laporan praktikum...i laporan praktikum uji kesehatan benih i oleh : golongan b/kelompok 1b 1. erta...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PRAKTIKUM
UJI KESEHATAN BENIH I
Oleh :
Golongan B/Kelompok 1B
1. Erta Aprilia Widyaning Arum (161510501002)
2. Olivia Patricia Br. Sembiring (161510501006)
3. Richard Martogi (161510501009)
LABORATORIUM PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan kegiatan untuk mengelola dan membudidayakan
benih/bibit yang digunakan untuk memperbanyak suatu tanaman itu sendiri yang
nantinya akan menghasilkan nilai jual yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Benih/bibit tersebut dapat diperoleh dari kegiatan memproduksi benih
yang mempunyai syarat dimana benih tersebut diproduksi di daerah yang
memiliki kondisi daerah yang mendukung untuk memproduksi benih,
menggunakan varietas-varietas yang unggul dan telah teruji, melakukan
pemeliharaan terhadap benih, mempunyai teknologi yang mendukung pengujian
benih dan menerapkan kultur jaringan yang tepat pada benih.
Benih yang digunakan sebagai perkembangbiakan tanaman harus
memiliki standar mutu yang baik dan telah memiliki setrifikat mutu benih. Mutu
dalambenih dapat dilihat dari aspek mutu penampilan benih, aspek mutu
berkecambah dan viabilitas benih serta aspek mutu keseragaman benih seperti
keseragaman bobot benih, keseragaman kadar air, sudah dilakukannya sortasi
benih terhadap gulma dan kebersihan benih. Pengujian benih salah satunya adalah
pengujian terhadap mutu fisik pada benih. Benih yang akan diuji terlebih dahulu
dipilih dan dipisahkan dari kotoran benih yang sudah digabungkan pada awal
penyimpanan benih. Pengujian berdasarkan mutu fisik dilihat dari kemurnian
benih yang ditandai dari tidak tercampurnya benih dengan kotoran benih dan
varietas-varietas lain. Pengujian benih tahap pertama untuk mendapatkan benih
murni tersebut merupakan langkah awal untuk mendapatkan benih yang
berkualitas baik dan mempunyai mutu yang baik.
Benih yang belum digunakan sebagai bahan tanam akan segera disimpan
di tempat yang sudah disterilkan agar tidak teserang oleh hama dan penyakit.
Benih yang terserang oleh hama dan patogen adalah pada bagian kulit benih dan
embrio benih. Pengujian benih yang dilakukan untuk mengetahui benih yang
terserang patogen adalah dengan melakukan pengujian benih secara inkubasi.
Pengujian melalui inkubasi dapat membuktikan adanya serangan cendawan dan
2
bakteri pada benih yang sedang dibudidayakan dan akan menghasilkan warna
kulit benih/biji yang terserang tampak memiliki warna yang berbeda dari keadaan
normal.
Benih yang sudah melewati tahap pengujian dan sudah memiliki standar
mutu benih yang baik akan aman untuk disemaikan di media tanam dan
dibudidayakan. Benih-benih tersebut juga harus mempunyai daya kecambah yang
baik dan memiliki kadar air yang optimal untuk melangsungkan kehidupan benih
pada media tanam. Benih yang memiliki daya kecambah yang baik juga termasuk
faktor pendukung untuk mendapatkan kualitas hasil produksi.
1.2 Tujuan
1. Menghitung presentase benih yang sehat dan yang sakit
2. Menghitung jumlah biji/benih yang sehat yang berkecambang
3. Mengetahui patogen yang menyerang, misalnya cendawan atau bakteri, dan
warna patogen
4. Mengetahui jumlah biji/benih yang terserang oleh cendawan dan berapa yang
terserang bakteri
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Benih yang digunakan sebagai bahan tanam harus memiliki kualitas benih
yang baik agar nantinya dapat menghasilkan produksi yang baik dan dapat
digunakan secara terus menerus. Benih bahan tanaman tersebut merupakan bagian
benih yang digunakan untuk memperbanyak bagian tanaman itu sendiri atau
dilakukannya perkembangbiakan benih-benih unggul yang mempunyai standar
mutu yang baik berdasarkan kualitas dan kuantitas benih serta sudah memiliki
sertifikat benih yang baik (Fadhilah et al., 2014).
Benih diklasifikasikan menjadi tiga jenis benih, yaitu benih penjenis (BS),
benih dasar (BD) dan benih pokok (BP). Benih penjenis merupakan benih yang
dihasilkan oleh badan pemulia tanaman dan diselenggarakan oleh bimbingan dan
pengawasan pemulia tanaman. Benih dasar merupakan benih yang dihasilkan
melalui benih penjenis (turunan dari benih penjenis). Benih dasar biasanya hanya
dilakukan oleh institusi dan lembaga pemerintah dalam melakukan perbanyakan
tanaman. Perbanyakan benih dasar juga dapat dilakukan oleh badan swasta yang
diawasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Benih pokok merupakan
benih yang dihasilkan oleh benih penjenis dan benih dasar dan juga perbanyakan
benih pokok dapat dilakukan oleh badan swasta yang diawasi oleh Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (Pijoto, 2003).
Ciri-ciri benih yang dapat digunakan sebagai bahan tanaman adalah benih
yang bernas, tidak adanya keriput pada kulit benih/biji, benih sudah melewati
tahap sortasi, mempunyai kemampuan bercambah 85% dan benih yang
berkualitas baik adalah benih yang terbebas dari adanya serangan patogen seperti
cendawan dan bakteri. Benih-benih yang akan digunakan sebagai bahan tanam
harus melewati tahap pengujian benih dengan menggunakan teknologi yang sudah
berkembang hingga saat ini. Teknologi tersebut berperan dalam membantu
pengujian benih agar mengefektifkan waktu pengujian benih secara langsung
(Sulthoni et al., 2016).
Benih atau biji yang sakit ditandai adanya penyakit dan jamur pada kulit
biji/benih dan tidak dapatnya biji/benih melakukan perkecambahan. Penyakit-
4
penyakit yang menyerang benih/biji tersebut mempunyai kemampuan untuk
berkembang biak dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyerang pada
biji/benih yang ada disekitar benih sakit tersebut. Penyakit yang biasanya
ditemukan pada benih/biji adalah penyakit antraknosa pada tanaman cabai,
penyakit brown spot pada tanaman padi, dan penyakit soybean mosaic pada
tanaman kedelai (Hayati et al., 2014).
Benih yang berkembang secara terus-menerus dan tidak segera ditanam
maka akan meningkatnya masa penyimpanan terhadap benih tersebut.
Perkecambahan pada benih biasanya mencapai 99% setelah dilakukannya
inkubasi pada benih. Benih yang sudah melewati tahap inkubasi selama 12 jam
akan menghasilkan perkecambahan pada spora sebanyak 90%. Perkecambahan
akan berlangsung dengan baik jika benih tersebut memiliki kadar air yang cukup
untuk melakukan pertumbuhan daya kecambah (Dhominic and Shomari, 2016).
Benih-benih yang terserang oleh bakteri akan mempengaruhi hasil akhir
dari benih yang akan digunakan sebagai bahan tanam. Bakteri dapat
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya benih/biji dan akan semakin
meningkatnya serangan bakteri pada kondisi lingkungan yang tepat untuk
perkembangbiakan bakteri. Bakteri juga berperan sebagai modulasi
perkembangan bibit yaitu tunas dan akar rambut. Benih/bibit harus mempunyai
kemampuan untuk menahan serangan patogen (Verma et al., 2015).
Kualitas dari benih yang akan diproduksi akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas benih itu sendiri adalah kondisi
selama terjadinya tahap produksi benih berupa kondisi suhu yang kurang stabil
dan tidak terjaganya kelembapan benih, pengolahan dan perawatan benih serta
penyimpanan benih tersebut. Kualitas benih yang baik akan menghasilkan benih-
benih yang mempuyai sifat unggul dan dapat berproduksi secara optimal serta
digunakan secara terus-menerus (Mattioni., et al, 2015)
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Benih acara “Uji Kesehatan Benih I
(Bagian Ilmu Penyakit Tumbuhan)” dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Oktober
2017 pukul 12.45-14.45 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Jember
3.2 Alat dan Bahan
3.1 Alat
1. Tissue
2. Kertas label
3. Cawan petri
4. Kamera
5. Kertas saring
3.2 Bahan
1. Aquadest
2. Klorok
3. Biji padi, jagung, kedelai dan kacang tanah
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Menyiapkan sejumlah biji yang sudah terpilih misal 20 untuk padi, 12-15 untuk
jagung dan kacang tanah dan kedelai, tidak perlu mensterilisasi.
2. Menyiapkan cawan petri yang sudah tercuci dengan klorok 1% dan membilas
dengan air steril 2% dan memberi kertas/filter bulat.
3. Membasahi kertas filter dengan air steril dan menutupnya.
4. Mengatur biji yang sudah dipilih dalam cawan petri dengan pinset steril sampai
hampir penuh, menutup cawan dan menginkubasikan. Melakukan pengamatan
pada 2,3,5 dan 7 hari setelah tanam.
6
5. Mengamati jumlah biji yang sehat dan yang sakit, jumlah biji yang
berkecambah, jumlah biji yang terserang cendawan dan yang terserang bakteri,
warna koloni patogen dan memfoto.
6. Membuat grafik hubungan antara jumlah biji yang sehat dan yang sakit dengan
hari pengamatan, menghubungkan hari pengamatan dengan jumlah biji yang
terserang bakteri atau cendawan. Menganalisis tabel dan grafik sebagai
HASIL.
7. Membuat pembahasan, mengapa biji yang teruji kurang sehat atau sangat sehat,
mengapa banyak yang terserang cendawan atau sebaliknya, mengapa banyak
yang terserang bakteri. Mengapa semakin lama hari inkubasi terjadi hasil
demikian.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Pengujian kesehatan benih
2. Grafik hubungan jumlah biji sehat dan yang sakit dengan hari pengamatan
3. Grafik hubungan hari pengamatan dengan jumlah biji yang terserang bakteri
atau cendawan
3.5 Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis statistika kuantitatif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji kesehatan benih (aspek penyakit tanaman)
No. Jenis Benih 2
Keterangan
Sehat Sakit
1. Kedelai
100% 0%
Biji kedelai belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal
2. Kacang tanah
100% 0%
Biji kacang tanah belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal
3. Padi
100% 0%
Biji padi belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal
4. Jagung
100% 0%
Biji jagung belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal
8
No. Jenis Benih 3
Keterangan
Sehat Sakit
1. Kedelai
100% 0%
Biji kedelai belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal
2. Kacang tanah
100% 0%
Biji kacang tanah belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal
3. Padi
100% 0%
Biji padi belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal
4. Jagung
100% 0%
Biji jagung belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal
9
No. Jenis Benih 5
Keterangan
Sehat Sakit
1. Kedelai
12 benih 3 benih
Biji kedelai
menunjukkam ada 12
benih/biji dalam keadaan
normal tetapi tidak
berkecambah dan 3
benih dalam kondisi
sakit
2. Kacang tanah
13 benih 2 benih
Biji kacang tanah
menunjukkam ada 13
benih/biji dalam keadaan
normal tetapi tidak
berkecambah dan 2
benih dalam kondisi
sakit
3. Padi
15 benih 0 benih
Biji padi belum
menunjukkan adanya
serangan penyakit dan
menunjukkan keadaan
normal dan mulai
berkecambah
4. Jagung
13 benih 2 benih
Biji jagung
menunjukkam ada 13
benih/biji dalam keadaan
normal tetapi tidak
berkecambah dan 2
benih dalam kondisi
sakit
10
No. Jenis Benih 7
Keterangan
Sehat Sakit
1. Kedelai
10 benih 5 benih
Biji kedelai
menunjukkam ada 10
benih/biji dalam keadaan
normal tetapi tidak
berkecambah dan 5
benih dalam kondisi
sakit
2. Kacang tanah
13 benih 2 benih
Biji kacang tanah
menunjukkam ada 13
benih/biji dalam keadaan
normal tetapi tidak
berkecambah dan 2
benih dalam kondisi
sakit
3. Padi
14 benih 1 benih
Biji padi menunjukkam
ada 14 benih/biji dalam
keadaan normal dan
sudah berkecambah
tetapi 1 benih dalam
kondisi mati
4. Jagung
15 benih 0 benih
Biji kacang tanah
menunjukkam ada 15
benih/biji dalam keadaan
normal dan berkecambah
keseluruhan
11
4.1.2 Grafik hubungan antara jumlah biji sehat dan yang sakit dengan hari
pengamatan
4.1.3 Grafik hubungan hari pengamatan dengan jumlah biji yang terserang bakteri
atau cendawan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Kedelai Kacang tanah Padi Jagung
Hari 2
Hari 3
Hari 5
Hari 7
0
1
2
3
4
5
6
Kedelai Kacang tanah Padi Jagung
Hari 2
Hari 3
Hari 5
Hari 7
12
4.2 Pembahasan
Pengujian biji kedelai, kacang tanah, padi dan jagung yang dilakukan
selama selang hari 2,3,5 dan 7 menghasilkan jumlah biji yang sehat dan yang
sakit. Pada hari ke 2 dan 3 keempat biji tersebut belum menunjukkan tanda-tanda
berkecambah dan mulai terserang patogen. Benih yang sehat berdasarkan benih
yang diamati adalah benih mempunyai kadar air yang cukup untuk melakukan
perkecambahan dan terjaga kondisi lingkungan serta suhu yang optimal dari
tempat benih tersebut dirawat. Perawatan benih dilakukan dengan menyiram
benih tersebut agar tetap lembab dan memperhatikan perkembangan patogen pada
benih. Benih yang tidak dilakukan perawatan akan menyebabkan benih dengan
mudah terserang oleh cendawan dan benih tidak dapat berkembang secara
optimal.
Biji kedelai, kacang tanah, padi dan jagung berdasarkan pengamatan yang
dilakukan tidak menunjukkan presentase yang meningkat dari adanya serangan
cendawan dan bakteri. Biji-biji yang biasanya mudah terserang oleh cendawan
dan bakteri ada benih yang memiliki daya kecambah yang rendah, rentan terhadap
serangan cendawan atau bakteri, memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi jika
tercampur pada biji-biji yang kotor dan memiliki standar mutu benih yang rendah.
Biji kedelai, kacang tanah, padi dan jagung yang diamati tetap dijaga kualitas
benihnya dan dilakukan perawatan setiap hari untuk menghasilkan benih yang
bebas akan serangan penyakit, tetapi untuk pengamatan hari ke 5 dan ke 7 sudah
ada benih yang terserang cendawan dan bakteri. Penyebab biji terserang pada hari
ke 5 dan ke 7 adalah kurangnya perawatan dan perhatian lingkungan disekitar
benih seperti yang dilakukan pada hari ke 2 dan ke 3.
Biji kedelai, kacang tanah, padi dan jagung berdasarkan pengamatan yang
dilakukan selama masa inkubasi 2, 3, 5 dan 7 hari. Masa inkubasi pada hari ke 5
menghasilkan 3 biji kedelai yang terserang oleh penyakit, 2 biji kacang tanah
yang terserang oleh penyakit dan 2 biji jagung yang terserang oleh penyakit. Masa
inkubasi pada hari ke 7 menghasilkan 5 biji kedelai yang terserang oleh penyakit,
2 biji kacang tanah yang terserang oleh penyakit dan 1 biji padi yang terserang
oleh penyakit yang menyebabkan benih tersebut mati.
13
Masa inkubasi dapat diartikan sebagai masa berkembangbiaknya berbagai
jenis cendawan dan bakteri selama perkembangan/perkecambahan pada biji atau
benih. Masa inkubasi yang semakin lama maka akan menimbulkan serangan
cendawan dan bakteri yang semakin cepat (besar), dimana semakin lamanya masa
inkubasi maka dapat menyebabkan benih/biji tersebut mati dikarenakan serangan
cendawan semakin banyak sehingga benih yang disimpan terlalu lama tersebut
sebaiknya dalam waktu dekat segera ditanamn atau memperhatikan serta merawat
benih secara terus-menerus agar benih tetap mempunyai daya kecambah yang
baik dan terhindar dari serangan cendawan dan bakteri.
14
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kelembaban pada benih/biji akan mempengaruhi proses perkecambahan pada
benih/biji dalam waktu cepat atau lambat.
2. Faktor lingkungan dalam wadah peletakan benih/biji juga mempengaruhi
proses perkecambahan pada benih/biji.
3. Masa inkubasi akan mempengaruhi pertumbuhan patogen pada benih.
4. Benih yang sakit akan ditandai dengan adanya serangan patogen dan benih
tidak dapat berkecambah secara optimal.
5.2 Saran
Saran untuk kegiatan praktikum Teknologi Produksi Benih acara “Uji
Kesehatan Benih I” yaitu mengusahakan keamanan tempat penyimpanan
benih/biji yang diamati praktikan dikarenakan banyaknya benih/biji kedelai dan
kacang tanah praktikan yang hilang dan tidak diketahui apa penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dominic, M and S. Shomari. 2016. Sources, Survival and Transmission of
Cryptosporiopsis Sp., Leaf and Nut Blight Pathogen of Cashew (Anacardium
Occidentale Linn). Communications in Plat Sciences, 6(1): 19-25
Fadhilah, S., S. Wiyono dan M. Surahman. 2014. Pengembangan Teknik Deteksi
Fusarium Patogen pada Umbi Benih Bawang Merah (Allium Ascalonicum)
di Laboratorium [Development of Detection Technique for Fusarium
Pathogen on Seedling Shallot (Allium Ascalonicum) Bulb at Laboratorium].
Hortikultura, 24(2): 171-178.
Hayati, H., H. Basri dan Husni. 2014. Pengaruh Jenis Mulsa dan Intensitas
Naungan terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa dan Hasil Cabai
(Capsicum Annum). Manajemen Sumberdaya Lahan, 3(2): 489-495.
Mattioni, N.M., et al. 2015. Individual Electrical Conductivity Test for The
Assessment of Soybean Seed Germination. Semina, 36(1): 31-38.
Pijoto, S. 2003. Benih Bawang Merah. Yogyakarta : Kanisius.
Sulthoni, K. I., W. H. Susanto dan S. D. Wijayanti. 2016. Pengaruh Pemberian
Antikapang (Buffer Amilum) dan Waktu Penyimpanan Sementara terhadap
Kualitas Benih Jagung Hibrida. Pangan dan Agroindustri, 4(2): 474-482.
Verma, S.K., et al. 2015. Bacteria Modulate Seedling Development. Plant
Biology, 1(1): 1-31.
LITERATUR
Fadhilah, S., S. Wiyono dan M. Surahman. 2014. Pengembangan Teknik Deteksi
Fusarium Patogen pada Umbi Benih Bawang Merah (Allium Ascalonicum)
di Laboratorium [Development of Detection Technique for Fusarium
Pathogen on Seedling Shallot (Allium Ascalonicum) Bulb at Laboratorium].
Hortikultura, 24(2): 171-178.
Sulthoni, K. I., W. H. Susanto dan S. D. Wijayanti. 2016. Pengaruh Pemberian
Antikapang (Buffer Amilum) dan Waktu Penyimpanan Sementara terhadap
Kualitas Benih Jagung Hibrida. Pangan dan Agroindustri, 4(2): 474-482.
Hayati, H., H. Basri dan Husni. 2014. Pengaruh Jenis Mulsa dan Intensitas
Naungan terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa dan Hasil Cabai
(Capsicum Annum). Manajemen Sumberdaya Lahan, 3(2): 489-495.
Pijoto, S. 2003. Benih Bawang Merah. Yogyakarta : Kanisius.
Dominic, M and S. Shomari. 2016. Sources, Survival and Transmission of
Cryptosporiopsis Sp., Leaf and Nut Blight Pathogen of Cashew
(Anacardium Occidentale Linn). Communications in Plat Sciences, 6(1):
19-25.
Verma, S.K., et al. 2015. Bacteria Modulate Seedling Development. Plant
Biology, 1(1): 1-31.
Mattioni, N.M., et al. 2015. Individual Electrical Conductivity Test for The
Assessment of Soybean Seed Germination. Semina, 36(1): 31-38.
LAMPIRAN FLOWCHART
LAMPIRAN TABEL ACC
DOKUMENTASI