(pgpaud)-efektifitas penggunaan media pembelajaran vcd interaktif untuk meningkatkan kemampuan...

25
16 BAB II LANDASAN TEORI A. Perkembangan Kemampuan Berbicara Anak 1. Pengertian Berbicara Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1993). Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara adalah proses penyampaian informasi dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang diterimanya.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata- kata saja tetapi juga bagaimana cara mengekspresikan, menyampaikan pikiran,

Upload: agung-supriyadi

Post on 26-Nov-2015

175 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bab ii

TRANSCRIPT

  • 16

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Perkembangan Kemampuan Berbicara Anak

    1. Pengertian Berbicara

    Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat

    komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran

    dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.

    Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara

    adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui

    kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari

    masyarakat yang berbeda.

    Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau

    kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,

    gagasan dan perasaan (Tarigan, 1993).

    Menurut Nuraeni (2002), Berbicara adalah proses penyampaian informasi

    dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan,

    sikap, dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang

    diterimanya.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    keterampilan berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-

    kata saja tetapi juga bagaimana cara mengekspresikan, menyampaikan pikiran,

  • 17

    gagasan, dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh

    orang lain.

    2. Tujuan Berbicara

    Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Anak dapat

    menyampaikan pikiran secara efektif, sehingga pembicara memahami makna

    segala sesuatu yang dikomunikasikan atau disampaikan, pembicara harus mampu

    mengevaluasi efek komunikasinya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang

    mendasari segala situasi pembicaraan baik secara umum maupun perorangan

    (Tarigan, 1981 :15).

    Tujuan umum berbicara menurut Tarigan 1986 terdiri dari beberapa

    golongan, yaitu menghibur, menginformasikan, menstimulasi dan menggerakan.

    Berbicara untuk menghibur yaitu dengan cara pembicara menarik perhatian

    pendengar dengan berbagai cara seperti humor, spontanitas, mengisahkan kisah-

    kisah jenaka. Suasana pembicaraan biasanya santai dan menyenangkan.

    Berbicara untuk menginformasikan dilaksanakan apabila seseorang ingin

    melakukan hal-hal seperti menjelaskan sesuatu proses, menafsirkan sesuatu hal,

    menyebarkan pengetahuan, menjelaskan hubungan, relasi antara benda, hal atau

    peristiwa. Tujuan berbicara dalam menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks

    dibandingkan dengan berbicara untuk menghibur dan memberikan informasi. Hal

    ini disebabkan karena berbicara untuk menstimulasi pembicara merupakan upaya

    untuk membangkitkan inspirasi, kemamuan atau minat pendengarnya untuk

    melaksankan sesuatu. Berbicara untuk menggerakkan menuntut pembicara agar

  • 18

    bisa membuat pendengar berbuat atau bertindak seperti yang dikehendaki

    pembicara.

    3. Perkembangan Berbicara Anak

    Menurut Rahmawati dalam Daulay (2009:19) perkembangan berbicara

    anak menurut usia dibagi dua yaitu berdasarkan kemampuan reseptif dan

    ekspresif.

    a. Pada Usia 4-5 Tahun

    Kemampuan Reseptif 1. Mengerti 1500-2000 kata. 2. Dapat menyelesaikan perintah yang lebih kompleks dengan 2-3 perbuatan. 3. Mengerti kata penghubung : jika, sebab, kapan, dan mengapa.

    Kemampuan Ekspresif 1. Memiliki pembendaharaan kata hampir 200 kata. 2. Rata-rata panjang kalimat 3-4 kata. 3. Dapat membatasi pemakaian bentuk kata tertentu. 4. Bahasa sudah lengkap, baik bentuk maupun strukturnya. 5. Menggunakan kata penghubung dan mengerti kata depan. 6. Menggunakan kalimat yang lebih panjang dan kompleks. 7. Menjawab pertanyaan sederhana. 8. Dapat memisahkan suatu cerita tentangdirinya atau lingkungannya dengan

    diberi sedikit rangsangan. 9. Masih ada kesalahan-kesalahan dalam tata bahasa walaupun tidak sering. 10. Artikulasi 80% sudah benar.

    b. Pada Usia 5-6 Tahun

    Kemampuan Reseptif 1. Mengerti pembendaharaan kata kurang lebih 2500-2800 kata. 2. Bereaksi dengan benar terhadap kalimat-kalimat yang lebih sulit, tetapi

    masih bingung mengenal waktu yang tersurat dalam kalimat.

    Kemampuan Ekspresif 1. Mampu mengucapkan 2500 kata. 2. Rata-rata panjang kalimat terdiri atas 5-6 kata. 3. Kemampuan artikulasi sudah baik. 4. Menggunakan hamper semua struktur ungkapan-ungkapan dan aturan-

    aturan penambah.

  • 19

    5. Semua kata ganti dapat digunakan dengan mantap dan benar. 6. Dapat menggunakan kata sifat komperatif, besar, lebih kecil, keras, lebih

    keras dan lain-lain. 7. Dapat menjawab telepon dan melanjutkannya dengan bercakap-cakap. 8. Dapat menceritakan cerita-cerita khayal. 9. Memberikan informasi, membuat pertanyaan dan bercerita. 10. Pemakaian kata sandang dengan benar. 11. Dapat menggunakan kata depan : di -, ke -, dan me -. 12. Dapat bercerita tentang kisah yang sudah diketahui.

    4. Tugas Utama Dalam Belajar Berbicara

    Belajar berbicara mencangkup tiga proses yang terpisah tetapi saling

    berhubungan satu sama lain, yakni : belajar mengucapkan kata, membangun kosa

    kata dan membentuk kalimat. Karena ketiga proses itu saling berkaitan, kegagalan

    menguasai salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola bicara.

    a. Pengucapan

    Tugas yang pertama dalam belajar berbicara adalah belajar

    mengucapkan kata. Pengucapan dipelajarai dengan meniru. Sebenarnya

    anak hanya mengikuti pengucapan dari orang lain disekitarnya.

    Keseluruhan pola pengucapan anak akan berubah dengan cepat jika anak

    ditempatkan dalam lingkungan baru yang orang-orang di lingkungan

    tersebut mengucapkan kata-kata yang berbeda.

    Menurut Hurlock (1993) bahwa keluwesan anak meniru bunyi

    sebagai akibat mekanisme suara dan belum ada kebiasaan pengucapan

    yang sudah matang, sebagai orang tua dan pendidik mengatakan bahwa

    awal masa kanak-kanak adalah saat yang tepat untuk mulai mempelajari

    bahasa asing. Jika anak mempelajari pengucapan tertentu kemudian

    merasa senang, maka mereka akan dapat berbicara seperti dengan bahasa

  • 20

    ibu. Akan tetapi, jika mereka belajar setelah masuk sekolah menengah

    pertama atau sekolah menengah atas, maka mereka selamanya akan

    berbicara bahasa asing dengan asal logat yang sebenarnya.

    Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan

    logatnya. Perbedaan dalam ketepatan pengucapan sebagian bergantung

    pada tingkat perkembangan mekanisme suara tetapi sebagian besar

    bergantung pada bimbingan yang diterimanya dalam mengkaitkan suara

    kedalam kata yang berarti.

    b. Pengembangan kosa kata

    Tugas kedua dalam belajar berbicara adalah mengembangkan

    jumlah kosa kata, anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi.

    Karena banyak kata yang memiliki arti yang lebih dari satu dan karena

    sebagian kata bunyinya hampir sama, tetapi memiliki arti yang yang

    berbeda maka membangun kosa kata jauh lebih sulit dibandingkan

    mengucapkannya. Anak-anak lebih dahulu mempelajari arti kata yang

    sangat dibutuhkannya. Akan tetapi, sebelum kosa kata yang mereka

    butuhkan memadai jumlahnya, mereka masih terus menggunakan isyarat

    dengan bahasa pengganti. Pada waktu mereka bertambah besar dan

    melepaskan prabicara, mereka sering kali menggunakan ucapan popular

    sebagai penggantinya.

    Anak mempelajari dua jenis kosa kata yakni kosa kata umum dan

    kosa kata ganda khusus. Kosa kata umum terdiri atas kata yang dapat

  • 21

    digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda seperti : manusia, baik dan

    pergi. Sebaliknya kosa kata khusus terdiri atas kata dengan arti spesifik

    yang hanya dapat di gunakan dalam situasi tertentu. Kata-kata dalam kosa

    kata umum paling banyak digunakan, maka kata-kata tersebut dipelajari

    lebih dulu. Menurut Hurlock (1993) kosa kata pada masa kanak-kanak

    dibagi atas dua kosa kata umum dan kosa kata khusus diantaranya :

    1) Kosa kata umum

    a) Kata benda. Kata yang pertama yang diperoleh anak adalah kata

    benda. Umumnya yang bersuku kata satu yang diambil dari bunyi

    celotehan yang disenangi.

    b) Kata kerja. Setelah anak mempelajari kata benda yang cukup untuk

    menyebutkan nama orang dan dalam benda dalam lingkungan yang

    bersangkutan, mereka mulai mempelajari kata-kata baru,

    khususnya yang melukiskan tindakan seperti : beri, atau

    pegang.

    c) Kata sifat. Kata sifat muncul dalam kosa kata anak yang berumur

    1 tahun. Pada mulanya kata sifat yang paling umum digunakan

    adalah baik, buruk, bagus, nakal, panas, dingin. Pada

    prinsipnya, kata-kata tersebut digunakan pada orang, makanan dan

    minuman.

    d) Kata keterangan. Kata keterangan digunakan pada umur yang sama

    untuk kata sifat. Kata keterangan muncul paling awal dalam kosa

    kata anak, umumnya adalah disinidan dimana.

  • 22

    e) Kata perangkai dan kata ganti. Ini muncul paling akhir karena

    paling sulit digunakan ku, Nya, kami dan mereka.

    2) Kosa kata khusus

    a) Kosa kata warna. Sebagian besar anak mengetahui nama warna

    dasar pada usia 4 tahun. Seberapa cepat anak akan mempelajari

    warna lainnya bergantung pada kesempatan belajar dan minat

    mereka tentang warna.

    b) Jumlah kosa kata. Dalam skala intelegensi Stanford-Binet, anak

    yang berusia lima tahun diharapkan dapat menghitung tiga objek,

    dan pada usia enam tahun diharapkan cukup baik memahami kata

    tiga, sembilan, sepuluh, dan tujuh untuk menghitung

    jumlah biji.

    c) Kosa kata waktu. Biasanya anak yang berusia enam dan tujuh

    tahun mengetahui arti : pagi, siang, malam, musing panas dan

    musim hujan.

    d) Kata uang. Anak yang berumur empat atau lima tahun mulai

    menamani mata uang logam sesuai dengan ukuran dan warna.

    e) Kata ucapan popular. Kebanyakan anak yang berusia empat dan

    delapan tahun khususnya anak laki-laki menggunakan ucapan

    popular untuk mengungkapkan emosi dan kebersamaan dengan

    kelompok sebaya.

  • 23

    c. Pembentukan kalimat

    Tugas ketiga dalam belajar berbicara, yaitu menggabungkan kata

    kedalam kalimat dimana tata bahasanya betul dan dapat dipahami oleh

    orang lain. Hal tersebut merupakan sesuatu yang paling sulit dari ketiga

    tugas tersebut. Pada mulanya anak menggunakan kalimat satu kata, yaitu

    kata benda atau kata kerja, yang kemudian digabungkan dengan isyarat,

    untuk mengungkapkan satu pikiran utuh. Sebagai satu contoh, dengan

    mengatakan beri sambil mangacu pada sebuah mainan berarti berikan

    saya mainan itu, anak yang berusia 2 tahun menggabungkan kata kedalam

    kalimat pendek yang sering kali berupa kalimat yang tidak lengkap yang

    berisi satu atau dua kata benda, satu kata kerja, kadang-kadang satu kata

    sifat atau kata keterangan. Mereka menghapuskan kata depan, kata ganti,

    dan kata sandang. Bentuk kalimatnya adalah : Pegang boneka, pergi

    tidur, selamat jalan, ingin minum. Pada waktu usia 4 tahun, kalimat

    mereka hampir lengkap, dan setahun kemudian kalimatnya sudah lengkap

    berisi semua unsur kalimat.

    Menurut Hurlock (1993) analisis kalimat yang diucapkan anak

    dibawah 8 tahun mengungkapkan bahwa anak mulai menggunakan

    kalimat lengkap sejalan dengan bertambah lengkapnya tata bahasanya,

    sekalipun secara fungsional tidak. Penggunaan kalimat sederhana, kalimat

    majemuk dan kalimat kompleks, serta kalimat kalimat yang diuraikan

    terdapat peningkatan kecil tetapi sempurna.

  • 24

    Salah satu bentuk kalimat yang paling umum digunakan anak

    adalah kalimat bertanya. Meyer dan Shane (Hurlock 1993) telah menelaah

    bentuk dan fungsi pertanyaan anak melaporkan bahwa bentuk kalimat

    tersebut mengikuti model perkembangan kognitif Piaget. Menurut Mayer

    dan Shane (Hurlock 1993) adalah :

    Perilaku mengajukan pertanyaan mencerminkan logika proses berfikir mereka. Pada tahap oprasionalnya, pertanyaan anak yang menyangkut kausalitas fisik mencerminkan strukutur kognitif yang sebagian besar tidak di beda-bedakan dimana kerisauan anak dengan motivasi dan maksud tidak terpisahkan dari penjelasan kausal. Pada waktu anak bergerak ke dalam tahap oprasional yang kongkret, perilaku bertanyanya mencerminkan tingkat deferensial yang lebih tinggi, dengan demikian pertanyaan tersebut memisahkan antara kausalitas fisik dengan kausalitas psikologis. Perilaku anak mengajukan pertanyaan pada tingkat oprasional kongkret pada mulanya menyangkut kausalitas fisik dan kemudian berubah menjadi sejumlah penggolongan yang berbeda.

    Pada setiap tingkatan umur, anak memperlihatkan perbedaan

    individual yang menonjol dalam pembentukan kalimat baik mengenal

    panjang maupun mengenal pola. Anak yang cerdas dan berasal dari

    kelompok sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menggunakan kalimat

    yang lebih panjang dan lebih lengkap dari pada anak yang biasa saja. Pada

    waktu bermain dengan anak sebaya, mungkin berbicara dengan ungkapan

    dari pada berbicara dengan kalimat lengkap. Pada waktu berbicara dengan

    orang dewasa, mereka sedikit memanjangkan kalimatnya tetapi dalam

    situasi kelas yang terdapat guru dan anak-anak, mereka akan lebih

    memperpanjang kalimat.

  • 25

    5. Ukuran Kemampuan Berbicara Anak

    Menurut Dhieni (2005 :3.5) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan

    ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari dua aspek kebahasaan

    diantaranya adalah :

    a. Aspek kebahasaan, meliputi :

    1. Ketepatan ucapan

    2. Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai

    3. Pilihan kata

    4. Ketepatan sasaran pembicaraan

    b. Aspek non kebahasaan , meliputi :

    1. Sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh dan mimik yang tepat

    2. Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain

    3. Kenyaringan suara dan kelancaran berbicara

    4. Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu

    Hurlock dalam Dhieni (Cahyaningsih, 2006) mengemukakan dua kriteria

    untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara benar

    atau hanya sekedar membeo, yaitu :

    a. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu

    menghubungkannya dengan yang diwakilinya.

    b. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan

    mudah.

  • 26

    c. Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah seering mendengar

    atau menduga-duga.

    6. Hambatan-Hambatan Berbicara Anak

    Beberapa hambatan yang ditemukan ketika akan berbicara adalah :

    a. Keberanian, percaya diri

    Dale Carnigie (1995:380), mengungkapkan bahwa hampir semua

    orang mampu berbicara dengan cara yang bisa diterima oleh publik, jika

    dia memiliki rasa percaya diri dan sebuah ide yang ada di dalam dirinya.

    Cara mengembangkan rasa percaya diri adalah dengan mengerjakan hal-

    hal yang ditakutkan dan memperoleh satu catatan dari pengalaman orang-

    orang yang sukses. Hambatan berbicara dapat diminimalisir dengan cara

    latihan yang dilakukan terus menerus. Sehingga keberanian dan rasa

    percaya diri akan muncul pada saat berbicara.

    b. Rasa gugup

    Perasaan gugup umum dialami olah sebagian besar pembicara.

    Tetapi sebenarnya hal tersebut dapat dihindari melalui persiapan yang

    matang dan banyak latihan. Abernathy dan Reardon (2004:100)

    menyebutkan bahwa, lima belas peresen dengan menarik napas panjang,

    dan sisanya sepuluh persen melalui persiapan mental.

  • 27

    c. Gejala-gejala tertekan

    1. Gelaja fisik

    Ciri-cirinya yaitu detak jantung yang semakin cepat, lutut gemetar

    atau sulit berdiri tenang di muka pendengar, suara yang bergetar,

    gelombang hawa nafsu atau perasaan seperti akan pingsan, hiperventilasi

    yaitu termasuk kesulitan untuk bernafas, mata berair dan hidung berlendir.

    2. Gejala mental

    Gejala mental ditunjukkan dengan perilaku mengulang kata,

    kalimat atau pesan, hilang ingatan termasuk ketidakmampuan pembicara

    untuk mengingat angka atau fakta secara tepat dan melakukan hal-hal yang

    sangat penting serta bentuk-bentuk kekacauan yang lain.

    B. Media Pembelajaran VCD Interaktif

    1. Konsep Media Pembelajaran

    Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi

    informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi

    pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai

    media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Menggunakan media

    komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses

    pembelajaran, akan tetapi bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik

    (Sanjaya 2007).

  • 28

    Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi

    selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru),

    komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya

    berupa materi pembelajaran. Proses pembelajaran terkadang terjadi kegagalan

    komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak

    dapat diterima oleh siswa dengan optimal, yang lebih menghawatirkan bila siswa

    sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan, untuk

    menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan

    memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar (Sanjaya 2007).

    a. Pengertian media pembelajaran

    Kata media pembelajaran berasal dari kata medium yang secara

    harfiah artinya perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media

    pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media.

    Menurut Rohani (1997:2) Media adalah segala bentuk yang

    dipergunakan untuk proses penyaluran informasi . Sedangkan pengertian

    media menurut Djamarah (1995 : 136) media adalah alat bantu apa saja

    yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan

    pembelajaran . Ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni ( 2001 : 4 )

    yaitu: media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

    menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

    pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga

    terjadi proses belajar.

  • 29

    Menurut Gerlach media meliputi orang, bahan, perlatan, atau

    kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa

    memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

    AECT (Association for Education and Communicatian

    Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan

    saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. NEA

    (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda

    yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan

    beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.

    Menurut Gagne dan Bringgs (1975) secara implisit mengatakan

    bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan

    untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape

    recorder, kaset, video, camera, video recorder, film, slide (gambar

    bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.

    Rossi dan Breidle (1966:3) mengemukakan bahwa media

    pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk

    mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah

    dan sebagainya.

    Pernyataan diatas dapat disimpulkan media adalah komponen

    sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di

    lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

  • 30

    b. Jenis media pembelajaran

    Masruroh, S (2000), berbagai ragam dan bentuk dari media

    pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar dapat juga

    ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual,

    media audio-visual dan media serba aneka.

    1. Media Audio

    Media audio merupakan media yang mengandung pesan dalam

    membentuk auditif (hanya dapat didengar), yang dapat merangsang

    pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak untuk mempelajari isi

    tema. Contoh : Radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan

    telepon.

    2. Media Visual

    Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media ini

    menyampaikan isi dari tema yang akan disampaikan

    a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar,

    buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi,

    kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi,

    mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa,

    poster, gambar kartun, peta, dan globe.

    b. Media visual gerak : film bisu.

    3. Media Audio-visual.

    Media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual.

    Dengan menggunakan media ini maka penyajian pesan-pesan sesuai

  • 31

    dengan tema kegiatan kepada anak akan semakin lengkap dan optimal.

    Contoh :

    a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film

    rangkai dan suara , buku dan suara.

    b. Media audio visual gerak : video, CD, film rangkai dan suara,

    televisi, gambar dan suara.

    4. Media Serba aneka :

    a. Papan dan display: papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah

    dinding, papan magnetik, white board, mesin pangganda.

    b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama,

    display.

    c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran,

    demonstrasi, pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka,

    simulasi.

    d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata,

    perkemahan.

    Pemilihan setiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas

    tersendiri. Artinya mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain.

    Sifat-sifat yang biasanya dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau

    pemilihan media ialah jangkauan seperti : beberapa media tertentu lebih sesuai

    untuk pengajaran individual misalnya buku teks, modul, program rekaman

    interaktif (audio, video, dan program komputer). Jenis yang lain lebih sesuai

    untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT, Slide, Film)

  • 32

    dan juga program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai untuk

    pengajaran masal , misalnya program siaran ( radio, televisi, dan konferensi jarak

    jauh dengan audio).

    2. Media Pembelajaran VCD Interaktif

    Media pembelajaran saat ini sudah semakin beragam, mulai dari media

    konvensional seperti buku dan alat peraga tradisional sampai dengan media

    modern audio visual berupa kaset tape, VCD (Video Compact Disk), maupun alat

    peraga modern lainnya. Ragamnya media tersebut menjadikan maka suatu sistem

    pembelajaran yang dapat menghadirkan suasana menyenangkan. Oleh karena itu

    tidak salah jika VCD interaktif merupakan salah satu alternatif media yang dapat

    menjawab kebutuhan tersebut. Media ini disebut VCD Multimedia Interaktif,

    karena media ini memiliki unsur audio-visual (termasuk animasi) yang mana

    bahan-bahan audio dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif

    dalam proses pembelajaran (Dale, 2002:24).

    a. Definisi VCD Interaktif

    Vidio compact disk berasal dari bahasa Inggris kata Discuse.

    Video compact disk merupakan kaset optik yang dapat memuat data

    berupa musik, teks, dan gambar. VCD interaktif mulai berkembang sejak

    tahun 1986 yang di buat oleh Philip dan Sony. Vidio compact disk

    interaktif merupakan salah satu bentuk pembelajaran berbasis komputer

    dalam bentuk multimedia. Compact disk interaktif ini menyajikan pesan

    yang menggabungkan teks, musik, foto, serta animasi, sehingga tampilan

  • 33

    lebih menarik. VCD pembelajaran interaktif ini termasuk salah satu jenis

    multimedia dalam pembelajaran.

    Jonassen (artikel multimedia pembelajaran, 2006) berpendapat

    bahwa tampilan VCD interaktif multimedia adalah lebih menarik perhatian

    karena melibatkan rangsangan lebih dari pada satu objek pada waktu yang

    sama. Menurut Johassen (artikel multimedia pembelajaran, 2006) kajian

    tentang kesan multimedia pembelajaran menunjukkan bahwa peningkatan

    pembelajaran terjadi apabila saluran media yang berlainan menyediakan

    isi yang lengkap melengkapi antara satu sama lain.

    VCD interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah

    format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk)

    dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya. CD ROM (Read Only

    Memory) merupakan satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat

    menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD (Tim Medikomp,

    1994). Kemudian dalam program talk show e-Lifestyle disebutkan bahwa

    VCD interaktif adalah sebuah CD yang berisi menu-menu yang dapat

    diklik untuk menampilkan sebuah informasi tertentu.

    Dari sini jelas bahwa sistem interaktif yang dipakai VCD interaktif

    sama persis dengan sistem navigasi pada internet, hanya yang berbeda di

    sini adalah media yang dipakai keduanya. VCD interaktif memakai media

    off line berupa VCD sementara internet memakai media on line.

  • 34

    b. Jenis VCD Inetraktif

    Saat ini di Indonesia banyak sekali dijual VCD interaktif. VCD

    tersebut ada yang buatan asing dan ada pula yang buatan lokal (dalam

    negeri). Terdapat VCD interaktif untuk anak-anak balita, yang tujuannya

    merangsang aspek kognitif anak. Ada juga untuk pelajar SD, yang isinya

    antara lain mengenal huruf, belajar membaca dan berhitung, dan yang

    berisi aneka gambar. Sedangkan untuk sekolah menengah ada VCD

    interaktif berbagai mata pelajaran, seperti mengenal organ tubuh manusia

    (Tim Metro TV, 2004: 22)

    Terdapat dalam http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTeda

    Ena.doc disebutkan bahwa Propinsi Bali telah menggunakan VCD

    interaktif dalam mempromosikan pariwisatanya. Perusahaan, baik

    pemerintah maupun swasta telah banyak memakai media ini untuk

    menginformasikan profilnya pada calon-calon investor.

    Jenis VCD interaktif dengan asumsi menurut tujuannya dapat dibagi

    menjadi:

    1) Komersial, seperti VCD interaktif tutorial maupun pembelajaran untuk

    anak-anak.

    2) Non-Komersial, seperti VCD interaktif profil pemerintahan, wisata,

    kota, maupun profil perusahaan.

  • 35

    3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran VCD Interaktif

    Media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan

    membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada

    peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses

    belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih

    efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang

    dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera

    penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20%

    dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan

    didengar.

    Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Edgar Dale, bahwa semakin konkret

    peserta didik mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman

    langsung, peserta didik semakin bertambah pengalaman yang diperoleh.

    Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya

    mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan

    diperoleh siswa.

    Mengingat pentingnya media pembelajaran bagi anak Sanjaya (2007:167-

    168) mengungkapkan fungsi media pembelajaran diantaranya :

    a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-perisiwa tertentu

    Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat di abadikan

    dengan foto, film, atau rekaman melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu

    dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan, seperti gerhana

  • 36

    matahari, proses metamorphosis kupu-kupu, proses bayi dalam rahim dari mulai

    sel telur hingga menjadi embrio dan berkembang menjadi bayi dll.

    b. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu

    Media pembelajaran dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat

    abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan

    verbalisme. Selain itu media pmebelajaran juga bisa mambantu menampilkan

    objek yang terlalu besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas,

    atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan

    mata secara langsung. Misalnya : berbagai binatang buas, benda-benda langit (tata

    surya), bakteri, jamur virus dan sebagainya.

    c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

    Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga

    perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

    Sebagai contoh sebelum menjelaskan materi pelajaran tentang populasi, untuk

    dapat menarik perhatian peserta didik terhadap topic tersebut maka guru memutar

    film terlebih dahulu tentang banjir atau tentang kotoran limbah industri.

    Manfaat VCD interaktif (artikel cd interaktif sebagai wadah penyampaian

    ilmu oleh prop. Madya dr. noriab Mohamed) sebagai berikut :

    1. Menyediakan keberbagaian pembelajaran.

    2. Menyediakan penyampaian, penerimaan yang konsisten dan penilaian.

    3. Pembelajaran sendiri.

    4. Mengurangi masa pencarian sesuatu informasi.

    5. Mengatasi ketiadaan bahan ajar.

  • 37

    6. Mengatasi masalah penyampaian pembelajaran.

    4. Kelebihan dan Kekurangan VCD Interaktif sebagai Media

    Pembelajaran

    Media pembelajaran saat ini sudah semakin beragam, mulai dari media

    konvensional seperti buku dan alat peraga tradisional samapi dengan media

    modern audio visual berupa kaset tape, VCD (Video Compact Disk), maupun alat

    peraga modern lainnya. Beragamnya media tersebut menjadikan sistem

    pembelajaran yang dapat menghadirkan suasana menyenangkan. Oleh karena itu

    tidak salah jika VCD interaktif merupakan salah satu alternatif media yang dapat

    menjawab kebutuhan tersebut.

    Menurut praktisi media Augus Savara (2003), kelebihan dan kekurang

    VCD ineraktif antara lain :

    1. Penggunaannya bisa berinteraksi dengan program komputer. 2. Menambah pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud pelajaran yang

    disajikan VCD interaktif. 3. Tampilan audio visual yang menarik.

    Kelebihan pertama yang menyebutkan bahwa penggunaannya bisa

    berinteraksi dengan komputer adalah bahwa dalam VCD interaktif terdapat menu-

    menu khusus yang dapat diklik oleh user untuk memunculkan informasi berupa

    audio, visual maupun fitur lain yang diinginkan oleh pengguna. Kelebihan kedua

    adalah menambah pengetahuan. Pengetahuan disini adalah materi pembelajaran

    yang dirancang kemudahannyaa dalam VCD interaktif bagi pengguna. Kelebihan

    ke tiga adalah tampilan audio visual yang menarik. Menarik disini tentu saja jika

  • 38

    dibandingkan dengan media konvensional seperti buku atau media dua dimensi

    lainnya. Kemenarikan disini utamanya karena system interaksi yang tidak dimiliki

    oleh media cetak (buku) maupun media elektronik lain (film, TV, audio).

    Adapun kekurangan VCD interaktif antara lain :

    1. Medium yang digunakan hanya komputer 2. Membatasi target audience karena hanya pemakai computer saja yang

    dapat mengaksesnya. 3. Pemeliharannya harus lebih hati-hatidaripada buku (tidak boleh terkena

    panas, tergores berat atau pecah).

    Beberapa keunggulan VCD interaktif, diketahui bahwa VCD interaktif

    dapat membantu mempertajam pesan yang disampaikan dengan kelebihannya

    menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara

    pandangan, suara dan gerakan (Suyanto,2003:18).

    5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran VCD Interaktif untuk Anak

    TK

    Media pembelajaran VCD interaktif yang baik untuk anak usia TK

    diperlukan kriteria-kriteria agar VCD tersebut dapat digunakan dengan tepat untuk

    pembelajaran di Taman Kanak-kanak sebagaimana yang dikemukakan oleh

    Edmund Fasion dalam Juwita (2009 :54). Kriteria tersebut diantaranya :

    a. Memiliki niali edukatif, disesuaikan dengan materi atau tema yang akan

    diberikan di Taman Kanak-kanak

    b. Memiliki gambar yang menarik bagi anak

    c. Sederhana dan mudah diamati oleh anak

  • 39

    d. Bersifat realistik. Cerita dan tokoh disesuaikan dengan dunia anak

    C. Hubungan Penggunaan Media Pembelajaran VCD Interaktif terhadap

    Kemampuan Berbicara Anak Taman Kanak-Kanak

    Pesatnya perkembangan dunia pendidikan, menuntut kita sebagai pendidik

    untuk bisa lebih berinovasi dalam hal menyediakan media pembelajaran yang

    lebih menarik dan efektif untuk digunakan. Ragam media pembelajaran saat ini

    sudah banyak sekali ditemukan di lingkungan sekitar kita, salah satunya yaitu

    dengan pemanfaatan media Audio visual. Media audio visual sudah tidak asing

    lagi digunakan baik untuk kepentingan hiburan, perusahaan maupun pendidikan

    seperti : televisi, slide, film animasi, media pembelajaran VCD interaktif dan lain-

    lain.

    Media pembelajaran VCD interaktif adalah media pembelajaran berbasis

    komputer (audio visual) dimana di dalamnya berisi gabungan teks, gambar,

    musik, suara, dan animasi, dimana hal tersebut bisa membantu proses

    pembelajaran terhadap kemampuan berbicara pada anak.

    Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Siti Masruroh (2009),

    bahwa siswa dapat menyerap ilmu melalui indra penglihatannya sebanyak 83 %,

    melalui indra pendengarannya 11 % dan melalui indra yang lainnya 6 %. Berarti

    dengan menggunakan media audio visual gerak (LCD), anak dapat menyerap ilmu

    sebanyak 94 % dari materi yang ditampilkan dengan perincian 83 % melalui indra

    penglihatannya dan 11 % melalui indra pendengarannya. Hal ini menunjukkan

  • 40

    bahwa media audio visual gerak seperti LCD sangat baik digunakan sebagai

    media pembelajaran di sekolah.

    Hasil penelitian diatas dapat diuraikan bahwa media pembelajaran VCD

    interaktif berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan belajar siswa.

    Namun penelitian media pembelajaran VCD interaktif untuk meningkatkan

    kemampuan berbicara anak belum ada penelitian lebih lanjut, untuk itu perlu

    digali informasinya lebih lanjut.