persepsi pasien unit rawat inap terhadap kualitas...
TRANSCRIPT
PERSEPSI PASIEN UNIT RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS
PELAYANAN ROHANI DAN MOTIVASI KESEMBUHAN
DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TAMAN PURING TAHUN 2017
(Studi Kasus Pasien Tuberkulosis dan Stroke)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
DINDA APRILIANI
NIM : 1113101000015
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2017
ii
iii
iv
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Desember 2017
Dinda Apriliani, NIM : 1113101000015
PERSEPSI PASIEN UNIT RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS
PELAYANAN ROHANI DAN MOTIVASI KESEMBUHAN DI RUMAH
SAKIT MUHAMMADIYAH TAMAN PURING TAHUN 2017
xvii+ 140 halaman, 7 tabel, 3 bagan, 1 lampiran
ABSTRAK
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring (RSMTP) memiliki fasilitas
penunjang yaitu pelayanan rohani. Tujuan pelayanan rohani yaitu untuk
menghasilkan suatu perubahan, perbaikan kesehatan, dan kebersihan jiwa dan
mental.
Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus
pada pasien penyakit tuberkulosi dan penyakit stroke unit rawat inap di RSMTP
menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.
Dengan informan pasien penyakit tuberkulosis, pasien penyakit stroke, keluarga
pasien penyakit tuberkulosis dan stroke masing-masingnya sebanyak 10 orang
menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil peneitian ini menunjukan bahwa sebagian besar pasien pasien
berpendapat bahwa penampilan staff pelayanan rohani di RSMTP rapi dan sopan
serta sesuai syariat, masih kurangnya pelaksanaan pelayanan rohani yaitu pada
aspek tuntunan beribadah dan sebagian besar pasien beranggapan bahwa fasilitas
pelayanan rohani masih belum memadai khususnya masalah audio speaker dan
masih terdapat ruang rawat inap yang tidak memiliki penunjuk arah kiblat. Selain
itu, adanya pengaruh terhadap motivasi kesembuhan pasien dimana pelayananan
rohani lebih besar pengaruhnya pada pasien penyakit tuberkulosis dibandingkan
pasien penyakit stroke.
Saran yang dapat diberikan yaitu saat melaksanakan pelayanan rohani
sebaiknya petugas mengenakan jas/blazer yang disediakan pihan RSMTP,
memberikan pelayanan komperhensif sesuai dengan prosedur yang ada,
memaksimalkan fasilitas yang telah tersedia, dan lebih menmberikan pendekatan
secara personal yaitu dengan memberikan materi-materi motivasi tambahan
khususnya tentang kepercayaan diri dan penanaman rasa optimis.
Kata kunci : Pelayanan Rohani, RSMTP, Kualitas, Motivasi
Daftar bacaan : 30 (1982-2017
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
HEALTH CARE MANAGEMENT CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, Desember 2017
Dinda Apriliani, NIM : 1113101000015
PERCEPTION OF INPATIENTS FOR THE QUALITY OF SPIRITUAL
SERVICE AND MOTIVATION OF HEALING IN MUHAMMADIYAH
TAMAN PURING HOSPITAL, 2017: A DESCRIPTIVE STUDY
xvii+ 140 pages, 7 tables, 3 charts
ABSTRACT
Muhammadiyah Taman Puring Hospital has a supporting facility that is
spiritual services. The purpose of spiritual services is to bring in a change, health
improvement, and to rid a soul
This was descriptive-qualitative research with case study design of inpatients
tuberculosis and stroke diseases at RSMTP used in-depth interviews,
observations, and documents review. The informan were Patients with
Tuberculosis, Patients with Stroke Disease, Family of Tuberculosis and Stroke
Patients each of 10 people used purposive sampling technique.
The results of this study indicate that the appearance of spiritual ministry staff
in RSMTP neat and polite, the lack of the implementation of spiritual service that
is on the aspect of religious worship and service facilities is still not adequate,
especially the problem of audio speakers and there are still inpatient rooms that do
not have a Qibla direction. In addition, the patient's healing motivation where
spiritual service has greater influence on patients with tuberculosis than stroke
patients.
Suggestions that can be given are when carrying out the spiritual service
should the officer wearing jacket/blazer provided staff RSMTP, provide
comprehensive services in accordance with existing procedures, maximize the
facilities already available, and more menmberikan personal approach is to
provide motivation materials, especially about confidence and cultivation of
optimism.
Keyword : Spiritual Services, RSMTP, Quality, Motivation
Bibliography : 30 (1982-2017)
vii
RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama Lengkap : Dinda Apriliani
NIM : 1113101000015
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta,13 April 1995
Alamat Lengkap : Jalan Abuserin IV No. 28, Cilandak, Jakarta Selatan.
Agama : Islam
Telepon : 021-75903116 / 081212807579
E-mail : [email protected]
Status Pendidikan : Mahasiswa S1
Riwayat Pendidikan
2013 – sekarang : Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 - 2013 : SMAN 46 Jakarta
2007 - 2010 : SMPN 37 Jakarta
2001 - 2007 : SDN 01 Gandaria Selatan Jakarta
Pengalaman Organisasi
2015 – 2017 : Sekretaris – HACAMSA
2008-2009 ; OSIS SMPN 37 Jakarta
2006-2007 : Dokter Kecil SDN 01 Gandaria Selatan
viii
Prestasi dan Pengalaman Kerja
2011 : Duta Jakarta Stop Aids SMAN 46 Jakarta
2015 : Volunteer Jakarta Clean Up Day 2015
2016 : Top 20 Finalis Duta UIN Jakarta 2016
2017 : Magang/PKL di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis
panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Pasien Unit Rawat Inap terhadap
Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi Kesembuhan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017” ini dapat diselesaikan guna
memenuhi salah satu persyaratan matakuliah magang untuk menyelesaikan
pendidikan strata satu (S1) pada jurusan kesehatan masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, ridho, kesehatan dan nikmat Islam
kepada penulis.
2. Keluarga tercinta yaitu kedua orang tua, kakak dan kakak ipar serta keponakan
saya yang selalu mendoakan, memberikan ridho, memberi dukungan,
semangat, serta selalu memberikan kasih sayangnya yang tiada henti kepada
penulis.
3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Yardi, Ph.D Apt selaku Wakil Dekan Bidang Administasi Umum Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Fakultas Kedokteran dan Ilmu
x
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku
pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan akademik dan
pengarahan membangun dalam proses penyusunan skripsi.
7. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku pembimbing yang senantiasa
siap memberikan bimbingan akademik dan pengarahan membangun dalam
proses penyusunan proposal skripsi.
9. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, Msi, Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, Ibu
Dela Aristi, S.KM, M.KM , dan Ibu Dr. Emma Rachmawati, Dra, M.Kes
selaku penguji dalam proses pemantasan skripsi ini.
10. Wahyu Rosid, S.E.Sy. selaku koordinator pelayaan rohani Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring yang selalu memberikan masukan dan do‟a
kepada saya untuk memperlancar proses pengambilan data.
11. Seluruh pegawai Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta terutama
untuk pegawai di Unit SDI yaitu Ibu Wina Mulyaningrum, S.Sos, MM., Ibu
Melliana Ningsih, S.Kep, Bapak Saiful Amri, S.E, Mba Richa Juniarta, S.Psi,
dan ibu Rina Liestiani, S.I.Kom terimakasih atas bantuannya yang telah
membantu penulis dalam mengumpulkan informasi.
12. Teman-teman seperjuangan yaitu Sarah, Desty, Nanda, Ilmia, Faza,
Wihdaturrahmah, dan Finni yang selalu memberikan semangat dan dukungan
saat pelaksanaan penyusunan skripsi.
13. Temanku Gendis Putri Ayu Hapsari yang senantiasa memberikan semangat
dan starbucks dalam penyusunan skripsi.
14. Aisyah Dewi Nashtya dan Desi Yuliani yang selalu memberikan semangat dan
bantuan serta doa dalam penyusunan skripsi.
15. Teman-teman seperjuangan MPK 2013 yang telah memberikan semangat dan
apresiasi yang tinggi dalam penyusunan skripsi.
16. Terimakasih teman selalu berlima yaitu Dhanty, Ana, Avita, dan
Wihdaturrahmah yanng memberikan semangat.
17. Dimas Nugraha Riyadi yang selalu memberi semangat,do‟a dan menemani saat
penyusunan skripsi.
xi
18. Saudaraku Rifki Maulana yang mendukung saat pelaksanaan penyusunan
skripsi dan disetiap sidang skripsi.
19. Berbagai pihak yang membantu dalam proses pelaksanaan penyusunan skripsi
ini selesai dibuat yang belum dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun
dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan
dukungannya, penulis menyampaikan terima kasih.
Jakarta, Desember 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................ii
PANITIA SIDANG SKRIPSI............................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI...................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 9
1.3.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10
BAB II ................................................................................................................... 11
2.1. Pelayanan Rohani di Rumah Sakit ............................................................. 11
2.1.1. Definisi Pelayanan Rohani................................................................... 11
2.1.2. Tujuan Pelayanan Rohani .................................................................... 12
2.1.3. Dasar Pelayanan Rohani ...................................................................... 13
2.1.4. Metode Pelayanan Rohani ................................................................... 14
2.2. Kualitas Pelayanan Rohani ......................................................................... 16
2.3. Persepsi ...................................................................................................... 17
2.3.1. Definisi Persepsi .................................................................................. 17
2.3.2 Proses Pembentukan Persepsi ............................................................... 18
xiii
2.4. Motivasi Kesembuhan Pasien..................................................................... 22
2.4.1. Definisi Motivasi ................................................................................. 22
2.4.2. Jenis-jenis motivasi .............................................................................. 22
2.4.3. Motivasi Kesembuhan Pasien .............................................................. 24
2.5. Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan rohani dan pengaruhnya
terhadap motivasi kesembuhan pasien .............................................................. 26
BAB III ................................................................................................................. 30
3.1. Kerangka Pikir ............................................................................................ 30
3.2. Definisi Istilah ............................................................................................ 31
BAB IV ................................................................................................................. 32
4.1. Disain Studi ................................................................................................ 32
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 32
4.3. Informan Penelitian .................................................................................... 33
4.4. Instrumen Penelitian ................................................................................... 34
4.5. Sumber Data ............................................................................................... 35
4.5.1. Data Primer .......................................................................................... 35
4.5.2. Data Sekunder ...................................................................................... 35
4.6. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 36
4.7. Analisis Data ............................................................................................. 37
4.8. Penyajian Data ............................................................................................ 39
4.9. Validasi Data .............................................................................................. 40
BAB V ................................................................................................................... 42
5.1. Gambaran Umum ...................................................................................... 42
5.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ........ 42
5.1.2 Gambaran Umum Pelayanan Rohani Islam Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring ..................................................................... 43
5.2. Karakteristik Informan .............................................................................. 45
5.3. Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring .................................... 47
5.4. Persepsi pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring ............................................................... 51
5.5. Persepsi pasien terhadap fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring ................................................................ 56
xiv
5.6. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesenmbuhan pasien
tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ......... 59
BAB VI ................................................................................................................. 62
6.1. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 62
6.2. Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Taman Puring ............................................................... 62
6.3. Persepsi pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring ............................................................... 63
6.4. Persepsi pasien terhadap fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring ................................................................ 65
6.5. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesenmbuhan pasien
tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ......... 66
BAB VII ................................................................................................................ 68
7.1. Simpulan ..................................................................................................... 68
7.2. Saran .......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 75
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Istilah ........................................................................................ 31
Tabel 4.1 Triangulasi Data Penelitian ................................................................... 41
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Penelitian .......................................................... 46
Tabel 5.2 Persepsi Pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Taman Puring Tahun 2017 ............................... 50
Tabel 5.3 Persepsi Pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di
Rumah Sakit Taman Puring Tahun 2017 ............................................. 55
Tabel 5.4 Persepsi Pasien terhadap fasilitas dalam pelaksanaan pelayanan rohani
di Rumah Sakit Taman Puring Tahun 2017 ........................................... 56
Tabel 5.5 Motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis dan stroke di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017 ................................ ....59
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 29
Bagan 3.1 Kerangka Pikir .................................................................................. 30
Bagan 5.1 Struktur Organisasi SDI RSMTP .................................................... 44
Bagan 6.1 Alur Pelayanan Rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Tahun 2017 ........................................................................................ 63
xvii
DAFTAR ISTILAH
BIMROH : Bimbingan Rohani
CFR : Case Fatality Rate
IA : Informasi Ahli
IP : Informan Pendukung
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
MUKISI : Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia
PCM : Pimpinan Cabang Muhammadiyah
PKO : Penolong Kesejahteraan Oemat
RI : Republik Indonesia
RSIA : Rumah Sakit Ibu dan Anak
RSMTP : Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDI : Sumber Daya Insani
SOP : Standar Operasional Prosedur
TB : Tuberkulosis
WHO : World Health Organization
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit kronis merupakan penyakit yang bersifat permanen dan tidak
pernah dapat disembuhkan secara tuntas. Penyakit ini memerlukan
keterlibatan penuh penderitanya. Setiap aspek kehidupan penderita akan
terpengaruh seperti fisik, psiklogis, sosial, ekonomi, dan spritual, Hal ini
dikarenakan penanganan penyakit kronis yang sukses merupakan upaya untuk
mempertahankan hidup (Bastable, 2002)
Salah satu penyakit yang termasuk kedalam penyakit kronis yaitu
tuberkulosis dan stroke. Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam,
yang ditularkan melalui udara (Effendy, 2003). Dalam laporan WHO tahun
2013 terdapat 8,6 juta kasus tuberkulosis. di Indonesia, angka notifikasi kasus
pada tahun 2015 untuk semua kasus sebesar 117 per 100.000 penduduk
(Kementrian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan Global Tuberkulosis Control
tahun 2009 data menunjukan angka prevalensi TB sebesar 244 per 100.0000
penduduk (565.614 orang) sedangkan data CFR akibat TB sebesar 39 per
100.000 penduduk (250 orang per hari).
Selain itu penyakit kronis lainnya yaitu stroke. Stroke adalah sindrom
yang terdiri dari tanda dan/atau gejala.hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal
(atau global) yang berkembang cepat (Wardhani, 2007). Data dari WHO tahun
2008 jumlah kematian di dunia sebanyak 6,17 juta jiwa meninggal dunia akibat
2
2
stroke dengan CFR sebesar 26,8%. Sedangkan di Indonesia sendiri prevalensi
penyakit stroke mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan paradigma kesehatan holistik WHO tahun 1984, disepakati
bahwa kesehatan itu memiliki empat dimensi yang sama-sama penting bagi
kehidupan seseorang. Keempat dimensi tersebut meliputi dimensi fisik,
psikisosial, dan religius. Bantuan terapi yang diberikan kepada seseorang yang
sakit seharusnya meliputi empat dimensi tersebut, yaitu : terapi fisik atau
biologis, terapi psikologi, terapi psikososial, dan terapi spiritual atau
psikoreligius (Hawari, 1999).
Landasan fondasi atau dasar pijak utama pelayanan rohani bagi umat
Islam adalah Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber
dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam. Seperti dalam Firman
Allah dalam surat Yunus ayat 57 sebagai berikut :
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Yunus, 10: 57).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kegiatan Perawatan Paliatif merupakan
dasar pendekatan dari pelayanan kerohanian di Rumah Sakit. Esensi kebijakan
ini bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan, peniadaan, identifikasi dini dan
penilaian serta penyelesaian masalah-masalah fisik, psikososial, dan spiritual.
3
3
Sedangkan kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan
sesuai dengan konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya termasuk
tujuan hidup, harapan, dan niatnya (KMK RI Nomor 812 Tahun 2007).
Pelayanan rohani Islam terhadap pasien menjadi penting, mengingat
persoalan yang dihadapi pasien terbilang kompleks. Selain merasakan sakit
yang tak kunjung reda mereka dihadapkan berbagai persoalan yang pelik,
banyaknya persoalan tersebut terkadang menyebabkan jiwanya tertekan, dan
dampaknya adalah sakit yang dideritanya tidak kunjung reda (Arifatun, 2015).
Pentingnya pelayanan rohani Islam terhadap pasien seperti ini juga
didasarkan pada sebuah penelitian dari Nation Institute for Health Care
Research di Amerika menunjukkan bahwa 70% dari populasi pasien yang
diteliti menginginkan kebutuhan spiritual mereka dilayani sebagai bagian dari
pelayanan medis. Survey lain menunjukkan bahwa 91% dokter melaporkan
bahwa pasien mereka mencari bantuan spiritual dan kerohanian untuk
membantu menyembuhkan penyakitnya (Subandi, 1999).
Suatu penyakit itu datang kadang tidak disebabkan oleh kondisi fisik
tetapi dapat juga disebabkan oleh kondisi non fisik yaitu psikis. Hal tersebut
dikarenakan jasmaniah dan rohaniah saling berketergantungan satu sama lain
misalnya seorang pasien yang merasakan fisiknya sakit mereka merasa putus
asa karena telah bosan berobat, sehingga psikis mereka terganggu. Dan
akibatnya timbul penyakit fisik lain misalnya jantung, tekanan darah yang
tidak normal, pencernaan terganggu dan itu menyebabkan psikis menjadi
terganggu pula. Karena timbul perasaan takut cemas, ngeri, tidak bisa tidur
dan beraneka perawatan jiwa. Dengan demikian saat fisik itu sakit maka psikis
4
4
jadi terganggu, dan berdampak pada efektifitas keberagamaan mereka. Jadi
hubungan penyakit dengan keyakinan beragama sangat erat (Daradjat, 2005).
Untuk mengatasi kondisi pasien yang seperti itu maka rumah sakit
seharusnya selain memberikan bantuan medis juga memberikan bantuan non
medis, yang dapat memotivasi pasien melalui pelayanan rohani Islam.
Pelayanan rohani Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang
yang mengalami kesulitan, baik lahiriyah maupun batiniah yang menyangkut
kehidupan di masa kini dan masa mendatang, yang berupa pertolongan di
bidang spiritual (Arifin, 1982).
Motivasi adalah sesuatu yang membuat seseorang bertindak,
mendorong untuk mencapai tujuan tertentu. Adanya motivasi dapat
mempengaruhi kesembuhan pasien. Hal ini dapat terjadi karena adanya
motivasi pasien untuk mencari pengobatan. Motivasi untuk sembuh sangat
penting untuk pasien karena hal ini akan menjadi salah satu faktor yang dapat
mempercepat kesembuhan pasien. Motivasi ini akan membuat pasien bersedia
dalam menjalani setiap tindakan perawatan maupun terapi yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan medis yang ada (Permatasari, 2017).
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Permatasari (2017)
diketahui bahwa ada hubungan antara tingkat spiritualitas dengan motivasi
sembuh pada pasien kronis di RSUD dr Moewardi Surakarta dengan nilai
kolerasi positif yaitu dengan jumlah responden sebanyak 71 orang. Sedangkan
dalam penilitian lainnya oleh Budiarti (2009) dengan jumlah responden
sebanyak 40 pasien diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
5
5
pelayanan rohani Islam dan dukungan sosial keluarga terhadap tingkat
motivasi kesembuhan pasien.
Dalam penelitian ini difokuskan pada pasien penyakit kronik khususnya
pasien dengan diagnosa penyakit tuberkulosis dan stroke. Pasien tersebut
membutuhkan pelayanan secara khusus baik pelayanan secara medis maupun
pelayanan rohani. Pasien mengikuti pelayanan rohani yang diberikan oleh
petugas dengan sikap yang berbeda-beda, misalnya pasien bersemangat,
pasien tidak bergairah. Jika pembimbing membimbing seorang pasien dengan
tidak ramah dan tidak perhatian kepada pasien, maka pasien akan merasa tidak
nyaman. Oleh karena itu, jika pasien ketika dibimbing merasa nyaman dan
merasa orang lain (petugas pelayanan rohani Islam) perhatian kepadanya,
maka pasien tersebut akan muncul motivasi dalam dirinya sendiri yaitu untuk
sembuh dan pasien tersebut merasa masih berguna dalam kehidupan ini
(Maghfiroh, 2014)
Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman
Puring dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit ini adalah salah satu rumah
sakit yang memiliki pelayanan rohani di Jakarta. Selain itu dengan
pertimbangan bahwa Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring sedang
melakukan akreditasi dimana dalam penilaian akreditasi terdapat poin hak
pasien dan keluarga yang salah satu penilaiannya berisi tentang standar bahwa
rumah sakit mempunyai proses untuk merespon terhadap permintaan pasien
dan keluarganya untuk pelayanan rohaniwan atau sejenisnya berkenaan
dengan agama dan kepercayaan pasien (KARS, 2012).
6
6
Berdasarkan pengalaman praktik peneliti pada unit Pelayanan Rohani
di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring diperoleh data yaitu di unit
rawat inap terdapat kegiatan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien meliputi
beribadah, membantu pasien sholat bagi pasien yang beragama Islam,
memberikan motivasi, berkomunikasi dengan Tuhan dengan berdoa
didampingi oleh petugas pelayanan rohani rumah sakit.
Peneliti ingin melihat persepsi pasien penyakit tuberkulosis dan stroke
unit rawat inap terhadap kualitas pelayanan rohani dan pengaruhnya terhadap
motivasi kesembuhan pasien di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Tahun 2017 dengan melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan
dilakukan unuk melihat seberapa baik kualitas pelayanan rohani dalam
memotivasi kesembuhan pasien penyakit kronis di Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring.
Studi pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara pada Rabu, 31
Mei 2017 kepada 3 orang pasien kronis yang sedang menjalani pengobatan di
unit rawat inap Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Selain itu, untuk
mendukung data dilakukan wawancara pada salah seorang petugas Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan kualitas pelayanan rohani dan motivasi kesembuhan pasien penyakit
kronis unit rawat inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring.
Hasil studi pendahuluan yaitu sebagian kecil responden menyatakan
kualitas pelayanan rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
optimal. Sedangkan sebagian besar menyatakan kurang optimal dari segi
sarana dan prasarana. Apabila dilihat dari motivasi kesembuhan pasien yaitu
7
7
sebagian besar responden menyatakan sebelum mendapatkan pelayanan rohani
merasa cemas, takut dan khawatir terhadap penyakit yang diderita dan setelah
mendapatkan pelayanan responden merasa lebih tenang dan termotivasi untuk
sembuh dari penyakit yang diderita.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang informan yang
merupakan salah satu pelaksana pelayanan rohani Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring yaitu pelayanan rohani diirasakan belum
optimal dikarenakan keterbatasan waktu, sumber daya dan sarana serta
prasarana yang kurang mendukung seperti sound systems yang masih dalam
perbaikan.
Kegiatan pelayanan rohani di RSMTP sendiri berdasarkan observasi
yang dilakukan oleh peneliti, pelayanan rohani dilaksanakan oleh petugas
pelayanan rohani berdasarkan permintaan pelayanan rohani melalui perawat,
permintaan dilakukan oleh pasien atau keluarga pasien dengan mengisi
informed consent. Informed consent diberikan untuk mendapat persetujuan
pasien. Setelah mengisi informed consent kemudian perawat menghubungi
petugas pelayanan rohani. Petugas kemudian mengunjungi pasien dan
melaksanakan pelayanan pada pasien. Pelayanan yang dilakukan berupa
pembacaan doa yang dipimpin oleh petugas pelayanan rohani diikuti oleh
pasien dan keluarga pasien. Seusai memberikan pelayanan rohani kepada
pasien dilakukan pencatatan dalam buku laporan bimbingan rohani yang
kemudian ditanda tangani oleh perawat jaga sebagai bukti bahwa telah
dilaksanakan
8
8
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui tentang adakah
hubungan pelayanan rohani terhadap tingkat motivasi kesembuhan pasien
penyakit kronik unit rawat inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman
Puring. Melalui skripsi dengan judul “Persepsi Pasien Unit Rawat Inap
terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi Kesembuhan di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017”
1.2. Rumusan Masalah
Pelayanan rohani pada pasien penyakit tuberkulosis dan stroke merupakan
hal yang penting. Kondisi yang dialami pasien kronis akan menyebabkan
psikis menjadi terganggu seperti timbul perasaan cemas, khawatir, dan takut.
Dengan kondisi semacam ini pasien sangat memerlukan bantuan dari orang di
sekelilingnya, tidak hanya bantuan fisik tetapi juga bantuan non fisik berupa
bantuan motivasi dan pelayanan spiritual (Daradjat, 2005).
Pelayanan rohani oleh petugas pelayanan rohani dapat mempengaruhi
proses penyembuhan, kekuatan motivasi serta harapan untuk hidup. Motivasi
untuk sembuh penting untuk pasien karena hal ini akan menjadi salah satu
faktor yang akan mempercepat kesembuhan pasien. Motivasi ini akan
membuat pasien bersedia dalam menjalani setiap tindakan perawatan maupun
terapi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan medis yang ada. Fenomena
tersebut peneliti ingin meneliti mengenai Persepsi Pasien Unit Rawat Inap
terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi Kesembuhan di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017.
9
9
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya Persepsi Pasien Penyakit Tuberkulosis dan Stroke Unit
Rawat Inap terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi
Kesembuhan Di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
(RSMTP) Tahun 2017.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya persepsi pasien terhadap penampilan staff
pelayanan rohani dalam memeberikan pelayanan kepada pasien
tuberkulosis dan stroke unit rawat inap di RSMTP tahun 2017.
b. Diketahuinya persepsi pasien terhadap prosedur pelayanan
rohani kepada pasien tuberkulosis dan stroke unit rawat inap di
RSMTP tahun 2017.
c. Diketahuinya persepsi pasien terhadap fasilitas pelayanan rohani
yang diberikan kepada pasien tuberkulosis dan stroke unit rawat
inap di RSMTP tahun 2017.
d. Diketahuinya persepsi pasien terhadap motivasi kesembuhan
pasien tuberkulosis dan stroke unit rawat inap di RSMTP tahun
2017.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah hasanah ilmu
pengetahuan dalam bidang kesehatan pada umunya dan bagi
jurusan Kesehatan Masyarakat pada khususnya.
10
10
1.4.2. Manfaat Praktis
Diharapkan pelayanan rohani dapat digunakan sebagai alat
intervensi untuk meningkatkan motivasi kesembuhan pasien di
RSMTP dan menjadi masukan kepada kepada pihak rumah sakit
untuk meningkatkan mutu pelayanan guna membantu pasien dalam
mempercepat proses kesembuhan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul “Persepsi Pasien Penyakit Tuberkulosis dan
Stroke Unit Rawat Inap Terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan
Pengaruhnya Terhadap Motivasi Kesembuhan Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring (RSMTP) Tahun 2017”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pasien terhadap kualitas
pelayanan rohani dan ada atau tidaknya pengaruhnya terhadap motivasi
kesembuhan di RSMTP tahun 2017. Penelitian ini dilakukan oleh
Mahasiswi peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode penelitian
kualitatif menggunakan desain studi analisis deskriptif. Sasaran pada
penelitian ini adalah pasien penyakit tuberkulosis dan stroke di unit rawat
inap RSMTP. Waktu penyelenggaraan penelitian ini pada tahun 2017.
Kegiatan penelitian dilakukan Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam,
telaah dokumen dan observasi.
11
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelayanan Rohani di Rumah Sakit
2.1.1. Definisi Pelayanan Rohani
Pelayanan rohani Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan
kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun
batiniah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan masa mendatang.
Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual,
denga maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi
kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui
dari kekuatan iman dan takwa (Arifin,1982).
Sedangkan, menurut Salim (2005), pelayanan rohani adalah
kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pelayanan dan pembinaan
rohani kepada pasien di rumah sakit, sebagai upaya menyempurnakan
ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual. Dengan tujuan memberikan
ketenangan dan kesejukan hati dengan dorongan dan motivasi untuk tetap
bersabar, bertawakkal dan senantiasa menjalankan kewajibannya sebagai
hamba Allah (Salim, 2005).
Berdasarkan pengertian pelayanan rohani tersebut dapat disimpulkan
bahwa pelayanan rohani merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
diberikan kepada pasien untuk menuntun pasien agar mendapatkan
keikhlasan, kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi sakitnya,
dalam rangka mengembangkan potensi dan menyadari kembali akan
12
12
eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT, agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2.1.2. Tujuan Pelayanan Rohani
Tujuan Pelaksanaan pelayanan rohani Islam menurut Adz-Dzaky
(Adz-Dzaky,2004 ) adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, tenteram dan
damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan
mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri
maupun lingkungan sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong
menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, sehingga muncul dan
berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,
ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima
ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik
dan benar serta dapat dengan baik menanggulangi berbagai
persoalan hidup dan dapat memberikan kemanfaatan dan
13
13
keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
Dengan demikian, tujuan pelayanan rohani Islam adalah menuntun
manusia dalam rangka memelihara dan meningkatkan pengalaman
ajaran agama disertai perbuatan baik yang mengandung unsur-unsur
ibadah dengan berpedoman tuntunan agama.
2.1.3. Dasar Pelayanan Rohani
Setiap aktivitas yang dilakukan manusia tentu memerlukan dasar
(landasan), demikian pula dalam pelayanan rohani. Landasan fondasi
atau dasar pijak utama pelayanan rohani adalah Al-Qur‟an dan Sunnah
Rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman
kehidupan umat Islam. Al-Quran dan Sunnah Rasul dapatlah diistilahkan
sebagai landasan ideal dan konseptual pelayanan kerohanian. Dalam Al-
Qur‟an dan Sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep (pengertian,
makna hakiki) pelayanan rohani tersebut bersumber (Musnamar, 1992).
Seperti dalam Firman Allah dalam surat Yunus ayat 57 sebagai
berikut :
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S.
Yunus, 10: 57).
Selain itu yang menjadi dasar pelayanan yaitu berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
14
14
812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kegiatan Perawatan Paliatif
merupakan dasar pendekatan dari pelayanan kerohanian. Esensi
kebijakan ini bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga
yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan, peniadaan, identifikasi dini
dan penilaian serta penyelesaian masalah-masalah fisik, psikososial, dan
spiritual. Sedangkan kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang
dipersepsikan sesuai dengan konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
2.1.4. Metode Pelayanan Rohani
Metode pelayanan rohani sebagaimana yang dikatakan oleh Faqih
(2001:53) dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Metode Langsung, yaitu metode yang dilakukan di mana
pembimbing (rohaniwan) melakukan komunikasi langsung
(bertatap muka dengan pasien). Winkel pada bukunya (1991) juga
mengatakan, bahwa pelayanan langsung berarti pelayanan yang
diberikan kepada klien oleh tenaga pelayanan (rohaniwan) sendiri,
dalam suatu pertemuan tatap muka dengan satu klien atau lebih.
Adapun metode ini meliputi :
a. Metode Individual yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan
komunikasi langsung dengan pasien secara individu dengan
menggunakan teknik:
Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog
langsung tatap muka dengan pembimbing (rohaniwan).
15
15
Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbin
mengadakan dialog dengan pasiennya tetapi dilaksanakan
dirumah pasien dan lingkungannya.
Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing
(rohaniwan) melakukan percakapan individual sekaligus
mengamati kerja pasien dan lingkungannya (Faqih, 2001).
b. Metode Kelompok yaitu pelayanan yang diberikan kepada
klien lebih dari satu orang, baik kelompok kecil, besar, atau
sangat besar (Winkel, 1991). Pembimbing melakukan
komunikasi langsung dengan pasien dalam kelompok dengan
menggunakan teknik sebagai berikut :
Diskusi Kelompok, yakni pembimbing melaksanakan
diskusi dengan/ bersama kelompok pasien yang
mempunyai masalah yang sama.
Psikodrama, yakni pelayanan yang dilakukan cara bermain
peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya masalah
(psikologis).
Group teaching, yakni pemberian pelayanan dengan
memberikan materi pelayanan tertentu kepada kelompok
yang telah disiapkan (Faqih, 2001).
2 Metode Tidak Langsung merupakan metode pelayanan yang
dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok (Faqih, 2001). Penjelasannya
yaitu sebagai berikut :
16
16
a) Metode individual, yaitu dapat melalui surat menyurat atau
melalui telepon dsb (Faqih. 2001).
b) Metode kelompok, yaitu dapat melalui papan pelayanan, surat
kabar/majalah, brosur, media audio dan televisi (Winkel, 1991)
2.2. Kualitas Pelayanan Rohani
Pelayanan akan bernilai tinggi jika memiliki kualitas. Menurut Goetsh
& Davis kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
(Sugiarto, 2002). Sedangkan menurut Wyckof kualitas pelayanan adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian untuk memenuhi
keinginan pelanggan atau pasien (Tjiptono,2000). Apabila pelayanan yang
diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan.
Menurut Parasuraman aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan
rohani yang mengacu pada A concept and framework Of Islamic Hospital
(MUKISI, 2015). Ada beberapa komponen penilaian kualitas pelayanan
rohani yaitu sebagai berikut: :
a. Penampilan staff (Staff Attire)
Staff pelayanan rohani menggunakan pakaian yang menutupi aurat,
berbahan tebal, tidak transparant, dan tidak sempit membentuk
lekukan tubuh.
b. Prosedur pelaksanaan pelayanan rohani
17
17
Petugas pelayanan rohani mengunjungi pasien rawat inap secara
teratur dengan membuat laporan
Petugas pelayanan rohani mengucapkan salam
Petugas rohani memberikan do‟a kepada pasien
Petugas pelayanan rohani memberikan arahan atau panduan
sholat
Petugas rohani memberikan motivasi baik kepada pasien maupun
keluarga pasien
Petugas pelayanan rohani mengucapkan terimakasih dan salam
ketika pelayanan rohani usai dilakukan
c. Fasilitas pelayanan rohani
Fasilitas yang diberikan rumah sakit seperti petunjuk arah qiblat,
poster dan do‟a tentang kesembuhan paisen, audio yang mendukung
kegiatan pelayanan seperti untuk mengingatkan sholat 5 waktu dan
do‟a atau shalawat.
2.3. Persepsi
2.3.1. Definisi Persepsi
Atkinson dan Hilgard (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi
adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola
stimulus dalam lingkungan. persepsi timbul karena adanya respon
terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek,
stimulus masuk ke otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi
18
18
makna melalui prose yang rumit, baru dihasilkan persepsi (Atkinson dan
Hilgard: 1991).
Menurut Kotler & Armstrong (2001), persepsi adalah proses
dimana individu memilih, mengorganisasi dan mengartikan masukan
informasi untuk menciptakan suatu gambaran tentang kehidupan.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali
oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat
indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru
kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi
(Sunaryo, 2002).
Jadi dapat disimpulkan bahwa, persepsi merupakan suatu kegiatan
mengartikan atau mengorganisasikan sebagai bentuk respon dari stimulus
untuk menciptakan suatu gambaran tentang kehidupan.
2.3.2 Proses Pembentukan Persepsi
Stimulus mempengaruhi khalayak dalam mempersepsikan pesan
yang dikategorikan kedalam dua unsur yaitu unsur indrawi dan unsur
struktural. Dalam teori stimulus efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus , sehingga seseorang mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi, yang
memiliki unsur pesan, komunikasi dan efek. (Effendi,2003). Berikut
merupakan penjelasan mengenai unsur-unsur dalam model teori SOR :
1. Stimulus
Stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal
yang dapat mempengaruhi tanggapan individu (Sutisna,2001:63).
19
19
Ciri–ciri stimulus yang mempengaruhi khalayak dalam
mempersepsikan obyek :
a) Unsur Indrawi yang terdiri dari warna, dan bunyi.
b) Unsur struktural, meliputi penampilan pemberitaan dalam media
televisi, misalnya gambar/ film berita terorisme, isi pemberitaan
dan cara penyajiannya. Karakteristik penting yang turut
menentukan persepsi khalayak pada stimuli adalah kemampuan
membedakan stimuli dan kemampuan mengeneralisasi dari satu
stimuli ke stimuli lainya.
2. Organisme (Komunikan)
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan
heterogen. Pada komunikasi antarpersonal, komunikator akan
mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya. Sedangkan
dalam komunikasi massa, komunikator tidak bisa bertemu langsung
dengan komunikannya dan tidak tahu bagaimana karakteristik serta
jumlah dari komunikannya. Selain itu komunikannya juga bersifat
heterogen Karena terdiri dari berbagai jenis lapisan masyarakat,
mulai dari masyarakat tingkat atas sampai msyarakat tingkat bawah,
dari masyarakat yang berpendidikan tinggi sampai masyarakat yang
berpendidikan rendah, semunya dikelompokkan berdasarkan faktor
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya
(Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:8).
Anita Taylor dan kawan – kawan dalam Wiryanto (2004:76)
berpendapat bahwa komunikan akan melakukan pemilihan pesan
20
20
yang diterima dari media massa melalui mekanisme pemilihan
sebagai berikut :
a) Pemilihan terpaan (Selective exposure): kecenderungannya hanya
memperhatikan pesan – pesan yang konsisten atau sesuai dengan
sikap dan kepentingannya.
b) Pemelihan perhatian (selective attention): kecenderungannya
hanya memperhatikan pesan –pesan yang menarik dan
sensasional sesuai kebutuhannya.
c) Pemilihan Persepsi (selective perception): kecenderungannya
hanya menginterpretasikan pesan –pesan yang konsisten atau
sesuai sikap dan keyakinannya.
d) Pemilihan ingatan (selective reminder): kecenderungannya hanya
mau mengingat kembali mengenai pesan – pesan yang sesuai
dengan sikap dan keyakinannya.
3. Response (Perubahan Sikap)
Pesan dalam media massa memiliki respon atau efek yang
meliputi kognitif, afektif dan behavioral.
1) Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Media massa dapat mengubah
citra khalayak tentang lingkungan mereka karena media massa
memberikan rincian, anlisis, dan tinjuan tentang berbagai
peristiwa.
2) Afektif, efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif,
efek ini lebih cenderung pada emosi. Tujuan dari komunikasi
21
21
bukan hanya sekedar memberikan pesan kepada khalayak, tetapi
juga agar khalayak bisa paham dengan pesan yang disampaikan
sehingga menimbulkan efek yang diinginkan oleh
komunikatorya. Sehingga diharapkan khalayak bisa turut
merasakan bahagia, sedih, marah dan sebagainya. Dan faktor –
faktor yang dapat mempengaruhi intensias rangsangan
emosional pada media massa antara lain :
a) Suasana emosional, respon khalayak terhadap apa yang
disampaikan media massa akan dipengaruhi oleh suasana
emosional khalayak.
b) Skema Kognitif, merupakan naskah yang ada dalam pikiran
kita yang menjelaskan alur peristiwa.
c) Suasana terpaan (setting of exposure),
d) Predisposisi individual, menunjukkan sejauhmana orang
merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media
massa.
e) Faktor identifikasi, menunjukkan sejauhmana orang merasa
terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa.
3) Behavioral merupakan akibat yang timbul pada khalayak dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan (Ardiantor, Komala &
Karlinah, 2007)..
22
22
2.4. Motivasi Kesembuhan Pasien
2.4.1. Definisi Motivasi
Motivasi adalah mendorong untuk berbuat atau beraksi (Capllin,
2002). Sedangkan menurut Hufman dkk (1997) mendefinisikan motivasi
merupakan suatu istilah yang mencakup tingkah laku yang mencari
tujuan dan yang berkembang karena adanya tujuan-tujuan, atau dapat
dikatakan bahwa motivasi adalah proses menggiatkan, mempertahankan
dan mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu.
Freud (dalam Feist, 1998: 54) mengatakan suatu prinsip dinamik
atau motivational untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan yang
mendorong dibalik tindakan-tindakan manusia. Bagi Freud manusia
didorong untuk mencari kenikmatan dan mereduksikan tegangan.
Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik yang keluar dari
insting-insting. Freud menggunakan kata Jerman "tribe" untuk menyebut
dorongan (drive) atau stimulus dalam diri seorang, istilah ini biasanya
diterjemahkan dengan 35 kata insting, tetapi lebih tepat disebut
dorongan, (Semium, 2006). Najati (dalam sholeh dan wahab, 2004)
mengungkapkan bahwa motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup dan menimbulkan tingkah
laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
2.4.2. Jenis-jenis motivasi
Menutut Handoko (1998) dan Widyatun (1999), ada dua faktor
yang mempengaruhi motivai yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
23
23
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah suatu dorongan yang ada dalam diri
individu dimana individu tersebut merasa senang dan gembira
setelah melakukan serangkaian aktifitas. Terdapat tiga macam
motivasi intrinsik yaitu Intrinsic Motivation knowledge, intrinsic
motivation simultan, Intrinsic Motivation Accomplishment. Intrinsic
Motivation knowledge adalah motivasi yang terjadi karena adanya
kesenangan dan kepuasan belajar. Intrinsic Motivation Simultan
adalah motivasi yang timbul karena adanya kesenangan merasakan
stimulasi sensasi. Intrinsic Motivation Accomplishment adalah
motivasi yang terjadi karena adanya kesenangan dan kepuasan dalam
melakukan suatu aktifitas.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari
rangsangan atau dorongan dari luar. Selain itu motivasi ekstrinsik
muncul karena adanya pengharapan baik berupa imbalan maupun
menghindari konsekuensi. Ada tiga macam motivasi ekstrinsik yaitu
Extrinsic Motivation Identification, Extrinsic Motivation Introjected,
Extrinsic Motivation Regulation. Extrinsic Motivation Identification
adalah motivasi yang timbul karena individu merasakan manfaat
yang ditimbulkan dari suatu kegiatan. Extrinsic Motivation
Introjected adalah motivasi yang muncul atas dasar kewajiban dan
adanya dorongan internal. Extrinsic Motivation Regulation adalah
24
24
motivasi yang muncul untuk menghindari hukuman atau
mendapatkan imbalan.
2.4.3. Motivasi Kesembuhan Pasien
Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang
untuk bertindak (Azhari, 2004). Pengertian lain dari motivasi
diungkapkan Najati Utsman bahwa motivasi merupakan kekuatan
penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu
(Rahman & Wahab, 2004). Selain itu Purwanto (1990) menjelaskan
bahwa motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar individu
terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian motivasi di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan seseorang untuk
bertindak atau bertingkah laku sesuai dengan tujuan masing-masing.
Kesembuhan berasal dari kata sembuh yang berarti pulih atau
menjadi sehat kembali. Sedangkan pasien atau sakit dalam bahasa latin
"patien" jadi pengertian pasien adalah orang yang sakit (yang dirawat
oleh dokter) (Darminto, 1985).
Kesembuhan pasien adalah pasien yang sudah sehat jasmaninya
yaitu terdapat keselarasan yang sempurna antara bermacam-macam
fungsi jasmani disertai dengan kemampuan untuk menghadapi
kesukaran-kesukaran yang biasa yang terdapat dalam lingkungan, di
samping merasa gesit, dan bersemangat (El-Quusi, 1982: 36).
25
25
Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah motivasi kesembuhan
pasien dalam kaitannya dengan pelayanan rohani pada penderita penyakit
tuberkulosis dan stroke. Dengan demikian berdasarkan penjelasan
sebelumnya diketahui bahwa motivasi kesembuhan pasien adalah
dorongan atau kekuatan yang tumbuh dari dalam diri seorang yang
membuat seorang menjadi lebih bersemangat dan mempunyai kekuatan
untuk menghadapi masalah masalah yang terdapat dalam lingkungan.
Menurut Conger (dalam Ardhani, 2009) aspek-aspek motivasi adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki sikap yang positif, yaitu memiliki kepercayaan diri dan
perencanaan yang tinggi serta selalu optimis. Bersikap positif
maksudnya itu melakukan sikap yang sifatnya positif. Sikap positif
tidak hanya kepada pelayanan pelayanan rohani Islam, akan tetapi
bersikap positif kepada Allah itu sangat penting, karena Allah yang
memberikan kesembuhan kepada individu sedang diberi cobaan sakit
(pasien).
b. Berorientasi pada suatu tujuan, yaitu orientasi tingkah laku diarahkan
pada tujuan yang hendak dicapai. Pasien mengarahkan tujuan tertentu
yaitu tujuan untuk sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti
semula.
c. Kekuatan yang mendorong individu, yaitu timbulnya kekuatan dalam
diri individu, dari lingkungan dan keyakinan adanya kekuatan yang
akan mendorong tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
Pasien mendapat dorongan dari luar kemudian dari dorongan dalam
26
26
individu dapat mendorong individu mengubah tingkah lakunya.
Seperti pasien awal mulanya acuh tak acuh kepada pelaksanaan
pelayanan pelayanan rohani Islam, kemudian dengan adanya kekuatan
yang mendorong individu untuk keinginan ingin sembuh maka pasien
akan mengikuti pelaksanan pelayanan dengan baik.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah diuraikan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa aspek-aspek motivasi yang diungkapkan Conger
(dalam Ardhani, 2009) adalah yang paling lengkap atau komprehensip
dan dapat digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek motivasi
kesembuhan karena ketiga aspek tersebut sudah mencakup semua dari
teori yang lainnya dan sudah dianggap sesuai dengan motivasi
kesembuhan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari
motivasi kesembuhan meliputi: Memiliki sikap yang positif, berorientasi
pada suatu tujuan yaitu kesembuhan, dan kekuatan yang mendorong
individu.
2.5. Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan rohani dan pengaruhnya
terhadap motivasi kesembuhan pasien
Proses pelayanan rohani memiliki peranan yang sangat penting.
Petugas pelayanan rohani sebagai pembimbing diharapkan mampu
menciptakan suasana yang menarik dan menyenangkan. Hal ini dilakukan
untuk membangkitkan semangat pasien untuk bersunguh-sungguh dalam
mengikuti proses pelayanan sehingga pasien memiliki motivasi untuk
sembuh dan kemantapan untuk hidup. Motivasi untuk mengikuti
pelayanan sangat penting peranannya bagi pasien dalam usaha mencapai
27
27
proses penyembuhan. Pasien yang memiliki motivasi yang
tinggi,cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti
Pelayanan, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian
bersungguh-sungguh mengikuti pelayanan,karena pelayanan sangat
berperan penting dalam usaha mencapai proses penyembuhan pasien.
Pasien yang memiliki motivasi proses pelayanan yang tinggi akan lebih
tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien yang kurang atau tidak memiliki motivasi.
Mereka yang tidak memiliki motivasi dan terlihat kurang atau tidak
bergairah dalam mengikuti proses pelayanan dan motivasi untuk sembuh
atau hidup rendah (Maghfiroh, 2014).
Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan
yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan,sehingga pasien mengambil manfaat dari proses pelayanan
pelayanan rohani untuk meningkatkan motivasi individu utuk sembuh.
Sebaliknya jika pelayanan yang diterima rendah dari yang diharapkan,
maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Persepsi merupakan proses
transaksi penilaian terhadap suatu objek, situasi, peristiwa, orang lain
berdasarkan pengalaman masa lampau, sikap, harapan, dan nilai yang ada
pada individu (Maghfiroh,2014).
Pelayanan rohani Islam yang dilaksanakan di rumah sakit hanya
sekilas dan sebentar saja. Karena peran petugas pelayanan rohani di rumah
sakit hanya mendo‟akan dan memotivasi pasien. Untuk memenuhi
kebutuhannya, setiap orang memiliki motivasi atau alasan yang berbeda-
28
28
beda dalam menjalankan aktivitasnya, entah dari segi agama, sosial,
ekonomi, politik, keamanan, maupun kesehatan. Maslow mengatakan
seseorang akan termotivasi ketika mereka ingin atau mengidamkan atau
berharap atau membutuhkan. Kebutuhan manusia juga mencakup pada
rasa aman, tentram,terlindungi, bebas dari rasa cemas, depresi, stres dan
sebagainya. Bagi meraka yang beragama kebutuhan itu diperolehnya dari
agama.
Oleh karena itu kualitas pelayanan pelayanan rohani Islam harus
ditingkatkan. Hal senada yang diungkapkan oleh Sugiarto (2002) bahwa
pelayanan akan bernilai tinggi jika memiliki kualitas. Menurut Goetsh &
Davis kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Jadi kualitas pelayanan disebut baik jika pemberi pelayanan
memberikan pelayanan yang setara dengan yang diharapkan oleh
pelanggan atau pasien.
Berdasarkan uraian tersebut, kualitas pelayanan rohani mempunyai
keterkaitan dengan motivasi kesembuhan. Pasien akan termotivasi untuk
sembuh dengan adanya pelayanan rohani. Pelayanan rohani dapat
ditingkatkan kualitasnya melalui aspek-aspek sebagai berikut: penampilan
staff, prosedur pelaksanaan pelayanan rohani, dan fasilitas pelayanan
rohani dalam rangka untuk memenuhi motivasi kesembuhan
pasien.Berikut merupakan kerangka teori dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
29
29
2.1 Kerangka Teori
Sumber : Conger (dalam Ardhani, 2009) dan A concept and Framework of
Islamic Hospital (MUKISI,2015)
PERSEPSI PASIEN
TERHADAP KUALITAS
PELAYANAN ROHANI
Penampilan Staff
Prosedur pelayanan
rohani
Fasilitas pelayanan
rohani
MOTIVASI
KESEMBUHAN
PASIEN
TUBERKULOSIS DAN
STROKE
30
30
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1. Kerangka Pikir
Pasien akan termotivasi untuk sembuh dengan adanya pelayanan rohani
dalam yaitu dengan berorientasi positif, berorientasi pada tujuan, dan
kekuatan yang mendorong individu tentang motivasi kesembuhan pasien.
Pelayanan rohani dapat ditingkatkan kualitasnya melalui aspek-aspek sebagai
berikut: penampilan staff, prosedur pelaksanaan pelayanan rohani, dan
fasilitas pelayanan rohani dalam rangka untuk memenuhi motivasi
kesembuhan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas
pelayanan rohani terhadap motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis
dan stroke unit rawat inap di RS Muhammadiyah Taman Puring. Berikut
merupakan bagan kerangka pikir :
3.1 Kerangka Pikir
PERSEPSI PASIEN
TERHADAP KUALITAS
PELAYANAN ROHANI
Penampilan Staff
Prosedur pelayanan rohani
Fasilitas pelayanan rohani
Motivasi Kesembuhan
(berpikir positif, berorientasi pada
tujuan dan kekuatan yang
mendorong individu )
Pasien Penyakit Tuberkulosis Dan
Stroke Unit Rawat Inap Di Rs
Muhammadiyah Taman Puring
Tahun 2017
31
3.2. Definisi Istilah
Tabel 3.1
Definisi Istilah
No Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
1, Persepsi
pasien
terhadap
penampilan
staff
Tanggapan pasien terhadap
penampilan staff pelayanan
rohani dimana kriteria
penampilan diri staff pelayanan
rohani yaitu menggunakan
pakaian yang menutupi aurat,
berbahan tebal ,tidak
transparant, dan tidak sempit
membentuk lekukan tubuh. (A
concept and Framework of
Islamic Hospital : MUKISI,
2015)
Wawancara
mendalam
dan
observasi
Pedoman
wawancara
dan
pedoman
observasi
Sesuai atau tidak
sesuai dengan
kriteria
penampilan yang
terdapat dalam A
concept and
Framework of
Islamic Hospital :
MUKISI, 2015
2. Persepsi
pasien
terhadap
prosedur
pelaksanaan
pelayanan
rohani
Tanggapan pasien terhadap cara
petugas rumah sakit dalam
memberikan pelayanan rohani
kepada pasien dengan baik dan
benar sesuai dengan tata cara
yang telah ada dalam SOP
Pelayanan rohani dan A concept
and Framework of Islamic
Hospital (MUKISI, 2015)
Wawancara
mendalam,
observasi,
dan telaah
dokumen
Pedoman
wawancara,
pedoman
observasi
dan daftar
dokumen
Sesuai atau
tidaknya prosedur
pelaksanaan
dengan SOP
Pelayanan Rohani
RSMTP dan A
concept and
Framework of
Islamic Hospital :
MUKISI, 2015
3 Persepsi
pasien
terhadap
fasilitas
pelayanan
rohani
Tanggapan pasien terhadap
sarana prasarana yang tersedia
dan disediakan oleh RSMTP
untuk menunjang pelaksanaan
pelayanan rohani A concept and
Framework of Islamic Hospital
(MUKISI, 2015)
Wawancara
mendalam
dan
observasi
Pedoman
wawancara
dan
pedoman
observasi
Sesuai atau tidak
sesuai dengan
yang terdapat
dalam A concept
and Framework
of Islamic
Hospital :
MUKISI, 2015
4 Motivasi
Kesembuhan
pasien
penyakit
tuberkulsis
dan stroke
Adanya dorongan kepada pasien
agar berpikir positif dan
memiliki kekuatan untuk
berorientasi pada tujuan yang
menimbulkan keinginan pasien
untuk dapat sembuh atau pulih
dari penyakit yang diderita.
Wawancara
mendalam,
observasi,
dan telaah
dokumen
Pedoman
wawancara,
pedoman
observasi
dan daftar
dokumen
Sesuai atau tidak
dengan tiga aspek
yang motivasi
dikemukakan
Conger (dalam
Ardhani,2009)
32
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Disain Studi
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif berupa gambaran dan
kata-kata tertulis atau lisan dari informan. Penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam, pengamatan langsung atau observasi, dan telaah
dokumen. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tujuan ingin
mengali lebih dalam dari berbagai sumber dan informasi mengenai Persepsi
Pasien Unit Rawat Inap Terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi
Kesembuhan di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017
(Studi Kasus Pasien Tuberkulosis dan Stroke).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus
merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau kelompok individu
(Creswell, 2010).Pada penelitian ini fokus penelitian yaitu pada pasien
tuberkulosis dan stroke unit rawat inap di RSMTP tahun 2017.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
(RSMTP) Jakarta. Alasan yang melatarbelakangi pemilihan lokasi tersebut
yaitu karena salah satu rumah sakit yang memiliki pelayanan rohani bagi
pasien rawat inap di Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober s.d.
November 2017.
33
4.3. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan metode
purposive sampling, dimana informan penelitian secara langsung ditentukan
oleh peneliti sesuai dengan kriteria pemilihan informan. Metode purposive
sampling merupakan pemilihan narasumber yang diputuskan berdasarkan
pertimbangan penelitian yang disesuaikan (Fase Badriah dan Raihana, 2013).
Data dan informasi yang diperoleh dapat menggambarkan seluruh kegiatan
yang berkaitan dengan penelitian secara lengkap dan jelas. Informasi yang
terkait dengan kualitas pelayanan rohani di RSMTP diperoleh melalui beberapa
informan yaitu:
1) Koordinator Pelaksana Pelayanan Rohani RSMTP yang merupakan
informan kunci sebanyak.1 orang.
2) Pasien Penyakit Tuberkulosis dan Stroke RSMTP yang merupakan
informan utama dengan jumlah respomden sebanyak 20 pasien yaitu
masing-masing 10 pasien penyakit stroke dan 10 pasien penyakit
tuberkulosis.
3) Keluarga Pasien penyakit Tuberkulosis dan Stroke RSMTP yang
merupakan informan pendukung dengan jumlah responden sebanyak 20
orang yaitu masing-masing 10 pasien penyakit stroke dan 10 pasien
penyakit tuberkulosis.
4) Kepala Bagian Unit Sumber Daya Insani RSMTP yang merupakan
informan pendukung dengan jumlah responden sebanyak 1 orang.
34
5) Kepala Ruangan atau Perawat Instalasi Rawat Inap RSMTP yang
merupakan informan pendukung.dengan jumlah responden sebanyak 2
orang.
Terdapat kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian yaitu sebagai
berikut :
a) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari suatu populasi target
yang akan dijadikan subjek penelitian (Nursalam, 2003).Kriteria inklusi
penelitian ini yaitu pasien dewasa usia lebih dari 18 tahun, tidak ada
gangguan komunikasi, tidak ada gangguan kejiwaan, dan bersedia
diteliti.
b) Kriteria ekslusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak
bisa dijadikan sebagai sampel penelitian (Notoadmojo, 2010). Kriteria
ekslusi dalam penelitian ini yaitu pasien usia kurang dari 18 tahun,
terdapat gangguan dalam komunikasi, terdapat gangguan kejiwaan, dan
tidak bersedia diteliti.
4.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoadmodjo, 2003). Instrumen penelitian dalam
penelitian ini menggunakan pedoman wawancara mendalam untuk
mewawancarai informan terkait dengan persepsi pasien terhadap kualitas
pelayanan rohani dan pengaruhnya terhadap motivasi kesembuhan pasien
penyakit tuberkulosis dan stroke di RSMTP. Instrumen lain dalam penelitian
ini adalah pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dan
telaah dokumen. Serta peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis,
35
kamera, dan perekam suara agar dapat memperkuat akurasi data mengenai
persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan rohani dan pengaruhnya terhadap
motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis dan stroke unit rawat inap
di RSMTP.
4.5. Sumber Data
4.5.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan
pelayanan rohani di RSMTP, serta dilakukan wawancara mendalam
dengan informan-informan yang telah ditetapkan dengan menggunakan
pedoman wawancara mendalam dan lembar ceklist. Selain itu, data
primer juga didapat melalui telaah dokumen dengan menggunakan
pedoman telaah dokumen yang berhubungan dengan kegiatan pelayanan
rohani di RSMTP.
4.5.2. Data Sekunder
Selain data primer, juga dilakukan pengumpulan data sekunder yang
berasal dari kegiatan pelayanan rohani di RSMTP. Data sekunder ini
nantinya akan menunjang hasil dari penilitian. Data sekunder ini terdiri
dari :
- Profil RSMTP.
- Profil Unit SDI di RSMTP
- Prosedur kerja atau Standar Operasional Prosedur (SOP)
- Informed Consent pelayanan rohani di RSMTP
- Laporan Pencatatan pelaksanaan kegiatan pelayanan rohani.
36
4.6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini anatar
lain sebagai berikut :
a. Wawancara mendalam (Indepth Interview)
Wawancara mendalam bertujuan untuk mengumpulkan informasi
yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan
pengalaman pribadi (Sulistyo, 2006). Informan yang menjadi subjek antara
lain Pasien Penyakit Tuberculosis dan Stroke, keluarga pasien, koordinator
pelaksana pelayanan rohani ,kepala ruangan atau perawat instalasi rawat
inap dan pimpinan pelayanan rohani di RSMTP. Selanjutnya wawancara
mendalam bersama dengan informan penelitian dapat menghasilkan data
primer mengenai kualitas pelayanan rohani dan motivasi kesembuhan
pasien.
Wawancara mendalam dilakukan dengan durasi kurang lebih 15
sampai dengan 20 menit setalah pasien mendapatkan pelayanan rohani.
Wawancara mendalam tidak dilakukan dalam waktu yang lama
dikarenakan melihat kondisi pasien yang membutuhkan waktu istirahat
dan pemulihan bagi kesehatan pasien rawat inap.
b. Observasi
Observasi merupakan prosedur yang berencana meliputi melihat,
mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah penelitian (Notoadmodjo,
2010). Observasi yang dimaksud dalam metode pengumpulan data ini
ialah melihat kesesuaian komponen pada pelaksanaan pelayanan rohani di
37
RSMTP. Observasi dilakukan langsung pada saat peneliti ikut bersama
petugas melakukan kunjungan kepada pasien unit rawat inap. Observasi
dilaksanakan dengan mengisi lembar checklist yang telah disediakan
sebelumnya oleh peneliti.
c. Telaah Dokumen
Telaah dokumen merupakan pengumpulan data melalui pencatatan
terhadap dokumen. Dokumen disini adalah job desk atau uraian tugas
pelaksana pelayanan rohani, standar oprerasional prosedur (SOP), dan
dokumen-dokumen lain yang terkait dengan pelaksanaan pelayanan rohani
di RSMTP.
4.7. Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterprestasikan
data yang telah diolah. Pendekatan ini mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan data kualitatif, sebelum berfokus pada hubungan antara bagian-
bagian yang berbeda dari data, sehingga berusahan untuk menggambarkan
peristiwa dan atau menjelaskan kesimpulan dari berbagai arah. Proses dan
prosedur analisis data dimulai dari Transcription, Familirisation with the
interview, Coding, Developing a working analytical framework, Applying the
analytical framework, Chariting data into framework matrix, dan
Interpreting data (Gale, 2013).
1. Transkip
Rekaman audio dan video menjadi sangat penting dalam membantu
mengumpulkan data. Rekaman ini digunakan pada saat wawancara
mendalam bersama infroman sehingga semua informasi ketika wawancara
38
bisa didapatkan. Setelah dilakukan wawancara terhadap informan yang
berhubungan dengan pelayanan rohani di RSMTP maka hasil wawacara
tersebut akan di transkrip secara manual sehingga data yang didapat bisa
dipindahkan dalam bentuk tulisan.
2. Familiarisasi Data
Setelah dilakukan transkrip dari hasil pengumpulan data oleh
peneliti, perlu juga dilakukan familirisasi data yaitu dengan cara
mengulang kembali data yang telah ditranskrip. Tujuan dilakukan
familirisasi adalah untuk mengetahui lebih dalam data yang ditranskrip
sehingga bisa mengetahui dan memahami setiap data yang ditranskrip
Hasil dari wawancara terhadap informan tentang pelayanan rohani di
Instalasi rawat Inap dalam bentuk transkrip dengan dilakukan pengulangan
atau pencocokan dari data yang telah ditranskrip tadi dengan data mentah
yang berupa catatan atau rekaman sehingga data yang di dapatkan bisa
lebih akurat dalam mengurangi kesalahan dalam menerjemahkan data.
3. Coding
Setelah dilakukan familirisasi untuk memudahkan peneliti dalam
mengelola data, maka selanjutnya dilakukan coding, yaitu dengan cara
mengkategorikan data yang didapat. Kategori atau coding di dalam
penelitian ini dibagi dalam perdomain.
4. Developing a working analytical framework.
Setelah dilakukan coding terhadap data yang dianalisis, maka setiap
substansi akan dibagi lagi menjadi kode yang lebih besar.
5. Membuat kerangka analisis
39
Setelah dilakukan pengkodean, maka selanjutnya data yang telah
ditranskrip sebelumnya dimasukkan ke dalam setiap kode masing-masing
data yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga pada setiap kode akan
berisikan semua data yang telah ditranskrip.
6. Memetakan data kedalam matriks
Kemudian setelah semua data sudah dikodekan menggunakan kerangka
analisis, maka akan dilanjutkan dengan meringkas semua data dalam
matriks untuk setiap tema dari berbagai metode pengumpulan data..
Kemudian dimasukkan data dari metode pengumpulannya yaitu
wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.
7. Intepretasi Data
Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah interprestasi data atau
penarikan kesimpulan dengan cara data yang telah dikelompokkan
sebelumnya akan dilakukan analisis terhadap data tersebut atau di
interprestasikan hasilnya.
4.8. Penyajian Data
Penelitian ini menyajikan data dalam bentuk narasi dan dilegkapi dengan
matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil
observasi lapangan dan telaah dokumen untuk memperkuat hasil penelitian
tentang Persepsi Pasien Unit Rawat Inap terhadap Kualitas Pelayanan Rohani
dan Motivasi Kesembuhan di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Tahun 2017.
40
4.9. Validasi Data
Untuk menjaga keabsahan dan keakuratan data yang diperoleh, peneliti
melakukan validasi data. Dalam penelitian ini validasi data yang dilakukan
dengan menggunakan riangulasi sumber dan triangulasi metode, yaitu:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
(Sugiyono, 2012). Triangulasi sumber dilakukan peneliti dengan
membandingkan dan melakukan pemeriksaan terhadap hasil wawancara
dengan menanyakan pertanyaan yang sama kepada beberapa informan
yang berbeda.
b. Triangulasi Metode
Triangluasi metode berarti peneliti menggunakan metode
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini, metode yang
digunakan selain wawancara mendalam, juga dilakukan dengan metode
observasi dan telaah dokumen. Observasi dan telaah dokumen dilakukan
untuk mendukung hasil wawancara yang dibandingkan dengan struktur
organisasi, uraian tugas dan SOP.
Dengan dilakukannya triangulasi data pada penelitian ini diharapkan
peneliti dapat melakukan analisis secara tepat, akurat, dan terpercaya. Sehingga
didapatkan analisis data yang tepat, akurat dan terpercaya. Adapun tabel
triangulasi data pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel :
41
Tabel 4.1 Triangulasi Data Penelitian
Variabel Triangulasi Data
Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Wawancara
Mendalam
Observasi Telaah
Dokumen
Informan
Ahli
Informan
Kunci
Informan
Pendukung
Penampilan Staff -
Prosedur Pelaksanaan
Pelayanan Rohani
Fasilitas Pelayanan
Rohani
-
Motivasi
Kesembuhan Pasien
Penyakit Tuberkulosis
dann Stroke
42
BAB V
HASIL
5.1. Gambaran Umum
5.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring (RSMTP)
merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe C yang ada di wilayah
Kota Administrasi Jakarta Selatan. RSMTP beralamat di Jalan Gandaria
I No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejarahnya, pada tahun 1952
dibentuk bagian PKO (Penolong Kesejahteraan Oemat) oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah. Kemudian pada tahun 1962 Djawatan
Kesehatan Kota Jakarta memberikan izin penyelenggaraan persalinan,
hingga pada tahun 1969 resmi berdiri Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA) Muhammadiyah di Kebayoran Baru.
Perkembangan terus dilakukan oleh Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Kebayoran Baru melalui Majelis Kesehatan dan
Kesejahteraan Masyarakat PCM Kebayoran Baru akan Amal Usaha
Muhammadiyah RSB, sehingga dikeluarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI nomor Y.M.02.04.3.5.972 pada tanggal 12 Februari 2007
RSB Muhammadiyah berganti menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Muhammadiyah Taman Puring. Dan pada tanggal 30 Agustus 2012,
berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 4871/2012 RSIA Muhammadiyah Taman
43
Puring berubah menjadi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Taman
Puring. Berikut merupakan visi dan misi yang dimiliki RSMTP :
Visi RS Muhammadiyah Taman Puring
Menjadi ruma sakit yang berkualitas dan terpercaya di Jakarta dengan
unggulan kesehatan reproduksi dan tumbuh kembang anak tahun
2020.
Misi RS Muhammadiyah Taman Puring:
a) Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan berkualitas dengan
nilai Islam yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
b) Menjadikan Sumber Daya Insani yang berkualitas dan kompeten
sebagai permbaharu dan pencerah pelayanan kesehatan.
c) Menjadikan sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan
unggulan.
5.1.2 Gambaran Umum Pelayanan Rohani Islam Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring
Pelayanan rohani Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan
kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun
batiniah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan masa
mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan
spiritual, denga maksud agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya
sendiri, melalui dari kekuatan iman dan takwa (Arifin,1982).Berikut
merupakan Struktur Organisasi Pelayanan Rohani Tahun 2017
(Struksur Bimroh RSMTP, 2017) .
44
Bagan 5.1 Struktur Organisasi Sumber Daya Insani RSMTP
(Sumber : Struktur Organisasi Bimroh RSMTP, 2017)
Melalui bagan 3.2 dapat diketahui bahwa pelayanan pelayanan
rohani merupakan tanggung jawab Wahyu Rosid, S.E.Sy. selaku
koordinator Bimbingan Rohani (bimroh) yang memiliki atasan
langsung yaitu Wina Mulyaningrum selaku Kepala Bidang SDI. Dan
berikut visi dan misi yang dimiliki unit pelayanan rohani RSMTP:
Visi Pelayanan Rohani RS Muhammadiyah Taman Puring, yaitu :
Menjadi bidang yang mampu menciptakan nuansa keIslaman
sebagai ciri khas RSMTP pada 2017
Misi Pelayanan Rohani di RS Muhammadiyah Taman Puring, yaitu:
1) Menyusun standar pelayanan Islami
Manajer Umum & SDI
Dr. Erwin
Kabid SDI & Kesra
Wina Mulyaningru, S.Sos, M.M
Koordinator Admin SDI
Saiful Amri, S.E
Koordinator BIMROH
Wahyu Rosid, S.E.Sy
Kaur Diklat
Ns. Meliana Ningsih, S.Kep
Rekruitment
Richa Juniartha, S.Psi
45
2) Menjadikan RSMTP sebagai rumah sakit unggulan berciri khas
nilai Islam.
3) Menjadikan nilai Islami sebagai ruh dan motivasi kerja
Ruang lingkup pelayanan rohani di RSMTP adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan kerohanian pasien rawat inap RS Muhamammadiyah
Taman Puring
2. Bimbingan do‟a untuk pasien dan keluarga
3. Bimbingan tata cara ibadah untuk pasien
4. Bimbingan Rohani Pra dan Post Operasi
5. Bimbingan Sakaratul Maut/Pasien Terminal
Selain itu, fasilitas yang digunakan untuk melakukan pelayanan
rohani antara lain formulir persetujuan tindakan pelayanan kerohaniaan
(Informed Consent), assesment pasien, buku panduan kerohanian.buku
tuntunan do‟a dan ibadah dan buku dokumentasi kegiatan bimbingan
rohani (Panduan Pelayanan Rohani RSMTP, 2016).
5.2. Karakteristik Informan
Pada penelitian yang dilakukan ini, terdapat 44 informan yang terdiri
dari empat informan dari pihak pelayanan rohani Rumah Sakit, sepuluh
informan dari pasien penderita penyakit tuberkulosis, sepuluh informan dari
keluarga pasien penderita penyakit tuberkulosis, sepuluh informan dari pasien
penderita stroke, dan sepuluh informan dari keluarga pasien penderita
penyakit stroke. Peneliti hanya melakukan penelitian pada pasien penyakit
stroke kategori ringan dan sedang. Hal tersebut dikarenakan pasien penderita
stroke berat mengalami kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.
46
Tabel 5.2 Karakteristik Informan
No Informan Jenis Kelamin Jenis Kode Informan
1 Manajer Sumber Daya Insani RSMTP Lk Informan Pendukung IPM
2 Koordinator Pelayanan Rohani RSMTP Lk Informsn Kunci IA
3 Perawat unit rawat inap RSMTP Pr Informan Pendukung IP1
4 Perawat unit rawat inap RSMTP Pr Informan Pendukung IP2
5 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT1
6 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Pr Informan Utama IKT2
7 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Pr Informan Utama IKT3
8 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Pr Informan Utama IKT4
9 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT5
10 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT6
11 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT7
12 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Pr Informan Utama IKT8
13 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT9
14 Pasien penyakit tuberkulosis RSMTP Lk Informan Utama IKT10
15 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT1
16 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT2
17 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT3
18 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT4
19 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT5
20 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Lk Informan Pendukung IPKT6
21 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Lk Informan Pendukung IPKT7
22 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Lk Informan Pendukung IPKT8
23 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT9
24 Keluarga pasien tuberkulosis RSMTP Pr Informan Pendukung IPKT10
25 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS1
26 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS2
27 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS3
28 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS4
29 Pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Utama IKS5
30 Pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Utama IKS6
31 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS7
32 Pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Utama IKS8
33 Pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Utama IKS9
34 Pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Utama IKS10
35 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS1
36 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Pendukung IPKS2
37 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS3
38 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS4
39 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS5
40 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Pendukung IPKS6
41 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Lk Informan Pendukung IPKS7
42 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS8
43 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS9
44 Keluarga pasien penyakit stroke RSMTP Pr Informan Pendukung IPKS10
47
5.3. Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Penampilan diri staff pelayanan rohani merupakan penampilan diri dari
petugas pelayanan rohani dalam berpakaian ketika memberikan pelayanan
rohani kepafa pasien. Pakaian yang digunakan adalah pakaian menutupi
aurat, berbahan tebal ,tidak transparan, dan tidak sempit membentuk lekukan
tubuh. (A concept and Framework of Islamic Hospital : MUKISI, 2015 ).
Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring adalah proses dalam
memahami penampilan staff petugas pelayanan rohani dengan cara
merasakan dan menginterpretasikan pengalaman saat menerima pelayanan
rohani yang diberikan kepada pasien tersebut. Oleh karena itu, persepsi
seseorang bersifat subjektif.
Dalam bagian ini, peneliti akan menguraikan mengenai tanggapan pasien
penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit stroke unit rawat inap terhadap
penampilan petugas pelayanan rohani di RSMTP.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan sepuluh pasien penyakit
tuberkulosis dan sepuluh orang keluarga pasien didapatkan informasi bahwa
tanggapan pasien dan keluarga terhadap penampilan petugas pelayanan
rohani sudah rapi dan sopan. Berikut pernyataan kutipan wawancara perihal
informasi tersebut :
IKT 3 :
“Yaa menurut saya penampilan petugas sudah bagus, pakaian sudah
rapi dan sopan.”
IPKT 3 :
48
“Bagus penampilannya disini perawatnya pakai jilbab semua, petugas
yang tadi kasih doa-doa juga rapih bagus pakai peci”
Dari pernyataan IKT 3 dan IKPT 3 dapat diketahui bahwa persepsi
terhadap penampilan petugas pelayanan rohani rapi dan sopan dan menurut
IKPT 3 terdapat hal yang berbeda yaitu seluruh perawat wanita yang bekerja
di RSMTP mengenakan hijab dan poin yang yang ditanggapi dari
penampilan petugas adalah petugas yang memberikan pelayanan rohani
yang merupakan seorang laki-laki menggunakan peci.
Selaras dengan tanggapan dari pasien penyakit tuberkulosis dan keluarga
pasien, berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan sepuluh pasien
penyakit stroke dan sepuluh orang keluarga pasien didapatkan informasi
bahwa tanggapan pasien dan keluarga terhadap penampilan petugas
pelayanan rohani rapi,sopan dan sesuai syariat. Berikut merupakan kutipan
hasi wawancara terkait informasi tersebut:
IKS 7 :
“Penampilangnya rapi dan sopan terus pakaiannya juga disini sesuai
syariat Islam”
IPKS 7 :
“Penampilannya udah bagus rapi dan sopan, petugasnya juga ramah
terus pakaiannya juga menutup aurat gak berlebihan sudah sesuai sama
syariat”
Berdasarkan pernyataan IKS 7 dan IKPS 7 tersebut dapat diketahui
bahwa persepsi terhadap penampilan petugas pelayanan rohani rapi, sopan
dan sesuai dengan syariat Islam. Menurut IKPS 7 terdapat hal yang berbeda
yaitu tidak hanya memaknai atau memberi tanggapan hanya pada
49
penampilan fisik namun memberikan tanggapan terkait keramahan petugas
dalam memberikan pelayanan rohani.
Dalam pelaksanaan pelayanan rohani pihak Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring menyediakan seragam berupa jas untuk
petugas pelayanan rohani laki-laki dan blazer untuk petugas pelayanan
rohani wanita. Berikur merupakan kutipan hasil wawancara terkait
informasi tersebut :
IPM :
“Oh yaa, untuk seragam kami memiliki seragam yaitu berupa jas untuk
laki-laki dan blazer untuk perempuan. Baju yang dikenakan tentunya
menurut syariat Islam yaitu yang menutupi aurat, rapih, sopan dan tidak
terlalu sempit”
Namun dari hasil wawancara mendalam dan observasi dapat diketahui
bahwa terdapat ketidakpatuhan dalam penggunaan seragam seperti
jas/blazer yang telah disediakan pihak RSMTP. Petugas pelayanan rohani
tidak mengenakan seragam saat melakukan kunjungan untuk melaksanakan
pelayanan rohani pada pasien penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit
stroke. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan pernyataan berikut:
IP 1 :
“Hmm ga ada ya paling perawat pakai seragam jaga aja. Sebenernya
disediain blazer tapi gak dipakai”
IP 2 :
“Ada waktu awal dikasih semacem jas gitu tapi sekarang udah ga
dipakai ya paling pakai baju dinas aja”
Dari pernyataan-pernyataan terkait persepsi pasien unit rawat inap
terhadap penampilan petugas pelayanan rohani di RSMTP dapat
50
disimpulkan bahwa antara pasien penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit
stroke memiliki tanggapan yang sama terhadap penampilan petugas
pelayanan rohani yaitu petugas pelayanan rohani memiliki penampilan yang
sopan dan rapi serta sesuai dengan syariat Islam.
Akan tetapi dalam pelakasanaan pelayanan rohani terdapat
ketidakpatuhan dalam penggunaan seragam seperti jas/blazer yang telah
disediakan pihak RSMTP. Diketahui bahwa, petugas pelayanan rohani tidak
mengenakan seragam saat melakukan kunjungan untuk melaksanakan
pelayanan rohani pada pasien penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit
stroke.
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui informasi mengenai
penampilan petugas pelayanan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 5.3 Observasi Penampilan Staff Pelayanan Rohani
No. Kriteria Penampilan Staff Ya Tidak
1. Petugas Pria menggunakan peci, sedangkan
petugas wanita menggunakan hijab
-
2. Petugas menggunakan pakaian yang menutupi
aurat
-
3. Petugas menggunakan pakaian berbahan tebal -
4. Petugas menggunakan pakaian yang tidak tembus
pandang
-
5. Petugas menggunakan pakaian yang tidak sempit
atau longgar
-
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sudah terpenuhinya kriteria
penampilan petugas pelayanan rohani dalam pelaksanaan pelayanan rohani di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Kriteria penampilan staff telah
51
terpenuhi dibuktikan berdasarkan hasil observasi saat kunjungan pelayanan
rohani kepada pasien rawat inap.
Pernyataan Informan Ahli
Berdasarkan wawancara dengan IA diketahui bahwa penampilan staff
pelayanan rohani telah sesuai dengan syariat Islam. Berikut merupakan
pernyataan yang disampaikan oleh informan IA :
“Kalau seragam khusus untuk baju tidak ada, tapi setiap petugas pelayanan
rohani disediakan jas atau blezer khusus untuk pelayanan Untuk petugas
pelayanan rohani laki-laki menggunakan peci dan jas, kalau untuk petugas
pelayanan rohani perempuan menggunakan blezer dan baju yang longgar
dan berhijab.”
5.4. Persepsi pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Pelayanan rohani merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan
kepada pasien untuk menuntun pasien agar mendapatkan keikhlasan, kesabaran
dan ketenangan dalam menghadapi sakitnya, dalam rangka mengembangkan
potensi dan menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT,
agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Prosedur pelayanan rohani yang dimaksud adalah cara petugas rumah sakit
dalam memberikan pelayanan rohani kepada pasien dengan baik dan benar
sesuai dengan tata cara yang telah ada dalam A concept and Framework of
Islamic Hospital. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui informasi
mengenai penampilan petugas pelayanan melalui tabel sebagai berikut :
Dalam proses pelaksanaan pelayanan rohani sebagian besar pasien tidak
mengetahui bahwa ada pelayanan rohani. Hal tersebut dibuktikan dengan
melakukan wawancara mendalam kepada pasien dan keluarga pasien saat
52
mengikuti petugas memberikan pelayanan rohani. Berikut merupakan pernyataan
dari informan terkait informasi tersebut :
IKT 8 :
“Belum tahu kalau ada pelayanan rohani padahal dirawat disini sudah dari
hari sabtu tapi baru dikasih sekarang senin.”
IPKT 8:
“Baru tahu sekarang ini kalau ada pelayanan rohani karena pasien juga
baru sekali dirawat disini. Sebelumnya ga dibilangin apa-apa kalo mau ada
didoain seperti ini dari awal masuk.”
Hal tersebut dibenarkan oleh Informan Ahli. Dimana dalam pelaksanaan
pelayanan rohani petugas langsung mengunjungi pasien tanpa melihat data
terlebih dahulu. Berikut pernyataan IA mengenai alur pelaksanaan pelayanan
rohani:
“Alur kerjanya sesuai SOP yaitu pendaftaran diberikan informed consent
kemudian seharusnya bimroh mendapatkan data. Namun alurnya langsung
mengunjungi pasien tanpa melihat data terlebih dahulu”
Apabila dilihat dari durasi pelayanan rohani yang diberikan mendapat
tanggapan yang berbeda. Bagi sebagian pasien penyakit tuberkulosis dan keluarga
pasien diketahui bahwa pasien merasa kurang cukup atas durasi pelayanan rohani
yang diberikan. Berikut merupakan kutipan wawancara perihal informasi tersebut:
IKT 6 :
“Sebenarnya sudah cukup tapi ketika doa-doa lebih sedikit dilamain
waktunya agar lebih khusu‟ do‟anya”
IPKT 6 :
“Tadi itu kurang lama masnya baca doanya tapi sudah bagus ada pelayanan
seperti ini jadi ingat ibadah
Berdasarkan hasil wawancara dengan IKT 6 dan IKPT 6 dapat diketahui
bahwa persepsi pasien tuberkulosis dan keluarga terhadap durasi pelayanan rohani
53
yaitu durasi pelayanan rohani kurang lama khususnya pada saat pemberian do‟a
kepada pasien.
Sedangkan bagi sebagian pasien penyakit stroke dan keluarga pasien
diketahui bahwa pasien merasa kurang cukup atas durasi pelayanan rohani yang
diberikan khususnya pada saat petugas memberikan motivasi kepada pasien.
Berikut merupakan kutipan wawancara perihal informasi tersebut :
IKS 1:
“Waktunya sebentar yaa menurut saya kurang lama, lebih bagus sedikit lebih
lama khususnya pas pemberian motivasi”
IPKS 1 :
“Oh yang tadi itu ya, agak kurang lama . Kalo bisa lebih lama waktunya pas
semangatin pasien”
Berdasarkan pernyataan dari IKS 1 dan IPKS 1 dapat diketahui bahwa
persepsi pasien terhadap durasi pelayanan rohani yaitu waktu yang diberikan
kurang lama khususnya pada saat pemberian motivasi kepada pasien.
Dari pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh pasien dan keluarga terkait
persepsi pasien terhadap durasi pelayanan rohani dapat diambil kesimpulan bahwa
pasien merasa kurang cukup atas durasi pelayanan rohani yang diberikan. Namun,
ada perbedaan pendapat antara pasien penyakit tuberkulosis dan stroke terkait
durasi pelayanan yaitu bagi pasien tuberkulosis, durasi pelayanan dirasa kurang
pada saat pembacaan do‟a sedangkan bagi pasien penyakit stroke, durasi
pelayanan rohani dirasa kurang pada saat pemberian motivasi pada pasien.
Pelayanan rohani yang diberikan oleh petugas yaitu memberikan do‟a dan
motivasi kepada pasien, do‟a yang diberikan seperti do‟a keselamatan. Hal
tersebut dapat diketahui melalui hasil wawancara dan observasi dalam
54
pelaksanaan pelayanan rohani. Berikut merupakan pernyataan yang didapat dari
hasil wawancara dengan informan :
IA :
“Doa umumnya yaitu doa meminta kesembuhan dan meminta keselamatan
seperti yang ada dibuku panduan ibadah. Jadi kita memotivasi pasien bahwa
sakit bukan hal yang harus kita jadikan sebuah masalah namun menjadi
nikmat dan membuat kita bersyukur.”
IPM :
“Pertama memberikan salam kepada pasien dan bertanya bagaimana kondisi
pasien ,kemudian berdoa dan mengingatkan pasien untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah dan tidak meninggalkan sholat walau dalam kondisi sakit.”
Sejalan dengan pernyataan tersebut berdasarkan hasil wawancara mendalam
dengan pasien penyakit tuberkulosis dan pasien stroke pelayanan rohani yang
diterima oleh pasien yaitu berupa doa dan motivasi. Berikut kutipan wawancara
terkait informasi tersebut :
IKT 1 :
“Memberikan doa, mendoakan agar pasien sembuh terus tadi kasih
semangat. Jangan lupa minum obat dan terus ingat Allah SWT.”
IKS 3 :
“Tadi bantu mendoakan, memberikan semangat dan mengingatkan untuk
terus sholat, dan berdoa kepada Allah serta istighfar.”
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan
pelayanan rohani menurut IKT 1 petugas pelayanan rohani memberikan doa dan
semangat serta memberikan pesan untuk tidak lupa meminum obat. Sedangkan
menurut IKS 3 pelayanan yang diberikan yaitu mendoakan, memberikan
semangat dan mengingatkan untuk tetap beribadah.
Selain itu masih terdapat prosedur pelayanan yang tidak terlaksana yaitu tidak
adanya prosedur tuntunan sholat atau ibadah. Pemberian pelayanan berupa
55
tuntunan beribadah terkendala oleh salah satu faktor yaitu karena teralihkan
dengan kebutuhan pelayanan medis untuk pasien. Berikut merupakan pernyataan
dari hasil wawancara terkait informasi tersebut :
IP 1 :
“Perawat membantu pemenuhan spiritual seperti keluarga yang muslim
dibantu menunjukan arah kiblat selain itu pasien yang tidak bisa berwudhu
dibantu dan dituntun untuk bertayamum namun belum maksimal karena
teralihkan dengan kebutuhan medis pasien.”
Tabel 5.4 Gambaran Prosedur Pelayanan Rohani RSMTP
No. Prosedur Pelayanan Rohani Ya Tidak
1. Petugas pelayanan rohani mengunjungi pasien rawat inap
secara teratur dengan membuat laporan (durasi pelayanan
rohani 5-15 menit)
-
2. Petugas pelayanan rohani mengucapkan salam -
3. Petugas rohani memberikan do‟a kepada pasien -
4 Petugas pelayanan rohani memberikan arahan atau panduan
sholat
-
5. Petugas rohani memberikan motivasi baik kepada pasien
-
6. Petugas rohani memberikan penguatan kepada keluarga pasien -
7. Petugas pelayanan rohani mengucapkan terimakasih dan salam
ketika pelayanan rohani usai dilakukan -
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa terdapat satu prosedur pelayanan
rohani yang belum sesuai dengan prosedur pelayanan rohani berdasarkan A
concept and Framework of Islamic Hospital yaitu petugas pelayanan rohani
memberikan arahan atau pamduan sholat.
Pernyataan Informan Ahli
Berdasarkan wawancara dengan IA terkait prosedur pelayanan rohani
didapatkan hasil sebagai berikut :
56
“Doa umumnya yaitu doa meminta kesembuhan dan meminta keselamatan
seperti yang ada dibuku. Kalau untuk motivasi seperti mengingatkan
pasien agar sabar dan memberitahu bahwasanya sakit merupakan wasilah
untuk menggugurkan dosa-dosanya dan meningkatkan derajatnya. Jadi
kita memotivasi pasien bahwa sakit bukan hal yang harus kita jadikan
sebuah masalah namun menjadi nikmat dan membuat kita bersyukur.
Petugas juga mengajarkan sholat jika diminta pasien”
5.5. Persepsi pasien terhadap fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Fasilitas yang dimaksudkan adalah sarana dan prasarana yang tersedia
dan disediakan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring untuk
menunjang pelaksanaan pelayanan rohani kepada pasien di unit rawat inap
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Berikut merupakan hasil
selama penelitian berlangsung.
Tabel 5.5 Gambaran Fasilitas Pelayanan Rohani RSMTP Tahun 2017
No. Nama Ketersediaan Keterangan
1. Arah penunjuk qiblat Tersedianya arah qiblat namun tidak di
seluruh ruang rawat inap yang ada di
RSMTP
2. Mukena dan Kitab Suci Terdapat kitab suci di setiap runit rawat inap
namun untuk mukena hanya ada di mushola
3. Audio Speaker Audio speaker hanya tersedia di luar
ruangan
4. Saluran televisi keIslaman Setiap ruangan sudah terdapat televisi
namun belum terdapat saluran khusus
keIslaman
6. Buku tuntunan ibadah
pada pasien Buku tuntunan ibadah merupakan buku yang
diberikan saat pasien masuk atau mendaftar
untuk di rawat di ruang rawat inap
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa masih adanya fasilitas yang belum
tersedia dan lengkap. Salah satunya yaitu masalah audio speaker. Hal tersebut
dapat diketahui melalui hasil wawancara dan observasi. Berikut merupakan
pernyataan yang didapat dari hasil wawancara dengan informan:
57
IPM :
“Fasilitas belum memadai , salah satunya sound system misalnya lantunan
ayat suci setiap unit ranap masih trouble. Sebenarnya sudah berkoordinasi
oleh teknisi namun karena teknisi juga banyak pekerjaan jadi masih
bermasalah.”
Dari pernyataan IPM dan IP 2 dapat diketahui bahwa pihak rumah sakit
menyadari masih terdapat fasilitas yang belum memadai yaitu permasalahan
audio speaker yang hanya ada satu. Menurut IPM, sound system yang belum
memadai dikarenakan teknisi yang dapat membantu dalam masalah audio speaker
masih memilliki banyak pekerjaan lain.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan IP 1 dan IP 2 diketahui
bahwa fasilitas yang telah disediakan Rumah Sakit yaitu arah kiblat yang berada
di setiap ruang rawat inap RSMTP. Berikut merupakan kutipan wawancara terkait
dengan informasi tersebut :
IP 1 :
“Ada arah kiblat selain itu untuk keluarga yang tidak membawa mukena bisa
pinjam di kami”
IP 2 :
“Ada audio tapi ga disetiap ruangan , di setiap ruamg rawat inap ada arah
kiblat, untuk mukena biasanya keluarga membawa sendiri”
Namun berbeda dengan kenyataan dilapangan pada saat observasi dan
wawancara mendalam terkait persepsi pasien terhadap fasilitas pelayanan rohani
diketahui bahwa masih terdapat ruang rawat inap yang belum ada arah kiblat. Hal
tersebeut dapat dibuktikan berdasarkan wawancara dengan informan IKT 9
sebagai berikut :
58
IKT 9 :
“Arah kiblat tidak ada jadi, kami menghafal arah di musholla rumah sakit
kalo untuk mukena bawa sendiri dari rumah. Dan yang paling bagus ada
audio speaker kedengeran kalo pagi hari tapi, alangkah lebih baiknya kalo di
nyalakan pada malam hari biar tidurnya tenang.”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pasien stroke terkait persepsi
pasien terhadap fasilitas pelayanan rohani diketahui bahwa masih terdapat
kekurangan dalam segi fasilitas yaitu belum tersedianya siaran televisi Islami
mendukung pelaksanaan pelayanan rohani. Berikut merupakan kutipan
wawancara terkait infomarsi tersebut :
IKS 4 :
“Tapi disini kurang ada acara tv yang menyiarkan dakwah, ngaji, dan
sholawat.”
IPKS 8 :
“Kurang adanya tayangan televisi yang Islami padahal disini Rumah Sakit
Islam”
Dari pernyataan-pernyataan tersebut diketahui bahwa menurut IKS 4 dan
IPKS 8 fasilitas masih ada yang kurang yaitu terkait siaran televisi Islami seperti
dakwah, murotal karena menurut IPKS 8 RSMTP merupakan rumah sakit Islam.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
fasilitas sudah tersedia namun belum memadai. Fasilitas yang belum memadai
seperti audio speaker yang hanya tersedia satu, arah kiblat yang belum ada di
setiap ruang rawat inap, serta saluran televisi yang menyiarkan acara Islami
karena berdasarrkan persepsi pasien, RSMTP merupakan Rumah Sakit Islam.
59
Pernyataan informan Ahli
Berdasarkan wawancara dengan IA diketahui bahwa fasilitas pelayanan
rohani belum memadai dalam menunjang pelaksanaan pelayanan rohani. Berikut
merupakan pernyataan yang disampaikan oleh informan IA :
“Belum memadai khususnya audio masih bergabung dengan unit lain
sehingga untuk pemutaran terkendala. Kalo bisa ada saluran khusus misal
tata cara berwudhu dalam bentuk visual karena sekarang setiap kamar
menggunakan tv.”
5.6. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesenmbuhan pasien
tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman
Puring
Motivasi kesembuhan pasien adalah dorongan atau kekuatan yang
tumbuh dari dalam diri seorang yang membuat seorang menjadi lebih
bersemangat dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi masalah masalah
yang terdapat dalam lingkungan
Tabel 5.6 Pengaruh Pelayanan Rohani Terhadap Motivasi Kesembuhan Pasien
No. Motivasi Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paisen Stroke
Ada Tidak
Ada
Ada Tidak
Ada
1. Pasien memiliki sikap yang positif - -
2. Pasien memiliki orientasi tujuan yang
ingin dicapai yaitu sembuh dan dapat
beraktivitas seperti semula
- -
3. Adanya kekuatan yang mendorong
individu memiliki keinginan sembuh. - -
Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahai bahwa terdapat satu aspek
pelayanan rohani yang tidak berpenngaruh terhadap motivasi kesembuhan
pasien stroke yaitu pada aspek pasien memiliki sikap postif. Dimana sikap
positif yang dimaksud adalah memiliki kepercayaan diri dan selalu optimis.
60
Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara mendalam didapatkan
informasi bahwa 7 dari 10 informan menyatakan kurang percaya diri dan
pesimis untuk sembuh total dari penyakit yang diderita. Berikut merupakan
kutipan wawancara terkait informasi tersebut :
IKS3 :
“Bapak ragu dan kurang percaya diri apakah bisa kembali sembuh seperti
sebelumnya karena tangan kiri saya sama kaki udah gak bisa gerak kaya
dulu dan sakit ini udah lumayan lama neng”
IKS 6 :
“Sekarang jadi susah ngomong bibir jadi susah digerakainnya udah lama
sakitnya belum sembuh-sembuh juga. Kalau sekarang lagi ikut terapi”
Selain itu keluarga pasien yang menunggu juga memberikan pernyataan
terkait kurang percaya diri dan rasa pesisimis yang dialami pasien. Berikut
merupakan pernyataan dari IPKS3 :
”Iya, kadang suka kasihan lihatnya masih sulit gerak jadi suka mengeluh
kapan sembuh , tapi keluarga Cuma bisa kasih dukungan dan semnagat
serta berdoa”
Sedangkan untuk pasien tuberkulosis memiliki dorongan yang kuat untuk
sembuh setelah mendapat pelayanan rohani khususnya dalam mengonsumsi yang
rutin agar sembuh. Berikut merupakan kutipan terkait informasi tersebut :
IKT 3 :
“Alhamdulillah dengan adanya pelayanan ini didoakan saya merasa
bersemangat sekali dan yakin akan sembuh.“
IKT 5
“senang sekali dengan adanya doa dan tadi diberikan motivasi sehingga
saya menjadi percaya kalau minum obat rutin saya akan sembuh”
IKT 6
61
“ Awalnya saya merasa cemas akan penyakit yang saya derita karena ini
kan menular tapi setelah mendengarkan pelayanan tadi saya menjadikan
penyakit ini sebagai sebuah nikmat yan diberikan Allah”
IPKT 4 :
“Tadi dikasih penguatan juga untuk keluarga jadi kita akan lebih sering
mendakan dan memerhatikan agar pasien rajin minum obat”
IPKT 6
“ Terimakasih yaa sudah didoakan sekarang juga akan sering
mendoakan agar pasien segera sembuh dan mengingatkan pasien untuk
minum obat”
Pernyataan Informan Ahli
Berdasarkan wawancara dengan IA diketahui bahwa ada pengaruh
pelayanan rohani terhadap motivasi kesembuhan pasien. Berikut merupakan
pernyataan yang disampaikan oleh informan IA :
“Bukti fisiknya terlihat dari mukanya.saya pernah melakukan pelayanan
rohani kepada pasien kronis jadi ketika melakukan pelayanan bimbingan
doa mereka terlihat lebih tenang.dan menangis serta motivasi lebih
mengingat Allah Selain itu, ada perbedaan terlihat lebih bersemangat.”
62
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Berikut merupakan keterbatsan dalam penelitian yang dilakukan tentang
Pengaruh Kualitas Pelayanan Rohani Islam Terhadap Motivasi Kesembuhan
Pasien Diagnosa Penyakit Tuberkulosis Dan Stroke Unit Rawat Inap DI
RSMTP pada Tahun 2017 :
a) Wawancara dengan informan pendukung, yaitu Manajer Sumber Daya
Insani (SDI) tidak dapat terlaksana sehingga digantikan oleh
Koordinator pelayanan rohani periode sebelumnya, 2014-2015. Hal
tersebut terjadi dikarekanan Manajer SDI baru menjabat selama
kurang lebih 5 bulan.
b) Peneliti hanya melakukan penelitian pada pasien penyakit stroke
kategori ringan dan sedang. Hal tersebut dikarenakan pasien penderita
stroke berat mengalami kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.
6.2. Persepsi pasien terhadap penampilan staff dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di Rumah Sakit Taman Puring
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dalam penelitian, kualitas
penampilan staff sudah memenuhi kriteria penampilan staff pelayanan rohani
berdasarkan A concept and framework of Islamic Hospital oleh MUKISI.
Dimana petugas pelayanan rohani daalam memberikan kepada pasien
menggunakan pakaian yang menutup aurat, tidak transparan , dan tidak
sempit atau tidak memperlihatkan lekukan tubuhnya. Selain itu, penampilan
63
petugas pelayanan rohani dilengkapi dengan peci untuk petugas pria dan hijab
untuk petugas wanita.
Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa
terjadi ketidaksesuain penampilan staff antara SOP pelayanan rohani RSMTP
dengan kenyataan saat kunjungan memberikan pelayanan kepada pasien. Hal
yang tidak sesuai yaitu petugas seharusnya mengenakan jas/ blazer yang telah
disediakan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring saat
memberikan pelayanan. Tetapi berdasarkan hasil bservasi, selama petugas
tidak menggunakan jas/ blazer tersebut ketika memberikan pelayanan rohani.
6.3. Persepsi pasien terhadap prosedur pelaksanaan pelayanan rohani di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Bagan 6.1 Alur Pelayanan Kerohanian RS Muhammadiyah Taman Puring
`
2
(Sumber : Panduan Pelayanan Rohani RSMTP, 2016)
PERMINTAAN PELAYANAN BIMBINGAN
ROHANI
PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI
PERMINTAAN OLEH PASIEN ATAU KELUARGA
PASIEN DENGAN MENGISI INFORMED
CONSENT
PETUGAS BIMROH MENGUNJUNGI PASIEN
PERAWAT MENGHUBUNGI
PETUGAS BIMROH
PENCATATAN PELAKSANAAN
BIMBINGAN ROHANI
64
Alur pelaksanaan pelayanan rohani di RS Muhammadiyah Taman Puring yaitu
sebagai berikut :
1. Pelayanan kerohanian pasien diakomodasi oleh Rumah Sakit, dalam
memberikan pelayanan paripurna untuk ketenangan dan kenyamanan
pasien.
2. Pasien/ keluarga pasien/ Penanggung Jawab pasien mengisi Formulir
Permintaan Pelayanan Kerohanian setelah diberikan penjelasan oleh
petugas admisi tentang adanya pelayanan kerohanian bagi pasien.
3. Asesmen kebutuhan pasien akan pelayanan kerohanian harus dilakukan
dan diketahui oleh Bagian Admission, Instalasi rekam medik, perawat,
Petugas Bimbingan Rohani dan tercatat pada formulir asesmen pasien ke
dalam berkas rekam medis pasien.
4. Ruang lingkup pelayanan kerohanian yang disediakan oleh Rumah Sakit
adalah bimbingan do‟a, bimbingan ibadah, bimbingan pra dan post
operasi, dan bimbingan sakaratul maut. Selain itu Rumah Sakit belum
dapat mengakomodir kebutuhan terkait pelayanan kerohaniannya.
5. Pelayanan Kerohanian dilakukan kepada setiap pasien rawat inap yang
mengisi formulir pelayanan rohani dan mendapatkan layanan bimbingan
rohani minimal satu kali selama pasien di rawat.
6. Untuk pelayanan rohani lebih lanjut pasien harus menghubungi unit
perawatan terkait dan mengisi informed consent pelayanan rohani
lanjutan.
7. Pelayanan kerohanian yang belum dapat diakomodir sesuai dengan agama
dan kepercayaan pasien, dapat dilakukan sendiri oleh pasien dan keluarga
65
dengan cara mendatangkan sendiri pemuka agama yang dianutnya ke
Rumah Sakit.
8. Rumah Sakit siap untuk membantu proses pelaksanaan kerohanian yang
dilakukan, dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada.
9. Pelaksanaan pelayanan kerohanian yang dilakukan diharapkan tidak
mengganggu kenyamanan pasien lainnya atau yang berdampingan.
10. Apabila diperlukan untuk kenyamanan dilakukannya proses pelayanan
kerohanian, dapat dipertimbangkan dan diupayakan ruangan atau tempat
tertentu yang khusus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Selain terdapat alur pelaksaan juga terdapat SOP pelayanan rohani.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa hanya satu
poin pelaksanaan pelayanan rohani yaitu poin memberikan informasi atau
memberikan tuntunan ibadah wudhu dan sholat. Hal ini tidak terlaksana
dikarenakan pemberian tuntunan ibadah wudhu dan sholat hanya dilakukan
apabila pasien meminta diajarkan.
6.4. Persepsi pasien terhadap fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring
Fasilitas pelaksanaan pelayanan rohani sudah tersedia sesuai dengan A
concept and framework of Islamic Hospital oleh MUKISI. Namun belum
sepenuhnya lengkap. Salah satu fasilitas yang belum lengkap yaitu arah qiblat
yang belum tersedia di seluruh ruang rawat inap. Mukena juga tidak
disediakan disetiap ruang rawat inap. Namun, berdasarkan hasil wawancara
dan observasi diketahui bahwa mukena dapat di pinjam kepada perawat atau
dapat menjalankan ibadah di musholla.
66
Selain itu, yang masih belum memadai adalah audio speaker dan
saluran telivisi keIslaman. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
diketahui bahwa hal tersebut disebabkan audio yang hanya ada di luar ruang
rawat inap merupakan audio bersama dengan unit lain yang ada di Rumah
Sakit Muhammadiyah Taman Puring. Sehingga tidak dapat secara optimal
membantu pelayanan rohani yang menyiarkan saluran keIslaman.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketaui bahwa terdapat empat poin
fasilitas yang sesuai dengan A concept and framework of Islamic Hospital
oleh MUKISI. Hanya ada satu poin yang belum sesuai yaitu saluran televisi
keIslaman sebagai ciri dari Rumah Sakit Islam.
6.5. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesenmbuhan pasien
tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman
Puring
Menurut Conger (dalam Ardhani, 2009) aspek-aspek motivasi adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki sikap yang positif, yaitu memiliki kepercayaan diri dan
perencanaan yang tinggi serta selalu optimis. Bersikap positif maksudnya
itu melakukan sikap yang sifatnya positif. Sikap positif tidak hanya kepada
pelayanan pelayanan rohani Islam, akan tetapi bersikap positif kepada
Allah itu sangat penting, karena Allah yang memberikan kesembuhan
kepada individu sedang diberi cobaan sakit (pasien).
b. Berorientasi pada suatu tujuan, yaitu orientasi tingkah laku diarahkan pada
tujuan yang hendak dicapai. Pasien mengarahkan tujuan tertentu yaitu
tujuan untuk sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti semula.
67
c. Kekuatan yang mendorong individu, yaitu timbulnya kekuatan dalam diri
individu, dari lingkungan dan keyakinan adanya kekuatan yang akan
mendorong tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Pasien
mendapat dorongan dari luar kemudian dari dorongan dalam individu
dapat mendorong individu mengubah tingkah lakunya. Seperti pasien awal
mulanya acuh tak acuh kepada pelaksanaan pelayanan pelayanan rohani
Islam, kemudian dengan adanya kekuatan yang mendorong individu untuk
keinginan ingin sembuh maka pasien akan mengikuti pelaksanan
pelayanan dengan baik.
Berdasarkan teori tersebut apabila dibandingkan dengan hasil penilitian
yang didapat diketahui bahwa ada pengaruh pelayanan rohani dengan
motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis dan stroke di Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring. Hal tersebut dapat dilihat dari kesesuaian ada
atau tidaknya pengaruh dalam tiga aspek yaitu adanya sikap positif, adanya
orientasi pada tujuan dan kekuatan yang mendorong individu.
Namun apabila dibandingkan, didapatkan hasil bahwa pengaruh
peelayanan rohani lebih besar terhadap motivasi kesembuhan pasien penyakit
tuberkuloosis dibandingkan pasien penyakit stroke. Hal tersebut dapat dilihat
pada pasien penyakit tuberkulosis terdapat pengaruh dalam tiga aspek yaitu
adanya sikap positif, adanya orientasi pada tujuan dan kekuatan yang
mendorong individu. Sedangkan pada pasien stroke hanya terdapat dua aspek
yang berpengaruh yaitu adanya orientasi pada tujuan dan kekuatan yang
mendorong individu.
68
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
a. Persepsi Pasien terhadap Penampilan Staff Pelayanan Rohani
Diketahui bahwa antara pasien penyakit tuberkulosis dan pasien
penyakit stroke memiliki tanggapan atau persepsi yang sama terhadap
penampilan petugas pelayanan rohani yaitu menurut pasien petugas
pelayanan rohani memiliki penampilan yang sopan dan rapi serta sesuai
dengan syariat Islam. Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara
mendalam terdapat ketidakpatuhan petugas yaitu petugas pelayanan
rohani tidak mengenakan seragam (jas/blazer) yang telah disediakan saat
melakukan kunjungan untuk memberikan pelayanan rohani pada pasien
penyakit tuberkulosis dan pasien penyakit stroke.
b. Persepsi Pasien terhadap Prosedur Pelaksanaan Pelayanan Rohani
Kegiatan pelayanan rohani yang dilakukan meliputi: mendoakan
pasien agar diberi kesembuhan, memberikan motivasi dan penguatan
kepada keluarga pasien. Dalam proses pelaksanaan pelayanan rohani,
pasien merasa kurang cukup atas durasi pelayanan rohani yang diberikan.
Ada perbedaan pendapat antara pasien penyakit tuberkulosis dan stroke
terkait durasi pelayanan yaitu bagi pasien tuberkulosis, durasi pelayanan
dirasa kurang pada saat pembacaan do‟a sedangkan bagi pasien penyakit
stroke, durasi pelayanan rohani dirasa kurang pada saat pemberian
motivasi pada pasien. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ada
satu aspek pelayanan yang tidak terpenehui yaitu tuntunan ibadah. Hal
69
tersebut dikarenakan teralihkan dengan kebutuhan pelayanan medis
untuk pasien.
c. Persepsi Pasien terhadap Fasilitas Pelayanan Rohani
Fasilitas pendukung pelayanan rohani belum memadai. Fasilitas
yang belum memadai seperti audio speaker yang hanya tersedia satu,
arah kiblat yang belum ada di setiap ruang rawat inap, serta saluran
televisi yang menyiarkan acara Islami karena berdasarkan persepsi
pasien, RSMTP merupakan Rumah Sakit Islam.
d. Pengaruh pelayanan rohani terhadap motivasi kesembuhan pasien
penyakit tuberkulosis dan stroke.
Didapatkan hasil bahwa pengaruh peelayanan rohani lebih besar
terhadap motivasi kesembuhan pasien penyakit tuberkulosis
dibandingkan pasien penyakit stroke. Hal tersebut dapat dilihat pada
pasien penyakit tuberkulosis terdapat pengaruh dalam tiga aspek yaitu
adanya sikap positif, adanya orientasi pada tujuan dan kekuatan yang
mendorong individu. Sedangkan pada pasien stroke hanya terdapat dua
aspek yang berpengaruh yaitu adanya orientasi pada tujuan dan kekuatan
yang mendorong individu. Pasien penyakit stroke kurang adanya
pengaruh dalam aspek bersikap positif. Dimana sikap positif yang
dimaksud adalah memiliki kepercayaan diri dan selalu optimis.
Sedangkan pasien penyakit stroke pesimis dan tidak percaya diri bahwa
dapat sembuh kembali seperti semula.
70
7.2. Saran
a. Penampilan staff dalam memberikan pelayanan sudah rapi dan sopan
sesuai dengan syariat. Namun dalam upaya meningkatkan kualitas
penampilan sebaiknya saat kunjungan untuk memberikan pelayanan
rohani petugas menggunakan jas atau blazer yang telah disediakan
sebagai ciri khas atau pembeda dari petugas pelayanan rohani.
b. Dalam memberikan pelayanan komperhensif sebaiknya petugas
menanyakan apakah pasien membtuhkan pentujuk beribadah seperti
wudhu, tayamum, dan sholat dalam kondisi sakit.
c. Pihak rumah sakit dapat memaksimalkan fasilitas yang ada seperti saat
audio speaker hanya ada di luar ruang rawat inap maka sebaiknya
RSMTP memaksimalkan telivisi yang telah sedia disetiap ruang rawat
inap menjadi media yang terintegrasi untuk menyiarkan saluran Islami
seperti tata cara berwudhu, tata cara sholat, dan menyiarkan lantunan ayat
suci Al-Qur‟an dalam satu control.
d. Petugas pelayanan rohani lebih memberikan pendekatan secara personal
khusunya pada pasien penyakit stroke dan memberikan mater-materi
tentang kepercayaan diri dan penanaman rasa optimis bahwa pasien dapat
sembuh seperti semula.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzaky, Hamdani B,. 2001. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Baru.
Al- Qur‟an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI. 2014. Jakarta : Bumi
Restu.
Ardhani. 2009. Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Sakit Kronis Penyandang
Depresi Mayor Ditinjau Dari Dukungan Sosial Keluarga. Skripsi.
Semarang : Perpustakaan Unika
Ardianto, Elvinar dan Lukiati Komala Erdiyana. 2004. Komunikasi Massa.
Bandung: Simbiosa Rekatama.
Arifatun, Siska. 2015. Profesionalisasi Pebimbing Rohani Islam Di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang (Analisis Manajemen Bimbingan dan
Konseling). Fakultas Dakwah Dan Komunkasi, Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang.
Arifin, H.M. 1982. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Golden Tayaran Perss
Atkinson, R.C., dan E.R. Hilgar. 1991. Pengatar Psikologi, diterjemahkan oleh
Nurjanah Taufik dan Rukmini. Berhana. Jakarta : Erlangga
Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta : \Penerbit
Teraju.
72
Badriah, Fase dan Raihana Alkaff.2013.Metodologi Peneitian Kualitatif. Jakarta:
FKIK UIN JAKARTA
Bastable, B. Susan. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaplin, C.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono,
Rajawali Press. Jakarta.
Darajat, Zakiyah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Effendi, Unong Uchjana. 1992. Ilmu Komuninakasi, Teori,dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya..
El-Quusi, Abdul Aziz. 1982. Pokok-pokok Kesehatan Jiwa. Jakarta : Bulan
Bintang.
Fandy, Tjiptono.2000. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Faqih, Ainur Rochim, 2001. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII
Press.
Feist, J & Feist, G.J. 1998. Theories of Personality, Fourth Edition. New York :
McGraw Hill Company.
Hawari, Dadang,. 1999. Al-Qur‟an: Ilmu Kedoteran Jiwa dan Kesehatan
Jiwa.Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prim
Jaya, Yahya. 1994. Spiritualisaai Islam. Jakarta: Ruhama
KARS. 2012. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012. Jakarta : Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.
73
KMK No. 812 Tahun 2007 Tentang Kegiatan Perawatan Paliatif
Kotler, Philip dan Gary Armstrong.2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta :
Erlangga
Maghfiroh, Riza Azizatul. 2014. Pengaruh kualitas pelayanan bimbingan rohani
terhadap motivasi kesembuhan (studi kasus, pasien diabetes mellitus Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang) Skripsi. IAIN Walisongo.
Mujizati, Ati. 2008. Peran Bimbingan Rohani Islam Dalam Memelihara
Kesabaran Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Islam ( Rsui )
Harapan Anda Tegal Tahun 2008. Fakultas Dakwah, Istitut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang.
Musnamar, Tohari,. 1992. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan
KonselingIslam. Yogyakarta: UII Press.
Purwanto, Ngalim.1990. Psiklogi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
RSMTP. 2016. Panduan Pelayanan Rohani Rumah Sakit Muhammadiyah Taman
Puring.
RSMTP. 2017. Program Kerja Pelayanan Rohani Sakit Muhammadiyah Taman
Puring.
Salim. Samsudin. 2005. Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan
Layanan Medis dan Spiritual di Rumah Sakit. Kumpulan makalah seminar
nasional. RSI sultan agung dan Fakultas Kedokteran UNISULA. Semarang.
Semium Yustinus. 2006. Kesehatan Mental : Jilid 2. Yogyakarta: Kanisius.
Sholeh, Abdurrahman & Muhib Abdul Wahab. 2004. Psikologi : Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam. Jakarta : Prenada Media.
74
Subandi, Ahmad, Syukriadi Sambas,. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan (Al-
Irsyad)dalam Dakwah Islam. Bandung: KP-HADID Fakultas Dakwah.
Sugiarto.2002. Psikologi Pelayanan Dalam Industri Jasa. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta : EGC.
Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
W.J.S. Purwo Darminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Widyatun, T.R. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Winkel, W. S,. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Jakarta:
Gramedia Indonesia.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
75
LAMPIRAN
76
INFORMED CONSENT
Kepada Responden terhormat
Bapak/Ibu
Di -
Tempat
Saya adalah Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang sedang melakukan penelitian mengenai Persepsi Pasien Unit Rawat
Inap Terhadap Kualitas Pelayanan Rohani dan Motivasi Kesembuhan di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Tahun 2017.
Sehubungan dengan hal tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu
dapat membantu saya untuk menjawab pertanyaan penelitian akan saya ajukan.
Semua pernyataan atau pernyataan dan awaban yang diberikan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian semata.
Atas partisipasi Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini saya ucapkan
terima kasih.
Jakarta,
Oktober 2017
Peneliti,
DINDA APRILIANI
77
FORM IDENTITAS INFORMAN
PERSEPSI PASIEN UNIT RAWAT INAP TERHADAP
KUALITAS PELAYANAN ROHANI DAN MOTIVASI KESEMBUHAN
DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TAMAN PURING TAHUN 2017
Kode Informan* :
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Diagnosa :
Nomor Telepon :
Hari/Tanggal Wawancara :
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi respnden penelitian
yang dilakukan oleh saudara peneliti yaitu penelitian tentang “PERSEPSI PASIEN
UNIT RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS PELAYANAN ROHANI DAN
MOTIVASI KESEMBUHAN DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TAMAN
PURING TAHUN 2017”. Kerahasiaan jawaban hasil wawancara yang diisi akan
dijaga sebaik mungkin dan hanya diketahui oleh peneliti.
Responden,
78
79
KARAKTERISTIK INFORMAN PENELITIAN
a. Kriteria Informan Petugas Pelaksanaan Rohani
1. Koordinator Pelayanan Rohani
2. Perawat dalam tim kerja pelayanan rohani
b. Kriteria Pasien
1. Pasien unit rawat inap diagnosa penyakit tuberkulosis
2. Pasien unit rawat inap diagnosa penyakit stroke ringan dan sedang
c. Kriteria Keluarga Pasien
Keluarga pasien yang sedang menemani pasien tuberkulosis dan stroke
yang sedang menjalani perawatan
d. Kriteria Pimpinan Pelayanan Rohani
Manager Sumber Daya Insani selaku pimpinan program pelayanan rohani
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring.
80
PEDOMAN WAWANCARA
Tata Cara Wawancara :
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan kesediaan menjadi informan
4. Menanyakan nama dan jabatan informan (untuk petugas), sedangkan
menanyakan nama dan diagnosa penyakit (untuk pasien)
5. Meminta izin untuk merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung
6. Memberikan pertanyaan pembuka (seperti : Bagaimana kabar hari ini?)
7. Memberikan pertanyaan inti
8. Menutup sesi wawancara
9. Mengucapkan terimakasih
10. Selesai
81
Daftar Pertanyaan Untuk Diajukan Kepada Petugas Pelayanan Rohani
di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta
A. Kualitas Pelayanan Rohani
a. Penampilan Staff
Apa ada seragam khusus untuk petugas pelayanan rohani?
(Probing: bagaimana seharusnya petugas berpenampilan?
Apakah ada syarat khusus dalam berpakaian ? ( Probing : Jika ada
apa saja syarat baju yang dikenakan oleh petugas)
b. Prosedur pelaksanaan pelayanan rohani
Menurut bapak/ibu, Apa yang dimaksud dengan pelayanan rohani
? (Probing: apa yang menjadi dasar dan tujuan pelaksanaan
pelayanan rohani, mengapa perlu diadakan pelayanan rohani)
Apa saja materi/doa yang disampaikan atau diberikan kepada
pasien untuk memotivasi kesembuhan pasien dalam pelaksanaan
pelayanan rohani ? (Probing: apa ada buku pedoman panduan doa
khusus, apakah ada materi khusus untuk memotivasi kesembuhan
pasien)
Metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di RSMTP? (Probing: ada berapa metode dan bagaimana
penerapan metode tersebut ?)
Kapan waktu pelaksanaan pelayanan rohani islam kepada pasien
rawat inap ? (Probing : Apakah ada jadwal khusus pelaksanaan
pelayanan rohani? Jika tidak bagaimana menentukan pelaksanaan
pelayanan rohani)
Bagaimana alur kerja bagian pelayanan rohani di Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring? (Probing : siapa saja yang terlibat
dalam pelaksanaan pelayanan rohani dan jelaskan SOP pelayanan
rohani)
82
c. Fasilitas pelayanan rohani
Apa saja alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan rohani ?
(Probing: apakah ada buku pedoman khusus dan apakah fasilitas
memadai )
Apa sarana pendukung kegiatan pelayanan rohani ? (Probing:
apakah ada tanda arah qiblat untuk pasien dan keluarga, kitab suci
dan audio speaker pendukung)
Siapa yang bertanggungjawab merawat fasilitas pelayanan rohani
di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ? (Probing: apa
saja yang dirawat dan bagaimana cara merawat fasilitas tersebut ?)
B. Motivasi Kesembuhan Pasien
1. Apa saja yang diberikan petugas dalam pelaksanaan pelayanan
rohani ? (Probing: dengan model apa pelaksanaan pelayanan rohani
dilaksanakan)
2. Apa pasien merasa lebih tenang setelah mendapat pelayanan rohani ?
(Probing: bagaimana cara petugas membuat pasien lebih tenang dan
aman terhadap penyakit yang diderita)
3. Apakah petugas pelayanan rohani memberikan penguatan kepada
keluarga pasien ? (Probing: bagaimana cara petugas memberikan
penguatan kepada keluarga pasien)
4. Apa saja keluhan pasien seputar penyakit yang diderita? (Probing:
bagaimana cara petugas mengatasi keluhan tersebut?)
5. Bagaimana keadaan pasien sebelum dan sesudah mendapat
pelayanan rohani? (Probing: Apakah bisa disebutkan perubahan
signifikan yang dapat terlihat secara kasat mata )
6. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
pelayanan rohani? (Probing: bagaimana petugas rohani menghadapi
faktor penghambat?)
83
Daftar pertanyaan untuk pasien penyakit kronis (tuberkulosis dan
stroke)
1. Apakah bapak/ibu sudah pernah menerima pelayanan rohani?
(Probing: Berapa kali bapak/ibu mendapatkan pelayanan rohani dan
berapa lama waktu pelayanan yang diterima)
2. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
satun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
3. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani? (Probing: apa saja yang disampaikan oleh petugas
pelayanan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien?)
4. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu sebelum mendapatkan pelayanan
rohani? (Probing: apakah ada perasaan cemas/khawatir/gelisah
terhadap penyakit yang diderita sebelum mendapatkan pelayanan
rohani dan bagaimana bapak/ibu dalam menyikapi sakit yang
diderita?)
5. Apakah perasaan Bapak/Ibu menjadi tenang setelah mendapatkan
pelayanan rohani? (Probing: Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah
mendapat pelayanan rohani ? apakah merasa lebih aman dan tenang
terhadap penyakit yang diderita?)
84
6. Apakah bapak/ibu merasa lebih baik atau sehat/ringan sakitnya setelah
mendapatkan pelayanan rohani? (Probing: dapat dijelaskan perubahan
secara fisik apa yang dirasakan)
7. Adakah perbedaan setelah bapak/ibu mendapatkan pelayanan rohani?
(Probing: Apakah dapat disebutkan dan jelaskan perbedaan apa saja
yang dirasakan?)
8. Apakah bapak/ibu termotivasi untuk sembuh setelah mendapatkan
pelayanan rohani? (Probing: Apakah anda optimis dan berpikir positif
akan sembuh dari penyakit yang anda derita? Jika iya, Bagaimana
sikap bapak/ibu dalam menyikapi sakit setelah mendapat pelayanan
rohani )
9. Menurut bapak/ibu apakah ada harapan bapak/ibu dalam proses
pelaksanaan pelayanan rohani ? (Probing: apakah ada kekurangan
pada proses pelaksanaan pelayanan rohani? Jika ada, sebutkan dan
jelaskan kekurangan seperti apa? )
Daftar pertanyaan untuk keluarga pasien
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing: bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rohani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi, sopan dan
santun? Jika sudah, bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum,
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing: apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
85
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasien setelah mendapat pelayanan rohani?)
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untuk mendukung pelaksanaan pelayanan rohani
?)
Daftar pertanyaan untuk perawat
1. Bagaimana layanan medis terhadap pasien rawat inap di RSMTP?
(Probing: Dapatkah dijelaskan bagaimana SOP pelayanan medis
terhadap pasien rawat inap?)
2. Apakah ada kerjasama atau koordinasi pihak medis dengan petugas
pelayanan rohani dalam menangani pasien? (Probing: Apakah
pelayanan rohani menganggu proses layanan medis? Apakah dalam
SOP pelayanan medis terdapat nilai-nilai pelayanan rohani)
86
3. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Adakah perbedaan secara
medis tentang pasien yang mendapatkan pelayanan rohani?)
Daftar pertanyaan untuk Pimpinan Pelayanan Rohani
1. Menurut bapak/ibu, bagaimana pelaksanaan pelayanan rohani di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring? (Probing: apakah ada
acuan, indikator dan pedoman pelaksanaan pelayanan rohani?)
2. Apakah ada tim khusus dalam pelaksanaan pelayanan rohani?
(Probing: Siapa saja yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
pelayanan rohani? )
3. Unit apa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan rohani?
(Probing: bagaimana alur koordinasi antar unit dalam pelaksanaan
pelayanan rohani?)
4. Bagaimana SOP dalam pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah Sakit
Muhammadiyah? (Probing: Apakah dapat dijelaskan SOP yang sudah
ada?)
5. Apa sajakah fasilitas yang diberikan dalam pelaksanaan pelayanan
rohani? (Probing: Apakah fasilitas yang ada sudah memadai? Jika
belum, langkah apa yang akan dilakukan untuk menangani masalah
tersebut?)
6. Apa saja kendala atau faktor penghambat pelaksanaan pelayanan
rohani ? (Probing: Sebutkan dan jelaskan faktor penghambat dan
bagaimana menangani masalah tersebut serta harapan dalam
pelaksanaan pelayanan rohani?)
87
LEMBAR OBSERVASI
A. Penampilan Staff Pelayanan Rohani
No. Kriteria Penampilan Staff Ya Tidak
1. Petugas pria menggunakan peci, sedangkan petugas wanita
menggunakan hijab
2. Petugas menggunakan pakaian yang menutupi aurat
3. Petugas menggunakan pakaian berbahan tebal
4. Petugas menggunakan pakaian yang tidak tembus pandang
5. Petugas menggunakan pakaian yang tidak sempit atau longgar
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
B. Pelaksanaan Pelayanan Rohani
No Prosedur Pelayanan Rohani Ya Tidak
1 Petugas pelayanan rohani mengunjungi pasien rawat inap
secara teratur dengan membuat laporan (durasi pelayanan
rohani 5 - 15 menit)
2 Petugas pelayanan rohani mengucapkan salam
3 Petugas rohani memberikan do‟a kepada pasien
4 Petugas pelayanan rohani memberikan arahan atau panduan
sholat
5 Petugas rohani memberikan motivasi baik kepada pasien
6 Petugas rohani memberikan penguatan kepada keluarga
pasien
7 Petugas pelayanan rohani mengucapkan terimakasih dan
salam ketika pelayanan rohani usai dilakukan
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
88
C. Fasilitas Pelayanan Rohani
No. Nama Ketersediaan Keterangan
1. Arah penunjuk qiblat
2. Mukena dan Kitab Suci
3. Audio Speaker
4. Saluran televisi keislaman
6. Buku tuntunan ibadah pada pasien
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
89
LEMBAR OBSERVASI
D. Penampilan Staff Pelayanan Rohani
No. Kriteria Penampilan Staff Ya Tidak
1. Petugas pria menggunakan peci, sedangkan petugas wanita
menggunakan hijab.
-
2. Petugas menggunakan pakaian yang menutupi aurat. -
3. Petugas menggunakan pakaian berbahan tebal. -
4. Petugas menggunakan pakaian yang tidak tembus pandang. -
5. Petugas menggunakan pakaian yang tidak sempit atau longgar. -
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
E. Pelaksanaan Pelayanan Rohani
No Prosedur Pelayanan Rohani Ya Tidak
1 Petugas pelayanan rohani mengunjungi pasien rawat inap
secara teratur dengan membuat laporan (durasi pelayanan
rohani 5-15 menit).
-
2 Petugas pelayanan rohani mengucapkan salam. -
3 Petugas rohani memberikan do‟a kepada pasien. -
4 Petugas pelayanan rohani memberikan arahan atau panduan
sholat
-
5 Petugas rohani memberikan motivasi baik kepada pasien.
-
6 Petugas rohani memberikan penguatan kepada keluarga
pasien.
-
7 Petugas pelayanan rohani mengucapkan terimakasih dan
salam ketika pelayanan rohani usai dilakukan.
-
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
90
F. Fasilitas Pelayanan Rohani
No. Nama Ketersediaan Keterangan
1. Arah penunjuk qiblat Tersedianya arah qiblat
namun tidak di seluruh ruang
rawat inap yang ada di
RSMTP.
2. Mukena dan Kitab Suci Terdapat kitab suci di setiap
runit rawat inap namun untuk
mukena sendiri hanya
terdapat di musholla.
3. Audio Speaker Audio speaker hanya tersedia
di luar ruangan.
4. Saluran televisi keislaman Setiap ruangan sudah
terdapat televisi namun
belum terdapat saluran
khusus keislaman.
6. Buku tuntunan ibadah pada pasien Buku tuntunan ibadah
merupakan buku yang
diberikan saat pasien masuk
atau mendaftar untuk di rawat
di ruang rawat inap.
Sumber: A Concept and Framework in Islamic Hospital (Mukisi,2015)
31
MATRIKS WAWANCARA PIMPINAN PELAYANAN ROHANI, PETUGAS PELAYANAN ROHANI DAN PERAWAT
No. Variabel Sub Variabel Kode
Informan
Hasil Temuan/Kutipan Simpulan
1. Penampilan
staff
pelayanan
rohani
Seragam khusus
petugas
pelayanan rohani
Syarat khusus
dalam berpakaian
IA “Kalau seragam khusus untuk baju tidak ada, tapi
setiap petugas pelayanan rohani disediakan jas atau
blazer khusus untuk pelayanan rohani”
“Untuk petugas pelayanan rohani laki-laki
menggunakan peci dan jas, kalau untuk petugas
pelayanan rohani perempuan menggunakan blazer
dan baju yang longgar dan berhijab.
Petugas pelayanan rohani saat
melaksanakan tugasnya telah
disediakan jas/blazer, Penampilan
petugas pelayanan rohani sesuai
dengan syariat dimana menggunakan
pakaian yang sopan dan menutup
aurat apabila lelaki menggunakan
peci sedangkan perempuan berhijab,
tidak memakai pakaian yang ketat
IPM “Ada seragam khusus yaitu jas untuk pelayanan”
”Syaratnya harus menggunakan pakaian yang
sopan”
IP IP1
“Hmm ga ada ya paling perawat pakai seragam jaga
aja. Sebenarnya disediain blazer tapi gak dipakai”
“Syaratnya yang cewek harus pake hijab sama ga
pakai baju yang ketat”
IP2
“Ada waktu awal dikasih semacam jas gitu tapi
32
sekarang udah ga dipakai ya paling pakai baju dinas
aja”
“Ya yang sesuai syariat karena disini Rumah Sakit
Islam petugas disini wajib pakai hijab dan pakai
pakaian yang sopan”
2. Prosedur
Pelayanan
Rohani
Dasar pelayanan
rohani
Materi pelayanan
rohani
Metode Pelayanan
rohani
Waktu pelaksanaan
pelayanan rohani
Alur kerja
pelayanan rohani
IA “Untuk memberikan pelayanan secara komperhensif
dan untuk memenuhi hak pasien dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya”
“Doa umumnya yaitu doa meminta kesembuhan dan
meminta keselamatan seperti yang ada dibuku. Jadi
kita memotivasi pasien bahwa sakit bukan hal yang
harus kita jadikan sebuah masalah namun menjadi
nikmat dan membuat kita bersyukur.”
“Ada dua metode yaitu langsung dan tidak
langsung.”
“Jadwalnya yaitu setiap hari dari pukul 8 sampai 10
pagi”
“Alur kerjanya sesuai SOP yaitu pendaftaran
diberikan informed consent kemudian seharusnya
bimroh mendapatkan data. Namun alurnya langsung
mengunjungi pasien tanpa melihat data terlebih
dahulu”
Dasar pelaksanaan pelayanan rohani
yaitu untuk memenuhi hak pasien
dan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan spiritualnya. Kegiatan
pelayanan rohani yang dilakukan
meliputi: mendoakan pasien agar
diberi kesembuhan, memberikan
motivasi dan penguatana kepada
keluarga pasien serta mengingatkan
pasien untuk selalu bersabar dalam
menghadapi sakitnya. Metode yang
digunakan metode langsung dan
tidak langsung. Pelaksanaan
pelayanan rohani dilakukan pada
pagi hari. Alur kerjanya yaitu IPM “Adapun acuannya kita buat dengan tim jadi
konsepnya dibuat sendiri untuk membuat SOP nya”
33
Pertanyaan terkait materi pelayanan tidak
diajukan
Pertanyaan terkait metode pelayanan rohani
tidak diajukan
“Untuk waktu belum ada jadwal tetap namun
biasanya kunjungan dilaksanakan pagi hari sekitar
jam 8 pagi”
“Pertama memberikan salam kepada pasien dan
bertanya bagaimanan kondisi pasien, kemudian
berdoa dan mengingatkan pasien untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah dan tidak
meninggalkan sholat walau dalam kondisi sakit.”
berdasarkan SOP yang telah
ditetapkan pihak RSMTP.
IP IP1
“Perawat membantu pemenuhan spiritual seperti
keluarga yang muslim dibantu menunjukan arah
kiblat selain itu pasien yang tidak bisa berwudhu
dibantu dan dituntun untuk bertayamum namun
belum maksimal karena teralihkan dengan kebutuhan
medis pasien.”
“Pelayanan medis yang dilakukan selalu sesuai
dengan syariat islam jadi kita sebelum dan sesudah
melayani pasien misalnya kita mau tindakan
34
memasang infus kepada pasien kita berdoa dan
menyampaikan kepada pasien “Ibu agar prosedur
memasang infus lancar kita sama-sama berdoa
semoga berhasil memasang infusnya dengan
melafazkan bacaan „basmallah‟ dan setelah selesai
jugan mengucapkan „hamdalah‟.”
IP2
“Pelayanan medis biasanya dilakukan sehari-hari
minimal sebelum tindakan dan biasanya memberikan
edukasi berupa asuhan spiritual seperti tata cara
tayamum dan sholat dalam keadaan sakit.”
3. Fasilitas
Pelayanan
rohani
Alat bantu
pelaksanaan
pelayanan rohani
Sarana
Pendukung
pelayanan rohani
Pihak yang
bertanggung
jawab merawat
fasilitas
IA “Alat bantu yaitu buku pedoman sebagai alat
mengajarkan pasien, dan audio untuk memutar
murotal”
“Sarana pendukung yaitu arah qiblat, mukena, dan
audio”
“Yang merawat logistik dan teknisi. Belum memadai
khususnya audio masih bergabung dengan unit lain
sehingga untuk pemutaran terkendala. Kalo bisa ada
saluran khusus misal tata cara berwudhu dalam
bentuk visual karena sekarang setiap kamar
menggunakan tv.”
Fasilitas pendukung pelayanan
rohani belum memadai khususnya
masalah audio speaker yang masih
sering trouble. Pihak yang
bertanggungjawab yaitu tim
pelayanan rohani sendiri dibantu
dengan unit logistik dan teknisi
IPM “Fasilitas belum memadai, salah satunya sound
system misalnya lantunan ayat suci setiap unit ranap
35
pelayanan rohani masih trouble. Sebenarnya sudah berkoordinasi oleh
teknisi namun karena teknisi juga banyak pekerjaan
jadi masih bermasalah.”
IP IP 1
“Ada arah kiblat selain itu untuk keluarga yang tidak
membawa mukena bisa pinjam di kami”
IP 2
“Ada audio tapi ga disetiap ruangan , di setiap
ruang rawat inap ada arah kiblat, untuk mukena
biasanya keluarga membawa sendiri”
31
Daftar Pertanyaan Untuk Diajukan Kepada Petugas Pelayanan Rohani
di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Jakarta
C. Kualitas Pelayanan Rohani
d. Penampilan Staff
Apa ada seragam khusus untuk petugas pelayanan rohani?
(Probing: bagaimana seharusnya petugas berpenampilan?
Kalau seragam khusus untuk baju tidak ada, tapi setiap petugas
pelayanan rohani disediakan jas atau blazer khusus untuk
pelayanan rohani
Apakah ada syarat khusus dalam berpakaian ? ( Probing: Jika ada
apa saja syarat baju yang dikenakan oleh petugas)
Untuk petugas pelayanan rohani laki-laki menggunakan peci dan
jas, kalau untuk petugas pelayanan rohani perempuan
menggunakan blazer dan baju yang longgar dan berhijab.
e. Prosedur pelaksanaan pelayanan rohani
Menurut bapak/ibu, Apa yang dimaksud dengan pelayanan rohani?
(Probing: apa yang menjadi dasar dan tujuan pelaksanaan
pelayanan rohani, mengapa perlu diadakan pelayanan rohani)
Pelayanan rohani yaitu pelayanan yang bertujuan untuk
memotivasi pasien untuk memperoleh kesembuhan karena orang
sakit itu tidak hanya fisik yang sakit namun psikis juga. Alasan
adanya pelayanan rohani yaitu untuk memberikan pelayanan secara
komperhensif dan untuk memenuhi hak pasien dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya.
Apa saja materi/doa yang disampaikan atau diberikan kepada
pasien untuk memotivasi kesembuhan pasien dalam pelaksanaan
pelayanan rohani? (Probing: apa ada buku pedoman panduan doa
khusus, apakah ada materi khusus untuk memotivasi kesembuhan
pasien)
32
Doa umumnya yaitu doa meminta kesembuhan dan meminta
keselamatan seperti yang ada dibuku. Kalau untuk motivasi seperti
mengingatkan pasien agar sabar dan memberitahu bahwasanya
sakit merupakan wasilah untuk menggugurkan dosa-dosanya dan
meningkatkan derajatnya. Jadi kita memotivasi pasien bahwa sakit
bukan hal yang harus kita jadikan sebuah masalah namun menjadi
nikmat dan membuat kita bersyukur.
Metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pelayanan
rohani di RSMTP? (Probing: ada berapa metode dan bagaimana
penerapan metode tersebut ?)
Ada dua metode yaitu langsung dan tidak langsung. Kalau yang
langsung tim bimroh datang mengujungi pasien dengan
mendoakan langsung. Sedangkan metode tidak langsung yaitu
dengan sarana buku dan audio yang memutar murotal dan ceramah.
Kapan waktu pelaksanaan pelayanan rohani islam kepada pasien
rawat inap ? (Probing: Apakah ada jadwal khusus pelaksanaan
pelayanan rohani? Jika tidak bagaimana menentukan pelaksanaan
pelayanan rohani)
Metode tidak langsung yaitu pembagian buku pada saat pasien
masuk ke unit rawat inap RS dan untuk audio pada pagi dan sore
hari. Sedangkan untuk yang langsung jadwalnya yaitu setiap hari
dari pukul 8 sampai 10 pagi. Namun karena keterbatasan tenaga
jadi belum optimal
Bagaimana alur kerja bagian pelayanan rohani di Rumah Sakit
Muhammadiyah Taman Puring? (Probing: siapa saja yang terlibat
dalam pelaksanaan pelayanan rohani dan jelaskan SOP pelayanan
rohani)
Alur kerjanya yaitu pendaftaran diberikan informed consent
kemudian seharusnya bimroh mendapatkan data. Namun alurnya
langsung mengunjungi pasien tanpa melihat data terlebih dahulu
f. Fasilitas pelayanan rohani
33
Apa saja alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan rohani ?
(Probing: apakah ada buku pedoman khusus dan apakah fasilitas
memadai )
Alat bantu yaitu buku pedoman sebagai alat mengajarkan pasien,
dan audio untuk memutar murotal
Apa sarana pendukung kegiatan pelayanan rohani ? (Probing:
apakah ada tanda arah qiblat untuk pasien dan keluarga, kitab suci
dan audio speaker pendukung)
Ada sarana pendukung yaitu ada arah kiblat disetiap unit rawat
inap, kitab suci dan audio speaker yang berada di luar ruang rawat
inap.
Siapa yang bertanggungjawab merawat fasilitas pelayanan rohani
di Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring ? (Probing: apa
saja yang dirawat dan bagaimana cara merawat fasilitas tersebut ?)
Yang merawat logistik dan teknisi. Belum memadai khususnya
audio masih bergabung dengan unit lain sehingga untuk pemutaran
terkendala. Kalo bisa ada saluran khusus misal tata cara berwudhu
dalam bentuk visual karena sekarang setiap kamar menggunakan
tv.
D. Motivasi Kesembuhan Pasien
7. Apa saja yang diberikan petugas dalam pelaksanan pelayanan rohani
? (Probing: dengan model apa pelaksanaan pelayanan rohani
dilaksanakan)
Pelayanan rohani memberikan doa-doa dan motivasi kesembuhan
pasien
8. Apa pasien merasa lebih tenang setelah mendapat pelayanan rohani ?
(Probing: bagaimana cara petugas membuat pasien lebih tenang dan
aman terhadap penyakit yang diserita)
Bukti fisiknya terlihat dari mukanya. Misalnya, saya pernah
melakukan pelayanan rohani kepada pasien kronis jadi ketika
34
melakukan pelayanan bimbingan doa mereka terlihat lebih
tenang.dan menangis serta termotivasi lebih mengingat Allah.
9. Apakah petugas pelayanan rohani memberikan penguatan kepada
keluarga pasien ? (Probing: bagaimana cara petugas memberikan
penguatan kepada keluarga pasien)
Jadi ketika doa kita mengajak keluarga pasien karena semakin
banyak yang mendoakan pasien maka semakin baik dan menguatkan
agar keluarga jangan sedih karena pasien membutuhkan dukungan
keluarga selain itu mengingatkan keluarga pasien untuk menjaga
kesehatan.
10. Apa saja keluhan pasien seputar penyakit yang diderita? (Probing:
bagaimana cara petugas mengatasi keluhan tersebut?)
Keluhannya yaitu rasa cemas panik dan takut. Cara
penanggulangannya mengajak mereka untuk beristighfar dengan
metode pendekatan rohaniah.
11. Bagaimana keadaan pasien sebelum dan sesudah mendapat
pelayanan rohani? (Probing: Apakah bisa disebutkan perubahan
signifikan yang dapat terlihat secara kasat mata )
Sebelumnya merasa gelisah namun sesudahnya menjadi lebih tenang
dan lebih bersemangat.
12. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat pelayanan
rohani? (Probing: bagaimana petugas rohani menghadapi faktor
penghambat?)
Karena RSMTP adalah rumah sakit islam jadi manajemen sangat
mendukung dan adanya fasilitas. Kalau hambatannya kekurangan
tenaga pelayanan rohani dan posisi pelayanan rohani yang belum
jelas.
Daftar pertanyaan untuk perawat
#IP01
35
4. Bagaimana layanan medis terhadap pasien rawat inap di RSMTP?
(Probing: Dapatkah dijelaskan bagaimana SOP pelayanan medis
terhadap pasien rawat inap?)
Pelayanan medis yang dilakukan selalu sesuai dengan syariat islam
jadi kita sebelum dan sesudah melayani pasien misalnya kita mau
tindakan memasang infus kepada pasien kita berdoa dan
menyampaikan kepada pasien “Ibu agar prosedur memasang infus
lancar kita sama-sama berdoa semoga berhasil memasang infusnya
dengan melafazkan bacaan „basmallah‟ dan setelah selesai jugan
mengucapkan‟ hamdalah‟.”
5. Apakah ada kerja sama atau koordinasi pihak medis dengan petugas
pelayanan rohani dalam menangani pasien? (Probing: Apakah
pelayanan rohani menganggu proses layanan medis? Apakah dalam
SOP pelayanan medis terdapat nilai-nilai pelayanan rohani)
Perawat membantu pemenuhan spiritual seperti keluarga yang muslim
dibantu menunjukan arah kiblat. Selain itu, pasien yang tidak bisa
berwudhu dibantu dan dituntun untuk bertayamum namun belum
maksimal karena teralihkan dengan kebutuhan medis pasien.
6. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Adakah perbedaan secara
medis tentang pasien yang mendapatkan pelayanan rohani ? )
Dahulu pernah ada pasien yang cemas berlebihan maka kita
panggilkan petugas pelayanan rohani dan terlihat perubahannya terlihat
lebih tenang
#IP02
1. Bagaimana layanan medis terhadap pasien rawat inap di RSMTP?
(Probing: Dapatkah dijelaskan bagaimana SOP pelayanan medis
terhadap pasien rawat inap?)
Pelayanan medis biasanya dilakukan sehari-hari minimal sebelum
tindakan dan biasanya memberikan edukasi berupa asuhan spiritual
seperti tata cara tayamum dan shlat dalam keadaan sakit.
36
2. Apakah ada kerja sama atau koordinasi pihak medis dengan petugas
pelayanan rohani dalam menangani pasien? (Probing: Apakah
pelayanan rohani menganggu proses layanan medis? Apakah dalam
SOP pelayanan medis terdapat nilai-nilai pelayanan rohani)
Perawat membantu pemenuhan spiritual seperti keluarga yang muslim
dibantu menunjukan arah kiblat. Selain itu, pasien yang tidak bisa
berwudhu dibantu dan dituntun untuk bertayamum dan mengajarkan
tata cara sholat ketika sakit.
3. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Adakah perbedaan secara medis
tentang pasien yang mendapatkan pelayanan rohani ?)
Kalau untuk ketenangan pasien ada perbedaannya jadi pasien kadang
suka ada yang panik atau emosi bahkan cemas terhadap penyakitnya
biasanya mereka akan cenderung lebih tenang secara psikolgis dan
lebih proaktif dalam melaksanakan perawatannya.
Daftar pertanyaan untuk Pimpinan Pelayanan Rohani
7. Menurut bapak/ibu, bagaimana pelaksanaan pelayanan rohani di
Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring? (Probing: apakah ada
acuan, indikator dan pedoman pelaksanaan pelayanan rohani?)
37
Untuk masalah pelayanan rohani di rumah sakit muhammadiyah taman
puring kita sudah memiliki acuan misalnya untuk kunjungan kita
memiliki batasan waktu atau durasi yaitu maksimal 5 menit setiap
kunjungan. Adapun acuannya kita buat dengan tim jadi konsepnya
dibuat sendiri untuk membuat SOP nya.
8. Apakah ada tim khusus dalam pelaksanaan pelayanan rohani?
(Probing: Siapa saja yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
pelayanan rohani? )
Ada, kita punya tim khusus itu ada koordinatornya bapak wahyu dan
unit gizi 1 orang, keperawatan 2 orang dan sdi ada 1 orang.
9. Unit apa saja yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan rohani?
(Probing: bagaimana alur koordinasi antar unit dalam pelaksanaan
pelayanan rohani?)
Yang terlibat unit gizi,keperawatan dan SDI. Koordinasinya sesuai
jadwal kunjungan misalnya pada jam 10 pagi saat kegiatan medis
sudah berkurang. Terdapat kendala yaitu karena yang bergabung
merupakan kepala unit yang sudah memiliki tugas pokok jadi misal
jadwalnya sudah ditetapkan namun berbarengan dengan rapat staff.
10. Bagaimana SOP dalam pelaksanaan pelayanan rohani di Rumah Sakit
Muhammadiyah? (Probing: Apakah dapat dijelaskan SOP yang sudah
ada?)
Pertama memberikan salam kepada pasien dan bertanya bagaimana
kondisi pasien ,kemudian berdoa dan mengingatkan pasien untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah dan tidak meninggalkan sholat walau
dalam kondisi sakit.
11. Apa sajakah fasilitas yang diberikan dalam pelaksanaan pelayanan
rohani? (Probing: Apakah fasilitas yang ada sudah memadai? Jika
belum langkah apa yang akan dilakukan untuk menangani masalah
tersebut?)
Fasilitas belum memadai , salah satunya sound system misalnya
lantunan ayat suci setiap unit ranap masih trouble. Sebenarnya sudah
38
berkoordinasi oleh teknisi namun karena teknisi juga banyak pekerjaan
jadi masih bermasalah.
12. Apa saja kendala atau faktor penghambat pelaksanaan pelayanan
rohani? (Probing: Sebutkan dan jelaskan faktor penghambat dan
bagaimana menangani masalah tersebut serta harapan dalam
pelaksanaan pelayanan rohani?)
Pertama untuk masalah kunjungan hanya 2 orang yang visit dan masih
kurangnya tenaga bimroh yang perempuan karena kalau ada ibu yang
ingin bersalin petugas merasa tidak enak. Dan yang keliling harus
menunggu 2 orang petugas yang ahli padahal perawat sebenarnya
sudah dibekali kompetensi pelayanan rohani seharusnya bisa
melakukan kunjungan. Namun karena faktor kesibukan menjadi sulit
untuk kunjungan kepada pasien.
39
Daftar pertanyaan untuk keluarga pasien
#IPK01
8. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Kalau untuk pelayanan rohani baru kali ini karena baru sekarang
ini dirawat dan menurut saya pelayanannya bagus.
9. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Oh yang tadi itu ya, agak kurang lama doa nya. Kalo bisa lebih
lama waktu nya.
10. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Baik sih rapih, pakaiannya sopan tidak perlu diperbaiki lagi karena
sudah rapih.
11. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing: apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Memberikan doa, mendoakan agar pasien sembuh terus tadi kasih
semangat. Jangan lupa minum obat dan terus ingat Allah SWT.
12. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Perbedannya lebih semangat dan lebih baik keadaannya setelah di
doain
40
13. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Dengan cara ikhtiar sama Allah terus berdoa sama menemani
pasien dan mengingatkan meminum obat.
14. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Arah kiblat tidak ada jadi, kami menghafal arah di musholla rumah
sakit kalo untuk mukena bawa sendiri dari rumah. Dan yang paling
bagus ada audio speaker kedengeran kalo pagi hari, tapi alangkah
lebih baiknya kalo di nyalakan pada malam hari biar tidurnya
tenang.
#IPK02
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Belum tau kalo disini ada pelayanan rohani baru tadi pas bapaknya
dateng. Menurut saya, bagus.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Menurut saya sudah cukup waktunya, udah pas.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Rapih penampilannya sopan
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
41
- Alhamdulillah sangat membantu yaitu mendoakan , memberikan
dukungan agar tetap semangat dan mau mengingat Allah selalu
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Lebih baik sudah bisa melihat kanan kiri, ikut berdoa,
mendengarkan dan berbicara.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Keluarga mensupportnya dengan membawa ke rumah sakit agar
mendapatkan pertolongan. Selain itu, ikut terapi mengikuti terapi
dan mengikuti aturan di rumah sakit ini.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untuk mendukung pelaksanaan pelayanan rohani
?)
- Semuanya bagus, tapi mukena bawa sendiri. Saya berdoa semoga
petugas pelayanan rohani mendapat pahala karena telah menolong
dan mendoakan.
#IPK03
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Saya baru tau ini karena saya baru dirawat, dulu pernah waktu adik
belum lahir. Saya rasa bagus ikut mendoakan. Alhamdulillah ada
yang bantu untuk mendoakan.
42
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Cukup tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Baik, sopan, rapih udah paslah tidak ada yang perlu diperbaiki.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Tadi bantu mendoakan, memberikan semangat dan mengingatkan
untuk terus sholat, dan berdoa kepada allah serta istighfar.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ada perbedaan tadinya cemas, takut tapi setelah mendapat
pelayanan rhani menjadi jauh lebih tenang.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Keluarga selalu bantu mendoakan dan pastinya selalu menjaga
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Semuanya sudah lengkap Cuma gak ada audio aja yang puter
pengajian disetiap kamar.
#IPK04
43
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Sebelumnya belum tau kalau ada pelayanan rohani padahal sudah
beberapa kali dirawat dirumah sakit ini.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Waktunya gak terlalu lama sedang aja
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- sopan pakaiannya, petugasnya juga ramah.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Tadi bantu mendoakan. Alhamdulillah merasa terbantu.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Agak lebih tenang dan terlihat lebih semangat
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Dukungannya melalui doa terus ganti gantian menjaga pasien,.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Ada, di televisi belum menyiarkan saluran khusus rohani dan ada
murotal di speaker tapi tidak di setiap kamar
44
#IPK05
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Dulu pernah dikasih tau sama suster karena ini sudah dirawat untuk
yang ke 2 kali nya, tapi sekarang tidak. Jadi, langsung mendapat
pelayanan aja.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rohani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Cukup tidak begitu lama paslah waktunya.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilannya rapih, sopan
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Memberikan doa, serta motivasi kepada pasien bahwa penyakit
bukanlah suatu cobaan tapi suatu nikmat.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ya merasa terbantu dengan mendoakan biasanya hanya mendoakan
secara pribadi tetapi ini secara keseluruhan dibantu doa oleh
petugas.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Membantu mendoakan.
45
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Sudah bagus tidak ada yang kurang.
#IPK06
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Belum
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Iya tidak begitu lama tapi paslah waktunya
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilannya sopan.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Yang dilakukan pasti memberikan doa terus menguatkan keluarga
agar menjaga kesehatan.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ada perbedaannya lebih ceria dan semangat.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Ya cukup membantu apalagi kan di doakan, jadi merasa lebih baik.
46
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Kurangnya hanya audio yang memperdengarkan murotal.
#IPK07
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Sebelumnya belum mengetahui, ini tiba-tiba mendapat pelayanan.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Sudah cukup karena kalau kelamaan juga kan pasiennya butuh
isitrihat.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilannya baik dan sopan.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Pertam di doakan, kemudian keluarga diingatkan untuk selalu
menajaga kesehatan.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ada pasien menjadi lebih tenang
47
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Dalam hal rohani nya kita bantu mendoakan.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Sudah cukup memadai
-
#IPK08
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Sebelumnya tidak tahu
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Ya udah cukup
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Ya baguslah penampilannya.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Tadi pelayanan diberikan doa terus keluarga juga diberikan
kesabarabn dalam merawat pasien.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
48
- Ya bagus cukup membantu jadi ada yang mendoakan banyak
banyak.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Sebelumnya mendoakan kalau lagi sholat.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Sudah cukup memadai.
#IPK09
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Baru kali ini saja karena baru kalin ini dirawat.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Waktunya cukup.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilannya baik,sopan, ramah
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?)
- Yang tadi itu dikasih doa, diingatkan minum obat dan keluraga
juga diingatkan untuk selalu menjaga kesehatan.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
49
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Iya ada jadi lebih tenang.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Biasanya hanya membantu, merawat dan mendoakan saja agar
cepat sembuh.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untu mendukung pelaksanaan pelayanan rohani ?)
- Kurang ada audio-audio yang berkaitan dengan islam.
#IPK10
1. Apakah keluarga mengetahui tentang adanya pelayanan rohani?
(Probing: Bagaimana tanggapan keluarga terhadap pelayanan rohani?)
- Saya baru tau karena pasien baru dirawat.
2. Berapa lama waktu pelayanan rohani? (Probing : bagaimana dengan
waktu pelaksanaan pelayanan rhani? Apakah durasi pelayanan rohani
terlalu cepat atau terlalu lama?)
- Engga, ngga lama cukup kok.
3. Menurut bapak/ibu, bagaimana penampilan petugas menurut
bapak/ibu? (Probing: apakah sudah berpakaian dengan rapi sopan dan
santun? Jika sudah bisa dijelaskan penampilannya dan apabila belum
bagaimana sebaiknya petugas pelayanan rohani berpenampilan?)
- Penampilan baik, sopan.
4. Apa saja yang dilakukan petugas pelayanan rohani saat memberikan
pelayanan rohani ? (Probing : apakah keluarga merasa terbantu dengan
adanya pelayanan rohani ?
- Doa aja sih tadi.
5. Apakah ada perbedaan pada pasien antara sebelum dan sesudah
menerima pelayanan rohani? (Probing: Apakah pelayanan rohani
50
membantu dalam memotivasi kesembuhan pasien? Bagaimana keadaan
pasiens etelah mendapat pelayanan rohani?)
- Ada jauh lebih tenang dan semangat.
6. Apakah yang diberikan keluarga dalam menyikapi penyakit yang
sedang diderita pasien? (Probing: Bagaimana bentuk dukungan
bapak/ibu dalam memotivasi pasien untuk sembuh dari penyakitnya?
- Ya membantu.
7. Apakah ada fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan rohani?
(Probing: apa fasilitas sudah memadai? Jika belum, fasilitas apa saja
yang diharapkan ada untul mendukung pelaksanaan pelayanan rohani
?)
- Semua fasilitas bagus