plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_full[1].pdfberbasis...

130
PELAKSANAAN KEBIJAKAN EKONOMI BATIG SLOT POLITIEK KOLONIAL BELANDA DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT JAWA TAHUN 1864-1867 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah Oleh : Fransisca Krisna Adyanti Sanjaya NIM: 074314008 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

PELAKSANAAN KEBIJAKAN EKONOMI BATIG SLOT POLITIEK

KOLONIAL BELANDA DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT

JAWA TAHUN 1864-1867

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Ilmu Sejarah

Oleh :

Fransisca Krisna Adyanti Sanjaya

NIM: 074314008

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

vi

HALAMANMOTTO

Great is the art of beginning, but greater is the art of ending..

(Henry Wadsworth Longfellow)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Allah Bapa, yang begitu sayang padaku

Bpk.Heribertus Puryadi dan Ibu Anastasia Susani, kedua

orangtuaku yang sangat,sangat luarbiasa...Pak,Buk...maturnuwun

atas segala cinta, kesabaran, dan pengorbanan yang tulus untukku

Keluarga Besarku di Desa Kelor tercinta...terimakasih atas

segala nasehat dan semangatnya...aku berjanji tidak akan

mengecewakan kalian

Sahabat-sahabatku tercinta: mb endah, mb ning, Titin (anak-

anak kos mbah Harjo community),mb wahyu

purple,winda...terimakasih sahabat, karena kalianlah hidupku jadi

sangat berwarna

Mb wahyu purple, terimakasih mb udah mau menemani ku dan

berbagi kasih lebih dari 4 tahun ini...sahabat yang luarbiasa

dihari=hari yang semakin sulit ini

Konco-konco Ilmu Sejarah 07 : gia, mb wahyu, audi, andri,

adi, tian, bene,irawan,aryo..merasa sangat luarbiasa bisa berjuang

bersama kalian selama 4tahun..miss u all guys

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah Bapa di surga yang begitu luarbiasa

mencurahkan kasih dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa juga penulis mengucapkan

banyak terimakasih yang tidak terhingga kepada berbagai pihak yang telah

membantu selama proses penyelesaian skripsi ini, yaitu :

1. Allah Bapa di surga atas segala kasih dan karunia-Nya yang luar biasa

kepada penulis.

2. Bapak Heribertus Puryadi dan Ibu Anastasia Susani, kedua orangtua

penulis yang telah berpeluh keringat memberikan kasih sayang, cinta,

nasehat, semangat, ketulusan, pengorbanan, dan kesabaran yang luar biasa

bagi penulis terutama di masa-masa sulit.

3. Drs. Silverio R.L Aji Sampurno, M.Hum selaku Ketua Jurusan Ilmu

Sejarah sekaligus pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan,

bimbingan-bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan skripsi ini

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Drs. Hb.Hery Santosa, M.Hum atas segala nasihat, dorongan, serta

semangat yang sangat mengena bagi penulis sehingga memicu semangat

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs.Ig.Sandiwan Suharso atas segala nasihat dan masukkan yang sangat

berharga bagi penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

ix

6. Seluruh staff pengajar Ilmu Sejarah yang selama 4 tahun telah dengan

sabar dan kehebatannya membagikan ilmunya yang sangat bermanfaat

bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan 4 tahun masa studi ini.

7. Teman-teman Ilmu Sejarah 2007 : Gia, Wahyu, Andri, Audi, Adi,

Tian,Bene, Irawan, Aryo, luarbiasa memiliki teman seperjuangan seperti

kalian dengan segala kekompakan, kesolidan dan keakraban kita..miss u

all guys.

8. Sahabat-sahabatku : mb Endah, Mb ning, Titin ( anak-anak kos Mbah

Harjo community), mb wahyu, winda. Terimakasih sahabat, kalian

memberikan arti persaudaraan, kebersamaan dan kebahagiaan yang

luarbiasa bagi penulis.

9. Mbak wahyu “purple”, terimakasih mbak untuk berjuang bersamaku

selama 4 tahun ini dan terimakasih atas segala semangat, nasihat, kasih,

serta persahabatan yang tulus untukku. Semoga kita dapat meraih semua

mimpi kita mbak!

10. Serta semua teman-teman, keluarga besarku, serta seluruh pihak-pihak

yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan,

dorongan, serta semangat bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis membuka segala kritik serta saran demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

x

bagi perkembangan studi Ilmu Sejarah selanjutnya serta bermanfaat sebagai

tambahan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas.

Yogyakarta, 26 Agustus 2011

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

xi

ABSTRAK

Skripsi ini ditulis oleh FRANSISCA KRISNA ADYANTI SANJAYA, yangberjudul PELAKSANAAN KEBIJAKAN EKONOMI BATIG SLOTPOLITIEK KOLONIAL BELANDA DAN DAMPAKNYA BAGIMASYARAKAT JAWA TAHUN 1864-1867

Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Batig SlotPolitiek Kolonial Belanda Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Jawa Tahun 1864-1867” ini, bertujuan untuk mengkaji tiga permasalahan pokok, yaitu latarbelakang munculnya kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek di Jawa, prosesjalannya pelaksanaan kebijakan ekonomi ini, serta untuk mengkaji dampak yangditimbulkan dari munculnya kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek selamaperiode 1864-1867.

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis dengan menggunakan teori danmetode sejarah. Metode ini melalui beberapa tahap atau langkah-langkahpengumpulan sumber dan data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitianini dengan melakukan studi pustaka sumber-sumber sekunder seperti buku-buku,dokumen-dokumen tertulis, atau referensi-referensi lain yang berkaitan dengantopik penelitian atau yang disebut dengan istilah proses heuristik.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama proses pelaksanaankebijakan ekonomi Batig Slot Politiek selama periode 1864-1867, pelaksanaankebijakan yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda, pada kenyataannyabanyak terjadi ketidak sesuaian dengan janji yang diberikan oleh pemerintahkolonial. Begitupun juga pada masa pemberlakukan sistem kesatuan ekonomikolonial Belanda yang dikuatkan dengan munculnya Comtabiliteits wet 1864.Keluarnya sistem kesatuan ekonomi ini pada dasarnya berusaha untukmemperbaiki sistem atau kebijakan pemerintah kolonial sebelumnya yang bagibeberapa golongan dirasa sangat mengeksploitasi rakyat.

Sistem ini kemudian dipersempit lagi dengan munculnya kebijakanekonomi Batig Slot Politiek yang menekankan pada usaha-usaha peningkatan nilaisurplus pada neraca Batig Slot untuk kemudian hasilnya dibagi dengan wilayahjajahan. Namun yang terjadi, eksploitasi tenaga rakyat untuk peningkatan neracasurplus ini justru semakin tinggi. Hal ini ditambah dengan adanya kapitalisasiyang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta terhadap tenaga rakyat,sehingga mengakibatkan kondisi masyarakat sulit untuk berkembang dan maju.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

xii

ABSTRACT

This thesis is written by FRANSISCA KRISNA ADYANTI SANJAYA,titled PELAKSANAAN KEBIJAKAN EKONOMI BATIG SLOT POLITIEKKOLONIAL BELANDA DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKATJAWA TAHUN 1864-1867.

Thesis titled “Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Batig Slot PolitiekKolonial Belanda Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Jawa Tahun 1864-1867”,intends to analyze three main problems, being the background of the Batig Sloteconomic policy in Java, the implementation of the policy and the effect of thepolicy implementation between 1864-1867.

This research is a descriptive-analytic research using historical methodsand theories. This method comprises of several steps in collecting sources anddata. The steps conducted in this research involves literary studies of secondarysources including books, written documents and other references consideredrelevant to the research topic, the process is known as heuristic process.

The result of this research shows that during the implementation of BatigSlot policy between 1864-1867, many inconsistencies occur in terms of the resultpromised by the colonial government. The same goes to the implementation of theDutch colonial economic unitary system regulated and enforced by the issuing ofCompabiliteits Wet in 1864. The issuing of this economic unitary system basicallyintended to fix the preceding colonial government system and policy which wasconsidered very exploitative to the people.

This system is then narrowed even further with the Batig Slot Politiekwhich stresses on the efforts to increase surplus on the Batig Slot scale, on thenext level the surplus will be divided with the colonies. What happened was theexploitation of people became greater to increase the surplus. This, combined withthe capitalization committed by private companies, made it more difficult for thepeople to develop and progress.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN............................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. v

HALAMAN MOTTO............................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................. vii

KATA PENGANTAR............................................................................ viii

ABSTRAK.............................................................................................. xi

ABSTRACT............................................................................................ xii

DAFTAR ISI.......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Permasalahan............................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian...................................................................... 13

E. Tinjauan Pustaka......................................................................... 15

F. Landasan Pemikiran.................................................................... 18

G. Metode Penelitian..................................................................... . 23

H. Sistematika Penulisan................................................................... 25

BAB II DUALISME POLITIK TANAM PAKSA DAN MUNCULNYA

KEBIJAKAN BATIG SLOT POLITIEK DI JAWA

A. Intensifikasi Sistem Tanam Paksa dan Menguatnya

Liberalisme di Jawa......................................................................... 28

B. Dualisme Politik Sistem Tanam Paksa dan Kebijakan Bagi Hasil Pemerintah

Kolonial Belanda................................................................................ 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

xiv

BAB III BATIG SLOT POLITIEK 1864 DAN USAHA-USAHA PEMULIHAN CITRA

KOLONIAL BELANDA

A. Comptabiliteits Wet 1864 dan Penetapan Sistem Kesatuan Ekonomi

Kolonial Belanda.......................................................................... 58

B. Pemberlakuan Kebijakan Ekonomi Batig Slot Politiek di Tanah Jawa dan

Usaha-Usaha Pemulihan Citra Kolonial....................................... 73

BAB IV KAPITALISASI KOLONIAL DAN DAMPAK BATIG SLOT POLITIEK

BAGI MASYARAKAT JAWA

A. Liberalisasi dan Eksploitasi Ekonomi Kapitalisme Kolonial........ 78

B. Comptabiliteits Wet 1867 dan Pembubaran Sistem Kesatuan Ekonomi

Kolonial Belanda........................................................................... 87

C. Dampak Kebijakan Batig Slot Politiek Bagi Masyarakat Jawa...... 95

BAB V PENUTUP..................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kolonialisme Belanda selama tahun 1800-an sampai tahun 1942, disadari

atau tidak, telah memberikan beberapa perubahan penting dalam dinamika sejarah

Indonesia.1 Tahun-tahun pemerintahan kolonial Belanda, pada dasarnya

menerapkan sistem pemerintahan yang cenderung sentralistik. Pemerintah

kolonial berupaya untuk menguasai segala struktur pemerintahan yang sudah ada

di wilayah jajahan, di bawah pemerintahan atau pengawasannya langsung,

termasuk struktur pemerintahan pribumi seperti para bupati. Pemerintah kolonial

ini berusaha untuk dapat memasuki semua bidang kehidupan, khususnya politik

dan ekonomi. Pemerintah kolonial berupaya keras agar segala bidang tersebut

dapat dimonopoli sepenuhnya dengan tujuan mendapatkan legitimasi kekuasaan

politik dan ekonomi.

Berbicara mengenai masa kolonialisme Belanda, masalah yang seringkali

menjadi pembahasan pokok dalam setiap kajian sejarah adalah masalah ekonomi.

Khusus kolonialisme di Jawa, kolonialisme ekonomi pemerintah kolonial Belanda

lebih menekankan pada masalah pertanian. Pada masalah ini, pemerintah kolonial

membidik tanah Jawa sebagai lahan yang subur bagi usaha-usahanya dalam

1 Istilah Indonesia muncul pada dasawarsa 1920-an tepatnya ketika masapergerakan organisasi-organisasi pemuda mulai bergeliat . Pada masa 1800-anatau masa kolonialisme, belum dikenal istilah Indonesia. Oleh pemerintahkolonial, Indonesia disebut dengan Hindia-Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

2

memperoleh legitimasi ekonomi. Seperti diketahui bahwa pemerintah kolonial

Belanda telah melihat bahwa tanah jajahan di Jawa memiliki potensi ekonomi

yang luar biasa menguntungkan, dalam artian bahwa Jawa memiliki sumber daya

alam khususnya tanah yang melimpah dan luas sekaligus sumber daya

manusianya yang dapat dimanfaatkan.

Seperti yang telah diketahui, sejak kongsi dagang Belanda yaitu VOC,

menancapkan kekuasaanya di Nusantara tahun 1602, arah dan tujuan Belanda

telah nampak jelas di Nusantara yaitu mencari keuntungan ekonomi sebesar-

besarnya. Bahkan ketika kongsi ini harus dibubarkan pada tahun 1798 dan diambil

alih oleh pemerintah Belanda sendiri, tujuan penjajahan tetap berlanjut.2 Tidak

dapat dipungkiri bahwa tujuan ekonomi telah menjadi suatu pola penjajahan

utama bagi setiap periode penjajahan di berbagai belahan dunia. Penjajahan yang

berbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-

tahun, akan memberikan dampak tersendiri bagi wilayah yang dijajahnya entah

berdampak secara positif maupun negatif yang meluas di masyarakat, dalam artian

memberikan dampak positif dalam bidang penemuan-penemuan baru dalam

sistem pertanian masyarakat. Sedangkan dampak negatif akan lebih mudah dilihat

selama proses kolonialisme berlangsung di Indonesia. Apabila dilihat konteks

historisnya, kecenderungan keuntungan sepihak tetap dimiliki oleh pihak

penjajah, sedangkan yang menjadi korban sekali lagi adalah masyarakat pribumi.

Bagi Indonesia sendiri, masa kolonialisme dapat dikatakan sebagai masa

tersulit. Salah satu periode terpenting sekaligus dapat dikatakan juga sebagai masa

2 Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah NasionalIndonesia V. Jakarta : PN.Balai Pustaka. Hal. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

3

tersulit dalam sejarah pendudukan kolonial di Indonesia adalah masa pelaksanaan

kebijakan Tanam Paksa (1830-1870). Tentunya telah banyak tulisan-tulisan dalam

historiografi Indonesia yang mengangkat tema utama Tanam Paksa sebagai kajian

pokok penelitiannya. Namun di sisi lain, belum banyak juga pembahasan

mengenai berbagai macam kebijakan khusus yang muncul selama pelaksanaan

Tanam Paksa tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut seringkali menjadi penentu

dari arah atau tujuan kolonialisme di Indonesia, bahkan dapat dijadikan gambaran

bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan politik masa kolonial tersebut. Namun

sayangnya belum banyak yang mengangkat kebijakan-kebijakan tersebut sebagai

kajian penelitian yang penting.

Kondisi sosial, ekonomi, bahkan politik pada masa 1800-an, mengalami

ketidakstabilan yang cukup hebat akibat adanya sistem pemerintahan kolonial

yang cenderung memaksa. Kehidupan agraris masyarakat pribumi yang sebagian

besar menerapkan sistem ekonomi subsisten3, dipaksa untuk memenuhi tuntutan

dari pemerintah kolonial yaitu menghasilkan keuntungan ekonomi sebesar-

besarnya yang pada akhirnya justru hanya dapat dirasakan oleh pemerintah

kolonial sendiri. Oleh karena kepentingan sepihak dari pihak kolonial tersebut,

kondisi masyarakat Jawa tidak semakin baik tetapi semakin miskin dan

mengalami pembodohan yang dilakukan oleh pemerintah demi mencapai

keuntungan ekonomi tesebut. Secara garis besar, kondisi masyarakat Jawa tidak

3 Sistem ekonomi yang menerapkan prinsip ekonomi secukup hidup. Padamasyarakat agraris pedesaan yang masih sangat tradisional, merekamemanfaatkan hasil sawah mereka hanya secukupnya saja , artinya merekamendapatkan hasil tersebut hanya untuk tetap bertahan hidup dan bukan untukdikomersialisasikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

4

mengalami perkembangan ataupun kemajuan yang signifikan bahkan tidak

memiliki modal untuk dapat meningkatkan perekonomian mereka, salah satunya

modal tanah yang mereka miliki. Masyarakat Jawa hanya sekedar dimanfaatkan

sebagai sumber penyedia tenaga kerja yang murah serta memiliki tanah yang

sangat potensial. Inilah yang kemudian berusaha dimanfaatkan oleh pemerintah

kolonial dengan melihat kondisi sosial masyarakat Jawa yang sederhana tersebut

demi mencapai tujuannya. Itulah mengapa rakyat Jawa dapat dikatakan

mengalami pembodohan secara terstruktur.

Garis besar sistem ekonomi Belanda di negeri jajahan, dapat dibagi ke

dalam beberapa periode, yaitu tahun 1800an awal merupakan suatu periode

percobaan, contohnya adalah bagaimana usaha untuk menerapkan pajak tanah

yang seragam, tetapi pada akhirnya gagal. Ini terjadi ketika berakhirnya masa

pemerintahan peralihan Inggris. 4 Periode kedua yaitu sekitar tahun 1830 sampai

tahun 1870 termasuk dalam periode Tanam Paksa, menjadi suatu periode

pemerasan tenaga secara sistematis. 5 Masa Tanam Paksa mulai diperkenalkan

oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830 dan berpusat di

Jawa yang dinilai potensial secara sumber daya alam maupun manusianya dalam

memberikan surplus keuntungan ekonomi pemerintah kolonial. Pada masa ini,

pemerintah kolonial memaksakan adanya penanaman tanaman yang memiliki

nilai jual tinggi di pasaran Eropa yang akan dimanfaatkan untuk mengisi kas

negara. Selain itu, pada awalnya sistem ini bertujuan untuk menggantikan sistem

4 Anne Booth, William J.O’Malley, Anna Weidemann. 1988. SejarahEkonomi Indonesia. Jakarta : LP3ES. Hal. 290-291

5 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

5

Sewa Tanah yang dianggap tidak sesuai untuk rakyat karena menghendaki rakyat

menyerahkan pajak dalam bentuk uang yang sangat dirasa berat untuk rakyat.

Sistem Tanam Paksa pada awalnya berangkat dari prinsip membebaskan rakyat

untuk menanam tanaman sesuai keinginan mereka.

Tujuan utama dari Sistem Tanam Paksa ini sebenarnya adalah

menghasilkan surplus sebesar mungkin yang akan digunakan di negeri induk

Belanda melalui intensifikasi Tanam Paksa. Namun kebijakan surplus ini justru

pada prakteknya sangat merugikan rakyat. Selain rakyat dipaksa tenaganya untuk

menanam tanaman yang secara sepihak hanya menguntungkan pihak kolonial,

mereka juga harus merasakan minimnya fasilitas umum bagi mereka. 6

Melihat berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial,

sangat sulit untuk mengukur seberapa besar presentase keuntungan yang

didapatkan oleh rakyat. Kesengsaraan ditengah kondisi kehidupan mereka yang

pada dasarnya sangat sederhana bahkan cenderung miskin, semakin diperparah

dengan berbagai kebijakan-kebijakan yang menekan tersebut. Kondisi-kondisi

semacam inilah yang pernah dirasakan oleh rakyat Indonesia semasa

pemerintahan kolonial Belanda. Kondisi ini juga terjadi ketika munculnya suatu

kebijakan ekonomi yang disebut sebagai kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek

(1864-1867).7 Kebijakan ini yang menjadi salah satu dari kebijakan-kebijakan

6 Kerugian yang dirasakan oleh rakyat terutama dalam bidang pendidikandan administrasi pengadilan yang pengeluarannya ditekan habis untuk menutupibiaya administrasi ekspor hasil-hasil tanaman paksa.

7 Sistem keuntungan bersih Belanda (surplus pajak ) dari negeri jajahanyang masuk ke kas negeri induk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

6

ekonomi yang belum banyak diangkat dalam historiografi Indonesia yang dalam

prosesnya menjadi bagian penting dalam periode pelaksanaan Tanam Paksa.

Politik praktis Belanda untuk mendapatkan keuntungan ekonomi sebesar-

besarnya, tercermin dalam pelaksanaan Batig Slot Politiek yaitu kebijakan

keuntungan bersih Belanda yang didapat dari surplus pajak di negeri jajahan

dalam hal ini adalah surplus dari pajak Tanam Paksa. Sistem dari kebijakan ini

dijalankan melalui sistem bagi hasil dari surplus yang didapat dari intensifikasi

Tanam Paksa. Sistem bagi hasil ini dibagi untuk wilayah jajahan khususnya Jawa

dan negeri induk Belanda. Kebijakan ini juga merupakan bagian dari sistem

kesatuan ekonomi keuangan pemerintah kolonial Belanda yang disahkan melalui

suatu peraturan pemerintah yang bertujuan untuk semakin mengintensifkan

Tanam Paksa untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya melalui beberapa

peraturan-peraturan yang ada di dalamnya. Namun tujuan semula dari kebijakan

ini adalah untuk memperbaiki citra dari kolonial melalui sistem pembagian

surplus dari Tanam Paksa untuk tanah Jawa maupun negeri induk Belanda.

Sehingga dengan adanya sistem bagi hasil tersebut, pemerintah kolonial dapat

“meyelamatkan” nama mereka di dunia luar. Dapat dikatakan bahwa kebijakan

ini merupakan satu kesatuan dalam rangkaian pelaksanaan Tanam Paksa. Adanya

kesatuan ekonomi keuangan ini, justru menjadi penderitaan yang lebih bagi rakyat

Indonesia. Tidak hanya kekayaan ekonominya saja yang diambil, tetapi tenaga

kerja serta tanah yang menjadi milik mereka juga tetap diperas untuk

mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemerintah kolonial. Keuntungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

7

yang didapat pada prakteknya justru lebih banyak dipergunakan untuk

kepentingan negara induk.

Munculnya pemikir-pemikir liberal yang mencoba menekan eksploitasi

pemerintah kolonial, juga tidak berdampak lebih baik bagi kehidupan rakyat.

Inisiatif swasta untuk menekan ekploitasi pemerintah justru menjadi bibit

tumbuhnya sistem penjajahan baru, yaitu kapitalisasi swasta. Namun di sisi lain,

banyak juga para pemikir-pemikir kritis yang dengan tajam mengkritisi kebijakan

pemerintah ini yang dianggap mengabaikan kepentingan-kepentingan masyarakat

pribumi ini. Sayangnya, kritik-kritik ini pun hanya berhenti pada tataran teori saja,

sedangkan pada prakteknya, tidak memberikan hasil yang berarti.

Sistem kesatuan ekonomi ini mulai dilaksanakan pada tahun 1864 ketika

diterimanya Comtabiliteits wet (peraturan pemerintah) yang menekankan bahwa

anggaran belanja pemerintah kolonial di daerah jajahan ditentukan oleh Undang-

Undang negeri induk sehingga ada suatu bentuk pengawasan dari negeri badan

legislatif di Belanda. 8 Keluarnya peraturan ini, menjadi acuan pokok pemerintah

kolonial Belanda untuk semakin melegitimasi kekuasaannya atas kekayaan

ekonomi dari negeri jajahannya. Hal ini menjadi pembenaran atas politik

eksploitasi ekonomi Belanda karena berdasarkan pendapat umum, daerah-daerah

jajahan memang seharusnya memberikan keuntungan bagi negeri induk. 9 Namun

adanya peraturan ini juga sebagai pengatur untuk pelaksanaan sistem bagi hasil

8 Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, op.cit , hal. 11

9 Sartono Kartodirdjo. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : SejarahPergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme,jilid 2. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

8

antara wilayah jajahan dengan negeri induk. Sistem bagi hasil surplus ini mengacu

pada sistem kesatuan ekonomi kolonial Belanda dengan tanah Jawa yang telah

dikeluarkan.

Pada masa intensifikasi Tanam Paksa yang ditujukan guna memenuhi

neraca pendapatan dalam Batig Slot Politiek, banyak terjadi perluasan tanah-tanah

komunal dengan tujuan peningkatan hasil produksi. Pemerintah membebankan

penyediaan tanah dan tenaga kerja ke desa dengan alasan untuk memudahkan

penanganannya. Inipun dengan menambah lagi luas tanah yang digunakan untuk

Tanam Paksa dari 1/5 tanah meluas sampai ½ bahkan seluruh desa.10 Pemerintah

kolonial juga mulai menerapkan semacam dualisme sistem ekonomi di sini yang

mana mereka kembali menerapkan sistem sewa tanah melalui usaha peningkatan

jumlah penduduk yang memiliki tanah sendiri.11 Hal ini dilakukan sebagai upaya

dari pemerintah kolonial untuk meningkatkan penyediaan tanah untuk penanaman

tanaman ekspor, penyediaan tenaga kerja wajib, sekaligus tetap mendapatkan

pajak sewa tanah dari tanah individu tersebut yang tidak digunakan untuk

penanaman tanaman ekspor guna meningkatkan pemasukan.12 Hal ini dilakukan

10 Antonius Eko, “Perubahan Sosial Masyarakat Jawa Abad 19-20,” http://perubahan-sosial-masyarakat-jawa-abad-19-20.html (akses 19 April 2011)

11 Ibid.

12 Robert van Niel. 2003. Sistem Tanam Paksa Di Jawa. Jakarta : LP3ES.Hal. 26. Umumnya tanah-tanah yang diperluas menjadi milik individu inimerupakan tanah-tanah yang selama masa awal Tanam Paksa tidak dikenakanbeban sewa tanah atau dapat dikatakan merupakan tanah simpanan. Tanah inikemudian diperluas menjadi milik individu karena tuntutan untuk peningkatanproduksi Tanam Paksa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

9

guna meningkatkan surplus produksi tanaman ekspor demi memenuhi neraca

pendapatan Batig Slot Politiek.

Kondisi ini menjadikan rakyat semakin tidak berdaya. Mereka pada

akhirnya justru menjadi “buruh paksaan” di atas tanah mereka sendiri.

Memanfaatkan pola hidup masyarakat yang subsisten dan dikelilingi oleh tanah-

tanah yang sangat potensial serta tenaga kerja yang murah, pemerintah kolonial

dengan mudah dapat menerapkan berbagai kebijakan yang mengarah pada

keuntungan ekonomi sepihak yang pada akhirnya menghasilkan kekuatan

ekonomi yang tidak berimbang meskipun dijanjikan adanya sistem bagi hasil

untuk wilayah jajahan.

Keluarnya kebijakan ini pada dasarnya tetap mengacu pada sistem Tanam

Paksa. Akan tetapi kebijakan ini lebih difokuskan pada cara memberikan

keuntungan maksimal bagi negeri induk yang akan dipergunakan untuk

membiayai hutang-hutang pasca perang hegemoni perdagangan dan juga

membagi hasil tersebut untuk wilayah jajahan, salah satunya melalui

pembangunan sarana-sarana infrastruktur seperti jalur kereta api, irigasi, dan

sebagainya. Garis besar pelaksanaan kebijakan Batig Slot Politiek ini adalah

mengambil surplus pajak hasil produksi intensifikasi Tanam Paksa untuk

disalurkan ke kas negeri induk, yaitu di negeri Belanda dan wilayah jajahan

khususnya Jawa. Pada prosesnya nanti, kebijakan-kebijakan ini akan

memperlihatkan beberapa dampak bagi masyarakat Jawa.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, ada banyak hal yang menarik

untuk dapat diangkat sebagai kajian pokok dalam penulisan ini. Salah satunya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

10

yang kemudian menjadi kajian pokok penulisan ini adalah pembahasan mengenai

apa sebenarnya Batig Slot Politiek itu dan bagaimana jalannya kebijakan tersebut

dilaksanakan yang mana belum banyak ditulis atau dibahas. Penulisan ini

menetapkan periode waktu dari tahun1864-1867 karena pada masa tersebut

menjadi masa-masa yang dipenuhi dengan berbagai gejolak sosial, ekonomi,

bahkan politik di dalam wilayah pemerintahan kolonial Belanda khususnya Jawa.

Selain karena semakin kuatnya tekanan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial

terhadap kehidupan masyarakat pribumi dengan menjadikannya sebagai tenaga

kerja paksa dan pemaksaan terstruktur penyerahan hasil bumi yang berlebih ke

pemerintah kolonial, tekanan sebaliknya juga di dapatkan oleh pemerintah

kolonial sendiri. Berbagai tekanan dan kecaman dari berbagai pihak baik dari

dalam pemerintahan itu sendiri ataupun dari pihak luar, nyatanya akan

memberikan dampak tersendiri berkaitan dengan kebijakan ini.

Tahun 1864 merupakan tahun diterimanya Comptabiliteitswet atau

Peraturan Pemerintah yang menyatakan bahwa anggaran belanja di tanah Jawa

ditentukan berdasarkan undang-undang dari negeri induk. Inilah yang menjadi

penanda mulai diberlakukannya sistem kesatuan ekonomi kolonial Belanda

termasuk kebijakan Batig Slot itu sendiri. Pembenaran kebijakan Batig Slot

Politiek ini mengacu pada Peraturan Pemerintah tahun 1864 yang menyatakan

adanya kesatuan ekonomi kolonial Belanda dengan wilayah jajahan yaitu Jawa

yang dilakukan dengan pengawasan dari negeri induk. Kebijakan ini didasarkan

pada prinsip kesatuan politik antara negeri induk dengan negeri jajahan yang

mana mengharuskan adanya kesatuan keuangan. Hal ini dapat diartikan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

11

setiap keuntungan yang dihasilkan negeri jajahan, akan menjadi penghasilan atau

pemasukan bagi negeri Belanda.13 Namun juga dengan tetap memperhatikan

kepentingan wilayah jajahan di Jawa melalui pembagian surplus pendapatan. Oleh

karena itulah, maka kebijakan ini dimunculkan.

Sedangkan tahun 1867 merupakan tahun dimana Peraturan Pemerintah

dikeluarkan lagi dengan isi yang menyatakan bahwa sistem kesatuan ekonomi

kolonial Belanda dengan tanah Jawa harus dipisah. Hal ini dikarenakan pada

prakteknya, sistem bagi hasil ini justru lebih menguntungkan pihak kolonial

seperti untuk pembiayaan hutang-hutang yang terlalu besar. Selain itu juga

munculnya banyak tuntutan dan kritikan dari kaum liberal yang menyatakan

bahwa penghasilan negeri Belanda yang didapat dari negeri jajahan merupakan

suatu “hutang kehormatan”.14 Adanya desakan dan tuntutan ini, pemerintah mulai

melakukan pembenahan atas politik eksploitasi mereka. Maka pada tahun 1867,

mereka mengeluarkan kembali Comptabiliteitswet 1867 yang menyatakan adanya

pemisahan resmi kesatuan ekonomi keuangan kolonial Belanda dengan wilayah

jajahan, Jawa dan pemerintah kolonial juga harus mengembalikan penghasilan

negeri jajahan sejumlah yang telah diambil pemerintah kolonial. Setelah masa ini,

akan dimulai suatu periode baru sistem kolonialisme yaitu periode Politik Etis

atau politik balas jasa.

Tahun ini dapat dipandang sebagai masa-masa berakhirnya pengaruh

kebijakan Batig Slot Politiek, jika tidak dapat dikatakan sebagai akhir dari

13 Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 1314 Ibid, hal. 14. Ungkapan ini dinyatakan oleh van Deventer yang juga

mengungkapkan jumlah penghasilan yang diperoleh tanah jajahan dan jumlahyang harus dikembalikan oleh pemerintah kolonial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

12

kebijakan tersebut karena pada sejarahnya, praktek eksploitasi kolonial tetap

berlangsung dan berlanjut sampai pada akhir abad 19. Lebih jauh lagi, dengan

melihat perkembangan yang dimulai dari latar belakang munculnya kebijakan

Batig Slot Politiek sampai pada pelaksanaannya, akan dilihat pula dampak-

dampak yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan tersebut bagi masyarakat

Jawa pada khususnya.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian dan latarbelakang masalah di atas, dapat ditarik

beberapa permasalahan pokok penulisan mengenai Pelaksanaan Kebijakan Batig

Slot Politiek di Jawa pada periode 1864-1867, adapun permasalahan yang akan

dicoba dikaji dalam penulisan ini antara lain:

1. Bagaimanakah latar belakang munculnya kebijakan ekonomi Batig Slot

Politiek di Jawa?

2. Bagaimanakah jalannya pelaksanaan kebijakan ekonomi Batig Slot

Politiek di Jawa?

3. Bagaimanakah dampak pelaksanaan kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek

ini pada masyarakat Jawa selama periode 1864-1867?

C. Tujuan Penelitian

Penulisan Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Batig Slot Politiek Kolonial

Belanda Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Jawa Tahun 1864-1867 memiliki

beberapa tujuan, antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

13

1. Tujuan Akademis

Secara akademis penelitian ini bertujuan untuk dapat menjadi salah

satu dari sumber referensi sejarah bagi penelitian-penelitian sejarah

serupa dan dapat melengkapi kekayaan historiografi sejarah Indonesia

untuk dipergunakan sebagai salah satu acuan dalam pembelajaran

sejarah terutama dalam mempelajari sejarah Indonesia abad ke 19.

Selain itu, penulisan ini menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Sastra.

2. Tujuan Praktis

Secara praktis yang hendak dicapai melalui tulisan ini adalah

mengembangkan kemampuan mendeskripsi, menganalisa, dan

merekonstruksi suatu peristiwa masa lampau yang dirangkai berdasarkan

fakta-fakta terpilih untuk kemudian dijadikan dalam bentuk tulisan sejarah

atau historiografi yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pembelajaran

sejarah nasional Indonesia, sehingga dengan demikian pemahaman akan

sejarah nasional Indonesia dapat semakin mendalam.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengenalan,

latar belakang, serta dampak dari salah satu kebijakan yang diterapkan

dalam sistem Tanam Paksa, yaitu kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek

tahun 1864-1867. Selain itu dalam penelitian ini juga akan diperlihatkan

seperti apa pola-pola pelaksanaan kebijakan Batig Slot Politiek itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

14

Dengan demikian, dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat suatu

kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang

masyarakat, sehingga kebijakan yang dibuat akan tepat dan bermanfaat

bagi masyarakat luas.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat luas dalam memahami secara lebih jelas tentang jalannya

sejarah Tanam Paksa di Jawa melalui kebijakan-kebijakan yang

diterapkan. Hal ini dianggap sangat perlu karena selama ini masyarakat

dalam memahami sejarah Tanam Paksa hanya sepotong-potong dalam

artian hanya memahami dari gambaran luarnya saja, sedangkan berbagai

macam kebijakan yang menjadi bagian penting dalam sistem Tanam

Paksa seringkali tidak pernah dipahami bahkan tidak pernah diketahui

sebelumnya. Oleh karena itu penulisan ini perlu untuk dilakukan agar

masyarakat dapat memahami secara komprehensif tentang jalannya

proses sejarah khususnya sejarah Tanam Paksa di Jawa. Selain itu dengan

adanya penulisan ini, dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi

masyarakat agar dalam memandang setiap kebijakan yang diterapkan,

dapat memahaminya secara lebih kritis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

15

E. Tinjauan Pustaka

Pembahasan kebijakan ekonomi masa pemerintahan kolonial Belanda

Batig Slot Politiek yang dimunculkan pada periode waktu 1864-1867, memang

belum banyak dibahas atau ditulis secara khusus. Sebagian besar pembahasan

masih berkisar pada sejarah Tanam Paksa (1830-1870) dengan menempatkan

berbagai kebijakan yang ada di dalamnya, hanya sebagai bagian dari sistem

tersebut yang tidak terlalu mendapatkan porsi pembahasan yang banyak. Skripsi

berjudul Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Batig Slot Politiek Kolonial Belanda

Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Jawa Tahun 1864-1867 mencoba untuk

membahas perspektif lain dari Tanam Paksa yang juga menjadi bagian penting

dari sejarah Tanam Paksa tersebut. Skripsi ini secara khusus akan mengkaji

mengenai salah satu kebijakan yang terdapat dalam Tanam paksa yaitu kebijakan

ekonomi Batig Slot Politiek.

Oleh karena belum banyaknya sumber-sumber terutama sumber sekunder

yang membahas secara khusus mengenai Batig Slot Politiek, maka penulisan

skripsi ini menggunakan sumber utama buku-buku tentang Tanam Paksa yang

secara implisit membahas tentang kebijakan ini meski dalam porsi yang sedikit.

Buku-buku yang dijadikan sebagai acuan penulisan terdiri dari beberapa sumber

yang berbahasa Indonesia ataupun yang berbahasa asing seperti bahasa Inggris.

Adapun buku-buku yang dijadikan sumber acuan diantaranya Sistem

Tanam Paksa Di Jawa karya Robert van Niel yang diterbitkan oleh LP3ES tahun

2003 di Jakarta. Buku ini termasuk buku yang cukup lengkap dalam membahas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

16

Tanam Paksa. Buku ini menyajikan antara lain permasalahan tentang hubungan

antara sistem Sewa Tanah dengan Sistem Tanam Paksa, kebijakan pemerintah

sipil di Jawa pada masa-masa awal Tanam Paksa. Tema ini membahas lebih pada

struktur pemerintah sipil yang terlibat dalam proses Tanam Paksa dan juga

hubungannya dengan pemerintah pusat. Selain itu juga membahas mengenai

tenaga kerja yang digunakan dalam sistem Tanam Paksa berkaitan dengan jumlah

serta penyelidikan tentang kompensasi yang diterima oleh tenaga kerja tersebut.

Keunggulan dari buku ini adalah membahas Tanam Paksa mulai dari tahap

perencanaan sampai pelaksanaannya sehingga buku ini dapat dijadikan acuan

untuk memahami proses Tanam Paksa sebelum masuk ke kebijakan Batig Slot

Politiek. Namun sayangnya buku ini juga tidak membahas secara eksplisit

mengenai kebijakan-kebijakan khusus dalam Tanam Paksa sehingga tidak dapat

diketahui komponen-komponen penting yang turut menjadi bagian substansial

dalam Tanam Paksa. Selain itu juga tidak dideskripsikan secara rinci mengenai

dampak-dampak yang diakibatkan sistem Tanam Paksa terhadap masyarakat

Jawa.

Selain buku di atas, buku lain yang juga menjadi acuan dalam skripsi ini

adalah buku Sejarah Nasional Indonesia V karya Marwati Djoened Poesponegoro

dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh PN Balai Pustaka Jakarta. Buku

ini merupakan cetakan kelima yang di cetak pada tahun 1984. Buku ini memiliki

beberapa jilid, khusus jilid V ini membahas mulai dari transisi perpindahan

kekuasaan VOC ke pemerintah Belanda sampai pada zaman pergerakan nasional.

Buku ini membahas juga mengenai kebijakan Batig Slot Politiek dan latar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

17

belakang singkat mengenai kemunculannya. Inilah yang menjadi keunggulannya.

Namun sayangnya buku ini masih belum terlalu spesifik dalam membahas Batig

Slot Politiek, hanya berupa gambaran besarnya saja dan terkesan loncat-loncat

dalam memberikan penjelasan mengenai tema tertentu. Buku inipun hanya

mendeskripsikan dampak umum dari Tanam Paksa bukan dampak dari kebijakan

Batig Slot Politiek itu sendiri.

Buku ketiga yang juga dijadikan sebagai acuan dari penulisan ini adalah

Sejarah Ekonomi Indonesia yang disunting oleh Anne Booth, William

J.O’Malley, dan Anna Weidemann. Buku ini diterapkan oleh LP3ES (Lembaga

Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) tahun 1988. Buku ini

merupakan kumpulan dari berbagai artikel yang sebagian besar pernah disajikan

dalam sebuah konferensi dengan tema Sejarah Ekonomi Indonesia di Masa

Penjajahan Belanda yang diadakan di Australian National University pada bulan

Desember 1983.15

Dalam atikel-artikel yang disajikan dalam buku ini, mencoba untuk

memaparkan berbagai sudut pandang mengenai sistem ekonomi masa kolonial

Belanda di berbagai wilayah kekuasaannya. Beberapa pembahasan yang akan

sering ditemui dalam buku ini adalah pembahasan mengenai perkebunan dan

pertanian karena membahas kolonialisme ekonomi Belanda, tidak dapat

dilepaskan dari dua bidang perekonomian tersebut. Namun apabila dicermati,

sebagian besar penulis artikel-artikel tersebut cenderung membahas sistem

ekonomi yang ada di Jawa. Hal ini sangatlah wajar mengingat sejak semula

15 Anne Booth, William J.O’Malley, Anna Weidemann, op.cit, lihat padahalaman prakata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

18

pemerintah kolonial telah membidik Jawa sebagai ladang ekonomi yang sangat

menjanjikan sehingga tidak mengherankan apabila Jawa selalu mendapatkan

fokus yang agak lebih besar dari pemerintah kolonial. Begitu juga dengan

dampak-dampak dari pemberlakuan sistem ekonomi pemerintah kolonial Belanda,

Jawa cenderung memperlihatkan dampak secara lebih jelas dibandingkan dengan

wilayah-wilayah lain.

Namun sayangnya, buku ini cenderung hanya menyajikan data-data yang

bersifat kuantitatif, artinya sebagian besar hanya menyajikan data-data statistik

ekonomi saja. Dapat dikatakan bahwa pembahasan secara deskriptif-analitis

mengenai sejarah ekonomi kolonial Belanda ini masih kurang. Namun terlepas

dari itu semua, buku ini cukup membantu dalam memberikan keterangan-

keterangan mengenai perkembangan ekonomi masa pemerintahan kolonial

Belanda secara kuantitatif.

F. Landasan Pemikiran

Dalam setiap penelitian berbagai bidang ilmu, dapat dipastikan bahwa

tidak akan terlepas dari suatu landasan pokok yang menjadi acuan penelitiannya.

Landasan disini merupakan suatu panduan ataupun suatu dasar yang menjadi arah

akan dibawa kemanakah penelitian tersebut. Secara singkat dapat dikatakan

landasan tersebut merupakan teori. Teori-teori tersebut merupakan suatu alat

untuk dapat menjawab dalam setiap pertanyaan dan permasalahan yang hendak

dikaji dalam suatu penelitian sehingga dapat dikatakan bahwa teori-teori

merupakan sesuatu yang substansial dalam suatu penelitian. Menurut Miriam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

19

Budiardjo, teori merupakan suatu generalisasi yang abstrak mengenai beberapa

fenomena.16 Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa dalam menyusun suatu jawaban

umum atau generalisasi dari sebuah permasalahan, teori selalu berangkat dari

konsep-konsep. Konsep-konsep itu sendiri lahir atau muncul dari dalam pikiran

manusia sehingga bersifat abstrak. Namun demikian, dari sesuatu yang abstrak

tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah batu loncatan dalam menjawab sebuah

permasalahan yang dikaji dalam suatu penelitian.

Dalam penulisan skripsi berjudul Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Batig

Slot Politiek Kolonial Belanda Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Jawa Tahun

1864-1867 ini, akan nampak sekali bagaimanakah pemerintah kolonial Belanda

mencoba untuk memaksakan otoritas kekuasaannya di tanah Jawa melalui

kebijakan-kebijakan yang diciptakan. Melalui pemerintahan tradisional yang ada,

kekuasaan kolonial dalam bentuk kebijakan-kebijakan disosialisasikan kepada

rakyat yang berdampak pada kepatuhan rakyat terhadap pada pemegang otoritas

tersebut. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, skripsi ini akan mencoba melihat

sejauh mana otoritas pemerintah kolonial mampu mempengaruhi masyarakat

terutama dalam kaitannya dengan kemunculan kebijakan ekonomi Batig Slot

Politiek.

Dalam menjawab permasalahan di atas, kembali akan mengacu pada Teori

Kekuasaan yang ditekankan oleh Miriam Budiardjo. Kekuasaan merupakan suatu

kemampuan dari suatu individu atau kelompok untuk dapat mempengaruhi orang

lain terutama dalam tingkah lakunya, sehingga dengan demikian orang yang

16 Miriam Budiardjo. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta :PT.Gramedia. Hal. 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

20

dipengaruhi tersebut akan mencapai atau menuruti apa yang diinginkan oleh sang

pemilik kekuasaan.17 Salah satu bentuk kekuasaan yang penting adalah kekuasaan

politik yang seringkali digunakan dalam suatu pemerintahan tertentu.

Pengertiannya sendiri adalah sebagai berikut :

Kekuasaan Politik adalah “kemampuan untuk mempengaruhikebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri”18

Kekuasaan politik cenderung terfokus pada bagaimanakah cara memperoleh

kekuasaan secara penuh melalui negara sebagai suatu lembaga yang mampu

mengendalikan tingkah-laku sosial masyarakat. Singkatnya adalah bagaimana

suatu kekuasaan individu atau kelompok mencoba memanfaatkan pemerintahan

yang ada untuk dapat mempengaruhi masyarakatnya, dengan demikian akan

mempermudah mereka dalam memenuhi apa yang menjadi tujuan mereka.

Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui sebuah kebijakan yang dibentuk atau

telah dibentuk sebelumnya dengan mengatasnamakan negara atau pemerintah.

Melalui kebijakan tersebut, akan semakin mudah untuk memasuki ranah

masyarakat yang cenderung untuk mengikuti segala kebijakan yang telah

ditentukan oleh pemerintah mereka.

Pada masa kolonial sendiri, tujuan kedatangan mereka di tanah Jawa, pada

dasarnya adalah untuk memonopoli sektor ekonomi. Melihat begitu melimpahnya

kekayaan alam yang ada di tanah Jawa, menjadikan pemerintah kolonial Belanda

berusaha untuk mendapatkan pengaruh politik di wilayah tersebut. Terlebih ketika

pemerintah kolonial melihat bahwa sistem hidup di hampir seluruh tanah Jawa

17 Ibid, hal. 35

18 Ibid, hal. 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

21

masih sangat tradisional. Salah satunya ditandai dengan masih kuatnya sistem

feodal yaitu sistem dimana hak penguasaan tanah diserahkan kepada perantara

yaitu para bupati yang akan menerima hasil pertanian yang diolah atau dihasilkan

petani untuk kemudian diserahkan ke pusat, sedangkan para bupati tersebut akan

mendapatkan setengah dari hasil tersebut.

Ikatan tradisional yang diwujudkan dalam sistem feodal, menjadi pintu

bagi saluran penyediaan jasa terutama tenaga kerja yang lebih besar. Hasil yang

didapat pun sangat besar dan menguntungkan terutama bagi pemerintah, karena

sistem kehidupan masyarakatnya yang sederhana dan tidak mengenal adanya

modernisasi dalam hal ekonomi atau komersialisasi atas hasil pertaniannya tetapi

hanya berupa prinsip pertukaran. Sehingga oleh pemerintah dimanfaatkan untuk

meningkatkan penyediaan jasa yang lebih besar dari masyarakat yang justru

menjadi beban berat bagi masyarakat sendiri.

Hal ini yang menjadi semacam pemicu bagi kolonial untuk dapat

menguasai baik secara politik ataupun ekonomi, tanah Jawa. Mereka menguasai

jalannya pemerintahan lokal dengan semakin memperkuat feodalisme di tanah

Jawa melalui pemerintahan tidak langsung dimana kekuasaan para bupati

semakin dikuatkan. Selain itu, kolonial juga menjadikan alasan keunggulan dalam

teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki, sebagai “alat penawaran” untuk

dapat menguasai tanah Jawa, yaitu menjanjikan semacam kemudahan dalam

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, melalui keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh kolonial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

22

Demikianlah yang terjadi pada masa kolonial terutama pada masa Tanam

Paksa , bagaimana pemerintah kolonial pada masa itu mencoba memaksakan

keinginan ekonomi mereka dengan menggunakan kekuasaan mereka dan

memanfaatkan pemerintahan tradisional yang ada dengan membentuk suatu

kebijakan yang diharapkan mendapat kepatuhan dari masyarakatnya. Dalam

konteks ini yang akan dikaji adalah bagaimanakah kekuasaan pemerintah kolonial

melalui kebijakan ekonomi Batig Slot Politieknya dapat mempengaruhi dan

berdampak pada masyarakat Jawa.

Selain teori kekuasaan di atas, penelitian ini juga akan menggunakan Teori

Politik Revolusioner (Karl Marx). Dalam teori ini menyatakan bahwa

perkembangan kapitalisme berjalan dengan cara memproduksi komoditas dengan

nilai dan harga yang cukup untuk mendapatkan tenaga kerja dan kapital yang

sama seperti semula sekaligus menghasilkan tenaga kerja dan kapital yang lebih,

inilah yang dinamakan dengan surplus.19 Surplus inilah yang dapat dipergunakan

untuk berbagai kepentingan meningkatkan investasi yang bermuara pada

akumulasi modal. Teori ini akan mencoba menjelaskan bagaimanakah

kapitalisasi swasta dapat berkembang pesat di Jawa, sehingga memunculkan

istilah kapitalisasi kolonial.

G. Metode Penelitian

Metode sejarah pada hakekatnya merupakan hal yang sangat penting

dilakukan dalam suatu penelitian sejarah. Metode sejarah akan sangat membantu

19 James A.Caporaso, David P.Levine. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 161-162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

23

dalam menemukan dan menganalisis berbagai macam bahan sumber dan data-data

yang penting dalam memperoleh jawaban dari permasalahan yang menjadi kajian

pokok penelitian. Metode sejarah merupakan suatu proses menguji dan

menganalisis secara kritis rekaman-rekaman dan peninggalan masa lampau.20

Metode ini merupakan suatu proses untuk merekonstruksi segala peristiwa yang

terjadi di masa lampu untuk disusun kembali dalam sebuah historiografi yang

dapat bermanfaat di masa depan terutama dalam pembelajaran sejarah.

Penulisan skripsi Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Batig Slot Politiek

Kolonial Belanda Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Jawa Tahun 1864-1867 ini

akan menggunakan metode deskriptif-analitis melalui beberapa tahap atau

langkah-langkah pengumpulan sumber dan data. Sumber-sumber atau data-data

tersebut kemudian akan diolah dan dianalisis.

Langkah-langkah atau metode yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan melakukan studi pustaka sumber-sumber sekunder yaitu mencari

buku-buku, dokumen-dokumen tertulis atau referensi-referensi yang berkaitan

dengan topik penelitian atau yang disebut dengan istilah proses heuristik. Dari

sumber-sumber bacaan tersebut kemudian akan dilakukan pembacaan awal atau

pre elementary reading yaitu pembacaan seputar topik penelitian. Selanjutnya dari

pembacaan awal tersebut, akan dilakukan kritik sumber yaitu penyeleksian

sumber-sumber penelitian yang benar-benar relevan dengan topik penelitian.

20 Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta : Penerbit UniversitasIndonesia. Hal. 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

24

Selanjutnya adalah interpretasi dari beberapa metode penelitian yang telah

dilakukan di atas. Interpretasi ini mencoba untuk mengurai data-data dan fakta

yang ditemukan selama tahap pengumpulan sumber di atas. Interpretasi ini yang

akan dijadikan pegangan atau arah yang akan menentukan tujuan dari penelitian

ini, akan dicari kebenarannya melalui analisis-analisis selama penelitian.

Selanjutnya adalah analisis data yaitu mengolah data-data yang didapat dari

sumber-sumber yang ditemukan. Dari analisis ini kemudian akan dicari

pembuktian-pembuktian yang akan mengarah pada interpretasi yang telah ada

sebelumnya atau justru mematahkannya. Setelah pembuktian-pembuktian

tersebut, kemudian dibuatlah kesimpulan akhir dari penelitian tersebut.

Kesimpulan akhir dari penelitian ini berupa historiografi atau penulisan sejarah

yaitu proses rekonstruksi peristiwa-peristiwa masa lampau yang berdasarkan pada

pengujian dan analisis data-data yang telah diperoleh.

Dalam penulisan ini, menggunakan pendekatan sosio-ekonomi dalam

memahami pelaksanaan kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek 1864-1867 serta

dampaknya bagi masyarakat Jawa. Pendekatan sosio-ekonomi dipilih karena

sekali lagi melihat bahwa tujuan pokok dari kolonialisme Belanda adalah

eksploitasi ekonomi negara jajahan sehingga sangat perlu melihat kembali apa

yang menjadi tujuan pokok kolonialisme tersebut karena akan mempermudah

dalam menganalisis munculnya kebijakan Batig Slot Politiek ini. Dari

permasalahan ekonomi tersebut kemudian ditarik ke dalam permasalahan sosial

dalam hal ini adalah masalah bagi masyarakatnya. Dalam skripsi ini akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

25

dijelaskan dampak secara menyeluruh bagi masyarakat setelah diberlakukannya

kebijakan Batig Slot Politiek tersebut.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi yang mengkaji mengenai Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Batig

Slot Politiek Kolonial Belanda Dan Dampaknya Bagi Masyarakat Jawa Tahun

1864-1867 ini akan dibagi menjadi 5 bab, dengan pembagian seperti berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah,

permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, landasan pemikiran, dan sistematika penulisan.

Bab II pembahasan mengenai latar belakang munculnya Batig Slot

Politiek pada tahun 1864-1867. Pembahasan ini akan dimulai dengan

mendeskripsikan kondisi atau situasi-situasi yang terjadi di negeri induk Belanda.

Selain itu juga akan di bahas juga mengenai kondisi di tanah Jawa sendiri pada

masa itu serta berbagai kebijakan yang pernah diterapkan di sana seperti Sistem

Sewa Tanah Raffles (1811-1816) yang akan berkaitan kemudian hari dengan

sistem Tanam Paksa van de Bosch yang diperkenalkan pada tahun 1830 yang

kemudian mengarah pada munculnya kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek 1864-

1867.21

Bab III pembahasan mengenai jalannya pelaksanaan kebijakan ekonomi

Batig Slot Politiek tahun 1864-1867 di Jawa. Pembahasan ini akan diawali dengan

21 Robert van Niel, op.cit, hal. 2-3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

26

diterimanya Comptabiliteitswet atau Peraturan Pemerintah dari negeri induk tahun

1864 yang mengisyaratkan adanya sistem kesatuan ekonomi kolonial Belanda

dengan daerah jajahan dalam hal ini kesatuan dengan negeri induk. Selain itu

selama pelaksanaan kebijakan tersebut, di Eropa sendiri sedang berkembang

gagasan-gagasan liberalisme sejak tahun 1830an. Oleh karena itu, dalam bab ini

juga akan dilihat, bagaimanakah kebijakan ini dijalankan bersamaan dengan

berkembangnya gagasan liberalisme dan apakah perkembangan tersebut memiliki

implikasi terhadap kebijakan itu sendiri.

Bab IV pembahasan mengenai pemisahan sistem kesatuan ekonomi

kolonial Belanda melalui Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan pada tahun 1867

yang juga merupakan tahun berakhirnya Batig Slot Politiek. Selama tiga tahun

masa pelaksanaan kebijakan tersebut yaitu dari tahun 1864-1867, akan dilihat

seperti apakah dinamika yang terjadi di masyarakat Jawa. Selain itu juga akan

menganalisis serta membahas dampak-dampak yang ditimbulkan akibat

munculnya kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek bagi masyarakat Jawa secara

keseluruhan dalam berbagai segi kehidupannya selama tiga tahun masa

pelaksanaan kebijakan tersebut.

Bab V akan dibuat sebuah kesimpulan akhir dan penutup dari skripsi ini

yang akan mencoba merangkum secara lebih jelas dan singkat tentang

keseluruhan hasil studi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

27

BAB II

DUALISME POLITIK TANAM PAKSA DAN MUNCULNYAKEBIJAKAN BATIG SLOT POLITIEK DI JAWA

Sejak awal Abad ke-19, tanah Jawa telah menjadi salah satu sentra

produksi pertanian yang sangat menjanjikan tepatnya sejak awal masa kolonial.

Hal ini tidak terlepas dari perkembangan tanah Jawa sebagai daerah agraris yang

sangat subur. Kenyataan ini yang berhasil dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial

untuk memperoleh sumber ekonomi yang besar dengan memanfaatkan

pemerintahan lokal yang ada. Sistem feodal yang telah ada sebelumya, pada

prakteknya tetap berjalan dan cenderung menguat meskipun berusaha ditutupi

dengan kampanye-kampanye ide liberalisme. Definisi kebebasan yang tertuang

dalam ide liberalisme hanyalah definisi menurut pemerintah semata, sedangkan

pada prakteknya, rakyat tetap saja tidak mendapatkan kebebasan yang

sesungguhnya atau yang diharapkannya.

Kesuburan dan potensi alam yang melimpah di tanah Jawa pada masa

tahun 1830an, tidak dapat diimbangi dengan peningkatan angka kemakmuran

masyarakat pribumi. Namun justru sebaliknya, derajat kemakmuran rakyat justru

semakin turun dan menempatkan mereka sebagai objek eksploitasi oleh

kepentingan pemerintah kolonial bahkan ketika ide-ide liberalisme gencar

diserukan. Hal ini kemudian semakin diperparah dengan adanya beberapa

kebijakan dalam sistem kolonial yang kemudian menjadi beban tersendiri bagi

masyarakat sekaligus memberikan dampak yang luas bagi mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

28

A. Intensifikasi Sistem Tanam Paksa dan Menguatnya Liberalisme di Jawa

Tahun 1830 merupakan suatu periode penting dalam sejarah kolonialisme

di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Pada masa tersebut ide-ide baru mengenai

pola sistem kolonialisme di daerah jajahan Belanda mengalami sedikit perubahan.

Periode tersebut diwarnai dengan berkembangnya ide-ide liberalisme seiring

semakin menguatnya liberalisme di daratan Eropa yang menyebar sampai ke Asia

Tenggara khususnya Indonesia.22 Liberalisme dalam konteks ekonomi, melarang

adanya campur tangan dari pemerintah. Hal ini dikarenakan permasalahan

ekonomi menyangkut mengenai derajat kemakmuran dari masing-masing individu

yang bebas ditentukan sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Seiring dengan

hal tersebut, tuntutan kemajuan teknologi, ekonomi, perdagangan atupun industri

menjadi semacam suatu keharusan dengan berlandaskan pada kebebasan bagi

setiap individu untuk berkembang tanpa campur tangan berlebih dari pihak

manapun khususnya pemerintah.

Demikian juga, pada awal tahun 1830an atau yang kemudian lebih dikenal

dengan periode Sistem Tanam Paksa, dimulailah masa-masa panjang kolonialisme

yang memiliki sedikit corak berbeda dengan sistem kolonial terdahulu yaitu

diawali dengan munculnya banyak tokoh-tokoh liberal progresif yang cukup

berpengaruh dalam menciptakan kebijakan-kebijakan baru dalam proses

22 Liberalisme atau liberal merupakan suatu ideologi atau paham yangmengutamakan nilai kebebasan. Dalam konteks ekonomi, pemerintah ataupunagama tidak dapat campur tangan dalam masalah ekonomi karena permasalahanekonomi merupakan masalah kemakmuran yang ditentukan sendiri oleh masing-masing individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

29

kolonialisme di daerah jajahan khususya Jawa, serta lahirnya berbagai macam

kebijakan-kebijakan yang cukup berpengaruh. Namun masa Sistem Tanam Paksa

tersebut juga menjadi masa pemerasan tenaga kerja secara intensif dan terstruktur.

Wilayah yang menjadi sorotan utama sekaligus yang memiliki dampak cukup

besar adalah Pulau Jawa. Dipilihnya Pulau Jawa sebagai wilayah utama

pelaksanaan Sistem Tanam Paksa ini disebabkan karena pemerintah kolonial

dengan cermatnya berhasil melihat berbagai potensi alam maupun potensi sumber

daya manusianya yang sangat melimpah.

Seperti diketahui bahwa sejak tahun 1750, wilayah kekuasan Barat yang

terdiri dari Inggris dan Belanda, semakin meluas di kepulauan Nusantara yang

terbagi dalam tiga wilayah. Wilayah pertama terdiri dari Pulau Sumatra dan

Kalimantan. Wilayah ini kekuasaan Barat tidak terlalu berpengaruh pada

kehidupan pribumi. Wilayah kedua adalah kepulauan bagian Timur dimana

kekuasaan Barat lebih kuat tetapi hanya sebatas bersifat menindas dan bukan

memberikan perubahan ataupun kemajuan yang berarti. Wilayah ketiga atau

wilayah terakhir adalah Pulau Jawa. Pulau Jawa inilah yang kemudian menjadi

sentra kekuasaan kolonial yang sangat kuat karena wilayah ini dipandang sebagai

wilayah yang sangat menjanjikan terutama dari segi geografis, sumber daya alam,

dan sumber daya manusianya.

Dalam wilayah ini, pengaruh kolonial sangat kuat dan dijadikan sebagai

sentra produksi ekonominya. Tidak mengherankan apabila di Jawa perkembangan

teknologi produksi, perubahan sosial dan ekonomi, sangat pesat meskipun tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

30

penindasan juga sangat besar di wilayah ini. Selain itu, wilayah ini memiliki

sejarah panjang kolonialisme yang sangat berpengaruh.

Politik kolonial Belanda pada prinsipnya menekankan pada keinginan

untuk terus mendapatkan keuntungan dari apa yang dihasilkan oleh negeri

jajahan. Akan tetapi seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang

semakin maju, maka pemerintah kolonial juga menghendaki adanya perubahan-

perubahan yang lebih progresif dalam sistem kolonial mereka. Ada semacam

keinginan yang menghendaki adanya perubahan dalam birokrasi pemerintahan

yang lebih modern. Artinya bahwa pemerintahan harus dapat menciptakan

susunan masyarakat yang lebih birokratis, terorganisir dan terpolakan dengan rapi

serta ada kekuatan berimbang di dalamnya yang berbasis kerakyatan.23 Apa yang

terjadi kemudian tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan apa yang telah

direncanakan. Sifat alami kolonial yang ingin selalu menguasai, pada akhirnya

menyebabkan rencana-rencana ini tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Kekuatan yang berimbang yang diharapkan terwujud di dalam masyarakat, pada

kenyataanya tidak terjadi. Sebaliknya, keterlambatan dalam kemajuan terutama

dalam hal intelektualitas lah yang terjadi.

Tidak terbantahkan jika seiring dengan perkembangan zaman dan

modernitas, maka sistem kolonial yang diterapkan di negeri jajahan pun berubah

dan cenderung semakin intensif. Sedangkan kondisi masyarakat negeri jajahan

23 Jan Breman. 1986. Penguasaan Tanah Dan Tenaga Kerja,Jawa di MasaKolonial. Jakarta : LP3ES. Hal. 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

31

sendiri tidak mengalami perubahan yang signifikan, dalam artian perubahan ke

arah yang lebih baik dan maju. Kecenderungan yang terjadi adalah kenyataan

bahwa masyarakat masih hidup di bawah tekanan kekuasaan kolonial yang

semakin kuat. Hal ini dilakukan demi memenuhi apa yang menjadi tujuan dari

kolonialisme itu sendiri yaitu menjadikan negara jajahan sebagai sumber

penghasilan bagi negara induk terutama karena negara jajahan tersebut memiliki

sumber daya-sumber daya yang sangat potensial.

Apa yang terjadi kemudian adalah keterlambatan dalam perkembangan

kehidupan masyarakat, baik secara materi maupun pendidikan mereka.

Masyarakat sengaja dibuat untuk lebih banyak menghabiskan tenaga serta waktu

mereka untuk bekerja bagi kolonial. Ini mengakibatkan masyarakat tidak memiliki

waktu atau sengaja tidak diberikan kesempatan memiliki waktu untuk

mengembangkan diri mereka dalam bidang lain, terutama dalam hal ekonomi

ataupun intelektualitasnya.24 Akibatnya mereka terlambat menuju arah

modernisasi, terutama sistem yang digunakan kolonial justru semakin menguatkan

sistem feodal dengan memanfaatkan sistem atau tradisi lokal yang ada.25

Kelemahan-kelemahan masyarakat inilah yang dimanfaatkan oleh penguasa

kolonial untuk semakin menguatkan tujuan mereka di negeri jajahan khususnya

Hindia-Belanda.

24 Hal ini berkaitan dengan masalah pendidikan. Pendidikan bagi kaumpribumi sangat dibatasi oleh pemerintah kolonial khususnya bagi masyarakatkelas menengah ke bawah.

25 Sartono Kartodirdjo. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium,jilid 1. Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama. Hal. 297

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

32

Masyarakat Jawa pada masa tahun 1800an masih menerapkan sistem

hidup yang sangat sederhana atau yang sering disebut dengan sistem hidup yang

subsisten. Artinya bahwa masyarakat melakukan aktifitas ekonominya seperti

bertani yang merupakan mata pencaharian utamanya, hanya untuk mencukupi apa

yang menjadi kebutuhan hidupnya sehari-hari tanpa ada tujuan komersialisasi di

dalamnya. Sistem hidup ini berbasis pada sifat komunal dan gotong-royong antar

anggota masyarakat. Hampir tidak nampak adanya sifat komersial yang

berlebihan dari kehidupan ekonomi masyarakat Jawa tersebut terlepas dari adanya

kekuasaan kolonial di dalamnya. Kekuasaan kolonial yang semakin memaksa

demi keuntungan ekonomi sebanyak-banyaknya bagi kolonial, menjadikan serta

menempatkan masyarakat sebagai objek yang menguntungkan bagi politik

eksploitasi kolonial Belanda.

Objek penting yang sebenarnya menjadi pokok persoalan yang terjadi pada

masa kolonial adalah tanah yang menjadi aset ekonomi yang cukup menjanjikan

pada masa itu. Terlebih tanah-tanah yang berada di Jawa merupakan tanah yang

dinilai sangat potensial karena kesuburannya dan luas wilayahnya. Tidak

mengherankan jika kemudian Jawa menjadi salah satu wilayah sentra produksi

utama pemerintah kolonial. Berbagai macam hasil pertanian yang

menguntungkan, telah dihasilkan oleh tanah Jawa. Tercatat sejak Abad ke-19,

Pulau Jawa telah menghasilkan beberapa hasil bumi yang sangat diandalkan.

Sesudah tahun 1815, hasil bumi seperti kopi, gula, dan nila yang merupakan hasil

bumi yang sangat laku di pasaran, mengalami peningkatan yang cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

33

signifikan.26 Hasil yang melimpah ini sangat menguntungkan dalam ekspornya.

Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pemerintah kolonial semakin

mengintensifkan kekuasaan mereka di Jawa.

Namun berbagai keuntungan alam yang dihasilkan ini, tidak hanya

didukung pada baiknya sumber daya alamnya saja, tetapi yang juga menjadi

faktor penting di sini adalah ketersediaan sumber daya manusianya yang sangat

potensial. Seperti diketahui bahwa faktor fisik atau tenaga merupakan salah satu

faktor produksi yang substansial bagi kolonial. Untuk menghasilkan jumlah

produksi yang besar sekaligus menguntungkan, maka faktor tenaga kerja

merupakan peran mutlak yang akan sangat menentukan dan mutlak harus ada.

Dalam lingkungan desa terutama masyarakat agraris Jawa, tanah dan

tenaga merupakan modal pokok bagi produksi pertanian. Pada masa tahun 1800,

struktur agraris masyarakat pedesaan mencerminkan pengaruh yang sangat kuat

dari kekuasaan feodal dimana untuk mendapatkan hasil maksimal produksi

pertanian, para penguasa seperti raja, pemegang apanagenya27, para bupati, dan

pembantu-pembantunya, melakukan penekanan yang lebih intensif kepada

petani.28 Hal ini ditambah dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa kehidupan

masyarakat pedesaan masih sangat tradisional, dimana sistem ekonominya masih

menerapkan sistem ekonomi subsisten. Kehidupan masyarakat menekankan pada

hubungan komunal dan solidaritasnya masih didasarkan pada “perasaan”,

26 Anne Booth,William J.O’Maley,Anna Weidemann, op.cit, hal. 165

27 Apanage merupakan tanah lungguh yang diberikan oleh raja kepadapangreh raja sebagai gaji atau upah mereka.

28 Sartono Kartodirdjo, op.cit, hal. 296

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

34

sehingga kehidupan gotong-royong di sana masih sangat kuat dan bukan

ditekankan pada masalah materi, padahal ikatan seperti inilah yang akan menjadi

sumber kesengsaraan mereka di bawah penguasaan kolonial . Berdasarkan ikatan

ini, maka banyak usaha atau produksi yang tidak menekankan pada masalah uang

atau upah tetapi diganti dengan bantuan jasa tenaga kerja sebagai prinsip

pertukaran.

Secara kuantitatif jumlah penduduk di Jawa terhitung sangat banyak

apabila dibandingkan dengan wilayah lain. Pada tahun 1815, Raffles mencatat

jumlah pertambahan penduduk di Jawa khususnya Jawa-Madura mencapai

4.499.250 jiwa. Jumlah ini terus bertambah di tahun-tahun sesudahnya. Pada

tahun 1860 terjadi peningkatan yang sangat tajam yaitu sekitar 2,4 % per tahun

atau dalam kisaran angka sekitar 12.514.262 jiwa. Tahun 1880, jumlah penduduk

Jawa meningkat menjadi 22 juta jiwa dengan presentasi kenaikan rata-rata 2,6 %

per tahun. Peningkatan juga terjadi pada tahun 1890 yang mencapai 23.609.312

jiwa, sedangkan jumlah penduduk di luar pulau Jawa hanya sekitar 10 juta jiwa

saja.29 Dari data-data ini menunjukkan bagaimanakah laju pertumbuhan penduduk

Jawa yang cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Adanya

peningkatan yang terus-menerus ini, memberikan beberapa keuntungan bagi

pemerintah kolonial yaitu tersedianya sumber tenaga kerja yang banyak dan

murah sehingga tidak terlalu diperlukan lagi untuk mencari tenaga kerja dari

29 Parakitri Tahi Simbolon, “Menjadi Indonesia,”http://books.google.com/books?id=Ii4_gLKFsMYC&pg=PA177&lpg=PA177&dq=jumlah+penduduk+Jawa+pada+tahun+1800an&source=bl&ots=WBZJnpDZdb&sig=3gi5TdUvoL4g0OM3ckrjv-HjvVM&hl=en&ei=FKG-Ta_rM4uKvgOnnPTFBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=5&ved=0CDcQ6AEwBA#v=onepage&q&f=false (akses 28 April 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

35

tempat lain. Meskipun demikian, pada akhirnya nanti ledakan jumlah penduduk

ini juga menyebabkan masalah lain bagi kolonial yang akhirnya mendorong

mereka untuk membuat suatu kebijakan yang cukup berpengaruh pada masa itu.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial pada masa

awal 1830an, mulai menampakkan pengaruh ide liberalisme di dalamnya. Hal ini

tidak terlepas dari semakin menguatnya liberalisasi di Eropa, khususnya pada

masa Revolusi Industri.30 Beberapa tokoh dari negeri Belanda sendiri, telah mulai

terpengaruh oleh gagasan ini. Mereka mengusulkan politik kolonial baru yang

didasarkan pada prinsip kebebasan dan kesejahteraan umum bagi masyarakat.

Beberapa diantara mereka adalah Dirk van Hogendrop. Dirk van Hogendorp

(1799-1808) salah seorang anggota komisi untuk urusan di daerah jajahan,

memandang bahwa sistem feodal telah mematikan kesempatan bagi rakyat untuk

dapat berusaha sendiri dan telah menjadi penyebab keterbelakangan ekonomi

rakyat. Disini ia mengusulkan agar pemilikan serta penguasaan tanah sebagai

sumber pemerasan untuk dicabut dan rakyat diberikan tanahnya sendiri untuk

dapat ditanami dengan tanaman yang dikehendaki. Sebagai ganti dari penyerahan

wajib, diadakannya pajak yang berupa hasil bumi atau uang. Menurut

pemikirannya dengan rakyat diberikan kebebasannya sendiri dalam berusaha,

maka hal ini justru akan mendorong mereka untuk menghasilkan lebih banyak

30 Yayuk Endang Irawati, “Perkembangan Ekonomi Kolonial dan PekerjaAnak Di Hindia-Belanda 1870-1930an,” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Gadjahmada, Yogyakarta, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

36

lagi dan juga akan berdampak pada peningkatan produksi ekspor yang akan

menguntungkan bagi pemerintah kolonial sendiri.31

Berbagai kebijakan bagi negeri jajahan mulai diberlakukan di tanah Jawa.

Kebijakan-kebijakan ini lebih difokuskan pada permasalahan ekonomi karena

sesuai dengan tujuan semula mereka yaitu untuk mendapatkan sumber-sumber

ekonomi yang besar untuk menutupi pembiayaan pasca perang. Akan tetapi, apa

yang disebut kebijakan oleh pemerintah kolonial tidaklah memiliki substansi

suatu kebijakan yang seharusnya. Hal ini dikarenakan, kebijakan-kebijakan yang

mereka terapkan justru hanya untuk kepentingan kolonial semata, sementara

kepentingan masyarakat pribumi yang menjadi sesungguhnya menjadi

tanggungjawab mereka, seolah-olah dikesampingkan. Mereka sesungguhnya

menghendaki adanya suatu administrasi pemerintah yang terorganisir sehingga

dapat menjamin adanya surplus sebesar-besarnya.

Kebijakan yang mencerminkan adanya semangat liberalisme serta kebebasan,

diawali pada masa Sistem Sewa Tanah yang dicetuskan oleh Gubernur Jenderal

Thomas Stamford Raffles (1811-1816) yang menggantikan kepemimpinan

Daendels. Di bawah kepemimpinannya, ia menerapkan tiga azas yang menjadi

landasan Sistem Sewa Tanah, yaitu:

1. Menghapus segala bentuk penyerahan paksa hasil bumi dengan harga yang

tidak pantas, serta penghapusan segala bentuk kerja paksa dan

membebaskan rakyat dalam proses penanaman serta perdagangan.

31 Keuntungan yang didapat adalah pendapatan dari sewa tanah serta dengankebebasan yang diberikan kepada rakyat, akan semakin mendorong rakyat untukmeningkatkan jumlah penanaman yang akan berdampak pada meningkatnya hasilekspor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

37

2. Pengawasan akan dilakukan langsung oleh pemerintah atas tanah dengan

menarik pendapatan dan biaya sewa tanpa melalui perantara (bupati).

3. Menyewakan tanah yang diawasi oleh pemerintah kepada rakyat dalam

jumlah besar atau kecil dan dalam batas waktu tertentu 32

Tiga azas tersebut dilandasi oleh tema besar semangat liberal pada masa itu

hendak mewujudkan kebebasan dan kepastian hukum. Kebebasan yang hendak

dicapai disini adalah kebebasan dalam menanam dan berdagang bagi rakyat serta

kebebasan produksi untuk ekspor yang selama ini tidak penah didapat. Hal ini

dilandasi juga oleh perkembangan kapitalisme di Eropa dengan permintaan akan

bahan mentah yang melonjak naik 33.

Dalam sistem ini, Raffles hendak menerapkan sistem kolonial seperti

yang dijalankan di India34. Ia mencoba untuk memajukan tanah Jawa khususnya

dalam perekonomiannya melalui peningkatan produktivitasnya tetapi sekaligus

juga menguntungkan bagi pihak tenaga kerja. Landrent-system dimana dalam

sistem ini pemerintah atau gubermen, menjadi pemilik tanah yang menyewakan

tanah kepada rakyat untuk dikelola dengan bebas, secara konseptual, kebijakan ini

memang memihak pada kesejahteraan rakyat dengan memberikan kebebasan

32 Prajudi Atmosudirdjo. 1984. Sejarah Ekonomi Indonesia, Dari SegiSosiologi Sampai Akhir Abad XIX (Disadur dari buku karya D.H Burger). Jakarta :Pradnya Paramita. Hal. 143

33 Soediono M.P Tjondronegoro,Gunawan Wiradi. 2008. Dua AbadPenguasaan Tanah,Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa keMasa. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Hal. 38

34 Ia melihat bahwa negara jajahan Inggris selalu maju dibandingkannegara jajahan Belanda, hal ini dikarenakan Inggris memperlakukan negarajajahan lebih sebagai negara pemasaran industrinya dengan cara memakmurannegara jajahan tersebut. Hal ini juga yang ingin diterapkan di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

38

mengelola tanah dan jenis tanamannya dengan posisi sebagai penyewa. Raffles

juga menghapus sistem kontingenten (upeti atau penyerahan wajib) bagi

pembesar-pembesar pribumi. Namun bagaimanapun juga, sistem ini tetap

menguntungkan pihak pemerintah sendiri yaitu semakin beragamnya hasil ekspor

yang meningkat dan pendapatan yang semakin besar yang di dapat dari pajak

tanah atau tanah sewaan tersebut.

Namun Sistem Sewa Tanah yang mencirikan ide kebebasan sekaligus

modernisasi tersebut, harus berakhir. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa

faktor yang salah satunya dipengaruhi oleh kultur masyarakat Jawa itu sendiri

yang masih terikat kuat dengan sistem tradisional dan masih menggantungkan

hidup mereka dari apa yang dihasilkan tanah mereka, artinya kehidupan agraris

masih menjadi suatu pola utama kehidupan mereka sehingga sulit untuk dapat

menerima perubahan-perubahan baru. Beberapa diantaranya adalah sistem uang

yang diperkenalkan Raffles serta kemajuan-kemajuan dalam industri.

Berakhirnya Sistem Sewa Tanah juga diwarnai dengan masih berlanjutnya

pertentangan dan perdebatan internal pemerintah kolonial mengenai sistem

kolonial yang sesuai untuk diterapkan di daerah jajahan. Sistem Sewa Tanah yang

mencirikan ide-ide liberalisme tersebut, ditentang oleh kaum konservatif yang

cenderung berpihak pada cara-cara lama yang digunakan oleh VOC. Mereka

menghendaki agar sistem feodal yang selama ini dijalankan untuk tetap

dipertahankan. Adanya sistem feodal ini yang memanfaatkan struktur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

39

pemerintahan lokal ini, maka arus barang dan jasa yang didapat dari rakyat akan

tetap mudah diperoleh dalam bentuk tenaga kerja serta penyerahan wajib.35

Namun pada akhirnya semuanya dikembalikan lagi pada kondisi ekonomi

negeri induk dan terutama pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat Jawa itu

sendiri. Berdasarkan kondisi ekonomi yang semakin memburuk, maka tidak ada

jalan lain lagi selain tetap menjalankan politik konservatisme yaitu sistem dagang

sekaligus menjalankan sistem pajak. Negeri induk membutuhkan suatu jumlah

pemasukan yang besar untuk dapat menutupi segala beban ekonominya melalui

kolonialisme mereka di negeri jajahan, termasuk dengan menghasilkan surplus

sebesar-besarnya. Selain itu, sistem tradisional ini dianggap sistem yang paling

sesuai terutama melihat kondisi masyarakat Jawa pada masa itu yang telah

terbiasa dengan sistem feodal dan kesulitan yang akan dialami ketika masyarakat

yang cenderung masih tradisional, menerima perubahan-perubahan yang lebih

modern.

Melihat kondisi negeri Belanda yang lemah dalam industri dan perkapalan,

maka satu-satunya cara yang dapat dilakukan guna untuk tetap mendapatkan

keuntungan-keuntungan ekonomi, hanyalah dari bidang agraris. Oleh karena itu,

maka yang diperlukan adalah mengerahkan tenaga rakyat untuk menanam

tanaman ekspor yang menguntungkan untuk dipasarkan di pasaran Eropa tentunya

setelah diolah dan disesuaikan dengan yang dikehendaki pasaran Eropa. Hanya

saja mengingat bahwa liberalisasi yang semakin kuat dan adanya semacam

35 Anton Haryono. 2011. Sejarah (Sosial) Ekonomi,Teori MetodologiPenelitian dan Narasi Kehidupan. Yogyakarta : Penerbit Universitas SanataDharma. Hal. 140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

40

keinginan untuk memperbaiki citra pemerintahan sendiri, maka sistem tersebut

melalui beberapa kebijakan yang dikeluarkan, dibuat lebih longgar. Artinya

bahwa dalam sistem ini rakyat diberikan kebebasannya dalam berproduksi sendiri.

Sehingga di sini, ide-ide liberalisme mulai dimunculkan.

Beberapa contoh kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah

kolonial adalah kebijakan Tanam Paksa atau Cultuurstelsel (1830-1870).

Kebijakan ini dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Pada

dasarnya kebijakan ini lebih menekankan pada peningkatan produksi. Van den

Bosch sendiri lebih menekankan pada prinsip kebebasan bagi rakyat untuk

menanam tanaman yang mereka kehendaki meski dengan catatan bahwa hasil

tanaman tersebut besar nilai jualnya harus sesuai dengan besarnya nilai pajak

yang dibebankan kepada mereka dan apabila ada surplus dari hasil tanaman

tersebut, harus dikembalikan lagi kepada rakyat. Van den Bosch menghendaki

agar citra pemerintah dapat lebih “humanis”, terlebih pada masa itu liberalisme

sedang berkembang dan muncul banyak tokoh-tokoh yang kritis terhadap sistem

kolonial yang konvensional.

Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa berpegang pada prinsip peningkatan

hasil produksi yang menguntungkan. Semakin banyak jumlah hasil produksi,

maka akan akan menguntungkan ketika dipasarkan di Eropa. Pemasaran tanaman

dagang ini ke Eropa dilakukan oleh perusahaan dagang Belanda NHM

(Nederlandsche Handelmaatschappij). Perusahaan ini didirikan pada tahun 1824

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

41

dan ada dalam pengawasan langsung pemerintah Belanda.36 Perusahaan ini dapat

dikatakan sebagai pengganti dari VOC, meskipun pengaruhnya tidak sebesar apa

yang telah ditinggalkan oleh VOC.

