persepsi perawat tentang pemenuhan

8
PERSEPSI PERAWAT TENTANG PEMENUHAN PELAKSANAAN HAND HYGIENE PERAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 1

Upload: nicky-adi-saputra

Post on 26-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jknjnj

TRANSCRIPT

PERSEPSI PERAWAT TENTANG PEMENUHAN

PELAKSANAAN HAND HYGIENE PERAWAT DI INTENSIVE

CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA UNIT 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kulit manusia merupakan salah satu satu tempat keberadaan mikroorganisme.

Dalam WHO Gudlines on Hand Hygiene in Health Care (2009) diketahui bahwa lapisan stratum corneum terdapat mikroorganisme yang tergolong resident flora. Resident flora pada tangan tersebut memiliki fungsi perlindungan yaitu berkompetisi untuk mendapatkan nutrien dalam ekosistem dan sebagai pelawan mikroba. Resident flora ini, secara umum tidak begitu dikaitkan dengan infeksi yang terjadi, namun resident flora dapat menyebabkan infeksi pada bagian tubuh yang steril, pada non-intact skin atau pada mata.

Diketahui juga dalam jurnal yang sama, selain resident flora, terdapat juga mikroorganisme yang mendiami lapisan luar dari kulit yang tergolong trancient flora. Mikroorganisme ini biasanya mampu bertahan dan berlipat ganda secara sporadis pada permukaan kulit walaupun tidak berlipat ganda pada kulit. Mikroorganisme ini dapat dihilangkan melalui hand hygiene secara rutin. Mikroorganisme yang tergolong trancient flora diperoleh petugas kesehatan saat kontak langsung dengan pasien atau dengan kontak langsung lingkungan yang sudah terkontaminasi. Mikroorganisme dri trancient flora ini yang biasa dikaitkan dengan kejadian infeksi nosokomial

Sumber utama kontaminasi silang di rumah sakit adalah perpindahan mikroorganisme dari tangan petugaas kesehatan (Akyol, 2005). Pada jurnal yang ditulis Oguz Karabay dkk (2005) diketahui bahwa petugas kesehatan akan melakukan kontak secara langsung dari satu pasien ke pasien yang lain. Selain itu petugas kesehatan juga akan melakukan kontak pada perlengkapan serta permukaan benda yang telah mengontaminasi tangan perawat. Meningkatnya resiko infeksi pada pasien ditingkatkan oleh kontaminasi silang yang terjadi selama perawatan pasien (Horton dan Parker, 2002).

Berdasarkan pendapat dari Weinstein RA (1998) infeksi nosokomial menjadi masalah yang penting di seluruh dunia, karena selain menghabiskan dana yang cukup besar infeksi nosokomial dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Boyce (1999) juga berpendapat bahwa infeksi nosokomial memberikan kontribusi yang besar terhadap angka kesakitan dan diperkirakan menyebabkan 80.000 kematian di Amerika Utara setiap tahun. Diketahui rentang kejadian infeksi nosokomial mulai 4,6% hingga 50,7%, bahkan sampai 74,3% di spanyol dari penelitian selama dekade-dekade lalu (Xue dkk,2010). Dalam jurnal yang sama juga diketahui bahwa di negara berkembang kejadian infeksi nosokomial 3-20 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian infeksi nosokomial di negara maju. Hal tersebut menunjukkan bahwa kejadian infeksi nosokomial masih cukup banyak dan perlu dilakukan antisipasi agar kejadian infeksi berkurang dan bahkan tidak terjadi lagi.

Ruang intensif merupakan tempat yang disediakan untuk pasien dengan resiko tinggi yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Ancaman utama bagi perawat yang berada di departemen-departemen yang menangani pasien resiko tinggi adalah infeksi nosokomial dan salah satu departemen yang menangani pasien dengan resiko tinggi adalah Intensive Care Unit (ICU). Dalam ruang intensif sekalipun masih terdapat kejadian infeksi nosokomial. Pasien yang masuk ke ICU merupakan pasien yang memiliki infeksi dengan angka sekitar 20 % dari pasien. Ditambah lagi di ICU beberapa pasien memperoleh infeksi, kejadian infeksi akan memperpanjang hari rawat pasien di ICU dan meningkatkan penggunaan sumber daya di ICU. Lama hari rawat bisa meningkat hingga sepuluh hari. Selain itu akan terjadi pula peningkatan biaya rawat inap di rumah sakit (JI dkk.2009). Ji dkk (2009) juga mencatat tingkat kejadian infeksi berkisar pada 3-18% dan tingkat kejadiannya bisa mencapai 54% di ICU. dalam jurnal yang berjudul Retrospective Analysis Of Nosocomial Infection In Intensive Care Unit Of a Tertiary Hospital In China During 2003 and 2007 diketahui bahwa kejadian infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat inap di beberapa negara industri, sekitar 2-12%. Bahkan angka kejadian infeksi ini di beberapa negara industri tersebut meningkat di ICU hingga 21%.

Dalam WHO Guidline on Hand Hygiene in Healt Care (2009) terdapat pendapat Pittet D (2006) mengenai lima tindakan sehingga dapat terjadi perpindahan kuman pada tangan yang terkontaminasi. Lima hal tersebut yaitu adanya organisme pada kulit pasien atau menyebar pada benda di sekitar pasien. Organisme tersebut berpindah pada tangan petugas kesehatan, lalu organisme bertahan beberapa menit pada tangan petugas kesehatan, hand hygiene tidak terpenuhi atau hilang sama sekali, atau pelaksanaan hand hygiene yang tidak tepat, lalu terdapat kontak langsung tangan petugas kesehatan pada pasien lain atau lingkungan pasien yang selanjutnya berkontak langsung dengan pasien. Pada penelitian-penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara pelaksanaan cuci tangan dengan infeksi nosokomial (Yong dan Li,2006). Melihat hal tersebut peneliti memperkirakan bahwa program hand hygiene yang merupakan sebuah langkah efektif untuk mencegah infeksi nosokomial masih belum berjalan sesuai dengan prosedur di rumah sakit.

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui persepsi perawat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan pelaksanaan hand hygiene perawat di ICU Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui pelaksanaan hand hygiene perawat di ruang ICU Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta apakah sudah sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh standar WHO.

2) Mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hand hygiene yang ditemukan peneliti-peneliti terdahulu juga mempengaruhi pemenuhan pelaksanaan hand hygiene di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1. Bagi peneliti

Untuk memenuhi salah satu persyaratan Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti, mengasah kemampuan penelitian, serta lebih mengetahui persepsi perawat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hand hygiene perawat dan pelaksanaan hand hygiene perawat, serta infeksi nosokomial.

1.3.2. Bagi RS.PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Dengan mengetahui persepsi perawat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan pelaksanaan hand hygiene perawat di ICU RS.PKU Muhammadiyah Yogyakarta maka dapat dilakukan upaya agar pemenuhan pelaksanaan hand hygiene perawat terus optimal. Dengan begitu dapat diketahui program lanjutan yang sebaiknya dilaksanakan ke depan agar hand hygiene di rumah sakit dapat terlaksana dengan baik dan dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial

1.3.3. Bagi Program Magister Manajemen Rumah Sakit

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk evaluasi pendidikan. Selain itu penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan informasi dalam rangka pengembangan proses belajar mengajar.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi perawat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan pelaksanaan hand hygiene perawat di ICU RS.PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara pada perawat yang bertugas di ruang ICU RS.PKU Muhammadiyah. Namun sebelumnya, peneliti akan melakukan survei secara langsung untuk melihat kesesuaian waktu pelaksanaan cuci tangan perawat di ruang ICU RS.PKU Muhammadiyah dengan prosedur yang ditetapkan oleh WHO. Selain itu peneliti juga melakuakan observasi terhadap fasilitas hand hygiene di ICU Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.