persepsi sosial
TRANSCRIPT
PERSEPSI SOSIAL
Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,
menginterprestasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya,
kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk
gambaran mengenai orang yang dipersepsi. Namun demikian seperti telah dipaparkan diatas,
karena yang dipersepsi itu manusia seperti halnya dengan yang mempersepsi, maka objek
persepsi dapat memberikan pengaruh kepada yang mempersepsi. Dengan demikian dapat
dikemukakan dalam mempersepsi manusia atau orang (person) adanya dua pihak yang masing-
masing mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan, harapan-harapan, pengalaman-
pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan dapat berengaruh dalarn
mempersepsi manusia atau orang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan dapat
berpengaruh dalam mempersepsi manusia yaitu:
1. Keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi.
2. Situasi atau keadaan sosial yang melatar-belakangi stimulus.
3. Keadaan orang yang mempersepsi.
Selanjutnya, persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi sosial, yaitu
pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik orang lain. Kesan yang diperoleh
tentang orang lain tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi persepsi, yaitu:
1. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak disukai,
positif-negatif pada orang lain.
2. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering-
jarang, jelas-tidak jelas).
3. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati.
Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi
evaluatif, yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk berinteraksi
dengan orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk
mengerti dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi sosial tercakup tiga hal yang saling
berkaitan, yaitu:
1. Aksi orang lain, yaitu tindakan individu yang berdasarkan pemahaman tentang orang lain yang
dinamis, aktif dan independen.
2. Reaksi orang lain, merupakan aksi individu menghasilkan reaksi dari individu, karena aksi
individu dan orang lain tidak terpisah. Pemahaman individu dan cara pendekatannya terhadap
orang lain mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga timbul reaksi.
3. Interaksi dengan orang lain, yaitu reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi balik yang akan
muncul.
Bias dalam Persepsi Sosial
Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi sosial, antara lain yaitu:
1. Hallo Effect
Merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten. Hallo effect ini secara
umum terjadi karena individu hanya mendasarkan persepsinya hanya pada kesan fisik atau
karakteristik lain yang bisa diamati.
2. Forked Tail Effect (negative hallo)
Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya berdasarkan
satu keadaan yang dinilai buruk.
http://psi-sosial.blogspot.com/2011/10/persepsi-sosial.html
Brems& Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi sosial memiliki
beberapa elemen, yaitu:
a. Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk menilai
sesuatu.
c. Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain.
Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:
1.) Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat
kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.
2.) Persepsi sosial, adalah sebuah proses yang kompleks,orang mengamati perilaku orang lain
dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan
behaviour.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi suatu proses
aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor internal
serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian
nilai terhadap objek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan
atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah
satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol,1994).
Dalam usaha menginterpretasi orang lain sering digunakan dimensi-dimensi tertentu.
Wrightman (1981) mengemukakan ada 6 dimensi pokok, yaitu:
1. Dapat dipercaya – tidak dapat dipercaya
2. Rasional – tidak rasional
3. Altruis – orientasi diri (selfness)
4. Independen – conform dengan kelompok
5. Variatif – kesamaan
6. Kompleksitas – kesederhanaan
http://educationarticlesjournal.blogspot.com/2012/03/pengertian-persepsi-sosial.html
Persepsi berdasarkan pengalaman Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka
mengenai realitas (social) yang telah dipelajari (pengalaman). Ketiadaan pengalaman terdahulu
dalam menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut
berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip.
Persepsi bersifat selektif Alat indera kita bersifat lemah dan selektif (selective attention). Apa
yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan
kita melihat apa yang kita lihat, kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada
suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan
tersebut. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol
dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
Persepsi bersifat dugaan Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat
penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan.
Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh
seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu
memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut
pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses pengorganisasian
informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema
organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh suatu makna lebih umum.
Persepsi bersifat evaluatif Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena masing-masing
melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi adalah
suatu proses kognitif psikologis yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan
persepsi bersifat pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.
Persepsi bersifat kontekstual Konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Konteks yang
melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat
mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan dan oleh karenanya juga persepsi kita. Interpretasi
makna dalam konteksnya adalah suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan
hubungan sosial. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan
kelengkapan.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi
Wilson ( 2000 ) mengemukakan ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi
diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor eksternal atau dari luar :
Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan dibandingkan
dengan yang obyektif.
Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk di persepsikan dibanding dengan hal-
hal yang baru.
Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi
lebih efektif di bandingkan dengan gerakan yang lambat.
Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain-lain.
b. Faktor internal atau dari dalam :
Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk istirahat.
Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak menarik
Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian
Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan
lain-lain.
Menurut Rahmat (2005) faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal
adalah:
Pengalaman Seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu akan
mempengaruhi kecermatan seseorang dalam memperbaiki persepsi.
Motivasi Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk
mempercayai “dunia yang adil” artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.
Kepribadian Dalam psikoanalisis dikenal sebagai proyeksi yaitu usaha untuk mengeksternalisasi
pengalaman subyektif secara tidak sadar, orang mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang
lain.
Krech dan Crutchfield (1977) menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor
struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan
mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut faktor-faktor personal.
Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang
memberikan respon pada stimuli tersebut.
Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang
ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu. Kita
mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak
lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang berkonsisten dengan rangkaian stimuli
yang kita persepsikan.