamparan hangat pasir putih dan riak ombak menggelitik pucuk jari kakinya” (hal 38)
P.11 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“menggelitik”. Kata menggelitik mengacu pada suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk menyebabkan rasa geli di bagian tubuh. Sedangkan riak ombak diandaikan seperti manusia yang melakukan perbuatan menggelitik seseorang.
Kalimat (15) bermakna bahwa riak ombak seolah-olah menggelitik pucuk jari kaki tokoh dalam cerpen sehingga ia merasakan kegelian seperti halnya manusia yang menggelitik orang lain.
16 “Bayangan rambut hitam laki-laki yang tergerai hingga dada menari-nari tertiup angin di atas kuda putih tak berpelana” (hal 38)
P.12 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“menari-nari”. Menari dilakukan manusia dengan menggerak-gerakkan badannya, biasanya dengan diiringi bunyi-bunyian. Pada kalimat di atas, bayangan rambut diandaikan seperti manusia yang dapat menari.
Kalimat (16) bermaknabahwa bayangan rambut laki-laki itu bergerak-gerak seolah-olah sedang menari saat tertiup angin.
17 “Udara pagi menusuk kulitnya namun hatinya hangat oleh
P.13 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“menusuk”. Menusuk
Makna dari kalimat “udara pagi menusuk kulit” yaitu udaranya sangat dingin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
rasa suka cita” (hal 39) mengacu pada perbuatan manusia untuk memasukkan sesuatu ke dalam suatu bagian tubuh atau pun benda. Pada kalimat di atas, udara pagiseolah-olah dapat menusuk layaknya manusia.
Kalimat di atas ingin menggambarkan bahwa meskipun dia merasa kedinginan yang amat sangat, namun dia merasakan suatu kebahagiaan yang tak terkira sehingga dinginnya pagi yang seolah-olah menusuk kulitnya tidak dia rasakan.
18 “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah Mayra menuju kantin” (hal 39)
S.2 Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (18), yakni pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata seperti, bagai, bagaikan, dan ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut menggunakan majas perumpamaan. Namun, kalimat tersebut menggunakan kata seperti untuk menandakan adanya majas perumpamaan. Pengarang mengibaratkan mereka (teman-teman Mayra) dengan hewan kerbau.
Sebagaimana dengan kuda dan gajah, kerbau juga menjadi binatang yang dapat digunakan untuk membantu aktivitas manusia. Karena kekuatannya, kerbau dapat dikendalikan untuk membajak sawah atau pun mendorong pedati. Untuk mengendalikan kerbau, seseorang tidak cukup menggunakan cambuk tetapi juga menggunakan semacam cincin yang dipasang di antara ronggahidung kerbau. Untuk memasukkan cincin tersebut, hidung kerbau harus dicucuk dan dilubangi. Selanjutnya, cincin tersebut dimasuki dengan tali yang dapat digunakan untuk mengendalikan kerbau.
Tindakan mereka mengikuti Langkah Mayra menuju kantin diibaratkan seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Artinya, mereka mengikuti Mayra begitu saja seperti ada tarikan kuat yang berasal dari Mayra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang seolah-olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut membuat laki-laki tak berdaya.
5. Cerpen SMS
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis MaknaTidak ada data yang ditemukan
6. Cerpen Menepis Harapan
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna19 “Suara gong selalu
menyambut kedatangan tamu di lobby hotel ini” (hal 56)
P.14 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyambut”. Kegiatan menyambut biasa dilakukan manusia saat mereka kedatangan tamu dalam suatu acara. Pada kalimat di atas, suara gong diandaikan seperti manusia yang dapat menyambut tamu.
Manusia biasa menyambut tamu saat mereka mengadakan suatu acara. Pengarang membuat suara gong seolah-olah dapat menyambut tamu layaknya manusia. Kalimat (19) bermakna bahwa suara gong seolah-olah selalu menyongsong kedatangan orang-orang di lobby hotel.
20 “Gelak tawa dan derap kaki anak-anak kecil berlari menyapa hangat telinganya” (hal 56)
P.15 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyapa”. Menyapa mengacu pada kegiatan manusia untuk sekedar menegur atau mengajak bercakap-cakap orang lain. Pada kalimat di atas, “gelak tawa dan derap kaki” diandaikan seperti manusia yang dapat menyapa seseorang.
