pertumbuhan tulang yang normal dan mineralisasi tergantung pada tersedianya kalsium dan fosfat yang...
DESCRIPTION
Pertumbuhan Tulang Yang Normal Dan Mineralisasi Tergantung Pada Tersedianya Kalsium Dan Fosfat Yang MemadaiTRANSCRIPT
PATOFISIOLOGI
Pertumbuhan tulang yang normal dan mineralisasi tergantung pada tersedianya kalsium
dan fosfat yang memadai. Tidak sempurnanya mineralisasi pada lempeng pertumbuhan dapat
menyebabkan rikets. Rikets terjadi selama lempeng pertumbuhan masih terbuka pada masa
anak-anak. Gangguan mineralisasi dapat diklasifikasikan menjadi hipocalsipenic rickets akibat
defisiensi kalsium dan phospophenic rickets akibat defisiensi fosfat. Vitamin D merupakan
prohormon yang penting untuk absorbsi normal kalsium pada saluran cerna dan defisiensi
vitamin D biasanya merupakan penyebab rickets paling umum terjadi.1
Fungsi utama vitamin D yang larut lemak adalah mempertahankan kadar kalsium dan
fosfor plasma dalam batas normal. Dalam kapasitas ini vitamin D diperlukan untuk mencegah
penyakit tulang (rakhitis pada anak yang sedang tumbuh yang epifisisnya belum menutup) dan
mencegah hipokalsemik. Sumber utama vitamin D bagi manusia adalah sintesis endogen di kulit
melalui konversi fotokimiawi prekursor 7-dehidrokolesrterol, dengan energi matahari atau sinar
ultraviolet (UV) artifisial . Sekitar 90 % dari kebutuhan vitamin D dipenuhi oleh sumber endogen
bergantung pada tingkat pigmentasi kulit yang menyerap sinar UV dan jumlah pajanan ke
matahari. Hanya sebagian kecil yang harus di ambil dari makanan. Dalam tumbuhan vitamin D
terdapat dalam bentuk prekursor ergosterol yang diubah menjadi vitamin D di tubuh. 2
3
D 1,25(OH)2 D bentuk vitamin D yang aktif secara biologis di anggap sebagai hormon
steroid. Seperti hormon steroid lainnya zat ini bekerja dengan berikatan pada suatu reseptor
nukleus berafinitas kuat, yang kemudian berikatan dengan sekuensi regulator DNA. Keadaan
tersebut memicu transkripsi mRNA yang mengkode protein tertentu. Protein tersebut yang
menjalankan fungsi vitamin D. Reseptor D 1,25(OH)2 D ini sekarang diketahui terdapat pada
sebagian besar sel yang berinti di tubuh. Yang banyak dipahami adalah fungsi mempertahankan
kadar kalsium dan fosfor normal dalam plasma yang melibatkan kerja usus, tulang, dan ginjal.
Bentuk aktif vitamin D berfungsi dalam :
a. Merangsang penyerapan kalsium dan fosfor di usus.
b. Bekerja sama dengan PTH dalam mobilisasi kalsium di tulang
c. Merangsang reabsorbsi kalsium di tubulus ginjal.
Bagaimana 1,25(OH)2- D merangsang penyerapan kalsium dan fosfor dalam usus masih
belum diketahui dengan pasti. Bukti mengarah bahwa zat ini berikatan dengan epitel mukosa
mengaktifkan sintesis protein pengangkut kalsium. Efek vitamin D terhadap tulang bergantung
pada kadar kalsium dalam plasma. Pada hipokalsemia 1,25(OH)2-D bekerja sama dengan PTH
dalam penyerapan kalsium dan fosfor dari tulang untuk mempertahankan kadar kalsium dalam
darah. Di sisi lain vitamin D diperlukan untuk mineralisasi normal epifisis tulang rawan dan
matriks osteoid. Vitamin D mengaktifkan osteoblas untuk mensintesis protein pengikat kalsium,
osteokalsin, yang berperan dalam pengendapan kalsium ke dalam matriks osteoid sehingga
berperan dalam mineralisasi tulang.
Rakhitis pada anak akibat akibat defisiensi vitamin D dapat terjadi karena defisiensi dalam
makanan tetapi yang lebih penting adalah terbatasnya pajanan ke matahari. Apapun dasarnya
defisiensi vitamin D cendrung menyebabkan hipokalsemia. Apabila terjadi hipokalsemia maka
produksi PTH akan meningkat yang menyebabkan,
a. Mengaktifkan α1 hidroksilase ginjal sehingga penyerapan kalsium dan vitamin D aktif meningkat.
b. Memobilisasi kalsium dari tulang
c. Menurunkan eksresi kalsium oleh ginjal.
d. Meningkatkan eksresi fosfat oleh ginjal, Oleh karena itumeskipun kadar kalsium serum
dipulihkan mendekati normal, tetapi hipofosfatemia menetap sehingga mineralisasi tulang
terganggu.
Terbentuknya tulang datar ditubuh melibatkan osifikasi intramembranosa, sedangkan
pembentukan tulang panjang mencerminkan osifikasi endokondral. Pada pembentukan tulang
intramembranosa sel mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang membentuk matriks
osteoid kolagenosa tempat pengendapan kalsium. Sedangkan pada osifikasi endocondral, tulang
rawan yang tumbuh di lempeng epifisis sementara waktu mengalami mineralisasi kemudian
secara progresif diserap dan diganti oleh matriks osteoid yang mengalami mineralisasi untuk
membentuk tulang. Kelainan klasik pada rickets adalah kelebihan matriks yang tidak mengalami
mineralisasi. Namun perubahan tulang yang terjadi pada anak rikets yang sedang tumbuh
dipersulit oleh kalsifikasi sementara tulang rawan epifisis sehingga pertumbuhan tulang rawan
endochondral terganggu. Pada rakhitis terjadi rangkaian berikut,
a. Pertumbuhan berlebihan pada tulang rawan epifisis akibat kalsifikasi sementara yang tidak
memadai dan kegagalan sel tulang rawan menjadi matang dan mengalami disintegrasi.
b. Menetapnya masa ireguler tulang rawan yang banyak diantaranya menonjol dalam rongga di
sumsum tulang. Pengendapan matriks osteoid pada sisa tulang rawan yang mineralisasinya
kurang memadai.
c. Gangguan pergantian tulang rawan oleh matriks osteoid disertai pembesaran dan ekspansi
lateral dan taut endocondral. Pertumbuhan berlebihan abnormal kapiler dan fibroblas akibat
mikrofraktur dan stress pada tulang yang lemah dan kurang mendapat mineralisasi.
Perubahan nyata pada tulang bergantung pada keparahan proses rachitis, durasinya, dan
secara khusus stres yang dialami setiap tulang. Pada masa bayi kepala dan dada menahan stres
yang paling besar. Tulang oksipital yang melunak dapat menjadi gepeng dan tulang parietalis
dapat melengkung ke dalam oleh tekanan, apabila tekanan hilang maka recoil elastik akan
mengembalikan tulang pada posisinya semula (kraniotabes). Deformitas dada terjadi akibat
pertumbuhan berlebihan tulang rawan atau jaringan osteoid sehingga terbentuk rosario rakitis.
Daerah metafisis yang melemah pada iga mengalami tarikan pada otot pernafasan sehingga
menonjol keluar, meyebabkan deformitas dada burung. Tarikan ke dalam di batas diafragma
menyebab terbentuk alur harrison. Apabila anak yang dapat berjalan mengalami rakhitis
deformitas mungkin mengenai tulang belakang, panggul, dan tulang panjang (misal tibia). Yang
paling jelas adalah terbentuknya lordosis lumbalis dan melengkungnya tungkai. 2
meliba
Pada pembentukan tulang baru dimulai dengan terbentuknya osteoblas yang menyebabkan pengendapan matriks dan selanjutnya mineralisasi (pemasukan mineral). Osteoblas mengeksresikan kolagen, mengubah polisakarida, fospolipid, fosfatasem alkali dan pirofosfatase sampai akhirnya terjadi mineralisasi bila kalsium dan fosfor cukup. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang kurang dimengerti namun kalsium fosfor, dan hormon pertumbuhan semuanya memiliki pengaruh. Pada rikets pertumbuhan menjadi tidak sempurna akibat kemunduran atau penekanan pada kartilago epifisis normal dan kalsifikasi normal. Hal ini tergantung pada defisiensi kalsium dan fosfor serum untuk mineralisasi. Sel kartilago yang gagal untuk menyempurnakan siklus proliferasi dan degenerasi normalnya, dan kegagalan penetrasi kapiler selanjutnya terjadi selapis demi selapis. Hasilnya adalah garis epifisis tidak teratur, berjumbai-jumbai pada ujung batang. Kegagalan matriks osseaosa dan kartilago untuk memineralisasi daerah persiapan kalsifikasi disertai dengan pengendapan osteoid dibentuk baru., menghasilkan daerah yang tidak teratur dan berjumbai-jumbai, serta jaringan tidak kaku. Daaerah ini banyak menimbulkan deformitas skelet, menjadi terkompresi dan menonjol ke lateral, menghasilkan pelebaran ujung tulang dan
Osteosit merupan sel yang tertanam pada matriks tulang yang termineralisasi, berhubungan satu sama lain dan dengan sel di luar tulang melalui sistem lacunocanalicular. Berbagai penelitian mengemukakan bahwa osteosit merupakan sekretory sel yang mengatur metabolisme fosfat dan kalsium, serta merupakans sel endokrin yang mengirim sinyal pada organ lain terutama ginjal.
Fibroblast growth factor-23 (FGF23) suatu hormon yang mengatur regulasi tingkat fosfat serum, tertama ada di tulang dan dominan pada osteosit. Sementara fosfat dan kalsium merupakan hal yang memodulasi Fibroblast growth factor-23 (FGF23) dan disekresi oleh osteosit, mekanisme biomolekular yang mendasari efek ini belum sepenuhnya diketahui. Gangguan herediter dari transport fosfat oleh ginjal meliputi X-linked hypophosphatemia (XLH), autosomal dominant hypophosphatemic rickets (ADHR), and autosomal recessivehypophosphatemic rickets (ARHR), merupakan bentuk umum dari gangguan homeostasis fosfat, yang ditandai dengan eksresi fosfat oleh ginjal, hipofosfatemia, dan mineralisasi tulang yang abnormal.
Until recently, the pathophysiological basis of these heritable disorders
remained elusive, because the hormonal/metabolic control of renal phosphate reabsorption
and bone mineralization was not completely understood. However, the observation that
FGF23 dramatically increases in the osteocytes of animal models with ARHR, and XLH [2]
suggests that an elevated serum FGF23 concentration is a common pathogenetic
abnormality, underlying aberrant phosphate homeostasis and biomineralization in these
diseases. Indeed, a significant series of investigations in affected patients with, and murine
homologs of, these diseases have provided clear evidence that an increased circulating level
2. Vitamin D: What Every
Pediatrician Should Know
Radha Nandagopal, MD
Division of Endocrinology
Children’s National Medical Center
June 22, 2011
3.Buku ajar patofisiologi, kumar cotran, robbins edisi 7, egc, hal 331-335, 2007
of FGF23 is responsible for increased renal phosphate loss and hypophosphatemia, and
contributes to impaired bone mineralization in these heritable disorders
Fibroblast growth factor-23 (FGF23), an important
hormone regulating serum phosphate levels, is most highly expressed in bone,
predominantly the osteocytes. While phosphate, calcium, and αKlotho protein are among
the principal factors modulating FGF23 production and secretion by osteocytes, the
biomolecular mechanism(s) underlying these effects remain incompletely defined.
The heritable disorders of renal phosphate transport, including X-linked hypophosphatemia
NUTRITIONALRICKETS
The classical manifestation of vitamin D deficiency is nutritional rickets, which results from inadequate mineralization of growing bone. Consequently, rickets is a disease of
children. Far from being eradicated, nutritional rickets continues to occur throughout the world, with reports from at
least 60 countries in the past 20 years.
29
In a review of published cases of rickets in the United States, most occurred
in children younger than 30 months.
30
The vast majority of
cases in the United States occurred in African American
infants who were fed with breast milk rather than formula.
Florid rickets manifests with leg deformities; enlargement
of the growth plates of the wrists, ankles, and costochondral junctions; and rib cage deformities. Subtle symptoms
that should raise the clinical suspicion of rickets in children
include bone pain in the legs, delayed age of standing or
walking, frequent falling, and delayed growth. Hypocalcemic seizures in the first year of life may be the initial
manifestation of rickets.
Radiography of the long bones at the knees and the
wrists is necessary to confirm the diagnosis of rickets.
Radiography demonstrates impaired mineralization of the
growth plates, evident by widening of the growth plate
and fraying of the margin of the metaphyses.
31
Biochemical features most consistently include hypophosphatemia
and an elevated alkaline phosphatase level. As a result of
vitamin D deficiency, serum concentrations of 25(OH)D
are very low in patients with rickets, usually less than 5
ng/mL. However, concentrations of 25(OH)D may not
be markedly reduced if rickets results from calcium deficiency or if the child has recently received vitamin D
or sun exposure. In some tropical countries, where sun
exposure is plentiful, calcium deficiency is more important than vitamin D deficiency as a cause of rickets.
32,33
However, even in the United States, only 22% of children
with nutritional rickets had deficient levels of 25(OH)D,
indicating that calcium deficiency as a cause of rickets
needs to be considered domestically as well
absorption of calcium from the gut, and de�ciency of vitamin
D is usually more common than either isolated calcium
or phosphorus de�ciency and is the commonest cause of
rickets. e causes of rickets include conditions that lead to
hypocalcemia and/or hypophosphatemia, either isolated or
secondary to vitamin D de�ciency
akitis dan Vitamin D
Pertumbuhan tulang yang normal dan mineralisasi tergantung pada
ketersediaan kalsium dan fosfat yang memadai. decient
mineralisasi pada lempeng pertumbuhan dapat menyebabkan rakhitis.
Rickets biasanya terjadi selama pertumbuhan piring terbikets uka
seperti pada anak-anak [11].
Cacat mineralisasi e dapat classied sebagai calcipenic
(hypocalcemic) rakitis disebabkan oleh kalsium deciency dan
phosphopenic (hypophosphatemic) rakitis disebabkan oleh deciency fosfat [12].
Vitamin D adalah prohormon yang sangat penting untuk normal
penyerapan kalsium dari usus, dan deciency vitamin
D biasanya lebih umum daripada baik kalsium terisolasi
atau fosfor deciency dan merupakan penyebab paling umum
rakhitis. Penyebab e rakhitis mencakup kondisi yang mengarah pada
hipokalsemia dan / atau hypophosphatemia, baik terisolasi atau
sekunder untuk vitamin D deciency [13].
2.1. Rickets Calcipenic. Calcipenic (hypocalcemic) rakhitis adalah
ditandai dengan deciency kalsium. Rakhitis dapat terjadi
meskipun kadar vitamin D yang memadai jika asupan kalsium sangat
rendah. is masalah umumnya tidak terjadi kecuali kalsium
asupan sangat rendah karena vitamin D meningkatkan usus
penyerapan kalsium. Sebagian besar anak dengan kalsium deciency
rakhitis telah normal serum 25-hidroksi vitamin D [25 (OH) D]
dan serum tinggi 1,25-dihidroksi vitamin D [1,25 (OH)
2
]
konsentrasi, menunjukkan asupan vitamin D.
Anak ese mungkin memiliki kebutuhan vitamin D meningkat
bila diukur dengan tanggapan mereka terhadap penggantian vitamin D.
us, kebutuhan vitamin D mungkin lebih tinggi dari yang
diharapkan anak-anak yang kalsium decient [14].
Selain itu, asupan kalsium rendah bahkan
tanpa hidup bersama vitamin D deciency meningkatkan serum
1,25 (OH)
2
Konsentrasi D, yang pada gilirannya menurunkan halflife dari 25 (OH) D, mungkin dengan meningkatkan katabolisme
25 (OH) D [15].