ilmu hukum laporan akhir penelitian hibah ......pengelolaan air limbah (ipal) berstandar...

84
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING KONSTRUKSI MODEL KOLABORASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUNGAI UNTUK MEWUJUDKAN PENGELOLAAN INDUSTRI TERINTEGRASI DI PROVINSI JAWA BARAT Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Ketua Tim Peneliti : Nurhasan, S.H., M.Hum. NIDN : 0404086601 Anggota Tim Peneliti : Yudistiro, S.H., M.H. NIDN : 0414095901 Hj. Wiwi Yuhaeni, S.H., M.H. NIDN : 0430115801 UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG DESEMBER 2013 Dibiayai oleh DIPA Kopertis Wilayah IV, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor : 0900/K4/KL/2013 tanggal 10 Mei 2013 ILMU HUKUM

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH BERSAING

KONSTRUKSI MODEL

KOLABORASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DALAM PEMANFAATAN SUNGAI UNTUK MEWUJUDKAN

PENGELOLAAN INDUSTRI TERINTEGRASI

DI PROVINSI JAWA BARAT

Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

Ketua Tim Peneliti :

Nurhasan, S.H., M.Hum.

NIDN : 0404086601

Anggota Tim Peneliti :

Yudistiro, S.H., M.H.

NIDN : 0414095901

Hj. Wiwi Yuhaeni, S.H., M.H.

NIDN : 0430115801

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

DESEMBER 2013

Dibiayai oleh DIPA Kopertis Wilayah IV, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor :

0900/K4/KL/2013 tanggal 10 Mei 2013

ILMU HUKUM

Page 2: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

1. Judul Penelitian : Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan

Industri Terintegrasi Di Provinsi Jawa Barat

2.

2.1.

Ketua Peneliti

Data Pribadi

a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin

c. NIPY/NIDN

d. Pangkat/Golongan e. Jabatan Fungsional

f. Fakultas/Jurusan

g. Bidang Ilmu h. Alamat Kantor

i. Telp/Faks

j. Alamat Rumah k. Telp/Faks/HP/Email

: :

:

: :

:

: :

:

: :

Nurhasan, S.H., M.H. Laki-laki

15110315/0404086601

Penata Tingkat I/III-D Lektor

Hukum

Ilmu Hukum Jl. Lengkong Besar No. 68 Bandung

(022) 4262226/(022) 4217340

Jl. Bojong Indah No. 9 Bandung. 40191. (022) 2512353/08122189134/

[email protected]

2.2. Anggota Peneliti

a. Anggota (ke 1)

Nama NIDN

Perguruan Tinggi

b. Anggota (ke 2) Nama

NIDN

Perguruan Tinggi

: :

:

:

:

:

Yudistiro, S.H., M.H. 0414095901

Universitas Pasundan Bandung

Hj. Wiwi Yuhaeni, S.H., M.H.

0430115801

Universitas Pasundan Bandung

2.3. Penanggung Jawab :

Lembaga Penelitian (Lemlit)

Universitas Pasundan Bandung

3

4

Tahun Pelaksanaan

Jangka Waktu Penelitian

:

:

Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

2 tahun

5 Pembiayaan

a. Jumlah biaya tahun berjalan

b. Jumlah biaya keseluruhan yang diajukan ke Dikti

:

:

Rp. 40.000.000.00,-

Rp. 100.000.000,00,-

Mengetahui :

Dekan Fakultas Hukum Unpas,

Dedy Hernawan, S.H., M.Hum. NIPY : 151.100.46

Bandung, 5 Desember 2013

Ketua Peneliti,

Nurhasan, S.H., M.Hum.

NIPY : 151.103.15

Menyetujui Ketua Lemlit Unpas

Dr. H. A. Burhanuddin, S.H., M.H.

NIP : 131.414.822

Page 3: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan

Industri Terintegrasi Di Provinsi Jawa Barat

2. 2.1.

Ketua Peneliti Data Pribadi

a. Nama Lengkap

b. Jenis Kelamin c. NIPY/NIDN

d. Pangkat/Golongan

e. Jabatan Fungsional f. Fakultas/Jurusan

g. Pusat Penelitian

h. Alamat i. Telp/Faks

j. Alamat Rumah

k. Telp/Faks/HP/Email

:

: :

:

: :

:

: :

:

:

Nurhasan, S.H., M.H.

Laki-laki 15110315/0404086601

Penata Tingkat I/III-D

Lektor Hukum

Lemlit Unpas

Jl. Setiabudi No. 193 Bandung (022) 2021436/(022) 2009267

Jl. Bojong Indah No. 9 Bandung. 40191.

(022) 2512353/08122189134/ [email protected]

3 Jangka Waktu Penelitian : 2 tahun

4 Pembiayaan a. Jumlah biaya yang diajukan ke

Dikti b. Jumlah biaya Tahun ke I yang

sedang berjalan

:

:

Rp. 100.000.000.00,-

Rp. 40.000.000,00,-

Mengetahui :

Dekan Fakultas Hukum Unpas,

Dedy Hernawan, S.H., M.Hum.

NIPY : 151.100.46

Bandung, 5 Desember 2013

Ketua Peneliti,

Nurhasan, S.H., M.Hum.

NIPY : 151.103.15

Menyetujui

Ketua Lemlit Unpas

Dr. H. A. Burhanuddin, S.H., M.H.

NIP : 131.414.822

Page 4: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

RINGKASAN (ABSTRACT)

Penelitian ini dilakukan untuk menyesuaikan paradigma peruntukan sungai tertentu,

dari peruntukan secara tradisional sebagai sarana pengairan dan kebutuhan keluarga menjadi

juga sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri. Fakta menunjukkan bahwa saat

ini 7 (tujuh) DAS di Jawa Barat berada dalam status tercemar berat, dengan indikasi tercemar

Limbah Cair Industri. Rencana pengaturan pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana

pembuangan akhir Limbah Cair Industri dapat mendorong lahirnya paradigma baru

pengelolaan lingkungan hidup, yaitu: Hukum harus menyesuaikan terhadap karakteristik

alam dan masyarakat suatu daerah yang secara faktual berbeda antara kondisi di daerah yang

satu dengan daerah yang lainnya. Penelitian ini juga dilakukan untuk menjamin terwujudnya

keseimbangan kepentingan antara perusahaan (industri), masyarakat, dan Pemerintah dalam

rangka pemberdayaan masyarakat sekitar DAS di Jawa Barat, yang secara ilmiah

dimungkinkan dengan mengkonstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat dan

Pengelolaan Industri Terintegrasi, yaitu perusahaan (industri) selain berkewajiban melakukan

penanggulangan dampak lingkungan fisik (mitigasi fisik) juga berkewajiban melakukan

penanggulangan dampak sosial (mitigasi sosial).

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yuridis-empiris

berorientasi pada kajian holistik yang dalam prosesnya disiplin ilmu hukum mendapat

bantuan disiplin ilmu terkait, misalnya : ekonomi, politik, sosial-budaya, biologi, geologi,

kimia, fisika. Analisis terhadap obyek penelitian dilakukan melalui analisis hukum. Teknik

pengumpulan data, selain melalui studi kepustakaan, juga dilakukan survei (observasi)

lapangan di lokasi penelitian dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan, diantaranya:

Cost-Benefit-Analysis (CBA).

Hasil dari penelitian ini yaitu tersusunnya Konstruksi Model Kolaborasi

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan

Industri Terintegrasi di Jawa Barat, sebagai berikut: Konstruksi model ini didasarkan pada

prinsip Semua Untung. Fisik sungai dengan keseluruhan ekosistem biotik dan abiotik yang

ada di dalamnya diuntungkan, karena sasaran dari konstruksi model ini mewujudkan Sungai

Bersih terbebas dari pencemaran limbah cair industri. Perusahaan (industri) diuntungkan,

karena konstruksi model ini mewajibkan kepada perusahaan (industri) memiliki Instalasi

Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar

nasional Indonesia, sehingga air limbah industri yang dibuang ke sungai sudah dalam kondisi

dapat ditoleransi oleh ekosistem sungai, yang pada akhirnya perusahaan terhindar dari

tuntutan masyarakat. Masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan lainnya (stakeholders)

diuntungkan, karena dengan mitigasi fisik yang konsisten dan jujur menjadi terhindar dari

dampak pencemaran sungai serta dengan mitigasi sosial yang tulus mendapat stimulan untuk

mendongkrak tingkat kesejahteraannya. Pemerintah pun diuntungkan, karena sebagian

program pembangunannya dapat terealisasi, yaitu terjaganya kelestarian lingkungan sungai,

terwujudnya kesejahteraan masyarakat sekitar DAS, dan terjaminnya kelangsungan proses

produksi perusahaan (industri). Jika prinsip Semua Untung tersebut telah dipastikan dapat

diterapkan, maka Konstruksi Model ini memperkenankan atau dapat menerima kondisi

depenalisasi ketentuan hukum pidana lingkungan hidup.

Page 5: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan hanya untuk Zat Allah SWT yang dengan karunia-Nya,

kasih sayang-Nya, dan rahmat-Nya, telah memudahkan dan melancarkan proses penelitian

ini, sehingga pada kesempatan ini, Peneliti dapat menyelesaikan dan melaporkan Laporan

Akhir Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2013 (Tahun ke 1) tanpa halangan yang berarti.

Penelitian ini berjudul : “Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan

Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri

Terintegrasi Di Provinsi Jawa Barat”. Laporan Akhir Penelitian ini menggambarkan hasil

penelitian yang telah Peneliti lakukan selama 12 (dua belas) bulan mulai Januari 2013 hingga

Desember 2013. Dengan demikian, setelah melakukan pendalaman, penajaman, dan

penyempurnaan pengolahan data dan informasi dari hasil yang dicapai dalam Laporan

Kemajuan Penelitian, akhirnya Peneliti dapat menyajikan Laporan Akhir Penelitian yang

lebih komprehensif dari Penelitian Tahun I ini.

Banyak pihak yang telah membantu Peneliti dalam proses pengumpulan data dan

informasi yang dibutuhkan, diantaranya pada kesempatan yang baik ini, Peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mochamad Lukmanul Hakim (Kasi Hasil Hutan

dan Perkebunan Bidang Industri Agro Disperindag Provinsi Jawa Barat) yang selalu

membuka pintu lebar-lebar kepada Peneliti untuk mendapatkan data dan informasi terkait

pengembangan industri di Jawa Barat. Peneliti juga sangat berterimakasih kepada Bapak

Asep Bayu, Ibu Ruli, Ibu Hera, Ibu Resmiani yang dengan sabar dan tulus membantu

memberikan apapun data dan informasi yang Peneliti perlukan dari Badan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat. Peneliti juga menyampaikan

penghargaan yang tinggi kepada Bapak Rudi Martono (Sekretaris Eksekutif DPP APINDO

Jawa Barat) yang di sela-sela kesibukannya yang padat, dengan tulus menerima kedatangan

Peneliti kapan saja memerlukan data dan informasi seputar APINDO Jawa Barat. Peneliti

juga sangat terbantu dan berterima kasih kepada Ibu Bilqys dan Bapak Asep Hadianto dari

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat yang selalu siap

menghubungkan Peneliti ke berbagai bidang di Bappeda Provinsi Jawa Barat sesuai dengan

data dan informasi yang Peneliti perlukan. Peneliti juga mendapat bantuan yang tulus dari Ibu

Euis Hersini Barkah (Kasi Sundawapan Balai PSDA WS Citarum) dalam pengumpulan data

fisik kualitas air Sungai Citarum yang tentunya sangat berharga bagi Peneliti. Dan masih

banyak lagi, baik perseorangan maupun institusi yang telah berjasa kepada Peneliti namun

tidak sempat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuannya.

Page 6: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, Peneliti selalu terbuka menerima kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan Laporan ini. Semoga

Zat Allah SWT meridhoi segala upaya Peneliti dan siapa saja yang memiliki kepedulian

untuk mewujudkan Sungai Bersih, Masyarakat Sejahtera, serta Dunia Usaha tersenyum dan

nyaman. Amiin.

Bandung, 5 Desember 2013

Ketua Peneliti,

ttd

NURHASAN, S.H., M.H.

Page 7: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

RINGKASAN (ABSTRACT) ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemanfaatan Sungai Secara Normatif, Filosofis, dan Ekologis ....

B. Pengelolaan Industri Terintegrasi .................................................

5

12

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...................................... 13

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan .......................................................................

2. Alasan pemilihan Metode Pendekatan ..........................................

3. Objek Penelitian ...........................................................................

4. Jenis dan Sumber Data ..................................................................

5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................

6. Keabsahan Data ............................................................................

7. Desain Analisis Data .....................................................................

14

14

15

15

16

16

17

Page 8: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

BAB V

BAB VI

BAB VII

DAFTAR

LAMPIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan Industri di Jawa Barat Dalam Peta Industri

Nasional .........................................................................................

B. Pemanfaatan Sungai Sebagai Sarana Pembuangan Limbah Cair

Industri Dan Dampaknya ..............................................................

C. Existing Condition Pengelolaan Industri Terintegrasi di Jawa

Barat ..............................................................................................

D. Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Pemanfaatan Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri

Terintegrasi di Jawa Barat .............................................................

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................

B. Saran-saran ....................................................................................

PUSTAKA ............................................................................................

21

46

65

75

77

78

79

81

Page 9: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

DAFTAR TABEL

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

Tabel 1 :

Tabel 2 :

Tabel 3 :

Tabel 4 :

Tabel 5 :

Tabel 6 :

Tabel 7 :

Tabel 8 :

Tabel 9 :

Tabel 10:

Tabel 11:

Tabel 12:

Tabel 13:

Tabel 14:

Tabel 15:

Tabel 16:

Tabel 17:

Tabel 18:

Kerangka Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat

Roadmap Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat

Kerangka Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat

Roadmap Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat

Kawasan Industri di Jawa Barat

Perkembangan Unit Usaha (Industri) Terhadap Serapan

Tenaga Kerja dan PDRB UMKM dan Besar

Potensi Ketersediaan Sumber Daya Air di Provinsi Jawa

Barat

Laporan PT Kahatex (IPAL I) Bulan Januari 2011

Laporan PT Indorama Synthetics (Divisi Polimer) Bulan

Januari 2011

Laporan PT Kertas Bekasi Teguh Bulan Maret 2011

Laporan PT Pupuk Kujang Bulan Desember 2011

Laporan PT Surya Cipta Swadaya Bulan April 2011

Laporan PT Arnotts Indonesia Bulan Maret 2011

Laporan PT Insan Sandang Internusa Bulan Juni 2011

Laporan PT Tanabe Indonesia Bulan Mei 2011

Laporan PT Kimia Farma Bulan Mei 2011

Laporan PT Dactex Indonesia Bulan Mei 2011

Peran Dari Masing-masing Pemangku Kepentingan dan

Kerangka Keterkaitannya Industri Pulp dan Kertas

Page 10: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

DAFTAR GAMBAR

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Gambar 1 :

Gambar 2 :

Gambar 3 :

Gambar 4 :

Gambar 5 :

Gambar 6 :

Gambar 7 :

Gambar 8 :

Gambar 9 :

Gambar 10:

Peta Industri Unggulan Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Koridor Ekonomi Jawa Dalam MP3EI

Tahapan Proses Penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Barat

Peta Wilayah Sungai Provinsi Jawa Barat

Kerangka Pengembangan Industri Pulp dan Kertas

Peran Dari Masing-Masing Pemangku Kepentingan Dan

Kerangka Keterkaitannya

Lokasi Pengembangan Klaster Industri Pulp Dan Kertas

Struktur Organisasi Fasilitasi Penyelenggaraan CSR di Jabar

Struktur Tim Fasilitasi CSR Di Jabar

Skema Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan

Masyarakat (Comdev) dan Pengelolaan Industri Terintegrasi

(PIT) di Provinsi Jawa Barat

Page 11: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

DAFTAR LAMPIRAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13

Lampiran 1 :

Lampiran 2 :

Lampiran 3 :

Lampiran 4 :

Lampiran 5 :

Lampiran 6 :

Lampiran 7 :

Lampiran 8 :

Lampiran 9 :

Lampiran 10:

Lampiran 11:

Lampiran 12:

Lampiran 13:

Hasil Penelitian Kualitas Air Sungai oleh Balai PSDA

Wilayah Sungai Citarum Bulan Oktober 2010

Hasil Penelitian Kualitas Air Sungai oleh Balai PSDA

Wilayah Sungai Citarum Bulan Agustus 2010

Hasil Penelitian Kualitas Air Sungai oleh Balai PSDA

Wilayah Sungai Citarum Bulan Juli 2010

Grafik Kualitas Air Sungai Citarum Rata-rata Tahun

2008

Contoh Program CSR di Jawa Barat

Data dan Informasi tentang DPP APINDO JABAR

Contoh Kerangka Pengembangan Industri Tekstil dan

Produk Teksti dan Keterkaitannya

Surat Keterangan Penelitian

Justifikasi Anggaran Penelitian

Susunan Organisasi Tim Peneliti

Peraturan Bersama, Gubernur Jawa Barat, Kapolda Jawa

Barat, Kapolda Metro Jaya, Kepala Kejaksaan Tinggi

Jawa Barat No. 77 Tahun 2009 Tentang Penegakan

Hukum Lingkungan Terpadu Di Jawa Barat

Contoh Berkas Perkara Lingkungan Hidup No. Pol. :

BP/3260/VIII/2011/BPLHD, Perkara Dugaan Tindak

Pidana Lingkungan Hidup oleh PT Karawang Prima

Sejahtera Stell yang diwakili oleh sdr. Wang Dong Bing

Identitas Usulan Tahun 2012 Tahun Anggaran 2013

Page 12: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

BAB I

PENDAHULUAN

Pengaturan lingkungan hidup berdasarkan paradigma lama yaitu bahwa lingkungan

hidup harus diatur oleh satu undang-undang (hukum) nasional, ternyata terdapat indikasi

tidak dapat diterapkan di Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 26

Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sekitar 41.483.729 jiwa (hasil survey sosial

ekonomi daerah tahun 2007) memiliki banyak industri, bentang alam, dan kondisi

masyarakatnya yang berkarakter khusus, memikul peranan yang besar dan berat sebagai

Daerah Penyangga ibu kota Republik Indonesia (Jakarta).

Pengaturan pemanfatan sungai tertentu (bagian dari lingkungan hidup) sebagai sarana

pembuangan akhir Limbah Cair Industri di Jawa Barat menuntut adanya paradigma baru atau

setidak-tidaknya penyesuaian dalam pengaturan lingkungan hidup yaitu : Hukum harus

menyesuaikan dengan karakteristik alam dan masyarakat daerah yang bersangkutan. Selain

dari itu, penelitian ini penting dilakukan untuk memberi solusi berkeadilan terhadap

perubahan paradigma peruntukan sungai, dari peruntukan sungai secara tradisional sebagai

sarana pengairan dan kebutuhan keluarga menjadi juga berfungsi sebagai sarana pembuangan

akhir Limbah Cair Industri.

Fakta menunjukkan bahwa 7 (tujuh) Daerah Aliran Sungai (DAS) di Jawa Barat saat

ini dalam kondisi atau dalam status mutu air baku tercemar berat. 7 (tujuh) DAS tersebut

yaitu: 1) Sungai Cisadane; 2) Sungai Ciliwung; 3) Sungai Cileungsi; 4) Sungai Citarum; 5)

Sungai Cilamaya; 6) Sungai Cimanuk; dan 7) Sungai Citanduy. Penyebabnya adalah terutama

diduga akibat perusahaan-perusahaan (industri) membuang limbah cair industrinya secara

langsung ke sungai-sungai tersebut dengan tidak memenuhi standar pengelolaan limbah yang

sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Provinsi Jawa Barat diketahui bahwa sebagian keanekaragaman hayati di DAS Citarum

terancam punah, diantaranya 15 jenis ikan, 5 jenis mamalia, 7 jenis burung, dan 8 jenis

ampibi. DAS Citarum merupakan yang paling luas dan paling panjang. Luas DAS Citarum

mencapai 7.187 kilometer persegi, panjangnya mencapai 269 kilometer persegi untuk sungai

utama, dan jika dihitung dengan anak-anak sungainya mencapai 14.346 kilometer persegi.

Hulu Sungai Citarum terletak di mata air Gunung Wayang. Secara keseluruhan DAS Citarum

Page 13: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

meliputi 9 Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota

Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta,

Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Karawang. Sungai Citarum bermuara di Kabupaten

Bekasi, tepatnya di Muara Gembong, terletak sekitar 64 kilometer dari pusat kota Bekasi.

Ada juga yang menyebutkan di Tanjung Karawang, Kabupaten Karawang.

DAS lainnya yang termasuk luas yaitu DAS Cisadane-Cimandiri, DAS Citanduy, dan

DAS Cimanuk. Persoalan semua DAS di Jawa Barat, hampir serupa, yaitu lahan kritis cukup

luas (lebih dari 1.250 kilometer persegi), langganan Banjir di musim hujan, kekeringan di

musim kemarau, sedimentasi waduk, penegakan hukum belum tegas, partisipasi masyarakat

masih kurang, koordinasi masih lemah, dan berpotensi konflik jika stakeholders tidak

bersatu.

Sungai Citarum mempunyai kedudukan penting karena merupakan penyuplai air di

Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur, yang menjadi pusat penghasil listrik

(PLTA) untuk kebutuhan Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sungai Citarum merupakan sumber

air irigasi untuk area pertanian terutama pesawahan seluas 300 ribu hektar. Sungai Citarum

juga merupakan sumber air minum untuk masyarakat Kabupaten Bandung, Kabupaten

Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta,

Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan DKI Jakarta. Di sepanjang DAS Citarum

banyak berdiri industri kecil, menengah dan besar yang berpotensi menimbulkan pencemaran

di dalam maupun di sekitar DAS, sedangkan di bagian hulu, terjadi kerawanan akibat

penjarahan lahan dan alih fungsi menjadi areal pertanian, terutama dijadikan sentra

penanaman sayuran dan peternakan.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

(1) Meneliti, mengkaji dan menyusun Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan

Masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan (ius constituendum) tentang pemanfaatan

sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri di Jawa Barat.

(2) Meneliti, mengkaji, dan menyusun Konstruksi Model Pengelolaan Industri Terintegrasi

dalam pengaturan pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir Limbah

Cair Industri di Jawa Barat.

Urgensi atau keutamaan penelitian ini berkaitan dengan kegiatan industri yang dalam

prosesnya menghasilkan limbah cair yang dibuang secara langsung ke sungai. Sungai telah

dimanfaatkan untuk pembuangan akhir Limbah Cair Industri yang dampaknya memberi

tekanan pada aspek fisik (dalam arti luas) dan aspek sosial (dalam arti luas). Pemanfaatan

sungai untuk kegiatan industri tidak cukup hanya dengan mengantongi izin Analisis

Page 14: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tetapi juga harus memperhatikan mitigasi

(perbaikan) dampak lingkungan fisik (rekognisi, kompensasi) dan pemberdayaan masyarakat

(community development).

Rekognisi (recognition) atas status tanah yang digunakan sebagai lokasi industri

penting untuk diperhatikan, karena sangat sensitif dan seringkali menjadi pemicu terjadinya

konflik. Kompensasi (compensation) berkaitan dengan terjadinya akuisisi lahan untuk lokasi

industri. Masyarakat hukum adat atau perorangan yang tanahnya digunakan untuk lokasi

industri tentu berhak mendapatkan ganti kerugian (kompensasi) yang berkeadilan. Daerah

Aliran Sungai (DAS) yang dijadikan sebagai areal pembuangan akhir Limbah Cair Industri

perlu diimbangi dengan program pemulihan yang tuntas, komprehensif, dan terintegrasi.

Mitigasi dampak sosial (dalam arti luas) dilakukan melalui program pemberdayaan

masyarakat (community development). Provinsi Jawa Barat memiliki potensi sumber daya

alam yang melimpah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa. Jumlah perusahaan yang

menanamkan modalnya di Jawa Barat cukup banyak, dan terdapat fenomena tumbuhnya

kesadaran masyarakat Jawa Barat untuk dapat berperan secara optimal sebagai pelaku

pembangunan. Dalam kenyataannya, pengelolaan dan pemanfaatan hasil kekayaan alam

Provinsi Jawa Barat belum dilakukan secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat, sebagai dampaknya tingkat kesejahteraan penduduk sebagian besarnya masih

rendah.

Kegiatan industri dalam pelaksanaannya memerlukan ruang yang berarti terkait

dengan masalah pemanfaatan lingkungan. Sungai sebagai bagian dari lingkungan hidup telah

dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan industri, yaitu difungsikan sebagai sarana

pembuangan akhir Limbah Cair Industri. Optimalisasi partisipasi masyarakat Jawa Barat

dalam kegiatan industri penting karena bagi masyarakat Jawa Barat berdasarkan kearifan

tradisionalnya bahwa sungai merupakan sumber kehidupan, oleh karena itu harus dijaga dan

tidak boleh dirusak.

Uraian di atas mengindikasikan perlunya kajian holistik pemanfaatan sungai tertentu

sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri untuk mewujudkan Pengelolaan

Industri Terintegrasi, sehingga perusahaan dalam jangka waktu tertentu mempunyai

kesempatan untuk mendapatkan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya

tanpa mendapat tekanan, gangguan, atau tuntutan dari masyarakat.

Page 15: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemanfaatan Sungai Secara Normatif, Filosofis, dan Ekologis

Sungai sebagai bagian dari sumber daya air mempunyai fungsi serbaguna, yaitu

diantaranya bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional. Fungsi

sungai yang penting tersebut menuntut adanya pengaturan pemanfaatan sungai yang

memenuhi rasa keadilan masyarakat, yaitu mencakup upaya perlindungan, pengembangan,

penggunaan dan pengendaliannya.

Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung

menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, maka sungai sebagai bagian dari

sumber daya air dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan

ekonomi yang pengelolaannya diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang

harmonis antarwilayah, antarsektor, dan antargenerasi. Masyarakat perlu diberi peran yang

lebih luas dalam pengelolaannya sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan

keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Rumusan otentik tentang sungai terdapat dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan

Pemerintah (PP) No. 35 Tahun 1991, yaitu : “Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah

serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan

kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.”

Ketentuan tentang penguasaan sungai dalam PP No. 35 Tahun 1991 masih

mencerminkan karakteristik pemerintahan Orde Baru yang sentralistik, sebagaimana

ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan (2) berikut : “(1) Sungai dikuasai oleh

Negara, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pemerintah; dan (2) Pelaksanaan wewenang

dan tanggung jawab penguasaan sungai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

Menteri.

Sejalan dengan demokratisasi yang berkembang pada era reformasi, konsep

penguasaan sungai mengalami kemajuan sebagaimana terkandung maknanya dalam

ketentuan Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3) UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yaitu

: (1) Sumber daya air dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat; (2) Penguasaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan

oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat

hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan

Page 16: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan; dan (3) Hak ulayat masyarakat

hukum adat atas sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap diakui sepanjang

kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat.

Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 6 UU No. 7 Tahun 2004, sungai sebagai

bagian dari sumber daya air walaupun hak penguasaannya ada pada negara, namun dalam

penggunaannya harus ditujukan untuk mewujudkan kemakmuran yang optimal bagi

masyarakat pada umumnya dan lebih khusus bagi masyarakat sekitar sungai. Ketentuan

tersebut juga telah mengakomodasi pemerintah daerah untuk turut serta berperan dalam

penyelenggaraan penguasaan sungai sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah. Hak

ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu juga telah mendapat

pengakuan keberadaannya menurut hukum, sehingga dalam penyelenggaraan penguasaan

sungai tidak dibenarkan adanya upaya mengesampingkan hak-hak tersebut.

Memperhatikan ketentuan Pasal 2 dan 4 UU No. 7 Tahun 2004, sungai mempunyai

fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang pengelolaannya harus berdasarkan asas

kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,

kemandirian, transparansi dan akuntabilitas.

Sungai sebagai bagian dari ekosistem yang di dalamnya hidup beragam jenis flora dan

fauna yang bersifat endemis, serta kondisi aliran fisiknya yang pada umumnya bersifat lintas

daerah, maka ruang lingkup pengelolaannya terbagi ke dalam beberapa Daerah Aliran Sungai

(DAS).

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam

upaya melakukan konservasi sumber daya air sungai secara optimal yang pada akhirnya dapat

dicapai suatu kondisi terjaganya keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sungai.

Untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air sungai dapat dilakukan melalui

pengelolaan kualitas air sungai dan pengendalian pencemarannya secara frofesional.

Ketentuan Pasal 24 UU No. 7 Tahun 2004 dengan tegas melarang setiap orang atau badan

usaha melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan rusaknya sumber air (sungai) dan

prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air.

Pemanfaatan sungai perlu diimbangi dengan upaya perlindungan dan pelestariannya

dari kemungkinan terjadinya kerusakan atau gangguan terutama yang disebabkan oleh

tindakan manusia, yang pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pendekatan biologi, geologi,

fisika, kimia, sosial, ekonomi, dan budaya. Upaya tersebut penting dilakukan karena dapat

dijadikan dasar dalam penatagunaan lahan.

Page 17: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Pendayagunaan sungai sangat dimungkinkan, kecuali pada kawasan suaka alam dan

kawasan pelestarian alam, namun dalam penyelenggaraannya harus dilakukan secara terpadu,

adil dan optimal, baik antarsektor, antarwilayah, maupun antar-kelompok masyarakat dengan

mendorong pola kerja sama agar berhasil guna dan berdaya guna.

Kegiatan usaha industri sangat berkepentingan dengan upaya pengembangan sumber

daya air sungai, karena dalam proses pengolahan dan/atau eksplorasi biasanya membutuhkan

ketersediaan air baku dalam jumlah besar. Potensi dampak yang mungkin timbul akibat

dilaksanakannya pengembangan sumber daya air sungai harus ditangani secara tuntas dengan

melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders). Selain dari itu,

pengembangan air permukaan pada sungai perlu dilaksanakan dengan memperhatikan

karakteristik dan fungsi sungai yang bersangkutan. Hal tersebut perlu diperhatikan karena

karakteristik dan fungsi sungai pada daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lainnya.

Ketentuan Pasal 52 UU No. 7 Tahun 2004 dengan tegas melarang setiap orang atau

badan usaha melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air.

Pengendalian daya rusak air dapat dilakukan melalui upaya pencegahan, penanggulangan,

dan pemulihan. Upaya pencegahan harus lebih diutamakan, baik melalui kegiatan fisik

dan/atau nonfisik maupun melalui penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai. Jika

terpaksa perlu ditempuh upaya penanggulangan, maka penanggulangannya dapat dilakukan

dengan mitigasi bencana, sedangkan upaya pemulihan dilakukan terutama oleh pihak yang

paling bertanggung jawab atas terjadinya kerusakan sungai untuk memulihkan kembali fungsi

lingkungan hidup dalam ekosistem sungai.

Pengelolaan sungai mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah (Daud

Silalahi, 2003) yang memerlukan keterpaduan tindakan untuk menjaga kelangsungan fungsi

sungai, dan oleh karenanya fungsi koordinasi mutlak diperlukan dengan mengintegrasikan

kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan stakeholders.

Ketentuan-ketentuan tentang pemanfaatan sungai sebagai bagian dari sumber daya air

yang secara normatif telah tegas pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan terkait

harus diperhatikan ketika akan mengadakan pengaturan tentang pemanfaatan sungai untuk

pengangkutan limbah cair industri.

Secara filosofis, kekuasaan mutlak atas alam semesta berada pada Tuhan Yang Maha

Esa. Manusia sebagai bagian dari alam semesta mendapat kepercayaan dari Tuhan Yang

Maha Esa untuk hidup di bumi dan mengelola alam semesta dengan petunjuk-Nya yang telah

disampaikan-Nya melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Dengan demikian, kekuasaan yang

Page 18: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

dimiliki manusia untuk mengelola alam semesta bersifat sementara (temporary), terbatas

(restricted), amanah (mandate), kolektif (collective), dan untuk kemakmuran (prosperity).

Sejalan dengan paradigma relativitas kekuasaan yang dimiliki manusia, bangsa

Indonesia meneguhkan cita-cita membangun negara hukum sebagaimana dikukuhkan dalam

ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Ajaran negara hukum memuat tiga dimensi penting,

yaitu dimensi politik, hukum, dan sosial ekonomi (Bagir Manan, 1999 : 2). Lebih lanjut ia

menjelaskan, dimensi politik dalam negara hukum memuat prinsip pembatasan kekuasaan

yang menjelma dalam paham negara berkonstitusi, pembagian atau pemisahan kekuasaan,

kemerdekaan kekuasaan kehakiman, dan jaminan serta penghormatan terhadap hak asasi

manusia. Dimensi hukum dalam negara hukum harus tercipta suatu tertib hukum dan

perlindungan hukum bagi setiap orang tanpa diskriminasi. Dimensi sosial ekonomi dalam

negara hukum berupa kewajiban negara melalui pemerintah untuk mewujudkan dan

menjamin kesejahteraan sosial.

Doktrin John Locke memiliki relevansi yang kuat dengan ajaran negara hukum

terutama yang menyangkut dimensi politik, yaitu pembagian kekuasaan. John Locke bereaksi

keras terhadap absolutisme raja pada jamannya, dan kemudian ia mengajukan konsep dalam

rangka merasionalkan dan mensistimatiskan fungsi-fungsi kekuasaan negara menjadi tiga

fungsi (H.M. Rasjidi, 1984 : 174), yaitu fungsi legislatif, eksekutif, dan federatif. Ia mengakui

bahwa bila kekuasaan diletakkan pada tangan yang berbeda dapat dicapai suatu

keseimbangan kekuasaan (balancing of power).

Paradigma relativitas kekuasaan dalam perkembangannya mampu mendorong

pertumbuhan demokrasi, termasuk demokratisasi di dalam setiap fungsi-fungsi kekuasaan

negara. Pelaksanaan otonomi daerah yang lebih maju di Indonesia pasca era reformasi 1998

merupakan perwujudan demokratisasi fungsi kekuasaan legislatif dan eksekutif dalam rangka

merealisasikan amanat UUD 1945.

Pemerintahan daerah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), berhak menetapkan peraturan daerah (Perda) dan

peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Kewenangan

yang diberikan oleh konstitusi (grondwet) tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Keanekaragaman adalah sifat alamiah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam

keanekaragaman ada kekhususan dengan ciri-ciri khas yang tidak dapat dipaksakan harus

sama dengan yang lainnya. Masyarakat Jawa Barat dan lingkungan alamnya memiliki

kekhasan yang tidak dapat dipersamakan dengan masyarakat dan lingkungan alam daerah

Page 19: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

lainnya. Masyarakat Jawa Barat dengan segala kekhasannya memiliki hak untuk menikmati

hasil pembangunan secara wajar. Selama ini, pengelolaan dan pemanfaatan hasil kekayaan

alam Provinsi Jawa Barat belum digunakan secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat Jawa Barat.

Secara filosofis, upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam konteks

pengaturan pemanfaatan sungai untuk pembuangan akhir Limbah Cair Industri di Provinsi

Jawa Barat dapat disejalankan dengan Aliran Utilitarianisme yang dipelopori oleh Jeremy

Bentham (1748-1832) yang mendalilkan bahwa manusia itu akan berbuat dengan cara

sedemikian rupa sehingga ia mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan yang sebesar-

besarnya dan menekan serendah-rendahnya penderitaan (Lili Rasjidi & Ira Rasjidi, 2000 :

64). Ketika dalil tersebut digunakan pada bidang hukum, maka standar penilaian etis yang

digunakan yaitu mendasarkan pada ukuran bahwa baik buruknya peraturan perundang-

undangan ditentukan oleh apakah peraturan perundang-undangan tersebut mendatangkan

kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat atau tidak. Jadi, peraturan perundang-

undangan yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat Jawa

Barat akan dinilai oleh masyarakat Jawa Barat sebagai peraturan perundang-undangan yang

baik.

Secara ekologis atau ekonomi alam, yang bermakna melakukan transaksi dalam

bentuk materi, energi, dan informasi, bahwa dalam pengelolaan lingkungan hidup dewasa ini,

cenderung bersifat antroposentris, yaitu melihat permasalahan lingkungan dari sudut

kepentingan manusia, sehingga ekologi yang dibutuhkan adalah ekologi manusia, yaitu ilmu

yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya (Otto

Soemarwoto, 1997 : 22).

Manusia yang oleh Tuhan Yang Maha Esa dikaruniai akal dan pikiran mempunyai

kemampuan mendayagunakan lingkungan hidupnya. Faktor teknologi yang digunakan dalam

mendayagunakan lingkungan hidup tersebut menentukan besaran manfaat (nilai ekonomi)

dan dampak yang ditimbulkannya. Semakin tinggi kemampuan teknologi yang digunakan,

cenderung semakin tinggi pula manfaat (nilai ekonomi) yang dapat dinikmati oleh manusia,

baik kualitas maupun kuantitasnya. Namun demikian, dampak lingkungan hidup yang

ditimbulkannya dapat dipastikan akan semakin besar pula. Strategi dan teknik pengelolaan

dampak lingkungan hidup menjadi semakin penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan

efektivitasnya.

Di dalam ekosistem sungai terdapat unsur jasad hidup (biotic) dan tidak hidup

(abiotic). Unsur jasad hidup terdiri dari beragam jenis hewan dan tumbuhan dari mulai yang

Page 20: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

berukuran sangat kecil hingga yang besar dan berada dalam sistem jaring-jaring kehidupan

(mata rantai makanan). Unsur yang tidak hidup seperti air, tanah, batu, pasir, dan lain-lain

berfungsi sebagai sarana penunjang untuk berlangsungnya kehidupan beragam jenis hewan

dan tumbuhan. Tingkat kualitas air sungai menentukan dapat atau tidaknya beragam jenis

hewan dan tumbuhan melangsungkan kehidupannya.

Untuk menentukan kualitas air sungai, apakah dalam kondisi baik atau buruk, terdapat

beberapa parameter yang dapat digunakan, diantaranya yaitu : 1) Parameter fisika; dan 2)

Parameter kimia (Hefni Effendi, 2003 : 50-128). Parameter fisika dapat menggunakan

indikator cahaya; suhu; kecerahan dan kekeruhan; warna; konduktivitas (daya hantar listrik);

padatan total, terlarut dan tersuspensi; dan salinitas. Parameter kimia dapat menggunakan

indikator pH (derajat keasaman); potensi redoks (reduksi dan oksidasi); oksigen terlarut;

karbondioksida; alkalinitas; kesadahan; dan bahan organik.

Pemantauan kualitas air sungai secara berkala, jujur, dan profesional penting

dilakukan untuk terjaganya keseimbangan ekosistem sungai, sehingga kegiatan industri yang

dilakukan oleh manusia tidak mengorbankan lingkungan hidup. Tujuan yang harus

diwujudkan yaitu industri tetap berjalan dan kualitas lingkungan hidup selalu dalam kondisi

prima.

Berdasarkan konsep ekologi manusia, terdapat dua hal penting yang harus dijaga

keseimbangannya, yaitu : a) pemanfaatan sumber daya alam; dan b) pengelolaan dampak

lingkungan hidup. Dalam merealisasikan kedua hal tersebut, harus dipersepsikan bahwa baik

pemanfaatan sumber daya alam maupun pengelolaan dampak lingkungan hidup merupakan

kepentingan manusia yang sama derajat kepentingannya. Hasil kegiatan industri dapat

dimanfaatkan untuk mendongkrak derajat kemakmuran manusia. Namun demikian, dalam

pemanfaatannya tidak boleh mengorbankan lingkungan hidup, karena kualitas lingkungan

hidup yang prima sangat diperlukan juga oleh manusia dalam melangsungkan kehidupannya.

Dari konsep ekologi manusia tersebut dikembangkanlah penerapan prinsip pembangunan

berkelanjutan (sustainable development).

B. Pengelolaan Industri Terintegrasi

Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia diselenggarakan dengan asas tanggung

jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk melanjutkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 21: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Komitmen Indonesia untuk berpegang pada prinsip pembangunan berkelanjutan

dalam mengelola lingkungan hidupnya, termasuk di dalamnya proses industrialisasi yang

dalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari kerangka pengelolaan lingkungan hidup

secara keseluruhan (Daud Silalahi, 1996). Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan

dalam konteks pengelolaan Limbah Cair yang dihasilkan dari kegiatan industri adalah bahwa

Limbah Cair tersebut tidak boleh terakumulasi di alam karena dapat mengganggu siklus

materi dan nutrien. Pembuangan Limbah Cair tersebut harus dibatasi pada tingkat yang tidak

melebihi daya dukung lingkungan. Kondisi demikian mengindikasikan bahwa pengelolaan

industri harus diintegrasikan dengan prinsip, kaidah, dan norma yang berlaku dalam

pengelolaan sumber daya air, kesehatan, lingkungan sosial budaya, dan pemanfaatan

teknologi. Dengan demikian, komitmen yang kuat dari pihak perusahaan (industri) pada

pelaksanaan Mitigasi Fisik dan Mitigasi Sosial menjadi prasyarat untuk penerapan

Pengelolaan Industri Terintegrasi, serta tentu dengan dukungan yang kuat pula dari

masyarakat (stakeholders) dan pemerintah.

Page 22: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1) Meneliti, mengkaji dan menyusun

Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum) tentang pemanfaatan sungai tertentu sebagai sarana pembuangan akhir

Limbah Cair Industri di Jawa Barat; dan 2) Meneliti, mengkaji, dan menyusun Konstruksi

Model Pengelolaan Industri Terintegrasi dalam pengaturan pemanfaatan sungai tertentu

sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri di Jawa Barat.

Hasil dari penelitian ini diproyeksikan bermanfaat : a) Bagi Dunia Usaha,

mendapatkan jaminan kepastian hukum dan terhindar dari tuntutan masyarakat dalam

menjalankan kegiatan usahanya, serta dalam jangka waktu tertentu mempunyai kesempatan

untuk mendapatkan haknya dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan hukum yang

berlaku; b) Bagi Masyarakat, mendapatkan bantuan manajemen dan dana dari perusahaan

dalam rangka pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat (community

development); c) Bagi Pemerintah, memperoleh kajian holistik sebagai bahan menyusun

peraturan daerah dalam rangka melindungi hak-hak masyarakat, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelestarian lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah baik berupa pajak daerah maupun retribusi daerah; dan d) Bagi

Aparatur Penegak Hukum, adanya kepastian hukum depenalisasi pemanfaatan sungai-sungai

tertentu.

Page 23: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

BAB IV

METODE PENELTIAN

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yuridis – empiris

berorientasi pada kajian holistik, yang dalam prosesnya mendapat bantuan disiplin ilmu

terkait, misalnya : ekonomi, sosial-budaya, politik, biologi, geologi, fisika, kimia. Alur

penerapan metode pendekatan tersebut sebagai berikut :

2. Alasan pemilihan Metode Pendekatan

Penggunaan pendekatan tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa pengkajian

terhadap masalah lingkungan hidup tidak cukup hanya dengan meng-gunakan pendekatan

normatif (Yuridis), melainkan memerlukan dukungan data empiris yang dalam prosesnya

mendapat bantuan disiplin ilmu terkait (Non Yuridis), sehingga berkarakter penelitian

Yuridis – Empiris (Daud Silalahi, 2001 : 1-20). Namun demikian, hasil akhir (out put) dari

penelitian ini diformulasikan kembali sebagai sebuah hasil penelitian hukum (Yuridis).

Penggunaan pendekatan tersebut diharapkan dapat memberikan penjelasan secara

holistik (utuh), sebagaimana dijelaskan oleh Suriasumantri, “Dewasa ini pengetahuan yang

satu tercerai dari pengetahuan yang lainnya, ilmu terce-rai dari moral, moral tercerai dari

seni, seni tercerai dari ilmu, dan seterusnya. Inilah sebenarnya sumber ketidakbahagiaan

manusia modern dewasa ini, sebab pengetahuan yang tidak utuh akan membentuk manusia

yang tidak utuh pula. Kerangka filsafat akan memungkinkan kita membentuk wawasan

mengenai keterkaitan berbagai pengetahuan. (Jujun S. Suriasumantri, 1986 : 57).

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu sungai tertentu di Jawa Barat dan adanya konflik

kepentingan antara perusahaan (industri), masyarakat, dan Pemerintah dalam pemanfaatan

sungai-sungai tersebut. Penyesuaian fungsi sungai dari fungsi tradisionalnya sebagai sarana

pengairan dan kebutuhan keluarga menjadi juga berfungsi sebagai sarana pembuangan akhir

HUKUM

(Yuridis)

BUKAN

HUKUM

(Non Yuridis)

HUKUM

(Yuridis)

Page 24: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Limbah Cair Industri, telah memunculkan konflik kepentingan yang berkepanjangan hingga

saat ini, terutama yaitu antara perusahaan (industri) dengan masyarakat sekitar Daerah Aliran

Sungai.

Masyarakat Jawa Barat memiliki kearifan tradisional yang menempatkan fungsi

sungai sebagai sumber kehidupan yang tidak boleh dicemari dan dirusak, sedangkan pihak

perusahaan membutuhkan sungai tersebut sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair

Iindustri yang efektif dan efisien. Pada satu sisi kearifan tradisional masyarakat Jawa Barat

perlu dihargai, dan pada sisi yang lain kegiatan perusahaan tidak dikehendaki berhenti

beroperasi. Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan

Industri Terintegrasi menjadi alternatif solusi yang dapat ditawarkan untuk menyelesaikan

konflik kepentingan tersebut.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data yang sudah jadi (data sekunder), yaitu data

hasil penelitian para peneliti sebelumnya yang dipandang relevan untuk membantu

memecahkan masalah dalam penelitian ini, data hasil penelitian dibidang hukum, ekonomi,

politik, sosial, budaya, adat, biologi, geologi, dan fisika, yang diperoleh melalui telaah

kepustakaan, wawancara, dan survei lapangan.

Tahap berikutnya dilakukan analisis dan dalam proses tersebut dipergu-nakan semua

unsur metodis umum seperti yang berlaku dalam penelitian bidang lingkungan hidup.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

1) Studi kepustakaan, yang terdiri dari :

a. Meta analisis :

Meta analisis multi disipliner meliputi aspek-aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial

sebagai pilar pembangunan yang berkelanjutan. Meta analisis adalah analisis hubungan

antar informasi yang diperoleh sebelumnya berdasarkan hasil-hasil penelitian atau

dokumen-dokumen tertulis. Hasil meta analisis digunakan untuk menunjukkan

pengelompokan masalah, analisis sebab-akibat serta keterkaitannya satu dengan

lainnya. Hasil meta analisis berupa masukan-masukan kajian multi disipliner

diintegrasikan ke dalam bahan-bahan hukum sehingga analisis yang dilakukan dalam

tahap selanjutnya menjadi lebih lengkap dan valid. Tahapan meta analisis meliputi :

Page 25: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

unitasi data, kategorisasi data, analisis dan interpretasi, analisis lintasan informasi, dan

pilihan (opsi) pemecahan masalah.

b. Meta yuridis :

Inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan pengaturan pemanfaatan sungai

tertentu sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri. Inventarisasi hukum

meliputi pengumpulan peraturan-peraturan yang masih berlaku (hukum positif),

melakukan identifikasi yang kritis dan klasifikasi yang logis dan sistematis.

2) Survei (observasi) lapangan dan wawancara.

6. Keabsahan Data

Data kualitatif yang akan diperoleh tidak bersifat tunggal, namun beragam mengingat

begitu banyak paradigma/teori/konsep/fakta yang dikaji. Data kualitatif sebagaimana

dijelaskan di atas diperoleh melalui studi kepustakaan.

Data kualitatif itu akan bersifat dialogis, artinya satu dengan yang lain saling

berkorelasi, apalagi dalam pengertian ilmu sebagai jaringan, data akan berkaitan sangat erat.

Model dialogis ini juga merupakan bentuk dari penge-cekan data, sehingga setiap data yang

diperoleh akan dicek oleh data lainnya, data lain itu kemudian akan dicek pula oleh data

lainnya pula, sehingga pengecekannya akan seperti model „triangulasi data (Valerie J.

Janesick, 1994), di mana data yang satu akan dicek melalui data lainnya. Triangulasi data

merupakan model pengecekan sirkuler sehingga data seakurat mungkin dapat

dipertanggungjawabkan keabsahannya. Triangulasi data sebagaimana pada prinsip-nya

merupakan metode yang digunakan untuk melakukan klarifikasi terhadap sejumlah data yang

dikumpulkan. Triangulasi merupakan upaya untuk menda-patkan pemahaman yang lebih

mendalam tentang apa yang dikaji. Menurut Agus Salim, triangulasi bukan merupakan alat

atau strategi untuk pembuktian, tetapi hanya sebagai alternatif terhadap pembuktian. (Agus

Salim, 2001: 6-7). Penggunaan triangulasi ini menjadi penting, karena dalam penelitian

bidang lingkungan hidup umumnya selalu bersifat multi metode dan lintas paradigma. (M.

Antonius Birowo, 2004 : 6). Sistem triangulasi data dengan model sirkuler sebagaimana

dijelaskan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 26: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Ragaan

Triangulasi Data

7. Desain Analisis Data

Analisis terhadap obyek penelitian akan dilakukan melalui Analisis hukum, yang

mendapat bantuan data sekunder bidang ekonomi, biologi, geologi, fisika, kimia, sosial,

budaya, politik. Target dari analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Analisis hukum yang mendapat bantuan data sekunder bidang ekonomi, politik, sosial,

budaya, biologi, geologi, fisika, kimia, akan difokuskan pada upaya menemukan konsep

hukum yang dicita-citakan (ius constituendum ) yang tepat sebagai landasan hukum

konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat dalam pemanfaatan sungai

tertentu sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri untuk mewujudkan

Pengelolaan Industri Terintegrasi di Provinsi Jawa Barat.

b. Bantuan data sekunder bidang ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui pilihan yang

paling menguntungkan dari beberapa pilihan yang ada, misalnya : 1) Sumber daya yang

ada dibiarkan, tidak diolah, tidak diusahakan, dan sungai tidak terganggu ; 2) Sumber daya

yang ada dieksplorasi dan dieksploitasi dengan memanfaatkan sungai untuk pembuangan

akhir Limbah Cairnya, tetapi tidak diatur oleh hukum ; atau 3) Sumber daya yang ada

dieksplorasi dan dieksploitasi dengan memanfaatkan sungai untuk pembuangan akhir

Limbah Cair Industrinya, dan kepentingan-kepentingan pihak-pihak terkait

diakomodasikan dan diatur dalam produk hukum berbentuk Peraturan Daerah (Perda).

c. Bantuan data sekunder bidang biologi-geologi-fisika-kimia dimaksudkan untuk

mendukung pelaksanaan mitigasi fisik yang mencakup program rekognisi dan kompensasi,

ketika sungai dimanfaatkan untuk pembuangan akhir Limbah Cair Industri.

Data

Lapangan

Data

Kepustakaan

Data

Teori

Page 27: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

d. Bantuan data sekunder bidang sosial dan budaya dilakukan karena pada dasarnya

pembangunan yang dilaksanakan melibatkan sejumlah manusia yang mendiami tempat

tertentu, memiliki adat dan budaya (cara berfikir) tertentu, sehingga diharapkan memiliki

kemampuan memahami, menghargai dan menghormati kearifan tradisional kelompok

masyarakat tertentu.

e. Bantuan data sekunder bidang politik dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas lembaga

politik di Jawa Barat dalam mengawal dan menjamin terlindunginya hak-hak masyarakat

Jawa Barat.

Teknik analisis yang akan digunakan, diantaranya : Cost-Benefit-Analysis (CBA),

yaitu teknik analisis dengan cara membandingkan antara sistem yang berlaku dengan sistem

yang diajukan (Schhrecker, T.F., 1985).

Lebih jelas desain analitis dapat dilihat dalam dua ragaan di bawah ini :

Ragaan

Desain Analisis 1

Ragaan

Desain Analisis 2

Teori

Data Konsep Baru

Masalah Analisis

Positivisme Hukum Model Penalisasi

Medel Kolaborasi

(Depenalisasi)

Kepustakaan- Dokumen

Kelemahan, Kekeliruan, dan

akibat- akibat yang muncul

Diperoleh alternatif baru

Interpretasi, Komparasi dan

Sintesis

Analisis

Page 28: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Adapun tentang tahap penelitian yang dilakukan dijelaskan melalui bagan berikut :

RISET

Tahap I

Bulan ke 1 & 2

a. Persiapan

b. Penelusuran Kepustakaan

c. Pemantapan Kajian Teoretis

& Metode

Tahap II

Bulan ke 3 & 7

Pengumpulan Data

Sekunder : Telaah

Pustaka/Internet,

Korespondensi

Tahap V

Bulan ke 10

Perumusan Hasil

Konstruksi Model

Kolaborasi Comdev & PIT

Tahap VI

Bulan ke 11

Seminar & Pelaporan Hasil

Tahap VII

Bulan ke 12

Perbaikan & Penggandaan

Tahap IV

Bulan ke 7 & 10

Analisis Data

a. Interpretasi

b. Komparasi

c. Sintesis

d. Matriks Hasil Analisis

PRA RISET

Tahap II

a. Penelusuran

kepustakaan

mutakhir

b. Sinkronisasi

Masalah, Teori &

Metode

Penyusunan

Proposal

Tahap I

a. Persiapan

b. Penelusuran

Masalah

c. Kajian Teoretis

Tahap III

Bulan ke 3 & 7

Pengolahan Data

a. Pemetaan;

b. Klasifikasi & Evaluasi

c. Penyusunan Matriks Data

Hasil Olahan

Page 29: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan Industri di Jawa Barat Dalam Peta Industri Nasional

1. Kondisi Daerah

Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2005

sebesar 5,4 persen. Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 7,13 persen, masih dibawah

sektor bangunan/konstruksi yang tumbuh sebesar 17,85 persen. Struktur perekonomian Jawa

Barat pada tahun 2005 dilihat dari lapangan usaha (Data BPS, berdasarkan harga konstan

2000), didominasi oleh 3 (tiga) sektor unggulan dengan kontribusi pertama sektor industri

non migas 41,74 persen, kedua sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,23 persen dan

sektor pertanian 14,11persen. Pada tahun 2005 laju pertumbuhan industri sebesar 7,13

persen. Kontribusi terhadap PDRB terbesar didapat dari Industri Alat Angkut, Mesin dan

Peralatannya 18,37 persen, Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 10,17 persen,

Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet 4,40 persen dan Industri Makanan, minuman

dan tembakau 4,99 persen.

2. Strategi Pengembangan

Pengembangan ekonomi daerah Jawa Barat seperti tercantum dalam Rencana

Stretegis dilakukan melalui pengembangan 6 core business, yaitu pengembangan (1) Sumber

Daya Manusia, (2) Agribisnis, (3) Bisnis Kelautan, (4) Pariwisata, (5) Industri Manufaktur

dan (6) Industri jasa lainnya. Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan

daya beli masyarakat dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan peningkatan investasi

di sektor-sektor unggulan (6 core business) tersebut.

2.a. Produk Unggulan

Berdasarkan hasil pembahasan dengan para pemangku kepentingan, ditetapkan

produk ungulan Jawa Barat, yaitu industri kreatif dan Industri telematika. Industri kreatif

yaitu industri yang bersumber dari kreativitas, keahlian, dan talenta individu yang berpeluang

meningkatkan lapangan kerja melalui penciptaan dan komersialisasi kekayaan intelektual.

1) Industri Kreatif

Industri Kreatif secara sempit bisa diartikan sebagai suatu industri tersendiri yang

dengan kreativitasnya menghasilkan desain-desain kreatif sebagai produk atau jasa

utamanya. Secara lebih luas, Industri Kreatif bisa berarti kumpulan dari sektor-sektor

industri yang mengandalkan kreativitas sebagai modal utama dalam menghasilkan

Page 30: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

produk/jasa. Dalam konteks tersebut, Industri Desain bisa dipandang sebagai komponen

inti dari suatu Industri Kreatif, yang implementasinya bisa terjadi pada beberapa sektor

industri lain seperti multimedia, advertising, garment, makanan, alas kaki, dll. Jawa Barat

mempunyai SDM yang kaya akan budaya, berpendidikan memadai, kreatif dan inovatif

merupakan sumber kreativitas dalam Industri Kreatif, dan bisa dijadikan penggerak

pembangunan sektor industri lainnya. Sebagai pusat pendidikan, Jawa Barat dapat menarik

generasi muda dari berbagai daerah sehingga bisa meningkatkan keanekaragaman dari

potensi lokal (diversity and variety of local potentials), selain itu juga didukung dengan

potensi lokal yang tinggi sebagai pendukung Industri Kreatif, misalnya hasil budaya

Sunda, agro-industri, industri tekstil, kerajinan tangan, dan lain-lain.

Permasalahannya, Industri kreatif merupakan industri baru dan belum diakui sebagai

penggerak roda pembangunan. Infrastruktur yang kurang memadai juga menjadi

penghambat berkembangnya industri kreatif. Permasalahan lainnya adalah kurangnya

perlindungan hak cipta terhadap industri kreatif menimbulkan budaya yang tidak kreatif

(budaya ikut-ikutan, negative thinking).

Sasaran dari pengembangan industri kreatif adalah menghubungkan lingkungan bisnis

untuk industri kreatif produk yang unggul di pasar domestik dan mampu bersaing di pasar

regional sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor dan memberikan kontribusi terhadap

penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan daerah. Strategi yang dilakukan

dengan membangun kemampuan produk dan jasa sepanjang rantai nilai bisnis industri

kreatif yang mempunyai kekuatan hak cipta melalui pemberdayaan SDM. Kerangka

Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 di

bawah ini, yaitu :

Page 31: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Tabel 1. Kerangka Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat

Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

Page 32: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Roadmap pengembangannya sebagaimana terlihat dalam Tabel 2 di bawah ini, yaitu :

No Rencana Aksi 2008 2009 2010 2011 2012

A PUSAT

1 Membangun Industri Kreatif.

a. Membangun Industri Desain

b. Membangun Industri Animasi dan Game

c. Membangun Industri Aplikasi komputer

d. Membangun Industri Kerajinan

e. Membangun Industri Fashion

2 Menyusun kebijakan pendukung Industri

Kreatif.

3 Menyediakan kemudahan bagi pelaku Industri

Kreatif.

4 Mengembangkan SDM

a. Meningkatkan kemampuan SDM kreatif

b. Membangun lembaga sertifikasi SDM

kreatif.

5 Meningkatkan jaringan pemasaran

6 Meningkatkan kualitas dan pengembangan

merk Indonesia di pasar internasional.

7 Kerjasama (aliansi) dengan pengusaha luar

negeri.B DAERAH

1 Menyediakan infrastruktur untuk

pengembangan industri kreatif

2 Menyusun Perda pendukung Industri Kreatif.

3 Menyediakan kemudahan bagi pelaku Industri

Kreatif.

4 Membangun jejaring bagi pelaku Industri

Kreatif.

5 Meningkatkan kualitas SDM melalui workshop,

pelatihan dan pendidikan.

6 Kerjasama (aliansi) dengan pengusaha luar

negeri.

Tabel 2. Roadmap Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Barat

Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

2) Industri Telematika

Kondisi industri Telematika saat ini di Jawa Barat telah menuju tahap perintisan

seperti dengan adanya prakarsa pengembangan telematika yaitu Pemerintah Kota Cimahi

melalui Cimahi Cyber City yang fokusnya kepada pengembangan software dan Cimahi

Technoresidential park yang fokusnya kepada hardware. Pemerintah Kabupaten Bogor

juga melakukan melalui pengembangan dengan membangun technopark seluas 30 ha

yang dikerjasamakan dengan provinsi Shen Zen China. Selain itu dari pihak Perguruan

Tinggi dalam hal ini ITB telah me-launching pemasyarakatan penggunaan IGOS di

kampus. ITB juga bekerja sama dengan Menristek untuk mengembangkan internet

perdesaan dan program Universal Service Obligation yaitu program telepon perdesaan.

Page 33: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Telah dibentuk yayasan BHTV yang merupakan wadah komunitas telematika di Jawa

Barat.

Permasalahan dalam pengembangan industri telematika adalah belum adanya tempat

bisnis yang representatif dan memadai untuk bisnis ICT, seperti fasilitas infrastruktur ICT

dan fasilitas pendukung yang memadai, belum ada wadah link and match antara lembaga

pendidikan pencetak SDM ICT dengan pusat riset ICT dan industri ICT, terjadinya brain

drain dengan dibajaknya SDM-SDM ICT Bangsa Indonesia yang handal oleh

perusahaan-perusahaan luar negeri, pengembangan industri ICT memerlukan biaya yang

tidak sedikit, khususnya pada bidang riset ICT hingga ke tahap prototipe dan

implementasi. Untuk masuknya investor, perlu ada payung hukum dan payung keamanan

yang menjamin keterlaksanaan dan kelangsungan usaha di bidang ICT yang sarat akan

modal, teknologi, dan kemampuan SDM yang tinggi.

Strategi dalam mengembangkan industri telematika adalah dengan menumbuhkan

IKM-IKM industri telematika, mendorong kerjasama teknik & bisnis jangka panjang

antara IKM pendukung dan pasar (terutama perbankan).

Kerangka pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat sebagaimana terlihat

dalam Tabel 3 di bawah ini, yaitu :

Page 34: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Industri Terkait

Jasa Layanan Nilai Tambah (Broadband/Internet,

Multimedia).

1 1

2 2

3 3

4

5

6

7

1 1

2 2

3

4

5

6

7

8

1 1

2 2

3 3

1 1

2 2Fasilitasi akses pasar dengan Industri dan Perbankan. Memberikan akses keuangan bagi inkubator IT;

Lokasi : Kota Cimahi

Pasar Infrastruktur

Membangun dan mempromosikan merk lokal di pasar global. Membangun IT Technopark, inkubator bisnis, menyediakan

layanan Broadband, dan sentra-sentra regional;

Mengembangkan manajemen usaha di bidang teknologi IT. Sertifikasi kompetensi SDM.

Pengembangan Biro Desain. Meningkatkan kualitas dan uantitas SDM melalui pendekatan

visual dan nonvisual serta pendirian inkubator dan Regional IT

Centre of Excelence (RICE).

UNSUR PENUNJANG

Teknologi SDM

Mengembangkan R & D. Meningkatkan kompetensi SDM.

9 Penyusunan rencana pengembangan West Java Technopark.

Revitalisasi dan peningkatan kemampuan industri perangkat, jaringan dan

aplikasi;

Menyediakan layanan jasa nilai tambah (internet dan broadband) murah;

Mendorong industri animasi dan multimedia;

Mengembangkan produksi komputer harga terjangkau.

Mengembangkan aliansi strategis dengan MNCs dalam rangka pengembangan

industri perangkat, jaringan dan aplikasi;

Membangun industri telematika Jawa Barat yang mampu

menembus pasar global.

Mengembangkan industri pengembang software lokal untuk mengisi program

pelaksanaan IGOS (Indonesia Go to Open Source);

Pengembangan kemampuan E-Business dan E-Government;

POKOK RENCANA AKSI JANGKA MENENGAH (2006-2010) POKOK RENCANA AKSI JANGKA PANJANG (2011- 2020)

Menumbuhkan IKM telematika di Jabar. Konsolidasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk

pengembangan West Java Technopark.

SASARAN JANGKA MENENGAH (2008-2012) SASARAN JANGKA PANJANG (2013- 2018)

Tumbuhnya IKM telematika; Meningkatnya pertumbuhan industri telematika;

Masuknya investasi untuk hardware.

STRATEGI

Tumbuhnya industri perangkat komputer yang dapat memenuhi kebutuhan

lokal maupun peluang pasar ekspor;Tumbuhnya industri software berbasis sumber terbuka (open source).

Terpenuhinya sebagian besar kebutuhan peralatan telekomunikasi nasional

dari produksi dalam negeri.

Industri Inti Industri Penunjang

Industri Perangkat (Devices), jaringan

aplikasi (content).

Software Aplikasi ; Peralatan Telekomunikasi; Komponen TI.

Meningkatkan nilai tambah industri telematika dengan menumbuhkan IKM-IKM industri telematika, mendorong kerjasama teknik & bisnis jangka

panjang antara IKM pendukung dan pasar (terutama perbankan)

Tersedianya standar kompetensi usaha dan profesi industri telematika; Meningkatnya ekspor ke pasar regional maupun global.

Tumbuhnya lembaga sertifikasi profesi di bidang telematika; Terbentuknya West Java Technopark.

Tabel 3. Kerangka Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat

Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

Page 35: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Adapun roadmap pengembangannya sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 di bawah

ini, yaitu :

No Rencana Aksi 2008 2009 2010 2011 2012

A. PUSAT

1 Mengembangkan aliansi strategis dengan MNCs

dalam rangka pengembangan industri perangkat,

jaringan dan aplikasi.

2 Mengembangkan industri pengembang software

lokal untuk mengisi program pelaksanaan IGOS

(Indonesia Go to Open Source).

3 Mengembangkan kemampuan E-Business dan E-

Government.

4 Revitalisasi dan peningkatan kemampuan industri

telematika.

5 Mendorong industri animasi dan multimedia.

7 Mengembangkan industri low-end computer

8 Mengembangkan R & D telematika.

9 Mengembangkan SDM

a. Meningkatkan kemampuan SDM telematika

b. Membangun lembaga sertifikasi SDM telematika.

10 Mendirikan pusat desain produk-produk

telekomunikasi dan animasi

11 Mengembangkan jaringan pemasaran

B DAERAH

1 Memperkuat kelembagaan RICE dan IBC di Jawa

Barat

2 Menumbuhkan industri animasi dan multimedia.

3 Mengembangkan kemampuan E-Business dan E-

Government.

4 Mendorong tumbuhnya layanan jasa Internet

kompetitif.

5 Mengembangkan komputer dengan harga murah.

6 Mengembangkan SDM

a. Meningkatkan kemampuan SDM telematika

b. Membangun lembaga sertifikasi SDM telematika.

7 Membangun dan mempromosikan merk lokal di

pasar global.

8 Fasilitasi akses pasar dengan Industri dan

Perbankan.

9 Pengembangan Technopark (Cimahi dan Bogor).

Tabel 4. Roadmap Pengembangan Industri Telematika di Jawa Barat

Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

Di Jawa Barat terdapat banyak Kawasan Industri, dapat dilihat dalam Tabel 5 di

bawah ini, yaitu :

Page 36: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Tabel 5. Kawasan Industri di Jawa Barat

Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

NO NAMA KAWASAN NAMA

PERUSAHAAN

KAWASAN

INDUSTRI

LOKASI LUAS

RENCANA

(Ha)

1 Kawasan Industri Plumbon Plumbon Bangun Sejahtera,

PT

Cirebon 85.00

2 KI Kota Bukit Indah Besland Pertiwi, PT Purwakarta 1.300.00

3 KI Kujang Cikampek Kawasan Industri Kujang

Cikampek, PT

Karawang 140.00

4 Karawang International

Industrial City (Maligi)

Maligi Permata Industrial

Estate, PT

Karawang 446.00

5 Kawasan Industri Indotaisei Indotaisei Indah

Development, PT

Karawang 700.00

6 Golden Industrial Park Sumber Air Mas Pratama, PT Karawang 500.00

7 Surya Cipta City Of Industry Surya Cipta Swadaya, PT Karawang 1400.00

8 Mandala Pratama Permai Mandala Pratama Permai, PT Karawang 237.50

9 Karawang Jabar Industrial Estate Karawang Jabar Industrial

Estate, PT

Karawang 506.00

10 Kawasan Industri Mitra

Karawang

Mitra Karawang Jaya, PT Karawang 430.00

11 Kawasan Dharma Industri Kawasan Dharma Industri,

PT

Bekasi 18.00

12 Cikarang Industrial Estate

Jababeka

Kawasan Industri Jababeka,

PT

Bekasi 1570.00

13 Bekasi International Industrial

City

Hyundai Inti Development,

PT

Bekasi 200.00

14 Lippo Cikarang Industrial Lippo Cikarang Tbk, PT Bekasi 1000.00

15 Gobel Industrial Complex Gobel Dharma Nusantara, PT Bekasi 52.00

16 East Jakarta Industrial Park

(EJIP)

East Jakarta Industrial Park,

PT

Bekasi 320.00

17 MM 2100 Industrial Town Megalopolis Manunggal

Industrial Development, PT

Bekasi 1005.00

18 Bekasi Fajar Industrial Estate Bekasi Fajar Industrial Estate,

PT

Bekasi 200.00

19 KI Menara Permai Menara Permai, PT Bogor 60.00

20 Cibinong Center Industrial

Estate

Cibinong Center Industrial

Estate

Bogor 140.00

21 Kawasan Industri Sentul Bogorindo Cemerlang, PT Bogor 100.00

22 Kawasan Industri Batujajar Hexamas Atanaka Persada,

PT

Bandung 37.00

23 Kawasan Industri Rancaekek Dwipapuri Abadi, PT Sumedang 200.00

Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada

tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada, serta merevitalisasi industri

nasional, maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan

Industri Nasional. Telah tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan klaster

Page 37: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) sebagai penjabaran

Perpres 28/2008, yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu :

1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur (8 Klaster indutri),

yaitu: 1) Klaster Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia,

4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6)

Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8)

Klaster Industri Alas Kaki.

2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 Klaster Industri), yaitu: 1)

Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3)

Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri

Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster

Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan

Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu.

3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster

Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri

Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian.

4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika (3 Klaster Industri),

yaitu: 1) Klaster Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster

Industri Komputer dan Peralatannya.

5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif

Tertentu (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten

Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni.

6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu (5 Klaster

Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster Industri Garam,

3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5)

Klaster Industri Makanan Ringan.

Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut pengembangan industri ke

depan dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi :

1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka

menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program

pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan

Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

Page 38: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara

langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Untuk kondisi di Jawa Barat, dalam rangka mengimplementasikan 35 Road Map (peta

panduan) tersebut di atas, konsep kebijakan pengembangan industrinya akan dijelaskan di

bawah ini, sebagaimana dipaparkan oleh Gubernur Jawa Barat pada acara Kunjungan Kerja

Komisi VI DPR RI Reses Masa Persidangan II Tahun 2012-2013 di Gedung Sate, Bandung,

17 Desember 2012, pada Gambar 1 di bawah ini :

PETA INDUSTRIUNGGULAN KAB./KOTA DI JAWA BARAT

Kab.Bekasi :1.Pakaian jadi2.Boneka3.Komponen

Kota Bekasi :1. Pakaian jadi.2. Keraj.Kayu

3. Perhiasan

Kab.Karawang :1 .Mesin & Komponen2. Pakaian jadi.3. Mak. OlahanKota Depok :

1. Pakaian jadi.2. Ind. Telematika3. Mak. Olahan

Kab.Bogor :1. Tekstil & Produk Tekstil2. Ind. Tas3. Alas Kaki 4. Mak. Olahan

Kab.Sukabumi :1. Batu Aji.2. Keraj. Kayu.3. Komponen & MEsin4. Bola Sepak5. Mak. Olahan

Kota Bogor :1. Pakaian jadi.2. Bordir3.Ind. Tas4. Keramik 5. Mak. Olahan

Kab. Cianjur :1. Furniture kayu2. Kerajinan logam3. Komponen Logam4. Sutera.5. Mak. Olahan

Kota Bandung :1. Tekstil & Produk Tekstil2. Alas kaki.3. Elektronika4. Rajut5. Ind. Telematika6. Komponen 7. Mak. Olahan

Kota Sukabumi :1. Keraj. Kayu. 2. Mak. Olahan

Kab.Subang :1. Keraj.Kayu2. Komponen

Kab.Purwakarta:1. Keramik2. Mak. Olahan

Kota Tasikmalaya :1. Bordir.2.Keraj.Pandan& Mendong3. Kelom geulis4. Batik5. Mak. Olahan

Kab.Tasikmalaya :1. Bordir.2. Keraj.Pandan &

Mendong3. Kelom Geulis.4. Mak. Olahan

Kab.Ciamis :

1. Ijuk.2. Furniture Kayu Kelapa3. Mak. Olahan4. Batik

Kab.Majalengka :1. Bola Sepak2. Bata,Genteng3. Kerajinan Rotan4. Batu Alam

Kab.Kuningan :1. Kerjajinan Rotan2. Minyak Atsiri.3. Mak. Olahan

Kab.Indramayu:1.Batik 2.Kerajinan Rotan3. Mak. Olahan

Kab.Cirebon :1. Furniture Rotan2. Batik3. Batu Alam4. Mak. Olahan

Kota Cirebon :1. Furniture Rotan2. Kaca Patri3. Kerajinan Rotan

Kota Cimahi :1. Pakaian jadi2. Ind. Telematika.3. Mak. Olahan

Kab. Garut :1. Kulit & Produk Kulit2. Batik.3. Sutera.4. Minyak Atsiri5. Mak. Olahan

Kab.Bandung :1. Tekstil & Produk Tekstil 2. Alaskaki3. Komponen.4. Boneka5. Mak. Olahan

Kota Banjar :1. Meubel Akar Kayu

Kab.Sumedang :1. Kerajinan Kayu2. Furniture Kayu3. Mak. Olahan 12

Cibinong Center Industrial Estate

Gambar 1. Peta Industri Unggulan Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Sumber: Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2012.

Provinsi Jawa Barat dalam konstelasi nasional memiliki potensi yang besar,

diantaranya dalam beberapa aspek sebagai berikut : 1) Jumlah penduduk terbanyak

(44.286.519 jiwa); 2) Pusat kegiatan industri manufaktur dan strategis nasional; 3) Instalasi

vital nasional (pendidikan, litbang, dan hankam) diantaranya berkelas dunia; 4) Berbatasan

dengan ibu kota negara; 5) Memiliki tiga Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan dua PKN-P; 6)

Memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks; 7) Memiliki Taman Nasional,

Suaka Margasatwa, dan Cagar Alam. Kontribusi Jawa Barat terhadap Nasional, diantaranya :

1) Berkontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 14, 33%; 2) Kontribusi terhadap PDB sektor

industri manufaktur sebesar 60%; 3) Kontribusi PMA Jawa Barat terhadap Nasional sebesar

34,46%; 4) Menyumbang produksi beras nasional sebesar 17,76%; 5) Provinsi produsen

komoditi ekspor nasional, ke AS sebesar 18,4% dan ke Jepang sebesar 12,52%. Selain dari

itu, kontribusi Jawa Barat terhadap regional Jawa Bali, yaitu : 1) Lintasan utama arus regional

Page 39: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

barang dan penumpang Sumatra-Jawa-Bali; 2) PMDN tertinggi di Jawa-Bali; 3) Penyedia

listrik dengan kapasitas daya terpasang 4.654 MW : PLTA 1.941 MW, PLT Geotermal 1.061

MW, Lainnya 1.652 MW; 4) Luas kawasan hutan terbesar di Jawa-Bali sebesar 1,04 Juta Ha;

5) Memiliki 40 Daerah Alirah Sungai (DAS); 6) Daerah tujuan wisata; 7) Debit air

permukaan 81 milyar M3

per tahun dan air tanah 150 Juta M3

per tahun. Sebagai daerah

penyangga terhadap ibu kota Negara, kontribusi Jawa Barat diantaranya : 1) Penyedia air

baku untuk DKI Jakarta; 2) Penyedia bahan pangan untuk DKI Jakarta; 3) Penyedia lahan

dan infrastruktur pendukung untuk DKI Jakarta.

Khusus dibidang perindustrian, kebijakan umumnya yaitu meningkatkan

produktivitas dan daya saing industri, melalui program sebagai berikut : 1) Pengembangan

industri manufaktur dan industri kreatif skala industri kecil, menengah, dan besar; 2)

Penataan struktur industri dan peningkatan pemanfaatan teknologi untuk pengembangan

industri. Strategi untuk mencapainya telah dirumuskan sebagai berikut : 1) Meningkatkan

jumlah unit usaha dan jenis produk industri kecil menengah serta kualitas produk industri

kreatif; 2) Melakukan penataan struktur industri berdasarkan produk unggulan dan pasar; 3)

Meningkatkan penyerapan tenaga kerja oleh industri dalam skala besar dan home industry; 4)

Mengembangkan industri ramah lingkungan.

Untuk mengetahui keterkaitan antara perkembangan unit usaha (industri) terhadap

serapan tenaga kerja dan PDRB UMKM dan Besar di Jawa Barat dapat dilihat dalam Tabel 6

sebagai berikut :

TahunSkala Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Besar

2009 52,84 % 47,07 %

2010 53,75 % 46,25 %

2011 54,20 % 45,80 %

PERKEMBANGAN UNIT USAHA, SERAPAN TENAGA KERJA DAN PDRB

UMKM DI JAWA BARAT

Tahun Mikro Kecil Menengah Besar Total

2009 8,410,238 106,751 7,504 1,536 8,526,039

2010 8,616,294 106,591 7,408 1,536 8,731,790

2011 8,626,671 116,062 8,181 1,728 8,752,643

Tahun Mikro Kecil Menengah Besar Total

2009 12.558.336 560.337 423.623 2.121.539 15.663.835

2010 12.964.464 547.765 454.082 2.121.539 16.087.850

2011 13.172.794 607.236 498.372 2.270.763 16.549.165

Jumlah

Unit Usaha

Serapan

Tenaga Kerja(Jiwa)

Peranan

Terhadap PDRB

(Persen)

Sumber: BPS Jabar (2012)

Tabel 6. Perkembangan Unit Usaha (Industri) Terhadap Serapan Tenaga Kerja

dan PDRB UMKM dan Besar

Sumber: Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2013.

Page 40: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Pembangunan industri yang dilaksanakan di Jawa Barat pada dasarnya merupakan

bagian integral dari pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang disejalankan juga dengan RPJPN dan RPJMN

2005-2025 berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007. Dalam MP3EI tersebut, khusus

untuk Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa difokuskan pada kegiatan ekonomi utama

makanan, minuman, tekstil, dan peralatan transportasi. Selain dari itu, terdapat pula aspirasi

untuk mengembangkan kegiatan ekonomi utama perkapalan, telematika, dan alat utama

sistem senjata (alutsista). Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa mempunyai tema sebagai

Pendorong Industri dan Jasa Nasional, dengan strategi mengembangkan industri yang

mendukung pelestarian daya dukung air dan lingkungan. Posisi Jawa Barat dapat dilihat

dalam Gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2. Koridor Ekonomi Jawa Dalam MP3EI

Sumber: Kemenko Ekuin RI, 2005.

Untuk kondisi Jawa Barat telah dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013. Penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013

dilakukan melalui berbagai tahapan dialog sektoral maupun dialog umum yang melibatkan

berbagai pemangku kepentingan kunci dari pihak Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,

Page 41: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota, dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya

masyarakat serta masyarakat. Selain itu dilakukan tahapan konsultasi publik melalui

penyebaran angket di surat kabar daerah, melaksanakan open house serta membuka

kesempatan bagi masyarakat untuk memberikan masukan melalui media lainnya seperti

website. Tahapan proses penyusunannya, secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar 3 di

bawah ini :

Gambar 3. Tahapan Proses Penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Barat

Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2005.

Beberapa isu strategis yang dianalisis dalam RPJMD 2008-2013 tersebut yaitu

diantaranya permasalahan pada aspek infrastruktur sumber daya air dan irigasi, antara lain:

(1) Potensi sumber daya air di Jawa Barat yang besar belum dapat dimanfaatkan secara

Sumber : - Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 - Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 - Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

Rancangan Awal

RPJMD oleh Bapeda

Visi, Misi, Program

KDH

Evaluasi

Pembangunan Daerah

Musrenbang RPJMD

Perumusan Rancangan Akhir

RPJMD Berdasarkan hasil

Musrenbang RPJMD

RPJMD ditetapkan melalui dua

tahapan :

1. Tahap penetapan dengan Peraturan Kepala Daerah

(3 bulan setelah dilantik)

2. Tahap penetapan dengan Peraturan Daerah setelah

berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri (6 bulan setelah

pelantikan)

Mengacu kepada RPJM

Nasional Tahun

2004-2009

Perda No 9 Tahun 2008

tentang RPJPD Provinsi Jawa Barat

Tahun 2005-2025

Page 42: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

optimal untuk menunjang kegiatan pertanian, industri, dan kebutuhan domestik; (2)

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan sistem informasi sumber

daya air dirasakan masih belum memadai; (3) Bencana banjir dan kekeringan juga masih

terus terjadi antara lain akibat menurunnya kapasitas infrastruktur sumber daya air dan daya

dukung lingkungan serta tersumbatnya muara sungai karena sedimentasi yang tinggi; dan (3)

Kondisi jaringan irigasi juga belum memadai mengingat jaringan irigasi dalam kondisi rusak

berat dan ringan masih sebesar 46%.

Rumah tangga yang menggunakan sumber air minum yang berasal dari air

kemasan/ledeng/pompa masih rendah, yaitu sebesar 45,32%. Rendahnya cakupan pelayanan

air minum disebabkan oleh masih tingginya angka kehilangan air (rata-rata 38%), terbatasnya

sumber air baku khususnya di wilayah perkotaan, tarif/retribusi air yang belum berorientasi

pada cost recovery, masih rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan

sarana dan prasarana air minum, serta terbatasnya sumber dana yang dimiliki oleh

pemerintah.

Tingkat cakupan pelayanan pengelolaan limbah domestik hingga akhir tahun 2007 dan

2009 secara umum masih rendah, dimana hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

(1) Keterbatasan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana pendukung pengelolaan

limbah domestik; (2) Meningkatnya pertumbuhan penduduk belum diimbangi oleh prasarana

dan sarana air limbah yang memadai akibat terbatasnya dana pembangunan (butir 1) di atas);

(3) Rendahnya kepedulian masyarakat dan swasta/dunia usaha terhadap bidang kesanitasian;

(4) Belum optimalnya pemanfaatan fasilitas pengolahan limbah yang ada.

Isu strategis lainnya yaitu adanya indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang yang

ditunjukkan oleh tingginya alih fungsi lahan produktif karena pengaruh kegiatan ekonomi,

perkembangan penduduk maupun kondisi sosial budaya. Alih fungsi yang terjadi umumnya

mengabaikan rencana tata ruang yang telah direncanakan sebelumnya. Alih fungsi lahan

kawasan lindung menjadi kawasan budidaya (lahan terbangun) juga masih relatif tinggi, yaitu

mencapai 28,48% untuk luas lahan hutan dan 27,13% untuk lahan sawah selama periode

tahun 1994-2005.

Perkembangan alih fungsi lahan produktif untuk kegiatan investasi industri, jasa

maupun pemukiman yang tidak sejalan dengan pola perencanaan yang telah ditetapkan

menimbulkan dampak berupa kerusakan lingkungan, penurunan daya dukung lingkungan

serta mengancam ketahanan pangan Jawa Barat. Alih fungsi lahan tersebut merupakan

indikasi rentannya kondisi lahan yang menjadi penyebab degradasi lingkungan. Indikasi ini

dapat dilihat pada degradasi lingkungan pada kawasan lindung seperti kawasan Bandung

Page 43: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Utara dan Bopunjur. Hal tersebut antara lain terjadi karena belum berfungsinya aspek

pengendalian dalam pelaksanaan penataan ruang, serta terkait dengan kewenangan perijinan

pemanfaatan ruang yang sepenuhnya berada di tingkat Kabupaten dan Kota dan masih sering

dilaksanakan sebagai bagian dari target Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu

keterpaduan RTRW Kabupaten dan Kota dengan RTRW Provinsi Jawa Barat masih perlu

ditingkatkan.

Isu strategis lainnya dibidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Wilayah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi berbagai jenis sumber daya alam yang

terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan. Namun demikian, pemanfaatan sumber energi

alternatif yang terbarukan, selain tenaga air, saat ini belum optimal.

Struktur geologi yang bersifat kompleks menjadikan sebagian wilayah Jawa Barat

memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dari ancaman bencana alam. Sumber penyebab

bencana lainnya adalah tingginya intensitas curah hujan yang memicu gerakan tanah terutama

di wilayah Jawa Barat bagian selatan, serta banjir di wilayah pantai utara dan Cekungan

Bandung. Permasalahan yang dihadapi adalah masih lemahnya mitigasi bencana alam.

Berdasarkan kondisi kualitas air sungai di tujuh sungai utama, upaya-upaya

pengendalian tingkat pencemaran air yang telah dilakukan masih belum dapat memberikan

efek signifikan terhadap pergeseran status mutu air ke tingkat yang lebih baik. Hal tersebut

antara lain disebabkan oleh terbatasnya partisipasi sektor industri dalam program EPCM dan

produksi bersih, serta belum optimalnya upaya penegakkan hukum di dalam memberikan

efek shock theraphy terhadap pelaku pencemar.

Terkait dengan perkembangan kondisi air tanah di Jawa Barat, beberapa cekungan air

tanah kritis secara umum memperlihatkan kondisi ketersediaan air tanah yang semakin

menurun dari tahun ke tahun sebagai implikasi dari meningkatnya pengambilan air tanah

untuk keperluan industri, domestik, serta komersial. Pemanfaatan sumberdaya air tanah di

Jawa Barat terus meningkat, sekitar 47,62% air tanah dimanfaatkan oleh industri dan

komersil, 28,24% dimanfaatkan oleh PDAM dan hanya sekitar 1,29% dimanfaatkan oleh

permukiman. Di Cekungan Bandung, hasil pengamatan dari beberapa sumur pantau air tanah

dalam memperlihatkan laju penurunan 2-5 meter setiap tahunnya. Langkah-langkah

konservasi dan pengendalian pemanfaatan air bawah tanah telah dilakukan dalam lima tahun

terakhir untuk mengendalikan laju penurunan air tanah, terutama di cekungan air tanah kritis,

namun langkah tersebut belum dilakukan secara menyeluruh. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut, diperlukan pemulihan kondisi air tanah di Cekungan air tanah kritis. Tetapi langkah

Page 44: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

tersebut terkendala oleh rendahnya partisipasi sektor industri di dalam mengembangkan

sumur resapan dalam di kawasan industri dan perilaku pengguna yang tidak hemat air.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan dikategorikan sebagai isu

kewilayahan berdasarkan 5 (lima) wilayah kerja koordinasi pembangunan di Jawa Barat,

sebagai berikut :

1. Wilayah Priangan Timur, dengan lingkup kerja Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kota

Banjar, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya.

a. Penataan daerah otonom sesuai dengan aspirasi dari bawah serta mengikuti mekanisme

yang telah ditentukan;

b. Belum fokusnya kebijakan pengembangan kawasan andalan Priangan Timur

berdasarkan keunggulan kawasan andalan tersebut;

c. Penetapan kawasan lindung belum diikuti oleh kebijakan yang bersifat khusus bagi

kabupaten yang bersangkutan;

d. Belum optimalnya implementasi penanganan daerah perbatasan, misalnya untuk aspek

infrastruktur, pendanaan, pelayanan kesehatan, pendidikan;

e. Belum adanya kebijakan yang jelas tentang mitigasi dan penanggulangan bencana;

f. Pemerataan pembangunan, pengembangan desa tertinggal, pengembangan wilayah

perbatasan, keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan, penanganan masalah

perkotaan dan kerjasama antar daerah belum terwujud;

g. Belum optimalnya pelayanan pemerintah terhadap wilayah bagian selatan;

h. Perlunya peningkatan penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular;

i. Kerusakan dan pencemaran kawasan pesisir dan laut;

j. Perlu peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

2. Wilayah Cekungan Bandung, dengan lingkup kerja Kota Bandung, Kabupaten Bandung,

Kabupaten Sumedang, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.

a. Belum fokusnya kebijakan pengembangan kawasan andalan Cekungan Bandung

berdasarkan keunggulan kawasan andalan tersebut;

b. Penetapan kawasan lindung belum diikuti oleh kebijakan yang bersifat khusus bagi

kabupaten yang bersangkutan;

c. Belum adanya kebijakan yang jelas tentang mitigasi dan penanggulangan bencana;

d. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang tinggi baik udara dengan semakin

tingginya polusi udara di daerah perkotaan, pencemaran lingkungan akibat industri dan

domestik serta pemanfaatan air bawah tanah yang sudah melebihi kemampuan suplai

dari alam;

Page 45: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

e. Pemerataan pembangunan, pengembangan desa tertinggal, pengembangan wilayah

perbatasan, keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan, penanganan masalah

perkotaan dan kerjasama antar daerah belum terwujud;

f. Sektor modern (industrialisasi) berkembang pesat, menjadi magnet tingginya arus

migrasi;

g. Perlunya peningkatan penanggulangan penyakit berbasis lingkungan.

3. Wilayah Purwakarta, dengan lingkup kerja Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang,

Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi.

a. Rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah, seperti infrastruktur jalan dan

jembatan, persampahan serta air bersih;

b. Rendahnya kondisi infrastruktur yang menghubungkan antar kabupaten/kota dan

provinsi;

c. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang tinggi baik udara dengan semakin

tingginya polusi udara di daerah perkotaan, pencemaran lingkungan akibat industri dan

domestik serta pemanfaatan air bawah tanah yang sudah melebihi kemampuan alam;

d. Pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut;

e. Pengelolaan sumber daya air yang belum terpadu dan berkelanjutan;

f. Belum optimalnya pemanfaatan dana-dana yang bersumber dari swasta (masyarakat)

seperti program CSR (Corporate Social Responsibilty);

g. Belum tersedianya sarana rehabilitasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS);

h. Rendahnya penyerapan tenaga kerja lokal, yang disebabkan oleh rendahnya

keterampilan dan keahlian, serta tingginya migrasi masuk dari luar Jawa Barat;

i. Perlunya peningkatan sanitasi dasar dan kesehatan lingkungan;

j. Perlunya pemekaran pemerintahan daerah yang sesuai dengan aspirasi dari bawah serta

mengikuti mekanisme yang telah ditentukan;

k. Sektor modern (industrialisasi) berkembang pesat, menjadi magnet tingginya arus

migrasi;

l. Perlu peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di wilayah perbatasan.

4. Wilayah Bogor, dengan lingkup kerja Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten

Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kota Depok.

a. Rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah, seperti infrastruktur jalan dan

jembatan, persampahan serta air bersih;

b. Pemantapan kawasan lindung;

Page 46: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

c. Penataan daerah otonom sesuai dengan aspirasi dari bawah serta mengikuti mekanisme

yang telah ditentukan;

d. Belum optimalnya pelayanan pemerintah terhadap wilayah bagian selatan;

e. Belum dimilikinya kelembagaan ekspor produk perikanan Jawa Barat;

f. Perlunya peningkatan penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular;

g. Belum adanya kebijakan yang jelas tentang mitigasi dan penanggulangan bencana;

h. Perlunya pemekaran pemerintahan daerah yang sesuai dengan aspirasi dari bawah serta

mengikuti mekanisme yang telah ditentukan;

i. Belum optimalnya pengembangan agribisnis;

j. Perlunya peningkatan sanitasi dasar dan kesehatan lingkungan.

5. Wilayah Cirebon dengan lingkup kerja, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten

Indramayu, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan.

a. Penataan daerah otonom sesuai dengan aspirasi dari bawah serta mengikuti mekanisme

yang telah ditentukan;

b. Kemiskinan penduduk pada dearah pertanian dan pesisir serta transformasi struktural

dari perdesaan ke perkotaan, trasional ke modern;

c. Keterbatasan lapangan kerja;

d. Ketimpangan sosial (RLS, AHH, Trafficking) dan ekonomi (daya beli);

e. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk;

f. Keterbatasan infrastruktur;

g. Penetapan kawasan lindung;

h. Pencemaran dan kerusakan kawasan pesisir dan laut;

i. Perlunya peningkatan sanitasi dasar dan kesehatan lingkungan;

j. Perlu peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang

yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat,

maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008–2013 adalah:

"Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera".

Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi pada

masa yang akan datang, diharapkan Provinsi Jawa Barat dapat lebih berperan dalam

perubahan yang terjadi di lingkup nasional, regional, maupun global. Penjabaran makna dari

Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :

Mandiri : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang mampu memenuhi

kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan

Page 47: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan,

ketenagakerjaan, pelayanan publik berbasis e-government, energi,

infrastruktur, lingkungan dan sumberdaya air.

Dinamis : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu

merespon peluang dan tantangan zaman serta berkontribusi dalam proses

pembangunan.

Sejahtera : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin

mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.

Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan

kondisi dan permasalahan yang ada serta tantangan ke depan, dan memperhitungkan peluang

yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi sebagai berikut:

1) Misi Pertama, Mewujudkan Sumberdaya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan

Berdaya Saing. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2013 yaitu manusia Jawa

Barat yang agamis, berakhlak mulia, sehat, cerdas, bermoral, memiliki spirit juara dan

siap berkompetisi.

2) Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal. Hal

ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2013 yaitu ekonomi Jawa Barat yang kompetitif

dengan memanfaatkan keunggulan komparatifnya.

3) Misi Ketiga, Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah. Hal ini

untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2013 yaitu infrastruktur Jawa Barat yang siap

mendukung pertumbuhan ekonomi tinggi.

4) Misi Keempat, Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk

Pembangunan yang Berkelanjutan. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2013

yaitu lingkungan Jawa Barat yang menjamin keberlanjutan pembangunan.

5) Misi Kelima, Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi.

Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2013 yaitu pemerintahan Jawa Barat yang

dapat diandalkan untuk mengawal pembangunan.

Berdasarkan visi dan misi tersebut di atas, secara umum, telah dirumuskan kebijakan

pembangunan kewilayahan di Jawa Barat sebagai berikut :

1. Pemerataan pembangunan melalui pengembangan wilayah yang terencana dan

terintegrasi dengan seluruh pembangunan sektor dan tertuang dalam suatu rencana tata

ruang. Selanjutnya rencana tata ruang tersebut digunakan sebagai acuan kebijakan spasial

bagi pembangunan di setiap sektor agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan

berkelanjutan;

Page 48: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

2. Peningkatan perhatian kepada wilayah tertinggal agar ketertinggalan wilayah tersebut

tidak terlalu besar bahkan dapat sejajar dengan wilayah lain yang telah lebih dulu

berkembang. Untuk itu akan dilakukan percepatan pembangunan wilayah tertinggal

melalui pendekatan peningkatan manusianya maupun sarana dan prasarananya;

3. Keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan melalui keterkaitan kegiatan

ekonomi antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan perkotaan diarahkan agar dapat

menjadi pusat koleksi dan distribusi hasil produksi di wilayah perdesaan. Sedangkan

pembangunan perdesaan diarahkan pada pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan

yang akan menjadi pusat produksi agroindustri/agropolitan dan sektor lainnya sesuai

dengan ketersediaan tenaga kerja, peningkatan sumberdaya manusia di perdesaan

khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya. Pertumbuhan tersebut

dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daya saing

perdesaan;

4. Kerjasama antardaerah dikembangkan guna menciptakan sinergitas dan integrasi wilayah

serta efektivitas dalam pengelolaannya, khususnya di kawasan metropolitan dan

pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi. Kerjasama

antar daerah diarahkan dalam rangka efisiensi pelayanan publik maupun pembangunan

lainnya melalui kerjasama pembiayaan, ataupun pemeliharaan dan pengelolaan sarana

dan prasarana sehingga dapat berbagi manfaat diantara daerah yang bekerjasama;

5. Peningkatan pembangunan di wilayah perbatasan sehingga wilayah perbatasan sebagai

wajah Jawa Barat dapat menjadi pintu gerbang yang mencirikan kemajuan Provinsi Jawa

Barat.

Secara khusus kebijakan pada bidang tertentu, misalnya pada : 1) Bidang Industri:

meningkatkan daya saing industri; 2) Bidang Pekerjaan Umum: a) Meningkatkan kondisi

infrastruktur sumber daya air dan irigasi untuk mendukung konservasi, pendayagunaan

sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air; dan b) Meningkatkan kinerja pengelolaan

air minum dan air limbah; 3) Bidang Penataan Ruang: a) Menyiapkan pranata pelaksanaan

penataan ruang provinsi; b) Mengembangkan infrastruktur data spasial daerah yang

terintegrasi dalam jaringan data spasial nasional; c) Meningkatkan peran serta masyarakat,

dunia usaha, pemerintah daerah dalam pelaksanaan penataan ruang; d) Memantapkan peran

provinsi dalam koordinasi penataan ruang; 4) Bidang Lingkungan Hidup: a) Meningkatkan

upaya pemulihan dan konservasi sumberdaya air, udara hutan dan lahan; b) Mengurangi

resiko bencana; dan c) Meningkatkan fungsi dan luas kawasan lindung dalam rangka

mewujudkan provinsi yang hijau (Green Province) didukung upaya menciptakan provinsi

Page 49: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

yang bersih (Clean Province); 5) Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa: a)

Meningkatkan partisipasi dan peran kelembagaan masyarakat desa dalam pembangunan; dan

b) Mewujudkan Desa Membangun.

Strategi untuk mengurangi dan/atau mengendalikan tingkat pencemaran, kerusakan

lingkungan, dan resiko bencana, diantaranya yaitu :

1) meningkatkan pengendalian pencemaran air dan udara dari industri dan domestik;

2) menyusun rencana penanggulangan bencana yang terarah, terpadu dan terkoordinasi di

Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai pedoman bagi semua pihak dalam menangani

bencana;

3) memfasilitasi upaya penanggulangan bencana agar lebih terpadu, terarah, serta menjadi

bagian dari proses pembangunan, agar mampu menghadapi ancaman bencanadan

meminimalisasi berbagai risiko bencana yang mungkin terjadi;

4) meningkatkan keselamatan masyarakat dari ancaman berbagai bencana yang mungkin

terjadi.

Strategi untuk meningkatkan fungsi kawasan lindung Jawa Barat, diantaranya yaitu:

(1) Meningkatkan pengamanan dan pencegahan kerusakan kawasan hutan; (2) Meningkatkan

upaya pemulihan dan konservasi sumber daya air, udara, hutan dan lahan; dan (3)

Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui gerakan

rehabilitasi lahan kritis (GRLK). Mengenai arah kebijakan yang diperlukan, mencakup: (1)

Meningkatkan peran serta masyarakat desa hutan dalam pengamanan kawasan hutan melalui

upaya rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup; (2) Meningkatkan

fungsi dan luas kawasan lindung dalam rangka mewujudkan provinsi yang hijau (Green

Province) didukung upaya menciptakan provinsi yang bersih (Clean Province).

Strategi dibidang penataan ruang yang berkelanjutan, diantaranya melalui

pengembangan kerangka regulasi dalam penataan ruang dan memantapkan peran provinsi

dalam koordinasi penataan ruang. Adapun arah kebijakan yang diperlukan adalah

menyiapkan pranata pelaksanaan penataan ruang provinsi dan meningkatkan upaya

pemantauan, pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang.

Memperhatikan pemaparan tersebut di atas, tampak jelas bahwa ke depan

pertumbuhan, pengembangan, dan pembangunan industri di Jawa Barat akan terus tumbuh,

berkembang, dan maju. Namun demikian, pertumbuhan, perkembangan, dan pembangunan

industri tersebut tidak terelakkan memberi tekanan atau dampak terhadap kuantitas dan

kualitas tata ruang lingkungan hidup yang harus disikapi secara bijaksana dan berkeadilan.

Page 50: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

B. Pemanfaatan Sungai Sebagai Sarana Pembuangan Limbah Cair Industri Dan

Dampaknya

Pengaturan baru tentang pengelolaan dan pemanfaatan Sungai secara khusus telah

diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai sebagai salah

satu peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Selain dari itu, sebelumnya telah ada PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air. Saat ini telah ada PP yang lebih komprehensif dan lintas

sektoral, yaitu PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari

banyaknya kegiatan manusia yang memanfaatkan keberadaan dan fungsi sungai sebagai salah

satu sumber daya air, maka kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan yang paling

besar pengaruhnya terhadap baik atau buruknya kualitas air sungai. Peta Wilayah Sungai di

Jawa Barat disajikan pada Gambar 4 sebagai berikut :

Page 51: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Gambar 4. Peta Wilayah Sungai Provinsi Jawa Barat

Sumber: Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat, 2011.

Memperhatikan Gambar 4 tersebut di atas, terlihat bahwa Jawa Barat sangat kaya

dengan DAS, tidak kurang dari 40 DAS melintasi wilayah Jawa Barat yang dikelompokkan

ke dalam 6 Wilayah Sungai (WS), yaitu : 1) WS Ciliwung - Cisadane; 2) WS Cisadea -

Page 52: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Cibareno; 3) WS Citarum; 4) WS Cimanuk - Cisanggarung; 5) WS Citanduy; dan 6) WS

Ciwulan - Cilaki. Saat ini, kondisi sungai-sungai tersebut sangat memprihatinkan, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif, mulai dari bagian hulu, tengah, hilir, hingga muara. Penurunan

fungsi dan kualitas ekosistem sungai berpotensi menjadi ancaman bencana dan malapetaka

bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan Laporan Kementerian

Lingkungan Hidup RI tahun 2010, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Jawa Barat yaitu 53,44

berada pada peringkat 23 dari 33 provinsi di Indonesia, sedangkan Indeks Pencemaran

Sungainya yaitu 23,08.

Untuk mengetahui besaran potensi dan ketersediaan sumber daya air di Jawa Barat,

dapat dilihat dalam Tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Potensi Ketersediaan Sumber Daya Air di Provinsi Jawa Barat

Sumber: Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat, 2011.

Pada laporan ini, peneliti akan memfokuskan pada kondisi DAS Citarum sebagai

daerah aliran sungai terpenting dan terbesar di Jawa Barat, yang alirannya melintas mulai dari

bagian hulu di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi,

Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, dan bermuara di Kabupaten

Page 53: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Karawang. Hampir semua kategori industri, baik industri kecil, industri menengah, dan

apalagi industri besar yang ada di daerah-daerah tersebut, telah memanfaatkan DAS Citarum

sebagai sarana untuk membuang limbah industrinya. Untuk upaya pengendaliannya ada 2

(dua) instansi pemerintah yang terlibat langsung sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

masing-masing, yaitu: 1) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (DPSDA) Provinsi Jawa

Barat; dan 2) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat.

Mekanisme pengendaliannya yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan

pemulihan, secara garis besar dilakukan melalui 4 (empat) cara, yaitu: a) Mekanisme

perizinan; b) Mekanisme pelaporan secara mandiri oleh perusahaan (industri) ke BPLHD; c)

Pemantauan langsung, baik oleh BPLHD maupun DPSDA sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya; dan d) Mekanisme Non Litigasi dan/atau Litigasi.

a) Mekanisme Perizinan

Upaya pengendalian melalui mekanisme perizinan, misalnya sebagaimana telah diatur

dalam ketentuan Pasal 36, 37, 38, 39, 40, dan 41 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengeloaan Lingkungan Hidup, sebagai berikut :

Pasal 36 UU No. 32 Tahun 2009 :

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib

memiliki izin lingkungan.

(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan berdasarkan keputusan

kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi

UKL-UPL.

(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan persyaratan

yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.

(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

Pasal 37 UU No. 32 Tahun 2009 :

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib menolak

permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau

UKL-UPL.

(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4) dapat dibatalkan apabila:

a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,

kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data, dokumen,

dan/atau informasi; b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum

dalam keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-

UPL; atau c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak

dilaksanakan ole penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 38 UU No. 32 Tahun 2009 :

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), izin lingkungan dapat

dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usaha negara.

Pasal 39

Page 54: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib

mengumumkan setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan.

(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara yang mudah

diketahui oleh masyarakat.

Pasal 40 UU No. 32 Tahun 2009 :

(1) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.

(2) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan.

(3) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan, penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan wajib memperbarui izin lingkungan.

Pasal 41 UU No. 32 Tahun 2009 :

Ketentuan lebih lanjut mengenai izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 sampai dengan

Pasal 40 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Selain dari itu, untuk jenis usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap

lingkungan hidup diwajibkan memiliki dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 22 sampai dengan Pasal 33 UU No. 32

Tahun 2009. Untuk jenis usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk kriteria Wajib Amdal,

wajib memiliki dokumen UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup) sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 34 dan 35 UU

No. 32 Tahun 2009.

Pengaturan yang lebih teknis tentang Izin Lingkungan telah diatur dalam Peraturan

Pemerintah (PP) RI No. 27 Tahun 2012 yang menggantikan PP No. 27 Tahun 1999 tentang

AMDAL. PP No. 27 Tahun 2012 tersebut disebut lebih komprehensif karena di dalamnya

mengatur tentang Amdal, UKL-UPL, dan Izin Lingkungan, yang dalam pelaksanaannya

melibatkan beberapa instansi terkait sehingga bersifat lintas sektoral.

Dalam proses penyusunan dokumen Amdal yang disusun oleh Pemrakarsa pada tahap

perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan wajib sesuai dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah setempat. Dokumen AMDAL di dalamnya mencakup 3 unsur, yaitu: 1) Kerangka

Acuan; 2) Andal; dan 3) RKL-RPL. Penyusunan dokumen AMDAL wajib menggunakan

pendekatan studi tunggal, atau terpadu, atau kawasan. Pendekatan studi tunggal dapat

dilakukan apabila Pemrakarsa merencanakan untuk melakukan 1 (satu) jenis usaha dan/atau

kegiatan yang kewenangan pembinaan dan/atau pengawasannya berada di bawah 1 (satu)

kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, satuan kerja pemerintah provinsi, atau

satuan kerja pemerintah kabupaten/kota. Jika merencanakan untuk melakukan lebih dari 1

(satu) jenis usaha dan/atau kegiatan serta kewenangan pembinaan dan/atau pengawasannya

melibatkan lebih dari 1 (satu) instansi , maka wajib menggunakan pendekatan studi terpadu.

Page 55: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Khusus untuk usaha dan/atau kegiatan yang perencanaan dan pengelolaannya saling terkait,

terletak dalam satu ekawasan, wajib menggunakan pendekatan studi kawasan.

Proses penyusunan dokumen Amdal harus mengikutsertakan masyarakat yang terkena

dampak, pemerhati lingkungan hidup, dan/atau yang terpengaruh atas segala bentuk

keputusan dalam proses Amdal, dapat melalui pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan,

serta melalui konsultasi publik. Pengikutsertaan masyarakat dalam proses tersebut dilakukan

sebelum penyusunan dokumen Kerangka Acuan. Pedoman yang lebih teknis tentang tata cara

pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan dokumen Amdal dan Izin Lingkungan telah

diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup (PMNLH) RI No. 17 Tahun 2012.

b) Mekanisme Pelaporan Secara Mandiri Oleh Perusahaan (Industri)

Upaya pengendalian melalui mekanisme pelaporan secara mandiri (self monitoring)

oleh perusahaan ke BPLHD setempat dimaksudkan sebagai metode pembinaan dengan

memperlakukan perusahaan (industri) sebagai subyek hukum yang dalam operasional

kegiatannya sejak awal pendirian telah berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip

profesionalisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan tidak akan melakukan

tindakan perusakan terhadap lingkungan hidup. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa

contoh tentang bagaimana sebuah perusahaan menyusun laporan pengelolaan limbah di

perusahaannya yang kemudian dilaporkan ke BPLHD setiap bulan, saat ini mekanisme

pelaporan tersebut telah dapat dilakukan secara online melalui jaringan internet dengan

format yang sudah ditetapkan oleh BPLHD.

Tabel 8. Laporan PT Kahatex (IPAL I) Bulan Januari 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. KAHATEX (IPAL I)

ALAMAT : Jl. Raya Rancaekek

KECAMATAN : -

KAB/KOTA : Kab. Sumedang

KODE POS : -

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

GPS : -

TELEPON : -

KONTAK : -

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI TEKSTIL TERPADU

DAS : S. CIKIJING, DAS Citarum

PERIODE : 1/11/2011

Page 56: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

KODE PARAMETER SATUAN KADAR BAKUMUTU

KADAR BEBAN (kg/ton)

BAKUMUTU BEBAN

P002 Zat Padat Tesuspensi (TSS) mg/L 13.5 Memenuhi BM 0.027 Memenuhi BM

P004 pH - 7.34 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L 16.53 Memenuhi BM 0.033 Memenuhi BM

P006 COD mg/L 35.97 Memenuhi BM 0.072 Memenuhi BM

P009 Ammonia Total (NH3-N) mg/L 5 Memenuhi BM 0.01 Memenuhi BM

P017 Sulfida (S) mg/L 0.155 Memenuhi BM 0 Memenuhi BM

P019 Minyak dan Lemak mg/L 1.8 Memenuhi BM 0.004 Memenuhi BM

P024 Phenol Total mg/L 0.2 Memenuhi BM 0 Memenuhi BM

P033 Kromium Total (Cr) mg/l 0.02 Memenuhi BM 0 Memenuhi BM

DEBIT m3/ton 2 Memenuhi BM

Tabel 9. Laporan PT Indorama Synthetics (Divisi Polimer)

Bulan Januari 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. Indorama Synthetics (Divisi Polimer)

ALAMAT : Jl. Kembang Kuning, Ubrug

KECAMATAN : Jatiluhur

KAB/KOTA : Kab. Purwakarta

KODE POS : -

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI TEKSTIL TERPADU

DAS : CITARUM

PERIODE : 1/24/2011

KODE PARAMETER SATUAN KADAR

BAKUMUTU

KADAR

BEBAN

( )

BAKUMUTU

BEBAN

P002

Zat Padat

Tesuspensi (TSS) mg/L 12.2 Memenuhi BM 5.795 Tidak Memenuhi BM

P004 pH - 7.65 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L 11.86 Memenuhi BM 5.634 Memenuhi BM

P006 COD mg/L 37.82 Memenuhi BM 17.965 Tidak Memenuhi BM

P009

Ammonia Total

(NH3-N) mg/L 0.5 Memenuhi BM 0.238 Memenuhi BM

P017 Sulfida (S) mg/L 0.02 Memenuhi BM 0.01 Memenuhi BM

P019 Minyak dan Lemak

mg/L 0.002 Memenuhi BM 0.001 Memenuhi BM

P033 Kromium Total (Cr) mg/l 0.01 Memenuhi BM 0.005 Memenuhi BM

DEBIT m3/ton 475

Tidak

Memenuhi BM

Ket : tidak mencantumkan volume produksi (di asumsikan nilainya 1

'satu')

Page 57: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Tabel 10. Laporan PT Kertas Bekasi Teguh Bulan Maret 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. Kertas Bekasi Teguh

ALAMAT : Jl. Perjuangan Komp. Teluk Buyung

KECAMATAN : -

KAB/KOTA : Kota Bekasi

KODE POS : -

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

GPS : -

TELEPON : -

KONTAK : -

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI KERTAS KASAR

DAS : Citarum

PERIODE : 3/16/2011

Tabel 11. Laporan PT Pupuk Kujang Bulan Desember 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. Pupuk Kujang

ALAMAT : Jl. Jend. A. Yani No. 39 41373

KECAMATAN : -

KAB/KOTA : Kab. Karawang

KODE POS : -

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

GPS : ;

TELEPON : -

KONTAK : -

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI PUPUK UREA

DAS : CITARUM

PERIODE : 1/12/2011

VOLUME LIMBAH : 6059 m3/hari

VOLUME PRODUKSI/BAHAN : 3073 ton/hari

KODE PARAMETER SATUAN KADAR

P002 Zat Padat Tesuspensi (TSS) mg/L 105

P004 pH - 8.97

P006 COD mg/L 64

P009 Ammonia Total (NH3-N) mg/L 58.56

KODE PARAMETER SATUAN KADAR

BAKUMUTU

KADAR

BEBAN

( )

BAKUMUTU

BEBAN

P002

Zat Padat

Tesuspensi (TSS) mg/L 82 Tidak Memenuhi BM 497.65 Tidak Memenuhi BM

P004 pH - 6.01 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L 19.13 Memenuhi BM 116.098 Tidak Memenuhi BM

P006 COD mg/L 51.81 Memenuhi BM 314.43 Tidak Memenuhi BM

DEBIT m3/ton 6068.9 Tidak Memenuhi BM

Ket : tidak mencantumkan volume produksi (diasumsikan nilainya 1 'satu')

Page 58: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

P011 TKN mg/L 78.12

P019 Minyak dan Lemak mg/L 0.2

Ket. : Pengisian data tidak lengkap

Tabel 12. Laporan PT Surya Cipta Swadaya Bulan April 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. Surya Cipta Swadaya

ALAMAT : Jl. Surya Lestari Kawasan Industri Surya Cipta

KECAMATAN : Ciampel

KAB/KOTA : Kab. Karawang

KODE POS : -

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

GPS : 107 35 15.0 E ; 006 32 07.0 S

TELEPON : -

KONTAK : -

JENIS INDUSTRI : Kawasan Industri

DAS : CITARUM

PERIODE : 4/14/2011

KODE PARAMETER SATUAN KADAR

BAKUMUTU

KADAR

BEBAN

( )

BAKUMUTU

BEBAN

P002

Zat Padat

Tesuspensi (TSS) mg/L 20 Memenuhi BM 48.014 Tidak Memenuhi BM

P004 pH - 6.75 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L

Tidak Memenuhi BM

P008

Ammonia Bebas

(NH3-N) mg/L 4.09 Memenuhi BM 9.819 Tidak Memenuhi BM

P016 Sulfida (H2S) mg/L 0.057 Memenuhi BM 0.137 Tidak Memenuhi BM

P019 Minyak dan Lemak mg/L 13.68 Memenuhi BM 32.842 Tidak Memenuhi BM

P022 Detergen (MBAS) mg/L 0.003 Memenuhi BM 0.007 Memenuhi BM

P023 Phenol mg/L 0.006 Memenuhi BM 0.014 Memenuhi BM

P031 Kadmium (Cd) mg/L 0.002 Memenuhi BM 0.005 Memenuhi BM

P033 Kromium Total (Cr) mg/l 0.02 Memenuhi BM 0.048 Memenuhi BM

P034

Kromium

Heksavalen (CrVI) mg/L 0.02 Memenuhi BM 0.048 Tidak Memenuhi BM

P037 Nikel (Ni) mg/L 0.02 Memenuhi BM 0.048 Tidak Memenuhi BM

P039 Seng (Zn) mg/L 0.94 Memenuhi BM 2.257 Tidak Memenuhi BM

P041 Timbal (Pb) mg/L 0.05 Memenuhi BM 0.12 Tidak Memenuhi BM

P042 Tembaga (Cu) mg/L 0.01 Memenuhi BM 0.024 Memenuhi BM

DEBIT m3/Ha 2400.7

Tidak Memenuhi

BM

Ket : tidak mencantumkan volume produksi (di asumsikan nilainya'satu')

Page 59: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Tabel 13. Laporan PT Arnotts Indonesia Bulan Maret 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. Arnotts Indonesia

ALAMAT : Jl. H. Wahab Arfan No. 8

KAB/KOTA : Kota Bekasi

KODE POS : 17550

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI LAIN-5

DAS : Citarum

PERIODE : 3/9/2011

KODE PARAMETER SATUAN KADAR

BAKUMUTU

KADAR

BEBAN

( )

BAKUMUTU

BEBAN

P054 Nitrit mg/L 0.124 Memenuhi BM 0.015 Tidak Memenuhi BM

P001 Temperatur oC 30 Memenuhi BM - -

P002

Zat Padat

Tesuspensi (TSS) mg/L 28 Memenuhi BM 3.276 Tidak Memenuhi BM

P003

Zat Padat Terlarut

(TDS) mg/L 1276 Memenuhi BM 149.292 Tidak Memenuhi BM

P004 pH - 8.31 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L 20 Memenuhi BM 2.34 Tidak Memenuhi BM

P006 COD mg/L 27 Memenuhi BM 3.159 Tidak Memenuhi BM

P008

Ammonia Bebas

(NH3-N) mg/L 0.01 Memenuhi BM 0.001 Tidak Memenuhi BM

P010 Nitrat (NO3-N) mg/L 12.3 Memenuhi BM 1.439 Tidak Memenuhi BM

P013

Chlorine

bebas(Cl2) mg/L 0.01 Memenuhi BM 0.001 Tidak Memenuhi BM

P016 Sulfida (H2S) mg/L 0.002 Memenuhi BM 0 Tidak Memenuhi BM

P019 Minyak dan Lemak mg/L 0.8 Memenuhi BM 0.094 Tidak Memenuhi BM

P024 Phenol Total mg/L 0.001 Memenuhi BM 0 Tidak Memenuhi BM

P028 Arsen (As) mg/L 0.005 Memenuhi BM 0.001 Tidak Memenuhi BM

P030 Besi (Fe) mg/L 0.06 Memenuhi BM 0.007 Tidak Memenuhi BM

P031 Kadmium (Cd) mg/L 0.003 Memenuhi BM 0 Tidak Memenuhi BM

P034

Kromium

Heksavalen (CrVI) mg/L 0.01 Memenuhi BM 0.001 Tidak Memenuhi BM

P035 Mangan (Mn) mg/L 0.02 Memenuhi BM 0.002 Tidak Memenuhi BM

P037 Nikel (Ni) mg/L 0.02 Memenuhi BM 0.002 Tidak Memenuhi BM

P039 Seng (Zn) mg/L 0.01 Memenuhi BM 0.001 Tidak Memenuhi BM

P041 Timbal (Pb) mg/L 0.01 Memenuhi BM 0.001 Tidak Memenuhi BM

P042 Tembaga (Cu) mg/L 0.02 Memenuhi BM 0.002 Tidak Memenuhi BM

DEBIT m3/ton 117

Tidak

Memenuhi BM

Ket : tidak mencantumkan volume produksi (diasumsikan nilainya 1 'satu')

Page 60: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Tabel 14. Laporan PT Insan Sandang Internusa Bulan Juni 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. INSAN SANDANG INTERNUSA

ALAMAT : Jl. Raya Rancaekek Km. 22,5

KECAMATAN : Cimanggung

KAB/KOTA : Kab. Sumedang

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

GPS : ;

TELEPON : -

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI TEKSTIL TERPADU

DAS : S.CITARIK

PERIODE : 6/14/2011

KODE PARAMETER SATUAN KADAR

BAKUMUTU

KADAR

BEBAN

( )

BAKUMUTU

BEBAN

P002

Zat Padat

Tesuspensi (TSS) mg/L 21.33 Memenuhi BM 31.144 Tidak Memenuhi BM

P004 pH - 7.5 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L 29.2 Memenuhi BM 42.635 Tidak Memenuhi BM

P006 COD mg/L 68.59 Memenuhi BM 100.148 Tidak Memenuhi BM

P009

Ammonia Total

(NH3-N) mg/L 5 Memenuhi BM 7.301 Tidak Memenuhi BM

P017 Sulfida (S) mg/L 0.02 Memenuhi BM 0.029 Memenuhi BM

P019

Minyak dan

Lemak mg/L 1.8 Memenuhi BM 2.628 Tidak Memenuhi BM

P024 Phenol Total mg/L 0.2 Memenuhi BM 0.292 Tidak Memenuhi BM

P033

Kromium Total

(Cr) mg/l 0.02 Memenuhi BM 0.029 Memenuhi BM

DEBIT m3/ton 1460.1

Tidak

Memenuhi BM

Ket : tidak mencantumkan volume produksi (di asumsikan nilainya 1

'satu')

Tabel 15. Laporan PT Tanabe Indonesia Bulan Mei 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. Tanabe Indonesia

ALAMAT : Jl. Rumah Sakit No. 104

KECAMATAN : Cinambo

KAB/KOTA : Kota Bandung

KODE POS : -

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

GPS : ;

TELEPON : -

KONTAK : -

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI FARMASI PROSES PEMBUATAN BAHAN FORMULA

Page 61: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

DAS : CITARUM

PERIODE : 5/11/2011

KODE PARAMETER SATUAN KADAR

BAKUMUTU

KADAR

BEBAN

( )

BAKUMUTU

BEBAN

P002

Zat Padat

Tesuspensi (TSS) mg/L 22 Memenuhi BM 225.94 Tidak Memenuhi BM

P004 pH - 7.6 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L 56 Memenuhi BM 575.12 Tidak Memenuhi BM

P006 COD mg/L 150 Memenuhi BM 1540.5 Tidak Memenuhi BM

P012 Nitrogen Total (N) mg/L 6.12 Memenuhi BM 62.852 Tidak Memenuhi BM

P023 Phenol mg/L 0.031 Memenuhi BM 0.318 Tidak Memenuhi BM

DEBIT L/mg 10270

Tidak

Memenuhi BM

Ket : tidak mencantumkan volume produksi (di asumsikan nilainya 1

'satu')

Tabel 16. Laporan PT Kimia Farma Bulan Mei 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. Kimia Farma

ALAMAT : JL. Pajajaran No. 29-31

KECAMATAN : -

KAB/KOTA : Kota Bandung

KODE POS : -

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

GPS : ;

TELEPON : -

KONTAK : -

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI FARMASI PROSES PEMBUATAN

BAHAN FORMULA

DAS : CITARUM

PERIODE : 5/4/2011

KODE PARAMETER SATUAN KADAR

BAKUMUTU

KADAR

BEBAN

( )

BAKUMUTU

BEBAN

P002

Zat Padat

Tesuspensi

(TSS) mg/L 29 Memenuhi BM 0.761 Tidak Memenuhi BM

P004 pH - 7.5 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L 63 Memenuhi BM 1.652 Tidak Memenuhi BM

P006 COD mg/L 138 Memenuhi BM 3.62 Tidak Memenuhi BM

P012

Nitrogen Total

(N) mg/L 2.94 Memenuhi BM 0.077 Tidak Memenuhi BM

P023 Phenol mg/L 0.003 Memenuhi BM 0 Tidak Memenuhi BM

DEBIT L/mg 26.23

Tidak

Memenuhi BM

Page 62: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Tabel 17. Laporan PT Dactex Indonesia Bulan Mei 2011

STATUS MUTU AIR LIMBAH

NAMA PERUSAHAAN : PT. DACTEX INDONESIA

ALAMAT : Jl. Tarajusari No. 201

KECAMATAN : Banjaran

KAB/KOTA : Kab. Bandung

KODE POS : 40377

PROPINSI : Prov. Jawa Barat

GPS : ;

TELEPON : 0225940163/5940164

KONTAK : Petrus Eddie S/M. Wiyono/Subagri

JENIS INDUSTRI : INDUSTRI TEKSTIL DYEING

DAS : CITARUM

PERIODE : 5/5/2011

KODE PARAMETER SATUAN KADAR BAKUMUTU

KADAR BEBAN (kg/ton)

BAKUMUTU BEBAN

P002 Zat Padat Tesuspensi (TSS) mg/L 49 Memenuhi BM 8.01 Tidak Memenuhi BM

P004 pH - 7.4 Memenuhi BM

P005 BOD mg/L 52 Memenuhi BM 8.5 Tidak Memenuhi BM

P006 COD mg/L 139 Memenuhi BM 22.721 Tidak Memenuhi BM

P009 Ammonia Total (NH3-N) mg/L 2.76 Memenuhi BM 0.451 Tidak Memenuhi BM

P017 Sulfida (S) mg/L 0.14 Memenuhi BM 0.023 Tidak Memenuhi BM

P019 Minyak dan Lemak mg/L 0.4 Memenuhi BM 0.065 Tidak Memenuhi BM

P024 Phenol Total mg/L 0.006 Memenuhi BM 0.001 Memenuhi BM

P033 Kromium Total (Cr) mg/l 0.006 Memenuhi BM 0.001 Memenuhi BM

DEBIT m3/ton 163.462 Tidak Memenuhi BM

Dengan memperhatikan contoh data laporan-laporan dari perusahaan-perusahaan

tersebut di atas, pada satu sisi sebenarnya pada umumnya pihak perusahaan sudah patuh

mengikuti prosedur pelaporan pengelolaan limbah di perusahaannya, namun pada sisi yang

lain, pihak perusahaan belum bersungguh-sungguh dalam mengatasi kualitas limbah

perusahaannya yang masih rendah yang pada umumnya Tidak Memenuhi Baku Mutu Beban.

Dapat dibayangkan bagaimana akibatnya, ketika limbah cair industri yang kualitasnya rendah

tersebut langsung digelontorkan ke DAS Citarum. Dengan kondisi obyektif seperti itu, maka

dapat difahami jika kemudian masyarakat mengungkapkan aspirasinya dalam media massa

atau berunjuk rasa menyatakan bahwa mutu air DAS Citarum rusak berat dan mengancam

Ket : tidak mencantumkan volume produksi (di asumsikan nilainya

1 'satu')

Page 63: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

kelangsungan hidup beragam makhluk hidup yang ada di dalam ekosistem DAS Citarum

termasuk manusia di dalamnya.

DAS Citarum sebagai daerah aliran sungai yang terdiri atas dua atau lebih ekosistem,

pengelolaannya harus dilakukan secara terpadu untuk mencapai pembangunan DAS secara

berkelanjutan. Makna keterpaduan mencakup tiga dimensi, yaitu: 1) dimensi sektoral, artinya

perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi

pemerintah baik secara horizontal maupun vertikal; 2) dimensi keilmuan, artinya pengelolaan

DAS Citarum harus dilaksanakan dengan pendekatan iterdisipliner atau multidisipliner,

misalnya melibatkan berbagai bidang ilmu terkait, ilmu ekologi, ekonomi, hukum, teknik,

sosiologi, dan bidang ilmu lainnya yang relevan, karena di dalam DAS terdiri dari sistem

alam dan sistem sosial yang terjalin secara kompleks dan dinamis; dan 3) dimensi ekologis,

artinya DAS pada dasarnya tersusun dari berbagai ekosistem (hutan, kebun, sawah, sungai,

permukiman, dan lain-lain) yang satu dengan yang lainnya saling terkait dan saling

kebergantungan, tidak berdiri sendiri.

c) Mekanisme Pemantauan Langsung

Untuk tingkat Provinsi Jawa Barat, ada 2 instansi yang memiliki kewenangan

melakukan pemantauan secara langsung kualitas air sungai dan pengelolaan limbah industri.

Pemantauan secara langsung untuk mengetahui tingkat kualitas air sungai biasanya dilakukan

oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (DPSDA) Provinsi Jawa Barat, dan pemantauan

secara langsung untuk mengetahui tingkat kualitas pengelolaan limbah industri biasanya

dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat.

Sebagai salah satu contoh, pemantauan secara langsung untuk mengetahui tingkat

kualitas air sungai yang dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (DPSDA)

Provinsi Jawa Barat melalui Balai PSDA Wilayah Sungai Citarum yang dalam teknisnya

diantaranya pernah bekerjasama dengan Laboratorium Lingkungan Keairan Balai

Lingkungan Keairan Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Air, sebagai berikut :

1. Pada Lampiran 1 (Sumber: Balai PSDA Wilayah Sungai Citarum, 2010) :

Laboratorium Lingkungan Keairan atas permintaan pelanggannya yaitu Balai PSDA

Wilayah Sungai Citarum: a) Pada tanggal 7 sampai dengan 20 Oktober 2010 telah

melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Cikapundung-Maribaya, Sungai Cilamaya-

Wanayasa, Sungai Cilamaya- Peundeuy; b) Pada tanggal 5 sampai dengan 18 Oktober

2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Citarum-Majalaya, Sungai

Citarum-Wangisagara; c) Pada tanggal 8 sampai dengan 20 Oktober 2010 telah melakukan

Page 64: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

pemeriksaan kualitas air Sungai Cikeruh-Cikuda, Sungai Cikijing-Hulu, Sungai Cimande--

Hulu; d) Pada tanggal 11 sampai dengan 20 Oktober 2010 telah melakukan pemeriksaan

kualitas air Sungai Cimande Hilir, Sungai Cikijing-Hilir, Sungai Citarum-Sapan; e) Pada

tanggal 12 sampai dengan 20 Oktober 2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air

Sungai Cirasea-Ciparay, Sungai Citarik-Sapan, Sungai Cikeruh-Sapan; f) Pada tanggal 14

sampai dengan 25 Oktober 2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai

Cipamokolan-Ciwastra, Sungai Cipamokolan-Soekarno Hatta, Sungai Citepus-Cisirung; g)

Pada tanggal 15 sampai dengan 25 Oktober 2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air

Sungai Cidurian-Bodogol, Sungai Cikapundung-Pasirluyu; h) Pada tanggal 18 sampai

dengan 29 Oktober 2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Cikapundung-

Dayeuhkolot, Sungai Cisangkuy-Dayeuhkolot, Sungai Citarum-Dayeuhkolot, Sungai

Cisangkuy-Cimaung, Sungai Citarum-Cilampeni; i) Pada tanggal 19 sampai dengan 29

Oktober 2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Cibeureum-Brujul, Sungai

Citarum-Nanjung, Sungai Cimahi-Leuwigajah; j) Pada tanggal 1 sampai dengan 11

Oktober 2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Citarum-Bendung Curug,

Sungai Citarum-Bendung Walahar; k) Pada tanggal 4 sampai dengan 14 Oktober 2010

telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Citarum-Tanjungpura, Sungai Citarum-

Rengasdengklok.

2. Pada Lampiran 2 (Sumber: Balai PSDA Wilayah Sungai Citarum, 2010) :

Laboratorium Lingkungan Keairan atas permintaan pelanggannya yaitu Balai PSDA

Wilayah Sungai Citarum: a) Pada tanggal 10 sampai dengan 18 Agustus 2010 telah

melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Cimahi-Leuwigajah; b) Pada tanggal 12

sampai dengan 22 Agustus 2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai

Citarum-Bendung Curug, Sungai Citarum-Bendung Walahar, Sungai Citarum-

Tanjungpura, Sungai Citarum-Rengasdengklok, Sungai Cilamaya-Peundeuy, Sungai

Cilamaya-Wanayasa, Sungai Cikapundung-Maribaya; c) Pada tanggal 10 sampai dengan

18 Agustus 2010 telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Cisangkuy-Cimaung,

Sungai Citarum-Cilampeni, Sungai Cibeureum-Brujul, Sungai Citarum-Nanjung, Sungai

Citepus-Cisirung, Sungai Cikapundung-Dayeuhkolot, Sungai Cisangkuy-Dayeuhkolot,

Sungai Citarum-Dayeuhkolot, Sungai Cikapundung-Pasirluyu, Sungai Cimahi-

Leuwigajah, Sungai Citarum-Brujul; d) Pada tanggal 11 sampai dengan 19 Agustus 2010

telah melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Cidurian-Bodogol, Sungai Cikijing-

Hulu, Sungai Cimande-Hulu, Sungai Cimande-Hilir, Sungai Cikijing-Hilir, Sungai

Citarum-Sapan, Sungai Cirasea-Ciparay, Sungai Citarik-Sapan, Sungai Cikeruh-Sapan,

Page 65: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Sungai Cipamokolan-Ciwastra, Sungai Cipamokolan-Soekarno Hatta, Sungai Cikeruh-

Cikuda; e) Pada tanggal 9 sampai dengan 18 Agustus 2010 telah melakukan pemeriksaan

kualitas air Sungai Citarum-Majalaya, Sungai Citarum-Wangisagara, Sungai Citarum-

Majalaya.

3. Pada Lampiran 3 (Sumber: Balai PSDA Wilayah Sungai Citarum, 2010) :

Laboratorium Lingkungan Keairan atas permintaan pelanggannya yaitu Balai PSDA

Wilayah Sungai Citarum: a) Pada tanggal 9 sampai dengan 23 Juli 2010 telah melakukan

pemeriksaan kualitas air Sungai Cimahi-Leuwigajah, Sungai Citarum-Nanjung, Sungai

Cibeureum-Burujul, Sungai Citarum-Cilampeni, Sungai Cisangkuy-Hulu, Sungai

Cisangkuy-Dayeuh Kolot, Sungai Citarum-Dayeuhkolot, Sungai Cikapundung

Dayeuhkolot, Sungai Citepus-Cisirung, Sungai Cikapundung-Pasirluyu, Sungai Cikeruh-

Cikuda, Sungai Cikijing-Hulu, Sungai Cimande-Hulu, Sungai Cimande-Hilir, Sungai

Cikijing-Hilir, Sungai Cidurian-Bodogol, Sungai Cipamokolan-Soekarno Hatta, Sungai

Cipamokolan-Ciwastra, Sungai Cikeruh-Sapan, Sungai Citarik-Sapan, Sungai Citarum-

Sapan, Sungai Cirasea-Ciparay, Sungai Citarum-Majalaya, Sungai Citarum-Wangisagara,

Sungai Citarum-Bendung Curug, Sungai Citarum-Bendung Walahar, Sungai Citarum-

Tanjungpura, Sungai Citarum-Rengasdengklok, Sungai Cilamaya-Peundeuy, Sungai

Cilamaya-Wanayasa, Sungai Cikapundung-Maribaya.

Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat hanya berwenang mengumpulkan data hasil

penelitian kualitas air sungai sebagaimana dipaparkan di atas, sedangkan yang berwenang

menetapkan kondisi sungai tercemar berat, tercemar sedang, atau tercemar ringan berada

pada BPLHD Provinsi Jawa Barat.

d) Mekanisme Non Litigasi dan Litigasi

Mekanisme Non Litigasi dimulai dengan langkah-langkah pendahuluan berupa

pemberian sanksi administratif. Ketentuan Pasal 76 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009

menegaskan : (1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif

kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan

pelanggaran terhadap izin lingkungan; (2) Sanksi administratif terdiri atas: a. teguran tertulis,

b. paksaan pemerintah, c. pembekuan izin lingkungan, d. pencabutan izin lingkungan.

Lebih lanjut Ketentuan Pasal 77 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 menegaskan

bahwa Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara sengaja tidak

menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius dibidang perlindungan dan

Page 66: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

pengelolaan lingkungan hidup. Ketentuan Pasal 78 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 lebih

menegaskan lagi, bahwa penjatuhan sanksi administratif tersebut tidak membebaskan

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana.

Jika langkah-langkah pendahuluan melalui pemberian sanksi administratif ternyata

tidak efektif, maka dapat dilanjutkan melalui upaya Non Litigasi yaitu penyelesaian sengketa

lingkungan hidup di luar pengadilan yang tujuannya menemukan solusi melalui upaya

perdamaian, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 85 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009

sebagai berikut : (1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan

untuk mencapai kesepakatan mengenai: a. bentuk dan besarnya ganti rugi; b. tindakan

pemulihan untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran; c. tindakan pemulihan akibat

pencemaran dan/atau perusakan; d. tindakan untuk mencegah dampak negatif terhadap

lingkungan hidup; (2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak

pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam undang-undang ini; (3) Dalam

penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat digunakan jasa mediator

dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan hidup.

Ketentuan Pasal 24 ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) No. 54 Tahun 2000 tentang

Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar

Pengadilan, menyatakan bahwa isi kesepakatan yang dicapai melalui proses penyelesaian

sengketa dapat berupa antara lain: 1) Bentuk dan besarnya ganti kerugian; 2) Melakukan

tindakan tertentu guna menjamin tidak terjadinya atau terulangnya dampak negatif terhadap

lingkungan hidup. Kedua hal tersebut merupakan upaya pendekatan ekonomi dan ekologi

dalam penyelesaian permasalahan lingkungan hidup.

Jika segala daya dan upaya melalui upaya Non Litigasi tersebut masih tidak

membuahkan hasil (gagal), maka sengketa tersebut dapat diteruskan melalui mekanisme

Litigasi di Pengadilan, sebagai contoh sebagaimana dalam berkas perkara (terlampir), yaitu

perkara dugaan tindak pidana lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT Karawang Prima

Sejahtera Steel (PT KPSS) yang diwakili oleh sdr. Wang Dong Bing.

C. Existing Condition Pengelolaan Industri Terintegrasi di Jawa Barat

Pengelolaan Industri Terintegrasi dimaknai sebagai pengelolaan industri yang

diintegrasikan dengan prinsip, kaidah, dan norma yang berlaku dalam pengelolaan sumber

daya air, kesehatan, lingkungan sosial budaya, dan pemanfaatan teknologi, sebagai

perwujudan komitmen pihak perusahaan (industri) yang selain berkewajiban melakukan

Mitigasi Fisik juga berkewajiban melakukan Mitigasi Sosial.

Page 67: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Di bawah ini, akan dikemukakan salah satu contoh konsep penerapan Pengelolaan

Industri Terintegrasi (PIT) pada Industri Inti Pulp dan Kertas:

• Permasalahan yang dihadapi: a) Masih rendahnya tingkat efisiensi dan produk-tivitas

industri; b) Masih terbatasnya penggunaan bahan baku yang berasal dari non-hutan alam; c)

Terbatasnya tenaga ahli dibidang pulp dan kertas; d) Kurangnya inovasi untuk

menghasilkan produk-produk kertas hilir; e) Adanya kesenjangan pasokan bahan baku

kayu.

• Industri pulp dan kertas memiliki sasaran pengembangan untuk jangka mene-ngah, yaitu

antara lain meningkatnya penggunaan bahan baku alternatif eks perkebunan dan

peningkatan ekspor, sedangkan untuk jangka panjang adalah meningkatnya secara bertahap

pemanfaatan bahan baku yang sesuai SFM.

• Pokok-pokok rencana aksi jangka menengah yang akan dilaksanakan dalam rangka

mewujudkan sasaran tersebut antara lain meningkatkan penerapan ISO 9000 dan ISO

14000 serta pengembangan pasar ekspor. Sementara itu pokok-pokok rencana aksi yang

akan dilaksanakan untuk jangka panjang adalah memaksimalkan penggunaan bahan baku

dari hutan tanaman dan bahan baku non kayu. Pengembangan industri pulp dan kertas perlu

ditunjang oleh infrastruktur ekonomi yang memadai seperti teknologi, SDM, infrastruktur

dan pasar. Kerangka pengembangan industri pulp dan kertas secara lengkap dapat dilihat

pada Gambar 5. Keberhasilan pendekatan klaster dalam pengembangan industri pulp dan

kertas sangat tergantung dari efektifitas hubungan kerjasama antara pemerintah dan dunia

usaha (Public-Private Partnership) dan keterkaitannya. Untuk mengefektifkan kerjasama

dan koordinasi tersebut diperlukan adanya kelembagaan yang mendorong komunikasi

secara rutin dan berkesinambungan. Secara rinci, peran dari masing-masing pemangku

kepentingan dan kerangka keterkaitannya industri pulp dan kertas dapat dilihat pada

Gambar 6 dan Tabel 19. Pengembangan klaster industri pulp dan kertas dilakukan di

beberapa daerah. Secara rinci lokasi pengembangan klaster tersebut dapat dilihat pada

Gambar 7, berturut-turut sebagai berikut :

Page 68: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Gambar 5. Kerangka Pengembangan Industri Pulp dan Kertas

Sumber : Disperindag Jabar, 2013

Gambar 6. Peran Dari Masing-Masing Pemangku Kepentingan Dan Kerangka

Keterkaitannya

Sumber : Disperindag Jabar, 2013

Page 69: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Tabel 19. Peran Dari Masing-masing Pemangku Kepentingan dan Kerangka

Keterkaitannya Industri Pulp dan Kertas

Sumber : Disperindag Jabar, 2013

Gambar 7. Lokasi Pengembangan Klaster Industri Pulp Dan Kertas

Sumber : Disperindag Jabar, 2013

Page 70: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Dengan memperhatikan pemaparan tersebut di atas, di dalam konsep Pengelolaan

Industri Terintegrasi (PIT) ada komitmen pihak perusahaan (industri) untuk menerapkan ISO

14000 bidang lingkungan hidup, yang pelaksanaan dari komitmen tersebut sangat penting

untuk mendukung terjaminnya pelaksanaan Mitigasi Fisik dan Mitigasi Sosial.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Provinsi Jawa Barat sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya telah melakukan penilaian atas kinerja perusahaan-perusahaan

(industri) dalam pengendalian pencemaran terkait limbah cair industrinya, yang dituangkan

dalam Hasil Proper Periode 2011-2012.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, menetapkan bahwa urusan bidang lingkungan hidup menjadi Kewenangan

Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan kriteria

eksternal, akuntabilitas dan efisiensi. Dalam pelaksanaan urusan pemerintah di bidang

lingkungan hidup, Menteri memandang perlu untuk menyelenggarakan dekonsentrasi bidang

lingkungan hidup kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah. Salah satu kegiatan yang

dilaksanakan secara Dekonsentrasi adalah Pengawasan pengendalian pencemaran air dan

pengendalian pencemaran udara serta pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(B3) melalui mekanisme PROPER.

PROPER adalah program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam mengelola

lingkungan hidup. Program PROPER bertujuan untuk mendorong perusahaan taat terhadap

peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental

excellency). Penilaian kinerja berdasarkan pada kriteria penilaian PROPER yang terdiri atas :

1) Kriteria ketaatan dalam aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran

udara, pengelolaan limbah B3 dan penerapan AMDAL yang digunakan untuk pemeringkatan

biru, merah dan hitam; 2) Kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond

complience) untuk pemeringkatan hijau dan emas.

Mulai tahun 2010-2011 Pemerintah Propinsi mulai dilibatkan dalam kegiatan

PROPER dengan supervisi dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan menggunakan

mekanisme dan kriteria pengawasan yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup

dan mulai tahun 2011-2012 Pemerintah Provinsi diberi kewenangan sampai pada pemberian

peringkat Biru, Merah dan Hitam.

Peserta PROPER untuk periode 2011-2012 secara nasional adalah sebanyak 1317

industri dan yang berasal dari Jawa Barat sebanyak 185 industri sedangkan jumlah industri

yang menjadi kewenangan penilaian BPLHD Prov. Jawa Barat adalah sebanyak 104 industri.

Page 71: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Sebagaian besar peserta PROPER dari Jawa Barat berasal dari industri tekstil, makanan dan

minuman, energi geothermal dan pelapisan logam. Hasil penilaian PROPER periode 2011-

2012 untuk industri di Jawa Barat dari 187 industri adalah sebagai berikut : 1) 5 industri

meraih peringkat Emas; 2) 22 industri meraih peringkat Hijau; 3) 121 industri meraih

peringkat Biru; 4) 28 industri meraih peringkat Merah; 5) 5 industri meraih peringkat Hitam;

6) 3 industri peringkatnya tidak dikeluarkan.

Hasil penilaian PROPER tersebut memperlihatkan adanya kesungguhan dari pihak

Pemerintah untuk terus mendorong dan membina perusahaan-perusahaan (industri) dalam

melakukan Mitigasi Fisik. Bagaimana dengan kondisi pelaksanaan Mitigasi Sosialnya?

Tolok ukur pelaksanaan Mitigasi Sosial dijalankan melalui program Pemberdayaan

Masyarakat (Community Development) yang dalam bahasa peraturan perundang-undangan

saat ini disebut dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR).

Acuan tentang Corporate Social Responsibility (CSR) berstandar internasional

terdapat dalam ISO 26000. Dasar Hukum Pelaksanaannya di Indonesia dan khususnya di

Jawa Barat, sebagai berikut: 1) UU No. 40 /2007 Tentang Perseroan Terbatas; 2) PP No

47/2012 Tentang Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSLP); 3)

UU No. 19/2007 Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN; 4)

Peraturan Menteri Negara BUMN No. 05/2007 tentang Pelaksanaan Program Kemitraan dan

Bina Lingkungan/PKBL; 5) Perda Prov Jabar No. 02/2013 : TJSL & PKBL di Jabar; 6)

Pergub No. 30/2011 Tentang Fasilitasi Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan

(TJSLP) di Jabar; 7) Keputusan Gubernur No. 536/Kep.791/Bapp/-2011 : Tim Fasilitasi

TJSLP di Jabar; 8) Kep Gub No. 536/Kep.792/Bapp/2011 : Duta CSR Jbr (3Tahun).

Motto CSR di Provinsi Jawa Barat yang difasilitasi oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Bappeda Jabar) : Jabar Maju Bersama

“Mitra”. Pola kerja CSR/PKBL dengan mitra : bersinergi program derajat tinggi, koordinasi

derajat rendah (sinergi & koordinasi via web.csr-jabar.com). Pola perencanaan CSR dengan

mitra : mitra CSR/PKBL membuat perencanaan dengan melakukan sinkronisasi terhadap

perencanaan pembangunan Jawa Barat di seluruh kabupaten/kota, dikelola oleh mitra

CSR/PKBL dan dilaporkan kepada pengelola CSR/PKBL Jabar. Struktur organisasi fasilitasi

penyelenggaraan CSR di jabar dan struktur tim fasilitasi CSR di Jabar sebagaimana pada

Gambar 8 dan Gambar 9 berikut :

Page 72: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Gambar 8. Struktur Organisasi Fasilitasi Penyelenggaraan CSR di Jabar

Sumber : Bappeda Jabar, 2013

Gambar 9. Struktur Tim Fasilitasi CSR Di Jabar

Sumber : Bappeda Jabar, 2013

Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 536/kep.792/bapp/2011, telah terbentuk

susunan personalia Duta CSR di Jawa Barat, yaitu : Hendra Lesmana (Ketua Himpunan

Page 73: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Kawasan Industri), Nenny Soemawinata (Managing Director Putera Sampoerna

Foundation), Syafik Umar (PT Pikiran Rakyat), Tina Talisa (Presenter TV).

Komponen Penyangga Sinergi Program CSR di Jawa Barat terdiri dari 4 (empat)

komponen, yaitu : 1) Regulator (Pemerintah); 2) Mitra CSR Jawa Barat (BUMN, BUMD,

Swasta); 3) Penerima Manfaat (Masyarakat); dan 4) Implementator atau Pelaksana

(Perseroan Terbatas, Yayasan, Rumah Zakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain-lain).

Maksud dari program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSLP/CSR)

yaitu memaduselaraskan program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan

(TJSLP/CSR) serta Program Kemitraan dan Bina Linkungan (PKBL) dari kalangan

SWASTA, BUMN, BUMD dalam rangka optimasi program pembangunan di Jawa Barat,

sedangkan tujuannya yaitu : 1) Sinkronisasi dan peningkatan kerjasama pembangunan

Pemerintah dan swasta melalui pengembangan CSR/PKBL, dan memperluas Kemitraan

Pembangunan di Jawa Barat; dan 2) Tercapainya akselerasi dan penguatan program

CSR/PKBL di kalangan Swasta, BUMN, BUMD melalui pemanfaatan program yang

ditawarkan oleh Pemerintah.

Fokus sasaran CSR/PKBL di Jawa Barat diorientasikan untuk mendukung sukses

pencapaian Tujuan MDG‟s di Indonesia, yaitu : 1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan;

2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3) Mendorong kesetaraan gender dan

pemberdayaan perempuan; 4) Menurunkan kematian anak; 5) Meningkatkan kesehatan ibu;

6) Mengendalikan HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; 7) Menjamin

kelestarian lingkungan hidup; 8) Mengembangkan kemitraan pembangunan di tingkat global.

Sasaran program CSR/PKBL di Jawa Barat, yaitu : 1) Bidang Pendidikan : a) rehab

dan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) sekolah; b) peningkatan sarana dan prasarana

pengajaran; c) peningkatan kapasitas Tenaga Pendidik; d) pemberian beasiswa; 2) Bidang

Kesehatan : a) rehab dan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan (puskemas, poned);

b) pengadaan alat kesehatan; c) peningkatan kualitas tenaga kesehatan; d) peningkatan

kesehatan lingkungan; 3) Bidang Bina Lingkungan : a) pencegahan polusi dan penanaman

pohon; b) penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan; c) mitigasi dan adaptasi terhadap

perubahan iklim; d) proteksi dan restorasi lingkungan; 4) Bidang Peningkatan Daya Beli

(Ekonomi) : a) GEMAR (Gerakan Multiaktivitas Agribisnis); b) GAPURA (Gerakan

Pengembangan Perikanan Pantai Utara dan Muara Pantai Selatan); c) GEMPITA (Gerakan

Pengembangan dan Perlindungan Pasar Tradisional); d) Pengembangan KUMKM; 5) Bidang

Infrastruktur Kota dan Desa : pembangunan jalan, rumah tinggal layak huni (rutilahu), air

Page 74: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

bersih, sanitasi dan energi; 6) Bidang Pengembangan Lainnya : sosial, industri, PSDA, dan

lain-lain.

Kondisi capaian fasilitasi CSR/PKBL JABAR Tahun 2012 : 1) Bidang pendidikan,

rencana : 1000 RKB, realisasi : 228 RKB berasal dari 45 perusahaan (BUMD, BUMN,

Swasta); 2) Bidang kesehatan, rencana : 50 puskesmas poned, realisasi : 9 unit puskesmas

poned di Jatiwangi Kabupaten Majalengka berasal dari PT BANK BJB; 3) Bidang linkungan,

realisasi : penanaman 100.000 pohon sepanajang sungai citarum (BUMN KARYA). Nilai

proyek CSR-PKBL di Jabar tahun 2011-212 dari 45 perusahaan yang telah menyampaikan

informasinya, dengan jumlah CSR direct sebesar 137 milyar rupiah, dan CSR dalam bentuk

indirect sebesar 429 milyar rupiah, sehingga total CSR/PKBL Jabar tahun 2011-2012

ekuivalen sebesar 566 milyar rupiah.

Dengan capaian CSR/PKBL Jawa Barat tersebut, Gubernur Jawa Barat mendapat

penghargaan, diantaranya sebagai berikut : 1) CSR Award untuk Gubernur Jawa Barat pada

acara The Indonesian CSR Summit 2011, 2012, 2013; 2) 25 apresiasi/cindera mata dari

kunker provinsi lainnya; 3) web.csr-jabar.com; 4) CSR For Indonesia Sustainability Award

2011, Gubernur Jawa Barat menginisiasi terbentuknya model fasilitasi CSR, berhasil

mengatasi persoalan kesehatan, pendidikan, dan lingkungan, bekerjasama dengan perusahaan

Melalui CSR, Pola Kemitraan ini mulai banyak ditiru oleh daerah-daerah lain untuk

mengembangkan kondisi kesejahteraan masyarakat; 5) The Indonesian CSR Summit 2012,

Gubernur Jawa Barat telah berjasa mengembangkan Kemitraan Strategis dengan perusahaan

dalam Tim Fasilitasi CSR Jawa Barat Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Lingkungan; 6)

Konferensi Nasional CSR Tahun 2013, Gubernur Jawa Barat menginisiasi terbentuknya

model fasilitasi CSR, berhasil mengembangkan CSR Jabar sebagai model Forum CSR yang

ditiru karena melalui forum ini perusahaan bersinergi dalam pembangunan daerah, tidak ada

penggalangan dana tetapi perusahaan didorong untuk melaksakan sendiri pada daerah

pemangku kepentingannya.

Walaupun diakui bahwa pelaksanaan CSR memperlihatkan adanya kemajuan, namun

manfaatnya masih belum difokuskan pada masyarakat di sekitar DAS yang secara faktual

setiap saat berpotensi terkena dampak dari terjadinya pencemaran sungai oleh industri. Selain

dari itu, masih terdapat perbedaan pandangan tentang cara menerapkan CSR antara pihak

perusahaan (industri), pemerintah, maupun masyarakat, sehingga data di lapangan masih

menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaan CSR perusahaan (industri) masih belum

terintegrasi.

Page 75: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

D. Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan

Sungai Untuk Mewujudkan Pengelolaan Industri Terintegrasi di Jawa Barat

Penelitian ini dilakukan untuk menyesuaikan paradigma peruntukan (fungsi) sungai

tertentu, dari peruntukan secara tradisional sebagai sarana pengairan dan kebutuhan keluarga

menjadi juga sebagai sarana pembuangan akhir Limbah Cair Industri dalam mewujudkan

Pengelolaan Industri Terintegrasi, serta mendorong lahirnya paradigma baru pengelolaan

lingkungan hidup, yaitu : hukum harus menyesuaikan terhadap karakteristik alam dan

masyarakat suatu daerah yang secara faktual berbeda antara kondisi di daerah yang satu

dengan daerah yang lainnya, dengan mengkonstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan

Masyarakat (Comdev) dan Pengelolaan Industri Terintegrasi (PIT) di Provinsi Jawa

Barat, sebagai sebuah resolusi konflik di Jawa Barat, sebagaimana diformulasikan pada

Gambar 10 berikut :

Gambar 10. Skema Konstruksi Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat (Comdev) dan Pengelolaan

Industri Terintegrasi (PIT) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini dilakukan untuk menjamin terwujudnya keseimbangan kepentingan

antara dunia usaha (industri), masyarakat, dan Pemerintah dalam rangka pemberdayaan

masyarakat sekitar DAS di Jawa Barat. Dengan dilaksanakannya Mitigasi Fisik dan Mitigasi

Sosial secara konsisten oleh pihak Perusahaan (Industri) yang difasilitasi oleh Pemerintah,

maka Pemidanaan Korporasi dapat dihindari bahkan dikesampingkan (Depenalisasi). Dengan

Mitigasi Fisik yang konsisten akan menghasilkan kondisi Sungai Bersih, dan dengan

Mitigasi Sosial yang konsisten akan menghasilkan Masyarakat Sekitar DAS Sejahtera.

Pihak perusahaan (industri) diuntungkan karena terhindar dari tuntutan masyarakat, dan

PENAMBAHAN

FUNGSI SUNGAI (Sumber Konflik)

STAKEHOLDERS (MASYARAKAT)

MODEL

KOLABORASI COMDEV & PIT

JABAR

MITIGASI

FISIK

MITIGASI

SOSIAL

DEPENALISASI

PERUSAHAAN (INDUSTRI)

Page 76: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

bahkan pada akhirnya akan mendapat dukungan besar dari masyarakat, sesuatu yang sangat

dibutuhkan oleh perusahaan (industri) untuk menjamin kelangsungan proses produksi.

Masyarakat (stakeholders) juga diuntungkan, karena terhindar dari dampak pencemaran

sungai serta mendapat stimulan untuk mendongkrak tingkat kesejahteraannya. Pada akhirnya,

Pemerintah pun diuntungkan, karena sebagian program pembangunan yang sudah

dicanangkannya dapat terealisasi.

Page 77: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Pada Tahun II atau Tahap II yang diharapkan sebagai tahap lanjutan dari penelitian

Tahun I ini merupakan upaya pengembangan dan Penerapan Model Kolaborasi

Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Industri Terintegrasi yang sesuai dengan

karakteristik alam dan masyarakat Jawa Barat. Pada tahun kedua tersebut akan dilakukan

sosialisasi, adaptasi, dan Penerapan Model Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat dan

Pengelolaan Industri Terintegrasi tersebut. Pada tahap dua ini, akan dilakukan upaya

terpadu dalam rangka meyakinkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut,

supaya dengan sukarela dapat menerapkan konstruksi model tersebut bagi upaya

penyelesaian menyeluruh konflik kepentingan yang sudah berlangsung lama dan nyaris tidak

terkendali, yang pada awalnya dipicu oleh adanya isu lingkungan hidup, yaitu terjadinya

penambahan fungsi sungai tertentu dari fungsi tradisionalnya sebagai sarana pengairan dan

kebutuhan keluarga menjadi juga berfungsi sebagai sarana pembuangan akhir limbah cair

industri.

Page 78: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian tersebut di atas, akhirnya peneliti sampai

pada kesimpulan sebagai berikut :

1. Konstruksi model kolaborasi pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan sungai untuk

mewujudkan pengelolaan industri terintegrasi di Provinsi Jawa Barat didasarkan pada

prinsip Semua Untung. Fisik sungai dengan keseluruhan ekosistem biotik dan abiotik

yang ada di dalamnya diuntungkan, karena sasaran dari konstruksi model ini mewujudkan

Sungai Bersih terbebas dari pencemaran limbah cair industri. Perusahaan (industri)

diuntungkan, karena konstruksi model ini mewajibkan kepada perusahaan (industri)

memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau

minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri yang dibuang ke

sungai sudah dalam kondisi dapat ditoleransi oleh ekosistem sungai, yang pada akhirnya

perusahaan terhindar dari tuntutan masyarakat. Masyarakat dan seluruh pemangku

kepentingan lainnya (stakeholders) diuntungkan, karena dengan mitigasi fisik yang

konsisten dan jujur menjadi terhindar dari dampak pencemaran sungai serta dengan

mitigasi sosial yang tulus mendapat stimulan untuk mendongkrak tingkat

kesejahteraannya. Pemerintah pun diuntungkan, karena sebagian program pembangunan

yang sudah dicanangkannya dapat terealisasi, yaitu terjaganya kelestarian lingkungan

sungai, terwujudnya kesejahteraan masyarakat sekitar DAS, dan terjaminnya

kelangsungan proses produksi perusahaan (industri).

2. Konstruksi model kolaborasi pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan sungai untuk

mewujudkan pengelolaan industri terintegrasi di Provinsi Jawa Barat membolehkan

kepada perusahaan (industri) untuk membuang air limbah industrinya ke sungai, dengan

syarat perusahaan (industri) memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, serta konsisten

dan jujur dalam penggunaannya dengan mendapat pengawasan dan pembinaan yang

profesional dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa

Barat serta instansi terkait lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Page 79: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, akhirnya peneliti mengajukan beberapa

saran sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan (industri), memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar

internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia haruslah dipandang sebagai

kebutuhan, artinya tidak boleh dipandang sebagai beban. Akan lebih tepat dan bijak, jika

biaya pengadaan dan biaya operasional penggunaan IPAL berstandar internasional

dan/atau berstandar nasional Indonesia tersebut dimasukkan sebagai investasi perusahaan

(industri) untuk jangka panjang, artinya biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan sebagai

biaya produksi. Dengan pemahaman yang seperti itu, maka pihak perusahaan tidak akan

terbebani oleh persoalan persaingan usaha yang biasanya berawal dari persoalan biaya

produksi. Dalam kondisi seperti apapun, keberadaan IPAL berstandar internasional

dan/atau berstandar nasional Indonesia, bagi perusahaan (industri) akan menjadi

kebutuhan yang harus selalu ada dan berkinerja prima.

2. Bagi masyarakat, ketika perusahaan (industri) mulai memahami dan mulai merealisasikan

pentingnya memiliki IPAL berstandar internasional dan/atau berstandar nasional

Indonesia, maka diharapkan masyarakat turut mendukung upaya cerdas tersebut dengan

cara tidak membuang limbah domestik (limbah rumah tangga, limbah kotoran ternak, dan

lain-lain) ke sungai. Ketika perusahaan (industri) sudah mampu berbuat benar dan bijak,

tidak mencemari sungai lagi dengan limbah cair industrinya, maka masyarakat pun

diharapkan mampu berbuat benar dan bijak, tidak membuang limbah domestiknya lagi ke

sungai, supaya upaya mewujudkan Sungai Bersih tidak sia-sia.

3. Bagi Pemerintah, sebagai pihak regulator dan/atau fasilitator pembangunan, diharapkan

terus meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam melakukan pengawasan,

pengendalian, dan pembinaan terhadap kinerja perusahaan (industri) untuk memastikan

dipatuhinya kewajiban menggunakan IPAL berstandar internasional dan/atau berstandar

nasional Indonesia. Ketegasan dan kejujuran dalam menjalankan tugas tersebut sangat

diperlukan, untuk memastikan perusahaan (industri) tidak lalai lagi.

Page 80: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

DAFTAR PUSTAKA

Addinul Yakin, 1997, Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Akademika Presindo, Jakarta.

Agus Salim, 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial dari Denzin Guba dan

Penerapannya, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta.

Bagir Manan, 1999, Pemikiran Negara Berkonstitusi di Indonesia, Makalah, FH Unpad,

Bandung.

Chedar Alwasilah, 2002. Pokoknya Kualitatif; Dasar-Dasar Merancang dan Melaku-kan

Penelitian Kualitatif, Pustakan Jaya, Jakarta.

Daryanto, 2004, Masalah Pencemaran, Tarsito, Bandung.

Daud Silalahi, 2001, Metodologi Penelitian Hukum-Preferensi Khusus Pada Pendekat-an

Multi/Interdisipliner, Lawencon Copy & Binding Centre, Bandung.

Daud Silalahi, 1996, Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Penegakan Hukum Ling-kungan

Indonesia, Alumni, Bandung.

Daud Silalahi, 2003, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di

Indonesia, edisi kedua, Alumni, Bandung.

Etty Riani, 2012, Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuatik (Dampak pada

Bioakumulasi Bahan Berbahaya dan Beracun & Reproduksi, IPB Press, Bogor.

Heribertus Sutopo, 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar Teoretis dan Praktis,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Heri Risnayadi dkk, 2008, Perancangan Pabrik Pengolahan Pangan, Widya Padjadjaran,

Bandung.

Harry Hikmat, 2004, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora, Bandung.

Hefni Effendi, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Ling-kungan

Perairan, Kanisius, Yogyakarta.

H.R. Mulyanto, 2007, Sungai, Fungsi dan Sifat-sifatnya, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Indro Sugianto, 2013, Class Action, Konsep dan Strategi Gugatan Kelompok Untuk

Membuka Akses Keadilan Bagi Rakyat, Setara Press, Malang.

I. Supardi, 1994, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Alumni, Bandung.

John Lock, Two Treatises of Government, 1690 dalam Harold H. Titus, et.al., Living Issues in

Philosophy, alih bahasa : H.M. Rasjidi, 1984, Persoalan-persoalan Filsafat, Bulan

Bintang, Jakarta.

Page 81: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Jonny Purba, 2005, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Yayasan OBOR Indonesia, Jakarta.

Jujun S. Suriasumantri, 1986. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik; Sebuah

Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini, Gramedia, Jakarta.

J. Vredenbregt, 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta.

Kaelan, 2005. Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat: Paradigma bagi Pengem-bangan

Penelitian Interdisipliner bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum

dan Seni, Paradigma Yogyakarta.

Kusnaka Adimihardja & Harry Hikmat, 2004, Participatory Research Appraisal Dalam

Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat, Humaniora, Bandung.

Lili Rasjidi & Ira Rasjidi, 2001, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Matthew B Miles & A. Michel Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif; Buku Sumber

tentang Metode-metode Baru, UI Press, Jakarta.

M. Antonius Birowo, 2004. Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, Gitanyali,

Jogyakarta.

Munir Fuady, 2013, Teori-teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana, Jakarta.

Nasution, 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.

NHT Siahaan, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Ed. 2, Erlangga,

Jakarta.

Otto Soemarwoto, 1997, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.

------------------------, 2001, Atur Diri Sendiri,Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

-------------------------, 2001, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah University

Press, Yogyakarta.

Rafael Edy Bosko, 2006, Hak-hak Masyarakat Adat Dalam Konteks Pengelolaan Sumber

Daya Alam, ELSAM, Jakarta.

Robert Bogdan dan Steven J Taylor, 1993. Kualitatif: Dasar-Dasar Penelitian, Usaha

Nasional Surabaya.

Syamsul Arifin, 2011, Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di

Indonesia, PT Sofmedia, Medan.

Schhrecker, T.F., 1985, Political Economy of Environmental Hazards, Law Reform

Commission of Canada, Ottawa.

Suripin, 2001, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi, Yogyakarta.

Page 82: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Valerie J. Janesick, 1994. The Dance of Qualitative Research Design; Metaphor,

Methodolartry, and Meaning, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln,

Hand Book of Qualitatif Research, Sage Publication, California.

Wisnu Arya Wardhana, 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi, Yogyakarta.

Zoer‟aini Djamal Irwan, 2003, Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas

& Lingkungan, Bumi Aksara, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN

Tahun 2008 No. 69, TLN No. 4851).

UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (LN Tahun 2004 No. 32).

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

PP No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (LN Tahun 1982 No. 37, TLN No.

3225).

PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai.

PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa

Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan.

PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS).

PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Kepres No. 83 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Keppres No. 123 Tahun 2001 tentang

Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

Kepmen No. KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Ling-

kungan.

Kepmen No. KEP-14/MENLH/3/94 tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL.

Kepmen No. KEP-42/MENLH/11/94 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit

Lingkungan.

Permen Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2010 tentang Audit Lingkungan Hidup.

Page 83: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

Permen Negara Lingkungan Hidup No. 1 Tahun 2012 tentang Program Menuju Indonesia

Bersih.

Permen Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau

Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Permen Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan

Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan.

Page 84: ILMU HUKUM LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ......Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berstandar internasional dan/atau minimal berstandar nasional Indonesia, sehingga air limbah industri

LAMPIRAN