piaud.radenfatah.ac.idpiaud.radenfatah.ac.id/download/file/55aec98c08a505543... · web...
TRANSCRIPT
A. Pendahuluan Kata “Islam” dalam “Pendidikan Islam” menunjukan warna
pendidikan Islam, “Apa hakekat pendidikan itu menurut Islam?” Untuk
menjawab pertanyaan ini lebih dahulu dibahas defenisi pendidikan itu
menurut para pakar, setelah itu dibahas apakah pendidikan itu menurut
Islam. Pembahasan tentang apa pendidikan itu menurut islam terutama
didasarkan menurut keterangan al-Quran dan Hadis serta meurut para
pakar pendidikan Islam.
Di dalam modul ini terdapat beberapa pembahasan mengenai ilmu
pendidikan islam. Setelah menempuh mata kuliah ilmu pendidikan islam
diharapkan mahasiswa/I memiliki kompetensi sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan pengetian pendidikan islam
2. Dapat menjelaskan ruang lingkup bahasa ilmu pendidikan islam
3. Dapat menjelaskan urgensi ilmu pendidikan islam
4. Dapat menjelaskan dasar-dasar pendidikan islam
5. Dapat menjelaskan pengertian fitrah
6. Dapat menjelaskan hubungan antara fitrah manusia dan pndidikan
7. Dapat menjelaskan fitrah manusia dalam perspektif ajaran islam
dan implikasnya dalam pendidikan
8. Dapat menjelaskan sistem pendidikan islam
9. Dapat menjelaskan prinsip-prinsip pendidikan islam
10. Dapat menjelaskan penanggung jawab pendidikan dalam islam
11. Dapat menjelaskan lingkungan masyarakat kedudukan dan
peranan
12. Dapat menjelaskan guru dalam pandangan islam
13. Dapat menjelaskan konstruksi pendidikan islam ideal
A. Hakikat Pendidikan Islam
modul ilmu pendidikan islam 1
PENDAHULUAN (Pengertian Pendidikan
Islam)
PERTEMUAN
1-2
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan
transfer of culture and transfer of religius yang semoga diarahkan pada
upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini
sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar
memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut pandangan Paulo Freire pendidikan adalah proses
pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat
pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks
ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah
pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran dan as-Sunnah (Hadits)
sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil) Dengan
demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai,
motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan
dapat dirumuskan sebagi berikut :
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidik;
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup;
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
B. PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN ISLAMDalam memberikan arti atau pengertian dalam ilmu pendidikan
islam, bergabai pendapat bermunculan dari kalangan besar pemikir dan
intelek-intelek islam. Ada yang merumuskan bahwa pendidikan islam
adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum hukum agama
modul ilmu pendidikan islam 2
islam mengenai terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
agama islam.
Merurut definisi diatas setidaknya harus ada 3 unsur yang
mendukung tegaknya pendidikan islam. Pertama harus ada usaha usaha
yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi jasmani dan rohani
secara berimbangan. Kedua, usaha tersebut berdasarkan pada ajaran
ajaran islam. Ketiga, usaha tersebut bertujuan agar peserta didik pada
akhirnya memiliki kebribadian yang utama dan sesuai dengan ukuran
islam (kepribadian muslim).
Menurut Miqdad Yelyin (seorang guru besar islam ilmu sosial di
universitas Muhammad bin su’ud riyadl Saudi arabia) seperti yang dikutip
oleh Munarji, pendidikan islam adalah usama menumbuhkan dan
membentuk manusia muslim yang sempurna dari segala aspek yang
bermacam macam seperi aspak kesehatan, akal, keyakinan, jiwa,
kemauan, daya cipta dalam semua tingkat pertumbuhan yang disinari oleh
cahaya yang dibawa oleh islam dengan versi dan metode-metode
pendidikan yang ada diantaranya.
Menurut Muhammad Al-Jumaly, pendidikan islam adalah proses
yang mangarahkan manusia kepada kehidupan yang lebuh baik dan
menyangkut derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar
atau fitrah dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).
Menurut I.L. Parasibu dan Simanjuntak pendidikan islam adalah
usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong,
membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala
potensinya serta mengubah diri sendiri, dari kwalitas satu ke kwalitas yang
lebih tinggi.
Kemudian menurut Omar Muhammad At Taurny Al Syaibani,
pendidikan islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam
kehidupan pribadiannya atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
alam sekitarnya melalui proses pendidikan.
modul ilmu pendidikan islam 3
Pengertian pendidikan islam menurut istilah, istilah atau terminologis
pada dasarnya merupakan kesepakatan yang dibuat para ahli dalam bidangnya
masing-masing terhadap pengertian tentang sesuatu. Adapun yangdi maksud
dengan pendidikan islam saangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan
islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut:
Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu
system pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia
dapat membentuk hidupnya sesuai dengan agama islam. Pengertian itu
mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa
menghilangkan prinsip-prinsip islam yang diamanahkan oleh Allah kepada
manusia, sehinnga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntunan
hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.
Dr. Muhammad Fadhli Al-Jamali memberikan pengertian
pendidikan islam sebagai uapya menggembangkan, mendorong, serta
mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang
tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih
sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun
perbuatan.
Dengan demikian inti pokok pendidikan islam adalah usaha
pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin) dalam arti tuntunan
yang menuntut peserta didik untuk memiliki kemerdekaan berfikir, merasa,
bertindak, dan berbicara serta percaya pada diri sendiri dengan penuh
rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari
hari dengan berlandaskan ukuran-ukuran tertentu yang telah ditentukan
dalam agama islam.
C. OBJEK ILMU PENDIDIKAN ISLAMPendidikan islam mengidentifikasi sasaran pada tiga
pengembangan fungsi manusia yang mana semua itu berjalan dengan
misi agama islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian
makhluk di alam ini.
modul ilmu pendidikan islam 4
1. Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, yaitu makhluk
yang hidup di tengah-tengah makhluk lain, manusia harus
memerankan fungsi dan tanggung jawabnya, manusia akan
mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama
diantara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai kholifah di
muka bumi ini.
2. Menyadarkan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial manusia harus mengadakan interaksi dengan sesamanya
dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya islam
mengajarkan persamaan, persaudaraan, gotong royong, dan
bermusyawarah dengan upaya membentuk masyarakat menjadi
persekutuan hidup yang utuh.
3. Menyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia
sebagai makhluk berketuhanan, sikap dan watak religiusitasnya
perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai
dan mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah manusia telah diberikan
kemampuan beragama. Dengan kesadaran demikian, manusia
sebagai kholifah dimuka bumi dan yang terbaik diantara makhluk
lainnya akan mendorong untuk melakukan pengelolaan serta
mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup
bersama dengan yang lainnya.
D. Dasar Pendidikan IslamIslam sebagai pandangan hidup yang berlandaskan nilai-nilai
ilahiyah, baik yang termuat dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasul
diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat transedental,
universal dan eternal (abadi), sehingga akidah diyakini oleh pemeluknya
akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya memenuhi kebutuhan
manusia kapan dan dimanapun (likulli zamanin wa makanin). Dengan
demikian, karena pendidikan Islam adalah upaya normatif yang berfungsi
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia, maka harus
modul ilmu pendidikan islam 5
didasarkan pada nilai-nilai tersebut di atas baik dalam menyusun teori
maupun praktik pendidikan.
Pandangan hidup tauhid bukan sekedar pengakuan akan keesaan
Allah, tetapi juga meyakini kesatuan penciptaan (unity of creation),
kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan tuntunan hidup (unity
of guidance), dan kesatuan tujuan dari kesatuan hidup (unity of Godhead).
kajian tentang pendidikan Islam tak lepas dari landasan yg terkait dgn
sumber ajaran Islam yaitu :
a. Al-Qur anAl-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yg disampaikan oleh
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam terkandung ajaran pokok
yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad.
Ajaran yg terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar
yaitu yg berhubungan dgn masalah keimanan yg disebut aqidah dan yg
berhubungan dgn amal disebut syari’ah. Oleh krn itu pendidikan Islam
harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber dalam merumuskan
berbagai teori tentang pendidikan Islam sesuai dgn perubahan dan
pembaharuan (Darajat 2000: 19)
b. As-SunnahAs-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul.
Yang di maksud dgn pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang
lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian
atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua
sesudah Al-Qur’an yg juga sama berisi pedoman utk kemaslahatan hidup
manusia dalam segala aspek utk membina umat menjadi manusia seutuh
atau muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan
pendidik utama. Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua
bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan selalu membuka
kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu
ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn pendidikan.
modul ilmu pendidikan islam 6
E. Tujuan Pendidikan IslamPendidikan Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk
membentuk al-insan al-kamil atau manusia paripurna. Pendidikan Islam
hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu : pertama, dimensi
dialektikal horizontal. kedua, dimensi ketundukan vertical. Pada dimensi
dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan konkrityeng terkait dengan diri,sesame
manusia, dan alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan
sains dan teknologi selain menjadi alat untuk memanfaatkan juga
hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai thubungan yang abadi
dengan sang khalik. Rumusan formal konstitusional dalam UUD 1945
maupun dalam GBHN dan Undang-Undang Kependidikan lainnya yang
berlaku adalah tujuan normative GBHN 1983 merumuskan tujuan
pendidikan nasional sebagai berikut :
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan tarhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan
dan keterampilan , mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa"
Ilmu Pendidikan Islam Ilmu Pengetahuan Perbedaan dengan Ilmu
pengetahuan yang lain pengongan-penggolongan suatu masalah dan
pembahasan masalah demi masalah di dalam pendidikan. pendidikan Islam
memerlukan beberapa metodologi pengembangan, antara lain:
test, pendidik memberikan test kepada anak didiknya untuk mengetahui
perkembangan anak didik
Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan
Islam. Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air,
tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi,
perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.
modul ilmu pendidikan islam 7
A. RUANG LINGKUP ILMU PENDIDIKAN ISLAMBahwasanya ada beberapa ruang lingkup pendidikan Islam antara
lain :
1. Tujuan Pendidikan IlmuSecara umum, pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (GBPP PAI, 1994).
Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakekat pendidikan yang
meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang :
a. Memperhatikan sifat-sifat dasar manusia yaitu konsep tentang
manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai potensi bawaan
seperti fitrah, bakat minat, dan karakter yang berkecenderungan
pada Al-Hanif (rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama
Islam sebatas kapasitas dan ukuran yang ada. Allah SWT.
Bersabda:
ن�ا د� ن� د� ن� اا �� ن إ�� رد� ف� د� ن� د� ن� ن� اا ن� ن�ن ن� إ�ن د� ف� د� ن� ن� اا ن� ن�ن ن� �مد ف� ب� ن�! إ�ن ف�" ن# د$ ٱ إ& ف' ن�إ(ي د* ن+ إ& د, �ف د$ ن.ٱ ء� اا �ن إ� ا� ف1( ن2ا ف+ ا� ف3( إ�2 ن� د4 ن+ إ��ن ن� را ن, ف' إ6 ن�� ف7 �د إ, إ� ن8 ن9ا ن� ر!� ن�ا نن ��إ إ� ن�;
ظ إ$�
ر=ا ن� ن< د� ف� د? ن� اا ن7 ن� ف@ ن�� ن�* ٱ$ Aن Bد إ� Cن ر )Dف ف( د$ ٢٩ٱArtinya : “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung
mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi
minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan
modul ilmu pendidikan islam 8
Ruang Lingkup Bahasa Ilmu Pendidikan Islam Dan Urgensi Ilmu
Pendidikan Islam
PERTEMUAN 3-4
muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling
jelek”.( QS. Al Kahfi : 29).
b.Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi-dimensi kehidupan ideal
Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai
bekal kehidupan di akherat.
2. PendidikSaat ini pendidik diposisikan sebagai fasilitator/mediator yang
bertugas menfasilitasi atau membantu siswa selama proses penbelajaran
berlangsung. Pendidik tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi, sebab informasi juga bisa diperoleh dari peserta didik.
Penciptaan suasana menyenangkan dan adanya kesadaran emosional
yang tidak dalam keadaan tertekan akan mengaktifkan potensi otak dan
menimbulkan daya berpikir yang intuitif dan holistik.
3. Peserta DidikSiswa sebagai objek utama dalam pendidikan memegang peranan
yang sangat strategis. Artinya bahwa siswa dapat dijadikan sebagai salah
satu indikator terwujudnya sekolah berkualitas. Siswa sebagai salah satu
input di sekolah, sangat mempengaruhi pembentukan sekolah yang
berkualitas. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya latar
belakang peserta didik, kemampuan peserta didik, prinsip hidup, dan
sebagainya.
4. Model Pendidikan IslamModel-model pembelajaran :
1. Model pemprosesan informasi guru menjelaskan bagaimana siswa
selaku individu memberi respon yang datang dari lingkungannya.
2. Model pribadi diorientasikan kepada perkembangan diri siswa selaku
individu.
modul ilmu pendidikan islam 9
3. Model interaksi sosial menekankan hubungan siswa dengan
lingkungannya di sekolah, terutama di dalam kelas.
4. Model perilaku siswa diarahkan kepada suatu pola belajar yang lebih
terfokus pada hal-hal yang spesifik.
5. Materi Pendidikan Islam
Materi pendidikan Islam yang harus dipahami oleh peserta didik
adalah Al-Qur’an. Baik ketrampilan membaca, menghafal, menganalisa,
dan sekaligus mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an
tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini.
6. Alat Pendidikan IslamMerupakan alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan
pendidikan Islam, agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.
7. EvaluasiEvaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran
pada khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam setiap
proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi
hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran, merupakan bagian integral
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pendidikan.
F. KEGUNAAN ILMU PENDIDIKAN ISLAMKegunaan dapat diartikan dengan manfaat atau sumbangan positif
yang diberikan kepada manusia dan lingkungan pendidikannya. Kalau
berpatokan pada pandangan pragmatisme, setiap kebenaran hanya ada
apabila memberikan kegunaan dan manfaat. Dengan demkian, apabila
pendidikan Islam tidak memberikan kegunaan dan manfaat, lebih baik
ditinggalkan atau jangan dipraktikan. Untuk mengetahui bahwa ilmu
pendidikan Islam itu patut dan layak dikembangkan, harus diketahui
kegunaannya.
modul ilmu pendidikan islam 10
Dilihat dari tujuan ilmu pendidikan Islam, yakin menciptakan manusia
yang beriman dan bertakwa, kegunaan pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
1. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi
Allah dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
2. Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang
ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kehidupan manusia dan
sumber ilmu pengetahuan.
3. Menjadi jihad dijalan Allah karena mengembangkan ilmu pendidikan
Islam merupakan ibadah.
4. Memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan ayat-ayat Al-
Quran dan as-Sunah tentang berbagai hal yang menyangkut hal
yang universal
5. Meyakinkan anak didik bahwa al-Quran tidak melewatkan satu
masalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
6. Menunjukan kepada dunia barat bahwa ajaran islam merupakan
sumber ajaran beragama dan ide-ide dasar dari seluruh
pengetahuan yang perkembangannya tidak mengenal waktu.
7. Secara praktis, ilmu pendidikan islam berguna untuk memberikan
keterampilan hidup yang islami.
8. Mencerdaskan anak didik.
9. Membentuk anak didik.
10. Membentuk akhlak yang mulia.
11. Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, meneakan
amar ma’ruf nahyi munkar.
12. Mengembangkan lembaga pendidikan Islam agar bersaing dengan
lembaga pendidikan umum atau sekuler.
13. Mengkaji al-Quran dan as-Sunnah dan merumuskan teori-teori yang
berkaitan dengan ilmu pendidikan islam.
14. Mengembangkan teori dan menguji teori dengan paradigma
pendidikan Ilsam.
modul ilmu pendidikan islam 11
15. Mengkaji berbagai teori pendidikn barat dengan pendekatan ilmu
pendidikan Islam.
16. Menciptakan lembaga pendidikan islam yang bonafide.
17. Membangun citra lembaga pendidikan Islam yang karismatik dan
digandringi oleh umat Islam.
18. Menyiapkan kader ulama yang mempuni dalam pendidikan Islam.
19. Membuktikan berbagai ide dasar ilmu pengetahuan yang terapat
dalam al-Quran dan as-Sunnah kedalam realitas kehidupan dunia.
Semua kegunaan ilmu pendidikan islam di atas merupakan cambuk
bagi umat Islam, terutama bagi para pendidik dan para pengurus lembaga
prndidikan islam agar terus meningkatkan kualitas materi pendidikan
Islam, sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk kemajuan pendidikan Islam.
Manfaat dan kegunaan pendidikan Islam merupan kenikmatan atau
sesuatu yag akan mengantarkan pada kenikmatan. Dengan bahasa lain
merupakan tahshil al-ibqa. Maksudnya adalah penghimpunan kenikmatan
secara langsung dan penjagaan terhadap kenikmatan tersebut dengan
cara menjaganya dari kemudaratan dan sebab-sebabnya. Kemaslahatan
dn kegunaan pendidikan Islam merupakan dampak yang positif yang
diterima oleh pihak pelaku dan pihak lain yang memilki karakter yang
sama, sebagaimana pelakunya seorang diri, tetapi manfaatnya atau
dampaknya dapat menyeluruh.
