bab ii data sektor - datastudi.files.wordpress.com · (9,34%). penduduk usia kerja (puk) di...

80
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010 Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 4 BAB II ANALISIS DATA SEKTORAL MDGs KABUPATEN POLEWALI MANDAR 2009 2.1 Gambaran Umum Kabupaten Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 2.022,30 km 2 yang meliputi 16 kecamatan. Pemerintahan Kab. Polewali Mandar menaungi 16 kecamatan dengan 167 desa/kelurahan. Diantara 16 kecamatan di Kab. Polewali Mandar, ibukota kecamatan yang letaknya terjauh dari kabupaten adalah ibukota Kecamatan Tutar yaitu 72 km dan ibukota kecamatan yang terdekat dari kabupaten adalah ibukota Kecamatan Anreapi yang berjarak 5 km dari Polewali. Berdasarkan BPS pada tahun 2009 penduduk usia kerja di Kab. Polewali Mandar yang aktif dalam kegiatan ekonomi yang disebut dengan angkatan kerja sebanyak 63,68%. Dari seluruh angkatan kerja tersebut tercatat 8.05% dalam status pencari kerja. Di lihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Kab. Polewali Mandar bekerja di sektor pertanian yakni 105.488 orang (61,10% dari jumlah penduduk yang bekerja) setelah sektor pertanian, sektor perdagangan dan industri yang masing-masing menyerap tenaga kerja sebesar 16.085 (12,14%) dan 13.132 (9,34%). Penduduk Usia Kerja (PUK) di definisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun keatas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya. Pendidikan merupakan salah satu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya pemerintah daerah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan SDM melalui pendidikan adalah mencanangkan program Wajib Belajar 9 tahun. Dengan program ini diharapkan akan tercipta Sumber Daya Manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi. Demikian juga dengan Kab. Polewali Mandar yang berupaya menciptakan suatu masyarakat yang berpendidikan.

Upload: hadieu

Post on 06-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 4

BAB II

ANALISIS DATA SEKTORAL MDGsKABUPATEN POLEWALI MANDAR 2009

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Polewali Mandar

Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 2.022,30 km2 yang meliputi

16 kecamatan. Pemerintahan Kab. Polewali Mandar menaungi 16 kecamatan dengan

167 desa/kelurahan. Diantara 16 kecamatan di Kab. Polewali Mandar, ibukota

kecamatan yang letaknya terjauh dari kabupaten adalah ibukota Kecamatan Tutar

yaitu 72 km dan ibukota kecamatan yang terdekat dari kabupaten adalah ibukota

Kecamatan Anreapi yang berjarak 5 km dari Polewali.

Berdasarkan BPS pada tahun 2009 penduduk usia kerja di Kab. Polewali

Mandar yang aktif dalam kegiatan ekonomi yang disebut dengan angkatan kerja

sebanyak 63,68%. Dari seluruh angkatan kerja tersebut tercatat 8.05% dalam status

pencari kerja.

Di lihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Kab. Polewali

Mandar bekerja di sektor pertanian yakni 105.488 orang (61,10% dari jumlah

penduduk yang bekerja) setelah sektor pertanian, sektor perdagangan dan industri

yang masing-masing menyerap tenaga kerja sebesar 16.085 (12,14%) dan 13.132

(9,34%). Penduduk Usia Kerja (PUK) di definisikan sebagai penduduk yang berusia

10 tahun keatas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan

Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk

yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja

adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan

lainnya.

Pendidikan merupakan salah satu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).

Salah satu upaya pemerintah daerah dalam rangka mengembangkan dan

meningkatkan SDM melalui pendidikan adalah mencanangkan program Wajib

Belajar 9 tahun. Dengan program ini diharapkan akan tercipta Sumber Daya Manusia

yang siap bersaing dalam era globalisasi. Demikian juga dengan Kab. Polewali

Mandar yang berupaya menciptakan suatu masyarakat yang berpendidikan.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 5

Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila

pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan

kesejahteraan rakyat secara langsung. Upaya pemerintah daerah dalam menyediakan

fasilitas kesehatan terutama puskesmas pembantu terus mengalami peningkatan.

Tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan merupakan sumber daya manusia yang

sangat dibutuhkan. Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kab. Polewali Mandar

pada tahun 2009 ada 32 orang dokter umum, 11 orang dokter gigi, 10 orang dokter

ahli dan 110 orang bidan.

Selama Tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar tercatat 31.024 peserta Keluarga

Berencana (KB) yang baru. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar

4.096 akseptor. Peningkatan jumlah akseptor terjadi pada peserta KB laki-laki yang

peningkatannya cukup drastis, dari 2,12% pada tahun 2008 menjadi 96,58% tahun

2009. Sedangkan tahun 2008 peserta KB perempuan terjadi penurunan dari 97,88

menjadi 3,42% pada tahun 2009. Peserta KB yang baru tahun 2007 ini tidak

mencapai target yang telah ditetapkan. Dari target sebesar 6.695 orang ternyata yang

dicapai adalah 4.096 orang peserta KB baru (hanya tercapai 61% dari target yang

diinginkan).

Pada tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar terdapat 3 rumah sakit, yang terdiri

dari 1 Rumah Sakit Umum dan 1 Rumah Sakit ABRI dan 1 Rumah Sakit Swasta.

Sedangkan jumlah puskesmas pada tahun 2009 adalah 20 unit, poskes 17, pustu 59.

2.2 Kependudukan

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan salah satu unsur

penting yang ikut berperan dalam proses pembangunan. Penduduk tidak saja menjadi

sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan itu sendiri. Dengan

demikian pemahaman akan dinamika kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi

dan distribusi penduduk menjadi suatu hal yang penting untuk diketahui sebagai data

dasar pada tahapan perencanaan pembangunan.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 6

Tabel 2.2Karakteristik Penduduk di Kab. Polewali Mandar

Tahun 2008-2009

Keadaan 2008 2009

Jumlah Penduduk Total 371 420 373 263

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin:

a. Laki-laki 180 763 181 660

b. Perempuan 190 657 191 603

Rasio Jenis Kelamin 95 95

Jumlah Rumah Tangga 79 768 80 162

Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga 5 5

Pertumbuhan Penduduk (%) 0,5 0,5

Kepadatan Penduduk/km² 184 185

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2009

Jumlah penduduk Kab. Polewali Mandar tahun 2008 sebesar 371.420 jiwa

tersebar di enam belas kecamatan dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk

sebesar 0,50%. Penduduk ini terdiri dari 180.763 laki-laki dan 190.657 perempuan.

Sementara itu dengan laju pertumbuhan penduduk yang sama yaitu 0,50%,

diperkiraan jumlah penduduk Kab. Polewali Mandar tahun 2009 sebesar 373.263

jiwa, terdiri dari 181.660 laki-laki dan 191.603 perempuan. Rasio jenis kelamin relatif

tetap baik pada tahun 2008 maupun 2009 sebesar 95, yang artinya bahwa dari 100

perempuan terdapat 95 laki-laki.

Sejalan dengan adanya pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk di Kab.

Polewali Mandar meningkat dari 184 jiwa/km pada tahun 2008 menjadi 185 jiwa/km

pada tahun 2009.

Jumlah rumah tangga di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2008 sebesar 79.768

rumah tangga dan pada tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi sebesar 80.162

rumah tangga. Sementara itu, rata-rata jumlah anggota rumah tangga baik pada tahun

2008 maupun 2009 diperkirakan sama yaitu sebesar 5 jiwa per rumah tangga.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 7

Grafik 2.2

Piramida Penduduk Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2008 – 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009

Struktur penduduk Kab. Polewali Mandar tergolong penduduk muda.

Persentase penduduk umur muda relatif lebih banyak dari pada penduduk umur tua.

Hal ini dapat di lihat dari bentuk piramida penduduk pada Grafik 2.2.

2.3 Pendidikan

Memastikan semua anak laki-laki maupun perempuan di manapun untuk dapat

menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015 merupakan target MDGs yang

utama di bidang pendidikan. Pengukuran pencapaian target ini menggunakan

beberapa indikator.

Data yang digunakan untuk memenuhi perhitungan beberapa indikator tersebut

diambil dari Laporan Individu Sekolah tahun 2007 dan 2008 yang dirangkum di

Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama Kabupaten. Rangkuman Laporan

individu sekolah ini disebut RC/RK-TK/RA, RC/RK-SD/MI, RC/RK-SMP/MTs dan

RC/RK-SM. Untuk data penduduk digunakan data dari BPS.

2.3.1 Angka Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah (4-6 Tahun)

Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan anak sebelum memasuki bangku

sekolah dasar (SD), dimana anak tersebut terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 8

taman kanak-kanak (TK)/Bustanul Athfal (BA), Raudatul Athfal (RA), kelompok

bermain, taman penitipan anak, PAUD, dan Lembaga lainnya.

Angka partisipasi murni prasekolah adalah perbandingan antara jumlah siswa

prasekolah (TK, RA, BA) usia 4-6 tahun dengan jumlah penduduk usia 4-6 tahun dan

dinyatakan dalam persentase.

Tabel 2.3.1APM Pendidikan Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data 2007 2008 2009

Jumlah Siswa Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun 2.875 6.070 5.909

Jumlah Penduduk Usia 4-6 Tahun 25.367 25.487 26.757

APM (Persen) 11.33 22.35 22.08

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.1

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan hasil pengumpulan data sektor pada tahun 2007 dan 2008, Angka

Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah di Kab. Polewali Mandar masih sangat rendah

walaupun terdapat kenaikan dari 11.33% tahun 2007 menjadi 22.35% di tahun 2008

dan pada tahun 2009 menjadi 22.08% hal ini menunjukkan bahwa data ini

menunjukkan penurunan walau hanya sedikit dibanding tahun sebelumnya. Hal ini

menunjukkan adanya keinginan sebahagian orang tua untuk menyekolahkan anaknya

ke pendidikan prasekolah.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 9

2.3.2 Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (7-12 Tahun)

Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar adalah perbandingan antara siswa SD,

usia 7-12 tahun termasuk MI setara SD dan Ula dengan jumlah penduduk usia 7 – 12

tahun dinyatakan dalam Persentase.

Tabel 2.3.2Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (7-12 Tahun)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2008

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik.2.3.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase partisipasi Sekolah Dasar usia 7 - 12 tahun di Kab. Polewali Mandar

adalah 92.09% tahun 2007 dan 98.79% di tahun 2008. Berdasarkan tabel di atas,

APM SD 7-12 tahun sudah melampaui target nasional sebesar 95%, ini menunjukkan

bahwa penduduk usia 7-12 tahun hampir semuanya sudah bersekolah di jenjang

Sekolah Dasar tapi pada tahun 2009 sebesar 94,63% mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya tapi tidak mengalami perbedaan yang sangat menjolok hanya sedikit

mengalami penurunan.

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa SD/MI SederajatUsia 7-12 Th

25,223 23,760 48,983 26,967 25,405 52,372 26.514 25.009 51.523

Penduduk Usia 7-12 Th 27,540 25,197 52,737 27,680 25,334 53,014 28.326 26.118 54.444

APM (Persen) 91,59 94,3 92,9 97,4 100,28 98,79 93.6 95.75 94.63

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 10

2.3.3 Angka Partisipasi Murni di Sekolah Lanjutan Pertama

Nilai APM SMP yang tinggi menunjukkan partisipasi siswa SMP dan sederajat

terhadap pendidikan usia resmi SMP. Nilai maksimum APM SMP adalah 100%.

Pencapaian APM SMP tahun 2007 50.10%, hal tersebut menunjukkan bahwa masih

ada sekitar 40.60% anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah di tingkat SMP dan

sederajat.

Tabel 2.3.3APM SMP Usia 13-15 Tahun

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa SMP/MTs SederajatUsia 13-15 Th

5,95 6,352 12,302 7,779 8,031 15,81 6.764 7.325 14.089

Penduduk Usia 13-15 Th 12,545 12,01 24,555 12,607 12,078 24,685 12.504 11.942 24.446

APM (Persentase) 47,430 52,89 50,10 61,70 66,49 64,05 54.09 61.34 57.63

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik.2.3.3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa APM SMP Usia 13-15 Tahun 2007

50.10% dan 64.05% pada tahun 2008. Sampai akhir tahun 2008 masih terdapat

35.95% anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah di jenjang SMP sederajat, hal ini

antara lain disebabkan adanya anak lulus SD/MI sederajat tetapi tidak melanjutkan

pendidikan ke SMP/MTs sederajat. Dan tahun 2009 57.63% mengalami penurunan

dari tahun sebelumnya.

2.3.4 Angka Partisipasi Murni Anak Cacat

Angka partisipasi murni anak tuna adalah perbandingan antara jumlah siswa

SLB usia 7-15 tahun dengan jumlah penduduk tuna usia 7-15 tahun, dinyatakan

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 11

dalam persentase. Indikator ini untuk memantau partisipasi anak cacat atau yang

memiliki kebutuhan khusus dan sedang mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa.

Data sektor tahun 2007 dan 2008 dapat mengumpulkan jumlah siswa di

Jenjang SLB sebagai berikut :

Tabel 2.3.4Jumlah Anak Cacat usia 7-15 Tahun

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2008

Uraian Data

2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Anak CacatUsia 7-15 Th

yang bersekolahdi SLB

8 6 14 41 25 66 32 24 56

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.3.5 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Mencapai Kelas V

Proporsi murid kelas I yang berhasil mencapai kelas V adalah proporsi murid

pada cohort murid kelas I sekolah dasar yang memasuki jenjang sekolah dasar pada

tahun ajaran tertentu dan berhasil mencapai kelas V dan dinyatakan dalam Persentase,

digunakan untuk mengetahui berapa lama sistem pendidikan dapat mempertahankan

siswa di sekolah baik dengan atau tanpa mengulang dan putus sekolah. Juga

digunakan untuk mengukur hasil mengulang dan putus sekolah pada efisiensi

internal.

Untuk melihat gambaran persentase murid kelas I yang berhasil mencapai kelas

V di Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral tahun

2007-2009 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.3.5Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Mencapai Kelas V

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Kelas V SD/MISederajat

4,282 4,18 8,462 4,468 4,499 8,967 4.642 4.210 9.337

Siswa Kelas 1 SD/MISederajat (Th – 4)

5,122 4,659 9,781 4,852 4,528 9,38 5.952 5.453 11.405

Persentase 83,60 89,72 86,51 92,09 99,36 95,60 77.99 86.10 81.87

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 12

Grafik. 2.3.5

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase siswa kelas I yang bertahan sampai kelas V sampai 86.51% tahun

2007 dan 95.60% di akhir tahun 2008. Sebanyak 4.40% dan pada tahun 2009 sebesar

81.87% anak tidak bertahan sampai dengan kelas V yang antara lain disebabkan

adanya mutasi dan siswa yang putus sekolah.

2.3.6 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar

Indikator ini didapatkan dari perbandingan jumlah siswa yang berhasil

meluluskan pendidikan pada jenjang SD/MI sederajat dengan jumlah penduduk usia

7-12 tahun.

Nilai proporsi siswa tingkat I yang berhasil menamatkan Sekolah Dasar yang

tinggi menunjukkan makin sesuai antara siswa bersekolah dengan usia resmi. Seperti

diketahui bahwa usia resmi masuk SD adalah 7 tahun sehingga lulus SD seharusnya

usia 12 tahun. Dari data sektor tahun 2007 dan 2009 didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.3.6Proporsi Murid di Kelas I yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Lulusan SD/MI Sederajat 3,407 3,731 7,138 3,789 3,864 7,653 3.799 3.795 6.722

Penduduk Usia 12 Tahun 4,566 4,326 8,892 4,587 4,353 8,940 4.606 4.405 9.011

Persentase 74,62 86,25 80,27 82,60 88,77 85,60 82.48 86.15 84.27

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 13

Grafik.2.3.6

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan tabel di atas, Proporsi Murid Kelas I yang berhasil menamatkan

Sekolah Dasar pada tahun 2007 sebesar 80.27% dan pada tahun 2008 sebesar

85.60% sampai dengan akhir tahun 2008 terdapat 14.4% dan pada tahun 2009 sebesar

84.27% penduduk usia 12 tahun yang tidak mengenyam pendidikan dasar atau tidak

menyelesaikan pendidikan di SD/MI sederajat.

2.3.7 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menyelesaikan Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun

Proporsi siswa tingkat I yang berhasil menyelesaikan Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun (Jenjang SD dan SMP) adalah banyaknya siswa tingkat 1 SD yang

berhasil menyelesaikan Pendidikan 9 tahun (tamat SMP termasuk MTs, Wustha/

setara SMP) pada tahun tertentu terhadap jumlah penduduk berusia 15 tahun.

Berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral di Kabupaten Polewali Mandar

tahun 2007 dan 2009 Proporsi Murid kelas I yang berhasil menyelesaikan pendidikan

dasar sembilan tahun dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 14

Tabel 2.3.7Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menyelesaikan Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun di Kab. Polewali MandarTahun 2007-2009

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Lulusan SMP/MTsSederajat

1,851 2,118 3,969 2,096 2,228 4,324 2.127 2.270 4.397

Penduduk Usia 15Tahun

3,946 3,793 7,739 3,965 3,813 7,778 3.910 3.716 7.626

Persentase 46.91 55.84 51.29 52.86 58.43 55.59 54.40 61.09 57.66

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.7

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Persentase 51.29% tahun 2007, 55.59% tahun 2008 dan 57.66% pada

tahun 2009, diambil kesimpulan bahwa terdapat 44.41% penduduk usia 15 tahun

yang tidak menyelesaikan Pendidikan Dasar 9 tahun atau tamat SMP/MTs sederajat.

2.3.7.1 Angka Kelulusan SD

Angka kelulusan dianggap perlu untuk memonitor kemajuan pencapaian target

3 MDGs guna memantau kemajuan siswa dalam menamatkan pendidikannya di

SD/MI sederajat.

Angka kelulusan adalah perbandingan antara siswa yang lulus jenjang tertentu

terhadap siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama dinyatakan dalam Persentase.

Capaian pada tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 15

Tabel 2.3.7.1Angka Kelulusan SD di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Lulusan SD/MI Sederajat 3,407 3,731 7,138 3,789 3,864 7,653 3.799 3.795 7.594

Siswa Tk.6 SD/MISederajat

3,553 3,754 7,307 3,855 3,918 7,773 4.114 4.225 8.339

Persentase 95.90 99.39 97.69 98.29 98.62 98.46 92.34 89.82 91.07

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.7.1

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Capaian Tahun 2007 sebesar 97.69% , tahun 2008 sebesar 98.46%, tahun 2009

sebesar 91.07% dan siswa tk.6 SD/MI sederajat yang tidak lulus mengikuti ujian

akhir pada jenjang SD/MI sederajat sebesar 1.54%.

2.3.7.2 Angka Kelulusan SMP

Angka kelulusan SMP adalah perbandingan antara siswa yang lulus jenjang

tertentu terhadap siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama. Indikator ini juga

untuk memantau tingkat keberhasilan siswa menamatkan pendidikannya di jenjang

SMP/MTs sederajat. Capaian dari data sektor yang dikumpulkan pada tahun 2007 –

2009 adalah sebagai berikut:

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 16

Tabel 2.3.7.2Angka Lulusan SMP

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.7.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Pada tahun 2007 sebanyak 75.06, 74.99% di tahun 2008 dan 76.86% tahun

2009 anak lulus di SMP/MTs sederajat. Terdapat penurunan sebesar 0.07% siswa

SMP/MTs sederajat yang lulus dari tahun 2007 – 2008 tapi tahun 2009 mengalami

kenaikan.

2.3.8 Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah memberikan gambaran mengenai efisiensi proses belajar-

mengajar dan merupakan indikator proses dalam pendidikan. Dengan mengetahui

Angka Putus Sekolah, dapat dilakukan upaya pencegahan bagi siswa yang memiliki

potensi untuk putus sekolah, dan mengembalikan ke sekolah bagi anak yang putus

sekolah. Angka putus sekolah di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009 sebagai

berikut:

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Lulusan SMP/MTsSederajat

1,851 2,118 3,969 2,096 2,228 4,324 2.127 2.270 4.397

Siswa Tk.3 SMP/MTsSederajat

2,489 2,799 5,288 2,836 2,930 5,766 2.753 2.968 5.721

Persentase 74.38 75.66 75.06 73.91 76.04 74.99 77.26 76,48 76.86

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 17

Tabel 2.3.8Angka Putus Sekolah

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.8

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Tabel di atas menunjukkan capaian bahwa tidak sampai 1% dari total siswa

yang putus sekolah, dilihat dari Persentase sangatlah kecil, namun dari angka

absolutnya ini juga memprihatinkan. Proses belajar mengajar di sekolah serta faktor

lingkungan sangatlah mendukung agar siswa dapat terus bersekolah.

2.3.9 Angka Melanjutkan ke SMP

Angka melanjutkan ke SMP adalah perbandingan antara lulusan jenjang

SD/MI sederajat terhadap siswa baru tingkat 1 pada jenjang SMP/MTs sederajat

yang dinyatakan dalam persentase. Indicator ini untuk menggambarkan kemajuan

siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs sederajat setelah lulus dari

jenjang pendidikan SD/MI Sederajat. Angka melanjutkan ke SMP di Kab. Polewali

Mandar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Putus SekolahSD/MI Sederajat

286 192 478 178 83 261 176 133 309

Siswa SeluruhnyaSD/MI Sederajat

28,738 27,073 55,811 30,420 28,686 59,106 30.555 28.803 59.358

Persentase 1.00 0.71 0.86 0.59 0.29 0.44 0,58 0,46 0,52

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 18

Tabel 2.3.9Angka Melanjutkan ke SMP

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.3.9

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase yang tinggi menunjukkan tingginya lulusan SD/MI sederajat yang

melanjutkan ke tingkat SMP/MTs sederajat. Capaian kurang dari 100% menunjukkan

bahwa masih ada lulusan SD/MI sederajat yang tidak melanjutkan ke jenjang

SMP/MTs sederajat.

2.3.10 Angka Melanjutkan ke SM

Indikator ini juga untuk memantau siswa yang menyelesaikan pendidikan dasar

dan melanjutkan ke pendidikan menengah. Angka melanjutkan ke SM adalah

perbandingan Siswa Baru di tingkat SMA/MA sederajat dengan banyaknya lulusan

SMP/MTs sederajat.

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Baru SMP/MTsSederajat

2,772 3,104 5,876 3,623 3,794 7,417 3.731 3.794 7.525

Jumlah LulusanSD/MI Sederajat

3,407 3,731 7,138 3,789 3,864 7,653 3.799 3.795 7.594

Persentase 81.35 83.20 82.32 95.62 98.19 96.92 98.21 99.97 99.09

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 19

Capaian di bawah 100% menunjukkan bahwa adanya siswa yang

menyelesaikan pendidikan dasar tidak melanjutkan ke pendidikan menengah. Capaian

tahun 2007 – 2009 dari data sektoral dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3.10Angka Melanjutkan ke SM

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Baru SMA/MASederajat

1,151 1,376 2,527 2,494 2,631 5,125 2.662 2.740 5.402

Lulusan SMP/MTsSederajat

1,851 2,118 3,969 2,096 2,228 4,324 2.127 2.270 4.397

Persentase 62.18 64.97 63.67 118.99 118.09 118.52 125.15 120.70 122.86

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.10

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Capaian Pada tahun 2007 sebesar 63.67%, namun pada tahun 2008 sebesar

118.52% dan tahun 2009 122.86%. Hal ini disebabkan pencatatan yang kurang bagus

pada tingkat kecamatan, selain itu terdapat siswa baru tingkat 1 pada jenjang

SMA/MA sederajat yang bukan lulusan SMP/MTs sederajat dari Kab. Polewali

Mandar. Adanya Subsidi Sekolah Menengah yang tidak berlaku di kabupaten sekitar

menjadi salah satu faktor adanya siswa dari kabupaten luar yang bersekolah di Kab.

Polewali Mandar.

Selain itu juga di tahun 2009 pencatatan data siswa di tiap sekolah untuk

menghitung capaian indikator ini hanya akan digunakan yang berbasis kecamatan di

Kab. Polewali Mandar, siswa dari kabupaten lain tidak akan di ikutkan dalam

penghitungan capaian.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 20

2.4 Kesehatan

2.4.1 Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat memberikan

gambaran status kelangsungan hidup di suatu wilayah. AKI diperoleh dari Jumlah

Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Kab. Polewali

Mandar dinyatakan dalam bentuk jumlah karena jumlah kelahiran hidup tidak

mencapai 100.000. Di tahun 2007 ada sekitar 6.985 kelahiran hidup dan pada tahun

2008 ada 6.839 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2009 sebanyak 7.172 kelahiran

hidup. Berdasarkan hasil pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.4.1Angka Kematian Ibu (AKI)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KecamatanJumlah Kematian Ibu

2007 2008 2009

Tinambung 0 0 0Balanipa 2 1 0Limboro 0 0 0Tubbi Taramanu 1 0 1Allu 4 0 0Campalagian 2 3 1Luyo 1 3 3Wonomulyo 0 0 2Mapilli 1 1 1Tapango 0 2 1Matakali 1 2 0Bulo - - 1Polewali 1 2 1Binuang 1 1 1Anreapi 1 2 0Matangnga 0 0 0Kab. Polewali Mandar 15 17 12

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan tabel di atas, jumlah kematian ibu di Kab. Polewali Mandar tahun

2007 sebanyak 15 kematian dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 17

kematian, dan turun lagi pada tahun 2009 menjadi 12 kematian. Bila dibandingkan

dengan standar Nasional (MDGs) yaitu 250 per 100.000 kelahiran hidup dikali

dengan kelahiran hidup tahun 2007 di Kab. Polewali Mandar sebesar 6.985 maka

diperoleh jumlah batasan sebesar 17, Namun demikian target ini harus diturunkan

sampai 3/4nya ditahun 2015, jadi posisi normalnya adalah hanya sekiatr 5 kematian

ibu Posisi kematian di Kab. Polewali Mandar sebanyak yang hanya 15 kematian

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 21

masih terlalu tinggi, demikian juga kematian ditahun 2008 dan 2009 masih terlalu

tinggi, bila dibandingkan dengan batasan Target MDGs.

2.4.2 Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi adalah Angka Kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup

yang dapat memberikan gambaran salah satu indikator status kelangsungan hidup di

suatu wilayah. Angka Kematian Bayi di Kab. Polewali Mandar per 6.985 kelahiran

hidup ditahun 2007 dan per 6.839 kelahiran hidup di tahun 2008 serta 7.172

kelahiran hidup ditahun 2009. berdasarkan pengumpulan data sektor dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.2Angka Kematian Bayi (AKB)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KecamatanJumlah Kematian Bayi

2007 2008 2009

Tinambung 0 1 9Balanipa 2 7 8Limboro 0 1 0Tubbi Taramanu 0 2 2Allu 5 4 1Campalagian 11 5 5Luyo 3 6 15Wonomulyo 10 13 12Mapilli 1 1 4Tapango 3 4 4Matakali 3 5 8Bulo - - 1Polewali 3 4 16Binuang 3 5 11Anreapi 2 3 2Matangnga 0 0 0Kab. Polewali Mandar 46 61 98

Sumber: Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan batasan Capaian Indikator MDGs Angka Kematian Bayi

diharapkan berada dibawah 35 per 1000 kelahiran hidup. Dengan jumlah kematian di

Kab. Polewali Mandar ditahun 2007 sebanyak 46 dibagi dengan jumlah kelahiran

hidup 6.985 di kali 1000 ribu maka diperoleh 7 kematian, masih berada dibawah

standar MDGs, demikian juga ditahun 2008 dan tahun 2009.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 22

2.4.3 Angka Kematian Anak Balita (AKABA)

Angka Kematian Anak Balita (AKABA) adalah Angka Kematian anak balita

per 1.000 kelahiran hidup yang dapat memberikan gambaran salah satu indikator

status kelangsungan hidup di suatu wilayah. Angka Kematian anak balita di Kab.

Polewali Mandar per kelahiran hidup ditahun 2007 -2009 berdasarkan pengumpulan

data sektor dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.4.3Angka Kematian Anak Balita (AKABA)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KecamatanJumlah Kematian Anak Balita

2007 2008 2009

Tinambung 0 0 0Balanipa 1 0 0Limboro 0 0 0Tubbi Taramanu 1 1 0Allu 1 0 3Campalagian 0 0 0Luyo 2 0 0Wonomulyo 0 0 0Mapilli 0 0 0Tapango 0 1 0Matakali 0 0 0Bulo - - 0Polewali 1 0 0Binuang 0 1 0Anreapi 0 0 0Matangnga 0 0 0Kab. Polewali Mandar 6 3 3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.4.4 Persentase Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM)

Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita dengan berat badan

menurut umur (BB/U) berada dibawah garis merah pada KMS. Persentase balita

dengan BGM di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektor

dapat dilihat pada tabel berikut:

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 23

Tabel. 2.4.5Persentase Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM)

di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KECAMATAN% BALITA BGM

2007 2008 2009

Tinambung 1.7 13.6 2.9Balanipa 4.2 1.5 5.6Limboro 2.2 1.1 3.0Tubi Taramanu 0.5 6.4 3.6Allu 4.4 3.2 0.7Campalagian 14.6 5.8 3.5Luyo 1.2 6.2 3.2Wonomulyo 0.7 1.3 1.1Mapili 4.7 1.7 0.8Tapango 1.1 5.0 4.1Matakali 0.4 1.1 2.2Bulo - - 6,4Polewali 2.9 0.8 4.0Biruang 3.6 3.2 16.7Anreapi 3.1 7.9 6.4

Matangnga 2.7 6.4 3.1

Kab. Polewali Mandar 3.2 3.6 3.8

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase balita BGM di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 adalah 3,2%, dan

naik menjadi 3,6% ditahun 2008 dan pada tahun 2009 naik lagi menajdi 3.8%.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai kewenangan wajib yang harus

dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten untuk BGM yakni kurang dari 15%.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2007-2009

masih dibawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Dari Tabel diatas Persentase BGM di masing masing kecamatan sudah dibawah

target SPM. Namun jika dilihat Persentase tertinggi balita BGM di 2 Kecamatan yang

persentasenya di atas 15% yaitu Kec. Campalagian 63,1%, Kec. Tinambung 18,8%,

sedangkan kecamatan lainnya dibawah 8%.

Oleh karena itu perlu upaya peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah

tersebut dengan meningkatkan program perbaikan gizi, Penyuluhan pentingnya

Pemenuhan kebutuhan gizi dengan proiritas Wilayah yang cakupannya masih tinggi

seperti di Kec. Campalagian dan Kec. Tinambung serta Kecamatan lainnya yang

mempunyai kecendrungan peningkatan jumlah BGM.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 24

2.4.5 Proporsi Anak yang di Imunisasi Campak Sebelum Usia 1 Tahun

Imunisasi Campak memberikan kekebalan Aktif terhadap penyakit campak,

imunisasi ini diberikan sebayak 2 kali yakni pada usia 9 bulan (sebelum usia 1 tahun

dan campak 2 pada usia 5-7 Tahun. Persentase yang diimunisasi campak di Kab.

Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektor.

Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi Campak di Kab. Polewali

Mandar adalah 85% diatas target SPM yaitu 80% . Pencapaian tersebut dapat juga

menunjukkan pencapaian target imunisasi lengkap. Untuk melihat persentase

Cakupan Imunisasi campak di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.6Proporsi Anak yang di Imunisasi Campak sebelum Usia 1 Tahun

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan% Imunisasi Campak

2007 2008 2009

Tinambung 73,7 74,05 99.8Balanipa 79,6 89,31 65.0Limboro 94,8 31,66 86.8Tubbi Taramanu 36,6 86,01 0Allu 100,0 99,40 92.3Campalagian 100,0 60,62 37.8Luyo 62,2 83,48 42.0Wonomulyo 100,0 100,00 79.1Mapilli 43,0 100,00 81.4Tapango 79,6 100,00 87.3Matakali 100,0 100,00 82.6Bulo - - 100Polewali 100,0 99,66 78.1Binuang 84,2 84,31 100Anreapi 100,0 54,55 71.9Matangnga 22,7 85,12 9.7

Kab. Polewali Mandar 73,5 85,12 75.3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas Pemberian Imunisasi campak di 4 kecamatan yaitu Mapilli,

Tapango, Matakali dan Polewali, pencapaiannya melebihi 100% yang menunjukkan

bahwa capaian tersebut melampaui jumlah sasaran yang disebabkan diantaranya

karena adanya pemberian Imunisasi pada anak sasaran wilayah yang lain. Oleh

karena itu perlu perbaikan dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan

oleh petugas kesehatan.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 25

2.4.6 Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir mempunyai berat

badan Kurang dari 2,5 Kg. Hal ini disebabkan karena Kekurangan gizi pada masa

kehamilan dan akan mempunyai resiko tinggi terhadap kematian pada umur yang

sangat dini atau lebih lanjut cenderung mengalami pertumbuhan dan perkembangan

di bawah normal.

Berbagai studi mengungkapkan bahwa anak yang dilahirkan dengan BBLR

mengalami gangguan fungsi kognitif dan kecerdasan inteletual pada masa usia

sekolah sehingga mengalami kesulitan belajar.

Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa kehamilan dan/atau janin merupakan

modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia selanjutnya. Terpenuhinya zat gizi

bagi pertumbuhan janin tergantung pada konsumsi zat gizi, status gizi dan kesehatan

ibu hamil. Selain faktor gizi, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan

juga dipengaruhi oleh faktor psikososial ibu hamil.

Persentase balita menurut berat badan sewaktu lahir di kab. Polewali Mandar

adalah 2% BBLR dan 98% lahir dengan Berat Normal. Hal ini menunjukkan bahwa

dalam setiap 1000 Kelahiran terdapat 20 Balita BBLR, jadi di Kab. Polewali Mandar

pada tahun 2009 dari 6.839 Bayi Lahir Hidup terdapat 151 Balita BBLR oleh karena

itu harus ditangani seluruhnya sesuai dengan target SPM.

Untuk melihat persentase BBLR pada masing-masing kecamatan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 26

Tabel. 2.4.7Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

KECAMATAN%

2007 2008 2009

Tinambung 3.48 0.99 3.51

Balanipa 0.97 2.51 2.36

Limboro 0.95 0.53 1.47

Tubi Taramanu 3.19 4.53 2.80

Allu 0.93 1.87 1.89

Campalagian 2.42 0.26 0.74

Luyo 1.28 2.92 2.70

Wonomulyo 3.51 4.27 3.19

Mapili 1.08 0.39 0.39

Tapango 1.48 3.44 0.74

Matakali 1.63 2.90 3.32

Bolo - - 0.71

Polewali 2.58 2.86 1.95

Binuang 6.72 1.52 3.35

Anreapi 0.00 1.49 1.94

Matangnga 1.22 1.25 3.51

Kab. Polewali Mandar 2.09 2.21 2.15

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel diatas di Kec. Tubi Taramanu 4,5 % dan Kec. Wonomulyo 4,3 %

menunjukkan capaian bayi BBLR Lebih Tinggi dari Kecamatan lainnya.

Terpenuhinya zat gizi bagi pertumbuhan janin tergantung pada konsumsi zat gizi,

status gizi dan kesehatan ibu hamil. Selain faktor gizi, pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam kandungan juga dipengaruhi oleh faktor psikososial ibu

hamil.

Oleh karena itu perlu upaya peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah

tersebut dengan meningkatkan program seperti Penyuluhan bagi Ibu Hamil tentang

pentingnya Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa kehamilan dan/atau janin yang

merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia selanjutnya dan yang

paling penting adalah penanganan pada bayi yang BBLR seluruhnya sesuai target

SPM.

2.4.7 Pemantauan Pertumbuhan Menggunakan Data SKDN

Data SKDN: (S) adalah seluruh balita yang ada di wilayah kerja, (K) adalah

jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS atau buku KIA, (D) adalah jumlah

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 27

seluruh balita yang ditimbang, (N) adalah balita yang naik berat badannya sesuai

dengan garis pertumbuhan. Persentase N/D merupakan indikator yang digunakan

untuk melihat keberhasilan program.

Persentase balita yang naik berat badannya sesuai garis pertumbuhan dari

seluruh balita yang ditimbang di Kab. Polewali Mandar adalah 68% dan 32% tidak

naik sesuai garis pertumbuhan. Untuk melihat gambaran pemantauan pertumbuhan

dengan menggunakan Persentase N/D di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel. 2.4.8Persentase Balita yang Naik Berat Badannya Sesuai Garis Pertumbuhan

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009

Kecamatan% Naik Sesuai Garis Pertumbuhan2007 2008 2009

Tinambung 56,96 85,84 69.4Balanipa 88,67 77,66 50.0Limboro 49,53 56,14 44.8Tubbi Taramanu 59,90 77,46 57.5Allu 58,55 58,62 44.4Campalagian 48,94 54,47 22.0Luyo 86,72 87,65 50.8Wonomulyo 67,17 66,04 54.1Mapilli 50,98 62,80 30.9Tapango 82,95 80,10 52.1Matakali 65,91 72,08 45.0Bulo - - 21.4Polewali 75,77 74,53 75.2Binuang 66,29 65,34 45.2Anreapi 88,63 71,17 49.0Matangnga 59,84 73,71 31.1Kab. Polewali Mandar 68,17 71,37 47.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel di atas pencapaian N/D di Kab. Polewali Mandar 70,59%, capaian

tersebut belum mencapai target SPM yaitu 80%. Dan bila dilihat pada masing-masing

Kecamatan terdapat 4 Kecamatan sudah mencapai Target yakni: Kec. Tinambung

85,84%, Kec. Balanipa 83,81%, Kec.Luyo 87,65% dan Tapango 80,10%. Sedangkan

untuk kecamatan lainnya masih dibawah 80%, dan yang paling rendah di Kec.

Campalagian 52,71% dan Kec. Alu 54,44%.

Oleh Karena itu Program Upaya Kesehatan yakni : Penyuluhan Pemberian Gizi

pada Balita, dan pemberian makanan tambahan perlu ditingkatkan serta program

lainnya yang dapat menekan jumlah balita yang berat badannya tidak sesuai dengan

garis pertumbuhan, dengan Prioritas wilayah yang cakupannya Rendah.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 28

2.4.8 Cakupan Kunjungan Bayi

Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi umur 1-12 Bulan termasuk neonatus

umur 1 – 28 hari untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh

dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 4

kali (bayi), 2 kali (Neonatus) di satu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

Persentase cakupan kunjungan bayi di Kab. Polewali Mandar adalah 94% yang

mendapat kunjungan dan 6% yang tidak mendapatkan kunjungan. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam setiap 1000 Bayi terdapat 60 bayi yang belum

mendapatkan kunjungan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar. Cakupan

tersebut sudah mencapai Target SPM yakni 90%. Untuk melihat cakupan kunjungan

pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.4.9Persentase Cakupan Kunjungan Bayi

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan% Kunjungan Bayi

2007 2008 2009

Tinambung 100,0 97,02 84.2Balanipa 100,0 93,72 79.8Limboro 100,0 94,41 96.1Tubbi Taramanu 85,7 62,14 49.0Allu 84,2 88,79 77.1Campalagian 100,0 98,96 68.8Luyo 80,6 92,71 83.8Wonomulyo 100,0 98,36 85.5Mapilli 100,0 93,10 95.8Tapango 100,0 97,94 60.5Matakali 98,5 81,03 80.3Bulo - - 59.0Polewali 95,4 93,39 85.4Binuang 100,0 99,81 83.5Anreapi 100,0 95,02 79.0Matangnga 100,0 95,00 52.3Kab. Polewali Mandar 96,6 93,60 79.19

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel diatas Cakupan Kunjungan Bayi di Kab. Polewali Mandar di

masing-masing kecamatan sudah menunjukkan hasil cakupan diatas Target SPM

yakni 90%, Kecuali di 2 Kecamatan yaitu : Kec. Tubi Taramanu 62,14% dan Kec.

Allu 88,79%. Hal ini disebabkan karena penyebaran tenaga kesehatan khususnya

bidan belum merata di wilayah tersebut. Oleh Karena itu Program Upaya Kesehatan

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 29

yakni pemerataan penempatan tenaga khususnya tenaga kesehatan Bidan dengan

prioritas wilayah yang cakupan kunjungan bayi masih rendah.

2.4.9 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Balita

Pemberian Vitamin A pada Balita dapat mencegah terjadinya kelainan/penyakit

pada mata (Xeroftalmia). Kata Xeroftalmia berarti “mata kering” karena terjadi

kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata dan

apabila tidak segera diobati dapat menimbulkan kebutaan.

Persentase Balita yang diberi Vitamin A Dosis tinggi di kabupaten Polewali

Mandar adalah sebanyak 93% Dari target 80%. Untuk melihat Persentase Balita yang

diberi Vitamin A dosis tinggi menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.10Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita

di Kab. Polewali Mandar Tahun Tahun 2007 – 2009

Kecamatan% Pemberian Vitamin A

2007 2008 2009

Tinambung 97,1 91,65 91.22Balanipa 95,7 95,16 76.77Limboro 100,0 97,55 96.01Tubbi Taramanu 95,7 88,91 75.20Allu 99,2 98,03 96.01Campalagian 81,6 87,13 88.51Luyo 97,1 95,91 84.00Wonomulyo 96,9 98,63 99.62Mapilli 83,3 81,96 80.27Tapango 99,3 97,92 98.37Matakali 100,0 93,02 100.0Bulo - - 83.00Polewali 100,0 97,23 98.21Binuang 95,5 92,82 92.45Anreapi 100,0 90,58 92.13Matangnga 90,0 88,36 89.58Kab. Polewali Mandar 93,0 92,83 90.74

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Tabel di atas memberikan gambaran persentase pemberian Vitamin A pada tiap

kecamatan, dari 15 Kecamatan sudah mencapai target 80%. Dari Hasil pengumpulan

data sektoral MDGs diatas menunjukkan bahwa pemberian Vitamin A dosis tinggi

telah mencapai target dalam pelaksanaan Program pemerintah yakni pemberian

kapsul vitamin A secara periodik pada bulan februari dan agustus di Kab. Polewali

Mandar.

2.4.10 Cakupan Pemberian Asi Ekslusif

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 30

ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna.

ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-

bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu

melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS - sindrom

kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa

terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang

dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Pemberian

ASI ekslusif adalah pemberian hanya Air susu Ibu saja kepada bayi sejak lahir

sampai berumur enam bulan tanpa makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin

dan mineral.

Persentase Cakupan pemberian ASI Ekslusif di Kab. Polewali Mandar pada

tahun 2009 adalah sebanyak 32%, masih jauh dari target SPM yakni 80%. Dari Hasil

pengumpulan data sektoral MDGs diatas menunjukkan bahwa masih kurangnya Ibu

yang melakukan pemberian ASI Ekslusif pada bayinya selama 6 Bulan. Untuk

melihat Persentase Cakupan pemberian ASI Ekslusif menurut kecamatan dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel. 2.4.11Persentase Cakupan Pemberian ASI Ekslusifdi Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009

Kecamatan% Pemberian ASI Ekslusif

2007 2008 2009

Tinambung 0,0 38,61 54.0Balanipa 0,0 17,51 48.2Limboro 43,2 15,98 8.5Tubbi Taramanu 29,1 31,16 29.7Allu 39,1 38,83 48.4Campalagian 80,8 28,79 37.5Luyo 0,0 26,44 20.2Wonomulyo 50,3 59,68 43.3Mapilli 42,2 0,00 26.5Tapango 19,6 23,06 18.0Matakali 71,8 3,43 24.9Bulo - - 62.7Polewali 46,2 56,06 39.4Binuang 57,3 44,59 46.3Anreapi 1,9 23,00 40.0Matangnga 58,9 53,27 72.9Kab. Polewali Mandar 41,0 32,49 39.7

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel di atas Persentase pemberian Asi Ekslusif menunjukkan capaian

yang bervariasi cakupan tertinggi di Kec. Wonomulyo 59,68% dan Kec. Polewali

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 31

56,06%. Hal ini menunjukkah bahwa masih rendahnya kesadaran Ibu untuk

memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya. Faktor yang menyebabkan rendahnya

sakupan tersebut terlihat dari adanya Kecamatan yang tidak melaporkan, serta

pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh bidan/petugas kesehatan tidak

mencakup seluruh wilayah kerja atau pencatatan tidak merata.

Oleh karena itu perlu upaya peningkatan Upaya pelayanan kesehatan dengan

meningkatkan program seperti Penyuluhan bagi Ibu tentang pentingnya Pemberian

ASI Ekslusif pada bayi serta perbaikan sistem Pencatatan dan Pelaporan di setiap

Tingkatan.

2.4.11 Desa UCI

Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa/ Kelurahan

dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di Desa tersebut sudah mendapat imunisasi

dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu.

Persentase Desa/Kelurahan UCI di Kab. Polewali Mandar adalah 51%, cakupan

tersebut masih sangat jauh dari target SPM yakni 100%. Hal ini menunjukkan bahwa

Dari 132 Desa di Kab. Polewali Mandar hanya 67 Desa/Kelurahan lebih atau sama

dengan 80% dari jumlah bayi yang ada di Desa tersebut sudah mendapat imunisasi

dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu.

Untuk Melihat cakupan di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabelberikut :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 32

Tabel. 2.4.12Persentase Desa UCI di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

KecamatanJumlah Desa UCI % Desa UCI Jumlah

Desa2007 2008 2009 2007 2008 2009

Tinambung 0 0 6 0,0 0,0 75.0 8Balanipa 0 4 4 0,0 40,0 36.4 11Limboro 0 6 8 0,0 60,0 72.7 11Tubbi Taramanu 0 0 0 0,0 0,0 0 13Allu 5 5 7 83,3 83,3 87.5 8Campalagian 0 8 6 0,0 57,1 33.3 18Luyo 0 0 3 0,0 0,0 27.3 11Wonomulyo 4 6 12 28,6 42,9 85.7 14Mapilli 8 14 7 57,1 100,0 58.3 12Tapango 0 6 9 0,0 60,0 64.3 14Matakali 1 4 6 16,7 66,7 85.7 7Bulo - - 7 - - 77.8 9Polewali 2 6 9 22,2 66,7 100 9Binuang 0 5 7 0,0 71,4 70.0 10Anreapi 0 2 3 0,0 40,0 60.0 5Matangnga 0 1 0 0,0 25,0 0 6Kab. Polewali Mandar 20 67 94 15,2 50,8 56.6 166

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas Desa/Kelurahan UCI pada masing masing kecamatan

menunjukkan capaian yang masih jauh dari target SPM yaitu 100 %, hanya 2

Kecamatan yaitu : Kec. Allu 5 Desa UCI dari 6 Desa (83 %) dan Kec. Mapilli 14

Desa UCI dari 14 Desa (100 %). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor

diantaranya : Ketersediaan Vaksin dan tempat penyimpanan vaksin, Kondisi

geografis yang sulit dijangkau serta, Penyebaran tenaga yang belum merata.

Oleh karena itu Program Pelayanan Kesehatan dengan Pengadaan Vaksin yang

menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, propinsi dan daerah yang sesuai dengan

kebutuhan cakupan yang ada di wilayah menjadi prioritas agar cakupan desa UCI di

tahun yang akan datang dapat mencapai target 100%.

2.4.12 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang

Memiliki Kompetensi Kebidanan

Persentase Pertolongan persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang

memiliki Kompetensi Kebidanan di Kab. Polewali Mandar Berdasarkan hasil

pengumpulan data sektoral MDGs dari tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada tabel

berikut :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 33

Tabel. 2.4.13Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan

yang Memiliki Kompetensi Kebidanandi Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan% Pertolongan Persalinan oleh Nakes

2007 2008 2009

Tinambung 91,3 79,68 90.3Balanipa 64,5 67,47 77.4Limboro 87,3 86,18 100Tubbi Taramanu 44,8 38,92 43.9Allu 60,4 97,00 67.6Campalagian 50,5 62,72 67.6Luyo 54,4 57,02 68.1Wonomulyo 90,4 94,89 93.4Mapilli 57,7 50,84 88.4Tapango 57,8 54,84 57.2Matakali 82,0 80,87 79.3Bulo - - 56.8Polewali 74,2 85,03 97.2Binuang 77,0 74,50 80.5Anreapi 78,4 76,36 73.3Matangnga 43,6 44,07 52.2Kab. Polewali Mandar 68,7 71,87 77.17

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase Cakupan Pertolongan persalinan oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan

yang memiliki Kompetensi Kebidanan di Kab. Polewali Mandar adalah 72% dari

Target 90%, dan masih ada 28% masih ditolong oleh selain Bidan atau tenaga

kesehatan misalnya dukun. untuk melihat Persentase Cakupan Pertolongan persalinan

oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan menurut

kecamatan dapat dilihat pada Grafik berikut :

Cakupan Pertolongan persalinan oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang

memiliki Kompetensi Kebidanan menurut kecamatan yang cakupannya rendah yakni

dibawah 60% pada tahun 2009 terdapat di 6 Kecamatan yakni : Matangnga 44,07%,

Tapango 54,84%, Mapilli 50,84 dan Tutallu 38,92%. hal ini disebabkan karena

penyebaran tenaga kesehatan pada tiap daerah atau wilayah tidak merata disamping

masih kurangnya tenaga kesehatan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk

serta adanya kecendrungan tenaga kesehatan lebih banyak ditempatkan atau

berdomisili di daerah perkotaan.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 34

2.4.13 Cakupan Kunjungan K4

Kunjungan K4 adalah Kunjungan pemeriksaaan kehamilan yang memenuhi

standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada Triwulan I dan II, Dua

kali pada Triwulan III. Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan

pada Ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau Antenatal Care

(ANC) yang meliputi: Pemeriksaan kehamilan, Penimbangan Berat Badan,

Pemberian Tablet Besi, pemberian Imunisasi TT.

Persentase balita yang ibunya melakukan pemerikasaan kehamilan yang

memenuhi K4 di Kab. Polewali Mandar adalah sebesar 73 % dari target 95% dan

yang tidak memenuhi sebanyak 28%. Atau dengan kata lain belum semua Ibu Hamil

memeriksakan kehamilannya secara lengkap. Untuk melihat persentase cakupan

kunjungan K4 pada tiap kecamatan di Kab. Polewali Mandar dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel. 2.4.14Cakupan Kunjungan K4

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan% Kunjungan K4

2007 2008 2009

Tinambung 90,5 76,33 73.7Balanipa 61,0 83,22 98.4Limboro 91,2 92,04 93.7Tubbi Taramanu 49,5 52,32 63.5Allu 78,3 79,33 84.3Campalagian 57,8 65,01 75.2Luyo 67,6 63,79 72.4Wonomulyo 83,9 84,38 86.3Mapilli 51,6 54,45 81.5Tapango 89,7 75,60 84.0Matakali 69,6 70,06 84.1Bulo - - 75.0Polewali 77,0 78,23 75.8Binuang 70,1 77,57 76.1Anreapi 83,4 89,55 100Matangnga 75,6 51,69 63.0Kab. Polewali Mandar 71,5 73,19 80.31

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase Kunjungan K4 menurut kecamatan pada umumya sudah

menunjukkan diatas 70%, kecuali di 5 Kecamatan yakni : Kec. Matannga 51,69%,

Kec. Mapilli 54,45%, Kec. Luyo 63,79%, Kec. Campalagian 65,01% dan Kec.

Tutallu 52,32%. Adanya perbedaan pada daerah tersebut dapat disebabkan oleh

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 35

berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya tingkat pengetahuan Ibu hamil yang

masih rendah, Penyebaran tenaga Kesehatan belum merata serta kondisi geografis

daerah yang sulit dijangkau.

2.4.14 Cakupan Pelayanan Nifas

Ibu Nifas adalah ibu Nifas 6 jam pasca persalinan sampai dengan 42 hari yang

telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar. Persentase Cakupan

Pelayanan Nifas di Kab. Polewali Mandar Berdasarkan hasil pengumpulan data

sektoral MDGs adalah sebagai berikut :

Persentase Cakupan Pelayanan Nifas Kab. Polewali Mandar adalah 71% dari

target 90%. Untuk melihat persentase cakupan pelayanan Nifas pada kecamatan

dilihat pada grafik berikut:

Tabel. 2.4.15Cakupan Pelayanan Nifas

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan% Pelayanan Nifas

2007 2008 2009

Tinambung 64,6 75,21 80.6Balanipa 32,2 64,99 80.1Limboro 92,2 84,56 95.1Tubbi Taramanu 51,8 40,97 38.3Allu 54,0 60,98 71.4Campalagian 49,5 63,85 63.7Luyo 78,7 77,13 91.5Wonomulyo 85,0 89,30 84.8Mapilli 52,5 63,19 88.9Tapango 61,1 57,59 58.4Matakali 78,8 69,28 78.0Bulo - - 53.3Polewali 68,7 72,83 84.6Binuang 81,9 79,26 81.9Anreapi 86,7 81,43 70.5Matangnga 56,4 62,83 26.5Kab. Polewali Mandar 65,8 70,84 73.6

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase Cakupan Pelayanan Nifas menurut kecamatan yang menunjukkan

dibawah 60% terdapat di 2 Kecamatan yakni : Kec. Tapango 57,59% dan Kec.

Tutallu 40,97%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi,

diantaranya Penyebaran tenaga Kesehatan belum merata serta kondisi geografis

daerah yang sulit dijangkau.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 36

2.4.15 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang di Tangani

Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil dengan

komplikasi di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai

dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah

Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (Pelayanan Obstetrik

dan Neonatal Emergency Dasar dan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal

Komprehensif).

Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani Di Kab. Polewali

Mandar adalah 72% dari Target 80% dan yang belum sebanyak 28%. Untuk melihat

gambaran pada tiap kecamatan dapat dilihat pada grafik berikut :

Tabel. 2.4.16Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani

di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009

Kecamatan% Komplikasi Kebidanan yang ditangani

2007 2008 2009

Tinambung 74,0 81,19 62.07Balanipa 43,6 82,91 62.00Limboro 19,1 48,24 64.37Tubbi Taramanu 17,3 50,00 66.67Allu 63,9 66,67 75.00Campalagian 35,3 47,76 70.65Luyo 47,2 73,73 62.64Wonomulyo 32,6 81,37 68.33Mapilli 21,1 60,26 66.67Tapango 23,3 41,41 80.19Matakali 38,0 81,25 61.11Bulo - - 84.62Polewali 25,2 100,00 67.83Binuang 67,1 94,66 83.39Anreapi 54,6 93,18 93.18Matangnga 20,3 58,33 75.00Kab. Polewali Mandar 37,5 72,25 69.45

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel di atas di 3 kecamatan sudah mencapai target 80% yakni : Kec.

Anrepi 93%, Kec.Binuang 94,66% dan Kec. Polewali 141%. Hal ini dapat

disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya Kurangnya Sarana

pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan sesuai dengan standar dan

dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit

pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK sertta Penyebaran tenaga

Kesehatan belum merata serta kondisi geografis daerah yang sulit dijangkau. Khusus

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 37

untuk kec. Polewali Cakupannya melebihi 100% hal ini dapat disebabkan karena

adanya rujukan dari berbagai kecamatan.

2.4.16 Prevalensi Malaria dan Angka Kematiannya

Prevalensi Malaria atau angka kesakitan Malaria adalah banyaknya kasus

malaria per-100.000 penduduk. Untuk Melihat Prevalensi malaria di Kab. Polewali

Mandar di masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada Tabel Berikut:

Tabel. 2.4.17Prevalensi Malaria di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009

KecamatanJumlah Prevalensi Malaria

2007 2008 2009

Tinambung 15 19 2Balanipa 55 47 0Limboro 0 0 0Tubbi Taramanu 3 3 0Allu 0 0 0Campalagian 21 0 8Luyo 20 22 0Wonomulyo 31 13 25Mapilli 0 0 0Tapango 0 0 0Matakali 42 11 0Bulo - - 5Polewali 6 34 8Binuang 72 0 2Anreapi 0 0 0Matangnga 0 0 0Kab. Polewali Mandar 21 12 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Polewali mandar

Prevalensi Malaria terdapat 123 Kasus malaria per- 100.000 penduduk.

2.4.17 Penderita Malaria yang Mendapat Pengobatan Efektif

Penderita Malaria yang mendapat pengobatan efektif adalah Penderita Malaria

yang diobati dengan Artemisinin Combination Therapy (ACT). Untuk melihat

Persentase pengobatan Malaria dengan ACT di Kab. Polewali Mandar dapat dilihat

pada tabel berikut :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 38

Tabel. 2.4.18. Penderita Malaria yang Mendapat Pengobatan efektif

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan% Penderita Malaria yang

mendapat pengobatan efektif2007 2008 2009

Tinambung 59,4 12,50 100Balanipa 6,0 *) *)Limboro *) *) *)Tubbi Taramanu *) *) *)Allu *) *) *)Campalagian *) *) 100Luyo 20,8 *) *)Wonomulyo 70,5 60,71 100Mapilli *) *) *)Tapango *) *) *)Matakali 38,1 *) *)Bulo *) *) 100Polewali 51,7 8,43 100Binuang 91,2 *) 100Anreapi *) *) *)Matangnga *) *) *)Kab. Polewali Mandar 46,3 11,82 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor*) : Data tidak tersedia

Dari tabel di atas di Kab. Polewali Mandar Persentase Penderita Malaria yang

mendapat pengobatan efektif adalah 11,82 % dari target 100 %. Cakupan tersebut

masih jauh dari target oleh karena itu Program pelayanan kesehatan yakni Pengobatan

kepada Penderita Malaria perlu ditingkatkan misalnya dengan meningkatkan

anggaran untuk pembelian Obat Artemisinin Combination Therapy (ACT).

2.4.18 Prevalensi TB dan Angka Kematian Pasien Tuberkolosis dengan SebabApapun Selama Pengobatan Obat Anti Tuberkolosis (OAT)

Prevalensi TB atau angka kesakitan adalah banyaknya kasus TB per-100.000

penduduk, dan Angka kematian TB adalah banyaknya kematian karena TB per-

100.000 penduduk. Kasus TB didefinisiksan sebagai pasien yang secara klinis telah

positif terdiagnosis mengidap TB. Prevalensi TB dan angka kematian TB Di Kab.

Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs tahun 2009

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.19

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 39

Prevalensi TB dan Angka Kematian TBdi Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009

KecamatanPrevalensi TB Angka Kematian TB

2007 2008 2009 2007 2008

Tinambung 18.6 24.2 16.6 0.96 0.00Balanipa 14.5 21.0 10.7 0.41 0.00Limboro 12.5 14.1 9.0 0.57 0.00Tubbi Taramanu 0.0 9.9 2.5 0.00 0.00Allu 11.3 12.8 4.0 0.00 0.00Campalagian 5.5 11.2 9.6 0.20 0.00Luyo 7.4 8.6 10.5 0.00 0.41Wonomulyo 8.1 14.4 11.3 0.00 0.00Mapilli 10.3 9.0 8.4 0.62 0.00Tapango 8.8 4.4 9.2 0.00 0.00Matakali 9.1 12.5 9.5 1.51 0.00Bulo - - - - -Polewali 14.6 22.6 9.1 1.25 0.00Binuang 15.2 16.3 18.4 0.00 0.00Anreapi 12.1 20.8 7.6 1.10 0.00Matangnga 6.1 20.4 10.1 0.00 0.00Kab. Polewali Mandar 10.4 14.6 10.2 0.46 0.03

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.4.19 Angka Penemuan Pasien Tuberkolosis BTA Positif Baru

Angka Penemuan Pasien Tuberkolosis BTA Positif baru adalah persentase

pasien baru tuberkolosis yang diobati melalui Directly Observed Treatment Short

Course (DOTS). Indikator ini memberikan informasi tentang perkembangan pasien

tuberkolosis dan penanganan pengobatannya yang tuntas dan baik. Untuk melihat

persentase angka penemuan pasien di setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 40

Tabel. 2.4.20Persentase Angka Penemuan Pasien TB-BTA+

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009

Kecamatan% Angka Penemuan Pasien TB-BTA+

2007 2008 2009

Tinambung 52,3 99,58 8.84Balanipa 21,7 84,43 11.45Limboro 18,9 51,02 10.06Tubbi Taramanu 0,0 23,60 50.00Allu 46,0 53,37 8.33Campalagian 11,3 40,22 11.19Luyo 21,5 34,95 16.25Wonomulyo 27,2 58,58 9.65Mapilli 29,7 19,24 17.50Tapango 18,6 16,18 12.03Matakali 40,8 45,34 11.05Bulo - - 11.67Polewali 55,6 72,11 14.47Binuang 84,9 72,13 11.82Anreapi 57,7 88,68 10.29Matangnga 29,3 87,29 19.23Kab. Polewali Mandar 33,9 53,85 11.63

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari grafik di atas 5 Kecamatan menunjukkan capaian Angka Penemuan

kurang dari 50% yaitu: Kec. Matakali 45,34%, Kec. Tapango 16,18%, Kec.Mapilli

19,24%, Kec. Luyo 34,95%, Kec. Campalagian 40,22% dan Kec. Tutallu 23,60%

sedangkan kecamatan tinggi cakupannya adalah adalah Kec. Tinambung 104,11%.

2.4.20 Angka Kesembuhan Pasien Baru Tuberkolosis (AKP-TB)

Angka kesembuhan pasien baru TB adalah persentase kasus pasien baru yang

tercatat positif terinfeksi TB yang berobat sendiri atau berobat melalui strategi DOTS

secara lengkap dan selesai.

Angka kesembuhan pasien baru TB adalah sebanyak 82,98% dari target 80 %

dan 17,02% yang belum sembuh yang melakukan pengobatan melalui DOTS.

Pengawasan yang efektif melalui penemuan dan penanganan kasus infeksi akan

membatasi resiko penyebarannya. Angka Kesembuhan Pasien baru TB di Kab.

Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs tahun 2007 -

2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 41

Tabel. 2.4.21Angka Kesembuhan Pasien Baru TB

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

KECAMATANPersentase Angka Kesembuhan Pasien Baru TB

2007 2008 2009

Tinambung 87,0 86.96 93.33Balarpa 100,0 100.0 90.48Limboro 71,4 71.43 63.16Tubi Taramanu 0 0 37.50Allu 100,0 100 71.43Campalagian 100,0 91.67 90.70Luyo 90,9 90.91 64.71Wonomulyo 91,7 91.31 85.71Mapili 80,0 80.00 83.33Tapango 37,5 28.57 83.33Matakali 76,5 75.00 80.00Bulo - - -Polewali 80,4 87.18 77.55Binuang 95,8 100 97.44

Anreapi 90,9 90.91 80.00

Matangnga 100,0 100 62.50

Kab. Polewali Mandar 86.7 88.24 82.98

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.4.21 Angka Kesakitan Penyakit Kusta

Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen

adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa

dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari

luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada

kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.

Untuk Melihat Angka Kesakitan Penyakit Kusta di Kab. Polewali Mandar di

masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada Tabel Berikut :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 42

Tabel. 2.4.22Persentase Angka Penemuan Penakit Kustadi Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan% Angka Kesakitan Kusta

2007 2008 2009

Tinambung 7,2 6,18 9.9Balanipa 3,3 1,65 5.3Limboro 6,2 8,46 15.7Tubbi Taramanu 0,6 0,62 1.2Allu 6,4 3,20 8.8Campalagian 2,6 2,55 7.6Luyo 2,5 8,56 21.9Wonomulyo 1,2 1,89 5.9Mapilli 3,1 1,24 8.0Tapango 2,4 6,31 8.2Matakali 0,5 3,01 10.5Bulo - - 2.7Polewali 1,9 3,73 9.3Binuang 2,6 1,85 5.5Anreapi 1,1 3,29 2.2Matangnga 0,0 0,00 0.0Kab. Polewali Mandar 2,7 3,45 8.4

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Polewali mandar angka

Kesakitan Kusta 3,45 Kasus per- 10.000 penduduk atau dalam setiap 10.000

Penduduk terdapat 3,45 Penderita. Jadi di Kab. Polewali Mandar dengan jumlah

penduduk 369. 586 Jiwa terdapat 128 Penderita Kusta. Jika dibandingkan pada tahun

2009 Angka Kesakitan kusta 2,71 Kasus per-10.000 penduduk hal ini menunjukkan

adanya peningkatan yang disebabkan karena peningkatan jumlah penemuan yang

ditunjang banyaknya kegiatan deteksi penyakit kusta yang dilaksanakan oleh Pemda.

Program Pelayanan Kesehatan yaitu pengobatan gratis pada penderita kusta

telah dilaksanakan namun yang paling penting adalah Memberikan Penyuluhan dan

Upaya pencegahan bagi Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang

tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak

memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk.

2.4.22 Angka Kesakitan Penyakit Demam Berdarah (DBD)

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit

febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip

dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 43

genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak

ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas)

dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes

aegypti. Angka Kesakitan DBD di Kab. Polewali Mandar dari hasil pengumpulan

data sektoral MDGs tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.23Angka Kesakitan Penakit Demam Berdarah (DBD)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009

KECAMATAN% Angka Kesakitan DBD

2007 2008 2009

Tinambung - 4.753 4.75

Balarpa - - -Limboro - - -

Tubi Taramanu - - -

Allu - - -

Campalagian - - -

Luyo - - -

Wonomulyo 0.024 11.828 11.83

Mapilli - - -

Tapango - - -

Matakali - - -

Bulo - - -

Polewali 0.104 2.075 2.07

Binuang 0.074 - -

Anreapi - - -

Matangnga - - -

Kab. Polewali Mandar 0.022 1.885 1.88

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas Angka Kesakitan DBD di Kab. Polewali Mandar adalah 1,88

kasus per-100.000 penduduk. Pada tahun 2009 terdapat 8 Kasus DBD yang terjadi di

Kecamatan : Kec. Tinambung 1 Kasus, Kec. Wonomulyo 5 Kasus, dan Kec. Polewali

1 Kasus.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada perbaikan kondisi

lingkungan. Oleh karena itu Program Upaya Kesehatan dengan meningkatkan

Penyuluhan agar masyarakat melakukan upaya 3 M yakni : Menguras, Mengubur dan

Menutup agar perkembang biakan Nyamuk penyebab DBD dapat dikendalikan,

Foging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa dan abatesasi untuk

membunuh jentik di air agar mata rantai perkembang biakan nyamuk terputus.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 44

2.5 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan

untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu

berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan sektor publik serta kesamaan dalam

menikmati hasil pembangunan. Baik itu pada sektor publik dibidang eksekutif,

legislatif, maupun di bidang yudikatif. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan

diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap perempuan maupun laki-

laki. Hal ini sejalan dengan falsafah dan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 serta GBHN, yang memuat tidak ada perbedaan

perempuan dan laki-laki menyatakan bahwa “setiap warga negara mempunyai status,

hak dan kewajiban, serta kesempatan yang sama di dalam keluarga dan

masyarakat”.

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan

dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembekuan peran, beban

ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-

laki. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya

diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian mereka memiliki

akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh

manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.

Memiliki akses berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan

sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara

penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki

kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber

daya, sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

Di Kab. Polewali Mandar persentase perempuan dalam proses pengambilan

keputusan masih sangat jauh dari semangat keterwakilan yakni 30 persen perempuan

dalam lembaga publik. Dalam uraian ini nampak bahwa di Kab. Polewali Mandar

keterwakilan perempuan baik pada bidang eksekutif, legislatif, maupun dalam

keanggotaan pengurus partai politik dan pengurus pada organisasi sosial pada tahun

2009 belum menampakkan adanya perubahan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat

pada uraian berikut.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 45

2.5.1 Proporsi Kursi DPRD yang di Duduki Perempuan

Partisipasi perempuan dalam berpolitik bisa dilihat dari jumlah kursi yang

di duduki di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Partisipasi perempuan

dalam Pemilu 2009 hampir sama dengan partisipasi laki-laki.

Komposisi anggota DPRD menurut jenis kelamin di suatu daerah dapat

mencerminkankan tentang besarnya penerapan azas demokrasi didaerah

tersebut. Seharusnya dengan komposisi penduduk yang hampir seimbang antara

jumlah laki-laki dan perempuan, maka komposisi anggota DPRD-nya

seyogyanya juga seimbang. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian,

keterwakilan perempuan di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 yang

berjumlah 40 orang terdiri dari 6 orang atau 15% perempuan dan laki-laki sebanyak

34 orang atau 85%.

Keterwakilan perempuan pada tahun 2009 sudah mengalami peningkatan atau

perubahan, hal ini disebabkan masa jabatan anggota DPRD Kabupaten Polewali

Mandar belum tiba waktu pergantian. Untuk jelasnya bisa dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.5.1

Proporsi Anggota DPRD Kab. Polewali Mandar

menurut Jenis Kelamin Tahun 2007 – 2009

JenisKelamin

Tahun 2007(%)

Tahun 2008(%)

Tahun 2009(%)

Perempuan 5,71 5,71 15Laki-laki 94,29 94,29 85

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.5.1

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 46

2.5.2 Persentase Camat Perempuan

Sektor publik yang lain adalah bidang eksekutif. Dari jumlah perempuan

yang duduk dibidang eksekutif dalam hal ini sebagai camat di Kab. Polewali

Mandar, jumlah camat perempuan di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009

sebanyak 3 orang dari 16 total camat yang ada atau hanya ada 18,75% camat

perempuan.

Rendahnya persentase perempuan yang duduk di DPRD dan camat

menunjukkan bahwa baik pada bidang legislatif maupun pada bidang eksekutif

sangat nampak adanya kebiasan gender yang cukup signifikan. Lebih jelas lihat

tabel berikut :

Tabel 2.5.2Persentase Camat Menurut Jenis Kelamin

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2008Jenis

KelaminTahun2007

Tahun2008

Tahun2009

Laki-laki 93,75 100 81,25Perempuan 6,25 0 18,75

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.5.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Pada tabel tersebut di atas terlihat bahwa pada pada tahun 2009 di Kab.

Polewali Mandar keterwakilan perempuan sebagai camat mengalami penurunan,

camat perempuan menjadi 3 orang dan didominasi oleh kaum laki-laki sebanyak 13

orang dari 16 wilayah kecamatan hal ini terjadi karena camat yang diduduki oleh

seorang perempuan termutasi ke jabatan yang lain.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 47

2.5.3 Persentase Kepala Desa/Lurah Perempuan

Ketimpangan gender pada posisi kepala desa/lurah tidak jauh berbeda pada

posisi camat. Dimana Kepala Kelurahan dan Kepala Desa di Kab. Polewali

Mandar pada tahun 2009 masih didominasi oleh kaum laki-laki sedang kaum

perempuan sangat kecil jumlahnya. Jumlah kepala desa/kelurahan yang diduduki

oleh perempuan sebanyak 24 orang atau (12,5%) 192 desa/kelurahan, berarti

ada sebanyak 168 desa/kelurahan atau (87,5 %) yang diduduki oleh kaum laki-

laki. Lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel 2.5.3Persentase Kepala Desa/Lurah Menurut Jenis Kelamin

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Jenis KelaminTahun2007

Tahun2008

Tahun2009

Perempuan 4,55 3,59 12,5

Laki-Laki 95,45 96,41 87,5

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.5.3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Pada tabel tersebut di atas menunjukkan pada tahun 2009 di Kab. Polewali

Mandar seiring dengan adanya pemekaran beberapa wilayah desa, maka jumlah

pejabat kepala desa mengalami peningkatan. Jumlah wilayah desa/kelurahan

sebanyak 167 buah menjadi 192 desa/ kelurahan. Namun demikian yang menjadi

penambahan kepala desa semuanya adalah dari kaum laki-laki sehingga persentase

laki-laki sebagai kepala desa/kelurahan mengalami peningkatan menjadi 87,5%

sedangkan perempuan mengalami penurunan menjadi 12,5%.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 48

2.5.4 Persentase Perempuan dalam Keanggotaan BAPERJAKAT

Rendahnya partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan di

bidang publik dan keterwakilan perempuan dalam lembaga pengambilan keputusan

terlihat dari persentase perempuan yang berada pada lembaga formal sangat kurang.

Pejabat perempuan dalam pemerintahan Kabupaten Polewali Mandar masih

relatif sedikit. Sehingga dalam keanggotaan BAPERJAKAT (Badan Pertimbangan

Jabatan dan Kepangkatan) sebagai salah satu lembaga atau wadah pengambilan

keputusan keterwakilan perempuan nihil, dimana jumlah Baperjakat tersebut

sebanyak 6 orang kesemuanya laki-laki. Institusi yang terlibat dalam keanggotaan

Baperjakat adalah Sekretaris Daerah, Kepala BKDD, Inspektur Inspektorat, Asisten

Administrasi, Kepala Bagian Hukum Setda, serta Kepala Bagian Organisasi dan Tata

Laksana. Dengan kata lain 100% laki-laki sebagai anggota BAPERJAKAT. Hal ini

dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 2.5.4Persentase Keanggotaan BAPERJAKAT Menurut Jenis Kelamin

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Jenis Kelamin Tahun2007

Tahun2008

Tahun2009

Laki-Laki 0 100 0Perempuan 0 100 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.5.4

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 49

Pada tabel serta grafik tersebut di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2009

belum ada perubahan keanggotaan pada BAPERJAKAT, sehingga angka-angka pada

tabel tersebut tidak mengalami perubahan pula.

2.5.5 Rasio Pejabat Perempuan di Lingkup Pemerintah Daerah

Keadaan pejabat struktural perempuan pada Pemerintah Daerah Kabupaten

Polewali Mandar bila dilihat menurut jenjang eselon maka menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat eselon maka jumlah pejabat perempuan semakin kurang

jumlahnya. Pada tahun 2009 jumlah jabatan eselon II 96,97% diduduki oleh laki-laki,

yakni sebanyak 32 orang. Dan pada tahun 2009 jumlah jabatan eselon II bertambah.

Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan lembaga atau SKPD baru.

Pada tahun 2009 rasio perempuan pejabat esalon III 14,89% selanjutnya rasio

pejabat perempuan eselon IV adalah 32,38% sedangkan untuk rasio pejabat

perempuan bertambah karna danya SKPD baru.

Namun pada tahun 2009 rasio pejabat perempuan untuk esalon III mengalami

kenaikan. Yakni rasio jabatan perempuan eselon III sebesar 14,89% , sedangkan laki-

laki sebesar 85,11%. Kenaikan rasio ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah

perempuan yang menduduki eselon dan adanya pemberlakuan PP No.41 Tahun 2008

Tentang kelembagaan pada pemerintahan daerah, sehingga ada penambahan

Lembaga atau SKPD di Pemerintah Daerah Kab. Polewali Mandar. Dengan

demikian, maka jumlah jabatan atau eselon bertambah pula. Namun pada eselon IV

tidak terjadi perubahan karena pada tahun 2009 sudah ada mutasi pegawai. Lebih

jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 2.5.5Rasio Pejabat Perempuan Dirinci Menurut Jenis Kelamin

dan Tingkat Eselon pada Lingkup Pemerintah DaerahKab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

JenisKelamin

Eselon II Eselon III Eselon IV

2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009

Perempuan 0 0 3,03 12,15 16,53 14,89 56,13 56,13 32,38

Laki-laki 100 100 98,97 87,85 83,47 85,11 143,87 143,87 67,62

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 50

Grafik 2.5.5

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.5.6 Persentase Perempuan Sebagai Pengurus Partai Politik

Bias gender sangat jelas diberbagai sektor. Hal ini tak lepas pula pada

pengurus-pengurus organisasi baik pada organisasi politik maupun pada organisasi

sosial. di Kab. Polewali Mandar bulan Agustus tahun 2009 pada saat pengambilan

data di kantor KPU terdapat 22 partai politik yang telah mengumpulkan struktur

organisasinya beserta unsur-unsur pengurus organisasinya Perempuan maka terdapat

sejumlah 162 orang sebagai pengurus yang terdiri dari perempuan sebanyak 161

orang atau 19,98%, sedangkan laki-laki sebanyak 649 orang atau 80,02%. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5.6Persentase Pengurus Partai Politik Menurut Jenis Kelamindi Kab. Polewali Mandar Bulan Agustus Tahun 2008-2009

Jenis KelaminTahun2008

Tahun2009

Laki-Laki 65,97 78,65Perempuan 24,03 21,35

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 51

Grafik 2.5.6

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa persentase keterwakilan

perempuan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 12.68% sehingga pada

tahun 2009 keterwakilan perempuan sebagai pengurus partai politik sebanyak

21.35%, Namun apabila dilihat dari angka mutlak menunjukkan peningkatan yang

signifikan sedangkan laki-laki sebanyak 649 orang dari 32 partai yang melaporkan

struktur pengurusnya ke instansi terkait.

2.5.7 Persentase Perempuan Sebagai Pengurus Organisasi Sosial

Pada pengurus organisasi sosial tidak jauh berbeda dengan pengurus

organisasi politik serta keterwakilan perempuan diberbagai sektor. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu penyebab kesenjangan kondisi dan

posisi perempuan dan laki-laki dipengaruhi oleh peraturan perundang-undangan

yang bias gender. Dalam bidang hukum masih banyak dijumpai subtansi,

struktur, dan budaya hukum yang diskriminatif gender.

Di Kabupaten Polewali Mandar Pengurus Organisasi Sosial yang dijumpai

pada instansi terkait, sebanyak 12 buah organisasi dan mempunyai pengurus

sejumlah 220 0rang. Dari 220 orang tersebut terdapat perempuan sebanyak

60 orang atau 27,27%, sedangkan laki-laki sebanyak 160 orang atau 72,73%.

Lebih jelasnyadapat dilihat pada tabel berikut ;

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 52

Tabel 2.5.7Persentase Pengurus Organisasi Sosial Menurut Jenis Kelamin

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Jenis Kelamin 2007 2008 2009

Laki-Laki 72,73 72,73 69,83

Perempuan 27,27 27,27 25,86

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.5.7

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Pada tabel tersebut diatas terlihat bahwa dari tahun 2009 sampai tahun 2009

tidak mengalami perubahan jumlah. Hal ini disebabkan oleh karena disamping ada

pengurus organisasi belum tiba masa jabatan/kepengurusannya dan ada pula

organisasi yang tidak memperbaharui laporan kepengurusan organisasinya, bahkan

sejumlah organisasi sosial tidak menyampaikan pengurus-pengurusnya ke instansi

tarkait.

2.5.8 Persentase Peserta KB Perempuan dan Laki-Laki

Berdasarkan data dari sektoral, dalam rangka mendorong kesetaraan gender

dalam hal ber KB maka sangat nampak adanya kesenjangan gender antara

akseptor KB perempuan dan akseptor laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 53

Tabel 2.5.8Persentase Peserta KB Perempuan dan Laki-laki

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

KecamatanPerempuan Laki-laki

2007 2008 2009 2007 2008 2009

Tinambung 95,58 95,55 97,48 4,42 4,45 2,52

Balanipa 99,78 98,88 99,06 0,22 1,12 0,94

Limboro 97,27 86,86 98,08 2,73 13,14 1,92Tutar 95,59 91,83 91,67 4,41 8,17 8,34

Alu 98,14 96,99 97,59 1,86 3,01 2,41

Campalagian 95,25 88,59 94,13 4,75 11,41 5,87

Luyo 97,18 94,15 92,04 2,82 5,85 7,96Wonomulyo 99,11 98,94 95,33 0,89 1,06 4,67

Mapilli 96,00 97,29 98,64 4 2,71 1,36

Tapango 99,55 98,58 98,42 0,45 1,42 1,58

Matakali 99,83 99,87 98,34 0,17 0,13 1,26

Bulo 0 98,76 98,50 0 1,24 1,50

Polewali 99,28 99,33 98,85 0,72 0,67 1,15

Binuang 98,32 98,46 97,49 1,68 1,54 2,51Anreapi 95,28 92,43 91,14 4,72 7,57 6,86

Matangnga 100 98,67 95,80 0 1,34 4,20

Kab. Polewali Mandar 97,73 97,88 96,58 2,27 2,12 3,42

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Di Kab. Polewali Mandar mayoritas pemakai alat kontrasepsi adalah

perempuan, pada tabel tersebut diatas menunjukkan setiap kecamatan di

kabupaten Polewali Mandar jumlah akseptor KB perempuan jauh lebih banyak

dibandingkan akseptor KB laki-laki. Pada tahun 2009 apabila dilihat secara

keseluruhan untuk Kab. Polewali Mandar maka terdapat 1060 orang atau 3,42%

akseptor KB perempuan sedangkan laki-laki sebanyak 29.964 orang atau 96,58%

dari total jumlah akseptor Kab. Polewali Mandar sejumlah 31.024 akseptor.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 54

Grafik. 2.5.8

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Adanya kesenjangan yang sangat tinggi antara jumlah akseptor KB perempuan

dan jumlah akseptor laki-laki, ini dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain:

adalah menurut cara penggunaannya. Dimana sejumlah alat kontrasepsi yang

ada lebih banyak ditujukan kepada perempuan tentang cara penggunannya.

Seperti; pil, Suntik, Implant, IUD, dan Tubektomi. Sedangkan yang cara

penggunaanya ditujukan kepada laki-laki hanya kondom dan Vasektomi.

Disamping faktor tersebut ada anggapan dalam masyarakat bahwa laki-laki risih

menggunakan alat kontrasepsi sehingga apabila suatu keluarga ingin ber-KB

maka isterinyalah menjadi obyek sasaran. Selain itu pula anggapan lain dalam

masyarakat bahwa yang hamil selanjutnya melahirkan adalah perempuan jadi

yang ber-KB adalah perempuan sehingga dianggapnya alat kontrasepsi KB

merupakan kebutuhan perempuan tanpa memperhitungkan keadilan gender

dalam ber-KB.

2.6 Kehutanan

Analisa data sektoral ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menganalisa data sektor tahun 2008 dan 2009 , dalam hal ini data sektor kehutanan

pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Polewali Mandar yang telah

dikumpulkan sebelumnya.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 55

Data yang telah dikumpulkan diharapkan dapat memberikan gambaran

beberapa indikator hasil kegiatan pembangunan di sektor kehutanan sesuai dengan

tujuan ketujuh MDGs (Millenium Development Goals) yaitu Memastikan Kelestarian

Lingkungan Hidup. Indikator yang dianalisa adalah :

1. Proporsi luas lahan yang tertutup hutan,

2. Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan,

3. Rasio hasil kegiatan reboisasi terhadap luas kawasan hutan yang perlu

direhabilitasi/reboisasi.

2.6.1 Proporsi Luas Lahan yang Tertutup Hutan

Proporsi luas lahan yang tertutup hutan di Kab.Polewali Mandar tidak

mengalami perubahan, karena data yang tersedia bersumber dari data Citra Satelit

yang diperoleh dalam waktu tiga tahun sekali. Proporsi luas lahan yang tertutup hutan

tahun 2007 sampai 2009 dirinci per kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.6.1Luas Tutupan Hutan

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KecamatanLuas(Ha)

Tutupan Hutan2007 2008 2009

Luas(Ha)

Rasio(%)

Luas(Ha)

Rasio(%)

Luas(Ha)

Rasio(%)

Tinambung (10) 2.134 0 0,00 0 0,00 0 0,00Limboro (12) 4.755 0 0,00 0 0,00 0 0,00Balanipa (11) 3.742 0 0,00 0 0,00 0 0,00Tutar (20) 35.745 11.906 33,31 11.906 33,31 11.906 33,31Alu (21) 22.830 3.858 16,90 3.858 16,90 3.858 16,90Wonomulyo (40) 7.282 23 0,32 23 0,32 23 0,32Campalagian (30) 8.784 0 0,00 0 0,00 0 0,00Luyo (31) 15.660 0 0,00 0 0,00 0 0,00Mapilli (41) 32.040 10.566 32,98 10.566 32,98 10.566 32,98Tapango (42) 12.581 244 1,94 244 1,94 244 1,94Matakali (43) 5.762 804 13,95 804 13,95 804 13,95Polewali (50) 2.627 0 0,00 0 0,00 0 0,00Binuang (51) 12.334 696 5,64 696 5,64 696 5,64Anreapi (52) 12.462 2.153 17,28 2.153 17,28 2.153 17,28

Matangnga (61) 23.492 7.791 33,16 7.791 33,16 7.791 33,16Kab. Polewali Mandar 202.230 38.041 18,81 38.041 18,81 38.041 18,81

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Terlihat proporsi luas lahan yang tertutup hutan di atas 30% berada di

Kecamatan Tutar 33,31%, Matangnga 33,16% dan Mapilli 32,98%. Hal ini

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 56

memperlihatkan bahwa ketiga kecamatan tersebut kondisi tutupan hutannya masih

baik. Namun di beberapa kecamatan proporsi luas lahan yang tertutup hutan dibawah

30% bahkan ada yang 0%, keadaan ini cukup memprihatinkan terutama dari segi

kelestarian lingkungan hidup. Proporsi luas lahan yang tertutup hutan di

Kab.Polewali Mandar adalah 18,81%, terlihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.6.1

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.6.2 Rasio Luas Kawasan Lindung Terhadap Luas Daratan

Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan dirinci per Kecamatan

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 2.6.2Rasio Luas Kawasan Lindung Terhadap Luas Daratan

Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Kecamatan LuasKawasan Lindung

2007 2008 2009Luas (Ha) Rasio (%) Luas (Ha) Rasio (%) Luas (Ha) Rasio (%)

Tinambung (10) 2.134 0 0,00 0 0,00 0 0,00Limboro (12) 4.755 2.747 57,77 2.747 57,77 2.747 57,77Balanipa (11) 3.742 0 0,00 0 0,00 0 0,00Tutar (20) 35.745 26.882 75,20 26.882 75,20 26.882 75,20Alu (21) 22.830 16.827 73,71 16.827 73,71 16.827 73,71Wonomulyo (40) 7.282 600 8,24 600 8,24 600 8,24Campalagian (30) 8.784 313 3,56 313 3,56 313 3,56Luyo (31) 15.660 213 1,36 213 1,36 213 1,36Mapilli (41) 32.040 4.414 13,78 4.414 13,78 4.414 13,78Tapango (42) 12.581 3.653 29,04 3.653 29,04 3.653 29,04Matakali (43) 5.762 2.080 36,10 2.080 36,10 2.080 36,10Polewali (50) 2.627 0 0,00 0 0,00 0 0,00Binuang (51) 12.334 5.680 46,05 5.680 46,05 5.680 46,05Anreapi (52) 12.462 5.734 46,01 5.734 46,01 5.734 46,01

Matangnga (61) 23.492 9.307 39,62 9.307 39,62 9.307 39,62

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 57

Kab. Polman 202.230 78.450 38,79 78.450 38,79 78.450 38,79

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik.2.6.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Terlihat bahwa rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan diatas 30%

berada di Kecamatan Tutar 75,20%, Allu 73,71%, Limboro 57,77%, Binuang

46,05%, Anreapi 46,01%, Matangnga 39,62%, dan Matakali 36,10%. Beberapa

kecamatan tidak memiliki kawasan lindung seperti Kec. Tinambung, Balanipa, dan

Polewali. Mengingat pentingnya fungsi kawasan lindung maka untuk beberapa

kecamatan tersebut perlu ditunjuk areal kawasan lindung atau hutan kota. Rasio luas

kawasan lindung terhadap luas daratan Kab. Polewali Mandar adalah 38,79%, hal ini

menunjukkan bahwa Kab. Polewali Mandar masih berada di atas rasio ideal luas

kawasan lindung terhadap luas daratan (30%).

2.6.3 Rasio Hasil Kegiatan Reboisasi Terhadap Luas Kawasan Hutan yang Perlu

Direhabilitasi / Reboisasi

Rasio hasil kegiatan reboisasi terhadap luas kawasan hutan yang perlu

direhabilitasi/reboisasi dapat dilihat pada tabel di atas. Peningkatan hasil kegiatan

reboisasi/rehabilitasi terjadi di Kecamatan Binuang 19,32%, Mapilli 14,18%, Allu

10,15%, Matangnga 5,56% dan Tutar 3,77%. Rasio hasil kegiatan reboisasi di Kab.

Polewali Mandar Tahun 2007 adalah 18,02%, yaitu 6.130 Ha dari 34.009 Ha areal

yang perlu direhabilitasi, dengan demikian masih ada areal yang perlu direhabilitasi

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 58

Seluas 27.879 Ha, sedangkan Tahun 2008 adalah 23,91%, yaitu 8.130 Ha dari

34.009 Ha areal yang perlu direhabilitasi, dengan demikian masih ada areal yang

perlu direhabilitasi seluas 25.879 Ha. Berdasarkan rasio hasil kegiatan reboisasi di

Kab. Polewali Mandar tahun 2007 dan 2008 diketahui bahwa terjadi peningkatan

rasio hasil kegiatan reboisasi terhadap kawasan hutan yang perlu

direhabilitasi/reboisasi sebesar 5,89% (2.000 Ha), terlihat pada grafik di bawah ini :

Tabel 2.6.2.2Rasio Kegiatan Reboisasi Terhadap Luas Kawasan Hutan yang Perlu

Rehabilitasi/Reboisasi di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KecamatanAreal yang

Perlu Dire-habilitasi (Ha)

Areal yang Telah Direboisasi/Direhabilitasi

Peningkatan2007 2008 2009

Luas(Ha)

Rasio(%) Luas (Ha)

Rasio(%)

Luas(Ha)

Rasio(%)

Tinambung (10) 534 50 9.36 50 9.36 50 9.36 0.00

Limboro (12) 2,209 200 9.05 200 9.05 200 9.05 0.00

Balanipa (11) 1,610 250 15.53 250 15.53 250 15.53 0.00

Tutar (20) 7,960 625 7.85 925 11.62 925 11.62 3.77

Alu (21) 7,885 1,750 22.19 2,550 32.34 2,550 32.34 10.15

Wonomulyo (40) 500 100 20.00 100 20.00 100 20.00 0.00

Campalagian (30) 1,395 260 18.64 260 18.64 260 18.64 0.00

Luyo (31) 1,010 375 37.13 375 37.13 375 37.13 0.00

Mapilli (41) 2,820 1,350 47.87 1,750 62.06 1,750 62.06 14.18

Tapango (42) 1,351 170 12.58 170 12.58 170 12.58 0.00

Matakali (43) 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.00

Polewali (50) 50 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.00

Binuang (51) 1,035 450 43.48 650 62.80 650 62.80 19.32

Anreapi (52) 250 50 20.00 50 20.00 50 20.00 0.00

Matangnga(61) 5,400 500 9.26 800 14.81 800 14.81 5.56Kab. PolewaliMandar 34,009 6,130 18.02 8,130 23.91 8,130 23.91 5.89

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.6.3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 59

Pengumpulan, pengolahan dan analisa data sektor di Kab. Polewali Mandar

pada sektor Kehutanan dan Perkebunan dapat dijadikan landasan bagi penentu

kebijakan dalam mengarahkan program-program pembangunan, khususnya sektor

kehutanan dan perkebunan, sehingga program-program tersebut dapat berhasil guna

dan berdaya guna.

2.7 Lingkungan Hidup

2.7.1 Emisi C02 Perkapita

Emisi CO2 pe kapita adalah jumlah CO2 yang dilepaskan di suatu daerah

sebagai konsekuensi kegiatan produksi dan konsumsi dibagi dengan jumlah

penduduk. Emisi CO2 antara lain berasal dari konsumsi bahan bakar (padat, cair, dan

gas), proses dan produk industri tertentu, perubahan tata guna lahan, penggunaan

pupuk anorganik (kimia) di lahan pertanian, dan Tempat Penampungan Akhir (TPA)

sampah. CO2 merupakan gas rumah kaca yang mempunyai sifat menahan radiasi

panas dari permukaan bumi sehingga menyebabkan perubahan iklim global akibat

meningkatnya suhu bumi.

Berdasarkan sumbernya, emisi CO2 yang dihitung untuk Kab. Polewali Mandar

berasal dari pemakaian energi, lahan dan pengolahan limbah (sampah), untuk

mengukur intensitas pemakaian energi (sebagai kebalikan dari efisiensi energi).

Perbedaan rasio pemakaian antar waktu mencerminkan perubahan struktur ekonomi

dan perubahan efisiensi pemakaian pada sektor ekonomi tertentu. Semakin rendah

rasionya semakin baik efisien penggunaannya.

2.7.1.1 Emisi CO2 dari Konsumsi Energi Sektor Transportasi

Tabel 2.7.1.1.1

Transportasi Berbahan Bakar Premium (Bensin)

Jenis KendaraanJumlah Kendaraan

Jumlah2007 2008 2009

Sedan 73 700 700 1473Minibus / Van 2.709 2.000 2.000 6.709Sepeda Motor 30.352 31.000 31.000 92.352

Total 33.134 33.700 33.700 157.206

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 60

Tabel 2.7.1.1.2Transportasi Berbahan Bakar Solar

JenisKendaraan

Jumlah KendaraanJumlah

2007 2008 2009

Bus 41 60 60 161

Truk 551 200 200 951

Total 592 260 260 1.112

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Rumus perhitungan konsumsi energi dari sektor transportasi adalah sebagai berikut :Konsumsienergi-transport = (A x 1,2 x Rbensin + B x 1,2 x Rsolar) SBMdimana :A = Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar BensinB = Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar SolarR = Faktor konversi satuan SBM

Tahun 2007Konsumsienergi-transport = (33.134 x 1,2 x 5,8275 + 592 x 1,2 x 6,4871) SBM

Konsumsienergi-transport = ( 233.495,298 +4.608,436 ) SBMKonsumsienergi-transport = 238.103,734 SBM

Tahun 2008Konsumsienergi-transport = (33.700 x 1,2 x 5,8275 + 260 x 1,2 x 6,4871) SBM

Konsumsienergi-transport = ( 235.664,100 + 2.023,975 ) SBMKonsumsienergi-transport = 237.688,075 SBM

Tahun 2009Konsumsienergi-transport = (33.700 + 1,2 x 5,8275 + x 1,2 x 6,4871) SBM

Konsumsienergi-transport = ( 235.664.100 + 2.023.975 ) SBMKonsumsienergi-transport = 237.688.075 SBM

2.7.1.2 Emisi CO2 dari Konsumsi Produk Industri Berbahan Baku BBM

Tabel 2.7.1.2Produk berbahan baku BBM yang banyak digunakan

di Kab. Polewali Mandar.

Lokasi SPBUBensin (Kiloliter) Solar (Kiloliter)

2007 2008 2009 2007 2008 2009

Sarampu16 30 18 16 30 8

Pekkabata32 35 30 32 30 30

Wonomulyo35 35 35 20 30 20

Campalagian 16 30 30 16 30 16Tinambung

16 30 30 16 30 16

Total 115 160 143 100 150 90

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 61

Rumus perhitungan emisi CO2 dari penggunaan BBM adalah :EmisiBensin = A x 12/1000 x 6112,7 x RBensin x 18 x 44/12EmisiSolar = B x 12/1000 x 6112,7 x RSolar x 18 x 44/12EmisiBBM = EmisiBensin + EmisiSolar

dimana :A = Jumlah SPBU Menjual BensinB = Jumlah SPBU Menjual SolarR = Faktor konversi satuan SBM

Emisi Bensin Tahun 2007EmisiBensin = 115 x 12/1000 x 6112,7 x 5,8275 x 18 x 44/12EmisiBensin = 3.244.429,832

Emisi Bensin Tahun 2008EmisiBensin = 160 x 12/1000 x 6112,7 x 5,8275 x 18 x 44/12EmisiBensin = 4.513.989,332

Emisi Bensin Tahun 2009EmisiBensin = 143 x 12/1000 x 6112,7 x 5,8275 x 18 x 44/12EmisiBensin = 4.034.377,966

Emisi Solar Tahun 2007EmisiSolar = 100 x 12/1000 x 6112,7 x 6,4871 x 18 x 44/12EmisiSolar = 3.140.572,736

Emisi Solar Tahun 2008EmisiSolar = 150 x 12/1000 x 6112,7 x 6,4871 x 18 x 44/12EmisiSolar = 4.710.859,104

Emisi Solar Tahun 2009EmisiSolar = 90 x 12/1000 x 6112,7 x 6,4871 x 18 x 44/12EmisiSolar = 2.826.515,463

Emisi BBM Tahun 2007EmisiBBM = EmisiBensin + EmisiSolar

EmisiBBM = 3.244.429,832 + 3.140.572,736EmisiBBM = 6.385.002,568

Emisi BBM Tahun 2008EmisiBBM = EmisiBensin + EmisiSolar

EmisiBBM = 4.513.989,332 + 4.710.859,104EmisiBBM = 9.224.848,436

Emisi BBM Tahun 2009EmisiBBM = EmisiBensin + EmisiSolar

EmisiBBM = 4.034.377,966 + 2.826.515,463EmisiBBM = 6.860.893,429

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 62

2.7.1.3 Emisi CO2 dari Lahan

Penghitungan emisi CO2 dari lahan untuk tingkat kabupaten/kota dan

kecamatan hanya dapat dapat dihitung dari lahan sawah dan peternakan. Data lahan

sawah sebagai berikut :

Tabel 2.7.1.3.1Emisi CO2 dari Lahan

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KecamatanLuas Sawah ( Ha ) Penggunaan Pupuk (Ton)

2007 2008 2009 2007 2008 2009

Tinambung 335 335 335 0 0 215Balanipa 0 0 0 0 0 35Limboro 63 63 63 0 0 56Tutar 600 600 600 0 0 385Allu 0 0 0 0 0 37Campalagian 2.114 224 2.647 0 0 1.542Luyo 2.02 2.124 1.797 0 0 1.513Wonomulyo 2.995 2.980 2.987 0 0 2.515Mapilli 2.323 2.324 2.980 0 0 1.84Tapango 1.259 1.260 2.324 0 0 989Matakali 1.785 1.786 1.786 0 0 1.145Bulo 0 0 100 0 0 32Polewali 921 921 921 0 0 600Binuang 1.046 1.109 1.109 0 0 740Anreapi 241 241 241 0 0 185Matangnga 105 105 105 0 0 74Kab. Polewali Mandar 16.088 15.807 16.088 0 0 11.903

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Emisi CO2 dari lahan sawah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagaiberikut:

Emisi Sawah : A x 1,3 kg/ha/hari x 180 hariDimana A adalah luas sawah yang ditanami padi dalam satuan hektar.

Tahun 2007EmisiSawah = 16.088 Ha x 1,3 Kg/ha/hari x 180 hariEmisiSawah = 3.764.592

Tahun 2008EmisiSawah = 15.807 Ha x 1,3 Kg/ha/hari x 180 hariEmisiSawah = 3.698.838

Tahun 2009EmisiSawah = 16.088 Ha x 1,3 Kg/ha/hari x 180 hariEmisiSawah = 3.764.592

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 63

Tabel. 2.7.1.3.2

Emisi CO2 dari Peternakan Berdasarkan pada Jumlah Ternak Per Jenis

Hewan Ternak di Kab. Polewali Mandar Tahun 2008-2009

KecamatanJumlah Hewan

Itik Ayam Kambing Babi Sapi2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009

Tinambung 103.959 109.959 112.214 243.047 28.184 28.184 0 0 1.669 1.678Balanipa 71.228 71.228 131.216 150.899 44.177 44.981 0 0 1.273 1.280Limboro 101.551 108.628 109.817 125.747 28.03 26.504 0 0 1.653 1.662Tutar 67.933 71.829 92.747 106.659 5.03 5.165 0 0 1.406 1.414Allu 65.543 68.820 90.716 404.324 8.439 8.592 0 0 267 268Campalagian 80.919 90.965 162.743 323.848 2.923 2.976 0 0 2.886 2.902Luyo 67.267 70.631 100.269 115.309 5.015 5.107 0 0 3.123 3.140Wonomulyo 398.812 240.552 357.013 717.348 1.294 1.317 0 0 1.271 1.278Mapilli 96.779 102.117 435.222 490.383 1.351 1.376 0 0 4.054 4.077Tapango 145.83 79.910 336.711 380.217 2.515 2.561 0 345 3.638 5.670Matakali 165.287 87.126 325.026 510.600 3.502 3.656 0 502 2.562 2.576Bulo 850 446 12.694 14.599 137 140 0 0 76 76Polewali 81.361 42.714 387.173 676.681 22.769 23.184 482 636 1.166 1.173Binuang 220.777 117.408 422.381 622.529 9.877 9.697 2.933 3.251 2.83 2.846Anreapi 57.785 32.488 185.577 213.413 2.877 2.929 3.053 3.145 947 952Matangga 3.138 1.648 43.798 50.368 544 553 4.759 3.271 96 97Kab. Polewali Mandar 1.729.019 1.296.228 3.305.319 4.852.981 159.373 167.614 11.226 11.226 30.365 31.089

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Rumus perhitungan emisi CO2 dari hewan ternak adalah :EmisiTernak = ( A + B + C + D + E) x 5 Kg CO2A+B+C+D+E = Jumlah Itik, Ayam, Kambing, Babi dan Sapi

Jadi, Tahun 2007EmisiTernak = ( A + B + C + D + E) x 5 Kg CO2EmisiTernak = ( 1.655.105 + 3.437.459 + 159.373 + 6.372 + 30.365) x 5 Kg CO2EmisiTernak = 26.443.370

Tahun 2008EmisiTernak = ( A + B + C + D + E) x 5 Kg CO2EmisiTernak = ( 1.729.019 + 3.305.319 + 164.618 + 11.226 + 30.917) x 5 Kg CO2EmisiTernak = 26.215.725Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak

Tahun 2009EmisiTernak = ( A + B + C + D + E) x 5 Kg CO2EmisiTernak = ( 1.296.228 + 4.852.981 + 167.614 + 11.226 + 31.089 ) x 5 Kg CO2EmisiTernak = 31.795.690Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak

Tahun 2007Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak

Emisi Lahan = 3.764.592 + 26.443.370Emisi Lahan = 30.207.962

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 64

Tahun 2008Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak

Emisi Lahan = 3.698.838 + 26.215.725Emisi Lahan = 29.914.563

Tahun 2009Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak

Emisi Lahan = 3.764.592 + 31.795.690Emisi Lahan = 35.560.282

Tabel. 2.7.1.3.3

Total Emisi di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Jenis Emisi CO2Tahun

Jumlah2007 2008 2009

Sektor transportasi 238.103,734 237.688,075 237.688,075 499.186.484

Konsumsi Produk Industriyang Berbahan Baku BBM 6.385.002,568 9.224.848,436 6.860.893,429 22.470.744,433

Lahan 30.207,962 29.914,563 35.560.282 95.682.807

Total 6.653.314,264 9.492.451,575 7.134.141,786 23.065.613,724

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.7.1.1Emisi CO2 Tahun 2007

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 65

Grafik. 2.7.1.2Emisi CO2 Tahun 2008

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.7.1.3Emisi CO2 Tahun 2009

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.7.2 Pemanfaatan Kualitas Air

Salah satu sumber daya alam yang dimiliki oleh Kab. Polewali Mandar adalah

banyaknya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melewati kabupaten ini. Kab. Polewali

Mandar mempunyai beberapa sungai yang merupakan sumber air. Sungai-sungai ini

selanjutnya dapat dimanfaatkan airnya untuk berbagai keperluan. Sungai mempunyai

fungsi yang strategis dalam menjangkau pengembangan suatu daerah yaitu

mempunyai multifungsi yang sangat vital diantaranya sebagai sumber air minum,

industri dan pertanian atau juga pusat listrik tenaga air serta mungkin juga sebagai

sarana rekreasi air. Berbagai permasalahan sumber daya air, disamping pencemaran

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 66

air yaitu sering pula terjadi banjir dengan luas rawan genangan banjir di daerah baik

di daerah hulu maupun hilir.

Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Kab. Polewali Mandar Tahun

2008 ada beberapa DAS yang terdapat di Kab. Polewali Mandar adalah sebagai

berikut :

Tabel. 2.7.2.1Daerah Aliran Sungai (Das)

Kecamatan Nama Sungai

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

MandarSalibo, PandebulawangMandar, PaleceMandarMandarMaloso, PuppoleMaloso, MambuPelitakanMaloso, MasuppaPelitakan, Riso, BussuLemo, MatakaliBinuang, Silobo, TangngaConggo, Taramanu, BuoKunyi, MadatteMatta, MehalaanMasunni, Maloso

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari sungai-sungai diatas merupakan sumber daya alam yang sangat potensial

dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan daerah.

Tabel.2.7.2.2Lokasi Administratif Titik Sampling

Titik Sampling Lokasi /Desa/Kecamatan

TS. Sungai Binuang Jembatan S. Binuang /Binuang / Binuang

TS. Sungai Mapilli Jembatan Mapilli /Mapilli / Mapilli

TS. Sungai Mandar Jembatan Tinambung /Tinambung / Tinambung

TS. Sungai Botto Jembatan Tapango /Tapango / Tapango

TS. Sungai Kunyi Kanreapia /Anreapi

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 67

Secara detail hasil uji laboratorium beberapa parameter yang diperiksa ada

beberapa parameter yang melebihi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No.: 82

Tahun 2001. Berikut adalah beberapa parameter yang perlu mendapat perhatian

serius:

1. Kandungan parameter BOD 7,36 mg/l dan nitrit 0,657 mg/l yang tinggi pada

titik sampling 4 yaitu Sungai Botto melebihi baku mutu air kelas I, II dan III

menandakan banyaknya bahan organik yang terbuang ke badan sungai.

2. Konsentrasi Besi (Fe) pada Sungai Binuang 0,861 mg/l, Mapilli 0,723 mg/l,

Tinambung 0,536 mg/l, melebihi batas baku mutu air kelas I yaitu 0,3 mg/l.

3. Kandungan mikrobiologi total Coli sangat tinggi pada semua titik sampling.

Konsentrasi paling tinggi dihilir Sungai Tinambung yaitu 140.000 MPN/100ml.

Hal ini menandakan tingkat sanitasi pemukiman di sepanjang sungai yang

disampling masih rendah sehingga menyebabkan kandungan BOD, fecal coliform

dan total coliform air sungai melebihi baku mutu.

Tabel.2.7.2.3Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran dengan Membandingkan

Baku Mutu Air Kelas II di Kab. Polewali Mandar

St Lokasi Ip Maks Ip Rata Ip Kategori

1 S. Binuang 2,109 0,237 1,126 Cemar Ringan2 S. Mapilli 0,571 0,101 0,084 Memenuhi3 S. Tinambung 0,5 0,132 0,066 Memenuhi4 S. Botto 2,948 0,436 2,221 Cemar Ringan5 S. Kunyi 0,5 0,125 0,066 Memenuhi

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.8 SOSIAL

Analisa data sektoral ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menganalisa data sektor tahun 2007, 2008 dan 2009 , dalam hal ini data sektor Sosial

(Kemiskinan, Fasilitas Perumahan dan Pemukiman) pada Dinas Sosial Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Kab. Polewali Mandar yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Indikator yang di analisa adalah :

1. Proporsi Penduduk yang Cacat (Usia 7-15 Tahun)

2. Proporsi Rumah Tangga yang kualitas hidupnya Rendah (Fakir Miskin)

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 68

3. Proporsi Penduduk yang kualitas hidupnya Rendah (Fakir Miskin)

4. Proporsi Rumah Tangga/Penduduk yang kualitas hidupnya Rendah

(Fakir Miskin)

5. Persentase Rumah Tangga yang menempati Rumah Tidak Layak Huni

6. Persentase Rumah Tangga yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana.

2.8.1 Proporsi Penduduk Usia 7 – 15 Tahun yang Cacat

Penduduk yang Cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan

mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan untuk

melakukan aktifitas atau kegiatan pada umumnya.

Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektoral maka digambarkan

Proporsi Penduduk yang Cacat (Usia 7 – 15 Tahun) dirinci per kecamatan berdasa :

Table 2.8.1Proporsi Penduduk Cacat (Usia 7 – 15 Tahun)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009

KecamatanPenduduk yang Cacat

(Usia 7 – 15 Th)

Jumlah (Jiwa) Proporsi(%)

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

22643630509886483

164018281012

0.00540.01360.01070.00790.01890.00090.00150.01070.0090.00070.0373

00.00150.00470.00480.0105

Kab. Polewali Mandar 588 0.0075

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Proporsi Penduduk yang cacat pada

Tahun 2009 tertinggi berada di Kecamatan Matakali yaitu sebesar 0.037% dan

terendah berada di Kecamatan Tapango yaitu sebesar 0.0007%, ini menunjukkan

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 69

bahwa Kecamatan Tapango yang merupakan kecamatan yang boleh dikatakan

penduduk yang kurang penyandang cacatnya.

2.8.2 Proporsi Rumah Tangga yang Kualitas Hidupnya Rendah (Fakir Miskin),

Rumah Tangga atau Penduduk Fakir Miskin adalah seseorang atau kepala

keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak

mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang

mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan

pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.

Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektor Maka digambarkan

Proporsi Rumah Tangga yang Kualitas Hidupnya Rendah ( fakir miskin ) dirinci per

kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.2.8.2Proporsi Rumah Tangga yang Kualitas Hidupnya Rendah (Fakir Miskin)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009

KecamatanRumah Tangga Fakir Miskin

Jumlah (Jiwa) Proporsi(%)

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

1,2411,4551,088682986

2,0311,1341,3761,213730513301

1,040948432363

0.280.290.260.2

0.350.190.220.140.220.160.120.030.0180.520.410.22

Kab. Polewali Mandar 15,533 0.19

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Proporsi Ruamah Tangga Miskin yang

kualitas hidupnya rendah atau Fakir Miskin pada Tahun 2009 tertinggi berada di

Kecamatan Binuang yaitu sebesar 0.52% dan terendah berada di Kecamatan Polewali

yaitu sebesar 0.018% dan Kecamatan Bulo sebesar 0.03%. ini menunjukkan bahwa

Kecamatan Binuang yang merupakan kecamatan yang boleh dikatakan sebagian besar

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 70

penduduknya hanya mengenal cara bertani dan bercocok tanam dan juga ada sebagai

nelayan tradisional untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan Kecamatan

Bulo adalah kecamatan yang baru terbentuk dimana kecamatan ini daerahnya sangat

subur sehingga sebagian penduduknya berhasil dalam bidang pertanian. Kecamatan

Polewali dan Wonomulyo Merupakan Ibukota dari Kabupaten Polewali Mandar

sendiri. Sebagian besar Penduduk di Kecamatan Polewali dan Wonomulyo bekerja

sebagai Pegawai Negeri Sipil selebihnya bekerja di bidang jasa, Perdagangan, hotel,

restaurant dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Untuk Kabupaten Polewali Mandar Pada Tahun 2009 Proporsi Rumah Tangga

Fakir Miskin yaitu sebesar 0.19%, ini menunjukkan bahwa Program-program

penanggulangan Kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah daerah sudah boleh

dikatakan berhasil.

2.8.3 Proporsi Penduduk yang Kualitas Hidupnya Rendah ( Fakir Miskin )

Penduduk Fakir Miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali

tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata

pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak

bagi kemanusiaan.

Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektor Maka digambarkan

Proporsi Penduduk Yang Kualitas Hidupnya Rendah ( fakir miskin ) dirinci per

kecamatan dapat di lihat pada tabel berikut:

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 71

Tabel. 2.8.3Proporsi Penduduk yang Kualitas Hidupnya Rendah Fakir Miskin

di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009

KecamatanPenduduk Fakir Miskin

Jumlah (Jiwa) Proporsi(%)

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

311693603

1,19926310599813581306522322393441773194547

0.0150.0280.0340.0740.0210.0210.04

0.0010.0520.0250.0160.0530.0090.0280.0210.111

Kab. Polewali Mandar 9,965 0.027

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Proporsi Ruamah Tangga Miskin yang

kualitas hidupnya rendah atau Fakir Miskin pada Tahun 2009 tertinggi berada di

Kecamatan Matangnga yaitu sebesar 0.111% dan terendah berada di Kecamatan

Wonomulyo yaitu sebesar 0.001% dan Kecamatan Polewali sebesar 0.009%. ini

menunjukkan bahwa Kecamatan Matangnga yang merupakan kecamatan yang boleh

dikatakan terpencil jauh dari Ibukota Kabupaten dan akses untuk menuju ke

Kecamatan inipun sangat susah dan sebagian besar penduduknya hanya mengenal

cara bertani dan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan

Kecamatan Polewali dan Wonomulyo Merupakan Ibukota dari Kabupaten Polewali

Mandar sendiri. Sebagian besar Penduduk di Kecamatan Polewali dan Wonomulyo

bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil selebihnya bekerja di bidang jasa, Perdagangan,

hotel, restaurant dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Untuk Kabupaten Polewali Mandar Pada Tahun 2009 Proporsi Rumah Tangga

Fakir Miskin yaitu sebesar 0.27%, ini menunjukkan bahwa Program-program

penanggulangan Kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah daerah sudah boleh

dikatakan berhasil.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 72

2.8.4 Proporsi Rumah Tangga/Penduduk yang Kualitas Hidupnya Rendah (FakirMiskin) di Kab. Polewali Mandar.

Data sektor Proporsi Rumah Tangga/Penduduk Fakir Miskin Kab. Polewali

Mandar adalah gabungan data sektor Rumah Tangga (RT) dan data sektor Penduduk

Fakir Miskin Kab. Polewali Mandar di rinci per kecamatan dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel. 2.8.4Persentase Rumah Tangga/Penduduk Fakir Miskin

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan

Persentase Rumah Tangga/Penduduk Fakir MiskinTahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Jml Jiwa ProporsiJmlJiwa

Proporsi(%)

JmlJiwa

Proporsi(%)

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

4,6666,4995,0975,7233,7949,3672,1835,2027,5673,7762,505

04,4935,2811,8982,789

22.0027.0029.0036.0031.0018.0026.0012.0028.0018.0013.00

09.0020.0021.0057.00

4,9248,8095,9285,5114,5628,9445,1488,8364,7603,9842,4482,2465,5854,9242,3451,856

23.4036.3233.4334.1436.5217.5720.9920.9019.1719.3412.2730.5811.5918.1925.6937.80

1552214816911881124930902115173425191252835694

14811721626910

0.0730.0880.0950.1160.0990.06

0.0860.0410.1010.06

0.0420.0940.0310.0630.0680.185

Kab. Polewali Mandar 70,840 24.00 80,810 21.75 25.498 0.068

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Proporsi Penduduk yang kualitas

hidupnya rendah atau Fakir Miskin pada Tahun 2007 tertinggi berada di Kecamatan

Matangnga yaitu sebesar 57.00% dan terendah berada di Kecamatan Wonomulyo

yaitu sebesar 12.00% . Pada Tahun 2008 Proporsi Penduduk yang Kualitas hidupnya

rendah atau fkir miskin tertinggi juga berada di Kecamatan Matangnga yaitu sebesar

37.80% dan Terendah berada di Kecamatan Polewali yaitu sebesar 11.59%.

Sedangkan Pada Tahun 2009 Proporsi Penduduk yang Kualitas hidupnya rendah atau

fakir miskin tertinggi juga berada di Kecamatan Matangnga yaitu sebesar 0.185% dan

Terendah berada di Kecamatan Polewali yaitu sebesar 0.031% . ini menunjukkan

bahwa Kecamatan Matangnga yang merupakan kecamatan yang boleh dikatakan

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 73

terpencil jauh dari Ibukota Kabupaten dan akses untuk menuju ke Kecamatan ini pun

sangat susah dan sebagian besar penduduknya hanya mengenal cara bertani dan

bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan Kecamatan

Polewali dan Wonomulyo Merupakan Ibukota dari Kab. Polewali Mandar sendiri.

Sebagian besar Penduduk di Kecamatan Polewali dan Wonomulyo bekerja sebagai

Pegawai Negeri Sipil selebihnya bekerja di bidang jasa, Perdagangan, hotel,

restaurant dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Untuk Kabupaten Polewali Mandar Pada Tahun 2007 Proporsi Rumah

Tanggga/Penduduk Fakir Miskin yaitu sebesar 24.00% sedangkan Pada Tahun 2008

mengalami penurunan sebesar 2.25%, pada Tahun 2009 Proporsi Rumah

Tanggga/Penduduk Fakir Miskin yaitu sebesar 0.068% ini menunjukkan bahwa

Program-program penanggulangan Kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah

daerah sudah boleh dikatakan berhasil. Dapat di lihat dalam bentum grafik di bawah

ini:

Grafik.2.8.4

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.8.5 Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Tidak Layak Huni

Rumah Tidak Layak Huni adalah rumah tangga yang kondisi perumahan dan

lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik

secara fisik, kesehatan maupun sosial.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 74

Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektor Maka digambarkan

Persentase Rumah tangga yang menempati Rumah Tidak layak huni dirinci per

kecamatan dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.8.5Persentase Rumah Tangga (RT) Menempati Rumah Tidak Layak Huni

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

KecamatanPersentase RT Tidak Layak Huni

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009Jumlah RT % Jumlah RT % Jumlah RT %

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

31656848937610672155

1,100247126540

13044030257

7.1911.5611.9711.113.810.662.9911.213.522.741.27

01.367.751.6524.50

31656848937610672

1551,1001701265474

12844030

250

7.1511.5011.9211.053.790.662.98

11.163.122.731.264.591.337.721.65

23.72

31656848937610672

1551,10027412627492

13044030

257

0.250.390.450.550.110.040.140.80.230.170.530.310.130.460.070.71

Kab. Polewali Mandar 4,466 9.77 4,454 5.58 4,805 0.31

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel di atas terlihat bahwa kecamatan dengan Persentase Rumah Tangga

yang Berumah Tidak Layak Huni tahun 2007 yang tertinggi adalah kecamatan

Matangnga yaitu 24.50% dan yang terendah adalah Kecamatan Campalagian yaitu

0.66%, Persentase Rumah Tidak Layak Huni tahun 2008 yang tertinggi adalah

kecamatan Matangnga yaitu 23.72% disusul Kecamatan Limboro yaitu 11.92%

sedangkan persentase Rumah Tidak layak Huni yang terendah adalah Kecamatan

Campalagian yaitu 0.66% sedangkan Persentase Rumah Tidak Layak Huni tahun

2009 yang tertinggi adalah kecamatan Matangnga yaitu 0.71% disusul Kecamatan

Tubbi Taramanu yaitu 0.55% sedangkan persentase Rumah Tidak layak Huni yang

terendah adalah Kecamatan Campalagian yaitu 0.04% .

Untuk Kabupaten Polewali Mandar Pada Tahun 2007 Persentase Rumah

Tangga yang Berumah Tidak Layak Huni tahun 2007 yaitu sebesar 9.77%, Pada

tahun 2008 sebesar 5.58% dan Pada Tahun 2009 sebesar 0.31%, ini mengalami

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 75

Penurunan dari tahun 2007 sampai 2008 sebesar 4.19% sedangkan dari tahun 2008

sampai 2009 sebesar 5.27% jikalau tiap tahunnya mengalami Penurunan Bukan tidak

Mungkin Penduduk nantinya sudah tidak ada yang memiliki Rumah Tidak layak

Huni. Dapat di lihat dalam bentuk grafik dibawah ini:

Grafik .2.8.5

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.8.6 Persentase Rumah Tangga yang Tinggal di Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana adalah kawasan atau wilayah yang rawan terhadap

bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain. Indikator ini memberikan

gambaran mengenai masyarakat miskin yang menempati/menghuni wilayah rawan

bencana yang membahayakan existensi kehidupan masyarakat setempat jika sewaktu

waktu terjadi bencana

Berdasarkan hasil pengolahan penguatan data sektor maka di gambarkan

persentase rumah tangga yang Tinggal di kawasan rawan bencana dirinci per

kecamatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 76

Tabel. 2.8.6Persentase Rumah Tangga yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

KecamatanPersentase RT yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009Jumlah RT Persentase Jumlah RT Persentase Jumlah RT Persentase

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

7155432681496395398072477360

24151847105

16.2611.056.584.402.260.880.758.233.521.590.14

02.529.132.59

10.01

7155402681496395398001737367424051547100

16.1810.936.534.382.250.870.758.113.171.580.144.592.499.032.589.49

715543268149639539809274732747024151847105

0.580.370.250.220.060.050.030.590.230.1

0.530.230.230.550.110.29

Kab. Polewali Mandar 3,916 5.93 3,897 4.89 4,283 0.28

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Persentase Rumah Tangga yang tinggal

di Daerah Rawan Bencana tahun 2007 tertinggi berada di Kecamatan Tinambung

Yaitu sebesar 16.26% dan Terendah di Kecamatan Matakali yaitu sebsar 0.14% hal

ini disebabkan karena di Kecamatan Tinambung sebagian besar wilayahnya

dikelilingi oleh Sungai jadi sewaktu-waktu jika tiba musim hujan daerah ini rawan

terhadap bencana Banjir. Pada Tahun 2008 Persentase Rumah Tangga yang tinggal

dikawasan rawan bencana Tertinggi berada di Kecamatan Tinambung yaitu sebesar

16.18%, Terendah kecamatan Matakali yaitu sebesar 0.14%. Kecamatan Matakali

merupakan daearah yang cukup aman dari ancaman bencana yaitu tidak berada pada

daerah pegunungan dan pantai. Pada Tahun 2009 Persentase Rumah Tangga yang

tinggal dikawasan rawan bencana Tertinggi berada di Kecamatan Wonomulyo yaitu

sebesar 0.59%, Terendah kecamatan Luyo yaitu sebesar 0.03%. Kecamatan Luyo

merupakan daearah yang cukup aman dari ancaman bencana yaitu tidak berada pada

daerah pegunungan dan pantai. Idealnya tidak boleh ada penduduk yang tinggal di

kawasan rawan bencana.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 77

Untuk Kab. Polewali Mandar untuk tahun 2007 Persentase Rumah tangga yang

tinggal di dearah Rawan Bencana yaitu sebesar 5.93% dan pada tahun 2008 sebesar

4.89% ini mengalami Penurunan sebesar 1.04%, sedangkan Persentase pada tahun

2009 sebesar 0.28%, pada tahun 2009 dapat dilihat bahwa daerah rawan bencana

mengalami penurunan 4.51%. Disini dapat dilihat perubahan yang ditunjukkan

cukup banyak namun Jika tiap tahunnya mengalami penurunan maka bukan tidak

mungkin pada tahun 2015 nanti penduduk sudah tidak ada yang bermukim di daerah

Rawan Bencana.

Persentase Rumah Tangga yang tinggal di Daerah Rawan Bencana di Kab.

Polewali Mandar Pada Tahun 2007 , 2008 dan 2009 dapat di lihat dalam bentuk

grafik dibawah ini :

Grafik .2.8.5

Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 78

2.9 KELUARGA BERENCANA (KB)

2.9.1 Proporsi Penduduk Kategori Pra Sejahtera dan Pra Sejahtera I

Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya (basic needs) secara minimal seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan

pendidikan. Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan

kebutuhan sosial psikologisnya (Socio Psychological Needs), seperti kebutuhan

ibadah, makanan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, kesehatan,

penghasilan, baca tulis latin maupun ikut ber-KB.

Tabel.2.9.1Proporsi Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2008

KecamatanProporsi Keluarga Pra Sejahterah dan Sejahtera I

Tahun 2007 % Tahun 2008 %

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

37574207294321511963282840354709179729502269

-522016971924961

75,7277,0171,1964,2166,0981,9580,4147,1531,9361,4857,11

-53,0824,9298,4185,73

375743742943215121076606403549011766292020708423249164417801073

75,7277,5571,1964,2167,3667,3780,4142,7645,5957,7644,4745,4932,9324,3087,9089,12

Kab. Polewali Mandar 43.411 59,10 46.218 55,82

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 79

Grafik. 2.9.1

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di Kab. Polewali

Mandar secara kumultatif mengalami peningkatan dari 43.411 pada tahun 2007

menjadi 46.218 pada tahun 2008. Peningkatan jumlah keluarga yang termasuk dalam

kategori ini dapat kita lihat terjadi di Kecamatan Balanipa, Allu, Campalagian,

Wonomulyo, dan Matangnga. Peningkatan drastis terjadi di Kec. Campalagian yakni

dari 2.828 pada tahun 2007 menjadi 6.606 keluarga pada tahun 2008.

Peningkatan jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di lima

kecamatan ini kemungkinan besar disebabkan karena rata-rata mata pencaharian

penduduknya sebagai petani ataupun nelayan kecil dan ada kecamatan yang

merupakan daerah pegunungan yang bisa dikatakan daerah terpencil dan jauh dari

ibukota kabupaten ditambah akses ke daerah inipun susah. Pada lima kecamatan

inipun mengalami peningkatan jumlah pasangan usia subur. Peningkatan jumlah

Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dikaitkan dengan peningkatan

jumlah PUS dapat dijelaskan sebagai berikut : mata pencaharian penduduk didaerah

ini adalah petani dan nelayan kecil, kemungkinan besar anak – anak mereka yang

membentuk keluarga baru meneruskan profesi orang tuanya. Apalagi bila mereka

menikah dengan orang yang juga termasuk kategori Keluarga Pra Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera I (kemiskinan terstruktur).

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 80

2.9.2 Angka Pemakaian Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS)

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan ibu di

suatu wilayah adalah dengan mengukur tingkat angka pemakaian kontrasepsi pada

Pasangan Usia Subur (PUS) Usia 15 – 49 tahun. Yang berarti bahwa dengan

pemakaian kontrasepsi secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya faktor resiko

kematian sehingga pada akhirnya kesehatan dan keselamatan ibu tetap terjaga dari

sebab kematian akibat persalinan.

Tabel. 2.9.2Angka Pemakaian Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS)

Per Kecamatan di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KecamatanAngka Pemakaian Kontrasepsi Pasangan Usia Subur

2007 % 2008 % 2009 %

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

11011371577

12011430637

19224763233521061677

*)32872442702550

39,8846,3328,9248,0467,9333,9757,3968,1660,0456,8957,67

*)55,1760,3950,4361,80

11021347580

12901574380619223049174724562463847

39002592688708

39,9141,8329,0751,670,1446,8257,3940,8357,6463,5980,8162,7465,0963,6649,6073,98

1101192957712011108396921485536212219981757847420924331209750

39,958,128,9248,0454,6648,8359,2877,8566,0255,5262,5757,6269,2854,9670,9178,45

Kab. Polewali Mandar 26.101 55,16 30.071 54,32 32,894 59,03

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor*) Data masih gabung dengan Kec. Mapilli

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 81

Grafik. 2.9.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Pada tabel dan grafik diatas dapat kita lihat penurunan angka PUS yang

menggunakan alat kontrasepsi terjadi di Kecamatan Wonomulyo, Mapilli Balanipa,

dan Anreapi. Penurunan jumlah PUS ber-KB kemungkinan besar diakibatkan adanya

efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi ini, dan terbatasnya jumlah klinik KB

terutama di daerah yang jauh dari ibukota kabupaten serta kurangnya tenaga penyuluh

lapangan KB. Di Kecamatan lain rata-rata mengalami peningkatan meskipun

jumlahnya tidak begitu besar, tapi peningkatan ini mengindikasikan bahwa kesadaran

PUS untuk menjadi akseptor KB meningkat. Peningkatan ini secara tidak langsung

dapat mencegah resiko kematian ibu akibat persalinan dan pada akhirnya kesehatan

dan keselamatan Ibu tetap terjaga.

2.9.3 Angka Penggunaan Kondom

Angka penggunaan kondom digunakan untuk memonitor penyebaran

HIV/AIDS sebab pemakaian kondom merupakan metode kontrasepsi yang efektif

dalam mengurangi resiko penyebaran HIV/AIDS.

Pemakaian kondom diasumsikan sebagai upaya dalam mengatur kelahiran dan

mencegah penularan HIV/AIDS (Dual Protection). Penggunaan kondom yang

konsisten dengan pasangan tidak tetap akan mengurangi resiko penularan HIV/AIDS

saat berhubungan seks.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 82

Tabel. 2.9.3Persentase Penggunaan Kondom Dirinci Per Kecamatan

di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2007-2008

KecamatanPersentase Penggunaan Kondom

2007 % 2008 % 2009 %

TinambungBalanipaLimboroTubbi TaramanuAlluCampalagianLuyoWonomulyoMapilliTapangoMatakaliBuloPolewaliBinuangAnreapiMatangnga

775396039

2204435

132104-

2540400

2,790,171,952,401,8511,731,310,503,390,270,14

-0,420,992,870,0

2738818

27015745316

185164190280

17115415211

9,892,730,9010,86,995,570,482,485,414,920,92

02,853,7810,961,15

9895

1161334015757186828096611600

3,550,270,254,640,644,184,330,800,561,890,92

01,581,389,38

0

Kab. Polewali Mandar 770 1,63 2.330 4,21 1226 2,20

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik.2.9.3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Angka penggunaan kondom di Kab. Polewali Mandar mengalami peningkatan

sebanyak 1.560 atau dari 770 akseptor pada tahun 2007 menjadi 2.330 akseptor pada

tahun 2008. Peningkatan jumlah akseptor kondom ini merupakan kabar gembira bagi

kaum perempuan/ ibu-ibu, karena dengan demikian partisipasi pria untuk ber-KB

meningkat.

Masih rendahnya jumlah akseptor yang menggunakan kondom dibandingkan

dengan alat kontrasepsi lainnya disebabkan keengganan kaum pria untuk ber-KB.

Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010

Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF Page | 83

Selama ini kaum pria enggan ber-KB karena pria beranggapan bahwa KB merupakan

urusan perempuan. Sebab lain yaitu ketidaknyamanan pada saat berhubungan seks

dan adanya kekhawatiran bocor, namun di Kab. Polewali Mandar jumlah pria ber-KB

pada tahun 2008 meningkat dan diharapkan tahun-tahun berikut terus meningkat.