plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_full.pdf · ix 6....

127
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETAATAN PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU KEBUMEN PERIODE OKTOBER 2008 - MARET 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Dwi Arunningtyas NIM. 058114054 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETAATAN

PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI

BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU KEBUMEN

PERIODE OKTOBER 2008 - MARET 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Dwi Arunningtyas

NIM. 058114054

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  ii

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETAATAN

PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI

BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU KEBUMEN

PERIODE OKTOBER 2008 - MARET 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Dwi Arunningtyas

NIM. 058114054

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  v

Kupersembahkan karya ini untuk:

Yesus Kristus yang selalu menyayangiku dan memberi nafas kehidupan bagiku,

Bapak dan ibu yang tak pernah berhenti mangasihi dan menyayangiku,

Teman-temanku yang kukasihi,

Serta almamaterku.

Allah adalah terang dan didalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan

(1 Yoh 1: 5)

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan

(Yer 17:7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  viii

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus

Kristus yang telah senantiasa memberikan berkat, kasih, dan karuniaNya kepada

penulis sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor Risiko Terhadap

Ketaatan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Rawat Jalan di Balai Pengobatan

Penyakit Paru-Paru Kebumen Periode Oktober 2008-Maret 2009” ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan

tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing pertama yang telah

memberikan bantuan, bimbingan, saran, dan ide dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Drs. P. Sunu Hardiyanta, S.J., M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua

yang telah memberikan bantuan, bimbingan, saran, dan ide dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan saran

yang diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan saran yang

diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  ix

6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang

telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian ini.

7. Kesbangpolinmas Kebumen c.q. Bappeda Kebumen yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di BP4

Kebumen.

8. Seluruh petugas BP4 Kebumen yang telah banyak membantu penulis

dalam menjalankan penelitian.

9. Para pasien di BP4 Kebumen yang telah bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini. Terima kasih atas waktu dan jawaban kuesionernya.

10. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih sayang,

semangat, doa, dan pengorbanan dalam membesarkan penulis sehingga

dapat menjadi seperti sekarang ini.

11. Keluarga besar di Gombong, Kebumen, dan Yogyakarta yang telah

banyak membantu dan memberikan dorongan kepada penulis.

12. Sahabat-sahabatku Olivia Ganeswati, Theresia Elvira, Christina Santi, Ade

Entyna, dan Aloysia Dona yang selalu memberikan dukungan, keceriaan,

serta semangat dalam persahabatan yang telah diberikan kepada penulis

sejak awal kuliah hingga sekarang ini.

13. Teman-teman Wisma Rosari Vivi, Agnes, Esti, Jean, Della, dek’Susi,

Fetri, Angel, Lina, Mela, Yesia, Sifa, Yeni, mbak Tina, Mbak Uci, Mbak

Nice, Mbak Tika yang telah memberikan persahabatan, persaudaraan,

dukungan dan keceriaan kepada penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  x

14. Sahabat sekaligus sodaraku Widy yang selalu memberiku semangat, doa,

dan kekuatan untuk tetap berkarya.

15. Teman-teman farmasi, khususnya FKK angkatan 2005 yang telah

memberi warna kehidupan bagi penulis. Terima kasih atas kerja sama dan

kekompakan yang diberikan selama kuliah.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi

ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan menambah ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Agustus 2009

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xi

INTISARI

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyerang semua bagian tubuh manusia dan yang paling sering terkena adalah paru (90%). Banyaknya obat yang digunakan dan waktu pengobatan yang lama seringkali menyebabkan kegagalan konversi penderita karena adanya masalah ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam pengobatan, seperti pengetahuan, keadaan sosial ekonomi, banyaknya obat yang harus diminum serta efek samping yang dirasakan. Beberapa penelitian menyebutkan faktor risiko terjadinya ketidaktaatan pengobatan tuberkulosis disebabkan oleh pengetahuan penderita, peran penyuluhan, ketersediaan obat, peran Pengawas Menelan Obat (PMO), dan efek samping obat.

Penelitan ini bertujuan melihat pengaruh beberapa faktor risiko terhadap ketaatan penderita tuberkulosis dalam menggunakan obat. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan menyebarkan lembar kuesioner kepada sejumlah responden yang menjalani pengobatan tuberkulosis paru di BP4 Kebumen. Data diolah dengan menghubungkan tingkat pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat pada pasien, PMO, dan efek samping obat dengan nilai ketaatan pengobatan responden. Data diolah dengan menggunakan metode statistik Z-test.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara tingkat pengetahuan, penyuluhan, PMO terhadap ketaatan pengobatan responden; pengaruh negatif antara ketersediaan obat pada pasien terhadap ketaatan pengobatan responden; dan tidak adanya pengaruh efek samping obat terhadap ketaatan pengobatan responden. Kata kunci : Tuberkulosis, faktor risiko, ketaatan pengobatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xii

ABSTRACT Tuberculosis is a disease which caused by Mycobacterium tuberculosis.

This organism can infect all part of human’s body, and mostly infects pulmonary (90%). The number of tablets and long treatment are the reason of patient’s convertion default, because there are patient’s adherence problems. World Health Organization (WHO) says, there are many factors that influence patient’s adherence in tuberculosis treatment, such as patient’s knowledge about tuberculosis, economic and social factors, the number of tablets that need to be taken by patient (regimen complexity), and drugs side effect. Some research says that risk factors that influence non-adherence to tuberculosis treatment are patient’s knowledge, health promotion, availability of drugs, supervised agents (PMO), and drugs side effect.

The aims of the research to examine some risk factors that influence adherence to tuberculosis treatment. This research done by interviewing and distributing questionnaire to respondents that taking TB treatment in BP4 Kebumen. The data proccessed by examining the influence of knowledge, health promotion, availability of drugs, supervised agents (PMO), and drugs side effect with the adherence score of respondents. The process is done using Z-test statistic method.

The results of this research show that there is a positive influence of level knowledge, health promotion, and supervised agents (PMO) to respondents adherence; a negative influence of availability of drugs in patients to respondents adherence; and there is no influence of drugs side effect to respondents adherence.

Keywords : Tuberculosis, risk factors, adherence to treatment

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………...

HALAMAN JUDUL………………………………………………..……….

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………….………

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..……...

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………….……………

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………

PRAKATA ………………………….............................................…………

INTISARI…………………………………………………………………...

ABSTRACT……………………………………...…………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………...………

DAFTAR TABEL…………………………………………………..……….

DAFTAR GAMBAR………………………………………………….…….

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..

BAB I. PENGANTAR……………………………………………….……...

A. Latar Belakang……………………………………………….……...

1. Permasalahan……………………………………………….…...

2. Keaslian penelitian………………………………………….…...

3. Manfaat penelitian………………………………………….……

B. Tujuan Penelitian……………………………………………….…...

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………………….…...

A. Tuberkulosis…………………………………………………………

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

xi

xii

xiii

xvii

xix

xx

1

1

4

4

6

6

8

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xiv

1. Definisi………………………………………………………......

2. Macam-macam tuberkulosis…………………………………….

3. Epidemiologi…………………………………………………….

4. Etiologi…………………………………………………………..

5. Gejala klinis……………………………………………………..

6. Diagnosis………………………………………………………...

B. Terapi Tuberkulosis..…..……………………………………………

1. Tujuan pengobatan........................................................................

2. Prinsip pengobatan........................................................................

3. Rejimen pengobatan......................................................................

4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT).....................................................

5. Hasil pengobatan tuberkulosis......................................................

C. Ketaatan Pengobatan………………………………………………...

D. Pengetahuan…………………………………………………………

E. Penyuluhan…………………………………………………………..

F. Pengawas Menelan Obat (PMO)…………………………………….

G. Ketersediaan Obat…………………………………………………...

H. Efek Samping Obat………………………………………………….

I. Landasan Teori………………………………………………………

J. Hipotesis.............................................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN................................................................

A. Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.....................................

8

9

11

12

14

14

17

17

18

19

24

28

30

31

33

34

35

35

37

38

39

39

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xv

1. Variabel penelitian........................................................................

2. Definisi operasional……………………………………………..

C. Waktu Penelitian…………………………………………………….

D. Tempat Penelitian…………………………………………………...

E. Subyek Penelitian…………………..……………………………….

F. Bahan Penelitian…………………………………………………….

1. Populasi penelitian……………………………………………....

2. Sampel dan teknik sampling…………………………………….

3. Besar sampel…………………………………………………….

G. Instrumen Penelitian…….…………………………………………..

H. Tata Cara Penelitian…………………………………………………

1. Perijinan…………………………………………………………

2. Penetapan besar sampel…………………………………………

3. Pembuatan kuesioner……………………………………………

4. Validasi kuesioner……………………………………………….

5. Uji reliabilitas……………………………………………………

6. Pengambilan data………………………………………………..

7. Pengolahan data…………………………………………………

a. Manajemen data……………………………………………..

b. Analisis data…………………………………………………

1) Analisis kualitatif…………..……………………………

2) Karakteristik responden…………………………………

3) Analisis hasil kuesioner…………………………………

40

40

42

42

42

43

41

43

44

44

45

45

45

46

47

50

50

50

50

51

51

51

52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xvi

I. Kesulitan Penelitian…………………………………………………

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...

A. Karakteristik Responden…………………………………………….

1. Jenis kelamin responden………………………………………...

2. Umur responden…………………………………………………

3. Tingkat pendidikan responden…………………………………..

4. Pekerjaan responden…………………………………………….

5. Lamanya responden menjalani pengobatan……………………..

B. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Ketaatan………………………….

C. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Ketaatan………………..…………

D. Pengaruh Ketersediaan Obat Terhadap Ketaatan…………………....

E. Pengaruh PMO Terhadap Ketaatan.....................................................

F. Pengaruh Efek Samping Obat Terhadap Ketaatan..............................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………….

B. Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

LAMPIRAN…………………………………………………………………

BIOGRAFI PENULIS…………………………..………………………......

53

54

54

54

56

57

58

60

61

64

69

73

77

82

82

83

84

86

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Tabel II.

Tabel III.

Tabel IV.

Tabel V.

Tabel VI.

Tabel VII.

Tabel VIII.

Tabel IX.

Tabel X.

Tabel XI.

Tabel XII.

Tabel XIII.

Tabel XIV.

Tabel XV.

Tabel XVI.

Tabel XVII.

Obat Anti Tuberkulosis ..................................................................

Paduan Pengobatan Standar yang Direkomendasikan Oleh

WHO dan IUATLD (International Union Against

Tuberculosis and Lung Disease): Paduan OAT yang

Digunakan di Indonesia..............................................................

Dosis Paduan OAT KDT (Kombinasi Dosis Tepat) Kategori 1.....

Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1...........................

Dosis Paduan OAT KDT (Kombinasi Dosis Tepat) Kategori 2.....

Dosis Paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2...........................

Paduan OAT Kategori 3 Dalam Paket Kombipak untuk

Penderita dengan Berat Badan Antara 33 – 55 kg .......................

Dosis Paduan KDT (Kombinasi Dosis Tepat) OAT Sisipan..........

Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan.............................................

Efek Samping Berat OAT ..............................................................

Efek Samping Ringan OAT............................................................

Penilaian Item Jawaban..................................................................

Pembagian Pernyataan Favourable dan Unfavourable……………

Uji Validitas....................................................................................

Pembagian Nilai Skor Pengetahuan dan Nilai Skor Ketaatan...….

Pembagian Nilai Skor Penyuluhan dan Nilai Skor Ketaatan……..

Pembagian Nilai Skor Ketersediaan Obat Anti-tuberkulosis dan

Nilai Skor Ketaatan.......................................................................

19

20

21

21

22

22

23

23

23

36

37

47

47

49

62

65

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xviii

Tabel XVIII.

Tabel XIX.

Pembagian Nilai Skor PMO dan Nilai Skor Ketaatan..................

Pembagian Nilai Skor ESO dan Nilai Skor Ketaatan...................

74

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Alur Diagnosis TB Paru………………………………………

Presentase Jenis Kelamin Repsonden Pasien Tuberkulosis……

Presentase Umur Repsonden Pasien Tuberkulosis……………

Presentase Tingkat Pendidikan Responden Pasien

Tuberkulosis………………………………………………....

Presentase Pekerjaan Responden Pasien Tuberkulosis………

Presentase Lama Pengobatan Responden Pasien

Tuberkulosis………………………………………………

16

55

56

58

59

60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

  xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Lembar Kuesioner…........…………………………………..

Hasil Uji Validitas...........................………………………..

Hasil Uji Reliabilitas.………………………………………

Nilai Median Skor Kuesioner.....…………………………...

Nilai Kuesioner....………………………………………….

Pembagian Nilai Ketaatan, Pengetahuan, Penyuluhan,

Ketersediaan Obat, PMO, dan ESO.....................................

Perhitungan Statistik Uji Z-Test……………………………

Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas..........................

Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA.....................................

Alur Pemilihan Uji Statistik Z-Test…………………………

86

90

91

92

93

97

99

104

105

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu jenis penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat menyerang

semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah organ paru

(90%). Indonesia adalah negara ke-3 di dunia yang mempunyai penderita

tuberkulosis terbanyak setelah Cina dan India dengan jumlah penderita 583.000

orang (Hiswani, 2004). Tuberkulosis di Indonesia merupakan penyakit penyebab

kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan saluran pernafasan,

serta merupakan penyakit nomor satu terbesar dalam kelompok infeksi (Anonim,

2006).

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah

yang mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi hingga 2.901/km2.

Masalah kepadatan penduduk yang tinggi ini dapat menimbulkan dampak negatif

bagi kesehatan penduduknya, apalagi ditunjang dengan tingkat pendidikan dan

pengetahuan penduduknya yang masih rendah. Tercatat dari data statistik

kabupaten tahun 2007, jumlah penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 341.660

jiwa. Salah satu masalah kesehatan pada masyarakat adalah adanya penyakit

tuberkulosis. Tercatat pada tahun 2008 jumlah penderita tuberkulosis di kabupaten

ini sebanyak 2.612 jiwa. Tingginya angka kejadian ini tidak didukung dengan

angka konversi dan angka kesembuhan yang tinggi pula. Tercatat angka konversi

dan angka kesembuhan pada tahun 2008 adalah 73% dan 75%, dimana angka ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

2

 

 

belum mencapai target angka konversi dan angka kesembuhan di Jawa Tengah

(80% dan 85%) (Anonim, 2008).

Secara umum, kejadian kasus tuberkulosis paru ini paling banyak terjadi

pada kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi lemah (Hiswani, 2004). Kasus

tuberkulosis terutama terjadi pada usia produktif kerja, yaitu kelompok umur 15

sampai 55 tahun yang berdampak pada Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga

bisa mengganggu perekonomian keluarga, masyarakat dan negara (Syafei 2002).

Obat antituberkulosis (OAT) yang utama adalah isoniazid, rifampisin,

pirazinamid, streptomisin dan etambutol. Pengobatannya secara keseluruhannya

dapat mencapai 12 bulan. Agar dapat disembuhkan, penderita harus minum obat

teratur sesuai petunjuk, menghabiskan obat sesuai waktu yang ditentukan (6-12

bulan) berturut-turut tanpa terputus, serta makan makanan bergizi dan melibatkan

petugas kesehatan atau anggota keluarga untuk mengawasi dan memastikan

penderita tuberkulosis minum obat dengan teratur dan benar (Nova, 2008).

Banyaknya obat yang digunakan dan waktu pengobatan yang cukup lama

seringkali menyebabkan kegagalan konversi penderita tuberkulosis karena adanya

masalah dengan ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Padahal keberhasilan

pengobatan tuberkulosis sangat bergantung pada ketaatan pasien dalam

mengkonsumsi obat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003,

banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam pengobatan

tuberkulosis, seperti misalnya pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap

penyakitnya, keadaan sosial ekonomi pasien seperti kemiskinan dan

pengangguran, banyaknya obat yang harus diminum oleh pasien dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

3

 

 

kompleksitas rejimen pengobatan, efek samping yang dirasakan dari pengobatan,

serta sistem pelayanan kesehatan di unit pelayanan kesehatan terkait. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa faktor risiko terjadinya ketidaktaatan pengobatan

tuberkulosis disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pengetahuan dan tingkat

pendidikan penderita, peran penyuluhan kesehatan, ketersediaan obat, Pengawas

Menelan Obat (PMO), dan efek samping obat (Anonim, 2000a).

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa paling

banyak hanya 1/3 dari pasien yang melakukan pengobatan persis seperti yang

dianjurkan. Pada beberapa penelitian, masalah ketidaktaatan ini sangat tinggi,

bahkan mencapai 92%. Perhatian terhadap masalah ketidaktaatan perlu diberikan

lebih kepada kondisi berikut, seperti: pasien dengan usia sangat muda maupun

sangat lanjut; pasien yang memerlukan pengobatan jangka lama, sehingga

kepatuhan minum obat tidak bisa diharapkan tanpa bantuan orang lain; kurangnya

pengertian pasien bahwa pengobatan memang diperlukan atau penyakitnya

berbahaya; pemberian terlalu banyak obat dengan aturan pakai yang berbeda-

beda; efek samping yang terlalu mengganggu tanpa disertai informasi mengenai

hal tersebut; rasa ketidakpercayaaan pasien terhadap cara pengobatan; biaya obat

terlalu mahal (Suryawati, 2008).

Dengan adanya permasalahan pada ketaatan pasien tuberkulosis, maka

penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam proses pengobatan tuberkulosis, serta

dapat digunakan sebagai referensi dalam memonitoring keberhasilan program

DOTS yang berdampak pada peningkatan angka kesembuhan tuberkulosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

4

 

 

1. Permasalahan

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang timbul

dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. bagaimana karakteristik responden pasien tuberkulosis yang menjalani rawat

jalan di BP4 Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009?

b. apakah pengetahuan tentang tuberkulosis berpengaruh terhadap ketaatan

pasien dalam menggunakan OAT?

c. apakah penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam

menggunakan OAT?

d. apakah ketersediaan obat pada pasien berpengaruh terhadap ketaatan pasien

dalam menggunakan OAT?

e. apakah adanya PMO berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam

menggunakan OAT?

f. apakah adanya efek samping obat yang tidak diinginkan berpengaruh

terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai

pengaruh faktor risiko yang mempengaruhi ketaatan pengobatan pada pasien

tuberkulosis rawat jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)

Kabupaten Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 belum pernah dilakukan

di lingkup Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian tentang masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

5

 

 

yang terkait dengan penyakit tuberkulosis pernah dilakukan peneliti lain dengan

judul sebagai berikut :

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keteraturan Minum Obat pada Penderita

Tuberkulosis Paru yang Mengalami Konversi di Kota Jambi oleh K. Mukhsin

(2006)

b. Faktor Risiko Kegagalan Konversi Pada Penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif

Baru di Kota Ambon Provinsi Maluku Tahun 2006 oleh Ridwan Amiruddin (2006)

c. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO) oleh Keluarga dan Petugas

Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Perilaku Pencegahan dan Kepatuhan Klien

Tuberkulosis Dalam Konteks Keperawatan Komunitas di Kabupaten

Wonosobo oleh Rochani Istiawan (2007)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Penderita

Tuberkulosis Paru di Puskesmas Depok oleh Felly Philipus Senewe (1997)

e. Pengaruh Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Tuberkulosis dan Efek

Samping OAT Terhadap Kepatuhan Pengobatan: Studi Pada Pasien

Tuberkulosis Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Siti Khadijah Sidoarjo oleh

Ella Wahyu Febriana (2008)

f. Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan Dengan PMO dan

Penderita Dengan Ketaatan Minum Obat Tuberkulosis Paru di Puskesmas

Giriwoyo Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 oleh Suharto (2009)

g. Hubungan Antara Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat (PMO)

Dengan Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di Puskesmas Grabag

Purworejo oleh Pratomo (2009)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

6

 

 

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sumber informasi dan menambah referensi bagi tenaga kesehatan terkait

dan pasien tuberkulosis untuk mendeskripsikan faktor-faktor risiko yang

dapat mempengaruhi kataatan pengobatan pasien tuberkulosis.

b. Manfaat praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi

tenaga kesehatan terkait dan penderita tuberkulosis untuk mengarahkan

ketaatan dalam pengobatan tuberkulosis yang nantinya diharapkan dapat

meningkatkan angka konversi dan angka kesembuhan penyakit

tuberkulosis. Selain itu, dapat digunakan juga sebagai referensi dalam

kegiatan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) terhadap penyakit

tuberkulosis dan menambah wawasan di lingkup farmasi klinis komunitas.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-

faktor risiko terhadap ketaatan penderita tuberkulosis dalam menggunakan

obat anti tuberkulosis, dimana nantinya ketaatan dalam penggunaan OAT ini

akan berdampak pada keberhasilan program Directly Observed Treatment

Shortcourse (DOTS) dan membantu meningkatkan angka konversi dan angka

kesembuhan penyakit tuberkulosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

7

 

 

2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. karakteristik responden pasien tuberkulosis yang menjalani rawat jalan di

BP4 Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009

b. pengaruh pengetahuan tentang tuberkulosis terhadap ketaatan pasien

dalam menggunakan OAT

c. pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap ketaatan pasien dalam

menggunakan OAT

d. pengaruh ketersediaan obat pada pasien terhadap ketaatan pasien dalam

menggunakan OAT

e. pengaruh adanya PMO terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan

OAT

f. pengaruh adanya efek samping obat yang tidak diinginkan terhadap

ketaatan pasien dalam menggunakan OAT 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis

1. Definisi

Tuberkulosis merupakan salah satu bentuk penyakit infeksi menular

yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil) yang disebut

Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis dapat menyerang manusia dan hewan

dengan ditandai adanya pembentukan tuberkel dan nekrosis pada jaringan setiap

organ. Pada manusia, paru-paru merupakan tempat utama terjadinya infeksi dan

biasanya merupakan awal terjadinya infeksi sebelum mencapai organ lainnya

(DiPiro, 2005).