G. URGENSI MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI MAHASISWA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Sebenarnya agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat islam
wajib mendakwahkan dan mendidikkan ajaran agama islam kepada yang
lain. Sebagaimana di pahami dari firman allah berikut ini :
Eن ن�� ن! ن�ن إ�� فن ر ن4 د9 ن� Fن Gإ Fإ� $� ن إ�ٱ �ف, د$ إ� Dظن ن� Hإ م Iن ن4 ن# د$ ٱ Hإ ن; إ� د( �ن د$ ن�ٱ Hإ �ن د� إ# د$ إ�ٱ Eن ب� ن! إ& �Jإ ن7 Kظ ن$ إ�� Lف د6 ٱنن إ�+ ن� د, �ف د$ إ�ٱ �ف ن� د� ن� ن( Gف ن� إNۦ إ� �Jإ ن7 ن�ن ن�& Oن ن�ن إ� �ف ن� د� ن� ن( G١٢٥ف
Artinya :
modul ilmu pendidikan islam 12
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk” ( QS. An-Nahl :125)
نن )Pف �إ ن� د4 ف�� �ف� Pن ن� ��ا ن إ�� اا م Iن إ� ظن+ نQا إ� نJا Gن Rد ن�ٱ Sم T� ن ن. Uن ١٥ن'اArtinya :
“Allah berfirman: "Jangan takut (mereka tidak akan dapat
membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat
Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan
(apa-apa yang mereka katakan)” (QS. Asy-syuura :15)
إIٱ ن� نن د( ن, Iد ن+ ن� Vإ ف�� Pد �ن د$ إ�ٱ نن ف�� ف� ا د ن+ ن� إ� نWد� د$ ٱ K$ن إ�� نن ف�( د� ن+ Hة �� ن ف� �د ف� Iب� ف�ن ن� ن�د$نن ف#( إ� د� �ف د$ ٱ �ف Gف Eن Bإ ظن$ ا ا� ف� ن� إ� ر ن� I�ف ١٠٤د$
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali
Imron :104).
إ� Yد Pن د$ ر� ١ن�ٱ د4 ف] Fإ� ن$ نن ظن4 إ�\� د[ ٱ ن�ن إ� ٢إ�� JدY�ن إ�ٱ$ ا� د( ن ن(� ن< ن� ب" ن# د$ إ�ٱ ا� د( ن ن(� ن< ن� إ_ ظن# إ� Y�ظن ٱ$ ا� ف�( �إ ن� ن� ا� )Iف ن� ن�� نن + إ $� ن ٱ \]� ن ٣إ��Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr :1-3) Di dalam
hadis Nabi SAW juga disebutkan “sampaikanlah ajaran dariku walaupun
sekedar satu ayat”(H.R.Bukhori),dan lain-lain.
Berdasarkan ayat-ayat dan hadis di atas tersebut dapat dipahami
bahwa siapapun dapat menjadi pendidik agama islam, asalkan dia
memiliki pengetahuan (kemampuan) lebih, mampu mengimplisitkan nilai
relevan atau (dalam pengetahuannya itu), yakni sebagai penganut yang
patut di contoh dalam agama serta nilainya kepada orang lain.
Namun demikian, pendidikan agama ternyata tidak hanya
menyangkut masalah transformasi ajaran dan nilainya kepada pihak lain,
modul ilmu pendidikan islam 13
tetapi sampai pada transinternsalisasi nilai ajaran islam. Karena itu, lebih
merupakan masalah yang kompleks, dalam pengertian setiap kegiatan
pembelajaran pendidikan agama akan berhadapan dengan permasalahan
yang kompleks, misalnya masalah keyakinan, keilmuan, penghayatan dan
pengamalan ajaran agama dari guru itu sendiri untuk dan
ditransformasikan dan disinternalisasikan kepada peserta didik dengan
berbagai karakteristiknya, dengan berbagai kondisi dan situasi ,berbagai
kendala yang perlu diperhitungkan, sarana yang diperlukan untuk
mencapai keberhasilan pendidikan agama, cara atau pendekatan apa
yang digunakan dalam pembelajarannya, bagaimana mengorganisasikan
dan mengelola isi pembelajaran agama itu,hasil yang diharapkan dari
kegiatan pendidikan agama itu, dan seberapa jauh tingkat efektivitas,
efisiensinya, serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan
daya tarik bagi peserta didik, demikian seterusnya.
Karena itulah, setiap calon guru termasuk guru agama, perlu
dipersiapkan dengan berbagai kemampuan tersebut di LPTK, dan untuk
calon guru agama disiapkan di Fakultas/ jurusan Tarbiyah, sebagaimana
tertuang dalam PP No.38 tahun 1992 bahwa calon tenaga pendidikan
agama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dididik sebagai
calon guru mata pelajaran di lembaga pendidikan tenaga keguruan ( pasal
14 ayat 1). Sedangkan yang dimaksud dengan lembaga pendidikan
tenaga keguruan dalam ayat tersebut adalah Fakultas Tarbiyyah.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 2/
1989 Tentang Sistem Pendidikan nasional, pasal 39 ayat (2) dinyatakan
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan antara lain
wajib memuat pendidikan agama. Dan tenaga pengajar pendidikan agama
harus beragama sesuai dengan agama yang diajarkan dan agama
peserta didik yang bersangkutan (baca UUSPN No. 2/1989 pasal 28 ayat
2). Bahkan didalam Tap MPR Nomor II/MPR?1993 tentang GBHN
ditegaskan bahwa agama dijadikan penuntun dan pedoman bagi
pengembangan dan penerapan IPTEK. Mengapa demikian ? karena
modul ilmu pendidikan islam 14
kemajuan IPTEK akan menjadi boomerang bagi umat manusia tanpa
diimbangi dengan nilai- nilai etik dan moral keagamaan.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama
mempunyai kedudukan penting dan strategis dalam pembangunan negara
dan masyarakat Indonesia. Demikian strategisnya posisi pendidikan
agama tersebut, sehingga Fakultas Tarbiyah masih sangat diperlukan
eksistensinya untuk menyiapkan calon guru agama yang professional.
A. Pengertian Dasar Pendidikan IslamLandasan adalah merupakan dasar atau fondasi tempat berpijak
yang baik dalam setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja
untuk mencapai suatu tujuan,
Fungsi dari landasan atau dari pendidikan Islam tersebut adalah
seperti fondasi yang akan mengokohkan berdirinya suatu bangunan.
Sehingga dengan demikian usaha kegiatan tersebut benar-benar
mempunyai dasar keteguhan dan keyakinan dalam mencapai tujuan.
B. Dasar-Dasar Pendidikan Islam menurut Al QuranAl Quran adalah sumber agama Islam pertama dan utama. Al
Quran yang menjadi sumber nilai dan norma umat Islam itu terbagi dalam
30 juz(bagian),114 surah (surat:bab) lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata
atau 325.345 huruf (ataulebih tepatdikatakan 325.345 suku kata kalau
dilihat dari sudut pandang bahasa Indonesia).
Tidak diragukan lagi, Al Qur’an sebagai dasar pertama, di
dalamnya berisi firman-firman Allah SWT yang disampaikan melalui
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Kebenarannya tidak dapat
diragukan lagi, terutama sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Al
Qur’an di dalamnya terkandung ajaran pokok yang prinsip, yaitu
modul ilmu pendidikan islam 15
PERTEMUAN 5
Dasar-Dasar Pendidikan Islam
menyangkut bidang aqidah yang harus diyakini dan menyangkut dengan
amal yang disebut syari’ah.
Di dalam Al Qur’an banyak dijelaskan ajaran-ajaran yang
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan ini. Sebagai contoh
dapat dibaca kisah Luqman mengajari anaknya dalam surat AL Luqman
ayat 12 sampai dengan ayat 19. Dalam ayat tersebut terdapat 5 azas
pendidikan yaitu yang berkenaan dengan :
a. Azas Pendidikan Tauhid
b. Azas Pendidikan akhlaq kepada orang tua dan masyarakat
c. Azas Pendidikan amar ma’ruf nahi munkar
d. Azas Pendidikan kesabaran dan ketabahan
e. Azas Pendidikan sosial kemasyarakatan (tidak boleh sombong)
Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk
membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup muamalah.
Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan
bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.
Didalam al-Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu sendiri. Sekedar
contoh, misalnya mengenai proses pembentukan manusia untuk Fakultas
Kedokteran yang terjemahannya( lebih kurang) sebagai berikut,”Dialah
(Allah) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari mani yang
menjadi segumpal darah. Kemudian Dialah yang mengeluarkan kamu
(dari rahim wanita ) menjadi bayi sehingga kamu dewasa dan menjadi
tua…” (QS. Al Mukmin (40) kalimat pertama ayat 67 ). Dan, kalau manusia
ciptakan Allah itu sakit, Allah lah yang menyembuhkannya, demikian
maksud surat asy-Syu’ara.
Untuk disiplin Fakultas Hukum, ada ayat yang merupakan benih
atau prinsip ilmu hokum yang terjemahnya (lebih kurang) sebagai berikut,”
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu (menjadi) orang yang benar-
benar menegakkan keadilan, menjadi saksi (dalam menegakkan keadilan)
modul ilmu pendidikan islam 16
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri, ibu bapak dan kaum
kerabatmu…” (QS.Surat an-Nisa’(4) kalimat pertama surat 135).
Dalam Al-Quran banyak ditemukan dorongan untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan umat manusia.
Bahkan, Al-Quran yang pertama turun pun mengisyaratkan pentingnya
strategi dalam mencari ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara
membaca alam ciptaan Allah. Dorongan untuk menguasai iptek, antara
lain disebutkan dalam ayat-ayat berikut: “Maka apakah orang yang
mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah
kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang yang berakal
yang dapat mengambil pelajaran. (QS. Ar-Ra’d/13:19). Dalam Firman
Allah yang lain yaitu dalam QS. Az-Zumar/39:9 yang artinya: “…
katakanlah, ‘Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?’ Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat
yang dapat menerima pelajaran. Al Quran banyak menghimbau manusia
untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain kedua ayat diatas masih banyak lagi dasar-dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi yang diisyaratkan Al-Quran seperti dalam kedokteran,
farmasi, pertanian, atau astronomi yang bermanfaat bagi kajuan dan
kesejahteraan umat manusia.
Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa dalam pendidikan Islam
harus mengunakan Al Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan
beberapa teori tentang pendidikan islam. Atau dengan kata lain ,
pendidikan Islam harus berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an yang
penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan
perkembangan zaman.
3. Dasar-Dasar Pendidikan Islam menurut As-Sunah/Al-Hadits
Al-Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang
disebutkan dalam Al-Quran dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh
Rasulullah dengan sunah beliau. Karena itu, sunah Rasul yang kini
modul ilmu pendidikan islam 17
terdapat dalamAl-Hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik
(sah,dapat dipercaya sepenuhnya) Al Quran.
Di dalam As Sunnah juga berisi ajaran tentang aqidah dan akhlak
seperti Al Qur’an yang berkaitan dengan masalah pendidikan. As Sunnah
berisi petunjuk (tuntunan) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam
segala aspeknya, untuk membina umat manusia seutuhnya. Dan yang
lebih penting lagi dalam As Sunnah bahwa dalamnya terdapat cerminan
tingkah laku dan kepribadian Rasulullah saw yang merupakan tauladan
dan edukatif bagi manusia.
Ada tiga peranan al-Hadits disamping al-Quran sebagai sumber
agama dan ajaran islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan
yang terdapat di dalam al-Quran. Misalnya, mengenai shalat. Di dalam al-
Quran ada ketentuan mengenai shalat.ketentuan itu ditegaskan lagi
pelaksanaannya. Contoh lain mengenai saum atau puasa selama bulan
Ramadhan. Di dalam al-Quran terdapat ayat mengenai puasa Ramadhan,
tapi pelaksanaannya ditegaskan dan dikembangkan lebih lanjut oleh Nabi
melalui sunnah beliau. Demikian juga halnya dengan zakat dan
haji. Mengenai zakat dan haji ketentunnya ada di dalam al-Quran, namun
untuk dapat di laksanakan di kehidupan sehari-hari ketentuan itu ditambah
dalam arti dikembangkan oleh Nabi. Dengan demikian ajaran yang telah
ada dalam al-Quran , namun perlu ditegaskan lebih lanjut oleh Nabi.
Kedua, sebagai penjelasan isi al-Quran. Dengan mengikuti contoh
diatas, misalnya mengenai shalat. Di dalam al-Quran Allah
memerintahkan manusia mendirikan shalat.namun, di dalam kitab suci itu
tidak dijelaskan banyaknya rakaat,cara,rukun dan syarat mendirikan salat.
Nabilah yang menyebut sambil mencontoh jumlah rakaat setiap
salat,cara,rukun dan syarat mendirikan salat. Demikian juga halnya
dengan saum atau puasa dan haji. Perintah meleksanakannya terdapat
dalam al-Quran, tetapi tidak dijelaskan secara rinci. Nabilah yang
menjelaskannya dengan perkataan dan perbuatan beliau.dalam
menunaikan ibadah haji misalnya,Rasulullah mengatakan, “Ambillah
modul ilmu pendidikan islam 18
manasik hajimu dari manasik hajiku.” Maksudnya, ikutilah tatacara yang
dilakukan Nabi waktu melakukan ibadah haji.
Ketiga, menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak
ada atau samar-samar ketentuannya di dalam al-Quran. Contohnya
adalah larangan Nabi mempermadu (mengawini sekaligus atau
mengawini pada waktu bersamaan) seorang perempuan dengan bibinya.
Larangan ini tidak terdapat dalam larangan- larangan perkawinan dalam
surat an-Nisa’(4):23. Namun, kalau dilihat hikmah dari larangan itu jelas
bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putus hubungan
silaturrahim antara kedua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama
islam. Dengan larangan itu, Nabi seakan-akan mengisi ”kekosongaan”
mengenai larangan perkawinan. Namun kalau direnungkan lebih
lanjut,iilatnya (dasar atau motifnya) sama dengan larangan
mempermadukan dua orang bersaudara kandung,yang terdapat dalam
surat 23 surat an-Nisa’ untuk mencegah rusak bahkan putusnya
hubungan silaturrahim antara dua kerabat.
Kitab – kitab hadis (al-Hadist) baik di kalangan Sunni maupun Syi’i
adalah sumber pengetahuan yang monumental bagi islam, yang
sekaligus menjadi penafsir dan bagian yang komplementer terhadap al-
Quran. Sunnah terutama ucapan Nabi, membahas berbagai hal mulai dari
metafisika (hal-hal non fisik atau tidak kelihatan) sampai pada tatatertib di
meja makan. Selain itu di dalam hadis/sunah dibahas juga berbagai
pertanyaan yang berhubungan metafisika , kosmologi ( cabang metafisika
yang menyelidiki alam semesta sebagai system yang beraturan),
eskatologi (masa yang akan datang –akhirat). Dan kehidupan spiritual
( kerohanian,kejiwaan, mental, moral). Sesudah al-Quran, kitab al-Hadit
syang memuat sunah Nabi adalah sumber petunjuk paling berharga yang
dimiliki umat islam, keduanya adalah mata air seluruh kegiatan dan pikiran
Islam. Keduanya merupakan sumber agama dan ajaran islam.
Oleh karena itu sunnah merupakan landasan kedua bagi cara
pembinaan pribadi manusia muslim.Sunnah selalu membuka
modul ilmu pendidikan islam 19
kemungkinan penafsiran berkembang.Itulah sebabnya,mengapa ijtihad
perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunah yang berkaitan
dengan pendidikan.
C. Dasar-Dasar Pendidikan Islam menurut IjtihadIjtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ahli syari’at Islam untuk
menetapkan atau menentukan suatu hokum Islam dalam hal-hal yang
belum ditegaskan hukumnya oleh Al Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal
ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada Al Qur’an dan Sunnah.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-Quran dan
as-Sunah/al-Hadis yang diolah akal yang sehat dari para ahli pendidikan
Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung
dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu.
Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran
islam dan kebutuhan hidup. Ijtihad dibidang pendidikan ternyata semakin
perlu sebab ajaran islam yang terdapat dalam al-Quran dan sunah adalah
bersifat pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Biila ternyata ada yang
agak terperinci, maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam
menerapkan yang prinsip itu. Sejak diturunkan sampai Nabi Muhammad
SAW wafat, ajaran islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad
yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan
berkembang pula. Sebaliknya ajaran islam sendiri telah berperan
mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim.
modul ilmu pendidikan islam 20
A. Pengertian FitrahSecara lughatan (etimologi) berasal dari kosa kata bahasa Arab
yakni fa-tha-ra yang berarti “kejadian”, oleh karena kata fitrah itu berasal
dari kata kerja yang berarti menjadikan. Pada pengertian lain interpretasi
fitrah secara etimologis berasal dari kata fathara yang sepadan dengan
kata khalaqa dan anyaa yang artinya mencipta. Biasanya kata fathara,
khalaqa dan ansy’a digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan
pengertian mencipta, menjadikan sesuatu yang sebelumnya belum ada
dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Dalam
Kamus al Munjid diterangkan bahwa makna harfiah dari fitrah adalah al
Ibtida’u wa al ikhtira’u, yakni al shifat allati yattashifu biha kullu maujudin fi
awwali zamani khalqihi. Makna lain adalah shifatu al insani al thabi’iyah.
Lain daripada itu ada yang bermakna al dinu wa al sunnah.
Abu a’la al-Maududi mengatakan bahwa manusia dilahirkan di bumi
ini oleh ibunya sebagai muslim (berserah diri) yang berbeda-beda
ketaatannya kepada Tuhan, tetapi di lain pihak manusia bebas untuk
menjadi muslim atau non muslim. Sehingga ada hubungannya dalam
aspek terminologi fitrah selain memiliki potensi manusia beragama tauhid,
manusia secara fitrah juga bebas untuk mengikuti atau tidaknya ia pada
aturan-aturan lingkungan dalam mengaktualisasikan potensi tauhid
(ketaatan pada Tuhan) itu, tergantung seberapa tinggi tingkat pengaruh
modul ilmu pendidikan islam 21
PERTEMUAN 6 Pengertian Fitrah
lingkungan positif serta negatif yang mempengaruh diri manusia secara
fitrah-nya.
