petunjuk praktikum pj 2013 br

23
MODUL Praktikum Penginderaan Jauh PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN P IPS FKIP-UNS 2013 DISUSUN OLEH : Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc. Gentur Adi Tjahjono, S.Si

Upload: neymarjr40

Post on 29-Dec-2015

300 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pj

TRANSCRIPT

Page 1: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

MODUL

Praktikum Penginderaan Jauh

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN P IPS FKIP-UNS

2013

DISUSUN OLEH :

Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc.

Gentur Adi Tjahjono, S.Si

Page 2: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

1

ACARA I PENGENALAN OBYEK PADA BERBAGAI CITRA

(Pengamatan Secara Monoskopis)

I. TUJUAN : Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa agar dapat melakukan

pengenalan dan identifikasi obyek pada berbagai jenis citra dengan

berdasarkan unsur-unsur interpretasi citra

II. BAHAN & ALAT : Foto Udara pankromatik berwarna,foto udara pankromatik hitam putih,

foto udara inframerah berwarna, citra Ikonos, plastik transparansi, kertas

kalkir, spidol OHP, dan alat tulis menulis

III. DASAR TEORI :

Pengenalan obyek merupakan bagian yang vital dalam kegiatan interpretasi citra. Tanpa

dikenali identitas dan jenis obyek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dapat dilakukan analisis

lebih lanjut untuk memecahkan berbagai permasalahan yang akan diteliti.

Foto udara merupakan jenis citra tertua dalam penginderaan jauh, dan telah lama

dikembangkan (sehubungan dengan ketersediaan foto dan alat interpretasinya serta kemudahan

dalam interpretasinya). Gambaran pada foto udara lebih mirip dengan wujud aslinya di medan dan

lebih terperinci apabila dibandingkan dengan gambaran pada citra lainnya. Sebagai akibatnya, unsur

interpretasi citra pada foto udara adalah yang paling lengkap. Unsur interpretasi citra terdiri : rona

atau warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, tinggi, banyangan, situs, dan asosiasi.

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya. Interpretasi citra

merupakan kegiatan mengkaji citra dan atau foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi

obyek dan menilai arti pentingnya obyek. Dengan demikian, penafsir citra/ intepreter berupaya

untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan menerjemahkannya ke dalam disiplin ilmu

tertentu seperti geografi, pertanian, ekologi, dsb.

Dalam pengenalan obyek pada citra, terdapat tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan

meliputi deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi adalah pengamatan atas adanya suatu obyek, atau

penentuan ada atau tidaknya obyek pada citra. Deteksi merupakan tahap paling awal dalam kegiatan

interpretasi citra. Keterangan atau informasi yang diperoleh pada tahap deteksi masih bersifat global.

Identifikasi merupakan upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan

keterangan yang cukup. Keterangan atau informasi yang diperoleh pada tahap identifikasi bersifat

setengah terperinci. Pada tahap analisis, dengan berdasarkan hasil identifikasi, dikumpulkan

keterangan-keterangan lebih lanjut atau keterangan selengkap-lengkapnya. Informasi atau

keterangan yang diperoleh pada tahap analisis bersifat terperinci.

Page 3: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

2

Asas pengenalan obyek pada citra, dilakukan melalui pelacakan atau tracing tiga variasi

(perbedaan) yaitu variasi spektral, variasi spasial, dan veriasi temporal. Prinsip pengenalan obyek

pada citra mendasarkan atas penyidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik obyek yang

tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek disebut unsur interpretasi citra, yang

terdiri dari :

1. Rona dan Warna

Rona merupakan tingkat kegelapan/ kehitaman pada citra, dan pada umumnya rona

dibedakan menjadi putih, kelabu putih, kelabu hitam, dan hitam. Dalam interpretasi citra, rona dan

warna merupakan kunci utama untuk pengenalan obyek, sehingga rona dan warna disebut unsur

dasar atau unsur interpretasi primer. Contoh pengenalan obyek berdasarkan pada rona : pada foto

pankromatik, air nampak dengan rona gelap, namun air akan nampak dengan rona cerah apabila air

tersebut dangkal, deras alirannya, keruh, atau gabungan di antaranya.

2. Bentuk

Bentuk merupakan atribut yang jelas, sehingga banyak obyek yang dapat dikenali

berdasarkan bentuknya saja. Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk : tajuk pohon palma

berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu.

3. Ukuran

Ukuran merupakan atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan

volume. Ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, sehingga dalam interpretasi citra harus

selalu diperhatikan skalanya. Contoh pengenalan obyek berdasarkan ukuran : lapangan sepakbola,

disamping dicirikan dari bentuknya yang persegi panjang, lebih dicirikan dari ukurannya yaitu 100m x

80m.

4. Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra,atau pengulangan rona kelompok obyek

yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur sering dinyatakan dalam tekstur kasar,

sedang, dan halus. Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur : hutan bertekstur kasar, belukar

bertekstur sedang, dan semak bertekstur halus.

5. Pola

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan

manusia dan bebrapa obyek alamiah. Contoh pengenalan obyek berdasarkan pola : kebun karet,

kopi, dikenali dari pola larikan dan jarak tanamnya yang teratur.

6. Bayangan

Page 4: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

3

Bayangan bersifat menyembunyikan obyek yang berada di daerah gelap, sehingga obyek

yang tertutup bayangan akan samar atau tidak tampak sama sekali. Namun bayangan sering

merupakan kunci pengenalan yang penting dari obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan bayangan : lereng yang curam, lebih mudah dikenali dari

bayangannya

7. Situs Situs diartikan sebagai letak obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan

ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar. Contoh

pengenalan obyek berdasarkan situs : sawah, situsnya di dataran aluvial

8. Asosiasi Beberapa obyek sering berasosiasi erat dengan obyek lain sehingga suatu obyek dapat

ditandai dengan obyek lainnya. Asosiasi ini lebih besar manfaatnya dalam mengenali obyek bentukan

manusia. Contoh pengenalan obyek berdasarkan asosiasi : stasiun kereta api berasosiasi dengan rel,

lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang, dsb.