Bakteri tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) termasuk basil gram

positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida

serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. Bakteri ini mempunyai sifat

khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan (hal ini dipakai untuk

identifikasi dahak secara mikroskopis), sehingga disebut sebagai Basil Tahan

Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung,

tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan

tubuh, bakteri dapat tertidur sampai beberapa tahun (dormant). Tuberkulosis

timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel

fagosit (DiPiro, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

9

 

 

Pada umumnya penyakit tuberkulosis ditandai dengan gejala seperti

menurunnya berat badan, batuk selama lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, rasa

sakit pada dada disertai dengan demam atau berkeringat (Crofton et al, 2002).

2. Macam-macam tuberkulosis

Berdasarkan tempat atau organ yang diserang oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis, maka tuberkulosis dibedakan menjadi 2 yaitu

tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru (Anonim, 2007).

a. Tuberkulosis paru.

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, tuberkulosis paru dibagi dalam :

1) tuberkulosis paru BTA positif

Seseorang yang dinyatakan menderita tuberkulosis paru dengan BTA

positif adalah yang memiliki sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan

foto toraks dada yang menunjukkan gambaran tuberkulosis. 1 spesimen dahak

SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman tuberkulosis positif. 1 atau lebih

spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada

pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan

setelah pemberian antibiotika non OAT (Anonim, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

10

 

 

2) tuberkulosis paru BTA negatif

Seseorang yang dinyatakan menderita tuberkulosis paru dengan BTA

negatif ditunjukkan dengan pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

Tuberkulosis paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat

keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila

gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang

luas (misalnya proses far advanced atau millier), dan atau keadaan umum

penderita buruk (Anonim, 2005).

b. Tuberkulosis ekstra-paru.

Tuberkulosis ekstra-paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ

tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung

(pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran

kencing, alat kelamin, dan lain-lain (Anonim, 2007). Tuberkulosis ekstra-paru

dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :

1) tuberkulosis ekstra paru ringan, misalnya: tuberkulosis kelenjar limfe, pleuritis

eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar

adrenal (Anonim, 2005).

2) tuberkulosis ekstra-paru berat, misalnya : meningitis, millier, perikarditis,

peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, tuberkulosis tulang belakang,

tuberkulosis usus, tuberkulosis saluran kencing dan alat kelamin (Anonim,

2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

11

 

 

3. Epidemiologi

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan

global penyakit tuberkulosis, karena pada sebagian besar negara di dunia,

penyakit tuberkulosis tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang

tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif). Pada

tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien tuberkulosis baru dan 3 juta kasus

kematian terjadi akibat tuberkulosis diseluruh dunia. Sekitar 95% kasus

tuberkulosis dan 98% kematian akibat tuberkulosis di dunia, terjadi pada negara-

negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat tuberkulosis lebih

banyak karena kehamilan, persalinan dan nifas. Di negara-negara berkembang,

kematian akibat tuberkulosis merupakan 25% dari seluruh kematian, yang

sebenarnya dapat dicegah. Sekitar 75% pasien tuberkulosis adalah kelompok usia

yang paling produktif secara ekonomis (15-55 tahun) (Anonim, 2006).

Di Indonesia, tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995

menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor

tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua

kelompok usia, dan penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit

infeksi. Di Indonesia tahun 2001 diperkirakan 582 ribu penderita baru atau 271

per 100 ribu penduduk, sedangkan yang ditemukan BTA positif sebanyak 261

ribu penduduk atau 122 per 100 ribu penduduk, dengan keberhasilan pengobatan

diatas 86% dan kematian sebanyak 140 ribu (Anonim, 2005). Jumlah pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

12

 

 

tuberkulosis di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan

Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberkulosis di

dunia. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru

tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis sekitar 140.000. Secara kasar

diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru

tuberkulosis paru BTA positif. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada

539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus tuberkulosis

BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Penyakit tuberkulosis menyerang

sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah, dan

berpendidikan rendah (Anonim, 2006).

4. Etiologi

Riwayat terjadinya penyakit tuberkulosis adalah melalui infeksi primer

dan tuberkulosis pasca primer.

a. Infeksi primer.

Pada waktu bersin atau batuk, penderita tuberkulosis menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk droplet. Droplet yang sangat kecil ukurannya

terhidup orang sehat, masuk ke saluran pernafasan dan melewati sistem

pertahanan mukosilier bronkus, masuk dan tinggal di alveolus. Infeksi terjadi saat

kuman mulai membelah diri dan kemudian membentuk luka kecil pada saluran

pernafasan bagian bawah dan mengakibatkan radang pada paru. Saluran limfe

akan membawa kuman tuberkulosis ke kelenjar limfe sekitar hilus paru dan

membentuk komplek primer (Tjay & Rahardja, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

13

 

 

Luka sembuh dan membentuk tuberkel kecil atau bintil, sebagai respon

kekebalan tubuh terhadap organisme ini. Basil tuberkulosis akan menempati

tuberkel sampai batas waktu yang tidak terbatas. Dalam beberapa kasus, tuberkel

dapat membesar, menimbulkan abses besar yang seringkali menimbulkan nanah

dan menyebarkan basil tersebut atau tuberkel menebal dan terbatasi serta

mengalami pengapuran pada luka yang menyembuh dan mengandung basil hidup

(Crofton et al, 2002).

Waktu mulai infeksi sampai pembentukan komplek primer sekitar 4-6

minggu. Perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif menunjukkan

adanya infeksi tersebut. Terjadinya infeksi tuberkulosis dipengaruhi oleh

konsentrasi droplet tuberkulosis dalam udara dan lamanya penderita menghirup

udara tersebut (Anonim, 2002). Infeksi primer akan berkembang menjadi penyakit

tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya daya tubuh penderita.

Pada umumnya pertahanan tubuh dapat menghentikan pertumbuhan kuman,

tetapi ada beberapa kuman akan tinggal sebagai kuman tidur (dormant). Bila daya

tahan tubuh tidak dapat menghentikan pertumbuhan kuman, orang tersebut akan

menderita tuberkulosis dalam beberapa bulan. Waktu yang diperlukan dari saat

mulainya infeksi sampai terjadinya penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan

(Anonim, 2002).

b. Tuberkulosis pasca primer (post primary tuberculosis).

Daya tahan tubuh yang menurun, misalnya pada infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV) atau status gizi yang buruk akan mempengaruhi

terjadinya tuberkulosis pasca primer yang muncul beberapa bulan atau tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

14

 

 

setelah infeksi primer. Ciri tuberkulosis fase ini adalah kerusakan jaringan paru

yang luas dengan adanya kavitas atau efusi pleura (Anonim, 2002).

5. Gejala klinis

Onset penyakit tuberkulosis dapat terjadi secara bertahap dan penyakit

ini tidak dapat didiagnosis sebelum dilakukannya radiografi pada rongga dada.

Biasanya penderita tuberkulosis memperlihatkan lubang atau lesi yang besar pada

rongga paru yang terisi oleh Mycobacterium tuberculosis (DiPiro, 2005).

Penderita tuberkulosis memperlihatkan gejala utama yaitu batuk terus

menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih dan gejala tambahan

yang sering dijumpai, meliputi: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas

dan rasa nyeri pada dada. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,

rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,

demam meriang lebih dari satu bulan juga dapat dijumpai pada penderita

tuberkulosis (Anonim, 2000a). Hasil pemeriksaan laboratorium penderita

tuberkulosis memperlihatkan nilai leukosit atau sel darah putih (white blood cell)

diatas normal dengan jumlah limfosit yang dominan. Sedangkan hasil

pemeriksaan radiografi pada rongga dada mempelihatkan adanya nodul pada

rongga paru dan lubang pada rongga paru yang memperlihatkan perkembangan

infeksi (DiPiro, 2005).

6. Diagnosis

a. Diagnosis tuberkulosis paru.

Semua suspek tuberkulosis diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2

hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis tuberkulosis paru pada orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

15

 

 

dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman tuberkulosis (BTA). Pada

program tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak

mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,

biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang

sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya

berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan

gambaran yang khas pada tuberkulosis paru, sehingga sering terjadi salah

diagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas

penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek

tuberkulosis paru.

Pada sebagian besar tuberkulosis paru, diagnosis terutama ditegakkan

dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.

Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai

dengan indikasi sebagai berikut:

1) hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini

pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis

tuberkulosis paru BTA positif (lihat bagan alur)

2) ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS

pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan

setelah pemberian antibiotika non OAT (lihat bagan alur)

3) pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang

memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

16

 

 

efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis

berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma)(Anonim, 2006).

Gambar 1. Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru (Anonim, 2007)

b. Diagnosis tuberkulosis ekstra paru.

Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk

pada meningitis tuberkulosis, nyeri dada pada tuberkulosis pleura (pleuritis),

pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis tuberkulosis dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

17

 

 

deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis tuberkulosis, dll. Diagnosis

pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan

berdasarkan gejala klinis tuberkulosis yang kuat (presumtif) dengan

menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada

metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,

misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain

(Anonim, 2005).

B. Terapi Tuberkulosis

1. Tujuan pengobatan

Pengendalian atau penanggulangan tuberkulosis yang terbaik adalah

mencegah agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Pencegahan tuberkulosis

pada dasarnya adalah mencegah penularan kuman dari penderita yang terinfeksi

dan menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang menyebabkan terjadinya

penularan. Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai

cara, yang utama adalah memberikan OAT yang benar dan cukup, serta dipakai

dengan patuh sesuai ketentuan penggunaan obat (Anonim, 2005).

Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan

mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Anonim, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

18

 

 

2. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai

berikut :

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam

jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan

gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap

(OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung oleh seorang PMO

c. Pengobatan penyakit tuberkulosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif

dan lanjutan (Anonim, 2004).

1) Tahap awal (intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila

pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar

pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan (Anonim, 2004).

2) Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk

membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

(Anonim, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

19

 

 

3. Rejimen pengobatan

Penggunaan OAT yang dipakai dalam pengobatan tuberkulosis adalah

antibiotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium.

Aktifitas OAT didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri,

aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah

isoniazid, etambutol, rifampisin, pirazinamid, dan streptomisin. Kelompok obat

ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah OAT yang paling poten dalam

hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan streptomisin.

Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme membunuh bakteri

(Anonim, 2006).

Tabel I. Obat Anti Tuberkulosis (Anonim, 2004)

OAT Rekomendasi Dosis

(Rentang Dosis) dalam mg/kg Harian 3 kali seminggu

Isoniazid (H) 5 (4-6)

10 (8-12)

Rifampisin (R) 10 (8-12)

10 (8-12)

Pirazinamida (Z) 25 (20-30)

35 (30-40)

Streptomisin (S) 15 (12-18)

15 (12-18)

Etambutol (E) 15 (15-20)

30 (20-35)

Rejimen pengobatan tuberkulosis mempunyai kode standar yang

menunjukkan tahap dan lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau

selang) dan kombinasi OAT dengan dosis tetap. Contoh: 2HRZE/4H3R3 atau

2HRZES/5HRE. Kode huruf tersebut adalah singkatan dari nama obat yang

dipakai, yakni : H = Isoniazid, R = Rifampisin, Z = Pirazinamid, E = Etambutol, S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

20

 

 

= Streptomisin. Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau

frekuensi. Angka 2 didepan seperti pada 2HRZE, artinya digunakan selama 2

bulan, tiap 26 hari satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang

huruf, seperti pada 4H3R3 artinya dipakai 3 kali seminggu (selama 4 bulan).

Sebagai contoh untuk tuberkulosis kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya:

tahap awal/intensif adalah 2HRZE: lama pengobatan 2 bulan, masing masing

OAT (HRZE) diberikan setiap hari. Tahap lanjutan adalah 4H3R3: lama

pengobatan 4 bulan, masing masing OAT (HR) diberikan 3 kali seminggu

(Anonim, 2007).

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia meliputi kategori 1 (2HRZE/4H3R3), kategori 2

(2HRZES/HRZE/5H3R3E3), kategori-3 (2HRZ/4H3R3), dan ketegori sisipan

(HRZE) (Anonim, 2006).

Tabel II. Paduan Pengobatan Standar yang Direkomendasikan Oleh WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases): Paduan OAT yang Digunakan di Indonesia (Anonim, 2006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

21

 

 

a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3).

Obat anti tuberkulosis kategori 1 diberikan untuk pasien baru

tuberkulosis paru BTA positif, pasien tuberkulosis baru BTA negatif foto toraks

positif, pasien tuberkulosis ekstra-paru. Tahap awal diberikan HRZE setiap hari

selama 2 bulan (2HZRE), kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan dengan

pemberian HR tiga kali seminggu selama 4 bulan (4H3R3) (Anonim, 2008).

Tabel III. Dosis Paduan OAT-KDT (Kombinasi Dosis Tetap) Kategori 1 (Anonim, 2006)

Tabel IV. Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1(Anonim, 2007)

b. Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3).

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan

HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu

diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga

kali dalam seminggu. Obat ini diberikan untuk penderita tuberkulosis paru BTA

positif yang sebelumnya pernah diobati, yaitu: penderita kambuh (relaps),

Tahap Pengobatan

Lama Pengobatan

Dosis per hari/kali Jumlah hari/kali menelan

obat

Tablet Isoniasid

@ 300 mg

Tablet Rifampisin @ 450 mg

Tablet Pirazinamid @ 500 mg

Tablet Etambutol @ 250 mg

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56 Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

22

 

 

penderita gagal (failure), penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

(Anonim, 2005).

Tabel V. Dosis Paduan OAT-KDT (Kombinasi Dosis Tetap) Kategori 2 (Anonim, 2006)

Tabel VI. Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 2 (Anonim, 2007)

Tahap Pengobatan

Lama Pengobatan

Tablet Isoniasid @ 300

mg

Tablet Rifampisin@ 450 mg

Tablet Pirazinamid @ 500 mg

Etambutol Streptomisin

injeksi

Jumlah hari/kali menelan

obat

Tablet @

250 mg

Tablet @

400 mg

Tahap Intensif (dosis

lanjutan)

2 bulan 1 bulan

1 1

1 1

3 3

3 3

- -

0,75 g -

56 28

Tahap Lanjutan (dosis 3x

seminggu) 4 bulan 2 1 - 1 2 - 60

c. Kategori-3 (2HRZ/4H3R3).

Obat kategori 3 diberikan pada pasien tuberkulosis paru BTA negatif dan

pasien tuberkulosis ekstra paru ringan. Tahap awal diberikan HRZ diberikan

setiap hari selama 2 bulan (2HRZ). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan

dengan pemberian HR 3 kali seminggu selama 4 bulan (Anonim, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

23

 

 

Tabel VII. Paduan OAT Kategori 3 Dalam Paket Kombipak untuk Penderita dengan Berat Badan Antara 33 – 55 kg (Anonim, 2006)

d. OAT sisipan (HRZE).

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori

2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE)

setiap hari selama 1 bulan (Anonim, 2005).

Tabel VIII. Dosis Paduan-KDT (Kombinasi Dosis Tetap) OAT Sisipan (Anonim, 2006)

Tabel IX. Dosis OAT-Kombipak untuk Sisipan (Anonim, 2007)

Tahap Pengobatan

Lamanya Pengobatan

Tablet Isoniasid

@ 300 mg

Tablet Rifampisisn @ 450 mg

Tablet Pirazinamid @ 500 mg

Tablet Etambutol @ 250 mg

Jumlah hari/kali menelan

obat Tahap intensif (dosis harian) 1 bulan 1 1 3 3 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

24

 

 

4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) terdiri dari isoniazid (H), rifampisin (R),

pirazinamida (Z), etambutol (E), dan streptomisin (S) (Anonim, 2004).

a. Isoniazid (H).

Isoniazid merupakan OAT yang bersifat bakterisid dan dapat membunuh

90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Metabolisme obat

ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Sebagian besar penduduk Indonesia termasuk

asetilator lambat. Individu yang termasuk asetilator lambat lebih mudah terkena

efek samping yaitu neuropati perifer dikarenakan kekurangan vitamin B6

(Anonim, 2008). Dosis untuk pencegahan tuberkulosis pada dewasa 300 mg satu

kali sehari, anak anak 10 mg/kg berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari.

Untuk pengobatan tuberkulosis bagi orang dewasa sesuai dengan petunjuk

dokter/petugas kesehatan lainnya. Umumnya dipakai bersama dengan obat anti

tuberkulosis lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau

15 mg/kg berat badan sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali

seminggu. Untuk anak dengan dosis 10-20 mg/ kg berat badan. Atau 20-40 mg

per kg berat badan sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu (Anonim, 2006).

Isoniazid diindikasikan dalam terapi tuberkulosis baik infeksi maupun

tuberkulosis laten. Mekanisme aksi obat ini adalah menghambat sintesis myocolic

acid dalam pembentukan dinding bakteri. Isoniazid dapat digunakan tunggal atau

bersama-sama dengan antituberkulosis lain. Dikontraindikasikan bagi orang yang

hipersensitivitas terhadap isoniazid, penyakit liver akut, serta pernah mengalami

kerusakan hati (Lacy, 2006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

25

 

 

Diperingatkan hati-hati jika menggunakan isoniazid pada pasien yang

mempunyai sakit liver kronik dan kerusakan ginjal sebab dapat mengakibatkan

terjadinya hepatitis fatal. Hati-hati dalam penggunaan pada wanita hamil (faktor

risiko kehamilan C). oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring bagi peminum

alkohol karena menyebabkan hepatitis, penderita yang mengalami penyakit hati

kronis aktif dan gagal ginjal, kehamilan. Disarankan menggunakan piridoksin 10-

50 mg/hari bila mulai terlihat tanda-tanda terjadinya neuropati periferal (Lacy,

2006).

b. Rifampisin (R).