Kalimat (20) bermakna bahwa tokoh ia seolah-olah diajak bercakap-cakap oleh tawa dan derap kaki anak-anak kecil yang sedang berlari.
21 “Rintik hujan mulai jatuh bagai jutaan
S.3 Pengarang membandingkan “rintik hujan” dengan “jutaan
Jarum melambangkan ketajaman. Emas dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
jarum emas menghujam bumi” (hal 58)
jarum emas”. Kalimat (21) menggunakan gaya bahasa perumpamaan karena perbandingannya ditandai dengan kata bagai.
menunjukkan suatu benda yang berharga yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Mungkin pengaranghendak menggambarkan betapa mengerikannya rintik hujan tersebut. Rintik hujan tersebut sangat deras sehingga orang-orang berusaha menghindarinya agar tidak sakit walaupun di sisi lain hujan juga sangat berharga karena manusia membutuhkannya untuk berbagai keperluan.
22 “Dan ia merasa sangat jauh terasing dari pengunjung hotel yang sekedar datang untuk makan, minum, dan bermalam. Merasa tidak menjadi bagian dari kemewahan dan kebahagiaan itu. Merasa dirinya cuma serpihan debu yang menyelinap secara sembunyi-sembunyi di antara denting gelas kristal, gemerlap mutiara dan berlian” (hal 61)
M.4 Gaya bahasa metafora terdapat kata ”ia” dan ”serpihan debu”. Pengarang mencoba membandingkan “ia” dengan ”serpihan debu” tanpa menggunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, bak, dan kata pembanding lainnya. Tokoh “ia” diandaikan seperti seorang penyelinap, seperti halnya “serpihan debu” yang begitu kecil dan mudah menyelinap di berbagai tempat.
kalimat (22) memiliki makna bahwa tokoh ia merasa asing di antara para pengunjung yang datang ke tempat itu. Itu disebabkan karena ia merasa memiliki tujuan yang berbeda dengan para pengunjung. Ia berada di tempat itu untuk bekerja mencari uang, sedangkan mereka datang ke tempat itu untuk bersenang-senang menghamburkan uang.
23 Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun
A Gaya bahasa alegori pada kalimat (23) dapat dilihat dari cara pengarang menyatakan perbandingan antara hal yang satu dengan hal yang lain secara implisit dan saling berkesinambungan.
Kalimat (23) bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen tersebut tidak dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang dicintainya. Walaupun mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan namun mereka tidak bias bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut lebih memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar (hal. 62)
meninggalkan wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan anak-anaknya.
24 “Di atas tempat duduk bar yang tinggi ia harus berusaha duduk dengan sikap yang benar atau belahan tinggi pada pahanya akan memancing kerlingan mata-mata nakal” (hal 63)
P.16 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “memancing”. Memancing mengacu pada kegiatan manusia dengan menggunakan sesuatu untuk memikat sasarannya. Pada kalimat di atas, “belahan tinggi pada paha” diandaikan seperti manusia yang dapat memancing sesuatu.
Makna dari kalimat (24), tokoh dalam cerpen berusaha duduk dengan sikap yang benar agar pahanya tidak terlihat. Hal ini dikarenakan busana yang ia kenakan cukup pendek sehingga apabila pahanya terlihat, hal itu dapat mengundang para para lelaki untuk melihatnya dan membuat mereka membayangkan sesuatu yang nakal.
25 “Semua berdesing-desing bagai letusan senapan di sekelilingnya ketika ia melihat sesosok laki-laki berdiri menatapnya” (hal 64)
S.4 Gaya bahasa perumpamaan terdapat pada cara pengarang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam kalimat di atas yang dibandingkan yaitu kata “semua berdesing-desing” dan “letusan senapan” yang ditandai dengan kata pembanding bagai.
Senapan bila ditembakkan akan mengeluarkan suara yang bising, menyakitkan, dan tidak karuan. Pengarang menggambarkan suasana hati tokoh ia yang perasaannya tidak karuan ketika melihat sesosok laki-laki yang berdiri menatapnya. Sosok itu adalah laki-laki yang selama ini mengisi hatinya namun juga melukai perasaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
7. Cerpen Nayla
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna26 “Ia menjadi muram
seperti cahaya bulan yang bersinar suram” (hal 65)
S.5 Gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (26), pengarangmenggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata seperti untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasaperumpamaan. Dalam kalimat tersebut pengarang menyamakan “ia” dengan “bulan”.
Keindahan bulan seringkali digunakan untuk menggambarkan kemolekan wajah wanita. Maka tidak menjadi masalah jika kemuraman wajah wanita juga digambarkan dengan suramnya cahaya bulan. Bila cahaya bulan mulai meredup, bulan akan tampak kabur dan terlihat seperti kehilangan semangatnya. Pengarang menggambarkan wajah tokoh ia yang terlihat sedih.
27 “Waktu bagaikan seorang pembunuh yang selalu membuntuti dan mengintai dalam kegelapan” (hal 66)
S.6 Gaya bahasa perumpamaan pada kutipan cerita pendek di atas yakni pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasaperumpamaan. Dalam kalimat tersebut pengarang menyamakan “waktu” dengan “seorang pembunuh”.
Kalimat (27) menyamakan waktu dengan seorang pembunuh. Dengan menggambarkan waktu sebagai seorang pembunuh, pengaranghendak menunjukkan betapa menakutkannya waktu. Waktu membuat gelisah dan tidak nyaman karena keberadaannya seolah-olah seperti penjahat yang selalu mengintai dan membuntutikemanapun kita melangkah.
28 “Nayla ingin menghantamkan palu ke arah jam sehingga suara alarmnya bungkam” (hal 72)
P.17 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “bungkam”. Bungkam mengacu pada suatu tindakan manusia saat mereka tidak ingin berbicara dengan orang lain. Manusia melakukannya
Bungkam biasa dilakukan manusia saat mereka tidak ingin berbicara dengan orang lain. Manusia melakukannya dengan menutup mulutnya rapat-rapat sehingga tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dengan menutup mulutnya rapat-rapat sehingga tidak bersuara. Pada kalimat di atas, “alarm” diandaikan seperti manusia yang dapat berbicara atau pun diam.
bersuara. Nayla ingin menghantamkan palu ke arah jam agar suara alarm yang mengganggunya tidak berbunyi lagi.
29 “Mungkin hidup adalah ibarat mobil berisikan satu tangki penuh bahan bakar”(hal 75)
S.7 Kalimat (29) menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Hal ini ditunjukkan pada penggunaan kata pembanding ibarat untuk membandingkan antara “hidup” dengan “mobil”.
Makna dari kalimat itu dapat terlihat jelas bila kita membaca kalimat selanjutnya. Maknanya bahwa manusia seringkali menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan hal-hal yang kurang berguna. Manusia baru berpikir menggunakan kesempatannya untuk melakukan hal-hal yang selama ini belum pernah mereka lakukan ketika mereka menyadari bahwa waktu yang dimiliki untuk menggunakan kesempatan itu hampir tidak ada sehingga yang tersisa hanyalah penyesalan.
8. Cerpen Wong Asu
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna30 “Jasad anjing itu
terbawa makin ke tengah. Gelap malam menelan tubuhnya yang pasrah terombang-ambing hingga punah dari penglihatan” (hal 83)
P.18 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menelan”. Menelan mengacu pada suatu tindakan manusia saat menyantap makanan atau minuman. Pada kalimat di atas, “gelap malam”diandaikan seperti manusia yang dapat menyantap sesuatu.
Makna dari kalimat (30) bahwa malam yang gelap karena tidak adanya cahaya seolah-olah menelan jasad anjing hingga orang tidak lagi dapat melihat dimana letak jasad anjing itu. Jasadanjing itu seolah-olah menghilang begitu saja.
9. Cerpen Namanya, …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna31 “Cara ibu merunduk
rendah ketika menyuguhkan minuman hingga buah dadanya bagai akan meloncat keluar” (Hal 98)
S.8 Gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (31), pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan.
