plagiat merupakan tindakan tidak terpujilibrary.usd.ac.id/data pdf/f. keguruan dan ilmu...

106

Click here to load reader

Upload: trinhduong

Post on 06-Feb-2018

360 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN

MEREKA BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Paulina Sukmana Puti

091224056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

ii

SKRIPSI

MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN

MEREKA BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU

Disusun oleh:

Paulina Sukmana Puti

NIM: 09 1224 056

Telah disetujui oleh:

Tanggal, 23 Juli 2013

Pembimbing

Prof. Dr. Pranowo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

iii

SKRIPSI

MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN

MEREKA BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU

Oleh:

Paulina Sukmana Puti

NIM: 09 1224 056

Telah dipertahankan di depan panitia pengujipada tanggal 14 Agustus 2013

dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap

Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih

Sekretaris : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.

Anggota : Prof. Dr. Pranowo

Anggota : Dr. Y. Karmin, M.Pd.

Anggota : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus, kedua orang tuaku, kedua kakakku, dan Antoniusyang selalu menyertai perjalanan hidup saya sejak awal hingga saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

v

MOTTO

Teruslah berjuang meskipun banyak orang yang meremehkanmu karena Tuhan selalu mendampingi walau terkadang jalan yang Dia

berikan tidak mulus.

(Paulina S.P)

Keluarga adalah kompas yang memandu (arah) kita. Ia adalah inspirasi untuk mencapai puncak, yang menghibur saat kita

goyah.

(Brad Henry)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Paulina Sukmana Puti

NIM : 09 1224 056

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN MEREKA

BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya .

Yogyakarta, 14 Agustus 2013

Penulis

,

Paulina Sukmana Puti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Agustus 2013

Penulis,

Paulina Sukmana Puti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

viii

ABSTRAK

Puti, Paulina Sukmana. 2013. Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini menganalisis majas perbandingan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaanyang bertujuan menjawab majas perbandingan yang digunakan dan maknanya dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu teknik baca-catat.

Analisis data dilakukan dengan tahapan: (1) peneliti menginventarisasi data yang sudah berhasil dikumpulkan, (2) peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan kriteria tertentu, (3) peneliti mengidentifikasi data berdasarkan ciri khas yang ditemukan dari data yang sudah terkumpul, dan (4) peneliti menginterpretasi atau memaknai hasil analisis data, dan (5) peneliti mendeskripsikan hasil analisis data tersebut

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan penelitimaka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: pertama, majas perbandingan terdiri atas empat jenis, yakni gaya bahasa metafora, gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa alegori. Jumlah gaya bahasa secara keseluruhan ada 36. Jumlah masing-masing keempat macam gaya bahasa tersebut terdapat empat gaya bahasa metafora, 11 gaya bahasa perumpamaan, 20 gaya bahasa personifikasi, dan satu gaya bahasa alegori. Kedua, makna yang n disampaikan melalui majas perbandingan sangat beragam karena tergantung konteksnya. Namun, pengarang menggunakan gaya bahasa personifikasi agar ceritanya lebih hidup dan berwarna sehingga pembaca lebih tertarik membaca ceritanya.

Penggunaan gaya bahasa perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya. Penggunaan majas metafora merupakan upaya pengarang untuk menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang dimaksud tidak merasa tersinggung, tidak merasa dipermalukan atau direndahkan di depan umum. Penggunaan gaya bahasa alegori berujuan agar tidak menimbulkan kesan monoton bagi cerpen itu sendiri karena pembaca diajak untuk berimajinasi dan mengaitkan satu sama lain dari metafora-metafora yang berkelanjutan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

ix

ABSTRACT

Puti, Paulina Sukmana. 2013. Comparison Figur of Speech in Short story collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet! by Djenar Maesa Ayu. A thesis. Language Education Study Program, Indonesian and Local Letters, Faculty of Education and Teacher Training, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research analyzes comparison figure of speech in the short story collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet!. The research is a library research in nature with the aim to describe the comparison figure of speech and its meanings in the short story collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet!. Write reading is techniques used in collecting the data.

There are some steps which are applied by the researcher in analyzing the data: (1) the data collected are listed by the researcher, (2) the data are classified based on certain criteria by the researcher, (3) the data are identified based on specific characteristics found from the collection of data, and (4) the result of the analyzed data is interpreted by the researcher, and (5) the result of the analyzed data is described by the researcher.

Based on the result of data and the interpretation done the researcher, there are two conclusions which are found: First, comparison figure of speech in “Mereka Bilang, Saya Monyet!” consists of four types: the metaphor figurative language, parable figurative language, personification figurative language, and allegory figurative language. The total amount of figurative languages as a whole is 36. In addition, the total amount for each figurative language is four metaphor figurative language, 11 parable figurative language, 20 personification figurative language, and one allegory. Second, the messages conveyed by the author by using comparison figure of speech are various depending on the contexts. However, the author used mostly the personification figurative language in order to make the story alive so that the readers will be willing to read the stories.

The use of parable is the author’s effort to create strong affection between two things compared in order to make the readers can be able to catch the intended meanings of the author. Next, the use of metaphor figurative language is the author’s effort to disguise the purpose of consideration for that person - the person in question did not feel offended, do not feel embarrassed or humiliated in public.The use of allegory is aimed to make the story more dynamics because the readers are guided to use their imaginations and to correlate each other based on the sustained metaphors.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya

Monyet Karya Djenar Maesa Ayu dengan lancar. Penyusunan skripsi ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan (Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah) pada Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari

bantuan semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat,

motivasi, doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal sampai akhir

penulisan skripsi ini.

Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSID yang telah memberikan

motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

3. Prof. Dr. Pranowo selaku dosen pembimbing yang banyak membantu,

mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama

membimbing penulis.

4. Seluruh dosen PBSID yang sudah memberikan banyak ilmu pengetahuan

dan wawasan kepada penulis selama menuntut ilmu di PBSID.

5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-

buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.

6. Orang tuaku tersayang Agustinus Andang dan Agustina Sri, terima kasih

atas segala doa, motivasi dan dukungan.

7. Kedua kakakku tersayang Klementina Maria Siska Puti dan Hadrian

Priangga Puti yang banyak memberikan motivasi, doa, dan bantuan kepada

saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

xi

8. Antonius Afrianto Budi Purnomo yang telah memberi motivasi, perhatian,

dan doa.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Yogyakarta, 23 Juli 2013

Penulis,

Paulina Sukmana Puti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv

MOTTO ................................................................................................. v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vii

ABSTRAK.............................................................................................. viii

ABSTRACT............................................................................................. ix

KATA PENGANTAR............................................................................ x

DAFTAR ISI .......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

E. Batasan Istilah ................................................................................ 7

F. Sistematika Penyajian ..................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI................................................................. 8

A. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 8

B. Kajian Pustaka................................................................................ 10

1. Cerpen ..................................................................................... 10

2. Definisi Gaya Bahasa atau Majas ............................................. 13

3. Jenis-jenis Gaya Bahasa........................................................... 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

xiii

4. Interpretasi .............................................................................. 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 48

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 48

B. Sumber Data dan Data .................................................................... 48

C. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 48

D. Teknik Analisis Data ...................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................. 50

A. Deskripsi Data ................................................................................ 50

B. Hasil Analisis Data ........................................................................ 53

1. Gaya Bahasa Metafora ............................................................ 54

2. Gaya Bahasa Perumpamaan .................................................... 56

3. Gaya Bahasa Personifikasi ....................................................... 59

4. Gaya Bahasa Alegori .............................................................. 61

C. Pembahasan.................................................................................... 62

1. Gaya Bahasa Personifikasi ....................................................... 63

2. Gaya Bahasa Perumpamaan ..................................................... 64

3. Gaya Bahasa Metafora ............................................................. 65

4. Gaya Bahasa Alegori ............................................................... 66

BAB V PENUTUP .............................................................................. 70

A. Kesimpulan..................................................................................... 70

B. Saran .............................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 72

LAMPIRAN ........................................................................................... 75

BIODATA PENULIS............................................................................. 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengkodean Jenis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan . 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Analisis Jenis Gaya Bahasa dan Analisis Maknanya............. 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia

untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Bahasa yang digunakan dapat

berupa bahasa lisan maupun bahasa tulis.

Dalam karya sastra, manusia mewariskan, menerima, dan menyampaikan

segala pengalaman dan pengetahuan lahir batin kepada sesamanya. Dalam karya

sastra, hubungan antara pengarang dan pembaca harus dipahami sebagai

hubungan yang bermakna. Pengarang menciptakan bentuk-bentuk yang

memungkinkan untuk mengadakan komunikasi timbal balik. Karya sastra

merupakan hasil dialog kontemplasi dan reaksi pengarang terhadap lingkungan

dan kehidupan (Nurgiyantoro, 1998:4).

Secara sederhana karya sastra dapat dikatakan sebagai sarana untuk

berkomunikasi. Karya sastra berisi makna dan nilai-nilai bahkan pendapat-

pendapat yang dikemukakan oleh pengarang, dan berisi suatu misi tertentu. Misi

ini menjadi sebuah nyawa dalam karya sastra yang membuat karya sastra terasa

hidup setelah dibaca dan dinikmati ceritanya. Nilai-nilai ini akan memberi

pencerahan kepada pembaca dan suatu pemahaman baru tentang konflik yang ada

dalam karya sastra. Dari situ pembaca akan menentukan sikap sesuai dengan

pemahamannya terhadap karya sastra yang ia baca setelah ia memahami nilai-

nilai yang terkandung dalam karya sastra. Nilai-nilai ini berisi banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

2

kemungkinan, baik itu sosial, politik, hukum-hukum, ekonomi, agama, filsafat

dan sebagainya (Sunardi, 2004:14).

Sastra mempunyai fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus

bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur dengan cara menyajikan

keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan,

maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi

(Zulfahnur, dkk, 1996:9). Bagi banyak orang, karya sastra menjadi saran untuk

menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan buruk. Ada

pesan yang sangat jelas disampaikan, ada pula yang bersifat tersirat secara halus

(Budianta, 2002). Dengan demikian, pemahaman tentang teks sastra sebagai

proses komunikasi massa mengarah pada proses penyampaian ide dan gagasan

sastrawan melalui media yang berupa karya sastra.

Cerita pendek dan atau kumpulan cerita pendek menjadi sarana yang

dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan fungsi dari karya sastra dalam

menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian,

kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia

imajinasi dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai mediumnya. Untuk

menyampaikan makna tersebut, pengarang sering menggunakan gaya bahasa atau

majas untuk memberikan efek tertentu bagi pembacanya.

Secara teoretis, gaya bahasa atau disebut juga dengan majas merupakan

pemanfaatan dari kekayaan bahasa, terutama bahasa yang dipakai pada umumnya

dalam masyarakat di tanah air. Caranya dengan memakai ragam tertentu sehingga

menimbulkan efek lain dari bahasa yang disampaikan. Selain itu, majas juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

3

merupakan ciri khas dari sekelompok sastrawan saat menuliskan ide atau gagasan

serta perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, akhirnya

menjadi identitas penting dari sastrawan tersebut dilihat dari karya yang

dihasilkannya.

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur estetis yang memperindah

sebuah bacaan. Setiap penulis cerpen mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam

menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya

mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat

dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya

yang ditulisnya.

Kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet! adalah salah satu

karya terbaik dari seorang penulis muda berbakat di Indonesia, Djenar Maesa

Ayu, yang karyanya sudah diangkat ke layar lebar. Cerpen-cerpennya telah

tersebar di berbagai media massa Indonesia seperti Kompas, The Jakarta Post,

Republika, Koran Tempo, Majalah Cosmopolitan, Lampung Post, dan majalah

Djakarta. Yang menarik dari Djenar Maesa Ayu adalah kemampuannya yang luar

biasa dalam mengungkapkan pesan-pesan kehidupan di setiap karyanya melalui

gaya bahasa atau majas.

Tema yang berani dan cara bercerita yang lugas serta eksploratif membuat

karya ini menuai banyak pujian serta kritik ketika awal diluncurkan. Di cerpen

“SMS”, Djenar menggunakan format SMS untuk bercerita. Sementara cerpen

“Wong Asu” hanya menampilkan dialog saja. Penggunaan metafora yang unik

bisa dibaca pada cerpen “Durian”. Cerpen “Waktu Nayla” bahkan menjadi cerpen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

4

terbaik Kompas 2003. Dalam perjalanannya, dua dari cerpen dalam buku ini pun

menjadi inspirasi bagi Djenar untuk pembuatan film Mereka Bilang, Saya

Monyet! yang disutradarainya sendiri. Film ini menyabet beberapa penghargaan

pada festival bergengsi di dunia. Sutardji menyatakan bahwa dalam berbahasa,

Djenar menunjukkan kepiawaiannya yang kuat pada kelugasan berucap.

Bahasanya kuat dan padat. Itulah kecenderungannya. Ia tidak menyia-nyiakan

kata-kata untuk segera secara jitu menyampaikan ikhwal yang ingin ditampilkan.

Kumpulan cerita pendek yang juga diangkat ke layar lebar ini

menceritakan tentang realitas yang memprihatinkan mengenai tingginya angka

kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, disertai minimnya edukasi

masyarakat terhadap hak asasi manusia yang sebenarnya dimiliki secara individu.

Dalam menyampaikan pesan itu, Djenar Maesa Ayu menggunakan gaya bahasa

yang indah dan memikat pembaca. Penggunaan gaya bahasa dalam buku itu

nyaris muncul di setiap halamannya dan membuat kumpulan cerpen ini sangat

menarik untuk dinikmati.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk

menganalisis kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!. Dalam

analisis terhadap kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!, peneliti

membatasi pada segi penggunaan gaya bahasa. Berdasarkan segi gaya bahasa

karena setelah membaca kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!,

peneliti menemukan ada banyak gaya yang digunakan pengarang dalam

menyampaikan pesannya dan banyak pengamat sastra yang mengakui kehebatan

Djenar Maesa Ayu dalam menggunakan gaya bahasa. Oleh karena itu peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

5

mengambil judul penelitian Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen

Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka untuk

mengarahkan penelitian kepada sasaran yang ingin dicapai, peneliti menetapkan

rumusan masalah sebagai berikut.

1. Majas perbandingan apa saja yang digunakan dalam kumpulan cerpen Mereka

Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu?

2. Makna apa sajakah yang ingin disampaikan melalui majas perbandingan

dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa

Ayu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan majas perbandingan yang digunakan dalam kumpulan

cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.

2. Mendeskripsikan makna yang disampaikan melalui majas perbandingan dalam

kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan

dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra, khususnya tentang gaya bahasa

perbandingan dan pembelajaran sastra.

2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,

antara lain.

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru untuk dijadikan salah

satu alternatif dalam pembelajaran sastra untuk mendorong dan

menumbuhkan budaya membaca pada anak didiknya.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan.

Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya

ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan.

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi

kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet! dan mengambil manfaat

darinya.

d. Bagi Peneliti yang Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan

pijakan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

7

E. Batasan Istilah

1. Cerpen adalah cerita rekaan atau cerita yang berbentuk prosa yang di

dalamnya terdapat gejolak jiwa penulis yang dituangkan dalam karyanya.

2. Majas merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan

ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu dalam karyanya

sehingga memberi kesan pada pembacanya.

3. Majas perbandingan adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu

dengan sesuatu yang lain.

F. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian skripsi dijabarkan menjadi 5 (lima) hal, yaitu

pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan, dan penutup.

Bab I adalah pendahuluan, yang meliputi: latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

penyajian. Bab II adalah landasan teori yang terdiri atas penelitian terdahulu dan

kajian pustaka. Bab III adalah metodologi penelitian yang terdiri atas jenis

penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data. Bab IV adalah hasil dan pembahasan yang meliputi: deskripsi data, hasil

analisis data, dan pembahasan. Bab V adalah penutup yang terdiri atas

kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

8

BAB IILANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga referensi penelitian.