Rifampisin merupakan derivat semisintetis dari rifamisin B yang

dihasilkan oleh jamur Streptomyces mediterranei. Rifampisin merupakan OAT

yang menginduksi enzim hepar yaitu cytochrome P-450 isoenzymes, sehingga

dapat meningkatkan laju metabolisme obat lain sehingga kadar plasma obat lain

menurun dan efeknya menurun. Rifampisin harus diberikan bersama dengan obat

anti tuberkulosis lain. Dosis obat ini untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa

600 mg satu kali sehari, atau 600 mg 2-3 kali seminggu. Bayi dan anak anak,

dosis diberikan dokter/tenaga kesehatan lain berdasarkan atas berat badan yang

diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5-15

mg/ kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah 75 mg

untuk anak < 10 kg, 150 mg untuk 10-20 kg, dan 300 mg untuk 20-33 kg

(Anonim, 2006).

Diindikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan dengan

antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang. Obat ini bersifat bakterisid,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

26

 

 

dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.

Perhatian keamanan penggunaan selama kehamilan, dan pada anak anak usia

kurang 5 tahun belum ditetapkan. Hati hati penggunaan pada penyakit hati,

riwayat penggunaan alkohol, penggunaan bersamaan dengan obat hepatotoksik

lain (Anonim, 2005).

c. Pirazinamid (Z).

Dosis pemberian pirazinamid untuk dewasa dan anak sebanyak 15-30

mg/kg berat badan, satu kali sehari. Atau 50-70 mg/kg berat badan 2-3 kali

seminggu. Obat ini dipakai bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya.

Pirazinamid digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti

tuberkulosis lain. Mempunyai kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati parah,

porfiria, hipersensitivitas (Anonim, 2004).

Obat ini bersifat bakterisid, dengan mekanisme kerja berubah menjadi

pyrainoic acid bila berinteraksi dengan basil tuberkulosis. Hanya dipakai pada

terapi kombinasi anti tuberkulosis dengan pirazinamid, namun dapat dipakai

secara tunggal mengobati penderita yang telah resisten terhadap obat kombinasi.

Hati-hati bila digunakan pada pasien dengan kerusakan ginjal, gout kronis,

diabetes mellitus, porifiria. Perlu dilakukan monitoring pada tes fungsi liver, asam

urat, biakan dahak, dan foto toraks. Obat ini dapat menghambat ekskresi asam urat

dari ginjal sehingga menimbulkan hiperurikemia (Lacy, 2006).

d. Etambutol (E).

Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat

lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Dosis pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

27

 

 

etambutol untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15-25 mg/kg berat

badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg/kg berat badan,

dan pengobatan lanjutan 25 mg/kg berat badan. Kadang kadang dokter juga

memberikan 50 mg/kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali seminggu. Obat

ini harus diberikan bersama dengan OAT lainnya. Tidak diberikan untuk anak

dibawah 13 tahun dan bayi. Jika risiko resistensi rendah, obat ini dapat tidak

digunakan. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak usia kurang 6 tahun,

neuritis optik, gangguan visual. Kontraindikasi dengan orang yang

hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis optik (Anonim, 2007).

Obat ini bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman

tuberkulosis yang telah resisten terhadap isoniazid dan streptomisin. Mekanisme

kerja, berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang

membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel. Jika

etambutol dipakai, maka diperlukan pemeriksaan fungsi mata sebelum

pengobatan. Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; usia lanjut; kehamilan;

ingatkan penderita untuk melaporkan gangguan penglihatan. Etambutol tidak

diberikan kepada penderita anak berumur dibawah umur 6 tahun, karena tidak

dapat menyampaikan reaksi yang mungkin timbul seperti gangguan penglihatan

(Anonim, 2006).

e. Streptomisin (S).

Streptomisin merupakan golongan aminoglikosida yang bersifat

bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram positif maupun negatif (Anonim,

2000b). Dosis obat ini hanya digunakan melalui suntikan intramuskular, setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

28

 

 

dilakukan uji sensitivitas. Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 15

mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari, atau 25-30 mg/kg berat

badan, maksimum 1,5 gram 2-3 kali seminggu. Untuk anak 20-40 mg/kg berat

badan maksimum 1 gram satu kali sehari, atau 25-30 mg/kg berat badan 2-3 kali

seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih dari 120 gram. Indikasi

streptomisin adalah sebagai kombinasi pada pengobatan tuberkulosis bersama

isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontraindikasi

dengan 2 atau lebih obat kombinasi tersebut. Obat ini mempunyai kontraindikasi

terhadap orang hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau aminoglikosida

lainnya (Anonim, 2006).

Kerja streptomisin bersifat bakterisidal, dapat membunuh kuman yang

sedang membelah. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein

kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal. Hati-hati pada penderita

gangguan ginjal, lakukan pemeriksaan bakteri tahan asam, hentikan obat jika

sudah negatif setelah beberapa bulan. Dalam penggunaan intramuskuler perlu

diawasi kadar obat dalam plasma terutama untuk penderita dengan gangguan

fungsi ginjal (Anonim, 2006).

5. Hasil pengobatan tuberkulosis

Dari hasil pengobatan tuberkulosis dapat dikelompokkan menjadi 6

kelompok, yaitu: penderita yang sudah sembuh, pengobatan lengkap, meninggal,

pindah, defaulted atau drop out, serta penderita gagal (Anonim, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

29

 

 

a. Penderita yang sudah sembuh.

Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan

pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) paling

sedikit 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negatif (yaitu pada Akhir Pengobatan

(AP) dan/atau sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow-up

sebelumnya). Sebaiknya penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali

supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap (Anonim, 2007).

b. Pengobatan lengkap.

Dikatakan pengobatan lengkap apabila penderita telah menyelesaikan

pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada hasil dan pemeriksaan ulang dahak 2

kali berturut-turut negatif. Sebaiknya penderita diberitahu apabila gejala muncul

kembali supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap. Seharusnya

terhadap semua penderita BTA positif harus dilakukan pemeriksaan ulang dahak

sesuai dengan petunjuk (Anonim, 2006).

c. Meninggal.

Penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena

sebab apapun.

d. Pindah.

Apabila penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota

lain.Tindak lanjut: penderita yang ingin pindah, dibuatkan surat pindah (Formulir

TB.09) dan bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan

penderita dikirim kembali ke UPK asal, dengan formulir TB.10 (Anonim, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

30

 

 

e. Defaulted atau drop out.

Dikatakan penderita defaulted atau drop out apabila penderita yang tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya

selesai. Tindak lanjut dengan melacak penderita tersebut dan memberi penyuluhan

pentingnya berobat secara teratur. Apabila penderita akan melanjutkan

pengobatan, lakukan pemeriksaan dahak. Bila positif mulai pengobatan dengan

kategori 2 ; bila negatif sisa pengobatan kategori 1 dilanjutkan (Anonim, 2004).

f. Gagal.

Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif

atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada

akhir pengobatan. Tindak lanjut: penderita BTA positif baru dengan kategori 1

diberikan kategori 2 mulai dari awal.

Penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 dirujuk ke

UPK spesialistik atau berikan INH seumur hidup. Penderita BTA negatif yang

hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan ke-2 menjadi positif. Tindak lanjut:

berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal (Anonim, 2004).

C. Ketaatan Pengobatan

Ketaatan (adherence) adalah keterlibatan penuh pasien dalam

penyembuhan dirinya baik melalui kepatuhan atas instruksi yang diberikan untuk

terapi, maupun dalam ketaatan melaksanakan anjuran lain dalam mendukung

terapi. Salah satu kunci keberhasilan pengobatan tuberkulosis adalah ketaatan

penderita terhadap pengobatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

31

 

 

Kemungkinan penderita tuberkulosis yang tidak taat terhadap

pengobatan sangat besar. Hal ini disebabkan karena pemakaian jangka panjang,

jumlah obat yang diminum per hari, efek samping yang mungkin timbul dan

kurangnya kesadaran penderita akan penyakitnya. Oleh karena itu, peran apoteker

dalam meningkatkan ketaatan akan minum obat sangat diperlukan. Apoteker

dapat berperan dalam berbagai kegiatan, diantaranya: mengidentifikasi faktor

penyebab ketidaktaatan, memberikan konseling, dan merekomendasikan strategi

untuk taat minum obat sesuai kebutuhan penderita. Dengan meningkatnya

ketaatan penderita dalam minum obat, diharapkan tidak timbul resistensi obat

yang dapat merugikan penderita itu sendiri maupun lingkungan, kambuh maupun

kematian (Anonim, 2005).

Bentuk-bentuk ketidaktaatan terhadap pengobatan bagi penderita

tuberkulosis diantaranya: tidak mengambil obatnya, minum obat dengan dosis

yang salah, minum obat pada waktu yang salah, lupa minum obat, berhenti minum

obat sebelum waktunya, dll. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan

dalam pengobatan tuberkulosis, meliputi: faktor ekonomi dan struktural, faktor

dari pasien, pengobatan yang kompleks, dan hubungan antara petugas kesehatan

dengan pasien (Anonim, 2007).

D. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

32

 

 

melalu panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

memalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Temasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secata benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diaartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponnen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

33

 

 

Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada.

(Notoadmodjo, 2003)

E. Penyuluhan

Penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit

tuberkulosis yang merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu rangkaian

kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan

dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat

dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya.

Penyuluhan tuberkulosis perlu dilakukan karena masalah tuberkulosis banyak

berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan

penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta

masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis. Penyuluhan tuberkulosis dapat

dilaksanakan dengan menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun

menggunakan media (Anonim, 2005).

Penyuluhan ditujukan kepada penderita yang diperkirakan penderita

tuberkulosis (suspek), penderita dan keluarganya, supaya penderita menjalani

pengobatan secara teratur sampai sembuh. Bagi anggota keluarga yang sehat dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

34

 

 

menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari

penularan tuberkulosis (Anonim, 2005).

F. Pengawas Menelan Obat (PMO)

Pengawas menelan obat merupakan salah satu komponen DOTS untuk

menjamin keteraturan minum obat penderita tuberkulosis paru. Persyaratan yang

harus dipenuhi oleh seorang PMO adalah seseorang yang dikenal, dipercaya, dan

disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita dan disegani oleh

penderita, tinggal dekat penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela,

bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama penderita (Anonim, 2006).

Orang yang biasa menjadi PMO adalah petugas kesehatan, anggota

keluarga, kader kesehatan, guru, anggota Perhimpunan Pemberantasan

Tuberkulosis Indonesia (PPTI), atau tokoh masyarakat lainnya yang mempunyai

tugas mengawasi penderita tuberkulosis agar menelan obat secara teratur sampai

selesai pengobatan, memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat secara

teratur, mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu

yang telah ditentukan, memberi penyuluhan kepada anggota keluarga penderita

tuberkulosis yang mempunyai gejala-gejala tersangka tuberkulosis untuk

memeriksakan diri kepada petugas kesehatan (Anonim, 2007).

G. Ketersediaan Obat

Menurut Berman et al. (1994), keputusan rumah tangga mencari

pelayanan kesehatan, bukan hanya uang namun barang-barang dan waktu tempuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

35

 

 

atau jarak dapat dianggap biaya yang perlu diperhatikan. Ketersediaan dan

kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan

transportasi, merupakan salah satu pertimbangan pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Semakin jauh jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan,

pemanfaatannya akan semakin rendah. Hasil penelitian Berman et al. (1994) juga

mengatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan barang ekonomi yang dalam

hal ini pelayanan sangat tergantung pada harga yang ditawarkan dan tingkat

pendapatan masyarakat, normalnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan akan

meningkat sesuai peningkatan pendapatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan

sangat tergantung tingkat pendapatan keluarga.

H. Efek Samping Obat

Sebagian besar penderita tuberkulosis dapat menyelesaikan pengobatan

tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh

karena itu pemantuan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting

dilakukan selama pengobatan. Berdasarkan derajat keseriusannya, efek samping

OAT dibagi menjadi 2, yaitu efek samping berat dan efek samping ringan. Efek

samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit serius. Dalam kasus

ini maka pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus segera dirujuk ke

Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) spesialistik. Sedangkan efek samping ringan

hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak enak. Gejala-gejala ini sering

dapat ditanggulangi dengan obat-obat simptomatik atau obat sederhana, tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

36

 

 

kadang-kadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini,

pemberian OAT dapat diteruskan (Anonim, 2006).

Tabel X. Efek Samping Berat OAT (Anonim, 2007)

Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal

singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu antihistamin, sambil

meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian

pasien hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit.

Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit

tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk

(Anonim, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

37

 

 

Tabel XI. Efek Samping Ringan OAT (Anonim, 2006)

I. Landasan Teori

Struktur bakteri tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) yang

mempunyai dinding tebal dan sifatnya yang tahan asam menjadikan pengobatan

tuberkulosis membutuhkan rejimen pengobatan yang cukup. Rejimen pengobatan

penyakit tuberkulosis meliputi: dosis obat yang tepat, frekuensi pemakaian obat

yang harus diminum oleh pasien dalam satu hari, serta lamanya masa pengobatan

yang dijalani pasien. Adanya kompleksitas rejimen pengobatan ini seringkali

menimbulkan masalah pada ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat yang

nantinya dapat menyebabkan gagalnya konversi pada penderita tuberkulosis.

Salah satu kunci keberhasilan pengobatan tuberkulosis adalah ketaatan pasien

terhadap pengobatan.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam minum

obat, seperti misalnya pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap penyakitnya,

keadaan sosial ekonomi pasien seperti kemiskinan dan pengangguran, banyaknya

obat yang harus diminum oleh pasien dengan kompleksitas rejimen pengobatan,

efek samping yang dirasakan dari pengobatan, serta sistem pelayanan kesehatan di

unit pelayanan kesehatan terkait (Anonim, 2003). Beberapa penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

38

 

 

menyebutkan bahwa faktor risiko terjadinya ketidaktaatan pengobatan

tuberkulosis dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pengetahuan dan

tingkat pendidikan penderita, peran penyuluhan kesehatan, ketersediaan obat,

PMO, dan efek samping obat (Anonim, 2000a). Hal ini yang mendorong peneliti

untuk melihat apakah ada pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat,

PMO, dan efek samping yang terjadi terhadap ketaatan pasien tuberkulosis di BP4

Kebumen dalam minum OAT.

J. Hipotesis

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang tuberkulosis berpengaruh terhadap ketaatan dalam

menggunakan OAT

2. Penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam

menggunakan OAT

3. Keberadaan PMO berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan

OAT

4. Ketersediaan obat pada pasien berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam

menggunakan OAT.

5. Adanya efek samping obat yang tidak diinginkan berpengaruh terhadap

ketaatan pasien dalam menggunakan OAT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang pengaruh faktor risiko yang mempengaruhi ketaatan

pengobatan pada pasien tuberkulosis rawat jalan di Balai Pengobatan Penyakit

Paru-Paru Kabupaten Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 termasuk

penelitian non eksperimental yang bersifat analitik. Termasuk penelitian non

eksperimental sebab peneliti tidak memberikan intervensi kepada subyek uji,

namun hanya membagikan kuesioner kepada subyek uji untuk diisi (Praktiknya,

2001). Sedangkan penelitian analitik disini dimaksudkan karena peneliti mencoba

mencari hubungan antar variabel yang terdapat yaitu pengetahuan tentang

tuberkulosis, penyuluhan kesehatan terkait penyakit tuberkulosis dan

pengobatannya, ketersediaan OAT pada pasien, keberadaan PMO, dan adanya

efek samping obat terhadap ketaatan pasien tuberkulosis dalam minum obat. Oleh

karena itu, dalam penelitian analitik perlu dibuat hipotesis (Sastroasmoro, 1995).

Jenis rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional study karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan efek samping

obat terhadap kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis dan observasi

terhadap subyek hanya dilakukan satu kali saja (Pratiknya, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

40

 

 

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas (independent) mencakup lima hal yaitu pengetahuan tentang

tuberkulosis, penyuluhan kesehatan terkait penyakit tuberkulosis dan

pengobatannya, ketersediaan OAT pada pasien, keberadaan PMO, dan adanya

efek samping pada obat yang tidak diinginkan oleh penderita tuberkulosis

yang berobat jalan di BP4 Kabupaten Kebumen pada bulan Oktober 2008

hingga Maret 2009.

b. Variabel tergantung (dependent) adalah ketaatan pasien tuberkulosis yang

berobat jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kebumen pada

bulan Oktober 2008 hingga Maret 2009 dalam mengkonsumsi OAT yang

diberikan.

2. Definisi operasional

a. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang menyerang paru-paru,

yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini

ditandai dengan batuk berdahak selama lebih dari 2 minggu, nyeri pada dada,

rasa sesak sewaktu bernafas.

b. Faktor risiko di sini yang dimaksud adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi ketaatan pasien tuberkulosis dalam mengkonsumsi obat anti-

tuberkulosis. Faktor risiko dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan pasien

tentang tuberkulosis, peran penyuluhan kesehatan terkait dengan tuberkulosis,

ketersediaan OAT pada pasien, keberadaan PMO, serta adanya efek samping

OAT yang digunakan oleh pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

41

 

 

c. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman dari pasien mengenai tuberkulosis

yang meliputi definisi dan makna pengobatan tuberkulosis.

d. Penyuluhan kesehatan terkait dengan tuberkulosis adalah rangkaian kegiatan

menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun menggunakan media

yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan dan pengobatan

tuberkulosis

e. Ketersediaan OAT pada pasien meliputi harga OAT, ada tidaknya OAT yang

dimiliki pasien, serta hal-hal terkait dengan transportasi dan jarak tempat

tinggal pasien ke BP4 yang memungkinkan terjadinya keterlambatan dalam

menebus OAT.

f. Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah seseorang yang dapat membantu

pasien dalam pengobatan, berperan dalam mengingatkan dan mengawasi

pasien untuk patuh dan taat meminum obat. Biasanya PMO merupakan

anggota keluarga terdekat dari penderita tuberkulosis atau petugas kesehatan

terkait.

g. Efek samping obat yang digunakan adalah efek yang tidak diinginkan yang

timbul akibat penggunaan OAT setelah obat dikonsumsi dalam dosis yang

dianjurkan.

h. Ketaatan adalah keterlibatan penuh pasien dalam penyembuhan dirinya baik

melalui kepatuhan atas instruksi yang diberikan untuk terapi, maupun dalam

ketaatan melaksanakan anjuran lain dalam mendukung terapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

42

 

 

i. Subyek penelitian adalah penderita tuberkulosis dalam usia produktif (15–55

tahun) baik pria maupun wanita dengan BTA negatif maupun positif yang

menjalani pengobatan rawat jalan di BP4 Kabupaten Kebumen pada bulan

Oktober 2008 hingga Maret 2009.

C. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari hingga pada bulan Mei

2009. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga bulan April 2009.

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BP4 Kabupaten Kebumen yang beralamat di

Jalan Rumah Sakit Kebumen. Pengisian kuesioner juga dilakukan di tempat yang

sama, yaitu di BP4 Kabupaten Kebumen.

E. Subyek Penelitan

Subyek penelitian yang digunakan adalah penderita tuberkulosis paru

dalam usia produktif (15–55 tahun) yang sedang menjalani pengobatan rawat

jalan di BP4 Kabupaten Kebumen pada bulan Oktober 2008-Maret 2009. Subyek

yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah penderita tuberkulosis

yang:

1. menjalani rawat jalan di BP4 Kebumen pada bulan Oktober 2008 hingga

Maret 2009

2. berada dalam rentang usia produktif (15-55 tahun)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

43

 

 

3. tidak mempunyai penyakit penyerta lain

4. sedikitnya telah menjalani pemeriksaan (kontrol) sebanyak tiga kali

F. Bahan Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru yang

menjalani rawat jalan dalam usia produktif (15-55 tahun) yang masih menjalani

pengobatan di BP4 Kebumen pada bulan Oktober 2008-Maret 2009.

2. Sampling dan teknik sampling

Kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah pasien

tuberkulosis paru yang menjalani rawat jalan pada bulan Oktober 2008 hingga

Maret 2009, dalam usia produktif (15-55 tahun), tidak mempunyai penyakit

penyerta lain, dan sedikitnya telah menjalani pemeriksaan (kontrol) sebanyak tiga

kali.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental

sampling, yaitu mengambil responden yang kebetulan datang ke BP4 untuk

memeriksakan diri (Notoatmodjo, 2005). Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu

jumlah pasien yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Responden

dibatasi pada pasien yang menderita tuberkulosis paru dalam usia produktif, tidak

mempunyai penyakit penyerta lain, sedikitnya telah menjalani pemeriksaan

(kontrol) sebanyak tiga kali, dan bersedia diajak bekerja sama dalam pengisian

kuesioner maupun wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

44

 

 

3. Besar sampel

Jumlah responden yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus :

n = ( ) qpZNdqpZN

××+−××××α

α22

2

1 (Pujirahardjo,1993)

Keterangan : n = jumlah sampel N = besar populasi (391 pasien tuberkulosis usia produktif yang

menjalani rawat jalan) p = estimator proporsi populasi (0,5) dan q = (1-p) = 0,5 Zα = harga standar normal (1,96), karena menggunakan harga α = 5% d = penyimpangan yang ditolerir (10%)

Perhitungan :

n = ( ) 5,05,096,113911,05,05,096,1391

22

2

××+−××××

  ≈ 73 responden

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang sudah tersusun dengan

baik, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005). Kuesioner yang disebarkan terdiri dari

6 bagian yang meliputi bagian ketaatan, bagian pengetahuan, bagian adanya

penyuluhan terkait tuberkulosis, bagian PMO, bagian ketersediaan obat, dan

bagian efek samping obat. Kuesioner ini memuat 40 pernyataan yang dibagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

45

 

 

menjadi 6 pernyataan untuk penilaian bagian ketaatan, 6 pernyataan untuk bagian

pengetahuan, 7 pernyataan untuk aspek adanya penyuluhan terhadap pasien, 6

pernyataan untuk aspek PMO, 8 bagian untuk bagian ketersediaan obat, dan 6

pernyataan untuk bagian efek samping obat. Pada bagian awal kuesioner,

dicantumkan kolom untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi

nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan lamanya menjalani

pengobatan.

H. Tata Cara Penelitian

1. Perijinan

Tahap perijinan ini dilakukan dari Kesbangpolinmas Kebupaten

Kebumen dan diteruskan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kabupaten Kebumen. Kemudian ijin penelitian yang diperoleh dari

BAPPEDA Kabupaten Kebumen diteruskan ke BP4 Kebumen untuk diperoleh

ijin melakukan penelitian di tempat tersebut.

2. Penetapan besar sampel

Perhitungan besar sampel ditetapkan dilakukan berdasarkan data total

jumlah pasien tuberkulosis paru usia produktif yang menjalani pengobatan rawat

jalan di BP4 Kebumen pada bulan Oktober 2008 hingga Maret 2009 dengan

menggunakan rumus dari Pujirahardjo (1993) dengan taraf kepercayaan 95%.

Dari data diketahui jumlah pasien tuberkulosis paru usia produktif yang menjalani

pengobatan rawat jalan di BP4 Kebumen selama Oktober 2008 hingga Maret 2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

46

 

 

adalah 391 pasien. Maka jumlah sampel dapat diketahui dengan perhitungan

sebagai berikut.

n = ( ) qpZNdqpZN

××+−××××α

α22

2

1

Keterangan : n = jumlah sampel N = besar populasi (391 pasien tuberkulosis usia produktif yang

menjalani rawat jalan) p = estimator proporsi populasi (0,5) dan q = (1-p) = 0,5 Zα = harga standar normal (1,96), karena menggunakan harga α = 5% d = penyimpangan yang ditolerir (10%)

Perhitungan :

n = ( ) 5,05,096,113911,05,05,096,1391

22

2

××+−×××× ≈ 73 responden

3. Pembuatan kuesioner

Pernyataan dalam kuesioner dibagi dalam 6 kelompok variabel

penelitian yang ingin diketahui seperti pengetahuan dan pemahaman tentang

penyakit tuberkulosis dan pengobatannya, peran penyuluhan terhadap ketaatan

responden dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis, ketersediaan obat anti

tuberkulosis di BP4, keberadaan PMO, serta adanya efek samping obat yang dapat

mempengaruhi ketidaktaatan dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis.

Pernyataan dalam kuesioner disusun dengan menggunakan skala Likert

yang terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

47

 

 

Tabel XII. Penilaian Item Jawaban Jawaban Favourable Unfavourable

Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Pernyataan dalam kuesioner ini dibuat dalam dua sifat, yaitu favourable

dan unfavourable. Hal ini bertujuan untuk menghindari stereotype jawaban dan

dapat juga digunakan untuk melihat kekonsistenan jawaban dari responden

(Azwar, 1999). Dalam item favourable, jawaban respon positif akan diberi skor

yang lebih tinggi. Sebaliknya, dalam item unfavourable jawaban respon positif

akan diberi skor yang lebih rendah, atau dengan kata lain jawaban respon negatif

akan diberi skor yang lebih tinggi (Azwar, 2005). Penilaian item favourable dan

unfavourable dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel XIII. Pembagian Pernyataan Favourable dan Unfavourable

Variabel No Pernyataan Pernyataan Favourable Unfavourable

Kepatuhan 1, 2, 3, 4, 5, 6 2, 3, 4, 5, 6 1 Pengetahuan 7, 8, 9, 10, 11, 12 7, 9, 10, 11 8, 12

Penyuluhan 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 13, 16, 17, 18 14, 15, 19

Ketersediaan Obat 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 21, 22, 24, 27 20, 23, 25, 26

Pengawas Menelan Obat (PMO)

28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 28, 30, 32 29, 31, 33, 34

Efek samping obat 35, 36, 37, 38, 39, 40 35, 36 37, 38, 39, 40

4. Validasi kuesioner

Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, terlebih dahulu

kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya kepada responden yang tidak termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

48

 

 

dalam subyek penelitian. (Notoadmodjo, 2005). Uji validitas dimaksudkan untuk

mengetahui apakah skala yang dibuat mampu menghasilkan data yang akurat

sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 1999).

Uji validitas tiap item pernyataan dalam kuesioner ini diukur dengan

menggunakan Pearson Product Moment Correlation pada tingkat kepercayaan

95% yang terdapat dalam program SPSS versi 12.0. Analisis ini menunjukkan

validitas hubungan antar tiap butir pernyataaan. Hubungan antar tiap butir

pernyataan dinyatakan dengan koefisien korelasi (r). Butir pernyataan dikatakan

valid apabila nilai koefisien korelasi (r) bernilai positif atau ≥ 0,3 (Azwar, 1999).

Uji validitas dan reliabilitas harus dilakukan pada sedikitnya 20

responden (Sastroasmoro, 1995). Oleh karena itu, uji validitas dalam penelitian ini

dilakukan pada 20 responden pasien tuberkulosis rawat jalan di BP4 Kebumen.

Diperoleh kuesioner yang valid setelah 2 kali uji validitas. Dari hasil uji validitas

terdapat 2 item pernyataan yang tidak valid. Oleh karena itu, kedua pernyataan

tersebut tidak digunakan dalam perhitungan skor kuesioner sehingga dari 40

pernyataan hanya 38 pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam

penelitian ini juga dilakukan pendampingan kepada responden satu per satu oleh

peneliti. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya ketidakpahaman

responden dalam mengisi jawaban di lembar kuesioner. Jadi bila responden

mengalami kesulitan dalam pengisian kuesioner, responden dapat langsung

dibantu dalam mengisi lembar kuesioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

49

 

 

Tabel XIV. Uji Validitas Item Pernyataan Korelasi Keterangan

1 0.319 valid 2 0.632(**) valid 3 0.493(*) valid 4 0.631(**) valid 5 0.741(**) valid 6 0.652(**) valid 7 0.690(**) valid 8 0.722(**) valid 9 0.741(**) valid 10 0.602(**) valid 11 0.700(**) valid 12 0.763(**) valid 13 0.582(**) valid 14 0.752(**) valid 15 0.619(**) valid 16 0.662(**) valid 17 0.768(**) valid 18 0.543(*) valid 19 0.579(**) valid 20 0.416 valid 21 0.659(**) valid 22 0.727(**) valid 23 0.408 valid 24 0.636(**) valid 25 0.721(**) valid 26 0.728(**) valid 27 0.293 tidak valid 28 0.531(*) valid 29 0.371 valid 30 0.631(**) valid 31 0.596(**) valid 32 0.844(**) valid 33 0.576(**) valid 34 0.656(**) valid 35 0.414 valid 36 0.451(*) valid 37 0.340 valid 38 0.755(**) valid 39 0.693(**) valid 40 0.256 tidak valid

Keterangan : (**) = valid untuk taraf kepercayaan 99% (*) = valid untuk taraf kepercayaan 95%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

50

 

 

5. Uji reliabilitas

Menurut Notoadmodjo (2005) kuesioner sebagai alat ukur harus

mempunyai reliabilitas yang tinggi dan sebelum digunakan untuk penelitian harus

diuji coba. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi keterpercayaan hasil ukur.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam

rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas

mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien

yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas (Azwar,

2005). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan program SPSS versi

12.0 dimana koefisien reliabilitas dinyatakan dalam koefisien Alpha Cronbach.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan secara bersama-sama

terhadap seluruh pertanyaan. Suatu skala dikatakan reliabel jika nilai Alpha > 0,60

(Mario, 2006). Dalam penelitian didapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,946

yang berarti penelitian memiliki reliabilitas yang tinggi.

6. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan dengan teknik pengisian kuesioner pada

responden yang datang ke BP4 Kebumen, tentunya berdasarkan kriteria inklusi

yang sudah ditentukan

7. Pengolahan data

a. Manajemen data

Proses manajemen data dilakukan dengan tujuan untuk menjamin

keakuratan data. Dalam proses ini dilakukan pengecekan ulang lengkap tidaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

51

 

 

jawaban kuesioner yang telah disebarkan kepada responden. Setelah itu, dilakukan

scoring terhadap item pernyataan kuesioner.

b. Analisis data

1) Analisis kualitatif

Analisis ini dilakukan untuk mendukung data kuantitatif. Metode

analisis ini dilakukan dengan wawancara kepada 7 responden. Materi wawancara

meliputi efek samping yang dialami responden dan cara pengatasannya, manfaat

yang diperoleh responden dengan adanya penyuluhan dan PMO, serta frekuensi

seberapa sering responden terlambat minum obat (bila pernah) dan alasannya.

2) Karakteristik responden (Analisis kuantitatif)

Analisis karakterstik responden ini dilakukan untuk mengetahui

gambaran deskriptif karakteristik pasien tuberkulosis yang meliputi jenis kelamin

responden, usia responden, pekerjaan responden, tingkat pendidikan responden,

serta lamanya responden menjalani pengobatan.

a) Jenis kelamin responden

Pengelompokan jenis kelamin responden dilakukan dengan perhitungan

frekuensi dan perhitungan persentase. Pengelompokan ini dilakukan untuk

mengetahui jumlah perbandingan pasien wanita dan laki-laki dalam penelitian ini.

b) Usia responden

Pengelompokan umur responden dilakukan dengan mengacu pada

pengelompokan umur yang terdapat di kartu TB-07. Pengelompokan ini dilakukan

untuk mengetahui kelompok umur manakah yang mempunyai jumlah pasien

terbanyak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

52

 

 

c) Pekerjaan responden

Pengelompokan pekerjaan responden dilakukan dengan perhitungan

frekuensi dan perhitungan persentase.

d) Tingkat pendidikan responden

Dalam kuesioner terdapat empat tingkatan pendidikan yakni tamat SD,

tamat SMP, tamat SMA, dan tamat perguruan tinggi/akademi. Pengelompokan

dilakukan dengan perhitungan frekuensi dan presentase masing-masing tingkat

pendidikan.

e) Lamanya responden menjalani pengobatan

Dalam kuesioner ini terdapat dua kelompok yakni masa pengobatan awal

(0-3 bulan pertama) dan masa pengobatan lanjutan (4-6 bulan).

3) Analisis hasil kuesioner

Analisis hasil kuesioner pertama-tama dilakukan dengan memberikan

skor pada jawaban kuesioner. Kemudian, dihitung dengan menjumlahkan tiap

skor jawaban pada tiap bagian untuk memperoleh nilai bagian. Setiap nilai bagian

dihitung nilai tengahnya (median). Nilai median tiap-tiap bagian ini akan

digunakan untuk membagi nilai rendah dan tinggi. Nilai yang berada dibawah

nilai median akan digolongkan menjadi nilai rendah, dan nilai yang berada diatas

atau sama dengan nilai median akan digolongkan menjadi nilai tinggi. Analisis

ada tidaknya pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan

efek samping obat anti-tuberkulosis terhadap ketaatan dalam mengkonsumsi obat

anti-tuberkulosis dilakukan dengan menggunakan uji statistik Z-test.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

53

 

 

Pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan efek

samping obat anti-tuberkulosis terhadap ketaatan dalam mengkonsumsi obat anti-

tuberkulosis ditentukan oleh nilai z. Apabila nilai z yang terhitung terletak

diantara critical value (-1,96 - 1,96) maka H null diterima. Sedangkan jika nilai z

yang terhitung terletak lebih kecil dari critical value (-1,96) atau lebih besar dari

critical value (1,96) maka H null ditolak dan H1 diterima (DeMuth, 1999).

I. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dijumpai dalam penelitian ini adalah :

1. Sulitnya mengurus ijin penelitian di Kesbangpolinmas dan BAPPEDA

2. Sulitnya memperoleh informasi akurat yang menyangkut jumlah pasien yang

berkunjung ke BP4 tiap bulannya.

3. Ada beberapa pasien yang buta huruf atau tidak tamat pendidikan dasar

sehingga peneliti harus membacakan dan menerangkan satu per satu item

pernyataan yang terdapat dalam kuesioner.

Untuk mengatasi kesulitan yang terjadi dalam penelitian ini dilakukan

beberapa upaya, diantaranya :

1. Mencari informasi secara mandiri tentang jumlah pasien yang datang

berkunjung dari buku registrasi TB-03

2. Membacakan setiap item pernyataan yang terdapat dalam kuesioner terutama

pada pasien yang buta huruf dan mendampingi responden dalam pengisian

kuesioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan pada pendahuluan,

maka pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam 6 bagian yaitu penggambaran

tentang karakteristik responden pasien tuberkulosis, pemaparan pengaruh antara

pengetahuan pasien tuberkulosis dengan ketaatan minum obat, pemaparan

pengaruh antara penyuluhan pada pasien tuberkulosis dengan ketaatan minum

obat, pemaparan pengaruh antara ketersediaan obat pada pasien tuberkulosis

dengan ketaatan minum obat, pemaparan pengaruh antara ada tidaknya PMO pada

pasien tuberkulosis dengan ketaatan minum obat, serta pemaparan pengaruh

antara kejadian efek samping obat yang dikonsumsi pasien tuberkulosis dengan

ketaatan minum obat.

A. Karakteristik Responden

1. Jenis kelamin responden

Dalam penelitian ini, pengelompokan jenis kelamin responden dilakukan

dengan menghitung frekuensi dan presentase yang terjadi. Berdasarkan hasil

kuesioner, responden pasien tuberkulosis yang berjenis kelamin laki-laki didapat

sebanyak 37 orang (51 %), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 36

orang (49 %).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

55

 

 

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki51%

Perempuan49%

Laki-laki Perempuan

Gambar 2. Presentase Jenis Kelamin Responden Pasien Tuberkulosis

Dalam penelitian ini, diperoleh bahwa angka kejadian pada laki-laki lebih

banyak daripada angka kejadian pada perempuan. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan Crofton et al. (2002) bahwa angka kejadian tuberkulosis lebih

banyak terjadi pada laki-laki daripada terjadi pada perempuan dalam semua usia.

Hal ini disebabkan karena laki-laki pada umumnya merokok, sedangkan wanita

pada umumnya tidak merokok. Faktor toksis seperti rokok dapat menurunkan

daya tahan tubuh, sehingga angka kejadian tuberkulosis lebih banyak terjadi pada

laki-laki daripada terjadi pada perempuan. Selain itu, Kabupaten Kebumen juga

memiliki jumlah penduduk laki-laki yang lebih besar daripada penduduk

perempuan sehingga risiko prevalensi angka kejadian tuberkulosis pada pria juga

lebih besar dibandingkan pada perempuan. Dalam penelitian ini tidak dilakukan

analisis lanjutan terhadap usia responden, karena data ini merupakan data

pelengkap dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

56

 

 

2. Umur responden

Dalam penelitian ini, umur responden dikelompokkan berdasarkan

pengelompokkan umur yang terdapat dalam kartu TB-07. Kartu TB-07 adalah

kartu catatan kasus tuberkulosis yang terjadi yang dimiliki setiap kabupaten untuk

mencatat laporan kasus baru dan kasus kambuh selama satu triwulan. Dalam kartu

TB-07 terdapat 4 kelompok umur untuk golongan usia produktif. Umur responden

diketahui dengan menghitung frekuensi umur responden. Dari gambar dapat

dilihat pengelompokan umur responden menurut kartu TB-07.

Pengelompokan Umur Responden

15-2416%

25-3433%

35-4422%

45-5529%

15-2425-3435-4445-55

Gambar 3. Presentase Umur Responden Pasien Tuberkulosis

Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 73 responden diperoleh

responden terbanyak dari kelompok umur 25-34 tahun (33%), 45-55 tahun (29%),

35-44 tahun (22%), dan 15-24 tahun (16%). Menurut Crofton et al. (2002)

dikatakan angka kejadian tuberkulosis paru akan meningkat seiring dengan

peningkatan usia. Pada wanita prevalensi mencapai maksimum pada usia 40-50

tahun. Sedangkan pada pria prevalensi meningkat sampai mencapai usia 60 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

57

 

 

Bila disesuaikan dengan teori Crofton et al. (2002), dalam penelitian ini

seharusnya angka prevalensi tertinggi dicapai oleh kelompok umur 45-55 tahun,

tetapi dari data yang diperoleh didapat angka prevalensi tertinggi dimiliki oleh

kelompok umur 25-34 tahun. Hal ini disebabkan karena pada rentang umur

tersebut merupakan usia dimana seseorang dalam keadaan yang amat produktif.

Manusia cenderung paling giat bekerja dan banyak berinteraksi dengan orang lain

pada umur tersebut. Karena adanya faktor lingkungan seperti diatas serta

ditunjang dengan faktor fisik yang kurang memungkinkan (kondisi lelah bekerja),

sehingga dapat mengurangi daya tahan seseorang terhadap penyakit tuberkulosis

dan mempermudah terjadinya infeksi oleh Mycobacterium pada rentang umur

tersebut. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lanjutan terhadap usia

responden, karena data ini merupakan data pelengkap dalam penelitian ini.

3. Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4

kelompok dan dihitung berdasarkan jumlah frekuensi dan presentase yang terjadi.

Tingkat pendidikan seseorang nantinya akan mempengaruhi pengetahuan dan

tingkat pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal. Orang yang mempunyai

pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung memperoleh cakupan informasi dan

pengetahuan yang lebih mudah daripada orang yang memiliki pendidikan yang

lebih rendah. Diharapkan orang yang mempunyai pendidikan tinggi dapat

menunjukkan semakin banyaknya informasi yang dimilikinya, yang nantinya akan

memberikan pengaruh positif pada perilaku ketaatan dalam mengkonsumsi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

58

 

 

anti-tuberkulosis. Tingkat pendidikan pada responden pasien tuberkulosis

digunakan sebagai data pelengkap karakteristik responden saja dalam penelitian

ini, jadi tidak dilakukan analisis lebih lanjut lagi.

Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 73 responden, didapat

presentase tingkat pendidikan responden pasien tuberkulosis dari yang tertinggi

hingga yang terendah adalah tamat SD sebesar 48 % (35 orang), tamat SLTP 26%

(19 orang), tamat SLTA 22 % (16 orang), dan tamat perguruan tinggi/akademi

sebesar 4 % (3 orang).

Tingkat Pendidikan Responden

SD48%

SLTP26%

SLTA22%

Akademi / Perguruan

tinggi4%

SD

SLTP

SLTA

Akademi /Perguruan tinggi

Gambar 4. Presentase Tingkat Pendidikan Responden Pasien Tuberkulosis

4. Pekerjaan responden

Pekerjaan seseorang merupakan salah satu aspek sosial yang mendukung

manusia dalam pemenuhan dan pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan

yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat ekonomi dan status sosial

seseorang di masyarakat. Pekerjaan tidak berhubungan langsung dengan ketaatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

59

 

 

dalam mengkonsumsi OAT, tapi dalam penelitian ini data pekerjaan digunakan

sebagai data pelengkap karakteristik saja. Karena susahnya mengelompokkan

jenis pekerjaan responden, maka dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

frekuensi dan presentase yang diperoleh.

Pekerjaan Responden

Tani21%

Buruh14%Swasta

21%PNS5%

Dagang5%

Pelajar/Mahasiswa8%

Tidak bekerja26% Tani

Buruh

Swasta

PNS

Dagang

Pelajar/Mahasiswa

Tidak bekerja

 Gambar 5. Presentase Pekerjaan Responden Pasien Tuberkulosis

Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 73 responden, didapat jenis

pekerjaan pada responden pasien tuberkulosis yang meliputi : tani 21 % (15

orang), swasta 21 % (15 orang), buruh 14 % (10 orang), dagang 5 % (4 orang),

PNS 5 % (4 orang). Sedangkan responden yang tidak bekerja sebesar 26 % (19

orang) dan responden yang merupakan pelajar atau mahasiswa sebesar 8 % (6

orang). Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menderita

tuberkulosis merupakan seseorang yang tidak bekerja. Seseorang yang tidak

mempunyai pekerjaan cenderung akan mempunyai kesulitan dalam pemenuhan

kebutuhan ekonomi. Mereka akan cenderung memenuhi kebutuhan hidupnya

dengan seadanya saja dan cenderung kurang memperhatikan kebutuhan kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

60

 

 

dan gizi. Menurut Crofton et al. (2002), kemiskinan (kondisi kerja yang buruk)

dan status gizi yang buruk akan mengurangi daya tahan seseorang terhadap

penyakit tuberkulosis dan mempermudah terjadinya infeksi oleh Mycobacterium.

5. Lamanya responden menjalani pengobatan

Lama tidaknya pasien menjalani pengobatan juga termasuk dalam data

karakteristik responden. Disini peneliti hanya ingin mengetahui presentase pasien

yang menjalani masa pengobatan intensif (0-3 bulan) dan masa pengobatan

lanjutan ( >3 bulan). Dari hasil kuesioner diperoleh jumlah pasien yang menjalani

masa pengobatan intensif adalah 25 orang (34 %) dan pasien yang menjalani masa

pengobatan lanjutan adalah 48 orang (66 %). Dapat disimpulkan bahwa lama

pengobatan responden terbanyak adalah 4-6 bulan (masa pengobatan lanjutan).

Lama Pengobatan Responden

0-3 bulan34%

4-6 bulan66%

0-3 bulan 4-6 bulan

Gambar 6. Presentase Lama Pengobatan Responden Pasien Tuberkulosis

Sedikitnya responden yang menjalani pengobatan awal (0-3 bulan) di

BP4 dapat disebabkan karena adanya pasien baru (menjalani masa pengobatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

61

 

 

awal) yang merujuk untuk pindah ke unit pelayanan kesehatan lain yang lokasinya

lebih dekat dari tempat tinggal pasien, seperti misalnya puskesmas, rumah sakit

lain, maupun dokter praktek. Pada umumnya pasien tuberkulosis baru mengalami

rasa yang tidak enak seperti lemah, lesu, keringat dingin, pusing, demam, batuk,

sakit dada, sehingga kurang memungkinkan bila menjalani pengobatan di BP4

yang lokasinya jauh dari tempat tinggal pasien. Jadi jumlah kunjungan pasien baru

lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kunjungan pasien yang menjalani masa

pengobatan lanjutan sebab pada masa pengobatan lanjutan biasanya pasien sudah

merasa sehat sehingga memungkinkan untuk memeriksakan diri ke BP4 yang

lokasinya jauh dari tempat tinggal pasien.

B. Pengaruh Pengetahuan Pasien terhadap Ketaatan Minum OAT

Tingkat pengetahuan pasien diduga mempunyai pengaruh terhadap

ketaatan pengobatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang diharapkan

semakin baik penerimaan informasi tentang pengobatan penyakitnya sehingga

akan semakin teratur proses pengobatan dan penyembuhan. Pengujian pengaruh

pengetahuan pasien terhadap ketaatan minum OAT ini dilakukan menggunakan

uji statistik Z-Test dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Tingkat pengetahuan

responden dalam penelitian ini menjadi variabel bebas (independent variable).

Sedangkan variabel tergantungnya (dependent variable) berupa ketaatan pasien

dalam minum obat anti-tuberkulosis. Pengujian ini dilakukan untuk mencari ada

tidaknya pengaruh pengetahuan responden terhadap ketaatan minum OAT. Dalam

analisis ini variabel bebas yang berupa pengetahuan responden akan dibagi dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

62

 

 

dalam dua tingkatan sehingga akan diperoleh pengetahuan rendah dan

pengetahuan tinggi. Pertama, dihitung nilai total bagian ketaatan dan nilai total

bagian pengetahuan dari masing-masing responden. Dari nilai total kemudian

dihitung nilai skor rata-rata tiap responden. Dari rata-rata nilai skor bagian

pengetahuan tiap responden dicari nilai median atau nilai tengahnya. Dalam

penelitian ini ditetapkan nilai skor rata-rata tiap reponden yang berada sama

dengan atau lebih tinggi dari nilai median dikelompokkan dalam kelompok

pengetahuan tinggi. Nilai skor rata-rata tiap reponden yang kurang dari nilai

median dikelompokkan dalam kelompok pengetahuan rendah. Untuk nilai bagian

ketaatan hanya terdapat satu nilai saja yang menunjukkan ketaatan rendah (skor 2)

sehingga ditetapkan nilai skor 2 tersebut dianggap menjadi nilai 3 dan

pengelompokkan nilai ketaatan ditetapkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

ketaatan tinggi yang terdiri dari nilai skor 4 dan kelompok ketaatan rendah yang

terdiri dari nilai skor 3.

Dari perhitungan didapat nilai median kelompok pengetahuan sebesar

3,00. Dari 73 responden, yang mempunyai nilai pengetahuan tinggi sebanyak 44

orang dan nilai pengetahuan rendah dimiliki 29 orang.

Tabel XV. Pembagian Nilai Skor Pengetahuan dan Nilai Skor Ketaatan Pengetahuan tinggi

(44 orang) Ketaatan tinggi 23 orang Ketaatan rendah 21 orang

Pengetahuan rendah (29 orang)

Ketaatan tinggi 6 orang Ketaatan rendah 23 orang

Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test, didapatkan nilai Z sebesar

2,701. Nilai Z yang terhitung ini lebih besar daripada critical value (1,96),

sehingga H null ditolak dan H1 diterima. Terlihat adanya perbedaan tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

63

 

 

ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki pengetahuan

tinggi dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang

memiliki pengetahuan rendah, sehingga dapat dikatakan tingkat pengetahuan yang

dimiliki penderita tuberkulosis dapat mempengaruhi ketaatan minum obat pada

penderita tuberkulosis.

Berdasarkan hasil uji hipotesis ini, dapat dikatakan semakin tinggi tingkat

pengetahuan responden, maka ketaatan minum obat yang dimiliki responden juga

semakin tinggi. Dari tabel XV dapat dilihat kecenderungan responden dalam

menjawab setiap item pernyataan. Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi

cenderung mempunyai nilai ketaatan yang tinggi pula. Sedangkan responden

dengan tingkat pengetahuan rendah yang memiliki nilai ketaatan tinggi jumlahnya

lebih sedikit daripada responden dengan tingkat pengetahuan rendah yang

memiliki nilai ketaatan rendah. Sebagai contoh, dari hasil kuesioner bagian

pengetahuan item no.8 yang menyebutkan bahwa tuberkulosis dapat sembuh

dengan sendirinya walaupun pasien tidak minum obat secara rutin, ternyata

hampir semua responden (93%) dengan tingkat pengetahuan tinggi memberikan

jawaban benar (skor 3) maupun jawaban sempurna (skor 4). Sedangkan responden

dengan tingkat pengetahuan rendah hanya 4 responden yang memberikan jawaban

sempurna (skor 4) dan ada beberapa responden yang memberikan jawaban salah

(skor 1-2). Adanya pengaruh tingkat pengetahuan terhadap ketaatan dapat

disebabkan karena semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang

terhadap sesuatu hal maka semakin banyak cakupan informasi yang diperoleh

responden terutama tentang penyakit tuberkulosis dan pengobatannya. Banyaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

64

 

 

cakupan informasi yang diperoleh responden diharapkan sikap dan tindakan

responden untuk taat dalam mengkonsumsi OAT juga semakin baik.

C. Pengaruh Penyuluhan Tuberkulosis terhadap Ketaatan Minum OAT

Penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit

tuberkulosis yang merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu rangkaian

kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan

dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat

dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya.

Penyuluhan tuberkulosis perlu dilakukan karena masalah tuberkulosis banyak

berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Dalam penelitian

ini, pengujian dilakukan menggunakan uji statistik Z-Test dengan taraf

kepercayaan 95% (α = 0,05). Ada tidaknya dan frekuensi penyuluhan terkait

masalah tuberkulosis terhadap responden dalam penelitian ini menjadi variabel

bebas (independent variable). Sedangkan variabel tergantungnya (dependent

variable) berupa ketaatan pasien dalam minum OAT. Pengujian ini dilakukan

untuk mencari ada tidaknya pengaruh penyuluhan terkait tuberkulosis pada

responden terhadap ketaatan minum OAT. Dalam analisis ini variabel bebas yang

berupa ada tidaknya dan frekuensi penyuluhan terkait masalah tuberkulosis

terhadap responden akan dibagi dua dalam dua tingkatan sehingga akan diperoleh

kelompok nilai penyuluhan rendah dan kelompok nilai penyuluhan tinggi.

Pertama, dihitung nilai total bagian ketaatan dan nilai total bagian penyuluhan dari

masing-masing responden. Dari nilai total kemudian dihitung nilai skor rata-rata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

65

 

 

tiap responden. Dari rata-rata nilai skor bagian penyuluhan tiap responden dicari

nilai median atau nilai tengahnya. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai skor rata-

rata tiap reponden yang berada sama dengan atau lebih tinggi dari nilai median

dikelompokkan dalam kelompok penyuluhan tinggi. Nilai skor rata-rata tiap

reponden yang kurang dari nilai median dikelompokkan dalam kelompok

penyuluhan rendah. Untuk nilai bagian ketaatan hanya terdapat satu nilai saja

yang menunjukkan ketaatan rendah (skor 2) sehingga ditetapkan nilai skor 2

tersebut dianggap menjadi nilai 3 dan pengelompokkan nilai ketaatan ditetapkan

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ketaatan tinggi yang terdiri dari nilai skor 4

dan kelompok ketaatan rendah yang terdiri dari nilai skor 3.

Dari perhitungan didapat nilai median kelompok penyuluhan sebesar

3,14. Dari 73 responden, yang mempunyai nilai penyuluhan tinggi sebanyak 46

orang dan nilai penyuluhan rendah dimiliki 27 orang.

Tabel XVI. Pembagian Nilai Skor Penyuluhan dan Nilai Skor Ketaatan Penyuluhan tinggi

(48 orang) Ketaatan tinggi 27 orang Ketaatan rendah 21 orang

Penyuluhan rendah (25 orang)

Ketaatan tinggi 6 orang Ketaatan rendah 19 orang

Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test, didapatkan nilai Z sebesar

2,373. Nilai Z yang terhitung ini lebih besar daripada critical value (1,96),

sehingga H null ditolak dan H1 diterima. Terlihat adanya perbedaan tingkat

ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki nilai penyuluhan

tinggi dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang

memiliki nilai penyuluhan rendah, sehingga dapat dikatakan ada tidaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

66

 

 

penyuluhan terkait tuberkulosis yang didapat oleh penderita tuberkulosis dapat

mempengaruhi ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis.

Berdasarkan hasil uji hipotesis ini, dapat dikatakan adanya penyuluhan

terkait dengan tuberkulosis kepada responden dengan frekuensi yang semakin

meningkat, maka ketaatan minum obat yang dimiliki responden juga semakin

tinggi. Dari tabel XVI dapat dilihat kecenderungan responden dalam menjawab

setiap item pernyataan. Responden dengan nilai penyuluhan tinggi cenderung

mempunyai nilai ketaatan yang tinggi pula. Sedangkan responden dengan nilai

penyuluhan rendah yang memiliki nilai ketaatan tinggi jumlahnya lebih sedikit

daripada responden dengan nilai penyuluhan rendah yang memiliki nilai ketaatan

rendah. Sebagai contoh, dari hasil kuesioner bagian penyuluhan item no.18 yang

menyebutkan bahwa saya menjadi lebih taat minum obat anti tuberkulosis kerena

dberi penyuluhan tentang tuberkulosis oleh petugas, ternyata semua responden

(100%) yang memiliki nilai penyuluhan tinggi memberikan jawaban benar (skor

3) atau jawaban sempurna (skor 4). Sedangkan responden yang memiliki nilai

penyuluhan rendah hanya 1 responden saja yang memberikan jawaban sempurna

(skor 4) dan selebihnya memberikan jawaban benar (skor3) maupun jawaban

salah (skor 1-2).

Dari hasil wawancara kepada 7 responden, seluruh responden mengaku

pernah mendapat penyuluhan tentang tuberkulosis dan pengobatannya. 5

diantaranya menyebutkan bahwa mereka mendapat penyuluhan hanya sebanyak

satu l kali saja yaitu pada awal masa pengobatan. Sedangkan 2 responden sisanya

mengaku mendapat penyuluhan sebanyak 2 kali, yaitu pada awal masa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

67

 

 

pengobatan dan pada waktu dimana mereka pernah terlambat kontrol/menebus

obat. Seluruh responden mengaku bahwa penyuluhan memberikan manfaat nyata.

Dengan adanya penyuluhan, responden umumnya jadi lebih mengerti tentang

seluk beluk penyakit tuberkulosis dan tahu bahwa tuberkulosis dapat

disembuhkan dan bukanlah penyakit yang memalukan. Mereka juga jadi lebih

mengerti bahwa tuberkulosis membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

sembuh dan harus minum obat secara rutin.

Adanya pengaruh penyuluhan terkait tuberkulosis terhadap ketaatan

pengobatan pasien dapat disebabkan karena dengan adanya penyuluhan yang

diberikan oleh petugas kesehatan terhadap pasien tuberkulosis akan menambah

informasi tentang tuberkulosis dan pengobatannya bagi pasien. Pasien jadi lebih

mengerti perihal pentingnya berobat secara teratur untuk jangka waktu tertentu.

Selain itu, penyuluhan yang diberikan kepada pasien dapat secara langsung

memotivasi pasien agar taat minum obat. Adapun tujuan diberikannya penyuluhan

terkait masalah tuberkulosis adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

peran serta masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis (Anonim, 2005).

Penyuluhan yang diberikan juga dapat bermanfaat dalam memberikan informasi

terkait tuberkulosis kepada pasien maupun anggota keluarganya sehingga pasien

dan anggota keluarganya semakin tahu tentang seluk beluk penyakit tuberkulosis

serta diharapkan penderita dapat menjalani pengobatan secara teratur sampai

sembuh dan anggota keluarga yang sehat dapat menjaga, melindungi dan

meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari penularan tuberkulosis.

Sebaiknya penyuluhan terhadap pasien dilakukan secara perorangan, sebab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

68

 

 

dengan cara ini kemungkinan untuk berhasil dalam pengobatan lebih besar. Untuk

lebih dapat dimengerti dan diterima oleh pasien, penyuluhan sebaiknya dilakukan

dalam bahasa yang sederhana dan kalau perlu disertakan media yang dapat

menunjang pemahaman pasien, seperti misalnya poster, leaflet, maupun gambar.

Sebaiknya penyuluhan tentang masalah tuberkulosis selain diberikan

kepada pasien juga perlu diberikan kepada PMO maupun anggota keluarga pasien.

Hal ini penting bagi keluarga pasien agar anggota keluarga pasien dapat juga

menjaga, melindungi, meningkatkan kesehatan, dan mengubah pola hidup agar

terhindar dari penularan tuberkulosis. Selain itu, agar anggota keluarga pasien

dapat mendukung dan memotivasi pasien untuk menjalankan pengobatan dan

sembuh. Pada waktu penyuluhan pertama kali hal yang biasa dilakukan adalah

menjelaskan apa itu tuberkulosis, bagaimana penularannya, bagaimana

pengobatan tuberkulosis dan efek samping yang mungkin terjadi, serta pentingnya

dilakukan pengawasan langsung terhadap pasien ketika minum obat. Pada

penyuluhan berikutnya perlu dilakukan pengecekan ulang tentang pemahaman

pasien terhadap penyakitnya. Juga perlu dilakukan monitoring terhadap ketaatan

pasien dalam minum obat. Menurut Anonim (2005) penyuluhan dikatakan

berhasil apabila penderita datang berobat secara teratur sesuai jadwal pengobatan

dan anggota keluarga penderita dapat menjaga dan melindungi kesehatannya.

Dalam penelitian ini, penyuluhan yang diberikan kepada pasien belum

sepenuhnya berhasil sebab tidak semua pasien yang menjalani pengobatan

mempunyai ketaatan dalam minum obat dan masih ada beberapa dari anggota

keluarga pasien yang tertular tuberkulosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

69

 

 

Ketidaktahuan pasien akan penyebab tuberkulosis dan cara

penyembuhannya, rasa takut yang berlebihan terhadap tuberkulosis, serta reaksi

penolakan oleh pasien dalam pengobatan maupun konseling merupakan faktor-

faktor yang dapat menghambat keberhasilan terapi tuberkulosis. Oleh karena itu,

sangatlah diperlukan adanya penyuluhan, konseling dan pendampingan terhadap

pasien mengenai tuberkulosis dan pengobatannya. Jadi, dapat disimpulkan

penyuluhan terkait tuberkulosis dan pengobatannya berpengaruh secara langsung

terhadap ketaatan pasien dalam mengkonsumsi OAT.

D. Pengaruh Ketersediaan OAT pada Pasien terhadap Ketaatan Minum OAT

Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses

terhadap sarana kesehatan dan transportasi, merupakan salah satu pertimbangan

ketaatan dalam pengobatan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diteliti ada

tidaknya pengaruh antara ketersediaan obat pada pasien terhadap ketaatan pasien

dalam minum OAT. Pengujian ini dilakukan menggunakan uji statistik Z-Test

dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ketersediaan OAT pada responden

dalam penelitian ini menjadi variabel bebas (independent variable). Sedangkan

variabel tergantungnya (dependent variable) berupa ketaatan pasien dalam minum

obat anti-tuberkulosis. Dalam analisis ini variabel bebas yang berupa ketersediaan

obat anti-tuberkulosis pada responden akan dibagi dua dalam dua tingkatan

sehingga akan diperoleh kelompok nilai ketersediaan OAT rendah dan kelompok

nilai ketersediaan OAT tinggi. Pertama, dihitung nilai total bagian ketaatan dan

nilai total bagian ketersediaan OAT dari masing-masing responden. Dari nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

70

 

 

total kemudian dihitung nilai skor rata-rata tiap responden. Dari rata-rata nilai

skor bagian ketersediaan OAT tiap responden dicari nilai median atau nilai

tengahnya. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai skor rata-rata tiap reponden yang

berada sama dengan atau lebih tinggi dari nilai median dikelompokkan dalam

kelompok ketersediaan OAT tinggi. Nilai skor rata-rata tiap reponden yang

kurang dari nilai median dikelompokkan dalam kelompok ketersediaan OAT

rendah. Untuk nilai bagian ketaatan hanya terdapat satu nilai saja yang

menunjukkan ketaatan rendah (skor 2) sehingga ditetapkan nilai skor 2 tersebut

dianggap menjadi nilai 3 dan pengelompokkan nilai ketaatan ditetapkan menjadi 2

kelompok yaitu kelompok ketaatan tinggi yang terdiri dari nilai skor 4 dan

kelompok ketaatan rendah yang terdiri dari nilai skor 3.

Dari perhitungan didapat nilai median kelompok ketersediaan OAT

sebesar 3,00. Dari 73 responden, yang mempunyai nilai ketersediaan obat tinggi

sebanyak 46 orang dan nilai ketersediaan obat rendah dimiliki 27 orang.

Tabel XVII. Pembagian Nilai Skor Ketersediaan OAT dan Nilai Skor Ketaatan

Ketersediaan OAT tinggi (46 orang)

Ketaatan tinggi 21 orang Ketaatan rendah 25 orang

Ketersediaan OAT rendah (27 orang)

Ketaatan tinggi 8 orang Ketaatan rendah 19 orang

Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test, didapatkan nilai Z sebesar 11,5.

Nilai Z yang terhitung ini lebih besar daripada critical value (1,96), sehingga H

null ditolak dan H1 diterima. Terlihat adanya perbedaan tingkat ketaatan minum

obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki nilai ketersediaan OAT tinggi

dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

71

 

 

nilai ketersediaan OAT rendah, sehingga dapat dikatakan ada tidaknya

ketersediaan OAT pada penderita tuberkulosis dapat mempengaruhi ketaatan

minum obat pada penderita tuberkulosis.

Berdasarkan hasil uji hipotesis ini, dapat dikatakan semakin tinggi

ketersediaan OAT pada responden, maka ketaatan minum obat yang dimiliki

responden juga semakin tinggi. Dari tabel XVII dapat dilihat kecenderungan

responden dalam menjawab setiap item pernyataan. Responden dengan nilai

ketersediaan OAT rendah memiliki nilai ketaatan yang rendah pula. Namun, dari

data dapat dilihat responden dengan nilai ketersediaan OAT tinggi cenderung

mempunyai nilai ketaatan yang rendah. Wajar bila ketersediaan obat yang rendah

pada pasien menyebabkan masalah ketidaktaatan pada pasien dalam minum obat.

Pasien yang mengalami masalah dengan ketersediaan obat dapat terlambat atau

tidak minum obat sama sekali dikarenakan tidak tersedianya obat yang dibutuhkan

pasien di tempat pemeriksaan, jarak antara tempat tinggal pasien dengan tempat

pemeriksaan yang terlalu jauh atau sulitnya memperoleh transportasi ke tempat

pemeriksaan sehingga sangat dimungkinkan terjadi keterlambatan dalam menebus

obat atau kontrol. Jadi ada saat dimana pasien tidak minum obat dikarenakan obat

habis. Selain itu faktor biaya juga berpengaruh terhadap ketaatan minum obat

pada pasien. Sebagai contoh, dari hasil kuesioner bagian ketersediaan obat item

no.20 yang menyebutkan bahwa alasan biaya membuat saya tidak bisa menebus

obat anti-tuberkulosis pada waktu yang ditentukan, ternyata baik responden yang

memiliki nilai ketersediaan obat tinggi maupun rendah ada yang memberikan

jawaban sempurna (skor 4) maupun jawaban salah (skor 1). Tidak adanya biaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

72

 

 

yang digunakan untuk menebus obat di tempat pemeriksaan menyebabkan pasien

tidak dapat menebus obat secara utuh bahkan tidak dapat menebus obat sama

sekali. Akibatnya pasien tidak minum obat dan menghentikan pengobatan.

Padahal pengobatan tuberkulosis harus dilaksanakan secara tuntas agar pasien

dapat mencapai angka kesembuhan. Alasan-alasan ini berpengaruh secara

langsung terhadap ketaatan pasien dalam minum obat dan nantinya dapat

mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.

Tetapi pada data yang menyebutkan angka ketersediaan obat tinggi

menyebutkan presentase jumlah pasien yang tidak taat minum obat (ketaatan

minum obat rendah) lebih banyak daripada pasien yang taat minum obat.

Seharusnya tingkat ketaatan pasien dalam minum obat sebanding dengan

ketersediaan obat pada pasien. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena

kurangnya kesadaran pasien untuk minum obat secara teratur, tidak adanya

seseorang yang mengingatkan pasien ketika lupa minum obat, pasien mengalami

efek samping/rasa yang tidak enak sehingga enggan untuk minum obat. Faktor-

faktor lain ini juga mempengaruhi ketaatan pasien dalam minum obat. Selain

didukung orang lain, seharusnya pasien sendiri juga meningkatkan kesadaran dan

kemauannya untuk minum obat dan sembuh. Hendaknya pasien juga mempunyai

seorang PMO yang dapat mengingatkan bila waktu minum obat tiba, sehingga

masalah ketidaktaatan dan keterlambatan minum obat dapat terhindari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

73

 

 

E. Pengaruh PMO terhadap Ketaatan Minum OAT

Pengawas Menelan Obat (PMO) merupakan salah satu komponen DOTS

untuk menjamin keteraturan minum obat penderita tuberkulosis. Diduga pasien

yang mempunyai PMO memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi teratur

dalam minum OAT dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai PMO.

Oleh karena itu, pengujian ini dilakukan untuk mencari ada tidaknya pengaruh

PMO pada responden terhadap ketaatan minum OAT.

Pengujian ini dilakukan menggunakan uji statistik Z-Test dengan taraf

kepercayaan 95% (α = 0,05). Ada tidaknya PMO pada responden dalam penelitian

ini menjadi variabel bebas (independent variable). Sedangkan variabel

tergantungnya (dependent variable) berupa ketaatan pasien dalam minum obat

anti-tuberkulosis. Dalam analisis ini variabel bebas yang berupa keberadaan PMO

pada responden akan dibagi dua dalam dua tingkatan sehingga akan diperoleh

kelompok nilai PMO rendah dan kelompok nilai PMO tinggi. Pertama, dihitung

nilai total bagian ketaatan dan nilai total bagian PMO dari masing-masing

responden. Dari nilai total kemudian dihitung nilai skor rata-rata tiap responden.

Dari rata-rata nilai skor bagian PMO tiap responden dicari nilai median atau nilai

tengahnya. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai skor rata-rata tiap reponden yang

berada sama dengan atau lebih tinggi dari nilai median dikelompokkan dalam

kelompok nilai PMO tinggi. Nilai skor rata-rata tiap reponden yang kurang dari

nilai median dikelompokkan dalam kelompok nilai PMO rendah. Untuk nilai

bagian ketaatan hanya terdapat satu nilai saja yang menunjukkan ketaatan rendah

(skor 2) sehingga ditetapkan nilai skor 2 tersebut dianggap menjadi nilai 3 dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

74

 

 

pengelompokkan nilai ketaatan ditetapkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

ketaatan tinggi yang terdiri dari nilai skor 4 dan kelompok ketaatan rendah yang

terdiri dari nilai skor 3.

Tabel XVIII. Pembagian Nilai Skor PMO dan Nilai Skor Ketaatan PMO tinggi (43 orang)

Ketaatan tinggi 25 orang Ketaatan rendah 18 orang

PMO rendah (30 orang)

Ketaatan tinggi 4 orang Ketaatan rendah 26 orang

Dari perhitungan didapat nilai median kelompok PMO sebesar 3,14. Dari

73 responden, yang mempunyai nilai PMO tinggi sebanyak 43 orang dan nilai

PMO rendah dimiliki 30 orang. Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test,

didapatkan nilai Z sebesar 3,862. Nilai Z yang terhitung ini lebih besar daripada

critical value (1,96), sehingga H null ditolak dan H1 diterima. Terlihat adanya

perbedaan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki

nilai PMO tinggi dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis

yang memiliki nilai PMO rendah, sehingga dapat dikatakan keberadaan PMO

pada penderita tuberkulosis dapat mempengaruhi ketaatan minum obat pada

penderita tuberkulosis.

Berdasarkan hasil uji hipotesis ini, dapat dikatakan adanya PMO pada

responden, maka ketaatan minum obat yang dimiliki responden juga semakin

tinggi. Dari tabel XVIII dapat dilihat kecenderungan responden dalam menjawab

setiap item pernyataan. Responden dengan nilai PMO tinggi cenderung

mempunyai nilai ketaatan yang tinggi pula. Sedangkan responden dengan nilai

PMO rendah yang memiliki nilai ketaatan tinggi jumlahnya lebih sedikit daripada

responden dengan nilai PMO rendah yang memiliki nilai ketaatan rendah. Sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

75

 

 

contoh, dari hasil kuesioner bagian PMO item no.30 yang menyebutkan bahwa

PMO mengingatkan saya untuk minum obat bila waktu minum obat tiba, ternyata

semua responden (100%) yang memiliki nilai PMO tinggi memberikan jawaban

benar (skor 3) atau jawaban sempurna (skor 4). Beberapa responden yang

memiliki nilai PMO rendah juga ada yang memberikan jawaban sempurna (skor

4) maupun jawaban benar (skor 3), tetapi masih ada yang memberikan jawaban

salah (skor 1-2).

Dari hasil wawancara kepada 7 responden, semua responden memiliki

PMO. Pengawas Menelan Obat (PMO) kebanyakan berupa anggota keluarga dari

responden. Tetapi ada juga PMO yang bukan berasal dari keluarga responden,

misalnya tetangga. Menurut Anonim (2005), tetangga dapat menjadi PMO bagi

penderita tuberkulosis sebab tetangga termasuk seseorang yang tinggal dekat

dengan pasien. Diharapkan PMO tinggal didekat pasien adalah agar PMO dapat

mengawasi, memberi dorongan, dan mengingatkan pasien secara rutin dalam

menjalani pengobatan tuberkulosis. Umumnya PMO mengingatkan responden

untuk minum obat pada jam-jam tertentu dimana responden terlihat belum

meminum obatnya. Semua responden mengaku bahwa mereka mendapat manfaat

dengan adanya PMO. Responden merasakan bahwa dirinya jadi tidak lupa minum

obat, selain itu responden juga merasa bersemangat sebab PMO juga seringkali

memberi semangat kepada responden untuk sembuh.

Pengawas Menelan Obat (PMO) merupakan salah satu bagian dari

program DOTS yang dibentuk oleh pemerintah dimana dalam program DOTS

tersebut mewajibkan adanya seseorang yang dipercaya untuk mengawasi jalannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

76

 

 

pengobatan pada penderita tuberkulosis. Seorang PMO dapat berupa anggota

keluarga pasien, orang yang sudah dikenal dekat oleh pasien, maupun petugas

kesehatan yang dekat dengan pasien. Adanya PMO berpengaruh secara langsung

terhadap ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat dalam pengobatan

tuberkulosis, sebab dengan adanya PMO terjadi pengawasan dari orang lain

terhadap pasien dalam mengkonsumsi OAT. Pengawas Menelan Obat (PMO)

juga bertugas untuk mengawasi penderita tuberkulosis agar menelan obat secara

teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada penderita agar mau

berobat teratur, mengingatkan penderita untuk memeriksakan diri dan meminum

obat jika lupa meminum obat, serta mengingatkan penderita untuk periksa ulang

dahak pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Diharapkan seorang PMO selalu

ada dan mengawasi pasien ketika minum obat, untuk menjamin bahwa pasien

benar-benar telah minum obatnya secara benar. Bila tidak ada PMO, kelalaian

pasien dalam minum obat sangatlah mungkin terjadi. Dapat juga terjadi salah

dosis ketika pasien minum obat. Sebab seperti yang telah diketahui, obat anti-

tuberkulosis jumlahnya lebih dari satu dan diminum dengan dosis yang berbeda-

beda. Kebanyakan dari penderita tuberkulosis merupakan masyarakat

berpendidikan rendah dimana masyarakat berpendidikan rendah biasanya tidak

mudah mengingat dan memahami sesuatu hal. Oleh karena itu, sangatlah

dibutuhkan PMO untuk membantu mengingatkan dan mengawasi pasien dalam

pengobatan sehingga diharapkan tidak terjadi kelalaian minum obat yang dapat

menyebabkan kegagalan konversi pada pasien tuberkulosis dan angka

kesembuhan pun dapat tercapai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

77

 

 

F. Pengaruh Efek Samping Obat terhadap Ketaatan Minum OAT

Efek samping yang terjadi pada pasien dapat mempengaruhi ketaatan

suatu pengobatan. Terjadinya efek samping dapat mengakibatkan ketidaktaatan

pasien dalam minum obatnya. Diduga adanya efek samping yang terjadi akan

membuat pasien menjadi tidak taat dalam minum obat. Oleh karena itu, pengujian

ini dilakukan untuk mencari ada tidaknya pengaruh efek samping OAT yang

terjadi pada responden terhadap ketaatan minum OAT. Pengujian ini dilakukan

menggunakan uji statistik Z-Test dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ada

tidaknya efek samping OAT yang terjadi pada responden dalam penelitian ini

menjadi variabel bebas (independent variable). Sedangkan variabel tergantungnya

(dependent variable) berupa ketaatan pasien dalam minum OAT. Dalam analisis

ini variabel bebas yang berupa efek samping OAT yang terjadi pada responden

akan dibagi dua dalam dua tingkatan sehingga akan diperoleh kelompok nilai efek

samping obat rendah dan kelompok nilai efek samping obat tinggi. Pertama,

dihitung nilai total bagian ketaatan dan nilai total bagian efek samping obat dari

masing-masing responden. Dari nilai total kemudian dihitung nilai skor rata-rata

tiap responden. Dari rata-rata nilai skor bagian efek samping obat tiap responden

dicari nilai median atau nilai tengahnya. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai skor

rata-rata tiap reponden yang berada sama dengan atau lebih tinggi dari nilai

median dikelompokkan dalam kelompok efek samping obat tinggi. Nilai skor

rata-rata tiap reponden yang kurang dari nilai median dikelompokkan dalam

kelompok efek samping obat rendah. Untuk nilai bagian ketaatan hanya terdapat

satu nilai saja yang menunjukkan ketaatan rendah (skor 2) sehingga ditetapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

78

 

 

nilai skor 2 tersebut dianggap menjadi nilai 3 dan pengelompokkan nilai ketaatan

ditetapkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ketaatan tinggi yang terdiri dari

nilai skor 4 dan kelompok ketaatan rendah yang terdiri dari nilai skor 3.

Dari perhitungan didapat nilai median kelompok efek samping obat

sebesar 2,80. Dari 73 responden, yang mempunyai nilai efek samping obat tinggi

sebanyak 45 orang dan nilai efek samping obat rendah dimiliki 28 orang.

Tabel XIX. Pembagian Nilai Skor Efek Samping Obat dan Nilai Skor Ketaatan

ESO tinggi (45 orang)

Ketaatan tinggi 18 orang Ketaatan rendah 27 orang

ESO rendah (28 orang)

Ketaatan tinggi 10 orang Ketaatan rendah 18 orang

Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test, didapatkan nilai Z sebesar

0,364. Nilai Z yang terhitung ini lebih kecil daripada critical value (1,96),

sehingga H1 ditolak dan H null diterima. Terlihat tidak adanya perbedaan tingkat

ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki nilai efek

samping obat tinggi dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita

tuberkulosis yang memiliki nilai efek samping obat rendah, sehingga dapat

dikatakan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan oleh penderita

tuberkulosis tidak mempengaruhi ketaatan minum obat pada penderita

tuberkulosis.

Dari tabel XIX dapat dilihat kecenderungan responden dalam menjawab

setiap item pernyataan. Responden dengan nilai efek samping obat tinggi

cenderung mempunyai nilai ketaatan yang rendah, sebab bila responden

mengalami efek samping obat seperti misalnya pusing, mual, muntah, gatal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

79

 

 

kemerahan, hingga nyeri sendi responden mempunyai kecenderungan akan

merasa malas dan enggan untuk minum obat. responden akan merasa takut dan

khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akibat dari obat yang diminumnya.

Selain itu, efek samping ini dikhawatirkan dapat mengganggu aktivitas keseharian

para responden. Sedangkan teori yang diungkap Anonim (2003) menyebutkan

bahwa pengobatan tidak perlu dihentikan apabila terjadi keluhan efek samping

yang ditimbulkan OAT. Sebab pada umumnya keluhan yang timbul berupa

keluhan efek samping yang minor atau ringan bukan merupakan gejala efek

samping berat (mayor) dan hanya berlangsung sementara, dimana gejala-gejala ini

dapat ditanggulangi dengan obat-obat simtomatik atau obat sederhana. Perbedaan

antara teori yang telah ada dengan hasil penelitian yang didapat mungkin dapat

disebabkan karena kurangnya pemberian informasi tentang efek samping obat dari

petugas kesehatan terkait kepada responden maupun PMO-nya. Disarankan agar

petugas kesehatan terkait juga lebih memperhatikan pemberian informasi tentang

efek samping obat ini agar pasien maupun PMO dapat memahami efek samping

obat yang mungkin dapat terjadi setelah mengkonsumsi obat anti tuberkulosis.

Pada hasil kuesioner bagian efek samping obat item no.35 yang

menyebutkan bahwa saya tetap minum semua obat antituberkulosis, walaupun

saya merasakan efek samping dari obat tersebut, ternyata responden baik yang

mempunyai nilai efek samping obat tinggi maupun yang mempunyai nilai efek

samping obat rendah banyak yang memberikan jawaban salah (skor 1-2).

Responden memberikan jawaban tidak setuju/sangat tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Dapat dikatakan, ketika responden mengalami efek samping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

80

 

 

dari obat yang diberikan, responden akan bertindak tidak minum obat. Padahal

pengobatan tuberkulosis sangat memerlukan ketaatan dalam minum obat. Bila

pasien menghentikan minum obat karena efek samping obat yang ditimbulkan,

kemungkinan angka kesembuhan tidak tercapai (pengobatan gagal). Bahkan

dimungkinkan dapat terjadi resistensi obat, sebab pengobatan tidak dilakukan

secara tuntas. Pasien yang gagal konversi, biasanya dianjurkan untuk mengulang

pengobatan dari awal lagi. Tentunya hal ini dapat menambah biaya pengobatan

bagi pasien. Dari hasil wawancara diketahui ada responden yang

mengkonsultasikan ke dokter terkait dengan efek samping yang dialaminya.

Tetapi ada juga yang tidak mengkonsultasikan kepada dokter. Sebaiknya ketika

merasakan efek samping yang ditimbulkan dari obat anti-tuberkulosis pasien

langsung mengkonsultasikan kepada dokter atau petugas kesehatan terkait agar

cepat ditindaklanjuti. Memang tidak akan terjadi pengurangan dosis pemberian

obat oleh dokter, namun biasanya dokter memberikan antihistamin untuk

meringankan gatal kulit yang dialami pasien dan memberikan aspirin bila pasien

mengalami nyeri sendi (obat simptomatik).

Dari hasil wawancara dengan 7 responden, 4 diantaranya mengalami

efek samping setelah minum obat anti-tuberkulosis. Efek samping yang mereka

alami berbeda-beda. Umumnya adalah gatal-gatal pada kulit dan nyeri sendi yang

dirasakan pada masa awal pengobatan. Dari hasil wawancara tidak didapati

responden yang mengalami efek samping berat (mayor) yang berarti seperti tuli

maupun gangguan keseimbangan. Kejadian efek samping yang berbeda-beda pada

setiap pasien ini dikarenakan karena kondisi fisiologis pasien yang berbeda satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

81

 

 

sama lain, sehingga respon tubuh terhadap penerimaan obat yang masuk juga

berbeda. Efek samping yang timbul biasanya akan hilang setelah beberapa hari

pemakaian OAT, sebab keadaan fisiologis pasien sudah bisa beradaptasi dengan

obat yang masuk ke dalam tubuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini didapat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil karakteristik responden pasien tuberkulosis rawat jalan di BP4 Kebumen

periode Oktober 2008-Maret 2009 menggambarkan responden terbanyak

berjenis kelamin laki-laki (51%), berumur antara 25-34 tahun (33%), memiliki

latar belakang pendidikan tamat SD (48%), tidak bekerja (26%), dan sedang

menjalani masa pengobatan lanjutan 4-6 bulan (66%).

2. Pengetahuan responden memberikan pengaruh positif terhadap ketaatan

responden dalam minum OAT.

3. Penyuluhan tuberkulosis yang diberikan kepada responden memberikan

pengaruh positif terhadap ketaatan responden dalam minum OAT. Kegiatan

penyuluhan kepada responden dilakukan pada kunjungan awal masa

pengobatan.

4. Ketersediaan obat pada responden memberikan pengaruh negatif terhadap

ketaatan responden dalam minum OAT.

5. Pengawas Menelan Obat (PMO) yang dimiliki responden memberikan

pengaruh positif terhadap ketaatan responden dalam minum OAT. Pengawas

Menelan Obat (PMO) yang dimiliki responden memberikan manfaat dalam

mengingatkan responden ketika waktu minum obat telah tiba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

83

 

 

6. Efek samping OAT yang dialami responden tidak mempengaruhi ketaatan

responden dalam minum OAT. Efek samping yang dialami responden berupa

gatal dan kemerahan pada kulit serta nyeri sendi yang biasanya dirasakan pada

awal masa pengobatan tuberkulosis.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian serupa namun

dengan responden dan lokasi yang berbeda sehingga dapat diketahui juga

pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan efek

samping OAT terhadap ketaatan pasien dalam pengobatan tuberkulosis di

daerah lain. Apakah terdapat kesamaan hasil atau perbedaan hasil pada

responden dengan lokasi penelitian yang berbeda.

2. Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut dan lebih spesifik untuk menentukan

faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam

pengobatan tuberkulosis paru di BP4 Kebumen.

3. Perlu adanya tenaga farmasis / apoteker di BP4 Kebumen untuk menjalankan

kegiatan pharmaceutical care di BP4 Kebumen dalam rangka meningkatkan

ketaatan pasien dalam pengobatan tuberkulosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

84

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000a, Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2000b, Informatorium Obat nasional Indonesia 2000, 219, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2002, Indonesia Peringkat Ketiga TBC, http://www.kompas.com/

kompas-cetak/0209/24/Jateng/indo26.htm., diakses pada 28 Desember 2008.

Anonim, 2003, Adherence to Long Term Therapies: Evidence for Action,

http://www.who.org/adh.200x260.pdf. diakses pada 21 Februari 2009. Anonim, 2004, Treatment of Tuberculosis : Guidelines for National Programmes,

http://www.verem.org.tr/pdf/DSOhaziran2004Ingilizce.pdf. diakses pada 26 Juni 2009.

Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penanggulangan Penyakit

Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2006, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2007, Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2, Cetakan

pertama, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2008, Standard Category I and III Treatment Regimens for Active

Tuberculosis Disease in Adults and Children for the Caribbean Nations. www.cdc.gov/tuberkulosis/tuberkulosis_hiv_Drugs/default.htm., diakses pada 26 Juni 2009.

Azwar, S., 1999, Penyusunan Skala Psikologi, Edisi 1, Cetakan pertama, 29-35,

83-103, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Azwar, S., 2000, Validitas dan Reliabilitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Berman, P, et al., 1994, The Household Production of Health: Integrating Social

Science Perspectives or Micro Level Health Determinants, Soc Sei Med 38 (2): 205-215, http://lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.3_Saimi_01_06.pdf., diakses pada 30 mei 2009.

Crofton, John, et al., 2002, Tuberkulosis Klinis, 1-27, Diterjemahkan oleh

Muherman Harun, dkk., Edisi 2, Widya Medika, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

85

 

 

Dahlan, Sopiyudin M., 2004, Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Cetakan 1, 46-60, Arkans, Jakarta.

De Muth, J. E., 1999, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical

Applications, 368-370, Dekker Inc., New York. DiPiro, Joseph T, et al.l, 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach,

Sixth Edition, 2015-2034, Appleton & Lange, USA. Hiswani, 2004, Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi

Masalah Kesehatan Masyarakat, www.usulibrary.ac.id., diakses pada 14 Agustus 2008.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance L.L., 2006, Drug Information

Handbook, 14th Ed., Lexi-comp, Ohio. McGraw-Hill Co., New York.

Mario, T. M., 2006, SPSS Untuk Paramedis, 55-111, Ardana Media, Jakarta. Notoadmodjo, S., 2003, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta. Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, 79,116, PT Rineka

Cipta, Jakarta. Nova, 2008, Sekilas Layang Tentang TBC (Tuberkulosis),

www.dinkes.go.id/index/php ., diakses pada 7 September 2008. Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan, 11-15, 164-168, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Pujirahardjo, W. J., 1993, Penetapan Sampel Dalam Metode Penelitian dan

Statistik Terapan, Airlangga University Press, Surabaya. Sastroasmoro, S., 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, 52-56,

Binarupa Aksara, Jakarta. Suryawati, 2008, Ketaatan Pasien Terhadap Petunjuk Pengobatan, http://lrc-

kmpk.ugm.ac.id/, diakses pada 2 Mei 2009. Tjay, T. H., Rahardja K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan

Efek-Efek Sampingnya, Edisi 5, Cetakan ke-1, 145-153, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

86

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner

Nama (dapat tidak diisi) : Jenis kelamin : L / P Alamat : Pekerjaan : Lama menjalani pengobatan : a. 0-3 bulan b. 3-6 bulan c. Lainnya : ...... Umur (lingkari yang sesuai) : a. 15-24 b. 25-34 c. 35-44 d. 45-55 Pendidikan terakhir : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Akademi/Perguruan tinggi e. Lainnya : ...... Berikut ini ada beberapa pernyataan mengenai tuberculosis. Baca dan pahami setiap pernyataan tersebut, kemudian silanglah (X) huruf dibelakang masing-masing pernyataan, sesuai dengan pendapat Anda. STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju SS : Sangat Setuju Setiap orang dapat mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut Anda sendiri karena tidak ada pilihan yang dianggap salah. Selamat mengisi.

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya pernah terlambat untuk menebus obat antituberkulosis saya pada petugas kesehatan / apotek

2 Saya mematuhi aturan minum obat yang dianjurkan petugas kesehatan / dokter

3 Saya memeriksakan diri (kontrol) tepat waktu

4 Saya menghabiskan semua obat antituberculosis yang diberikan tepat waktu

5 Bila saya diberi persediaan obat untuk 2 minggu, maka saya akan menghabiskan obat tersebut dalam waktu 2 minggu

6 Saya akan minum obat antituberkulosis pada waktu yang telah dianjurkan oleh petugas kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

87

 

 

No Pernyataan STS TS S SS

7 Saya masih dapat terserang TBC meskipun sudah minum obat secara teratur

8 TBC tetap dapat sembuh dengan sendirinya walaupun pasien tidak minum obat secara rutin

9 TBC mengancam hidup saya 10 Penyakit TBC membutuhkan ketaatan dalam minum obat

11 TBC saya dapat sembuh bila saya mengkonsumsi obat secara teratur

12 TBC bukan penyakit menular

13 Penyuluhan kesehatan tentang TBC membuat saya semakin tahu bahwa TBC dapat disembuhkan dengan meminum obat secara teratur

14 Penyuluhan tentang TBC tidak memberikan manfaat apa-apa bagi saya

15 Dari penyuluhan kesehatan tentang TBC, saya tahu bahwa TBC dapat sembuh dengan sendirinya walaupun pasien tidak minum obat secara rutin

16 Saya lebih mengerti tentang TBC dan pengobatannya karena adanya penyuluhan kesehatan tentang TBC yang diberikan oleh petugas

17 Saya mendapat manfaat nyata dari penyuluhan mengenai TBC.

18 Saya menjadi lebih taat minum obat antituberkulosis karena diberi penyuluhan tentang TBC oleh petugas

19 Acara penyuluhan kesehatan tentang TBC hanya menyia-nyiakan waktu saya

20 Alasan biaya membuat saya tidak bisa menebus obat antituberkulosis pada waktu yang ditentukan

21 Saya akan mendahulukan kontrol dan menebus obat walaupun saya disibukan oleh pekerjaan saya

22 Bila obat antituberculosis saya habis, saya langsung ke rumah sakit tempat saya memeriksakan diri walaupun waktu kontrol belum tiba

23 Transportasi yang sulit dijangkau membuat saya terlambat menebus obat antituberkulosis di apotek/rumah sakit

24 Saya akan tetap menebus obat antituberkulosis meskipun saya harus membayar mahal obat tersebut

25 Saya akan berhenti minum obat karena persediaan obat saya sudah habis, meskipun penyakit saya belum sembuh,

26 Transportasi yang sulit dijangkau membuat saya tidak bisa menebus obat antituberkulosis di apotek/rumah sakit.

27 Bila obat yang saya butuhkan tidak tersedia di BP4, saya akan mencari obat tersebut di apotek / tempat lain.

28 PMO menyemangati saya untuk terus minum obat

29 PMO tidak mengingatkan saya untuk minum obat ketika saya lupa minum obat

30 PMO mengingatkan saya untuk minum obat bila waktu minum obat tiba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

88

 

 

- Terima kasih atas partisipasinya -

Keterangan :

1-6 : Bagian ketaatan

7-12 : Bagian pengetahuan

13-19 : Bagian penyuluhan

20-27 : Bagian ketersediaan obat

28-34 : Bagian PMO

35-40 : Bagian efek samping obat

No Pernyataan STS TS S SS

31 Saya tidak menginginkan adanya PMO 32 Adanya PMO membuat saya lebih taat untuk minum obat 33 PMO tidak bermanfaat apa-apa bagi saya dan penyakit saya

34 PMO hanya mempersulit saya untuk tidak mengkonsumsi obat antituberkulosis

35 Saya tetap minum semua obat antituberkulosis, walaupun saya merasakan efek samping dari obat tersebut (misalnya: pusing, mual, gatal)

36 Saya akan tetap menghabiskan semua obat antituberculosis yang diberikan meskipun saya mengalami efek samping yang dari obat tersebut (misalnya: pusing, mual, gatal)

37 Saya lebih baik tidak minum obat daripada mengalami efek samping dari obat tersebut yang mengganggu saya

38 Saya tidak menghabiskan semua obat antituberculosis karena efek samping yang ditimbulkan mengganggu saya

39 Saya berhenti minum obat antituberculosis karena efek samping yang ditimbulkan mengganggu saya

40 Saya malas minum obat antituberculosis karena efek samping (misalnya: pusing, mual, gatal) yang ditimbulkan mengganggu saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

89

 

 

Pembagian Pernyataan Favourable dan Unfavourable

Variabel No Pernyataan Pernyataan

Favourable Unfavourable

Kepatuhan 1, 2, 3, 4, 5, 6 2, 3, 4, 5, 6 1

Pengetahuan 7, 8, 9, 10, 11, 12 7, 9, 10, 11 8, 12

Penyuluhan 13, 14, 15, 16, 17,

18, 19 13, 16, 17, 18 14, 15, 19

Ketersediaan Obat 20, 21, 22, 23, 24,

25, 26, 27 21, 22, 24, 27 20, 23, 25, 26

Pengawas Menelan

Obat (PMO)

28, 29, 30, 31, 32,

33, 34 28, 30, 32 29, 31, 33, 34

Efek samping obat 35, 36, 37, 38, 39,

40 35, 36 37, 38, 39, 40

Penilaian Item Jawaban

Jawaban Favourable Unfavourable Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Kuesioner diatas dilengkapi dengan panduan wawancara yang meliputi

efek samping yang dialami responden dan cara pengatasannya, manfaat yang

diperoleh responden dengan adanya penyuluhan dan PMO, serta frekuensi

responden diberi penyuluhan oleh petugas dan seberapa sering responden

terlambat minum obat (bila pernah) berikut alasannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

90

 

 

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas

Item Pernyataan Korelasi Keterangan 1 0.319 valid 2 0.632(**) valid 3 0.493(*) valid 4 0.631(**) valid 5 0.741(**) valid 6 0.652(**) valid 7 0.690(**) valid 8 0.722(**) valid 9 0.741(**) valid 10 0.602(**) valid 11 0.700(**) valid 12 0.763(**) valid 13 0.582(**) valid 14 0.752(**) valid 15 0.619(**) valid 16 0.662(**) valid 17 0.768(**) valid 18 0.543(*) valid 19 0.579(**) valid 20 0.416 valid 21 0.659(**) valid 22 0.727(**) valid 23 0.408 valid 24 0.636(**) valid 25 0.721(**) valid 26 0.728(**) valid 27 0.293 tidak valid 28 0.531(*) valid 29 0.371 valid 30 0.631(**) valid 31 0.596(**) valid 32 0.844(**) valid 33 0.576(**) valid 34 0.656(**) valid 35 0.414 valid 36 0.451(*) valid 37 0.340 valid 38 0.755(**) valid 39 0.693(**) valid 40 0.256 tidak valid

(**) = valid untuk taraf kepercayaan 99% (*) = valid untuk taraf kepercayaan 95%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

91

 

 

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas

Case Processing Summary N % Cases Valid 20 100.0

Excluded(a) 0 .0

Total 20 100.0a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.903 40 Scale Statistics

Mean Variance Std.

Deviation N of Items

129.5000 190.053 13.78596 40

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

but_1 126.4000 181.832 .261 .904but_2 126.1500 183.292 .492 .901but_3 126.1500 183.082 .359 .902but_4 126.1500 179.818 .628 .899but_5 126.2000 182.274 .595 .900but_6 126.2000 182.168 .604 .900but_7 126.8500 179.292 .396 .902but_8 126.4500 180.576 .364 .902but_9 126.5500 176.787 .529 .899but_10 126.1000 182.200 .464 .901

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

92

 

 

but_11 126.2000 185.537 .199 .904but_12 126.4000 178.568 .437 .901but_13 126.1500 183.292 .404 .901but_14 126.0000 182.947 .356 .902but_15 126.3000 176.537 .634 .898but_16 126.3500 184.029 .270 .903but_17 126.3000 180.432 .341 .903but_18 126.1500 181.924 .598 .900but_19 126.0000 181.474 .602 .900but_20 126.0500 179.313 .500 .900but_21 126.2000 175.326 .611 .898but_22 126.2500 179.461 .525 .900but_23 126.5000 184.579 .186 .905but_24 126.2000 179.958 .486 .900but_25 125.9000 182.516 .444 .901but_26 125.9500 181.208 .405 .901but_27 126.9000 184.305 .164 .906but_28 126.1000 184.095 .345 .902but_29 126.3000 186.537 .111 .906but_30 125.9500 182.787 .508 .901but_31 126.2500 179.039 .621 .899but_32 126.1000 178.411 .615 .899but_33 126.1500 177.713 .496 .900but_34 126.1000 181.779 .592 .900but_35 126.7000 176.642 .438 .901but_36 126.6000 178.358 .349 .903but_37 126.2500 180.092 .557 .900but_38 126.3500 176.555 .654 .898but_39 126.2500 181.145 .494 .900but_40 126.4000 188.779 .064 .905

Lampiran 4. Nilai Median Skor Kuesioner

Variabel Nilai Median Jumlah Rata-Rata Skor Kuesioner

Dibawah Median Diatas Median Ketaatan 3.167 25 48 Pengetahuan 3,000 29 44 Penyuluhan 3,143 27 46 Ketersediaan obat 3,000 27 46 PMO 3,143 30 43 ESO 2,800 28 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

93

 

 

Lampiran 5. Nilai Kuesioner

Skor Ketaatan (KT), Pengetahuan (PT), Penyuluhan (PY) R 1 2 3 4 5 6 KT 7 8 9 10 11 12 PT 13 14 15 16 17 18 19 PY 1 4 4 4 4 4 4 24 2 3 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 28 2 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 3 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 4 3 3 3 3 3 3 18 2 3 2 3 3 3 16 3 3 2 3 3 3 3 20 5 3 3 3 3 3 3 18 3 2 3 3 3 4 18 3 3 4 3 3 3 4 23 6 3 3 3 2 3 3 17 3 2 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 217 3 3 4 3 3 3 19 2 4 3 3 4 3 19 3 3 3 3 3 3 3 21 8 4 3 3 3 3 3 19 1 4 3 3 3 3 17 4 4 3 3 3 4 4 25 9 2 3 3 3 3 3 17 3 1 3 3 3 2 15 3 4 3 3 3 3 3 22 10 3 4 3 3 3 3 19 3 3 2 3 3 3 17 4 3 3 3 3 3 3 22 11 4 4 4 4 3 3 22 2 2 2 2 3 2 13 3 3 3 4 4 3 3 23 12 1 4 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 13 4 4 4 4 4 4 24 2 3 2 4 3 1 15 4 4 1 4 4 4 4 25 14 2 3 3 3 3 3 17 2 4 3 3 4 4 20 3 4 3 3 1 3 3 20 15 2 3 4 3 4 3 19 1 3 2 4 1 3 14 4 4 4 1 1 4 4 22 16 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 2 3 3 3 3 3 2017 4 3 4 4 3 4 22 4 2 4 4 3 2 19 2 2 3 2 2 3 3 17 18 4 3 2 3 3 3 18 3 3 4 4 4 4 22 3 4 3 3 4 3 3 23 19 3 3 3 3 3 3 18 2 4 4 4 4 4 22 3 2 4 3 3 3 4 22 20 1 3 2 3 3 3 15 2 3 1 4 4 2 16 3 4 3 3 4 3 4 24 21 4 3 3 4 3 3 20 3 4 3 3 3 4 20 3 4 4 3 4 3 4 25 22 3 4 3 3 3 3 19 3 3 3 4 4 2 19 3 3 4 3 3 3 3 22 23 2 3 2 3 4 4 18 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 3 4 4 2 24 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 25 4 4 4 4 4 4 24 4 1 4 4 4 1 18 4 1 1 4 4 4 1 19 26 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 27 2 4 3 3 3 3 18 1 3 2 3 4 2 15 4 3 3 3 3 4 3 23 28 2 3 4 3 4 4 20 3 4 3 4 3 3 20 4 4 4 4 3 3 4 26 29 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 21 30 3 4 4 4 4 4 23 2 4 4 4 4 4 22 4 4 4 3 4 4 4 27 31 3 3 3 3 3 4 19 3 2 2 3 3 2 15 3 3 3 3 3 3 3 21 32 4 3 4 4 3 3 21 3 3 1 4 3 3 17 4 3 3 2 3 4 3 22 33 4 4 4 4 4 4 24 2 4 4 3 3 3 19 4 3 3 3 3 4 3 23 34 3 4 4 4 4 4 23 2 3 3 3 3 3 17 3 4 4 3 3 3 3 23 35 3 3 3 3 3 3 18 2 2 2 3 3 3 15 3 3 2 3 3 3 3 20 36 4 4 4 4 4 4 24 2 3 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 21 37 4 4 4 4 4 4 24 3 3 3 4 4 2 19 4 3 3 3 3 4 3 23 38 4 1 4 4 4 4 21 1 4 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 28 39 3 3 4 3 3 3 19 1 4 1 3 4 3 16 3 3 3 3 3 3 4 2240 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 2 17 3 3 3 3 3 3 3 21 41 3 4 3 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 21 42 3 3 3 4 4 3 20 2 4 2 3 4 3 18 3 3 3 2 2 3 2 18 43 4 4 4 4 4 4 24 1 3 4 4 4 4 20 3 3 3 3 4 3 3 22 44 2 3 3 3 3 3 17 2 3 3 3 3 3 17 3 2 3 3 3 2 2 18 45 3 4 4 3 3 4 21 3 4 3 4 3 4 21 4 4 3 3 3 3 3 23 46 3 4 4 4 4 4 23 1 4 4 4 4 1 18 3 3 3 3 3 4 3 22 47 3 3 3 3 3 3 18 2 3 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 21 48 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 4 4 23 4 4 3 4 4 3 4 26 19 3 3 4 4 3 3 20 2 3 2 3 3 3 16 1 2 3 4 4 4 4 2250 4 3 4 3 3 4 21 3 4 4 3 4 3 21 3 3 3 3 4 4 3 23 51 3 3 3 3 3 3 18 2 3 3 2 3 3 16 3 3 3 3 3 3 3 21 52 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 53 2 3 4 2 2 3 16 4 4 4 4 3 1 20 3 3 3 4 4 3 4 24 54 3 3 3 3 4 3 19 1 4 2 3 4 2 16 3 3 4 3 3 3 3 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

94

 

 

55 3 4 4 4 4 2 21 2 4 2 4 2 1 15 1 1 3 4 4 2 3 18 56 2 4 3 3 2 3 17 2 3 2 3 3 3 16 3 3 2 3 4 4 3 2257 2 4 3 3 3 4 19 3 4 3 3 3 3 19 3 4 4 3 3 3 3 23 58 3 3 4 4 3 3 20 1 3 1 3 4 4 16 3 3 3 3 3 3 2 20 59 3 4 4 4 4 4 23 2 4 3 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 28 60 2 3 3 3 3 3 17 3 3 4 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 21 61 4 4 4 4 3 4 23 2 3 3 4 3 3 18 3 3 3 3 2 3 3 20 62 4 3 3 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 18 3 2 3 3 2 3 3 19 63 3 2 2 3 2 3 15 2 3 2 2 2 3 14 2 3 3 2 2 2 3 17 64 4 3 3 3 3 3 19 3 4 4 3 3 4 21 4 4 3 1 3 3 4 22 65 3 4 4 3 4 3 21 4 3 4 3 4 4 22 3 3 3 3 3 4 4 23 66 3 3 3 4 3 3 19 2 2 4 3 3 4 18 4 3 3 3 3 3 3 22 67 2 3 3 3 3 3 17 2 4 1 3 3 3 16 4 3 3 3 3 3 3 22 68 4 4 4 4 4 4 24 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 21 69 4 1 1 1 1 1 9 4 1 1 1 1 1 9 1 1 1 4 1 1 1 1070 2 4 4 4 4 4 22 1 4 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 28 71 4 4 4 4 4 3 23 3 2 3 2 4 2 16 3 4 2 3 3 4 4 23 72 2 3 3 3 3 3 17 4 3 4 3 4 4 22 3 4 4 3 3 3 3 23 73 3 3 3 3 3 3 18 3 4 4 4 4 4 23 4 3 3 3 3 3 3 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

95

 

 

Skor Ketersediaan Obat (KO), PMO, Efek Samping Obat (ESO)

R 20 21 22 23 24 25 26 KO 28 29 30 31 32 33 34 P 35 36 37 38 39 E 1 4 4 4 4 3 4 4 27 2 3 3 3 4 4 3 22 1 1 3 3 3 11 2 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 3 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 2 3 3 20 2 2 2 2 3 11 5 3 3 3 3 3 4 3 22 3 4 3 3 3 3 3 22 3 3 4 4 4 18 6 3 2 3 3 3 3 4 21 3 3 4 4 3 4 3 24 2 2 3 2 4 13 7 3 3 2 2 3 4 3 20 3 3 3 3 3 3 3 21 1 4 3 2 2 12 8 3 3 3 3 4 3 3 22 3 4 3 4 3 4 4 25 3 4 4 4 4 19 9 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 3 2 3 20 3 3 3 3 3 15 10 3 3 3 3 2 4 4 22 3 4 3 3 2 2 3 20 3 3 4 3 3 16 11 4 4 3 3 4 3 4 25 4 3 4 3 4 4 3 25 4 4 3 3 3 17 12 4 4 4 3 3 4 4 26 4 3 4 4 4 4 4 27 2 2 3 3 3 13 13 1 1 4 3 4 2 1 16 4 1 4 3 4 1 3 20 3 1 3 3 3 13 14 4 3 3 4 3 4 4 25 3 4 3 2 3 4 4 23 1 1 2 2 2 8 15 4 4 4 1 4 4 4 25 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 16 3 2 3 2 3 3 3 19 3 3 3 2 3 3 3 20 2 2 3 3 3 13 17 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 3 3 4 4 26 4 3 3 4 3 17 18 4 4 2 4 4 4 4 26 4 3 4 3 4 3 3 24 3 4 3 3 3 16 19 4 4 3 3 3 3 3 23 3 3 3 4 3 4 4 24 1 1 3 2 1 8 20 4 4 2 3 4 4 4 25 4 3 4 3 4 3 3 24 3 3 3 3 3 15 21 4 4 4 1 3 4 4 24 3 1 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 22 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 3 4 3 22 2 2 2 2 3 11 23 4 4 3 3 4 3 4 25 4 3 4 3 4 4 2 24 3 3 3 3 3 15 24 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 25 1 4 4 1 4 1 1 16 4 1 4 1 4 1 1 16 4 4 1 1 1 11 26 1 4 4 3 2 4 3 21 4 4 4 4 4 4 4 28 1 1 1 3 4 10 27 3 3 3 2 3 3 2 19 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 15 28 3 4 1 3 3 1 4 19 4 1 3 1 4 3 4 20 1 2 3 4 4 14 29 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 15 30 1 4 4 2 4 4 1 20 4 4 4 4 4 4 4 28 3 2 3 2 2 12 31 3 4 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 2 2 13 32 3 4 2 3 3 3 3 21 4 3 4 4 3 4 3 25 2 2 2 2 2 10 33 3 3 3 3 3 4 3 22 3 3 3 3 4 3 4 23 3 3 3 3 3 15 34 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 4 3 4 3 23 3 4 4 3 3 17 35 3 3 2 3 2 3 3 19 3 2 3 2 3 3 3 19 3 3 3 3 2 14 36 3 2 3 3 3 3 3 20 3 4 3 3 3 3 3 22 3 3 3 2 3 14 37 4 3 3 4 4 3 4 25 4 4 4 3 4 3 3 25 4 4 3 3 3 17 38 4 4 4 1 1 4 4 22 4 2 4 4 4 4 4 26 1 1 4 4 4 14 39 4 4 3 4 3 4 3 25 4 4 3 4 4 4 4 27 3 3 3 3 3 15 40 3 3 3 2 3 3 3 20 2 3 2 3 2 3 2 17 2 2 2 3 3 12 41 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 15 42 2 3 3 3 2 3 3 19 3 3 3 2 3 3 3 20 3 3 3 3 3 15 43 3 3 3 2 4 3 2 20 4 4 4 3 4 3 3 25 4 4 3 4 3 18 44 3 3 3 3 4 3 2 21 3 2 3 3 2 1 3 17 1 3 2 3 1 10 45 3 2 3 3 2 4 3 20 4 4 3 4 4 3 3 25 2 2 3 3 3 13 46 3 3 4 3 4 4 4 25 3 3 4 3 4 4 3 24 3 3 4 3 4 17 47 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 2 2 2 3 3 12 48 4 4 3 4 4 4 3 26 4 4 3 3 4 3 4 25 3 4 1 3 4 15 19 4 3 3 3 3 4 3 23 3 3 3 3 3 3 3 21 3 2 3 3 2 13 50 4 4 4 3 4 4 4 27 3 3 3 3 4 4 3 23 4 4 2 4 4 18 51 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 2 3 14 52 4 4 3 4 2 4 3 24 3 4 1 4 4 4 4 24 3 3 3 3 3 15 53 2 4 3 4 2 2 4 21 3 3 3 2 3 3 3 20 3 3 4 2 4 16 54 2 3 3 3 3 4 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 2 2 4 3 3 14 55 4 4 4 4 2 3 4 25 4 4 4 4 2 3 4 25 1 1 3 1 1 7 56 4 3 3 4 4 4 4 26 4 4 3 4 3 2 3 23 3 4 3 4 4 18 57 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 4 16 58 3 3 3 2 3 3 2 19 3 1 3 1 4 4 3 19 2 2 3 4 3 14 59 4 4 3 3 4 4 3 25 3 3 3 3 3 4 4 23 3 3 4 3 3 16 60 3 3 3 2 2 3 2 18 2 4 3 2 3 2 2 18 3 3 2 3 3 14 61 2 3 2 3 2 3 3 18 3 3 4 3 3 3 3 22 3 3 2 3 3 14 62 2 3 3 2 3 3 2 18 3 3 3 3 3 4 3 22 3 2 2 3 3 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

96

 

 

63 3 2 2 3 2 2 2 16 3 2 3 2 3 2 2 17 3 3 2 2 2 12 64 3 4 3 2 2 4 2 20 3 2 3 3 3 3 4 21 2 2 2 2 3 11 65 4 4 4 3 3 3 3 24 1 4 3 3 3 3 3 20 3 2 2 3 3 13 66 3 3 4 3 3 3 3 22 3 3 3 4 3 3 3 22 3 3 3 3 4 16 67 3 3 2 3 3 3 3 20 3 3 3 3 4 4 4 24 2 2 2 2 2 10 68 2 3 3 3 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 21 2 2 3 3 3 13 69 4 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 4 4 13 1 1 1 1 1 5 70 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 71 4 4 4 4 4 2 4 26 4 4 4 3 4 4 3 26 3 3 2 4 4 16 72 4 4 3 3 4 4 3 25 3 4 1 4 4 4 4 24 3 3 3 3 4 16 73 3 4 3 2 2 4 2 20 1 1 1 1 1 4 4 13 3 3 4 3 3 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

97

 

 

Lampiran 6. Pembagian Nilai Ketaatan, Pengetahuan, Penyuluhan, Ketersediaan Obat, PMO, dan ESO

Responden

Ketaatan Pengetahuan Penyuluhan Ketersediaan Obat

PMO ESO

1 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi rendah 2 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 3 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 4 rendah rendah rendah rendah rendah rendah 5 rendah tinggi tinggi rendah tinggi tinggi 6 rendah rendah rendah tinggi tinggi rendah 7 rendah tinggi rendah rendah rendah rendah 8 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 9 rendah rendah tinggi rendah rendah tinggi 10 rendah rendah tinggi tinggi rendah tinggi 11 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 12 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi rendah 13 tinggi rendah tinggi rendah rendah rendah 14 rendah tinggi rendah tinggi tinggi rendah 15 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 16 rendah tinggi rendah rendah rendah rendah 17 tinggi tinggi rendah tinggi tinggi tinggi 18 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 19 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi rendah 20 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 21 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 22 rendah tinggi tinggi rendah tinggi rendah 23 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 24 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 25 tinggi tinggi rendah rendah rendah rendah 26 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi rendah 27 rendah rendah tinggi rendah rendah tinggi 28 rendah tinggi tinggi rendah rendah tinggi 29 rendah tinggi rendah rendah rendah tinggi 30 tinggi tinggi tinggi rendah tinggi rendah 31 rendah rendah rendah tinggi rendah rendah 32 tinggi rendah tinggi tinggi tinggi rendah 33 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 34 tinggi rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 35 rendah rendah rendah rendah rendah tinggi 36 tinggi rendah rendah rendah tinggi tinggi 37 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 38 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 39 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 40 rendah rendah rendah rendah rendah rendah 41 rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi 42 rendah tinggi rendah rendah rendah tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

98

 

 

43 tinggi tinggi tinggi rendah tinggi tinggi 44 rendah rendah rendah tinggi rendah rendah 45 tinggi tinggi tinggi rendah tinggi rendah 46 tinggi tinggi rendah tinggi tinggi tinggi 47 rendah rendah rendah tinggi rendah rendah 48 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 49 rendah rendah tinggi tinggi rendah rendah 50 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 51 rendah rendah rendah tinggi rendah tinggi 52 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 53 rendah tinggi tinggi tinggi rendah tinggi 54 rendah rendah tinggi tinggi rendah tinggi 55 tinggi rendah rendah tinggi tinggi rendah 56 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 57 rendah tinggi tinggi tinggi rendah tinggi 58 rendah rendah rendah rendah rendah tinggi 59 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 60 rendah tinggi rendah rendah rendah tinggi61 tinggi tinggi rendah rendah tinggi tinggi 62 rendah tinggi rendah rendah tinggi rendah 63 rendah rendah rendah rendah rendah rendah 64 rendah tinggi tinggi rendah rendah rendah 65 tinggi tinggi tinggi tinggi rendah rendah 66 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 67 rendah rendah tinggi rendah tinggi rendah 68 tinggi tinggi rendah rendah rendah rendah 69 rendah rendah rendah rendah rendah rendah 70 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 71 tinggi rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 72 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 73 rendah tinggi tinggi rendah rendah tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

99

 

 

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Uji Z-Test

1. Pengetahuan-Kepatuhan

Po = 21

2211

nnPnPn

++

∧∧

= 2944

296.2944

23.44

+

+

= 7329

= 0,397

Z=

21

21

11

n

PoPo

n

PoPo

PP

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−∧∧∧∧

∧∧

= ( ) ( )

29603,0.397,0

44603,0.397,0

296

4423

+

=117,0316,0 = 2,701

H0 = tingkat kepatuhan pasien TB dengan pengetahuan tinggi tidak

berbeda dengan kepatuhan pasien TB pengetahuan rendah

H1 = tingkat kepatuhan pasien TB dengan pengetahuan tinggi berbeda

dengan kepatuhan pasien TB pengetahuan rendah

Nilai Z (2,701) lebih besar dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya

adalah tingkat kepatuhan pasien TB dengan pengetahuan tinggi berbeda

dengan tingkat kepatuhan pasien TB pengetahuan rendah (H0 ditolak, H1

diterima).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

100

 

 

2. Penyuluhan-Kepatuhan

Po = 21

2211

nnPnPn

++

∧∧

= 2746

276.2746

23.46

+

+

= 7329

= 0,397

Z=

21

21

11

n

PoPo

n

PoPo

PP

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−∧∧∧∧

∧∧

= ( ) ( )

27603,0.397,0

46603,0.397,0

276

4623

+

=118,0280,0 = 2,373

H0 = tingkat kepatuhan pasien TB yang diberi penyuluhan tidak

berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang tidak diberi penyuluhan

H1 = tingkat kepatuhan pasien TB yang diberi penyuluhan berbeda

dengan kepatuhan pasien TB yang tidak diberi penyuluhan

Nilai Z (2,373) lebih besar dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya

adalah tingkat kepatuhan pasien TB yang diberi penyuluhan berbeda dengan

tingkat kepatuhan pasien TB yang tidak diberi penyuluhan (H0 ditolak, H1

diterima).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

101

 

 

3. Ketersediaan obat-Kepatuhan

Po = 21

2211

nnPnPn

++

∧∧

= 2746

278.2746

21.46

+

+

= 7329

= 0,397

Z=

21

21

11

n

PoPo

n

PoPo

PP

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−∧∧∧∧

∧∧

= ( ) ( )

27603,0.397,0

46603,0.397,0

278

4621

+

=014,0161,0 = 11,5

H0 = tingkat kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya tinggi

tidak berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang ketersediaan

obatnya rendah

H1 = tingkat kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya tinggi

berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya

rendah

Nilai Z (11,5) lebih besar dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya

adalah tingkat kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya tinggi

berbeda dengan tingkat kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya

rendah (H0 ditolak, H1 diterima).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

102

 

 

4. PMO-Kepatuhan

Po = 21

2211

nnPnPn

++

∧∧

= 3043

304.3043

25.43

+

+

= 7329

= 0,397

Z=

21

21

11

n

PoPo

n

PoPo

PP

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−∧∧∧∧

∧∧

= ( ) ( )

30603,0.397,0

43603,0.397,0

304

4325

+

=116,0448,0 = 3,862

H0 = tingkat kepatuhan pasien TB yang memiliki PMO tidak berbeda

dengan kepatuhan pasien TB yang tidak memiliki PMO

H1 = tingkat kepatuhan pasien TB yang memiliki PMO berbeda

dengan kepatuhan pasien TB yang tidak memiliki PMO

Nilai Z (3,862) lebih besar dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya

adalah tingkat kepatuhan pasien TB yang memiliki PMO berbeda dengan

tingkat kepatuhan pasien TB yang tidak memiliki PMO (H0 ditolak, H1

diterima).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

103

 

 

5. Efek samping obat-Kepatuhan

Po = 21

2211

nnPnPn

++

∧∧

= 2845

2810.2845

18.45

+

+

= 7328

= 0,383

Z=

21

21

11

n

PoPo

n

PoPo

PP

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −

−∧∧∧∧

∧∧

= ( ) ( )

28603,0.397,0

45603,0.397,0

2810

4518

+

=118,0043,0 = 0,364

H0 = tingkat kepatuhan pasien TB yang mengalami efek samping obat

tidak berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang tidak mengalami

efek samping obat

H1 = tingkat kepatuhan pasien TB yang mengalami efek samping obat

berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang tidak mengalami efek

samping obat

Nilai Z (0,364) lebih kecil dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya

adalah tingkat kepatuhan pasien TB yang mengalami efek samping obat

tidak berbeda dengan tingkat kepatuhan pasien TB yang tidak mengalami

efek samping obat (H1 ditolak, H0 diterima).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

104

 

 

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

105

 

 

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

106

 

 

Lampiran 10. Alur Pemilihan Uji Statistik Z-Test

PANEL A

No Discrete Yes Continuous Continuous Discrete one or two Z-test of Proportions Yes No more than two Chi Square test of independent Continuous Discrete

Is there an Independent variable

Primary Variable D/C

Go to Panel C

IndependentVariable D/C

Go to Panel D

Data Reported as Percent of Proportions?

Number of Discrete Independent Variables

Independent Variable D/C

Go to Panel B

Go to Panel C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_Full.pdf · ix 6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

107

 

 

BIOGRAFI PENULIS

Dwi Arunningtyas dilahirkan di Lhokseumawe pada

tanggal 20 September 1987. Anak kedua pasangan Djoko

Pranyoto dan Elly Habsah menempuh pendidikan di TK

Pius Bakti Utama Gombong tahun 1991-1993, SD Pius

Bakti Utama Gombong tahun 1993-1999, SLTP Negeri 2

Gombong tahun 1999-2002, SMU Negeri 1 Gombong

tahun 2002-2005. Pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis aktif dalam kegiatan

kemahasiswaan UKF Paduan Suara Fakultas “Veronica” tahun 2005-2008 dan

UKM Kerohanian JKMK tahun 2005-2007. Penulis juga pernah mengikuti

kegiatan kepanitiaan, antara lain: Kegiatan Bakti Sosial 5 Agama Pasca Gempa di

Mlese, Klaten tahun 2006, Panitia Perayaan Minggu Palma di CM Paingan tahun

2007, Panitia Bakti Sosial dan Relaunching Apotek Sanata Dharma tahun 2008,

dan ikut serta dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat tahun 2008 dan Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan dalam rangka memperingati

Dies Natalis ke-53 Universitas Sanata Dharma. 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI