persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas … · terhadap penerimaan sosial pada siswa...
TRANSCRIPT
PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI IPS SMA BRUDERAN PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Rosalina Ina Rianghepat
NIM : 041114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
i
PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI IPS SMA BRUDERAN PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Rosalina Ina Rianghepat
NIM : 041114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Untuk mendapat sesuatu yang terbaik dalam hidup itu butuh perjuangan dan pengorbanan
(penulis)
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini kupersembahan kepada Tuhan Yesus Kristus, kedua Orangtuaku tercinta, dan Kakak-kakakku tercinta
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 04 Mei 2010
Peneliti
(Rosalina Ina Rianghepat)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama: Rosalina Ina Rianghepat
NIM: 041114002
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Persepsi terhadap Penerimaan Sosial pada Siswa Kelas XI IPS SMA
BRUDERAN Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010 dan Implikasinya
Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan beserta perangkat yang diperlukan (bila
ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 4 Juni 2010
Yang menyatakan,
(Rosalina Ina Rianghepat)
vii
ABSTRAK
PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI IPS SMA BRUDERAN PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Rosalina Ina Rianghepat
Universitas Sanata Dharma 2010
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi
terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bagaimanakah deskripsi persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010?”. Masalah yang kedua adalah “Topik-topik bimbingan apa sajakah yang tepat untuk mengembangkan penerimaan sosial siswa XI SMA Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010?”.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo yang berjumlah 79 siswa. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner Penerimaan sosial. Kuesioner ini disusun berdasarkan tiga aspek dalam penerimaan sosial. Jumlah seluruh item yang digunakan sebanyak 55 butir item. Teknik analisis data yang ditempuh adalah dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing item, menghitung mean kelompok secara keseluruhan dan mean masing-masing aspek, selanjutnya mengkategorisasikan penerimaan sosial menjadi dua yaitu: tinggi atau rendah.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010 terbagi dalam 2 kategori, yaitu: 42 siswa (53,164%) memiliki persepsi terhadap penerimaan sosial tinggi, dan 27 siswa (34,177%) memiliki persepsi terhadap penerimaan sosial rendah. Kedua, berdasarkan hasil penelitian disusunlah suatu usulan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010.
viii
ABSTRACT
PERCEPTION OF SOCIAL ACCEPTANCE TO THE 11th GRADE SOCIAL PROGRAM STUDENTS OF SMA BRUDERAN PURWOREJO ACADEMIC YEAR 2009 / 2010 AND THE IMPLICATIONS TOWARD THE PROPOSED
GUIDANCE TOPICS
Rosalina Ina Rianghepat
Sanata Dharma University 2010
This research intends to get perception of social acceptance to the 11th grade social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010. First problem about description of perception social acceptance to the 11th grade social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010 and second problem is what guidance topics for developing social acceptance to the 11th grade social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010.
This research used descriptive research with survey method. The research subject is all students 11th grade social program of SMA Bruderan Purworejo. They are 79 person. The tool for collecting files is questionnaire social acceptance. This questionnaire based on three aspets in social acceptance. The total items used are 55. the analitycal data technique used in this research is by making the tabulation score from each, counting the total score of each items, counting the group “mean”thoroughly and “mean” of each aspects, and then categorizing of social acceptance become high or low.
This research results are as follow perception of social acceptance to the11th grade social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010 is divided in two category. They are 42 students (53, 164 %) having a high perception social acceptance and 27 students (34, 177 %) having a low perception social acceptance. Second, based on research result to the 11th grade social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010, the proposed topics were composed
ix
KATA PENGANTAR
Peneliti mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas berkat
dan kekuatan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Peneliti
menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adnya dukungan
dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si, sebagai ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Dra. M. J. Retno Priyani, M Si, sebagai dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.
3. Kepala Sekolah SMA St. Mikhael yang telah memberikan ijin pada peneliti
untuk melakukan ujicoba penelitian. .
4. Dra. Th. Rini Purwani, sebagai Kepala Sekolah SMA Bruderan Purworejo
yang telah memberikan ijin dan kemudahan bagi peneliti untuk melakukan
penelitian.
5. Siswa-siswi kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo yang telah bersedia
membantu peneliti untuk mengisi kuesioner.
6. Kedua orang tua saya Bapak Vitalis Rianghepat dan Ibu Anna Hingi, kakak-
kakak saya: Kakak Suster, Kakak Romo, Kakak Tulit, Abang Carlo, Abang
Julio, Kakak Moniq, Amick, Awe yang telah memberikan dukungan moril
dan material.
7. Sahabat-sahabat saya Dutty, Lupsi, Lshe, Ellalabebe, Jrink, Odung, Elnino,
Miss Peddy, Ria Kiwil, Pimpom, Sr. Lina, Yasinta, Simbah, Martha Menur,
Tina Menur, Putri Menur, Evin Menur, Doeli, Ka. Hans, Ka. Edi yang telah
memberi saya semangat, keceriaan, dan motivasi sehingga penulis tetap
semangat dalam mengerjakan skripsi. Thanks for everything
x
8. Teman-teman seperjuangan di program studi Bimbingan dan Konseling
angkatan 2004 yang telah memberikan semangat dan kecerian selama kuliah
bersama
9. Alexander Mario Wara Mbuu. Terima kasih atas cinta dan kesabaranmu.
10. Teman seperjuangan bimbingan skripsi yang telah memberikan masukan yang
berguna dan semangat bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Disadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik terhadap karya ini sangat disyukuri dan dihargai. Diharapkan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan berminat dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta, 04 Mei 2010
Peneliti
Rosalina Ina Rianghepat
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………..…..... vi
ABSTRAK……………………………………………………………….... vii
ABSTRACT………………………………………………......………….... viii
KATA PENGANTAR……………………………………..…....……..….. ix
DAFTAR ISI………………………………………..…....….…………….. x
DAFTAR TABEL……………………………………...…....…………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN………….……………….…..……..…..……..…... xiii
BAB I PENDAHULUAN………………………..…….…..…………….... 1
A. Latar Belakang………………………..….…..………….…….. 1
B. Perumusan Masalah……………………...…………..……....... 7
C. Tujuan Penelitian…………………………….…..………......... 7
D. Manfaat Penelitian……………………………..………..…....... 8
E. Definisi Operasional……………………………………..…...... 8
xii
BAB II KAJIAN TEORITIS……………………………………………..... 10
A. PERSEPSI……………………………………...………………. 10
1. Pengertian Persepsi………………...………………………... 10
2. Aplikasi Persepsi dalam Kehidupan Sehari-hari............……. 11
B. PENERIMAAN SOSIAL REMAJA………....………………… 12
1. Pengertian Penerimaan Sosial.….........................…..…........ 12
2. Penerimaan Sosial Remaja……………..………......…......... 13
3. Klasifikasi Anggota Kelompok Berdasarkan
Tingkat Penerimaan Sosial ................................................... 18
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Sosial..................................................................................... 20
5. Manfaat Penerimaan Sosial .................................................. 27
6. Aspek-aspek Penerimaan Sosial………….……................... 29
C. Peranan Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa................. 34
1. Pengertian Bimbingan…….………………....…....…........... 34
2. Tujuan Bimbingan …………………...….…………............. 36
3. Peran Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa.…........... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………...…...…............. 44
A. Jenis Penelitian…………………………..………………..…..... 44
B. Subyek Penelitian……………………………………….……… 44
C. Instrumen Penelitian…………………..….………..………........ 45
D. Validitas dan Reliabilitas………………...……………..…......... 48
1. Validitas……………………….....……………..……........... 48
2. Reliabilitas………………………..…………………..…...... 51
xiii
E. Prosedur Pengumpulan Data ……...……………..….………..... 53
F. Analisis Data…………………..………………………….…..... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….….......... 57
A. Hasil Penelitian………………………………...…………......... 57
B. Pembahasan Hasil Penelitian………......…...………………...... 60
BAB V USULAN TOPIK BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN
PENERIMAAN SOSIAL………………...……………………....... 70
BAB VI PENUTUP………………..………...……………………............. 94
A. Kesimpulan……………….……...………….……………........ 94
B. Keterbatasan penelitian……...…...…………………................. 95
C. Saran…………………………..…..……………….……........... 95
DAFTAR PUSTAKA……………………...….………………………........ 97
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Subyek Penelitian ....................................................... 45
Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Penerimaan Sosial Siswa
Kelas XI SMA Bruderan Tahun Pelajaran 2009/2010............. 47
Tabel 3. Kuesioner Penerimaan Sosial setelah Ujicoba......................... 51
Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur................................. 52
Tabel 5. Kelas dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian
di SMA Bruderan Purworejo.................................................... 54
Tabel 6. Kategorisasi Penerimaan Sosial Siswa Kelas XI SMA
Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010.................. 58
Tabel 7. Kategorisasi Penerimaan Sosial Berdasarkan
Masing-masing Aspek................................................................ 59
Tabel 8. Usulan Topik Bimbingan Untuk Mengembangkan dan
meningkatkan Penerimaan Sosial Siswa Kelas XI SMA
Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010...................... 72
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Kuesioner Penerimaan Sosial Sebelum Ujicoba........... 100
Lampiran 2: Validitas dan Realibilitas…………......……................... 106
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian Penerimaan Sosial .…………….... 113
Lampiran 4: Hasil Pengolahan Data Penelitian ................................... 117
Lampiran 5: Surat Keterangan Penelitian dari SMA
Bruderan Purworejo.......................................................... 123
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia secara hakiki adalah makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan ia
membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain (Gerungan, 2002 : 24).
Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu mencari kasih sayang dan
penerimaan orang lain, oleh karena itu manusia tidak bisa hidup seorang diri,
ia butuh orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Individu perlu
bergaul dan berhubungan dengan orang lain sejak masih kecil hingga individu
berhasil menjadi manusia yang mampu hidup bermasyarakat.
Hasil dari hubungan dan interaksi dengan orang lain dapat mempengaruhi
tingkah laku dan cara pandang orang lain juga. Lewat interaksi dengan orang
lain individu akan membentuk persepsinya. Menurut Rani Persepsi merupakan
suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang
terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya (http://id.shvoong.com
diakses tanggal 1 Mei 2010).
Dalam kehidupan sosial sebagian individu cenderung mengandalkan
persepsinya. Hal ini juga akan terjadi dalam perkembangan sosial remaja. Saat
remaja berada dan berinteraksi dengan orang lain maka akan ada perbedaan
2
dalam memandang suatu pengalaman atau peristiwa. Demikian halnya dalam
penerimaan sosial. Melalui persepsi remaja dapat mengukur seberapa jauh
mereka diterima maupun ditolak oleh orang lain.
Desmita (2008: 219) mengatakan bahwa perkembangan kehidupan sosial
remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya
dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
berhubungan dan bergaul dengan teman sebaya mereka. Kebutuhan untuk
berelasi pada remaja khususnya remaja yang duduk di kelas XI SMA
cenderung meningkat baik itu kebutuhan untuk bergabung dengan teman
sebaya di sekolah maupun dengan kelompok teman sebaya di luar lingkungan
sekolah. Melalui kelompok teman sebaya, remaja mulai belajar melepaskan
diri dari pengaruh orang tua. Mereka mulai terjun ke dalam masyarakat.
Bahkan remaja suka membuat kelompok atau gank tersendiri. Remaja ingin
membentuk kelompok sosial tertentu sesuai dengan norma-norma yang
mereka tetapkan dalam kelompok tersebut. Pembentukan sikap, tingkah laku,
dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan
ataupun teman-teman sebaya.
Soesilowindradini (1982: 117) menegaskan kembali bahwa kelompok
teman sebaya ini lebih berpengaruh terhadap anak dalam hal sikap-sikapnya,
minat-minatnya, nilai-nilai yang dianutnya, dan tingkah lakunya daripada
norma dalam keluarganya. Hal ini mendorong remaja untuk terus menjalin
relasi dengan teman sebayanya. Mappiare (1982 : 153) mengatakan bahwa
Kebutuhan remaja untuk menjalin relasi menuntut dua kebutuhan dominan
3
yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penerimaan kelompok teman sebaya dan
kebutuhan untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya.
Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi perkembangan remaja. Kebutuhan untuk dapat diterima oleh
lingkungan bagi setiap individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak
sebagai makhluk sosial. Demikian juga bagi remaja yang juga akan
mengalami perkembangan secara sosial. Pengertian dan penerimaan dari
teman sebaya dalam kelompok akan membantu dirinya dalam penerimaan
keadaan dirinya sendiri dan juga sangat membantu remaja dalam memahami
pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain.
Desmita (2008: 222) mengatakan bahwa remaja lebih suka berbicara tentang
pengalaman dan minat-minat yang lebih bersifat pribadi kepada teman
sebayanya. Dalam masalah yang lebih bersifat pribadi ini remaja lebih enak
berbicara dengan teman-temannya. Mereka percaya bahwa teman sebaya
akan memahami perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan dengan
orang dewasa. Melalui teman sebaya remaja mencurahkan apa yang tersimpan
di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Remaja
mengungkapkan secara bebas tentang rencana, cita-cita dan dorongan-
dorongan dalam dirinya.
Setiap remaja memiliki kemampuan yang berbeda dalam usahanya
mendapatkan penerimaan dari orang lain. Ada remaja yang berhasil
mendapatkan penerimaan sosial tetapi ada juga yang kurang berhasil
mendapatkan penerimaan dalam kelompok teman sebaya. Remaja yang
4
mendapat penerimaan sosial bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
baik dan suka menolong teman-temannya, mengikuti norma-norma dalam
kelompok, bisa diajak kerjasama dan mampu menunjukan kesetiaan dalam
kelompok. Remaja yang kurang mendapat penerimaan sosial bisa saja
disebabkan karena remaja ini suka ribut di kelas, usil, dan suka memeras
teman-temannya. Soesilowindradini (1982: 178-179) menjelaskan bahwa
hal-hal yang menyebabkan bahwa anak remaja disenangi oleh teman-
temannya karena dia aktif, suka bekerjasama dan membantu, bersikap sopan
dan memperhatikan orang lain, jujur dan dapat dipercaya, tidak pelit/kikir,
mempunyai inisiatif, mempunyai tampang yang baik setidaknya cukup rapi,
mampu menyesuaikan diri secara tepat. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan
anak remaja tidak disenangi adalah sombong, suka menguasai anak-anak lain,
suka menentang, malu-malu, selalu mengikuti kemauan sendiri, suka rebut,
tidak sopan pada teman-temannya dan orang lain.
Menurut Chaplin (1989) penerimaan sosial adalah tingkat sejauh mana
seseorang diterima orang lain atau kelompok. Remaja yang diterima oleh
kelompok teman sebaya akan merasa senang, gembira, puas, dan
meningkatkan rasa percaya diri yang tinggi sehingga bisa menimbulkan
konsep diri yang positif pada diri remaja tersebut. Sebaliknya jika siswa atau
remaja tersebut tidak diterima dalam kelompok teman sebaya maka remaja
tersebut akan mengalami ketidakpuasan dalam diri dan siswa tersebut
cenderung menyendiri sehingga bisa membentuk konsep diri yang negatif
dalam diri. Hutagalung (2007: 12) yang berpendapat bahwa penerimaan sosial
5
yang tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang berpengaruh pada
peningkatkan konsep diri positif, sedangkan penerimaan sosial yang rendah
menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri dari kontak sosial,
dan menjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada
pengembangan konsep diri negatif.
Sindrom penerimaan dalam kelompok sosial dilukiskan seperti kesan
pertama yang positif karena penampilan yang menarik (sesuai dengan gaya
saat itu), mudah bergaul, atau mudah diajak kerjasama. Bila remaja berhasil
diterima maka tidak ada masalah. Namun, apabila ia gagal maka ia akan
merasa minder atau tertolak. Lingkungan dan kelompok sosial (peer) seperti
apa yang menerima mereka menentukan kepribadian remaja di masa yang
akan datang. Jadi kesuksesan dalam perkembangan sosial sangat penting bagi
seorang remaja.
Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa penerimaan yang dialami oleh
siswa mengakibatkan siswa merasa bahagia dalam hidupnya serta semakin
aktif dalam pergaulannya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Di
lingkungan sekolah misalnya dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,
dalam kelompok belajar dan kegiatan ekstrakurikuler. Di luar lingkungan
sekolah misalnya belajar kelompok di luar jam sekolah, kegiatan di luar jam
sekolah dan lain-lain.
Menurut Winkel (1987), siswa yang mengalami penerimaan sosial akan
merasa dirinya berharga, aman, nyaman dan cenderung lebih percaya diri
dalam beraktivitas. Kondisi ini memotivasi siswa untuk lebih berkonsentrasi
6
dalam belajar di kelas, sehingga siswa dapat memperoleh keberhasilan
akademik. Sunaryati (1999) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
penerimaan sosial memotivasi siswa untuk berprestasi dalam bidang studi
tertentu khususnya bidang studi bahasa Inggris.
Penerimaan sosial siswa dalam kelompok teman sebaya dapat membantu
pengembangan konsep diri individu yang semakin positif. Hal ini semakin
dikuatkan dengan pendapat Medinnus (1969) yang mengatakan bahwa
penerimaan sosial dapat meningkatkan kepercayaan diri, rasa aman, dan
keberhargaan.
Siswa yang mengalami penolakan dalam kelompok teman sebaya akan
mengakibatkan siswa merasa kesepian, tidak bahagia, tidak percaya diri,
minder, sedih dan menimbulkan konsep diri yang negatif. Hal ini akan
menghambat siswa dalam menjalin relasi sosial dengan orang lain baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Siswa juga menjadi tidak semangat dalam
belajar sehingga cenderung bermasalah dalam bidang akademik. Prestasi
belajar siswa menjadi menurun.
Realitas di SMA Bruderan menunjukan bahwa banyak siswa kelas XI
yang cenderung membentuk gang atau kelompok sendiri. Ada yang memilih
teman dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok. Mereka cenderung memilih
sendiri teman-temannya tidak berdasarkan kelompok yang berikan oleh guru
mata pelajaran. Dari kondisi ini peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi
penerimaan sosial siswa di SMA bruderan Purworejo. Berdasarkan kondisi ini
7
juga, peneliti ingin menyusun usulan topik bimbingan untuk meningkatkan
penerimaan sosial siswa dalam kelompok teman sebaya.
Dari uraian diatas peneliti berpendapat bahwa penerimaan sosial siswa
dalam kelompok teman sebaya sangatlah penting untuk mencapai
perkembangan pribadi yang optimal dan memotivasi siswa untuk memperoleh
prestasi belajar yang lebih memuaskan. Mengingat pentingnya penerimaan
sosial dalam kelompok teman sebaya ini, maka peneliti perlu memperoleh
gambaran mengenai sejauh mana tingkat penerimaan sosial siswa kelas XI
IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI
IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010?
2. Topik-topik bimbingan apakah yang tepat bagi siswa kelas XI IPS SMA
Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan persepsi penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA
Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010.
2. Dapat menyusun topik bimbingan yang tepat bagi siswa kelas XI IPS
SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010
8
D. Manfaat Penelitian
1. Konselor Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan oleh konselor sekolah
sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan program bimbingan
di sekolah, khususnya dalam merancang topik-topik bimbingan pribadi-
sosial.
2. Guru Bidang Studi
Guru bidang studi mendapatkan informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk turut serta meningkatkan penerimaan sosial di
kalangan siswa di kelas.
3. Peneliti
Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bagian dari proses
belajar dan berlatih menulis, khususnya dalam penulisan ilmiah dan dapat
mengembangkan pengetahuan peneliti.
4. Siswa
Siswa mampu meningkatkan penerimaan sosialnya terhadap teman–teman
sebayanya baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
E. Definisi Operasional
1. Persepsi adalah interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari
lingkungan yang bersifat individual, meskipun stimulus ynag diterima itu
sama, tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda,
kemampuan berpikir yang berbeda, maka hal tersebut sangat memungkin
terjadi perbedaan persepsi pada setiap individu.
9
2. Tingkat penerimaan sosial adalah: sejauhmana individu merasa diterima
oleh orang lain dalam suatu relasi sehingga individu tersebut akan
mendapatkan pengalaman yang positif seperti merasa aman, dihargai,
didukung, diteguhkan serta puas dengan relasinya tersebut (tingkat
penerimaan sosial ini terungkap sejauh kuesioner yang dibuat).
3. Kelompok teman sebaya (peer friendship group) adalah kelompok anak-
anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan
mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-
anak umur sekolah sampai dengan masa remaja (adolescent).
4. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu di dalam ataupun
diluar kelompok yang bermasalah ataupun yang tidak bermasalah agar
dapat menemukan dan mengembangkan kemampuannya seoptimal
mungkin sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun
keadaan sekitar. Bimbingan yang berkaitan dengan masalah penerimaan
sosial adalah bidang bimbingan pribadi-sosial.
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini akan diuraikan pengertian persepsi, pengertian penerimaan
sosial remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial remaja, tanda-
tanda penerimaan sosial, penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dan
peran bimbingan di sekolah.
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi memiliki berbagai macam definisi yang satu sama lain
saling melengkapi. Morgan, King & Robinson mengatakan bahwa persepsi
adalah bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,mengecap, dan
mencium dunia sekitar kita. Dengan kata lain persepsi adalah segala sesuatu
yang dialami oleh manusia (Adi, 1994: 105). Rakhmat juga menjelaskan
persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, dan hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan (2004: 51). Menurut Rani bahwa dalam teori Bower dijelaskan bahwa
peersepsi merupakan interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan
individu (http://id.shvoog.com akses tanggal 1 Juni 2010). Menurut Martin,
dalam teori Walgito dijelaskan bahwa persepsi sebagai stimulus yang
diinderakan oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan
sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera
(http://duniapsikologi.dagdigdug.com akses tanggal 1 Juni 2010).
11
Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa persepsi adalah
interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan yang bersifat
individual, meskipun stimulus ynag diterima itu sama, tetapi karena setiap
orang memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan berpikir yang berbeda,
maka hal tersebut sangat memungkin terjadi perbedaan persepsi pada setiap
individu. Demikian halnya dalam penerimaan sosial setiap orang juga akan
memiliki persepsi yang berbeda. Dengan pengalaman yang berbeda maka
akan mempengaruhi persepsi kita dalam menerima dan menolak orang lain.
2. Aplikasi Persepsi dalam Kehidupan Sehari-hari
Persepsi sangat berperan penting dalam pergaulan dengan orang
lain. Dimana kita berada, kita akan berhadapan dengan orang lain yang
berbeda sehingga akan mempengaruhi persepsi kita. Persepsi juga berperan
dalam kehidupan remaja. Dengan pengalaman yang berbeda akan
mempengaruhi persepsi mereka dalam menerima dan menolak temannya.
Karena persepsi sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-
hari maka Adi ( 1994: 114-116) menjelaskan beberapa hal penting yang
berperan dalam persepsi yaitu:
a. Impression Formation
Proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuan/
pemikiran yang relatif menetap tentang orang tersebut. Misalnya:jenis
kelamin, ciri-ciri fisik, kelas sosial, sedangkan impression formation ini
terbentuk melalui klasifikasi kepribadian yang implisit dan
mempertimbangkan positif dan negatif.
12
b. Attribution
Atribusi adalah proses dimana kita menjelaskan dan menginterpretasikan
kejadian yang kita temukan baik dari dunia fisik maupun dunia sosial.
c. Social Influence
Bagaimana kehadiran orang lain mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Misalnya hubungan kakak-adik. Berkaitan dengan pengaruh sosial (social
Influence) ini bentuk tingkah laku dapat terbentuk karena imitasi, konformitas,
dan kepatuhan.
d. Social Relationship
Suatu perepsi sosial banyak dipengaruhi oleh keakrabannya dengan orang
lain. ketertarikan interpersonal dapat dipengaruhi melalui kedekatan fisik,
kesamaan sikap, penampilan yang menarik.
B. Penerimaan Sosial Remaja
1. Pengertian Penerimaan Sosial
Menurut Chaplin (1989) penerimaan sosial adalah tingkat
sejauhmana seseorang merasa diterima oleh orang lain. Hurlock (1978)
mengatakan bahwa penerimaan sosial adalah suatu tanggapan positif dari
orang lain terhadap seluruh kepribadian seseorang remaja sehingga remaja
tersebut merasa diterima. Melalui rasa diterima orang tersebut akan
mendapatkan kesenangan, keuntungan, manfaat, dan akibat positif lainnya
dalam interaksi sosialnya.
Sunaryati (1999) berpendapat bahwa penerimaan sosial adalah suatu
keadaan individu ketika menggabungkan diri dalam kelompok dan keadaan
13
ini membuat individu merasa aman dan bahagia dalam kelompoknya.
Sementara New Comb,Turner & Coverse (1965) mendefinisikan penerimaan
sosial sebagai suatu sikap saling tertarik terhadap ciri kepribadian positif yang
menghasilkan pengalaman positif dalam suatu relasi. Penerimaan sosial
menurut Sutanto (1992) adalah keadaan individu yang dapat diterima oleh
teman-temannya dalam interaksi kelompok.
Dari uraian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
penerimaan sosial adalah tingkat sejauhmana individu diterima oleh orang
lain dalam suatu relasi sehingga individu tersebut akan mendapatkan
pengalaman yang positif seperti merasa aman, dihargai, didukung, diteguhkan
serta puas dengan relasinya tersebut.
2. Penerimaan Sosial Remaja
Siswa kelas II SMA adalah remaja yang berada pada rentang usia 15
sampai dengan 18 tahun. Pada usia ini remaja sudah mulai belajar untuk
bermasyarakat dan remaja juga mulai mengembangkan minat dan sikap
sosialnya. Mappiare (1982 : 58) mengatakan bahwa pada masa remaja awal
sikap remaja yang lebih berkembang adalah sikap sosial, lebih-lebih sikap
sosial yang berhubungan dengan teman sebaya.
Berkaitan dengan hubungan sosial pada masa remaja, hampir seluruh
waktu yang digunakan remaja adalah berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya di luar rumah khususnya dengan kelompok teman sebaya. Kondisi
ini sejalan dengan salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh
14
remaja yaitu menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya
baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin (Mappiare, 1982 : 99).
Agar dapat berhasil dalam menjalani tugas perkembangan ini remaja
sangat memerlukan agar kehadirannya diterima oleh orang-orang yang ada
dalam lingkungannya, di rumah, di sekolah ataupun dalam masyarakat di
mana ia tinggal khususnya teman sebayanya. Penerimaan oleh semua pihak
terlebih teman sebaya menyebabkan remaja merasa aman dan bahagia. Rasa
aman dan bahagia ini karena adanya dukungan dan perhatian terhadap
dirinya. Penerimaan dari orang lain merupakan motivasi yang baik bagi
remaja untuk lebih puas dalam menghadapi kehidupannya.
Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sosial remaja. Kebutuhan akan penerimaan
dari orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, dan teman sebaya
merupakan faktor penting untuk mencapai rasa diterima oleh masyarakat.
Kadang-kadang kegagalan remaja dalam pelajaran disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan akan penerimaan sosial. Menurut Saputro bahwa
dalam penelitian Koch (http://www.my life spring.com diakses pada tgl 22
Desember 2008) menemukan remaja yang disukai oleh teman-teman
sekelasnya lebih baik kemampuannya untuk menyelesaikan rutinitas dan
tugas-tugas sekolah daripada remaja yang tidak disukai di kalangan teman-
temannya.
Hetherington & Parke (Desmita, 2008 : 145) mendefinisikan teman
sebaya sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang
15
memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia. Lewis &
Rosenblum (Desmita, 2008: 145) mengatakan bahwa teman sebaya lebih
menekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis. Menurut Ali
(http://digilib.unnes.ac.id diakses tangga 25 Agustus 2009) kelompok teman
sebaya (peer friendship group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda
yang berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan
umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai
dengan masa remaja (adolescent).
Kelompok teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial
remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan
merupakan anggota keluarganya. Menurut Zulkifli (2003) remaja dalam
kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok teman sebayanya sehingga
tidak jarang orangtua dinomorduakan sedangkan kelompoknya
dinomorsatukan. Gunarsa & Gunarsa (1984 : 95) mengatakan bahwa
kelompok teman sebaya sulit ditiadakan karena para remaja membutuhkan
rasa aman dan perlindungan yang diperolehnya dalam kelompok.
Remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan khususnya teman
sebaya. Dalam kelompok teman sebaya remaja membutuhkan penerimaan
dari teman-teman kelompok sehingga bisa tercipta rasa aman. Teman sebaya
sangat berperan dalam pembentukan sikap, tingkah laku, dan perilaku sosial
remaja. Hubungan dengan teman sebaya mempunyai berbagai macam fungsi
antara lain dapat memfasilitasi proses belajar dan perkembangan remaja.
16
Menurut Saputro bahwa dalam teori Asher (http://www.my life spring.
com diakses pada tgl 22 Desember 2008) mengatakan bahwa melalui
hubungan teman sebaya, remaja memperoleh kesempatan untuk belajar
keterampilan sosial yang penting untuk kehidupannya terutama keterampilan
yang dibutuhkan untuk memulai dan memelihara hubungan sosial dan untuk
memecahkan konflik sosial yang mencakup keterampilan berkomunikasi,
berkompromi, dan berdiplomasi.
Menurut Ali (http:// digilib.unnes. ac. Id diakses tanggal 25 Agustus
2009) kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan
remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota
kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, oleh
karenanya mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok
sebayanya.
Hurlock (1992) mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya pada
sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada
orangtua. Bagi remaja, kelompok atau teman-teman adalah sumber inspirasi
dan identitas diri. Remaja cenderung menjadi apa yang diharapkan atau
dikatakan oleh orang lain tentang dirinya sehingga remaja membutuhkan
kelompok untuk berinteraksi. Remaja menganggap bahwa dengan
diterimanya dalam kelompok, akan membuatnya merasa dihargai oleh
kelompok. Secara tidak langsung remaja merasa diterima dan dibutuhkan
dalam kelompok. Menurut Saputro bahwa dalam penelitiannya, Burton
menemukan remaja yang melibatkan dirinya dengan teman sebayanya juga
17
dapat memperoleh kesempatan untuk membangun rasa percaya diri sosial
’social self-confidence’. (http://www.my life spring.com diakses pada tgl 22
Desember 2008)
Mappiare (1982 : 171) berpendapat bahwa remaja yang diterima atau
ditolak dalam kelompok teman sebaya disebabkan oleh beberapa faktor yang
berkaitan dengan aspek pribadi remaja itu sendiri. Hal-hal yang menyebabkan
remaja diterima dalam kelompok teman sebaya adalah tampang yang baik,
atau paling rapi serta aktif dalam urusan-urusan kelompok, mempunyai
inisiatif, banyak memikirkan kepentingan kelompok, bersikap sopan,
memperhatikan orang lain, penyabar, suka menyumbangkan pengetahuannya
pada orang lain, jujur, dapat dipercaya, bertanggungjawab, menaati peraturan-
peraturan kelompok, mampu menyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai
situasi dan pergaulan sosial. Remaja yang ditolak oleh teman sebayanya
karena sering menantang, malu-malu, melanggar norma-norma kelompok,
suka menguasai anak lain, suka curiga, dan suka melaksanakan kemauan
sendiri dan faktor rumah yang terlalu jauh dari teman-teman sekelompok.
Remaja yang tidak mampu membina pertemanan yang memuaskan
juga akan merasa terpencil dan tidak bahagia. Demikian halnya dengan anak
remaja yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan
mempengaruhinya dalam menjalin relasi dengan teman sebaya. Remaja akan
mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan teman dalam pergaulan,
sehingga akan menimbulkan dampak negatif bagi diri remaja.
18
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa penerimaan
sosial dalam kelompok teman sebaya sangat dibutuhkan oleh remaja.
Penerimaan dari orang lain khususnya teman sebaya sangat mempengaruhi
perkembangan pribadi remaja tersebut. Dengan diterimanya dalam suatu
kelompok, remaja akan merasa dihargai, nyaman dan aman dalam menjalin
suatu hubungan dengan orang lain. Penerimaan akan berpengaruh pada
pengembangan konsep diri remaja.
3. Klasifikasi Anggota Kelompok Berdasarkan Tingkat Penerimaan
Sosial
Hurlock (1978:294) membuat klasifikasi anggota kelompok
berdasarkan tingkat penerimaan sosial adalah sebagai berikut:
a. Stars (kelompok yang Jadi bintang)
Remaja yang bisa diterima oleh kebanyakan orang atau
keberadaannya bisa bisa diterima di berbagai kalangan. “Star” adalah
istilah yang dikenakan pada pada remaja yang memperoleh tingkat
tertinggi dalam penerimaan sosial.
b. Accepted (kelompok yang diterima)
Remaja yang “accepted” disukai sebagian besar anggota kelompok
baik itu kelompok besar maupun kelompok kecil. Mereka ini memiliki
beberapa teman yang tergolong dalam kelompok besar maupun kecil.
c. .Isolates (kelompok yang tersingkirkan)
Isolate adalah remaja yang terisolasi dari lingkungan. Orang yang
tidak memliki tidak memiliki teman dekat diantara teman sebaya. Hanya
19
sedikit sekali remaja yang tergolong dalam kategori ini. Ada dua jenis
isolate. Pertama remaja yang menarik dirinya dari kelompok karena
kurang memiliki minat untuk menjadi anggota untuk mengikuti aktivitas
kelompok disebut dengan “voluntary isolate”. Kedua, remaja yang ditolak
oleh kelompok meskipun dia ingin menjadi anggota kelompok tersebut
dan disebut “involuntary isolate”.
d. Fringers (kelompok yang tersisikan)
Fringers adalah remaja yang tergolong dalam kelompok yang
tersisikan. Posisi fringers tidak aman karena remaja yang berada pada
posisi ini bisa kehilangan kepercayaan dari teman-temannya untuk
sementara karena mereka melakukan perbuatan yang negatif dalam
kelompok.
e. Climbers (kelompok remaja yang ingin dihargai)
Climbers adalah posisi remaja yang ingin dihargai. Remaja ini
sebenarnya sudah diterima tetapi belum puas dengan penerimaan tersebut.
Ingin diterima dalam suatu kelompok dan ingin memperoleh penerimaan
sosial lebih dari yang dialami saat ini.
f. Neglectees (kelompok yang tidak diterima)
Neglectees adalah remaja yang tidak disukai tetapi juga tidak
dibenci. Remaja ini diabaikan karena pemalu, pendiam, dan tidak termasuk
dalam golongan tertentu. Remaja ini memiliki ciri kepribadian yang
kurang mendukung penerimaan sosial. Remaja ini hampir tidak
20
memberikan sumbangan apapun sehingga anggota kelompok lain
mengabaikannya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sosial
Ada banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial seseorang
antara lain ciri-ciri kepribadian seseorang, kesehatan, jenis dan nilai
kelompok, status ekonomi keluarga dan kebudayaan.
a. Ciri-ciri Kepribadian
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 788) mendefinisikan
kepribadian sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang.
Allport (Inge Hutagalung, 2007: 1) mengatakan bahwa kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Ciri kepribadian merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi penerimaan sosial seseorang. Ciri-ciri kepribadian setiap
orang itu berbeda. Ada ciri-ciri kepribadian yang diterima oleh orang lain
dan ada juga ciri kepribadian yang tidak diterima oleh orang lain. Inge
Hutagalung (2007: 5) ciri kepribadian ini tampak dalam pola-pola
terorganisasi yang dikenal dalam istilah sifat.
Penerimaan sosial seseorang dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian
yang disukai. Remaja yang diterima oleh teman sebaya tidak berarti
memiliki pola kepribadian yang sempurna, tetapi memiliki sifat-sifat yang
baik lebih banyak daripada sifat-sifat yang buruk. Sebaliknya, remaja yang
21
kurang diterima oleh kelompok teman sebaya memiliki sifat-sifat yang
buruk lebih banyak daripada sifat-sifat yang baik.
Menurut Hurlock (1978 : 296) hampir semua anak yang diterima
dalam kelompoknya adalah anak remaja yang ramah dan kooperatif.
Mereka yang dapat menyesuaikan diri tanpa menimbulkan kekacauan,
mengikuti peraturan, menerima dengan senang apa yang terjadi, baik,
sedangkan remaja yang mendapat penolakan adalah anak yang memiliki
kepribadian yang egosentris, terpaku pada diri sendiri, tidak dapat
menyesuaikan diri di kelompok dengan baik. Cole (1959) berpendapat
bahwa gadis yang periang, tenang, ramah, tulus hati, dan penuh
pengertian, potensial untuk mendapat penerimaan.
Selain sifat yang mendukung penerimaan, ada juga sifat pribadi
yang mendapat penolakan, misalnya sifat kasar, suka bertengkar, mudah
marah, sombong, dan keras kepala. Sifat-sifat inilah yang kurang diterima.
Rice (1996) mengatakan bahwa ada beberapa sifat kepribadian yang
mengakibatkan remaja kurang diterima adalah kasar, acuh tak acuh,
bermusuhan, tidak dapat menguasai diri, suka menguasai, mudah marah,
egois, pesimistis, suka mengeluh, tidak bisa diandalkan, pembohong,
kurang sportif, tidak bisa humor, berpikiran kotor dan sombong. Menurut
Cole (1959) sifat pribadi yang kurang diterima adalah agresif, mudah
tersinggung, malu, pasif, dan terlalu cerewet.
Ciri kepribadian juga tercermin dalam perilaku seseorang. Inge
Hutagalung (2007: 5) mengatakan bahwa perilaku merupakan cerminan
22
sikap seseorang. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1994: 755) perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan. Perilaku yang berhubungan dengan orang lain disebut
perilaku sosial. Definisi perilaku sosial menurut Bruno (1989) adalah
perilaku yang berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih.
Perilaku sosial diklasifikasikan menjadi dua yaitu perilaku prososial dan
perilaku anti sosial. Prososial adalah perilaku yang cenderung membangun
dan membantu dalam pencapaian tujuan kelompok. Perilaku anti sosial
adalah perilaku yang cenderung merusak dan mengganggu kelancaran
pencapaian tujuan kelompok.
Hurlock (1992) berpendapat bahwa perilaku sosial mendukung
penerimaan sosial adalah perilaku sportif, bersedia untuk bekerjasama,
kreatif, mampu bertanggung jawab, bersikap bijaksana dan sopan.
Medinnus (1969) mengatakan bahwa individu yang penuh empati, dan
individu yang merasa aman, berpeluang besar untuk mendapatkan
penerimaan sosial dari teman sebayanya.
Perilaku sosial yang menyebabkan individu kurang diterima antara
lain karena individu sulit untuk diajak bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas, tidak sopan, malas bergaul. Menurut Hurlock (1992: 217) perilaku
sosial yang mengakibatkan penolakan sosial adalah perilaku yang suka
menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang
memerintah, tidak bekerjasama, dan kurang bijaksana.
23
b. Penampilan Diri
Orang cenderung menerima baik buruknya seseorang berdasarkan
kesan pertama terhadap penampilannya. Orang yang penampilan fisiknya
menarik cenderung lebih disukai daripada yang penampilan fisiknya
kurang menarik. Karen Dion dan E. Berseherd (Hamachek, 1982)
menemukan bahwa anak-anak lebih responsif terhadap teman-temannya
yang secara fisik berpenampilan menarik, dan sebaliknya menganggap
anak-anak yang secara fisik berpenampilan tidak menarik sebagai anak
yang agresif dan menakutkan. Hutagalung (2007: 81) Mengatakan bahwa
orang lain akan merasa nyaman, betah, dan senang dengan penampilan diri
yang enak dipandang mata.
Cross dan Cross (Hurlock, 1992: 219) menjelaskan pentingnya
penampilan bagi remaja sebagai berikut: “kecantikan dan daya tarik fisik
sangat penting bagi umat manusia. Matthew (1996: 136) menegaskan
bahwa “jika anda ingin mendapatkan banyak teman, pandai-pandailah
mengatur cara berpenampilan.” Menurut Matthew (1996) terdapat tiga
aturan dalam berpakaian yaitu berpakaian rapi, sederhana, dan sesuai
dengan kondisinya. Remaja yang berpenampilan seperti ini berpeluang
untuk mendapatkan penerimaan.
c. Kesehatan
Hurlock (1978 : 96) mengatakan bahwa kebanyakan remaja yang
populer tampaknya memiliki kesehatan yang baik. Mereka penuh
semangat, antusias, dan bersedia terlibat dalam kegiatan bersama. Remaja
24
yang kondisi kesehatannya buruk kurang berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok bersama teman sebaya. Akibatnya remaja yang kondisi
kesehatannya buruk akan mendapat penolakan atau diabaikan dalam
kelompok teman sebayanya. Selain faktor kesehatan, cacat fisik juga dapat
mengakibatkan remaja sulit untuk ikut berpartisipasi dalam suatu
kelompok bersama teman sebaya. Menurut Hurlock (1978 : 97) orang
yang cacat fisik sulit melakukan peran serta sosial. Dengan peran serta
sosial yang kurang akan mengakibatkan remaja kurang di terima dalam
kelompok teman sebaya.
d. Jenis dan Nilai Kelompok
Santrock (2003 : 231) mengatakan bahwa remaja bergabung dalam
suatu kelompok dikarenakan mereka beranggapan keanggotaan suatu
kelompok akan sangat menyenangkan, menarik, dan memenuhi kebutuhan
mereka atas hubungan dekat dan kebersamaan. Kelompok memenuhi
kebutuhan pribadi remaja, menghargai mereka, menyediakan informasi,
meningkatkan harga diri, dan memberi mereka suatu identitas. Oleh karena
itu remaja sangat membutuhkan penerimaan dalam kelompok teman
sebaya.
Hurlock (1978) berpendapat bahwa penerimaan tergantung pada
besar kecilnya kelompok dan sifat-sifat dalam kelompok. Kriteria
penerimaan dalam kelompok kecil bersifat personal. Seseorang akan
diterima dan ditolak dalam kelompok berdasarkan siapa dirinya, apa yang
dimilikinya, dan apa yang dilakukannya. Sedangkan kriteria penerimaan
25
dalam kelompok besar lebih berhubungan dengan hal-hal yang dapat
disumbangkan bagi kelompok.
Sifat kelompok akan menentukan penerimaan kelompok. Orang
yang memiliki keterampilan sosial yang sesuai dengan kelompok, besar
kemungkinan memperoleh penerimaan. Olahraga merupakan salah satu
keterampilan yang mendukung untuk mendapatkan penerimaan. Hal ini
dikuatkan oleh pendapat Rice (1996) yang mengatakan bahwa remaja laki-
laki yang berprestasi dalam bidang olah raga mudah memperoleh
penerimaan daripada remaja yang hanya berprestasi dalam bidang
akademik.
Menurut Hurlock (1978) remaja melakukan hal-hal yang sesuai
dengan nilai-nilai kelompok akan memperoleh penerimaan sosial lebih
besar. Prioritas nilai kelompok remaja putera dan kelompok remaja putri
cenderung berbeda. Kelompok remaja puteri sangat mengutamakan
penampilan dan kelompok remaja putera lebih menekankan nilai
keberanian. Remaja puteri yang berpenampilan menarik lebih mudah
mendapatkan penerimaan daripada remaja putri yang berpenampilan
buruk. Sedangkan dalam kelompok remaja putera, remaja putera yang
sangat baik hati dan sopan cenderung kurang diterima karena remaja ini
menolak tindakan yang mengandung resiko, misalnya kebut-kebutan,
mabuk-mabukan, berkelahi. Remaja ini dinilai kurang berani menghadapi
tantangan.
26
e. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga ikut berpengaruh dalam penerimaan dan
penolakan dalam kelompok teman sebaya. Tinggi rendahnya status sosial
orang tua ikut menentukan penerimaan remaja dalam kelompoknya. Lulf
(Hurlock, 1978: 98) menjelaskan bahwa status sosial ekonomi adalah suatu
ukuran yang penting untuk menentukan bagaimana seseorang memandang
orang lain. Orang cenderung menghargai mereka yang berpenghasilan
tinggi dan kurang menghargai yang berpenghasilan rendah.
Remaja yang kurang diterima dalam kelompok biasanya yang
memiliki status sosial ekonomi orangtua yang rendah. sehingga mereka
cenderung bersikap minder, menutup diri, kurang percaya diri karena
merasa tidak disenangi kelompok. Sebaliknya remaja yang status sosial
ekonominya orang tuanya tinggi akan lebih mudah diterima dalam
kelompok.
f. Budaya
Faktor budaya ikut mempengaruhi penerimaan seseorang.
Perbedaan budaya akan sangat berpengaruhi pada penerimaan maupun
penolakan seseorang. Orang perlu memahami dan menyesuaikan diri
dengan budaya lain sebelum orang tersebut tinggal bersama dengan
masyarakat yang berbeda budaya dengan dirinya. Misalnya seorang remaja
Flores yang mau bergabung dengan remaja Jawa perlu mempelajari
budaya Jawa supaya remaja tersebut diterima dalam kelompok.
27
5. Manfaat Penerimaan Sosial
Remaja yang duduk di bangku kelas XI SMA adalah remaja yang
berusia antara 15-18 tahun. Untuk mencapai aspek perkembangan ini, remaja
harus dapat menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangan yang ada
selama masa remaja.
Penerimaan sosial memiliki arti yang sangat penting bagi pembentukan
kepribadian siswa untuk dapat berkembang secara optimal. Berikut ini peneliti
akan menjelaskan lebih rinci tentang pentingnya penerimaan sosial dalam
kelompok teman sebaya.
a. Pembentukan Konsep Diri Remaja
Sarlito & Meinarmo (2009: 53) mengatakan bahwa Konsep diri (self-
concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Menurut
Deaux, Dane & Wrightsman (Sarlito & Meinarmo, 2009: 53 ) konsep diri
adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya.
Sinurat (2003: 16 ) mengatakan bahwa konsep diri adalah keseluruhan
gambaran/pandangan/keyakinan dan penghargaan/perasaan seseorang
tentang dirinya sendiri.
Sinurat (2003) berpendapat bahwa orang-orang yang signifikan
berpengaruh penting dalam pembentukan konsep diri. Orang tua yang
menerima, menghargai, mencintai, dan memberikan rasa aman pada
anaknya akan berpengaruh positif pada pembentukan konsep diri anaknya.
Mappiare (1982) yang mengatakan bahwa akibat langsung adanya
penerimaan teman sebaya bagi remaja adalah perasaan berharga dan berarti
28
bagi kelompok. Perasaan ini memberikan rasa percaya diri yang semakin
besar. Pengalaman diterima oleh orang lain semakin mengembangkan
konsep diri remaja yang positif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa peranan
orang-orang terdekat sangat menentukan pembentukan konsep diri remaja.
Orang-orang terdekat di keluarga meliputi ayah, ibu, kakek, nenek, dan
saudara sekandungnya. Orang-orang terdekat di lingkungan sekolah yaitu
guru-guru, dan teman sekolah. Jika remaja mendapat penerimaan dari
orang-orang terdekat dan penting, maka konsep diri remaja akan semakin
positif. Sebaliknya jika orang-orang yang terdekatnya kurang menerima
remaja, maka konsep diri remaja cenderung negatif. Penolakan yang dialami
remaja akan membentuk konsep diri yang negatif. Konsep diri ini akan terus
mempengaruhi konsep diri pada masa selanjutnya. Remaja menjadi tidak
aman, ragu-ragu dan tidak nyaman dalam menjalin relasi dengan orang lain.
Remaja cenderung menarik diri dari pergaulan. Hal ini kurang
menguntungkan remaja dalam pergaulan sosialnya.
Remaja yang mengalami penolakan menurut Mappiare (1982) dapat
mengalami frustrasi. Remaja yang cenderung menyendiri, melamun, dan
menutup diri. Remaja merasa tidak dibutuhkan oleh orang lain dan kurang
percaya diri. Remaja sering murung, tertekan, dan menampakan gejala
ketidakamanan dalam pergaulan, misalnya mudah tersinggung, curiga, dan
cenderung berpikir negatif tentang orang lain.
29
Penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dapat
meningkatkan konsep diri yang positif karena individu merasa diterima dan
dimiliki oleh kelompok, sehingga individu lebih aktif dan ekspresif dalam
mengembangkan dirinya.
b. Peningkatan Harga Diri (self Esteem) Remaja
Penerimaan dari orang lain merupakan potensi yang mendukung
remaja untuk semakin berhasil dalam pengembangan penghargaan diri (self-
esteem) remaja. Desmita (2008: 221) mengatakan bahwa menjadi orang
yang disukai oleh sejumlah besar teman sebayanya membuat remaja merasa
enak atau senang tentang dirinya.
c. Memperoleh Dorongan Sosial dan Menjadi Lebih Mandiri
Kelly & Hansen (Desmita, 2008: 220) menyebutkan bahwa salah
satu manfaat diterimanya seorang remaja dalam kelompok teman sebaya
adalah memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
independen. Penerimaan teman-teman dalam kelompok sebaya memberikan
dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru
bagi mereka. Penerimaan dari teman sebaya ini akan membuat remaja
semakin belajar hidup madiri.
6. Aspek-aspek Penerimaan Sosial
a. Perlakuan yang diterima dari teman lain
Perlakuan dari teman lain terhadap kita dapat menunjukan
bagaimana teman lain itu menerima atau menolak kehadiran kita. Dari
30
perlakuan teman-temannya remaja bisa mengetahui seberapa besar
penerimaan teman-teman terhadap dirinya.
Remaja dapat mengetahui dia diterima, ditolak atau diabaikan oleh
kelompoknya melalui perlakuan dari teman-teman kelompoknya. Pendapat
peneliti ini diperkuat oleh pendapat Hurlock (1978 : 296) bahwa perlakuan
yang diterima individu dari orang lain mengungkapkan dengan cukup
akurat apakah individu disukai atau tidak.
Perlakuan yang diterima oleh remaja dari teman bisa bersifat
positif dan bisa juga bersifat negatif. Perlakuan yang yang bersifat positif
misalnya dilibatkan dalam berbagai kegiatan, ditegur dan disapa, dipilih
dalam satu tim saat ada tugas kelompok, dihargai, didengarkan saat
berbicara, diterima apa adanya, dibantu saat ada kesulitan, dijenguk saat
sakit, diajak bergurau, diperlakukan adil. Perlakuan yang dierima oleh
remaja yang bersifat negatif misalnya dihina, diejek, diperlakukan kasar,
dijauhi saat remaja mengalami masalah dan lain-lain. Jika perlakuan yang
diterima remaja dari teman itu bersifat positif maka bisa dikatakan
penerimaan sosial remaja tersebut baik. Jika perlakuan yang diterima
remaja dari temannya itu bersifat negatif berarti siswa ini mendapat
penerimaan sosial yang tidak baik atau rendah.
b. Umpan balik dari teman
Pengertian umpan balik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah tanggapan langsung dari seseorang terhadap orang lain.
Hutagalung (2007 : 15) juga mendefinisikan umpan balik sebagai suatu
31
proses dimana seseorang memberikan tanggapan terhadap orang lain
berdasarkan pengamatan dan perasaannya. Menurut Rahmat (2005 : 191)
umpan balik dapat diartikan sebagai respon dan peneguhan. Berdasarkan
beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa umpan balik
adalah tanggapan atau respon berupa ungkapan yang diberikan oleh
seseorang terhadap orang lain berdasarkan pengamatan dan perasaannya.
Individu dapat mengetahui dengan mudah bagaimana perasaan orang lain
terhadap dirinya yaitu berdasarkan ungkapan-ungkapan orang lain
terhadap dirinya.
Umpan balik dari orang lain bisa dijadikan sebagai suatu tanda
untuk mengetahui seberapa jauh orang lain menerima kehadiran kita.
Dengan umpan balik dari teman lain, remaja tersebut dapat mengetahui
seberapa jauh kehadirannya atau keberadaannya diterima atau kurang
diterima. Hurlock (1978 : 296) mengatakan bahwa anak bisa mengetahui
dengan mudah bagaimana respon orang lain terhadap mereka melalui apa
yang dikatakan orang lain kepada mereka. Demikian halnya remaja
mengetahui dirinya diterima atau kurang diterima berdasarkan hal-hal
yang diungkapkan remaja lain terhadap dirinya.
Umpan balik dari teman lain ini bisa bersifat positif atau negatif.
Umpan balik dari teman yang bersifat positif misalnya pujian, sanjungan,
peneguhan, dukungan atau bantuan, memahami dengan penuh empati.
Umpan balik yang negatif misalnya kritik, celaan, protes, ejekan, dan
penghinaan. Umpan balik yang diterima oleh seseorang besar
32
pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian orang tersebut, terlebih
terhadap konsep dirinya.
Orang yang banyak mendapat umpan balik positif berkaitan dengan
pola kepribadiannya dapat dikategorikan sebagai orang yang penerimaan
sosialnya baik. Sebaliknya, orang yang banyak mendapat umpan balik
yang negatif dapat dikategorikan sebagai orang yang penerimaan
sosialnya rendah atau kurang baik.
c. Popularitas
Keberhasilan remaja dalam hubungan sosialnya dapat dilihat dari
penerimaan dan penolakan oleh teman sebayanya. Walgito ( 1990: 43)
menjelaskan bahwa baik tidaknya seseorang dalam hubungan sosialnya
dapat dilihat dari tiga segi dan salah satunya adalah segi popularitas. Segi
popularitas menunjukkan banyak sedikitnya teman dalam pergaulan.
Banyak sedikitnya teman dalam hubungan sosial dapat dijadikan sebagai
salah satu tolak ukur baik tidaknya seseorang dalam hubungan sosialnya.
Makin banyak teman, dapat dikatakan bahwa orang yang bersangkutan
makin baik dalam hubungan sosialnya dalam arti bahwa individu tersebut
diterima dalam hubungan sosialnya, demikian sebaliknya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 782) kata populer
memiliki arti dikenal dan disukai orang banyak, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya, mudah dipahami oleh banyak orang, disukai
dan dikagumi oleh banyak orang.
33
Menurut Ali bahwa dalam penelitian Roosianti (http://
digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009) dijelaskan bahwa
popularitas menunjukan kemampuan seseorang dalam menjalin
hubungan sosialnya, yaitu keberhasilan dalam membina hubungan
dengan teman sebagai tanda adanya penerimaan dan penolakan dari
temannya atau kelompoknya. Menurut Ali (http:// digilib.unnes. ac. id
diakses pada tgl 25 Agustus 2009) popularitas adalah kemudahan
mendapatkan teman yang dapat meningkatkan pengaruh seseorang di
dalam kelompok teman sebayanya. Popularitas menunjukkan
keberhasilan dimana seorang remaja dapat diterima oleh teman
sebayanya dan dapat dengan mudah membina hubungan berteman yang
akan memperkuat kedudukkannya dalam kelompok teman sebaya.
Popularitas adalah ukuran untuk melihat baik tidaknya seseorang
dalam hubungan sosialnya yang ditandai dengan banyak sedikitnya
teman bergaul. Popularitas remaja dalam kelompoknya merupakan
petunjuk bahwa remaja disukai/diterima ataupun ditolak oleh teman
sebayanya. Ali mengatakan bahwa dalam penelitian Handayani, remaja
yang populer cenderung memiliki pengaruh dalam arti memiliki
karakteristik yang lebih dibandingkan dengan teman sebayanya (http://
digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009).
Hurlock (1978: 296) mengatakan bahwa remaja yang populer
memiliki hubungan yang erat dengan teman sebayanya dan karenanya
benar-benar menyadari perasaan orang lain kepadanya. Individu yang
34
memiliki banyak teman atau sahabat mengetahui bahwa mereka diterima
dengan lebih baik daripada individu yang memiliki sedikit teman.
Popularitas seorang remaja ditentukan oleh berbagai kualitas
pribadi yang dimiliki. Hartup dan Asher (Desmita, 2008: 186) mencatat
bahwa remaja yang populer adalah ramah, suka bergaul, bersahabat,
sangat peka secara sosial, dan mudah bekerjasama dengan orang lain.
Menurut Scarr (Desmita, 2008: 187) indikator popularitas adalah nama,
daya tarik fisik, ras, dan kepribadian. Menurut Ali (http://
digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009) bahwa anak yang
populer adalah anak yang disukai oleh banyak teman. Dengan ciri-ciri
tersebut remaja akan disukai oleh banyak teman, dipilih oleh banyak
teman, mudah mencari teman, sering menjadi pusat perhatian, dipilih
oleh teman-temannya untuk menduduki posisi terhormat di dalam
kelompok.
Dari uraian di atas peneliti berpendapat bahwa remaja yang
populer cenderung memiliki tingkat penerimaan sosial yang lebih baik
ketimbang remaja yang kurang populer. Mereka yang kurang populer
akan cenderung mendapat penolakan dari teman sebayanya.
B. Peranan Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unit yang terdapat di
sekolah yang dilakukan untuk pengembangan kepribadian tiap siswa.
Bimbingan adalah suatu proses membantu siswa dalam memahami dirinya
35
dan lingkungan dimana ia tinggal. Hal ini senada dengan yang diungkapkan
oleh Shertzer dan Stone (1981) bahwa bimbingan merupakan “the process
of helping individuals to understand themselves and their world” (Shertzer
dan Stone, 1981 : 40). Nawawi (1982) mendefinisikan bimbingan sebagai
usaha menolong orang lain atau siswa untuk mengembangkan pandangan
positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan masyarakat sekitarnya, agar
siswa mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan menetapkan sendiri
keputusan yang bijaksana dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Sukardi (1983) mengatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan
yang diberikan kepada seseorang yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki, mengenali diri sendiri, mengatasi persoalan-
persoalan sehingga mereka dapat menemukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab kepada orang lain. Menurut Winkel & Hastuti (2004)
bimbingan adalah pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada
sekelompok orang dalam membantu menentukan pilihan-pilihan secara
bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup. Djumhur & Surya (1975 : 26) menjelaskan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan individu yang memerlukan dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
merupakan suatu proses membantu individu di dalam ataupun di luar
kelompok yang bermasalah ataupun yang tidak bermasalah agar dapat
menemukan dan mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin
36
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun keadaan
sekitar.
2. Tujuan Bimbingan
Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah menurut Djumhur & Surya
(1975 : 30) adalah mencapai tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap
individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Winkel & Hastuti (2004 : 103) menyebutkan bahwa
tujuan pelayanan bimbingan adalah supaya siswa dan mahasiswa
berkembang seoptimal mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin
dari pengalamannya selama bersekolah dengan mengindahkan ciri-ciri
kepribadiannya dan tuntutan kehidupan masyarakat di masa sekarang dan di
masa yang akan datang.
Menurut Hamrin & Clifford (Prayitno, 1999: 112) bimbingan
adalah untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian, dan
interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi tertentu. Sifat
bimbingan menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan
bimbingan, mendampingi individu yang sedang dalam proses sehingga
dapat berlangsung seoptimal mungkin, membantu dalam mengoreksi atau
membetulkan proses perkembangan yang tidak sesuai harapan supaya
kemudian berlangsung lebih baik, supaya siap menghadapi tantangan-
tantangan yang akan datang di masa depan dan kemudian dapat mencegah
akan timbulnya masalah serius di kemudian hari (Winkel dan Hastuti,
2004: 112).
37
Perkembangan siswa yang utuh dan optimal merupakan mungkin
itulah tujuan pelayanan bimbingan. Dalam mendapatkan penerimaan sosial
dari teman sebaya dalam kelompoknya seseorang siswa harus mengenal
dirinya sendiri, harus mengenal lingkungan kehidupannya di sekitar, harus
mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh teman-teman kelompoknya,
memiliki ciri-ciri kepribadian yang positif mampu memahami diri sendiri
adan lingkungannya secara obyektif, menerima lingkungan dan diri sendiri
dan orang lain secara obyektif. Agar dapat diterima oleh teman-teman
sebayanya, siswa harus mampu memahami diri sendiri, lingkungan dna
ornag lain secara obyektif.
Pelayanan bimbingan ini mempunyai tujuan supaya orang yang
dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, mampu
mengembangkan sifat-sifat positif dalam dirinya sehingga mampu diterima
oleh siswa lain. Bantuan yang diberikan kepada siswa bersifat psikis atau
psikologis karena berperan langsung dalam diri siswa itu sendiri agar siswa
mampu melihat dan mengenal dirinya sendiri sehingga dapat diterima oleh
teman sebayanya. Melalui pelayanan bimbingan siswa diharap dapat
menerima diri sendiri dan orang lain secara positif. Siswa mampu
memberikan umpan balik yang positif pada teman-temannya sehingga dapat
diterima dalam kelompok sebayanya.
Melihat tujuan tersebut, bimbingan dapat membantu untuk mengenal
dirinya sendiri dan orang lain, mengenal lingkungan sekitar sehingga
38
mampu menyesuaikan diri dengan baik. Melalui bimbingan siswa akan
dibantu untuk berkembang secara optimal dan utuh.
3. Peran Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa
Juntika dan Sudiarto (2005: 9) menjabarkan bahwa bimbingan di
SMA sebagai upaya pemberi bantuan kepada individu (peserta didik) yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami
dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
Masalah yang berkaitan dengan penerimaan sosial merupakan
masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan pribadi siswa. Siswa
yang tidak mendapat penerimaan dalam kelompok sebayanya maka akan
menimbulkan masalah pribadi maupun sosial bagi siswa tersebut baik di
sekolah,.masyarakat, serta kehidupan pada umumnya.
Demi meningkatkan penerimaan sosial siswa dalam kelompok
teman sebayanya, maka diperlukan bimbingan yang pada hakekatnya
membantu individu untuk berkembang secara optimal dan utuh. Bimbingan
membantu siswa untuk memahami dirinya dan juga masalah baik pribadi
maupun sosial, persoalan, tantangan, yang sedang dihadapinya demi
perkembangan pribadi yang menjadi semakin lebih baik. Hal ini dapat
dilihat dari kaitannya antara beberapa hal yang mempengaruhi penerimaan
sosial seseorang siswa.
Bimbingan membantu seorang siswa untuk melihat dan mengenal
dirinya. Hal ini tentunya yang berkaitan dengan ciri-ciri kepribadiannya.
39
Hal-hal positif dan negatif, potensi dan bakat dalam dirinya sehingga siswa
bisa mensyukurinnya dan mengembangkannya dengan baik. Dengan
mengenal dirinya siswa mampu berpikir, berperasaan, berperilaku, dan
berelasi dengan teman-teman yang lain maupun dengan orang lain dengan
baik. Setelah mengenal dirinya siswa diharapkan mampu membawa dirinya
dengan baik dalam menjalin relasi dengan teman ataupun orang lain.
Melalui bimbingan siswa dibantu dan disadarkan tentang perilaku-
perilaku sosialnya. Bruno (1989) mendefinisikan perilaku sosial sebagai
perilaku yang berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih. Dalam
berelasi pasti setiap kita akan dihadapkan dengan orang lain oleh karena ini
siswa butuh memahami cara-cara yang tepat dalam berperilaku. Agar dapat
diterima oleh teman-temannya siswa harus berperilaku yang sesuai dengan
norma-norma yang berlaku. Siswa dituntun untuk lebih memperhatikan
perilaku sosialnya. Perilaku yang dapat diterima adalah perilaku yang
prososial. Prososial adalah perilaku yang cenderung membangun dan
membantu dalam pencapaian tujuan kelompok.
Siswa yang dapat berpartisipasi sosial mempunyai keterampilan
sosial. Keterampilan sosial merupakan perilaku sosial yang dipelajari
berulang-ulang sehingga menjadi milik seseorang. Meyers dan Nelson
(Rice, 1996) yang mengatakan bahwa keterampilan sosial merupakan salah
satu faktor yang sangat membantu seorang siswa dalam mendapat
penerimaan sosial dari teman-temannya. Oleh karena itu pelayanan
bimbingan sangat dibutuhkan siswa untuk memahami keterampilan-
40
ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam pergaulan. Dengan memahami
keterampilan tersebut siswa diharapkan mampu memberikan kesan yang
baik sehingga bisa mendapat penerimaan dari teman sebayanya.
Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya untuk membantu
individu dalam mengoptimalkan perkembangannya. Optimal perkembangan
itu dapat dicapai melalui pemahaman diri, pengarahan diri, dan penyesuaian
diri baik terhadap dirinya maupun lingkunganya (Syaodih, 2007: 9). Siswa
yang dapat diterima adalah siswa yang mampu menyesuaikan dirinya
dengan kelompok maupun lingkungan setempat. Inilah peran bimbingan
bagi siswa yang belum bisa menyesuaikan dirinya dengan baik dengan
dirinya, dengan orang lain khususnya teman sebaya maupun lingkungan
setempat sehingga dapat diterima oleh temannya ataupun orang lain. Hal ini
sesuai dengan pendapat Frank W. Miller (Syaodih, 2007: 9) yang
mendefinisikan bimbingan sebagai proses membantu individu agar memiliki
pemahaman diri dan pengarahan diri, agar dapat menyesuaikan diri secara
maksimal dalam kehidupan di sekolah, rumah, dan masyarakat. Dalam
peran ini bimbingan ini, bentuk layanan yang bisa diberikan adalah layanan
penyesuaian diri.
Demi mendapat penerimaan dari teman sebaya siswa perlu
mengenal jenis kelompoknya dan nilai-nilai apa saja yang berlaku dalam
kelompok tersebut. Setiap kelompok biasanya memiliki aturan yang
berbeda-beda. Siswa yang diterima dalam suatu kelompok biasanya
memiliki minat dan kebiasaan yang sesuai dengan kelompok tersebut. Disini
41
peran bimbingan yang sangat penting. Bimbingan membantu mengarahkan
siswa untuk memilih kelompok-kelompok yang sesuai dengan minat dan
kemampuan siswa. Sehingga dapat bermanfaat bagi siswa itu sendiri.
Siswa yang tidak menjaga penampilan fisiknya kemungkinan akan
mendapat penolakan dari temannya. Siswa yang kondisi fisiknya tidak sehat
cenderung tidak berpartisipasi dalam kelompok sehingga kurang mendapat
penerimaan dari teman-temannya. Siswa yang memiliki kesehatan yang baik
lebih cenderung mendapat penerimaan dari temannya daripada siswa yang
kondisi kesehatan fisiknya kurang sehat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hurlock (1978 : 96) yang mengatakan bahwa kebanyakan remaja yang
populer tampaknya memiliki kesehatan yang baik. Jika siswa itu sehat maka
dia akan mampu melakukan segala aktifitas dengan baik. Dengan demikian
peran bimbingan disini untuk membantu siswa untuk menjaga penampilan
fisiknya. Siswa disadarkan bahwa penting untuk menjaga kesehatan fisik
karena dengan fisik yang sehat siswa mampu mendapat penerimaan yang
lebih baik.
Penerimaan sosial siswa dalam teman sebaya adalah sejauhmana
seseorang dapat diterima dalam kelompok teman sebayanya. Penerimaan
sosial ini mencakup aspek pribadi sosial. Keduanya aspek ini saling
berkaitan dan sangat penting dalam perkembangan kehidupan siswa. Oleh
karena itu siswa butuh bimbingan sehingga bisa berkembang dengan utuh
dan optimal. Jika dalam perkembangan relasinya siswa di terima maka
42
siswa akan memiliki kepribadian yang positif dan semakin berkembang
secara positif pula.
Dalam bimbingan ada berbagai bentuk layanan yang dapat
membantu siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan penerimaan
sosial mereka dalam kelompok sebaya. Siswa-siswa yang belum baik dalam
penerimaan sosialnya dapat dibantu dengan layanan bimbingan kelompok.
Bimbingan kelompok merupakan layanan kepada sejumlah individu dalam
bentuk kelompok (Prayitno, 1999 : 307). Layanan dalam bentuk kelompok
dapat memberikan maanfaat yang positif bagi siswa yang mengalami
masalah penerimaan sosial. Dalam layanan kelompok interaksi antar
individu. Dengan interaksi sosial yang intensif dan dinamis selama
berlangsungnya layanan, diharapkan siswa dapat saling belajar untuk saling
menerima satu sama lainnya, sehingga di luar sekolah siswa lebih luwes
dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam suasana kelompok ini siswa
akan belajar berbagai hal yang akan dijadikan bekal untuk berinteraksi di
luar jam dan lingkungan sekolah.
Melalui dinamika kelompok siswa belajar bekerjasama dengan
teman-temannya, belajar berempati dengan teman-temannya, belajar asertif,
belajar menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Suasana yang
berkembangan dalam pada saat dinamika kelompok juga dapat menjadi
tempat pengembangan keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi sosial
dengan orang lain. Beberapa hal yang diperoleh siswa dalam dinamika
43
kelompok dapat dikembangkan lebih lanjut saat siswa berelasi dengan
temannya baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Bila dilihat dari definisi, tujuan, dan bidang bimbingan pada
hakekatnya bimbingan sangat berperan dalam membantu siswa untuk
mendapat penerimaan dari teman-temannya sehingga siswa bisa
berkembang secara utuh dan optimal baik dari segi pribadi dan sosialnya
melalui fungsi-fungsi pelayanan bimbingan. Fungsi pemahaman membantu
siswa dengan berbagai cara agar siswa mampu memahami dirinya dan orang
lain baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah
sehingga siswa tersebut mampu menyesuaikan diri dengan mudah pada saat
berinteraksi. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan mengusahakan agar
siswa tetap pertahankan hal-hal positif dalam dirinya sehingga lebih
diterima oleh teman-temannya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat
berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan
metodologi penelitian, yaitu jenis penelitian, subyek penelitian, instrumen
penelitian, validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data, teknik analisis
data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala
saat penelitian dilakukan (Furchan,2004 : 447). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo
yang bersangkutan dalam kelompok teman sebaya tahun ajaran 2009/2010. Dalam
penelitian ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang
dapat ditemui dalam penelitian eksperimen (Furchan, 2004 : 447).
B. Subyek Penelitian
Menurut Donald Ary (Furchan,2004: 193) populasi adalah semua anggota
sekelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas.
Subyek penelitian adalah seluruh siswa laki-laki dan siswa perempuan
kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010. Rincian subyek
penelitian akan disajikan pada tabel 1.
45
Tabel 1 Rincian Subyek Penelitian
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa
yang tidak hadir Jumlah Siswa yang
hadir XI IPS 1 27 1 26 XI IPS 2 27 4 23 XI IPS 3 30 - 30
Total 79
Alasan pilih siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran
2009/2010 sebagai subyek penelitian karena siswa kelas XI masih tergolong
remaja yang berusia antara 15-18 tahun dan memiliki tugas perkembangan yang
relatif sama.
C. Instrumen Penelitian
Berikut ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen
penelitian yang akan peneliti gunakan
1. Kuesioner
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner adalah sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada subyek penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian adalah kuesioner Penerimaan Sosial siswa yang disusun oleh
peneliti sendiri. Tujuan dari kuesioner yang dibuat oleh peneliti ini adalah
untuk mendeskripsikan tingkat penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA
Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010. Bentuk kuesioner yang
digunakan peneliti adalah bentuk tertutup atau berstruktur yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-
pertanyaan tersebut (Furchan, 2004 : 260).
46
Seluruh pernyataan dalam kuesioner ini adalah pernyataan favorable,
yaitu item yang isinya mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya
atribut yang diukur. Pemberian skor tiap item pernyataan favorabel diberi
bobot yang lebih tinggi daripada respons negatif (Azwar, 2007 : 27).
Kuesioner ini menggunakan empat alternatif jawaban yaitu sangat
sering dengan skor 4, sering dengan skor 3, jarang dengan skor 2 dan tidak
pernah dengan skor 1. Alasan menggunakan empat alternatif jawaban adalah
untuk menghindari kemungkinan responden cenderung memilih alternatif
jawaban yang di tengah-tengah. Menurut Hadi (1990) penggunaan empat
alternatif jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang
dikandung oleh skala lima tingkat, di mana alternatif jawaban yang netral (di
tengah) mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau
ragu-ragu. Tambahan lagi, tersedianya jawaban di tengah menimbulkan
kecenderungan menjawab alternatif yang netral atau yang di tengah (Central
Tendency Effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu dalam memberikan
jawaban. Kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1 dan 3.
2. Penentuan Skor
Penentuan skor untuk kuesioner yang semua pernyataannya favorable
dari alternatif jawaban “Sangat Sering ” (SS) diberi skor 4, “Sering” (S) diberi
skor 3, “Jarang ” (JR) diberi skor 2, “Tidak Pernah” (TP) diberi skor 1.
3. Aspek Penerimaan sosial
Aspek penerimaan sosial dalam penelitian ini adalah perlakuan yang
diterima dari orang lain, umpan balik dari siswa lain dan popularitas. Aspek-
47
aspek ini merupakan penjabarkan dari kajian teoritis pada bab II dan ini akan
digambarkan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Penerimaan Sosial siswa kelas XI SMA
Bruderan tahun ajaran 2009/2010.
No Aspek Nomor Item Jumlah Item
1 Perlakuan yang diterima dari orang lain
2, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 34, 37, 40, 43,
46, 49, 51, 53, 56, 59
21
2 Umpan balik dari siswa lain
1, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38, 41, 44, 47, 50, 54, 57, 60, 62, 64,
66, 67, 68, 69, 70
27
3 Popularitas 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 52, 55, 58, 61, 63, 65
22
Total Item 70
4. Uji Coba Alat Penelitian
Ujicoba alat penelitian merupakan salah satu tahap yang akan dilalui
sebelum melakukan penelitian. Tujuan daripada ujicoba ini adalah untuk
menguji tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner yang akan digunakan untuk
penelitian.
Langkah-langkah persiapan dalam uji coba alat penelitian yaitu
pertama, peneliti menyusun kuesioner Penerimaan Sosial dalam kelompok
teman sebaya. Kedua, peneliti mengkonsultasikan kuesioner Penerimaan sosial
ini kepada dosen pembimbing. Ketiga, peneliti meminta surat ijin
ujicoba/penelitian ke sekretariatan BK. Keempat, peneliti datang ke SMA St.
Mikhael dengan maksud meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru
48
pembimbing untuk mengadakan uji coba kuesioner penerimaan Sosial dan
menentukan waktu pelaksanaan uji coba kuesioner Penerimaan sosial.
Langkah-langkah pelaksanaan uji coba alat penelitian yaitu pertama,
Pada hari Senin, 05 Oktober 2009 datang ke SMA St. Mikhael Yogyakarta
untuk mengumpulkan data uji coba kuesioner Penerimaan sosial kepada siswa
kelas XI IPA dan kelas XI IPS1. Jumlah siswa untuk uji coba kuesioner ada 34
orang. Waktu pengumpulan data sesuai dengan jam bimbingan yang telah
terjadwal. Kedua, masuk kelas XI IPA SMA St. Mikhael pada jam 10.15 dan
ke kelas XI IPS 1 pada jam 11.00 didampingi oleh guru pembimbing yang
kemudian diawali dengan perkenalan. Ketiga, memberikan penjelasan
mengenai maksud diadakan uji coba kuesioner Penerimaan sosial dan meminta
siswa untuk membantu mengisi kuesioner tersebut. Keempat, membagikan
kuesioner penerimaan sosial dan memberikan kesempatan bertanya bagi siswa
yang belum jelas. Kelima, Siswa mengisi kuesioner penerimaan sosial dan
setelah selesai kuesioner diserahkan kembali kepada peneliti. Proses pengisian
kuesioner berjalan dengan lancar dan tertib.
D. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas suatu tes adalah taraf dimana suatu tes mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242). Menurut Donald Ary
(Furchan, 2005: 293) bahwa validitas adalah sejauh mana alat mampu
mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
49
Menurut Donald Ary (Furchan, 2004: 295) validitas isi adalah suatu
validitas yang menunjukkan sejauhmana instrumen tersebut mencerminkan
isi yang dikehendaki.
Dalam penelitian ini item-item kuesioner disusun berdasarkan tiga
aspek penerimaan sosial yang telah peneliti bahas pada bab sebelumnya.
Kriteria penilaian item berdasarkan korelasi skor setiap item dan skor total
skala, digunakan batasan ≥0,30. Jadi item yang mencapai koefisien korelasi
minimal 0,30 diangkap valid.
Proses penghitungan taraf validitas ujicoba dengan menggunakan
rumus Product Moment Pearson (Masidjo, 1995) yaitu sebagai berikut:
dengan cara memberi skor pada tiap item, mentabulasi data uji coba,
mengelompokkan item-item menjadi dua bagian yaitu bagian item dan
bagian total, skor item (X) dan skor total (Y), mengkuadratkan, mengalikan
skor item (X) dan skor total (Y), mengkorelasikan skor item (X) dan skor
total jumlah skor seluruh item (Y).
Penghitungan validitas digunakan rumus Product Moment Pearson
(Masidjo, 1995) yaitu sebagai berikut:
Rumus korelasi Product-Moment (Pearson):
( )( ) ( )( )∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYNrXY
Keterangan: rxy : Koefisien korelasi X dan Y N : Jumlah subyek X : Skor butir Y : Skor total (jumlah skor seluruh butir)
50
rxy = 34 X 33942– (3342) (3358)
[34 X 332764 – (3342)2] [34 X 336432– (3358)2] rxy = 11. 354. 028 – 11.222. 436
[11.313.976 -11. 168.964][11.438.688 – 11.276.164]
rxy = 131592 [145012][162524]
rxy = 131592 23567930288 rxy = 131592 = 0,857 = 0,86 153518, 50
Rekapitulasi hasil analisis uji validitas kuesioner terdapat pada
lampiran 2.
Berdasarkan hasil penghitungan taraf validitas alat ukur yang
dilakukan terhadap 70 item kuesioner dari 34 responden saat uji coba, 55 item
dianggap valid karena memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30. Kuesioner yang
telah di uji coba perlu disusun kembali supaya menjadi alat pengumpulan data
saat penelitian. Komposisi kuesioner penerimaan sosial setelah uji coba yang
digunakan dalam penelitian disajikan pada tabel 3.
51
Tabel 3 Kuesioner Penerimaan Sosial setelah Uji coba
Nomor Item No Aspek Penerimaan Sosial
Jumlah
1 Perlakuan yang diterima dari teman
2, 4, 7, 10, 13, 17, 20, 23, 26, 29, 31, 33, 35, 38, 44
16
2 Umpan balik dari teman 1, 5, 8, 11, 14, 18, 21, 24, 27, 32, 36, 39, 42, 45, 47, 49, 51,
52, 53, 54, 55
21
3 Popularitas 3, 6, 9, 12, 15, 16, 19, 22, 25, 28, 30, 34, 37, 41, 43, 46, 48,
50
18
Total Item 55
2. Reliabilitas
Reliabilitas diperlukan dalam penelitian untuk mengetahui ketetapan
suatu alat dan mengetahui sejauhmana alat ini dapat mengukur apa yang
hendak diukurnya. Menurut Donald Ary dalam Furchan (2004: 310)
realibilitas suatu alat pengukuran adalah derajat keajengan(ketetapan) alat
tersebut dalam mengukur apa yang mau diukur. Menurut Masdijo (1995: 209)
realibilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan
konsitensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan
ketelitian hasil.
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur,
yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak
reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan
skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor kesalahan
daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya (Azwar, 2007: 83).
52
Indeks reliabilitas akan diperoleh dengan menggunakan rumus
korelasi Spearman–Brown (Guilford 1965: 457), yaitu sebagai berikut:
rtt= 2rxy
1 + rxy
Keterangan: rtt : Koefisien reliabilitas rxy : Koefisien korelasi skor X dan Y
rtt = 2 X 0,86
1 + 0,86
rtt = 1,72 = 0,830
1,86
rtt= 0,92
Koefisien validitas dan reliabilitas diinterpretasikan dengan mengacu
pada pedoman yang dikemukakan Ileh Garrett (1967: 176) berikut ini:
Tabel 4
Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur
Koefisien Korelasi Klasifikasi
0,70 - ± 1,00 Tinggi – sangat tinggi
0,40 - ± 0,70 Cukup
0,20 - ± 0,40 Rendah
0,00 - ± 0,20 Tidak ada – sangat rendah
53
Berdasarkan hasil penghitungan reliabilitas diperoleh taraf reliabilitas
kuesioner uji coba adalah (0,92). Dengan mengacu pada daftar indeks
kualifikasi reliabilitas di atas, taraf reliabilitas dan validitas kuesioner uji coba
termasuk pada kualifikasi tinggi-sangat tinggi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data terhadap
alat pengumpulan data berupa kuesioner dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa alat pengumpulan data valid dan reliabel. Hasil
perhitungan validias dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran no 2
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap persiapan
Pada tanggal 26 November datang ke SMA Bruderan Purworejo
untuk meminta ijin kepada kepala sekolah yang bersangkutan untuk
melakukan penelitian.
2. Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 November 2009 dan 28
November 2009. Subyek penelitian yang diambil peneliti adalah kelas XI
IPS. Kelas XI IPS ini terdiri dari 3 kelas. Jumlah seluruh siswa dari ketiga
kelas ini adalah 84 siswa. Pada saat pengisian kuesioner ada 5 siswa yang
tidak hadir, sehingga kuesioner yang diisi oleh siswa sejumlah 79 orang.
Pengumpulan data penelitian dilakukan di sekolah ini dengan
menggunakan jam bimbingan dan konseling. Proses pengumpulan data
diawali dengan perkenalan diri dari peneliti dan kemudian menjelaskan
tujuan penelitian ke setiap kelas yang bersangkutan. Siswa diberikan
54
waktu dan kesempatan untuk mengisi kuesioner. Siswa juga
berkesempatan untuk menanyakan item-item yang kurang jelas. Penelitian
dilaksanakan pada hari Rabu 26 November 2009 dan Sabtu 28 November
2009. Berikut ini akan dijabarkan kelas dan jadwal pelaksanaan penelitian
di SMA Bruderan Purworejo.
Tabel 5 Kelas dan jadwal pelaksanaan penelitian di SMA Bruderan
Purworejo
Hari/tanggal Jam Kelas Rabu, 26 November 2009 11.15 -12.15 WIB XI IPS 3 Sabtu, 28 November 2009 11. 15-12. 15 WIB XI IPS 2 Sabtu, 28 November 2009 12. 15-13. 15 WIB XI IPS 1
F. Analisis Data
Analisis data adalah pengolahan data hasil penelitian. Tujuan analisis data
adalah untuk mendapatkan kesimpulan hasil penelitian. Langkah-langkah teknik
analisis data yang digunakan dalam mengolah dan menganalisa data penelitian
penerimaan sosial para siswi kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo Tahun
Pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:
1. Menentukan skor
Peneliti memberikan skor pada masing-masing jawaban dengan kunci
jawaban yang tersedia. Kemudian membuat tabulasi data dan menghitung skor
masing-masing responden serta menghitung skor masing-masing butir item.
2. Menghitung Mean
Mean merupakan nilai kelompok yang dipandang konstan dan karena itu
digunakan untuk menetapkan batas tinggi atau rendah suatu skor. Skor yang ≤
55
Mean dikategorikan rendah. Skor yang ≥ Mean dikategorikan tinggi.
Penghitungan mean skor total menggunakan rumus:
N
XM ∑=
Keterangan Rumus :
M : Mean
∑ X : Jumlah skor
N : Jumlah siswa
79
12746=M = 161, 34177 dibulatkan = 161
3. Menentukan kategori
Kategori penerimaan sosial siswa kelas XI SMA Bruderan
Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010 terdiri dari dua kategori yaitu
tinggi dan rendah. Penentuan kategori ini berdasarkan pertimbangan
karena pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk memahami kadaan
variabel penelitian ini biasanya menggunakan nilai-nilai statistik seperti
mean, median dan mode. Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan ini
maka nilai statistik yang tepat digunakan adalah mean. Mean yang
diperoleh adalah M= 161. Selain mean kelompok secara keseluruhan
peneliti juga mencari mean untuk masing-masing aspek. Dalam
penelitian ini masing-masing aspek memiliki mean sebagai berikut:
aspek perlakuan yang diterima dari teman M=45, aspek umpan balik dari
teman M=63, aspek popularitas M= 49. Tingkat kategori masing-masing
56
aspek ini akan digunakan sebagai dasar untuk membuat usulan topik-
topik bimbingan pribadi-sosial yang relevan bagi siswa.
Penggunaan dua kategori yaitu tinggi dan rendah berdasarkan
beberapa pertimbangan bahwa dalam perkembangan diri siswa, ada siswa
yang maju seperti yang diharapkan dan ada siswa yang belum. Demikian
juga halnya dengan penerimaan sosial. Siswa yang penerimaan sosialnya
sudah baik dikategorikan daam kategori tinggi. Siswa yang penerimaan
sosialnya belum baik atau belum sesuai dengan yang diharapkan maka
akan dikategorikan ke dalam kategori rendah.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil
penelitian. Bab ini sekaligus memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu (1)
“Bagaimana penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo
Tahun Pelajaran 2009/2010?”; (2) “Topik-topik bimbingan apakah yang tepat
untuk siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran
2009/2010?”.
A. Hasil Penelitian
Hasil pengolahan data ini merupakan jawaban terhadap masalah
pertama yaitu “Bagaimana penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA
Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010?”. Hasil penelitian
mengenai penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo
pada tahun pelajaran 2009/2010 ada dua kategori yaitu kategori tinggi dan
rendah. Patokan yang digunakan untuk menentukan skor yang termasuk
kategori tinggi dan rendah adalah Mean. Mean = 161 skor ≥ mean termasuk
kategori tinggi dan skor < mean termasuk kategori rendah. Hasil analisis
disajikan dalam tabel 6.
58
Tabel 6
Kategorisasi penerimaan sosial siswa kelas XI
SMA Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010
Kategori Jumlah Siswa Prosentase Tinggi 42 53,164 % Rendah 27 34,177 %
Jumlah siswa 79 100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh data bahwa jumlah siswa yang
memiliki penerimaan sosial yang tinggi lebih banyak daripada jumlah siswa
yang memiliki penerimaan sosial rendah. Siswa yang memiliki penerimaan
sosial tinggi sebanyak 42 (53,164%) berarti ada 42 siswa dari 79 siswa yang
memiliki kategori penerimaan sosial yang tinggi. Siswa yang memiliki
penerimaan sosial rendah sebanyak 27 (34, 177 %) berarti ada 27 siswa dari
79 siswa yang memiliki kategori penerimaan sosial yang rendah dalam
kelompok teman sebaya.
Dari data tabel tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penerimaan
sosial siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran
2009/2010 termasuk kategori tinggi. Ini berarti bahwa lebih banyak siswa
SMA Bruderan yang sudah memiliki penerimaan sosial yang baik.
Setelah mengetahui tingkat penerimaan sosial yang dimiliki oleh para
siswa secara keseluruhan, berikut ini adalah tabel tingkat penerimaan sosial
siswa pada masing-masing aspek.
59
Tabel 7 Tinggi – Rendahnya Tingkat Penerimaan Sosial Siswa SMA Bruderan
Purworejo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 pada Masing-masing Aspek
No Aspek Tinggi Rendah Total
1 Perlakuan yang diterima
dari teman lain 46(58,22%) 33(41,77%) 79(100%)
2 Umpan balik dari teman 50(63,29%) 29(36,70%) 79(100%) 3 Popularitas 49(62,02%) 30(37,97%) 79(100%)
79(100%)
Dari tabel diatas diperoleh data bahwa pada umumnya penerimaan sosial
siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo pada tiga aspek Penerimaan Sosial
dalam kategori tinggi lebih banyak dari pada kategori rendah. Aspek perlakuan
yang diterima dari orang lain yang masuk dalam kategori tinggi sebanyak
46(58,22%) siswa dan yang masuk dalam kategori rendah sebanyak 33(41,77%)
siswa. Aspek umpan balik dari teman yang termasuk dalam kategori tinggi
sebanyak 50(63,29%) siswa dan yang masuk dalam kategori rendah sebanyak
29(36,70%) siswa. Aspek popularitas yang termasuk dalam kategori tinggi
sebanyak 49(62,02%) siswa dan termasuk dalam kategori rendah sebanyak
30(37,97%) siswa.
60
B. Pembahasan
Karena penelitian deskriptif maka penelitian ini hanya akan menguraikan
keadaan yang terjadi di lapangan. Dari penjabaran hasil penelitian terlihat bahwa
penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo tahun
pelajaran 2009/2010 termasuk dalam kategori tinggi. Ini berarti bahwa pada
umumnya siswa kelas XI memiliki penerimaan sosial yang baik dalam
kelompok teman sebayanya. Namun demikian masih ada juga siswa yang masih
memiliki penerimaan sosial yang rendah dalam kelompok teman sebaya.
1. Siswa yang Persepsi Penerimaan Sosialnya Tinggi
Siswa yang mencapai tingkat kategori penerimaan sosial tinggi
berjumlah 42 siswa (53,164%). Hal ini dinilai positif. Hal-hal yang
memungkinkan siswa yang persepsi penerimaan sosialnya tinggi dan yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial siswa
yang tinggi antara lain:
a. Ciri-ciri Kepribadian
Ciri kepribadian merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
tinggi atau rendahnya penerimaan sosial seseorang siswa dalam kelompok
teman sebayanya. Siswa yang diterima oleh teman sebaya tidak berarti
memiliki pola kepribadian yang sempurna, tetapi memiliki sifat-sifat yang
baik lebih banyak daripada sifat-sifat yang buruk. Siswa yang penerimaan
sosialnya tinggi dalam kelompok teman sebaya sangat didukung oleh ciri
kepribadiannya yang positif. Ciri kepribadian yang positif ikut berperan
penting dalam penerimaan sosial siswa.
61
Menurut Morris dan Wentzel (Rice,1996) Ciri-ciri kepribadian yang
disukai dan diterima oleh orang lain itu tergolong dalam tiga hal yaitu
penampilan pribadi, prilaku sosial dan kualitas karakter pribadi seseorang.
Siswa yang penerimaan sosial tinggi cenderung memiliki penampilan
pribadi yang lebih menarik dari teman sebayanya yang lain, lebih rapi dan
bersih. Siswa juga memiliki perilaku sosial yang baik. Hurlock (1992)
berpendapat bahwa perilaku sosial mendukung penerimaan sosial adalah
perilaku sportif, bersedia untuk bekerjasama, kreatif, mampu bertanggung
jawab, bersikap bijaksana dan sopan. Sedangkan siswa yang memiliki
kualitas karakter pribadi yang cendrung mendukung penerimaan sosial
siswa yang tinggi adalah kualitas kepribadian yang positif misalnya jujur,
setia, memperhatikan kepentingan orang lain dan terbuka.
Dari hasil penelitian ini cukup terlihat bahwa ciri kepribadian masih
menjadi salah faktor utama yang dapat memungkinkan penerimaan sosial
siswa dalam kelompok teman sebaya itu tinggi. Dalam penerimaan sosial,
siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo masih memperhatikan ciri
kepribadian temannya. Sehingga siswa yang memiliki ciri kepribadian yang
positif cenderung mendapat penerimaan sosial yang baik dalam kelompok
teman sebayanya. Hal ini juga terbukti dari iem-item yang dipilih lebih
banyak berhubungan dengan ciri kepribadian.
b. Kebudayaan
Kebudayaan juga menjadi patokan bagi seseorang untuk diterima
dan menerima temannya dalam sebuah kelompok pergaulan. Dari hasil
62
penelitian terlihat bahwa faktor budaya menjadi salah satu kemungkinan
yang seorang siswa mendapat penerimaan sosial yang tinggi dalam
kelompok sebayanya. Dengan kebudayaan yang sama akan mempermudah
seorang untuk melakukan penyesuaian sehingga lebih mempermudah juga
dalam mendapat penerimaan dari orang lain. Rata-rata siswa di SMA
Bruderan ini terdiri dari orang Jawa sehingga kemungkinan masih memiliki
tradisi pergaulan yang masih sama sehingga lebih mudah untuk saling
menerima. Oleh karena dengan memiliki kebudayaan yang sama akan
membuat siswa tersebut mendapat penerimaan sosial yang tinggi dalam
kelompok sebayanya.
c. Jenis dan Nilai Kelompok
Santrock (2003 : 231) mengatakan bahwa remaja bergabung dalam
suatu kelompok dikarenakan mereka beranggapan keanggotaan suatu
kelompok akan sangat menyenangkan, menarik, dan memenuhi kebutuhan
mereka atas hubungan dekat dan kebersamaan. Kelompok memenuhi
kebutuhan pribadi remaja, menghargai mereka, menyediakan informasi,
menaikan harga diri, dan memberi mereka suatu identitas. Oleh karena itu
siswa sangat membutuhkan peneirmaan sosial dari teman sebayanya.
Siswa yang penerimaan sosial tinggi karena kemungkinan siswa
tersebut mampu melakukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai
kelompok. Sesuai dengan pendapat Hurlock (1955) yang mengatakan bahwa
remaja melakukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai kelompok akan
memperoleh penerimaan sosial lebih besar. Misalnya remaja yang
63
berprestasi dalam bidang olah raga akan mendapat penerimaan sosial yang
tinggi jika siswa tersebut bergabung dalam kelompok yang memiliki minat
yang sama dalam bidang olah raga.
Selain itu ada beberapa hal lain yang ikut mempengaruhi penerimaan
sosial siswa dalam kelompok teman sebaya adalah status ekonomi dan juga
kesehatan. Siswa yang memperoleh penerimaan sosial yang tinggi lebih
cenderung memiliki kondisi fisik yang sehat. Dengan fisik yang sehat siswa
tersebut semakin atusias dan semangat dalam mengikut segala kegiatan
sehingga semakin luas kemungkinan bagi siswa tersebut untuk mendapat
penerimaan sosial yang tinggi dari teman sebayanya. Hurlock (1978 : 96)
mengatakan bahwa kebanyakan remaja yang populer tampaknya memiliki
kesehatan yang baik.
Status sosial ekonomi juga ikut mendukung penerimaan sosial siswa
yang tinggi. Hal ini sepadan dengan pendapat Medinnus (1969) yang
mengatakan bahwa penerimaan sosial berkaitan dengan status sosial,
prestasi akademik, tanggung jawab, kerja sama, kesehatan yang baik,
penampilan yang menarik, dan komunikasi yang empatik. Walaupun
demikian di SMA Bruderan Purworejo terlihat bahwa status sosial ekonomi
orang tua tidak menjadi patokan bagi seorang siswa untuk mendapat
penerimaan sosial yang tinggi. Status sosial tidak terlalu berpengaruh dalam
penerimaan.
Siswa yang mendapat penerimaan sosial tinggi adalah siswa yang
memiliki perilaku yang baik dan siswa yang mampu memberikan umpan
64
balik yang baik terhadap temannya. Siswa yang lebih berperan serta dalam
berbagai kegiatan, aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok misalnya
kegiatan OSIS akan lebih cenderung mendapat penerimaan sosial yang
tinggi.
Ada beberapa manfaat bagi siswa yang mendapat penerimaan sosial
yang tinggi dalam kelompok teman sebaya adalah siswa tersebut semakin
percaya diri, memiliki konsep diri yang lebih positif, lebih mampu
mengekspresikan diri. Soesilowindradini (1982: 180) mengatakan bahwa
diterimanya seorang remaja oleh teman-temannya, sangat mempengaruhi
sikap-sikap dan tingkah lakunya. Seorang remaja akan populer, merasa
bahagia dan mempunyai harga diri, yang memberikan rasa percaya kepada
dirinya sendiri. Oleh karena itu dia merasa disenangi, maka dia lebih aktif
ikut serta dengan keaktifan kelompoknya.
Siswa yang mendapat penerimaan sosial yang tinggi dalam
kelompok teman sebaya dapat meningkatkan konsep diri yang positif karena
individu merasa diterima dan dimiliki oleh kelompok, sehingga individu
lebih aktif dan ekspresif dalam mengembangkan dirinya.
Siswa yang mendapat penerimaan sosial yang ditinggi akan tetap
dibimbing oleh konselor sekolah dengan topik-topik bimbingan pribadi
sosial yang lebih bersifat development/pengembangan yang dapat membantu
siswa untuk tetap mempertahankan hal-hal positif dalam dirinya sehingga
semakin diterima dalam lingkungan teman sebayanya. Dan pada akhirnya
siswa tersebut semakin berkembang menjadi pribadi yang utuh dan optimal.
65
2. Siswa yang Persepsi Penerimaan Sosialnya Rendah
Berdasarkan data yang yang diperoleh peneliti, siswa yang mencapai
tingkat kategori penerimaan sosial yang rendah dalam kelompok teman sebaya
sebanyak 27 siswa (34,177 %). Ini berarti ada 27 siswa dari 79 siswa kelasa XI
yang memiliki penerimaan sosial rendah dalam kelompok teman sebaya. Hal
ini bisa dikatakan bahwa ada 27 siswa yang mengalami penerimaan yang
kurang baik dalam kelompok teman sebayanya. Siswa yang memiliki
penerimaan sosial yang rendah karena faktor kepribadian. Siswa yang tidak
diterima bisanya karena memiliki sifat kepribadian yang kurang disenangi oleh
teman-teman sebaya misalnya suka marah, tidak ramah, pembohong, tidak bisa
diajak bekerja sama dalam kelompok. .
Menurut Rice (1996) bahwa perilaku sosial yang mengakibatkan
penolakan sosial antara lain kecenderungan menarik diri dari pergaulan, malas,
tidak bersemangat, pasif, kurang menguasai banyak permainan, tidak bisa
berolah raga, reputasi buruk, pembual, suka pamer, dan ramai. Mappiare
(1982) berpendapat bahwa perilaku kurang diterima adalah perilaku yang
menarik diri dari pergaulan dan tidak bahagia. Kemungkinan besar hal-hal
tersebut diatas yang menyebabkan siswa memiliki penerimaan sosial yang
rendah dalam kelompok teman sebaya.
Siswa yang memiliki penerimaan sosial yang rendah karena siswa
tersebut tidak mampu menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang
disetujui oleh teman sebayanya, dan dia tidak memiliki ciri-ciri kerpibadian
yang mereka senangi (Soesilowindradini, 1982: 177).
66
Siswa yang penerimaan sosial yang rendah bisa juga karena ketidak
populeran siswa tersebut. Siswa yang tidak terkenal dalam lingkungan teman
sebaya dan minder cenderung mendapat penolakan dari teman sebaya. Desmita
(2008: 187) berpendapat bahwa siswa yang ditolak adalah siswa yang cendrung
bersifat mengganggu, egois dan memiliki sedikit sifat positif.
Faktor lain yang menyebabkan siswa mendapat penerimaan sosial
yang rendah dalam kelompok teman sebaya adalah karena siswa tersebut
jarang memberikan umpan balik yang positif terhadap temannya saat teman
mengungkapkan pendapat maupun perasaannya misalanya jarang memberikan
pujian/sanjungan saat teman berhasil, dukungan dan bantuan saat teman
membutuhkan.
Akibat yang bisa ditimbulkan ketika siswa tidak mendapat
penerimaan dari temannya adalah siswa tersebut akan semakin tidak percaya
diri karena ketidak berhargaannya dalam kelompok teman sebayanya. Putallaz
dan Waserman (Desmita 2008: 187) mengatakan bahwa siswa yang ditolak
kemungkinan untuk memperlihatkan perilaku yang agresif, hiperaktif, kurang
perhatian, atau ketidakdewasaan, sehingga sering bermasalah dalam perilaku
dan akademis di sekolah. akibat lain yang ditimbulkan ketika siswa mengalami
penolakan atau penerimaan sosial yang rendah adalah frustrasi dan ini akan
menghambat perkembangan siswa secara psikis dan ini akan sangat
mempengaruhi segi akademis di sekolah misalnya tidak konsentrasi dalam
pelajaran sehingga hasil akademisnya akan tidak memuaskan.
67
Mappiare (1982) mengatakan bahwa jika siswa mengalami penolakan
dapat mengalami frustrasi. Remaja yang cenderung menyendiri, melamun, dan
menutup diri. Remaja merasa tidak dibutuhkan oleh orang lain dan kurang
percaya diri. Remaja sering murung, tertekan, dan menampakan gejala
ketidaknyamanan dalam pergaulan, misalnya mudah tersinggung, curiga, dan
cenderung berpikir negatif tentang orang lain.
Siswa yang penerimaan sosialnya rendah perlu mendapat perhatian
lebih dari guru-guru di sekolah terlebih konselor sekolah. seorang konselor
harus pekah terhadap masalah yang dihadapin oleh siswa dan salah satu
masalahnya adalah maslaah penerimaan sosial siswa. Ada berbagai cara yang
dapat dilakukan oleh para pendidik khususnya konselor di sekolah untuk
membantu meningkatkan penerimaan sosial yang siswa di sekolah khususnya
yang penerimaan sosialnya rendah di kelompok teman sebaya adalah:
a. Siswa dibimbing untuk lebih mengenal hal-hal positif dalm dirinya
Siswa dibantu untuk mengenal sifat positif dalam dirinya. Selain sifat-
sifatnya, siswa juga diajak untuk mengenal bakat dan minatnya. Hal ini agar
siswa mampu menempatkan diri dengan baik saat berada bersama kelompok
teman sebayanya. Siswa dapat menunjukan hal-hal yang positifnya saat
bersama teman-teman sehingga siswa dapat diterima oleh kelompok
sebayanya. Bakat dan minat sangat membantu siswa untuk bisa
menempatkan diri sesuai dengan jenis kelompok. Siswa diharapkan mampu
menempatkan dirinya.
68
b. Siswa dibimbing untuk dapat berkomunikasi yang efektif.
Konselor sekolah akan membantu siswa untuk bagaimana
berkomunikasi yang baik dan benar dengan teman sebayanya. Hal ini akan
sangat membantu siswa semakin diterima oleh teman-temannya.
Komunikasi itu penting dalam menjalin hubungan dnegan orang lain.
Komunikasi disini tidak asal komunikasi. Untuk semakin diterima oleh
orang lain kita perlu berkomunikasi yang efektif.
c. Siswa dibimbing untuk menjaga penampilan diri.
Menurut Hutagalung (2007: 81) penampilan adalah bentuk citra diri
yang terpancar dari diri seseorang, dan juga merupakan sarana komunikasi
antara seorang individu dengan individu lain. Tampilan menarik dapat
menjadi kunci sukses dalma kehidupan sosial. Orang lain akan merasa
nyaman, betah, dan senang dengan penampilan diri yang enak dipandang.
Oleh karena itu siswa juga perlu menjaga penampilan dirinya agar bisa
diterima oleh teman-temanya. Misalnya dengan menjaga kesehatan agar
kondisi tubuh tetap segar, tidur teratur, makan yang sehat sehingga tetap
semangat dan antusias dalam melakukan aktifitas bersama teman. Siswa
juga diharapkan dapat menjaga kebersihan fisik dan menjaga kerapian
dalam berpakaian.
d. Siswa dibimbing untuk dapat mengembangkan sikap empati kepada teman-
temannya.
Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sikap empati sangat
dibutuhkan. Konselor sekolah akan membantu siswa untuk lebih empati
69
kepada teman-teman maupun terhadap lingkungan di sekitarnya sehingga
siswa dapat disenangi dan diterima oleh teman-temannya maupun
lingkungan sosial lainnya
e. Siswa dibimbing untuk dapat mengembangkan sikap kerjasama dalam
kelompok.
Dalam menyelesaikan suatu tugas kelompok, siswa diharapkan mampu
bekerjasama dengan teman-teman dalam kelompoknya. Dengan mampu
bekerjasama dalam suatu kelompok siswa tersebut akan mendapat
penerimaan yang baik. Oleh karena iu konselor sekolah diharapkan dapat
membantu siswa untuk semakin mengembangkan sikap kerjasamanya dalam
kelompok.
70
BAB V
USULAN TOPIK BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN
PENERIMAAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPS SMA BRUDERAN
PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Dalam bab ini akan disajikan usulan topik-topik bimbingan berdasarkan
hasil penelitian pada bab IV. Usulan topik bimbingan ini tentunya berkaitan
dengan pengembangan pada bidang bimbingan pribadi-sosial karena penerimaan
sosial termasuk masalah yang berhubungan dengan masalah pribadi-sosial siswa.
Topik-topik bimbingan yang disusun merupakan jawaban atas masalah penelitian
yang kedua yaitu topik-topik bimbingan apa sajakah yang tepat bagi siswa kelas
XI IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010?.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerimaan sosial siswa
kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010 adalah tinggi.
Siswa yang penerimaan sosialnya tinggi sebanyak 53, 164% dan siswa yang
memiliki penerimaan sosialnya rendah sebanyak 34, 177%. Jika dilihat dari
masing-masing aspek juga tinggi. Aspek perlakuan yang diterima dari orang lain
yang tinggi sebanyak 46(58,22%), aspek umpan balik dari teman yang tinggi
sebanyak 50(63,29%) dan aspek popularitas yang tinggi sebanyak 49(62,02%).
Berdasarkan hasil penelitian, hal ini dikatakan positif. Walaupun demkian baik
siswa yang penerimaan sosial tinggi maupun rendah akan tetap mendapat
bimbingan dan perhatian dari konselor sekolah sehingga semua siswa dapat
berkembang secara optimal.
71
Melihat pentingnya penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya,
peneliti mencoba mengusulkan beberapa topik-topik yang relevan untuk
meningkatkan penerimaan siswa dalam kelompok teman sebaya. Topik-topik
bimbingan yang diusulkan oleh peneliti seperti menggali sifat-sifat positif dalam
diri, menggunakan komunikasi yang efektif dalam berelasi dengan orang lain,
strategi bergaul, mengembangkan sikap kerjasama dalam kelompok dan menjaga
penampilan diri. Usulan topik bimbingan ini diharapkan dapat menyentuh seluruh
kepribadian seluruh siswa. Usulan topik bimbingan dapat dilihat pada tabel 8.
72
Tabel 8
Usulan Topik Bimbingan untuk Mengembangkan Penerimaan Sosial
Siswa Kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo
Tahun Pelajaran 2009/2010 Bahan Pelayanan Materi Bimbingan No Tujuan Umum Pelayanan
Bimbingan Belajar Topik Sub Topik Wakt
u Metode Bidang
Bimbingan Sumber
1 2 3 4 5 6 7 8 1 Siswa semakin mampu
mengali sisi positif yang dimilikinya.
Aku bisa 1. Menggali sisi positif dalam diri.
2. Cara yang dimiliki
berhadapan dengan situasi
tertentu
2JP Nonton film Simon Birch,
diskusi, tanya
Jawab.
Pribadi sosial
Sinurat, R.H. Dj.
(1992) Reader, Mata
Kuliah Komunikasi
Antar Pribadi. Sanata
Dharma: Yogyakarta
2 Agar siswa dapat memahami
dan berkomunikasi secara
efektif.
Komunikasi yang efektif
1. Pentingnya komunikasi efektif
2. Perasaan-perasaan positif yang muncul sewaktu didengarkan oleh orang lain.
3.Perasaan-perasaan negatif yang muncul sewaktu tidak didengarkan oleh orang lain.
4.Pentingnya kerelaan untuk
2 JP Dinamika kelompok, experential learning, diskusi,
tanya jawab.
Pribadi sosial
. Sinurat, R.H. Dj.
(1992) Reader, Mata
Kuliah Komunikasi
Antar Pribadi. Sanata
Dharma: Yogyakarta
73
mendengarkan orang lain. 5.10 tips berkomunikasi
secara efektif.
3 Agar siswa semakin mampu bekerjasama dengan teman-temannya
Kerjasama 1.Syarat kerjasama 2.Manfaat kerjasama 3.Hambatan dalam
kerjasama dan cara mengatasainya
2 JP Dinamika kelompok, refleksi,
pernyataan hasil belajar
Pribadi sosial
West, Michael. (1998). Kerja Sama Kelompok yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius.
4 Agar siswa semakin mampu
bersikap asertif dalam pergaulan
Bersikap Asertif dalam
Pergaulan
1.Indikator sikap asertif
2.Upaya-upaya yang perlu
dilakukan untuk
meningkatkan sikap asertif
dalam pergaulan
2 JP Simulasi singkat, refleksi, sharing
Pribadi sosial
Llyod, Sam R.1991. Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif: Teknik-teknik praktis untuk keberhasilan pribadi. Diterjemahkan oleh Budi. Jakarta: Binarupa Aksara
5 Agar siswa mampu menjaga penampilan diri fisiknya sehingga dapat memikat teman dalam pergaulan
Penampilan diri
1. Penampilan yang menarik
2. Do and don’t dalam
penampilan
3JP Ceramah, tanya jawab,
sharing, refleksi
Pribadi sosial
Hutagalung Inge. 2007. Pengembangan kepribadian: tinjauan menuju pribadi positif. Jakarta: PT Indeks
74
3. Tips untuk berpenampilan
nyaman
6 Siswa dapat memahami cara-cara bergaul dan memikat hati orang lain.
Strategi bergaul
1. Konsep-konsep bergaul 2. Senyuman 3. Sapaan
2 JP Ceramah, tanya jawab,
refleksi, sharing.
Pribadi sosial
Sumantri Metridipuro. 1979. Cara mencari kawan dan mempengaruhinya
75
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
1. Pokok Bahasan / Topik : Aku Bisa
2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial
3. Jenis Layananan : Bimbingan Kelompok / Klasikal
4. Fungsi Layanan : Pemahaman, Pengembangan, Pemeliharaan
5. Tujuan Umum : Siswa semakin mampu mengali sisi positif yang
dimilikinya.
6. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan
dapat
a. Menyebutkan hal-hal positif yang ada dalam dirinya.
b. Mengidentifikasi cara yang saya miliki dihadapkan dengan
situasi tertentu.
7. Sasaran Pelayanan : Siswa kelas XI
8. Materi Pelayanan
a. Mengali sisi positif dalam diri.
b. Cara yang dimiliki berhadapan dengan situasi tertentu.
9. Prosedur :
a. Metode : Ceramah, Diskusi, tanya Jawab, Tugas, Permainan.
b. Langkah dan kegiatan:
76
No Guru Pembimbing Siswa 1.
Memberi pengantar dan menjelaskan tujuan kegiatan.
1. Mendengarkan penjelasan dari pembimbing.
2. Membagi kertas lembar kerja. 3.
Mempersilakan siswa untuk membuat lembar kerja
4
Menegaskan kembali apa yang telah ditulis oleh siswa bahwa mereka memiliki kemampuan.
2. Mengerjakan lembar kerja..
10. Tempat Penyelenggaraan : ruang kelas XI
11. Waktu : 2x 45 Menit
12. Penyelengara Pelayanan :
13. Pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan peran masing-
masing :-
14. Alat : Handout, gambar bola-bola .
15. Evaluasi :
a. Sebutkan sisi positif yang Anda miliki!
b. Identifikasikan cara Anda berhadapan dengan situasi tertentu!
16. Rencana Tindak Lanjut : -
17. Catatan Khusus : -
Yogyakarta, 04 Mei 2010
Mengetahui,
Kepala sekolah SMA Koordinator BK
( ) ( )
77
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A . Topik : Komunikasi Yang Efektif
B . Bidang bimbingan : Pribadi - Sosial
C . Jenis layanan : Bimbingan kelompok
D . Fungsi layanan : Pemahaman dan pengembangan
E Tujuan umum : Agar siswa dapat memahami dan berkomunikasi secara
efektif.
F . Tujuan khusus : Setelah mengikuti kegiatan yang direncanakan ini, siswa
dapat:
1. Spesifik :
a. Menyebutkan pentingnya komunikasi efektif.
b. Menyebutkan perasaan-perasaan positif yang muncul sewaktu
didengarkan oleh orang lain.
c. Menyebutkan perasaan-perasaan negatif yang muncul sewaktu
tidak didengarkan oleh orang lain.
d. Menjelaskan pentingnya kerelaan untuk mendengarkan orang lain.
e. Menyebutkan 10 tips berkomunikasi secara efektif.
2. Global :
Agar siswa dapat menyebutkan manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini.
G . Sasaran : siswa kelas XI
H . Materi :
6. Pentingnya komunikasi efektif
78
7. Perasaan-perasaan positif yang muncul sewaktu didengarkan oleh orang
lain.
8. perasaan-perasaan negatif yang muncul sewaktu tidak didengarkan oleh
orang lain.
9. Pentingnya kerelaan untuk mendengarkan orang lain.
10. 10 tips berkomunikasi secara efektif.
I. Metode, Kegiatan / langkah-langkah :
1. Metode : Dinamika kelompok, experential learning, diskusi, tanya jawab,
ceramah.
2. Kegiatan /langkah-langkah:
No. Guru Pembimbing Siswa 1 • Pengantar singkat (5 menit)
• Dalam kelompok peragaan contoh komunikasi oleh peserta “pesan berantai” (15 menit)
• Sharing pengalaman (5 menit) • Tanya jawab
2 • Pengantar singkat (5 menit) • Siswa dibagi menjadi kelompok kecil 4 – 5
orang (3 menit). • Melakukan kegiatan pembicaraan bergiliran
(20 menit) • Diskusi kelompok (10 menit) • Tanya jawab dan kesimpulan (5 menit).
3 • Pengantar singkat (5 menit) • Seorang peserta dimimta untuk menjadi
sukarelawan untuk membaca gambar bujur sangkar 1 sementara peserta menggambar dan tidak boleh bertanya (7 menit)
• Membaca gambar bujur sangkar 2 boleh bertanya (10 menit)
• Sharing dan kesimpulan (10 menit)
Menuliskan refleksi (hasil belajar / manfaat yang dipetik dalam buku pribadi.
4 • Membagi folder (5 menit) • Sharing pernyataan hasil belajar (5 menit)
79
J . Tempat penyelenggara : Ruang kelas XI
K . Waktu : 110 menit.
L . Penyelenggara :
M. Pihak-pihak yang terlibat dan peranannya :
N . Alat : Makalah, alat tulis, Lembar pertanyaan diskusi, potongan kertas
bertuliskan tips komunikasi efektif, Lembar kotak komunikasi dua arah.
O . Evaluasi :
1. Spesifik :
f. Sebutkan pentingnya komunikasi efektif.
g. Sebutkan perasaan-perasaan positif yang muncul sewaktu
didengarkan oleh orang lain.
h. Sebutkan perasaan-perasaan negatif yang muncul sewaktu tidak
didengarkan oleh orang lain.
i. Jelaskan pentingnya kerelaan untuk mendengarkan orang lain.
j. Sebutkan 10 tips berkomunikasi secara efektif.
2. Global :
a. Manfaat apa yang Anda petik dari kegiatan ini ?
b. Setelah mengikuti kegiatan ini saya merasa …
c. Setelah mengikuti kegiatan ini saya menjadi tahu bahwa …
d. Setelah mengikuti kegiatan ini saya berencana untuk …
P . Rencana tindak lanjut : -
Q . Catatan khusus : -
R . Sumber :
80
Sinurat, R.H.Dj. 1992. Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi.
Yogyakarta : USD.
Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi. Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta. Kanisius.
Yogyakarta, 04 Mei 2010
Mengetahui,
Kepala sekolah SMA Koordinator BK
( ) ( )
81
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik : Bersikap Asertif dalam Pergaulan
B. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial
C. Jenis Layanan : Pemberian informasi, bimbingan klasikal
D. Fungsi Layanan : Pemahaman, pemeliharaan, pengembangan, pengentasan.
E. Tujuan Umum : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan semakin
mampu bersikap asertif dalam pergaulan.
F. Tujuan Khusus : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan dapat:
1. Sebutkanlah indikator sikap asertif dalam pergaulan
2. Menjelaskan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan sikap
asertif dalam pergaulan
G. Tujuan Global : Siswa diharapkan menyebutkan manfaat kegiatan ini
baginya
H. Sasaran Pelayanan : Kelas XI
I. Materi Pelayanan :
1. Indikator sikap asertif
2. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan sikap asertif dalam
pergaulan.
J. Metode dan Langkah Kegiatan:
1. Metode : berbagi pengalaman, instrumentasi
2. kegiatan dan Langkah-langkah:
82
No Guru Pembimbing Siswa 1 Memberikan pengantar, menjelaskan
tujuan. Peserta mendengarkan penjelasan guru
2 Membagikan instrumen dan menjelaskan cara pengisiannya
Peserta menerima dan mendengar penjelasan tentang cara pengisian instrumen
3 Memberikan kesempatan untuk mengisi instrumen sesuai dengan petunjuknya
Mengisi instrumen sesuai dengan petunjuknya
4 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi pengalaman dalam kelompok.
Siswa berbagi pengalaman dalam kelompok
5 Meminta beberapa peserta menyebutkan manfaat kegiatan ini bagi mereka
Menyebutkan manfaat ini baginya
6 Menyimpulkan seluruh kegiatan Mendengarkan kesimpulan guru 7 Menutup kegiatan pelayanan Mengikutinya
K. Tempat Penyelengaraan : Ruang kelas XI
L. Waktu : 45 menit
M. Penyelengara Pelayanan :
N. Pihak yang dilibatkan : -
O. Alat : Kuesioner
P. Evaluasi :
1. Tujuan spesifik:
a. Sebutkanlah indikator sikap asertifmu dalam pergaulan!
b. Jelaskanlah upaya-upaya meningkatkan sikap asertifmu!
2. Tujuan Global:Sebutkanlah manfaat kegiatan yang sudah Anda ikuti bagimu.
Q. Rencana Tindak Lanjut : -
R. Catatan Khusus : -
83
Yogyakarta,04 Mei 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA Koordinator BK
( ) ( )
84
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan : Kerja Sama
B. Bidang Bimbingan: Pribadi-Sosial
C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Layanan : Pemahaman, Pengembangan dan Pencegahan
E. Tujuan Umum : Agar peserta semakin memahami dan mampu untuk bekerja
sama dengan orang lain.
F. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti kegiatan ini peserta diharapkan semakin
mampu untuk:
1. Spesifik:
a. Menyebutkan manfaat dalam bekerja sama.
b. Menjelaskan syarat yang diperlukan dalam bekerja sama.
c. Menjelaskan hambatan dan cara mengatasi hambatan dalam bekerja
sama.
2. Global: Menuliskan manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan
yang baru saja diikutinya dalam buku catatan pribadi.
G. Sasaran Pelayanan :
H. Materi Pelayanan :
1. Manfaat dalam bekerja sama.
2. Syarat yang diperlukan dalam bekerja sama.
3. Hambatan dan cara mengatasi hambatan dalam bekerja sama.
85
I. Metode Kegiatan dan Langkah-langkah:
1. Metode : Eksperiential learning, tanya jawab, diskusi kelompok ,
pernyataan hasil belajar
2. Kegiatan : Permainan kartu
3. Langkah-langkah:
No Guru Pembimbing Siswa 1 Pembimbing menjelaskan
maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan bersama peserta dengan bercerita dan ceramah singkat untuk mengugah pendengar (peserta) supaya bersemangat.
2 Pembimbing membagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok kurang lebih terdiri dari 4-5 peserta.
3 Peserta diberi tugas untuk menyusun menara dari kartu satu set yang tersedia dan berusaha untuk berlomba paling tinggi.
4 Pembimbing memberikan penjelasan mengenai aturan mainnya dan harus di laksanakan dengan jangka waktu yang ditentukan oleh pembimbing.
5 Setelah waktu habis, pembimbing mengajak para peserta untuk melihat kelompok mana yang paling tinggi dan menanyakan mengapa paling tinggi
6 Sebaliknya pembimbing juga bertanya kepada kelompok yang mungkin tidak jadi, mengapa
Peserta mengerjakan tugas dan mempraktekkan dalam kerja sama di sekolah dan di masyarakat bersama orang lain
86
terjadi demikian. 7 Pembimbing bersama peserta
membahas syarat kerja sama dan manfaat kerja sama dalam kelompok.
8 Pembimbing juga menggali dari pengalaman para peserta mengenai hambatan dalam bekerja sama dan bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut dalam bekerja sama.
9 Pembimbing sekali lagi menegaskan akan manfaat kerja sama dan mengajak para peserta untuk meningkatkan kerja sama dalam kelompok, kelas, kelompok belajar dan kelompok yang lainnya.
10 Pembimbing mengevaluasi kegiatan dan mengakhiri kegiatan bimbingan.
J. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas
K. Waktu : 45 menit
L. Penyelenggara Pelayanan:
M. Pihak-pihak yang Disertakan dalam Penyelenggaraan Pelayanan dan
Peranannya masing-masing: -
N. Alat : Kartu Remi
O. Evaluasi:
1. Spesifik:
a. Sebutkanlah manfaat dalam bekerja sama!
b. Jelaskanlah syarat yang diperlukan dalam kerja sama!
c. Jelaskanlah hambatan dan cara mengatasi hambatan dalam bekerja
sama!
87
2. Global: Tuliskanlah manfaat (perubahan yang terjadi dalam diri} yang
diper oleh dengan mengikuti kegiatan yang direncanakan dan dilakukan
P. Rencana Tindak Lanjut:
1. Melihat perkembangan kerja sama dalam kelompok belajar dan di dalam
kelas selama proses belajar mengajar berlangsung.
2. Memeriksa buku catatan mengenai belajar kelompok maupun belajar
pribadi.
Q. Catatan Khusus: -
R. Sumber (Daftar Pustaka):
1. Kroehnert, G., (1994). 100 Training Game. Australia, Sydney: Hill Book
Company
2. West, Michael. (1998). Kerja Sama Kelompok yang Efektif. Yogyakarta:
Kanisius.
Yogyakarta, 04 Mei 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Koordinator BK
( ) ( )
88
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik : Menjaga Penampilan Diri
B. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial
C. Jenis Layanan : Pemberian informasi, bimbingan klasikal
D. Fungsi Layanan : Pemahaman, pemeliharaan, pengembangan, pengentasan
E. Tujuan Umum : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan mampu
menjaga penampilan diri secara fisik sehingga mampu
memikat teman pada kesan pertama
F. Tujuan Khusus : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasikan apa yangperlu dan tidak perlu dalam penampilan
2. Mengidentifikasi tips-tips dalam menjaga penampilan
G. Tujuan Global : Siswa diharapkan menyebutkan manfaat kegiatan
baginya.
H. Sasaran Pelayanan : Kelas XI
I. Materi Pelayanan :
1. Do and Don’t dalam penampilan
2. Tips-tips dalam menjaga penampilan
89
J. Metode dan Langkah Kegiatan:
1. Metode: Ceramah, tanya-jawab, sharing, refleksi
2. Kegiatan dan Langkah-langkah:
No Kegiatan Guru Pembimbing Kegiatan Siswa 1 Memberikan pengantar-menjelaskan
tujuan Peserta mendengarkan penjelasan guru
2 Dalam kelompok meminta beberapa peserta mengungkapkan beberapa hal yang perlu dan tidak perlu dalam penampilan dan bagaimana cara-cara untuk menjaga penampilan
Mengungkapkan pengalaman dalam kelompok
3 Meminta beberapa peserta menyebutkan manfaat kegiatan ini bagi mereka
Menyebutkan manfaat kegiatan ini baginya.
4 Menyimpulkan seluruh kegiatan dalam pleno
Mendengarkan kesimpulan guru
5 Menutup kegiatan pelayanan ) Mengikutinya.
K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas XI
L. Waktu : 45 menit
M. Penyelengara Pelayanan :
N. Pihak yang dilibatkan :
O. Alat :
P. Evaluasi :
1. Tujuan Spesifik:
a. Identifikasikanlah apa yang sesuai dan tidak sesuai dalam penampilan
b. Identifikasikanlah tips-tips dalam menjaga penampilan
2. Tujuan Global: Sebutkanlah manfaat kegiatan yang sudah Anda ikuti bagimu
Q. Rencana Tindak Lanjut :
R. Catatan Khusus :
90
Yogyakarta, Mei 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah Koordinator BK
( ) ( )
91
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik : Strategi Bergaul.
B. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial
C. Jenis Layanan : Pemberian informasi, bimbingan klasikal
D. Fungsi Layanan : Pemahaman, pemeliharaan, pengembangan
E. Tujuan Umum : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan dapat
memahami cara-cara bergaul dan memikat hati orang lain
F. Tujuan Khusus : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi konsep-konsep bergaul
2. memahami manfaat sapaan dan senyuman
G. Tujuan Global : Siswa diharapkan menyebutkan manfaat kegiatan
baginya.
H. Sasaran Pelayanan: Kelas XI
I. Materi Pelayanan :
1.Konsep-konsep bergaul.
2. Arti senyuman dan sapaan
J. Metode dan Langkah Kegiatan:
1. Metode: Ceramah, tanya-jawab, sharing, refleksi
2. Kegiatan dan Langkah-langkah:
92
No Kegiatan Guru Pembimbing Kegiatan Siswa 1 Memberikan pengantar-menjelaskan tujuan Peserta mendengarkan
penjelasan guru 2 Dalam kelompok meminta beberapa
mengungkapkan beberapa konsep bergaul dan manfaat senyuman serta sapaan pada ornag lain
Mengungkapkan pengalaman dalam kelompok
3 Meminta beberapa peserta menyebutkan manfaat kegiatan ini bagi mereka
Menyebutkan manfaat kegiatan ini baginya.
4 Menyimpulkan seluruh kegiatan dalam pleno
Mendengarkan kesimpulan guru
5 Menutup kegiatan pelayanan
Mengikutinya.
K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas XI
L. Waktu : 45 menit
M. Penyelengara Pelayanan :
N. Pihak yang dilibatkan :
O. Alat :
P. Evaluasi :
1. Tujuan Spesifik:
a. Identifikasikanlah konsep-konsep bergaul
b. Identifikasikanlah manfaat senyuman dan sapaan
2. Tujuan Global: Sebutkanlah manfaat kegiatan yang sudah Anda ikuti bagimu.
Q. Rencana Tindak Lanjut :
R. Catatan Khusus :
93
Yogyakarta, Mei 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah Koordinator BK
( ) ( )
94
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pada umumnya persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI
IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010 sudah cukup
baik. Hal ini tampak dalam hasil penelitian yaitu: 42 (53,164%) siswa
memiliki persepsi penerimaan sosial yang tinggi dan 27 (34, 177 %) siswa
memiliki persepsi penerimaan sosial yang rendah. Namun demikian
penerimaan sosial para siswa masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan
agar mencapai penerimaan sosial yang lebih baik lagi.
2. Topik-topik bimbingan pribadi sosial yang diusulkan oleh peneliti
berdasarkan hasil penelitian. Topik bimbingan ini diharapkan dapat
membantu siswa dalam mengembangkan penerimaan sosialnya. Siswa
yang memiliki penerimaan sosial yang rendah diharapkan dapat mencapai
penerimaan sosial yang baik atau tinggi sedangkan siswa yang sudah
memiliki penerimaan sosial tinggi diharapkan terus mempertahankan dan
mengembangkannya.
95
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari keterbatasan-keterbatasan dan ketidak sempurnaan
dalam penelitian yang dilakukan, antara lain:
1. keterbatasan literatur, pengetahuan, dan kemampuan dalam
mengungkap semua aspek-aspek penerimaan sosial yang sesuai dengan
perkembangan siswa
2. keterbatasan dalam menyusun kuesioner pengungkap penerimaan sosial
sehingga apa yang diungkapkan dalam kuesioner belum sesuai dengan
definisi operasional
3. keterbatasan dalam menginterpretasikan data penelitian
C. Saran
1. Bagi Staff Bimbingan dan Konseling SMA Bruderan Purworejo
a. Guru pembimbing perlu lebih pekah dalam memperhatikan pergaulan
siswa dengan teman-temannya, apabila ada siswa yang memiliki
permasalahan dalam pergaulan dengan teman-temannya ataupun dalam
berelasi dengan teman-temannya
b. Bimbingan dalam bentuk kelompok perlu ditingkatkan, khususnya
dalam bidang pribadi sosial.
c. Guru pembimbing diharapkan memberikan kegiatan yang lebih
berhubungan dengan banyak siswa sehingga siswa terbiasa dan terlatih
dalam bergaul dengan teman-teman sebayanya. Selain juga siswa lebih
mudah untuk memperoleh penerimaan dengan teman sebayanya.
96
2. Bagi Peneliti Lain yang Ingin Melakukan Penelitian Sejenis.
a. Melakukan ujicoba alat ukur penelitian terlebih dahulu sebelum
melakukan penelitian agar dapat mengetahui mutu dari alat ukur yang
akan digunakan dalam penelitian.
b. Lebih cermat lagi dalam menyusun item-item sehingga dapat mencakup
keseluruhan kawasan objek yang hendak diukur atau isi skala dapat
mencerminkan aspek yang hendak diukur dengan melihat konstruk teoritik
dari aspek-aspek yang ada pada variabel yang akan diukur.
c. Mengadakan dan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam
tentang penerimaan sosial.
97
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rukminto Isbandi. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejateraan
Sosial. Jakarta Utara.: PT. Raja Grasindo Persada Ali, Hasan. 2001. Interaksi Sosial dalam kelompok Teman Sebaya. Akses pukul
13.30 tanggal 25 Agustus 2009. Http:// digilib.unnes.ac.id
Azwar, Saifuddin. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Bruno, F.J. 1989. Istilah Kunci Psikologi. Yogyakarta: Kanisius Chaplin,C.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi.Jakarta: Rajawali Pres Cole, L. 1959. Psychology of Adolescence. New york: Rine-Cruze and Co Djumhur & Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and
Counseling). Bandung: C.V. Ilmu Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Dewi, Irawati. 2002. Hubungan Penerimaan Sosial Teman Sebaya dan
Kematangan Sosial Remaja. diakses tanggal 03 Maret 2010. http:// www. itb central library.co.id.
Furchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Garret, Henry. 1976. Statistics in Psychology and Education. Landon: Longmans
Green and co, Ltd. Gerungan , W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama Guilford, J.P. 1965. Fundamental Statistics In Psychology and Education 4th. Ed.
New York: McGraw-Hill Book Company, Inc Gunarsa Y. S. dan Gunarsa, S. D. 1984. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia Hadi, Sutrisno. 1990. Analisis Butir Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai
dengan BASICA. Yogyakarta: Andi Offset Hamachek, Don. 1982. Encounter With Others. New York : Holt, Rinehart &
Winston
98
Hurlock, E. 1978. Adolescent Development. New York: Mc.Graw. Hill Book Company
1992. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima: Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hutagalung Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian (tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif. Jakarta: PT Indeks
Juntika, Achmad & Sudiarto, Akur . 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling
di SMA. Jakarta: Grasindo Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994. Balai Pustaka Mappiare, Andi .1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Martin. Teori Persepsi. http://duniapsikologi.dagdigdug.com. Akses tanggal1 Juni
2010 pukul 17.00 Masdijo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius Mattheuw, Andrew. 1996. Making Friends: Strategi Bergaul Agar Diterima
Orang Lain. Jakarta: Kanisius Medinnus, G.R. &Ronald Johnsons. 1969. Child & Adolescent Psychology.
Behavior and Development. USA: John Wiley & Sons Inc Nawawi, H. 1982. Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan.
Jakarta: Depdikbud New Comb, Turner and Coverse. 1965. Social Psychology. USA: John Wiley &
Sons, Inc Prayitno & Erman Amti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.
Rineka Cipta Rakhmat, Jalaludin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Rice , F Philip. 1996. The Adolescent: Development, Relationship, and Culture.
USA: Massacusetts Rani, Sulastri. Persepsi Sosial. http://id.shvoong.com. Akses tanggal 1 Juni 2010
pukul 17.00
99
Santrock, John W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: Erlangga Saputro, R. 2008. Spending Time With Their. Diakses pada tgl 22 Desember 2008
pukul 19.00. Http://www.my life spring.com. Sarwono, Sarlito W. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sarwono, Sarlito & Meinarmo, Eko. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika Sinurat, R.H. Dj. 2003. Reader, Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi. Sanata
Dharma: Yogyakarta
Soesilowindranini, MA. 1982. Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya: usaha Nasional Sudianto dan Nurihsan. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA
Kurikulum 2004. Jakarta. Grasindo Sukardi, D. 1983. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya:
Usaha Nasional Sunaryati, Inneke. 1999. Hubungan antara Penerimaan Kelompok dan Motivasi
Berprestasi dalam Keaktifan Belajar Bahasa Inggris (Skripsi). Surabaya : Fakultasi Psikologi Universitas Surabaya
Sutanto,Mariani. 1992. Hubungan Kecenderungan Perilaku Merokok dengan
Penerimaan Kelompok Teman Sebaya (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada
Shertzer, Bruce & Shelley C. Stone. 1981. Fundamentals Of Guidance. 4th. Ed. Boston : Houghton Mifflin Company.
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek .
Bandung. Maestro Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial (suatu pengantar). Yogyakarta: Andi
Offset Winkel, WS. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia. Winkel, WS & Hastuti Sri. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institut
Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta : Media Abadi Zulkifli. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya
LAMPIRAN
100
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENERIMAAN SOSIAL
(Pada Waktu Uji Coba)
Tujuan Pengisian Kuesioner
Pada kesempatan ini, saya mengharapkan kesediaan Anda untuk
menjawab kuesioner ini. Tujuan kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi
di SMA ini yang mana informasi ini akan diolah dan hasilnya akan digunakan
untuk mengembangkan program bimbingan pribadi-sosial di sekolah ini.
Untuk mengetahui hasil yang obyektif dan menjaga kerahasiaan, Anda
tidak perlu mencantumkan identitas Anda. Hasil kuesioner ini tidak akan
mempengaruhi nilai rapor Anda. Oleh sebab itu kami mohon Anda menjawab
semua pernyataan ini dengan jujur sesuai dengan pendapat dan pengalaman Anda.
Terimakasih atas kesediaan dan kerjasama Anda.
Jenis Kelamin :
Kelas :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk:
1. Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Tentukanlah
seberapa sering hal-hal yang diungkapkan dalam maksud pernyataan
tersebut Anda alami. Alternatif jawaban yang bisa Anda pilih adalah
Sangat Sering(SS), Sering(S), Jarang(J), Tidak Pernah(TP).
2. Berikan tanda centang (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia
sesuai dengan keadaan Anda yang sebenarnya. Anda dimohon untuk
memberikan jawaban pada semua pernyataan, dengan kata lain tidak ada
nomor yang dilewati atau tidak dijawab.
SELAMAT BEKERJA
101
Alternatif jawaban No
Pernyataan
SS S JR TP
01 Teman-teman memberikan kesempatan pada saya untuk
mengungkapkan perasaan saya
02 Teman-teman menyapa duluan saat bertemu dengan
saya
03 Teman-teman mengatakan saya mudah bergaul di
lingkungan baru
04 Teman-teman mengajak saya ngobrol dan bergurau
05 Teman-teman mendengarkan dengan penuh perhatian
ketika saya mengungkapkan pendapat
06 Teman-teman mengatakan saya ramah dalam bergaul
07 Teman-teman bersikap ramah saat bersama saya
08 Ketika saya mengungkapkan perasaan, teman-teman
bersedian mendengarkannya
09 Teman-teman mengatakan saya mudah bekerjasama
10 Ada saja teman-teman yang meminjamkan catatannya
pada saya
11 Teman-teman menjaga setiap rahasia saya
12 Teman-teman mengatakan bahwa saya pintar
13 Teman-teman mau meminjamkan alat tulisnya ketika
saya membutuhkannya
14 Teman-teman menerima saya apa adanya dengan
apapun kondisi saya
15 Teman-teman menyukai gaya bicara saya
16 Ketika saya mengalami kesulitan dalam pelajaran,
teman-teman bersedia memberikan penjelasan pada saya
17 Teman-teman menerima penampilan saya
18 Teman-teman menyukai cara berpikir saya
19 Teman-teman bersedia memberikan informasi –
102
infomasi terbaru sehingga saya tidak ketinggalan
informasi
20 Teman-teman tidak menertawakan saya, ketika saya
salah menjawab pertanyaaan
21 Teman-teman cenderung memilih saya menjadi ketua
kelas
22 Teman-teman bersedia menjawab pertanyaan saya
23 Teman-teman tidak mengolok saya ketika mendengar
dialek bahasa saya yang beda
24 Teman-teman cenderung memilih saya untuk memimpin
acara di berbagai kegiatan
25 Teman-teman menjenguk saya ketika saya sakit
26 Teman-teman mau jujur tentang perasaanya pada saya
27 Teman-teman cenderung mengikuti ide/pendapat saya
28 Teman-teman menanyakan keadaan saya ketika saya
tidak berangkat ke sekolah
29 Teman-teman mau bergaul dengan saya
30 Teman-teman lebih mudah memahami apa yang saya
katakan
31 Teman-teman mengucapkan selamat ketika saya
merayakan ulangtahun
32 Teman-teman bersedia menerima kritikan dari saya
33 Teman-teman cenderung mengikuti aturan-aturan yang
saya tentukan dalam kelompok
34 Teman-teman mengingat hari ulang tahun saya
35 Teman-teman menghormati setiap keputusan saya
36 Teman-teman mudah mengingat nama saya
37 Teman-teman memberikan hadiah pada saat saya ulang
tahun
38 Teman menginginkankan saya jadi diri sendiri
103
39 Teman-teman lebih cenderung memanggil saya dengan
nama-nama yang khas
40 Teman-teman percaya akan kemampuan saya dama
mengatasi konflik
41 Teman-teman membuat saya semakin percaya diri
42 Teman-teman memberikan nasehat-nasehat yang
membangun pribadi saya
43 Teman-teman mau menenangkan saya ketika saya
sedang cemas
44 Teman-teman menghargai saya walau saya berasal dari
daerah yang berbeda dengan mereka
45 Teman-teman menyukai penampilan saya
46 Teman-teman mau berkunjung ke rumah saya walaupun
jaraknya jauh.
47 Teman-teman menghargai saya walaupun saya memiliki
agama/keyakinan yang berbeda
48 Teman-teman mengikuti gaya pakaian saya
49 Teman-teman melibatkan saya dalam diskusi kelompok
50 Teman-teman tidak memaksakan kehendaknya pada
saya
51 Teman-teman memilih bekerjasama dengan saya saat
ada tugas kelompok
52 Teman-teman mengatakan bahwa saya termasuk orang
yang kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan rumah
53 Teman-teman mengajak saya diskusi saat ada jam
pelajaran yang kosong
54 Ketika saya mengalami masalah, teman-teman tidak
menjauhi saya
55 Teman-teman menyukai cara bergaul saya
56 Teman-teman memberikan kesempatan pada saya untuk
104
mengungkapkan pendapat dalam kelompok
57 Teman-teman berani memberikan kritikan yang
mernbangun pribadi saya
58 Teman-teman mengatakan bahwa saya pandai dalam
memilih topik pembicaraan yang menarik
59 Teman-teman mengajak saya untuk belajar kelompok
bersama di luar jam sekolah
60 Teman-teman mau memberikan dukungan
pada saya ketika saya mengalami masalah di keluarga
61 Menurut teman-teman saya anak yang komunikatif
62 Teman-teman memberikan dukungan ketika saya
mengalamin kegagalan dalam pelajaran
63 Teman-teman merasa nyaman ketika berada bersama
saya
64 Teman-teman tidak meragukan kemampuan saya dalam
menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
65 Menurut teman-teman perilaku saya menyenangkan
66 Teman-teman mau mengandalkan saat ada masalah
dalam kelompok
67 Teman meminta saran saya ketika mereka sedang
mengalami masalah
68 Teman-teman memberikan solusi yang baik untuk
membangun pribadi saya
69 Teman-teman mau menenangkan saya ketika saya
sedangkan sedih
70 Teman-teman tidak menyalahkan saya ketika saya
melakukan kesalahan
105
Apabila Anda menemukan pernyataan yang kurang jelas, tulis nomor dan
berikan komentar Anda pada bagian bawah ini:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
106
LAMPIRAN 2
UJI VALIDITAS KUESIONER
PENERIMAAN SOSIAL
No Item Hasil Hitungan Korelasi
Person N: 34
Keterangan
1 0.34 valid
2 0.46 Valid
3 0.489 Valid
4 0.600 Valid
5 0.658 Valid
6 0.453 Valid
7 0.403 Valid
8 0.327 Valid
9 0.54 Valid
10 0.288 Tidak Valid
11 0.085 Tidak valid
12 0.155 Tidak valid
13 0.687 Valid
14 0.597 Valid
15 0.485 Valid
16 0.47 Valid
17 0.44 Valid
18 0.31 Valid
19 0.16 Tidak valid
20 0.09 Tidak valid
21 0.24 Tidak valid
22 0.28 Tidak valid
23 0.222 Tidak valid
107
24 0.349 Valid
25 0.485 Valid
26 0.319 valid
27 0.473 Valid
28 0.629 Valid
29 0.428 Valid
30 0.56 Valid
31 0.526 Valid
32 0.43 Valid
33 0.356 Valid
34 0.33 Valid
35 0.54 Valid
36 0.475 Valid
37 0.35 Valid
38 0.006 Tidak valid
39 0.32 Valid
40 0.56 Valid
41 0.51 Valid
42 0.16 Tidak valid
43 0.461 Valid
44 0.06 Tidak valid
45 0.562 Valid
46 0.666 Valid
47 0.308 Valid
48 0.426 Valid
49 0.59 Valid
50 0.53 Valid
51 0.671 Valid
52 0.61 Valid
53 0.08 Tidak valid
108
54 0.7 Valid
55 0.496 Valid
56 0.603 Valid
57 0.03 Tidak valid
58 0.16 Tidak valid
59 0.16 Tidak valid
60 0.4 Valid
61 0.581 Valid
62 0.672 Valid
3 0.582 Valid
64 0.507 Valid
65 0.62 Valid
66 0.51 Valid
67 0.66 Valid
68 0.34 Valid
69 0.311 valid
70 0.46 valid
109
LAMPIRAN 2
TABEL PERHITUNGAN BELAH DUA DATA UJICOBA
SMA St. MIKHAEL SLEMAN
No X Y X² Y² XY
1 123 118 15129 13924 14514
2 104 100 10816 10000 10400
3 97 111 9409 12321 10767
4 90 85 8100 7225 7650
5 100 102 10000 10404 10200
6 103 110 10609 12100 11330
7 90 93 8100 8649 8370
8 6 65 4.356 4225 4290
9 98 100 9604 10000 9800
10 118 106 13924 11236 12508
11 90 97 8100 9409 8730
12 106 116 11236 13456 12296
13 99 95 9801 9025 9405
14 86 94 7396 8836 8084
15 91 98 8281 9604 8918
16 88 87 7744 7569 7656
17 100 102 10000 10404 10200
18 109 116 11881 13456 12644
19 109 100 11881 10000 10900
20 96 104 9216 10816 9984
21 108 114 11664 12996 12312
22 94 91 8836 8281 8554
23 88 93 7744 8649 8184
24 97 87 9409 7569 8439
110
25 111 114 12321 12996 12654
26 88 86 7744 7396 7568
27 98 90 9604 8100 8820
28 93 91 8649 8281 8463
29 108 104 11664 10816 11232
30 92 86 8464 7396 7912
31 104 101 10816 10201 10504
32 83 88 6889 7744 7304
33 96 92 9216 8464 8832
34 119 122 14161 14884 14518
∑ 3342 3358 332764 336432 333942
111
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN INDEKS RELIABILITAS
rxy = N∑XY – (∑X)(∑Y)
[N∑X2
– (∑X)2][N∑Y2
- (∑Y)2]
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi X dan Y
N : Jumlah subyek.
X : Skor item.
Y : Skor total genap.
rxy = 34 X 33942– (3342) (3358)
[34 X 332764 – (3342)2] [34 X 336432– (3358)2]
rxy = 11. 354. 028 – 11.222. 436
[11.313.976 -11. 168.964][11.438.688 – 11.276.164]
rxy = 131592 [145012][162524]
rxy = 131592 23567930288
rxy = 131592 = 0,857 = 0,86 153518, 50
112
Perhitungan Indeks Reliabilitas akan dihitung dengan menggunakan rumus
Sperman-Brown:
rtt= 2rxy
1 + rxy
Keterangan:
rtt : Koefisien reliabilitas
rxy : Koefisien korelasi skor ganjil-genap
rtt = 2 X 0,86
1 + 0,86
rtt = 1,72 = 0,830
1,86
rtt= 0,92
113
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
Tujuan Pengisian Kuesioner
Pada kesempatan ini, saya mengharapkan kesediaan Anda untuk
menjawab kuesioner ini. Tujuan kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi
di SMA ini yang mana informasi ini akan diolah dan hasilnya akan digunakan
untuk mengembangkan program bimbingan pribadi-sosial di sekolah ini.
Untuk mengetahui hasil yang obyektif dan menjaga kerahasiaan, Anda
tidak perlu mencantumkan identitas Anda. Hasil kuesioner ini tidak akan
mempengaruhi nilai rapor Anda. Oleh sebab itu kami mohon Anda menjawab
semua pernyataan ini dengan jujur sesuai dengan pendapat dan pengalaman Anda.
Terimakasih atas kesediaan dan kerjasama Anda.
Jenis Kelamin :
Kelas :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk:
a. Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Tentukanlah
seberapa sering hal-hal yang diungkapkan dalam maksud pernyataan
tersebut Anda alami. Alternatif jawaban yang bisa Anda pilih adalah
Sangat Sering(SS), Sering(S), Jarang(J), Tidak Pernah(TP).
b. Berikan tanda centang (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia
sesuai dengan keadaan Anda yang sebenarnya. Anda dimohon untuk
memberikan jawaban pada semua pernyataan, dengan kata lain tidak ada
nomor yang dilewati atau tidak dijawab.
SELAMAT BEKERJA
114
Alternatif jawaban No
Pernyataan SS S J TP
01 Teman-teman memberikan kesempatan pada saya untuk
mengungkapkan perasaan saya
02 Teman-teman menyapa duluan saat bertemu dengan
saya
03 Teman-teman mengatakan saya mudah bergaul di
lingkungan yang baru
04 Teman-teman mengajak saya ngobrol dan bergurau
05 Teman-teman mendengarkan dengan penuh perhatian
ketika saya mengungkapkan pendapat
06 Teman-teman mengatakan saya ramah dalam bergaul
07 Teman-teman bersikap ramah saat bersama saya
08 Ketika saya mengungkapkan perasaan saya, teman-
teman bersedia mendengarnya
09 Teman-teman mengatakan saya mudah bekerjasama
10 Teman-teman mau meminjamkan alat tulisnya ketika
saya membutuhkan
11 Teman-teman menerima saya apa adanya dengan
apapun kondisi saya
12 Teman-teman menyukai gaya saya saat mengungkapkan
pendapat
13 Ketika saya mengalami kesulitan dalam pelajaran,
teman-teman bersedia memberikan penjelasan pada saya
14 Teman-teman menerima penampilan saya
15 Teman-teman menyukai gaya bicara saya
16 Teman-teman cenderung memilih saya untuk memimpin
acara di berbagai kegiatan
17 Temaan-teman menjenguk saya ketika saya sakit
18 Teman-teman mau jujur tentang perasaannya pada saya
19 Teman-teman cenderung mengikuti ide/pendapat saya
115
20 Teman-teman menanyakan keadaan saya ketika saya
tidak berangkat ke sekolah
21 Teman-teman mau bergaul dengan saya
22 Teman-teman lebih mudah memahami apa yang saya
katakan
23 Teman-teman mengucapkan selamat ketika saya
merayakan ulangtahun
24 Teman-teman bersedia menerima kritikan dari saya
25 Teman-teman cenderung mengikuti aturan-aturan yang
saya tentukan dalam kelompok
26 Teman-teman mengingat hari ulangtahun saya
27 Teman-teman menghormati setiap keputusan saya
28 Teman-teman mudah mengingat nama saya
29 Teman-teman memberikan hadiah pada saat saya
ulangtahun
30 Teman-teman lebih cenderung memanggil saya dengan
nama-nama yang khas
31 Teman-teman percaya akan kemampuan saya
32 Teman-teman membuat saya semakin percaya diri
33 Teman-teman mau menenangkan saya ketika saya
sedang cemas
34 Teman-teman menyukai penampilan saya
35 Teman-teman mau berkunjung ke rumah saya
36 Teman-teman menghargai saya walaupun saya memiliki
agama/keyakinan yang berbeda
37 Teman-teman mengikuti gaya berpakaian saya
38 Teman-teman melibatkan saya dalam diskusi kelompok
39 Teman-teman tidak memaksakan kehendaknya kepada
saya
116
40 Teman-teman memilih bekerjasama dengan saya saat
ada diskusi kelompok
41 Teman-teman mengatakan bahwa saya termasuk orang
yang kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan rumah
42 Ketika saya mengalami masalah, teman-teman tidak
menjauhi saya
43 Teman-teman menyukai cara bergaul saya
44 Teman-teman memberikan kesempatan pada saya untuk
mengungkapkan pendapa/ide dalam kelompok
45 Teman-teman mau memberikan masukan-masukan yang
baik pada saya ketika saya mengalami masalah
46 Menurut teman-teman saya adalah anak yang
kumunikatif
47 Teman-teman memberikan dukungan ketika saya
mengalami kegagalan dalam pelajaran
48 Teman-teman merasa nyaman ketika berada bersama
saya
49 Teman-teman membuat saya yakin akan kemampuan
saya sendiri
50 Menurut teman-teman perilaku saya menyenangkan
51 Teman-teman percaya akan kemampuan saya
52 Teman-teman membuat saya semakin percaya diri
53 Teman-teman memberikan solusi yang baik untuk
membangun pribadi saya
54 Teman-teman mau menenangkan saya ketika saya
sedang bersedih
55 Teman-teman tidak menyalahkan saya ketika saya
melakukan kesalahan
117
118
119
LAMPIRAN 4
SKOR TOTAL DESKRIPSI PENERIMAAN SOSIAL SISWA KELAS XI
IPS SMA BRUDERAN PURWOREJO AHUN PELAJARAN 2009/2010
(∑X=12746, N:79)
No Skor total Klasifikasi
1 183 Tinggi
2 173 Tinggi
3 161 Tinggi
4 141 Rendah
5 140 Rendah
6 170 Tinggi
7 180 Tinggi
8 166 Tinggi
9 184 Tinggi
10 175 Tinggi
11 161 Tinggi
12 170 Tinggi
13 160 Rendah
14 151 Rendah
15 143 Rendah
16 160 Rendah
17 170 Tinggi
18 147 Rendah
120
19 141 Rendah
20 183 Tinggi
21 196 Tinggi
22 176 Tinggi
23 154 Rendah
24 168 Tinggi
25 132 Rendah
26 175 Tinggi
27 193 Tinggi
28 160 Rendah
29 194 Tinggi
30 142 Rendah
31 160 Rendah
32 147 Rendah
33 139 Rendah
34 138 Rendah
35 180 Tinggi
36 129 Rendah
37 171 Tinggi
38 156 Rendah
39 128 Rendah
40 139 Rendah
121
41 171 Tinggi
42 166 Tinggi
43 153 Rendah
44 163 Tinggi
45 190 Tinggi
46 162 Tinggi
47 148 Rendah
48 168 Tinggi
49 170 Tinggi
50 171 Tinggi
51 189 Tinggi
52 163 Tinggi
53 170 Tinggi
54 153 Rendah
55 163 Tinggi
56 143 Rendah
57 177 Tinggi
58 185 Tinggi
59 180 Tinggi
0 179 Tinggi
61 178 Tinggi
2 168 Tinggi
122
63 144 Rendah
64 143 Rendah
65 161 Tinggi
66 146 Rendah
67 146 Rendah
68 181 Tinggi
69 155 Rendah
70 177 Tinggi
71 178 Tinggi
72 146 Rendah
73 146 Rendah
74 140 Rendah
75 155 Rendah
76 138 Rendah
77 112 Rendah
78 151 Rendah
79 181 Tinggi
123
LAMPIRAN 5