Citra Foto atau Foto Udara adalah foto yang dibuat atau direkam dengan pesawat udara atau

wahana lain, menggunakan kamera sebagai sensornya, menggunakan bagian spektrum tampak mata

atau perluasannya yaitu spektrum ultraviolet dekat dan inframerah dekat. Foto udara merupakan

jenis citra yang paling tua dalam penginderaan jauh dan paling banyak digunakan, karena berbagai

alasan antara lain : caranya sederhana, tidak mahal, mempunyai resolusi spasial baik (karena foto

udara berskala besar), integritas geometriknya baik (data jarak, luas, arah, ketinggian, dan lereng)

lengkap.

Jenis-jenis foto udara, dapat dibedakan berdasarkan atas : Spektrum elektromagnetik

(panjang gelombang) yang digunakan, arah sumbu kamera, sudut pandang/liputan kamera, jenis

kamera, dan berdasarkan wahana. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, foto

udara dibedakan menjadi :

1. Foto Udara Ultraviolet, yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet

(panjang gelombang 0,3 – 0,4 μm). Foto udara ini merupakan jenis foto udara dalam

pengembangan.

2. Foto Udara Ortokromatik, yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan spektrum dari

saluran biru hingga saluran hijau (panjang gelombang 0,4 – 0,56 μm). Foto udara Ortokromatik

mempunyai rona yang lemah (tidak tajam), tetapi mempunyai daya tembus air yang besar

(hingga 20 m), sehingga baik untuk studi pantai/kelautan dan studi vegetasi.

3. Foto Udara Pankromatik, yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum

tampak (panjang gelombang 0,4 – 0,7 μm). Foto Pankromatik ini kepekaannya sama dengan

Page 5: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

4

mata manusia, sehingga mudah diinterpretasi. Kesan yang terlihat pada foto sama wujudnya

dengan wujud di lapangan (pada foto pankromatik berwarna). Obyek yang banyak memantulkan

tenaga, pada foto nampak dengan rona cerah, sedangkan obyek yang banyak menyerap tenaga,

ronanya nampak gelap pada foto. Informasi metrik pada foto udara pankromatik lebih baik,

mempunyai resolusi spasial halus, sehingga batas antar obyek jelas.

4. Foto Udara Inframerah, yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan spektrum

inframerah dekat (panjang gelombang 0,7 – 0,9 μm, 0,7 – 1,2 μm, dan 0,55 – 0,9 μm). Foto udara

inframerah ini baik untuk studi vegetasi, dan mempunyai daya tembus yang besar terhadap

kabut tipis (sehingga memungkinkan dilakukan pemotretan dari pesawat terbang yang tinggi).

Foto udara inframerah juga mempunyai daya serap air yang besar (beberapa desimeter saja air

nampak gelap), sehingga baik untuk studi hidrologi.

5. Foto Udara Multiband/ Multispektral, yaitu foto udara yang dibuat dengan menggunakan

bagian-bagian spektrum yang lebih sempit, dan perekaman dilakukan pada saat bersamaan.

Pada umumnya dibuat dengan empat saluran yaitu : biru (0,4 – 0,5 μm), hijau ( 0,5 – 0,6 μm),

merah (0,7 – 0,8 μm), dan inframerah (0,8 – 0,9 μm). Foto yang dihasilkan mempunyai format

kecil, dan menghasilkan banyak data.

Penginderaan Jauh merupakan salah satu teknologi informasi spasial yang perkembangannya

cukup pesat, dan sangat membantu dalam kajian Geografi. Dengan segala keunggulan yang

dimilikinya, penginderaan jauh banyak membantu geografiwan sebagai sumber data dalam

perolehan data spasial maupun dalam analisis geografi. Citra penginderaan jauh menyajikan data

permukaan bumi secara lengkap dan mirip dengan letak dan wujudnya di permukaan bumi,dan

merupakan model medan ikonik,

Perkembangan penginderaan jauh yang cukup pesat memunculkan berbagai jenis citra

penginderaan jauh yang mempunyai resolusi yang baik. Selain citra foto (foto udara

konvensional), foto udara small format, foto udara digital, juga berkembang citra non foto seperti :

Landsat 1-7, SPOT 2-5, IKONOS, Quickbird, MODIS-tera, NOAA, dan sebagainya, sehingga sangat

banyak informasi permukaan bumi yang dapat diperoleh. Citra IKONOS mempunyai resolusi spasial 1

meter, sehingga setiap obyek yang berukuran 1 meter persegi di lapangan, akan tergambar. Selain itu

resolusi spektral citra IKONOS juga cukup baik, karena merupakan citra multispektral. Dengan

resolusi spasial dan spektral yang sangat baik tersebut, citra IKONOS dapat menggambarkan medan

dan permukaan bumi secara detil, sehingga sangat membantu dalam analisis spasial yang merupakan

inti kajian Geografi.

IV. INSTRUKSI / TUGAS :

Page 6: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

5

1. Amati berbagai foto udara dan citra yang digunakan sebagai bahan praktikum. Catat jenis foto

udara dan informasi tepi foto udara yang digunakan (misal nomor foto, skala, daerah liputan,

tahun pemotretan, dll)

2. Delineasi semua obyek yang ada pada foto udara (pada plastik transparansi)

3. Lakukan pengenalan berbagai obyek yang ada pada foto udara, baik untuk : man made features

dan natural features. Untuk pengenalan obyek, gunakan unsur interpretasi citra.

4. Lakukan pengenalan obyek pada jenis foto udara yang lain, dengan menggunakan unsur

interpretasi citra

5. Hasil delineasi dan pengenalan obyek, gambarkan ke dalam bentuk peta tentatif (dalam kertas

kalkir, dan gunakan kaidah kartografis)

6. Lakukan analisis terhadap kemudahan pengenalan obyek pada berbagai foto udara yang

digunakan

Page 7: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

6

ACARA II

INTERPRETASI CITRA UNTUK KAJIAN PENGGUNAAN LAHAN (INTERPRETASI SECARA STEREOSKOPIS)

I. TUJUAN : - Memberi ketrampilan kepada mahasiswa untuk praktik interpretasi citra secara stereoskopis

- Memberi ketrampilan kepada mahasiswa untuk interpretasi citra guna penyadapan informasi penggunaan lahan

II. BAHAN & ALAT : Foto Udara, plastik transparansi, kertas kalkir, spidol OHP, dan alat tulis menulis, stereoskop.

III. DASAR TEORI :

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya. Interpretasi citra

merupakan kegiatan mengkaji citra dan atau foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi

obyek dan menilai arti pentingnya obyek. Dengan demikian, penafsir citra/ intepreter berupaya

untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan menerjemahkannya ke dalam disiplin ilmu

tertentu seperti geografi, pertanian, ekologi, dsb.

Dalam pengenalan obyek pada citra, terdapat tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan

meliputi deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi adalah pengamatan atas adanya suatu obyek, atau

penentuan ada atau tidaknya obyek pada citra. Deteksi merupakan tahap paling awal dalam kegiatan

interpretasi citra. Keterangan atau informasi yang diperoleh pada tahap deteksi masih bersifat global.

Identifikasi merupakan upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan

keterangan yang cukup. Keterangan atau informasi yang diperoleh pada tahap identifikasi bersifat

setengah terperinci. Pada tahap analisis, dengan berdasarkan hasil identifikasi, dikumpulkan

keterangan-keterangan lebih lanjut atau keterangan selengkap-lengkapnya. Informasi atau

keterangan yang diperoleh pada tahap analisis bersifat terperinci.

Asas pengenalan obyek pada citra, dilakukan melalui pelacakan atau tracing tiga variasi

(perbedaan) yaitu variasi spektral, variasi spasial, dan veriasi temporal.

1. Variasi Spektral : merupakan perbedaan sifat atau karakteristik spektral obyek. Setiap obyek di

permukaan bumi mempunyai karakteristik spektral yang khas/ berbeda-beda dalam interaksinya

dengan tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh (panjang gelombang tenaga

elektromagnetik yang digunakan). Sebagai contoh, air mempunyai sifat menyerap banyak tenaga dan

sedikit memantulkan tenaga, sehingga pada citra air akan nampak dengan rona gelap. Berbeda

halnya dengan es, batu kapur, atau seng, obyek-obyek tersebut mempunyai sifat banyak

memantulkan tenaga, sehingga pada citra akan nampak dengan rona cerah.

2. Variasi Spasial : merupakan perbedaan pola keruangan, yang meliputi : ukuran, bentuk, tinggi,

luas, dsb. Bentuk yang terdapat pada citra atau foto udara sesuai dengan bentuk atau wujud aslinya

Page 8: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

7

di medan, sehingga dari bentuk yang terdapat pada citra atau foto udara kita dapat mengenali obyek.

Misalnya, sungai dapat dikenali pada citra atau foto udara dari bentuknya yang memanjang dan

berkelak-kelok. Sungai, jalan, dan jalan kereta api, akan mempunyai bentuk yang berbeda-beda

meskipun sama-sama unsur memanjang. Jalan misalnya, dapat dibedakan dengan sungai, dilihat dari

bentuknya yang memanjang dan relatif lurus.

3. Variasi Temporal : merupakan perbedaan ujud obyek yang direkam pada saat yang berbeda atau

perekaman pada saat yang sama tetapi umur obyek berbeda. Misalnya, pada foto pankromatik hitam

putih, sungai yang direkam pada musim kemarau akan berbeda ronanya dengan sungai yang

perekamnnya pada musim penghujan. Genteng rumah yang direkam pada saat masih baru, ronanya

akan nampak lebih cerah apabila dibandingkan dengan genteng lama.

Interpretasi foto udara dapat dilakukan secara monoskopis (tanpa menggunakan alat)

maupun stereoskopis (menggunakan stereoskop). Berbagai jenis citra tertentu (antara lain foto

udara, citra SPOT), dapat diamati secara stereoskopis. Syarat untuk melakukan pengamatan

stereoskopis antara lain:

a. Foto udara harus menggambarkan daerah yang sama (bertampalan), sehingga terdapat paralaks

pada daerah pertampalan. Paralaks adalah perubahan letak obyek terhadap titik acuan, yang

diakibatkan oleh perubahan lokasi pengamatan/lokasi pemotretan.

b. Sumbu kamera pada saat pemotretan kurang lebih terletak pada satu bidang vertikal

c. Perbandingan antara basis udara dan tinggi terbang (base height ratio, B/H) mempunyai nilai

tertentu, idealnya adalah 0,25

d. Skala foto yang berpasangan harus seragam. Perbedaan skala hingga 15% masih dapat

digunakan, namun pengukuran teliti diupayakan tidak melebihi 5 %

Foto udara merupakan sumber informasi yang penting untuk memperoleh informasi tentang

penggunaan lahan dan perubahannya. Informasi penggunaan lahan pada foto udara dapat diketahui

berdasarkan penutup lahannya. Selain itu foto udara multi temporal dapat digunakan untuk

memantau perubahan penggunaan lahan sepanjang waktu (Lillesand & Kiefer, 1979). Dengan

keunggulan-keunggulan tersebut, foto udara merupakan alternatif yang baik untuk perolehan

informasi penggunaan dan perubahan penggunaan lahan, karena dengan penggunaan foto udara,

pemborosan waktu, tenaga, dan biaya dapat ditekan.

Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia baik secara permanen maupun

siklis terhadap suatu kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhan

disebut lahan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik kebendaan maupun spiritual (

Malingreau, 1982). Arsyad (1989:207) mengemukakan bahwa penggunaan lahan merupakan setiap

bentuk investasi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup

baik material maupun spiritual.

Page 9: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

8

Lahan merupakan tempat berlangsungnya segala aktivitas manusia dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidupnya. Segala aktivitas manusia akan selalu terkait dengan lahan, sehingga interaksi

antara manusia dengan lahan (lingkungan) di sekitarnya akan tercermin dalam berbagai bentuk

penggunaan lahan. Penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kondisi fisik

lingkungan, kondisi perekonomian masyarakat, perkembangan teknologi, dan kebijakan pemerintah

daerah setempat. Menurut I Made Sandy (1977), jumlah penduduk dan perubahannya, penyebaran

dan bidang nafkahnya, serta organisasi masyarakat merupakan faktor-faktor penentu dalam pola

maupun arah kecenderungan penggunaan tanah di suatu daerah.

Salah satu permasalahan yang penting untuk diperhatikan dalam kajian penggunaan lahan

adalah masalah klasifikasi penggunaan lahan. Klasifikasi adalah penetapan obyek-obyek kenampakan

atau unit-unit menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan

berdasarkan sifat-sifat khusus atau berdasarkan kandungan isinya. (Malingreau.1978: 7). Dalam

klasifikasi penggunaan lahan, harus diperhatikan skala peta dasar yang digunakan, karena skala peta

yang digunakan akan berpengaruh pada klasifikasi penggunaan lahannya. Pada foto udara skala kecil

informasi yang dapat disadap berupa klasifikasi penggunaan lahan pada tingkat 1, seperti lahan

pertanian, lahan kota, lahan hutan, tubuh air dan lain sebagainya. Foto udara skala sedang digunakan

untuk perolehan klasifikasi penggunaan lahan tingkat 2, misalnya rincian kota berupa permukiman,

daerah perdagangan, daerah rekreasi, dan lain-lain. Foto udara skala besar digunakan untuk

memperoleh klasifikasi penggunaan lahan tingkat 3, misalnya daerah permukiman yang teratur,

setengah teratur, dan tidak teratur.

Peranan penginderaan jauh sangat besar di dalam sistem informasi data dan pengelolaannya,

salah satu peranannya adalah untuk mendeteksi perubahan (Everett dan Simonett (1976), dalam

Sutanto (1992). Foto udara merupakan sumber informasi yang penting mengenai perubahan tata

guna lahan sepanjang waktu (Paine, 1981). Citra satelit seperti citra Landsat TM dan citra SPOT juga

dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan, namun penggunaan citra tersebut

hanya sesuai untuk pemetaan skala kecil dan untuk cakupan daerah yang luas. Dengan munculnya

citra IKONOS, memungkinkan pemanfaatannya untuk kajian perubahan penggunaan lahan skala

detil.

IV. INTRUKSI / TUGAS :

1. Dari foto udara yang telah disiapkan, lakukan interpretasi citra secara stereoskopis. Langkah-

langkah untuk pengamatan secara stereoskopis sbb :

- Memasang sepasang foto udara yang akan diintepretasi (foto udara yang bertampalan)

- Menentukan titik pusat dan titik pindahan foto udara

Page 10: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

9

- Melakukan pengamatan secara stereoskopis (dengan cara mengggeser-geser foto udara

sedemikian rupa sehingga titik pusat foto 1 dan titik pusat pindahan foto 1 seolah-olah

nampak menjadi satu/menumpuk)

- Membatasi daerah efektif foto udara

- Mendelineasi semua kenampakan yang ada pada foto udara

- Melakukan interpretasi penggunaan lahan pada foto udara, dengan menggunakan unsur

interpretasi citra, dan mendasarkan pada pelacakan variasi spektral, spasial, dan temporal)

2. Lakukan analisis hasil interpretasi, baik analisis tentang cara interpretasi (bandingkan dengan

interpretasi secara monoskopis), maupun analisis hasil interpretasinya (kajian penggunaan

lahannya)

3. Gambarkan hasil interpretasi ke dalam bentuk peta tentatif (dalam kertas kalkir, dan gunakan

kaidah kartografis)

Lampiran : Contoh Klasifikasi Penggunaan Lahan

Tabel. Klasifikasi Liputan Lahan/ Penggunaan Lahan skala 1 : 25. 000; skala 1 : 50.000; skala 1 :

63.500; dan skala 1 : 100.000

No Kategori liputan lahan/ Penggunaan lahan Keterangan

1. Perkampungan Kampung Kuburan Emplasement

2. Lahan pertanian Sawah 2X setahun Sawah 1X setahun Sawah 1X setahun padi, dan 1X setahun bukan padi Ladang berpindah

3. Lahan perkebunan Karet Kopi Dan sebagainya

4. Kebun Sawah yang ditanami sayuran dan tidak pernah di

tanami padi Kebun kering dengan bermacam-macam tanaman

5. Hutan Hutan lebat Hutan belukar Hutan sejenis

6. Kolam-kolam ikan

7. Rawa

8. Ladang tandus : secara ekonomi tidak termasuk no.6

9. Lahan tandus : Hutan penggembalaan

10. Lain-lain

Sumber : Kartono, et al (1989: 87)

Page 11: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

10

Page 12: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

11

Tabel. Klasifikasi Liputan Lahan/ Penggunaan Lahan Untuk Pemetaan Tematik Dasar di Indonesia.

Tingkat I Tingkat II Tingkat III

1. Daerah perkotaan dan terbangun

a. Permukiman perkotaan Permukiman perkotaan

b. Perdagangan, jasa, Indus tri Perdagangan, jasa, industri

c. Kelembagaan Kelembagaan

d. Transportasi, komunikasi Transportasi, komunikasi

e. Lahan terbangun lainnya Lahan terbangun lainnya

f. Bukan lahan terbangun Bukan lahan terbangun

2. Daerah pedesaan a. Permukiman pedesaan Permukiman pedesaan

b. Lahan bervegetasi diusa- hakan Sawah irigasi

Sawah tadah hujan

Sawah pasang surut

Tegalan

Perkebunan

c. Lahan bervegetasi tidak diusahakan

Hutan lahan kering

Hutan lahan basah

Belukar

Semak

Rumput

d. Lahan tidak bervegetasi (lahan kosong )

Lahan terbuka

Lahar dan lava

Beting pantai

Gosong pantai

Gumuk pasir

e. Tubuh perairan Danau

Waduk

Tambak

Rawa

Sungai

f. Kelurusan Kelurusan

Sumber : Malingreau (1977: 15)

Page 13: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

12

ACARA III

INTERPRETASI CITRA UNTUK KAJIAN PERKOTAAN

I. TUJUAN : Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa agar dapat melakukan interpretasi

citra untuk kajian perkotaan melalui pengamatan stereoskopis

II. BAHAN & ALAT : Foto Udara, plastik transparansi, kertas kalkir, spidol OHP, dan alat tulis menulis,

stereoskop.

III. DASAR TEORI :

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya. Interpretasi citra

merupakan kegiatan mengkaji citra dan atau foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan

menilai arti pentingnya obyek. Dengan demikian, penafsir citra/ intepreter berupaya untuk mengenali obyek

yang tergambar pada citra dan menerjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geografi, pertanian,

ekologi, dsb. Di dalam pengenalan obyek pada citra, terdapat tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan meliputi

deteksi, identifikasi, dan analisis. Asas pengenalan obyek pada citra, dilakukan melalui pelacakan atau tracing

tiga variasi (perbedaan) yaitu variasi spektral, variasi spasial, dan veriasi temporal.

Penginderaan jauh dalam perkembangannya mempunyai nilai terapan yang sangat tinggi,hal ini terjadi

karena penginderaan jauh dapat diadopsi oleh hampir setiap ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek studi

permukaan bumi. Dalam bidang Geografi, pemanfaatan penginderaan jauh ini sangat menonjol, karena

penginderaan jauh banyak membantu geografiwan di dalam perolehan data spasial maupun di dalam analisis

geografi, baik analisis spasial, ekologikal, dan kompleks kewilayahan.

Foto udara pankromatik hitam putih merupakan foto udara yang dibuat dengan menggunakan

spektrum tampak (0.36 m - 0.72 m ). Kepekaan foto udara pankromatik hitam putih hampir sama dengan

kepekaan mata manusia sehingga mempermudah untuk interpretasi. Resolusi spasialnya halus sehingga batas

antar obyek terlihat dengan jelas. Foto udara pankromatik hitam putih merupakan foto yang paling banyak

digunakan (Paine, 1981). Menurut Cowell (1976) dalam Sutanto (1992) ada empat keunggulan foto udara

Pankromatik Hitam Putih yaitu :

a) Kesan rona obyek sama dengan kesan mata yang memandang obyeknya karena kepekaan film sama

dengan kepekaan mata manusia.

b) Resolusi spasialnya halus, resolusi yang halus memungkinkan pengenalan obyek yang berukuran kecil.

c) Stabilitas dimensionalnya tinggi sehingga banyak digunakan dalam bidang fotogrametri

d) Film pankromatik telah banyak dikembangkan sehingga orang telah terbiasa untuk menggunakannya.

Foto udara merupakan sumber informasi yang penting untuk memperoleh informasi tentang

penggunaan lahan dan perubahannya. Informasi penggunaan lahan pada foto udara dapat diketahui

berdasarkan penutup lahannya. Selain itu foto udara multi temporal dapat digunakan untuk memantau

perubahan penggunaan lahan sepanjang waktu (Lillesand & Kiefer, 1979). Dengan keunggulan-keunggulan

tersebut, foto udara merupakan alternatif yang baik untuk perolehan informasi penggunaan dan perubahan

penggunaan lahan, karena dengan penggunaan foto udara, pemborosan waktu, tenaga, dan biaya dapat

ditekan.

Page 14: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

13

Dengan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, selain untuk perolehan informasi penggunaan lahan,

foto udara juga sangat baik digunakan untuk kajian perkotaan, antara lain untuk kajian jaringan transportasi,

ketersediaan open space (lahan terbuka), kajian ketersediaan lahan pertanian, kajian permukiman (pola

permukiman, kepadatan permukiman), kajian struktur kota (desa atau kota), dan lain-lain.

Dalam kegiatan interpretasi citra, untuk memperoleh gambaran daerah yang akan diinterpretasi

secara utuh, perlu disusun mozaik foto. Mozaik foto merupakan paduan dua lembar atau lebih foto udara/

citra yang saling bertampalan untuk menggambarkan suatu daerah dalam satu lembar foto secara utuh.

Penyusunan mozaik foto dilakukan dengan menyambung / menggabungkan bagian foto yang bertampalan.

Contoh penyusunan mozaik :

Foto 1 Foto 2 Foto 3

Mozaik dibedakan menjadi : mozaik terkontrol, mozaik tak terkontrol dan mozaik setengah terkontrol.

Mozaik terkontrol disusun dari foto udara yang telah mengalami rektifikasi (penghilangan kesalahan akibat

kemiringan sumbu kamera) dan ratioing (penyeragaman skala di seluruh bagian foto). Mozaik tak terkontrol

disusun dari foto yang tidak dilakukan penyesuaian skala dan ukuran lainnya. Pada mozaik terkontrol,

digunakan titik kontrol, sedangkan pada mozaik tak terkontrol tidak ada titik kontrol medan. Mozaik setengah

Page 15: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

14

terkontrol merupakan gabungan dari mozaik terkontrol dan mozaik tak terkontrol. Mozaik setengan terkontrol

dapat dibuat dari foto tanpa rektifikasi tetapi dengan menggunakan titik kontrol di medan, atau foto yang

direktifikasi tetapi tanpa titik kontrol medan (Paine, 1981, dalam Sutanto, 1994).

Manfaat penyusunan mozaik adalah : (1). Diperoleh gambaran umum daerah yang akan diinterpretasi,

(2).Penempatan titik-titik kontrol tepi (wing point) guna penyusunan peta hasil interpretasi foto stereoskopis,

(3). Membantu penentuan batas liputa efektif pada pertampalan samping, (4). Perencanaan kerja lapangan

(jalar lintas, jadwal verja Medan, dll), dan (5). Peta verja bagi darah yang belum ada petanya

IV. INTRUKSI / TUGAS :

1. Susun beberapa foto udara yang telah disiapkan menjadi satu mozaik foto udara (sesuai dengan kelompok

yang telah dibuat)

2. Siapkan pengamatan citra secara stereoskopis.

3. Pilih salah satu tema kajian berikut : ( misalkan :

- Penggunaan lahan, dengan tema khusus jenis penggunaan lahan tertentu, misalkan : ketersediaan lahan

pertanian, ketersediaan open space / lahan terbuka

- Jaringan transportasi

- Permukiman (sebaran, pola, kepadatan permukiman), dan lain-lain.

Satu mahasiswa memilih satu tema kajian (disesuaikan dengan fenomena geografis yang ada pada foto

udara)

4. Lakukan interpretasi citra, sesuai tema kajian yang dipilih

5. Gambarkan hasil interpretasi ke dalam bentuk peta tentatif (dalam kertas kalkir, dan gunakan kaidah

kartografis)

6. Lakukan analisis hasil interpretasi, baik analisis tentang cara interpretasi, maupun analisis hasil

interpretasinya (sesuai tema kajian yang dipilih)

Page 16: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

15

ACARA IV

INTERPRETASI CITRA IKONOS UNTUK KAJIAN PERKOTAAN

I. TUJUAN : Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa agar dapat melakukan interpretasi

citra untuk penyadapan data/ informasi dari citra Ikonos untuk kajian perkotaan

II. BAHAN & ALAT : Citra Ikonos, plastik transparansi, kertas kalkir, spidol OHP, dan alat tulis menulis.

III. DASAR TEORI :

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya. Interpretasi citra

merupakan kegiatan mengkaji citra dan atau foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan

menilai arti pentingnya obyek. Dengan demikian, penafsir citra/ intepreter berupaya untuk mengenali obyek

yang tergambar pada citra dan menerjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geografi, pertanian,

ekologi, dsb. Di dalam pengenalan obyek pada citra, terdapat tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan meliputi

deteksi, identifikasi, dan analisis. Asas pengenalan obyek pada citra, dilakukan melalui pelacakan atau tracing

tiga variasi (perbedaan) yaitu variasi spektral, variasi spasial, dan veriasi temporal.

Penginderaan Jauh merupakan salah satu teknologi informasi spasial yang perkembangannya cukup

pesat, dan sangat membantu dalam kajian Geografi. Perkembangan penginderaan jauh yang cukup pesat

memunculkan berbagai jenis citra penginderaan jauh yang mempunyai resolusi yang baik. Dengan segala

keunggulan yang dimilikinya, penginderaan jauh banyak membantu geografiwan sebagai sumber data dalam

perolehan data spasial maupun dalam analisis geografi. Salah satu jenis citra beresolusi tinggi yang

berkembang adalah Citra IKONOS. Satelit IKONOS merupakan satelit komersil pertama yang dioperasikan

dengan tingkat ketelitian 1 meter untuk model pankromatik dan 4 meter untuk model multispektral yang

merupakan milik Space Imaging Agency (USA), dan berhasil memproduksi citra satelit inderaja dengan

ketelitian 235 kali ketelitian citra Landsat -7 band pankromatik. Dengan teknik “Pan Sharpening”, citra

pankromatik 1 meter dapat dikombinasikan dengan citra multispektral 4 meter. Saluran pankromatik

menggunakan panjang gelombang (0.45 m - 0.90 m ) dan multispektral dengan 3 saluran pada panjang

gelombang tampak (visible) serta satu saluran inframerah dekat. Tabel berikut menunjukkan band-band

spektral yang terdapat pada sensor IKONOS.

Tabel 1. Band Spektral Pada Sensor IKONOS

Tipe Data Julat Spektral (μm)

Pankromatik 0.45 – 0.90

Multispektral Band 1 0.45 – 0.53 (Biru)

Multispektral Band 2 0.52 – 0.61 (Hijau)

Multispektral Band 3 0.64 – 0.72 (Merah)

Multispektral Band 4 0.77 – 0.88 (Inframerah Dekat)

Semua produk Ikonos menggunakan datum WGS 84 dan proyeksi yang digunakan adalah UTM,

Tranverse Mecator, Albers Conical Equal Area dan Lambert Conformal Conic (Spaceimaging, 2001)

Page 17: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

16

Produk Satelit IKONOS dapat dibedakan dalam tiga tingkatan berdasarkan tingkat akurasi posisinya,

yaitu :

1. Georectified Product (Geo) : merupakan produk ideal untuk pengamatan visual dan interpretasi, karena

produk ini sudah direktifikasi pada datum & sistem proyeksi peta

2. Orthorectified Product : Pada produk ini telah dilakukan ortorektifikasi pada ellipsoid & proyeksi peta

tertentu. Orthorektifikasi dilakukan untuk menghilangkan distorsi citra akibat kesalahan geometrik dan

pergeseran relief. Jenis Precision dan Precision Plus merupakan produk yang mempunyai tingkat akurasi

ketelitian yang tinggi, karena telah menggunakan titik control tanah maupun DEM (Digital Elevation

Model). Jenis Presicion Plus bukan merupakan produk standar, dan hanya disediakan untuk golongan

tertentu.

3. Stereo Product : Produk ini hanya dapat digunakan oleh lembaga pemerintahan saja. Stereo Product

menggunakan film kamera model Rational Polynomial Coefisient (RCP), yang menyediakan model data

kamera dengan paket program untuk fotogrammetri dengan koordinat 3D, DEM dan citra yang telah

diorthorektifikasi.

Dengan resolusi spasial 1 meter, maka setiap obyek yang berukuran 1 meter persegi di lapangan,

akan tergambar pada citra IKONOS. Selain itu resolusi spektral citra IKONOS juga cukup baik, karena merupakan

citra multispektral. Dengan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya (resolusi spasial dan spektral yang sangat

baik), citra IKONOS sangat bermanfaat dan merupakan alternatif yang baik untuk perolehan informasi yang

bersifat rinci. Untuk kajian perkotaan, diperlukan informasi yang bersifat rinci. Hal tersebut mengingat bahwa

kota merupakan perwujudan geografis yang sangat dinamis perkembangannya, antara lain dicirikan oleh

penggunaan lahan yang intensif dan persil lahannya yang sempit, akibat persaingan penggunaan lahan di

perkotaan yang sangat tinggi. Dengan padatnya bangunan di daerah perkotaan, akan menjadi permasalahan

tersendiri dalam hal perolehan informasi perkotaan apabila perolehan informasi dilakukan secara terstrial.

Dengan demikian, citra Ikonos sangat bermanfaat dan menjadi alternatif yang baik untuk kajian perkotaan yang

pada umumnya memerlukan informasi yang rinci. Informasi tentang penggunaan lahan, jaringan transportasi,

ketersediaan open space (lahan terbuka), perkembangan permukiman, kualitas permukiman di perkotaan dan

lain-lain, dapat diperoleh melalui citra Ikonos.

IV. INTRUKSI / TUGAS :

1. Susun beberapa citra Ikonos yang telah disiapkan menjadi satu mozaik citra (sesuai dengan kelompok yang

telah dibuat)

2. Pilih salah satu tema kajian berikut (satu kelompok satu tema) :

- Sebaran, Pola, dan perkembangan permukiman

- Kualitas permukiman

- Ketersediaan dan tingkat kecukupan open space / lahan terbuka

- Ketersediaan lahan pertanian dan daya dukung lahan

- Sebaran fasilitas kota (misal : fasilitas kesehatan, pendidikan, perdagangan, dll) dan tingkat kecukupannya

3. Lakukan interpretasi citra, sesuai tema kajian yang dipilih

Page 18: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

17

4. Untuk mendukung hasil analisis, gunakan data acuan (bisa diperoleh antara lain dari catatan statistik,

hasil penelitian sebelumnya, dll)

5. Gambarkan hasil interpretasi ke dalam bentuk peta tentatif (dalam kertas kalkir, dan gunakan kaidah

kartografis)

6. Lakukan analisis hasil interpretasi, baik analisis tentang cara interpretasi, maupun analisis hasil

interpretasinya (sesuai tema kajian yang dipilih)

Page 19: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

18

ACARA V

INTERPRETASI CITRA UNTUK PENGENALAN BENTUK LAHAN

I. TUJUAN : Mahasiswa agar dapat melakukan interpretasi citra untuk pengenalan bentuk lahan

secara stereoskopis

II. BAHAN & ALAT : Foto Udara, Citra Ikonos, plastik transparansi, kertas kalkir, spidol OHP, dan alat

tulis menulis, stereoskop cermin.

III. DASAR TEORI :

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuklahan (landform), yang penekanannya

pada genesa, bentuk, dan distribusi (persebaran). Bentuklahan menurut Howard & Spok (1940), adalah setiap

unsur bentanglahan (landscape) yang dicirikan oleh ekspresi permukaan yang jelas, struktur internal atau

kedua-duanya dan menjadi pembeda yang mencolok dalam mendiskripsi fisiografik suatu daerah.

Menurut Verstappen (1977), dalam identifikasi dan pengenalan bentuklahan melalui citra

penginderaan jauh, terdapat 3 kriteria untuk identifikasi yaitu berdasarkan pada :

a. Bentuk atau relief

Citra yang stereoskopis dapat menyajikan aspek bentuk lebih jelas

Kesan bayangan memperjelas bentuk pada citra non stereoskopis.

b. Density (Grey tone) atau color tone pada citra berwarna

Perbedaan daerah spektrum yang digunakan akan dapat mengakibatkan perbedaan rona

Sistem dari citra yang digunakan perlu tetap dipertahankan dalam interpretasi karena sistem

mempengaruhi density

Perbedaan obyek dapat menimbulkan beda rona.

c. Lokasi, terutama landscape ecologic situation

Pada citra, lokasi dapat tercermin pada density atau dapat pula oleh relief

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam analisis sitematis untuk identifikasi bentuklahan,

adalah ;

a. Pendekatan Pola (Pattern Approach) : Cara ini mirip dengan survey land system, yaitu daerah studi dipilahkan

menjadi satuan-satuan bentanglahan utama, kemudian masing-masing dipecah menjadi satuan yang lebih

terinci. Sebagai pola dasar pemilahan biasanya adalah : bentuk, pola pengaliran, kenampakan erosi,

vegetasi dan bentang budaya. Cara ini disebut juga landscape analysis dimana satuan landscape yang

dihasilkan kurang lebih sama dengan satuan landform, tetapi tidak selalu tepat.

b. Pendekatan Geomorfologis atau Fisiografis : lahan dibedakan menjadi satuan-satuan geomorfologi

berdasarkan pertimbangan genesis (asal usul). Hal tersebut mengingat bahwa genesis dari berbagai

kenampakan menunjukkan sifat yang terkandung dan potensi ekonomi. Cara ini lebih baik untuk maksud

terapan, misalnya untuk pendekatan di dalam survey tanah, hidrologi, dan sebagainya.

Page 20: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

19

c. Pendekatan Unsur atau Parameter : Cara ini mendasarkan pada ketiga kriteria tersebut masing-masing

secara terpisah, sehingga dapat menghasilkan satuan-satuan geomorfologi yang lebih tepat dan rinci.

Bentuklahan dapat dikenali berdasarkan interpretasi citra dan foto udara. Identifikasi bentuklahan

mengacu pada kriteria yang dikemukakan oleh Verstappen (1977) yang meliputi kriteria relief, kriteria

densitas, dan kriteria lokasi. Kriteria relief berhubungan dengan bentuk dari kenampakan vertikal dan

horisontal. Kriteria densitas berhubungan dengan rona foto udara yang digunakan, sedangkan kriteria lokasi

berhubungan dengan situs dan lokasi ekologis bentuklahan.

IV. INTRUKSI / TUGAS :

1. Siapkan foto udara atau citra yang akan diinterpretasi

2. Susun foto udara atau citra yang akan didinterpretasi menjadi mozaik citra

3. Lakukan delineasi bentuk lahan yang ada pada foto udara atau citra

4. Lakukan interpretasi bentuk lahan yang ada pada foto udara atau citra menggunakan beberapa parameter

untuk pengenalannya, gunakan tabel berikut :

No Obyek Bentuk Pola Aliran Materi Lereng Lokasi Bntk Lahan

V1 …….... …….... …….... …….... …….... …….... Kipas aluvial

F1 …….... …….... …….... …….... …….... …….... Dataran banjir

5. Lakukan analisis hasil interpretasi (bagaimana bentuk lahan yang ada pada daerah liputan, dan bagaimana

interpretasi geomorfologi daerah yang terliput pada foto udara tersebut)

6. Gambarkan hasil interpretasi ke dalam bentuk peta tentatif (dalam kertas kalkir, dan gunakan kaidah

kartografis)

Page 21: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

20

ACARA VI

INTERPRETASI CITRA UNTUK PENILAIAN KARAKTERISTIK LAHAN (UNTUK PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH)

I. TUJUAN :

1. Mahasiswa dapat melakukan penilaian karakteristik lahan melalui interpretasi citra

2. Mahasiswa dapat melakukan perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan hasil interpretasi citra

II. BAHAN & ALAT : Citra Ikonos, kertas kalkir, komputer (hardware),software (Google earth, ArcView)

dan alat tulis menulis.

III. DASAR TEORI :

Dewasa ini pemanfaatan teknologi penginderaan jauh semakin berkembang pesat, baik dalam hal

bidang terapannya maupun frekuensi pemanfaatannya. Hal ini disebabkan karena penginderaan jauh

memungkinkan perolehan informasi permukaan bumi secara cepat dan lebih murah dibandingkan dengan cara

terestrial, dengan ketelitian yang cukup akurat. Citra penginderaan jauh menggambarkan obyek, daerah, atau

gejala di permukaan bumi dengan : (a) ujud dan letak obyek yang mirip dengan ujud dan letaknya di

permukaan bumi, (b) relatif lengkap, (c) meliput daerah yang luas, dan (d) permanen. Dalam bidang Geografi,

penginderaan jauh banyak membantu geografiwan di dalam perolehan data spasial maupun di dalam analisis

spasial yang merupakan ciri kajian geografi. Dengan kelebihannya tersebut, citra penginderaan jauh dapat

dimanfaatkan sebagai sumber data utama untuk berbagai bidang kajian, terutama untuk pengelolaan

sumberdaya alam.

Dari citra penginderaan jauh, dapat disadap informasi lahan, baik informasi fisik maupun informasi

sosial ekonomi. Dalam kajian perencanaan pengembangan wilayah, citra penginderaan jauh merupakan

sumber data utama yang penting, karena citra penginderaan jauh mampu menyajikan informasi lahan secara

up to date. Berdasarkan informasi fisik lahan yang dapat disadap dari citra penginderaan jauh, akan dapat

ditentukan bagaimana garis besar perencanaan pengembangan wilayah dapat dilakukan, juga sebagai rambu-

rambu sejauh mana perencanaan pengembangan wilayah dapat dilakukan.

Penyadapan data penginderaan jauh, dilakukan melalui kegiatan interpretasi citra. Interpretasi

adalah proses mengenali dan mengkaji mengenai objek, wilayah dan fenomena pada citra penginderaan jauh

dengan maksud untuk mendapatkan informasi mengenai objek, wilayah, atau fenomena tersebut (Lillesand

dan Kiefer, 1990).

Interpretasi citra dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Interpretasi secara

langsung, diartikan sebagai penyadapan data berdasarkan gambaran/ kenampakan yang secara langsung dapat

terlihat pada citra (misalkan pola aliran, bentuk, dsb). Interpretasi secara tidak langsung, berarti bahwa

informasi yang disadap dari citra bukan berdasar kepada gambaran yang nampak secara langsung pada citra,

melainkan berdasarkan deduksi/ penarikan kesimpulan dari gambaran yang nampak langsung pada citra (misal

informasi tentang ketersediaan air tanah, dapat dideduksi dari bentuk lahannya).

Perkembangan penginderaan jauh yang cukup pesat memunculkan berbagai jenis citra

penginderaan jauh yang mempunyai resolusi yang baik. Dengan segala keunggulan yang dimilikinya,

Page 22: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

21

penginderaan jauh banyak membantu geografiwan sebagai sumber data dalam perolehan data spasial maupun

dalam analisis geografi. Salah satu jenis citra beresolusi tinggi yang berkembang adalah Citra IKONOS. Satelit

IKONOS merupakan satelit komersil pertama yang dioperasikan dengan tingkat ketelitian 1 meter untuk model

pankromatik dan 4 meter untuk model multispektral yang merupakan milik Space Imaging Agency (USA), dan

berhasil memproduksi citra satelit inderaja dengan ketelitian 235 kali ketelitian citra Landsat -7 band

pankromatik. Dengan teknik “Pan Sharpening”, citra pankromatik 1 meter dapat dikombinasikan dengan citra

multispektral 4 meter. Saluran pankromatik menggunakan panjang gelombang (0.45 m - 0.90 m ) dan

multispektral dengan 3 saluran pada panjang gelombang tampak (visible) serta satu saluran inframerah dekat.

Dengan resolusi spasialnya yang cukup tinggi, citra Ikonos memungkinkan penyadapan data dengan skala rinci.

Informasi tentang karakteristik lahan yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan pengembangan wilayah

dapat disadap dari Citra Ikonos.

IV. INTRUKSI / TUGAS :

1. Siapkan citra Ikonos yang akan diditerpretasi, dengan cara mendownload citra dari Google Earth.

2. Lakukan cropping pada citra yang akan diinterpretasi, cropping citra dipilih sedemikian rupa sehingga

menggambarkan bentuk lahan yang bervariatif.

3. Lakukan delineasi bentuk lahan dengan digitasi on screen

4. Lakukan interpretasi citra secara visual untuk penyadapan data karakteristik lahan (secara kualitatif), dan

masukkan ke dalam tabel berikut :

Tabel Karakteristik Lahan dari Citra

No Bentuk Lahan

Karakteristik Lahan

Kmrngn Lereng

Krptn Aliran Kdlmn Tanah Drainase Permukaan Land Use

1

2

3

5. Gambarkan hasil interpretasi ke dalam bentuk peta tentatif digital , dan gunakan kaidah kartografis

6. Berdasarkan hasil interpretasi, lakukan analisis bagaimana perencanaan

pengembangan wilayah yang dapat dilakukan pada daerah yang

didinterpretasi (misalkan perencanaan penggunaan lahannya).

7. Apabila diperlukan, selain karakteristik lahan, interpertasi juga data-data sosial ekonomi sebagai

pendukung perencanaan pengembangan wilayah

8. Lakukan analisis hasil interpretasi, baik analisis tentang cara interpretasi, maupun analisis hasil

interpretasinya.

Page 23: Petunjuk Praktikum PJ 2013 Br

22