persepsi mahasiswa terhadap kepatuhan zakat dan …

19
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN PAJAK (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) Oleh: Andhi Aulia Rachman Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Unti Ludigdo Ak., CA. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya tentang zakat dan pajak, serta prioritas mahasiswa sebagai calon muzakki dan wajib pajak dalam membayar zakat atau pajak. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah studi kasus dengan metode deskriptif. Data yang diperoleh dengan cara wawancara, dan dokumentasi dari sepuluh informan. Penelitian ini menunjukan bahwa pada dasarnya seluruh mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya lebih memprioritaskan membayar zakat daripada pajak, karena peraturan dan hukum agama wajib didahulukan di atas perintah sesama manusia. Selain itu, dari sudut pandang mahasiswa proses distribusi zakat dipandang lebih transparan, dan zakat dinilai lebih adil karena orang- orang yang lebih membutuhkan bantuan mendapat prioritas terlebih dahulu. Kata Kunci: Persepsi, mahasiswa, kepatuhan zakat dan pajak ABSTRACT The purpose of this research is to know the understanding of accounting students of the Faculty of Economics and Business University of Brawijaya about zakat and taxes, and students priorities as candidate muzakki and tax payers. The research method in this research is case with a descriptive method. Data were obtained by interviews and the documentation of ten informants. This research shows that basically the accounting students of the Faculty of Economics and Business University of Brawijaya more prioritize paying zakat than tax, because the religious law is precedence over the law created by human. Additionally, from the point of view of the students the process of distribution of zakat is viewed more transparent, and zakat rated more fair, because people that need helping must be priorities. Key word: Perception, students, zakat and tax compliance

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

Oleh:

Andhi Aulia Rachman

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Unti Ludigdo Ak., CA.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman mahasiswa S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya tentang zakat dan pajak,

serta prioritas mahasiswa sebagai calon muzakki dan wajib pajak dalam membayar

zakat atau pajak. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah studi kasus dengan metode

deskriptif. Data yang diperoleh dengan cara wawancara, dan dokumentasi dari sepuluh

informan. Penelitian ini menunjukan bahwa pada dasarnya seluruh mahasiswa S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya lebih memprioritaskan

membayar zakat daripada pajak, karena peraturan dan hukum agama wajib didahulukan

di atas perintah sesama manusia. Selain itu, dari sudut pandang mahasiswa proses

distribusi zakat dipandang lebih transparan, dan zakat dinilai lebih adil karena orang-

orang yang lebih membutuhkan bantuan mendapat prioritas terlebih dahulu.

Kata Kunci: Persepsi, mahasiswa, kepatuhan zakat dan pajak

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the understanding of accounting students of the

Faculty of Economics and Business University of Brawijaya about zakat and taxes, and

students priorities as candidate muzakki and tax payers. The research method in this

research is case with a descriptive method. Data were obtained by interviews and the

documentation of ten informants. This research shows that basically the accounting

students of the Faculty of Economics and Business University of Brawijaya more

prioritize paying zakat than tax, because the religious law is precedence over the law

created by human. Additionally, from the point of view of the students the process of

distribution of zakat is viewed more transparent, and zakat rated more fair, because

people that need helping must be priorities.

Key word: Perception, students, zakat and tax compliance

Page 2: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

PENDAHULUAN

Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT. untuk

dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan

tertentu pula (Ali, 1988:39). Zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam dan

menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syari‟at Islam. Sebagaimana yang

diungkapkan dalam hadist Nabi, sehingga keberadaannya disejajarkan dengan ibadah-

ibadah yang lain seperti sholat, puasa dan menjadi faktor yang mutlak mengenai

keIslaman seseorang. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap

muslim. Sedangkan pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang

harus disetorkan kepada negara sesuai ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari

negara hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum disuatu pihak sebagai

tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujua-tujuan lain yang dicapai oleh Negara (Hasan,

1997:29)

Terdapat korelasi antara zakat dengan pajak, keduanya sama-sama mempunyai

fungsi pemungutan. Pada zakat, fungsi pemungutannya dapat dilakukan oleh terkena

kewajiban membayar zakat dan dapat langsung disalurkan kepada orang yang berhak

menerimanya atau dilakukan oleh suatu badan atau lembaga resmi (BAZ atau LAZ)

yang dibentuk untuk memungut zakat serta mendistribusikan kepada delapan golongan

yang berhak menerima zakat. Sedangkan dalam pajak, fungsi pemungutannya dilakukan

oleh Negara melalui Dirjen Pajak (Apriliana, 2010: 3)

Dalam perkembangannya, persoalan zakat dan pajak merupakan salah satu

persoalan yang banyak mendapatkan perhatian. Persoalan ini muncul karena adanya dua

kewajiban yang harus dijalankan oleh umat muslim, yaitu membayar pajak sebagai

kewajiban seorang warga negara dan kewajiban membayar zakat sebagai perintah Allah

SWT dan Rasulullah SAW dan salah satu rukun Islam (Ali, 2006:23). Hal ini terlihat

jelas dengan adanya dua kewajiban dalam dua undang-undang yang berbeda, yaitu

kewajiban zakat dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dan

kewajiban pajak dalam UU No. 17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan (PPh). Kedua

undang-undang ini menyatakan bahwa zakat dan pajak adalah kewajiban (Gusfahmi,

2007:7).

Ironisnya, pajak sebagai sumber penerimaan negara mengalami penguatan,

sementara zakat yang menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing individu muslim

Page 3: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

justru mengalami kemunduran. Semenjak pertama kali diperkenalkan, pajak mengalami

perkembangan yang signifikan, baik menyangkut objek, tarif (persentasi pajak yang

dibebankan terhadap objek tersebut) dan sasaran pajak, sementara zakat hampir tidak

mengalami perubahan yang berarti.

Penelitian Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM-IPB) pada April 2013 menunjukan

komposisi umat muslim di Indonesia sebanyak 87% dan potensi zakatnya sekitar Rp.

217 triliun. Namun, kenyataannya, dana zakat yang berhasil dihimpun berkisar Rp. 1,7

trilyun pada tahun 2011, lalu meningkat di tahun 2012 menjadi Rp 2,73 triliun, dan

kemudian meningkat lagi menjadi Rp. 2,8 triliyun pada tahun 2013. Itu artinya

penghimpunan zakat hanya terserap sekitar 1% dari potensi zakat yang ada. Ketua

BAZNAS saat itu Prof. Didin Hafidhuddin mengemukakan, masih kecilnya penyerapan

dan pengelolaan zakat karena berbagai faktor, di antara faktor tersebut adalah belum

tumbuhnya kesadaran akan penting dan manfaat zakat, serta kurangnya kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga zakat (republika.co.id, diakses 21 Desember 2015).

Berbeda dengan penerimaan pajak penghasilan (PPh). Berdasarkan data yang tercatat

pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sampai dengan 31 Agustus 2015, penerimaan PPh

Non Migas adalah sebesar Rp 320,997 triliun. Angka ini lebih tinggi 9,46%

dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 dimana PPh Non Migas tercatat sebesar

Rp 293,250 triliun (pajak.go.id, diakses 21 Desember 2015).

Pemaparan fakta bahwa subjek pajak terbesar adalah kaum muslimin yang

jumlahnya 87% dari total penduduk Indonesia di atas seharusnya menunjukan bahwa

penerimaan zakat tidak memiliki selisih sejauh itu dengan penerimaan pajak. Namun,

kenyataannya berbeda. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya

penerimaan zakat dan pajak, salah satunya adalah pemahaman masing-masing individu

terkait zakat dan pajak, serta perbedaan kesadaran terhadap zakat dan pajak juga akan

berpengaruh pada aspek kepatuhan masing-masing individu, dimana kondisi kepatuhan

masyarakat Indonesia mayoritas masih didasari oleh ketaatan terhadap otoritas yang sah

dan tingkat tekanan masing-masing individu terhadap sanksi, hukuman atau ancaman.

Mencermati hal di atas, perlu adanya perubahan untuk memperbaiki umat muslim

di Indonesia, khususnya kesadaran akan manfaat dan pentingnya zakat. Perubahan yang

paling efektif adalah dengan memperbaiki mindset generasi muda. Salah satu generasi

Page 4: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

muda dari kalangan terpelajar adalah mahasiswa, mahasiswa bisa menjadi agen

pembawa perubahan.

Pemaparan di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

berdasarkan sudut pandang mahasiswa S1 akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya karena mahasiswa adalah calon muzakki dan wajib pajak, dan

mayoritas mahasiswanya beragama Islam, serta di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya, mahasiswa S1 Akuntansi mendapatkan mata kuliah agama Islam

dan perpajakan. Selain itu, terdapat konsentrasi akuntansi berbasis syari‟ah dan

akuntansi berbasis non-syari‟ah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya yang diharapkan peneliti akan mendapatkan keberagaman informasi terkait

zakat dan pajak, sehingga membantu peneliti untuk lebih objektif saat mengambil

kesimpulan penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

Zakat, Golongan Penerima Zakat dan Jenis Zakat

Secara etimologi (bahasa) kata “zakat” diambil dari kata (az-zakah), sedang lafal

(az-zakah) berarti “tumbuh, baik, suci dan berkah” (Dahlan, 1996:1985). Secara

terminologi (syara’), zakat adalah merupakan hak Allah yang berupa harta benda yang

diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, dengan harapan dapat

memperoleh beberapa kebaikan dan dapat mensucikan jiwa dari sifat kikir. Dengan kata

lain, mengeluarkan atau memberikan sebagian harta benda yang sudah mencapai batas

minimal (nishab) dan rentang waktu satu tahun (haul) kepada orang yang berhak

menerimanya (mustahiq zakat) dengan syarat-syarat tertentu (Rofiq, 2004:259). Syara’

memakai kata tersebut untuk dua arti. Pertama, dengan zakat diharapkan akan

mendatangkan kesuburan pahala. Kedua, zakat merupakan suatu kenyataan jiwa suci

dari kikir dan dosa (Ash-Shiddieqy, 1984:24).

Ali (1988:47) menyebutkan terdapat 8 golongan yang berhak menerima zakat,

antara lain: fakir, miskin, amil zakat dan sarana administrasi serta keuangan zakat,

budak yang ingin merdeka, ghaarimun (orang yang mempunyai hutang untuk tujuan

yang baik dan tak sanggup membayarnya), sabilillah (orang yang berjuang di jalan

Allah tanpa mendapat gaji, termasuk orang yang menyampaikan ridha Allah, baik

Page 5: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

akidah maupun perbuatan dalam rangka menegakkan agama), ibnu sabil (orang yang

dalam keadaan bepergian untuk kebaikan, bukan untuk maksiat), dan muallaf

(kelompok orang yang lemah niatnya untuk memasuki Islam).

Terdapat 2 jenis zakat, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat Fitrah dikeluarkan

pada bulan Ramadhan, paling lambat sebelum orang-orang selesai menunaikan sholat

idul fitri. Jika waktu penyerahan melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak

termasuk dalam kategori zakat melainkan sedekah biasa. Menurut Ali (1988:49), orang

Islam yang mempunyai bahan makanan pokok lebih dari 2,5 kg wajib membayar zakat

fitrah. Besarnya zakat fitrah yang dikeluarkan menurut penafsiran hadits adalah sebesar

3,5 liter atau 2.7 kg makanan pokok (tepung, kurma, gandum, beras, dan sebagainya)

atau yang biasa dikonsumsi di daerah bersangkutan.

Sedangkan pengertian zakat maal menurut Ali (1988:42), ialah bagian kekayaan

seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang

tertentu setelah dimiliki dalam jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.

Selain itu, menurut Alhusain (1994:387), zakat maal adalah nama dari sejumlah harta

tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu dengan syarat-syarat tertentu.

Dinamakan zakat, karena harta itu akan bertambah (tumbuh) disebabkan berkah

dikeluarkan zakatnya dan do‟a dari orang yang menerimanya.

Nisab dan Kadar Harta (Maal) yang Wajib Dizakati

Ali (1988:44) menyebutkan macam-macam kekayaan yang wajib dizakati atau

dikeluarkan zakatnya antara lain: hewan ternak, hasil pertanian, emas, perak dan uang,

harta perniagaan, hasil tambang (Makdin) dan barang temuan (Rikaz). dengan ketentuan

nisab dan kadar zakatnya sebagai berikut:

a. Zakat Emas, Harta, dan Uang

Nisab emas sebesar 20 dinar (96 gram), nisab perak sebesar 200 dirham (672 gram),

dan nisab uang, baik giral dan kartal, adalah sama dengan harga 96 gram emas.

Sementara kadar zakat emas, perak, dan uang sebanyak 2,5%.

b. Zakat Ziro'ah (Pertanian)

Nisab zakat ziro'ah ketika sudah mencapai 5 wasaq (650 Kg). Sedangkan kadar

zakatnya 10% jika pengairannya alamiah (oleh hujan atau mata air) dan 5% jika

pengairannya oleh tenaga manusia atau binatang, dan waktu pengeluaran zakatnya

saat dipanen.

Page 6: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

c. Zakat Makdin (Barang Tambang/Galian)

Kadar zakatnya adalah 2,5%. Nisab makdim sama dengan nisab emas (96 gram) dan

perak (672 gram). Kewajiban menunaikan zakat makdim adalah setiap kali barang itu

selesai dibersihkan dan/atau diolah.

d. Zakat Rikaz (Harta Karun/Temuan)

Kewajiban untuk menunaikan zakat barang temuan adalah setiap kali orang

menemukan barang tersebut. Nisab barang temuan sama dengan nisab emas (96

gram) dan perak (672 gram). Kadar zakat rikaz juga 2,5%.

e. Zakat Barang yang Diperdagangkan

Ketentuan zakat barang yang diperdagangkan adalah setiap tutup buku, setelah

perdagangan berjalan satu tahun lamanya, kemudian dikeluarkan zakatnya 2,5%,

nisabnya sama dengan nilai harga emas 96 gram.

f. Zakat Binatang Ternak

Ternak yang dizakati di Indonesia adalah kambing, sapi, dan kerbau. yang wajib

dikeluarkan zakatnya adalah ternak yang telah dipelihara setahun di tempat

pengembalaan dan tidak dipekerjakan sebagai tenang pengangkutan, pembajakan

sawah, dan sebagainya. Kadar zakatnya berbeda-beda.

Definisi dan Fungsi Pajak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pajak diartikan sebagai pungutan wajib,

biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib

kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli

barang dan sebagainya. Definisi di atas menyebutkan pajak sebagai contribution dan

nonpenal transfer of resources diartikan sebagai iuran dan pungutan.

Menurut Rahayu, Suhayati dan Kurnia (2010:3-4) terdapat dua fungsi pajak, yaitu

fungsi budgetair dan fungsi regulerent. Fungsi budgetair ialah pajak sebagai sumber

dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sedangkan fungsi

regulerent ialah pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Pajak Penghasilan (PPh), Tarif, dan Perhitungan PPh

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak bekenaan

dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula

dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak

Page 7: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

subyektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Suandy, 2006:81). Menurut

Resmi (2012:74), pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak.

Tarif pajak merupakan angka atau presentase yang digunakan untuk menghitung

jumlah pajak atau jumlah pajak yang terutang (Halim, Bawono dan Dara, 2014:8).

Terdapat empat macam tarif pajak, yaitu:

a. Tarif Tetap, yaitu tarif dengan jumlah atau angka tetap berapapun yang menjadi

dasar pengenaan pajak, sehingga besarnya yang terutang tetap.

b. Tarif Sebanding (proporsional), yaitu dengan presentase tetap berapapun jumlah

yang menjadi dasar pengenaan pajak, dan pajak yang harus dibayar selalu akan

berubah secara proporsional sesuai dengan jumlah yang akan dikenakan.

c. Tarif Progresif, yaitu tarif dengan presentase yang semakin meningkat apabila

jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak meningkat. Berdasarkan kenaikan

tarifnya, tarif progesif dibagi menjadi beberapa tarif, yaitu:

1. Tarif Progesif Progesif, dimana kenaikan presentase pajaknya semakin besar.

2. Tarif Progesif Tetap, dimana kenaikan presentase pajaknya tetap.

3. Tarif Progesif Degresif, dimana kenaikan presentase pajaknya semakin menurun.

Table 1

Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000 5%

Diatas Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000 15%

Diatas Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 25%

Diatas Rp. 500.000.000 30%

Sumber: Halim, Bawono dan Dara (2014:8).

Penghasilan kena pajak sebagai dasar penerapan tarif pajak bagi Wajib Pajak dalam

negeri dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara penghasilan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dikurangi dengan pengurangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat (1), serta Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf

d, huruf e, dan huruf g. Penghasilan kena pajak dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut:

a. Wajib Pajak Badan

Page 8: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

Penghasilan kena pajak untuk wajib pajak badan sama dengan penghasilan bruto

dikurangi dengan pengurangan yang diperkenankan (sesuai Pasal 6 ayat (1) UU PPh)

dan kompensasi kerugian (sesuai Pasal 6 ayat (2) UU PPh), penghitungannya dapat

diformulasikan sebagai berikut:

Jika terdapat rugi tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan, formulanya

sebagai berikut:

Sumber: Resmi (2012:128)

b. Wajib Pajak Pribadi yang Menyelenggarakan Pembukuan

Perhitungannya dapat diformulasikan sebagai berikut:

Bagi wajib pajak yang membayarkan zakat atas penghasilan badan amil zakat

(BAZIS), jumlah zakat yang dibayarkan tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan

neto sebelum dikenakan pajak, perhitungannya diformulasikan sebagai berikut:

Dalam hal wajib pajak membayar zakat atas penghasilan dan terdapat rugi tahun

sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan, penghitungan PKP selanjutnya

diformulasikan sebagai berikut:

Sumber: Resmi (2012:130-131)

c. Wajib Pajak Orang Pribadi yang Menggunakan Norma Penghitungan

PKP = Penghasilan Bruto

= Penghasilan Bruto – pengurangan/biaya diperkenankan sesuai UU PPh

PKP = Penghasilan neto – kompensasi kerugian

= (Penghasilan bruto – pengurang/biaya diperkenankan sesuai UU PPh) –

kompensasi kerugian

PKP = penghasilan bruto – pengeluaran biaya - PTKP

PKP = Penghasilan neto – zakat atas penghasilan – PTKP

= (Penghasilan bruto –pengurang/biaya sesuai UU PPh) – zakat atas

penghasilan - PTKP

PKP = Penghasilan neto – zakata atas penghasilan- kompensasi kerugian – PTKP

= (Penghasilan bruto – pengurangan/biaya sesuai UU PPh) – zakat atas

penghasilan – kompensasi kerugian - PTKP

Page 9: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

Penghitungannya diformulasikan sebagai berikut:

Bagi wajib pajak yang membayarkan zakat atas penghasilan badan amil zakat

(BAZIS), jumlah zakat yang dibayarkan tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan

neto sebelum dikenakan pajak, perhitungannya diformulasikan sebagai berikut:

Sumber: Resmi (2012:132-133)

Persamaan dan Perbedaan Zakat dengan Pajak

Menurut (Syarifuddin, 1986) yang ditulis kembali oleh Ali (1988:50), persamaan

zakat dan pajak terlihat dari sifatnya, baik zakat maupun pajak keduanya sama-sama

bersifat wajib. Selain bersifat wajib, baik zakat maupun pajak keduanya bersifat sebagai

pengurang harta yang dimiliki seseorang.

Sedangkan perbedaan zakat dan pajak menurut Syarifuddin (1986) yang ditulis

kembali oleh Ali (1988:50), adalah sebagai berikut: Dari sisi nama, zakat berarti: bersih,

tumbuh, berkembang, dan berkah, sedangkan pajak berarti: beban atau upeti yang harus

dibayarkan. Dari sisi dasar hukum, zakat ditetapkan berdasarkan ayat-ayat Al Qur'an

dan hadist-hadits Rasulullah SAW yang bersifat tegas, sanksi tidak membayar zakat

adalah dosa, karena tidak memenuhi perintah Allah SWT, sedangkan pajak ditetapkan

berdasarkan Undang-Undang, sanksi tidak membayar pajak hanya denda atau hukuman

yang bersifat sementara saja. Dari sisi waktu, zakat berlaku sepanjang masa sampai hari

kiamat, karena merupakan rukun Islam ketiga, sedangkan pajak ketetapannya mungkin

saja berudah, tergantung kepada pertimbangan pemerintah dan keadaan keuangan

negara. Dari sisi pembayar, yang wajib mengeluarkan zakat hanya orang-orang Islam

saja, sedangkan yang membayar pajak ialah semua warga Negara tanpa memandang

status agama. Dari sisi penerima, yang berhak menerima zakat tidak boleh keluar dari

delapan golongan, sedangkan yang berhak menikmati pajak adalah semua penduduk

dalam suatu negara.

PKP = Penghasilan neto – PTKP

= (Peredaran usaha x %NPPN) -PTKP

PKP = Penghasilan neto – zakat atas penghasilan – PTKP

= (Peredaran usaha x %NPPN) – zakat atas penghasilan - PTKP

Page 10: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena persepsi

mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya terhadap

zakat dan pajak. Selain itu, peneliti ingin memahami situasi sosial yang menjadi faktor

penyebab persepsi mahasiswa dalam membayar zakat atau pajak secara mendalam.

Metode penilitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan

studi kasus, dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menggambarkan

tentang suatu fenomena sosial tertentu dengan cara mengimpun fakta, tetapi tanpa

melakukan pengujian hipotesis (Arikunto, 1995:235), Selain itu, peneliti ingin untuk

memahami fenomena sosial yang kompleks, karena studi kasus memungkinkan

penyelidikan untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dalam

peristiwa di kehidupan nyata.

Objek Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menempatkan mahasiswa S1 jurusan akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya sebagai objek penelitian, dikarenakan

menurut peneliti mahasiswa merupakan golongan terpelajar yang telah mempelajari

pengetahuan tentang zakat dan perpajakan. Selain itu, peneliti beranggapan bahwa

mahasiswa merupakan calon muzakki dan calon wajib pajak.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu melalui wawancara

dan dokumentasi. Metode wawancara yang dilakukan ialah wawancara secara

terstruktur dan semiterstruktur. Dalam penelitian ini, jenis-jenis pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti, yaitu:

1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman atas zakat, pertanyaan ini meliputi

definisi zakat, golongan yang berhak menerima zakat, dan jenis zakat.

2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman atas pajak (umum), pertanyaan ini

meliputi definisi pajak, dan fungsi pajak.

3. Pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman atas pajak penghasilan (PPh)

(umum), pertanyaan ini meliputi definisi pajak penghasilan, dan tarif pajak

Page 11: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

penghasilan.

4. Pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman atas persamaan dan perbedaan antara

zakat dengan pajak.

5. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atas prioritas dalam membayar zakat

atau pajak.

Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data penelitian

ialah dengan menggunakan alat perekam pada saat proses wawancara berlangsung.

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, peneliti mengguanakan perekam

suara handphone yang dimiliki oleh peniliti.

Informan

Informan pada penelitian adalah mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Brawijaya.

Peneliti membagi informan kedalam 5 kelompok, yaitu:

1. Mahasiswa tanpa mengikuti organisasi dan atau kegiatan apapun.

2. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi intra kampus, seperti BEM, dan HMJ.

3. Mahasiswa yang sudah mendapat penghasilan, baik sudah aktif bekerja atau

sudah berwirausaha.

4. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi eksternal kampus tidak berbasis agama

Islam, yaitu GMNI.

5. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi eksternal kampus berbasis agama Islam,

yaitu HMI.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara: Pertama,

peneliti mengumpulkan hasil studi pustaka dan disusun sedemikian rupa sehingga dapat

digunakan sebagai dasar pengumpulan data, pembahasan, dan pemecahan masalah yang

berkaitan dengan zakat dan pajak. Kedua, peneliti melakukan pengumpulan data-data

yang diperlukan dan berkaitan dengan objek penelitian. Ketiga, data-data yang telah

diperoleh kemudian dipelajari dan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan

sebagai dasar dalam pembahan dan pemecahan masalah. Keempat, peneliti mereduksi

Data (Data Reduction), mereduksi data berarti merangkum, diartikan sebagai proses

pemilihan hal-hal pokok, pemusatan perhatian pada hal-hal yang penting, mencari tema

dan polanya dan menyisihkan data yang tidak relevan. Kelima, setelah peneliti

mereduksi data, maka selanjutnya peneliti akan mendisplay data. Display data pada

Page 12: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

penelitian ini yaitu menampilkan masing-masing informasi atau keterangan dari

informan dalam bentuk teks naratif dan sudah memiliki tema yang jelas. Informasi atau

keterangan tersebet dikumpulkan ke dalam suatu matriks yang disebut subtema dimana

data yang tersusun akan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

ANALISIS DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

Pemahaman Mahasiswa terhadap Zakat dan Pajak

Pada penelitian ini, terdapat 10 orang sebagai informan. Dari keseluruhan data

wawancara, diperoleh beberapa point-point hasil penelitian, antara lain: definisi zakat,

golongan penerima zakat, jenis zakat, definisi pajak dan pajak penghasilan, fungsi

pajak, tarif pajak, perbedaan dan persamaan zakat dengan pajak, prioritas terhadap zakat

atau pajak.

Pada subtema definisi zakat, terdapat dua informan yang belum sesuai dengan

pengertian zakat pada umumnya. Pada subtema golongan yang berhak menerima zakat,

peneliti menemukan adanya empat informan yang tidak tepat dan/atau kurang sempurna

dalam menyebutkan golongan yang berhak menerima zakat. Pada subtema jenis zakat,

dari 10 informan atau narasumber terkait penelitian ini, hanya 1 narasumber saja yang

kurang memahami zakat maal.

Pada subtema definisi pajak, seluruh keterangan informan sudah sesuai dengan

pengertian pajak pada umumnya. Pada subtema fungsi pajak, peneliti menemukan

adanya tiga informan yang kurang sempurna dalam menyebutkan fungsi pajak.

Selanjutnya pada pengertian pajak penghasilan (umum), seluruh informan dapat

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Namun, berbeda dengan definisi

pajak penghasilan, tidak semua informan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh peneliti atas tarif pajak penghasilan. Pada subtema tarif pajak penghasilan hanya

enam informan yang memahami tarif pajak orang pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1)

huruf a.

Page 13: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

Prioritas Mahasiswa sebagai Calon Muzakki dan Wajib Pajak dalam Membayar

Zakat atau Pajak

Sebelum membahas prioritas mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya sebagai calon pembayar pajak dan zakat dalam membayar

zakat dan pajak, peneliti bertanya terkait persamaan dan perbedaan zakat terlebih

dahulu. Perbedaan dan persamaan antara zakat dengan pajak dirasa peneliti perlu untuk

dipaparkan terlebih dahulu, peneliti beralasan bahwa dengan menanyakan perbedaan

dan persamaan zakat dengan pajak, dimana sumber yang mewajibkan zakat dan pajak,

sanksi zakat dan pajak, dasar hukum zakat dan pajak, dan sifat zakat dan pajak dapat

dijawab secara keseluruhan dalam satu pertanyaan, sehingga diharapkan para informan

dapat lebih mantap saat menentukan prioritas dalam membayar zakat atau pajak terlebih

dahulu. Dan hasil temuan peneliti ialah seluruh informan telah memahami persamaan

dan perbedaan zakat dengan pajak.

Selain bertanya terkait perbedaan dan persamaan zakat dengan pajak, salah satu

fokus penelitian ini adalah prioritas mahasiswa dalam membayar zakat atau pajak

dimana mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

sebagai calon muzakki dan wajib pajak. Berdasarkan wawancara mendalam yang

dilakukan peneliti, diperoleh 2 hal yang perlu peneliti garis bawahi. Pertama, terdapat

beberapa informan yang lebih memprioritaskan zakat dan menganggap pajak hanya

sebagai kewajiban yang didasari keterpaksaan saja. Mereka berpendapat bahwa prioritas

utama umat muslim adalah zakat, karena mereka sadar bahwa peraturan agama wajib

didahulukan diatas perintah sesama manusia. Kedua, terdapat beberapa informan yang

tetap membayar pajak sebagai bentuk tanggung jawab, setara dengan zakat. Mereka

berpendapat bahwa kewajiban membayar pajak tidak bisa diabaikan begitu saja,

mengingat membayar pajak adalah cermin dari rasa tanggung jawab warga bernegara.

Diskusi Hasil Penelitian

Setelah diuraikan analisis hasil penelitian, maka selanjutnya setiap temuan hasil

penelitian akan di diskusikan sesuai teori yang ada. Diskusi hasil penelitian dipaparkan

atas tiga bagian, antara lain: pemahaman mahasiswa terhadap zakat, pemahaman

mahasiswa terhadap pajak, dan prioritas mahasiswa dalam membayar zakat atau pajak.

Page 14: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

Pemahaman Mahasiswa terhadap Zakat

Analisa terkait definisi zakat menunjukan bahwa masih terdapat mahasiswa S1

akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang kurang memahami

definisi zakat. Pada dasarnya zakat dikenakan pada harta yang diperoleh dan dimiliki

oleh seorang muslim, jika seorang muslim mempunyai harta dalam kondisi cukup nisab,

maka ia wajib mengeluarkan zakatnya. Harta ini akan berkurang dari pokoknya sebab

dikeluarkan atau dialokasikan kepada pihak lain. Ini terihat sekali dari zakat emas dan

uang. Oleh karena itu, dalam kondisi ini akan memicu muslim yang taat untuk

mengembangkan harta yang dimilikinya agar tidak berkurang karena zakat. Zakat

memang terlihat mengurangi harta, baik itu pendapatan, maupun tabungan. Namun,

zakat juga memiliki manfaat yang sangat besar, manfaat zakat yang pertama yaitu dapat

menghilangkan gap antara yang kaya dengan yang miskin. Dengan adanya zakat, akan

jauh lebih mudah juga untuk menjalin hubungan yang erat antara mereka yang kaya dan

msikin. Manfaat yang kedua yaitu untuk mencegah tindak kejahatan yang dapat

dilakukan oleh orang-orang miskin yang dapat merusak dan mengganggu ketertiban

masyarakat, karena sebagian besar kasus kriminal terjadi karena faktor himpitan

ekonomi yang dirasakan oleh para pelakunya.

Setelah mendiskusikan definisi zakat, selanjutnya peneliti akan mendiskusikan

temuan hasil penelitian atas golongan yang berhak menerima zakat yang ternyata tidak

semua mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

paham tentang golongan yang berhak menerima zakat. Kondisi ini menimbulkan

dampak yang sangat besar, dan hal tersebut dapat menyebabkan berbagai permasalahan.

Masalah atau dampak yang didasari kurangnya pemahaman terkait golongan yang

berhak menerima zakat, yaitu distribusi zakat tidak lancar dan kekayaan hanya

melingkar di sekitar golongan elit. Selain itu, jika banyaknya muslim yang kurang

paham terkait golongan yang berhak menerima zakat, maka dikhawatirkan zakat

tersebut justru tidak diterima oleh golongan yang berhak menerimanya.

Terkait temuan hasil penelitian atas jenis zakat, diketahui bahwa tidak semua

mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya paham

tentang jenis zakat. Sedikitnya terdapat dua jenis zakat yang wajib dipahami oleh umat

muslim karena zakat maal memiliki kedudukan yang sama dengan zakat fitrah. Dari

segi dasar hukum, hukum untuk mengeluarkan zakat Fitrah dan zakat maal adalah

Page 15: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

sama-sama wajib atau fardu a’in, hukum zakat baik untuk zakat maal dan zakat Fitrah

adalah zakat wajib dikeluarkan oleh seluruh umat muslim yang merdeka dan tidak

mematok pada usia, maupun jenis kelamin.

Walaupun zakat fitrah dan zakat maal memiliki persamaan, bukan berarti tidak ada

perdedaan diantara keduanya. Perbedaan zakat firtah dan zakat maal yang pertama

terlihan dari sisi waktu. Waktu pemberian zakat Fitrah adalah dimulai dari awal bulan

Ramadhan hingga menjelang sholat Idul Fitri. Bisa dikatakan zakat Fitrah ini diberikan

satu tahun sekali. Sedangkan zakat maal waktu pemberian zakatnya tidak tentu, ada

yang satu tahun sekali (khusus untuk zakat harta berupa emas, perak, profesi, dan

ternak) dan ada juga yang diberikan setiap kali masa panen (berlaku untuk hasil

perkebunan dan pertanian), bahkan ada juga yang diberikan saat muzakki memilikinya

seperti misalnya rikaz. Perbedaan kedua ialah jenis harta yang dizakatkan. Benda yang

dizakatkan untuk zakat Fitrah adalah berupa bahan makanan pokok yang biasa

dikonsumsi oleh masyarakat atau juga bisa berupa uang yang nilainya sama dengan

nilai/harga bahan makanan pokok pada saat itu. Berbeda dengan zakat Fitrah, jenis harta

yang dikeluarkan sebagai zakat maal lebih bervariasi dan bukan bahan-bahan kebutuhan

pokok. Harta yang dizakatkan berupa harta „bergerak‟ seperti emas, perak, hasil ternak,

buah-buahan, dan juga bisa berupa uang.

Jika setiap umat muslim kurang dalam pemahaman terkait jenis zakat, maka

dikhawatirkan tidak dijalankannya kewajiban akan zakat maal oleh seorang muslim.

Akibat jika harta yang tidak ditunaikan zakatnya, selain dosa besar, maka harta itu

termasuk harta simpanan yang pemiliknya akan disiksa dengannya pada hari kiamat.

Pemahaman Mahasiswa terhadap Pajak

Berdasarkan analisis dari jawaban masing-masing informan terkait definisi pajak,

fungsi pajak, definisi pajak penghasilan (PPh), seluruh mahasiswa S1 akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya telah paham dan mengerti terkait

hal tersebut. Dengan pahamnya seluruh informan terkait dengan definisipajak, fungsi

pajak, serta pengertian pajah penghasilan, diharapkan seluruh informan mengerti dan

sadar terkait kewajiban akan pajak, dengan demikian dapat dipastikan seluruh

mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya akan

membayar pajak saat mereka sudah menjadi wajib pajak.

Page 16: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

Analisa pada temuan keempat terkait tarif pajak, ternyata masih terdapat mahasiswa

S1 akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang belum

memahami tarif pajak orang pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a. Jika dalam

pelaksanaannya masih ada calon wajib pajak yang belum memahami tarif pajak yang

dicantumkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), maka dikhawatirkan akan lebih

banyak wajib pajak yang menggunakan jasa konsultan pajak untuk membantu mereka

mengisi surat pemberitahuan tersebut, sehingga akan berdampak pada ketidak aktifan

wajib pajak dalam mencari informasi dan sosialisasi perpajakan, yang secara tidak

langsung mengakibatkan banyaknya wajib pajak yang lalai dalam membayar pajak.

Padahal negara juga memberikan sanksi terhadap wajib pajak yang tidak membayar

pajak atau tidak melaporkan surat pemberitahuan tahunan. Sanksi tersebut, antara lain:

a. Dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan dari pajak yang terlambat

disetorkan.

b. Dikenakan sanksi administrasi berupa denda Rp 100.000,00 untuk surat

pemberitahuan tahunan yang terlambat/tidak disampaikan.

c. Jika sengaja tak menyampaikan surat pemberitahuan tahunan dan mengakibatkan

kerugian negara, dipidana penjara minimal enam bulan dan maksimal enam tahun.

Serta denda paling sedikit dua kali dan maksimal empat kali jumlah pajak terutang

yang tidak atau kurang dibayar.

Prioritas Mahasiswa dalam Membayar Zakat atau Pajak

Pada dasarnya adalah bahwa tidak ada kewajiban atas harta kekayaan yang dimiliki

seorang muslim selain zakat, namun jika datang kondisi yang menuntut adanya

keperluan tambahan (darurat), maka akan ada kewajiban tambahan lainberupa pajak.

Akan tetapi, jika pemerintah memaksa atau menggunakan kekuatannya untuk

memungut pajak dari kaum muslimin, maka secara tegas kaum muslimin tidak boleh

melakukan perlawanan atau pemberontakan demi untuk menghindari kemudharatan

(permasalahan) yang lebih besar. Dan jika harta mereka diambil pemerintah secara

paksa sebagai pajak, maka berlaku bagi mereka hukum orang yang terpaksa melakukan

sesuatu yang haram dan tidak dianggap sebagai dosa.

Suatu negara diperbolehkan melakukan pungutan dalam sudut pandang Islam jika

memenuhi beberapa syarat, antara lain:

a. Negara memiliki komitmen dalam penerapan syariat Islam.

Page 17: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

b. Negara sangat membutuhkan dana untuk keperluan dan maslahat umum, seperti

pembelian alat-alat perang untuk menjaga perbatasan Negara yang sedang

dirongrong oleh musuh.

c. Tidak ada sumber lain yang bisa diandalkan oleh Negara, baik dari zakat, kecuali

dari pajak.

d. Harus ada persetujuan dari para ulama dan tokoh masyarakat.

e. Pemungutannya harus adil, yaitu dipungut dari orang yang tergolong mampu saja,

dan tidak boleh dipungut dari orang-orang miskin. Distribusinya juga harus adil dan

merata, tidak boleh terfokus pada tempat-tempat tertentu, apalagi yang mengandung

unsur yang menentang agama.

Dari keseluruhan syarat di atas, negara Indonesia masih tergolong sebagai negara

yang boleh membebankan pajak kepada warganya. Oleh karena itu kewajiban atas umat

muslim di Indonesia, selain harus membayarkan zakat, ia juga harus membayar pajak.

Diperbolehkannya memungut pajak adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat

muslim, karena dana pemerintah belum mencukupi untuk membiayai berbagai

pengeluaran, yang jika pengeluaran itu tidak dibiayai maka akan timbul kemudharatan

(permasalahan). Sedangkan mencegah kemudharatan adalah juga suatu kewajiban.

SIMPULAN

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan dari permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini adalah: pertama, pemahaman sebagian mahasiswa

tentang zakat sudah baik. Meski, masih ditemukan informan yang kurang memahami

tentang zakat, antara lain: terdapat dua informan yang kurang memahami definisi zakat,

terdapat empat informan yang kurang memahami terkait golongan yang berhak

menerima zakat, dan terdapat satu informan yang kurang memahami terkait jenis zakat.

Kedua, pemahaman sebagian mahasiswa tentang pajak dan pajak penghasilan sudah

sangat baik. Meski, masih ditemukan informan yang kurang memahami tentang pajak,

antara lain: terdapat tiga informan yang kurang memahami fungsi pajak, dan terdapat

empat informan yang belum memahami tarif pajak penghasilan. Ketiga, seluruh

mahasiswa telah memahami perbedaan dan persamaan antara zakat dengan pajak, dan

pada dasrnya seluruh informan lebih memprioritaskan membayar zakat diatas pajak.

Meski, terdapat tiga informan yang tetap menganggap pajak adalah kewajiban yang

Page 18: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

tetap harus dipenuhi setara dengan zakat, karena membayar pajak adalah cermin dari

rasa tanggung jawab warga bernegara. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

prioritas mahasiswa sebagai calon muzakki dan wajib pajak dalam membayar zakat atau

pajak, antara lain: mendahulukan peraturan dan hukum agama terlebih dahulu, zakat

berfungsi untuk membersihkan harta, zakat lebih diperuntukkan untuk orang-orang

yang lebih membutuhkan, dari sudut pandang mahasiswa zakat dinilai lebih adil, dan

proses distribusi zakat dipandang lebih transparan.

DAFTAR PUSTAKA

Alhusain, Imam Taqiyuddin. 1994. Kifayatul Akhyar. Surabaya: Bina Iman.

Ali, Mohammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Waqaf. Jakarta:

Unversitas Indonesia.

Ali, Nuruddin Muhammad. 2006. Zakat Sebagai Instrument dalam Kebijakan Fiskal,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Al-Syaikh, Yasin Ibrahim. 2008. Kitab Zakat Hukum, Tata Cara dan Sejarah, Bandung:

Marja.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Departemen Agama. 1982. Pedoman Zakat, (Dicetak atas biaya proyek Zakat dan

Wakaf). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka.

Direktorat Jenderal Pajak. Realisasi Penerimaan Pajak per 31 Agustus 2015. (online).

(http://www.pajak.go.id/realisasi-penerimaan-pajak-31-agustus-2015), diakses

21 Desember 2015)

Direktorat Pembinanan Perguruan Tinggi Agama Islam. 1983. Ilmu Fiqh, Jilid I, Jakarta

Fenomenologi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Gusfahmi. 2007. Pajak Menurut Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hajaroh, Mami. 2010. Paradigma, Pendekatan, dan Metode Penelitian. Yogyakarta:

FIP Universitas Negeri Yogyakarta

Halim, Abdul. dkk. 2014. Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Page 19: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPATUHAN ZAKAT DAN …

Hasan, M. Ali, 1997. Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah

ll),Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Qardawi, Yusuf. 2006. Hukum Zakat. Terjemahan. Didin Hafidhuddin dkk, Jakarta: PT.

Pustaka Lintera Antar Nusa.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori Dan Kasus, buku 1 edisi 4. Jakarta: Salemba

Empat.

Suandy, Erly. 2011. Perencanan pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suraya, Nidia. Senin, 29 April 2013. Potensi Zakat Rp 217 Triliun Terserap Satu

Persen. republika.co.id. (online). (http://www.republika.co.id/berita/

ekonomi/syariah-ekonomi), diakses 21 Desember 2015)