petunjuk teknis pengamatan 2012 1

Upload: yoga-pranata-suharya

Post on 12-Oct-2015

110 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

drgdrgd

TRANSCRIPT

  • PETUNJUK TEKNIS

    OPERASIONAL PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN

    HAMA PENYAKIT

    PADA TANAMAN PERKEBUNAN

    DINAS PERKEBUNAN

    PROVINSI JAWA TIMUR

    2013

  • I. PENDAHULUAN

    a. Latar Belakang

    Dalam budidaya tanaman perkebunan, perlindungan

    tanaman merupakan kegiatan yang penting, karena menjadi

    jaminan (assurance) bagi terkendalinya hama penyakit

    tanaman atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

    Undang-undang No. 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman

    dan PP No. 5 tahun 1995, mengamanat bahwa pengendalian

    OPT dilaksanakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan

    pelaksanaannya menjadi tanggung-jawab petani/masyarakat

    dan Pemerintah.

    PHT merupakan suatu cara pengelolaan OPT yang a

    sebagai suatmemperhatikan faktor teknis, ekonomis, ekologis

    dan sosiaologis. Pengelolaan OPT diarahkan pada cara yang

    ramah lingkungan dan aman terhadap manusia. Penanganan

    dengan cara seperti ini menjadi semakin penting di era

    globalisasi karena sebagian besar produk perkebunan

    merupakan komoditi ekspor yang dituntut harus memenuhi

    persyaratan seperti mutu, batas residu pestisida, kontinuitas

    pasokan agar mampu bersaing di tingkat pasar.

    Paradigma baru dalam penerapan PHT adalah

    memberdayakan petani sehingga mampu mengelola bisnis

    kebunnya sebagai suatu agribisnis yang berbasis PHT. Dalam

  • konsep ini petani diharapkan menjadi mampu dan mandiri

    serta dapat mengambil keputusan pengelolaan agroekosistem

    di areal pertanamannya secara optimal dan berkesinambungan

    berdasarkan prinsip-prinsip PHT.

    Dalam implementasi PHT tersebut, pengamat

    merupkan kegiatan yang sangat penting dan mendasar dalam

    pengambilan keputusan pengendalian. Dengan pengamatan

    akan dapat diketahui sejak dini situasi OPT dan kondisi faktor

    pengendali perkembangannya, sehingga ledakan (eksplosi)

    hama penyakit dapat dicegah. Oleh karena itu pengamatan

    perlu dilakukan oleh petani secara periodik di kebun masing-

    masing.

    Pengendalian OPT dilakuan berdasarkan hasil Analisa

    Agro Ekosistem (AAES) dengan tujuan lebih mengutamakan

    pada berfungsinya faktor pengendali alami seperti predator,

    parasitoid dan patogen hama daripada menggunakan pestisida

    kimia. Namun apabila dengan cara tersebut populasi dan

    serangan hama terus meningkat melampaui tingkat toleransi

    ekonomis, petani dapat mempertimbangkan melakukan

    tindakan pengendalian dengan menggunakan pestisidnga

    kimia.

    Pengamatan adalah salah satu tahapan dalam kegiatan

    perlindungan tanaman perkebunan yang meliputi

    pengumpulan informasi tentang populasi dan atau tingkat

  • serangan OPT serta keadaan pertanaman dan faktor-faktor

    yang mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Idealnya

    pengamatan dilakukan sendiri oleh petani pemilik kebun

    secara berkelompok/RPHP dibawah bimbingan petugas

    pengamat OPT perkebunan.

    Pengamatan OPT oleh petugas pengamat OPT

    bersama-sama kelompoktani/RPHP harus dilaksanakan secara

    profesional, teratur dan berkesinambungan terutama terhadap

    OPT penting pada komoditi utama/andalan di wilayah kerjanya

    dalam upaya meminimalkan kehilangan produksi akibat OPT.

    b. Tujuan dan Sasaran

    Petunjuk teknis pengamatan dan pengendalian hama penyakit

    perkebunan ini bertujuan untuk :

    1. Menyamakan persepsi tentang kegiatan pengamatan hama

    penyakit yang harus dilakukan oleh petugas pengamat OPT

    perkebunan dan kelompok regu pengendali hama

    penyakit/RPHP

    2. Memberi pedoman bagi petugas pengamat OPT

    perkebunan dalam melakukan pembinaan dan bimbingan

    teknis kegiatan pengamatan OPT perkebunan di lapangan

    serta menganalisa kehilangan produksi dan kerugian hasil

    tanaman perkebunan akibat serangan OPT.

  • II. BATASAN DAN TUGAS PENGAMATAN HAMA

    a. Definisi/Batasan Petugas Pengamat

    Petugas pengamat OPT adalah petugas yang mempunyai

    keahlian dan kemampuan dalam melakukan pengamatan OPT

    dan ekosistemnya (pada komoditi perkebunan) serta

    membimbing petani dalam melaksanakan pengamatan OPT.

    Petugas pengamatan OPT merupakan Unit Pembinaan

    Perlindungan Tanaman (UPPT) yang berkedudukan di

    Kabupaten atau Kecamatan. Petugas ini harus selalu

    berkoordinasi dengan Dinas yang membidangan perkebunan di

    Kabupaten dan merupakan petugas Dinas/funsional yang

    menangani perlindungan perkebunan.

    b. Tugas Pengamat Hama

    1. Melakukan bimbingan tentang teknik pengamatan dan

    cara pengendalian OPT kepada kelompoktani/RPHP

    (Regu Proteksi Hama Penyakit)

    2. Melakukan pengamatan dan kompilasi OPT penting pada

    komoditi utama di wilayah kerjanya serta

    menginformasikan hasil pengamatannya kepada

    petani/kelompoktani/RPHP untuk dapat mengambil

    keputusan pengendalian OPT.

