pitriasis vesikolor

4
Etiologi Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan pemeriksaan morfologi dan imunoflorensi indirek ternyata identik dengan Pityrosporum orbiculare. (Madani A, 2000). Prevalensi Pityriasis versicolor lebih tinggi (50%) di daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab. (Radiono, 2001) Epidemiologi Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai di daerah tropis oleh karena tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang hampir semua usia terutama remaja,terbanyak pada usia 16-40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita,walaupun di Amerika Serikat dilaporkan bahwa penderita berusia 20-30 tahun dengan perbandingan 1,09% pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada namun diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis terkena penyakit ini. Sedang di negara subtropis yaitu Eropa tengah dan utara hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamur Gejala Klinis Kelainan pitiriasis versikolor sering ditemukan di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher, punggung, dan tungkai atas atau bawah. Keluhan yang dirasakan penderita umumnya gatal ringan saat berkeringat. Makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, berbentuk teratur sampai tidak teratur, berbatas tegas maupun difus. Beberapa bentuk yang tersering yaitu: a. Berupa bercak- bercak yang melebar dengan skuama halus diatasnya dengan PITRIASIS VESIKOLOR PITRIASIS VESIKOLOR

Upload: tio-ugantoro

Post on 16-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fk ums

TRANSCRIPT

PITRIASIS VESIKOLOR

EtiologiPenyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan pemeriksaan morfologi dan imunoflorensi indirek ternyata identik dengan Pityrosporum orbiculare. (Madani A, 2000). Prevalensi Pityriasis versicolor lebih tinggi (50%) di daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab. (Radiono, 2001)Epidemiologi

Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai di daerah tropis oleh karena tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang hampir semua usia terutama remaja,terbanyak pada usia 16-40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita,walaupun di Amerika Serikat dilaporkan bahwa penderita berusia 20-30 tahun dengan perbandingan 1,09% pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada namun diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis terkena penyakit ini. Sedang di negara subtropis yaitu Eropa tengah dan utara hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamurGejala Klinis Kelainan pitiriasis versikolor sering ditemukan di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher, punggung, dan tungkai atas atau bawah. Keluhan yang dirasakan penderita umumnya gatal ringan saat berkeringat. Makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, berbentuk teratur sampai tidak teratur, berbatas tegas maupun difus.Beberapa bentuk yang tersering yaitu: a. Berupa bercak-bercak yang melebar dengan skuama halus diatasnya dengan tepi tidak meninggi, ini merupakan jenis makuler. b. Berupa bercak seperti tetesan air yang sering timbul disekitar folikel rambut, ini merupakan jenis folikuler.MorfologiMalassezia furfur merupakan flora normal dan terdapat pada mukosa dan kulit. Jamur ini berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal, dan hifanya berbatang pendek dan bengkok. Malassezia furfur menghasilkan konidia sangat kecil ( mikrokonidia ) pada hifanya, tetapi di samping itu juga menghasilkan makrokonidia besar, multisepta, berbentuk gelendong yang jauh lebih besar daripada mikrokonidianya.PatologiMalassezia berubah dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah asam lemak pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan hipomelanosit . Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting dalam pembentukan melanin . Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat sebagaimana ia dapat menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien kanker atau AIDS.DiagnosisDiagnosis klinis Pitiriasis versikolor ditegakkan berdasarkan adanya makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau kemerahan yang berbatas sangat tegas, tertutup skuama halus. Pemeriksaan dengan lampu Wood akan menunjukkan adanya pendaran (fluoresensi) berwarna kuning keemasan pada lesi yang bersisik. Pemeriksaan mikroskopis sediaan skuama dengan KOH memperlihatkan kelompokan sel ragi bulat berdinding tebal dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta Parker blue-black atau biru laktofenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai meat ball and spaghetti.1,2,3Pengambilan skuama dapat dilakukan dengan kerokan menggunakan skalpel tumpul atau menggunakan selotip (cellotape) yang dilekatkan pada lesi. Pembuktian dengan biakan M. Furfur tidak diagnostik oleh karena M.furfur merupakan flora normal kulit. TerapiPitiriasis versikolor dapat diobati. Pakaian, kain sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali.Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik.Topikal : terutama ditujukan untuk lesi yang minimal1. Salep Whitfield yang mengandung asam salisilat(3-6% dan asam benzoat (6-12%)2. Selenium sulfid 2,5% yang dioleskan pada lesi, lalu dibiarkan selama 15-30 menit kemudian dibersihkan. Dilakukan 2-3 kali seminggu selama 2-4 minggu. Selenium sulfid ini memiliki kekurangan yaitu bau yang kurang seap serta kadang bersifat iritatif, sehingga menyebabkan pasien kurang taat berobat.3. Obat golongan azol : klotrimazol 1%, mikonazol nitrat 2%, sulkonazol 1%, ketokonazol 2%, ekonazol nitrat 1%, bifonazol 2,5% krim, tiokonazol 1%, oksikonazol 1% dan sertakonazol. Dioleskan 1-2 kali seahri selama 2-3 minggu.

Sistemik : digunakan pada kondisi tertentu yaitu adanya resitensi terhadap obat topikal, lesi yang luas dan sering kambuh.1. Ketokonazol dengan dosis 200 mg sehari selama 7-10 hari atau 400 mg dosis tunggal.2. Itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari secara oral selama 5-7 hariItrakonazol bersifat keratinofilik dan lipofilik. Merupakan obat anti jamur derivat trazol dengan spektrum luas dan lebih kuat dari ketokonazol dan disarankan untuk kasus yang relaps atau tidak responsif terhadap pengobatan lain.Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah flouresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.Pitiriasis versikolor tidak memberi respon yang baik terhadap pengobatan dengan griseofulvin.Untuk pencegahan, dapat dilakukan dengan selalu menjaga higienitas perseorangan, hindari kelembaban kulit dan menghindari kontak langsung dengan penderita.

Gambar & Keterangan

2. Khamir yang tebal dan bergerombol1 . Hifa pendek dan gemuk