persepsi sosial - doc

28
PERSEPSI SOSIAL Dosen Pengampu : Laila MIW, Ph.D Kelompok 6: Bixen Pakiding 46112120066 Nofrida Atika Sari 46112120087 Fakultas Psikologi

Upload: nofrida-atika

Post on 27-Jun-2015

464 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi Sosial - doc

PERSEPSI SOSIAL

Dosen Pengampu : Laila MIW, Ph.D

Kelompok 6:

Bixen Pakiding 46112120066

Nofrida Atika Sari 46112120087

Fakultas Psikologi

Universitas Mercu Buana Jakarta

2014

Page 2: Persepsi Sosial - doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

sesuai dangan apa yang kami harapkan.

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi apa yang

menjadi tugas kami sebagai mahasiswa psikologi dalam mata kuliah Psikologi Sosial

yang membahas tentang “Persepsi Sosial”.

Atas terselesainya makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu

Laila MIW, Ph.D selaku dosen mata kuliah Psikologi Sosial yang telah membimbing

kami. Dan semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pribadi dan

pembaca umumnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas

dan pengetahuan kita tentang Persepsi Sosial. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh

dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami

harapkan. Akhir kata kami mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang

kurang berkenan.

Jakarta, 6 April 2014

Penyusun

Page 3: Persepsi Sosial - doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda antara individu yang satu

dengan individu yang lainnya. Dari perbedaan karakter-karakter itu, manusia tidak

dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain untuk saling mendukung dan

membantu, itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk social. Sebagai makhluk

social kita harus beradaptasi, mampu mengerti, dan mampu memahami maksud dari

perbuatan orang lain. Disinilah dibutuhkan sebuah persepsi social.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :

1. Apa pengertian Persepsi Sosial ?

2. Bagaimana proses pembentukan Persepsi?

3. Bagaimana proses Persepsi Sosial?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Sosial?

5. Apa saja macam- macam Persepsi Sosial ?

C. Tujuan Makalah

Makalah ini kami buat untuk untuk memenuhi apa yang menjadi tugas kami

sebagai mahasiswa psikologi dalam mata kuliah Psikologi Sosial yang membahas

tentang “Persepsi Sosial” dimana kami mampu mengerti bagaimana proses persepsi

social terjadi, faktor apa yang mempengaruhi persepsi social, serta macam-macam

persepsi social itu sendiri.

Page 4: Persepsi Sosial - doc

BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Persepsi Sosial

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang

ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Di

dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah

pemahaman. Pemahaman ini yang kurang lebih disebut persepsi. Sebelum terjadi

persepsi pada manusia, diperlukan sebuah stimuli yang harus ditangkap melalui organ

tubuh yang bisa digunakan sebagai alat bantu untuk memahami lingkungannya. Alat

bantu itu dinamakan alat indra. Indra yang saat ini diketahui secara universal adalah

hidung, mata, telinga, lidah, dan kulit. Alat indra merupakan penghubung antara

individu dengan dunia luarnya.

Sebagai contoh pada seorang bayi yang baru lahir, bayangan – bayangan yang

sampai ke otak masih tercampur aduk sehingga bayi belum dapat membeda-bedakan

benda-benda dengan jelas. Semakin besar anak itu, semakin baik struktur susunan

syaraf dan otaknya, serta bertambahnya pengalaman anak tersebut. Dia mulai dapat

mengenal banyak objek satu-persatu, membedakan antara satu benda dengan benda

yang lainnya dan mengelompokan benda-benda yang berdekatan atau serupa. Dia mulai

dapat memfokuskan perhatiannya pada satu objek, sedangkan objek-objek yang lain si

sekitarnya dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk membeda-bedakan,

mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya diinterpretasikan

disebut persepsi.

Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk

dipahami, jadi melalui persepsi sosial kita berusaha mencari tahu dan memahami orang

lain. Lebih khususnya lagi, dengan persepsi sosial kita berusaha (1) Mengetahui apa

yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan orang

lain; (2) Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekpresi wajah,

tekanan suaram gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka; (3)

Menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan

dan pembacaan terhadap orang tersebut (Sarlito dan Eko, 2009).

