perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

31
Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 1 PERSPEKTIF GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BERSTANDAR Oleh Wisnu Wardhono BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan nasional sebagaimana digariskan dalam Rencana Strategis Depdiknas diarahkan pada upaya mewujudkan daya saing, pencitraan publik, dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. Tolok ukur efektivitas implementasi kebijakan tersebut dilihat dari ketercapaian indikator-indikator mutu penyelenggaraan pendidikan yang telah ditetapkan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) dalam delapan (8) standar nasional pendidikan (SNP). Undang - undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan peran serta fungsi guru, untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat

Upload: aisha-wardhani

Post on 30-Nov-2015

441 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Artikel/makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 1

PERSPEKTIF GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BERSTANDAR

Oleh

Wisnu Wardhono

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan nasional sebagaimana digariskan

dalam Rencana Strategis Depdiknas diarahkan pada upaya mewujudkan daya

saing, pencitraan publik, dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. Tolok

ukur efektivitas implementasi kebijakan tersebut dilihat dari ketercapaian

indikator-indikator mutu penyelenggaraan pendidikan yang telah ditetapkan

BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) dalam delapan (8) standar nasional

pendidikan (SNP).

Undang - undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11

ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk

menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap

warga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang

terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan

kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran

(instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah

pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu,

usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya

peningkatan kualitas pembelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan peran

serta fungsi guru, untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu

menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka

pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat

Page 2: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 2

strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu

dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen

pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk

dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat

tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.

Hal ini ditegaskan pula dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,7 Pasal 28 dinyatakan bahwa :

“Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Kualifikasi akademik adalah tingkat

pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan

dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Dalam implementasinya profesionalitas seorang guru tercermin dalam

kegiatan pembelajaran yang dikelolanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

umumnya kegiatan pembelajaran masih bersifat konvensional, atau masih

berpusat pada guru (teacher centered), kurang mendorong siswa mengembangkan

potensi, dan cenderung lebih menekankan pada penyampaian materi pelajaran

(subject matters oriented). di mana guru tampak aktif sendiri menyampaikan

materi pelajaran, sedangkan siswa hanya mendengar, menyimak dan mencatat.

Kegiatan pembelajaran ternyata tidak semuanya dilakukan secara

konvensional, karena beberapa guru telah melakukan pembelajaran sesuai kaidah

PAIKEM (pembelajaran aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Hal

ini ditandai dengan adanya penerapan berbagai metode pembelajaran,

pemanfaatan berbagai sumber belajar termasuk lingkungan, dan menekankan pada

keaktifan siswa untuk belajar serta mengembangkan berbagai potensi.

Guru yang melaksanakan pembelajaran seperti ini memiliki prinsip, bahwa

Page 3: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 3

dalam proses pembelajaran bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran,

melainkan mendorong siswa untuk belajar mempelajari segala sesuatu sesuai

dengan minat. Guru dituntut selalu meningkatkan dan mengembangkan

kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Guru pendidikan dasar perlu

memiliki kemampuan memantau atas kemajuan belajar siswanya sebagai bagian

dari kompetensi pedagogik dengan menggunakan berbagai teknik assesmen

alternatif seperti pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, portofolio,

memajangkan karya siswanya.

Demikian pula seorang guru perlu memiliki seperangkat keterampilan dan

kompetensi agar dapat mengajar secara efektif, yaitu 1) Pengetahuan tentang

watak dan kebutuhan siswa berbakat, 2) Keterampilan menggunakan teks dan tes,

3) Keterampilan menggunakan dinamika kelompok, 4) Keterampilan dalam

bimbingan dan konseling, 5) Keterampilan dalam pengembangan pemikiran

kreatif, 6) Keterampilan menggunakan strategi seperti simulasi, 7) Keterampilan

memberikan kesempatan belajar pada semua tingkat kognitif (mulai tingkat

rendah sampai tingkat tinggi), 8) Keterampilan dalam menghubungkan dimensi

kognitif dan afektif, 9) Pengetahuan tentang perkembangan baru dari pendidikan,

10) memiliki pengetahuan tentang riset mutakhir mengenai perkembangan siswa

(Munandar, 2001).

Selain guru yang berperan penting terhadap berhasilnya proses pembelajar-

an disekolah adalah tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan adalah anggota

masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang

penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan dapat pula disebut sebagai

tenaga penyelenggara pendidikan. Tugasnya ialah melaksanakan pengawasan dan

pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada suatu satuan

pendidikan. Tenaga kependidikan berkewajiban untuk membantu menciptakan

suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.

Selain itu, juga harus dapat menjadi teladan dan menjaga nama baik lembaga,

profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Page 4: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 4

Guru dan tenaga kependidikan adalah dua “profesi” yang sangat berkaitan

erat dengan dunia pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda. Hal ini dapat

dilihat dari pengertian keduanya yang tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang

No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Dalam undang-undang tersebut

dinyatakan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang

mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.

Sementara guru adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan

sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan. Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga

kependidikan memiliki lingkup “profesi” yang lebih luas, yang juga mencakup di

dalamnya tenaga pendidik. Pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber

belajar. Demikian pula kepala sekolah termasuk diantara kelompok “profesi” yang

masuk dalam kategori sebagai tenaga kependidikan.

Dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, menyatakan

bahwa (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk

menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, dan (2) guru merupakan

tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Segala aktifitas yang dilakukan oleh para guru dan tenaga kependidikan

harus mengarah pada keberhasilan pembelajaran yang dialami oleh para peserta

didiknya. Berbagai bentuk pelayanan administrasi yang dilakukan oleh para

administratur dilaksanakan dalam rangka menunjang kelancaran proses

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru; proses pengelolaan dan

pengembangan serta pelayanan-pelayanan teknis lainnya yang dilakukan oleh para

manajer sekolah juga harus mendorong terjadinya proses pembelajaran yang

berkualitas dan efektif. Lebih lagi para pendidik (guru), mereka harus mampu

merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai

Page 5: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 5

komponen yang akan terlibat dalamnya.

Ruang lingkup tugas yang luas menuntut para pendidik dan tenaga

kependidikan untuk mampu melaksanakan aktifitasnya secara sistematis dan

sistemik. Karena itu tidak heran kalau ada tuntutan akan kompetensi yang jelas

dan tegas yang dipersyaratkan bagi para pendidik, semata-mata agar mereka

mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

Bila kita cermati peran dan tugas para pendidik dan tenaga kependidikan di

atas, yang intinya adalah menciptakan berbagai aktivitas untuk keberhasilan siswa

belajar, dan karakteristik teknologi pembelajaran yang memfokuskan kajiannya

pada disain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan

hasil belajar, maka nyata bahwa teknologi pembelajaran akan dapat membantu

para pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan tugasnya dengan baik.

Page 6: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 6

BAB II ULASAN DAN KAJIAN TEORI

A. Profesionalisme Guru Suatu profesi dapat diukur berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan

yang dimiliki. Gilley dan Eggland (1989) mendefinisikan profesi sebagai

bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan, dimana keahlian dan

pengalaman pelakunya diperlukan oleh masyarakat. Definisi ini meliputi aspek

yaitu :

Ilmu pengetahuan tertentu

Aplikasi kemampuan/kecakapan, dan

Berkaitan dengan kepentingan umum

Aspek-aspek yang terkandung dalam profesi tersebut juga diterapkan

dalam standar pengukuran profesi guru. Proses profesional adalah proses

evolusi yang menggunakan pendekatan organisasi dan sistemastis untuk

mengembangkan profesi ke arah status professional (peningkatan status).

Menurut Gilley dan Eggland (1989) pengertian professional dapat didekati

dengan empat prespektif pendekatan yaitu orientasi filosofis, perkembangan

bertahap, orientasi karakteristik, dan orientasi non-tradisional.

1. Orientasi Filosofi Ada tiga pendekatan dalam orientasi filosofi, yaitu pertama lambang

keprofesionalan adalah adanya sertifikat, lissensi, dan akreditasi. Akan tetapi

penggunaan lambang ini tidak diminati karena berkaitan dengan aturan-aturan

formal. Pendekatan kedua yang digunakan untuk tingkat keprofesionalan

adalah pendekatan sikap individu, yaitu pengembangan sikap individual,

kebebasan personal, pelayanan umum dan aturan yang bersifat pribadi. Yang

penting bahwa layanan individu pemegang profesi diakui oleh dan bermanfaat bagi

penggunanya. Pendekatan ketiga: electic, yaitu pendekatan yang

menggunakan prosedur, teknik, metode dan konsep dari berbagai sumber, sistim,

dan pemikiran akademis. Proses profesionalisasi dianggap merupakan

kesatuan dari kemampuan, hasil kesepakatan dan standar tertentu.

Page 7: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 7

Pendekatan ini berpandangan bahwa pandangan individu tidak akan lebih

baik dari pandangan kolektif yang disepakati bersama.

2. Orientasi Perkembangan

Orientasi perkembangan menekankan pada enam langkah

pengembangan profesionalisasi, yaitu:

a. Dimulai dari adanya asosiasi informal individu-individu yang memiliki

minat terhadap profesi.

b. Identifikasi dan adopsi pengetahuan tertentu.

c. Para praktisi biasanya lalu terorganisasi secara formal pada suatu

lembaga.

d. Penyepakatan adanya persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau

kualifikasi tertentu.

e. Penentuan kode etik.

f. Revisi persyaratan berdasarkan kualifikasi tertentu (termasuk syarat

akademis dan pengalaman di lapangan.

3. Orientasi Karakteristik

Profesionalisasi juga dapat ditinjau dari karakteristik profesi/pekerjaan.

Ada delapan karakteristik pengembangan profesionalisasi, satu dengan yang lain

saling terkait:

a. Kode etik

b. Pengetahuan yang terorganisir

c. Keahlian dan kompetensi yang bersifat khusus

d. Tingkat pendidikan minimal yang dipersyaratkan

e. Sertifikat keahlian

f. Proses tertentu sebelum memangku profesi untuk bisa memangku

tugas dan tanggung jawab

g. Kesempatan untuk penyebarluasan dan pertukaran ide di antara anggota

profesi

h. Adanya tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi malpraktek oleh

anggota profesi

Page 8: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 8

4. Orientasi Non-Tradisional Prespektif non-tradisional menyatakan bahwa seseorang dengan bidang

ilmu tertentu diharapkan mampu melihat dan merumuskan karakteristik yang

unik dan kebutuhan dari sebuah profesi. Oleh karena itu perlu dilakukan

identifikasi elemen-elemen penting untuk sebuah profesi, misalnya termasuk

pentingnya sertifikasi profesional dan perlunya standarisasi profesi untuk

menguji kelayakannya dengan kebutuhan lapangan. Tentu saja, pekerjaan guru

tidak diragukan untuk dapat dikatakan sebagai profesi pendidikan dan pengajaran.

Namun, hingga kini pekerjaan untuk melakukan pendidikan dan pengajaran ini

masih sering dianggap dapat dilakukan oleh siapa saja. nilah tantangan

bagi profesi guru. Paling tidak hal ini masih sering terjadi di lapangan.

Profesionalisme guru perlu didukung oleh suatu kode etik guru yang

berfungsi sebagai norma hukum dan sekaligus sebagai norma kemasyarakatan.

Kelembagaan profesi guru (seperti PGRI, PGSRI) sangat diperlukan untuk

menghindari terkotak-kotaknya guru karena alasan struktur birokratis atau

kepentingan politik tertentu.

Profesionalisme guru harus didukung oleh kompetensi yang standar yang

harus dikuasai oleh para guru profesional. Kompetensi tersebut adalah pemilikan

kemampuan atau keahlian yang bersifat khusus, tingkat pendidikan minimal, dan

sertifikasi keahlian haruslah dipandang perlu sebagai prasarat untuk menjadi

guru profesional. Menurut Surya (2003) guru yang profesional harus menguasai

keahlian dalam kemampuan materi keilmuan dan ketrampilan metodologi. Guru

juga harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi atas pekerjaannya baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, lembaga dan organisasi

profesi. Selain itu, guru juga harus mengembangkan rasa kesejawatan yang

tinggi dengan sesama guru. Disinilah peran Perguruan Tinggi Pendidikan dan

organisasi profesi guru sangat penting. Kerjasama antar keduanya menjadi sangat

diperlukan. Lembaga Pendidikan dalam menghasilkan guru yang profesional tidak

dapat berjalan sendiri, kecuali selain harus bekerjasama dengan lembaga

profesi guru, dan sebaliknya.

Untuk itu, maka pengembangan profesionalisme guru juga harus

Page 9: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 9

mempersyaratkan hidup dan berperanannya organisasi profesi guru tenaga

kependidikan lainnya yang mampu menjadi tempat terjadinya penyebarluasan

dan pertukaran ide diantara anggota dalam menjaga kode etik dan pengembangan

profesi masing-masing. Orientasi mutu, profesionalisme dan menjunjung tinggi

profesi harus mampu menjadi etos kerja guru. Untuk itu maka, kode etik

profesi guru harus pula ditegakkan oleh anggotanya dan organisasi profesi guru

harus pula dikembangkan kearah memiliki otoritas yang tinggi agar dapat

mengawal profesi guru tersebut.

B. Profesionalisme Tenaga Kependidikan

Upaya yang dapat dilakukan untuk menungkatkan profesionalisme tenaga

kependidikan berupa :

1. Upaya Administratif

Hal ini berkaitan dengan sistem dan tata peraturan normatif kepegawaian yang

berlaku. Seperti yang tersirat dalam konstitusional pasal 41 UU No. 20/2003 tentang

Sisdiknas : menyebutkan bahwa tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas

daerah. Pengangkatan, penempatan, dan penyebab tenaga kependidikan diatur oleh

lembaga yang mengangkat berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.

Promosi dan penghargaan bagi tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan: latar

belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang

pendidikan

2. Upaya Struktural dan Kesejawatan

Upaya struktural dan kesejawatan berkaitan dengan program-program

pengembangan dan peningkatan karier dan jabatan ketenagaan dalam melihat hasil

evaluasi kinerja maupun promosi. Sebagai contoh ialah dengan peningkatan mutu

bagi tenaga kependidikan yang dapat dilakukan melalui program-program sebagai

berikut :

a. Peningkatan Gaji Dan Kesejahteraan: Peningkatan mutu tenaga kependidikan

adalah memberikan kesejahteraan guru dengan gaji yang layak untuk

kehidupannya. Hal ini dinilai amat vital dan strategis untuk meningkatkan tenaga

kependidikan karena ada dua alasan. Pertama, ada lima syarat pekerjaan sebagai

Page 10: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 10

profesi, yaitu (1) bahwa pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi bagi

masyarakat, (2) bahwa pekerjaan itu memerlukan bidang keahlian tertentu, (3)

bidang keahlian itu dapat dicapai dengan melalui cabang pendidikan tertentu

(body of knowledge), (4) bahwa pekerjaan itu memerlukan organisasi profesi dan

adanya kode etik tertentu, dan kemudian (5) bahwa pekerjaan tersebut

memerlukan gaji atau kompensasi yang memadai agar pekerjaan itu dapat

dilaksanakan secara profesional. Dari kelima syarat tersebut, yang masih belum

terpenuhi sepenuhnya adalah gaji dan kompensasi yang memadai. Alasan kedua,

karena peningkatan gaji dan kesejahteraan merupakan langkah yang memiliki

dampak yang paling berpengaruh (multiplier effects) terhadap langkah-langkah

lainnya. Kenaikan gaji dapat dilakukan secara menyeluruh dan bertahap. Hal ini

terkait dengan maraknya tindak korupsi yang telah mencapai tingkat yang

berbahaya seperti virus yang telah menjangkiti semua aspek kehidupan manusia.

Tetapi jika standar gaji akan dinaikkan, maka standar kompetensi juga perlu

dinaikkan juga. Jadi yang akan diberikan kenaikan gaji adalah para tenaga

kependidikan yang telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.

b. Membangun sistem sertifikasi tenaga kependidikan, serta sistem penjaminan

mutu pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan: Penataan sistem sertifikasi tenaga

kependidikan tidak boleh tidak harus dilakukan untuk menjamin terpenuhinya

berbagai standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan. Jika sistem sertifikasi

ini telah mulai berjalan, maka sistem kenaikan pangkat bagi tenaga kependidikan

harus disesuaikan. Kenaikan pangkat tenaga kependidikan bukan semata-mata

sebagai proses administrasi semata-mata, melainkan lebih merupakan proses

penting dalam sertifikasi yang berdasarkan kompetensi.

c. Membangun satu standar pembinaan karir (career development path): Seiring

dengan pelaksanaan sertifikasi tersebut, disusunlah satu standar pembinaan karier.

Sistem itu harus dalam bentuk dokumen yang disyahkan dalam bentuk undang-

undang atau setidaknya berupa peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan

oleh aparat otonomi daerah. Sebagai contoh, untuk menjadi instruktur, atau

Page 11: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 11

menjadi kepala sekolah, atau pengawas, seorang pendidik harus memiliki standar

kompetensi yang diperlukan, dan harus melalui proses pencapaian yang telah

baku. Standar pembinaan karir ini akan dapat dilaksanakan dengan matap apabila

memenuhi prasyarat antara lain jika sistem sertifikasi tenaga kependidikan telah

berjalan dengan lancar.

d. Meneruskan peningkatan kompetensi melalui kegiatan diklat, dan pendidikan

profesi dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), serta melibatkan

organisasi pembinaan profesi guru dan tenaga kependidikan

e. Upaya peningkatan kompetensi tenaga kependidikan harus dilaksanakan secara

terencana dan terprogram dengan sistem yang jelas oleh semua instansi yang

terkait dengan preservice education, inservice training, dan on the job training.

Kegiatan sinergis peningkatan mutu tenaga kependidikan harus melibatkan

organisasi pembinaan profesi guru, seperti Kelompok Kerja Guru (KKG),

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah

(MKKS), dan Musyawarah Kerja Penilik Sekolah (MKPS). Sudah tentu

termasuk PGRI, organisasi perjuangan para guru

C. Tantangan Profesi Guru 1. Perkembangan Teknologi Informasi

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi

teknologi informasi merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan

secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang demikian

akan mengubah pola hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan sistem

pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan

hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh bidang

pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi

penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang

dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para

praktisi pendidikan di lapangan.

Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan

peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak

Page 12: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 12

lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak

lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-

satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi

yang mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar.

Menurut Wen (2003) “apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri,

mencipta, dan menjalani kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas

fasilitasi lingkungannya (keluarga dan masyarakat) serta peran sekolah tidak

hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian yang baik saja, maka

akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa depan”. Orientasi

pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat

cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan

sehat kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang akan

datang, menurutnya akan berubah secara drastis. Secara fisik, sekolah tidak perlu

lagi menyediakan sumber-sumber daya yang secara tradisional berisi bangunan-

bangunan besar, tenaga yang banyak dan perangkat lainnya. Sekolah harus

bekerja sama secara komplementer dengan sumber belajar lain terutama

fasilitas internet yang telah menjadi sekolah maya.

Bagaimanapun kemajuan teknologi informasi di masa yang akan

datang, keberadaan sekolah tetap akan diperlukan oleh masyarakat. Kita tidak

dapat menghapus sekolah, karena dengan alasan telah ada teknologi informasi

yang maju. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak

dapat tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi

mengembangkan kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa

kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi informasi hanya mungkin

menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber

bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu

dapat diubah menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan

internet yang dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu.

Adanya revolusi informasi menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan

karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi

Page 13: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 13

peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh

keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai

penunjang pencapaian mutu pendidikan. Pemilihan jenis media sebagai bentuk

aplikasi teknologi dalam pendidikan harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai

kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan mutu pendidikan kita.

2. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan

Paradigma pembangunan yang dominan telah mulai bergeser ke paradigma

desentralistik. Sejak diundangkan UU No.22/1999 tentang pemerintah daerah

maka menandai perlunya desentralisasi dalam banyak urusan yang semula

dikelola secara sentralistik. Menurut Tjokroamidjoyo dalam Jalal dan

Supriyadi, (2001), bahwa salah satu tujuan dari desentralisasi adalah untuk

meningkatkan pengertian rakyat serta dukungan mereka dalam kegiatan

pembangunan dan melatih rakyat untuk dapat mengatur urusannya sendiri.

Ini artinya, bahwa kemauan berpartisipasi masyarakat dalam pembangunan

(termasuk dalam pengembangan pendidikan) ditumbuhkan dan ruang partisipasi

dibuka selebar-lebarnya.

Bergesernya paradigma pembangunan yang sentralistik ke desentralistik

telah mengubah cara pandang penyelenggara negara dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan harus dipandang sebagai bagian

dari kebutuhan masyarakat itu sendiri dan bukan semata kepentingan negara.

Pembangunan seharusnya mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada

posisi pelaku dan sekaligus penerima manfaat dari proses mencari solusi dan

meraih hasil pembangunan untuk dirinya dan lingkungannya dalam arti yang lebih

luas. Dengan demikian, masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas

kemandirian mengatasi masalah yang dihadapinya, baik secara individual

maupun secara kolektif.

Desentralisasi adalah penyerahan sebagian otoritas pemerintah pusat ke

daerah, untuk mendistribusikan beban pemerintah pusat ke daerah sehingga

daerah dan masyarakatnya ikut menanggung beban tersebut. Tujuannya

adalah: (1) mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan tentang

Page 14: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 14

masalah-masalah kecil di tingkat lokal, (2) meningkatkan partisipasi

masyarakat, (3) menyusun program-program perbaikan pada tingkat lokal yang

lebih realistik, (4) melatih rakyat mengatur urusannya sendiri, (5) membina

kesatuan nasional yang merupakan motor penggerak memberdayakan

daerah. Dalam desentralisasi pendidikan, pemerintah pusat lebih berperan

dalam menghasilkan kebijaksanaan mendasar (menetapkan standar mutu

pendidikan secara nasional), sementara kebijaksanaan operasional yang

menyangkut variasi keadaan daerah didelegasikan kepada pejabat daerah bahkan

sekolah.

Untuk penyaluran partisipasi dalam era desentralisasi dapat diciptakan

dengan berbagai variasi cara sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah atau

komunitas tempat masyarakat dan lembaga pendidikan itu berada. Kondisi ini

menuntut kesigapan para pemegang kebijakan dan manajer pendidikan untuk

mendistribusi peran dan kekuasaannya agar bisa menampung sumbangan

partisipasi masyarakat. Sebaliknya, dari pihak masyarakat (termasuk orang tua

dan kelompok-kelompok masyarakat) juga harus belajar untuk kemudian bisa

memiliki kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam pengembangan

pendidikan.

D. Langkah Strategis Meningkatkan Kinerja Guru

Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan

perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran yang sangat sedikit. Sebaliknya seseorang guru

yang memiliki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya dalam

bekerja. Demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu

pendidikan sangat banyak. Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan di sini

adalah tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mengklarifikasi

masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan alternatif pemecahannya. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Glickman (dalam Bafadal I, 2003) yang

menyatakan bahwa “guru yang memiliki tingkat abstraksi yang tinggi adalah guru

Page 15: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 15

yang mampu mengelola tugas, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas

dan mampu secara mandiri memecahkannya”.

Langkah strategis dalam upaya meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan

melalui beberapa terobosan antara lain :

1. Kepala Sekolah harus memahami dan melakukan tiga fungsi sebagai

penunjang peningkatan kinerja guru antara lain :

a. Membantu guru memahami, memilih dan merumuskan tujuan pendidikan

yang dicapai.

a. Mendorong guru agar mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran

yang dihadapi dan dapat melihat hasil kerjanya.

b. Memberikan pengakuan atau penghargaan terhadap prestasi kerja guru

secara layak, baik yang diberikan oleh kepala sekolah maupun yang

diberikan sesama guru, staf tata usaha, siswa, dan masyarakat umum

maupun yang diberikan pemerintah.

c. Mendelegasikan tanggung jawab dan kewenangan kerja kepada guru untuk

mengelola proses belajar mengajar dengan memberikan kebebasan dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar.

d. Membantu memberikan kemudahan kepada guru dalam proses pengajuan

kenaikan pangkatnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Membuat kebijakan sekolah dalam pembagian tugas guru, baik beban tugas

mengajar, beban administrasi guru maupun beban tugas tambahan lainnya

harus disesuaikan dengan kemampuan guru itu sendiri.

f. Melaksanakan tehnik supervisi yang tepat sesuai dengan kemampuannya

dan sesuai dengan keinginan guru-guru secara berkesinambungan dalam

upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam proses

pembelajaran.

g. Mengupayakan selalu meningkatkan kesejahteraannya yang dapat diterima

guru serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya.

Page 16: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 16

h. Menciptakan hubungan kerja yang sehat dan menyenangkan dilingkungan

sekolah baik antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru

dengan siswa, guru dengan tata usaha maupun yang lainnya.

i. Menciptakan dan menjaga kondisi dan iklim kerja yang sehat dan

menyenangkan di lingkungan sekolah, terutama di dalam kelas, tempat kerja

yang menyenangkan, alat pelajaran yang cukup dan bersifat up to date,

tempat beristirahat di sekolah yang nyaman, kebersihan dan keindahan

sekolah, penerangan yang cukup dan masih banyak lagi.

j. Memberikan peluang pada guru untuk tumbuh dalam meningkatkan

pengetahuan, meningkatkan keahlian mengajar, dan memperoleh

keterampilan yang baru.

k. Mengupayakan adanya efek kerja guru di sekolah terhadap keharmonisan

anggota keluarga, pendidikan anggota keluarga, dan terhadap kebahagiaan

keluarganya.

l. Mewujudkan dan menjaga keamanan kerja guru tetap stabil dan posisi

kerjanya tetap mantap sehingga guru merasa aman dalam pekerjaannya.

m. Memperhatikan peningkatan status guru dengan memenuhi kelengkapan

status berupa perlengkapan yang mendukung kedudukan kerja guru,

misalnya tersediahnya ruang khusus untuk melaksanakan tugas, tempat

istirahat khusus, tempat parkis khusus, kamar mandi khusus dan sebagainya.

( Junaidin, 2006).

n. Menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa dan anggota masyarakat untuk

mensukseskan program-program pendidikan di sekolah.

o. Menciptakan sekolah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, sehat,

dinamis dan nyaman sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh

produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.

2. Langkah lain yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan kinerja guru

melalui peningkatan pemanfaatan teknologi informasi yang sedang

berkembang sekarang ini dan mendorong guru untuk menguasainya. Melalui

teknologi informasi yang dimiliki baik oleh daerah maupun oleh individual

Page 17: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 17

sekolah, guru dapat melakukan beberapa hal diantaranya : (1) melakukan

penelusuran dan pencarian bahan pustaka, (2) membangun Program Artificial

Intelligence (kecerdasan buatan) untuk memodelkan sebuah rencana

pengajaran, (3) memberi kemudahan untuk mengakses apa yang disebut

dengan virtual clasroom ataupun virtual university, (4) pemasaran dan

promosi hasil karya penelitian.

Dengan memanfaatkan teknologi informasi maka guru dapat secara cepat

mengakses materi pengetahuan yang dibutuhkan sehingga guru tidak terbatas pada

pengetahuan yang dimiliki dan hanya bidang studi tertentu yang dikuasai tetapi

seyogyanya guru harus mampu menguasai lebih dari bidang studi yang

ditekuninya sehingga bukan tidak mungkin suatu saat guru tersebut akan

mendalami hal lain yang masih memiliki hubungan erat dengan bidang tugasnya

guna meningkatkan kinerja ke arah yang lebih baik.

2. Dinas Pendidikan setempat selaku pihak yang ikut andil dalam mengeluarkan

dan memutuskan kebijakan pada sektor pendidikan dapat melakukan langkah

sebagai berikut :

a. Memberikan kemandirian kepada sekolah secara utuh

b. Mengontrol setiap perkembangan sekolah dan guru.

c. Menganalisis setiap persoalan yang muncul di sekolah

d. Menentukan alternatif pemecahan bersama dengan kepala sekolah dan

guru terhadap persoalan yang dihadapi guru

Kinerja guru tidak dapat berdiri sendiri melainkan sangat dipengaruhi oleh

faktor lain melalui interaksi sosial yang terjadi di antara diri mereka sendiri

maupun dengan komponen yang lain dalam sekolah. Hal lain yang dapat

dilakukan adalah melalui peningkatan moral kerja guru. Moral kerja sebagai suatu

sikap dan tingkah laku yang merupakan perwujudan suatu kemauan yang dibawa

serta ke sekolah dan kerjannya. Pemahaman tentang moral kerja yang belum

sempurna menyebabkan tidak dapat mempengaruhi kinerja secara spesifik.

Padahal moral kerja yang tinggi dapat meningkatkan semangat untuk bekerja

lebih baik. Moral kerja dapat pula dipengaruhi oleh motif-motif tertentu yang

Page 18: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 18

bersifat subyektif maupun obyektif. Adapun yang menjadi motif untuk bekerja

lebih baik adalah kebutuhan-kebutuhan (needs) yang menimbulkan suatu

tindakan perbuatan yang menimbulkan suatu perbuatan (behaviour) yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut (goals). Bafadal I

(2003) memberikan suatu contoh akan pentingnya pemenuhan kebutuhan sebagai

berikut :

“misalnya seseorang pasti membutuhkan makanan untuk mempertahkankan eksistensi hidupnya. Apabila tidak mendapatkan makanan orang itu akan mati kelaparan. Makanan pada konteks ini merupakan kebutuhan (needs). Oleh karena itu makanan merupakan kebutuhan yang memaksa seseorang melakukan tindakan perbuatan (behaviour)”.

Hubungan kebutuhan dan tindak perbuatan divisualisasikan melalui gambar

berikut :

Kebutuhan ==== Tindakan Perbuatan ====== Tujuan

Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil

pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh

sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui

kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru untuk

meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan

profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya.

Reformasi pendidikan merupakan respons terhadap perkembangan tuntutan

global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang

mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman

yang sedang berkembang. Melalui reformasi, pendidikan harus berwawasan masa

depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azazi manusia untuk

mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal.

Menurut Louis V. Gerstner, Jr.,dkk (1995) (dalam Aqib Z, 2003) mengata-

kan bahwa :

“Sekolah abad masa depan memiliki ciri-ciri antara lain (1) kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan kemerdekaan memimpin menuju visi keunggulan pendidikan, (2) memiliki visi, misi, dan strategi untuk mencapai

Page 19: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 19

tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas, (3) guru-guru yang berkompeten damn berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tugas profesionalnya secara inovatif, (4) siswa-siswa yang sibuk, bergairah, dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku pembelajaran, dan (5) masyarakat dan orang tua yang berperan serta dalam menunjang pendidikan”

Upaya mewujudkan sisi guru dalam reformasi pendidikan beberapa asumsi

dasar yang harus mendapat pertimbangan antara lain :

a. guru pada dasarnya merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan

b. jumlah guru dengan kecakapan akademik yang baik, cenderung menurun di

masa yang akan datang, sepanjang secara material sosial, jabatan guru tidak

menarik dan menjanjikan bagi generasi muda yang memiliki kualitas akademik

yang cemerlang

c. kepercayaan masyarakat terhadap guru sangat bergantung dari persepsi yang

berkenaan dengan status guru terutama yang berkaitan dengan kualitas pribadi,

kualitas kesejahteraan, penghargaan material, kualitas pendidikan, dan standar

profesi

d. anggaran belanja pendidikan, imbal jasa (gaji dan tunjangan lainnya), dan

kondisi kerja guru merupakan faktor yang mendasar bagi terselenggaranya

pendidikan yang berkualitas dan kinerja yang efektif

e. masyarakat dan orang tua mempunyai hak akan pendidikan yang terbaik buat

anak-anaknya

f. disisi lain guru diharapkan menunjukkan kinerja atas dasar moral dan

profesional yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam kaitan ini, guru

mempunyai keterikatan yang erat dengan kualitas dan hasil pendidikan.(Aqib

Z., 2003).

Ungkapan di atas bermakna bahwa posisi guru pada era dalam reformasi

pendidikan merupakan posisi yang memiliki peran besar yang harus dijalankan

guru dalam mewujudkan mutu pendidikan yang lebih baik. Sehingga berbagai

aspek yang dapat mempengaruhi kinerja guru perlu dilakukan

perbaikan seperti kualitas kesejahteraan, kualitas moral dan kualitas profesi dan

lain-lain yang dimiliki guru sebagai penentu keberhasilan pendidikan, maka tidak

Page 20: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 20

salah jika ada keinginan memperbaiki mutu pendidikan akan berkaitan dengan

memperbaiki posisi guru.

Untuk mewujudkan kinerja guru yang profesional dalam reformasi

pendidikan, secara ideal ada beberapa karakteristik citra guru yang diharapkan

antara lain

a. guru harus memiliki semangat juang yang tinggi disertai dengan kualitas

keimanan dan ketaqwaan yang mantap.

b. guru yang mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan

tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek.

c. guru yang mempunyai kualitas kompetensi pribadi dan profesional yang

memadai disertai atas kerja yang kuat.

d. guru yang mempunyai kualitas kesejahteraan yang memadai.

e. guru yang mandiri, kreatif, dan berwawasan masa depan.

Untuk mewujudkan guru yang memiliki karakteristik seperti di atas maka

perlu dilakukan langkah nyata yang dapat dilakukan pemerintah antara lain : (1)

pemerintah harus ada kemauan politik untuk menempatkan posisi guru dalam

keseluruhan pendidikan nasional, (2) mewujudkan sistem manajemen guru dan

tenaga kependidikan lainnya yang meliputi pengadaan, pengangkatan,

penempatan, pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan secara terpadu yang

sistematik, sinergik dan simbolik, (3) pembenahan sistem pendidikan guru yang

lebih fungsional untuk menjamin dihasilkannya kualitas profesional guru dan

tenaga kependidikan lainnya, (4) pengembangan satu sistem pengganjaran (gaji

dan tunjangan lainnya) bagi guru secara adil, bernilai ekonomis, dan memiliki

daya tarik sedemikian rupa sehingga merangsang guru untuk melaksanakan

tugasnya dengan penuh dedikasi dan memberikan kepuasan lahir batin (Aqiz Z.,

2003).

Pada era otonomi daerah, Pendapatan yang diterima guru bervariasi, baik

ditinjau dari jenjang sekolah maupun lokasi daerah. Tunjangan guru di sekolah

pada jenjang yang lebih rendah adalah lebih rendah dari pada tunjangan guru di

sekolah yang lebih tinggi. Demikian pula, tunjangan guru di sekolah yang berada

Page 21: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 21

di kota adalah lebih tinggi daripada tunjangan guru di sekolah yang berada di

pinggir kota dan desa. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan sekolah

dan kemampuan orang tua dalam memberikan sumbangan dana terhadap sekolah.

Ekonomi orang tua di perkotaan adalah cenderung lebih kuat dibandingkan

dengan ekonomi orang tua di pinggir kota dan desa. Sedangkan, besarnya

tunjangan kepada guru yang diberikan sekolah didasarkan atas RAPBS dan

kekuatan orang tua siswa. Tunjangan kepada guru memberikan efek yang

signifikan terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Siswa yang berada di kota

lebih berprestasi daripada siswa di pinggir kota dan desa. Demikian pula, siswa

yang ada di pinggir kota lebih berprestasi dari pada siswa di desa. Meski prestasi

belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan daya dukung orang tua,

namun presatasi tersebut juga dipengaruhi oleh tunjangan kepada guru. Tunjangan

guru yang berada di kota adalah cenderung lebih besar, sehingga lebih dapat

berkonsentrasi dalam mengajar. Sebaliknya, tunjangan guru di desa adalah lebih

kecil dan hal ini menyebabkan konsentrasi mengajar kurang. Analisis-analisis

tersebut lebih nampak pada ilustrasi studi kualitatif sebagaimana dipaparkan di

bawah ini (Husin, Z. dan Sasongko R.N, 2003)

Kalau seorang guru dapat membeli pesawat televisi, radio tape, sepeda

motor, dan barang-barang mewah lainnya atau mengangsur perumahan, hal itu

karena utang dengan menggunakan agunan gaji mereka setiap bulan dipotong.

Sedangkan gaji guru di negara lain cukup untuk kebutuhan satu bulan, berekreasi,

membeli buku, dan menabung. Bila dibandingkan dengan kesejahteraan pegawai

negeri sipil lain di Indonesia, secara nominal gaji guru lebih tinggi untuk

golongan yang sama, misalnya sama- sama golongan III C antara pegawai negeri

sipil guru dan non-guru, karena guru mendapat tambahan tunjangan fungsional.

Tetapi, jam kerja pegawai negeri sipil (PNS) non-guru terbatas, sehari hanya

delapan jam atau seminggu 42 jam. Sedangkan jam kerja guru tidak terbatas.

memang mengajarnya hanya pukul 07.00-12.45, tetapi sebelum mengajar harus

menyiapkan bahan, administratif (buat satuan pelajaran), dan setelah mengajar

mereka harus mengoreksi hasil pekerjaan murid.

Page 22: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 22

Disisi lain peluang untuk memperoleh pendapatan tambahan di luar gaji

bagi PNS non-guru lebih terbuka karena sering ada proyek-proyek atau urusan

lain dengan masyarakat. Adapun guru, peluangnya untuk memperoleh tambahan

pendapatan hanya bila melakukan pungutan tambahan kepada murid atau bisnis.

Namun, hal itu langsung akan mendapat respons negatif dari masyarakat. Harapan

masyarakat terhadap guru memang bukan hanya perannya di dalam kelas saja,

tetapi juga di luar kelas juga dapat memberikan teladan. Tetapi peran memberi

teladan ini tidak pernah dihargai secara material dan sosial.

Ada delapan hal yang diinginkan oleh guru melalui kerjannya yaitu (1)

adanya rasa aman dan hidup layak, (2) kondisi kerja yang diinginkan, (3) rasa

keikutsertaan, (4) rerlakuan yang wajar dan jujur, (5) rasa mampu, (6)

pengakuan dan penghargaan atas sumbangan, (7) ikut bagian dalam pembuatan

kebijakan sekolah, (8) kesempatan mengembangkan self respect (Bafadal I, 2003)

Sedangkan menurut teori kebutuhan Maslow bahwa kebutuhan manusia

dibagi dalam lima tingkatan antara lain (1) kebutuhan fisiologi secara universal

seperti makanan, minuman, pakaian dan perumahan, (2) kebutuhan rasa aman

(safety or security needs), (3) kebutuhan Kebutuhan sosial , (4) kebutuhan harga

diri (esteem or ego needs), (5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization

needs).

Menurut Hopson and Scally (dalam Husin, Z. dan Sasongko R.N, 2003)

bahwa diskursus paradigma pendidikan antara investment based vs out came

based membawa implikasi imperatif terhadap penataan manajemen pendidikan di

era otonomi daerah. Dalam era ini, manajemen perlu ditata secara demokratis,

kreatif, dan menguntungkan bersama. Fungsi pendidikan perlu ditata ulang tidak

hanya sekedar menjalankan tugas rutin mengajar. Namun lebih dari itu, yakni

mewujudkan educated man yang mempunyai life skills berkulitas tinggi.

E. Tenaga Kependidikan

Menurut perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, yaitu Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, khususnya Bab I Pasal 1

ayat (5) menyebutkan bahwa tenaga kependidikan itu adalah anggota masyarakat

Page 23: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 23

yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggarakan

pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan menjadi

tenaga struktural, tenaga fungsional dan tenaga teknis penyelenggara pendidikan.

Tenaga struktural merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-

jabatan eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung

maupun tidak langsung atas satuan pendidikan. Tenaga fungsional merupakan

tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam

pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis kependidikan.

Sedangkan tenaga teknis kependidikan merupakan tenaga kependidikan yang

dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut kecakapan teknis operasional atau

teknis administratif.

1. Tugas Tenaga Kependidikan

Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa tugas tenaga kependidikan itu adalah melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Jabatan Deskripsi Tugas

Kepala Sekolah

Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya baik ke dalam maupun ke luar yakni dengan melaksanakan segala kebijaksanaan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga yang lebih tinggi.

Wakil Kepala Sekolah (Urusan Kurikulum)

Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kurikulum dan proses belajar mengajar

Wakil Kepala Sekolah (Urusan Kesiswaan)

Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan kesiswaan dan ekstrakurikuler

Wakil Kepala Sekolah (Urusan Sarana dan Prasarana)

Bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan inventaris pendayagunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana serta keuangan sekolah

Wakil Kepala Sekolah (Urusan Pelayanan Khusus)

Bertanggung jawab membantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan-pelayanan khusus, seperti hubungan masyarakat, bimbingan dan penyuluhan, usaha kesehatan sekolah dan perpustakaan sekolah.

Pengembang Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program program-program pengembangan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan pengembangan alat bantu pengajaran

Pengembang Tes Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program-program

Page 24: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 24

pengembangan alat pengukuran dan evaluasi kegiatan-kegiatan belajar dan kepribadian peserta didik

Pustakawan Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program kegiatan pengelolaan perpustakaan sekolah

Laboran Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program kegiatan pengelolaan laboratorium di sekolah

Teknisi Sumber Belajar Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemberian bantuan teknis sumber-sember belajar bagi kepentingan belajar peserta didik dan pengajaran guru

Pelatih Bertanggung jawab atas penyelenggaraan program-program kegiatan latihan seperti olahraga, kesenian, keterampilan yang diselenggarakan

Petugas Tata Usaha Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dan pelayanan administratif atau teknis operasional pendidikan di sekolah

Tabel. Jabatan dan Deskripsi Jabatan Tenaga Kependidikan di Sekolah

2. Pembinaan / Pengembangan Tenaga Kependidikan

Pembinaan atau pengembangan tenaga kependidikan merupakan usaha

mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga

kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang

pendidikan. Tujuan dari kegiatan pembianaan ini adalah tumbuhnya kemampuan

setiap tenaga kependidikan yang meliputi pertumbuhan keilmuan, wawasan

berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.

Prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan teaga

kependidikan, yaitu:

a. Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan baik untuk tenaga stuktural,

tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelengara pendidikan

b. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan

kemampuan profesional dan atau teknis untuk pelaksanaan tugas sehari-hari

sesuai dengan posisinya masing-masing

c. Mendorong peningkatan kontribusi setiap individu terhadap organisasi

pendidikan tau sistem sekolah; dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan,

Page 25: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 25

kesejateraan dan insentif sebagai imbalan guna menjamin terpenuhinya secara

optimal kebutuhan sosial ekonomis maupun kebutuhan sosial-psikologi

d. Mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki

jabatan/posisi

e. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan,

pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan remidial, pemeliharaan

motivasi kerja dan ketahanan organisasi pendidikan

f. Pembinaan dan jenjang karir tenaga kependidikan disesuaikan dengan kategori

masing-masing jenis kependidikan itu sendiri.

Cara yang lebih populer adalah melalui penataran (inservice training) baik

dalam rangka penyegaran maupun dalam rangka peningkatan kemampuan tenaga

kependidikan. Cara-cara lainnya dapat dilakukan sendiri-sendiri (self propelling

growth) atau bersama-sama (collaborative effort), misalnya mengikuti kegiatan

atau kesempatan; ore-service training, on the job training, seminar, workshop,

diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi dan sebagainya.

3. Penilaian Tenaga Kependidikan

Penilaian tenaga kependidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa baik performa seseorang tenaga kependidikan dalam

melaksanakan tugas pekerjaannya dan seberapa besar potensinya untuk

berkembang. Performa ini mencakup prestasi kerja, cara kerja dan pribadi;

sedangkan potensi untuk berkembang mencakup kreativitas dan kemampuan

mengembangkan karir.

Penilaian tenaga kependidikan bukan hanya dimaksudkan untuk kenaikan

dalam jabatan atau promosi, perpindahan jabatan atau mutasi bahkan turun jabatan

atau demosi, melainkan juga berguna untuk perbaikan prestasi kerja, penyesuaian

gaji/tunjangan/insentif, penyelenggaraan pendidikan dan latihan, pengembangan

karir, perancang bangunan pekerjaan, pengembangan dan perolehan kesempatan

kerja secara adil an dalam rangka menghadapi tantangan-tantangan eksternal

keorganisasian. Penilaian diselenggarakan secara kooperatif, komprehensif.

Sedangkan cara-cara yang ditempuh dapat menggunakan berbagai metode,

Page 26: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 26

seperti:

a. Rating scale, yaitu penilaian atas prestasi kerja personil yang didasarkan pada

skala tertentu misalnya sangat baik, baik, sedang, jelek, sangat jelek.

b. Weighted performance checklist, yaitu penilaian atas prestasi kerja personil

yang didasarkan pada kriteria tertentu dengan menggunakan bobot penilaian

c. Critical incident method, yaitu metode penilaian yang didasarkan atas perilaku-

perilaku sangat baik dari seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan

d. Test and observation, yaitu penilaian prestasi kerja didasarkan atas tes

pengetahuan dan keterampilan dan atau melalui observasi

e. Rank method, yaitu penilaian yang dilakukan untuk menentukan siapa yang

lebih baik dengan menempatkan setiap personil dalam urutan terbaik hingga

terburuk

f. Forced distribution, yaitu penilaian atas personil yang kemudian dikategorikan

dalam kategori yang berbeda

g. Self appraisals yaitu penilaian oleh diri sendiri dimaksudkan untuk

mempelajari pengembangan diri dan sebagainya

Dalam perkembangan organisasi yang sedemikian pesat, penilaian bukan

hanya dilakukan terhadap individu saja, tetapi penilaian dapat merupakan

penilaian terhadap performa suatu kelompok kerja atau bahkan terhadap

organisasi.

4. Pelayana Prima

Pelayanan prima atau “excellence service” adalah suatu sikap atau cara

karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan (Elthainammy, 1990).

Pelayanan prima merupakan suatu pelayanan terbaik, melebihi, melampaui,

mengungguli pelayanan yang diberikan pihak lain atau daripada pelayanan waktu

yang lalu. Secara sederhana, pelayanan prima (excellent service) adalah suatu

pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.

Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi

standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu

pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat.

Page 27: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 27

Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan, yaitu

pelayanan dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting untuk diperhatikan

oleh tenaga pelayanan (penjual, pedagang, pelayan, atau salesman). Konsep

pelayanan prima dapat diterapkan pada berbagai organisasi, instansi, pemerintah,

ataupun perusahaan bisnis.

Perlu diketahui bahwa kemajuan yang dicapai oleh suatu negara tercermin

dari standar pelayanan yang diberikan pemerintah kepada rakyatnya. Negara-

negara yang tergolong miskin pada umumnya kualitas pelayanan yang diberikan

di bawah standar minimal. Pada negara-negara berkembang kualitas pelayanan

telah memenuhi standar minimal. Sedangkan di negara-negara maju kualitas

pelayanan terhadap rakyatnya di atas standar minimal.

Pada dasarnya pelayanan prima mengandung tiga aspek, yakni (1)

kemampuan yang professional, (2) kemampuan yang teguh, (3) sikap yang ikhlas,

tulus, senang membantu, menyelesaikan kepentingan, keluhan, memuaskan

kebutuhan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang terbaik.

Salah satu cara dalam menciptakan dan mempertahankan hubungan yang

baik dan harmonis dengan para kolega dan pelanggan adalah dengan melakukan

konsep pelayanan prima berdasarkan A3 (attitude, attention, dan action).

Pelayanan prima berdasarkan konsep A3, artinya pelayanan yang diberikan

kepada pelanggan dengan menggunakan pendekatan sikap (attitude), perhatian

(attention), dan tindakan (action).

Page 28: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 28

BAB III KESIMPULAN

Dalam rangka mencapai mutu yang tinggi dalam bidang pendidikan,

peranan guru sangatlah penting bahkan sangat utama. Untuk itu, maka

profesionalisme guru harus ditegakkan dengan cara pemenuhan syarat-syarat

kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap guru, baik di bidang penguasaan

keahlian materi keilmuan maupun metodologi. Guru harus bertanggungjawab atas

tugas-tugasnya dan harus mengembangkan kesejawatan dengan sesama guru

melalui keikutsertaan dan pengembangan organisasi profesi guru.

Selain peran guru, keberhasian pendidikan tidak terlepas juga dari peran

strategis dari tenaga kependidikan apakah itu staf TU, pustakawan, laboran,

pesuruh/ penjaga sekolah, pengawas sekolah dan kepala sekolah, mulai dari

pengaturan jadwal pembelajaran yang teratur, kelengkapan sarana-prasarana

sekolah yang memadai dan memenuhi standar, kebersihan dan kenyamanan

lingkungan sekolah yang selalu terjaga, manajemen sekolah yang tegas serta

supervisi yang ketat.,

Untuk mencapai kondisi guru yang profesional, para guru harus menjadikan

Page 29: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 29

orientasi mutu dan profesionalisme guru sebagai etos kerja mereka dan

menjadikannya sebagai landasan orientasi berperilaku dalam tugas-tugas

profesinya. Karenanya, maka kode etik profesi guru harus dijunjung tinggi.

Dalam perkembangannya, disadari bahwa profesi guru belum dalam posisi yang

ideal seperti yang diharapkan, namun harus terus diperjuangkan menuju yang

terbaik. Pada saat diberlakukannya otonomi daerah dan desentralisasi

pendidikan yang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya teknologi

informasi yang sangat pesat, dipahami bahwa banyak tantangan sekaligus peluang

yang harus dihadapi untuk dapat diselesaikan oleh para guru dan lembaga

penyelenggara pendidikan.

Tantangan dan peluang tersebut antara lain: berubahnya peran guru

dalam manajemen proses belajar mengajar, kurikulum yang terdesentralisasi,

pemanfaatan secara optimal sumber-sumber belajar lain dan teknologi

informasi, usaha pencapaian layanan mutu pendidikan yang optimal, dan

penegakan profesionalisme guru. Para guru mempunyai tantangan untuk dapat

beradaptasi dengan sebaik-baiknya dalam situasi transisi, agar dapat

memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positifnya. Menyikapi

hal-hal demikian, tidak lain maka para guru haruslah dapat mengembangkan

suatu perilaku adaptif agar berhasil mengemban profesinya di era otonomi daerah

dan era global ini. Dengan cara demikian, karena guru adalah soko guru

pendidikan, mudah-mudahan peningkatan mutu pendidikan di era otonomi

daerah segera akan tercapai.

Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya melakukan perbaikan pada

kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar tetapi juga perlu dan

penting diikuti dengan penataan manajemen pendidikan yang mengarah pada

peningkatan kinerja guru melalui optimalisai peran sekolah dalam hal ini kepala

sekolah dan pihak dinas pendidikan setempat untuk memberikan rasa nyaman

bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu optimalisasi kegiatan

penataran harus betul-betul menyetuh kebutuhan guru agar bermanfaat bagi

peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar siswa

Page 30: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 30

sehingga kedepan kegiatan pelatihan dan semacamnya harus mampu

diprogramkan supaya tidak tumpang tindih dan tidak mengganggu kegiatan

belajar mengajar sebagai dampak guru mengikuti kegiatan tersebut.

Pengelolaan tenaga kependidikan merupakan langkah penting dalam

mewujudkan sistem pendidikan nasional yang efektif dan efisien. Tenaga-tenaga

handal dalam dunia pendidikan hanya akan diperoleh jika sistem pendidikan telah

memiliki mekanisme yang ideal untuk melakukan perekrutan, seleksi,

penempatan, pembinaan, evaluasi dan pemberhentian yang tepat. Dengan kata lain

sistem pendidikan nasional memerlukan mekanisme pengelolaan tenaga pendidik

dan kependidikan yang searah dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP.2007. Standar Pengawasan Sekolah/Madrasah, Kemendiknas. Jakarta

BSNP.2007. Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi Guru, Kemendiknas. Jakarta

Gilley, Jerry W. dan Steven A. Eggland, 1989. Principles of Human Resourches Development.: Addison Wesley Pub. Company. Inc. New York

http://mitrakuliah.blogspot.com/2009/06/upaya-dan-strategi-peningkatan-mutu. html

Jalal, Fasli dan Dedi Supriyadi (ed). 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. : Adicipta. Yogyakarta

Karsidi, Ravik. 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Bahan Ceramah di Pondok Assalam, Surakarta

Musthofa C. 2007, Kontroversi Tenaga Pendidik dan Kependidikan, Pontianak Pos, Kalbar

Surya, Muhammad. 2003. Percikan Perjuangan Guru. Aneka Ilmu. Semarang:

Page 31: Perspektif guru dan tenaga kependidikan berstandar

Disusun oleh : Wisnu Wardhono Halaman 31

Wen, Sayling. 2003. Future of Education (Masa Depan Pendidikan), alih bahasa Arvin Saputra,: Lucky Publisher. Batam

Prasetyorini, Retno. 2003. “Pelayanan Prima” Bahan Ajar SMK Kelompok Bisnis dan Manajemen. Guruvalah Inc

Wiryatmi, Endang. “Filofofi, Strategi dan Teknik Pelayanan Prima di Sektor Publik” ceramah tentang Manajemen Pelayanan Prima di Lembaga Administrasi Negara, 8-9 Agustus 2001.