perubahan fonologi & perubahan kosakata

10
Perubahan Fonologi Chaer (2004:137) Perubahan fonologis dalam bahasa Inggris ada juga yang berupa penambahan fonem. Bahasa Inggris kuno dan pertengahan tidak mengenal fonem /z/. lalu ketika terserap kata- kata seperti azure, measure, rouge dari bahasa prancis, maka fonem /z/ tersebut ditambahkan dalam khazanah fonem bahasa inggris. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi bahasa Indonesia pun dapat kita lihat. Sebelum berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /s/ belum dimasukan dalam khazanah fonem bahasa Indonesia; tetapi kini ketiga fonem itu telah menjadi bagian khazanah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lama hanya mengenal empat pola silabel, yaitu V, VK, KV, dan KVK; tetapi kini pola KKV, KKVK, KVKK telah pula menjadi pola silabel dalam bahasa Indonesia. Interferensi fonologis Interferensi fonologis adalah kekacauan atau gangguan sistem suatu bahasa yang berhubungan dengan fonem. Interferensi fonologi ini terjadi pada tataran vokal, diftong dan tataran konsonan. Interferensi pada tataran vokal tampak seperti di bawah ini. Tarima ----------- terima tulung ----------- tolong cilaka ----------- celaka pulo ----------- pulau talinga ----------- telinga

Upload: ayu-restupia-aderini

Post on 25-Dec-2015

247 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

as

TRANSCRIPT

Page 1: Perubahan Fonologi & Perubahan Kosakata

Perubahan Fonologi

Chaer (2004:137) Perubahan fonologis dalam bahasa Inggris ada juga yang berupa

penambahan fonem. Bahasa Inggris kuno dan pertengahan tidak mengenal fonem /z/. lalu ketika

terserap kata-kata seperti azure, measure, rouge dari bahasa prancis, maka fonem /z/ tersebut

ditambahkan dalam khazanah fonem bahasa inggris. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi

bahasa Indonesia pun dapat kita lihat. Sebelum berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /s/ belum

dimasukan dalam khazanah fonem bahasa Indonesia; tetapi kini ketiga fonem itu telah menjadi

bagian khazanah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lama hanya mengenal empat pola silabel,

yaitu V, VK, KV, dan KVK; tetapi kini pola KKV, KKVK, KVKK telah pula menjadi pola

silabel dalam bahasa Indonesia.

Interferensi fonologis

Interferensi fonologis adalah kekacauan atau gangguan sistem suatu bahasa yang berhubungan

dengan fonem. Interferensi fonologi ini terjadi pada tataran vokal, diftong dan tataran konsonan.

Interferensi pada tataran vokal tampak seperti di bawah ini.

            Tarima -----------   terima

            tulung -----------   tolong

            cilaka -----------   celaka

            pulo -----------   pulau 

            talinga -----------   telinga

sikola ----------- sekolah

        Kata “tolong” dari bahasa Indonesia, berubah pengucapan dalam bahasa bugis menjadi

tulung. Perubahan kata tulung terjadi pada perubahan vokal [o] menjadi vokal [u]. Pada kata

“celaka” dari bahasa Indonesia, berubah pengucapan dalam bahasa Bugis menjadi cilaka.

Perubahan pada kata cilaka terjadi pada perubahan vokal [e] menjadi vokal [i]. Pada kata sikola

terjadi perubahan vokal [i] menjadi vokal [e]. Perubahan ini disebut interferensi yang terjadi

pada fonem dari bahasa Daerah ke dalam bahasa Indonesia sebab pola baku bahasa Indonesia

Page 2: Perubahan Fonologi & Perubahan Kosakata

adalah “sekolah” bukan sikola. Perubahan pengucapan vokal [a] menjadi vokal [e] pada kata

“telinga” dalam bahasa Indonesia menjadi talinga dalam bahasa Daerah.

        Interferensi fonologi bahasa Daerah dalam bahasa Indonesia terjadi pula pada bidang

diftong, misalnya pulo ‘pulau’. Dalam hal ini, kata pulo dalam bahasa Daerah berekuivalen

dengan kata “pulau” dalam bahasa Indonesia yang terdapat diftong [au]. Dalam kata pulo

diakhiri vokal [o] namun dalam kata “pulau” diakhiri dengan diftong [au]. Oleh sebab itu, kata

“pulau” sudah terinterferensi bahasa Daerah menjadi pulo.

     Interferensi fonologi bahasa Daerah dalam bahasa Indonesia juga terjadi pada bidang

konsonan yakni terjadi perubahan konsonan dalam bentuk penambahan bunyi konsonan,

penghilangan bunyi konsonan dan penggantian bunyi konsonan. Hal ini terlihat dari data berikut.

sala        -------- salah

suju       --------   sujud

ati -------- hati

pasa -------- pasar

Data di atas memperlihatkan bahwa pengucapan kata “salah” dan “sujud” dalam bahasa

Indonesia akan menjadi sala dan suju dalam pengucapan bahasa Ponjo-ponjo. Ini merupakan

interferensi fonologi dalam bidang konsonan sebab terjadi penghilangan bunyi [h] dan [d].

Demikian juga pada kata “hati” juga merupakan interferensi fonologi dalam bidang konsonan

karena pada kata “hati” dalam bahasa Indonesia akan menjadi ati dalam pengucapan bahasa

Ponjo-ponjo sebab terjadi penghilangan bunyi [h]. 

Ini merupakan interferensi fonologi dalam bidang konsonan karena setiap pengucapan

kata “pasar” dalam bahasa Indonesia akan menjadi pasa dalam pengucapan bahasa Ponjo-ponjo.

Demikian juga pada kata sujud terjadi perubahan bunyi menjadi suju.

Perubahan fonologis, baik vokal maupun konsonan, kosakata pungutan dari bahasa

Belanda ke dalam bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi lima jenis yaitu,

Page 3: Perubahan Fonologi & Perubahan Kosakata

a. penghilangan bunyi akhir,

b. perubahan bunyi akhir,

c. penambahan bunyi akhir,

d. metatesis, dan

e. perubahan artikulatoris.

a. Penghilangan Bunyi Akhir

Penghilangan bunyi akhir atau dalam istilah fonologi disebut apokop banyak terjadi

dalam kosakata pungutan dalam bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Penghilangan bunyi akhir

yang ditemukan, antara lain,

Bhs. Belanda Bhs. Indonesia Keterangan

activist aktivis penghilangan konsonan /t/

anomalie anomali penghilangan vokal /e/

bekend beken penghilangan konsonan /d

fundament fundamen penghilangan konsonan /t/

roulette* rolet Penghilangan /te/

Pada umumnya, konsonan /t/ dan vokal /e/ pada akhir kata serapan dari bahasa Belanda hilang.

* Karena dalam kaidah fonotaktik bahasa Indonesia tidak ada susunan vokal vokal /iə/, /eə/,

/eu/, /oe/, /ou/, dan /uə/.

b. Perubahan Bunyi Akhir

Perubahan bunyi akhir dalam kosakata pungutan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia yang

ditemukan antara lain,

Bhs. Belanda Bhs. Indonesia Keterangan

Akte Akta vokal /ə/ berubah menjadi vokal /a/

Bureau Biro diftong /au/ berubah menjadi vokal /o/

Page 4: Perubahan Fonologi & Perubahan Kosakata

Distric distrik konsonan /c/ berubah menjadi konsonan /k/

Garage garasi /ge/ berubah menjadi /si/

Dimentie dimensi /tie/ berubah menjadi /si/

Perubahan /ə/ nenjadi /a/ pada morfem /akta/, secara fonologis karena /ə/ dan /a/

berdekatan, yaitu sama-sama vokal tengah.. Masih banyak orang yang lebih suka melafalkan

/akte/ daripada /akta/, khususnya orang Sunda. Selain itu, keberadaan bangsa Belanda yang

cukup lama di Indonesia merupakan salah satu sebab masyarakat Indonesia lebih suka

melafalkan /akte/ daripada /akta/. Mungkin karena faktor inilah morfem /akta/ menjadi salah satu

morfem yang problematic.

Terjadi monoftongisasi dalam perubahan /Bureau/ menjadi /Biro/, yaitu /au/ menjadi /o/.

Konsonan /c/ di muka /i/ berubah menjadi /k/, seperti dalam kata distric berubah menjadi distrik.

Perubahan dimentie menjadi dimensi karena /tie/ dalam bahasa Belanda berubah menjadi /si/.

c. Penambahan Bunyi Akhir

Penambahan bunyi akhir atau dalam istilah fonologi disebut paragog yang ditemukan

dalam kosakata serapan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia, antara lain,

Bhs. Belanda Bhs. Indonesia Keterangan

beurs bursa penambahan vokal /a/

fenomeen fenomena penambahan vokal /a/

hypnose hipnosis penambahan konsonan /s/

d. Metatesis

Metatesis adalah perubahan letak huruf yang biasanya disertai dengan perubahan bunyi.

Metatesis yang ditemukan dalam kosakata serapan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia,

yaitu,

Bhs. Belanda Bhs. Indonesia Keterangan

Page 5: Perubahan Fonologi & Perubahan Kosakata

Selderie seledri pertukaran letak konsonan /d/

dengan vokal /e/ pada suku kata

kedua

Frikadel perkedel pertukaran letak konsonan /r/ dengan

vokal /i/ yang mengalami perubahan

menjadi vokal /e/ pada sukukata

pertama\

Metatesis dalam kata selderie menjadi seledri terjadi pada vokal /e/ dengan konsonan /d/

dalam suku kata kedua. Metatesis dalam kata frikadel menjadi perkedel terjadi pada vokal /i/

dengan konsonan /r/ dalam suku kata pertama, disertai pula dengan perubahan vokal /i/

menjadi /e/.

e. Perubahan Artikulatoris

Perubahan artikulatoris adalah perubahan yang berhubungan dengan artikulasi.

Artikulator bangsa Indonesia mempunyai kelenturan yang berbeda dengan artikulator bangsa

Belanda. Bunyi yang dianggap mudah untuk dilafalkan oleh orang Belanda ternyata sulit untuk

dilafalkan oleh orang Indonesia, maka terjadilah perubahan artikulatoris. Perubahan ini biasanya

disertai oleh penghilangan dan atau penambahan vokal dan atau konsonan.

Jenis Perubahan Artikulatoris Bahasa Belanda Bahasa Indonesia Keterangan

perubahan konsonan Asfhalt aspal perubahan konsonan /f/

menjadi konsonan /p/

perubahan konsonan Disinfectie desinfeksi perubahan konsonan /c/

menjadi konsonan /k

Perubahan Kosakata

Page 6: Perubahan Fonologi & Perubahan Kosakata

Chaer (2004: 139) Perubahan bahasa yang paling mudah terlihat adalah pada bidang

kosakata. Perubahan kosakata dapat berarti bertambahnya kosakatanya baru, hilangnya kosakata

lama, dan berubahnya makna kata. Bahasa inggris yang diperkirakan memiliki lebih dari 60.000

kosakata adalah “berkat” penambahan kata-kata baru dari berbagai sumber bahasa lain, yang

telah berlangsung sejak belasan abad yang lalu. Sedangkan bahasa Indonesia yang kabarnya

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki sekitar 65.000 kosakata (dalam kamus

poerwadarminta hanya terdapat 23.000 kosakata) adalah juga berkat tambahan berbagai sumber,

termasuk bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa nusantara. Perubahan kosakata dapat berarti

bertambahnya kosakata baru, hilangnya kosakata lama, dan berubahnya makna kata. Perubahan

kosakata atau penambahan kosakata terjadi karena:

a. Proses penyerapan atau peminjaman kosakata. Misalnya kata “algebra”dipinjam dari bahasa

Arab dan diserap oleh bahasa Inggris. 

b. Proses penciptaan. Misalkan kata “frigidaire” berasal dari “frigid” plus “air”.

c. Pemendekan dari kata atau frase yang panjang. Misalkan “prof” dari kata“professor”.

d. Proses akronim. Misalkan kata ABRI dan UNESCO.

e. Proses penggabungan utuh. Misalkan kata “afternoon” dan “matahari”.

f. Proses penggabungan dengan penyingkatan. Misalkan “motel” dari kata“motor” plus “hotel”.

 Bahasa juga mengalami pengurangan atau kehilangan kosakatanya. Terdapat beberapa kosakata

yang dulu digunakan namun sekarang sudah tidak digunakan lagi. Misalnya kata “kempa” yang

artinya “stempel/cap”, dan “tingkap” yang artinya“jendela”, dan masih banyak yang lainnya

Page 7: Perubahan Fonologi & Perubahan Kosakata

Sumber:

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal.  Jakarta : Rineka

Cipta

Academia. ------------ “Makalah Perubahan Pergeseran Perluasan Penyempitan

Pemertahanan dalam Bahasa Sosiolinguistik”. Dalam http://www.academia.edu.

Diunduh tanggal 03 Mei 2014

Kirana. 2011. “Perubahan Fonologis Kelas Kata Semantis”. Dalam

http://jinggakirana.blogspot.com. Diunduh tanggal 03 Mei 2014

Ady. 2013. “ Makalah Sosiolinguistik”. Dalam http://adyberbagiilmu.blogspot.com.

Diunduh tanggal 03 Mei 2014