Hasil bumi yang dipasarkan ini nantinya akan dijual dan diolah oleh

perusahaan-perusahaan swasta Eropa, sehingga semakin banyak jumlah produksi

berkualitas baik yang dijual maka hal ini akan semakin menguntungkan bagi

pemerintah induk Belanda yang hasil penjualannya dapat digunakan untuk

membiayai segala beban hutangnya. Van den Bosch sendiri pernah menjanjikan

kepada negeri induk bahwa ia akan menemukan cara agar produksi tanaman

ekspor dapat mengalami peningkatan bahkan dapat mencapai kisaran angka 20

juta gulden setahun.37

Secara teknis, kebijakan ini mewajibkan setiap desa memberikan sebagian

tanahnya, yaitu 1/5 atau 20 % tanahnya untuk ditanami tanaman ekspor seperti

kopi, tebu, dan nila. Hasil tanaman tersebut kemudian dijual ke pemerintah

kolonial dengan harga yang telah disepakati, meskipun harga yang didapat oleh

rakyat jauh dari kata layak.38 Harga hasil tanaman tersebut disesuaikan dengan

besarnya pajak yang terdahulu ketika masih dalam masa Sewa Tanah, hanya saja

dalam sistem penyerahan ini,oleh pemerintah dikatakan bahwa rakyat akan diberi

sedikit kelonggaran atau kebebasan dalam hal penanaman.

36 M.C Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta :PT.Serambi Ilmu Semesta. Hal. 261

37 Bernard H.M Vlekke. 2008. Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta:KPG. Hal. 324

38 Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Cultuurstelsel (akses 19 April 2011)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

42

Penyerahan dalam bentuk hasil panenan ini dapat dikatakan sebagai ganti

pajak uang yang diterapkan masa kepemimpinan Raffles. Pertimbangan untuk

mengganti pajak berupa uang dengan natura atau tenaga kerja di dasarkan pada

kondisi masyarakat Jawa itu sendiri yang masih tradisional dan kecenderungan

memiliki kebiasaan untuk lebih mudah “memberikan” tenaga daripada uang.

Apabila hasil panen tersebut berlebih, pemerintah kolonial menegaskan bahwa

hasil berlebih tersebut akan diberikan kembali ke desa. Pada masa ini, tokoh-

tokoh pemerintah kolonial yang turut mencetuskan sistem ini, hanya ingin agar

pemerintah kolonial dapat dipandang sebagai penguasa yang lebih “ humanis” .

Pada masa ini, jenis komoditi unggulan yang memiliki nilai jual tinggi

adalah gula, kopi, dan nila. Ketiga macam jenis produk Tanam Paksa ini memang

merupakan komoditas yang mengalami peningkatan yang tinggi sejak tahun 1815.

Kemudian oleh Van den Bosch, ia memperluas lahan untuk tanaman nila di

daerah-daerah yang sebelumnya tidak ditanami. Hal ini dilakukan karena nilai jual

nila yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk menutup pembayaran sewa tanah

yang kurang.39 Sementara itu, tanaman kopi sesungguhnya merupakan hasil dari

monopoli produk tambahan dari Van den Bosch. Hal ini disebabkan karena pada

awalnya tanaman kopi ditanam di lahan di luar sawah penduduk, padahal

pemerintah sendiri menekankan tanah yang dijadikan lahan Tanam Paksa adalah

tanah desa yang merupakan tanah milik penduduk karena dari sanalah pemerintah

dapat menarik pajak.40 Oleh karena hasil atau keuntungan yang didapat dari kopi

39 Robert van Niel, op.cit, hal. 24

40 Bernard H.M Vlekke, op.cit, hal. 326

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

43

sangat besar, maka dijadikannyalah tanaman kopi sebagai salah satu komoditi

utama perdagangan kolonial bahan kemudian menjadi salah satu sumber terbesar

pemasukan pemerintah.

Tanam Paksa dilaksanakan dengan maksud meningkatkan produktivitas

hasil tanaman guna mengurangi defisit kas negara induk yang digunakan untuk

pembiayaan segala hutang-hutang Belanda. Oleh karena itu Tanam Paksa

dilaksanakan dengan melibatkan berbagai macam pihak, yaitu orang-orang Eropa

yang berperan dalam proses produksi atau proses pengolahan bahan mentah yang

disediakan oleh pemerintah. Orang-orang Eropa ini lebih tepatnya merupakan

perusahaan-perusahaan swasta Eropa. Pada masa ini mulai diperlihatkan

bagaimanakah kapitalisme memasuki kehidupan agraris masyarakat Jawa.41

Keterlibatan perusahaan-perusahaan swasta asing ini, mengarahkan pada warna

baru politik eksploitasi kolonial yang didasarkan pada semangat liberalisme yang

menguat dan dominasi perusahaan-perusahaan swasta asing. Inilah yang menjadi

awal dari politik kapitalisasi swasta.42

Selain pihak-pihak Eropa, Tanam Paksa memiliki komponen penting

dalam pelaksanaanya, yaitu organisasi desa. Memanfaatkan struktur organisasi

desa yang telah ada seperti kepala pemerintah desa serta rakyat sebagai sumber

tenaga kerjanya. Tanam Paksa awalnya hanya menghendaki luas lahan yang

41 Kapitalisme berasal dari kata capital (bahasa Inggris) yang berartimodal. Dalam pengertian umumnya, kapitalisme merupakan sistem ekonomi yangmengarah pada pengumpulan atau akumulasi modal sebesar-besarnya yangdilakukan oleh individu atau sekumpulan individu dengan tujuan keuntungansebesar-besarnya tanpa campur tangan dari pemerintah.

42 Antonius Eko, loc.cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

44

digunakan hanya 1/5 dari luas tanah desa. Memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki

oleh kepala pribumi dan kepatuhan tradisional rakyat terhadap kepala pribumi

tersebut, pemerintah kolonial berhasil mendapatkan luas lahan yang dimaksud.

Pemerintah kolonial juga melakukan upaya persuasif terhadap rakyat melalui

penegasan bahwa setiap kelebihan yang dihasilkan oleh tanah yang ditanami

tanaman dagang, akan menjadi hak milik rakyat dan juga akan dibebaskan dari

beban sewa tanah. Selain itu mereka juga bebas menanam tanaman tetapi dengan

catatan bahwa setiap hasil bumi yang diserahkan kepada pemerintah kolonial,

harus sama nilainya dengan jumlah sewa tanah.

Namun melihat kondisi ekonomi negeri induk Belanda yang semakin

parah, akhirnya tanam paksa ini diarahkan secara lebih intensif untuk membiayai

sejumlah pengeluaran termasuk pembayaran hutang-hutang. Prinsip kebebasan

bagi rakyat dan janji untuk memberikan setiap nilai surplus yang dihasilkan , pada

kenyataannya justru hanya bersifat sementara. Peningkatan jumlah tanaman yang

harus diproduksi, serta perluasan tanah yang sebelumnya hanya sekitar 1/5 bagian,

bisa menjadi 1/3 bahkan ½ luas tanah tersebut. Inilah yang dimaksudkan dengan

intensifikasi sistem Tanam Paksa.

Intensifikasi Tanam Paksa melalui perluasan tanah yang digunakan untuk

berproduksi, dilakukan juga dengan mengeluarkan lagi tanah-tanah yang pada

masa sebelum Tanam Paksa atau sebelum tahun 1830 yang sebelumnya tidak

dikenakan sewa tanah, pada akhirnya dikeluarkan atau digunakan kembali

sehingga meningkatkan jumlah penilaian terhadap nilai sewa tanah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

45

disepadankan dengan nilai produksi tanaman yang dihasilkan tanah tersebut. 43

Akibatnya di beberapa wilayah terjadi peningkatan dan perluasan perkebunan

tanaman-tanaman dagang seperti kopi yang menghasilkan keuntungan yang

sangat besar. Perluasan lahan yang digunakan pemerintah sebagai salah satu

upaya intensifikasi produksi tanaman, ada dua alasan yang dinyatakan oleh

pemerintah, yaitu :

1. Adanya peningkatan penilaian tanaman dagang di pasaran Eropa,

artinya bahwa pasaran Eropa telah meningkatkan standar nilai bagi

setiap tanaman yang diperjual belikan baik itu dari segi kualitas,

kuantitas maupun harga.

2. Adanya perluasaan lahan yang digunakan untuk penanaman

Tanaman Paksa, dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap

buruknya hasil produksi yang bisa disebabkan karena kondisi yang

buruk, lahan yang tidak subur atau faktor-faktor yang lain.

Sehingga diperlukan lahan yang lebih luas untuk dapat

menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar sebagai cadangan

terhadap berbagai kemungkinan terburuk tersebut.44

Hal di atas merupakan penafsiran seperti yang tertuang pada surat Van den Bosch

yang ditujukan kepada Direktur Budidaya Tanaman pada tanggal 14 Januari 1832,

yang isinya seperti berikut :

“(...) peraturan tentang pengerjaan seperlima dari tanah untuk pembayaransewa tanah seharusnya tidak diartikan secara umum bahwa adalah cukup

43 Robert van Niel, op.cit, hal. 25-26

44 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

46

menanami seperlima tanah supaya dibebaskan dari sewa tanah.Pemahaman tersebut ada bahayanya karena tanaman akan diabaikan danlahan yang kurang subur dipilih untuk penanaman, dan dengan demikianpemerintah akan mengalami kerugian amat besar. (...) Sebagai akibatnya,hasil bumi kerap tidak dapat mendekati pemenuhan sewa tanah. Jadi, pararesiden harus diberi kebebasan tertentu untuk mendapatkan lebih dariseperlima tanah garapan, jika mereka dapat mencapai persetujuan denganpenduduk pribumi.”45

Terlepas dari kebenaran atas apa yang dinyatakan oleh pemerintah

kolonial tersebut, satu hal yang sangat nampak di sini adalah bagaimana

pemerintah kolonial berusaha untuk melakukan atau tepatnya mencari berbagai

alasan untuk semakin menguatkan politik eksplotasi mereka untuk mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya. Mereka menunjukkan dengan jelas ketakutan

pemerintah akan kerugian yang akan didapat jika mereka tetap melaksanakan

sistem Tanam Paksa hanya dengan menggunakan 1/5 lahan. Oleh karena itu, Van

den Bosch menghendaki agar ada perluasan lahan bagi Tanam Paksa. Pada

kenyataannya pemerintah semakin mengintensifkan juga “pembodohan” terhadap

rakyat yang semakin masuk ke jurang kemiskinan yang semakin dalam.

Hasil intensifikasi produksi tanaman dagang ini memberikan keuntungan

yang sangat besar bagi pemerintah kolonial. Tercatat sejak tahun 1841 sampai

1863, keuntungan yang didapatkan oleh pemerintah kolonial mencapai 461 juta

gulden. Dari keuntungan ini, pemerintah induk Belanda mampu untuk melunasi

hutang-hutangnya dan segala macam perbaikan, bahkan kondisi perdagangan dan

perkapalan di Belanda mengalami kemajuan. 46 Namun dengan semakin

meningkatnya keuntunganan pemerintah, tidak demikian dengan kondisi

45 Ibid, hal. 25

46 Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 8-9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

47

masyarakat. Bahkan ketika terjadi kegagalan panen, rakyatlah yang harus

menanggung beban itu.

B. Dualisme Politik Sistem Tanam Paksa dan Kebijakan Bagi Hasil

Pemerintah Kolonial Belanda

Meski masa Tanam Paksa ini pada awalnya direncanakan menjadi suatu

sistem yang lebih bebas, tetapi masa ini justru menjadi masa pemerasan tenaga

kerja pribumi sekaligus pemaksaan sistematis penanaman jenis tanaman-tanaman

tertentu yang menguntungkan pemerintah kolonial. Rakyat dengan sengaja

dikerahkan untuk lebih banyak menggunakan waktu mereka untuk bekerja

mengolah tanah dan pada akhirnya dapat memproduksi hasil yang lebih besar. Hal

ini dilakukan dengan alasan bahwa menghasilkan produksi yang lebih besar, maka

rakyat juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan hasil berlebih dari produksi

tersebut. Ini yang kemudian memicu rakyat untuk bersedia memberikan tenaga

mereka untuk meningkatkan hasil bumi. Kehadiran sistem ini juga bertujuan

untuk menjamin tersedianya surplus yang semakin besar untuk kepentingan negeri

induk.

Pengintensifan sistem Tanam Paksa oleh pemerintah kolonial, dilatar

belakangi oleh kondisi yang ada di negeri Belanda sendiri. Kekacauan-kekacauan

dan peperangan-peperangan yang dialami Belanda pada awal Abad ke-18 yang

memperebutkan hegemoni perdagangan dengan negara-negara tetangganya, masih

menjadi beban ekonomi tersendiri bagi negeri induk.47 Biaya perang, biaya

47 Pada masa itu, Belanda harus menghadapi Inggris dalammemperebutkan wilayah perdagangan, salah satunya di Portugis yang selama itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

48

perbaikan pasca perang, dan pembayaran hutang-hutang menjadi beban tersendiri

bagi negeri Belanda. Hal ini semakin diperparah dengan permasalahan-

permasalahan yang ditinggalkan pada masa VOC, seperti korupsi serta beban

hutang yang sangat besar yaitu sekitar 134 juta gulden lebih yang masih belum

selesai.48 Selain itu, di negeri jajahan sendiri, pada tahun 1830an, pemerintah

kolonial harus menghadapi beban biaya akibat Perang Diponegoro ditambah lagi

pada masa itu negeri Belanda masih terbelakang dalam perdagangan, perkapalan,

dan industri, sehingga tidak memungkinan untuk tetap mengandalkan pemasukan

dari pos-pos keuangan tersebut.49

Oleh karena itu, pemerintah Belanda berupaya keras untuk mendapatkan

sumber keuangan yang besar untuk dapat menutupi semua pembiayaan tersebut.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan tetap melanjutkan kolonialisme di

negeri jajahan dan tetap mempertahankan monopoli sumber-sumber ekonomi di

negeri jajahan tersebut. Oleh karena alasan ini pulalah, maka pola kolonialisme

khususnya di Jawa sebagai daerah utama penghasil tanaman ekspor, semakin

diintensifkan melalui berbagai cara termasuk dengan mengeluarkan berbagi

macam kebijakan untuk mendukung upaya ini. Selain itu mereka memandang

kondisi dan situasi masyarakat Jawa sebagai salah satu faktor atau alasan

mengapa sistem konvensional perlu tetap dipertahankan. Namun beban yang

harus ditanggung rakyat pun semakin bertambah karena mereka harus memenuhi

telah menjadi wilayah utama perdagangan Belanda. Selain itu Belanda juga harusmenerima beban untuk menutupi pembiayaan yang sangat besar perang Belgia.

48 Anton Haryono, op.cit, hal. 140

49 Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

49

dua tuntutan sekaligus yaitu menyediakan tenaga kerja serta tetap memberikan

penyerahan wajib sejumlah yang dikehendaki pemerintah kolonial.

Dalam hal ini nampak bahwa ada semacam kontradiksi dalam rencana

pelaksanaan Tanam Paksa ini. Di satu sisi Van den Bosch menghendaki agar

dalam pelaksanaan ini juga mengedepankan sisi humanis penguasa dalam artian

bahwa Tanam Paksa harus juga disertai dengan semangat liberalisme yang

mengedepankan kebebasan dan kepentingan rakyat. Namun di satu sisi, Van den

Bosch juga menghendaki agar pemerintah mendapatkan keuntungan yang

maksimal bahkan mengharapkan adanya surplus dari adanya sistem ini. Ini seperti

menjalankan dua kepentingan yang sangat kontradiktif mengingat kondisi rakyat

yang hendak ditingkatkan dalam hal kesejahteraanya, harus juga semakin ditekan

dalam produktifitasnya demi mencapai apa yang menjadi tujuan pemerintah

kolonial yaitu keuntungan sebesar-besarnya. Apa yang hendak ditekankan Van

den Bosch untuk menekankan kebebasan kepada rakyat, sulit diwujudkan. Ketika

rakyat yang hendak memperbaiki kualitas hidupnya, mereka juga harus terbebani

dengan adanya tuntutan dari pemerintah untuk meningkatkan produktifitas

tanaman, apalagi jika mengingat kembali latarbelakang kehidupan rakyat yang

sangat sederhana dan masih terpaku pada sistem pemerintahan yang tradisional

dimana menuntut adanya kepatuhan dari masyarakatnya. Ini menjadi semacam

dualisme kepentingan atau dualisme tujuan yang muncul dalam pelaksanaan

Tanam Paksa yang oleh pemerintah kolonial tidak dapat diwujudkan secara nyata

bagi kepentingan rakyat. Namun sebaliknya, yang terjadi kemudian adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

50

pelanggaran-pelanggaran dari prinsip awal yang ditekankan dalam pelaksanaan

Tanam Paksa tersebut.

Sistem Tanam Paksa ini merupakan sistem penyerahan wajib berupa

barang atau dalam konteks Tanam Paksa adalah hasil pertanian. Penyerahan wajib

berupa hasil pertanian ini merupakan pengganti dari pajak berupa uang. Van den

Bosch sangat menentang sistem sewa tanah yang dianggapnya tidak sesuai dengan

konteks masyarakat Jawa pada masa itu. Kecenderungan masyarakat yang masih

subsisten, akan sulit ketika dituntut untuk menyerahkan pajak berupa uang yang

belum terbiasa ada dalam transaksi ekonomi mereka. Namun di sisi lain mereka

terbiasa untuk menggunakan tenaga mereka untuk mencukupi kehidupan mereka

dari hasil pertanian. Oleh karena itu, maka Van den Bosch memandang bahwa

masyarakat Jawa akan lebih baik jika memberikan pajak berupa natura atau

tenaga. Oleh karena itu maka ditetapkan bahwa pajak yang dibebankan pada

masyarakat Jawa berupa penyerahan tanaman dagang dengan nilai yang sesuai.

Masyarakat Jawa yang dikenakan beban pajak ini akan diringankan dari beban

sewa tanah bahkan dibebaskan selama nilai tanaman dagang yang mereka

serahkan ke pemerintah harus sama atau sesuai dengan nilai sewa tanah. 50 Setiap

kelebihan yang ada, ditegaskan pula bahwa akan diserahkan kembali ke

masyarakat.

Meskipun penegasan akan kebebasan bagi rakyat untuk menanam tanaman

sesuai dengan kehendak mereka tetapi dengan penekanan bahwa nilai hasil bumi

tersebut harus senilai dengan jumlah atau nilai sewa tanah, pada akhirnya rakyat

50 Robert van Niel, op.cit, hal. 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

51

tetap diarahkan untuk menanam tanaman yang sesuai dengan keinginan pasaran

pada masa itu. Alasan yang digunakan oleh pemerintah kolonial adalah bahwa

untuk dapat mencukupi jumlah penyerahan tanaman yang harus diserahkan dan

agar nilainya sebanding dengan nilai sewa tanah, maka cara yang paling mudah

adalah dengan menanam tanaman-tanaman bernilai jual tinggi di pasaran.

Dari beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintah kolonial di atas, terlihat

adanya semacam dualisme politik Sistem Tanam Paksa yang dijalankan

pemerintah kolonial. Di satu sisi mereka hendak menjalankan sistem yang di satu

sisi menguntungkan kolonial, tetapi di satu sisi lain mereka juga hendak

menerapkan prinsip liberal yang menekankan pada kebebasan seluas-luasnya bagi

pengembangan kesejahteraan setiap orang. Hal ini menjadi suatu ironi karena

secara bersamaan harus melaksanakan dua hal yang kontradiktif, karena untuk

meningkatkan keuntungan ekonomi kolonial, maka pemerintah pun harus semakin

mengintensifkan tenaga rakyat untuk mencapai target tersebut. Sementara itu

tujuan yang juga dikehendaki Van den Bosch agar kondisi masyarakat juga

semakin sejahtera, agaknya sulit terwujud jika setiap harinya tenaga mereka

diperas untuk keuntungan sepihak pemerintah kolonial. Ini menjadi semacam

dualisme sistem yang tidak pernah atau sulit untuk dapat berjalan dengan

seimbang. Hal ini ditambah pula dengan adanya perluasan lahan-lahan pertanian

yang semula tidak digunakan pada masa Sistem Sewa Tanah, pada akhirnya

dikeluarkan kembali dan beban penyediaannya diserahkan kepada desa secara

keseluruhan. Inilah yang kemudian yang menimbulkan semakin maraknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

52

perluasan tanah-tanah komunal.51 Perluasan ini dilakukan semata-mata untuk

meningkatkan jumlah produksi tanaman ekspor dengan mengesampingkan

kondisi dan kemampuan rakyat pada masa itu.

Dualisme sistem yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, telah

menempatkan rakyat Jawa semata-mata hanya sebagai obyek penyedia lahan,

tenaga kerja, serta kunci baik atau buruknya hasil tanaman. Penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi selama sistem tersebut berlangsung, menunjukkan

bahwa sistem Tanam Paksa lebih berpihak pada penguasa yang memegang

kendali. Sistem yang semula direncanakan berdasarkan prinsip sukarela dari

rakyat, pada prakteknya berjalan dengan cara paksaan. Contohnya adalah ketika

rakyat dalam hal ini desa sebagai suatu unit atau kesatuan terbesar masyarakat,

dipaksa untuk menyerahkan tanah mereka baik itu pada awalnya merupakan tanah

pribadi atau tanah desa untuk dipakai sebagai lahan tanaman dagang yang

menguntungkan kolonial. Jenis tanaman yang ditanam pun harus mengikuti apa

yang menjadi keinginan pemerintah, meski awalnya dikatakan bahwa tanaman

yang akan ditanam berdasarkan apa yang dikehendaki rakyat, tetapi pemerintah

tetap mengarahkan mereka untuk menanam tanaman yang menguntungkan.

Dalam hal ini adalah tanaman-tanaman ekspor yang laku keras di pasaran seperti

kopi, gula, dan nila. Inilah keuntungan yang diharapkan oleh pemerintah

kolonial.52

51 Antonius Eko, loc.cit.

52 Robert van Niel, op.cit, hal. 26-27. Meski pemerintah menghendakiintensifikasi tanaman ekspor, tetapi jumlah penanaman ini harus tidak melebihijumlah penanaman padi. Ini disebabkan kenaikan harga beras yang pernah terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

53

Namun beberapa peristiwa yang terjadi beberapa wilayah di pulau Jawa,

sedikit merubah sistem tersebut. Beberapa kejadian seperti kelaparan di Demak

tahun 1848 dan Grobogan tahun 1849 yang berakibat pada kematian massal

penduduk, memberikan pertimbangan yang besar bagi pemerintah untuk tetap

melanjutkan intensifikasi Tanam Paksa tersebut.53 Pada akhirnya intensifikasi

Tanam Paksa dibenahi dalam pengaturannya. Beberapa jenis tanaman dagang

dikurangi baik dari segi jumlah maupun jenisnya.

Meski secara tidak resmi, sistem Tanam Paksa yang berdasarkan prinsip

Van den Bosch tersebut berakhir, tetapi secara umum proses penanaman tanaman

ekspor tetap berjalan, sampai nanti sistem itu benar-benar berakhir pada tahun

1870. Meski Tanam Paksa secara umum tidak lagi berjalan, tetapi proses

pelaksanaan penanaman tanaman ekspor tetap berjalan, hanya saja ada semacam

pengurangan jenis tanaman perdagangan. Di kemudian hari, penanaman ini

semakin diintensifkan oleh perusahaan-perusahaan swasta yang berkembang luas

di Jawa.

Pada masa itu yang masih dijadikan komoditas andalan hanyalah kopi,

gula, dan lada. Sementara untuk tanaman-tanaman lain, seperti nila dan tembakau

merupakan tanaman yang ditanam di tanah partikelir yang bebas artinya

merupakan tanah milik perusahaan-perusahaan swasta. Berhentinya inensifikasi

tersebut juga berdasarkan beberapa kecaman yang dilakukan beberapa pihak.

Namun di sisi lain, pemerintah kolonial juga tetap menginginkan pemasukan yang

setelah tahun 1830an yang disebabkan kelangkaan beras akibat kurangnya lahanuntuk menanam padi.

53 Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto , op.cit, hal. 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

54

besar dari negeri jajahan untuk mengisi kas, baik untuk di negeri jajahan sendiri

atau digunakan di negeri Belanda.

Oleh karena itu, untuk tetap mendapatkan keuntungan yang besar dari

negeri jajahan demi menunjang kas di negeri induk Belanda serta menetapkan

adanya semacam dasar hukum bagi pemerintahan daerah jajahan sebagai salah

satu bentuk kontrol terhadap kekuasaan pemerintah, maka pada tahun 1864

dikeluarkanlah suatu peraturan pemerintah atau Comptabiliteits Wet. Sebelum

munculnya comptabiliteits wet tahun 1864 ini, sejak tahun 1848 telah muncul

adanya upaya-upaya dari pemerintah kolonial terutama dari kaum liberal yang

menghendaki adanya tatanan birokrasi pemerintahan yang lebih liberal. Mereka

menghendaki adanya perubahan struktur agraris masyarakat yang sangat feodal,

cara- cara produksi serta melonggarkan beban tenaga kerja yang dipakai. 54

Menurut golongan ini, kekuasaan pemerintah atau raja harus dibatasi atau

dikontrol oleh suatu konstitusi. Maka pada tahun 1848, dibentuklah groundswet

(konstitusi) yang menjadi kontrol bagi kekuasaan mutlak raja atau penguasa.

Groundswet atau konstitusi ini kemudian memberikan konsekuensi

tersendiri bagi daerah jajahan. Masalah pengawasan keuangan yang seringkali

menjadi permasalahan utama, perlu dibuatkan pula semacam perundang-undangan

yang akan mengontrol dan mengawasi arus keuangan ini. Konsekuensi ini

kemudian ditindak lanjuti dengan munculnya Regerings Reglement (Peraturan

Pemerintah) tahun 1854 yang mengatur mengenai pengumuman-pengumuman

raja, keputusan Gubernur Jenderal, dan jasa yang akan diberikan bagi pekerja

54 Sartono Kartodirdjo, op.cit, hal. 322

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

55

paksa.55 Peraturan ini menjadi kontrol terhadap administrasi keuangan baik di

daerah jajahan ataupun di negeri induk, tetapi peraturan ini masih belum disahkan

oleh negeri induk karena masih menjadi tahun-tahun percobaan. Baru pada tahun

1864, dikeluarkanlah undang-undang resmi atau comptabiliteits wet yang

disahkan oleh negeri induk Belanda untuk mengawasi segala bentuk administrasi

keuangan baik di negeri induk maupun di Hindia-Belanda.

Peraturan tahun 1864 ini menegaskan bahwa anggaran belanja pemerintah

kolonial Belanda di daerah jajahan, ditentukan berdasarkan undang-undang dari

negeri induk. Ini artinya bahwa akan ada semacam bentuk kesatuan ekonomi

antara negeri induk Belanda dengan negeri jajahan, dimana nantinya segala

bentuk pendapatan ataupun pengeluaran dikenakan kepada dua belah pihak ini.

Adanya peraturan ini pula, maka departemen-departemen yang dibentuk oleh

Gubernur Jenderal di negeri jajahan, dibubarkan dan diganti dengan badan

legislatif atau badan pengawasan dari negeri induk Belanda sendiri.56

Atas dasar peraturan ini pula, maka dibentuklah suatu kebijakan ekonomi

atau politik ekonomi yang disebut dengan Batig Slot Politiek (1864-1867). Batig

Slot Politiek merupakan sistem keuntungan bersih yang di dapat dari surplus

pajak yang diperoleh dari Tanam Paksa. Surplus ini digunakan untuk kepentingan

pembelanjaan di Eropa yaitu di negeri induk Belanda ataupun pembelanjaan di

negeri jajahan. Kebijakan ini didasarkan pada prinsip kesatuan politik antara

negeri induk dengan negeri jajahan yang mana mengharuskan adanya kesatuan

55 Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 10-11

56 http://staff.ui.ac.id/internal/130891664/material/PHKI-2.pdf (akses 14September 2011)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

56

keuangan atau kesatuan ekonomi. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap

keuntungan yang dihasilkan negeri jajahan, akan menjadi penghasilan atau

pemasukan bagi negeri Belanda maupun negeri jajahan.57

57 Ibid, hal. 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

57

BAB III

BATIG SLOT POLITIEK 1864 DAN USAHA-USAHA PEMULIHAN CITRAKOLONIAL BELANDA

Perubahan pola Sistem Tanam Paksa Van den Bosch tidak mengubah

secara keseluruhan pola yang sudah ada sebelumnya. Perubahan ini hanya

mencakup adanya peraturan yang jelas dalam pembagian hasil produksi atau

keuntungan Tanam Paksa. Dibuatnya peraturan tersebut disebabkan adanya

tekanan-tekanan dari kaum liberal yang menginginkan adanya kebebasan individu

untuk berkembang. Selama ini pemerintah kolonial dianggap hanya

mengeksploitasi tenaga rakyat demi kepentingan sepihak, tanpa memperhatikan

kesejahteraannya.

Alasan tetap dipertahankannya beberapa aspek dari Sistem Tanam Paksa

Van den Bosch karena sumber pemasukan utama sekaligus terbesar dan

menguntungkan bagi kolonial berasal dari produksi tanaman dagang itu sendiri.

Oleh karena itu, pemerintah mencoba untuk menerapkan kebijakan lain yang

masih berkaitan dengan Tanam Paksa yang diharapkan dapat memberikan

keuntungan berimbang, baik untuk pemerintah ataupun masyarakat. Namun hal

ini juga diterapkan sebagai usaha-usaha dari kolonial untuk memperbaiki citra

atau pandangan internasional terhadap pemerintah kolonial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

58

A. Comptabiliteits Wet 1864 dan Penetapan Sistem Kesatuan Ekonomi

Kolonial Belanda

Melihat bahwa pola yang dijalankan pada masa Tanam Paksa,

menunjukkan ketimpangan yang sangat merugikan khususnya bagi rakyat dan

berdampak pada semakin menurunnya kepercayaan terhadap pemerintah kolonial,

maka tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kolonial selain mencari alternatif

kebijakan lain yang dapat menjadi penyeimbang antara masyarakat dan

pemerintah. Hal ini juga dilakukan pemerintah kolonial demi memperbaiki citra

atau nama baik pemerintah kolonial yang selama paruh pertama Abad ke-19 selalu

mendapat kecaman dan kritikan dari berbagai pihak khususnya dari kaum liberal

yang pada masa itu sedang berkembang luas. Oleh karena itu, maka pemerintah

kolonial mulai mengubah pola kolonial mereka dengan menciptakan berbagai

kebijakan yang mereka anggap sebagai salah satu bentuk politik balas jasa bagi

penduduk pribumi. Politik balas jasa pemerintah kolonial Belanda yang sangat

terkenal, kelak dimulai pada awal tahun 1870an. Politik ini lebih dikenal dengan

Politik Etis atau politik balas jasa yang memfokuskan diri pada tiga bidang

kehidupan, yaitu transmigrasi, irigasi, dan edukasi atau pendidikan.

Politik balas jasa yang hendak dilaksanakan oleh pemerintah kolonial,

dilatarbelakangi adanya dualisme sistem yang terjadi dalam pola pelaksanaan

Tanam Paksa versi Van den Bosch. Dalam prinsip awal yang ditekankan oleh Van

den Bosch sendiri bahwa pelaksanaan Tanam Paksa akan memberikan

keuntungan bagi semua pihak, termasuk rakyat itu sendiri sebagai pengolah lahan.

Dalam hal ini, pemerintah mencoba untuk menciptakan semacam sistem yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

59

lebih humanis, dalam artian bahwa pemerintah ingin agar semangat liberalisme

yang berkembang pada awal Abad ke-19 yang menekankan pada kebebasan bagi

setiap individu untuk berusaha, dapat diterapkan di negeri jajahan.

Hal yang dimaksud adalah bahwa di desa sendiri, rakyat masih memiliki

tanah yang sangat luas sehingga mereka dapat memanfaatkannya untuk

mendapatkan penghasilan sendiri. Namun di sisi lain dari tanah yang mereka

manfaatkan tersebut, mereka juga tetap melaksanakan kewajiban mereka terhadap

pemerintah kolonial yaitu penyerahan pajak tanah yang berupa tanaman dagang

yang akan diserahkan ke pemerintah kolonial.58 Hasil panen tanaman tersebut,

kemudian akan dijual kepada pemerintah kolonial yang sebelumnya telah

menetapkan harga jualnya. Harga jual tersebut senilai dengan harga sewa tanah

yang sebelumnya.

Pemerintah kolonial juga menjanjikan bahwa setiap kelebihan yang

dihasilkan dari pajak tanaman, akan dikembalikan lagi kepada rakyat. Namun di

sisi lain, jika ada kekurangan dalam penyerahan tersebut, maka kekurangannya

akan diambilkan dari pendapatan rakyat. Begitu pula jika terjadi gagal panen atau

hasil panenan berkualitas buruk, maka akan dilihat sumber penyebabnya.

Jika kegagalan panen terjadi akibat kesalahan pemerintah, maka

pemerintah yang akan bertanggung jawab. Begitu juga sebaliknya, apabila

kesalahan terjadi akibat dari petani itu sendiri, maka merekalah yang harus

menggantinya. Penggantian hasil tanaman tersebut diambil dari hasil tanaman

58 M.C Ricklefs, op.cit, hal. 261

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

60

yang berlebih. Padahal berdasarkan prinsip awal yang dijanjikan pemerintah

kolonial, hasil berlebih tersebut seharusnya menjadi milik rakyat.

Meskipun kebijakan tersebut nampak terlihat adil, tetapi pada

pelaksanaannya, rakyatlah yang lebih terbebani karena harus menanggung beban

ganti rugi. Ganti rugi tersebut diambil dari sumber penghasilan utama mereka dari

pertanian. Jika demikian, maka dapat dikatakan bahwa rakyat hampir tidak

memiliki pendapatan sama sekali jika harus menanggung beban ganti rugi

tersebut.

Garis besar pola yang dijalankan dalam Sistem Tanam Paksa adalah

membebankan sisa hutang sewa tanah yang terdahulu kepada desa melalui beban

pajak tanaman. Van den Bosch memperkirakan presentase hasil panen desa yang

dapat untuk melunasi hutang tersebut sekitar 20 % sampai 33 % dengan melihat

potensi dari desa tersebut.59 Akan tetapi perbedaan yang ditekankan di sini adalah

bahwa setiap pihak yang terlibat dalam proses ini, akan mendapatkan keuntungan.

Penekanannya adalah bahwa setiap sisa dari besarnya jumlah pajak

tanaman yang dihasilkan oleh rakyat, akan menjadi hak rakyat bahkan ditegaskan

pula bahwa apabila terdapat surplus di dalamnya, maka surplus tersebut menjadi

hak rakyat. Pada kenyataannya, keuntungan pemerintah kolonial yang didapat

langsung dari pajak tanaman petani, ketika dijadikan komoditi ekspor di pasaran

Eropa, keuntungannya melebihi apa yang di dapat oleh petani. Ini tidak sebanding

dengan apa yang di dapatkan oleh penduduk, bahkan surplus sekalipun. Ini akibat

dari keberhasilan pemerintah kolonial dalam membaca kondisi dan latar belakang

59 Ibid, hal. 260-261

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

61

kehidupan masyarakat Jawa yang masih subsisten dan masih jauh dari sentuhan

modernitas. Selain itu, mereka juga memanfaatkan dan melakukan kontrol

terhadap birokrasi pemerintahan lokal.

Seperti diketahui bahwa pemerintah kolonial menjadikan desa sebagai

suatu unit di bawah kekuasaannya untuk mendapatkan pengaruh baik secara

politik maupun ekonomi. Di dalam unit desa itu sendiri, mereka mencoba

mempengaruhi birokrasi lokal yang ada bahkan sengaja untuk ada di bawah

kontrol mereka. Adanya ikatan tradisional di desa, menjadikan komunikasi

dengan rakyat semakin mudah. Menggunakan sistem pemerintahan tidak

langsung, mereka memanfaatkan jabatan-jabatan lokal yang ada dalam struktur

pemerintahan desa sebagai kepanjangan tangan pemerintah kolonial. Mulai dari

pejabat desa seperti kepala desa sampai di tingkat kabupaten yaitu bupati, kolonial

telah menempatkan kontrol pengawasan atas mereka dan para pejabat lokal ini

bertanggung jawab kepada pemerintahan kolonial. 60 Hal ini agar dapat

memudahkan para penguasa kolonial untuk dapat berhubungan dengan rakyat

memanfaatkan ikatan tradisional antara pejabat lokal dengan rakyat. Hubungan ini

lebih pada bagaimana cara untuk menghimpun semua elemen kerja pedesaan

khususnya petani, untuk dapat meningkatkan produksi pertaniannya dan

menghasilkan tanaman-tanaman ekspor berkualitas yang menguntungkan.61

Para penguasa elit desa ini mendapatkan kekuasaan untuk menarik pajak

tanaman dari rakyat dan penghasilan mereka juga berdasarkan hitungan presentase

60 Ibid, hal. 262

61 Soediono M.P Tjondronegoro,Gunawan Wiradi, op.cit, hal. 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

62

jumlah pajak ekspor yang dihasilkan oleh petani. Para pejabat ini berhak

menentukan harga awal atau jumlah awal pajak tanaman ekspor yang akan

dibebankan pada rakyat. Ketika pemerintah kolonial harus menaikkan jumlah

pembayaran pajak tanaman ekspor dengan alasan kenaikkan permintaan pasar atas

sejumlah tanaman ekspor, maka hal ini dimanfaatkan oleh pejabat-pejabat untuk

menaikkan jumlah pajak kepada rakyat dengan alasan untuk memenuhi

permintaan pasar akan ketersediaan jumlah tanaman ekspor. Pada akhirnya yang

terjadi, surplus atau sisa tanaman pajak yang seharusnya menjadi hak rakyat,

kembali pada pemerintah lagi.

Maka pada tingkatan pemerintahan lokal ini, banyak terjadi kasus-kasus

korupsi dan segala bentuk penyelewengan kekuasaan yang dilakukan para pejabat

elit desa. Pemerasan terhadap hasil-hasil bumi dilakukan demi keuntungan

sepihak. Harga-harga hasil bumi dinilai sangat kecil oleh pemerintah, bahkan

meskipun dengan adanya peningkatan jumlah permintaan komoditi ekspor

tersebut di pasaran dimana juga meningkatkan jumlah produksi petani, tetapi

harga yang harus diterima petani tetap tidak sebanding dengan jumlah tenaga

yang telah mereka keluarkan. Pemerintah menerima hasil yang jauh lebih besar

dibandingkan apa yang diterima rakyat. Hal ini didapat dari penjualan ekspor

mereka ke Eropa.

Keuntungan-keuntungan ini juga dinikmati oleh pejabat-pejabat lokal

setempat. Kedudukan mereka dalam pemerintahan lokal, memberikan banyak

keuntungan bagi mereka. Mereka dimudahkan dalam menarik pendapatan dari

rakyat dan dapat menentukan sendiri besarnya pendapatan yang mereka kehendaki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

63

melalui penyerahan pajak tanaman. Hal ini menyebabkan kedudukan mereka

secara turun-temurun tetap berjalan dengan aman dan lancar tanpa perlu merasa

takut akan ancaman sanksi pribumi karena mereka sendirilah yang mengontrol

jalannya pemerintahan serta kedudukan mereka yang terpisah oleh status sosial

yang tinggi dari masyarakat pribumi lainnya, secara tidak langsung membantu

mereka untuk tetap “aman” di kedudukannya. Inilah yang diharapkan oleh

pemerintah kolonial yaitu dengan memanfaatkan status sosial pribumi untuk tetap

mendapatkan keuntungan yang lebih mudah dan murah.62

Komplektisitas permasalahan yang terjadi selama masa Tanam Paksa

khususnya ketika masih dalam kontrol Gubernur Jenderal Van den Bosch, tidak

terbatas pada permasalahan birokrasi pemerintahan semata, tetapi yang kemudian

di fokuskan di sini adalah kondisi rakyat itu sendiri yang tereksploitasi

kepentingan sepihak kolonial. Masalah terpenting yang kemudian menjadi

pertimbangan untuk memperbaiki sistem dari kebijakan Tanam Paksa adalah

kondisi rakyat yang tereksploitasi sebagai tenaga kerja. Pada Sistem Tanam

Paksa, kolonial memberikan kekuasaan ekonomi maupun politik kepada pejabat-

pejabat elit pribumi untuk mengatur sendiri dengan masyarakat desa mengenai

masalah penyerahan tanah serta pengerahan tenaga kerja tetapi masih di bawah

pengawasan ketat dari kolonial.63

Tenaga kerja yang diharapkan oleh kolonial, terbukti telah memberikan

keuntungan yang besar bagi kolonial. Betapa tidak, secara kuantitas Jawa memilki

62 M.C Ricklefs, op.cit, hal. 262-265

63 Anton Haryono, op.cit, hal. 111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

64

kepadatan penduduk yang cukup tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di luar

Pulau Jawa. Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi kolonial karena mereka

menempati wilayah yang menyediakan banyak tenaga kerja lokal yang murah dan

mudah didapatkan. Tenaga kerja ini dikerahkan diberbagai wilayah khususnya

Jawa untuk mengolah perkebunan-perkebunan besar yang menjadi komoditas

utama ekspor pemerintah kolonial, seperti kopi dan gula. Namun di setiap daerah

atau wilayah, kolonial menerapkan kebijakan tersendiri mengenai luasnya lahan

yang akan digunakan untuk penanaman tersebut.64 Luas lahan yang digunakan

untuk penanaman ini dari tahun 1840-1850 berkisar dari 6 %-15 % luas wilayah

seluruhnya di Pulau Jawa.65 Dari besarnya luas lahan penanaman tersebut, telah

banyak tenaga kerja yang tereksploitasi untuk memenuhi tuntutan penyediaan

tanaman ekspor yang menguntungkan. Dari beberapa data menunjukan persentase

jumlah penduduk Jawa yang terlibat sebagai tenaga kerja Tanam Paksa. Hampir

setengah jumlah penduduk Jawa yang menjadi tenaga kerja penanaman tanaman-

tanaman komoditas ekspor ini, yaitu berkisar 46 %- 70 %.

Persentase yang besar dari jumlah penduduk Jawa yang terlibat dalam

penanaman komoditas ekspor ini, telah memberikan keuntungan yang melimpah

64 Tidak semua tanah digunakan untuk penanaman kopi, hanya sebagiansaja area tanah yang digunakan untuk penanaman kopi. Namun khusus untuktanah yang tidak bisa ditanami padi, maka tanah tersebut digunakan untukpenanaman kopi, untuk itulah kolonial menerapkan kebijakan-kebijakan yangberbeda bagi setiap wilayah dengan melihat kondisi lahannya. Namun di sininampak adanya pembenaran-pembenaran atas alasan-alasan yang diajukanpemerintah kolonial untuk menambah luas area penanaman tanaman eksporpemerintah melalui kebijakan penggunaan lahan yang “tidak terpakai atau tidakbisa dipakai”.

65 M.C Ricklefs, op.cit, hal. 263

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

65

bagi kolonial. Pada tahun 1837-1851, hampir 100 % penduduk di Pulau Jawa

dikerahkan untuk melakukan penanaman tanaman ekspor dan menghasilkan

hampir sebagian besar tanaman kopi. Namun di beberapa wilayah di Pulau Jawa

seperti Pekalongan, Tegal, Jepara, Madiun, Pasuruan, dan Surabaya, gula menjadi

komoditas yang paling banyak dihasilkan.66 Ini menjadi semacam bukti bahwa

pemerintah kolonial telah berhasil menggunakan kekuasaannya untuk

mengeksploitasi tenaga kerja pribumi yang menunjukkan angka yang terus

meningkat, baik jumlah tenaga kerja yang dipakai maupun jumlah keuntungan

dari tanaman ekspor yang dihasilkan. Pada akhirnya yang terjadi adalah

ketimpangan yang sangat mencolok dalam kehidupan sosial-ekonomi masyarakat

Jawa pada masa itu. Di satu sisi kondisi perekonomian pemerintah kolonial

mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena produksi Tanam Paksa

yang meningkat, tetapi di sisi lain kondisi masyarakat tidak semakin membaik.

Kemiskinan tetap menjadi kondisi sehari-hari masyarakat yang harus dijalani dan

cenderung semakin tereksploitasi. Antara tahun 1844 sampai 1850 bahkan terjadi

bencana kelaparan di beberapa wilayah Jawa seperti Demak (1848) dan Grobogan

(1849)67, sebagai akibat dari pemaksaan sepihak dari kolonial untuk

meningkatkan surplus penghasilan mereka dari penanaman tanaman ekspor atau

dapat dikatakan sebagai akibat dari intensifikasi Tanam Paksa. Ironis, ketika

pemerintah mendapatkan keuntungan yang melimpah atas hasil yang dikerjakan

oleh tenaga rakyat, di sisi lain rakyat justru semakin masuk dalam kondisi

66 Ibid.

67 Marwati Djoened,Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

66

kemiskinan yang semakin parah. Maka adanya beberapa peristiwa inilah yang

menjadikan alasan untuk segera mereformasi sistem Tanam Paksa.

Berbagai macam penyelewengan dalam Sistem Tanam Paksa periode awal

tersebut seperti birokrasi yang terlalu korup, eksploitasi yang berlebihan terhadap

tenaga rakyat maupun kecurangan pajak hasil bumi dari tanah rakyat sehingga

rakyat sendiri pada akhirnya tidak dapat menikmati apa yang menjadi hasil kerja

keras mereka bahkan memicu terjadinya bencana kelaparan, yang membuat

beberapa tokoh yang mengatasnamakan diri mereka kaum liberal, melakukan

banyak kritikan dan tekanan terhadap sistem yang dijalankan pemerintah kolonial.

Kaum liberal sendiri juga menghendaki agar pemerintah bisa lebih bersikap

terbuka terhadap kebebasan setiap individu termasuk masuknya perusahaan

swasta. Apalagi melihat bahwa ide-ide liberal yang menekankan prinsip

kebebasan telah berkembang luas di Eropa dan ini juga tidak menutup

kemungkinan untuk berkembang di negara-negara lain mengingat bagaimana

revolusi industri memiliki pengaruh yang cukup besar pula di beberapa negara

lain.

Golongan-golongan yang mengkritisi jalannya pemerintahan Belanda di

tanah Jawa, menghendaki agar pemerintah kolonial Belanda dapat bersikap lebih

longgar, artinya bahwa mengikuti perkembangan zaman yang ada terutama

dengan semakin meluasnya paham liberal, maka pemerintah kolonial seharusnya

dapat lebih memikirkan tentang kebebasan bagi setiap individu untuk dapat

mengejar kemakmuran mereka sendiri. Campur tangun pemerintah telah dirasa

terlampau melewati batas-batas dari kemerdekaan individu untuk berkembang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

67

Mereka menuntut adanya semacam sistem yang dapat mengawasi dan mengontrol

setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kolonial Belanda sehingga akan

menghasilkan suatu sistem pemerintahan yang berimbang antara kekuatan

pemerintah dengan kekuatan rakyat atau individu.

Adanya tekanan-tekanan yang dilakukan oleh beberapa pihak terhadap

Sistem Tanam Paksa yang dijalankan oleh pemerintah kolonial terutama di

wilayah Jawa, menjadi pertimbangan tersendiri bagi kolonial untuk mereformasi

kembali sistem tersebut. Pertimbangan besar yang dipikirkan oleh kolonial adalah

bagaimana mereka dapat memperbaiki citra kolonial yang terlanjur mendapatkan

citra atau kesan sebagai penguasa yang sekedar “memeras” wilayah jajahan tanpa

memberikan suatu kompensasi yang menguntungkan bagi wilayah jajahan. Oleh

karena itu, pemerintah kolonial harus menciptakan suatu sistem yang memiliki

dasar hukum untuk mengatur jalannya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah kolonial di wilayah jajahan.

Dasar hukum ini juga harus memberikan kemudahan atau keuntungan-

keuntungan bagi kedua belah pihak yang terlibat di dalam proses pelaksanaan

kebijakan tertentu. Terlebih adanya kewajiban setiap tahun pemerintah kolonial

untuk memberikan laporan mengenai wilayah jajahan ataupun masalah keuangan

ke negeri induk Belanda. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan atau peraturan

resmi yang dapat mengontrol setiap kebijakan yang dikeluarkan agar tidak

melenceng dari apa yang hendak dituju yang mungkin dilakukan oleh pihak-pihak

tertentu yang berkepentingan terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan

dapat mengancam citra negeri induk sendiri. Adanya hukum resmi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

68

mengontrol jalannya pemerintahan, juga dapat dijadikan sebagai pembelaan bagi

kolonial bahwa setiap kebijakan yang dikeluarkan, secara resmi telah disahkan

oleh negeri induk sendiri.

Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka pemerintah kolonial

mengeluarkan suatu kebijakan baru dalam sistem pemerintahan mereka di wilayah

jajahan. Sejak tahun 1848, mulai terjadi perubahan dalam konstitusi pemerintahan

daerah jajahan yang merujuk pada perubahan sistem Tanam Paksa yang dahulu

terpusat pada kekuasaan pemerintah, maka perubahan ini lebih mencerminkan ide

liberalisme.68 Perubahan ini ditandai dengan dikeluarkannya groundswet

(konstitusi) dari negeri Belanda yang akan mengontrol jalannya kekuasaan raja.

Munculnya groundswet ini turut memberikan pengaruh bagi pemerintahan

kolonial di Jawa. Kaum liberal yang menjadi pencetus adanya groundswet atau

konstitusi tahun 1848 ini, menghendaki juga agar pemerintahan di Jawa juga

mencerminkan adanya kebebasan. Mereka melihat bahwa selama masa kolonial

Belanda di bawah Gubernur Jenderal, kehidupan pribumi tidak mengalami

perubahan yang lebih baik. Terutama ketika pemerintah kolonial memanfaatkan

ikatan tradisional yang cenderung feodal demi meraup keuntungan yang lebih

besar.

68 J.L van Zanden,Arthur van Riel, “The strictures of Inheritance : TheDutch Economy in the nineteenth Century,”http://books.google.co.id/books?id=XxN-W64sEfQC&printsec=frontcover&dq=the+structures+of+inheritance:dutch+economy+in+the+nineteenth+century&hl=id&ei=mFNiTfnnH8rKrAenz43bAg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false (akses 15 Februari 2011)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

69

Golongan pro liberal menghendaki adanya tatanan birokrasi pemerintahan

yang lebih liberal dan bebas. Mereka menghendaki perubahan dalam politik

ekonomi lama di negeri jajahan, misalnya perubahan dalam cara produksi yang

dinilai berlebihan, serta melonggarkan beban yang harus diterima oleh tenaga

kerja. Pada dasarnya, mereka ingin mengubah struktur agraris yang feodal di

masyarakat Jawa, agar sesuai dengan prinsip-prinsip liberalisme. Berdasarkan

pertimbangan ini sekaligus sebagai tindak lanjut dan konsekuensi dari groundswet

tahun 1848, maka konstitusi ini kemudian ditindak lanjuti dari negeri Belanda

melalui sebuah Regerings Reglement atau peraturan pemerintah pada tahun 1854

yang kemudian menjadi perundang-undangan Indonesia, yang mengatur mengenai

pengumuman-pengumuman raja, tindakan mahkota, keputusan Gubernur

Jenderal, serta mengatur jasa kerja paksa, tol, hutan, serta tanah.69

Adanya Regerings Reglement ini, menjadi dasar hukum bagi

pemerintahan di daerah jajahan. Maka adanya perundangan-perundangan ini, ada

pengawasan yang kuat untuk mengatur segala kebijakan yang berkaitan dengan

daerah jajahan termasuk wewenang bagi Gubernur Jenderal untuk segala

tindakannya termasuk mengenai administrasi keuangan pemerintah kolonial

Belanda. Bahkan dalam peraturan tahun 1854 tersebut, diatur juga mengenai jasa

bagi kerja paksa yang dapat diartikan adalah balas jasa yang akan diberikan bagi

tenaga kerja, dalam hal ini rakyat Jawa, yang berperan dalam setiap pelaksanaan

kebijakan kolonial. Jelas dinyatakan dalam peraturan ini bahwa pemerintah

kolonial memang berkewajiban juga untuk memperhatikan dan memajukan negeri

69 Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 10-11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

70

jajahan yang telah memberikan mereka keuntungan ekonomi yang sangat besar.

Namun peraturan ini masih belum disahkan oleh negeri induk karena masih menjadi

tahun-tahun percobaan.

Setelah masa percobaan pelaksanaan Regerings Reglement 1854, maka

diputuskanlah untuk mengeluarkan sebuah undang-undang yang telah disahkan

oleh pemerintah induk Belanda. Undang-undang ini lebih mengarah pada suatu

bentuk pengawasan masalah keuangan di negeri jajahan. Peraturan pemerintah

1854 pada akhirnya semakin dikuatkan dengan munculnya comptabiliteits wet

atau peraturan pemerintah tahun 1864. Apabila pada peraturan pemerintah tahun

1854 lebih mengacu pada pengawasan atau pembatasan atas kekuasaan Gubernur

Jenderal di negeri jajahan, maka peraturan ini menjadi dasar hukum administrasi

keuangan di negeri jajahan. Dapat dikatakan bahwa peraturan ini merupakan

undang-undang audit yang berfungsi untuk mengaudit baik pemerintahannya

maupun sistem keuangan di daerah jajahan.70

Peraturan ini merujuk pada suatu sistem kesatuan ekonomi dimana sistem

ini akan mengatur mengenai masalah-masalah perekonomian antara negeri induk

Belanda dengan daerah jajahan yaitu Jawa, dimana akan ditetapkan bahwa akan

ada kesatuan keuangan antara negeri Belanda dengan negeri jajahannya. Sistem

ini menekankan bahwa anggaran belanja daerah jajahan di bawah kekuasaan

Gubernur Jenderal ditentukan dan disahkan oleh Undang-Undang negeri induk

sehingga ada suatu bentuk pengawasan dari badan legislatif di negeri Belanda. 71

70 Ibid. Hal. 17

71 Ibid.Hal.10-11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

71

Sistem kesatuan ekonomi ini yang menjadi dasar bagi terbentuknya kebijakan

Batig Slot Politiek atau neraca pendapatan pemerintah kolonial dan daerah jajahan

dimana neraca ini didapat dari surplus Tanam Paksa. Dalam kebijakan Batig Slot

Politiek ini, segala macam pendapatan dari surplus pajak Tanam Paksa dihitung

termasuk pembagian untuk negeri induk Belanda dan daerah jajahan. Dalam

pengertiannya, surplus atau pendapatan yang dibagi dalam neraca Batig Slot ini,

berhak untuk dimanfaatkan oleh masing-masing pihak, yaitu pemerintah kolonial

dan daerah jajahan dalam hal ini tanah Jawa. Ini sesuai dengan prinsip kebebasan

yang menjadi prinsip utama dalam liberalisme dan pemerintah kolonial mencoba

untuk menerapkan prinsip tersebut.

Kesatuan ekonomi atau keuangan ini yang diwujudkan dalam kebijakan

Batig Slot Politiek, merupakan bagian juga dari kesatuan politik kolonial di Jawa

yang meliputi segala bidang kehidupan, terutama masalah ekonomi yang

merupakan bidang vital bagi kolonial. Kekuasaan politik yang dimiliki Belanda

sebagai pemegang pemerintahan di Jawa, memungkinkan mereka untuk dapat

menguasai bidang-bidang yang terkait dengan jalannya pemerintahan mereka,

termasuk bidang ekonomi yang sejak semula memang telah menjadi tujuan

mereka. Sektor agraris merupakan sektor yang sangat vital bagi kolonial karena

dari sektor inilah, sumber terbesar pemasukan mereka. Maka ketika muncul

sistem kesatuan ini, tidak menjadikan pemerintah kolonial khawatir karena harus

membagi surplus pajak Tanam Paksa dengan wilayah jajahan. Hal ini dikarenakan

jumlah surplus Tanam Paksa yang sangat besar sejak dicetuskan pertama kali

pada tahun 1830. Hasil ini terus meningkat seiring dengan ditetapkannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

72

intensifikasi Tanam Paksa sejak tahun 1841, terutama ketika banyak tanah desa

yang tidak terpakai dijadikan lahan baru atau lahan tambahan bagi penanaman

tanaman ekspor. Semula lahan yang digunakan untuk Tanam Paksa hanya sekitar

1/5 bagian, kemudian meluas menjadi 1/3, ½ bagian bahkan seluruh tanah desa.

Perluasan lahan ini, menjadi keuntungan tersendiri bagi kolonial, karena dengan

adanya perluasan ini maka hasil tanaman pun meningkat yang secara otomatis

juga meningkatkan pemasukan mereka.

Pemerintah kolonial mencetuskan sistem kesatuan ekonomi kolonial

Belanda tahun 1864 berdasarkan beberapa alasan. Pertama, pemerintah terlanjur

tergantung pada surplus hasil produksi tanaman paksa yang dapat menyokong

masalah keuangan yang melanda negeri induk Belanda seperti pembiayaan

hutang-hutang dan perbaikan dalam negeri sendiri, sehingga tidak memungkinkan

untuk melepaskan pemasukan dari sektor ini. Kedua, surplus yang dihasilkan

selama proses intensifikasi Tanam Paksa, sangat besar dan menguntungkan.

Tercatat bahwa sejak tahun 1841 sampai 1863 atau satu tahun sebelum

pemberlakuan kebijakan Batig Slot Politiek, keuntungan yang di dapat dari

intensifikasi Tanam Paksa mencapai angka 461 juta gulden.72 Sebelum tahun

1841 atau tepatnya sampai tahun 1840, keuntungan yang di dapat mencapai 311

juta gulden.73 Pada tahun 1830-1831, kenaikan keuntungan Tanam Paksa berkisar

antara 11-66 juta gulden per tahun.74 Ini menunjukkan peningkatan yang cukup

72 Ibid, hal. 9

73 J.L van Zanden,Arthur van Riel, loc.cit.74http://ppijkt.wordpress.com/2007/12/16/pola-penguasaan-tanah-era-

tanam-paksa/ (akses 28 April 2011)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

73

besar dalam hal keuntungan hasil produksi tanaman ekspor dari tahun ke tahun

yang diiringi pula dengan semakin meningkatnya kolonialisme itu sendiri.

Hasil ini dapat atau setidaknya cukup untuk membiayai pembelanjaan baik

bagi negeri induk ataupun pembelanjaan di daerah jajahan. Oleh karena itu

surplus ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan tetapi dengan cara-cara yang

tidak merugikan rakyat tetapi juga memberikan keuntungan bagi wilayah jajahan.

Hasil yang terus meningkat dari surplus ini, nantinya dapat digunakan untuk

negeri induk ataupun negeri jajahan.

Keluarnya peraturan ini, menjadikan keyakinan pemerintah kolonial

Belanda semakin kuat untuk semakin menggantungkan kebutuhan ekonomi

mereka dari negeri jajahannya. Sistem ini bermuara pada suatu sistem kesatuan

ekonomi kolonial Belanda yang pada mulanya bertujuan untuk saling memberi

keuntungan bagi negeri jajahan dan negeri induk. Hal ini juga sebagai salah satu

upaya yang dilakukan oleh pemerintah kolonial untuk memperbaiki pandangan

internasional terhadap pemerintahan kolonial Belanda.

B. Pemberlakuan Kebijakan Ekonomi Batig Slot Politiek di Tanah Jawa dan

Usaha-Usaha Pemulihan Citra Kolonial

Pemerintah kolonial berupaya keras untuk melakukan berbagai usaha

untuk memulihkan citra kolonial yang terlanjur mendapatkan kesan “penindas

yang eksploitatif” oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

74

yang berorientasi pada perbaikan keadaan wilayah jajahan serta sistem bagi hasil

antara pemerintah kolonial dengan wilayah jajahan sebagai upaya “pemulihan

citra” ini, menjadi perhatian utama pemerintah kolonial. Kebijakan Batig Slot

Politiek 1864 merupakan perwujudan dari apa yang disebut sebagai usaha

pemulihan citra kolonial.

Pada dasarnya kebijakan Batig Slot Politiek ini menekankan pada usaha

peningkatan pendapatan pada neraca pendapatan Batig Slot untuk memenuhi

kebutuhan pembelanjaan di negeri Belanda dan daerah jajahan. Sejak

pemberlakuannya di tahun 1864 yang menjadi bagian dari sistem kesatuan

ekonomi kolonial Belanda, pemerintah kolonial mencoba untuk mempertegas

kebijakan ini melalui berbagai cara yang akan digunakan untuk meningkatkan

surplus yang ada agar dapat dimanfaatkan baik untuk kolonial sendiri, maupun

daerah kekuasaannya. Mereka tidak semata-mata hanya sekedar menggantungkan

seluruh pendapatan dari surplus hasil intensifikasi Tanam Paksa yang telah ada,

tetapi bagaimanakah juga tetap mendapatkan aliran-aliran pemasukan yang baru

sehingga tidak saja surplus ini tetap bertahan, tetapi juga semakin meningkat.

Meningkatnya keuntungan yang didapatkan oleh pemerintah kolonial

selama masa intensifikasi Tanam Paksa, membuat pemerintah tetap

mempertahankan beberapa penanaman jenis tanaman ekspor, yaitu kopi, gula, dan

lada karena dari tanaman ini juga dihasilkan surplus yang cukup besar.75 Selain

75 Ibid, hal. 11. Pada masa ini, ada sekitar 250 buah lebih perkebunanyang berkembang luas seiring dengan ide liberalisme yang mulai diterima diJawa. Tidak kurang dari 100 buah perkebunan swasta yang mayoritas perkebunankopi, tumbuh bebas di wilayah ini, dan 150 lebih merupakan perkebunan bebasyang juga menanam tanaman dagang seperti tembakau dan nila.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

75

itu, karena pengaruh liberalisasi di Eropa yang kemudian berpengaruh juga di

Jawa, perusahaan-perusahaan swasta turut mendirikan perkebunan-perkebunan

swasta. Perusahaan-perusahaan swasta ini juga turut mengerahkan tenaga kerja

dari penduduk pribumi, bahkan tanah yang mereka gunakan untuk perkebunan

juga berasal dari tanah desa, tetapi dengan prinsip sewa tanah.76 Meskipun

kebijakan ini berorientasi pada keuntungan bersama, tetapi dalam prakteknya

tenaga kerja masih menjadi faktor terpenting yang sangat dibutuhkan untuk

melancarkan pelaksanaan kebijakan ini. Akibatnya, pengerahan tenaga kerja yang

terus menerus dan cenderung meningkat ini, menjadikan rakyat yang dilibatkan

dalam proses penanaman ini, sulit untuk berkembang secara ekonominya.

Keuntungan yang didapatkan oleh pemerintah kolonial di tanah Jawa,

menjadi semakin besar selama pelaksanaan Batig Slot Politiek. Pelaksanaan Batig

Slot Politiek yang menekankan pada peningkatan produksi tanaman ekspor, pada

kenyataanya telah mampu meningkatkan ekspor pemerintah kolonial Belanda di

pasaran internasional. Ini membuat pemerintah kolonial menguasai produksi

ekspor daerah jajahan. Selain itu, harga jenis tanaman-tanaman ekspor tertentu

juga terus mengalami kenaikan yang pesat, seperti kopi yang menjadi salah satu

tanaman yang msih dipertahankan kolonial pasca dibubarkannya Tanam Paksa

Van den Bosch. Tanaman kopi mengalami kenaikan yang cukup pesat sejak tahun

1849. Ini menjadi pemasukan yang lebih besar bagi neraca Batig Slot khususnya

76 Dalam konteks ini, perusahaan swasta diberikan batasan dalam hakmilik dan jangka waktu sewa tanah. Selain itu, mereka juga harus menghormatihak-hak penduduk pribumi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

76

ketika pemerintah mencanangkan usaha-usaha peningkatan surplus neraca Batig

Slot melalui pengintensifan penanaman tanaman dagang yang dikerjakan oleh

penduduk pribumi.

Keuntungan yang semakin besar ini, justru semakin memicu kolonial

untuk terus meningkatkan keuntungannya. Di sisi lain, rakyat Jawa lambat dalam

peningkatan kemakmurannya tetapi justru meningkat jumlah populasinya.77 Inilah

yang memang sengaja tidak diperhatikan oleh kolonial karena dengan semakin

meningkatnya jumlah penduduk maka hal ini menjadi salah satu keuntungan bagi

kolonial karena mereka dengan mudah mendapatkan sumber tenaga kerja yang

banyak. Namun demikian, pertumbuhan penduduk inilah yang kelak menjadi

permasalahan lain bagi kolonial.

Pada tahun 1841-1863 sebelum dikeluarkannya kebijakan Batig Slot

Politiek, jumlah keuntungan bersih yang dihasilkan oleh pemerintah kolonial

adalah 461 juta gulden per tahun. Pasca dikeluarkannya kebijakan ini yaitu sekitar

tahun 1866, jumlah keuntungan bersih yang didapat yaitu sekitar 692 juta gulden

per tahun, sehingga dalam hal ini ada peningkatan sekitar 231 juta gulden. 78

Selama cultuurstelsel, pemerintah kolonial mampu menyetorkan surplus pajak ke

negeri induk sejumlah 10 sampai 40 juta gulden setiap tahunnya.79 Dalam

keseluruhan jangka waktu pelaksanaan Tanam Paksa termasuk pelaksanaan Batig

Slot Politiek ini, yaitu antara tahun 1840 sampai 1875, hasil bersih Sistem Tanam

77 Anton Haryono, op.cit, hal. 112

78 Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 10

79 Sartono Kartodirdjo, op.cit, hal. 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

77

Paksa mencapai angka 781 juta gulden dan jumlah pemasukan tahunan negeri

Belanda dari daerah jajahan mencapai 1/3 atau 30 % dari pendapatan nasional

negeri Belanda sendiri.80 Ini menjadi bukti bahwa pemerintah kolonial cukup

berhasil dalam menjalankan kebijakan Batig Slot Politiek ini. Namun seiring

meningkatnya keuntungan yang didapatkan oleh pemerintah kolonial Belanda,

semakin meningkat pula eksploitasi yang dialami oleh penduduk pribumi.

80 Anton Haryono, op.cit, hal. 111-112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

78

BAB IV

KAPITALISASI KOLONIAL DAN DAMPAK BATIG SLOT POLITIEKBAGI MASYARAKAT JAWA

Pelaksanaan Kebijakan Batig Slot Politiek di tanah Jawa telah memberikan

beberapa dampak yang cukup besar dan berpengaruh di masyarakat. Liberalisasi

yang menyertai munculnya Kebijakan Batig Slot Politiek, menjadi permasalahan

baru di tanah Jawa. Munculnya perusahaan-perusahaan swasta di tanah Jawa

sebagai penguasa baru sumber daya yang ada di Jawa, memunculkan pola

penjajahan baru yaitu kapitalisasi swasta yang jauh lebih besar. Kondisi rakyat

semakin terhimpit dan tertekan karena tenaga mereka semakin tereksploitasi. Di

satu sisi, mereka dituntut untuk memenuhi surplus yang diharapkan oleh

pemerintah guna memenuhi neraca Batig Slot agar dapat memenuhi kebutuhan

baik di negeri induk Belanda maupun di Hindia-Belanda. Sedangkan di sisi lain

,mereka juga harus memberikan tenaga mereka untuk memenuhi pendapatan

perusahaan-perusahaan swasta dalam skala besar.

A. Liberalisasi dan Eksploitasi Ekonomi Kapitalisme Kolonial

Keberhasilan yang dicapai oleh pemerintah kolonial dalam menjalankan

kebijakan Batig Slot Politiek ini tidak terlepas dari kekuasaan yang mereka miliki

atas wilayah jajahan mereka. Kekuasaan mereka tidak terbatas pada masalah

ekonomi yang merupakan masalah pokok di wilayah jajahan, tetapi juga

mencakup kekuasaan politik termasuk masalah birokrasi dan administrasi

pemerintahan di seluruh wilayah jajahan. Adanya kekuasaan ini, menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

79

legitimasi atas segala kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial

terhadap daerah jajahan yaitu Jawa. Otoritas kolonial terhadap daerah jajahan ini

didasarkan atas keberhasilan mereka dalam menundukkan daerah jajahan dengan

segala kemajuan yang mereka bawa. Segala kelebihan baik dalam teknologi

ataupun kemampuan ilmu pengetahuan mereka yang membedakan dengan kondisi

asal wilayah jajahan yang jauh tertinggal, menjadikan kolonial begitu mudah

menguasai daerah jajahan. Adanya kekuasaan yang dimiliki, maka yang akan

terjadi adalah kecenderungan untuk menggunakan segala bentuk kekuasaan

tersebut untuk dapat mempengaruhi pihak lain untuk bertindak sesuai dengan apa

yang dikehendaki sang pemegang kekuasaan. Kekuasaan merupakan suatu

kemampuan dari suatu individu atau kelompok untuk dapat mempengaruhi orang

lain terutama dalam tingkah lakunya, sehingga dengan demikian orang yang

dipengaruhi tersebut akan mencapai atau menuruti apa yang diinginkan oleh sang

pemilik kekuasaan.81 Dalam konteks kolonial, kekuasaan terpenting yang dimiliki

adalah kekuasaan politik yang mencakup penguasaan mereka atas seluruh

pemerintahan di daerah jajahan termasuk dalam sektor ekonominya. Menurut

Miriam Budiardjo, kekuasaan politik diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kebijakan umum baik terbentuknya maupun akibat yang

ditimbulkan demi tujuan si pemegang kekuasaan itu sendiri.82 Adanya kekuasaan

politik, menjadi semacam kunci masuk dari sang pemilik kekuasaan tersebut

81 Miriam Budiardjo, op.cit, hal. 3582 Ibid, hal. 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

80

untuk menciptakan berbagai kebijakan yang bertujuan untuk semakin menguatkan

otoritas mereka di suatu wilayah kekuasaannya.

Kekuasaan politik cenderung terfokus pada bagaimanakah cara

memperoleh kekuasaan secara penuh melalui negara sebagai suatu lembaga yang

mampu mengendalikan tingkah-laku sosial masyarakat. Singkatnya adalah

bagaimana suatu kekuasaan individu atau kelompok mencoba memanfaatkan

pemerintahan yang ada untuk dapat mempengaruhi masyarakatnya, dengan

demikian akan mempermudah mereka dalam memenuhi apa yang menjadi tujuan

mereka. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui sebuah kebijakan yang dibentuk

atau telah dibentuk sebelumnya dengan mengatasnamakan negara atau

pemerintah. Melalui kebijakan tersebut, akan semakin mudah untuk memasuki

ranah masyarakat yang cenderung untuk mengikuti segala kebijakan yang telah

ditentukan oleh pemerintah mereka.

Pada masa Tanam Paksa sampai terbentuknya kebijakan Batig Slot

Politiek tahun 1864, pemerintah kolonial sejak lama telah melihat bagaimanakah

kondisi sosial-ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Kehidupan ekonomi masyarakat

yang subsisten, komunal dengan tingkat solidaritas sosial yang tinggi dan

menekankan pada sistem kerja bersama-sama atau tolong-menolong yang lebih

dikenal dengan istilah gotong-royong, menjadikan pola kehidupan dikebanyakan

desa-desa di Jawa lebih bersifat sederhana termasuk pola pikirnya.83 Peluang ini

yang berhasil dimanfaatkan oleh kolonial dalam memberlakukan kekuasaan

83 Sartono Kartodirdjo, op.cit, hal. 294

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

81

mereka atas Pulau Jawa. Pemikiran kolonial yang cenderung lebih modern serta

lebih maju, membuat kolonial begitu mudah mendapatkan kekuasaan serta

pengaruh mereka di Jawa yang memiliki pola pikir yang masih sederhana.

Mengingat bahwa negeri jajahan harus memberikan keuntungan bagi

negeri induk, maka kolonial harus semaksimal mungkin meningkatkan

produktifitas wilayah jajahan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada

di wilayah jajahan termasuk struktur pemerintahan lokal. Kolonial mulai

mengaktifkan kekuasaannya melalui birokrasi yang ada di tingkat desa. Dalam

Sistem Tanam Paksa, mereka menggunakan pemerintahan tidak langsung yang

berarti bahwa setiap pajak tanaman yang harus diserahkan ke pemerintah kolonial,

harus melalui perantara pemerintahan desa. Dalam hal ini pemerintah lokal atau

pemerintah desa diberikan kewenangan untuk menarik besarnya nilai pajak yang

dibebankan kepada rakyat setelah sebelumnya pemerintah kolonial menentukan

harga pajak yang harus mereka terima.

Kuasa kolonial atas negeri jajahan melalui birokrasi desa dilakukan

karena pemerintah kolonial melihat bahwa kondisi masyarakat Jawa secara umum

masih sangat subsisten dan sederhana. Selain itu mereka telah sekian lama

bergantung pada pemerintahan lokal yang telah ada, seperti misalnya kepala desa

ataupun bupati sebagai perantara dari segala bentuk kehidupan masyarakatnya

termasuk persoalan pajak. Dalam hal ini, kolonial menempatkan diri sebagai

pihak yang memiliki wewenang untuk berada dalam struktur atas pemerintahan

yang membawahi birokrasi-birokasi lokal. Merekalah yang memiliki wewenang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

82

untuk menerapkan segala kebijakan yang ditujukan bagi wilayah jajahan, dalam

hal ini birokrasi pemerintahan lokal di setiap desa yang mereka duduki.

Memanfaatkan birokrasi desa, dengan segala kekuasaan politik yang

dimiliki, kolonial mampu mendapatkan harga tanaman dagang yang jauh lebih

murah dengan harga yang mereka tentukan sendiri kisarannya. Sementara itu,

pejabat-pejabat lokal desa juga menikmati kedudukan mereka di pemerintahan

lokal karena dengan posisi demikian, mereka mendapatkan wewenang untuk

menarik jumlah pajak dari rakyat sebelum menyerahkannya ke pemerintah

kolonial. Selisih harga antara jumlah yang diserahkan rakyat dengan jumlah yang

diminta oleh kolonial itulah yang menjadi pendapatan bagi pemerintah kolonial.

Oleh karenanya, kolonial sengaja untuk tidak memodernisasi birokrasi

pemerintahan desa dan tetap “mengekalkan” posisi para pejabat lokal melalui

penggantian secara turun-temurun.84

Dalam Kebijakan Batig Slot Politiek tahun 1864, pemerintah kolonial

tidak lagi semata-mata menggunakan kekuasaan mereka untuk mendapatkan

keuntungan yang maksimal dari Pulau Jawa. Berangkat dari adanya tekanan-

tekanan serta tuntutan ide kebebasan yang semakin menguat terutama pada

pertengahan Abad ke-19 ketika perkembangan industri mengalami kemajuan yang

pesat di daratan Eropa dan Amerika, pendudukan kolonial Belanda atas tanah

Jawa mengalami sedikit perubahan orientasi pendudukannya. Monopoli ekonomi

mereka atas tanah Jawa, lebih diarahkan pada usaha-usaha pemulihan citra

kolonial Belanda.

84 M.C Ricklefs, op.cit, hal. 264-265

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

83

Dalam Kebijakan Batig Slot Politiek tahun 1864, menjadi awal dari usaha

kolonial dalam memulihkan persepsi internasional khususnya golongan liberal

terhadap pemerintahan kolonial di Jawa yang dianggap sangat menindas.

Kebijakan ini berorientasi pada pembagian surplus produksi Tanam Paksa antara

negara induk Belanda dengan wilayah jajahan. Adanya sistem yang dapat disebut

dengan sistem bagi hasil ini, diharapkan dapat memunculkan kekuatan ekonomi

berimbang antara rakyat dan pemerintah kolonial. Selain itu, munculnya

kebijakan ini menjadi salah satu harapan dari pemerintah kolonial untuk

memulihkan citra mereka.

Pelaksanaan kebijakan ini di lapangan di sisi lain menjadikan bidang

perdagangan menjadi lebih terbuka. Ide-ide liberalisme yang mendasari kebijakan

ini, menjadi pembenaran atas berkembangnya peruahaan-perusahan swasta Eropa

yang ada di Pulau Jawa. Hal ini menjadikan perdagangan menjadi lebih

berkembang terlepas dari perdagangan yag selama ini dimonopoli oleh

pemerintah. Terhitung sejak tahun 1850 atau sejak dihapuskannya beberapa

Tanam Paksa versi Van den Bosch, perdagangan impor maupun ekspor

mengalami pertumbuhan terus-menerus yang juga disertai dengan berkembangnya

perusahaan-perusahaan swasta.85 Perusahaan milik pemerintah kolonial yaitu

NHM (Nederlandsche Handelmaatschappij), memberikan kontribusinya bagi

perkembangan perusahaan-perusahaan swasta di Jawa. Perusahaan NHM atas

perintah pemerintah, harus berbagi lapangan kegiatan serta modalnya bagi

perusahaan-perusahaan swasta. Keputusan tersebut menjadikan pintu bagi

85 Sartono Kartodirdjo, op.cit, hal. 325

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

84

semakin bertumbuhnya perusahaan-perusahaan swasta Eropa di Jawa.86 Terhitung

sejak tahun 1854, sekitar 250 perkebunan swasta berkembang luas di Jawa.

Jumlah ini terdiri dari 100 perkebunan kopi dan sisanya merupakan perkebunan

nila dan tembakau.

Adanya kebijakan Batig Slot Politiek ini menjadi pintu berkembangnya

sektor privat. Ini berangkat dari keyakinan bahwa adanya surplus yang besar,

faktor utamanya adalah kontribusi tenaga individu, untuk itu jika diberikan

kebebasan berusaha bagi masing-masing individu, surplus ini bisa menjadi

semakin besar dan dapat menguntungkan berbagai pihak terutama pemerintah

ataupun rakyat. Keuntungan yang didapat oleh pemerintah semakin besar karena

adanya kebijakan ini. Selain mendapatkan keuntungan dari pajak tanaman yang

rutin diserahkan rakyat, serta sisa surplus masa intensifikasi Tanam Paksa Van

den Bosch yang masih sangat besar, mereka juga mendapatkan keuntungan dari

bunga modal serta sewa tanah perusahaan-perusahaan swasta melalui perusahaan

NHM milik pemerintah.87

Munculnya kapitalisasi swasta ini justru menjadi sumber keuntungan yang

besar bagi kolonial dan perusahaan swasta terutama dalam akumulasi surplus

pendapatan. Menurut Teori Politik Revolusioner (Karl Marx), perkembangan

86 Ibid, hal. 325. Sampai tahun 1869, NHM telah membiayai ataumenyediakan modal bagi 17 perusahaan pengolah gula. Penyediaan modal olehNHM ini segera juga diikuti oleh bank-bank swasta lain yang ikut berdiri setelahmenganggap bahwa usaha ini sangat menguntungkan. Inilah yang kemudianmenjadi pintu bagi berkembangnya kapitalisasi di Jawa.

87 Penyewaan tanah yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swastaini dilakukan dengan beberapa syarat, seperti batasan luas lahan serta lamanyamasa sewa. Pemerintah kolonial beralasan, hal ini dilakukan demi melindungihak-hak masyarakat pribumi atas tanah mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

85

kapitalisme berjalan dengan cara memproduksi komoditas dengan nilai dan harga

yang cukup untuk mendapatkan tenaga kerja dan kapital yang sama seperti semula

sekaligus menghasilkan tenaga kerja dan kapital yang lebih, inilah yang

dinamakan dengan surplus.88 Surplus inilah yang dapat dipergunakan untuk

berbagai kepentingan meningkatkan investasi yang bermuara pada akumulasi

modal. Dalam hal ini, swasta menggunakan modal atau kapital mereka untuk

menghasilkan atau mendapatkan faktor produksi seperti tenaga kerja serta tanah

dengan harga yang murah sebagai lapangan investasi mereka. Dari faktor

produksi yang murah ini mereka mendapatkan hasil yang besar. Keuntungan dari

modal yang didapatkan kemudian diakumulasikan untuk digunakan kembali untuk

meningkatkan investasi yang lebih besar lagi. Dalam hal ini mereka memperluas

lahan perkebunan dengan menambah luas tanah sekaligus meningkatkan jumlah

tenaga kerja yang digunakan. Inilah yang kemudian berkembang menjadi

kapitalisasi swasta besar-besaran di Jawa.

Dalam konteks ini, pemerintah kolonial memanfaatkan kehadiran perusahaan-

perusahaan swasta untuk mendapatkan surplus pendapatannya. Kolonial

meningkatkan penyediaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan tanah

untuk perusahaan swasta. Dari peningkatan ini, kolonial mendapatkan surplus

pendapatan dari sewa tanah dan bunga modal dari NHM yang berperan sebagai

bank penyedia pinjaman modal bagi perusahaan-perusahaan swasta untuk

berinvestasi di Jawa. Hal ini ditambah dengan intensifikasi tenaga kerja untuk

kolonial sendiri dalam proses penanaman tanaman dagang sebagai bentuk pajak

88 James A.Caporaso, David P.Levine, op.cit, hal. 161-162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

86

untuk mendapatkan surplus besar sesuai yang diharapkan oleh pemerintah

kolonial. Oleh karena itu, jumlah pendapatan yang diterima kolonial semakin

besar, baik dari sektor swasta maupun pajak tanaman.

Kebijakan ini jelas menguntungkan pemerintah. Selain karena surplus Tanam

Paksa terdahulu masih tersedia cukup besar, hal ini semakin diperkuat dengan

adanya peraturan yang terwujudkan dalam sebuah kebijakan ekonomi yang

membenarkan adanya kewajiban bahwa negeri jajahan harus memberikan

keuntungan bagi negeri induk. Kebijakan ini menjadi pembenaran atas politik

eksploitasi kolonial melalui kebijakan peningkatan surplus dalam neraca Batig

Slot serta kebijakan pemberian modal bagi perusahan-perusahaan swasta Eropa di

Jawa. Dalam hal ini, eksploitasi tenaga kerja justru tetap berjalan dan cenderung

semakin meningkat. Rakyat tereksploitasi oleh kepentingan pemerintah maupun

swasta dalam meningkatkan keuntungan.

Pemerintah kolonial beralasan bahwa peningkatan surplus dilakukan agar

pemerintah kolonial maupun daerah jajahan mendapatkan keuntungan, sesuai

dengan prinsip sistem kesatuan ekonomi yang tertuang dalam Comptabiliteits Wet

1864. Hanya saja yang kemudian terjadi adalah pemerintah kolonial juga

mengeluarkan kebijakan untuk memberikan kebebasan berusaha bagi perusahaan-

perusahaan swasta Eropa di Jawa. Sayangnya, kebebasan berusaha ini justru

memicu munculnya perusahaan-perusahaan swasta yang menimbulkan pola

penjajahan baru yaitu kapitalisasi besar-besaran. Pihak swasta ini menggunakan

serta memanfaatkan modal yang mereka kuasai, baik itu modal berupa materi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

87

maupun jasa untuk diputar dan diakumulasikan menjadi keuntungan yang jauh

lebih besar lagi.

Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan swasta yang

berdiri, maka lahan yang digunakan pun semakin luas. Ini membuat tanah-tanah

yang semula dibatasi untuk melindungi hak rakyat pribumi atas tanah mereka,

menjadi semakin sedikit. Rakyat menjadi semakin tertekan karena tidak lagi

memiliki tanah mereka sendiri, sementara mereka juga harus bekerja kepada

perusahaan-perusahaan tersebut demi mencukupi kehidupan mereka meski dengan

upah yang sangat kecil. Hal ini telah memposisikan rakyat sebagai buruh di atas

tanah mereka sendiri. Perusahaan-perusahaan swasta telah memanfatkan

kebebasan berusaha mereka di Jawa untuk menciptakan pola penjajahan baru

yaitu kapitalisasi di atas tanah rakyat.

B. Comptabiliteits Wet 1867 dan Pembubaran Sistem Kesatuan Ekonomi

Kolonial Belanda

Kebijakan Batig Slot Politiek pada dasarnya mengacu pada neraca surplus

yang dimiliki pemerintah kolonial Belanda selama masa Tanam Paksa

berlangsung. Besarnya nilai surplus tersebut, dimanfaatkan untuk pembiayaan di

negeri induk Belanda. Namun pasca dikeluarkannya Comptabiliteits Wet 1864,

neraca surplus Tanam Paksa digunakan juga untuk pembiayaan di negeri jajahan

sebagai salah satu bentuk perwujudan sistem kesatuan ekonomi. Sejak tahun 1841

sampai tahun 1863 hasil keuntungan bersih dari Tanam Paksa mencapai angka

461 juta gulden, sedangkan antara tahun 1863 sampai 1866 mencapai 692 juta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

88

gulden.89 Merupakan jumlah yang besar pada masa itu untuk mencukupi segala

pembiayaan di Jawa. Jumlah penghasilan ini juga didapatkan dari NHM sebagai

perusahaan negara, terutama ketika NHM menjadi bank bagi perusahaan-

perusahaan swasta di Jawa. Namun penghasilan tersebut tidak membuat kolonial

puas. Mereka terus melakukan intensifikasi dalam penanaman tanaman dagang

sebagai bentuk upaya mengembangkan kekayaan negeri jajahan demi keuntungan

negeri induk Belanda. Meski Sistem Tanam Paksa versi Van den Bosch telah

dihapuskan seperti pengurangan beberapa jenis tanaman dagang, tetapi kolonial

tetap mempertahankan beberapa komoditi utama yang memiliki nilai jual yang

tinggi, seperti gula dan kopi. Dari dua komoditi utama tersebut, kolonial mampu

memperoleh pendapatan sampai ratusan juta gulden yang sebagian besar dialirkan

ke negeri induk Belanda.

Keuntungan surplus tersebut dialirkan ke negeri Belanda untuk

pembiayaan hutang sebesar 236 juta gulden termasuk hutang-hutang VOC, serta

segala pembiayaan infrastruktur seperti kereta api dan bangunan pertahanan yang

menghabiskan biaya hampir 300 juta gulden.90 Dalam hal ini, segala pembiayaan

ditanggung oleh daerah jajahan khususnya Jawa dari pendapatan yang dihasilkan

di wilayah tersebut. Meski tidak semua penghasilan digunakan untuk

pembelanjaan di negeri induk, tetapi lebih dari 50 % penghasilan masuk ke negeri

induk, bahkan penghasilan negeri induk Belanda dari daerah jajahan mencapai 1/3

atau 30% dari penghasilan negeri Belanda sendiri. Ini jelas menguntungkan dan

89 Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 10

90 Ibid, hal. 12-13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

89

mampu untuk membayarkan segala macam hutang-hutang baik yang ditinggalkan

VOC dan pembiayaan-pembiayaan lain seperti pembangunan beberapa

infrastruktur seperti perkapalan dan perkembangan industri Belanda.

Pendapatan yang besar dari tanah Jawa sebagai sumber terbesar penyedia

komoditi tanaman ekspor, menjadikan jumlah pengeluaran kolonial semakin

meningkat. Selain untuk pembiayaan di negeri Belanda, di Jawa sendiri mereka

juga membangun banyak sarana infrastruktur seperti jalur kereta api, irigasi, dan

pelabuhan yang jumlah akumulasi pengeluaran mencapai 213 juta gulden.91 Dapat

dikatakan bahwa ini merupakan salah satu bentuk dari usaha kolonial untuk

memenuhi apa yang tertuang dalam Kebijakan Batig Slot Politiek. Namun data

menunjukan perbedaan yang sangat mencolok antara pengeluaran di negeri

Belanda dengan di daerah jajahan yang jauh berbeda besarnya.

Meski selama proses pelaksanaan Kebijakan Batig Slot Politiek, keuangan

neraca sendiri mengalami kenaikan yang cukup besar, tetapi muncul beberapa

permasalahan. Dari semua penghasilan yang didapatkan selama intensifikasi

Tanam Paksa sampai pada pelaksanaan kebijakan Batig Slot Politiek, nampak

adanya perbedaan yang mencolok dalam hal pembagian hasil antara negeri

Belanda dengan daerah jajahan. Meski dalam hal ekspor, mengalami kemajuan

yang besar, tetapi hasil yang didapat tidak seimbang. Jika dihitung dari

penghasilan yang di dapat pada tahun 1863-1866, jumlah penghasilan yang

diterima mencapai 692 juta gulden. Namun oleh pemerintah kolonial, hampir

setengahnya atau sekitar 400 juta gulden dialirkan ke negeri induk untuk

91 Ibid, hal. 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

90

pembiayaan hutang-hutang dan pembiayaan lain seperti pembangunan

infrastruktur-infrastruktur. 92 Praktis keuntungan yang di dapatkan oleh negeri

jajahan hanya sekitar 292 juta gulden, ini bahkan tidak mencapai setengah dari

total penghasilan.

Selama pelaksanaan periode Tanam Paksa sampai pada pelaksanaan

kebijakan Batig Slot Politiek, penghasilan yang diterima sebagian besar di

dapatkan dari penjualan hasil-hasil penanaman produk-produk ekspor yaitu

mencapai 50 sampai 60 % dari seluruh pendapatan.93 Hal ini masih di tambah dari

pajak tanah, pajak impor, serta pajak ekspor. Pendapatan dari pos-pos ini

sangatlah besar, seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Tidak

mengherankan jika pada pertengahan Abad ke-19 tepatnya di tahun 1860-an ,

usaha perkapalan di Belanda maju pesat. Usaha ini semakin pesat terutama setelah

di bukanya Terusan Suez di tahun 1869. Kemajuan ini diringi dengan

perkembangan dalam hal industri maupun teknologinya. Perkembangan ini tidak

terlepas dari sokongan dana yang di dapatkan dari negeri jajahan terutama dari

neraca Batig Slot yang sangat besar.

Hasil yang sangat besar dari pos-pos penghasilan di atas, digunakan untuk

pembelanjaan baik di negeri Belanda ataupun di Jawa sendiri. Pembelanjaan

tersebut antara lain digunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalur

kereta api (150 juta), irigasi (33 juta) dan pelabuhan (30 juta).94 Namun akibat

92 Ibid. Hal.12-13

93Anne Booth, William J.O’Malley, Anna Weidemann, op.cit, hal. 294

94 Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

91

dari adanya pembiayaan-pembiayaan yang sangat besar tersebut, yang kemudian

terjadi adalah defisit keuangan khususnya defisit bagi negeri jajahan. Bagi negeri

jajahan, defisit ini tentu saja disebabkan karena tidak imbangnya pembagian hasil

neraca surplus Batig Slot. Pendapatan yang terbatas, harus digunakan juga untuk

memenuhi pembelanjaan di daerah jajahan.

Dalam hal ini, kolonial tetap berusaha untuk bertahan pada kondisi mereka

saat itu yang sedang mengalami perkembangan positif dalam pembangunan

negaranya. Oleh karena itu, defisit yang mereka alami dibebankan oleh daerah

jajahan yang dianggap masih memiliki cadangan anggaran yang besar dari surplus

Tanam Paksa. Selain itu mereka juga membenarkan politik semacam itu karena

berdasarkan sistem kesatuan ekonomi yang tertuang dalam Comptabiliteits Wet

1864, salah satu hal yang ditegaskan adalah bahwa segala bentuk pendapatan yang

diterima di negeri jajahan akan menjadi pemasukan untuk pemerintah yang

menguasai wilayah tersebut, termasuk segala pembiayaan hutang. Jumlah hutang

pemerintah kolonial sejumlah 236 juta gulden dan belum termasuk pembiayaan

atas pembangunan beberapa infrastruktur, dibebankan pembayarannya kepada

daerah jajahan. Jumlah biaya untuk pembayaran hutang tersebut sesungguhnya

merupakan hak yang semestinya digunakan oleh daerah jajahan sendiri. Jika

dihitung total pendapatan yang sesungguhnya harus diterima oleh daerah jajahan

mencapai 528 juta gulden, dan jika dihitung bersama bunga yang dipakai oleh

Belanda, maka pendapatan yang diterima mencapai 1585 juta gulden.95 Dari

sekian juta yang didapatkan tersebut, hampir sebagian besar atau setengah lebih

95 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

92

dari jumlah tersebut, menjadi milik Pulau Jawa karena wilayah ini yang menjadi

sumber terbesar dari produksi komoditas tanaman ekspor termasuk juga penyedia

tenaga kerja terbesar.

Pada akhirnya kas dari neraca Batig Slot justru lebih besar mengalir ke

negeri induk untuk pembayaran hutang-hutang dan pembiayaan-pembiayaan lain

seperti pembangunan infrastruktur-infrastruktur umum seperti jalan kereta api,

pelabuhan, serta irigasi yang menyebabkan pengeluaran pemerintah kolonial

menjadi semakin besar. Kondisi ini kembali menjadi sorotan berbagai pihak yang

menentang sistem kolonial ini yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa

yang tertuang dalam Kebijakan Batig Slot Politiek. Dalam kebijakan tersebut,

secara tegas dinyatakan bahwa setiap surplus yang dihasilkan di tanah jajahan,

juga berhak menjadi milik tanah jajahan. Hal ini berarti bahwa kebijakan ini

menekankan adanya sistem bagi hasil kolonial dengan wilayah jajahan. Namun

yang terjadi, keuntungan lebih berpihak pada kolonial. Ini menyebabkan

Kebijakan Batig Slot Politiek menjadi lemah.

Perkembangan perusahaan-perusahaan swasta yang semakin meluas, juga

menjadi beberapa alasan yang turut melemahkan Kebijakan Batig Slot Politiek.

Perkembangan ini menyebabkan keadaan penduduk pribumi semakin sulit dan

tidak berdaya. Pemaksaan untuk menyediakan surplus sebesar-besarnya bagi

pemerintah kolonial, harus ditambah lagi dengan adanya kekuasaan swasta yang

juga memeras tenaga kerja serta tanah milik mereka untuk digunakan dalam

mendirikan perkebunan-perkebunan swasta. Hukum-hukum adat dan hak-hak

pribumi atas tanahnya sendiri, semakin tersudut. Menurut kaum liberal sendiri,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

93

baik kaum kapitalis maupun petani, bebas untuk menggunakan tanahnya sendiri

dan mengubah tanah komunal menjadi tanah perseorangan tanpa campur tangan

pemerintah. Tetapi pada kenyataanya, justru kaum kapitalislah yang hanya

memiliki tanah tersebut. Di sini, penduduk seolah-olah hanya dijadikan sebagai

penyedia tanah dan tenaga kerja bagi kaum kapitalis.

Kaum liberal hendak menentang eksploitasi atau campur tangan

pemerintah. Mereka menghendaki adanya adanya kebebasan bekerja dan

kebebasan dalam penggunaan lahannya, atau dengan kata lain menghendaki

sistem laissez-faire.96 Namun dalam prakteknya, pernyataan ini hanyalah

semacam kamuflase dari pihak swasta untuk menutupi kepentingan mereka yang

sesungguhnya yaitu menguasai tanah atau lahan pribumi. Inisiatif swasta untuk

menekan ekploitasi pemerintah justru menjadi bibit tumbuhnya sistem penjajahan

baru, yaitu kapitalisasi swasta.

Ketimpangan-ketimpangan ini kemudian menghasilkan berbagai kritikan

yang tajam dari berbagai pihak. Kritikan itu menyatakan bahwa keuntungan di

Jawa merupakan penghasilan bagi negeri Belanda sendiri. Banyak tuduhan yang

dilontarkan kepada pemerintah kolonial yang menyatakan bahwa mereka telah

merampok kekayaan dan hak-hak pribumi. Para pemikir kritis tersebut menuntut

penghitungan kembali jumlah kekayaan daerah jajahan dan pemerintah kolonial

harus mengembalikan jumlah tersebut sebagai bentuk “hutang kehormatan”.97

Kecaman paling radikal dikeluarkan oleh van Dedem. Ia menuntut dihapuskannya

96 Sistem ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah.

97 Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

94

pengambilan keuntungan dari negeri jajahan atau dengan kata lain penghapusan

sistem kesatuan keuangan. Ia berpendapat bahwa kemungkinan kesatuan

keuangan yang akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yaitu

pemerintah Belanda dan masyarakat pribumi, justru lebih besar ke negeri

Belanda.98

Akibat adanya berbagai macam kecaman oleh berbagai pihak, pemerintah

kolonial harus kembali merasakan pertaruhan nama baik kolonial terutama negeri

induk Belanda. Pemerintah kolonial mempertimbangkan kembali untuk

mempertahankan Kebijakan Batig Slot Politiek terutama sistem kesatuan ekonomi

kolonial Belanda, mengingat bahwa pemerintah kolonial kembali mendapatkan

kecaman-kecaman yang sangat keras dari beberapa pihak. Maka pada tahun 1867,

dikeluarkanlah lagi suatu peraturan pemerintah atau Comtabiliteits wet 1867.

Dalam peraturan tersebut secara tegas memerintahkan untuk melakukan

pemisahan secara resmi kesatuan keuangan atau kesatuan ekonomi kolonial

Belanda dengan daerah kekuasaan yaitu tanah Jawa.

Pada tahun itu pula, pemerintah Belanda harus memulai pembayaran atau

pengembalian segala kekayaan daerah jajahan yang telah diambil oleh negara

induk. Menurut catatan yang dikeluarkan oleh Van Deventer, kekayaan yang

didapatkan daerah jajahan sampai tahun 1867 mencapai 823 juta gulden.99 Namun

hasil yang didapatkan dari surplus sebelum tahun 1867, masih terhitung sebagai

hasil sistem kesatuan ekonomi, sehingga sistem bagi hasil keuntungan di sini

98 Sartono Kartodirdjo, op.cit, hal. 26

99 Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, op.cit, hal. 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

95

masih berlaku. Oleh karena itu, tepat tahun 1867 itulah awal kolonial harus mulai

mengembalikan segala hutang-hutangnya yang disebut dengan “hutang

kehormatan” kepada daerah jajahan. Inilah masa berakhirnya Batig Slot Politiek,

meski masa kolonialisme dan monopoli keuntungan tetap berlanjut. Pemerintah

kolonial juga memikirkan kembali bagaimanakah cara untuk benar-benar

memulihkan citra kolonial serta memberikan bukti nyata balas budi pemerintah

kolonial terhadap pribumi.

C. Dampak Kebijakan Batig Slot Politiek Bagi Masyarakat Jawa

Selama pelaksanaan kebijakan ekonomi Batig Slot Politiek, tanah Jawa

pada khususnya mengalami beberapa perubahan dalam beberapa bidang. Selama

pelaksanaan kebijakan ini, yaitu terhitung sejak 1850 sampai 1865, Jawa

mengalami kemajuan dalam bidang ekspor. Tanah Jawa di bawah kekuasaan

pemerintah kolonial Belanda, pernah mengalami keunggulan sebagai pengekspor

tanaman dagang terbesar. Hal ini ditambah dengan semakin meningkatnya nilai

jual beberapa jenis tanaman dagang seperti kopi di pasaran internasional. Hal ini

berakibat jangka panjang bagi Jawa yang dikemudian hari menjadi terkenal

sebagai pengekspor produk-produk tanaman yang ekspor.

Keberhasilan dalam produksi ekspor ini terlihat dari peningkatan

pendapatan tahun ke tahun di neraca Batig Slot yang akan ditunjukkan dalam tabel

di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

96

Tahun Jumlah NilaiEkspor(dalamgulden)

Jumlah nilai eksporke Belanda

(dalam gulden)

Perincian

Kopi(dalamgulden)

Gula(dalamgulden)

Indigo(dalamgulden)

1850185518601865

57.74078.75899.147

101.375

45.22362.64276.80880.806

18.72032.39829.82533.659

17.04420.43531.98232.398

4.1933.2503.4524.229

Sumber : Sartono Kartodirdjo. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 DariEmporium Sampai Imperium,jilid 1. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.324

Tampak dari tabel di atas memang terlihat bahwa ada grafik peningkatan

yang cukup pesat dari tahun ke tahun berkaitan dengan pendapatan hasil

penjualan produk-produk tanaman ekspor. Selain itu, beberapa jenis tanaman juga

mengalami peningkatan nilai jual yang cukup besar. Ini menunjukkan bahwa

produk-produk dari Jawa cukup diminati di pasaran internasional khususnya

Eropa dalam jangka waktu yang lama. Hasil ini juga menegaskan bahwa

pemerintah kolonial mampu menguasai produksi ekspor dalam jangka waktu yang

cukup lama.

Dari hasil ini juga, pemerintah kolonial mampu membayar hutang-hutang

yang menjadi beban mereka terutama beban hutang yang ditinggalkan oleh VOC

yang mencapai 400 juta gulden serta pembiayaan beberapa pembangunan

infrastruktur seperti jalur kereta api, irigasi, dan pelabuhan-pelabuhan.

Pembangunan ini juga yang kelak dikerjakan di Jawa. Tidak mengherankan jika

pada pertengahan Abad ke-19 tepatnya di tahun 1860-an , usaha perkapalan di

Belanda maju pesat. Usaha ini semakin pesat terutama setelah di bukanya Terusan

Suez di tahun 1869. Kemajuan ini diringi dengan perkembangan dalam hal

industri maupun teknologinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

97

Selain berhasil dalam bidang ekspornya, daerah jajahan juga mulai

diperhatikan pendidikannya. Melihat dari hasil Batig Slot Politiek yang cukup

besar dan juga sebagai perwujudan dari prinsip kebebasan yang tertuang dalam

prinsip liberal, di beberapa wilayah Jawa mulai dipikirkan mengenai pendidikan

bagi pribumi. Undang-undang mengenai pendidikan untuk pribumi sebenarnya

telah tertuang dalam peraturan tahun 1854. Namun baru pada tahun 1864, sekolah

Belanda dibuka untuk pribumi dan di tahun 1867, didirikan Departemen

Pendidikan Agama dan Industri.100 Jenis sekolah yang didirikan adalah sekolah

untuk guru dan sekolah dokter Jawa. Meskipun demikian, pendidikan ini hanya

terbatas untuk kelas-kelas tertentu dan belum mencakup seluruh penduduk

pribumi.

Selain perubahan-perubahan positif tersebut, di sisi lain juga menimbulkan

sisi negatif juga. Penderitaan yang dialami rakyat pada masa pelaksanaan

Kebijakan Batig Slot Politiek dapat dikatakan semakin lebih berat. Hal ini

dikarenakan dalam tiga tahun pelaksanaan tersebut, rakyat harus menghadapi dua

sistem penjajahan yang berbeda, yaitu sistem konservatif kolonial yang

mengandalkan pada sistem feodal yang telah menjadi sistem hidup masyarakat

pada masa itu, serta kapitalisasi swasta yang dipicu semangat liberalisme dan

modernisasi dalam berbagai bidang. Kapitalisasi menjadi penjajahan lain bagi

rakyat yang pada awalnya diberikan janji adanya kebebasan bagi mereka untuk

mengembangkan kehidupan mereka tetapi pada akhirnya kebebasan hanyalah

100 Ibid. Hal.15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

98

milik pihak swasta yang memanfaatkan tenaga mereka untuk dieksplotasi dalam

memenuhi kas pendapatan pihak-pihak swasta.

Selain itu yang kemudian menjadi masalah adalah adanya perluasan lahan-

lahan atau tanah-tanah desa yang semula tidak digunakan atau sebagai kas desa,

kemudian diambil oleh pihak swasta untuk usahanya. Masa itu pula, masyarakat

Jawa pada khususnya, mulai mengenal sistem liberal sekaligus sistem kapitalisasi

dimana terjadi akumulasi modal besar-besaran yang mengarah pada pengumpulan

keuntungan sebesar-besarnya. Perdagangan yang mulai bebas dan terbuka

khususnya setelah tahun 1850, menjadi contoh dari kuatnya pengaruh liberalisme

di tanah Jawa.

Pada masa intensifikasi Tanam Paksa dibawah kepemimpinan Van den

Bosch, tanah yang digunakan untuk Tanam Paksa mencapai 1/3 bahkan ½ luas

tanah. Namun pada masa itu, belum ada batasan mengenai kriteria-kriteria

penyewaan tanah desa dan batasan jangka waktu yang ditetapkan untuk sewa

tersebut. Hal ini dikarenakan pada masa itu, orientasi pemerintah hanyalah

bagaimana memanfaatkan tanah-tanah yang tidak terpakai untuk mendapatkan

keuntungan tanpa menetapkan kriteria-kriteria tertentu mengenai sewa tanah.

Sedangkan pada masa Kebijakan Batig Slot Politiek, seiring dengan

perkembangan liberalisme dan perusahaan-perusahaan swasta di Jawa, maka

pemerintah kolonial mulai menetapkan kriteria-kriteria penyewaan tanah bagi

semua perusahaan swasta yang akan berinvestasi di Jawa. Kriteria-kriteria yang

ditetapkan antara lain bahwa perusahaan swasta yang hendak berinvestasi, harus

sudah terdaftar. Selain itu mereka juga menetapkan batas waktu penyewaan bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

99

perusahaan-perusahaan tersebut, yaitu antara 5 sampai 30 tahun.101 Dalam hal ini,

sekali lagi rakyat harus kehilangan tanah mereka untuk perkembangan

perusahaan-perusahaan swasta meski dengan alasan hanya disewa untuk jangka

waktu tertentu. Selain itu alasan yang digunakan oleh pemerintah kolonial

memberikan batasan masa sewa tersebut adalah untuk melindungi hak-hak rakyat

pribumi atas tanah mereka, nampaknya hanya sekedar untuk menutupi tujuan

kolonial yang sesungguhnya yakni agar semua lahan di Jawa tidak dikuasai

seluruhnya oleh swasta.

Selama masa Kebijakan Batig Slot Politiek, pengeluaran kolonial semakin

besar seiring dengan semakin besarnya surplus yang dimiliki. Termasuk dalam

pembiayaan hutang-hutang Belanda yang mencapai 400 juta gulden. Namun

segala pembiayaan termasuk beban hutang dibebankan kepada daerah jajahan.

Secara garis besar, dengan adanya Batig Slot Politiek ini, Jawa terbebani oleh

banyak hutang. Surplus yang dihasilkan dari hasil Tanam Paksa., digunakan untuk

kepentingan negeri induk untuk pembiayaan hutang-hutang pasca perang,

pembangunan rel kereta api, pembangunan pelabuhan, dan infrastruktur-

infrastruktur lainnya. Pemerintah kolonial Belanda membenarkan politik Batig

Slot Politiek dengan dasar prinsip kesatuan keuangan. Hal ini dikarenakan tanah

Jawa menjadi wilayah kekuasaan pemerintah Belanda sehingga wajar apabila

keuangan yang dihasilkan di Jawa, digunakan oleh pemerintah kolonial sendiri.

Dapat dikatakan pula bahwa sistem kesatuan ekonomi atau keuangan tersebut

merupakan tulang punggung keuangan pemerintah kolonial Belanda.

101 Ibid, hal. 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

100

Kekayaan tanah Jawa sesungguhnya terhitung sangat besar apabila tidak

dipergunakan oleh pemerintah kolonial dan tidak terbebani dengan hutang yang

besar. Hal ini dilihat dari hasil ekspor yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Namun lebih dari 50 % penghasilan tersebut, justru masuk ke negeri Belanda.

Apabila dilihat dari selisih jumlah yang di alirkan ke negeri Belanda dengan yang

diterima negeri jajahan, maka yang diterima oleh negeri jajahan hanya sekitar 10-

30 % dari total penghasilan. Ini menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok

antara jumlah penghasilan negeri induk dengan negeri jajahan. Meski demikian,

wilayah Jawa memiliki penghasilan yang tetap dari sektor agraris yaitu produk

tanaman ekspor serta pajak, sehingga tetap dapat memenuhi kas pendapatan.

Jumlah hutang yang dibebankan kepada daerah jajahan, sesungguhnya

merupakan hutang pemerintah Belanda sendiri. Oleh karena itu, akibat dari

kondisi Belanda yang pada masa sebelum Tanam Paksa masih terbelakang

terutama dalam perkembangan industri maupun pertaniannya, maka satu-satunya

sumber yang dapat diandalkan hanyalah dari tanah jajahan. Maka surplus pajak

Tanam Paksa di Jawa, mengalir ke negeri induk Belanda. Sampai tahun 1867,

kekayaan di daerah jajahan mencapai 823 juta gulden.102 Sementara itu, di Jawa

sendiri justru sedang mengalami defisit. Suatu kondisi yang kontradiktif karena

memiliki penghasilan yang besar tetapi justru mengalami defisit. Oleh karena itu

tahun sebelum Batig Slot berakhir, banyak pihak yang mengecam bahwa Batig

Slot sendiri sesungguhnya tidak menunjukkan pembangunan yang signifikan di

masyarakat meski secara kuantitas menunjukkan peningkatan jumlah penghasilan

102 Ibid, hal. 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

101

yang cukup besar. Hampir semua pendapatan yang didapatkan berasal dari

sumber pajak seperti yang tertera di bawah ini.

Kategori pemasukan Hasil (juta.f)

1850 1867

Pajak Tanah 10,7 12,6

Penjualan hak menarik pajak 10,4 10,8

Pajak garam 4,6 5,8

Sumber : J.S.Furnivall. 2009. Hindia-Belanda,Studi tentang Ekonomi Majemuk. Jakarta : FreedomInstitute. Hlm. 185

Dari tabel di atas tampak bahwa pendapatan dari pajak memang sangat

besar, terutama dari pajak tanah dan penjualan hak menarik pajak dari komoditi

ekspor. Namun hasil-hasil tersebut hampir semua mengalir ke negeri induk dan

cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat pendapatan sebesar 15 juta

gulden pada tahun 1851 naik menjadi rata-rata 25,4 juta gulden antara tahun 1852

dan 1860, lalu menjadi 32,5 juta gulden selama tahun 1861 sampai 1866.103

Jumlah pendapatan tersebut hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk tanah

Jawa. Pembangunan-pembangunan yang dirasakan oleh rakyat hanya sebatas pada

pembangunan infrastruktur seperti kereta api dan irigasi. Namun dalam derajat

kesejahteraan, masih jauh dari layak terutama bagi para keluarga petani yang

memberikan sumbangan terbesar dalam peningkatan pendapatan di neraca Batig

Slot.

103 J.S.Furnivall. 2009. Hindia-Belanda,Studi tentang Ekonomi Majemuk.Jakarta : Freedom Institute. Hal. 185

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

102

Pada masyarakat pribumi, kondisi yang cukup baik hanya dapat dirasakan

oleh penguasa pribumi, meskipun hanya dijadikan sebagai alat dalam memonopoli

keuntungan ekonomi. Meski mereka harus bekerja di bawah kekuasaan

pemerintah pusat kolonial, tetapi paling tidak mereka tetap memiliki penghidupan

yang lebih layak. Mereka mendapatkan penghasilan dari kelebihan pajak yang

diserahkan oleh rakyat dan yang mengatur besarnya pajak yang harus diserahkan

adalah para pejabat pribumi itu sendiri. Gaji atau upah tersebut diatur oleh

pemerintah kolonial. Sedangkan bagi rakyat biasa, kehidupan mereka tergantung

dari sisa pajak tanaman yang mereka tanam setelah sebelumnya diserahkan ke

pemerintah kolonial serta uang hasil penjualan tanaman tersebut.

Permasalahan utama yang nampak jelas ditunjukkan sebelum dan sesudah

Kebijakan Batig Slot Politiek dilaksanakan adalah masalah tenaga kerja.

Terhitung sejak Tanam Paksa, penyediaan tenaga kerja terbesar, terpusat di tanah

Jawa. Hal ini dikarenakan tingkat kepadatan penduduk sangat besar di Jawa.

Selain itu sistem kehidupan di Jawa yang sangat tradisional dan hidupnya

bergantung pada alam pertanian, telah membentuk etos kerja yang bagus serta

fisik yang kuat masyarakatnya. Oleh karena itulah, Jawa menjadi sumber

penyedia tenaga kerja yang potensial.

Kolonial merasa telah berhasil memusatkan kekuasaan mereka di tanah

Jawa karena sangat potensial baik sumber daya alam maupun manusianya. Sejak

Tanam Paksa, hampir seluruh keluarga petani Jawa dikerahkan untuk melakukan

penanaman tanaman dagang. Selama intensifikasi surplus Batig Slot, jumlah

tenaga kerja semakin ditingkatkan apalagi setelah kolonial menegaskan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

103

surplus yang di dapat akan dibagi hasilnya dengan wilayah jajahan, sehingga tidak

ada alasan bagi masyarakat untuk tidak memberikan tenaganya demi memenuhi

neraca Batig Slot.

Namun pada masa perkembangan perusahaan-perusahaan swasta,

pengerahan tenaga kerja rakyat lebih terbuka dan dibebaskan bagi rakyat. Dalam

hal ini, rakyat dikatakan tidak bekerja secara sukarela tetapi mendapatkan upah.

Banyak rakyat yang melihat ini sebagai peluang untuk mendapatkan penghasilan

tambahan dengan bekerja bagi perusahaan swasta. Selain itu, ditahun-tahun

tersebut pertumbuhan penduduk Jawa semakin pesat dengan ditandai angka

kelahiran yang semakin meningkat, contohnya pada tahun 1860 terjadi

peningkatan yang sangat tajam yaitu sekitar 2,4 % per tahun atau dalam kisaran

angka sekitar 12.514.262 jiwa.104 Oleh karena itu, rakyat dituntut untuk

meningkatkan penghasilan mereka guna menghidupi keluarganya. Meski dapat

dikatakan bahwa upah yang diterima dari bekerja di perusahaan-perusahaan

swasta jauh dari layak, tetapi itulah pilihan yang harus diterima rakyat. Rakyat

Jawa menjadi korban kapitalisme kolonial di pertengahan Abad ke-19 yang justru

kelak berpengaruh di perkembangan kehidupan orang Indonesia secara umum itu

sendiri.

Permasalahan utama atau konsekuensi yang di dapatkan pada masa

pelaksanaan kebijakan Batig Slot Politiek ini adalah eksploitasi besar-besaran

tenaga kerja penduduk pribumi. Ini berdampak pada lambatnya kemajuan di

masyarakat terutama bagi kelas menengah bawah. Pendidikan yang sengaja

104 Parakitri Tahi Simbolon, loc.cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

104

dibuka untuk penduduk pribumi, pada kenyataannya tidak dapat mereka rasakan

karena pendidikan tersebut hanya bagi kalangan kelas menengah atas. Dapat

dikatakan bahwa masyarakat pibumi masih hidup dalam keterlambatan tingkat

pendidikannya.

Pengaruh lain yang disebabkan adanya Kebijakan Batig Slot Politiek

adalah masyarakat mulai mengenal sistem bagi hasil keuntungan produksi meski

pada prakteknya kurang memihak pada rakyat dan tidak merata. Sistem bagi hasil

yang dikenal pada awalnya hanya sebatas antara pemerintah dengan wilayah

jajahan secara keseluruhan, artinya tidak terjalin antar individu. Selain itu, bagi

hasil keuntungan produksi pada masa Sistem Tanam Paksa sampai pada

Kebijakan Batig Slot, tidak secara fisik diterima oleh masing-masing rakyat tetapi

lebih pada bentuk pembangunan infrastruktur-infrastruktur umum seperti, jalur

kereta api, irigasi, dan sebagainya, sehingga dapat dikatakan bahwa rakyat masih

belum dapat merasakan secara langsung hasil kerja keras mereka dalam

memenuhi dan menaikan derajat kehidupan mereka. Meskipun demikian, adanya

infrastrukur-infrastruktur tersebut, kedepannya memberikan kemudahan-

kemudahan bagi kehidupan masyarakat sekaligus sebagai salah satu awal

terjadinya modernisasi di Hindia-Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

105

BAB V

PENUTUP

Pertengahan Abad ke-19, tanah Jawa mengalami masa kolonialisme yang

sangat berat. Tanah Jawa dalam sejarah kolonialisme, menjadi salah satu sentra

ekonomi pertanian yang sangat menjanjikan bagi kolonial. Tanah Jawa dipilih

sebagai pusat monopoli ekonomi karena kondisi alam Jawa yang sangat

menguntungkan. Sumber daya alam terutama tanah yang dimiliki sangat subur

dan luas. Begitu juga dengan sumber daya manusianya yang banyak dan

potensial, menjadi keuntungan tambahan bagi kolonial untuk melegitimasi

kekuasaannya atas wilayah tersebut.

Adanya berbagai kemudahan dan keunggulan-keunggulan tersebut,

menjadikan Jawa sebagai daerah dengan tingkat penjajahan atau kolonialisme

tinggi. Kondisi masyarakat pribumi Jawa pun terhitung sebagai wilayah dengan

kondisi masyarakat yang paling memprihatinkan. Adanya kondisi-kondisi

masyarakat pribumi yang sangat memprihatinkan tersebut, munculah segelintir

tokoh yang berupaya untuk memperbaiki keadaan masyarakat pribumi sekaligus

memulihkan citra kolonial.

Diawali pada masa Tanam Paksa yang digagas oleh Gubernur Jenderal

Van den Bosch di tahun 1830, dikemudian hari membawa tanah Jawa ke banyak

perubahan-perubahan besar. Tanam Paksa berangkat dari keinginan Van den

Bosch untuk mengangkat sisi humanis pemerintah kolonial yang disesuaikan

dengan perkembangan liberalisme pada masa itu. Dalam hal ini, kolonial tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

106

menjalankan monopoli ekonomi mereka atas daerah jajahan terutama Jawa, tetapi

di sisi lain Van den Bosch juga menghendaki agar kolonial juga memperhatikan

kepentingan rakyat. Sesungguhnya yang ingin ditekankan oleh Van den Bosch

adalah peningkatan produksi dengan memperhatikan kebebasan rakyat.

Kebebasan yang dimaksud disini adalah kebebasan bagi rakyat untuk menanam

tanaman yang dikehendaki. Akan tetapi dengan catatan bahwa nilai tanaman yang

harus diserahkan ke kolonial harus senilai dengan harga pajak yang ditentukan,

sementara jika ada surplus, maka surplus tersebut menjadi milik rakyat kembali.

Sistem Van den Bosch tersebut berangkat dari kritik yang dikeluarkannya

atas Sistem Sewa Tanah Raffles yang secara garis besar menghendaki rakyat

menyerahkan pajak berupa uang. Menurut Van den Bosch, berdasarkan kultur

masyarakat pedesaan yang cenderung sangat tradisional, mereka sulit untuk

menyerahkan pajak berupa uang karena secara umum uang belum diterima secara

luas di masyarakat. Van den Bosch berpendapat bahwa hal yang sesuai dengan

kultur masyarakat desa adalah tenaga kerja atau natura. Ia berpendapat bahwa

masyarakat dengan sistem feodalnya yang masih kuat, akan lebih memilih

menyerahkan tenaga mereka untuk menanam daripada menyerahkan pajak berupa

uang yang masih asing bagi mereka. Oleh karena itu, Van den Bosch dengan

Sistem Tanam Paksanya lebih menekankan pada bentuk pajak tanaman yang

menuntut rakyat untuk bekerja demi memenuhi nilai pajak yang telah ditentukan

pemerintah kolonial.

Dalam pelaksanaannya, Sistem Tanam Paksa ternyata tidak sepenuhnya

memenuhi apa yang telah dijanjikan oleh Van den Bosch yaitu kebebasan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

107

kepentingan rakyat. Disebabkan karena kondisi keuangan negeri Belanda yang

terbelit dengan berbagai hutang serta segala macam pembiayaan, maka sistem ini

semakin diintensifkan. Pengintensifan sistem ini dilakukan dengan berbagai cara,

antara lain perluasan lahan pertanian yang semula hanya 1/5 bagian, meluas

sampai ½ bagian dengan alasan untuk mencegah terjadinya hasil panen yang

buruk. Selain memperluas lahan pertanian, mereka juga meningkatkan tenaga

kerja yang digunakan. Hampir seluruh keluarga petani di Jawa dikerahkan dalam

intensifikasi Tanam Paksa ini demi memenuhi target keuntungan kolonial. Bahkan

surplus yang dijanjikan kolonial untuk dimiliki rakyat, tidak terpenuhi. Hal ini

dikarenakan adanya berbagai penyebab yang membuat hasil tanaman buruk,

sehingga surplus yang seharusnya menjadi milik rakyat harus diserahkan ke

kolonial sebagai pengganti tanaman yang rusak.

Pada akhirnya yang terjadi selama masa Tanam Paksa adalah dualisme

kepentingan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Di satu sisi mereka hendak

menjalankan sistem yang di satu sisi menguntungkan kolonial, tetapi di satu sisi

lain mereka juga hendak menerapkan prinsip liberal yang menekankan pada

kebebasan seluas-luasnya bagi pengembangan kesejahteraan setiap orang. Namun

yang terjadi adalah intensifikasi eksploitasi yang lebih besar. Puncaknya pada

beberapa kejadian seperti kelaparan di Demak tahun 1848 dan Grobogan tahun

1849 yang berakibat pada kematian massal penduduk, memberikan pertimbangan

yang besar bagi pemerintah untuk tetap melanjutkan intensifikasi Tanam Paksa

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

108

Melihat adanya berbagai ketimpangan yang terjadi selama periode awal

Tanam Paksa serta berbagai macam kritikan dan tekanan dari kaum liberal,

pemerintah berupaya untuk memperbaiki citra mereka dengan mengeluarkan

kebijakan yang dapat memenuhi hal tersebut. Maka pada tahun 1864

dikeluarkanlah suatu peraturan pemerintah atau Comptabiliteits Wet. Peraturan ini

menegaskan bahwa anggaran belanja pemerintah kolonial Belanda di daerah

jajahan, ditentukan berdasarkan undang-undang dari negeri induk. Ini artinya

bahwa akan ada semacam bentuk kesatuan ekonomi antara negeri induk Belanda

dengan negeri jajahan, dimana nantinya segala bentuk pendapatan ataupun

pengeluaran dikenakan kepada dua belah pihak ini. Peraturan ini yang kemudian

mendasari terbentuknya kebijakan ekonomi atau politik ekonomi yang disebut

dengan Kebijakan Batig Slot Politiek. Batig Slot Politiek merupakan neraca

keuntungan bersih Belanda yang di dapat dari surplus pajak yang diperoleh dari

Tanam Paksa. Surplus ini digunakan untuk kepentingan pembelanjaan di Eropa

yaitu di negeri induk Belanda ataupun pembelanjaan di negeri jajahan. Kebijakan

ini disesuaikan dengan prinsip-prinsip liberal yang sedang berkembang pada masa

itu yang menekankan pada prinsip kebebasan.

Pelaksanaan dari kebijakan ini berorientasi untuk meningkatkan surplus

pada neraca Batig Slot yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu, pemerintah

mengintensifkan segala sumber daya yang ada di wilayah jajahan untuk

memenuhi keinginan tersebut. Mereka tetap mempertahankan tanaman-tanaman

dagang yang menguntungkan seperti gula dan kopi dan kemudian penanamannya

diintensifkan. Tenaga kerja rakyat pun juga turut dikerahkan lebih besar untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

109

memenuhi neraca ini. Ini yang kemudian menjadi persoalan bahwa pada kebijakan

yang menekankan keuntungan bersama, rakyat tetap terekslpoitasi tenaganya

bahkan semakin besar. Bahkan ketika dalam separuh perjalanan pelaksanaan

kebijakan ini, keuntungan yang didapat semakin besar yaitu mencapai 692 juta

gulden. Namun lebih dari setengah jumlah keuntungan tersebut, justru mengalir

ke negeri Belanda yang digunakan untuk segala pembiayaan. Hasilnya adalah

Belanda mengalami perkembangan yang pesat dalam hal teknologi dan

perkapalan. Ironisnya adalah kondisi pribumi yang tidak kunjung mengalami

tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Hanya sebagian kecil jumlah surplus

tersebut yang diterima Jawa.

Hal yang menarik dari pelaksanaan Kebijakan Batig Slot Politiek ini

adalah berkembang pesatnya perusahaan-perusahaan swasta di tanah Jawa.

Terutama ketika NHM (Nederlandsche Handelmaatschappij), perusahaan milik

pemerintah kolonial menyediakan modal khususnya tanah kepada perusahaan

swasta, banyak bermunculan perusahaan-perusahaan swasta Eropa yang

berinvestasi di Jawa, apalagi ditambah dengan potensi pulau Jawa yang sangat

menjanjikan keuntungan. Munculnya perusahaan-perusahaan swasta menjadi

penjajahan baru bagi pribumi. Semakin banyaknya perusahan swasta yang

muncul, tenaga rakyat semakin banyak yang tereksploitasi. Hanya saja yang

membedakan adalah perusahaan swasta menggunakan tenaga kerja pribumi

dengan memberikan upah. Sayangnya upah yang diberikan tidaklah sebanding

dengan tenaga yang diberikan. Keuntungan yang didapatkan oleh swasta sangat

besar jika dibandingkan dengan modal yang mereka keluarkan. Sehingga tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

110

mengherankan jika kemudian investasi mereka berkembang pesat di Jawa sebagai

akibat akumulasi modal mereka.

Kapitalisasi swasta menjadi keuntungan tersendiri bagi kolonial. Dalam

hal ini, kolonial mendapatkan keuntungan dari biaya sewa tanah perusahaan

swasta sekaligus bunga modal dari NHM yang meminjamkan modal mereka ke

perusahaan-perusahaan swasta. Akibatnya, surplus yang didapatkan meningkat

banyak selain yang didapatkan dari penyerahan pajak tanaman.

Selama pelaksanaan Kebijakan Batig Slot Politiek, keuntungan yang

didapat sangatlah besar. Keuntungan ini digunakan untuk pembelanjaan di negeri

Belanda. Akibat adanya pembiayaan yang besar, menimbulkan adanya defisit

keuangan. Defisit ini pun akhirnya dibebankan kepada negeri jajahan karena

pendapatan yang dihasilkan negeri jajahan sangatlah besar sehingga dianggap

cukup untuk menutupi defisit tersebut. Ini yang menimbulkan berbagai macam

kritikan terutama dari golongan-golongan yang kritis terhadap pemerintah

kolonial. Mereka mengatakan bahwa kolonial Belanda memiliki “hutang

kehormatan” terhadap daerah jajahan khususnya Jawa karena mereka telah

mengambil apa yang seharusnya menjadi milik pribumi.

Akibat adanya berbagai macam kecaman yang harus diterima kembali

pemerintah kolonial dari berbagai pihak yang kritis terhadap pemerintah kolonial,

maka pemerintah kolonialpun mempertimbangkan kembali untuk tetap

mempertahankan Kebijakan Batig Slot Politiek. Maka pada tahun 1867,

dikeluarkanlah lagi suatu peraturan pemerintah atau Comtabiliteits wet 1867.

Dalam peraturan tersebut secara tegas memerintahkan untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

111

pemisahan secara resmi kesatuan keuangan atau kesatuan ekonomi kolonial

Belanda dengan daerah jajahan. Oleh karena itu, tepat tahun 1867 itulah awal

kolonial harus mulai mengembalikan segala hutang-hutangnya yang disebut

dengan “hutang kehormatan” kepada daerah jajahan. Inilah masa berakhirnya

Batig Slot Politiek, meski masa kolonialisme dan monopoli keuntungan tetap

berlanjut.

Kondisi-kondisi masyarakat Jawa selama dan setelah Kebijakan Batig Slot

Politiek tidak mengalami perubahan yang berarti. Kemiskinan dan tingkat

kesejahteraan yang masih rendah, masih menjadi gambaran umum kondisi

masyarakat Jawa masa itu. Surplus yang dijanjikan kepada rakyat atau bagi hasil

seperti yang tertuang dalam Comtabiliteits wet 1864, tidak sepenuhnya dapat

dinikmati rakyat. Jutaan gulden kas surplus banyak mengalir ke negeri Belanda

untuk segala pembiayaan.

Sementara itu, wilayah jajahan harus menanggung defisit yang dialami

negeri Belanda melalui pembiayaan dari kas yang dimiliki. Oleh karena itulah,

tenaga kerja pribumi dikerahkan demi memenuhi tuntutan tersebut. Melihat

kondisi Pulau Jawa yang tingkat pertumbuhan penduduknya sangat besar serta

potensial, maka mudah bagi kolonial untuk mengerahkan tenaga kerja tersebut.

Itulah yang menyebabkan kondisi masyarakat Jawa sulit mengalami kemajuan

yang berarti karena selalu ditekan dengan adanya tuntutan meningkatkan surplus

sehingga mereka tidak sempat memikirkan kepentingan mereka seperti masalah

pendidikan, dan sebagainya. Meskipun sekolah-sekolah telah mulai didirikan

seperti sekolah guru dan dokter yang didirikan menggunakan keuntungan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

112

neraca surplus, tetapi sekolah-sekolah ini masih terbatas untuk kalangan kelas

menengah ke atas.

Keterbelakangan yang dialami oleh masyarakat Jawa, bertambah dengan

munculnya perusahaan-perusahaan swasta yang mengenalkan sistem kapitalisme

kepada mereka. Kapitalisasi berkembang pesat di tanah Jawa setelah ide-ide

liberalisme diperkenalkan di sana, salah satunya melalui kehadiran perusahaan-

perusahaan swasta di sana. Kapitalisme diperkenalkan melalui pengerahan tenaga

kerja rakyat yang dijadikan buruh diperusahaan tersebut dengan upah yang kecil.

Selain itu, penguasaan tanah-tanah rakyat menjadi gambaran lain dari kapitalisme

barat. Perluasan tanah melalui sistem sewa tanah dengan syarat dan jangka waktu

tertentu, menjadi bentuk eksploitasi kapitalisme yang dilakukan swasta di tanah

Jawa.

Namun di sisi lain, tanah Jawa pada periode tahun 1850an, menjadi salah

satu pengekspor terbesar di pasaran internasional dimana produk-produk ekspor

dari Jawa, banyak diminati. Hal ini berpengaruh pada peningkatan pendapatan

pada kas neraca surplus serta meningkatnya nilai jual produk-produk ekspor

tertentu, seperti kopi dan gula. Hal ini yang terus memicu pemerintah kolonial

untuk terus meningkatkan produktifitas tanaman ekspor.

Pengaruh lain dari adanya Kebijakan Batig Slot Politiek ini adalah mulai

dikenalnya sistem bagi hasil keuntungan produksi. Sistem bagi hasil yang dikenal

pada awalnya hanya sebatas antara pemerintah dengan wilayah jajahan secara

keseluruhan, artinya tidak terjalin antar individu. Selain itu, bagi hasil

keuntungan produksi pada masa Sistem Tanam Paksa sampai pada kebijakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

113

Batig Slot, tidak secara langsung diterima oleh masing-masing rakyat tetapi lebih

pada bentuk pembangunan infrastruktur-infrastruktur umum seperti, jalur kereta

api, irigasi, dan sebagainya, sehingga dapat dikatakan bahwa rakyat masih belum

dapat merasakan secara langsung hasil kerja keras mereka dalam memenuhi dan

menaikan derajat kehidupan mereka. Meskipun demikian, munculnya Kebijakan

Batig Slot telah menjadi sarana dikenalnya sistem ekonomi baru, yang

berkembang di Jawa yaitu sistem bagi hasil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

114

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Tercetak

Anton Haryono.2011.Sejarah (Sosial) Ekonomi,Teori Metodologi Penelitian danNarasi Kehidupan.Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma

Booth, Anne; J.O’Malley, William, dan Weidemann, Anna.1988.Sejarah EkonomiIndonesia. Jakarta : LP3ES.

Breman, Jan.1986.Penguasaan Tanah Dan Tenaga Kerja Jawa di Masa Kolonial.Jakarta : LP3ES

Burke, Peter.2003. Sejarah Dan Teori Sosial. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Caporaso, James.A dan Levine, David. P.2008.Teori-Teori Ekonomi Politik.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Furnivall, J.S.2009.Hindia-Belanda:Studi tentang Ekonomi Majemuk.Jakarta:Freedom Institute

Gottschalk, Louis.1986.Mengerti Sejarah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

H.M Vlekke, Bernard.2008.Nusantara Sejarah Indonesia.Jakarta: KPG

Kahin, George McTurman.1995.Nasionalisme dan Revolusi Di Indonesia.Sebelas Maret University Press dan Pustaka Sinar Harapan.

Kuntowijoyo.2003.Metodologi Sejarah, edisi kedua. Yogyakarta : Tiara Wacana

__________.1993. Radikalisasi Petani,Essei-Essei Sejarah.Yogyakarta : PenerbitBentang.

Lombard, Denys.1996. Nusa Jawa:Silang Budaya. Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama.

Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V.Jakarta : PN.Balai Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

115

Miriam Budiardjo.1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia.

Niel, Robert van. 2003.Sistem Tanam Paksa Di Jawa. Jakarta : LP3ES.

Prajudi Atmosudirdjo.1984.Sejarah Ekonomi Indonesia, Dari Segi SosiologiSampai Akhir Abad XIX (Disadur dari buku karya D.H Burger ). Jakarta:Pradnya Paramita.

Ricklefs,M.C.2008.Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.Jakarta:PT.SerambiIlmu Semesta.

Sartono Kartodirdjo. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 DariEmporium sampai Imperium, jilid 1.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

__________________.1992.Pengantar Sejarah Indonesia Baru: SejarahPergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, jilid 2.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Scott, James C.1993.Perlawanan Kaum Petani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Soediono M.P Tjondronegoro,Gunawan Wiradi.2008.Dua Abad PenguasaanTanah,Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa keMasa.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

B. Buku Elektronik

Zanden, J.L van dan Riel, Arthur van.2004.The Strictures of Inheritance: TheDutch Economy in the Nineteenth Century.New Jersey : PrincetonUniversity Press.

http://books.google.co.id/books?id=XxN-W64sEfQC&printsec=frontcover&dq=the+structures+of+inheritance:dutch+economy+in+the+nineteenth+century&hl=id&ei=mFNiTfnnH8rKrAenz43bAg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false

Parakitri Tahi Simbolon.2006.Menjadi Indonesia.Jakarta:Penerbit Buku Kompas.http://books.google.com/books?id=Ii4_gLKFsMYC&pg=PA177&lpg=PA177&dq=jumlah+penduduk+Jawa+pada+tahun+1800an&source=bl&ots=WBZJnpDZdb

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/27456/2/074314008_Full[1].pdfberbasis pada monopoli ekonomi terutama yang berlangsung selama bertahun-tahun, akan memberikan

116

&sig=3gi5TdUvoL4g0OM3ckrjv-HjvVM&hl=en&ei=FKG-Ta_rM4uKvgOnnPTFBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=5&ved=0CDcQ6AEwBA#v=onepage&q&f=false

C. Website

http://batarahutagalung.blogspot.om/2006/04/batig-slot-dari-cultuurstelsel.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Cultuurstelsel

http:// perubahan-sosial-masyarakat-jawa-abad-19-20.html

http://ppijkt.wordpress.com/2007/12/16/pola-penguasaan-tanah-era-tanam-paksa/

http://staff.ui.ac.id/internal/130891664/material/PHKI-2.pdf

D. Tugas Akhir

Yayuk Endang Irawati.2010.Skripsi “Perkembangan Ekonomi Kolonial danPekerja Anak Di Hindia-Belanda 1870-1930an”.Yogyakarta: IlmuSejarah,FIB,UGM.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI