analisis persepsi masyarakat terhadap zakat … · persepsi tentang nisab, persentase dan tempat...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ZAKAT
PERTANIAN DI DESA LEPPANGENG
KEC. BELAWA KAB. WAJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
YULI ASMI
NIM : 105251101216
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
I
ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ZAKAT
PERTANIAN DI DESA LEPPANGENG
KEC. BELAWA KAB. WAJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
YULI ASMI
NIM : 105251101216
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
II
PENGESAHAN SKRIPSI
III
BERITA ACARA MUNAQASYAH
IV
PERSETUJUAN PEMBIMBING
V
SURAT PERNYATAAN
VI
ABSTRAK
Yuli Asmi. 105251101216. 2016. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Zakat
Pertanian Di Desa Leppangeng Kec. Belawa Kab. Wajo. Dibimbing oleh Sitti Saleha
Madjid dan Fakhruddin Mansyur.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Leppangeng tentang zakat
pertanian dan pengaruh persepsi masyarakat Desa Leppangeng terhadap perilaku
berzakat.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Leppangeng Kec. Belawa Kab. Wajo yang
berlangsung 2 bulan mulai dari Februari sampai April 2020. Teknik penentuan sampel
yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu penentuan sampel secara acak
sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat sangat berpengaruh terhadap
perilaku dalam berzakat. Hal ini dapat dilihat pada jumlah zakat dan tempat masyarakat
menyalurkan zakat pertanian mereka. Semakin baik persepsi masyarakat terhadap zakat
pertanian maka semakin baik pula perilaku mereka dalam berzakat. Sebagaimana
jawaban informan mengenai hukum, nisab, persentase dan tempat penyaluran zakat
pertanian. Semua informan menjawab bahwa hukum dari zakat pertanian adalah wajib.
Ini menandakan bahwa persepsi masyarakat tentang hukum zakat pertanian itu baik.
Persepsi tentang nisab, persentase dan tempat masyarakat Desa Leppangeng itu berbeda-
beda. Ada 2 informan yang membayar zakat sesuai dengan nisab serta persentase zakat
pertanian, ada 2 orang yang membayar zakat dan telah mencapai nisab namun
persentasenya tidak sesuai dengan persentase zakat pertanian. ada 3 orang yang belum
mencapai nisab namun tetap mengeluarkan sedekah dari hasil panennya. Hal itu
menandakan bahwa hanya 28,6% yang membayar zakat pertanian sesuai dengan syariat
islam.
Kata Kunci: Persepsi Masyarakat, Perilaku Berzakat, Syariat Islam.
VII
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam atas izin dan limpahan
rahmat-Nya berupa kesehatan, keimanan, dan kesempatan berfikir kepada
manusia, sehingga mampu melangsungkan hidup di atas muka bumi dan mampu
berpikir rasional, kritis, kreatif dan ulet dalam bertindak. Shalawat dan salam atas
kehadiran Rasulullah saw. Atas akhlak dan contoh tauladan yang dimiliki
menjadikannya sebagai panutan bagi ummat manusia sebagai rahmatanlil alamin.
Nabi yang membawa risalah kebenaran dan pencerahan bagi umat, yang
merubah wajah dunia dari wajah biadab menuju jalan yang beradab, dari alam
yang gelap menuju alam yang terang benderang. Kedatangannya juga
membebaskan manusia dari belenggu kebodohan (jahiliyah) dan perbudakan, lalu
mencerahkan dengan kecerdasan fikiran dan ketudukan bathin sehingga membuat
manusia dan umatnya taat, tetapi bukan ketaatan tanpa rasio dan kecerdasan tetapi
tidak membuatnya angkuh dan sombong.
Penulis menghadirkan karya tulis ilmiah tentu masih jauh dari
kesempurnaan dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi yang
berminat pada tema kajian ini, yang berjudul “Analisis persepsi masyarakat
terhadap zakat pertanian di Desa Leppangeng Kec. Belawa Kab. Wajo”.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, selama mengikuti program perkuliahan di
Fakultas Agama Islam Universita Muhammadiyah Makassar sampai selesainya
skripsi ini telah memperoleh banyak pelajaran dalam dunia proses dan arti
kebersamaan yang sesungguhnya , motivasi, semangat hidup untuk tetap
melangkah menggapai cita-cita serta bantuan dari berbagai pihak yang menjadi
motivator tersendiri bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga, penulis hanturkan kepada
kedua orang tua tercinta, Ambo Asse dan St. Aminah yang senantiasa mendoakan,
VIII
memberi dukungan moril maupun materil selama menempuh pendidikan. Dan
ucapan terimakasih pula penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar;
2. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama
Islam;
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Selaku Ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah;
4. Bapak Hasanuddin, SE. Sy., selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi
Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama menempuh
pendidikan.
5. Ibu Ibu Sitti Saleha Madjid, S.Ag., M.Hi ( Selaku Pembimbing I ) dan Bapak
Fakhruddin Mansyur, SE.I., ME.I ( selaku pembimbing II ) dalam
menyelesaikan Skripsi ini;
6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh
pendidikan di Hukum Ekonomi Syariah.;
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sumarni, Setiawati
Karaing, Ita Purnama Sari, . Terima kasih kepada kalian yang senantiasa
selalu bersama selama kurang lebih 4 tahun ini, semoga ini bukan akhir
dari hubungan kita. Terima kasih pula penulis ucapkan atas segala
dukungannya kepada, Anita Andriani, Hijratul Qadri, Arwini puspita, dan
Arwinni Eka Putri Ahmad kalian adalah sahabat terbaik. Dan terakhir
penulis ucapkan terima kasih atas segala do‟a dan dukungannya kepada
keluarga besar, teman-teman angkatan 2016 kelas A, serta mereka yang
tidak sempat disebutkan namanya satu-persatu.
Hanya kepada Allah swt Penulis memohon agar mereka yang berjasa
kepada penulis diberikan balasan yang berlipat ganda dan semoga Skripsi ini
memberikn manfaat bagi kita semua. Aminn yaa Rabbalaalaminn.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu
IX
Makassar, Dzulqaidah
1441
Juni 2020 M
Penulis :
Yuli Asmi (105251101216)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..… I
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. II
BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................................. III
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... IV
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... V
ABSTRAK ........................................................................................................ VI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... VII
DAFTAR ISI ..................................................................................................... IX
DAFTAR TABEL ............................................................................................. XI
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ XII
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... XIII
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................... 5
A. Persepsi ........................................................................................... 5
B. Perilaku ........................................................................................... 8
C. Zakat ............................................................................................. 10
X
D. Zakat Pertanian.............................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 35
B. Lokasi dan Objek Penelitian .......................................................... 35
C. Fokus Penelitian ............................................................................ 35
D. Sumber Data .................................................................................. 36
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 36
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 38
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 41
A. Lokasi Penelitian ........................................................................... 41
B. Deskripsi Informan ........................................................................ 41
C. Persepsi Masyarakat Tentang Zakat Pertanian Di Desa Sappa Kec.
Belawa Kec. Belawa Kab. Wajo .................................................... 41
D. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelakasanaan Zakat Pertanian Di
Desa Leppangeng .......................................................................... 47
E. Dokumentasi ................................................................................. 52
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 54
A. Kesimpulan ................................................................................... 54
B. Saran ............................................................................................. 54
C. Penutup ......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 60
LAMPIRAN ...................................................................................................... 61
XI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Jumlah Penduduk
XII
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Wawancara dengan Bapak Andi Maddukkelleng
Gambar 2 : Wawancara dengan Bapak Bama
Gambar 3 : Wawancara dengan Bapak Jupe
Gambar 4 : Wawancara dengan Ibu Sairah
Gambar 5 : Wawancara dengan Ibu Nipa
Gambar 6 : Wawancara Dengan Ibu Tape
XIII
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Wawancara dengan Bapak Andi Maddukkelleng
Lampiran 2 : Wawancara dengan Bapak Bama
Lampiran 3 : Wawancara dengan Bapak Jupe
Lampiran 4 : Bapak Ambo Asse
Lampiran 5 : Wawancara dengan Ibu Sairah
Lampiran 6 : Wawancara dengan Ibu Nipa
Lampiran 7 : Wawancara Dengan Ibu Tape
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karakteristik Indonesia sebagai negara agraris menyiratkan bahwa
sektor pertanian memainkan peranan penting di negeri ini. Sebutan sebagai
negara agraris tersebut tidaklah tanpa alasan. Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dihuni oleh penduduk yang mayoritas tinggal di pedesaan
dan menggantungkan hidupnya pada sektor primer khususnya pertanian.1
Salah satu desa di Indonesia yang mayoritas penduduknya berprofesi
sebagai petani adalah Desa Leppangeng yang terletak di Kec. Belawa Kab.
Wajo. Desa yang terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Wattang, Dusun Waji dan
Dusun Paopance. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Dusun Wattang ada 635,
di Dusun Waji ada 415 dan di Dusun Paopance ada 338. Jadi, total
keseluruhan Kepala Keluarga (KK) yang ada di Desa Leppangeng adalah
sebanyak 1424 KK. Jumlah keseluruhan masyarakat di desa Leppangeng
tersebut ada sebanyak 4879 jiwa, ada sekitar 1350 jiwa yang berprofesi
sebagai petani. Adapun jenis pertanian yang ditanam di desa tersebut yaitu
padi, jagung dan cabe. Jenis pengairan yang digunakan oleh petani di desa
tersebut adalah menggunakan pompa air, yakni pengairan air dari sungai ke
sawah. adapun jenis pengairan yang dipakai oleh petani cabe dan jagung
adalah mengandalkan hujan karena kedua tanaman tersebut tidak
1 Mudrajad Kuncoro, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: Erlangga, 2010, h. 289
2
membutuhkan terlalu banyak air. Data masyarakat di desa tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:2
No Nama Dusun Jumlah penduduk Jumlah
KK
Jumlah
petani Lk Pr Lk,Pr
1 Dusun
Wattang 1189 1221 2410
653 643
2 Dusun Waji 708 634 1342 415 400
3 Dusun
Paopance
197 630 1127 338 307
Total 2394 2485 4879 1424 1350
Table 1.1 jumlah penduduk
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas profesi penduduk
desa Leppangeng adalah petani.
Pertanian adalah salah satu sumber pendapatan dan ekonomi bagi
manusia, dengan mempunyai tanah dan tanaman yang subur bisa menjadikan
seseorang itu kaya. Oleh karena itu jugalah hasil yang dikeluarkan dari bumi
tersebut diwajibkan zakat, yaitu zakat pertanian.3
Maju mundurnya sektor pertanian berpengaruh pada pencapaian zakat
hasil pertanian. Jika sektor pertanian kurang mendapat perhatian serius, maka
potensi para petani untuk menjadi muzaki akan semakin kecil. Oleh karena
biaya yang harus dikeluarkan petani sampai hasil panen cukup besar, maka
jika hasil pertaniannya tidak mencapai hasil yang diharapkan, perkembangan
zakat hasil pertanian makin sulit dijadikan sektor andalan. Keterangan di atas
menunjukkan betapa pentingnya sektor pertanian, karena majunya sektor ini
akan meningkatkan sektor zakat. Pada umumnya pertanian tidak hanya
2 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, tahun 2014-2019 3 Mohammad Zaim Ismail, et al. Zakat Pertanian di Malaysia: Satu Kajian Pemerkasaan,
Labuan e-Journal of Muamalat and Society, Vol. 7, 2013, PP. 33-47, h. 35
3
membutuhkan biaya irigasi saja, masih banyak biaya lain yang dibutuhkan
untuk produksi pertaniannya, seperti di Desa Leppangeng.
Mengenai pembayaran zakat pertanian, petani yang membayar zakat
pertanian jumlahnya masih kecil. Seharusnya Desa Leppangeng memiliki
potensi yang cukup besar untuk membayar zakat pertanian, mengingat semua
petani beragama Islam dan mayoritas warga masyarakat berprofesi sebagai
petani.4
Hal ini mungkin karena persepsi masyarakat petani Desa Leppangeng
tentang zakat pertanian. Mencermati fenomena tersebut, penting untuk diteliti
tentang bagaimana persepsi masyarakat petani Desa Leppangeng Kec.
Belawa Kab. Wajo tentang zakat pertanian dan perilaku petani dari persepsi
tersebut. Berdasarkan fenomena itu, peneliti termotivasi memilih judul:
“ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG ZAKAT
PERTANIAN DI DESA LEPPANGENG, KEC. BELAWA, KAB.
WAJO.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi masyarakat petani Desa Leppangen Kec. Belawa Kab.
Wajo tentang zakat pertanian?
4 Wawancara dengan bapak Edy selaku pegawai kantor desa Leppangeng
4
2. Apakah pelaksanaan zakat pertanian di Desa Leppangeng Kec. Belawa
Kab Wajo telah sesuai dengan hukum islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari pokok permasalahan di atas, maka skripsi ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui persepsi masyarakat petani Desa Leppangeng Kec.
Belawa Kab. Wajo tentang zakat pertanian.
b. Mengetahui analisis hukum islam dalam pelaksanaan zakat
pertanian di Desa Leppangeng Kec. Belawa Kab. Wajo.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
berbagai pihak yang berkepentingan, diantaranya:
a. Manfaat Penulis Sarana pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah
sekaligus pendalaman pemahaman tentang materi yang didapatkan
dari kegiatan perkuliahan. Selain itu juga sebagai prasyarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H).
b. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khazanah ilmu
pengetahuan.
c. Manfaat Akademis Hasil dari penelitian diharapkan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu
5
ekonomi secara umum. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Persepsi
1. Definisi Persepsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.5 Persepsi adalah proses
mengumpulkan informasi mengenai dunia melalui pengindraan yang kita
miliki.6 Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada
lingkungannya.7
Persepsi didefinisikan sebagai proses kognitif di mana seorang
individu memilih, mengorganisasikan, dan memberikan arti kepada
stimulus lingkungan. Melalui persepsi, individu berusaha untuk
merasionalisasikan lingkungan dan objek, orang, dan peristiwa di
dalamnya. Karena setiap orang memberikan pengertian mereka sendiri
terhadap stimulus, individu yang berbeda akan “mempersepsikan” hal
yang sama dengan cara yang berbeda.8 Persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pusat bahasa,
cetakan pertama edisi 4, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1061 6 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, h. 24 7 Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba
Empat, 2016, h. 103 8 John M. Ivancevich, et al. Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta: Erlangga, 2006,
h. 116
6
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.9 William James
menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita
peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita, serta sebagian
lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan (memory) kita (diolah kembali
berdasarkan pengalaman yang kita miliki).10
2. Faktor yang mempengaruhi
Persepsi tidak selalu sesuai dengan realita yang ada. Hal ini
karena persepsi individu terhadap sesuatu dipengaruhi oleh beberapa hal,
seperti:
1) Pengalaman pribadi.
2) Status sosial ekonomi.
3) Kondisi lingkungan.
4) Tingkat pendidikan.
5) Suku.
6) Motivasi.11
3. Macam-macam persepsi
Ada dua macam persepsi, yaitu:
a. Externl perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang datang dari luar diri individu.
9 Jalaluddin Rachmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996, h.
51 10 Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994, h. 105-106 11 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, h. 24
7
b. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang berasal dari dalam diri individu, dalam hal ini yang menjadi
objek adalah dirinya sendiri.12
4. Syarat terjadinya persepsi
a. Adanya objek: objek – stimulus – alat indra (reseptor) Stimulus
berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra/reseptor)
dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensoris yang
bekerja sebagai reseptor).
b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan
persepsi.
c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus.
d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat
saraf atau pusat kesadaran). Dari otak dibawa melalui saraf motoris
sebagai alat untuk mengadakan respons13
.
5. Proses terjadinya persepsi
Persepsi melewati tiga proses, yaitu:
a. Proses fisik: objek – stimulus – reseptor atau alat indra
b. Proses fisiologis: stimulus – saraf sensoris – otak
c. Proses psikologis: proses dalam otak sehingga individu menyadari
stimulus yang diterima. Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi
perlu ada proses fisik, fisiologis dan psikologis. Secara bagan dapat
digambarkan sebagai berikut:
12 Sunaryo , Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002 , h. 94 13 Ibid. h. 98
8
Gambar 1.1 proses terjadinya persepsi14
B. Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang
penting dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku
manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku
manusia tidak berdiri sendiri. Perilaku manusia mencakup dua
komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku (attitude). Sikap
atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental
diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa,
sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia
sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan
tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula negatif.15
Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah perbuatan tertentu dari
manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau peristiwa yang dihadapi.
14 Sunaryo , Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002 , h. 94 15 Eliza Herijulianti, et al. Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
2001 ,h. 35
Objek Stimulus Respector
Saraf Sensorik
Saraf Motorik
Persepsi
Otak
9
2. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Setiap orang mempunyai sifat yang berbeda sehingga
perilakunyapun berbeda-beda. Dalam kenyataannya, banyak kita jumpai
orang-orang yang bersifat terbuka dan tertutup, ada yang berdaya juang
besar dan ada yang lemah, ada yang tegar dan ada yang tidak tegar, ada
yang emosional dan ada yang sabar. Perilaku yang berbeda antara orang
yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhi diri seseorang.16
Faktor yang mempengaruhi manusia
adalah sebagai berikut:
a. Genetika.
b. Sikap, yaitu suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap
perilaku tertentu.
c. Norma sosial, yaitu pengaruh tekanan sosial.
d. Kontrol perilaku pribadi, yaitu kepercayaan seseorang mengenai
sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
Perlu pula ditekankan bahwa individu dalam merespon atau
menanggapi suatu peristiwa atau keadaan selain dipengaruhi oleh situasi
yang dihadapi juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat
itu.17
3. Hubungan Persepsi dengan Sikap/Perilaku
Sikap/perilaku merupakan aspek dari persepsi. Sikap terbentuk
dari stimuli seseorang yang kemudian menjadi sebuah persepsi. Sikap
16 Ibid. 17 Eliza Herijulianti, et al. Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
2001 ,h. 35
10
ataupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari dipengaruhi karena adanya
persepsi. Stimuli yang diterima oleh tiap individu tidak selalu sama
sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antar individu. Itulah
sebabnya sikap setiap orang berbeda-beda.
C. Zakat
1. Definisi Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti,
yaitu al-barakatu (keberkahan), al-namaa (pertumbuhan dan
perkembangan), ath-thaharu (kesucian) dan ash-shalahu (keberesan).
Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya
dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainnya, akan tetapi
pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta
dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya 0untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan
persyaratan tertentu pula.18
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan
pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa
harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,
berkembang, suci, dan beres (baik). Hal ini sebagaimana dinyatakan
dalam surat surat Ar-Ruum: 39.
وما وما آتيتم من ربا ليربو في أموال الناس فل يربو عند للا
18 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Depok: Gema Insani, 2006, h.
7
11
ف ول م ال وو آتيتم من ااة تريدوو و للا
Terjemahannya :
“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Q.S. Ar-Ruum:
39)19
Ayat tersebut menjelaskan bahwa barang siapa yangmemberi
pemberian atau hadiah denganharapan orang yang diberi akan
membalasnya dengan yang lebih banyak daripada yang telah
diberikan, maka tidak ada pahala baginya di sisiAllah. Sedangkan
zakat dan sedekah yang kalian berikan kepada orang yang berhak
menerimanya demi mengharap pahala dari Allah, maka mereka yang
memiliki derajat yang lebih tinggi itu adalah orang-orang yang dilioat
gandakan pahalanya.
2. Landasan Hukum
Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur‟an, Sunah Nabi, dan Ijma‟ para ulama. Zakat
merupakan salah satu rukun Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan
shalat. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai salah
satu rukun Islam. Bagi mereka yang mengingkari kewajiban zakat maka
19 Ibid, h.408
12
telah kafir, begitu juga mereka yang melarang adanya zakat secara paksa.
Jika ada yang menentang adanya zakat, harus dibunuh hingga mau
melaksanakannya.20
Tentang ancaman bagi yang menentang adanya zakat Allah SWT
berfirman dalam Q.S At-Taubah : 34 yaitu sebagai berikut :
او لي وو أموال يا أيي ا ال ين آمنوا و يرا من اا ار والري
وال ين ي ن وو ال و وو عن يي للا الناس بال ااي وي دي
ر م ب ااة أليمة ف ش ال و ين وو ا في يي للا
Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalanghalangi (manusia)
dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (Q.S. At-
Taubah: 34)21
Zakat diwajibkan pada tahun ke 2 Hijriah. Perintah wajib zakat
mal ini telah disampaikan sejak awal perkembangan Islam (sebelum
Hijrah), namun pada saat itu belum ditentukan macam-macam harta
maupun kadar harta yang harus dizakati, berupa jumlah zakatnya dan
mustahiq-nya (hanya diperuntukkan bagi fakir dan miskin saja). Baru
pada tahun ke dua Hijriyah, macam-macam harta yang wajib dizakati
serta besaran nilai zakat dari harta masing-masing ditentukan secara
20 Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟ly, Ekonomi Zakat, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2006, h. 1 21 Departemen Agama, op.cit., h.192
13
terinci.22
Hukum zakat itu wajib mutlak dan tak boleh atau sengaja
ditunda waktu pengeluarannya, apabila telah mencukupi persyaratan
yang berhubungan dengan kewajiban itu.
3. Syarat Wajib Zakat
Syarat-syarat wajib zakat adalah sebagai berikut:
a) Islam Tidak wajib zakat bagi orang-orang kafir asli (yaitu yang
terlahir sebagai orang kafir karena kedua orangtuanya kafir dan tidak
pernah masuk Islam). Orang kafir bila masuk Islam, maka tidak ada
kewajiban zakat untuk sebelumnya, berdasarkan firman Allah SWT
dalam Q.S Al-Anfaal : 38 yaitu sebagai berikut :
ي ل ين روا و ينت وا ي ر ل م ما د و و ي وووا ف د
لين م ن ااو
Terjemahannya :
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka
berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni
mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka
kembali lagi Sesungguhnya akan Berlaku (kepada mereka) sunnah
(Allah tenhadap) orang-orang dahulu ". (Q.S. Al-Anfaal: 38)23
b) Aqil, Baligh, dan Mumayyiz (telah dapat membedakan mana yang
baik dan buruk) Zakat itu tidak diwajibkan kepada anak kecil dan
orang gila. Akan tetapi harta dari keduanya itu (anak kecil dan orang
gila tadi) wajib dizakati.
c) Merdeka dan tidak mempunyai tanggungan (yang mengurangi objek
zakat) Wajibnya zakat disyaratkan merdeka. Maka seorang hamba
22 Arifin, Zakat...,h. 23-24 23 Departemen Agama, op.cit., h.181
14
walaupun hamba mukatab, tidak wajib menunaikan zakat (menurut
Madzhab Maliki, Syafi‟i dan Hanbali). Sedangkan menurut Madzhab
Hanafi, diwajibkan zakat untuk tanamannya saja. Juga disyaratkan
bebas dari utang.
d) Untuk wajibnya zakat disyaratkan milik penuh Milik penuh (tamlik),
yaitu dimiliki oleh perorangan atau secara kelompok (syirkah).
e) Mencapai nishab, mencapai nishab dari harta yang dimilikinya itu
adalah syarat diwajibkannya zakat. Ukuran nishab berbeda-beda
sesuai dengan perbedaan jenis harta yang akan dizakati.
f) Waktunya sampai setahun atau haul. Menurut ijma‟ , setahun
merupakan syarat wajibnya zakat. Zakat itu tidak wajib kecuali
apabila ia memiliki nishab dan berlangsung selama setahun sebagai
miliknya. Syarat satu tahun itu tidak berlaku untuk zakat tanaman
(hasil pertanian), buah-buahan, harta karun/temuan dan
semacamnya, zakatnya dikeluarkan pada saat memperolehnya, tanpa
menunggu setahun.
g) Lebih dari kebutuhan pokok, melebihi dari kebutuhan rutin/primer.
h) Diambil dari objek zakat i. Tidak diperoleh dengan cara haram.
Tidak diperoleh dengan cara haram, seperti korupsi, mencuri, dan
lain-lain. Juga tidak ada zakat untuk harta yang memang haram,
seperti babi, anjing, khamr, narkoba.24
4. Syarat Harta Menjadi Sumber atau Objek Zakat
24 Arifin, Zakat..., h. 31-46
15
Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan
standar umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya,
maka dalam penetapan harta menjadi sumber atau objek zakat pun
terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
i. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan yang
halal. Artinya harta yang haram, baik substansi bendanya maupun
cara mendapatkannya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat,
karena Allah SWT tidak akan menerimanya.
ii. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan.
Harta berkembang seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan,
melalui pembelian saham, atau ditabungkan, baik dilakukan sendiri
maupun bersama orang atau pihak lain. Harta yang tidak
berkembang atau tidak berpotensi untuk berkembang, maka tidak
dikenakan kewajiban zakat.
iii. Milik penuh. Yaitu harta tersebut berada di bawah kontrol dan di
dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama
bahwa harta itu berada di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak
tersangkut dengan hak orang lain, dan ia dapat menikmatinya.
iv. Harta tersebut harus mencapai nishab. Yaitu jumlah minimal yang
menyebabkan harta terkena kewajiban zakat.25
5. Tujuan
25 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Depok: Gema Insani, 2006, h.
18-28
16
Zakat (termasuk juga Infak dan Sedekah) adalah suatu konsepsi
ajaran Islam yang mendorong orang muslim untuk mengasihi sesama
(compassion), mewujudkan keadilan sosial (social justice), serta berbagi
dan mendayakan masyarakat, selanjutnya untuk mengentaskan
kemiskinan (to relieve the poor).26
Ajaran Islam menjadikan zakat sebagai ibadah maliah ijtima‟iyah
yang mempunyai sasaran sosial untuk membangun satu sistem ekonomi
yang mempunyai tujuan kesejahteraan dunia dan akhirat. Ini berarti
bahwa tujuan zakat adalah untuk membangun kesejahteraan masyarakat
melalui delapan jalur. 27
6. Hikmah dan Manfaat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung
hikmah dan manfaat yang besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan
orang berzakat (muzaki), penerimanya (mustahik), harta yang
dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan. Hikmah dan
manfaat tersebut antara lain tersimpul sebagai berikut:
a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri
nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan
yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis,
menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan
mengembangkan harta yang dimiliki.
26 Arifin, Zakat..., h. 27 27 Saifudin Zuhri, Zakat di Era Reformasi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
2012, h. 40
17
b. Karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin,
ke arah kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera, sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah
kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari
kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki
harta cukup banyak.
Zakat sesungguhnya bukanlah sekadar memenuhi kebutuhan
para mustahik, terutama fakir miskin, yang bersifat konsumtif dalam
waktu sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan
kepada mereka dengan cara menghilangkan ataupun memperkecil
penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita.
Kebakhilan dan ketidakmauan berzakat disamping akan
menimbulkan sifat hasad dan dengki dari orang-orang yang miskin
dan menderita juga akan mengundang azab Allah SWT.
c. Sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara orang-orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya
digunakan untuk berjihad di jalan Allah yang karena kesibukannya
tersebut ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan
berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya. Di samping
sebagai pilar amal bersama, zakat juga merupakan salah satu bentuk
konkret dari jaminan sosial yang disyariatkan oleh ajaran Islam.
18
Melalui syariat zakat, kehidupan orang-orang fakir, miskin, dan
orangorang menderita lainnya akan terperhatikan dengan baik. Zakat
merupakan salah satu bentuk pengejawentahan perintah Allah SWT
untuk senantiasa melakukan tolong-menolong dalam kebaikan dan
takwa.
d. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun
prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana
pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim. Hampir semua
ulama sepakat bahwa orang yang menuntut ilmu berhak menerima
zakat atas nama golongan fakir dan miskin maupun sabilillah.
e. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu
bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan
bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan
baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
f. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah
satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola
dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataan pendapatan.
Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang
beriman untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa
ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha
sehingga memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi
19
kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi
muzaki dan munfik. Zakat yang dikelola dengan baik, akan mampu
membuka lapangan kerja dan usaha yang luas, sekaligus penguasaan
asetaset oleh umat Islam. Dengan demikian, zakat menurut Yusuf
alQaradhawi adalah ibadah maaliyyah al-ijtima‟iyyah, yaitu ibadah di
bidang harta yang memiliki fungsi strategis, penting, dan menentukan
dalam membangun kesejahteraan masyarakat.28
7. Mustahiq
Para mustahiq atau orang yang berhak menerima zakat terdiri
dari delapan golongan, hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam firman
Allah Q.S At-taubah : 60 yang berbunyi :
د ات ل راء وال سا ين وال ام ين ع ي ا وال ؤل و و ا ال
وابن الس يي فري ب م وفي الرش اا وال ارمين وفي يي للا
ع يمم يمم وللا من للا
Terjemahannya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At-Taubah: 60).29
Dari ayat di atas jumhur ulama sepakat bahwa mustahiq atau
orang yang berhak menerima zakat terdiri dari delapan golongan, yaitu:30
a. Orang fakir
28 Didin, Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Depok: Gema Insani, 2006,
h. 10-15 29 Departemen Agama, op.cit., h.196 30 Rustam, Fikih Ibadah Kontemporer, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015, h. 124
20
Para fukaha mengungkapkan pengertian yang berbeda-beda
tentang makna fakir. Menurut pendapat yang masyhur di kalangan
Hanafiyah, fakir adalah orang yang memiliki sesuatu, tetapi kurang
dari nishab dan habis untuk memenuhi kebutuhannya.
Mirip dengan pandangan itu, kalangan Malikiyah
menambahkan bahwa kekurangan yang dialami orang fakir adalah
kekurangan untuk memenuhi kebutuhannya selama satu tahun. Dua
pendapat ini sebenarnya hampir sama, hanya saja kalangan
Malikiyah lebih merinci kekurangan itu, yaitu kekurangan dalam
satu tahun. Kendati demikian, keduanya memandang bahwa orang
fakir adalah orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga mereka terlantar. Karena itulah mereka berhak menerima
zakat dari orang kaya.
Kalangan Syafi‟iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa fakir
adalah orang yang tidak memiliki usaha (penghasilan) dan tidak
memiliki harta yang dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang
dan papan serta tidak ada orang lain yang menjamin kebutuhan
hidupnya itu. Atau, ia memiliki harta tetapi tidak mencukupi separuh
kebutuhannya. Misalnya, ia membutuhkan uang sepuluh juta rupiah
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi ia hanya memiliki tiga
juta rupiah. Jika kita melihat pendapat mereka, tentu kelompok fakir
yang paling rendah adalah orang yang tidak memiliki usaha sama
sekali untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Termasuk dalam
21
kelompok ini adalah orang cacat yang tidak punya keterampilan dan
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Miskin
Kata miskin sering dipadukan dengan kata fakir sehingga
sering disebutkan “fakir-miskin”. Memang ada sebagian ulama yang
menyamakan istilah fakir dan miskin, termasuk di antaranya Abu
Yusuf dari kalangan Hanafiyah dan Ibn al-Qasim dari kalangan
Malikiyah. Namun, jumhur ulama membedakan pengertian fakir dan
miskin. Al-Qur‟an secara tegas menyebutkan kedua istilah itu
dengan penyebutan yang berbeda, yang mengisyaratkan bahwa
kedua istilah itu memiliki makna yang berbeda. Karena itu, jumhur
ulama tetap membedakan pengertian keduanya. Meskipun sepintas
ada kesamaan antara kedua istilah itu, yakni berarti ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan hidup, keduanya tetap harus dibedakan dalam
arti yang lebih rinci, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.
Hanafiyah dan Malikiyah bersepakat menyamakan kedua
istilah itu, sementara Syafi‟iyah dan Hanabilah membedakan
keduanya. Menurut mereka, orang miskin adalah orang yang punya
harta atau usaha tetapi hanya bisa memenuhi separuh kebutuhan
hidupnya, sementara orang fakir adalah orang yang sama sekali tidak
memiliki harta atau usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi, jika
dalam kategori Hanafiyah dan Malikiyah orang miskin merupakan
golongan paling rendah dalam strata sosial, dalam kategori
22
Syafi‟iyah dan Hanabilah, orang miskin berada lebih tinggi satu
tingkat di atas orang fakir.
Menurut kalangan Maliki dan Hanafi, orang miskin adalah
orang yang tidak memiliki apa-apa, baik pangan, sandang, maupun
papan, sementara menurut kalangan Syafi‟i dan Hanbali, orang
miskin adalah mereka yang masih memiliki harta dan jalan usaha
tetapi masih kekurangan. Mereka masih memiliki harta lebih dari
separuh kebutuhannya. Jelasnya, jika ia membutuhkan uang satu juta
untuk satu bulan, orang miskin itu hanya punya enam ratus ribu
rupiah. Sementara, orang fakir adalah orang yang hartanya kurang
dari separuh kebutuhannya; jika kebutuhannya selama satu bulan
sebesar satu juta rupiah, ia hanya punya uang sebanyak empat ratus
ribu atau tiga ratus ribu rupiah. Dengan definisi miskin menurut
kalangan Syafi‟i dan Hanbali ini hampir mirip dengan definisi fakir
menurut kalangan Hanafi dan Maliki.
c. Amil
Amil zakat adalah orang yang ditugaskan oleh penguasa
untuk mengurus zakat, mulai dari sensus, memungut, mengatur
administrasi, dan membagikan zakat kepada mustahiknya. Karena
itu, mazhab Maliki mewajibkan dua syarat amil, yaitu adil dan
mengetahui seluk beluk hukum zakat. Menurut mazhab Syafi‟i, amil
zakat tidak menerima gaji dari pemungutan dan pendistribusian
zakat, tetapi mereka mendapat bagian zakat. Dan menurut mazhab
23
Hanbali, bagian untuk amil merupakan upah atas pekerjaannya
sehingga bagiannya pun sesuai dengan yang mereka lakukan.
Yusuf Qardhawi mengemukakan delapan syarat yang harus
dipenuhi oleh amil:
1) Ia harus seorang muslim, karena urusan zakat adalah urusan
kaum muslim.
2) Seorang amil haruslah seorang mukalaf (orang dewasa yang
dibebani tanggung jawab).
3) Seorang amil hendaklah jujur, karena ia menghimpun dan
mengelola harta kaum muslim.
4) Seorang amil harus memahami hukum zakat. Persyaratan ini
penting karena berkaitan dengan berbagai permasalahan yang
memerlukan pertimbangan yang bijak, mulai dari masalah jenis
benda-benda zakat yang senantiasa berkembang, kemudian cara
pengelolaan administrasi yang baik, pembagian yang adil, dan
lainlain.
5) Seorang amil harus mampu melaksanakan tugas. Ia harus mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik, karena tugasnya berkaitan
dengan kebutuhan masyarakat luas. Maka, selain harus jujur,
seorang amil juga harus memiliki kemampuan fisik dan
intelektual.
6) Amil bukanlah keluarga atau keturunan Nabi SAW. (Bani
Hasyim), karena mereka tidak boleh menerima zakat.
24
7) Seorang amil harus laki-laki. Namun, alasan persyaratan ini
tidak kuat, karena agama tidak membedakan antara laki-laki dan
perempuan dalam urusan ibadah.
8) Seorang amil harus merdeka. Syarat ini pun masih
diperdebatkan para ulama. Sebab, yang menghalangi seorang
budak bekerja di luar rumah tuannya hanyalah tuannya. Jika
tuannya mengizinkan dia menjadi amil, tidak ada halangan
baginya untuk bekerja sebagai amil.
d. Mualaf (orang yang dilembutkan hatinya)
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud
dengan mualaf. Sebagian mengatakan bahwa mualaf adalah orang
nonmuslim yang ada harapan akan masuk Islam. Sebagian lain
mengatakan, mereka adalah orang yang baru masuk Islam dan belum
teguh keislamannya. Menurut mazhab Syafi‟i, ada empat macam
mualaf, yaitu:
1. Orang yang baru masuk Islam dan keislamannya belum teguh.
2. Seorang muslim berpengaruh yang hidup di tengah kaumnya
yang belum masuk Islam. Diharapkan, bagian zakat yang
diberikan kepadanya akan berpengaruh terhadap kaumnya yang
belum masuk Islam.
3. Muslim yang berpengaruh terhadap kalangan nonmuslim.
Diharapkan jika ia diberi zakat maka kaum muslim akan
terpelihara dari kejahatan nonmuslim.
25
4. Orang yang melawan kejahatan orang yang anti zakat.
e. Fi al-riqab (dalam memerdekakan budak)
Memerdekakan budak di sini terbatas pada budak yang telah
mendapat jaminan tuannya bahwa ia bisa menebus dirinya sendiri
dengan jumlah tertentu. Si tuan pemilik budak itu berhak menerima
zakat sebanyak bayaran tebusan tersebut jika si budak tidak memiliki
harta untuk menebus dirinya sendiri.
Di zaman sekarang tidak ada lagi perbudakan sehingga
makna ayat ini pun terangkat. Namun, tidak berarti ayat tentang
pembebasan budak ini akan terhapus selama-lamanya. Sebab, yang
terhapus hanyalah pelaksanaan pembebasan budak pada dewasa ini,
karena perbudakan sudah tidak ada lagi. Namun, jika perbudakan
muncul kembali maka ayat ini masih tetap bisa diterapkan.
f. Al-gharimin (orang yang berutang)
Menurut Abu Hanifah, gharim adalah orang yang berutang
dan ia tidak punya harta mencapai satu nishab di luar utangnya.
Menurut Imam Malik, gharim adalah orang yang kesulitan
membayar utangnya karena ketidakmampuannya, dan utangnya itu
bukan untuk tujuan konsumtif, berbuat kerusakan, atau melakukan
maksiat. Menurut mazhab Syafi‟i, ada tiga kelompok orang yang
berutang:
1. Orang yang berutang untuk kemaslahatan dirinya. Ia tidak
berhak mendapat zakat untuk melunasi utangnya.
26
2. Orang yang berutang untuk mendamaikan dua orang yang
berselisih. Ia berhak mendapat zakat meskipun ia kaya.
3. Orang yang berutang karena menjamin utang orang lain,
sedangkan ia dan orang yang dijaminnya itu tidak dapat
melunasi utang itu. Ia berhak mendapat zakat kalau tidak
mampu melunasi utangnya.
Pandangan mazhab Hanbali nyaris sama dengan mazhab
Syafi‟i. Menurutnya, ada dua golongan orang yang berutang, yaitu:
1) Orang yang berutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri, pada
urusan yang mubah ataupun haram, tetapi ia telah bertobat dari
yang haram.
2) Orang yang berutang untuk kemaslahatan orang lain.
g. Fi sabil Allah (fi sabilillah, pada jalan Allah)
Keempat imam mazhab sepakat mempersempit makna
sabilillah dengan arti para mujahid yang berperang di jalan Allah.
Mereka termasuk golongan yang berhak menerima zakat dan zakat
diberikan kepada mereka secara individual. Para imam mazhab juga
sepakat tidak membolehkan zakat untuk kemaslahatan umum, seperti
untuk membangun masjid, sekolah, jembatan, dan sebagainya.
Urusan umum seperti itu dibiayai oleh baitul-mal, bukan dari
zakat. Namun, beberapa ulama lain, seperti al-Qaffal, Fakhruddin
27
alRazi (keduanya dari mazhab Syafi‟i), Muhammad Rasyid Ridha,
dan Mahmud Syalthout tetap berpegang kepada makna umum fi
sabilillah, yaitu segala urusan yang menyangkut kepentingan umum,
termasuk pembangunan sarana sekolah, kesehatan, jalan, jembatan,
dan sebagainya.
Menurut mereka, ayat yang mengandung makna umum itu
tetap diartikan dengan makna umumnya selama tidak ada dalil lain
yang mengkhususkannya. Pendapat ini juga dipegang oleh Anas ibn
Malik dari kalangan sahabat dan Hasan al-Basri dari kalangan tabiin.
Mazhab Imamiyah dan Zaydiyah juga berpendapat seperti itu.
h. Ibn sabil (secara harfiah berarti anak jalan, musafir)
Para ulama memaknai kata ibn sabil dengan pengertian
musafir. Mayoritas ulama memaknai musafir sebagai orang yang
sedang menempuh perjalanan, jauh dari negerinya. Meskipun di
negerinya ia kaya, ketika dalam perjalanan, ia tidak dapat
memanfaatkan kekayaannya sehingga ia berhak menerima bagian
zakat. Akan tetapi, Imam Syafi‟i membolehkan orang yang akan
berangkat untuk safar (perjalanan jauh) menerima zakat sebagaimana
orang yang sedang dalam perjalanan, asalkan tujuan perjalanannya
bukan untuk maksiat. Sementara itu,Yusuf Qardhawi memperluas
pengertian ibn sabil dengan memasukkan para peminta suaka, para
tunawisma, dan anak buangan.
28
Para peminta suaka adalah orang yang terusir ke negara lain.
Mereka tidak punya harta, karena ditinggalkan di kampung
halamannya sehingga mereka berhak mendapat bagian zakat.
Sementara tunawisma adalah orang yang tidak memiliki tempat
tinggal dan pekerjaan. Mereka diberi zakat karena kemiskinannya
dan karena tidak memiliki pekerjaan. Karena itu, mereka mendapat
dua bagian zakat, sebagai orang miskin dan sebagai ibn sabil. Satu
bagian zakat untuk kebutuhan tempat tinggalnya dan satu bagian lagi
untuk menanggulangi pekerjaannya.
Ada beberapa golongan lain yang mungkin termasuk ibn
sabil, seperti anak-anak yang putus sekolah karena tak ada biaya.
Mereka termasuk kategori ibn sabil, karena sedang dalam perjalanan
menuntut ilmu. Mungkin pengertian musafir seperti di masa lalu
tidak ditemukan lagi di zaman sekarang karena kemajuan system
transportasi dan transaksi keuangan pun bisa dilakukan dari mana
pun. Karenanya, sulit ditemukan musafir seperti zaman dahulu.
Sementara, saat ini banyak anak-anak yang kehabisan biaya dalam
perjalanan menuntut ilmu. Mereka boleh diberi bagian zakat, baik
sebagai orang miskin atau pun ibn sabil.31
D. Zakat Pertanian
1. Definisi Zakat Pertanian
31 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, Jakarta: Zaman, 2012, h. 352-
361
29
Zakat pertanian adalah zakat yang dikenakan pada produk
pertanian, setiap panen dan mencapai nishab, sebagaimana disebutkan
dalam Q.S Al-an‟am : 141 yaitu sebagai berikut :
و و ال أو ناتة م روواتة و ير م روواتة والن ي وال
او مت اب ا و ير مت اب ة وا م يتوو والري رع م ت ا أ وال
من ر ا أ ر وآتوا يو او و تسرفوا و ل
ا ي ي ال سرفين
Terjemahannya :
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam- macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan.” (Q.S. Al-An‟am: 141)32
Ayat ini menjelaskan bahwa zakat pertanian ditunaikan ketika
panen, maka zakat pertanian tidak dikenal haul (hitungan satu tahun).33
2. Zakat Hasil Pertanian
Dalam kajian fikih klasik, hasil pertanian adalah semua hasil
pertanian yang ditanam dengan menggunakan bibit biji-bijian yang
hasilnya dapat dimakan oleh manusia dan hewan serta yang lainnya.
Dengan melihat kondisi agraris Indonesia, secara sederhana dapat
disampaikan bahwa yang dimaksud dengan hasil pertanian adalah semua
hasil pertanian dan perkebunan yang ditanam masyarakat secara umum,
32 Departemen Agama, op.cit., h.146 33 Gus, Arifin, Zakat, Infak, Sedekah, Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2011, h. 113
30
seperti padi, jagung, tebu, buah-buahan, sawit, kapas, sayur-mayur dan
lain sebagainya, kecuali ganja dan tumbuhan psikotropika lainnya,
karena jenis tumbuhan ini tidak biasa ditanam. 34
Hasil tanaman yang berupa tanam-tanaman dan buah-buahan
yang dikenakan wajib zakat sesuai dengan ketentuannya. Imam Abu
Hanifah berpendapat, wajib dizakati semua hasil tanah yang memang
diproduksi oleh manusia, dengan sedikit pengecualian antara lain pohon-
pohon yang tidak berbuah.
Pendapat Abu Hanifah ini diikuti Mahmud Syaltut, eks Rektor
Universitas al-Azhar Mesir dengan menyatakan bahwa wajib dizakati
semua hasil tanaman-tanaman dan buah-buahan yang diproduksi
manusia. Segala macam hasil pertanian/perkebunan (hasil bumi)
diqiyaskan dengan hasil pertanian yang telah ditetapkan zakatnya
(termasuk nisab, waktu dan prosentase zakatnya).35
Sumber zakat hasil pertanian adalah seluruh hasil pertanian
setelah dipotong biaya:
a. Biaya produksi atau pengelolaan lahan pertanian, seperti biaya
benih, pupuk, pemberantas hama, dan lain sebagainya. Berdasarkan
hal itu tanggungan pengelolaan dapat meringankan zakat hasil
pertanian.
34 Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta: Prenada Media Group, 2006,
h. 85-86 35 Saifudin Zuhri, Zakat di Era Reformasi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
2012, h. 78-80
31
b. Hasil pertanian yang dikonsumsi sendiri untuk keperluan pokok
kehidupan sehari-hari keluarga petani tersebut. Besarannya dapat
ditentukan sendiri oleh calon muzaki mengikuti ketentuan kelayakan
umum.
c. Biaya sewa tanah. Para fuqaha berpendapat bahwa pembayaran sewa
dan pajak tanah dapat mengurangi jumlah total dari hasil pertanian,
hal ini meunjukkan bahwa setelah kita membayar pajak tanah tidak
perlu lagi membayar zakat.
d. Biaya kehidupan sehari-hari. Biasanya seorang petani membiayai
keluarganya dari hasil pertanian tersebut. Karena itu kebutuhan ini
harus menjadi salah satu faktor pengurang kewajiban zakat aset
pertanian.
e. Biaya selain utang, sewa dan pajak. Pendapat yang paling kuat
mengatakan dibolehkannya potongan dari biaya-biaya lain yang
dialokasikan untuk pengelolaan pertanian, seperti harga benih,
pupuk, insektisida, dan sejenisnya. Alasan dari pendapat ini adalah
bahwa biaya produksi dapat memengaruhi volume zakat dan yang
disebut dengan pertumbuhan riil adalah peningkatan hasil setelah
dipotong oleh tanggungan-tanggungannya. Dari pemahaman tersebut
dapat disimpulkan bahwa volume zakat pertanian diambil setelah
biaya pengelolaan dikeluarkan dari hasil pertanian tersebut atau
dengan kata lain zakat diambil dari hasil bersih lahan pertanian.
32
Penentuan kadar hasil bumi dapat dilakukan oleh seorang yang
mempunyai keahlian akan karakteristik dari produk tersebut. Dan
biasanya para petani sudah cukup dianggap orang yang mempunyai
kapabilitas untuk penentuan hal tersebut.36
3. Nisab dan Persentase
Tanaman pertanian yang diolah karena siraman air hujan, maka
nisabnya harus mencukupi 5 wasaq (kurang lebih 750 kg), maka zakat
yang harus dikeluarkan 10%. Jikalau pengolahannya memakai tenaga
manusia atau mesin (dalam irigasinya saja) memakai biaya pengairan,
maka nisabnya sama 750 kg, sedangkan zakatnya 5%. Jika ada tanaman
yang dihasilkan dari dua cara yakni karena siraman air hujan, juga
dengan tenaga manusia dan biaya (gabungan dari kedua cara tersebut),
maka zakatnya 7,5% dari ketentuan nisab. Jika salah satu lebih banyak
dari yang lain, biayanya mengikuti yang banyak.37
Apabila pada waktu panen, hasil panen tidak mencukupi satu
nisab, sedangkan dalam tahun itu masih ada beberapa panenan, sampai
dua atau tiga kali panenan, maka jumlah panen pertama yang tidak
mencukupi nisabnya dijumlah menjadi satu dengan hasil panen
berikutnya, dengan catatan apabila mencapai nisabnya, maka wajib
dikeluarkan zakatnya. Termasuk juga buah-buahan dan tanam-tanaman
lainnya seperti semangka dan melon. Semua tanaman yang dikonsumsi
36 Mufraini, Akuntansi..., h. 88-89 37 Saifudin Zuhri, Zakat di Era Reformasi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
2012, h. 81
33
dan mencukupi nisabnya wajib dikeluarkan zakat pada waktu panen atau
dihitung bersama panen berikutnya agar tercapai nisabnya38
Untuk volume zakat pertanian ditentukan dengan sistem
pengairan yang diterapkan untuk pertanian tersebut sebagai berikut:
i. Apabila lahan yang irigasinya ditentukan oleh curah hujan,
sungaisungai, mata air, atau lainnya (lahan tadah hujan) yang
diperoleh tanpa mengalami kesulitan, maka persentase zakatnya 10%
dari hasil pertanian.
ii. Adapun zakat yang irigasinya menggunakan alat yang beragam
(bendungan irigasi), maka persentase zakatnya adalah 5%, karena
kewajiban petani/tanggungan untuk biaya pengairan dapat
memengaruhi tingkat nilai kekayaan dari aset yang berkembang.
iii. Apabila pengairan pada setengah periode lahan melalui curah hujan
dan setengah periode lainnya melalui irigasi, maka persentase
zakatnya 7,5% dari hasil pertanian.
Dengan demikian, syariat Islam memberi batasan volume zakat
untuk hasil pertanian dan perkebunan berkisar antara 5% - 10% menurut
cara pengairannya dengan maksud memberikan penyesuaian dan
kemudahan bagi umat.
Untuk persentase zakat, ada pendapat yang menghubungkan
antara potongan biaya pengelolaan dengan persentase zakat:
38 Ibid. h. 82
34
a. Apabila hasil biaya produksi menjadi pengurang dari hasil panen
pertanian, maka sumber aset wajib zakatnya mengikuti persentase
zakat lahan tadah hujan yaitu sebesar 10%.
b. Apabila biaya pengelolaan tidak menjadi faktor pengurang hasil
panen, maka persentase zakatnya disamakan dengan lahan irigasi
yaitu sebesar 5%.39
39 Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta: Prenada Media Group, 2006,
h. 89-90
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yakni penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.40
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis data secara
mendalam mengenai persepsi masyarakat terhadap zakat pertanian.
Berdasarkan konteks permasalahan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan desain metode deskriptif.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Desa Leppangeng Kec. Belawa
Kab. Wajo. Alas an mengapa peneliti memilih tempat ini karena lokasi ini
dekat dari tempat tinggal peneliti dan peneliti mempunyai kenalan yang
bekerja sebagai pegawai di kantor desa Leppangeng sehingga peneliti bias
mudah untuk mendapat data-data yang ada di desa tersebut. Objek penelitian
kali ini difokuskan kepada masyarakat desa Leppangeng yang berprofesi
sebagai petani.
C. Fokus Penelitian
40 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja RosdaKarya.
2010), h.6
36
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada persepsi masyarakat
petani terhadap zakat pertanian di Desa Leppangeng Kec. Belawa Kab. Wajo.
Penelitian ini berfokus pada dua hal pokok yaitu:
1. Persepsi masyarakat petani Desa Leppangen Kec. Belawa Kab. Wajo
tentang zakat pertanian.
2. Analisis ukum islam terhadap pelaksanaan zakat Di Desa Leppangeng
Kec. Belawa Kab Wajo terhadap perilaku berzakat
D. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah subjek darimana dapat diperoleh.
Sumber data dalam penelitian ini mencakupi sumber primer dan sekunder.41
1. Data Primer. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek
yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian (informan) yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti. Adapun sumber data primer dalam
penelitian ini adalah Masyarakat petani di desa Leppangeng
2. Data Sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto,
rekaman video, benda-benda lain-lain yang dapat memperkaya data primer.42
Data sekunder dari penelitian ini adalah:
a. Kantor Desa Leppangeng
b. Masyarakat Desa Leppangeng
E. Instrumen Penelitian
41 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka
Cipta, 2012), h. 127. 42 Arikunto, Suharsimi,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 22.
37
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen yaitu satu-
satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan
data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau
pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri.
Ada beberapa bentuk instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah model penelitian yang langsung atau tidak
langsung terjun ke dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data ini
sendiri lebih dekat pada jenis penelitian kualitatif, lantaran setelah proses
wawancara selesai, maka perlu adanya rangkkuman yang kemudian
dilampirkan pada bab pembahasan karya tulis.
2. Observasi
Contoh instrument penelitian yang lainnya adalah observasi yang
dipergunakan dengan cara terjun langsung dalam lapangan penelitian.
Fungsi yang diharapkan dari teknik ini adalah mendapatkan data-data
penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan, baik secara ilmiah maupun
non ilmiah.
3. Peneliti
Terakhir, dalam contoh instrument penelitian adalah peneliti itu
sendiri. Sebagai ahli reset setiap individu secara langsung ataupun tidak
menjadi bagian daripada instrument dalam penelitian. Kehadiran peneliti
38
itu sendiri sangat berperan signifikan, lantaran adanya penelitilah ilmu
pengetahuan bisa berkembang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adalah cara-cara yang ditempuh oleh penulis dalam rangka
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan agar sesuai dengan ciri-ciri
penelitian kualitatif. Adapun cara-cara yang ditempuh dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa metode.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yakni pewawancara
(Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai
(Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.43
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna suatu topik tertentu.44
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman
wawancara. Model yang digunakan peneliti dalam wawancara untuk
mengungkapkan data yakni dengan mengajukan pertanyaan secara
langsung kepada narasumber-narasumber
2. Dokumentasi
43Arikunto, Op. cit, h. 186. 44Rachman, Maman, Metode Penelitian Pendidikan Moral, (Semarang: UnnesPress,
2011), h. 163.
39
Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Metode
dokumentasi digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data serta
informasi yang tertulis dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian
ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan aspek kajian yang telah dirumuskan. Dalam penelitian
ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan aspek kajian yang telah dirumuskan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
data kualitatif. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, Analisis data terdiri dari 3 (tiga) alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: 45
1. Reduksi data. Reduksi yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan.Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu
mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat,
melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang
lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data kedalam
angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.
45Rachman, Maman, Metode Penelitian Pendidikan Moral, (Semarang: UnnesPress,
2011), h. 173.
40
Reduksi data dilakukan peneliti dengan memilih dan memutuskan data hasil
wawancara dan observasi di lapangan.
2. Penyajian data. Penyajian data adalah menyusun sekumpulan informasi yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilantindakan. Penyajian-penyajian data yang dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusundalam suatu bentuk yang padu dan
mudah diraih misalnya dituangkan dalam berbagai jenis matriks, grafik,
jaringan dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi. Penarikan kesimpulan adalah kegiatan
mencari arti, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, alur sebab-akibat dan
proposisi. Kesimpulan juga diverifikasikan selama penelitian berlangsung.
Verifikasi adalah penarikan kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis
selama penyimpulan, suatu tinjau-an ulang pada catatan-catatan lapangan dan
meminta responden yang telah dijaring datanya untuk membaca kesimpulan.46
46Miles, Matthew B dan A, Michael Huberman,Analisis Data Kualitatif, Terjemahan
Tjetjep Rohendi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992), h. 16-17.
41
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Penelitian
Desa Leppangeng merupakan salah satu desa yang masyarakatnya
cenderung berprofesi sebagai petani. Dalam desa tersebut, terdapat tiga dusun
yaitu Dusun Wattang, Dusun Waji dan Dusun Paopance. Diantara tiga dusun
tersebut, penulis memilih untuk fokus penelitian di Dusun Paopance karena
berdasarkan arahan dari salah satu karyawan kantor desa Leppangeng bahwa
di dusun tersebut lebih besar potensi zakat pertaniannya dibanding dusun
yang lainnya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
sederhana. Penulis memilih teknik tersebut karena teknik tersebut lebih
mudah dari teknik yang lainnya.
B. Deskripsi Informan
Dalam penelitian ini, penulis memilih 7 orang yang berprofesi sebagai
petani untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Tujuh orang ini terdiri
dari 4 laki-laki dan 3 perempuan yang berprofesi sebagai petani.
C. Persepsi Masyarakat Tentang Zakat Pertanian Di Desa Sappa Kec.
Belawa Kec. Belawa Kab. Wajo
Setelah penulis meneliti dan mencermati keterangan narasumber dari
hasil wawancara yang dilakukan kepada 7 petani yang berada di desa
leppangeng kec.Belawa Kab.Wajo tersebut tentang persepsi mereka terhadap
zakat pertanian, 100% narasumber yang telah diwawancarai mengetahui
42
bahwa zakat pertanian hukumnya wajib bagi yang mampu atau telah
mencapai nisab dari hasil pertaniannya. Namun tidak semua narasumber
tersebut membayar zakat pertanian. Jika diukur dari 7 petani yang telah
diwawncarai, ada 6 petani yang membayar zakat meskipun sebenarnya ada
yang tidak mencapai nisab hasil pertaniannya.
Persepsi masyarakat tentang zakat hasil pertanian itu berbeda-beda
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti pengalaman
pribadi, status sosial ekonomi, kondisi lingkungan, tingkat pendidikan,
motivasi, suku, dan kesadaran pribadi. Adapun persepsi masyarakat desa
leppangeng tentang persentase zakat hasil pertanian itu berbeda-beda Ada
yang mengatakan bahwa persentase zakat hasil pertanian itu 2,5% dari hasil
pertanian , ada pula yang mengatakan bahwa persentase zakat hasil pertanian
itu sebesar 5% dari hasil panen yang didapat, dan juga ada yang mengatakan
bahwa zakat pertanian dari padi itu sebesar 4,2% yaitu dalam 12 karung
gabah itu zakatnya adalah setengah karung gabah tersebut.
Informan 1 atas nama Bapak Bama yang berpendidikan sampai tamat
SMP dan pekerjaannya adalah sebagai petani padi atau sawah dan dia
mengelola lahan sawah miliknya sendiri. Dia mempunyai lahan sawah
sebanyak 130 Are yang rata-rata setiap panennya menghasilkan 87,5 karung
gabah atau setara dengan 4.112,5 Kg dan jika dijual akan menghasilkan uang
sebanyak Rp. 35.000.000. Ungkap bapak Bama dalam persepsinya tentang
zakat pertanian “Saya mengetahui hukum dari membayar zakat pertanian
adalah wajib serta persentase zakat pertanian yaitu sebesar 5% dari hasil
43
panen yang diperoleh. Saya mengetahui hal tersebut dari ustad yang berada di
dekat rumah saya”.47
Informan 2 atas nama Bapak Jupe yang berpendidikan sampai tamat
SD dan pekerjaannya adalah petani sawah. Dia mengelola lahan sawah
miliknya sendiri. Luas dari lahan yang dimiliki oleh bapak Jupe ini adalah
sebanyak 200 Are atau setara dengan 2 Hektar lahan sawah. adapun rata-rata
dari hasil panen yang diperoleh setiap panennya adalah sebanyak 125 karung
gabah atau setara dengan 5.875 Kg yang jika dijual bisa mencapai Rp.
50.000.000. Ungkap Bapak Jupe terhadap persepsinya tentang zakat pertanian
“hukum membayar zakat pertanian adalah wajib dan menurut pemahaman
saya terkait persentase zakat pertanian 5% dari hasil panen yang diperoleh”48
Informan 3 atas nama Bapak Ambo Asse, berpendidikan sampai tamat
SD dan bekerja sebagai petani sawah. dia mengelola lahan milik orang lain
yang persentase bagi hasil yang telah disepakati dengan pemilik lahan itu
sebesar 50% : 50%. Artinya hasil panen dari lahan tersebut akan dibagi dua
antara pemilik lahan serta pengelola lahan. Luas lahan milik orang lain yang
dikelola oleh bapak Ambo Asse ini adalah sebanyak 240 Are atau 2,4 Hektar.
Hasil panen dari lahan tersebut rata-rata setiap panennya sebanyak 8.648 Kg
gabah. Jadi, hasil panen tersebut dibagi rata dengan pemilik lahan.
Bapak Ambo Asse ini mendapat bagian dari hasil panen tersebut
sebanyak 4.324 Kg gabah yang ketika dijual bias mencapai Rp. 32.000.000.
Dia juga memiliki lahan sendiri tetapi dikelola oleh orang lain. Lahan tersebut
47 Wawancara dengan Bapak Bama, masyarakat petani Desa Leppangeng. 48 Wawancara dengan Bapak Jupe, masyarakat petani Desa Leppangeng
44
seluas 44 Are dan dia mendapat bagian sebesar Rp. 4.700.000 dari orang yang
mengelola lahan miliknya. “Persentase zakat yang dikeluarkan setiap panen
adalah sebesar 2,5% dari hasil panen yang saya dapat. Hukum membayar
membayar zakat adalah wajib bagi orang yang mampu”.49
Ungkap Bapak
Mbo Asse pada saat diwawancarai.
Informan 4 atas nama Bapak Andi Maddukkelleng, dia bekerja
sebagai petani sawah di lahan miliknya sendiri. Dia mengelola lahan miliknya
sendiri yang luasnya 200 Are yang rata-rata penghasilannya setiap panen
adalah sebanyak 107 karung gabah, beratnya sebanayak 5.029 Kg. Jika 107
karung gabah tersebut dijual maka akan menghasilkan Rp. 43.000.000.
“menurut saya, hukum membayar zakat itu wajib dan persentase zakat hasil
pertanian yaitu 2,5% dari hasil panen yang diperoleh.”.50
Ungkapnya pada
saat diwawancarai.
Informan 5 atas nama Ibu Sairah, berpendidikan hingga tamat SD. Dia
bekerja sebagai petani padi atau sawah dan mengelola lahan miliknya sendiri
yang luasnya hanya 30 Are. Hasil panen yang dihasilkan oleh ibu Sairah ini
rata-rata setiap panennya adalah sebanyak 27 karung yang jika ditimbang
seberat 1.269 Kg dan tidak mencapai nisab zakat pertanian padi yaitu 1.481
Kg. Jika gabah tersebut dijual maka akan menghasilkan Rp. 10.800.000.
“Hukum zakat pertanian adalah wajib dan persentase dari zakat pertanian
yaitu dalam 12 karung gabah, zakatnya adalah setengah karung gabah yang
ketika dibayarkan dengan uang adalah sebesar Rp. 200.000 karena setiap
49 Wawancara dengan Bapak Ambo Asse, masyarakat petani Desa Leppangeng 50 Wawancara dengan Bapak Andi Maddukkelleng, masyarakat petani Desa Leppangeng
45
karung rata-rata harganya adalah Rp. 400.000. saya mengetahui hal tersebut
saat mendengar ceramah di masjid Lagalero.”51
Ungkap Ibu Sairah.
Informan 6 atas nama Ibu Nipa, berpendidikan hingga tamat SMP, dia
bekerja sebagai petani padi atau sawah. Ibu Nipa ini mengelola lahan
miliknya sendiri yang luasnya adalah 20 Are dan setiap panennya mampu
menghasilkan 12,5 karung gabah yang jika gabah tersebut ditimbang beratnya
adalah 887,5 Kg dan tidak mencukupi nisab zakat pertanian. Jika gabah
tersebut dijual maka harganya adalah Rp. 5.000.000. “Hukum dari membayar
zakat pertanian adalah wajib bagi orang yang mampu serta persentase zakat
pertanian yaitu 5% dari hasil panen yang diperoleh setiap panennya.”.52
Ungkap Ibu Nipa.
Informan 7 atas nama Ibu Indo Ape, berpendidikan hingga tamat SD,
pekerjaannya adalah sebagai petani sawah. dia mengelola lahan miliknya
sendiri yang diberikan oleh orang tuanya. Total luas lahan yang dimiliki oleh
ibu ini adalah 29 Are yang rata-rata setiap panennya menhasilkan gabah
sebanyak 19 karung gabah dan jika gabah tersebut ditimbang maka beratnya
mencapai 893 Kg. “Saya memahami bahwa hukum dari mengeluarkan zakat
pertanian adalah wajib bagi orang-orang yang mampu dan saya tidak
mengetahui nisab serta persentase zakat pertanian.”53
Ungkap Ibu Indo Ape.
Menurut penulis, rata-rata masyarakat desa Leppangeng mengetahui
bahwa hukum membayar zakat pertanian adalah wajib bagi ummat islam
apalagi rata-rata masyarakat di desa tersebut beragama islam. Namun 51
Wawancara dengan Ibu Sairah, masyarakat petani Desa Leppangeng 52 Wawancara dengan Ibu Nipa, masyarakat petani Desa Leppangeng 53 Wawancara dengan Ibu Indo Ape, masyarakat petani Desa Leppangeng
46
berdasarkan hasil penelitian dari penulis, masih banyak masyarakat di desa
tersebut belum mengetahui tentang nisab serta persentase zakat dari hasil
pertanian sedangkan hal tersebut sebenarnya telah dijelaskan dalam salah satu
hadis berikut :
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari Ibnu „Umar,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اء وال يوو أو او ع ريا ال ر ، وما ى بالن ح في ا الس
و ال ر Terjemahannya :
”Tanaman yang diairi dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan
air tada hujan, maka dikenai zakat 1/10 (10%). Sedangkan tanaman yang
diairi dengan mengeluarkan biaya, maka dikenai zakat 1/20 (5%).”54
Berdasarkan hadis tersebut, tanaman pertanian yang diolah karena
siraman air hujan, maka nisabnya harus mencukupi 5 wasaq atau 750 Kg
dan zakat yang harus dikeluarkan adalah 10% dari hasil panen yang
diperoleh. Jikalau pengolahannya memakai biaya pengairan maka nisabnya
tetap sama yaitu 750 Kg dan zakatnya sebesar 5% dari hasil panen yang
diperoleh.
Persepsi masyarakat Desa Leppangeng mengenai hukum dalam
mengeluarkan zakat pertanian semuanya sama yaitu wajib bagi yang telah
mencapai nisab. Adapun persepsi masyarakat mengenai nisab serta
persentase zakat pertanian itu berbeda-beda, ada yang mengatakan bahwa
hanya 2,5% yang harus dikeluarkan dan adapula yang berpendapat bahwa
yang harus dikeluarkan adalah 10% dari hasil pertanian yang diperoleh.
54
Ash-Shan‟ani Muhammad bin Ismail Al-amir, Sulubus Salam Syarah Bulughul Maram
(jilid 2), Jakarta: Darus Sunna, 2013, h. 42-43
47
Menurut penulis, seharusnya masyarakat harus sering melakukan
pengajian terkait zakat pertanian ini supaya mereka lebih memahami secara
mendalam mengenai zakat hasil pertanian karena rata-rata masyarakat di
desa tersebut adalah muslim dan wajib hukumnya untuk seorang muslim
mengeluarkan zakat apabila telah mencapai nisab.
D. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelakasanaan Zakat Pertanian Di Desa
Leppangeng
Berdasarkan hasil wawancara dengan 7 petani yang ada di Desa
Leppangeng Kec. Belawa Kab. Wajo, ada 2 orang yang membayar zakat
namun belum mencapai nisab dari zakat pertanian atau bisa disebut sedekah
tapi mereka menganggap bahwa itu adalah zakat pertanian yang mereka
keluarkan dari hasil panen yang diperoleh. Ada 4 orang yang membayar zakat
dan telah mencapai nisab zakat pertanian. Ada 1 orang yang tidak
mengeluarkan zakat karena belum mencapai nisab dan merasa belum pantas
untuk mengeluarkan zakat namun orang tersebut tetap mengeluarkan sedekah
yang nilainya tidak tetap, dia mengeluarkan sedekah sesuai kemampuannya di
setiap panen.
Jika diukur dari 7 petani, sebesar 43% yang bersedekah dan 57% yang
membayar zakat meskipun persentase zakat yang mereka keluarkan berbeda-
beda disebabkan oleh pemahaman yang berbeda pula sehingga akan
berdampak pada perilaku mereka dalam membayar zakat pertanian. Memang
benar bahwa setiap persepsi atau pendapat orang itu berbeda seperti uraian
berikut ini :
48
Informan 1 atas nama Bapak Bama yang bersekolah hingga tamat
SMP serta mengelola lahan milik sendiri dan menghasilkan gabah melebihi
nisab zakat pertanian yaitu 750 Kg untuk beras dan 1.481 Kg untuk gabah.
Dia mengeluarkan zakat pertanian sebanyak 5% dari hasil pertaniannya sesuai
dengan persentase zakat pertanian yang sebenarnya yaitu 5%. Rata-rata
pendapatannya setiap panen adalah Rp. 35.000.000 jadi zakat yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp. 1.750.000. “Saya mengeluarkan zakat
pertanian dalam bentuk uang dan saya salurkan langsung kepada anak yatim
dan janda tua. Saya mengeluarkan zakat karena menurut saya zakat adalah hal
yang wajib bagi setiap yang beragama islam sebagai bentuk rasa syukur atas
apa yang saya peroleh dan sebagian dari harta yang saya peroleh itu ada hak
orang lain yang harus saya serahkan.”55
Ungkap Bapak Bama.
Informan 2 atas nama Bapak Jupe yang bersekolah hingga tamat SD
serta mengelola lahan milik sendiri setiap panennya rata-rata memperoleh
penghasilan sebesar 5.875 Kg dan melebihi nisab zakat pertanian. Saya
mengeluarkan zakat karena saya sudah merasa layak untuk mengeluarkan
zakat pertanian. Saya membayar zakat dengan uang hasil penjualan gabah
yang setiap panennya. Ungkap Bapak Jupe saat diwawancarai “Saya
mengeluarkan zakat berdasarkan persentase yang saya ketahui dari orang tua
yaitu sebesar 5%.”56
Bapak Jupe ini mengeluarkan zakat pertanian sebesar
Rp. 2.500.000 karena pendapatannnya setiap panen rata-rata Rp. 50.000.000.
55 Wawancara dengan bapak Bama, masyarakat petani Desa Leppangeng 56 Wawancara dengan Bapak Jupe, masyarakat petani Desa Leppangeng
49
bapak ini menyalurkan zakatnya langsung kepada yatim piatu dan
sebagiannya dia masukkan ke masjid.
Informan 3 atas nama Bapak Ambo Asse, mengelola lahan milik
orang lain dan persentase bagi hasilnya adalah 50% : 50%. Dia mendapat
bagian setiap penennya rata-rata Rp. 32.000.000. Dia juga memiliki lahan
sendiri namun dikelola oleh orang lain dan rata-rata setiap panen dia
mendapat bagian sebesar Rp. 4.800.000 dari hasil penjualan gabah tersebut.
“Saya mengeluarkan zakat dalam bentuk uang sebesar 2,5% dari hasil panen
yaitu senialai Rp. 920.000 berdasarkan persentase zakat yang saya ketahui.
Saya mulai mengeluarkan zakat pertanian dari tahun 2000 sampai sekarang
dan saya menyerahkan zakat tersebut ke sekolah-sekolah dan juga orang-
orang tua yang sudah tidak mampu bekerja. 57
Ungkap Bapak Ambo Asse.
Informan 4 atas nama Bapak Andi Maddukkelleng yang mengelola
lahan milik sendiri. Berpenghasilan setiap panennya rata-rata 5.029 Kg dan
telah mencapai nisab zakat pertanian. “Saya mengeluarkan zakat dari tahun
2003 dengan persentase 2,5%. Saya setiap panennya menjual gabah dan
totalnya senialai Rp. 43.000.000. Besar zakat yang saya keluarkan
Rp.1.075.000 dan menyerahkannya ke masjid dalam bentuk uang.”58
Ungkap
Bapak Andi Maddukkelleng.
Informan 5 atas nama Ibu Sairah yang bekerja sebagai petani padi dan
mengelola lahan miliknya sendiri berpenghasilan setiap panennya rata-rata
sebanyak 27 karung gabah dan ketika ditimbang beratnya 1.269 Kg.
57 Wawancara dengan Bapak Ambo Asse, masyarakat petani Desa Leppangeng 58 Wawancara dengan Bapak Andi Maddukkelleng, masyarakat petani Desa Leppangeng
50
Meskipun hasil panennya belum mencapai nisab tetapi ibu Sairah ini tetap
mengeluarkan zakat sebesar Rp. 900.000 yang bisa disebut dengan sedekah
karena belum layak untuk mengeluarkan zakat. Ibu ini menyerahkan sedeka
tersebut ke yatim piatu, masjid dan juga sekolah yang berada di daerah tempat
tinggalnya. “Hukum membayar zakat adalah wajib bagi yang mampu dan
menurut pengetahuan saya, nisab zakat pertanian itu 12 karung gabah dan
persentasenya adalah setengah karung gabah.”59
Ungkap Ibu Sairah.
Informan 6 atas nama Ibu Nipa, bekerja sebagai petani padi dan
mengelola lahan milik sendiri. Rata-rata setiap panen lahan itu menghasilkan
gabah sebanyak 12,5 karung yang ketika ditimbang beratnya adalah 587,5 Kg
dan jika dijual harganya mencapai Rp. 5.000.000. “Zakat yang saya keluarkan
setiap panen adalah sebesar Rp. 380.000”.60
Ungkap Ibu Nipa saat
diwawancarai.
Informan 7 atas nama Ibu Indo Ape, bekerja sebagai petani padi dan
mengelola lahan milik sendiri. Rata-rata penghasilannya setiap panen adalah
19 karung gabah yang jika ditimbang beratnya adalah 893 Kg. Jika gabah
tersebut dijual maka harganya Rp. 7.600.000. Hasil pertanian dari ibu Indo
Ape ini tidak mencapai nisab dan dia tidak membayar zakat. “Saya selalu
mengeluarkan sedekah dan sedekah itu saya berikan kepada orang tua yang
sudah tidak mampu untuk bekerja dan anak yatim piatu”.61
Ungkap Ibu Indo
Ape.
59
Wawancara dengan Ibu Sairah, masyarakat petani Desa Leppangeng 60 Wawancara dengan Ibu Nipa, masyarakat petani Desa Leppangeng 61 Wawancara dengan Ibu Indo Ape, masyarakat petani Desa Leppangeng
51
Dilihat dari uraian wawancara di atas, para petani mengetahui hukum
membayar zakat pertanian adalah wajib bagi orang-orang yang mampu.
Hanya bapak Ali dan bapak Herman yang membayar zakat sesuai dengan
nisab dan persentase zakat pertanian. Adapun bapak Ambo Asse dan bapak
Muslimin Jaya telah mencapai nisab namun membayar zakat hanya 2,5% dan
tidak sesuai dengan persentase zakat pertanian. Ibu Sairah, Ibu Inawi, Ibu
Indo Ape, Ibu Hanna, Bapak Syamsuddin dan Bapak Muhammad Yunus hasil
panen mereka belum mencapai nisab zakat pertanian tetapi mereka tetap
mengeluarkan sedekah.
Persepsi petani yang telah diwawancarai oleh peneliti tentang hukum
zakat pertanian semua sama, namun persepsi tentang nisab serta persentase
zakat pertanian yang harus dikeluarkan berbeda-beda sehingga berdampak
pada perilaku masyarakat di Desa Leppangeng dalam mengeluarkan zakat
pertanian seperti tempat dan waktu untuk mengeluarkan zakatnya.
Masyarakat mengeluarkan zakat pertanian menurut pemahamannya masing-
masing karena belum ada lembaga di desa tersebut yang khusus menangani
zakat pertanian. Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat di Desa
tersebut masih minim tentang zakat pertanian. Persepsi masyarakat terhadap
persentase zakat pertanian sebagian besar tidak sesuai dengan hukum islam
yang ada dalam hadis yang mengatakan bahwa persentase zakat pertanian itu
sebesar 5% bagi yang menggunakan irigasi sedangkan 10% bagi yang
bergantung pada curah hujan. Berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan peneliti kepada salah satu dosen ilmu agama yaitu bapak Saidin
52
Mansyur mengatakan bahwa “Sejauh pengetahuan saya, dalam ayat maupun
hadis belum terdapat persentase zakat pertanian diluar 10% dan 5%
tergantung dengan cara pengolahannya.” 62
Itu artinya sebagian besar
masyarakat perilaku berzakatnya belum sesuai dengan tuntunan syariat islam.
Menurut penulis berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat
desa Leppangeng, masih banyak yang belum mengetahui nisab serta
persentase zakat pertanian tetapi mereka masih tetap sadar untuk
mengeluarkan sedekah karena sebagian harta yang didapat, ada hak orang lain
di dalamnya. Sebaiknya di Desa Leppangeng ini dibuatkan kajian-kajian yang
khusus membahas masalah zakat pertanian supaya masyarakat lebih
mengetahui tentang zakat pertanian terutama hukum, nisab serta persentase
agar tidak ada lagi yang salah dalam membayar zakat karena rata-rata
masyarakatnya adalah muslim dan pekerjaannya sebagai petani. Kajian
tersebut juga berfungsi untuk menyadarkan masyarakat desa Leppangeng
bahwa zakat pertanian itu hukumnya wajib bagi mereka yang telah mencapai
nisab di dalam hasil panennya.
E. Dokumentasi
Berikut adalah dokumentasi denngan narasumber :
62 Dosen FAI Unismuh Makassar, Bapak Saidin Mansyur
53
Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Wawancara dengan Bapak Wawancara dengan Bapak Wawancara dengan Bapak
A.Maddukkelleng Bama Jupe
Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3
Wawancara dengan Ibu Wawancara dengan Ibu Wawancara dengan Ibu
Sairah Nipa Tape
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari rangkaian bab-bab sebelumnya adalah sebagai
berikut:
1. Persepsi dari masyarakat Desa Leppangeng terhadap zakat pertanian
yang diambil dari 7 petani adalah 100% masyarakat yang telah
diwawacarai mengetahui hukum dari membayar zakat adalah wajib, 86%
yang mengetahui nisab serta persentase zakat pertanian menurut
persepsinya masing-masing dan hanya 29% yang persepsinya sama
dengan penulis tentang nisab serta persentase dari zakat hasil pertanian.
2. Hukum islam terhadap pelaksanaan zakat pertanian di desa Leppangeng:
Pengetahuan masyarakat di Desa tersebut masih minim tentang
zakat pertanian. persepsi masyarakat terhadap persentase zakat pertanian
sebagian besar tidak sesuai dengan hukum islam yang ada dalam hadis
yang mengatakan bahwa persentase zakat pertanian itu sebesar 5% bagi
yang menggunakan irigasi sedangkan 10% bagi yang bergantung pada
curah hujan. Dalam ayat maupun hadis belum terdapat persentase zakat
pertanian diluar 10% dan 5%. Itu artinya sebagian besar masyarakat
perilaku berzakatnya belum sesuai dengan tuntunan syariat islam.
B. Saran
1. Baiknya ulama yang ada di Desa Leppangeng memberikan penjelasan
mengenai zakat pertanian, baik itu melalui pengajian rutinan di masjid
55
atau musholla maupun mengajar ngaji anak-anak tersebut agar mereka
bisa memberitahukan hal tersebut kepada orang tuanya.
2. Baiknya ulama bekerjasama dengan pemerintah untuk membentuk
lembaga yang bertanggung jawab khusus untuk mengelola zakat
pertanian, mengingat adanya potensi zakat pertanian yang cukup besar di
desa tersebut dan pentingnya zakat pertanian untuk mensejahterakan
masyarakat.
C. Penutup
Pada akhirnya penulis senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada
Allah SWT atas rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini terutama pembimbing yang senantiasa dengan penuh keikhlasan
telah membantu untuk mengarahkan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Dallam penulisan ini masih banyak
kekurangan serta kesalahan yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran beserta kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi tercapainya perbaikan dan kesempurnaan. Penulis berharap
smoga skripsi ini bermanfaat bagi semua khususnya pembaca.
58
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟ly, 2006. Ekonomi Zakat, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Agus Irianto, 2004. Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Kencana.
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, 2006. Dasar-Dasar Penelitian, Surabaya: Lembaga
Kajian Agama dan Filsafat (eLKAF).
Arief Mufraini, 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta: Prenada Media
Group.
Arikunto, Suharsimi,2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta.
Muhammad Ash-Shan‟ani bin Ismail Al-amir, 2013. Sulubus Salam Syarah
Bulughul Maram (jilid 2), Jakarta: Darus Sunna.
Departemen Agama, 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: CV Pustaka
Agung Harapan.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pusat bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Didin Hafidhuddin, 2006. Zakat dalam Perekonomian Modern, Depok: Gema
Insani.
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, tahun 2014-2019
Dosen FAI Unismuh Makassar, Bapak Saidin Mansyur
Eliza, Herijualianti, dkk, 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Eliza, Herijulianti, et al, 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Gus, Arifin, 2011. Zakat, Infak, Sedekah, Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Isbandi Rukminto Adi, 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ismail Mohammad Zaim, et al, 2013. Zakat Pertanian di Malaysia: Satu Kajian
Pemerkasaan, Labuan e-Journal of Muamalat and Society.
Jalaluddin Rachmat, 1996. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
59
John M. Ivancevich, et al2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta:
Erlangga.
Kuncoro,Mudrajad, 2010. Ekonomi Pembangunan, Jakarta: Erlangga.
Miles, Matthew B dan A, Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja
RosdaKarya
Rachman, Maman, 2011. Metode Penelitian Pendidikan Moral, Semarang:
UnnesPress.
Rustam, 2015. Fikih Ibadah Kontemporer, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.
Saifudin Zuhri, 2012. Zakat di Era Reformasi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo.
Sarlito W. Sarwono, 2014, Psikologi Lintas Budaya, Jakarta: Rajawali Pers.
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2016. Perilaku Organisasi, Jakarta:
Salemba Empat.
Sunaryo , 2002. Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Wawancara dengan Bapak Ambo Asse, masyarakat petani Desa Leppangeng
Wawancara dengan Bapak Andi Maddukkelleng, masyarakat petani Desa
Leppangeng
Wawancara dengan Bapak Bama, masyarakat petani Desa Leppangeng.
Wawancara dengan bapak Edy selaku pegawai kantor desa Leppangeng
Wawancara dengan Ibu Indo Ape, masyarakat petani Desa Leppangeng
Wawancara dengan Bapak Jupe, masyarakat petani Desa Leppangeng
Wawancara dengan Ibu Nipa, masyarakat petani Desa Leppangeng
Wawancara dengan Ibu Sairah, masyarakat petani Desa Leppangeng
Yunasril Ali, 2012. Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, Jakarta: Zaman.
60
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
YULI ASMI, dilahirkan di Kabupaten Wajo tepatnya di Dusun
Tippulu Desa Sappa Kecamatan Belawa pada tanggal 23 April
1999. Anak kedua dari lima bersaudara pasangan dari Bapak
Ambo Assed dan Ibu Sitti Aminah. Peneliti menyelesaikan
pendidikan di Taman Kanak-kanak No.18 Lonra pada tahun
2007. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di
Sekolah Dasar No.252 Lonra dan tamat pada tahun 2012
kemudian melanjutkan pendidikan di MTS 45 Lonra dan tamat pada tahun 2014.
Selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Belawa dan
selesai pada tahun 2016.Pada tahun yang sama, peneliti melanjutkan pendidikan
di perguruan tinggi tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas
Agama Islam (FAI) Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi diantaranya
HMJ HES Periode 2016-2018 sebagai anggota bidang Pemberdayaan Masyarakat,
PIKOM IMM FAI Periode 2018-2019 sebagai anggota bidang Sosial
Pemberdayaan Masyarakat, HMJ HES Periode 2018-2019 sebagai ketua bidang
Sosial Ekonomi dan Kewirausahaan, BEM FAI Periode 2018-2019 sebagai
anggota bidang Sosial Ekonomi dan Kewirausahaan, BEM FAI Periode 2019-
2020 sebagai Sekertaris Bidang Sosial Ekonomi dan Kewirausahaan.
Atas Ridho Allah SWT dan dengan kerja keras, pengorbanan serta
kesabaran, pada tahun 2020 penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan
judul skripsi “Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Zakat Pertanian Di
Desa Leppangeng Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo.”
61
LAMPIRAN
62
1. Bapak Jupe
Siapa nama bapak?
Jupe
Apa pendidikan terakhir bapak?
Tamat SD
Jenis tanaman apa yang bapak tanam?
Petani padi
Apakah bapak mengelola lahan milik sendiri atau milik orang lain?
Saya mengelola lahan milik sendiri
Apakah bapak mengetahui persentase zakat pertanian?
Iya, sebesar 5 %
Darimana bapak mengetahui hal tersebut?
Dari orang tua, karena dulu orang tua juga mengeluarkan zakat.
Berapa pendapatan bapak setiap panen?
Kan luas lahan saya itu 200 are, dan biasanya setiap panen itu rata-
rata menghasilkan gabah sebanyak 125 karung dan harga perkarung
gabah itu Rp. 400.000 sampai Rp. 500.000, jadi setiap panen biasa
dapat Rp. 50.000.000.
Apakah bapak pernah mengeluarkan zakat pertanian?
Alhamdulillah, setiap panen saya mengeluarkan zakat.
Dalam bentuk apa bapak biasanya mengeluarkan zakat pertanian?
Dalam bentuk uang
Dimana bapak menyerahkan zakat pertanian tersebut?
Saya biasanya memberikan ke pengelola masjid dan anak yatim
piatu
Darimana bapak mendapat informasi bahwa bapak telah layak
mengeluarkan zakat pertanian?
Dari orang tua
Kapan bapak mulai membayar zakat pertanian?
Sudah lama, mungkin sudah sekitar 10 tahun.
63
Berapa jumlah zakat yang biasa bapak keluarkan?
Rp. 2.500.000
Apakah bapak mengetahui hukum dari mengeluarkan zakat pertanian?
Iya, hukumnya wajib bagi yang mampu
Apakah bapak mengetahui landasan ayat dalam alqur‟an yang
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat pertanian?
Tidak
2. Bapak Bama
Siapa nama bapak?
Bama
Apa pendidikan terakhir bapak?
Tamat SMP
Jenis tanaman apa yang bapak tanam?
Petani padi
Apakah bapak mengelola lahan milik sendiri atau milik orang lain?
Saya mengelola lahan milik sendiri
Apakah bapak mengetahui persentase zakat pertanian?
Iya, sebesar 5 %
Darimana bapak mengetahui hal tersebut?
Dari ustad yang dekat rumah
Berapa pendapatan bapak setiap panen?
Biasa setiap panen itu 87,5 karung gabah, kalau dijual biasa
harganya sampai Rp. 35.000.000
Apakah bapak pernah mengeluarkan zakat pertanian?
iya
Dalam bentuk apa bapak biasanya mengeluarkan zakat pertanian?
Dalam bentuk uang
Dimana bapak menyerahkan zakat pertanian tersebut?
Biasa ke yatim piatu dan janda tua
64
Darimana bapak mendapat informasi bahwa bapak telah layak
mengeluarkan zakat pertanian?
Dari ustad
Kapan bapak mulai membayar zakat pertanian?
Sudah lama
Berapa jumlah zakat yang biasa bapak keluarkan?
Rp. 1.750.000
Apakah bapak mengetahui hukum dari mengeluarkan zakat pertanian?
Iya, hukumnya wajib bagi yang mampu
Apakah bapak mengetahui landasan ayat dalam alqur‟an yang
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat pertanian?
Tidak
3. Bapak Andi Maddukkelleng
Siapa nama bapak?
Andi maddukkelleng
Apa pendidikan terakhir bapak?
Tamat SMP
Jenis tanaman apa yang bapak tanam?
Petani padi
Apakah bapak mengelola lahan milik sendiri atau milik orang lain?
Saya mengelola lahan milik sendiri, luasnya 200 Are.
Apakah bapak mengetahui persentase zakat pertanian?
tidak
Berapa pendapatan bapak setiap panen?
Kalau panen itu biasanya pendapatan saya mencapai Rp. 43.000.000,
itu biasanya rata-rata 107 karung setiap panen
Apakah bapak pernah mengeluarkan zakat pertanian?
iya setiap panen saya mengeluarkan zakat.
Dalam bentuk apa bapak biasanya mengeluarkan zakat pertanian?
65
Dalam bentuk uang
Dimana bapak menyerahkan zakat pertanian tersebut?
Saya biasanya saya simpan di mesjid
Darimana bapak mendapat informasi bahwa bapak telah layak
mengeluarkan zakat pertanian?
Dari sekolah dan orang tua
Kapan bapak mulai membayar zakat pertanian?
Sudah lama, saya sudah lupa sejak tahun berapa
Berapa jumlah zakat yang biasa bapak keluarkan?
Rp. 1.075.000
Apakah bapak mengetahui hukum dari mengeluarkan zakat pertanian?
Iya, hukumnya wajib
Apakah bapak mengetahui landasan ayat dalam alqur‟an yang
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat pertanian?
Tidak
4. Bapak Ambo Asse
Siapa nama bapak?
Ambo Asse
Apa pendidikan terakhir bapak?
Tamat SD
Jenis tanaman apa yang bapak tanam?
Petani padi
Apakah bapak mengelola lahan milik sendiri atau milik orang lain?
Saya mengelola lahan milik sendiri dan lahan milik orang lain
Apakah bapak mengetahui persentase zakat pertanian?
iya
Darimana bapak mengetahui hal tersebut?
Dipelajari saat sekolah
Berapa pendapatan bapak setiap panen?
66
Kalau total pendapatan itu sebesar Rp. 36.800.000 per panen.
Pendapatan dari hasil saya mengelola lahan milik orang itu
persentasenya yaitu pendapatannya dibagi dua, yaitu Rp. 64.000.000
: 2 = Rp. 32.000.000. dan pendapatan dari lahan sendiri itu biasanya
4.800.000 setelah dibagi dengan pengelolanya.
Apakah bapak pernah mengeluarkan zakat pertanian?
pernah
Dalam bentuk apa bapak biasanya mengeluarkan zakat pertanian?
Dalam bentuk uang
Dimana bapak menyerahkan zakat pertanian tersebut?
Biasanya di sekolah
Darimana bapak mendapat informasi bahwa bapak telah layak
mengeluarkan zakat pertanian?
Dipelajari saat sekolah
Kapan bapak mulai membayar zakat pertanian?
Mulai tahun 2002
Berapa jumlah zakat yang biasa bapak keluarkan?
Rp. 920.000
Apakah bapak mengetahui hukum dari mengeluarkan zakat pertanian?
Iya, hukumnya wajib bagi yang mampu
Apakah bapak mengetahui landasan ayat dalam alqur‟an yang
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat pertanian?
Tidak
5. Ibu Inipa
Siapa nama Ibu?
Inipa
Apa pendidikan terakhir Ibu?
Tamat SMP
Jenis tanaman apa yang Ibu tanam?
67
Petani padi
Apakah Ibu mengelola lahan milik sendiri atau milik orang lain?
Saya mengelola lahan milik sendiri
Apakah Ibu mengetahui persentase zakat pertanian?
Iya, sebesar 5 %
Darimana Ibu mengetahui hal tersebut?
Dengar ceramah di masjid
Berapa pendapatan Ibu setiap panen?
Luas lahan saya itu 20 Are, pendapatannya setiap panen biasanya
12,5 karung dan kalau dijual itu sebesar Rp. 5.000.000
Apakah Ibu pernah mengeluarkan zakat pertanian?
Iya
Dalam bentuk apa Ibu biasanya mengeluarkan zakat pertanian?
Dalam bentuk uang
Dimana Ibu menyerahkan zakat pertanian tersebut?
Saya biasanya masukkan ke masjid
Darimana Ibu mendapat informasi bahwa bapak telah layak
mengeluarkan zakat pertanian?
Dengar ceramah
Berapa jumlah zakat yang biasa Ibu keluarkan?
Rp. 380.000
Apakah Ibu mengetahui hukum dari mengeluarkan zakat pertanian?
Iya, hukumnya wajib bagi yang mampu
Apakah Ibu mengetahui landasan ayat dalam alqur‟an yang
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat pertanian?
Tidak
6. Ibu Sairah
Siapa nama Ibu?
Sairah
68
Apa pendidikan terakhir Ibu?
Tamat SD
Jenis tanaman apa yang Ibu tanam?
Petani padi
Apakah Ibu mengelola lahan milik sendiri atau milik orang lain?
Saya mengelola lahan milik sendiri yang diberikan oleh orang tua
Apakah Ibu mengetahui persentase zakat pertanian?
Iya nisab zakat pertanian itu 12 karung gabah dan persentasenya adalah
setengah karung gabah
Darimana Ibu mengetahui hal tersebut?
Dengar ceramah
Berapa pendapatan Ibu setiap panen?
27 karung gabah, nilainya biasanya Rp. 10.800.000.
Apakah Ibu pernah mengeluarkan zakat pertanian?
pernah
Dalam bentuk apa Ibu biasanya mengeluarkan zakat pertanian?
Dalam bentuk uang
Dimana Ibu menyerahkan zakat pertanian tersebut?
Saya biasa menyerahkan ke sekolah, masjid, janda tua, dan yatim
piatu
Darimana Ibu mendapat informasi bahwa bapak telah layak
mengeluarkan zakat pertanian?
Dengar ceramah
Kapan Ibu mulai membayar zakat pertanian?
Mulai tahun 2005
Berapa jumlah zakat yang biasa Ibu keluarkan?
Rp. 900.000
Apakah Ibu mengetahui hukum dari mengeluarkan zakat pertanian?
Iya, hukumnya wajib bagi yang mampu
69
Apakah Ibu mengetahui landasan ayat dalam alqur‟an yang
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat pertanian?
Tidak
7. Ibu Indo Ape
Siapa nama Ibu?
Indo Ape
Apa pendidikan terakhir Ibu?
Tamat SD
Jenis tanaman apa yang Ibu tanam?
Petani padi
Apakah Ibu mengelola lahan milik sendiri atau milik orang lain?
Saya mengelola lahan milik sendiri
Apakah Ibu mengetahui persentase zakat pertanian?
Tidak
Berapa pendapatan Ibu setiap panen?
19 karung setiap panen
Apakah Ibu pernah mengeluarkan zakat pertanian?
Tidak
Mengapa ibu tidak mengeluarkan zakat pertanian?
Merasa belum mampu dan hanya bersedekah kepada orang yang
membutuhkan
Apakah Ibu mengetahui hukum dari mengeluarkan zakat pertanian?
Iya, hukumnya wajib bagi yang mampu
Apakah Ibu mengetahui landasan ayat dalam alqur‟an yang
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat pertanian?
Tidak