pengaruh persepsi penerapan peraturan ...repository.ub.ac.id/7516/1/abdul washik.pdfpengaruh...

126
PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ABDUL WASHIK 135030400111032 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS PROGRAM STUDI PERPAJAKAN MALANG 2017

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46

TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB

PAJAK UMKM

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Gelar Sarjana

pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

ABDUL WASHIK

135030400111032

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

MALANG

2017

Page 2: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

i

Motto

Jangan takut untuk gagal

Selagi Kaki kita sudah melangkah maju, jangan sampai

kaki kita melangkah untuk mundur

Abdul Washik

Page 3: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

ii

Page 4: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

iii

Page 5: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

iv

Page 6: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

v

RINGKASAN

Peran UMKM sangat penting dalam perekonomian Indonesia karena dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. UMKM sebagai penyumbang

cukup besar terhadap PDB (Produk Domestik Indonesia) tetapi penerimaan pajak

dari sektor UMKM relatif kecil. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013

merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak yang

memiliki peredaran bruto kurang dari Rp 4,8 Miliar sehingga dapat meningkatkan

penerimaan pajak dari sektor UMKM. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun

2008 batasan Rp 4,8 Miliar merupakan kategori UMKM. Upaya untuk

meningkatkan kepatuhan pajak tersebut dilaksanakan dengan pemberian

kesederhanaan dan kemudahan dalam perhitungan, penyetoran, dan pelaporan

Pajak Penghasilan. Namun, Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dengan tarif

tunggal 1% yang bersifat final ini menimbulkan beberapa pro dan kontra terhadap

UMKM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh persepsi keadilan pajak,

persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan, dan persepsi kemudahan

administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan teknik

analisis regresi linear berganda untuk menguji hipotesis dari tiga variabel bebas

yaitu persepsi keadilan pajak, persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan, dan

persepsi kemudahan administrasi perpajakan terhadap satu variabel terikat yaitu

kepatuhan Wajib Pajak. Data primer didapatkan melalui penyebaran kuesioner

kepada 98 responden yang tergolong Wajib Pajak yang dikenakan Pajak

Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 di KPP Pratama

Sidoarjo Utara dengan teknik sampling insidental. Hasil penelitian menunjukan

bahwa persepsi keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Sedangkan persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan dan persepsi

kemudahan administrasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib

Pajak di KPP Pratama Sidoarjo Utara.

Kata kunci: Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, keadilan pajak,

kesederhanaan administrasi perpajakan, kemudahan administrasi perpajakan, dan

kepatuhan Wajib Pajak

Page 7: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

vi

SUMMARY

The role of Micro, Small, and Medium Esterprise (MSMEs) is very important

in the Indonesian economy because it can increase the national economic growth.

MSME is a big contributor to the GDP (Gross Domestic Bruto) but the tax revenue

from MSME is relatively small. The government regulation No. 46 of 2013 is the

government’s effort to improved tax compliance with gross turnover less than Rp

4,8 Bilion so it can increase tax revenue from MSME sector. Regarding to law No.

20 Year 2008 limit of Rp 4,8 Bilion is a category of MSMEs. Efforts to improve

tax compliance are carried out by providing simplicity and ease in calculating,

depositing, and reporting Income Tax. However, Goverment Regulation No. 46

Year 2013 with a single rate of 1% which is final this cause some pros and cons

againts MSMEs. The purpose of this study to determine the influence of perception

of tax fairness, perception of simplicity of tax administration, and perception of

ease of tax administration to MSME taxpayer compliance.

The type used in this research is quantitative with multiple linier regression

analysis technique to test the hypothesis of three independent variables are the

perception of tax fairness, the perception of simplicity of tax administration,

perception of ease of tax administration to a dependent variable is taxpayer

compliance. The primary data in this research have been obtained by issuing

questionnaires to 98 respondents belonging to taxpayer subject to income tax in

accordance with the government regulation No. 46 of 2013 in KPP Pratama North

Sidoarjo with incidental sampling technique. The result of this research showed that

the perception of tax fairness did not have any influence to the level of taxpayer

compliance. Meanwhile, the perception of simplicity of tax administration and

perception of ease of tax administration have positive influence to the level of

taxpayer compliance.

Keywords: Government Regulation No. 46 of 2013, tax fairness, simplicity of tax

administration, ease of tax administration, and taxpayer compliance.

Page 8: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, Tuhan semesta

alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah milimpahkan Rahmat

dan Hidayatnya. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Persepsi Penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak UMKM”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Perpajakan pada Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya Malang.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang

2. Bapak Dr.Drs. Mochammad Al Musadieq, MBA selaku Ketua Jurusan

Admistrasi Bisnis

3. Bapak Khadarisman Hidayat, M,Si selaku Ketua Program Studi Perpajakan

Fakultas Ilmu Administrasi Universita Brawijaya Malang

4. Bapak Yuniadi Mayowan, S.Sos, M. AB selaku Sekretaris Program Studi

Perpajakan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

5. Ibu Priandhita Sukowidyanti A. SE, MSA, Ak selaku Dosen Pembibing

Skripsi, yang selalu membimbing selama proses penulisan skripsi dan

mendidik agar sering membaca.

Page 9: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

viii

6. Kedua orang tua saya dan kakak adik saya yang senantiasa selalu

memberikan doa’a dan dukungan kepada saya.

7. Yuniar Putri Andaru, yang selalu mendampingi saat senang maupun susah.

Terima kasih atas do’a, motivasi, dan dukungannya dari proses di bangku

sekolah hingga sama-sama mau jadi sarjana.

8. Teman – teman perpajakan angkatan 2013 yang telah mendukung saya

untuk terus maju dan meyelesaikan skripsi ini dan juga teman-teman WMC

Malanan selalu mendukung untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Dan seluruh pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Malang, 1 September 2017

Peneliti

Page 10: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO ................................................................................................................... i

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...................................................... iv

RINGKASAN ......................................................................................................... v

SUMMARY ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11

D. Kontribusi Penelitian ............................................................................... 12

E. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 14

B. Persepsi ..................................................................................................... 16

C. Keadilan Pajak ......................................................................................... 17

D. Kesederhanaan Perpajakan ...................................................................... 19

E. Kemudahan Perpajakan ........................................................................... 20

F. Kompleksitas Pajak .................................................................................. 21

G. Kebijakan Publik ..................................................................................... 22

1. Pengertian Kebijakan Publik ............................................................. 22

2. Proses Kebijakan Publik .................................................................... 23

3. Tahapan-Tahapan dalam Proses Implementasi ................................... 24

4. Pendekatan-Pendekatan Implementasi .............................................. 25

H. Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ......................................... 28

1. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 .................................... 28

2. Kriteria yang dikenakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 .. 28

3. Pengecualian yang dikenakan Peraturan Pemeritah No. 46 Tahun 2013 29

4. Tarif Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dan Dasar Pengenaan

Pajak .................................................................................................. 30

I. Pajak Penghasilan Final ........................................................................... 32

J. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ....................................... 32

1. Definisi UMKM ................................................................................. 32

2. Kriteria UMKM ................................................................................. 34

3. Karakteristik UMKM ........................................................................ 34

K. Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................................... 35

1. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ................................................... 35

2. Jenis-jenis Kepatuhan Wajib Pajak ................................................... 36

Page 11: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

L. Tinjauan Umum Perpajakan .................................................................... 37

1. Definisi Pajak .................................................................................... 37

2. Asas Pemungutan Pajak .................................................................... 38

3. Sistem Pemungutan Pajak ................................................................. 40

4. Tarif Pajak ......................................................................................... 42

5. Syarat Pemungutan Pajak .................................................................. 42

M. Model Konseptual ................................................................................... 43

N. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 44

O. Model Hipotesis ...................................................................................... 50

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 52

B. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 52

C. Variabel penelitian ....................................................................................... 53

a. Variabel Independen (bebas) ................................................................. 53

b. Variabel dependen (terikat) .................................................................... 54

D. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel .................. 54

1. Definisi Operasional .............................................................................. 54

2. Skala Pengukuran ................................................................................... 59

E. Populasi dan Sampel .................................................................................... 59

F. Teknik Pengumpulan data ............................................................................ 61

1. Jenis Data ............................................................................................... 61

a. Data Primer ...................................................................................... 61

b. Data sekunder ................................................................................... 62

2. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 62

G. Metode Analisis Data ................................................................................... 63

1. Uji Validitas ........................................................................................... 64

2. Uji Reliabilitas ....................................................................................... 64

3. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 65

a. Uji Normalitas .................................................................................. 65

b. Uji Multikolinieritas ......................................................................... 66

c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 66

4. Analisis Regresi Linear Berganda .......................................................... 67

H. Uji Hipotesis ................................................................................................ 68

1. Uji F ....................................................................................................... 68

2. Uji t ........................................................................................................ 68

3. Analisis Koefisien Determinasi (R 2 ) ................................................... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Instansi ........................................................................... 70

1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara ...................... 70

2. Lokasi ..................................................................................................... 71

3. Visi ......................................................................................................... 71

4. Misi ........................................................................................................ 71

5. Struktur Organisasi ................................................................................ 72

a. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal .................................... 72

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ............................................. 73

c. Seksi Pelayanan ............................................................................... 73

Page 12: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

d. Seksi Penagihan ............................................................................... 73

e. Seksi Pemeriksaan ........................................................................... 74

f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan ............................................... 74

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ................................................. 74

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV ............................. 74

B. Gambaran Umum Responden ...................................................................... 75

1. Gambaran Responden Berdasarkan Subjek Pajak ................................. 75

2. Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Omzet ............................... 76

C. Analisis Statistik Deskriptif ......................................................................... 77

1. Deskripsi Tanggapan Responden ........................................................... 77

2. Deskripsi Variabel Persepsi Keadilan Pajak (X1) ................................. 77

3. Deskripsi Variabel Persepsi Kesederhanaan Administrasi Perpajakan (X2) 81

4. Deskripsi Variabel Persepsi Kemudahan Administrasi Perpajakan (X3) 83

5. Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) .................................... 85

D. Analisis Statistik Inferensial ........................................................................ 87

1. Uji Validitas ........................................................................................... 87

2. Uji Reliabilitas ....................................................................................... 90

3. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 91

a. Uji Normalitas .................................................................................. 91

b. Uji Multikolinieritas ......................................................................... 92

c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 93

d. Analisis Regresi Linear Berganda .................................................... 94

E. Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 97

1. Uji F ....................................................................................................... 97

2. Uji t ........................................................................................................ 97

a. Uji Hipotesis 1 ................................................................................. 98

b. Uji Hipotesis 2 ................................................................................. 98

c. Uji hipotesis 3 .................................................................................. 98

3. Koefisien Determinasi (R2) .................................................................... 99

F. Pembahasan .................................................................................................. 99

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKIASI

A. Kesimpulan .................................................................................................. 106

B. Saran ............................................................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 109

Page 13: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 14

Tabel 3.1 Data Jumlah UMKM Tahun 2012 2016............................................ 52

Tabel 3.2 Variabel, Indikator, dan Item ............................................................ 57

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Subjek Pajak ........................ 76

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Omzet ...................... 76

Tabel 4.3 Interpretasi Mean Jawaban Responden ............................................. 77

Tabel 4.4 Distribusi Tanggapan Responden atas Variabel Persepsi Keadilan

Pajak (X1) ......................................................................................... 78

Tabel 4.5 Distribusi Tanggapan Responden atas Variabel Persepsi

Kesederhanaan Administrasi Pajak (X2) .......................................... 82

Tabel 4.6 Distribusi Tanggapan Responden atas Variabel Persepsi Kemudahan

Administrasi Pajak (X3) .................................................................... 84

Tabel 4.7 Distribusi Tanggapan Responden atas Variabel Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM .................................................................................... 85

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Keadilan Pajak ...................... 88

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kesederhanaan Administrasi

Pajak ….............................................................................................. 89

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kemudahan Administrasi Pajak

............................................................................................................ 89

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak UMKM ......... 90

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................... 91

Tabel 4.13 One-Sample Kolmogorov Smirnov Test ............................................ 92

Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................ 93

Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 94

Tabel 4.16 Tabel Uji Linier Berganda ................................................................. 95

Tabel 4.17 Hasil Uji Simultan (Uji F) ................................................................. 97

Tabel 4.18 Koefisien Determinasi (R2) ............................................................... 99

Page 14: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Konseptual .............................................................................44

Gambar 2.2 Model Hipotesis ................................................................................51

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Sidoarjo Utara .............................72

Page 15: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner.........................................................................................113

Lampiran 2 Hasil Rekap Kuesioner....................................................................117

Lampiran 3 Hasil Output SPSS...........................................................................122

Lampiran 4 Curriculum Vitae.............................................................................130

Lampiran 5 Surat Riset.......................................................................................131

Lampiran 6 Surat Keterangan Setelah Riset.......................................................132

Lampiran 7 Dokumentasi....................................................................................133

Page 16: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran UMKM sangat penting dalam perekonomian Indonesia karena dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Tidak dipungkiri, kontribusi

UMKM terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia cukup besar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kontribusi UMKM terhadap PDB dalam

kurun waktu tahun 2006 sampai tahun 2013 meningkat 46% (Badan Pusat Statistik,

2013). Menurut Sukirno (2012:17), Produk Domestik Bruto adalah produk nasional

yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi di dalam negeri baik milik warga

negara dan orang asing . Selain itu, UMKM lebih tangguh dari perusahaan besar

yang mengalami kesulitan untuk mengembangkan usahanya pada saat krisis

ekonomi beberapa waktu yang lalu. UMKM juga sangat berperan dalam

mengurangi angka pengangguran dan menyerap tenaga kerja. Berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik, tahun 2010 jumlah tenaga kerja UMKM tercatat sebesar 99,4

juta orang dan mengalami kenaikan sebesar 14,1 persen atau sebanyak 114,1 juta

orang di tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2013).

Pemerintah menerbitkan beberapa kebijakan untuk mendorong pertumbuhan

UMKM. Menurut Abidin (2015) dalam Kemenkeu (2015), salah satu kebijakan

yang dikeluarkan yaitu, memberikan fasilitas subsidi bunga kepada UMKM dengan

memperoleh kredit bunga yang rendah dari 22 persen menjadi 12 persen. Selain

kebijakan tersebut, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan dibidang perpajakan

di tahun 2013 yaitu, Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tentang pengenaan

Page 17: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

2

Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif tunggal. Meski tidak dinyatakan

secara ekplisit, yang menjadi target pemajakan dalam ketentuan peraturan tersebut

adalah UMKM. Hal ini terlihat dari batasan pengenaan pajak dengan peredaran

usaha Rp 4,8 Miliar dalam Peraturan Pemerintah tersebut yang masih dalam

lingkup pengertian UMKM. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008

pengertian UMKM adalah Usaha Mikro, yaitu usaha yang dilakukan orang

perorangan atau badan usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp 300 juta. Usaha Kecil, yaitu usaha yang dilakukan orang perorangan atau badan

usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5

Miliar. Sedangkan Usaha Menengah, yaitu usaha yang dilakukan orang perorangan

atau badan usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan Rp 2,5 Miliar sampai

dengan Rp 50 Miliar. Menurut Tambunan (2013) dalam Ortax (2013), latar

belakang terbitnya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dikarenakan

penerimaan pajak dari sektor UMKM belum tergali secara maksimal dan terdapat

potensi pajak dari sektor UMKM yang dapat meningkatkan penerimaan negara

dalam sektor pajak.

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 ini mengatur tentang Pajak

Penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak yang

memiliki peredaran bruto tertentu yang bersifat final dengan tarif 1%. Peredaran

bruto yang dimaksud adalah peredaran bruto yang tidak melebihi Rp 4,8 Miliar.

Namun, tidak semua Wajib Pajak dikenakan Peraturan Pemerintah yang bersifat

final ini. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa

yang menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang

Page 18: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

3

menetap maupun tidak menetap dan badan yang belum beroperasi secara komersial

atau badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun beroperasi secara komersial

memperoleh peredaran bruto melebihi Rp 4,8 Miliar, tidak termasuk Wajib Pajak

yang dikenakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 ini.

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 merupakan salah satu produk dari

kebijakan publik. Menurut Udoji (1981) dalam Wahab (2012:15), kebijakan publik

merupakan suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang

saling berkaitan dan memengaruhi sebagian besar warga masyarakat. Salah satu

tahapan kebijakan publik yaitu, tahap implementasi kebijakan. Suatu kebijakan

yang akan diproyeksikan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau

dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagaimana kebijakan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang diharapkan mempunyai dampak yang

signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan berpengaruh terhadap penerimaan

pajak sehingga tujuan untuk mencapai target dari penerimaan negara dari sektor

pajak dapat terpenuhi. Oleh karena itu, kebijakan Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013 perlu untuk direalisasikan dengan harapan berdampak positif terhadap

penerimaan negara.

Pandangan pemerintah sendiri, terbitnya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesederhanaan kepada Wajib

Pajak dalam penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Selain itu, penerbitan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 juga bertujuan untuk mengurangi beban

administrasi bagi Wajib Pajak maupun fiskus. Penerapan Peraturan Pemerintah No.

Page 19: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

4

46 Tahun 2013 dengan tarif pajak 1% yang dikenakan kepada usaha UMKM

diharapkan memiliki dampak positif bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakan karena tarif pajak yang dikenakan sangat rendah sehingga Wajib Pajak

akan membayar pajak dengan tepat waktu.

Namun, ada pihak UMKM yang kontra terhadap Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013. Menurut Tambunan (2013) dalam Ortax (2013) adapun kontra tersebut

yaitu, Peraturan Pemerintah ini tidak menerapkan keadilan pajak yang

mencerminkan kemampuan membayar (ability to pay) seperti dalam teori

pembagian beban pajak yaitu teori daya pikul yang dikemukakan oleh Suparnyo.

Berdasarkan teori daya pikul pembagian pajak hendaknya disesuaikan dengan daya

pikul atau kemampuan seseorang. Pemajakan yang adil adalah semakin besar

penghasilan yang diperoleh semakin besar pula pajak yang dibayar. Penghasilan

yang dimaksud adalah penghasilan neto yaitu, penghasilan bruto setelah dikurangi

biaya-biaya pengurang yang diperkenakan sesuai ketentuan perpajakan yang

berlaku (Mansury, 1996). Pengenaan pajak dari ketentuan Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 dihitung dengan mengalikan tarif langsung terhadap peredaran

bruto. Jadi, besar kecilnya peredaran bruto tetap akan dikalikan dengan tarif tunggal

sebesar 1%, namun tidak semua peredaran bruto dapat dikatakan laba. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 pasal 8 huruf c, Wajib Pajak yang

dikenakan dalam ketentuan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tidak dapat

mengkompensasikan kerugian dengan tahun pajak berikutnya. Apabila suatu

perusahaan pada tahun 2014 dikenai Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dan

Page 20: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

5

mengalami kerugian, maka atas kerugian pada tahun 2014 tersebut tidak dapat

dikompensasikan dengan pajak tahun 2015.

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 juga dapat merugikan sebagian

UMKM yang berbentuk badan usaha. Menurut Tambunan (2013) dalam Ortax

(2013), apabila Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dibandingkan dengan

peraturan Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 31E, UMKM yang berbentuk

badan usaha yang persentase penghasilan kena pajak dibawah 8% maka menjadi

kerugian bagi UMKM tersebut. Jika peredaran bruto Rp 2,4 Miliar, maka pajak

yang dibayar dengan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah 24 juta (2,4

miliar x 1%), sedangkan dengan peraturan Undang-Undang Pajak Penghasilan

pasal 31E pajak yang dibayar adalah Rp 18 juta (2,4 miliar x 6% x 50% x 25%).

Sehingga dengan penggenaan pajak yang lebih besar akan berdampak pada

pendapatan bersih UMKM tersebut. Apakah dengan pengenaan pajak yang lebih

besar akan dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya atau tidak.

Liu (2014), menunjukkan bahwa kebanyakan kebijakan pajak tidak berdampak

signifikan pada kinerja kewirausahaan. Jadi, kebijakan pajak tidak berpengaruh

terhadap pendapatan dari kewirausahaan, ketanagakerjaan, atau produktivitas di

Amerika Serikat. Namun, Gentry dan Hubbard (2004), menunjukan bahwa tingkat

tarif pajak marginal berpengaruh negatif pada kewirausahaan di Amerika Serikat.

Tarif pajak marginal adalah salah satu sistem pajak yang dikenakan terhadap

pendapatan tertentu, dalam sistem pajak progresif yang dianut Amerika Serikat,

tarif pajak marginal meningkat sejalan dengan kenaikan pendapatan. Hal tersebut

Page 21: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

6

dapat mengurangi minat untuk berwirausaha sehingga akan berpengaruh negatif

terhadap kewirausahaan. Sementara itu, Atawodi dan Ojeka (2012) yang

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) terhadap kepatuhan pajak di Nigeria Tengah Utara. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan UKM adalah tarif

pajak yang tinggi dan prosedur pelaporan yang kompleks. Oleh karena itu,

disarankan sebaiknya UKM dikenai persentase pajak yang lebih rendah agar

pendapatan UKM cukup untuk mengembangkan bisnisnya.

Meskipun terdapat beberapa pro dan kontra terhadap terbitnya Peraturan

Pemeritah No. 46 Tahun 2013, tetapi peraturan ini diharapkan mampu

meningkatkan kepatuhan pajak Wajib Pajak khususnya kelompok UMKM.

Richardson dan Sawyer (2011) dalam Saad (2013), kompleksitas kepatuhan

merupakan salah satu bentuk dari kompleksitas pajak. Evans dan Tran-Nam (2013)

dalam (Gambo et al, 2014) kompleksitas pajak menurut Wajib Pajak yaitu, dilihat

dari waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban perpajakan dan pajak

terutang yang dibayarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sedangkan Kepatuhan pajak adalah perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Menurut

Manurung (2013) dalam Direktorat Jenderal Pajak (2013), kepatuhan pajak

merupakan fenomena yang sangat kompleks yang dilihat dari banyak perspektif.

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kepatuhan Wajib Pajak antara lain

pengetahuan Wajib Pajak, kualitas pelayanan publik, tingkat tarif pajak, dan

ketidakadilan pajak. Helhel dan Ahmed (2014), menyimpulkan bahwa faktor

Page 22: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

7

rendahnya kepatuhan pajak di Yaman dikarenakan dua faktor yaitu, tarif pajak yang

tinggi dan sistem pajak yang tidak adil. Andreas dan savitri (2015), menyimpulkan

bahwa sosialisasi pajak, pengetahuan pajak, dan kualitas layanan mempengaruhi

kesadaran pajak sehingga dapat juga berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 bertujuan memberikan

kesederhanaan administrasi perpajakan sehingga diharapkan dapat mendorong

tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Joumard (Kamleitner et al, 2010) dalam Bashori

(2014) menyatakan bahwa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak adalah penyederhanaan proses perpajakan. Widodo (2010) dan

Bashori (2014) dalam Rosella (2015) juga menyatakan bahwa administrasi

perpajakan perlu dilakukan penyederhanaan sehingga memberikan kemudahan dan

akan mampu mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Penyederhanaan tarif pajak

yang ditetapkan dengan tarif tunggal sebesar 1% berdasarkan Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 juga diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Tarif tunggal sebesar 1% akan membuat sederhana dan mudah Wajib Pajak dalam

menghitung jumlah Pajak Penghasilan yang terutang sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Sedangkan penelitian Rosella (2015)

menyimpulkan bahwa persepsi kesederhanaan perpajakan terkait Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

Wajib Pajak.

Kemudahan administrasi juga merupakan tujuan dari Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 yang diharapkan mampu mendorong Wajib Pajak untuk patuh

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sari (2015) menyatakan bahwa PP

Page 23: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

8

Nomor 46 Tahun 2013 ditetapkan atas dasar pertimbangan memberikan kemudahan

dalam penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak. Resyniar (2014) juga

menyatakan bahwa kemudahan perpajakan khususnya dengan penerapan PP No. 46

tahun 2013 yaitu tidak ada penghitungan pajak yang rumit dan sukar dipahami.

Rumus dalam menghitung pajak cukup mudah yaitu 1% dari omset. Penghitungan

Pajak Penghasilan terutang antara Wajib Pajak Orang Pribadi maupun badan adalah

sama. Wajib Pajak hanya perlu mencatat hasil penjualan kemudian dikalikan

dengan tarif 1% untuk mendapatkan jumlah Pajak Penghasilan yang terutang sesuai

dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013.

Disisi lain, berdasarkan SE Nomor 42/PJ/2013 tentang pelaksanaan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari

usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto

tertentu, bahwa Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dengan validasi Nomor

Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) tepat waktu sebelum tanggal 15 masa pajak

berikutnya tidak wajib melaporkan SPT Masa Pajak PPh sehingga pelaksanaan

administrasi semakin mudah. Pendapat tersebut didukung dengan adanya penelitian

Rosella (2015), menyimpulkan bahwa persepsi kemudahan perpajakan terkait

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh positif terhadap tingkat

kepatuhan Wajib Pajak. Sari (2015), menyimpulkan bahwa persepsi kemudahan

perpajakan terkait Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh positif

terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin mudahnya

mekanisme dari suatu peraturan maka akan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajak.

Page 24: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

9

Pelaksanaan kemudahan dan kesederhanaan administrasi yang diberikan

belum cukup untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Diperlukan juga

keadilan dalam sistem Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 karena suatu

sistem pajak harus menerapkan keadilan pajak terhadap pemungutan pajak yang

akan dibebankan terhadap Wajib Pajak. Smith (Wicaksono, 2014) dalam Rosella

(2015) menyatakan bahwa prinsip paling utama dalam rangka pemungutan pajak

adalah keadilan dalam perpajakan yang dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa

setiap warga negara hendaklah berpartisipasi dalam pembiayaan pemerintah.

Keadilan yang dimaksud dalam peraturan ini yaitu, berapapun peredaran bruto yang

diperoleh akan dikenakan tarif tunggal sebesar 1%. Menurut Vogel, et al

(Richardson, 2005) dalam Berutu dan Harto (2012), pembayar pajak cenderung

untuk menghindari membayar pajak jika mereka menganggap sistem pajak tidak

adil. Hal tersebut menunjukkan pentingnya dimensi keadilan pajak sebagai variabel

yang mempengaruhi kepatuhan pembayar pajak.

Azmi dan Perumal (2008), menyimpulkan bahwa dari lima dimensi keadilan

yaitu keadilan umum, struktur tarif pajak, timbal balik pemerintah, kepentingan

pribadi, dan ketentuan-ketentuan khusus, hanya tiga dimensi keadilan pajak yang

berpengaruh di Malaysia, yaitu keadilan umum, struktur pajak, dan kepentingan

pribadi. Sedangkan 2 dimensi keadilan pajak lainnya yaitu, timbal balik dengan

pemerintah dan ketentuan-ketentuan khusus yang tidak mempengaruhi Wajib Pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Sementara itu, Pris (2010) menyimpulkan

bahwa seluruh dimensi keadilan pajak, yaitu keadilan umum, struktur pajak, timbal

balik pemerintah, kepentingan pribadi, dan ketentuan-ketentuan khusus tidak

Page 25: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

10

berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan Wajib Pajak badan. Hal ini

menunjukkan meskipun Wajib Pajak badan menilai adil maupun tidak suatu sistem

pajak tetap akan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Rosella (2015) dan Sari (2015) secara khusus menganalisis keadilan pajak yang

diterapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Rosella (2015)

menyimpulkan bahwa persepsi keadilan pajak terkait PP Nomor 46 Tahun 2013

berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Sedangkan Sari

(2015) menyimpulkan bahwa persepsi keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti ingin menganalisis

pengaruh persepsi penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 sebagai

variabel bebas terhadap kepatuhan perpajakan Wajib Pajak dengan subjek

penelitian adalah Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha dengan

peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8 Miliar sebagaimana dijelaskan dalam

ketentuan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 . Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk merumuskan dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Persepsi

Penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

Page 26: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

11

1. Apakah persepsi keadilan pajak dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM ?

2. Apakah persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan dalam penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak UMKM ?

3. Apakah persepsi kemudahan administrasi perpajakan dalam penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak UMKM ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis apakah persepsi keadilan pajak dalam penerapan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

UMKM.

2. Untuk menganalisis apakah persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan

dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

3. Untuk menganalisis apakah persepsi kemudahan administrasi perpajakan

dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Page 27: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

12

D. Kontribusi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kontribusi penelitian dapat

diperoleh :

1. Kontribusi Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan teori

di bidang perpajakan khususnya penelitian yang bertema pengaruh persepsi

penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Penelitian ini juga diharapkan dapat

digunakan sebagai tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin

melakukan penelitian yang sejenis di waktu yang akan datang.

2. Kontribusi Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan

kepada Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 ini agar dapat memahami dan memenuhi

kewajiban perpajakannya.

3. Kontribusi Kebijakan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

atau dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak-

pihak lainnya yang terkait dalam membuat kebijakan Peraturan Pemerintah No.

46 Tahun 2013 yang berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM

sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak dan agar dapat lebih efektif

dalam membuat kebijakan.

Page 28: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

13

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan masalah dan alasan untuk dilakukan penelitian yang

dijabarkan dalam latar belakang, rumusan masalah merinci permasalahan yang

akan dibahas, tujuan penelitian yang akan di peroleh dalam penelitian, kontribusi

penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi deskripsi penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai

tambahan referensi penelitian ini, kajian pustaka yang di dalamnya memuat teori-

teori dan pendapat para ahli dari buku maupun jurnal yang berhubungan dengan

masalah penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian,

antara lain variabel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,

metode analisis data penelitian, serta uji hipotesis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini terdiri atas gambaran lokasi penelitian, gambaran responden, hasil

deskripsi data penelitian dan analisis data, pembuktian hipotesis, dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri atas kesimpulan yang jelas atas hasil penelitian yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah. Selain itu, bab ini terdiri atas saran yang

diperuntukan untuk keperluan pengembangan atas pembahasan dan kesimpulan

yang telah dikemukakan.

Page 29: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai Peraturan Pemerintah No.

46 Tahun 2013 dan kepatuhan Wajib Pajak yang dapat dijadikan sebagai referensi

dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa peneliti terdahulu yang menjadi acuan

penelitian ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama

(Tahun)

“Judul”

Variabel

Penelitian

Metodologi Hasil Penelitian

1. Rosella (2015)

“Pengaruh

Persepsi atas PP

Nomor 46 Tahun

2013 Terhadap

Kepatuhan Wajib

Pajak”

Variabel

bebas: persepsi

keadilan pajak,

persepsi

kemudahan

perpajakan,

dan persepsi

kesederhanaan

terkait PP

Nomor 46

Tahun 2013

Variabel

terikat:

kepatuhan

Wajib Pajak

Jenis

penelitian :

kuantitatif

Analisis data :

Analisis

regresi linear

berganda

Instrumen

penelitian :

menggunakan

kuesioner

Bahwa persepsi

keadilan pajak dan

persepsi

kemudahan

perpajakan terkait

PP Nomor 46

Tahun 2013

berpengaruh positif

terhadap tingkat

kepatuhan Wajib

Pajak. Sedangkan,

persepsi

kesederhanaan

perpajakan terkait

PP Nomor 46

Tahun 2013 tidak

berpengaruh

terhadap tingkat

kepatuhan Wajib

Pajak.

Page 30: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

15

No. Nama

(Tahun)

“Judul”

Variabel

Penelitian

Metodologi Hasil Penelitian

2. Sari (2015)

“Pengaruh

Persepsi Keadilan

dan Persepsi

Kemudahan

Perpajakan

Terhadap

Kepatuhan Wajib

Pajak Kelompok

UMKM Pasca

Penetapan

Peraturan

Pemerintah No.

46 Tahun 2013

Variabel

bebas:

Persepsi

keadilan pajak

dan persepsi

kemudahan

perpajakan

Variabel

terikat:

kepatuhan

Wajib Pajak

Jenis

penelitian:

kuantitaitf

Analisi data:

Analisis

regresi linear

berganda

Instrumen

penelitian:

menggunakan

kuesioner

Bahwa persepsi

keadilan pajak

tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan

Wajib Pajak.

Sedangkan persepsi

kemudahan

perpajakan

berpengaruh positif

terhadap kepatuhan

Wajib Pajak.

3. Azmi dan

Perumal (2008)

“Tax Fairness

Dimensions In An

Asian Context:

The Malaysian

Perspective”

Variabel

bebas: keadilan

pajak

Variabel

terikat:

kepatuhan

pajak

Jenis

penelitian:

kuantitatif

Analisis data:

Analisis

deskriptif

Instrumen

penelitian:

menggunakan

kuesioner

Bahwa dari lima

dimensi keadilan

pajak hanya tiga

dimensi pajak yaitu

keadilan umum,

struktur tarif pajak,

dan kepentingan

pribadi yang

berpengaruh

terhadap perilaku

kepatuhan pajak.

4. Pris (2010)

“Dampak

Dimensi Keadilan

Pajak Terhadap

Tingkat

Kepatuhan Wajib

Pajak Badan”

Variabel

bebas: keadilan

pajak

Variabel

terikat:

kepatuhan

pajak

Jenis

penelitian:

kuantitatif

Analisis data:

Analisis

Partial Least

Square (PLS)

Instrumen

penelitian:

menggunakan

kuesioner

Bahwa seluruh

dimensi keadilan

pajak tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

perilaku kepatuhan

Wajib Pajak badan.

Terdapat perbedaan dan keterbaruan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian yang dilakukan, perbedaan tersebut antara lain, variabel yang diteliti

Page 31: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

16

dalam penelitian ini tiga variabel bebas yaitu persepsi keadilan pajak, persepsi

kemudahan administrasi perpajakan, dan persepsi kesederhanaan administrasi

perpajakan. Sedangkan dalam penelitian Sari hanya dua variabel bebas yaitu

keadilan pajak dan kemudahan perpajakan, penelitian Azmi dan Perumal serta Pris

hanya menggunakan satu variabel bebas yaitu keadilan pajak. Perbedaan

selanjutnya yaitu analisis data, penelitian ini menggunakan analisis data regresi

linear berganda yang sama dengan penelitian Rosella dan Sari. Sedangkan

penelitian Azmi dan Perumal analisis data menggunakan analisis deskriptif, serta

Pris analisis data menggunakan analisis Partial Least Square (PLS).

Selain perbedaan juga terdapat keterbaruan dari penelitian yang diteliti dengan

penelitian sebelumnya. Keterbaruan tersebut yaitu penelitian ini indikator

kepatuhan pajak menggunakan kepatuhan formal dan material. Sedangkan Rosella

dan Sari indikator menggunakan filling compliance, payment compliance, dan

reporting compliance

B. Persepsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi adalah tanggapan

(penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui panca indranya. Sedangkan Walgito (2002:69) menyatakan bahwa persepsi

merupakan proses interpretasi seseorang atas apa yang diinderakan kemudian

dianalisa sehingga mampu mengerti hal tersebut. Walgito (2002:69) juga

menyatakan bahwa proses persepsi suatu proses yang diawali oleh proses

pengindraan yaitu diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera dimana

Page 32: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

17

alat indera yang digunakan merupakan alat penghubung antara individu dengan

dunia luarnya. Stimulus yang diindera itu selanjutnya oleh individu diorganisasikan

dan diinterprestasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang

diindera. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus

dapat datang dari luar atau dalam diri individu yang mempersepsi yang

langsung mengenai syaraf penerima yang berkerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syarat

Alat indera atau reseptor adalah alat yang menerima stimulus, dimana stimulus

tersebut akan diteruskan melalui syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf , yaitu

otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon

diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk megadakan persepsi diperlukan adanya perhatian.

Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu

yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

C. Keadilan Pajak

Perpajakan yang adil adalah semakin besar penghasilan yang diperoleh

semakin besar pula pajak yang dibayar. Adapun teori pembagian pajak agar

pembagian pajak itu adil, menurut Suparnyo (2012:18) teori pembagian pajak

dibagi menjadi 3 antara lain, yaitu:

Page 33: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

18

1. Teori Kepentingan

Teori ini hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang harus

dipungut dari penduduk seluruhnya. Pembagian beban pajak ini didasarkan atas

kepentingan rakyat, termasuk juga perlindungan atas jiwa orang-orang itu

beserta harta bendanya. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara,

semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar. Oleh karena itu, sudah selayaknya

bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara untuk menunaikan kewajiban

dibebankan kepada rakyat.

2. Teori Prestasi Negara

Teori ini berpangkal pada prestasi yang oleh penduduk diharapkan negara

akan melakukannya. Teori ini juga disebut dengan teori prestasi modern yang

berpangkal pada kemampuan ekonomi subjektif. Untuk mengetahui kemampuan

ekonomi subjektif, negara membuat suatu daftar yang berisi daftar prestasi

negara.

Semakin banyak yang diisi atau diminta berarti bersedia memikul biaya,

sehingga bersedia dipajaki lebih banyak dan makin sedikit yang diisi berarti

makin sedikit kesediaannya untuk dipajaki. Hipotesa teori prestasi negara ini

diletakkan pada kejujuran seseorang penduduk atau wajib pajak. Hal ini juga

merupakan suatu hipotesa kemampuan ekonomi yang sulit dibuktikan

kebenarannya.

3. Teori Daya Pikul

Teori ini menyatakan bahwa agar pemungutan pajak dirasa adil maka dalam

membagi beban pajak hendaknya disesuaikan dengan daya pikul atau

Page 34: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

19

kemampuan Wajib Pajak yang bersangkutan. Teori daya pikul pembagian beban

pajaknya dilihat dari penghasilan atau kekayaan yang dimilik dan dari besarnya

kebutuhan materil yang harus dipenuhi. De Langen menyatakan bahwa daya

pikul adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang

tersisa, setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-

pengeluaran yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta

keluarganya.

Menurut Smith (Wicaksono, 2014) dalam Rosella (2015), prinsip paling

utama dalam rangka pemungutan pajak adalah keadilan dalam perpajakan yang

dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa setiap warga negara hendaklah

berpartisipasi dalam pembiayaan pemerintah. Pembiayaan tersebut mungkin

ditentukan secara proporsional sesuai dengan kemampuan masing-masing, yaitu

dengan cara membandingkan penghasilan yang diperolehnya dengan

perlindungan yang dinikmatinya. Pernyataan tersebut hampir mirip teori

kepentingan yang dikemukakan oleh Suparnyo.

D. Kesederhanaan Perpajakan

Joumard (Kamleitner et al, 2010) dalam Bashori (2014) menyatakan bahwa hal

yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak adalah

penyederhanaan proses perpajakan. Widodo (2010) dan Bashori (2014) dalam

Rosella (2015) juga menyatakan bahwa administrasi perpajakan perlu dilakukan

penyederhanaan sehingga memberikan kemudahan dan akan mampu

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

Page 35: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

20

Penyederhanaan administrasi perpajakan tersebut diterapkan dengan

menetapkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Penyederhanaan

administrasi perpajakan dilakukan melalui penyederhanaan tarif dengan penetepan

tarif tunggal PPh final yaitu sebesar 1% dari peredaran bruto sebagaimana telah

diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut. Wajib Pajak hanya mengalikan

perolehan peredaran bruto dengan tarif 1% dengan demikian perhitungan PPh

terutang menjadi mudah dan sederhana.

E. Kemudahan Perpajakan

Sari (2015) menyatakan bahwa PP Nomor 46 Tahun 2013 ditetapkan atas dasar

pertimbangan memberikan kemudahan dalam penghitungan, penyetoran, dan

pelaporan pajak. Penghitungan dalam menentukan Pajak Penghasilan yang terutang

hanya dengan mencatat peredaran bruto kemudian mengalikan dengan tarif 1%.

Wajib Pajak yang dikenakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 apabila telah

melakukan penyetoran dengan validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara

(NTPN) tepat waktu sebelum tanggal 15 masa pajak berikutnya tidak wajib

melaporkan SPT Masa Pajak PPh.

Resyniar (2014) menyatakan bahwa kemudahan perpajakan khususnya dengan

penerapan PP No. 46 tahun 2013 yaitu tidak ada perhitungan pajak yang rumit dan

sukar dipahami. Rumus dalam menghitung pajak cukup mudah yaitu 1% dari

omset. Perhitungan antara Wajib Pajak Orang Pribadi maupun badan adalah sama.

Page 36: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

21

F. Kompleksitas Pajak

Menurut Evans dan Tran-Nam (2013) dalam (Gambo et al, 2014),

kompleksitas pajak adalah konsep multidimensional yang didefinisikan oleh orang

yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda. Evans dan Tran-Nam (2013) dalam

(Gambo et al, 2014) memberikan tiga definisi kompleksitas pajak yang berbeda

dilihat dari prespektif akuntan pajak, pengacara pajak, dan Wajib Pajak.

Kompleksitas pajak menurut akuntan pajak disebut sebagai waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan perencanaan pajak atau waktu yang dibutuhkan untuk

memberikan nasihat pajak. Kompleksitas menurut pengacara pajak yaitu, dilihat

dari sulitnya dalam membaca, memahami, dan menafsirkan Undang-Undang pajak

sebagai aplikasi dalam memenuhi kepatuhan pajak. Kompleksitas pajak menurut

Wajib Pajak yaitu, dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban

perpajakan dan pajak terutang yang dibayarkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Kompleksitas pajak timbul karena meningkatnya perkembangan dalam hukum

pajak (Richardson dan Sawyer, 2001) dalam Saad (2013). kompleksitas pajak dapat

mengambil berbagai bentuk misalnya, kompleksitas kepatuhan, aturan

kompleksitas, dan tingkat pemahaman yang rendah. Paul et al (2007) dalam Saad

(2013), bahwa peningkatan dalam penyerderhanaan pajak melalui langkah-langkah

untuk memudahkan dalam memahami sistem pajak. Sawyer (2007) dalam Saad

(2013), bahwa diperlukan perbaikan dengan penyerderhanaan pajak dan melakukan

perubahan secara terus-menerus untuk meningkatkan kepatuhan pajak.

.

Page 37: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

22

G. Kebijakan Publik

1. Pengertian kebijakan publik

Kebijakan publik merupakan suatu program yang diproyeksikan dengan

tujuan tertentu yang dibuat oleh pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang

terkait tugas pemerintah, seperti pertahanan keamanan, pendidikan, kesehatan,

perekonomian, kriminalitas, perpajakan dan lain-lain. Wilson (2006:154) dalam

Wahab (2012:13) merumuskan kebjiakan publik adalah “the actions, objectives,

and pronouncements of goverments on particular matters, the steps they take (or

fail to take) to implement them, and the explanations they give for what happens

(or does not happen)” (tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pertanyaan-

pertanyaan pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-langkah

yang telah/sedang diambil (atau gagal diambil) untuk diimplementasikan, dan

penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah

terjadi (atau tidak terjadi)). Sedangkan Udoji (1981) dalam Wahab (2012:15)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “an santioned course af action

addressed to a particular problem or group of related problems that affect

society at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan

tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi sebagian besar warga

masyarakat).

Definisi lain yang dikemukakan oleh Dye (1978; 1987: 1) dalam Wahab

(2012:14) yang menyatakan bahwa kebijakan publik ialah “whatever

goverments choose to do or not to do” (pilihan tindakan apa pun yang dilakukan

atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah). Menurut Eystone (1971 : 18) dalam

Page 38: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

23

Wahab (2012:13) mendefinisikan kebijakan publik ialah “the relationship of

governmental unit to its enviroment” (antar hubungan yang berlangsung diantara

unit/satuan pemerintah dengan lingkungannya). Berdasarkan definisi-definisi

kebijakan publik diatas dapat disimpulkan, bahwa kebijakan publik adalah suatu

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan yang ingin dicapai dan dapat mempengaruhi masyarakat.

2. Proses Kebijakan Publik

Kebijakan publik tidak begitu saja dilaksanakan, namun melalui proses atau

tahapan yang cukup panjang. James Anderson dalam Subarsono (2011:12)

menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut:

1) Formulasi masalah (problem formulation): Apa masalahnya ? Apa yang

membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan ? Bagaimana masalah

tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah ?

2) Formulasi kebijakan (formulation): Bagaimana mengembangkan pilihan-

pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut ?

Siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan ?

3) Penentuan kebijakan (adoption): Bagaimana alternatif ditetapkan ?

persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi ? Siapa yang akan

melaksanakan kebijakan ? Bagaimana proses atau strategi untuk

melaksanakan kebijakan ? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan ?

4) Implementasi (Implementaion): Siapa yang terlibat dalam implementasi

kebijakan ? Apa dampak dari isi kebijakan ?

Page 39: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

24

Sedangkan menurut Michael Howlet dan M. Ramesh sebagaimana dikutip

Subarsono (2011) menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima

tahapan sebagai berikut:

1) Penyusunan agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah

bisa mendapat perhatian dari pemerintah.

2) Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan pilihan-

pilihan kebijakan oleh pemerintah.

3) Pembuatan kebijakan (decision making), yakni proses ketika pemerintah

memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu

tindakan.

4) Implementasi kebijakan (policy implementation), yakni proses untuk

melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

5) Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan

menilai hasil atas kinerja kebijakan.

Berdasarkan penjelasan diatas, kesimpulannya bahwa proses kebijakan

publik melalui tahapan : merumuskan masalah, formulasi kebijakan, pembuatan

atau penentuan kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

3. Tahapan-Tahapan dalam Proses Implementasi

Implementasi kebijakan yaitu proses dimana suatu tujuan kebijakan dapat

mencapai hasilnya. Adapun tahapan-tahapan dalam proses implementasi

menurut Wahab (2012:203), yaitu:

1) Output-output kebijakan (keputusan-keputusan) dari badan-badan

pelaksana.

Page 40: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

25

2) Kepatuhan kelompok-kelompok sasaran terhadap keputusan tersebut.

3) Dampak nyata keputusan-keputusan badan-badan pelaksana.

4) Persepsi terhadap dampak keputusan-keputusan tersebut.

5) Evaluasi sistem politik terhadap Undang-Undang, baik berupa perbaikan-

perbaikan mendasar atau upaya untuk melaksanakan perbaikan dalam

muatan/isinya.

Semua tahapan diatas seringkali digabung menjadi satu di bawah pokok

bahasan mekanisme umpan balik. Masing-masing tahapan tersebut dapat disebut

sebagai titik akhir (end point). Masing-masing tahap itu juga merupakan input

bagi keberhasilan tahap yang lain.

4. Pendekatan-Pendekatan Implementasi

Menurut Wahab (2012:235), pendekatan-pendekatan implementasi antara

lain, yaitu:

1) Pendekatan-Pendekatan Struktural (Structural Approaches)

Pendekatan ini untuk meyederhanakan masalah yang luas, diperlukan

untuk menarik perbedaan antara perencanaan mengenai perubahan (planning

of change) dan perencanaan untuk melakukan perubahan (planning for

change). Perencanaan mengenai perubahan mengandung arti bahwa

perubahan ditimbulkan dari dalam organisasi, baik arah, laju, maupun

waktunya. Bentuk-bentuk organisasi yang cocok untuk merencanakan

perubahan tersebut dapat bersifat birokratik, seperti dalam model Weber

dimana tugas-tugas dan hubungan antar tugas dirumuskan dengan jelas serta

struktur yang disusun secara hierarkis.

Page 41: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

26

Di sisi lain, dalam hal perencanaan untuk melakukan perubahan struktur

organisasi yang lain mungkin lebih cocok memiliki ciri-ciri organisasi yang

lain mungkin lebih cocok memiliki ciri-ciri organisasi yang oleh Burns,

Staker (1961), serta para ahli lain yang menulis lebih belakangan,

digambarkan tidak terlalu mementingkan perincian tugas-tugas dan hubungan

antar tugas yang kaku, serta kurang menekankan struktur yang bersifat

hierarkis. Struktur-struktur yang bersifat organis dianggap cocok dengan

lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian, atau lingkungan apa yang

sedang mengalami perubahan dengan cepat dan efektif.

2) Pendekatan-Pendekatan prosedural dan manajerial (Procedural and

Managerial Approaches)

Pendekatan ini, implementasi dipandang sebagai semata-mata masalah

teknis atau masalah manajerial. Tahap implementasi dalam pendekatan ini

diantaranya menyangkut penjadwalan (Scheduling), perencanaan (planning),

dan pengawasan (control). Teknik manajerial yang merupakan perwujudan

dari pendekatan ini ialah perencanaan jaringan kerja (network) dengan

program evaluation and review technique (PERT) dan pengawasan network

planning and control (NPC) yang menyajikan suatu kerangka kerja proyek

yang dapat direncanakan, dan implementasinya dapat diawasi dengan cara

mengidentifikasi tugas-tugas yang harus diselesaikan, hubungan diantara

tugas-tugas tersebut, dan urutan-urutan logis di mana tugas-tugas itu harus

dilaksanakan.

Page 42: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

27

3) Pendekatan-Pendekatan Keperilakuan (Behavioral Approaches)

Pendekatan ini, apabila kebijakan ingin dapat diimplementasikan dengan

baik harus mempengaruhi perilaku manusia beserta segala sikapnya.

Pendekatan keperilakuan diawali dengan suatu kesadaran bahwa seringkali

terdapat penolakan terhadap perubahan (resistance to change). Terdapat dua

bentuk dalam pendekatan keperilakuan yaitu, organizational development

(OD) dan management by objectives (MBO). OD adalah suatu proses untuk

menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan dalam suatu organisasi,

melalui penerapan ilmu-ilmu keperilakuan (Eddy, 1981). Sedangkan, MBO

merupakan suatu pendekatan yang menggabungkan unsur-unsur yang

terdapat dalam pendekatan prosedural/manajerial dengan unsur-unsur yang

termuat dalam analisis keperilakuan.

4) Pendekatan-Pendekatan Politik (Political Approaches)

Pendekatan politik ini secara fundamental menentang asumsi yang

diketengahkan oleh pihak ketiga pendekatan terdahulu, khususnya

pendekatak keperilakuan. Para ilmuwan sosial menentang asumsinya bahwa

konflik itu adalah suatu bentuk penyimpangan yang dapat disembuhkan

dengan cara menyempurnakan kemampuan komunikasi antarpribadi. Dengan

demikian, keberhasilan suatu kebijakan pada akhirnya akan tergantung pada

kesediaan dan kemampuan kelompok-kelompok yang dominan untuk

memaksakan kehendaknya. Apabila kelompok-kelompok yang dominan itu

tidak ada, implementasi kebijakan yang dikehendaki mungkin hanya akan

Page 43: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

28

bisa dicapai melalui suatu proses panjang yang bersifat inkremental dan

saling pengertian di antara mereka yang terlibat.

H. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

1. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Peraturan pemerintah yang mengatur tentang Pajak Penghasilan yang

bersifat final atas penghasilan usaha yang diterima atau diperoleh dari Wajib

Pajak yang Memiliki peredaran bruto tertentu. Peredaran bruto yang dimaksud

adalah peredaran bruto yang tidak melebihi Rp 4,8 Miliar. Tarif Peraturan

Pemerintah ini sebesar 1% dengan mengalikan langsung tarif dengan jumlah

peredaran bruto setiap bulan. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berlaku

mulai dari 1 juli 2013.

2. Kriteria yang dikenakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tentang Pajak

Penghasilan yang bersifat final, Wajib Pajak yang memenuhi kriteria yang

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) adalah sebagai berikut :

a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk

usaha tetap; dan

b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa

sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi

Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)

Tahun Pajak.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Wajib Pajak yang

dikenakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah Wajib Pajak Orang

Pribadi dan Badan yang menerima penghasilan dari usahanya saja dengan

peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 Miliar.

Page 44: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

29

3. Pengecualian yang dikenakan Peraturan Pemeritah No. 46 Tahun 2013

Menurut Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Pasal 2 ayat (3) terdapat

pengecualian atas kriteria Wajib Pajak Orang Pribadi yang dikenakan PPh Final,

antara lain sebagai berikut:

Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha

perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya:

a. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik

yang menetap maupun tidak menetap; dan

b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang

tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.

Selain itu, terdapat juga Wajib Pajak Badan yang dikenakan Pajak

Penghasilan Menurut Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013. Berikut kriteria

Wajib Pajak Badan yang dikecualikan dari Pajak Penghasilan yang bersifat final

sesuai dengan Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, antara

lain:

Tidak termasuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

adalah:

a. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; atau

b. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1(satu) tahun setelah

beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp

4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, yang dikecualikan dari Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang

menjalankan usahanya menggunakan sarana prasarana yang dapat dibongkar

pasang maupun menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan

umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha, tidak termasuk Wajib Pajak

Badan adalah Wajib Pajak Badan yang belum beroperasi secara komersial dan

Page 45: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

30

Wajib Pajak Badan yang telah beroperasi secara komersial namun telah memiliki

peredaran bruto lebih dari Rp4,8 Miliar.

4. Tarif Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dan Dasar Pengenaan

Pajak

Menurut Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tentang Pajak

Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima dan diperoleh Wajib

Pajak yang memiliki peredaran bruto. Tarif Pajak Penghasilan yang terutang

dikenakan sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) yaitu, “Besarnya tarif Pajak

Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah 1%

(satu persen)”.

Peredaran bruto yang tidak melebihi Rp 4,8 Miliar ditentukan berdasarkan

peredaran bruto dari seluruh usahanya, perhitungan peredaran bruto sebagai

dasar pengenaan pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan bersifat final yang

telah diatur sebagaimana sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 Pasal 10, adalah sebagai berikut:

1. Didasarkan pada jumlah peredaran bruto Tahun Pajak Berakhir sebelum

Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam

hal Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak berlakunya Peraturan

Pemerintah ini meliputi kurang dari jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

2. Didasarkan pada jumlah peredaran bruto dari bulan saat Wajib Pajak

terdaftar sampai dengan bulan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini

yang disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak terdaftar pada Tahun Pajak yang

sama dengan Tahun Pajak saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini di bulan

sebelum Peraturan Pemerintah ini berlaku;

3. Didasarkan pada jumlah peredaran bruto pada bulan pertama diperolehya

penghasilan dari usaha yang disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak sejak

berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

Kesimpulannya bahwa perhitungan peredaran bruto sebagai dasar

pengenaan pajak harus didasarkan pada jumlah peredaraan bruto sebelum tahun

Page 46: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

31

pajak berlakunya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang disetahunkan.

Apabila Wajib Pajak terdaftar sama dengan tahun pajak berlakunya Peraturan

Pemerintah tersebut maka perhitungan peredaran brutonya, mensetahunkan

peredaran bruto pada bulan saat Wajib Pajak terdaftar sampai dengan bulan

sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Sedangkan

apabila Wajib Pajak terdaftar sejak berlakunya Peraturan Pemerintah tersebut

maka, maka didasarkan pada jumlah peredaran bruto pada bulan pertama

diperoleh penghasilan dari usaha yang disetahunkan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Pasal 3 ayat (3) dan

(4) mengatur tentang keadaan dimana Wajib Pajak sebagai berikut:

1) Keadaan dalam hal peredaran bruto kumulatif Wajib Pajak pada suatu bulan

telah melebihi jumlah Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta

rupiah) dalam suatu Tahun Pajak, Wajib Pajak tetap akan dikenai tarif Pajak

Penghasilan yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sampai dengan akhir Tahun Pajak yang bersangkutan.

2) Keadaan dalam hal peredaran bruto Wajib Pajak telah melebihi jumlah Rp

4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada suatu tahun

pajak, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak pada

Tahun Pajak berikutnya dikenai tarif Pajak Penghasilan berdasarkan

ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Berdasarkan Pasal 3 ayat (3) dan (4), kesimpulannya yaitu, apabila Wajib

Pajak pada suatu bulan peredaran kumulatinya melebihi Rp 4,8 Miliar maka

Wajib Pajak tersebut tetap dikenakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013

sampai akhir tahun yang bersangkutan. Sedangkan pada Tahun Pajak berikutnya

atas peredaran bruto tersebut akan dikenai tarif Pajak Penghasilan sesuai dengan

Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Page 47: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

32

I. Pajak Penghasilan Final

Resmi (2013:145) menyatakan bahwa Pajak Penghasilan bersifat final

merupakan pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir) sehingga

tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total Pajak Penghasilan terutang pada

akhir tahun pajak. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh, pajak penghasilan yang

bersifat final terdiri atas:

1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan

surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada

anggota koperasi orang pribadi;

2. Penghasilan berupa hadiah undian;

3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi deviratif yang

diperdagangkan dibursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan

penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh

perusahaan modal ventura;

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,

usaha jasa konstruksi, usaha real estat, dan persewaan tanah dan/atau

bangunan; dan

5. Penghasilan tertentu lainnya (penghasilan dari pengungkapan ketidakbenaran,

penghentian penyidikan tindak pidana, dan lain-lain).

Pajak penghasilan bersifat final selain yang disebut diatas adalah:

1. PPh final Pasal 17 ayat (2) c UU PPh atas dividen yang diterima oleh Wajib

Pajak Orang Pribadi.

2. PPh final Pasal 15, terdiri atas:

a. PPh atas jasa pelayaran dalam negeri;

b. PPh atas pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri;

c. PPh atas penghasilan perwakilan dagang diluar negeri;

d. PPh atas pola bagi hasil;

e. PPh atas kerjasama bentuk BOT;

3. PPh final Pasal 19 yaitu PPh atas revaluasi aset tetap.

J. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

1. Definisi UMKM

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 mengenai definisi Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah terdapat beberapa definisi yang diklasifikasikan

sebagai berikut:

Page 48: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

33

a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan dengan total asset maksimal Rp 50.000.000,00 dan omset

dalam satu tahun maksimal Rp 300.000.000,00.

b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha

Menengah atau Usaha Besar. Usaha Kecil memiliki total asset lebih dari Rp

50.000.000,00 sampai Rp 500.000.000,00 dan mempunyai omset dalam satu

tahun diatas Rp 300.000.000,00 sampai Rp 2.500.000.000,00.

c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

atau Usaha Besar dengan total asset lebih dari Rp 500.000.000,00 sampai

Rp 10.000.000.000,00 dan memiliki omset dalam satu tahun diatas Rp

2.500.000.000,00 sampai Rp 50.000.000.000,00.

Namun, BPS (Badan Pusat Statistik) menjelaskan definisi lain mengenai

UMKM, dimana BPS membagi jenis UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja.

Menurut BPS, usaha kecil identik dengan Industri Kecil dan Industri Rumah

Tangga (IKRT). BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah

pekerjanya, yaitu : (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2)

Page 49: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

34

industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja

20-99 orang.

2. Kriteria UMKM

Kriteria UMKM dibagi menjadi tiga yang memiliki kriteri yang berbeda-

beda. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 kriteria UMKM dibagi

menjadi beberapa kriteria yaitu, sebagai berikut:

a) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

c) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Kesimpulanya, kriteria UMKM dibagi menurut kekayaan bersih yang

dimilki dan dari hasil penjualan tahunan yang dimiliki oleh masing-masing

UMKM.

3. Karakteristik UMKM

Selain memiliki kriteria, terdapat juga karakteristik UMKM. Menurut

Kuncoro (2000:190) UMKM mempunyai beberapa karakteristik yang hampir

seragam, yaitu:

Page 50: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

35

1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan

operasi. Kebanyakan UMKM dikelola oleh perorangan yang merangkap

sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga

kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

2. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal

sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari

modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, dll.

3. Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dimilikinya status badan

hukum.

4. Dilihat menurut golongan industri, tampak bahwa hampir sepertiga bagian

dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan,

minuman, dan tembakau.

K. Kepatuhan Wajip Pajak

1. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Rahayu (2010:139), kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib

Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang

berlaku dalam suatu negara. Adapun menurut Nowak dalam Zain (2007:31),

misi utama dari instansi pajak adalah menciptakan dan mengembangkan iklim

perpajakan yang bercirikan Wajib Pajak dalam paham atau berusaha untuk

memahami ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi

Page 51: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

36

formulir dengan tepat, menghitung pajak dengan jumlah yang benar dan

membayar pajak tepat pada waktunya.

2. Jenis-jenis Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Nurmantu dalam Widodo dkk., (2010:68) terdapat dua jenis

kepatuhan perpajakan, yaitu:

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

perpajakan. Misalnya ketentuan tentang batas waktu penyampaian SPT PPh

Tahunan, yaitu paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak

(tanggal 31 Maret) untuk Wajib Pajak orang pribadi dan paling lambat 4

bulan setelah berakhirnya tahun pajak (tanggal 30 April) untuk Wajib Pajak

badan. Jika Wajib Pajak menyampaikan SPT PPh tersebut sebelum batas

waktu yang telah ditetapkan berarti Wajib Pajak telah memenuhi kepatuhan

formal. Namun apakah isi SPT tersebut telah sesuai dengan ketentuan

materialnya masih dapat dipertanyakan.

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantif (hakekat) memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni

sesuai isi dan jiwa Undang-Undang perpajakan. Kepatuhan material dapat

juga meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan

material dalam mengisi SPT PPh yaitu Wajib Pajak yang melakukan

pengisian atas SPT tersebut dengan jujur, baik dan benar sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang perpajakan dan menyampaikan ke KPP

sebelum batas waktu.

Page 52: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

37

L. Tinjauan Umum Perpajakan

1. Definisi Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara melalui iuran secara

paksa yang disetorkan kepada kas negara tetapi tidak menerima timbal balik

secara langsung yang digunakan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas

lainnya. Beberapa definisi tentang pajak menurut pendapat ahli di bidang

perpajakan sebagai berikut. Menurut Soemitro (1992) dalam Rahayu (2013:22),

“pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor

partikulir sektor pemerintahan) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)

dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat

ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

Menurut Fieldman (1949) dalam Resmi (2013:2) berpendapat “pajak adalah

prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut

norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan

semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.

Sedangkan menurut Soemahamidjaja (1964) dalam Sutanto (2014:2)

mengatakan bahwa “pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang

dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya

produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam menguasai kesejahteraan

umum”.

Dari beberapa definisi pajak diatas, maka dapat tarik kesimpulan bahwa ciri-

ciri pajak sebagai berikut :

Iuran rakyat yang dikenakan paksa atau wajib.

Page 53: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

38

Jasa timbal balik dari pembayaran pajak tidak secara langsung.

Berdasarkan undang-undang.

Digunakan untuk membiayai keperluan negara yang sejatinya bertujuan

untuk mensejahterakan masyarakat.

2. Asas Pemungutan Pajak

Diperlukan asas-asas dalam pemungutan pajak agar dapat mencapai tujuan

pemungutan pajak yang ditargetkan. Menurut Susyanti dan Dahlan (2015:5) asas

pemungutan pajak ada 3 yaitu, Asas Domisili, Asas Sumber, dan Asas

Kebangsaan.

a. Asas Domisili

Pajak dibebankan pada pihak yang tinggal dan berada diwilayah suatu

Negara tanpa memperhatikan sumber atau asal objek pajak yang diperoleh

atau diterima Wajib Pajak.

b. Asas Sumber

Pembebanan Pajak oleh Negara hanya terhadap objek pajak yang

bersumber atau berasal dari wilayah teritorialnya tanpa memperhatikan

tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas kebangsaan

Status kewarganegaraan seseorang menentukan pembebanan pajak.

Perlakuan perpajakan Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing itu

berbeda.

Page 54: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

39

Sedangkan asas pemungutan pajak menurut Adam Smith yaitu, equality,

certainly, convenience of payment, dan efficiency yang disebut The four Maxims

yang di kutip dalam Prawoto (2015:204) sebagai berikut :

a. Asas Persamaan (equality)

Asas ini ditekankan pentingnya keseimbangan berdasarkan kemampuan

masing-masing subjek pajak. Yang dimaksud dengan keseimbangan atas

kemampuan subjek pajak adalah hendaknya dalam pemungutan pajak tidak

ada diskriminasi diantara sesama Wajib Pajak.

b. Asas Kepastian (certainly)

Asas ini ditekankan pentingnya kepastian mengenai pemungutan pajak

yaitu: kepastian mengenai hukum yang mengaturnya, kepastian mengenai

subjek pajak, kepastian mengenai objek pajak, dan kepastian mengenai tata

cara pemungutannya. Kepastian ini menjamin setiap orang untuk tidak ragu-

ragu dalam menjalankan kewajiban membayar pajak, karena segala

sesuatunya sudah jelas.

c. Asas Kemudahan Pembayaran (convenience of payment)

Asas ini ditekankan pentingnya saat dan waktu yang tepat dalam

memenuhi kewajiban pajaknya. Sangat bijaksana jika pemotongan pajak

dilakukan pada saat WP menerima penghasilannya dan sudah memenuhi

syarat objektifnya (yaitu suatu syarat di mana WP mempunyai penghasilan

diatas penghasilan minimumnya).

Page 55: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

40

d. Asas Efisien (efficiency)

Asas ini ditekankan pentingnya efisiensi pemungutan pajak, artinya

biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pemungutan pajak tidak boleh

lebih besar dari jumlah pajak yang dipungut. Dalam asas ini diberi pengertian

bahwa pemungutan pajak sebaiknya memperhatikan kondisi subjek dan objek

pajaknya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa asas pemungutan

pajak ada 7 yaitu, asas domisili, asas sumber, asas kebangsaan, asas persamaan,

asas kepastian, asas kemudahan pembayaran, dan asas efisien.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak bertujuan untuk memudahkan Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakan dan memberikan Wajib Pajak pengetahuan

dibidang perpajakan. Menurut Rahayu (2013:101) dalam sistem pemungutan

perpajakan dikenal Self Assessment System, Official Assessment, dan

Withholding Tax System.

a. Self Assessment System

Self Assessment terdiri dari dua kata bahasa Inggris yakni self uang

artinya sendiri, dan to asses yang artinya menilai, menghitung, menaksir.

Dengan demikian maka pengertian Self Assessment adalah menghitung atau

menilai sendiri. Jadi Wajib Pajak sendirilah yang menghitung dan menilai

pemenuhan kewajiban perpajakannya. Jadi Self Assessment adalah suatu

sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk

memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.

Page 56: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

41

b. Withholding Tax System

Sistem ini merupakan sistem perpajakan di mana pihak ketiga baik Wajib

Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan Dalam Negeri diberi

kepercayaan oleh peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan

kewajiban memotong atau memungut pajak penghasilan yang dibayarkan

kepada penerima penghasilan. Pihak ketiga tersebut memiliki peran aktif

dalam sistem ini, dan fiskus berperan dalam pemeriksaan pajak, penagihan

maupun tindakan penyitaan jika ada indikasi pelanggaran perpajakan, seperti

halnya pada self assessment system.

c. Official Tax System

Merupakan sistem perpajakan dalam mana inisiatif untuk memenuhi

kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus. Dalam sistem ini fiskuslah yang

aktif sejak dari mencari Wajib Pajak untuk memberikan NPWP sampai pada

penetapan jumlah pajak yang terutang melalui penertiban SKP. Sistem ini

cenderung berlaku pada masa berlakunya ordonasi Pajak Perseroan tahun

1925 dan Ordonasi Pajak Pendapatan 1944. Dalam sistem official assessment

besarnya kewajiban pajak Wajib Pajak ditentukan sepenuhnya oleh fiskus

selaku pemungut pajak. Dalam UU KUP 2000 juga dikenal beberapa macam

Surat Ketetapan Pajak (SKP) yakni Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tamabahan (SKPKBT),

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), dan Surat Ketetapan Pajak

Nihil (SKPN). Wajib Pajak yang menerima SKP-SKP tersebut adalah Wajib

Pajak yang telah melalui proses pemeriksaan.

Page 57: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

42

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pemungutan

yang digunakan di Indonesia ada 3 yaitu, sistem Self Assessment, sistem

Withholding Tax, dan sistem Official Tax.

4. Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2009:9) terdapat 4 macam tarif pajak yaitu:

1. Tarif Sebanding/Proporsional

Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai

pajak sehingga besarnya pajak uang terutang proporsional terhadap

besarnya nilai yang dikenai pajak.

2. Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang

dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

3. Tarif Progresif

Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai

pajak semakin besar.

4. Tarif Degresif

Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai

pajak semakin besar.

5. Syarat Pemungutan Pajak

Syarat pemungutan pajak diperlukan agar dalam pemungutan pajak tidak

menimbulkan suatu hambatan. Menurut Susyanti dan Dahlan (2015:6) syarat

pemungutan pajak terdapat 5 syarat antara lain sebagai berikut :

Page 58: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

43

1. Syarat Keadilan

Pemungutan pajak dilaksanakannya secara adil baik dalam peraturan

maupun realisasi pelaksanaannya.

2. Syarat Yuridis

Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang untuk menjamin

adanya hukum yang menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk Negara

maupun untuk warganya.

3. Syarat Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh menghambat perekonomian rakyat,

artinya pajak tidak boleh dipungut apabila malah menimbulkan kelumpuhan

perekonomian rakyat.

4. Syarat Finansial

Pemungutan pajak dilaksanakan dengan pedoman bahwa biaya

pemungutan tidak boleh melebihi hasil pemungutannya.

5. Syarat Sederhana

Sistem pemungutan pajak harus dirancang sesederhana mungkin untuk

memudahkan pelaksanaan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

M. Model Konseptual

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh persepsi penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM

dan mengacu kepada penelitian sebelumnya. Model konseptual dapat membantu

peneliti dalam menunjukan bagaimana melihat fenomena yang di ketengahkan

Page 59: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

44

dalam penelitian ini sehingga peniliti dapat menggambarkan keterkaitan antara

pengaruh persepsi penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap

kepatuhan Wajib Pajak UMKM:

Gambar 1. Model Konseptual

N. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian (Sugiyono, 2015:84). Terdapat tiga hipotesis yang akan

dilakukan proses pengujian dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pengaruh persepsi keadilan pajak dalam penerapan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan Wajib Pajak

Persepsi keadilan pajak merupakan penilaian dari Wajib Pajak UMKM

terkait keadilan pajak yang diterapkan dan dilaksanakan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Apakah sistem dalam Peraturan Pemerintah No.

46 Tahun 2013 dapat memberikan keadilan bagi Wajib Pajak terkait pengenaan

pajak atau sebaliknya.

Persepsi keadilan pajak

Persepsi kesederhanaan

administrasi perpajakan Kepatuhan Wajib Pajak

Persepsi kemudahan

administrasi perpajakan

Page 60: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

45

Suatu sistem pajak harus menerapkan keadilan pajak terhadap pemungutan

pajak yang akan dibebankan terhadap Wajib Pajak. Pendapat tersebut sesuai

dengan Smith (Wicaksono, 2014) dalam Rosella (2015) yang menyatakan bahwa

prinsip paling utama dalam rangka pemungutan pajak adalah keadilan dalam

perpajakan yang dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa setiap warga negara

hendaklah berpartisipasi dalam pembiayaan pemerintah.

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 harus menerapkan keadilan pajak

dalam memungut Pajak Penghasilan final yang dikenakan terhadap Wajib Pajak

yang memperoleh peredaran bruto kurang dari Rp 4,8 Miliar. Keadilan pajak

yang dimaksud dalam peraturan tersebut yaitu, berapapun peredaran bruto yang

diperoleh akan dikenakan tarif tunggal sebesar 1%. Namun dengan pengenaan

pajak dengan tarif 1% dari peredaran bruto berdasarkan Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 tidak menerapkan keadilan pajak yang mencerminkan

(ability to pay) seperti dalam teori pembagian pajak yaitu teori daya pikul yang

dikemukakan oleh Suparnyo. Berdasarkan teori daya pikul pembagian pajak

hendaknya disesuaikan dengan daya pikul atau kemampuan seseorang.

Menurut Vogel, et al (Richardson, 2005) dalam Berutu dan Harto (2012),

pembayar pajak cenderung untuk menghindari membayar pajak jika mereka

menganggap sistem pajak tidak adil. Hal tersebut menunjukkan pentingnya

dimensi keadilan pajak sebagai variabel yang mempengaruhi kepatuhan

pembayar pajak. Azmi dan Perumal (2008) di Malaysia, menyimpulkan bahwa

terdapat tiga dimensi keadilan pajak yang berpengaruh di Malaysia, yaitu

keadilan umum, struktur pajak, dan kepentingan pribadi. Hal itu menunjukkan

Page 61: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

46

bahwa hanya 2 dimensi keadilan pajak yaitu, timbal balik dengan pemerintah

dan ketentuan-ketentuan khusus yang dapat mempengaruhi Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakan. Pris (2010), menyimpulkan bahwa seluruh

dimensi keadilan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku

kepatuhan Wajib Pajak badan. Hal ini menunjukkan meskipun Wajib Pajak

badan menilai adil maupun tidak tetap akan memenuhi kewajiban

perpajakannya.

Rosella (2015) dan Sari (2015) secara khusus menganalisis keadilan pajak

yang diterapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Rosella (2015)

menyimpulkan bahwa persepsi keadilan pajak terkait PP Nomor 46 Tahun 2013

berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Sedangkan Sari

(2015) menyimpulkan bahwa persepsi keadilan pajak tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Terdapat perbedaan hasil penelitian dalam penelitian sebelumnya, maka

dalam penelitian ini perlu menguji kembali pengaruh persepsi keadilan pajak

dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan

Wajib Pajak UMKM. Sehingga terbentuk hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Persepsi keadilan pajak dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Page 62: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

47

2. Pengaruh persepsi kesederhanaan administrasi pajak dalam

penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap

kepatuhan Wajib Pajak

Persespi kesederhanaan administrasi perpajakan adalah peniliaian dari

Wajib Pajak terkait kesederhanaan administrasi perpajakan yang diterapkan dan

dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Apakah

aturan-aturan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dapat

memberikan kesederhanaan administrasi bagi Wajib Pajak dalam penghitungan,

penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan yang terutang atau sebaliknya.

Selain memberikan kemudahan administrasi pajak, tujuan pemerintah juga

memberikan kesederhanaan administrasi pajak dalam Peraturan Pemerintah No.

46 Tahun 2013. Pendapat ini juga sesuai dengan pernyataan Widodo (2010) dan

Bashori (2014) dalam Rosella (2015) juga menyatakan bahwa administrasi

perpajakan perlu dilakukan penyederhanaan sehingga memberikan kemudahan

dan akan mampu mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Penyederhanaan

administrasi perpajakan tersebut diterapkan dengan menetapkan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Kesederhaana yang dimaksud yaitu,

penyederhanaan tarif pajak dengan penetapan tarif tunggal sebesar 1% sehingga

penghitung besarnya Pajak Penghasilan yang terutang menjadi sederhana dan

mudah.

Joumard (Kamleitner et al, 2010) dalam Bashori (2014) menyatakan bahwa

hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak adalah

penyederhanaan proses perpajakan. Namun penelitian Rosella (2015)

Page 63: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

48

menyimpulkan bahwa persepsi kesederhanaan perpajakan terkait Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

Wajib Pajak. Hal tersebut menunjukkan bahwa Wajib Pajak cenderung untuk

memilih kemudahan dalam setiap pemenuhan kewajiban perpajakan daripada

penyederhanaan tarif.

Terdapat perbedaan dalam penelitian terdahulu, maka perlu menguji

kembali pengaruh persepsi kemudahan administrasi pajak dalam penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan Wajib Pajak

UMKM. Sehingga terbentuk hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2 : Persepsi kesederhanaan administrasi pajak dalam penerapan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

Pajak UMKM.

3. Pengaruh persepsi kemudahan administrasi pajak dalam penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan Wajib

Pajak

Persespi kemudahan administrasi perpajakan adalah peniliaian dari Wajib

Pajak terkait kemudahan administrasi perpajakan yang diterapkan dan

dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Apakah

aturan-aturan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dapat

memberikan kemudahan administrasi bagi Wajib Pajak dalam penghitungan,

penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan yang terutang atau sebaliknya.

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 memberikan kemudahan dalam

penghitungan, penyetoran, dan pelaporan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib

Page 64: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

49

Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana sejalan dengan

tujuan pemerintah menerbitkan peraturan ini. Hal ini sejalan dengan Sari (2015)

yang menyatakan bahwa PP Nomor 46 Tahun 2013 ditetapkan atas dasar

pertimbangan memberikan kemudahan dalam penghitungan, penyetoran, dan

pelaporan pajak. Resyniar (2014) juga menyatakan bahwa kemudahan

perpajakan khususnya dengan penerapan PP No. 46 tahun 2013 yaitu tidak ada

perhitungan pajak yang rumit dan sukar dipahami. Rumus dalam menghitung

pajak cukup mudah yaitu 1% dari omset. Penghitungan Pajak Penghasilan

terutang antara Wajib Pajak Orang Pribadi maupun badan adalah sama.

Penghitungan dalam menentukan Pajak Penghasilan yang terutang hanya dengan

mencatat peredaran bruto kemudian mengalikan dengan tarif 1%. Wajib Pajak

yang dikenakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 apabila telah

melakukan penyetoran dengan validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara

(NTPN) tepat waktu sebelum tanggal 15 masa pajak berikutnya tidak wajib

melaporkan SPT Masa Pajak PPh sesuai dengan SE Nomor 42/PJ/2013.

Pemberian kemudahan administrasi dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 diharapkan dapat mendorong tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Rosella (2015), menyimpulkan bahwa persepsi kemudahan perpajakan

terkait Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh positif terhadap

tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin mudahnya

mekanisme dari suatu peraturan maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan

Wajib Pajak. Sari (2015), menyimpulkan bahwa persepsi kemudahan perpajakan

terkait Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh positif terhadap

Page 65: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

50

kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin mudahnya

mekanisme dari suatu peraturan maka akan dapat meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak.

Terdapat persamaan hasil penelitian dalam penelitian terdahulu, namun

perlu menguji kembali pengaruh persepsi kemudahan administrasi pajak dalam

penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan Wajib

Pajak UMKM. Sehingga terbentuk hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3 : Persepsi kemudahan administrasi pajak dalam penerapan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

Pajak UMKM.

O. Model Hipotesis

Berdasarkan hipotesis penelitian diatas yang dikembangkan dalam tiga

pengembangan hipotesis variabel persepsi keadilan pajak dalam penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, variabel persepsi kesederhanaan

administrasi perpajakan dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013, dan variabel persepsi kemudahan administrasi perpajakan dalam penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Mada dapat hipotesis penelitian dapat

dirangkum dalam model hipotesis sebagai berikut:

Page 66: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

51

Gambar 2. Model Hipotesis

Persepsi keadilan pajak

Keadilan umum

Struktur tarif pajak

Timbal balik pemerintah

Kepentingan pribadi

Ketentuan-ketentuan khusus

Persepsi kemudahan administrasi

perpajakan

Kemudahan penghitungan

Kemudahan penyetoran

Kemudahan pelaporan

Kepatuhan Wajib

Pajak

Kepatuhan

formal

Kepatuhan

material

Persepsi kesederhanaan administrasi

perpajakan

Kesederhanaan penghitungan

Kesederhanaan penyetoran

Kesederhanaan pelaporan

Page 67: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

pendekatan eksplanatori. Sugiyono (2016:7) mengatakan bahwa jenis kuantitatif

merupakan penelitian yang datanya berupa angka-angka dan analisis menggunakan

statistik. Pendekatan eksplanatori untuk mengetahui atau menjelaskan hubungan

antara variabel-variabel dengan dilakukan pengujian hipotesis. Alasan penggunaan

jenis penelitian kuantitatif karena tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan

pengaruh persepsi penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap

kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan tema penelitian. Penelitian

ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo utara. Alasan pemilihan

lokasi penelitian tersebut karena pertumbuhan UMKM yang signifikan di kota

Sidoarjo.

Tabel 3.1 Data Jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Tahun 2012-2016

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

Usaha mikro 16.790 154.892 154.865 173.793 196.372

Usaha kecil 5.015 14.863 14.863 17.657 18.524

Usaha menengah 2.065 1.536 1.536 2.582 2.847

Jumlah 23.870 171.291 171.264 194.032 217.743

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Sidoarjo

Page 68: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

53

Meningkatnya pertumbuhan UMKM di kota Sidoarjo sehingga kota Sidoarjo

merupakan kota UKM di Indonesia. Alasan lain karena pada tahun 2016 kota

Sidoarjo merupakan salah satu kota dengan jumlah UMKM terbanyak di provinsi

Jawa Timur.

C. Variabel Penelitian

Sugiyono (2011:38) berpendapat bahwa variabel penelitian adalah atribut

seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lain

atau satu objek dengan objek lain, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh persepsi penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan Wajib Pajak

kelompok UMKM, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

tiga variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen (terikat), yaitu:

a. Variabel Independen (bebas)

Menurut Sugiyono (2015:61) berpendapat bahwa variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu, persepsi keadilan

pajak dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, persepsi

kesederhanaan administrasi perpajakan dalam penerapan Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013, dan persepsi kemudahan administrasi perpajakan dalam

penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013.

Page 69: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

54

b. Variabel dependen (terikat)

Menurut Sugiyono (2015:61) berpendapat bahwa variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu variabel bebas. Penelitian

ini hanya menggunakan satu variabel dependen (terikat) yaitu, kepatuhan Wajib

Pajak UMKM.

D. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel wajib diberikan terhadap variabel penelitian

dengan tujuan untuk mempermudah pelaksanaan penelitian. Variabel

independen dalam penelitian ini yaitu, persepsi keadilan pajak dalam penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, persepsi kesederhanaan administrasi

perpajakan dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, dan

persepsi kemudahan administrasi perpajakan dalam penerapan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Sedangkan, variabel dependen yaitu, kepatuhan

Wajib Pajak UMKM. Peneliti menjabarkan definisi operasional masing-masing

variabel penelitian sebagai berikut:

a. Persepsi keadilan pajak dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013

Persepsi keadilan pajak didefinisikan sebagai suatu penilaian dari wajib pajak

yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 terkait keadilan pajak yang ditetapkan dan

dilaksanakannya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Keadilan yang

Page 70: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

55

dimaksud dalam penelitian ini yaitu, meratakan pengenaan pajak dengan tarif

1% berapapun perolehan peredaran brutonya. Cara menilai variabel persepsi

keadilan pajak, penelitian ini menggunakan unsur-unsur dalam Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang dikombinasikan dengan lima dimensi

keadilan pajak dalam Azmi dan Perumal (2008), Pris (2010), dan Sari (2015)

meliputi keadilan umum, struktur tarif pajak, timbal balik pemerintah,

kepentingan pribadi, dan ketentuan-ketentuan khusus.

b. Persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan dalam penerapan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013

Persepsi kesederhanaan didefinsikan sebagai penilaian dari Wajib Pajak

UMKM yang dikenakan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 atas

kesederhanaan administrasi perpajakan yang ditentukan dalam Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013

memberikan kesederhanaan administrasi dalam penghitungan, penyetoran,

dan pelaporan. Kesederhanaan penghitungan yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu, penetapan tarif pajak bersifat final dengan tarif sebesar

1% sehingga penghitungan Pajak Penghasilan terutang menjadi sederhana

sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013.

Sedangkan untuk kesederhanaan penyetoran yaitu, Wajib Pajak hanya

menggunakan dokumen Surat Setoran Pajak (SSP). Sementara itu untuk

kesederhanaan pelaporannya yaitu, Wajib Pajak hanya menggunakan

dokumen SPT dan mengisi SPT masa secara benar.

Page 71: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

56

c. Persepsi kemudahan administrasi perpajakan dalam penerapan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013

Persepsi kemudahan administrasi pajak dalam penelitian ini didefinisikan

sebagai penilaian dari Wajib Pajak UMKM yang dikenakan dalam Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 atas kemudahan administrasi perpajakan yang

ditentukan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 juga memberikan kemudahan administrasi

dalam penghitungan, penyetoran, dan pelaporan. Kemudahan penghitungan

yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu, cara menghitung Pajak Penghasilan

yang terutang dengan hanya perlu mencatat hasil penjualan kemudian

dikalikan dengan tarif 1% tanpa memerlukan pembukuan, serta lebih mudah

penghitungannya dari UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 untuk orang

pribadi dan Pasal 31E untuk badan. Sedangkan kemudahan penyetoran yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu, Wajib Pajak bisa menyetor dengan

menggunakan aplikasi PPh final 1% Online Pajak, tanpa perlu membuat ID

biling terlebih dahulu. Sementara itu untuk kemudahan pelaporan yaitu,

Wajib Pajak tidak perlu melaporkan SPT Masa PPH jika SSP sudah validasi

NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) karena dianggap telah

menyampaikan SPT Masa PPh sesuai tanggal validasi NTPN berdasarkan SE

Nomor 42/PJ/2013 sehingga administrasi perpajakan semakin mudah.

Page 72: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

57

d. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan suatu dimana Wajib Pajak dapat

memenuhi kewajiban perpajakannya. Adapun dalam penelitian ini variabel

kepatuhan Wajib Pajak diukur dengan 2 indikator antara lain:

1) Kepatuhan formal

Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan Undang-

Undang perpajakan.

2) Kepatuhan material

Kepatuhan material suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif

atau hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai

isi dan jiwa Undang-Undang perpajakan.

Berdasarkan definisi operasional variabel yang telah dijelaskan, maka dapat

dipetakan variabel, indikator, dan item pengukuran penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Variabel, Indikator, dan Item

Variabel Indikator Item

Persepsi keadilan

pajak

Keadilan umum 1. Sosialiasi tentang

Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013.

2. Sistem dalam

Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013.

Struktur tarif pajak 1. Pengenaan tarif 1%

sebagai dasar

perhitungan PPh atas

Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013.

Timbal balik

pemerintah

1. Penggunaan dana yang

didapatkan dari pajak.

Page 73: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

58

Variabel Indikator Item

Persepsi keadilan

pajak

Kepentingan pribadi 1. Penetapan PPh

Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013

bersifat final.

2. Penetapan peredaran

bruto sebagai dasar

PPh Peraturan

Pemerintah No. 46

Tahun 2013.

3. Besar PPh atas

Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013

yang terutang.

Ketentuan-

ketentuan khusus

1. Ketentuan atas batas

peredaran bruto Rp 4,8

Miliar selama setahun

sebagai dasar

dikenakan PPh.

Persepsi

kesederhanaan

administrasi

perpajakan

Kesederhanaan

penghitungan

1. Kesederhanaan dalam

penghitungan PPh

final.

Kesederhanaan

penyetoran

1. Kesederhanaan dalam

penyetoran PPh final.

Kesederhanaan

pelaporan

1. Kesederhanaan dalam

pelaporan PPh final.

Persepsi kemudahan

administrasi

perpajakan

Kemudahan

penghitungan

1. Kemudahan dalam

penghitungan PPh

final.

Kemudahan

penyetoran

1. Kemudahan dalam

penyetoran PPh final.

Kemudahan

pelaporan

1. Kemudahan dalam

pelaporan PPh final.

Kepatuhan Wajib

Pajak

Kepatuhan formal

1. Tepat waktu

menyampaikan SPT.

2. Tepat waktu

membayar pajak.

Kepatuhan material 1. Mengisi SPT dengan

benar.

2. Membayar pajak

sesuai pajak yang

terutang.

3. Tidak mempunyai

tunggakan pajak.

Sumber: Olahan Peneliti, 2017

Page 74: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

59

e. Skala Pengukuran

Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran likert dalam

mengukur berbagai persepsi maupun pendapat terhadap setiap fenomena sosial

yang terjadi. Fenomena sosial telah ditetapkan peneliti secara spesifik yang

kemudian dapat disebut sebagai variabel penelitian. Penggunaan skala linkert

dapat mempermudah pengukuran variabel yang dijabarkan dalam indikator

variabel. Sugiyono (2011:93) Skala Likert adalah skala yang dimanfaatkan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Variabel yang akan diukur dengan Skala Likert

dijabarkan menjadi indikator variabel. Selanjutnya indikator tersebut dijadikan

titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan

atau pernyataan.

Terdapat 5 tingkatan skor dari setiap jawaban pernyataan kuesioner dalam

penelitian ini, yaitu:

Skor 1 = Jika jawaban pernyataan responden sangat tidak setuju

Skor 2 = Jika jawaban pernyataan responden tidak setuju

Skor 3 = Jika jawaban pernyataan responden cukup setuju

Skor 4 = Jika jawaban pernyataan responden setuju

Skor 5 = Jika jawaban pernyataan responden sangat setuju

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik hasil menghitung ataupun

pengukuran (kuantitatif dan kualitatif) dari karakteristik tertentu yang akan dikenai

Page 75: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

60

generalisasi (Gunawan, 2013:2). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian

adalah seluruh Wajib Pajak orang pribadi maupun badan yang memiliki peredaran

bruto tidak melebihi Rp 4,8 Miliar sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 yang terdaftar di KPP Pratama Sidoarjo Utara.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti atau secara lebih

sederhana sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi Arikunto (2010) dalam Gunawan

(2013:2). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik sampling insidental. Menurut Sugiyono (2015:67), sampling

insidental adalah teknik penetuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber

data. Alasan menggunakan teknik sampling insidental karena peneliti tidak

mendapatkan data mengenai identitas Wajib Pajak yang dikenakan Pajak

Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Penentuan

sampel dipilih secara kebetulan kepada Wajib Pajak yang dikenai Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang datang dalam memenuhi kewajiban

perpajakan di KPP Pratama Sidoarjo Utara.

Berdasarkan data di KPP Pratama Sidoarjo Utara Wajib Pajak yang dikenai

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah 5622 sehingga dengan

menggunakan rumus Slovin, jumlah sampel dalam penelitian ini dapat ditentukan

sebagai berikut:

Page 76: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

61

n = N

N(e2) + 1

n = 5622

5622 (0,12) + 1

n = 98,25235 = 98 responden

Keterangan:

n: Jumlah sampel yang dibutuhkan

N: Jumlah populasi Wajib Pajak yang dikenakan Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013

e: Nilai kritis atau tingkat kesalahan pengambilan sampel yang didapat ditolerir

yaitu 0,1

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

a) Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

dari sumber pertama. Data primer dalam penelitian ini adalah data dari hasil

kuesioner. Data tersebut disebut data primer karena dalam melakukan

penelitian peneliti memperoleh data secara langsung dari sumber lokasi

penelitian yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu,

Page 77: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

62

Wajib Pajak orang pribadi maupun badan kelompok UMKM yang terdaftar

di KPP Pratama Sidoarjo Utara.

b) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain atau data

yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti dari subjek penelitiannya.

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu, data yang

diperoleh dari KPP Pratama Sidoarjo Utara berupa data internal berupa profil

KPP Pratama Sidoarjo utara, visi dan misi KPP Pratama Sidoarjo utara, dan

data jumlah Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Sidoarjo

utara. Selain itu, penelitian ini didukung oleh data dari buku bacaan, jurnal,

dan beberapa website tertentu.

2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan

menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016:142).

Kuesioner digunakan sebagai salah satu instrumen untuk mengumpulkan data

mengenai pengaruh persepsi penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Peneliti perlu melakukan

pengumpulan data secara sistematis untuk memperoleh setiap data yang

diperlukan.

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data survei dengan instrumen

penelitian berupa kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup. Pertanyaan

Page 78: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

63

tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau

mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap

pertanyaan yang telah tersedia (Sugiyono, 2016:143). Peneliti menggunakan

pertanyaan tertutup karena dapat membantu responden menjawab secara cepat

dan juga memudahkan dalam melakukan analisis data terhadap seluruh

kuesioner yang telah terkumpul. Metode dokumentasi dengan cara

mengumpulkan data yang ada di KPP Pratama Sidoarjo Utara yaitu, jumlah

Wajib Pajak UMKM.

G. Metode Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan statistik. Terdapat dua jenis statistik yang digunakan dalam

menganalisis data penelitian ini yaitu, statistik deskriptif dan statistik inferensial.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

generalisasi (Sugiyono, 2016:147). Menggunakan statistik bertujuan untuk

mengetahui karakteristik setiap variabel dalam sampel.

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana

sampel itu diambil (Sugiyono, 2016:148). Menggunakan statistik inferensial untuk

mengetahui hubungan kausal antara variabel independen dengan variabel

dependen. Tahap awal yang dilakukan adalah dengan melakukan pengujian

Page 79: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

64

validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kelayakan alat ukur, kemudian

melakukan pengujian asumsi klasik serta pengujian analisis regresi linear berganda,

dan tahap berikutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis.

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2015:348). Uji validitas

mengukur ketepatan antara data dari kuesioner yang digunakan sebagai alat

pengumpul data dengan data yang sesungguhnya terjadi. Hal ini memberikan

arti apakah alat kuesioner yang digunakan sudah mampu mengukur dan

mengungkapkan keseluruhan data. Ghozali (2013:53) menyatakan bahwa untuk

menguji validitas bisa dilakukan dengan analisis setiap butir pertanyaan yaitu

membandingkan rhitung dengan rtabel product moment pearson dengan melihat df

yaitu jumlah sampel (n) dikurangi dua dengan tingkat signifikansi dalam

penelitian ini sebesar 5%. Nilai rhitung dapat dilihat pada tampilan output

Cronbach Alpha pada kolom Correlated Item – Total Correlation. Jika rtabel <

rhitung maka instrumen penelitian dapat dikatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Suatu data dinyatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten (stabil) dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013:47).

Hal itu menujukkan bahwa reliabel yang dimaksud adalah konsistensi dari data

sehingga dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan formula Alpha Cronbach karena instrumen yang digunakan

Page 80: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

65

merupakan rentangan beberapa nilai yaitu dalam skor bertingkat dengan

menggunakan Skala Linkert. Jika instrumen yang digunakan dinilai dalam skor

bertingkat maka dapat menggunakan rumus alpha, dimana batas terendah yang

digunakan dalam menyatakan bahwa butir pertanyaan yang digunakan reliabel

adalah sebesar 0,6. Apabilia nilai Cronbach Alpha > 0.60 maka suatu konstruk

atau variabel dikatakan reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear dapat disebut sebagai model yang baik jika dapat

memenuhi asumsi klasik. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas. Penelitian ini tidak melibatkan uji autokorelasi karena uji

autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu), namun

penelitian ini menggunakan data cross section dengan instrumen kuesioner.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data menurut Gunawan (2013:70) bertujuan untuk

mengetahui bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. Data yang baik dan layak digunakan untuk Uji t atau F adalah nilai

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal yaitu

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati

distribusi normal. Pengujian normalitas ini dapat dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Konsep dasar dari uji normalitas

Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data dengan

distribusi normal baku. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka

Page 81: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

66

data tersebut termasuk berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai

signifikansi kurang dari 0.05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas menurut Gunawan (2013:96) dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel

bebas. Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada

aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak digunakan

untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap

variabel terikat. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari patokan nilai VIF

(variance inflation faktor) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF lebih kecil dari

10 dan nilai tolerance diatas 0,1 atau 10%, maka dikatakan tidak terdapat

masalah multikolinearitas dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan agar dapat mengetahui apakah terjadi

penyimpangan heteroskedastisitas yang terjadi akibat ketidaksamaan varian

dari residual untuk segala jenis pengamatan pada model regresi. Menurut

Ghozali (2013:134) jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskesdatisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. Uji

Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode uji Gletser, yaitu dengan

cara meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen,

sehingga dapat diketahui ada tidaknya derajat kepercayaan 5%. Jika nilai

Page 82: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

67

signifikansi variabel independen > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Sebaliknya, jika nilai signifikansi variabel independen < 0,05 maka terjadi

heterokedastisitas.

4. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis assosiatif/hubungan bila

datanya berbentuk interval atau rasio, dimana analisis regresi digunakan untuk

memprediksi perubahan variabel dependen apabila variabel independen

dinaikan atau diturunkan (Sugiyono, 2011:153). Analisis ini digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu, keadilan pajak (X1),

kesederhanaan administrasi perpajakan (X2), dan kemudahan administrasi

perpajakan (X3) terhadap variabel terikatnya yaitu kepatuhan Wajib Pajak

UMKM (Y). Menurut Sugiyono (2015:275) Persamaan regresi linear berganda

adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

a = Konstanta

b = Koefisien garis regresi

X1 = Keadilan pajak

X2 = Kesederhanaan administrasi pajak

X3 = Kemudahan administrasi pajak

e = error / variabel pengganggu

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Page 83: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

68

H. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan adanya

keterkaitan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.

Pengujian hipotesis dilakukan sebagai upaya dalam menguji korelasi dari variabel

yang akan diteliti, dalam hal ini keterkaitan antara korelasi pengaruh persepsi

penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan Wajib

Pajak UMKM. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengujian hipotesis

yaitu:

1. Uji F

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2013:63). Dasar pengambilan keputusan dalam uji F menggunakan

kriteria sebagai berikut:

1) Apabila Fhitung < Ftabel pada α 0.05 dan nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka

H0 diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti secara simultan tidak ada pengaruh

yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Apabila Fhitung > Ftabel pada α 0.05 dan nilai signifikansi kurang dari 0,05,

maka H0 ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti secara simultan terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen.

2. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-

masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang

Page 84: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

69

diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2013:63). Terdapat beberapa kriteria

yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu:

1) Apabila thitung < ttabel dan nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha

ditolak. Berarti menyatakan bahwa variabel independen tidak mempunyai

pengaruh secara individual terhadap variabel dependen.

2) Apabila thitung > ttabel dan nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Berarti menyatakan bahwa variabel independen mempunyai

pengaruh secara individual terhadap variabel dependen.

3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk

mengetahui persentase pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap

variabel terikatnya. Koefisien ini menunjukan besaran persentase variasi

variabel independen yang digunakan dalam model yang mampu menjelaskan

variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

sampai dengan satu. Apabila nilai koefisien determinasi (R2) sama dengan 0

(nol) artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen. Apabila nilai koefisien determinasi (R2) mendekati 0 (nol) artinya

lemahnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila

nilai koefisien determinasi (R2) mendekati 1 artinya kuatnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

Page 85: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

70

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Instansi

1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara mulai beroperasi pada

tanggal 27 November 2007 berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pajak

Nomor KEP-158/PJ/2007 tanggal 5 November tentang Penerapan Organisasi,

Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan

Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan

Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I, Kantor Wilayah DJP Jawa Timur II, Kantor

Wilayah DJP Jawa Timur III dan Kantor Wilayah DJP Bali. Sebelumnya Kantor

ini bernama Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo Timur. Gedung Kantor KPP

Pratama Sidoarjo Utara diresmikan oleh Menteri Keuangan saat itu Ibu Sri

Mulyani pada tanggal 4 Desember 2007.

Pembetukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara dilakukan

sebagai bagian dari upaya Direktorat Jenderal Pajak dalam melakukan

perubahan besar-besaran (modernisasi) menuju ke pemerintahan yang baik

(good governance). Modernisasi DJP ditandai dengan pengembangan Sistem

Informasi (SI) perpajakan, adanya peralihan direktorat-direktorat berdasarkan

jenis pajak, sekarang beralih ke struktur berdasarkan fungsi dan melakukan

praktek-praktek good governance dengan cara:

1) Menerapkan manajemen kasus dan sistem alur kerja sebagai sistem

pengawasan melekat atas tugas-tugas pelayanan dan pengawasan

Page 86: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

71

2) Menerapkan kode etik pegawai DJP yang menjadi standar perilaku pegawai

yang secara jelas mengatur kewajiban dan larangan bagi para pegawai,

berikut sanksi atas pelanggaran kode etik tersebut.

3) Melakukan konsolidasi berupa penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,

pembinaan sikap mental dan perilaku secara berkesinambungan, pemberian

reward dan punishment kepada para pegawai.

4) Mengembangkan dan menerapkan budaya “Zero Telorance of Corruption”.

2. Lokasi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara beralamatkan di Jalan

Pahlawan No. 55 Sidoarjo, dengan Nomor telepon 031-8941714. Wilayah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara terdiri atas 4 kecamatan yaitu,

Kecamatan Waru, Kecamatan Sendati, Kecamatan Gedangan, dan Kecamatan

Buduran.

3. Visi

Menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang excelent dalam kinerja penerimaan

dan pelayanan.

4. Misi

Menghimpun penerimaan pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan

melalui administrasi perpajakan yang efektif, efisien, dan berlandaskan nilai-

nilai Kementrian Keuangan.

Page 87: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

72

5. Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Sidoarjo Utara

Sumber: Data Primer, 2017

Tugas dan wewenang dari masing-masing jabatan dalam struktur organisasi

di Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo Utara adalah sebagai berikut:

a. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

1) Melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah

tangga.

2) Melakukan pengelolahan kinerja pegawai.

3) Melakukan pemantauan pengendalian intern, pemantauan

pengelolahan risiko, dan pemantauan kepatuhan terhadap kode etik

dan disiplin.

4) Melakukan tindak lanjut hasil pengawasan.

5) Melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

KPDJP

Kanwil DJP

JATIM II

Seksi

Pengawasan

dan

KPP

Pratama

Sidoarjo

Seksi

Pengolahan

Data dan

Seksi

Pengawasan

dan

Seksi

Pelayan

an

Seksi

Penagi

han

Pegawai

Fungsion

al

Seksi

Pengawasan

Seksi

Pengawasa

nn dan

Seksi

Ekstensifika

si dan

Seksi

Pemeri

ksaan

Subbagian

Umum dan

Kepatuhan

Page 88: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

73

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

1) Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data.

2) Melakukan pengamatan potensi perpajakan.

3) Melakukan penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen

perpajakan, dan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

4) Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan

dukungan teknis komputer, dan pemantauan aplikasi e-SPT dan e-

Filing.

5) Melakukan pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG.

6) Melakukan pengelolahan kinerja organisasi.

c. Seksi Pelayanan

1) Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

2) Melakukan pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

3) Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan,

penerimaan surat lainnya.

4) Melakukan pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak.

d. Seksi Penagihan

1) Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan, dan

angsuran tunggakan pajak.

2) Penagih aktif.

3) Melakukan usulan penghapusan piutang pajak.

4) Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

Page 89: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

74

e. Seksi Pemeriksaan

1) Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.

2) Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

3) Melakukan penerbitan, penyalur Surat Perintah Pemeriksaan Pajak,

dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

4) Melakukan Pelaksanaan pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak

yang ditunjuk kepala kantor.

f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

1) Melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek, dan

subjek pajak.

2) Melakukan pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek

pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

3) Melakukan bimbingan dan pengawasan Wajib Pajak baru.

4) Melakukan penyuluhan perpajakan.

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

1) Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak.

2) Melakukan usulan pembetulan ketetapan pajak.

3) Melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada

Wajib Pajak.

4) Melakukan usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV

1) Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib

Pajak.

Page 90: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

75

2) Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak.

3) Melakukan analisis kinerja Wajib Pajak.

4) Melakukan Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan

intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

B. Gambaran Umum Responden

Responden penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang

terdaftar di KPP Pratama Sidoarjo Utara dan memiliki peredaran bruto kurang dari

Rp 4,8 Miliar pertahun sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No.

46 Tahun 2013 dimana batasan Rp 4,8 Miliar adalah kategori kelompok UMKM.

Gambaran responden ditentukan berdasarkan subjek pajak dan jumlah omzet.

1. Gambaran Responden Berdasarkan Subjek Pajak

Gambaran responden berdasarkan subjek pajak dibagi menjadi dua yaitu

Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan. Ketentuan tersebut sesuai dalam

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 pasal 2 ayat 2 bahwa Wajib Pajak yang

dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan tidak termasuk bentuk usaha

tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha dengan peredaran

bruto tidak lebih dari Rp 4,8 Miliar dalam satu tahun pajak.

Berdasarkan kuesioner yang terkumpul, komposisi gambaran umum

responden berdasarkan subjek pajak dalam penelitian ini terdiri atas 52 Wajib

Pajak Orang Pribadi (WPOP) dan 46 Wajib Pajak Badan (WP Badan). Penyajian

data responden berdasarkan subjek pajak adalah sebagai berikut ini:

Page 91: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

76

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Subjek Pajak

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

2. Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Omzet

Gambaran responden dalam kuesioner diklasifikasikan menurut kelompok

usaha sesuai peredaran bruto (omzet) selama setahun berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang

UMKM yaitu, apabila jumlah omzet maksimal Rp 300 Juta, maka tergolong

kelompok usaha mikro. Apabila jumlah omzet diatas Rp 300 Juta – Rp 2,5

Miliar, maka tergolong kelompok usaha kecil dan apabila jumlah omzet diatas

Rp 2,5 Miliar – Rp 4,8 Miliar, maka tergolong kelompok usaha menengah.

Berdasarkan kuesioner yang terkumpul, komposisi gambaran responden

berdasarkan jumlah omzet terdiri atas 51 usaha mikro, 36 usaha kecil, dan 11

usaha menengah. Penyajian data responden berdasarkan jumlah omzet sebagai

berikut ini:

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Omzet

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Wajib Pajak Jumlah Prosentase

WP OP 56 57,1

WP Badan 42 42,9

Total 98 100,0

Omzet setahun terakhir Jenis Kelompok

Usaha

Jumlah Prosentase

Maks Rp 300 Juta Usaha Mikro 51 52,0

> Rp 300 Juta – Rp 2,5 M Usaha kecil 36 36,8

> Rp 2,5 M – Rp 4,8 M Usaha menengah 11 11,2

Total 98 100,0

Page 92: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

77

C. Analisis Statistik Deskriptif

1. Deskripsi Tanggapan Responden

Deskripsi tanggapan responden merupakan penjelasan atas keseluruhan

jawaban responden dari masing-masing pernyataan dalam kuesioner. Deskripsi

tanggapan responden dinilai berdasarkan skor rata-rata jawaban pernyataan

kuesioner dalam kategori yang telah ditetapkan. Kategori ditetapkan dengan

melihat skor tertinggi, skor terendah dan banyak kategori yang diharapkan.

Tabel 4.3 Interpretasi Mean Jawaban Responden

Sumber: Supranto, 2000:64

2. Deskripsi Variabel Persepsi Keadilan Pajak (X1)

Variabel persepsi keadilan pajak diukur menggunakan lima indikator

menurut dimensi keadilan pajak dalam Azmi dan Perumal (2008), Pris (2010),

dan Sari (2015) yaitu antara lain, keadilan umum, struktur tarif pajak, timbal

balik pemerintah, kepentingan pribadi, dan ketentuan-ketentuan khusus. Item

X1.1 dan X1.2 mewakili indikator keadilan umum, item X1.3 mewakili indikator

struktur tarif pajak, item X1.4 mewakili indikator timbal balik pemerintah, item

X1.5, X1.6, X1.7 mewakili indikator kepentingan pribadi, dan item X1.8 mewakili

indikator ketentuan-ketentuan khusus. Hasil tanggapan responden variabel

persepsi keadilan pajak dijabarkan dalam tabel 4.4 sebagai berikut:

No. Interval Mean Pernyataan

1. 1 – 1,8 Sangat Tidak Setuju (STS)

2. 1,81 – 2,6 Tidak Setuju (TS)

3. 2,61 – 3,4 Cukup Setuju (CS)

4. 3,41 – 4,2 Setuju (S)

5. 4,21 – 5 Sangat Setuju (SS)

Page 93: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

78

Tabel 4.4 Distribusi Tanggapan Responden atas Variabel Persepsi

Keadilan Pajak (X1)

Item

Alternatif Jawaban

Mean

SS (5) S (4) R (3) TS (2) STS (1)

F % F % F % f % F %

X1.1 0 0 23 23,5 66 67,3 9 9,2 0 0 3,14

X1.2 0 0 12 12,2 79 80,6 7 7,1 0 0 3,05

X1.3 0 0 35 35,7 24 24,5 31 31,6 8 8,2 2,88

X1.4 0 0 17 17,3 19 19,4 37 37,8 25 25,5 2,29

X1.5 0 0 48 49 45 45,9 3 3,1 2 2 3,42

X1.6 1 1 62 63,3 21 21,4 11 11,2 3 3,1 3,48

X1.7 0 0 14 14,3 36 36,7 37 37,8 11 11,2 2,54

X1.8 8 8,2 71 72,4 15 15,3 1 1,0 3 3,1 3,82

Grand Mean 3,08

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Hasil dari item X1.1 menunjukan 23 Wajib Pajak (23,5%) menjawab setuju,

66 Wajib Pajak (67,3%) menjawab ragu-ragu, dan 9 Wajib Pajak (9,2%)

menjawab tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,14 yang masuk

dalam kategori cukup setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama

Sidoarjo Utara menganggap cukup setuju bahwa semua Wajib Pajak yang

dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 telah mendapatkan sosialisasi tentang Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013.

Hasil dari item X1.2 menunjukan 12 Wajib Pajak (12,2%) menjawab setuju,

79 Wajib Pajak (80,6%) menjawab ragu-ragu, dan 7 Wajib Pajak (7,1%)

menjawab tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,05 yang masuk

dalam kategori cukup setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama

Sidoarjo Utara menganggap cukup setuju bahwa keseluruhan sistem dalam

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah adil untuk semua Wajib Pajak

yang memiliki omzet kurang dari Rp 4,8 Miliar.

Page 94: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

79

Hasil dari item X1.3 menunjukan 35 Wajib Pajak (35,7%) menjawab setuju,

24 Wajib Pajak (24,5%) menjawab ragu-ragu, 31 Wajib Pajak (31,6%)

menjawab tidak setuju, dan 8 Wajib Pajak (8,2%) menjawab sangat tidak setuju.

Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 2,88 yang masuk dalam kategori cukup

setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara

menganggap cukup setuju bahwa penggunaan tarif tunggal 1% sebagai dasar

perhitungan Pajak Penghasilan berdasarkan PP No 46 Tahun 2013 sudah adil

dibandingkan dengan tarif progresif Pajak Penghasilan Pasal 17 untuk orang

pribadi dan tarif Pajak Penghasilan Pasal 31E untuk badan.

Hasil dari item X1.4 menunjukan 17 Wajib Pajak (17,3%) menjawab setuju,

19 Wajib Pajak (19,4%) menjawab ragu-ragu, 37 Wajib Pajak (37,8%),

menjawab tidak setuju, dan 25 Wajib Pajak (25,5%) menjawab sangat tidak

setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 2,29 yang masuk dalam kategori tidak

setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara

menganggap tidak setuju bahwa pengunaan dana untuk pembangunan yang

didapatkan dari pajak telah dijalankan secara adil.

Hasil dari item X1.5 menunjukan 48 Wajib Pajak (49%) menjawab setuju,

45 Wajib Pajak (45,9%) menjawab ragu-ragu, 3 Wajib Pajak (3,1%) menjawab

tidak setuju, dan 2 Wajib Pajak (2%) menjawab sangat tidak setuju. Tingkat rata-

rata (mean) diperoleh 3,42 yang masuk dalam kategori setuju. Ini berarti Wajib

Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap setuju bahwa

penetapan Pajak Penghasilan berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 yang bersifat

Page 95: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

80

Final sudah adil dibandingkan dengan Pajak Penghasilan yang bersifat tidak

final untuk wajib pajak lainya.

Hasil dari item X1.6 menunjukan 1 Wajib Pajak (1%) menjawab sangat

setuju, 62 Wajib Pajak (63,3%) menjawab setuju, 21 Wajib Pajak (21,4%)

menjawab ragu-ragu, 11 Wajib Pajak (11,2%) menjawab tidak setuju, dan 3

Wajib Pajak (3,1%) menjawab sangat tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean)

diperoleh 3,48 yang masuk dalam kategori setuju. Ini berarti Wajib Pajak

UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap setuju bahwa penetapan

peredaran bruto sebagai dasar perhitungan Pajak Penghasilan berdasarkan PP

No. 46 Tahun 2013 sudah adil dibandingkan dengan penghasilan neto sebagai

dasar pengenaan Pajak Penghasilan lainnya.

Hasil dari item X1.7 menunjukan 14 Wajib Pajak (14,3%) menjawab setuju,

36 Wajib Pajak (36,7%) menjawab ragu-ragu, 37 Wajib Pajak (37,8%)

menjawab tidak setuju, dan 11 Wajib Pajak (11,2%) menjawab sangat tidak

setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 2,54 yang masuk dalam kategori tidak

setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara

menganggap tidak setuju bahwa besar Pajak Penghasilan berdasarkan PP No. 46

Tahun 2013 sudah adil dibandingkan dengan besar Pajak Penghasilan menurut

aturan perpajakan lainnya.

Hasil dari item X1.8 menunjukan 8 Wajib Pajak (8,2%) menjawab sangat

setuju, 71 Wajib Pajak (72,4%) menjawab setuju, 15 Wajib Pajak (15,3%)

menjawab ragu-ragu, 1 Wajib Pajak (1%) menjawab tidak setuju, dan 3 Wajib

Pajak (3,1%) menjawab sangat tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh

Page 96: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

81

3,82 yang masuk dalam kategori setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP

Pratama Sidoarjo Utara menganggap setuju bahwa ketentuan batas peredaran

bruto Rp 4,8 miliar selama setahun sebagai dasar dikenakanya Pajak Penghasilan

berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 sudah adil.

Berdasarkan tabel 4.4 hasil secara keseluruhan mengenai variabel persepsi

keadilan pajak memiliki rata-rata jawaban responden (Grand Mean) sebesar 3,08

yang masuk dalam kategori cukup setuju. Ini menunjukan bahwa Wajib Pajak

UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap bahwa Pajak Penghasilan

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah cukup adil.

3. Deskripsi Variabel Persepsi Kesederhanaan Administrasi Perpajakan

(X2)

Variabel persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan diukur dengan

menggunakan tiga indikator yaitu kesederhanaan perhitungan, kesederhanaan

penyetoran, dan kesederhanaan pelaporan sesuai Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013. Indikator-indikator penelitian tersebut dijabarkan dalam bentuk

tiga pernyataan. Item X2.1 mewakili indikator perhitungan, item X2.2 mewakili

indikator penyetoran, dan item X2.3 mewakili indikator pelaporan. Distribusi

tanggapan responden atas variabel persepsi kesederhanaan perpajakan

dijelaskan dalam tabel 4.5 sebagai berikut:

Page 97: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

82

Tabel 4.5 Distribusi Tanggapan Responden atas Variabel Persepsi

Kesederhanaan Administrasi Perpajakan

Item

Alternatif Jawaban

Mean

SS (5) S (4) R (3) TS (2) STS (1)

F % F % F % f % F %

X2.1 4 4,1 62 63,3 14 14,3 18 18,4 0 0 3,53

X2.2 0 0 51 52 27 27,6 20 20,4 0 0 3,32

X2.3 4 4,1 56 57,1 21 21,4 17 17,3 0 0 3,48

Grand Mean 3,44

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Hasil dari item X2.1 menunjukan 4 Wajib Pajak (4,1%) menjawab sangat

setuju, 62 Wajib Pajak (63,3%) menjawab setuju, 14 Wajib Pajak (14,3%)

menjawab ragu-ragu, dan 18 Wajib Pajak (18,4%) menjawab tidak setuju.

Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,53 yang masuk dalam kategori setuju. Ini

berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap setuju

bahwa penghitungan Pajak Penghasilan final sebesar 1% dari omzet berdasarkan

PP No. 46 Tahun 2013 sudah sederhana.

Hasil dari item X2.2 menunjukan 51 Wajib Pajak (52%) menjawab setuju,

27 Wajib Pajak (27,6%) menjawab ragu-ragu, dan 20 Wajib Pajak (20,4%)

menjawab tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,32 yang masuk

dalam kategori cukup setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama

Sidoarjo Utara menganggap cukup setuju bahwa penyetoran Pajak Penghasilan

final sebesar 1% dari omzet berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 sudah

sederhana.

Hasil dari X2.3 menunjukan 4 Wajib Pajak (4,1%) menjawab sangat setuju,

56 Wajib Pajak (57,1%) menjawab setuju, 21 Wajib Pajak (21,4%) menjawab

ragu-ragu, dan 17 Wajib Pajak (17,3%) menjawab tidak setuju. Tingkat rata-rata

(mean) diperoleh 3,48 yang masuk dalam kategori setuju. Ini berarti Wajib Pajak

Page 98: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

83

UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap setuju bahwa pelaporan

Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan final sebesar 1% dari omzet

berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 sudah sederhana.

Berdasarkan tabel 4.5 hasil secara keseluruhan mengenai variabel persepsi

kesederhanaan administrasi perpajakan memiliki rata-rata jawaban responden

(Grand Mean) sebesar 3,44 yang masuk dalam kategori setuju. Ini menunjukan

bahwa Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap bahwa

administrasi Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 adalah sederhana.

4. Deskripsi Variabel Persepsi Kemudahan Administrasi Perpajakan

(X3)

Variabel persepsi kemudahan administrasi perpajakan diukur dengan

menggunakan tiga indikator yaitu kemudahan perhitungan, kemudahan

penyetoran, dan kemudahan pelaporan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.

46 Tahun 2013. Indikator-indikator penelitian tersebut dijabarkan dalam bentuk

tiga pernyataan. Item X3.1 mewakili indikator perhitungan, item X3.2 mewakili

indikator penyetoran, dan item X3.3 mewakili indikator pelaporan. Distribusi

tanggapan responden atas variabel persepsi kemudahan perpajakan dijelaskan

dalam tabel 4.6 sebagai berikut:

Page 99: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

84

Tabel 4.6 Distribusi Tanggapan Responden atas Variabel Persepsi

Kemudahan Administrasi Perpajakan

Item

Alternatif Jawaban

Mean

SS (5) S (4) R (3) TS (2) STS (1)

F % F % f % F % F %

X3.1 4 4,1 63 64,3 23 23,5 8 8,2 0 0 3,64

X3.2 0 0 49 50 28 28,6 21 21,4 0 0 3,29

X3.3 6 6,1 53 54,1 27 27,6 12 12,2 0 0 3,54

Grand Mean 3,48

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Hasil dari item X3.1 menunjukan 4 Wajib Pajak (4,1%) menjawab sangat

setuju, 63 Wajib Pajak (64,3%) menjawab setuju, 23 Wajib Pajak (23,5%)

menjawab ragu-ragu, dan 8 Wajib Pajak (8,2%) menjawab tidak setuju. Tingkat

rata-rata (mean) diperoleh 3,64 yang masuk dalam kategori setuju. Ini berarti

Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap setuju bahwa

penghitungan Pajak Penghasilan final sebesar 1% dari omzet berdasarkan PP

No. 46 Tahun 2013 sudah mudah.

Hasil dari item X3.2 menunjukan 49 Wajib Pajak (50%) menjawab setuju,

28 Wajib Pajak (28,6%) menjawab ragu-ragu, dan 21 Wajib Pajak (21,4%)

menjawab tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,29 yang masuk

dalam kategori cukup setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama

Sidoarjo Utara menganggap cukup setuju bahwa penyetoran Pajak Penghasilan

final sebesar 1% dari omzet berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 sudah mudah.

Hasil dari item X3.3 menunjukan 6 Wajib Pajak (6,1%) menjawab sangat

setuju, 53 Wajib Pajak (54,1%) menjawab setuju, 27 Wajib Pajak (27,6%)

menjawab ragu-ragu, dan 12 Wajib Pajak (12,2%) menjawab tidak setuju.

Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,54 yang masuk dalam kategori setuju. Ini

berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap setuju

Page 100: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

85

bahwa pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan final sebesar

1% dari omzet berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 sudah mudah.

Berdasarkan tabel 4.6 hasil secara keseluruhan mengenai variabel persepsi

kemudahan administrasi perpajakan memiliki rata-rata jawaban responden

(Grand Mean) sebesar 3,48 yang masuk dalam kategori setuju. Ini menunjukan

bahwa Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara menganggap bahwa

administrasi Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 adalah mudah.

5. Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Variabel kepatuhan Wajib Pajak UMKM diukur dengan menggunakan 2

indikator yaitu, kepatuhan formal dan kepatuhan material. Indikator-indikator

penelitian tersebut akan dijabarkan menjadi lima pernyataan. Item Y1 dan item

Y2 mewakili indikator kepatuhan formal. Item Y3, item Y4, dan item Y5 mewakili

indikator kepatuhan material. Distribusi tanggapan responden atas variabel

kepatuhan Wajib Pajak dijelaskan dalam tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Tanggapan Responden atas Variabel Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM

Item

Alternatif Jawaban

Mean

SS (5) S (4) R (3) TS (2) STS (1)

f % F % f % F % F %

Y1 0 0 37 37,8 50 51 11 11,2 0 0 3,27

Y2 0 0 31 31,6 35 35,7 32 32,7 0 0 2,99

Y3 0 0 28 28,6 54 55,1 16 16,3 0 0 3,12

Y4 6 6,1 40 40,8 32 32,7 20 20,4 0 0 3,33

Y5 0 0 24 24,5 36 36,7 35 35,7 3 3,1 2,83

Grand Mean 3,108

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Hasil dari item Y1 menunjukan 37 Wajib Pajak (37,8%) menjawab setuju,

50 Wajib Pajak (51%) menjawab ragu-ragu, dan 11 Wajib Pajak (11,2%)

Page 101: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

86

menjawab tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,27 yang masuk

dalam kategori cukup setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama

Sidoarjo Utara menganggap cukup setuju bahwa Wajib Pajak harus melaporkan

SPT tepat waktu sesuai aturan yaitu, paling lambat untuk Orang Pribadi 31 Maret

dan paling lambat untuk Badan 30 April tahun pajak berikutnya.

Hasil dari item Y2 menunjukan 31 Wajib Pajak (31,6%) menjawab setuju,

35 Wajib Pajak (35,7%) menjawab ragu-ragu, dan 32 Wajib Pajak (32,7%)

menjawab tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 2,99 yang masuk

dalam kategori cukup setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama

Sidoarjo Utara menganggap cukup setuju bahwa Wajib Pajak harus membayar

pajak secara tepat waktu.

Hasil dari item Y3 menunjukan 28 Wajib Pajak (28,6%) menjawab setuju,

54 Wajib Pajak (55,1%) menjawab ragu-ragu, dan 16 Wajib Pajak (16,3%)

menjawab tidak setuju. Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,12 yang masuk

dalam kategori cukup setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama

Sidoarjo Utara menganggap cukup setuju bahwa Wajib Pajak harus mengisi SPT

secara benar.

Hasil dari item Y4 menunjukan 6 Wajib Pajak (6,1%) menjawab sangat

setuju, 40 Wajib Pajak (40,8%) menjawab setuju, 32 Wajib Pajak (32,7%)

menjawab ragu-ragu, dan 20 Wajib Pajak (20,4%) menjawab tidak setuju.

Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 3,33 yang masuk dalam kategori cukup

setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara

Page 102: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

87

menganggap cukup setuju bahwa Wajib Pajak harus membayar pajak sesuai

pajak yang terutang.

Hasil dari item Y5 menunjukan 24 Wajib Pajak (24,5%) menjawab setuju,

36 Wajib Pajak (36,7%) menjawab ragu-ragu, 35 Wajib Pajak (35,7%)

menjawab tidak setuju, dan 3 Wajib Pajak (3,1%) menjawab sangat tidak setuju.

Tingkat rata-rata (mean) diperoleh 2,83 yang masuk dalam kategori cukup

setuju. Ini berarti Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara

menganggap cukup setuju bahwa sebaiknya Wajib Pajak tidak mempunyai

tunggakan pajak.

Berdasarkan tabel 4.7 hasil secara keseluruhan mengenai variabel

kepatuhan Wajib Pajak UMKM memiliki rata-rata jawaban responden (Grand

Mean) sebesar 3,108 yang masuk dalam kategori cukup setuju. Ini menunjukan

bahwa Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara cukup patuh dalam

memenuhi kewajiban perpajakan.

D. Analisis Statistik Inferensial

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2015:348). Pengujian

validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis setiap butir pertanyaan

yaitu membandingkan rhitung dengan rtabel product moment person dengan df = n-

2 = 98-2 = 96 dan signifikasi 5% sehingga diketahui rtabel sebesar 0,1986

Page 103: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

88

Sedangkan rhitung dapat dilihat pada Correlated Item – Total Correlation. Jika

rtabel < rhitung maka instrumen penelitian dapat dikatakan valid.

Pengujian validitas dilakukan terhadap semua variabel penelitian yaitu

persepsi keadilan perpajakan, persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan,

persepsi kemudahan administrasi perpajakan, dan kepatuhan Wajib Pajak. Hasil

pengujian validitas masing-masing pernyataan untuk menilai variabel persepsi

keadilan pajak dapat dilihat dalam tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Keadilan Pajak

Item r hitung Keterangan

X1.1 0,343 Valid

X1.2 0,517 Valid

X1.3 0,588 Valid

X1.4 0,511 Valid

X1.5 0,693 Valid

X1.6 0,483 Valid

X1.7 0,806 Valid

X1.8 0,544 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa seluruh item pernyataan variabel

persepsi keadilan pajak adalah valid karena nilai rhitung yang dilihat dari

Correlated Item – Total Correlation diatas 0,1986. Hal ini berarti seluruh item

pernyataan dapat digunakan untuk mengukur dan mengungkap seluruh data

untuk menilai persepsi keadilan pajak.

Selanjutnya hasil pengujian validitas masing-masing pernyataan untuk

menilai variabel persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan dapat dilihat

dalam tabel 4.9 sebagai berikut:

Page 104: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

89

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kesederhanaan

Administrasi Perpajakan

Item r hitung Keterangan

X2.1 0,759 Valid

X2.2 0,762 Valid

X2.3 0,863 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa seluruh item pernyataan variabel

persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan adalah valid karena nilai rhitung

yang dilihat dari Correlated Item – Total Correlation diatas 0,1986. Hal ini

berarti seluruh item pernyataan dapat digunakan untuk mengukur dan

mengungkap seluruh data untuk menilai variabel kesederhanaan administrasi

perpajakan.

Selanjutnya hasil pengujian validitas masing-masing pernyataan untuk

menilai variabel persepsi kemudahan administrasi perpajakan dapat dilihat

dalam tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kemudahan Administrasi

perpajakan

Item r hitung Keterangan

X3.1 0,847 Valid

X3.2 0,670 Valid

X3.3 0,794 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa seluruh item pernyataan variabel

persepsi kemudahan administrasi perpajakan adalah valid karena nilai rhitung yang

dilihat dari Correlated Item – Total Correlation diatas 0,1986. Hal ini berarti

seluruh item pernyataan dapat digunakan untuk mengukur dan mengungkap

seluruh data untuk menilai variabel kemudahan administrasi perpajakan.

Page 105: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

90

Sedangkan hasil pengujian validitas masing-masing pernyataan untuk

menilai variabel kepatuhan Wajib Pajak UMKM dapat dilihat dalam tabel 4.11

sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Item r hitung Keterangan

Y1 0,689 Valid

Y2 0,700 Valid

Y3 0,836 Valid

Y4 0,740 Valid

Y5 0,799 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukan bahwa seluruh item pernyataan variabel

kepatuhan Wajib Pajak adalah valid karena nilai rhitung yang dilihat dari

Correlated Item – Total Correlation diatas 0,1986. Hal ini berarti seluruh item

pernyataan dapat digunakan untuk mengukur dan mengungkap seluruh data

untuk menilai variabel kepatuhan Wajib Pajak.

2. Uji Reliabilitas

Suatu data dinyatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten (stabil) dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013:47).

Hal itu menujukkan bahwa reliabel yang dimaksud adalah konsistensi dari data

sehingga dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan nilai Alpha Cronbanch, Jika instrumen yang digunakan dinilai

dalam skor bertingkat maka dapat menggunakan rumus alpha. Apabilia nilai

Cronbach Alpha > 0.60 maka suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel.

Hasil pengujian reliabilitas atas variabel-variabel dalam penelitian ini dapat

dilihat dalam tabel 4.12 sebagai berikut:

Page 106: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

91

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach

Alpha

Keterangan

Persepsi Keadilan Pajak (X1) 0,675 Reliabel

Persepsi kesederhanaan

Administrasi Perpajakan (X2)

0,708 Reliabel

Persepsi Kemudahan

Administrasi Perpajakan (X3)

0,646 Reliabel

Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

(Y)

0,802 Reliabel

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.12 keseluruhan variabel penelitian baik variabel bebas

yaitu persepsi keadilan perpajakan (X1), persepsi kesederhanaan perpajakan

(X2), dan persepsi kemudahan administrasi perpajakan (X3) maupun variabel

terikat yaitu kepatuhan Wajib Pajak (Y) menunjukan nilai Alpha diatas 0,6. Hal

tersebut berarti seluruh item pernyataan dalam kuesioner adalah reliabel (andal)

yaitu dapat digunakan untuk menjawab pernyataan secara konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data menurut Gunawan (2013:70) bertujuan untuk

mengetahui bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka data tersebut

termasuk berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi kurang

dari 0.05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Page 107: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

92

Tabel 4.13 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 98

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std.

Deviation 2,48507641

Most Extreme Differences Absolute ,106

Positive ,059

Negative -,106

Test Statistic 1,046

Asymp. Sig. (2-tailed) ,225

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar

0,225 lebih besar dari 0,05. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dari data

kuesioner yang terkumpul, variabel penganggu atau residual memiliki

distribusi normal.

b. Uji Multikolineritas

Uji Multikolinearitas menurut Gunawan (2013:96) dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel

bebas. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari patokan nilai VIF (variance

inflation faktor) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai

tolerance diatas 0,1 atau 10%, maka dikatakan tidak terdapat masalah

multikolinearitas dalam model regresi.

Page 108: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

93

Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukan bahwa masing-masing variabel

bebas meliputi persepsi keadilan pajak, persepsi kemudahan administrasi

perpajakan, dan persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan memiliki

nilai VIF (Varian Inflation Factor) dibawah 10 dan memiliki nilai tolerance

diatas 0,1. Jadi, antara variabel bebas menunjukan tidak terdapat

multikolinieritas atau tidak saling mengganggu satu sama lain.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan agar dapat mengetahui apakah terjadi

penyimpangan heteroskedastisitas yang terjadi akibat ketidaksamaan varian

dari residual untuk segala jenis pengamatan pada model regresi. Model

regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi

heteroskesdatisitas. Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini

menggunakan metode uji Glejser, yaitu dengan cara meregeresikan nilai

absolute residual terhadap variabel independen, sehingga dapat diketahui ada

tidaknya derajat kepercayaan 5%. Jika nilai signifikansi variabel independen

> 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya, jika nilai

signifikansi variabel independen < 0,05 maka terjadi heterokedastisitas.

Variabel Bebas Collinearity Statistic

Tolerance VIF

Persepsi Keadilan Pajak (X1) 0,912 1,096

Persepsi Kesederhanaan Administrasi

Pajak (X2)

0,912 1,096

Persepsi kemudahan Administrasi

Pajak (X3)

0,995 1,005

Page 109: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

94

Tabel 4.15 Hasil Uji Heterokedastisitas

Variabel Signfikansi Keputusan

Persepsi Keadilan Pajak 0,304 Homokedastisitas

Persepsi Kesederhanaan

Administrasi Pajak

0,613 Homokedastisitas

Persepsi Kemudahan

Administrasi Pajak

0,567 Homokedastisitas

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukan bahwa nilai signifikansi masing-

masing variabel bebas pada persamaan model regresi terhadap nilai absolut

residual lebih besar dari 0,05. Kesimpulannya adalah variance atau ragam

untuk variabel bebas tidak terjadi heteroskedastisitas (homogen), sehingga

dapat dilakukan pengujian selanjutnya.

4. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis assosiatif/hubungan bila

datanya berbentuk interval atau rasio, dimana analisis regresi digunakan untuk

memprediksi perubahan variabel dependen apabila variabel independen

dinaikan atau diturunkan (Sugiyono, 2011:153). Hasil analisis regresi adalah

koefisien untuk masing-masing variabel independen yang diperoleh dengan cara

memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Analisis regresi

linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh tiga variabel independen

yaitu persepsi keadilan pajak (X1), persepsi kesederhanaan administrasi pajak

(X2), dan persepsi kemudahan administrasi pajak (X3) terhadap variabel

dependen yaitu kepatuhan Wajib Pajak (Y). Berikut hasil analisis regresi linear

berganda dalam tabel 4.16.

Page 110: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

95

Tabel 4.16 Tabel Uji Linear Berganda

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan perhitungan tabel 4.16 maka diperoleh persamaan regresi

linear berganda sebagai berikut:

Y=2,233+0,147X1+0,422X2+0,509X3

Keterangan :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

X1 = Persepsi Keadilan Pajak

X2 = Persepsi Kesederhanaan Administrasi Perpajakan

X3 = Persepsi Kemudahan Administrasi Perpajakan

Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat dijelaskan bahwa:

1) Nilai konstanta sebesar 2,233. Artinya jika variabel kepatuhan Wajib

Pajak UMKM tidak dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas, maka nilai

kepatuhan Wajib Pajak akan bernilai 2,233.

2) Seluruh variabel bebas mempunyai arah koefisien yang bertanda positif

terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Hal tersebut menunjukan

bahwa terdapat hubungan searah antara, persepsi keadilan pajak,

persepsi kemudahan administrasi perpajakan, dan persepsi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.233 2.459 .908 .366

PKd .147 .077 .178 1.905 .060

PKs .422 .137 .287 3.078 .003

PKm .509 .147 .309 3.464 .001

Page 111: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

96

kesederhanaan administrasi perpajakan dengan kepatuhan Wajib Pajak

UMKM.

3) Koefisien persepsi keadilan pajak (X1) memberikan nilai 0,147.

Artinya, setiap peningkatan variabel persepsi keadilan pajak (X1)

sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan variabel kepatuhan

Wajib Pajak UMKM (Y) sebesar 0,147.

4) Koefisien persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan (X2)

memberikan nilai 0,422. Artinya, setiap peningkatan variabel persepsi

kesederhanaan administrasi perpajakan (X2) sebesar satu satuan akan

menyebabkan peningkatan variabel kepatuhan Wajib Pajak UMKM

(Y) sebesar 0,422.

5) Koefisien persepsi kemudahan administrasi perpajakan (X3)

memberikan nilai 0,509. Artinya, setiap peningkatan variabel persepsi

kemudahan administrasi perpajakan (X3) sebesar satu satuan akan

menyebabkan peningkatan variabel kepatuhan Wajib Pajak UMKM

(Y) sebesar 0,509.

6) Persepsi kemudahan administrasi perpajakan memiliki pengaruh paling

besar yakni 0,509 dengan demikian variabel persepsi kemudahan

administrasi perpajakan adalah variabel yang lebih dominan dalam

mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.

Page 112: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

97

E. Pengujian Hipotesis

1. Uji F

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel terikat maka diuji dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungan regresi

secara simultan diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.17 Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan statistik menunjukan nilai F

hitung sebesar 10,742 dengan F tabel sebesar 2,70. Sedangkan nilai signifikansi

yang diperoleh sebesar 0,000 yaitu kurang dari batas signifikasi sebesar 0,05. Ini

berarti persepsi keadilan pajak, persepsi kemudahan administrasi perpajakan,

dan persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

2. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh ketiga variabel bebas yaitu persepsi

keadilan pajak (X1), persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan (X2), dan

persepsi kemudahan perpajakan (X3) terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM

(Y) secara parsial. Apabila thitung < ttabel atau nilai probabilitas > 0,05 maka H0

diterima dan Ha ditolak. Sedangkan apabila thitung > ttabel atau nilai probabilitas <

0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Penjabaran hasil uji t dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Model

Sum of

Squares

Df

Mean

Square

F

Sig

1 Regression

Residual

Total

205,375

599,034

804,408

3

94

97

68,458

6,373

10,742 ,000

Page 113: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

98

a. Uji Hipotesis 1

Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengujian persepsi keadilan pajak

menunjukan t hitung sebesar 1,905 yang lebih kecil dari t tabel sebesar 1,985.

Sedangkan taraf signifikansi sebesar 0,060 lebih besar dari 0,05. Ini berarti

bahwa hipotesis 1 dalam penelitian ini menolak Ha dan menerima H0. Ini

berarti persepsi keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

Pajak UMKM.

b. Uji Hipotesis 2

Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengujian persepsi kesederhanaan

administrasi perpajakan menunjukan t hitung sebesar 3,078 yang lebih besar

dari t tabel sebesar 1,985. Sedangkan taraf signifikansi sebesar 0,003 lebih

kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa hipotesis 2 dalam penelitian ini menolak H0

dan menerima Ha. Ini berarti persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

c. Uji hipotesis 3

Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengujian persepsi kemudahan administrasi

perpajakan menunjukan t hitung sebesar 3,464 yang lebih besar dari t tabel

sebesar 1,985. Sedangkan taraf signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari

0,05. Ini berarti bahwa hipotesis 3 dalam penelitian ini menolak H0 dan

menerima Ha. Ini berarti persepsi kemudahan administrasi perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Page 114: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

99

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menunjukan berapa besar pengaruh

variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikatnya. Nilai koefisien

determinasi dijabarkan dalam tabel 4.18:

Tabel 4.18 Koefesien Determinasi (R2)

Adjusted R Std. Error of

Model R R Square Square the Estimate

1 ,505a

,255 ,232 2,52442

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan tabel diatas, hasil perhitungan koefisien determinasi (R2) yang

diperoleh sebesar 0,232. Hal ini berarti 23,2% variasi variabel kepatuhan Wajib

Pajak UMKM dapat dijelaskan oleh variabel persepsi keadilan pajak, persepsi

kemudahan administrasi pajak, dan persepsi kesederhanaan administrasi pajak.

sedangkan sisanya sebesar 76,8% diterangkan oleh variabel lain yang tidak

dilibatkan dalam penelitian ini.

F. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis secara parsial (Uji t) semua variabel

bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengaruh yang diberikan ketiga

variabel bebas bersifat positif artinya semakin tingga ketiga variabel bebas tersebut

maka mengakibatkan semakin tinggi pula kepatuhan Wajib Pajak UMKM untuk

memenuhi kewajiban perpajakan. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang

diajukan. Penjelasan dari masing-masing pengaruh variabel dijelaskan sebagai

berikut:

Page 115: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

100

1. Pengaruh Persepsi Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM

Berdasarkan pengujian hipotesis dalam tabel 4.14 nilai signfikansi uji t

sebesar 0,060 lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 0,05 sehingga hipotesis

Ha ditolak dan H0 diterima. Ini berarti variabel persepsi keadilan pajak tidak

berpengaruh terhadap variabel kepatuhan Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama

Sidoarjo Utara.

Variabel persepsi keadilan pajak diukur berdasarkan lima dimensi keadilan

pajak dalam Azmi dan Perumal (2008), Pris (2010), Sari (2015), dan Rosella

(2015) yang dikombinasikan dengan unsur dalam Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013. Lima dimesi keadilan pajak tersebut meliputi keadilan umum,

struktur tarif pajak, timbal balik pemerintah, kepentingan pribadi, dan ketentuan-

ketentuan khusus. Unsur-unsur Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 yang

digunakan untuk menilai variabel persepsi keadilan pajak berfokus pada

penetapan Pajak Penghasilan bersifat final dengan tarif peredaran bruto setiap

bulan dan peredaran bruto sebagai dasar perhitungan Pajak Penghasilan

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013.

Besar Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 yang terutang yang dibebankan kepada Wajib Pajak tidak tidak

menerapkan keadilan pajak yang mencerminkan (ability to pay) seperti dalam

teori pembagian pajak yaitu teori daya pikul yang dikemukakan oleh Suparnyo

(2012) dan asas pemungutan pajak menurut Adam Smith dalam Prawoto (2015)

yaitu asas persamaan (equality), karena besar pajaknya dihitung dari peredaran

Page 116: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

101

bruto meskipun Wajib Pajak mengalami kerugian tetap harus membayar pajak

1% dari peredaran bruto. Teori daya pikul yaitu teori yang menyatakan bahwa

agar pemungutan pajak dirasa adil maka dalam membagi beban pajak hendaknya

disesuaikan dengan daya pikul Wajib Pajak yang bersangkutan. Asas persamaan

(equality) yaitu pajak dibebankan berdasarkan kemampuan masing-masing

subjek pajak dan juga dikatakan lain kemampuan membayar Wajib Pajak.

Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata tanggapan responden tentang

persepsi keadilan pajak dalam tabel 4.4 sebesar 3,08 yang masuk dalam kategori

“Cukup Setuju” yang berarti Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 menganggap unsur-unsur

dalam peraturan ini adalah cukup adil. Sedangkan hasil uji hipotesis menunjukan

bahwa variabel persepsi keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Sidoarjo Utara. Jadi dapat diartikan bahwa

Wajib Pajak akan tetap memenuhi kewajiban perpajakan karena persepsi

keadilan pajak tidak mempengaruhi Wajib Pajak untuk berperilaku patuh

terhadap pajak.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Azmi dan Perumal (2008)

lima dimensi keadilan pajak hanya tiga dimensi pajak yaitu keadilan umum,

struktur tarif pajak, dan kepentingan pribadi yang berpengaruh terhadap perilaku

kepatuhan pajak. Rosella (2015) persepsi keadilan pajak terkait PP Nomor 46

Tahun 2013 berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Namun mendukung penelitian Sari (2015) persepsi keadilan pajak tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan Pris (2010) seluruh dimensi

Page 117: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

102

keadilan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan Wajib

Pajak badan.

2. Pengaruh Persepsi Kesederhanaan Perpajakan Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan pengujian hipotesis dalam tabel 4.14 nilai signfikansi uji t

sebesar 0,003 lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05 sehingga hipotesis

H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, nilai t hitung sebesar 3,078. Ini berarti

variabel persepsi kemudahan perpajakan berpengaruh positif terhadap variabel

kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Semakin tinggi Wajib Pajak UMKM yang

menganggap bahwa Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 sederhana dalam

memenuhi hak dan kewajiban maka akan semakin meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak UMKM.

Hasil penelitian yang menunjukan pengaruh positif variabel persepsi

kemudahan administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP

Pratama Sidoarjo Utara, karena Wajib Pajak menganggap Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 adalah sederhana dalam perhitungan, penyetoran, dan

pelaporan sehingga memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya yang dapat mempengaruhi Wajib Pajak untuk

berperilaku patuh terhadap pajak. Penghitungan dalam Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 juga mengalami penyederhanaan tarif pajak dengan

menetapkan tarif tunggal sebesar 1% sehingga secara perhitungan pun sederhana

yaitu dengan mengalikan tarif tunggal 1% dengan peredaran bruto. Pendapat

tersebut sesuai dengan tanggapan responden terhadap variabel persepsi

Page 118: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

103

kesederhanaan administrasi perpajakan dalam tabel 4.6 sebesar 3,44 yang

mengindikasikan “Setuju” bahwa Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah sederhana. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Widodo (2010) dan Bashori (2014) dalam Rosella (2015)

menyatakan bahwa administrasi perpajakan perlu dilakukan penyederhanaan

sehingga memberikan kemudahan dan akan mampu mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak dan penyederhanaan tarif juga perlu dilakukan untuk meningkatkan

kepatuhan wajib pajak. Joumard (Kamleitner et al, 2010) dalam Bashori (2014)

juga menyatakan bahwa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak adalah penyederhanaan proses perpajakan. Hasil

penelitian ini tidak mendukung penelitian Rosella (2015) persepsi

kesederhanaan perpajakan terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 tidak berpengaruh

terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

3. Pengaruh Persepsi Kemudahan Perpajakan Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan pengujian hipotesis dalam tabel 4.14 nilai signfikansi uji t

sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05 sehingga hipotesis

H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, nilai t hitung sebesar 3,464. Ini berarti

variabel persepsi kemudahan perpajakan berpengaruh positif terhadap variabel

kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Semakin tinggi Wajib Pajak UMKM yang

menganggap bahwa Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 memberikan

kemudahan dalam memenuhi hak dan kewajiban maka akan semakin

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Page 119: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

104

Hasil penelitian yang menunjukan pengaruh positif variabel persepsi

kemudahan administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP

Pratama Sidoarjo Utara, karena Wajib Pajak menganggap Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 adalah mudah dalam perhitungan, penyetoran, dan pelaporan

sehingga memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya yang dapat mempengaruhi Wajib Pajak untuk berperilaku patuh

terhadap pajak. Pendapat tersebut sesuai dengan tanggapan responden terhadap

variabel persepsi kemudahan administrasi perpajakan dalam tabel 4.5 sebesar

3,48 yang mengindikasikan “Setuju” bahwa Pajak Penghasilan berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah mudah. Hal tersebut sesuai

pernyataan yang dikemukan oleh Sari (2015) menyatakan bahwa PP Nomor 46

Tahun 2013 ditetapkan atas dasar pertimbangan memberikan kemudahan dalam

penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak. Resyniar (2014) juga

menyatakan bahwa kemudahan perpajakan khususnya dengan penerapan PP No.

46 tahun 2013 yaitu tidak ada perhitungan pajak yang rumit dan sukar dipahami.

Rumus dalam menghitung pajak cukup mudah yaitu 1% dari omset.

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang antara Wajib Pajak Orang Pribadi

maupun badan adalah sama. Penghitungan pajak hanya perlu mencatat perolehan

peredaran bruto kemudian dikali dengan tarif 1% tanpa memerlukan pembukuan

serta lebih mudah penghitungannya dari UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 17

untuk orang pribadi dan Pasal 31E untuk badan. Wajib Pajak tidak wajib

melaporkan SPT Masa Pajak PPh apabila telah melakukan penyetoran dengan

validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) tepat waktu sebelum

Page 120: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

105

tanggal 15 masa pajak berikutnya. Hasil penelitian mendukung penelitian

sebelumnya yang meneliti tentang Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 ini

yaitu, Rosella (2015) dan Sari (2015) persepsi kemudahan perpajakan

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Page 121: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

106

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh persepsi Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap

kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Melalui analisi data hasil penelitian, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel persepsi keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib

Pajak UMKM yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Sidoarjo Utara. Wajib Pajak

tetap akan memenuhi kewajiban perpajak meskipun Wajib Pajak menilai adil

atau tidaknya Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sari (2015) dan Pris

(2010). Namun tidak mendukung penelitian Rosella (2015) dan Azmi dan

Perumal (2008).

2. Variabel persepsi kesederhanaan administrasi perpajakan berpengaruh positif

terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang dikenakan Pajak Penghasilan

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 di KPP Pratama

Sidoarjo Utara. Hal tersebut karena Wajib Pajak menganggap Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah sederhana dalam perhitungan,

penyetoran, dan pelaporan sehingga memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yang dapat meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Pendapat tersebut sesuai sesuai dengan rata-

Page 122: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

107

rata tanggapan responden yang mengindikasikan “Cukup Setuju” dan Joumard

(Kamleitner et al, 2010) dalam Bashori (2014) perlu penyederhanaan proses

perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini

tidak mendukung penelitian Rosella (2015).

3. Variabel persepsi kemudahan administrasi perpajakan berpengaruh positif

terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang dikenakan Pajak Penghasilan

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 di KPP Pratama

Sidoarjo Utara. Hal tersebut karena Wajib Pajak menganggap Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 adalah mudah dalam perhitungan, penyetoran,

dan pelaporan sehingga memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya yang dapat meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak UMKM. Pendapat tersebut sesuai dengan nilai rata-rata tanggapan

responden yang mengindikasikan “Setuju” dan SE Nomor 42/PJ/2013 Wajib

Pajak tidak wajib melaporkan SPT Masa Pajak PPh karena telah melakukan

pembayaran dengan validasi NTPN. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Rosella (2015) dan Sari (2015).

B. Saran

Saran bagi penelitian selanjutnya perlu untuk menambahkan variabel-variabel

lainnya selain tiga variabel dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh

unsur-unsur dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan

Wajib Pajak. Selain itu, diperlukan untuk menggunakan lingkup yang lebih luas

atau tidak pada satu KPP. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui apakah kebijakan

Page 123: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

108

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 sudah mampu merata dalam

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Wilayah Provinsi Jawa Timur.

Page 124: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

109

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ghozali, H. Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

21. Semarang: Badan Penerbit Universtas Diponegoro.

Gunawan, Muhammad Ali. 2013. Statistik untuk Penelitian Pendidikan.

Yogyakarta: Parama Publishing.

Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan

Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Mansury, R. (1996). Pajak penghasilan Lanjutan. Jakarta : Indhill co.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan (Edisi Revisi). Yogyakarta: CV ANDI.

Prawoto, Agus. 2015. Pengantar Keuangan Publik. Yogyakarta: BPFE.

Rahayu, siti kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia (konsep & Aspek formal).

Yogyakarta: Graha Ilmu.

________ . 2013. Perpajakan Indonesia (konsep & Aspek formal). Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Resmi, Siti. 2013. Perpajakan (Teori dan Kasus). Jakarta: Salemba Empat.

Subarsono. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV

Alfabeta.

________. 2015. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

________. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV

Alfabeta.

Sukirno, sadono. 2012. Makro ekonomi (teori pengantar). Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Suparnyo. 2012. Hukum Pajak (Suatu Sketsa Asas). Semarang: Pustaka Magister

Supranto. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Susyanti, Jeni dan Dahlan, Ahmad. 2015. Perpajakan (untuk praktisi dan

akademisi). Malang: Empat Dua Media.

Sutanto, paojan mas’ud. 2014. Perpajakan Indonesia (teori & aplikasi). Jakarta:

Mitra wacana media.

Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Penyusunan

Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Page 125: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

110

Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Andi.

Widodo, Widi, dkk. 2010. Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Pajak. Bandung:

Alfabeta.

Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Jurnal

Andreas. dan Savitri, Enni. 2015. The Effect of Tax Socialization, Tax Knowledge,

Expediency of Tax ID Number and Service Quality on Taxpayers

Compliance With Taxpayers Awareness as Mediating Variables. Procedia

- Social and Behavioral Sciences. vol 211.

Atawodi, Ojochogwu Winnie. dan Ojeka, Stephen Aanu. 2012. Factors That Affect

Tax Compliance among Small and Medium Enterprises (SMEs) in North

Central Nigeria.vol 7.

Azmi, Anna Che. dan Perumal, Kamala A. 2008. Tax Fairness Dimensions In An

Asian Context: The Malaysian Perspective. International Review of

Business Research Papers.vol 4 (5).

Bashori, Ahsan Nashrudin. 2014. Pengaruh Persepsi atas PP Nomor 46 Tahun

2013 Terhadap Kepatuhan Sukarela Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran

Bruto Tertentu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut.

Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

Berutu, Dian Anggraeni dan Harto, Puji. 2012. Persepsi Keadilan Pajak Terhadap

Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Diponegoro

Journal of Accounting. Vol 2 (2).

Gambo et al. 2014. Tax Complexity and Tax Compliance In African Self-Assessment

Environment. International Journal of Management Research & Review.

vol 4 (5).

Gentry, M. & Hubbard, R. 2004. Tax Policy and Entry Into Enterpreneurship. Tax

Policy and Entrepreneurship.

Helhel, Y. & Ahmed, Y. 2014. Factors Affecting Tax Attitudes and Tax

Compliance: A Survey Study in Yemen. European Journal of Business and

Management. Vol 6 (22).

Liu, Xiaowen. 2014. State Tax Policy and Entrepreneurship. Tax Policy and

Entrepreneurship. vol 6 (6).

Pris, K. Andarini. 2010. Dampak Dimensi Keadilan Pajak Terhadap Tingkat

Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas

Diponogoro.

Page 126: PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN ...repository.ub.ac.id/7516/1/ABDUL WASHIK.pdfPENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

111

Resyniar, Gandhys. 2014. “Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) Terhadap Penerapan PP. 46 tahun 2013”. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Rosella, Vina. 2015. Pengaruh Persepsi Atas PP Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak. vol 4.

Saad, Natrah. 2014. Tax Knowledge, Tax Complexity and Tax Compliance:

Taxpayers’ View. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol 109.

Sari, Melisa Anita. 2015. Pengaruh Persepsi Keadilan dan Persepsi Kemudahan

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak kelompok UMKM Pasca

Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Surabaya:

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

Internet

Abidin, M. Z. 2015. Kebijakan Fiskal dan Peningkatan Peran Ekonomi UMKM,

diakses pada 11 November 2016 dari

http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/kebijakan-fiskal-dan-peningkatan-

peran-ekonomi-umkm.

Badan Pusat Statistik, di akses pada 13 Januari 2017 dari www.bps.go.id.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, di akses pada 25 Maret 2017 dari

www.kbbi.web.id.

Manurung, Surya. 2013. Kompleksitas Kepatuhan Pajak. diakses pada 22 Februari

2017 dari http://www.pajak.go.id/content/article/kompleksitas-kepatuhan-

pajak.

Tambunan, Ruston. 2013. Ketentuan Terbaru Pajak Penghasilan Atas UMKM:

Sederhana Tapi Tidak Adil. Diakses pada 11 November 2016 dari

http://ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=51.

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas

Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE – 42/PJ/2013 tentang pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil, Menengah.