peternakan baru
DESCRIPTION
makalah peternakan : Itik PekingTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama, bahwa perkembangan Perunggasan sejak awal tahun
2004 telah banyak didera dengan berbagai cobaan yang banyak mengakibatkan terpuruknya
usaha di bidang Perunggasan, baik itu Peternak Ayam Ras (Ras Petelur/Pedaging), Ayam
Bukan ras maupun Peternak Itik. Dimulai dengan adanya serangan penyakit unggas yang
terkenal ganas yaitu penyakit Avian Influenza atau yang lebih populer dengan sebutan
penyakit Flu Burung sampai dengan kenaikan harga bahan baku pakan ternak maupun pakan
ternak jadi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, kondisi seperti itu dirasa sangat
menekan terhadap perkembangan perunggasan secara menyeluruh. Pembangunan sub sektor
peternakan tidak bisa terlepas dari kegiatan pembangunan pertanian, karena pembangunan
sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian, hal ini sejalan dengan
apa yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Juni
2005 tentang Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) dimana Peternakan
termasuk didalamnya.
Apabila kita amati bersama dari kondisi yang telah terjadi dalam pengembangan
pembangunan peternakan fokus yang paling menonjol dan perlu mendapat perhatian serius
adalah komoditi perunggasan, hal ini disebabkan dengan banyaknya kasus penyakit AI
maupun kenaikan harga pakan serta penurunan minat masyarakat terhadap budidaya unggas
terutama unggas berupa Ayam Buras, malahan tidak sedikit kasus penyakit AI ini yang
menyerang terhadap manusia, sehingga pembangunan perunggasan perlu disikapi dengan arif
dan selektif serta harus bias menciptakan terobosan alternative untuk mempercepat
pemenuhan kebutuhan daging yang berasal dari Unggas. Dari pengalaman di lapangan
ternyata ada komoditi lain selain ayam ras pedaging yang mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan daging dengan waktu cepat serta kualitas yang tidak kalah dengan ayam ras
pedaging yaitu unggas air berupa Itik Peking (Peking Duck). Dimana Peking Duck
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produksi daging kurang dari 2 bulan bisa
menghasilkan berat badan sekitar 3 – 3,3 kg, sehingga sudah siap untuk dipotong.
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pola pengembangan pemeliharaan Itik Peking ini tiada lain:
1. Untuk mencari alternative terobosan dalam rangka mempercepat produksi daging
yang berasal dari Unggas Air (Itik).
2. Merubah Pola Usaha Unggas Air (Itik) dari yang Nomaden kearah yang Intensif.
3. Menjadikan usaha Unggas Air (Itik) menjadi usaha Pokok Masyarakat.
4. Menciptakan peternak yang mandiri dan berkualitas (Peternak Tangguh).
5. Menyediakan permintaan pasar terutama permintaan daging Itik yang
bekualitas.
Sedangkan tujuan dari budidaya Itik Peking (Peking Duck) ini antara lain:
1. Meningkatkan produksi daging Itik yang berkualitas.
2. Meningkatkan pendapatan dari para peternak Itik.
3. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan.
4. Mengurangi tingkat pengangguran.
5. Memperkenalkan usaha peternakan Itik jenis Pedaging yang bisa menghasilkan
daging kualitas prima dalam waktu relative singkat.
6. Disamping penyediaan daging, juga bisa menghasilkan bulu Itik (FeathersDuck)
sebagai bahan kerajinan seperti Shutle Cok, Jok Kursi, Kamoceng dll.
1.3. Rumusan Masalah
Dalam setiap kegiatan, tentunya selalu timbul permasalahan baik permasalahan
yang besar maupun pemasalahan kecil, dan setiap permasalahan perlu dicarikan
alternative pemecahannya. Masalah Itik Peking ini ada sedikit permasalahan yang
kiranya perlu diambil langkah-langkah untuk mencapai keberhasilan dan yang timbul
pada saat ini diantaranya:
1. Permintaan Daging Itik Peking di pasaran cukup tinggi, tetapi sumber pasokan
daging pada saat ini masih mengandalkan kepada daging Import.
2. Budidaya Itik Peking pada saat ini masih dikuasai oleh Pengusaha Besar, sedangkan
peternak di pedesaan masih relative sedikit.
3. Penyediaan bakalan (DOD) peking masih bersifat tertutup, belum secara mudah
didapatkan oleh masyarakat luas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Itik merupakan salah satu jenis unggas yang berpotensi untuk dikembangkan karena
pemeliharaannya yang mudah dan mempunyai ketahanan hidup yang tinggi (Murtidjo, 2006).
Menurut tujuan utama pemeliharaannya, ternak itik sebagaimana ternak ayam, dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu: tipe pedaging, petelur dan ornamen. Penggolongan tersebut didasarkan
atas produk atau jasa utama yang dihasilkan oleh itik tersebut untuk kepentingan manusia.
Itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging biasanya sifat-sifat pertumbuhan yang
cepat serta struktur perdagingan yang baik. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam
golongan ini adalah Aylesbury, Cayuga, Orpington, Muskovi, Peking dan Rouen
(Srigandono, 1997).
Itik adalah unggas yang paling tahan terhadap pakan berserat kasar tinggi, hal ini
disebabkan sekum itik berkembang lebih baik dibandingkan ayam. Didalam sekum terdapat
mikrobia yang mampu mencerna serat kasar menjadi asam lemak volatile yang digunakan
untuk mensuplai kebutuhan energi (Haqiqi, S. H, 2008).
Ternak itik memiliki kemampuan lebih tahan penyakit, dapat dipelihara tanpa atau
dengan air (Srigandono, 1997).
Itik yang sering dimanfaatkan sebagai penghasil daging biasanya bertipe jantan. Cara
membedakan jenis kelamin itik salah satunya adalah dengan melihat warna bulu dan paruh.
Paruh itik jantan berwarna lebih tua dan bulu akan tumbuh kelihatan kasar (Djarijah, 1996).
Cara memilih dod itik yang baik, yang harus dilihat ketika kita memilih bibit
adalah bibit itik tersebut memiliki bulu yang bagus dan kering, kedua matanya melek, itik
bergerak lincah, tidak cacat pada kaki (pincang). Lalu setelah memilih bibit yang baik,
selanjutnya adalah pemeliharaan dimana biasanya ini adalah masa-masa yang sulit sehingga
tidak sedikit yang gagal didalamnya (Yuwanta T, 1993).
Menurut Maulidya Siella Ningtyas dkk (2013) Meskipun tak ada perbedaan total telur
yang dihasilkan antara itik yang dipelihara dari DOD atau Meri. Berikut ini kriteria memilih
DOD maupun itik siap diternakkan :
3
Kriteria DOD Unggul
· Bobot 38-40 gram.
· Pusarnya sudah kering dan duburnya bersih.
· Berbulu bagus dan kering.
· Kedua matanya melek.
· Itik bergerak lincah.
· Tidak ada cacat pada kaki (pengkor).
Pembibitan itik (DOD) yang dilakukan secara intensif tidaklah sebanyak pembibitan
ayam (DOC), yang ada hanya penetasan telur yang diperoleh dari berbagai peternak yang
kemudian ditetaskan oleh peternak kecil menengah (rumahan). Indukannya pun bukan
berasal dari hasil seleksi. Tak heran jika saat ini sulit menemukan bibit itik unggul dalam
jumlah besar dan umurnya seragam (Susila, A. B, 1997).
Daerah sentra peternak itik dan penghasil bibit itik (Day Old Duck/DOD) dan itik siap
dibesarkan atau itik siap bertelur (Meri) adalah di Alabio-Kalimantan Selatan, Cirebon,
Cimalaya-Jawa Barat, Tegal-Jawa Tengah, dan Mojosari-Jawa Timur .DOD/ Day Old Duck
anak itik jantan.Harus bebas dari penyakit unggas a.I: Avian Influenza Fowl Pox, Avian
Chlamydiasis Salmonellosis (S. pullorum; S, enteridis), Aspergilosis Cocidiosis dan penyakit
unggas lainnya yang ditetapkan (Dinas Peternakan dan kesehatan hewan Kalimantan Barat).
Pakan merupakan kebutuhan utama dalam usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya
untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya. Kita
ketahui bersama fungsi pakan pada makhluk hidup terutama ternak adalah sebagai penghasil
energi. Setelah energi terbentuk maka akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (memelihara jaringan tubuh), kalau ada kelebihan energi akan dipergunakan untuk
berproduksi (telur dan daging) dan bereproduksi (Mulatsih, S.Sumiati, dan Tjakradijaja,
2010).
DOD (day old duck) umur 1-2 minggu sebaiknya ditempatkan dikandang yang
dilengkapi pemanas, yaitu berupa box yang sekelilingnya tertutup atau bisa juga ditutup
dengan kain/plastik. Kandang diberi fentilasi yang cukup agar sirkulasi udara terjaga, lalu
sebelum DOD / bibit itik dimasukkan semprotkan disinfektan agar kandang bebas dari
kuman/penyakit yang dapat menyerang itik. Lalu didalam pemberian pakan, itik umur 1-2
minggu perlu diberi pakan yang sedikit demi sedikit tetapi continue, berikan vitamin dan
antibiotik untuk menjaga kesehatan itik dan menambah nafsu makan. Dan yang terakhir
4
selalu bersihkan kandang secara rutin, sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit
(Maulidya Siella Ningtyas dkk, 2013).
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Lokasi Usaha
Penelitian ini dilakukan ke suatu peternakan Itik peking yang terdapat di desa Rejoso,
Kec. Junrejo, Kota Batu. Peternakan tersebut milik Bapak Swastito. Dari hasil penelitian dan
wawancara yang dilakukan, dapat diperoleh berbagai ilmu yang sangat berharga dan
bermanfaat untuk memperkaya ilmu kita dalam bidang ilmu peternakan khususnya ternak
unggas.
3.2 Sejarah Singkat
Itik peking merupakan salah satu hewan ternak yang paling banyak di tekuni oleh
para peternak di Indonesia. Itik peking bisa di manfaatkan daging dan telurnya, namun itik
peking lebih banyak di minati dagingnya oleh masyarakat. Oleh karena itu, para peternak itik
memanen ternakannya sebagai daging. Olahan makanan dari daging itik sangat bervariasi dan
cukup mendapat tempat di masyarakat. Selain itu pertumbuhan itik relatif cepat, sehingga
tidak heran bisnis itik ini cukup prospektif untuk ditekuni.
Sebagai upaya untuk memaksimalkan budidaya dan bisnis itik ini telah dikembangkan
pola Kemitraan Peternakan Itik Peking. Itik dikenal juga dengan istilah Itik (bahasa Jawa).
Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild
mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang
yang disebut Anas domesticus (ternak itik).
Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika
Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim tropis
dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal,
Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta
Lombok.
6
Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan,
yaitu:
1. Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-
INA
2. Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga
3. Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun,
Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik
tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik
petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi,
Bogor.
Berikut spesifikasi bentuk standar itik peking jantan dan betina :
1. Kepala : Agak besar dengan crown (pial) yang tinggi, bagian depan crown tersebut
agak terangkat ke atas, seolah-olah terangkat dari rahang atas. Pipinya tampak
penuh dan berisi.
2. Paruh : Relatif pendek tetapi tebal karena kulmen yang tinggi dan membulat. Warna
orange cerah dengan ujung paruh agak putih.
3. Mata : Tampak liar dan siaga, tetapi agak terlindung oleh alis yang menonjol dan pipi
yang berisi, warna mata kebiruan.
4. Punggung : Sekitar 65% lebih panjang dari lebarnya, namun demikian tampak agak
pendek karena bagian ekor terangkat ke atas, serta rump (tungging) yang
menebal, sedangkan bagian depan punggung rata.
5. Ekor : Terangkat, lebat menyebar, dan cukup panjang.
6. Badan : Berimbang antara panjang dan lebar, relatif kekar, berdaging dan penuh. Dada
lebar, perut besar dan penuh, tetapi tidak terjatuh.
7. Kaki : Kuat dan tidak terlalu panjang, warna merah-orange.
8. Bulu : Lebar dan fluffy terutama pada bagian posterior, warna putih-krem sampai
krem.
7
9. Penampilan : Antara 35-40° dari garis horizontal, hidup dan ringan dalam pergerakan.
10. Berat standar : Jantan dewasa 4,5 kg dan betina dewasa 4 kg.
Bisnis itik peking merupakan peluang bisnis yang cukup potensial bagi masyarakat
Indonesia, ada beberapa hal yang membuat peluang bisnis ini layak dipertimbangkan:
1. Dari segi laju pertumbuhannya, ternak itik dapat tumbuh lebih cepat dari ternak ayam,
apalagi itik yang tergolong tipe pedaging seperti itik peking. Pada umur satu bulan
berat itik peking sudah mencapai 1,5kg dan pada umur 2 bulan beratnya sudah bisa
mencapai 3kg, sedangkan untuk ayam potong (broiler) pada umur yang sama hanya
bisa mencapai berat sekitar 1kg dan 2kg.
2. Ternak itik diyakini jauh lebih tahan terhadap penyakit jika dibandingkan dengan ternak
ayam. Sekalipun penyakit-penyakit yang menyerang ternak ayam pada umumnya juga
menyerang itik, namun akibat yang diderita oleh itik tidak terlalu parah. Hal ini
terkecuali hanya pada kepekaannya terhadap aflatoxin di mana itik amat peka
terhadap aflatoxin yaitu jamur pada biji-bijian.
3. Dalam bentuk usaha peternakan rakyat, peternakan itik dapat diusahakan dengan
memanfaatkan peralatan yang amat sangat sederhana, misalnya perkandangannya
serta alat-alat yang digunakan dalam kandang. Bahkan itik dapat bertahan hidup di
alam terbuka dengan model kandang seperti kemahnya anak pramuka.
4. Dalam usaha peternakan itik yang diusahakan secara ekstensif kita dapat memanfaatkan
alam sekitar di mana banyak terdapat sumber-sumber karbohidrat dan protein yang
terbuang sia-sia seperti sisa-sisa panen padi di sawah, cacing, ikan-ikan kecil di
sungai-sungai, dan lain sebagainya. Di samping itu, karena itik memiliki insting
berkelompok (flocking instinct) yang amat kuat, maka ini sangat membantu dalam hal
pengendalian terutama untuk model pemeliharaan yang bersifat ekstensif
(digembalakan).
5. Kulit telur itik pada umumnya lebih tebal dibandingkan dengan kulit telur ayam. Ini
mempunyai arti penting dalam hal mengurangi resiko pecah atau retak terutama dalam
penanganan (product handling) dan transportasi. Terlebih untuk usaha penetasan telur
dan pembuatan telur asin.
8
6. Pada umumnya unggas air seperti ternak itik dan yang lainnya jarang atau bahkan bisa
dikatakan tidak memiliki sifat kanibal dan agonistik (berkelahi).
7. Sisi lain pemanfaatan limbah terutama bulu, selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan
kasur, bantal, atau pakaian, maka untuk bulu itik jenis tertentu seperti entok dan yang
lainnya dapat dipergunakan sebagai bahan suttle kock. Ini berarti ada nilai lebih dari
limbah yang berasal dari ternak itik.
8. Jika dibandingkan dengan telur ayam ras maka telur itik terkesan lebih dihargai karena
telur itik dijual dengan satuan butir/biji sedangkan untuk telur ayam ras dijual dengan
satuan kilogram (kg).
9. Secara umum harga produk ternak itik baik untuk komoditi telur atau daging terasa
lebih stabil jika dibandingkan dengan produk ternak ayam.
Sedangkan berdasarkan hasil kunjungan ke peternakan milik Bapak Swastito, itik
peking yang dipelihara memiliki ciri-ciri : memiliki warna bulu putih, badan lebar dan besar.
Paruh berwarna kuning atau orange, sedangnkan kakinya juga berwarna orange. Itik peking
memiliki pergerakan yang lamban. Itik peking yang sudah dewasa mempunyai bobot badan
sekitar 4,5 kg untuk pejantan dan sekitar 4 kg untuk itik betina.
3.3 Pola Pengembangan Budidaya Iitik Peking (Peking Duck)
3.3.1 Sistem Pemeliharaan
Untuk menentukan suatu bentuk usaha terutama dalam usaha ternak Itik, maka yang
pertama kali diperhatikan yaitu tujuan usaha, apakah tujuannya untuk menghasilkan daging
konsumsi atau mau menghasilkan bibit supaya untuk langkah selanjutnya bisa ditentukan
sistem pemeliharaan yang akan diambil.Dalam usaha perunggasan terutama Unggas Air (Itik)
dikenal dengan sistem pemeliharaan yaitu:
Sistem Pemeliharaan Extensive.
Sistem Pemeliharaan Semi Intensive.
Sistem Pemeliharaan Intensive.
Sistem Pemeliharaan Extensive, dimana pada sistem ini ternak-ternak dipelihara dengan
cara diabur/digembalakan tanpa memperhatikan kandang maupun makanan, karena ternak-
ternak tersebut dilepas di tempat-tempat yang mempunyai sumber pakan alami misalnya di
daerah-daerah pesawahan yang baru panen seperti keong/tutut. Pemeliharaan ini dilaksanakan
oleh para peternak yang bersifat tradisional dan Nomaden, kondisi ini banyak ditemukan di
9
daerah Jawa Barat Bagian Utara, karena daerah Pantura ini merupakan daerah pesawahan
yang cukup luas sehingga menjadi potensi bagi pengembangan Itik dengan sistem Extensive.
Pemeliharaan dengan sistem Semi Intesive, dimana ternak-ternak yang dipelihara sudah
memperhatikan kandang ternak dan diberi makan tetapi sewaktu-waktu dilepas untuk
mencari makan sewaktu ada peluang pada saat panen padi ataupun pada tempat-tempat yang
mempunyai potensi sumber pakan yang alami sedangkan Pemeliharaan yang Intensive,
ternak-ternak peliharaan selalu ditempatkan dikandang dan diberi makan secara terus
menerus serta sudah memperhatikan aspek-aspek teknis pemeliharaan ternak secara ilmiah
dan sudah menggunakan teknologi-teknologi yang dianjurkan. Untuk pemeliharaan Itik
Peking (Peking Duck), lebih tepat apabila dilaksanakan dengan sistem Intensive, hal ini
disebabkan Itik Peking (Peking Duck) merupakan Itik Ras Pedaging yang mempunyai
kemampuan kecepatan pertumbuhan dalam waktu yang relative singkat, dimana dalam kurun
waktu pemeliharaan kurang dari 2 (dua) bulan berat badannya sudah bisa mencapai diatas 3
kg dengan kondisi makanan yang baik dan Itik sudah siap dijual sebagai Itik Pedaging,
dengan kualitas daging yang prima.
Dalam usaha Budidaya Itik Peking (Peking Duck) ini dikenal beberapa tahapan
pemeliharaan, terutama untuk usaha budi daya Pembibitan sedangkan untuk budidaya
penggemukan (penghasil daging) hanya dikenal 1 (Satu) tahapan Pemeliharaan.
3.3.2 Tahapan Pemeliharaan Pembibitan.
1. Pemeliharaan Anak (Masa Starter).
Pemeliharaan anak/masa starter dimulai pada saat Itik Peking (Peking Duck) berumur
1 hari sampai umur 60 hari, dimana anak-anak Itik dipelihara dalam kandang khusus yaitu
untuk kandang anak dengan memakai pemanas/induk buatan dalam rangka menghangatkan
tubuh dari anak Itik tersebut, hal ini disebabkan pada umur 1 – 14 hari anak itik tidak tahan
dengan cuaca dingin karena belum dilengkapi dengan bulu yang sempurna untuk menahan
dingin, sehingga perlu adanya bantuan induk buatan sebagai penghangat tubuh, serta anak
Itik diberi makan khusus yaitu pakan anak yang mempunyai kandungan protein sekitar 19 –
21 % kadar protein dan lebih dikenal dengan makanan “Starter”. Setelah umur 14 hari anak
Itik tersebut sudah mampu untuk menahan hawa dingin sehingga tidak perlu lagi dibantu
dengan induk buatan (pemanas), dikandang ini bisa dipelihara sampai umur 60 hari bagi
pemeliharaan pembibitan, selanjutnya setelah umur diatas 60 hari dipindahkan ke kandang
masa pertumbuhan (Grower). Untuk pemeliharaan anak ini bisa dalam bentuk postal ataupun
10
menggunakan kandang Box, untuk kandang Box biasanya dilakukan pada umur 1 – 14 hari
sedangkan dari umur 15 – 60 hari dilaksanakan pada kandang postal karena badan itik sudah
mulai besar .Kapasitas kandang pada periode ini yaitu 10 – 15 ekor/m2.
2. Pemeliharaan Masa Pertumbuhan (Periode Grower).
Periode pemeliharaan Itik Peking pada masa pertumbuhan/masa Grower, perlu
diperhatikan ternak yang dipelihara, karena pada masa ini yang banyak dipelihara adalah Itik
Peking (Peking Duck) Betina seabagai calon bibit pengganti/Replecement Stock atau
persediaan bibit dan juga Itik Peking Jantan yang berfungsi sebagai pejantan pengganti.
Untuk mempersiapkan peremajaan bibit, maka perlu dipersiapkan bibit pengganti yang
mempunyai kelebihan/keunggulan tertentu sebagai bibit pengganti, baik jantan maupun
betina dengan sex ratio 1 : 4 ( 1 Jantan 4 betina). Pada periode ini Itik yang dipelihara
berumur antara 61 hari sampai dengan 150 hari, sedangkan kapasitas kandang pada masa ini
sekitar 6 – 8 ekor/m2.
3. Pemeliharaan Peking Duck Layer/Periode bertelur.
Itik Peking/Peking Duck yang sudah berumur 5 bulan atau lebih baik jantan maupun
betina dikatagorikan sebagai Itik Layer karena pada saat ini kondisi Itik sudah bersiap-siap
untuk memproduksi telur, ada yang mulai umur 5,5 bulan atau 6 bulan tetapi secara umum
mulai bertelur normal pada umur 6 bulan. Itik-itik tersebut ditempatkan pada kandang
khusus, yaitu kandang Itik Dewasa , kandang itik ini dilengkapi dengan tempat bertelur serta
kandang umbaran atau lapangan tempat bermain yang dilengkapi dengan kolam/saluran air
yang berfungsi untuk mandi Itik dan mendinginkan tubuh pada saat siang hari dengan sex
ratio sekitar 1 : 4 ( 1 jantan 4 betina). Ternak-ternak ini berfungsi sebagai bibit penghasil telur
yang siap untuk ditetaskan sebagai sumber DOD yang dipasarkan untuk bakalan
pemeliharaan Itik Peking. Kapasitas dikandang dewasa sekitar 3 – 5 ekor.
3.3.3 Tahap Pemeliharaan Penggemukan.
Untuk pemeliharaan Itik Peking/Peking Duck dengan tujuan penggemukanhanya
dilaksanakan dalam 1 (satu) masa pemeliharaan yaitu dari itik berumur 1 (satu) hari sampai
Itik Peking tersebut siap dijual. Dengan makanan dan pemeliharaan yang baik ,berat badan
Itik Peking yaitu mencapai sekitar 3,3 kg selama pemeliharaan kurang lebih 55- 60 hari yaitu
mulai umur 1 hari sampai umur 55 hari. Pada umumnya Itik-Itik yang dipelihara untuk tujuan
ini adalah Itik Peking yang jantan, tetapi yang betinanya pun mempunyai kemampuan yang
11
sama dengan yang jantan hanya berbeda sedikit saja dalam hal berat. Kalau kita bandingkan
antara waktu pemeliharaan dengan hasil produksi dagingyang dihasilkan antara Itik Peking/
Peking Duck dengan Ayam Ras Pedaging akan lebih unggul Itik Peking, dimana untuk Itik
Peking dengan waktu Pemeliharaan sekitar 53 –55 hari bisa menghasilkan daging berat hidup
sekitar 3,3 kg, sedangkan untuk Ayam Ras pedaging dengan jangka waktu pemeliharaan
sekitar 32- 35 hari menghasilkan daging berat hidup sekitar 1,2 – 1,5 kg sehingga apabila kita
bandingkan dengan waktu yang sama maka akan diperoleh berat daging Itik Peking melebihi
berat dari pada Ayam Ras Pedaging.
3.3.4 Sistem Perkandangan.
Sistem perkandangan dalam budi daya Itik Peking/Peking Duck bisa dikenal 3 tipe
kandang diantaranya:
1. Tipe Kandang Battery.
Ukuran per kotak kandang Panjang x lebar x tinggi (45 x 45 x 35 cm)
Dalam tipe kandang ini, ternak dikandangkan satu persatu dalam satu kotak dengan
ukuran yang hanya cukup untuk 1 ekor Itik Peking/Peking Duck Dewasa, dengan ukuran
kandang panjang x lebar x tinggi ( 45 x 45 x 35 Cm). Dengan tipe kandang ini biaya untuk
kandang relative lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tipe kandang yang lain.
Dengan tipe kandang battery ini, maka sistim perkawinannya harus menggunakan
kawin buatan (Insiminasi Buatan) yang dilakukan oleh tenaga manusia yang ahli dalam
Insiminasi Buatan dengan istilah Insiminator. Pada tipe kandang ini kondisi ternak maupun
produksi telur dari pada Itik Peking/Peking Duck bisa terkontrol secara satu persatu, apakah
produktivitasnya tinggi atau rendah, begitu juga dalam pengontrolan penyakitnya akan lebih
mudah terkontrol.
12
2. Tipe Kandang Postal.
Dalam usaha ternak Itik yang menggunakan tipe kandang Postal, dimana ternak-
ternak peliharaan ditempatkan dalam satu ruangan besar dengan jumlah ternak tertentu,
dimana pemberian makan dan minuman ditempatkan didalam ruangan kandang, sehingga
ternak itik yang dipelihara selalu berada didalam ruangan, biasanya tipe ini dalam
pemeliharaan Itik hanya digunakan untuk Itik Starter dan Grower/Masa pertumbuhan tetapi
adakalanya digunakan untuk Itik Periode Layer. Kapasitas Itik untuk tipe kandang Postal ini
tergantung dari pada jenis Itik yang dipelihara apakah jenis Itik Starter atau Itik Grower,
untuk umur Itik periode sstarter kapasitas kandang yang digunakan yaitu sekitar 10 – 15
ekor/m2, sedangkan apabila digunakan untuk preiode grower yaitu sekitar 6 – 8 ekor/m2,
seandainya digunakan untuk periode layer kapasitas kandang sekitar 3 – 5 ekor/m2.
3. Tipe Kandang Ranch.
Tipe kandang ranch ini merupakan pengembangan dari tipe kandang Postal,dimana
dalam kandang tipe ranch ini selain ada ruangan tempat ternak juga dibagian luar/dihalaman
depannya disediakan halaman tempat bermain yang biasa dikenal dengan nama kandang
Umbaran yang dilengkapi dengan saluran air atau kolam, yang berfungsi untuk
mandi/membersihkan kotoran yang menempel di badannya serta berfungsi pula untuk
mendinginkan tubuh diwaktu siang hari, hal ini disebabkan Itik Peking merupakan jenis
Unggas yang tidak tahan terhadap panas, sehingga harus disediakan air untuk pendingin
tubuhnya. Tipe kandang ini lebih cocok untuk pemeliharaan ternak Unggas Air dengan
cara pemeliharaan yang Intensive. Untuk lebih jelasnya tipe kandang bisa dilihat pada
gambar berikut ini:
13
3.4 Analisa Usaha
Tabel 1. Analisis Usaha Pembesaran Itik Peking Pedagingper 5000 ekor (55 hari).
No. Keperluan Biaya Tetap
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
Keuntungan
(Rp)
1 2 3 4 5
I. Biaya Tetap
Sewa Kandang 2.500.000
Alat pakan/minum 500.000
Genset 800.000
Listrik 500.000
Penghangat 2.300.000
TOTAL 6.600.000
II. Biaya Tidak Tetap
Bibit (DOD) 50.000.000
Pakan :
Starter 19.400.000
Grower 127.400.000
Obat 500.000
Sekam 1.250.000
Tenaga Kerja 2.300.000
TOTAL 200.850.000
I + II 207.450.000
III. Pendapatan
Mortalitas 3,5 %
4825 ekor x 3,2 kg x
Rp.15.000
231.600.000
24.150.000
15
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya yang dibutuhkan untuk memulai
usaha peternakan itik peking sebanyak 5000 ekor adalah sebesar Rp 207.450.000. peternakan
itik peking yang diusahakan oleh bapak Swastito ini khusus memanfaatkan dagingnya
saja.bobot itik ini 3,2 kg/ekor. Total produksi itik peking pedaging tersebut adalah sebanyak
4825,dengan mortalitas sebesar 3,5 %.Keuntungan yang didapatkan per 55 hari adalah
sebesar Rp 24.150.000 dengan harga jual Rp 15.000/ekor. Jadi dapat dikatakan bahwa usaha
peternakan itik peking ini cukup menggiurkan.
Berdasarkan tabel analisa usaha diatas dapat dihitung BEP volume produksi dan BEP harga
produksi sebagai berikut :
BEP volume produksi = totalbiaya produksi (Rp)
h arga di tingkat petani(Rp /kg)
=207.450.000
15.000
=13.830 kg atau 4.321 ekor (diperoleh dari 13.830 : 3,2 (karena 1 ekor
itik beratnya 3,2 kg)
Artinya produksi minimal yang harus dihasilkan agar usaha ini tidak mengalami kerugian
adalah sebanyak 4.321 ekor.
BEP harga produksi =totalbiaya produksi (Rp)
total produksi (kg)
=Rp 207.450 .000
15.440 kg
=Rp 13.435,8 /kg
Dimana total produksi diperoleh dari :
= Jumlah Produksi x Bobot Itik
= 4.825 x 3,2
=15.440 kg
Artinya harga terendah itik yang boleh dijual adalah Rp 13.435,8 /kg. Apabila petani menjual
dibawah harga tersebut maka petani mengalami kerugian.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Itik merupakan salah satu jenis unggas yang berpotensi untuk dikembangkan
karena pemeliharaannya yang mudah dan mempunyai ketahanan hidup yang
tinggi.
2. Cara memilih dod itik yang baik, yang harus dilihat ketika kita memilih bibit
adalah bibit itik tersebut memiliki bulu yang bagus dan kering, kedua matanya
melek, itik bergerak lincah, tidak cacat pada kaki (pincang).
3. Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga)
golongan, yaitu: Itik petelur seperti Indian,Itik pedaging,dan Itik ornamental (itik
kesayangan/hobby).
4. Biaya yang dibutuhkan untuk memulai usaha peternakan itik peking sebanyak
5000 ekor adalah sebesar Rp 207.450.000.
5. Keuntungan yang diperoleh pada usaha peternakan itik peking sebanyak 5000
ekor (55 hari) adalah sebesar Rp 24.150.000 dengan mortalitas sebesar 3,5 %.
4.2 Saran
Sebaiknya usaha itik peking ini terus dikembangkan melihat keuntungannya lumayan
menggiurkan sehingga diharapkan bisa mengurangi penganggguran dan alangkah baiknya
dalam usaha ini tidak hanya dagingnya saja yang dimanfaatkan namun telurnya juga agar
keuntungan pun bertambah.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Peternakan dan kesehatan hewan Kalimantan Barat. 2013. diakses pukul 16.00 pada
tanggal 15 Mei 2016.
Haqiqi, S. H. 2008. Mengenal Beberapa Jenis Itik Petelur Lokal. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang.
Maulidya Siella Ningtyas dkk.2013. Pengaruh Temperatur Terhadap Daya Tetas Dan Hasil
Tetas Telur Itik (Anas platyrinchos). Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):347-352
Mulatsih, S.Sumiati, dan Tjakradijaja. 2010. Intensifikasi Usaha Peternakan Itik Dalam
Rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga. Laporan Akhir Program Iptek Bagi
Masyarakat. Institut Pertanan Bogor. Bogor.
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Susila, A. B. 1997. Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur dan Berat Telur Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas, Mortalitas, dan Berat DOD Itik Tegal. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Yuwanta. T. 1993. Perencanaan dan Tata Laksana Pembibitan Unggas. Inseminasi Buatan
pada Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
18