Djenar Maesa Ayu memang tipe penulis yang sangat gamblang dalam berbahasa, terutama dalam membicarakan bagian tubuh manusia yang tabu dibicarakan. Gambaran buah dada yang akan meloncat keluar hendak menunjukkan bahwa buah dada ibu sangat padat berisi. Hal itu nampak jelas terlihat ketika ibu sedang merunduk. Keadaan tersebut didukung dengan pakaian yang terbuka sehingga orang yang ada dapat melihat dengan jelas sebagian buah dada sang ibu.
10. Cerpen Asmoro
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna32 “Dari sinar kemerahan
itu, burung-burung senja berkepakan terbang dan sebagian yang tertinggal di belakang mau tidak mau tertelan air laut yang siap luluh bagai pohon tumbang” (hal 107)
S.9 Kalimat (32) merupakan gaya bahasa perumpamaan, hal ini terlihat dari cara pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan.
Air laut yang siap luluh bagai pohon tumbang menjadi gambaran burung-burung yang terbang rendah di laut hendak disapu oleh ombak air laut yang sangat besar yang seolah-olah hendak menimpa mereka. Karena terlalu terbang rendah, maka sudah dipastikan burung-burung itu tersapu ombak.
33 “Ketika Adjani hampir sampai di bibir pantai, angkasa sudah menyulap senja menjadi malam” (hal
P.19 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyulap”. Menyulap biasa dilakukan manusia, khususnya pesulap ketika melakukan
Menyulap biasa dilakukan pesulap ketika melakukan atraksi sulap. Menyulap merupakan kegiatan mengubah rupa sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
108) atraksi sulap. Menyulap merupakan kegiatan mengubah rupa sesuatu dengan cepat dan dengan cara yg ajaib. Pada kalimat di atas, “angkasa” diandaikan seperti manusia yang dapat mengubah sesuatu dengan ajaib.
dengan cepat dan dengan cara yang ajaib. Makna dari kalimat di atas bahwa sebelum Adjani pergi ke pantai, keadaan saat itu masih sore. Namun ketika Adjani hampir sampai di bibir pantai ternyata hari sudah malam.
34 “Aktivitas di kota itu lumpuh” (hal 109)
P.20 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “lumpuh”. Lumpuh. merupakan suatu keadaan dimana manusia tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas merupakan suatu kegiatan. Pada kalimat di atas, “aktivitas” diandaikan seperti manusia yang tidak dapat berjalan.
Kalimat (34) bermakna bahwa seluruh kegiatan yang ada di kota itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Semua orang berhenti dari kesibukannya.
35 “Keinginannya meledak-ledak untuk segera berjumpa dan keinginan untuk lebih lama bersama, bagai satu mata koin dengan dua sisi yang berbeda”(hal 111)
S.10 Kalimat (35) merupakan gaya bahasa perumpamaan, hal ini terlihat dari cara pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan.
Koin memiliki dua sisi yang berbeda. Walaupun berada di satu koin tapi kedua sisi yang berbeda itu tidak akan pernah bertemu. Penggambaran dari majas di atas yaitu meskipun tokoh Asmoro berusaha keras untuk dapat berlama-lama dengan imajinasinya bersama Adjani namun Asmoro pun harus segera menyudahi imajinasinya itu agar tulisannya menjadi cerita yang utuh.
11. Cerpen Manusya dan Dia
No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna36 “Hatinya menciut
bagai seorang gadis S.11 Kalimat (36) merupakan gaya
bahasa perumpamaan, hal ini Penggambaran seorang gadis kecil yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
kecil yang bersembunyi di sudut kegelapan” (hal 116).
terlihat dari cara pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan.
bersembunyi di sudut kegelapan memperlihatkan keadaan takut dan ngeri ketika melihat keadaan yang menakutkan. Dia tidak berdaya. Tidak ada yang bisa dilakukan selain bersembunyi. Hati orang dalam cerpen tersebut tidak hanya menyerah dan ciut, tetapi juga takut dan tidak berdaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
BIODATA PENULIS
Paulina Sukmana Puti, putri ketiga dari pasangan Agustinus Andang dan Agustina Sri ini lahir di Purbalingga, 2 Desember 1991. Pendidikan Sekolah Dasar penulis tempuh di SD Pius. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP 1 Purbalingga. Pendidikan SMA penulis tempuh di SMA 1 Purbalingga. Setelah lulus dari SMA, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah angkatan 2009. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri penulis dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI