pertanggungjawaban bank terhadap · pdf filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu...

27
PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP NASABAH DALAM TRANSAKSI PERBANKAN MELALUI ATM (Anjungan Tunai Mandiri ) Oleh Retno Sari Dewi Abstraksi: Mengenai perbankan Indonesia telah di atur di dalam Undang Undang nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, seiring dengan perkembangan jaman ketentuan mengenai perbankan yang di atur di dalam Undang Undang No. 7 Tahun 1992 dirubah dengan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang Undang No.10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bnetuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam usaha menghimpun dana dari masyarakat , bank menggunakan cara dengan mengeluarkan produk dan jasa perbankan. Produk tersebut berupa tabungan, giro, deposito, dan jasa perbankan berupa jasa transfer dana , inkaso, bank garansi, letter of credit, waliamanat, dan kliring. Pada era globalisasi saat ini, bank di tuntut oleh nasabah untuk memberikan kemudahan dalam transaksi bisnis dalam menggunakan produk dan jasa perbankan. .Untuk memenuhi tuntutan tersebut bank harus melakukan inovasi dan kreasi menyangkut sarana atau fasilitas produk dan jasa perbankan. Maka dari itu diperlukan diperlukan landasan hukum guna menyelesaikan permasalahan yang timbul antara bank dengan nasabah apabila terjadi kegagalan dalam transaksi pengambilan dan kesalahan transfer via bank.. A.Latar Belakang Perbankan memegang peranan penting dalam pembangunan, dimana perbankan merupakan lembaga yang menjadi penggerak roda perekonomian modern dan menjadi penentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila lembaga perbankan tidak berjalan dengan baik, perekonomian menjadi tidak efisien dan pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai. Mengingat peranan dari lembaga perbankan tersebut, maka dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tidak berlebihan apabila lembaga perbankan kita tempatkan begitu strategis dan memndapat perhatian pemerintah melalui pembinaan yang insentif. Semuanya itu didasari oleh landasan pemikiran agar lembaga perbankan Indonesia mampu berfungsi secara efisien , sehat, wajar, dan mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.

Upload: duongliem

Post on 15-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP NASABAH DALAMTRANSAKSI PERBANKAN MELALUI ATM (Anjungan Tunai Mandiri )

Oleh

Retno Sari Dewi

Abstraksi:Mengenai perbankan Indonesia telah di atur di dalam Undang – Undang nomor7 Tahun 1992 tentang Perbankan, seiring dengan perkembangan jamanketentuan mengenai perbankan yang di atur di dalam Undang – Undang No. 7Tahun 1992 dirubah dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentangPerubahan atas Undang – Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.Undang – Undang No.10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa bankadalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuksimpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan ataubentuk – bnetuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.Dalam usaha menghimpun dana dari masyarakat , bank menggunakan caradengan mengeluarkan produk dan jasa perbankan. Produk tersebut berupatabungan, giro, deposito, dan jasa perbankan berupa jasa transfer dana , inkaso,bank garansi, letter of credit, waliamanat, dan kliring. Pada era globalisasi saatini, bank di tuntut oleh nasabah untuk memberikan kemudahan dalam transaksibisnis dalam menggunakan produk dan jasa perbankan. .Untuk memenuhituntutan tersebut bank harus melakukan inovasi dan kreasi menyangkut saranaatau fasilitas produk dan jasa perbankan. Maka dari itu diperlukan diperlukanlandasan hukum guna menyelesaikan permasalahan yang timbul antara bankdengan nasabah apabila terjadi kegagalan dalam transaksi pengambilan dankesalahan transfer via bank..

A.Latar Belakang

Perbankan memegang peranan penting dalam pembangunan, dimana perbankan

merupakan lembaga yang menjadi penggerak roda perekonomian modern dan menjadi

penentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila lembaga perbankan

tidak berjalan dengan baik, perekonomian menjadi tidak efisien dan pertumbuhan ekonomi

tidak akan tercapai.

Mengingat peranan dari lembaga perbankan tersebut, maka dalam rangka mencapai

tujuan pembangunan nasional tidak berlebihan apabila lembaga perbankan kita tempatkan

begitu strategis dan memndapat perhatian pemerintah melalui pembinaan yang insentif.

Semuanya itu didasari oleh landasan pemikiran agar lembaga perbankan Indonesia

mampu berfungsi secara efisien , sehat, wajar, dan mampu melindungi secara baik dana yang

dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu menyalurkan dana masyarakat tersebut ke

bidang – bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.

Page 2: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Mengenai perbankan Indonesia telah di atur di dalam Undang – Undang nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, seiring dengan perkembangan jaman ketentuan mengenai

perbankan yang di atur di dalam Undang – Undang No. 7 Tahun 1992 dirubah dengan

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – Undang No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang – Undang No.10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bnetuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam usaha menghimpun dana dari masyarakat , bank menggunakan cara dengan

mengeluarkan produk dan jasa perbankan. Produk tersebut berupa tabungan, giro, deposito,

dan jasa perbankan berupa jasa transfer dana , inkaso, bank garansi, letter of credit,

waliamanat, dan kliring.

Pada era globalisasi saat ini, bank di tuntut oleh nasabah untuk memberikan

kemudahan dalam transaksi bisnis dalam menggunakan produk dan jasa perbankan. .Untuk

memenuhi tuntutan tersebut bank harus melakukan inovasi dan kreasi menyangkut sarana

atau fasilitas produk dan jasa perbankan.

Salah satu bentuk inovasi dan kreasi menyangkut sarana dan fasilitas bisnis dengan

menggunakan electronic banking adalah ATM atau Automated Teller Machines. Saat ini

ATM telah menjadi kebutuhan vital masyarakat dalam bertransaksi. Menurut data Marketing

Research Indonesia (MRI), volume perputaran dana melalui transaksi ATM selama setahun

mencapai Rp 541,83 triliun. Frekuensi masyarakat menggunakan ATM rata-rata lima kali

dalam sebulan per nasabah. Total jumlah transaksi menggunakan ATM mencapai 95 juta

transaksi per bulan (intra dan antarbank), Perilaku masyarakat yang aktif menggunakan ATM

ini dipicu kenyataan bahwa ATM merupakan medium transaksi yang mudah, cepat, dan bisa

dilakukan kapan saja. Juga sudah jadi bagian integral dari masyarakat.

Penggunaan electronic banking terutama automatic teller machine (ATM) sebagai

pengganti berbagai jenis layanan yang dulu hanya bisa diperoleh di kantor-kantor cabang

bank sekarang ini sudah menjadi hal yang biasa. Hasil penelitian Institute of Service

Management Studies (ISMS) tahun 2007 menunjukkan terjadinya penurunan jumlah nasabah

yang datang langsung ke kantor cabang untuk mendapatkan jasa layanan bank.1

1www.bi.go.id,diunduh pada hari Senin,25 Mei 2009

Page 3: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Sistem elektronik memiliki ciri lebih mengaktifkan nasabah. Nasabah lebih berperan

dan mengambil beberapa porsi dari kegiatan yang sebelumnya dilakukan oleh pegawai bank.

Bahkan, nasabah dapat melakukan transaksi di mana hanya nasabah yang memasukkan data

ke dalam sistem perbankan dan diproses langsung oleh sistem komputer tanpa sama sekali

ikut campur pihak perbankan.

Namun, sarana yang mempermudah tersebut tidak menutup kemungkinan munculnya

persoalan, dalam prakteknya transaksi pengambilan dana lewat ATM ( Anjungan Tunai

Mandiri) ternyata sering dikeluhkan oleh nasabah bank. Misalnya Waktu anda habis,

begitulah tulisan yang tertera di mesin ATM saat seorang nasabah mengambil uang pada

sebuah ATM di daerah Yogyakarta. Nasabah berulang kali memasukkan kartu ATM ke

mesin ATM, akan tetapi tulisan Waktu anda habis berulang lagi muncul setiap nasabah

memilih menu. Keesokan harinya si nasabah mengecek saldo tabungannya menggunakan

atm, dan tenryata saldonya tidak sesuai. Saldonya terpotong pada dua kali penarikan gagal

sebelumnya. Merasa dirugikan, nasabah menghubungi nomor pelayanan nasabah bank,

permasalahannya dicatat dan dijanjikan untuk diproses secepatnya. Menurut petugas yang

menerima telpon, prosesnya akan membutuhkan waktu paling lama tiga hari. Kemudian, tiga,

empat, lima hari, seminggu, nasabah menunggu konfirmasi dari pihak bank, akan tetapi

konfirmasi dari pihak bank tidak seperi yang diharapkan, pihak bank menyatakan bahwa hal

tersebut bukan merupakan tanggungjawab dari pihak bank.2

Uraian diatas merupakan salah satu gambaran dari sekian banyak kasus yang muncul

dari penggunaan produk dan jasa perbankan. Maka dari itu diperlukan diperlukan landasan

hukum guna menyelesaikan permasalahan yang timbul antara bank dengan nasabah apabila

terjadi kegagalan dalam transaksi pengambilan dan kesalahan transfer via bank..

B. Rumusan Masalah

Maka dari itu penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban pihak bank apabila terjadi kegagalan transaksi

pengambilan melalui Anjungan Tunai Mandiri ( ATM)?

2. Bagimana bentuk pertanggungjawaban pihak bank apabila terjadi kesalahan dalam

transfer uang via ATM?

2www.mediakonsumen.com diunduh pada hari Senin , 25 Mei 2009

Page 4: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

C. Tujuan Penelitian

1 Untuk mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban pihak bank apabila terjadi

kegagalan transaksi melalui ATM?

2 Untuk mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban pihak bank apabila terjadi

kesalahan dalam transfer uang melalui ATM?

Untuk mempermudah dalam penulisan penelitian ini perlu adanya metode yang merupakan

suatu cara akan dilakukan oleh penulis untuk meneliti permasalahan yang diangkat dalam

karya tulis, sehingga nantinya dalam melakukan penelitian penulis akan mudah untuk

memperoleh data.Cara yang ditempuh penulis untuk memperoleh data yaitu :

1. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data-data penulis menggunakan metode observasi atau

pengamatan secara langsung mengenai penanganan terhadap kasus pidana yang

dilakukan oleh pengurus bank dan disamping itu juga mengadakan wawancara dengan

responden yang dapat memberikan keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan

permasalahan.

2. Spesifikasi Penelitian

Didalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan spesifikasi penelitian

meliputi:

a. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penulis melakukan studi kepustakaan dengan membaca literature – literature yang

diperoleh dari peraturan perundangan-undangan ,buku-buku,artikel-

artikel,yurisprudensi – yurisprudensi, dan bahan hukum yang tertulis hasil

karangan para ahli hukumyang terkait dengan permasalahan sehingga nantinya

dapat diperoleh suatu data teoritis penelitian.

b. Penulis Lapangan (field research)

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan nyata , maka penulis melakukan

pengamatan langsung yang disebut studi lapangan. Dalam hal ini penulis

melakukan pengamatan secara langsung terhadap data primer dan data sekunder.

D. Analisa Data

Data kualitatif dianalisa secara induktif maupun deduktif. Data-data tersebut

dipaparkan secara deskriptif yang digambarkan gejala-gejala yang ada hubungannya

dengan ilmu hukum. Data-data yang telah tersusun secara sistematis dilakukan analisa

Page 5: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

sehingga menjadi data yang teratur , dan terarah dan dapat mendukung pokok-pokok

yang dibahas serta memiliki nilai ilmiah yang dapat dieprtanggungjawabkan.

E. Perbankan Indonesia Sebagai Sistem

Sistem perbankan Indonesia memiliki unsur – unsur:

1. Nilai – nilai yang hidup dalam Industri Perbankan

Unsur nilai – nila ( moralitas ) menjadi faktor penting dalam keseluruhan kegiatan

perbankan sehingga hal ini diharapkan mendorong terciptanya etika usaha dan

integritas yang tinggi dari seluruh stakesholder perbankan. Nilai – nilai mengesahkan

eksistensi dan peranan itu sendiri. Selanjutnya, untuk agar senantiasa bisa memenuhi

tuntutan – tuntutan perkembangan, nilai – nilaitersebut harus disegarkan dan

direvitalisasi.

2. Filsafat perbankan

Filsafat perbankan adalah pendalam lebih lanjut menyangkut segala aspek mengenai

perbankan. Perbankan dalam konteks tersebut , dijadikan objek pembahasan yang

paling mendasar meliputi konteks keberadaannya (ontologisnya ) dan melihat pada

konteks hakikatnya.

3. Norma – norma di Dunia pebankan

Norma – norma di dunia perbankan terdiri dari norma yang berlaku secara nasional

dan norma internasional, baik yang telah dikodifikasikan secara tertulis dalam bentuk

peraturan perundang – undnagan maupun masih berupa asas –asas hukum, serta

kebiasaan – kebiasaan industry perbankan internasional yang berlaku universal (

termasuk dalam norma yang tidak tertulis dalam bentuk peraturan perundang –

undangan , yaitu fatwa – fatwa Majelis Ulama menyangkut perbankan syariah dan

dimungkinkan pula yurisprudensi tetap )

4. Lembaga – lembaga di bidang Industri Perbankan

Lembaga – lembaga di Bidang Industri Perbankan seperti Bank Sentral , lembaga

Penjamin Simpanan, otoritas pengawas, dan sebagainya.

5. Proses dan prosedur di lembaga – lembaga perbankan

Proses dan prosedur di lembaga – lembaga perbankan sebagai tata kelola perusahaan

yang baik ( good corporate governance ) termasuk ( operational governance) yang

bersifat teknis, dan mikro yang menekankan control pada praktik manajerialnya.

6. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia ( mutu profesionalismenya, komitmen, dan moralnya )

Page 6: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

7. Lembaga – lembaga pendidikan dan sistem pendidikan perbankan.

8. Sarana dan Prasarana ( baik perangkat keras, perangkat lunak maupun brainware-nya).

Sarana dan prasara ( baik perangkat keras, perangkat lunak dan brainware-nya, seperti

kantor yang memadai, filling sistem dan perangkatnya, perabot, alat

transportasi/kendaraan, computer dengans eluruh perangkat dan sistemnya, dan

sebagainya ).

9. Kebiajakan Pemerintah terhadap industri perbankan

Kebijakan pemerintah terhadap industry perbankan( seperti diantaranya anggaran

negara yang disediakan untuk pembangunan industry perbankan khususnya dan jasa

keuangan pada umumnya.3

Dengan unsur-unsur yang dimilikinya seperti di atas, maka sistem perbankan

Indoensia mengandung komponen yang bersifat struktural, yaitu menyangkut kelembagaan

yang diciptakan dalam sistem perbankan tersebut dengan bernagai macam fungsinya untuk

mendukung bekerjanya sistem tersebut,komponen yang lainya, yaitu bersifat kultural, yang

terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan pengikat sistem itu, serta menentukan

tempat sistem perbankan itu di tengah – tengah kultur bangsa sebagai keseluruhan.

Selain dua komponen diatas, juga tidak kalah pentingnya, yaitu komponen substansi ,

yang diantaranya, menyangkut proses dan prosedur di lembaga – lembaga perbankan yang

bersangkutan,serta norma-norma hukum yang berkaitan dengan industri perbankan itu

sendiri, baik berupa peraturan – peraturan, doktrin – doktrin, keputusan-keputusan, asas-asas,

maupun prinsip perbankan, sejauh semuanya ini digunakan,baik oleh pihak yang

mengatur,maupun yang diatur dalam menjalankan teknis operasional perbankan.

F. Regulasi dan Pengawasan Perbankan Indonesia

Struktur perbankan yang sehat sulit diwujudkan apabila tidak disertai sistem

pengaturan yang efektif. Dengan prinsip seperti itu,maka regulasi merupakan salah satu

pilar yang penting dalam pengembangan perbankan di mana pun. Integritas industri

perbankan nasional selain memerlukan tersedianya, pengaturan yang memadai dan

implementasinya yang konsisten, sistem perbankan juga harus dapat dijaga agar terhindar

dari praktik kejahatan perbankan. Pengaturan atau regulasi perbankan, meletakkan hukum

sebagai rangkaian kaidah, peraturan tata aturan(proses dan prosedur), namun tetap

memerhatikan perlunya pemberian sanksi kepada mereka yang menyimpang

3Muhannad Djumhana, Asas – Asas Perbankan Indonesia,Citra Aditya Bakti,Bandung,2008

Page 7: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Memperhatikan hal itu, maka tidak berlebihan apabila regulasi yang efektif menjadi

salah satu pilar Arsitektur Perbankan Indonesia. Jelas sudah salah satu upaya membangun

sistem perbankan yang stabil memerlukan perangkat aturan hukum(legal framework) yang

mampu menjadi landasan bagi penyelenggaraan fungsi perbankan secara utuh. Demikian

pentingnya faktor hukum/perundang-undangan ini bagi perkembangan bidang perbankan ini

merupakan bidang yang paling banyak peraturannya sehingga disebutkan “the most highly

regulated industry”.

Regulasi dan pengawasan sistem perbankan oleh Bank Indonesia telah diperkuat

dengan peran barunya sebagai otoritas independent, yang menurut hukum bebas dari

campur tangan politis. Dengan kedudukan yang kuat seperti itu,maka Bank Indonesia saat

ini dan kedepan,harus senantiasa mampu mengeluarkan dan menyempurnakan peraturan

perundang-undangan yang saat ini ada. Hal-hal yang ada selalu disempurnakan, di

antaranya, mencakup moneter, dan sebagainya.

Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga otoritas perbankan yang berwenang

melakukan fungsi pengaturan dan pengawasan sektor keuangan, moneter, dan fiskal dituntut

pula harus mampu memformulasikan dan menerapkan kebijakan yang konsisten, dapat

mempertahankan tingkat kompetisi perbankan yang sehat, dan dapat mendukung inovasi

industri perbankan.4

Menurut S.Sundari alasan klasik perlunya pengaturan dan pengawasan terhadap

perbankan didasarkan pada empat pertimbangan utama :

a. Pentingnya posisi bank dalam sistem keuangan, terutama dalam sistem pembayaran

dan kliring

b. Sistem perbankan merupakan suatu sistem yang berpotensi menimbulkan bahaya,

berkenaan dengan operasional perbankan

c. Sifat dari perjanjian bank

d. Moral hazard yang timbul dari peranan sebagai the leader of the last resort perlu

diantisipasi secara terus-menerus oleh pemerintah.5

Bank Indonesia sebagai otoritan pengawas bank juga perlu menyempurnakan sistem

pengawasannya sehingga diperlukan pengembangan metode pengawasannya berbasis pada

resiko merupakan salah satu metode yang dikembangkan, selain itu juga dilakukan upaya

4Op.cit.hal.137

5Op.cit.hal.140

Page 8: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

konsolidasi organisasi pengawasan bank yang ada. Pembenahan ke dalam yang juga

dilakukan, yaitu berupa reorganisasi struktur pengawasan bank.

G. Produk dan Jasa Perbankan

Menurut Undang – Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 ayat 1,

perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Sedangkan definisi bank menurut Undang – Undang No.10 Tahun 1998 tentang

Perbankan ayat 2, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa bank di beri wewenang untuk

menghimpun dana dari masyarat , maka dari itu bank mengeluarkan produk dan jasa

perbankan. Produk yang dikeluarkan oleh bank biasanya berupa tabungan, giro, deposito,

sedangkan dalam bidang jasa antara lain transfer, inkaso,bank garasi, letter of credit,

waliamanat, kliring.

H. Perjanjian antara bank dengan nasabah

Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Perdata memberikan rumusan tentang

perjanjian diatur didalam Pasal 1313 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, suatu

perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih.

Rumusan perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan diatas adalah tidak lengkap dan

terlalu luas. Maka disini penulis mencoba menjabarkan makna dari pasal 1313 Kitab Undang

– Undang Hukum Perdata dengan mengutip pendapat R.Setiawan yaitu :

Rumusan tersebut selain tidak lengkap juga sangat luas. Tidak lengkap karena hanya

menyebutkan persetujuan sepihak saja. Sangat luas karena dengan dipergunakan perkataan “

perbuatan “ tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum .

Sehubungan dengan itu, perlu kiranya diadakan perbaikan mengenai definisi tersebut , yaitu

:

a. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum yaitu perbuatan yang

bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum.

b. Menambahkan perbuatan “ atau saling mengikatkan diirnya “ dalam pasal 1313

Kitab Undang – Undang hukum Perdata.

Sehingga perumusan menjadi :

Page 9: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Persetujuan adalah suatu perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan

diirnya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.6

Sedangkan Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah peristiwa dimana dua orang

berjanji kepada orang lain, saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.7

Sudikno Mertokusumo berpendapat:

Perjanjian sebagaimana hubungan hukum antara 2 pihak atau lebih berdasarkan kata

sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Suatu perjanjian didefinisikan sebagai

hubungan hukum karena didalam perjanjian itu terdapat dua perbuatan hukum yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu penawaran (offer,aanbod) dan perbuatan

penerima (acceptan,aanvaarding ).8

Pada dasarnya perjanjian mempunyai fungsi ekonomi.Dan mengenai hal ini, Eman

Rajagukguk menyebutkan bahwa :

Sedikitnya ada empat fungsi kontrak bila dipandang dari sudut ekonomi. Pertama

kontrak yang memuat ganti rugi bila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau

melanggar kontrak, akan memberikan an essential check on opportunism in

nonsimulataneous exchange dengan menjamin pihak satu, dalam pelaksaan kontrak,

tidak berhadapan dengan risiko, daripada kerja sama dengan pihak lainnya. Kedua ,

memakai para pihak given categories of exchange dengan seperangkat ketentuan

kontrak ( dimana mereka bebas untuk menentukannya bila mereka mau ) sehingga

akan mengurangi transaction costs. Ketiga mengurangi ketidakhati – hatian para pihak

dengan memberikan tanggungjawab kepada pihak yang mengakibatkan kerugian

kepada pihak lainnya. Keempat memformulasikan seperangkat ketentuan yang

merupakan alasan yang memaaafkan dalam pelaksanaan kontrak sehingga dapat

dilaksanakannya efficient exchanges,tetapi tidak mendorong pelaksaan inefficient

exchanges yang tidak memenuhi criteria effisiensi parent9

6Mariam Darus Badrulzaman: “Kompilasi Hukum Perikatan “,Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2001

7Subekti,Pokok – Pokok Hukum Perdata ,Intermasa , Jakarta, 1994

8Cahyo Wiyono,Kelalian Debitur Terhadap Perjanjian Kredit Uang dengan Jaminan BPKB, Skripsi,

Tidak Diterbitkan, 2002.9

H.R.Daeng Naja, Contrac Drafting, P.T.Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2006

Page 10: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Suatu perjanjian dikatakakan syah apabila syarat – syarat yang tercantum didalam ketentuan

Pasal 1320 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata terpenuhi. Syarat – syarat tersebut

adalah

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subyeknya atau pihak – pihak dalam

perjanjian sehingga disebut sebagai syarat subyektif. Sedangkan syarat ketiga dan keempat

disebut syarat obyektif karena mengenai obyeknya perjanjian.

Dalam hal ini harus dibedakan antara syarat subjektif dan syarat objektif . Dalam hal

syarat subyektif tidak terpenuhi , maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Artinya, dari

semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian . Tujuan para pihak yang mengadakan

tersebut melahirkan suatu perikatan hukum, adalah gagal. Dengan demikian , tidak ada dasar

untuk saling menuntut didepan hakim.

Disebut batal demi hukum karena perjanjian dianggap tidak pernah terjadi. Siapa pun

dapat mengemukakan kebatalan tersebut, bahwa hakim tanpa diminta oleh para pihak.

Dalam syarat subjektif tidak terpenuhi , maka perjanjiannya bukan batal demi hukum,

melainkan salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan.

Pihak yang dapat menerima pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang

memberikan sepakatnya secara tidak bebas.Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu mengikat,

selama tidak dibatalkan (oleh ) hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta

pembatalan tadi. Nasib sesuatu perjanjian seperti itu tidaklah pasti dan bergantung pada

kesediaan suatu pihak untuk menaatinya, perjanjian yang demikian dinamakan voidable (

bahasa inggris ) atau vernietigbaar (bahasa Belanda), ia selalu diancam dengan bahaya

pembatalan10

Dengan diperlakukannya kata sepakat mengadakan perjanjian, maka berarti bahwa

kedua haruslah mempunyai kebebasan kehendak. Para pihak tidak dapat mendapat suatu

tekanan yang mengakibatkan cacat bagi perujudan kehendak tersebut.Pernyataan sepakat

dilukiskan sebagai pernyataan kehendak yang disetujui(overeenstemende wilsverklaring)

antara para pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dimanakan tawaran (offerte).

Pernyataan pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi(acceptatie).

10Op.cit.,hal 17

Page 11: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Mengenai hal ini ada beberapa ajaran yaitu :

a. Teori Kehendak (wistheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat

kehendak pihak penerima dinyatakan, misalnya dengan menuliskan surat.

b. Teori pengiriman (verzendtheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat

kehendak, yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran.

c. Teori pengetahuan (vermemingstheorie) mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan

seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima.

d. Teori kepercayaan (vertrouwenstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi

pada saat pernyataan kehendak di anggap layak diterima oleh pihak yang

menawarkan.

Sehubungan dengan syarat kesepakatan mereka yang mengikatkan diri dalam Kitab

Undang – Undang Hukum Perdata dicantumkan beberapa, hal ini merupakan faktor yang

dapat menimbulkan cacat pada kesepakatan tersebut.

H. Bentuk pertanggungjawaban pihak bank apabila terjadi kegagalan transaksi

pengambilan melalui Anjungan Tunai Mandiri ( ATM)

Pengaturan mengenai perbankan ada didalam Undang-Undang No.10 tahun 2008 tentang

Perbankan. Menurut Pasal 1 ayat 2, “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang

banyak.”

Mengenai bentuk usaha bank, Undang-Undang No.10 tahun 2008 tentang Perbankan

mewajibkan bentuk usaha yang berbadan hukum. Badan hukum dalam bahasa Belanda

Rechtspersoon ialah suatu badan yang dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban

seperti orang-orang pribadi”.11Sebagai badan hukum memiliki syarat-syarat sebagai sebagai

berikut:

a. adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu yang terpisah dengan

kekayaan pribadi para sekutu atau Pendiri badan itu, tegasnya ada pemisahan

kekayaan perusahaan dengan kekayaan pribadi para sekutu;

b. kepentingan yang menjadi tujuan adalah kepentingan bersama;

11Eddi Sopandi, Hukum Bisnis, Refika Aditama, Bandung, 2003

Page 12: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

c. adanya beberapa orang sebagai Pengurus.112

Dengan demikian letak perbedaan antara persekutuan perseorangan dengan badan

hukum ada pada modal dan letak tanggung jawabnya. Pada usaha perseorangan modal

usahanya menjadi satu dengan modal Pendirinya, sehingga tanggung jawabnya termasuk

harta kekayaan pribadi Pendiri. Pada perusahaan berbadan hukum, modal usahanya terpisah

dari kekayaan para Pendiri (pemegang saham), oleh karenanya tanggungjawab para Pendiri

(pemegang saham) sebatas jumlah maksimal modal yang disetorkan. Kekayaan badan hukum

tersebut diurus oleh para Pengurusnya sebagai salah satu organ dari badan hukum yang

bersangkutan.

Dalam kegiatan menghimpun dana nasabah , bank mengeluarkan produk dan jasa

perbankan demi memberikan fasilitas terbaik bagi nasabah. Berkaitan dengan hal tersebut,

penggunaan fasilitas bank oleh nasabah diawali dengan adanya perjanjian. Telah diatur

didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa suatu perjanjian dikatakan sah apabila

telah memenuhi Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ada empat hal yang

harus dipenuhi:

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. suatu hal tertentu;

4. suatu sebab yang diperkenankan.

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya maksudnya adalah: “Para pihak yang membuat

perjanjian telah sepakat atau ada persesuaian kemauan atau saling menyetujui kehendak

masing-masing, yang dilahirkan oleh para pihak dengan tiada paksaan, kekeliruan atau

penipuan”.213Mengenai kebebasan dalam membuat perjanjian, Pasal 1321 Kitab Undang-

Undang Hukum perdata. menentukan bahwa "tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu

diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan". Antara pihak

bank dan nasabah telah sepakat mengenai penggunaan fasilitas bank.

12Ibid hal 10

13Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 1989, h. 214.

Page 13: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, maksudnya para pihak cakap bertindak

dalam hukum, yaitu telah dewasa dan tidak ditaruh di bawah pengampuan. Dewasa menurut

Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan: “Belum dewasa adalah

mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah

kawin”. Bank merupakan suatu badan hukum, yang mampu bertindak dalam hukum,

sehingga cakap dalam membuat perjanjian. Demikian juga nasabah telah dewasa dan tidak

ditaruh di bawah pengampuan.

Suatu hal tertentu, maksudnya perjanjian yang dibuat harus ada obyek yang

diperjanjikan untuk diserahkan atau dibuat. Hal yang dijadikan obyek adalah produk dan jasa

layanan perbankan. Sedangkan suatu sebab yang diperkenankan maksudnya bahwa perjanjian

tersebut tidak dilarang oleh undang-undang, ketertiban umum maupun kesusilaan. Produk

dan jasa layanan perbankan tidak dilarang oleh undang-undang, ketertiban umum maupun

kesusilaan.

Perjanjian bank dengan nasabah dibuat memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagai-

mana Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata., maka perjanjian tersebut mengikat

kedua belah pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang, sesuai dengan bunyi Pasal

1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menentukan bahwa "semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya".

Perkataan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya” sebagai-mana Pasal 1338 B.W. di atas, mengandung

maksud bah-wa buku III B.W. menganut asas kebebasan berkontrak, maksudnya bahwa:

“Setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam

undang-undang. Walaupun berlaku asas ini, kebebasan berkontrak tersebut dibatasi oleh tiga

hal, yaitu tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan

ketertiban umum”.315

Perjanjian itu sendiri terjadi sejak kedua belah pihak mencapai kata sepakat mengenai

hal-hal pokok yang diperjanjikan, sehingga sejak saat itu pula timbul suatu kewajiban secara

timbal balik yang lebih dikenal dengan prestasi.

Perjanjian dalam penggunaan fasilitas ATM adalah perjanjian yang bersifat timbal

balik. Artinya dalam suatu perjanjian, pihak yang berkewajiban untuk memenuhi suatu

prestasi, juga berhak atas suatu prestasi. Sebaliknya pula pihak lain di samping berhak atas

suatu prestasi, juga berkewajiban memenuhi prestasi. Jadi kedua belah pihak mempunyai hak

15Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal. 84.

Page 14: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

dan kewajiban timbal balik. Hak dan kewajiban tersebut, disepakati bersama dan tertuang

dalam ketentuan– ketentuan pemegang Kartu ATM.

Didalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, tidak memberikan

penjelasan yang jelas mengenai produk dan jasa perbankan.Oleh karena itu untuk

memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi nasabah perbankan di Indonesia, pihak

Bank Indonesia selaku pemegang otoritas tertinggi perbankan di Indonesia mengeluarkan

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi Informasi Produk Bank

dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah yang ada didalam Pasal 4:

1. Bank wajib menyediakan informasi tertulis dalam Bahasa Indonesia secara

lengkap dan jelas mengenai setiap kararteristik setiap produk bank.

2. Informasi sebagaimana ya g dimaksud ayat (1) wajib disampaikan kepada

Nasabah secara tulis dan atau lisan.

3. Dalam memberikan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2),

Bank dilarang untuk memberikan informasi yang menyesatkan (mislead) dan atau

tidak etis (misconduct) sehingga dengan adanya peraturan ini diharapkan nasabah

akan mengerti tentang hak dan kewajibannya apabila nasabah menggunakan

produk perbankan.

Karena didalam Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi

Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, tidak memberikan penjelasan

mengenai transaksi antara nasabah dengan Bank melalui mesin ATM, sehingga perlu melihat

peraturan hukum yang lain yaitu Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik. Undang-Undang Transaksi Elektronik mengatur mengenai transaksi

eletronik yang dilakukan oleh nasabah .

Transaksi nasabah dengan mesin ATM dapat dikategorikan kedalam transaksi

elektronik. Mengenai ketentuan transaksi elektronik diatur di dalam Undang-Undang No.11

tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik di Pasal 2, “transaksi elektronik

adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer,

dan/atau media elektronik lainnya.

Kartu ATM ini merupakan fasilitas yang akan langsung dinikmati oleh nasabah

apabila nasabah mempunyai simpanan di bank. Kartu ATM ini adalah sebuah kartu magnetik

yang berkode atau bersandi yang dikeluarkan oleh bank. Untuk menggunakan kartu ATM,

nasabah harus memasukkannya ke dalam mesin ATM, setelah itu nasabah memasukkan PIN

(Personal Indentification Number) yang hanya diketahui oleh nasabah dan pihak bank.

Skema transaksi melalui ATM:

Page 15: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

I. Transaksi awal di conter bank

transaksi

menyimpan dana

II.

transaksi menggunakan kartu atm

pengambilan dana

Terdapat perbedaan keberadaan subjek dalam dua transaksi diatas. Pada transaksi

pertama (penyimpanan dana), para pihak hadir atau eksis(ada komunikasi dan kesepakatan).

Dalam proses transaksi I( penyimpanan dana) :

1. nasabah datang sendiri ke counter bank menemui staf bank yang bertindak mewakili

bank(rechtspersoon/badan hukum).

2. kemudian nasabah memberikan form/slip penyetoran yang sudah di isi oleh nasabah

ke staf bank.

3. setelah menerima form/slip nasabah, staf bank akan memproses transaksi, dan

mencetaknya ke dalam buku tabungan.

4. nasabah akan mendapatkan salinan slip dari transaksi yang dilakukan

Sedangkan dalam transaksi tahap II(pengambilan dana) :

1. Nasabah mendatangi counter ATM yang telah disediakan bank

2. Nasabah memasukkan kartu ATM ke dalam mesin ATM, kemudian di layar mesin

ATM akan muncul perintah untuk memasukkan PIN(Personal Indentification

Number), selanjutnya di sebut PIN. PIN terdiri dari 6 kombinasi angka yang hanya

diketahui oleh pihak bank dan nasabah.

3. Setelah memasukkan PIN,akan muncul di layar jenis transaksi yang akan dilakukan,

nasabah memilih untuk melakukan transaksi penarikan. Kemudian akan muncul

nominal angka mulai Rp.50.000,-,Rp.100.000,-,Rp 200.000,Rp.300.000,-,

Rp.400.000,-,Rp.500.000,-, Rp.1.000.000,-.

4. Selanjutnya, nasabah akan mendapatkan struck didalamnya berisikan tanggal

transaksi, jumlah transaksi, nominal transaksi yang di lakukan.Kemudia secara

otomatis mesin ATM akan mengeluarkan uang sesuai dengan permintaan anda. di

mesin.

nasabah Staf dicounter Bank

nasabah MesinATM(mewaki

li pihak

Bank)

Page 16: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Transaksi melalui mesin ATM, pihak bank tidak hadir, artinya transaksi dilakukan

sendiri oleh nasabah.

Persyaratan harus adanya kesepakatan di dalam transaksi bisnis merupakan bukti

nyata bahwa pihak-pihak yang bertransaksi harus hadir dalam proses tersebut . Hadir di sini

bisa di maksudkan bahwa para pihak saling tahu mnengenai keadaan objek yang

ditransaksikan, dalam hal ini objek transaksi berupa sejumlah dana. Kehadiran ini dibutikan

pula dengan tanda tangan atau tanda lain yang bisa digunakan sebagai wujud persetujuan

person (subyek hukum)

Dalam ketentuan Principal Commercial Contracs (PICC), pada bab II tentang formasi

(formation) diatur dengan jelas mengenai pembentukan perjanjian, yaitu adanya proses

tawar-menawar, secara rinci diatur mulai tahap penawaran sampai terjadinya akseptasi serta

kemungkinan terhadinya perubahan baik penawaran maupun akseptasi16

. Dengan kata lain,

lazimnya, setiap proses menuju kesepakatan dalam transaksi selalu diawali dengan proses

komunikasi yang efektif diantara kedua pihak yang menaruh perhatiannya masing-masing

pada objek transaksi.

Ketika seorang nasabah mendatangi sebuah mesin ATM dan bermaksud melakukan

transaksi pengambilan uang maka pihak yang sepakat untuk mengikatkan diri ke dalam suatu

transaksi itu adalah pihak bank dengan nasabah.

Bahkan kesepakatan nasabah mengenai jumlah dana yang ditransaksikan tidak

didahului dengan komunikasi personal dengan pihak bank. Sehingga apa pun respon mesin

ATM terhadap perintah dari nasabah secara otomatis dianggap sebagai persetujuan pihak

bank. Ketidakhadiran pihak bank dalam transaksi seolah sudah diwakili oleh sebuah mesin.

Dari awal telah dijelaskan bahwa transaksi melalui mesin ATM merupakan suatu

transaksi elektronik. Apabila terjadi kegagalan dalam pengambilan uang dengan

menggunakan mesin ATM maka menurut Undang-Undang No.11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 15 ayat (2),”penyelenggara sistem elektronik

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan sistem elektroniknya, Pasal 15 (3) Ketentuan

sebagaimana dimaksud oleh ayat (3) tidak berlaku dalam hal hal dapat dibuktikan adanya

keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalian pihak pengguna sistem elektronik.

Yang dimaksud dengan penyelenggara sistem elektronik adalah pemanfaatan sistem

elektronik oleh Penyelenggara negara, Orang, Badan usaha, dan/atau masyarakat, pengertian

16Sogar Simamura, Harmonisasi Prinsip-Prinsip Hukum Kontrak di Indonesia Terhadap Sistem

Perdagangan Global,YURIDIKA,Jurnal Fakultas Hukum, Universitas Airlangga.

Page 17: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

ini merujuk pada Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik. Jadi, dalam hal transaksi melalui mesin atm dapat dikatakan bahwa

bank sebagai badan usaha yang memfaatkan mesin ATM, yang terdiri dari perangkat

komputer yang digunakan untuk memproses data elektronik.

Apabila terjadi kegagalan dalam transaksi pengambilan melalui mesin ATM merujuk

Undang-Undang Nomor 11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 15 ayat 3 ,

apabila terbukti kegagalan tersebut karena adanya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau

kelalian pihak pengguna sistem elektronik.

Maka penyelenggara sistem elektronik , dalam hal ini adalah pihak bank tidak dapat di bebani

peratnggungjawaban.

Dalam pasal diatas, unsur pembuktian memegang peranan yang sangat penting.

Namun, pembuktian tersebut akan disulit apabila di kaitkan dengan unsurkeadaan memaksa,

karena di dalam penjelasan Undang-Undang Informasi dan transaksi elektronik tidak

terdapat definisi mengenai keadaan memaksa tersebut.

Keadaan memaksa menurut Soebekti, untuk dapat dikatakan suatu “keadaan

memaksa”(overmacht/force mayure) bila keadaan itu:

- Diluar kekuasaannya

- Memaksa

- Tidak dapat diketahui sebelumnya17

Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menamakan keadaan memaksa

atau hal kebetulan (overmacht atau toeval) dan Pasal 1444 Kitab Undang-Undang Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata hal kebetulan yang tidak dapat diperkirakan (onvoorziene

toeval).

Apabila ketentuan-ketentuan di atas diteliti, maka unsur-unsur dari keadaan memaksa

itu ialah “adanya hal yang tidak terduga dan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan”

kepada seseorang. Sedangkan yang bersangkutan dengan segala daya berusaha secara patut

memenuhi kewajibannya.

Untuk mengkaji mengenai keadaan memaksa, ada dua teori :

a. Teori objektif (de objectieve overmachtsleer)

Menurut teori ini, keadaan memaksa objektif, debitur berada dalam keadaan

memaksa, apabila pemenuhan prestasi itu tidak mungkin (ada unsure impossibilitas)

dilaksanakan oleh siapapun juga atau setiap orang.

17Soebekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata,PT.Intermassa, Jakarta, 1994

Page 18: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Misalnya: A harus menyerahkan kuda kepada B, kuda di tengah jalan disambar petir,

hingga oleh siapapun juga penyerahan kuda itu tidak mungkin dilaksanakan.

Dalam ajaran ini , fokus pada bencana alam atau kecelakaan yang hebat, sehingga

dalam keadaan demikian siapapun tidak dapat memenuhi prestasi. Juga jika barang musnah

atau hilang di luar perdagangan dianggap sebagai keadaan memaksa.

Hal ini dapat kit abaca dalam Pasal 1444 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

dimana disebutkan jika barang tertentu yang menjadi bahan persetujuan musnah, tidak lagi

dapat diperdagangkan atau hilang, sedemikian hingga sama sekali tidak di ketahui apakah

barang itu masih ada, maka hapuslah perjanjian, asal barang itu musnah atau hilang di luar

salahnya si berhutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya.

b. Teori subjektif

Menurut teori subjektif, keadaan memaksa itu ada, apabila debitur masih mungkin

mungkin melaksanakan prestasi, tetapi praktis dengan kesukaran atau pengorbanan yang

besar, sehingga dalam keadaan yang demikian itu kreditur tidak dapat menuntut pelaksanaan

prestasi.

Dari dua teori diatas, maka penulis berpendapat bahwa keadaan memaksa ada yang

bersifat mutlak (absolute), contohnya bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah

longsor, dan lain-lain. Sedangkan yang bersifat tidak mutlak (relative), contohnya berupa

suatu keadaan dimana perjanjian masih dapat dilakukan, tapi dengan biaya yang lebih tinggi,

misalnya terjadi perubahan harga yang tinggi secara mendadak akibat dari regulasi

pemerintah terhadap produk tertentu, krisis ekonomi yang mengakibatkan ekspor produk

terhenti sementara.

Menurut penulis, keadaan memaksa yang dimaksud dalam Pasal 15 Undang-Undang

No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berkaitan dengan transaksi

melalui mesin ATM adalah adanya kerusakan dalam sistem komputer yang diakibatkan oleh

gangguan listrik, kerusakan komputer , terkena virus.

Untuk melihat sejauhmana pihak bank bertanggung jawab atas Dalam hal ini apabila

terjadi kegagalan transaksi pengambilan uang tunai melalui mesin ATM, dan kegagalan

tersebut akibat adanya keadaan memaksa dan hal tersebut bisa dibuktikan, maka pihak bank

tidak bertanggung jawab.

Namun, apabila unsur “ keadaan memaksa tersebut tidak terbukti” maka harus

merujuk pada Undang-Undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Pasal 21 ayat 2 (a), “ Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat dalam pelaksanaan

Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut :

Page 19: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

a. Jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik

menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi.

Apabila melihat rumusan Pasal 21 ayat 2(a) berkaitan erat dengan

pertanggungjawaban. Mengenai pertanggung jawaban ada dua teori mengenai hal tersebut :

a. Contractual liability

Bahwa pertanggung jawaban berdasarkan atas kontrak yang telah dibuat. Jadi, bentuk

pertanggung jawaban ini sudah merupakan hasil kesepakatan dari para pihak. Apabila

ada salah satu pihak yang tidak memenuhi prestasi yang telah diperjanjikan, maka

pihak tersebut dikatakan telah melakukan wanprestasi.

Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menurut Pasal 1234 yang dimaksud

dengan prestasiadalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu,

sebaliknya dianggap wanprestasi bisa seseorang:

- Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

- Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan

- Melakukan apa yang di janjikan tetapi terlambat

- Melakukan sesuatu menurut kontrak tidak boleh dilakukan.18

Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti-rugi,

pembatalan perjanjian, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara.

b. Strict liability

Pertanggung jawaban atas perbuatan yang merugikan salah satu pihak ,perbuatan

yang merugikan tersebut tidak tercantum didalam perjanjian. Ketentuan mengenai perbuatan

melawan hukum diatur di dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, “Tiap

perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seseorang lain, mewajibkan

orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Kalau diuraikan , Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum adalah :

1. Perbuatan melawan hukum

Menurut M.A.Moegni Djojodirdjo,

Perbuatan melawan hukum merupakan suatu kealpaan, yang atau bertentangan

dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku sendiri

18Abdul R Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Kencana, Jakarta, 2007

Page 20: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

atau bertentangan baik dengan kesusilaan, maupun dengan sikap hati-hati yang harus

diindahkan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda.19

2. Kesalahan

Faktor kesalahan ini adalah ditinjau dari pelaku. Kesalahan pelaku karena telah

melakukan perbuatan melawan hukum.

Seseorang yang telah melakukan sesuatu secara keliru sudah tentunya

melakukannya karena salahnya. Maka kesalahan memperkirakan adanya tindak-

tanduk yang keliru, bahwa istilah kesalaha dapat mencakup dua pengertian, yakni

untuk menegaskan pertanggung jawaban si pelaku, tetapi juga di tujukan pada tindak-

tanduknya sendiri.

3. Kerugian

Dalam hal ini kerugian merupakan akibat yang timbul dari suatu perbuatan melawan

hukum. Kerugian tersebut bisa berwujud kerugian secara materiil dan immaterial.

Immateriil ini misalnya: timbulnya rasa takut, rasa tidak aman

4. Hubungan kausal (sebab-akibat).

Maka untuk menentukan sesuatu harus dianggap sebagai sebab daripada sesuatu

akibat masalah, yang merupakan syarat untuk timbulnya suatu akibat,adalah menjadi

sebab daripada akibat.

Apabila terjadi kegagalan dalam transaksi penarikan melalui mesin ATM,

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor.7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan

Nasabah , pihak nasabah berhak untuk menyampaikan pengaduan ke pihak bank, dan pihak

bank wajib untuk menerima dan menyelesaikan pengaduan nasabah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005, tersebut hanyalah bersifat

pencegahan saja, sedangkan tindakan atau tanggung jawab bank terhadap nasabah pengguna

ATM bilamana terjadi kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pihak bank, baik dalam hal

keamanan maupun teknis operasional masih belum ada pengaturannya.

Maka dari itu, bentuk pertanggung jawaban bank atas nasabah apabila terjadi

kegagalan transaksi berdasarkan atas perjanjian antara pihak bank dan pihak nasabah.

Perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian bank dengan nasabah dalam menggunakan

produk dan fasilitas perbankan berupa penarikan/pengambilan langsung melalui mesin ATM.

Apabila telah terbukti, bahwa terjadinya kegagalan transaksi penarikan melalui mesin

ATM merupakan kelalaian pihak Bank, maka pihak bank mempunyai kewajiban untuk

19M.A.Moegni Djojodirjo,Perbuatan Melawan Hukum,Pradnya Paramita, Jakarta,1980

Page 21: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

memberikan ganti kerugian kepada nasabah. Ketentuan mengenai besar ganti-rugi yang harus

di berikan oleh pihak bank tidak di atur didalam Undang-Undang No.8 Tahun 1998 tentang

Perbankan.

Untuk menentukan besarnya ganti kerugian berdasarkan atas perjanjian yang telah

Pihak bank dengan nasabah. Perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian mengenai

penggunaan produk dan fasilitas perbankan, dimana pihak nasabah sepakat menggunakan

fasilitas bank yaitu kartu ATM. Mengingat asas perjanjian kepastian hukum atau asas sunt

servanda yang berarti perjanjian yang dibuat harus ditaati dan dipatuhi serta di anggap

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Jika didalam perjanjian tidak menentukan mengenai besarnya jumlah ganti kerugian,

maka besarnya ganti-rugi ini harus berdasarkan kerugian yang benar-benar telah terjadi,

seperti yang diatur didalam Pasal 1250 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

I. Pertanggungjawaban Bank terhadap Nasabah dalam Transaksi Tranfer

Tranfer uang untuk kepentingan nasabah mempunyai alas hukum/dasar hukum dalam

sistem perundang-undangan Indonesia. Dasar hukum tersebut bersumber dari ketentuan-

ketentuan sebagai berikut :

1. Ketentuan di Bidang Perbankan

Ketentuan di bidang Perbankan bersumber pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2008 dalam Pasal 6 huruf (e), bank umum meliputi memindahkan uang, baik untuk

kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

Dari ketentuan dalam Pasal 6 huruf (e) tersebut cukup jelas dan lugas ditentukan bahwa

bahwa memang suatu bank umum dapat melakukan suatu transfer uang.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Sebenarnya Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak mengatur secara spesifik

tentang transfer uang via bank, baik terhadap transfer dengan warkat (paper based) ataupun

terhadap transfer secara elektronik. Hanya saja, karena transfer dana tersebut dapat dilakukan

juga dengan penggunaan surat berharga sebagai sarana pemindahannya, seperti cek atau

wesel, maka ketentuan dari Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ditarik untuk berlaku

transfer dana seperti itu.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dikenal beberapa macam surat

berharga, yaitu sebagai berikut :

a. Pengaturan tentang Surat Wesel, dalam Pasal 100 sampai dengan Pasal 173 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang.

Page 22: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

b. Pengaturan tentang Surat Sanggup, dalam Pasal 174 sampai Pasal 177 Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang

c. Pengaturan tentang Cek dalam Pasal 178 sampai dengan Pasal 229 d Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang

d. Pengaturan tentang Kuitansi dan Promes atas Unjuk dalam Pasal 229 e sampai dengan

Pasal 229 k dari Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Dengan demikian, sejauh yang menyangkut dengan transfer uang yang menggunakan

surat-surat berharga tersebut berlaku ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,

khusus mengenai aspek surat berharganya.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Selain dari ketentuan-ketentuan seperti tersebut diatas, maka Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata juga mengatur tentang berbagai aspek hukum yang berkenaan dengan

transfer, khususnya yang berkenaan dengan aspek-aspek hukum perjanjian. Sebab suatu

transfer uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun transfer uang untuk kepentingan bank

diawali dengan suatu kontrak.

Dalam hal ini Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur mengenai aspek-

aspek hukum perjanjian, yang terdapat dalam buku ketiga. Dalam hubungan dengan transfer

uang , perlu dipisahkan dulu antara perjanjian-perjanjian sebagai berikut :

a. Perjanjian antara nasabah pengirim dengan nasabah penerima

b. Perjanjian antara nasabah pengirim dengan bank pengirim

c. Perjanjian antara nasabah penerima dengan bank pembayar

d. Perjanjian antara bank pengirim dengan bank pembayar

e. Perjanjian antara bank koresponden dengan bank pembayar

Apabila diterapkan tentang kontrak dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

terhadap perjanjian antara nasabah pengirim dengan dengan bank terdapat 3 (tiga)

kemungkinan:

a. Perjanjian pengiriman uang merupakan kontrak titipan barang dalam hal ini bank

sebagai pihak penitip, diatur di dalam Pasal 1694 sampai dengan Pasal 1739 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Perjanjian pengiriman uang merupakan perjanjian untuk melaksanakan jasa tertentu

oleh bank, diatur Pasal 1601 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

c. Yang lebih reasonable adalah memberlakukan Perjanjian pengiriman uang sebagai

perjanjian khusus yang tidak termasuk ke dalam kontrak bernama dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, sehingga hanya ketentuan perjanjian yang umum

Page 23: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

saja yang berlaku, mulai dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1456 Kitab Undang-

undang Kitab Hukum Perdata. Selebihnya berlaku ketentuan dalam perjanjian yang

dibuat para pihak, dan ketentuan bank sendiri maupun oleh peraturan yang

dikeluarkan pemerintah.

Skema I:

Skema II

Pada skema I :

1. Nasabah dating sendiri ke counter menemui staf bank yang mewakili bank.

2. Nasabah menyerahkan form/slip transfer yang sudah di isi oleh nasabah ke staf bank.

3. setelah menerima form/slip nasabah, staf bank akan memproses transaksi. Bagi

nasabah yang melakukan transfer ke antar rekening bank yang sama akan dikenai

biaya sebesar Rp.5000,-,sedangkan untuk transfer ke antar rekening bank yang

berbeda di bebani biaya Rp.20.000,-

4. nasabah akan mendapatkan salinan slip dari transaksi yang dilakukan

5. Dalam waktu 1x24 jam, transfer dana tersebut akan secara otomatis masuk ke

rekening nasabah penerima, melalui bank penerima.

Skema II

5. Nasabah mendatangi counter ATM yang telah disediakan bank

Nasabah pengirim

Bank Pengirim

Bank Penerima Nasabah Penerima

Nasabah pengirim

Bank pengirim Mesin ATM Bank Pembayar

Nasabah Penerima

Page 24: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

6. Nasabah memasukkan kartu ATM ke dalam mesin ATM, kemudian di layar mesin

ATM akan muncul perintah untuk memasukkan PIN(Personal Indentification

Number), selanjutnya di sebut PIN. PIN terdiri dari 6 kombinasi angka yang hanya

diketahui oleh pihak bank dan nasabah.

7. Setelah memasukkan PIN,akan muncul di layar jenis transaksi yang akan dilakukan,

nasabah memilih untuk melakukan transaksi dana. Kemudian akan muncul nominal

angka mulai Rp.50.000,-,Rp.100.000,-,Rp 200.000,Rp.300.000,-, Rp.400.000,-

,Rp.500.000,-, Rp.1.000.000,-.

8. Selanjutnya, nasabah memasukkan no rekening yang dituju/nasabah penerima.

Setelah itu, di layar akan muncul nama dan no rekening nasabah penerima, kemudian

nasabah pengirim menekan tombol”YA”.

9. Beberapa detik kemudia nasabah akan mendapatkan struck didalamnya berisikan

tanggal transaksi, jumlah transaksi, nominal transaksi yang di lakukan.

Tranfer uang via bank melalui fasilitas mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri )merupakan

hal yang lazim dilakukan saat ini. Dimana pun , kapan pun nasabah dapat melakukan

transaksi transfer ke rekening antara bank ataupun berlainan bank.

Para pihak yang terlibat dalam transaksi pengiriman uang/transfer adalah sebagai

berikut:

1. Pihak pengirim (remmiter, transferor)

Pihak pengirim uang adalah pihak yang meminta/memberi instruksi bank untuk

mengirim uang kepada penerima kiriman tersebut. Pihak pengirim uang ini bisa mereka yang

sudah terlebih dahulu menjadi nasabah bank pengirim (debit rekening), bisa juga mereka

yang tidak atau belum menjadi nasabahnya (penyetoran uang tunai )

2. Pihak bank pengirim

Pihak bank pengirim (remitting bank) merupakan bank di tempatnya pihak pengirim

yang diinstruksikan oleh pihak pengirim untuk mengirimkan sejumlah uang ke alamat yang

ditentukan.

3. Pihak Penerima (beneficiary, transferee)

Pihak penerima (beneficiary, transferee) adalah pihak yang kepadanya dikirim uang

oleh pihak pengirim. Biasanya pihak penerima ini menerima uang tersebut karena adanya

suatu transaksi dengan pihak pengirim, di mana uang tersebut sebagai pembayaran. Akan

tetapi, dapat saja pihak penerima adalah pihak pengirim sendiri dengan rekening berbeda dan

mungkin dengan rekening di bank yang berbeda pula.

4. Pihak Bank Pembayar (paying bank)

Page 25: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

Pihak bank pembayar adalah pihak yang akan membayar ( di kota atau di tempat

rekening pihak penerima). Bank inilah yang akan membayar kepada pihak penerima dengan

cara yang sesuai dengan yang diinstruksikan oleh pihak pengirim dan bank pengirim.Pihak

bank pengirim atau dapat juga merupakan bank lain sama sekali.

Tranfer melalui mesin ATM adalah jenis electronic transfer. Di katakana demikian,

karena electronic transfer merupakan dana di mana 1 (satu) atau lebih bagian dalam transfer

dana yang dahulu digunakan dengan memakai warkat (secara fisik) kemudian diganti

digunakan teknik elektronik.

Bagian-bagian dalam transfer dana yang dahulunya paper based (transfer secara

konvensional dengan memakai warkat tertentu sebagai dasar transfer tersebut), tetapi

kemudian diganti dengan sistem elektronik, antara lain sebagai berikut:

a. Pengiriman pesan elektronik diantara bank pengirim dengan penerima. Untuk saat ini

menggunakan sistem SWIFT(the Society for Worldwide Interbank Financial

Telecomunication), atau hubungan komputer to komputer.

b. Data-data penting yang dahulunya dibuat dengan paper based diganti dengan sistem

data yang terekam dengan mesin, seperti Magnetic Ink Character Recognition

(MICR), atau Optical Character Recognition

c. Penggunaan data, terminology dan dokumentasi pengiriman standar. Dalam hal ini

berbagai aspek operasiona bank telah di standardisasi oleh the Banking Committee of

Internasional Organization for Standardization dan Internasional Organization for

Standardization tersebut telah menyediakan suatu Draft International Standard dalam

bahasa Inggris dan Perancis untuk pemakaian computer to computer

telecommunications networks disamping itu, disediakan pula Draft Internasional

Standardization terhadap format teleks untuk Interbank Funds Transfer Messages dan

hasil revisi dalam bentuk Draft Bank Data Elements Directory.

d. Pembuatan instruksi transfer dengan komputer

e. Menciptakan sistem elektronik baru yang tidak sekedar menggantikan sistem lama

yang berdasarkan paper based.21

Didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak mengatur

mengenai transaksi transfer melalui mesin ATM. Maka dari itu transfer melalui mesin ATM

rentan terhadap kesalahan. Apabila terjadi kesalahan dalam transaksi transfer melalui mesin

ATM, untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab terlebih dahulu unsur kesalahan

21Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004

Page 26: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

harus terbukti, karena seperti yang sudah dijelaskan dari awal bahwa adanya peristiwa

transfer dana melalui mesin ATM di dahului adanya perjanjian antara pihak nasabah

pengirim dengan bank menggunakan fasilitas mesin ATM.

Dalam hal ini, pihak nasabah harus dapat membuktikan kesalahan pihak bank. Disini

posisi nasabah sangat lemah, karena beban pembuktian ada pada pihak nasabah.

Bilamana memang terbukti bahwa pihak bank telah melakukan kelalaian sehingga

sehingga mengakibatkan kesalahan dalam transaksi transfer maka pertanggungjawaban pihak

bank hanya sebatas yang diperjanjikan saja,dan jika didalam perjanjian tidak menentukan

mengenai besarnya jumlah ganti kerugian, maka besarnya ganti-rugi ini harus berdasarkan

kerugian yang benar-benar telah terjadi, seperti yang diatur didalam Pasal 1250 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata.

J.Kesimpulan

1. Apabila telah terbukti, bahwa terjadinya kegagalan transaksi penarikan melalui mesin

ATM merupakan kelalaian pihak Bank, maka pihak bank mempunyai kewajiban untuk

memberikan ganti kerugian kepada nasabah. Ketentuan mengenai besar ganti-rugi yang harus

di berikan oleh pihak bank tidak di atur didalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang

Perbankan.

Untuk menentukan besarnya ganti kerugian berdasarkan atas perjanjian yang telah

Pihak bank dengan nasabah. Perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian mengenai

penggunaan produk dan fasilitas perbankan, dimana pihak nasabah sepakat menggunakan

fasilitas bank yaitu kartu ATM. Mengingat asas perjanjian kepastian hukum atau asas sunt

servanda yang berarti perjanjian yang dibuat harus ditaati dan dipatuhi serta di anggap

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Jika didalam perjanjian tidak menentukan mengenai besarnya jumlah ganti kerugian,

maka besarnya ganti-rugi ini harus berdasarkan kerugian yang benar-benar telah terjadi,

seperti yang diatur didalam Pasal 1250 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2. Bilamana memang terbukti bahwa pihak bank telah melakukan kelalaian sehingga

sehingga mengakibatkan kesalahan dalam transaksi transfer maka pertanggungjawaban

pihak bank hanya sebatas yang diperjanjikan saja,dan jika didalam perjanjian tidak

menentukan mengenai besarnya jumlah ganti kerugian, maka besarnya ganti-rugi ini harus

berdasarkan kerugian yang benar-benar telah terjadi, seperti yang diatur didalam Pasal 1250

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Page 27: PERTANGGUNGJAWABAN BANK TERHADAP · PDF filepenentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara,karena apabila ... Menurut data Marketing Research ... mampu menjadi landasan bagi

DAFTAR PUSTAKA

Badrulzaman, Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,2001

Bintang, Sanusi, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, Citra Aditya Bakti,Bandung,2000

Djumhana,Muhammad, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, Citra Aditya Bakti,Bandung,2008

Djojodirdjo,Moegni, Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1979

Fuady, Munir, Hukum Perbankan Modern, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004

Naja,Daja, Contrac Drafting, Citra Adiya Bakti, Bandung, 2006

Saliman, Abdul, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Kencana, Jakarta , 2005

Santoso, Ruddy Tri, Mengenal Dunia Perbankan, Andi Offset, Jogyakarta, 1996.

Satrio, J. Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,1996.

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1994.

Soepandi,Eddi, Hukum Bisnis, Refika Aditama, Bandung, 2003

Syahrani, Riduan, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 1989.

Widjaja, Gunawan, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Raja Grafindo Persada, Jakarta,2005

B. Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan

Undang-Undnag Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Peraturan Bank Indonesia 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi Informasi Produk Bank dan DataPribadi Nasabah.

Peraturan Bank Indonesia 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah

c.Internet

www.bi.go.id

www.mediakonsumen.com