Page 5: Persepsi Sosial - doc

Robbins (Dr. Fattah Hanurawan, 2010), mengemukakan bahwa persepsi sosial

adalah proses dalam diri seseorang yang menunjukan organisasi dan interpretasi

terhadap kesan-kesan inderawi, dalam usaha untuk memberi makna terhadap orang lain

sebagai objek persepsi.

Menurut Moskowitz dan Ogel (dalam Walgito, 2003:54) persepsi merupakan

proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan

demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu

sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated

dalam diri individu.

Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003:445) persepsi dalam arti sempit adalah

penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas

persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu.

Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2002:94) adalah proses

pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah

penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat

untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Dalam hal persepsi mengenai

orang itu atau orang-orang lain untuk memahami orang dan orang-orang lain, persepsi

itu dinamakan persepsi social dan kognisinya pun dinamakan kognisi social.

Dalam Persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui yaitu keadaan dan

perasaan orang lain saat ini, di tempat ini melalui komunikasi non-lisan (kontak mata,

busana, gerak tubuh, dan sebagainya) atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang

ada dibalik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi, dan sebagainya) yang

diperkirakan menjadi penyebab dari kondisi saat ini. Hal yang terakhir ini bersumber

pada kecenderungan manusia untuk selalu berupaya guna mengetahui apa yang ada di

balik gejala yang ditangkapnya dengan indra (Sarwono, 2002:95)

Page 6: Persepsi Sosial - doc

II. Proses Pembentukan Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus

mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan

proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan

oleh syarat sensoris ke otak. Proses ini yang disebut proses fisiologis. Kemudian

terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu meyadari apa yang

dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak

atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagi pusat psikologis. Dengan

demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu

meyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang

diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses

terakhir dari persepi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dan

persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk ( Walgito, 2004 :

90 ).

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam

persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukan bahwa individu tidak hanya

dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang

ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Tidak semua stimulus mendapatkan respon

individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan

respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.

Kemudian berkaitan dengan proses persepsi, seperti yang terungkap dari

definisi persepsi yang dikemukakan Robbin (2001) bahawa persepsi merupakan suatu

proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan

indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Proses ini terdiri dari

proses seleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan. Adapun ketiga proses ini

berjalan secara terus menerus, saling berbaur dan saling mempengaruhi satu sama

lainnya. ( Robbin, 2001 : 88 ).

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Davidoff (1981), stimulus yang diterima

melalui alat inderanya kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, segingga individu

meyadari dan mengerti tentang apa yang di indera itu. Inilah yang disebut persepsi.

(Walgito, 1997 : 53).

Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, disini

berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yg dipilihnya dan diterima

individu, individu meyadari dan memberi respon sebagai reaksi terhadap stimulus

Page 7: Persepsi Sosial - doc

tersebut.

III.Proses Persepsi Sosial

Persepsi orang sebagai semacam proses yang relative rasional dalam mengambil

informasi tentang orang lain dan mengorganisasikannya berdasarkan prinsip tertentu.

Tujuan dan perasaan kita terhadap orang lain juga memengaruhi pandangan kita tentang

informasi yang kita kumpulkan mengenai orang lain. Salah satu factor yang

memengaruhi cara kita mengumpulkan informasi tentang orang lain adalah tujuan kita

dalam berinterkasi dengan mereka. Psikolog telah mempelajari tujuan dan dampak

tujuan persepsi seseorang melalui sebuah eksperimen, seperti meminta partisipan untuk

membentuk kesan yang koheren tentang orang lain ( tujuan membentuk kesan) atau

untuk mengingat beberapa informasi terpisah (tujuan mengingat). Secara umum, dalam

rangka membuat kesan, orang membentuk kesan tentang orang lain secara lebih tertata

apabila tujuannya adalah untuk mengingat informasi saja (Matheson, Holmes, &

Kristiansen, 1991).

Dalam buku Sarwono, Sarlito W. 2002 diambil contoh (Diringkas dari cerpen

karangan Putu Wijaya dalam Pelajaran Mengarang, Cerpen Pilihan, Kompas, 1993)

Bule dan orang Bali ini adalah dua sahabat lama. Ketika si Bule tertirah

di Bali, Wayan banyak memberikan petunjuk dan suka mengantarkan si Bule

melihat objek-objek menarik yang bukan pasaran turi. Antara mereka sudah

terjalin persahabatan.

“Mister John sudah seperti saudara meskipun warga kulit lain. Pak John

sudah makan dan tidur di rumah saya yang sederhana. Saya merasa salah kalau

tidak sempat melihat Mister John sebelum berangkat,” tulis Wayan kepada John

yang tinggal di Jakarta dan akan segera kembali ke negerinya.

John jadi terenyuh. Ia membelikan tiket untuk Wayan. Tetapi ketika

Wayan datang, ia tidak sendiri. Ia ditemani oleh keponakannya, seorang anak

muda. Wayan mengaku tidak berani ke Jakarta sendiri, takut tersesat.

Mister John kaget. Ia menganggap itu di luar perencanaannya, khususnya

perencanaan budgetnya. Tetapi, karena Wayan mengeluh terus tentang pinjaman

uang ke tetangga-tetangganya untuk ongkos tiket keponakannya ini, John

akhirnya bersedia mengganti ongkos tiket itu. Ia tak mau kegembiraan Wayan

terganggu.

Page 8: Persepsi Sosial - doc

Dalam kutipan cerita pendek di atas, misalnya, John mempersepsikan Wayan

sebagai pribumi yang ramah, mengajaknya makan dan tidur di rumahnya, mengajaknya

jalan-jalan ke tempat yang bukan pasaran turis dan ia menyimpulkan bahwa perilaku

Wayan itu disebabkan oleh sifatnya yang baik hati. Oleh karena itu, John

mengatribusikan Wayan sebagai orang yang baik hati. Akan tetapi, atribusi itu berubah

setelah ada informasi tambahan sehingga akhirnya John menganggap Wayan sebagai

orang yang menyusahkan saja. Demikian juga, Wayan mempersepsikan John sebagai

bule yang tidak sombong, yang mau diajak makan dan tidur di rumahnya yang

sederhana, karena itu atribusi yang diberikan Wayan kepada John adalah baik hati dan

mungkin juga murah hati. Akan tetapi, setelah Wayan ke Jakarta, ternyata John tidak

mau membelikan tiket untuk keponakannya dan menyuruhnya pulang cepat-cepat.

Simpulan Wayan adalah perilaku John disebabkan oleh sifatnya yang menjajah orang

dan itulah atribusi yang diberikan Wayan kepada John di akhir kisah.

Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung

sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Perilaku membunuh,

misalnya, dapat dianggap kelakuan penjahat yang sadis, bela diri atau kepahlawanan.

Sapaan seorang pria kepada rekan wanitanya dengan menyentuh punggungnya,

misalnya, dapat dianggap pelecehan seksual oleh wanita, walapun pria yang

bersangkutan hanya menganggapnya sebagai keramah-tamahan biasa.

Persepsi sosial kadang-kadang serupa, sama atau seragam, sementara kadang-

kadang juga berbeda. Dijelaskan oleh Kenny (1994) bahwa ada perbedaan antara

persepsi tentang orang (person perception), yaitu 1) objeknya lebih abstrak, (lebih

hipotetis) sehingga orang cenderung memberi persepsi yang sama; 2) objeknya lebih

konkret atau merupakan pengalaman pribadi. Dalam hubungan antara pribadi yang

lebih konkret itu lebih banyak faktor yang berpengaruh, seperti motif, perilaku kita

sendiri terhadap orang lain yang kemudian mempengaruhi perilaku orang tersebut tentu

saja proses kognitif itu sendiri yang menjadi lebih majemuk.

Selain perbedaan persepsi menurut Kenny, faktor perbedaan kepribadian juga

berpengaruh terhadap persepsi sosial, misalnya ekstroversi dan introversi (Ambudy

dkk.,1995), kesadaran akan diri sendiri, rasa malu, dan cemas (Schroeder,1995),

kemampuan social dan tingkat kecemasan (Tur & Bryan, 1993).

Persepsi sosial berbeda dari persepsi pada umumnya, yaitu persepsi sosial

sangat menggantungkan diri pada komunikasi. Persepsi seseorang tentang orang lain

sangat bergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya. Komunikasi yang

Page 9: Persepsi Sosial - doc

dimaksud tidak berti hanya komunikasi lisan (percakapan), tetapi juga komunikasi

nonlisan (gerak, tubuh, ekspresi, wajah, dan sebagainya). Komunikasi nonlisan jauh

lebih bermakna daripada komunikasi lisan dalam persepsi sosial.

Contohnya adalah dalam bertelpon. Kalau yang menerima telepon adalah mesin

penjawab otomatis (answering machine) atau suara komputer, maka kita hanya bisa

menerima informasi belaka (“Halo, kami sedang tidak di rumah, titipkan pesan Anda

setelah terdengar nada bip” atau “Terima kasih Anda telah menggunakan jasa PT

TELKOM. Untuk mengetahui rekening Anda bulan lalu, silakan tekan satu...., dan

seterusnya”). Tidak ada atribusi yang dapat kita simpulkan dari komunikasi sejenis ini,

yaitu apakah suara mesin atau komputer itu marah atau ramah tidak dapat ditetapkan

sama sekali. Sebaliknya, jika dua orang bertatap muka, walapun tidak biacara

sekalipun, dapat timbul atribusi-atribusi tertentu, yaitu apakah orang itu tersenyum atau

mengedipkan mata, atau wajahnya cemberut, dan sebagainya semuanya itu

mennyebabkan kita dapat memperkirakan atribusi di balik perilaku. Apalagi antara dua

orang yang berpacaran. Biar diam seribu bahasa, dua pasang mata yang berpandangan

dapat menjadi pengungkap rasa. Dengan demikian, kalaupun atribusi terjadi

komunikasi lisan, penyimpulan atau perkiraan atribusi bukan didasarkan oleh isi

ucapan-ucapan lisan semata, melainkan karena perilaku yang menyertai komunikasi

lisan itu. Dalam kasus cerpen di atas, misalnya, John mengatribusikan Wayan sebagai

pribumi yang wataknya jelek bukan karena kata-katanya semata, melainkan karena

selama Wayan tinggal di rumah John ia tidak pernah menanyakan keadaan John dan

tiba-tiba ia membawa keponakannya tanpa persetujuan John.

Dalam percakapan telepon (tanpa tatap muka) jika percakapan itu terjadi secara

langsung antarpribadi, terjadi proses saling memberi atribusi. Akan tetapi, bukan

berdasarkan isi percakapan, melainkan berdasarkan nada suara, tekanan suara, tarikan

napas, teriakan kecil, tangisan, keluhan, tawa, dan isyarat-isyarat nonlisan lainnya.

Komuniaksi lisan sering kali kurang dapat dipercaya dibandingkan dengan

komunikasi nonlisan. Oleh karena itu, di kalangan pemuda-pemudi yang sedang

dirundung asmara ada istilah “rayuan gombal” atau “janji palsu” atau “berani sumpah

tapi takut mati”.