Penelitian pertama dilakukan oleh Suryadi pada tahun 2005 dengan judul

Struktur dan Gaya Bahasa dalam Wacana Personality Feature pada harian

Kompas terbitan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan 20 gaya bahasa yang

dikelompokkan menjadi empat yaitu (1) gaya bahasa perbandingan yang meliputi

perumpamaan atau simile, personifikasi, antithesis, periphrasis, dan koreksio, (2)

gaya bahasa pertentangan meliputi hiperbola, litotes, klimaks, dan anti klimaks,

(3) gaya bahasa pertautan meliputi sinekdoke, alusio, eufemisme, antonomasio,

ellipsis, dan asindenton, (4) gaya bahasa perulangan yang meliputi epizuksis,

tautotes, anaphora, epistrofa, epistroto, dan anadilopsis.

Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitri Dwi Jayanti

pada tahun 2009 dengan judul Diksi dan Gaya Bahasa pada Wacana Iklan

Majalah Kawanku Edisi Januari-Maret 2009. Tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan pemakaian diksi dan bentuk pemakaian gaya bahasa. Penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

yang pertama, pemakaian kata tutur; pemakaian indra peraba, indra penglihatan,

dan indra penciuman; pemakaian istilah asing; dan pemakaian makna kata berupa

makna konotasi. Kedua, penemuan gaya bahasa berdasarkan nada berupa gaya

mulia dan gaya menengah; berdasarkan struktur kalimat berupa paralel, antitesis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

9

dan repetisi yang terdiri atas repetisi epizeuksis, epistrofa, dan mesodiplosis;

berdasarkan langsung tidaknya makna berupa gaya retoris dengan jenis hiperbola.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Repinus pada tahun 2010 dengan judul

Gaya Bahasa dalam Iklan Obat-obatan di Televisi. Tujuan dari penelitian ini

adalah mendeskripsikan gaya bahasa yang digunakan dalam iklan obat-obatan di

televisi dan mengetahui tujuan penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam

iklan obat-obatan di televisi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-

kualitatif. Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan teknik simak

dan catat, sedangkan analisisnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap

inventarisasi, identifikasi, klasifikasi, dan pemaparan. Hasil penelitian ini

menemukan dua hal. Pertama, ada 10 tipe gaya bahasa yang terdapat dalam iklan

obat-obatan di televisi. Kedua, peneliti mengetahui tujuan dari penggunaan gaya-

gaya bahasa tersebut untuk menarik perhatian dan minat penonton untuk

mengenal produk yang diiklankan serta mempersuasi agar membeli dan

menggunakan produk yang diiklankan.

Peneliti memiliki anggapan bahwa penelitian ini relevan dengan ketiga

penelitian tersebut karena memiliki kesamaan yaitu sama-sama meneliti gaya

bahasa. Perbedaannya, penelitian yang terdahulu membahas gaya bahasa pada

iklan baik di surat kabar maupun di televisi, sedangkan penelitian ini membahas

tentang gaya bahasa yang terdapat dalam majas perbandingan pada kumpulan

cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

10

B. Kajian Pustaka

1. Definisi Cerpen

Cerita pendek atau sering disingkat menjadi cerpen adalah suatu

bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada

tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella

(dalam pengertian modern) dan novel.

Cerpen adalah kependekan dari cerita pendek. Kependekan sebuah

cerita pendek bukan hanya karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari

novel, tetapi karena aspek masalahnya yang sangat dibatasi. Pada cerpen

aspek masalah yang diceritakan sangat dibatasi. Dengan adanya pembatasan

ini, masalah yang diceritakan akan tergambar lebih jelas dan mengesankan

bagi pembaca. Oleh karena itu, sebuah cerita prosa yang disebut dengan cerita

pendek memang pengembangan plotnya sangat dibatasi.

Cerpen adalah cerita yang pendek. Namun ukuran berapa pendeknya

tidak ada aturan yang pasti dan tidak ada kesepakatan diantara pengarang dan

para ahli (Nurgiyantoro, 1998: 10). Cerita pendek merupakan salah satu karya

sastra yang habis dibaca sekali duduk. Menurut Soeharianto (1982), cerpen

adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan

sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian

pengarang. Sementara itu Panuti Sudjiman (1990: 15-16) dalam bukunya

Kamus Istilah Sastra mendefinisikan cerpen sebagai berikut: cerpen adalah

kisahan pendek (kurang dari 10000 kata) yang dimaksudkan memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

11

kesan tunggal yang dominan; cerpen memusatkan diri pada suatu tokoh dalam

satu situasi pada suatu ketika.

Sedwick (dalam Tarigan, 1984:176) menyatakan bahwa cerita pendek

adalah cerita yang menyajikan suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok

keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca.

Notosusanto (dalam Tarigan, 1984:176) menyatakan bahwa “cerita pendek

adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman

kuarto spasi rangkap yang berpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Wijaya (dalam Efendi, 1999:73), menyatakan bahwa sebuah cerita

pendek adalah bagaikan mimpi baik dan mimpi buruk, tidak terlalu penting

urutan jalinan karena kadang-kadang ada dan kadang tidak, yang utamanya

adalah pekabaran yang diperbarunya, daya pukau magis, tamsil, ibarat,

tikaman jiwa, firasat dan berbagai efek yang diberi analoginya menyerang

siapa yang secara mendetail dan persis melukiskan apa yang akan terjadi,

tetapi ia juga bisa kebalikan atau buram sama sekali sebagai sebuah ramalan

yang memerlukan tafsir. Cerita pendek adalah teror mental kepada pembaca.

Suharso (2009:703) mengemukakan cerpen sebagai semacam cerita

rekaan yang sering kita jumpai pada media cetak. Dalam novel kritis

(pergolakan) jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tapi dalam cerpen

tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya. Edgar (dalam

Suryanto, 2007:175) menyatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang

selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai

dua jam, suatu hak yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

12

Sumardjo (1999:19) mengemukakan bahwa cerpen adalah cerita yang

membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fisiknya dalam obyek

terkecil. Untuk menggambarkan suatu masalah secara jelas dan memberikan

kesan yang kuat kepada pembaca, seorang penulis mesti selektif.

Suryanto (2007:161) mengemukakan bahwa cerpen dapat

mengungkapkan realitas sosial, budaya, sekaligus menjadi sarana

merefleksikan kehidupan manusia, sebagai bahan renungan. Sementara

Sumardjo (1994:132) mengemukakan bahwa semua bagian dari sebuah cerpen

harus terikat pada kesatuan jiwa: pendek, padat, lengkap, tak ada bagian-

bagian yang boleh dikatakan lebih dan bisa dibuang. Dalam bukunya yang

berjudul Anatomi Sastra (1993: 34), Semi mengemukakan cerpen ialah karya

sastra yang memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok

saja. Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah cerpen, tanpa

kecuali ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok.

Masih menurut Semi, dalam kesingkatannya itu cerpen akan dapat

menampakkan pertumbuhan psikologis para tokoh ceritanya. Hal ini berkat

perkembangan alur ceritanya sendiri. Ini berarti cerpen merupakan bentuk

ekspresi yang dipilih dengan sadar oleh para sastrawan penulisnya.

Esten (2002: 12) berpendapat bahwa cerpen adalah pengungkapan

suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia. Di dalamnya tidak

dituntut terjadinya perubahan nasib dari pelaku-pelakunya. Hanya suatu

lintasan dari secercah kehidupan manusia yang terjadi pada satu kesatuan

waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

13

Poe (dalam Nurgiyantoro, 2007: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah

sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira antara

setengah jam sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan

untuk sebuah novel. Sumardjo (2007: 202) mengatakan bahwa cerpen adalah

fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”. Cerita pendek

mempunyai satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya.

Merujuk beberapa definisi di atas, peneliti mendefinisikan cerpen

adalah cerita rekaan atau cerita yang berbentuk prosa yang di dalamnya

terdapat gejolak jiwa penulis yang dituangkan dalam karyanya.

2. Definisi Gaya Bahasa atau Majas

Sebelum menjelaskan gaya bahasa, terlebih dahulu perlu dijelaskan

pengertian istilah gaya. Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari

bahasa Latin stilus dan mengandung arti leksikal “alat untuk menulis”

(Aminuddin, 2009: 72). Aminuddin juga menjelaskan bahwa dalam karya

sastra, gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan

gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis

serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya

intelektual dan emosi pembaca. Sejalan dengan pengertian tersebut Scharbach

(dalam Aminuddin 2009:72) menyebut gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu

yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai serta sebagai

perwujudan manusia itu sendiri. Bagaimana seorang pengarang

mengungkapkan gagasannya dalam wacana ilmiah dengan cara pengarang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

14

dalam kreasi cipta sastra, dengan demikian akan menunjukkan adanya

perbedaan meskipun dua pengarang itu berangkat dari satu ide yang sama.

Tarigan (1989: 179-197) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran

Kosakata menyatakan gaya bahasa sebagai bahasa kias atau majas. Majas,

kiasan, atau figure of speech adalah bahasa kias, bahasa yang indah

dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang

lebih umum.

Tarigan (1985: 8-203) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Gaya

Bahasa menyatakan gaya bahasa yaitu bahasa yang indah yang dipergunakan

untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang

lebih umum. Dengan kata lain, gaya bahasa adalah penggunaan bahasa

tertentu yang dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.

Keraf (2004: 113) dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya

Bahasa menyatakan gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui

bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis

(pemakai bahasa). Menurut Keraf, gaya bahasa dapat dibatasi dengan cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan

jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

Menurut Kridalaksana (1983: 49), gaya bahasa adalah suatu

pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau

menulis. Menurut Kosasih (2004: 40), gaya bahasa merupakan bahasa kias,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

15

bahasa yang digunakan untuk menciptakan efek tertentu. Menurut Wiyanto

(dalam Komara, 2010) mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara

menyampaikan pikiran dan perasaan.

Merujuk dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

gaya adalah tatanan yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan unsur-unsur

gaya bahasa yang mengandung makna konotatif. Sedangkan pengarang dalam

karya sastra justru akan menggunakan pilihan kata yang mengandung makna

padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif. Selain itu, tatanan kalimat-

kalimatnya juga menunjukkkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu

menuansakan keindahan dan bukan hanya nuansa makna tertentu saja. Oleh

sebab itulah masalah gaya dalam sastra akhirnya juga berkaitan erat dengan

masalah gaya dalam bahasa itu sendiri.

Sudjiman (1998: 13) menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa

dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra,

dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam

konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara

tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks

sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur

kalimat, citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang

terdapat dalam sebuah karya sastra.

Pradopo (dalan Endraswara, 2003: 72) menyatakan bahwa nilai seni

sastra ditentukan oleh gaya bahasa. Gaya bahasa dapat dikatakan sebagai

keahlian seorang pengarang dalam mengolah kata-kata. Jangkauan gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

16

bahasa sangat luas, tidak hanya menyangkut masalah kata tetapi juga

rangkaian dari kata-kata tersebut yang meliputi frasa, klausa, kalimat, dan

wacana secara keseluruhan (Keraf, 2004: 112) termasuk kemahiran pengarang

dalam memilih ungkapan yang menentukan keberhasilan, keindahan, dan

kemasuk akalan suatu karya yang merupakan hasil ekspresi diri (Sayuti, 2000:

110). Sejalan dengan Sayuti, Endraswara (2003: 73) juga menyatakan bahwa

gaya bahasa merupakan seni yang dipengaruhi oleh nurani. Melalui gaya

bahasa sastrawan menuangkan idenya. Bagaimanapun perasaan saat menulis,

jika menggunakan gaya bahasa, karya yang dihasilkan akan semakin indah.

Jadi, dapat dikatakan gaya bahasa adalah pembungkus ide yang akan

menghaluskan teks sastra.

Gaya bahasa atau majas adalah bahasa kias, bahasa indah yang

dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan

memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu

dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1990:112, sebagaimana

dalam Dale,dkk (1971: 220). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas

adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu

yg lain atau kiasan. Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya

tarik akan bertambah (Sumarjo dan Saini, 1984:127).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan ragam

bahasa tertentu dalam karyanya sehingga memberi kesan pada pembacanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

17

3. Jenis-jenis Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan kemampuan pengarang dalam menggunakan

ragam bahasa tertentu dalam karyanya sehingga memberi kesan pada

pembacanya. Pemilihan dan penggunaan berbentuk kiasan bisa saja

berhubungan dengan selera, kebiasaan, kebutuhan dan kreativitas pengarang.

Penelitian gaya bahasa terutama dalam karya sastra yang diteliti adalah wujud

(bagaimana bentuk) gaya bahasa itu dan efek apa yang ditimbulkan oleh

penggunaannya atau apa fungsi penggunaan gaya bahasa tersebut dalam karya

sastra.

Hendy (1985:100) membagi gaya bahasa dalam empat kelompok,

antara lain:

a. Gaya Bahasa Penegasan

Gaya bahasa penegasan ini ada 16 macam, antara lain :

1) Pleonasme , yaitu penegasan dengan menggunakan kata yang

sama maksud dengan kata mendahuluinya. Misalnya:

a) Majulah ke depan (ke depan sudah berarti maju)b) Mundur segera ke belakang (mundur sudah berarti ke

belakang)c) Capek mulut saya berbicara (yang digunakan untuk

berbicara memang mulut, bukan yang lain)

2) Repetisi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang kata yang

dipakai dalam pidato atau karangan prosa. Misalnya:

a) Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang dan terus berjuang.

b) Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

18

3) Tautologi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang sebuah kata

beberapa kali dalam sebuah kalimat. Misalnya:

a) Kejar, kejarlah impianmu.b) Lepas, lepaskanlah semua kegelisahanmu.c) Biar, biarkan semuanya berjalan seperti air mengalir.

4) Paralelisme, yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi.

Paralelisme dibagi 2 macam, yaitu:

a) Anafora, pengulangan awal baris kalimat:

Kucari kau dalam toko-tokoKucari kau karena cemas karena sayangKucari kau karena sayang karena bimbangKucari kau karena kaya mesti di ganyang.

b) Epifora, pengulangan kata pada akhir baris atau kalimat

berurutan. Misalnya:

Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidurAku mencercah daging ketika kau tidur

5) Klimaks, melukiskan keadaan yang menaik. Misalnya:

a) Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil berjajer di halaman.

b) Baik itu RT, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, maupun Presiden memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan.

6) Antiklimaks, melukiskan keadaan yang makin menurun. Misalnya: Orang tua, dewasa, remaja, dan anak-anak semuanya hadir dalam kegiatan bakti sosial itu.

7) Retorik, pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban,karena

telah sama-sama dimaklumi jawabannya. Biasanya dipakai

dalam pidato, untuk menandaskan maksud atau untuk mengejek.

Misalnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

19

a) Menegaskan: Siapa yang tidak ingin hidup bahagia dunia akhirat?

b) Mengejek: Apa ini hasil dari pekerjaanmu selama bertahun-tahun?

8) Inversi, susunan kalimat yang predikatnya mendahului subjek,

untuk menghidupkan pernyataan. Misalnya:

a) Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya.

b) Merantaulah mereka ke negeri seberang.

9) Elipsis, pemakaian kalimat elipsis, yaitu menyebutkan salah

satu bagian kalimat saja,mungkin subjeknya saja, atau objeknya

saja, karena sudah dalam suasana yang sama-sama dimaklumi.

Misalnya:

a) Dia dan ibunya ke Tasikmalaya (penghilangan predikat pergi).

b) Lari! (penghilangan predikat kamu).

10)Koreksio, penggunaan kata lain yang lebih tepat sebagi koreksi

terhadap kata yang dipakai terdahulu. Misalnya:

a) Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!b) Tadi malam… oh bukan, tadi pagi maksud saya,

tetangga sebelah mencuri mangga tetangga sebelahnya.

11)Interupsi, yaitu penyisipan kata atau kelompok kata pada

kalimat. Misalnya:

a) Pak Karto, lurah desaku, orangnya sangat baik.b) Yogyakarta, kota pelajar itu, mulai hari ini menjadi

tuan rumah AFTA.

12)Asindenton, yaitu menyebutkan sesuatu berturut-berturut tanpa

menggunakan kata penghubung, agar pembaca mengalihkan

perhatianya kepada hal-hal yang disebutkan itu. Misalnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

20

Bus, truk, motor, semuanya ditahan dan penumpangnya diperiksa satu persatu.

13)Polisendenton yaitu melukiskan rangkaian kejadian dengan

menggunakan kata penghubung, lebih-lebih dalam sastra lama.

Misalnya:

Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang, apabila orang empunya kampung itu melihat akan dia, maka diusirnyalah dengan kayu, maka si miskin itupun larilah ia ke pasar.

14) Preterito, yaitu menyembunyikan maksud yang sebenarnya

supaya pendengar berpikir dan turut menyelidiki. Misalnya:

Hal ini tak usah saya ceritakan lagi, umum sudah tahu.

15) Enumersi, yaitu uraian secara satu persatu dengan kalimat singkat agar bagian-bagian itu jelas dalam keseluruhannya. Misalnya:

Saling jaga tata susilaSaling bina martabat bersamaAgar semua hidup bahagia

16) Esklamasi, Pemakaian kata-kata seru untuk mempertegas

seruan. Misalnya:

Subhanallah, indah benar pemandangan ini!

b. Gaya Bahasa Perbandingan

1) Metafora, yaitu membandingkan dua hal secara langsung,tetapi

dalam bentuk yang singkat. Misalnya:

a) Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur. (ratu malam=bulan)

b) Aku sangat mencintai buku karena buku adalah jendela dunia. (jendela dunia=sumber ilmu)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

21

2) Personifikasi, yaitu kiasan yang menggambarkan benda-benda

mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki

sifat kemanusiaan. Misalnya:

a) Nyiur melambai memanggil beta ke pantai.b) Awan hitam menebal diiringi halilintar bersahut-sahutan.

3) Litotes, yaitu gaya bahasa untuk merendahkan diri dengan

menyebutkan keadaan yang berlawanan. Misalnya:

a) Terimalah hadiah ini ala kadarnya ! (padahal hadiahnya mahal-mahal )

b) Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.(padahal pemberiannya sangat berharga)

4) Metonimia, yaitu melukiskan arti yang mengkhusus karena telah

merupakan istilah yang tertentu dan telah bergeser dari arti yang

semula. Misalnya:

Ayah baru saja membeli zebra, padahal saya ingin kijang

(mobil)

5) Simbolik atau pelambang, yaitu melukiskan suatu benda dengan

simbol atau lambang. Misalnya:

a) Bunga kemboja adalah lambang kematianb) Bunga adalah lambang wanita dan keindahan

6) Eufimisme, yaitu pemakaian kata-kata halus sebagai ganti kata-

kata dianggap kasar ,kurang sopan atau tabu. Misalnya:

a) Penjahat perang Bosnia telah diamankan PBB. (penjahat perang=teroris)

b) Karyawan Adam Air telah dirumahkan sejak tiga bulan yang lalu. (di rumahkan= di penjarakan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

22

7) Hiperbola, gaya bahasa yang dipakai untuk melebih-lebihkan

sesuatu. Misalnya:

a) Ayah bekerja membanting tulang demi kami. (membanting tulang = kerja keras)

b) Pekik merdeka berkumandang di angkasa.

8) Alusio, pemakaian karmina atau penting, kilat yang tidak

diselesaikan, untuk menyampaikan suatu maksud yang

tersembunyi. Misalnya:

a) Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakri?b) Kartini kecil itu memperjuangkan haknya.

9) Parabel, maksud yang samar-samar yang terdapat dalam uraian

sebuah cerita, pembaca harus menelaah sedalam-dalamnya agar

mengerti maksud karangan tersebut. Misalnya:

Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar.

10) Asosiasi, perbandingan yang menimbulkan asosiasi terhadap

keadaan yang sebenarnya. Misalnya:

Mukanya pucat bagaikan mayat.

11) Tropen, kilasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan

yang dilakukan seseorang. Misalnya:

Wawa duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya.

12) Pars pro toto, menyebut sebagian, tapi yang dimaksudkan

seluruh bagian. Misalnya:

Sampai sore ini, Ita belum kelihatan batang hidungnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

23

13) Totem proparte, menyebutkan seluruh bagian, tapi yang

dimaksudkan sebagian saja. Misalnya:

a) Sekolah kami memenangkan pertandingan itu. (yang menang sesungguhnya tim yang main saja)

b) Indonesia meraih medali perunggu dalam kejuaraan Uber Cup 2008. (Yang meraih medali perunggu sesungguhnya hanya semua regu Uber Cup)

14) Ferifrasi, gaya bahasa perbandingan dengan jalan mengganti

sebuah kata dengan gabungan (frase) yang sama arti dengan

kata yang diganti tersebut. Misalnya:

Mila telah menyelesaikan kuliahnya tahun 2008.

15) Antonomasia, gelaran atau julukan kepada seseorang. Misalnya:

Si gendut suka sekali melucu.

16) Alegori, suatu cerita singkat yang mengandung kilasan makna.

Misalnya:

Pasangan suami istri itu menjalani bahtera rumah tangganya dengan tenang.

c. Gaya Bahasa Sindiran

Gaya bahasa sindiran ada 3 macam yaitu :

1) Ironi, gaya bahasa sindiran halus. Misalnya:

a) Rajin benar, jam 9 baru bangun.b) Bagus benar tulisanmu, seperti cakar ayam.

2) Sinis, gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk

kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan

ketulusan hati. Misalnya:

Kelakuanmu seperti anjing kepanasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

24

3) Sarkasme, cemooh yang kasar, bahkan kadang-kadang merupakan

kutukan. Misalnya:

a) Kamu bodoh.b) Aku muak melihat wajahmu.

d. Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya bahasa pertentangan ada 4 macam,antara lain:

1) Kontradiksi, yaitu gaya bahasa pertentangan dengan jalan

menggunakan sebuah kata yang dipakai terdahulu. Misalnya:

a) Semua kelas telah diperiksa, hanya kelas satu yang belum.(kalau masih ada yang belum diperiksa, mengapa dikatakan ‘semua’ telah diperiksa?)

b) Semua penduduk telah mengungsi, kecuali perempuan tua itu.(kalau masih ada yang belum mengungsi, mengapa dikatakan ‘semua’ telah mengungsi?)

2) Paradoks, yaitu melukiskan sesuatu yang seolah-olah berlawanan

tetapi logikanya ada. Misalnya:

Dia itu kaya harta tapi miskin hati.

3) Antitesis, yaitu pemakaian kata-kata yang berlawanan arti, untuk

lebih menghidupkan pernyataan. Misalnya:

a) Tua-muda, besar-kecil, pria-wanita, berduyun-duyun pergi ke lapangan.

b) Hujan-panas, siang-malam, pagi-sore, tak henti-hentinya dia mencari anaknya yang hilang itu.

4) Okupasi, yaitu gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau

keberatan terhadap sesuatu yang oleh umum (orang banyak

dianggap benar). Misalnya:

Merokok memang mempercepat proses kematian tetapi si perokok tak mau menghentikannya. Akibatnya bermunculan pabrik-pabrik rokok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

25

Moeliono (1989: 175) membedakan gaya bahasa menjadi tiga. Gaya

bahasa tersebut antara lain: (1) perbandingan yang meliputi perumpamaan

metafora, dan penginsanan; (2) pertentangan yang meliputi hiperbola, litotes,

dan ironi; (3) pertautan yang meliputi metonomia, sinekdoke, kilatan, dan

eufemisme. Sementara itu dalam bukunya Bimbingan Pemantapan Bahasa

Indonesia, Kosasih (2004) menjabarkan macam-macam majas atau gaya

bahasa menjadi empat jenis antara lain:

1. majas perbandingan yang meliputi: personifikasi, perumpamaan,

metafora, dan alegori;

2. majas pertentangan yang meliputi: hiperbola, litotes, ironi, paradox, dan

antithesis;

3. majas pertautan yang meliputi: metonimia, sinekdoke, alusi, dan

ellipsis;

4. majas perulangan yang meliputi: aliterasi, antanaklasis, repetisi, dan

paralelisme.

Menurut Gorys Keraf (2009:115), gaya bahasa terbagi menjadi dua

bagian yaitu dari segi nonbahasa dan segi bahasa. Dilihat dari segi nonbahasa,

gaya bahasa terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu: (1) gaya bahasa berdasarkan

pengarang, (2) gaya bahasa berdasarkan masa, (3) gaya bahasa berdasarkan

medium, (4) gaya bahasa berdasarkan subjek, (5) gaya bahasa berdasarkan

tempat, (6) gaya bahasa berdasarkan hadirin, (7) gaya bahasa berdasarkan

tujuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

26

Dilihat dari segi bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan,

maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang

dipergunakan, antara lain:

1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa ini mempersoalkan kata

mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam

kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan

pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini

mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian pemakaian bahasa dalam situasi-

situasi tertentu. Gaya bahasa ini dapat dibedakan menjadi gaya bahasa

resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan.

a. Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa yang bentuknya lengkap dan

dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, seperti dalam

pidato presiden, berita Negara, dan pidato-pidato penting lainnya.

b. Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipergunakan

dalam bahasa standar atau kesempatan yang kurang formal. Gaya

bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, artikel-

artikel, dan sebagainya. Gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa

yang umum dan normal bagi pelajar.

c. Gaya bahasa percakapan adalah gaya bahasa yang ada sejalan dengan

kata-kata percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah

kata-kata popular dan kata-kata percakapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

27

2. Gaya bahasa berdasarkan nada

Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang

dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana.

Sering kali sugesti ini akan lebih nyata di dalam bahasa lisan.

3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat

Gaya bahasa ini diciptakan berdasarkan struktur kalimat. Struktur

kalimat disini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang

dipentingkan dalam kalimat tersebut. Keraf membagi gaya bahasa

berdasarkan struktur kalimat menjadi:

a. Klimaks, gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang

bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang

dimulai dari gagasan yang kurang penting kepada hala-hal yang

lebih penting.

b. Antiklimaks, gaya bahasa yang yang gagasannya diurutkan dari

yang paling penting ke gagasan yang kurang penting.

c. Paralelisme adalah gaya bahasa yang bersifat sejajar dalam

pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang

sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Namun bila terlalu

banyak digunakan, maka kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan

mati.

d. Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan

yang bertentangan, dengan menggunakan kata-kata atau kelompok

kata yang berlawanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

28

e. Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian

kalimat yang dianggap penting untuk member tekanan dalam

sebuah konteks yang sesuai. Jenis-jenis repetisi diantaranya adalah

epizeuksis, tautotes, anaphora, epistrofa, symploche, mesodiplosis,

epanalepsis, dan anadiplosis.

4. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna

Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya

disebut sebagai trope atau figure of speech. Dalam gaya bahasa ini, terjadi

suatu penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif dari bahasa

biasa dalam ejaan, pembentukkan kata, konstruksi kalimat, klausa, frasa,

ataupun aplikasi sebuah istilah untuk memperoleh kejelasan, penekanan,

hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain. Fungsi dari figure of speech ini

adalah menjelaskan, memperkuat, menghidupkan obyek mati,

menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak ketawa atau untuk hiasan. Gaya

bahasa ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

a. Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa yang mengalami

penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu.

Macam-macam gaya bahasa retoris adalah sebagai berikut:

1) Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud

perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan

dalam puisi atau kadang dalam prosa.

2) Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud

perulangan bunyi vokal yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

29

3) Anastrof atau inverse adalah semacam gaya retoris yang

diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam

kalimat.

4) Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa yang mana penulis

atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi seperti

menyangkalnya.

5) Apostrof adalah semacam gaya bahasa yang berbentuk

pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak

hadir. Cara ini biasanya digunakan oleh orator klasik.

6) Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat

padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa

yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.

7) Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari

asyndeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan

dihubungkan oleh kata sambung.

8) Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri atas dua bagian, baik

frasa maupun klausa, yang sifatnya berimbang dan

dipertentangkan satu sama lain.

9) Elipsis adalah suatu gaya bahasa yang menghilangkan suatu

unsur kalimat agar ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau

pendengar, sehingga struktur gramatikal kalimatnya memenuhi

pola yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

30

10) Eufemisme adalah gaya bahasa yang semacam acuan berupa

ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang,

atau ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata yang

mungkin dirasakan menghina.

11) Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk

menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.

Unggapan yang menyatakan suatu gagasan yang berlawanan.

12) Histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan

kebalikan dari sesuatu yang logis atau sesuatu yang wajar.

13) Pleonasme dan tautology adalah gaya bahasa yang

mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang

diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan.

14) Perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme,

namun kata-kata yang berlebihan dalam gaya bahasa perifrasis

ini sebenarnya dapat digantikan dengan satu kata saja.

15) Prolepsis atau Antisipasi adalah gaya bahasa di mana orang

mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata

sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.

16) Erotesis adalah gaya bahasa yang dipergunakan dalam pidato

atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar.

17) Silepsis dan Zeugma adalah gaya di mana orang

mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

31

menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang

sebenarnya hanya salah satunya yang berhubungan dengan

kata pertama.

18) Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud,

mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian

memperbaikinya.

19) Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung

suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan

sesuatu.

20) Paradoks adalah gaya bahasa pertentanggan yang nyata

dengan fakta-fakta yang ada.

21) Oksimoron adalah gaya bahasa yang berusaha

menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang

bertentangan. Gaya bahasa ini mengandung pertentangan

denga mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa

yang sama.

b. Gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang mengalami

penyimpangan lebih jauh, khususnya dalam bidang makna.

1) Persamaan/simile

Persamaan / simile adalah perbandingan yang bersifat

eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan eksplisit ialah

bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal

yang lain. Untuk itu ia memerlukan upaya yang secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

32

eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti,

sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.

a) Kikirnya seperti kepiting batub) Bibirnya seperti delima merekah

2) Metafora

Metafora adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun

todak menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan

dilakukan secara langsung tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat,

laksana, dan semacamnya. Misalnya:

a) Kesabaran adalah bumib) Kesadaran adalah mataharic) Keberanian menjelma kata-kata

3) Alegori

Alegori adalah kata kiasan berbentuk lukisan/cerita kiasan,

merupakan metafora yang dikembangkan. Misalnya:

Sanjak “Menuju Ke Laut” karya Sutan Takdir Alisyahbana.

Biasanya bersifat simbolis.

4) Personifikasi

Personifikasi adalah gaya bahasa yang mempersamakan

benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan,

pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh

manusia. Misalnya:

a) Angin bercakap-cakap dengan daun-daun, bunga-bunga, kabut dan titik embun.

b) Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk erat sanubari bangsaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

33

5) Alusi

Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan

kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Misalnya:

Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya.

6) Eponim

Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya

begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga

nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Misalnya:

Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan; Hellen dari

Troya untuk menyatakan kecantikan.

7) Epitet

Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat

atau cirri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.

Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang

menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu

barang.

a) Lonceng pagi untuk ayam jantanb) Puteri malam untuk bulanc) Raja rimba untuk singa

8) Sinekdoke

Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata

Yunani synekdechesthai yang berarti menerima bersama-

sama. Sinekdoke adalah semacam bahasa figurative yang

mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

34

keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan

untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Misalnya:

a) Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,-b) Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia

melawan Malaysia di Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita kekalahan 3 - 4.

9) Metonimia

Kata Metonomia diturunkan dari kata Yunani meta yang

berarti menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti

nama. Dengan demikian, metonomia adalah suatu gaya

bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan

suatu hal yang lain karena mempunyai pertalian yang sangat

dekat. Misalnya:

Ia membeli sebuah Chevrolet.

10) Antomonasia

Antonomasia merupakan sebuah bentuk khusus dari

sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk

menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau jabatan untuk

menggantikan nama diri. Misalnya:

Yang Mulia tidak dapat menghadiri pertemuan ini.

11) Hipalase

Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata

tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang

seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Atau

secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

35

kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen

gagasan. Misalnya:

Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah ( yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya)

12) Ironi

Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan

menggunakan hal lain yang berlawanan dengan tujuan agar

orang yang dituju tersindir secara halus. Misalnya:

Untuk apa susah-susah belajar, kau kan sudah pintar.

13) Satire

Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak

sesuatu. Bentuk ini tidak harus bersifat ironis. Satire

mengandung kritik tentang kelemahan manusia.

Misalnya:

Jangan pernah berpikir kau adalah dewa, menghadapi masalah seperti ini pun kau sudah kewalahan.

14) Inuendo

Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan

kenyataan yang sebenarnya. Misalnya:

Setiap ada pesta ia pasti sedikit mabuk karena kebanyakan

minum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

36

15) Antifrasis

Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan

sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja

dianggap sebagai ironi sendiri. Misalnya:

Lihatlah sang raksasa telah datang (maksudnya si cebol).

16) Paronomasia

Paronamasia adalah kiasan dengan mempergunakan

kemiripan bunyi yang berupa permainan kata, tetapi terdapat

perbedaan besar dalam maknanya. Misalnya:

“Engkau orang kaya!” “Ya, kaya monyet!”.

Menurut Tarigan (1985) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran

Semantik, gaya bahasa dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu:

(1) Majas Perbandingan, (2) Majas Pertentangan, (3) Majas Pertautan, dan (4)

Majas Perulangan. Adapun penjelasan masing-masing gaya bahasa di atas

adalah sebagai berikut:

1. Majas perbandingan

Majas perbandingan adalah jenis majas bahasa Indonesia yang

memperbandingkan sesuatu dengan yang lain. Majas perbandingan dapat

dikelompokan sebagai berikut:

a. Metafora adalah gaya pengungkapan berupa perbandingan analogis

menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan, antara dua hal yang

berbeda.

Contohnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

37

1) Aku adalah angin yang kembara2) Dia adalah anak emas pamanku 3) Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar

b. Alegori adalah suatu cara yang menyatakan sesuatu dengan sesuatu

yang lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori merupakan

metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah

obyek atau gagasan yang diperlambangkan.

Contohnya:

1) Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman2) Hidup kita diumpamakan dengan biduk atau bahtera yang

terkatung-katung di tengah lautan3) Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera hidup

keluargamu sebab lautan kehidupan ini penuh badai, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang yang setiap saat dapat menghancurkan. Oleh karena itu, nahkoda dan para awaknya harus selalu seia sekata dan satu tujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan selamat.

c. Simile adalah sejenis majas yang membandingkan antara dua hal yang

pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama antara satu

dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata depan dan

penghubung seperti : layaknya, bagaikan, dan lain-lain.

Contohnya:

1) Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam2) Seperti langit dan bumi3) Ibarat mengejar bayangan di siang hari

d. Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan kepada

barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Majas ini dapat pula

diartikan sebagai penggambaran benda-benda yang tak bernyawa

seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

38

Contohnya:

1) Mentari mengintip wajahku lewat jendela; 2) Hujan memandikan tanaman disiang hari; 3) Badai menderu-deru, lautan mengamuk; 4) Hatinya berkata bahwa perbuatan itu tak boleh dilakukannya.

e. Antitesis adalah sejenis majas yang mengadakan komparasi atau

perbandingan antara dua antonim (yaitu salah satu yang mengandung

ciri-ciri semantik yang bertentangan).

1) Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu.2) Aneh, gadis secantik si Ida diperisteri pemuda sejelek si Deni.

2. Majas Pertautan

a. Majas Metonemia

Majas yang menggunakan sebuah nama yang nama tersebut bertaut

dengan benda/orang sehingga dapat menggantikan benda yang

dimaksudkan.

Contohnya:

1) Ibu ke pasar naik bebek2) Adik memakai bata3) Adik menulis dengan pilot4) Khairil Anwar banyak dibaca masyarakat

b. Majas Sinekdoke

Majas yang menyebutkan sebagian/seluruhnya mengenai suatu benda.

1) Sinekdoke Pars Prototo

Majas yang menyebutkan sebagian suatu benda tetapi yang

dimaksudkan keseluruhan/seluruhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

39

Contohnya:

a) Ayah membeli dua ekor kambingb) Ia tidak mau menginjakkan kakinya di sini

2) Sinekdoke Totem Pro Parte

Majas yang menyebutkan keseluruhan suatu benda tetapi yang

dimaksudkan sebagian.

Contohnya:

a) Kaum putri pada tanggal 21 April memperingati Hari Kartini

b) Perang Dunia II berakhir pada tahun 1498

c. Majas Eufimisme

Majas yang menggunakan kata-kata yang dianggap lebih sopan, lebih

halus, untuk menggantikan kata-kata yang dianggap kasar/tabu.

Contohnya:

1) Ia baru saja keluar dari LP

2) Karena ditinggal suaminya, ia agak kurang waras

d. Majas Alusio

Majas yang menggunakan kata ungkapan/peribahasa yang ditulis

sebagian saja karena secara umum orang sudah mengetahui maksud

dan kelanjutan peribahasa tersebut.

Contohnya:

1) Hendaknya kita sedia payung dalam berbagai kegiatan2) Setiap usaha umumnya berakit-rakit ke hulu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

40

3. Majas Perulangan

a. Majas Aliterasi

Majas perulangan (repetisi) yang mengulang pada huruf konsonan

yang terjadi dalam baris atau kalimat.

Contohnya:

1) Kuda kami kian kemari2) Bagai batu membesi benar

b. Majas Asonansi

Majas yang mengulang pada huruf vokal terjadi pada baris puisi atau

kalimat.

Contohnya:

Mati api di dalam hati

c. Majas Anafora

Majas yang mengulang pada kata awal dalam kalimat.

Contohnya:

Kamu bilang hidup ini berengsek, kamu bilang hidup ini tak berarti

d. Majas Epifora

Majas yang mengulang kata akhir dalam baris kalimat.

Contohnya:

Selusin gelas ditumpuk tak pecah, selusin piring ditumpuk tak pecah.

4. Majas pertentangan

Majas pertentangan dapat dikelompokkan ke dalam delapan bagian

antara lain:

a. Majas Hiperbola

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

41

Majas yang melukiskan keadaan/peristiwa secara berlebih-lebihan

tujuannya untuk menegaskan arti.

Contohnya:

1) Badannya kurus, kulit membalut tulangnya2) Ia bekerja membanting tulang, memeras keringat, dan

memutar otak

b. Litotes

Majas yang mengungkapkan keadaan yang berlawanan artinya dengan

keadaan yang sebenarnya tujuannya untuk merendahkan diri.

Contohnya:

1) Makanlah dengan garam saja2) Mampirlah ke gubuk saya

c. Ironi

Majas yang mengungkapkan keadaan yang berlawanan artinya dengan

keadaan yang sebenarnya tujuannya untuk menyindir secara halus.

Contohnya:

1) Bagus benar tulisanmu sehingga sulit dibaca2) Kopi ini manis sekali, gula mahal, iya?

d. Sarkasme

Majas yang mengungkapkan sindiran secara kasar.

Contohnya:

Muak aku melihat tampangmu

e. Antitesis

Majas pertentangan yang pertentangan itu dinyatakan langsung dalam

kalimatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

42

Contohnya:

1) Besar kecil, tua muda, semua berbondong-bondong ke lapangan

2) Kaya miskin seseorang tidak mempengaruhi sifatnya

f. Paradoks

Majas pertentangan/perlawanan yang pertentangan itu bertentangan

dengan keadaan yang sebenarnya.

Contohnya:

1) Ia merasa kesepian di tengah keramaian kota2) Ia merasa terhimpit di antara harta yang melimpah

g. Klimaks

Majas yang menunjukkan keadaan semakin lama semakin

meningkat/tinggi.

Contohnya:

PKn diajarkan sejak SD, SMP, SMA, dan di Perguruan Tinggi

h. Anti Klimaks

Majas yang mengungkapkan keadaan/pernyataan dari yang tinggi ke

yang rendah.

Contohnya:

Jangankan seribu, seratus, bahkan serupiah pun aku tak punya

Sementara Tarigan (1985) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran

Gaya Bahasa, membagi gaya bahasa dalam empat kelompok besar. Pertama,

gaya bahasa perbandingan yang terdiri atas: perumpamaan, metafora,

personifikasi, depersonifikasi, alegori, antithesis,pleonasme, perifrasis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

43

prolepsis, dan koreksio. Kedua, gaya bahasa pertentangan yang terdiri atas:

hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paranomasia, paralipsis, zeugma, satire,

innuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, anti klimaks, apostrof, anastrof,

apofasis, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme. Ketiga, gaya

bahasa pertautan yang terdiri atas: metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme,

eponim, epitet, antonomasia, erotesis paralelisme, ellipsis, gradasi, asindenton,

dan polisindenton. Terakhir, gaya bahasa perulangan yang terdiri atas:

aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anaphora,

epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis.

Menurut Agni (2009:107), majas terdiri atas empat kategori yaitu:

majas perbandingan, majas sindiran majas penegasan, dan majas pertentangan.

Majas perbandingan terdiri atas alegori, alusio, simile, metafora,

antroposfimisme, sintesia, antonomasia, apronim, metonimia, litotes,

hiperbola, personifikasi, depersonifikasi, pars pro toto, totum pro parte,

eufemisme, hipokorisme, disfemisme, fable, dan parabel. Majas sindiran

terdiri atas sinisme, sarkasme, ironi, satire, dan innuendo. Majas penegasan

terdiri atas apofasiasi, pleonasme, repetisis, parairama, aliterasi, paralelisme,

tautology, sigmantisme, antanaklasis, klimaks, antiklimaks, inverse, retoris,

ellipsis, koreksio, polisindenton, asidenton, dan zeugma. Majas pertentangan

terdiri atas paradox, oksimoron,dan anakroisme.

Dari beberapa pendapat di atas, ada perbedaan mengenai istilah majas

dan gaya bahasa. Ada ahli yang menggunakan istilah majas, ada ahli yang

menggunakan istilah gaya bahasa dan ada juga ahli yang menyamakan kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

44

istilah tersebut. Dari berbagai pendapat tersebut, peneliti mencoba untuk

mengerucutkan istilah majas dan gaya bahasa. Peneliti menyimpulkan bahwa

gaya bahasa merupakan bagian dari majas. Hal ini karena majas merupakan

bahasa yang dipergunakan secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang

sebenarnya. Dalam menyampaikan maksudnya, pengarang tentu

memanfaatkan kekayaan bahasa untuk mengungkapkan makna dari apa yang

ditulisnya. Pemanfaatan bahasa itu diwujudkan pengarangnya dengan

penggunaan kata-kata yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat

mempengaruhi pembacanya. Penggunaan kata-kata itu ada berbagai macam

cara atau gaya pengungkapan, tergantung dari kepribadian penulis. Dari

situlah pengarang dapat menggunakan berbagai macam gaya bahasa dalam

menyampaikan tulisannya. Dari situlah maka dapat disimpulkan bahwa majas

terbagi dalam empat kategori yaitu majas perbandingan, majas pertentangan,

majas pertautan, dan majas perulangan. Dalam setiap majas itulah terdapat

berbagai jenis gaya bahasa.

Dari ulasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa majas perbandingan

terdiri atas empat jenis yaitu: gaya bahasa perumpamaan/ simile, gaya bahasa

personifikasi, gaya bahasa metafora, dan gaya bahasa alegori.

4. Interpretasi

Widi (2010: 74) menyatakan bahwa interpretasi merupakan

penafsiran makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain.

Penafsiran atas kata harus dilandasi oleh sikap obyektif. Interpretasi

dilakukan supaya data sejarah yang telah terkumpul dapat dipahami oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

45

orang lain sehingga menjadi fakta sejarah. Dalam tahapan ini seringkali

subyektivitas peneliti mulai muncul. Oleh karena itu agar hal itu tidak

terjadi atau paling tidak diminimalkan, maka diperlukan analisis dan

sintesis.

Ada beberapa jenis interpretasi, antara lain:

a. Interpretasi verbal: interpretasi ini berkaitan dengan beberapa factor,

antara lain:

a) Bahasa

Kebanyakan pendekatan terhadap arti sebuah dokumen terletak

pada kata dan kalimat. Interpretasi verbal berfungsi

menjelaskan arti kata-kata atau kalimat tersebut. Penjelasan ini

tidak bias diperoleh tanpa mengetahui bahasa yang

dipergunakan dalam menuliskan suatu dokumen.

b) Perbendaharaan kata

Perbendaharaan kata selayaknya dikuasai peneliti secara

kompleks sehingga dapat menginterpretasi suatu sumber

sehingga mengetahui ungkapan-ungkapan yang dipergunakan

dalam dokumen.

c) Tata bahasa dan konteks

Tata bahasa dan konteks berfungsi untuk mengetahui arti kata,

kalimat, maupun wacana. Oleh karena itu peneliti harus

memahami tata bahasa dalam sebuah sumber yang dikaji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

46

d) Terjemahan atau tafsiran

Sumber yang digunakan adalah sumber yang belum

diterjemahkan karena jika sumber yang digunakan telah

diterjemahkan akan dikhawatirkan hasilnya kurang akurat.

b. Interpretasi teknis

Interpretasi teknis dari sebuah dokumen pada dua pertimbangan. Pertama

tujuan penyusunan dokumen, yang kedua bentuk tulisan aslinya. Tujuan

interpretasi teks tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga untuk

penikmatan intelektual, emosional, dan seni.

c. Interpretasi logis

Interpretasi logis didasarkan pada pola berpikir, artinya pola pikir

berdasarkan cara berpikir yang benar. Jadi dalam menafsirkan sebuah

dokumen harus dipandang secara keseluruhan serta memuat gagasan yang

logis.

d. Interpretasi psikologis

Interpretasi psikologis adalah interpretasi yang berusaha untuk membaca

dengan tinjauan (kaca mata) pembuat dokumen yang menyangkut dua

aspek yaitu general dan individual. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi reaksi psikologis dalam diri seorang pengarang, antara lain:

a) Asal-usul, lingkungan, tempat hidup, dan pengalaman pribadi

b) Pembentukan cultural

c) Karakter pengarang

d) Tujuan penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

47

e. Interpretasi faktual

Interpretasi faktual adalah interpretasi yang tidak didasarkan atas kata-kata

tetapi pada fakta. Dalam hal ini yang menjadi titik pertimbangan adalah

membiarkan fakta “berbicara” sendiri tanpa perlu membuat penafsiran

yang macam-macam sehingga interpretasi factual dapat dikatakan

menyempurnakan interpretasi lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

48

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau sering juga disebut

studi pustaka. Zed (2004:3) menjelaskan bahwa studi pustaka adalah serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Sangadji (2010:28) menjelaskan

bahwa penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan

menggunakan literasi (kepustakaan) baik berupa buku, catatan, maupun laporan

hasil penelitian dari peneliti terdahulu.

B. Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen yang terdapat

dalam buku Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu. Data

penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam

kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik baca-catat. Teknik baca mempunyai maksud pembacaan dilakukan secara

cermat dan berulang-ulang. Teknik catat adalah pencatatan dari hasil

pengamatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

49

D. Teknik analisis data

Dengan teknik tersebut, peneliti melakukan analisis data melalui tahapan-

tahapan sebagai berikut: (1) peneliti menginventarisasi data yang sudah berhasil

dikumpulkan, (2) peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan kriteria tertentu,

(3) peneliti mengidentifikasi data berdasarkan ciri khas yang ditemukan dari data

yang sudah terkumpul, dan (4) peneliti menginterpretasi atau memaknai hasil

analisis data, dan (5) peneliti mendeskripsikan hasil analisis data tersebut.

Tabel 1Pengkodean Jenis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan

Klasifikasi KodeJenis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan

1. Gaya Bahasa Metafora M2. Gaya Bahasa Simile/ Perumpamaan S3. Gaya Bahasa Personifikasi P4. Gaya Bahasa Alegori A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, akan dibahas tentang: deskripsi data, hasil analisis data yang

meliputi analisis gaya bahasa dan analisis makna, dan pembahasan.

A. Deskripsi Data

1. Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!

No. Kalimat Kode1. “Sepanjang hidup saya melihat manusia berkaki empat.

Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” (hal 1)

M.1

2. “Hati saya terasa ngilu bagai disayat-sayat sembilu” (hal 2) S.13. “Atau akal merekakah yang sedang memerintah hati untuk

membohongi perasaannya sendiri?” (hal 6)P.1

4. “Di depan umum ia hanyalah wanita berkepala anjing dan berbuntut babi yang kerap menyembunyikan buntutnya di kedua belah paha singanya” (hal 8)

M.2

5. “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” (hal 8) P.2

2. Cerpen Lintah

No. Kalimat Kode6. “Keingintahuan saya mendesak kuat” (hal 12) P.37. “Dan mata lintah kelihatan benar-benar tertawa” (hal 14) P.48. “Saya pernah membaca di surat kabar bahwa Ibu sudah diberi

julukan penyanyi Medusa” (hal 14)M.3

9. “Bau wangi menyergap hidung saya” (hal 16) P.510. “Angin membuka tirai jendela” (hal 18) P.6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

51

3. Cerpen Durian

No. Kalimat Kode11. “Ia ingin menjilati tangannya yang sedikit berdarah tergores

duri dan terkena daging buah durian yang sedikit menyeruak ketika ia membukanya” (hal 22)

P.7

12. “Bau durian keemasan telah mengepung seisi rumah besar itu” (hal 23)

P.8

4. Cerpen Melukis Jendela

No. Kalimat Kode13. “Luka bekas sayatan di pipinya mulai memudar dan ternyata

tidak juga dapat menyembunyikan kecantikan Mayra” (hal 36)

P.9

14. “Tiba-tiba ia diserang rasa perasaan cemas jika mimpinya menjadi kenyataan” (hal 37)

P.10

15. “Ia sering masuk ke dalam jendela itu lalu menemukan dirinya terbaring di hamparan hangat pasir putih dan riak ombak menggelitik pucuk jari kakinya” (hal 38)

P.11

16. “Bayangan rambut hitam laki-laki yang tergerai hingga dada menari-nari tertiup angin di atas kuda putih tak berpelana” (hal 38)

P.12

17. “Udara pagi menusuk kulitnya namun hatinya hangat oleh rasa suka cita” (hal 39)

P.13

18. “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah Mayra menuju kantin” (hal 39)

S.2

5. Cerpen SMS

No. Kalimat KodeTidak Ada Data yang Ditemukan

6. Cerpen Menepis Harapan

No. Kalimat Kode19. “Suara gong selalu menyambut kedatangan tamu di lobby

hotel ini” (hal 56)P.14

20. “Gelak tawa dan derap kaki anak-anak kecil berlari menyapa hangat telinganya” (hal 56)

P.15

21. “Rintik hujan mulai jatuh bagai jutaan jarum emas S.3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

52

menghujam bumi” (hal 58)22. “Dan ia merasa sangat jauh terasing dari pengunjung hotel

yang sekedar datang untuk makan, minum, dan bermalam. Merasa tidak menjadi bagian dari kemewahan dan kebahagiaan itu. Merasa dirinya cuma serpihan debu yang menyelinap secara sembunyi-sembunyi di antara denting gelas kristal, gemerlap mutiara dan berlian” (hal 61)

M.4

23. Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar (hal. 62)

A

24. “Di atas tempat duduk bar yang tinggi ia harus berusaha duduk dengan sikap yang benar atau belahan tinggi pada pahanya akan memancing kerlingan mata-mata nakal” (hal 63)

P.16

25. “Semua berdesing-desing bagai letusan senapan di sekelilingnya ketika ia melihat sesosok laki-laki berdiri menatapnya” (hal 64)

S.4

7. Cerpen Nayla

No. Kalimat Kode26. “Ia menjadi muram seperti cahaya bulan yang bersinar suram”

(hal 65)S.5

27. “Waktu bagaikan seorang pembunuh yang selalu membuntuti dan mengintai dalam kegelapan” (hal 66)

S.6

28. “Nayla ingin menghantamkan palu ke arah jam sehingga suara alarmnya bungkam” (hal 72)

P.17

29. “Mungkin hidup adalah ibarat mobil berisikan satu tangki penuh bahan bakar”(hal 75)

S.7

8. Cerpen Wong Asu

No. Kalimat Kode30. “Jasad anjing itu terbawa makin ke tengah. Gelap malam

menelan tubuhnya yang pasrah terombang-ambing hingga punah dari penglihatan” (hal 83)

P.18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

53

9. Cerpen Namanya, …

No. Kalimat Kode31. “Cara ibu merunduk rendah ketika menyuguhkan minuman

hingga buah dadanya bagai akan meloncat keluar” (Hal 98)S.8

10. Cerpen Asmoro

No. Kalimat Kode32. “Dari sinar kemerahan itu, burung-burung senja berkepakan

terbang dan sebagian yang tertinggal di belakang mau tidak mau tertelan air laut yang siap luluh bagai pohon tumbang”(hal 107)

S.9

33. “Ketika Adjani hampir sampai di bibir pantai, angkasa sudah menyulap senja menjadi malam” (hal 108)

P.19

34. “Aktivitas di kota itu lumpuh” (hal 109) P.2035. “Keinginannya meledak-ledak untuk segera berjumpa dan

keinginan untuk lebih lama bersama, bagai satu mata koin dengan dua sisi yang berbeda” (hal 111)

S.10

11. Cerpen Manusya dan Dia

No. Kalimat Kode36. “Hatinya menciut bagai seorang gadis kecil yang

bersembunyi di sudut kegelapan” (hal 116).S.11

B. Hasil Analisis Data

Majas merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan

ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu dalam karyanya

sehingga memberi kesan pada pembacanya. Pemajasan merupakan suatu teknik

pengungkapan bahasa yang maknanya tidak menunjuk pada makna harafiah, tetapi

menuju pada makna tersirat. Tujuan digunakan majas dalam satu karya sastra

dimaksudkan untuk memperoleh efek keindahan, kepuitisan dan tujuan-tujuan

lainnya sesuai dengan pengertian masing-masing majas tersebut. Untuk itu, penulis

akan menganalisis majas yang dipakai pengarang dalam kumpulan cerpen Mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

54

Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Majas yang dianalisis hanya

majas perbandingan karena fokus penelitian hanya meneliti penggunaan majas

perbandingan, tidak seluruh kategori majas.

Majas perbandingan terdiri atas gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa

metafora, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa alegori. Ada beberapa majas

yang digunakan oleh Djenar Maesa Ayu dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang,

Saya Monyet!. Dalam uraian ini, penulis akan menjabarkan analisis data dari majas

perbandingan yang ditemukan. Mengingat jumlah kalimat yang sudah ditemukan

cukup besar, maka dalam sajian ini masing-masing gaya bahasa hanya akan

ditampilkan sebanyak tiga sampai empat kalimat sebagai contoh, namun untuk gaya

bahasa alegori hanya ada satu karena hanya ditemukan satu gaya bahasa saja.

Uraian yang lebih lengkap pada seluruh kalimat dapat dilihat pada lampiran.

1. Gaya Bahasa Metafora

Gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan

secara singkat dan padat. Bedanya dengan simile, metafora tidak menggunakan

kata-kata pembanding. Dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!

ditemukan berbagai majas metafora sebagai berikut:

a. “Sepanjang hidup saya melihat manusia berkaki empat. Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” (hal 1) M.1

b. “Di depan umum ia hanyalah wanita berkepala anjing dan berbuntut babi yang kerap menyembunyikan buntutnya di kedua belah paha singanya” (hal 8) M.2

c. “Saya pernah membaca di surat kabar bahwa Ibu sudah diberi julukan penyanyi Medusa” (hal 14) M.3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

55

Gaya bahasa metafora pada kalimat (a) mempunyai dua gagasan, yang

pertama “manusia” sesuatu yang dipikirkan yang menjadi objek sedangkan yang

satunya “berkaki empat. Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala,

landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” merupakan

perbandingan dari pernyataan pertama. Gaya bahasa metafora adalah sejenis gaya

bahasa perbandingan yang singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua

gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi

objek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi. Majas

perbandingan diungkapkan secara singkat dan padat.

Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat nomor (a) memberi

makna bahwa sepanjang hidup tokoh saya melihat manusia-manusia yang

mengaku memiliki akal budi dan berkelakuan baik namun sebenarnya itu hanya

semacam tameng untuk menutupi kelakuan mereka yang liar seperti binatang.

Analisis metafora pada kalimat (b) nampak pada cara pengarang

membandingkan wanita dengan bagian-bagian tubuh dari anjing, babi, dan singa.

Atau dengan kata lain, majas metafora di atas mempunyai dua gagasan, yang

pertama “wanita” sesuatu yang dipikirkan yang menjadi objek sedangkan yang

satunya “berkepala anjing, berbuntut babi, dan paha singa” merupakan

perbandingan dari pernyataan pertama. Hal ini dilakukan pengarang tanpa

menggunakan kata-kata seperti, bagai, bagaikan, layaknya seperti dalam majas

perumpamaan yang menggunakan kata-kata pembanding tersebut.

Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat (b) memberi makna

bahwa sebenarnya wanita tersebut memiliki perilaku yang buruk namun dia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

56

pandai menyembunyikannya dengan bersikap layaknya orang baik-baik di depan

orang banyak.

Gaya bahasa metafora pada kalimat (c) terdapat pada “Ibu” yang menjadi

objek dan yang menjadi pembanding adalah “medusa”. Dalam mitologi Yunani,

Medusa (berarti "penjaga" atau "pelindung") adalah seorang wanita cantik dengan

ular sebagai rambutnya. Medusa pada awalnya adalah seorang perawan cantik dan

merupakan pendeta wanita di kuil milik Athena. Namun suatu ketika ia diperkosa

oleh Poseidon di dalam kuil Athena. Hal ini membuat Athena marah, ia pun

mengubah rambut Medusa menjadi ular dan mengutuk Medusa sehingga siapapun

yang melihat matanya, akan menjadi batu.

Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat nomor (c) memberi

makna bahwa Ibu dari tokoh saya adalah seorang penyanyi terkenal yang sering

diundang ke luar kota. Surat kabar menuliskan bahwa ibu tersebut dijuluki

penyanyi Medusa karena kecantikan yang memikat mata orang-orang, terutama

mata laki-laki. Mungkin, kecantikan tersebut dianggap menjadi kutukan bagi laki-

laki yang tertarik tidak hanya terhadap suara, tetapi juga dengan paras cantiknya.

2. Gaya Bahasa Perumpamaan

Gaya bahasa perumpamaan/simile adalah gaya bahasa yang

membandingkan dua hal yang berbeda tetapi sengaja dianggap sama. Gaya bahasa

ini ditandai dengan kata pembanding seperti, bagaikan, bagai, bak, serupa, dan

kata pembanding lainnya. Dalam kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya

Monyet!” ditemukan berbagai gaya bahasa perumpamaan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

57

a. “Hati saya terasa ngilu bagai disayat-sayat sembilu” (hal 2) S.1b. “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah Mayra

menuju kantin” (hal 39) S.2c. “Rintik hujan mulai jatuh bagai jutaan jarum emas menghujam bumi”

(hal 58) S.3d. “Semua berdesing-desing bagai letusan senapan di sekelilingnya

ketika ia melihat sesosok laki-laki berdiri menatapnya” (hal 64) S.4

Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (a) yakni pengarang

menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata

pembanding seperti, bagai, ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut

menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Namun, kalimat tersebut menggunakan

kata bagai untuk menandakan adanya gaya bahasa perumpamaan. Pengarang

mengibaratkan rasa sakit hati manusia dengan sayatan sembilu.

Kalimat (a) menunjukan bahwa sembilu adalah sebilah pisau yang terbuat

dari bambu yang tipis, kecil, dan tajam. Sembilu ini biasa digunakan oleh orang

zaman dahulu untuk mengiris usus atau bagian-bagian tubuh ayam yang

disembelih. Benda ini tidak dapat digunakan untuk memotong, tetapi khusus

untuk mengiris atau menyayat. Dengan ketajamannya, usus ayam dengan mudah

dapat diiris dan dibersihkan bagian dalamnya. Dengan memperhatikan keampuhan

sembilu dalam menyayat itulah sembilu digunakan untuk menyatakan betapa

pedih dan sakitnya perasaan tokoh saya karena ditertawakan dan merasa tidak

dipedulikan. Pengarang ingin menunjukkan bahwa sakit hati yang dirasakan tokoh

saya begitu besar sehingga tidak cukup disebut dengan kata “ngilu”.

Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (b) yakni pengarang

menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata

seperti, bagai, bagaikan, dan ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

58

menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Namun, kalimat tersebut menggunakan

kata seperti untuk menandakan adanya gaya bahasa perumpamaan. Pengarang

mengibaratkan mereka (teman-teman Mayra) dengan hewan kerbau.

Kalimat (b) menunjukkan bahwa sebagaimana dengan kuda dan gajah,

kerbau juga menjadi binatang yang dapat digunakan untuk membantu aktivitas

manusia. Karena kekuatannya, kerbau dapat dikendalikan untuk membajak sawah

atau pun mendorong pedati. Untuk mengendalikan kerbau, seseorang tidak cukup

menggunakan cambuk tetapi juga menggunakan semacam cincin yang dipasang di

antara rongga hidung kerbau. Untuk memasukkan cincin tersebut, hidung kerbau

harus dicucuk dan dilubangi. Selanjutnya, cincin tersebut dimasuki dengan tali

yang dapat digunakan untuk mengendalikan kerbau. Tindakan mereka mengikuti

Langkah Mayra menuju kantin diibaratkan seperti kerbau yang dicucuk

hidungnya. Artinya, mereka mengikuti Mayra begitu saja seperti ada tarikan kuat

yang berasal dari Mayra. Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang seolah-

olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut membuat laki-

laki tak berdaya.

Pada kalimat (c), pengarang membandingkan “rintik hujan” dengan

“jutaan jarum emas”. Kalimat di atas menggunakan gaya bahasa perumpamaan

karena perbandingannya ditandai dengan kata bagai.

Kalimat (c) menunjukan bahwa jarum melambangkan ketajaman. Emas

dapat menunjukkan suatu benda yang berharga yang dapat dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan. Maknanya, pengarang hendak menggambarkan betapa

mengerikannya rintik hujan tersebut. Rintik hujan tersebut sangat deras sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

59

orang-orang berusaha menghindarinya agar tidak sakit walaupun di sisi lain hujan

juga sangat berharga karena manusia membutuhkannya untuk berbagai keperluan.

Pada kalimat (d), gaya bahasa perumpamaan terdapat pada cara pengarang

membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam kalimat di atas yang

dibandingkan yaitu kata “semua berdesing-desing” dan “letusan senapan” yang

ditandai dengan kata pembanding bagai.

Kalimat (d) menunjukkan bahwa senapan bila ditembakkan akan

mengeluarkan suara yang bising, menyakitkan, dan tidak karuan. Makna dari

kalimat itu bahwa dengan kalimat itu, pengarang ingin menggambarkan suasana

hati tokoh ia yang perasaannya tidak karuan ketika melihat sesosok laki-laki yang

berdiri menatapnya. Sosok itu adalah laki-laki yang selama ini mengisi hatinya

namun juga melukai perasaannya.

3. Gaya Bahasa Personifikasi

Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang membandingkan

benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia atau

denagn pengertian lain, majas personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan

sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Dalam

kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! ditemukan berbagai gaya bahasa

personifikasi sebagai berikut.

a. “Atau akal merekakah yang sedang memerintah hati untuk membohongi perasaannya sendiri?” (hal 6) P.1

b. “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” (hal 8)P.2

c. “Keingintahuan saya mendesak kuat” (hal 12) P.3d. “Dan mata lintah kelihatan benar-benar tertawa” (hal 14) P.4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

60

Analisis gaya bahasa personifikasi pada kalimat (a) terbukti pada usaha

penginsanan terhadap benda mati atau ide yang abstrak yang seolah-olah memiliki

sifat seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada kata “memerintah”.

Memerintah merupakan suatu kegiatan manusia untuk menyuruh orang lain

melakukan sesuatu yang dia inginkan. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya

bahasa personifikasi dimana gaya bahasa personifikasi adalah jenis gaya bahasa

yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang

abstrak. Dalam hal ini, “akal” digambarkan memiliki sifat seperti manusia yang

dapat memberi perintah.

Makna dari kalimat (a) yaitu walaupun perasaan manusia tahu mana yang

benar dan mana yang salah, tetapi pikiran mendorong perasaan untuk melakukan

sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran yang diyakini oleh perasaan

tersebut.

Analisis gaya bahasa personifikasi pada kalimat (b) terdapat pada kata

”bertubrukan”. Bertubrukan merupakan suatu kegiatan manusia dimana manusia

yang satu dengan yang lain tidak sengaja saling beradu. ”Mata” diibaratkan

seperti manusia yang bisa bergerak dan dapat bertubrukan dengan orang lain. Hal

ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa personifikasi dimana gaya bahasa

personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat insan kepada barang

yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.

Makna dari kalimat (b) bahwa mata dari tokoh saya tidak sengaja

bertatapan dengan mata seseorang yang dijuluki Si Kepala Buaya karena sifatnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

61

yang seperti buaya darat (orang yang suka berganti-ganti pasangan walaupun

orang itu sudah memiliki pasangan tetap).

Pada kalimat (c), kata “keingintahuan” merupakan sesuatu yang sifatnya

abstrak. Kata “mendesak” mengacu pada perbuatan manusia untuk segera

melakukan sesuatu. Pengarang membuat seolah-olah rasa ingin tahu dapat

melakukan sesuatu layaknya manusia. Kalimat (c) menunjukkan bahwa

“mendesak” yaitu memaksa untuk segera dilakukan sesuatu. Hal ini biasa

dilakukan manusia ketika mereka ada dalam keadaan yang sangat genting

sehingga harus memutuskan sesuatu dengan cepat. Makna dari kalimat di atas

yaitu keingintahuan tokoh saya seolah-olah memaksanya untuk segera melakukan

sesuatu agar ia dapat menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan yang

berkecamuk dalam pikirannya.

Pada kalimat (d), ”mata” merupakan sesuatu yang tidak bernyawa. Kata

“tertawa” mengacu pada indera penglihatan yang dimiliki makhluk hidup untuk

melihat sesuatu. Pengarang mengibaratkan mata dapat tertawa layaknya manusia.

Hal ini sejalan dengan pengertian dari gaya bahasa personifikasi. Kalimat (d)

menggambarkan mata orang yang diberi julukan lintah itu seolah-olah tertawa

layaknya manusia yang sedang tertawa. Manusia tertawa di saat mereka merasa

bahagia. Dalam cerpen, tokoh lintah terlihat sangat senang, rasa senang itu

terpancar dari sorot matanya yang memancarkan kebahagiaan.

4. Gaya Bahasa Alegori

Gaya bahasa alegori adalah gaya bahasa yang menyatakan dengan cara

lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori merupakan metafora yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

62

diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek atau gagasan yang

diperlambangkan.

Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar (hal. 62) A

Analisis gaya bahasa alegori pada pada kalimat di atas dapat dilihat dari

cara pengarang menyatakan perbandingan antara hal yang satu dengan hal yang

lain secara implisit dan saling berkesinambungan.

Kalimat di atas bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen tersebut tidak

dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang dicintainya. Walaupun

mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan namun mereka tidak bisa

bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut lebih memilih meninggalkan

wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan anak-anaknya.

C. Pembahasan

Hasil penelitian memperlihatkan terdapat sebanyak 36 gaya bahasa yang

terdapat dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!. Jumlah masing-

masing keempat macam gaya bahasa tersebut dalam kumpulan cerpen Mereka

Bilang, Saya Monyet!, yakni: gaya bahasa metafora sebanyak empat buah, gaya

bahasa perumpamaan sebanyak 11 buah, gaya bahasa personifikasi sebanyak 20

buah, dan gaya bahasa alegori sebanyak satu buah. Hasil penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

63

memperlihatkan bahwa dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!

lebih dominan menggunakan gaya bahasa personifikasi.

1. Gaya bahasa personifikasi

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam kumpulan cerpen

“Mereka Bilang, Saya Monyet!”, pengarang lebih menyukai gaya

penceritaan dengan memanfaatkan gaya bahasa personifikasi. Dalam

kumpulan cerpen tersebut, banyak hal yang tidak bernyawa atau ide yang

abstrak digambarkan seolah-olah bernyawa.

Contoh: “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” (hal 8)

Kalimat di atas merupakan kalimat yang menggunakan gaya

bahasa personifikasi. Penggunaan gaya bahasa personifikasi ditunjukkan

pada kata ”bertubrukan”. Bertubrukan merupakan suatu kegiatan manusia

dimana manusia yang satu dengan yang lain tidak sengaja saling beradu.

Pada kalimat di atas, ”mata” diibaratkan seperti manusia yang bisa

bergerak dan dapat bertubrukan dengan orang lain.

Makna dari kalimat di atas bahwa mata dari tokoh saya tidak

sengaja bertatapan dengan mata seseorang yang dijuluki Si Kepala Buaya

karena sifatnya yang seperti buaya darat (orang yang suka berganti-ganti

pasangan walaupun orang itu sudah memiliki pasangan tetap).

Pengarang menggunakan gaya bahasa personifikasi agar ceritanya

lebih hidup dan berwarna sehingga pembaca lebih tertarik membaca

ceritanya. Tentu saja hal ini sejalan dengan pengertian dari gaya bahasa

personifikasi yang dikemukakan Tarigan (1985) bahwa gaya bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

64

personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan kepada

barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak atau dapat pula diartikan

sebagai penggambaran benda-benda yang tak bernyawa seolah-olah

memiliki sifat seperti manusia. Hal ini didukung pendapat Hendy

(1985:100) yang mengatakan bahwa personifikasi adalah kiasan yang

menggambarkan benda-benda mati atau barang yang tidak bernyawa

seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.

2. Gaya bahasa perumpamaan

Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! banyak

ditemukan kalimat yang menggunakan gaya bahasa yang membandingkan

antara dua hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama

antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata pembanding.

Contoh: “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah

Mayra menuju kantin” (hal 39)

Kalimat di atas merupakan kalimat yang menggunakan gaya

bahasa perumpamaan karena menggunakan kata “seperti” untuk

menyamakan tokoh “mereka” dengan “kerbau”. Makna dari kalimat di

atas bahwa mereka mengikuti Mayra begitu saja seperti ada tarikan kuat

yang berasal dari Mayra. Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang

seolah-olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut

membuat laki-laki tak berdaya.Hal ini sejalan dengan pengertian gaya

bahasa perumpamaan menurut Tarigan (1985) yang menyatakan bahwa

gaya bahasa perumpamaan adalah sejenis majas yang membandingkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

65

antara dua hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama

antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata depan dan

penghubung seperti: layaknya, bagaikan, bagai, dan lain-lain. Hal ini juga

didukung pendapat Gorys Keraf (2009:115) yang menyatakan bahwa gaya

bahasa perumpamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang

dimaksud dengan perbandingan eksplisit ialah bahwa ia langsung

menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu ia memerlukan

upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata:

seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Penggunaan

majas perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan

kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat

menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya.

3. Gaya bahasa metafora

Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! ditemukan

beberapa kalimat yang membandingkan dua hal yang berlainan yang

sengaja dianggap sama namun tidak menggunakan kata-kata pembanding

seperti gaya bahasa perumpamaan. Hal ini sudah dapat terlihat dari

beberapa judul cerpen dalam buku kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya

Monyet!. Judul-judul yang mengandung metafora yaitu: Mereka Bilang,

Saya Monyet!, Lintah, dan Wong Asu. Selain dapat dilihat jelas dari

beberapa judul tersebut, penggunaan gaya bahasa metafora juga dapat

dilihat dari cara pengarang mendayagunakan bahasanya dalam hampir

seluruh isi cerpen. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Tarigan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

66

(1985) bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya pengungkapan berupa

perbandingan analogis menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan,

antara dua hal yang berbeda.

Penggunaan majas metafora merupakan upaya pengarang untuk

menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang

dimaksud tidak merasa tersinggung, tidak merasa dipermalukan atau

direndahkan di depan umum.

4. Gaya bahasa alegori

Pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! ditemukan

satu kalimat yang menyatakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, melalui

kiasan atau penggambaran. Gaya bahasa ini mirip metafora namun

berkelanjutan.

Contoh: Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar (hal. 62)

Kalimat di atas merupakan gaya bahasa alegori karena setiap

kalimatnya merupakan gaya bahasa metafora yang dilanjutkan. Hal ini

dapat dilihat karena kalimat yang satu dengan kalimat selanjutnya

berkelanjutan dan merupakan satu kesatuan.

Kalimat di atas bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen

tersebut tidak dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

67

dicintainya. Walaupun mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan

namun mereka tidak bisa bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut

lebih memilih meninggalkan wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan

anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Tarigan

(1985) bahwa gaya bahasa alegori adalah suatu cara yang menyatakan

sesuatu dengan sesuatu yang lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Alegori merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan,

tempat atau wadah obyek atau gagasan yang diperlambangkan.

Penggunaan gaya bahasa alegori tersebut tujuannya agar tidak

menimbulkan kesan monoton bagi cerpen itu sendiri karena pembaca

diajak untuk berimajinasi dan mengaitkan satu sama lain dari metafora-

metafora yang berkelanjutan tersebut.

Jadi, seluruh penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen ini

bertujuan untuk membuat cerita lebih hidup dan berwarna, untuk memberikan

kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat

menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya, untuk menyamarkan

maksud atas dasar pertimbangan agar tidak menyinggung perasaan orang yang

dimaksud, dan mengembangkan imajinasi dan melatih pembaca untuk dapat

mengaitkan metafora-metafora yang berkesinambungan. Jadi pengarang

menggunakan gaya bahasa dalam karyanya tujuannya untuk menciptakan efek

tertentu. Kemunculan efek-efek itulah yang tentunya diharapkan pengarang untuk

membuat para pembaca lebih tertarik membaca karyanya. Namun setiap

pengarang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menggunakan gaya bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

68

dalam karyanya karena hal itu disesuaikan dengan kepribadian pengarangnya.

Hal ini didukung pendapat Gorys Keraf (1984: 113) yang mengatakan bahwa gaya

bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Hal senada

dikemukakan oleh Tarigan (1990:112) bahwa gaya bahasa adalah bahasa kias,

bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek

dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal

tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Hal senada juga

dikemukakan oleh Sumarjo dan Saini (1984:127) bahwa gaya bahasa adalah cara

menggunakan bahasa agar daya tarik akan bertambah. Demikian juga menurut

Kridalaksana (1983: 49) bahwa gaya bahasa adalah suatu pemanfaatan atas

kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau menulis.

Pada penelitian ini, peneliti membahas tentang penggunaan berbagai

macam gaya bahasa, dan juga menganalisis makna yang terkandung dalam

penggunaan gaya bahasa tersebut. Hal ini dilakukan karena dalam membaca suatu

karya sastra diperlukan pemahaman maknanya, bukan hanya sekedar tahu bahwa

pengarangnya menggunakan berbagai gaya bahasa untuk memperindah

tulisannya. Jika pengetahuan pembaca hanya sebatas tahu apa saja gaya bahasa

yang ada dalam cerita pendek tersebut tentu pembaca juga akan kesulitan

memahami makna gaya bahasa yang beraneka ragam itu sehingga diperlukan

penjelasan mengenai makna dari gaya bahasa tersebut sesuai konteksnya. Hal ini

sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjiman (1998: 13) yang

menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat digunakan dalam segala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

69

ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya

bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang

tertentu untuk maksud tertentu.

Makna tersirat dari berbagai penggunaan gaya bahasa sangat beragam.

Peneliti hanya mencoba membantu dalam memahami makna penggunaan gaya

bahasa yang sudah ditemukan agar pembaca yang belum begitu memahami makna

dari berbagai gaya bahasa tersebut mengerti sehingga mereka tidak kesulitan

dalam mengetahui isi keseluruhan cerita pendek tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan bahwa setiap pengarang mempunyai gaya

penulisan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kepribadian penulisnya

sehingga dapat dikatakan bahwa watak seorang penulis sangat mempengaruhi

sebuah karya yang ditulisnya. Hal yang menarik dari seorang Djenar Maesa Ayu

adalah kemampuannya yang luar biasa dalam mengungkapkan pesan-pesan

kehidupan di setiap karyanya melalui berbagai gaya bahasa yang dikemas dengan

menarik sehingga peneliti tertarik untuk selalu membaca karya-karyanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan

peneliti dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!, majas perbandingan yang

ditemukan meliputi empat jenis, yakni gaya bahasa metafora, gaya bahasa

perumpamaan, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa alegori. Jumlah

gaya bahasa secara keseluruhan ada 36. Jumlah masing-masing keempat

macam gaya bahasa tersebut terdapat empat gaya bahasa metafora, 11

gaya bahasa perumpamaan, 20 gaya bahasa personifikasi, dan satu gaya

bahasa alegori.

2. Makna yang ingin disampaikan melalui majas perbandingan sangat

beragam karena tergantung konteksnya. Namun, pengarang menggunakan

gaya bahasa personifikasi agar ceritanya lebih hidup dan berwarna

sehingga pembaca lebih tertarik membaca ceritanya. Penggunaan gaya

bahasa perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan

kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat

menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya. Penggunaan

gaya bahasa metafora merupakan upaya pengarang untuk menyamarkan

maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang dimaksud tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

71

merasa tersinggung, tidak merasa dipermalukan atau direndahkan di depan

umum. Penggunaan gaya bahasa alegori tersebut tujuannya agar tidak

menimbulkan kesan monoton bagi cerpen itu sendiri karena pembaca

diajak untuk berimajinasi dan mengaitkan satu sama lain dari metafora-

metafora yang berkelanjutan tersebut.

B. Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengajukan beberapa saran bagi para

peneliti selanjutnya terutama yang melakukan penelitian yang sejenis. Saran dari

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya membahas majas perbandingan dan makna yang

disampaikan dari penggunaan gaya bahasa tersebut pada kumpulan cerpen

Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu. Peneliti berharap

apabila ada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis,

peneliti lain sebaiknya meneliti seluruh majas, tidak hanya terbatas pada

satu atau dua majas sehingga akan lebih banyak gaya bahasa yang

ditemukan dalam suatu objek penelitian.

2. Objek yang diteliti sebaiknya tidak hanya kumpulan cerpen tetapi bisa

juga novel, karya sastra yang lainnya, atau pun film.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

72

DAFTAR PUSTAKA

Agni, Bingar. 2008. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta:H-Fet.

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.

Ayu, Djenar Maesa. 2002. Mereka Bilang, Saya Monyet!. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Budianta, Melani. 2002. Membaca Sastra. Jakarta: Indonesiatera.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco.

Efendi, Haris Thahar. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.

Endraswara, Suwardi.2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widiyatama.

Esten, Mursal. 2000. Kesusatraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.

Jayanti, Fitri Dwi. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa Pada Wacana Iklan Majalah Kawanku Edisi Januari-Maret 2009. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Keraf, Gorys. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kosasih, A. 2004. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Moeliono, Anton. M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Repinus. 2010. Gaya Bahasa dalam Iklan Obat-obatan di Televisi. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Sangadji, Etta Mamang.2010. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Sayuti, Suminto. A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

73

Semi, M. Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: FBSS IKIP Padang.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI.

______________. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Suryadi. 2005. Struktur dan Gaya Bahasa dalam Wacana Personality Feature pada harian Kompas terbitan 2003. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Suryanto, Alex dan Agus Hariyanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dalam Sastra Indonesia. Tangerang: ESIS.

Suharso dan Ana Retnoningsih. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.

Sumardjo, Jakob. 1994. Menulis Cerpen. Bandung: Pustaka Pelajar.

______________. 2007. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sunardi, St. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

______________. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

______________. 1989. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.

______________. 1990. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Wellek dan Warren. 1989. Teori Kesusastraan (diIndonesiakan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zaidan, Hendy. 1985. Kesusastraan Indonesia. Bandung: Angkasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

74

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Zulfahnur, dkk. 1996. Sastra Bandingan. Jakarta: Depdikbud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

75

Lampiran: Analisis Jenis Gaya Bahasa dan Analisis Maknanya

1. Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna1 “Sepanjang hidup saya

melihat manusia berkaki empat. Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” (hal 1)

M.1 Gaya bahasa metafora pada kalimat (1) mempunyai dua gagasan, yang pertama “manusia” sesuatu yang dipikirkan yang menjadi objek sedangkan yang satunya “berkaki empat. Berekor anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau. Dan berkepala ular, banteng atau keledai” merupakan perbandingan dari pernyataan pertama. Gaya bahasa metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi. Majas perbandingan diungkapkan secara singkat dan padat.

Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat (1) memberi makna bahwa sepanjang hidup tokoh saya melihat manusia-manusia yang mengaku memiliki akal budi dan berkelakuan baik namun sebenarnya itu hanya semacam tameng untuk menutupi kelakuan mereka yang liar seperti binatang.

2 “Hati saya terasa ngilu bagai disayat-sayat sembilu” (hal 2)

S.1 Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (2) yakni pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata pembanding seperti, bagai, ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Namun,

Kalimat (2) menunjukan bahwa sembilu adalah sebilah pisau yang terbuat dari bambu yang tipis, kecil, dan tajam. Sembilu ini biasa digunakan oleh orang zaman dahulu untuk mengiris usus atau bagian-bagian tubuh ayam yang disembelih. Benda ini tidak dapat digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

76

kalimat tersebut menggunakan kata bagai untuk menandakan adanya gaya bahasa perumpamaan. Pengarang mengibaratkan rasa sakit hati manusia dengan sayatan sembilu.

untuk memotong, tetapi khusus untuk mengiris atau menyayat. Dengan ketajamannya, usus ayam dengan mudah dapat diiris dan dibersihkan bagian dalamnya. Dengan memperhatikan keampuhan sembilu dalam menyayat itulah sembilu digunakan untuk menyatakan betapa pedih dan sakitnya perasaan tokoh saya karena ditertawakan dan merasa tidak dipedulikan. Pengarang ingin menunjukkan bahwa sakit hati yang dirasakan tokoh saya begitu besar sehingga tidak cukup disebut dengan kata “ngilu”.

3 “Atau akal merekakah yang sedang memerintah hati untuk membohongi perasaannya sendiri?” (hal 6)

P.1 Analisis gaya bahasa personifikasi pada kalimat (3) terbukti pada usaha penginsanan terhadap benda mati atau ide yang abstrak yang seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi terdapat pada kata “memerintah”. Memerintah merupakan suatu kegiatan manusia untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang dia inginkan. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa personifikasi dimana gaya bahasa personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Dalam hal ini, “akal” digambarkan memiliki sifat seperti manusia yang dapat memberi perintah.

Makna dari kalimat (3) yaitu walaupun perasaan manusia tahu mana yang benar dan mana yangsalah, tetapi pikiran mendorong perasaan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran yang diyakini oleh perasaan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

77

4 “Di depan umum ia hanyalah wanita berkepala anjing dan berbuntut babi yang kerap menyembunyikan buntutnya di kedua belah paha singanya” (hal 8)

M.2 Analisis metafora pada kalimat (4) nampak pada cara pengarang membandingkan wanita dengan bagian-bagian tubuh dari anjing, babi, dan singa. Atau dengan kata lain, majas metafora di atas mempunyai dua gagasan, yang pertama “wanita” sesuatu yang dipikirkan yang menjadi objek sedangkan yang satunya “berkepala anjing, berbuntut babi, dan paha singa” merupakan perbandingan dari pernyataan pertama. Hal ini dilakukan pengarang tanpa menggunakan kata-kata seperti, bagai, bagaikan,layaknya seperti dalam majas perumpamaan yang menggunakan kata-kata pembanding tersebut.

Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat (4) memberi makna bahwa sebenarnya wanita tersebut memiliki perilaku yang buruk namun dia pandai menyembunyikannya dengan bersikap layaknya orang baik-baik di depan orang banyak.

5 “Mata saya bertubrukan dengan mata Si Kepala Buaya” (hal 8)

P.2 Analisis gaya bahasa personifikasi pada kalimat (5) terdapat pada kata ”bertubrukan”. Bertubrukan merupakan suatu kegiatan manusia dimana manusia yang satu dengan yang lain tidak sengaja saling beradu. ”Mata” diibaratkan seperti manusia yang bisa bergerak dan dapat bertubrukan dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa personifikasi dimana gaya bahasa personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.

Makna dari kalimat (5) bahwa mata dari tokoh saya tidak sengaja bertatapan dengan mata seseorang yang dijuluki Si Kepala Buaya karena sifatnya yang seperti buaya darat (orang yang suka berganti-ganti pasangan walaupun orang itu sudah memiliki pasangan tetap).

2. Cerpen Lintah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

78

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna6 “Keingintahuan saya

mendesak kuat” (hal 12)

P.3 Kalimat (6) merupakan gaya bahasa personifikasi. Hal ini terlihat jelas pada usaha penginsanan ide yang abstrak. Pada kalimat tersebut, kata “keingintahuan” merupakan sesuatu yang sifatnya abstrak. Kata “mendesak” mengacu pada perbuatan manusia untuk segera melakukan sesuatu. Pengarang membuat seolah-olah rasa ingin tahu dapat melakukan sesuatu layaknya manusia. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa “mendesak” yaitu memaksa untuk segera dilakukan sesuatu. Hal ini biasa dilakukan manusia ketika mereka ada dalam keadaan yang sangat genting sehingga harus memutuskan sesuatu dengan cepat.

Makna dari kalimat di atas yaitu keingintahuan tokoh saya seolah-olah memaksanya untuk segera melakukan sesuatu agar ia dapat menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya

7 “Dan mata lintah kelihatan benar-benar tertawa” (hal 14)

P.4 Kalimat (7) merupakan gaya bahasa personifikasi. Hal ini terlihat jelas pada usaha penginsanan pada benda atau ide yang abstrak. Pada kalimat (7), ”mata” merupakan sesuatu yang tidak bernyawa. Kata “tertawa” mengacu pada indera penglihatan yang dimiliki makhluk hidup untuk melihat sesuatu. Pengarang mengibaratkan mata dapat tertawa layaknya manusia. Hal ini sejalan dengan pengertian dari gaya bahasa personifikasi.

Kalimat (7) menggambarkan mata orang yang diberi julukan lintah itu seolah-olah tertawa layaknya manusia yang sedang tertawa. Manusia tertawa di saat mereka merasa bahagia. Dalam cerpen, tokoh lintah terlihat sangat senang, rasa senang itu terpancar dari sorot matanya yang memancarkan kebahagiaan.

8 “Saya pernah membaca di surat kabar bahwa Ibu sudah diberi julukan penyanyi Medusa” (hal 14)

M.3 Gaya bahasa metafora pada kalimat (8) terdapat pada “Ibu” yang menjadi objek dan yang menjadi pembanding adalah “medusa”. Dalam mitologi Yunani, Medusa

Penggunaan gaya bahasa metafora pada kalimat nomor (8) memberi makna bahwa Ibu dari tokoh saya adalah seorang penyanyi terkenal yang sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

79

(berarti "penjaga" atau "pelindung") adalah seorang wanita cantik dengan ular sebagai rambutnya. Medusa pada awalnya adalah seorang perawan cantik dan merupakan pendeta wanita di kuil milik Athena. Namun suatu ketika ia diperkosa oleh Poseidon di dalam kuil Athena. Hal ini membuat Athena marah, ia pun mengubah rambut Medusa menjadi ular dan mengutuk Medusa sehingga siapapun yang melihat matanya, akan menjadi batu.

diundang ke luar kota. Surat kabar menuliskan bahwa ibu tersebut dijuluki penyanyi Medusa karena kecantikan yang memikat mata orang-orang, terutama mata laki-laki. Mungkin, kecantikan tersebut dianggap menjadi kutukan bagi laki-laki yang tertarik tidak hanya terhadap suara, tetapi juga dengan paras cantiknya.

9 “Bau wangi menyergap hidung saya” (hal 16)

P.5 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata ”menyergap”. Kata menyergap mengacu pada suatu kegiatan manusia untuk menangkap sesuatu. Sedangkan bau wangidiandaikan seperti manusia yang bisa bergerak dan menangkap sesuatu. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa personifikasi dimana gaya bahasapersonifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.

Makna dari kalimat di atas, bau wangi yang dirasakan oleh hidung tokoh saya sangat pekat sehingga seolah-olah tidak bisa lepas dari bau tersebut karena bau tersebut seolah mengelilingi dirinya.

10 “Angin membuka tirai jendela” (hal 18)

P.6 Kalimat (10) menggunakan gaya bahasa personifikasi dimana angin seolah-olah seperti menyingkap tirai jendela yang tadinya tertutup menjadi tidak tertutup (terbuka). Hal ini membuat seolah-olah angin dapat membuka jendela layaknya manusia membuka jendela.

Makna kalimat (10) yaitu tirai jendela yang tadinya menutupi jendela tiba-tiba tersibak (terbuka) karena tertiup angin sehingga cahaya dari luar jendela dapat masuk. Hal ini membuat seolah-olahangin dapat membuka jendela layaknya manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

80

3. Cerpen DurianNo. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna

11 “Ia ingin menjilati tangannya yang sedikit berdarah tergores duri dan terkena daging buah durian yang sedikit menyeruak ketika ia membukanya” (hal 22)

P.7 Kalimat (11) merupakan gaya bahasa personifikasi. Hal ini ditunjukkan pada kata “menyeruak”. Kata “menyeruak” mengacu pada suatu cara manusia untuk keluar dari suatu kerumunan atau sesuatu yang menghalangi jalannya. Pengarang menggunakan kata “menyeruak” untuk daging buah durian itu layaknya manusia yang menerobos sesuatu yang menghalanginya.

Makna dari kalimat (11) yaitu buah durian itu seolah-olah berusaha untuk keluar dari sesuatu yang menghalanginya (kulit buah durian).

12 “Bau durian keemasan telah mengepung seisi rumah besar itu” (hal 23)

P.8 Pada kalimat (12), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“mengepung”. Kata “mengepung” mengacu pada suatu kegiatan manusia mengelilingi sesuatu. Sedangkan bau durian diandaikan seperti manusia yang dapat mengelilingi sesuatu.

Makna kalimat (12) yaitu bau durian itu seolah-olah mengelilingi atau memenuhi ruangan yg ada di dalam rumah besar itu sehingga penghuninya tidak dapat meloloskan diri dari bau tersebut.

4. Cerpen Melukis Jendela

13 “Luka bekas sayatan di pipinya mulai memudar dan ternyata tidak juga dapat menyembunyikan kecantikan Mayra” (hal 36)

P.9 Pada kalimat (13), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyembunyikan”. Menyembunyikan mengacu pada suatu kegiatan manusia untuk menutupi sesuatu supaya jangan (tidak) terlihat. Hal itu biasa dilakukan manusia bila manusia memiliki sesuatu yang

Pengarang menggunakan kalimat itu untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa Mayra memiliki luka bekas sayatan di pipinya. Namun meskipun demikian, bekas sayatan di pipi Mayra tetap tidak mampu menutupi wajah Mayra yang cantik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

81

berharga atau bahkan sesuatu yang jelek (perbuatan, cacat, aib, dan lain-lain). Sedangkan luka bekas sayatan diandaikan dapat menutupi sesuatu layaknya manusia.

14 “Tiba-tiba ia diserang rasa perasaan cemas jika mimpinya menjadi kenyataan” (hal 37)

P.10 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“diserang”. Kata diserang mengacu pada kegiatan manusia menyerbu sesuatu. Sedangkan perasaandiandaikan sebagai manusia yang dapat menyerang sesuatu.

Makna kalimat (14) yaitu bahwa rasa cemas seolah-olah menyerbu perasaan tokoh ia. Tokoh ia dilanda kecemasan karena takut mimpinya menjadi kenyataan.

15 “Ia sering masuk ke dalam jendela itu lalu menemukan dirinya terbaring di hamparan hangat pasir putih dan riak ombak menggelitik pucuk jari kakinya” (hal 38)

P.11 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“menggelitik”. Kata menggelitik mengacu pada suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk menyebabkan rasa geli di bagian tubuh. Sedangkan riak ombak diandaikan seperti manusia yang melakukan perbuatan menggelitik seseorang.

Kalimat (15) bermakna bahwa riak ombak seolah-olah menggelitik pucuk jari kaki tokoh dalam cerpen sehingga ia merasakan kegelian seperti halnya manusia yang menggelitik orang lain.

16 “Bayangan rambut hitam laki-laki yang tergerai hingga dada menari-nari tertiup angin di atas kuda putih tak berpelana” (hal 38)

P.12 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“menari-nari”. Menari dilakukan manusia dengan menggerak-gerakkan badannya, biasanya dengan diiringi bunyi-bunyian. Pada kalimat di atas, bayangan rambut diandaikan seperti manusia yang dapat menari.

Kalimat (16) bermaknabahwa bayangan rambut laki-laki itu bergerak-gerak seolah-olah sedang menari saat tertiup angin.

17 “Udara pagi menusuk kulitnya namun hatinya hangat oleh

P.13 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata“menusuk”. Menusuk

Makna dari kalimat “udara pagi menusuk kulit” yaitu udaranya sangat dingin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

82

rasa suka cita” (hal 39) mengacu pada perbuatan manusia untuk memasukkan sesuatu ke dalam suatu bagian tubuh atau pun benda. Pada kalimat di atas, udara pagiseolah-olah dapat menusuk layaknya manusia.

Kalimat di atas ingin menggambarkan bahwa meskipun dia merasa kedinginan yang amat sangat, namun dia merasakan suatu kebahagiaan yang tak terkira sehingga dinginnya pagi yang seolah-olah menusuk kulitnya tidak dia rasakan.

18 “Seperti kerbau dicucuk hidungnya mereka mengikuti langkah Mayra menuju kantin” (hal 39)

S.2 Analisis gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (18), yakni pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata seperti, bagai, bagaikan, dan ibarat untuk menegaskan bahwa kalimat tersebut menggunakan majas perumpamaan. Namun, kalimat tersebut menggunakan kata seperti untuk menandakan adanya majas perumpamaan. Pengarang mengibaratkan mereka (teman-teman Mayra) dengan hewan kerbau.

Sebagaimana dengan kuda dan gajah, kerbau juga menjadi binatang yang dapat digunakan untuk membantu aktivitas manusia. Karena kekuatannya, kerbau dapat dikendalikan untuk membajak sawah atau pun mendorong pedati. Untuk mengendalikan kerbau, seseorang tidak cukup menggunakan cambuk tetapi juga menggunakan semacam cincin yang dipasang di antara ronggahidung kerbau. Untuk memasukkan cincin tersebut, hidung kerbau harus dicucuk dan dilubangi. Selanjutnya, cincin tersebut dimasuki dengan tali yang dapat digunakan untuk mengendalikan kerbau.

Tindakan mereka mengikuti Langkah Mayra menuju kantin diibaratkan seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Artinya, mereka mengikuti Mayra begitu saja seperti ada tarikan kuat yang berasal dari Mayra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

83

Mungkin tarikan itu berupa pesona Mayra yang seolah-olah mengendalikan mereka untuk mengikutinya. Pesona tersebut membuat laki-laki tak berdaya.

5. Cerpen SMS

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis MaknaTidak ada data yang ditemukan

6. Cerpen Menepis Harapan

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna19 “Suara gong selalu

menyambut kedatangan tamu di lobby hotel ini” (hal 56)

P.14 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyambut”. Kegiatan menyambut biasa dilakukan manusia saat mereka kedatangan tamu dalam suatu acara. Pada kalimat di atas, suara gong diandaikan seperti manusia yang dapat menyambut tamu.

Manusia biasa menyambut tamu saat mereka mengadakan suatu acara. Pengarang membuat suara gong seolah-olah dapat menyambut tamu layaknya manusia. Kalimat (19) bermakna bahwa suara gong seolah-olah selalu menyongsong kedatangan orang-orang di lobby hotel.

20 “Gelak tawa dan derap kaki anak-anak kecil berlari menyapa hangat telinganya” (hal 56)

P.15 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyapa”. Menyapa mengacu pada kegiatan manusia untuk sekedar menegur atau mengajak bercakap-cakap orang lain. Pada kalimat di atas, “gelak tawa dan derap kaki” diandaikan seperti manusia yang dapat menyapa seseorang.

Kalimat (20) bermakna bahwa tokoh ia seolah-olah diajak bercakap-cakap oleh tawa dan derap kaki anak-anak kecil yang sedang berlari.

21 “Rintik hujan mulai jatuh bagai jutaan

S.3 Pengarang membandingkan “rintik hujan” dengan “jutaan

Jarum melambangkan ketajaman. Emas dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

84

jarum emas menghujam bumi” (hal 58)

jarum emas”. Kalimat (21) menggunakan gaya bahasa perumpamaan karena perbandingannya ditandai dengan kata bagai.

menunjukkan suatu benda yang berharga yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Mungkin pengaranghendak menggambarkan betapa mengerikannya rintik hujan tersebut. Rintik hujan tersebut sangat deras sehingga orang-orang berusaha menghindarinya agar tidak sakit walaupun di sisi lain hujan juga sangat berharga karena manusia membutuhkannya untuk berbagai keperluan.

22 “Dan ia merasa sangat jauh terasing dari pengunjung hotel yang sekedar datang untuk makan, minum, dan bermalam. Merasa tidak menjadi bagian dari kemewahan dan kebahagiaan itu. Merasa dirinya cuma serpihan debu yang menyelinap secara sembunyi-sembunyi di antara denting gelas kristal, gemerlap mutiara dan berlian” (hal 61)

M.4 Gaya bahasa metafora terdapat kata ”ia” dan ”serpihan debu”. Pengarang mencoba membandingkan “ia” dengan ”serpihan debu” tanpa menggunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, bak, dan kata pembanding lainnya. Tokoh “ia” diandaikan seperti seorang penyelinap, seperti halnya “serpihan debu” yang begitu kecil dan mudah menyelinap di berbagai tempat.

kalimat (22) memiliki makna bahwa tokoh ia merasa asing di antara para pengunjung yang datang ke tempat itu. Itu disebabkan karena ia merasa memiliki tujuan yang berbeda dengan para pengunjung. Ia berada di tempat itu untuk bekerja mencari uang, sedangkan mereka datang ke tempat itu untuk bersenang-senang menghamburkan uang.

23 Malam hadirkan bulan. Bulan cipta cahaya. Cahaya menyeka angkasa. Angkasa mengirim hujan. Hujan menyapa angin. Angin menggoyang perahu. Perahu tempat mereka bercinta dan menjalin lamanya tiga tahun hubungan. Namun

A Gaya bahasa alegori pada kalimat (23) dapat dilihat dari cara pengarang menyatakan perbandingan antara hal yang satu dengan hal yang lain secara implisit dan saling berkesinambungan.

Kalimat (23) bermakna bahwa tokoh utama dalam cerpen tersebut tidak dapat hidup bersama dengan Glen, pria beristri yang dicintainya. Walaupun mereka sudah beberapa tahun menjalin hubungan namun mereka tidak bias bersatu. Hal ini dikarenakan pria beristri tersebut lebih memilih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

85

angin hanya menggoyang perahu mereka tanpa pernah mengirim ke pelabuhan. Pelabuhan dimana mereka bisa menepi dan membangun rumah bahagia dengan fondasi cinta. Angin hanya mengombang-ambingkan perahu dan menggulung ombak hingga mereka tertelan ke dalam samudera tanpa dasar (hal. 62)

meninggalkan wanita itu untuk hidup bersama istrinya dan anak-anaknya.

24 “Di atas tempat duduk bar yang tinggi ia harus berusaha duduk dengan sikap yang benar atau belahan tinggi pada pahanya akan memancing kerlingan mata-mata nakal” (hal 63)

P.16 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “memancing”. Memancing mengacu pada kegiatan manusia dengan menggunakan sesuatu untuk memikat sasarannya. Pada kalimat di atas, “belahan tinggi pada paha” diandaikan seperti manusia yang dapat memancing sesuatu.

Makna dari kalimat (24), tokoh dalam cerpen berusaha duduk dengan sikap yang benar agar pahanya tidak terlihat. Hal ini dikarenakan busana yang ia kenakan cukup pendek sehingga apabila pahanya terlihat, hal itu dapat mengundang para para lelaki untuk melihatnya dan membuat mereka membayangkan sesuatu yang nakal.

25 “Semua berdesing-desing bagai letusan senapan di sekelilingnya ketika ia melihat sesosok laki-laki berdiri menatapnya” (hal 64)

S.4 Gaya bahasa perumpamaan terdapat pada cara pengarang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam kalimat di atas yang dibandingkan yaitu kata “semua berdesing-desing” dan “letusan senapan” yang ditandai dengan kata pembanding bagai.

Senapan bila ditembakkan akan mengeluarkan suara yang bising, menyakitkan, dan tidak karuan. Pengarang menggambarkan suasana hati tokoh ia yang perasaannya tidak karuan ketika melihat sesosok laki-laki yang berdiri menatapnya. Sosok itu adalah laki-laki yang selama ini mengisi hatinya namun juga melukai perasaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

86

7. Cerpen Nayla

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna26 “Ia menjadi muram

seperti cahaya bulan yang bersinar suram” (hal 65)

S.5 Gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (26), pengarangmenggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata seperti untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasaperumpamaan. Dalam kalimat tersebut pengarang menyamakan “ia” dengan “bulan”.

Keindahan bulan seringkali digunakan untuk menggambarkan kemolekan wajah wanita. Maka tidak menjadi masalah jika kemuraman wajah wanita juga digambarkan dengan suramnya cahaya bulan. Bila cahaya bulan mulai meredup, bulan akan tampak kabur dan terlihat seperti kehilangan semangatnya. Pengarang menggambarkan wajah tokoh ia yang terlihat sedih.

27 “Waktu bagaikan seorang pembunuh yang selalu membuntuti dan mengintai dalam kegelapan” (hal 66)

S.6 Gaya bahasa perumpamaan pada kutipan cerita pendek di atas yakni pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasaperumpamaan. Dalam kalimat tersebut pengarang menyamakan “waktu” dengan “seorang pembunuh”.

Kalimat (27) menyamakan waktu dengan seorang pembunuh. Dengan menggambarkan waktu sebagai seorang pembunuh, pengaranghendak menunjukkan betapa menakutkannya waktu. Waktu membuat gelisah dan tidak nyaman karena keberadaannya seolah-olah seperti penjahat yang selalu mengintai dan membuntutikemanapun kita melangkah.

28 “Nayla ingin menghantamkan palu ke arah jam sehingga suara alarmnya bungkam” (hal 72)

P.17 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “bungkam”. Bungkam mengacu pada suatu tindakan manusia saat mereka tidak ingin berbicara dengan orang lain. Manusia melakukannya

Bungkam biasa dilakukan manusia saat mereka tidak ingin berbicara dengan orang lain. Manusia melakukannya dengan menutup mulutnya rapat-rapat sehingga tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

87

dengan menutup mulutnya rapat-rapat sehingga tidak bersuara. Pada kalimat di atas, “alarm” diandaikan seperti manusia yang dapat berbicara atau pun diam.

bersuara. Nayla ingin menghantamkan palu ke arah jam agar suara alarm yang mengganggunya tidak berbunyi lagi.

29 “Mungkin hidup adalah ibarat mobil berisikan satu tangki penuh bahan bakar”(hal 75)

S.7 Kalimat (29) menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Hal ini ditunjukkan pada penggunaan kata pembanding ibarat untuk membandingkan antara “hidup” dengan “mobil”.

Makna dari kalimat itu dapat terlihat jelas bila kita membaca kalimat selanjutnya. Maknanya bahwa manusia seringkali menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan hal-hal yang kurang berguna. Manusia baru berpikir menggunakan kesempatannya untuk melakukan hal-hal yang selama ini belum pernah mereka lakukan ketika mereka menyadari bahwa waktu yang dimiliki untuk menggunakan kesempatan itu hampir tidak ada sehingga yang tersisa hanyalah penyesalan.

8. Cerpen Wong Asu

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna30 “Jasad anjing itu

terbawa makin ke tengah. Gelap malam menelan tubuhnya yang pasrah terombang-ambing hingga punah dari penglihatan” (hal 83)

P.18 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menelan”. Menelan mengacu pada suatu tindakan manusia saat menyantap makanan atau minuman. Pada kalimat di atas, “gelap malam”diandaikan seperti manusia yang dapat menyantap sesuatu.

Makna dari kalimat (30) bahwa malam yang gelap karena tidak adanya cahaya seolah-olah menelan jasad anjing hingga orang tidak lagi dapat melihat dimana letak jasad anjing itu. Jasadanjing itu seolah-olah menghilang begitu saja.

9. Cerpen Namanya, …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

88

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna31 “Cara ibu merunduk

rendah ketika menyuguhkan minuman hingga buah dadanya bagai akan meloncat keluar” (Hal 98)

S.8 Gaya bahasa perumpamaan pada kalimat (31), pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan.

Djenar Maesa Ayu memang tipe penulis yang sangat gamblang dalam berbahasa, terutama dalam membicarakan bagian tubuh manusia yang tabu dibicarakan. Gambaran buah dada yang akan meloncat keluar hendak menunjukkan bahwa buah dada ibu sangat padat berisi. Hal itu nampak jelas terlihat ketika ibu sedang merunduk. Keadaan tersebut didukung dengan pakaian yang terbuka sehingga orang yang ada dapat melihat dengan jelas sebagian buah dada sang ibu.

10. Cerpen Asmoro

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna32 “Dari sinar kemerahan

itu, burung-burung senja berkepakan terbang dan sebagian yang tertinggal di belakang mau tidak mau tertelan air laut yang siap luluh bagai pohon tumbang” (hal 107)

S.9 Kalimat (32) merupakan gaya bahasa perumpamaan, hal ini terlihat dari cara pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan.

Air laut yang siap luluh bagai pohon tumbang menjadi gambaran burung-burung yang terbang rendah di laut hendak disapu oleh ombak air laut yang sangat besar yang seolah-olah hendak menimpa mereka. Karena terlalu terbang rendah, maka sudah dipastikan burung-burung itu tersapu ombak.

33 “Ketika Adjani hampir sampai di bibir pantai, angkasa sudah menyulap senja menjadi malam” (hal

P.19 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “menyulap”. Menyulap biasa dilakukan manusia, khususnya pesulap ketika melakukan

Menyulap biasa dilakukan pesulap ketika melakukan atraksi sulap. Menyulap merupakan kegiatan mengubah rupa sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

89

108) atraksi sulap. Menyulap merupakan kegiatan mengubah rupa sesuatu dengan cepat dan dengan cara yg ajaib. Pada kalimat di atas, “angkasa” diandaikan seperti manusia yang dapat mengubah sesuatu dengan ajaib.

dengan cepat dan dengan cara yang ajaib. Makna dari kalimat di atas bahwa sebelum Adjani pergi ke pantai, keadaan saat itu masih sore. Namun ketika Adjani hampir sampai di bibir pantai ternyata hari sudah malam.

34 “Aktivitas di kota itu lumpuh” (hal 109)

P.20 Gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada kata “lumpuh”. Lumpuh. merupakan suatu keadaan dimana manusia tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas merupakan suatu kegiatan. Pada kalimat di atas, “aktivitas” diandaikan seperti manusia yang tidak dapat berjalan.

Kalimat (34) bermakna bahwa seluruh kegiatan yang ada di kota itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Semua orang berhenti dari kesibukannya.

35 “Keinginannya meledak-ledak untuk segera berjumpa dan keinginan untuk lebih lama bersama, bagai satu mata koin dengan dua sisi yang berbeda”(hal 111)

S.10 Kalimat (35) merupakan gaya bahasa perumpamaan, hal ini terlihat dari cara pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan.

Koin memiliki dua sisi yang berbeda. Walaupun berada di satu koin tapi kedua sisi yang berbeda itu tidak akan pernah bertemu. Penggambaran dari majas di atas yaitu meskipun tokoh Asmoro berusaha keras untuk dapat berlama-lama dengan imajinasinya bersama Adjani namun Asmoro pun harus segera menyudahi imajinasinya itu agar tulisannya menjadi cerita yang utuh.

11. Cerpen Manusya dan Dia

No. Kalimat Kode Analisis Gaya Bahasa Analisis Makna36 “Hatinya menciut

bagai seorang gadis S.11 Kalimat (36) merupakan gaya

bahasa perumpamaan, hal ini Penggambaran seorang gadis kecil yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

90

kecil yang bersembunyi di sudut kegelapan” (hal 116).

terlihat dari cara pengarang menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan menggunakan kata bagai untuk menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan.

bersembunyi di sudut kegelapan memperlihatkan keadaan takut dan ngeri ketika melihat keadaan yang menakutkan. Dia tidak berdaya. Tidak ada yang bisa dilakukan selain bersembunyi. Hati orang dalam cerpen tersebut tidak hanya menyerah dan ciut, tetapi juga takut dan tidak berdaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIlibrary.usd.ac.id/Data PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan... · Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti

94

BIODATA PENULIS

Paulina Sukmana Puti, putri ketiga dari pasangan Agustinus Andang dan Agustina Sri ini lahir di Purbalingga, 2 Desember 1991. Pendidikan Sekolah Dasar penulis tempuh di SD Pius. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP 1 Purbalingga. Pendidikan SMA penulis tempuh di SMA 1 Purbalingga. Setelah lulus dari SMA, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah angkatan 2009. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri penulis dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI