personalitas ngos dalam perkembangan hukum internasional

14
Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 1 Juni 2020 P-ISSN : 2528-681X E-ISSN : 2598-8042 PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL MASA KINI Oleh : Hassya Aulia Nissa Fakultas Hukum Universitas Udayana [email protected] Abstrak Sepak terjang NGOs sebagai lembaga independen yang menjadi garda terdepan penegakan dan perlindungan hak asasi manusia dengan lingkup kegiatan yang lintas negara, memberikan kontribusi yang tidak bisa di ingkari dalam perkembangan hukum internasional. Terlebih dengan ikut sertanya NGO sebagai pihak yg aktip terlibat pada lembaga peradilan internasional, dan keterlibatannya dalam penyusunan beberapa deklarasi penting dalam masyararakat internasional. Sejalan dengan semakin banyaknya peran NGOs dalam masyarakat internasional, maka dipertanyakan pula kedudukan dan kapasitas NGOs, sehingga penulis menarik permasalahan tentang personalitas NGOs dalam perkembangan hukum internasional masa kini. Penulisan ini merupakan penelitian hukum normatif (penelitian doktrinal), dengan menitikberatkan pada konsepsi yuridis personalitas NGOs dalam Hukum Internasional saat ini. Pembahasan di mulai dengan uraian definisi dan sejarah NGOs, berlanjut pada kiprah NGOs selama ini khususnya di dalam penegakan hak asasi manusia, berikut partisipasinya secara aktif dalam konvensi internasional yang di akhiri pada simpulan, bahwa NGOs diakui sebagai subyek hukum internasional yang memiliki legal standing untuk menjadi peserta baik dalam lembaga kuasi internasional maupun dalam forum konvensi internasional dengan status personalitas yang terbatas. Kata Kunci: Personalitas, NGOs, subyek hukum internasional. Abstract The actions of NGOs as an independent institution are at the forefront of enforcement and protection of human rights with activities that cross national borders, make a contribution that cannot be denied in the development of international law. Especially with the participation of NGOs as those who are actively involved in international justice institutions, and his involvement in the preparation of several important declarations in the international community. with the increasing role of NGOs in the international community, hence the position and capacity of NGOs is also questioned so the author draws a problem about the personality of NGOs in the development of international law today. This article is a normative legal research (doctrinal research), by focusing on the juridical conception of NGO personalities in International Law. The discussion begins with a description of NGOs' definitions and history, continued in the progress of NGOs so far, especially in the enforcement of human rights, following his active participation in international conventions which concluded at the conclusion, that NGOs are recognized as subjects of international law who have legal standing to be participants in both quasi-international institutions and in international convention forums with limited personality status. Keywords: Personality, NGOs, subjects of international law. 38

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 1 Juni 2020 P-ISSN : 2528-681X E-ISSN : 2598-8042

PERSONALITAS NGOs

DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL MASA KINI

Oleh :

Hassya Aulia Nissa

Fakultas Hukum Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Sepak terjang NGOs sebagai lembaga independen yang menjadi garda terdepan

penegakan dan perlindungan hak asasi manusia dengan lingkup kegiatan yang lintas negara,

memberikan kontribusi yang tidak bisa di ingkari dalam perkembangan hukum internasional.

Terlebih dengan ikut sertanya NGO sebagai pihak yg aktip terlibat pada lembaga peradilan

internasional, dan keterlibatannya dalam penyusunan beberapa deklarasi penting dalam

masyararakat internasional. Sejalan dengan semakin banyaknya peran NGOs dalam

masyarakat internasional, maka dipertanyakan pula kedudukan dan kapasitas NGOs, sehingga

penulis menarik permasalahan tentang personalitas NGOs dalam perkembangan hukum

internasional masa kini. Penulisan ini merupakan penelitian hukum normatif (penelitian

doktrinal), dengan menitikberatkan pada konsepsi yuridis personalitas NGOs dalam Hukum

Internasional saat ini. Pembahasan di mulai dengan uraian definisi dan sejarah NGOs, berlanjut

pada kiprah NGOs selama ini khususnya di dalam penegakan hak asasi manusia, berikut

partisipasinya secara aktif dalam konvensi internasional yang di akhiri pada simpulan, bahwa

NGOs diakui sebagai subyek hukum internasional yang memiliki legal standing untuk menjadi

peserta baik dalam lembaga kuasi internasional maupun dalam forum konvensi internasional

dengan status personalitas yang terbatas.

Kata Kunci: Personalitas, NGOs, subyek hukum internasional.

Abstract

The actions of NGOs as an independent institution are at the forefront of enforcement

and protection of human rights with activities that cross national borders, make a contribution

that cannot be denied in the development of international law. Especially with the participation

of NGOs as those who are actively involved in international justice institutions, and his

involvement in the preparation of several important declarations in the international

community. with the increasing role of NGOs in the international community, hence the

position and capacity of NGOs is also questioned so the author draws a problem about the

personality of NGOs in the development of international law today. This article is a normative

legal research (doctrinal research), by focusing on the juridical conception of NGO

personalities in International Law. The discussion begins with a description of NGOs'

definitions and history, continued in the progress of NGOs so far, especially in the enforcement

of human rights, following his active participation in international conventions which

concluded at the conclusion, that NGOs are recognized as subjects of international law who

have legal standing to be participants in both quasi-international institutions and in

international convention forums with limited personality status.

Keywords: Personality, NGOs, subjects of international law.

38

Page 2: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Hassya Aulia Nissa : Personalitas NGos Dalam Pekembangan…………………………………….....38-51

A. Latar Belakang

Dimulai dari negara sebagai subyek

hukum internasional yang penuh, kemudian

berkembang dengan kemunculan individu,

Vatikan, Organisasi Internasional, Palang

Merah Internasional, Pemberontak dan

Perusahaan Multi Nasional yang diakui

sebagai entitas subyek hukum internasional

dengan kapasitas terbatas.

Perkembangan terkini, lembaga atau

organisisa non pemerintah (Non

Governmental Organizationa) sering disebut

sebagai NGOs banyak melakukan kiprak

dalam masyarakat internasional sehingga

keberadaannya sebagai entitas internasional

mulai di pertanyakan. Apakah bisa

dikualifikasi sebagai subyek hukum

internasional atau tidak.

Program Sustainable Development

pertama kali pada United Nation Conference

on Environment and Development Rio de

Janeiro, Brazil, 3 to 14 June 1992, Agenda 21

merupakan titik awal munculnya NGOs di

lingkungan masyarakat Internasional. Padal

saat itu negara peserta bersepakat untuk

membentuk satu wadah baru dibidang

kerjasama dalam rangka mewujudkan

penyelenggaraan pembangunan yang

berkesinambungan.

Ini tercemin dalam Chapter 2 of the

United Nations Conference on Environment and

Development Rio de Janeiro, Brazil, 3 to 4 June

1992, Agenda 21;

The partnership commits all

states to engafe in a continuous and constructive

dialoge, inspired by the need to achieve a more

efficient and equitable world economy, keeping in

view the increasing iterdepedense of the

community of nations and that sutainable

development should become a priority item on the

agenda of the international community. It is

recognized that, for the success of this new

partnershp, it is important to overcome

confrontation and to foster a climate of genuine

cooperation and solidarity. It is equally

important to strengthen national an international

policies and multinational cooperation to adapt

to the new realities.

Dalam kesepakatan tersebut,

pelaksanaan program-program kerjasama

pembangunan yang berkelanjutan, pelibatan

pihak pihak lain selain pemerintah, yaitu

individi, kelompok, Perusahaan

Multinasilan, organisasi pemerintah dan

NGOs dianggap penting.

Sebelumnya, rintisan pelibatan NGOs

dalam masyarakat Internasional muncul

dalam resolusi 288 (x) ECOSOC pada 27

Februari 1950 yang menyatakan : “setiap

organisasi internasional yang tidak didirikan

atas dasar sebuah perjanjian internasional...”.

Pada sebuah dokumen World Bank,

Working with NGOs, dijelaskan bahwa

NGOs diartikan sebagai semua organisasi nir

laba (non profit organization) yang tidak

terkait dengan pemerintahan. Pada tingkat

teknis, NGOs diartikan sebagai organisasi

swasta yang menjalankan kegiatan untuk

meringankan penderitaan, mengentaskan

kemuskinan, memelihara lingkungan hidup,

menyediakan layanan sosial dasar atau

melakukan kegiatan pengembangan

masyarakat.

Berkaitan dengan status

NGOs, para ahli hukum terpecah dalam 2

(dua) kelompok; yaitu kelompok yang

mengakui NGOs sebagai subjek hukum

internasional dan kelompok yang tidak

mengakui NGOs sebagai subjek baru dalam

hukum internasional.

Kelompok pertama,

mengakui NGOs sebagai subjek hukum

internasional karena melihat persamaannya

dengan palang merah internasional,

sedangkan kelompok yang menolak

menyatakan bahwa meskipun NGOs sering

ikut serta dalam hubungan hubungan antar

negara dan ada penerimaan dari masyarakat

internasional atas keberadaan NGOs, namun

39

Page 3: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 1 Juni 2020 P-ISSN : 2528-681X E-ISSN : 2598-8042

itu hanya sebatas partisipan, dan

sesungguhnya tidak ada kejelasan mengenai

hak dan kewajiban NGOs dalam hukum

internasional.1

NGOs pada dasarnya adalah

organisasi yang bersifat non profit,

keanggotaannya bersifat sukarela. Sesuai

luas lingkup bidangnya, NGOs dapat dikelola

pada tingkatpada tingkat lokal, nasional

maupun internasional.2 Dalam rentang

waktu yang relatif singkat, NGOs telah

banyak berkontribusi pada perkembangan,

penyusunan, interpretasi, implementasi dan

penegakan hukum internasional.3 Moment

pelaksanaan Declaration of Millenium

Development Goals (MDGs) pada tahun

2000 memberikan panggung yang sangat

besar bagi NGOs. Ini tergambar pada Part

Values and Principles Paragraph (1) and (2) of the

United Nations Millenium Declaration:

“(1) We, heads of State a6 to 8 September

2000, at tje dawn of a new millennium, to reaffirm

our faith in the organization and its charter as

indispensable foundations of a more peaceful,

prosperous and just world; (2) we recoqnize that,

in addition to our separate responsibility to our

individual societies, we have a collective

responsibility to uphold the principle of human

dignity, equality and equity at the global level. As

leaders we have a duty therefore to all the worlds

people, especially the most vulnerable and, in

particular, the children of the world, to whom the

future belongs”

Peranan NGOs dalam perkembangan

hukum internasional semakin besar seiring

dengan keterlibatannya dalam pembuatan

kebijakan (micro dan small) hingga ke

tingkat nasional dan internasional. Beberapa

sumbangsih NGOs terlihat pada instrumen

1 Ian Brownwlie, 2008, Principles of Public

International Law, 7th ed., Oxford University Press,

Oxford,h. 35; 2 Anton Vedder, 2007 Questioning the

legitimacy of non govermental organization ini NGOs

Involvement in International Governce and Policy,

Sources of Legitimacy, Chapter 1, Nijhoff Law

Universal Declaration of Human Right

(UDHR)/Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia (DUHAM); dimana NGO

membantu para diplomat untuk merancang

substansi deklarasi; termasuk Instrumen

internasional baru mengenai perlindungan

terhadap indigenous peoples (orang

pribumi/masyarakat adat);4 dan Deklarasi

Rio 1992, Agenda 21; the Land Min Ban

Treaty 1997 tentang Larangan Penggunaan,

Produksi ataupun Penyimpanan Ranjau Darat

dan Statuta Roma 1998 mengenai Statuta

Mahkamah Pidana Internasional.

Berdasarkan hal tersebut, peranan

NGOs dalam perkembangan hukum

internasional semakin besar dan dapat

diterima oleh masyarakat internasional,

bahkan pada kasus kasus penting NGOs bisa

mengajukan amicus curiae ke Mahkamah

Internasional atau Internasional Court of

Justice (ICJ) dan Dispute Settlement Body

(DSB) World Trade Organization (WTO).

Dilain pihak, karena merupakan hal

yang baru, maka kiprah NGOs sering kali

dipertanyakan personalitasnya dalam hukum

internasional saat ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut, maka

rumusan masalah yang di ambil pada

penulisan ini adalah: Bagaimana personalitas

NGOs dalam perkembangan hukum

internasional masa kini?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk

mengetahui bagaimana perkembangan

NGOs dan pengaturan personalitasnya dalam

Hukum Internasional saat ini.

Specials, Volume 72, Martinus Nijhoff Publishers,

The Netherlans,h. 2-3 3 Steve Charnovitz, 2006, Non Governmental

Organizations and International Law, The America

Journal of International Law, vol. 100, No.2

(Apr.2006), h. 352. 4 Ibid,-

40

Page 4: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Hassya Aulia Nissa : Personalitas NGos Dalam Pekembangan…………………………………….....38-51

D. Metode Penelitian

Penulisan ini merupakan penelitian

hukum normatif (penelitian doktrinal),

dengan menitikberatkan pada konsepsi

yuridis personalitas NGOs dalam Hukum

Internasional saat ini.

E. Pembahasan

Personalitas NGOs Dalam Perkembangan

Hukum Internasional

a) Klasifikasi NGOs

Tidak setiap NGOs memiliki

kapasitas yang sama dalam pergaulan di

masyarakat Internasional. Seperti hal nya

organisasi pada umumnya, terdapat NGOs

yang diakui memiliki kredibiltas yang

melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan di

canangkan (bereputasi), dan ada NGOs yang

tidak memiliki kejelasan status karena

ketidak jelasan program dan kompetensinya.

Beberapa karakter yang digunakan

untuk mengkualifikasi sebuah NGOs sebagai

NGOs yang bereputasi sehingga dapat diakui

sebagai subyek hukum internasional, adalah;

- Nilai (values),

- Kompetensi (competency) dan

- integritas (integrity)

Parameter diatas digunakan

mengingat sejarah munculnya NGOs yang

pada awalnya memperjuangkan terwujudnya

perlindungan Hak Asasi Manusia.

Menurut Anna Meijknecht ada 3

(tiga) syarat yang harus melekat pada sebuah

subjek hukum internasional, yaitu: otonomi,

keinginan dan pengakuan. Otonomi dan

keinginan menunjukkan sebuah subyek

hukum memiliki nilai (value), kompetensi

(competency) dan integritas (integrity) yang

5 Anna Meijknecht, 2001, Towards

International Personality; The Positions of Minorities

and Indigenous Peoples in International Law,

Internesntia-Hart, Antwerpen-Groningen Oxford., h.

34

akhirnya akan menghasilkan pengakuan dari

subjek hukum lainnya.5

Nilai (value), kompetensi (competency)

dan integritas (integrity) yang akan

digunakan sebagai syarat untuk menentukan

sebuah NGOs yang bereputasi dan tidak

bereputasi.

a. Nilai (value)

Adalah suatu ide/konsep dari

individu/kelompok individu tentang sesuatu

nilai yang dianggap pantas, yang dicita-

citakan serta baik atau buruk. Sehingga dapat

dikatan nilai merupakan konsep ideal tentang

apa yang dianggap baik, yang di idamkan,

menjadi tujuan kehidupan.

NGOs pertamakali didirikan pada

tahun 1977 dengan nama The Pennsylvania

Society untuk menghapus perbudakan.6

Tujuan The Pennsylvania Society

menghapus praktek perbudakan adalah

menjunjung tinggi HAM, memberikan

perlindungan kepada kaum marginal/rentan

(yaitu: para budak) dan tentunya semua itu

bertujuan untuk mewujudkan keadilan bagi

para budak.

Pada umumnya, NGOs diartikan

sebagai organisasi privat, tidak didirikan oleh

negara dan bebas dari pengaruh negara

(Independen), tidak melakukan fungsi

publik, bersifat non profit (tidak mencari

keuntungan), bertujuan untuk memberikan

perlindungan terhadap hak asasi manusia,

lingkungan hidup dan dibidang humaniter7

serta mewakili kepentingan/kebutuhan

komunitas marginal/rentan/lemah. Nilai-nilai

ini menjadikan NGOs sebagai

lembaga/badan/organisasi yang unik dan

penting untuk diakui sebagai salah satu

subjek hukum internasional.

6 Steve Charnovitz, Op.cit.,h. 192. 7 Claudie Barrat, 2014, Status of NGOs in

International Humanitarian Law, Graduate Institute of

International and Development Studies, vol. 14, Brill

Nijhoff, The Netherlands, h. 11-15.

41

Page 5: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 1 Juni 2020 P-ISSN : 2528-681X E-ISSN : 2598-8042

b. Kemampuan

NGOs selama ini berkontribusi pada

perkembangan instrumen internasional di

bidang perlindungan hak asasi manusia. Para

NGOs yang bergerak di bidang HAM

mengumpulkan informasi dan data

pelanggaran HAM yang seterusnya

ditindaklanjuti dalam bentuk proposal atau

laporan perkembangan serta implementasi

Hukum HAM internasional. Pola-pola ini

membuat NGOs dapat mempengaruhi opini

publik, sehingga organisasi internasional dan

negara-negara membentuk ketentuan HAM

internasional yang baru.8

Di lembaga penyelesaian sengketa

internasional, NGOs dapat mengajukan

amicus curiae (friends of the court) yaitu

ringkasan yang dibuat oleh pihak ketiga

(bukan pihak yang sedang berperkara)

berisikan informasi dan analisis hukum untuk

membantu hakim/hakim arbiter memutuskan

perkara dengan seadil-adilnya.

Pada Pengadilan Hak Asasi Manusia

Eropa (European Court of Human

Rights/EctHR), proses amicus curiae dikenal

dengan beberapa klasifikasi:

- NGOs sebagai solo players (mengajukan amicus

curiae secara mandiri)

- NGOs joint intervention (gabungan dari

beberapa NGOs)

- NGOs yang mewakili kelompok lain

Pada NGOs sebagai solo players,

biasanya merupakan NGOs kecil yang memiliki

keahlian khusus pada bidang hak asasi manusia

dengan kekhususan tertentu. Berbeda dengan

pola NGOs joint intervention (gabungan dari

beberapa NGO), dengan pola ini mereka

diuntungkan bisa berbagi beban pekerjaan,

menghindari pengulangan pengajuan amicus

8 Ibid, h. 7 9 Iriawan Hartanam 2016, Tips Profesional

Integritas dan Komitmen dalam Bekerja,

https://ot.id/tips-profesional/integritas-dan-

komitmen-dalam-bekerja.

curiae untuk kasus yang sama dan ahli di

berbagi bidang HAM)

c. Integritas (Integrity)

Integritas berasal dari bahasa latin

“integer” yang mengandung 2 (dua) makna ,

yaitu (1) sikap berpegang teguh pada prinsip;

menjadi dasar yang tidak dapat dipisahkan

dengan pribadi seseorang sebagai nilai-nilai

moral; (2) kualitas, sifat atau kondisi yang

menunjukkan kesatuan utuh, tidak dapat

dipisahkan sehingga mempunyai

kemam;puan yang memperlihatkan kejujuran

serta kewibawaan. Dapat dikatrakan

integritas terbntuk dari 3 (tiga) elemen

penting, yakni: nilai (values), konsistensi dan

komitmen.9

Nilai-nilai yang dimiliki oleh NGOs

tampak pada kegiatan yang konsisten

sehingga menunjukkan komitmennya dalam

penegakan hak asasi manusia dalam

masyarakat internasional. Sehingga dapat

dikatakan, karakteristek integritas NGOs

muncul karena konsistensi mereka dengan

komitmennya untuk menjunjung tinggi Hak

Asasi Manusia.

b) Legal Capacity dalam Hukum

Internasional.

Pengertian subjek hukum

internasional dapat dilihat di Advisory

Opinion of The Reparation for Injuries Case

yang dikeluarkan Mahkamah Internasional

(The International Court of Justice/IJC);

“...what it does mean is that it is a

subject of international law and capable of

possesing international rights and duties,

and that it has capacity to maintain its rights

by bringing international claims.”10

10 ICJ, 1949, Reparation for Injuries Suffered

in The Service of The United Nations, April 11th

1949,h. 179.

42

Page 6: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Hassya Aulia Nissa : Personalitas NGos Dalam Pekembangan…………………………………….....38-51

Berdasarkan paparan diatas, maka

dapat diuraikan bahwa subjek hukum

internasional adalah entitas yang memiliki

kemampuan untuk mendukung hak dan

kewajiban internasional dan dapat

mengajukan klaim melalui lembaga

penyelesaian sengketa internasional.

Ian Brownlie berpendapat bahwa Subjek

hukum internasional adalah:

En entity of a type recognized by

customary las as capable of possessing rights

and duties and of bringing international

claims, and having these capasities conferres

upon it, is a legal person. If the first condition

is not satisfied, the entity concerned may still

have lagal personality of very restrictes kind,

dependent on the agreement or acquiescense

of recognized legal persons...11

Entitas yang diakui sebagai subjek

hukum internasional dipastikan memiliki

personalitas hukum internasional. Indikator

kemampuan hukum (legal capacity) sebuah

entitas/subjek hukum untuk dapat memiliki

personalitas hukum internasional, yaitu:

....“capacity to makeclaims in respect

of breaches of international law, capacity to

make treaties and agreements valid on the

international plane, and the enjayment of

privileges and immunities from national

jurisdictions.12

Malcolm N. Shaw berpendapat

bahwa personalitas hukum merupakan hal

yng penting sebab tanpa personalitas hukum

sebuah lembaga/institusi/kelompok tidak

dapat beroperasi. Personalitas hukum

diperlukan untuk mempertahankan dan

mengajukan klaim. Sistem hukumlah yang

akan menentukan ruang lingkup dan karakter

dari personalitas. Penentuan personalitas

suatu entitas membutuhkan pengujian

beberapa konsep dalam hukum, sperti status,

11 Ian Brownlie, Op.cit.,h.60 12 Ibid.

kapasitasm kompetensi termasuk karakter

dan lingkup dari hak dan kewajiban

tertentu.13

Beberapa definisi diatas

menunjukkan adanya kaitan yang erat antara

subjek hukum internasional dengan

personalitas hukum. Setiap entitas/subjek

merupakan pendukung atau pemegang

sejumlah hak dan kewajiban yang ditentukan

dalam suatu sistem hukum. Berkenaan

dengan itu, Hukum Internasional

berkembang dengan munculnya entitas baru,

seperti Perusahaan Transnasional

(Transnasional Corporation) dan Organisasi

Non Pemerintah (Non Governmental

Organizations) yang memiliki peranan di

dalam pergaulan masyarakat internasional,

hukum lingkungan, hak asasi manusia

maupun hukum humaniter.

Rosalyn Higgins memiliki pandangan

yang berbeda, ia menghindari penggunaan

istilah subjek hukum internasional.

Menurutnya Istilah “subjek” hukum

internasional menimbulkan dikotomi antara

subjek/entitas dengan objek hukum

internasional yang akan menyulitkan

eksistensi dari entitas-entitas baru selain

Negara dalam hukum Internasional. Tidak

digunakannya istilah subjek hukum

internasional dianggap lebih membantu,

mendekati realitas, mengembalikan

pandangan terhadap hukum internasional

sebagai sebuah proses pembuatan aturan. Di

dalam proses yang bersifat dinamis tersebut,

ada berbagai pihak yang terlibat secara nyata

dalam proses pembuatan keputusan di hukum

internasional. Istilah para pihak/ partisipan

bersifat lebih fleksibel sehingga negara-

negara, organisasi internasional, individu-

individu, perusahaan ptransnasional dan

13 Ibid.,h. 176

43

Page 7: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 1 Juni 2020 P-ISSN : 2528-681X E-ISSN : 2598-8042

NGOs adalah aktor didalam sistem hukum

internasional.

Dalam pandangan konvensial

Personalitas Hukum Internasional adalah

sebuah entitas yang mempunyai kemampuan

untuk menguasai sejumlah hak dan

kewajiban internasional untuk

mempertahankan hak-haknya.14

Menurut Roland Portmann

perkembangan berapa konsep personalitas

hukum internasional adalah:

1. The State-Only Conception (Konsep

Hanya Negara sebagai Subjek Hukum

Internasional)

2. The Rcognition Conception (Konsep

Pengakuan)

3. The Individualistic Conception (Konsep

Individualistik)

4. The formal Conception (Konsep Formal)

Advisory Opinion Mahkamah

Internasional meneguhkan bahwa untuk

menjadi sebuah subjek hukum internasional

yang mempunyai personalitas internasional

harus memiliki kemampuan untuk

mempertahankan haknya mengajukan klaim

ke lembaga penyelesaian sengketa

internasional termasuk untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya

jika melanggar kewajiban internasional.

Personalitasn internasional selalu

berkaitan dengan Kewajiban internasional

dari subjek hukum internasional. Ini

seringkali berkaitan dengan hukum HAM,

hukum humaniter dan hukum pidana

internasional. Kewajiban internasional pada

dasarnya bersumber pada jus cogens. Jus

cogen adalah norma wajib/norma yang

mutlak harus ditaati tidak dapat dikurangi

kandungan normanya dan hanya dapat

dimodifikasi oleh norma yang memiliki

karakter yang sama.15

14 Ibid

Ini berkorelasi dengan pendapat

Kelsesn terkait basic norm/grundnorm atau

norma dasar. Jus Cogens ini melahirkan

kewajiban internasional yang seringkali

disebut dengan erga omnes.

Erga omnes adalah kewajiban yang

dimiliki oleh seluruh masyarakat

internasional dengan konsekuensi

menimbulkan hak untuk bereaksi jika terjadi

pelanggaran terhadap suatu norma. Hak ini

tidak hanya dimiliki oleh Negara atau

Negara-negara yang menderita atau

dirugikan secara langsung oleh pelanggaran

tersebut tetapi juga dimiliki oleh seluruh

negara.

Persoalan Personalitas yang penting

lainnya adalah international legal standing

atau locus standi atau jus standi yaitu

kemampuan yang dimiliki oleh subyek

hukum untuk menyatakan/menyampaikan

gugatan/pengaduan mereka ke pengadilan

internasional bila terjadi sengketa.

c) Perwujudan pengaturan NGOs

Pengaturan NGOs sangat diperlukan

untuk mengisi kekosongan norma hukum

mengenai status kesubjekannya. Tidak

adanya instrumen hukum internasional yang

mengakui status kesubjekan NGOs dalam

hukum internasional akan menyulitkan

NGOs untuk melaksanakan peran dan

fungsinya dalam penyelenggaraan hukum

internasional. Kebutuhan atas aturan hukum

internasionanl yang mengatur secara eksplisit

status hukum NGOs sebagai salah satu

subjek hukum internasional dengan derajat

personalitasnya, merupakan hal yang sangat

penting.

Dalam instrumen hukum

internasional, dikenal adanya soft law dan

hard law sebagai perwujudan hukum. Dan

aturan internasional yang berkaitan dengan

NGOs terikat dengan hal itu, karena dua

15 Kutipan pasal 53 Konvesi Wina 1969

44

Page 8: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Hassya Aulia Nissa : Personalitas NGos Dalam Pekembangan…………………………………….....38-51

wujud aturan tersebut saling mengikat satu

sama lainnya.

Sebagaimana instrumen hukum

lainnya, bentuk hukum internasional dikenal

dalam dua bentuk, yaitu soft law dan hard

law. Oleh karenanya, aturan hukum

internasional mengenai NGOs tentunya harus

mengikuti pola yang sama.

Keberadaan soft law dan hard law

didalam hukum internasional saling

melengkapi melalui 2(dua) cara: Pertama,

soft law yang tidak mengikat dapat berubah

menjadi hard law yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat (legally binding); kedua

hard lau yang mengikat secara hukum dapat

dikembangkan melalui soft law.16

Jeffrey L. Dunoff mengemukakan

bahwa instrumen-instrumen hukum

internasional dalam bentuk soft law secara

sadar digunakan untuk membantu

membentuk norma hukum kebiasaan

internasional (hard law). Perjanjian

perjanjian internasional dan praktek negara

negara memberikan kesempatan kepada soft

law untuk melengkapi/menambahkan dan

mengawali adanya perjanjian dan norma

kebiasaan.17

Adanya kelemahan mendasar dari

sifat kekakuan hard law, maka soft law dapat

menjadi alternatif pencarian perwujudan

hukum internasional tentang NGOs, seperti

kita ketahui bersama, kelemahan hard law

adalah:

(1) pembentukannya membutuhkan waktu

lama karena perlu adanya penyesuaian

16 Gregory C. Shaffer & Mark A. Pollack,

2010, Hard vs Soft Law: Alternatives, Complements,

and Antagonist in Internasional Governance, Minesota

Law Review, Vol. 94, No. 3, 17 Jeffrey L. Dunoff et.,al, 2006,

Internastional Law Norms, Actors, Process A problem

Oriented Approach, Aspen Casebook Series, Second

Edition, Wolters Kluwer, New York, h. 95. 18 David M. Trubek et.al.,2006, Soft Law,

Hard Law and EUINtegration dalam Grainne de Burca

dari negara-negara yang berujung pada

tingginya biaya yang diperlukan;

(2) membutuhkan keseragaman diantara

perbedaan kebutuhan negara-negara; (3)

adanya kemauan/kehendak negara secara

sendiri-sendiri untuk mau atau tidak mau

terikat akan instrumen hukum

internasional yang sah secara hukum

berdasarkan prinsip kedaulatanl

(4)kesulitan untuk mengamandemen

ataupun beradaptasi dengan

perubahan/perkembangan hukum

internasional.18

Soft law bisa ditempatkan sebagai

sampan darurat ketika hard law belum

terwujud (meskipun dalam praktekteknya,

kelemahan soft law adalah sifatnya yang

terlalu cair dan tidak tegas mengikat),

sehingga tidak terjadi kekosongan hukum

dalam praktek hukum internasional.

Berbeda dengan soft law, hard law

memiliki karakter yang lebih mengikat

(mempunyai legally binding dan legal

certanly). Sebagai bentuk perwujudan hukum

internasional yang idel, hard law

menimbulkan kewajiban hukum yang

mengikat (jelas sebstansi hukumnya; apa

yang harus ditaati dan apa sanksinya jika

tidak ditaati) dan adanya delegasi

kewenangan untuk menginterpretasikan dan

mengimplementasikan hukum terkait.19

Instrumen hukum internasional

tentang NGOs dalam bentuk hard law

terwujud berdasarkan kehendak negara-

negara untuk membuat, terikat dan

& Joanne Scott, 2006, Law and New Governance in

the EU and the US, Hart Publishing, Oregon,

(Selanjutnya disebuti David,M, Trubekl II), h. 65-67, 19 Kenneth W. Abbott et al, 2000, The

Concept of Legalization, International Organization

Journal, Volume 54, Issue 3, Summer 2000,

https://www.princeton.edu/amoraves/library/concept.

pdf, h. 418,

45

Page 9: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 1 Juni 2020 P-ISSN : 2528-681X E-ISSN : 2598-8042

melaksanakannya. Hal ini dapat terlihat dari

Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial PBB

1996/31 tentang keberadaan NGOs yang

dapat terlibat dalam kinerja PBB, melibatkan

NGOs sebagai salah satu penyusun instrumen

hukum internasional, memasukkan NGOs

sebagai salah satu stakeholders dalam konsep

pembangunan ekonomi internasional.

Status legal standing atas NGOs pada

instrumen law hard bisa di lihat pada EctHR

dan lembaga kuasi yudisial menegaskan

bahwa negara negara sebagai subjek hukum

internasional utama mengakui eksistensi

NGOs sebagai salah satu subjek hukum

internasional dengan personalitas hukum

internasional yang terbatas.

d) Personalitas Hukum Internasional

Non Governmantal Organitation

Personalitas hukum Internasional

NGOs, diawali pada Advisory Opinion

Reparation for Injuries Case 1949.

Setiap peserta/entitas yang terlibat di

dalam proses pembentukan instrumen hukum

internasional dapat dikualifikasikan sebagai

subjek hukum internasional jika memenuhi

beberapa persyaratan;

1) Kemunculannya karena memang

dibutuhkan oleh masyarakat

internasional;

2) Secara nyata subjek hukum itu memang

eksis

3) Eksistensinya menunjukkan adanya

keinginan (will) dan kemampuan

(capacity)

Sebagai subjek hukum internasional

yang sudah diakui, NGOs mempunyai

kewajiban internasional (erga omnes).

Kewajiban internasional (erga omnes) NGOs

dibagi menjadi 2 (dua) bidang, yaitu:

1) Bidang Hak asasi Manusia.

20 Selanjutnya disebut dengan The United

Nations Declaration on Human Rights Defenders

Tanggung jawab NGOs secara umum

di bidang Hak Asasi Manusia dapat

ditemukan pada Resolusi Majelis Umum

PBB A/RES/53/144 Declaration on the Right

and Responsibility of Individuals, Groups

and Organs of Society to promote and

Protect Universally Recognized Human Rigts

and Fundamental Freedom.20

Pasal 18 ayat (2) dan (3) The United

Nations Declaration on Human Rigts

Defender menyatakan:

...(2) Individuals, group, institution

and non governmental organizations have an

important role to play and responsibility in

safeguarding democracy, promoting human

rigts and fundamental freedom and

contributing to the promotion and

advancement of democratic societies,

institutios and processes.

(3) Individuals, groups, institutions

and non govermental organizations also have

an important role and a responsibility in

contributing, as appropriate, to the

promotion of the right of everyone to a social

and international order in which the rights

and freedoms set forth in the Universal

Declaration of Human Rights and other

human rights instruments can be fully

realized.

Selain pada instrumen hukum

internasional, Kewajiban internasional para

NGOs juga dapat dilihat pada masing masing

statuta pendiriannya.

Statute of Amnesty International

yang diamandeman terakhir pada tahun 2017:

(1) membantu masyarakat internasional

untuk dapat menikmati/memenuhi HAM

yang tertuang dalam UDHR dan

instrumen HAM Internasional lainnya.

46

Page 10: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Hassya Aulia Nissa : Personalitas NGos Dalam Pekembangan…………………………………….....38-51

(2) berkwajiban melakukan penelitian dan

aksi untuk mencegah dan mengakhiri

pelanggaran HAM.

(3) berkewajiban untuk memastikan negara-

negara meratifikasi dan

mengimplementasikan instrument HAM

internasional.

(4) membuat laporan bayangan (shadow

report) mengenai keadaan HAM disuatu

negara yang di-submit kepada Human

Rights Council (HRC) PBB.

2) Bidang Hukum Pidana dan Humanitarian

International

Konvensi Jenewa 1949 Article 3 ayat

(2) menyebutkan bahwa

badan/lembaga/organisasi independen di

bidang kemanuasiaan, seperti ICRC dapat

memberikan bantuan kepada para pihak yang

terlibat konflik. Berdasarkan pasal 9

Commentary I Konvensi Jenewa I disebutkan

bahwa organisasi humanitarian selain ICRC

haruslah bergerak di bidang humanitarian

dan bersifat imparsial namun tidak

disyaratkan harus bersifat Internasional.21

Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik

pengertian bahwa selain ICRC, NGOs yang

bergerak di bidang humanitarian dan bersifat

imparsial, dapat dikategorikan sebagai

organisasi humanitarian, sepanjang NGOs

terkait tidak berada dibawah pengaruh politik

ataupun militer dari pihak manapun.

ICTY juga melalui keputusannya

menegaskan bahwa tidak hanya negara tetapi

subjek hukum negara, seperti grup teroris

atau organisasi dapat dimintai

pertanggungjawaban atas tindakannya

melakukan genosida dan kejahatan

kemanusiaan.22

21 Jean S. Pictet, 1952, Commentary Geneva

Convention for the Amelioration of the Condition of

the Wounded and Sick in Armed Forces in the Field,

Geneva International Committee of the Red Cross,

Switzerland, h. 108,

Statuta Roma 1998 adalah dasar

kewajiban internasional di bidang

humanitarian bagi subjek hukum bukan

negara.23 Sehingga menempatkan subjek

hukum bukan negara mutlak berkewajiban

untuk tidak melalukan kejahatan genosida

dan kejahatan kemanusiaan. Dan NGOs,

selaku subyek hukum internasional terikat

terhadap ketentuan tersebut.

e) Hak Hak Internasional

Hak-hak internasional melekat pada

NGOs karena NGOs memiliki keinginan

untuk melindungi hak-hak tersebut dan sudah

menjadi fungsi hukum untuk memberikan

jaminan kepastian hukum. Keinginan NGOs

ini bersumber pada legalitas dan personalitas

yang dimilikinya berdasarkan eksistensi

nyata di dalam penyelenggaraan hukum

internasional.

Padasisi lain, hak-hak internasional

NGOs muncul karena kepentingan dan

aktifitas mereka untuk melindungi HAM,

mengimplementasikan HAM yang dimuat

dalam UDHR dan mengawasi implementasi

HAM oleh negara-negara.

Beberapa hak internasional yang dimiliki

oleh NGOs:

(a) Hak untuk menyusun/membentuk

perjanjian Internasional.

Partisipasi NGOs dalam menyusun

perjanjian internasional dimulai sejak

prepatory work/travaux preparatoires

sampai dengan konferensi internasional.

Beberapa instrumen hukum

internasional yang melibatkan para NGOs

dalam penyusunannya, yaitu:

- UDHR 1948,

22 ICTY, 1997, Prosecutor v. Dusko Tadic

a/k/a Dule, Judgment of 7 May 1997, 23 Anna Karin Lindblom, 2005, Non

Governmental Organisations in International Law,

Cambridge University Press, United Kingdom,

www.cambrige.org/9780521850889, h. 204.

47

Page 11: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 1 Juni 2020 P-ISSN : 2528-681X E-ISSN : 2598-8042

- Convention on the Prohibition of the Use,

Stocpilling, Production and Transfer of

Anti Personel Mines and on Their

Destruction 1997 dan

- Statuta Roma 1998.

Tidak setiap NGOs dapat berperan

aktip dalam pembentukan perjanjinan

internasional. Ada Persyaratan bagi para

NGOs yang berpartisipasi dalam penyusunan

perjanjian internasional, yaitu:

- NGOs mempunyai nilai (value),

- kemampuan (capacity) dan

- integrity (integrity),

- mempunyai consultative status di Dewan

Ekonomi dan Sosial PBB (diutamakan

yang memiliki general consultative status

dan special consultative status),

- tidak pernah terlibat dalam tindak pidana

(nasional maupun internasional).

(b) Hak untuk berperkara di Lembaga

Penyelesaian Sengketa Internasional

Ada beberapa lembaga penyelesaian

sengketa internasional dalam bentuk

pengadilan dan kuasi yudisial yang dapat

digunakan oleh NGOs untuk berperkara,

yaitu:

- The European Court of Justice (ECJ)

- The European Court of Human Rights

(EctHR)

- The Intern American Court and

Commision of Human Rights (IACtHR)

- The African Court and Commision on

Human and Peoples Rights (AfCtHPR)

- World Banks Inspections Panel;

- Mekanisme Investigasi melalui North

American Free Trade Agreement

(NAFTA) Side Agreement.

(c) Hak untuk Hukum Humaniter

Internasional

1. Hak NGOs untuk memberikan bantuan

pada saat terjadi konflik dimuat dalam

24 UN Security Council, Resolution 770, 13

Agustus 1992, htps://documents-dds-

Common Article 3 dari Konvensi Jenewa

1949, Pasal 9/9/9/10 Konvensi Jenewa

1949, Pasal 5 dan 81 Protokol Tambahan

I (1977) Konvensi Jenewa 1949, Pasal 18

Protokol Tambahan II (1977) Konvensi

Jenewa 1949 tentang perlindungan

korban konflik bersenjata yang tidak

bersifat internasional.

2. NGOs memiliki hak untuk mempunyai

akses terhadap orang yang perlu

dilindungi dalam konflik bersenjata. Hak

NGOs untuk mempunyai akses ini

didasari oleh kebebasan untuk bergerak

(freedom of movement) sehingga negara-

negara yang berkonflik harus

memastikan bahwa para NGOs dan

organisasi humaniter lainnya diberikan

hak/akses agar dapat melaksanakan

fungsinya untuk melindungi orang-orang

(protected persons).

Pasal 125 Konvensi Jenewa III 1949

dan Pasal 142 Konvensi Jenewa IV 1949

menyatakan bahwa memberikan jaminan

kepada organisasi religious, komintas

pembebasan/pertolongan atau organisasi

lainnya membantul mengunjungi para

tahanan perang atau protected persons.

Dewan keamanan PBB mengadopsi 2 (dua)

resolusi di tahun 1992, Resolution 770

(1992)24 terkait keadaan di Former

Yugoslavia. Pada kedua resolusi tersebut,

Dewan Keamanan PBB memberikan jaminan

segera, tanpa rintangan dan berkelanjutan

kepada organisasi humaniter (termasuk

NGOs) untuk dapat mempunyai akses ke

camp penampungan, penjara di wilayah

Former Yugoslavia.

3. NGOs memiliki hak untuk menyediakan

pertolongan kepada protected dalam

konflik bersenjata.

ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N92/379/66/IMG/N923

7966.pdf?OpenElement, Bagian pembukaan,.

48

Page 12: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Hassya Aulia Nissa : Personalitas NGos Dalam Pekembangan…………………………………….....38-51

Pada Common Articles 9/9/9/10

Konvensi Jenewa; Pasal 15,59 dan 61

Konvensi Jenewa IV; Pasal 60 dan 81

Protokol Tambahan I (1977) Konvensi

Jenewa 1949, diberikan hak tersebut kepada

organisasi humaniter yang imparsial.

Jika dilihat di dalam Pasal 8 ayat (2)

(b) (xxv) Statuta Roma 1998 menyebutkan

sengaja menghalangi bantuan pembebasan

atau pertolongan terhadap penduduk sipil

diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk

kejahatan perang dalam konflik bersenjata

internasional.

4. NGOs memiliki hak untuk dihormati dan

dilindungi.

NGOs beserta anggotanya

diinterpretasikan sebagai non combatan

sehingga tidak boleh menyerang dan diserang

pada saat berada di wilayah konflik

bersenjata baik yang nasional maupun

internasional.

Pasal 8 ayat (2) Statuta Roma 1998

dan Pasal 4 Pengadilan Spesial Siere Leone

menyatakan bahwa jika ada pihak dengan

sengaja secara langsung menyerang personil

yang terlibat dalam misi bantuan

kemanusiaan sesuai dengan piagam PBB

adalah sebuah kejahatan perang. Kewajiban

untuk menghormatidan melindungi NGOs

juga dimuat dalam beberapa resolusi PBB.

Presiden dari Dewan Keamanan PBB pada

tahun 1997 mengenai keadaan di Angola

mengemukakan bahwa anggotanya berhak

untuk keamanan organisasi atau agen

humaniter/kemanusiaa atau menghukum

penyerangan terhadap mereka.25

f) Keistimewaan (Privileges) dan

Kekebalan (Immunities)

Para NGOs tidak mempunyai hak

akan keistimewaan dan kekebalan di dalam

25 UN Security Council, Statement by

President, UN Doc.S/PRST/1997/39, 23 Juli 1997,

https://undocs.org/S/PRST/1997/39, h.1,

hukum internasional. NGOs tidak

menjalankan fungsinya sebagai organ negara

tetapi lebih pada fungsi sebagai media atau

fasilitator antara masyarakat dan pemerintah.

Pada saat menjalankan fungsinya di bidang

humaniter/kemanusiaan maka NGOs dan

anggotanya berhak untuk dihormati dan

dilindungi oleh negara-negara yang terlibat

konflik namun bukan berarti mereka

memiliki keistimewaan dan kekebalan dari

yurisdiksi nasional suatu negara.

g) Substansi Norma Pengturan

Organisasi Non Pemerintah (Non

Governmental Organization) dalam

Hukum Internasional.

Tujuan diakuinya eksistensi NGOs di

dalam instrumen hukum internasional tidak

lain untuk mewujudkan kepastian hukum itu

sendiri. Setelah eksistensi NGOs didalam

hukum internasional diakui sebagai subjek

hukum internasional maka memberikan

keadilan, baik bagi NGOs sendiri (tidak

hanya dibebani kewajiban internasional saja

tetapi NGOs juga mempunyai hak

internasional) maupun masyarakat (dapat

menyauarakan aspirasi dan kepentingannya_.

Keberadaan NGOs juga memberikan

kemanfaatan kepada Pemerintah dan

masyarakat internasional. Para NGOs

menjunjung tinggi nilai HAM sehingga

mereka bfungsi sebagai media/fasilitator

antara pemerintah dan masyarakat

internasional sekaligus sebagai pengawas

Pemerintah dalam mengimplementasikan

HAM. Berdasarkan peran dan fungsi nyata

NGOs dalam hukum internasional maka

pengakuannya sebagai salah satu subjek

hukum internasioanl harus dituangkan dalam

sebuah instrumen hukum internasional agar

memberikan jaminankepastian hukum di

49

Page 13: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Jurnal Muhakkamah Vol. 5 No. 1 Juni 2020 P-ISSN : 2528-681X E-ISSN : 2598-8042

dalam hubungan internasional dengan

subjek-subjek hukum internasional lainnya.

Berdasarkan aliran hukum positif,

hukum adalah undang-undang. Jadi jika

dikaitkan dengan eksistensi NGOs di dalam

hukum internasional (seperti yang sudah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya), maka

kedepannya (ius constituendum) harus

dibuatkan suatu pengturan yang mengakui

status NGOs sebagai salah satu subjek

hukum internasional dengan kapasitas

hukum terbatas, mengatur hak dan kewajiban

NGOs ternasuk pertanggungjawab NGOs

didalam hukum internasional.

Penyusunan Substansi norma

pengaturan NGOs dalam hukum

internasional bersumber pada teori orientasi

kebijakan dari MCDouglas yang

mensyaratkan konstruksi norma harus

disesuaikan dengan karakteristik objek

pengaturan. Dan Teori Legislasi Demokratis

dari Seidman yang mengemukakan bahwa

produk hukum yang baik mampu

mengakomodasi kepentingan para

stakehorders secara seimbang.

Seperti yang telah diuraikan pada

bagian sebelumnya, tujuan dibentuknya

pengaturan NGOs dalam hukum

internasional adalah mewujudkan kepastian

hukum: (1) pengakuan NGOs sebagai salah

satu subjek hukum internasional dengan

derajat personalitas hukum internasional

terbatas, (2) memaksimalkan peran dan

fungsinya dalam hukum internasional; serta

(3) mengurangi dampak negatif dari NGOs

itu sendiri. Dampak negatif NGOs yang telah

dikemukakan sebelumnya terkait dengan

kurangnya legitimasi (legitimacy),

transparansi (Transparency) dan

akuntabilitas (accountability), lembaga

independen sebagai pengawasl NGOs dan

lembaga penyelesaian sengketa internasional

khusus NGOs. Pengurangan dampak negatif

NGOs sudah sesuai dengan prinsip-prinsip

good governance yang diperlukan dalam

perancangan instruman hukum internasioanl

maupun dalam implementasi hubungan

antara NGOs dengan negara dan NGOs

dengan subjek hukum lainnya bukan negara.

F. Penutup

Berdasarkan paparan diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa NGO memiliki

status legal standing instrumen law hard pada

hukum internasional dan lembaga kuasi

yudisial menegaskan bahwa negara negara

sebagai subjek hukum internasional utama

mengakui eksistensi NGOs sebagai salah satu

subjek hukum internasional dengan

personalitas hukum internasional yang

terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anna Karin Lindblom, 2005, Non

Governmental Organisations in

International Law, Cambridge,

University Press, United Kingdom,

www.cambrige.org/9780521850889

Anna Meijknecht, 2001, Towards

International Personality; The

Positions of Minorities and

Indigenous Peoples in International

Law, Internesntia-Hart, Antwerpen-

Groningen Oxford.

Anton Vedder, 2007 Questioning the

legitimacy of non govermental

organization ini NGOs Involvement

in International Governce and Policy,

Sources of Legitimacy, Chapter 1,

Nijhoff Law Specials, Volume 72,

Martinus Nijhoff Publishers, The

Netherlans.

Claudie Barrat, 2014, Status of NGOs in

International Humanitarian Law,

50

Page 14: PERSONALITAS NGOs DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

Hassya Aulia Nissa : Personalitas NGos Dalam Pekembangan…………………………………….....38-51

Graduate Institute of International

and Development Studies, vol. 14,

Brill Nijhoff, The Netherlands

David M. Trubek et.al.,2006, Soft Law, Hard

Law and EUINtegration dalam

Grainne de Burca & Joanne Scott,

2006, Law and New Governance in

the EU and the US, Hart Publishing,

Oregon

Ian Brownwlie, 2008, Principles of Public

International Law, 7th ed., Oxford

University Press, Oxford.

Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi

Penelitian Hukum Normatif dalam

Justifikasi Teori Hukum, Prenada

Media Group, Jakarta

Jean S. Pictet, 1952, Commentary Geneva

Convention for the Amelioration of

the Condition of the Wounded and

Sick in Armed Forces in the Field,

Geneva International Committee of

the Red Cross, Switzerland

Jeffrey L. Dunoff et.,al, 2006, Internastional

Law Norms, Actors, Process A

problem Oriented Approach, Aspen

Casebook Series, Second Edition,

Wolters Kluwer, New York

Malcolm Shaw, 2008, International Law,

Cambrige University Press,

Cambrige

Lili Rasjidi, 1981, Dasar-Dasar Filsafat

Hukum, Alumni, Bandung.

JURNAL

Gregory C. Shaffer & Mark A. Pollack, 2010,

Hard vs Soft Law: Alternatives,

Complements, and Antagonist in

Internasional Governance, Minesota

Law Review, Vol. 94

Kenneth W. Abbott et al, 2000, The Concept

of Legalization, International

Organization, Journal, Volume 54,

Issue 3, Summer 2000,

https://www.princeton.edu/amoraves

/library/concept.pdf.

Steve Charnovitz, 2006, Non Governmental

Organizations and International

Law, The America Journal of

International Law, vol. 100, No.2

(Apr.2006).

Bahan Hukum Lain

ICJ, 1949, Reparation for Injuries Suffered in

The Service of The United Nations,

April 11th 1949

ICTY, 1997, Prosecutor v. Dusko Tadic a/k/a

Dule, Judgment of 7 May 1997

UN Security Council, Resolution 770, 13

Agustus 1992, htps://documents-dds-

ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N92/37

9/66/IMG/N9237966.pdf?OpenElem

ent, Bagian pembukaan

UN Security Council, Statement by

President, UN Doc.S/PRST/1997/39,

23Juli1997,https://undocs.org/S/PRS

T/1997/39

Iriawan Hartanam 2016, Tips Profesional

Integritas dan Komitmen dalam

Bekerja,https://ot.id/tips

profesional/integritas-dan-komitmen-

dalam-bekerja.

51