Namun demikian, jangan disangka bahwa komunikasi lisan sudah pasti

mencerminkan keadaan diri seseorang secara benar seratus persen. Friesen (1972),

misalnya, pernah membuat penelitian terhadap sekelompok mahasiswa Jepang dan

Amerika. Mereka dipertunjukkan dua buah film, yaitu film tentang penyikasaan

manusia dan film biasa. Kelompok pertama dari mahasiswa Jepang dan Amerika

Page 10: Persepsi Sosial - doc

melihat film di antara mereka sendiri (tanpa kehadiran dosen), sedangkan kelompok

kedua menontonya dengan dihadiri dosen. Selama mereka menonton, wajah mereka

direkam dengan video. Hasilnya cukup menakjubkan. Pada kelompok yang tidak

dihadiri dosen, mahasiwa Jepang dan Amerika sama-sama menunjukkan ekspresi wajah

muak sewaktu menonton film penyiksaan. Sebaliknya, pada kelompok kedua yang

menonton bersama dosennya, mahasiswa Amerika tetap memperlihatkan wajah muak,

sementara siswa-siswa Jepang tenang-tenang saja malah tersenyum-senyum. Jelaslah

bahwa walapun emosi mungkin sama pada semua orang tetapi cara mengekspresikan

emosi berlainan antara satu kebudayaan dan kebudayaan lain.

Jadi, kita pun harus berhati-hati dalam memberikan atribusi pada suatu perilaku.

Seorang kasir tokoh swalayan yang tersenyum kepada setiap pelanggan, belum tentu

benar-benar berhati-hati ramah karena mungkin senyum hanya karena tugas

pekerjaannya saja. Sebaliknya, seorang satpam yang membentak anak-anak kampung

agar keluar dari kawasan pertokoan yang dijaganya, belum tentu berhati bengis

terhadap anak-anak.

Penelitian lainnya adalah dampak proses persepsi sosial dalam perkawinan,

misalnya, dampak kita lihat dalam penelitian terhadap 44 pasangan suami-istri di

Norwegia. Hasil penelitian membuktikan bahwa pasangan yang dapat saling mengerti

melalui komunikasi dan sama-sama merasa dapat saling mempengaruhi (meminta

pasangannya untuk melakukan hal tertentu dan benar-benar dilakukan oleh

pasangannya) akan mempunyai lebih sedikit masalah daripada pasangan-pasangan yang

lebih egosentris (kurang mau mendengar pihak lain) (Wichstrom & Holte, 1993)

Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu

berperilaku tertentu. Menurut Myers (1996) kecenderungan member atribusi di

sebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan sesuatu (sifat ilmuwan pada

manusia) termasuk apa yang ada di balik perilaku orang lain tersebut.

Page 11: Persepsi Sosial - doc

IV. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial

Menurut Stephen P. Robbin (1989) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa faktor utama yang memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi

sosial seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor penerima (the perceiver berupa

attitude, motive, interest, experience, dan expectation), situasi (the situation berupa

work setting dan social setting), dan objek sasaran (the target berupa novelty

motion, sound, size, background dan proximity).

1. Faktor Penerima (the perceiver attitude, motive, interest, experience, dan

expectation.)

Pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh

karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantara karakteristik kepribadian

utama itu adalah konsep diri, nilai dan sikap, pengalaman di masa lampau, dan

harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya.

Seseorang yang memiliki konsep diri (self concept) yang tinggi dan

selalu merasa diri secara mental dalam keadaan sehat, cenderung melihat orang

lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistic, dibandingkan

seseorang yang memiliki konsep diri rendah. Orang yang memegang nilai dan

sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi sosial yang berbeda dengan orang

yang memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman di masa lalu sebagai bagian

dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi seseorang. Harapan-

harapan sering kali memberi semacam kerangka dalam diri seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap orang lain ke arah tertentu.

2. Faktor Situasi (the situation work setting dan social setting)

Definisi situasi adalah makna yang diberikan individu terhadap suatu

keadaan atau interpretasi individu terhadap faktor-faktor sosial yang ditemui

pada ruang dan waktu tertentu. Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi

sosial dapat dipilah menjadi tiga, yaitu:

Seleksi Seseorang akan lebih memusatkan perhatiannya pada objek-objek

yang dianggap lebih disukai, ketimbang objek-objek yang tidak disukainya.

Proses kognitif ini disebut dengan seleksi informasi tentang keberadaan suatu

objek, baik yang bersifat fisik maupun sosial.

Page 12: Persepsi Sosial - doc

Kesamaan Kesamaan adalah kecenderungan dalam proses presepsi sosial

untuk mengklasifikasikan orang-orang ke dalam suatu katagori yang kurang

lebih sama. Seperti berlatar belakang jenis kelamin, status sosial, dan etnik.

Organisasi Dalam proses persepsi sosial, individu cenderung untuk

memahami orang lain sebagai objek persepsi ke dalam sistem yang bersifat

logis, teratur, dan runtun. Pemahaman sistematik semacam itu biasa disebut

dengan organisasi perceptual.

Para ahli psikologi sosial memandang situasi sebagai keseluruhan faktor yang

dapat mempengaruhi perilaku individu pada ruang dan waktu tertentu.

Definisi situasi adalah makna yang diberikan individu terhadap suatu keadaan

atau interpretasi individu terhadap faktor-faktor sosial yang ditemui pada ruang

dan waktu tertentu. Para ahli sosiologi menyimpulkan bahwa apabila manusia

mendefinisikan situasi sebagai sesuatu yang bersifat nyata, maka itu akan

menjadi nyata dalam konsekuensi perilakunya.

3. Faktor Objek (the target novelty motion, sound, size, background dan

proximity)

Dalam persepsi sosial secara khusus, objek yang diamati itu adalah

orang lain. Ada empat ciri yang terdapat dalam diri objek yang dapat memberi

pengaruh terhadap terbentuknya persepsi sosial, yaitu:

Keunikan Ciri-ciri unik yang terdapat dalam diri seseorang adalah salah satu

unsur penting yang menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan

perhatiannya.

Kekontrasan Seseorang akan lebih mudah dipersepsi orang lain terutama

apabila ia memiliki karakteristik berbeda disbanding lingkungan fisik maupun

sosialnya.

Ukuran dan intensitas yang terdapat dalam diri objek Dalam konteks ini,

seorang Miss world dengan ukuran fisik tertentu dan wajah cantik akan lebih

mudah menmbulkan kesan pada orang lain ketimbang apabila seseorang melihat

gadis-gadis pada umumna.

Kedekatan (proximity) objek dengan latar belakang sosial orang lain.

Orang-orang dalam suatu departemen tertentu akan cenderung untuk

diklasifikasikan sebagai memiliki ciri-ciri yang sama karena hubungan yang

dekat di antara mereka.

Page 13: Persepsi Sosial - doc

Gambar 1: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Sumber: Stephen P. Robbin.(2001). Organizational Behavior, Theory, Concept,

Design and Application (Hadyana Pujaatmaka & Benyamin Molan. 2006:73)

Faktor-faktor yang terdapat dalam diri pemersepsi (perceiver) yaitu sbb. :

1. Sikap (attitude), diartikan sebagai pernyataan evaluatif, yang dapat

dipengaruhi oleh nilai yang dianut seseorang terhadap suatu objek yang dapat

mempengaruhi persepsi.

2. Motif (motive), sebagai suatu keinginan atau kebutuhan seseorang.

3. Interest, sesuatu yang sangat diperhatikan seseorang. Dapat dipengaruhi oleh

pengalaman atau latar belakang orang tersebut.

4. Experience, pengalaman dapat mempengaruhi salah satu dari objek atau

peristiwa yang sangat diperhatikat oleh seseorang.

5. Expectation, harapan-harapan (pengharapan) seseorang terhadap sesuatu yang

dapat sesuatu yang dapat mempengaruhi persepsi.

(Hadyana Pujaatmaka & Benyamin Molan. 2006: 74-75)

SITUATION Time Work Setting Social Setting

TARGETNovelty, Motion Sounds, Size, Background, Proximity

PERCEPTION

PERCEIVER Attitude, Motive, Interest Expectation, Experience

Page 14: Persepsi Sosial - doc

V. Macam – Macam Persepsi Sosial

Secara garis besar persepsi manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu

(Mulyana, 2005: 171-176): persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi

terhadap manusia (interpersonal).

a) Persepsi Objek (lingkungan fisik)

Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) merupakan sebuah proses

persepsi yang menggunakan benda sebagai objek, bukan manusia. Stimulus

yang ditangkap bukan dari komunikasi nonverbal, melankan dari gelombang

cahaya, gelombang suara, temperatur, dll. sifat- sifat luar, sedangkan persepsi

terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan,motif,

harapan, dan sebagainya). Orang akan mempersepsi anda pada saat anda

mempersepsi mereka. Dengan kata lain, persepsi terhadap manusia bersifat

interaktif. Objek yang kita persepsi tidak memberikan reaksi kepada kita dan

kita juga tidak memberikan reaksi emosional kepada objek tersebut, dan objek

yang kita jadikan sebagai bahan persepsi relatif tetap.

b) Persepsi terhadap manusia (interpersonal)

Persepsi terhadap manusia merupakan proses presepsi dimana manusia

merupakan objeknya. Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang verbal

maupun nonverbal. Reaksi dari yang dipersepsi ada kemungkinan bias, karena

manusia selalu berubah-ubah.

Page 15: Persepsi Sosial - doc

PERILAKU MENYIMPANG DAN

NORMA NORMA SOSIAL

Tidak mungkin untuk membahas perilaku menyimapang tanpa menyinggung

mengenai norma norma sosial, karena dalam menetapkan atau mengukur perilaku

menyimpang norma norma sosial di pergunakan sebagai standar atau unit terhadap

mana kelakuan tertentu di tetapkan atau di ukur.

Sumner, W.G (1966), tokoh sosiologi dari Amerika di anggap sebagai orang

yang pertama kali menyatakan bahwa “the mores can make anything right”. Pertanyaan

sering kali di kutip oleh ahli ahli sosial yang membahas perilaku menyimpang. Dalam

hubungan pernyataan tersebut di atas dapat pula di katakan bahwa mores atau norma

dapat pula menentukan suatu tindakan “tidak baik” atau “menyimpang”.

Defenisi normatif yang demikian di tambah pula adanya variasi dari norma

norma sosial dari zaman ke zaman dan di dalam lingkungan masyarakat dan

kebudayaan, menyebabkan bahwa tidaklah mungkin untuk membahas perilaku

menyimpang dalam peristilahan yang absolut. Karena apa yang di anggap berdosa dan

jahat dalam masyarakat tertentu lain dapat pula di nyatakan sebagai sesuatu yang lain

pada zaman atau di dalam lingkungan sosial yang berbeda. Contoh: mereka yang dio

dalam zaman kolonial Belanda dianggap sebagai pemberontak di angkat menjadi

pahlawan nasional pada zaman merdeka.

Norma-norma sosial adalah apa yang harus dan di larang di dalam suatu

masyarakat dan kebudayaan tertentu. Norma norma tersebut di ciptakan dan terbentuk

karena individu sebagai anggota masyarakat dan kebudayaan tersebut saling

berhubungan atau berinteraksi, sebaliknya norma norma tersebut selanjutnya

mengarahkan, menyalurkan dan mebatasi hubungan hubungan antara anggota

masyarakat maupun dengan orang orang lain pada umumnya.

Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi dari norma norma sosial

bagi kehidupannya. Salah satu sebabnya adalah karena norma norma menjadi bagian

yang integral dari pri badi seseorang sehingga tidak lagi di persoalkan oleh orang yang

bersaangkutan. Artinya individu jarang sering memikirkan norma norma yang di

milikinya kecuali bila ia merasa bahwa dalam kontak dengan orang lain norma norma

tersebut mendapat tantangan.atau pada saat ia berhadapan dan berinteraksi dengan

orang yang memiliki norma norma yang berbeda mungkin orang asing, pemberontak,

”hippie”dan lain sebagainya.

Page 16: Persepsi Sosial - doc

Pemusatan dari norma norma sosial dengan cara yang sama dapat pula di

ketahui dalam pranata sosial lainnya seperti: pendidikan, agama, polotik, hukum, dan

yang mengatur kegiatan kegiatan ekonomis (Newman,1975).

Apresiasi terhadap norma norma sosial dapat secara dogmatis (umpamanya:

dalam masyarakat yang tradisionil di mana norma norma biasanya lebih sederhana

sehingga kemungkinan kemungkinan yang tersedia bagi kelakuan individu lebih

terbatas pula sifatnya) Orientasi individuil terutama dapat terjadi di dalam lingkungan

masyarakat di mana sistem normatif yang berlaku telah menjadi lebih kompleks

khususnya terdapat di dalam masyarakat di mana kehidupan keluarga, kehidupan

ekonomis,dan pendidikan tidak lagi merupakan suatu keseluruhan yang saling

berhubungan erat dan terintegrasi serta mungkin sekali tidak selalu konsisten dari satu

pranata sosial yang lain.

Kekaburan batas tersebut dapat di sebabkan antara lain karena :

Pergeseran aturan normatif yang berhubungandengan kurang berfungsinya norma

norma tradisionil dan terciptanya norma norma baru.

Adanaya konflik normatif yang berhubungan dengan keadaan lingkungan yang

mempunyai tuntutan dan pengharapan yang tidak saling menyambung bagi individu

yang harus mengisi berbagai peranan.

Adanya norma norma yang tidak mempunyai sanksi dan tidak dapat berfungsi.

Adanya norma norma yang berfungsi sebagai: safety Valve

Pengalaman dan tingkahlaku merupakan kesatuan ;apa yang di lakukan

seseorang (sebagai ucapan,ekspresi atau kegiatan) tidak terlepas dari cara caranya

mempersepsikan situasi,mengapresiasikan atau apa yang ia ingat mengenai hal hal yang

ia hadapi.

Persepsi seseorang merupakan suatu proses yang aktif di mana yang memegang

peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga sebagai keseluruhan

dengan pengalaman pengalamannya ,motivasinya dan sikap sikap yang relevan

terhadap stimulus tersebut.

Oleh OSKAMP (1972) di kemukan 4 karakteristik penting dari faktor faktor pribadi

dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi kita:

1. Faktor ciri-ciri khas dari obyek stimulus yang terdiri antara lain dari nilai, arti,

familiaritas, dan intensitas.

2. Faktor faktor pribadi: termasuk di dalamnya ciri khas individu seperti tarap

kecerdasannya, minatnya, emosionalisnya, dan lainsebagainya.

Page 17: Persepsi Sosial - doc

3. Faktor pengaruh kelompok artinya respon orang lain dapat memberi arah ke suatu

tingkah laku konform.

4. Faktor perbedaan latar belakang kulturil.

Page 18: Persepsi Sosial - doc

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Persepsi terjadi dimulai dari adanya objek yang menimbulkan stimulus

mengenai alat indera. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses

kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh

syarat sensoris ke otak. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran

sehingga individu meyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang

diraba. Dari individu meyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang

didengar, atau apa yang diraba itu merupakan dari proses persepsi. Persepsi social

merupakan persepsi orang sebagai semacam proses yang relative rasional dalam

mengambil informasi tentang orang lain dan mengorganisasikannya berdasarkan

prinsip tertentu. Tujuan dan perasaan kita terhadap orang lain juga memengaruhi

pandangan kita tentang informasi yang kita kumpulkan mengenai orang lain.

Page 19: Persepsi Sosial - doc

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito W. 2002. Psikologi Sosial, Individu Dan Teori Teori Psikologi Sosial.

Balai Pustaka: Jakarta

Taylor, Shelley E, dkk. 2009. Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas. Kencana: Jakarta

Sadli, Sarinah. 1927. Persepsi Sosial, Mengenai Perilaku Menyimpang. Lahir Tegal

Sari,Jawa Tengah

Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press

Robbin, Stephen P. 2001. Organization Theory : Structure, Design and Applications,

(Terjemahan Hadyana Pujaatmaka, Benyamin Molan.2006) Jakarta : Prenhallindo.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia