pik 2 illegal mean j tbar kleam i sa -...

1

Upload: buikiet

Post on 08-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BADAN Pengelola Aset Dae-rah (BPAD) Pemerintah Pro-vinsi DKI Jakarta diminta un-tuk merinci aset-aset milik Pemprov DKI Jakarta. Sebab, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan sekitar 6.000 aset milik Pemprov DKI belum dibakukan.

“Ya, harus didetailkan ka-rena ini bagian dari temuan BPK yang harus kita tindak-lanjuti, terutama aset yang belum tercatat dan dibaku-kan,” ungkap Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana, kemarin.

Lulung menyebutkan, se-jauh ini pencatatan aset itu sudah hampir rampung. Hanya ia belum bisa memas-tikan kapan pembakuan aset ini akan selesai.

Menurut dia, aset yang be-lum dibakukan jumlahnya sudah tidak banyak lagi. Informasi yang ia peroleh, sisa pencatatan aset milik Pemprov DKI sejauh ini tinggal kurang dari 20%. “Aset yang terlewat nilainya kurang lebih Rp500 triliun,” kata Lulung.

Minimnya pendataan aset Pemprov DKI Jakarta per-nah memudahkan pihak tak bertanggung jawab mengambilnya. Salah satu contohnya ialah lepasnya lahan bekas kantor Wali Ko-ta Jakarta Barat ke tangan swasta. Pemprov DKI kalah mempertahankannya dalam persidangan.

Dalam kesempatan ter-pisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno me-mastikan pembakuan aset DKI Jakarta sedang dilaku-kan. Penilaian dan sensus yang dilakukan bekerja sama dengan Badan Penge-lola Aset Daerah (BPAD) dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan. “Ini kerja samanya dengan pemerintah pusat juga ka-rena kita ingin membawa para penilai dari DJKN,” ungkap Sandiaga.

Alasan sensus aset ini gu-na memperjelas status aset DKI yang ada sejauh ini yang kemudian dituangkan dalam laporan keuangan pemprov. Selain itu, pecatat an ini juga dilakukan untuk memulus-kan perolehan opini wajar tanpa pengecuali an (WTP) dari BPK terkait laporan ke-uangan Pemprov DKI. “Kami ingin aset yang kemarin WTP bisa tersensus dengan baik,” tandas dia. (Gan/J-3)

Jembatan Reklamasi PIK 2 Illegal

SUMANTRI [email protected]

KEPALA Bidang (Ka-bid) Perizinan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Ter-

padu Satu Pintu (DPMPTSP) Ka-bupaten Tangerang, Yudiana, mengatakan, sejak kegiatan reklamasi dilakukan, PT Ka-puk Naga Indah (KNI) tak per-nah mengajukan perizinan ke Pemkab Tangerang, termasuk pembangunan jembatan peng-hubung Pulau PIK 2 dan Pulau C ke wilayah Dadap sehingga sampai saat ini izin mendiri-kan bangunan (IMB) di lokasi itu dipertanyakan.

“Mereka tak pernah meng-ajukan IMB kepada kami. Jadi, kami pun tidak bertanggung jawab atas bangunan yang dibangun illegal. Kalaupun su-

dah dibangun, ini dapat dise-gel nanti,” kata Yudiana saat dikonfi rmasi, kemarin.

Tak hanya itu, lanjut Yudia-na, pengurusan izin ke instansi Pemkab Tangerang pun tak juga dikerjakan, seperti izin analisis mengenai dampak lingkung an (amdal) terkait pembangunan jembatan peng hubung itu. “Un-tuk dapat IMB, izin dari masya-rakat dan dinas lain harus ada. Amdal pun tidak ada, tetapi mereka berani memasang pa-ku bumi untuk membangun jembatan,” jelasnya.

Diakui Yudiana, pelanggar an perizinan yang dilakukan PT KNI berada di wilayah Kabupa-ten Tangerang, yakni perairan atau laut Provinsi Banten. Ka-rena itu, tindakan tegas berupa penyegelan atau penghentian kegiatan itu dapat dilakukan Pemkab Tangerang. “Meski

rekomendasi dari pusat sudah ada, pengu rusan IMB ke sini tak pernah diajukan. Kalau me-mang masih dikerjakan, akan ada sanksi yang diberikan. Tim kami pun sudah ada untuk me-mantau lokasi,” ungkapnya.

Menurutnya, selama ini pro-ses pembangunan jembatan penghubung Desa Dadap ke Pulau PIK 2 dan Pulau C ha-nya sebatas persetujuan Bu-pati Tangerang dan Gubernur Banten. Alasannya karena jembatan itu dianggap sebagai akses penghubung penghuni pulau hasil reklamasi dengan warga di bagian utara.

Kabid Tata Lingkungan, Di-nas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemkab Tangerang, Dani Hasan Sanusi, menjelas-kan pihaknya telah dua kali menolak mengeluarkan amdal bagi pembangunan jembatan itu. Penolakan disebabkan pembangunannya berada di wilayah hutan mang rove. Juga tidak adanya rekomendasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). “Kami tolak karena dasar mereka tidak ada. Lagi pula pemerintah pusat be-

lum berikan izin,” tuturnya.Hal serupa dikatakan Ke-

pala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang, Slamet Budhi Mul-yanto. Pihaknya melihat posisi jembatan itu merusak wilayah pantai yang dijadikan nelayan sebagai kawasan penangkapan ikan. “Semua dinas pun meno-lak perizinan yang diajukan. Memang ini merusak wilayah laut. Jadi, memang ekosistem laut yang mereka rusak. Kalau kami berikan izin, sama saja menggantung karier kami,” tandasnya.

Ketua Forum Masyarakat Nelayan Dadap, Waisul Kurnia, menyatakan keberadaan pem-bangunan jembatan ini telah membuat nelayan merugi be-sar. Pendapatan mereka turun sebanyak 50%.

Sementara itu, kuasa hukum PT Kapuk Naga Indah, Kresna Wasedanto, saat dimintai kon-fi rmasi terkait perizinan tak mau memberikan keterangan detail. Menurutnya, yang ber-hak menjawab legalitas atas bangunan itu ialah Direktur Utama PT KNI. (J-3)

Bau tidak Sedap dari Kali ItemHARYO PRASETYO DWIATMOKOWartawan Media Indonesia

PELAKSANAAN Asian Games ke-18 tinggal menghitung hari. Berlomba dengan waktu, Jakarta sebagai tuan rumah event multiajang berskala internasional itu terus berbenah. Beberapa persiapan yang langsung berkaitan dengan penyelenggaraan event dan diper-syaratkan oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA) dilaporkan sudah dapat dipenuhi. Melalui penerapan kebi-jakan ganjil-genap yang diperluas, misalnya, waktu tempuh para atlet ke sejumlah venue Asian Games sudah memenuhi kriteria dari OCA .

Masih ada waktu tempuh para atlet ke tiga venue di Cibubur, Pon-dok Indah, dan TMII, yang mele-bihi dari yang dipersyaratkan oleh OCA. Akan tetapi, OCA agaknya sudah dapat menerima dan mema-hami hal itu. Sepintas, tidak perlu ada lagi yang dikhawatirkan de-ngan persiapan penyelenggaraan Asian Games di Ibu Kota. OCA, overall terkesan sudah memberi-kan lampu-lampu hijau dan cukup

puas dengan persiapan-persiapan di Jakarta. Benarkah?

Mungkin saja demikian. Akan tetapi, Jakarta hendaknya tidak berpuas diri dengan itu semua. Meskipun OCA tidak meminta, ada baiknya persiapan yang di-lakukan Jakarta harus berada di atas kriteria yang ditetapkan OCA, baik yang terkait secara langsung maupun yang tidak langsung. Sa-lah satu yang menyeruak ke ruang publik beberapa hari terakhir ini ialah persoalan bau tidak sedap yang menyengat di sekitar Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Bau itu berhembus dari Kali Item yang persis mengalir tidak jauh dari Wisma Atlet.

Selain itu, bau tak sedap juga me-nyeruak saat pintu air di ujung Kali Item pada sisi Jakarta Pusat dibuka hingga menyebabkan air dari sisi itu terbuang ke Kali Item lalu menuju laut. Bau disebabkan air kali diaduk. Memang, dilaporkan sudah ada upaya untuk mengatasi hal itu. Jaring hitam alias waring sudah menutup sebagian Kali Item, khususnya di sisi Jakarta Utara se-panjang 689 meter. Namun, meski

sudah ditutup waring, bau tidak sedap belum juga dapat diusir. Pa-dahal, kurang dari 50 meter berdiri kantin di dalam kompleks Wisma Atlet Kemayoran.

Bayangkan bila saat sarapan pagi, makan siang, dan makan malam para atlet dari 45 negara tiba-tiba menghirup bau tidak sedap yang berhembus dari Kali Item tersebut.

Pemprov DKI Jakarta, khusus-nya Gubernur Anies Baswedan, tidak boleh memandang rendah persoalan tersebut. Skala dan intensitas penanganan atas perso-alan ‘kecil’ ini harus ditingkatkan ke level yang sangat serius bahkan extremely serious. Bila dibiarkan ti-dak tertangani hingga Asian Games dimulai, bisa berubah menjadi persoalan besar.

Jangan biarkan persoalan dari Kali Item itu menjadi unsolved situ-ation. Bila tidak, bau tidak sedap itu bakal ikut tercium di 45 negara di dunia. Bila itu yang terjadi, ge-lar pemenang yang diraih Jakarta baru-baru ini sebagai pemenang ajang We Love Cities 2018 tidak akan ada gunanya.

Ribuan Aset Pemprov DKI belum Dibakukan

PADAT: Ribuan warga memadati arena Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau car free day (CFD) di Jalan Sudirman, Jakarta, kemarin. Kepadatan tersebut salah satunya disebabkan banyaknya PKL yang berjualan di ruas jalan.

MI/PIUS ERLANGGA

SENIN, 23 JULI 2018 PERKOTAAN14

Pemkab Tangerang tak pernah mengeluarkan legalitas bagi PT Kapuk Naga Indah untuk membangun jembatan penghubung Pulau C dan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2.

TIDAK EFEKTIF: Petugas membersihkan Kali Sentiong yang ditutupi jaring di samping Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Sabtu (21/7). Pakar limnologi LIPI Gadis Sri Haryani mengatakan langkah Pemprov DKI menutup permukaan Kali Sentiong yang kotor dan berwarna hitam dengan jaring untuk mengurangi bau tidak sedap saat berlangsungnya Asian Games 2018 tersebut dinilai kurang efektif dan mengurangi nilai estetika.

ANTARA/RIVAN AWAL LINGGA

R O N D A

langgeng
Typewriter
23 Juli 2018, Media Indonesia | Hal. 14