Sehingga uraian Al-Maududi mengenai peletakan pengertian konsep
fitrah secara sederhana yakni menunjukkan kepada kalangan pembaca
bahwa meskipun manusia telah diberi kemampuan potensial untuk
berpikir, berkehendak bebas dan memilih, namun pada hakikatnya ia
dilahirkan sebagai muslim, dalam arti bahwa segala gerak dan lakunya
cenderung berserah diri kepada Khaliknya.[5] Mengenai fitrah kalangan
fuqoha telah menetapkan hak fitrah manusia, sebagaimana dirumuskan
oleh mereka, yakni meliputi lima ha: 1). Din (agama), 2) jiwa, 3) Akal, 4)
Harga diri, dan 5) Cinta. Menurut Armai, bila interpretasi lebih luas konsep
fitrah dimaksud bisa berarti bermacam-macam, sebagaimana yang telah
diterjemahkan dan didefenisikan oleh banyak pakar d iatas, di antara arti-
artinya yang dimaksud adalah : 1) Fitrah berarti “ thuhr’ (suci), 2) fitrah
berarti “Islam”, 3) fitrah berarti “Tauhid” (mengakui keesaan Allah), 4) fitrah
berarti “Ikhlash” (murni), 5) fitrah berarti kecenderungan manusia untuk
menerima dan berbuat kebenaran, 6) fitrah berarti “al-Gharizah” (insting),
7) fitrah berarti potensi dasar untuk mengabdi kepada Allah, 8) fitrah
berarti ketetapan atas manusia, baik kebahagiaan maupun kesengsaraan.
Kata ini juga dipakaikan kepada anak yang baru dilahirkan karena
belum terkontaminasi dengan sesuatu sehingga anak tersebut sering
disebut dalam keadaan fitrah (suci). Pengaruh dari pengertian inilah maka
semua kata fitrah sering diidentikkan dengan kesucian sehingga 'id al-fitri
sering pula diartikan dengan kembali kepada kesucian demikian juga
zakat al-fitrah. Pengertian ini tidak selamanya benar kata fitrah itu sendiri
digunakan juga terhadap penciptaan langit dan bumi dengan pengertian
keseimbangan sebagaimana yang tertera dalam al-Qur'an.
Kata-kata yang biasanya digunakan dalam al-Quran untuk
menunjukkan bahwa Allah menyempurnakan pola dasar ciptaan-Nya
untuk melengkapi penciptaan itu adalah kata ja’ala yang artinya
“menjadikan”, yang diletakan dalam satu ayat setelah kata khalaqah dan
modul ilmu pendidikan islam 22
ansy’a. Perwujudan dan penyempurnaan selanjutnya diserahkan pada
manusia.
��J[ ���� N�$� �ن ��<=ا. N�$� �I� ����.� �ن $�Pا!�(� �'Jائ& �P(�ا ��I�PDا. F3��� �.R �ن �]�=Iا. ��ا �$Iاس +ا�+,اArtinya: Hai Manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan (khalaqna)
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan
(ja’alna) kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
kenal mengenal.
<*���ن �ا ST��' ��[\��Bة ��[\�Yا! 4$�ع� ��$ &PD� �ا. *�� �$`ي )G &'Artinya: Katakanlah; Dialah yang menciptakan kamu (ansya’akum) dan
menjadikan (ja’ala) bagimu pendengaran, penghihatan dan hati (fuad),
akan tetapi amat sedikit kamu bersyukur.
�$�+ن E$R N�$� "�W$ &+�J> \] ���,ا �$Iاس �ط� K�$� N�$� �ط�? ��I9ا $��+ن E,D� ��ا'�(ن �P+ \] �$Iاس �3.� �($�ن�=$�
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan (fathara) manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Mengenai kata fitrah menurut istilah (terminologi) dapat dimengerti
dalam uraian arti yang luas, sebagai dasar pengertian itu tertera pada
surah al-Rum ayat 30, maka dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa
pada asal kejadian yang pertama-pertama diciptakan oleh Allah adalah
agama (Islam) sebagai pedoman atau acuan, di mana berdasarkan acuan
inilah manusia diciptakan dalam kondisi terbaik. Oleh karena aneka ragam
faktor negatif yang mempengaruhinya, maka posisi manusia dapat
“bergeser” dari kondisi fitrah-nya, untuk itulah selalu diperlukan petunjuk,
peringatan dan bimbingan dari Allah yang disampaikan-Nya melalui
utusannya (Rasul-Nya).
Pengertian sederhana secara terminologi menurut pandangan
Arifin; fitrah mengandung potensi pada kemampuan berpikir manusia di
modul ilmu pendidikan islam 23
mana rasio atau intelegensia (kecerdasan) menjadi pusat
perkembangannya, dalam memahami agama Allah secara damai di dunia
ini.
Quraish Shihab mengungkapkan dalam Tafsir al Misbah-nya,
bahwa fitrah merupakan “menciptakan sesuatu pertama kali/tanpa ada
contoh sebelumnya”. Dengan mengikut sertakan pandangan Quraish
Shihab tersebut berarti fitrah sebagai unsur, sistem dan tata kerja yang
diciptakan Allah pada makhluk sejak awal kejadiannya sehingga menjadi
bawaannya, inilah yang disebut oleh beliau dengan arti asal kejadian, atau
bawaan sejak lahir.
Ungkapan senada mengenai pengertian fitrah juga dilontarkan oleh
Arifin yakni secara keseluruhan dalam pandangan Islam mengatakan
bahwa kemampuan dasar/pembawaan itu disebut dengan fitrah. Ada yang
mengemukakan bahwa fitrah merupakan kenyakinan tentang ke-Esaan
Allah swt, yang telah ditanamkan Allah dalam diri setiap insan. Maka
manusia sejak lahirnya telah memiliki agama bawaan secara alamiah,
yaitu agama tauhid. Istilah fitrah dapat dipandang dalam dua sisi. Dari sisi
bahasa, maka makna fitrah adalah suatu kecenderungan bawaan alamiah
manusia. Dan dari sisi agama kata fitrah bermakna keyakinan agama,
yakni bahwa manusia sejak lahirnya telah memiliki fitrah beragama tauhid,
yaitu mengesakan Tuhan.
Imam Nawawi mendefinisikan fitrah sebagai kondisi yang belum
pasti (unconfirmed state) yang terjadi sampai seorang individu
menyatakan secara sadar keimanannya. Sementara menurut Abu Haitam
fitrah berarti bahwa manusia yang dilahirkan dengan memiliki kebaikan
atau ketidakbaikan (prosperous or unprosperous) yang berhubungan
dengan jiwa.
Bila tidak berlebihan dalam memahami terminologi Abu Haitam
dapat dipahami, pada awalnya setiap makhluk yang diciptakan oleh Tuhan
dibekal dengan fitrah (keseimbangan) yang bilamana keseimbangan ini
mampu dijaga dengan baik maka yang bersangkutan akan senantiasa
modul ilmu pendidikan islam 24
berada dalam kebaikan. Sebaliknya bila keseimbangan ini sudah tidak
mampu dipertahankan maka menyebabkan seseorang akan terjerumus
kepada ketidakbaikan.
A. Hubungan Fitrah Dengan Pendidikan Islam dalam al-QuranManusia dalam pandangan Islam adalah khalifah Allah di muka
bumi. Sebagai duta Tuhan, dia memiliki karakteristik yang multidimensi,
yakni pertama, diberi hak untuk mengatur alam ini sesuai kapasitasnya.
Dalam mengemban tugas ini, manusia dibekali wahyu dan kemampuan
mempersepsi, kedua, dia menempati posisi terhormat di antara makhluk
Tuhan yang lain. Anugerah ini diperoleh lewat kedudukan, kualitas dan
kekuatan yang diberikan Tuhan kepadanya, ketiga, dia memiliki peran
khusus yang harus dimainkan di planet ini, yaitu mengembangkan dunia
sesuai dasar dan hukum-hukum yang ditetapkan oleh Tuhan.
Potensi akal secara fitrah mendorong manusia memahami simbol-
simbol, hal-hal yang abstrak, menganalisa, memperbandingkan maupun
membuat kesimpulan dan akhirnya memilih maupun memisahkan yang
benar dan salah. Di samping itu menurut Jalaluddin, akal dapat
mendorong manusia berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan
kebudayaan serta peradaban. Manusia dengan kemampuan akalnya
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengubah serta
merekayasa lingkungannya, menuju situasi kehidupan yang lebih baik,
aman dan nyaman.
Sebelum terlalu jauh kita mengulas tentang hubungan konsep fitrah
dan hubungannya dengan pendidikan Islam ada baiknya kita telusuri
terlebih dahulu tujuan dari pendidikan Islam secara umum. Secara general
tendensi dari pendidikan Islam itu sendiri adalah mengetahui hakikat
kemanusiaan menurut Islam, yakni nilai-nilai ideal yang diyakini serta
modul ilmu pendidikan islam 25
PERTEMUAN 7 Hubungan Antara Fitrah
Manusia Dan Pendidikan
dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. Sementara Achmadi
meletakkan keterangan tujuan pendidikan Islam dalam “tiga karakteristik”
yakni tujuan tertinggi/akhir, tujuan umum, tujuan khusus. Tujuan tertinggi
adalah bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan karena sesuai dengan
konsep Ilahi yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan
tertinggi/akhir ini pada dasarnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan
peranannya sebagai ciptaan Allah. Salah satu prilaku itu identitas Islami
itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai prilaku manusia yang
didasari atau dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber
kekuasaan mutlak yang harus ditaati. Tujuan selanjutnya adalah tujuan
umum yang berbeda substansinya dengan tujuan pertama yang
cenderung mengarah kepada nilai filosofis. Tujuan ini lebih bersifat
empirik dan realistic. Ahmad tafsir mengemukakan tujuan umum bersifat
tetap, berlaku di sepanjang tempat, waktu, dan keadaan. Tujuan umum
berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena
menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian subjek didik,
sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah pribadi yang
utuh. Itulah yang disebut realisasi diri (self realization).
Sementara tujuan khusus merupakan pengkhususan atau
operasionalisasi tujuan tertinggi/akhir dan tujuan umum pendidikan Islam.
Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan
perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama
tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/akhir dan umum itu
Pengkhususan tujuan pendidikan Islam tersebut menurut Achmadi
didasarkan pada: kultur dan cita-cita suatu bengsa dimana pendidikan itu
diselenggarakan, minat, bakat, dan kesanggupan subjek didil; dan
tuntunan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu.
Konsep fitrah dalam hubungannya dengan pendidikan Islam
mengacu pada tujuan bersama dalam menghadirkan perubahan tingkah
laku, sikap dan kepribadian setelah seseorang mengalami proses
modul ilmu pendidikan islam 26
pendidikan. Menjadi masalah adalah bagaimana sifat dan tanda-tanda
(indikator) orang yang beriman dan bertaqwa.
Maka konsep fitrah terhadap pendidikan Islam dimaksudkan di sini,
bahwa seluruh aspek dalam menunjang seseorang menjadi menusia
secara manusiawi adanya penyesuaian akan aktualisasi fitrah-nya yang
diharapkan, yakni pertama, konsep fitrah mempercayai bahwa secara
alamiah manusia itu positif (fitrah), baik secara jasadi, nafsani (kognitif dan
afektif) maupun ruhani (spiritual). Kedua, mengakui bahwa salah satu
komponen terpenting manusia adalah qalbu. Perilaku manusia bergantung
pada qalbunya. Di samping jasad, akal, manusia memiliki qalbu. Dengan
qalbu tersebut manusia dapat mengetahui sesuatu (di luar nalar)
berkecenderungan kepada yang benar dan bukan yang salah (termasuk
memiliki kebijaksanaan, kesabaran), dan memiliki kekuatan
mempengaruhi benda dan peristiwa.
Menghubungkan keterangan ini secara ilmiah dengan adanya teori
pendidikan Islam maka secara disiplin ilmu merupakan konsep pendidikan
yang mengandung berbagai teori yang dapat dikembangkan dari hipotesa-
hipotesa yang bersumber dari al Qur’an maupun hadis baik dari segi
sistem, proses, dan produk yang diharapkan mampu membudayakan
umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya. Inilah yang
disebut secara implikasi konsep fitrah kecenderungan peserta didik pada
yang benar dalam memiliki secara pendekatan ilmiah kekuatan
mempengaruhi benda dan peristiwa. Sedang pendidikan bila diberikan
pengertian dari al-Qur’an maka kalangan pemikir pendidikan Islam
meletakkan pada tiga karakteristik di antaranya rabb, ta’lim, ta’dib
dimaksud dalam al-Qur’an.
Dari ketiga kata tersebut, Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqy dalam
bukunya al-Mu’jam al Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim telah
menginformasikan bahwa di dalam al-Qur’an kata Tarbiyah dengan
berbagai kata yang serumpun dengan diulang sebanyak lebih dari 872
kali.[25] Kata tersebut berakar pada kata rabb. Kata ini sebagaimana
modul ilmu pendidikan islam 27
dikutip oleh Abuddin Nata dari al-Raghib al-Ashfahany, pada mulanya
berarti al-Tarbiyah yaitu insy’ al-syaihalan fa halun ila hadd al-tamam yang
artinya mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu setahap demi tahap
sampai pada batas yang sempurna.
B. Signifikansi Fitrah Dalam Pendidikan IslamKonsep fitrah pada dasarnya mempercayai bahwa arah pergerakan
hidup manusia (peserta didik) secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
taqwa dan fujur. Peserta didik pada dasarnya diciptakan dalam keadaan
memiliki potensi positif dan ia dapat bergerak ke arah taqwa. Bila manusia
berjalan lurus antara fitrah dan Allah, maka ia akan menjadi taqwa (sehat,
selamat). Bila tidak selaras antara fitrah dan Allah, maka ia akan berjalan
ke pilihan yang sesat (fujur). Secara fitrah manusia diciptakan dengan
penuh cinta, memiliki cinta, namun ia dapat berkembang ke arah agresi.
Akan tetapi implikasi dimaksud dalam penelitian ini mendapatkan bentuk
konsep fitrah sesuai realita yang ada, bahwa nilai-nilai aktualisasi fungsi
konsep fitrah sejalan dengan tujuan pendidikan, baik secara epistemologi
pendidikan, mewujudkan peserta didik yang memiliki potensi kepribadian
muslim yang berorientasi pada aktualisasi konsep fitrah manusia.
Jakfar Siddik mengungkapkan bahwa yang menjadi inti kemanusiaan
itu adalah fitrah (agama) itu sendiri. Fitrah-lah yang membuat manusia
(peserta didik) memiliki keluhuran jiwa secara alamiah berkeinginan suci
dan berpihak pada kebaikan dan kebenaran Allah swt. Menurut penulis
membuat suatu tatanan proses perkembangan peserta didik terhadap
lingkungan pendidikan sebagai lahan mengembangkan potensi kesucian
peserta didik (konsep fitrah) dapat terpenuhi maka kebutuhan kepribadian
peserta didik akan lebih sempurna.
Potensi kalangan peserta didik sebagai anak manusia pengemban
amanat Allah swt dan juga sebagai khalifah di muka bumi ini, ia dilahirkan
adanya nilai bertauhid Menurut Nurcholis Madjid merupakan sebuah
peristiwa dengan adanya perjanjian mahkluk (manusia) dengan Tuhan
Allah swt, maka dapat dikatakan bahwa manusia (peserta didik) tersebut
modul ilmu pendidikan islam 28
terikat dengan perjanjian itu (pemaknaan bersifat religius). Demikian juga
halnya dengan agama pun sebenarnya memang adalah perjanjian, yang
dalam bahasa Arabnya disebut dengan mitsaq atau ‘ahdun, perjanjian
dengan Allah swt. Seluruh hidup merupakan realisasi atau pelaksanaan
untuk memenuhi perjanjian manusia dengan Allah. Intinya ialah ibadah,
artinya memperhambakan diri kepada Allah. Karena Allah swt sendiri telah
diakui sebagai Rabb. Maka implikasinya, akibat dari beribadah kepada
Allah itu adalah, bahwa manusia yakni kalangan peserta didik yang haus
akan kebutuhan pengembanagan kepribadian nilai fitrah-nya diharuskan
menempuh jalan hidup yang benar.
Menurut al-Attas, yang dikutip oleh Baharuddin, fitrah merupakan
ketundukan manusia sebelum kehadirannya di bumi yang dijelaskan
dalam surah al-A’raf/ 7: 172 menunjukkan utangnya kepada Allah, begitu
juga kerugiannya yang total, sehinga dia mungkin bisa membayarnya dan
kembali kepada Allah dengan menyerahkan diri untuk mengabdi kepada-
Nya. Kewajiban ini dirasakan oleh umat manusia sebagai suatu
kecenderungan wajar dan alamiah, fitrah yang oleh al-Attas disepadankan
dengan al-din, merujuk kepada surat al-Rum/30: 30-32 fitrah adalah sifat
dasar ketundukan pada manusia dan al-din adalah bentuk ketundukan
bagi manusia. Ketundukan sadar dan kehendak bebas memantapkan
harmonisasi dan kosmos, sementara penolakan tunduk mengakibatkan
ketimpangan dan kekacauan.
Hakikinya, konsep fitrah bila diaktualisasikannya dalam pendidikan,
tidak sekedar "tranfern of knowlegde" atau pun "tranfers of training". tetapi
jauh dari itu merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi
keimanan dan kesalehan; suatu sistem yang terkait langsung dengan
Tuhan, dan inilah yang merupakan potensi tauhid bahagian konsep fitrah
manusia. Tegasnya kebermaknaan konsep fitrah dalam hubungannya
dengan wilayah pendidikan adalah melahirkan suatu kegiatan yang
mengarah dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai dengan atau
sejalan dengan nilai-nilai Islam. Konsep fitrah yang merupakan potensi
modul ilmu pendidikan islam 29
dasar manusia dapat teraktualisasikan bila kondisi lingkungan serta
proses pendidikan dapat membentuk nilai-nilai kepribadian tersebut.
Secara global potensi-potensi tersebut mengarahkan bentuk induvidualis
dan sosialis yang beragama, atau dengan kata lain potensi fitrah
termanifestasikan pada diri seseorang adalah nilai-nilai obyektifitas
trasendensi moral humanisme, terlebih lagi pada persoalan
pengembangan keperibadian untuk menuju kepribadian muslim yang
kaffah di mana hal itu merupakan bagian dari proses internalisasi nilai-nilai
fitrah terhadap pendidikan yang berasaskan Islam.
