methodologi air limbah

72
USULAN TEKNIS Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3) F - 1 F.1 KONSEP PENDEKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH F.1.1 Jaringan Pipa dan kelengkapannya Jaringan pipa dan kelengkapannya adalah semua bangunan yang ikut mengambil bagian dalam menunjang kelancaran perjalanan air buangan di dalam sistem penyaluran air buangan, agar tidak terjadi penyumbatan. Jaringan pipa dan kelengkapannya antara lain manhole, drop manhole, belokan, transition dan junction, bangunan terminal, clean out, building sewer, shypon, ventilasi dan bangunan penggelontor. 1. Ketentuan pengaliran Kecepatan aliran air buangan dalam saluran dipengaruhi beberapa factor, diantaranya : a. Debit b. Penampang pipa (digunakan penampang bulat lingkaran) c. Jenis dan kekasaran pipa d. Kemiringan saluran pipa P P P E E E N N N D D D E E E K K KA A AT T T A A AN N N & & & M M ME E E T T T O O O D D D O O O L L L O O O G G G I I I

Upload: heri-sulasiono

Post on 29-Nov-2015

154 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 1

F.1 KONSEP PENDEKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

F.1.1 Jaringan Pipa dan kelengkapannya

Jaringan pipa dan kelengkapannya adalah semua bangunan yang ikut

mengambil bagian dalam menunjang kelancaran perjalanan air buangan

di dalam sistem penyaluran air buangan, agar tidak terjadi

penyumbatan. Jaringan pipa dan kelengkapannya antara lain manhole,

drop manhole, belokan, transition dan junction, bangunan terminal,

clean out, building sewer, shypon, ventilasi dan bangunan penggelontor.

1. Ketentuan pengaliran

Kecepatan aliran air buangan dalam saluran dipengaruhi beberapa

factor, diantaranya :

a. Debit

b. Penampang pipa (digunakan penampang bulat lingkaran)

c. Jenis dan kekasaran pipa

d. Kemiringan saluran pipa

PPPEEENNNDDDEEEKKKAAATTTAAANNN &&& MMMEEETTTOOODDDOOOLLLOOOGGGIII

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 2

Aliran air buangan dalam pipa

bersifat aliran terbuka (open

channel) dengan memanfaatkan

gaya gravitasi. Hal yang harus

diperhatikan dalam aliran air

buangan adalah kecepatan aliran

yang dapat menimbulkan

kemungkinan-kemungkinan

terjadinya pengendapan di dasar

saluran dan terjadinya

penggerusan.

Atas dasar hal di atas maka syarat-syarat pengaliran yang harus

diperhatikan dalam perencanaan ini adalah :

a. Kecepatan aliran maksimum

Kecepatan aliran maksimum ditetapkan sebagai berikut :

1. untuk aliran yang mengandung pasir, kecepatan maksimum

= (2,0 – 2,4) m/dt

2. untuk aliran yang tidak mengandung pasir, kecepatan

maksimum = 3 m/dt

Batas di atas ditetapkan berdasarkan pertimbangan :

- Saluran harus dapat mengantarkan air buangan secepatnya

menuju instalasi pengolahan

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 3

- Pada kecepatan tersebut penggerusan terhadap pipa belum

terjadi sehingga ketahanan pipa dapat dijaga

b. Kecepatan aliran minimum

Kecepatan minimum yang diizinkan adalah 60 cm/dt dan

diharapkan pada kecepatan ini aliran akan mampu untuk

membersihkan diri sendiri. Pertimbangan lain untuk mencegah

air buangan terlalu lama di dalam pipa sehingga dapat terjadi

pengendapan dan penguraian dalam air buangan yang dapat

menaikkan konsentrasi sulfur.

c. Kemiringan saluran

Dalam menentukan kemiringan saluran, untuk mendapatkan

kecepatan membersihkan sendiri berdasarkan :

1. Kontrol sulfida, sesuai dengan Pameroy Index, z = 7500

2. Kontrol endapan, sesuai dengan gaya geser kritis (τc) yang

dianjurkan = 0,33 kg/m2.

d. Kedalaman aliran

Mengingat aliran buangan umumnya mengandung partikel

padat (faecal) yang belum hancur maka harus diperhitungkan

kedalaman aliran minimum yang dianggap mampu membawa

partikel tersebut berenang mengikuti aliran pada saat

kecepatan minimum.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 4

Kedalaman aliran sangat berpengaruh terhadap kelancaran

aliran. Kedalaman air minimum disamakan dengan kedalaman

berenang tinja. Di Indonesia kedalaman berenang tinja di

tetapkan minimum 5 cm pada pipa halus (seperti PVC) dan 7,5

cm pada pipa kasar. Kedalaman air dalam pipa tidak boleh

penuh pada saat debit puncak. Kedalaman aliran yang

diperbolehkan 0.6 – 0.8 D pada debit puncak. Jika kedalaman

saluran sudah melebihi 0,8 diameter, maka diameter pipa

harus diperbesar atau kemiringan saluran diperbesar.

2. Kedalaman pemasangan pipa

Kedalaman pemasangan pipa saluran air buangan tergantung dari

fungsi pipa itu sendiri. Kedalaman awal pemasangan pipa :

persil = 0,45 meter

service = 0,60 meter

lateral = 1,00 – 1,20 meter

Kedalaman akhir pemasangan pipa adalah Kedalaman akhir

penanaman pipa air buangan disyaratkan tidak melebihi 7 meter,

jika penanaman pipa sudah melebihi 7 meter harus dipergunakan

pompa untuk menaikkan air buangan untuk mendapatkan

kedalaman galian yang disyaratkan.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 5

3. Pemilihan bentuk dan bahan saluran

Bentuk saluran yang biasa dipergunakan untuk penyaluran air

buangan adalah bulat dan oval. Sedangkan untuk pemilihan bahan

pipa harus diperhatikan faktor – faktor sebagai berikut :

- Harus mengalirkan air buangan sebaik mungkin.

- Kekuatan dan daya tahan harus terjamin baik dari gaya dalam

maupun dari luar pipa.

- Harga pipa

- Ketersediaanya di pasaran terjamin.

- Mudah dalam pemasangan.

- Harus kedap air termasuk dengan sambungannya.

- Tahan terhadap penggerusan.

- Tahan terhadap korosi asam baik dari air buangan maupun air

tanah.

- Kondisi geologi dan topografinya.

Bahan pipa yang dipakai dalam perancangan ini adalah pipa beton

untuk diameter 400 sampai >600 mm dan pipa PVC untuk diameter

yang lebih kecil dari 400 mm.

Jenis-jenis bahan pipa yang tersedia di pasaran adalah :

a. Besi dan baja, seperti :

1) Cast Iron Pipe (CIP)

2) Ductilee Iron Pipe (DIP)

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 6

3) Fabricated Steel Pipe

b. Asbestos Cement Pipe (ACP)

c. Concrete Pipe (pipa beton)

d. Pipa Plastik (PVC)

4. Penempatan Pemasangan Saluran dan Bangunan pelengkapnya

a. Pipa Persil

Syarat yang perlu diperhatikan pada sambungan ke rumah adalah :

Sambungan jangan mengganggu jalannya aliran air buangan

dalam jaringan pengumpul. Untuk itu penyambungan dilakukan

secara menyerong dengan besar sudut maksimum 45˚. Apabila

perbandingan antara debit dari rumah dengan debit saluran

pengumpul kecil sekali maka penyambungan dapat dilakukan

secara tegak lurus.

Sedapat mungkin sambungan-sambungan dapat diperiksa untuk

mempermudah pemeliharaan saluran

Air dalam jaringan pengumpul jangan sampai menahan air yang

berasal dari rumah tangga. Untuk itu sambungan dari rumah-

rumah harus diletakkan di atas permukaan aliran air kotor

tertinggi.

Jika air buangan dari sambungan masuk ke rumah masuk

secara vertikal ke dalam saluran utama air buangan tidak boleh

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 7

mengalir melalui dinding saluran untuk menghindari terjadinya

kerak pada dinding sekitar sambungan

Pipa ini langsung menerima buangan dari kamar mandi, tempat

cuci yang umumnya terletak di pekarangan rumah. Umumnya pipa

persil berukuran 4-5 inci dan menggunakan material PVC atau

tanah liat.

b. Pipa Service

Pipa service sebaiknya diletakkan di belakang rumah, karena pipa

service ini akan menampung air buangan dari kamar mandi,

tempat cuci, dan lain-lain yang berada di bagian belakang rumah.

Pipa service diharapkan mampu melayani sekitar 50 rumah.

Biasanya terbuat dari tanah liat atau PVC.

c. Pipa Lateral

Adalah pipa penyaluran air buangan setelah pipa service untuk

dialirkan ke pipa cabang. Ukurannya tergantung dari jumlah pipa

service yang dilayani. Untuk sistem jaringan kecil, pipa service

dapat berfungsi sebagai pipa lateral, sedangkan untuk jaringan

besar pipa lateral dapat berkembang menjadi pipa cabang. Pipa

lateral ditempatkan di :

Tepi jalan di bawah trotoar untuk memudahkan penggalian di

kemudian hari terutama untuk pemeliharaan dan perbaikan.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 8

Di bawah jalan tepat di bagian tengah bila jalan tidak cukup

lebar dan di kedua sisi jalan terdapat pemukiman yang sama

padatnya.

Jika kuantitas air buangan air buangan dari kedua sisi jalan

tidak sama besarnya, maka pipa dipasang di sisi yang paling

besar debit air buangannya.

Tengah jalan, untuk jalan – jalan yang dikedua sisinya

mempunyai jumlah rumah yang sama banyaknya dan elevasinya

lebih tinggi dari jalan.

Kedua sisi jalan, bila terdapat banyak rumah baik di kiri

maupun di kanan jalan.

Pada elevasi yang lebih tinggi jika di sisi jalan terdapat

perbedaan elevasi.

d. Pipa Cabang

Merupakan pipa yang menampung air buangan dari pipa-pipa

lateral dengan bentuk saluran bulat atau oval.

e. Pipa Induk

Merupakan pipa utama yang mengalirkan air buangan ke bangunan

pengolah air buangan dan menampung aliran air buangan dari pipa-

pipa cabang

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 9

f. Manhole

Manhole berfungsi sebagai tempat untuk memeriksa

atau memperbaiki serta membersihkan saluran dari

kotoran yang terbawa aliran. Mengingat fungsinya

tersebut, maka manhole harus direncanakan dengan

baik sehingga dapat memberikan kemudahan bagi

petugas dalam melaksanakan tugasnya. Penempatan

manhole ditetapkan pada tempat-tempat tertentu,

yaitu :

1) pada perubahan arah aliran (belokan > 22,5o baik horisontal

maupun vertikal, pertemuan saluran)

2) pada perubahan diameter saluran

3) pada perubahan kemiringan saluran

4) pada jarak tertentu seperti tercantum di bawah ini :

Tabel F.1. Jarak Manhole

Diameter Jarak Antar Manhole

Inch Milimeter meter

8

20

30

40

200

500

750

1000

25 – 75

75 – 100

100 – 125

125 – 150

Sumber : Bahan Training Instalasi Jaringan DPU

Typical Manhole

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 10

Kriteria Manhole

Agar manhole berfungsi sesuai dengan peruntukannya, maka

manhole harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :

1) manhole harus bersifat padat

2) dinding dan fondasi harus bersifat kedap air

3) manhole harus tahan terhadap gaya luar

4) luas manhole harus cukup dimasuki operator

5) bahan manhole beton atau pasangan batu bata/kali, jika

kedalaman lebih dari 2,5 meter harus menggunakan beton

bertulang

6) bagian atas manhole harus fleksibel

7) tutup manhole harus mudah diperbaiki

Tabel F.2. Diameter Manhole

Kedalaman (m) Diameter (m)

< 0,8

0,8 – 2,1

> 2,1

0,75

1,00

1,5

Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan. Jakarta; 2003

g. Drop Manhole

Drop manhole berfungsi sama dengan

manhole, hanya pemakaiannya berbeda

Typical Drop Manhole

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 11

karena drop manhole dipakai untuk pertemuan saluran yang

mempunyai perbedaan ketinggian relatif besar. Tujuan

dipergunakannya drop manhole adalah untuk menghindari

splushing/enceburan air buangan yang dapat merusak saluran,

akibat penggerusan dan pelepasan H2S. Pengertian perbedaan

ketinggian ini sebenarnya relatif. Ada yang menganjurkan

perbedaan tinggi minimum 60 cm, sementara ada yang

menganjurkan angka 90 cm.

h. Belokan atau Tikungan (Bend)

Harus ada bak control dan mempunyai

syarat minimum jari-jari tikungan harus

sama atau lebih besar dari tiga kali

diameter pipa saluran.

Berfungsi untuk membelokkan arah aliran,

banyak dipakai pada pertemuan antara lateral dengan

service pipe, lateral dengan sub main pipe atau karena mengikuti

belokan pada arah jalan. Mengingat pada tikungan kehilangan

energi cukup besar, maka perlu diperhatikan beberapa persyaratan

dalam merencanakan tikungan, yaitu :

1. tidak boleh terjadi perubahan diameter atau kemiringan

2. pembuatan dinding saluran selicin mungkin

3. harus ada manhole untuk pemeriksaan

Typical Bend

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 12

4. radius minimum belokan ≥ diameter saluran

i. Transition dan Junction,

Diperlukan bila terjadi pertemuan antara

cabang yang disambungkan atau memasuki

saluran utama.

Transition adalah keadaan terjadinya

perubahan diameter saluran. Junction

adalah tempat penggabungan beberapa

buah saluran. Pada transition dan junction

pipe terjadi kehilangan energi sehingga dalam perencanaannya

perlu diperhatikan :

1. pembuatan dinding harus sedini mungkin

2. pada junction diusahakan kecepatan aliran seragam dan

perubahan arah aliran terlalu tajam

3. harus ada manhole untuk pemeriksaan

j. Bangunan terminal/Clean out,

Bangunan ini dipasang pada ujung awal saluran air buangan.

Bangunan terminal cleanout mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. lubang tempat penyisipan alat pembersih ke dalam saluran

2. pipa tempat penggelontoran saluran, yaitu dengan

memasukkan air dari ujung bagian atas terminal cleanout.

Typical Junction

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 13

Bangunan ini terdiri dari pipa dengan diameter tertentu yang

sesuai dengan diameter saluran, disambungkan vertikal dengan

menggunakan Y connection dan bend, dan bagian atasnya ditutup

dengan frame yang terbuat dari besi tuang. Biasanya bangunan ini

terletak pada bagian awal saluran, yaitu pada pipa service dan

mempunyai jarak ke manhole sekitar 50-70 meter.

k. Building Sewer

disebut juga house connection adalah cabang antara saluran air

buangan dengan saluran rumah-rumah penduduk.

l. Siphon

dalam pembuatan siphon harus diingat bahwa siphon harus selalu

terisi dan terdapat kecepatan yang tertentu dan tetap untuk dapat

mengalirkan air yang masuk.

Siphon diperlukan jika saluran melintasi sungai atau rel kereta api.

Dalam menentukan demensi dari siphon, beberapa faktor perlu

diperhatikan, yaitu :

1. kehilangan energi

2. kemudahan dalam pemeliharaan

3. kemanpuan dalm menyalurkan

Kehilangan energi dalam siphon, selain dipengaruhi oleh parameter

saluran, terutama dipengaruhi oleh kecepatan dalam saluran,

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 14

karena itu kecepatan dalam siphon direncanakan berkisar antara 3-

4 fps.

Kemudahan pemeliharaan ditentukan oleh lengkungan siphon

karena itu radius lengkungan siphon harus besar sehingga endapan

lumpur tidak terakumulasi pada belokan. Kemampuan dalam

menyalurkan dimaksudkan sebagai kemampuan siphon dalam

menyalurkan air pada setiap kondisi, baik pada waktu aliran

minimum atau pada waktu aliran puncak. Siphon biasanya

dilengkapi dengan manhole baik pada awal ataupun di siphon.

Kreteria Perencanaan Siphon adalah :

diameter minimum 15 cm

pipa harus terisi penuh

kecepatan pengaliran konstan agar mampu menghanyutkan

kotoran, kecepatan perencanaan biasanya > 1 m/s

dibuat tidak terlalu tajam agar mudah dalam

pemeliharaannya

perencanaan harus dipertimbangkan debit minimum, rata-

rata, dan maksimum

Pada awal dan akhir siphon dibuat sumur pemeriksaan untuk

mempermudah dalam pembersihan.

Dimensioning

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 15

Dimensi siphon harus dapat dihitung dengan mempergunakan

persamaan kontinuitas

Q = A.V = ¼ π.d2.V

Dimana :

Q = debit air buangan (m3/dt)

V = kecepatan aliran dalam siphon (m/dt)

D = diameter pipa siphon (m)

Kehilangan Tekanan

Kehilangan tekanan dalam siphon sangat berperan dalam

perencanaan siphon. Dengan mengetahui kehilangan tekanan

dalam siphon yang kita rencanakan, kita dapat menentukan

perbedaan ketinggian awal dan akhir saluran siphon dengan tepat.

Kehilangan tekanan dalam siphon dihitung berdasarkan :

H = v2 /2g (1+a+b.L/D)

A = 1/µ-1

B = 1,5 (0,01989 + 0,0005078/D)

Dimana :

h = kehilangan tekanan sepanjang pipa siphon (m)

v = kecepatan aliran dalam siphon (m/dt)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 16

a = koefisien kontruksi pada mulut dan belokan pipa (miror

losses)

b = koefisien gaya gesek antara air dan pipa (major losses)

L = panjang pipa (m)

D = diameter pipa (m)

Ambang Pelimpah

Untuk miniature agar air buangan dapat masuk ke dalam saluran

pipa siphon sesuai dengan perencanaan, maka diperlukan ambang

pemisah yang sekaligus berfungsi sebagai pelimpah kelebihan air

buangan. Persamaan yang dipergunakan dalam perhitungan

ambang pelimpah adalah :

Q = 1/3.L.H 3/2

Q = debit air buangan (m3/dt)

L = panjang ambang (m)

H = ketinggian air di atas ambang (m)

m. Ventilasi

Berfungsi untuk mengeluarkan gas yang terbentuk dalam pipa dan

untuk mengukur tekanan udara dalam saluran atau manhole

menjadi sama dengan tekanan luar. Ventilasi udara membutuhkan

waktu lebih dari 18 jam hingga sampai ke instalasi pengolahan

karena selama waktu tersebut diperkirakan dapat terjadi gas-gas

yang berbahaya bagi kesehatan dan dapat mempengaruhi daya

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 17

tahan pipa. Penempatan ventilasi udara pada tutup manhole dan

diusahakan dapat mencegah infiltrasi aliran dari luar.

Jarak pemasangan ventilasi udara dihitung dengan rumus :

X = V * t

Dimana :

X = jarak ventilasi udara (m)

V = kecepatan aliran (m/dt)

t = waktu (18 * 3600 dt)

Dalam kenyataannya karena pada pengaliran ada hambatan dan

gangguan maka persamaan di atas harus dikoreksi karena adanya

pengendapan dalam saluran dapat mempercepat terjadinya

penguraian.

Ventilasi pada jaringan air buangan diperlukan untuk :

1) Mencegah tertahannya udara dan gas yang terbentuk dari air

buangan yang dapat membahayakan serta dapat

menimbulkan korosi.

2) Mencegah terbentuknya H2SO4 yang dapat menimbulkan

karat pada besi.

3) Mencegah timbulnya bau gas akibat pembusukan air buangan.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 18

4) Mencegah timbulnya tekanan di atas atau di bawah atmosfer

sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya pengaliran pada

plumbing fixture.

5) Pemberian ventilasi dilakukan pada manhole dan bangunan

terminal clean out.

n. Bangunan Penggelontor,

Bangunan penggelontor direncanakan sehingga cukup untuk

menampung air guna keperluan menggelontor. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan di dalam perencanaan bangunan penggelontor

adalah:

1) Penggelontor tidak boleh merusak saluran yang ada (erosi

dan pengikisan)

2) Penggelontoran tidak boleh mengotori saluran

3) Air yang digunakan harus tercukupi kuantitasnya, tidak boleh

mengandung lumpur dan pasir.

4) Air penggelontor tawar, tidak asam dan tidak basa.

Bangunan Penggelontor adalah bangunan yang dapat

mengumpulkan air serta dilengkapi dengan peralatan untuk

keperluan penggelontor yang dapat bekerja secara otomatis atau

manual. Air untuk keperluan penggelontoran dapat berasal dari

PAM, air sungai, waduk atau sumber lainnya, asal memenuhi syarat

sebagai air penggelontor, yaitu jernih, tidak mengandung partikel

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 19

padat dan tidak bersifat asam atau basa. Pada waktu

penggelontoran harus diperhitungkan kecepatan gelombang aliran

penggelontoran yang aman terhadap pipa sehingga dapat dicegah

pukulan air yang besar terhadap pipa atau terjadinya water

hammer. Faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan

penggelontoran :

1. air penggelontor harus bersih, tidak mengandung lumpur atau

pasir dan tidak asam, basa, atau asin.

2. Air penggelontor tidak boleh mengotori saluran

Untuk penggelontoran pasa sistem penyaluran air buangan, sumber

air penggelontor diambil dari saluran air minum (PDAM), selain

kontinuitasnya kebersihanpun terjamin.

1) Fungsi Bangunan Penggelontor

√ mencegah pengendapan kotoran dalam saluran

√ mencegah pembusukan kotoran padat dalam saluran

√ menjaga kedalaman air dalm saluran agar tercapai

kedalaman berenang

2) Jenis Penggelontoran

√ Sistem kontinyu

√ Penggelontoran dengan sistem kontinyu dilakukan terus

menerus dengan debit konstan, dalam perencanaan

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 20

demensi saluran tambahan debit air buangan dari

penggelontoran harus diperhitungkan.

√ Sistem Periodik

√ Penggelontoran dengan sistem periodik dilakukan secara

berkala/periodik pada kondisi aliran minimum.

Penggelontoran dengan sistem periodik paling sedikit

dilakukan dengan sistem periodik paling sedikit dilakukan

sekali dalam sehari.

3) Volume air penggelontor tergantung pada :

√ diameter saluran yang digelontor

√ pajang pipa yang digelontor

√ kedalaman minimum aliran pada pipa yang digelontor

√ kedalaman gelontor yang dinginkan

Vgelontor = L (Agel – Amin)

Dimana :

Vgelontor = volume air penggelontor (m/det)

L = panjang pipa yang digelontor (m)

Agel = Luas penampang basah saat penggelontoran (m2)

Amin = Luas penampang basah pada aliran minimum (m2)

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 21

F.1.2 Bangunan pengolahan (IPAL)

Penentuan Lokasi Pengolahan

Lokasi pengolahan diusahakan tidak dekat rumah penduduk. Hal ini

disebabkan proses yang ada dalam pengolahan, yang kemungkinan

menimbulkan bau. Oleh sebab itu, penentuan lokasi pengolahan

selain mempertimbangkan kondisi topografi tanah, perlu juga

mempertimbangkan dampak estetika bagi masyarakat di sekitarnya.

Kapasitas Bangunan Pengolahan

Kapasitas bangunan pengolahan disesuaikan dengan besarnya tingkat

beban pelayanan yang harus diolah. Kapasitas bangunan yang terlalu

berlebihan dibandingkan dengan tingkat beban pelayanan berarti

pemborosan. Namun, bukan berarti kapasitas bangunan dibuat sama

dengan tingkat beban pelayanan, namun harus pula dipertimbangkan

kebutuhan untuk pengembangan dan peningkatan pelayanan.

Unit operasi dan unit proses

Unit operasi dan unit proses dalam perencanaan bangunan

pengolahan air buangan mencakup proses-proses yang dapat

dikategorikan dalam pengolahan pendahuluan (pretreatment),

pengolahan tingkat pertama (primary treatment), pengolahan tingkat

kedua (secondary treatment).

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 22

Unit operasi dan unit proses yang akan digunakan untuk pengolahan

ditentukan dengan menyesuaikan kebutuhan pengolahan yang perlu,

artinya pertimbangan untuk menentukan jenis pengolahan disesuaikan

dengan fungsi dari masing-masing unit pengolahan. Hal ini berarti

pengolahan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

a. Pengolahan Tingkat I (Primary Treatment)

Pengolahan tingkat pertama ditujukan untuk menghilangkan atau

menyisihkan bahan-bahan yang dapat mengganggu atau merusak

peralatan/unit pengolahan maupun proses pengolahan selanjutnya

dan mengurangi beban pengolahan di unit berikutnya.

a.1. Saluran Pembawa

Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air buangan

dari satu unit pengolahan ke unit pengolahan berikutnya.

a.2. Penyaringan (Screening)

Tujuan utama dari penyaringan adalah untuk melindungi

pompa, pipa dan peralatan mekanik lainnya agar tidak

terjadi clogging atau penyumbatan. Unit ini akan

menyisihkan komponen padat dengan ukuran yang besar,

seperti dahan, ranting, kayu, sampah dan lain-lain.

Penyaringan biasanya diklasifikasikan menjadi dua tipe;

saringan kasar dan saringan halus. Saringan kasar biasanya

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 23

terbuat dari batangan baja atau logam lainnya dengan jarak

1 cm dari masing-masing batang dan membentuk sudut

tertentu terhadap arah aliran air buangan; sedangkan

saringan halus terbuat dari textile khusus dengan pori-pori

berdiameter tertentu. Bahan tersebut ditempatkan

sedemikian rupa sehingga membentuk drum dan air buangan

yang telah disaring oleh saringan kasar masuk ke dalam drum

dan disaring kembali oleh saringan halus. Biasanya kedua

jenis saringan ini dipasang secara seri dan dibersihkan secara

periodik baik manual maupun mekanik.

Saringan terdiri atas saluran persegi panjang yang menerima

air buangan dari sistem penerima. Secara hidraulik,

kecepatan aliran tidak lebih dari 1,0 m/s dimana kecepatan

aliran sebesar 0,3 m/s sering digunakan sebagai acuan dalam

kriteria desain. Headloss yang terjadi tergantung pada

tingkat penyumbatan, umumnya headloss pada saringan tidak

lebih dari 0,1 m dan 0,3 m pada saat Pembersihan.

Bar screen umumnya dibuat dari batangan besi atau baja

yang dipasang sejajar membentuk kerangka yang kuat. Kisi-

kisi tersebut dipasang melintang pada saluran sebelum unit

pengolahan selanjutnya membentuk sudut 300 sampai 450

terhadap bidang datar saluran (Elwyn E.Seelye,1960).

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 24

Tabel F.3 Kriteria Desain Saringan pada saat Pembersihan Manual dan

Mekanik

Faktor Desain Pembersihan Manual

Pembersihan Mekanik

Kecepatan (m/s) 0.3-0.6 0.6-1.0

Ukuran Bar,

Lebar (mm) 4-8 8-10

kedalaman (mm) 25-50 50-75

Jarak antar bar (mm) 25-75 10-50

Slope (0 ) 45-60 75-85

Allowable head loss (mm) 150 150

Maximum head loss (mm) 800 800 Sumber: Sydr R.Qasim,1985 (p.158)

Kehilangan tekanan pada batang dapat dihitung berdasarkan

persamaan

hL = β 3/4)(dW

hv sin θ

dimana :

hL = kehilangan tekanan pada kisi-kisi (m)

β = faktor bentuk batang “factor Kirschmer”

W = lebar atau diameter batang (m)

d = jarak bukaan antar batang (m)

hv = velocity head (m)

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 25

Gambar 3.1. Contoh Bar Screen

a.3. Sedimentasi Pertama (Primary Sedimentation)

Bak pengendap pertama berfungsi untuk mengurangi partikel

padat dalam air buangan dengan cara mengendapkan pada

suatu tangki selama waktu tertentu sehingga terendapkan

sekaligus mengurangi kekeruhan dan beban organik.

Primary Sedimentation dioperasikan untuk mengendapkan

senyawa organik solid dari air buangan. Mayoritas suspended

solid didalam air buangan bersifat lengket dan terflokulasi

secara alami. Primary Sedimentation bekerja dengan metode

klarifikasi tingkat II tanpa penambahan senyawa koagulan,

pengadukan maupun operasi flokulator. Materi organik yang

lebih berat dari air, seperti minyak dan lemak, akan

mengendap secara perlahan dengan kecepatan 1,0 – 2,5

m/jam. Berikut kriteria dalam mendesain unit primary

sedimentation:

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 26

Tabel F.4 Kriteria Desain untuk Tangki Primary Sedimentation

Parameter Nilai

Kisaran Tipikal

Waktu detensi, h 1.5-2.5 2.0

Overflowrate, m3/m2.d

Debit rata-rata 32-48

Debit Puncak 80-120 100

Weir loading, m3/m.d 125-500 250

Dimensi, m. Muda

Kedalaman 3-5 3.6

Panjang 15-90 25-40

Lebar 3-24 6-10

Sludge scrapper speed, m/min 0.6-1.2 1.0

Circular

Kedalaman 3-5 4.5

Diameter 3.6-60 12-45

Bottom slope, mm/m 60-160 80

Sludge scrapper speed, r/min 0.02-0.05 0.03

Sumber: Metcalf & Eddy, Inc. 1991(c. 5-36)

Lumpur yang terbentuk harus disisihkan dari primary

sedimentation sebelum kondisi anaerobik terbentuk. Jika

lumpur terdekomposisi dalam kondisi anaerobik, maka

gelembung gas akan terbentuk sehingga lumpur yang telah

mengendap akan terangkat kembali kepermukaan. Hal ini

akan mengurangi kepadatan dari lumpur yang telah

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 27

terbentuk dan mengkibatkan proses penyisihan menjadi tidak

efisien. Oleh karena itu sistem penyisihan harus dilakukan

setelah partikel-partikel tersebut mengendap selama 30 min

sampai 1 jam.

Banyaknya lumpur yang tersisihkan pada tangki primary

sedimentation tergantung pada beberapa hal antara lain;

konsentrasi air buangan, efisiensi pengendapan dan kondisi

lumpur (seperti specific gravity, water content, dll).

Penurunan harga BOD tergantung pada overflow ratenya,

namun biasanya penurunan BOD berkisar 50-60%. Tentu angka

ini diambil dengan asumsi tidak ada penurunan harga DO dan

tidak reaksi bio-oksidasi didalam primary sedimentation.

Jenis bak pengendap yang sering digunakan adalah jenis yang

berbentuk lingkaran (circular clarifier). Keuntungan

pemakaian jenis ini dibanding dengan bentuk persegi panjang

(rectanguler clarifier) adalah dalam hal pengumpulan lumpur

menggunakan peralatan mekanis yang perawatan dan

pengoperasiannya lebih murah dan mudah.

Prinsip pemisahan partikel tersuspensi dalam cairan

tergantung pada besarnya spesifik gravity partikel tersebut.

Jika cairan yang mengandung tersuspensi ditempatkan pada

tempat yang tenang, maka partikel tersuspensi dengan

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 28

spesifik gravity lebih besar dari cairan akan terendapkan,

sedang yang memilki spesifik gravity yang lebih kecil dari

cairan akan terapung.

Beban permukaan dan waktu detensi adalah faktor-faktor

yang penting dalam menentukan dimensi bak pengendap.

Besarnya beban permukaan diterapkan berdasarkan

karakteristik air buangan, konsentrasi partikel yang

diendapkan, dan jenis suspensi yang akan dipisahkan.

Perhitungan dimensi bak pengendap didasari persamaan-

persamaan:

VQt

AQVo

d ×=

=

24

dimana

Vo = Overflow rate (m3/m2.hari)

Q = Debit air buangan rata-rata (m3/hari)

A = Luas permukaan bak (m2)

td = Waktu detensi (jam)

Faktor penentu untuk mendesain Bak Pengendap Pertama

adalah:

overflow rate

kedalaman tangki

waktu detensi

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 29

b. Pengolahan Tingkat II (Secondary Treatment)

Pengolahan tingkat dua ditujukan untuk penyisihan substansi

organik biodegradable, baik yang berada dalam bentuk koloid

maupun terlarut.

Pemilihan pengolahan yang digunakan didasarkan pada :

Efisiensi pengolahan yang diinginkan

Karakteristik operasional yang dikehendaki

Ketersediaan lahan

Evaluasi ekonomi untuk keseluruhan biaya operasi

Air buangan yang telah melalui pengolahan tingkat I diperkirakan

masih mengandung 40-50% dari padatan tersuspensi dan semua

padatan terlarut, baik organik maupun anorganik. Penghilangan

zat organik ini dapat melalui proses secara kimia-fisik dan secara

biologi. Kombinasi keduanya bermanfaat untuk menghilangkan

kandungan padatan dalam air buangan dan kandungan BOD sesuai

dengan tingkat yang diperbolehkan. Namun, dalam pengolahan air

buangan domestik, biasanya digunakan pengolahan secara biologi.

b.1. Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Aerobic

Proses pengolahan air limbah secara biologis aerobic adalah

dengan memanfaatkan aktifitas mikroba aerob, untuk

menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah,

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 30

menjadi zat inorganik yang stabil dan tidak memberikan

dampak pencemaran terhadap lingkungan. Mikroba aerob ini

sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak

terbatas dan selalu dapat diperoleh dengan sangat mudah.

Dalam kapasitas yang terbatas alam sendiri sudah mampu

menetralisir zat organik yang ada dalam air limbah.

Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di

udara sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di

udara tidak terbatas. Pemenuhan oksigen dapat dibantu

dengan peralatan mekanis (aerator), aliran udara bertekanan

atau pertumbuhan mikrobia itu sendiri (algae).

Jenis Teknologi Pengolahan Air Limbah Biologis Aerobic :

Kolam Oksidasi

Kolam oksidasi adalah bentuk reaktor pengolahan air limbah

secara biologis aerobic yang paling sederhana. Reaktor

berbentuk kolam biasa, dari tanah yang digali dan air limbah

dimasukkan kedalamnya dengan suatu waktu tinggal tertentu

(sekitar 7-10 hari. Kedalaman kolam tidak lebih dari 1,0 m

(0,4 – 1,0 m). Pemenuhan oksigen dapat diperoleh dari :

a. Absorpsi ke permukaan air di kolam melalui proses difusi

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 31

b. Adanya mixing/pengadukan pada permukaan kolam akibat

pengaruh angin dan permukaan kolam yang cukup luas

c. Photosyntesa dari keberadaan algae

Permasalahan dari Kolam Oksidasi antara lain :

a. Membutuhkan lahan yang luas

b. Efisiensi penurunan zat organik sangat terbatas, (influen +

200 mg/lt BOD, efluen + 50 mg/l BOD) dan masih

mengandung zat padat tersuspensi yang tinggi dari adanya

algae (100 – 200 mg/l).

c. Efisiensi tidak stabil (menurun pada malam hari) karena

proses photosyntesa terhenti.

Kolam oksidasi ini biasanya digunakan untuk proses

pemurnian air limbah setelah mengalami proses

pendahuluan. Fungsi utamanya adalah untuk penurunan

kandungan bakteri yang ada dalam air limbah setelah

pengolahan.

Kolam tanaman

Sistem pengolahan air limbah secara biologis aerobic, dapat

dilakukan juga dengan memanfaatkan tanaman air. Seperti

halnya kolam oksidasi, kolam tanaman ini juga digunakan

untuk pengolahan tahap ke-II , karena terbatasnya

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 32

kemampuan mengolah beban organik yang tinggi. Suplai

oksigen juga dari proses photosyntesa. Seringkali juga

ditambahkan aerasi mekanis dengan kapasitas terbatas.

Kolam aerasi

Kolam aerasi secara kontruksi masih mendekati kolam

oksidasi. Tetapi kedalamannya jauh lebih besar, yaitu 3-4 m.

waktu tinggal lebih pendek (2-5 hari). Kolam aerasi ini ada

yang dioperasikan secara aerobic penuh, tetapi juga ada yang

secara fakultatif yaitu lumpur yang merupakan pertumbuhan

massa mikroba dibiarkan mengendap di dalam kolam itu

sendiri dan mengalami degradasi secara proses anaerobic.

Sementara yang dioperasikan secara aerobic penuh

dibutuhkan kolam tambahan yang terpisah untuk

mengendapkan lumpur. Suplai oksigen diperoleh dari aerator

mekanis. Permasalahan dalam kolam aerasi antara lain :

a. Masih membutuhkan lahan yang luas, walaupun lebih kecil

jika dibandingkan dengan kolam oksidasi

b. Membutuhkan energi yang besar, karena disamping untuk

suplai oksigen juga untuk pengadukan secara sempurna,

khususnya yang aerobic penuh.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 33

b.2. Anaerobic Filter

Anaerobic Filter (AF) atau Fixed Bed atau biofilter adalah

reaktor berisi media (batu, plastik raschig ring, flexi ring,

plastic ball, cross flow dan tubular media, kayu, bambu atau

yang lainnya) untuk perlekatan bakteri. Media biasanya

dipasang secara random atau acak dengan tiga model operasi

upflow, downflow dan fluidized bed, masing-masing disertai

dengan kelebihan dan kekurangannya.

AF usulan Young dan McCarty (1969) dan UASB karya Lettinga

(1972) banyak diterapkan untuk mengolah air limbah industri

ber-COD tinggi. Reaktor high rate ini, seperti dikompilasi

oleh Iza J, et.al., (1991) telah banyak diaplikasikan untuk

mengolah air limbah berbagai jenis. Kunci suksesnya adalah

reaktor tersebut mampu menghasilkan swahenti (pembatasan

gerak sel pada suatu ruang) biomassa dalam bentuk biofilm

atau biogranule (biobutir). Yang berbeda adalah mekanisme

retensi biomassanya agar tidak hanyut yakni AF tidak

membutuhkan separator padat/cair/gas, seperti halnya

UASB. Retensinya terjadi karena adesi dan adsorpsi pada

permukaan media oleh slime dan pada mikropori atau

retakan media.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 34

Media lekat (carrier) adalah komponen utama reaktor AF.

Karena fully packed (terisi media 100%) maka porositas AF

identik dengan saluran (channel) semu yang jumlahnya tak

berhingga dan luas penampang basahnya pun besar. Diameter

media biasanya berkisar antara 2 - 17 cm (Droste R, 1997)

dan idealnya, harus memiliki permukaan yang luas dan

porositasnya besar. Makin tinggi porositas, makin tinggi pula

akumulasi biomassanya dan mereduksi dimensi reaktor tanpa

perubahan debit dan waktu tinggal hidrolis.

Disebutkan di atas, porositas reaktor (ruang antar media)

menjadi ruang tumbuh mikroba tersuspensi. Jadi, selain

mikroba yang melekat pada media, AF juga memfasilitasi

mikroba tersuspensi agar berkembang di ruang tersebut.

Pertumbuhannya didukung oleh regim aliran yang tenang

(quiscent) sehingga tumbuh optimal. Namun demikian, ada

potensi negatifnya yakni tersumbat (plugging, clogging) oleh

biomassa atau padatan tersuspensi yang ada di air limbah.

Inilah masalah AF selain harga medianya mahal sehingga

sering digunakan untuk instalasi kecil.

Dengan demikian, penerapan AF pada skala lapangan (full

scale) harus mempertimbangkan jenis dan mutu air limbah,

jenis media dan mode operasinya. Jika air limbahnya kaya

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 35

dengan padatan tersuspensi (suspended solid) atau

menyebabkan presipitasi zat organik dan inorganik maka AF

tidak layak (tidak kompatibel) digunakan. Namun masalah ini

dapat dikurangi dengan mode operasi downflow filter.

Proses dengan pertumbuhan melekat juga dikenal dengan

metode bio-filter. Massa mikroba tumbuh berkembang

melekat pada media. Media ini bisa berupa batu atau media

artifisial berupa plastik atau PE. Suplai oksigen dapat

dilakukan melalui aliran udara alami dengan metode aliran

yang menetes (trickling) kebawah atau melalui peralatan

mekanis (submersible aerator atau diffuser yang disuplai oleh

blower). Dengan mengandalkan aliran udara alami media

selalu dalam keadaan kering (tidak terendam air), sedangkan

dengan peralatan mekanis media dalam keadaan terendam

(submerged).

Massa mikroba yang mengalami kematian akan terlepas dari

media dan terbawa aliran effluen. Dengan demikian pada

metode bio-filter ini juga diperlukan tangki pengendapan

untuk memisahkan bio-solid yang terbawa aliran efluen.

Dari segi operasional metode bio-filter ini lebih sederhana

dari pada metode lumpur aktif dan membutuhkan area yang

lebih kecil jika dibandingkan dengan kolam aerasi.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 36

Tetapi problem yang utama adalah sulit mengendalikan

jumlah massa mikroba di reaktor (media bio-filter), terutama

jika terjadi perubahan beban organik dari air limbah yang

diolah.

b.3. Unit Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Tujuan dari pengolahan air buangan dicapai dengan

mengkonsentratkan buangan tersebut kedalam bentuk

padatan dan memisahkan padatan tersebut dari cairan

asalnya. Konsentrasi solid ini, yang dikenal dengan istilah

sludge, mengandung berbagai material yang tidak diharapkan

dan harus disingkirkan.

Karakteristik dari sludge tergantung pada karakteristik air

buangannya dan efisiensi dari pengolahan tingkat I dan II.

Sumber dari sludge-pun tidak hanya dari raw material of

wastewater saja tapi juga dapat berasal dari pengendapan

bahan kimia yang ditambah selama pengolahan, nitrifikasi-

denitrifikasi didalam unit pengolahan dan unit operasi yang

menghasilkan sludge, seperti screening dan grinding. Masing-

masing unit pengolahan menghasilkan sludge dengan

karakteristik yang berbeda-beda, tergantung dari efisiensi

masing-masing unit pengolahan.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 37

Primary sedimentation dapat mengendapkan 40-60 persen

solid dari air buangan. Sludge dari primary sedimentation

mengandung senyawa organik dan inorganik dengan harga

BOD yang sangat tinggi sehingga kondisi anaerobik dapat

tercapai dalam waktu yang singkat sehingga penanganan dari

sludge primary sedimentation harus dilakukan dengan cepat.

Solid yang tidak terendapkan di unit pengolahan tingkat I

akan diolah pada unit pengolahan tingkat II. Peningkatan

konsentrasi solid dapat terjadi dari konversi senyawa organik

terlarut menjadi biomassa berupa material sellulosa.

Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan tingkat satu, dua

dan tiga diolah dalam unit pengolahan lumpur, dengan

tujuan untuk :

mereduksi volume lumpur

mengontrol proses pembusukan

menstabilkan kondisi lumpur

memanfaatkan lumpur untuk keperluan lain

b.4. Sludge Drying Bed

Sludge drying bed berfungsi untuk mengurangi kadar air

dalam lumpur atau sebagai alat pengering lumpur dengan

bantuan panas sinar matahari

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 38

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 39

Skema Gambar :

Gambar F.2. Sludge Drying Bed

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 40

b.5 Mekanikal dan Elektrikal

- Pengertian Instalasi Daya

Yang di maksud instalasi daya adalah daya yang digunakan

untuk menggerakkan pompa-pompa dengan perantara motor

sebagai penggerak/pemutar, kabel sebagai penghantar daya,

dan panel sebagai pembatas, pengaman dan pemutus daya.

Dalam rangkaian system ini harus ada dan harus dalam

kondisi sangat baik dan terjaga, untuk mendapatkan daya

yang sempurna, semua instalasi harus dalam kondisi baik,

dan sempurna sesuai peraturan yang ada dari PUIL atau SNI.

- Panel

Panel merupakan suatu peralatan yang terangkai dalam suatu

Box yang terdiri dari peralatan yang mempunyai tugas dan

fungsi berbeda.

- MCB dan MCCB

Merupakan peralatan yang fungsinya sebagai pemutus arus

dan pengaman arus bila ada hubungan singkat atau adanya

daya yang berlebihan. Untuk jenis dan ukuran menyesuaikan

kebutuhan.

- Contaktor

Merupakan peralatan tambahan untuk menjalankan pompa

secara manual atau otomatic peralatan ini bekerja

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 41

berdasarkan perintah otomatic dari water level control atau

manual.

- Kabel

Kabel merupakan penghantar arus listrik dari panel ke motor

pompa, kabel dari jenis tahan air yaitu NYYHY, bila kabel

kondisi masih kurang baik, akan mengganggu kinerja pompa

dan kemampuan pompa, jadi kondisi kabel harus dalam

kondisi baik dan sempurna.

- Motor

Motor merupakan alat yang sangat vital sekali, motor

berperan sangat penting yaitu untuk memutar pompa dan

Impeller bergerak untuk memutar dan memindahkan air

lumpur.

- Pompa

Pompa adalah suatu peralatan yang bertugas memindahkan

air dan lumpur ketempat lain, dengan bantuan putaran motor

impeller berputar.

F.1.3 Peran Pemerintah Dan Masyarakat

Menurut peraturan pemerintah No.14 tahun 1987, mengenai penyerahan

sebagian urusan pemerintah di bidang PU kepada daerah, Pemerintah Daerah

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 42

bertanggung jawab terhadap konstruksi, manajemen dan pengoperasian

fasilitas sanitasi lingkungan perkotaan, sementara buku pedoman umum

diberikan oteh Pemerintah Pusat terkait.

Pada tahun 1999, tetah diterbitkan Undang-undang No.22 dan 25, yang

berisi tentang desentralisasi dan otonomi. Peraturan ini bermaksud

memberikan otonomi yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah, sehingga

jelas bahwa penanganan infrastruktur sanitasi lingkungan perkotaan

menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Berikut ini adalah wewenang dan tanggung jawab utama Pemerintah :

1. Pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik untuk

keperluan masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran

yang diinginkan. Pemerintah menyiapkan Rencana Pembangunan

NasionaL, untuk menjadi pegangan bagi Propinsi, Kabupaten/Kota

dan untuk memperjetas rencana jangka panjang dan strategi untuk

mempromosikan pengotahan air limbah. Rencana Pembangunan

Nasional tersebut mencakup :

Kebijaksanaan dasar mengenai pengolahan air limbah

Target yang akan dicapai, seperti jumlah daerah dan orang

yang akan ditayani oteh sistem saluran air limbah, jumlah

fasititas yang akan dibangun, jumlah kota yang

melaksanakan program penanganan pengetotaan air limbah

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 43

Program untuk mempercepat penanganan pengeto[aan air

limbah.

2. Penetapan pota pengembangan prasarana dan sarana air limbah

domestic.

3. Penyiapan Norma, Standar, Pedoman, Manual pengembangan

prasarana dan sarana air limbah domestik.

4. Memfasilitasi penyelesaian konflik kepentingan yang terjadi pada

pengembangan prasarana dan sarana air limbah domestik di tingkat

Pemerintahan Daerah dan permasalahan air limbah yang bersifat

khusus dan strategis yang bersifat nasional dan internasional.

5. Melakukan pembinaan, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi

yang berkaitan dengan pengembangan prasarana dan sarana air

limbah domestik. Termasuk mengembangkan Sumber Daya Manusia

(Human Resources Development), sumber daya manusia perlu

dikembangkan untuk mengurangi perbedaan kemampuan di bidang

ini. Program pelatihan perlu diadakan oleh Pemerintah.

6. Pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi

yang berkaitan dengan pengembangan prasarana dan sarana air

limbah domestik; Selama ini terdapat perbedaan kemampuan

sumber daya manusia di antara masing-masing Pemerintah Propinsi

dan Kota. Pedoman teknik dan manual merupakan alat yang paling

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 44

efektif untuk mengurangi perbedaan tersebut. Persiapan dan

pendistribusian pedoman teknik ini merupakan tanggung jawab

Pemerintah.

7. Melaksanakan kebijakan yang bersifat nasional dalam pengembangan

prasarana dan sarana air limbah domestik.

8. Mengumpulkan dan memantau data. Data dari semua kota yang

mempunyai fasilitas pengolahan air limbah harus dikumpulkan oleh

pemerintah. Data tersebut sangat berguna tidak hanya dalam

mempersiapkan 'Rencana Pembangunan Nasional', tapi juga dalam

keikutsertaan masyarakat dan dalam mempertimbangkan

kebijaksanaan, strategi dan pembiayaan.

9. Membuat peraturan yang terkait dengan pengolahan air limbah, yang

merupakan dasar untuk promosi pelaksanaan program penanganan

pengelolaan air limbah domestik.

F.1.4 PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Sebagai pelaku pengembangan prasarana dan sarana air limbah

domestik setelah mendapat pengakuan berupa izin instansi yang

berwenang dari Kabupaten /Kota.

2. Turut dalam upaya penyelamatan lingkungan dari pencemaran

air limbah domestik dengan melakukan pencegahan pencemaran,

penanggulangan pencemaran dan perbaikan kerusakan lingkungan

serta upaya pengendaliannya.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 45

3. Turut dalam penyampaian informasi tentang pengembangan

prasarana dan sarana air limbah domestik kepada masyarakat luas

setelah mendapat izin dart Kabupaten/Kota, serta dapat

berperan menyampaikan informasi balik kepada Kabupaten/Kota

atas kinerja pengembangan prasarana dan sarana air limbah

domestik baik yang dilakukan masyarakat, Badan atau institusi di

Kabupaten /Kota.

4. Memelihara fasilitas kecil yang ada di sekitarnya, seperti fasilitas

pengolahan on site, saluran pembuang, dsb beroperasi untuk seluruh

atau sebagian witayah administrasi Kabupaten/Kota.

5. Turut memelihara fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah, atau

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja dan aktif membayar sesuai tarif

yang tetah ditentukan.

Dalam laporan UNICEF (1995), disebutkan bahwa kesadaran masyarakat

terhadap masalah kesehatan di Indonesia masih rendah dan persepsi

masyarakat terhadap masalah kesehatan yang masih salah :

Masyarakat umumnya masih menganggap bahwa air yang jernih

merupakan air yang aman dan bersih, mereka pun sering

menggunakan air dart sumber yang belum tentu higienis atau

ditindungi.

Membuang hajat di sungai, kolam dan semak-semak tidak

dianggap kurang sopan dan tidak sehat

Belum adanya kesadaran untuk melakukan pembuangan sampah

dan air limbah di tempat yang baik

Karena itu Pemerintah, Propinsi dan Kabupaten/Kota harus mensosialisasikan

pentingnya kualitas hidup yang sehat yang dapat ditakukan metalui :

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 46

Pendidikan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

Informasi kepada masyarakat

a. pentingnya meningkatkan kondisi hidup

b. pentingnya untuk melestarikan sumber air

c. perbandingan dengan negara-negara ASEAN

Kunjungan lapangan oleh penduduk untuk studi banding

F.2 METODOLOGI PENGAWASAN KONSTRUKSI

F.2.1 KONSTRUKSI PEMASANGAN PIPA

Penggalian dan pemasangan pipa air limbah mempergunakan metode

yang sudah memperhitungkan segala aspek yang berhubungan

dengan keamanan dan ketidaknyamanan, sehingga gangguan yang

mungkin ditimbulkan selama pelaksanaan pemasangan pipa dapat

ditekan seminimal mungkin.

Beberapa metode yang diterapkan dalam konstruksi pemasangan

pipa air limbah yaitu:

• Sistem galian terbuka tanpa turap penahan.

• Sistem galian terbuka dengan turap kayu/baja/sheeting plate.

• Sistem “Jacking”, yang digunakan untuk perlintasan sungai,

jalan yang padat lalu lintasnya dan galian yang dalam.

Pada pelaksanaan konstruksi diterapkan metode Clean Construction

yaitu tanah bekas galian langsung dimuat ke dalam truck diangkut

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 47

menuju stock yard (tempat penampungan).

Penggalian dengan excavator dan

langsung dimuat ke dalam truck

Pemasangan pipa tanpa turap

Pemasangan pipa dengan turap

(Sheeting Plate) Pemasangan pipa dengan sistem jacking

F.2.1.1 Perbaikan Jalan

Setelah pipa terpasang, jalan yang telah digali dikembalikan dan

diaspal lagi seperti semula (seperti kondisi sebelum digali).

Proses pemadatan bekas galian pipa Pengaspalan pada bekas galian pipa

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 48

F.3.1.2 Pengaturan Lalu Lintas

Pengaturan lalu lintas sangat penting dalam proyek ini mengingat

pemasangan pipa dilakukan di jalan yang umumnya padat lalu lintas.

Pengaturan arus lalu lintas dilakukan melalui kerjasama dengan

Dinas Perhubungan/LLAJ, Kepolisian dan bahkan dengan anggota

masyarakat.

Pada pengaturan ini disiapkan beberapa fasilitas kelengkapan seperti

papan peringatan lalu lintas (sign board), pembatas area kerja yang

terbuat dari seng (fence), plastic cone, lampu putar dll.

Rambu-rambu lalu lintas untuk

memperlancar dan mengurangi kemacetan lalu lintas

Petugas pengatur lalu lintas berseragam, dilengkapi dengan bendera dan alat

komunikasi

F.3 SAMBUNGAN RUMAH

Sambungan Rumah meliputi jaringan perpipaan yang akan

menyalurkan air limbah dari Kamar Mandi, WC, Tempat Cuci, Dapur

dll menuju House Inlet (bak kontrol) yang dibangun di halaman

depan rumah pelanggan.

Dari House Inlet ini, air limbah kemudian dihubungkan / disalurkan

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 49

dengan pipa PVC ke pipa sewer yang ada di jalan.

House Inlet akan berfungsi sebagai bak kontrol bagi pemeliharaan

saluran air limbah dari pelanggan (rumah-tangga, Hotel, Restoran,

Perkantoran dll), sehingga memudahkan apabila terjadi sumbatan

dll.

House Inlet (Bak Kontrol) dan Pemeliharaannya di halaman rumah. Untuk pemenuhan kebutuhan estetika dari para pelanggan DSDP yang

sudah tidak lagi memiliki halaman, House Inlet ini dibangun dengan

menyesuaikan tuntutan di lapangan agar tidak mengganggu

kenyamanan pelanggan.

House Inlet di daerah pertokoan, menyesuaikan dengan kondisi / kebutuhan awal

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 50

F.4 INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

Sistem pengolahan air limbah ini menggunakan sistem kolam aerasi

dan kolam sedimentasi. Sistem aerasi digunakan dengan maksud

untuk mengurangi kebutuhan luas lahan dan meningkatkan proses

pengolahan menjadi lebih cepat sekaligus meniadakan bau yang

mungkin timbul akibat proses oksidasi yang tidak sempurna.

Sistem ini relatif sederhana sehingga tidak memerlukan tenaga/

operator dengan kualifikasi khusus untuk pengoperasian dan

pemeliharaannya. Ditinjau dari segi biaya investasi dan operasi

pemeliharaan, biaya yang diperlukan relatif rendah.

IPAL ini berlokasi dekat Pelabuhan Benoa yang terletak antara

Wilayah Sanur dan Wilayah Legian-Seminyak nantinya akan

menghasilkan keluaran air olahan dengan BOD kurang dari 30 mg/lt

(masih lebih baik dari standar baku mutu yaitu 50 mg/lt), dan

selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk penyiraman taman kota atau

dialirkan ke laut.

Untuk mengatasi kemungkinan adanya rembesan terhadap air tanah

pada kolam aerasi dilakukan pelapisan dengan geomembrane dan

geotextile (lapisan kedap air yang sangat kuat).

Lingkungan di sekitar IPAL akan ditanami pepohonan dan diberi

taman sehingga nyaman untuk dilihat. Dengan demikian diharapkan

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 51

bahwa kekhawatiran dan pandangan bahwa IPAL merupakan tempat

yang kumuh dan kotor akan dapat dihilangkan.

IPAL tersebut juga direncanakan dapat berfungsi sebagai pusat

pendidikan untuk penanaman kesadaran terhadap lingkungan bagi

para pelajar, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Inlet Inflow pumping station

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 52

Pompa di Inflow pumping station Receiving Tank

Kolam Aerasi Kolam Sedimentasi

F.5 SKEMA PENYALURAN DAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Air limbah domestik dari WC, Kamar Mandi dan Dapur disalurkan

melalui pipa “sambungan rumah” menuju ke jaringan perpipaan air

limbah kemudian mengalir menuju IPAL (Instalasi Pengolahan Air

Limbah) untuk diolah.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 53

F.6 METODOLOGI PENGUJIAN SNI

No Judul No ICS Jangka Waktu (tahun)

Ruang Lingkup

Acuan Merevisi No Tahun Bidang

Adopsi Normatif

1 Cara uji Kadar Air Agregat 91.100.20 2

Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya kadar air agregat.

ASTM C 566-89

-ASTM C 566-78 : Cocrete and Mineral Aggregates (Including Manual of Aggregate and Cocrete Testing)

SNI 03-1971-1990

2007 Rekayasa Jalan dan Jembatan

2

Cara uji Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir

93.020 2

Metode ini digunakan untuk menentukan angka kepadatan lapangan dengan alat konus pasir.

AASHTO T 191-86

-SNI-1742-1989-F : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta -SNI-1743-1989-F : Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

SNI 03-2828-1992

2007 Rekayasa Jalan dan Jembatan

3 Spesifikasi Trotoar 93.080.20 2

Spesifikasi ini digunakan dalam peren-canaan teknis, pelaksanaan, dan pengawasan lapangan

AASHTO 444 North Capitol

SNI 03-2443-1991

2007 Rekayasa Jalan dan Jembatan

Zona I

Zona II

Zona III

Pumping

Pumping

Gravity

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 54

dalam menentukan dimensi, kemiringan, elevasi, dan bentuk trotoar.

4

Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal dengan Cara A

75.140 2

Metode ini digunakan dalam pelaksanaan pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang dinyatakan dengan berat semula.

ASTM D 1754

-ASTM D 1754 : Standard test method for effect of head and air on asphaltic materials by thin film oven test, philadelphia, Pa.19103

SNI 06-2440-1991

2007 Rekayasa Jalan dan Jembatan

5

Cara Uji Kadar Air dan Kadar Fraksi Ringan Dalam Campuran Perkerasan Beraspal

93.080.20 2

Metode ini membahas ketentuan persiapan dan tata cara pengujian kadar air dan kadar fraksi ringan dalam campuran perkerasan beraspal

AASHTO T 110-88

-ASTM D.1461-85 : Srtandard Test Method for Moisture or Volatile Distillates in Bituminous Paving Mixtures -AASHTO T 110-88 :

SNI 03-6752-2002

2008 Rekayasa Jalan dan Jembatan

6

Tata cara pencegahan serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung

91.120.99 2

Tata cara ini mencakup tindak pencegahan serangan rayap terhadap komponen struktur dan non struktur yang menggunakan bahan bangunan kayu

Australian Standard 1981

-Australian Standard 1981 : Soil Treatment For Building Under Construction For Protection Againts Subterranean Termites

SNI 03-2405-1991

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

7

Tata Cara Pencegahan Rayap Pada Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung

91.120.99 2

Tata cara ini bertujuan untuk melindungi bangunan rumah dan gedung yang akan didirikan terhadap serangan rayap, agar keseragaman dan upaya efektifitas dapat tercapai

SNI 03-2404-1991

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

8 Spesifikasi Beton Siap Pakai

2

Spesifikasi terhadap komponen struktur dan

SNI 03-4433-1997

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 55

non struktur yang menggunakan bahan bangunan beton siap pakai

9 Metode Pengujian Slump Beton

91.100.30 2

Metode ini mencakup pengujian terhadap beton untuk komponen struktur dan non struktur bangunan

ASSHTO T 119-74

-ASSHTO T 119-74 : Slump of Portland Cement Concrete. Washington, D.C. -ASTM 143-71 : Test for Slump of Portland Cement Concrete. Philadelphia PA-19103

SNI 03-1972-1990

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

10 Metode pengujian berat isi beton

91.100.30 2

Metode ini mencakup pengujian terhadap berat isi beton untuk komponen struktur dan non struktur bangunan

ASTM C 138-71

-ASTM C 138-71 : Test for Unit Weight,Yield and AIr Content (Granimetric) of Concrete. Philadelphia PA-19103

SNI 03-1973-1990

2007 Rekayasa Jalan dan Jembatan

11 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton

91.100.30 2

Metode ini mencakup pengujian terhadap kuat tekan beton untuk komponen struktur dan non struktur bangunan

ASTM C 192-90a

-ASTM C 138-71 : Test for Unit Weight,Yield and AIr Content (Granimetric) of Concrete. Philadelphia PA-19103 -ASTM T C 191-69 : Making and Curing Concrete Tst Specimens in the Laboratory

SNI 03-1974-1990

2007 Rekayasa Jalan dan Jembatan

12

Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

91.080.30 2

Metode ini mencakup pengujian terhadap kuat tarik belah beton untuk komponen struktur dan non struktur bangunan

ASTM Standard, 1996

-ASTM A 496-94 : Specification for Steel Wire, Deformed for Concrete Reinforcement -ASTM C 670 : Practice for Prevaping Precision and Bias Statements for Test Methods for Construction Materials -ASTM C 39-39a : Test Method for Compressive Strength Of Cylindrical Concrete Specimens -ASTM C 42-90 : Methods of Obtaining and Test Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete -SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan -SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium

SNI 03-2491-2002

2007

Bahan, Sain, Struktur dan Konstruksi Bangunan

13 Metode Pengujian Kekuatan Pipa

91.140.60 2 Metode ini digunakan untuk

KIWA No.49

-KIWA No.49 : Kunstofdrinkwaterbuizen van ongeplasticeerde

SNI 06-2549-1991

2007 Perumahan, Sarana dan Prasarana

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 56

PVC Untuk Air Minum Terhadap Tekanan Hidrostatik.

menentukan kekuatan pipa PVC terhadap tekanan hidrostatik

poly vinyl chloride. -ISO 161/1 - 1978 ( E ) : Thermoplastic pipes for the transport of fluid.Nominal out side diameters and nominal pressure. -ISO 4065 - 1978 ( E ) : Thermoplastic pipes universal wall thickness table -ISO 3606 - 1976 ( E ) : Unplasticized Poly Vinly Chloride pipes.Tolerances on outside diameter and wall thickness -ISO 3126 - 1974 ( E ) : Plastic pipes measurements of dimension. -SNI 0084 - A - 1987 : Pipa PVC untuk saluran air minum ,mutu dan cara uji -ISO, 1167 - 1973 : Plastics pipes for the transport of fluids. Determination of the resistance to external pressure.

Permukiman

14

Metode Pengujian Ketebalan Dinding Pipa PVC Untuk Air Minum

91.140.60 2

Metode ini digunakan untuk menentukan ketebalan dinding pipa PVC

KIWA No.49

-KIWA No.49 : Kunstofdrinkwaterbuizen van ongeplasticeerde poly vinyl chloride. -ISO/DIS 4422/12, : Unplasticed Poly Vinly Chloride (uPVC ) pipes and fitting for watter supply Specification. -ISO 161/1 - 1978 ( E ) : Thermoplastic pipes for the transport of fluid.Nominal out side diameters and nominal pressure. -ISO 3126 - 1974 ( E ) : Plastic pipes measurements of dimension. -ISO 4065 - 1978 ( E ) : Thermoplastic pipes universal wall thickness table -ISO 3606 - 1976 ( E ) : Unplasticized Poly Vinly Chloride pipes.Tolerances on outside diameter and wall thickness

SNI 06-2550-1991

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

15

Metode Pengujian Perubahan Panjang Pipa PVC Untuk Air Minum Dengan Uji Tungku

23.040.20 2

Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya perubahan panjang pipa PVC dengan uji tungku

KIWA No.49

-KIWA No.49 : Kunstofdrinkwaterbuizen van ongeplasticeerde poly vinyl chloride. -ISO/DIS 4422/12, : Unplasticed Poly Vinly Chloride (uPVC ) pipes and fitting for watter supply Specification. -

SNI 06-2553-1991

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 57

ISO 2505 : Unplasticized PVC pipes Determination of longitudinal version - liquid bath immersion method.

16

Metode Pengujian Dimensi Pipa Polietilen (PE) Untuk Air Minum

91.140.60 2

Metode ini membahas cara uji untuk menentukan diameter luar dan tebal dinding pipa PE

SNI 06-4821-1998

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

17

Metode Pengujian Koagulasi Flokulasi dengan Cara jar

13.060.01 2

Metode ini digunakan untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan memakai bahan kimia dalam proses koagulasi flokulasi yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi

-ASTM D 1129 : Definitions of Term Relating to Water -ASTM D 1193 : Specification for Reagent Water -ASTM D 3370 : Practice for Sampling Water -ASTM D 1889 : Test Method for Turbidity of Water -SNI 06-2413-1991 : Metode Pengujian Kualitas Fisika Air. -SNI 06-2420-1991 : Metode Pengujian Kelindian dalam Air dengan Titrimetrik. -SNI 06-2412-1991 : Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air.

SNI 19-6449-2000

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

18

Metode Pengujian Tekanan Internal Rendah Sambungan Mekanik Pipa Polietilena (PE)

23.040.20 2

Metode ini mencakup pengujian tekanan internal rendah sambungan mekanik pipa PE dani sambungan untuk jaringan dan distribusi air minum

SNI 19-6778-2002

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

19

Spesifikasi Cincin Karet Sambungan Pipa Air Minum, Air Limbah dan Air Hujan

23.040.80 2

Spesifikasi ini mencakup sambungan pipa air minum, pipa air limbah, dan pipa air hujan dengan menggunakan cincin karet

SNI 06-4828-1998

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

20

Spesifikasi Pipa Polietilen (PE) dan Sambungannya Untuk Air

23.040.20 2

Spesifikasi ini mencakup sambungan air minum dengan menggunakan

-ISO 138/WG 2 , DP 4427.3 E 1980 : Polyethylene (PE) Pipes and Fittings for Water Supply Specification.

SNI 06-4829-1998

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 58

Minum pipa polietilena (PE)

Part I Metric Series. -ISO TC 138/SC 2 WG 4 N 33, DP 4427.4. : Polethylene (PE) Pipes for Water Supply Specification -ISO 161/I - 1978 : Thermoplastics Pipe For The Transparant of Fluids-Nominal Outside Diameters and Nominal Pressures, Part I : Metric Series

21

Spesifikasi Desinfeksi Perpipaan Air Bersih

23.040.01 2

Spesifikasi ini mencakup perpipaan air bersih melalui desinfeksi

AWWA B 300

-AWWA B 300 : Standard for hypochlorifes. -Pd. M-11-1997-03 : Metode Pengujian Kadar klorin Bebas dalam Air dengan Alat Sinar tampak secara Dietil Femilindiamin ( DFD ) -SNI 06-2413-1991 : Metode Pengujian Kualitas Fisika Air. -SNI 85,3 : Metode Pengujian Kualitas Kimia Air -SNI 06-3957-1995 : Metode Pengujian Jumlah Bakteri Koli Tinja Dalam Air Dengan Tabung Fermentasi. -SNI 06-3956-1995 : Metode Pengujian Jumlah Bakteri Koli Tinja Dalam Air Dengan Saringan Membran. -SNI 06-2412-1991 : Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air. -SNI 06-2431-1991 : Metode Pengujian Klorida dalam Air dengan Argentometrik Mohr.

SNI 19-6783-2002

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

22

Tata Cara Pelapisan Epoksi Cair untuk Bagian dalam dan Luar pada Perpipaan air dari Baja

87.020 2

Tata cara ini mencakup perpipaan air dari baja yang menggunakan pelapis luar dan dalam dengan epoksi cair Standar ini mencakup bahan dan persyaratan pelaksanaan pada sisitem pelapisan epoksi cair, hal ini sesuai untuk digunakan pada air bersih dan akan

SSPC PA 2

-SSPC PA 2 : Method for Measurement of Dry Paint Thickness with Magnetic Gages -AWWA C 203 : Standard for Coal - Tar Protective Coating and linings for Steel Water Pipelines - Enamel and Tape Hot - Applied -AWWA C 209 : Standard for cold Applied Tape Coating for the Exterior of Special Section. Connections, and Fitting for steel water Pipelines. -ASTM G 8-79 : Test Cathodic Disbonding of Pipelines Coating -

SNI 07-6398-2000

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 59

melindungi perpipaan terhadap korosi pada bagian dalam dan luar pada pipa baja, bagian khusus, sambungan las, dan sambungan yang dipasang di bawah tanah atau atau terendam air, pada kondisi konstruksi normal. Sistem Pelapisan ini tidak digunakan bagi pipa yang belum ditekuk dan terpasang. Sistem pelapisan terdiri dari satu lapisan dasar berupa dua lapisan epoksi, dan satu atau lebih lapisan penutup berupa dua lapis epoksi. Lapisan penutup ini dapat menggunakan ter batu bara sebagai pelapis epoksi, atau menggunakan pelapis epoksi yang tidak mengandung ter batu bara, tetapi memenuhi persyaratan standar ini. Sistem pelapisan dapat terdiri dari dua atau lebih lapisan epoksi yang sama tanpa menggunakan lapisan daasar. Sisitem pelapisam harus disesuai kan dengan persyaratan

ASTM G 17-83 : Test for Penetration Resistance of Pipeline Coating ( blum Road ) -NACE-TM-01-75 : Visual Standard for Susfaces of New Steel Air Blast Cleaned with Sand Abrasive -SSPC SP 1 : Surface Preparation Specification No 1 Solvent cleaning -SSPC SP 7 : Brush off Blast Cleaning -SSPC SP 10 : Surface Preparation Specification No 10 Near - White Blast Cleaning -APHA, AWWA, WPCF. : Standard Methods for the Examination of Water Wastewater,

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 60

kinerja dalam standar ini. Sistem pelapisan dapat dilakukan di pabrik atau di lapangan, sedangkan untuk pengelasan sambungan dan kerusakan permukaan dilakukan di lapangan. Sistem pelapisan ini pada umumnya dilakukan untuk perpipaan air bersih

23

Metode Pengujian Kinerja Pengolah Lumpur Aktif

13.030.20 2

Metoda ini mencakup pengujian terhadap kinerja pengola lumpur aktif Metode ini digunakan untuk memisahkan benda tersuspensi dan benda terlarut yang sukar mengendap menjadi hasil olahan lumpur yang yang mudah mengendap, dengan pencampuran air buangan dan lumpur aktif yang merupakan agregat mikro organik aerobik melalui absorpsi bio-kimia, oksidasi atau asimilasi

JIS B 7512

-JIS B 7512 : Steel tape measures -SNI 06-2413-1991 : Metode Pengujian Kualitas Fisika Air. -JIS Z 8762 : Measurement of "Fluid Flow by Means of Orifice Plates and Nozzles -JIS Z 8763 : Measurement of Flid Flow by Means of Venturi Tubes -JIS B 7522 : Textile measuring tapes -JIS B 8530 : Glossary of terms for pollution control equipment -JIS K 0094 : Sampling methods for industrial water and industrial waste water -JIS K 0102- : Testing methods for industrial waste water -JIS R 2572 : Testing methods for water content of high aluminios plastic refractories and fireclay plastic refractories -JIS R 3505 : Volumetric Glassware -JIS Z 8761 : Method of flow measurement by float type area flowmeter -JIS Z 8764 : Method of flow measurement by electromagnetic flow meters -JIS Z 8765 : Method of flow measurement by turbine meters -JIS K 0102 : Metode pengujian timah -SNI 06-2479-1991 :

SNI 19-6447-2000

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 61

Metode Pengujian Kadar Amonium dalam Air dengan Alat Spektrofotometer Secara Nessler. -SNI 06-2483-1991 : Metode Pengujian Kadar Ortofosfat dan Fosfat Total dalam Air dengan Alat Spektrofotometer Secara Asam Askorbat. -SNI 06-2480-1991 : Metode Pengujian Kadar Nitrat dalam Air dengan Alat Spektrofotometer Secara Brusin Sulfat. -SNI 06-2466-1991 : Metode Pengujian Kadar Kadmium dalam Air dengan Alat Spektrofotometer Serapan Atom Secara Langsung. -SNI 06-2503-1991 : Metode Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Bioki-miawi dalam Air. -SNI 06-2523-1991 : Metode Pengujian Kadar Besi dalam Air dengan Alat Spektrofotometer Serapan Atom Secara Langsung. -SNI 06-2524-1991 : Metode Pengujian Kadar Besi dalam Air dengan Alat Spektrofotometer Serapan Atom Secara Ekstraksi. -SNI 06-2504-1991 : Metode Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi dalam Air dengan Alat Refluks Tertutup -SNI 06-2484-1991 : Metode Pengujian Kadar Nitrit dalam Air dengan Alat Spektrofotometer Secara Asam Sulfanilat.

24

Spesifikasi Pipa Beton untuk Saluran Air Limbah, Saluran Air Hujan dan Gorong-Gorong

91.140.80 2

Spesifikasi ini mencakup saluran air limbah, air hujan, dan gorong-gorong dengan pipa beton Spesifikasi ini meliputi pipa beton yang tidak bertulang untuk

SNI 03-6368-2000

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 62

mengalirkan air limbah rumah tangga, limbah industri, air hujan dan untuk gorong-gorong. Spesifikasi ini berlaku untuk pabrik dan perdagangan dan tidak termasuk persyaratan untuk lapisan dasar pipa, penimbunan atau hubungan antara kondisi lapangan dengan klasifikasi kekuatan pipa.

25

Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung

13.220.20 2

Perencanaan ini mencakup sistem penempatan dan pemasangan sarana jalan keluar pada bangunan

-NFPA 101 : Life safety code, 1997 edition, National Fire Protection Association

SNI 03-1746-2000

2007

Perumahan, Sarana dan Prasarana Permukiman

26

Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung. judul direvisi menjadi Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung

2

Tata cara ini mencakup perencanaan bangunan gedung dengan memperhatikan keandalan bangunan Standar ini menetapkan ketentuan, perencanaan umum struktur gedung, perencanaan struktur gedung tak beraturan, kinerja struktur gedung, pengaruh gempa pada struktur bawal, pengaruh gempa pada unsur sekunder, unsur arsitektur dan instalasi

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 63

mesin listrik. Syarat-syarat perencana struktur gedung tahan gempa yang ditetapkan dalam standar ini tidak berlaku untuk bangunan sebagai berikut: 1)gedung dengan sistem struktur yang tidak umum atau yang masih memerlukan pembuktian tentang kelayakannya; 2) gedung dengan sistem isolasi landasan (hase isolation) untuk meredam pengaruhi gempa terhadap struktur atas; 3) Bangunan Teknik Sipil seperti Jembatan, bangunan air, dinding, dan dermaga pelabuhan, anjungan lepas pantai dan bangunan non gedung lainnya; 4).Rumah tinggal satu tingkat dan gedung-gedung non-teknis lainnya.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 64

F.7 METODOLOGI PROSES PENGAWASAN KONSTRUKSI

F.7.1 Tahap persiapan pelaksanaan fisik

Agar pekerjaan fisik tidak menyimpang dari gambar rencana, berita

acara aanwijziing dan syarat-syarat lain yang sudah ditentukan,

segi administrasi yang menunjang kegiatan pelaksanaan harus baik

dan harus dipahami oleh personil Konsultan Pengawasan

Konstruksi yang akan ditugaskan di lapangan , antara lain:

a. Melakukan koordinasi di lapangan tehadap proses

pelaksanakan disesuaikan dengan dana dan waktu yang

tersedia.

b. Menyusun skala prioritas pelaksanaan disesuaikan dengan

dana yang tersedia.

Penjabaran dari hal diatas meliputi tugas hal-hal sebagai berikut :

1. Mempelajari berita acara aanwijzing yang berkaitan dengan

perubahan-perubahan yang ada pada RKS dan gambar

2. Menyiapkan form-form yang berkaitan dengan izin-izin

pelaksanaan, persetujuan bahan dan laporan harian

3. Mempelajari rencana kerja/schedule yang dibuat oleh

kontraktor

4. Mempelajari struktur organisasi kontraktor dan personil-

personil yang dilibatkan

5. Mempelajari dan meneliti system pembayaran/angsuran.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 65

6. Mempelajari dan meneliti perubahan-perubahan yang

mungkin terjadi selama masa pelaksanaan yang

mengakibatkan terjadinya perubahan kontrak/addendum.

F.7.2 Tahap Pelaksanaan

a. Menyusun program kegiatan kontraktor yang terdiri atas

program pencapaian sasaran konstruksi, program penyediaan

dan penggunaan peralatan perlengkapan, material, tenaga

dan informasi

b. Mengendalikan konstruksi yang meliputi :

• Mengawasi laju pekerjaan konstruksi dari segi kuantitas,

kualitas serta pelaksanaannya.

• Mengawasi dan meneliti perubahan - perubahan serta

penyesuaian yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.

• Mengawasi pekerjaan serta produknya dan mengawasi

ketepatan waktu dan kebenaran konstruksi

• Meneliti serta mengkoreksi Time Schedule yang dibuat

berupa Barchat dan S Curve serta Network Planning dari

pekerjaan yang dibuat oleh Pemborong .

• Memahami Peraturan-peraturan standar dan pedoman

yang berlaku untuk pekerjaan yang berkaitan dengan

pembangunan gedung bertingkat khususnya Bank

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 66

c. Mengevaluasi program kerja dan waktu yaitu evaluasi

program hasil konstruksi terhadap rencana schedule,

perubahan lingkungan, penyimpangan teknis dan masalah

manajemen yang terkait.

d. Mengendalikan dana, yaitu yang berkaitan dengan adanya

perubahan-perubahan pelaksanaan yang mengakibatkan

adanya pekerjaan tambah/kurang.

e. Memberikan pembinaan kepada Kontraktor selama

proses pelaksanaan yang menyangkut metode pelaksanaan ,

pengarahan teknis dan administrasi.

Penjabaran dari tugas diatas meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Menyusun Berita Acara Pekerjaan untuk pembayaran angsuran,

dan Berita Acara Check List perbaikan selama masa

pemeliharaan.

2. Membuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah kurang

apabila ada perubahan pekerjaan baik yang menyangkut waktu

pelaksanaan, item pekerjaan dan biaya.

3. Review gambar-gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built

drawing) dan Manual Peralatan-peralatan yang dibuat oleh

Kontraktor Pelaksana.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 67

4. Laporan rapat yang dilaksanakan di lokasi proyek (Site

Meeting) berkenaan dengan perihal proyek

5. Review gambar rincian pelaksanaan (Shop Drawing) dan Time

Schedule yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

6. Laporan bulanan kemajuan pekerjaan Jasa Konsultan

Pengawasan Pembangunan Jaringan air limbah.

7. Menyusun Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pertama dan

Kedua (BAST-1 dan BAST-2) untuk Pengawasan Pembangunan

Jaringan air limbah.

8. Membuat laporan bulanan sebagai resume laporan yang dibuat

oleh pemborong yang berisi keterangan :

a. Tenaga Kerja yang dipakai

b. Bahan-bahan yang datang/diterima/ditolak

c. Alat-alat yang dipakai

d. Pekerjaan yang diselenggarakan

e. Progress fisik pekerjaan

f. Hasil Test bahan dari laboratorium

9. Menyusun dokumen bersama dengan pengelola proyek, antara

lain terdiri atas :

a. Berita Acara Serah I dan II

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 68

b. Gambaran situasi dan gambar-gambar yang sudah sesuai

dengan pelaksanaan di lapangan (As Built Drawing)

c. Penetapan Koreksi Teknis bila terjadi penyimpangan

d. Salinan ijin instalatir

10. Meneliti serta mengkoreksi kebenaran gambar-gambar sesuai

dengan pelaksanaan di lapangan (As Built Drawing)

11. Laporan Akhir pekerjaan Jasa Konsultan Pengawasan

Pembangunan Jaringan air limbah.

F.8 PEMBINAAN KERJA

Konsultan Supervisi Konstruksi dalam pelaksanaan fisik dilapangan

tidak hanya bertugas melakukan pengawasan terhadap

mutu/kualitas, dana, dan waktu pekerjaan, tetapi juga harus

memberikan pembinaan terhadap kontraktor baik itu dalam segi

teknis juga mengenai administrasi dengan bertitik tolak pada

Aanwijzing juga di tuntut mempunyai leadership dan pemahaman

dalam bidang teknis dan administratif. Di sini seorang konsultan

manajemen konstruksi tidak hanya bisa menyalahkan atau

membenarkan suatu pekerjaan dengan bertitik tolak pada dokumen

kontrak, tetapi harus bisa memberikan pengarahan serta

penjelasan mengenai pendapatnya dilapangan mengapa pekerjaan

yang dilakukan oleh pihak pemborong dikatakan salah, tetapi harus

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 69

bisa memberikan alternatif mencari jalan keluar terhadap

perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan, agar pekerjaan tersebut

dapat terus berlanjut tidak berhenti. Artinya pembinaan tersebut

sangatlah berarti bila diberikan sebelum pekerjaan dimulai dan

selama proses pelaksanaan. Hal ini sangat berarti karena dapat

menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh

pihak kontraktor. Seringkali terjadi pembinaan tidak diberikan

sehingga terjadi kesalahan fatal yang mana sulit untuk diperbaiki

dan terpaksa dibongkar karena tidak sesuai dan tidak bisa ditoliler

karena tidak sesuai dengan perencaannya. Disinilah pentingnya arti

pembinaan kerja yang harus diberikan oleh seorang pengawas agar

kesalahan-kesalahan sedini mungkin dapat dimonitor. Pembinaan

disini bisa dalam segi teknis maupun administratif.

1. Bidang teknis antara lain :

o Mengevaluasi metode kerja yang akan dipakai oleh pihak

kontraktor

o Memberikan masukan dan saran berkaitan dengan metode

yang akan dipakai, kelemahannya apa dan tindakan apa yang

harus dilakukan

o Apabila terjadi perbedaan pendapat/pandangan dalam

metode yang dipilih dapat didiskusikan sehingga diperoleh

pemecahannya.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 70

2. Bidang administrasi

o Memberikan pengarahan tentang prosedur perijinan

pelaksanaan pekerjaan, persetujuan material, pergantian

material, dan lain-lain.

o Memberikan pengarahan berkenaan dengan prosedur adanya

pekerjaan tambah/kurang atau Addendum yang harus

ditempuh

o Prosedur Addendum perpanjangan waktu

o Prosedur surat menyurat

F.8 HASIL KELUARAN

Dokumen yang harus dihasilkan Konsultan Supervisi Konstruksi

terdiri atas :

a. Mengkoreksi NWP (Net Work Planning) Curve S atau Barchart,

schedule tenaga kerja, schedule bahan, schedule peralatan dan

struktur organisasi pelaksanaan lapangan pekerjaan yang dibuat

oleh Pemborong dan disetujui oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi.

b. Mengkoreksi Buku Harian, yang memuat semua kejadian,

perintah/petunjuk dan saran yang penting dari Konsultan

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 71

Manajemen Konstruksi juga mengenai pelaksanaan pekerjaan

yang menimbulkan konsekwensi baik keuangan, kelambatan

penyelesaian pekerjaan maupun tidak terpenuhinya syarat

teknis, dalam hal ini yang dibuat oleh kontraktor dan disetujui

oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, Laporan Harian , berisi

keterangan tentang :

• Tenaga Kerja

• Bahan-bahan yang datang diterima/ditolak

• Alat-alat yang diselenggarakan

• Waktu pekerjaan effektif

• Cuaca

c. Menyetujui Laporan mingguan sebagai resume laporan harian

yang memuat tentang kemajuan fisik pelaksanaan, jumlah

tenaga yang dikerahkan dan jumlah bahan/peralatan yang telah

masuk lapangan, hasil-hasil test laboratorium dll.

d. Membuat Laporan bulanan yang merupakan resum dari laporan

mingguan yang memuat laporan status keuangan yang telah

dikeluarkan, kemajuan pekerjaan, pengendalian mutu,

permasalahan lapangan dan pemecahanya dll.

e. Berita acara kemajuan pekerjaan untuk pengambilan angsuran

(termijn) yang disahkan oleh Pimpro / PPK.

USULAN TEKNIS

Supervisi Air Limbah -1 Paket (Paket Konsul-3)

F - 72

f. Surat Perintah Kerja perubahan pekerjaan dan Berita

Acara pemeriksaan bersama tambah/kurang, Jika ada perubahan

pekerjaan tambah/kurang.

g. Berita Acara pemeriksaan akhir pekerjaan pelaksanaan

h. Berita Acara serah terima pertama pekerjaan pelaksanaan

i. Berita Acara pemeliharaan pekerjaan/Berita Acara pernyataan

selesainya pekerjaan pemeliharaan

j. Berita Acara serah terima kedua pekerjaan pelaksanaan

k. Berita Acara rapat-rapat di lapangan (Site Meeting)

l. Berita acara evaluasi pekerjaan tambah/kurang (bila ada)

m.Gambar - gambar sesuai dengan pelaksanaan (As Built

Drawing).