pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan di kabupaten bone
DESCRIPTION
Perkembangan ekonomi selalu menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu daerah untuk jangka panjang. Perkembangan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber peningkatan standard hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkatTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari
keberhasilan pembangunan nasional dalam kerangka NKRI.
Desentralisasi merupakan paradigma yang memperkokoh pembangunan
daerah dewasa ini. Paradigma desentralisasi tersebut, tidak saja semata-
mata merupakan reaksi atas praktik pembangunan nasional yang
sentralistik, sebagaimana diterapkan sedemikian rupa pada masa Orde
Baru, tetapi sudah menjadi tuntutan mendasar yang harus diterapkan
dengan mengimplementasikan konsep otonomi daerah secara luas.
Setiap daerah di Indonesia sudah lama menjadikan perkembangan
ekonomi sebagai target ekonomi. Perkembangan ekonomi selalu
menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian
suatu daerah untuk jangka panjang. Perkembangan ekonomi sangat
dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber peningkatan standard hidup
(standard of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat.
Istilah perkembangan ekonomi sering dicampurbaurkan dengan
pertumbuhan ekonomi, dan pemakaiannnya selalu berganti-ganti,
sehingga kelihatan pengertian antara keduanya dianggap sama. Akan
tetapi beberapa ahli ekonomi, seperti Schumpeter (1911) dan Ursula
Hicks (1957) telah menarik perbedaan yang lazim antara istilah
perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi (jhingan, 1993).
Menurut kedua pakar tersebut perkembangan ekonomi mengacu kepada
masalah-masalah Negara terbelakang, sedangkan pertumbuhan
ekonomi mengacu kepada masalah-masalah Negara maju. Demikian
juga menurut Maddison (1970), ia mengatakan bahwa di Negara-negara
maju kenaikan dalam tingkat pendapatan biasanya disebut pertumbuhan
ekonomi, sedang di Negara miskin ia disebut perkembangan ekonomi.
Namun ada juga pakar ekonomi lainnya yang beranggapan bahwa
1
antara pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan ekonomi
merupakan sinonim, misalnya pendapat dari Arthur Lewis (1954), serta
Meir dan Baldwin (1973)
Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat
perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat
perkembangan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari
semua daerah, baik daerah-daerah maju maupun terbelakang, yang
menganut sistem kapitalis, sosialis maupun campuran, semuanya sangat
mendambakan dan menomorsatukan perkembangan ekonomi (economic
growth). Pada setiap akhir tahun, masing-masing daerah selalu
mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat
perkembangan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap mereka
menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang membesarkan
hati. “Pengejaran pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam
kehidupan ekonomi semua daerah di Indonesia dewasa ini. Seperti kita
telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program pembangunan di
daerah-daerah sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat
perkembangan output dan pendapatan nasional.
Mengingat konsep perkembangan ekonomi sebagai tolok ukur
penilaian perkembangan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta
diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak
mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber
perkembangan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi
ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya
pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan
masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi
pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha
meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan
2
ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,
penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan
ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
B. Batasan Masalah
Beribicara mengenai pembangunan di bidang ekonomi tentu saja
cakupannya sangatlah luas, beradasarkan latar belakang di atas, penulis
membatasi masalah sekaligus mengangkat judul makalah yakni
“Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Salah Satu Indikator Keberhasilan
Pembangunan di Kabupaten Bone”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus bahasan maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagi berikut:
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Bone?
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-
2018 Kabupaten Bone?
3. Perkebangan Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Bone
D. Tujuan dan Mamfaat Penulisan Makalah
a. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bone
2. Untuk Mengetahui Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) 2013-2018 Kabupaten Bone?
3
3. Untuk mengetahui Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten
Bone
b. Mamfaat Penulisan Makalah
Penulisan Makalah ini sebagai Tugas Tengah Semester Mata
Kuliah Teori-teori Pembangunan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang penyelidikan
yang telah lama dibahas oleh ahli-ahli ekonomi. Berikut ini diuraikan
teori-teori pertumbuhan ekonomi dari berbagai aliran.
1. Aliran Merkantilisme
Pertumbuhan ekonomi atau perkembangan ekonomi suatu negara
menurut kaum Merkantilis ditentukan oleh peningkatan
perdagangan internasional dan penambahan pemasaran hasil
industri serta surplus neraca perdagangan.
2. Aliran Klasik
Tokoh-tokoh aliran Klasik antara lain Adam Smith dan David
Ricardo.
a. Adam Smith
Adam Smith mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi dalam
sebuah buku yang berjudul An Inquiry Into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations tahun 1776. Menurut Adam
Smith, ada empat fackor yang memengaruhi pertumbuhan
ekonomi, yaitu:
1) jumlah penduduk,
2) jumlah stok barang-barang modal,
3) luas tanah dan kekayaan alam, dan
4) tingkat teknologi yang digunakan.
b. David Ricardo
David Ricardo mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi
dalam sebuah buku yang berjudul The Principles of Political
Economy and Taxation. Menurut David Ricardo, pertumbuhan
ekonomi suatu Negara ditentukan oleh pertumbuhan penduduk,
5
di mana bertambahnya penduduk akan menambah tenaga
kerja dan membutuhkan tanah atau alam.
3. Aliran Neo Klasik
Tokoh-tokoh aliran Neo Klasik di antaranya Schumpeter, Harrod-
Domar, dan Sollow-Swan.
1. Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan
pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan
para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-
menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam ekonomi.
Hal ini bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan
perekonomian jika para pengusaha terus-menerus
mengadakan inovasi dan mampu pengadakan kombinasi baru
atas investasinya atau proses produksinya. Adapun jenis-jenis
inovasi, di antaranya dalam hal berikut.:
1) Penggunaan teknik produksi.
2) Penemuan bahan dasar.
3) Pembukaan daerah pemasaran.
4) Penggunaan manajemen.
5) Penggunaan teknik pemasaran.
2. Harrod – Domar
Dalam analisis teori pertumbuhan ekonomi menurut Teori
Harrod – Domar, menjelaskan tentang syarat yang harus
dipenuhi supaya perekonomian dapat mencapai pertumbuhan
yang teguh (steady growth) dalam jangka panjang. Asumsi
yang digunakan oleh Harrod–Domar dalam teori pertumbuhan
ekonomi ditentukan oleh beberapa hal-hal berikut.
1) Tahap awal perekonomian telah mencapai tingkat full
employment.
6
2) Perekonomian terdiri atas sektor rumah tangga (konsumen)
dan sektor perusahaan (produsen).
3) Fungsi tabungan dimulai dari titik nol, sehingga besarnya
tabungan proporsional dengan pendapatan.
4) Hasrat menabung batas (Marginal Propencity to Save)
besarnya tetap.
Sehingga menurut Harrod – Domar pertumbuhan ekonomi yang
teguh akan mencapai kapasitas penuh (full capacity) dalam
jangka panjang.
3. Sollow–Swan
Menurut teori Sollow–Swan, terdapat empat anggapan dasar
dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi.
1) Tenaga kerja (penduduk) tumbuh dengan laju tertentu.
2) Fungsi produksi Q = f (K,L) berlaku bagi setiap periode (K :
Kapital, L : Labour).
3) Adanya kecenderungan menabung dari masyarakat.
4) Semua tabungan masyarakat diinvestasikan.
5) Aliran Historis
4. Tokoh-tokoh yang menganut aliran historis antara lain Friederich
List, Bruno Hildebrand, Karl Bucher, Werner Sombart, dan Walt
Whitman Rostow.
a. Friederich List (1789–18456)
Menurut Friederich List, perkembangan ekonomi ditinjau dari
teknik berproduksi sebagai sumber penghidupan.Tahapan
pertumbuhan ekonominya antara lain: masa berburu atau
mengembara, masa beternak atau bertani, masa bertani dan
kerajinan, masa kerajinan industri dan perdagangan. Buku hasil
karyanya berjudul Das Nationale System der Politischen
Oekonomie (1840).
7
b. Bruno Hildebrand (1812–1878)
Menurut Bruno Hildebrand, perkembangan ekonomi ditinjau
dari cara pertukaran (tukar-menukar) yang digunakan dalam
masyarakat. Tahap pertumbuhan ekonominya: masa
pertukaran dengan natura (barter), masa pertukaran dengan
uang, dan masa pertukaran dengan kredit/giral. Pendapatnya
ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Die National Ekonomie
der gegenwart und Zukunfit (1848).
c. Karl Bucher (1847–1930)
Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi ditinjau dari jarak
antara produsen dengan konsumen. Tahap pertumbuhan
ekonominya antara lain: rumah tangga tertutup, rumah tangga
kota, rumah tangga bangsa, dan rumah tangga dunia.
d. Werner Sombart (1863–1941)
Menurut Werner Sombart, perkembangan ekonomi ditinjau dari
susunan organisasi dan idiologi masyarakat. Tahapan
pertumbuhan ekonomi menurut Werner Sombart adalah Zaman
perekonomian tertutup, Zaman perekonomian kerajinan dan
pertukangan, Zaman perekonomian kapitalis (Kapitalis Purba,
Madya, Raya, dan Akhir). Karyanya ditulis dalam sebuah buku
yang berjudul Der Moderne Kapitalismus (1927).
e. Walt Whitman Rostow
Dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economic Growth,
W.W. Rostow membagi pertumbuhan ekonomi menjadi lima
tahap atas dasar kemajuan tingkat teknologi. Kelima tahap itu
adalah masyarakat tradisional, prasyarat lepas landas, lepas
landas, gerakan ke arah kedewasaan, dan tahap konsumsi
tinggi.
8
B. Teori Pembangunan
Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu
upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak
secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan
mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin
Dahuri, 2004). Mengenai pengertian pembangunan, para ahli
memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya peren-
canaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya,
Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk
melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah,
2005).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan per-
ubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasas-
mita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana”.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,
pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya
(Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan
adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
berbagai aspek kehidupan masyarakat.
9
Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan
masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada
level makro (nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting
dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress),
pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para
para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang
dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi
secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan
Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Dengan demikian berdasarkan pendapat dari beberapa ahli
tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya
pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti
bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan
pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam
hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion)
atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu
komunitas masyarakat.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Parsudi Suparlan dalam
tulisannnya tentang Antropologi Pembangunan, yang mana tulisan
tersebut sebagai penghormatan kepada Koentjaraningrat (1997),
mendefinisikan Pembangunan sebagai serangkaian upaya yang
direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau
lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam
bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara
terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu
masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik
atau lebih sejahtera daripada sebelum adanya pembangunan tersebut.
10
Sedangkan menurut Inayatullah, 1967, Pembangunan ialah
Perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi
yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu
masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya
dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya
memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.
Rogers dan Shoemaker 1971 mengatakan bahwa pembangunan
ialah suatu jenis perubahan social dimana ide – ide baru diperkenalkan
kepada suatu system social untuk menghasilkan pendapatan perkapita
dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang
lebih modern dan organisasi social yang lebih baik.
Kleinjans 1975 mengatakan bahwa pembangunan merupakan
pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru yang pada akhirnya
bukan soal teknologi atau GNP, tumbuhnya suatu kesadaran baru,
perluasan wawasan manusia, meningkatnya semangat kemanusiaan
dan suntikan kepercayaan diri.
Rogers 1983 mendefinisikan pembangunan adalah suatu proses
perubahan social dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat
yang dimaksudkan untuk kemajuan social dan material ( termasuk
bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang
dihargai ) oleh mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang
mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.
11
C. Alur Pikir
12
Pertumbuhan Ekonomi
Faktor PenghambatFaktor Pendukung
Pembangunan Kabupaten Bone
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
BAB III
PEMBAHASAN
A. Fakto-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
Ada beberapa hal yang mempengaruhi pertembuhan ekonomi di suatu
daerah termasuk Kabupaten Bone, diantaranya adalah:
1. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi
juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor
terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses
pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya
alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun
demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan
proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh
kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber
daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud
dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan
hasil hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi yang semakin
pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan,
pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia
digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek
efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan
ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada
percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
13
4. Faktor Budaya.
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap
pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi
sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi
dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang
dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras
dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang
dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
5. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-
barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produktivitas.
B. RPJMD Kabupaten Bone
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bone Tahun 2013-2018 adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah 5 (lima) tahunan yang
menjabarkan visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati
terpilih Dr. H. A.Fahsar M. Padjalangi, M.Si. dan Drs. H. Ambo
Dalle, M.M. hasil Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013.
Pelantikan Bupati Bone periode 2013-2018 dilaksanakan pada
tanggal 18 April 2013. Dokumen RPJMD ini disusun guna
menjabarkan visi dan misi serta program Kepala Daerah
kedalam tujuan dan sasaran, arah kebijakan, strategi, kebijakan
umum dan program pembangunan, program prioritas yang
disertai kebutuhan pendanaan, serta indikator kinerja
pembangunan. Amanat kepada pemerintah daerah untuk
14
menyusun RPJMD tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir
kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008.
Penyusunan RPJMD Kabupaten Bone tahun 2013-2018
berpedoman pada Permendagri Nomor 54 tahun 2010 tentang
Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Proses
penyusunan RPJMD Kabupaten Bone tahun 2013-2018 disusun
melalui berbagai tahapan yang cukup panjang, meliputi:
1. Persiapan penyusunan RPJMD
2. Penyusunan rancangan awal RPJMD
3. Penyusunan rancangan RPJMD
4. Pelaksanaan musrenbang RPJMD
5. Penyusunan rancangan akhir RPJMD
6. Penetapan peraturan daerah tentang RPJMD
RPJMD Kabupaten Bone tahun 2013-2018 disusun
menggunakan 5 (lima) pendekatan, yaitu teknokratik,
partisipatif, politik, atas-bawah (top-down) dan bawah-atas
(bottom-up). Pendekatan teknokratik dilakukan dengan
menggunakan Smetode dan kerangka berpikir ilmiah dalam
proses penyusunan RPJMD. Pendekatan partisipatif dilakukan
dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam forum konsultasi publik dan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) RPJMD.
Pendekatan politik dilakukan melalui diskusi dengan Bupati
tentang visi, misi dan program Bupati, serta pembahasan
Kebijakan Umum Anggaran dan Rancangan Peraturan Daerah
15
dengan anggota DPRD. Sementara itu pendekatan top-down
dan bawah-atas bottom-up dalam penyusunan RPJMD dilakukan
dengan menyerap masukan Renstra SKPD dan memadukannya
dengan visi, misi dan program Bupati.
RPJMD Kabupaten Bone tahun 2013-2018 merupakan
pelaksanaan setengah dari tahap kedua dan tahap ketiga
RPJPD Kabupaten Bone tahun 2005-2025. Untuk mewujudkan
keselarasan pembangunan jangka menengah dengan
pembangunan jangka panjang daerah, maka penyusunan
RPJMD mengacu pada sasaran pokok pembangunan tahap
kedua dan tahap ketiga RPJPD Kabupaten Bone. RPJMD
Kabupaten Bone tahun 2013-2018 menjadi acuan bagi seluruh
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun
Rencana Strategis (Renstra-SKPD), dan dalam pelaksanaannya
akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD).
Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Bone tahun
2013-2018 adalah:
“Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera”
Rumusan visi tersebut terdiri dari 3 unsur frasa (pembentuk
kalimat), dengan arti masing-masing sebagai berikut :
1. Sehat, mengandung makna meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat dengan memperluas aksesibilitas pelayanan kesehatan
yang adil dan berkualitas.
2. Cerdas, mengandung makna terciptanya pemerataan pendidikan
bagi laki-laki dan perempuan, berkebutuhan khusus, difable dan
marginal yang berkualitas untuk mewujudkan kualitas manusia
mandiri berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal.
3. Sejahtera, mengandung makna masyarakat yang mampu
memenuhi kebutuhan hidup berkelanjutan dalam aspek ekonomi,
16
politik, sosial budaya, lingkungan hidup, didukung infrastruktrur dan
tata kelola pemerintahan yang baik.
Misi merupakan rumusan umum mengenai cara atau upaya yang
perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya visi. Untuk mewujudkan visi
jangka menengah Kabupaten Bone tahun 2013-2018, maka dirumuskan
6 (enam) misi pembangunan Kabupaten Bone, yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau,
adil dan merata.
2. Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang berkeadilan
berbasis nilai-nilai
3. agama dan kearifan lokal untuk mewujudkan manusia mandiri.
4. Mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis
potensi lokal dan
5. kelestarian lingkungan.
6. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hak-hak
dasar masyarakat
7. yang berkeadilan
8. Mengembangkan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat.
9. Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas
KKN.
Menurut Permendagri Nomor 54 tahun 2010, tujuan adalah
pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi,
melaksanakan misi, memecahkan permasalahan, dan menangani isu
strategis yang dihadapi. Kalimat tujuan tersebutdirumuskan dengan
menjabarkan lebih operasional dari misi. Satu kalimat misi dapat
dirumuskan dalam beberapa tujuan, penyusunannya memperhatikan isu-
isu strategis daerah.
Tujuan dapat pula diartikan sebagai penjabaran/implementasi dari
pernyataan misi yang menunjukkan apa yang akan dihasilkan dalam
17
kurun waktu periode perencanaan, dalam hal ini untuk jangka waktu lima
tahun (2013-2018). Sementara itu sasaran adalah hasil yang diharapkan
dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, bisa
dicapai, rasional untuk jangka waktu 5 tahun. Perumusan sasaran perlu
memperhatikan indikator kinerja pembangunan daerah.
C. Perkembangan Ekonomi Kabupaten Bone
Nilai PDRB tahun 2008 atas dasar harga berlaku adalah Rp.
5.348.744,99 juta jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp.
4,423,743,58 juta, terjadi peningkatan sebesar 17,29%.
Rata- rata perkembangan ekonomi Kabupaten Bone tahun (2005-
2008) 14,43%/tahun. Nilai PDRB tahun 2008 atas dasar harga berlaku
adalah Rp. 5.348.744,99 Juta jika dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar Rp. 4.423.743,58 Juta terjadi peningkatan sebesar 17,29%.
Perkembangan perekonomian dipengaruhi oleh kenaikan harga secara
umun dengan kata lain dampak inflasi mempengaruhi perkembangan
ekonomi namun pengaruhnya di Kabupaten Bone tidak begitu besar dan
tidak mengganggu laju perekonomian secara umum.
Perkembangan Ekonomi mengalami peningkatan setiap tahunnya,
perkembangan yang cukup signifikan dari tahun 2005 hingga tahun 2008
yaitu 11,72% pada tahun 2005, 16,02% pada tahun 2006, 12,72% pada
tahun 2007 dan 17,29% pada tahun 2008.
Kondisi perekonomian Kabupaten Bone terlihat dari gambaran
PDRB (Harga Konstan) Tahun 2005 sebesar Rp. 2.305.158.940.000,-
menjadi Rp. 2.442.413.220.000,- pada Tahun 2006 atau terjadi
pertumbuhan sebesar 5,95%. Walaupun pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bone agak lamban dibanding Propinsi Sulawesi Selatan
yakni 6,72%, akan tetapi pertumbuhan tersebut memberikan pengaruh
positif terhadap peningkatan pendapatan perkapita selama kurun waktu
yang sama, yaitu dari Rp. 4.792.832,- pada tahun 2005 menjadi Rp.
5.541.502,2.- pada tahun 2006
18
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone tersebut, disamping
memberikan implikasi positif terhadap pembukaan lapangan kerja, juga
masih menyisahkan pengangguran. Dalam Tahun 2004, jumlah
angkatan kerja sebanyak 258.926 orang dan yang mampu diserap
berjumlah 249.121 orang. Demikian halnya pada Tahun 2005, angkatan
kerja tersedia sejumlah 291.633 orang yang terserap sekitar 274.758
orang, sehingga pada tahun yang sama masih terdapat pengangguran
sekitar 16.875 orang
Kondisi perekonomian Kabupaten Bone terlihat dari gambaran
PDRB (Harga Konstan) Tahun 2005 sebesar Rp. 2.305.158.940.000,-
menjadi Rp. 2.442.413.220.000,- pada Tahun 2006 atau terjadi
pertumbuhan sebesar 5,95%. Walaupun pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bone agak lamban dibanding Propinsi Sulawesi Selatan
yakni 6,72%, akan tetapi pertumbuhan tersebut memberikan pengaruh
positif terhadap peningkatan pendapatan perkapita selama kurun waktu
yang sama, yaitu dari Rp. 4.792.832,- pada tahun 2005 menjadi Rp.
5.541.502,2.- pada tahun 2006
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone tersebut, disamping
memberikan implikasi positif terhadap pembukaan lapangan kerja, juga
masih menyisahkan pengangguran. Dalam Tahun 2004, jumlah
angkatan kerja sebanyak 258.926 orang dan yang mampu diserap
berjumlah 249.121 orang. Demikian halnya pada Tahun 2005, angkatan
kerja tersedia sejumlah 291.633 orang yang terserap sekitar 274.758
orang, sehingga pada tahun yang sama masih terdapat pengangguran
sekitar 16.875 orang.
19
Yang menjadi sektor pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone
antaralain adalah:
1. Pertanian
Bila dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB, bidang
pertanian menyumbang sebesar 56,17 % , hingga saat ini pertanian
memang masih paling besar andilnya terhadap pendapatan daerah.
Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa luas panen
tanaman pangan dan hortikultura tetap didominasi oleh padi, pada
tahun 2007 seluas 117.787 ha dengan produksi sebesar 697.299
Ton, sedangkan yang lainnya antara lain jagung 38.872 ha dengan
produksi sebesar 149.657 ton, kedelai 4.484 ha dengan produksi
mencapai 8.026 ton , ubi kayu 663 ha produksinya 7.704 ton,ubi
jalar 321 ha dengan produksi 2.716 ton, kacang tanah 12.846 ha
dengan produksi 24.022 ton.
Produktivitas perkomoditasnya masih belum mencapai hasil
yang optimal, oleh sebab itu,masih perlu didukung adanya
pembinaan dan penyuluhan di tingkat petani serta usaha perkuatan
kelembagaan dalam menghasilkan benih bermutu, institusi
pengendali hama/penyakit, dukungan alat mesin pertanian dan
distribusi pupuk memadai.
2. Peternakan
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari
pembangunan pertanian, yang peranannya dalam penyediaan
pangan khususnya protein hewani terus ditingkatkan untuk
mewujudkan swasembada ternak dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Dalam kurun waktu 2002 -2005 populasi ternak
mengalami peningkatan yang cukup besar terutama Sapi Bali,
kemudian kambing, kuda dan kerbau. Sedangkan yang mengalami
penurunan populasi adalah ayam terutama ayam ras petelur. Hal ini
20
disebabkan karena menurunnya minat masyarakat untuk beternak
ayam karena wabah flu burung.
Untuk mendukung kesehatan produk peternakan terutama
agar kesehatan masyarakat menjadi semakin baik sehingga
penyediaan produk aman, sehat, utuh dan halal maka didukung
adanya fasilitas lokasi pemotongan berupa Rumah Potong Hewan
(RPH), pembinaan terhadap peternak, pemberian vaksin ternak dan
unggas.
3. Kehutanan dan Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan di Kabupaten Bone antara lain : kelapa
seluas 14.760 ha dengan produksi 11.675 ton, coklat seluas 37.178
ha dengan produksi 12.870 ton, cengkeh 3.106 ha dengan produksi
2.087 ton, jambu mente 6.242 ha dengan produksi 2.863, kopi 934
ha dengan produksi 247 to, tembakau 941 ha dengan produksi 863
ton.
Secara kuantitas produksi perkebunan memang telah mengalami
peningkatan tapi belum mencapai hasil yang optimal, demikian pula
halnya dengan kualitas produksi masih perlu terus ditingkatkan
agar dapat mencapai standar kualitas ekspor.
Sejalan pelaksanaan otonomi daerah dengan azas desentralisasi,
paradigma pembangunan kehutanan di Kabupaten Bone adalah
domestic resources based (community and resource based
development), yaitu (1) menetapkan sumber daya hutan dalam tiga
sisi manfaat yang seimbang yakni ekonomi, ekologi dan sosial; dan
(2) memfasilitasi dan mendorong terciptanya pemberdayaan
ekonomi kerakyatan dengan memberi peluang yang luas kepada
lembaga usaha masyarakat kecil dan menengah yang berbasis
hutan dalam menuju pengelolaan hutan yang lestari, demokratis
dan berkeadilan. Pembangunan usaha perkebunan rakyat
dilakukan dengan cara memfasilitasi dan mendorong
21
berkembangnya agribisnis perkebunan yang berdayasaing melalui
pemberdayaan masyarakat.
4. Sumber daya perikanan di Kabupaten Bone cukup besar karena
wilayah pesisir yang membentang dari utara ke selatan sepanjang
127 km, sangat potensial untuk pengembangan tambak dan rumput
laut. Potensi luas areal pemeliharaan 17.214 ha dan 11.001 ha
diantaranya telah dikelola yaitu tambak seluas 10.790 ha dan kolam
211 ha. Komoditi ekspor perikanan yang menjadi unggulan adalah
kepiting dan udang, namun beberapa tahun terakhir mengalami
penurunan produksi yang cukup signifikan hingga mencapai 42 %,
penyebab menurunnya produksi yaitu pemanfaatan sumber daya
ikan tidak rasional, penerapan teknik produksi belum maksimal,
kegiatan produksi dilakukan dalam skala kecil dan sifatnya
perorangan, selain itu pembinaan dari petugas kurang. Produksi
perikanan laut mengalami peningkatan rata- rata sebesar 16,8 %,
jenis komoditi seperti rumput laut, ikan tuna, ikan kerapu, lobster,
kepiting rajungan, merupakan komoditi ekspor yang sangat
menjanjikan karena pangsa pasarnya masih cukup bagus.
5. Keindahan alam dan kekayaan budaya Kabupaten Bone
merupakan potensi pariwisata yang pengembangannya diarahkan
pada upaya menyiapkan Kab.Bone sebagai daerah tujuan wisata.
Salah satu Objek wisata yang telah dikembangkan yaitu Tanjung
Palette, dengan adanya objek wisata tersebut diharapkan arus
kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bone mengalami pertumbuhan
yang cukup bagus dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang
berkunjung.
Langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi yang ada terus
dilakukan melalui pembinaan usaha jasa pariwisata, peningkatan
SDM pelaku pariwisata dan promosi pariwisata dengan harapan
Kabupaten Bone akan lebih siap sebagai daerah tujuan wisata.
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah perkembangan ekonomi sering dicampurbaurkan dengan
pertumbuhan ekonomi, dan pemakaiannnya selalu berganti-ganti,
sehingga kelihatan pengertian antara keduanya dianggap sama. Akan
tetapi beberapa ahli ekonomi, seperti Schumpeter (1911) dan Ursula
Hicks (1957) telah menarik perbedaan yang lazim antara istilah
perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi (jhingan, 1993).
Menurut kedua pakar tersebut perkembangan ekonomi mengacu kepada
masalah-masalah Negara terbelakang, sedangkan pertumbuhan
ekonomi mengacu kepada masalah-masalah Negara maju. Demikian
juga menurut Maddison (1970), ia mengatakan bahwa di Negara-negara
maju kenaikan dalam tingkat pendapatan biasanya disebut pertumbuhan
ekonomi, sedang di Negara miskin ia disebut perkembangan ekonomi.
Namun ada juga pakar ekonomi lainnya yang beranggapan bahwa
antara pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan ekonomi
merupakan sinonim, misalnya pendapat dari Arthur Lewis (1954), serta
Meir dan Baldwin (1973)
B. SARAN
Saya selaku penulis menyarankan bahwa setelah membaca
makalah ini diharapkan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami
masalah perkembangan ekonomi yang dihadapi kabupaten Bone.
23
DAFTA PUSTAKA
http://pde.bone.go.id/images/data/bab5.pdf
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/01/teori-teori-pertumbuhan-ekonomi.html
http://makalah-artikel-online.blogspot.com/2009/05/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html
24