Individu dalam pandangan konsep fitrah yakni Islam memandang
bahwa manusia memiliki daya untuk berkembang dan siap pula untuk
dikembangkan. Akan tetapi tidak berati individu tersebut dapat
diperlakukan sebagai manusia pasif, melainkan memiliki kemampuan dan
keaktifan yang mampu membuat dilihat dan penilaian, menerima, menolak
atau menentukan alternatif-laternatif yang lebih sesuai dengan pilihannya
sebagai perwujudan dari adanya kehendak dan kemauan bebasnya.
Jadi signifikansi pendidikan Islam dalam kerangka konsep fitrah
dapat dideskripsikan sebagai suatu sistem yang membawa manusia ke
arah kebahagian dunia dan akhirat baik melalui ilmu maupun melalui
ibadah, karena pada hakikatnya tujuan akhir dari pendidikan Islam itu
sendiri adalah pencapaian kebahagian hidup di dunia dan kesejahteraan
di akhirat. Maka selayaknya yang harus menjadi fokus utama dalam
rangka menyikapi hal ini adalah memperhatikan nilai-nilai Islam tentang
manusia; hakekat dan sifatnya, misi dan tujuan hidup di dunia dan akhirat
nanti, hak dan kewajiban sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat. Sehingga secara fitrah, setelah seseorang mengetahui
tentang hakikat kehidupan, maka dia tidak saja dapat memberikan
inspirasi kepada manusia lain, akan tetapi juga dapat mentransfer nilai-
nilai luhur yang ia kembangkan hingga menjadi manusia-manusia baru,
yakni manusia yang cinta hidup damai, aman dan sejahtera karena fitrah
mansuai yang sebenarnya adalah hidup dalam jalinan cinta sesama
modul ilmu pendidikan islam 30
C. Hubungan Struktur Fitrah Manusia dengan Kegiatan Belajar Mengajar.Kegiatan belajar mengajar merupakan upaya memengaruhi jiwa
anak didik agar mereka mau melakukan berbagai kegiatan belajar, seperti
membaca , memahami, menganalisasi, membandingkan, menyimpulkan
dan sebagainya dengan motivasi yang tinggi , dan dalam suasana yang
menyenangkan, menggairahkan dan menggembirakan. Dalam melakukan
kegiatan belajar tersebut, para peserta didik menggunakan segenap
potensi fitrah yang dimilikinya, seperti kecenderungannya yang serba ingin
tahu (curiousty), panca indra yang dimilikinya, bakat, minat, kemampuan
kognitif,afektif, dan psikomotorik. Berbagai potensi fitrah tersebut harus
dirawat, di pelajari, dipupuk, dan dibina agar dapat berfungsi dengan baik
dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar.
Selanjutnya, pandangan Islam tentang anak sebagaimana
dikemukakan dalam hadis tersebut diatas, yakni bahwa setiap anak
dilahirkan telah memiliki bakat (kecenderungan beragama) yang
selanjutnya tergantung orang tuanya untuk menjadikannya potensi
beragama tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi, memperlihatkan
adanya pandangan convergensi plus dalam pendidikan. Yaitu pandangan
yang menganggap bahwa perkembangan kepribadian seorang anak ,
bukan hanya ditentukan oleh faktor pembawaan dari dalam sebagaimana
yang dianut oleh aliran nativisme, dan bukan pula ditentukan oleh faktor
lingkungan semata-mata, sebagaimana yang di anut oleh aliran empirisme
dan behaviorisme. Melainkan juga yang ditentukan oleh faktor lingkungan
dari luar berupa pembinaan sebagaimana yang di anut oleh aliran
nativisme. Lebih dari itu, Islam tidak sepenuhnya tunduk kepada
pandangan konvergensi tersebut, melainkan juga bergantung pada
hidayah Allah SWT. Hal ini didasarkan pada pandangan, bahwa baik
aliran Nativisme, empirisme maupun konvergensi pada dasarnya masih
modul ilmu pendidikan islam 31
bersifat antroposentris, yakni memusat semata-mata kepada usaha
manusia. Sedangkan dalam islam, berbagai keberhasilan yang dicapai,
bukan semata-mata karena usaha manusia sendiri, melainkan juga
karena hidayah dari Allah SWT. Dengan demikian, antara usaha manusia
dan kehendak Tuhan saling berpengaruh dalam menyukseskan usaha
manusia.
Pandangan tentang fitrah yang demikian itu akan memengaruhi
kegiatan proses pembelajaran yang bukan semata-mata ditentukan oleh
input (kemampuan dan bakat anak didik) semata, melainkan juga
ditentukan oleh proses-thruput yang dilakukan oleh guru, dari kehendak
Allah SWT. Dengan pandangan yang demikian itu, maka kegiatan belajar-
mengajar harus dimulai dengan menyiapkan anak didik untuk siap
mengikuti kegiatan belajar serta berbagai sarana prasarana, termasuk
guru, lingkungan dan lain sebagainya, sambil tetap memohon petunjuk
dari Allah SWT.
Selanjutnya, dengan mengetahui fitrah anak didik berupa bakat,
minat, kecenderungan, kecerdasan dan lainnya, maka setiap guru dapat
menyiapkan program pendidikan dan pengajaran yang sesuai latar
belakang fitrahnya itu. Dengan memerhatikan latar belajang fitrah anak
didik ini, maka kegiatan pembelajaran akan menjadi menarik dan penuh
gairah, karena didasarkan pada keinginan, bakat, dan kecenderungan
anak didik.
Pelaksanaan proses pembelajaran yang demikian itu akan
berimplikasi pada ketersediaannya berbagai komponen pendidikan
lainnya. Proses pendidikan yang didasarkan pada latar belakang fitrah
anak didik itu mengharuskan adanya model kelas yang kecil-kecil (small
class) yang jumlah siswanya antara 5 sampai 10 orang, adanya guru yang
lebih banyak untuk setiap kelas atau angkatan (team teacher), sarana
prasarana yang lebih beragama dan bervariasi, penjadwalan yang lebih
spesifik dan sofisticated, dan lain sebagainya. Tuntutan terhadap berbagai
komponen pendidikan yang beragam itu pada gilirannya mengharuskan
modul ilmu pendidikan islam 32
tersedianya dana yang lebih besar, pembinaan yang lebih beragam, dan
lain sebagainya.
Namun bagi lembaga-lembaga pendidikan, yang belum siap
sepenuhnya menyelenggarakan konsep pembelajaran yang berbasis
perbedaan fitrah tersebut dapat pula melakukannya dengan kelas yang
agak besar untuk bidang ilmu keilmuan atau keterampilan yang pada
umumnya diminati atau diharuskan bagi setiap anak didik, seperti
pelajaran tentang bahasa, matematika, komputer, dan lainnya. Sedangkan
untuk bidang-bidang keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan
bakat dan minat dapat dilakukan dalam kelompok –kelompok yang lebih
kecil, seperti kelompok belajar melukis, menari, menyanyi, membuat
kerajinan, dan lain sebagainya.
Terlepas dari konsep pembelajaran mana yang akan dipilih, namun
yang pasti bahwa pengetahuan tenang latar belakang fitrah peserta didik
perlu diketahui dengan jelas oleh para guru.Untuk itu, sebelum proses
pembelajaran dimulai, setiap guru harus sudah memiliki catatan berupa
data yang lengkap tentang bakat, minat, kecenderungan, kecerdasan, dan
lainnya yang dimilki peserta didik. Untuk kepentingan ini, maka perlu
dilakukan proses seleksi bakat, minat, dan sebagainya yang terdapat
pada peserta didik. Upaya ini dapat dilakukan melalui proses tes
kompetensi, tes bakat minat, dan seterusnya, yang dilakukan oleh tenaga
ahli di bidang placement test lengkap dengan cara menganalisis dan
menyimpulkannya secara komprehensif, akurat, dan objektif.
Faktor kemampuan pelajar besar sekali pengaruhnya terhadap
hasil belajar yang dicapai. Maka menjadi sebuah kewajiban memberikan
pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan bakat, minat,
kecenderungan, kecerdasan, dan latar belakang fitrah peserta didik itu.
modul ilmu pendidikan islam 33
A. Fitrah Manusia Dalam Pandangan IslamBerdasarkan pemahaman di atas serta merujuk al-Quran dan al-
Hadits, fitrah manusia menurut ajaran Islam dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Manusia adalah makhluk psiko-fisik yang memiliki jiwa dan tubuh.
Dari berbagai ayat al-Quran dapat diketahui bahwa jati diri manusia
adalah makhluk psiko-fisik, yaitu suatu makhluk yang eksistensinya
terdiri atas unsur jiwa (ruh) dan fisik (jasad). Gabungan kedua unsur
inilah yang mewujud menjadi manusia. Di antara ayat yang
mendukung pernyataan ini ialah:
ط�ن �ن �\�4ان ]� "�[ � ��� N=�[ ��ئ &. �49ن �,�ن – - �$`ي �ا� �ن H$ST7 �ن N�4� &PD �1<*���ن - �ا ST��' \��Bة ]�� \�Yا! ]�� 4$�ع� ��$ &PD� N9�! �ن N�� ���خ C�)7 � )9-7 السجدة ( 1
Ayat ini menegaskan bahwa manusia pertama diciptakan dari
tanah (thin). Kemudian generasi selanjutnya berkembang biak
dengan unsur sulalat min ma` mahin, air mani. Ini menunjukkan
bahwa manusia memiliki unsur fisik. Di samping itu, Allah meniupkan
ruh-Nya ke dalam unsur fisik tersebut. Setelah bentuk fisik diisi
dengan ruh, terbentuklah suatu jenis makhluk yang khas, yaitu
manusia. Keberadaan kedua unsur ini, fisik dan ruh, meniscayakan
keberadaan sifat-sifat keduanya pada manusia di samping sifat-sifat
yang timbul dari gabungan keduanya.
2. Sifat-sifat jasmani (al-fithrat al-jismiah) Tubuh manusia merupakan
alam materi yang memiliki sifat-sifat fisika. Ia tersusun dari 4 unsur
yang membentuk alam materi, yaitu tanah, air, udara, dan api. Para
filosof Muslim, seperti Ikhwan al-Shafa` mengemukakan bahwa
modul ilmu pendidikan islam 34
PERTEMUAN 9
Fitrah Manusia Dalam Perspektif Ajaran Islam Dan Implikasnya Dalam Pendidikan
perimbangan komposisi keempat unsur ini ikut mempengaruhi sifat-
sifat manusia.
Tubuh manusia terdiri atas bagian-bagian dan anggota-anggota
yang masing-masing mempunyai tugas dan fungsinya sendiri-sendiri.
Penataan masing-masing bagian dan anggota ini sangat
proporsional sehingga semuanya dapat memberikan andil yang
optimal bagi kesempurnaan fisik manusia serta fungsionalisasi dari
masing-masing bagiannya. Kenyataan inilah yang digambarkan al-
Quran surah al-Tin ayat 4 yang berbunyi: Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik (fi ahsani taqwim).
Bentuk dan tatanan bagian dan anggota fisik manusia
dirancang sedemikian rupa agar manusia dapat melakukan berbagai
aktivitas yang dibebankan kepadanya. Hanya saja, ketika manusia
diciptakan (dilahirkan), kondisi dari masing-masing bagian ini masih
dalam keadaan lemah dan bersifat potensial. Hal ini dapat diketahui
dari al-Quran surah al-Rum ayat 54 dan surah al-Nisa` ayat 38.
3. Sifat-sifat Jiwa (al-fithrat al-ruhiyyat) Jiwa merupakan inti hakikat
manusia. Unsur inilah yang mendapat tugas sebagai khalifah Allah
di bumi. Unsur ini pula yang bertanggung jawab atas segala tingkah
laku dan perbuatan manusia. Hanya saja, sangat disayangkan,
unsur ini menjadi bagian yang penuh misteri.
Di dalam al-Quran dinyatakan bahwa jiwa manusia berasal dari
ruh Tuhan (min ruhih). Di samping itu, para ulama juga
menyimpulkan bahwa unsur ini pula yang telah melakukan perjanjian
dengan sang Pencipta sebelum ia digabungkan dengan tubuh.
Berdasar ini semua, tentu saja tidak mungkin manusia diciptakan
dalam keadaan sesat dan berdosa seperti dipahami sebagian orang.
Itu pula sebabnya sebagian pakar berpendapt bahwa manusia
diciptakan dalam keadaan bertauhid, Islam, dan suci. Akan tetapi,
pendapat ini hanya benar sepanjang manusia hanya dilihat dari sisi
ruh asalnya. Para pemikir Muslim sepakat bahwa makhluk yang
modul ilmu pendidikan islam 35
bernama manusia tidak hanya terdiri atas ruh semata, melainkan
juga ada unsur fisik. Kondisi ruh ketika anak manusia dilahirkan,
setelah bergabung dengan tubuh, tidak memiliki kesadaran akan
amanah dan janjinya itu. Unifikasinya dengan tubuh material
mengakibatkan ruh terhalang untuk mengetahui dan menyadari
janjinya dengan Tuhan. Al-Quran menegaskan:
) &#I$� ��Bا �(ن�P>\] ���,ا<� �ط(ن �ن ��D�[� N�$�� 78 (
4. Sifat-sifat Psiko-Fisik (al-fithrat al-nafsaniyyat) Yang dimaksud
dengan nafs (diri) adalah suatu hakikat yang terbentuk setelah
unifikasi unsur fisik dan jiwa. Nafstidak sama dengan ruh yang
menjadi rahasia kehidupan dan juga tidak sama dengan jasad
(tubuh)material yang bisa diobservasi.
Dengan demikian fitrah nafsaniah adalah keadaan dan sifat
dari gabungan ruh dan fisik.Ia bukan merupakan keadaan dan sifat
unsur ruh semata seperti yang telah dikemukakan di atas, melainkan
keadaan dan sifat ruh yang telah menyatu dengan tubuh. Juga
bukan keadaan dan sifat unsur fisik semata, tetapi kondisi dan sifat
unsur fisik yang telah dimasuki ruh. Di antara gambaran al-Quran
tentang fitrah nafsani dapat dikemukakan sbb:
a. Lemah. Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik
maupun psikis sebagaimana dinyatakan al-Quran: ��POا �\�4ان ]� "�[b. Memiliki potensi untuk melakukan berbagai pekerjaan fisik.
Meskipun manusia terlahir dalam keadaan lemah, tidak berdaya
sama sekali, namun ia dapat tumbuh menjadi kuat untuk
melakukan bermacam-macam tindakan fisik setelah melalui
proses pertumbuhan dan perkembangan. Tuntutan agar manusia
mewujudkan kemakmuran di bumi dan tidak melakukan
kerusakan menunjukkan bahwa manusia dapat melakukan
tindakan-tindakan positif atau negatif.
modul ilmu pendidikan islam 36
c. Bodoh dalam pengertian tidak memiliki pengetahuan tentang apa
pun. Al-Quran menegaskan: ��Bا �(ن�P>\] ���,ا<� �ط(ن �ن ��D�[� N�$��
)&#I$� 78 (
d. Memiliki potensi untuk berpengetahuan. Seiring dengan
pernyataan di atas, manusia diciptakan dalam keadaan
berpotensi untuk berpengetahuan. Ada 3 perangkat yang
diberikan Allah untuk keperluan itu, yaitu: pendengaran (al-sam’),
penglihatan (al-bashar), dan jantung-hati (al-af`idat).
e. Memiliki kebebasan dalam bertindak dan bersikap. Manusia lahir
dengan potensi yang memungkinkan ia dapat menentukan
pilihan terhadap semua tindakan yang akan dilakukannya.
Manusia diberi kebebasan untuk memilih apakah ia akan
menjadi beriman atau kafir. Perhatikan ayat al-Quran seperti: ...
�$�,ف ... ( ������ �ا� ��ن �����ن �ا� 29 ��ن (
f. Bersifat netral dalam arti berpotensi untuk menjadi baik dan jahat
karena ke dalam diri manusia telah diilhamkan potensi kejahatan
(fujur) dan potensi ketakwaan. Dalam hal ini, al-Quran
menyatakan: ) + + A�*$� �<=(�Gا ا$,�,ا�ج(!Gا � G�)7ا ��ا A��� 7 - 8 (
D. Implikasi Edukatif Pandangan Islam tentang Fitrah ManusiaBertolak dari uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa implikasi
edukatif dari pandangan Islam tentang fitrah manusia sbb:
a. Pendidikan merupakan suatu keniscayaan (keharusan)bagi setiap
anak manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan mungkin
berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh Sang Pencipta.
b. Pendidikan mesti dilaksanakan sejak manusia itu belum lahir karena,
baik secara fisik maupun psikis, fitrah manusia sangat dipengaruhi
dan ditentukan oleh berbagai faktor yang muncul jauh sebelum ia
dilahirkan. Kelengkapan unsur dan kesempurnaan manusia ketika ia
dilahirkan, khususnya dari segi fisik, bergantung pada kondisi
sperma dan telur yang dihasilkan kedua orang tuanya, serta situasi
dan kondisi ketika proses pembuahan dan kehamilan berlangsung.
modul ilmu pendidikan islam 37
Justru itu, Islam mengatur beberapa hal yang terkait dengan periode
ini.
c. Pendidikan harus diarahkan untuk membentuk manusia yang dapat
melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi
karena manusia diciptakan untuk tujuan tersebut.
d. Pendidikan, pada hakikatnya, adalah usaha untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi baik yang dimiliki dan
mengendalikan berbagai potensi tidak baik yang ada pada manusia.
Pendidikan dilakukan untuk menumbuh-kembangkan unsur-unsur
fisik dengan anggota-anggota tubuhnya agar menjadi sehat dan kuat
serta memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
memungkinkan manusia dapat menciptakan karya-karya kreatif
untuk mewujudkan kemakmuran di bumi seperti yang diharapkan
Allah swt.
e. Seiring dengan itu, pendidikan diharapkan dapat membentuk pribadi
yang tahu diri dan mampu mengendalikan berbagai aktivitas dan
prilakunya sesuai dengan tujuan penciptaannya.
E. IMPLIKASI FITRAH DALAM PENDIDIKAN ISLAMManusia adalah makhluk paedagogik maksudnya adalah manusia
adalah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan
dapat mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, dan
pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa
bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan
ketrampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya
sebagai makhluk mulia. Firman Allah:
الروم ) لخلقالله عليهاالتبديل الناس فطر التى الله ( فطرتArtinya:
“......(tegakkanlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
berdasarkan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah
itu.....” (Q.S. Ar-Rum 30).
modul ilmu pendidikan islam 38
Firman Allah yang berbentuk potensi itu tidak akan mengalami
perubahan dengan pengertian bahwa Manusia dapat terus berfikir,
merasa dan bertindak dan terus berkembang. Potensi manusia dapat
dididik dan mendidik memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat
sehingga kemampuannya dan melampaui jauh dari kemampuan fisiknya
yang tidak berkembang.
Meskipun demikian, kalau potensi itu tidak dikembangkan niscaya
ia akan kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu perlu
dikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam usaha
dan kegiatan pendidikan. Teori nativis dan empiris yang dipertemukan
oleh Kerchenteiner dengan teori konvergensinya, telah ikut membuktikan
bahwa manusia itu adalah makhluk yang dapat dididik dan dapat
mendidik. Dengan pendidikan dan pengajaran potensi itu dapat
dikembangkan manusia, meskipun dilahirkan seperti kertas putih, bersih
belum berisi apa-apa dan meskipun ia lahir dengan pembawaan yang
dapat berkembang sendiri, namun perkembangan itu tidak dapat maju
kalau tidak melaui proses tertentu, yaitu proses pendidikan. Pendidikan
adalah usaha dan kegiatan pembinaan pribadi. Adapun materi, tujuan dan
prinsip serta cara pelaksanaannya dapat dipahami dalam petunjuk Allah
yang disampaikan oleh para Rasul-Nya.
Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi
muslim itu adalah pengamatan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasulu-Nya.
Tetapi pribadi muslim itu tidak akan tercapai atau terbina kecuali dengan
pengajaran dan pendidikan.
Manusia adalah makhluk paedagonik, maka kewajiban
menyelenggarakan pendidikan adalah kewajiban syar’i yang berarti pula
bahwa perintah bertakwa adalah sekaligus perintah menyelenggarakan
pendidikan yang menuju kepada pembinaan manusia bertakwa.
modul ilmu pendidikan islam 39
A. Definisi Sistem Pendidikan IslamIstilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya:
suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded
of several parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang
berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas
Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai
berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks
atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-
bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks.”
Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan
komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama
berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-
komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya.
Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu
bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya
untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan. Faktor atau unsur
yang disistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya
mencapai tujuannya.
Sistem pendidikan Islam merupakan usaha pengorganisasian proses
kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran yang
berdasarkan atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan
operasionalnya terdiri dari berbagai sub-subsistem dari jenjang pendidikan
dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang harus memiliki vertikalitas
dalam kualitas keilmuan-pengetahuan dan teknologinya.
modul ilmu pendidikan islam 40
PERTEMUAN 10
Sistem Pendidikan Islam
Jadi, bisa disimpulkan bahwa Sistem pendidikan Islam berasal dari
tiga kata yaitu: sistem, pendidikan dan Islam. Sistem berasal dari bahasa
inggris yaitu dari kata system yang berarti susunan suatu cara atau pola
yang berurutan tentang suatu hal. Dan pendidikan adalah suatu proses
pemberian ajaran, bimbingan yang bereupa keilmuan. Sedangkan islam
adalah agama yang di turunkan kepada Nabi Muhammad. Dari definisi-
definisi di atas bisa kita rangkai bahwa sistem pendidikan Islam
merupakan suatu cara dalam pemberian ilmu kepada murid tentang ilmu-
ilmu Islam. Jadi di sini di tegaskan bahwa dalam sistem pendidikan Islam
hanya membahas tentang tata cara pengajaran yang di ajarkan oleh
Islam. Dari cara yang klasik hingga cara modern.
B. Sistem Pendidikan Islam Dalam HaditsSebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar atas dasar
keimanan dan ketakwaan, sudah selayaknya pendidikan Islam
diupayakan dan diselenggarakan dengan maksud lillahi Ta’ala, karena
dalam rangka mencari Ridlo Allah, sehingga banyak yang mengatakan
bahwa mencari ilmu atau yang berjuang dalam keilmuan merupakan “jihad
fi sabilillah,” jadi para penyelenggara pendidikan harus mempunyai pilar
kuat tentang keyakinan ini. Dengan demikian dibutuhkan landasan
ideologis dan filosofis untuk membangun pendidikan Islam, dengan
merujuk kepada Al-Qur’an sebagaiman Abdurahman Mas’ud
menyampaikan gagasanya “Ajaran Iqra adalah satu seruan pencerahan
intelektual yang telah terbukti dalam sejarah mampu mengubah
peradaban manusia dari masa kegelapan.”
Memahami pada dataran prakteknya memang sering dijumpai
hambatan dan rintangan, tapi jika niat lurus dan niat beribadah itu telah
tertanam maka hal sesulit apapun akan terasa mudah, sebagaimana para
guru ngaji yang masih kental dengan tradisi-tradisi demikian, sehingga tak
heran jika mereka mengajar santri-santrinya tanpa dibayar materi
sedikitpun mereka tetap istiqamah, filsafat ikhlas seperti ini merupakan
ke-khasan dan kekayaan pendidikan Islam yang tidak terdapat pada gaya
modul ilmu pendidikan islam 41
dan sistem pendidikan manapun didunia. yang mana dari dulu sistem
pendidikan ini dilestarikan oleh para ulama dan cendekia muslim dalam
mengajarkan Ilmunya dengan niat lillahi Ta’ala.
Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha, kegiatan dan
tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar
sebagai tempat berpijak yang kuat, begitu juga dengan Pendidikan Islam,
sebagai usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian baik harus
mempunyai dasar sistemik yang baik dan benar-benar tepat sesuai asas-
asas Islam. Dalam aktivitas Pendidikan Islam yang baik dalam
penyusunan konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya
harus memiliki dasar kokoh berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hal ini
dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan Islam mempunyai
keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya tidak
kehilangan arah dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya.
Pendidikan Islam merupakan media untuk mempengaruhi orang lain
ke arah kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan
mentaati semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang
dilarang oleh Allah, dengan kesadaran insani yang tertanam kuat dengan
aspek keilmuan, sehingga hasilnya bukan sekedar taat buta, tapi
penghambaan yang berdasarkan keilmuan, semua yang dilakukan dalam
ruang lingkup peraturan Allah, sehingga dasar dari pendidikan Islam itu
sendiri tiada lain ialah sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits,
hal ini sejalan dengan ungkapan yang dipaparkan oleh Ahmad Tafsir,
beliau memberikan komentar tentang dasar pendidikan Islam dengan
ungkapan “Karena pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam
kehidupan manusia maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-Qur’an,
Hadist dan akal sebagi dasarnya.” Pendapat Ahmad Tafsir tersebut
sangat logis, karena falsafah dan dasar dari pendidikan Islam, tiada lain
Islam itu sendiri, untuk sedikit menggambarkan alasan kenapa Al-Qur’an
dan Hadist menjadi landasan utama pendidikan Islam, dengan
pertimbangan sebagai berikut:
modul ilmu pendidikan islam 42
a. Al-QuranDikarenakan landasan utama dan holistik ajaran Islam yaitu Al-
Qur’an, maka dalam mengembangkan sayap pendidikan Islam harus bisa
menerjemahkan wahyu Tuhan tersebut secara cerdas ke dalam bahasa
manusia, agar Al-Qur’an bisa lebih kontekstual dengan keadaan zaman,
karena Al-Qur’an memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek.
Sebagaimana para mufassir mengemukakan bahwa Al-Qur’an merupakan
sumber ajaran yang tak lekang oleh waktu maka, dengan kata lain bahwa
ajaran-ajaran yang termaktub didalamnya sudah dipastikan memuat
ajaran yang universal, kalaupun ada ayat-ayat yang sifatnya temporal itu
harus bisa diterjemahkan secara subtantif. Sehingga pendidikan Islam
seharusnya ketika mengalami kemunduran dan pudarnya sinergitas dalam
dataran praktis harus dikembalikan kepada dasar pendidikan Islam yaitu
asas-asas Islam sebagaimana yang digariskan Al-Qur’an, sebagaimana
ungkapan HM.Arifin mengenai Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an mengandung
dan membawa nilai-nilai yang membudayakan manusia,hampir dua
pertiga ayat-ayat Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi umat
manusia.
b. Al-HaditsSelain Al-Qur’an dalam Islam untuk menentukan hukum dan rujukan
pola kehidupan juga menggunakan hadits nabi, karena hadits dalam
posisinya sebagai sumber kedua sekaligus bentuk tafsir dan penjelasan
terhadap Al-Qur’an. Terlebih dalam dataran praktek hadits lebih
mempunyai kecenderungan aplikatif, karena unsur dalam hadits selain
merupakan bagian dari wahyu juga bentuk responsibilitas terhadap
persoalan yang muncul,karena hadist merupakan interpretasi dan
rangkuman dari sosok agung dalam Islam, Nabi Muhammad SAW,
sehingga dalam konsep pendidikan Islam, hadits merupakan landasan
filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam, terlebih
dalam Hadits banyak sekali menekankan tentang akhlak dan pendidikan.
modul ilmu pendidikan islam 43
Seiring dengan kemajuan zaman dan perbedaan budaya, maka
tuntutan dan persoalan umat menjadi rumit dan berkembang, sedang Al-
Qur’an dan Hadist sudah tidak turun lagi untuk menjawab persoalan umat
sebagaimana pada masa kerasulan Muhammad SAW. Maka kita harus
meyakini lebih dalamlagi bahwa Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber
hukum yang tak terbatas waktu, kalaupun secara tekstual itu menunjukan
hukum periodik namun secara prinsip Al-Qur’an dan Hadist berlaku tanpa
batas waktu, ini yang menuntut kecerdasan dan pemahaman untuk lebih
memahami pesan dan hukum dari kedua sumber ajaran Islam tersebut,
Sehingga pendidikan Islam selain tetap mengacu pada kedua sumber
tersebut juga, tetap terbuka terhadap unsur lain dalam menentukan
rujukan seperti halnya Ahmad Tafsir menambahkan Akal sebagai sumber
filosofis pendidikan Islam.
Dengan demikian dasar-dasar Pendidikan Islam paling tidak yaitu
terdiri dari Al-Qur’an, Sunah dan ijtihad, walaupun sebenarya ijtihad disini
hanya pemahaman dan penerjemahan terhadap kedua sumber utama
tersebut, namun seperti yang dijelaskan tadi perlunya ijtihad digunakan
karena semakin banyaknya permasalahan yang berkembang sekarang ini
dalam bidang pendidikan, sehingga ijtihad bisa menjadi sumber lain dalam
penyelenggaran pendidikan, karena diperlukannya pemikiran-pemikiran
baru yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga perlu adanya terobosan ilmiah sebagai penunjang
dalam pengembangan Pendidikan Islam secara sistematis.
Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis merupakan
harapan mendasar untuk memperbaiki sistem pendidikan Islam saat ini.
Jadi dengan pengembangan sistem pendidikan yang mengadopsi dari hal-
hal baru yang baik merupakan suatu keharusan, dengan catatan sesuai
dengan konsep dasar landasan pendidikan islam yaitu Al-Qur’an dan
Hadis,karena dengan membuka diri kepada sesuatu yang baru yang baik,
sejalan dengan dialektika pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya
modul ilmu pendidikan islam 44
mengajarkan sejumlah pengetahuan, namun justru mengajarkan
bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan ditemukan.
C. Komponen Sistem PendidikanUntuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu,
hal yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen
yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, sisawa, materi
pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu
langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa,
pendidik, isi/materi, situasi lingkungan, dan alat pendidikan.
1. TujuanTujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam
aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-
komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa
berpedoman kepada tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya
selalu diukur apakah dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau tidak.
Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:
a) Pembinaan akhlak
b) Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat
c) Penguasaan ilmu
d) Keterampilan bekerja dalam masyarakat
2. SiswaSiswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan
pandangan Islam tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki
dua dimensi (jasmanyiah dan ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-
baik model dan sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk
dikembangkan. Keutamaan lain yang diberikan Allah SWT
adalah fitrah, yakni potensi manusiawi yang educable.
modul ilmu pendidikan islam 45
3. PendidikSecara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung
jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.
4. Materi/isi PendidikanMateri adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses
kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan. Materi/isi
pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik
kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha
pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat, terdapat syarat utama dalam pemilihan beban/materi
pendidikan, yaitu: (a) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan, (b)
materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Klasifikasi Ibnu Khaldun tentang ilmu-ilmu dasar pengetahuan Islam
yang bersumber dari Al Qur’an meliputi sebagai berikut:
a. Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika, fisika,
medis, pertanian, metafisika, serta ilmu yang berkaitan dengan
kuantitas.
b. Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences),
terdiri dari: ilmu Al Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu fiqh,
teologi (ilmu ketuhanan), dan bahasa.
5. Lingkungan PendidikanLingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang
mendukung kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu
lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan
masyarakat.
a. Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam
modul ilmu pendidikan islam 46
b. Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah,
Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,
Universitas Islam
D. Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang SeharusnyaAntara materi, metode, dan tujuan pendidikan harus saling berkaitan
dan mengembangkan sehingga benar-benar efektif (tepat guna) dan
efesien (berhasil guna). Sehingga konsisten dan relevan dengan tujuan
akhir pendidikan islam yang hendak dicapai. Metode yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup umat islam khususnya di
Indonesia, adalah metode-metode yang digali dari sumber-sumber pokok
ajaran islam sendiri serta metode-metode yang baru muncul akhir-akhir ini
di dalam dunia pendidikan yang tidak menghilangkan faktor keimanan dan
nilai moralitas islami.
Masa depan manusia adalah masa depan kehidupan Tekno, Bio dan
Sosio, dimana umat manusia berada dalam tahap kehidupan yang banyak
diberi kemudahan-kemudahan iptek yang canggih, disamping itu
kehidupan masa depan juga terkena dampak-dampak negative dari
kemajuan iptek yang pada dasarnya lebih mengandalkan rasio (akal dan
kecerdasan otak) daripada nilai-nilai moral dan spiritual. Khusus mengenai
metode pendidikan islam, sasaran prosesnya tidak hanya terbatas pada
masalah internalisasi dan transformasi nilai-nilai agama atau tidak saja
mengajarkan agama tetapi juga ilmu dan teknologi. Metode pendidikan
islam adalah jalan yang harus dilalui dimana faktor iman dan kemampuan
bertakwa dalam perilaku pribadi dan sosial, dijadikan pusat program
kurikuler baik di lembaga pendidikan umum maupun keagamaan.
Tidak ada sebuah metode apapun yang dianggap paling efektif tanpa
dikaitkan dengan kemampuan pendidikan dalam penerapannya. Karena
itu, pendidikan profesional keguruan yang menjadikan produknya memiliki
kompetensi sebagai guru yang profesional, menjadi lebih penting lagi.
Pada era kehidupan saat ini masyarakat banyak menyerahkan pendidikan
anak-anaknya kepada sekolah, padahal saat ini banyak terjadi krisis
modul ilmu pendidikan islam 47
kependidikan yang dikaitkan dengan faktor moralitas dan keterampilan
yang kurang siap pakai dalam dunia kerja. Umat manusia perlu berani
melakukan terobosan-terobosan baru dalam menerapkan sistem dan
metode yang mampu mengintegrasikan antara iman dan ilmu serta
teknologi modern. Inilah yang menjadi problema pokok dalam strategi
pendidikan islam masa kini dan akan datang. Krisis pendidikan itu pada
hakikatnya bersumber dari krisis nilai-nilai dalam masyarakat yang belum
menemukan metode efektif. Nilai-nilai yang sangat rawan terhadap
dampak iptek tersebut adalah nilai-nilai cultural yang sifat dasarnya
relative, berubah-ubah sesuai kecenderungan masyarakat.
modul ilmu pendidikan islam 48
PERTEMUAN 11 Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam
A. Hakikat Prinsip-Prinsip Pendidikan IslamPrinsip berasal dari kata principle yang bermakna asal, dasar, prinsip
sebagai dasar pandangan dan keyakinan, pendirian seperti berpendirian,
mempunyai dasar atau prinsip yang kuat. Adapun dasar dapat diartikan
asas, pokok atau pangkal (sesuatu pendapat aturan dan sebagainya).
Dengan demikian prinsip dasar pendidikan Islam bermakna pandangan
yang mendasar terhadap sesuatu yang menjadi sumber pokok sehingga
menjadi konsep, nilai dan asas bangunan pendidikan Islam.
Achmadi, menyatakan bahwa maksud dasar pendidikan ialah
pandangan yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan baik dalam
rangka penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaannya
pendidikan. Karena kita berbicara pendidikan Islam, maka pandangan
hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan ialah pandangan hidup
Islami atau pandangan hidup muslim yang pada hakekatnya merupakan
nilai-nilai luhur yang bersifat transenden, universal, dan eternal. Dengan
nilai-nilai itulah kedudukan pendidikan Islam baik secara normatif maupun
konsepsional berbeda dengan ilmu pendidikan lainnya.
Adapun sumber nilai dalam Islam adalah al-Quran dan sunnah Rasul.
Karena banyaknya nilai yang terdapat dalam sumber tersebut, maka
dipilih dan diangkat beberapa di antaranya yang dipandang fundamental
dan dapat merangkum berbagai nilai yang lain, yaitu tauhid, kemanusiaan,
kesatuan umat manusia, keseimbangan, rahmatan lil’alamin.
Dengan demikian, pendidikan Islam sangat ideal terutama
dikarenakan memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri,
masyarakat, menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi,
menyeluruh dan selalu berupaya meningkatkannya.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam adalah aspek-aspek
fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan pendidikan Islam
modul ilmu pendidikan islam 49
sehingga ia membedakannya dengan pendidikan non-Islam.
Prinsip¬prinsip dasar pendidikan Islam itu meliputi:
a. Pendidikan Islam adalah bagian dari proses rububiyah Tuhan
b. Pendidikan Islam berusaha membentuk manusia seutuhnya
c. Pendidikan Islam selalu berkaitan dengan agama
d. Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.
a. Pengertian Pendidikan Agama IslamDalam rangka yang lebih terperinci, M Yusuf al-Qardawhi
memberikan pengertian, bahwa; “Pendidikan Islam adalah pendidikan
manusiawi seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak
dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia
hidup dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk
menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya,
manis dan pahitnya”.
Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan “pendidikan Islam
sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan
dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya
diakhirat”.
Prinsip pendidikan Islam juga ditegakan di atas dasar yang sama
dan berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad
raya, manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan dan akhlak. Pandangan
Islam terhadap masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip
dalam pendidikan Islam.
Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat,
manusia, masyarakat, pengetahuan, dan akhlak, secra jelas tercermin
dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidik
merupakan fasilitator. Ia harus mampu memberdayagunakan beraneka
ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidik
perlu perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan
senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya
modul ilmu pendidikan islam 50
bersama-sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip
pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Integral dan Seimbang
a. Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains
dan agama. Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran
Islam, Allah adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Allah pula
yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya.
Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah, sedangkan
pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah
ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah yang
mencakup akidah dan syariah.
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara
berbagai aspek yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat,
antara ilmu dan amal, urusan hubungan dengan Allah dan sesama
manusia, hak dan kewajiban. Keseimbangan antara urusan dunia dan
akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi perhatian.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan Rabb
Al-Amin (pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan alam
semesta termasuk manusia. Allah menampakan proses yang
memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal demikian kemudian
dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut
Sunnatullah. Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar
dalam bukunya menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam pendidikan
secara teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan
Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah Allah
terhadap alam semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan
modul ilmu pendidikan islam 51
perimbangan tersebut dapat dikatakan bahwa karakter hakiki pendidikan
Isam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah secara praktis
dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain,
pendidikan Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan fungsi
rubbubiyah Allah terhadap manusia, sejak dari proses penciptaan samspai
dewasa dan sempurna.
3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang
telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret
manusia dalam pendidikan sekuler diserhakan pada orang-orang tertentu
dalam msyarakat atau pada seorang individu karena kekuasaanya, yang
berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok
orang semata. Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk
mengubah kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh peserta didik menjadi
kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan hidupnya. Dengan demikian
fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur-unsur individual
peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan
Allah. Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran. Pendidik harus mengembangkan baik kecerdasan
intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
4. Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk
menumbuhkan dan memantapkan kecendrungan tauhid yang telah
menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun ke arah
itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu menyelenggrakan pendidikan
agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya sebagai sumebr
moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya
mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai
kegiatan jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan semuanya itu
dengan kerangka praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan moral.
modul ilmu pendidikan islam 52
Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian (ilmu
agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada
dalam ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak proporsional
sebagai ilmu sekuler.
5. Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi,
perbedaan hakiki ditentukan oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-Mulk :
2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh karena itu, pendidikan Islam
pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan universal. menurut
Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar menjelaskan bahwa keterbukaan
pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-
unsur positif dar luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang original
(shalih), yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
6. Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan individual antara seorang manusia dengan orang lain
dikemukakan oleh Al-Qur’an dan hadist. Sebagai contoh:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan
bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya
pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Rum : 22)
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan
tingkah laku karena setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya
masing-masing. Menurut Asy-Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H.
Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam sepanjangs sejarahnya
telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh peserta didik.
7. Prinsip Pendidikan Islam adalah Dinamis
modul ilmu pendidikan islam 53
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam
tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya untuk
selalu memperbaharuhi diri dan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu
memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat
dan tuntutan perkembangan dan perubahan social. Hal ini sesuai dengan
prinsip-prinsip pendidikan Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis.
E. Analisis Prinsip Pendidikan IslamMengenai prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dapat ditinjau dari
beberapa aspek dalam perumusan prinsip tersebut yaitu :
1. Pendidikan Islam tidak mengenal antara pemisahan pendidikan sains
dengan agama.
2. Pandangan Islam yang menyeluruh terthadap semua aspek
kehidupan mewujudkan adanya keseimbangan
3. Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam
tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya
untuk selalu memperbaharuhi diri dan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
4. Pendidikan Islam hendaklah meliputi seluruh aspek keperibadian
manusia dan melihat manusia dengan pandangan yang menyeluruh
dari dan aspek jiwa, badan dan akal, sehingga nantinya pendidikan
Islam mampu diarahkan pada pendidikan jasmani, pendidikan jiwa
dan pendidikan akal.
modul ilmu pendidikan islam 54
PERTEMUAN 12 Penanggung Jawab Pendidikan
Dalam Islam
A. Pengertian Tanggung jawab
Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia W.J.S.
Poerwadarminta adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya
artinya jika ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan
dan sebagainya. Tanggung jawab ini pula memiliki arti yang lebih jauh bila
memakai imbuhan berbertanggung jawab dalam kamus tersebut diartikan
dengan “suatu sikap seseorang yang secara sadar dan berani mau
mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala
resikonya”.
Tanggung jawab untuk mengantarkan peserta didik ke arah tujuan
tersebut yaitu dengan menjadikan sifat-sifat Allah sebagai bagian dari
karakteristik kepribadiannya. Tanggung jawab tersebut mestinya sangat
mudah untuk dimengerti oleh setiap orang. Tetapi jika diminta untuk
melakukannya sesuai dengan definisi tanggung jawab tadi maka
seringkali masih terasa sulit, merasa keberatan bahkan banyak orang
merasa tidak sanggup jika diberikan suatu tanggung jawab. Tak jarang
banyak orang yang sangat senang dengan melempar tanggung jawabnya,
dengan kata lain suka mencari “kambing hitam” untuk menyelamatkan
dirinya sendiri dari perbuatannya yang merugikan orang lain. Dari Ibn
Umar ra. Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda.
Masing-masing kamu adalah penggembala dan masing-masing
bertanggung jawab atas gembalanya, pemimpin adalah penggembala,
suami adalah penggembala terhadap anggota keluarganya, dan istri
adalah penggembala di tengah-tengah rumah tangga suaminya dan
terhadap anaknya. Setiap orang diantara kalian adalah penggembala, dan
masing-masing bertanggung jawab atas apa yang di gembalakannya.
(HR. Bukhari dan Muslim).
modul ilmu pendidikan islam 55
B. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islama. Pengertian Keluarga
Keluarga mempunyai pengertian suatu sistem kehidupan masyarakat
yang terkecil dan dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau disebut
juga ummah. Pengertian ini dapat terbukti pada kehidupan sehari-hari
umat Islam. Umpamanya dalam hukum waris yang menunjukkan bahwa
hubungan persaudaraan atau keluarga dalam pengertian keturunan tidak
terbatas hanya kepada ayah, ibu, dan anak saja, tetapi lebih jauh dari itu,
bahwa kakek, nenek, saudara ayah, saudara ibu, saudara kandung,
saudara sepupu, anak, cucu, semuanya termasuk kepada saudara atau
keluarga yang mempunyai hak untuk mendapatkan warisan. Begitu pula
dengan hal pendidikan hendaknya menjadi tanggung jawab seluruh
anggota keluarga tidak hanya dibebankan kepada orang tua seorang anak
semata.
b. Peran dan tanggung jawab Keluarga dalam pendidikan
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik
dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga
merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia
mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat
penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun
pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa
tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat
membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya. Dari
sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan
masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan
masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan
mempersiapkan personil-personilnya.
Secara psiko-sosiologi keluarga berfungsi sebagai:
modul ilmu pendidikan islam 56
1. Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya
2. Memberi pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis
3. Sumber kasih sayang dan penerimaan
4. Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi
anggota masyarakat yang baik
5. Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara
sosial dianggap tepat
6. Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan
7. Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal
dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri
8. Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai
prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat
9. Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi
10.Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup
usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila
persahabatan diluar rumah tidak memungkinkan.
Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga dapat
diklasifikasikan ke dalam fungsi-fungsi berikut :
a. Fungsi biologis, artinya keluarga merupakan tempat memenuhi
semua kebutuhan biologis keluarga seperti; sandang, pangan dan
sebagainya.
b. Fungsi ekonomis, maksudnya dikeluargalah tempat orang tua
untuk memenuhi semua kewajibannya selaku kepala keluarga.
c. Fungsi pendidikan, dimana di keluargalah tempat dimulainya
pendidikaN semua anggota keluarga. dijelaskan dalam hadis
Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yaitu:
modul ilmu pendidikan islam 57
Artinya: Bersabda Rasulullah SAW, setiap anak dilahirkan di atas
fitrahnya maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya seorang
Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari).
d. Fungsi sosialisasi, maksudnya keluarga merupakan buaian atau
penyemaian bagi masyarakat masa depan.
e. Fungsi perlindungan, keluarga merupakan tempat perlindungan
semua keluarga dari semua gangguan dan ancaman.
f. Fungsi rekreatif, keluarga merupakan pusat dari kenyamanan dan
hiburan bagi semua anggota keluarganya.
g. Fungsi agama, maksudnya keluarga merupakan tempat penanaman
agama bagi keluarga. Dasar pendidikan agama yang harus diberikan
oleh keluarga berdasarkan QS. Luqman:13
عظيم ( لظلم رك الش إن بالله التشرك يابني يعظه وهو البنه لقمان )۱۳وإذقال
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.
h. Fungsi ekonomi, dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 233:
ن�\ إ��[ Aس ا� ن� فف �� ن ن� ف< ن\ ] Vإ ف�� Pا �ن ا$ إ�ا ن�ن ف, ف< ن( ا4 إ. ن� ن�ن ف, ف' lا إ! Nف ن$ إ6 ف$( ا( �ن ا$ � Kن� ن� ن� Hن ن� نOا �� ن $� �ن� إ� ف+ ن�ن ن6 ن!� ن� ان �ن إ$ إن ا� ن� إ� ن.ا إن ا� ن$ ا( ن9 ن�ن Gف ن6 ن\ ا�[ ن� نن Pا Oإ ا� ف+ ف? ن�� إ$ ن(� ا$ ن�� ن�ا إ, ا� ن� ن� mن نIا Dف Sن Tن� ر! ف� ن*ا ن< ن� ن�ا ف, Iا ب� nر ن�� ن< ن�ن ر\ نYا[ إ� ن�6 ن!� ن� ان إ�ا ن� Eن إ$ Rن ف& ا3 إ� oإ إ! ن(� ا$ � Kن� ن� ن� Cإ إ� ن$ ن( إ� Nف $� ن فف6 ف$( ا( ن� ن\ ن�[ نGا إ� ن$ ن( إ� فة ن� إ$ ن�� ن�! اا pن ف< ن\ ] ن,ا Pن ا7 ف�
فف� �Yإ ن� نن ف�( �ن Pا ن< ن�ا إ� Nن �$� ن�ن ن� �)�ف ن� ا� ن�� Nن �$� ف=(� >� ن ن�� Vإ ف�� Pا �ن ا$ إ�ا �ف� ا� ن< ن�� اا �� ن �ف� �ا �� ن ن7 �Rن إ�� �ا ف� ا� ن� ن� mن نIا Dف Sن Tن� �ا ف. ن6 ن\ ا�[ ن� �)Pف Oإ ا� ن� ا4 ن< ن�ن �ا ف< ا6 ن! ن� ان إ�� ن�
Artinya: Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang ma’ruf (baik). Seseorang tidak akan
dibebani (dalam memberi nafkah), melainkan menurut standar
kemampuannya. (QS. Al-Baqarah:233)
modul ilmu pendidikan islam 58
Pada surat An-Nisa ayat 9, Allah SWT memerintahkan supaya
orangtua membimbing anak-anaknya dengan taqwa serta jangan
meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya dalam menghadapi tantangan hidup.
Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (QS. An-Nisa: 9)
Sejak dulu, para ulama umat Islam telah menyadari pentingnya
pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika
membahas tentang peran kedua orangtua dalam pendidikan
mengatakan: “Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi
kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami
yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun
dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya Jika
dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan
berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dari akherat, juga setiap
pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan
sebagai mana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan
binasa. Dosanya pun ditanggung oleh guru dan walinya. Maka
hendaklah ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya
akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak
membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya
suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk
mencari hal tersebut bila dewasa.”
modul ilmu pendidikan islam 59
Program pendidikan keluarga meliputi keseluruhan kewajiban hidup
beragama yang di mulai dari ‘aqidah, syari’ah,ibadah dan akhlak yang
diajarkan oleh orang tua itu sendiri kepada anggota yang lainnya,
sehingga untuk menjaga kemungkinan terjadinya salah didik, maka orang
tua berkewajiban mempelajari, memahami dan mengamalkan terlebih
dahulu secara baik dan sesuai dengan ketentuannya. Adapun pendidikan
yang harus pertama kali diberikan oleh orang tua/keluarga ialah:
1. Pendidikan agama dan spiritual adalah pondasi utama bagi pendidikan
keluarga.
2. Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan islam , sebab tujuan tertinggi
pendidikan islam adalah mendidik jiwa dan akhlak.
3. Pendidikan jasmani, Islam memberi petunjuk kepada kita tentang
pendidikan jasmani agar anak tumbuh dan berkembang secara sehat
dan bersemangat.
4. Pendidikan akal adalah meningkatkan kemampuan intelektual anak, ilmu
alam, teknologi dan sains modern sehingga anak mampu menyesuaikan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.
5. Pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak dini agar bergaul di
tengah-tengah masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip syari’at
Islam. Diantara prinsip syariat Islam yang sangat erat berkaitan dengan
pendidikan sosial ini adalah prinsip ukhuwah Islamiyah.
Sebagian tanggung jawab yang diberikan oleh Islam kepada
keluarga terdapat dalam Al-Qur’an:
Artinya:
modul ilmu pendidikan islam 60
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim: 6)
Ibnu Amr bin al-’Ash menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda:
ر� ا* ن� ف� نIا ا� ن� �ا Gف ن� ن,ا ا� ن� ن� �ا Gف ف�( إ� Oا ن�� نن �Iإ إ7 إع Jا ن7 ف� نIا ا� ن� �ا Gف ن� إة Sن TY�ن إ�ا$ �ا ف. ن6 ن\ ا�[ ن� ف��� ف�Artinya:
Perintahlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat ketika mereka
berusia tujuh tahun. Pukullah mereka jika sampai berusia sepuluh tahun
mereka tetap enggan mengerjakan shalat. (HR Abu Dawud dan al-Hakim).
Kebolehan memukul bukan berarti harus/wajib memukul. Maksud
pukulan atau tindakan fisik di sini adalah tindakan tegas “bersyarat”, yaitu:
pukulan yang dilakukan dalam rangka ta’dîb (mendidik, yakni agar tidak
terbiasa melakukan pelanggaran yang disengaja); pukulan tidak dilakukan
dalam keadaan marah (karena dikhawatirkan akan membahayakan); tidak
sampai melukai atau (bahkan) membunuh; tidak memukul pada bagian-
bagian tubuh vital semisal wajah, kepala dan dada; tidak boleh melebihi
10 kali, diutamakan maksimal hanya 3 kali; tidak menggunakan benda
yang berbahaya (sepatu, bata dan benda keras lainnya).
C. Guru/Sekolaha. Pengertian guru
Dalam perspektif pendidikan Islam, guru disebut sebagai abu al-
ruh, yaitu orang tua spiritual. Artinya setiap guru, khususnya yang
beragama Islam terlepas apakah dia guru bidang studi agama atau tidak
bertugas dan memiliki tanggung jawab dalam membimbing dan mendidik
dimensi spiritual peserta didik sehingga melahirkan akhlakul karimah. Guru
modul ilmu pendidikan islam 61
membawa misi penyempurnaan akhlak, sebagaimana misi diutusnya
Rasulullah SAW.
�[\]STق ��ا!م ��>\] _3P� إ���ا
Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Dalam paradigma Jawa , pendidik diidentikan dengan (gu dan ru)
yang berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
mempunyai seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini.
Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru mempunyai kepribadian yang utuh,
yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri
tauladan oleh peserta didiknya.
b. Peranan dan tanggung jawab Guru dalam pendidikan
Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1. Beriltizam dengan amanah ilmiah.
2. Mengamalkan dan mengembangkan ilmu yang dipelajari.
3. Senantiasa mengikuti perkembangan teknologi terbaru dalam
pengajaran ilmu yang berkaitan.
4. Dari masa ke masa guru hendaklah menelusuri sudut atau dimensi
spirituality Islam dalam pelbagai lapangan ilmu pengetahuan.
5. Senantiasa memanfaatkan ilmu untuk tujuan kemanusiaan,
kesejahteraan dan keamanan umat manusia.
6. Haruslah mendidik dan mengambil tindakan secara adil terhadap semua
pelajar.
c. Peran dan tanggung jawab sekolah dalam pendidikan
modul ilmu pendidikan islam 62
Sebagai lembaga pendidikan formal, tanggung jawab sekolah
didasarkan atas tiga faktor, yaitu :
1. Tanggung jawab formal, yaitu tanggung jawab sekolah sebagai
kelembagaan formal kependidikan sesuai dengan fungsi, tugas, dan
tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, pendidikan dasar
diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan keterampilan dasar yang diperlukan untuk
hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Demikian pula pada pendidikan menengah, diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya,
dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja.
2. Tanggung jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab yang berdasarkan
bentuk, isi, dan tujuan, serta tingkat pendidikan yang dipercayakan
masyarakat kepadanya.
3. Tanggung jawab fungsional, adalah bentuk tanggung jawab yang
diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan
oleh para pendidik yang diserahi kepercayaan dan tanggung jawab
melaksanakannya berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai
pelimpahan wewenang dan kepercayaan serta tanggung jawab yang
diberikan oleh orang tua peserta didik. Pelaksanaan tugas tanggung
jawab yang dilakukan oleh peserta didik profesional ini didasarkan atas
program yang telah terstruktur yang tertuang dalam kurikulum.
A. Lingkungan Masyarakat Kedudukan Dan Peranan
modul ilmu pendidikan islam 63
PERTEMUAN 13
Lingkungan Masyarakat Kedudukan Dan Peranan
Manusia adalah “makhluk sosial”. Hal ini sesuai dengan ayat Al-
Qur’an yang menjelaskan tentang hal tersebut. Khalaqa al-insaana min
‘alaq bukan hanya diartikan sebagai “menciptakan manusia dari segumpal
darah” atau “sesuatu yang berdempet di dinding rahim”, akan tetapi juga
dapat dipahami sebagai “diciptakan dinding dalam keadaan selalu
bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup sendiri”.
Dari hal itu dapat dipahami bahwa manusia dengan seluruh
perwatakan dan pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua faktor,
yaitu faktor warisan dan faktor lingkungan. Faktor inilah yang
mempengaruhi manusia dalam berinteraksi dengannya semenjak ia
menjadi embrio hingga akhir hayat.
Kemudian, lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi
terselenggaranya suatu pendidikan sangat dibutuhkan dan turut
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus
diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam
itu sendiri.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap
kedewasaan anak didik, namun lingkungan merupakan faktor yang sangat
menentukan dan pengaruhnya sangat besar terhadap anak didik. Sebab,
bagaimanapun seorang anak tinggal dalam suatu lingkungan, disadari
atau tidak, lingkungan tersebut akan mempengaruhi anak tersebut. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abu Hurairah:
: Nإ إ� ن4ا بج �ن ف+ ا� ن� Nإ إ� ن�� Yب Iن ف+ ا� ن� Nإ إ� ن�6 ب( ن, ف+ Cف ن(� ن� نا ن� إة ن� اط إ� ا$ � Kن� ن� ف� ن$ ف+( ر6 ف$( ا( ن� ف�& ف. �ن �� ن ن7 ن� Nإ ا� ن� ن� Nف �� ن $� K��ن ن F�ف Jإ I� ن $� Uن ن'اSetiap anak dilahirkan dalam keadaan ‘fitrah’. Namun, kedua orang
tuanya (mewakili lingkungan) mungkin dapat menjadikannya beragama
Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengakui potensi lingkungan
yang pengaruhnya dapat sangat kuat sehingga sangat mungkin dapat
mengalahkan fitrah.
modul ilmu pendidikan islam 64
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan
sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.
Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan
tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan
tersebut dapat dilihat dari tiga hal, yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Keluarga sangat diperlukan pembentukannya sehingga ia mampu
mendidik anak-anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Kemudian, orang tua harus menyadari pentingnya sekolah dalam
mendidik anaknya secara profesional sehingga orang tua harus memilih
pula sekolah yang baik dan turut berpartisipasi dalam peningkatan
sekolah tersebut.
Sementara itu, sekolah atau madrasah juga berperan penting
dalam proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal,
yang pada hakikatnya sebagai institusi yang menyandang amanah dari
orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan pendidikan yang
profesional sesuai dengan prinsip-prinsip dan karakteristik pendidikan
Islam. Sekolah harus mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan
keahlian bagi peserta didiknya sesuai dengan kemampuan peserta didik
itu sendiri.
Begitu pula, masyarakat dituntut perannya dalam menciptakan
tatanan masyarakat yang nyaman dan peduli terhadap pendidikan.
Masyarakat diharapkan terlibat aktif dalam peningkatan kualitas
pendidikan yang ada di sekitarnya. Kemudian, ketiga lingkungan
pendidikan tersebut harus saling bekerja sama secara harmonis sehingga
terbentuklah pendidikan terpadu yang diikat dengan ajaran Islam. Dengan
keterpaduan seperti itu, diharapkan amar ma’ruf nahi mungkar dalam
komunitas masyarakat tersebut dapat ditegakkan sehingga terwujudlah
masyarakat yang diberkahi dan tatanan masyarakat yang baldatun
tayyibatun wa rabbun gafuur.
modul ilmu pendidikan islam 65
A. Pengertian dan Fungsi Guru dalam PendidikanMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya/ profesinya) mengajar. Menurut
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39, Pendidik
adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran serta
modul ilmu pendidikan islam 66
PERTEMUAN 14 Guru Dalam Pandangan Islam
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Menurut Noor Jamaluddin (1978:1) Guru adalah pendidik, yaitu
orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk
sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
Secara etimologis, guru sering disebut pendidik. Dalam bahasa
arab, ada beberapa kata yang menunjukan profesi ini seperti, mudarris,
mua’allim,murabbi dan mu’addib, yang meski memiliki makna yang sama,
namun masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda. Disamping
kata-kata tersebut, juga sering digunakan kata ustadz atau
syaikh.Penyebutan ini tidak terlepas dari rekomendasi Konferensi
Pendidikan Internasional di Makkah pada tahun 1977, yang antara lain
merekomendaikan bahwa pengertian pendidikan mencakup tiga
pengertian, yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.Maka pengertian guru atau
pendidik mencakup murabbi, mu’allim dan mu’addib. (Muhaimin dan Abdul
Mujib, 1993: 164).
Pengertian Murabbi mengisyaratkan bahwa guru adalah orang yang
memiliki sifat rabbani, artinya orang yang bijaksana, bertanggungjawab,
berkasih sayang terhadap siswa dan mempunyai pengetahuan
tentang rabb. Dalam pengertianmu’allim, ia mengandung arti bahwa guru
adalah orang berilmu yang tidak hanya menguasai ilmu secara teoretik
tetapi mempunyai komitmen yang tinggi dalam mengembangkan ilmu
yang dimilikinya. Sedangkan dalam konsep ta’dib,terkandung pengertian
modul ilmu pendidikan islam 67
integrasi antara ilmu dan amal sekaligus (Muhaimin dan Abdul Mujib,
1993).
Secara terminologi, guru sering diartikan sebagai orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi (fithrah) siswa, baik potensi kignitif, potensi
apektif, maupun potensi psikomotorik (Ramayulis, 2004). Guru juga berarti
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada
siswa dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba
(‘abd)dan khalifah Allah (khalifatullah) dan mampu sebagai makhluk sosial
dan sebagai makhluk individual yang mandiri (Ahmad Zayadi, 2005).
Peran dan fungsi yang cukup berat untuk diemban ini tentu saja
membutuhkan sosok seorang guru atau pendidik yang utuh dan tahu
dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik.
Pendidik itu harus mengenal Allah Swt. dalam arti yang luas dan Rasul
serta memahami risalah yang dibawanya serta mengamalkannya. Fungsi
guru, yaitu :
1. Sebagai Pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan
program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun
dan penilaian setelah program itu dilaksnakan.
2. Sebagai Pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada
tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dengan
tujuan Allah Swt. menciptakan manusia.
3. Sebagai Pemimpin (managerial) yang memimpin dan mengendalikan
diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut
upaya pengarhan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan,
partisipasi atas program yang dilakukan itu.
4. Sebagai Pembimbing yang membimbing berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
itu.
modul ilmu pendidikan islam 68
5. Sebagai Model dan Teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru.
6. Sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran.
7. Sebagai Penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
8. Sebagai Pembaharu (Inovator) yang menerjemahkan pengalaman
dan telah larut ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.
9. Sebagai Emansipator yang mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan
merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.
10. Sebagai Evaluator atau penilaian yang merupakan aspek
pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar
belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
11. Sebagai Kulminator yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi).
12. Sebagai Anggota Masyarakat yang diharapkan dapat berperan aktif
dalam pembangunan disegala bidang yang sedang dilakukan.
13. Sebagai Pendorong Kreatifitas yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
B. Kedudukan dan Fungsi Guru Menurut Ajaran IslamAgama Islam memposisikan guru atau pendidik pada kedudukan
yang mulia. Para pendidik diposisikan sebagai bapak ruhani (spiritual
father) bagi anak didiknya. Ia memberikan santapan ruhani dengan ilmu
dan pembinaan akhlak mulia (akhlaqalkarimah) dan meluruskannya. Oleh
karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang sangat tinggi,
bahkan tinta seorang alim (guru) lebih berharga dari pada darah para
modul ilmu pendidikan islam 69
syuhada. Keutamaan seorang guru atau pendidik disebabkan oleh tugas
mulia yang diembannya. Tugas yang diemban guru (dalam ajaran islam)
hampir sama dengan tugas seorang Rasul. Hal ini, misalnya, tertera
dalam sebuah syair karya Syauqi: Berdiri dan hormatilah guru dan
berdirilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang
Raasul (AlAbrasy, 1987: 135).
Guru adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilaku buruknya. Oleh karena itu, pendidik mempunyai
kedudukan yang tinggi dalam islam. Dijelasakan dalam hadits Nabi: “Tinta
seorang ilmuan (yang menjadi guru) lebih berharga dari pada darah pada
syuhadah”. Bahkan Islam menempatkan guru setingkat dengan derajat
rosul, seperti tertulis pada syairnya Al-Syawki: “Berdiri dan hormatilah
guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan
seorang rasul”. Pendapat lain menjelaskan:
ان ن�ا ف. إ$ ا� ن�ا ن�ا ن� إ� Pن ن� ا� ف� نPا ن� إ� ا� ن7ا نJا ن� إ# ن[\ ف� ان ن� ف� ن4ا ن]ا < تهلكة. حتى إ�“Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pecinta
dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga engkau
menjadi rusak”.
Al-Ghazali menegaskan bahwa kedudukan yang tinggi yang
diduduki oleh orang yang berpengetahuan bahwa orang alim yang
bersedia mengamalkan pengetahuannya adalah orang besar disemua
kerajaan langit, dia seperti matahari yang menerangi alam, ia mempunyai
cahaya dalam dirinya seperti minyak wangi yang mengharumi orang lain
karena ia memang wangi. Dijelaskan pada QS. Al-Mujadilah:11.
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
modul ilmu pendidikan islam 70
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari pandangan itu, dipahami bahwa tugas guru merupakan
pewaris Nabi (warasat alanbiya), yang pada hakikatnya mengemban
misi rahmatan lil‘alamin (membawa rahmat bagi seluruh alam), yakni
suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-
hukum Allah guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian
misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa
tauhid, kreatif, beramal sholeh dan bermoral tinggi.
Untuk melaksnakan tugas sebagai warasatulanbiya, gur hendaklah
bertolak pada amar ma’ruf (memerintah kepada yang baik) yang diimbangi
dengan nahi an almunkar(mencegah kemunkaran/kejelekan), menjadikan
prinsip tauhidsebagai pusat kegiatan penyebaran misi Iman, Islam
dan Ihsan.Dengan demikian, menurut Alghazali, tugas utama guru adalah
menyempurnakan, membersihkan dan menyucikan hati manusia untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Sejalan denganpendapat ini,
AnNahlawi mengatakan bahwa ada dua tugas utama guru,
yaitu pertama, fungsi penyucian, yakni berfungsi sebagai pembersih,
pemelihara dan pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran,
yakni menginternalisasikan kepada manusia.
Pendapat lain mengemukakan bahwa fungsi pendidik
yaitu, pertama pensucian artinya sebagai pemelihara diri, pengembang
serta pemeliharaan fitrah manusia, kedua adalah fungsi pengajaran
artinya sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan
kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuan dalam
kehidupan seharihari. Maka dari itu, peran pendidikan sangat berperan
penting dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab
dan menentukan arah pendidikan tersebut. Maka, itulah sebabnya Islam
sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu
pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik yang mempunyai tugas yang
sangat mulia (Basuki dan Ulum, 2007:881).
modul ilmu pendidikan islam 71
C. Kompetensi Guru Menurut Ajaran IslamUntuk menjadi pendidik yang professional sesungguhnya bukanlah
hal yang mudah karena harus memiliki kompetensi yang handal.
Kompetensi dasar (basic competency) bagi pendidik ditentukan oleh
tingkat kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan yang
dimilikinya. Hal tersebut karena potensi itu merupakan tempat dan bahan
untuk memproses semua pandangan dan juga sebagai bahan untuk
menjawab semua rangsangan yang datang darinya. Potensi dasar ini
adalah milik individu sebagai hasil dari proses yang tumbuh karena
adanya inayah Allah SWT, dan situasi yang mempengaruhinya baik
langsung maupun tidak. Berhubungan dengan itu kompetensi menurut
W.Robert Houston mendefenisikan pengertian kompetensi
dengan “Competence ordinarly is defined as adequacy for to ask of
possession of require knowledge”. (kompetensi adalah suatu tugas yang
memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang dituntut oleh jabatan seseorang) (Roestoyah:1982).
Dalam pendidikan Islam seorang pendidik itu haruslah memiliki
pengetahuan dan kemampuan lebih dan mampu mengimplisitkan nilai
relevan (dalam ilmu pengetahuan itu), yakni sebagai penganut Islam yang
patut dicontoh dalam ajaran Islam yang diajarkan dan bersedia
mentransfer pengetahuan Islam serta nilai-nilai pendidikan yang diajarkan.
Namun demikian untuk menjadi pendidik yang professional masih
diperlukan persyaratan yang lebih dari itu.
Untuk mewujudkan pendidik yang professional sekaligus yang
berkompeten dalam pendidikan Islam, didasari dari tuntutan Nabi Saw
karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil dalam rentang
waktu yang singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan realitas
pendidik dengan yang ideal (Nabi Saw). Keberhasilan Nabi Saw, sebagai
pendidik didahului oleh bekal kepribadian (personality) yang berkualitas
unggul ini ditandai dengan kepribadian Rasul yang dijuluki Al-Amin yakni
orang yang sangat jujur dan dapat dipercaya, kepedulian Nabi terhadap
modul ilmu pendidikan islam 72
masalah-masalah sosial religius, serta semangat dan ketajamannya
dalam iqro’ bismirobbik. Kemudian beliau mampu mempertahankan dan
mengembangkan kualitas iman dan amal saleh, berjuang dan bekerja
sama menegakkan kebenaran. Berikut ini adalah kompetensi pendidik dan
pendidikan Islam :
1. Kompetensi Personal Religius
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik
adalah menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat
nilai-nilai lebih yang akan diinternalisasikan kepada peserta didiknya.
Misalnya nilai kejujuran,musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan,
ketertiban dan sebagainya. Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga
akan terjadi transinternalisasi (pemindahan penghayatan nilai-nilai) antara
pendidik dan anak didikbaik langsung maupun tidak langsung atau
setidak-tidaknya terjadi transaksi (alih tindakan) antara keduanya.
2. Kompetensi Sosial Religius
Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah menyangkut
kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran
Islam. Sikap gotong royong, tolong menolong, egalitarian (persamaan
derajat antara sesame manusia), sikap toleransi dan sebagainya juga
perlu dimiliki oleh pendidik untuk selanjutnya diciptakan dlam suasana
pendidikan Islam dalam rangka transinternalisasi sosial atau transaksi
sosial antara pendidik dan anak didik.
3. Kompetensi Profesional Religius
Kemampuan dasar yang ketiga ini menyangkut kemampuan untuk
menjalankan tugasnya secara professional dlam arti mampu membuat
keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu
mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahliannya
dalam perspektif Islam. Kompetensi di atas dapat dijabarkan dalam
kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
a) Mengetahu hal-hal yang perlu diajarkan, sehingga ia harus belajar dan
mencari informasi tentang materi yang diajarkan.
modul ilmu pendidikan islam 73
b) Menguasai keseluruhan bahan materi yang akan disampaikan pada
akan didiknya.
c) Mempunyai kemampuan menganalisa materi yang diajarkan dan
menghubungkannya dengan konteks komponen-komponen secara
keseluruhan melalui pola yang diberikan Islam tentang bagaimana cara
berpikir (way of thinking) dan cara hidup (way of life) yang perlu
dikembangkan melalui proses edukasi.
d) Megamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat sebelum
disajikan kepada anak didiknya (QS. 61:2-3).
e) Mengevaluasi preses dan hasil pendidikan yang sedang dan sudah
dilaksanakan (QS.2;31).
f) Memberi hadiah (tabsyir/reward) dan hukuman (tanzir/punishment)
sesuai dengan usaha dan upaya yang dicapai anak didik dalam rangka
memberikan persuasi dan motivasi dalam proses belajar (QS. 2;119).
g) Memberikan uswatun hasanah dan meningkatkan kualitas dan
keprofesionalannya yang mengacu pada futuristic tanpa melupakan
peningkatan kesejahteraannya, misalnya; gaji, pangkat, kesehatan,
perumahan sehingga pendidik benar-benar berkemampuan tinggi
dalam transfer of heart, transfer of head, dan transfer of hand kepada
anak didik dan lingkungannya.
A. Konsep Ideal Pendidikan yang IslamiSebelum membahas tentang pendidikan Islam, terlebih dahulu
membahas apa itu pendidikan? Menurut M.J. Langeveld; “Pendidikan
merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum kepada
kedewasaan.” Ahmad D.Marimba, merumuskan pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya
keperibadian yang utama. Demikian dua pengertian pendidikan dari
modul ilmu pendidikan islam 74
PERTEMUAN 15 Konstruksi Pendidikan Islam
Ideal
sekian banyak pengertian yang diketahui. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989, “pendidikan dirumuskan
sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang
akang datang”. Sedangkan, “pendidikan dalam pengertian yang luas
adalah meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tua untuk
mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya,
kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha
untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik
jasmaniah maupun rohaniah.
Pendidikan Islam ideal adalah membentuk manusia yang bertaqwa
kepada Allah SWT, mampu menggunakan logikanya secara baik,
berinteraksi sosial dengan baik dan bertanggung jawab. Dengan kata
lain, pendidikan Islam ideal adalah membina potensi spiritual, emosional
dan intelegensia secara optimal. Ketiganya terintegrasi dalam satu
lingkaran.
Aktifitas pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya dalam
mewujudkan spirit Islam, yaitu suatu upaya dalam merealisasikan
semangat hidup yang dijiwai oleh nilai Islami. Selanjutnya spirit tersebut
digunakan sebagai pedoman hidup. Spirit Islam ini berakar dalam teks-
teks suci Al-Qur’an yang disampaikan Allah kepada Muhammad SAW.
Sebagai Kitab Suci agama Islam, Al-Qur’an mengintroduksikan dirinya
sebagai ‘pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus’ (QS. 17: 19),
petunjuk-petunjuknya bertujuan memberikan kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi maupun kelompok, dan
karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk
tersebut. Rosul sebagai penerima Al-Qur’an bertugas untuk
menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut, menyucikan dan
mengajarkannya kepada manusia (QS 67: 3). Menyucikan dapat
diidentikan dengan mendidik (menjadikan seseorang bersih/suci),
modul ilmu pendidikan islam 75
sedangkan mengajar tidak lain kecuali mengisi jiwa anak didik dengan
pengetahuan yang berkaitan dengan alam fisik dan metafisik.
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian dan
pengajaran tersebut adalah pengabdian kepada Allah SWT sejalan
dengan tujuan penciptaan manusia sebagaimana yang ditegaskan oleh
Al-Qur’an dalam Surat Al-Dzariat 56 ‘aku tidak menciptakan manusia dan
Jin kecuali untuk menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktifitasnya
sebagai pengabdian kepada-Ku’. Aktifitas yang dimaksudkan disini
tersimpul dalam kandungan ayat 30 Surat Al-Baqarah ‘sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’ dan Surat Hud 61
‘ dan Dia (Allah) menciptakan kamu (manusia) dari bumi (tanah) dan
menugaskan kamu memakmurkan’. Maksud dari ayat ini, manusia yang
dipercaya oleh Allah sebagai khalifah itu bertugas memakmurkan atau
membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh yang
menugaskan (Allah).
Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Al-
Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya
guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh
Allah. Dari uraian tersebut juga dapat dirumuskan konsep pendidikan
Islam sebagai berikut :
1. Pendidikan dalam konsepsi ajaran Islam merupakan manifestasi dari
tugas kekhalifahan ummat manusia di muka bumi. Manifestasi ini akan
bermakna fungsional jika seluruh fenomena kehidupan yang muncul
dapat di beri batasan-batasan nilai moralitasnya, sehingga tugas
kekhalifahan itu tidak justru berada di luar lingkar nilai-nilai itu. Dan
konsekuensinya, mengisyaratkan kepada manusia agar dalam proses
pendidikannya selalu cenderung pada ajaran-ajaran pokok dari sang
Pendidik yang paling utama dan pertama, yaitu Allah sebagai rabb
al-‘alamiin dan sekaligus sebagai rab an-naas.
modul ilmu pendidikan islam 76
2. Pendidikan Islam memahami alam dan manusia sebagai totalitas
ciptaan Allah, sebagai satu kesatuan, di mana manusia yang
diberi otoritas relatif untuk mendayagunakan alam, tidak bisa terlepas
dari sifat ar-rahman dan ar-rahim Allah yang termasuk sifat ke-
rubbubiyyahan-Nya. Oleh karena itu pendidikan sebagai bagian pokok
dari aktifitas pembinaan hidup manusia harus mampu
mengembangkan rasa kepatuhan dan rasa syukur yang mendalam
kepada Khaliq-nya. Sehingga beban tanggungjawab manusia tidak
ditujukan kepada selain Allah. Inilah sebenarnya makna tauhid yang
mendasari segala aspek pendidikan Islam.
3. Atas dasar ketauhidan tersebut, pendidikan Islam haruslah
mendasarkan orientasinya pada penyucian jiwa, sehingga setiap diri
manusia mampu meningkatkan dirinya dari tingkatan iman ke tingkatan
ikhsan yang mendasari seluruh kerja kemanusiaannya (amal sholeh).
Dari orientasi pendidikan Islam ini, maka asas pendidikan Islam
tidak lain adalah berupaya mengefektifkan aplikasi-aplikasi nilai-nilai
agama yang dapat menimbulkan transformasi nilai dan pengetahuan
secara utuh kepada manusia, masyarakat, dan dunia pada umunya. Al-
Syaibany menyatakan bahwa pendidikan Islam harus mengandung unsur-
unsur dan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dalam segala prinsip, kepercayaan dan kandungannya sesuai dengan
ruh (spirit) Islam;
2. Berkaitan dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem
sosial, ekonomi, dan politiknya;
3. Bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah);
4. Pembinaannya berdasarkan pengkajian yang mendalam dengan
memperhatikan aspek-aspek yang melingkungi;
5. Bersifat universal dengan standar keilmuan;
6. Selektif, dipilih yang penting dan sesuai dengan ruh agama Islam;
7. Bebas dari pertentangan dan persanggahan antara prinsip-prinsip dan
kepercayaan yang menjadi dasarnya; dan
modul ilmu pendidikan islam 77
8. Proses percobaan yang sungguh-sungguh terhadap pemikiran
pendidikan yang sehat, mendalam dan jelas.
Selain itu, menurut Malik Fajar, pendidikan Islam harus memenuhi 4
tuntutan sebagai berikut :
1. Kejelasan cita-cita dengan langkah-langkah operasional di dalam
mewujudkan cita-cita pendidikan Islam.
2. Memberdayakan kelembagaan dengan menata kembali sistemnya.
3. Meningkatkan dan memperbaiki manajemen.
4. Meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM).
B. Komponen Penunjang Pendidikan Islam
Penyelesaian problem pendidikan sangat berkaitan dengan
masalah bidang lainnya, seperti ekonomi, hukum, sosial dan politik. Tidak
bisa menyelesaikan masalah pendidikan hanya dari satu sudut bidang
pendidikan semata, karena hasil pendidikan siswa disekolah sangat
dipengaruhi juga oleh lingkungan dan keluarganya, maka solusinya harus
bersifat revolusioner yaitu merubah secara total paradigma berpikir dan
bersikap dari pola pikir dan pola sikap dari kapitalis menjadi pola berpikir
islam.
Di masyarakat kita saat ini berkembang persepsi kapitalis, semisal
sekolah bertujuan dapat kerja, sekolah biar jadi orang kaya, sekolah
sekedar mengisi waktu luang atau dari pada menganggur. Pelajaran
ekonomi misalnya, mengajarkan: demi keuntungan sebesar-besarnya,
dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
Kerusakan yang lama ada pada pola pendidikan di negara Barat
sepatutnya ditinggalkan oleh kaum muslimin. Kerusakan tersebut timbul
dikarenakan tidak adanya muatan ruhiyah dalam penelitian dan
pengembangan sains dan teknologinya. Sehingga dampak yang bisa
dirasakan, pola pendidikan tersebut menghasilkan output berpikir dan
bersikap berdasarkan pada prinsip materialisme dengan menanggalkan
prinsip syari’at Islam.[5]Dari sinilah problem sosial kemasyarakatan
muncul dan kerusakan tatanan kehidupan.
modul ilmu pendidikan islam 78
Membangun kepribadian islami yang terdiri dari pola pikir dan pola
jiwa bagi umat yaitu dengan cara menanamkan tsaqofah Islam berupa
aqidah, pemikiran, dan perilaku islami ke dalam akal dan jiwa anak didik.
Mempersiapkan generasi Islam untuk menjadi orang ‘alim dan faqih di
setiap aspek kehidupan, baik ilmu diniyah (Ijtihad, Fiqh, Peradilan, dll)
maupun ilmu terapan dari sains dan teknologi (kimia, fisika, kedokteran,
dll). Sehingga output yang didapatkan mampu menjawab setiap
perubahan dan tantangan zaman dengan berbekal ilmu yang berimbang
baik diniyah maupun madiyah-nya.
Kemudian tujuan dari pola pendidikan Islam bisa terlaksana jika
ditopang dengan pilar yang akan menjaga keberlangsungan dari
pendidikan Islam tersebut. Pilar penopang pendidikan Islam yang
dibutuhkan untuk bekerja sinergis terdiri dari :
1. Keluarga
Dalam pandangan Islam, keluarga merupakan gerbang utama dan
pertama yang membukakan pengetahuan atas segala sesuatu yang
dipahami oleh anak-anak. Keluarga-lah yang memiliki andil besar dalam
menanamkan prinsip-prinsip keimanan yang kokoh sebagai dasar bagi si
anak untuk menjalani aktivitas hidupnya. Berikutnya, mengantarkan dan
mendampingi anak meraih dan mengamalkan ilmu setingggi-tingginya
dalam koridor taqwa. Jadi keluarga harus menyadari memiliki beban
tanggung jawab yang pertama untuk membentuk pola akal dan jiwa yang
Islami bagi anak. Singkatnya, keluarga sebagai cermin keteladanan bagi
generasi baru. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
Nإ إ� ن4ا بج �ن ف+ ا� � Nإ إ� ن�� Yب Iن ف+ ا� � Nإ إ� ن�6 ب( ن, ف+ Cف ن(� ن� ا ن� إة ن� اط إ� ا�$ Kن ن�� ف� ن$ ا( ف+ ر6 ا( ف$ ا( ن� ف�& �$Jجا!ي – ف. C��!“Setiap anak dilahirkan atas fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang
menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR.
Bukhari)
modul ilmu pendidikan islam 79
2. Masyarakat
Pendidikan generasi merupakan aktivitas yang berkelanjutan tanpa
akhir dan sepanjang hayat manusia. Oleh karena itu, pola pendidikan
Islam tidak berhenti dan terbatas pada pendidikan formal (sekolah),
namun justru pendidikan generasi Islami yang bersifat non formal di
tengah masyarakat harus beratmosfer Islam pula. Kajian tsaqofah islam
serta ilmu pengetahuan dan sarana penunjangnya menuntut peran aktif
dari masyarakat pula. Ada beberapa peran yang bisa dimainkan
masyarakat sebagai pilar penopang pendidikan generasi islami yaitu
sebagai controh penyelenggaraan pendidikan oleh negara dan
laboratorium permasalahan kehidupan yang kompleks.
3. Madrasah/Sekolah/Lembaga Pendidikan
Tempat untuk mengkaji keilmuan lebih intensif dan sistematis
terletak pada Madrasah. Semasa Rasulullah SAW, masjid-masjid yang
didirikan kaum muslimin menjadi lembaga pendidikan formal bagi semua
manusia. Didalamnya tidak semata-mata membahas ilmu diniyah, namun
juga ilmu terapan. Rasulullah menjadikan masjid untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Islam, tapi penyusunan strategi perang pun juga seringkali
dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabat didalam masjid.
Sedangkan dimasa modern saat ini pendidikan bisa dialihkan yang
semula masjid ke tempat dengan fasilitas yang menunjang dalam proses
pembelajaran lebih efektif baik itu sekolah maupun perguruan tinggi. Hal
ini sah-sah saja dan tidak bisa dianggap sebagai upaya memisahkan anak
didik dari masjid.
4. Negara
Negara sebagai pilar penopang bisa mewujudkan pola pendidikan
Islami akan lebih optimal, efektif dan sempurna jika didukung dengan
semua kebijakan yang dikeluarkan terhadap aspek kehidupan ini
berlandaskan syari’at Islam. Peran yang bisa diambil oleh Negara dalam
mewujudkan pola pendidikan Islami diantaranya :
modul ilmu pendidikan islam 80
1. Seleksi dan kontrol ketat terhadap para tenaga pendidik. Penetapan
kualifikasi berupa ketinggian syakhsiyah islamiyah dan kapabilitas
mengajar. Jika sudah didapatkan tenaga pendidikan yang sesuai
kualifikasi, negara harus menjamin kesejahteraan hidup para tenaga
pendidik agar mereka bisa focus dalam penelitian dan pengembangan
ilmu bagi anak didik dan tidak disibukkan aktivitas mencari penghasilan
tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2. Menyajikan konten pendidikan dengan prinsip al-Fikru li al-‘Amal (Link
and Match/ilmu yang bisa diamalkan). Artinya jangan sampai isi materi
pendidikan tidak membumi (tidak bisa diterapkan) sehingga tidak
berpengaruh dan tidak memotivasi anak didin untuk mendalaminya.
3. Tidak membatasi proses pendidikan dengan batasan usia dan
lamanya belajar. Karena hakekat pendidikan adalah hak setiap
manusia yang harus dipenuhi oleh Negara. Allah mengamanahkan
penguasa negara untuk benar-benar memenuhi kebutuhan umat tanpa
syarat termasuk pendidikan.
D. Peran Masyarakat Sebagai Pendukung Pendidikan IslamPendidikan Islam penuh dengan nilai insaniah dan ilahiyah. Agama
Islam adalah sumber akhlak, kedudukan akhlak sangatlah penting sebagai
pelengkap dalam menjalankan fungsi kemanusiaan di bumi. Pendidikan
merupakan proses pembinaan akhlak pada jiwa. Meletakkan nilai-nilai
moral pada anak didik harus diutamakan. Nilai-nilai ketuhanan harus
dikedepankan, pendidikan Islam haruslah memperhatikan pendidikan
akhlak atau nilai dalam setiap pelajaran dari tingkat dasar sampai tingkat
tertinggi dan mengutamakan fadhilah dan sendi moral yang sempurna.
Dalam pendidikan Islam, keseimbangan hidup meliputi beberapa prinsip,
yakni Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara
kebutuhan jasmanai dan rohani, antara kepentingan individu dan sosial,
serta keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan amal.
Hal diatas merupakan konsep pendidikan Islam yang ideal. Namun,
realitas problem pendidikan yang ada adalah problem sistemik pendidikan
modul ilmu pendidikan islam 81
artinya; permasalahan menyangkut keseluruhan komponen pendidikan,
mulai dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan sistem pendidikan
nasional, manajerial pemerintah, kompetensi guru/dosen, sarana-
prasarana, kurikulum, dukungan masyarakat, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu penanganannya juga harus melibatkan berbagai pihak, dan
sudah seharusnya permasahan ini merupakan tanggung jawab bersama.
Dibalik otonomi dan kebebasan yang dimiliki, kepada guru diberikan target
yang harus dicapai sebagai standar keberhasilan. Sudah barang tentu
target tersebut adalah keberhasilan untuk semua peserta didik tanpa
membedakan latar belakang sosial ekonomi yang dimiliki, mencapai
prestasi pada tingkat tertentu. Target bisa dikembangkan pada berbagai
skop sekolah. Dengan adanya target sebagai standar, masyarakat bisa
ikut mengevaluasi seberapa jauh keberhasilan sekolah dalam mencapai
tujuan. Terbukanya kesempatan bagi masyarakat dan orangtua peserta
didik untuk mengevaluasi proses pendidikan, memungkinkan munculnya
partisipasi masyarakat sekitar dan khususnya orangtua peserta didik
dalam menyelenggarakan pendidikan. Misalnya, sekolah bisa
mengundang orangtua dan masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam
menentukan kebijakan dan operasionalisasi kegiatan sekolah. Orangtua
dan masyarakat sekitar yang mampu bisa diajak untuk berpartisipasi
dalam pembiayaan pendidikan. Dengan demikian, pada level makro,
secara nasional bisa dilaksanakan realokasi anggaran pembangunan
pendidikan. Anggaran pendidikan pemerintah yang terbatas hanya
diarahkan pada sekolah-sekolah yang memiliki peserta didik dengan latar
belakang yang kurang mampu. Sedangkan bagi sekolah-sekolah yang
peserta didiknya terdiri dari orangtua berlatar belakang sosial ekonomi
relatif kaya, diharapkan bisa self-supportingdalam pembiayaan sekolah.
Bahkan tidak hanya masyarakat sekitar, karena target dan standar
yang harus memiliki skop regional dan daerah, maka pemerintah daerah
akan secara langsung terlibat dalam menyukseskan pendidikan di wilayah
masing-masing. Diharapkan pemerintah setempat bisa mengeluarkan
modul ilmu pendidikan islam 82
berbagai kebijakan yang mendukung pencapaian target pendidikan
tersebut. Misalnya, pemerintah kelurahan menetapkan “jam belajar” bagi
anak usia tertentu. Pada jam-jam tersebut anak-anak tidak boleh bermain.
Dengan kata lain pelayanan kemasyarakatan perlu dikaitkan dengan
proses pendidikan.
Kepada setiap sekolah dan guru diberikan kebebasan apa yang
harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Yang penting adalah
pencapaian target yang telah ditentukan, dengan kata lain proses
pendidikan bersifat product oriented, berlawanan process oriented, yang
dilakukan sekarang ini. Untuk mencapai target yang telah ditentukan
kepada guru perlu diberikan insentif dan sekaligus sanksi. Insentif
diberikan kepada guru yang berhasil melampaui target yang telah
ditentukan. Sebaliknya, sanksi diberikan kepada guru yang melakukan
tindak kecurangan, misalnya mengubah, menambah atau memalsu nilai
hasil pembelajaran peserta didik.
modul ilmu pendidikan islam 83
REFERENSIBuhori. Ilmu Pendidikan dan Praktik Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Daradjat,Zakiah.2008.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi Aksara
Daud Ali, Mohammad. 2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada
Fauziyah, Lilis, dkk. 2009. Kebenaran Al-Quran dan Hadis. Solo:PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
Munardji. 2004. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bina Ilmu
Raja, Mudyharto. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung:
Bumi Aksara
Tilaar, HAR. Pilar Pendidikan Dalam Menyongsong Pendidikan Nasional.
Jakarta: Bumi Aksara
Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bumi Aksara
modul ilmu pendidikan islam 84