    3. Melakukan komilasi dan analisis data pengamatan yang

  • diperoleh dari petani/kelompoktani/RPHP secara

    sederhana, berkelanjutan untuk membantu petani dalam

    pengambilan keputusan.

    4. Membantu petani dalam pelaksanaan pemantauan dan

    evaluasi hasil pengendalian OPT yang telah dilaksanakan.

    5. Dalam rangka membangun system peringatan dini,

    petugas pengamat OPT menyampaikan laporan situasi

    OPT ke Dinas yang membidangi perkebunan di

    Kabupaten secara berkala bulanan/triwulan. Apabila

    terindikasi peningkatan populasi OPT yang mengarah

    akan terjadinya eksplosi, maka petugas pengamatan

    OPT/UPPT harus menginformasikan kepada

    petani/kelompoktani/RPHP utnuk segera melakukan

    tindakan pengendalian dan melaporkan ke Dinas terkait

    agar secepatnya menfasilitasi petani dalam melakukan

    pengendalia.n secara massal dan serentak di areal yang

    terserang

    6. Membuat peta serangan OPT penting pada komoditi

    utama di wilayah kerjanya.

    7. Membuat koleksi OPT penting dan musuh alaminya

    secara sederhana.

    8. Bekerjasama dengan aparat penyuluhan di lapangan

    (PPL, PL2 dll) dalam memberikan bimbingan dan

  • penyuluhan kepada petani/kelompoktani/RPHP

    khususnya di bidang perlindungan perkebunan.

    III. PELAKSANAAN PENGAMATAN

    01. Wilayah Pengamatan

    a. Unit terkecil dari wilayah pengamatan adalah luasan

    kebun milik petani

    b. Luas satuan wilayah PHT adalah luas wilayah kelompok

    yang terdiri dari sejumlah kebun milik petani yang

    tergabung dalam satu hamparan kebun yang kompak

    pada suatu daerah agroekosistem. Luasan dimaksud

    bervariasi tergantung dari luas pemilikan petani dan

    jumlah anggota kelompoktani/RPHP

    c. Wilayah pengamatan bagi petugas pengamat OPT

    adalah wilayah kerja/binaan UPPT yang telah ditentukan

    02. Waktu Pengamatan

    Seorang petugas pengamat OPT dalam 1 (satu) minggu atau 5

    (lima) hari kerja melakukan kegiatan sebagai berikut :

    a. Tiga (3) hari melakukan pengamata OPT dan pembinaan

    petani. Pada saat pengamatan, petani pemilik kebun

    dilibatkan agar mereka memperoleh pengetahuan dan

    mengetahui kondisi kebunnya sehingga dapat segera

    melakukan tindakan pengendalian pada pohon yang

    menunjukkan peningkatan serangan OPT.

  • b. Dua (2) hari berikutnya membuat laporan dan kegiatan

    lainnya.

    c. Pengamatan dilakukan secara rutin dengan interval satu

    minggu atau satu bulan sekali tergantung pada siklus

    hidup OPT dan sesuai dangan fase rentan tanaman atau

    saat mulai munculnya serangan. Untuk akuratan data,

    sebaiknya lokasi pengambilan contoh (lokasi

    pengamatan) selalu berpindah setiap bulan.

    d. Pengamatan untuk tujuan pemantauan dan evaluasi

    pengendalian dilakukan 1 (satu) minggu sampai dengan

    2 (dua) bulan setelah pelaksanaan pengendalian OPT,

    tergantung pada jenis OPT sasaran.

    e. Hasil pengamatan dan pemantauan di evaluasi setiap

    akhir bulan untuk mengetahui perkembangan situasi

    OPT dan kesesuaian teknik pengamatan yang

    dilaksanakan.

    03. Pengamatan Ekosistem

    Pengamatan ekosistem kebun dilakukan oleh petani yang

    sudah terlatih, dilaksanakan secara rutin setiap minggu atau

    setiap bulan di lokasi pengamatan yang mewakili dengan

    menggunakan metode pengamatan sesuai petunjuk agar

    menghasilkan data ekosistem secara kuantitatif dan kualitatif

    yang akurat.

  • 04. Obyek Pengamatan

    Obyek-obyek yang harus diamati dan dicatat pada setiap hari

    pengamatan meliputi gejala serangan OPT, penyebab

    serangan, persentase tanaman terserang, intensitas

    serangan, populasi OPT per unit contoh, populasi serangan

    netral atau organisme lain yang ditentukan, data cuaca

    seperti suhu, kelembaban, curah hujan, kondisi awan dan

    sebagainya.

    05. Pengambilan Contoh

    Dalam proses pengamatan apabila tidak dapat dilakukan

    pada seluruh kebun, maka dilakukan pengambilan contoh

    berupa sebagaian tanaman atau kelompok tanaman yang

    dinilai keadaan areal yang diamati. Untuk setiap kebun

    petani diambil 5 (lima) unit contoh secara acak.

    06. Sasaran Pengamatan/Unit Contoh

    Unit contoh yaitu unit yang diamati secara konsisten pada

    setiap kali pengamatan. Dilakukan agar dapat diperoleh data

    yang dikehendaki secara teliti. Unit contoh dapat berupa

    sebagian tanaman, rumpun tanaman atau bagian tanaman

    seperti batang, pelepah, helaian daun, bunga, buah dan

    sebagaiannya, yaitu :

    a. Untuk tanaman semusim, unit contohnya sebaiknya

    baris tanaman atau jumlah tanaman

  • b. Untuk tanaman tahunan, unit contohnya adalah satu

    pohon atau bagian dari pohon seperti pelepah, daun,

    pucuk tanaman dll.

    Keberadaan OPT sasaran dapat diketahui melalui

    pengamatan populasi dan atau gejala serangannta. Teknik ini

    terutama diarahkan pada OPT yang dapat dilihat tanpa

    bantuan mikroskop. Begitu sebaliknya, gejala serangan dan

    faktor yang mempengaruhi perkembangannya, misalkan

    suhu, kelembaban dan curah hujan. Teknik ini terutama

    diarahkan pada OPT yang hanya dapat dilihat dengan

    bantuan mikroskop.

    07. Intensitas Serangan

    Intensitas serangan yaitu ukuran yang menunjukkan derajat

    kerusakan tanaman akibat serangan OPT tertentu.

    Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada :

    a. Kepadatan populasi

    b. Derajad kerusakan tanaman yang ditentukan dengan

    scoring (berat-ringannya kerusakan).

    Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi :

    a. Berat : Nyata diatas ambang rasa/kendali

    b. Ringan : Nyata dibawah ambang rasa/kendali

    Ambang rasa atau kendali yaitu batas tertinggi kepadatan

    populasi OPT atau derajat kerusakan tanaman yang

    berdasarkan pengalaman petani secara ekonomi dan sosial

  • dirasakan masih dapat ditolerir. Dibawah kepadatan populasi

    tersebut kerusakan tanaman dirasakan tidak nyata

    mengurangi hasil dan pendapatan petani.

    Bila hasil pengamatan yang dilakukan petani menunjukkan

    bahwa batas atau ambang rasa tersebut terlampaui, petani

    harus segera melakukan pengendalian untuk mencegah

    kerusakan atau kerugian yang lebih luas. Besar nilai ambang

    rasa suatu jenis OPT ini dapat berbeda antara petani dan

    antar kelompoktani, karena sangat dipengaruhi oleh tempat

    dan waktu serta pengalaman petani.

    08. Interval Pengamatan

    Interval pengamatan adalah tenggang atau jarak waktu

    antara suatu pengamatan sampai waktu pengamatan

    berikutnya, yaitu untuk :

    a. Tanaman semusim, interval pengamatan minimal 1 kali

    seminggu

    b. Tanaman tahunan, interval pengamatan minimal 1 kali

    sebulan

    Pengamatan dapat juga dilakukan sebelum sampai pada

    siklus pengamatan berikutnya misalnya setiap petani

    pekebun sekaligus melakukan pengamatan dan pencatatan

    hasil pengamatan.

  • 09. Langkah Pengamatan

    a. Menyiapkan bahan pengenalan OPT sasaran, meliputi

    gejala serangan dan kelemahan dari OPT sasaran

    b. Menyiapkan bahan pengenalan tanaman meliputi :

    periode kritis tanaman terhadap serangan OPT sasaran.

    Hal ini berkaitan dengan penentuan waktu yang tepat

    untuk pengamatan dan pengendalian OPT sasaran.

    c. Menyiapkan informasi tentang tanaman inang alternatif

    OPT sasaran

    d. Melakukan inventarisasi luas areal tanaman pada

    Kabupaten pengamatan dan dirinci per Kecamatan

    e. Menentukan Kecamatan dan Desa pengambilan sample.

    Dari setiap Kabupaten dipilih 3 (tiga) Kecamatan dan dari

    masing-masing Kecamatan dipilih 5 (lima) Desa sample

    yang akan diamati.

    f. Urutan prioritas pemilihan Kecamatan dan Desa adalah :

    - Luas areal pertanaman. Prioritas pertama

    diberikan kepada Kecamatan dan Desa dengan

    areal pertanaman terluas (komoditi utama)

    - Merupakan kantong serangan atau menurut

    sejarah pernah terserangan OPT sasaran

    g. Menentukan lokasi pengambilan sample.

    Dari masing-masing Desa selanjutnya ditentukan 5 (lima)

  • lokasi seluas 2,50 ha yang kompak secara diagonal.

    Lokasi tersebut dapat juga berupa hamparan areal yang

    saling terpisah dalam hal ini luasannya dapat kurang dari

    2,50 ha tetapi harus lebih dari 1,00 ha.

    h. Merencanakan data yang akan dikumpulkan di lapangan.

    Data yang akan dikumpulkan di lapangan berupa luas

    areal serangan, populasi atau intensitas serangan OPT

    sasaran, kondisi iklim (kelembaban, curah hujan).

    Sejauh mungkin dilengkapi dengan data tentang

    keberadaan musuh alami dan tindakan pengendalian

    yang telah dilakukan.

    Untuk penghitungan pendugaan kerugian hasil,

    dilengkapi dengan data produksi dan produktivitas serta

    harga produk pada saat pengumpulan data.

    i. Pengambilan contoh

    Pengamatan pada keseluruhan populasi tanaman tidak

    mungkin dilakukan. Oleh karena itu cukup dilakukan

    pengambilan sample atau contoh tanaman yang

    diperkirakan dapat mewakili kondisi populasi yang ada.

    j. Rute pengamatan

    Petugas pengamat melakukan pengamatan pada contoh

    yang diamati dengan arah pengamatan yang mencakup

    seluruh petak pengamatan yang ditentukan sebelum

  • pengamatan. Pemilihan rute pengamatan sangat

    ditergantung pada kenyamanan petugas pengamat. Ada

    beberapa pilihan rute yang dapat digunakan seperti pola

    diagonal, zig-zag dan lajur tanaman.

    k. Kompilasi data

    Data pengamatan yang diperoleh kemudian

    dikompilasikan setiap bulan dan digunakan untuk dasar

    pengambilan keputusan perlu atau tidaknya tindakan

    pengendalian OPT. Data pengamatan tersebut

    dibandingkan dengan data pengamatan bulan-bulan

    sebelumnya untuk melihat trend atau kecenderungan

    serangan OPT sasaran. Analisa juga dilakukan terhadap

    luas pengendalian, apakah ada manfaat pengendalian

    yang telah dilakukan

    IV. REGU PENGENDALI HAMA PENYAKIT/RPHP PERKEBUNAN

    Didalam suatu masyarakat terdapat potensi

    kelembagaan, karena pada dasarnya selalu terjadi interaksi

    antar individu atau antar kelompok masyarakat yang terpola.

    Berbagai bentuk potensi kelembagaan yang ada pada

    masyarakat, salah satu diantaranya usaha pada

    lahan/hamparan yang sama seperti pembrantasan hama.

    Potensi kelembagaan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai

  • modal untuk pembentukan dan pembinaan kelompoktani.

    Rasa sosial untuk saling tolong-menolong/bekerjasama perlu

    ditumbuh-suburkan agar modal sosial ini tidak terkikis

    kemajuan masyarakat.

    Terkait dengan hal tersebut, upaya untuk memberdayakan atau

    memandirikan petani baik individu maupun secara kelompok agar

    dapat mengaplikasikan teknologi PHT, maka dipandang perlu

    adanya pembentukan kelompok/regu pembrantas hama panyakit

    atau RPHP.

    Tujuan pembentukan RPHP adalah untuk meningkatkan peran

    serta petani/kelompoktani dalam kegiatan pengendalian OPT

    melalui sistem PHT, kearah tumbuhnya sumberdaya petani dalam

    pengendalian OPT secara swadaya.

    Kriteria pembentukan RPHP berasal dari kelompok alumni SLPHT

    kakao/kelapa/kopi/tebu/cengkeh dengan ketentuan jumlah

    anggota sebanyak 20 orang dan berdomisili di lokasi wilayah

    setempat.

    Adapun sasaran kinerja RPHP adalah :

    1. Melakukan kegiatan pengamatan dan pengendalian OPT

    perkebunan di wilayah kerjanya.

    2. Melakukan pemetaan wilayah sebaran OPT Perkebunan

    3. Melaksanakan pertemuan kelompok secara rutin dan

    berkelanjutan minimal 1 (satu) kali/bulan.

  • 4. Membuat program/rencana kerja kelompok terkait dengan

    kegiatan pengendalian OPT

    5. Melakukan koordinasi dengan petugas pengamat OPT terkait

    dengan perkembangan dinamika OPT perkebunan.

    Guna mendukung kinerja RPHP, ada beberapa kelengkapan

    administrasi diantaranya seperti :

    a. Susunan kepengurusan dan keanggotaan RPHP

    b. Data luas areal dan produksi komoditi perkebunan

    c. Data luas serangan dan pengendalian OPT perkebunan

    d. Data Inventaris sarana dan prasarana perlindungan

    perkebunan

    f. Data kepemilikan lahan dan tanaman perkebunan yang

    diusahakan

    g. Papan koleksi Hama

    h. Papan pemetaan sebaran OPT perkebunan

    i. Buku Tamu

    j. Buku Notulen rapat/pertemuan

    k. Buku Daftar Hadir

    l. Buku Pembangunan/rencana kerja, dll

  • V. PENGENDALIAN PRINSIP PHT

    1. Budidaya Tanaman Sehat

    Budidaya tanaman sehat sebagai prinsip pertama PHT yang

    perlu diterapkan dan selalu ditingkatkan kualitasnya dengan

    tujuan untuk :

    a. Memperkuat ketahanan tanaman terhadap OPT

    b. Meningkatkan berfungsinya musuh alami

    c. Mempertahankan kestabilan agroekosistem

    d. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap faktor-faktor

    lingkungan seperti kekeringan/kelebihan air.

    e. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi

    Sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan kebun untuk

    peningkatan produktivitas, kegiatan ini dapat menekan dan

    mempertahankan populasi OPT tetap berada dibawah ambang

    ekonomis, sehingga tidak diperlukan tindakan pengendalian

    secara khusus.

    Kegiatan budidaya tanaman sehat dilakukan dengan mengatur

    lingkungan kebun sehingga menguntungkan pertumbuhan

    tanaman dan berfungsinya faktor pengendali alami, tetapi

    tidak menguntungkan atau menekan perkembangan OPT.

    Beberapa tindakan yang dapat dilakukan misalnya sanitasi,

    konservasi tanaman, pemeliharaan tanaman/memperbaiki

  • kondisi tanaman (pemupukan berimbang, pemangkasan) dan

    sebagainya.

    2. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami

    Setiap petani harus berusaha untuk selalu melestarikan dan

    memanfaatkan musuh alami karena berbagai jenis musuh

    alami dapat mengendalikan OPT secara berkelanjutan.

    Kegiatan melestarikan dan memanfaatkan musuh alami dapat

    dilakukan dengan melakukan konservasi (pelestarian),

    introduksi (pemasukan), augmentasi (penguatan), inundasi

    (perbanyakan massal) musuh alami.

    Tujuan kegiatan konservasi atau pelestarian musuh alami

    adalah menjaga keberadaan populasi dan peran musuh alami

    yang sudah ada di ekosistem setempat. Untuk itu semua

    kegiatan pengelolaan kebun yang berdampak negatif bagi

    musuh alami setempat seperti penggunaan pestisida kimia

    sintetik perlu dikurangi/dihindari.

    Kegiatan introduksi musuh alami bertujuan untuk

    memasukkan musuh alami seperti predator, parasitoid dan

    patogen yang baru dari luar ekosistem petani setempat.

    Tujuan augmentasi (penguatan) dan inundasi (perbanyakan

    massal) musuh alami adalah memperbanyak dan menyebarkan

    musuh alami ke lapangan. Musuh alami yang diperbanyak baik

    yang berasal dari dalam atau luar ekosistem. Peningkatan

    populasi musuh alami tidak dilakukan secara alami saja tetapi

  • dengan bantuan kegiatan manusia dengan tujuan untuk

    meningkatkan kemampuan ekosistem delam mengendalikan

    OPT.

    3. Penggunaan Pestisida Nabati

    Pestisida nabati yang berasal dari bahan tumbuhan-tumbuhan

    yang ada di dalam dan disekitar kebun petani dapat dibuat

    sendiri oleh petani dan digunakan secara periodik untuk

    menekan atau mempertahankan populasi OPT pada tingkat

    dibawah ambang kendali. Pestisida nabati umumnya lebih

    cepat terdegradasi di alam sehingga aman terhadap

    lingkungan.

    Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan

    hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat

    melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara

    kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :

    - Merusak perkembangan telur, larva dan pupa

    - Menghambat pergantian kulit

    - Mengganggu komunikasi serangga

    - Menyebabkan seranga menolak makan

    - Menghambat reproduksi serangga betina

    - Mengurangi nafsu makan

    - Memblokir kemampuan makan serangga

    - Mengusir serangga

    - Menghambat perkembangan patogen penyakit

  • Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat

    semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada

    umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot,

    aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas

    penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya,

    alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan

    pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman.

    4. Teknik Eradikasi Tanaman

    Eradikasi tanaman merupakan kegiatan pemusnahan tanaman

    yang terserang OPT karena kerusakan sedemikian beratnya

    sehingga dinilai tidak ekonomis lagi apabila dilakukan tindakan

    pengendalian kuratif. Dikhawatirkan juga bahwa tanaman

    terserang berat tersebut dapat menjadi sumber penularan bagi

    tanaman yang belum terserang.

    5. Penggunaan Pestisida Kimia

    Teknik ini hanya dilakukan jika perkembangan populasi OPT

    sulit dikendalikan dengan teknik-teknik lainnya atau

    berkembang sangat cepat sehingga jauh melampaui ambang

    kendali. Bila petani memutuskan menggunakan pestisida

    kimia maka jenis pestisida yang dipilih diusahakan jenis

    formulasi pestisida terdaftar dengan spektrum sempit,

    residunya singkat yang ramah lingkungan tidak

  • membahayakan musuh alami, seranggga penyerbuk bunga dan

    sebagainya.

    VI. PELAPORAN

    Data hasil pengamatan dan pengendalian OPT yang telah di

    kompilasi dilaporkan setiap triwulan ke jajaran perlindungan di

    tingkat Kabupaten dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.

  • Lampiran 1. Perlindungan Tanaman dalam Undang- Undang No. 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman BAB I. KETENTUAN UMUM

    Pasal 1 ayat 7 Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah

    kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan organisme pengganggu tumbuhan

    Pasal 1 ayat 8 Organisme pengganggu tumbuhan adalah semua organisme

    yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian pada tumbuhan

    BAB III. PENYELENGGARAAN BUDIDAYA TANAMAN (BAGIAN KEENAM : PERLINDUNGAN TANAMAN) Pasal 20 ayat 1 Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem

    pengendalian hama terpadu Pasal 20 ayat 2 Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana

    dimaksud dalam (ayat 1) menjadi tanggung jawab masyarakat dan Pemerintah

    Pasal 21 Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dilaksanakan melalui kegiatan berupa :

    a. Pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam dan tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku

    b. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan c. Eradikasi organisme pengganggu tumbuhan

    Pasal 22 ayat 1 Dalam melaksanakan perlindungan tanaman sebagimana

    dimaksud dalam Pasal 21, setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan sarana dan/atau cara yang dapat mengganggu kesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan ganggguan dan kerusakan sumberdaya alam dan/atau lingkungan hidup

  • Pasal 22 ayat 2 Ketentuan mengenai penggunaan sarana dan/atau cara

    sebagaimana dalam ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Pemerintah

    Pasal 23 Setiap media pembawa organisme penggangggu tumbuhan yang dimasukkan ke dalam, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain didalam, dan dikeluarkan rai wilayah Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina tumbuhan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku

    Pasal 24 ayat 1 Setiap orang atau badan hukum yang memiliki atau

    menguasai tanaman harus melaporkan adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan pada tanamannya kepada pejabat yang berwenang dan yang bersangkutan harus mengendalikannya

    Pasal 24 ayat 2 Apabila serangan organisme pengganggu tumbuhan

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan eksplosi, Pemerintah bertanggung jawab menanggulangi bersama masyarakat

    Pasal 25 ayat 1 Pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan

    dilakukan eradikasi terhadap tanaman dan/atau benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan

    Pasal 25 ayat 2 Eradikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

    dilaksanakan apabila organisme pengganggu tumbuhan tersebut dianggap sangat berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara meluas

    BAB IV. SARANA PRODUKSI (BAGIAN KEDUA : PESTISIDA)

    Pasal 38 ayat 1 Pestisida yang akan diedarkan didalam wilayah negara

    Republik Indonesia wajib terdaftar, memenuhi standart mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan

  • lingkungan hidup, serta diberi label Pasal 38 ayat 2 Pemerintah menetapkan standart mutu pestisida

    sebagaimana dalam ayat (1), dan jenis pestisida yang boleh di impor

    Pasal 39 Pemerintah melakukan pendaftaran dan mengawasi pengadaan, peredaran, serta penggunaan pestisida

    Pasal 40 Pemerintah dapat melarang atau membatasi peredaran dan/atau penggunaan pestisida tertentu

    Pasal 41 Setiap orang atau badan hukum yang menguasai pestisda yang dilarang peredarannya atau yang tidak memenuhi standart mutu atau rusak atau tidak terdaftar wajib memusnakannya

    Pasal 42 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40 dan Pasal 41, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

  • Lampiran 2. Perlindungan Tanaman dalam Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman BAB I. KETENTUAN UMUM

    Pasal 1 ayat 1 Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk

    mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan organisme pengganggu tumbuhan.

    Pasal 1 ayat 2 Organisme pengganggu tumbuhan adalah semua

    organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian pada tumbuhan.

    Pasal 1 ayat 3 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

    benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

    Pasal 1 ayat 4 Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap

    tanaman, organisme pengganggu tumbuhan, dan benda lain yang membahayakan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan di lokasi tertentu.

    Pasal 1 ayat 5 Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengantur

    tumbuh dan perangsang, bahan lain, serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman

    Pasal 2 ayat 1 Perlindungan tanaman dilaksanakan pada masa pra

    tanam, masa pertumbuhan tanaman dan atau masa pasca panen

    Pasal 2 ayat 2 Perlindungan tanaman pada masa pra tanam

    sebagaimana dalam ayat (1) dilaksanakan sejak penyiapan lahan atau media tumbuh lainnya sampai dengan penanaman.

    Pasal 2 ayat 3 Perlindungan tanaman pada masa pertumbuhan tanaman

    sebagaimana dalam ayat (1) dilaksanakan sejak penanaman sampai dengan panen

  • Pasal 2 ayat 4 Perlindungan tanaman pada masa pasca panen

    sebagaimana dalam ayat (1) dilaksanakan sejak sesudah panen sampai dengan hasilnya siap dipasarkan.

    Pasal 3 ayat 1 Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem

    pengendalian hama terpadu Pasal 3 ayat 2 Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (1), dilaksanakan melalui kegiatan berupa : a. Pencegahan masuknya organisme pengganggu

    tumbuhan ke dalam dan tersebarnya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku

    b. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan c. Eradikasi organisme pengganggu tumbuhan

    Pasal 4 Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan dan atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumber daya alam atau lingkungan

    BAB II. PENCEGAHAN PENYEBARAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN Pasal 5 ayat 1 Pencegahan masuknya kedalam atau tersebarnya

    organisme pengganggu tumbuhan dari suatu area di dalam wilayah negara Republik Indonesia sebagamana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a, dilaksanakan dengan cara mengenakan tindakan karantina pada setiap media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina dimasukkan ke dalam atau dikirim dari suatu area lain didalam wilayah negara Republik Indonesia

    Pasal 5 ayat 2 Pemasukan media pembawa organisme pengganggu

    tumbuhan karantina baik berupa tumbuhan maupun bagian-bagian tumbuhan kedalam wilayah Republik Indonesia wajib

    a. Dilengkapai sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit

    b. Dilakukan melalui tempat-tempat pemasukkan

  • yang telah ditetapkan c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas

    karantina di tempat-tempat pemasukkan untuk keperluan tindakan karantina

    Pasal 6 ayat 1 Tindakan karantina sebagamana dimaksud dalam Pasal 5

    ayat (1) berupa : a. Pemeriksaan b. Pengasingan c. Pengamatan d. Perlakuan e. Penahanan f. Penolakan g. Pemusnahan h. pembebasan

    BAB III. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN Pasal 8 Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

    dilaksanakan dengan memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu satuan

    Pasal 9 ayat 1 Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

    dilaksanakan melalui tindakan pemantauan dan pengamatan terhadap organisme pengganggu tumbuhan dan faktor yang mempengaruhi perkembangannya serta perkiraan serangan organisme pengganggu tumbuhan

    Pasal 9 ayat 2 Apabila dari dasil pemantauan dan pengamatan

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperkirakan akan timbul kerugian, maka dilakukan tindakan pengendalian terhadap organisme penggganggu tumbuhan dengan memperhatikan faktor ekologi, sosial dan efesiensi

    Pasal 10 ayat 1 Tindakan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal (8) dilakukan baik dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan organisme pengganggu tumbuhan

    Pasal 10 ayat 2 Tindakan pengendalian organisme penggangggu

    tumbuhan dilaksanakan dengan : a. Cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika

  • tertentu b. Cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau

    kemampuan fisik manusia c. Cara budidaya, melalui pengaturan kegiatan

    bercocok tanam d. Cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alami

    organisme pengganggu tumbuhan e. Cara genetik, melalui manipulasi gen baik

    terhadap organisme pengganggu tumbuhan maupun terhadap tanaman

    f. Cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida, dan atau

    g. Cara lain sesuai perkembangan teknologi

    Pasal 10 ayat 3 Pelaksanaan tindakan pengendalian organisme

    pengganggu tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Menteri

    Pasal 11 ayat 1 Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

    dilaksanakan oleh a. Perorangan atau badan hukum yang memiliki

    dan/atau menguasai tanaman b. Kelompok dalam masyarakat yang dibentuk untuk

    mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan c. pemerintah

    Pasal 11 ayat 2 Pengendalian organisme pengganggu tumbuh oleh

    Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c terutama dilakukan apabila terjadi eksplosi

  • Lampiran 3. Komoditi Utama Perkebunan dan Jenis OPT Penting

    No Jenis Komoditi Perkebunan

    Jenis OPT Penting Jenis Pestisida

    1 Kelapa Oryctes rhinoceros (Kumbang Nyiur)

    Curater 3 GR, Sevin 85 SP Diazinon 10 GR, Sidatan 410 SL

    2 Rhynchophorus ferruginous (Kumbang sagu)

    Diazinon 10 GR Sevin 85 SP

    3 Brontispa longissima Metarhizium anisopliae

    4 Artona catoxantha (Ulat Perusak Daun)

    Diazinon 600 EC Sevin 85 SP, Orthene 75 SP

    5 Hidari irava (Penggerek daun)

    6 Sexava nubila Diazinon 600 EC Marshal 200 EC

    7 Batrachedra arenosella (Ngengat buah)

    Diazinon 600 EC

    Aleurodius destrutor (kutu kapuk) Dursban 200 EC Sevin 85 SP

    8 Helminthosporium sp. (penyakit becak daun)

    Daconil 75 WP, Dithane M-45 80 WP

    9 Fusarium moniliforme (Penyakit busuk janur)

    Daconil 75 WP, Dithane M-45 80 WP

    Phytopthora palmivora (penyakit busuk pucuk dan gugur buah)

    Agrifos 400 AS Folirfos 400 SL

    10 Kakao Helopeltis, sp (Kepik penghisap buah)

    Matador 25 EC, Marshal 200 EC, Ambush 20 EC

    11 Canopomorpha cramerella (penggerek buah kakao/PBK)

    Matador 25 EC, Alika 247 ZC, Buldok 25 EC

    12 Zeuzera coffeae (Penggerek batang/cabang)

    13 Hyposidra talaca w (Ulat kilan)

    Matador 25 EC, Sidador 30 EC, Atabron 50 EC

    14 Darna trima moore (Ulat Api)

    Ambush 20 EC, Matador 25 CS

    15 Phytophthora palmivora bult (Penyakit busuk buah)

    Dithane M-45 40 WP, Amcozeb 80 WP, Folirfos 400 SL

  • 16 Colletotrichum gloeosporioides (Penyakit Antraknose/becak daun)

    Antracol 70 WP, Ingrofol 50 WP

    17 Botryodipiodia (Penyakit busuk buah)

    Dithane M-45 40 WP, Amcozeb 80 WP, Folirfos 400 SL

    18 Corticium salmonicolor (Penyakit jamur upas)

    19 Fomes noxius corner (Penyakit jamur akar coklat)

    20 Fomes lignosus klot (Penyakit jamur akar putih)

    21 Kopi Hypothenemus hampei (hama penggerek bubuk buah kopi)

    Bevaria P, Brocap 250 SL

    22 Planococcus citri (Hama kutu putih/dompolan)

    Agent 50 SC, Sevin 85 SP, Alika 247 ZC

    23 Xylosandrus compactus (Penggerek cabang hitam)

    24 Xylosandrus morigerus (Penggerek cabang coklat)

    25 Coccus viridis (Hama kutu hijau daun)

    Agent 50 SC, Sevin 85 SP, Alika 247 ZC

    26 Zeuzera coffeae (Penggerek batang merah/hama nonol)

    27 Hemileia vastatrix (Penyakit karat daun)

    Dithane M-45 80 WP, Kocide 77 WP, Bayleton 250 EC

    28 Corticium salmonicolor (Penyakit jamur upas)

    29 Cercospora coffeicola (penyakit bercak daun)

    Antracol 70 WP, Klorotop 75 WP

    30 Pratylenchus coffeae (penyakit akar nematoda)

    Basamid GR, Curaterr 3 GR, Rugby 10 GR

    31 Cengkeh Nothopeus hemipterus (Hama penggerek batang)

    Furadan 3 GR, Orthene 75 SP

    32 Helopeltis antonii (Hama penghisap daun pucuk)

    Matador 25 EC, Marshal 200 EC, Ambush 20 EC

    33 Pseudomonas syzygii (penyakit bakteri pembuluh kayu)

    34 Phyllosticta sp (Penyakit cacar daun cengkeh)

    Antracol 70 WP, Delsene MX 80 WP, Dimazeb 80 WP

  • 35 Capnodium sp. (Penyakit Embun Jelaga)

    Cylindrocladium (penyakit bercak daun)

    Dithane M-45 80 WP

    36 Coccus viridis (Kutu tempurung perusak pucuk)

    Agent 50 SC, Sevin 85 SP, Alika 247 ZC

    37 Tebu Lepidiota stigma (hama uret akar)

    Diazinon 600 EC, Marshal 5 GR, Indofuran 3 G

    38 Scirpophaga novella intacta (Penggerek pucuk tebu)

    Furadan 3 GR, Petrofur 3 GR, Regent 50 EC

    39 Chilo sacchariphagus (Penggerek batang Tebu)

    Dharmabas 500 EC, Furadan 3 G, Orthene 75 SP

    40 Rattus spp (Hama Tikus)

    Antikus 0,75 P, Racumin 0,0375 %, Pospit 80 WP

    41 Ustilago scitaminea (Penyakit pohkah bung)

    42 Ustilago scitaminea (Penyakit luka api)

    43 Marasmius sacchari (Penyakit dongkelan)

    44 Tembakau Prodenia litura (Penggerek daun)

    45 Heliothis spp (penggerek pupus/pucuk)

    Curater 3 GR, Sevin 85 SP Diazinon 10 GR,

    46 Agrotis sp (Ulat tanah) Dursban 200 EC

    Bemisia tabaci (kutu kebul) Sidador 30 EC, Methrisida 100 EC

    47 Phytophthora nicotianae (Penyakit lanas/busuk pangkal)

    Acrobat 50 WP, Ridomigold 350 ES, Sultricob 93 WP

    48 Pseudomonas solanacearum (Penyakit layu)

    49 Cercospora nicotianae (Penyakit bercak daun)

    Dithane M-45 80 WP, Sidazeb 80 WP, Topsin M 70 WP

    50 Tobacco Virus Mozaic (penyakit kerupuk)

    51 Spodoptera litura (Ulat Grayak)

    Ambush 20 EC, Atabron 50 EC, Dursban 200 EC

    52 Helicoverpa armigera (Ulat penggerek polong)

    Alika 247 ZC, Oscar 25 EC, Meteor 25 EC

    53 Earias vittela Ambush 20 EC, Atabron 50

  • (Ulat penggerek pucuk) EC, Dursban 200 EC

    54 Empoasca biguffula (wereng kapas)

    Sevin 85 SP, Lannate 25 WP

    55 Pectinophora gossypiella (Penggerek buah warna jingga)

    Lannate 25 WP

    56 Sylepta derogate (Ulat Penggulung daun)

    Ambush 20 EC, Atabron 50 EC, Dursban 200 EC

    57 Jarak pagar Chrysochoris javanus Westw (kepik lembing)

    Cakram 25 EC, Meteor 25 EC, Sniper 50 EC

    58 Spodoptera litura (Ulat Grayak)

    Alika 247 ZC, Ampligo 150 ZC

    59 Cercospora ricinella. (Penyakit Bercak Daun Coklat)

    Agrept 20 WP

    60 Xanthomonas ricinicola. (Penyakit Bercak Daun Bakteri)

    61 Nilam Pachyzaneba Stutalis (Ulat penggulung daun)

    62 Belalang (Orthoptera)

    63 Cryllidae ( Criket pemakan daun)

    64 Raistonia solanacearum (penyakit layu bakteri)

  • Lampiran 4. Beberapa Musuh Alami pada OPT Perkebunan

    No Jenis Musuh Alami OPT Sasaran Ket.

    A PATOGEN

    1 Beauveria bassiana Hypothenemus hampei

    Helopeltis, sp

    Empoasca sp

    Ulat Jengkal

    Ulat Api

    2 Spicaria sp Helopeltis, sp

    Empoasca sp

    3 Metarrhizium sp Oryctes rhinoceros

    4 Trichoderma sp Fusarium sp

    Phytopthora sp

    5 Paecilomyces sp Ulat Jengkal

    Helopeltis, sp

    6 Verticillium sp Coccidis sp

    Aphis, Thrips

    Diptera, Homoptera

    7 Nuclear polyhidrosis virus (NPV)

    Spodoptera litura (SL)

    8 Baculovirus oryctes Oryctes sp

    9 Empusa fomusa Pseudococus citri

    B PREDATOR

    1 Curinus coeruleus Heteropsylla sp

    Aphis gossypii

    2 Gonaxis sp (siput) Achatina sp

    3 Dermaptera Tirataba sp

  • sp/Cocopet Batrachedra sp

    4 Belalang sembah (Mantidae)

    Helopeltis, sp

    5 Scymnus, apicifearusmots

    Plenococcus citri

    6 Canobatra sp Kutu-kutu tebu (Ceratuvacuna sp)

    7 Lalat buas (Asilidae) larva Aderatus dan Phylophaga

    8 Laba-laba Berbagai OPT pada kopi dan kakao

    9 Tungau buas Kumbang sagu (Rhyncophorus)

    10 Capung (Odonata) Berbagai OPT

    C PARASITOID

    1 Cephalonomia stephanoderis

    Hypothenemus hampei

    2 Tetrastichus brontispae Brontispa longissima

    3 Compsomeria sp larva Lepidiota sp

    4 Tricgogramma japonicum

    telur penggerek batang tebu (Schirpophaga sp)

    5 Chelonus sp Batrachedra sp.

  • Lampiran 5. Beberapa Tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida

    No Jenis Tanaman Keterangan

    1 Tembakau (Nicotium tabacum)

    Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

    2 Tuba, Jenu (Derriseleptica)

    Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

    3 Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)

    Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.

    4 Kucai (Allium schonaoresum)

    Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.

    5 Bunga Camomil (Chamaemelum spp)

    Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.

  • 6 Bawang Putih (Allium sativum)

    Bawang putih secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga. Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.

    7 Abu Kayu Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman.

    8 Mint (Menta spp) Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.

    9 Kembang Kenikir (Tagetes spp)

    Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

    10 Cabai Merah (Capsium annum)

    Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.

    11 Sedudu Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.

  • 12 Kemangi (Ocimum sanetu)

    Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.

    13 Dringgo (Acarus calamus)

    Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.

    14 Tembelekan (Lantara camara)

    daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun.

    15 Rumput Mala (Artimista vulgaris)

    Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman

    16 Tomat (Lycopersicum eskulentum)

    Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk. Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.

    17 Gamal (Gliricidia sepium)

    Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.

    18 Bunga Mentega (Nerium indicum)

    Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan untuk mengusir semut.

    19 Minyak Cengkeh Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di tingkat petani. Tanaman ini banyak mengandung minyak atsiri yang mempunyai nilai jual tinggi. Minyak atsiri diperoleh melalui proses ekstraksi maupun penyulingan bagian daun atau bunga cengkeh. Minyak tersebut diketahui mengandung sampai dengan 80% eugenol dan berdasarkan uji laboratorium dan rumah kaca diketahui sangat efektif membunuh nematode puru akar, M. incognita.